Deployment Wireless Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi Energi Sensor Node

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Deployment Wireless Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi Energi Sensor Node"

Transkripsi

1 A Jazari Journa of Mechanica ngineering ISSN: A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) Depoyment Wireess Sensor Network (WSN) Berdasarkan Konsumsi nergi Sensor Node Hani Rubiani Prodi Teknik ektro, Universitas Muhammadiyah Tasikmaaya, Indonesia. *mai: hani.rubiani@umtas.ac.id Abstrak Sebuah skema Depoyment yang tepat dapat mengurangi kompeksitas masaah daam Wireess Sensor Network (WSN) seperti routing, fusi data, komunikasi d. Seain itu dapat memperpanjang umur WSN dengan meminimakan konsumsi energi. Daam peneitian ini, mengajukan penyebaran apikasi node sensor otomatis berdasarkan Agoritma Partice Swarm Optimization (PSO) dengan mempertimbangkan konsumsi energi dari node sensor. Depoyment mempertimbangkan sensor node penyebaran dengan meminimakan konsumsi energi sehingga dapat memperpanjang jaringan sensor nirkabe. Kata Kunci: Wireess Sensor Network (WSN), Depoyment, konsumsi energi, Partice Swarm Optimization (PSO). Abstract A proper Depoyment scheme can reduce the compexity of the probem in the Wireess Sensor Network (WSN) such as routing, data fusion, communications, etc. Moreover, it can extend the ife of WSN by minimizing energy consumption. In this study, fied an appication depoyment of sensor nodes automaticay based Agorithm Partice Swarm Optimization (PSO) taking into account the energy consumption of sensor nodes. Depoyment noticed sensor node depoyment by minimizing energy consumption so that it can extend the wireess sensor networks. Keywords: Wireess Sensor Network (WSN), Depoyment, nergy Consumption, Partice Swarm Optimization (PSO). 1. Pendahuuan Dengan perkembangan komunikasi nirkabe dan mikroeektronik, Wireess Sensor Network (WSN) menjadi teknoogi yang menjanjikan dan mendapat perhatian peneitian yang signifikan daam beberapa tahun terakhir [1]. Apikasi jaringan sensor yang berbeda teah dibangun oeh berbagai perguruan tinggi, seperti pemantauan habitat oeh University of Caifornia di Berkeey dan Coege of Atantic [2], Proyek Zebranet untuk memantau kebiasaan hewan di Princeton University [3], dan jaringan sensor nirkabe untuk kegiatan pemantauan gunung berapi di kuador oeh Harvard University, University of New Hampshire, dan University of North Caroina [4]. Depoyment (penyebaran) node sensor daam ingkungan merupakan saah satu topik yang membutuhkan perhatian khusus daam WSN. Prof Li mengeompokkan permasaahan yang timbu saat menempatkan suatu node sensor daam ingkungan menjadi 5 bagian yaitu how to pace sensor nodes, the connectivity of WSN, the coverage of WSN, how to coect the data, and how to evauate the WSN [5]. Anaisis kinerja seperti cakupan, konektivitas, konsumsi energi, waktu hidup dan biaya untuk jaringan sensor teah dipeajari oeh banyak peneiti. Secara khusus, peneitian ini berfokus pada masaah konsumsi energi yang menjadi perhatian utama bagi WSN. Karena energi merupakan isu yang paing penting daam WSN, peru untuk mengoptimakan konsumsi energi daam 12

2 Hani Rubiani/ A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) berbagai cara. Dengan menggunakan skema penyebaran node yang ayak, konsumsi energi dapat dikurangi dan dengan demikian dapat memperpanjang umur WSN. Berdasarkan kondisi di atas, maka diajukan suatu apikasi untuk proses depoyment menggunakan Agoritma Partice Swarm Optimization (PSO) dengan mempertimbangkan konsumsi energi jaringan nirkabe. Agoritma PSO dipiih berdasarkan keungguannya, yaitu mudah diimpementasikan karena persamaan matematisnya sederhana dan hanya memiiki sedikit fungsi operasi dan parameter yang harus ditentukan [6]. Secara khusus tujuan peneitian yang ingin dicapai adaah rancang bangun apikasi untuk menempatkan node sensor pada ingkungan secara nyata sehingga kondisi optima dari penempatan sensor node tercapai. Luaran yang ditargetkan yaitu terciptanya suatu apikasi sensor node depoyment yang memperhatikan penyebaran node sensor untuk meminimakan konsumsi energi dengan mempertimbangkan radius penginderaan. 2. Landasan Teori 2.1 Wireess Sensor Network Wireess Sensor Network (WSN) adaah suatu infrastruktur jaringan wireess yang menggunakan sensor untuk memonitor fisik atau kondisi ingkungan sekitar seperti suhu, suara, getaran, geombang eektromagnetik, tekanan, gerakan, dan ain-ain. Masing-masing node daam jaringan sensor nirkabe biasanya diengkapi dengan radio tranciever atau aat komunikasi wireess ainnya, mikrokontroer keci, dan sumber energi, biasanya baterai. Berdasarkan fakta di dunia, sekitar 98% prosesor bukan berada didaam sebuah komputer PC/aptop, namun terintegrasi daam apikasi miiter, kesehatan, remote contro, chip robotic, aat komunikasi, dan mesin-mesin industri yang didaamnya teah dipasang sensor. Perkembangan WSN dan tren kemajuan teknoogi dapat direpresentasikan oeh Gambar 1 berikut : 2.2 Sensor IQRF Sebuah WSN dapat terdiri dari sensor homogen atau sensor heterogen yang masing-masing memiiki komunikasi dan komputasi kemampuan yang sama atau berbeda. Kompeksitas yang sedikit dan pengeoaan yang ebih baik adaah saah satu manfaat dengan menggunakan sensor homogen. Oeh karena itu daam peneitian ini mempertimbangkan sensor yang homogen. Sensor yang digunakan yaitu sensor IQRF jenis TR-52B. Perangkat keras sensor ditunjukkan pada Gambar 2. Gambar 2: Sensor IQRF TR 52B 2.3 Mode Penyebaran Node Mode Penginderaan Biner Daam kenyataannya ada dua jenis sensor, sensor jenis pertama hanya fokus dengan data pada titik sensor tersebut seperti suhu, keembaban dan sensor tekanan. Jenis kedua yaitu sensor yang memiiki jangkauan tertentu yang dapat mendeteksi seperti detektor gerak dan sensor kamera video. Daam dunia nyata, kisaran penginderaan sensor mungkin tidak teratur karena hambatan daam ingkungan seperti hujan dan saju. Fei meneiti berbagai penginderaan yang tidak teratur karena adanya hambatan di dunia nyata dan mengusukan mode deteksi berbagai α- bentuk [7]. Daam rangka untuk menyederhanakan anaisis dan perhitungan, jangkauan penginderaan masing-masing sensor seau diasumsikan dengan area meingkar. Umumnya ada dua jenis mode penginderaan yang digunakan untuk simuasi kinerja sensor [8]: mode biner dan probabiitas. Perbedaan antara mode penginderaan biner dan mode penginderaan probabiitas adaah daam mode probabiitas, jika target berada di daerah uncertain atau kisaran pasti, target tersebut dapat dideteksi dengan probabiitas tertentu antara 0 dan 1. Namun daerah tersebut tidak ada daam mode biner. Daam mode biner, target hanya ada dua kemungkinan dapat terdeteksi atau tidak Diagram Voronoi Gambar 1: Perkembangan Teknoogi WSN 13 Sebuah diagram Voronoi adaah metode dekomposisi suatu daerah. Asumsikan ada satu set node N dikerahkan di suatu daerah tanpa hambatan, diagram Voronoi akan membagi seuruh area ke N subarea, dan masing-masing subarea memiiki satu node di daamnya. Karakteristik

3 Hani Rubiani/ A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) diagram Voronoi adaah bahwa setiap subarea terdiri dari daerah yang paing dekat dengan node di daamnya, yang bertentangan dengan node ain. Generasi dari diagram Voronoi membutuhkan informasi okasi dari semua node. Diagram Voronoi sangat berguna daam masaah cakupan jaringan sensor nirkabe. Jika setiap sensor dapat menutupi Voronoi subarea sendiri, seuruh bidang penginderaan dapat ditutup. Oeh karena itu, daam rangka untuk menutupi seuruh bidang penginderaan, radius penginderaan setiap sensor harus ditetapkan sama dengan jarak antara sensor dan vertex yaitu titik perpotongan garis subarea terjauh diagram Voronoi: RS Max ( dvj ) (1) dimana d vj adaah jarak antara node sensor dan vertex subarea. Sebuah contoh dari diagram Voronoi ditunjukkan pada Gambar 2. Lima sensor S1, S2,..., S5 dikerahkan di bidang penginderaan. Oeh karena itu, bidang penginderaan dibagi menjadi ima subareas oeh diagram Voronoi. Garis-garis urus merah menunjukkan tepi subareas. Dengan mempertimbangkan subarea sensor S3 yang memiiki empat vertex. Di antara keempat vertex tersebut, v4 memiiki jarak terpanjang dari S3 node pusat. Oeh karena itu, daam kasus ini radius penginderaan S3 harus d v v2 S1 S4 dv2 S3 v1 dv1 dv3 v Gambar 3: Diagram Voronoi dan kakuasi radius penginderaan 2.4 Mode energi dv4 S5 S2 v4 bahwa mengkonsumsi cukup banyak energi. Jika sebuah WSN memungkinkan komunikasi angsung dari node ke sink, maka ini akan menjadi sangat maha. Untuk aasan ini, mempertimbangkan komunikasi muti-hop di WSN dan dengan demikian konsumsi energi dengan mengirimkan dan menerima pesan harus dianaisis berdasarkan skema komunikasi hop-by-hop. Daam peneitian ini hanya menganaisa untuk unit penginderaan saja. Beberapa mode energi sudah digunakan untuk menganaisa hubungan antara radius penginderaan sensor dan energi yang dikonsumsi, dan biasanya tergantung pada karakteristik perangkat [9]. Beberapa jenis mode tersebut diantaranya mode inear dan mode quadratic. Pada peneitian ini hanya menggunakan mode inear. Ketika Rs ebih keci dibandingkan R s max, konsumsi energi mempunyai hubungan dengan radius penginderaan R s. Daam mode inear konsumsi energi suatu perangkat sensor mempunyai hubungan secara inear dengan P R s : k R s ( R s RSMax ) (2) dimana P adaah daya yang digunakan daam penginderaan dengan menggunakan mode inear dan k adaah konstanta perangkat. Untuk memaksimakan masa pakai sensor, energi yang dikonsumsi harus diminimakan. Hubungan antara Lifetime sensor (L) dan energi yang dikonsumsi oeh sensor dapat digambarkan sebagai berikut : Tota Tota dimana s other L. P S L. P other (3) Tota adaah tota energi baterai, S adaah energi yang dikonsumsi daam penginderaan dan Other adaah energi yang digunakan untuk ha-ha ain, seperti komputasi dan komunikasi. Dari persamaan (3) dapat diketahui berapa besar Lifetime sensor sebagai berikut : L Tota (4) P S P Other 2.4 Partice Swarm Optimization (PSO) Sebuah node sensor terdiri dari unit penginderaan, unit pengoahan, unit transceiver, dan unit daya. Setiap unit mengkonsumsi tingkat energi yang berbeda. Biasanya, konsumen utama energi adaah unit transceiver dan unit pengoahan. Unit penginderaan mengkonsumsi energi untuk berbagai sensor dan untuk konverter ADC. Unit pengoahan membutuhkan energi untuk mengumpukan data, menghitung routing, dan menjaga keamanan d. Karena tujuan dari unit transceiver adaah untuk mengirim dan menerima data, maka tidak ada keraguan 14 Partice Swarm Optimization (PSO) pertama kai diperkenakan pada tahun 1995 [10]. Gagasan tentang PSO berasa dari periaku aami burung mencari makanan. Ketika sekeompok burung mencari makanan bersama-sama, masing-masing burung akan meihat-ihat di daerah yang dekat dengan dirinya. Setiap burung akan berkomunikasi dengan burung-burung ain dimana ia menemukan jumah makanan yang paing dekat dengan wiayahnya. Dengan demikian, semua burung dapat

4 Hani Rubiani/ A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) mengetahui daerah mana yang memiiki jumah besar makanan di seuruh area makan koektif mereka. Burung akan terus mencari makanan di tempat-tempat terdekat, terutama jumah sebagian besar makanan yang ditemukan di seuruh wiayah. Agoritma PSO menyederhanakan konsep yang terorganisir. Mirip dengan Genetic Agorithm (GA), sekeompok partike akan dihasikan daam PSO dari seuruh ruang. Setiap partike adaah satu set vektor yang berisi variabe yang berhubungan dengan masaah tersebut. Keompok partike akan berkembang dengan kombinasi persona best fitness (pbest) dan group goba best fitness (gbest). Ha ini seperti proses burung mencari makanan. Dibandingkan dengan GA, PSO memiiki keuntungan ebih mudah untuk membuat program dan impementasi [1]. Tujuan dari PSO adaah untuk bertanggung jawab atas partike terbaik dari suatu permasaahan. Masaah penyesuaian mencakup fungsi fitness yang menggambarkan suatu masaah. Pengejaran partike ditujukan dengan mendirikan posisi terbaik daam pencarian ruang yang dianggap sebagai posisi terbaik yang ditetapkan oeh partike. Pada bagian ini, terepas dari encoding partike dan fungsi fitness, beberapa akses daam formasi, berat inersia, veocity, faktor konstriksi dan koefisien metode percepatan daam memecahkan depoyment WSN dengan PSO akan dibahas. Partike Swarm Optimization (PSO) disajikan untuk dimensi dari posisi dan kecepatan partike ke-i sebagai berikut : k Vi 1 k k k k k. V i n1. r1( pb i X i ) n2. r2 ( gb i X i ) dengan (5) Muai Studi Literatur dan Kajian Pustaka Anaisis Desain Impementasi Pengujian Pembahasan Hasi Seesai Gambar 4: Diagram Air Peneitian Rancangan sistem secara garis besar dapat diihat pada Gambar 5. Input Data Depoyment Node Proses Depoyment dan optimasi PSO Gambar 5: Rancangan Konseptua Layout Depoyment Node Diagram air apikasi depoyment node sensor menggunakan agoritma PSO dapat diihat pada Gambar 6. Muai A k V i 1 veocity partike i pada iterasi k bobot inersia 1 Masukan ukpop, jmpartike, uasarea, tota, koefinear,w, n1,n2,r1,r2 Hitung niai fitness semua partike k X i 1 k k 1 X i V i (6) Inisiaisasi niai partike Tentukan pbest 3. Metode Peneitian Tentukan gbest Peneitian ini merupakan peneitian untuk pengembangan perangkat unak sensor node depoyment dan menggunakan bahasa pemrograman JAVA untuk membuat apikasi sensor node depoyment. Sensor yang digunakan daam peneitian yaitu sensor. Metodoogi peneitian yang akan diakukan meiputi angkah-angkah sebagai berikut: Hitung RS dengan diagram Voronoi Hitung Lifetime Kondisi berhenti tercapai? Hitung veocity Vi(k+1) Hasi optima Seesai A Hitung posisi Xi(k+1) Gambar 6: Rancangan diagram air system 15

5 Hani Rubiani/ A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) Seain representasi partike, maka komponen penting ainnya dari PSO adaah fungsi fitness. Pada perancangan depoyment node sensor ini digunakan fungsi fitness yang ditentukan oeh ha-ha berikut : a) Radius penginderaan yang menentukan ratio cakupan area diperoeh dengan menggunakan diagram Voronoi. Radius penginderaan mempunyai hubungan inear dengan penggunaan konsumsi energi, semakin besar radiusnya maka ratio coveragenya akan besar tetapi energi yang dipakai akan semakin besar juga, untuk itu fungsi fitness di desain untuk menghasikan niai optima dengan meminimakan konsumsi energi sehingga akan memperpanjang waktu hidup jaringan tersebut. b) Ketika mengimpementasi PSO, tidak ada himpunan niai parameter yang tetap untuk penyeesaian semua jenis permasaahan. Sehingga untuk menetukan himpunan parameter yang tepat terhadap suatu kasus diakukan dengan cara mencoba-coba. Berdasarkan skenario tersebut maka ditetapkan fungsi fitness seperti pada persamaan (6) yaitu : Gambar 8 menunjukkan grafik waktu hidup node sensor dengan iterasi pada saat pengujian apikasi diakukan dengan menggunakan ruang bidang penginderaan 8 meter x 8 meter dan jumah node sensor sebanyak 8 buah. Dengan parameter-parameter yang sama pada saat pengujian dengan ruang bidang dan jumah node sensor yang sebeumnya sudah diakukan. Dari grafik tersebut menunjukkan pada saat iterasi ke 32 hasi sudah menunjukkan niai yang konvergen yang artinya depoyment node sensor sudah optima sesuai dengan agoritma yang digunakan yaitu Partice Swarm Optimization (PSO). Hasi yang diperoeh menunjukkan niai waktu hidup node sensor seama 9000 menit. Dengan hasi tersebut yang meebihi niai spesifikasi sensor maka node sensor dapat digunakan sesuai spesifikasi yang ada, sehingga masa jaringan sensor nirkabe akan ebih ama. Namun dengan waktu hidup yang ama pada kasus ini mempunyai niai cakupan area yang abih sedikit dibanding pada saat pengujian. 1 F ( X i ) Max ( k. Rsi ) L (7) Dengan F = Fungsi Fitness L = Lifetime K = Konstanta Perangkat R si = Radius Penginderaan 4. Hasi dan Pembahasan Untuk pengujian kai ini dengan ruang penginderaan menggunakan 8 meter x 8 meter dan jumah node sensor sebanyak 8 buah di tunjukkan oeh Gambar 7 di bawah ini. Gambar 8. Grafik waktu hidup dengan iterasi pada bidang 8x8 5. Kesimpuan Gambar 7. Hasi ayout depoyment sensor dengan bidang 8x8 dan jumah sensor = 8 16 Dari pengujian yang diakukan dengan membedakan parameter ruang bidang penginderaan dan jumah node sensor yang digunakan dapat diperoeh kesimpuan bahwa apabia niai cakupan area besar maka waktu hidup akan ebih sebentar dibandingkan dengan niai cakupan area yang keci tetapi mempunyai waktu hidup yang ama. Cakupan area yang besar ini berarti radius penginderaan juga besar dan apabia radius penginderaan ebih besar maka energi yang dikonsumsi juga akan semakin besar. Untuk itu niai fungsi fitness dirancang sedemikian rupa sehingga meghasikan niai trade-off diantara memaksimakan cakupan area dan meminimakan konsumsi energi sehingga masa jaringan sensor nirkabe akan ebih ama.

6 Hani Rubiani/ A Jazari Journa of Mechanica ngineering 1 (1) (2016) Daftar Pustaka 1. Y. Qu., Wireess Sensor Network Depoyment, Doctora dissertations, Graduate Schoo Forida Internationa University (2013). 2. K. Low., H. Nguyen dan H. Guo, Optimization of sensor node ocations in a wireess sensor network, I Fourth Internationa Conference on Natura Computation, Jinan, China Oktober 2008, 5, , ISBN: H. Guo., H. Low dan H., Optimizing the ocaization of a wireess sensor network in rea time based on a ow-cost microcontroer, I Transation on Industria ectronics, 58(3), , T. Wimaajeewa dan S. Jayaweera., Optima Power Scheduing for Correated Data Fusion in Wireess Sensor Networks via Constrained PSO, I Transactions on Wireess Communications., 7(9), , J. Li, K. Li dan W. Zhu, "Improving sensing coverage of wireess sensor networks by empoying mobie robots," Proceedings of the Internationa Conference on Robotics and Biomimetics (ROBIO), , Sanya, China, December 15-18, R.L. Haupt dan S.. Haupt, Practica Genetic Agorithm, 2nd d. Hoboken, New Jersey: John Wiey & Sons, Inc, X. Fei., A. Boukerche dan R. Araujo., Irreguar Sensing Range Detection Mode for Coverage Based Protocos in Wireess Sensor Networks, I Goba Teecommunications Conference (GLOBCOM), Honouu, Hawaii 30 November 2009, 1-6, ISBN: Zou dan K. Chakrabarty., Sensor Depoyment and Target Locaization Based on Virtua Fources., I Societies Twenty-Second Annua Joint Conference of the I Computer and Communications (INFOCOM), San Fransisco, USA, 1-3 Apri 2003, , ISBN: P. Juang., H. Oki., Y. Wang., M. Martonosi., L. Peh dan D. Rubenstein, nergy efficient computing for widife tracking: Design tradeoffs and eary experiences with ZebraNet, ACM Sigpan Notices., 37 (10), , J. Kennedy, J. F. Kennedy., R. C. berhart dan Y. Shi., Swarm inteigence., New York: Morgan Kaufmann (2001). 17

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan Cakupan Area Sensor Node Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan Cakupan Area Sensor Node Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization Deployment Jaringan Sensor Nirkabel Berdasarkan Cakupan Area Sensor Node Menggunakan Algoritma Particle Swarm Optimization Hani Rubiani Teknik lektro Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya Tasikmalaya,Indonesia

Lebih terperinci

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming

Model Optimasi Penjadwalan Proses Slitting Material Roll dengan Multi Objective Programming Mode Optimasi Penjadwaan Proses Sitting Materia Ro dengan Muti Objective Programming Dina Nataia Prayogo Jurusan Teknik Industri, Universitas Surabaya Jaan Raya Kairungkut, Surabaya, 60293 Te: (031) 2981392,

Lebih terperinci

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2,

FOURIER Oktober 2014, Vol. 3, No. 2, FOURIER Oktober 2014, Vo. 3, No. 2, 98 116 PENYELESAIAN MATCHING GRAF DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUNGARIAN DAN PENERAPANNYA PADA PENEMPATAN KARYAWAN DI SUATU PERUSAHAAN Auia Rahman 1, Muchammad Abrori 2,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 71 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pembuatan Basis Data Langkah pertama daam membangun apikasi adaah meakukan instaasi apikasi server yaitu menggunakan SQLite manager yang di insta pada browser Mozia Firefox.

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan:

Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja Pokok Bahasan: Manajemen Kinerja: Peatihan dan Penghargaan Sub Pokok Bahasan Pengertian Peatihan Proses pembeajaran dan pengembangan individu Jenis-jenis peatihan karyawan Manfaat peatihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaringan komputer yang terdiri dari beberapa intercommunicating

BAB I PENDAHULUAN. merupakan jaringan komputer yang terdiri dari beberapa intercommunicating BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wireless Sensor Network (WSN) atau Jaringan Sensor Nirkabel merupakan jaringan komputer yang terdiri dari beberapa intercommunicating computers yang dilengkapi dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 42 BAB III METODE PENELITIAN 3. Teknik Peneitian Peneitian dengan metode perbandingan eksperimenta berisikan kegiatan yang direncanakan dan diaksanakan oeh peneiti, maka dapat diperoeh bukti-bukti yang

Lebih terperinci

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE

ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Buetin Imiah Math. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 05, No. (206), ha 53-60. ANALISIS DANA TABARRU ASURANSI JIWA SYARIAH MENGGUNAKAN PERHITUNGAN COST OF INSURANCE Amanah Fitria, Neva Satyahadewi,

Lebih terperinci

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak

ANALISIS FOURIER. Kusnanto Mukti W./ M Jurusan Fisika Fakultas MIPA Universitas Sebelas Maret. Abstrak ANALISIS FOURIER Kusnanto Mukti W./ M0209031 Jurusan Fisika Fakutas MIPA Universitas Sebeas Maret Abstrak Anaisis fourier adaah cara matematis untuk menentukan frekuensi dan ampitudo harmonik. Percobaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan perkembangan yang begitu pesat khususnya di bidang teknologi informasi. Dibutuhkan suatu teknologi yang berfungsi untuk monitoring,controling,dan tracking. Yang

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR JIEM Vo.1 No. 2, Oktober 216 E-ISSN: 2541-39, ISSN Paper: 253-143 PENGEMBANGAN MODEL SISTEM DINAMIK TERHADAP KETERSEDIAN AIR BERSIH DI KABUPATEN KUTAI TIMUR PROVINSI KALIMANTAN TIMUR Dimas Primadian N,

Lebih terperinci

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK

ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK JURNAL ILMU PENGETAHUAN VOL. 3. NO. 1 AGUSTUS 2017 ANALISIS ALGORITMA PREDIKSI UNTUK MENGHASILKAN PREDIKSI BEBAN LISTRIK JANGKA PENDEK Veti Apriana 1 ; Rani Irma Handayani 2 1 Komputerisasi Akuntansi AMIK

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA

PENENTUAN CADANGAN PREMI MENGGUNAKAN METODE FACKLER PADA ASURANSI JIWA DWI GUNA Buetin Imiah Mat. Stat. dan Terapannya (Bimaster) Voume 02, No. 2 (203), ha 5 20. PENENTUAN CAANGAN PREMI MENGGUNAKAN METOE FACKLER PAA ASURANSI JIWA WI GUNA Indri Mashitah, Neva Satyahadewi, Muhasah Novitasari

Lebih terperinci

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG

PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG No. Vo. Thn. XIV Apri 00 ISSN: 84-84 PEMODELAN TARIKAN PERJALANAN PADA RUMAH SAKIT DI KOTA PADANG Hendra Gunawan ),Titi Kurniati ),Dedi Arnadi ) )Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Andaas )Mahasiswa

Lebih terperinci

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a*

Frekuensi Alami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksial Ruly Irawan 1,a* Frekuensi Aami Rangka Batang Semi-Kaku dengan Efek Gaya Aksia Ruy Irawan 1,a* 1 Program Studi Teknik Sipi,Fakutas Teknik, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa a nawari007@yahoo.com Abstrak Artike ini menyajikan

Lebih terperinci

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF

PERHITUNGAN CADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FACKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF PERHITUNGAN ADANGAN PADA ASURANSI JIWA BERJANGKA MENGGUNAKAN METODE FAKLER DENGAN PRINSIP PROSPEKTIF Riaman, Kankan Parmikanti 2, Iin Irianingsih 3, Sudradjat Supian 4 Departemen Matematika, Fakutas MIPA,

Lebih terperinci

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD

NUMERICAL APPROACH OF BOUNDED STATE AND CRITICAL PHENOMENON OF YUKAWA POTENTIAL AT TWO NUCLEON INTERACTION USING FINITE DIFFERENCE METHOD Pendekatan Numerik Keadaan Terikat. (Arif Gunawan) 179 PENDEKATAN NUMERIK KEADAAN TERIKAT DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA PADA INTERAKSI DUA NUKLEON MENGGUNAKAN METODE BEDA HINGGA (FINITE DIFFERENCE

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber :

Gambar 3.1 Lokasi Museum Konperensi Asia Afrika Sumber : BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Peneitian Lokasi peneitian ini diaksanakan di Museum Konperensi Asia Afrika berokasi di Gedung Merdeka, jaan Asia Afrika No. 65 Bandung, Keurahan Braga,

Lebih terperinci

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT JIMT Vo. 12 No. 1 Juni 2015 (Ha. 92 103) Jurna Imiah Matematika dan Terapan ISSN : 2450 766X PENGATURAN FUNGSI PENYERAPAN DARI MODEL DIFUSI KADAR AIR PENYIMPANAN PADI DENGAN METODE BEDA HINGGA SKEMA IMPLISIT

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018

SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN FISIKA 2018 ISSN : 2527 5917, Vo.3 Impementasi Pendidikan Karakter dan IPTEK untuk Generasi Mienia Indonesia daam Menuju SDGs 2030 KAJIAN DINAMIKA FLUIDA PADA ALIRAN AIR TERJUN TUJUH BIDADARI KABUPATEN JEMBER BERBASIS

Lebih terperinci

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti

sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti sistem InformasI GgeoGgrafIs Widiastuti Universitas Gunadarma 2015 Pertemuan Ketiga Komponen Sistem Informasi Geografis Data dan Informasi.. Data menjadi Informasi Data Pemrosesan, Pengoahan, Konversi

Lebih terperinci

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan

BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Model Perkiraan Limpasan Permukaan 68 BAB IV Persamaan Matematika IV.1 Mode Perkiraan Limpasan Permukaan Sudjono (1995) menguraikan konsep runoff yang teah diubah secara idea pada segmen keci, berdasar pada prinsip keseimbangan air. Mode

Lebih terperinci

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda.

Kata kunci: Fuzzy Adaptif, Air Fuel Ratio, duty cycle, sensor lambda. KONTROL AIR FUEL RATIO PADA SPARK IGNITION ENGINE SISTEM EFI SEKUENSIAL MENGGUNAKAN KONTROL FUZZY ADAPTIF DAPAT MENEKAN BEAYA OPERASIONAL KENDARAAN Abdu Hamid, Ari Santoso Jurusan Teknik Eektro-FTI ITS

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI DINAMIKA INFORMATIKA Vo.6 No. 1, Maret 2014 ISSN 2085-3343 SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PEMILIHAN DOSEN BERPRESTASI DENGAN MENGGUNAKAN METODE FUZZY DATABASE MODEL TAHANI Teguh Khristianto, Bayu Surarso,

Lebih terperinci

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING

OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING OPTIMALISASI JUMLAH BUS TRAYEK MANGKANG- PENGGARON DENGAN PENDEKATAN COMPROMISE PROGRAMMING Diana Puspita Sari, Arfan Backtiar, Heny Puspasri Industria Engineering Department, Diponegoro University Emai

Lebih terperinci

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI

Manajemen Operasional KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Manajemen Operasiona KEPUTUSAN PERENCANAAN STRATEGI Putri Irene Kanny Putri_irene@staff.gunadarma.ac.id Sub Pokok bahasan pertemuan ke-2 Formuasi strategi Prioritas bersaing Peran operasi daam strategi

Lebih terperinci

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja

MANAJEMEN KINERJA. Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja MANAJEMEN KINERJA Pokok Bahasan: Proses Manajemen Kinerja Manajemen kinerja sebagai proses manajemen Preses manajemen kinerja menurut Wibowo (2007:19) mencakup suatu proses peaksanaan kinerja dan bagaimana

Lebih terperinci

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari]

Jawaban Tugas 02 Program Pendidikan Fisika. [Setiya Utari] Jawaban Tugas 0 Program Pendidikan Fisika [Setiya Utari] Program Pendidikan Fisika Tujuan Mata peajaran Fisik Membentuk sikap positif terhadap fisika Keteraturan aam semesta, Kebesaran TYME. Memupuk sikap

Lebih terperinci

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK

SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK ISSN: 693-693 Terakreditasi DIKTI, SK No: 5/DIKTI/Kep/2 8 SEBUAH MODEL BERBASIS PENGETAHUAN UNTUK PENGENDALIAN FORMASI SISTEM ROBOT MAJEMUK Andi Adriansah Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi

Lebih terperinci

PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak

PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI. Abstrak PEMANFAATAN JARINGAN SENSOR NIRKABEL UNTUK MEMANTAU KELEMBABAN TANAH PADA BUDIDAYA TANAMAN CABAI Agung Priyanto Program Studi S1 Teknik Informatika STMIK Jenderal Achmad Yani Yogyakarta agungpriyanto@hotmail.com

Lebih terperinci

OBJECTIVES PENGANTAR-1

OBJECTIVES PENGANTAR-1 6//0 MINIMALISASI BIAYA MENGGUNAKAN GOLDEN SECTION AND HOOK JEEVES METHODS OBJECTIVES Understand why and where optimization occurs in engineering probem soving. Understand the major eements of the genera

Lebih terperinci

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang

KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang Semarang KOMPRESI CITRA MEDIS MENGGUNAKAN DISCRETE WAVELET TRANSFORM (DWT) DAN EMBEDDED ZEROTREE WEVELET(EZW) Khairi Anwar 1, Aris Sugiharto dan Priyo Sidik Sasongko 3 1,, 3 Jurusan Matematika FMIPA UNDIP J Prof

Lebih terperinci

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik

Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks. Umpan Balik Manajemen Kinerja, Manajemen, 2 sks Umpan Baik POKOK BAHASAN Umpan Baik Pengertian dan penerapan Umpan Baik 360 derajat Kriteria dan keberhasian Umpan Baik 360 derajat Keebihan dan keemahan Umpan Baik

Lebih terperinci

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract

OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO. Abdul Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1. Abstract Optimisasi (Abdu H) OPTIMISASI MULTIOBJEKTIF UNTUK PEMBENTUKAN PORTOFOLIO Abdu Hoyyi 1, Dwi Ispriyanti 1 1 Staf Pengajar Jurusan Statistika FSM UNDIP Abstract Investing in asset such as stock; besides

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Untuk menunjang peaksanaan peneitian ini diakukan tinjauan pustaka mengenai tinjauan studi yang berisi peneitian-peneitian terkait dengan pengenaan kuaitas buah, median fitering,

Lebih terperinci

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG

RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG SNIPTEK 2016 ISBN: 978-602-72850-3-3 RANCANGAN ANIMASI INTERAKTIF PENGENALAN ALAT-ALAT TRANSPORTASI UNTUK SISWA TAMAN KANAK-KANAK ISLAM AL AZZAM CILEDUK TANGERANG Indah Puspitorini AMIK BSI Bekasi J. Raya

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEBARAN WIRELESS SENSOR NETWORK PADA RUANG BERPENGHALANG BERDASARKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION

PENGEMBANGAN SISTEM PENYEBARAN WIRELESS SENSOR NETWORK PADA RUANG BERPENGHALANG BERDASARKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PENGEMBANGAN SISTEM PENYEBARAN WIRELESS SENSOR NETWORK PADA RUANG BERPENGHALANG BERDASARKAN ALGORITMA PARTICLE SWARM OPTIMIZATION Masjudin 1), I Wayan Mustika 2), Widyawan 3) Teknik Elektro UGM Yogyakarta

Lebih terperinci

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining

Outline. Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Outine Pengertian Dasar Arsitektur Tugas Data Mining Contoh Penggunaan Data Mining Latar Beakang 3 Mengapa harus Data Mining? Definisi Data Mining Pengertian Yang Saah Imu Data Mining Arsitektur Data Mining

Lebih terperinci

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION

PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION PREDIKSI PERGERAKAN HARGA SAHAM MENGGUNAKAN SUPPORT VECTOR REGRESSION Lisa Yui Kurniawati 1*), Handayani Tjandrasa 2), Isye Arieshanti 3) 1,2,3) Teknik Informatika, Fakutas Teknoogi Informasi Institut

Lebih terperinci

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok

Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok Water Hammer Press Untuk Pengurangan Kadar Air Komoditas Onggok A. Yudi Eka Risano 1, Indra Mamad Gandidi 2 1,2 Teknik Mesin Konversi Energi, Fakutas Teknik Universitas Lampung J. Prof. Soemantri Brojonegoro

Lebih terperinci

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

T E K U K A N. Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif 1/5/016 T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013

Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, Oktober 2013 Proceeding Seminar Nasiona Tahunan Teknik Mesin XII (SNTTM XII) & Lomba Rancang Bangun Mesin Universitas Lampung, Bandar Lampung, - Oktober PENGARUH PARAMETER PEMOTONGAN PADA OPERASI PEMOTONGAN MILLING

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISS: 2460-6464 Mode Matematika Cadangan Premi Asuransi Kesehatan Perawatan Rumah Sakit Menggunakan Metode Prospektif Mathematica Modes of Cacuation of The Heath Insurance Premium Backup

Lebih terperinci

Sistem Pengenalan Plat Nomor Mobil Dengan Metode Principal Components Analysis

Sistem Pengenalan Plat Nomor Mobil Dengan Metode Principal Components Analysis Sistem Pengenaan Pat Nomor Mobi Dengan Metode Principa Components Anaysis [Resmana Lim, et a.] Sistem Pengenaan Pat Nomor Mobi Dengan Metode Principa Components Anaysis Resmana Lim, Lukman Vendy W. 2,

Lebih terperinci

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan

Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asal-Tujuan yang Dihasilkan dari Data Arus Lalulintas pada Kondisi Keseimbangan PROC. ITB Sains & Tek. Vo. 39 A, No. 1&2, 2007, 23-39 23 Kajian Peningkatan Akurasi Matriks Asa-Tujuan yang Dihasikan dari Data Arus Lauintas pada Kondisi Keseimbangan Ofyar Z. Tamin 1 & Rusmadi Suyuti

Lebih terperinci

Analisa Kinerja dan Simulasi Coverage Wireless Sensor Network dengan Sum of Weighted Cost Function Genetic Algorithm

Analisa Kinerja dan Simulasi Coverage Wireless Sensor Network dengan Sum of Weighted Cost Function Genetic Algorithm Analisa Kinerja dan Simulasi Coverage Wireless Sensor Network dengan Sum of Weighted Cost Function Genetic Algorithm Bina Rahayu S, Tri Budi, Prima Kristalina Jurusan Telekomunikasi, Politeknik Elektronika

Lebih terperinci

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR

Analisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Anaisis 9 Saham Sektor Industri di Indonesia Menggunakan Metode SVR Nur Adhi Nugroho1,a, Acep Purqon1,b 1 Laboratorium Fisika Bumi, Keompok Keahian Fisika Bumi dan Sistem Kompeks, Fakutas Matematika dan

Lebih terperinci

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ

YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ YAGI ANTENNA DESIGN FOR WIRELESS LAN 2,4 GHZ Tito Tuwono,ST, M.Sc Program Studi Teknik Eektro, Fakutas Teknoogi Industri, Universitas Isam Indonesia Jaan Kaiurang km 14,5 jogjakarta 55501 titoyuwono@yahoo.com,

Lebih terperinci

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif

(b) Tekuk Gambar 7.1. Pembebanan Normal Negatif BB VII T E K U K N 7.1. Terjadinya Tekukan Tekukan terjadi apabia batang tekan memiiki panjang tertentu yang yang jauh ebih besar dibandingkan dengan penampang intangnya. Perhatikan Gambar 7.1 di bawah,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. utamanya adalah menentukan struktur yang mendasari keterkaitan (korelasi) BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anaisis aktor Menurut Hair, et a. (995) anaisis faktor adaah sebuah nama umum yang diberikan kepada sebuah keas dari metode statistika mutivariat yang tujuan utamanya adaah menentukan

Lebih terperinci

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang

Analisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Elektroda Batang Anaisis Pengaruh Semen Konduktif Sebagai Media Pembumian Eektroda Batang I M Yuistya Negara, Daniar Fahmi, D.A. Asfani, Bimo Prajanuarto, Arief M. Jurusan Teknik Eektro Institut Teknoogi Sepuuh Nopember

Lebih terperinci

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM

MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 PRASETYANINGRUM MULTICRITERIA DECISION MAKING (MCDM)_3 IRA PRASETYANINGRUM PENDEKATAN KEPUTUSAN KELOMPOK Metoda Dephi Peniaian keompok, diakukan sharing dipandu moderator Masaah Daftar Anggota Ahi Masaah disampaikan ke

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 37 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Peneitian Peneitian ini menggunakan pendekatan manajemen pemasaran khususnya mengenai pengaruh service exceence terhadap kepuasan konsumen. Adapun yang

Lebih terperinci

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L

Selanjutnya rancangan perkuliahan setiap pertemuan adalah sebagai berikut: Jenis Tugas TR CBR CJR MR RI PJCT M K M K M K M K M K M K T P L Seanjutnya rancangan perkuiahan setiap pertemuan adaah sebagai berikut: Pert. Ke Aktivitas Perkuiahan Softski yang Diharapkan 1 Learning Contract - - - - - - - - - - - - Ketekunan Kedisipinan 1 Dosen membagikan

Lebih terperinci

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA

PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA DI PERUSAHAAN MANAJEMEN KINERJA PERTEMUAN KETIGA PENERAPAN MANAJEMEN KINERJA Daam pertemuan pekan ini pokok bahasan kita adaah penerapan manajemen kinerja di perusahaan, dampaknya

Lebih terperinci

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8

Jurnal Akademis dan Gagasan matematika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Halaman 1 hingga 8 Jurna Akademis dan Gagasan tetika Edisi Ke Dua Tahun 2015 Haan 1 hingga 8 PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEDIA POWERPOINT DAN BAGAN DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMORI

Lebih terperinci

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute

Abstrak. Kata-kata kunci: pemodelan transportasi, matriks asal-tujuan, metode estimasi, distribusi perjalanan, pemilihan rute PEGARUH JEIS MEODE ESIMASI DALAM ESIMASI MARIKS ASAL UJUA (MA) MEGGUAKA DAA ARUS LALULIAS PADA KODISI PEMILIHA RUE KESEIMBAGA (EQUILIBRIUM ASSIGME) Rusmadi Suyuti Mahasiswa Program S3 Pascasarjana eknik

Lebih terperinci

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL

PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL PREMI DANA PENSIUN DENGAN METODE ENTRY AGE NORMAL PADA STATUS GABUNGAN BERDASARKAN DISTRIBUSI EKSPONENSIAL Adhe Afriani 1*, Hasriati 2, Musraini 2 1 Mahasiswa Program S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika

Lebih terperinci

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA

Problem Based Instruction sebagai alternatif Model Pembelajaran Fisika di SMA Prayekti, Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Probem Based Instruction sebagai aternatif Mode Pembeajaran Fisika di SMA Prayekti FKIP-Universitas Terbuka, emai: prayekti@mai.ut.ac.id

Lebih terperinci

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro

TABEL MORTALITAS. Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TABEL MORTALITAS Ratna Novitasari, S.Si., M.Si. Jurusan Matematika Universitas Diponegoro TUJUAN Mahasiswa diharapkan mampu: 1. Memahami tabe mortaitas 2. Menjeaskan hubungan antara ajur-ajur tabe mortaitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, orang-orang ingin berkomunikasi data/informasi satu sama lain dimana saja dan kapan saja. Tentu saja hal ini tidak dapat dipenuhi oleh teknologi jaringan

Lebih terperinci

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM)

Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Selection mengunakan Linear Discriminant Analysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) Deteksi Tumor Otak dengan Ektrasi Ciri & Feature Seection mengunakan Linear Discriminant Anaysis (LDA) dan Support Vector Machine (SVM) rain Tumor s Detection With Feature Extraction & Feature Seection

Lebih terperinci

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES

APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES APLIKASI METODE CROSS ENTROPY UNTUK SUPPORT VECTOR MACHINES Tiananda Widyarini, Budi Santosa Jurusan Teknik Industri Institut Teknoogi Sepuuh Nopember (ITS) Surabaya Kampus ITS Sukoio Surabaya 60111 Emai:

Lebih terperinci

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika.

Modul Praktikum Fisika Matematika: Mengukur Koefisien Gesekan pada Osilasi Teredam Bandul Matematika. PROSIDING SKF 016 Modu Praktikum Fisika Matematika: Menukur Koefisien Gesekan pada Osiasi Teredam Bandu Matematika. Rizqa Sitorus 1,a), Triati Dewi Kencana Wunu,b dan Liik Hendrajaya 3,c) 1 Maister Penajaran

Lebih terperinci

Klasifikasi K-NN Dan Naive Bayes Terhadap Pelacakan Ujung Jari Berbasis Camera Smartphone

Klasifikasi K-NN Dan Naive Bayes Terhadap Pelacakan Ujung Jari Berbasis Camera Smartphone POLITEKNOSAINS, Vo. XVI, No 1, Maret 2017 13 Kasifikasi K-NN Dan Naive Bayes Terhadap Peacakan Ujung Jari Berbasis Camera Smartphone Sudarno 1, Agus Kristanto 2, Taman Ginting 3 1 Teknik Eektro, Poiteknik

Lebih terperinci

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad

Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betalaktam Departemen Instalasi Produksi Lafiad Jurna Teematika, vo. 9 no. 2, Institut Teknoogi Harapan Bangsa, Bandung ISSN: 1858-2516 Perancangan Job-Person Matching di Bagian Sediaan Non-Betaaktam Departemen Instaasi Produksi Lafiad Devi Puspitarini

Lebih terperinci

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR

HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR HUBUNGAN DISIPLIN KERJA DENGAN KINERJA KARYAWAN PADA PT RAMAYANA LESTARI SENTOSA,Tbk. CABANG BOGOR Nama : Saepudin ABSTRAK Saah satu masaah yang sering dihadapi perusahaan yaitu disipin kerja seperti banyak

Lebih terperinci

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan

Gambar 1. Hop multi komunikasi antara sumber dan tujuan Routing pada Jaringan Wireless Ad Hoc menggunakan teknik Soft Computing dan evaluasi kinerja menggunakan simulator Hypernet Tulisan ini menyajikan sebuah protokol untuk routing dalam jaringan ad hoc yang

Lebih terperinci

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data

Bab III Metode Akuisisi dan Pengolahan Data Bab III Metode Akuiii dan Pengoahan ata III.1 Pembuatan Mode Fii Bagian paing penting dari peneitian ini iaah pemodean fii auran fuida yang digunakan. Mode auran ini digunakan ebagai medium airan fuida

Lebih terperinci

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan.

PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS. Stepanus Sahala S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan. 36 PENENTUAN MOMEN INERSIA BENDA TEGAR DENGAN METODE BANDUL FISIS Stepanus Sahaa S. Prodi Pend. Fisika, Jurusan PMIPA FKIP Untan Abstract The aim of this research is the define rigid inert moment with

Lebih terperinci

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik

Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Satu secara Analitik SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 T - 5 Tinjauan Kasus Persamaan Panas Dimensi Sau secara Anaiik Ahmadi, Harono, Nikenasih Binaari Program Sudi Maemaika, Universias Negeri Yogyakara

Lebih terperinci

KLASIFIKASI KEBUTUHAN NON-FUNGSIONAL MENGGUNAKAN FSKNN DENGAN PENGEMBANGAN SINONIM DAN HIPERNIM BERBASIS ISO/IEC 9126

KLASIFIKASI KEBUTUHAN NON-FUNGSIONAL MENGGUNAKAN FSKNN DENGAN PENGEMBANGAN SINONIM DAN HIPERNIM BERBASIS ISO/IEC 9126 pissn: 2442-3386 eissn: 2442-4293 Vo 1 No 2 Jui 2015, 1-6 1-8 KLASIFIKASI KEBUTUHAN NON-FUNGSIONAL MENGGUNAKAN FSKNN DENGAN PENGEMBANGAN SINONIM DAN HIPERNIM BERBASIS ISO/IEC 9126 Denni Adi Ramadhani 1,

Lebih terperinci

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel berdasarkan Algoritma Particle Swarm Optimization

Deployment Jaringan Sensor Nirkabel berdasarkan Algoritma Particle Swarm Optimization Deployment Jaringan Sensor Nirkabel berdasarkan Algoritma Particle Swarm Optimization Zawiyah Saharuna 1, Widyawan 2, Sujoko Sumaryono 3. Pervasive and Mobile Computing Group Jurusan Teknik Elektro dan

Lebih terperinci

IMLPEMENTASI MINISASI l 1 -l 0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN

IMLPEMENTASI MINISASI l 1 -l 0 UNTUK RESTORASI CITRA YANG MENGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIAN CAMPURAN IMLPEMEASI MIISASI 1 - UUK RESORASI CIRA YAG MEGALAMI DEGRADASI OLEH DERAU GAUSSIA CAMPURA Suci Istachoti Jannah 1, Yudhi Purananto, Ruy Soeaiman 3 eknik Informatika, Fakutas eknoogi Informasi, IS emai

Lebih terperinci

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular)

PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) PENGARUH MOTIVASI BERKUNJUNG TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG (Survei Pada Pengunjung Batu Night Spectacular) Zainab Aminatul Ummah Sunarti Edriana Pangestuti Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS

PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS PENGGUNAAN MODEL GRAVITY (GR) DALAM ESTIMASI MATRIKS ASAL-TUJUAN (MAT) MENGGUNAKAN DATA ARUS LALULINTAS Rusmadi Suyuti Staf Pengajar Jurusan Teknik Sipi Universitas Muhammadiyah Jakarta Jn. Cempaka Putih

Lebih terperinci

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD

ANIMASI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK SISWA SD Konferensi Nasiona Imu osia & Teknoogi (KNiT) Maret 016, pp. 56~6 ANIMAI INTERAKTIF PEMBELAJARAN PENANGGULANGAN BANJIR UNTUK IWA D 56 Desy Yekti A 1, Nani Purwati 1 AMIK BI Yogyakarta e-mai: mbesesek@gmai.com,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Perkembangan teknologi saat ini telah menciptakan sistem yang secara garis besar digunakan untuk pemantauan suatu lingkungan yaitu dengan menggunakan Jaringan Sensor

Lebih terperinci

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN

PENENTUAN CADANGAN PREMI UNTUK ASURANSI PENDIDIKAN E-Jurna atematika Vo. 4 (), Januari 05, pp. 4-9 ISS: 303-75 EETUA CAAGA REI UTUK ASURASI EIIKA ade utri Ariasih, Ketut Jayanegara, I yoman Widana 3, I utu Eka. Kencana 4 Jurusan atematika, Fakutas IA Universitas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) PADA PT.KOMUNIKA LIMA DUABELAS

IMPLEMENTASI QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) PADA PT.KOMUNIKA LIMA DUABELAS IMPLEMENTASI QUALITY OF SERVICE DENGAN METODE HTB (HIERARCHICAL TOKEN BUCKET) PADA PT.KOMUNIKA LIMA DUABELAS Yunus Arifin Program Studi Teknik Informatika, Jurusan Imu Komputer, Fakutas Matematika dan

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH

SEMINAR NASIONAL PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH PENGARUH ORIENTASI RUMAH TERHADAP SUHU DALAM RUANG PADA PERUMAHAN GAPURA SATELIT INDAH Rusdianto 1, Syarifa Ajrinah 2, Arinda Wahyuni 3, Edward Syarif 4 1,2,3) Pascasarjana Arsitektur, Fatas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA

PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA PEMANFAATAN FLUKS MAGNETIK SEBAGAI SUMBER PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK DENGAN MENGGUNAKAN SOLENOIDA UTILIZATION OF MAGNETIK FLUX AS A SOURCE OF POWER PLANT BY USING SOLENOID Muhammad Furqon Setiadi 1, Mas

Lebih terperinci

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

ALTERNATIVE ASSESMENT. (Penilaian Alternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA ALTERNATIVE ASSESMENT (Peniaian Aternatif) LEMBAGA PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN UNIVERSITAS AIRLANGGA 1 BENTUK UJIAN Tuis In cass Take home Achievement Aptitude Course-based Non course based

Lebih terperinci

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011 PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT UNIT LAYANAN PENGADAAN Jaan Sutan Syahrir Nomor 02 No. Tep. (0532) 23759 Pangkaan Bun 74112 BERITA ACARA PEMBERIAN PENJELASAN PEKERJAAN Nomor : 38 /ULP-POKJA KONSTRUKSI.II/2011

Lebih terperinci

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin

METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG. Ofyar Z. Tamin METODOLOGI PERAMALAN LALU LINTAS PERKOTAAN UNTUK NEGARA BERKEMBANG Ofyar Z. Tamin Seminar Potensi Pemanfaatan Kemampuan Komputer Untuk Rancang Bangun Jaan dan Jembatan di Indonesia, PT PERENTJANA DJAJA,

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO)

PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Jurnal POROS TEKNIK, Volume 5, No. 1, Juni 2013 : 18-23 PERANCANGAN ALGORITMA BELAJAR JARINGAN SYARAF TIRUAN MENGGUNAKAN PARTICLE SWARM OPTIMIZATION (PSO) Nurmahaludin (1) (1) Staf Pengajar Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang

Jurnal Ilmiah Keperawatan STIKes Medika Cikarang FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEBERHASILAN TOILET TRAININGPADA BATASAN USIA - TAHUN DI DUSUN II DESA KARANG RAHAYU KECAMATAN KARANG BAHAGIA KABUPATEN BEKASI TAHUN 6 Apriina Sartika ABSTRAK Toiet

Lebih terperinci

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS

PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS JURNAL SKRIPSI PENGARUH LATIHAN PLYOMETRIC DROP PUSH UPS DAN PUSH UPWITH CLAP TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT LENGAN PADA MAHASISWA PUTRA PEMBINAAN PRESTASI PENCAK SILAT JPOK FKIP UNS TAHUN 04 SKRIPSI

Lebih terperinci

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah

HANDOUT PERKULIAHAN. Kode Mata Kuliah : LB 461 Jumlah SKS : 2 Semester : Genap (6) Kelompok Mata Kuliah HANDOUT PERKULIAHAN Nama Mata Kuiah : Orientasi dan Mobiitas Kode Mata Kuiah : LB 461 Jumah SKS : 2 Semester : Genap (6) Keompok Mata Kuiah : MKPS Status Mata Kuiah : Wajib bagi spesiaisasi A Prasyarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebakaran hutan menjadi masalah serius yang dihadapi dewasa ini (Yanuar H,

BAB I PENDAHULUAN. Kebakaran hutan menjadi masalah serius yang dihadapi dewasa ini (Yanuar H, BAB I PENDAHULUAN 1. 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup. Dengan adanya hutan, simbiosis dan rantai kehidupan makhluk hidup dapat berjalan. Kebakaran hutan menjadi

Lebih terperinci

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia

Jl. A. Yani Km 36, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 70714, Indonesia SEBARAN POTENSI AIR TANAH DI KECAMATAN CEMPAKA MENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK TAHANAN JENIS KONFIGURASI SCHLUMBERG DISTRIBUTION OF GROUND WATER POTENTIALS IN CEMPAKA SUBDISTRICT USING GEOLISTRIC METHOD

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi komunikasi yang semakin pesat beberapa tahun belakangan ini mendorong berkembangnya perangkat-perangkat telekomunikasi yang berbasis tanpa kabel.

Lebih terperinci

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa

Implementasi Fuzzy Inference System Mamdani Pada Proses Penentuan Kelulusan Calon Mahasiswa Impementasi Fuzzy Inference System amdani Pada Proses Penentuan Keuusan Caon ahasiswa (Studi Kasus : Penerimaan ahasiswa Baru Poiteknik Negeri Lhokseumawe Jaur UPN) Rahmad Hidayat Dosen Teknik Informatika

Lebih terperinci

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara

Analisis beban pendingin cold storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Sulawesi Utara Jurna Imu dan Teknoogi Perikanan Tangkap 2(2): 9-93, Desember 2015 ISSN 2337-4306 Anaisis beban pendingin cod storage PT. Sari Tuna Makmur Aertembaga Bitung, Suawesi Utara Cooing oad anaysis of cod storage

Lebih terperinci

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA

BAB. 6 DINAMIKA ROTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGAR A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INERSIA BAB. 6 DINAMIKA OTASI DAN KESETIMBAGAN BENDA TEGA A. MOMEN GAYA DAN MOMEN INESIA 1. Momen Gaya Benda hanya dapat mengaami perubahan gerak rotasi jika pada benda tersebut diberi momen gaya, dengan adanya

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung)

ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) ANALISIS PERUBAHAN ARUS LALULINTAS DAN PENGARUHNYA TERHADAP MATRIK ASAL TUJUAN (Studi Kasus di Kota Bandar Lampung) Tas an Junaedi Jurusan Teknik Sipi, Fakutas Teknik UNILA J. Sumantri Brojonegoro No.1

Lebih terperinci

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO

PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO PEMODELAN SISTEM PENDULUM TERBALIK DENGAN LINTASAN MIRING DAN KARAKTERISASI PARAMETER PADA MASALAH TRACKING ERROR OPTIMAL BAMBANG EDISUSANTO SEKOLAH PASCASARANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 8 PERNYATAAN

Lebih terperinci

OPTIMASI PARAMETER PARAMETER LAPISAN FISIK UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL

OPTIMASI PARAMETER PARAMETER LAPISAN FISIK UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL OPTIMASI PARAMETER PARAMETER LAPISAN FISIK UNTUK EFISIENSI ENERGI PADA JARINGAN SENSOR NIRKABEL Miftahur Rohman 1) dan Wirawan 2) Laboratorium Komunikasi Multimedia Jurusan Teknik Elektro, Institut Teknologi

Lebih terperinci

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN

MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN MENINGKATKAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DI TINGKAT PERUSAHAAN BUKU PEGANGAN BAGI PELATIH 1 Hak Cipta Kantor Perburuhan Internasiona 2002 Pertama terbit tahun 2002 Pubikasi Kantor Perburuhan Internasiona diindungi

Lebih terperinci

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR

Nomor : 361/UN.3.1.4/PPd/ Maret 2015 Lampiran : 1 (satu) eksemplar : Penyebaran Informasi Beasiswa S2 STAR UNIVERSITAS AIRLANGGA Kampus B Jaan Airangga 4 Surabaya 60286 Tep. 01-50642, 506584 Fax. 01-5026288 Website: http://www.fe.unair.ac.id E-mai: fe@unair.ac.id, info@fe.unair.ac.id Nomor : 61/UN..1.4/PPd/2015

Lebih terperinci