DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET"

Transkripsi

1 Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Peneapan MIPA Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 16 Mei 009 DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET Muhammad Fachani Rosyid fachani@ugm.ac.id Kelompok Riset Astofisika, Kosmologi dan Fisika Matematik Juusan Fisika FMIPA Univesitas Gadjah Mada dan Institut untuk Sains di Yogyakata (I-Es-Ye) Abstak Tebentuknya eko pada sebuah komet mengakibatkan komet itu kehilangan massa. Hal-hal yang memengauhi laju kehilangan massa komet telah didiskusikan. Laju kehilangan massa komet sebagai fungsi posisi telah dihitung sebagai penghampian. Komet kemudian dipelakukan sebagai sistem tebuka. Bedasakan anggapan bahwa pinsip aksi tekecil Hamilton sebagai pinsip yang paling mendasa, pesamaan geak komet dituunkan secaa analitik. Telah ditunjukkan bahwa hukum kelestaian momentum sudut tetap belaku namun tidak untuk hukum kedua Keple. Keywods : Komet, Dinamika, Astofisika, 1. PENGANTAR Istilah komet dibeikan untuk menggambakan astmosfe yang mengembang yang tesusun atas debu-debu dan gas-gas (baik yang netal maupun yang teionisasi) yang muncul di sekita sebuah benda induk (disebut inti) yang beukuan cukup kecil dalam lintasan (obit) eksentik mengelilingi matahai. Dai astmosfe (disebut koma) yang mengembang di sekita inti itu kemudian (oleh adanya angin dan tekanan adiasi matahai) tebentuk dua macam eko, yakni eko gas dan eko debu, yang memanjang hingga 10 4 kilomete sampai 10 8 kilomete. Ukuan atmosfe maupun eko komet beubah sepanjang lintasannya : semakin dekat dengan matahai semakin besa ukuan atmosfe maupun eko komet. Bahkan koma dan eko komet lenyap pada saat komet beada jauh dai matahai. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas komet (tebentukknya atmosfe dan eko komet) tekait dengan kebeadaan matahai. Stuktu komet telah dipelajai sejak lama melalui pemodelan. Model paling awal adalah model onggokan pasi (1948) yang mengatakan bahwa komet adalah sekumpulan debu-debu yang saling teikat secaa lemah oleh gavitasi. Model ini seta meta ditolak kaena bebeapa alasan. Petama, pengamatan menunjukkan kebeadaan inti yang padat beukuan sangat kecil apabila dibandingkan dengan koma. Kedua, sekumpulan debu-debu yang saling teikat secaa lemah semacam itu tentu akan teceai beai ketika begeak di sekita titik peihelionnya. Model beikutnya adalah model bola salju koto (1950) yang diajukan oleh Whipple. Menuut model ini, inti komet adalah bola es yang teisi oleh debu-debu meteoit di dalamnya. Inti komet memiliki poositas tinggi dan albedo endah. Apabila inti komet mendekati matahai, adiasi matahai yang jatuh pada bola es tesebut menyebabkan bola es menyublim dengan membebaskan debu-debu yang tetanam dalam bola es sehingga tebentuklah koma yang tesusun atas gas-gas dan debudebu. Model ini behasil menjelaskan kebeadaan koma dan eko komet seta kebegantungan ukuannya pada jaak dai matahai. Model ini juga mampu menjelaskan penyimpangan geakan komet dai geak Keplean (Kepleian motion) kaena adanya gaya nongavitasional akibat pembebasan gas-gas dan debu-debu. Bebeapa misi uang angkasa tak beawak yang dikiim untuk mendekati (bahkan menabak) komet menunjukkan pelunya pebaikan bagi model bola es koto ini. Maka bebeapa modelpun diusulkan sejak tahun Model kumpulan puing-puing diusulkan oleh Weismann pada tahun Menuut Weismann, inti komet tesusun atas bongkahan- F-1

2 Muhammad Fachani Rosyid /Dinamika NonGavitasional Obit... bongkahan es yang mengumpul melalui poses tumbukan dengan kecepatan endah. Poses akesi lemah semacam ini tidak mengakibatkan panas yang tinggi sehingga bongkahan-bongkahan es yang mengumpul itu tetap utuh. Ruang-uang kosong yang tebentuk di antaa bongkahanbongkahan es itu sebagian teisi oleh debu-debu dan sebagian yang lain tetap kosong. Hal ini mengakibatkan apat massa inti komet keseluuhan lebih endah apabila dibandigkan dengan apat massa agegat-agegat es penyusunnya. Model yang lain diusulkan oleh Gombosi dan Houpis pada tahun Menuut model ini, komet tesusun atas bongkahan-bongkahan batu keas yang memiliki poositas tinggi yang disatukan oleh matik es dan debu-debu. Matiks es inilah yang akan mengalami evapoasi sambil melepaskan debu-debu apabila tekena adiasi matahai. Secaa keseluuhan, dai model-model yang telah diusulkan, tampak adanya kesepakatan bahwa tebentuknya koma beawal dai poses sublimasi es-es pada komet yang disebabkan oleh adiasi matahai yang jatuh pada komet. Sublimasi es-es ini beakibat pula pembebasan debu-debu meteoit yang tetanam dalam es-es itu. Akibatnya, koma (astmosfe) yang tebentuk tesusun atas gas dan debu-debu. Selanjutnya, oleh adanya tekanan adiasi matahai, debu-debu tesebut tedoong menjauhi matahai sehingga tebentuklah eko debu. Eko debu sedikit melengkung akibat kelembaman (inesia) patikel-petikel debu itu. Di samping itu, gas-gas dalam koma mengalami fotoionisasi. Oleh adanya angin matahai yang tesusun atas poton-poton dan Gamba 1 Model Inti Komet : (a) Model Kumpulan Puing-puing Weismann, (b) Model Gombosi dan Houpis. elekton-elekton, ion-ion gas dalam koma tesebut tebawa/tedoong menjauhi matahai sehingga tebentuklah eko gas yang luus. Tebentuknya koma dan eko beakibat bekuangnya massa komet secaa teus meneus. Jadi, komet kehilangan massanya selama mengobit matahai. Dalam atikel ini hendak dibicaakan bebagai fakto yang memengauhi laju kehilangan massa yang dialami oleh komet sepanjang lintasannya. Pelepasan gas dan debu itu menimbulkan efek oket yang mengusik komet dai geakan Kepleannya (geak yang ditentukan oleh gaya gavitasi matahai). Tedapat saling kegayutan antaa laju kehilangan massa dengan geakan (kecepatan dan obit) komet. Saling kegayutan itu hendak diselidiki. Dengan anggapan bahwa komet meupakan sistem mekanik tebuka dan anggapan bahwa pinsip aksi tekecil Hamilton sebagai pinsip yang paling mendasa, pesamaan geak komet hendak dituunkan secaa analitik. Dai pesamaan yang dipeoleh hendak dipelajai peilaku-peilaku dinamika obit komet.. LAJU KEHILANGAN MASSA PADA KOMET Sebagaimana telah dijelaskan di depan, sebuah komet mengalami kehilangan massa akibat tebentuknya koma dan eko. Tebentuknya koma disebabkan oleh adiasi matahai yang mengakibatkan sublimasi bongkahan-bongkahan es penyusun inti komet. Sublimasi es menyebabkan pelepasan debu-debu yang tetanam dalam es. Sementaa, eko komet tebentuk kaena tekanan adiasi dan angin matahai membawa debu-debu dan ion-ion gas-gas meninggalkan koma. Oleh kaena itu, waja apabila laju sublimasi, pelepasan debu-debu, laju ionisasi gas-gas dalam koma, vaiasi tekanan adiasi, dan kecepatan angin matahai dicuigai sebagai faktofakto yang memengauhi laju kehilangan massa komet. F-

3 Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Peneapan MIPA Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 16 Mei 009 Laju Sublimasi Sumbe enegi untuk tejadinya sublimasi adalah adiasi matahai yang jatuh pada pemukaan komet yang menghadap ke matahai. Jadi, laju sublimasi begantung pada intensitas adiasi (fluks enegi) matahai pada pemukaan komet itu dan albedo Bond (A) komet itu. Albedo Bond adalah nisbah adiasi matahai yang dipantulkan ke segala aah oleh pemukaan komet tehadap adiasi total yang jatuh pada pemukaan itu. Tedapat kesetimbangan enegi antaa enegi sumbe (adiasi yang jatuh pada pemukaan inti komet) dan enegi lepas yang tedii dai adiasi temal infameah, enegi sublimasi, dan enegi yang disebakan ke seluuh inti melalui konduksi (Fenandes, 005). Apabila komet yang ditinjau dianggap bebentuk bulat sempuna dengan jai-jai R N, maka kesetimbangan yang dimaksud di atas dapat ditulis sebagai F e (1 A) QL τ 4 S πr = (1 ) + + ( ) N πrn AIR σt πrnκ T N A T z z= 0, (1) dengan (1 A) adalah faksi adiasi yang diseap oleh komet, A IR adalah albedo Bond sina infameah, F adalah tetapan matahai yang besanya 3,16 10 kal.cm s 1, adalah jaak komet dai matahai dinyatakan dalam satuan astonomis, σ tetapan Boltzmann, Q adalah laju sublimasi total dinyatakan dengan molekul pedetik, L S adalah bahang laten sublimasi tiap mol, κ(t) adalah konduktifitas temal bahan komet, dan τ adalah kedalaman optis koma. Laju sublimasi Q dipeoleh sebagai jawaban bagi pesamaan (1). Pelepasan Debu-debu Laju pelepasan massa debu-debu begantung pada efisiensi hambuan kaena tekanan adiasi (Q p ) menuut (Fulle, 006) π ( t,1 µ ) m = kc Q d (1 µ ) 6, () 1 µ d p p 0 Φ dengan C p adalah tetapan yang nilainya 1, kg.m, k suatu tetapan tak besatuan yang bekaitan dengan fluks foton, Φ fungsi distibusi dan 1 µ adalah paamete yang didefinisikan oleh CpQp 1 µ =, ρ d dengan ρ d apat massa debu dan d diamete butian debu. Kaena kebeadaan tetapan k, maka laju kehilangan massa kaena pelepasan debu-debu bebading tebalik dengan kuadat jaak dai matahai. Laju Ionisasi Gas-gas Dalam Koma Gas-gas yang tebebaskan oleh sublimasi selanjutnya akan teionisasi oleh adiasi matahai. Ion-ion yang tebentuk tesebut tebawa oleh angin matahai (plasma yang disembukan dai inteio matahai) menjauh ke aah adial hingga telepas dai gavitasi inti komet. Oleh kaena itu laju kehilangan massa komet juga begantung pada laju poduksi ion gas-gas dalam koma akibat poses fotoionisasi. Laju apat fotoionisasi gas-gas dalam koma dibeikan oleh (Gombosi dkk., 1997) d n n Q exp c = 4πλ λ c F-3

4 Muhammad Fachani Rosyid /Dinamika NonGavitasional Obit... dengan Q adalah laju sublimasi, c jaak dai inti komet, dan λ adalah skala panjang ionisasi. Dai laju apat ionisasi ini dipeoleh laju apat kehilangan massa komet kaena tebentuknya eko ion sebagai dengan m c adalah massa eata molekul/ion. mq c exp c ρion =, (3) 4πλ λ Vaiasi Tekanan Radiasi Tekanan adiasi bebanding luus dengan fluks adiasi. Sementaa fluks adiasi bebanding tebalik dengan kuadat jaak dai matahai. Pada jaak dai matahai fluks adiasi matahai dibeikan oleh F() = F /, dengan F adalah tetapan matahai. Tekanan adiasi pada jaak dai matahai dibeikan oleh dengan c cepat ambat cahaya dalam uang hampa. c F () F p R () = =, (4) c c 3. DINAMIKA NONGRAVITASIONAL ORBIT KOMET Bebagai pesamaan geak dalam fisika 1 dapat dituunkan melalui pinsip vaiasi (kalkulus vaiasi). Dalam mekanika klasik, pinsip vaiasi maujud dalam pinsip aksi tekecil Hamilton yang membei gambaan tentang geak sistem mekanis monogenis, yakni sistem mekanis yang gayagayanya (kecuali gaya-gaya kendala) dipeoleh sebagai gadien suatu potensial dipeumum yang meupakan fungsi koodinat umum, kecepatan, dan waktu. Mengingat peanan pinsip vaiasi dalam bebagai cabang fisika, maka masuk akal apabila kita mendudukkannya sebagai hal yang paling mendasa. Dalam studi ini, pesamaan dinamika obit komet hendak dituunkan dai pinsip vaiasi. Secaa umum kaidah mendasa dalam kalkulus vaiasi ditemaktub dalam teoema beikut (Jost dan Li-Jost, 1998) : Teoema : Andaikan F C ([ ab, ] R d R d, R) dan u C ([ ab],, R d ) adalah fungsi yang didefinisikan pada inteval [ ab], dan benilai di R d dengan u( a ) = u 1 dan u(b ) = u 1. Jika fungsi u menjadikan integal b Iu ( ) = Ftut (, ( ), ut ( )) dt a benilai minimum, maka belaku d F (, tuu, ) F (, tuu, ) = 0, (5) untuk α = 1,,, d. uα uα dt Dalam pinsip aksi tekecil Hamilton, fungsi F dipeankan oleh fungsi Lagangean L. Secaa umum, fungsi Lagangean untuk komet dalam tata koodinat kulit bola dibeikan oleh 1 1 GM Lt (,, θφφ,, R, θr,, θφφ,, R, θr) = m ( + θ + sin θφ ) + ω I ω+, (6) 1 Pesamaan geak dalam meknika klasik, pesamaan medan klasik, pesamaan medan Einstein, pinsip Femat, dll. dapat dituunkan melalui pinsip vaiasi. F-4

5 Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Peneapan MIPA Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 16 Mei 009 dengan sudut φ R dan θ R tekait dengan deajat kebebasan otasi komet, ω kecepatan sudut otasi komet dan I tenso kelembaman komet. Bebeda dai tinjauan-tinjauan yang telah dilakukan sebelumnya, dalam penelitian ini massa komet meupakan fungsi waktu, m = m(t). Mengingat ukuan komet sangat kecil jika dibandingkan dengan ukuan obitnya, maka demi penyedehanaan masalah, suku kedua Lagangean dapat diabaikan. Akibatnya, komet dapat dipelakukan sebagai patikel titik. Bahwa potensial yang telibat adalah potensial tepusat membawa akibat adanya kesetangkupan (simeti) yang menguasai geakan komet, yakni kelestaian pusa sudut obital komet. Jadi, lintasan komet beada pada bidang data. Jika sebagai bidang-xy dipilih bidang eda komet itu dan sumbu-z positif dipilih seaah dengan vekto pusa sudut, maka sudut θ dalam Lagangean di atas lenyap. Oleh kaena itu, kita dapatkan 1 GM Lt (,, φ,, φ) = m ( + φ ) +. (7) Teoema di atas membawa kita pada sistem pesamaan geak komet beikut GM m + m m φ + = 0, (8a) d ( m φ ) = 0. dt (8b) Pesamaan (8a) menunjukkan adanya tambahan gaya nongavitasional kaena pelepasan massa oleh komet (efek ekoil). Pesamaan (8b) menunjukkan bahwa pusa sudut obital komet lestai sepanjang pejalanan komet. Tetapi, hal ini bukan beati bahwa hukum Keple kedua tepenuhi, sebab dai pesamaan (8b) kita dapatkan da m = A, (9) dt m dengan A = φ / adalah laju luasan yang disapu oleh vekto posisi komet elatif tehadap matahai. Pesamaan (9) memiliki jawaban A = β / m, dengan β suatu tetapan positif. Jadi, laju luasan yang disapu oleh vekto posisi komet betambah tinggi apabila massa komet bekuang. Sistem pesamaan (8) menentukan obit komet sekaligus kebegantungan massa komet itu pada waktu. Bedasakan diskusi pada Bagian, dapat dipekiakan bahwa laju pelepasan massa (peubahan massa) komet hanya begantung pada jaak adial dai matahai, yakni bahwa m = f( ) < 0, maka pesamaan (8) dapat ditulis sebagai GM m + f () m φ + = 0 (10a) f () φ+ m φ+ m φ = 0. (10b) Sebagai studi awal telah dicoba secaa komputasional untuk menyelesaikan sistem pesamaan (10) tesebut untuk f() = α/, dengan α suatu tetapan positif. Studi ini mengabaikan komplikasi akibat tidak isotopisnya pelepasan massa dan komplikasi yang ditimbulkan oleh kenyataan bahwa inti komet mengalami geak otasi. Hasil pehitungan secaa komputasional dipelihatkan dalam Gamba (Wahyuni, 009) dengan α diambil 1. Tampak dai gamba itu, obit komet mengalami F-5

6 Muhammad Fachani Rosyid /Dinamika NonGavitasional Obit... peubahan baik bentuk, ukuan, maupun oientasi. Obit komet beupa spial eliptik beaah kelua dengan oientasi beubah sesuai aah anak panah. Gamba Penyelesaian pes.(7) untuk f() = 1/ 4. PUSTAKA M. Fulle, 006, Motion of Cometay Dust, dalam M. C. Festou, H. U. Kelle, and H. A. Weave (eds.), Comets II, Univesity of Aizona Pess, Tucson, 745 pp., p T.I. Gombosi, K.C. Hansen, D.L. dezeeuw, dan M. R. Combi, MHD Simulation of Comets: the Plasma Envionment of Comet Hale Bopp, Eath, Moon and Planets 79: , J. Jost dan X. Li-Jost, 1998, Calculus of Vaiations, Cambidge Univesity Pess, Cambidge, hal. 6. S. Wahyuni, 009, komunikasi pivat. F-6

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 007 JAM 09.00-.30 PILIHAN GANDA Pilihlah jawab yang bena dan nyatakan keyakinanmu dengan mengisi () jika tidak yakin () kuang yakin (3) Agak yakin dan (4) Yakin

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan Contact Peson : OSN Fisika 2017 Numbe 1 GERAKAN KUMBANG DI PINGGIR PIRINGAN Sebuah piingan lingkaan (massa M, jai-jai a) digantung pada engsel/sumbu simeti mendata tanpa gesekan yang melalui titik pusat

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2. Haga Tahanan Jenis Teoi yang mendasai metode tahanan jenis atau metode geolistik adalah hukum Ohm [7] yang mempunyai pesamaan : V I = (2.) R Dengan V menyatakan tegangan (volt),

Lebih terperinci

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam.

Listrik statis (electrostatic) mempelajari muatan listrik yang berada dalam keadaan diam. LISTRIK STATIS Listik statis (electostatic) mempelajai muatan listik yang beada dalam keadaan diam. A. Hukum Coulomb Hukum Coulomb menyatakan bahwa, Gaya taik atau tolak antaa dua muatan listik sebanding

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi.

III. TEORI DASAR. aliran listrik di dalam bumi dan cara mendeteksinya di permukaan bumi. . TEOR DSR 3.. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan beda

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi

Fisika Dasar I (FI-321) Gravitasi Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini Gavitasi Inteaksi (Gaya) Fundaental di ala 1. Inteaksi Kuat. Inteaksi lektoagnetik 3. Inteaksi Leah 4. Inteaksi Gavitasi Meupakan inteaksi yang paling Leah Tidak Bepengauh/Diabaikan

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani) LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

HUKUM GRAVITASI NEWTON

HUKUM GRAVITASI NEWTON HUKU GVITSI NEWTON. Pesamaan Hukum Gavitasi Umum Newton Pehatikan kejadian beikut :. Kelapa yan sudah tua bisa jatuh ke tanah tanpa dipetik.. Penejun payun akan jatuh ke bawah setelah meloncat dai pesawat..

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

Bab I Masalah Dua Benda

Bab I Masalah Dua Benda Bab I Masalah Dua Benda Geak planet mengitai Matahai. Satelit yang mengelilingi Bumi dan bintang-bintang yang mengitai pusat Galaksi, diatu oleh gaya sental yang bekeja sepanjang gais luus yang menghubungkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

BAB 7 Difraksi dan Hamburan

BAB 7 Difraksi dan Hamburan BAB 7 Difaksi dan Hambuan Bedasakan bab sebelumnya yang menjelaskan tentang sebuah gelombang yang datang di pantulkan oleh suatu bidang pembatas meupakan gelombang data dan tidak behingga. Jika sebuah

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA

PENYELESAIAN SOAL SOAL INSTALASI CAHAYA PENYELESAAN SOAL SOAL NSTALAS CAHAYA 1. Sebuah lampu pija dai W dengan flux Cahaya spesifik 16 lm/w ditempatkan dalam sebuah bola kaca putih susu. Kacanya meneuskan 75% dai flux Cahaya lampu. Kalau luminansi

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS

Bahan Ajar Listrik Statis Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd SMA Negeri 1 Maja LISTRIK STATIS SMA Negei Maja LISTRIK STATIS KLISTRIKAN Fisikawan Du Fay menunjukkan adanya dua macam pelistikan (eletifikasi). Bebeapa isolato tetentu, bila digosok dalam keadaan tetentu, menyebabkan gaya tolak. Hasil

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran

Gerak Melingkar. K ata Kunci. Tujuan Pembelajaran Bab III Geak Melingka Tujuan Pembelajaan nda dapat menganalisis besaan fisika pada geak melingka dengan laju konstan. Sumbe: Jendela Iptek, Gaya dan Geak Pehatikan gamba di atas! Saat pengendaa sepeda

Lebih terperinci

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)247 STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Oleh : Bima

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

Talk less... do more...!!!!!

Talk less... do more...!!!!! Talk less... do moe...!!!!! CLCULUS VEKTOR Difeensiasi fungsi VEKTOR Integasi fungsi Vekto Difeensiasi fungsi VEKTOR Difeensiasi Biasa dai fungsi vekto Jika i j zk Dan ( u); ( u); dan z z( u) Dimana u

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Tata Surya. mempelajari. Perbandingan Antara Planet.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Tata Surya. mempelajari. Perbandingan Antara Planet. Bab 14 ata Suya Planet bumi meupakan salah satu anggota dai 8 planet dalam sistem tata suya yang dihuni oleh kehidupan manusia. Dalam sistem tata suya matahai sebagai pusat peedaan tata suya dan menjadi

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON

FIsika KTSP & K-13 HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI. K e l a s A. HUKUM GRAVITASI NEWTON KSP & K- FIsika K e l a s XI HUKUM NEWON ENANG GAVIASI ujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan mampu: menjelaskan hukum avitasi Newton; memahami konsep aya avitasi dan medan avitasi;

Lebih terperinci

TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER RADIASI DALAM INVERSE PROBLEM PENCITRAAN KANKER OTAK

TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER RADIASI DALAM INVERSE PROBLEM PENCITRAAN KANKER OTAK Posiding Semina Nasional Penelitian, Pendidikan dan Peneapan MIPA, Fakultas MIPA, Univesitas Negei Yogyakata, 4 Mei TRANSFORMASI HOPF-COLE PADA APPROKSIMASI DIFUSI UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN TRANSFER

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI

KERETAKAN KRISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE CZOCHRALSKI POSIDING SEMINA NASIONAL EKAYASA KIMIA DAN POSES 004 ISSN : 4-46 KEETAKAN KISTAL TUNGGAL LITHIUM NIOBATE YANG DITUMBUHKAN DENGAN METODE COCHALSKI Nguah Made D.P.*, M.. Saha**, Md. adzi Sudin**, and Hamdan

Lebih terperinci

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS

BAB 13 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS 397 BAB 3 LISTRIK STATIS DAN DINAMIS Penahkah anda melihat peti? atau penahkah anda tekejut kaena sengatan pada tangan anda ketika tangan menyentuh laya TV atau monito kompute? Peti meupakan peistiwa alam

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasa II Listik, Magnet, Gelombang dan Fisika Moden Pokok Bahasan Medan listik & Hukum Gauss Abdul Wais Rizal Kuniadi Novitian Spaisoma Viidi 1 Repesentasi dai medan listik Gais-gais medan listik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengauh Hujan Tehadap Stabilitas Leeng Infiltasi ai hujan ke dalam lapisan tanah pada leeng akan menambah beban pada leeng sebagai akibat peningkatan kandungan ai dalam tanah,

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Geak Melingka Edisi Kedua Untuk SMA kelas XI (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyight 008 009 GuuMuda.Com Seluuh dokumen di GuuMuda.Com dapat digunakan dan disebakan secaa bebas untuk

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012.

UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA. Bahan Ajar 10: Astrofisika (Minggu ke 15) FISIKA DASAR II Semester 2/3 sks/mff 1012. UNIVERSITAS GADJAH MADA PROGRAM STUDI FISIKA FMIPA Bahan Aja : Astofisika (Minggu ke 5) FISIKA DASAR II Semeste /3 sks/mff Oleh Muhammad Fachani Rosyid Dengan dana BOPTN P3-UGM tahun anggaan 3 Nopembe

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah. 1.109. Anggap kita memuat suatu model sistem tata suya dengan peandingan skala η. Anggap keapatan mateial planet dan matahai tidak euah. Apakah peioda evolusi planet ikut euah? Jawa: Menuut hukum Kepple

Lebih terperinci

Data dan Metode Pengolahan Data

Data dan Metode Pengolahan Data Bab III Data dan Metode Pengolahan Data III. Data a) Tansvol ARLINDO di selat Makassa yang meupakan hasil simulasi model baotopik untuk tahun El Niño (97/73, 98/83, dan 997/98), tahun La Niña (973/74 dan

Lebih terperinci

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal ISSN:89 133 Indonesian Jounal of Applied Physics (1) Vol. No.1 halaman 15 Apil 1 Dinamika Petukaan Patikel Pada Inteaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal R. Yosi Apian Sai 1, Supadi 1, Agung BSU,

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi

III. TEORI DASAR. ini meliputi pengukuran beda potensial, arus, dan elektromagnetik yang terjadi III. TEORI DASAR A. Konsep Umum Geolistik ialah suatu metode dalam geofisika yang mempelajai sifat alian listik di dalam bumi dan caa mendeteksinya di pemukaan bumi. Pendeteksian ini meliputi pengukuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL GELOMBANG HARMONIK Bentuk gelombang hamonik begantung waktu : ψ Re (, t) A( ) exp[ iϕ( )] exp( iπνt ) [ ] { ψ (, t)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Keangka Pemikian Konseptual Setiap oganisasi apapun jenisnya baik oganisasi non pofit maupun oganisasi yang mencai keuntungan memiliki visi dan misi yang menjadi uh dalam setiap

Lebih terperinci