KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN IV 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

2 Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak Telp : Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh di

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas segala rahmat dan karunia-nya kami dapat menyusun buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Kalimantan Barat Triwulan IV Buku KEKR ini kami susun dengan tujuan untuk menyajikan informasi terkini kepada para pemangku kepentingan baik eksternal maupun internal seputar perkembangan ekonomi daerah, inflasi, perbankan dan sistem pembayaran, keuangan daerah, ketenagakerjaan, serta prospek ekonomi dan inflasi ke depan. Selain itu, kami juga berharap buku KEKR ini dapat menjadi salah satu referensi yang dapat diandalkan bagi para pemangku kepentingan untuk mengambil keputusan. Dalam penyusunan buku KEKR ini, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat telah mendapatkan banyak dukungan data dan informasi dari berbagai pihak. Sehubungan dengan hal tersebut, pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang telah bersedia memberikan data dan informasi yang kami perlukan dalam menyusun buku ini. Sebagai penutup, kami menyadari bahwa dalam penyusunan buku KEKR ini masih terdapat kekurangan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca agar kualitas kajian ini dapat terus ditingkatkan. Pontianak, 17 Februari 2016 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat, Dwi Suslamanto i

4 Halaman ini sengaja dikosongkan ii

5 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Grafik... v Daftar Tabel... viii Ringkasan Umum... x BAB 1 Perkembangan Ekonomi Regional Kondisi Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Konsumsi Konsumsi Pemerintah Investasi Ekspor-Impor Ekspor Kalimantan Barat Impor Kalimantan Barat Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Sektor Pertanian Industri Pengolahan Sektor Konstruksi BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah Gambaran Umum Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Sisi Penawaran Disagregasi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Disagregasi Inflasi Komoditas Penyumbang Inflasi BAB 3 Perbankan, Sistem Pembayaran, dan Pengelolaan Uang Jaringan Kantor Intermediasi Perbankan Ketahanan Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Ketahanan Sektor UMKM iii

6 3.6 Perkembangan BPR Perkembangan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Perkembangan Temuan Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Perkembangan KUPVA dan PTD BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalbar Tahun Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalbar Tahun BAB 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Gambaran Umum Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Kondisi Pengangguran Kalimantan Barat Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) Perbandingan dengan Provinsi Lain di Kalimantan Inflasi Pedesaan BAB 6 Prospek Perekonomian Daerah Prospek Perekonomian Daerah Sisi Penggunaan Sisi Sektoral Perkiraan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan Daftar Istilah iv

7 Daftar Grafik Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat dan Nasional... 2 Grafik 1.2 Pangsa Ekonomi dalam Kawasan Kalimantan... 3 Grafik 1.3 Perkembangan Harga Internasional Lada Putih... 5 Grafik 1.4 Perkembangan BBN Mobil dan Sepeda Motor Baru di wilayah Kalimantan Barat... 5 Grafik 1.5 Perkembangan Penjualan Listrik... 5 Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat... 7 Grafik 1.7 Perkembangan Posisi Simpanan Pemda Kalimantan Barat di Bank Umum... 7 Grafik 1.8 Impor Barang Modal... 8 Grafik 1.9 Jumlah Pengadaan Semen Kalimantan Barat... 8 Grafik 1.10 Perkembangan Investasi PMDN... 9 Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi PMDN... 9 Grafik 1.12 Perkembangan Investasi PMA... 9 Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi PMA... 9 Grafik 1.14 Pemetaan Investasi PMDN Grafik 1.15 Pemetaan Investasi PMA Grafik 1.16 Komposisi Investasi PMDN Grafik 1.17 Komposisi Investasi PMA Grafik 1.18 Hasil Likert Scale Komponen Investasi Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Ekspor LN Grafik 1.21 Perkembangan Volume Ekspor LN Grafik 1.22 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.23 Komoditas Utama Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.24 Distribusi Ekspor Kalimantan Barat Grafik 1.25 Perkembangan Tahunan Ekspor Kalimantan Barat Berdasarkan Negara Mitra Dagang Utama Grafik 1.26 Perkembangan Impor Kalimantan Barat: Grafik 1.27 Komposisi Negara Asal Impor Kalimantan Barat Grafik 1.28 Komposisi Komponen Impor Grafik 1.29 Pergerakan Pertumbuhan Grafik 1.30 Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalbar Grafik 1.31 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan III Grafik 1.32 Luas Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Barat Grafik 1.33 Luas Lahan Puso di Kalimantan Barat v

8 Grafik 1.34 Perkembangan Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten/Kota Kalimantan Barat Grafik 1.35 Perkembangan Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten/Kota Grafik 1.36 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat Grafik 1.37 Perkembangan Harga TBS Grafik 1.38 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat Grafik 1.39 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Grafik 1.40 Ekspor Karet Remah Kalimantan Barat Grafik 1.41 Pergerakan Harga Natural Rubber SICOM Grafik 1.42 Perkembangan Luas Lahan Sawit Per Kabupaten/Kota Grafik 1.43 Perkembangan Luas Lahan Karet Per Kabupaten/Kota Grafik 1.44 Nilai Ekspor Alumina Kalimantan Barat Grafik 1.45 Volume Ekspor Kayu Lapis Olahan Grafik 1.46 Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Sektor Pengolahan Grafik 1.47 Indeks Harga Properti Komersial Kota Pontianak Grafik 1.48 Perkembangan Kredit Konstruksi Grafik 1.49 Perkembangan Pengadaan Semen Grafik 1.50 Perkembangan Penyaluran Kredit KPR Berdasarkan Tipe Rumah Grafik 3.1 Perkembangan DPK Wilayah Kalimantan Grafik 3.2 Perkembangan DPK di Kalbar Grafik 3.3 Perkembangan DPK di Kalbar Grafik 3.4 Perkembangan SBT DPK di Kalbar Grafik 3.5 Perkembangan Kredit di Kalimantan Grafik 3.6 Perkembangan Kredit dan DPK Grafik 3.7 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit Grafik 3.8 Lokasi Penyaluran Kredit Perbankan Grafik 3.9 Kredit Perbankan Kalbar Berdasarkan Kegiatan Bank Grafik 3.10 Kredit Perbankan di Kalbar Grafik 3.11 Perkembangan Aset Perbankan Kalbar Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Kalbar Grafik 3.13 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalbar (Rp Miliar) Grafik 3.14 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalbar (% yoy) Grafik 3.15 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalbar (Rp Miliar Grafik 3.16 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalbar (% yoy) Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi Utama di Kalbar Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit di Sektor Korporasi di Kalbar Grafik 3.19 Kredit Rumah Tangga di Kalbar vi

9 Grafik 3.20 Perkembangan NPL Kredit UMKM Grafik 3.21 Perkembangan BPR di Kalbar Grafik 3.22 LDR dan NPL BPR di Kalbar Grafik 3.23 Perkembangan Inflow-Outflow Grafik 3.24 Perkembangan Transaksi KUPVA Grafik 3.25 Perkembangan Transaksi PTD di Kalbar Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Tahun Grafik 4.4 Realisasi Dana Perimbangan Hingga Tahun Grafik 4.5 Realisasi Belanja Daerah Triwulan III Grafik 4.6 Realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun Grafik 4.7 Realisasi Belanja Langsung Grafik 5.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat Grafik Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat82 Grafik 5.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Grafik 5.4 Likert Scale Komponen Tenaga Kerja Grafik 5.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat Grafik Grafik 5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 5.8 Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang Pendidikan Grafik 10 Perkembangan NTP Kalimantan Barat Grafik 11 Perkembangan NTP Provinsi Kalimantan Barat Berdasarkan Klasifikasi Subsektor Grafik 0.12 Pergerakan NTP Provinsi Kalimantan Grafik 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat dan Proyeksi Pertumbuhan Grafik 6.2 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Kota Pontianak Grafik 6.3 Indeks Perubahan Harga dan Penghasilan Konsumen vii

10 Daftar Tabel Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan ADHK Tahun Tabel 1.2 Pertubuhan PDRB Sisi Sektoral ADHK Tahun Tabel 4.1 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Tabel 5.2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa) Tabel 5.4 Nilai Tukar Petani Provinsi Kalimantan Barat Tabel 5.5 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan dan Nasional Tabel 5.6 Perkembangan Inflasi Pedesaan Kalimantan Barat September Tabel 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalbar ADHK Tahun 2010 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan I 2016 (% yoy) Tabel 6.3 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kalbar ADHK Tahun 2010 menurut Penggunaan dan Proyeksi Triwulan I 2016 (% yoy) viii

11 Halaman ini sengaja dikosongkan ix

12 Ringkasan Umum Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kalimantan Barat mengalami perlambatan dengan tumbuh 4,35% (yoy). Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor Kalimantan Barat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. Mengakhiri tahun 2015, kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan tumbuh 4,35% (yoy) relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy). Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor Kalimantan Barat. Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh melambatnya sektor-sektor ekonomi tersier atau jasa pendukung seiring dengan belum pulihnya subsektor ekonomi utama. Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan masih ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 52,31% dan 17,08%, sementara komponen investasi yang tercermin dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pangsa sebesar 35,16% terhadap total PDRB Kalimantan Barat pada triwulan IV Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor Kalimantan Barat. Secara sektoral, struktur ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 masih didominasi oleh empat sektor ekonomi utama, diantaranya sektor pertanian dengan pangsa terbesar yaitu 22,03%, diikuti oleh sektor industri pengolahan (16,06%), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (15,21%), dan sektor konstruksi (12,30%). Secara sektoral, perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. Inflasi triwulan IV 2015 sebesar 5,79% (yoy) lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 8,84% yoy Penurunan tekanan inflasi terutama dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan komoditasnya, sumber utama penurunan inflasi x

13 tetapi masih lebih tinggi daripada inflasi nasional sebesar 3,35% (yoy) Tingkat pertumbuhan DPK dan penyaluran kredit di Kalbar merupakan yang tertinggi di wilayah Kalimantan pada triwulan berjalan. Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat tahun 2015 dapat dikatakan belum optimal. Di tengah indikasi membaiknya perekonomian Kalimantan Barat, kondisi ketenagakerjaan belum menunjukkan perbaikan. triwulan IV 2015 adalah bensin dan solar seiring terjadinya penyesuaian harga BBM serta komoditas LPG. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 0,77% (qtq) lebih rendah daripada triwulan yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,67% (qtq). Dibandingkan triwulan III 2015, pengumpulan DPK oleh perbankan Kalbar mengalami sedikit percepatan yang tumbuh 11,44% (yoy) dengan nominal Rp44,09 triliun. Sementara itu, walaupun mengalami perlambatan, tingkat pertumbuhan penyaluran kredit di Kalbar tetap lebih tinggi dari DPK yakni sebesar 14,37% (yoy). Perlu dicermati bahwa tingkat DPK dan kredit tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Kalimantan pada triwulan laporan. Lebih lanjut, BPR di Kalimantan Barat mengalami perlambatan. Pengumpulan DPK melambat dimana tumbuh 5,16% (yoy) dengan nominal Rp809,57 miliar. Begitu juga dengan kredit yang tumbuh melambat yakni sebesar 11,29% (yoy) dengan posisi Rp597,86 miliar. Untuk sistem pembayaran dan pengelolaan uang rupiah, pada triwulan IV 2015 KPw BI Provinsi Kalbar mengalami net outflow sebesar Rp1,98 triliun dengan jumlah outflow dan inflow masing-masing sebesar Rp3,04 triliun dan Rp1,06 triliun. Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2015 menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari realisasi pendapatan tahun 2015 yang tercatat mencapai 93,48% dan realisasi belanja yang mencapai 93,92% dari target belanja APBD 2015dari target pendapatan APBD Realisasi tersebut merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir. Kondisi ketenagakerjaan kembali mengalami penurunan. Tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan cukup tajam dan merupakan kondisi tingkat pengangguran tertinggi di Kalimantan Barat setidaknya sejak tahun Peningkatan jumlah pengangguran tertinggi terdapat di sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2015 masih dalam tren penurunan. Faktor pendorong utama penurunan NTP pada triwulan laporan adalah penurunan tajam yang terjadi pada NTP subsektor hortikultura dan perkebunan rakyat, sementara subsektor padi palawija mengalami peningkatan. Perekonomian Kalbar pada triwulan I 2016 diprediksikan tumbuh terbatas, dengan kisaran proyeksi pertumbuhan sebesar 4,64%-5.21% (yoy) Perekonomian Kalbar pada triwulan I 2016 diprediksikan tumbuh terbatas, dengan kisaran proyeksi pertumbuhan sebesar 4,64%-5.21% (yoy), atau relatif lebih rendah dari kisaran proyeksi triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh perbaikan kinerja komponen ekspor yang utamanya didorong oeh aktivitas ekspor luar negeri komoditas mineral alumina, serta terjaganya komponen konsumsi, terutama konsumsi rumah tangga yang diperkirakan tetap xi

14 terjaga pada level pertumbuhan yang cukup kuat ditopang oleh rangkaian perayaan keagamaan, diantaranya Tahun Baru Cina (Imlek), Sembahyang Kubur, serta Cap Go Meh. Dari sisi penawaran, sumber pertumbuhan perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari kinerja sektor perekonomian utama, antara lain sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi. Tingkat inflasi pada triwulan I 2016 diperkirakan berada dalam kisaran yang moderat. Tekanan inflasi diperkirakan meningkat pada bulan Februari dan Maret 2016 seiring dengan datangnya rangkaian perayaan Imlek, Cap Go Meh, dan Sembahyang Kubur sehingga akan memberi dampak pada permintaan tiket angkutan udara dan sejumlah komoditas bahan pangan strategis. Sementara itu, pada bulan Januari 2016, tekanan inflasi diperkirakan relatif menurun sejalan dengan pola musimannya setelah Natal dan Tahun Baru.. xii

15 Halaman ini sengaja dikosongkan xiii

16 Ekonomi Makro Regional Indikator Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III TW IV Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor (%-YoY) : - Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (0.72) Pertambangan dan Penggalian (3.63) (7.60) (0.50) (7.66) - Industri Pengolahan (2.96) Pengadaan Listrik dan Gas (6.43) (8.61) (2.18) - Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate (1.19) - Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan (2.80) (3.87) - Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Berdasarkan Permintaan (%-YoY) : - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba (11.87) (17.11) (20.41) (20.39) (3.74) Konsumsi Pemerintah PMTB Perubahan Stok - Ekspor (30.87) (52.09) (58.57) (40.81) (10.07) 6.65 (2.18) (7.10) - Impor (36.94) (51.77) (52.59) (20.56) (18.70) (3.88) Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 750,625, ,371, ,440, ,498, ,328, ,875, ,802, ,899,887 Impor - Nilai Impor Non Migas (USD Juta) Volume Impor Non Migas (ribu ton) 133,561,554 90,653, ,212, ,767, ,195, ,253, ,234,045 55,962 Indeks Harga Konsumen - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang Laju Inflasi Tahunan (%,yoy) - Provinsi Kalimantan Barat Kota Pontianak Kota Singkawang Perbankan (Bank Umum dan BPR) Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 36,468 38,700 39,696 39,566 39,830 42,181 43,499 - Tabungan 6,371 8,123 8,064 5,062 6,982 8,496 8,604 - Giro 20,233 19,739 20,383 22,213 19,949 20,127 21,273 - Deposito 9,864 10,838 11,249 12,291 12,899 13,559 13,622 Kredit (Rp Miliar) 41,986 43,554 45,447 48,223 47,775 50,377 52,568 - Modal Kerja 12,951 13,619 14,340 15,465 14,599 15,532 16,020 - Investasi 15,185 15,657 16,386 17,347 17,576 18,828 20,173 - Konsumsi 13,851 14,278 14,721 15,410 15,601 16,017 16,375 Kredit Sektor Korporasi (Rp Miliar) 28,136 29,276 30,723 32,810 32,172 34,360 36,193 - Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan 11,570 11,683 12,011 12,930 12,393 14,007 15,605 - Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 2,584 3,042 3,547 3,782 3,765 4,023 3,825 - Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan 1,057 1,052 1, ,042 - Perdagangan, Hotel, dan Restoran 8,460 8,920 9,145 9,622 9,627 10,158 10,172 - Pengangkutan dan Komunikasi 1,340 1,607 1,603 1,668 1,678 1,665 1,635 - Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 2,094 1,764 1,814 2,112 2,043 2,076 2,318 - Jasa-Jasa Lainnya Kredit Sektor Rumah Tangga (Rp Miliar) 12,336 12,967 13,249 15,142 15,360 15,779 16,140 - Perumahan 2,980 2,790 2,825 2,923 3,017 3,147 3,271 - Ruko/Rukan Kendaraan 1,581 1,725 1,755 1,883 1,907 1,912 1,942 - Peralatan Multiguna 6,958 7,266 7,782 9,406 9,482 9,722 9,917 - Lainnya Kredit UMKM (Rp Miliar) 11,470 12,722 12,640 13,450 13,697 13,970 14,202 - Mikro 1,528 2,097 1,741 2,139 2,837 2,799 2,754 - Kecil 5,196 5,296 5,888 6,072 4,748 5,090 5,107 - Menengah 4,746 5,329 5,010 5,240 6,111 6,081 6,342 LDR (%) NPL Total (%) NPL Sektor Korporasi (%) NPL Sektor Rumah Tangga (%) NPL Sektor UMKM (%) BPR (Rp Miliar) - Aset ,024 1,020 1,031 1,064 1,054 - DPK Kredit LDR (%) NPL (%) Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Tunai (Rp Miliar) - Inflow 1,862 1,196 2, , ,236 - Outflow 630 1,499 2,471 2, ,947 2,404 - Net Outflow -1, ,214-1, xiv

17 Halaman ini sengaja dikosongkan xv

18

19 BAB 1 Perkembangan Ekonomi Regional Mengakhiri tahun 2015, kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 kembali mengalami perlambatan. Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor Kalimantan Barat. Sementara itu, dari sisi sektoral perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. 1

20 1.1 Kondisi Umum Mengakhiri tahun 2015, kinerja perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 kembali mengalami perlambatan. Ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan tumbuh 4,35% (yoy) relatif lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 4,55% (yoy). Secara triwulanan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 memperlihatkan perlambatan pertumbuhan yaitu dari 4,17% (qtq) pada triwulan III 2015 menjadi 3,20% (qtq) pada triwulan IV Secara kumulatif pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada tahun 2015 masih dalam tren melesu, yakni tumbuh 4,81% (yoy) lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuha pada tahun 2014 sebesar 5,03% (yoy), namun lebih tinggi dibandingkan dengan realisasi kumulatif pertumbuhan Nasional (4,79%, yoy) % (yoy) Pertumbuhan Nasional Pertumbuhan Kalimantan Barat I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat dan Nasional Berdasarkan kontribusinya terhadap perekonomian Kawasan Kalimantan, perekonomian Kalimantan Barat memiliki pangsa sebesar 14,42% terhadap perekonomian Kalimantan pada triwulan IV Provinsi Kalimantan Timur dan Utara (Kaltimra) merupakan provinsi dengan sumbangan terbesar terhadap perekonomian Kawasan Kalimantan yaitu sebesar 60,56%, diikuti oleh Kalimantan Selatan (14,84%), dan Kalimantan Tengah (10,18%). Secara kumulatif pada tahun 2015, perekonomian Kalimantan tumbuh 1,3% (yoy) masih dalam tren melambat sejalan dengan masih lemahnya permintaan dari Tiongkok. Perlambatan ekonomi sepanjang tahun 2015 disebabkan oleh melesunya permintaan ekspor komoditas batubara serta perlambatan produksi sawit akibat kebijakan moratorium lahan pada tahun

21 Kaltimra, 60.56% Kalbar, 14.42% Kalteng, 10.18% Kalsel, 14.84% Table 1 Komparasi Pertumbuhan Ekonomi Antar Provinsi di Kawasan Kalimantan TW III '15 TW IV '15 ARAH KALBAR KALSEL KALTIM KALTENG NASIONAL Sumber: BPS Kalbar, diolah Grafik 1.2 Pangsa Ekonomi dalam Kawasan Kalimantan 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Tabel 1.1 Pertumbuhan PDRB Sisi Penggunaan ADHK Tahun 2010 KOMPONEN PENGELUARAN Triwulan IV 2015 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Pangsa % SOG 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi LNPRT Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri P D R B Akselerasi Melambat Sumber:BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan komponen pembentuknya, PDRB Kalimantan Barat dari sisi penggunaan masih ditopang oleh komponen konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah, serta investasi. Komponen konsumsi rumah tangga dan pemerintah masing-masing memiliki pangsa sebesar 52,31% dan 17,08%, sementara komponen investasi yang tercermin dari nilai Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) memiliki pangsa sebesar 35,16% terhadap total PDRB Kalimantan Barat pada triwulan IV Perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan dari sisi penggunaan terutama terjadi seiring dengan pertumbuhan komponen investasi yang mengalami perlambatan serta kontraksi yang terjadi pada komponen ekspor Kalimantan Barat. Terkontraksinya komponen ekspor pada triwulan IV 2015 utamanya didorong oleh penurunan ekspor komoditas karet sebagai salah satu komoditas ekspor utama Kalimantan Barat serta mineral alumina. Di sisi lain, perlambatan lebih dalam pada pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat relatif tertahan oleh peningkatan yang terjadi pada komponen permintaan domestik, yakni konsumsi RT dan konsumsi Pemerintah. Perkembangan kinerja komponen penggunaan sepanjang triwulan laporan terefleksi pula melalui analisis pemetaan matriks komponen sisi penggunaan PDRB 3

22 triwulan IV Berdasarkan pemetaan matriks tersebut dapat diketahui bahwa komponen investasi berada pada kuadran potensial dengan tingkat pertumbuhan yang relatif tinggi serta memiliki pangsa/share yang cukup besar. Berdasarkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan, komponen ekspor dan impor Kalimantan Barat terpantau mengalami pertumbuhan negatif. Konsumsi LNPRT % Growth Konsumsi Pemerintah PMTB Konsumsi RT % PDRB Impor Ekspor Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sektoral Konsumsi Komponen konsumsi RT kembali mengalami peningkatan ditengah perlambatan ekonomi yang terjadi. Konsumsi Rumah Tangga (RT) mulai menunjukkan indikasi perbaikan dengan tumbuh 4,88% (yoy) pada triwulan laporan, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (4,32%, yoy). Pendorong utama perbaikan kinerja pada komponen konsumsi RT bersumber dari meningkatnya tekanan permintaan yang terjadi seiring dengan berlangsungnya perayaan Natal dan Tahun Baru terutama pada akhir tahun Selain itu indikasi perbaikan pada konsumsi RT turut pula didorong oleh relatif membaiknya kesejahteraan masyarakat di beberapa wilayah sejalan dengan upaya penanaman komoditas lain sebagai substitusi komoditas karet yang masih dalam tren melesu diantaranya melalui penanaman tanaman lada putih (Sahang) yang sata ini memiliki pergerakan harga yang relatif lebih stabil. 4

23 MYR/100 Kg % - YoY Harga Lada Putih Internasional Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Grafik 1.3 Perkembangan Harga Internasional Lada Putih Indikasi perbaikan pada konsumsi RT terkonfirmasi pada pergerakan beberapa prompt indikator, diantaranya penjualan konsumsi listrik segmen rumah tangga serta penjualan kendaraan bermotor baru di wilayah Kalimantan Barat. Penjualan konsumsi listrik segmen rumah tangga menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Tercatat pertumbuhan penjualan listrik mengalami peningkatan sebesar 7,2% (yoy) pada triwulan III 2015, relatif lebih tinggi dari triwulan sebelumnya (4,5%, yoy). Selaras dengan peningkatan pada penjualan listrik konsumsi RT, jumlah penjualan kendaraan bermotor baru yang direpresentasikan melalui jumlah Bea Balik Nama (BBN) turut pula mengalami peningkatan. Walaupun masih dalam rentang pertumbuhan negatif, namun jumlah mobil dan sepeda motor baru di Kalimantan Barat terpantau mengalami peningkatan. Pasalnya, pada triwulan IV 2015 jumlah mobil baru mengalami peningkatan dari -34,8% (yoy) menjadi -21% (yoy). Sementara penjualan sepeda motor menunjukkan peningkatan dari -27,2% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -22,2% (yoy) pada triwulan IV Ribu Kendaraan I II III IV I II III IV I II III IV % (YoY) Sumber: Dispenda Prov. Kalbar Grafik 1.4 Perkembangan BBN Mobil dan Sepeda Motor Baru di wilayah Kalimantan Barat Juta kwh Penjualan Listrik Konsumen RT % - YOY Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: PLN Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.5 Perkembangan Penjualan Listrik Indikasi perbaikan pada konsumsi RT turut pula terlihat pada peningkatan optimisme konsumen. Optimisme konsumen dalam memandang kondisi ekonomi Kalimantan 5

24 Barat saat ini maupun prakiraan mendatang terpantau mengalami peningkatan walaupun dalam rentang terbatas. Berdasarkan hasil Survei Konsumen yang dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Barat, diketahui bahwa tingkat keyakinan konsumen yang direpresentasikan melalui Indeks Keyakinan Konsumen kembali menunjukkan tren peningkatan relatif terhadap rata-rata IKK pada triwulan sebelumnya. Indikasi optimisme peningkatan optimisme konsumen tercermin pula dalam ketiga komponen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK). Kedua komponen pembentuk IKK, yaitu Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) maupun Indeks Ekspektasi Konsumen memperlihatkan tren peningkatan yang serupa dengan peningkatan terbesar tertajam terjadi pada komponen IEK. Secara rata-rata, IKE terpantau mengalami peningkatan hingga 8,0 point dari kondisi pada triwulan III 2015 lalu yaitu 111,1 menjadi 119,1 pada triwulan laporan. Peningkatan IKE pada periode laporan terutama didorong oleh peningkatan cukup signifian pada indikator pembentuknya, terutama pada Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja. 160 Indeks 180 INDEKS OPTIMIS PESIMIS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Kalimantan Barat Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Grafik Perkembangan Indikator Komponen Indeks Ekonomi Saat Ini Dari sisi pembiayaan, perlambatan yang terjadi pada jumlah penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan masih terjadi. Secara kumulatif, hinga akhir tahun 2015 jumlah kredit konsumsi yang disalurkan ke masyarakat adalah sebesar Rp16,53 triliun atau kembali mengalami perlambatan dengan tumbuh 7,26%(yoy), bila dibandingkan dengan pertumbuhan pada periode lalu yang tercatat sebesar 11,23%(yoy). Belum sepenuhnya pulih harga internasional terutama pada komoditas perkebunan sebagai salah satu mata pencaharian utama masyarakat menyebabkan tertahannya penyaluran kredit konsumsi oleh perbankan. 6

25 10,296 10,966 11,557 11,937 12,149 12,678 13,312 13,647 13,851 14,278 14,721 15,410 15,601 16,017 16,375 16,528 Miliar Rp 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 Nominal Kredit Konsumsi % - YOY Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Triliun Rp % - YOY I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.6 Perkembangan Kredit Konsumsi Kalimantan Barat Grafik 1.7 Perkembangan Posisi Simpanan Pemda Kalimantan Barat di Bank Umum Sementara itu, konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani Rumah Tangga (LNPRT) mengalami akselerasi pertumbuhan pada triwulan IV 2015 dari 4,47% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 14,90% (yoy). Akselerasi pertumbuhan konsumsi LNPRT utamanya didorong oleh aktivitas Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Serentak yang telah dilakukan pada tujuh kabupaten di wilayah Kalimantan Barat pada Desember Konsumsi Pemerintah Kinerja konsumsi pemerintah kembali terjaga pada level pertumbuhan yang relatif tinggi melanjutkan realisasi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya. Pada triwulan IV 2015, konsumsi pemerintah tumbuh 10,48% (yoy) relatif stabil dibandingkan dengan realisasi triwulan sebelumnya (10,43%, yoy). Sesuai dengan siklus realisasi belanja pemerintah pada akhir tahun, kinerja komponen konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2015 turut pula terjaga pada tingkat pertumbuhan yang tinggi. Hal ini erat kaitannya dengan akselerasi belanjayang dilakukan oleh pemerintah pada akhir tahun, diantaranya pada alokasi klasifikasi belanja modal yang dilakukan pemerintah daerah sejalan dengan upaya percepatan pembangunan berbagai proyek infrastruktur publik, seperti pembangunan jalan lintas perbatasan, pos lintas perbatasan, serta pembangkit listrik di beberapa wilayah. Peningkatan realisasi belanja Pemerintah Daerah terindikasi pula dari perlambatan pertumbuhan simpanan milik pemda di perbankan yang t menjadi 6,16% (yoy) pada triwulan IV Hingga akhir tahun 2015, Anggaran Pendapatan dan Belanja Pemerintah Daerah (APBD) Provinsi Kalimantan Barat telah terealisasi 93,92% dari total pagu anggaran. Pencapaian realisasi belanja tahun 2015 terpantau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi periode yang sama tahun lalu, yakni sebesar 95,60%. Kendati realisasi belanja pemerintah pada sepanjang tahun 2015 adalah lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun peningkatan 7

26 belanja secara signifikan terpantau terjadi pada klasifikasi pos belanja hibah dan bantuan sosial seiring dengan berlangsungnya Pilkada Serentak yang dilakukan Investasi Kinerja investasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 6,41% (yoy), melambat dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yaitu 7,17% (yoy). Realisasi investasi yang tercermin melalui nilai pembentukan modal tetap bruto (PMTB) merupakan komponen pembentuk PDRB sisi penggunaan terbesar kedua setelah konsumsi dengan pangsa sebesar 35,16%. Tidak seperti pola siklus tahunnya, kinerja investasi mengalami perlambatan pada akhir tahun Terhambatnya realisasi investasi pada triwulan IV 2015 terutama ditengarai terkait dengan masih tertahannya keputusan investasi oleh pelaku usaha swasta, terutama pada investasi non bangunan. Salah satu indikasi melambatnya pertumbuhan komponen investasi relatif terhadap triwulan sebelumnya terlihat dari realisasi belanja modal Pemerintah Daerah yang utamanya dapat digunakan sebagai indikator pembiayaan pembangunan proyek infrastruktur daerah. Secara kumulatif, realisasi belanja modal oleh Pemerintah Daerah terpantau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi belanja modal pada tahun Tercatat realisasi belanja modal oleh Pemerintah Daerah hingga triwulan laporan adalah sebesar 72,27% atau lebih rendah dibandingkan dengan realisasi belanja modal pada triwulan yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar 91.05% Juta USD Perkembangan Impor Barang Modal Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) % - YOY Ribu Ton Jumlah Pengadaan Semen % - YOY Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.8 Impor Barang Modal I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.9 Jumlah Pengadaan Semen Kalimantan Barat Sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada investasi bangunan oleh pemerintah daerah, komponen investasi nonbangunan juga terpantau mengalami perlambatan. Melambatnya investasi nonbangunan terindikasi dari peningkatan yang terjadi pada impor komoditas barang modal. Apabila sebelumnya, komponen investasi terpantau mengalami akselerasi pertumbuhan dengan tumbuh hingga 290,27% (yoy), maka pada triwulan IV

27 nilai impor barang modal mengalami perlambatan dengan tumbuh sebesar 93,29% (yoy). Sementara itu, keputusan penambahan investasi oleh pelaku usaha yang telah ada (existing) masih relatif tertahan. Pasalnya, berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa keputusan penambahan investasi pada periode mendatang cenderung masih tertahan sejalan dengan belum optimalnya kapasitas produksi serta kondisi perekonomian yang belum sepenuhnya membaik. Berdasarkan sumber pembiayaannya, perlambatan pada kinerja investasi turut pula terjadi pada klasifikasi sumber pembiayaan bank Perlambatan kinerja investasi tercermin pula melalui menurunnya aliran investasi non perbankan yaitu dalam bentuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) serta Penanaman Modal Asing (PMA) , , , , , , , Rp PMDN (Miliar Rp) Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) 1, , , Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % - YOY Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.10 Perkembangan Investasi PMDN 1, Jumlah Proyek PMDN Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % - YOY Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.11 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi PMDN Juta PMA (US$ Juta) Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % - YOY Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.12 Perkembangan Investasi PMA Jumlah Proyek PMA Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q % - YOY Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalbar, diolah Grafik 1.13 Perkembangan Jumlah Proyek Investasi PMA Sumber dana investasi yang bersumber dari aliran modal oleh asing mengalami penurunan terutama dalam bentuk nilai investasi. Investasi PMA mengalami penurunan dari sebelumnya US$ 577,73 juta pada triwulan III 2015 menjadi US$ 188,74 juta pada triwulan IV 2015, atau mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar -0,25% (yoy). Selain mengalami perlambatan dalam bentuk aliran investasi, jumlah proyek yang didanai oleh investasi PMA juga 9

28 mengalami penurunan dari 118 proyek menjadi 89 proyek, atau setara dengan peningkatan sebesar -19% (yoy). Di sisi lain, realisasi investasi PMDN di wilayah Kalimantan Barat kembalimengalami penurunan. Tercatat realisasi investasi PMDN pada triwulan IV 2015 adalah sebesar Rp942,07 miliar, atau mengalami penurunan hingga -0,25% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan nilai investasi PMDN sebesar Rp944,41 triliun. Besarnya aliran investasi pada triwulan laporan juga terpantau lebih rendah dibandingkan dengan jumlah investasi PMDN pada triwulan sebelumnya sebesar Rp1,14 triliun (-17,59%, qtq). Secara sektoral lebih dari 62,7% alokasi investasi PMDN di wilayah Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dialokasikan pada sektor primer, yaitu pada subsektor perkebunan dengan penurunan aliran investasi tercatat sebesar -47,54% (yoy). Sementara itu, pada alokasi aliran investasi PMA diketahui bahwa aliran investasi terbesar terdapat pada klasifikasi sektor sekunder dengan proporsi 52,3% terhadap total aliran investasi PMA, diikuti oleh aliran investasi primer sebesar 46,8%. Sementara itu, alokasi investasi yang cukup besar terpantau juga terdapat pada subsektor logam dasar. Sepanjang triwulan IV 2015, subsektor logam dasar terpantau mendapatkan pendanaan investasi asing sebesar US$ 90,32 juta, atau setara dengan penurunan sebesar -41,2% (qtq) dibandingkan investasi triwulan lalu. Besarnya komposisi aliran investasi pada subsektor logam dasar terjadi sejalan dengan pembangunan pabrik pengolahan smelter alumina di wilayah Kalimantan Barat yang merupakan jenis perusahaan joint venture antara perusahaan asing dengan domestik. Secara spasial, wilayah Kabupaten Sambas menjadi daerah investasi PMDN dengan aliran dana terbesar sepanjang triwulan IV 2015, diikuti oleh Kabupaten Sintang, dan Kabupaten Ketapang. Alokasi investasi PMDN di wilayah Kabupaten Sambas pada triwulan IV 2015 adalah sebesar Rp370,63 miliar, sementara Kabupaten Sintang dan Ketapang terpantau menerima alokasi PMDN sebesar Rp310,20 miliar dan Rp52,82 miliar. Sementara itu, daerah tujuan PMA terbesar pada triwulan IV 2015 terdapat di wilayah Kabupaten Ketapang, Sintang, dan Sanggau. Alokasi investasi asing yang diterima oleh Kabupaten Ketapang adalah sebesar US$ 111,50 miliar, sementara kabupaten Sintang dan Sanggau mendapatkan alokasi investasi asing sebesar US$ 45,21 miliar dan US$ 18,97 miliar. 10

29 Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.14 Pemetaan Investasi PMDN Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.15 Pemetaan Investasi PMA SEKTOR SEKUNDE R; 23.9% SEKTOR TERSIER; 13.3% SEKTOR PRIMER; 62.7% Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.16 Komposisi Investasi PMDN SEKTOR PRIMER; 46.8% SEKTOR SEKUNDER; 52.3% SEKTOR TERSIER; 1.0% Sumber: BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.17 Komposisi Investasi PMA Likert Scale Investasi TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Grafik 1.18 Hasil Likert Scale Komponen Investasi Miliar Rp 25,000 Nominal Kredit Investasi 20,000 15,000 10,000 5,000-8,355 9,025 9,943 11,609 12,511 13,682 14,266 15,500 % - YOY Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) 15,185 15,657 16,386 17, , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.19 Perkembangan Kredit Investasi 20,173 21, Ekspor-Impor Ekspor Kalimantan Barat Sepanjang triwulan IV 2015, kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat mengalami perlambatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Komponen ekspor luar negeri terpantau mengalami kontraksi hingga -7,21% (yoy), relatif lebih dalam dibandingkan dengan kontraksi yang terjadi pada triwulan sebelumnya (-2,32%). Melambatnya ekspor Kalimantan Barat pada triwulan ini utamanya disebabkan oleh penurunan tajam pada ekspor komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat yaitu karet remah (crumb rubber). 11

30 Sementara itu, peningkatan ekspor terjadi pada komoditas ekspor utama lainnya, diantaranya kayu lapis (plywood), CPO, serta mineral olahan alumina. Akselerasi ekspor terpantau terjadi pada ekspor komoditas mineral alumina. Nilai ekspor alumina (SITC 522) pada triwulan IV 2015 adalah sebesar US$2,82 juta relatif tinggi dibandingkan dengan nilai ekspor triwulan lalu sebesar US$1,09 juta, atau setara dengan peningkatan 158,26% (qtq). Peningkatan ekspor komoditas alumina terjadi terutama pada negara tujuan ekspor utama komoditas mineral alumina, yaitu negara Jepang serta Korea Selatan dengan peningkatan eskpor mineral alumina masing-masing sebesar 165,03% (qtq) dan 2.285% (qtq). Peningkatan ekspor 6000 Ribu Ton Ekspor Volume Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) % - YOY Juta USD % - YOY TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW IIITW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.20 Perkembangan Nilai Ekspor LN Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.21 Perkembangan Volume Ekspor LN Karet (SITC 231), 54.62% Kayu Lapis (SITC 634), 23.18% Lainnya, 10.65% CPO (SITC 422), 8.27% Makanan Ternak (SITC 081), 2.02% Buah dan Kacang-kacangan (SITC 057), 1.27% % YoY % - YoY I II III IV I II III IV I II III IV Karet (SITC 231) Kayu Lapis (SITC 634) Makanan Ternak (SITC 081) CPO (SITC 422) (Skala Kanan) Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.22 Proporsi Ekspor Kalimantan Barat Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.23 Komoditas Utama Ekspor Kalimantan Barat Berdasarkan negara tujuannya, negara tujuan ekspor utama Kalimantan Barat masih didominasi oleh ekspor dengan tujuan Jepang dengan proporsi terbesar yaitu 24,43%, diikuti oleh Korea Selatan, Tiongkok, Malaysia, serta India dengan proporsi masing-masing sebesar 25,69%, 14,41%, 14,31%, dan 6,52%. Relatif terhadap triwulan sebelumnya, ekspor Kalimantan Barat dengan tujuan negara mitra dagang utama mengalami perlambatan, kecuali dengan negara tujuan Korea Selatan. Walaupun masih terpantau mengalami kontraksi, namun ekspor Kalimantan Barat dengan tujuan negara Korea Selatan terpantau mengalami peningkatan dari -20,58% (yoy) pada triwul -14,11% (yoy). Relatif 12

31 membaiknya ekspor LN Kaliamantan dengan tujuan Korea Selatan utamanya didorong oleh peningkatan eskpor komoditas kayu olahan (12,15%, yoy) sementara ekspor komoditas lainnya, yaitu karet remah masih mengalami perlambatan (-36,53%, yoy). Di sisi lain, penurunan tertajam pada ekspor LN Kalimantan Barat sepanjang triwulan laporan terjadi pada negara tujuan utama lainnya, terutama pada Jepang dan Tiongkok. Aktivitas ekspor LN Kalimantan Barat mengalami perlambatan lebih dalam dari sebelumnya -0,30% (yoy) menjadi -10,19% (yoy). Semakin terkontraksinya ekspor LN dengan tujuan negara Jepang utamanya didorong oleh penurunan yang terjadi pada ekspor komoditas karet remah, yaitu dari 43,36% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 6,43% (yoy) pada triwulan IV Sejalan dengan penurunan yang terjadi ekspor komoditas karet remah, ekspor komoditas kayu lapis dengan tujuan negara Jepang pun belum sepenuhnya pulih. Penurunan lebih dalam pada ekspor LN Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 turut pula terjadi pada ekspor dengan tujuan negara Tiongkok. Ekspor LN Kalimantan Barat dengan tujuan negara Tiongkok terpantau mengalami kontraksi dari -1.84% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi - 35,77% (yoy) pada triwulan IV INDIA; 6.52 Others; JEPANG; % - YoY Nilai Ekspor Kalbar Jepang Korea Selatan Tiongkok Malaysia India MALAYSIA; TIONGKOK; KOREA SELATAN; Grafik 1.24 Distribusi Ekspor Kalimantan Barat I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.25 Perkembangan Tahunan Ekspor Kalimantan Barat Berdasarkan Negara Mitra Dagang Utama Impor Kalimantan Barat Kinerja impor Kalimantan Barat secara total pada triwulan IV 2015 mengalami perlambatan relatif dalam sebesar -3,88% (yoy), terkontraksi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang dapat tumbuh hingga 26,51% (yoy). Terkontraksinya impor total Provinsi Kalimantan Barat didorong oleh penurunan tajam pada impor antar daerah, yaitu dari 24,54% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -21,07% (yoy) pada triwulan IV Sejalan dengan perlambatan yang terjadi pada aktivitas impor antar daerah, impor luar negeri (LN) Kalimantan Barat turut pula mengalami perlambatan. Kinerja impor LN Kalimantan Barat mengalami perlambatan dari 27,74% (yoy) menjadi 19,61% (yoy). Perlambatan impor luar negeri Kalimantan Barat terjadi pada seluruh komponen impor, dimana penurunan komponen impor luar negeri terpantau terjadi pada dua komponen utama impor yaitu barang modal dan 13

32 bahan baku. Penurunan dalam terjadi pada pada komponen barang modal tercatat mengalami perlambatan pertumbuhan dari 290,27% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 93,29% (yoy) pada triwulan IV Sementara itu, komponen bahan baku terpantau mengalami terkontraksi menjadi -17,91% (yoy) dari sebelumnya dapat tumbuh hingga 184,86% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada impor luar negeri Kalimantan Barat seiring dengan penguatan nilai tukar Dollar AS sehingga menyebabkan biaya impor barang modal dan bahan baku meningkat Juta % - YOY I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV TIONGKOK; 82.62% VIETNAM; 0.39% MALAYSIA; 8.26% INDIA; 3.54% AMERIKA; 0.63% LAINNYA; 1.09% Impor Volume (Ton) Pertumbuhan Tahunan Volume Impor Value (USD) Pertumbuhan Tahunan Value Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.26 Perkembangan Impor Kalimantan Barat: Volume dan Nilai Bahan Baku; 59.49% Barang Modal; 39.41% Barang Konsumsi; 1.10% Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.27 Komposisi Negara Asal Impor Kalimantan % - YOY Barat % - YOY I II III IV I II III IV I II III IV Barang Modal Bahan Baku Barang Konsumsi Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.28 Komposisi Komponen Impor Sumber: Bea Cukai, diolah Grafik 1.29 Pergerakan Pertumbuhan Komponen Impor Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan perkembangan ekspor dan impor luar negeri Kalimantan Barat sepanjang triwulan IV 2015, neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat terpantau pada kondisi surplus. Kondisi surplus neraca perdagangan ini terjadi seiring dengan penurunan impor yang lebih dalam dibandingkan dengan penurunan pada komponen ekspor. Neraca perdagangan luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 mengalami surplus sebesar US$51,82 juta. 14

33 Juta USD Ekspor Impor Net Ekspor (100.00) (18.02) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (200.00) Grafik 1.30 Neraca Perdagangan Luar Negeri Kalbar 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perlambatan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dari sisi sektoral terutama didorong oleh perlambatan pertumbuhan pada dua sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan. Selain itu, perlambatan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan laporan turut pula didorong oleh melambatnya sektor-sektor ekonomi tersier atau jasa pendukung seiring dengan belum pulihnya subsektor ekonomi utama. Kendati demikian, perlambatan pertumbuhan yang lebih dalam pada perekonomian Kalimantan Barat sepanjang triwulan IV 2015 cenderung tertahan oleh akselerasi yang terjadi pada sektor konstruksi, serta meningkatnya pertumbuhan pada sektor perdagangan. Secara sektoral, struktur ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 masih didominasi oleh empat sektor ekonomi utama, diantaranya sektor pertanian dengan pangsa terbesar yaitu 22,03%, diikuti oleh sektor industri pengolahan (16,06%), perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (15,21%), dan sektor konstruksi (12,30%). Berdasarkan kontribusi atau andil terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015, andil terbesar pada pembentukan pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat terutama ditopang oleh akselerasi pertumbuhan pada sektor konstruksi dan terjaganya pertumbuhan pada sektor, sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (untuk selanjutnya sektor ini disebut sebagai sektor perdagangan besar-eceran) dan sektor informasi dan komunikasi dengan kontribusi terhadap pertumbuhan Kalimantan Barat masing-masing sebesar 1,69%, 1,03%, 0,53%, dan 0,41% dari total pencapaian pertumbuhan pada triwulan IV

34 Tabel 1.2 Pertubuhan PDRB Sisi Sektoral ADHK Tahun 2010 LAPANGAN USAHA Triwulan IV-2015 TW 1 TW 2 TW 3 TW 4 I II III IV Pangsa % SOG Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Pengolahan Industri Pengolahan Pengadaan Listrik dan Gas Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, L Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, Repara Transportasi dan Pergudangan Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan dan Asuransi Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintah, Pertahanan, Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial La Jasa Lainnya Produk Domestik Regional Bruto Akselerasi Melambat Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah % Growth YoY KUADRAN POTENSIAL Konstruksi Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 5.00 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Lainnya 0.00 Informasi dan Komunikasi Jasa Lainnya Penyedia Akomodasi dan Makan Minum Jasa Keuangan dan Asuransi Jasa Perusahaan Transportasi dan Pergudangan Real Estate Pengadaan Listrik dan Gas Administrasi Pemerintah, Pertahanan, dan Jaminan Sosial Wajib Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Industri Pengolahan % Share PDRB Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Jasa Pendidikan Pertambangan dan Pengolahan Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.31 Pemetaan Matriks Komponen PDRB Sisi Sektoral Triwulan III 2015 Berdasarkan analisis pemetaan matriks komponen sisi sektoral PDRB Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 dapat diketahui bahwa terdapat dua sektor ekonomi yang termasuk dalam pemetaan kuadran potensial. Kuadran potensial didefinisikan sebagai klasifikasi pemetaan sektoral dengan tingkat pertumbuhan tahunan yang tinggi serta memiliki 16

35 pangsa terhadap perekonomian yang cukup besar 1. Sementara itu, walaupun tercatat memiliki pangsa komponen yang cukup besar, namun dua sektor ekonomi utama Kalimantan Barat yaitu sektor pertanian dan industri pengolahan belum sepenuhnya tumbuh optimal dan terpantau mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Berdasarkan pencapaian pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015, tercatat beberapa sektor mengalami pertumbuhan negatif, diantaranya sektor pertambangan, real estate, dan jasa pendidikan Sektor Pertanian Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan pada triwulan IV 2015 tumbuh 2,15% (yoy), relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (4,48%, yoy). Melambatnya kinerja sektor pertanian utamanya didorong oleh perlambatan yang terjadi subsektor perkebunan yaitu komoditas karet dan subsektor tanaman bahan pangan (tabama) yang kembali mengalami sedikit perlambatan akibat cuaca kering yang terjadi sehingga berdampak pada hasil panen padi yang kurang optimal. Perlambatan yang lebih dalam pada sektor pertanian pada triwulan laporan tertahan oleh meningkat pesatnya produksi komoditas utama perkebunan lainnya yaitu TBS. Produksi komoditas karet Kalimantan Barat mengalami perlambatan relatif terhadap triwulan sebelumnya. Produksi karet Kalimantan Barat yang direpresentasikan oleh volume produksi karet Slab tercatat mengalami penurunan jumlah produksi dari 53,78 ribu ton pada triwulan III 2015 menjadi 49,63 ribu ton pada triwulan laporan, atau setara dengan pertumbuhan 2,98% (yoy) relatif lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya (21,23%, yoy). Selaras dengan belum menguatnya harga internasional komoditas karet, harga jual karet Slab pun belum menunjukkan tren penguatan. Pasalnya, saat ini harga karet Slab mengalami penurunan dari rata-rata harga di triwulan III 2015 yaitu Rp menjadi Rp di triwulan IV 2015, atau setara dengan penurunan hingga -10,70% (qtq). Selain didorong oleh penurunan pada hasil produksi komoditas karet, perlambatan turut pula terjadi pada hasil pertanian tabama. Perlambatan yang terjadi pada subsektor tabama pada triwulan IV 2015 terkonfirmasi melalui perkembangan indikator luas lahan tanam dan panen di wilayah Kalimantan Barat. Tercatat luas lahan panen di wilayah Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 yaitu sebesar 67,29 ribu hektar atau setara dengan penurunan hingga - 13,76% (yoy), jauh lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan luas lahan panen pada triwulan sebelumnya yang tercatat 21,08% (yoy). Kendati demikian, seiring bergesernya masa tanam akibat El Nino yang terjadi luas tanam padi jenis lahan sawah mengalami peningkatan. Luas lahan tanam padi jenis sawah pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dari 87,06 1 Threshold yang digunakan dalam pemetaan matriks adalah 4,08% sebagai batas pada pertumbuhan ekonomi daerah dan 4,27% sebagai batas pada pangsa komponen PDRB. 17

36 ribu hektar pada triwulan III 2015 menjadi 174,68 ribu hektar pada triwulan laporan, atau setara dengan peningkatan sebesar 4,16% (yoy) dibandingkan dengan luas lahan tanam pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Penurunan yang terjadi pada luas panen di wilayah Kalimantan Barat diduga terkait erat dengan musim kering yang melanda daerah sentra produksi padi. Kendati demikian, penurunan yang lebih tajam pada kinerja subsektor tabama tertahan oleh dampak cuaca kering yang masih relatif minim di wilayah Kalimantan Barat. Luas lahan puso 2 di wilayah Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 masih dalam tren penurunan yang signifikan. Sejalan dengan prakiraan hasil pertanian yang cenderung lebih baik pada tahun 2015 dibandingkan dengan hasil pertanian tahun sebelumnya 3, luas lahan puso di wilayah Kalimantan Barat sepanjang triwulan IV 2015 kembali mengalami penurunan hingga -74,40% (yoy). Hal ini disebabkan oleh karena cuaca kering akibat El Nino yang terjadi berlangsung pada saat masa persiapan lahan tanam (penyemaian) dan telah melalui masa panen sehingga tidak terlalu mempengaruhi kualitas hasil pertanian padi Ribu Hektar % - YOY ,000 Hektar % - YoY ,000 8,000 Luas Lahan Puso Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) ,000 6,000 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV ,000 3,000 2,000 1,000-2, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Luas Tanam Luas Panen Pertumbuhan Tahunan Luas Tanam (Skala Kanan) Pertumbuhan Tahunan Luas Panen (Skala Kanan) Sumber: Dinas Pertanian Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.32 Luas Tanam dan Panen Padi di Kalimantan Barat Sumber: Dinas Pertanian Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.33 Luas Lahan Puso di Kalimantan Barat Secara spasial, berdasarkan data perkembangan luas lahan tanam dan panen di wilayah Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 diketahui bahwa luas lahan tanam dan panen terbesar terdapat di wilayah Kabupaten Sambas. Sesuai dengan pola historis masa panen di wilayah Kalimantan Barat, periode akhir triwulan IV terutama pada bulan September musim kering. Sehingga peningkatan cukup tajam pade luas lahan panen terjadi pada hampir sebagian besar wilayah sentra produksi pertanian di Kalimantan Barat. Tercatat luas lahan panen di Kabupaten Sambas mengalami peningkatan luas lahan panen dari hektar 2 Lahan puso diindikasikan sebagai luas lahan pertanian yang mengalami gagal panen, atau hasil pertanian tidak dapat dipanen sama sekali. Sedangkan luas kerusakan lahan akibat dampak perubahan iklim (DPI) hanya mencakup luas lahan pertanian dengan hasil yang tidak optimal pada saat masa panen. 3 Liaison KPw Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat 18

37 menjadi hektar atau setara dengan peningkatan sebesar 35,2% (qtq), sementara wilayah panen di Kabupaten Landak, sebagai salah satu kabupaten dengan luas lahan panen terbesar lainnya mengalami peningkatan dari hektar menjadi hektar, atau setara dengan peningkatan sebesar 274,19% (qtq). Grafik 1.34 Perkembangan Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten/Kota Kalimantan Barat Grafik 1.35 Perkembangan Luas Tanam Padi Sawah Kabupaten/Kota Di sisi lain, penurunan lebih dalam pada kinerja sektor pertanian tertahan oleh peningkatan signifikan pada hasil produksi komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat lainnya, yaitu TBS. Peningkatan kinerja subsektor perkebunan komoditas TBS terkonfirmasi berdasarkan data Dinas Perkebunan, produksi TBS Kalimantan Barat mengalami peningkatan hingga 40,28% (yoy) pada triwulan IV 2015, relatif lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan pada triwulan lalu (17,32%, yoy). Peningkatan pada hasil produksi TBS pada triwulan laporan terjadi seiring dengan periode panen raya sawit yang berlangsung selama periode akhir tahun Sejalan dengan musim panen raya sawit yang tengah berlangsung, berakhirnya cuaca kering yang telah menyebabkan pendangkalan pada Sungai Kapuas dan mengakibatkan gangguan pada kelancaran pengiriman TBS turut pula mendorong peningkatan hasil produksi TBS sepanjang triwulan IV Pasalnya, dangkalnya Sungai Kapuas yang terjadi telah menyebabkan sulitnya pengangkutan TBS yang sebelumnya dilakukan dengan menggunakan media transportasi Kapal Ponton. Kendati demikian, dari sisi perkembangan harga hingga saat ini perkembangan harga TBS belum memperlihatkan tren perbaikan. Relatif terhadap triwulan sebelumnya, secara rata-rata harga TBS Kalimantan Barat masih dalam tren melemah. Apabila pada triwulan III 2015 harga TBS masih berada pada kisaran Rp1.452/Kg maka harga TBS kembali melemah pada triwulan laporan dan berada pada kisaran Rp1.284/Kg, atau setara dengan pelemahan -11,56% (qtq). 4 Liaison KPw BI Provinsi Kalimantan Barat 19

38 2,500 2,000 Ribu Ton Produksi TBS (Ribu Ton) Pertumbuhan Tahunan (YoY) % -YOY , , ,892 1,062 64,418 45,064 2,000 1,800 1,600 1,400 Rp/Kg 1,200 1,000 1,168 50, , , ,537 1,035 65,313 59,900 45,889 44,370 48,195 44,451 52,121 53,789 49,633 TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV 962 1,329 1,229 1,420 1, Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.36 Perkembangan Produksi TBS Kalimantan Barat 1,451 1,442 1, Rata-rata Harga TBS Kalimantan Barat Tren Harga TBS Kalimantan Barat Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.37 Perkembangan Harga TBS Volume (Ton) 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Produksi Karet Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % (yoy) Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.38 Perkembangan Produksi Karet Kalimantan Barat 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Rp Haga Karet Slab Kalbar Harga Karet Internasional (Skala Kanan) Tren Harga Karet Slab Tren Harga Internasional Karet Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec USD Cent/Kg Sumber: Dinas Perkebunan Kalimantan Barat, diolah Grafik 1.39 Perkembangan Harga Karet Slab dan Internasional Peningkatan yang terjadi pada kinerja sektor pertanian terkonfirmasi pula melalui hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Sektor pertanian menunjukkan peningkatan indikator kegiatan usaha yang direpresentasikan melalui Saldo Bersih Tertimbang (SBT) dari 0,69% menjadi 1,61%. Peningkatan indikator kegiatan usaha tersebut sejalan dengan meningkatnya kapasitas produksi terpakai pada masing-masing subsektor. Peningkatan kapasitas produksi terpakai tertinggi terdapat pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dari 40% menjadi 80%, sementara peningkatan kapasitas terpakai subsektor tanaman perkebunan meningkat dari 88% menjadi 90%. Seiring dengan membaiknya kinerja sektor pertanian, pembiayaan melalui aliran kredit oleh perbankan juga terpantau mengalami peningkatan signifikan. Aliran kredit pada sektor pertanian menunjukkan peningkatan hingga 30,15% (yoy) pada triwulan III 2015, relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan kredit pada triwulan lalu sebesar 20,26% (yoy). Peningkatan kredit oleh perbankan pada sektor pertanian utamanya didorong oleh meningkatnya alokasi kredit pada 20

39 subsektor perebunan komoditas kelapa sawit yang dapat tumbuh 34,34% (yoy) jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (21,87%, yoy) Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2015 mengalami perlambatan. Pertumbuhan sektor industri pengolahan cenderung lebih rendah dari triwulan sebelumnya, yaitu dari 3,93% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 3,25% (yoy). Perlambatan kinerja sektor industri pengolahan utamanya disebabkan oleh karena penurunan yang terjadi pada industri pengolahan komoditas perkebunan utama Kalimantan Barat yaitu karet, sementara produksi industri pengolahan utama lainnya seperti CPO, Alumina, serta Kayu Lapis terpantau mengalami peningkatan. Kinerja industri pengolahan komoditas karet Kalbar terpantau mengalami perlambatan, setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh pesat. Penurunan pada produksi karet diindikasikan oleh volume produksi karet serta ekspor luar negeri hasil olahan komoditas karet Kalbar. Berdasarkan informasi yang diperoleh melalui Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (GAPKINDO) Kalbar diketahui bahwa volume produksi karet pada triwulan IV 2015 mencapai 49,63 ribu ton atau mengalami perlambatan cukup dalam dengan hanya tumbuh 2,98% (yoy), relatif lebih rendah dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan produksi pada triwulan sebelumnya (21,23%, yoy). Sejalan dengan peningkatan volume ekspor antar pulau, ekspor luar negeri komoditas karet Kalbar juga menunjukkan perlambatan. Berdasarkan nilai ekspor, pada triwulan III 2015 ekspor karet dapat tumbuh 6,3% (yoy), namun mengalami kontraksi relatif hingga -26,6% (yoy) pada triwulan IV Berdasarkan hasil liaison diketahui bahwa, harga komoditas internasional karet yang saat ini belum sepenuhnya mengalami penguatan dan diprakirakan akan terus mengalami penurunan hingga menyentuh USD 1,1/Kg dikhawatirkan akan menyebabkan penurunan hasil produksi karet. Tertekannya harga karet internasional yang telah berlangsung dalam kurun waktu tiga tahun terakhir selain disebabkan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi pada negara-negara mitra dagang utama komoditas karet, terjadinya oversupply karet akibat melimpahnya produksi karet di Negara Vietnam, Myanmar, Laos, serta Kamboja turut pula menyebabkan masih tertekannya harga karet internasional hingga saat ini. Relatif terhadap negara-negara pemasok karet lainnya di kawasan ASEAN, seperti Vietnam, Myanmar, Laos, dan Kamboja berada pada posisi yang lebih dekat dengan Tiongkok, sehingga biaya angkut karet ke negara mitra dagang utama tersebut menjadi lebih murah. 21

40 Juta US$ I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % - YoY Grafik 1.40 Ekspor Karet Remah Kalimantan Barat Sumber: Grafik 1.41 Pergerakan Harga Natural Rubber SICOM Sementara itu, perlambatan yang lebih dalam pada sektor industri pengolahan Jan-12 US cent/pound Mar-12 May 2012 Natural Rubber Price tertahan oleh peningkatan produksi hasil olahan komoditas perkebunan lainnya, yaitu CPO. Kendati masih berada dalam tren harga yang melemah produksi CPO Kalimantan Barat menunjukkan peningkatan yang cukup pesat. Tercatat produksi CPO Kalimantan Barat meningkat 37,83% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya (19,42%). Selain disebabkan oleh musim panen raya sawit yang masih berlangsung, peningkatan produksi CPO Kalimantan Barat terjadi pula seiring dengan telah berakhirnya musim kemarau yang telah menyebabkan pendangkalan Sungai Kapuas. Dangkalnya Sungai Kapuas akibat musim kemarau panjang telah menyebabkan terganggunya proses pengiriman TBS. Oleh karena itu, seiring dengan telah berfungsi normalnya Sungai Kapuas dan dapat digunakan dalam pengangkutan hasil produksi TBS kembali sebagai bahan baku utama terutama yang berasal dari wilayah hulu Kalimantan Barat (Kabupaten Sintang, Sanggau, dan Kapuas Hulu). Sementara itu, peningkatan hasil produksi CPO selama tahun 2015 turut pula ditopang oleh peningkatan hasil produktivitas kebun sawit, dimana berdasarkan proporsinya kebun sawit di wilayah Kalimantan Barat adalah Jul-12 Sep-12 Nov-12 Jan-13 Mar-13 May 2013 Jul-13 Sep-13 Nov-13 Jan-14 Mar-14 Axis Title termasuk dalam klasifikasi tanaman sawit muda dan tanaman sawit menghasilkan. May 2014 Jul-14 Sep-14 Nov-14 Jan-15 Mar-15 May 2015 Jul-15 Sep-15 Nov-15 Grafik 1.42 Perkembangan Luas Lahan Sawit Per Kabupaten/Kota Grafik 1.43 Perkembangan Luas Lahan Karet Per Kabupaten/Kota 22

41 Sementara itu berdasarkan perkembangan harga yang terjadi, harga komoditas CPO masih dalam tren penurunan hingga akhir triwulan IV Harga CPO produksi Kalimantan Barat terpantau kembali mengalami penurunan, dimana apabila pada triwulan III 2015 secara rata-rata harga CPO Kalimantan Barat masih berada pada kisaran Rp6.668,52/Kg maka pada triwulan IV 2015 harga CPO kembali melemah hingga pada kisaran Rp5.698,02/Kg, atau setara dengan penurunan -14,55% (qtq). Kendati demikian, harga internasional CPO terpantau relatif lebih stabil dengan koreksi harga sebesar -0,86% (qtq), yaitu dari US$508,68/metrik pada triwulan III 2015 menjadi US$504,27/metrik pada triwulan IV , , , , , , , , ,000 50, Ton % - YOY 10, , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Rp/Kg USD/Kg Rata-rata Harga CPO Kalbar Harga Internasional CPO (Skala Kanan) Produksi CPO Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Peningkatan yang terjadi pada hasil produksi kayu olahan utamanya disebabkan oleh meningkatnya permintaan negara nonmitra dagang utama, yaitu Korea Selatan dan Tiongkok. Sementara, di sisi lain peningkatan hasil produksi dengan tujuan negara mitra dagang utama yaitu Jepang masih terpantau mengalami kontraksi (-0,26%, yoy). Sejalan dengan peningkatan yang terjadi pada produksi kayu lapis, sepanjang triwulan IV 2015 produksi mineral alumina terpantau mengalami peningkatan signifikan. Berdasarkan perkembangan nilai ekspor alumina Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar US$2,82 juta, atau meningkat pesat hingga 158,26% (qtq) dari nilai produksi pada triwulan II 2015 (US$1,09 juta). Peningkatan hasil produksi mineral alumina terjadi seiring dengan telah beroperasi secara komersialnya salah satu pabrik pengolahan alumina yang berlokasi di wilayah Tayan Kabupaten Sanggau. Dengan kapasitas produks optimal sebesar m 3 per tahunnya, sepanjang tahun 2015 produksi mineral alumina dengan spesifikasi Chemical Grade Alummina yang telah dihasilkan adalah sebesar m 3 ton CGA. Diprakirakan pada tahun mendatang, produksi hasil pengolahan mineral alumina akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan kapasitas produksi pabrik pengolahan yang telah beroperasi serta akan bertambahnya pabrik pengolahan alumina yang akan mulai beroperasi pada tahun 2016 mendatang. Relatif membaiknya industri pengolahan Kalbar pada triwulan laporan terkonfirmasi dari rilis BPS pada indeks industri manufaktur besar dan sedang serta peningkatan tajam pada penyaluran kredit di sektor pengolahan. Berdasarkan rilis produksi industri manufaktur besar dan sedang di wilayah Kalimantan Barat diketahui bahwa industri yang mengalami 23

42 pertumbuhan produksi adalah industri Karet, Barang dari Karet, dan Plastik serta klasifikasi industri Kayu, Barang dari Kayu dengan peningkatan masing-masing sebesar 1,81% (yoy) dan 0,04% (yoy). Sementara industri makanan terpantau mengalami penurunan dari 6,00% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 2,54% (yoy) pada triwulan IV Dari sisi pembiayaan, penyaluran kredit oleh perbankan sepanjang triwulan IV 2015 pada sektor ini terpantau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit oleh perbankan di sektor industri pengolahan pada triwulan IV 2015 tercatat mengalami sebesar Rp3,82 triliun atau setara dengan peningkatan hingga 32,23% (yoy). Meningkatnya penyaluran kredit oleh perbankan sepanjang triwulan IV 2015 diharapkan dapat menjadi suatu indikasi positif semakin membaiknya kinerja industri pengolahan pada triwulan mendatang Juta USD Nilai Ekspor Pertumbuhan Triwulanan (Skala Kanan) I II III IV I II III IV I II III IV % - QtQ Grafik 1.44 Nilai Ekspor Alumina Kalimantan Barat Juta US$ % - YoY I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.45 Volume Ekspor Kayu Lapis Olahan Grafik 1.46 Perkembangan Penyaluran Kredit Perbankan Sektor Pengolahan Sektor Konstruksi Pada triwulan IV 2015 sektor konstruksi mengalami akselerasi pertumbuhan sebesar 15,17% (yoy), meningkat pesat dibandingkan dengan realisasi pertumbuhan pada triwulan sebelumnya (4,77%, yoy). Meningkatnya kinerja sektor konstruksi pada triwulan laporan terutama ditopang oleh realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur serta non infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah daerah maupun proyek pembangunan noninfrastruktur yang dilakukan oleh pihak swasta, seperti properti resedensial, pembangkit listrik, serta pembangunan pabrik pengolahan. Kendati demikian, pembangunan properti residensial tipe non bersubsidi masih dalam tren melesu. Peningkatan kinerja sektor konstruksi terkonfirmasi melalui jumlah pengadaan semen yang mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jumlah pengadaan semen di wilayah Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 350,87 ribu ton, atau setara dengan peningkatan 9,58% (yoy). Peningkatan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan realiasi pengadaan semen pada triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 6,36% (yoy). 24

43 Akselerasi kinerja sektor konstruksi utamanya didorong oleh realiasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur dan non infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pemerintah pusat yang berlokasi di Kalimantan Barat. Peningkatan investasi bangunan infrastruktur oleh pemerintah daerah terkonfirmasi melalui Data Keuangan Daerah yang menunjukkan peningkatan tajam pada realisasi penyerapan belanja modal Pemerintah Daerah, yaitu dari Rp128,73 miliar atau 24,74% pada triwulan III 2015 menjadi Rp376,05 miliar atau setara dengan 72,27% terhadap total alokasi belanja modal kumulatif tahun Sejalan dengan hal itu, beberapa realiasi pengerjaan proyek infrastruktur strategis oleh Pemerintah Pusat yang berlokasi di wilayah Kalimantan Barat sebagai salah satu pendorong akselerasi kinerja kredit konstruksi, diantaranya adalah: (1) Proyek pembangunan jalan paralel perbatasan Kalimantan Barat yaitu, diantaranya Jalan Sosok-Tayan, Tanjung-Sanggau, (2) Jalan lintas perbatasan Kabupaten Sintang-Sanggau hingga Entikong, Jalan Batas Serawak, dan Jalan Baru Rasau (3) Pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PBLN) di Nanga Badau Kabupaten Kapuas Hulu dan Aruk Kabupaten Sambas, serta (4) Pembangunan empat kapal perintis Tipe 2000GT sebagai salah satu upaya implementasi program Tol Laut. Table 2 Perkembangan Proyek Pembangunan di Provinsi Kalimantan Barat PEMILIK PROYEK TIPE PROYEK TAHAPAN PROYEK SWASTA PEMERINTAH JUMLAH PROYEK NILAI PROYEK 2015Q2 2015Q3 2015Q4 2015Q2 2015Q3 2015Q4 Jembatan 7. Construction: Main Contract Awarded Listrik 6. Post tender Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept Design Documentation Tender Post tender Construction: Main Contract Awarded Construction: Subcontract(s) Tender Construction: Subcontract(s) Awarded Bandara, Pelabuhan, Terminal 2. Concept Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded Irigasi, Waduk dan Air Bersih 2. Concept Jalan 2. Concept Tender Post tender Construction: Main Contract Awarded Jembatan 2. Concept Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded Listrik 6. Post tender Construction: Main Contract Awarded Non Infrastruktur 2. Concept Design Documentation Post tender Construction: Main Contract Awarded

44 Selain ditopang oleh realisasi pembangunan berbagai proyek infrastruktur dan noninfratruktur oleh Pemerintah Daerah, akselerasi pada sektor konstruksi turut pula didorong oleh pembangunan beberapa proyek non-infastruktur yang dilakukan oleh pihak swasta. Berdasarkan pemantauan data BCI Asia posisi Desember 2015, pembangunan proyek noninfrastruktur tersebut diantaranya pembangunan properti residensial, pabrik pengolahan kayu, serta pembangkit listrik di beberapa kabupaten yaitu di wilayah Kabupaten Sambas dan Sintang. Pendorong utama lainnya peningkatan pesat pada kinerja sektor konstruksi salah satunya adalah pembangunan properti residensial terutama pada klasifikasi tipe rumah bersubsidi. Berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah diantaranya melalui penurunan bunga bersubsidi menjadi 5% dan penerapan mekanisme uang muka sebesar Rp1 Juta diketahui telah berdampak pada peningkatan penjualan rumah tipe bersubsidi. Berdasarkan informasi yang diperoleh pada FGD yang dilakukan oleh KPw BI Kalimantan Barat, diketahui bahwa hingga saat ini 80% dari total rumah yang diperuntukkan bagi Masyarakat Berpendapatan Rendah (MBR) telah terjual dari target sebesar 5000 rumah, atau setara dengan peningkatan penjualan hingga 20%. Peningkatan pembangunan properti residensial bersubsidi (tipe kecil dan menengah) tersebut sesuai dengan Program Sejuta Rumah yang telah dicanangkan oleh Pemerintah. Kembali meningkatnya minat masyarakat dalam membeli properti residensial, terutama tipe kecil ( 21 m 2 ) tercermin pada pergerakan pada hasil Survei Properti Residensial yang dilakukan oleh Bank Indonesia. Berdasarkan perkembangan Indeks Harga Properti Residensial di Kota Pontianak diketahui bahwa peningkatan harga mulai terjadi terutama pada klasifikasi tipe rumah kecil. Apabila sebelumnya, pertumbuhan antar triwulanan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) tipe rumah pada triwulan III 2015 adalah sebesar - 0,05% (qtq) maka pada triwulan IV 2015 meningkat menjadi 0,66% (qtq). Di sisi lain, penurunan indeks harga masih terpantau terjadi pada klasifikasi rumah tipe menengah dan besar di Kota Pontianak. 170 Indeks Growth % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I (P) Total Pertumbuhan Tahunan Tipe Kecil Pertumbuhan Tahunan Tipe Menengah Pertumbuhan Tahunan Total Grafik 1.47 Indeks Harga Properti Komersial Kota Pontianak 26

45 Walaupun demikian, hingga saat ini pembangunan properti residensial nonsubsidi masih dalam tren melesu, hal ini terkonfirmasi melalui hasil liaison kepada pelaku usaha di sektor properti. Diketahui bahwa hingga saat ini kondisi penjualan properti khususnya properti komersial (bangunan ukuran 60m 2 ke atas, baik berupa rumah, ruko, maupun rukan) mengalami penurunan secara kumlatif pada tahun 2015 hingga 50% dibandingkan dengan penjualan pada tahun sebelumnya. Selain disebabkan oleh daya beli masyarakat terhadap perumahan yang masih belum sepenuhnya pulih, harga tanah yang terus mengalami kenaikan pesat terutama di daerah Kota Pontianak dan sekitarnya turut pula menyebabkan melesunya penjualan properti residensial saat ini Miliar Rp TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Nominal Kredit Konstruksi Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) Grafik 1.48 Perkembangan Kredit Konstruksi % - YoY %, yoy Ribu Ton Jumlah Pengadaan Semen % - YOY Pertumbuhan Tahunan (Skala Kanan) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik 1.49 Perkembangan Pengadaan Semen di Kalimantan Barat RT. KPR sd 21 RT. KPR sd 70 RT. KPR I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.50 Perkembangan Penyaluran Kredit KPR Berdasarkan Tipe Rumah Dari sisi dukungan pembiayaan oleh perbankan, alokasi penyaluran kredit pada sektor konstruksi menunjukkan peningkatan yang juga signifikan. Secara kumulatif hingga Desember 2015, jumlah alokasi kredit oleh bank umum di sektor konstruksi menunjukkan peningkatan dari -4,54% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 27,19% (yoy). Sejalan dengan peningkatan pembangunan properti residensial, kredit yang disalurkan oleh perbankan untuk kepemilikan rumah turut pula menunjukkan peningkatan terutama pada klasifikasi rumah tipe kecil yang meningkat dari -13,7% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi -8,8% (yoy) pada triwulan IV

46 BOKS-1 INDUSTRI GALANGAN KAPAL DI KALIMANTAN BARAT: SIAPKAH UNTUK BERSAING? Konektivitas perairan adalah hal yang cukup penting untuk diperhatikan, selain konektivitas melalui darat dan udara. Beberapa negara, terutama yang wilayahnya dipisahkan oleh kawasan perairan, tentu sangat bergantung kepada tersedianya fasilitas kapal untuk kelancaran konektivitas perairannya. Indonesia, sebagai salah satu negara maritim dengan sumber daya manusia yang cukup ahli dan berpengalaman di bidang perkapalan, sudah mulai menangkap peluang ini. Terbukti dalam beberapa tahun terakhir dapat dirasakan geliat industri galangan kapal di Indonesia, yang juga mampu mendongkrak pendapatan ekspor nasional. Lantas, apa saja yang harus dilakukan Indonesia untuk dapat mengembangkan industri ini dengan lebih optimal? Khususnya untuk Kalimantan Barat, sebagai salah satu kawasan yang juga potensial bagi pengembangan industri galangan kapal di Indonesia? Potensi Industri Galangan Kapal di Indonesia Sampai dengan akhir tahun 2015, industri galangan kapal tercatat sanggup memproduksi kapal hingga total dead weight tonnage (dwt), sementara tahun sebelumnya total produksi mencapai dwt. Dengan prospek angka produksi tersebut, maka Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bermaksud untuk memperbanyak pembangunan galangan kapal di seluruh kawasan Indonesia. Berdasarkan data Kemenperin, terdapat 250 galangan kapal di Indonesia yang sebagian besar berlokasi di Batam, karena Batam merupakan lokasi favorit yang berdekatan secara geografis dengan Singapura. Tentunya industri ini juga harus didukung oleh industri komponen kapal, yang sejauh ini tercatat baru berjumlah sekitar 100 perusahaan dari angka ideal yang seharusnya sejumlah 200 perusahaan. Investasi yang dibutuhkan untuk industri komponen ini adalah sebesar Rp10 triliun, dan selama ini 70% kebutuhan komponen kapal di Indonesia masih didatangkan dari luar negeri (impor). Hal ini sejalan dengan catatan pangsa pasar industri galangan kapal di Indonesia yang 70% hasilnya ditujukan untuk ekspor. 28

47 Sumber: Kemenperin Grafik 1. Sebaran Lokasi Industri Galangan Kapal di Indonesia (2015) Sumber: Kemenperin Grafik 2. Pangsa Pasar Industri Galangan Kapal Di Indonesia (2015) Terkait dengan potensi yang telah disebutkan di atas, Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah memproyeksikan pengembangan investasi industri perkapalan di Indonesia, yang dikelompokkan ke dalam 12 lokasi potensial, yakni Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Papua, Kawasan Perdagangan Bebas Batam, Wongsorejo Industrial Estate Banyuwangi serta Kawasan Industri Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) di Jawa Timur. Potensi masing-masing tempat berbeda-beda sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Misalnya Riau memiliki potensi untuk ship repair, sementara sisanya lebih berpotensi untuk ship building. Untuk BKPM gencar mempromosikan investasi galangan kapal di Indonesia dan telah berhasil mendapat minat investasi senilai USD9,3 Miliar hingga pertengahan tahun Sebagai tambahan informasi, diperkirakan setiap investasi senilai USD1 juta akan dapat menyerap 75 tenaga kerja secara langsung. Tabel 1 Lokasi Potensial Pengembangan Industri Galangan Kapal Indonesia Pulau Kawasan Sumatera (1) Riau, (2) Kepri, (3) Sumsel, (4) Lampung, (5) Batam Industrial Park Kalimantan (6) Kalbar Jawa (7) Jateng, (8) Jatim, (9) Estate Industrial Wongsorejo, (10) JIIPE, Gresik Sulawesi 11) Sulut Sumber: BKPM Grafik 3. Sebaran Lokasi Potensial Industri Galangan Kapal di Indonesia 29

48 Papua ) Papua Barat Sumber: BKPM Geliat Industri Galangan Kapal di Kalimantan Barat Kalimantan Barat juga turut ambil bagian dalam perkembangan industri perkapalan di Indonesia ini. Tercatat hingga saat ini terdapat 18 industri galangan kapal atau docking kapal yang terdapat di Kota Pontianak, Kabupaten Kubu Raya, Kabupaten Mempawah, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Ketapang. Produksi kapal yang dilakukan oleh perusahaan galangan kapal di Pontianak juga sudah menghasilkan standarisasi dengan penerapan teknologi tinggi, sebagai contoh yang telah dilakukan oleh PT. Steadfast Marine (Siantan, Pontianak), yang mampu memenuhi pesanan dari Belanda dan Singapura. Yang cukup menggembirakan adalah bahwa teknisi pembuatan kapal di berbagai perusahaan industri galangan kapal Kalimantan Barat adalah 60-70% merupakan warga lokal Kalimantan. Bahkan, tingkat produktivitasnya pun tercatat cukup tinggi, yakni 1 perusahaan mampu untuk memproduksi 15 sampai dengan 60 unit kapal setiap tahunnya. Sejauh ini, konsentrasi produksi kapal di Kalbar adalah kapal keruk dan kapal penumpang, karena komoditas sasaran ekspor dari produksi industri galangan kapal nasional adalah kedua jenis kapal dimaksud. Dalam hal ini, pemerintah provinsi Kalimantan Barat mengharapkan ke depannya industri galangan kapal di Kalimantan Barat ini dapat memenuhi kebutuhan akan kapal penangkap ikan guna meminimalisasi potensi pencurian ikan di wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan data yang tercatat dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, jumlah ekspor galangan kapal di wilayah Kalbar ini terlihat meningkat setiap tahunnya, dengan capaian pada tahun 2015 sebesar USD Sementara itu, data nasional menunjukkan bahwa nilai ekspor galangan kapal terbilang fluktuatif dengan kecenderungan yang menurun, dengan pencapaian terakhir pada tahun 2015 sebesar USD Selama tahun 2011 sampai dengan tahun 2014, nilai ekspor industri galangan kapal di Kalimantan Barat berkisar pada angka 0,25% sampai dengan 1,79% dari total nilai ekspor industri galangan kapal nasional. Hanya pada tahun 2015 tercatat sebesar 5,20%, mengingat pada saat itu nilai ekspor industri galangan kapal nasional mengalami penurunan yang cukup tajam dibanding empat tahun sebelumnya. 30

49 Grafik 4. Nilai Ekspor Industri Galangan Kapal Indonesia (dalam juta USD) Grafik 5. Nilai Ekspor Industri Galangan Kapal Kalimantan Barat (dalam juta USD) Secara umum, sesuai dengan perkembangan ekonomi dunia sekarang ini, industri galangan kapal di Kalimantan Barat rata-rata mengalami penurunan kapasitas, dengan penurunan yang berkisar pada angkat 20-30% dari kapasitas normal. Hal ini terkait sekali dengan permintaan ekspor akan produk dari industri dimaksud. Kecenderungan yang sama juga terlihat dalam animo pengeluaran investasi, yang umumnya menurun atau tidak melakukan investasi tambahan sama sekali bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Namun, mengingat bahwa industri ini sebagian besar menggunakan komponen impor untuk kemudian menjadi produk yang berorientasi ekspor, maka pelemahan nilai tukar tidak menjadi suatu hal yang negatif. Hanya saja hal ini secara konsekuensinya dapat meningkatkan pengeluaran biaya bahan baku yang harus ditanggung oleh perusahaan. Membenahi Hambatan dan Tantangan dalam Industri Galangan Kapal Beberapa hambatan dan tantangan yang perlu dibenahi dalam bisnis industri galangan kapal ini, baik dalam lingkup nasional maupun lingkup Kalimantan Barat, antara lain sebagai berikut: 1. Beban bea masuk komponen industri yang masih cukup terbilang tinggi: Para pelaku di bidang industri galangan kapal Indonesia mengharapkan adanya pembebasan bea masuk untuk impor komponen yang belum diproduksi di dalam negeri. Saat ini pemerintah sedang mengkaji peraturan tentang pembebasan pajak pertambahan nilai (PPN) 10% dan penerapan bea masuk ditanggung pemerintah (BMDTP) untuk komponen dimaksud. 2. Masih kurangnya SDM yang memadai sebagai tenaga kerja teknis yang handal: Meskipun SDM industri perkapalan di Indonesia sudah diakui kehandalannya, namun masih sulit untuk ditemukan dalam jumlah yang memadai untuk keperluan industri 31

50 dimaksud. Hal ini dimungkinkan karena tenaga-tenaga lokal industri perkapalan yang handal lebih tertarik untuk berkarir dalam bidang industri sejenis di luar negeri, tentunya dengan tawaran remunerasi yang sangat bersaing bila dibandingkan dengan di dalam negeri. 3. Perlunya terdapat Lembaga Pembiayaan Pelayaran: Para pelaku usaha dari industri ini telah mengajukan usulan pembentukan lembaga pembiayaan pelayaran kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk ditindaklanjuti. Lembaga ini diharapkan akan membantu pengusaha untuk masalah uang muka kapal, terutama sekali untuk mempermudah pelaku pelayaran dalam meremajakan atau membeli kapal baru (umumnya kapal-kapal di Indonesia saat ini sudah berusia di atas 20 tahun), sekaligus meningkatkan penyaluran hasil industri galangan kapal di dalam negeri. 4. Biaya investasi yang cukup mahal di dalam negeri: Para pelaku industri galangan kapal juga mengeluhkan bahwa biaya bunga kredit yang menjadi beban para pelaku usaha dalam industri ini terbilang cukup tinggi. Banyak yang berharap Indonesia dapat berlaku seperti RRC, yang menetapkan biaya bunga kredit sebesar 5% untuk industri sejenis. Selain itu, sewa lahan yang cukup tinggi dengan sederet prosedur perizinan yang harus ditempuh dalam mendirikan industri ini di Indonesia juga menjadi tantangan tersendiri yang patut dibenahi. (Dari berbagai sumber) 32

51 BAB 2 Perkembangan Inflasi Daerah Inflasi Penurunan tekanan inflasi terutama dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok perumahan, listrik, air, gas, dan bahan bakar serta kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan. Berdasarkan komoditasnya, sumber utama penurunan inflasi triwulan IV 2015 adalah bensin dan solar seiring terjadinya penyesuaian harga BBM serta komoditas LPG. Secara triwulanan, inflasi Kalimantan Barat mencapai 0,77% (qtq) lebih rendah daripada triwulan yang sama di tahun sebelumnya sebesar 3,67% (qtq). 33

52 2.1 Gambaran Umum Laju inflasi Kalbar pada tahun 2015 menurun. Inflasi tahunan Kalbar pada tahun 2015 tercatat menurun dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari 9,43% (yoy) menjadi 5,79% (yoy). Kendati menurun, realisasi inflasi tersebut masih berada di atas inflasi nasional tercatat 3,35% (yoy) pada tahun yang sama. Walaupun demikian, pola inflasi Kalbar pada tahun 2015 sejalan dengan pola inflasi nasional yang juga menurun. Jika dibandingkan dengan provinsi lain di Pulau Kalimantan, tingkat inflasi Kalbar adalah yang tertinggi % yoy % (mtm) Nasional Regional Kalimantan Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Timur dan Utara Jan-14 Feb-14 Mar-14 Apr-14 May-14 Jun-14 Jul-14 Aug-14 Sep-14 Oct-14 Nov-14 Dec-14 Jan-15 Feb-15 Mar-15 Apr-15 May-15 Jun-15 Jul-15 Aug-15 Sep-15 Oct-15 Nov-15 Dec-15 Jan Kalbar Nasional Pontianak Singkawang % yoy Kalbar Pontianak Singkawang Rata-rata Inflasi Daerah Tw IV ( ) Tw IV Tw III Tw IV Kalbar qtq yoy Pontianak qtq yoy Singkawang qtq yoy Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sept Oct Nov Des Sementara itu, secara triwulanan, inflasi triwulan IV 2015 juga menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama di tahun sebelumnya. Tercatat inflasi triwulanan Kalbar menurun dari 3,67% (qtq) menjadi 0,77% (qtq). Penurunan laju inflasi tersebut terutama bersumber dari penurunan harga sejumlah komoditas pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar yang lebih banyak terjadi pada triwulan IV 2015 daripada triwulan IV Secara bulanan, pola inflasi dalam triwulan IV 2015 berada dalam tren yang meningkat. Setelah mengalami inflasi yang cukup tinggi pada awal triwulan III 2015 sebagai dampak dari perayaan lebaran, pada awal triwulan IV 2015 terjadi deflasi sebesar -0,13% (mtm), sesuai pola tahunannya. Kendati demikian, deflasi tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata deflasi pada awal triwulan IV yaitu -0,48% (mtm). Sementara 34

53 itu, puncak peningkatan inflasi selama triwulan IV 2015 terjadi pada akhir triwulan yang mana sesuai pola tahunannya terdapat perayaan Natal dan Tahun Baru. Inflasi pada akhir triwulan IV 2015 tercatat sebesar 1,02% (mtm), lebih rendah dibandingkan rata-ratanya dalam 4 tahun terakhir yaitu 1,44% (mtm). Pola penurunan inflasi Kalbar pada triwulan IV 2015 terjadi di dua kota sampel inflasi. Inflasi Kota Pontianak mengalami penurunan dari 9,40% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,17% (yoy), sementara Kota Singkawang menurun dari 6,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,00% (yoy). Dari realisasi inflasi tahunan Kalbar sebesar 5,79% (yoy), Kota Pontianak memberikan sumbangan sebesar 5,06%, sementara Kota Singkawang memberikan sumbangan sebesar 0,73%. Berdasarkan pola historisnya, realisasi inflasi triwulan IV 2015 Kota Pontianak dan Kota Singkawang lebih tinggi dibandingkan rata-rata inflasi triwulan IV pada tahun 2012 hingga Inflasi Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Berdasarkan kelompok pengeluaran, penurunan inflasi pada triwulan IV 2015 terjadi pada sebagian besar kelompok pengeluaran. Di sisi lain, kelompok bahan makanan mengalami peningkatan tekanan inflasi tetapi dengan andil yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Inflasi (% yoy) Andil Inflasi (%) Kelompok Pengeluaran 2015 Arah 2015 Tw III Tw IV Tw III Tw IV Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Listrik, Air, dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Arah Kelompok Bahan Makanan Kelompok ini mengalami kenaikan inflasi dari 9,37% (yoy) menjadi 9,63% (yoy). Namun demikian, sumbangan kelompok ini mengalami penurunan dari 2,24% di triwulan sebelumnya menjadi 2,22% pada triwulan laporan. Dilihat dari komponennya, subkelompok daging dan hasilnya mengalami peningkatan terbesar dari 5,16% (yoy) menjadi 14,01% (yoy). Kenaikan tersebut dipicu oleh meningkatnya permintaan daging ayam ras menjelang perayaan Natal dan Tahun Baru. Kendati secara umum mengalami peningkatan tetapi masih ada subkelompok yang mengalami penurunan tekanan inflasi yaitu subkelompok padi-padian. Subkelompok tersebut menurun dari 10,98% (yoy) menjadi 8,94% (yoy). 35

54 Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Kelompok ini mengalami penurunan inflasi dari 10,94% (yoy) menjadi 7,19% (yoy). Sumbangan kelompok ini juga mengalami penurunan dari 2,44% menjadi 1,62%. Dilihat dari komponennya, empat subkelompok di dalam kelompok ini mengalami pola yang sama yaitu menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Penurunan terbesar terjadi pada subkelompok bahan bakar, penerangan, dan air yaitu dari 15,66% (yoy) menjadi 7,04% (yoy). Penurunan inflasi pada subkelompok tersebut dipicu oleh menurunnya tekanan inflasi pada komoditas tarif tenaga listrik (TTL) dan bahan bakar rumah tangga masing-masing dari 18,51% (yoy) dan 20,27% (yoy) menjadi 6,86% (yoy) dan 11,78% (yoy). Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Penurunan tekanan inflasi Kalbar terutama didorong oleh deflasi yang terjadi pada kelompok ini. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatat deflasi -1,70% (yoy) dari inflasi 5,97% (yoy). Sumbangan kelompok ini pun mengalami deflasi -0,32% dari inflasi 1,07%. Dilihat dari komponennya, penyumbang deflasi terutama terjadi pada subkelompok transportasi yang pada triwulan sebelumnya tercatat inflasi 8,85% (yoy) menjadi deflasi -2,71% (yoy). Deflasi yang terjadi pada subkelompok ini didorong oleh realisasi kebijakan penurunan harga BBM. Tercatat komoditas bensin mengalami deflasi -14,43% (yoy) dari inflasi 11% (yoy), sementara komoditas solar mencatat deflasi -10,67% (yoy) dari inflasi 25,45% (yoy). Di sisi lain, deflasi pada subkelompok transportasi tertahan oleh inflasi yang terjadi pada komoditas tiket angkutan udara sejalan dengan adanya perayaan Natal dan Tahun Baru. Komoditas ini tercatat mengalami inflasi 5,91% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yaitu 1,99% (yoy). 2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sisi Permintaan Dari sisi permintaan, menurunnya tekanan inflasi pada triwulan IV 2015 terkonfirmasi oleh hasil Survei Konsumen yang dilakukan KPwBI Provinsi Kalbar kepada 200 responden di Kota Pontianak. Kendati meningkat di akhir triwulan tetapi indeks ekspektasi perubahan harga 3 bulan ke depan pada triwulan IV 2015 berada dalam tren yang lebih rendah dibandingkan dengan triwulan-triwulan sebelumnya. Menurunnya indeks ekspektasi harga tersebut diduga dipengaruhi oleh kondisi daya beli masyarakat yang belum pulih karena harga komoditas yang juga belum membaik signifikan. Hal serupa juga terjadi pada indeks ekspektasi perubahan harga 6 bulan ke depan yang mana terlihat bahwa ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga masih lebih rendah dibandingkan dengan triwulan lainnya. Sementara itu, berdasarkan kelompok pengeluarannya, konsumen 36

55 berekspektasi bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru akan mendorong kenaikan harga komoditas transportasi, bahan makanan, dan makanan jadi Indeks Indeks Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan 100 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan bulan YAD 6 bulan YAD Bhn Makanan Makanan Jadi Transportasi Perumahan, Listrik, dan BB Kendati secara umum mengalami penurunan inflasi tetapi Pemerintah Daerah dan KPwBI Provinsi Kalbar yang tergabung dalam TPID baik di tingkat provinsi maupun kabupaten/kota tetap melakukan beberapa kegiatan pengendalian inflasi selama triwulan IV 2015 dalam rangka menjaga stabilitas harga ke depan. Kegiatan tersebut antara lain penandatanganan kerja sama perdagangan antardaerah antara Pemkot Pontianak dan Pemkab Probolinggo untuk komoditas bawang merah. Diharapkan kerja sama ini dapat dieksekusi pada awal tahun Selan itu, koordinasi TPID se-kalbar juga telah menghasilkan kegiatan training of trainers bagi pegawai data entry di SKPD teknis yang akan ditindaklanjuti berupa pengunggahan data pantauan harga secara terjadwal. Pada tahun 2016, TPID di Kalbar akan melakukan integrasi program pengendalian inflasi dari hulu-hilir seperti memacu peningkatan produksi, memperlancar distribusi, mengurangi biaya angkut, dan menjaga ekspektasi serta mekanisme pemasaran Sisi Penawaran Dari sisi penawaran, inflasi Kalbar saat ini masih rentan dipengaruhi oleh kondisi pasokan bahan pangan strategis dari Pulau Jawa. Kondisi tersebut membuat pergerakan sejumlah bahan pangan strategis mudah bergejolak karena kondisi gelombang laut musiman maupun ekstrem yang kurang menguntungkan baik untuk penangkapan ikan segar maupun perdagangan antarpulau. Selain itu, pasokan bahan pangan yang digemari masyarakat Kalbar seperti aneka sayur juga rentan terhadap kondisi curah hujan. 37

56 Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sept Nov meter mm/bulan Tinggi Gelombang Inflasi Kalbar (% mtm) Curah Hujan-skala kanan % yoy Rp Inflasi Kalbar Kurs Rp/USD - Skala Kanan Sementara itu, dari sisi eksternal, walaupun nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS dalam tren pelemahan tetapi hingga saat ini dampaknya tidak signifikan terhadap realisasi inflasi Kalbar khususnya untuk komoditas yang diperdagangkan secara global seperti emas dan barang impor. Dampak yang tidak signifikan tersebut salah satunya disebabkan oleh pangsa barang konsumsi yang masih sangat kecil dalam struktur impor Kalbar. 2.4 Disagregasi dan Komoditas Penyumbang Inflasi Disagregasi Inflasi 5 Berdasarkan hasil disagregasi inflasi menggunakan pendekatan subkelompok yang dilakukan KPwBI Provinsi Kalbar, penurunan inflasi pada triwulan IV 2015 terutama didorong oleh menurunnya tekanan inflasi pada kelompok administered prices (AP) dan kelompok inti. Sementara itu, kelompok volatile foods (VF) justru mengalami peningkatan inflasi. Secara tahunan, kelompok AP dan inti masing-masing mengalami penurunan inflasi dari 11,43% (yoy) dan 7,74% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 2,73% (yoy) dan 5,80% (yoy). Selanjutnya kelompok VF tercatat mengalami peningkatan inflasi dari 9,59% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 9,95% (yoy). Turunnya tekanan inflasi pada kelompok AP disebabkan oleh terkoreksinya harga tiket angkutan udara pada bulan Oktober dan November 2015 karena masih dalam masa low season untuk penerbangan dari dan menuju Bandara Supadio. Selain itu, koreksi tarif tenaga listrik pada bulan Oktober 2015 untuk semua golongan turut pula menyebabkan menurunnya tekanan inflasi kelompok AP. Di sisi lain, turunnya tekanan inflasi pada kelompok AP tertahan oleh kenaikan harga tiket angkutan udara seiring dengan perayaan Natal dan Tahun Baru sesuai dengan pola musimannya. 38 subkelompok. 5 Disagregasi inflasi dilakukan oleh KPwBI Provinsi Kalbar menggunakan pendekatan

57 25 % (yoy) Inflasi IHK Core VF Adm Price % yoy Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Agt Sept Oct Nov Des Kalbar Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan Transportasi Sementara itu, inflasi kelompok inti pada triwulan laporan tercatat 5,80% (yoy), menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 7,74% (yoy). Penurunan tekanan inflasi inti tersebut terjadi sejalan dengan kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya membaik karena harga internasional komoditas karet dan CPO yang belum membaik. Namun demikian, pada triwulan IV 2015 terdapat pula beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga sesuai dengan pola historisnya menjelang awal tahun baru antara lain seperti komoditas mobil, biaya kontrak rumah, dan upah pembantu rumah tangga. Di sisi lain, kelompok VF mengalami peningkatan inflasi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, kelompok ini mencatat inflasi sebesar 9,95% (yoy), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya 9,59% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi kelompok VF dipicu oleh kenaikan beberapa komoditas seperti bawang merah dan daging ayam ras yang mana masing-masing tercatat sebesar 39,64% (yoy) dan 23,50% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yaitu -8,83% (yoy) dan 4,97% (yoy). Naiknya inflasi pada kedua komoditas tersebut masing-masing disebabkan oleh langkanya pasokan dari Jawa karena sedang masa tanam dan meningkatnya permintaan terutama pada saat perayaan Natal dan Tahun Baru Komoditas Penyumbang Inflasi Selama tahun 2015, komoditas utama penyumbang inflasi di Kalbar sebagian besar berasal dari kelompok VF. Namun demikian, berdasarkan komoditasnya, selama tahun 2015 komoditas utama penyumbang inflasi Kalbar adalah tiket angkutan udara yang berada di kuadran 1 dengan frekuensi menjadi 5 penyumbang terbesar sebanyak 4 kali. Sementara itu, komoditas VF sebagian besar berada di kuadran 4 yaitu dengan frekuensi menjadi utama yang cukup sering tetapi dengan dampak terhadap inflasi secara umum yang relatif rendah. Komoditas VF tersebut antara lain daging ayam ras, kangkung, telur ayam ras, dan ikan kembung. 39

58 Kuadran Andil Kuadran Angkutan Udara Frek Bensin 0.20 Daging Ayam Ras Telur Ayam Ras Beras Jeruk Tukang Bukan Kangkung Udang Basah 0.10 Kontrak Rumah Mandor Rokok Kretek Kacang Panjang Tarip Listrik 0.05 Filter Kembung 0.00 Kuadran 3 Kuadran 4 Sebagai salah satu komoditas utama penyumbang inflasi Kalbar, pergerakan harga komoditas tiket angkutan sangat dipengaruhi oleh adanya agenda musiman. Selama tahun 2015, tiket angkutan udara menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan Februari, Juli, September, dan Desember dengan andil masing-masing sebesar 0,11%, 1,2%, 0,29%, dan 0,53% % mtm Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2015 Sebagaimana diketahui bahwa pada bulan Februari 2015 terdapat agenda perayaan Imlek dan Cap Go Meh, sementara pada bulan Juli 2015 merupakan puncak perayaan Lebaran. Selain itu, pada bulan Desember 2015 terdapat rangkaian perayaan Natal dan Tahun Baru. Selain karena meningkatnya permintaan, tekanan inflasi angkutan udara juga dipengaruhi oleh daya tampung apron Bandara Supadio yang relatif terbatas. Sementara itu, dari kelompok VF, komoditas yang paling sering menjadi penyumbang inflasi Kalbar dengan andil yang terbesar adalah daging ayam ras. kerapnya daging ayam ras menjadi penyumbang inflasi tidak lepas dari preferensi masyarakat Kalbar yang lebih gemar mengongsumsi daging ayam ras daripada daging sapi. Hal tersebut tercermin dari bobot daging ayam ras yang lebih besar daripada daging sapi dalam keranjang komoditas Survei Biaya Hidup BPS tahun 2012 yaitu 1,15% dibandingkan 0,36%. 40

59 % mtm Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec 2015 Selama tahun 2015, daging ayam ras menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan Januari, Juni, dan Desember dengan andil masing-masing sebesar 0,23%, 1,4%, dan 0,22%. Fenomena pergerakan harga daging ayam ras juga dipengaruhi meningkatkanya permintaan terutama pada saat Lebaran, Natal, dan Tahun Baru. Selain permintaan, kenaikan harga daging ayam ras juga kerap dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan dari daerah produsen. Di sisi lain, saat ini di Kalbar terdapat perusahaan produsen ayam ras di Kota Singkawang. Oleh karena itu, diperlukan adanya peran yang lebih aktif dari TPID Kalbar untuk berkoordinasi dengan perusahaan tersebut terkait kecukupan pasokan di pasaran terutama saat waktu tertentu % mtm Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Selain daging ayam ras, komoditas dari kelompok VF yang sering menjadi penyumbang inflasi Kalbar adalah kangkung. Selama tahun 2015, kangkung menjadi penyumbang utama inflasi pada bulan Januari, Juli, dan Agustus dengan andil masingmasing sebesar 0,25%, 0,06%, dan 0,06%. Pergerakan harga kangkung juga kerap disebabkan faktor cuaca yang mengurangi kuantitas produksi sayuran lokal. 41

60 Efektivitas Peran TPID dalam Upaya Pengendalian Inflasi di Kalimantan Barat BOKS-2 Dalam satu dekade terakhir, perkembangan inflasi di Indonesia lebih dipengaruhi oleh lonjakan kenaikan inflasi administered price dan volatile food. Sementara itu, pergerakan inflasi inti relatif stabil bahkan dalam sepuluh tahun terakhir mengalami penurunan dari rata-rata sebelumnya sebesar 7-8%, menjadi sekitar 5,5%. Hal ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi di Indonesia didominasi oleh pengaruh shocks yang tidak menguntungkan antara lain berupa kenaikan harga komoditas strategis dan gangguan cuaca/alam. Disagregasi Inflasi 50% 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% Jan-02 Jul-02 Jan-03 Jul-03 Jan-04 Jul-04 Jan-05 Jul-05 Jan-06 Jul-06 Jan-07 Jul-07 Jan-08 Jul-08 Jan-09 Jul-09 Inflasi IHK (yoy) Inflasi Inti (yoy) Administered Price (yoy) Jan-10 Jul-10 Jan-11 Jul-11 Jan-12 Jul-12 Jan-13 Jul-13 Jan-14 Jul-14 Jan-15 Jul-15 Jan-16 Inflasi merupakan fenomena perekonomian yang secara umum terjadi karena adanya dorongan faktor permintaan dan juga faktor penawaran. Beragamnya sumber pendorong inflasi menyebabkan upaya menurunkan inflasi secara efektif, memerlukan kerjasama dan koordinasi yang kuat antara pemerintah selaku otoritas fiskal dan pengambil kebijakan sektoral, serta Bank Indonesia sebagai penentu kebijakan moneter. Diharapkan dengan adanya harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan, inflasi yang rendah dan stabil dapat tercapai yang pada gilirannya dapat mendukung kesejahteraan masyarakat. Menyadari pentingnya peran koordinasi dalam rangka pencapaian inflasi yang rendah dan stabil, Pemerintah dan Bank Indonesia membentuk Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) di level pusat sejak tahun Dengan pertimbangan inflasi nasional dibentuk oleh hampir 81% inflasi daerah, maka koordinasi yang dikembangkan melalui harmonisasi kebijakan 42

61 dari/ke level daerah, yaitu melalui pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) pada tahun Sinergi koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Dalam Pengendalian Inflasi Di Kalimantan Barat sendiri, pembentukan TPID diawali dengan dibentuknya TPID Kota Singkawang pada tahun Namun terbentuknya TPID kabupaten dan kota secara pesat baru terjadi mulai tahun 2014 paska dikeluarkannya Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 027/1696/SJ tahun 2013 tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah. Kemudian pada tahun 2015, seluruh kabupaten dan kota di Kalimantan Barat telah membentuk TPID di wilayahnya masing-masing. 43

62 Pembentukan TPID di Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat Pembentukan TPID di Kalimantan Barat juga memiliki latar belakang tersendiri yang terkait dengan karakteristik pembentukan inflasi yang khas di wilayah ini. Tekanan inflasi di Kalimantan Barat selain didominasi oleh pengaruh shocks berupa kenaikan harga komoditas strategis dan gangguan cuaca/alam, juga dipengaruhi secara oleh faktor musiman. Uniknya lagi, setidaknya terdapat tiga pola musiman yang signifikan mempengaruhi inflasi di Kalimantan Barat dimana kesemuanya berkaitan dengan perayaan hari besar keagamaan. Ketiga musim dimaksud antara lain pada saat perayaan Imlek dan Cap Go Meh, Bulan Ramadhan dan Idul Fitri, serta Natal dan Tahun Baru. Pola Inflasi Bulanan (mtm) Kalimantan Barat Berdasarkan kondisi tersebut, strategi TPID di wilayah Kalimantan Barat banyak 44

63 difokuskan pada pengendalian shocks pada kelompok volatile food. Beberapa langkah yang diambil dapat dikelompokkan pada empat upaya yaitu mendorong kelancaran distribusi, kecukupan produksi, keterjangkauan harga dan komunikasi ekspektasi. Salah satu contoh langkah yang diambil adalah pengembangan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) yang dapat menyajikan informasi perkembangan harga yang lengkap dan up-to-date mengenai harga bahan pangan pada pasar tradisional di seluruh Kalimantan Barat. Upaya ini dilakukan sebagai tindak lanjut hasil Rakerda TPID Se-Kalimantan Barat pada tanggal Maret 2015 yang lalu. PIHPS merupakan pusat informasi yang menyajikan data harga komoditas secara harian baik di tingkat konsumen & tingkat produsen yang dapat menjadi acuan para pelaku ekonomi dan dipublikasikan secara rutin. Diharapkan dengan adanya informasi harga bahan pangan yang terpercaya akan mempengaruhi efisiensi keputusan yang diambil oleh para pelaku ekonomi. Dengan adanya transparansi ini maka akan meminimalisir informasi asimetris serta mendorong terjadinya konvergensi harga yang akan mengurangi potensi gejolak perekonomian di daerah. Pada akhirnya kestabilan harga barang pangan diharapkan dapat bermuara pada peningkatan kesejahteraan masyarakat. Dari upaya-upaya yang telah dilakukan oleh TPID di Kalimantan Barat tersebut, perlu kiranya diketahui apakah peran TPID di Kalimantan Barat selama ini sudah efektif dalam mengendalikan tingkat inflasi di Kalimantan Barat. Hal ini tentunya dibutuhkan oleh TPID di Kalimantan Barat sebagai bahan evaluasi terhadap strategi dan program kerjanya. Perkembangan Inflasi Nasional dan Kalimantan Barat Untuk mengetahui efektivitas koordinasi pengendalian inflasi yang dilakukan melalui wadah TPID, dilakukan uji beda student t test untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan 45

64 pergerakan inflasi sebelum dan sesudah terbentuknya TPID. Dengan pertimbangan pembentukan TPID secara legal formal dilakukan tanggal 2 April 2013 melalui Instruksi Menteri Dalam Negeri (Inmendagri) Nomor 027/1696/SJ tentang Menjaga Keterjangkauan Barang dan Jasa di Daerah, maka periode inflasi sebelum pembentukan TPID dipilih periode Januari 2002 s.d Maret 2013, sedangkan untuk periode inflasi pasca pembentukan TPID dipilih bulan April 2013 s.d Januari Hasil Uji Beda Inflasi Pra-TPID Dengan Pasca-TPID One-Sample Test Test Value = 0 95% Confidence Interval of the Difference t df Sig. (2-tailed) Mean Difference Lower Upper Setelah_Inmendagri Sebelum_Inmendagri Hasil uji t statistik menunjukkan terdapat perbedaan siginifikan pergerakan inflasi sebelum dan sesudah adanya TPID di Kalimantan Barat. Hal ini mengindikasikan bahwa peran TPID dalam upaya pengendalian inflasi di daerah sudah cukup efektif. Namun demikian, upaya untuk mencapai sasaran inflasi yang rendah dan stabil masih menghadapi tantangan yang cukup besar. Pengendalian inflasi memerlukan penyelesaian berbagai permasalahan struktural dalam perekonomian, baik yang ada di tingkat produksi, distribusi, hingga penyelesaian terkait struktur pasar dan akses informasi. Untuk itu, perumusan strategi dan penguatan koordinasi perlu terus diperkuat. (Sumber: Berbagai sumber diolah) 46

65 BAB 3 Perbankan, Sistem Pembayaran, dan Pengelolaan Uang 6 Dibandingkan triwulan III 2015, pengumpulan DPK oleh perbankan Kalbar mengalami sedikit percepatan yang tumbuh 11,44% (yoy) dengan nominal Rp44,09 triliun. Sementara itu, walaupun mengalami perlambatan, tingkat pertumbuhan penyaluran kredit di Kalbar tetap lebih tinggi dari DPK yakni sebesar 14,37% (yoy). Perlu dicermati bahwa tingkat DPK dan kredit tersebut merupakan yang tertinggi di wilayah Kalimantan pada triwulan laporan.. 6 Mulai triwulan I 2015, data kredit adalah berdasarkan lokasi proyek sedangkan data DPK adalah berdasarlkan lokasi KC/KCP. Selanjutnya, pembagian sektor ekonomi masih mengikuti konsep pembagian sektor ekonomi sesuai perhitungan PDB dengan tahun dasar

66 3.1 Jaringan Kantor Di akhir tahun 2015, jumlah jaringan kantor di bank umum di Kalbar sebanyak 564 buah kantor dan 986 buah ATM. Jumlah tersebut berubah dibandingkan dengan posisi akhir triwulan III 2015 yang sebanyak 565 buah dan 979 ATM. Jaringan terbanyak terdapat di Kota Pontianak yakni sejumlah 202 buah kantor dan 533 buah ATM. No Kab/ Kota Tabel 3.1 Jaringan Kantor Bank Umum di Kalbar Status Kantor KP KC KCP KK PP UUS Unit/ UUM Jumlah ATM 1 Kota Pontianak Kota Singkawang Kab. Sambas Kab. Mempawah Kab. Sanggau Kab. Ketapang Kab. Sintang Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Jumlah Intermediasi Perbankan Posisi dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun oleh perbankan Kalbar pada akhir 2015 adalah sebesar Rp44,09 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1% dari total DPK Nasional yang mencapai Rp4.413 triliun. Di wilayah Kalimantan, jumlah nominal DPK perbankan Kalbar berada di posisi kedua setelah Kaltim. Namun bila dilihat dari pertumbuhan, Kalbar merupakan yang tertinggi. DPK tersebut tumbuh sebesar 11,44% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan III 2015 (9,58%, yoy) dan akhir 2014 (8,93%, yoy). Selanjutnya, dapat dibedakan pada DPK tersebut bahwa sebesar Rp42,76 triliun (96,98%) merupakan DPK dalam Rupiah dan sisanya sebesar Rp1,33 triliun (3,02%) berbentuk valas. Kontribusi perbankan konvensional terhadap pengumpulan DPK adalah sebesar 95,67% (Rp42,18 triliun) yang tumbuh sekitar 11,4% (yoy). Sedangkan kontribusi perbankan syariah baru sebesar 4,35% (Rp1,91 triliun) namun dapat tumbuh lebih tinggi yakni sebesar 12,4% (yoy). 48

67 Kalteng Kalsel Kaltim Kalbar Rp Triliun g (yoy) % % 15% 70 10% % % 20-5% % I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.1 Perkembangan DPK Wilayah Kalimantan Rp Triliun Konvensional Syariah I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.2 Perkembangan DPK di Kalbar Berdasarkan Kegiatan Bank g (yoy) 25% 20% 15% 10% 5% 0% Lebih lanjut, deposito terus tumbuh dengan pesat sebesar 17,04% (yoy), walaupun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan nominal Rp14,39 triliun. Sedangkan giro dan tabungan mengalami akselerasi pertumbuhan walaupun tingkat pertumbuhannya jauh di bawah deposito yakni masing-masing sebesar 8,87% (yoy) dan 8,93% (yoy) dengan jumlah masing-masing sebesar Rp5,51 triliun dan Rp24,2 triliun. Sementara itu dari sisi suku bunga tertimbang (SBT), tabungan mengalami kenaikan dari 1,95% pada triwulan sebelumnya, menjadi 2,02% pada triwulan laporan. Di sisi lain, giro dan deposito mengalami penurunan dari masing-masing sebesar 2,23% dan 7,69% menjadi masing-masing 1,97% dan 7,58% pada akhir Walaupun tingkat pertumbuhan deposito cukup tinggi, namun dengan tingkat SBT yang berada di atas tingkat bunga penjaminan LPS yang sebesar 7,5% menunjukkan persaingan antar perbankan cukup ketat dalam segmen tersebut. Rp Triliun Giro Tabungan Deposito g (yoy) % 45 30% % 30 20% 25 15% % % 5 0% 0-5% I II III IV I II III IV I II III IV % 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Giro Tabungan Deposito LPS Rate I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.3 Perkembangan DPK di Kalbar Grafik 3.4 Perkembangan SBT DPK di Kalbar Dari sisi pembiayaan, pada triwulan IV 2015 posisi total penyaluran kredit perbankan di Kalbar mencapai Rp55,15 triliun. Jumlah tersebut hanya sekitar 1,35% dari total penyaluran kredit perbankan Nasional yang mencapai Rp4.092 triliun. Sama seperti DPK, di wilayah Kalimantan, penyaluran kredit di Kalbar hanya berada di bawah Kaltim. Namun dari 49

68 sisi pertumbuhan, Kalbar juga merupakan yang tertinggi. Secara tahunan tingkat pertumbuhan kredit di Kalbar sebesar 14,37% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya (15,67%, yoy) namun lebih tinggi dari akhir 2014 (14,34%, yoy). Rp Triliun Kalteng Kalsel Kaltim Kalbar g (yoy) % % 14.37% 25% % 60 15% 40 10% 5% 20 0% 0-5% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.5 Perkembangan Kredit di Kalimantan 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% g DPK g Kredit 14.37% 11.44% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.6 Perkembangan Kredit dan DPK di Kalbar Dari total penyaluran kredit di Kalimantan Barat, hanya sekitar Rp35,08 triliun (63,61%) yang dipenuhi oleh perbankan yang berlokasi di Kalbar. Sedangkan sisanya merupakan pembiayaan perbankan dari provinsi lain terutama DKI Jakarta yang mencapai Rp14,41 triliun (26,12%) meningkat Rp1,11 triliun jika dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Namun sebaliknya, perbankan Kalbar menyalurkan kredit sebesar Rp3,17 triliun ke provinsi lain atau sekitar 8,3% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan yang berlokasi di Kalbar yang sebesar Rp38,26 triliun. Porsi terbesar disalurkan ke Kalsel yakni sebesar Rp1,43 triliun (3,74%). Jakarta 26.12% Lainnya 6.94% Sumut 3.32% Kalbar 63.61% Kalbar 91.70% Kalsel 3.74% Lainnya 2.70% Jakarta 1.86% Grafik 3.7 Lokasi Bank Asal Penyalur Kredit ke Kalbar Grafik 3.8 Lokasi Penyaluran Kredit Perbankan Asal Kalbar Perbankan konvensional mendominasi penyaluran kredit di Kalbar yakni sebesar Rp51,65 triliun (93,65%) jauh di atas perbankan syariah yang hanya menyalurkan sebesar Rp3,5 triliun (6,35%). Walaupun begitu, tingkat pertumbuhan kredit perbankan syariah pada triwulan berjalan jauh lebih tinggi yakni sebesar 30,86% (yoy) dibandingkan sebesar 13,4% (yoy) yang dicapai oleh perbankan konvensional. Sedangkan dari sisi jenis penggunaan, sebesar 50

69 Rp38,62 triliun (70,03%) merupakan kredit produktif dimana Rp21,82 triliun (39,56%) merupakan kredit investasi (KI) dan Rp16,81 triliun (30,47%) merupakan kredit modal kerja (KMK). Sedangkan penyaluran kredit konsumsi (KK) adalah sebesar Rp16,53 triliun (29,97%) dengan pangsa yang cenderung terus menurun. Lebih lanjut, dapat diperbandingkan SBT kredit berdasarkan jenis penggunaan adalah KI, KMK dan KK masing-masing sebesar 11,65%, 12,63% dan 12,27% lebih rendah (kecuali KK) dibandingkan dengan akhir tahun 2014 yang sebesar 12,26%, 13,05% dan 12,23%. Rp Triliun 60 Konvensional Syariah g (yoy) 60% Rp Triliun 60 Modal Kerja Investasi Konsumsi g (yoy) 60% 50 50% 50 50% % 30% % % 20 20% 20 20% 10 10% 10 10% 0 I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.9 Kredit Perbankan Kalbar Berdasarkan Kegiatan Bank 0% 0 0% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.10 Kredit Perbankan di Kalbar Dari sisi kinerja, jumlah aset perbankan Kalbar sebesar Rp54,95 triliun tumbuh 11,03% (yoy), sedikit melambat jika dibandingkan dengan triwulan III 2015 (11,1%, yoy) dan akhir 2014 (12,49%, yoy). Sedangkan tingkat loan to deposit ratio (LDR) perbankan Kalbar meningkat menjadi 86,76% jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 83,19%. Nilai tersebut sedikit turun jika dibandingkan dengan posisi akhir tahun sebelumnya yang sebesar 87,94% 7. Secara keseluruhan tingkat risiko kredit di Kalbar yang dicerminkan dari rasio non performing loans (NPL) berada di posisi 2,95%. Nilai tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang sebesar 2,01% ataupun pada akhir 2014 yang masih pada posisi 1,14%. Walaupun masih di bawah batas aman, yakni di bawah 5%, namun peningkatan tersebut perlu diwaspadai agar tidak terus meningkat. Secara berturut-turut tingkat NPL untuk kredit investasi, kredit modal kerja dan kredit konsumsi adalah 1,95%, 6,21% dan 0,95% dari triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 1,19%, 3,92% dan 1,16%. 7 Perhitungan menggunakan data kredit berdasarkan lokasi bank. 51

70 Nominal Growth (skala kanan) Rp Triliun g (yoy) % 50 20% 40 15% 30 10% % 10 5% - 0% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.11 Perkembangan Aset Perbankan Kalbar Umum Modal Kerja Investasi Konsumsi 7% 6.21% 6% 5% 4% 2.95% 3% 1.95% 2% 1% 0.95% 0% I II III IV I III IV I II III IV Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Kalbar Secara spasial, dari 14 kota/kabupaten yang ada di Kalbar, hampir sepertiga penyaluran kredit di Kalbar disalurkan ke Kota Pontianak yakni sebesar Rp16,36 triliun. Kota/kabupaten lain yang memiliki pangsa di atas 10% adalah Kabupaten Mempawah dan Kabupaten Ketapang masing masing sebesar 15,45% dan 11,79% dengan nominal masingmasing sebesar Rp8,52 triliun dan Rp6,5 triliun. Sedangkan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau merupakan 2 kabupaten dengan pangsa penyaluran kredit terendah di Kalbar yakni hanya sebesar Rp675,34 miliar (1,22%) dan Rp689,14 miliar (1,25%). Dari sisi pertumbuhan, Kabupaten Kayong Utara, Kabupaten Kapuas Hulu dan Kabupaten Mempawah merupakan yang paling tinggi pertumbuhannya yakni masingmasing sebesar 49,73% (yoy), 42,32% (yoy) dan 37,05% (yoy). Pertumbuhan kredit di Kabupaten Kayong Utara ditopang oleh kredit kepada sektor pertanian dengan andil 44,5%. Sedangkan yang mendorong pertumbuhan penyaluran kredit di Kabupaten Kapuas Hulu adalah sektor pertanian dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan andil masingmasing sebesar 26,67% dan 17,65%. Lebih lanjut, di Kabupaten Mempawah, penyaluran kredit didorong oleh sektor pertanian dengan andil sebesar 33,01%. Di sisi lain, Kabupaten Bengkayang, Kabupaten Sambas dan Kabupaten Sekadau mengalami kontraksi pertumbuhan yakni masing-masing sebesar -12,12% (yoy), 4,79% dan -4,7% (yoy). Dari sisi risiko, hampir semua kota/kabupaten di Kalbar memiliki rasio NPL di bawah batas aman 5% kecuali Kota Singkawang yang mencapai 24,12% yang terutama disumbangkan oleh sektor industri pengolahan yakni industri pakan ternak dan industri pupuk. Sementara itu, Kabupaten Kubu Raya yang pada triwulan sebelumnya masih memiliki tingkat NPL sebesar 22,55%, pada akhir tahun 2015 turun drastis menjadi 1,01% seiring perbaikan tingkat NPL pada industri karet remah. 52

71 Grafik 3.13 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalbar (Rp Miliar) Grafik 3.14 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalbar (% yoy) Secara keseluruhan, nominal DPK dan Kredit di Kalbar masih berada di bawah potensialnya. Menggunakan metode HP Filter 8, pada akhir 2015 nominal DPK Kalbar lebih rendah -0,48% dari potensialnya, lebih baik dibandingkan dibandingkan triwulan III 2015 yang lebih rendah -1,49%. Sedangkan nominal Kredit di Kalbar lebih rendah -1,88% dibandingkan potensialnya, memburuk dibandingkan kondisi triwulan III 2015 yang lebih rendah -0,24% DPK DPK Potensial Gap I II III IV I II III IV I II III IV % 2% 1% -0.48% 0% Grafik 3.15 Persebaran Kredit di Kota/Kabupaten di Kalbar (Rp Miliar -1% -2% -3% Kredit Kredit Potensial Gap -1.88% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.16 Persebaran Pertumbuhan Kredit di Kalbar (% yoy) 3% 2% 1% 0% -1% -2% -3% -4% -5% 3.3 Ketahanan Korporasi Posisi penyaluran kredit pada sektor korporasi di Kalbar pada akhir 2015 adalah sebesar Rp38,62 triliun atau sebesar 70,03% dari total penyaluran kredit di Kalbar. Kredit tersebut tumbuh 17,71% (yoy) sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (17,81%, yoy) namun lebih tinggi dibandingkan akhir 2014 (15,01%, yoy). Pangsa terbesar kredit sektor korporasi disalurkan pada sektor pertanian sebesar 43,6%, diikuti sektor PHR serta sektor industri pengolahan masing-masing sebesar 27,4% dan 11,19%. Sedangkan sektor 8 Menggunakan data bulanan sejak Januari 2010 s.d. Desember

72 pertambangan dan penggalian dan sektor pertanian merupakan sektor-sektor yang mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi yakni masing-masing sebesar 42,58% (yoy) dan 30,23% (yoy). Dari sekitar Rp16,84 triliun kredit yang disalurkan ke sektor pertanian, sebesar Rp15,83 triliun (94,03%) disalurkan untuk usaha perkebunan kelapa sawit yang dapat terus tumbuh tinggi sebesar 34,7% (yoy) setelah triwulan sebelumnya dapat tumbuh 34,34%. Penyaluran terbesar berikutnya kepada usaha pembibitan dan budidaya unggas sebesar Rp357,86 miliar yang kembali mengalami kontraksi -1,61% (yoy) walaupun lebih kecil dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi -2,49% (yoy). Hal ini diperkirakan disebabkan karena telah terjadinya kondisi surplus atas komoditas daging ayam ras dan telur ayam ras di Kalbar. Usaha berikutnya yang memiliki pangsa terbesar ketiga dalam kredit pada sektor pertanian adalah perkebunan karet yang mendapatkan dukungan pembiayaan sebesar Rp183,51 miliar, terkontraksi -21,09% (yoy) seiring dengan kondisi harga karet dunia yang sedang turun. Kemudian, dari Rp10,58 triliun kredit yang disalurkan ke sektor PHR, sebesar Rp1,79 triliun atau sekitar 16,9% disalurkan untuk usaha perdagangan eceran berbagai macam barang yang didominasi makanan, minuman dan tembakau dengan tingkat pertumbuhan sebesar 12,09% (yoy). Jenis usaha lain yang juga cukup besar mendapatkan porsi pembiayaan adalah perdagangan eceran komoditi lainnya (bukan makanan, minuman, atau tembakau) sebesar Rp561 miliar yang terkontraksi -6,06% (yoy) dan perdagangan eceran bahan konstruksi sebesar Rp542 miliar yang tumbuh 19,84% (yoy). Lebih lanjut, dari total penyaluran kredit Rp4,32 triliun ke sektor industri pengolahan, senilai Rp1,72 triliun (39,72%) disalurkan kepada industri pakan ternak yang terkontraksi -4,21% (yoy) pada triwulan laporan. Penyaluran terbesar berikutnya adalah ke industri minyak mentah (minyak makan) dari nabati dan hewani senilai Rp714 miliar (16,53%). Selanjutnya adalah ke industri pupuk senilai Rp509 miliar (11,79%) yang tumbuh melambat menjadi 2% (yoy). Rasio NPL pada triwulan berjalan senilai 3,81%, meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang senilai 2,4%. Walaupun masih di bawah batas aman 5%, seiring dengan perlambatan ekonomi, rasio NPL tersebut terus meningkat sejak triwulan III Seluruh sektor ekonomi memiliki rasio NPL yang masih dalam batas aman kecuali industri pengolahan dengan NPL sebesar 24,87% meningkat pesat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 10,85%. Kontributor utama NPL di sektor industri pengolahan adalah industri pakan ternak dan industri pupuk dengan pangsa masing-masing sebesar 85,17% dan 13,99%. Sementara itu, sektor konstruksi yang pada triwulan sebelumnya masih memiliki tingkat NPL 5,18%, pada akhir tahun turun menjadi 3,56% seiring dengan perbaikan kualitas kredit pada berbagai jenis konstruksi. 54

73 Pertanian PHR Industri Pengolahan Rp Triliun I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Sektor Ekonomi Utama di Kalbar g (yoy) 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% 0% Korporasi Bangunan Industri Pengolahan (rhs) 24.87% 3.81% 3.56% I II III IV I II III IV I II III IV % 25% 20% 15% 10% Grafik 3.18 Perkembangan NPL Kredit di Sektor Korporasi di Kalbar 5% 0% 3.4 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Jumlah DPK yang berasal dari sektor rumah tangga Rp34,1 triliun pada akhir tahun 2015 tumbuh sebesar 11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III 2015 (7,81%, yoy) dan akhir tahun 2014 (7,26%, yoy). Angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dari pertumbuhan DPK secara keseluruhan yang menunjukkan bahwa perlambatan ekonomi cenderung lebih berpengaruh ke sektor rumah tangga. Penyaluran kredit ke sektor rumah tangga 9 pada triwulan laporan adalah sebesar Rp16,28 triliun, melambat signifikan menjadi 7,5% (yoy) dibandingkan pada triwulan sebelumnya (21,83%, yoy) dan akhir 2014 sebesar (23,91%, yoy). Penyaluran kredit ke sektor rumah tangga didominasi pada kredit multiguna dengan nilai Rp10,1 triliun (62,04%) diikuti oleh kredit perumahan dan kredit kendaraan bermotor masing-masing sebesar Rp3,41 (20,98%) triliun dan Rp1,69 triliun (10,37%). Tingkat pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit rumah tangga lainnya sebesar 76,37% (yoy), diikuti oleh kredit peralatan (64,7%, yoy) dan kredit perumahan (16,82%, yoy). Rasio NPL untuk kredit sektor rumah tangga membaik dimana turun menjadi 0,92% dibandingkan sebesar 1,14% pada triwulan sebelumnya. Seluruh jenis kredit untuk sektor rumah tangga memiliki rasio NPL yang aman yakni di bawah 5% dimana NPL tertinggi terjadi pada kredit ruko/rukan yang sebesar 1,98% dan terendah pada kredit peralatan yang sebesar 0,29%. 9 Kredit kepada sektor rumah tangga terbagi menjadi: (i) kredit perumahan, (ii) kredit ruko/rukan, (iii) kredit kendaraan bermotor, (iv) kredit peralatan, (v) kredit multiguna, dan (vi) kredit rumah tangga lainnya. 55

74 Rp Triliun Multiguna Perumahan Kendaraan g (yoy) 12 60% 50% 10 40% 8 30% 20% 6 10% 4 0% -10% 2-20% - -30% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.19 Kredit Rumah Tangga di Kalbar Rumah Tangga Multiguna Perumahan Kendaraan 3.0% 1.91% 2.5% 2.0% 1.43% 1.5% 0.92% 1.0% 0.43% 0.5% 0.0% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.20 NPL Kredit Rumah Tangga di Kalbar 3.5 Ketahanan Sektor UMKM 10 Posisi penyaluran kredit kepada sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) pada akhir 2015 di Kalbar sebesar Rp14,72 triliun atau sekitar 26,69% dari total penyaluran kredit di Kalbar. Kredit tersebut tumbuh 9,42% (yoy) melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya (12,36%, yoy) dan akhir tahun 2014 (22,25%, yoy). Bila dilihat per jenisnya, kredit usaha mikro dan kredit usaha menengah tumbuh kuat masing-masing sebesar 36,1% (yoy) dan 24,07 (yoy) sedangkan kredit usaha kecil mengalami kontraksi sebesar - 12,62%. Sebagai catatan, kontraksi tersebut terjadi terus menerus sejak triwulan I Dari sisi jenis penggunaan, mayoritas kredit kepada sektor UMKM disalurkan untuk modal kerja sebesar Rp8,43 triliun dengan tingkat pertumbuhan 9,42% (yoy). Sisanya untuk investasi sebesar Rp6,29 triliun dengan tingkat pertumbuhan sebesar 13,64% (yoy). Sementara itu, dari sisi sektor ekonomi kredit UMKM dominan disalurkan kepada sektor PHR dan sektor pertanian dengan jumlah masing-masing sebesar Rp7,52 triliun dan Rp4,16 triliun yang masing-masing tumbuh sebesar 12,82% (yoy) dan 29,77% (yoy). Dari sisi risiko, rasio NPL kredit UMKM masih di bawah batas aman 5% walaupun sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang 3,17% menjadi 3,22%. Terdapat 3 sektor ekonomi yang memiliki rasio NPL melewati batas aman yakni sektor industri pengolahan dan sektor bangunan dengan nilai masing-masing sebesar 18,82% dan 5,08%. Penyumbang terbesar NPL sektor industri pengolahan terkategori UMKM adalah industri pakan ternak. Sedangkan untuk sektor bangunan, NPL terutama disumbangkan oleh usaha konstruksi perumahan sederhana. 10 Pengertian UMKM adalah sesuai UU No. 20 Tahun

75 Rp Triliun PHR Pertanian Lainnya g (yoy) 16 60% 14 50% 12 40% 10 30% 8 20% 6 10% 4 0% 2-10% 0-20% I II III IV I II III IV I II III IV % 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% UMKM Industri Pengolahan Bangunan 18.82% 5.08% 3.22% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.21 Perkembangan Kredit UMKM Sektor Ekonomi Utama di Kalbar Grafik 3.20 Perkembangan NPL Kredit UMKM di Kalbar 3.6 Perkembangan BPR Jumlah jaringan kantor BPR di Kalbar pada akhir tahun 2015 sebanyak 31 buah kantor tidak berubah jika dibandingkan dengan posisi triwulan III Jumlah terbanyak terdapat di Kota Pontianak sebanyak 15 buah kantor. Lebih lanjut, masih ada 4 kabupaten di Kalbar yang sama sekali belum memiliki kantor BPR yakni Kab. Kapuas Hulu, Kab. Bengkayang, Kab. Landak dan Kab. Melawi. Tabel 3.2 Jaringan Kantor BPR di Kalbar No Kab/ Kota Status Kantor KP KC KK 1 Kota Pontianak Kota Singkawang Kab. Sambas Kab. Mempawah Kab. Sanggau Kab. Ketapang Kab. Sintang Kab. Kapuas Hulu Kab. Bengkayang Kab. Landak Kab. Sekadau Kab. Melawi Kab. Kayong Utara Kab. Kubu Raya Jumlah Pertumbuhan aset Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Kalbar mengalami akselerasi walaupun dalam level rendah dari 2,92% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 4,51% pada akhir tahun 2015 dengan posisi nominal sebesar Rp1,07 triliun. Sementara itu, DPK kembali mengalami perlambatan menjadi 5,16% (yoy) dengan nominal Rp809,57 miliar dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,75% (yoy). Hal ini disebabkan tabungan 57

76 terus mengalami kontraksi sebesar -8,54% (yoy) dengan nominal posisi sebesar Rp308,17 miliar pada triwulan berjalan. Sedangkan jumlah deposito yang berhasil dikumpulkan yakni sebesar Rp501,4 miliar tetap tumbuh cukup tinggi yakni 15,83% sedikit melambat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 16,22%. Setelah terus mengalami akselerasi dari triwulan III 2014, penyaluran kredit oleh BPR di Kalbar yang sebesar Rp597,86 miliar sedikit melambat di akhir tahun 2015 sebesar 11,29% (yoy) dibandingkan 11,95% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Dari jumlah tersebut, sebesar 50,83% disalurkan kepada kredit usaha yakni dalam bentuk modal kerja senilai Rp212,33 miliar dan sisanya senilai Rp91,56 miliar untuk investasi. Lebih lanjut, jumlah penyaluran untuk kredit konsumsi adalah sebesar Rp293,97 miliar yang tumbuh tinggi 16,18% (yoy). Bila dilihat dari sektor ekonomi, sektor yang mendapatkan porsi penyaluran terbesar adalah sektor perdagangan yakni senilai Rp133,6 miliar. Sedangkan sektor pertanian dan sektor konstruksi merupakan sektor ekonomi yang mendapatkan porsi terbesar berikutnya masing-masing sebesar Rp83,55 miliar dan Rp34,37 miliar. Dari sisi kinerja, LDR BPR di Kalbar mengalami sedikit peningkatan dari 73,31% pada triwulan sebelumnya menjadi 73,85% pada triwulan berjalan. Hal yang perlu diwaspadai adalah rasio NPL berada di batas aman yakni mencapai 5,96% walaupun telah turun dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,02%. Rasio NPL yang berada di atas batas aman 5% telah berlangsung sejak triwulan II Rp Miliar 1,200 Aset DPK Kredit g (yoy) 1,066 15% 78% LDR (skala kiri) NPL (skala kanan) 8% 1,000 10% 76% 7% 800 5% 74% 6% 600 0% 72% 70% 5% 4% % -10% 68% 66% 3% 2% - -15% 64% 1% I II III IV I II III IV I II III IV 62% 0% I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.21 Perkembangan BPR di Kalbar Grafik 3.22 LDR dan NPL BPR di Kalbar 3.7 Perkembangan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Pada triwulan IV 2015 KPw BI Provinsi Kalbar kembali kembali mengalami net outflow sebesar Rp1,98 triliun, jumlah terbesar net outflow sejak triwulan I Hal ini disebabkan jumlah uang yang diedarkan (outflow) lebih besar dibandingkan dengan jumlah 58

77 uang yang masuk kembali (inflow) yakni sebesar Rp3,04 triliun berbanding Rp1,06 triliun. Kondisi tersebut menyebabkan pada tahun 2015 terakumulasi net outflow sebesar Rp2,05 triliun jauh lebih besar dibandingkan dengan tahun 2014 yang sebesar Rp685,31 miliar. KPw BI Provinsi Kalbar juga melakukan kegiatan penukaran uang di loket kantor yang pada triwulan IV 2015 sebesar Rp5,02 miliar menurun -79,12% (yoy) jika dibandingkan triwulan IV 2014 yang mencapai Rp24,06 miliar. Selain itu, juga dilakukan kegiatan kas keliling ke berbagai daerah di Kalbar yang pada triwulan berjalan mencapai Rp9,9 jauh lebih besar dibandingkan pada triwulan IV 2014 yang hanya sebesar Rp280 juta. Dari hasil penukaran uang di loket, kegiatan kas keliling, dan setoran uang dari perbankan, secara rutin KPw BI Provinsi Kalbar melakukan kebijakan clean money policy yang mana dilakukan pemusnahan terhadap uang tidak layak edar (UTLE) dengan memperhatikan aspek keamanan, pengawasan melekat dan good governance sehingga dapat dipertanggungjawabkan hasilnya. Selama triwulan IV 2015, jumlah UTLE yang masuk ke KPw BI Provinsi Kalbar yang diberikan tanda tidak berharga mencapai Rp390,75 miliar meningkat 38,97% (yoy). Rasio pemusnahan UTLE terhadap inflow adalah sebesar 36,8% lebih tinggi dibandingkan 12,41% pada triwulan sebelumnya. Rp Miliar 3,000 Outflow Inflow Net Inflow/Outflow 2,000 1,000 1, ,000 I II III IV I II III IV I II III IV ,000-3,000-4,000-1,976-3,038 Grafik 3.23 Perkembangan Inflow-Outflow 3.8 Perkembangan Temuan Uang Rupiah yang Diragukan Keasliannya Tingginya kebutuhan masyarakat akan uang menyebabkan uang Rupiah kerap dipalsukan dan diedarkan kepada masyarakat, sehingga negara dan masyarakat mengalami kerugian. Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang, Bank Indonesia adalah lembaga yang berwenang untuk menentukan keaslian uang Rupiah. Oleh karena itu, masyarakat dapat meminta klarifikasi kepada Bank Indonesia terkait uang Rupiah yang diragukan keasliannya. Bank Indonesia juga telah mewajibkan bank umum untuk menyampaikan laporan penemuan uang yang diragukan keasliannya yang ditemukan dalam kegiatan operasional bank. 59

78 Pada triwulan IV 2015, ditemukan dan dilaporkan kepada KPw BI Provinsi Kalbar sejumlah 102 bilyet yang diragukan keasliannya berkurang dari sejumlah 189 bilyet pada triwulan III Sedangkan secara keseluruhan pada tahun 2015, jumlah yang ditemukan dan dilaporkan sebanyak 904 bilyet, lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang sebanyak bilyet. Dalam rangka pencegahan uang rupiah yang diragukan keasliannya, Bank Indonesia secara berkesinambungan bekerja sama dengan instansi berwenang dalam pengungkapan kasus tindak pidana pemalsuan uang rupiah. Selain itu, Bank Indonesia juga secara intensif melakukan kegiatan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ke berbagai lapisan masyarakat dengan harapan masyarakat dapat lebih cermat dalam mengenali uang Rupiah. Periode Tabel 3.3 Uang Rupiah Yang Diragukan Keasliannya Yang Ditemukan dan Dilaporkan ke KPw BI Provinsi Kalbar UANG KERTAS (UK) UANG LOGAM (UL) Jumlah UK 100,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1,000 (Bilyet/Lbr) Jumlah UL (Keping) Jumlah UK + UL (Bilyet+Keping) , , *) Tw I Tw II Tw III Tw IV Perkembangan KUPVA dan PTD Hingga triwulan berjalan, terdapat 36 unit kegiatan usaha penukaran valuta asing (KUPVA) di Kalbar. Pada triwulan IV 2015, jumlah pembelian uang kertas asing (UKA) sebesar Rp157,86 miliar terkontraksi tajam -50,77% (yoy). Kondisi yang sama terjadi pada penjualan UKA yang terkontraksi -48,91% (yoy) dengan nominal Rp162,94 miliar. Hal tersebut turut berkontribusi pada pencapaian selama tahun 2015 dengan jumlah pembelian dan penjualan UKA masing-masing sebanyak Rp735,28 miliar dan Rp743,56 miliar yang masing-masing terkontraksi sebesar -12,01% (yoy) dan -11,24% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu seperti triwulan sebelumnya, jumlah penyelenggara transfer dana (PTD) yang beroperasi di Kalbar sebanyak 5 perusahaan. Perkembangannya cukup lambat terlihat dari nilai pengiriman uang dari luar negeri melalui PTD pada triwulan laporan sebesar Rp15,96 miliar tumbuh lambat 2,72% (yoy). Dengan jumlah transaksi sebanyak kali, maka nilai rata-rata pengiriman uang dari luar negeri adalah sebesar Rp4,89 juta per transaksi. 60

79 Sedangkan nilai pengiriman yang ke luar negeri melalui PTD pada triwulan berjalan adalah sebesar Rp10,85 miliar terkontraksi -5,56% (yoy). Dengan jumlah transaksi sebanyak 573 kali, maka nilai rata-rata pengiriman uang ke luar negeri adalah sebesar Rp18,94 juta per transaksi. Rp Miliar Pembelian UKA Penjualan UKA I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 3.24 Perkembangan Transaksi KUPVA di Kalbar Rp Miliar (Batang) Dari Luar Negeri Ke Luar Negeri I II III IV I II III IV I II III IV Jumlah Transaksi (garis) 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Grafik 3.25 Perkembangan Transaksi PTD di Kalbar - 61

80 BOKS-3 EFEKTIVITAS LTV/FTV DAN UM DI KALBAR Dalam rangka menjaga pertumbuhan perkonomian nasional agar tetap berada pada momentum yang positif, Bank Indonesia mendorong berjalannya fungsi intermediasi perbankan, melalui kebijakan makroprudensial antara lain melalui kebijakan Loan to Value/Financing to Value (LTV/FTV) untuk kredit/pembiayaan ke sektor properti dan Uang Muka (UM) ke untuk kredit/pembiayaan kendaraan bermotor. Kebijakan BI dalam melakukan pelonggaran ataupun pengetatan bertujuan untuk mencegah terjadinya bubble (peningkatan harga aset properti yang tidak mencerminkan harga sebenarnya) sambil tetap memberikan mutiplier effect yang besar tanpa pertumbuhan kredit yang berlebihan. Dengan kondisi setiap provinsi yang berbeda, peraturan LTV/FTV dan UM yang berlaku secara nasional dapat dikaji efektivitasnya di Kalbar, khususnya untuk kredit/pembiayaan pemilikan Rumah Tapak, Rumah Toko/Rumah Kantor dan Kendaraan Bermotor. Perkembangan Peraturan LTV Tabel 1. Perkembangan Peraturan LTV/FTV dan UM I: Pengetatan II: Pengetatan III: Pelonggaran 30-Sep Jun-15 Kredit/Pembiayaan Ukuran 15-Jun Apr-13 Pembelian Pembelian >70 m 2 70% 70% 60% 50% 80% 70% 60% Rumah Tapak Konvensional 22m 2-70m % 60% - 80% 70% Ruko/Rukan % 60% - 80% 70% FTV FTV >70 m 2 70% 70% 60% 50% 80% 70% 60% Syariah (Murabahan & Rumah Tapak 22m 2-70m % 60% - 80% 70% Istishna) Ruko/Rukan % 60% - 80% 70% Syariah (Mutanaqisah >70 m 2 80% 80% 70% 60% 85% 75% 65% Rumah Tapak & Ijarah Muntahiya BI 22m 2-70m % 70% - 80% 70% tamlik) Ruko/Rukan - 80% 70% - 80% 70% UM Konvensional Kendaraan Bermotor Roda 2 25% Roda 3/lebih Non Produktif 30% Roda 3/lebih Produktif 20% 25% 20% 30% 25% 20% 20% UM Syariah Kendaraan Bermotor Roda 2 25% Roda 3/lebih Non Produktif 30% Roda 3/lebih Produktif 20% 25% 20% 30% 25% 20% 20% - LTV/FTV/UM-nya. SE BI No. 14/10/DPNP tanggal 15 Maret 2012 berlaku sejak 15 Juni 2012 SE BI No. 14/33/DPbS tanggal 27 November 2012 berlaku sejak 1 April

81 SE BI No. 15/40/DKMP tanggal 24 September 2013 berlaku sejak 30 September 2013 Peraturan Bank Indonesia No. 17/10/PBI/2015 tanggal 18 Juni 2015 berlaku sejak 18 Juni 2015 Pengertian Rasio LTV adalah angka rasio antara nilai kredit yang dapat diberikan oleh bank terhadap agunan berupa properti pada saat pemberian kredit berdasarkan harga penilaian terakhir. Rasio FTV adalah angka rasio antara nilai pembiayaan secara syariah yang dapat diberikan oleh bank terhadap agunan berupa properti pada saat pemberian kredit berdasarkan harga penilaian terakhir. Uang Muka adalah pembayaran di muka sebesar persentase tertentu dari harga pembelian Properti atau kendaraan bermotor yang sumber dananya berasal dari debitur atau nasabah. Perkembangan Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan Rumah Tapak (RT) Tipe >70m 2 pada akhir 2015 sebesar Rp1 triliun tumbuh 4,61% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 83,31%. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan RT Tipe m 2 pada akhir 2015 sebesar Rp2,19 triliun tumbuh 27,04% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 86,66%. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan Ruko/Rukan pada akhir 2015 sebesar Rp851,27 miliar tumbuh 6,05% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 91,75%. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan sepeda motor pada akhir 2015 sebesar Rp453,15 miliar terkontraksi -8,94% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 89,98%. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan mobil pada akhir 2015 sebesar Rp1,11 triliun terkontraksi -14,42% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 99,18%. Jumlah penyaluran kredit/pembiayaan truk/kendaraan roda enam/lebih pada akhir 2015 sebesar Rp74,12 miliar tumbuh 88,66% dibandingkan tahun sebelumnya yang didominasi perbankan konvensional dengan pangsa 99,74%. Tabel Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan PemilikanProperti dan Kendaraan Bermotor di Kalbar (Rp Miliar) Jenis Kredit/Pembiayaan Konven Syariah Total Konven Syariah Total Konven Syariah Total Konven Syariah Total RT Tipe >70 m , RT Tipe 22m 2-70m , , , , , , , Ruko/Rukan Sepeda Motor Mobil , , , , , , Truk/Kendaraan Roda Enam/Lebih Pengaruh Pada Perbankan Konvensional Terjadi perbedaan efek terhadap tingkat pertumbuhan berbagai jenis kredit pemilikan properti pada Perbankan Konvensional pasca pemberlakukan pengetatan/pelonggaran LTV, ada yang searah dan ada juga yang tidak. o Pada kredit RT Tipe Di atas 70, setelah pengetatan LTV I berlaku, tingkat pertumbuhan yang sempat mencapai 78,7% turun hingga 21,98%. Walaupun sempat kembali meningkat, setelah pengetatan LTV II berlaku, tingkat pertumbuhan turun hingga ke angka 1 digit. Ketika pelonggaran LTV III berlaku, tingkat pertumbuhan yang sempat mencapai 2,33%, naik menjadi 5,72% pada akhir o Pada kredit RT Tipe 22 s.d.70, setelah pengetatan LTV II berlaku, tingkat pertumbuhan turun 63

82 dari 39,56% hingga 14,22% sebelum kembali naik. Setelah pelonggaran LTV III berlaku, kredit terus terakselerasi hingga 22,53% pada akhir o Pada kredit Ruko/Rukan, sebelum pengetatan LTV II berlaku, tingkat pertumbuhan sedang dalam tren menurun. Pasca pemberlakukannya, tingkat pertumbuhan yang sempat mencapai 45,33% turun hingga 1 digit. Ketika pelonggaran LTV III berlaku, pertumbuhan yang rendah terus terjadi dengan posisi 6,84% pada akhir Pertumbuhan Kredit Properti Perbankan Konvensional di Kalbar (yoy) RT Tipe Diatas 70 RT Tipe 22 s.d. 70 Ruko/Rukan 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% 78.70% 6.84% 39.56% 5.72% 45.33% 22.53% 2.33% 14.22% 19.48% 21.98% Sama dengan kredit pemilikan properti, pasca pemberlakukan pengetatan/pelonggaran UM, tingkat pertumbuhan kredit pemilikan kendaraan bermotor ada yang searah dan ada juga yang tidak searah yang diharapkan. o Pada kredit sepeda motor, tingkat pertumbuhan yang sempat mencapai 69,08% saat pengetatan UM I mulai berlaku, menjadi turun dan bahkan mengalami sempat mengalami kontraksi hingga -57% sebelum kembali meningkat. Ketika pelonggaran UM III berlangsung, tingkat pertumbuhan terus stagnan, bahkan kembali mengalami kontraksi pada akhir tahun o Pada kredit mobil, tingkat pertumbuhan yang masih mencapai 57,22% pada saat pengetatan UM I mulai berlaku, menjadi turun dan sempat menyentuh angka 2,68% sebelum kembali meningkat hingga lebih dari 20%. Ketika pelonggaran UM III berlangsung, pertumbuhan kredit cenderung turun dan bahkan mengalami kontraksi pada akhir tahun o Pada kredit truk/kendaraan roda enam/lebih, saat berlakunya pengetatan UM I, kontraksi pertumbuhan sedang terjadi. Namun beberapa bulan kemudian tiba-tiba terjadi pertumbuhan hingga ratusan persen, dengan titik tertinggi menyentuh 316%, sebelum kembali turun dan kembali mencatat pertumbuhan negatif. Ketika pelonggaran UM III berlaku, selama beberapa bulan masih terjadi kontraksi dan 2 bulan terakhir di 2015 kembali mencapai tingkat pertumbuhan hingga ratusan persen dengan posisi akhir tahun di 312%. Pertumbuhan Kredit Kendaraan Bermotor Perbankan Konvensional di Kalbar (yoy) Sepeda Motor Mobil Truk/Kendaraan Roda Enam/Lebih 100% 69.08% 80% 60% 40% 20% 57.22% 2.68% 0% -20% -40% -60% -80% % % % 64

83 Kebijakan pengetatan/pelonggaran LTV/UM tidak memberikan perubahan signifkan pada tingkat Non Performing Loans (NPL) di Perbankan Konvensional dimana setiap jenis kredit masih berada di bawah batas aman 5%. Tingkat NPL Perbankan Konvensional di Kalbar (yoy) RT Tipe >70 m2 RT Tipe 22m2-70m2 Ruko/Rukan Sepeda Motor Mobil Truk/Kendaraan Roda Enam/Lebih 4.0% 6.0% 3.5% 3.0% 2.5% 5.0% 4.0% 2.0% 3.0% 1.5% 1.0% 0.5% 2.0% 1.0% 0.0% % Perngaruh Pada Tingkat Pertumbuhan Di Perbankan Syariah Terjadi perbedaan efek terhadap tingkat pertumbuhan berbagai jenis pembiayaan pemilikan properti pada Bank Syariah pasca pemberlakukan pengetatan atau pelonggaran FTV, ada yang searah dan ada juga yang tidak. o Pada pembiayaan Rumah Tapak Tipe Diatas 70, setelah pengetatan FTV I berlaku, tingkat pertumbuhan yang sempat mencapai 70,65% turun hingga mencapai 1 digit. Setelah pengetatan FTV II berlaku, tingkat pertumbuhan terus melemah dan bahkan mengalami kontraksi untuk beberapa lama. Ketika pelonggaran FTV III berlaku, pertumbuhan kembali menjadi positif, namun kembali mengalami kontraksi -0,6% pada akhir tahun o Pada pembiayaan Rumah Tapak Tipe 22 s.d.70, setelah pengetatan FTV II berlaku, tingkat pertumbuhan sempat mencapai 232,13% sebelum turun drastis dan bahkan mengalami kontraksi selama 12 bulan. Ketika pelonggaran FTV III berlaku, tingkat pertumbuhan terus tinggi dan mencapai 66,95% pada akhir tahun o Pada pembiayaan Ruko/Rukan, setelah pengetatan FTV II berlaku, tingkat pertumbuhan turun dari 70,41% ke 33,72% sebelum secara tiba-tiba melonjak drastis menjadi 367% dan turun kembali. Setelah sempat mengalami kontraksi sebelum pemberlakukan pelonggaran FTV III, kredit kembali tumbuh positif hingga 43,69% dan kembali mengalami kontraksi di beberapa bulan di akhir % Pertumbuhan Pembiayaan Properti Perbankan Syariah di Kalbar (yoy) RT Tipe Diatas 70 RT Tipe 22 s.d. 70 Ruko/Rukan 500% % 400% 300% 200% 100% 2.91% % % 33.72% 70.41% 43.69% 66.95% 0% -100% 70.65% % 2015 Baru sejak Mei 2014 perbankan syariah menyalurkan pembiayaan kendaraan bermotor. Karena itu, kebijakan UM I dan UM II tidak memberikan dampak kepada jenis pembiayaan ini. o Pada pembiayaan sepeda motor, tingkat pertumbuhan sedang pada fase kontraksi ketika pelonggaran UM III mulai berlaku. Setelah sempat tumbuh tinggi hingga 85,93%, di akhir tahun pembiayaan tersebut tumbuh rendah 4,28%. o Kemudian pada pembiayaan mobil, tingkat pertumbuhan juga sedang pada fase kontraksi 65

84 ketika pelonggaran UM III mulai berlaku. Setelah berikutnya terus mengalami konraksi, di akhir tahun 2015 akhirnya dapat tumbuh positif 2,35%. o Sedangkan pada pembiayaan truk/kendaraan roda enam/lebih, pada saat pelonggaran UM III mulai berlaku, tingkat pertumbuhan sedang dalam posisi tinggi hingga 52,78%. Namun berikutnya terus turun dan mengalami kontraksi hingga -99,1% di akhir tahun Pertumbuhan Pembiayaan Kendaraan Bermotor Perbankan Syariah di Kalbar (yoy) Sepeda Motor Mobil Truk/Kendaraan Roda Enam/Lebih 100% 50% 52.78% -6.62% 85.93% 4.28% 0% -50% -100% -150% % % % Kebijakan pengetatan/pelonggaran FTV/UM tidak memberikan perubahan signifkan pada tingkat Non Performing Loans (NPL) di Perbankan Syariah dimana setiap jenis kredit masih berada di bawah batas aman 5% kecuali untuk pemilikan Ruko/Rukan. Tingginya tingkat NPL pada kredit Ruko/Rukan disebabkan faktor lain sebab timeline-nya tidak sesuai dengan saat pemberlakukan pelonggaran FTV. Tingkat NPL Perbankan Syariah di Kalbar (yoy) RT Tipe >70 m2 RT Tipe 22m2-70m2 Ruko/Rukan Sepeda Motor Mobil Truk/Kendaraan Roda Enam/Lebih 12.0% 3.5% 10.0% 3.0% 8.0% 6.0% 4.0% 2.5% 2.0% 1.5% 1.0% 2.0% 0.5% 0.0% % Kesimpulan Kebijakan pengetatan/pelonggaran LTV/FTV cukup memberikan pengaruh pada tingkat pertumbuhan kredit/pembiayaan pemilikan properti pada perbankan konvensional, namun tidak pada perbankan syariah. Sedangkan kebijakan pengetatan/pelonggaran UM tidak memberikan pengaruh pada tingkat pertumbuhan kredit/pembiayaan kendaraan bermotor baik pada perbankan konvensional maupun syariah. Lebih lanjut, pemberlakuan kebijakan tersebut juga tidak memberikan pengaruh pada tingkat NPL pada perbankan konvensional maupun syariah. 66

85 67

86 BAB 4 Perkembangan Keuangan Daerah Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2015 menunjukkan perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari realisasi pendapatan tahun 2015 yang tercatat mencapai 93,48% dan realisasi belanja yang mencapai 93,92% dari target belanja APBD 2015dari target pendapatan APBD Realisasi tersebut merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir. 68

87 Kinerja keuangan Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2015 menunjukkan perlambatan dibandingkan dengan 2 tahun sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari realisasi pendapatan tahun 2015 yang tercatat mencapai 93,48% dari target pendapatan APBD Secara historis dalam 3 tahun terakhir, persentase realisasi pendapatan pada tahun laporan merupakan yang terendah. Hal serupa juga terjadi pada realisasi belanja yang mana dapat dikatakan belum optimal, yaitu mencapai 93,92% dari target belanja APBD Persentase realisasi belanja tersebut juga merupakan yang terendah dalam 3 tahun terakhir. Tabel 4.1 Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran Pos APBD (Rp Miliar) Realisasi (Rp Miliar) Realisasi (%) Pendapatan 3.307, , , , , ,38 98,62 102,86 93,48 Belanja 3.469, , , , , ,82 95,00 95,60 93,92 Sumber: Badan Pengelola Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Provinsi Kalimantan Barat % 98,62 102,86 Pendapatan 93,48 95,00 Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Kalbar pada tahun 2015 mencapai Rp4,07 triliun atau sebesar 93,48% dari target pendapatan APBD Secara nominal, nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2014 dan 2013 yakni Rp3,87 triliun dan Rp3,26 triliun. Sementara itu, dari sisi penyerapan belanja, Pemerintah Provinsi Kalbar dipandang perlu melakukan usaha ekstra agar anggaran belanja produktif dapat semakin berdampak kepada kesejahteraan masyarakat di periode mendatang. Kondisi tersebut tercermin dari menurunnya persentase realisasi penyerapan belanja terhadap target APBD 2015 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Hingga semester II 2015, secara nominal realisasi penyerapan belanja mencapai Rp4,14 triliun atau 93,92% dari target penyerapan belanja APBD Persentase realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan tahun 2014 yang mencapai 95,60%. Oleh karena itu, pada periode mendatang realisasi belanja diharapkan dapat lebih dipacu sejak awal tahun khususnya untuk belanja modal serta barang dan jasa agar realisasi proyek infrastruktur dapat menjadi modal bagi pertumbuhan ekonomi Kalbar yang kuat dan merata di tengah bergulirnya Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). 95,60 Belanja Sumber: BPKAD Prov Kalbar, diolah Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Tahun ,92 69

88 4.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalbar Tahun 2015 Berdasarkan komponennya, realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Kalbar tahun 2015 didorong oleh peningkatan realisasi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah secara nominal. Tercatat realisasi dana perimbangan tahun 2015 mencapai Rp1,64 triliun atau meningkat 13,34% dibandingkan tahun Namun demikian, apabila dibandingkan dengan target dana perimbangan tahun 2015, realisasinya hanya mencapai 94,59%, menurun dari 99,73% pada tahun sebelumnya. Secara lebih rinci, diketahui bahwa menurunnya realisasi dana perimbangan didorong oleh menurunnya realisasi dua subkomponen pembentuknya yaitu dana bagi hasil pajak dan bukan pajak (DBH) dan dana alokasi khusus (DAK) masing-masing menjadi 71,96% dan 70,97% dibandingkan tahun Selain dana perimbangan, komponen lain yang mengalami kenaikan realisasi secara nominal adalah lain-lain pendapatan yang sah. Realisasi komponen tersebut hingga semester II 2015 tercatat sebesar Rp725 miliar atau meningkat 27,05%. Selain meningkat secara nominal, realisasi lain-lain pendapatan yang sah juga meningkat secara persentase terhadap targetnya di tahun 2015 yaitu menjadi 100,9% dari 99,69% dari tahun Di sisi lain, realisasi komponen pendapatan asli daerah (PAD) justru mengalami penurunan baik secara nominal maupun persentase realisasi dibandingkan tahun 2014 yaitu dari 106,84% menjadi 89,65%. Menurunnya realisasi PAD patut mendapat perhatian khusus mengingat PAD merupakan cerminan kemandirian suatu daerah. Pada tahun 2015, porsi PAD dalam membentuk realisasi pendapatan daerah total sebesar 41,84% Miliar 1.343,40 166,64 205,01 Pajak Daerah Retribusi 1.459,30 Pengelolaan Kekayaan yg Dipisahkan Lain-lain PAD yang Sah 121, ,63 Sumber: BPKAD Prov Kalbar, diolah Grafik 4.3 Realisasi Dana Perimbangan Tahun ,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Secara lebih rinci, realisasi PAD hingga tahun 2015 masih ditopang oleh pajak daerah dengan porsi 85,64%. Realisasinya hingga semester II mencapai Rp1,45 triliun. Walaupun menjadi penopang utama tetapi apabila dilihat dari persentase realisasi terhadap target APBD, pajak daerah justru tercatat sebagai subkomponen dengan persentase terendah di antara subkomponen lain yaitu 88,16%, sekaligus lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 96,44%. Selain itu, realisasi subkomponen retribusi daerah juga mengalami penurunan dari 123,85% 0 Miliar Lain-lain Pendapatan yang Sah Dana Perimbangan PAD Triwulan III 2014 Triwulan III 2015 Sumber: BPKAD Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Tahun

89 pada tahun sebelumnya menjadi 91,27% pada tahun laporan. Terlebih lagi, realisasi subkomponen lainnya seperti hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dan lain-lain PAD yang sah pada tahun laporan juga mengalami penurunan masing-masing dari 100,17% dan 277,62% menjadi 98,86% dan 125,18% dibandingkan tahun sebelumnya Miliar 178, , ,59 151,18 63,19 85, Sementara itu, dapat diketahui bahwa realisasi dana perimbangan hingga semester II 2015 masih didominasi oleh dana alokasi umum (DAU) dengan porsi 85,58%. Secara nominal, realisasi DAU meningkat dari Rp1,29 triliun pada tahun sebelumnya menjadi Rp1,4 triliun di tahun Secara persentase realisasi terhadap target APBD, persentase realisasi DAU mencapai 100%, tetap dibandingkan tahun Di sisi lain, dana alokasi khusus (DAK) hanya memiliki porsi sebesar 5,21% terhadap pembentukan dana perimbangan total dan tercatat memiliki persentase realisasi terhadap target APBD yang terendah di antara tiga subkomponen dana perimbangan yaitu dari 70,97% menurun dibandingkan tahun sebelumnya aitu 100%. Kinerja realisasi dana perimbangan menjadi penting mengingat maksud penyalurannya untuk mengurangi celah fiskal dalam membiayai urusan pemerintah daerah dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat di daerah. Selanjutnya, apabila melihat porsi ketiga komponen pembentuk pendapatan daerah total, terlihat bahwa porsi dana perimbangan dan porsi PAD hanya berbeda 1,52%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kemandirian daerah dalam membiayai jalannya roda pemerintahan masih perlu dioptimalkan. Tercatat porsi dana perimbangan terhadap total pendapatan daerah total hingga semester II 2015 mencapai 40,33%, sementara porsi PAD sebesar 41,84%. Terlebih lagi, besarnya porsi PAD tersebut justru menurun dibandingkan dengan tahun 2014 yang mencapai 45,87% dan porsi dana perimbangan justru meningkat dari 39,52%. Ke depan, Pemerintah Provinsi Kalbar diharapkan dapat berkoordinasi dengan pihak terkait untuk lebih mengoptimalkan potensi-potensi pendapatan daerah supaya dalam menjalankan peran dan fungsi pemerintah daerah tidak terlalu bergantung pada dana perimbangan dari Pemerintah Pusat. DBH DAU Sumber: BPKAD Prov Kalbar, diolah Grafik 4.4 Realisasi Dana Perimbangan Hingga Tahun 2015 DAK 71

90 4.2 Realisasi Belanja APBD Provinsi Kalbar Tahun % Triwulan III Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Triwulan III 2015 Sumber: BPKAD Provinsi Kalbar, diolah Grafik 4.5 Realisasi Belanja Daerah Triwulan III 2015 Realisasi penyerapan belanja Pemerintah Provinsi Kalbar hingga semester II 2015 masih perlu dioptimalkan terutama pada komponen belanja langsung. Pada tahun laporan, persentase realisasi penyerapan belanja terhadap APBD 2015 tercatat mencapai 93,92%, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Selain itu, realisasi tersebut masih didominasi oleh komponen belanja tidak langsung dengan porsi terhadap belanja total mencapai 63,14%. Sementara itu, porsi komponen belanja langsung terhadap belanja total hanya mencapai 36,86%. Besarnya selisih realisasi antarkomponen belanja tersebut mengindikasikan bahwa pelaksanaan penyerapan anggaran produktif masih perlu dioptimalkan. Secara lebih dalam, realisasi komponen belanja tidak langsung didorong oleh penyerapan belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota dengan porsi 32,28%. Pada tahun laporan, penyerapan belanja bagi hasil kepada kabupaten/kota mencapai Rp845,41 miliar, lebih tinggi dari penyerapan tahun 2014 sebesar Rp323,86 miliar. Kontributor utama lainnya di dalam komponen belanja tidak langsung adalah belanja hibah dan Miliar 546,78 Belanja Pegawai Bagi Hasil Kpd Kab/Kota 667,04 435,94 414,61 Belanja Hibah Bant Keuangan Kpd Kab/Kota 646,30 804, ,41 320,66 Sumber: BPKAD Prov Kalbar, diolah Grafik 4.6 Realisasi Belanja Tidak Langsung Tahun 2015 belanja pegawai atau gaji dengan porsi masing-masing 30,72% dan 24,68%. Tercatat penyerapan belanja hibah mencapai Rp804,66 miliar, meningkat 20,63% dari tahun lalu. Selain itu, realisasi belanja pegawai atau gaji tercatat sebesar Rp646,3 miliar, meningkat 18,20% dibandingkan tahun

91 1.200 Miliar Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal 1.040, , ,43 157,50 147, Sumber: BPKAD Prov Kalbar, diolah Grafik 4.7 Realisasi Belanja Langsung Tahun ,05 Di sisi lain, realisasi komponen belanja langsung yang digunakan untuk membiayai proyek produktif Pemerintah Daerah masih perlu dioptimalkan. Dibandingkan dengan tahun 2014, realisasi belanja langsung turun 3,74% atau dari Rp1,58 triliun menjadi Rp1,52 triliun. Persentase realisasi terhadap APBD juga menurun dari 91,49% pada tahun 2014 menjadi 86,42%. Secara nominal, hanya subkomponen belanja barang dan jasa di dalam belanja langsung yang mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Terlebih lagi, secara persentase realisasi terhadap APBD juga mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Pada tahun laporan, realisasi belanja barang dan jasa dengan porsi 65,75% terhadap total belanja langsung mencapai 92,22% dari target APBD 2015, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yaitu 91,02%. Sementara itu, subkomponen belanja modal dengan porsi 24,6% terhadap total belanja langsung memiliki persentase penyerapan terhadap target APBD sebesar 72,27%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yaitu 91,05%. Penurunan persentase penyerapan pada subkompenen belanja moda perlu mendapat perhatian khusus mengingat subkomponen tersebut merupakan sumber pembiayaan bagi proyek-proyek infrastruktur multiyears Pemerintah Provinsi Kalbar. 73

92 BOKS-4 MENYIKAPI TANTANGAN DALAM PENGELOLAAN DANA DESA DI KALIMANTAN BARAT Undang-undang Desa No. 6 Tahun 2014 membawa satu konsekuensi bahwa terdapat kucuran dana milyaran rupiah yang diterima oleh setiap desa, yang merupakan bagian dari dana perimbangan yang diterima Kabupaten/Kota. Tentunya suatu mekanisme pengelolaan dana, terlebih dalam jumlah yang cukup besar, tidak terhindar dari risiko penyelewengan dan korupsi. Dengan adanya fakta bahwa banyak kepala daerah terjerat kasus korupsi, maka terdapat kekhawatiran masyarakat bahwa korupsi tersebut juga akan berpindah kepada pimpinan atau aparat pemerintahan desa. Ditambah dengan adanya birokrasi yang berbelit sehingga memperlambat penyaluran dana desa dimaksud, maka perlu adanya manajemen yang baik dalam menjamin optimalisasi penyaluran dana desa kepada sasaran yang tepat. Alokasi Dana Desa Di dalam Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2014 tentang Dana Desa, disebutkan bahwa dana desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi desa, yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Mekanisme penyalurannya dilakukan dengan mentransfer dana desa tersebut melalui APBD kabupaten/kota, dan untuk selanjutnya ditransfer ke APB Desa. Pengawasan pengelolaan dana desa tersebut dilakukan oleh masyarakat melalui BPD (Badan Permusyawaratan Desa). Alokasi dana desa ditentukan berbeda sesuai dengan kebijakan pemerintah pusat. Data menunjukkan bahwa pulau Jawa dan Sumatera masih menempati alokasi tertinggi, yakni masing-masing dengan jumlah alokasi dana desa sebesar Rp6.513 miliar dan Rp6.086 miliar, dan hal ini sangat dimungkinkan terjadi akibat banyaknya provinsi yang terdapat di kedua pulau dimaksud. Sementara itu, Kalimantan, dengan jumlah 5 provinsi yang terdapat 74

93 di dalamnya (Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara), mendapatkan alokasi dana desa sebesar Rp1.811 miliar. Alokasi dana desa terbesar di Kalimantan ditujukan kepada Provinsi Kalimantan Barat dengan jumlah sebesar Rp537 miliar. Sumber: Litbang Kompas Sumber: Litbang Kompas Grafik 1. Alokasi Dana Desa Indonesia Grafik 2. Alokasi Dana Desa Kalimantan (2015) (2015) Sesuai Lampiran XXII Peraturan Presiden No. 36 Tahun 2015 tentang Rincian APBN TA 2015, jumlah dan rincian alokasi Dana Desa untuk Provinsi Kalimantan Barat ditujukan untuk 12 kabupaten, yakni Kabupaten Sintang dengan jumlah alokasi dana desa sebesar Rp77 miliar merupakan kabupaten yang menerima alokasi dana desa terbesar di Provinsi Kalimantan Barat, sedangkan Kabupaten Kayong Utara dengan jumlah alokasi dana desa sebesar Rp13,5 miliar merupakan kabupaten yang menerima alokasi dana desa terkecil di Provinsi Kalimantan Barat. Dalam dana desa yang telah dialokasikan dan diterima merupakan hak dari pemerintah desa, sedangkan kewajiban pemerintah desa adalah melaporkan pertanggungjawaban terhadap dana yang telah diterima. Sumber: PP No. 36 tahun 2015, diolah Grafik 3. Alokasi Dana Desa ke 12 Kabupaten di Kalimantan Barat 75

94 Belum Terserap dengan Optimal Sebagaimana yang terjadi pada provinsi lain, masih ditemukan dana desa yang mengendap di provinsi Kalimantan Barat. Alokasi sebesar Rp537 miliar di tahun 2015 untuk dana desa Kalimantan Barat dilakukan secara bertahap. Tahap pertama sebesar 87% dari 40% yang sudah tersalurkan. Tahap kedua 32% dari 40%, Tahap ketiga 0,98% dari 20%. Hanya Kabupaten Melawi yang masih 0% untuk semua tahap. Menurutnya, khusus Kabupaten Melawi belum terdapat serapan karena keinginan pemerintah kabupaten yang menunggu seluruh aturan selesai. Tidak seperti kabupaten lain yang tetap melakukan penyerapan sambil menunggu keluarnya aturan terkait. Alokasi dana desa di Kalimantan Barat yang ditujukan kepada desa, hingga akhir tahun 2015 tercatat sudah memasuki tahap pencairan ketiga. Namun, dari tiga tahapan yang telah berhasil dilalui tersebut hanya 80% besaran dana yang terserap. Lambatnya penyerapan ini terutama diakibatkan ketidakpahaman aparat pemerintah dalam menggunakan dana desa dimaksud. Seyogyanya dana yang telah dialokasikan dan ditransfer kepada desa terkait langsung digunakan untuk melakukan pembangunan yang diperlukan guna meningkatkan roda perputaran ekonomi desa yang bersangkutan. Sebagaimana praktik yang berlaku di perbankan, maka dana desa yang masih mengendap dan belum disalurkan ke desa-desa membawa konsekuensi dalam hal pendapatan bunga yang menjadi seharusnya menjadi milik negara. Beberapa hal yang belum transparan seperti ini menjadi tanda tanya tersendiri bagi masyarakat yang sering menuding bahwa pemerintah kabupaten sengaja menahan dana desa guna mengambil keuntungan dari bunga uang tersebut. Terlebih terdapat hambatan dalam hal peraturan pencairan dana desa, antara lain terdapat peraturan yang saling tumpang tindih dalam hal penunjukkan pelaksana teknis dalam penggunaan dana desa. Demikian pula halnya dengan prinsip governance yang harus diterapkan dalam pengelolaan dana desa menjadi permasalahan tersendiri bagi aparat pemerintah desa, terutama dalam hal kelengkapan administrasi pengajuan permintaan dana dan pertanggungjawaban penggunaan dana. Dalam Standard Operating Procedure (SOP) pengelolaan dana desa terdapat ketentuan bahwa dalam waktu 2 hari kerja setelah berkas administrasi dan persyaratan lengkap diterima, maka dana desa sudah siap ditransfer kepada desa yang mengajukan permohonan permintaan dana tersebut. Keterlambatan transfer dana desa ini umumnya disebabkan karena kurangnya kesigapan pemerintah desa dalam melengkapi berkas-berkas yang dipersyaratkan dalam permohonan pengajuan. 76

95 Beberapa Hal yang Perlu Dibenahi Mengingat bahwa dana desa ini merupakan salah satu konsep yang cukup ideal dalam mengatasi kesenjangan pembangunan sekaligus untuk meningkatkan perputaran roda perekonomian negara, maka perlu adanya beberapa upaya perbaikan dalam pengelolaan dana desa dimaksud, yakni sebagai berikut: 1. Kehadiran tenaga pendamping dalam pengelolaan dana di pemerintah desa. Mengingat bahwa pengelolaan dana membutuhkan pengetahuan yang cukup tajam dan spesifik, sementara belum seluruh aparat pemerintah desa memahami dengan baik sehubungan dengan hal ini, maka perlu adanya tenaga pendamping profesional yang dapat membantu pemerintah desa dalam melengkapi berkas-berkas pengajuan dana yang dipersyaratkan beserta teknik pengelolaan dana serta penyusunan pertanggungjawaban penggunaan dana. Tenaga profesional pendamping idealnya disediakan oleh pemerintah kabupaten, dan dapat bekerja sama dengan perguruan tinggi yang sekaligus dimaksudkan untuk melibatkan tenaga-tenaga muda potensial dalam pembangunan daerah. 2. Meningkatkan koordinasi antara pemerintah kabupaten, badan pemberdayaan desa, kecamatan hingga aparat pemerintah desa. Lambannya penyerapan dana umumnya juga disebabkan karena belum rampungnya pemerintah desa dalam menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa, Rencana Kerja Pembangunan (RKP) Desa dan Anggarapan Pendapatan dan Belanja (APB) Desa. Penyunsan RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa ini sangat memerlukan koordinasi antara kabupaten, badan pemberdayaan desa, kecamatan dan pemerintah desa. Sehingga, dengan percepatan penyelesaian penyusunan RPJM Desa, RKP Desa dan APB Desa, diharapkan dana desa akan segera dapat diserap dengan optimal. 3. Sosialisasi ketentuan hukum pengelolaan dana desa. Ketiadaan peraturan atau pun banyaknya peraturan yang tumpang tindih seringkali menjadi sumber kesulitan bagi aparatur desa dalam melakukan pengelolaan dana desa. Terlebih banyak instansi yang mengeluarkan peraturan terkait dengan ini, seperti Permendesa, Permendagri, Perka LKPP. Dengan demikian, perlu adanya sosialisasi dalam bentuk bimbingan teknis bagi aparatur desa untuk memahami peraturan pengelolaan dana desa, termasuk risiko hukum yang dihadapi, sehingga aparatur desa tidak mengalami kebingungan dan tidak salah langkah dalam mengambil kebijakan pengelolaan dana desa dimaksud. 77

96 (Dari berbagai sumber) 78

97 BAB 5 Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Tingkat Berdasarkan perkembangan data terkini ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Agustus, 2015), kondisi ketenagakerjaan kembali mengalami penurunan. Tingkat pengangguran menunjukkan peningkatan cukup tajam dan merupakan kondisi tingkat pengangguran tertinggi di Kalimantan Barat setidaknya sejak tahun Peningkatan jumlah pengangguran tertinggi terdapat di sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi. 79

98 5.1 Gambaran Umum Sejalan dengan belum pulihnya kondisi ketenagakerjaan, indikator kesejahteraan masyarakat yang tercermin melalui perkembangan angka kemiskinan serta Nilai Tukar Petani (NTP) pun masih berada dalam tren penurunan. Nilai Tukar Petani (NTP) pada triwulan IV 2015 masih dalam tren penurunan. Faktor pendorong utama penurunan NTP pada triwulan laporan adalah penurunan tajam yang terjadi pada NTP subsektor hortikultura dan perkebunan rakyat, sementara subsektor padi palawija mengalami peningkatan sebesar 2,38% (qtq). Penurunan indeks NTP pada subsektor perkebunan rakyat saat ini merupakan kondisi terendah setidaknya dalam satu tahun terakhir. Rendahnya NTP yang terjadi pada sub sektor perkebunan rakyat diduga erat dipengaruhi oleh belum membaiknya harga komoditas terutama komoditas karet hingga akhir triwulan IV Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Di tengah indikasi membaiknya perekonomian Kalimantan Barat, kondisi ketenagakerjaan belum menunjukkan perbaikan dan cenderung kembali menurun. Berdasarkan hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) periode Agustus 2015, diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat kembali mengalami penurunan melanjutkan tren penurunan yang telah terjadi sejak pertengahan tahun Menurunnya kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat terefleksi melalui peningkatan tajam pada tingkat pengangguran serta menurunnya tingkat partisipasi angkatan kerja (TPAK). Tingginya tingkat pengangguran saat ini serta semakin rendahnya TPAK Provinsi Kalimantan Barat merupakan kondisi terburuk setidaknya dalam lima tahun terakhir. Penurunan penyerapan tenaga kerja terbesar terutama terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian serta sektor konstruksi. Sementara itu, jumlah pasokan tenaga kerja di wilayah Kalimantan Barat terpantau mengalami peningkatan. Tercatat jumlah penduduk usia kerja (usia >15 tahun) pada Agustus 2015 adalah sebesar 3,38 juta jiwa, atau mengalami peningkatan sebesar 1,96% (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu (Agustus 2014) serta meningkat 0,92% relatif terhadap periode sebelumnya (Februari 2015). Peningkatan jumlah penduduk usia kerja tersebut ditransmisikan pada kenaikan angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Peningkatan lebih tinggi terjadi pada klasifikasi penduduk bukan angkatan kerja. Penduduk bukan angkatan kerja mengalami peningkatan sebesar 2,82% (yoy) relatif terhadap periode yang sama tahun lalu, sementara klasifikasi penduduk yang termasuk dalam angkatan kerja sepanjang satu tahun terakhir mengalami peningkatan 1,58% (yoy). Berdasarkan indikator ketenagakerjaan tersebut, 80

99 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 11 Kalimantan Barat pada Agustus 2015 adalah sebesar 69,67% atau relatif lebih rendah dibandingkan dengan TPAK pada periode yang sama tahun lalu, yaitu sebesar 69,93% maupun terhadap periode sebelumnya (Februari 2015) yaitu 70,73%. Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (Ribu Jiwa) Keterangan Perubahan Ags '15 Terhadap Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb'15 (%) Ags'14 (%) Jumlah Penduduk Usia Kerja 3,031 3,041 3,228 3,068 3,280 3,318 3,352 3, Angkatan Kerja 2,258 2,183 2,349 2,140 2,369 2,320 2,370 2, a. Bekerja 2,182 2,107 2,276 2,054 2,309 2,227 2,257 2, b. Pencari Kerja Bukan Angkatan Kerja , Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (%) Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Berdasarkan analisis tren data historis, TPAK Kalimantan Barat pada triwulan laporan merupakan TPAK terendah setidaknya dalam lima tahun terakhir. Tren penurunan TPAK tersebut terjadi seiring dengan peningkatan pada jumlah proporsi penduduk bukan angkatan kerja yang semakin meningkat setiap tahunnya. Semakin besarnya proporsi penduduk usia kerja yang bukan termasuk dalam angkatan kerja dapat mengindikasikan bahwa penduduk usia kerja di wilayah Kalimantan Barat kini lebih memilih untuk meneruskan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi dibandingkan dengan bekerja atau terlibat dalam aktifitas produksi. Selain meningkatnya tren penduduk bukan angkatan kerja, peningkatan yang signifikan terjadi pada kelompok penduduk pencari kerja (pengangguran) di wilayah Kalimantan Barat. Berdasarkan data Sakernas Agustus 2015 diketahui bahwa proporsi Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat pesat dari 4,04% pada Agustus 2014 menjadi 5,14% pada Agustus 2015, atau setara dengan peningkatan sebesar 27,22% (yoy). Rendahnya penyerapan tenaga kerja pada periode ini terutama terjadi pada klasifikasi tenaga kerja yang bekerja di sektor pertambangan dan konstruksi. 11 Tingkat Partisipasi Angkata Kerja (TPAK) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk angkatan kerja terhadap jumlah penududuk usia kerja (di atas 15 tahun). 81

100 (%) (%) TPAK (Skala Kiri) TPT (Skala Kanan) Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags % (yoy) Bukan Angkatan Kerja % (yoy) Penduduk Usia Kerja Bekerja Pencari Kerja (Skala Kanan) Feb Ags Feb Ags Feb Ags Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik 5.1 Perbandingan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah Grafik Perbandingan Tingkat Pertumbuhan Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat Ditinjau dari sisi sektoral, penyerapan tenaga kerja utama di provinsi Kalimantan Barat tetap didominasi oleh tiga sektor ekonomi utama, yaitu sektor pertanian, perdagangan, dan jasa-jasa. Secara kumulatif ketiga sektor ekonomi tersebut telah mampu menyerap 85,5% dari total pasokan tenaga kerja yang bekerja di wilayah Kalimantan Barat. Sementara itu, tingginya angka pengangguran pada periode ini terutama terjadi akibat penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja di sektor pertambangan dan konstruksi. Sebelumnya pada Agustus 2014, terdapat 85 ribu pekerja di sektor pertambangan dan 119 ribu pekerja di sektor konstruksi, namun berdasarkan hasil Sakernas Agustus 2015 diketahui bahwa terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertambangan hingga 48 ribu jiwa, atau setara dengan penurunan sebesar -56,47% (yoy). Selaras dengan penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor pertambangan, tenaga kerja pada sektor konstruksi juga mengalami penurunan mencapai 14 ribu tenaga kerja atau setara dengan penurunan hingga -11,75% (yoy). Penurunan tingkat penyerapan tenaga kerja yang terjadi pada sektor pertambangan dan penggalian diprakirakan erat kaitannya dengan telah berhenti beroperasinya sebagian besar pabrik pertambangan bauksit di wilayah Kalimantan Barat pasca penerapan UU Minerba, sementara penurunan penyerapan tenaga kerja pada sektor konstruksi utamanya terjadi seiring dengan terhambatnya berbagai pembangunan yang dilakukan baik oleh pemerintah daerah maupun oleh pelaku usaha swasta. Kendati demikian, peningkatan lebih tajam pada tingkat pengangguran di Provinsi Kalimantan Barat cenderung tertahan oleh transmisi pekerja ke berbagai sektor usaha lainnya, terutama pada sektor perdagangan, industri, serta jasa-jasa dengan peningkatan penyerapan tenaga kerja masing-masing sebesar 13,81% (yoy), 6,10% (yoy), dan 5,93% (yoy). Tabel 5.2 Persentase Penduduk Bekerja Berdasarkan Lapangan Usaha 82

101 Lapangan Pekerjaan Utama Feb Ags Feb Ags Feb Ags Growth Indikator Pertanian 60.28% 57.57% 57.21% 57.76% 51.31% 57.80% 0.54% Industri 3.56% 3.34% 3.16% 3.66% 4.43% 3.89% 6.10% Perdagangan 13.09% 13.54% 14.77% 13.99% 19.81% 15.74% 13.18% Jasa-Jasa 12.13% 11.94% 12.65% 11.36% 11.96% 11.98% 5.93% Lainnya *) 10.94% 13.61% 12.21% 13.23% 13.11% 10.59% % Ags '15 Terhadap Ags '14 Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah *) Sektor Lainnya terdiri dari Sektor Pertambangan&Penggalian, Listrik&Gas, Bangunan, Perdagangan- Hotel-Restoran, dan Pengangkutan&Komunikasi. Kendati terpantau masih mengalami penurunan, namun indikasi perbaikan pada kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat telah mulai terlihat. Hal ini terindikasi melalui hasil Survei Konsumen oleh KPw BI Provinsi Kalimantan Barat serta hasil liaison yang dilakukan kepada pelaku usaha di berbagai sektor ekonomi utama. Berdasarkan hasil Survei Konsumen diketahui bahwa optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini serta indikator pembentuknya yaitu indeks ketersediaan lapangan kerja dan indeks penghasilan saat ini secara relatif terhadap triwulan sebelumnya mengalami peningkatan. Optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini (IKE) mengalami peningkatan dari 106,0 pembentuk indeks ketersediaan lapangan kerja yaitu dari sebelumnya 89,8 atau dibawah batas indeks optimis (batas indeks optimis =100) menjadi 104,2 pada triwulan IV Sejalan dengan indikasi perbaikan optimisme konsumen terhadap kondisi ketenagakerjaan Kalimantan Barat yang tercermin melalui hasil Survey Konsumen, perbaikan turut pula terkonfirmasi melalui hasil liaison yang dilakukan oleh KPw BI Prov Kalimantan Barat. Berdasarkan hasil liaison kepada pelaku usaha di berbagai sektor ekonomi utama diketahui bahwa walaupun penurunan jumlah tenaga kerja tetap dilakukan terutama oleh pelaku usaha di sektor industri pengolahan dan subsektor kehutanan, namun peningkatan tenaga kerja terutama pada sektor perdagangan tetap dilakukan. Penambahan tenaga marketing dan service center sejalan dengan ekspansi usaha yang masih dilakukan oleh pelaku usaha. 83

102 INDEKS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Penghasilan Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.3 Indeks Kondisi Ketenagakerjaan dan Penghasilan Saat Ini Likert Scale Jumlah TK (0.60) TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV Grafik 5.4 Likert Scale Komponen Tenaga Kerja Sementara itu, apabila dilihat berdasarkan status pekerjaan utama, sebagian besar angkatan kerja di Kalimantan Barat masih bekerja di sektor informal 12. Jumlah pekerja informal di Kalimantan Barat pada Agustus 2015 mencapai 1,46 juta jiwa, atau setara dengan 65,56% dari total penduduk bekerja, dan sisanya 770 ribu pekerja, atau 34,4% bekerja di sektor formal. Relatif terhadap periode yang sama tahun lalu, kedua klasifikasi status pekerjaan utama yaitu informal dan formal berada pada kondisi stabil, jumlah pekerja pada klasifikasi status pekerjaan informal mengalami peningkatan 0,64% (yoy) relatif lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan yang terjadi pada klasifikasi pekerja di sektor formal yang mengalami peningkatan sebesar 0,02% (yoy). Peningkatan pada klasifikasi status pekerjaan informal terutama didorong oleh meningkatnya jumlah pekerja dengan status berusaha sendiri dan pekerja bebas dengan peningkatan pada masing-masing klasifikasi sebesar 17,94% (yoy) dan 11.16% (yoy). Sementara itu, penurunan jumlah pekerja terpantau terjadi pada klasifikasi pekerja keluarga serta pekerja yang berusaha dibantu oleh buruh tetap/buruh berbayar dengan masing-masing penurunan sebesar -10,31% (yoy) dan -3,83% (yoy). Tabel 5.3 Jumlah Tenaga Kerja Berdasarkan Status Utama Pekerja (Ribu Jiwa) STATUS PEKERJAAN Perubahan Ags '15 Terhadap Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb'15 (%) Ags'14 (%) INFORMAL Berusaha sendiri Berusaha dibantu buruh tidak tetap Pekerja Bebas Pekerja Keluarga FORMAL Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Buruh/ karyawan/pegawai Sumber: BPS Provinsi Kalimantan Barat, diolah 12 Status pekerjaan informal adalah pekerja yang mempunyai status selain sektor formal yaitu berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar dan buruh/karyawan/pegawai. 84

103 Ags '15 Feb ' % 36.1% 34.6% Ags '14 INFORMAL FORMAL 65.4% 63.9% 64.6% Grafik Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Formal dan Informal Kondisi Pengangguran Kalimantan Barat Seiring dengan perekonomian Kalimantan Barat yang belum sepenuhnya pulih, tingkat penggangguran di Kalimantan Barat mengalami peningkatan signifikan. Jumlah pencari kerja (pengangguran) saat ini di wilayah Kalimantan Barat berdasarkan data Sakernas Agustus 2015 merupakan tingkat pengangguran tertinggi setidaknya sejak tahun Jumlah pencari kerja pada periode Agustus 2015 tercatat sebesar 121 ribu jiwa, atau mengalami peningkatan hingga 29,11% (yoy) dibandingkan periode Agustus 2014 dengan jumlah pencari kerja sebesar 94 ribu jiwa. Tingginya angka pengangguran Kalimantan Barat disebabkan oleh peningkatan jumlah angkatan kerja yang tidak diimbangi dengan penyerapan penduduk yang bekerja. Berdasarkan kondisi tersebut, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 13 di Kalimantan Barat pada Agustus 2015 sebesar 5,14%. Relatif terhadap provinsi lainnya di wilayah Kalimantan, peningkatan tingkat pengangguran terjadi di seluruh provinsi di Kalimantan dengan tingkat pengangguran terbuka tertinggi terjadi di Provinsi Kalimantan Timur yaitu sebesar 7,50%. Sementara itu, peningkatan tingkat pengangguran tertinggi relatif terhadap periode yang sama tahun sebelumnya terjadi di wilayah Kalimantah Tengah dengan Secara spasial, tingkat pengangguran terbuka tertinggi di wilayah Provinsi Kalimantan Bar Mempawah dengan tingkat pengangguran masing-masing mencapai 9,44% dan 7,12%. Sementara itu, penurunan tingkat pengangguran terbesar terjadi di wilayah Kota Singkawang, Kabupaten Bengkayang, dan Kabupaten Sintang dengan penurunan masing-masing sebesar - 2,10%, -0,59%, dan -0,58%. Grafik Perbandingan TPT Antar Provinsi Kalimantan 13 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja 85

104 Melawi Sekadau Kayong Utara Kab Mempawah Kota Singkawang Kubu Raya Pontianak Kota Sintang Sanggau Sambas Landak Ketapang Kapuas Hulu Bengkayang Grafik 5.5 Tingkat Pengangguran Terbuka Per Kabupaten/Kota Provinsi Kalimantan Barat Grafik 5.6 Perubahan TPT Agustus 15 vs Agustus 14 Kabupaten/Kota Kalimantan Barat Dari sisi jenjang pendidikan terakhir yang ditamatkan, peningkatan tingkat penganggu peningkatan tingkat pengangguran tertinggi terjadi pada jenjang pendidikan SD dan SMA/SMK sederajat. Pada jenjang pendidikan SMA/SMK sederajat peningkatan tingkat pengangguran terjadi Agust menengah di Kalimantan Barat terjadi seiring dengan minimnya kualifikasi yang dimiliki oleh tenaga kerja, dimana sebagian besar tenaga kerja berlatar belakang pendidikan ini berprofesi sebagai buruh maupun petani pada subsektor perkebunan yang hingga saat ini masih dalam tren melesu % Feb Ags Feb Ags Feb Ags Feb Ags TPT Kalimantan Barat TPT Nasional 2.50 % % Ags '10 Ags '11 Ags '12 Ags '13 Ags '14 Ags '15 TPT Kalimantan Barat (Skala Kanan) SD Ke Bawah SMP Sederajat SMA Sederajat Diploma Universitas Grafik 5.7 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kalimantan Barat dan Nasional Grafik 5.8 Perkembangan Tingkat Pengangguran Berdasarkan Jenjang Pendidikan 86

105 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar 5.3 Kesejahteraan Walaupun telah menunjukkan indikasi perbaikan ekonomi, tingkat kesejahteraan masyarakat secara umum hingga akhir tahun 2015 masih dalam tren penurunan. Indikasi menurunnya tingkat kesejahteraan masyarakat pada triwulan laporan tercermin melalui hasil Survey Konsumen, yaitu pada pergerakan indikator Indeks Keyakinan Konsumen, baik terhadap kondisi perekonomian saat ini maupun prakiraan mendatang. Walaupun masih berada dalam kisaran level optimis (berada di atas 100), namun indikasi menurunnya optimisme masyarakat terlihat pada ketiga indikator tersebut. Kendati belum sepenuhnya pulih, optimisme masyarakat terutama terhadap kondisi penghasilan pada triwulan IV 2015 telah menunjukkan mengalami 134,67 pada triwulan IV Indikasi perbaikan pada tingkat kesejahteraan konsumen di triwulan mendatang pun tercermin dari peningkatan ekspektasi konsumen terhadap penghasilan mereka yang semakin meningkat INDEKS Ekspektasi Indeks OPTIMIS PESIMIS Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Grafik Indeks Kondisi & Ekspektasi Penghasilan Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik Perkembangan IKE, IEK, dan IKK Kalimantan Barat Nilai Tukar Petani (NTP) Indikator kesejahteraan lainnya adalah Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan tingkat kesejahteraan relatif petani. Nilai Tukar Petani diperoleh dengan cara membandingkan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP juga mengukur daya tukar produk pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi maupun biaya produksi. Dengan demikian, semakin tinggi NTP akan menunjukkan semakin tinggi tingkat kesejahteraan petani. NTP Kalimantan Barat pada triwulan IV 2015 kembali mengalami penurunan melanjutkan tren penurunan yang telah terjadi sejak awal tahun Tercatat pada Desember 2015 NTP Kalimantan Barat mengalami penurunan sebesar -0,28% (qtq), yaitu dari 87

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2016 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT NOVEMBER 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 No. 06/2/62/Th. IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 6,21 PERSEN MELAMBAT SEJAK LIMA TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kalimantan Tengah

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN UTARA AGUSTUS 217 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Utara Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 EKONOMI JAWA TENGAH TAHUN 2014 TUMBUH 5,4 PERSEN MENGUAT SETELAH MENGALAMI PERLAMBATAN SEJAK EMPAT TAHUN SEBELUMNYA No. 13/02/33/Th.IX, 5 Februari 2015 Release

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K.

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Mei Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. Dwiki K. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Mei 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten Dwiki K. [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 KATEGORI 2015 Konsumsi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Februari 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat i ii iii iv v vi vii viii ix x xi xii xiii xiv Searah dengan perekonomian Nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 216 mengalami perlambatan. Ekonomi Kalimantan Barat tercatat hanya tumbuh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri APRIL 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi April 2017 Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan I 2017 Pada triwulan 1 2017 perekonomian Indonesia, tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN No. 09/02/31/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN Perekonomian Jakarta tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 EKONOMI PAPUA TRIWULAN I-2017 TUMBUH 3,36 PERSEN MENINGKAT DARI TAHUN SEBELUMNYA YANG BERKONTRAKSI -0,72 PERSEN 26/05/94/Th.X,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 2 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 29/05/34/Th.XVII, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN I 2015 TUMBUH 0,16 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016

PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 Laju Pertumbuhan (persen) PERTUMBUHAN EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 EKONOMI RIAU TRIWULAN I/2016 TUMBUH 2,34 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TRIWULAN I/2015 No. 24/05/14/Th. XVII, 4 Mei 2016 Perekonomian Riau

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date]

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten. Agustus Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten. OKI;Andayani [Pick the date] Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Banten Agustus 2017 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten OKI;Andayani [Pick the date] 2017 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 KATEGORI Konsumsi

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN TIMUR TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA Provinsi Kalimantan Timur Tim Penyusun Mawardi B.H. Ritonga : Kepala Perwakilan Harry Aginta

Lebih terperinci

KONSULTASI PUBLIK RKPD PROVINSI KALTIM 2018

KONSULTASI PUBLIK RKPD PROVINSI KALTIM 2018 KONSULTASI PUBLIK RKPD PROVINSI KALTIM 218 Peran Dunia Usaha Dalam Menggerakan Ekonomi Rakyat Samarinda, 14 Maret 217 STRUKTUR EKONOMI KALTIM Seiring dengan booming harga komoditas yang terjadi pada tahun

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen

PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen No. 11/02/75/Th.XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI GORONTALO TAHUN 2016 Ekonomi Gorontalo Tahun 2016 Tumbuh 6,52 Persen Perekonomian Gorontalo tahun 2016 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Regional

Lebih terperinci