Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung"

Transkripsi

1 i FEBRUARI 2017

2 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : Fax : Gambar cover: Kelenteng Dewi Laut Pantai Tanjung Bunga, Pangkalpinang, Bangka cover depan Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tim Penulis : Unit Advirosy Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. rendha_pk@bi.go.id dan apriansyah@bi.go.id ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Dan Keuangan Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Februari 2017 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, Februari 2017 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL..... vii DAFTAR GRAFIK... ix INDIKATOR EKONOMI... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung... xv BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Menurut Pengeluaran Suplemen A : Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan IV 2016 Menurun Suplemen B : Mendorong Reformasi Pangan Dalam Rangka Menjamin Ketersediaan pangan dan Keterjangkauan Harga bagi Masyarakat serta Mengurangi Kesenjangan Kesejahteraan BAB 2. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBD Kabupaten Belitung APBD Kabupaten Bangka Barat APBD Kabupaten Bangka Tengah APBD Kabupaten Bangka Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi Pengendalian Inflasi Bangka Belitung iv

5 3.4. Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Suplemen C : Review dan Upaya Pengendalian Inflasi Cabai Tahun Suplemen D : Review Inflasi Daging Ayam Ras Tahun BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Loan to Deposit Ratio LDR Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) Eksposure Korporasi pada Stabilitas Sistem Keuangan Ketahanan Sektor Rumah Tangga Kredit UMKM, Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Upaya Bank Indonesia dalam Menjaga Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Sistem Pembayaran Tunai Penyediaan Uang Layak Edar Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Suplemen E : Pengembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) / Money Changer BAB 6. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani v

6 6.3. Inflasi Pedesaan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan Tingkat Kemiskinan BAB 7. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Inflasi Bangka Belitung Rekomendasi Kebijakan vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)... 4 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) Tabel 2.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tabel 2.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tabel 2.8 Alokasi Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun Tabel 3.1 Inflasi Bulanan (% mtm) Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi Bulanan Tabel 3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Tabel 3.4 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) Tabel D.1 Inflasi Tertinggi dan Deflasi Terendah Daging Ayam Ras Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 5.2 Inflow - Outflow Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 6.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat ini ( ) Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) vii

8 Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 6.10 Perkembangan Indikator Kemsikinan Kep. Bangka Belitung viii

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.2 PDRB Dengan Timah dan Tanpa Timah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.3 Struktur PDRB triwulan II Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Ekonomi Babel Tw II Grafik 1.5 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Curah Hujan... 4 Grafik 1.7 Perkembangan Harga Karet Internasional... 4 Grafik 1.8 Perkembangan Harga CPO Internasional... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Harga Lada Internasional... 5 Grafik 1.10 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung... 5 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan... 6 Grafik 1.12 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor... 6 Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 4)... 7 Grafik 1.14 Kendaraan Baru (roda 2)... 7 Grafik 1.15 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian... 8 Grafik 1.16 Produksi dan Harga Timah... 8 Grafik 1.17 Harga Timah BKDI VS LME... 8 Grafik 1.18 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kontruksi... 9 Grafik 1.19 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 9 Grafik 1.20 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Udara Grafik 1.22 Arus Penumpang Angkatan Laut Grafik 1.23 Arus Bongkar Muat Grafik 1.24 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.25 Penjualan Listrik Grafik 1.26 Pelanggan Listrik Grafik 1.27 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Grafik 1.28 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan Grafik 1.29 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.30 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.31 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor ix

10 Grafik 1.32 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.33 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Grafik 1.34 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Grafik 1.35 Perkembangan PMTB Grafik 1.36 Likert Scale Investasi Grafik 1.37 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.38 Perkembangan Ekspor Grafik 1.39 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah Grafik 1.40 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Grafik 1.42 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.43 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Grafik 1.44 Perkembangan Konsumsi LNPRT Grafik 1.45 Perkembangan Inventori Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.2 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung.. 32 Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Grafik 2.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat. 38 Grafik 2.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Grafik 2.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Grafik 2.6 Pangsa Alokasi Dana Transfer ke Daerah Grafik 2.7 Alokasi Dana Desa Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagresasi Inflasi Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Grafik 3.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung x

11 Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Provinsi Kep. Bangka Belitung Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Grafik 3.12 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Grafik 3.13 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Grafik C.1 Inflasi Bulanan Komoditas Cabai Grafik C.2 Inflasi Tahunan Komoditas Cabai Grafik D.1 Historis Inflasi Daging Ayam Grafik D.2 Inflasi Bulanan Daging Ayan Ras Grafik D.3 Inflasi Tahunan Daging Ayam Ras Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR Grafik 4.7 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan xi

12 Grafik 4.27 Pangsa Kredit Perseorangan Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga Grafik 4.29 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Grafik 4.30 Rasio dan NPL UMKM Grafik 4.31 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 4.32 Strategi Pengembangan UMKM Grafik 5.1 Perputaran Kliring Grafik 5.2 Penolakan Cek/BG Grafik 5.3 Grafik Inflow-Outflow Grafik 5.4 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.4 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.3 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan Grafik 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 7.6 Perkiraan Perubahan Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang Grafik 7.7 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen xii

13 INDIKATOR EKONOMI Indikator I II III IV I II III IV 2016 PDRB (%, yoy) Sektor 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Permintaan 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) , Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) Indeks Harga Konsumen Bangka Belitung (TD = 2012) Pangkalpinang (TD = 2012) Tanjungpandan (TD = 2012) Laju Inflasi Bangka Belitung Pangkalpinang Tanjungpandan Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) , Tabungan (Rp Triliun) , Deposito (Rp Triliun) , Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja (Rp Triliun) Investasi (Rp Triliun) Konsumsi (Rp Triliun) LDR Lokasi Proyek (%) NPL Gross (%) xiii

14 xiv

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Dan Keuangan Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Daerah Perekonomian Bangka Belitung Triwulan IV-2016 tumbuh sebesar 4,92% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya 4,21% (yoy). Pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan investasi serta melambatnya impor. Sementara itu, secara sektoral peningkatan pertumbuhan ekonomi bersumber dari membaiknya pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian yang menjadi salah satu contributor terbesar dari perekonomian Bangka Belitung. Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun 2016 sebesar 4,11% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi 2015 sebesar 4,08% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016 meningkat dari 4,21% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,92% (yoy). Walaupun lebih baik angka pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Nasional. Namun demikian pertumbuhan ekonomi tersebut lebih baik dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tumbuh sebesar 4,49% (yoy). Pada triwulan IV 2016, perekonomian Bangka Belitung yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 4,92% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya 4,21% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh komponen konsumsi Rumah Tangga dan investasi serta melambatnya impor. Sementara itu dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong sektor pertambangan dan penggalian dan sektor industri pengolahan. Lapangan usaha industri pengolahan tumbuh disebabkan meningkatnya aktivitas industri logam dasar (logam timah) dan meningkatnya produksi bijih timah sebagai bahan baku logam timah serta meningkatnya industri makanan olahan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian meningkat disebabkan oleh meningkatnya produksi bijih timah seiring dengan terus membaiknya harga timah sejak triwulan III Sedangkan lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan melambat disebabkan menurunnya produksi perkebunan dan terjadinya perubahan musim sebagai efek perubahan iklim yang terjadi secara global, cuaca yang kurang kondusif, serta harga lada yang belum membaik. Lapangan usaha perdagangan dan eceran tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya permintaan saat akhir tahun sehingga mendorong peningkatan aktivitas perdagangan. Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,49% (yoy), namun demikian, masih lebih rendah dibandingkan pertumbuhan xv

16 Dari sisi pengeluaran, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi berasal dari komponen konsumsi rumah tangga dan investasi ekonomi nasional 5,01% (yoy). Pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari triwulan sebelumnya tersebut diharapkan akan terjadi lagi ke depan seiring dengan membaiknya harga komoditas utama Bangka Belitung yaitu timah dan CPO. Secara tahunan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun 2016 sebesar 4,11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,08% (yoy) Dari sisi pengeluaran, penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016 adalah komponen net ekspor yang menyumbang terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 3,04%, diikuti oleh komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 2,44% dan PMTB sebesar 1,32%. II. Keuangan Pemerintah Pada tahun 2016 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kepulauan BiBangka Belitung rata-rata mencapai 88% - 98%, sementara realisasi belanja berkisar 88% - 91% Realisasi pendapatan daerah Realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi tahun 2016 rata-rata Kepulauan Bangka Belitung pada tahun 2016 rata-rata berkisar 88% - 91%, mencapai 88%-98% sementara realisasi belanja berkisar 88% - 91%. sementara realisasi belanja Selain APBD, dana yang bersumber dari APBN yakni dana Dekonsentrasi masih berkisar 88%-91% hingga triwulan IV 2016 terealisasi 74,55% dari pagu. Sedangkan realisasi Tugas Pembantuan 87,32% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar 82,24% dari total pagu. III. Perkembangan Inflasi Daerah Pada triwulan IV 2016 inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 6,75% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 4,26% (yoy) yang disebabkan antara lain oleh meningkatnya konsumsi masyarakat saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru, meningkatnya harga di daerah penghasil dan jalur distribusi yang belum baik, serta terganggunya pasokan. Inflasi Bangka Belitung berada di atas sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dari 4,26% (yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 6,75% (yoy) pada triwukan IV 2016 Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 6,75% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,26% (yoy). Inflasi tahun 2016 tersebut lebih tinggi dari tahun 2015 sebesar 3,28% (yoy). Meningkatnya inflasi Bangka Belitung disebabkan oleh meningkatnya inflasi volatile food sebagai akibat meningkatnya permintaan saat Hari Besar Keagamaan Nasional dan terganggunya jalur distribusi pasokan xvi

17 barang akibat tingginya curah hujan, gelombang tingggi, dan terjadinya gagal panen di sentra produksi. Selain itu secara khusus meningkatnya inflasi di Bangka Belitung juga disebabkan inflasi administered prices karena meningkatnya tarif angkutan udara. Secara umum inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 3,02% (yoy) dan Sumatera yang mencapai 4,53% (yoy). IV. Stabilitas Keuangan Daerah, Pengembangan Akses Keuangan dan UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV tahun 2016 semakin membaik, sebagian besar indikator utama terlihat mengalami pertumbuhan positif. Kedepan tren pertumbuhan positif ini akan tetap berlangsung, seiring dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung. Pada tahun 2016 indikator Kondisi stabilitas keuangan daerah masih dalam kondisi yang baik, terlihat dari aset, penyaluran kredit dan penyaluran kredit dan penghimpunan dana pihak ketiga yang tumbuh positif penghimpunan DPK dan tingkat NPL yang relative rendah. Pada triwulan IV 2016 aset perbankan perbankan secara umum Bangka Belitung tumbuh sebesar 12,14% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan mengalami pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,28% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan IV 2016 tumbuh sebesar 3,61% (yoy) setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya sebesar 4,48% (yoy). Komponen kredit modal kerja dan konsumsi mengalami pertumbuhan positif. Sejalan dengan hal tersebut, komponen kredit investasi juga mengalami penipisan kontraksi. Perbaikan penyaluran kredit ini sejalan dengan mulai membaiknya performa korporasi dan dunia usaha sehubungan seiring dengan mulai membaiknya perekonomian domestik dan peningkatan harga komoditas global. Sejalan dengan penyaluran kredit, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami pertumbuhan. Penghimpunan DPK tercatat tumbuh tumbuh 11,60% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 5,07% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada seluruh komponen pihak ketiga. Rasio kredit bermasalah (NPL) menurun dari 3,56% menjadi 3,29%. Loan to deposit ratio di perbankan Bangka Belitung juga mengalami pertumbuhan dari 90,93% pada triwulan III 2016 menjadi 93,03% pada triwulan IV Pertumbuhan rasio LDR tersebut didorong oleh pertumbuhan kredit yang tinggi. Stabilitas di sektor korporasi dan rumah tangga juga Pada triwulan IV 2016 stabilitas keuangan daerah dari sektor korporasi masih terjaga. Tercatat penghimpunan dana dari korporasi tumbuh 25,66% (yoy), xvii

18 masih terjaga. Indikator penghimpunan dana pihak ketiga dan penyaluran kredit mengarah ke pertumbuhan positif lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,59% (yoy). Sejalan dengan hal tersebut, penyaluran kredit ke korporasi juga mengarah ke pertumbuhan positif yang tercermin dari berkurangnya kontraksi menjadi 1,61% (yoy) dari sebelumnya kontraksi 17,96% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Stabilitas keuangan di sektor rumah tangga juga masih dalam kondisi yang terjaga. Indikator penghimpunan dana dan penyaluran kredit di sektor rumah tangga tumbuh masing masing sebesar 13,39% (yoy) dan 10,58% (yoy). Perbaikan ekonomi domestik mendukung terjaganya stabilitas keuangan daerah di sektor korporasi dan rumah tangga. Penyaluran kredit UMKM pada triwulan IV 2016 mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit UMKM menurun dengan rasio kredit UMKM terhadap total kredit sebesar 30,25% pada triwulan IV 2016 dari 30,85% di triwulan III Pertumbuhan kredit UMKM mengalami penurunan dari 29,09% (yoy) menjadi 28,01% (yoy) di triwulan IV Secara sektoral pangsa kredit UMKM didominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 52,56%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan IV tahun 2016 menurun menjadi sebesar 3,73% dari triwulan sebelumnya 4,80%. V. Penyelenggaraan Sistem Pembayaran dan Pengelolaan Uang Rupiah Transaksi sistem pembayaran secara umum mengalami peningkatan. Transaksi non tunai melalui kliring meningkat, sementara transaksi tunai mengalami net outflow seiring dengan kebutuhan saat Natal dan tahun baru Untuk mendukung penyediaan uang layak edar, dilakukan kas keliling dan penukaran di perbankan. Transaksi sistem pembayaran non tunai melalui kliring mengalami peningkatan 100,94% (yoy). Pengedaran uang di Kepulauan Bangka Belitung tercatat net outflow pada triwulan IV Inflow tercatat sebesar Rp100,93 miliar dan outflow tercatat Rp797,44 miliar. Transaksi non tunai melalui kliring selama triwulan IV 2016 meningkat sebesar 100,94% (yoy) atau mencapai Rp2,14 triliun. Sementara itu pengedaran uang tunai pada triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp100,93 miliar dan outflow sebesar Rp797,44 miliar. Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia meningkatkan kegiatan kas keliling selama Triwulan IV 2016 diberbagai lokasi diantaranya Mentok, Tanjungpandan, Pangkalpinang (Pasar Pagi, Pasar Trem, Pasar Rumput, Pasar Kramat dan Alun-alun Kota), Tempilang, Pulau Selat Nasik, Belinyu, Pulau Lepar, Pongok, Koba, Sungai Selan, Toboali, Simpang Teritip dan Tempilang. Untuk meningkatkan penyerapan uang lusuh di masyarakat dan mengoptimalkan penggunaan uang koin, telah dilakukan a 3-6 November 2016 yang berhasil mengumpulkan uang koin senilai Rp115 juta dan uang kertas lusuh xviii

19 sebesar Rp97 juta lebih. Selama Triwulan IV 2016, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 84 lembar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 64 lembar. VI. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Agustus 2016 meningkat dibandingkan Agustus Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) menurun. Inflasi pedesaan meningkat dan Nilai Tukar Petani (NTP) menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Agustus 2016 naik dibandingkan Agustus 2015 dari 66,71% menjadi 68,93%. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan penurunan dari 6,29% pada Agustus 2015 menjadi 2,60% pada Agustus Peningkatan tenaga kerja terjadi pada sektor sekunder dan sektor tersier. Pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan dan Lapangan usaha listrik gas dan air. Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor tersier terjadi pada lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran dan jasa kemasyarakatan Sementara itu, jumlah tenaga kerja di sektor primer yaitu di lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan mengalami penurunan. NTP menurun dan pedesaan naik Inflasi NTP menurun dan inflasi pedesaan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP), pada triwulan III 2016 tercatat sebesar 99,33 menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 101,09. Sementara, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 2,95% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41% (yoy). VII. Prospek Perekonomian Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi, dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah yang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah dan CPO. Sementara itu, tekanan inflasi xix

20 diperkirakan tetap tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya namun diharapkan dalam level yang terkendali. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan II 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,3%-4,7% (yoy). Sementara secara tahunan diperkirakan perekonomian Bangka Belitung pada 2017 tumbuh pada kisaran 4,0%- 4,4% (yoy) Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tahun 2017 diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,0%-4,4% (yoy). Sedangkan pada triwulan II 2017 diproyeksikan berada pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy) atau diperkirakan lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan IV Pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi swasta dan ekspor. Pengeluaran pemerintah khususnya terkait dengan belanja modal pada tengah tahun mulai meningkat dan diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebagai akibat pelaksanaan lelang proyekproyek pemerintah yang lebih awal. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan akan tumbuh lebih tinggi dari tahun Pada triwulan II diperkirakan berada pada kisaran 6,0%-6,4% (yoy) dan keseluruhan tahun 2017 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan berada dalam kisaran target Bank Indonesia 4%±1% Inflasi triwulan II 2017 dan keseluruhan tahun 2017 diperkirakan sebesar 6,0%-6,4% (yoy) dan sedikit berada dalam kisaran target Bank Indonesia sebesar 4%±1% Beberapa risiko yang akan menimbulkan tekanan inflasi antara lain bersumber dari (i) meningkatnya permintaan untuk kebutuhan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, (ii) potensi kenaikan cukai rokok secara gradual oleh pemerintah, (iii) potensi terjadinya gagal panen beberapa komoditas hortikultura akibat tingginya curah hujan di daerah sumber pasokan yang diperkirakan akan membatasi suplai pasokan, (iv) tekanan inflasi administered prices antara lain kenaikan tarif angkutan udara, BBM, elpiji, dan tarif listrik. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota di Kepulauan Bangka Belitung dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi harus terus diperkuat untuk mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi volatile food. xx

21

22 INDIKATOR MAKRO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2016 % yoy Triwulan IV 2016 % yoy 4,21 4,92 5,88 4,72 9,29 4,48 2,24-1,66 8,05 6,17-1,95-2,92 63,55 9,19 0

23 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan IV 2016 meningkat terutama bersumber dari pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Sementara itu, dari sisi pengeluaran, pertumbuhan didorong oleh peningkatan investasi dan melambatnya impor Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV 2016 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 4,92% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,21% (yoy). Kinerja pertumbuhan ekonomi ini lebih baik dari pertumbuhan ekonomi Sumatera yang pada triwulan laporan sebesar 4,49% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,03% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan ekonomi nasional tumbuh sebesar 4,94% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,01% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga dan investasi serta melambatnya impor. Sementara itu dari sisi penawaran pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung di dorong oleh lapangan usaha pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, dan produksi es, konstruksi, penyediaan akomodasi makan-minum, jasa kesehatan dan kegiatan sosial lainnya. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK ,500 12,000 11,500 11,000 10,500 10,000 9,500 9, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sementara itu melalui perhitungan khusus PDRB tanpa timah dengan mengeluarkan sektor pertambangan bijih logam dan industri logam dasar maka pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tanpa timah pada triwulan IV 2016 sebesar 4,48% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 4,33% (yoy). Lebih rendahnya pertumbuhan ekonomi 1

24 tanpa timah pada triwulan IV 2016 mengindikasikan peran sektor timah pada perekonomian Bangka Belitung kembali meningkat yang disebabkan oleh membaiknya harga timah dunia sejak awal triwulan III Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada tahun 2016 mengalami peningkatan dibandingkan tahun Secara tahunan pertumbuhan ekonomi tahun 2016 sebesar 4,11% (yoy) lebih tinggi dibanding tahun 2015 sebesar 4,08% (yoy). Pertumbuhan ekonomi ditopang oleh konsumsi rumah tangga dan investasi. Konsumsi rumah tangga tahun 2016 tumbuh sebesar 5,86% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 5,46% (yoy) seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk dan daya beli masyarakat akibat membaiknya harga timah. Sementara investasi meningkat sebesar 6,23% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 4,43% (yoy) sejalan dengan upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong kesempatan berusaha. Ekspor menunjukkan peningkatan sejak triwulan III seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas unggulan yaitu timah, CPO dan karet. Pada triwulan I 2017 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan akan tumbuh melambat dibanding triwulan IV 2016, namun meningkat dibanding triwulan I Perlambatan ekonomi disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah tangga pasca Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan masih rendahnya realisasi belanja pemerintah. Pertumbuhan konsumsi triwulan I 2017 ditopang oleh meningkatnya permintaan saat imlek dan Ceng Beng. Selain itu, sektor perdagangan dan pariwisata diperkirakan juga meningkat seiring dengan rencana penyelenggaraan motocross MXGP yang akan diikuti oleh 27 negara dengan 100 crosser yang akan diselenggarakan di bulan Maret PDRB Menurut Lapangan Usaha Harga Timah Internasional USD/MTon PDRB Dengan Timah (% yoy) % 25, PDRB Tanpa Timah (% yoy) , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pertumbuhan didukung oleh hampir seluruh lapangan usaha yaitu lapangan usaha pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, pengadaan listrik, gas, dan produksi es, konstruksi, penyediaan akomodasi makan-minum, jasa kesehatan dan kegiatan sosial lainnya. Pertumbuhan tertinggi dicapai oleh lapangan usaha pengadaan listrik, gas, dan produksi es

25 sebesar 15,72%, diikuti jasa lainnya sebesar 14,00%, jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 9,55%. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut terjadi pada lapangan usaha yang kontribusinya terhadap PDRB kecil. Sebagaimana triwulan sebelumnya, struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV 2016 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu : industri pengolahan (20,37%), pertanian, kehutanan, dan perikanan (19,84%), perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil, sepeda motor (14,40%) dan pertambangan dan penggalian (12,11%). empat lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 66,71% dari total PDRB. Grafik 1.3 Struktur PDRB Triwulan IV 2016 Lain-Lain, 33.29% Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 14.40% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 19.84% Industri Pengolahan, 20.37% Pertambangan dan Penggalian, 12.11% Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber utama (andil) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung triwulan IV 2016 adalah lapangan usaha industri pengolahan sebesar 1,30%, diikuti perdagangan besareceran dan reparasi mobil-sepeda motor sebesar 0,75%, pertanian, kehutanan, dan perikanan sebesar 0,60%, dan konstruksi sebesar 0,54%. Sementara lapangan usaha lainnya menciptakan pertumbuhan ekonomi sebesar 1,72%. Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Ekonomi Babel Tw IV Tw IV-2014 Tw IV-2015 Tw IV-2016 Lainnya Perdagangan Konstruksi Pertanian Administrasi Pemerintahan Pertumbuhan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3

26 Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy) No Lapangan Usaha I II III IV I II III IV I II III IV 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PERTUMBUHAN PDRB PDRB TANPA TIMAH (PDRB TANPA PERTAMBANGAN BIJIH LOGAM DAN INDUSTRI LOGAM DASAR) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 3,15% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya 3,30% (yoy). Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan disebabkan oleh menurunnya produksi perkebunan dan terjadinya perubahan musim sebagai efek perubahan iklim yang terjadi secara global, cuaca yang kurang kondusif, serta harga lada yang belum membaik. Sementara pada 2016, secara tahunan sektor pertanian, kehutanan, perikanan tumbuh sebesar 4,23% (yoy) turun dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh lebih tinggi sebesar 5,97% (yoy). Grafik 1.5 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,500 2,000 1,500 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.6 Perkembangan Curah Hujan Grafik 1.7 Perkembangan Harga Karet Internasional Curah Hujan Hari Hujan (RHS) 80.0 USD/kg I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah 4

27 Grafik 1.8 Perkembangan Harga CPO Internasional Grafik 1.9 Perkembangan Harga Lada Internasional 1, USD/Mt MYR/100 k Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Sementara itu, di sisi lain, masih tingginya permintaan domestik terhadap CPO menyebabkan harga TBS membaik. Harga TBS naik 48,89% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik 18,80% (yoy). Sementara harga CPO naik 35,25% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang naik 33,36% (yoy). Grafik 1.10 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung CPO TBS Lokal (RHS) % CPO (yoy) % TBS Lokal (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % % % % Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung & Bloomberg, diolah Pada Triwulan I 2017 diperkirakan lapangan usaha pertanian akan meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga CPO, karet, dan lada yang menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut. Sementara itu, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya areal sawah padi dan luas panen sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Beberapa program pemerintah daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian antara lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa dan optimalisasi bendungan air. Pada triwulan IV 2016, pertumbuhan lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki pangsa terbesar dalam struktur perekonomian Bangka Belitung meningkat sebesar 5,82% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,13% (yoy). Meningkatnya industri logam dasar (logam timah), timah batangan, dan meningkatnya produksi 5

28 bijih timah sebagai bahan baku logam timah serta meningkatnya industri makanan olahan menjadi faktor pendorong meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha ini. Sementara secara tahunan industri pengolahan pada tahun 2016 tumbuh meningkat sebesar 2,58% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 1,27% (yoy). Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan 2,800 2,750 2,700 2,650 2,600 2,550 2,500 2,450 2,400 2, (% yoy dan qtq) Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan I 2017, lapangan usaha industri pengolahan diperkirakan akan kembali meningkat sejalan dengan meningkatnya industri logam timah dan produk berbasis timah serta industri makanan seiring dengan meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor mengalami peningkatan pertumbuhan. Lapangan usaha ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 5,39% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,11% (yoy). Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan meningkatnya permintaan saat akhir tahun sehingga mendorong peningkatan aktivitas perdagangan. Secara tahunan pada tahun 2016, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor mengalami pertumbuhan sebesar 5,04% (yoy), meningkat dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 4,26% (yoy). Grafik 1.12 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 2,000 1,500 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah

29 Aktivitas perdagangan yang meningkat juga ditunjukkan oleh jumlah pendaftaran kendaraan baru roda 4 (mobil dan truk) dan roda 2 yang pada triwulan ini meningkat. Pertumbuhan kendaraan baru roda 4 mengalami kontraksi yang mengecil sebesar 7,32% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 16,22% (yoy). Sementara pertumbuhan kendaraan roda 2 pada triwulan ini tumbuh sebesar 39,95% (yoy) membaik dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 5,66% (yoy). Meningkatnya penjualan kendaraan bermotor disebabkan mulai meningkatnya daya beli masyarakat seiring dengan membaiknya harga komoditas dan adanya promo akhir tahun yang dilakukan oleh beberapa dealer kendaraan. Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 4) Grafik 1.14 Kendaraan Baru (roda 2) 1, , ,600 Jml Kendaraan Roda 4 (unit) % yoy 16,000 Jml Kendaraan Roda 2 (unit) % yoy ,400 14, , , ,000 10, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pada triwulan I 2017, lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor akan tumbuh meningkat. Lapangan usaha perdagangan tumbuh meningkat seiring dengan momen perayaan Imlek dan Ceng Beng, serta event motocross MXGP. Sementara penjualan kendaraan sedikit meningkat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebagai dampak pengurangan suku bunga kredit perbankan. Lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada triwulan ini meningkat sebesar 3,72% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,57% (yoy). Perbaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya produksi bijih timah seiring dengan mulai membaiknya harga timah. Peningkatan produksi timah tersebut mendorong peningkatan ekspor timah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Walaupun terus menguat pada 2 triwulan terakhir, secara tahunan pada 2016, lapangan usaha pertambangan dan penggalian mengalami penurunan pertumbuhan menjadi sebesar 0,48% (yoy), dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 1,74% (yoy). Menurunnya harga komoditas timah dan memburuknya permintaan global terutama pada semester I 2016 menyebabkan perlambatan pada lapangan usaha ini dibandingkan tahun sebelumnya. Grafik 1.15 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian 7

30 1,700 1,650 1,600 1,550 1,500 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.16 Produksi dan Harga Timah Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Penjualan Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ($ Metric ton) LHS I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT. Timah Tbk dan Bloomberg 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - USD/Mton 24,000 23,000 22,000 21,000 20,000 19,000 18,000 17,000 16,000 15,000 14,000 13,000 Grafik 1.17 Harga Timah BKDI VS LME I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Bloomberg, LME BKDI Pada triwulan I 2017, sektor pertambangan yang berbasis timah diperkirakan juga meningkat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan terus membaik didorong oleh rencana Tiongkok untuk mengurangi produksi timah sehingga mendongkrak harga timah internasional dan meningkatnya permintaan timah. Selain itu, mulai beroperasinya beberapa smelter yang mulai memenuhi ketentuan Permendag No.33/M.DAG/PER/5/2015 mendorong pertumbuhan pada lapangan usaha ini. Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi sedikit melambat yaitu menjadi 6,48% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,88% (yoy). Melambatnya lapangan usaha konstruksi sejalan dengan penghematan anggaran pemerintah sehingga menyebabkan tertundanya transfer dana dari pemerintah ke pemerintah daerah yang berakibat terhambatnya pembiayaan beberapa proyek. Pertumbuhan di lapangan usaha konstruksi mulai membaik seiring dengan meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan pembangunan gedung-gedung swasta yang terkonfirmasi dari permintaan semen di Bangka Belitung yang meningkat. Indikator penggunaan semen secara tahunan meningkat meski masih menunjukkan kontraksi sebesar 8

31 4,36% (yoy), membaik dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 14,43% (yoy). Namun demikian jika dilihat pertumbuhan secara triwulanan menunjukkan penggunaan semen mengalami peningkatan di triwulan IV 2016 sebesar 37,78% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar -7,92% (qtq) Grafik 1.18 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi Grafik 1.19 Konsumsi Semen Bangka Belitung 1,200 1, Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 - Realisasi Pengadaan yoy (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Secara keseluruhan tahun 2016, lapangan usaha konstruksi mengalami pertumbuhan sebesar 6,86% (yoy) meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan di sektor ini sejalan dengan meningkatnya proyek-proyek infrastruktur pemerintah dan swasta pada tahun Pada triwulan I 2017, lapangan usaha konstruksi diperkirakan sedikit melambat sejalan dengan masih rendahnya realisasi dana-dana APBN dan APBD untuk proyek-proyek pemerintah di awal tahun. Selain itu proyek-proyek pembangunan swasta seperti hotel, rumah sakit, dan gedung kantor juga belum banyak direalisasikan pada triwulan I kecuali penyelesaian proyek multi years. Lapangan usaha transportasi dan pergudangan melambat pada triwulan IV Lapangan usaha ini tumbuh meningkat sebesar 3,97% (yoy) dari 3,17% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan lapangan usaha ini meningkat seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bangka Belitung di akhir tahun. Sementara, peningkatan pertumbuhan pada lapangan usaha pergudangan lebih disebabkan meningkatnya kegiatan pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat saat Hari Raya Natal, tahun baru dan libur akhir tahun. Secara tahunan, tahun 2016, pertumbuhan lapangan usaha transportasi dan pergudangan tumbuh relatif stabil sebesar 5,51% (yoy) dari 5,57% (yoy) di tahun sebelumnya. Dari sisi transportasi, arus penumpang angkutan laut di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan secara tahunan masih mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. 9

32 Jumlah kedatangan melalui angkutan laut menurun lebih dalam sebesar 71,59% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya menurun sebesar 25,80% (yoy). Sementara jumlah keberangkatan menurun sebesar 69,94% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 40,03% (yoy). Masih terkontraksinya jalur angkutan laut tersebut ditengarai disebabkan oleh adanya alternatif moda transportasi udara yang relatif murah dan lebih cepat sehingga penumpang lebih memilih moda transportasi udara dibandingkan angkutan laut. Sementara penumpang angkutan udara tumbuh sebesar 15,17% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 16,49% (yoy). Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan masih mengalami penurunan. Arus bongkar pelabuhan terkontraksi sebesar 51,45% (yoy) menurun dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 43,74%. Sementara aktivitas muat di pelabuhan masih terkontraksi sebesar 72,44% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 81,33% (yoy). Grafik 1.20 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah , , , , , , , ,000 - Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Udara Kedatangan Keberangkatan Total % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah Grafik 1.22 Arus Penumpang Angkutan Laut 60,000 Kedatangan Pergi % Datang % Pergi , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah 10

33 Grafik 1.23 Arus Bongkar Muat 600, , , , , ,000 0 Bongkar Muat % Bongkar % Muat I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Pada triwulan I 2017, lapangan usaha transportasi dan pergudangan diperkirakan akan sedikit menurun sejalan dengan berkurangnya permintaan barang untuk memenuhi kebutuhan stok pangan paska Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Selain itu kegiatan arus transportasi laut dan udara juga sedikit menurun di awal tahun paska Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas dan produksi es tumbuh sebesar 15,72% (yoy) tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,72% (yoy). Pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan meningkatnya produksi listrik dan penjualan listrik. Meningkatnya penjualan tenaga listrik sejalan dengan pertambahan jumlah pelanggan. Berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan IV 2016 masih tumbuh sebesar 7,85% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,81% (yoy). Sementara jumlah pelanggan mengalami pertumbuhan yang melambat dari 5,78% (yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 5,55% (yoy). Pada triwulan I 2017, lapangan usaha ini akan tumbuh meningkat sejalan dengan meningkatnya pemasangan baru pada perumahan-perumahan baru baik yang bersubsidi maupun komersial dalam rangka memenuhi kebutuhan energi. Secara tahunan, lapangan usaha ini di tahun 2016 tumbuh sebesar 18,34% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,27% (yoy). Peningkatan lapangan usaha ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk meningkatkan sumber daya energi. Grafik 1.24 Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.25 Penjualan Listrik Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy) 300,000, ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah

34 Grafik 1.26 Pelanggan Listrik 1,400,000 1,200,000 1,000, , , , ,000 - Pelanggan Pelanggan (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum melambat sebesar 5,96% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,89% (yoy). Melambatnya lapangan usaha ini disebabkan menurunnya permintaan penyediaan makan minum paska Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Sementara dari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung pada triwulan IV 2016 sebanyak orang, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak orang. Kunjungan wisatawan pada triwulan ini seiring dengan libur akhir tahun. Namun jika dilihat secara tahunan pertumbuhan jumlah wisatawan yang berkunjung di Bangka Belitung pada triwulan IV 2016 menurun sebesar 1,17% (yoy) dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,15% (yoy). Tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami penurunan di triwulan IV 2016 dari 40,47% menjadi 38,66%. Secara tahunan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan-minum di tahun 2016 tumbuh sebesar 4,81%, meningkat dibandingkan tahun 2015 yang tumbuh sebesar 3,42% (yoy). Pertumbuhan ini sejalan dengan meningkatnya sektor pariwisata di Bangka Belitung dan terdapatnya event- event khusus seperti Gerhana Matahari Total dan Sail indonesia Pada triwulan I 2017, lapangan usaha ini diperkirakan akan tumbuh melambat sejalan dengan masih sedikitnya aktivitas Meeting, Incentive, Conference, and Exhibition (MICE) terutama oleh instansi pemerintah di awal tahun. Grafik 1.27 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Rp Miliar qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.28 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan 90, ,000 Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK (RHS) , , , , ,000 20, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Lapangan usaha non-dominan lainnya yakni lapangan usaha jasa lainnya dan jasa kesehatan dan kegiatan sosial mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada periode

35 laporan. Lapangan usaha jasa lainnya tumbuh sebesar 14,00% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,67% (yoy). Sementara jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh stabil sebesar 9,55% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,00%. Tingginya jasa kesehatan dan kegiatan sosial lebih disebabkan oleh meningkatnya masyarakat yang berobat ke rumah sakit ataupun fasilitas kesehatan lainnya PDRB Menurut Pengeluaran Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) P E N G G U N A A N I II III IV I II III IV I II III IV 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (1.66) 4. Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori (26.75) (19.17) (40.31) (6.40) 6. Ekspor Luar Negeri (37.77) (22.29) (1.95) (2.92) 7. Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah (60.69) (32.54) (11.89) (10.92) Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung ditopang oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga dan investasi. Sementara pengeluaran konsumsi pemerintah, perubahan inventori, ekspor luar negeri dan net ekspor antar daerah yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 1,66% (yoy), 6,40% (yoy), 2,92% (yoy), dan 10,92% (yoy). Penurunan konsumsi pemerintah di dorong oleh adanya kebijakan penghematan anggaran, sedangkan untuk ekspor luar negeri disebabkan menurunnya produksi komoditas unggulan seperti logam timah, minyak nabati, crumb rubber, komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah impor luar negeri barang dan jasa yatu sebesar 9,19% (yoy), diikuti oleh komponen Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 6,17% (yoy), dan pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 4,72% (yoy). Jika dilihat dari struktur ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung triwulan IV 2016, komponen pengeluaran didominasi oleh komponen konsumsi rumah tangga yang memiliki pangsa tertinggi sebesar 56,05%, diiukuti oleh ekspor luar negeri sebesar 30,41%, PMTB sebesar 25,40%, sedangkan untuk komponen pengeluaran pemerintah sebesar 10,89%. Sementara impor luar negeri dan net ekspor antar daerah yang menjadi pengurang PDRB memberikan kontribusi masing-masing sebesar 3,46% dan 20,43%. Jika dilihat dari penciptaan sumber pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016, komponen net ekspor memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 3,04%, diikuti komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga 13

36 sebesar 2,44% dan PMTB sebesar 1,32%. Adapun komponen yang memiliki sumber pertumbuhan terendah adalah ekspor luar negeri dimana sumber petumbuhannya sebesar - 1,34%. Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat 4,72% (yoy) dari triwulan sebelumnya 5,88% (yoy). Perlambatan konsumsi rumah tangga disebabkan oleh menurunnya konsumsi rumah tangga pasca Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan ini dipicu oleh meningkanya permintaan saat perayaan Hari Besar Keagamaan seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad, Natal, dan Tahun Baru. Pengeluaran konsumsi rumah tangga triwulan IV 2017 tersebut tidak sebesar triwulan sebelumnya. Secara tahunan konsumsi rumah tangga di tahun 2016 meningkat sebesar 5,86% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 5,46% (yoy). Peningkatan ini sejalan dengan pertambahan jumlah penduduk sehingga meningkatkan jumlah konsumsi rumah tangga. Pada triwulan I 2017, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan sedikit melambat dibandingkan triwulan IV Perlambatan konsumsi rumah tangga seiring dengan menurunnya konsi rumah tangga pasca Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Konsumsi rumah tangga pada triwulan I 2017 ditopang oleh meningkatnya permintaan saat perayaan Imlek dan Ceng Beng. Selain itu, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan kembali meningkatnya keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini dan peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi yang akan datang serta mulai membaiknya daya beli masyarakat sejalan dengan membaiknya harga komoditas. Grafik 1.29 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga 7,000 6,000 5,000 4, Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah

37 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Grafik 1.30 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Konsumsi Rumah Tangga (PDRB % yoy)/rhs Likert Scale I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Grafik 1.31 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Likert Scale 2.5 Ekspor Domestik I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.32 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.33 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Su Konsumsi pemerintah mengalami penurunan. Konsumsi pemerintah tercatat terkontraksi sebesar 1,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar dari 2,24% (yoy). Perlambatan konsumsi pemerintah disebabkan pemberlakuan penghematan/pemangkasan anggaran baik untuk APBN dan APBD. Pengeluaran konsumsi pemerintah di triwulan ini meliputi pembayaran gaji ke-14 di lingkungan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, pembayaran sertifikasi guru dan penyerapan belanja barang dan jasa. Pemangkasan anggaran di tahun 2016 berdampak pada pertumbuhan konsumsi pemerintah yang melambat sebesar 3,39% (yoy) dari tahun sebelumnya sebesar 4,43% (yoy). Pada triwulan I 2017, konsumsi pemerintah diperkirakan tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya sesuai siklusnya dimana penyerapan di awal tahun masih relatif terbatas, namun cenderung lebih tinggi dibanding triwulan yang sam atahun sebelumnya sejalan dengan pelaksanaan lelang beberapa proyek pemerintah lebih awal. Grafik 1.34 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 1, , , (0.23) (1.66) (14.56) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

38 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 6,17% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,05% (yoy). Pertumbuhan PMTB disebabkan adanya pekerjaan pembangunan konstruksi seperti pelebaran jalan dan perbaikan jalan, pembangunan talud, rumah sakit, gedung pemerintah, tempat ibadah, dan perumahan. Namun demikian, jika dilihat secara tahunan, PMTB di tahun 2016 tumbuh meningkat sebesar 6,23% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,42% (yoy). Pertumbuhan ini sejalan dengan komitmen pemerintah untuk menciptakan iklim investasi yang kondusif dan mendorong kemudahan berusaha. Pada triwulan I 2017, investasi tumbuh melambat dikarenakan pada awal tahun kegiatan investasi pemerintah dan swasta masih relatif sedikit. Kegiatan investasi bangunan dan non bangunan yang dilakukan untuk mendukung kapasitas produksi perusahaan antara lain berupa penambahan fasilitas dan peralatan pendukung. Sementara investasi pemerintah baik dalam bentuk bangunan dan non-bangunan terkait dengan realisasi anggaran pemerintah. Grafik 1.35 Perkembangan PMTB 3, , , , , (0.50) 0 Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Grafik 1.36 Likert Scale Investasi Grafik 1.37 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Likert Scale I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Investasi PMTB (% yoy RHS) 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Likert Scale Kapasitas Utilisasi I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia SKDU 16

39 Ekspor luar negeri mengalami kontraksi sebesar - 2,92% (yoy) lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,95% (yoy). Penurunan ekspor disebabkan perbaikan harga komoditas yang masih belum membaik dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan kondisi global yang belum membaik. Namun demikian jika dilihat pertumbuhan triwulanan menunjukkan bahwa ekspor Bangka Belitung meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor meningkat dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 1,63% (qtq) menjadi tumbuh sebesar 9,86% (qtq). Tumbuhnya penjualan logam timah mendorong surplus ekspor pada triwulan ini. Selain itu komoditas lainnya seperti pasir kwarsa, kaolin, tanah liat, serta CPO ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Secara tahunan di tahun 2016, ekspor masih mengalami kontraksi, namun dengan besaran yang semakin menurun. Ekspor mengalami kontraksi sebesar 16,83% (yoy) menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 19,56% (yoy). Membaiknya ekspor sejalan dengan membaiknya harga komoditas terutama timah sejak triwulan III Berdasarkan data Statistik Ekonomi dan Keuangan Daerah (SEKDA) yang diterbitkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa timah masih menjadi komoditas dengan pangsa ekspor terbesar secara nilai yakni 81,19% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Total ekspor triwulan IV 2016 tumbuh sebesar 16,13% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 35,54% (yoy). Secara tahunan selama 2016 ekspor mengalami kontraksi sebesar 4,53% (yoy), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 34,14% (yoy). Pada triwulan I 2016, ekspor diperkirakan akan tumbuh meningkat seiring dengan peningkatan produksi timah dan mulai membaiknya harga timah. Membaiknya permintaan global lebih lanjut akan meningkatkan ekspor Bangka Belitung. Grafik 1.38 Perkembangan Ekspor Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) 10, , , , , (1.63) , , (1.95) , (2.92) (37.77) ,000 (22.29) , (37.54) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.39 Perkembangan Nilai dan Volume Ekspor Timah 700, , , , , , ,000 0 Sumber : Bank Indonesia Nilai (Ribu USD) Volume (Ton) I II III IV I II III IV I II III IV

40 Grafik 1.40 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Likert Scale Ekspor I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia SKDU Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Germany, 0.31 Other EU, 0.00 Latin America, Italia, Malaysia, 1.40 Belanda, USA, 5.60 Taiwan, 6.45 Pakistan, 2.72 RRC, 4.64 Korea Selatan, 6.11 Jepang, 7.66 India, 7.04 Singapura, Vietnam, 0.86 Impor luar negeri sebesar 9,19% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 63,55% (yoy), sementara net ekspor antar daerah mengalami kontraksi sebesar 10,92% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 11,89% (yoy). Impor luar negeri pada triwulan ini didorong oleh impor barang modal, barang dari kaca, alumunium, serta berbagai barang buatan pabrik untuk keperluan rumah tangga. Peningkatan impor pada barang modal menunjukkan ada peningkatan aktivitas usaha. Secara tahunan, pada 2016, impor meningkat signifikan sebesar 53,02% (yoy) dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar 6,62% (yoy). Peningkatan impor seiring dengan meningkatnya proyek-proyek infrastruktur. Pada triwulan I 2016, impor diperkirakan akan melambat sejalan dengan masih belum banyaknya realisasi proyek-proyek infrastruktur di awal tahun. Grafik 1.42 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.43 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (8.50) (14.63) (13.36) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) , , , , (9.40) -5, (32.54) -6, (11.89) (10.92) , (57.82) -8, (60.69) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh melambat, dari 9,29% (yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 4,48% (yoy) di triwulan IV Pengeluaran konsumsi LNPRT disebabkan adanya kegiatan perayaan Hari Besar Keagamaan seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad, Natal, dan Tahun Baru berpengaruh pada peningkatan pengeluaran 18

41 konsumsi LNPRT untuk lembaga keagamaan. Selain itu, peningkatan kegiatan organisasi sosial dan partai politik dimana pelaksanaan kampanye calon gubernur, adanya event budaya seperti Festival Belitong dan Laskar Pelangi, adanya kegiatan kemanusiaan korban gempa Aceh berpengaruh pada peningkatan pengeluaran konsumsi LNPRT. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi LNPRT triwulan ini lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang disebabkan adanya event Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha yang terjadi di triwulan sebelumnya. Secara tahunan konsumsi LNPRT pada 2016 meningkat sebesar 9,11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,09%. Peningkatan konsumsi LNPRT tahun 2016 seiring dengan meningkatnya perayaan Hari Besar Keagamaan Nasional, musibah banjir yang terjadi di awal tahun 2016, dan even khusus seperti perayaan Gerhana Matahari Total dan Festifal Sail Indonesia. Pada triwulan I 2017, diperkirakan konsumsi LNPRT sedikit meningkat yang disebabkan adanya perayaan Imlek dan Ceng Beng serta event kejuaraan dunia motocross MXGP. Grafik 1.44 Perkembangan Konsumsi LNPRT Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara inventori mengalami kontraksi sebesar 6,40% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 40,31% (yoy). Penurunan perubahan inventori disebabkan meningkatnya stok barang barang jelang natal dan tahun baru. Pada triwulan I 2017, inventori akan meningkat terutama untuk kebutuhan stok menjelang perayaan Imlek dan Ceng Beng. Grafik 1.45 Perkembangan Inventori Rp Miliar qtq (% RHS) yoy (% RHS) (6.40) (26.75) (19.17) (63.91) (40.31) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 19

42 Suplemen A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan IV 2016 Meningkat Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan IV 2016 Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan IV 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV 2016 masih menunjukkan optimisme yakni sebesar 103,06 meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan indeks 100,72. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan masih optimis yakni sebesar 109,40, meski sedikit menurun dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 114,78. Komponen pembentuk IEK menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya disebabkan penurunan ekspektasi konsumen pada kegiatan usaha dan penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini yang masing-masing menurun menjadi 110,17 dan 112,20 dibandingkan triwulan III 2016 yaitu 115,00 dan 125,17. Begitupun dengan indeks perkiraan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang sedikit meningkat dan masih menunjukkan optimisme yaitu sebesar 105,83 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 104,17. Namun demikian, Indeks Kondisi Ekonomi saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar 96,72, masih menunjukkan adanya pesimisme, meski meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan indeks 86,67. Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan indeks pada komponen penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu dari 105,17 menjadi 108,00 dan indeks komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan enam bulan lalu meningkat meski masih menunjukkan pesimisme yaitu dari 60,83 menjadi 80,83. Perkembangan IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulan I Triwulan IV INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

43 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan IV 2016 menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama triwulan IV 2016, posisi terendah IKK berada pada bulan Desember yaitu sebesar 99,67. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, menurunnya rata-rata IKK pada triwulan IV 2016 terutama diakibatkan oleh turunnya komponen pembentuk IKE dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulan I 2012 Triwulan IV Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu relatif stabil dan masih pada level optimisme menjadi 108,00 pada triwulan IV 2016 dari triwulan sebelumnya 105,17. Sementara itu, optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini juga menurun menjadi 112,20 pada triwulan III 2016 dari triwulan sebelumnya 125,17. Hal tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kinerja ekonomi yang sedikit menurun dan berdampak pada omset usaha, gaji/upah dan pendapatan. Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan IV Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Perkiraan Kegiatan Usaha 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

44 Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan III Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan IV 2016 masih menunjukkan adanya pesimisme konsumen meski sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat, pada triwulan IV 2016 sebesar 80,83 menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 60,83. Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi membaiknya perekonomian domestic seiring dengan meningkatnya harga komoditas. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan menunjukkan penurunan meski masih menunjukkan optimisme yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang akan datang yaitu sebesar 105,83, sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 104,17. Meningkatnya optimisme pertumbuhan ekonomi ke depan sejalan dengan perkiraan adanya peningkatan ekpor komoditas unggulan seperti timah, CPO, dan karet seiring dengan membaiknya harga komoditas serta meningkatnya UMP tahun Peningkatan harga komoditas yang diiringi dengan peningkatan ekspor mendorong peningkatan daya beli masyarakat yang pada akhirnya akan meningkatkan kapasitas utilisasi perusahaan dan menigkatkan pertumbuhan ekonomi. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III

45 Suplemen B. Mendorong Reformasi Pangan Dalam Rangka Menjamin Ketersediaan Pangan dan Keterjangkauan Harga bagi Masyarakat, serta Mengurangi Kesenjangan Kesejahteraan 1. Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 7, Bank Indonesia memiliki tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan ini ditunjukkan oleh nilai rupiah terhadap barang dan jasa melalui inflasi, dan juga nilai rupiah terhadap mata uang asing melalui nilai tukar. Inflasi Nasional dibentuk melalui inflasi daerah, sementara itu, inflasi beberapa Kota masih didominasi inflasi bahan pangan termasuk yang terjadi di Kota Pangkalpinang dan Tanjung pandan sebagai dua kota yang dihitung inflasinya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Inflasi di Bangka Belitung umumnya disebabkan oleh volatile food. Karakteristik daerah yang berupa kepulauan menyebabkan Bangka Belitung memiliki permasalahan terkait pasokan dan pendistribusian kebutuhan bahan pangan. Sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat Bangka Belitung berasal dari luar provinsi sehingga ketergantungan terhadap produksi dari daerah penghasil dan cuaca sangatlah berpengaruh besar terhadap sumber pasokan dan harga kebutuhan pokok di Bangka Belitung. Salah satu upaya yang dapat dilakukan Pemerintah Daerah untuk mengurangi ketergantungan pasokan dari daerah lain adalah dengan pengembangan dan peningkatan produktivitas komoditas bahan makanan utama serta menciptakan ketahanan pangan berkelanjutan. a) Pembiayaan Sektor Pertanian Provinsi Bangka Belitung Pembiayaan Perbankan Di Wilayah Prov. Kep. Babel 33.83% 7.46% 18.59% 11.38% 25.81% PEMBIAYAAN KONSUMTIF PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN 2.92% Proporsi pembiayaan sektor pertanian di Babel sebesar 2.92% tergolong sangat rendah dan di dominasi sub sektor perkebunan. Rendahnya akses sektor ini terkait dengan feasibilitas usaha dan kendala agunan serta belum memadainya program ansuransi komoditas pertanian. 23

46 b) Distribusi Produk Domestik Regional Bruto c) Sebaran Tenaga Kerja di Sektor Pertanian. Masyarakat Bangka Belitung yang bekerja di sektor pertanian, perburuan, kehutanan dan perikanan menempati urutan pertama dengan persentase 36.63%. Hal ini dapat terjadi karena sektor ini merupakan sektor dengan tingkat Labor Extensive yang tinggi dan wilayah pertanian, ladang dan lahan kosong yang relatif luas. Selain itu, Babel bukan merupakan wilayah industri sehingga lapangan kerja di sektor formal relatif terbatas. Distribusi PDRB Sektor pertanian, kehutanan dan perikanan memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam mendukung pertumbuhan ekonomi yaitu sebesar 19.05%. Nilai ini hanya lebih rendah dari sektor industri pengolahan pada tingkat 22.29%. Sub sektor perkebunan khususnya sawit, karet dan lada masih menjadi penopang kuatnya sektor ini. Namun, kontribusi sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura masih rendah 2. Progress pembangunan infrastruktur pendukung produksi, logistik, distribusi dan tata niaga pangan, termasuk upaya yang perlu dilakukan untuk mengatasi kendala spesifik di daerah Pertambangan dan Penggalian Pertanian Industri Pengolahan Konstruksi 19. Infrastruktur utama pendukung reformasi sektor pertanian terdiri dari 4 komponen utama yaitu: 1) Kesediaan Lahan; 2) Akses terhadap Irigasi, waduk dan embung; 3) Alat dan mesin pertanian; serta 4) Kualitas Jalan, Gudang dan Pasar. Infrastruktur tersebut diharapkan dapat terintegrasi atau saling berkaitan untuk mendukung percepatan pembangunan sektor pertanian sekalipun dalam pelaksanaanya wewenang tersebut lintas sektoral. Kegagalan dalam komunikasi, koordinasi dan kerjasama antar satuan kerja akan berakibat inefektivitas 24

47 dalam program yang sedang dikembangkan. Misal: a.grand Design pembangunan jaringan irigasi seharusnya sejalan dengan master plan pencetakan lahan pertanian baru termasuk program intensifikasi lahan yang sudah ada; b. Pembangunan jalan desa perlu mempertimbangkan akses menuju sentra pertanian yang biasanya terletak cukup jauh dari jalan utama; c. Kelembagaan pertanian (Gapoktan) perlu diberikan akses pasar secara langsung melalui berbagai program yang dapat mempertemukan produsen dan konsumen secara langsung seperti pengembangan konsep Sub Terminal Agribisnis dan Toko Tani; dan d. Bantuan Alat dan Mesin pertanian terkini kepada masyarakat perlu dilakukan termasuk edukasi pemanfaatannya mengingat masyarakat Babel secara historis mayoritas bukanlah petani. Irigasi Permukaan Kewenangan Provinsi Irigasi Rawa Kewenangan Provinsi Sumber : Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Daerah irigasi permukaan yang saat ini telah dibangun dan dikembangkan meliput empat daerah yaitu Kimak, Jeriji, Serdang Pergam, dan Buleng. Sedangkan daerah irigasi yang akan dikembangkan (baru penyusunan Detail Engineering Design) meliputi dua kota yaitu Bangka Kota dan Mendu. Sementara itu, daerah irigasi rawa lebih luas mengingat luasnya kawasan rawa yang belum produktif di Pulau Bangka dan Belitung. Pembangunan jalur irigasi tersebut diharapkan dapat searah dengan pengembangan cetak lahan baru maupun intensifikasi yang sudah ada. Data Realisasi dan Proyeksi Ketersediaan Beras Tabel B.2. Data Perkembangan Industri Menengah dan Besar Prov. Kep. Bangka Belitung Menurut Kota/Kabupaten Thn Sumber : Disperindag Prov. Bangka Belitung Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 25

48 Dalam rangka mengurangi ketergantungan yang tinggi pada daerah penghasil diluar Babel, Pemprov Babel berupaya untuk melakukan berbagai program khususnya dalam pengembangan beberapa komoditas utama yang memberikan dampak yang luas kepada masyarakat baik dari sisi ketersediaan maupun harga/kejangkauan ekonomi seperti: Beras, Bawang Merah, Cabai Merah, Jagung dan Sapi potong disamping komoditas rutin lainnya. Pengembangan ini tentunya telah mempertimbangkan adaptability komoditas tersebut terhadap kondisi tanah dan lingkungan di Bangka Belitung. Data Alat Mesin Pertanian Yang Telah Diberikan Kepada Gapoktan Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berbagai upaya dilakukan agar minat dan motivasi masyarakat Babel di bidang pertanian dapat meningkat, salah satunya dengan melengkapi setiap Gabungan kelompok tani (Gapoktan) diberikan peralatan dan mesin pertanian modern sehingga memudahkan dalam proses pra dan pasca panen komoditas padi/beras. Dalam memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh berbagai keperluan belanja, Pemprov Babel memfasilitasi 86 Pasar beserta kelengkapannya yang memadai. 26

49 Sumber : Dinas Perindag Provinsi Kep. Bangka Belitung 3. Reformasi struktural dalam mendorong modernisasi sektor pertanian dan pengendalian harga pangan daerah tahun 2017, serta prioritas utama pengendalian inflasi daerah. a. Strategi Kebijakan Daerah yang Terintegrasi Kebijakan Pusat Dalam menentukan strategi kebijakan yang diambil di tingkat daerah, perlu dipertimbangkan kebijakan yang telah disepakati secara luas di level Nasional sehingga arah dan pelaksanaan program dapat terintegrasi dan saling mendukung. Framework Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung b. Implementasi strategi kebijakan daerah dalam pengembangan pertanian. Kawasan peruntukan pertanian seluas Ha terdiri atas: - Pertanian tanaman pangan dengan luas kurang lebih Ha ; - kawasan peruntukan pertanian hortikultura dengan luas kurang lebih Ha; - kawasan peruntukan perkebunan dengan luas kurang lebih Ha; dan 27

50 - kawasan peruntukan peternakan dengan luas kurang lebih Ha. Target Peningkatan produktivitas dan produksi padi (Program Upaya Khusus Padi- Upsus) Luas Tanam 20,212 Ha Luas Panen 15,287 Ha Produksi 39,929 Ton Produktivitas 26,03 Kw/Ha Target Peningkatan produktivitas tanaman hortikultura (Upsus Cabai & Bawang Merah) : - Komoditas Jagung dengan luas tanam 8,600 Ha - Komoditas Cabe Rawit dengan luas tanam 895 Ha - Komoditas Cabe Besar dengan luas tanam 557 Ha - Komoditas Bawang Merah dengan luas tanam 8 Ha c. Implementasi Inovasi dan Teknologi serta Modernisasi sektor pertanian Penerapan inovasi dan teknologi komoditas padi - Aplikasi sistem tanam jajar legowo 2:1 - Penggunaan varietas unggul baru yang adaptif - Pemanfaatan pupuk hayati dan biodekomposer pasca tanam - Pengendalian Organisme Pengganggu Tumbuhan (OPT) dan pengelolaan hama Penyakit (PHP) dengan peptisida negatif - Penggunaan Alsisntan Transplanter dan Combine Harvester. Penerapan inovasi dan teknologi komoditas cabai - Aplikasi gerakan tanam cabai dimusim kemarau - Peningkatan pengendalian OPT dan PHP ramah lingkungan - Penggunaan Varietas Kencana - Aplikasi tumpangsari dengan buncis tegak Penerapan inovasi dan teknologi komoditas bawang merah - Pengembangan budidaya off season 28

51 - Pemasangan perangkap OPT dan Feromon - Budidaya dalam rumah kaca - Aplikasi benih berkualitas yang adaptif: VUB Maja, Sembrani dan Trisula d. Strategi dalam antisipasi gangguan produksi yang disebabkan oleh faktor alam Peningkatan koordinasi dan kerjasama lintas sektor dalam perencanaan perluasan wilayah budidaya pertanian dan pembuatan infrastruktur irigasi primer, sekunder dan embung Pemanfaatan program ansuransi pertanian berupa Ansuransi Usaha Tani Padi (AUTP) Peningkatan peran infrastruktur UPTD Balai Proteksi sebagai wadah penyusunan kebijakan perlindungan tanaman. Program Perlindungan Tanaman Yang Ramah Lingkungan e. Upaya pengendalian disparitas harga produsen-konsumen dan perbaikan jalur distribusi dalam kerangka pengendalian inflasi daerah (Sisi Demand) Pengembangan Usaha Pangan Masyarakat melalui Toko Tani Indonesia (TTI) Optimalisasi pasar lelang Rapat koordinasi distributor dan pihak maskapai penerbangan untuk menyelesaikan permasalahan terkait distribusi. Penguatan kemandirian petani dan nelayan untuk mengurangi ketergantungan terhadap tengkulak Optimalisasi pemanfaatan lahan perkarangan melalui kawasan rumah pangan Lestari bekerjasama dengan Tim Penggerak PKK Pengembangan Sistem Pemantauan Harga-Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Keanekaragaman pangan untuk mengurangi ketergantungan terhadap suatu komoditas tertentu Sosialisasi dan kamp 4. Kendala dan tantangan utama dalam reformasi sektor pertanian A. Pembangunan irigasi Primer dan Sekunder belum terkoordinasi dengan baik sehingga banyak jalur irigasi tanpa lahan sawah sementara itu banyak lahan sawah baik baru maupun lama yang tidak dilalui jalur irigasi sehingga apabila musim hujan akan terjadi banjir dan dimusim kemarau akan mengalami kekeringan. B. Masih terbatasnya tingkat pengetahuan dan kesadaran petani dalam pengembangan peningkatan produksi pertanian mulai dari proses budidaya, panen dan pasca panen. Pola pikir masyarakat yang masih menganggap komoditas 29

52 perkebunan sebagai komoditas yang dapat memberikan kesejahteraan petani dari pada mengembangkan komoditas pertanian (padi dan hortikultura) C. Pada umumnya petani di Bangka Belitung memiliki kemampuan permodalan yang rendah dan akses terhadap sumber permodalan yang sangat terbatas. Masalah aksesibilitas petani terhadap sumber permodalan seringkali terkendala oleh masalah jaminan/agunan dan feasibilitas usaha sehingga diperlukan upaya terobosan untuk mengatasi masalah tersebut. D. Kendala Pelaksanaan Program 1) Permasalahan Upaya Khusus (Upsus) : - Normalisasi sungai yang belum optimal dan belum dilakukan - Jumlah dan pendistribusian sarana produksi yang terlambat - Kondisi infrastruktur pertanian yang belum memadai - Hama dan Penyakit Tanaman serta Dampak Perubahan Iklim - Kelembagaan Petani 2) Permasalahan Kawasan Rumah Pangan Lestari - Kurangnya pengetahuan ibu-ibu PKK dalam pemeliharaan tanaman cabai, pengendalian Hama dan Penyakit serta pengolahan pasca panen. - Perluasan program masih terbatas c. Permasalahan PUPM/TTI: - Jumlah produksi gabah masih kurang; - Banyaknya toko yang menolak menjadi TTI akibat dari : rendahnya marjin keuntungan yang didapat; fasilitasi penyimpanan TTI belum ada) - Kapasitas Rice Milling Unit/Penggilingan Padi yang ada di kelompok petani kapasitas besar tidak seimbang degan jumlah produksi padi yang dihasilkan 30

53 BAB. 2 KEUANGAN PEMERINTAH Pada tahun 2016 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 88% - 98%, sementara realisasi belanja berkisar 88% - 91% 2.1 APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada tahun 2016 sebesar Rp1,94 triliun atau 96,64% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp2,01 triliun. Sementara realisasi belanja pada tahun 2016 sebesar Rp2,08 triliun atau tercapai 88,50% dari total rencana belanja daerah tahun Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2016 PAD Rp 581,39 M Dana Perimbangan Rp 1.430,77 M Lain-lain Rp 5,00 M Total Rp 2.017,17 M Realisasi Pendapatan APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2016 PAD Rp 574,45 M Dana Perimbangan Rp 1.190,08 M Lain-lain Rp 184,91 M Total Rp 1.949,46 M Realisasi pendapatan daerah pada tahun 2016 mencapai Rp1,94 triliun atau 96,64% dari total pendapatan yang direncanakan sebesar Rp2,01 triliun, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 99,38%. Dana perimbangan masih menjadi penyumbang terbesar pada pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 61,04% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada tahun 2016 sebesar Rp1,19 triliun atau tercapai sebesar 83,18% dari target tahun 2016, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 95,84%. Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp905,52 miliar atau 76,08% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada tahun 2016 sebesar 29,46% dari total pendapatan daerah, relatif stabil dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 31,00%. Realisasi PAD pada tahun 2016 sebesar Rp574,45 miliar atau tercapai sebesar 98,81% dari target tahun Kontribusi realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp369,91 miliar dengan pangsa sebesar 88,10% dari total realisasi PAD triwulan III Pos dalam PAD yang realisasinya tertinggi dibandingkan yang dianggarkan adalah pendapatan retribusi daerah sebesar Rp7,10 miliar atau telah terealisasi 78,36%. Pos lain-lain pendapatan yang sah terealisasi sebesar Rp184,91 miliar atau mencapai 9,48% dari total pendapatan daerah tahun Keseluruhan pendapatan dari lain-lain pendapatan yang sah berasal dari pendapatan dana penyesuaian dan otonomi khusus. Secara 31

54 keseluruhan, pada tahun 2016, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -6,90%, lebih rendah tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 0,85%. Defisit tersebut merupakan persentase defisit realisasi anggaran dibandingkan dengan total jumlah pendapatan. Tabel 2.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Grafik 2.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung 32 Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah (data sementara) Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 1.042,90 M Belanja Tidak Langsung Rp 1.311,95 M Total Rp 2.354,86 M Realisasi Belanja APBD Prov. Kep. Bangka Belitung Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 874,01 M Belanja Tidak Langsung Rp 1.210,03 M Total Rp 2.084,04 M 41,93% dari total belanja. Realisasi belanja daerah pada tahun 2016 mencapai Rp2,08 triliun atau sebesar 88,50% dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp2,35 triliun, meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 84,90%. Dari total realisasi belanja tersebut, sebesar Rp1,21 triliun merupakan belanja tidak langsung atau dengan pangsa sebesar 58,06% dari total belanja tahun Sedangkan sisanya merupakan belanja langsung sebesar Rp874,01 miliar atau dengan pangsa sebesar Pangsa terbesar dari realisasi belanja tidak langsung pada tahun 2016 yaitu belanja hibah sebesar Rp403,77 miliar atau mencapai 33,36% dari total belanja tidak langsung, kemudian

55 diikuti belanja pegawai sebesar Rp396,14 miliar atau mencapai 32,57% dari total belanja tidak langsung. Adapun realisasi belanja hibah dan belanja pegawai tersebut masing-masing telah mencapai 99,18% dan 92,14% dari target realisasi anggaran belanja tahun Sementara itu, belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, realisasi belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa, belanja tidak terduga serta belanja bantuan sosial masing-masing sebesar Rp251,91 miliar, Rp156,08 miliar, Rp1,4 miliar, dan Rp0,71 miliar atau masing-masing mencapai 20,81%, 12,89%, 0,11% dan 0,06% dari total belanja tidak langsung. Secara keseluruhan, realisasi belanja tidak langsung telah mencapai 92,23% dari target realisasi anggaran belanja tidak langsung tahun Pangsa terbesar dari realisasi belanja langsung pada tahun 2016 yaitu belanja barang dan jasa sebesar Rp545,16 miliar atau mencapai 62,37% dari total belanja langsung. Sementara itu, sisanya merupakan belanja modal dan belanja pegawai yang masing-masing sebesar Rp229,40 miliar dan Rp99,44 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 26,24% dan 11,37% dari total belanja langsung. Secara keseluruhan, realisasi belanja langsung telah mencapai 92,23% dari target realisasi anggaran belanja langsung tahun

56 Tabel 2.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung URAIAN ANGGARAN REALISASI SISA ANGGARAN % PENDAPATAN DAERAH 1.1 Pendapatan Asli Daerah 581,397,810, ,456,474, ,941,336, % Pendapatan Pajak Daerah 509,130,376, ,983,460, ,146,915, % Pendapatan Retribusi Daerah 8,886,514, ,833,630, ,883, % Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 5,613,342, ,613,342, % Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 57,767,577, ,026,040, ,741,536, % 1.2 Dana Perimbangan 1,430,773,316, ,190,085,279, ,688,036, % Dana Bagi Hasil Pajak/ Dana Bagi Hasil Bukan Pajak 130,875,389, ,862,982, (11,987,593,783.00) % Dana Alokasi Umum 905,526,208, ,526,208, % Dana Alokasi Khusus 394,371,719, ,696,089, ,675,630, % 1.3 Lain-lain Pendapatan yang Sah 5,000,000, ,919,000, (179,919,000,000.00) % Pendapatan Hibah Pendapatan Dana Darurat Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus - 184,919,000, (184,919,000,000.00) #DIV/0! Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya Pendapatan Lainnya (Sumbangan Pihak Ketiga) 5,000,000, % JUMLAH PENDAPATAN 2,017,171,126, ,949,460,754, ,710,372, % 2 BELANJA DAERAH 2.1 Belanja Tidak Langsung 1,311,959,122, ,210,032,966, ,926,155, % Belanja Pegawai 429,926,074, ,142,988, ,783,086, % Belanja Bunga Belanja Subsidi 1,000,000, ,000,000, % Belanja Hibah 407,111,744, ,772,344, ,339,400, % Belanja Bantuan Sosial 1,000,000, ,300, ,700, % Belanja Bagi Hasil kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemdes 157,738,163, ,081,110, ,657,053, % Belanja Bantuan Keuangan kepada Provinsi/Kab/Kota/ dan Pemdes 312,183,139, ,916,884, ,266,255, % Belanja Tidak Terduga 3,000,000, ,404,340, ,595,659, % 2.2 Belanja Langsung 1,042,905,799, ,014,248, ,891,551, % Belanja Pegawai 105,050,534, ,444,868, ,605,666, % Belanja Barang dan Jasa 605,139,780, ,164,051, ,975,729, % Belanja Modal 332,715,484, ,405,328, ,310,155, % JUMLAH BELANJA 2,354,864,921, ,084,047,215, ,817,706, % SURPLUS/DEFISIT (337,693,794,849.61) (134,586,460,926.92) (203,107,333,922.69) 39.85% 3 PEMBIAYAAN PENERIMAAN PEMBIAYAAN Penggunaan SiLPA 337,693,794, ,693,794, % Pencairan Dana Cadangan #DIV/0! Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan #DIV/0! Penerimaan Pinjaman Daerah #DIV/0! Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Penerimaan Piutamg Daerah - - Jumlah Penerimaan Pembiayaan 337,693,794, ,693,794, % PENGELUARAN PEMBIAYAAN Pembentukan Dana Cadangan #DIV/0! Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah #DIV/0! Pembayaran Pokok Utang #DIV/0! Pemberian Pinjaman Daerah #DIV/0! Jumlah Pengeluaran Pembiayaan - - PEMBIAYAAN NETTO 337,693,794, ,693,794, % 3.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) - 203,107,333, (203,107,333,922.69) *) Data berdasarkan realisasi APBD sementara berdasarkan SP2D sampai tanggal 31 Desember 2016 Sumber : Badan Keuangan Daerah Prov. Kep. Bangka Belitung 34

57 2.2 APBD Kabupaten Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan Kabupaten Belitung sampai pada tahun 2016 sebesar Rp909,59 miliar atau 98,74% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp921,24 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercapai sebesar 97,51%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp934,83 miliar atau tercapai 89,50% dari total anggaran 2016 sebesar Rp1,04 triliun. Secara persentase, nilai realisasi belanja tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya mencapai 85,17% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Tahun 2016 PAD Rp 119,99 M Pendapatan Transfer Rp 767,98 M Lain-lain Rp 33,27 M Total Rp 921,24 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Belitung Tahun 2016 PAD Rp 136,51 M Pendapatan Transfer Rp 739,79 M Lain-lain Rp 33,28 M Total Rp 909,59 M Pendapatan transfer menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Belitung tahun 2016 dengan pangsa sebesar 81,33% dari total pendapatan daerah. Realisasi pendapatan transfer pada tahun 2016 sebesar Rp739,79 miliar atau mencapai 96,33% dari target, dengan pangsa terbesar adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp479,87 miliar atau 64,85% dari total pendapatan transfer. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada tahun 2016 sebesar Rp136,51 miliar atau 15,01% dari total pendapatan. Sementara itu, persentase realisasi PAD mencapai 113,77% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 109,50%. Capaian tersebut ditopang oleh peningkatan realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,53 miliar atau sebesar 151,13% dari target realisasi. Sementara pendapatan pajak derah sebesar Rp67,47 miliar atau terealisasi sebesar 141,03%, pendapatan retribusi daerah sebesar Rp10,35 miliar atau terealisasi sebesar 103,45%, serta pendapatan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp54,14 miliar atau terealisasi sebesar 91,56%. Pos PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lainlain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing sebesar 49,43% dan 39,66% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada tahun 2016 realisasi APBD mengalami defisit sebesar - 2,77%, sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar -3,27%. 35

58 Tabel 2.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah + Transfer Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Grafik 2.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah (data sementara) Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Belitung Tahun 2016 Belanja Operasi Rp 699,99 M Belanja Modal Rp 255,28 M Tidak Terduga Rp 1,50 M Transfer Rp 87,71 M Total Rp 1.044,48 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Belitung Tahun 2016 Belanja Operasi Rp 604,65 M Belanja Modal Rp 242,38 M Tidak Terduga Rp 0,07 M Transfer Rp 87,71 M Total Rp 934,83 M Realisasi belanja daerah pada tahun 2016 mencapai 89,50% dari target belanja tahun Total realisasi belanja adalah sebesar Rp934,83 miliar. Realisasi belanja didominasi belanja operasional sebesar Rp604,65 miliar dengan pangsa 64,68% dari total belanja. Realisasi belanja operasional terbesar yaitu belanja pegawai sebesar Rp325,55 miliar atau 53,84% dari total belanja operasional. Sementara itu, realisasi belanja modal mempunyai pangsa sebesar 25,92% dari total belanja dengan realisasi sebesar Rp242,38 miliar. Realisasi belanja modal terbesar yaitu realisasi belanja modal jalan, irigasi dan jaringan senilai Rp135,63 miliar dengan pangsa sebesar 55,95% dari total belanja modal. Realisasi transfer bantuan keuangan didominasi oleh transfer bantuan keuangan ke Desa sebesar Rp87,10 miliar atau mencapai 99,31% dari total dana transfer bantuan keuangan. Sementara sisanya merupakan transfer bantuan keuangan lainnya sebesar Rp0,60 miliar atau hanya sebesar 0,68% dari total dana transfer bantuan keuangan. 36

59 2.3. APBD Kabupaten Bangka Barat Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada tahun 2016 sebesar Rp835,91 miliar atau 92,38% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp904,82 miliar. Nilai realisasi tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 94,40%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp864,70 miliar atau tercapai 91,88% dari anggaran 2016 sebesar Rp941,14 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai 91,09% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 PAD Rp 51,45 M Pendapatan Transfer Rp 810,83 M Lain-lain Rp 42,53 M Total Rp 904,82 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 PAD Rp 53,43 M Pendapatan Transfer Rp 750,44 M Lain-lain Rp 32,03 M Total Rp 835,91 M Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Barat dengan pangsa sebesar 82,34% dari total pendapatan daerah tahun Realisasi dana perimbangan pada tahun 2016 sebesar Rp688,31 miliar atau mencapai 96,49% dari target pendapatan dana perimbangan tahun 2016 dimana kontribusi terbesar berasal dari pos dana alokasi umum sebesar Rp441,98 miliar atau 64,21% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah tercapai sebesar Rp53,43 miliar atau 6,39% dari total pendapatan daerah tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yaitu sebesar Rp31,22 miliar atau dengan pangsa mencapai 58,42% dari total realisasi PAD. Sementara pendapatan pajak daerah, pendapatan retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing yaitu sebesar Rp13,66 miliar, Rp4,78 miliar dan Rp3,77 miliar dengan pangsa masing-masing mencapai 25,56%, 8,95% dan 7,05% dari total realisasi pendapatan daerah. Secara keseluruhan, pada tahun 2016 realisasi APBD mengalami defisit sebesar -3,44% lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar -2,28%. Tabel 2.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah (data sementara) 37

60 Grafik 2.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah (data sementara) Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 Belanja Operasi Rp 698,87 M Belanja Modal Rp 239,07 M Tidak Terduga Rp 1,2 M Transfer Rp 1,99 M Total Rp 941,14 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Barat Tahun 2016 Belanja Operasi Rp 644,93 M Belanja Modal Rp 216,93 M Tidak Terduga Rp 0,83 M Transfer Rp 1,99 M Total Rp 864,70 M Realisasi belanja daerah pada tahun 2016 sebesar Rp864,70 miliar atau 91,88% dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp941,14 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja tahun 2016 adalah belanja operasi sebesar Rp644,93 miliar dengan pangsa 74,58% dari total belanja daerah tahun 2016 atau mencapai 59,34% dari target realisasi belanja operasi tahun Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp331,87 miliar atau 54,45% dari total belanja operasi. Sementara itu, realisasi anggaran belanja modal mencapai Rp216,93 miliar dengan pangsa sebesar 25,08% dari total belanja tahun 2016 atau mencapai 90,74% dari target belanja modal tahun Belanja jalan, irigasi dan jaringan menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja modal, yaitu sebesar 78,02% dengan total nominal mencapai Rp169,25 miliar. Sedangkan belanja tidak terduga terealisasi sebesar Rp0,83 miliar dengan pangsa hanya sebesar 0,09% dari total belanja tahun 2016 atau mencapai 69,85% dari target belanja tidak terduga tahun APBD Kabupaten Bangka Tengah Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada tahun 2016 sebesar Rp798,69 miliar atau 88,73% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp900,17 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 93,76%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp856,80 miliar atau tercapai 89,07% dari target belanja tahun 2016 sebesar 38

61 Rp961,95 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mencapai 87,58% Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2016 PAD Rp 95,72 M Pendapatan Transfer Rp M Lain-lain Rp 142,95 M Total Rp 900,17 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2016 PAD Rp 74,33 M Pendapatan Transfer Rp 623,25 M Lain-lain Rp 101,10 M Total Rp 798,69 M perimbangan. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Bangka Tengah dengan pangsa sebesar 78,03% dari total pendapatan daerah tahun Pangsa dana perimbangan tersebut sedikit meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 76,40%. Realisasi dana perimbangan pada tahun 2016 sebesar Rp623,25 miliar atau mencapai 94,21% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp436,50 miliar atau 70,03% dari total dana Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp74,33 miliar atau 9,30% dari total pendapatan tahun 2016, sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 8,68%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp32,25 miliar dan Rp31,41 miliar atau mencapai 43,39% dan 42,26% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing sebesar Rp5,70 miliar dan Rp4,95 miliar atau mencapai 7,67% dan 6,71% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada tahun 2016, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -7,27%, lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar -4,90%. Tabel 2.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % ,33 Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah (data sementara) 39

62 Grafik 2.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah (data sementara) Realisasi Belanja Daerah 40 Realisasi belanja daerah pada tahun 2016 sebesar Rp856,80 miliar atau 89,07% Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 535,71 M Belanja Tidak Langsung Rp 426,24 M Total Rp 961,95 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Tengah Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 470,44 M Belanja Tidak Langsung Rp 386,36 M Total Rp 856,80 M miliar atau 48,16% dari total belanja operasi. dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp961,95 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja tahun 2016 adalah belanja langsung sebesar Rp470,44 miliar dengan pangsa 54,90% dari total belanja daerah tahun 2016 atau mencapai 87,81% dari target realisasi belanja langsung tahun Realisasi belanja langsung terbesar yaitu realisasi belanja modal sebesar Rp226,57 Sementara itu, realisasi anggaran belanja tidak langsung mencapai Rp386,36 miliar dengan pangsa sebesar 45,09% dari total belanja tahun 2016 atau tercapai sebesar 90,64% dari target belanja tidak langsung tahun Belanja pegawai menjadi belanja dengan pangsa terbesar dari total belanja tidak langsung, yaitu sebesar 70,72% dengan total nominal Rp273,25 miliar APBD Kabupaten Bangka Gambaran Umum Realisasi pendapatan sampai pada tahun 2016 sebesar Rp1.022,29 miliar atau 87,81% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp1.164,23 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 101,60%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp1.093,18 miliar atau tercapai 85,01% dari target anggaran belanja tahun 2016 sebesar Rp1.285,88 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 88,84%.

63 2.5.2 Realisasi Pendapatan Daerah Anggaran Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tahun 2016 PAD Rp 136,79 M Pendapatan Transfer Rp 862,50 M Lain-lain Rp 164,92 M Total Rp 1.164,23 M Realisasi Pendapatan APBD Kabupaten Bangka Tahun 2016 PAD Rp 74,35 M Pendapatn Transfer Rp 826,49 M Lain-lain Rp 121,44 M Total Rp 1.022,29 M perimbangan. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah di Kabupaten Bangka dengan pangsa sebesar 80,84% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada tahun 2016 sebesar Rp826,49 miliar atau mencapai 95,83% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp535,97 miliar atau 64,84% dari total dana Sementara itu, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp74,35 miliar atau sebesar 7,27% dari total pendapatan tahun Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar Rp43,85 miliar dan Rp14,55 miliar atau masingmasing mencapai 58,98% dan 19,58% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan retribusi daerah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing sebesar Rp10,35 miliar dan Rp5,58 miliar atau masing-masing mencapai 13,92% dan 7,52% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan pada tahun 2016, realisasi APBD mengalami defisit sebesar -6,93%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 2,48%. Tabel 2.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan IV 2016 % s.d Triwulan III 2016 % s.d Triwulan II 2016 % s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah (data sementara) Grafik 2.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah (data sementara) 41

64 Realisasi Belanja Daerah Anggaran Belanja APBD Kabupaten Bangka Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 655,68 M Belanja Tidak Langsung Rp 630,19 M Total Rp 1.285,88 M Realisasi Belanja APBD Kabupaten Bangka Tahun 2016 Belanja Langsung Rp 546,41 M Belanja Tidak Langsung Rp 546,76 M Total Rp 1.093,18 M Realisasi belanja daerah pada tahun 2016 sebesar Rp1.093,18 miliar atau 85,01% dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp1.285,88 miliar. Realisasi belanja daerah terbesar yaitu belanja tidak langsung sebesar Rp546,76 miliar dengan pangsa 50,01% dari total belanja daerah. Realisasi belanja tidak langsung terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp419,27 miliar atau 76,68% dari total belanja tidak langsung. Realisasi belanja langsung mencapai Rp546,41 miliar atau 49,98% dari total belanja daerah. Pangsa terbesar dari belanja langsung adalah belanja modal yang mencapai 46,85% dari total belanja langsung atau sebesar Rp256,01 miliar. Sementara itu, realisasi belanja barang dan jasa serta realisasi belanja pegawai masing-masing mencapai 39,17% dan 13,97% dari total belanja langsung dengan nominal realisasi masing-masing sebesar Rp214,04 miliar dan Rp76,35 miliar Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di daerah juga bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP). Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Pagu awal Dana Dekonsentrasi tahun 2016 di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp171,49 miliar, namun demikian memasuki triwulan III 2016 terdapat pengurangan anggaran menjadi sebesar Rp147,93 miliar, sementara pagu awal dana Tugas Pembantuan sebesar Rp238,20 miliar menjadi sebesar Rp223,79 miliar. Sehingga Pagu Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan menjadi sebesar Rp371,73 miliar atau berkurang sebesar Rp37,97 miliar dari pagu awal sebesar Rp409,70 miliar. 42

65 Tabel 2.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kewenangan Pagu Realisasi Bulanan 2016 Jumlah % (Miliar Rp) Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Realisasi Realisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Jumlah Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Kep. Bangka Belitung Realisasi dana dekonsentrasi pada tahun 2016 tercatat sebesar Rp110,28 miliar atau sebesar 74,55% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan sebesar Rp195,42 miliar atau mencapai 87,32% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar Rp305,70 miliar atau sebesar 82,24% dari total pagu sebesar Rp371,73 miliar Alokasi Dana Transfer ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 Dana Perimbangan merupakan dana yang bersumber dari penerimaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang dialokasikan kepada daerah untuk membiayai kebutuhan daerah. Dana Perimbangan disebut juga transfer atau grants. Transfer ke daerah adalah bagian dari belanja negara dalam rangka mendanai pelaksanaan desentralisasi fiskal berupa Dana Perimbangan, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Penyesuaian. Transfer merupakan konsekuensi dari tidak meratanya keuangan dan ekonomi daerah. Selain itu tujuan transfer adalah mengurangi keuangan horizontal antar daerah, mengurangi kesenjangan vertikal Pusat-Daerah, mengatasi persoalan efek pelayanan publik antar daerah, dan untuk menciptakan stabilitas aktivitas perekonomian di daerah. Dana Perimbangan dipisahkan menjadi empat jenis yaitu: 1. Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak. Dana Bagi Hasil sebagaimana pasal Pasal 11 UU No. 33/2004 terdiri dari : a. Dana Bagi Hasil bersumber dari sumber daya alam. Dana tersebut berasal dari sumber daya alam kehutanan, pertambangan umum, dan perikanan. Alokasi dana bagi hasil yang bersumber dari pajak sumber daya alam tahun 2017 sebesar Rp387,39 miliar atau memiliki pangsa sebesar 5,88% dari total transfer ke daerah. b. Dana Bagi Hasil yang bersumber dari pajak yang terdiri atas Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 25 dan Pasal 29 Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri dan PPh Pasal 21. Alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp207,50 miliar atau sebesar 3,15% dari total transfer ke daerah. 43

66 2. Dana Alokasi Umum (DAU) Dana alokasi umum adalah dana yang berasal dari APBN yang dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk membiayai kebutuhan pengeluarannya dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 pasal 29 Proporsi DAU antar Daerah Provinsi dan Kabupaten/Kota ditetapkan berdasarkan imbangan kewenangan antara Propinsi dan Kabupaten/Kota. Dana Alokasi Umum (DAU) atau disebut transfer atau block grant dari pempus penting untuk pemda dalam menjaga/menjamin tercapainya standar pelayanan public minimum diseluruh negeri. Alokasi dana DAU tahun 2017 merupakan yang paling dominan yaitu sebesar Rp4.285,65 miliar atau sebesar 65,10% dari total transfer ke daerah. 3. Dana Alokasi Khusus (DAK) Berdasarkan UU NO. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan Pemerintah Daerah Pasal 39 menyebutkan bahwa Dana Alokasi Khusus dialokasikan kepada Daerah tertentu untuk mendanai kegiatan khusus yang merupakan Urusan Daerah sesuai dengan fungsi yang ditetapkan dalam APBN. a. Dana Alokasi Khusus Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah tertentu dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus fisik yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional. Alokasi dana DAK Fisik tahun 2017 sebesar Rp647,68 miliar atau sebesar 9,84% dari total transfer ke daerah. b. Dana Alokasi Khusus Non Fisik Dana yang dialokasikan dalam APBN kepada Daerah dengan tujuan untuk membantu mendanai kegiatan khusus Non Fisik yang merupakan urusan daerah contoh DAK Non Fisik BOP (Bantuan Operasional Non Personalia) PAUD/TK/KB/TPA. Alokasi dana DAK non Fisik tahun 2017 sebesar Rp655,93 miliar atau sebesar 9,96% dari total transfer ke daerah. 4. Dana Insentif Daerah (DID) Dana Insentif daerah akan dialokasikan kepada daerah tertentu dengan mempertimbangkan kriteria tertentu. Dalam dokumen kesepakatan dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan kriteria tertentu adalah daerah yang berprestasi antara lain daerah yang sudah melaksanakan fungsi pelayanan masyarakat dengan baik dan mendapatkan Opini WTP dan WDP dari BPK atas LKPD, dan daerah yang menetapkan APBD tepat waktu. Wilayah di Bangka Belitung yang mendapatkan Dana Inssentif Daerah (DID) antara lain Kabupaten Bangka, Kabupaten Belitung, dan Kabupaten Bangka Barat dengan total alokasi dana tahun 2017 sebesar Rp137,28 miliar atau 2,09% dari total transfer ke daerah. 44

67 5. Dana Desa Dana Desa adalah dana yang bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang diperuntukkan bagi Desa dan Desa Adat yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaran pemerintahan, pembangunan, serta pemberdayaan masyarakat, dan kemasyarakatan. Alokasi dana desa tahun 2017 sebesar Rp261,66 miliar atau 3,97% dari total transfer ke daerah. Grafik 2.6 Pangsa Alokasi Dana Transfer Ke Daerah Grafik 2.7 Alokasi Dana Desa Tahun 2017 Dana Alokasi Khusus Non Fisik, 9.96% Dana Alokasi Khusus Fisik, 9.84% Dana Insentif Daerah, 2.09% Dana Desa 3.97% Dana Alokasi Umum, 65.10% Dana Bagi Hasil Pajak, 3.15% Dana Bagi Hasil SDA, 5.88% KABUPATEN BANGKA BARAT 19.09% KABUPATEN BELITUNG TIMUR 13.03% KABUPATEN BANGKA TENGAH 17.90% KABUPATEN BANGKA, 19.86%, KABUPATEN BANGKA SELATAN 16.23% KABUPATEN BELITUNG 13.90% NO DAERAH Tabel 2.8 Alokasi Dana Transfer Ke Daerah dan Dana Desa Tahun 2017 DANA BAGI HASIL PAJAK DANA BAGI HASIL SDA DANA ALOKASI UMUM DANA ALOKASI KHUSUS FISIK DANA ALOKASI KHUSUS NON FISIK DANA INSENTIF DAERAH DANA OTSUS DAN KEISTIMEWAAN DIY (dalam ribuan Rupiah) DANA DESA 1 PROVINSI BANGKA BELITUNG 55,808, ,020, ,035,119, ,355, ,364, ,666,667, KABUPATEN BANGKA 25,525, ,300, ,973, ,067, ,846, ,215, ,955, ,884, KABUPATEN BELITUNG 17,959, ,419, ,789, ,092, ,094, ,711, ,381, ,447, KOTA PANGKALPINANG 24,100, ,355, ,406, ,100, ,845, ,808, KABUPATEN BANGKA SELATAN 17,923, ,738, ,500, ,297, ,575, ,454, ,489, KABUPATEN BANGKA TENGAH 15,255, ,704, ,875, ,301, ,822, ,833, ,792, KABUPATEN BANGKA BARAT 30,923, ,045, ,274, ,697, ,889, ,353, ,947, ,131, KABUPATEN BELITUNG TIMUR 20,003, ,810, ,706, ,745, ,494, ,088, ,849, JUMLAH 207,499, ,393, ,285,645, ,657, ,933, ,280, ,661, ,583,070, JUMLAH 45

68 INDIKATOR MAKRO Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2016 Triwulan IV

69 Perkembangan Inflasi BAB 3. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Pada triwulan IV tahun 2016, tekanan inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dibandingkan triwulan III Inflasi triwulan IV 2016 mencapai sebesar 6,75% (yoy) meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,26% (yoy) disebabkan antara lain oleh meningkatnya konsumsi masyarakat saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru dan terganggunya pasokan. Hal ini antara lain tercermin dari inflasi pada kelompok volatile foods yang meningkat dari 3,46% (yoy) pada triwulan III 2016 menjadi 11,47% (yoy) pada triwulan IV Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pada triwulan IV tahun 2016 sebesar 6,75% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,26% (yoy). Meningkatnya inflasi pada periode laporan disebabkan oleh meningatnya inflasi kelompok volatile food dan administered prices. Kelompok volatile food meningkat disebabkan meningkatnya permintaan saat Hari Besar Keagamaan Nasional dan terganggunya jalur distribusi pasokan barang akibat tingginya curah hujan dan tinggi gelombang serta gagal panen di sentra produksi. Sementara itu, kelompok administered prices mengalami inflasi karena meningkatnya tarif angkutan udara pada saat liburan dan Hari Raya Besar Keagamaan dan cukai rokok. Secara umum, inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 3,02% (yoy) dan di atas inflasi Sumatera yang mencapai 4,53% (yoy). Inflasi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi tahun sebelumnya sebesar 3,28% (yoy) Grafik 3.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Babel (yoy, %) Nasional (yoy, %) Sumatera (yoy, %) Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah Grafik 3.2 Rata-Rata Inflasi Tiga Tahun Terakhir Des Rata-rata 3 tahun Des mtm Core VF Adm Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan IV tahun 2016 mengalami fluktuasi yang cukup terkendali. Triwulan IV tahun 2016 diwarnai dengan inflasi pada bulan 47

70 November dan Desember masing-masing sebesar 0,61% (mtm) dan 1,57% (mtm). Sementara pada bulan Oktober mengalami deflasi sebesar 0,11% (mtm). Tabel 3.1 Inflasi Bulanan (% mtm) Oktober 2016 November 2016 Desember ,11 0,61 1,57 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada 2016 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (1) musibah banjir yang terjadi di awal tahun, (2) banyaknya hari raya keagamaan dan kebudayaan, (3) terganggunya pasokan akibat gagal panen di sentra produksi, (4) terganggunya jalur distribusi pasokan barang akibat tingginya curah hujan dan gelombang, (5) struktur pasar yang cenderung oligopoli dan jalur distribusi yang relatif panjang, (6) perilaku pembentukan harga yang masih ditentukan oleh harga tertinggi, (7) naiknya tarif angkutan udara secara signifikan pada waktu peak season (musim liburan). Grafik 3.3 Perbandingan Inflasi Kelompok Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Diolah Pada triwulan IV 2016, enam kelompok pengeluaran mengalami peningkatan sedangkan kelompok perumahan, listrik, gas dan bahan bakar mengalami kenaikan. Kelompok bahan makanan mengalami peningkatan inflasi yang cukup tinggi dari 3,37% (yoy) di triwulan III 2016 menjadi 11,46% (yoy) di triwulan ini. Peningkatan ini disebabkan oleh meningkatnya pola konsumsi masyarakat saat perayaan hari besar keagamaan dan akhir tahun serta 48

71 terganggunya distribusi pasokan barang akibat tingginya curah hujan, tinggi gelombang dan gagal panen di sentra produksi. Sementara itu, peningkatan tarif angkutan udara menyebabkan kelompok transportasikomunikasi-jasa keuangan mengalami peningkatan inflasi menjadi sebesar 7,29% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,63. Grafik 3.4 Historis Inflasi Bangka Belitung 4.00 Inflasi Umum, mtm (%) 3.00 Kelangkaan pasokan Musim 2.00 angin barat Puasa, Lebaran Kelangkaan pasokan Bawang merah tarif angkutan udara Angkutan udara LPG 12 Kg (Jan) Kenaikan BBM (21 Juni), Puasa Lebaran (Juli-Agt) Pembatasan Impor Holtikultura Puasa, Lebaran (Juli-Agt) Kenaikan TDL, LPG 12 kg bencana asap (Sept) Kenaikan BBM (Okt),TDL (Nov), Angkutan Udara (Des) Gelombang laut dan Imlek Kenaikan BBM TDL, LPG 12 kg, Angkutan Udara, Puasa, Lebaran (Juli-Agt), Biaya Pendidikan, Kabut asap (Sept-Okt) Puasa Ramadhan Tarif Angkutan Udara Angkutan Udara, Cabai Merah, Cabai Rawit Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 3.2 Disagregasi Inflasi DISAGREGASI INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG INFLASI INTI (% yoy) TW III TW IV VOLATILE FOOD (% yoy) TW III TW IV ADMINISTERED PRICES (% yoy) TW III TW IV Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Pada triwulan IV tahun 2016, inflasi volatile food dan administered prices meningkat yang tercermin dari naiknya inflasi kedua kelompok tersebut seiring dengan meningkatnya permintaan saat Hari Raya Besar Keagamaan dan terganggunya pasokan cabai merah dan cabai rawit akibat banjir dan serangan hama penyakit tanaman di daerah sentra produksi. Kelompok inflasi inti relative stabil dari 3,84% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 4,00% (yoy), seiring dengan terkendalinya ekspektasi inflasi, nilai tukar yang relatif stabil dan masih lemahnya permintaan akibat masih rendahnya ekspor komoditas utama Bangka Belitung. 49

72 Grafik 3.5 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sejalan dengan itu, Inflasi kelompok volatile food meningkat dari 3,46% (yoy) menjadi 11,47% (yoy). Peningkatan inflasi volatile food didorong oleh meningkatnya permintaan saat Hari Natal dan Tahun Baru serta terganggunya pasokan akibat musim hujan dan serangan hama penyakit tanaman di sentra produksi. Inflasi administered price meningkat. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 7,09% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 5,97% (yoy). Meningkatnya inflasi ini terutama bersumber dari naiknya tarif angkutan udara sehubungan dengan adanya libur natal dan tahun baru Grafik 3.6 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Curah Hujan Hari Hujan (RHS) Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung, diolah , , , , , ,000 0 Grafik 3.7 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Bongkar Muat % Bongkar % Muat I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : PT Pelindo Cabang Pangkalbalam, diolah

73 Grafik 3.8 Perkembangan Inflasi Bangka Belitung Inflasi Babel Inflasi Nasional Inflasi Pangkalpinang Inflasi Tanjungpandan Grafik 3.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 11,42% (yoy), kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sebesar 7,29% (yoy), kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 6,63% (yoy), dan kelompok sandang sebesar 5,66% (yoy). Grafik 3.10 Inflasi Kelompok Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sep-16 Dec (1.08) UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Adapun komoditas inflasi bulanan yang paling sering muncul sebagai penyumbang inflasi terbesar selama tahun 2016 dari kelompok administered price adalah angkutan udara dan tarif listrik, sedangkan dari kelompok volatile food adalah komoditas daging ayam ras, ikan kembung, ikan selar, cabai merah, bawang merah, sawi hijau. Sementara itu, komoditas penyumbang inflasi dari kelompok inti adalah ikan kerisi dan ikan bulat. Tabel 3.2 Komoditas Utama Penyumbang Andil Inflasi Bulanan (Yang Sering Muncul) Komoditas Komoditas Komoditas Komoditas Komoditas Beras Bawang Merah Beras Daging ayam ras Daging Ayam Ras Daging ayam Ras Selar Daging Ayam ras Kerisi Selar/Tude Selar Bawang putih Selar Cumi-cumi Kerisi Gula Pasir Daging Ayam ras Kembung/Gembung Hapau Cabai Merah Kerisi Kerisi Cumi-Cumi Selar Bawang Merah Kembung/Gembung Jeruk Dencis Daging Sapi Ikan bulat Angkutan Udara Udang Basah Beras Mie keriting instan Bawang merah Kembung Bawang Merah Cabe Merah Tenggiri Daging sapi Ikan Bulat Tenggiri Kerang Ayam Hidup Bawal Tarip listrik Bawang Putih Wortel Sotong Kerang Sawi Hijau 51

74 Selama tahun 2016, sumber tekanan inflasi utamanya disebabkan oleh musibah banjir yang terjadi diawal tahun, banyaknya hari raya keagamaan dan kebudayaan, terganggunya pasokan akibat gagal panen di sentra produksi, terganggunya jalur distribusi pasokan barang akibat tingginya curah hujan dan gelombang, terbatasnya pasokan bahan pertanian dan perikanan karena terbatasnya jumlah SDM di sektor pertanian dan perikanan, struktur pasar yang cenderung masih oligopoli, jalur distribusi yang relatif panjang, perilaku pembentukan harga yang masih ditentukan oleh harga tertinggi dan naiknya tarif angkutan udara secara signifikan pada waktu peak season (musim liburan). Selama tahun 2016, komoditas penyumbang inflasi tahunan dari kelompok administered price adalah angkutan udara dan rokok kretek filter, sedangkan dari kelompok volatile food adalah bawang merah, cabai merah, jeruk, kangkung, bawang putih, cabai rawit dan sawi hijau. Sementara itu dari kelompok inti disumbangkan oleh tukang bukan mandor dan kerupuk ikan. Tabel.3.3 Komoditas Penyumbang Inflasi Tahunan Komoditas Andil Andil Rokok Kretek Filter 0.56 Angkutan Udara 2.44 Tarip Listrik 0.55 Tukang Bukan Mandor 0.51 Beras 0.51 Bawang Merah 0.47 Ikan Kembung 0.47 Cabai Merah 0.41 Angkutan Udara 0.38 Jeruk 0.40 Bahan Bakar Rumah Tangga 0.28 Rokok Kretek Filter 0.36 Sewa Rumah 0.26 Kerupuk Ikan 0.34 Mie Kering Instant 0.26 Kangkung 0.29 Bawang Putih 0.22 Bawang Putih 0.26 Kontrak Rumah 0.20 Cabai Rawit 0.26 Kue Basah 0.19 Sawi Hijau 0.20 Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dihitung berdasarkan penghitungan inflasi di Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjungpandan. Pada akhir triwulan IV 2016, Kota Pangkalpinang mencatat inflasi sebesar 7,78% (yoy) lebih tinggi disbanding triwulan sebelumnya sebesar 5,82%, sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi sebesar 4,92% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,53% (yoy). Kota Pangkalpinang pada triwulan laporan mencatat inflasi 7,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,82% (yoy), dan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,02% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 13,49% (yoy), kelompok transportasi, komunikasi dan 52

75 jasa keuangan sebesar 11,42% (yoy), kelompok bahan makanan sebesar 7,55% (yoy), dan kelompok sandang sebesar 7,63% (yoy). Grafik 3.11 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Sep Dec UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi 4,92% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 1,53% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi Tanjung Pandan disumbangkan oleh bahan makanan sebesar 7,92% (yoy), makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 10,25%(yoy) dan kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga sebesar 3,31%(yoy). Grafik 3.12 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan Sep-16 Dec UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3.3 Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Inflasi sepanjang triwulan IV 2016 meningkat seiring dengan meningkatnya pola konsumsi masyarakat saat perayaan hari besar keagamaan, tahun baru dan liburan sekolah. Disisi lain, mulai membaiknya beberapa harga komoditas seperti timah, CPO, dan karet, dan adanya kebijakan pelonggaran kembali kebijakan moneter mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Menyikapi perkembangan tersebut, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai langkah antisipatif dan koordinasi untuk pengendalian inflasi. 53

76 Selama triwulan IV 2016 terdapat beberapa kegiatan TPID yang berkontribusi positif terhadap pengendalian inflasi daerah antara lain : (i) Penguatan stok pangan pemerintah untuk antisipasi kenaikan harga menjelang hari raya keagamaan, (ii) Monitoring harga pangan, pasokan dan stok distributor secara lebih intens oleh instansi terkait, (iii) Menggiatkan pelaksanaan operasi pasar, pasar murah serta penyaluran rastra, (iv) Pengendalian biaya pendidikan melalui koordinasi dengan pihak sekolah dalam menentukan timing dan besaran kenaikan biaya pendidikan, (v) Pengembangan PIHPS melalui pemantauan harga pangan di tingkat konsumen secara harian untuk disajikan di PIHPS Bangka Belitung dan mendata harga dan stok pangan di tingkat produsen dan distributor, (vi) Perbaikan kualitas infrastruktur (jalan, jembatan dan pelabuhan) secara berkelanjutan untuk menekan biaya distribusi, (vii) Melanjutkan upaya pembentukan ekspektasi publik melalui diseminasi informasi bersama TPID, Pemda, dunia usaha, dan penegak hukum mengenai kecukupan stok pangan dan kegiatan TPID dalam pengendalian inflasi serta pembuatan iklan layanan masyarakat. Disamping itu, terdapat beberapa program pemerintah daerah/skpd yang mendukung upaya pengendalian inflasi antara lain program pencetakan sawah baru dalam rangka mendukung program swasembada pangan yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi dan program ketahanan pangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Bank Indonesia dalam hal ini juga ikut mendukung dan berperan melalui pembentukan Program Pengendalian Inflasi komoditas cabai di Belitung dan dukungan pembiayaan P2KP dengan pemanfaatan pekarangan di Kabupaten Bangka, Bangka Tengah, Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang senilai lebih dari Rp1 miliar. Inflasi triwulan I 2017 diperkirakan sebesar 5,8%-6,3% (yoy) dan berada di atas kisaran target Bank Indonesia sebesar 4%±1%, sementara inflasi Bangka Belitung tahun 2017 diperkirakan masih berada dalam sasaran yaitu sebesar 4%±1%. Beberapa risiko yang akan menimbulkan tekanan inflasi di triwulan I 2017 antara lain bersumber dari (1) perayaan hari besar Imlek dan Ceng Beng yang berpotensi kembali mendorong permintaan (2) masih persistennya harga angkutan udara di batas atas sehubungan dengan libur sekolah dan perayaan Imlek di akhir bulan (3) tingginya gelombang laut yang berpotensi menghambat jalur distribusi barang dari daerah pemasok (4) terbatasnya pasokan ikan domestik sehubungan dengan gelombang laut yang tinggi (5) kenaikan tarif listrik di bulan Januari untuk rumah tangga dengan daya 900VA, (6) Peningkatan biaya pembuatan STNK dan SIM, (6) Penyesuaian harga BBM 54

77 PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN NASIONAL (% yoy) TW III TW IV SUMATERA (% yoy) TW III TW IV Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Inflasi tahunan wilayah Sumatera masih berada dalam kisaran target inflasi tahunan Bank Indonesia. Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan IV 2016 tercatat sebesar 6,75% (yoy), jauh di atas laju inflasi nasional sebesar 3,02% (yoy) dan inflasi Pulau Sumatera sebesar 4,53%. Inflasi tahunan triwulan IV 2016 tertinggi terjadi di Bangka Belitung dan Sumatera Utara masing-masing sebesar 6,75% (yoy) dan 6,34% (yoy). Sebaliknya, Lampung mencatatkan inflasi terendah, yakni sebesar 2,78% (yoy). Grafik 3.13 Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera 3,2 6,3 1,5 3,9 Inflasi Tahunan 2016 (yoy) 2,6 4,0 4,4 3,5 Sumatera 3,0 4,5 1,1 4,9 1,4 4,4 3,3 6,8 Ket : 3,3 5,0 3,1 3,6 Yoy Des 15 Yoy Des 16 <4% 4-5% >5% 4,3 2,8 55

78 Periode Umum Tabel 3.4 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK, GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR, KOMUNIKAS I DAN JASA KEUANGAN Kepulauan Bangka Belitung Kota Pangkalpinang Kota Tanjungpandan Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah

79 Suplemen C. Review dan Upaya Pengendalian Inflasi Cabai Tahun 2016 Selama tahun 2016, komoditas cabai menjadi salah satu penyumbang inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tercatat selama tahun 2016, komoditas cabai, baik cabai merah maupun cabai rawit masuk kedalam 10 besar penyumbang inflasi tahunan dan bulanan di Provinsi Bangka Belitung. Tercatat, terjadi tiga kali kenaikan harga cabai secara signifikan selama tahun Pada bulan Maret 2016 terjadi lonjakan pertama inflasi cabai merah dan rawit hingga masing masing sebesar 31,06% (mtm) dan 42,58% (mtm). Kenaikan cabai pada periode tersebut disebabkan karena terjadinya gagal panen akibat musibah banjir yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga mengganggu ketersediaan pasokan cabai lokal. Lonjakan harga yang kedua terjadi pada bulan Juli 2016, didorong adanya hari raya Idul Fitri yang meningkatkan konsumsi cabai. Pada bulan Juli 2016, tercatat komoditas cabai merah dan rawit mengalami inflasi bulanan sebesar 9,25% (mtm) dan 17,82% (mtm). Periode ketiga lonjakan harga cabai terjadi pada bulan November dan Desember Tercatat cabai merah mengalami inflasi sebesar 36,38% (mtm) pada bulan November 2016 dan 6,84% (mtm) pada bulan Desember 2016, sedangkan cabai rawit mengalami inflasi sebesar 49,66% (mtm) pada bulan November 2016 dan 4,48% (mtm) pada bulan Desember Pada periode tersebut, terjadi gagal panen di sentra produksi cabai akibat cuaca ekstrem yang terjadi pada akhir tahun. Selain adanya gagal panen, tingginya harga cabai pada periode tersebut juga disebabkan adanya hari Natal dan tahun baru yang meningkatkan permintaan cabai di Bangka Belitung. Grafik C.1 Inflasi Bulanan Komoditas Cabai Grafik C.2 Inflasi Tahunan Komoditas Cabai Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung (diolah) Secara tahunan, Inflasi cabai merah pada Desember 2016 sebesar 87,94% (yoy) dan cabai rawit sebesar 76,52% (yoy). Jika dilihat secara bulanan, inflasi cabai merah dan cabai rawit juga mengalami gejolak yang cukup tinggi. Berdasarkan pemantauan harga dari 57

80 hargapangan.id, harga cabai merah dan rawit di Bangka Belitung mengalami fluktuasi yang cukup tinggi selama 3 bulan terakhir. Kebutuhan cabai merah dan rawit di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar dipenuhi dari Payakumbuh, Palu, Palembang dan Semarang dengan total pangsa hingga mencapai sekitar 90% dari keseluruhan konsumsi cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Melihat hal tersebut, ketersediaan pasokan cabai di Bangka Belitung sangat tergantung dengan kondisi produksi cabai di daerah tersebut. Berdasarkan hasil koordinasi dalam rapat Tim Pengendalian Inflasi Daerah, diidentifikasi beberapa penyebab tingginya fluktuasi harga pangan, termasuk cabai, di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Secara garis besar, fluktuasi harga cabai tersebut disebabkan karena terbatasnya ketersediaan stok cabai sehingga harus mengimpor cabai dari daerah lain pada saat permintaan tinggi yang tentu saja akan berpengaruh pada biaya distribusi. Adapun secara rinci, beberapa penyebab tingginya inflasi cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung adalah sebagai berikut : a) Keterbatasan Stok Cabai Konsumsi cabai yang tinggi Karakteristik masyarakat yang menyukai bumbu rasa pedas Konsumsi cabai yang tinggi di hari besar keagamaan dan kebudayaan Meningkatkan permintaan cabai Meningkatkan konsumsi cabai di periode tertentu seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru Masih terbatasnya pelaku usaha dibidang pertanian Produksi cabai lokal menjadi terbatas Keterbatasan stok cabai Produksi cabai lokal yang terbatas Terbatasnya lahan produktif untuk pertanian cabai Terbatasnya jumlah panen cabai yang dapat dikonsumsi Terbatasnya hasil panen cabai saat curah hujan tinggi Terbatasnya jumlah produksi di periode cuaca ekstrem (el nino dan la nina) akibat gagal panen Keterbatasaan impor cabai Gagal panen di sentra produksi luar daerah akibat cuaca Terbatasnya jumlah cabai yang dapat diimpor ke Bangka Belitung b) Jalur Distribusi dan Struktur Pasar Lokasi pemasok cabai lintas pulau dibutuhkan waktu lama untuk perjalanan Penggunaan pesawat untuk memotong waktu kirim harga tiket pesawat yang tinggi meningkatkan harga jual cabai Jalur Distribusi dan struktur pasar Rantai Distribusi relatif panjang Distribusi cabai dari petani hingga konsumen harus melalui pengumpul, pedangan besar/grosir dan eceran Biaya transportasi menjadi tinggi Meningkatkan harga cabai Struktur pasar cenderung mengarah ke oligopoli Perdagangan besar cabai hanya dikuasai oleh beberapa pedagang tertentu Pembentukan harga cabai dikendalikan sepenuhnya oleh pedagang besar c) Pembentukan Ekspektasi Inflasi 58

81 Pedagang menetapkan harga yang tertinggi dipasar Harga dipasaran adalah harga tertinggi Pembentukan ekspektasi harga Asymetric information tidak transparannya pembentukan harga antara petani, pedagang dan konsumen Pembentukan harga menjadi tinggi ditingkat pedagang Karakter masyarakat yang tidak menawar saat berbelanja Pedagang memberikan harga yang tertinggi Harga menjadi tinggi Untuk mengendalikan gejolak harga cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah ditentukan beberapa langkah pengendalian inflasi, diantaranya : a) Peningkatan Produksi No. Rekomendasi Action Plan Keterangan Pemberian bantuan teknis kepada petani cabai untuk peningkatan produktifitas pertanian cabai Fasilitasi sarana dan prasarana pertanian untuk meningkatkan produktifitas pertanian cabai Optimalisasi penanaman cabai dipekarangan rumah melalui Program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP) untuk mengoptimalkan potensi produsi rumah tangga Peningkatan kualitas dan kuantitas pelaku usaha pertanian cabai melalui pelatihan teknis dan pemberdayaan SMK pertanian Pemetaan dan perluasan lahan pertanian cabai di Prov. Kep. Bangka Belitung untuk menambah potensi produksi pertanian cabai Implementasi metode pertanian modern seperti integerated farming dan rain shelter untuk memaksimalkan produktifitas pertanian cabai Fasilitasi penyediaan bibit dan pupuk untuk produksi cabai untuk mengantisipasi kelangkaan dan tingginya harga bibit dan pupuk sehingga biaya produksi dapat ditekan Perancangan program pola pengaturan tanam tertib tanam (P2T3) untuk pertanian cabai agar tidak terjadi panen cabai secara serentak yang mengakibatkan jatuhnya harga cabai dan kebutuhan cabai akan terus terpenuhi Pemanfaatan teknologi informasi pemantauan cuaca untuk optimalisasi penanaman cabai sehingga petani dapat memantau periode cuaca ekstrem untuk menyesuaikan dengan periode tanam Optimalisasi pemanfaatan fasilitas pembiayaan untuk akselerasi pertanian melalui edukasi dan fasilitasi sertifikat hak atas tanah kepada badan sertifikasi sudah dilakukan/berjalan sudah dilakukan/berjalan sudah dilakukan/berjalan sudah dilakukan/berjalan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan 11 Pemanfaatan fasilitas asuransi pertanian akan dilakukan 12 Perluasan demplot Program Pengendalian Inflasi cabai sudah dilakukan 59

82 b) Memperlancar jalur distribusi No. Rekomendasi Action Plan Keterangan 1 Melaksanakan pertemuan tematik dengan distributor cabai untuk membahas penetapan harga cabai agar pembentukan sudah dilakukan/berjalan harga dapat lebih efisien 2 Melakukan sinergisasi antara kelompok tani dan distributor lokal akan dilakukan untuk memotong rantai dan biaya distribusi dengan membuat perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. 3 Melakukan pengkajian untuk pembentukan pasar tradisional agar struktur pasar menjadi lebih sempurna akan dilakukan 4 Optimalisasi toko tani, Bulog dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia untuk stabilisasi harga cabai akan dilakukan c) Ketersediaan Pasokan No. Rekomendasi Action Plan Keterangan 1 Melakukan pasar murah bekerjasama dengan distributor lokal saat permintaan tinggi untuk mengantisipasi gejolak harga sudah dilakukan/berjalan 2 Mengoptimalkan pembentukan koperasi tani untuk pengelolaan hasil panen cabai yang lebih baik melalui pelatihan manajemen koperasi sudah dilakukan/berjalan 3 Insiasi pembentukan sub terminal agribisnis untuk pengelolaan akan dilakukan stok dan distribusi cabai yang efisien 4 Melakukan inisiasi kerjasama antar daerah melalui akan dilakukan penandatanganan perjanjian kerjasama perdagangan bahan pangan 5 Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Badan Pusat akan dilakukan Statistik, Dinas Pertanian dan Badan Ketahanan Pangan untuk sinergi data ketersediaan cabai 6 Bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia untuk mengoptimalkan distribusi dan tata niaga komoditas cabai akan dilakukan d) Pembentukan ekspektasi inflasi No. Rekomendasi Action Plan Keterangan 1 Pembuatan iklan layanan masyarakat agar masyarakat berkonsumsi secara wajar sesuai kebutuhan sudah dilakukan/berjalan 2 Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan untuk substitusi konsumsi cabai sudah dilakukan/berjalan e) Diseminasi Informasi Harga No. Rekomendasi Action Plan Keterangan 1 Optimalisasi diseminasi harga kepada masyarakat melalui teknologi informasi website hargapangan.id dan hargababel.com melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar pemanfaatannya lebih optimal sudah dilakukan/berjalan 2 sudah Pemasangan TV di pasar dengan menampilkan harga terkini di pasar dilakukan/berjalan 60

83 Suplemen D Review Inflasi Daging Ayam Ras Tahun 2016 Daging ayam ras merupakan salah satu komoditas inflasi yang sering muncul setiap periode perhitungan inflasi. Pada bulan Desember 2016 inflasi daging ayam ras sebesar 7,35% (mtm) atau secara tahunan mengalami inflasi sebesar 9,56% (yoy). Inflasi bulanan daging ayam ras meningkat dari bulan November 2016 yang mengalai inflasi 0,36% (mtm). Selain itu, inflasi tahunan daging ayam ras juga mengalami kenaikan dari bulan yang sama pada tahun sebelumnya yang mengalami deflasi 16,31% (yoy). Grafik D.1 Historis Inflasi Daging Ayam Ras Sumber : Bank Indonesia Apabila dilihat berdasarkan wilayah penghitungan inflasi, daging ayam ras mengalami inflasi yang lebih tinggi di Kota Tanjungpandan daripada di Kota Pangkalpinang, dimana masing masing mengalami inflasi 12,35% (mtm) dan 4,27% (mtm). Sedangkan untuk inflasi tahunan Kota Pangkalpinang mengalami inflasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi tahunan Kabupaten Tanjungpandan, dimana masing masing daerah mengalami inflasi 14,36% (yoy) dan 3,04% (yoy). Grafik D.2 Inflasi Bulanan Daging Ayam Ras Grafik D.3 Inflasi Tahunan Daging Ayam Ras Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 61

84 Titik inflasi tertinggi daging ayam ras di Provinsi Bangka Belitung juga masih bertahan di batas atas. Tercatat inflasi tertinggi yang pernah terjadi untuk daging ayam ras masih sekitar 17% - 18% (mtm). Titik tertinggi inflasi tahunan daging ayam ras juga mengalami peningkatan hingga mencapai 36,96% (yoy) dari 17,08% (yoy) pada tahun Tabel D.1 Inflasi Tertinggi dan Deflasi Terendah Daging Ayam Ras Inflasi Tertinggi Deflasi Terendah Daging Ayam Ras mtm Babel yoy mtm PkP yoy mtm Tjp yoy N/A N/A Terbatasnya jumlah pedagang besar yang menjual daging ayam ras menyebabkan harga lebih ditentukan oleh beberapa pedagang besar tersebut. Sebagian besar ayam siap jual langsung ditampung oleh pedagang besar karena telah diberikan Day Old Chicken (DOC), pakan dan kebutuhan lainnya. Akibatnya, harga daging ayam ditetapkan lebih murah oleh pedagang besar dengan alasan dipotong biaya operasional yang telah dikeluarkan pedagang besar, namun daging ayam tetap dijual mahal di pasaran. Selain struktur pasar yang cenderung oligopolistik, pola distirbusi daging ayam ras juga belum efisien karena pola distribusi komoditas daging ayam masih relatif panjang. Jalur distribusi ayam ras dimulai dari pedagang besar, kemudian dilanjutkan ke pedagang grosir yang selanjutnya akan menjual ke pedagang pengecer dipasar. Selain melalui pedagang grosir, para pedagang pengecer juga memiliki akses pembelian langsung ke pedagang besar. Peternak Pedagang Besar Grosir Pengecer Konsumen 62

85 Perilaku penetapan harga dalam perdagangan daging ayam ras juga belum sehat. Perilaku penetapan harga secara umum baik ditingkat produsen maupun ditingkat pedagang, didominasi oleh penetapan harga berdasarkan harga tertinggi dipasar dan tingkat harga pesaing, dengan lebih mempertimbangkan kondisi pasokan-permintaan dibandingkan dengan struktur biaya yang mereka tanggung dan kompensasi margin keuntungan yang diinginkan. Komponen biaya terbesar yang ditanggung pedagang adalah biaya pembelian barang dagangan, kemudian biaya transportasi, biaya energi, biaya tenaga kerja biaya pemasaran, biaya sewa tempat, dan biaya pengepakan. Pedagang besar di Bangka merupakan cabang dari jaringan regional/nasional sehingga kalau harga ayam di Palembang lebih mahal, maka daging ayam akan didistribusikan ke Palembang yang kemudian akan mempengaruhi pasokan di Bangka Belitung. Sebagian besar peternak ayam mandiri di Bangka mengalami kebangkrutan karena tidak mampu bersaing dengan perusahaan besar ketika harga di tingkat produsen ditekan dilevel yang sangat rendah. Selanjutnya para peternak ini bergabung menjadi mitra perusahaan dengan pola inti plasma untuk mendapatkan supply DOC, pakan dan obat. Hal ini meningkatkan kendali perusahaan terhadap harga jual ayam ras karena kurangnya pesaing meskipun Babel dalam posisi surplus untuk komoditas daging ayam. Secara umum, berikut adalah beberapa faktor yang menyebabkan inflasi daging ayam ras di Provinsi Bangka Belitung a) Keterbatasan Stok Daging Ayam Ras Konsumsi daging ayam ras yang tinggi Konsumsi daging ayam ras yang tinggi di hari besar keagamaan dan kebudayaan Meningkatkan konsumsi daging ayam ras di periode tertentu seperti Lebaran, Natal dan Tahun Baru Keterbatasan stok daging ayam ras Produksi daging ayam ras lokal yang terbatas Terbatasnya hasil panen cabai saat curah hujan tinggi Terbatasnya jumlah produksi di periode cuaca ekstrem (el nino dan la nina) akibat gagal panen Keterbatasaan impor daging ayam ras Dominasi distribusi daging ayam ras ke provinsi lain yang memiliki harga tertinggi Terbatasnya jumlah daging ayam ras yang dapat diimpor ke Bangka Belitung b) Jalur Distribusi dan Struktur Pasar Rantai Distribusi relatif panjang Distribusi cabai dari petani hingga konsumen harus melalui pengumpul, pedangan besar/grosir dan eceran Biaya transportasi menjadi tinggi Meningkatkan harga cabai Jalur Distribusi dan struktur pasar Struktur pasar cenderung mengarah ke oligopoli Perdagangan besar daging ayam ras hanya dikuasai oleh beberapa pedagang tertentu Pembentukan harga daging ayam ras dikendalikan sepenuhnya oleh pedagang besar 63

86 c) Pembentukan Ekspektasi Inflasi Pedagang menetapkan harga yang tertinggi dipasar Harga dipasaran adalah harga tertinggi Pembentukan ekspektasi harga Asymetric information tidak transparannya pembentukan harga antara pedagang dan konsumen Pembentukan harga menjadi tinggi ditingkat pedagang Karakter masyarakat yang tidak menawar saat berbelanja Pedagang memberikan harga yang tertinggi Harga menjadi tinggi Untuk mengendalikan gejolak harga cabai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, telah ditentukan beberapa langkah pengendalian inflasi, diantaranya : a) Peningkatan Produksi No. Rekomendasi Action Plan Keterangan 1 Fasilitasi sarana dan prasarana peternakan untuk mengembangkan akan peternak lokal dilakukan 2 Peningkatan kualitas dan kuantitas pelaku usaha peternakan akan melalui pelatihan teknis dan pemberdayaan SMK perternakan dilakukan 3 Pemetaan dan perluasan peternakan daging ayam ras di Prov. Kep. akan Bangka Belitung untuk menambah potensi produksi peternakan dilakukan ayam ras 4 Optimalisasi pemanfaatan fasilitas pembiayaan untuk akselerasi akan pertanian melalui edukasi dan fasilitasi sertifikat hak atas tanah dilakukan kepada badan sertifikasi b) Memperlancar jalur distribusi No Rekomendasi Action Plan. 1 Melaksanakan pertemuan tematik dengan distributor daging ayam ras untuk membahas penetapan harga agar lebih efisien 2 Melakukan sinergisasi antara peternak mandiri dan distributor lokal untuk memotong rantai dan biaya distribusi dengan membuat perjanjian kerjasama antara kedua belah pihak. 3 Melakukan pengkajian untuk pembentukan pasar tradisional agar struktur pasar menjadi lebih sempurna 4 Optimalisasi toko tani, Bulog dan PT. Perusahaan Perdagangan Indonesia untuk stabilisasi harga Keterangan sudah dilakukan/berjalan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan 64

87 c) Ketersediaan Pasokan No Rekomendasi Action Plan. 1 Melakukan pasar murah bekerjasama dengan distributor lokal saat permintaan tinggi untuk mengantisipasi gejolak harga 2 Melakukan inisiasi kerjasama antar daerah melalui penandatanganan perjanjian kerjasama perdagangan bahan pangan 3 Melakukan koordinasi dan komunikasi dengan Badan Pusat Statistik, Dinas Perternakan dan Badan Ketahanan Pangan untuk sinergi data ketersediaan daging ayam ras 4 Bekerjasama dengan Toko Tani Indonesia untuk mengoptimalkan distribusi dan tata niaga komoditas cabai 5 Bekerjasama dengan Pemerintah Daerah dan pihak berwenang untuk mengatasi penimbunan dan monopoli pembentukan harga diluar batas kewajaran Keterangan sudah dilakukan/berjalan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan akan dilakukan No. 1 2 d) Pembentukan ekspektasi inflasi Rekomendasi Action Plan Pembuatan iklan layanan masyarakat agar masyarakat berkonsumsi secara wajar sesuai kebutuhan Melakukan edukasi kepada masyarakat untuk melakukan diversifikasi pangan untuk substitusi konsumsi daging ayam e) Diseminasi Informasi Harga No Rekomendasi Action Plan. 1 Optimalisasi diseminasi harga kepada masyarakat melalui teknologi informasi website hargapangan.id dan hargababel.com melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat agar pemanfaatannya lebih optimal 2 Pemasangan TV di pasar dengan menampilkan harga terkini di pasar Keterangan sudah dilakukan/berjala n sudah dilakukan/berjala n Keterangan sudah dilakukan/berjala n sudah dilakukan/berjala n 65

88 INDIKATOR MAKRO Stabilitas Sistem Keuangan dan Pengembangan UMKM Triwulan III 2016 Triwulan IV ,70 + 5,28% yoy 17, ,14% yoy 13,83-4,48% yoy 14,77 + 3,61% yoy 15,21 + 5,07% yoy 15, ,60% yoy 4, ,09% yoy 4, ,01% yoy 90,93 93,

89 BAB 4. STABILITAS KEUANGAN DAERAH DAN PENGEMBANGAN UMKM Stabilitas keuangan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan IV tahun 2016 tetap terjaga dan membaik, yang terlihat dari pertumbuhan positif beberapa indikator utama yaitu Dana Pihak Ketiga dan Kredit. Kedepan tren pertumbuhan positif ini akan tetap berlangsung, seiring dengan terus membaiknya pertumbuhan ekonomi di Bangka Belitung khususnya akibat perbaikan harga komoditas utama kepulauan Bangka Belitung. 4.1 Perkembangan Bank Umum Pada triwulan IV tahun 2016, aset perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp17,28 triliun atau tumbuh sebesar 12,14% (yoy), meningkat jika dibandingkan dengan triwulan III tahun 2016 yang tumbuh sebesar 5,28% (yoy) atau secara nominal Rp16,70 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) mengalami peningkatan sebesar 11,60% (yoy) pada triwulan laporan dimana secara nominal mencapai Rp15,88 triliun. Kenaikan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy). Pertumbuhan komponen DPK terutama didorong oleh komponen giro yang mengalami pertumbuhan sebesar 28,62% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada triwulan IV tahun 2016 mencapai Rp14,77 triliun atau naik 3,61% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar sebesar 4,48% (yoy). Penyaluran kredit pada triwulan laporan didorong oleh penyaluran kredit konsumsi yang tumbuh 10,89% (yoy). Selain itu, mulai membaiknya pertumbuhan kredit produktif juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit di Bangka Belitung. Grafik 4.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Aset yoy (RHS) 20,000 (Rp Miliar) (%) 30.00% 18, % 16,000 14, % 12, % 10,000 8, % 6, % 4, % 2,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % Sumber : Bank Indonesia 67

90 Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan IV 2016 sebanyak 30 bank yang terdiri dari 25 Bank Umum/BUS dan 4 BPR dan 1 BPRS. Jaringan kantor bank umum yang tercatat pada triwulan II 2016 yakni 27 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM), 20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 4 kantor Pusat (KP), 3 Kantor Cabang (KC) dan 2 Kantor Kas (KK). Jaringan kantor BPRS sebanyak 1 Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang, dan 21 Kantor Kas. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan IV tahun 2016 mengalami peningkatan dimana tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada poisisi 93,03%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 90,93%. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada triwulan IV tahun 2016 adalah sebesar 3,29%, membaik dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,56%. Membaiknya rasio kredit bermasalah ini merupakan cerminan dari perbaikan kemampuan bayar di Bangka Belitung karena adanya peningkatan daya beli masyarakat. 3,29% 93,03% 3,61% 11,60% 4.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito pada akhir triwulan IV 2016 mencapai Rp15,88 triliun atau tumbuh 11,60% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 5,07% (yoy). Peningkatan jumlah DPK pada triwulan ini disebabkan adanya perbaikan pertumbuhan dari komponen giro dan deposito. Sedangkan untuk komponen tabungan mengalami perlambatan. Secara proporsional komponen tabungan memiliki pangsa terbesar dari seluruh komponen DPK yaitu 52,47%, sedangkan untuk deposito dan giro masing masing sebesar 34,25% dan 13,28%. Pada triwulan laporan, komponen deposito tercatat tumbuh sebesar 13,77% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp5,43 triliun lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,17% (yoy). Komponen tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 6,69% (yoy) atau secara nominal senilai Rp8,33 triliun melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,41% (yoy). Disisi lain, komponen giro mencapai Rp2,11 triliun atau tumbuh positif sebesar 28,62% (yoy), berlawanan arah dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,48% (yoy). 68

91 Pertumbuhan komponen giro ini ditengarai akibat meningkatnya aktivitas ekonomi pada triwulan IV 2016 menuyusul membaiknya harga komoditas utama Kepulauan Bangka Belitung sehingga banyak nasabah penyimpan yang memindahkan dananya dari tabungan ke giro untuk pembayaran kewajiban. Kontraksi terjadi pada simpanan pemerintah daerah di perbankan. Pada triwulan IV 2016, simpanan pemerintah daerah mengalami kontraksi 43,70% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 25,18% (yoy). Kontraksi terjadi pada seluruh komponen DPK. Giro pemerintah daerah terkontraksi sebesar 42,36% (yoy), tabungan sebesar 54,29% (yoy) dan deposito sebesar 44,79% (yoy). Kontraksi pada simpanan pemerintah daerah ini ditengarai akibat pembayaran realisasi proyek di akhir tahun dan pemenuhan kewajiban tahunan pemerintah daerah. Pada triwulan laporan, komponen tabungan mengalami perlambatan pertumbuhan. Pertumbuhan tabungan pada triwulan IV 2016 adalah sebesar 6,69% (yoy) atau senilai Rp8,33 triliun, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,41% (yoy) disebabkan oleh beberapa faktor yang diindikasikan menjadi penyebab penurunan pertumbuhan tabungan adalah (1) pemenuhan kewajiban akhir tahun di sektor korporasi dan pemerintah (2) meningkatnya aktivitas konsumsi di akhir tahun sehubungan dengan adanya perayaan Natal dan tahun dan (3) adanya kampanye pemilihan calon gubernur yang meningkatkan konsumsi. Komponen deposito pada triwulan laporan mengalami pertumbuhan sebesar 13,77% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan deposito pada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,17% (yoy). Pertumbuhan deposito yang lebih tinggi pada triwulan laporan disebabkan adanya peningkatan jumlah deposito di perbankan swasta nasional seiring dengan mulai membaiknya perekonomian dan peningkatan pendapatan masyarakat. Grafik 4.2 Pangsa Dana Pihak Ketiga Grafik 4.3 Perkembangan DPK Perbankan 18,000 DPK TABUNGAN DEPOSITO GIRO DPK (g) (RHS) TABUNGAN (g) (RHS) DEPOSITO (g) (RHS) GIRO (g) (RHS) (Rp miliar) (%) 40% Deposito 34,25% Giro 13,28% 16,000 14,000 12,000 10,000 30% 20% 10% 8,000 0% Tabungan 52,47% 6,000 4,000-10% 2,000-20% 0 I II III IV I II III IV I II III IV % Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 69

92 Rp 5,43 Triliun + 13,77 % yoy Rp 8,33 Triliun + 6,69 % yoy Rp 2,11 Triliun + 28,62 % yoy Dari sisi dana golongan deposan individu mengalami pertumbuhan DPK sebesar 13,39% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,82% (yoy). Dana pihak ketiga perseorangan mengalami pertumbuhan dikarenakan adanya panen di sektor perkebunan lada sehingga masyarakat cenderung menempatkan hasil penjualan panen lada tersebut di perbankan. Pada triwulan I 2017 diperkirakan dana pihak ketiga perbankan akan tumbuh positif yang disebabkan oleh meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya pertumbuhan ekonomi dan harga komoditas dunia. Selain itu, adanya transfer dana dari pemerintah pusat ke daerah juga turut mendukung peningkatan dana pihak ketiga. 4.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp14,77 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 3,61% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,48% (yoy). Pertumbuhan kredit pada triwulan IV 2016, didorong oleh kredit produktif maupun konsumtif. Tercatat kredit konsumtif mengalami pertumbuhan sebesar 10,89% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,88% (yoy). Perbaikan pertumbuhan dari komponen kredit produktif sebesar 0,24% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 10,36% (yoy), juga mendukung perbaikan penyaluran kredit oleh perbankan. Perbaikan penyaluran kredit di Bangka Belitung disebabkan meningkatnya konsumsi masyarakat di akhir tahun 2016 (Hari Raya Natal dan Tahun Baru), serta adanya perbaikan iklim usaha yang memacu aktivitas industri dan UMKM di Bangka Belitung. Pertumbuhan kredit produktif disebabkan adanya peningkatan di komponen kredit modal kerja dan adanya penurunan kontraksi pertumbuhan kredit investasi. Tercatat kredit modal kerja mengalami pertumbuhan sebesar 4,24% (yoy) setelah mengalami kontraksi 9,68% (yoy) pada triwulan III Seiring dengan hal tersebut, kredit investasi juga mulai mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 12,04% (yoy) dari 12,63% (yoy) di triwulan III

93 Perbaikan penyaluran kredit produktif seiring dengan adanya pertumbuhan aktivitas usaha, terutama di sektor industri, sehubungan dengan mulai membaiknya harga komoditas dunia, yang berujung pada peningkatan ekspor. Selain itu, adanya paket kebijakan pemerintah yang mendukung iklim usaha juga mempercepat perputaran usaha di Bangka Belitung. Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa terbesar kredit disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 51,90%, diikuti oleh kredit konsumsi sebesar 33,83% dan kredit investasi sebesar 14,27%. Grafik 4.4 Pangsa Kredit Menurut Penggunaan Grafik 4.5 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan KREDIT MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI KREDIT (g) (RHS) MODAL KERJA (g) (RHS) INVESTASI (g) (RHS) KONSUMSI (g) (RHS) 16,000 (Rp miliar) (%) 50% 14,000 40% Konsumsi 33,83% Modal Kerja 51,90% 12,000 10,000 8,000 6,000 30% 20% 10% Investasi 14,27% 4,000 2,000 0% -10% 0 I II III IV I II III IV I II III IV -20% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Rp 4,99 T +10,89% yoy Rp 2,10 T (12,04)% yoy Rp 7,66 T +4,24% yoy Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit terbesar ke sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 25,81%, diikuti oleh kredit perdagangan, hotel, dan restoran 20,26%, kredit industri pengolahan sebesar 7,46% serta kredit sektor pertanian sebesar 3,76%. Sementara itu kredit ke sektor bukan lapangan usaha memiliki pangsa sebesar 33,83%. Secara umum, beberapa sektor ekonomi, seperti (1) listrik, air dan gas (2) pengangkutan dan komunikasi serta (3) keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masih mengalami kontraksi dalam penyaluran kredit secara tahunan. Akan tetapi sebagian sektor lainnya, seperti (1) pertanian, (2) pertambangan dan penggalian, (3) industri pengolahan dan (4) bangunan, mengalami pertumbuhan dan khusus untuk sektor pertanian mulai mengalami pendangkalan kontraksi. Kenaikan harga komoditas dan perbaikan pertumbuhan ekonomi mendorong pertumbuhan positif di sebagian besar sektor pernyaluran kredit tersebut. Selain itu, 71

94 implementasi paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim usaha juga memberikan dampak positif pada aktivitas sektor ekonomi. Kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan tercatat mengalami kontraksi sebesar 38,50% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 46,09% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor pertanian juga mengalami pertumbuhan positif sebesar 9,09% (qtq), setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 46,36% (qtq). Masih lemahnya penyaluran kredit ke sektor pertanian sejalan dengan melambatnya pertumbuhan sektor pertanian yang disebabkan menurunnya harga komoditas pertanian lada. Akan tetapi, mulai membaiknya harga karet dan CPO yang berujung pada meningkatnya aktivitas usaha dan ekspor, menyumbang pertumbuhan positif di penyaluran kredit sektor pertanian. Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai pangsa terbesar mulai mengalami pertumbuhan positif sebesar 10,28% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 15,21% (yoy). Pertumbuhan kredit pertambangan dan penggalian seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah yang ikut mendorong aktivitas usaha di industri pengolahan timah. Secara triwulanan, kredit ke sektor pertambangan dan penggalian mengalami pertumbuhan sebesar 13,66% (qtq) meningkat jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 11,07% (qtq). Kredit ke sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 1,60% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 2,53% (yoy). Secara triwulanan, kredit ke sektor ini mengalami pertumbuhan sebesar 5,69% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 0,81% (qtq). Peningkatan penyaluran kredit secara triwulanan disektor ini disinyalir akibat adanya pertumbuhan sektor pariwisata saat libur di akhir tahun. Hal tersebut turut meningkatkan penyaluran kredit ke sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 6,73% (yoy) pada triwulan IV 2016 setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh sebesar 2,10% (yoy). Secara triwulanan kredit ke sektor ini mulai menunjukan arah yang positif dengan pertumbuhan sebesar 8,92% (qtq) atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 5,89% (qtq). Mulai meningkatnya penyaluran kredit ke industri pengolahan disebabkan oleh mulai membaiknya harga komoditas seperti timah dan CPO, sehingga penyaluran kredit ke sektor ekonomi yang berbasis komoditas juga menunjukan peningkatan. 72

95 Kontraksi penyaluran kredit pada triwulan IV 2016 salah satunya terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, yaitu sebesar 31,33% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 18,13% (yoy). Secara triwulanan penyaluran kredit ke sektor listrik, gas dan air bersih juga mengalami kontraksi sebesar 7,27% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 0,28% (qtq). Kredit ke sektor pengangkutan dan komunikasi juga mengalami kontraksi, dimana sektor ini mengalami kontraksi menjadi sebesar 20,98% (yoy), lebih dalam jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,48% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit sektor ini mulai mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 1,49% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 19,21% (qtq). Tabel 4.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI I II III IV I II III IV I II III IV Total Kredit 11, , , , , , , , , , , , Kredit Lapangan Usaha/Sektoral 7, , , , , , , , , , (30,489.61) 9, Pertanian Pertambangan dan Penggalian 2, , , , , , , , , , , , Industri Pengolahan , , , , , Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 2, , , , , , , , , , , , Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya 3, , , , , , , , , , , , Sektor Bukan Lapangan Usaha 3, , , , , , , , , , , , Sumber : Bank Indonesia Secara sektoral, rasio kredit bermasalah paling besar terjadi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 30,89% serta pertambangan dan penggalian sebesar 1,48%. Akan tetapi secara umum, rasio kredit bermasalah penyaluran kredit mengalami perbaikan dari 3,56% pada triwulan III 2016 menjadi 3,26% pada triwulan IV Pertumbuhan kredit pada triwulan I 2017 diprediksikan akan mengalami pertumbuhan positif. Pelonggaran rasio loan to value (LTV) dan financing to value (FTV) serta dipertahankannya suku bunga acuan pada level yang cukup rendah akan membuat penyaluran kredit menjadi lebih tinggi, khususnya untuk penyaluran kredit konsumsi. Selain itu, mulai membaiknya harga komoditas seperti timah dan CPO juga akan mendukung kinerja di beberapa sektor ekonomi yang diprediksikan juga akan mendorong penyaluran kredit ke sektor tersebut. Membaiknya pertumbuhan ekonomi dan penurunan laju NPL juga akan berdampak positif pada penyaluran kredit produktif. Adanya event kejuaraan Motorcross MXGP pada triwulan I 2017 juga akan mendorong kegiatan usaha di Bangka Belitung yang pada akhirnya akan meningkatnya penyaluran kredit ke masyarakat. 73

96 4.4 Loan to Deposit Ratio / LDR Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 93,03%, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 90,93%. Peningkatan LDR sejalan dengan mulai membaiknya penyaluran kredit pada triwulan laporan. Pada triwulan I 2017 rasio loan to deposit diprediksi akan mengalami peningkatan. Hal tersebut didorong oleh penyaluran kredit yang akan mengalami peningkatan pada awal tahun 2017 sehubungan dengan penurunan suku bunga acuan dan pelonggaran ketentuan penyaluran kredit properti. Selain itu, mulai membaiknya aktivitas usaha di Bangka Belitung juga turut mendukung pertumbuhan penyaluran kredit produktif. Grafik 4.6 Perkembangan DPK, Kredit dan LDR 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - DPK Kredit LDR (RHS) (Rp Miliar) (%) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung tercatat menurun menjadi 3,29% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 3,56%. Peningkatan risiko kualitas kredit ini masih berada di dalam ambang batas wajar dimana batas atas rasio kualitas kredit adalah sebesar 5,00%. Penurunan rasio kualitas kredit ini di indikasi akibat meningkatnya pendapatan masyarakat seiring dengan mulai membaiknya performa usaha domestik sehubungan dengan perbaikan harga komoditas komoditas dunia. Hal tersebut mendukung pemenuhan kewajiban kredit masyarakat dan korporasi kepada perbankan. Panen serentak untuk komoditas lada yang terjadi pada triwulan IV 2016 juga ikut membantu masyarakat untuk menyelesaikan kewajiban kreditnya kepada perbankan. 74

97 Grafik 4.7 NPL Perbankan 700, , , , , , ,000 - NPL % NPL (RHS) (Rp juta) (%) I II III IV I II III IV I II III IV % 4.00% 3.50% 3.00% 2.50% 2.00% 1.50% 1.00% 0.50% 0.00% Sumber : Bank Indonesia 4.6 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp2,14 triliun. Nilai undisbursed loan tersebut mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp2,82 triliun atau menurun menjadi sebesar 7,27% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 56,82% (yoy). Penurunan undisbursed loan ini disebabkan oleh mulai membaiknya performa dunia usaha, realisasi anggaran pemerintah dan realisasi pemenuhan kewajiban pemerintah dan korporasi di akhir tahun. 4.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,09%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,40%. Suku bunga giro mengalami sedikit peningkatan menjadi 1,54% dari triwulan III 2016 yang mencapai 1,61% pada triwulan IV Suku bunga tabungan mengalami moderasi menjadi 1,33% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,49%. Sedangkan untuk suku bunga deposito mengalami moderasi dari triwulan sebelumnya 6,57% menjadi 6,33% pada triwulan laporan. Sementara itu, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 11,14% pada triwulan IV 2016 atau mengalami moderasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,43%. Hampir seluruh sektor penyaluran kredit mengalami penurunan rata-rata suku bunga tertimbang. Beberapa sektor tersebut diantaranya adalah (1) perikanan, (2) transportasi, pergudangan dan komunikasi, (3) jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan dan perorangan lainnya, serta (4) perdagangan besar dan eceran. Hanya sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan dan minum yang mengalami kenaikan rata rata suku bunga pinjaman. Pada triwulan I 2017, diperkirakan suku bunga simpanan maupun pinjaman akan cenderung tetap. Hal tersebut disebabkan oleh suku bunga acuan 7 Day Reverse Repo Rate tetap 75

98 pada angka 4,75%. Selain itu, pelonggaran kebijakan makroprudensial masih akan memberikan dampak pada moderasi suku bunga pinjaman. Grafik 4.8 Perkembangan Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 4.9 Perkembangan Suku Bunga Kredit Sektoral DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO BI Rate 7-Day's Repo Rate PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SBT PERIKANAN SBT (%) BI RATE 7-Day's Repo Rate (%) PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SBT PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SBT 7-Day's Repo Rate BI RATE INDUSTRI PENGOLAHAN SBT BI Rate 7 Day's Repo Rate Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 4.8 Bank Umum Syariah TW III ,72% (yoy) (17,37)% (yoy) (6,78)% (yoy) 159,42% 5,65% TW IV ,05% (yoy) 0,94% (yoy) (4,48)% (yoy) 141,81% 5,54% Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan IV 2016 mencapai Rp674,02 miliar atau secara tahunan mengalami pertumbuhan signifikan sebesar 118,05% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya juga mengalami pertumbuhan sebesar 102,72% (yoy). Pertumbuhan aset ini seiring dengan tumbuhnya aset di beberapa perbankan syariah pada tahun Sisi penghimpunan dana mengalami pertumbuhan sebesar 0,94% (yoy) atau senilai Rp544,88 miliar, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 17,37% (yoy). Pertumbuhan penghimpunan dana pada bank syariah disebabkan mulai membaiknya pertumbuhan seluruh komponen penghimpunan dana. Tercatat, komponen giro mengalami pertumbuhan signifikan menjadi 27,09% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 53,46% (yoy). Pertumbuhan positif juga terjadi pada komponen tabungan hingga mencapai pertumbuhan 5,06% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,96% (yoy). Sejalan dengan giro dan tabungan, komponen deposito juga mengalami pendangkalan kontraksi menjadi sebesar 11,18% (yoy) dari kontraksi 32,83% (yoy) di triwulan sebelumnya. Dari sisi pembiayaan perbankan syariah mengalami pendangkalan kontraksi. Sejalan dengan mulai membaiknya penyaluran kredit perbankan umum, komponen pembiayaan perbankan syariah mengalami pendangkalan kontraksi dari sebesar 6,78% (yoy) pada triwulan III

99 menjadi 4,48% (yoy) pada triwulan IV Mulai menipisnya kontraksi pembiayaan syariah di triwulan IV 2016 didukung oleh penipisan kontraksi di komponen modal kerja dan mulai tumbuh positifnya pertumbuhan kredit investasi. Komponen modal kerja mengalami pendangkalan kontraksi dari 10,10% (yoy) menjadi 5,78% (yoy). mulai membaiknya penyaluran kredit modal kerja di perbankan syariah ini, sejalan dengan perbaikan performa dunia usaha domestik pada triwulan IV Sejalan dengan komponen modal kerja, komponen konsumsi mulai tumbuh positif hingga mencapai 3,56% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 4,45% (yoy). Disisi lain, kredit investasi mengalami kontraksi yang lebih dalam hingga mencapai 15,58% (yoy) setelah mengalami kontraksi 4,92% (yoy) pada triwulan III Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) menurun dari 159,42% pada triwulan III 2016 menjadi 141,81% pada triwulan IV Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan membaik menjadi sebesar 5,54% dari triwulan sebelumnya yang mencapai 5,65%. Pada triwulan I 2017, diperkirakan penyaluran kredit bank umum syariah akan mengalami pertumbuhan positif seiring dengan mulai membaiknya perekonomian di Bangka Belitung yang juga meningkatkan performa dunia usaha. Selain itu, penurunan suku bunga pinjaman juga akan mendukung peningkatan pernyaluran kredit syariah. INDIKATOR Tabel 4.2 Perkembangan Bank Umum Syariah (Rp Juta) I II III IV I II III IV I II III IV ASET 334, , , , , , , , , , , , % % DPK 177, , , , , , , , , , , , % 0.94% Giro 16,269 13,449 9,921 11,081 21,040 25,313 75,043 33,702 30,486 27,366 34,923 42, % 27.09% Tabungan 81, , , , , , , , , , , , % 5.06% Deposito 79,821 77,846 76,112 54, , , , , , , , , % % PEMBIAYAAN 1,259, , , , , , , , , , , , % -4.48% Modal Kerja 492, , , , , , , , , , , , % -5.78% Investasi 371, , , , , , , , , , , , % % Konsumsi 396, , , , , , , , , , , , % 3.56% NPF (%) Sumber : Bank Indonesia qtq yoy 4.9 Bank Perkreditan Rakyat (BPR) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) TW III ,84 % 13,26 % (5,36) % 21,46 % TW IV ,22 % 14,92 % (0,84) % 18,18 % Aset BPR/S pada triwulan IV 2016 mencapai Rp670,27 miliar atau tumbuh sebesar 12,22% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 10,84% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan aset BPR/S ini juga sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp558,72 miliar atau 77

100 tumbuh sebesar 14,92% (yoy) lebih tinggi jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 13,26% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan DPK dipicu oleh peningkatan pertumbuhan tabungan sebesar 20,56% (yoy) atau senilai Rp186,06 miliar dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,86% (yoy) seiring dengan harl tersebut, komponen deposito BPR/S peningkatan pertumbuhan pada triwulan IV 2016 menjadi sebesar Rp372,06 miliar atau tumbuh sebesar 12,28% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 12,09% (yoy). Sementara itu, total penyaluran kredit BPR/S tercatat sebesar Rp101,58 miliar atau mengalami penipisan kontraksi menjadi sebesar 0,84% (yoy), lebih dangkal jika dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 5,36% (yoy). Fungsi intermediasi BPR menurun, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit mencapai 18,18%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 21,46%. Grafik 4.10 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 4.11 Perkembangan DPK BPR 800 (Rp miliar) Aset DPK Kredit 600 (Rp miliar) Tabungan Deposito DPK I II III IV I II III IV I II III IV - I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.12 Pangsa DPK BPR Grafik 4.13 Perkembangan LDR BPR 30 (%) Tabungan, 16,36% Deposito, 83,64% I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 4.10 Eksposure Korporasi Pada Stabilitas Sistem Keuangan 78

101 Dana Pihak Ketiga Korporasi Secara umum dana pihak ketiga yang bersumber dari korporasi di perbankan masih mengalami pertumbuhan pada triwulan IV Pada triwulan laporan, tercatat dana pihak ketiga korporasi mengalami pertumbuhan sebesar 25,66% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp1,80 triliun setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 13,59% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga korporasi utamanya didorong oleh pertumbuhan deposito dan giro. Tercatat deposito korporasi pada triwulan IV 2016 tumbuh sebesar 54,76% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp645,13 juta. Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,63% (yoy). Sejalan dengan deposito, giro korporasi juga mengalami pertumbuhan. Tercatat giro korporasi tumbuh sebesar 43,19% (yoy) atau senilai Rp1,06 triliun, lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 13,59% (yoy). Disisi lain, komponen tabungan mengalami kontraksi 67,57% (yoy), terkontraksi lebih dalam dari triwulan III 2016 yang terkontraksi 12,83% (yoy). Pertumbuhan giro dan deposito yang terjadi pada komponen dana pihak ketiga korporasi ini sehubungan dengan peningkatan performa korporasi di triwulan IV 2016 yang didorong oleh perbaikan ekonomi domestik dan peningkatan harga komoditas dunia. Peningkatan pendapatan tersebut sebagian besar juga dikonversikan kedalam penempatan dana jangka panjang. Dilain pihak, kontraksi tabungan korporasi di akhir tahun ditengarai karena adanya pemenuhan kewajiban jangka pendek korporasi. Grafik 4.14 Nominal DPK Korporasi Grafik 4.15 Pertumbuhan DPK Korporasi 2,000 (Rp miliar) DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO 3.50 (%) gdpk ggiro gtabungan gdeposito 1, , , , , (0.50) - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (1.00) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Secara umum pangsa dana pihak ketiga korporasi tidak memiliki eksposure yang signifikan terhadap dana pihak ketiga secara keseluruhan di Bangka Belitung. Tercatat pangsa DPK korporasi pada triwulan IV 2016 adalah sebesar 11,34%. Komposisi dana pihak ketiga 79

102 korporasi secara umum masih didominasi oleh komponen giro sebesar 59,32%, kemudian deposito dan tabungan masing masing 35,81% dan 4,87%. Pada triwulan I 2017, diperkirakan DPK dari sektor korporasi tetap akan mengalami pertumbuhan positif. Pertumbuhan DPK korporasi diawal tahun 2017 didorong oleh beberapa faktor diantaranya efek lanjutan dari peningkatan harga komoditas dan perbaikan pertumbuhan ekonomi domestik, serta perbaikan performa dunia usaha sehubungan dengan dikeluarkannya paket kebijakan pemerintah untuk mendukung iklim dunia usaha di Bangka Belitung. Grafik 4.16 Pangsa DPK Korporasi Grafik 4.17 Komposisi DPK Korporasi Korporasi Lainnya GIRO TABUNGAN DEPOSITO 100% 100% 90% 80% 70% 90.11% 89.73% 90.87% 91.76% 93.01% 92.51% 90.01% 91.90% 60% 89.53% 88.50% 90.43% 91.36% 91.02% 89.93% 88.66% 92.57% 50% 90% 21.46% 38.11% 25.47% 35.78% 42.41% 29.08% 26.85% 27.57% 29.71% 43.25% 33.45% 22.44% 43.35% 30.78% 23.02% 35.81% 80% 4.64% 5.11% 5.75% 70% 4.92% 7.34% 6.57% 6.58% 8.57% 11.80% 5.55% 18.87% 4.87% 60% 9.02% 5.17% 5.75% 50% 10.90% 40% 40% 73.91% 52.86% 67.19% 58.67% 51.84% 52.06% 66.58% 30% 30% 67.50% 51.57% 54.75% 72.44% 45.75% 60.64% 71.23% 63.71% 59.32% 20% 20% 10% 9.89%10.47%10.27%11.50% 9.13% 9.57% 8.24% 8.64% 6.99% 8.98% 7.49% 10.07%9.99% 7.43% 8.10%11.34% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit Korporasi Sejalan dengan pertumbuhan kredit secara umum, pada triwulan IV 2016 penyaluran kredit korporasi mengalami kontraksi yang menurun dari 17,96% (yoy) menjadi 1,61% (yoy) atau secara nominal Rp6,40 triliun. Penipisan kontraksi ini terutama didorong oleh penyaluran kredit industri pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan positif menjadi 12,19% (yoy) dari kontraksi sebesar 15,37% (yoy) dari triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi yaitu sebesar 58,50% pada triwulan laporan. Selain itu, pertumbuhan positif juga terjadi pada penyaluran kredit korporasi ke sektor industri pengolahan yang tumbuh 7,90% (yoy) setelah terkontraksi 0,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan terbesar terjadi pada penyaluran kredit ke sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum. Sektor tersebut bertumbuh secara signifikan di angka 45,47% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh 9,55% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, seluruh komponen penyaluran kredit korporasi mengalami perbaikan pertumbuhan kearah pertumbuhan positif. Kredit modal kerja untuk kredit korporasi tercatat mengalami pertumbuhan positif menjadi 4,15% (yoy) atau secara 80

103 (%) PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN KONSTRUKSI PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI I II III IV I II III IV I II III IV NPL nominal adalah sebesar Rp5,18 triliun, dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi 15,56% (yoy). Sejalan dengan kredit modal kerja, kredit konsumsi juga mulai mengalami pertumbuhan positif menjadi senilai Rp4,61 miliar atau sebesar 11,80% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 66,90% (yoy). Seiring dengan kedua komponen kredit tersebut, kredit investasi juga mulain mengalami penipisan kontraksi menjadi sebesar 20,40% (yoy) atau secara nominal mencapai Rp1,21 triliun, setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi 26,23% (yoy). Grafik 4.18 Pertumbuhan Kredit Korporasi Grafik 4.19 Pangsa Penggunaan Kredit Korporasi 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 KREDIT MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI gkredit (RHS) gmodal KERJA (RHS) ginvestasi (RHS) gkonsumsi (RHS) 100% (Rp miliar) (%) 80% 60% 40% 20% 0% PENYEDIAAN TRANSPORTASI, REAL ESTATE, USAHA LAINNYA, AKOMODASI DAN PERGUDANGAN DAN PERSEWAAN, DAN JASA 1.44% PERTANIAN, PERBURUAN PENYEDIAAN MAKAN KOMUNIKASI, PERUSAHAAN, DAN KEHUTANAN, MINUM, 1.15% 4.52% 0.79% 2.80% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, 8.82% KONSTRUKSI, 2.50% LISTRIK, GAS DAN AIR, 3.93% 3,000-20% 2,000-40% -60% INDUSTRI PENGOLAHAN, 15.56% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 58.50% 1,000-80% - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV -100% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit korporasi sebagian besar disalurkan ke sektor pertambangan dan penggalian sebanyak 58,50%, sektor industri pengolahan 15,56% dan perdagangan besar dan eceran 8,82%. Berdasarkan penggunaan, kredit korporasi masih didominasi untuk modal kerja 80,16% dan investasi 19,80%. Mulai membaiknya penyaluran kredit korporasi ditengarai akibat adanya perbaikan pada iklim dunia usaha domestik. Perbaiknya iklim usaha tersebut setidaknya disebabkan oleh (1) mulai membaiknya harga komoditas timah yang menggerakan sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan, (2) telah diimplementasikannya paket kebijakan pemerintah yang bertujuan untuk mendukung iklim dunia usaha, serta (3) pelonggaran kebijakan moneter yang berdampak pada penyaluran kredit ke korporasi. Grafik 4.20 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 4.21 Perkembangan NPL Kredit Korporasi Investasi 18,99% Modal Kerja 80,93% Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kredit bermasalah korporasi (NPL) mengalami peningkatan pada triwulan IV 2016 dari 4,69% menjadi 4,74%. Rasio tersebut masih dibawah ambang batas rasio NPL 5,00%. Beberapa sektor yang masih menunjukkan peningkatan risiko kredit, diantaranya sektor konstruksi sebesar 81

104 26,08%, transportasi, pergudangan dan komunikasi 23,66%, perdagangan besar dan eceran 18,63%, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan 9,31%, serta pertanian, perburuan dan kehutanan 4,74%. Peningkatan rasio kredit bermasalah korporasi tersebut disebabkan oleh restrukturisasi kredit yang terjadi pada tahun Pada triwulan I 2017, pertumbuhan kredit korporasi diprediksi masih akan tumbuh positif seiring dengan peningkatan harga komoditas, perbaikan iklim usaha dan pelonggaran suku bunga yang diharapkan akan mendorong jumlah permintaan kredit dan kemampuan membayar oleh debitur Ketahanan Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas, kondisi rumah tangga di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung relatif membaik. Efek kenaikan upah minimun di Bangka Belitung juga berpengaruh pada pendapatan masyarakat. Pertumbuhan DPK dan kredit ke sektor rumah tangga tercatat tumbuh positif. Kondisi yang baik tersebut juga didukung oleh rasio kredit bermasalah rumah tangga yang masih dalam kondisi terjaga. Pada triwulan IV 2016 rata-rata Indeks Keyakinan Kosumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) masing-masing sebesar 103,06 dan 96,72 lebih tinggi dibanding triwulan III 2016 yaitu masing-masing sebesar 100,72 dan 86,67. Akan tetapi, Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 109,40 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu 114,78. Dari ketiga angka tersebut disimpulkan bahwa masyarakat masih memiliki optimisme yang baik mengenai kondisi pertumbuhan ekonomi kedepan Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Secara umum, dana pihak ketiga dari perseorangan/rumah tangga masih mendominasi DPK di perbankan. Pertumbuhan DPK Rumah Tangga di Bangka Belitung pada Triwulan IV 2016 meningkat dari triwulan sebelumnya. DPK Rumah Tangga tumbuh sebesar 13,39% (yoy) atau secara nominal sebesar Rp12,96 triliun lbih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,82% (yoy). Pada triwulan laporan komponen deposito rumah tangga tercatat tumbuh paling besar yaitu 20,66% (yoy) atau senilai Rp4,44 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 15,56% (yoy). Pertumbuhan terbesar kedua adalah dari komponen giro rumah tangga yang tumbuh sebesar 14,49% (yoy) atau senilai Rp437,57 miliar. Akan tetapi, pertumbuhan tersebut melambat dari triwulan III 2016 yang tumbuh 15,75% (yoy). Sejalan 82

105 dengan deposito dan giro, tabungan rumah tangga juga mengalami pertumbuhan 9,69% (yoy) atau senilai Rp8,07 triliun. Pertumbuhan tabungan pada triwulan IV 2016 sedikit lebih dari triwulan IV 2016 yang bertumbuh sebesar 8,02% (yoy). secara umum pertumbuhan seluruh komponen dana pihak ketiga rumah tangga didukung oleh peningkatan pendapatan masyarakat sehubungan dengan perbaikan kondisi ekonomi domestik Secara umum, rumah tangga masih mendominasi penempatan dana di perbankan. Pada triwulan IV 2016 Pangsa DPK Rumah Tangga mengalami peningkatan dibandingkan posisi triwulan III 2016 dari sebesar 76,81% menjadi sebesar 81,61%. Preferensi Rumah Tangga dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 62,31% dan 34,31% pada triwulan IV 2016, sedangkan giro mengambil pangsa 3,38%. Pada triwulan I 2017, diperkirakan dana perseorangan di perbankan akan mengalami pertumbuhan yang positif. Perbaikan ekonomi domestik yang akan meningkatkan pendapatan masyarakat, akan meningkatkan jumlah penempatan dana masyarakat di perbankan. Selain itu, dampak perbaikan harga komoditas juga akan meningkatkan pendapatan masyarakat, terutama di sektor pertambangan dan industri pengolahan. Grafik 4.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 4.23 Pangsa DPK Rumah Tangga 14,000 12,000 DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO gdpk ggiro gtabungan gdeposito (Rp Miliar) 50% 40% 30% 100% Perseorangan Lainnya 23.41% 90% 19.56% 18.79% 19.68% 24.40% 27.53% 22.69% 25.70% 23.79% 27.17% 25.76% 23.19% 18.39% 27.38% 27.05% 28.03% 80% 10,000 20% 70% 8,000 6,000 4,000 10% 0% -10% -20% 60% 50% 40% 75.60% 30% 72.62% 80.44% 72.47% 77.31% 72.95% 81.21% 74.30% 76.21% 71.97% 76.59% 80.32% 81.61% 72.83% 74.24% 76.81% 2,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia -30% -40% -50% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.24 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga 83

106 Giro Tabungan Deposito 100% 90% 25.86% 24.02% 27.85% 30.02% 24.56% 24.07% 32.99% 33.97% 35.71% 35.42% 80% 28.69% 30.93% 34.70% 32.25% 34.31% 36.41% 70% 60% 50% 40% 68.41% 69.98% 68.54% 66.96% 64.14% 69.77% 62.94% 71.45% 61.22% 61.35% 30% 67.81% 66.11% 61.96% 64.41% 60.39% 62.31% 20% 10% 0% 5.73% 5.67% 6.00% 4.48% 3.61% 3.50% 3.02% 2.96% 2.87% 3.33% 3.09% 3.34% 3.07% 3.20% 3.23% 3.38% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Kredit Perseorangan di Perbankan Kredit rumah tangga pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp4,90 triliun atau tumbuh 10,58% (yoy), mengalami meningkat dari pertumbuhan di triwulan III 2016 yang mencapai nilai 8,95% (yoy). Pertumbuhan kredit rumah tangga sejalan dengan penyaluran kredit secara umum. Kredit rumah tangga memiliki pangsa 33,20% dari total penyaluran kredit. Grafik 4.25 Pertumbuhan Kredit Rumah Tangga Grafik 4.26 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan 6,000 (Rp miliar) Kredit Rumah Tangga Kredit Rumah Tangga (g) (% yoy) 60% KPR, KPA, Ruko,/Rukan Multiguna KKB gkpr, KPA, Ruko/Rukan (RHS) gkkb (RHS) gmultiguna (RHS) 2,500 (Rp miliar) (% yoy) 50 5,000 50% 40 2,000 4,000 40% 30 3,000 30% 1, , ,000 20% ,000 10% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % 0 I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.27 Pangsa kredit Perseorangan Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.28 Rasio NPL Kredit Rumah Tangga 100% RT lainnya 7 (%) SEKTOR EKONOMI RT KPR+KPA+Rukan KKB Multiguna 90% 6 80% 70% 65.9% 70.8% 70.7% 70.1% 69.2% 70.0% 67.4% 65.7% 60% 68.2% 72.6% 69.2% 69.5% 70.3% 68.9% 66.3% 66.8% 50% 40% % 2 20% 34.1% 29.2% 29.3% 29.9% 30.8% 30.0% 32.6% 34.3% 10% 31.8% 27.4% 30.8% 30.5% 33.7% 33.2% 29.7% 31.1% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 84

107 Pertumbuhan positif di penyaluran kredit rumah tangga di triwulan IV 2016 disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa event besar yang terjadi di triwulan IV 2016 seperti Hari Raya Natal dan tahun baru turut mendukung pertumbuhan positif kredit rumah tangga. Mulai membaiknya harga komoditas yang berimbas pada penambahan jumlah pendapatan masyarakat juga ikut meningkatkan daya beli masyarakat. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut pada akhirnya dapat mendorong permintaan kredit rumah tangga. Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti masih berdampak pada meningkatnya realisasi kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 12,51% (yoy), lebih tinggi jika dibandingkan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,60% (yoy). Kredit kepemilikan kendaraan bermotor mulai mengalami penipisan kontraksi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, tercatat kredit kepemilikan kendaraan bermotor mengalami kontraksi sebesar 5,27% (yoy), lebih dangkal jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi sebesar 9,56% (yoy). Sementara kredit multiguna mengalami perlambatan pertumbuhan sebesar 2,81% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,31% (yoy). Secara umum, rasio kredit bermasalah rumah tangga masih berada dibawah batas normal. Tercatat NPL rumah tangga sebesar 1,55%, lebih rendah dari triwulan III 2016 sebesar 1,83%. Hanya saja NPL di penyaluran kredit KPR masih perlu mendapat perhatian. Pada triwulan IV 2016 NPL kredit KPR sebesar 4,32%, sedikit menurun dari triwulan III 2016 sebesar 5,12%. Pada triwulan I 2017 pertumbuhan kredit perseorangan diperkirakan akan mengalami pertumbuhan positif. Hal ini didukung penurunan suku bunga pinjaman dan peningkatan daya beli masyarakat seiring dengan perbaikan perekonomian domestik Kredit UMKM, Pengembangan UMKM dan Keuangan Inklusif Penyaluran kredit UMKM pada triwulan IV 2016 mengalami sedikit penurunan. Tercatat pertumbuhan penyaluran kredit pada triwulan laporan secara nominal adalah sebesar Rp4,47 triliun atau tumbuh sebesar 28,01% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya 29,09% (yoy). Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan IV 2016 juga mengalami penurunan menjadi sebesar 30,25% dari sebelumnya pada triwulan III 2016 sebesar 30,85%. Secara sektoral pangsa kredit UMKM di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran 52,56%, pertambangan dan penggalian 12,95%, dan pertanian, perburuan dan kehutanan 8,95%. 85

108 Sementara itu NPL UMKM pada triwulan IV tahun 2016 menurun menjadi sebesar 3,73% dari triwulan sebelumnya 4,80%. Grafik 4.29 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Grafik 4.30 Rasio dan NPL Kredit UMKM Kredit UMKM Kredit Pertumbuhan Kredit UMKM (yoy) Pertumbuhan Kredit (yoy) 16,000 (Rp miliar) (%) (% ) Rasio Kredit UMKM NPL UMKM 14, , , , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Grafik 4.31 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM, 2.47% TRANSPORTASI, PERIKANAN, 2.23% LAINNYA, 2.79% PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI, 2.28% JASA KEMASYARAKATAN, SOSIAL BUDAYA, HIBURAN DAN PERORANGAN LAINNYA, 2.78% REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN, 2.83% KONSTRUKSI, 4.20% INDUSTRI PENGOLAHAN, 5.96% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, 52.56% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN, 8.95% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 12.95% Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan PBI No.17/12/PBI/2015 yang membahas mengenai roadmap penyaluran kredit perbankan kepada UMKM, ditentukan bahwa pada tahun 2017 kredit yang disalurkan kepada UMKM minimal 15% dari total kredit yang disalurkan. Rasio penyaluran kredit UMKM di Bangka Belitung hingga triwulan IV 2016 yang tercatat sebesar 30,25% telah melebihi batas minimal penyauran kredit perbankan ke UMKM. Pencapaian rasio kredit UMKM tersebut harus dapat dipertahankan hingga tahun 2018, dimana pada tahun 2018 perbankan harus menyalurkan minimal 20% kreditnya kepada UMKM. Upaya peningkatan rasio penyaluran kredit UMKM harus diiringi dengan pengembangan kapasitas UMKM agar kredit UMKM yang disalurkan lebih efektif. Pengembangan kapasitas dapat dilakukan dengan peningkatan produktifitas, pengembangan akses pasar dan 86

109 implementasi teknologi baru. Grafik 4.32 Strategi Pengembangan UMKM Pengembangan UMKM dilakukan dengan implementasi strategi ditunjukan untuk mencapai sasaran jangka menengah/pendek untuk meningkatkan akses keuangan. Karena UMKM yang telah memiliki akses kepada layanan keuangan dapat meningkatkan aktivitas usahanya. Strategi peningkatan kapasitas UMKM dilakukan melalui inkubasi peningkatan produktifitas agar value chain dapat dilakukan dengan efektif dan efisien. Upaya tersebut diiringi dengan upaya peningkatan elijibilitas UMKM untuk mengakses keuangan, meminimalisir kesenjangan informasi dalam pengembangan usaha dan kerjasama antar stakehoder yang memiliki kewenangan dalam pengembangan UMKM. Selama tahun 2016, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah merealisasikan beberapa program pengembangan UMKM diantaranya : 1. Program Pengendalian Inflasi Cabai (PPI Cabai) 2. Program Pengembangan UMKM Unggulan Nelayan 3. Edukasi Keuangan Inklusif 4. Implementasi Layanan Keuangan Digital 5. Pengembangan Program Pertanian di Pekarangan Rumah 6. Penyusunan Kajian Model Pembiayaan Komoditas Lada 7. Fasilitasi Bazaar dan Pameran untuk UMKM 8. Pembuatan Database UMKM 9. Pemberdayaan Komunitas Pesantren Untuk Budidaya Pertanian Hidroponik 87

110 BAB 5. PENYELENGGARAAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH 5.1 Perkembangan Sistem Pembayaran Non Tunai Transaksi sistem pembayaran non-tunai khususnya kliring di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami peningkatan. Nilai transaksi kliring selama triwulan IV 2016 mencapai Rp2,14 triliun atau tumbuh 100,94% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 74,02% (yoy). Disisi lain, perputaran kliring dari sisi warkat juga mengalami peningkatan menjadi lembar, dari triwulan III 2016 sebanyak lembar. Perputaran kliring per hari pada triwulan IV 2016 mencapai Rp33,47 miliar atau tumbuh 94,66%(yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2016 yang tumbuh sebesar 76,83% (yoy). Sedangkan dari sisi jumlah warkat per hari juga meningkat menjadi 947 warkat dari 819 warkat pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, penolakan cek/bg menurun dari sisi nilai dan jumlah warkat. Cek/BG kosong pada triwulan IV 2016 mencapai Rp12,45 miliar atau sebanyak 362 lembar, menurun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp19,56 miliar dengan warkat sebanyak 485 lembar. Dengan demikian, rasio penolakan warkat cek/bg triwulan IV 2016 menurun menjadi sebesar 0,58% dibandingkan triwulan III 2016 sebesar 1,06%. Peningkatan jumlah perputaran kliring, baik secara nominal maupun jumlah warkat, ditengarai akibat adanya Natal dan Tahun Baru 2017 yang jatuh pada bulan Desember Sumber: Bank Indonesia Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III IV Perputaran Kliring a. Nominal (Rp Juta) 1,178,580 1,182,544 1,240,220 1,305,731 1,107,876 1,060,525 1,056,939 1,066,090 1,705,957 1,785,810 1,839,276 2,142,172 b. Warkat (lembar) 38,726 41,349 40,132 42,414 40,246 38,479 39,012 39,923 57,751 58,342 50,790 60,614 Perputaran Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 19,009 20,746 19,080 20,088 17,869 17,386 16,777 17,195 27,967 28,346 29,666 33,471 b. Warkat (lembar) Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 23,307 19,652 22,377 27,481 20,934 24,977 19,289 27,274 29,840 40,790 19,566 12,455 b. Warkat (lembar) , , Jumlah Hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.98% 1.66% 1.80% 2.10% 1.89% 2.36% 1.83% 2.56% 1.75% 2.28% 1.06% 0.58% b. Warkat (%) 1.37% 1.44% 1.52% 1.93% 1.83% 2.73% 1.96% 2.22% 1.84% 1.69% 0.95% 0.60% Grafik 5.1 Perputaran Kliring Grafik 5.2 Penolakan Cek/BG 2,500 Nominal yoy (RHS) (Rp miliar) (%) 120% 45 Nominal yoy (RHS) (Rp miliar) (%) 100% 100% 40 80% 2,000 80% 35 60% 30 40% 1,500 60% 25 20% 40% 1,000 20% 20 0% 15-20% 0% % -20% 5-60% - I II III IV I II III IV I II III IV % - I II III IV I II III IV I II III IV % 88 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia

111 5.2 Upaya Bank Indonesia Dalam Menjaga Kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran Dalam rangka menjaga kelancaran Transaksi Sistem Pembayaran, KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai upaya untuk merubah perilaku masyarakat Bangka Belitung mengenai cara bertransaksi maupun cara memperlakukan uang Rupiah. Peningkatan layanan penukaran uang lusuh kepada masyarakat dan pemberian edukasi tentang cara memperlakukan uang rupiah 3D (Didapat Disimpan Disayang) terus dilakukan secara rutin oleh Unit Operasional Kas. Sebagaimana diketahui bahwa rendahnya minat masyarakat untuk bertransaksi non tunai di Provinsi Bangka Belitung antara lain disebabkan oleh (i) kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya transaksi non tunai dan manfaat yang dapat dirasakan jika melakukan transaksi secara non tunai, (ii) infrastruktur non tunai yang masih sangat terbatas terutama akses jaringan internet di beberapa lokasi yang jauh dari pusat kota, dan (iii) masih kurangnya dukungan pemerintah, pelaku usaha, instansi dan pihak lainnya hal ini tercermin dari masih banyaknya transaksi penerimaan dan pembayaran pemerintah yang dilakukan secara tunai, dimana seharusnya dapat dimigrasikan ke non tunai. Untuk itu dalam upaya menarik minat masyarakat untuk bertransaksi secara non tunai, Unit Layanan Nasabah, Kliring, Perizinan dan Pengawasan Sistem Pembayaran KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara rutin melakukan sosialisasi edukasi tentang transaksi non tunai, dan menjalin kerjasama dengan Pemerintah Daerah melalui program Elektronifikasi. Berbagai upaya yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bersama instansi terkait dalam rangka mengubah kebiasaan masyarakat dalam melakukan transaksi ekonomi dan menumbuhkan minat masyarakat untuk bertransaksi secara non tunai sehingga tercipta sistem pembayaran yang efisien, aman dan lancar, antara lain : I. Sosialisasi dan Edukasi Sosialisasi dan Edukasi tentang Sistem Pembayaran Non Tunai kepada masyarakat Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dilakukan secara rutin. Sosialisasi dan edukasi juga diberikan kepada para pejabat keuangan dan bedaharawan SPKD dalam rangka mendorong pengalihan pembayaran dan penerimaan pemerintah secara non tunai melalui program Elektronifikasi. Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat Pangkalpinang telah dilakukan sebanyak 2 (dua) kali di Kota Pangkalpinang, dan 1 (satu) kali di Kabupaten Belitung. Edukasi kepada pemerintah daerah terkait transaksi non tunai dan program elektronifikasi telah dilakukan di Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kota, dan 2 Kabupaten (Kabupaten Bangka Barat dan Bangka Tengah). 89

112 Melakukan kerjasama dengan Pemerintah Kota untuk pengalihan pembayaran tambahan penghasilan pegawai negeri sipil Pegawai dari tunai ke non tunai. Bank Indonesia bekerjasama dengan perbankan dalam memperkenalkan produk-produk non tunai kepada masyarakat. II. III. Upaya Perlindungan Konsumen Mengedukasi masyarakat sebagai konsumen, tentang cara bertransaksi non tunai secara cepat & aman, dan hal-hal yang harus dilakukan jika menemukan permasalahan terkait transaksi non tunai. Menghimbau perbankan melalui Surat No.657/PkP/srt/B tanggal 12 Jui 2016 untuk meningkatkan pelayanan non tunai kepada konsumen/masyarakat Menghimbau dan mengingatkan perbankan untuk mematuhi ketentuan dan aturan yang berlaku terkait dengan Real Time Gross Settlement (RTGS) dan kliring dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Layanan Operasional Transaksi Sistem Pembayaran Non Tunai Menjalin kerjasama yang baik dengan perbankan khususnya peserta kliring dan RTGS dalam upaya menjaga kelancaran transaksi kliring dan RTGS sehingga dapat berjalan lancar, sosialisasi tentang RTGS Generasi II dan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) dan melakukan update informasi tentang ketentuan dan hanya terkait operasional kepada perbankan sebaga peserta RTGS dan SKBI. Menjalankan peran dan tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia dalam melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap proses penukaran warkat kliring. IV. Pengembangan Elektronifikasi Kerjasama antara Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah dilakukan Pada tahun 2015 melalui program elektronifikasi terhadap pembayaran dan penerimaan pemerintah Provinsi dengan MoU No.17/1/ PPTBI/PEKI/PkP dan No.900/037/III/2015 Tanggal 22 Desember 2015 Tentang Kerjasama dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dalam rangka pengembangan Elektronifikasi telah dilakukan kerjasama dengan pemerintah Kota Pangkalpinang. Bentuk kerjasama yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia dengan Pemerintah Daerah dan Perbankan dalam rangka mendukung program elektronifikasi khususnya untuk transaksi penerimaan dan pengeluaran pemerintah antara lain: 90

113 1. Bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung : Pengalihan pembayaran PPh 21 honor Pegawai dari tunai ke non tunai yang sudah terlaksana pada bulan Mei Implementasi SAMSAT On Line, yang dalam tahap finishing dan diperkirakan akan selesai di triwulan III 2016, dan merupakan kerjasama dengan PT. Bank Sumsel Babel Cabang Pangkalpinang. 2. Kerjasama dengan Pemerintah Kota Pangkalpinang, seperti : Pengalihan pembayaran TPP (Tambahan Penghasilan Pegawai) PNS Pemkot Pangkalpinang dari tunai ke non tunai melalui rekening pegawai yang akan dimulai pada pembayaran TPP bulan September Smart Card ATM, dan E-Money Penjajakan pembayaran PBB secara non tunai melalui ATM dengan sistem virtual account, bekerjasama dengan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) KC. Pangkalpinang. 5.3 Sistem Pembayaran Tunai Dari sisi sistem pembayaran tunai, pengedaran uang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami outflow sebesar Rp696,51 miliar pada triwulan IV Inflow selama triwulan IV 2016 tercatat sebesar Rp100,93 miliar dan outflow sebesar Rp797,44 triliun. Sementara, pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow yaitu sebesar Rp146,14 miliar dimana inflow tercatat sebesar Rp611,37 miliar dan outflow sebesar Rp757,51 miliar. Net outflow pada triwulan ini sebagai dampak dari peningkatan kebutuhan uang tunai masyarakat saat hari Natal dan tahun baru 2017 yang jatuh pada bulan Desember Tabel 5.2 Tabel Inflow - Outflow Inflow/Outflow I II III IV I II III IV Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Net %Inflow N/A N/A N/A N/A 76.81% 18.34% 54.27% % %Outflow N/A N/A N/A N/A 7.33% % % 36.51% Sumber: Bank Indonesia 91

114 Tabel 5.3 Grafik Inflow - Outflow Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Net I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia Selama Triwulan IV 2016, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 84 lembar atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 64 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp ,00 sejumlah 25 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 44 lembar dan pecahan Rp20.000,00 sejumlah 15 lembar. Grafik 5.4 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 250 (Lembar) I II III IV I II III IV Sumber: Bank Indonesia 5.4 Penyediaan Uang Layak Edar Dalam rangka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap uang layak edar maka Kantor Bank Indonesia provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung penyediaan uang layak edar di seluruh Provinsi Kepulauan Bangka Belitung antara lain : 92

115 1. Kegiatan Kas Keliling a. Dalam Kota Selama triwulan IV 2016, telah dilakukan kas keliling dalam kota sebanyak 10 (sepuluh) kali, dengan area yang dituju meliputi pasar tradisional, pasar modern, pertokoan jalan protokol, seperti Pasar Pagi, Pasar Trem, Pasar Kramat, Pasar Rumput serta pusat keramaian di kota Pangkalpinang seperti di Alun-alun Kota Pangkalpinang. Selain itu, juga telah dilakukan kas keliling dalam kota di Universitas Bangka Belitung dan Pemerintah Daerah Bangka Belitung. Untuk meningkatkan efektifitas penukaran kepada pedagang dan rumah tangga, petugas kas keliling tidak hanya menunggu penukar mendatangi mobil kas keliling, namun petugas kasir yang dibantu pengamanan organik dan Polri langsung door to door Hal ini dilakukan karena kebanyakan pedagang tidak bisa menukarkan uang lusuhnya dikarenakan mereka tidak bisa meninggalkan dagangannya sehingga sistem jemput bola tersebut diharapkan dapat meningkatkan efektifitas penukaran uang lusuh di masyarakat. Selama triwulan IV 2016, KPw Bank Indonesia Prov. Kepulauan Bangka Belitung berhasil mengedarkan Rp 1,98 miliar uang pecahan Rp ,00 ke bawah dalam pelaksanaan kegiatan kas keliling dalam kota, atau menurun dibandingkan realisasi kas keliling dalam pada triwulan III 2016 sebesar Rp 2,08 miliar. a. Luar Kota Kegiatan kas keliling luar kota selama triwulan III dilaksanakan sebanyak 17 (tujuh belas kali) kali yang meliputi seluruh kabupaten di Provinsi Kep. Bangka Belitung. Lokasi kegiatan kas keliling antara lain meliputi Pulau Mendanau Selat Nasik, Membalong, Kampit, Manggar, Gantong, Tanjungpandan, Toboali, Pulau Lepar Pongok, Sadai, Koba, Muntok, Parit Tiga, Simpang Teritip, Tempilang, Kelapa, Sungailiat dan Belinyu. Sebagaimana halnya kegiatan kas keliling dalam kota, lokasi tujuan kegiatan meliputi pasar tradisional, pasar modern, pertokoan, food court, tempat keramaian dan perbankan secara wholesale. door to door keliling luar kota dengan tetap mengutamakan aspek keamanan. Kegiatan kas keliling di luar kota juga diselingi dengan beberapa kali kegiatan Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) khususnya kepada pedagang setempat yang dilaksanakan setelah kegiatan kas keliling selesai pada sore hari dan jam kerja perbankan berakhir atau kepada audience lainnya bekerjasama dengan unit lain di KPw Prov. Kep. Bangka Belitung. Selama triwulan IV 2016, uang lusuh atau tidak layak edar yang diserap Bank Indonesia mencapai Rp6,34 miliar atau turun dibandingkan realisasi triwulan III 2016 yang sebesar Rp9,24 miliar. 93

116 Penukaran di Loket Kas Untuk melayani penukaran uang rusak oleh masyarakat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung membuka layanan penukaran setiap hari kerja dengan jadwal pada hari Senin s.d Kamis. 5.5 Upaya Menekan Peredaran Uang Palsu Upaya Bank Indonesia dalam menekan peredaran uang palsu antara lain melalui : 1. Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) yang dilakukan kepada para masyarakat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung khususnya kepada para masyarakat umum, pedagang, perbankan, dan bendaharawan daerah dan pada kegiatan tertentu seperti pada saat Car Free Day (CFD) setiap hari Minggu dan pada saat pameran. Selain itu juga dilakukan edukasi kepada siswa/i sekolah sehingga diharapkan mereka sudah mengenal ciri-ciri keaslian uang rupiah sejak usia dini. 2. Pembagian leafle tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah 3. Tayangan di lobby restoran dan loket penukaran tentang ciri-ciri keaslian uang rupiah 94

117 Suplemen E Pengembangan Kegiatan Usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) / Money Changer Dalam mendukung pertumbuhan ekonomi berkelanjutan khususnya dalam pengembangan sektor pariwisata, berbagai fasilitas umum perlu dipersiapkan salah satunya kesediaan Money Changer (Pedagang Valuta Asing Bukan Bank). Tersedianya money changer mutlak diperlukan bagi daerah yang berkeinginan menjadi destinasi wisata mancanegara. Ketersediaan fasilitas tersebut akan memudahkan wisatawan dalam bertransaksi didalam negeri serta berpotensi meningkatkan perputaran uang yang ada di zona wisata. Terkait hal tersebut, Bank Indonesia telah menerbitkan Peraturan Bank Indonesia No.18/20/PBI/2016 tanggal 7 Oktober 2016 dan Surat Edaran SENo.18/42/DKSP tanggal 30 Desember 2016 perihal Kegiatan usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank. Kegiatan usaha Penukaran Valuta Asing Bukan Bank (KUPVA BB) adalah PT yang melakukan kegiatan penukaran uang yang dilakukan dengan mekanisme jual & beli Uang Kertas Asing (UKA), pembelian cek pelawat & kegiatan lain terkait yang telah diatur Bank Indonesia. Penyelenggara KUPVA BB wajib memperoleh izin Bank Indonesia. Untuk mendapatkan izin sebagai penyelenggara KUPVA BB, pemohon cukup menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Bank Indonesia yang dilampiri dengan dokumen perizinan dan tidak dipungut biaya. Pengaturan Penyelenggara KUPVA BB berizin ini bertujuan untuk : 1. Indonesia 2. Mengurangi risiko menjadi sarana kejahatan narkotika, pencucian uang & pendanaan terorisme 3. Mendapat penyuluhan dan pengembangan dari Bank Indonesia 4. Meningkatkan kepercayaan, kenyamanan dan keamanan masyarakat 5. Mendukung Negara yang bersih dari sarana kejahatan narkotika, pencucian uang dan pendanaan terorisme. Penyelenggara KUPVA BB wajib memperoleh izin dari Bank Indonesia paling lambat tanggal 7 April Setelah berakhirnya batas waktu tersebut, Bank Indonesia akan mendukung dan bekerja sama dengan Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK), Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam operasi penertiban. Melalui ketersediaan PVA BB berizin diharapkan ketenangan wisatawan dan pengelola jasa pelayanan di lokasi wisata untuk bertransaksi dapat terjaga dengan baik, selain itu reputasi daerah dalam menjaga kenyamanan dan kepuasan wisatawan dapat semakin meningkat. 95

118 BAB 6. KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan menunjukkan tingkat pengangguran menurun. Sementara itu, tingkat inflasi pedesaan meningkat dan Nilai Tukar Petani (NTP) juga menurun. 6.1 Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada Agustus 2016 meningkat dibandingkan Agustus 2015 dari 66,71% menjadi 68,93%. Sejalan dengan kenaikan TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan dari 6,29% pada Agustus 2015 menjadi 2,60% pada Agustus Namun demikian, ke depan, berdasarkan hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengkonfirmasi bahwa ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang diperkirakan akan meningkat dibandingkan saat ini. Grafik 6.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 6.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Pada bulan Agustus 2016, TPAK meningkat dibandingkan dengan Agustus 2015 yaitu dari 66,71% menjadi 68,93% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan. Sementara itu, dilihat dari sisi pengangguran yang terlihat dari besaran TPT, tingkat pengangguran di Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan cukup signifikan dari 6,29% (yoy) pada Agustus 2015 menjadi 2,60% (yoy) pada Agustus Peningkatan tenaga kerja terjadi pada sektor sekunder dan sektor tersier. Pada sektor sekunder terdapat peningkatan tenaga kerja di lapangan usaha industri pengolahan yang meningkat dari 5,65% pada bulan Agustus 2015 menjadi sebesar 8,02% pada Agustus Lapangan usaha listrik gas dan air mengalami peningkatan tenaga kerja dari 0,46% di Agustus 2016 menjadi 0,91% di Agustus Sedangkan peningkatan tenaga kerja di sektor tersier 96

119 terjadi pada lapangan usaha perdagangan, hotel, dan restoran yang mengalami peningkatan tenaga kerja dari 19,68% di Agustus 2015 menjadi 21,69% di Agustus 2016 serta jasa kemasyarakatan yang meningkat dari 15,70% pada Agustus 2015 menjadi 17,70% pada Agustus Sementara itu, jumlah tenaga kerja di sektor primer yaitu di lapangan usaha pertanian dan lapangan usaha pertambangan mengalami penurunan masing-masing dari 36,63% dan 12,24% di Agustus 2015 menjadi 32,13% dan 11,48% di Agustus Tabel 6.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kegiatan Utama Feb 2013 Ags 2013 Feb 2014 Ags 2014 Feb 2015 Ags 2015 Feb 2016 Ags 2016 Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) 71,10 62,9 66,84 65,45 70,20 66,71 68,06 68,93 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,30 3,70 2,67 5,14 3,35 6,29 6,17 2,60 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2016 didominasi oleh sektor pertanian yakni dengan pangsa sebesar 32,13% atau sebanyak tenaga kerja. Sementara itu, distribusi tenaga kerja terkecil menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2016 yaitu sektor listrik, gas dan air hanya sebesar 0,91% atau sebanyak tenaga kerja. Tabel 6.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Sektor Primer Lapangan Pekerjaan Utama Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Pertanian Jml Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung % 29,50 29,00 26,20 28,06 28,50 31,41 28,64 36,63 32,00 32,13 Pertambangan Jml Sektor Sekunder % 23,20 21,9 19,60 21,28 19,40 17,50 12,20 12,24 11,27 11,48 Industri Pengolahan Jml % 4,90 6,20 5,10 6,06 5,60 5,88 7,08 5,65 6,14 8,02 Listrik, Gas dan Air Jml % 0,10 0,30 0,30 0,35 0,20 0,21 0,32 0,46 0,35 0,91 Bangunan Jml Sektor Tersier % 3,90 5,40 4,90 4,99 5,50 5,16 4,63 4,61 3,22 3,21 Perdagangan, Hotel dan Restauran Jml % 21,30 19,90 27,00 18,49 21,60 20,45 23,53 19,68 24,27 21,69 Angkutan, Pergudangan, dan Telekomunikasi Jml % 1,50 2,40 1,50 2,90 2,70 2,86 3,48 2,91 2,27 2,88 Keuangan dan Jasa Perusahaan Jml % 2,50 1,80 1,50 1,93 2,40 2,19 2,03 2,11 2,60 1,99 Jasa Kemasyarakatan Jml % 13,10 13,40 14,00 15,94 14,10 14,35 18,07 15,70 17,87 17,70 Total Jml %

120 Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Status Pekerjaan Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Ags 16 Formal Total Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml % 7,80 6,70 8,70 7,05 7,40 5,75 6,03 4,27 5,74 6,00 Buruh Karyawan Jml % 43,40 44,90 41,70 46,55 40,90 43,21 43,60 41,60 44,58 38,42 Informal Total Berusaha sendiri Jml Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar % 21,00 23,40 21,30 20,81 24,90 20,12 25,16 20,55 20,37 21,80 Jml % 21,50 9,20 10,50 9,65 10,50 11,51 10,17 12,79 12,21 13,10 Pekerja bebas Jml % 2,10 5,30 3,80 4,83 4,30 6,92 3,71 7,40 5,39 6,10 Pekerja tak dibayar Jml % 12,80 10,40 13,60 11,11 11,90 12,49 11, ,57 Jumlah total Jml Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kondisi Kesejahteraan Petani Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 1. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan IV 2016 mengindikasikan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indeks NTP triwulan IV 2016 sebesar 99,33 menurun dari triwulan sebelumnya 101,09. Berdasarkan subsektor, penurunan NTP pada triwulan IV 2016 terutama disebabkan karena menurunnya NTP subsektor pekebun sebagai penyumbang terbesar menurunnya NTP dari 104,54 pada triwulan sebelumnya menjadi 100,82 atau menurun sebesar -3,56%. Di sisi lain, NTP subsektor nelayan merupakan NTP pada triwulan ini yang mengalami peningkatan terbesar dari 106,62 pada triwulan sebelumnya menjadi 107,52 atau meningkat sebesar 0,84%. 1 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 98

121 Tabel 6.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Sub Sektor I II III IV I II III IV I II III IV g (%) Umum Padi Palawija Horti Pekebun Peternak Nelayan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.4 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Berdasarkan kelompok petani, tiga kelompok menunjukkan tren NTP menurun sementara dua kelompok menunjukkan tren NTP meningkat. Nilai NTP yang mengalami penurunan terjadi pada petani kelompok pekebun, peternak, dan padi palawija. Nilai NTP yang mengalami peningkatan terjadi pada petani kelompok nelayan dan hortikultura. Kelompok NTP yang di atas 100 adalah petani kelompok nelayan sebesar 107,52 dan petani kelompok pekebun sebesar 100,82. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah padi palawija sebesar 92,44, kelompok peternak sebesar 92,76, serta kelompok hortikultura sebesar 99, Inflasi Pedesaan Pada triwulan IV 2016, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 2.95% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,41% (yoy) (tabel 6.5). 99

122 Tabel 6.5 Inflasi Pedesaan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi & Olahraga Transportasi dan Komunikasi Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan kelompok makanan jadi sebesar 5,99% (yoy), bahan makanan 5,22% (yoy), kesehatan 4,17% (yoy), sandang 3,85% (yoy), pendidikan, rekreasi dan olahraga 1,08% (yoy) serta perumahan 0,77%. Sementara itu, satu-satunya kelompok yang mengalami deflasi yaitu kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -5,09% (yoy). 6.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat namun kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan yang akan datang diperkirakan menurun. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 25,5% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih banyak dibandingkan 6 bulan yang lalu atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 18,5%, sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 43,5%, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 47%. Sisanya atau 31% menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan 6 bulan yang lalu, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 34%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan meningkat dibandingkan dengan kondisi enam bulan sebelumnya. Peningkatan ini sejalan dengan membaiknya sektor perdagangan sebagai akibat meningkatnya permintaan masyarakat jelang akhir tahun dan mulai membaiknya kegiatan usaha yang dipicu oleh membaiknya harga komoditas unggulan seperti 100

123 timah, CPO dan karet. Meningkatnya lapangan pekerjaan mendorong peningkatan penghasilan masyarakat. Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih banyak sebesar 24% menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 34,5% sedangkan responden yang berpendapat lebih sedikit sebesar 23% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 17%. Sisanya sebesar 53% memperkirakan kondisi saat ini relatif sama dengan 6 bulan mendatang, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 48,5%. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen memperkirakan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang menurun dibandingkan dengan kondisi saat ini. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016 yang tumbuh sebesar 4,92% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,21% mendorong peningkatan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan IV Namun demikian, ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan mendatang diperkirakan menurun saat bulan puasa ramadhan. Beberapa kegiatan usaha mengurangi aktivitasnya selama bulan puasa ramadhan sehingga berdampak pada berkurangnya ketersediaan lapangan pekerjaan pada enam bulan mendatang. Tabel 6.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini ( ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Lebih Sedikit Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 101

124 Tabel 6.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Banyak Sama Lebih Sedikit Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Grafik 6.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) 180 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, Diolah Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini sedikit menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebanyak 18% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya, sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 20,5% responden, sementara itu sebanyak 15% responden menyatakan penghasilan mereka lebih buruk, sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 11,5%. Sedangkan sisanya sebanyak 67,0% responden menganggap penghasilan mereka stabil. Masih belum membaiknya penghasilan masyarakat saat ini disebabkan peningkatan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan penghasilan. Inflasi yang tinggi menyebabkan penghasilan riil masyarakat menurun. 102

125 Tabel 6.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 42,0 40,5 17,5 100 Feb 30,0 53,5 16,5 100 Mar 36,0 47,0 17,0 100 Apr 25,5 47,0 27,5 100 Mei 7,5 51,0 41, Jun 8,5 59,5 32,0 100 Jul 42,0 40,0 18,0 100 Agus 26,4 45,3 28,3 100 Sep 13,0 52,5 34,5 100 Okt 26,5 49,0 24,5 100 Nov 29,9 44,3 25,9 100 Des 34,5 53,5 12,0 100 Jan 36,0 52,5 11,5 100 Feb 39,5 47,0 13,5 100 Mar 36,0 49,0 15,0 100 Apr 35,0 54,0 11,0 100 May 30,5 58,0 11, Jun 32,5 61,5 6,0 100 Jul 20,0 61,5 18,5 100 Aug 22,5 60,0 17,5 100 Sep 20,5 68,0 11,5 100 Oct Nov Dec Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan belum membaik. Hal ini sejalan dengan penurunan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih baik dari 26% pada triwulan sebelumnya menjadi 18% pada triwulan laporan. Sebagian besar responden yakni sebanyak 73% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang sama dengan saat ini. Sementara 9% responden berpendapat penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk, meningkat dari jumlah triwulan sebelumnya sebanyak 0,5%. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat penghasilan ke depan belum mengindikasikan adanya perbaikan yang disebabkan peningkatan harga yang lebih tinggi pada enam bulan mendatang seiring dengan meningkatnya permintaan saat puasa ramadhan. Peningkatan harga tersebut menurunkan penghasilan riil masyarakat. 103

126 Tabel 6.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 58,0 40,0 2,0 100 Feb 45,5 49,5 5,0 100 Mar 46,0 48,5 5,5 100 Apr 31,5 61,5 7,0 100 Mei 14,0 68,0 18, Jun 19,0 60,0 21,0 100 Jul 45,5 44,5 10,0 100 Agus 35,8 58,2 6,0 100 Sep 27,5 59,0 13,5 100 Okt 36,5 51,5 12,0 100 Nov 36,3 54,2 9,5 100 Des 38,5 56,0 5,5 100 Jan 41,0 49,0 10,0 100 Feb 50,0 45,5 4,5 100 Mar 47,5 47,5 5,0 100 Apr 51,0 46,0 3,0 100 May 35,0 60,5 4, Jun 39,5 59,5 1,0 100 Jul 27,5 65,5 7,0 100 Aug 33,5 62, Sep 26,0 73,5 0,5 100 Oct Nov Dec Sumber: Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 6.5 Tingkat Kemiskinan Kesejahteraan masyarakat juga diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, Badan Pusat Statistik (BPS) mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Penghitungan Garis Kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode September 2016 sebesar 71,07 ribu orang (5,04%) sedikit meningkat dibandingkan bulan September 2015 sebesar 66,62 ribu orang (4,83%). Selama periode September 2015 September 2016, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan 104

127 bertambah sebanyak 3,91 ribu orang, sementara itu, di daerah perkotaan mengalami penambahan jumlah penduduk miskin sebanyak 0,54 ribu orang. Pada periode September 2015 September 2016 garis kemiskinan naik 6,50% dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September 2015 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September Pada periode September 2015 September 2016 indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menurun. Indeks kedalaman kemiskinan menurun dari sebesar 0,90 pada September 2015 menjadi sebesar 0,75 pada September Penurunan nilai indeks kedalaman kemiskinan mengindikasikan bahwa ratarata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan. Sementara itu, Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari sebesar 0,22 pada September 2015 menjadi sebesar 0,16 pada September Hal Ini menunjukkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin menurun pada periode September 2015 September Grafik 6.7 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Grafik 6.8 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung Jika dilihat dari wilayahnya, nilai Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Indeks Kedalaman Kemiskinan di daerah pedesaan pada September 2016 sebesar 1,25 sementara di daerah perkotaan sebesar 0,29. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi/lebih dalam jika diukur dari garis kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai Indeks Keparahan Kemiskinan pada September 2016 daerah pedesaan sebesar 0,28 lebih besar jika dibandingkan dengan daerah perkotaan sebesar 0,04. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah perkotaan. 105

128 Tabel Perkembangan Indikator Kemiskinan Kep. Bangka Belitung Daerah Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/ Bulan) Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan) Prosentase Penduduk Miskin Indeks Kedalaman Kemiskinan Indeks Keparahan Kemiskinan Perkotaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Pedesaan Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Total Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Mar , Sep , Sumber : BPS Prov. Kep. Bangka Belitung 106

129 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 107

130 BAB 7. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2017 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga, meningkatnya investasi dan realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah yang lebih awal dari tahun-tahun sebelumnya. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun dalam level yang terkendali Pertumbuhan Ekonomi Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia 2017 diperkirakan tumbuh membaik yang didukung ekonomi Amerika Serikat dan Tiongkok. Perbaikan ekonomi AS didorong oleh peningkatan konsumsi dan investasi non-residensial dan konsumsi menjadi penopang ekonomi AS. Investasi mencatat kontribusi positif terhadap PDB AS yang didorong oleh meningkatnya investasi non residensial, tingkat pengangguran AS pada Desember 2016 tercatat cukup rendah sebesar 4,7%. Selain itu inflasi AS pada 2016 dalam tren meningkat seiring dengan berlanjutnya tren kenaikan harga minyak WTI. Sejalan dengan perkembangan ekonomi AS, Fed Fund Rate (FFR) di 2017 diperkirakan akan naik sebanyak dua kali. Perekonomian Tiongkok diperkirakan juga membaik tercermin pada peningkatan penjualan eceran dan investasi swasta. Sementara itu, perkembangan harga minyak diperkirakan dalam tren meningkat, hal ini didorong oleh implementasi kesepakatan OPEC serta 10 negara non-opec untuk melakukan pemotongan produksi. Harga minyak meningkat sebesar 12% pasca kesepakatan OPEC dan 10 negara non-opec untuk memangkas produksi 1,8 Millions Barrels Per Day (mbpd) (2% dari total persediaan) yang berlaku pada Januari hingga Juni Sementara itu, harga komoditas ekspor juga akan mengalami peningkatan ditopang oleh kenaikan harga batubara dan beberapa jenins logam, meningkatnya harga batubara didorong oleh kenaikan impor batubara Tiongkok seiring dengan adanya kebutuhan inventori untuk mengantisipasi musim dingin mendorong naiknya impor batubara Tiongkok. Sementara itu kenaikan harga logam seperti nikel, timah, dan tembaga diperkirakan berlanjut akibat perbaikan ekonomi Tiongkok dan dampak kebijakan infrastruktur. Berdasarkan World Economic Outlook Januari 2017, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016, 2017 dan 2018 diperkirakan sebesar 3,1%; 3,4%; dan 3,6% stabil dibandingkan proyeksi Oktober Perkiraan tersebut mengkonfirmasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2016 diperkirakan tidak lebih baik dibandingkan dengan pertumbuhan di tahun 2015 sebesar 3,10% dan pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2017 diperkirakan akan lebih baik dibandingkan tahun 2016 sebesar 3,4%.

131 Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diproyeksikan sebesar 4,1% pada tahun 2016, direvisi ke bawah sebesar 0,1% dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2016 yang dikeluarkan Oktober Sejalan dengan itu, pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar 4,5% diproyeksikan ke bawah sebesar 0,1% dari proyeksi pertumbuhan ekonomi 2017 yang dikeluarkan Oktober Peningkatan pertumbuhan ekonomi negara berkembang masih di dukung oleh pertumbuhan ekonomi China dan India yang diperkirakan akan tumbuh lebih tinggi. Membaiknya perekonomian Tiongkok dan Peningkatan harga komoditas akan mendorong kinerja ekspor yang akan berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat. Grafik 7.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Dunia Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Januari Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Nasional Di dalam negeri, perekonomian domestik memasuki fase pemulihan, pertumbuhan ekonomi diperkirakan meningkat pada kisaran 5,0%-5,4% didorong oleh membaiknya kinerja ekspor dan mulai menggeliatnya investasi didukung oleh pembiayaan yang meningkat. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan meningkat dibandingkan tahun 2016 sebesar 5,02% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi didukung oleh pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial, penguatan stimulus fiskal yang sejalan dengan Undang-Undang Pengampunan Pajak dan tetap tingginya belanja Pemerintah. Sementara itu, meningkatnya pertumbuhan ekonomi tersebut sejalan dengan membaiknya ekonomi dunia dan perbaikan harga komoditas global sehingga mendorong meningkatnya permintaan komoditas ekpor dan meningkatkan kinerja ekspor Indonesia. Harga komoditas ekspor Indonesia membaik, ditopang oleh kenaikan harga batu bara dan beberapa jenis logam khususnya tembaga dan timah. Perbaikan ekspor tersebut diperkirakan akan berlanjut tidak hanya ditopang oleh ekspor komoditas tetapi juga produk manufaktur yang prospeknya terus membaik. Pertumbuhan 109

132 investasi masih kuat ditopang oleh investasi pemerintah melalui proyek investasi pemerintah yang terus berjalan dan investasi swasta yang membaik. Namun demikian, perekonomian somestik ke depan masih dibayang beberapa resiko eksternal dan domestik. Risiko eksternal antara lain risiko yang bersumber dari pasar keuangan global yang berasal dari arah kebijakan pemerintah AS dan frekuensi kenaikan suku bunga lanjutan di AS pada tahun 2017 serta proses penyeimbangan ekonomi dan penyehatan sektor keuangan di Tiongkok. Sementara dari sisi domestik, risiko terkait penyesuaian administered prices sejalan dengan kebijakan reformasi subsidi energi oleh pemerintah. Dalam rangka meningkatkan permintaan domestik ke depan yang pada akhirnya akan memacu pertumbuhan ekonomi maka diperlukan koordinasi antara kebijakan moneter dan fiskal serta reformasi struktural untuk menci policy space perlu dilakukan antara lain (i) bauran kebijakan moneter : memberikan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang dapat dimanfaatkan secara optimal sepanjang stabilitas makroekonomi tetap terjaga antara lain melalui penurunan bunga acuan Bank Indonesia yang berdampak pada penurunan suku bunga kredit, (ii) bauran kebijakan makroprudensial : memberikan pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian antara lain pelonggaran kebijakan Loan to Value (LtV) dan pelonggaran ketentuan Giro Wajib Minimum, (iii) bauran kebijakan fiskal : memperkuat stimulus ekonomi dengan tetap memperhatikan kesinambungan fiskal antara lain dengan menerbitkan Undang-undang Pengampunan Pajak (tax amnesty), dan (iv) reformasi struktural dan implementasinya guna memperbaiki iklim investasi, meningkatkan daya saing, serta mendiversifikasi sumber pertumbuhan ekonomi. Ke depan, Bank Indonesia meyakini pelonggaran kebijakan moneter dan makroprudensial yang ditempuh akan semakin memperkuat upaya mendorong momentum pertumbuhan ekonomi. Implementasi Undang-Undang No.11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Tax amnesty) juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan fiskal Pemerintah dalam membiayai program-program pembangunan dan berpotensi menambah likuiditas perekonomian nasional yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk kegiatan ekonomi produktif di dalam negeri. Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan II 2017 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan I 2017 yang ditopang konsumsi rumah tangga dan investasi pemerintah sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi. Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat sejalan dengan momen puasa ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri. Investasi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan realisasi belanja pemerintah yang meningkat khususnya belanja barang dan modal pemerintah pusat serta pelaksanan lelang 110

133 yang sedikit lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Akselerasi pengeluaran pemerintah tersebut mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan yang tercermin dari naiknya penjualan alat berat konstruksi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi swasta juga diperkirakan akan meningkat disusul oleh kenaikan konsumsi rumah tangga sejalan dengan meningkatnya kebutuhan, dan kinerja ekspor dari beberapa komoditas yang mulai menunjukkan perbaikan. Sementara itu kontraksi impor tertahan terutama didorong oleh membaiknya impor barang konsumsi. Pasca pengumuman Pemilu Presiden AS, nilai tukar rupiah menguat di akhir tahun seiring dengan aliran modal yang kembali masuk. Nilai tukar rupiah menguat secara point to point pada level /USD. Penguatan terjadi pasca kenaikan Fed fund Rate (FFR) sebesar 25 bps yang sudah diantisipasi pasar dan membaiknya data-data perekonomian domestik antara lain neraca perdagangan dan indeks keyakinan konsumenyang positif. Sepanjang 2016, volatilitas rupiah lebih rendah dari volatilitas tahun 2015 dan rata-rata volatilitas sebagian mata uang negara peers. Rupiah menguat dibandingkan negara-negara peers. Ke depan Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Sejumlah faktor eksternal, seperti dinamika prospek kenaikan suku bunga lanjutan di AS dan potensi berlanjutnya aliran dana non residen ke perekonomian dalam negeri paska implementasi UU Pengampunan Pajak tetap perlu diwaspadai pengaruhnya terhadap perkembangan nilai tukar rupiah. Grafik 7.2 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 7.3 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan Inflasi nasional pada Triwulan IV 2016 rendah dan semakin mendukung sasaran inflasi Inflasi nasional triwulan III 2016 sebesar 3,02% (yoy). Inflasi yang rendah didukung oleh inflasi inti yang rendah dan administered prices yang minimal, ditengah volatile food yang masih meningkat. Pencapaian tersebut didukung oleh kebijakan Bank Indonesia dan koordinasi dengan pemerintah yang semakin kuat. 111

134 Inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah, baik bulanan maupun tahunan. Rendahnya inflasi inti dipengaruhi terbatasnya permintaan domestik, lemahnya tekanan eksternal, dan membaiknya ekspektasi inflasi. Inflasi inti terkendali karena konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Menurunnya ekspektasi inflasi sepanjang tahun 2016 turut mempengaruhi rendahnya inflasi inti. Inflasi volatile food tetap berada pada level yang cukup tinggi. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar pada inflasi volatile food adalah cabai merah, bawang merah, bawang putih, ikan segar, cabai rawit, minyak goreng, dan kentang. Kenaikan inflasi dipengaruhi oleh kendala produksi di beberapa daerah sentral sebagai dampak La Nina. Tekanan kenaikan tertahan oleh upaya intensif memperkuat pasokan melalui penyelenggaraan pasar murah, operasi pasar, dan disertai semakin kuatnya koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia melalui TPI dan TPID (aspek produksi dan distribusi) Inflasi administered prices pada 2016 tercatat berada pada level yang rendah. Rendahnya inflasi administered prices pada 2016 disebabkan oleh terjadinya deflasi beberapa komoditas seperti bensin, solar, dan angkutan dalam kota, terutama pada paruh pertama Kenaikan inflasi AP terutama akibat kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan faktor seasonal akhir tahun saat Hari Raya Natal dan Tahun Baru. Secara keseluruhan, proyeksi inflasi nasional pada 2017 diperkirakan masih sesuai sasaran inflasi nasional yakni 4% ± 1% (yoy). Tekanan inflasi pada semester I 2017 diperkirakan menurun. Beberapa risiko inflasi pada tahun 2017 antara lain (1) Kenaikan TTL 900VA utk pelanggan non subsidi tahap I khususnya pra bayar, (2) kenaikan biaya perpanjangan STNK, (3) kenaikan cukai rokok, (4) terganggunya pasokan akibat gelombang tinggi dan tingginya curah hujan, (5) kenaikan tarif angkutan udara saat Hari Besar Keagamaan Nasional dan hari libur panjang, (6) kenaikan harga Elpiji 3 kg, (7) kenaikan harga bahan bakar minyak. Namun demikian, terdapat beberapa faktor yang dapat menahan kenaikan inflasi lebih lanjut antara lain (1) penambahan maskapai dan jadwal penerbangan dari dan ke Bangka Belitung sehingga akan menstabilkan tarif angkutan udara, (2) rendahnya realisasi anggaran pemerintah dan swasta, (3) daya beli masyarakat yang masih rendah Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2016, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 4,92% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,21% (yoy). Sementara secara tahunan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 4,11% (yoy) lebih tinggi dibandingkan tahun 2015 sebesar 4,08% (yoy). Terkait dengan kinerja pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut maka diperkirakan pada 2017 pertumbuhan 112

135 ekonomi Bangka Belitung akan meningkat dibandingkan tahun 2016 dan diperkirakan berada pada kisaran 4,0%-4,4% (yoy). Grafik 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10, ,00-4, P Pada triwulan II 2017 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan tumbuh pada kisaran 4,3% - 4,7% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2017 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya dan lebih tinggi dibandingkan triwulan II Pertumbuhan ditopang oleh konsumsi rumah tangga seiring dengan bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri, meningkatnya investasi swasta seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah, pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro, pelonggaran kebijakan makroprudensial dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian. Pengeluaran pemerintah khususnya terkait belanja modal pada tengah tahun sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebagai akibat pelaksanaan lelang proyek-proyek pemerintah yang lebih awal. Ekspor akan meningkat seiring dengan membaiknya harga komoditas terutama timah dan membaiknya perekonomian negaranegara mitra dagang. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan tetap akan mengalami pertumbuhan yang lebih tinggi dari tahun Sementara secara keseluruhan tahun 2017, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,0%-4,4% (yoy) yang didorong oleh membaiknya konsumsi rumah tangga dan pemerintah, meningkatnya investasi dan ekspor. Lapangan usaha pertanian diperkirakan meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga produk perkebunan. Harga CPO, karet, dan lada yang berangsur membaik menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut, Namun demikian, risiko perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor. Sementara itu, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya luas areal panen dan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong 113

136 peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Beberapa program pemerintah daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian yang akan dilakukan antara lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa, dan optimalisasi bendungan air diperkirakan akan meningkatkan output hasil pertanian. Sementara itu, sektor pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis timah juga diperkirakan meningkat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan membaik. Ekspor timah diperkirakan mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya harga timah. Kebijakan pembatasan ekspor timah dan pengetatan ekspor timah sesuai dengan Permendag No. 33 Tahun 2015 yang mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 mengatur asal-usul barang, wajib Clear and Clean (CnC), mekanisme ekspor, kewajiban melunasi iuran tetap dan royalti termasuk tunggakan sebelum ekspor timah telah dapat dipenuhi oleh pelaku usaha di sektor pertambangan timah sehingga akan berdampak positif dalam triwulan ke depan.. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat ditengah tahun 2017 seiring dengan meningkatnya kebutuhan saat bulan puasa Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Investasi triwulan II 2017 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya didukung oleh pelaksanaan lelang beberapa proyek pemerintah yang relatif lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Peningkatan investasi tercermin dari meningkatnya proyek-proyek pemerintah. Kegiatan investasi diharapkan meningkat seiring dengan implementasi kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin baik. Peningkatan investasi bangunan terindikasi dari meningkatnya penjualan semen. Peningkatan investasi terkait dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur antara lain pembangunan rumah sakit, pembangunan hotel-hotel, pembangunan jembatan teluk kelabat, pembangunan waduk Gunung Tajam, pembangunan dan perluasan Bandara HAS. Hanandjoeddin di Belitung, pembangunan jalan trans Bangka, pengembangan KEK Tanjung Kelayang, dan proyek infrastruktur lainnya. Sementara itu, investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro. Perbaikan ekspor berlangsung secara gradual seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum secepat perkiraan semula. Pertumbuhan ekspor nonmigas secara gradual diperkirakan didukung oleh ekspor komoditas perkebunan seperti CPO, Karet, lada, dan timah yang harganya diperkirakan akan membaik pada triwulan mendatang. Sementara ekspor manufaktur masih positif didukung oleh ekspor karet olahan. Ekspor timah di perkirakan 114

137 meningkat seiring dengan membaiknya harga timah dan beberapa perusahaan swasta yang telah menerapkan ketentuan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Secara umum, risiko-risiko yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung antara lain : 1. Perbaikan ekonomi global diperkirakan lebih rendah dari perkiraan. 2. Berlanjutnya perlambatan ekonomi dunia dan negara-negara mitra dagang lainnya. 3. Koreksi harga komoditas CPO, karet, timah yang lebih tinggi dan lebih lama dibandingkan perkiraan sebelumnya 4. Perkiraan melambatnya belanja modal (capital expenditure) swasta akibat profit yang menurun di Inflasi Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2016 mencapai 6,75% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan III 2016 sebesar 4,26% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 3,02% (yoy). Inflasi Bangka Belitung lebih tinggi dibandingkan sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1%. Grafik 7.5 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung % ± 1% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I P II P III P IV P Melihat perkembangan yang ada secara tahunan diperkirakan tekanan inflasi di tahun 2017 lebih rendah dibandingkan tahun Namun demikian, terdapat sejumlah risiko yang perlu diwaspadai namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 4%±1% (yoy). Beberapa tekanan inflasi pada 2017 dapat berasal dari (i) gangguan cuaca hingga akhir tahun karena musim angin barat dan gelombang laut tinggi; (ii) masih terbatasnya pasokan listrik; (iii) masih adanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, (iv) perlu diwaspadai potensi kemungkinan terjadinya gagal panen beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai akibat tingginya curah hujan dan adanya fenomena La Nina yang akan menguat di pertengahan tahun 2016 khususnya Jawa sehingga akan 115

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI ACEH No. 51/11/Th.XIX, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH TRIWULAN III - EKONOMI ACEH TRIWULAN III TAHUN DENGAN MIGAS TUMBUH 2,22 PERSEN, TANPA MIGAS TUMBUH 3,31 PERSEN

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 13/02/52/Th.IX, 5 Februari 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN 2014 TUMBUH 5,06 PERSEN Perekonomian Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN III 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi:

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 No. 32/05/51/Th. X, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2016 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2016 TUMBUH SEBESAR 6,04% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,46% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016)

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. NOVEMBER 2016 (Kajian Triwulan III-2016) KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH NOVEMBER 216 (Kajian Triwulan III-216) VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan November 216 (terbit setiap triwulan) KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI SELATAN Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia

Lebih terperinci