Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan"

Transkripsi

1 i

2 Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : Fax : Gambar cover: Pantai Pulau Lengkuas, Belitung cover depan Wisata Bawah Laut Pulau Lengkuas, Belitung cover belakang Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. rendha_pk@bi.go.id dan apriansyah@bi.go.id ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Mei 2017 dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, Mei 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL..... vii DAFTAR GRAFIK... ix INDIKATOR EKONOMI... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung... xiv BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Menurut Pengeluaran Suplemen A : Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan I 2017 Meningkat Suplemen B : Mendorong Strategi Kebijakan Diversifikasi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Daerah untuk Menjaga Momentum Perbaikan Ekonomi Nasional Suplemen C : Growth Diagnostic Provinsi Kep. Bangka Belitung BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBD Kabupaten Belitung APBD Kabupaten Bangka Barat APBD Kabupaten Bangka Tengah APBD Kabupaten Bangka APBD Kota Pangkalpinang Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi iv

5 3.3. Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Suplemen D : Program Pengendalian Inflasi TPID Prov. Kepulauan Bangka Belitung Tahun BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Loan to Deposit Ratio LDR Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Eksposure Korporasi pada Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit UMKM, Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Upaya BI dalam Meningkatkan Transaksi Pembayaran Non Tunai Sistem Pembayaran Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Peredaran Uang Palsu Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani v

6 6.3. Inflasi Pedesaan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan Tingkat Kemiskinan BAB 7. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Inflasi Bangka Belitung Rekomendasi Kebijakan vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)... 3 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) Tabel C.1 Kendala Kritikal dalam Pengembangan Perekonomian Bangka Belitung Tabel C.2 Hasil Simulasi Kebijakan Tabel 2.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tabel 2.7 Realisasi APBD Kota Pangkalpinang Tabel 2.8 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tabel 3.1 Inflasi Bulanan (% mtm) Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Bulanan Tabel 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 4.3 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 5.2 Inflow - Outflow Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat ini ( ) Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) vii

8 Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.10 Perkembangan Indikator Kemsikinan Kep. Bangka Belitung viii

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.3 Struktur PDRB triwulan I Grafik 1.4 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan... 4 Grafik 1.5 Perkembangan Curah Hujan... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet Internasional... 4 Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO Internasional... 4 Grafik 1.8 Perkembangan Harga Lada Internasional... 4 Grafik 1.9 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan... 5 Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor... 6 Grafik 1.11 Kendaraan Baru (roda 4)... 6 Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 2)... 6 Grafik 1.13 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian... 7 Grafik 1.14 Produksi dan Harga Timah... 7 Grafik 1.15 Harga Timah BKDI VS LME... 7 Grafik 1.16 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kontruksi... 8 Grafik 1.17 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 8 Grafik 1.18 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan... 9 Grafik 1.19 Arus Penumpang Angkutan Udara... 9 Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkatan Laut... 9 Grafik 1.21 Arus Bongkar Muat Grafik 1.22 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.23 Penjualan Listrik Grafik 1.24 Pelanggan Listrik Grafik 1.25 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Grafik 1.26 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan Grafik 1.27 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.28 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.29 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor ix

10 Grafik 1.30 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.31 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1.33 Perkembangan PMTB Grafik 1.34 Likert Scale Investasi Grafik 1.35 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Grafik 1.37 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah Grafik 1.38 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.39 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Grafik 1.40 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.41 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi LNPRT Grafik 1.43 Perkembangan Inventori Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.2 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung.. 39 Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Grafik 2.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat. 45 Grafik 2.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Grafik 2.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Grafik 2.6 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Grafik 2.7 Pangsa Alokasi Dana Transfer ke Daerah Grafik 2.8 Alokasi Dana Desa Tahun Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagresasi Inflasi Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung x

11 Grafik 3.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Grafik 3.12 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.27 Pangsa Kredit Rumah Tangga Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 4.29 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 4.30 Skema Pengembangan UMKM Grafik 5.1 Perputaran Kliring Grafik 5.2 Penolakan Cek/BG xi

12 Grafik 5.3 Inflow - Outflow Grafik 5.4 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu di Provinsi Kep. Bangka Belitung Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.4 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.4 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan Grafik 7.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Grafik 7.6 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 7.7 Perkiraan Perubahan Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang Grafik 7.8 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen xii

13 INDIKATOR EKONOMI Indikator I II III IV I PDRB (%, yoy) Lapangan Usaha 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Permintaan 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) , Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) Indeks Harga Konsumen Bangka Belitung (TD = 2012) Pangkalpinang (TD = 2012) Tanjungpandan (TD = 2012) Laju Inflasi Bangka Belitung Pangkalpinang Tanjungpandan Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) , Tabungan (Rp Triliun) , Deposito (Rp Triliun) , Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja (Rp Triliun) Investasi (Rp Triliun) Konsumsi (Rp Triliun) LDR Lokasi Proyek (%) NPL Gross (%) xiii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Daerah Perekonomian Bangka Belitung Triwulan I-2017 tumbuh sebesar 6,42% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4,92% (yoy). Pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah, ekspor, dan melambatnya impor. Sementara itu, secara sektoral peningkatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari membaiknya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang menjadi kontributor terbesar dari perekonomian Bangka Belitung. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 meningkat dari 4,92% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,42% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Babel lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional sebesar 4.05% (yoy) dan 5,01% (yoy). Serta merupakan provinsi dengan pertumbuhan tertinggi di Sumatera pada triwulan I 2017 (yoy). Pada triwulan I 2017, perekonomian Bangka Belitung yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 6,42% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya 4,92% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh meningkatnya seluruh kelompok pengeluaran. Sementara itu dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh tiga lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan, dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh disebabkan meningkatnya aktivitas industri logam dasar (logam timah) dan meningkatnya produksi bijih timah sebagai bahan baku logam timah serta meningkatnya industri makanan olahan. Selain itu, pertumbuhan sektor ini juga disebabkan meningkatnya perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir timah (sesuai Permen Perdagangan No.33 Tahun 2015) sehingga produksi timah yang dihasilkan perusahaan meningkat. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian meningkat disebabkan oleh meningkatnya produksi bijih timah seiring dengan terus membaiknya harga timah sejak triwulan III Lapangan usaha perdagangan dan eceran tumbuh cukup besar sejalan dengan meningkatnya permintaan saat perayaan Imlek dan Ceng Beng serta pelaksanaan event internasional MXGP. Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,05% (yoy), dan pertumbuhan ekonomi nasional 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari triwulan sebelumnya tersebut diperkirakan tetap xiv

15 berlanjut pada masa mendatang seiring dengan membaiknya harga komoditas utama Bangka Belitung yaitu timah dan CPO. Dari sisi pengeluaran, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari komponen ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi Dari sisi pengeluaran, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 adalah komponen ekspor luar negeri yang memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 16,62%, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,51% dan PMTB sebesar 1,16%. Komponen perubahan inventori dan ekspor antar daerah merupakan komponen pengeluaran yang memiliki sumber pertumbuhan yang negatif yaitu masing-masing sebesar - 0,51% dan 2,66%. Sementara untuk komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB memiliki sumber pertumbuhan sebesar 0,16% dan impor antar daerah sebesar 11,40%. II. Keuangan Pemerintah Pada triwulan I tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 23% - 29%, sementara realisasi belanja berkisar 8% - 13%, kecuali Kota Pangkalpinang yang telah mencapai 21%. Pada triwulan I tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 23% - 29%, sementara realisasi belanja berkisar 8% - 13%, kecuali Kota Pangkalpinang yang telah mencapai 22%. Pada triwulan I tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 23% - 29%, sementara realisasi belanja berkisar 8% - 13%, kecuali Kota Pangkalpinang yang telah mencapai 21%. Selain APBD, dana yang bersumber dari APBN yakni dana Dekonsentrasi hingga triwulan I 2017 terealisasi 5,02% dari pagu. Sedangkan realisasi Tugas Pembantuan 2,98% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar 3,86% dari total pagu. III. Perkembangan Inflasi Daerah Pada triwulan I 2017 inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 6,39% (yoy) menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 6,75% (yoy) yang disebabkan antara lain oleh adanya normalisasi harga tarif angkutan udara dan beberapa komoditas bahan makanan paska Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Inflasi Bangka Belitung masih berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung turun dari 6,75 (yoy) pada triwulan IV Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2017 sebesar 6,39% (yoy), atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy). Menurunnya inflasi pada periode laporan disebabkan xv

16 2016 menjadi 6,39% (yoy) pada triwukan I 2017 oleh deflasi pada kelompok volatile food dan terkendalinya inflasi administered price. Turunnya inflasi di kelompok administered price disebabkan karena adanya normalisasi tarif angkutan udara paska tingginya tiket angkutan udara saat perayaan Natal dan Tahun Baru. Secara umum inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 3,61% (yoy) dan Sumatera yang mencapai 3,92% (yoy). IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2017 tetap terjaga dan membaik, yang terlihat dari pertumbuhan positif beberapa indikator utama. Kedepan tren pertumbuhan ini akan tetap berlangsung, seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung khususnya akibat perbaikan harga komoditas utama. Pada triwulan I 2017 indikator aset, penyaluran kredit dan penghimpunan DPK perbankan mengalami pertumbuhan Kondisi stabilitas keuangan daerah masih dalam kondisi yang baik, terlihat dari aset, penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga yang tumbuh positif dan tingkat NPL yang relatif rendah. Pada triwulan I 2016 aset perbankan Bangka Belitung tumbuh sebesar 10,00% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,14% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 7,12% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,61% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan laporan didorong oleh penyaluran kredit konsumsi dan membaiknya penyaluran kredit produktif. Perbaikan penyaluran kredit ini sejalan dengan mulai membaiknya performa korporasi dan dunia usaha sehubungan dengan mulai membaiknya perekonomian domestik dan peningkatan harga komoditas global. Sementara itu, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh melambat. Penghimpunan DPK tercatat tumbuh 9,58% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 11,60% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan dan deposito. Rasio kredit bermasalah (NPL) sedikit meningkat dari 3,29% menjadi 3,42%. Loan to deposit ratio di perbankan Bangka Belitung sedikit menurun dari 93,03% pada triwulan IV 2016 menjadi 92,37% pada triwulan I Risiko korporasi cenderung tinggi, namun masih dalam Pada triwulan I 2017 penghimpunan dana pihak ketiga korporasi mengalami kontraksi sebesar 16,33% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 25,66% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit ke korporasi tumbuh sebesar xvi

17 batas aman. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2017 mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. 7,13% (yoy) dari sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,61% (yoy). Sementara NPL korporasi masih cukup tinggi yaitu sebesar 4,73% meski masih dalam batas aman dibawah 5%. Sedangkan indikator penghimpunan dana di sektor rumah tangga tumbuh sebesar 16,19% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,39% (yoy). Sementara kredit rumah tangga tumbuh melambat sebesar 10,14% dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,58% (yoy). NPL rumah tangga sebesar 1,56% masih dibawah batas aman. Perbaikan ekonomi domestik mendukung terjaganya stabilitas keuangan daerah di sektor korporasi dan rumah tangga. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit cenderung stabil yaitu sebesar 30,82% pada triwulan I 2017 dari 30,26% di triwulan IV Pertumbuhan kredit UMKM tumbuh melambat sebesar 25,58% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 28,01% (yoy) di triwulan IV Secara sektoral pangsa kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 52,56%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan I tahun 2017 sedikit meningkat menjadi sebesar 3,86% dari triwulan sebelumnya 3,73%. V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Transaksi sistem pembayaran secara umum tumbuh melambat. Transaksi non tunai melalui kliring menurun, sementara transaksi tunai mengalami net inflow paska meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun baru Untuk mendukung penyediaan uang layak edar, dilakukan kas keliling dan penukaran di perbankan. Transaksi sistem pembayaran non tunai melalui kliring tumbuh melambat menjadi sebesar13,05% (yoy). Pengedaran uang di Kepulauan Bangka Belitung tercatat net inflow pada triwulan I Inflow tercatat sebesar Rp369,85 miliar dan outflow tercatat Rp361,13 miliar. Transaksi non tunai melalui kliring selama triwulan I 2017 tumbuh melambat menjadi sebesar 13,05% (yoy) atau mencapai Rp1,93 triliun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 100,94% (yoy). Sementara itu pengedaran uang tunai pada triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp369,85 miliar dan outflow sebesar Rp361,13 miliar. Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia meningkatkan kegiatan kas keliling selama Triwulan I 2017 diberbagai kota di Belitung, Toboali, Muntok, Sungailiat dan Belinyu. Selama Triwulan I 2017, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 17 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 84 lembar. xvii

18 VI. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2017 meningkat dibandingkan Februari Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun. Inflasi pedesaan menurun dan Nilai Tukar Petani (NTP) menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2017 naik dibandingkan Februari 2016 dari 68,06% menjadi 70,35%. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan penurunan dari 6,17% pada Februari 2016 menjadi 4,46% pada Februari Peningkatan tenaga kerja terjadi pada semua sektor baik sektor primer, sektor sekunder dan sektor tersier. Pada sektor primer terdapat peningkatan di sektor pertanian dan sektor pertambangan, sementara pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha listrik gas dan air serta sektor bangunan. Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor tersier terjadi pada lapangan usaha angkutan, pergudangan, dan telekomunikasi serta sektor jasa kemasyarakatan. NTP menurun dan pedesaan turun Inflasi NTP menurun dan inflasi pedesaan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP), pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 98,69 menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 99,33. Sementara, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 2,89% (yoy) menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,95% (yoy). VII. Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya ekspor, meningkatnya investasi, dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah yang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor diperkirakan kembali meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah dan CPO. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan dalam level yang terkendali. xviii

19 Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy). Sementara secara tahunan diperkirakan perekonomian Bangka Belitung pada 2017 tumbuh pada kisaran 5,4%- 5,8% (yoy) Pada triwulan III diperkirakan berada pada kisaran 7,3%-7,7% (yoy) dan keseluruhan tahun 2017 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung memerlukan upaya dan kerja keras untuk dapat mencapai target Pemerintah 4%±1%. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4%-5,8% (yoy). Sedangkan pada triwulan III 2017 diproyeksikan berada pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy) atau diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan II Pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi swasta dan ekspor sebagai dampak membaiknya harga komoditas. Pengeluaran pemerintah khususnya terkait dengan belanja modal pada tengah tahun mulai meningkat dan diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebagai akibat pelaksanaan lelang proyek-proyek pemerintah yang lebih awal. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun Inflasi triwulan III 2017 dan keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 7,3%-7,7% (yoy) dan berada diatas target Bank Indonesia sebesar 4%±1% Beberapa risiko yang akan menimbulkan tekanan inflasi antara lain bersumber dari (i) meningkatnya biaya pendidikan untuk SD/SMP/SMA/Universitas, (ii) potensi kenaikan cukai rokok secara gradual oleh pemerintah, (iii) potensi terjadinya gagal panen beberapa komoditas hortikultura akibat tingginya curah hujan di daerah sumber pasokan yang diperkirakan akan membatasi suplai pasokan, (iv) tekanan inflasi administered prices antara lain kenaikan tarif angkutan udara, BBM, elpiji, dan tarif listrik. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi harus terus diperkuat untuk mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi volatile food. xix

20 INDIKATOR MAKRO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2016 % yoy Triwulan I 2017 % yoy 4,92 6,42 4,72 4,76 4,48 5,39-1,66 5,24 6,17 5,36-2,92 57,20 9,19-5,16 0

21 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan I 2017 meningkat terutama bersumber dari pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan ekspor dan melambatnya impor Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I 2017 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 6,42% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,92% (yoy). Kinerja pertumbuhan ekonomi ini lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Sumatera yang pada triwulan laporan sebesar 4,05% (yoy), dan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi LNPRT, konsumsi pemerintah dan ekspor serta melambatnya impor. Sementara itu dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di dorong oleh lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian. 12,500 12,000 11,500 11,000 10,500 10,000 9,500 Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara itu melalui perhitungan khusus PDRB tanpa timah dengan mengeluarkan sektor pertambangan bijih logam dan industri logam dasar maka pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tanpa timah pada triwulan I 2017 sebesar 5,08% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,48% (yoy). Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi tanpa timah pada triwulan I 2017 mengindikasikan peran sektor timah 1

22 pada perekonomian Bangka Belitung kembali meningkat yang disebabkan oleh membaiknya harga timah dunia sejak awal triwulan III Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK PDRB Dengan Timah (% yoy) PDRB Tanpa Timah (% yoy) Harga Timah (USD/Metric Ton) ,000 20,000 15, ,000 5,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 0 Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan akan meningkat dibanding triwulan I 2017 dan lebih tinggi dibanding triwulan II Pertumbuhan ditopang oleh meningkatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan meningkatnya permintaan saat Ceng Beng, puasa ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, meningkatnya ekspor timah seiring dengan meningkatnya permintaan global dan membaiknya harga timah, meningkatnya investasi swasta seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dalam memberikan kemudahan investasi, meningkatnya pengeluaran pemerintah dan kondusifnya stabilitas makro ekonomi. Sementara dari sektor perdagangan dan pariwisata diperkirakan meningkat seiring dengan penyelenggaraan even internasional triathlon Sungailiat 2017 yang diselenggarakan di bulan April PDRB Menurut Lapangan Usaha Pertumbuhan terjadi pada seluruh lapangan usaha, jasa lainnya merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 15,38% (yoy), diikuti jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 14,58% (yoy) serta industri pengolahan sebesar 10,66% (yoy). Pemilihan umum calon Gubernur Bangka Belitung yang diikuti oleh empat pasangan calon mampu meningkatkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada kedua lapangan usaha tersebut. Adapun pertumbuhan di lapangan usaha industri pengolahan salah satunya disebabkan meningkatnya perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir timah (sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No.33 tahun 2015) pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan I Hal tersebut mendorong produksi timah yang dihasilkan oleh perusahaan meningkat cukup tinggi. Struktur perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I 2017 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu : industri pengolahan (20,75%), pertanian, kehutanan, dan perikanan (19,66%), perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil, sepeda 2

23 motor (15,29%) dan pertambangan dan penggalian (11,80%). Empat lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 67,50% dari total PDRB. Grafik 1.3 Struktur PDRB Triwulan I 2017 Lain-Lain, 32.50% Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 15.29% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 19.66% Industri Pengolahan, 20.75% Pertambangan dan Penggalian, 11.80% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber utama (andil) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung triwulan I 2017 adalah lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36%, diikuti perdagangan besar-eceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 1,06%, pertanian dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian menciptakan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,79%. Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy) No Lapangan Usaha I II III IV I II III IV I II III IV I 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PERTUMBUHAN PDRB PDRB TANPA TIMAH (PDRB TANPA PERTAMBANGAN BIJIH LOGAM DAN INDUSTRI LOGAM DASAR) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 2,99% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya 3,15% (yoy). Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan disebabkan oleh menurunnya 3

24 produksi perkebunan dan terjadinya perubahan musim sebagai efek perubahan iklim yang terjadi secara global, cuaca yang kurang kondusif, serta harga lada yang belum membaik. Grafik 1.4 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,400 2,300 2,200 2,100 2,000 1,900 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.5 Perkembangan Curah Hujan Grafik 1.6 Perkembangan Harga Karet Internasional Curah Hujan Hari Hujan (RHS) USD/kg I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1.7 Perkembangan Harga CPO Internasional Grafik 1.8 Perkembangan Harga Lada Internasional 1, USD/Mt MYR/100 k Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Pada Triwulan II 2017 diperkirakan lapangan usaha pertanian akan meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga CPO dan karet yang menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut. Demikian pula, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya areal sawah padi dan luas panen sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan 4

25 di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Beberapa program pemerintah daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian antara lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa dan optimalisasi bendungan air. Pada triwulan I 2017, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Bangka Belitung meningkat tajam sebesar 10,66% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,82% (yoy). Meningkatnya lapangan usaha ini disebabkan meningkatnya perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir timah (sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No.33 tahun 2015) pada triwulan I 2017 dibandingkan triwulan I Sehingga produksi timah yang dihasilkan oleh perusahaan meningkat cukup tinggi hingga mendorong pertumbuhan pada lapangan usaha industri pengolahan. Selain itu, meningkatnya industri makanan olahan juga menjadi faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha ini. Grafik 1.9 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan 2,900 2,800 2,700 2,600 2,500 2,400 2,300 (% yoy dan qtq) Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan II 2017, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali meningkat sejalan dengan meningkatnya industri logam timah dan produk berbasis timah seiring dengan bertambahnya perusahaan yang terdaftar sebagai eksportir timah serta industri makanan seiring dengan meningkatnya konsumsi pada Ramadhan dan Idul Fitri serta meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. 5

26 Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor mengalami peningkatan pertumbuhan. Lapangan usaha ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 7,54% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,39% (yoy). Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan meningkatnya permintaan saat perayaan Ceng Beng dan pelaksanaan event internasional MXGP sehingga mendorong peningkatan aktivitas perdagangan. Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,800 1,750 1,700 1,650 1,600 1,550 1,500 1,450 1,400 1,350 Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Aktivitas perdagangan yang meningkat juga ditunjukkan oleh jumlah pendaftaran kendaraan baru roda 2 yang pada triwulan ini meningkat. Pertumbuhan kendaraan baru roda 2 meningkat tajam sebesar 83,87% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 39,95% (yoy). Sementara pertumbuhan kendaraan roda 4 pada triwulan ini masih mengalami kontraksi sebesar 12,25% (yoy) lebih dalam dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 7,32% (yoy). 1,800 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 1.11 Kendaraan Baru (roda 4) Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 2) 80 18,000 Jml Kendaraan Roda 4 (unit) % yoy 16, , , ,000 8, , ,000 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Jml Kendaraan Roda 2 (unit) % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan II 2017, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor diperkirakan akan tumbuh meningkat. Lapangan usaha 6

27 perdagangan tumbuh meningkat seiring dengan momen perayaan bulan puasa dan Hari Raya Idul Fitri, serta event Internasional Triathlon Sungailiat. Sementara penjualan kendaraan sedikit meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebagai dampak pengurangan suku bunga kredit perbankan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada triwulan ini tumbuh sebesar 5,81% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,72% (yoy). Perbaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi bijih timah seiring dengan mulai membaiknya harga timah. Peningkatan produksi timah tersebut mendorong peningkatan ekspor timah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.13 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian 1,700 1,650 1,600 1,550 1,500 1,450 Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.14 Produksi dan Harga Timah Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Penjualan Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ($ Metric ton) LHS ,000 9, , , ,000 5, , ,000 2, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT. Timah Tbk dan Bloomberg USD/Mton 24,000 23,000 22,000 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 14,000 13,000 Grafik 1.15 Harga Timah BKDI VS LME LME BKDI I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: Bloomberg, Pada triwulan II 2017, sektor pertambangan yang berbasis timah diperkirakan juga meningkat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan terus membaik didorong oleh mulai membaiknya perekonian global dan meningkatnya permintaan global sehingga mendongkrak harga timah internasional dan meningkatnya permintaan timah. Selain itu, mulai 7

28 beroperasinya beberapa smelter yang mulai memenuhi ketentuan Permendag No.33/M.DAG/PER/5/2015 mendorong pertumbuhan pada lapangan usaha ini. Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi sedikit melambat yaitu menjadi 5,21% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,48% (yoy). Melambatnya lapangan usaha konstruksi sejalan dengan dengan masih rendahnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan swasta di awal tahun. Pertumbuhan di lapangan usaha konstruksi menurun seiring dengan masih sedikitnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan pembangunan gedung-gedung swasta yang terkonfirmasi dari permintaan semen di Bangka Belitung yang menurun. Indikator penggunaan semen secara tahunan pada triwulan I 2017 menunjukkan kontraksi mendalam sebesar 21,19% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 4,36% (yoy). Grafik 1.16 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi Grafik 1.17 Konsumsi Semen Bangka Belitung 1,200 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Realisasi Pengadaan yoy (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Pada triwulan II 2017, lapangan usaha konstruksi diperkirakan sedikit meningkat sejalan dengan mulai adanya realisasi dana-dana APBN dan APBD untuk proyek-proyek pemerintah. Selain itu proyek-proyek pembangunan swasta seperti hotel, rumah sakit, dan gedung kantor sudah mulai terealisasikan pada triwulan II termasuk penyelesaian proyekproyek multi years. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan melambat pada triwulan I Lapangan usaha ini tumbuh meningkat sebesar 4,23% (yoy) dari 3,97% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha ini meningkat seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bangka Belitung terkait adanya even internasional MXGP dan peningkatan lapangan usaha transportasi seiring dengan mulai beroperasinya bandar udara Depati Amir yang baru. Sementara, peningkatan pertumbuhan pada lapangan usaha pergudangan lebih disebabkan meningkatnya kegiatan 8

29 pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat saat perayaan Ceng Beng. Dari sisi transportasi, arus penumpang angkutan laut di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan secara tahunan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah kedatangan melalui angkutan laut meningkat sebesar 18,89% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 36,05% (yoy). Sementara jumlah keberangkatan menurun sebesar 62,75% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 36,52% (yoy). Sementara penumpang angkutan udara tumbuh sebesar 6,63% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,87% (yoy). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan mengalami peningkatan. Arus bongkar pelabuhan tumbuh melambat sebesar 164,23% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 175,09%. Sementara aktivitas muat di pelabuhan tumbuh sebesar 61,29% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 23,73% (yoy). Grafik 1.18 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah , , , , , , , ,000 - Grafik 1.19 Arus Penumpang Angkutan Udara Kedatangan Keberangkatan Total % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Laut 60, Kedatangan Pergi % Datang % Pergi 50, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah 9

30 Grafik 1.21 Arus Bongkar Muat 800,000 Bongkar Muat % Bongkar % Muat , , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Pada triwulan II 2017, lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan barang dan arus mudik masyarakat saat bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas dan produksi es tumbuh sebesar 1,20% (yoy) tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 15,72% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan masih relatif sedikitnya proyek-proyek listrik pada awal tahun. Namun demikian, berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan I 2017 masih tumbuh sebesar 17,06% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,85% (yoy). Sementara jumlah pelanggan mengalami pertumbuhan yaitu meningkat dari 5,55% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 5,86% (yoy). Pada triwulan II 2017, lapangan usaha ini diperkirakan tumbuh sejalan dengan meningkatnya pemasangan baru pada perumahan-perumahan baru baik listrik yang bersubsidi maupun komersial dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya energi. Grafik 1.22 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.23 Penjualan Listrik Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy) 300,000, ,000, ,000, ,000, ,000, ,000, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah 10

31 Grafik 1.24 Pelanggan Listrik Pelanggan Pelanggan (% yoy) 1,400, ,200, ,000, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum tumbuh sebesar 9,28% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,96% (yoy). Meningkatnya lapangan usaha ini disebabkan meningkatnya permintaan penyediaan makan minum saat perayaan Ceng Beng dan adanya even internasional MXGP. Jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung pada triwulan I 2017 sebanyak orang, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak orang. Kunjungan wisatawan pada triwulan ini seiring dengan perayaan Ceng Beng dan adanya event internasional MXGP. Jika dilihat secara tahunan pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung di Bangka Belitung pada triwulan I 2017 meningkat tajam sebesar 27,59% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 1,17% (yoy). Sejalan dengan itu, tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami peningkatan di triwulan I 2017 dari 40,47% menjadi 41,30%. Pada triwulan II 2017, lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) terutama oleh instansi pemerintah. Selain itu, peningkatan lapangan usaha ini juga sejalan dengan adanya even internasional Triathlon Sungailiat dan liburan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.25 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.26 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan 90, ,000 Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK (RHS) , , , , ,000 20, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

32 Lapangan usaha non-dominan lainnya yakni lapangan usaha jasa lainnya dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan pada periode laporan. Lapangan usaha jasa lainnya tumbuh sebesar 15,38% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,00% (yoy). Sementara jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh signifikan sebesar 14,58% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,55%. Pemilihan umum calon Gubernur Bangka Belitung yang diikuti oleh 4 pasangan calon mampu meningkatkan pertumbuhan yang cukup tinggi pada dua lapangan usaha tersebut. 1.2 PDRB Menurut Pengeluaran Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) P E N G G U N A A N I II III IV I II III IV I II III IV I 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (1.66) Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (26.75) (19.17) (40.31) (6.40) (37.98) 6. Ekspor Luar Negeri (37.77) (22.29) (1.95) (2.92) Impor Luar Negeri (5.16) 8. Net Ekspor Antar Daerah (60.69) (32.54) (11.89) (10.92) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan terjadi pada beberapa komponen pengeluaran, kecuali pada perubahan inventori dan impor luar negeri yang mengalami kontraksi masingmasing sebesar 37,98% (yoy) dan 5,16% (yoy). Faktor penyebab menurunnya perubahan inventori dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan luar negeri yang sedang kondusif sementara produksi yang dihasilkan tidak mencukupi permintaan. Selain itu, pasokan dari luar daerah untuk memenuhi permintaan domestik menurun sehingga persediaan menurun. Sementara itu, penurunan impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB adalah turunnya impor barang modal. Komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah ekspor luar negeri sebesar 57,20% (yoy) diikuti oleh komponen Lembaga Non Profit sebesar 5,39% (yoy) dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,24% (yoy). Jika dilihat dari struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan I 2017, komponen pengeluaran didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa tertinggi sebesar 57,14%, diiukuti oleh ekspor luar negeri sebesar 31,27%, PMTB sebesar 25,52%, dan komponen pengeluaran pemerintah sebesar 9,69%. Sementara impor 12

33 luar negeri dan net ekspor antar daerah yang menjadi pengurang PDRB memberikan kontribusi masing-masing sebesar 2,42% dan 22,49%. Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017, komponen ekspor luar negeri memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 16,62%, Pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,51%, dan PMTB sebesar 1,16%. Komponen perubahan inventori dan ekspor antar daerah merupakan komponen pengeluaran yang memiliki sumber pertumbuhan yang negatif yaitu masing-masing sebesar -0,51% dan -2,66%. Sementara untuk komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB memiliki sumber pertumbuhan sebesar -0,16%, sedangkan impor antar daerah memiliki sumber pertumbuhan sebesar 11,40%. Konsumsi rumah tangga tumbuh 4,76% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya 4,72% (yoy). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat disebabkan adanya perayaan Imlek, Ceng Beng dan adanya event olah raga berskala internasional MXGP. Pada triwulan II 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan sedikit meningkat dibandingkan triwulan I Peningkatan konsumsi rumah tangga disebabkan meningkatnya permintaan saat perayaan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan kembali meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi yang akan datang serta mulai membaiknya daya beli masyarakat sejalan dengan membaiknya harga komoditas. Grafik 1.27 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 6, , , , , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 13

34 Grafik 1.28 Likert Scale Konsumsi RT Grafik 1.29 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Likert Scale Konsumsi Rumah Tangga (PDRB & yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Likert Scale Ekspor Domestik I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber Grafik 1.30 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.31 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Konsumsi pemerintah mengalami peningkatan. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh sebesar 5,24% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar dari 1,66% (yoy). Peningkatan konsumsi pemerintah disebabkan adanya pemilihan calon Gubernur Bangka Belitung yang diikuti oleh 4 pasangan calon dan adanya penyerapan anggaran di awal tahun sejalan dengan beberapa proyek pemerintah yang telah dilaksanakan lebih awal. Pada triwulan II 2017, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh dibanding triwulan sebelumnya sesuai siklusnya dimana penyerapan di awal tahun masih relatif terbatas, namun cenderung lebih tinggi dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya sejalan dengan pelaksanaan lelang beberapa proyek pemerintah lebih awal. Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Pemerintah 1,400 1,200 1, Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (0.23) (14.56) 2.24 (1.66) I II III IV I II III IV I II III IV I 5.24 (8.56) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah

35 Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,36% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,17% (yoy). Investasi tumbuh melambat karena pada awal tahun kegiatan investasi pemerintah dan swasta masih relatif sedikit. Kegiatan investasi bangunan dan non-bangunan yang dilakukan untuk mendukung kapasitas produksi perusahaan antara lain berupa penambahan fasilitas dan peralatan pendukung. Sementara investasi pemerintah baik dalam bentuk bangunan dan non-bangunan terkait dengan realisasi anggaran pemerintah. Pertumbuhan PMTB disebabkan adanya pekerjaan pembangunan konstruksi seperti pelebaran jalan dan perbaikan jalan, pembangunan talud, rumah sakit, gedung pemerintah, tempat ibadah, dan perumahan. Pertumbuhan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong kemudahan berusaha. Pada triwulan II 2017, diperkirakan kegiatan investasi pemerintah dan swasta mulai meningkat. Kegiatan investasi bangunan dan non bangunan yang dilakukan untuk mendukung kapasitas produksi perusahaan antara lain berupa penambahan fasilitas dan peralatan pendukung. Sementara investasi pemerintah baik dalam bentuk bangunan dan nonbangunan terkait dengan realisasi anggaran pemerintah. Grafik 1.33 Perkembangan PMTB Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 3, , , , , (0.50) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 15

36 Grafik 1.34 Likert Scale Investasi Grafik 1.35 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Likert Scale I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Kapasitas Utilisasi Investasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Investasi PMTB (% yoy RHS) Sumber : Bank Indonesia SKDU Ekspor luar negeri mengalami peningkatan signifikan sebesar 57,20% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,92% (yoy). Peingkatan ekspor disebabkan tingginya permintaan dari luar negeri akan produk yang dihasilkan seperti logam timah dan crumb rubber. Perbaikan harga komoditas dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan kondisi global yang mulai membaik mendorong kenaikan ekspor. Tumbuhnya penjualan logam timah mendorong surplus ekspor pada triwulan ini. Selain itu komoditas lainnya seperti CPO dan karet ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Membaiknya ekspor sejalan dengan membaiknya harga komoditas terutama timah sejak triwulan III Berdasarkan data Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) yang diterbitkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa timah masih menjadi komoditas dengan pangsa ekspor terbesar secara nilai yakni 80,75% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Total ekspor triwulan I 2017 tumbuh signifikan sebesar 146,16% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,13% (yoy). Pada triwulan II 2017, trend peningkatan ekspor diperkirakan masih akan berlanjut seiring dengan peningkatan produksi timah dan masih baiknya harga timah. Membaiknya permintaan global lebih lanjut akan meningkatkan ekspor Bangka Belitung. 16

37 Grafik 1.36 Perkembangan Ekspor Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 10, , ,000 7, , ,000 (1.95) , (22.29) (2.92) 3, (1.63) 2, , (37.77) (37.54) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.37 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah 700, , , , , , ,000 0 Nilai (Ribu USD) Volume (Ton) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.38 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Likert Scale Ekspor Grafik 1.39 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Italia, 0.99 Belanda, Germany, 0.39 USA, 6.96 Malaysia, 0.63 Singapura, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia SKDU Taiwan, 6.61 RRC, 3.88 Pakistan, 1.70 Korea Selatan, India, 5.63 Jepang, 8.27 Vietnam, 0.82 Impor luar negeri mengalami kontraksi sebesar 5,16% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 9,19% (yoy), sementara net ekspor antar daerah meningkat signifikan sebesar 118,29% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 10,92% (yoy). Penurunan impor luar negeri pada triwulan ini didorong oleh menurunnya impor barang modal. Pada triwulan II 2017, impor diperkirakan akan meningkat sejalan dengan mulai banyaknya realisasi proyek-proyek infrastruktur di tengah tahun. Grafik 1.40 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (8.50) (5.16) ( (14.63) (25.85) I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.41 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung 0-1,000-2, Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) , , (11.89) -5, (60.69) (10.92) -6,000 (9.40) ,000 (32.54) (57.82) -8, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 17

38 Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh meningkat, dari 4,48% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 5,39% (yoy) di triwulan I Pengeluaran konsumsi LNPRT disebabkan adanya event berskala internasional MXGP yang mendorong terjadinya peningkatan aktivitas organisasi olahraga seperti KONI dan lembaga non profit pendukungnya. Disamping itu adanya Pilkada serentak yang meningkatkan kegiatan partaipartai politik, dan perayaan Hari Besar Keagamaan seperti Imlek dan Ceng Beng. Pada triwulan II 2017, diperkirakan konsumsi LNPRT meningkat yang disebabkan adanya kegiatan keagamaan seperti puasa Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri serta event Triathlon Sungailiat. Grafik 1.42 Perkembangan Konsumsi LNPRT Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) I II III IV 0.12 I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara inventori mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 37,98% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 6,40% (yoy). Penurunan perubahan inventori ini dipengaruhi oleh aktivitas perdagangan luar negeri yang sedang kondusif sementara produksi yang dihasilkan tidak mencukupi permintaan. Selain itu, pasokan dari luar daerah untuk memenuhi permintaan domestik pada triwulan ini menurun sehingga persediaan di triwulan ini menurun. Pada triwulan II 2017, inventori akan meningkat terutama untuk kebutuhan stok menjelang perayaan bulan suci Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Grafik 1.43 Perkembangan Inventori Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (6.40) (19.17) (40.31) (26.75) (37.98) (63.91) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 18

39 Suplemen A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan I 2017 Meningkat Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan I 2017 Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan I 2017 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan triwulan I 2017 menunjukkan optimisme yakni sebesar 114,56 yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan indeks 103,06. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan masih optimis yakni sebesar meningkat dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 109,40. Seluruh komponen pembentuk IEK meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Indeks ekspektasi konsumen pada kegiatan usaha enam bulan mendatang meningkat dari 110,17 pada Tw IV 2016 menjadi dan indeks ekspektasi konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang meningkat dari 112,20 pada Tw IV 2016 menjadi 137,39 serta indeks ekspektasi konsumen terhadap perkiraan ketersediaan lapangan kerja juga meningkat dari pada Tw IV 2016 menjadi pada Tw I Selanjutnya, Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar menunjukkan optimism. Nilai tersebut meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang menunjukan pesimisme dengan indeks Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan indeks pada komponen penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu dari 108,00 menjadi 115,26 dan indeks komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan enam bulan lalu meningkat meski masih menunjukkan pesimisme yaitu dari 80,83 menjadi Perkembangan IKK 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulan I Triwulan I 2017 *) Indeks >100 menunjukkan optimisme, < 100 pesimis dan 100 kondisi yang sama 19

40 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan I 2017 menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama triwulan I 2017, posisi terendah IKK berada pada bulan Januari yaitu sebesar Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, meningkatnya rata-rata IKK pada triwulan I 2017 ditopang oleh meningkatnya seluruh komponen pembentuk IKE dan IEK dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulan I 2012 Triwulan I 2017 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu cenderung meningkat dan masih pada level optimisme menjadi pada triwulan I 2017 dari triwulan sebelumnya Sementara itu, optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini meningkat menjadi pada triwulan I 2017 dari triwulan sebelumnya 112,20. Hal tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kinerja ekonomi yang meningkat dan berdampak pada omset usaha, gaji/upah dan pendapatan. Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan I

41 Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan I 2017 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan I 2017 masih menunjukkan adanya pesimisme konsumen meski sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat, pada triwulan I 2017 sebesar 89,95 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 80,83. Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi membaiknya perekonomian domestik seiring dengan meningkatnya harga komoditas dan volume ekspor. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan menunjukkan peningkatan dan menunjukkan optimisme yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang akan datang yaitu sebesar , lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 105,83. Meningkatnya optimisme pertumbuhan ekonomi ke depan sejalan dengan perkiraan adanya peningkatan ekpor komoditas unggulan seperti timah, CPO, dan karet seiring dengan membaiknya harga komoditas serta meningkatnya UMP tahun Peningkatan harga komoditas yang diiringi dengan peningkatan ekspor mendorong peningkatan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas utilisasi perusahaan dan menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan 21

42 Suplemen B. MENDORONG STRATEGI KEBIJAKAN DIVERSIFIKASI SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH UNTUK MENJAGA MOMENTUM PERBAIKAN EKONOMI NASIONAL 1. Sumber Utama Pertumbuhan Ekonomi Daerah A. Prioritas Pembangunan Bangka Belitung Tahun yaitu: Terdapat 14 (empat belas) prioritas pembangunan Bangka Belitung pada tahun ) Pembangunan ekonomi dan sumber daya alam - Peningkatan Produksi produk potensi ekonomi lokal - Peningkatan peluang dan kemudahan berinvestasi - Peningkatan produksi sektor pertanian - Pengembangan daya tarik dan pembangunan Destinasi Wisata - Peningkatan Kualitas Lingkungan 2) Pembangunan infrastruktur kewilayahan - Penurunan Disparitas Pembangunan antar wilayah - Pembangunan dan Pengembangan Infrastruktur 3) Pembangunan Sosial Budaya dan Pemerintahan - Peningkatan Produktifitas Tenaga Kerja - Penurunan Tingkat Pengangguran - Peningkatan Pelayanan Pendidikan - Peningkatan Pelayanan Kesehatan - Peningkatan Pembangunan Berdemokrasi - Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik dan Bersih - Mitigasi dan Tanggap Darurat Bencana B. Pembangunan Tematik Spasial Provinsi Bangka Belitung 1) Kota Pangkal Pinang - Sektor Unggulan: Perdagangan/Jasa, Pariwisata dan Industri Pengolahan - Prioritas: Penurunan Pengangguran dan Penurunan Kemiskinan 2) Kabupaten Bangka - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, Pariwisata dan Industri Pengolahan - Prioritas: Penurunan Pengangguran dan Penurunan Kemiskinan 22

43 3) Kabupaten Bangka Tengah - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, Perdagangan dan Industri Pengolahan - Prioritas: Pengangguran, Kemiskinan, Pendidikan dan Ekonomi 4) Kabupaten Bangka Barat - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, pariwisata dan Industri Pengolahan - Prioritas: Pengangguran, Pendidikan dan Kesehatan 5) Kabupaten Bangka Selatan - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, pariwisata dan Perikanan - Prioritas: Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan kesehatan 6) Kabupaten Belitung - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, Pariwisata, Industri Pengolahan & Perikanan - Prioritas: Kemiskinan 7) Kabupaten Belitung Timur - Sektor Unggulan: Pertanian/Perkebunan, pariwisata dan Perikanan - Prioritas: Pertumbuhan Ekonomi, Pendidikan dan kesehatan C. Peta Sektoral Pengembangan Kawasan di Babel Pusat Pertumbuhan Ekonomi Baru setiap wilayah telah disusun dan tercantum dalam Rencana Tata Ruang dan Wilayah (RTRW) dan menyesuaikan dengan keunggulan daerah. 23

44 2. ANALISIS UPAYA PENGEMBANGAN SUMBER PERTUMBUHAN EKONOMI BARU SERTA DAMPAKNYA BAGI PEREKONOMIAN DAERAH Sektor pariwisata adalah salah satu sektor alternatif yang diharapkan dapat menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru di Bangka Belitung yang selama ini lebih dikenal dengan negeri penghasil Timah terbesar di Indonesia dan Kedua terbesar di Dunia. Salah satu unggulan sektor pariwisata yang tengah naik daun adalah pariwisata Pulau Belitung yang semakin dikenal setelah booming-nya film laskar pelangi pada tahun Untuk mendorong peningkatan wisatawan domestik dan asing, Pemprov, Pemerintah Pusat dan swasta mengembangkan suatu kawasan terintegrasi yang diharapkan dapat menjadi ikon dan lokomotif pariwisata Babel yaitu Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang. A. Rencana dan Progress Pengembangan Pengembangan KEK Tj. Kelayang akan diintegrasikan dengan berbagai infrastruktur terkait lainnya sehingga hasil yang akan dicapai dapat terintegrasi dan saling mendukung. Anggaran 5 (lima) tahun pertama diperkirakan mencapai 580 Miliar. 24 B. Progres Pengembangan hingga saat ini 1) Homestay - Proses pembebasan lahan seluas 7528 m2 sudah rampung - Tanah tersebut mampu untuk dibuat 64 unit homestay - Proses sertifikasi lahan sedang dalam pengerjaan - Proses penunjukan developer lokal Belitung - Sedang menunggu design homestay dari Kementrian Pariwisata

45 2) Geopark - Penandatanganan Dharmawangsa sebagai Strategic Partner Geopark Belitung - Dharmawangsa dan Geopark akan membentuk komite bersama untuk mengembangkan GeoCycling Belitung 3) Solar Power Plant untuk KEK - LoI antara BUMD, Dharmawangsa dan Korean Electric Company - Kunjungan delegasi Kepco ke Belitung pada 22 Februari 2017 untuk bertemu dengan Bupati dan PLN regional Belitung 4) Konservasi Penyu Belitung - Pembangunan fisik sudah 100% 5) Beachfront Camping Belitung - Proses pembebasan lahan sudah beres - Proses land clearing sudah beres 6) Shipwreck Diving - Pendataan titik-titik koordinat shipwreck bersama dengan tim penyelam lokal C. Kendala dan Tantangan Pengembangan KEK Tanjung Kelayang 1) Dikeluarkannya Bandara Hanandjoedin dari Proyek Strategis Nasional 2) Penggantian anggota konsorsium PT. Belitung Pantai Intan (Pengembang KEK) 3) Progres pembangunan yang dinilai lambat Mengingat pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata Tanjung Kelayang Belitung ini dapat menjadi salah satu alternatif pertumbuhan ekonomi baru utama yang menjanjikan dan dapat menciptakan dampak positif yang ber-multiplier efek yang luas bagi pelaku ekonomi setempat, diperlukan kerjasama dan keterbukaan antara pihak terkait pembangunan proyek baik pihak swasta maupun pemerintah daerah sehingga kendala dan hambatan yang ada dapat segera dimitigasi serta progress pembangunan terus berjalan. 25

46 C. ASESMEN KETERSEDIAAN HARD & SOFT INFRASTRUKTUR PENDUKUNG 1. Ketersediaan Hard & Soft Infrastruktur Pertumbuhan Ekonomi Baru Secara Umum (Investasi) Bangka Belitung memiliki ketersediaan infrastruktur yang relatif memadai untuk membangun dan mengembangkan daerah-daerah pertumbuhan ekonomi baru diberbagai wilayah Kabupaten/Kota diantaranya: a. Hard dan Soft Infrastruktur b. Infrastruktur Listrik (rencana kelistrikan Bangka Belitung ) Kelistrikan menjadi prioritas utama dalam pengembangan daerah ekonomi baru termasuk dalam mengundang investor luar untuk berinvestasi sektor riil. Karenanya, pemenuhan dan peningkatan kesediaan energi terus dilakukan. 26

47 2. Ketersediaan Hard & Soft Infrastruktur Pertumbuhan Ekonomi Baru dalam mendukung KEK Tanjung Kelayang Dalam mendukung pembangunan proyek strategis ini, beberapa infrastruktur tengah diupayakan diantaranya adalah: Infrastruktur fisik tidaklah cukup untuk menarik lebih banyak investor dan UMKM lokal dalam menunjang pengembangan proyek, berikut beberapa kebutuhan soft infrastruktur dan Insentif yang diperkirakan dapat mendukung dan memperlancar percepatan proyek unggulan utama pertumbuhan ekonomi Babel tersebut: Kemudahan yang diharapkan antara lain : Kantor imigrasi (perpanjangan izin tinggal, point of entry, dll) Work permit asing (tenaga ahli dan tenaga professional dalam kawasan) konsistensi terkait RTRW dan RDTR, berikut dengan penegakan hokum Kelancaran kepengurusan administrasi/sertifikasi lahan (pemecahan sertifikat, terkait kelancaran transaksi jual beli demi kepuasan konsumen) Kemudahan administrasi logistic barang Keringanan yang diharapkan antara lain : Pajak badan bagi pelaku usaha dalam kawasan Pajak badan bagi UKM lokal pendukung aktivitas kawasan Kemudahan pendanaan bagi UKM lokal pendukung kawasan Bea cukai (bahan baku makanan, minuman, peralatan dan perlengkapan yang mendukung aktivitas pariwisata di dalam kawasan 27

48 D. DUKUNGAN DANA DARI PEMERINTAH PUSAT KEPADA PEMERINTAH DAERAH BANGKA BELITUNG SERTA KINERJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH. Dukungan dari Pemerintah Pusat baik dalam bentuk kebijakan yang sesuai maupun pembiayann sangat ditentukan dalam pembangunan daerah. Dana yang disalurkan tersebut perlu digunakan secara bijak, efektif dan efisien oleh Pemerintah Daerah yang fokus pada program-program utama dan unggulan yang berdampak pada kesejahteraan secara luas. Selain itu, sebagian dana dapat dialokasikan untuk mendukung sumbersumber pertumbuhan ekonomi baru sebagai agenda reformasi struktural yang diperkirakan dapat memberikan economic sustainability serta berdampak positif yang luas bagi masyarakat Babel di masa yang akan datang. Berikut beberapa data dan informasi kinerja Pemerintahan Daerah dalam memanfaatkan anggaran dari Pemerintah Pusat termasuk Dukungan dana pada tahun ) Realisasi Belanja APBN DAN APBD (Dalam Miliar) 2) Alokasi Dana Transfer dan Dana Desa Tahun 2017 NO 2) DAERAH Suplemen C. DANA BAGI HASIL PAJAK DANA BAGI HASIL SDA DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS FISIK GROWT DANA ALOKASI KHUSUS NON FISIK DANA INSENTIF DAERAH DANA OTSUS DAN KEISTIMEWAAN DIY (dalam ribuan Rupiah) DANA DESA 1 PROVINSI BANGKA BELITUNG 55,808, ,020, ,035,119, ,355, ,364, ,666,667, KABUPATEN BANGKA 25,525, ,300, ,973, ,067, ,846, ,215, ,955, ,884, KABUPATEN BELITUNG 17,959, ,419, ,789, ,092, ,094, ,711, ,381, ,447, KOTA PANGKALPINANG 24,100, ,355, ,406, ,100, ,845, ,808, KABUPATEN BANGKA SELATAN 17,923, ,738, ,500, ,297, ,575, ,454, ,489, KABUPATEN BANGKA TENGAH 15,255, ,704, ,875, ,301, ,822, ,833, ,792, KABUPATEN BANGKA BARAT 30,923, ,045, ,274, ,697, ,889, ,353, ,947, ,131, KABUPATEN BELITUNG TIMUR 20,003, ,810, ,706, ,745, ,494, ,088, ,849, JUMLAH 207,499, ,393, ,285,645, ,657, ,933, ,280, ,661, ,583,070, JUMLAH 28

49 Suplemen C. GROWTH DIAGNOSTIC PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Identifikasi Hambatan-Hambatan Pertumbuhan Ekonomi Inklusif Untuk Mendukung Kebijakan Reformasi Struktural 1 Perekonomian Bangka Belitung yang didominasi oleh sektor industri pengolahan dan pertambangan khususnya timah rentan terhadap fluktuasi harga komoditas. Untuk meningkatkan daya tahan dan mendorong investor serta menciptakan pertumbuhan ekonomi baru maka perlu dilakukan reformasi struktural. Agar strategi pembangunan dapat sesuai dengan sasaran, maka perlu dilakukan kajian tentang faktor-faktor penghambat pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini menggunakan pendekatan growth diagnostic (Hausman, Rodrik, dan Velasco, 2005) untuk menganalisis hambatan utama dalam perekonomian Bangka Belitung. Penelitian ini juga diperkuat dengan model Computable General Equilibrium (CGE)-INDOTERM untuk melakukan simulasi kebijakan. Hasil penelitian mengidentifikasikan bahwa hambatan utama di Bangka Belitung adalah masalah hilirisasi timah, pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata Tanjung Kelayang, peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan rata-rata lama sekolah, pembangunan jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera, pembangunan dan perluasan bandara Depati Amir, dan peningkatan kapasitas listrik memberikan dampak total sebesar 1,61% terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dan 1,57% terhadap peningkatan kesempatan kerja. Hasil penelitian memberikan rekomendasi bahwa reformasi struktural di Bangka Belitung perlu diprioritaskan pada strategi diversifikasi produk melalui hilirisasi timah, pembangunan KEK Pariwisata, pembangunan infrastruktur dan konektivitas, serta pembangunan sumber daya manusia. 1. Hambatan Utama Bangka Belitung memiliki permasalahan rendahnya tingkat pengembalian aktivitas ekonomi, yakni kualitas tenaga kerja yang relatif rendah. Rendahnya kualitas sumber daya manusia di Bangka Belitung tercermin dari tingkat pendidikan tenaga kerja di Bangka Belitung yang didominasi lulusan SD atau di bawahnya. Proporsi angkatan kerja lulusan SD memiliki pangsa sebesar 50,5% terhadap total angkatan kerja. Persentase tersebut di atas Nasional (49,98%) dan lebih tinggi dari Sumatera Selatan (49,98%), Riau (39,25%) dan Aceh (35,59%). Angka rata-rata lama sekolah di Bangka Belitung adalah 7,35 tahun pada tahun 2014, lebih rendah dibandingkan rata-rata nasional sebesar 7,84 tahun. Angka tersebut menunjukkan bahwa secara rata-rata, penduduk usia dewasa belum menyelesaikan 1 Peneliti : Rendha Prasetya Kuswono, Analis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,

50 pendidikan usia wajib Sembilan tahun. Rendahnya tingkat pendidikan serta ketergantungan akan sektor pertambangan menjadi kendala jika akan mengembangkan potensi ke sektor lainnya. Permasalahan sumber daya manusia di Bangka Belitung lainnya antara lain Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang masih dibawah nasional, rasio jumlah sekolah terhadap jumlah penduduk masih rendah, produktivitas tenaga kerja masih rendah dan Upah Minimum Provinsi yang tinggi. Kondisi ini menyebabkan daya saing Bangka Belitung rendah (ACI, 2015) 2. Untuk meningkatkan daya saing terutama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi, provinsi Bangka Belitung perlu melakukan akselerasi pembangunan modal manusia. Grafik C.1 Lama Usia Sekolah Provinsi Bangka Belitung Grafik C.2 Perbandingan Pendidikan Tenaga Kerja Sumber : BPS Dari sisi infrastruktur, Bangka Belitung masih terdapat keterbatasan antara lain belum tersedianya Bandar Udara yang cukup memadai terutama dari kapasitas penumpang, kapasitas apron, panjang landas pacu, dan bandara belum berstatus internasional menjadi kendala dalam pengembangan pariwisata di Bangka Belitung (Tan, Khee Giap, 2014) 3. Sementara itu, dari sisi infrastruktur supply listrik juga masih memiliki keterbatasan. Supply listrik di Bangka Belitung hanya mampu mencukupi kebutuhan sektor rumah tangga, untuk sektor industri masih terbatas. Kondisi ini menjadi pertimbangan bagi investor yang ingin berinvestasi di Bangka Belitung. Sementara secara konektivitas juga masih menjadi kendala, letak geografis Bangka Belitung yang merupakan daerah kepulauan sehingga menyebabkan konektivitas dengan daerah lain di Sumatera mengalami keterbatasan. Jalur transportasi dari dan ke provinsi lain hanya dapat dilalui melalui jalur laut dan udara yang sangat bergantung pada kondisi cuaca dan tinggi gelombang. Rendahnya konektivitas menimbulkan biaya logistik tinggi dan 2 Berdasarkan survey Asia Competitiveness Institute tahun 2015 bahwa daya saing Bangka Belitung berada di peringkat ke-31 dari 33 provinsi. 3 Tan, Khee Giap., 2014., Annual Competitiveness and Development Strategies for 33 Indonesian Provinces. World Scientific 30

51 membuat investor enggan melakukan investasi (Tan, Khee Giap. 2013) 4. Oleh karena itu, untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan memperlancar arus distribusi barang dan jasa maka diperlukan adanya konektivitas antara Pulau Bangka dan Pulau Sumatera melalui pembangunan jembatan yang menghubungkan antara kedua pulau tersebut. Jembatan ini rencana akan di bangun di Desa Permis, Bangka Selatan, sementara ujung jembatan di Sumatera Selatan akan dibangun di Ogan Komering Ilir, total panjang jembatan diperkirakan sepanjang 13,5 Km. Dengan adanya jembatan maka konektivitas antar provinsi di Sumatera akan lebih baik dan akan memperlancar arus distribusi barang dan jasa. Selain itu, adanya jembatan tersebut juga akan meningkatkan jumlah wisatawan dan aktivitas perdagangan. Selanjutnya dalam rangka pengembangan pariwisata di Belitung, Tanjung Kelayang telah ditetapkan sebagai KEK Pariwisata berdasarkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2016 tanggal 15 Maret 2016 tentang Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Tanjung Kelayang. Dengan penetapan tersebut maka akan tercipta pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru. KEK Tanjung Kelayang memiliki luas 324,4 Ha. Pengembangan KEK Tanjung Kelayang ini diharapkan dapat mendorong pengembangan sektor lainnya seperti sektor perdagangan, sektor hotel dan restoran, sektor akomodasi dan makan minum. Ketergantungan Bangka Belitung terhadap sumber daya alam terutama sektor pertambangan yaitu timah. Sektor pertambangan di Bangka Belitung sebagian besar berupa bijih logam timah sebesar 70,20% dari total pertambangan. Selain itu, keterkaitan antara sektor pertambangan dan industri pengolahan sangat besar dikarenakan Industri pengolahan merupakan olahan bijih timah menjadi logam timah dengan pangsa 84,29%. Ketergantungan yang tinggi pada timah tersebut tidak diiringi dengan proses hilirisasi sehingga ekspor sebagian besar terbatas pada logam timah. Sementara sebetulnya terdapat produk hilir berbahan dasar timah sebagai strategi peningkatan nilai tambah bagi produk timah. Hambatan utama atau most binding constraint yang dihadapi oleh provinsi Bangka Belitung dalam mengembangkan investasinya diantaranya adalah kualitas SDM yang masih rendah, infrastruktur yang kurang memadai, konektivitas, pengembangan KEK Pariwisata dan perlunya hilirisasi timah. 4 Tan, Khee Giap Competitiveness Analysis and development Strategies for 33 Indonesian Provinces. World Scientific 31

52 Keuangan Pengembalian Ekonomi Tabel C.1 Kendala Kritikal dalam Pengembangan Perekonomian Bangka Belitung Analisis Ketenagakerjaan Analisis Lingkungan Bisnis Domestik Pengembalian Sosial Kegagalan Pemerintah Kegagal an Pasar Kompetisi Geografis Infrastruktur SDM Resiko Makro Resiko Mikro Inovasi Constraint Inconclusive No Constraint Penjelasan Jumlah SDM sedikit, kualitas tenaga kerja rendah, lapangan pekerjaan mayoritas di sektor pertanian, perkebunan dan pertambangan, inovasi dan jiwa kewirausahaan kurang, UMP tinggi, Mayoritas tamatan SD Secara Umum Binding Constraint : Kualitas SDM, Infrastruktur Bandara, Konektivitas Jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera, kapasitas listrik, KEK Pariwisata Tanjung Kelayang, Hilirisasi Timah Literasi keuangan masyarakat rendah dan belum inklusif Rasio kredit terhadap PDRB dan simpanan terhadap PDRB cukup baik Rasio kredit produktif terhadap total kredit cukup baik Spread suku bunga DPK dengan suku bunga kredit relatif baik Fungsi intermediasi sudah baik dan tingkat NPL < 5% Korporasi lebih mengandalkan pembiayaan sendiri atau dari perusahaan induknya Letak Geografis strategis terletak antara tiga pulau besar yaitu Sumatera, Jawa, dan Kalimantan yang cukup baik untuk jalur perdagangan Pasokan Listrik hanya mampu untuk sektor rumah tangga, industri terbatas Konektivitas dengan Pulau Sumatera terbatas sehingga biaya logistik tinggi Infrastruktur bandara belum memadai - kapasitas terbatas Infrastruktur sarana prasarana KEK Pariwisata masih terbatas Biaya kirim logistik masih cukup tinggi Kondisi tenaga kerja mayoritas lulusan SD atau SMP kelas 1. IPM Babel masih di bawah nasional Rata-rata lama sekolah hanya 7,35 tahun Produktivitas tenaga kerja rendah Inflasi masih searah dengan nasional dan cenderung menurun Realisasi anggaran belanja mayoritas untuk belanja lainnya dan belanja pegawai. Indeks iklim investasi daerah masih rendah Indeks Persepsi Korupsi dan Indeks Daya Saing masih rendah Ekspor terkonsentrasi pada tambang, perkebunan dan kekayaan alam lainnya (90%) Kurangnya penciptaan nilai tambah terhadap produk unggulan daerah Perekonomian rentan terhadap gejolak harga komoditas dunia 2. Simulasi Kebijakan Berdasarkan hasil analisa pada bagian sebelumnya telah ditemukan beberapa hambatan utama pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung, yakni kualitas SDM yang masih rendah, infrastruktur yang kurang memadai, konektivitas, pengembangan KEK Pariwisata dan perlunya hilirisasi timah. Untuk mengetahui dampak ekonomi dari kebijakan reformasi struktural tersebut, maka dilakukan simulasi dengan model Multiregional Computable General Equilibrium (CGE) INDOTERM 5. Hilirisasi timah akan memberi dampak terhadap pertumbuhan ekonomi, asumsi yang digunakan bahwa dari jumlah logam timah yang diproduksi sebesar 20% akan dimanfaatkan untuk pengembangan hilirisasi produk timah dan pemanfaatan mineral ikutan selain timah. Dampak hilirisasi timah berpotensi memberikan peningkatan pertumbuhan ekonomi ratarata per tahun sebesar 0,49% di atas baseline. penyerapan tenaga kerja meningkat sebesar 0,22%. Volume ekspor berpotensi meningkat sebesar 3.32% per tahun. Simulasi ini sejalan dengan penelitian Fabian Rondeau dan Nolwenn Roudaut (2014) 6 terhadap 64 negara berkembang yang menunjukkan bahwa diversifikasi berkorelasi positif terhadap pertumbuhan ekonomi negara berkembang. Sementara itu, penelitian lainnya oleh World Bank (Heiko, Hesse.2008) 7 menunjukkan bahwa diversifikasi produk dapat meningkatkan pertumbuhan dan berkorelasi positif dengan pendapatan per kapita masyarakat. 5 Model yang dibangun oleh Bappenas, CoPS Australia, CEDS UNPAD, ADB dan USAID. 6 Rondeau, Fabian., and Nolwenn Roudaut The Influence of Trade Diversification on GDP Per Capita Growth. France : Center for Research in Economic and Management 7 Hesse, Heiko., 2008., Export Diversificaton and Economic Hrowth. The World Bank : The International Bank for Reconstruction and Development 32

53 Pengembangan KEK Pariwisata Tanjung Kelayang dibutuhkan investasi sekitar Rp18 triliun, terdiri dari Rp10 triliun (Pemerintah Pusat/daerah) dan Rp. 8 triliun (swasta), diharapkan akan menyerap wisatawan asing dengan asumsi wisatawan akan meningkat 10% per tahun dan diharapkan sektor hotel dan restoran, jalan, transportasi udara dan jasa transportasi meningkat. Pembangunan KEK Pariwisata Tanjung Kelayang akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 0,27% di atas baseline. Penyerapan tenaga kerja berpotensi naik 0,19% dan volume ekspor naik 0.42%. Hasil simulasi sejalan dengan penelitian Govokali, Ummuhan dan Bahar, Ozon (2006) 8 terhadap negara-negara mediterania bahwa pariwisata adalah salah satu cara untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, pembangunan pariwisata berdampak langsung atau tidak langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Selanjutnya, untuk mengatasi hambatan Sumber Daya Manusia maka dilakukan simulasi dalam bentuk kebijakan akselerasi pembangunan kualitas SDM (human capital). Sebagai asumsi faktor input digunakan return on education investment (ROE) sebagai dasar perhitungan produktivitas 9. Koefisien ROE di pulau Sumatera adalah 0,14, artinya untuk setiap kenaikan 1 tahun masa pendidikan atau schooling year berdampak pada kenaikan produktivitas (output per labor) sebesar 14%. Asumsi terjadinya peningkatan lama usia sekolah untuk setiap provinsi yang disesuaikan dengan target nasional. Lama usia sekolah di Bangka Belitung diasumsikan meningkat 0,51 tahun dalam lima tahun ( 2020). Peningkatan target rata-rata usia lama sekolah di Babel pada tahun 2020 diharapkan menjadi 8,86 tahun. Akselerasi pembangunan modal manusia akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi ratarata per tahun 0,26% di atas baseline, penyerapan tenaga kerja 0,67%, volume ekspor meningkat 0.51%. Simulasi ini sejalan dengan studi Lebedinski et all bahwa peningkatan lama usia sekolah berdampak kepada meningkatnya produktivitas pekerja 10. Studi empiris lainnya yaitu Huffman (2000) 11, memaparkan pentingnya pembangunan human capital pada region yang masih didominasi pekerja low skilled dan bekerja di sektor pertanian, serta Acemoglu (2008) 12 menjelaskan bahwa pendapatan orang tua akan mempengaruhi investasi human capital anaknya dan kualitas pilihan lembaga pendidikan yang disediakan bagi sang anak. 8 Govokali, Ummuhan., dan Bahar, Ozon Contribution of Tourism to Economic Growth : A Panel Data Approach. Turkey-Anatolia: An International Journal of Tourism and Hospitality Research. 9 -Bank Indonesia, lev Journal of Manpower Vol. 35 No. 8, Huffman, Wallace Human Capital, Education, and Agriculture. Department of Economics Iowa State University. Paper Plenary Session III; 24 th International Congress of Agricultural Economics

54 Sementara itu, untuk mengatasi hambatan konektivitas khususnya konektivitas antara Pulau Bangka dan Pulau Sumatera maka akan dibangun jembatan yang menghubungkan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera dengan luas 13,5 km 2 dari Desa Permis, Bangka Selatan ke Ogan Komering Ilir, SumSel. Dengan asumsi (i) Efisiensi waktu tempuh dengan jembatan dan tanpa jembatan. Waktu tempuh tanpa jembatan 390 menit dan ada jembatan 100 menit, sehingga efisiensi waktu tempuh sebesar 290 menit atau efisien 74,36%. (ii) Biaya investasi pembangunan diperkirakan Rp11,25 triliun berdasarkan asumsi 2,5 kali biaya pembangunan jembatan Suramadu, diasumsikan beroperasi pada 2020 dan diperkirakan produktivitas tenaga kerja meningkat untuk semua industri sebesar 1%. Pembangunan jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera berpotensi memberikan dampak peningkatan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 0,25% di atas baseline, penyerapan tenaga kerja berpotensi naik sebesar 0,29%, volume ekspor rata-rata per tahun berpotensi meningkat sebesar 1.57%. Hasil simulasi sejalan dengan penelitian Salim Raihan dan Bazlul Haque Rhondker (2010) 13 bahwa pembangunan jembatan Padma di Bangladesh bermanfaat kepada masyarakat Bangladesh pada umumnya dan di sebelah barat daya Bangladesh. Pembangunan jembatan dapat menciptakan integrasi pasar regional antar daerah dan memberi dampak kepada sektorsektor lainnya sehingga mendorong pertumbuhan ekonomi. Kajian empiris lainnya oleh Premo Black, Alison. et all (2014) 14 bahwa pembangunan jembatan akan memberi dampak pada output dan tenaga kerja serta nilai tambah bagi industri, menambah pangsa pasar, efisiensi biaya produksi terutama biaya transportasi. Sedangkan untuk melihat dampak pembangunan bandara dilakukan simulasi investasi pembangunan bandara Depati Amir tahap satu sebesar Rp 424 miliar, dengan luas area pengembangan seluas 3,09 km 2, peningkatan kapasitas apron dari kapasitas 4 pesawat menjadi 9 pesawat, dalam teknis perhitungan CGE, simulasi yang diberikan adalah adanya peningkatan investasi di sektor pengangkutan udara. Penambahan kapasitas ini akan meningkatkan efisiensi biaya margin perdagangan yang memanfaatkan angkutan udara. Kapasitas penumpang Bandar Udara baru orang. Pembangunan bandara Depati Amir di Bangka berpotensi meningkatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun sebesar 0,22% di atas baseline, penyerapan tenaga kerja berpotensi meningkat 0,09%. Hasil simulasi tersebut juga searah dengan temuan Green, Melanie (2009) 15 bahwa angkutan udara tidak saja menghubungkan orang tetapi juga menghubungkan ekonomi. Penelitian ini mengatakan bahwa terdapat korelasi positif antara pembangunan bandara terhadap 13 Raihan, salim., dan Baslul Haque Rhondker Estimating The Economic Impact of The Padma Bridge in Bangladesh., South Asia Network on Economic Modelling (SANEM) : Department of Economic, University of Dhaka, Bangladesh. 14 Premo Black, Alison. et all., 2014., The Economic Impact of highway and Bridge Construction Investment in Virginia. 15 Green, Melanie The Impact of Airport Development on Economic Development 34

55 pembangunan ekonomi. Yao and Yang (2008/07) 16 berdasarkan studi di China menemukan bahwa adanya korelasi positif antara pembangunan bandara terhadap pembangunan ekonomi, struktur industri, kepadatan penduduk dan keterbukaan. Selanjutnya, dampak pembangunan kapasitas listrik terhadap perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dilakukan simulasi dengan asumsi (i) rencana pembangunan pembangkit mencapai 1,19% dari total rencana kapasitas nasional, (ii) Kondisi listrik saat ini sebesar 176 MW dan di rencanakan akan pada tahun 2020 menjadi 310 MW, (iii) pencapaian target diasumsikan hanya sebesar 45 MW atau 25% target rencana pengembangan listrik. Kapasitas listrik meningkatkan pertumbuhan ekonomi 0.11% (yoy) lebih tinggi dari baseline. Penyerapan tenaga kerja juga meningkat sebesar 0,11%. Ekspor meningkat 2,94%. Hasil simulasi searah dengan temuan Overseas Development Institute (2016) 17 bahwa listrik merupakan faktor penting dalam proses pertumbuhan ekonomi, dimana kualitas barang yang di produksi oleh suatu perusahaan memiliki korelasi positif terhadap penggunaan energi listrik. Studi empiris lainnya Ghosh (2009) 18 dan Bohlmann, dkk (2015) 19. Simulasi gabungan dari enam kebijakan struktural di atas menunjukkan bahwa apabila seluruh kebijakan dapat dilaksanakan, maka pertumbuhan ekonomi provinsi Bangka Belitung berpotensi mengalami peningkatan yang cukup besar, yaitu 1,61% di atas baseline. Disamping itu penyerapan tenaga kerja juga berpotensi meningkat sebesar 1,57% di atas baseline. No Kebijakan ASUMSI 3 4 Peningkatan Kualitas SDM melalui peningkatan rata-rata lama sekolah Pembangunan Jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera 6 Peningkatan Kapasitas Listrik Tabel C.2 Hasil Simulasi Kebijakan 1 Hilirisasi Timah 20% dari Logam Timah dapat dihilirisasi Pembangunan KEK Pariwisata Tanjung Kelayang Penambahan wisatawan 2020 : wisatawan Rata-rata lama sekolah th 2020 : 8,86 tahun Adanya efisiensi waktu tempuh dan efisiensi biaya Dengan Jembatan dan Tanpa Jembatan 5 Pembangunan Bandara Depati Amir, Bangka Penambahan kapasitas penumpang Peningkatan kapasitas listrik 1,19% dari rencana program Pemerintah MW Dampak Makro Ekonomi (Simulasi 1) Total Kontribusi Industri (Simulasi 2) Output Tenaga Kerja PDRB Tenaga Kerja Top Gainers Top Gainers Sektor Top Gainers Manufaktur Jasa Metal 3.54 Metal 2.09 ElecGas 6.86 ElecGas 1.58 Electronics 1.24 Construction 1.96 Electronics 0.42 Chemical 0.89 SeaTrans 1.21 AirTrans 2.10 FishProds 0.98 RestrntHotel RestrntHotel 2.08 WoodPrd 0.96 Finance 0.73 RoadTrans 1.96 Machines 0.96 ElecGas 0.58 ElecGas 1.40 Ships 2.09 Finance Construction 0.51 Electronics 1.91 Construction 1.43 AirTrans 0.16 Machines 1.81 SeaTrans 1.40 RoadTrans 2.83 EdibleOil 1.89 Finance EdibleOil 1.88 RubbrPlastic 1.85 TransSvc 0.92 RubbrPlastic 1.82 Chemicals 1.56 Communicato 0.89 AirTrans AirCraft 0.31 Airtrans AirCraft 0.25 WoodPrd 0.15 Finance 0.31 Finance 0.23 OthManufact 0.14 Construction 0.28 ElecGas 1.40 Metal 0.32 Construction Construction 0.51 OthManufact 0.25 Water 0.56 Water 0.26 OthTransEquip 0.13 RealEstateDo Yao and Yang. (2008/07). The Impact of Airport Development on Economic Development 17 What are the Links Between Power, Economic Growth and Job Creation. Evidence Review, Development Impact Evaluation, January Wide Evaluation of New Power Generation in South Africa : The case of Kusile and Medupi. ERSA Working Paper 524. June

56 3. Kesimpulan dan Saran 3.1 Kesimpulan Berdasarkan analisis ketenagakerjaan dan analisis lingkungan bisnis, ditemukan beberapa hambatan dalam perekonomian Bangka Belitung, yakni rendahnya kualitas sumber daya manusia, buruknya infrastruktur dan konektivitas. Dari keenam hasil simulasi, sesuai dengan asumsi masing-masing kebijakan hingga 2020, kebijakan hilirisasi timah tersebut dapat memberikan dampak penambahan terhadap PDRB Bangka Belitung terbesar yaitu sebesar 0,49% (yoy) per tahunnya di atas baseline. Simulasi tersebut juga dapat memberikan dampak peningkatan terhadap penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 0,22% (yoy), di atas baseline. Selanjutnya, dampak yang relatif besar adalah dampak pembangunan KEK Pariwisata Tanjung Kelayang, peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan rata-rata lama sekolah, pembangunan jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera, pembangunan bandara baru Depati Amir dan peningkatan kapasitas listrik yang masing-masing memberikan dampak terhadap PDRB sebesar 0,27% (yoy), 0,26% (yoy), 0,26% (yoy) 0,22% (yoy) dan 0,11% (yoy) di atas baseline. Hal ini menggambarkan bahwa kebijakan tersebut memiliki tingkat urgensi yang tinggi untuk dapat diselesaikan sebagai hambatan utama dalam mendorong peningkatan investasi. 3.2 Saran Saran terhadap kebijakan yang dapat diambil terkait dengan hasil simulasi diantaranya adalah: 1. Peningkatan kualitas SDM di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung a. Melakukan optimalisasi anggaran daerah khususnya pada sektor pendidikan dan kesehatan b. Mengembangkan pendidikan non formal dengan meningkatkan kerjasama dengan pelaku usaha melalui program Corporate Social Responsibility (CSR). c. Mengembangkan pendidikan kejuruan yang spesifik mendukung sektor ekonomi potensial dan peningkatan kualitas tenaga kerja melalui training, kursus, dan lain-lain d. Meningkatkan dan mengembangkan kualitas Balai Latihan Kerja 2. Mendorong pembangunan Bandar Udara yang lebih baik di Bangka Belitung a. Memastikan progress percepatan operasional Bandara baru b. Mendorong peningkatan status bandara Depati Amir di Bangka dan Bandara HAS. Hanandjoeddin di Belitung menjadi bandara internasional. c. Membuka jalur penerbangan baru secara langsung (direct flight) d. Memperpanjang landasan pacu bandara 3. Percepatan pembangunan jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera a. Melakukan feasibility study untuk menilai layak/tidaknya proyek pembangunan 36 jembatan tersebut

57 b. Mempercepat realisasi pembangunan jembatan Pulau Bangka dan Pulau Sumatera untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan Pengendalian inflasi di Bangka Belitung c. Menawarkan ke beberapa investor atau Pemerintah Pusat untuk mendanai proyek tersebut d. Memberikan kemudahan-kemudahan perizinan, pembebasan lahan, dan insentif pajak bagi investor yang akan melakukan pembangunan jembatan tersebut 4. Percepatan Pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) a. Memastikan progres percepatan pembangunan melalui koordinasi bersama antar pemerintah provinsi/kab/kota, dan pemerintah pusat melalui kementerian pekerjaan umum dan kementeriaan kebudayaan dan pariwisata. b. Perlunya mendorong pembangunan dan perluasan bandara HAS Hanandjoeddin untuk mendukung pariwisata di Belitung c. Mempermudah perijinan bagi investor dan perlunya penyediaan fasilitas penunjang sarana dan prasarana pariwisata ditempat-tempat wisata. d. Perlunya pengembangan teknologi informasi untuk mendukung pariwisata e. Perlunya pemberdayaan masyarakat sekitar tempat wisata f. Perlunya pembangunan sekolah pariwisata dan Balai Latihan Kerja 5. Penyediaan Listrik Sebagai Sumber Energi Pengembangan Industri Strategis a. Mempermudah ijin penggunaan lahan untuk membangun pembangkit listrik dan mentransmisikan energi listrik melalui perbaikan Rencana Tata Ruang Wilayah. b. Membangun pembangkit listrik di dekat sumber energi sehingga mengurangi risiko terlambatnya atau kurangnya pasokan bahan bakar. c. Mempermudah ijin pembangunan pembangkit listrik yang dilakukan oleh swasta dan proses dalam menjual kelebihan listriknya, serta mengatur penentuan harga yang saling menguntungkan ketika akan menjualnya kembali. 6. Hilirisasi Timah a. Mendukung proses hilirisasi timah dengan memberikan insentif terhadap perusahaan yang melakukan hilirisasi olahan timah b. Memberikan kemudahan izin usaha, pembebasan lahan dan insentif pajak kepada perusahaan yang akan melakukan hilirisasi timah c. Membangun infrastruktur dasar seperti ketersediaan listrik dan sarana penunjang lainnya d. Pengembangan Balai Riset dan Standardisasi Industri dan Perdagangan untuk mengembangkan R&D, teknologi dan inovasi melalui penguatan yang meliputi penguatan laboratorium uji untuk penerapan SNI wajib, sertifikasi produk, kalibrasi alat, pelatihan SDM industri, serta penanggulangan pencemaran lingkungan untuk produkproduk timah dan olahan timah 37

58 BAB. 2 KEUANGAN PEMERINTAH Pada triwulan I tahun 2017 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 23% - 29%, sementara realisasi belanja berkisar 8% - 13%, kecuali Kota Pangkalpinang yang telah mencapai 21%. 2.1 APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp552,50 miliar atau 23,46% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp2,35 triliun. Sementara realisasi belanja pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp356,07 miliar atau tercapai 13,36% dari total rencana belanja daerah tahun Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2017 PAD Rp 678,91 M Pendapatan Transfer Rp 1.666,66 M Lain-lain Rp 10 M Total Rp 2.355,57 M Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Triwulan I 2017 PAD Rp 133,97 M Pendapatan Transfer Rp 418,53 M Lain-lain Rp 0 M Total Rp 552,50 M Realisasi pendapatan daerah pada triwulan I tahun 2017 mencapai Rp552,50 miliar atau 23,46% dari total pendapatan yang direncanakan sebesar Rp2,35 triliun, menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,37%. Dana perimbangan masih menjadi penyumbang terbesar pada pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 75,75% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp418,53 miliar atau tercapai sebesar 25,11% dari target tahun 2017, sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 26,84%. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp307,01 miliar atau 73,35% dari total dana perimbangan. Sementara itu, pangsa Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar 24,25% dari total pendapatan daerah. Realisasi PAD pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp133,97 miliar atau tercapai sebesar 19,73% dari target tahun 2017, menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 22,59%. Kontribusi realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp120,38 miliar dengan pangsa sebesar 89,85% dari total realisasi PAD triwulan I Pos dalam PAD yang realisasinya tertinggi dibandingkan yang dianggarkan adalah pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,66 miliar atau telah terealisasi 54,92%. 38

59 Secara keseluruhan, pada triwulan I tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 35,55%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 43,48%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Tabel 2.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 mencapai Rp356,07 miliar atau sebesar 13,36% dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp2,66 triliun, sedikit meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 12,32%. Dari total realisasi belanja tersebut, sebesar Rp253,01 miliar merupakan belanja tidak langsung atau dengan pangsa sebesar 71,05% dari total belanja triwulan I tahun Sedangkan sisanya merupakan belanja langsung sebesar Rp103,05 miliar atau dengan pangsa sebesar 28,97% dari total belanja. Pangsa terbesar dari realisasi belanja tidak langsung pada triwulan I tahun 2017 yaitu belanja pegawai sebesar Rp132,40 miliar atau mencapai 52,32% dari total belanja tidak langsung, kemudian diikuti belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah 39

60 Desa sebesar Rp107,76 miliar atau mencapai 42,59% dari total belanja tidak langsung. Adapun realisasi belanja pegawai dan belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa tersebut masing-masing telah mencapai 18,63% dan 31,26% dari target realisasi anggaran belanja tahun Sementara itu, belanja hibah, belanja tak terduga dan belanja bantuan sosial masing-masing sebesar Rp12,82 miliar, Rp19,94 juta, dan Rp5 juta atau masing-masing mencapai 4,12%, 0,38% dan 0,53% dari target belanja tahun Secara keseluruhan, realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 16,98% dari target realisasi anggaran belanja tidak langsung tahun Pangsa terbesar dari realisasi belanja langsung pada triwulan I tahun 2017 yaitu belanja barang dan jasa sebesar Rp81,80 miliar atau mencapai 79,47% dari total belanja langsung. Sementara itu, sisanya merupakan belanja pegawai dan belanja modal yang masing-masing sebesar Rp20,34 miliar dan Rp0,81 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 19,73% dan 0,79% dari total belanja langsung. Secara keseluruhan, realisasi belanja langsung telah mencapai 8,76% dari target realisasi anggaran belanja langsung tahun

61 Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung NO URAIAN ANGGARAN REALISASI SISA ANGGARAN % PENDAPATAN DAERAH 1.1 Pendapatan Asli Daerah 678,913,155, ,978,839, ,934,315, % Pajak Daerah 557,198,594, ,384,640, ,813,953, % Retribusi Daerah 15,448,205, ,072,446, ,375,758, % Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 8,500,000, ,668,351, ,831,648, % Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 97,766,356, ,853,401, ,912,955, % Dana Perimbangan 1,666,665,913, ,530,821, ,248,135,092, % Bagi Hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak 175,828,126, ,613,284, ,214,841, % Dana Alokasi Umum 1,035,119,230, ,019,677, ,099,552, % Dana Alokasi Khusus 455,718,557, ,897,859, ,820,698, % Lain-lain Pendapatan yang Sah 10,000,000, ,000,000, % Hibah Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Pendapatan Lainnya 10,000,000, ,000,000, % Jumlah Pendapatan 2,355,579,069, ,509,661, ,803,069,408, % 2 BELANJA DAERAH 2.1 Belanja Tidak Langsung 1,489,821,437, ,012,840, ,236,808,596, % Belanja Pegawai 710,654,094, ,400,584, ,253,509, % Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 311,439,900, ,820,000, ,619,900, % Belanja Bantuan Sosial 943,000, ,000, ,000, % Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan 344,731,977, Pemerintah Desa 107,767,309, ,964,668, % Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa 116,755,422, ,755,422, % Belanja Tidak Terduga 5,297,043, ,947, ,277,096, % Belanja Langsung 1,176,302,017, ,057,348, ,073,244,668, % Belanja Pegawai 148,234,645, ,341,420, ,893,225, % Belanja Barang dan Jasa 579,449,189, ,900,523, ,548,666, % Belanja Modal 448,618,181, ,404, ,802,776, % - Jumlah Belanja 2,666,123,454, ,070,189, ,310,053,265, % - Surplus/(Defisit) (310,544,385,627.95) 196,439,471, (506,983,856,911.03) % 3 PEMBIAYAAN DAERAH 3.1 Penerimaan Daerah Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 315,544,385, ,308,935, ,235,449, % Pencairan Dana Cadangan Hasil Penjualan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutang Daerah - Jumlah Penerimaan Daerah 315,544,385, ,308,935, ,235,449, % 3.2 Pengeluaran Daerah Pembentukan Dana cadangan Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 5,000,000, ,000,000, % Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah - Jumlah Pengeluaran Daerah 5,000,000, ,000,000, % Pembiayaan Neto 310,544,385, ,308,935, ,235,449, % - Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun Berkenaan - 413,748,407, (413,748,407,013.14) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 41

62 2.2 APBD Kabupaten Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan Kabupaten Belitung pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp261,65 miliar atau 29,79% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp878,21 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 25,01%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp78,89 miliar atau tercapai 9,61% dari total anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp821,31 miliar. Secara persentase, nilai realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya mencapai 8,94% Realisasi Pendapatan Daerah Pendapatan dari dana perimbangan menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Belitung triwulan I tahun 2017 dengan pangsa sebesar 70,98% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp185,73 miliar atau mencapai 28,60% dari target, dengan pangsa terbesar adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp159,92 miliar atau 86,10% dari total dana perimbangan. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp39,49 miliar atau 15,10% dari total pendapatan. Sementara itu, persentase realisasi PAD pada triwulan laporan mencapai 35,06%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 27,16%. Capaian tersebut ditopang oleh realisasi pendapatan pajak daerah sebesar Rp23,78 miliar atau sebesar 50,08% dari target realisasi. Sementara pendapatan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp9,83 miliar atau terealisasi sebesar 19,22%, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp3,49 miliar atau terealisasi sebesar 87,45%, serta pendapatan hasil retribusi daerah sebesar Rp2,38 miliar atau terrealisasi sebesar 23,76%. Pos PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masingmasing sebesar 60,21% dan 24,89% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan I tahun 2017 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 69,85%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 59,77%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. 42

63 Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Belitung Tahun 2017 Belanja Langsung Rp 454,07 M Belanja Tidak Langsung Rp 461,47 M Total Rp 915,55 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Belitung Triwulan I 2017 Belanja Langsung Rp 23,88 M Belanja Tidak Langsung Rp 55,01 M Total Rp 78,89 M Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 mencapai 9,61% dari target belanja tahun Total realisasi belanja adalah sebesar Rp78,89 miliar. Pangsa terbesar adalah belanja tidak langsung sebesar Rp55,01 miliar dengan pangsa 69,73% dari total belanja daerah triwulan I 2017 atau mencapai 11,92% dari target realisasi belanja tahun Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp54,97 miliar atau 99,92% dari total belanja tidak langsung. Sementara itu, realisasi anggaran belanja langsung mencapai Rp23,88 miliar dengan pangsa sebesar 30,26% dari total belanja triwulan I tahun 2017 atau tercapai sebesar 5,25% dari target belanja langsung tahun Belanja barang dan jasa menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja langsung, yaitu sebesar 66,96% dengan total nominal Rp15,92 miliar. 43

64 2.3. APBD Kabupaten Bangka Barat Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp219,20 miliar atau 25,47% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp860,80 miliar. Nilai realisasi tersebut relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,50%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp75,40 miliar atau tercapai 8,82% dari target anggaran 2017 sebesar Rp854,99 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,47% Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Barat dengan pangsa sebesar 79,37% dari total pendapatan daerah triwulan I tahun Realisasi dana perimbangan sebesar Rp173,99 miliar atau mencapai 26,57% dari target pendapatan dana perimbangan tahun Kontribusi terbesar dana perimbangan berasal dari pos dana alokasi umum sebesar Rp147,42 miliar atau 84,73% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah tercapai sebesar Rp9,69 miliar atau hanya sebesar 4,42% dari total pendapatan daerah triwulan I tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yaitu sebesar Rp3,20 miliar atau dengan pangsa mencapai 33,07% dari total realisasi PAD. Sementara pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, pendapatan pajak daerah, dan pendapatan retribusi daerah masing-masing yaitu sebesar Rp2,93 miliar, Rp2,77 miliar dan Rp0,77 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 30,29%, 28,64% dan 7,95% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan I tahun 2017 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 65,60% sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 65,40%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. 44

65 Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Grafik 2.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp75,40 miliar atau sebesar 8,82% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp854,99 miliar. Pangsa terbesar realisasi anggaran belanja triwulan I tahun 2017 adalah belanja operasi sebesar Rp65,85 miliar dengan pangsa 87,33% dari total belanja daerah triwulan I 2017 atau baru mencapai 9,42% dari target realisasi belanja operasi tahun Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp59,15 miliar atau 89,82% dari total belanja operasi. Sementara itu, realisasi anggaran belanja modal mencapai Rp9,54 miliar dengan pangsa sebesar 12,66% dari total belanja triwulan I tahun 2017 atau mencapai 6,29% dari target belanja modal tahun Belanja jalan, irigasi dan jaringan menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja modal, yaitu sebesar 83,83% dengan total nominal mencapai Rp8,00 miliar. Sedangkan belanja tidak terduga belum terealisasi dari pagu anggaran tahun 2017 sebesar Rp1,53 miliar. 45

66 2.4. APBD Kabupaten Bangka Tengah Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp202,38 miliar atau 25,64% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp789,43 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 21,90%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp113,55 miliar atau tercapai 12,91% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp879,91 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,49% Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Bangka Tengah dengan pangsa sebesar 85,55% dari total pendapatan daerah triwulan I tahun Realisasi dana perimbangan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp173,16 miliar atau mencapai 29,50% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp145,62 miliar atau 84,09% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp15,17 miliar atau 7,49% dari total pendapatan triwulan I tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp5,66 miliar dan Rp4,78 miliar atau mencapai 37,32% dan 31,56% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan hasil retribusi daerah masing-masing sebesar Rp3,31 miliar dan Rp1,40 miliar atau mencapai 21,83% dan 9,27% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan I tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 43,89%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 59,40%. Surplus tersebut merupakan persentase surplus realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. 46

67 Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Grafik 2.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp113,55 miliar atau 12,91% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp879,91 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja triwulan I tahun 2017 adalah belanja tidak langsung sebesar Rp75,75 miliar dengan pangsa 66,71% dari total belanja daerah atau mencapai 18,09% dari target realisasi belanja langsung tahun Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp60,25 miliar atau 79,53% dari total belanja tidak langsung. Sementara itu, realisasi anggaran belanja langsung mencapai Rp37,80 miliar dengan pangsa sebesar 33,28% dari total belanja triwulan I tahun 2017 atau tercapai sebesar 8,20% dari target belanja tidak langsung tahun Belanja modal dan belanja barang dan jasa menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja tidak langsung yaitu masing-masing sebesar 39,52% dan 39,03% dengan nominal sebesar Rp14,94 miliar dan Rp14,75 miliar APBD Kabupaten Bangka Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp293,70 miliar atau 27,31% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp1.075,44 miliar. Nilai realisasi 47

68 tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 23,73%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp122,76 miliar atau tercapai 10,82% dari target anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp1.135,17 miliar. Realisasi belanja tersebut relatif sama dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10,49% Realisasi Pendapatan Daerah dari total dana perimbangan. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kabupaten Bangka dengan pangsa sebesar 72,04% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp211,60 miliar atau mencapai 26,93% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp178,65 miliar atau 84,43% Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp40,81 miliar atau sebesar 13,89% dari total pendapatan triwulan I tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp22,02 miliar dan Rp12,19 miliar atau masing-masing mencapai 53,96% dan 29,87% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah masing-masing sebesar Rp4,19 miliar dan Rp2,40 miliar atau masing-masing mencapai 10,26% dan 5,89% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan I tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 58,20%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 51,41%. Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah 48

69 Grafik 2.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp122,76 miliar atau 10,82% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp1.135,17 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja operasi sebesar Rp104,38 miliar atau sebesar 13,01% dari target belanja operasi tahun 2017 dengan pangsa 85,02% dari total belanja daerah triwulan I Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp69,73 miliar atau sebesar 66,80% dari total belanja operasi. Sementara belanja barang terealisasi sebesar Rp33,65 miliar atau sebesar 32,24% dari total belanja operasi. Realisasi belanja modal triwulan I 2017 hanya sebesar Rp1,5 miliar atau 0,71% dari target belanja modal tahun 2017 sebesar 212,73 miliar. Pangsa terbesar dari belanja modal adalah belanja jalan, irigasi, dan jaringan sebesar Rp1,00 miliar atau 66,84% dari total belanja modal APBD Kota Pangkalpinang Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp290,90 miliar atau 28,17% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2017 sebesar Rp1.032,54 miliar. Sementara realisasi belanja sebesar Rp222,30 miliar atau tercapai 21,34% dari target anggaran belanja tahun 2017 sebesar Rp1.042,54 miliar. 49

70 2.6.2 Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kota Pangkalpinang dengan pangsa sebesar 75,53% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp219,74 miliar atau mencapai 37,72% dari target dana perimbangan tahun Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp43,42 miliar atau sebesar 14,92% dari total pendapatan triwulan I tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp21,44 miliar atau mencapai 49,37% dari total realisasi PAD. Realisasi Lain-lain PAD yang Sah sebesar Rp11,94 miliar atau mencapai 27,50% dari total PAD. Sedangkan Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah masing-masing sebesar Rp6,17 miliar dan Rp3,86 miliar atau masing-masing mencapai 14,21% dan 8,89% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada triwulan I tahun 2017, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 23,58%. Tabel 2.7 Realisasi APBD Kota Pangkalpinang Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2017 % s.d Triwulan IV 2016 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pangkalpinang, diolah Grafik 2.6 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kota Pangkalpinang, diolah 50

71 Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I tahun 2017 sebesar Rp222,30 miliar atau 21,34% dari target belanja tahun 2017 sebesar Rp1.042,54 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja operasi sebesar Rp134,39 miliar atau sebesar 22,04% dari target belanja operasi tahun 2017 sebesar Rp609,55 miliar dengan pangsa sebesar 60,45% dari total belanja daerah triwulan I Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp111,22 miliar atau sebesar 82,75% dari total belanja operasi. Sementara belanja barang dan jasa serta belanja hibah masing-masing terealisasi sebesar Rp20,13 miliar dan Rp3,02 miliar atau sebesar 14,98% dan 2,25% dari total belanja operasi. Realisasi belanja modal triwulan I 2017 sebesar Rp87,43 miliar dengan pangsa sebesar 39,33% dari total belanja triwulan I 2017 atau mencapai 20,30% dari target belanja modal tahun Pangsa terbesar dari belanja modal adalah belanja modal gedung dan bangunan sebesar Rp87,25 miliar atau 99,78% dari total belanja modal Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di daerah juga bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP). Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Pagu Dana Dekonsentrasi tahun 2017 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp88,74 miliar, menurun sebesar 40,01% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp147,93 miliar. Sementara pagu dana Tugas Pembantuan sebesar Rp117,40 miliar, menurun sebesar 47,54% dibandingkan pagu tahun 2016 sebesar Rp223,79 miliar. Total Pagu Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan tahun 2017 sebesar Rp206,15 miliar atau menurun sebesar 44,54% dari total pagu tahun 2016 sebesar Rp371,73 miliar. 51

72 Kewenangan Tabel 2.8 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Pagu (Miliar Rp) 2016 Pagu (Miliar Rp) 2017 Realisasi Bulanan 2017 Jan Feb Mar Jumlah Realisasi % Realisasi Dekonsentrasi 147,930 88, , , , Tugas Pembantuan 223, , , , Jumlah 371, , , , , Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kep. Bangka Belitung Realisasi dana dekonsentrasi hingga triwulan I 2017 tercatat sebesar Rp4,45 miliar atau sebesar 5,02% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan sebesar Rp3,5 miliar atau baru mencapai 2,98% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar Rp7,95 miliar atau sebesar 3,86% dari total pagu sebesar Rp206,15 miliar Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan disebut juga transfer atau grants. Transfer kedaerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan transfer adalah mengurangi keuangan horizontal antar daerah, mengurangi kesenjangan vertical Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah. Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu: 1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Bagi Hasil sebagaimana pasal Pasal 11 UU No. 33/2004 terdiri dari : a. Dana Bagi Hasil bersumber dari sumber daya alam. Dana tersebut berasal dari sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, dan perikanan. Alokasi dana bagi hasil yang bersumber dari pajak sumber daya alam tahun 2017 sebesar Rp387,39 miliar atau memiliki pangsa sebesar 5,88% dari total transfer ke daerah. b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak yang terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal

73 Alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp207,50 miliar atau sebesar 3,15% dari total transfer ke daerah. 2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 pasal 29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota. Dana Alokasi Umum (DAU) atau disebut transfer atau block grant dari pempus penting untuk pemda dalam menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan public minimum diseluruh negeri. Alokasi dana DAU tahun 2017 merupakan yang paling dominan yaitu sebesar Rp4.285,65 miliar atau sebesar 65,10% dari total transfer ke daerah. 3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. a. Dana Alokasi Khusus Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi dana DAK Fisik tahun 2017 sebesar Rp647,68 miliar atau sebesar 9,84% dari total transfer ke daerah. b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus Non Fisik yang merupakan urusan daerah contoh DAK Non Fisik BOP (Bantuan Operasional Non Personalia) PAUD/TK/KB/TPA. Alokasi dana DAK non Fisik tahun 2017 sebesar Rp655,93 miliar atau sebesar 9,96% dari total transfer ke daerah. 4. Dana Insentif Daerah (DID) Dana Insentif daerah akan dialokasikan kepada daerah tertentu dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Dalam dokumen kesepakatan dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah daerah yang berprestasi antara lain daerah yang sudah melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dengan baik dan mendapatkan Opini WTP dan WDP dari BPK atas LKPD, dan daerah yang menetapkan APBD tepat waktu. Wilayah di Bangka Belitung yang mendapatkan Dana Inssentif Daerah (DID) antara lain 53

74 Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Bangka Barat dengan total alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp137,28 miliar atau 2,09% dari total transfer ke daerah. 5. Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Alokasi dana desa tahun 2017 sebesar Rp261,66 miliar atau 3,97% dari total transfer ke daerah. Grafik 2.7 Pangsa Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Grafik 2.8 Alokasi Dana Desa Tahun 2017 Dana Alokasi Khusus Non Fisik, 9.96% Dana Alokasi Khusus Fisik, 9.84% Dana Insentif Daerah, 2.09% Dana Desa 3.97% Dana Alokasi Umum, 65.10% Dana Bagi Hasil Pajak, 3.15% Dana Bagi Hasil SDA, 5.88% KABUPATEN BANGKA BARAT 19.09% KABUPATEN BELITUNG TIMUR 13.03% KABUPATEN BANGKA TENGAH 17.90% KABUPATEN BANGKA, 19.86%, KABUPATEN BANGKA SELATAN 16.23% KABUPATEN BELITUNG 13.90% NO DAERAH Tabel 2.9 Alokasi Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 DANA BAGI HASIL PAJAK DANA BAGI HASIL SDA DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DANA ALOKASI KHUSUS NON FISIK DANA INSENTIF DAERAH DANA OTSUS DAN KEISTIMEWAAN DIY (dalam ribuan Rupiah) DANA DESA 1 PROVINSI BANGKA BELITUNG 55,808, ,020, ,035,119, ,355, ,364, ,666,667, KABUPATEN BANGKA 25,525, ,300, ,973, ,067, ,846, ,215, ,955, ,884, KABUPATEN BELITUNG 17,959, ,419, ,789, ,092, ,094, ,711, ,381, ,447, KOTA PANGKALPINANG 24,100, ,355, ,406, ,100, ,845, ,808, KABUPATEN BANGKA SELATAN 17,923, ,738, ,500, ,297, ,575, ,454, ,489, KABUPATEN BANGKA TENGAH 15,255, ,704, ,875, ,301, ,822, ,833, ,792, KABUPATEN BANGKA BARAT 30,923, ,045, ,274, ,697, ,889, ,353, ,947, ,131, KABUPATEN BELITUNG TIMUR 20,003, ,810, ,706, ,745, ,494, ,088, ,849, JUMLAH 207,499, ,393, ,285,645, ,657, ,933, ,280, ,661, ,583,070, JUMLAH 54

75 INDIKATOR MAKRO Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2016 Triwulan I

76 Perkembangan Inflasi BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada triwulan I tahun 2017, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menurun dibandingkan triwulan IV Inflasi triwulan I 2017 sebesar 6,39% (yoy) menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy) disebabkan oleh adanya normalisasi harga tarif angkutan udara dan beberapa komoditas bahan makanan. 3.1 Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pada triwulan I tahun 2017 sebesar 6,39% (yoy), atau menurun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 6,75% (yoy). Menurunnya inflasi pada periode laporan disebabkan oleh deflasi pada kelompok volatile food dan terkendalinya inflasi administered price. Deflasi di kelompok volatile food disebabkan karena adanya normalisasi harga di beberapa komoditas sayur sayuran, bumbu bumbuan dan ikan-ikanan. Inflasi dari kelompok administered prices juga relatif terkendali karena adanya normalisasi tarif angkutan udara pasca tingginya permintaan tiket angkutan udara saat Hari Raya Natal dan Tahun baru di triwulan IV Secara umum, inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 3,61% (yoy) dan di atas inflasi Sumatera yang mencapai 3,92% (yoy) Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional (% yoy) Babel Nasional Sumatera 6,39% 3,92% 3,61% Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah 56 Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan I tahun 2017 masih cukup terkendali. Triwulan I tahun 2017 diwarnai dengan inflasi pada bulan Januari sebesar 1,72% (mtm) atau 7,95% (yoy), sedangkan deflasi terjadi pada bulan Februari dan Maret masing masing sebesar 0,82% (mtm) atau 6,42% (yoy) dan 0,29% (mtm) atau 6,39% (yoy). Tabel 3.1 Inflasi Bulanan dan Tahunan (% mtm dan % yoy) Januari 2017 Februari 2017 Maret ,72% (mtm) 7,95% (yoy) -0,82% (mtm) 6,42% (yoy) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah -0,29% (mtm) 6,39% (yoy)

77 Secara umum tekanan inflasi pada triwulan I tahun 2017 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) adanya perayaan Hari Raya Ceng Beng yang meningkatkan permintaan, (2) terganggunya pasokan akibat gagal panen di sentra produksi terutama pada komoditas cabai di awal tahun, (3) masih belum optimalnya jalur distribusi barang baik melalui laut maupun udara sehingga waktu tempuh distribusi barang masih memerlukan waktu yang cukup lama, (4) struktur pasar yang cenderung oligopoli dan jalur distribusi yang relatif panjang sehingga pembentukan harga menjadi tidak kompetitif dan tidak efisien, (5) perilaku penentuan harga di tingkat pedagang yang masih ditentukan oleh harga tertinggi, (6) naiknya tarif angkutan udara secara signifikan di awal tahun. Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Dec-16 Mar-17 (% yoy) (1.08) (5.00) UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Diolah Jika dibandingkan antara triwulan I 2017 dan triwulan IV 2016, kelompok yang mengalami kenaikan inflasi antara lain (1) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, (2) kesehatan, (3) pendidikan, rekreasi dan olah raga serta (4) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan kelompok (1) Bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, serta (3) sandang mengalami penurunan tingkat inflasi. Kenaikan tarif angkutan udara dan tarif listrik mendorong kenaikan inflasi di kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Pada triwulan I 2017 tarif angkutan udara mengalami inflasi sebesar 1,90% (yoy), menurun dari triwulan IV tahun 2016 yang mengalami inflasi 2,44% (yoy). Searah dengan angkutan udara, tarif listrik juga mengalami inflasi sebesar 1,12% (yoy) meningkat dari triwulan IV 2016 yang hanya mengalami inflasi 0,06% (yoy). 57

78 Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan-16 Feb-16 Mar-16 Apr-16 May-16 Jun-16 Jul-16 Aug-16 Sep-16 Oct-16 Nov-16 Dec-16 Jan-17 Feb-17 Mar-17 Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung 4 (% mtm) Kenaikan BBM (21 Juni), puasa dan lebaran Kenaikan BBM (Juli - Agustus) (Oktober), TDL 3 2 Pembatasan impor hortikultura Kenaikan (November), angkutan udara Angkutan Udara (Natal dan (Natal dan Tahun tahun baru) Baru) dan LPG 12 kg Puasa, lebaran (Juli - Agustus), Kenaikan TDL, LPG 12 kg dan Angkutan Udara. Puasa dan Lebaran (Juli - Agustus), biaya pendidikan, dan kabut asap (September - Puasa dan lebaran dan kenaikan tarif angkutan udara Kenikan tarif angkutan udara (Natal dan Tahun Baru), TDL (Januari) kenaikan TDL, Oktober) Gelombang tinggi, LPG 12 kg, dan kenaikan tarif 1 bencana asap (September) angkutan udara (Natal dan Tahun Baru) Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 3.2 Disagregasi Inflasi DISAGREGASI INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG INFLASI INTI (% yoy) TW IV ,00 TW I ,16 VOLATILE FOOD (% yoy) TW IV ,47 TW I ,03 ADMINISTERED PRICES (% yoy) TW IV ,09 TW I ,60 Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan dan ekspektasi, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Pada triwulan I tahun 2017, inflasi terjadi pada seluruh kelompok disagregasi inflasi. Walaupun mengalami inflasi dibandingkan triwulan IV tahun 2016, inflasi di kelompok inti masih relatif stabil. Kelompok volatile food juga mengalami penurunan inflasi sehubungan dengan panen yang terjadi di sentra produksi dan normalisasi harga beberapa komoditas pertanian. Dilain pihak, pada triwulan I 2017 tercatat kelompok administered price mengalami peningkatan inflasi jika dibandingkan dengan triwulan IV Inflasi di kelompok inti relatif stabil dari 4,00% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,16% (yoy), seiring dengan terkendalinya ekspektasi inflasi, nilai tukar yang relatif stabil dan mulai meningkatnya permintaan sehubungan dengan adanya peningkatan ekspor komoditas timah. Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi (% yoy) Umum Core Volatile Food Adm. Priced Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah

79 Sejalan dengan itu, inflasi kelompok volatile food menurun dari 11,47% (yoy) menjadi 7,03% (yoy). Penurunan inflasi volatile food didorong oleh normalisasi harga dan permintaan komoditas pangan dari triwulan IV Selain itu, mulai membaiknya panen di sentra produksi pertanian juga mendukung ketersediaan stok bahan pangan. Inflasi administered price meningkat menjadi sebesar 10,60% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,09% (yoy). Meningkatnya inflasi ini terutama bersumber dari naiknya tarif angkutan udara yang masih tinggi Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Curah Hujan Hari Hujan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung, diolah Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan 800,000 Bongkar Muat % Bongkar % Muat 700, , , , , , ,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Cabang Pangkalbalam, diolah Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung 18 (%yoy) Nasional Pangkalpinang Tanjungpandan Babel Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah Grafik 3.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Likert Scale Biaya Bahan Baku Biaya Energi Tingkat Upah II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Adapun komoditas inflasi bulanan yang paling sering muncul sebagai penyumbang inflasi terbesar selama triwulan I 2017 dari kelompok administered price adalah angkutan udara dan tarif listrik, sedangkan dari kelompok volatile food antara lain cabai rawit, cabai merah, bawang merah, sawi hijau, jeruk, bayam, ikan kembung, dencis, cumi cumi dan sotong. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi dari kelompok inti antara lain daging babi dan tahu mentah. 59

80 Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi/Deflasi Bulanan JANUARI Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung No. Inflasi Inflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) 1 Angkutan udara Angkutan Udara Angkutan Udara Tarif listrik 2.79 Cumi - cumi Udang Basah Bawang merah Udang Basah Cumi-cumi Daging babi Kembung Ikan kembung Ikan dencis 28.2 Daging ayam ras 6.22 Tarip Listrik Jeruk 5.59 Martabak Bawang Merah Ikan kembung 6.29 Kangkung Dencis Tahu mentah Ketimun Daging Babi Ikan hapau Ikan tongkol 9.82 Jeruk Udang basah 6.67 Kopi manis 8.33 Tahu Mentah Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Bangka Belitung No. Deflasi Deflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) 1 Tarif pulsa ponsel Cabai rawit Tarip Pulsa Ponsel Cabai rawit Cabai merah Cabai Rawit Pisang Bayam Bayam Kangkung Terong panjang Cabai Merah Bayam Ikan kerisi Pisang Kacang panjang Bawang merah Sawi Hijau Cabai merah Sawi hijau Bahan Bakar Rumah Tangga Bahan bakar RT Ikan asin belah Semangka Sawi hijau Ikan tenggiri Kacang Panjang Ikan singkur Cat tembok Kangkung FEBRUARI 2017 Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung No. Inflasi Inflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) 1 Tarip Listrik 1.82 Cabai Rawit Cabai Rawit Bawang Merah 5.74 Udang Basah Bawang Merah Cabai Rawit 9.70 Kangkung Tarip Listrik Bayam 6.40 Bayam Bayam Tahu Mentah 9.80 Kain Gorden Sawi Hijau Tarip Pulsa Ponsel 1.03 Bawang Merah Wortel Kacang Panjang Bawang Putih 7.59 Tahu Mentah Cumi-cumi 4.26 Wortel Cumi-cumi Sawi Hijau 3.31 Sawi Hijau Bawang Putih Kelapa Jeruk 3.42 Kentang 8.15 Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Bangka Belitung No. Deflasi Deflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) 1 Angkutan Udara Angkutan Udara Angkutan Udara Selar/Tude Daging Ayam Ras Kerisi Dencis Kerisi Daging Ayam Ras Kerisi Ikan Kembung Selar/Tude Jeruk Ikan Bulat Jeruk Daging Ayam Ras Cabai Merah Dencis Tongkol/Ambu-ambu Semangka Tongkol/Ambu-ambu Hapau Telur Ayam Ras Ikan Kembung Tenggiri Selar/Tude Tenggiri Singkur Kepiting/Rajungan Ayam Hidup MARET 2017 Pangkalpinang Tanjungpandan Bangka Belitung No. Inflasi Inflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Inflasi (%mtm) 1 Tarip Listrik 3.37 Tarip Listrik 6.04 Tarip Listrik Kerisi 8.89 Semangka Apel Tenggiri Biaya Jaringan Saluran TV Tenggiri Cabai Rawit Wortel Cabai Rawit Apel Terong Panjang Sotong Sotong Angkutan Laut Nasi dengan Lauk Nasi dengan Lauk 2.02 Akademi/Perguruan Tinggi 4.12 Wortel Cumi-cumi 8.87 Melon Semangka Selar/Tude 7.30 Rokok Putih 1.72 Rokok Putih Biaya Jaringan Saluran TV 6.07 Bedak 3.20 Akademi/Perguruan Tinggi 1.23 Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Bangka Belitung No. Deflasi Deflasi Komoditas Komoditas (%mtm) (%mtm) Komoditas Deflasi (%mtm) 1 Sawi Hijau Kerisi Kangkung Bawang Merah Kembung Kembung Bayam Angkutan Udara Bawang Merah Beras Kangkung Sawi Hijau Dencis Selar/Tude Selar/Tude Kangkung Cabai Rawit Cabai Merah Daging Babi Cabai Merah Beras Cabai Merah Cumi-cumi Bayam Jeruk Ikan Bulat Dencis Angkutan Udara Tongkol/Ambu-ambu Jeruk Berdasarkan kota sampel perhitungan, inflasi Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjungpandan mengalami inflasi. Kota Pangkalpinang mencatat inflasi sebesar 7,13% (yoy) menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 7,78% (yoy), sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi sebesar 5,08% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,92% (yoy).

81 Kota Pangkalpinang pada triwulan laporan mencatat inflasi 7,13% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya 7,78% (yoy), akan tetapi masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,61% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh peningkatan inflasi yang terjadi pada kelompok (1) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga, (2) kesehatan dan (3) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan penurunan inflasi terjadi pada kelompok (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, (3) sandang, dan (4) pendidikan, rekreasi dan olah raga. Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Dec-16 Mar (% yoy) UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GA S & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi 5,08% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 4,92% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi Tanjung Pandan disebabkan adanya peningkatan inflasi pada kelompok (1) perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar, (2) kesehatan, (3) pendidikan, rekreasi dan olah raga, serta (4) transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Sedangkan kelompok (1) bahan makanan, (2) makanan jadi, minuman, rokok dan tambakau, dan (3) sandang mengalami penurunan inflasi. Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Dec-16 Mar (% yoy) UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GA S & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 61

82 3.3 Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Inflasi sepanjang triwulan I 2017 menurun seiring dengan adanya normalisasi harga dan permintaan pasca Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu, mulai membaiknya produktifitas di sentra produksi pertanian juga mendukung terkendalinya inflasi dari bahan makanan. Disisi lain, mulai membaiknya beberapa harga komoditas seperti timah, CPO, dan karet, dan adanya kebijakan pelonggaran kebijakan moneter mendorong peningkatan konsumsi masyarakat yang berpotensi meningkatkan inflasi dari sisi permintaan. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai langkah antisipatif dan koordinasi untuk pengendalian inflasi. Beberapa upaya yang telah dilakukan diantaranya (1) berkoordinasi dengan Komisi Pengawas Persaingan Usaha untuk menjajaki kerjasama pengawasan persaingan usaha di Bangka Belitung agar tercipta persaingan usaha yang sehat, (2) memastikan ketersediaan stok bahan makanan menjelang Ramadhan dan Idul Fitri, juga telah dilakukan Rapat Koordinasi pemantauan stok bahan pokok antara Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota (OPD Teknis), Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, distributor, Bulog dan instansi terkait lainnya, (3) inspeksi mendadak ke pasar dan distributor untuk memastikan ketersediaan stok bahan pokok dan kesesuaian HET beberapa bahan pokok, (4) sosialisasi Permendag No.20/M-DAG/PER/3/2017 tentang Pendaftaran Pelaku Usaha Distribusi Barang Kebutuhan Pokok oleh Kementerian Perdagangan RI. Permendag tersebut dapat dijadikan instrumen untuk memantau ketersediaan bahan pokok di tingkat distributor dan agen, (5) upaya peningkatan kapasitas High Level dan tim teknis TPID juga telah dilakukan melalui kegiatan Capacity Building. Melalui kegiatan tersebut diharapkan upaya pengendalian inflasi melalui asesmen dan penyusunan program di tingkat pimpinan dan tim teknis TPID se Bangka Belitung dapat lebih efektif, (6) Upaya pengendalian inflasi dari sisi produksi juga dilakukan secara intensif. Pembinaan melalui bantuan teknis dan studi banding kepada petani cabai dan nelayan diharapkan dapat meningkatkan kapasitas produksi pertanian dan perikanan lokal. Disamping itu, terdapat beberapa program pemerintah daerah/skpd yang mendukung upaya pengendalian inflasi antara lain program pencetakan sawah baru dalam rangka mendukung program swasembada pangan yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi dan program ketahanan pangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Bank Indonesia dalam hal ini juga ikut mendukung dan berperan melalui pembentukan Program Pengendalian Inflasi komoditas cabai di Belitung dan dukungan pembiayaan P2KP dengan pemanfaatan pekarangan di 62

83 Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang dengan total nilai lebih dari Rp1 miliar melalui Program Sosial Bank Indonesia Strategis. 3.4 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Inflasi tahunan wilayah Sumatera masih berada dalam kisaran target inflasi tahunan Bank Indonesia. Secara agregat laju inflasi tahunan Bangka Belitung pada triwulan I 2017 tercatat sebesar 6,39% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar 3,61% (yoy) dan inflasi Pulau Sumatera sebesar 3,92%. Inflasi tahunan triwulan I 2017 tertinggi terjadi di Bangka Belitung dan Bengkulu masing-masing sebesar 6,39% (yoy) dan 6,01% (yoy). Sebaliknya, Jambi mencatatkan inflasi terendah, yakni sebesar 2,85% (yoy). Grafik 3.12 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Triwulan I 2017 Aceh Sumut Sumbar Riau Kepri Jambi Bengkulu Sumsel Babel Lampung Sumatera Historis 5 Tahun Terakhir Tw

84 Periode Umum Tabel 3.3 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR, KOMUNIKAS I DAN JASA KEUANGAN Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah 64

85 Suplemen D. Program Pengendalian Inflasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tahun 2017 Dalam rangka pengendalian inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Tim Pengendalian Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah menyusun Program Kerja untuk tahun Program kerja tahun 2017 disusun berdasarkan Roadmap Pengendalian Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan disinergikan dengan program kerja yang telah direncanakan oleh Organisasi Perangkat Daerah yang ada di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Berikut adalah program kerja tahun 2017 Tim Pengendalian Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung : 1. Pengendalian Inflasi dari Sisi Produksi No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) Pertanian 1. Pemetaan lahan dan Memetakan lokasi dan kapasitas produksi a) Bank Indonesia Triwulan I 2017 produktifitas pertanian komoditas pertanian (cabai, bawang, dll) b) Biro Ekonomi melalui Rakor dan tinjauan lapangan c) Dinas Pangan d) Dinas Pertanian 2. Pelatihan dan implementasi Melakukan pelatihan dan implementasi a) Bank Indonesia Triwulan I IV 2017 teknologi pertanian a.l. teknologi pertanian kepada kelompok tani yang b)badan Penelitian dan melalui Program Pengendalian potensial untuk meningkatkan produktifitas Teknologi Pertanian Inflasi Cabai dan hidroponik pertanian dalam rangka memperkuat cadangan c) Dinas Pertanian pangan a.l. pengendalian organisme pengganggu tumbuhan 3. Pelatihan kelembagaan Memberikan pelatihan pengembangan a) Bank Indonesia Triwulan I IV 2017 kelompok tani kelembagaan kelompok tani potensial untuk b) Dinas Pertanian menjadi koperasi tani dan corporate farming c) Disperindag d) Diskop UMKM 4. Optimalisasi penyaluran kredit Memfasilitasi petani yang potensial untuk dapat a) Bank Indonesia Triwulan I IV 2017 program memanfaatkan kredit program dalam rangka b) Diskop UMKM meningkatkan kapasitas usahanya c) Perbankan Perikanan 1. Pemetaan produktifitas Memetakan lokasi dan kapasitas produksi a) Bank Indonesia Triwulan I 2017 perikanan dan wilayah perikanan melalui FGD dan tinjauan lapangan b) Dinas Kelautan dan Perikanan perikanan 2. Pelatihan dan implementasi Memberikan pelatihan teknis kepada nelayan a) Bank Indonesia Triwulan I IV 2017 teknologi kelautan dan potensial untuk meningkatkan produktifitas b) Dinas Kelautan dan Perikanan perikanan perikanan dalam rangka meningkatkan cadangan pangan perikanan a.l. pelatihan pembuatan kapal fiber dan alat tangkap ramah lingkungan 65

86 No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) Perikanan 3. Penguatan kelembagaan Memberikan pelatihan untuk memperkuat a) Bank Indonesia Triwulan III 2017 kelompok nelayan dan kelembagaan kelompok nelayan dalam hal b)dinas Kelautan dan Perikanan Koperasi Nelayan penguatan manajemen usaha dan pengelolaan c)disperindag keuangan serta penguatan Kelompok Koperasi Nelayan 4. Implementasi Galeri Nelayan Membuat galeri nelayan untuk memenuhi a) Bank Indonesia Triwulan III 2017 dan Lembaga Keuangan Mikro kebutuhan alat tangkap nelayan b) Disperindag melalui Program c) Dinas Kelautan dan Perikanan Pengembangan UMKM Unggulan Nelayan 5. Law enforcement illegal Memperkuat penegakan hukum dalam praktek a) Biro Ekonomi Triwulan I IV 2017 fishing ilegal fishing melalui pengawasan dan b) Dinas Keluatan dan Perikanan pemantauan secara rutin oleh penegak hukum c) Kepolisian 6. Dukungan pembuatan Memfasilitasi nelayan potensial untuk dapat a) Biro Ekonomi Triwulan I IV 2017 sertifikasi hak atas tanah membuat sertifikat hak atas tanah yang dimiliki b) Dinas Kelautan dan Perikanan untuk nelayan untuk meningkatkan akses pembiayaan kepada c) Kantor Pertanahan lembaga keuangan 7. Optimalisasi penyaluran kredit Memfasilitasi nelayan yang potensial untuk a) Bank Indonesia Triwulan I IV 2017 program dapat memanfaatkan kredit program untuk b)dinas Kelautan dan Perikanan meningkatkan kapasitas usahanya c) Perbankan Peternakan 1. Pemetaan lokasi dan kapasitas Melakukan pemetaan terkait lokasi dan a) Biro Ekononi Triwulan II 2017 sentra peternakan kapasitas sentra peternakan melalui focus b) Dinas Peternakan group discussion dan tinjauan lapangan 2. Pengembangan kapasitas SDM Melakukan pelatihan dan pengembangan SDM a) Biro Ekonomi Triwulan III 2017 peternakan peternakan melalui pelatihan dan bantuan b) Dinas Peternakan teknis 2. Pengendalian Inflasi dari Sisi Distribusi dan Tata Niaga No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) 1. Pemetaan surplus defisit komoditas pangan 2. Penjajakan pendirian pasar baru dan/atau revitalisasi pasar serta pasar induk. 3. Optimalisasi Toko Tani dan Tempat Pelelangan Ikan 4. Inspeksi dan pemantauan stok pangan di distributor Melakukan pemetaan produksi dan lokasi produksi serta kebutuhan/konsumsi untuk komoditas pangan Penjajakan pendirian pasar baru dan/atau revitalisasi pasar existing serta pasar induk melalui studi maupun koordinasi dan komunikasi antar instansi Mengoptimalkan pemanfaatan toko tani untuk mengefisienkan jalur distribusi komoditas pangan dan perikanan Melakukan koordinasi dan tinjauan lapangan/sidak ke distributor untuk mengawasi cadangan pangan a) Biro Ekonomi b) Dinas Pangan c) Dinas Pertanian d) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia c) Disperindag a) Bank Indonesia b) Dinas Pertanian b) Disperindag c) Dinas Kelautan dan Perikanan a) Biro Ekonomi b) Disperindag Triwulan I 2017 Triwulan III 2017 Triwulan I 2017 Triwulan I IV Law Enforcement untuk menanggulangi persaingan usaha tidak sehat Melakukan pengawasan dan kerjasama dengan KPPU untuk mengatasi persaingan usaha yang tidak sehat a) Biro Ekonomi b) Disperindag c) KPPU d) Kepolisian 6. Penyaluran Raskin Melakukan penyaluran beras untuk masyarakat a) Biro Ekonomi b) Disperindag c) Bulog 7. Operasi Pasar dan Pasar Murah (Bazaar) 8. Edukasi kepada distributor bahan pangan Melakukan sidak ke pasar untuk menjaga kestabilan harga bahan pokok 1. Bekerjasama dengan Kepolisian RI untuk melakukan sosialisasi mengenai larangan dan sanksi penimbunan barang 2. Bekerjasama dengan KPPU untuk melakukan sosialisasi mengenai persaingan usaha yang tidak sehat, termasuk kegiatan yang dilarang dan perjanjian kemitraan yang dilarang a) Biro Ekonomi b) Disperindag a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia c) Disperindag Triwulan I - IV 2017 Triwulan I IV 2017 Triwulan II & IV 2017 Triwulan II

87 No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) 9. Meningkatkan Perdagangan Antar Daerah Memfasilitasi pertemuan antar distributor bahan a) Bank Indonesia pangan (a.l komoditas cabai dan bawang) dalam rangka inisiasi perdagangan antar daerah b) Biro Ekonomi c) Disperindag Triwulan II Optimalisasi jalur distribusi di pelabuhan dan bandara Melakukan Focus group discussion bersama stakeholders yang memiliki kewenangan dalam operasional pelabuhan dan bandara untuk mencari solusi permasalahan distribusi a) Bank Indonesia b) Bappeda c) Biro Ekonomi d) Bank Indonesia e) Pelindo f) Angkasa Pura Triwulan II Pengendalian Inflasi dari Sisi Infrastruktur dan Konektivitas No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) 1. Pembangunan akses jalan ke sentra produksi Membangun jalan dan jembatan yang layak untuk melancarkan jalur distribusi dari sentra produksi a) Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman b) Dinas Pekerjaan Umum Triwulan I IV Pembangunan sarana irigasi Membangun sarana irigasi untuk mendukung produktifitas pertanian Dinas Pekerjaan Umum Triwulan I IV Pembuatan kajian atau analisis terkait Pendalaman masalah inflasi angkutan udara di a) Bank Indonesia Triwulan II 2017 inflasi angkutan udara Bangka Belitung sebagai referensi pengambilan kebijakan dan pelaporan ke KPPU b) Diskominfo 4. Pengendalian Inflasi dari Sisi Pola Konsumsi No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) 1. Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) Melakukan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat dan meningkatkan kemandirian pangan masyarakat melalui program P2KP a) Bank Indonesia b) Dinas Pangan Triwulan II III Edukasi Kepada Masyarakat Mengenai Inflasi 3. Edukasi Kepada Pelaku Usaha Pemasangan Iklan Layanan Masyarakat di Baliho/Videotron terutama yang dimiliki Pemda untuk mengedukasi masyarakat mengenai pentingnya keterlibatan masyarakat dalam pengendalian inflasi Melakukan edukasi kepada para pedangan terutama pedangan besar melalui imbauan dan iklan layanan masyarakat agar tidak menimbun barang dan tidak mengambil keuntungan dagang yang terlalu tinggi a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia Juni 2017 Triwulan II & IV Pengendalian Inflasi dari Sisi Informasi dan Komunikasi No. Program Bentuk Kegiatan Stakeholders Periode (tentatif) 1. Penguatan Akurasi Data 1. FGD dengan BPS Babel untuk peningkatan pemahaman a. Biro Ekonomi April 2017 terhadap metodologi yang digunakan dalam b. Bank Indonesia penghitungan inflasi. Apabila diperlukan, TPID Babel dapat memberikan rekomendasi/masukan (dapat berupa surat dengan tembusan ke beberapa pihak). FGD dapat mengundang narasumber lain sebagai secondary opinion. 2. Peningkatan akurasi data ketersediaan pangan dalam rangka merintis kerjasama antar daerah 3. Penguatan Forum Data 2. Pemantauan dan diseminasi harga komoditas strategis 3. Pengembangan Pusat Harga Pangan Strategis 4. Pemantauan harga jelang hari raya 5. Edukasi Kepada Wartawan, Humas dan Protokol Pemerintah Daerah Melakukan survei harga pangan strategis secara harian untuk di diseminasi melalui PIHPS Melakukan Pengembangan Pusat Harga Strategis dengan menambah lokasi pemantauan harga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pemantauan harga bahan pokok dan barang strategis lainnya pada bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri, Hari Raya Idul Adha dan Hari Raya Natal Melakukan edukasi kepada wartawan mengenai teknis penghitungan inflasi, perkembangan inflasi di Bangka Belitung dan upaya yang dilakukan TPID untuk pengendalian inflasi a) Disperindag b) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi b) Disperindag c) Bank Indonesia a. Biro Ekonomi b. Bank Indonesia c. Diskominfo Triwulan I IV 2017 Triwulan II IV 2017 Triwulan II IV 2017 Triwulan II

88 6. Pendalian Inflasi dari Sisi Kelembagaan No. Program Bentuk Kegiatan Stakeolders Periode (tentatif) 1. Capacity Building untuk anggota TPID 2. Penguatan Program Kerja TPID 3. Penyusunan program kerja TPID 2017 sesuai roadmap pengendalian inflasi Babel Pengembangan kapasitas dan pengetahuan TPID untuk mendukung Pengendalian Inflasi di Bangka Belitung melalui in house training atau studi banding Analisa program TPID provinsi/kab/kota lainnya dalam pengendalian inflasi. Hasil analisa agar disampaikan pada Rakor TPID (benchmarking TPID) Penyusunan program kerja TPID 2017 dan 2018 sesuai roadmap pengendalian inflasi Babel dan didukung oleh APBD yang memadai a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia Triwulan I & III 2017 Biro Ekonomi 30 Maret 2017 TPID Prov/Kab/Kota Maret Meningkatkan koordinasi pengendalian inflasi melalui TPID 5. Sinkronisasi program kerja TPID Melakukan koordinasi TPID melalui forum a.l : a)pokjanas TPID Pusat b)rakor TPID se Prov. Bangka Belitung c)rakorwil TPID se Sumatera d)rakornas TPI dan TPID Melaksanakan sinkronisasi dan koordinasi program kerja Organisasi Perangkat Daerah (OPD) teknis yang ada di Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. a) Biro Ekonomi b) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi Triwulan I & II Penyampaian Rekomendasi ke Kementrian Perhubungan dan Pokjanas TPID 7. Penyusunan MoU TPID Babel dengan KPPU Batam dan tindak lanjut pelaporan kepada KPPU Menginisiasi pembuatan analisa dan rekomendasi bersama provinsi lainnya yang berbentuk kepulauan atau mengalami masalah yang sama untuk pengendalian inflasi angkutan udara, khususnya pricing batas atas dan bawah tarif angkutan udara. Penyusunan pokok-pokok kerjasama antara TPID Babel dengan KPPU Batam yang mencakup kerjasama dalam bidang edukasi, pertukaran informasi dan penegakan hukum 8. Laporan Rutin TPID TPID Kab/Kota agar menyampaikan laporan semesteran kepada TPID Prov mengenai kegiatan yang telah dilaksanakan pada semester tersebut. Selanjutnya TPID Prov akan menyampaikan laporan kepada Pokjanas TPID 9. Penilaian Kinerja TPID terbaik TPID Prov/Kab/Kota menyampaikan laporan kegiatan selama tahun 2016 ke Pokjanas TPID paling lambat 3 April Sebelum pengiriman, kiranya dapat diinformasikan kepada Bank Indonesia Babel a) Biro Ekonomi b) Dishub c) Bank Indonesia a) Biro Ekonomi b) Disperindag TPID Prov/Kab/Kota Triwulan II 2017 Triwulan II 2017 Juni dan Juli TPID Prov/Kab/Kota 3 April

89 INDIKATOR MAKRO Stabilitas Sistem Keuangan dan Pengembangan UMKM Triwulan IV 2016 Triwulan I , ,14% yoy 17, ,00% yoy 14,77 + 3,61% yoy 14,87 + 7,12% yoy 15, ,60% yoy 16,10 + 9,58% yoy 4, ,01% yoy 4, ,58% yoy 93,03 92,

90 BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2017 tetap terjaga dan membaik, yang terlihat dari pertumbuhan positif beberapa indikator utama. Kedepan tren pertumbuhan positif ini akan tetap berlangsung, seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung khususnya akibat perbaikan harga komoditas utama kepulauan Bangka Belitung. 4.1 Perkembangan Bank Umum Pada triwulan I tahun 2017, aset perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp17,37 triliun atau tumbuh sebesar 10,00% (yoy), menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2016 yang tumbuh sebesar 12,14% (yoy) atau secara nominal Rp17,28 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 9,58% (yoy) pada triwulan laporan dimana secara nominal mencapai Rp16,10 triliun. Kenaikan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 11,60% (yoy). Pertumbuhan komponen DPK terutama didorong oleh komponen tabungan yang mengalami pertumbuhan sebesar 14,35% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada triwulan I tahun 2017 mencapai Rp14,87 triliun atau naik 7,12% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar sebesar 3,61% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan laporan didorong oleh penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 10,14% (yoy). Selain itu, mulai membaiknya pertumbuhan kredit produktif yang tumbuh 5,63% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,24% (yoy) juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit di Bangka Belitung. Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Aset (Rp Miliar) yoy (%) 20,000 (Rp Miliar) (%) 30.00% 18,000 16, % 14, % 12,000 10,000 8, % 10.00% 6, % 4,000 2, % 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % Sumber : Bank Indonesia 70

91 Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan I 2017 sebanyak 30 bank yang terdiri dari 25 Bank Umum/BUS dan 4 BPR dan 1 BPRS. Jaringan kantor bank umum yang tercatat pada triwulan II 2016 yakni 27 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM), 20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 4 kantor Pusat (KP), 3 Kantor Cabang (KC) dan 2 Kantor Kas (KK). Jaringan kantor BPRS sebanyak 1 Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang, dan 21 Kantor Kas. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan I tahun 2017 mengalami penurunan dimana tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada poisisi 92,37%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 93,03%. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada triwulan I tahun 2017 adalah sebesar 3,42%, meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,29%. Peningkatan rasio kredit bermasalah ini sejalan dengan penyaluran kredit yang juga tumbuh positif. 3,42% 92,37% 7,12% 9,58% 4.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito pada akhir triwulan I 2017 mencapai Rp16,10 triliun atau tumbuh 9,58% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 11,60% (yoy). Peningkatan jumlah DPK pada triwulan ini disebabkan adanya perbaikan pertumbuhan dari komponen giro dan deposito. Sedangkan untuk komponen tabungan mengalami perlambatan. Secara proporsional komponen tabungan memiliki pangsa terbesar dari seluruh komponen DPK yaitu 49,60%, sedangkan untuk deposito dan giro masing masing sebesar 35,46% dan 15,44%. Pada triwulan laporan, komponen deposito tercatat tumbuh sebesar 12,42% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp5,71 triliun lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,77% (yoy). Komponen tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 14,35% (yoy) atau secara nominal senilai Rp7,90 triliun meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,69% (yoy). Disisi lain, komponen giro mencapai Rp2,48 triliun atau kontraksis sebesar 7,97% (yoy), membaik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 28,62% 71

92 (yoy). Pertumbuhan komponen tabungan dan deposito ini ditopang meningkatnya aktivitas ekonomi pada triwulan I 2017 menyusul membaiknya harga komoditas utama Kepulauan Bangka Belitung. Pada triwulan laporan, komponen tabungan mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tabungan pada triwulan I 2017 adalah sebesar 14,35% (yoy) atau senilai Rp7,90 triliun, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,69% (yoy). Komponen deposito pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 12,42% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan deposito pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,77% (yoy). Pertumbuhan tabungan dan deposito masih tumbuh positif pada triwulan laporan disebabkan adanya peningkatan jumlah deposito di perbankan swasta nasional seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat. Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan DPK TABUNGAN DEPOSITO GIRO DPK (g) GIRO (g) TABUNGAN (g) DEPOSITO (g) 18,000 40% Deposito 35.46% Giro 15.44% 16,000 14,000 12,000 30% 20% 10,000 10% Tabungan 49.10% 8,000 0% 6,000-10% 4,000 2,000-20% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I % Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Rp 5,71 Triliun + 12,42 % yoy Rp 7,90 Triliun + 14,35 % yoy Rp 2,48 Triliun - 7,97 % yoy Dari sisi dana golongan deposan individu mengalami pertumbuhan DPK sebesar 16,19% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,39% (yoy). Pada triwulan I 2017 diperkirakan dana pihak ketiga perbankan akan tumbuh positif yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas dunia. Selain itu, adanya transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah juga turut mendukung peningkatan dana pihak ketiga. 72

93 4.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp14,87 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 7,12% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 3,61% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan I 2017, didorong oleh kredit produktif. Perbaikan pertumbuhan dari komponen kredit produktif sebesar 5,63% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,24% (yoy) mendukung perbaikan penyaluran kredit oleh perbankan. Adapun kredit konsumtif mengalami pertumbuhan sebesar 10,14% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,89% (yoy). Perbaikan penyaluran kredit di Bangka Belitung disebabkan bertambahnya permintaan kredit sehubungan dengan adanya perbaikan iklim usaha yang memacu aktivitas industri dan UMKM di Bangka Belitung. Pertumbuhan kredit produktif disebabkan adanya peningkatan di komponen kredit modal kerja dan adanya pendangkalan kontraksi pertumbuhan kredit investasi. Tercatat kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 11,22% (yoy) setelah mengalami pertumbuhan 4,24% (yoy) pada triwulan IV Di lain pihak, kredit investasi juga mulai mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 10,81% (yoy) dari 12,04% (yoy) di triwulan IV Perbaikan penyaluran kredit produktif seiring dengan adanya pertumbuhan aktivitas usaha, terutama di sektor industri, sehubungan dengan mulai membaiknya harga komoditas dunia, yang berujung pada peningkatan ekspor. Selain itu, adanya paket kebijakan pemerintah yang mendukung iklim usaha juga mempercepat perputaran usaha di Bangka Belitung. Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa terbesar kredit disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 51,82%, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 34,05% dan kredit investasi sebesar 14,13%. Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan 16,000 KREDIT MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI gkredit (RHS) gmodal KERJA (RHS) ginvestasi (RHS) gkonsumsi (RHS) 50% 14,000 40% Konsumsi 34.05% Modal Kerja 51.82% 12,000 10,000 30% 20% Investasi 14.13% 8,000 6,000 10% 4,000 0% 2,000-10% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I ,017-20% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 73

94 Rp 5,06 T +10,14% yoy Rp 2,10 T - 10,81% yoy Rp 7,70 T +11,22% yoy Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit terbesar ke sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 26,23%, diikuti oleh kredit perdagangan, hotel, dan restoran 19,68%, kredit industri pengolahan sebesar 7,77% serta kredit sektor pertanian sebesar 3,85%. Sementara itu kredit ke sektor bukan lapangan usaha memiliki pangsa sebesar 34,05%. Secara umum, beberapa sektor ekonomi, seperti (1) listrik, air dan gas (2) pengangkutan dan komunikasi serta (3) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih mengalami kontraksi dalam penyaluran kredit secara tahunan. Akan tetapi sebagian sektor lainnya, seperti (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan dan (4) bangunan, mengalami pertumbuhan dan khusus untuk sektor pertanian mulai mengalami pertumbuhan positif atau pendangkalan kontraksi. Kenaikan harga komoditas dan perbaikan pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan positif di sebagian besar sektor pernyaluran kredit tersebut. Selain itu, implementasi paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim usaha juga memberikan dampak positif pada aktivitas sektor ekonomi. Kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 35,78% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 38,50% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor pertanian mengalami penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 3,28% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 9,09% (qtq). Masih lemahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian yang disebabkan menurunnya harga komoditas pertanian lada. Akan tetapi, mulai membaiknya harga karet dan CPO yang berujung pada meningkatnya aktivitas usaha dan ekspor, menyumbang pertumbuhan positif di penyaluran kredit sektor pertanian. Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai pangsa terbesar mulai mengalami pertumbuhan positif sebesar 21,76% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 10,28% (yoy). Pertumbuhan kredit pertambangan dan penggalian seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah yang ikut mendorong aktivitas usaha di industri pengolahan timah. Secara triwulanan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 2,29% (qtq) menurun jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 13,66% (qtq). 74

95 Kredit ke sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 5,42% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 1,60% (yoy). Secara triwulanan, kredit ke sektor ini mengalami kontraksi sebesar 2,21% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 5,69% (qtq). Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 13,89% (yoy) pada triwulan I 2017 setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 6,73% (yoy). Secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 4,83% (qtq) atau dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 8,92% (qtq). Mulai meningkatnya penyaluran kredit ke industri pengolahan disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas seperti timah dan CPO, sehingga penyaluran kredit ke sektor ekonomi yang berbasis komoditas juga menunjukan peningkatan. Kontraksi penyaluran kredit pada triwulan I 2017 salah satunya terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar 35,70% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 31,33% (yoy). Secara triwulanan penyaluran kredit ke sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami kontraksi sebesar 3,56% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 7,27% (qtq). Kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kontraksi, dimana sektor ini mengalami kontraksi menjadi sebesar 26,17% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 20,98% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit sektor ini mengalami kontraksi menjadi sebesar 8,15% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 1,49% (qtq). Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI I II III IV I II III IV I II III IV I Total Kredit 11, , , , , , , , , , , , , Kredit Lapangan Usaha/Sektoral 7, , , , , , , , , , , , , Pertanian Pertambangan dan Penggalian 2, , , , , , , , , , , , , Industri Pengolahan , , , , , , Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2, , , , , , , , , , , , , Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya 3, , , , , , , , , , , , , Sektor Bukan Lapangan Usaha 3, , , , , , , , , , , , , Sumber : Bank Indonesia Secara sektoral, rasio kredit bermasalah paling besar terjadi pada sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 35,47% serta pertambangan dan penggalian sebesar 21,94%. 75

96 Secara umum, rasio kredit bermasalah penyaluran kredit sedikit meningkat dari 3,29% pada triwulan IV 2016 menjadi 3,42% pada triwulan I Pertumbuhan kredit pada triwulan II 2017 diprediksikan akan mengalami pertumbuhan positif. Pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) serta dipertahankannya suku bunga acuan pada level yang cukup rendah akan membuat penyaluran kredit menjadi lebih tinggi, khususnya untuk penyaluran kredit konsumsi. Selain itu, mulai membaiknya harga komoditas seperti timah dan CPO juga akan mendukung kinerja di beberapa sektor ekonomi yang diprediksikan juga akan mendorong penyaluran kredit ke sektor tersebut. Membaiknya pertumbuhan ekonomi dan masih terkendalinya laju NPL juga akan berdampak positif pada penyaluran kredit produktif. Adanya Hari Raya Idul Fitri pada triwulan II 2017 juga akan meningkatkan penyaluran kredit terutama di kredit konsumsi. 4.4 Loan to Deposit Ratio / LDR Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami penurunan dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 92,37%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 93,03%. penurunan LDR sejalan dengan mulai membaiknya penyaluran kredit pada triwulan laporan. Pada triwulan II 2017 rasio loan to deposit diprediksi akan mengalami peningkatan. Hal tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang akan masih mengalami peningkatan pada tahun 2017 sehubungan dengan penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran ketentuan penyaluran kredit properti. Selain itu, mulai membaiknya aktivitas usaha di Bangka Belitung juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit produktif. Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR 18,000 DPK Kredit LDR (%) (Rp Miliar) (%) ,000 14, , ,000 8, , ,000 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia 76

97 4.5 Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung tercatat meningkat menjadi 3,42% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,29%. Peningkatan risiko kualitas kredit ini masih berada di dalam ambang batas wajar dimana batas atas rasio kualitas kredit adalah sebesar 5,00%. Peningkatan rasio kualitas kredit ini di indikasikan akibat meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya performa usaha domestik sehubungan dengan perbaikan harga komoditas komoditas dunia. Grafik 4.7 NPL Perbankan 700,000 NPL % NPL 4.50% 600, , , % 3.50% 3.00% 2.50% 300, % 200, , % 1.00% 0.50% - I II III IV I II III IV I II III IV I % Sumber : Bank Indonesia 4.6 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,37 triliun. Nilai undisbursed loan tersebut mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,14 triliun akan tetapi menurun secara pertumbuhan menjadi sebesar 2,25% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,27% (yoy). Penurunan undisbursed loan ini disebabkan oleh mulai membaiknya performa dunia usaha, realisasi anggaran pemerintah dan realisasi pemenuhan kewajiban pemerintah dan korporasi di awal tahun. 4.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,14%, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,09%. Suku bunga giro mengalami sedikit peningkatan menjadi 1,60% dari triwulan IV 2016 yang mencapai 1,54% pada triwulan IV Suku bunga tabungan mengalami moderasi menjadi 1,32% 77

98 dari triwulan sebelumnya sebesar 1,33%. Sedangkan untuk suku bunga deposito mengalami moderasi dari triwulan sebelumnya 6,33% menjadi 6,27% pada triwulan laporan. Sementara itu, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 10,88% pada triwulan I 2017 atau mengalami moderasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,14%. Hampir seluruh sektor penyaluran kredit mengalami penurunan rata-rata suku bunga tertimbang. Beberapa sektor tersebut diantaranya adalah (1) perikanan, (2) transportasi, pergudangan dan komunikasi, (3) jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya, serta (4) perdagangan besar dan eceran. Hanya sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial yang mengalami kenaikan rata rata suku bunga pinjaman. Pada triwulan II 2017, diperkirakan suku bunga simpanan maupun pinjaman akan cenderung tetap. Hal tersebut disebabkan oleh suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate tetap pada angka 4,75%. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial masih akan memberikan dampak pada moderasi suku bunga pinjaman. Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO BI Rate 7-Day's Repo Rate (%) BI RATE 7-Day's Repo Rate 16 (%) PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SBT PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SBT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SBT 7-Day's Repo Rate BI RATE PERIKANAN SBT INDUSTRI PENGOLAHAN SBT BI Rate 7 Day's Repo Rate Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 4.8 Bank Umum Syariah TW IV ,05% (yoy) 0,94% (yoy) (4,48)% (yoy) 141,81% 5,54% TW I ,61% (yoy) -9,64% (yoy) 6,78% (yoy) 169,20% 6,36% Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan I 2017 mencapai Rp672,11 miliar atau secara tahunan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 121,61% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami pertumbuhan sebesar 118,05% (yoy). Pertumbuhan aset 78

99 ini seiring dengan dampak tumbuhnya aset di beberapa perbankan syariah secara signifikan di tahun Sisi penghimpunan dana mengalami kontraksi sebesar 9,64% (yoy) atau senilai Rp471,89 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami tumbuh 0,94% (yoy). Tercatat, komponen giro mengalami kontraksi menjadi 41,77% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 27,09% (yoy). Penurunan pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan hingga mencapai pertumbuhan 2,94% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,06% (yoy). Sejalan dengan giro dan tabungan, komponen deposito juga mengalami kontraksi menjadi sebesar 24,68% (yoy) dari kontraksi 11,18% (yoy) di triwulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan. Sejalan dengan mulai membaiknya penyaluran kredit perbankan umum, komponen pembiayaan perbankan syariah mengalami pertumbuhan dari kontraksi sebesar 4,48% (yoy) pada triwulan IV 2016 menjadi 6,78% (yoy) pada triwulan I Mulai tumbuhnya pembiayaan syariah di triwulan I 2017 didukung oleh pertumbuhan di komponen modal kerja dan konsumsi. Komponen modal kerja mengalami pertumbuhan dari kontraksi 5,78% (yoy) menjadi 21,06% (yoy). Mulai membaiknya penyaluran kredit modal kerja di perbankan syariah ini, sejalan dengan perbaikan performa dunia usaha domestik pada triwulan I Sejalan dengan komponen modal kerja, komponen konsumsi tumbuh positif hingga mencapai 7,73% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 3,56% (yoy). Disisi lain, kredit investasi mengalami kontraksi yang lebih dalam hingga mencapai 18,29% (yoy) setelah mengalami kontraksi 15,58% (yoy) pada triwulan IV Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) meningkat dari 141,81% pada triwulan IV 2016 menjadi 169,20% pada triwulan I Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan meningkat menjadi sebesar 6,36% dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,54%. Pada triwulan I 2017, diperkirakan penyaluran kredit bank umum syariah akan mengalami pertumbuhan positif seiring dengan mulai membaiknya perekonomian di Bangka Belitung yang juga meningkatkan performa dunia usaha. Selain itu, penurunan suku bunga pinjaman konvensional juga akan mendukung peningkatan pernyaluran kredit syariah. 79

100 Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah INDIKATOR (Rp Juta) I II III IV I II III IV I yoy ASET 312, , , , , , , , , % DPK 468, , , , , , , , , % Giro 21,040 25,313 75,043 33,702 30,486 27,366 34,923 42,831 17, % Tabungan 313, , , , , , , , , % Deposito 133, , , , , , , , , % PEMBIAYAAN 874, , , , , , , , , % Modal Kerja 299, , , , , , , , , % Investasi 230, , , , , , , , , % Konsumsi 344, , , , , , , , , % NPF (%) Sumber : Bank Indonesia 4.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) TW IV ,22 % 14,92 % -0,84 % 18,18 % TW I ,68 % 15,19 % -1,38 % 17,30 % Aset BPR/S pada triwulan I 2017 mencapai Rp692,52 miliar atau tumbuh sebesar 11,68% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,22% (yoy). Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp578,56 miliar atau tumbuh sebesar 15,19% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,92% (yoy). Dari dana pihak ketiga, komponen tabungan tumbuh sebesar 19,58% (yoy) atau senilai Rp189,47 miliar dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,56% (yoy). Di lain pihak, komponen deposito BPR/S peningkatan pertumbuhan pada triwulan I 2017 menjadi sebesar Rp389,10 miliar atau tumbuh sebesar 13,16% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,28% (yoy). Sementara itu, total penyaluran kredit BPR/S tercatat sebesar Rp100,09 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 1,38% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 0,84% (yoy). Fungsi intermediasi BPR menurun, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit mencapai 17,30%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 18,18%. 80

101 Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR 800 (Rp miliar) Aset DPK Kredit 700 (Rp miliar) Tabungan Deposito DPK I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR 30 (%) Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR Tabungan, 16,36% Deposito, 83,64% I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 4.10 Eksposure Korporasi Pada Stabilitas Sistem Keuangan Dana Pihak Ketiga Korporasi Secara umum dana pihak ketiga yang bersumber dari korporasi di perbankan mengalami penurunan pada triwulan I Pada triwulan laporan, tercatat dana pihak ketiga korporasi mengalami kontraksi sebesar 16,33% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp1,22 triliun setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 25,66% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga korporasi utamanya didorong oleh pertumbuhan tabungan dan deposito. Tercatat tabungan korporasi pada triwulan I 2017 tumbuh sebesar 29,32% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp109,16 miliar. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 67,57% (yoy). Sejalan dengan tabungan, deposito korporasi juga mengalami pertumbuhan. Tercatat deposito korporasi tumbuh sebesar 4,57% (yoy) atau senilai Rp353,50 miliar, lebih rendah dari 81

102 pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 54,76% (yoy). Disisi lain, komponen giro mengalami kontraksi 26,77% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 43,19% (yoy). Pertumbuhan tabungan dan deposito yang terjadi pada komponen dana pihak ketiga korporasi ini sehubungan dengan peningkatan performa korporasi di triwulan I 2017 yang didorong oleh perbaikan ekonomi domestik dan peningkatan harga komoditas dunia. Peningkatan pendapatan tersebut sebagian besar juga dikonversikan kedalam penempatan dana jangka panjang. Dilain pihak, kontraksi giro korporasi di akhir tahun ditengarai karena adanya pemenuhan kewajiban jangka pendek korporasi. Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi 2,000 (Rp miliar) DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO 3.50 (%) gdpk ggiro gtabungan gdeposito 1, , , , , (0.50) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (1.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Secara umum pangsa dana pihak ketiga korporasi tidak memiliki eksposure yang signifikan terhadap dana pihak ketiga secara keseluruhan di Bangka Belitung. Tercatat pangsa DPK korporasi pada triwulan I 2017 adalah sebesar 7,63%. Komposisi dana pihak ketiga korporasi secara umum masih didominasi oleh komponen giro sebesar 62,34%, kemudian deposito dan tabungan masing masing 28,77% dan 8,89%. Pada triwulan II 2017, diperkirakan DPK dari sektor korporasi tetap akan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK korporasi diawal tahun 2017 didorong oleh beberapa faktor diantaranya efek lanjutan dari peningkatan harga komoditas dan perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik, serta perbaikan performa dunia usaha sehubungan dengan dikeluarkannya paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim dunia usaha di Bangka Belitung. 82

103 Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi 100% Korporasi Lainnya 100% GIRO TABUNGAN DEPOSITO 90% 80% 70% 90.11% 89.73% 90.87% 91.76% 93.01% 92.51% 90.01% 91.90% 92.37% 60% 89.53% 88.50% 90.43% 91.36% 91.02% 89.93% 88.66% 92.57% 50% 90% 80% 70% 60% 50% 27.57% 4.92% 21.46% 4.64% 43.25% 38.11% 33.45% 11.80% 9.02% 5.17% 25.47% 7.34% 22.44% 5.11% 35.78% 5.55% 43.35% 42.41% 5.75% 10.90% 30.78% 29.08% 8.57% 18.87% 23.02% 5.75% 26.85% 29.71% 28.77% 35.81% 6.57% 6.58% 4.87% 8.89% 40% 40% 73.91% 52.86% 67.19% 58.67% 51.84% 52.06% 66.58% 30% 30% 67.50% 51.57% 54.75% 72.44% 45.75% 60.64% 71.23% 63.71% 59.32% 62.34% 20% 20% 10% 10% 9.89%10.47%10.27%11.50% 9.13%9.57%8.24%8.64%6.99% 8.98% 7.49% 10.07%9.99% 7.43% 8.10%11.34% 7.63% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit Korporasi Sejalan dengan pertumbuhan kredit secara umum, pada triwulan I 2017 penyaluran kredit korporasi mengalami pertumbuhan dari sebelumnya yang mengalami kontraksi 1,61% (yoy) menjadi tumbuh 7,13% (yoy) atau secara nominal Rp6,55 triliun. Pertumbuhan ini terutama didorong oleh penyaluran kredit industri pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan positif menjadi 25,72% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,19% (yoy). Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi yaitu sebesar 58,63% pada triwulan laporan. Selain itu, pertumbuhan positif juga terjadi pada penyaluran kredit korporasi ke sektor industri pengolahan yang tumbuh 17,46% (yoy) setelah tumbuh 7,90% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan terbesar terjadi pada penyaluran kredit ke sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Sektor tersebut bertumbuh secara signifikan di angka 55,26% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 45,47% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, kredit modal kerja dan investasi mengalami pertumbuhan kearah yang positif. Kredit modal kerja untuk kredit korporasi tercatat mengalami pertumbuhan positif menjadi 14,72% (yoy) atau secara nominal adalah sebesar Rp5,32 triliun, dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 4,15% (yoy). Sejalan dengan kredit modal kerja, kredit investasi juga mengarah ke pendangkalan kontraksi menjadi senilai Rp1,22 triliun atau terkontraksi sebesar 16,58% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 20,40% (yoy). Di lain pihak, kredit konsumsi mengalami kontraksi menjadi sebesar 75,16% (yoy) atau secara nominal mencapai Rp882,68 juta, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan 11,80% (yoy). 83

104 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI KREDIT gkredit (RHS) gmodal KERJA (RHS) ginvestasi (RHS) gkonsumsi (RHS) 100% (Rp miliar) (%) 80% 60% 40% 20% 0% Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi PENYEDIAAN TRANSPORTASI, REAL ESTATE, USAHA LAINNYA, AKOMODASI DAN PERGUDANGAN DAN PERSEWAAN, DAN JASA 1.41% PERTANIAN, PERBURUAN PENYEDIAAN MAKAN KOMUNIKASI, PERUSAHAAN, DAN KEHUTANAN, MINUM, 1.04% 4.14% 0.82% 2.97% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, 8.68% KONSTRUKSI, 2.48% LISTRIK, GAS DAN AIR, 3.70% 3,000 2,000-20% -40% -60% 1,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I -80% -100% INDUSTRI PENGOLAHAN, 16.24% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 58.63% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit korporasi sebagian besar disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 58,63%, sektor industri pengolahan 16,24% dan perdagangan besar dan eceran 8,68%. Berdasarkan penggunaan, kredit korporasi masih didominasi untuk modal kerja 81,25% dan investasi 18,74%. Mulai membaiknya penyaluran kredit korporasi ditengarai akibat adanya perbaikan pada iklim dunia usaha domestik. Perbaiknya iklim usaha tersebut setidaknya disebabkan oleh (1) mulai membaiknya harga komoditas timah yang menggerakan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan, (2) telah diimplementasikannya paket kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendukung iklim dunia usaha, serta (3) pelonggaran kebijakan moneter yang berdampak pada penyaluran kredit ke korporasi. Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit Korporasi PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN KONSTRUKSI Investasi 18,74% 30 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI (%) PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN Modal Kerja 81,25% I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit bermasalah korporasi (NPL) mengalami moderasi pada triwulan I 2017 dari 4,74% menjadi 4,73%. Rasio tersebut masih dibawah ambang batas rasio NPL 5,00%. Beberapa sektor yang masih menunjukkan peningkatan risiko kredit, diantaranya sektor konstruksi sebesar 25,69%, transportasi, pergudangan dan komunikasi 25,40%, perdagangan besar dan eceran 18,18%, serta real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan 10,03%. 84

105 Pada triwulan II 2017, pertumbuhan kredit korporasi diprediksi masih akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan harga komoditas, perbaikan iklim usaha dan pelonggaran suku bunga yang diharapkan akan mendorong jumlah permintaan kredit dan kemampuan membayar oleh debitur Ketahanan Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas, kondisi rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif membaik. Efek kenaikan upah minimun di Bangka Belitung juga berpengaruh pada pendapatan masyarakat. Pertumbuhan DPK dan kredit ke sektor rumah tangga tercatat tumbuh positif. Kondisi yang baik tersebut juga didukung oleh rasio kredit bermasalah rumah tangga yang masih dalam kondisi terjaga. Pada triwulan I 2017 rata-rata Indeks Keyakinan Kosumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) masing-masing sebesar 114,56 dan 103,43 lebih tinggi dibanding triwulan IV 2016 yaitu masing-masing sebesar 103,06 dan 96,72. Akan tetapi, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 125,68 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 109,40. Dari ketiga angka tersebut disimpulkan bahwa masyarakat masih memiliki optimisme yang baik mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi kedepan Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Secara umum, dana pihak ketiga dari perseorangan/rumah tangga masih mendominasi DPK di perbankan. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga di Bangka Belitung pada Triwulan I 2017 meningkat dari triwulan sebelumnya. DPK Rumah Tangga tumbuh sebesar 16,19% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp12,67 triliun lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,39% (yoy). Pada triwulan laporan komponen deposito rumah tangga tercatat tumbuh paling besar yaitu 19,62% (yoy) atau senilai Rp4,66 triliun. Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah jika dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 20,66% (yoy). Pertumbuhan terbesar kedua adalah dari komponen giro rumah tangga yang tumbuh sebesar 16,27% (yoy) atau senilai Rp388,86 miliar. Pertumbuhan tersebut meningkat dari triwulan IV 2016 yang tumbuh 14,49% (yoy). Sejalan dengan deposito dan giro, tabungan rumah tangga juga mengalami pertumbuhan 14,18% (yoy) atau senilai Rp7,62 triliun. Pertumbuhan tabungan pada triwulan I 2017 meningkat dari triwulan IV 2016 yang bertumbuh sebesar 9,69% (yoy). secara umum pertumbuhan seluruh komponen dana pihak 85

106 ketiga rumah tangga didukung oleh peningkatan pendapatan masyarakat sehubungan dengan perbaikan kondisi ekonomi domestik Secara umum, rumah tangga masih mendominasi penempatan dana di perbankan. Pada triwulan I 2017 pangsa DPK Rumah Tangga mengalami penurunan dibandingkan posisi triwulan IV 2016 dari sebesar 81,61% menjadi sebesar 78,72%. Preferensi Rumah Tangga dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 60,16% dan 36,77% pada triwulan I 2017, sedangkan giro mengambil pangsa 3,07%. Pada triwulan II 2017, diperkirakan dana perseorangan di perbankan akan mengalami pertumbuhan yang positif. Perbaikan ekonomi domestik yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat, akan meningkatkan jumlah penempatan dana masyarakat di perbankan. Selain itu, dampak perbaikan harga komoditas juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di sektor pertambangan dan industri pengolahan. Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga Perseorangan Lainnya 14,000 12,000 10,000 (Rp Miliar) DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO gdpk (RHS) ggiro (RHS) gtabungan (RHS) gdeposito (RHS) 50% 40% 30% 20% 100% 23.41% 90% 19.56% 18.79% 19.68% 24.40% 27.53% 22.69% 25.70% 23.79% 27.17% 25.76% 23.19% 18.39% 21.28% 27.38% 27.05% 28.03% 80% 70% 8,000 10% 0% 60% 50% 6,000 4,000-10% -20% 80.44% 81.21% 76.59% 40% 80.32% 81.61% 75.60% 72.47% 77.31% 74.30% 76.21% 72.83% 74.24% 76.81% 78.72% 72.62% 72.95% 30% 71.97% 2,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia -30% -40% -50% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga 100% Giro Tabungan Deposito 90% 25.86% 24.02% 27.85% 24.56% 30.02% 32.99% 33.97% 24.07% 35.71% 35.42% 80% 28.69% 30.93% 36.77% 32.25% 34.70% 36.41% 34.31% 70% 60% 50% 40% 68.41% 69.98% 68.54% 66.96% 64.14% 62.94% 69.77% 71.45% 61.22% 61.35% 30% 67.81% 66.11% 60.16% 64.41% 61.96% 60.39% 62.31% 20% 10% 0% 5.73% 5.67% 6.00% 4.48% 3.61% 3.50% 3.02% 2.96% 2.87% 3.33% 3.09% 3.34% 3.07% 3.20% 3.23% 3.38% 3.07% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia 86

107 Kredit Rumah Tangga di Perbankan Kredit rumah tangga pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp5,06 triliun atau tumbuh 10,58% (yoy), mengalami perlambatan dari di triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 10,14% (yoy). Kredit rumah tangga memiliki pangsa 34,05% dari total penyaluran kredit. Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan 18.00(%) Nominal Kredit (RHS) Pertumbuhan (%yoy) (Rp miliar) 0 KPR, KPA, Ruko,/Rukan Multiguna KKB gkpr, KPA, Ruko/Rukan (RHS) gkkb (RHS) gmultiguna (RHS) (Rp miliar) (% yoy) 2, , , , I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.27 Pangsa kredit Rumah Tangga Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga 100% Kredit Rumah Tangga Kredit Lain 7 (%) SEKTOR EKONOMI RT KPR+KPA+Rukan KKB Multiguna 90% 6 80% 70% 65.71% 67.53% 68.68% 69.46% 66.88% 65.19% 65.30% 60% 66.86% 68.92% 69.83% 68.39% 65.71% 66.17% 50% 40% % 33.14% 31.08% 30.17% 31.61% 34.29% 33.83% 20% 34.29% 32.47% 31.32% 30.54% 33.12% 34.81% 34.05% 10% 2 1 0% I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti masih berdampak pada meningkatnya realisasi kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 13,30% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,51% (yoy). Kredit kepemilikan kendaraan bermotor masih mengalami kontraksi sebesar 5,67% (yoy), sedikit lebih dalam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi sebesar 5,27% (yoy). Sementara kredit multiguna mengalami kontraksi sebesar 0,24% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,81% (yoy). 87

108 Secara umum, rasio kredit bermasalah rumah tangga masih berada dibawah batas normal. Tercatat NPL rumah tangga sebesar 1,56%, sedikit lebih tinggi dari triwulan IV 2016 sebesar 1,55%. Hanya saja NPL di penyaluran kredit KPR masih perlu mendapat perhatian. Pada triwulan I 2017 NPL kredit KPR sebesar 4,37%, sedikit meningkat dari triwulan IV 2016 sebesar 4,31%. Pada triwulan II 2017 pertumbuhan kredit perseorangan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif. Hal ini didukung penurunan suku bunga pinjaman dan peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan perbaikan perekonomian domestik Kredit UMKM dan Pengembangan UMKM Penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan. Tercatat pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan secara nominal adalah sebesar Rp4,58 triliun atau tumbuh sebesar 25,58% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya 28,01% (yoy). Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan I 2017 mengalami peningkatan menjadi sebesar 30,82% dari sebelumnya pada triwulan IV 2016 sebesar 30,26%. Secara sektoral pangsa kredit UMKM di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran 52,56%, pertambangan dan penggalian 12,95%, dan pertanian, perburuan dan kehutanan 8,95%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan I tahun 2017 menurun menjadi sebesar 3,86% dari triwulan sebelumnya 3,73%. Tabel 4.3 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Kredit UMKM I II III IV I II III IV I Kredit UMKM (Rp Miliar) 3, , , , , , , , , Kredit (Rp Miliar) 13, , , , , , , , , Pertumbuhan Kredit UMKM (% yoy) 5.58% 0.39% -0.26% 0.86% 15.47% 15.05% 29.09% 28.01% 25.58% Rasio terhadap kredit (%) 23.14% 22.86% 22.82% 24.49% 26.29% 27.42% 30.85% 30.25% 30.82% Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.29 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral REAL ESTATE, USAHA PENYEDIAAN PERSEWAAN, DAN AKOMODASI DAN JASA PERUSAHAAN, PENYEDIAAN MAKAN 2.62% MINUM, 2.66% JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA, 2.76% KONSTRUKSI, 3.55% INDUSTRI PENGOLAHAN, 5.47% LAINYA, 6.85% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN, 8.91% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, 50.46% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 16.73% Sumber : Bank Indonesia 88

109 Sebagai upaya pengendalian inflasi dan pengembangan UMKM di sektor pertanian, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Bangka Tengah untuk mengembangka Program Pengendalian Inflasi Cabai di Kab. Bangka Tengah. Pengembangan program ini mencakup seluruh aspek dari usaha pertanian mulai dari produksi hingga pemasaran. Upaya pengembangan dilakukan dengan melakukan pelatihan, pendampingan dan bantuan teknis. Sampai dengan triwulan I 2017, Program Pengendalian Inflasi Cabai Kab. Bangka Tengah melibatkan 3 kelompok tani yang menjadi objek binaan dengan total binaan 41 petani yang mengelola 24 hektar lahan pertanian. Adapun program pengembangan yang sudah dilakukan sampai dengan triwulan I 2017 adalah studi banding ke kelompok tani di Yogyakarta untuk mempelajari teknologi irigasi dan sistem pemasaran pasca panen. Dalam pembahasan pemasaran pasca panen, implementasi pasar lelang menjadi salah satu mekanisme pemasaran yang dapat diterapkan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam mekanisme pasar lelang, kelompok tani didorong untuk dapat mengelola sendiri hasil panennya sampai dapat dijual kepada konsumen. Mekanisme pasar lelang menuntut pelaku pertanian tidak hanya mengelola hasil panen, tetapi juga mencari informasi mengenai harga terkini dari komoditas hasil panennya. Grafik 4.30 Mekanisme Pasar Lelang Melalui pengembangan mekanisme pasar lelang, diharapkan petani memiliki bargain position dalam tata niaga pertanian sehingga margin yang didapat oleh petani dapat lebih optimal. Selain itu, penerapan mekanisme pasar lelang ini diharapkan dapat membuat pasar menjadi lebih efisien. Hal tersebut dikarenakan seluruh informasi harga dan stok dapat diperoleh oleh seluruh konsumen dan pelaku pasar. Penerapan pasar lelang ini juga dapat memotong jalur distribusi pertanian yang pada akhirnya dapat membuat harga yang terbentuk di pasar menjadi lebih efisien. Selama 3 tahun kedepan, untuk pengembangan Program Pengendalian Inflasi Cabai akan dilakukan berbagai bantuan teknis dan pelatihan. 89

110 90 Grafik 4.31 Milestone Pengembangan Program Pengendalian Inflasi Cabai

111 BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Transaksi sistem pembayaran secara umum tumbuh melambat. Transaksi non tunai melalui kliring menurun, sementara transaksi tunai mengalami net inflow paska meningkatnya kebutuhan saat Natal dan tahun baru Untuk mendukung penyediaan uang layak edar, dilakukan kas keliling dan penukaran di perbankan. 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Sistem pembayaran non tunai di Kep. Bangka Belitung selama triwulan I 2017 berjalan normal. Nilai transaksi kliring di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I 2017 mencapai Rp1,92 triliun atau meningkat sebesar 13,05% dibandingkan triwulan I 2016 sebesar Rp 1,70 triliun. Peningkatan sebesar 13,05% (yoy) tersebut jauh lebih rendah dibandingkan triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 100,94% (yoy). Sejalan dengan itu, perputaran kliring dari sisi warkat juga mengalami penurunan menjadi lembar, dari triwulan IV 2016 sebanyak lembar. Secara nominal, perputaran kliring per hari pada triwulan I 2017 mencapai Rp31,10 miliar atau naik 11,22%(yoy) dibandingkan triwulan I Nilai ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 94,66% (yoy). Dari sisi jumlah warkat per hari juga terjadi penurunan dari 947 warkat pada triwulan sebelumnya menjadi 911 warkat. Sementara itu, penolakan cek/bg menurun dari jumlah warkat namun meningkat dari sisi nilai. Cek/BG kosong pada triwulan I 2017 mencapai Rp15,82 miliar meningkat dibanding triwulan IV 2016 sebesar Rp12,45 miliar, sedangkan jumlah warkat Cek/BG yang ditolak menurun menjadi 298 lembar dari sebelumnya sebanyak 362 lembar. Dengan demikian, rasio penolakan warkat cek/bg triwulan I 2017 meningkat menjadi sebesar 0,82% dibandingkan triwulan IV 2016 sebesar 0,58%. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN I II III IV I II III IV I 1 Perputaran Kliring a. Nominal (Rp Juta) 1,107,876 1,060,525 1,056,939 1,066,090 1,705,957 1,785,810 1,839,276 2,142,172 1,928,512 b. Warkat (lembar) 40,246 38,479 39,012 39,923 57,751 58,342 50,790 60,614 56,496 2 Perputaran Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 17,869 17,386 16,777 17,195 27,967 28,346 29,666 33,471 31,105 b. Warkat (lembar) Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 20,934 24,977 19,289 27,274 29,840 40,790 19,566 12,455 15,825 b. Warkat (lembar) 735 1, , Jumlah Hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.89% 2.36% 1.82% 2.56% 1.75% 2.28% 1.06% 0.58% 0.82% b. Warkat (%) 1.83% 2.73% 1.96% 2.22% 1.84% 1.69% 0.95% 0.60% 0.53% Sumber: Bank Indonesia 91

112 Grafik 5.1 Perputaran Kliring Grafik 5.2 Penolakan Cek/BG 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - Nominal (Rp Juta) yoy (RHS,%) I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia ,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5, % Nominal (Rp Juta) yoy (RHS,%) I II III IV I II III IV I Sumber: Bank Indonesia Upaya Bank Indonesia Dalam Meningkatkan Transaksi Pembayaran Non Tunai Dalam rangka meningkatkan transaksi pembayaran non tunai yang merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Non Tunai (GNNT), KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai upaya untuk mengubah perilaku masyarakat Bangka Belitung agar lebih banyak menggunakan transaksi non tunai. Rendahnya minat masyarakat untuk bertransaksi non tunai di Provinsi Bangka Belitung antara lain disebabkan oleh (i) kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat dari transaksi non tunai, (ii) infrastruktur non tunai yang masih sangat terbatas terutama akses jaringan internet di beberapa lokasi yang jauh dari pusat kota, dan (iii) masih kurangnya dukungan pemerintah, pelaku usaha, instansi terkait dan pihak lainnya. Untuk meningkatkan transaksi non tunai, KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara rutin melakukan sosialisasi dan edukasi tentang pentingnya transaksi non tunai dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui program Elektronifikasi dan kerjasama dengan perbankan dan kelompok masyarakat melalui program Layanan Keuangan Digital (LKD) dan program lainnya. Berbagai upaya yang telah dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama instansi terkait antara lain : I. Sosialisasi dan Edukasi Focus Group Discussion Bank Indonesia Provinsi Kep. Bangka Belitung dengan perbankan di Pangkalpinang dengan tema Pengembangan Layanan Keuangan Digital (LKD) dan Alat Pembayaran Menggunakan 92 Edukasi Keuangan dan Keuangan Inklusi serta sosialisasi uang NKRI TE 2016 di Tanjungpandan pada tanggal 16 Februari 2017.

113 Sosialisasi Gerakan Nasional Non Tunai di Muntok, Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei Sosialisasi dan edukasi kepada para pejabat keuangan dan bendaharawan OPD Pemerintah Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei 2017 dalam rangka mendorong pengalihan pembayaran dan penerimaan pemerintah secara non tunai melalui program Elektronifikasi. II. Pengembangan Program Elektronifikasi Elektronifikasi secara umum didefinisikan sebagai suatu upaya untuk mengubah transaksi masyarakat yang semula dilakukan secara manual menjadi elektronik, dari metode pembayaran secara tunai menjadi non tunai, serta pelaku transaksi keuangan yang sebelumnya bersifat eksklusif menjadi inklusif. Elektronifikasi membuka akses masyarakat untuk terhubung dengan layanan keuangan serta mendekatkan lembaga keuangan kepada masyarakat hingga ke daerah terpencil (remote area). Selain menargetkan masyarakat, transaksi keuangan pemerintah di daerah berupa penerimaan maupun pembayaran, dengan melibatkan instansi pemerintah, bisnis (BUMN/ BUMD) juga diharapkan secara elektronik seperti pembayaran pajak on line, samsat online, pembayaran retribusi, dan penyaluran bantuan sosial non tunai (bansos non tunai). Program elektronifikasi adalah salah satu tool yang digunakan untuk mencapai target keuangan inklusif pada akhir tahun 2019 sebesar 75% dari jumlah penduduk dewasa telah memiliki akses layanan keuangan pada lembaga keuangan formal dari kondisi sebesar 36% pada tahun Peningkatan akses masyarakat terhadap jasa keuangan diharapkan akan meningkatkan kemampuan ekonomi, mengurangi kemisikinan dan kesenjangan ekonomi. Elektronifikasi yang telah diimplementasikan pemerintah provinsi dan kabupaten/kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang selama tahun 2016 yaitu : 1. Pembayaran Tambahan Penghasilan Pegawai (TPP) kepada PNS di kota Pangkalpinang 2. Penerimaan Pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor (PKB) 3. Penerimaan Pembayaran Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB) 4. Penerimaan Pembayaran Pajak air permukaan 5. Penerimaan pembayaran pajak bahan bakar kendaraan bermotor 6. Penerimaan pembayaran pajak rokok. Roadmap elektronifikasi yang akan dilakukan oleh Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2017 antara lain: 1. Kerjasama dengan pihak perbankan dalam hal penerimaan pembayaran pajak kendaraan bermotor melalui ATM. 93

114 2. Kerjasama dengan PT. BPD Sumsel Babel untuk membuka gerai SAMSAT di kantor kantor PT BPD Sumsel Babel yang berada dikecamatan untuk pembayaran pajak kendaraan bermotor. 3. Kerjasama dengan PT. Pos Indonesia dalam hal pembayaran Pajak Kendaraan Bermotor di seluruh outlet-outlet PT. Pos Indonesia. Sejalan dengan upaya akselerasi Program Elektronifikasi Transaksi Penerimaan/Pembayaran Pemerintah secara kontinue di Pemerintah daerah, Bank Indonesia melakukan sosialisasi program akselerasi elektronifikasi dan Gerakan Nasional Non Tunai se Pemerintah Kabupaten Bangka Barat pada tanggal 9 Mei III. Layanan Keuangan Digital Program Layanan Keuangan Digital (LKD) merupakan inisiasi yang diluncurkan pada tahun 2014 yang ditujukan untuk memperluas akses keuangan yang dapat menjangkau hingga ke pedesaan. LKD adalah sebuah layanan pembayaran dan keuangan yang lebih efisien karena diberikan melalui teknologi dan jasa agen. Kehadiran LKD diharapkan dapat menjadi garda terdepan untuk menyentuh unbanked people yang berada di wilayah dengan infrastruktur yang terbatas yang dinilai memiliki potensi besar untuk dihubungkan dengan layanan keuangan non tunai. Implementasi LKD di Prov. Kepulauan Bangka Belitung hingga triwulan I 2017 berjalan cukup baik. Hingga saat ini tercatat tiga bank umum yaitu Bank Mandiri, Bank BNI dan Bank BRI telah mempunyai agen LKD di wilayah Bangka Belitung dengan jumlah agen seluruhnya sebanyak 712 agen selama tahun Walaupun telah berjalan cukup baik, upaya peningkatan akses keuangan masyarakat melalui agen LKD perlu terus ditingkatkan antara lain dengan meningkatkan sosialisasi mengenai terkait produk LKD dan produk perbankan lainnya. Selain itu, upaya peningkatan kualitas jaringan komunikasi di remote area juga sangat penting untuk mendukung kelancaran transaksi yang dilakukan oleh para agen LKD. 5.3 Sistem Pembayaran Tunai Selama triwulan I 2017, pengedaran uang di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami net inflow sebesar Rp8,72 miliar dengan inflow tercatat sebesar Rp369,85 miliar dan outflow sebesar Rp361,13 triliun. Kondisi ini berbeda dengan triwulan IV 2016 dimana terjadi net outflow sebesar Rp miliar, dengan inflow sebesar Rp100,93 miliar dan outflow sebesar Rp797,44 miliar. Terjadinya net inflow pada triwulan ini merupakan kondisi umum yang terjadi pada setiap triwulan di awal tahun dimana kegiatan perekonomian belum berjalan optimal sehingga terdapat banyak setoran perbankan walaupun tercatat peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I

115 Tabel 5.2 Tabel Inflow - Outflow Inflow/Outflow I II III IV I Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Net % Inflow 76.81% 18.34% 54.27% % % % Outflow 7.33% % % 36.51% 71.52% Sumber: Bank Indonesia Grafik 5.3 Grafik Inflow Outflow 1000 Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Net I II III IV I Sumber: Bank Indonesia 5.4 Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar dengan pecahan yang sesuai dan tepat waktu Kantor Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai kegiatan antara lain : Kegiatan Kas Keliling Kegiatan kas keliling selama triwulan I 2017 dilaksanakan di luar kota sebanyak 4 (empat) kali yang meliputi Belitung, Toboali, Muntok, Sungailiat dan Belinyu. Sebagaimana halnya kegiatan kas keliling dalam kota, lokasi tujuan kegiatan meliputi pasar tradisional, pasar modern, pertokoan, food court, tempat keramaian dan perbankan secara wholesale. door to door luar kota dengan tetap mengutamakan aspek keamanan. Selain itu, kegiatan kas keliling dalam kota selama triwulan I 2017 juga dilaksanakan di beberapa pusat keramaian seperti pasar Induk Ratu Tunggal, pertokoan BTC, pasar Rumput Pangkalbalam, dan pasar Pagi. 95

116 5.4.2.Penukaran di Loket Kas Bank Indonesia Untuk melayani penukaran uang rusak oleh masyarakat, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuka layanan penukaran kepada masyarakat setiap hari Rabu untuk setiap minggunya. Penukaran yang tidak layak edar, rusak atau cacat juga dapat dilakukan di jaringan kantor bank yang di seluruh Provinsi Kep. Bangka Belitung atau di kegiatan kas keliling yang dilakukan Bank Indonesia. 5.5 Peredaran Uang Palsu Selama Triwulan I 2017, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 17 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 84 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp ,00 sejumlah 9 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 7 lembar dan pecahan Rp20.000,00 sejumlah 1 lembar. Untuk mencegah dan menekan jumlah peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia melakukan upaya preventif seperti edukasi dan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada Masyarakat umum, sekolah-sekolah, instansi pemerintah, media lokal, dan ormas kemasyarakatan. Selain upaya preventif, juga dilakukan upaya represif dengan berkoordinasi dengan pihak Kepolisian dan Kejaksaan dalam penanganan Tindak Pidana Uang Rupiah. Pada triwulan I 2017, terdapat satu kasus tindak pidana pengedaran uang palsu yang terjadi di Kab. Bangka Barat yang ditangkap oleh Polsek Jebus, Bangka Barat. Setelah dilakukan pengembangan kemudian pelaku pemalsuan uang berhasil ditangkap di kota Pangkalpinang. Berdasarkan informasi dari aparat terkait, kedua terdakwa pemalsu uang dan pengedar uang palsu divonis hukuman penjara selama 5 (lima) tahun. Grafik 5.4 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 250 (Lembar) I II III IV I II III IV I

117 5.6 Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing (KUPVA) Bukan Bank Provinsi Kepulauan Bangka Belitung merupakan salah satu destinasi tujuan wisata yang diminati oleh turis domestik dan mancanegara. Kegiatan usaha penukaran valuta asing di Bangka Belitung saat ini hanya dapat dilakukan oleh kantor bank devisa yang ada seperti Bank Mandiri, BNI, BRI, BCA, Bank Panin dan beberapa bank lain. Sementara itu, Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) berizin atau lebih dikenal sebagai money changer hingga saat ini tidak ada yang beroperasi di Bangka Belitung. Sesuai Peraturan Bank Indonesia (PBI) Nomor 18/20/PBI 2016 tentang Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB), penyelenggara KUPVA BB wajib memperoleh izin Bank Indonesia dan KUPVA BB tidak berizin wajib menghentikan kegiatan usaha dan segera mengajukan izin ke Bank Indonesia. Berdasarkan PBI tersebut, batas waktu pengajuan izin ke Bank Indonesia bagi KUPVA BB yang belum memiliki izin adalah pada tanggal 7 April 2017 atau 6 (enam) bulan setelah diundangkannya peraturan tersebut pada tanggal 7 Oktober Menindaklanjuti ketentuan tersebut telah dilakukan kegiatan sosialisasi kepada pelaku usaha bidang pariwisata seperti travel agent dan hotel, yang berpotensi berminat untuk membuka KUPVA BB di Pangkalpinang dan Tanjung Pandan disamping sosialisasi melalui media massa. Selain itu dilakukan juga kegiatan market intelligence terkait informasi dari masyarakat mengenai adanya praktek perdagangan valuta asing oleh perorangan atau badan usaha yang belum memiliki izin dari Bank Indonesia di Pangkalpinang dan Tanjung Pandan. Kantor Perwakilan BI Bangka Belitung berharap sosialisasi yang dilakukan kepada masyarakat secara langsung dan melalui media massa tersebut dapat menumbuhkan minat masyarakat untuk mengajukan izin membuka KUPVA BB karena dengan adanya KUPVA BB yang berizin dari Bank Indonesia di Kepulauan Bangka Belitung diharapkan kebutuhan valutas asing masyarakat dan turis yang berkunjung ke Bangka Belitung dapat dipenuhi dan sangat vital sekali dalam menunjang sektor pariwisata di Bangka Belitung. Selain itu, keberadaan KUPVA BB berizin juga dapat berperan untuk mencegah tindak pidana pencucian uang (TPPU) untuk terorisme dan narkoba serta tindak pidana lainnya. 97

118 BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan menunjukkan tingkat pengangguran menurun. Sementara itu, tingkat kesejahteraan relatif tetap walaupun Nilai Tukar Petani (NTP) menurun, karena tingkat inflasi pedesaan pada periode yang sama juga turun. 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan 98 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2017 meningkat dibandingkan Februari 2016 dari 68,06% menjadi 70,35%. Sejalan dengan kenaikan TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan dari 6,17% pada Februari 2016 menjadi 4,46% pada Februari Indikator ketenagakerjaan di Bangka Belitung diperkirakan semakin membaik ke depan, karena hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengkonfirmasi bahwa ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang diperkirakan akan meningkat dibandingkan saat ini Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran TPAK, % TPT, % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Peningkatan prosentase partisipasi angkatan kerja pada bulan Februari 2017 menjadi 70,35% menunjukkan jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan. Sejalan dengan itu, tingkat pengangguran juga membaik yang terlihat dari angka TPT di Kepulauan Bangka Belitung yang turun menjadi 4,46% (yoy) pada Februari Peningkatan tenaga kerja terjadi pada semua sektor baik sektor primer, sektor sekunder, dan sektor tersier. Pada sektor primer terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha pertanian yang tumbuh sebesar 7,81% (yoy) pada Februari 2016 menjadi 13,13% (yoy) pada Februari 2017 dan lapangan usaha pertambangan tumbuh sebesar

119 14,32% (yoy) dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 10,84% (yoy) pada Februari Sementara pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan yang tumbuh signifikan sebesar 38,07% (yoy) pada bulan Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 16,43% (yoy) pada Februari Lapangan usaha listrik gas dan air mengalami peningkatan tenaga kerja yang signifikan sebesar 104,37% di Februari 2017 dari sebelumnya tumbuh sebesar 4,86% (yoy) di Februari Sektor bangunan juga tumbuh sebesar 39,85% (yoy) pada Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 32,85% (yoy) pada Februari Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor tersier terjadi pada lapangan usaha angkutan, pergudangan dan telekomunikasi yang mengalami peningkatan tenaga kerja sebesar 36,80% (yoy) di Februari 2017 dari sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 37,17% (yoy) pada Februari Jasa kemasyarakatan tumbuh sebesar dari 10,99% pada Februari 2017 dari sebelumnya mengalmi kontraksi sebesar 4,59% (yoy) pada Februari Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kegiatan Utama Feb 2013 Ags 2013 Feb 2014 Ags 2014 Feb 2015 Ags 2015 Feb 2016 Ags 2016 Feb 2017 Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) 71,10 62,9 66,84 65,45 70,20 66,71 68,06 68,93 70,35 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,30 3,70 2,67 5,14 3,35 6,29 6,17 2,60 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 4,46 Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 didominasi oleh sektor pertanian yakni dengan pangsa sebesar 33,57% atau sebanyak tenaga kerja. Sementara itu, distribusi tenaga kerja terkecil menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Februari 2017 yaitu sektor listrik, gas dan air yaitu sebesar 0,67% atau sebanyak tenaga kerja. 99

120 Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Status Pekerjaan Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Feb 17 Formal Total Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml % 7,80 6,70 8,70 7,05 7,40 5,75 6,03 4,27 5,74 6,00 6,31 Buruh Karyawan Jml % 43,40 44,90 41,70 46,55 40,90 43,21 43,60 41,60 44,58 38,42 41,71 Informal Total Berusaha sendiri Jml Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar % 21,00 23,40 21,30 20,81 24,90 20,12 25,16 20,55 20,37 21,80 21,88 Jml % 21,50 9,20 10,50 9,65 10,50 11,51 10,17 12,79 12,21 13,10 12,99 Pekerja bebas Jml % 2,10 5,30 3,80 4,83 4,30 6,92 3,71 7,40 5,39 6,10 5,10 Pekerja tak dibayar Jml % 12,80 10,40 13,60 11,11 11,90 12,49 11, ,57 12,01 Jumlah total Jml Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sektor Primer Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Lapangan Pekerjaan Utama Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Feb 17 Pertanian Jml % 29,50 29,00 26,20 28,06 28,50 31,41 28,64 36,63 32,00 32,13 33,57 Pertambangan Jml Sektor Sekunder % 23,20 21,9 19,60 21,28 19,40 17,50 12,20 12,24 11,27 11,48 11,95 Industri Pengolahan Jml % 4,90 6,20 5,10 6,06 5,60 5,88 7,08 5,65 6,14 8,02 7,85 Listrik, Gas dan Air Jml % 0,10 0,30 0,30 0,35 0,20 0,21 0,32 0,46 0,35 0,91 0,67 Bangunan Jml Sektor Tersier % 3,90 5,40 4,90 4,99 5,50 5,16 4,63 4,61 3,22 3,21 4,18 Perdagangan, Hotel dan Restauran Jml % 21,30 19,90 27,00 18,49 21,60 20,45 23,53 19,68 24,27 21,69 19,05 Angkutan, Pergudangan, dan Telekomunikasi Jml % 1,50 2,40 1,50 2,90 2,70 2,86 3,48 2,91 2,27 2,88 2,88 Keuangan dan Jasa Perusahaan Jml % 2,50 1,80 1,50 1,93 2,40 2,19 2,03 2,11 2,60 1,99 1,47 Jasa Kemasyarakatan Jml % 13,10 13,40 14,00 15,94 14,10 14,35 18,07 15,70 17,87 17,70 18,39 Total Jml % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.2 Kondisi Kesejahteraan Petani Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan satu indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 20. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini 20 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 100

121 dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan I 2017 relatif tetap dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun terjadi penurunan indeks NTP triwulan I 2017 menjadi sebesar 98,69 dari triwulan sebelumnya 99,33. Penurunan NTP pada triwulan laporan dikompensir oleh penurunan inflasi pedesaan pada periode yang sama. Berdasarkan kelompok petani, semua NTP sub sektor menunjukkan tren NTP menurun kecuali NTP hortikultura yang meningkat. Nilai NTP yang mengalami penurunan terjadi pada petani kelompok pekebun, peternak, padi palawija dan nelayan. Menurunnya NTP subsektor pekebun menjadi penyumbang terbesar menurunnya NTP. NTP sub sektor pekebun turun dari 100,82 pada triwulan sebelumnya menjadi 99,32 atau menurun sebesar -1,49%. Nilai NTP yang mengalami peningkatan terjadi pada petani kelompok hortikultura yang mengalami peningkatan terbesar dari 99,29 pada triwulan sebelumnya menjadi 101,60 atau meningkat sebesar 2,33%.. Kelompok NTP yang di atas 100 adalah petani kelompok nelayan sebesar 107,21 dan petani kelompok hortikultura sebesar 101,60. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah padi palawija sebesar 91,47, kelompok peternak sebesar 92,75, serta kelompok pekebun sebesar 99,32. karena Berdasarkan subsektor, penurunan NTP pada triwulan I 2017 terutama disebabkan Sub Sektor Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I g(%) Umum Padi Palawija Horti Pekebun Peternak Nelayan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 101

122 Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.4 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan NTP Umum 6.00 Inflasi pedesaan (% YoY), RHS Umum Padi Palawija Horti Pekebun Peternak Nelayan I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 6.3. Inflasi Pedesaan Pada triwulan I 2017, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 2.89% (yoy), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,95% (yoy) (tabel 6.5). Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi & Olahraga Transportasi dan Komunikasi Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh penurunan tingkat inflasi mayoritas kelompok seperti kelompok bahan makanan yang turun menjadi sebesar 3,67% (yoy) dari 5,22% (yoy) pada triwulan IV Inflasi kelompok lainnya juga turun seperti makanan jadi sebesar 5,21% (yoy), sandang 3,02% (yoy), kesehatan 3,21% (yoy), dan pendidikan, rekreasi dan olahraga 0,46% (yoy). Kelompok yang mengalami kenaikan inflasi adalah kelompok perumahan yang meningkat dari 0,77% (yoy) menjadi 3,70% (yoy) pada triwulan I Sementara itu, satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -2,48% (yoy). 6.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan 102

123 secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat namun kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang diperkirakan meningkat Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 29,8% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih banyak dibandingkan 6 bulan yang lalu atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 16,71%, sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 31,1%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 43,5%. Sisanya atau 39.2% menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan 6 bulan yang lalu, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 31%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan meningkat dibandingkan dengan kondisi enam bulan sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan membaiknya sektor industri pengolahan, pertambangan dan perdagangan sebagai menyusul membaiknya harga komoditas unggulan seperti timah, CPO dan karet. Meningkatnya lapangan pekerjaan mendorong peningkatan penghasilan masyarakat. Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih banyak sebesar 35,7% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24% sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 28% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 23%. Sisanya sebesar 46,2% memperkirakan kondisi saat ini relatif sama dengan 6 bulan mendatang, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 53,0%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen memperkirakan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang meningkat dibandingkan dengan kondisi saat ini. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017 yang tumbuh sebesar 6,42% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,92% mendorong peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan I Namun demikian, ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang diperkirakan meningkat. Beberapa kegiatan usaha meningkatkan aktivitasnya kembali seiring dengan membaiknya perekonomian sehingga berdampak pada bertambahnya ketersediaan lapangan pekerjaan pada enam bulan mendatang. 103

124 Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini ( ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Lebih Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Jumlah Sedikit Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 104

125 Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Lebih Sedikit Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu 180 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, Diolah 105

126 6.4.2 Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebanyak 37,9% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 18% responden. Sementara itu sebanyak 17,8% responden menyatakan penghasilan mereka lebih buruk, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 15,0%. Membaiknya penghasilan masyarakat saat ini disebabkan peningkatan harga komoditas sehingga mendorong aktivitas ekonomi yang pada akhirnya meningkatkan penghasilan masyarakat. Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 42,0 40,5 17,5 100 Feb 30,0 53,5 16,5 100 Mar 36,0 47,0 17,0 100 Apr 25,5 47,0 27,5 100 Mei 7,5 51,0 41, Jun 8,5 59,5 32,0 100 Jul 42,0 40,0 18,0 100 Agus 26,4 45,3 28,3 100 Sep 13,0 52,5 34,5 100 Okt 26,5 49,0 24,5 100 Nov 29,9 44,3 25,9 100 Des 34,5 53,5 12,0 100 Jan 36,0 52,5 11,5 100 Feb 39,5 47,0 13,5 100 Mar 36,0 49,0 15,0 100 Apr 35,0 54,0 11,0 100 May 30,5 58,0 11, Jun 32,5 61,5 6,0 100 Jul 20,0 61,5 18,5 100 Aug 22,5 60,0 17,5 100 Sep 20,5 68,0 11,5 100 Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan lebih baik. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih baik sebanyak 43,9%, naik dari triwulan sebelumnya sebesar 18%. Sebagian besar responden yakni sebanyak 48,2% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang sama dengan saat ini. Sementara 8% responden berpendapat penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk, menurun dari jumlah triwulan sebelumnya sebanyak 9%. 106

127 Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat penghasilan ke depan mengindikasikan adanya perbaikan yang disebabkan peningkatan harga komoditas. Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 58,0 40,0 2,0 100 Feb 45,5 49,5 5,0 100 Mar 46,0 48,5 5,5 100 Apr 31,5 61,5 7,0 100 Mei 14,0 68,0 18,0 100 Jun 19,0 60,0 21,0 100 Jul 45,5 44,5 10,0 100 Agus 35,8 58,2 6,0 100 Sep 27,5 59,0 13,5 100 Okt 36,5 51,5 12,0 100 Nov 36,3 54,2 9,5 100 Des 38,5 56,0 5,5 100 Jan 41,0 49,0 10,0 100 Feb 50,0 45,5 4,5 100 Mar 47,5 47,5 5,0 100 Apr 51,0 46,0 3,0 100 May 35,0 60,5 4,5 100 Jun 39,5 59,5 1,0 100 Jul 27,5 65,5 7,0 100 Aug 33,5 62, Sep 26,0 73,5 0,5 100 Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.5 Tingkat Kemiskinan Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur tingkat kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari rata-rata pengeluaran per kapita. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. 107

128 Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode September 2016 sebesar 71,07 ribu orang (5,04%) sedikit meningkat dibandingkan bulan September 2015 sebesar 66,62 ribu orang (4,83%). Selama periode September 2015 September 2016, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah sebanyak 3,91 ribu orang, sementara itu, di daerah perkotaan mengalami penambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 540 orang. Pada periode September 2015 September 2016 garis kemiskinan naik 6,50% dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September 2015 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September Pada periode September 2015 September 2016 indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun. Indeks kedalaman kemiskinan menurun dari sebesar 0,90 pada September 2015 menjadi sebesar 0,75 pada September Penurunan nilai indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari sebesar 0,22 pada September 2015 menjadi sebesar 0,16 pada September Hal Ini menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin menurun pada periode September 2015 September Grafik 6.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Jika dilihat dari wilayahnya, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan pada September 2016 sebesar 1,25 sementara di daerah perkotaan sebesar 0,29. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi/lebih dalam jika diukur dari garis kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2016 daerah pedesaan sebesar 0,28 lebih besar jika dibandingkan dengan daerah perkotaan sebesar 0,04. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah perkotaan. 108

129 Tabel Perkembangan Indikator Kemiskinan Kep. Bangka Belitung Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/ Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan) Prosentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Perkotaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Pedesaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Total Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung 109

130 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 110

131 BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya ekspor, meningkatnya investasi dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah yang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan dalam level yang terkendali Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia 2017 diperkirakan tumbuh membaik yang didukung ekonomi Amerika Serikat yang terus menguat disertai dengan membaiknya ekonomi Eropa dan Tiongkok. Perbaikan ekonomi AS didorong oleh peningkatan konsumsi dan investasi non-residensial dan konsumsi menjadi penopang ekonomi AS. Investasi mencatat kontribusi positif terhadap PDB AS yang didorong oleh meningkatnya investasi non residensial, terutama di sektor energi seiring dengan kenaikan harga minyak. Perekonomian Eropa berpotensi membaik ditopang oleh perbaikan konsumsi dan ekspor. Sementara itu, perekonomian Tiongkok diperkirakan tetap kuat didukung oleh konsumsi dan investasi, khususnya infrastruktur. Harga komoditas dunia termasuk minyak diperkirakan tetap tinggi. Pada Maret 2017, harga minyak yang sebelumnya stabil di 55 dolar AS turun menjadi 50 dolar AS/barel akibat ekspektasi peningkatan produksi AS dan aksi ambil untung pasar. Meski harga minyak pada Maret 2017 sempat mengalami tekanan, harga minyak diperkirakan akan kembali naik, di dorong net-demand di pasar dan komitmen pemotongan produksi yang dilakukan. Sementara itu, harga komoditas ekspor juga akan mengalami peningkatan ditopang oleh kenaikan harga batubara dan beberapa jenis logam, meningkatnya harga batubara didorong oleh kenaikan impor batubara Tiongkok seiring dengan adanya kebutuhan inventori untuk mengantisipasi musim dingin mendorong naiknya impor batubara Tiongkok. Sementara itu kenaikan harga logam seperti nikel, timah, dan tembaga diperkirakan berlanjut akibat perbaikan ekonomi Tiongkok dan dampak kebijakan infrastruktur. Berdasarkan World Economic Outlook April 2017, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016, 2017 dan 2018 diperkirakan sebesar 3,1%; 3,5%; dan 3,6%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi global di revisi ke atas 0,1% dibandingkan proyeksi Januari Perkiraan tersebut mengkonfirmasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2017 diperkirakan lebih baik

132 dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2016 sebesar 3,10% dan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2018 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2017 sebesar 3,6%. Pertumbuhan ekonomi negara berkembang tahun 2017 diproyeksikan sebesar 4,5% tetap dibandingkan proyeksi yang dikeluarkan Januari 2017 dan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi 2016 sebesar 4,1%. Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2018 sebesar 4,8% diproyeksikan meningkat dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 yang dikeluarkan Januari Peningkatan pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih di dukung oleh pertumbuhan ekonomi China dan India yang diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi. Membaiknya perekonomian Tiongkok dan peningkatan harga komoditas akan mendorong kinerja ekspor yang akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Dunia Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Januari Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Di dalam negeri, perekonomian domestik memasuki fase pemulihan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada kisaran 5,0%-5,4% didorong oleh membaiknya kinerja ekspor dan mulai menggeliatnya investasi didukung oleh pembiayaan yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016 yang sebesar 5,02% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, penguatan stimulus fiskal yang sejalan dengan Undang-Undang Pengampunan Pajak, belanja infrastruktur pemerintah untuk program reformasi struktural yang dijalankan Pemerintah. Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia dan perbaikan harga komoditas global sehingga mendorong meningkatnya permintaan komoditas ekspor dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. Harga komoditas ekspor Indonesia membaik, ditopang oleh kenaikan harga batu bara dan beberapa jenis logam khususnya tembaga dan timah. Perbaikan ekspor 112

133 tersebut diperkirakan akan berlanjut tidak hanya ditopang oleh ekspor komoditas tetapi juga produk manufaktur yang prospeknya terus membaik. Pertumbuhan investasi masih kuat ditopang oleh investasi pemerintah melalui proyek investasi pemerintah yang terus berjalan dan investasi swasta yang membaik. Namun demikian, perekonomian domestik ke depan masih dibayang-bayangi beberapa resiko eksternal dan domestik. Risiko eksternal antara lain risiko yang bersumber dari pasar keuangan global yang berasal dari arah kebijakan pemerintah AS dan frekuensi kenaikan suku bunga lanjutan di AS pada tahun 2017 serta proses penyeimbangan ekonomi dan penyehatan sektor keuangan di Tiongkok. Sementara dari sisi domestik, risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan reformasi subsidi energi oleh pemerintah. Dalam rangka meningkatkan permintaan domestik ke depan yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi maka diperlukan koordinasi antara kebijakan moneter dan policy space yang perlu dilakukan antara lain (i) bauran kebijakan moneter : memberikan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang dapat dimanfaatkan secara optimal sepanjang stabilitas makroekonomi tetap terjaga antara lain melalui penurunan bunga acuan Bank Indonesia yang berdampak pada penurunan suku bunga kredit, (ii) bauran kebijakan makroprudensial : memberikan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian antara lain pelonggaran kebijakan Loan to Value (LtV) dan pelonggaran ketentuan Giro Wajib Minimum, (iii) bauran kebijakan fiskal : memperkuat stimulus ekonomi dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal, dan (iv) reformasi struktural dan implementasinya guna memperbaiki iklim investasi, meningkatkan daya saing, serta mendiversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh akan semakin memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Implementasi Undang-Undang No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax amnesty) juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal Pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan III 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan II 2017 yang ditopang konsumsi rumah tangga, investasi pemerintah, dan ekspor sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan 113

134 dengan berakhirnya momen puasa ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Investasi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat khususnya belanja barang dan modal pemerintah pusat serta pelaksanan lelang yang sedikit lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Akselerasi pengeluaran pemerintah tersebut mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan yang tercermin dari naiknya penjualan alat berat konstruksi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi swasta juga diperkirakan akan meningkat dan kinerja ekspor dari beberapa komoditas yang masih membaik. Sementara itu kontraksi impor tertahan terutama didorong oleh membaiknya impor barang konsumsi. Rupiah bergerak menguat sejalan dengan stabilitas makroekonomi yang tetap terjaga dan persepsi positif terhadap prospek perekonomian Indonesia. Pada Maret 2017, nilai tukar rupiah menguat secara point to point pada level Rp13.326/USD dibandingka Desember 2016 sebesar /USD. Penguatan rupiah didukung oleh aliran modal asing yang terus meningkat dipengaruhi prospek investasi pada aset domestik yang menarik bagi investor asing serta membaiknya faktor global. Penguatan rupiah diikuti dengan penurunan volatilitas. Secara year to date (ytd), volatilitas rupiah lebih rendah dari rata-rata negara peers. Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.3 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.4 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan 114

135 Inflasi nasional pada Triwulan I 2017 rendah dan semakin mendukung sasaran inflasi Inflasi nasional triwulan I 2017 sebesar 3,61% (yoy). Inflasi yang rendah didukung oleh inflasi inti yang rendah dan administered prices yang minimal, ditengah volatile food yang masih meningkat. Pencapaian tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi dengan pemerintah yang semakin kuat. Inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah, baik bulanan maupun tahunan. Rendahnya inflasi inti dipengaruhi terbatasnya permintaan domestik, lemahnya tekanan eksternal, dan membaiknya ekspektasi inflasi. Inflasi inti terkendali karena konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Inflasi volatile food tetap berada pada level yang menurun. Kenaikan pasokan nasional seiring dengan panen raya yang terjadi di daerah sentra produksi mendorong turunnya harga cabai merah, cabai rawit dan beras. Ke depan koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPI dan TPID (aspek produksi dan distribusi) harus terus dilakukan guna menjaga ketersediaan pangan dan stabilitas harga pangan. Inflasi administered prices tercatat berada pada level yang rendah meski sedikit meningkat. Kenaikan inflasi ini disebabkan adanya kenaikan listrik untuk pelanggan pra bayar daya 900 VA non subsidi, inflasi bensin didorong oleh kenaikan harga bahan bakar khusus (BBK) seperti pertalite, pertamax, dan pertamax plus. Sementara kenaikan harga rokok disebabkan oleh kenaikan cukai rokok sebesar 10,54% per tahun. Secara keseluruhan, proyeksi inflasi nasional pada 2017 diperkirakan masih sesuai sasaran inflasi nasional yakni 4% ± 1% (yoy). Tekanan inflasi pada semester I 2017 diperkirakan menurun. Beberapa risiko inflasi pada tahun 2017 antara lain (1) Kenaikan TTL 900VA utk pelanggan non subsidi khususnya pra bayar, (2) kenaikan biaya perpanjangan STNK, (3) kenaikan cukai rokok, (4) terganggunya pasokan akibat gelombang tinggi dan tingginya curah hujan, (5) kenaikan tarif angkutan udara saat Hari Besar Keagamaan Nasional dan hari libur panjang, (6) kenaikan harga Elpiji 3 kg, (7) kenaikan harga bahan bakar minyak Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi triwulan I 2017, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 6,42% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,92% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi secara signifikan tersebut bersumber dari pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan, lapangan usaha perdagangan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan ekspor dan melambatnya impor. Terkait dengan kinerja pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut maka diperkirakan pada

136 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung akan meningkat dibandingkan tahun 2016 dan diperkirakan berada pada kisaran 5,4%-5,8% (yoy). Grafik 7.5 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung 2017 Pada triwulan III 2017 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan tumbuh pada kisaran 5,2% - 5,6% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan III 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya dan lebih tinggi dibandingkan triwulan III Pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor luar negeri. Selain itu, investasi swasta meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah, pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro, pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Pengeluaran pemerintah khususnya terkait belanja modal setelah tengah tahun lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat pelaksanaan lelang proyek-proyek pemerintah yang lebih awal dan realisasi menjelang akhir tahun. Ekspor akan meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas terutama timah dan membaiknya perekonomian negara-negara mitra dagang. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan tetap akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun Sementara secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan tumbuh pada kisaran 5,4%-5,8% (yoy) yang didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan pemerintah, meningkatnya investasi dan ekspor. Lapangan usaha pertanian diperkirakan meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga produk perkebunan. Harga CPO, karet, dan lada yang berangsur membaik menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut, Namun demikian, risiko perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor. Sementara itu, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal panen dan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Beberapa program pemerintah daerah terkait pengembangan 116

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 12/02/52/Th.X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TUMBUH 5,82 PERSEN Sampai dengan triwulan IV-2016 perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci