Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat"

Transkripsi

1 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan jangka panjang negara Indonesia yang berkesinambungan Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan i

2 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas selesainya penyusunan laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat, dengan cakupan meliputi analisa makro ekonomi, perbankan, sistem pembayaran, ketenagakerjaan dan keuangan daerah. Diharapkan laporan ini bisa menggambarkan kondisi perekonomian di wilayah Papua sehingga menjadi masukan bagi pemerintah, dunia usaha, dunia pendidikan dan referensi bagi masyarakat luas. Penyusunan laporan ini didasarkan pada data-data yang kami peroleh dari berbagai pihak yakni instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Papua, Badan Pusat Statitistik dan laporan dari perbankan serta intern Bank Indonesia. Untuk itu kepada seluruh pihak yang telah membantu penyusunan buku ini kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya dan semoga hubungan yang telah terjalin erat selama ini dapat ditingkatkan di masa yang akan datang. Akhirnya, besar harapan kami mudah-mudahan laporan triwulanan ini dapat bermanfaat bagi semua kalangan dalam membantu memahami perekonomian. Jayapura, Mei 2010 BANK INDONESIA JAYAPURA Ttd. Leo R. Tandiarrang Pemimpin ii

3 Daftar Isi KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii TABEL INDIKATOR MONETER... x RINGKASAN EKSEKUTIF... xiii BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO WILAYAH PAPUA Provinsi Papua Kondisi Umum PDRB Dari Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian ,2.3. Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-Jasa PDRB Dari Sisi Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi Nilai Ekspor Netto Provinsi Papua Barat Kondisi Umum PDRB Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Air Bersih Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan,Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Jasa-Jasa PDRB Dari Sisi Penggunaan Konsumsi Rumah Tangga iii

4 Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi Nilai Ekspor Netto BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA Provinsi Papua Kondisi Umum Faktor Penyebab Inflasi di Jayapura Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi Kelompok Perumahan Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Provinsi Papua Barat Kondisi Umum Faktor Penyebab Inflasi Inflasi Menurut Kelompok Komoditas Kelompok Bahan Makanan Kelompok Makanan Jadi Kelompok Perumahan Kelompok Sandang Kelompok Kesehatan Kelompok Pendidikan Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN Perkembangan Umum Perbankan Wilayah Papua Perbankan Provinsi Papua Perkembangan Umum Aktiva Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPLs Kredit Mikro, Kecil dan Menengah Perbankan Provinsi Papua Barat Perkembangan Umum Aktiva Perbankan Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Penyaluran Kredit Perbankan LDR dan NPLs Kredit Mikro, Kecil dan Menengah iv

5 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Keuangan Daerah Provinsi Papua Realisasi Pendapatan Realisasi Pengeluaran BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Bank IndonesiaReal Time GrossSettlement (BI-RTGS) Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) Perkembangan Uang Kartal BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN Ketenagakerjaan Provinsi Papua Perkembangan Keadaan Tenaga Kerja Provinsi Papua Ketenagakerjaan Provinsi Papua Barat BAB 7. PERKIRAAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Prospek Pertumbuhan Ekonomi Daerah Prospek Inflasi Prospek Perbankan v

6 Daftar Tabel Tabel 1 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua... 3 Tabel 2 Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua... 3 Tabel 3 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Sisi Permintaan(%)... 4 Tabel 4 Kontribusi Komponen Sisi Pemintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 4 Tabel 5 Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua... 7 Tabel 6 Perkembangan Produksi Ubi Kayu di Provinsi Papua... 5 Tabel 7 Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua... 7 Tabel 8 Perkembangan Propduksi Perikanan... 9 Tabel 9 Perkembangan Produksi PT. Freeport Tabel 10 Realisasi Pengadaaan Semen Provinsi Papua Tabel 11 Realisasi Belanja PEMDA Tabel 12 Perkembangan Arus Bongkar Muat dan Penumpang Tabel 13 Perkembangan Nasabah dan Pembiayaan Perum Pegadaian Provinsi Papua Tabel 14 Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua Tabel 15 Perkembangan Nilai Ekspor Netto Tabel 16 Penjualan PT Freeport Indonesia Tabel 17 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat dari Sisi Penawaran (%) Tabel 18 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Tabel 19 Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan Tabel 20 Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Tabel 21 Perkembangan Produksi Padang Provinsi Papua Barat vi

7 Tabel 22 Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua Barat Tabel 23 Perkembangan Produksi Ubi Kayu Provinsi Papu Barat Tabel 24 Perkembangan Produksi Ubi JalarProvinsi Papu Barat Tabel 25 Perkembangan Pembiayaan Perum Pegadaian Papua Barat Tabel 26 Perkembangan Ekspor Neto Papua Barat Tabel 27 Perkembangan Harga Komoditas Pada Pasar Tradisional Tabel 28 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua Tabel 29 Perkembangan NPL persektor Tabel 30 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Tabel 31 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua Tabel 32 Perkembangan Kredit MKM Perbankan Provinsi Papua Tabel 33 Perkembangan Kredit MKM Perbankan Provinsi papua Barat Tabel 34 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Tahun Triwulan I Tabel 35 Realisasi Anggaran APBD Provinsi Papua Tahun Triwulan I Tabel 36 Transaksi RTGS Papua Tabel 37 Transaksi Kliring Wilayah Papua Tabel 38 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura(Rp milliar) Tabel 39 Penduduk Usia 15 tahun ke atas menurut Kegiatan Utama Tabel 40 Penduduk yang bekerja Provinsi Papua (dalam Ribuan) Tabel 41 Penduduk Usia 15 Tahun ke atas Menurut Kegiatan Tabel 42 Jumlah Penduduk yang bekerja Menurut Lapangan Usaha Tabel 43 Status Pekerjaan Utama Penduduk Provinsi Papua Barat Tabel 44 Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja menurut status Pekerjaan Utama vii

8 Daftar Grafik Grafik 1 Laju Pertumbuhan PDRB Provinsi Papua Harga Konstan... 3 Grafik 2 NTP Subektor Pertanian Provinsi Papua... 6 Grafik 3 Nilai Tukar Petani Provinsi Papua... 8 Grafik 4 Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia Grafik 5 Perkembangan Sektor Industri Pengolahan Grafik 6 Pertumbuhan Sektor Listrik dan Air Bersih (Harga Konstan) Grafik 7 Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua Grafik 8 Perkembangan Sektor Bangunan Grafik 9 Perkembangan Sektor PHR Grafik 10 Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 11 Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Grafik 12 Perkembangan Sub sektor Jasa-jasa Grafik 13 Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 14 Komponen Indeks keyakinan Saat Ini Grafik 15 Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 16 Perkembangan Indeks Pembelian Barang Duarable Goods Grafik 17 Pertumbuhan Konsumsi Listerik Rumah Tangga Prov Papua Grafik 18 Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba Grafik 19 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah Grafik 20 Pertumbuhan Investasi Grafik 21 Pertumbuhan Tahunan Penjualan PT. Freeport Grafik 22 Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat (Harga Konstan) Grafik 23 Perkembangan Sekto Pertambangan dan Penggalian Grafik 24 Pertumbuhan Konsumsi Listrik Industri Grafik 25 Perkembangan Konsumsi Listerik Grafik 26 Perkembangan Sektor Bangunan Grafik 27 Pertumbuhan sektor PHR Grafik 28 Perkembangan Sekto Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 29 Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan viii

9 dan Jasa Perusahaan Grafik 30 Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa Grafik 31 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 32 Perkembangan Konsumsi Listerik Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Grafik 33 Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba Grafik 34 Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah Grafik 35 Pertumbuhan Investasi Grafik 36. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Papua Barat Grafik 37 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Grafik 38 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Grafik 39 Share Pengeluaran Anggaran APBD Provinsi Papua Grafik 40 Nilai Transaksi RTGS ix

10 TABEL INDIKATOR INFLASI PDRB PDRB Sektoral Provinsi Papua PDRB Penggunaan Provinsi Papua Tabel Pertumbuhan Sektoral PDRB Provinsi Papua x

11 PDRB Sektoral Provinsi Papua Barat PDRB Penggunaan Provinsi Papua Barat Tabel Pertumbuhan Sektoral Provinsi Papua Barat TABEL PERBANKAN xi

12 TABEL SISTEM PEMBAYARAN Tabel Transaksi Kliring Tabel Transaksi RTGS Tabel Perkasan KBI Jayapura xii

13 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. GAMBARAN UMUM Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua memiliki pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan posisi triwulan IV Perekonomiaan Provinsi Papua pada triwulan I-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif (kontraksi), kondisi ini sama seperti pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2009, namun pada periode laporan triwulan ini pertumbuhan tahunan Provinsi Papua lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, diperkirakan hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan ekonomi positif, namun demikian pertumbuhan ekonomi tahunan sebagian besar sektor melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian sebagai penyumbang terbesar diperkirakan mengalami pertumbuhan tahunan negatif yang disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi PT. Freeport Indonesia. Sementara itu, beberapa komponen permintaan yang mengalami pertumbuhan positif pada periode laporan triwulan ini diprakirakan meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, sedangkan komponen ekspor diprakirakan masih mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sebagai dampak pertumbuhan produksi tahunan PT. Freeport Indonesia yang mengalami kontraksi. Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat juga diprakirakan secara tahunan tumbuh lebih tinggi pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang tinggi ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan beberapa sektor ekonomi seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan xiii

14 ekonomi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh pertumbuhan beberapa komponen permintaan yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen investasi dan perbaikan kinerja ekspor. 2. MAKRO EKONOMI Perkembangan ekonomi Provinsi Papua pada triwulan I-2010 diperkirakan mengalami kontraksi sebesar -2,81% dalam yoy, lebih baik bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2009 yang juga mengalami kontraksi sebesar -4,60 % 3. INFLASI Sumber inflasi di kota Jayapura terjadi akibat ketersediaan stok yang tidak dapat memenuhi permintaan yang tinggi dari masyarakat Laju inflasi Kota Jayapura sampai dengan periode Triwulan I-2010 (bulan Maret), secara y.o.y sebesar 3,31%, secara m.t.m sebesar 0,56% dan secara year to date mencapai 1,31%. Inflasi di Kota Jayapura pada Bulan Maret 2010 terjadi karena adanya kenaikan harga barang dan jasa kelompok bahan makanan, kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, dan kelompok Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan. Sedangkan untuk kelompok yang mengalami penurunan harga barang dan jasa yaitu kelompok Kesehatan, kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar, kelompok Sandang dan kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga. Pada bulan Maret 2010, Provinsi Papua Barat mengalami inflasi gabungan sebesar 0,15 %. Inflasi di Provinsi Papua Barat ini mencakup inflasi di Kota Manokwari dan inflasi di Kota Sorong. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompok-kelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau, xiv

15 kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar, serta kelompok kesehatan. 4. PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perbankan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jayapura yang meliputi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 secara umum tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tersebut terlihat pada perkembangan aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan. Indikator positif lain adalah peningkatan loan to deposit ratio pada taraf rasio kredit bermasalah pada ambang batas 5%. Pada posisi triwulan I-2010 secara tahunan (yoy), aktiva perbankan di Wilayah Papua tumbuh sebesar 20,0% dari Rp. 27,22 triliun menjadi Rp. 32, 67 triliun. Sementara itu pada periode yang sama, DPK tumbuh sebesar 13 % dari Rp 19,01 triliun menjadi Rp21,78 triliun. Sementara itu pada periode yang sama, kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 41,6% dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 9,71 triliun. Kondisi ini mendorong pertumbuhan rasio LDR sebesar 45,02%. NPL perbankan pada periode yang sama mengalami penurunan sebesar 1,95%. Pada triwulan I-2010, nilai transaksi BI-RTGS menunjukkan pertumbuhan transaksi yang positif Hal ini dapat dilihat dari outflow mencapai Rp. 18,934 trilliun dengan jumlah warkat sebesar dengan pertumbuhan sebesar 4,8% dibandingkan peroide yang sama tahun sebelumnya. Jika dilihat dari sisi nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) sebesar Rp 8,14 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Nilai transaksi pada periode I-2010 mengalami peningkatan sebesar 0,24%. xv

16 5. PROSPEK PEREKONOMIAN Perkembangan perbankan Wilayah Papua secara tahunan pada triwulan II-2010 diperkirakan akan tetap mengalami pertumbuhan aktiva, DPK, namun kredit diperkirakan akan tumbuh melambat seiring dengan kebiasaan beberapa perusahaan untuk melunasi kewajibannya menjelang tutup buku akhir tahun. Jaringan kantor perbankan Papua pada triwulan II-2010 diperkirakan akan mengalami penambahan. Penambahan jaringan kantor tersebut berupa pembukaan Anjungan Tunai Mandiri (ATM) maupun Kantor Cabang Pembantu (KCP) yang baru. Tren penurunan BI Rate oleh Bank Indonesia, diperkirakan akan berpengaruh terhadap penurunan suku bunga DPK dan suku bunga kredit perbankan pada triwulantriwulan mendatang. Penurunan bunga kredit tersebut selain akan meningkatkan posisi penyaluran kredit juga akan meningkatkan kemampuan pengangsuran kredit oleh debitur sehingga menurunkan NPL perbankan. Dari sisi penghimpunan DPK, diperkirakan persaingan perbankan Papua dalam menghimpun DPK masih cukup tinggi. Namun persaingan tersebut diperkirakan akan tetap tinggi seiring dengan penambahan jaringan kantor bank yang beroperasi di Wilayah Papua. xvi

17 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perkembangan ekonomi Papua yang terdiri dari dua provinsi, yaitu, tidak terlepas dari pengaruh perkembangan ekonomi nasional dan perkembangan ekonomi dunia. Selain itu, perekonomian Papua secara keseluruhan sangat bergantung pada aktivitas sektor pertambangan, khususnya aktivitas produksi PT. Freeport Indonesia yang melakukan kegiatan eksplorasi pertambangan di Kabupaten Timika. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan I-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan lebih tinggi dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya, meskipun demikian pertumbuhan tersebut masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan I Perekonomiaan Provinsi Papua pada triwulan I-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif (kontraksi), kondisi ini sama seperti pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2009, namun pada periode laporan triwulan ini pertumbuhan tahunan Provinsi Papua lebih 1

18 tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, diprakirakan hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan ekonomi positif, namun demikian pertumbuhan ekonomi tahunan sebagian besar sektor melambat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan negatif yang disebabkan oleh terjadinya penurunan produksi PT. Freeport Indonesia. Sementara itu, beberapa komponen permintaan yang mengalami pertumbuhan positif pada periode laporan triwulan ini diprakirakan meliputi konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan investasi, sedangkan komponen ekspor diprakirakan masih mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) sebagai dampak pertumbuhan produksi tahunan PT. Freeport Indonesia yang mengalami kontraksi. Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat juga diprakirakan secara tahunan tumbuh lebih tinggi pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan yang tinggi ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan beberapa sektor ekonomi seperti sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air bersih, sektor bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi tahunan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 diprakirakan lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh pertumbuhan beberapa komponen permintaan yaitu komponen konsumsi rumah tangga, komponen investasi dan perbaikan kinerja ekspor. I. Provinsi Papua 1.1. Kondisi Umum Perkembangan ekonomi Provinsi Papua pada triwulan I-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif (kontraksi) 2,81%, lebih baik bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2009 yang juga tumbuh negatif mencapai 4,60 % (grafik 1). 2

19 Grafik 1. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua (Harga Konstan) (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) Series Sumber : BPS Provinsi Papua r) Angka diperbaiki, *) Angka Sementara, Proyeksi kerjasama antara KBI Jayapura dan BPS Prov. Papua Pertumbuhan ekonomi tahunan yang lebih baik pada triwulan I-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya dari sisi penawaran didorong oleh pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian, sektor industri pengolahan serta sektor pertambangan dan penggalian yang tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 1-2). Perbaikan kinerja sektor pertambangan dipengaruhi oleh mulai membaiknya kinerja produksi PT. Freeport Indonesia dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya seperti terlihat pada grafik (grafik 4). Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Dari Sisi Penawaran (%) Sektor Ekonomi *) TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV r) 2009 TW.I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (1.16) (3.78) (0.23) Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (6.21) (6.63) Jasa-jasa PDRB 4.34 (31.43) (13.78) (0.78) (4.60) (2.81) Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah r) angka diperbaiki *) Angka Sementara, hasil proyeksi kerjasama antara KBI Jayapura dengan BPS Provinsi Papua 3

20 Tabel 2. Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua (%) Sektor Ekonomi *) TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV r) 2009 TW.I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 4.34 (31.43) (13.78) (0.78) (4.60) (2.81) Sumber : BPS Provinsi Papua, diolah r) angka diperbaiki *) Angka Sementara, hasil proyeksi kerjasama antara KBI Jayapura dengan BPS Provinsi Papua Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua pada periode laporan triwulan ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan positif pada beberapa komponen yaitu komponen konsumsi rumah tangga dan komponen konsumsi pemerintah (Tabel 3-4). Kinerja ekspor Provinsi Papua diprakirakan akan tetap mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi), karena diprakirakan volume penjualan PT. Freeport Indonesia berupa perak dan emas pada periode triwulan I-2010, mengalami pertumbuhan tahunan negatif (kontraksi), sebagai dampak dari pertumbuhan produksi tahunan yang negatif dari tambang Grasberg milik PT. Freeport Indonesia (grafik 4). Selain komponen ekspor, komponen swasta nirlaba juga mengalami pertumbuhan negatif pada periode laporan triwulan ini. Tabel 3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Dari Sisi Permintaan (%) Jenis Penggunaan *) 2008 TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV r) 2009 TW.I Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Swasta Nirlaba (6.53) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori 3.31 (349.58) (112.68) (860.91) 7.44 (1.30) (23.70) Ekspor (4.95) (45.26) (36.19) (13.73) (22.25) (32.51) Dikurangi Impor (0.92) (3.33) (19.68) (3.54) (0.65) (11.49) (1.86) 2.93 (3.21) (6.06) PDRB 4.34 (31.43) (13.78) (0.78) (4.60) (2.81) Sumber : BPS Provinsi Papua r) angka diperbaiki *) Angka Sementara, hasil proyeksi kerjasama antara KBI Jayapura dengan BPS Provinsi Papua 4

21 Tabel 4. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua (%) Jenis Penggunaan *) TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV r) 2009 TW.I Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Swasta Nirlaba (0.13) Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (0.36) (7.21) (22.22) (20.98) (7.80) (37.94) (13.89) (2.52) 0.39 (12.11) 7.89 Ekspor (4.25) (34.66) (29.65) (10.75) (15.05) (27.52) Dikurangi Impor 9.77 (0.59) 7.91 (3.39) (19.95) (2.91) (0.61) (10.89) (1.48) 1.72 (2.57) (4.12) PDRB 4.34 (31.43) (13.78) (0.78) (4.60) (2.81) Sumber : BPS Provinsi Papua r) angka diperbaiki *) Angka Sementara, hasil proyeksi kerjasama antara KBI Jayapura dengan BPS Provinsi Papua 1.2. Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua pada periode triwulan I-2010 dari sisi penawaran terutama disebabkan oleh perbaikan kinerja 3 sektor yang dominan yang tergambar dari nilai pertumbuhan tahunan masing-masing sektor yang lebih tinggi pada periode laporan ini dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 2). Adapun ketiga sektor tersebut terdiri dari sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Sementara sektor-sektor lainnya meskipun tumbuh lebih rendah secara tahunan pada periode laporan triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya, namun diprakirakan tetap mengalami pertumbuhan yang positif Sektor Pertanian Pada periode laporan triwulan I-2010, sektor pertanian diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan yang lebih tinggi mencapai 19,97% dibandingkan pertumbuhan tahunan (yoy) triwulan sebelumnya sebesar 9,81% dan triwulan I-2009 yang tumbuh negatif 4,31% (tabel 1). Pertumbuhan signifikan yang terjadi pada sektor pertanian terutama diprakirakan didorong oleh peningkatan yang terjadi pada hampir seluruh sub sektor khususnya tanaman bahan makanan, sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan. Pertumbuhan sub sektor tanaman bahan 5

22 makanan yang signifikan pada periode laporan triwulan ini antara lain dipengaruhi oleh mulai masuknya masa panen untuk komoditas padi yang akan terus berlanjut hingga periode triwulan II Grafik 2. NTP Sub Sektor Pertanian Prov. Papua Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agts Sep Okt Nop Des Jan feb Perikanan peternakan Perkebunan Sumber: BPS Provinsi Papua Peningkatan signifikan yang terjadi pada sektor pertanian tergambar dari Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani pada masing-masing sub sektor. Pada Bulan Februari 2010, NTP masing-masing sub sektor menunjukkan peningkatan dibandingkankan NTP Bulan Januari 2010 dan Desember 2009 (grafik 2). Pertumbuhan tahunan (yoy) pada sektor pertanian yang meningkat pada periode triwulan laporan ini diprakirakan juga didorong oleh pertumbuhan yang cukup tinggi pada sub sektor tanaman bahan makanan yang mencapai 31,38% (lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2008 yang sebesar 14,56%). Pertumbuhan pada sub sektor bahan makanan terutama diprakirakan didorong oleh meningkatnya produktivitas beberapa komoditas antara lain padi yang merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Papua. Berdasarkan data angka ramalan (aram) I tahun 2010 dari BPS Provinsi Papua, diperoleh informasi bahwa luas areal panen padi pada periode panen tahun 2010 mengalami peningkatan 6

23 sebesar 0,41% bila dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (tabel 5). Sementara itu, produksi gabah yang dihasilkan diprakirakan meningkat mencapai 2,87% (yoy) pada tahun 2010 dengan jumlah nominal produksi sebesar ton gabah. Peningkatan produksi ini selain disebabkan oleh adanya penambahan luas lahan, juga didorong oleh peningkatan produktivitas tanaman padi yang mencapai 2,45% pada periode laporan ini dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Tabel 5. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Papua K o moditas lainnya yang memiliki kontribusi besar dari sisi volume dan diprakirakan mengalami peningkatan produktivitas pada periode tahun 2010 adalah komoditas ubi kayu dan komoditas jagung. Komoditas ubi kayu diprakirakan mengalami peningkatan produksi secara tahunan mencapai 3,07% dengan peningkatan luas panen secara tahunan mencapai 2,89% dan peningkatan produktivitas mencapai 0,18% (tabel 6). Sementara itu, perkembangan produksi komoditas jagung juga diprakirakan menunjukkan peningkatan sebesar 9,77% pada periode tahun 2010 dibandingkan tahun sebelumnya yang didorong oleh adanya peningkatan produktivitas dan luasan panen pada periode laporan triwulan ini masing-masing sebesar 2,10% dan 7,52% (tabel 7). 7

24 agus sep okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul agus Sep Okt Nop Des Jan Feb Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Tabel 6. Perkembangan Produksi Ubi Kayu Provinsi Papua Tabel 7. Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua Pertumbuhan pada sektor pertanian di triwulan I-2010 juga diindikasikan oleh adanya peningkatan kesejahteraan petani. Kondisi ini tercermin dari meningkatnya Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator tingkat kesejahteraan petani. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Provinsi Papua terhadap perkembangan harga-harga di Provinsi Papua, NTP sepanjang triwulan I-2010 (Januari dan Februari 2010) telah mengalami peningkatan yang cukup signifikan dari 102,36 pada Desember 2009 menjadi 102,62 pada Februari 2010 atau meningkat sebesar 0,25% Grafik 3. Nilai Tukar Petani Provinsi Papua Nilai Tukar Petani Sumber : BPS Provinsi Papua. Selain didorong oleh peningkatan sub sektor tanaman bahan makanan, pertumbuhan sektor pertanian pada triwulan I-2010 juga 8

25 didorong oleh pertumbuhan sub sektor perikanan yang diprakirakan mencapai 10,83% (yoy), lebih tinggi bila dibandingkan periode triwulan IV-2009 yang mencapai 3,04%. Peningkatan yang signifikan pada sub sektor perikanan juga tergambar dari hasil produksi/tangkapan ikan di Provinsi Papua yang juga menunjukkan peningkatan secara tahunan pada periode triwulan I-2010 yang mencapai 2,25%. Tabel 8. Perkembangan Produksi Perikanan Provinsi Papua Sumber : Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Papua Sektor Pertambangan dan Penggalian Seperti pada triwulan sebelumnya, perkembangan sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2010 diprakirakan masih mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) 15,83% (yoy), jauh lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan sektor ini pada triwulan IV-2009 (tabel 1). Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian Provinsi Papua sangat tergantung pada kinerja PT. Freeport Indonesia. Kontraksi yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I-2010 diindikasikan oleh kinerja produksi PT. Freeport Indonesia merupakan perusahaan pertambangan besar yang beroperasi di Timika (Papua) dengan hasil produksi berupa 9

26 konsentrat tembaga dan emas. Dari Laporan Keuangan Publikasi periode triwulan I-2010 (Freeport-McMoran Copper and Gold holding company dari PT. Freeport Indonesia), diketahui bahwa produksi konsentrat tembaga pada triwulan I-2010 masih tumbuh negatif sebesar 30,94%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan produksi periode triwulan IV-2009 yang juga tumbuh negatif mencapai 34,13% (grafik 4). Adapun jumlah nominal produksi pada triwulan I-2010 mencapai 279 juta pounds konsentrat tembaga. Produksi PT. Freeport Indonesia cenderung fluktuatif karena adanya siklus pergeseran lokasi penambangan yang dilakukan oleh perusahaan, sementara kandungan konsentrat tembaga pada masing-masing lokasi penambangan berbeda baik dalam kuantitas maupun kualitasnya. Tabel 9. Perkembangan Produksi PT. Freeport Indonesia Grafik 4. Pertumbuhan Tahunan Produksi PT. Freeport Indonesia (%) Pertumbuhan (yoy) Produksi Konsentrat Tembaga I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Keuangan Freeport-McMoran Copper and Gold Sektor pengolahan Pertumbuhan sektor industri pengolahan pada triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh secara tahunan (yoy) sebesar 10

27 6,24%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan periode triwulan IV-2009 yang mencapai 4,88% (Tabel 1). Peningkatan yang terjadi pada sektor ini antara lain disebabkan oleh mulai meningkatnya permintaan eksternal dan mulai menurunnya resiko ketidakpastian global, sehingga mendorong para pelaku usaha mulai berupaya meningkatkan produksi menuju pada pencapaian skala optimum. Grafik 5. Perkembangan Sektor Industri Pengolahan (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Sektor Listrik Dan Air Bersih Sektor listrik dan air bersih pada triwulan I-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 5,23%, lebih rendah (tumbuh melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2009 yang mencapai 5,43% dan triwulan I-2009 yang sebesar 6,06% (tabel 1). 11

28 Grafik 6. Perkembangan Sektor Listrik dan Air Bersih (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapuradan BPS Provinsi Papua Perlambatan yang terjadi pada sektor ini antara lain diindikasikan oleh penurunan pertumbuhan tahunan tingkat konsumsi listrik di Provinsi Papua dari 11,5% pada triwulan IV menjadi 7,65% pada triwulan I-2010 (grafik 7). Kondisi ini disebabkan adanya peningkatan frekuensi pemadaman listrik, khususnya pada masa-masa beban puncak, karena kebutuhan listrik lebih besar dari supply yang bisa disediakan oleh Perusahaan Listrik Negara. Grafik 7. Pertumbuhan Tahunan Konsumsi Listrik Provinsi Papua (%) I II III IV I II III IV I Pertumbuhan Konsumsi Listrik tahunan (yoy) Papua (%) Sumber : PLN Wilayah Papua 12

29 Sektor Bangunan Pada triwulan I 2010 diprakirakan tumbuh secara tahunan sebesar 7,65%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan IV-2009 yang sebesar 16,21% dan triwulan I-2009 yang mencapai 16,12%. Perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua sangat bergantung pada dana-dana yang terdapat dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) untuk pembangunan proyek-proyek infrastruktur seperti jalan, jembatan dan gedung. Pencapaian nilai tambah pada sektor ini sangat bergantung pada realisasi pencairan dana APBD. Pada triwulan I-2010, sebagian besar proyek pemerintah masih dalam tahap persiapan awal, sebelum dimulainya pengerjaan yang umumnya dilakukan pada awal triwulan II Grafik 8. Perkembangan Sektor Bangunan (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Perlambatan sektor bangunan juga tercermin dari realisasi pengadaan semen yang merupakan data pengiriman semen ke daerah pada triwulan tersebut. Dari proses pengiriman sampai dengan penggunaan semen di daerah, memiliki jangka waktu 13

30 tertentu. Oleh karena itu, indikator semen yang dipergunakan pada sektor Bangunan di Provinsi Papua untuk triwulan I-2010 lebih tepat mempergunakan data pengadaan (pengiriman) semen pada triwulan sebelumnya (triwulan IV-2009). Realisasi pertumbuhan tahunan pengadaan semen pada triwulan IV-2009 tumbuh negatif (kontraksi) sebesar 13,54%, jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif mencapai 1,07%. Realisasi pengadaan (pengiriman) semen pada triwulan II-2009 ini sepenuhnya dipergunakan untuk aktivitas pada sektor bangunan di triwulan III Tabel 10. Realisasi Pengadaan Semen Provinsi Papua Realisasi Pengadaan Semen 2009 I II III IV Provinsi Papua (Sak) 94, ,886 97,604 96,334 Pertumbuhan Tahunan (%) Sumber: Asosiasi Produsen Semen Indonesia Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh mencapai 12,18%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 13,84% dan triwulan I-2009 yang sebesar 12,61% (tabel 1). 14

31 (%) 25 Grafik 9. Perkembangan Sektor PHR I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Aktivitas kegiatan Pemerintah Daerah baik tingkat Provinsi, Kabupaten, maupun Kota merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan sektor ini, selain beberapa faktor musiman seperti liburan anak sekolah dan perayaan beberapa hari raya keagamaan. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini di triwulan I-2010, tercermin dari realisasi pertumbuhan tahunan belanja barang dan jasa Pemerintah Provinsi Papua yang mengalami penurunan dari 46,39% pada triwulan IV-2009 menjadi (31,74%) pada triwulan I Tabel 11. Realisasi Belanja Barang dan Jasa PEMDA Provinsi Papua Uraian TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Realisasi Belanja Barang dan Jasa (Rp Juta) 26,500 67, , ,719 18,088 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Barang dan Jasa (%) Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah Prov. Papua Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi pada triwulan I diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 11,94%, tumbuh lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,10% dan triwulan I-2009 sebesar 14,65% (tabel 1). Pertumbuhan pada 15

32 sektor ini, terutama didorong oleh pertumbuhan sub sektor komunikasi dan sub sektor angkutan udara yang pada triwulan I tumbuh secara tahunan di atas 10% (grafik 10). Grafik 10. Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) Komunikasi Jasa Penunjang Angkutan Angkutan Udara Angkutan Sungai Angkutan Laut Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Kondisi geografis Provinsi Papua yang belum sepenuhnya terhubung antara wilayah satu dengan wilayah lainnya melalui jalur darat, menyebabkan sarana transportasi laut dan angkutan udara mendominasi sarana angkutan yang dipergunakan oleh warga masyarakat di Papua dalam menunjang mobilitas arus distribusi barang maupun manusia. Selain itu, pemenuhan sebagian besar kebutuhan barang yang bersumber dari luar wilayah Papua juga menggunakan transportasi laut dan udara. Oleh karena itu, perkembangan yang terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi dapat diindikasikan oleh perkembangan arus bongkar muat barang dan penumpang. Perlambatan pada sektor ini periode triwulan I-2010 juga tercermin dari perkembangan arus bongkar muat barang dan penumpang yang secara tahunan (yoy) tumbuh masing-masing sebesar (4,25%) dan (29,72%) seperti terangkum pada tabel 12, lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan tahunan pada triwulan yang masing-masing sebesar 6,05% dan 16

33 (2,29%). Perlambatan pada sektor ini ditriwulan I-2010 antara lain disebabkan tidak adanya faktor musiman sepanjang periode triwulan laporan ini yang dapat menjadi stimulus dalam peningkatan permintaan terhadap sektor ini seperti liburan anak sekolah dan perayaan hari-hari besar keagamaan. Tabel 12. Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang dan Penumpang Keterangan TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Perkembangan Arus Penumpang (orang) 61, , , ,860 43,191 Pertumbuhan Tahunan Arus Penumpang (%) Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang -Menurut Jenis Perdagangan (Ton/M3) 217, , , , ,463 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Perdagangan (%) , Menurut Jenis Distribusi (Ton/M3) 217, , , , ,463 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Distribusi (%) , Menurut Jenis Kemasan (Ton/M3) 217, , , , ,463 -Pertumbuhan Tahunan Menurut Jenis Kemasan (%) Sumber: PT. Pelindo IV, Papua Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diprakirakan tumbuh secara tahunan sebesar 6,87% pada periode triwulan I-2010, lebih rendah (melambat) dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2009 dan triwulan I-2010 yang (grafik 11) masing-masing sebesar 80,21% dan 30,58%. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini pada periode laporan triwulan I-2010 disebabkan oleh perlambatan yang terjadi pada seluruh sub sektor termasuk sub sektor lembaga keuangan bukan bank, yang tercermin dari perkembangan jumlah nasabah dan nominal pembiayaan dari Perum Pegadaian Wilayah Papua. Pertumbuhan jumlah nasabah dan nominal pembiayaan dari Perum Pegadaian yang beroperasi di Wilayah Papua yang masing-masing mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan (yoy) pada triwulan I-2010 dibandingkan periode sebelumnya yaitu dari 23,75% pada triwulan IV-2009 menjadi 14,86% pada triwulan I-2010 untuk pertumbuhan nasabah sementara nominal pembiayaan juga tumbuh 17

34 melambat dari 60,38% pada triwulan IV-2009 menjadi 21,72% ditriwulan I-2010 (tabel 13). Grafik 11. Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Tabel 13. Perkembangan Nasabah dan Pembiayaan Perum Pegadaian Provinsi Papua Keterangan Tw I TW II TW III TW IV TW 1 Jumlah Nasabah (orang) 20,631 20,693 21,630 23,284 23,696 Pertumbuhan Tahunan Nasabah (%) Nominal Pembiayaan (Rp) 65,577,027 64,760,161 69,494,401 81,935,206 79,823,240 Pertumbuhan Tahunan Nominal Pembiayaan (%) Sumber: Perum Pegadaian Wilayah Papua Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan I-2010 diprakirakan mengalami pertumbuhan tahunan (yoy) sebesar 6,43%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 9,09%. Sektor jasa-jasa diprakirakan memberikan kontribusi sebesar 0,48% pada pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua di triwulan I-2010 (tabel 2). Perlambatan pada sektor ini diprakirakan didorong oleh perlambatan yang terjadi pada seluruh sub sektor (grafik 12). 18

35 Grafik 12. Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) Jasa Perorangan Jasa Hiburan Jasa Sosial Pem. Umum Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua 1.3. PDRB SISI PENGGUNAAN 1.3. Sisi Permintaan Perkembangan ekonomi Provinsi Papua secara tahunan (yoy) yang mengalami peningkatan pada periode triwulan I-2010 tercermin antara lain dari meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi perekonomian Provinsi Papua. Berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) bulan Maret 2010 yang dilakukan oleh Kantor Bank Indonesia Jayapura menunjukkan bahwa tingkat keyakinan konsumen terhadap kondisi perekonomian Provinsi Papua menunjukkan peningkatan dibandingkan bulan Desember 2009 dan Maret 2009 (grafik 13). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi secara tahunan (yoy) yang lebih tinggi pada periode triwulan I-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh pertumbuhan tahunan yang positif pada beberapa komponen yaitu konsumsi rumah tangga, komponen konsumsi pemerintah. Sementara itu komponen investasi (pembentukan motal dibandingkan periode tetap bruto) secara tahunan tumbuh lebih tinggi sebelumnya. 19

36 Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Grafik 13. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik 14. Komponen Indeks Keyakinan Saat Ini Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Penghasilan Saat Ini Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura Sumber : Survei Konsumen KBI Jayapura Konsumsi Rumah Tangga Perkembangan komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh mencapai 10,44% (tabel 3), lebih rendah (melambat) bila dibandingkan dengan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya (11,05%). Perlambatan yang terjadi pada komponen konsumsi rumah tangga antara lain terjadi karena tidak adanya kegiatan/aktivitas musiman yang mendorong peningkatan signifikan dari permintaan dimasyarakat seperti perayaan hari besar keagamaan dan liburan sekolah. Selain itu, lancarnya pasokan bahan pokok yang tercermin dari tingkat inflasi yang cukup rendah pada bulan Maret 2010 yang mencapai 3,31% secara tahunan (lebih rendah dari inflasi tahunan nasional 3,43%) mendorong ekspektasi masyarakat yang semakin optimis terhadap penurunan harga barang sehingga menyebabkan masyarakat tidak melakukan pembelian yang berlebihan terhadap berbagai barang kebutuhan khususnya kebutuhan pokok. Masyarakat beranggapan bahwa 20

37 pemenuhan barang kebutuhan pokok akan selalu tersedia dengan harga yang terjangkau. Kondisi inilah yang menjadi salah satu faktor penyebab pertumbuhan tahunan komponen konsumsi rumah tangga lebih rendah bila dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya. (%) Grafik 15. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Perlambatan pada komponen konsumsi rumah tangga juga tercermin dari hasil survey konsumen pada bulan Maret 2010 yang dilakukan oleh KBI Jayapura di Kota Jayapura yang menunjukkan terjadinya penurunan indeks ketepatan pembelian barang-barang tahan lama (durable goods) yang mengindikasikan bahwa masyarakat memiliki kecendurangan untuk menunda pembelian, sebagaimana diperlihatkan pada grafik

38 Mei Jun Jul Agus sep Nop Des Mar Apr Jun Agust Sep Nop Des Maret Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Grafik 16. Perkembangan Indeks Pembelian Barang Durable Goods Sumber : KBI Jayapura Perlambatan komponen konsumsi rumah tangga juga tercermin dari melambatnya pertumbuhan tahunan (yoy) konsumsi listrik rumah tangga yang pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 4,17% atau mencapai 61,12 juta Kwh. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2009 yang mencapai 6,73% dengan nilai konsumsi listrik sebesar 60,35 juta Kwh. Grafik 17. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Prov. Papua (Juta Kwh) I II III IV I II III IV I Konsumsi Listrik RT (Juta Kwh) Pertumbuhan Kons Listrik RT (yoy) (%) Sumber : PLN Wilayah Papua 22

39 1.3.2 Konsumsi Swasta Nirlaba Komponen Konsumsi swasta nirlaba pada triwulan I secara tahunan (yoy) diprakirakan mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) 6,53%, mengalami penurunan yang cukup signifikan dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mecapai 16,15% (tabel 3). Sementara itu, kontribusi sektor ini terhadap pencapaian pertumbuhan tahunan ekonomi regional Provinsi Papua pada triwulan I-2010 mencapai (0,13%). Aktivitas sektor ini sangat tergantung pada kondisi sumber penyandang dana yang sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika. Selain itu, realisasi pelaksanaan program swasta nirlaba yang pada umumnya pada awal tahun masih dalam tahap persiapan pelaksanaan juga ikut mempengaruhi perkembangan komponen ini. Grafik 18. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Konsumsi Pemerintah Perkembangan komponen konsumsi pemerintah pada triwulan I-2010 secara tahunan diprakirakan tumbuh mencapai 5,89%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan 23

40 pertumbuhan komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV-2009 sebesar 6,41%. komponen ini sangat tergantung dan Pencapaian nilai tambah pada pada realisasi pengadaan barang-jasa perkembangan proyek yang dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Pada periode triwulan ini, pembangunan) pemerintah (%) sebagian besar proyek (pengadaan dan sedang memasuki tahap persiapan. Grafik 19. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Perlambatan yang terjadi pada komponen konsumsi pemerintah juga tercermin dari realisasi belanja Pemerintah Daerah Provinsi Papua yang pada triwulan I-2010 mengalami pertumbuhan tahunan yang negatif (kontraksi) sebesar 36%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang mencapai 4% (tabel 14). Tabel 14. Perkembangan Realisasi Belanja PEMDA Provinsi Papua Uraian TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 TW 1 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rp Juta) 192, , ,813 1,564, ,524 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Tidak Langsung (%) 65 (31) (33) (16) (31) Realisasi Belanja Langsung (Rp Juta) 76, , ,386 1,687,281 39,633 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja Langsung (%) 201 (28) (15) 35 (48) Total Belanja (Rp Juta) 268, ,475 1,108,199 3,251, ,157 Pertumbuhan Tahunan Realisasi Belanja (%) 89 (30) (28) 4 (36) Sumber : Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Papua Investasi Komponen investasi dicerminkan oleh pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan I-2010, komponen ini 24

41 secara tahunan diprakirakan tumbuh sebesar 15,18%, lebih tinggi bila dibandingkan pertumbuhan tahunan (yoy) triwulan sebelumnya yang mencapai 8,87%. Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah. Kondisi perekonomian global yang mulai pulih dari krisis ekonomi pada periode triwulan ini, mendorong pelaku usaha berupaya mencapai tingkat produksi optimum sehingga sebagian besar usaha melakukan investasi peningkatan kapasitas usaha yang berdampak pada peningkatan pertumbuhan komponen investasi. Grafik 20. Pertumbuhan Komponen Investasi (%) I II III IV I II III IV I II III IVr) I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, r) Angka diperbaiki Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Ekspor Netto Nilai ekspor netto merupakan nilai selisih dari antara nilai ekspor dengan nilai impor yang dihasilkan oleh Provinsi Papua. Ekspor neto pada triwulan I-2010 diprakirakan masih negatif Rp 385 Miliar, lebih tinggi bila dibandingkan nilai ekspor neto periode triwulan sebelumnya yang negatif Rp 431 miliar. 25

42 Tabel 15. Perkembangan Nilai Ekspor Neto PENGGUNAAN I II III IV I *) Nilai Ekspor Neto (Rp Miliar) 949 (74) 362 (431) (385) Pertumbuhan Tahunan (%) (170) (95) 308 (185) (141) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara Proyeksi Kerjasama KBI Jayapura dan BPS Provinsi Papua Peningkatan yang terjadi pada ekspor Provinsi Papua merupakan salah satu penyebab meningkatnya pencapaian ekspor neto pada periode triwulan I-2010 dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan ekspor Provinsi Papua terutama disebabkan oleh perbaikan kinerja ekspor konsentrat tembaga dari PT. Freeport yang mendominasi lebih dari 95% ekspor Provinsi Papua. Peningkatan kinerja ekspor Provinsi Papua tercermin oleh penjualan konsentrat tembaga hasil produksi PT. Freeport Indonesia (hasil produksi seluruhnya diekspor keluar Provinsi Papua). Grafik 21. Pertumbuhan Tahunan Penjualan PT. Freeport Indonesia (%) Pertumbuhan (yoy) Penjualan Konsentrat Tembaga (%) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold Tabel 16. Penjualan PT. Freeport Indonesia Jenis Komoditas TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I Konsentrat Tembaga (Juta Pounds) Sumber: Laporan Keuangan Freeport-McMoran Cooper and Gold 26

43 Pada triwulan I-2010 penjualan konsentrat tembaga mengalami pertumbuhan tahunan negatif (kontraksi) 19% atau mencapai 296 juta pounds, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif 34% atau sebesar 269 juta pounds. Pada sisi impor, seiring belum pulihnya permintaan domestik diprakirakan akan mendorong kinerja impor pada triwulan I-2010 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (tabel 3). II. PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. Kondisi Umum Perkembangan ekonomi Provinsi Papua Barat yang tercermin oleh pertumbuhan ekonomi yang dicapai oleh Provinsi Papua Barat secara tahunan (yoy) pada triwulan I-2010 diprakirakan mencapai 5,44% lebih tinggi bila dibandingkan laju pertumbuhan tahunan triwulan IV-2009 yang mencapai 4,22% (grafik 22). Grafik 22. Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Papua Barat (Harga Konstan) (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, Proyeksi KBI Jayapura Dari sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat diprakirakan dikontribusikan oleh pertumbuhan tahunan seluruh sektor 27

44 ekonomi yang mencatatkan hasil positif dan hampir seluruh sektor ekonomi pada periode triwulan I-2010 tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya, kecuali sektor transportasi dan komunikasi, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan hotel dan restauran (tabel 17). Sementara itu, sektor pertanian sebagai salah satu sektor yang cukup besar kontribusinya bagi pertumbuhan ekonomi Papua Barat mencapai 1,17% pada periode laporan triwulan ini (tabel 18). Tabel 17. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat Dari Sisi Penawaran (%) Sektor Ekonomi TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I *) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan (3.72) (0.90) Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, diolah *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Tabel 18. Kontribusi Komponen Sektor Ekonomi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Sektor Ekonomi TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I *) Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua Barat, diolah *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Pada sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada periode triwulan I-2010 diprakirakan didorong oleh pertumbuhan tahunan beberapa komponen permintaan yang lebih tinggi pada periode triwulan laporan ini dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu pada komponen konsumsi rumah tangga, komponen investasi, komponen ekspor dan komponen perubahan inventori (tabel 19). Pertumbuhan pada komponen konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 didorong oleh tingkat harga di Provinsi Papua Barat sepanjang periode laporan triwulan yang rendah dan stabil. Konsidi demikian tercermin dari laju inflasi tahunan 28

45 (yoy) Kota Sorong dan Kota Manokwari yang masing-masing sebesar 3,19% dan 3,41% (lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan nasional sebesar 3,43%). Kondisi inilah yang menyebabkan terjadinya peningkatan daya beli masyarakat, sehingga mendorong komponen konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dibandingkan periode triwulan IV Tabel 19. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat Dari Sisi Permintaan (%) Jenis Penggunaan TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I *) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori 2.24 (0.67) (1.54) (0.38) 2.84 (14.90) (14.47) (17.32) (11.04) 0.57 Ekspor 0.18 (16.32) (14.80) (6.99) (18.55) (27.20) (33.06) (27.58) (27.15) (1.15) Dikurangi Impor 1.47 (15.76) (8.95) (3.98) (11.94) (24.92) (30.49) (26.40) (24.10) (7.74) PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Tabel 20. Kontribusi Komponen Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Papua Barat (%) Jenis Penggunaan TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I TW.II TW.III TW.IV TW.I *) Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori 0.09 (0.03) (0.06) (0.01) 0.10 (0.52) (0.49) (0.57) (0.38) 0.02 Ekspor 0.11 (8.83) (9.19) (3.94) (7.79) (13.68) (17.71) (13.62) (13.28) (0.37) Dikurangi Impor 1.01 (10.32) (6.15) (2.59) (6.11) (15.09) (19.07) (15.40) (14.03) (3.25) PDRB Sumber : BPS Provinsi Papua Barat,diolah *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura 2.2. Sisi Penawaran Perkembangan ekonomi di Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh lebih tinggi dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Pada sisi penawaran, pertumbuhan ini diprakirakan terutama disebabkan oleh pertumbuhan positif seluruh sektor ekonomi. Sektor-sektor utama yang mengalami peningkatan pertumbuhan secara tahunan pada triwulan I-2010 dibandingkan periode triwulan sebelumnya adalah sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor listrik dan air bersih, sektor 29

46 bangunan, sektor keuangan dan sektor jasa-jasa (tabel 17). Sektor pertanian yang memiliki kontribusi besar mencapai 1,17% (tabel 18) pada periode triwulan laporan ini tumbuh lebih tinggi dibandingkan triwulan IV-2009 yang disebabkan oleh beberapa daerah di Papua Barat mulai memasuki masa panen padi Sektor Pertanian Perkembangan sektor pertanian pada periode triwulan I-2010 diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 4,22%, lebih tinggi bila dibandingkan periode triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar 3,68%. Pertumbuhan yang terjadi pada sektor pertanian terutama didorong oleh pertumbuhan pada sub sektor tanaman bahan makanan yang tercermin dari peningkatan produksi pada beberapa komoditas bahan makanan. Komoditas tanaman bahan makanan yang mengalami peningkatan produksi secara signifikan antara lain adalah padi yang merupakan makanan pokok utama masyarakat Provinsi Papua Barat. Berdasarkan angka ramalan I-2010 BPS Provinsi Papua Barat, pertumbuhan produksi padi secara tahunan pada periode panen bulan Januari-April (triwulan I) tahun 2010 walaupun masih negatif tapi tumbuh (3,14%), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan produksi pada periode panen September-Desember (triwulan IV) 2009 (46,09%). Peningkatan produksi padi diprakirakan lebih didorong oleh adanya penambahan luas areal panen. Tabel 21. Perkembangan Produksi Padi Provinsi Papua Barat Periode Panen 2008 Pertumbuhan yoy (%) 2009 Pertumbuhan yoy (%) 2010*) Januari-April (ton) 11, ,868 (3.14) 12,464 Mei-Agustus (ton) 13,956 (11.15) 12, ,252 September-Desember (ton) 14,399 (46.09) 7, ,040 Januari-Desember (ton) 39,537 (16.46) 33, ,756 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan I

47 Selain komoditas padi, komoditas tanaman bahan makanan lainnya yang juga diprakirakan menunjukkan peningkatan produksi adalah komoditas jagung, ubi kayu dan ubi jalar yang diprakirakan tumbuh secara tahunan pada periode panen Januari-April (triwulan I) 2010 masing-masing sebesar 53,56%; 68,78% dan 22,28% (tabel 22-24). Tabel 22. Perkembangan Produksi Jagung Provinsi Papua Barat Periode Panen 2008 Pertumbuhan 2009 Pertumbuhan 2010*) yoy (%) yoy (%) Januari-April (ton) 722 (47.51) Mei-Agustus (ton) 589 (13.24) 511 (20.74) 405 September-Desember (ton) 400 (27.00) Januari-Desember (ton) 1,711 (30.92) 1, ,312 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan I-2010 Tabel 23. Perkembangan Produksi Ubi Kayu Provinsi Papua Barat Periode Panen 2008 Pertumbuhan 2009 Pertumbuhan 2010*) yoy (%) yoy (%) Januari-April (ton) 12,293 (61.49) 4, ,990 Mei-Agustus (ton) 6,743 (55.91) 2, ,098 September-Desember (ton) 4,036 (46.68) 2,152 (11.11) 1,913 Januari-Desember (ton) 23,072 (57.27) 9, ,001 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan I-2010 Tabel 24. Perkembangan Produksi Ubi Jalar Provinsi Papua Barat Periode Panen 2008 Pertumbuhan 2009 Pertumbuhan 2010*) yoy (%) yoy (%) Januari-April (ton) 6,818 (44.76) 3, ,605 Mei-Agustus (ton) 4,346 (35.64) 2, ,613 September-Desember (ton) 4,176 (38.58) 2, ,997 Januari-Desember (ton) 15,340 (40.50) 9, ,215 Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Ramalan I Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I diprakirakan secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 0,85%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan IV-2009 yang tumbuh sebesar (2,95%) (tabel 17). Pertumbuhan pada sektor pertambangan dan penggalian pada periode triwulan ini didorong oleh mulai beroperasinya kembali 31

48 pertambangan nikel di Provinsi Papua Barat yang terletak di Kabupaten Raja Ampat. Komoditas nikel telah diekspor ke Australia dalam volume yang cukup signifikan pada Bulan Januari dan Februari Sementara proyek LNG Tangguh mulai memberikan kontribusi yang dominan pada sub sektor minyak dan gas bumi. Grafik 23. Perkembangan Sektor Pertambangan dan Penggalian (%) Sektor pengolahan I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Pada triwulan I-2010, sektor industri pengolahan diprakirakan tumbuh secara tahunan (yoy) mencapai 6,91%, melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV sebesar 6,96%. Perlambatan yang terjadi pada sektor ini lebih disebabkan permintaan eksternal yang masih rendah dan resiko ketidakpastian global belum sepenuhnya pulih sehingga mendorong tendensi bisnis pelaku usaha yang belum pulih, sehingga perusahaan-perusahaan belum mencapai tingkat produksi pada skala optimum. Selain itu, masih terbatasnya kesiapan infrastruktur dan pemadaman listrik yang masih terjadi menyebabkan hanya sebagian kecil perusahaan yang berupaya meningkatkan produksinya sementara sebagian lainnya berproduksi pada tingkat level yang sama dengan periode sebelumnya. Perlambatan pada sektor ini, juga tercermin dari perlambatan pertumbuhan tahunan konsumsi listrik industri yang pada triwulan 32

49 I-2010 yang tumbuh 8,24%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya 16,75% (grafik 24). Grafik 24. Perkembangan Konsumsi Listrik Industri (%) (Juta Kwh) I II III IV I II III IV I Pertumbuhan Konsumsi Industri yoy (%) Jumlah Konsumsi Listrik Industri (Juta Kwh) Sumber : PLN Wilayah Papua Sektor Listrik Dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik dan air bersih diprakirakan secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 8,76%, meningkat bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,09%. Pertumbuhan pada sektor ini dikontribusikan oleh sub sektor listrik yang tercermin dari perkembangan konsumsi listrik di Provinsi Papua. Pada triwulan I- 2010, konsumsi listrik secara tahunan dari 13,65% pada periode triwulan IV-2009 menjadi 14,65% pada triwulan I-2010 (grafik 25). 33

50 Grafik 25. Perkembangan Konsumsi Listrik (Juta Kwh) I II III IV I II III IV I Konsumsi Listrik (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Listrik yoy (%) (%) Sumber : PLN Wilayah Papua Sektor Bangunan Sektor bangunan pada triwulan I 2010, secara tahunan (yoy) diprakirakan tumbuh sebesar 10,69%, meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan IV-2009 sebesar 9,74%. Perkembangan sektor bangunan di Provinsi Papua Barat didominasi oleh kegiatan pembangunan proyek-proyek infrastruktur pemerintah berupa jalan, jembatan dan gedung dengan menggunakan dana pemerintah serta pembangunan kawasan perdagangan berupa rumah toko dari pihak swasta. Sehingga pencapaian nilai tambah pada sektor ini sangat tergantung pada realisasi pencairan dana APBD dari pemerintah daerah. 34

51 Grafik 26. Perkembangan Sektor Bangunan (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Sektor Perdagangan, Hotel Dan Restoran Perkembangan sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) pada triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh sebesar 4,22%, lebih rendah (melambat) bila dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,34% dan lebih rendah bila dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan I yang mencapai 7,63%. Pertumbuhan pada sektor perdagangan, hotel dan restauran tidak terlepas dari pengaruh faktor musiman seperti perayaan hari besar keagamaan, liburan anak sekolah. Selain faktor musiman, aktivitas kegiatan pemerintah daerah berupa rapat kerja dan seminar juga menjadi salah satu faktor pendorong perkembangan di sektor ini. Belum adanya aktivitas yang bersifat musiman dan realisasi berbagai aktivitas dan program pemerintah daerah yang masih dalam persiapan merupakan salah satu penyebab terjadinya perlambatan pada sektor PHR di periode laporan triwulan ini. 35

52 (%) Grafik 27. Perkembangan Sektor PHR I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Perkembangan sektor pengangkutan dan komunikasi secara tahunan pada triwulan I-2010, diprakirakan tumbuh mencapai 15,47%, tumbuh melambat dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,99%. Perkembangan sektor ini didominasi oleh pertumbuhan yang terjadi pada sub sektor angkutan udara dan angkutan laut yang merupakan transportasi dominan yang dipergunakan di Papua Barat yang banyak dipengaruhi oleh faktor musiman. Mulai terhubungnya Kota Manokwari dengan Kota Sorong melalui jalur darat, turut mendukung pertumbuhan sektor pengangkutan dan komunikasi. Sementara sub sektor komunikasi semakin berkembang seiring dengan semakin luasnya jangkauan jaringan dan infrastruktur dari beberapa perusahaan telekomunikasi serta semakin murahnya tarif telepon khususnya tarif GSM merupakan salah satu faktor pendorong pertumbuhan sub sektor ini. Pada triwulan I-2010, faktor musiman tidak banyak mempengaruhi perkembangan di sektor ini. Selain itu, realisasi anggaran pemerintah daerah yang belum sepenuhnya tersalur ikut mendorong berkurangnya aktivitas perjalanan dinas pegawai 36

53 PEMDA yang menjadi salah satu faktor perlambatan pada sektor transportasi dan komunikasi. Grafik 28. Perkembangan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (%) yoy (%) qtq (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diprakirakan secara tahunan (yoy) tumbuh sebesar 7,66%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,60%. Pertumbuhan pada triwulan ini terutama didorong oleh membaiknya kinerja sub sektor bank yang tercermin dari pertumbuhan kinerja asset dan kredit perbankan dan dana pihak ketiga yang tumbuh signifikan pada periode laporan triwulan ini seperti terangkum pada Bab IV. Adanya penambahan jaringan kantor bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di wilayah Papua Barat pada periode laporan triwulan ini merupakan faktor pendorong pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Selain itu, pertumbuhan sub sektor lembaga keuangan non bank juga menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor tersebut meskipun cenderung melambat yang tercermin dari perkembangan nominal pembiayaan dari Perum Pegadaian di Provinsi Papua Barat seperti terangkum pada tabel

54 Grafik 29. Perkembangan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Tabel 25. Perkembangan Pembiayaan Perum Pegadaian Papua Barat Keterangan Tw I TW II TW III TW IV TW 1 Jumlah Nasabah (orang) 20,631 20,693 21,630 23,284 23,696 Pertumbuhan Tahunan Nasabah (%) Nominal Pembiayaan (Rp Juta) Pertumbuhan Tahunan Nominal Pembiayaan (%) Sumber : Perum Pegadaian Wilayah Papua Sektor Jasa Jasa Pada triwulan I-2010, pertumbuhan tahunan sektor jasa-jasa diprakirakan sebesar 2,37%, mengalami peningkatan pertumbuhan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,59%. Sektor jasa-jasa diprakirakan memberikan kontribusi sebesar 0,25% pada periode triwulan laporan ini (tabel 18). Pertumbuhan pada sektor ini diprakirakan didorong oleh pertumbuhan dari sub sektor pemerintahan umum dan sub sektor jasa sosial kemasyarakatan. 38

55 Grafik 30. Perkembangan Sub Sektor Jasa-Jasa (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura yoy (%) qtq (%) PDRB SISI PENGGUNAAN 2.3. Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 didorong oleh pertumbuhan positif sebagian komponen kecuali net ekspor dan terdapat beberapa komponen permintaan yang pada periode laporan triwulan ini tumbuh lebih tinggi (meningkat) dibandingkan triwulan sebelumnya. Adapun komponen yang mengalami peningkatan meliputi konsumsi rumah tangga, investasi, ekspor dan perubahan inventori. Sementara itu, komponen permintaan lainnya yaitu komponen swasta nirlaba dan komponen konsumsi pemerintah tumbuh melambat dibandingkan periode triwula sebelumnya Konsumsi Rumah Tangga Perkembangan konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2010 diprakirakan tumbuh mencapai 2,06%, meningkat dibandingkan pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya sebesar 1,56% (Tabel 19). Pertumbuhan ini didorong oleh tingkat harga yang semakin rendah dan stabil tercermin dari laju 39

56 inflasi tahunan Kota Sorong dan Kota Manokwari pada bulan Maret 2010 yang masing-masing sebesar 3,19% dan 3,41% (lebih rendah dibandingkan laju inflasi tahunan nasional sebesar 3,43%) sehingga berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Peningkatan konsumsi juga didorong oleh adanya kenaikan UMP Provinsi Papua Barat yang pada tahun 2010 meningkat mencapai 2,5% dibandingkan periode tahun sebelumnya dan mulai berlaku pada triwulan I Peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga pada peride triwulan I-2010 juga diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan tahunan konsumsi rumah tangga pada periode triwulan ini dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 13,18% menjadi 14,70% (grafik 32). Grafik 31. Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura 40

57 Grafik 32. Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Provinsi Papua Barat Jumlah Konsumsi Listrik RT (Juta Kwh) (Juta Kwh) Pertumbuhan Konsumsi Listrik RT yoy (%) I II III IV I II III IV I (%) Sumber: PLN Wilayah Papua Konsumsi Swasta Nirlaba Konsumsi swasta nirlaba diprakirakan tumbuh melambat secara tahunan (yoy) pada periode triwulan laporan ini dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 16,96% menjadi 6,71% pada periode triwulan I Sementara itu, kontribusi sektor ini terhadap pencapaian pertumbuhan ekonomi regional Provinsi Papua Barat secara tahunan pada triwulan ini mencapai 0,04% (tabel 20). Aktivitas sektor, bergantung pada kondisi sumber penyandang dana yang sebagian besar berasal dari negara-negara Eropa dan Amerika yang saat ini masih dalam masa recovery dari krisis ekonomi global. Selain itu, perkembangan aktivitas lembaga swasta dan nirlaba yang pada awal tahun umumnya masih memasuki masa persiapan pelaksanan program kerja ikut berpengaruh terhadap pencapaian pertumbuhan pada periode triwulan ini. 41

58 Grafik 33. Pertumbuhan Konsumsi Swasta Nirlaba (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Konsumsi Pemerintah Pada triwulan I-2010, komponen konsumsi pemerintah diprakirakan secara tahunan tumbuh sebesar 3%, lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,19%. Pencapaian nilai tambah pada komponen ini sangat tergantung pada realisasi pengadaan dan perkembangan proyek yang dilaksanakan oleh pemerintah daerah. Seiring pelaksanaan berbagai proyek pengadaan barang dan jasa, pembangunan infrastruktur serta pelaksanaan berbagai program kerja pemerintah daerah yang pada periode triwulan ini masih dalam tahap persiapan pengerjaan sehingga menyebabkan persentase realisasi pencairan anggaran pemerintah daerah masih relatif kecil. Kondisi ini menjadi penyebab perlambatan pertumbuhan konsumsi pemerintah pada periode laporan triwulan ini. Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura 42

59 Grafik 34. Pertumbuhan Konsumsi Pemerintah (%) I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Investasi Perkembangan komponen investasi dicerminkan oleh pembentukan modal tetap bruto. Pada triwulan I-2010, komponen ini diprakirakan secara tahunan tumbuh mencapai 2,57%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,02%. Pencapaian nilai tambah pada komponen investasi dipengaruhi oleh pembenahan sarana infrastruktur, pengurusan perizinan usaha, kepastian hukum dan kondisi keamanan suatu daerah. Upaya pemerintah daerah dalam pembenahan infrastruktur melalui peningkatan anggaran untuk infrastruktur dan upaya yang terus dilakukan untuk meningkatkan pelayanan kepada dunia usaha khususnya dalam pengurusan perizinan dan administrasi serta kondisi usaha stabil merupakan salah faktor pendorong pertumbuhan pada komponen ini. 43

60 (%) Grafik 35. Pertumbuhan Investasi I II III IV I II III IV I II III IV I*) qtq (%) yoy (%) Sumber : BPS Provinsi Papua *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura Ekspor Netto Nilai ekspor netto merupkan nilai selisih dari antara nilai ekspor dengan nilai impor yang dihasilkan oleh Provinsi Papua Barat. Ekspor neto pada triwulan I-2010 diprakirakan masih negatif yang mencapai (Rp 118 Miliar), lebih tinggi dibandingkan nilai ekspor neto periode triwulan sebelumnya yang mencapai (Rp 300 miliar). Perbaikan kinerja ekspor merupakan faktor pendorong peningkatan nilai signifikan pada nilai ekspor ditriwulan I Pertumbuhan ekspor yang semakin tinggi tercermin dari pertumbuhan tahunan volume ekspor Provinsi Papua Barat yang tumbuh sangat signifikan secara tahunan pada periode triwulan I mencapai % dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai (3)%. Pertumbuhan signifikan ini didorong oleh mulai beroperasinya kembali perusahaan tambang nikel di Kabupaten Raja Ampat yang pada bulan Januari dan Februari 2010 telah melakukan ekspor nikel ke Australia. Tabel 26. Perkembangan Ekspor Neto Papua Barat Keterangan I II III IV I *) Nilai Ekspor Neto (Rp Miliar) (342) (315) (303) (300) (118) Sumber : BPS Provinsi Papua Barat *) Angka Sementara, hasil proyeksi KBI Jayapura 44

61 Grafik 36. Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Papua Barat (Juta ton) Volume Ekspor Papua Barat (juta ton) Growth yoy Volume Ekspor Papua Barat (%) Sumber: Bank Indonesia *) Belum termasuk ekspor bulan Maret I II III IV I II III IV I*) ,460 2,784 (67) (3) 16,983 (%) 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2, ,000 45

62 BAB 2. PERKEMBANGAN HARGA 1. PROVINSI PAPUA 1.1 KONDISI UMUM Laju inflasi Kota Jayapura yangmerupakan kota indikator inflasi di Provinsi Papua sampai dengan periode Triwulan I-2010 (bulan Maret), mencapai 1,31% (qtq). Berdasarkan kelompoknya, penyumbang utama inflasi pada triwulan laporan adalah kelompok bahan makanan (1,93%), kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau (0,37%) serta kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan (0,04%). Faktorfaktor yang mempengaruhi tingginya inflasi Kota Jayapura pada triulan laporan antara lain karena keterbatasan pasokan akibat ketidaklancaran distribusi dan cuaca yang kurang baik, serta ketergantungan pada pasokan barang dan jasa daerah lain. Sedangkan secara tahunan (y.o.y) laju inflasi mencapai 3,31% lebih rendah dibandingkan tahun 2009 sebesar 8,26% (y.o.y) 1.2. FAKTOR PENYEBAB INFLASI DI JAYAPURA Beberapa kejadian yang diduga sebagai penyebab fluktuasi inflasi di wilayah Papua yang dalam hal ini diwakili oleh kota Jayapura selama triwulan I 2010 disebabkan oleh hal-hal sebagai berikut: 1. Pasokan gula untuk daerah Papua mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh berkurangnya pasokan gula dari Sumatera yang menunggu musim giling yang masih sulit untuk diprediksi. 46

63 2. Kondisi cuaca yang kurang baik menyebabkan sulitnya memenuhi suplai ikan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. 3. Pengenaan pajak sewa pesawat udara yang semula direncanakan diberlakukan mulai tanggal 1 Januari 2010 akan menyebabkan naiknya harga tiket mengingat sebagian besar pesawat udara yang ada di Papua merupakan pesawat udara yang di sewa dari perusahaan penerbangan asing. 4. Penetapan Pemerintah yang menaikkan harga gas dalam tabung 12 kg sebesar Rp.100/bulan sampai dengan menuju tingkat ekonomian yang layak, diperkirakan akan berdampak pada kenaikan harga makanan jadi. 5. Stok beras yang mengalami penurunan diperkirakan akan menyebabkan kenaikan harga pada sektor bahan makanan. 6. Masuknya komoditas barang-barang Cina diprediksikan menyebabkan penurunan harga di Papua. 7. Cenderung stabilnya harga harga komoditas di Kota Jayapura dipengaruhi oleh hal-hal sebagai berikut: 8. Pasokan ikan air tawar yang mencukupi Kota Jayapura. 9. Penyaluran minyak tanah di sejumlah tempat cukup baik. 10. Stok telur ayam buras tersedia memadai di sejumlah pasar tradisonal. 11. Ketersediaan stok jagung pipilan masih memadai. 12. Panen sejumlah remaph-rempah di beberapa wialyah di Kota Jayapura. 13. Pasokan elpiji yang cukup membuat harga elpiji tidak mengalami fluktuasi yang tinggi. 14. Ketersediaan daging sapi di beberapa pasar tradisional. 15. Kecenderuangan akan naiknya harga ditengarai oleh naiknya Upah Minimum Provinsi (UMP). Upah Minimum Propinsi (UMP) Papua untuk tahun 2010 menjadi sebesar Rp per bulan. Dengan perincian Upah Minimum Sektoral Provinsi Papua (UMSP) Papua sub sektor Minyak Gas dan Bumi sebesar Rp per bulan, Emas dan Tambang sebesar Rp per bulan, dan Jasa Kontruksi sebesar Rp per bulan. 47

64 Kenaikan upah tersebut mempengaruhi tingkat permintaan masyarakat dan akan mempengaruhi tingkat harga secara keseluruhan INFLASI MENURUT KELOMPOK KOMODITAS Hasil survei pemantauan harga yang dilakukan oleh KBI Jayapura bekerjasama dengan Pusat Penelitian Keuangan Daerah Uneversitas Cenderawasih menunjukkan bahwa terjadi fluktuasi harga komoditas seperti minyak goreng kemasan (Bimoli) yang mana pada awal bulan Maret pada tingkat Rp perliter dan pada akhir bulan Maret pada Rp perliter. Sementara itu harga ikan ekor kuning terjadi peningkatan harga dari Rp menjadi Rp pada awal dan akhir bulan. Selain itu perubahan harga juga terjadi pada beberapa produk di pasar modern yaitu gula pasir jenis gulaku dari Rp menjadi Rp15.900, cabe rawit dari Rp menjadi Rp54.000, kacang panjang sempat meningkat dari Rp2.500 menjadi Rp3.000 pada minggu ketiga Maret namun kembali ke Rp2.500 pada akhir bulan. Sementara harga pisang ambon turun dari Rp8.000 menjadi Rp Grafik 37 Perkembangan Harga Beberapa Komoditi Sumber: Survei Pemantauan Harga KBI Jayapura 48

65 1.3.1 Kelompok Bahan Makanan Kelompok Bahan Makanan pada Bulan Maret 2010 mengalami inflasi sebesar 1,93 % atau terjadi kenaikan indeks dari 128,69 pada Bulan Februari 2010 menjadi 131,17 pada Bulan Maret Dari 11 sub kelompok dalam kelompok Bahan Makanan 6 sub kelompok mengalami inflasi dan 5 sub kelompok mengalami deflasi. Sub kelompok yang mengalami inflasi yang cukup tinggi yaitu: sub kelompok ikan diawetkan 14,33%, sub kelompok ikan segar 6,74%, sub kelompok bumbu-bumbuan 6,04 persen, buah-buahan 2,26%, sub kelompok bahan makanan lainnya 1,47%, dan sub kelompok kacang-kacangan 0,09%. Sedangkan sub kelompok yang mengalami penurunan indeks yaitu: sub kelompok sayursayuran 1,23%, sub kelompok padi-padian, umbi-umbian dan hasilnya 0,86%, sub kelompok lemak dan minyak 0,44%, sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya 0,25% dan sub kelompok daging dan hasilhasilnya 0,04%. Tabel 27 Perkembangan Harga Komoditas Pada Pasar Tradisional Sumber: Survei Pemantauan Harga KBI Jayapura Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kelompok ini pada Maret 2010 mengalami inflasi 0,37% atau terjadi kenaikan indeks dari 131,40 pada Bulan Februari 2010 menjadi 131,89 pada Bulan Maret Dari tiga sub kelompok dalam kelompok ini, dua sub kelompok mengalami kenaikan indeks, yaitu sub kelompok makanan jadi sebesar 0,04% dan sub kelompok tembakau dan minuman 49

66 beralkohol 1,80%. Sedangkan sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami penurunan angka indeks sebesar 0,09%. Kelompok ini pada Bulan Maret 2010 secara keseluruhan memberikan kontribusi inflasi sebesar 0,05%. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi inflasi adalah rokok putih 0,03 % dan rokok kretek filter 0,02% Kelompok Perumahan, Air Dan Listerik. Kelompok ini pada Maret 2010 mengalami deflasi 0,07 % atau terjadi penurunan indeks dari 110,45 pada Bulan Februari 2010 menjadi 110,37 pada Bulan Maret Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami deflasi adalah: sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga 0,27 % dan sub kelompok biaya tempat tinggal 0,10 %. Sedangkan sub kelompok yang mengalami inflasi yaitu sub kelompok perlengkapan rumah 0,03 % dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air 0,01 %. Pada Bulan Maret 2010 kelompok ini memberikan sumbangan deflasi sebesar 0,02 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi deflasi adalah: semen, dan sabun detergen bubuk masing-masing sebesar 0,01 % Kelompok Sandang Kelompok ini pada Maret 2010 mengalami deflasi 0,07 %, atau terjadi penurunan indeks dari 114,35 pada Bulan Februari 2010 menjadi 114,27 pada Bulan Maret Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok sandang laki-laki yaitu sebesar 0,33 % dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lainnya yaitu sebesar 0,22 %. Sub kelompok yang mengalami inflasi adalah sub kelompok sandang wanita yaitu sebesar 0,34 %. Sedangkan sub kelompok sandang anak-anak tidak mengalami perubahan indeks. Kelompok ini pada Bulan Maret 2010 secara keseluruhan memberikan andil/sumbangan inflasi/deflasi sebesar 0,00 % atau dengan kata lain kelompok sandang memberikan andil yang relatif kecil terhadap perubahan indeks secara umum. 50

67 1.3.5 Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada Maret 2010 mengalami deflasi 0,28 % atau terjadi penurunan indeks 112,50 pada Bulan Februari 2010 menjadi 112,19 pada Bulan Maret Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini, sub kelompok yang mengalami deflasi adalah sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika yaitu sebesar 0,66 %. Sedangkan sub kelompok jasa kesehatan, sub kelompok obat-obatan dan sub kelompok jasa perawatan jasmani tidak mengalami perubahan indeks. Secara umum kelompok ini pada Bulan Maret 2010 memberikan andil deflasi 0,01 %. Komoditas yang dominan memberikan kontribusi deflasi adalah sabun mandi yaitu sebesar 0,01 % Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Maret 2010 mengalami deflasi 0,06 % atau terjadi penurunan indeks 107,96 % pada bulan Februari 2010 menjadi 107,89 % pada Bulan Maret Dari 5 sub kelompok dalam kelompok ini, hanya sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan yang mengalami penurunan angka indeks yaitu sebesar 0,42 %. Sedangkan sub kelompok pendidikan, sub kelompok kursus-kursus/pelatihan, sub kelompok rekreasi dan sub kelompok olahraga tidak mengalami perubahan indeks. Kelompok ini pada Bulan Maret 2010 secara keseluruhan memberikan sumbangan/andil inflasi/deflasi sebesar 0,00 % atau dengan kata lain kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga memberikan andil yang relatif kecil terhadap perubahan indeks secara umum Transpor, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Maret 2010 mengalami kenaikan angka indeks dari 112,62 bulan Februari 2010 menjadi 112,66 bulan Maret 2010 dengan inflasi 0,04 %. Dari 4 sub kelompok dalam kelompok ini sub kelompok yang mengalami kenaikan angka indeks adalah sub kelompok transpor dan sub kelompok sarana dan penunjang transport masing-masing sebesar 0,05 %. Sedangkan sub kelompok komunikasi dan pengiriman dan sub 51

68 kelompok jasa keuangan tidak mengalami perubahan angka indeks. Secara keseluruhan kelompok ini pada Bulan Maret 2010 memberikan sumbangan/andil inflasi 0,01 %. Komoditas yang memberikan kontribusi inflasi adalah angkutan udara 0,01 %. 2. PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Pada bulan Maret 2010, Provinsi Papua Barat mengalami inflasi gabungan sebesar 0,15 %. Inflasi di Provinsi Papua Barat ini mencakup inflasi di Kota Manokwari dan inflasi di Kota Sorong. Dari 66 kota, Kota Manokwari menempati peringkat inflasi ke-delapanbelas (yakni sebesar 0,02 %), sedangkan untuk Kota Sorong menempati peringkat inflasi kedelapan (yakni sebesar 0,31 %) di Indonesia. Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompokkelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,73 %; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,51 %; serta kelompok kesehatan sebesar 0,30 %. Sedangkan empat kelompok lainnya justru mengalami penurunan indeks atau deflasi, yakni kelompok bahan makanan sebesar -0,20 %; kelompok sandang sebesar -0,10 %; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,10 %; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar -0,01 %. Laju inflasi tahun kalender (Januari-Maret) 2010 di Provinsi Papua Barat sebesar 0,37 %, sedangkan laju inflasi tahun ke tahun (Maret 2010 terhadap Maret 2009) sebesar 3,31 % FAKTOR PENYEBAB INFLASI Inflasi gabungan di Provinsi Papua Barat terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh kenaikan indeks pada kelompokkelompok barang dan jasa sebagai berikut : kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,73 %; kelompok perumahan, 52

69 air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,51 %; serta kelompok kesehatan sebesar 0,30 %. Sedangkan empat kelompok lainnya justru mengalami penurunan indeks atau deflasi, yakni kelompok bahan makanan sebesar -0,20 %; kelompok sandang sebesar -0,10 %; kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar -0,10 %; serta kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar -0,01 % INFLASI MENURUT KELOMPOK KOMODITAS Inflasi gabungan yang terjadi di Provinsi Papua Barat dipengaruhi oleh kenaikan indeks yang cukup signifikan pada sub kelompok-sub kelompok seperti : sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 2,44 %; sub kelompok jasa perawatan jasmani sebesar 2,14 %; sub kelompok bahan makanan lainnya sebesar 1,58 %; sub kelompok ikan diawetkan sebesar 1,13 %; sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air sebesar 0,97 %; sub kelompok penyelenggaraan rumahtangga sebesar 0,83 %; sub kelompok sayur-sayuran sebesar 0,75 %, sub kelompok jasa kesehatan sebesar 0,60 %, sub kelompok makanan jadi sebesar 0,52 %, serta sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika sebesar 0,49 % Kelompok Bahan Makanan Kelompok bahan makanan pada bulan Maret 2010 mengalami deflasi sebesar -0,20 % atau terjadi penurunan indeks dari 144,73 pada Pebruari 2010 menjadi 144,44 pada Maret Dari sebelas sub kelompok yang ada dalam kelompok bahan makanan, enam sub kelompok mengalami deflasi, dan lima sub kelompok lainnya mengalami inflasi. Sub kelompok daging dan hasil-hasilnya mengalami deflasi terbesar, yakni sebesar -1,16 %, sedangkan sub kelompok kacang-kacangan adalah sub kelompok yang mengalami deflasi terkecil, yakni sebesar -0,09 %. Adapun inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bahan makanan lainnya, yakni sebesar 1,58 %; dan yang terendah terjadi pada sub kelompok lemak dan minyak, yakni sebesar 0,10 % Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok/Tembakau Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau pada Maret 2010 mengalami inflasi sebesar 0,73 % atau terjadi kenaikan indeks dari 53

70 151,62 pada Pebruari 2010 menjadi 152,73 pada Maret Dari tiga sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi. Sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 2,44 %; sedangkan dua sub kelompok lainnya, yakni sub kelompok makanan jadi serta sub kelompok minuman yang tidak beralkohol mengalami inflasi masing-masing sebesar 0,52 %; dan 0,08 % Kelompok Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar pada Maret 2010 mengalami inflasi sebesar 0,51 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 131,74 pada Februari 2010 menjadi 132,42 pada Maret Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, seluruhnya mengalami inflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, yakni sebesar 0,97 %, sedangkan yang terendah terjadi pada sub kelompok biaya tempat tinggal, yakni sebesar 0,36 % Kelompok Sandang Kelompok sandang pada Maret 2010 mengalami deflasi sebesar - 0,10 %, atau terjadi penurunan indeks dari 117,72 pada Februari 2010 menjadi 117,60 pada Maret Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami deflasi, dan tiga sub kelompok lainnya mengalami inflasi. Deflasi terjadi pada sub kelompok barang pribadi dan sandang lain, yakni sebesar -1,48 %. Sedangkan sub kelompok anak-anak adalah sub kelompok yang mengalami inflasi tertinggi, yakni sebesar 0,45 %; dan sub kelompok sandang wanita adalah sub kelompok yang mengalami inflasi terendah, yakni sebesar 0,05 % Kelompok Kesehatan Kelompok kesehatan pada Maret 2010 mengalami inflasi sebesar 0,30 %, atau terjadi kenaikan indeks dari 126,94 pada Pebruari 2010 menjadi 127,32 pada Maret Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, tiga sub kelompok mengalami inflasi, dan satu sub kelompok lainnya mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi pada sub kelompok jasa perawatan jasmani, yakni sebesar 2,14 %; sedangkan yang terendah terjadi pada sub kelompok perawatan jasmani dan kosmetika, yakni sebesar 0,49 %. 54

71 Kelompok Pendidikan, Rekreasi dan Olahraga Kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga pada Maret 2010 mengalami deflasi sebesar -0,01 %, atau terjadi penurunan indeks dari 114,79 pada Pebruari 2010 menjadi 114,78 pada Maret Dari lima sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami inflasi, satu sub kelompok mengalami deflasi, dan tiga sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Sub kelompok perlengkapan/peralatan pendidikan adalah sub kelompok yang mengalami inflasi, yakni sebesar 0,30 %; sedangkan sub kelompok rekreasi adalah sub kelompok yang mengalami deflasi, yakni sebesar -0,19 %. Adapun tiga sub kelompok lainnya yang tidak mengalami perubahan indeks adalah sub kelompok pendidikan, sub kelompok kursuskursus/pelatihan dan sub kelompok olahraga Kelompok Transport, Komunikasi & Jasa Keuangan Kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan pada Maret 2010 mengalami deflasi sebesar -0,10 % atau terjadi penurunan indeks dari 110,12 pada Pebruari 2010 menjadi 110,01 pada Maret Dari empat sub kelompok yang ada dalam kelompok ini, satu sub kelompok mengalami deflasi, satu sub kelompok mengalami inflasi, dan dua sub kelompok lainnya tidak mengalami perubahan indeks. Deflasi terjadi pada sub kelompok transpor, yakni sebesar -0,15 %; sedangkan sub kelompok sarana dan penunjang transpor adalah sub kelompok yang mengalami inflasi, yakni sebesar 0,11 %. 55

72 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN 1. PERKEMBANGAN UMUM PERBANKAN WILAYAH PAPUA Perbankan di wilayah kerja Kantor Bank Indonesia Jayapura yang meliputi pada triwulan I-2010 secara umum tumbuh dengan baik. Pertumbuhan tersebut terlihat pada perkembangan aktiva, penghimpunan dana pihak ketiga dan kredit yang disalurkan. Indikator positif lain adalah peningkatan loan to deposit ratio pada taraf rasio kredit bermasalah pada ambang batas 5%. Tabel. 28 Perkembangan Perbankan Wilayah Papua (Miliar) Sumber: KBI Jayapura 56

73 Perkembangan ekonomi wilayah Papua tidak dapat dipisahkan dari perkembangan jaringan kantor yang ada di daerah tersebut. Sampai dengan posisi Maret 2010 jumlah kantor bank di wilayah Papua sebanyak 262. Sementara itu pada periode yang sama, kredit yang disalurkan tumbuh sebesar 41,6% dari Rp 6,8 triliun menjadi Rp 9,71 triliun. Kondisi ini mendorong pertumbuhan rasio LDR sebesar 45,02% NPL perbankan pada periode yang sama mengalami penurunan sebesar 1,95%. Tabel.29 Perkembangan NPL persektor Sumber: KBI Jayapura 2. PERBANKAN PROVINSI PAPUA 2.1 Perkembangan Umum Perbankan Provinsi Papua pada triwulan I-2010 memperlihatkan kinerja yang baik, tercermin dari beberapa indikator utama antara lain pertumbuhan aset sebesar 19, 04% (yoy); DPK sebesar 9,31% (yoy); kredit yang berhasil disalurkan tumbuh sebesar 31,97% (yoy) sementara LDR mencapai 42,99% dengan rasio kredit bermasalah sebesar 2,29%. 2.2 Perkembangan Umum Aktiva perbankan Provinsi Papua pada triwulan I-2010 memperlihatkan kinerja yang baik, tercermin dari beberapa indikator utama pertumbuhan aset sebesar 19, 04% (yoy). Aset terbesar didominasi oleh aset bank Pemerintah yang memiliki share 86% dari seluruh total aset yang ada di Provinsi Papua. 57

74 Tabel. 30 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua (miliar rupiah) Sumber: KBI Jayapura 2.3. Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Pada triwulan I-2010, posisi DPK perbankan Provinsi Papua mencapai Rp15,79 triliun yang meliputi simpanan giro sebesar Rp 5,39 triliun, simpanan tabungan sebesar Rp6,79 triliun dan simpanan deposito sebesar Rp3,61 triliun. Seluruh jenis produk penghimpunan dana pada triwulan ini mengalami petumbuhan tahunan yang positif. Hal ini tercermin dari pertumbuhan giro yang mencapai 0,31 %, pertumbuhan deposito yang mencapai 10,59% dan pertumbuhan tabungan sebesar 16,92%. Sementara itu dilihat dari porsinya, kelompok bank pemerintah menyumbang 79% terhadap total DPK yang berhasil dihimpun pada periode triwulan I-2010 sementara kelompok bank swasta menyumbang 20% dan kelompok BPR sebesar 1% 58

75 Tabel. 31 Perkembangan DPK Perbankan Provinsi Papua (Miliar Rupiah) Sumber: KBI Jayapura 2.4. Penyaluran Kredit Perbankan Penyaluran kredit perbankan di Provinsi Papua selama ini terkendala beberapa permasalahan seperti kondisi geografis, ketidakjelasan status hak ulayat dan permintaan kredit dari debitur yang relatif rendah. Selain itu, tingkat bunga kredit bank-bank secara umum saat ini dianggap masih terlalu tinggi sehingga minimnya jumlah pengajuan kredit ke bank. Walaupun dihadapkan pada berbagai persoalan, posisi kredit yang telah disalurkan pada triwulan I-2010 mengalami pertumbuhan yang positif sebesar 31,91% dibandingkan periode triwulan III Berdasarkan penggunaannya, kredit perbankan di Provinsi Papua masih didominasi oleh kredit konsumsi. Hal ini terlihat dari proporsi kredit konsumsi yang mencapai 48 %. Sementara itu untuk kredit yang produktif yaitu kredit investasi sebesar 16% dan modal kredit kerja sebesar 36% 2.5 LDR Dan NPL Rasio LDR perbankan Wilayah Papua di triwulan I-2010 sebesar 42,99%, mengalami kenaikan rasio sebesar 20,27% dibandingkan LDR perbankan periode triwulan I-2009 yang sebesar 35,61%. Kenaikan ini disebabkan oleh kenaikan kredit pada sektor pertanian, konstruksi, perdagangan dan dunia usaha. Sementara itu perkembangan NPL perbankan mengalami perbaikan atau bertumbuh secara negatif dengan tingkat NPL sebesar 2,29%. Rasio NPLs tersebut lebih rendah dibandingkan 59

76 rasio NPLs yang dipersyaratkan oleh Bank Indonesia, yakni 5% Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit mikro, kecil dan menengah merupakan kredit yang mendominasi penyaluran kredit di Provinsi Papua. Hal tersebut karena sebagian besar debitur adalah debitur perusahaan kecil dan perseorangan sehingga kredit yang diajukan dalam nilai yang tidak terlalu besar. Pada triwulan I-2010 posisi kredit mikro kecil dan menengah (MKM) mencapai Rp 5,32 triliun, atau 78% dari total kredit. Kredit tersebut mengalami pertumbuhan sebesar 64 % jika dibandingkan dengan posisi yang sama triwulan sebelumnya. Tabel. 32 Perkembangan Kredit MKM Perbankan Provinsi Papua (milliar rupiah) Sumber: KBI Jayapura 3. PERBANKAN PROVINSI PAPUA BARAT 3.1 Perkembangan Umum Posisi aktiva perbankan Provinsi Barat pada triwulan I-2010 mencapai mencapai Rp.6,12 triliun secara tahunan meningkat sebesar 24,48% secara yoy dan secara triwulanan meningkat sebesar 0,8%; posisi DPK mencapai Rp5,33 triliun meningkat 6,78% dibandingkan periode triwulan I Sementara itu, posisi kredit sebesar Rp 2,9 triliun, atau meningkat 23,33% dibandingkan posisi triwulan IV Adapun rasio LDR 51,3% meningkat sebesar 36,84% dibandingkan periode periode yang sama pada triwulan sebelumnya dengan rasio kredit bermasalah mencapai 1,15% dan masih berada di bawah ambang batas. 60

77 Tabel. 33 Perkembangan Perbankan Provinsi Papua Barat (Miliar Rupiah) Sumber: KBI Jayapura 3.2. Aktiva Perbankan Aktiva perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 mencapai Rp.6,12 triliun meningkat 24,48% dibandingkan posisi aktiva pada posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp.4, 56 triliun Dana Pihak Ketiga (DPK) Perbankan Dana yang berhasil dihimpun perbankan Provinsi Papua Barat mencapai Rp.5,6 trilun meningkat sebesar 24,70 secara yoy. Pertumbuhan ini terjadi oleh karena pertumbuhan dari giro sebesar 16,52%, deposito sebesar 10,97%, dan pertumbuhan tabungan sebesar 37,15% secara yoy. Grafik 38 Perkembangan DPK Provinsi Papua Barat Sumber: KBI Jayapura 61

78 3.4. Penyaluran Kredit Perbankan Secara tahunan, penyaluran kredit pada triwulan I-2010 tumbuh sebesar 23% dari Rp 2,33 triliun pada triwulan IV 2009 menjadi Rp 2,92 triliun. Sementara itu secara y.o.y kredit tumbuh 70,65 % dari Rp 1.71 triliun menjadi Rp.2,92 triliun. Berdasarkan penggunaannya, share kredit di Provinsi Papua Barat cukup merata dimana kredit konsumsi mencapai 37 %. kredit investasi 29%, dan kredit modal kerja sebesar 34% LDR dan NPL LDR perbankan Provinsi Papua Barat menagalami pertumbuhan dimana penyaluran kredit dirasakan sudah semakin baik. Hal ini tercermin dari nilai LDR sebesar 51,3% pada triwulan I Pada triwulan I-2010, rasio NPL perbankan Provinsi Papua Barat mencapai 1,15% dan mengalami penurunan -35,7% dibandingkan posisi yang sama pada tahun sebelumnya Kredit Mikro, Kecil dan Menengah. Kredit Mikro Kecil dan Menengah (MKM) yang disalurkan perbankan Provinsi Papua Barat pada triwulan I-2010 mencapai Rp1,74 triliun meningkat 49% secara yoy. Kredit UMKM tersebut didominasi oleh kredit usaha kecil dengan proporsi 47%, kemudian kredit menengah sebesar 36% dan kredit usaha mikro sebesar 17%. 62

79 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH 1. KEUANGAN DAERAH PROVINSI PAPUA. 1.1 Realisasi Pendapatan Pendapatan daerah suatu Provinsi merupakan sumber pembelanjaan dan juga sebagai stimulus utama perekonomian daerah tersebut. Realisasi Provinsi Provinsi Papua sampai dengan periode penerimaan Bulan Maret 2010 mencapai Rp. 513 miliar dari target sebesar Rp.5,28 trilliun atau telah mencapai 9,72%. Penerimaan tersebut berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp. 68,04 milliar, Dana Perimbangan sebesar Rp. 445 milliar. Tabel 34 Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Papua Triwulan I 2010 Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 63

80 Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh Pemerintah Daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah. Sampai dengan periode penerimaan Bulan Maret 2010, PAD yang diterima Provinsi Papua mencapai Rp. 68,03 milliar yang bersumber dari penerimaan Pajak Daerah sebesar Rp. 53 milliar, Retribusi Daerah sebesar Rp. 4,62 milliar, Lain-lain pendapatan yang sah 10 Miliar Dana perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi, yang terdiri atas dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan dana alokasi khusus. Sampai dengan Bulan Maret 2010, penerimaan daerah yang bersumber dari Dana Perimbangan mencapai Rp. 445 miliar dari target sebesar Rp.1,516 milliar. Realisasi tersebut disumbang oleh Dana Bagi Hasil Pajak /Bukan Pajak sebesar Rp. 26,85 milliar, Dana Alokasi Umum sebesar Rp. 418,6 milliar. Selain penerimaan PAD dan Dana Perimbangan, sumber penerimaan Provinsi Papua yang lain adalah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah yang meliputi, Dana Otonomi Khusus (Otsus) dan Dana Tambahan Infrastruktur. Sampai dengan Periode penerimaan Bulan Maret 2010, belum ada realisasi Lain -Lain Pendapatan Daerah yang Sah dari target sebesar Rp.3.409,796 milliar. 1.2 Realisasi Pengeluaran Relasasi Anggaran Pengeluaran Pemerintah sampai dengan posisi triwulan I 2010 masih cukup kecil. Hal ini terlihat dari realisasi APBD masih berkisar 3,15 % dari semua target realisasi. Fenomena ini biasa terjadi pada awal tahun dimana persetujuan anggaran untuk sejumlah SKPD baru dimulai. 64

81 Tabel 35 Realisasi Anggaran APBD Provinsi Papua Triwulan I 2010 Jika dilihat dari jenis pengeluaran maka pengeluaran tertinggi adalah realisasi belanja bagi hasil kepada pemerintah kota, kabupaten dan Pemerintah desa yang sudah mencapai 55,47 % dengan nilai nominal 53,72 miliar. Semenatara itu untuk pembentukan dana cadangan belum ada realisasi. Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Jika dilihat dari proporsi anggaran pengeluaran maka besaranya anggaran untuk belanja pegawai adalah yang terbesar dengan jumlah proporsi sebesar Grafik 39 Share Pengeluaran Anggaran APBD Provinsi Papua Sumber: Pemerintah Daerah Provinsi Papua 65

82 BAB 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran merupakan salah satu indikator perkembangan perekonomian suatu daerah karena, semakin besar kapasitas perekonomian maka semakin tinggi frekuensi transaksi dan nilai transaksi yang terjadi. Untuk menjaga kelancaran dan keamanan transaksi pembayaran di wilayah Papua, maka Bank Indonesia Jayapura senantiasa menyediakan alat pembayaran secara tunai (uang kartal) maupun secara non tunai yang dilaksanakan melalui Sistem Kliring Nasioanl Bank Indonesia (SKN-BI) dan Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (BI-RTGS). 1. BANK INDONESIA-REAL TIME GROSS SETTLEMENT (BI-RTGS) Tabel. 36 Transaksi RTGS Papua Sumber:KBI Jayapura Pada triwulan I-2010, nilai transaksi BI-RTGS yang berasal dari Wilayah Papua (outflow) mencapai Rp. 18,934 trilliun dengan jumlah warkat sebesar 66

83 Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nilai transaksi mengalami pertumbuhan sebesar 4,8% sementara volume transaksi meningkat sebesar -4,6%. Jika dilihat dari sisi nilai transaksi yang menuju Wilayah Papua (inflow) sebesar Rp 8,14 trilliun dengan jumlah warkat sebanyak lembar. Nilai transaksi pada periode I-2010 mengalami peningkatan sebesar 0,24%.. Grafik. 40 Nilai Transaksi RTGS Sumber: KBI Jayapura 2. SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA (SKN-BI) Selain dengan sistem BI-RTGS, KBI Jayapura juga menyelenggarakan kegiatan kliring antar bank. Mekanisme pembayaran melalui Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKN-BI) biasanya dipergunakan dalam melaksanakan transaksi dengan nilai nominal yang relatif kecil. Selain itu, terdapat perbedaan jeda waktu settlement dengan jangka waktu yang lebih lama dengan Kliring dibandingkan transaksi dengan BI-RTGS. Tabel. 37 Transaksi Kliring Wilayah Papua Sumber: KBI Jayapura 67

84 Perkembangan transaksi kliring selama periode triwulan III-2009 di wilayah kerja KBI Jayapura secara nominal mencapai nilai Rp. 940,17 milliar dengan jumlah warkat sebesar warkat. Jika dibandingkan dengan periode triwulan sebelumnya, maka terdapat peningkatan nilai nominal kliring sebesar 5,52% secara yoy. Secara rata-rata, perputaran kliring pada triwulan I 2010 sebesar Rp.16,68 milliar/hari dengan rata-rata warkat yang digunakan sebanyak 712 lembar dengan nisbah rata-rata penolakan sebesar Rp. 1,29 milliar. 3. PERKEMBANGAN UANG KARTAL Untuk mendukung sistem pembayaran secara tunai, KBI Jayapura menyediakan alat pembayaran berupa uang kartal yang cukup untuk menjamin terselenggaranya transaksi dengan menggunakan dana tunai secara aman dan lancar. Dalam rangka pelaksanaan Clean Money Policy, KBI Jayapura juga menjamin tersedianya uang yang layak edar yang dilakukan antara lain melalui pelaksanaan pemusnahan uang kartal yang sudah tidak layak edar yang disebut dengan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB). Pada sepanjang periode triwulan I-2010, jumlah uang kartal yang masuk (inflow) ke kas KBI Jayapura mencapai Rp miliar. Sementara pada periode yang sama, jumlah dana yang keluar (outflow) dari Kas KBI Jayapura Rp 659 miliar dan jika dibandingkan periode triwulan sebelumnya mengalam kontraksi sebsar -45,41%. Secara keseluruhan KBI Jayapura mengalami posisi net inflow yang biasanya terjadi pada awal tahun. Tabel. 38 Perkembangan Perkasan KBI Jayapura (Rp milliar) Sumber : KBI Jayapura 68

85 BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN 1. KETENAGAKERJAAN PROVINSI PAPUA 1.1. PERKEMBANGAN KEADAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA Jumlah penduduk usia kerja, angkatan kerja dan penduduk bekerja di Provinsi Papua mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga mengalami peningkatan, dengan peningkatan terbesar terjadi pada tahun 2009 yaitu mencapai 77,75% sedangkan tahun sebelumnya sebesar 76,70%. Antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan cukup mencolok dimana TPAK perempuan selalu lebih kecil dibanding TPAK laki-laki. Tabel 39. Jumlah Penduduk Menurut Kegiatan Utama Sumber: BPS Provinsi Papua Jika dibandingkan dengan posisi Agustus 2008, maka jumlah angkatan kerja pada posisi Agustus 2009 mengalami kenaikan sebesar 4,9% sedangkan penduduk bukan angkatan kerja mengalami penurunan sebesar 1,2%. Kenaikan jumlah angkatan kerja ini berasal dari naiknya jumlah penduduk bekerja di satu sisi dan di sisi lain adanya penurunan jumlah pengangguran. Kenaikan jumlah Angkatan Kerja (AK) di satu sisi dan terjadinya penurunan jumlah Bukan 69

86 Angkatan Kerja (BAK) di sisi lain menyebabkan naiknya Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK). Trend penyerapan tenaga kerja relatif sama dari tahun 2006 sampai 2009 dimana 3 sektor yang menyerap tenaga kerja paling besar adalah Sektor Pertanian, Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan, dan Sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi. Jumlah tenaga kerja dari ketiga sektor ini menunjukkan kenaikan dari tahun ke tahun. Tabel 40. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Persentase terbesar ditempati oleh tenaga kerja dengan status pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga diikuti oleh status berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar. Meskipun jumlah buruh/karyawan mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya namun dari segi persentase masih kecil yaitu hanya sebesar antara % dari seluruh penduduk bekerja. Tabel 41. Jumlah Penduduk Menurut Status Pekerjaan Utama Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua 70

87 Persentase terbesar ditempati oleh tenaga kerja dengan status pekerja tak dibayar atau pekerja keluarga diikuti oleh status berusaha dibantu buruh tidak tetap/tidak dibayar. Meskipun jumlah buruh/karyawan mengalami kenaikan dibanding tahun-tahun sebelumnya namun dari segi %tase masih kecil yaitu hanya sebesar antara % dari seluruh penduduk bekerja 2. KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI PAPUA BARAT 2.1. PERKEMBANGAN KEADAAN TENAGA KERJA PROVINSI PAPUA Penduduk usia kerja atau tenaga kerja Provinsi Papua Barat terus meningkat sepanjang tahun, dari orang pada Agustus 2007 menjadi orang pada Agustus Jumlah tenaga kerja Provinsi Papua Barat dari periode Agustus 2008 hingga Agustus 2009 bertambah sebanyak orang. Pertambahan jumlah tenaga kerja ini diikuti oleh pertambahan jumlah angkatan kerja (AK) dan jumlah bukan angkatan kerja (BAK) yaitu masing-masing sebanyak orang dan orang. Pada bulan Agustus 2009, jumlah angkatan kerja mencapai orang berkurang sebanyak 2,23% dibandingkan dengan keadaan Februari 2009, dan bertambah sebanyak 2,93% dibandingkan keadaan setahun yang lalu (Agustus 2008). Tabel 42. Jumlah Penduduk Menurut Kegiatan Utama Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat Sementara itu jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2009 relatif lebih rendah dibandingkan keadaan Februari 2009 pada hampir seluruh sektor lapangan pekerjaan, kecuali pertanian, pertambangan dan listrik, gas dan air. Penurunan jumlah pekerja tertinggi terjadi pada sektor jasa kemasyarakatan, diikuti oleh sektor konstruksi, transportasi, dan 71

88 perdagangan. Penurunan jumlah penduduk yang bekerja di sektor jasa kemasyarakatan sebesar orang, sektor konstruksi sebesar orang, dan sektor transportasi sebesar orang dan perdagangan sebesar orang. Sebaliknya, sektor yang mengalami peningkatan jumlah pekerja berturut-turut adalah pertanian bertambah orang, pertambangan naik orang, dan sektor listrik, gas dan air meningkat 568 orang dari Februari 2009 ke Agustus Jika dilihat distribusinya, pada Agustus 2009 sektor yang menyerap pekerja paling banyak berturut-turut adalah pertanian, jasa kemasyarakatan, perdagangan. Sektor pertanian masih merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja. Tabel 43. Jumlah Penduduk Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 72

89 Tercatat 56,60% jumlah pekerja yang ada di Provinsi Papua Barat ( orang) masuk dalam lapangan pekerjaan pertanian. Disusul sektor jasa kemasyarakatan sebesar 15,89% ( orang), dan sektor perdagangan sebesar 10,39 % ( orang). Status pekerjaan utama digunakan untuk mengelompokkan kegiatan pekerja. Pekerja formal adalah pekerja yang berusaha dengan dibantu buruh tetap atau pekerja yang berstatus sebagai buruh/karyawan. Selain itu masuk dalam kategori pekerja informal. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Agustus 2009 ada sekitar 28,78% yang bekerja pada kegiatan formal dan 71,22% yang bekerja pada kegiatan informal. Dari orang yang bekerja pada Agustus 2009, status pekerjaan utama yang terbanyak adalah sebagai buruh/karyawan/pegawai sebesar orang (27,03%), berusaha dibantu buruh tidak tetap orang (26,30 %), pekerja tak dibayar (23,00 %), berusaha sendiri orang (18,72%), sedangkan yang terkecil adalah pekerja bebas di pertanian sebanyak orang (1,49%). Jika dibandingkan keadaan setahun yang lalu, struktur pekerjaan menurut status pekerjaan relatif stabil namun ada kecenderungan peningkatan pada kelompok kegiatan formal,khususnya pada status buruh/karyawan/pegawai. Tabel 44. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Agustus 2007 Agustus 2009 Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Papua Barat 73

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2009 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan III-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2013 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian Misi Bank Indonesia kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan IV tahun sebesar 5,18% (yoy), sedikit mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,21% (yoy), namun masih

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan

Halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah Triwulan III Tahun 2009 Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Jawa Tengah dipublikasikan secara triwulanan oleh Kantor Bank Indonesia Semarang, untuk menganalisis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, Agustus 2009 BANK INDONESIA KENDARI. Lawang M. Siagian Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh dengan migas tercatat sebesar 5,11% (yoy), atau meningkat dibanding triwulan lalu yang sebesar 4,4% (yoy). Seluruh sektor ekonomi pada triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II

KAJIAN EKONOMI REGIONAL REGIONAL KAJIAN EKONOMI TRIWULAN II KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II 2009 VISI BANK INDONESIA : Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA BANK INDONESIA TERNATE Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-3124017 LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Lebih terperinci

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON

PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON PROPINSI MALUKU TRIWULAN IV 2008 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 08/02/34/Th. XI, 16 Februari 2009 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN ekonomi Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada tahun

Lebih terperinci