KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016

2 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : Fax : Gambar cover: Pantai Penyabong, Membalong (lokasi : Belitung) cover depan Aktivitas Bongkar Muat di Pelabuhan Pangkal Balam (lokasi : Bangka) cover belakang Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung ii

3 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Dan Keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2016 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan dan dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, Mei 2016 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur iii

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... iii DAFTAR ISI... iv DAFTAR TABEL... vi DAFTAR GRAFIK... viii INDIKATOR EKONOMI... xii RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Bangka Belitung... xiv BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL PDRB Menurut Lapangan Usaha PDRB Menurut Pengeluaran Suplemen A : Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan I 2016 Menurun Suplemen B : Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Pusat-Pusat Pertumbuhan BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera Suplemen C : Pemetaan Struktur Pasar, Jalur Distribusi dan Perilaku Pembentukan Harga Komoditas Perikanan sebagai Penyumbang Inflasi di Provinsi Kep. Bangka Belitung BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Loan to Deposit Ratio/LDR Kualitas Kredit/Pembiayaan iv

5 3.6 Kelonggaran Tarik Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Bank Umum Syariah Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Eksposure Perbankan pada Sektor Korporasi Ketahanan Sektor Rumah Tangga Sistem Pembayaran Suplemen D : Implementasi Elektronifikasi dalam Mendukung Pengembangan Smart City BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung APBD Kabupaten Belitung APBD Kabupaten Bangka Barat APBD Kabupaten Bangka Tengah APBD Kabupaten Bangka Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani Inflasi Pedesaan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan Dunia Pertumbuhan Nasional v

6 6.3. Pertumbuhan Bangka Belitung Inflasi Bangka Belitung Rekomendasi Kebijakan vi

7 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy)... 4 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) Tabel B.1 Kondisi Sistem Kelistrikan Bangka Belitung Tabel 2.1 Inflasi Bulanan (% mtm) Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) Tabel C.1 Komoditas Ikan sebagai Penyumbang Inflasi di Prov. Bangka Belitung Tabel C.2 Perhitungan HHI, CR4 dan MES Tabel C.3 Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Pengecer Pasar 46 Tabel C.4 Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Besar dan Grosir di Tanjungpandan Tabel C.5 Rata-rata Margin Pedagang Ikan Tabel 3.1 Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Bank Umum Syariah Tabel 3.3 Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 3.5 Inflow - Outflow Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 4.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Tabel 4.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Tabel 4.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Tabel 4.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tabel 4.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Tabel 5.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Tabel 5.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat ini ( ) vii

8 Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( )...98 viii

9 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Triwulanan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK Grafik 1.3 Struktur PDRB triwulan I Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Babel TW I Grafik 1.5 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan... 5 Grafik 1.6 Harga Lada Internasional... 5 Grafik 1.7 Harga Karet Internasional... 5 Grafik 1.8 Harga CPO Internasional... 5 Grafik 1.9 Harga TBS Bangka Belitung... 6 Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan... 6 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran,dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor... 7 Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4)... 8 Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2)... 8 Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian... 8 Grafik 1.15 Produksi dan Harga Timah... 9 Grafik 1.16 Harga Timah BKDI VS LME... 9 Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Kontruksi... 9 Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 9 Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkatan Laut Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat Grafik 1.23 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.24 Pelanggan Listrik Grafik 1.25 Penjualan Listrik Grafik 1.26 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Grafik 1.27 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan Grafik 1.28 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran Grafik 1.29 Konsumsi Rumah Tangga Grafik 1.30 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.31 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor ix

10 Grafik 1.32 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.33 Indeks Utama Survei Konsumen Grafik 1.34 Konsumsi Pemerintah Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.36 Likert Scale Investasi Grafik 1.37 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Grafik 1.38 Ekspor Grafik 1.39 Nilai dan Volume Ekspor Timah Grafik 1.40 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Grafik 1.42 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.43 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Grafik 1.44 Konsumsi LNPRT Grafik 1.45 Inventori Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.2 IKK, IKE, IEK Triwulanan Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Grafik B.1 Penduduk Kota Pangkalpinang Grafik B.2 Pertumbuhan Kota Pangkalpinang Grafik B.3 Inflasi Kota Pangkalpinang Grafik B.4 Struktur Perekonomian Kota Pangkalpinang Grafik B.5 Indeks Pembangunan Manusia Grafik B.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan (Tingkat SD/MI/Paket A) Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Kelompok Grafik 2.3 Historis Inflasi Bangka Belitung Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagresasi Inflasi Grafik 2.5 Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 2.6 Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 2.7 Stok Beras Bulog Grafik 2.8 Inflasi Bangka Belitung Grafik 2.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan x

11 Grafik C.1 Jalur Distribusi Grafik C.2 Faktor Penentu Harga Grafik C.3 Rata-rata Margin Pedagang Ikan Grafik 3.1 Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.3 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan I Grafik 3.6 Kredit Sektor Rumah Tangga Grafik 3.7 DPK, Kredit dan LDR Grafik 3.8 NPL Perbankan Bangka Grafik 3.9 Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 3.10 Suku Bunga Kredit Sektoral Grafik 3.11 Aset, DPK dan Kredit KPR Grafik 3.12 DPK BPR Grafik 3.13 Pangsa DPK BPR Grafik 3.14 LDR BPR Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 3.16 Kredit dan NPL UMKM Grafik 3.17 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 3.18 Pangsa Kredit Korporasi Grafik 3.19 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Bangka Belitung Grafik 3.21 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Grafik 3.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga Grafik 3.23 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perorangan Grafik 3.24 Pangsa DPK Rumah Tangga Grafik 3.25 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Grafik 3.26 Pertumbuhan Kredit Perseorangan Grafik 3.27 Pangsa Kredit Perseorangan Grafik 3.28 Pertumbuhan Komponen Kredit Perseorangan Grafik 3.29 Posisi NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan Grafik 3.30 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu di Provinsi Kep. Bangka Belitung xi

12 Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung.. 77 Grafik 4.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat. 83 Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Grafik 4.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Grafik 5.1 Tingkat Pengangguran Grafik 5.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 5.3 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Grafik 5.4 Nilai Tukar Petani Grafik 5.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 5.6 Indeks Penghasilan Grafik 5.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Global Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Bangka Belitung Grafik 6.3 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Grafik 6.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 6.5 Perbandingan Nilai Tukar Kawasan Grafik 6.6 Volatilitas Rupiah dan Peers Grafik 6.7 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 6.8 Pergerakan Harga 3 dan 6 Bulan Mendatang Grafik 6.9 Indeks Utama Survei Konsumen xii

13 INDIKATOR EKONOMI Indikator I II III IV I II III IV I PDRB (%, yoy) Sektor 1. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas Pengadaan Air Konstruksi Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda M Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya Permintaan 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (USD Juta) Indeks Harga Konsumen Bangka Belitung (TD = 2012) Pangkalpinang (TD = 2012) Tanjungpandan (TD = 2012) Laju Inflasi Bangka Belitung Pangkalpinang Tanjungpandan Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja (Rp Triliun) Investasi (Rp Triliun) Konsumsi (Rp Triliun) LDR Lokasi Proyek (%) NPL Gross (%) xiii

14 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Bangka Belitung I. Perekonomian Bangka Belitung Triwulan I-2016 tumbuh sebesar 3,30% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 4,28% (yoy). Perlambatan bersumber dari terkontraksinya kinerja lapangan usaha utama yaitu sektor industri pengolahan dan sektor pertambangan dan penggalian. Dari sisi pengeluaran, terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya kegiatan investasi walaupun cenderung sudah membaik menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 melambat dari 4,28% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 3,30% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional Dari sisi pengeluaran, perlambatan disebabkan terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya investasi walaupun sudah membaik xiv Pada triwulan I 2016, perekonomian Bangka Belitung yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh sebesar 3,30% (yoy), melambat dari triwulan sebelumnya 4,28% (yoy). Perlambatan ekonomi disebabkan oleh melemahnya kinerja industri Crude Palm Oil (CPO), masih lemahnya kinerja lapangan usaha utama di bidang pengolahan dan pertambangan timah, dan menurunnya produksi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan lada. Selain itu, produksi hasil perikanan juga mengalami penurunan yang disebabkan kondisi cuaca yang kurang baik untuk melaut dan adanya banjir yang menerjang sejumlah tambak dan kolam budidaya ikan air tawar. Capaian pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung tersebut lebih rendah dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera yang tercatat sebesar 4,18% (yoy) dan nasional 4,92% (yoy). Dari sisi pengeluaran, perlambatan ekonomi Bangka Belitung dipicu oleh terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya investasi walaupun sudah membaik. Faktor penyebab menurunnya ekspor luar negeri adalah menurunnya permintaan dan harga jual komoditas unggulan yang menjadi andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu logam timah dan CPO akibat melemahnya perekonomian global. Sementara impor yang menjadi pengurang PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 74,76% (yoy). Komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar 10,91% (yoy), pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,73% (yoy) dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 5,22% (yoy). Penyebab pertumbuhan pengeluaran konsumsi LNPRT salah satunya adalah perayaan hari besar keagamaan yaitu Imlek dimana kegiatan tersebut mendorong lembaga keagamaan meningkatkan aktivitasnya. Selain itu, terjadinya bencana banjir

15 pada bulan Februari dan Maret mendorong banyak lembaga non profit ikut berperan aktif dalam memberikan bantuan dan pertolongan. II. Inflasi Pada triwulan I 2016 inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai 5,50% (yoy) disebabkan oleh terbatasnya pasokan dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Inflasi Bangka Belitung berada sedikit diatas rentang sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1% (yoy). Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meningkat dari 3,28% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 5,50% (yoy) Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di triwulan I 2016 sebesar 5,50% (yoy) lebih tinggi dari triwulan IV 2015 sebesar 3,28% (yoy). Kondisi ini didorong oleh meningkatnya inflasi kelompok volatile food akibat terbatasnya pasokan dan meningkatnya permintaan serta meningkatnya inflasi kelompok administered prices yang didorong oleh meningkatnya tarif angkutan udara. Secara umum inflasi Bangka Belitung lebih rendah dibandingkan inflasi Sumatera sebesar 5,71% (yoy), namun lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy). III. Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Stabilitas sistem keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2016 masih dalam kondisi yang baik, hal ini tercermin dari beberapa indikator makro sistem keuangan yang masih dalam kondisi terjaga. Akan tetapi, penurunan penyaluran kredit perlu mendapat perhatian. Total aset perbankan tumbuh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan DPK meningkat disebabkan pertumbuhan pada semua komponen DPK. Penyaluran kredit perbankan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya Transaksi sistem pembayaran non tunai Secara umum, volume usaha perbankan Bangka Belitung masih tumbuh positif. Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung tumbuh 10,16% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,94% (yoy). Di sisi lain, Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 9,17% (yoy), meningkat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,28% (yoy). Peningkatan DPK terjadi pada semua komponen DPK. Kredit menurut lokasi proyek tumbuh 1,64% (yoy), jauh lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya 4,53% (yoy). Perlambatan ini terjadi pada kredit produktif maupun non-produktif. Fungsi intermediasi perbankan sedikit menurun dengan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) yakni menjadi 94,49%, dari 100,21% pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, rasio Non-Performing-Loan (NPL) sedikit meningkat dari 4,00% menjadi 4,23% pada triwulan laporan, namun masih di bawah ambang batas 5%. Transaksi non tunai melalui kliring mengalami penurunan. Sementara itu, sistem pembayaran tunai pada triwulan laporan, inflow tercatat sebesar xv

16 melalui kliring mengalami penurunan. Inflow tercatat sebesar Rp575,98 miliar dan outflow tercatat Rp193,86 miliar Rp575,98 miliar dan outflow tercatat Rp193,86 miliar. Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan kegiatan kas keliling selama Triwulan I 2016 yang dilakukan di Pangkalpinang, Terentang, Sadai, Tanjungpandan, Kelapa, Sungaiselan, Jebus, Belinyu dan Toboali. Selama Triwulan I 2016, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 96 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 148 lembar. IV. Keuangan Daerah Realisasi pendapatan daerah rata-rata mencapai 25%, sedangkan realisasi belanja sebesar 8% - 12% dari rencana Realisasi pendapatan daerah triwulan I 2016 rata-rata mencapai 25% sementara realisasi belanja masih berkisar 8%-12% Realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai dengan triwulan I 2016 rata-rata mencapai 25%, sementara realisasi belanja berkisar 8% - 12%. Selain APBD, dana yang bersumber dari APBN yakni dana Dekonsentrasi hingga triwulan I 2016 terealisasi 3,29% dari pagu. Sedangkan realisasi Tugas Pembantuan 17,49% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar 11,19% dari total pagu. V. Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada Februari 2016 menurun dibandingkan Feb Sementara Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Inflasi pedesaan meningkat dan Nilai Tukar Petani (NTP) menurun. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung meningkat. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2016 turun dibandingkan Februari 2015 dari 70,20% menjadi 68,06%. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kenaikan dari 3,35% pada Februari 2015 menjadi 6,17% pada Februari Naiknya tingkat pengangguran diakibatkan perlambatan ekonomi khususnya pada sektor utama yang dipengaruhi harga komoditas yang belum membaik dan perlambatan ekonomi global. NTP menurun dan inflasi pedesaan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai Tukar Petani (NTP), pada triwulan I 2016 tercatat sebesar xvi

17 NTP dan turun Inflasi pedesaan 101,75 menurun dari triwulan sebelumnya sebesar 103,90. Sementara, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 4,46% (yoy) meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,73% (yoy) VI. Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah dan non Pemerintah sejak awal tahun. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah dan CPO. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih dalam level terkendali. Penurunan harga BBM diperkirakan mampu menahan tekanan inflasi lebih lanjut pada triwulan II Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada Triwulan II diperkirakan tumbuh terbatas pada kisaran 3,6%- 4,0% (yoy). Sementara secara tahunan diperkirakan perekonomian Bangka Belitung pada 2016 tumbuh pada kisaran 3,6%-4,0% (yoy) Pada triwulan II inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan sebesar 5,60% 6,00% (yoy) Pada triwulan II 2016 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan tumbuh pada kisaran 3,6% - 4,0% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I Pertumbuhan ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang semakin cepat, meningkatnya investasi swasta seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan tetap akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari tahun Selain itu, pertumbuhan juga ditopang oleh meningkatnya konsumsi selama bulan Ramadhan dan mulai membaiknya harga komoditas utama Kepulauan Bangka Belitung yaitu CPO, Karet, lada dan timah. Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan II 2016 akan sedikit meningkat dibandingkan triwulan I Potensi tekanan inflasi triwulan II 2016, terutama disebabkan (i) meningkatnya konsumsi masyarakat dalam mem Ramadhan, (ii) meningkatnya tarif angkutan udara jelang Ramadhan dan Lebaran, (iii) gagal panen beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai akibat tingginya curah hujan. Namun demikian, panen raya beras di daerah produsen dan impor daging sapi ± ekor untuk mengantisipasi Hari Raya Idul Fitri dan penurunan harga bahan bakar minyak terutama premium dan solar diperkirakan mampu menahan peningkatan xvii

18 inflasi lebih lanjut. Koordinasi kebijakan antara Pemerintah dan Bank Indonesia dalam mengendalikan inflasi akan terus diperkuat untuk mengantisipasi kemungkinan tekanan inflasi volatile food. Dalam jangka menengah untuk mencapai sasaran inflasi 2018 sebesar 3,5±1% diperlukan upaya memperkuat koordinasi pengendalian inflasi volatile food dibawah 5%. Oleh karena itu, Bank Indonesia dan pemerintah perlu terus memperkuat pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah agar inflasi tetap masuk dalam kisaran sasarannya. Selain itu, implementasi Roadmap Pengendalian Inflasi perlu segera diimplementasikan sebagai guidance bagi Pemerintah Daerah dalam melaksanakan upaya stabilitasi harga di daerah. xviii

19

20 INDIKATOR MAKRO Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2015 % yoy Triwulan I 2016 % yoy 4,28 3,30 5,96 6,73 10,04 10,91 2,14 0,83 5,22 3,95-15,84-38,89 50,09 74,76 0

21 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan I 2016 melambat terutama bersumber dari terkontraksinya kinerja lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha industri pengolahan dan lapangan usaha pertambangan dan penggalian Dari sisi pengeluaran, terkontraksinya ekspor dan masih terbatasnya kegiatan investasi walaupun sudah membaik menyebabkan pertumbuhan ekonomi melambat Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I 2016 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan mencapai Rp miliar atau tumbuh melambat menjadi sebesar 3,30% (yoy), dari pertumbuhan ekonomi triwulan sebelumnya yang mencapai 4,28% (yoy). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional maupun perekonomian Sumatera pada umumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumatera dan Nasional tumbuh sebesar 4,18% (yoy) dan 4,92% (yoy) sementara triwulan sebelumnya tumbuh masing-masing sebesar 4,56% (yoy) dan 5,04% (yoy). Perlambatan ekonomi disebabkan oleh masih lemahnya kinerja lapangan usaha utama di bidang pengolahan dan pertambangan timah, melemahnya kinerja industri Crude Palm Oil (CPO), dan menurunnya produksi tanaman perkebunan seperti kelapa sawit dan lada. Selain itu, produksi hasil perikanan juga mengalami penurunan yang disebabkan kondisi cuaca yang kurang baik untuk melaut dan adanya banjir yang menerjang sejumlah tambak dan kolam budidaya ikan air tawar juga menyebabkan ekonomi tumbuh melambat, ditambah masih terbatasnya kegiatan investasi dan terkontraksinya ekspor yang lebih dalam pada periode laporan. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK ,000 11,800 11,600 11,400 11,200 11,000 10,800 10,600 10,400 10,200 PDRB (Rp Miliar) qtq (%, RHS) yoy (%, RHS) (0.46) (1.39) I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara itu melalui perhitungan khusus PDRB tanpa timah yaitu penghitungan PDRB dengan mengeluarkan sektor pertambangan bijih logam dan industri logam dasar maka 1

22 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan I 2016 sebesar 5,58% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 6,57% (yoy). Penurunan harga timah selain berdampak pada penurunan PDRB dengan timah juga menyebabkan perlambatan pertumbuhan PDRB tanpa timah karena penurunan sektor ekonomi utama ini mempengaruhi kinerja sektor lain seperti sektor perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil, sepeda motor. Pada triwulan I 2016, harga timah terlihat mulai meningkat pada akhir triwulan, namun kenaikan harga timah tersebut belum serta merta terlihat mempengaruhi PDRB dengan timah. Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Laju Pertumbuhan Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ADHK 2010 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 1.1. PDRB Menurut Lapangan Usaha Pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016 melambat terutama diakibatkan melambatnya pertumbuhan sebagian besar lapangan usaha. Pertumbuhan terjadi pada hampir seluruh lapangan usaha, kecuali pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian dan industri pengolahan. Pengadaan listrik, gas dan produksi es merupakan lapangan usaha yang memiliki pertumbuhan tertinggi sebesar 14,27% (yoy) diikuti lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib sebesar 12,85% (yoy), dan lapangan usaha informasi dan komunikasi sebesar 9,96% (yoy). Meningkatnya produksi listrik dan penjualan listrik dan kebutuhan akses internet yang meningkat mendorong pertumbuhan pada ketiga lapangan usaha tersebut. Struktur perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I 2016 didominasi oleh tiga lapangan usaha utama yaitu : pertanian, kehutanan, dan perikanan (20,25%), industri pengolahan (19,99%), dan perdagangan besar, eceran, dan reparasi mobil, sepeda motor (14,63%). Ketiga lapangan usaha tersebut mampu menyumbang 54,87% dari total PDRB. Menurunya pangsa industri pengolahan sejalan dengan menurunnya kinerja industri logam timah pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Pertumbuhan tertinggi pada 2

23 triwulan I 2016 tidak terjadi pada sektor-sektor yang kontribusinya besar terhadap PDRB Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga menyebabkan laju pertumbuhan ekonomi melambat. Grafik 1.3 Struktur PDRB triwulan I 2016 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung,diolah Sumber utama (andil) pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung triwulan I 2016 adalah lapangan usaha pertanian, kehutanan, dan perikanan yang memberikan andil pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 1,05%, diikuti perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil, sepeda motor sebesar 0,65% dan administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib sebesar 0,63%. Grafik 1.4 Andil Pertumbuhan Babel Tw I Tw I-2015 Tw IV-2015 Tw I-2016 Lainnya Administrasi Pemerintahan Wajib Pertanian, Kehutanan & Perikanan Konstruksi Perdagangan Pertumbuhan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 3

24 Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Lapangan Usaha Bangka Belitung (% yoy) No Lapangan Usaha I II III IV 2014 I II III IV 2015 I 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (2.51) (0.71) (2.21) 1.74 (2.90) 3 Industri Pengolahan (0.02) 4 Pengadaan Listrik, Gas dan Produksi Es (1.84) (0.08) (0.59) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang Konstruksi (0.07) Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan (2.76) Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa Lainnya PDRB PDRB TANPA TIMAH (PDRB TANPA PERTAMBANGAN BIJIH LOGAM DAN INDUSTRI LOGAM DASAR) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan tumbuh 5,61% (yoy) menurun dari triwulan sebelumnya 8,98% (yoy). Menurunnya pertumbuhan sektor pertanian, kehutanan, dan perkebunan disebabkan oleh menurunnya produksi perkebunan seperti kelapa sawit dan lada. Selain itu, produksi perikanan juga mengalami penurunan yang disebabkan kondisi cuaca yang kurang baik untuk melaut dan adanya banjir yang menerjang sejumlah tambak dan kolam budidaya ikan air tawar. Kenaikan harga komoditas CPO, karet, dan lada pada triwulan laporan belum dapat meningkatkan kinerja sektor ini karena permintaan global masih lemah. Grafik 1.5 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2,300 2,250 2,200 2,150 2,100 2,050 2,000 1,950 1, Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 4

25 Grafik 1.6 Harga Lada Internasional Grafik 1.7 Ha rga Karet MYR/100 k USD/kg Sumber : Bloomberg, diolah Sumber : Bloomberg, diolah Grafik 1.8 Harga CPO Internasional 1, USD/Mt Sumber : Bloomberg, diolah Sementara itu, di sisi lain, harga TBS turun 14,82% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 5,06% (yoy). Sementara harga CPO turun 22,62% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang turun 16,77% (yoy). Namun demikian, permintaan domestik terhadap CPO masih tinggi, sehingga cukup menahan harga TBS tidak turun lebih dalam. Grafik 1.9 Harga TBS Bangka Belitung CPO TBS Lokal (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung & Bloomberg, diolah 5

26 Pada triwulan I 2016, lapangan usaha industri pengolahan yang memiliki pangsa kedua terbesar dalam struktur perekonomian Bangka Belitung pertumbuhannya melambat, dari 0,82% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi (negatif) sebesar -0,02% (yoy). Menurunnya lapangan usaha ini sejalan dengan menurunnya produksi bijih timah pada lapangan usaha pertambangan dan penggalian. Permintaan yang rendah akibat masih lemahnya perekonomian global terutama negara-negara tujuan ekspor timah menyebabkan produksi timah menurun yang pada akhirnya berimbas pada kinerja sektor industri pengolahan. Grafik 1.10 Pertumbuhan Lapangan Usaha Industri Pengolahan (% yoy dan qtq) Rp Miliar qtq yoy 2,640 2,620 2,600 2,580 2,560 2,540 2,520 2,500 2,480 2, I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor masih tumbuh walaupun melambat. Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 4,73% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,19% (yoy). Sementara secara triwulanan pertumbuhannya melambat yaitu sebesar -0,91% (qtq) dari triwulan sebelumnya sebesar 1,20% (qtq). 6

27 Grafik 1.11 Pertumbuhan Lapangan Usaha Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,650 1,600 1,550 1,500 1,450 1,400 Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Aktivitas perdagangan tumbuh seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat terkait perayaan Imlek dan perayaan Gerhana Matahari Total (GMT). Perayaan GMT meningkatkan jumlah kunjungan wistawan domestik dan asing ke Bangka Belitung. Namun demikian, peningkatan jumlah wisatawan tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan kunjungan wisatawan di akhir tahun. Disisi lain, pembukaan pusat perbelanjaan modern pada pertengahan September 2015 turut mendorong pertumbuhan lapangan usaha perdagangan besar dan eceran. Sementara itu, pendaftaran kendaraan baru roda 4 (mobil dan truk) dan roda 2 pada triwulan ini sedikit membaik dimana kontraksi yang terjadi melambat. Kendaraan baru roda 4 mengalami kontraksi yang melambat dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar - 16,97% (yoy) menjadi kontraksi -4,20% (yoy). Sementara kendaraan roda 2 pada triwulan ini mengalami kontraksi sebesar -24,11% (yoy) dari triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar - 26,75% (yoy). Menurunnya penjualan kendaraan bermotor disebabkan menurunnya daya beli masyarakat sebagai dampak melambatnya perekonomian dan prioritas konsumsi masyarakat terhadap kebutuhan selain kendaraan. Grafik 1.12 Kendaraan Baru (roda 4) Grafik 1.13 Kendaraan Baru (roda 2) Unit Unit 1,800 Kendaraan Roda 4 Growth (% yoy, RHS) 80 18,000 Kendaraan Roda 2 Growth (% yoy, RHS) 0 1, , ,400 14, , , ,000 10, , , , , I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: DPPKAD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 7

28 Lapangan usaha pertambangan dan penggalian pada triwulan ini terkontraksi lebih dalam menjadi sebesar -2,90% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi -2,21% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya produksi bijih timah akibat menurunnya permintaan global seiring dengan perlambatan ekonomi negara tujuan ekspor timah sehingga menyebabkan ekspor timah mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Grafik 1.14 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pertambangan dan Penggalian 1,660 1,640 1,620 1,600 1,580 1,560 1,540 1,520 1,500 1,480 Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.15 Produksi dan Harga Timah Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Penjualan Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ($ Metric ton) LHS 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.16 Harga Timah BKDI VS LME USD/Mton 25,000 LME BKDI 22,000 19,000 16,000 13,000 10,000 IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT. Timah Tbk Sumber: Bloomberg, 8

29 Pertumbuhan lapangan usaha konstruksi tercatat meningkat yaitu 4,66% (yoy), naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 4,50% (yoy). Meningkatnya lapangan usaha konstruksi sejalan dengan percepatan pembangunan infrastruktur, pelaksanaan lelang pekerjaan yang lebih awal pada tahun ini dibandingkan tahun sebelumnya sehingga pelaksanaan pekerjaan konstruksi pemerintah dapat dilakukan lebih awal. Peningkatan di lapangan usaha konstruksi seiring dengan meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah dan pembangunan gedung-gedung swasta terkonfirmasi dari permintaan semen di Bangka Belitung yang sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.17 Pertumbuhan Lapangan Usaha Konstruksi 1, Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I , ,000 80,000 60,000 40,000 20,000 Grafik 1.18 Konsumsi Semen Bangka Belitung - Realisasi Pengadaan yoy (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Lapangan usaha transportasi dan pergudangan menggeliat pada triwulan I Lapangan usaha ini tumbuh 9,07% (yoy) dari 5,78% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Secara triwulanan sektor ini tumbuh meningkat menjadi sebesar 0,57% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,54% (qtq). Meningkatnya pertumbuhan lapangan usaha ini seiring dengan meningkatnya kunjungan wisatawan ke Bangka Belitung terkait perayaan Gerhana Matahari Total (GMT) dan liburan sekolah. Selain itu, pertumbuhan pada lapangan usaha ini juga disebabkan meningkatnya kegiatan pergudangan seiring dengan meningkatnya permintaan dan konsumsi masyarakat untuk hari raya Imlek. Dari sisi transportasi, arus penumpang angkutan laut di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan secara tahunan masih mengalami kontraksi dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah kedatangan melalui angkutan laut menurun sebesar 31,88% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang menurun lebih dalam sebesar 34,99% (yoy). Sementara jumlah keberangkatan 9

30 menurun sebesar 37,26% (yoy), lebih dalam dari triwulan sebelumnya yang menurun sebesar 34,29% (yoy). Masih terkontraksinya jalur angkutan laut tersebut ditengarai disebabkan oleh adanya alternatif moda transportasi udara yang relatif murah dan lebih cepat sehingga penumpang lebih memilih moda transportasi udara dibandingkan angkutan laut. Sementara penumpang angkutan udara tumbuh sebesar 29,09% (yoy), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 58,97% (yoy). Besarnya kunjungan wisatawan terkait dengan perayaan Gerhana Matahari Total (GMT) pada Maret 2016 mendorong peningkatan jumlah penumpang pesawat udara. Namun demikian peningkatan pertumbuhan masih lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya seiring musim liburan akhir tahun dan perayaan Natal. Aktivitas bongkar muat di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan mengalami peningkatan yang signifikan. Arus bongkar pelabuhan meningkat sebesar 111,07% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 37,04%. Sementara aktivitas muat di pelabuhan meningkat sebesar 64,62% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 56,13% (yoy). Meningkatnya aktivitas bongkar muat pelabuhan diindikasi karena adanya peningkatan impor dan peningkatan aktivitas ekonomi di Kepulauan Bangka Belitung untuk memenuhi kebutuhan stok permintaan menjelang bulan suci ramadhan. Grafik 1.19 Pertumbuhan Lapangan Usaha Transportasi dan Pergudangan Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah , , , , , , , ,000 - Grafik 1.20 Arus Penumpang Angkutan Udara Kedatangan Total Keberangkatan % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Angkasa Pura II Bandara Depati Amir dan DisHub Bandara H.AS. Hanandjoeddin, diolah Grafik 1.21 Arus Penumpang Angkutan Laut 60,000 Kedatangan (RHS) Pergi (RHS) % yoy Kedatangan % yoy Pergi 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah 10

31 Grafik 1.22 Arus Bongkar Muat Bongkar Muat % yoy Bongkar % yoy Muat I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Lapangan usaha pengadaan listrik dan gas dan produksi es tumbuh sebesar 14,27% (yoy) naik signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar -0,59% (yoy). Pertumbuhan pada lapangan usaha ini disebabkan meningkatnya produksi listrik dan penjualan listrik. Berdasarkan data PLN, penjualan listrik dan pelanggan listrik pada triwulan I 2016 tumbuh masing-masing sebesar 7,18% (yoy) dan 7,71% (yoy). Grafik 1.23 Pertumbuhan Lapangan Usaha Pengadaan Listrik dan Gas Grafik 1.24 Penjualan Listrik Rp Miliar qtq yoy I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Penjualan (Juta Kwh) Penjualan (% yoy) 250, , , ,000 50,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber: PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Grafik 1.25 Pelanggan Listrik 1,200 1, Pelanggan Pelanggan (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah 11

32 Lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum tumbuh melambat. Lapangan usaha ini tumbuh melambat menjadi sebesar 2,66% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,29% (yoy). Secara triwulanan lapangan usaha ini mengalami kontraksi sebesar 1,11% (qtq), turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,93% (qtq). Salah satu penyebab melambatnya pertumbuhan lapangan usaha akomodasi dan penyediaan makan dan minum antara lain disebabkan menurunnya jumlah wisatawan yang berkunjung ke Bangka Belitung dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah wisatawan pada triwulan I 2016 sebanyak orang, menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak orang. Kunjungan wisatawan pada triwulan ini diakibatkan oleh adanya perayaan Gerhana Matahari Total (GMT) dan musim liburan awal tahun. Penurunan jumlah wisatawan pada triwulan ini mengakibatkan perlambatan pertumbuhan lapangan usaha penyediaan akomodasi makan minum. Sementara itu, Tingkat Penghunian Kamar (TPK) mengalami peningkatan di triwulan I 2016 dari 27,80% menjadi 30,40%. Grafik 1.26 Pertumbuhan Lapangan Usaha Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum Rp Miliar qtq yoy Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah I II III IV I II III IV I Grafik 1.27 Pertumbuhan Tingkat Hunian Kamar dan Wisatawan 90,000 Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK (RHS) 80, , , , , ,000 20, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Lapangan usaha non-dominan lainnya yakni lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib dan lapangan usaha informasi dan komunikasi mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi pada periode laporan. Lapangan usaha administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial wajib tumbuh sebesar 12,85% (yoy) atau naik dari triwulan sebelumnya sebesar 12,58% (yoy) yang disebabkan meningkatnya penyerapan anggaran belanja pemerintah dibandingkan triwulan yang sama tahun lalu. Sementara lapangan usaha informasi dan komunikasi tumbuh sebesar 9,96% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,34% (yoy) disebabkan meningkatnya kebutuhan akses internet. 12

33 1.2. PDRB Menurut Pengeluaran Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan PDRB Menurut Pengeluaran Bangka Belitung (% yoy) P E N G G U N A A N I II III IV I II III IV I 1. Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi LNPRT Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri Net Ekspor Antar Daerah Produk Domestik Bruto (PDRB) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Menurut pengeluaran, pertumbuhan pada triwulan I 2016 sebesar 3,30% terjadi pada hampir seluruh komponen, kecuali pada perubahan inventori, ekspor luar negeri dan net ekspor antar daerah yang mengalami kontraksi masing-masing sebesar 27,31% (yoy), 38,89% (yoy) dan 60,82% (yoy). Faktor penyebab menurunnya ekspor luar negeri adalah masih rendahnya permintaan dan menurunnya harga jual komoditas unggulan yang menjadi andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu logam timah dan CPO akibat masih lemahnya perekonomian global. Sementara impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB mengalami pertumbuhan sebesar 74,76% (yoy). Komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi berdasarkan pengeluaran adalah pengeluaran konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) sebesar 10,91% (yoy), diikuti pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 6,73% dan pengeluaran konsumsi Pemerintah sebesar 5,22%. Dari sisi pengeluaran, komponen utama yang mendominasi adalah konsumsi rumah tangga dengan pangsa sebesar 56,26%, diikuti oleh Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) dengan pangsa 24,09%, ekspor luar negeri dengan pangsa 20,14%, dan pengeluaran konsumsi pemerintah sebesar 9,41%. Sementara impor luar negeri dan net ekspor antar daerah yang menjadi pengurang PDRB memberikan kontribusi masing-masing sebesar 2,39% dan 9,49%. Jika dilihat dari sumber pertumbuhan ekonomi triwulan I 2016, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga memiliki sumber pertumbuhan tertinggi sebesar 3,47%, PMTB sebesar 0,85%, dan untuk komponen lainnya sebesar -1,01%. Komponen perubahan inventori dan ekspor luar negeri merupakan komponen pengeluaran yang memiliki sumber pertumbuhan yang negatif yaitu masing-masing sebesar -0,51% dan -18,78%. Sementara untuk komponen impor luar negeri yang menjadi pengurang PDRB memiliki sumber pertumbuhan sebesar 1,32%. 13

34 Grafik 1.28 Sumber Pertumbuhan PDRB Menurut Pengeluaran (%) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat 6,73% (yoy) dari triwulan sebelumnya 5,96% (yoy). Peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga disebabkan oleh adanya peningkatan konsumsi makanan dan minuman yang tidak terlalu signifikan, sedangkan untuk konsumsi non makanan dan minuman mengalami peningkatan sebagai dampak dari banjir yang terjadi di beberapa wilayah sehingga mendorong pengeluaran akan pakaian, perumahan, dan keperluan perlengkapan rumah tangga. Selain itu peningkatan konsumsi rumah tangga disebabkan adanya perayaan Imlek dan momen Gerhana Matahari Total (GMT). Momen tersebut menyebabkan meningkatnya konsumsi rumah tangga di tengah menurunnya daya beli masyarakat. Grafik 1.29 Konsumsi Rumah Tangga 6,400 6,200 6,000 5,800 5,600 5,400 5,200 5,000 4,800 4,600 Konsumsi RT (Rp miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 14

35 1.5 Grafik 1.30 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Kapasitas Utilisasi Konsumsi Rumah Tangga (PDRB % yoy)/rhs 10% Grafik 1.31 Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Domestik Ekspor 1 8% % 4% 2% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Su Grafik 1.32 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.33 Indeks Utama Survei Konsumen Indeks Kondisi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Sumber : KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Konsumsi pemerintah tumbuh meningkat. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh lebih baik dari 2,14% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 5,22% (yoy) pada triwulan I Peningkatan penyerapan anggaran belanja pemerintah seiring dengan meningkatnya realisasi belanja rutin yang sudah mulai berjalan di triwulan I Namun demikian, pola konsumsi pemerintah di awal tahun masih relatif terbatas dan tidak sebesar yang diperkirakan. 15

36 Grafik 1.34 Konsumsi Pemerintah 1,400 1,200 1, Konsumsi Pemerintah (Rp miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 3,95% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 0,83% (yoy). Pertumbuhan terjadi pada investasi bangunan dan non bangunan sejalan dengan peningkatan kinerja konstruksi. Perbaikan daya beli masyarakat dan prediksi pertumbuhan global yang membaik pada Triwulan I 2016 meningkatkan optimisme kontak untuk mengambil momentum investasi untuk perbaikan kinerja perusahaan. Sebagian besar kontak optimis tahun 2016 akan lebih baik dari sebelumnya. Kontak di sektor pertambangan dan industri pengolahan serta konstruksi akan menjaga tingkat investasinya dengan melanjutkan investasi dalam rangka peningkatan produksi dan ekspansi usaha. Di sub sektor perhotelan, terdapat hotel yang meningkatkan pelayanannya dengan penambahan kamar dan penambahan fasilitas pendukung yang penting. Disektor pengangkutan laut investasi berupa perbaikan fasilitas dermaga, sementara itu di sektor pengangkutan udara seiring meningkatnya jumlah kunjungan, kontak melakukan investasi pembuatan terminal baru dan memperpanjang landasan. Hal ini juga terkait dengan persiapan salah satu bandara di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menjadi bandara internasional. Dari sisi kapasitas utilisasi, utilisasi perusahaan secara umum pada tahun 2015 juga menurun dibawah rata-ratanya sejalan dengan perlambatan kinerja penjualan domestik dan ekspor, namun kembali menuju tingkat normal pada awal tahun 2016 Angka LS pada akhir tahun 2015 tercatat di level -0,33 lebih rendah dari angka akhir tahun lalu yaitu 0,0. Sedangkan posisi pada triwulan I tercatat optimis di level 0,7. Penurunan kapasitas utilisasi terutama dialami oleh 16

37 perusahaan yang tergolong pada sektor pertambangan dan industri pengolahan sementara yang mengalami peningkatan di sektor PHR. Grafik 1.35 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama 2,600 2,500 2,400 2,300 2,200 2,100 2,000 PMTB (Rp miliar) PMTB (%, yoy, RHS) PMTB Domestik Bangunan (%, yoy, RHS) PMTB Domestik Non Bangunan (%, yoy, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Berdasarkan hasil liaison, secara umum pelaku usaha di Bangka Belitung menunda kegiatan investasi pada triwulan I Hal ini disebabkan oleh beberapa hal : (i) fluktuasi nilai tukar cukup tinggi sehingga pelaku usaha melihat peningkatan resiko dalam berinvestasi, (ii) menurunnya daya beli masyarakat yang masih terus berlanjut sehingga mempengaruhi pendapatan omzet usaha, (iii) proses replanting di sektor perkebunan secara umum masih berlanjut, namun bila penurunan harga komoditas yang masih berlanjut maka pelaku usaha akan menghitung ulang besaran investasi yang dilakukan. Seluruh responden Liaison mengungkapkan bahwa pada tahun 2016 mereka memiliki rencana untuk investasi diantaranya adalah (1) pembuatan smelter kapasitas 5,000 ton di sektor pertambangan, (2) penambahan kamar hotel dan fasilitas pengunjung di sektor PHR, (3) penambahan eskavator di sektor konstruksi dan (4) pembukaan lahan tambang baru. Berdasarkan skala likert pada triwulan I 2016 terlihat masih terdapat investasi namun dibawah kondisi normal. Hal ini mengkonfirmasi bahwa investasi yang ada umumnya melanjutkan investasi yang sudah dimulai pada tahun sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan investasi tersebut lebih rendah dibandingkan investasi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal tersebut dipengaruhi oleh melambatnya kondisi ekonomi akibat melambatnya perekonomian global. Selain itu, perilaku investor swasta yang masih cenderung menunggu (wait and see) berdampak pada masih lemahnya kegiatan investasi, ditengah upaya pemerintah mempercepat realisasi proyek-proyek infrastruktur. Sementara secara triwulanan PMTB mengalami kontraksi sebesar 0,93% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,98% (qtq). 17

38 Grafik 1.36 Likert Scale Investasi Grafik 1.37 Likert Scale Kapasitas Utilisasi Likert Scale Investasi PMTB (% yoy RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% Kapasitas Utilisasi Konsumsi Rumah Tangga (PDRB % yoy)/rhs I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 10% 8% 6% 4% 2% 0% Sumber : Bank Indonesia SKDU Ekspor luar negeri mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 38,89% (yoy) dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 15,84% (yoy). Di sisi lain, secara triwulanan ekspor mengalami kontraksi sebesar 38,85% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,04% (qtq). Salah satu penyebab menurunnya ekspor luar negeri adalah menurunnya permintaan ekspor komoditas timah yang menjadi andalan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akibat melemahnya permintaan global dan adanya proses penyesuaian Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. Pemberlakuan Permendag baru bertujuan untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam dan kelestarian lingkungan hidup, mendorong peningkatan nilai tambah dan kegiatan ekonomi serta kesejahteraan masyarakat serta meningkatkan peran Indonesia dalam penentuan harga timah dunia. Berdasarkan data Statistik dan Keuangan Daerah (SEKDA) yang diterbitkan Bank Indonesia menunjukkan bahwa timah masih menjadi komoditas dengan pangsa ekspor terbesar secara nilai yakni 69,81% dari total ekspor Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Selain itu, menurunnya ekspor luar negeri untuk komoditas ikan, lada, dan karet akibat lesunya perekonomian global mengakibatkan pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melambat. Total ekspor triwulan I 2016 terkontraksi lebih dalam sebesar 52,41% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 18,23% (yoy). 18

39 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 Grafik 1.38 Ekspor Ekspor (Rp Miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 1.39 Nilai dan Volume Ekspor Timah 700,000 Nilai (Ribu USD) 600,000 Volume (Ton) 500, , , , ,000 0 I II III IV I II III IV I Sumber : Bank Indonesia Grafik 1.40 Likert Scale Ekspor Kepulauan Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 1.41 Pangsa Nilai Ekspor Negara Tujuan (Persen) Germany, 0.44 Other EU, 0.00 Latin America, Malaysia, 3.91 Italia, Belanda, 6.14 Taiwan, 5.02 RRC, 1.46 Korea Selatan, 6.65 Pakistan, 9.12 Jepang, 4.01 USA, 6.73 India, 7.93 Vietnam, 0.47 Singapura, Sumber : Bank Indonesia SKDU Impor luar negeri tumbuh sebesar 74,76% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 50,09% (yoy), sementara net ekspor antar daerah mengalami kontraksi lebih dalam yaitu sebesar 60,82% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi 29,25% (yoy). Impor luar negeri pada triwulan ini didominasi oleh barang modal seperti kapal laut, bangunan terapung, mesin/peralatan listrik, mesin-mesin/pesawat mekanik dan benda-benda dari besi dan baja, serta barang lain seperti pupuk, produk keramik. 19

40 Grafik 1.42 Impor Luar Negeri Bangka Belitung Grafik 1.43 Net Ekspor Antar Daerah Bangka Belitung Impor (Rp Miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I ,000-2,000-3,000-4,000-5,000-6,000-7,000-8, I II III IV I II III IV I II III IV I Impor (Rp Miliar) Growth (yoy, %, RHS) Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) tumbuh meningkat, dari 10,04% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 10,91% (yoy). Pengeluaran konsumsi LNPRT disebabkan adanya perayaan hari besar keagamaan yaitu tahun baru Imlek dimana kegiatan tersebut mendorong lembaga keagamaan meningkatkan aktivitasnya. Selain itu, terjadinya banjir di Provinsi Bangka Belitung mendorong lembaga non profit ikut berperan aktif dalam memberikan bantuan dan pertolongan. Grafik 1.44 Konsumsi LNPRT LNPRT (Rp miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sementara inventori mengalami kontraksi sebesar 27,31% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 58,47% (yoy). Perubahan inventori tidak terlepas dari turunnya aktivitas perdagangan terutama ekspor sehingga mendorong produk komoditi ekspor unggulan Bangka Belitung tidak terjual secara maksimal. 20

41 Grafik 1.45 Inventori Inventori (Rp miliar) Growth (yoy, %, RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 21

42 Suplemen A. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Kota Pangkalpinang Triwulan I 2016 Meningkat Indeks Keyakinan Konsumen Triwulan I 2016 Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan I 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Ratarata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2016 masih menunjukkan optimisme yakni sebesar 110 meningkat dibanding triwulan sebelumnya dengan indeks 95. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan semakin optimisme yakni sebesar 122, naik dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 110. Komponen pembentuk IEK meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya disebabkan peningkatan ekspektasi konsumen pada kegiatan usaha dan penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini yang masing-masing meningkat menjadi 121 dan 140 dibandingkan triwulan IV 2015 yaitu 112 dan 128. Sementara, indeks perkiraan ketersediaan lapangan kerja enam bulan mendatang masih menunjukkan optimisme sebesar 106 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 89. Demikian pula Indeks Kondisi saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar 97, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 81. Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan indeks pada komponen penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu naik dari 110 menjadi 124 dan indeks komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan enam bulan lalu meningkat meski masih menunjukkan pesimisme yaitu dari 54 menjadi 71. IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKE, IEK Triwulanan I Triwulan I INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Saat Ini ( IKE ) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

43 Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan I 2016 menunjukkan kecenderungan meningkat. Selama triwulan I 2016, posisi terendah IKK berada pada bulan Januari yaitu sebesar 103,6. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, meningkatnya rata-rata IKK pada triwulan I 2016 terutama diakibatkan oleh meningkatnya komponen pembentuk IEK dan IKE dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Triwulanan I 2012 Triwulan I Indeks Kondisi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat, tercermin dari naiknya indeks ke level optimisme menjadi 124 pada triwulan I 2016 dari triwulan sebelumnya 110. Peningkatan tersebut diikuti naiknya optimisme konsumen terhadap penghasilan enam bulan mendatang dibanding saat ini yang meningkat menjadi 140 pada triwulan I 2016 dari triwulan sebelumnya 128. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kinerja ekonomi yang meningkat yang berdampak pada peningkatan omset usaha, peningkatan gaji/upah dan peningkatan tambahan pendapatan. Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan I Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Perkiraan Kegiatan Usaha 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

44 Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen Triwulan I 2012 Triwulan I Indeks Kondisi Saat Ini ( IKE ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan I 2016 menunjukkan peningkatan optimisme konsumen. Tingkat keyakinan konsumen terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu, pada triwulan I 2016 sebesar 71 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 54. Hal tersebut sejalan dengan ekspektasi membaiknya perekonomian domestik. Demikian pula dengan ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan menunjukkan peningkatan yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan enam bulan yang akan datang semakin menunjukkan optimisme yaitu sebesar 106, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 89. Meningkatnya optimisme pertumbuhan ekonomi ke depan sejalan dengan meningkatnya proyek-proyek infrastruktur dan kemudahan iklim investasi dan berusaha yang diberikan oleh Pemerintah. Selain itu, mulai membaiknya harga komoditas timah menyebabkan meningkatnya tingkat keyakinan terhadap ketersediaan lapangan kerja dan menambah penghasilan masyarakat. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Indeks Kondisi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

45 Suplemen B. Pengembangan Kawasan Perkotaan dan Pusat-Pusat Pertumbuhan KONDISI PEREKONOMIAN KOTA PANGKALPINANG Kota Pangkalpinang merupakan ibukota Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang terbagi dalam 7 kecamatan yaitu Taman Sari, Rangkui, Pangkalbalam, Gabek, Bukit Intan, Girimaya, dan Gerunggang serta 42 kelurahan. Kota Pangkalpinang memiliki luas wilayah seluas 118,80 Km2 dengan jumlah penduduk sebanyak jiwa dengan kepadatan jiwa/km2. Populasi kota Pangkalpinang mayoritas didominasi dibentuk oleh etnis Melayu dan Tionghoa disamping sejumlah suku pendatang seperti Batak, Minangkabau, Palembang, Sunda, Jawa, Madura, Banjar, Bugis, Manado, Flores, dan Ambon. Kota Pangkalpinang berbatasan di sebelah utara dengan Laut Natuna, sebelah selatan dengan Kabupaten Bangka Tengah, sebelah barat dengan Kabupaten Bangka, dan sebelah timur dengan Selat Karimata.. Grafik B.1 Penduduk Kota Pangkalpinang Perempuan, 93,674 Total Laki-Laki, 98,320 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pertumbuhan ekonomi Kota Pangkalpinang menunjukkan tren menurun yang ditunjukkan dengan angka pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun yang menurun sejalan dengan semakin menurunnya ekspor timah sebagai komoditas utama akibat penurunan harga timah dan kondisi perekonomian global yang melambat. Pada tahun 2011, pertumbuhan ekonomi Pangkalpinang sebesar 6,79% (yoy) dan terus menurun hingga tumbuh sebesar 4,27% (yoy) di tahun Sementara laju inflasi kota Pangkalpinang relatif terjaga dimana pada tahun 2014 tercatat sebesar 6,81% (yoy) dan menurun menjadi sebesar 4,66% (yoy) pada tahun Namun, 25

46 inflasi Pangkalpinang tersebut masih lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 3,25% (yoy). Grafik B.2. Pertumbuhan ekonomi Kota Pangkalpinang Grafik B.3. Inflasi Kota Pangkalpinang Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan struktur ekonomi, perekonomian Kota Pangkalpinang ditopang oleh 4 (empat) sektor utama yaitu sektor perdagangan, sektor industri pengolahan, sektor konstruksi, dan sektor administrasi pemerintahan. Pangsa masing-masing sektor tersebut adalah sektor perdagangan sebesar 26,22%, sektor industri pengolahan sebesar 20,31%, sektor konstruksi sebesar 10,71% dan sektor administrasi pemerintahan sebesar 6,80%. Grafik B.4 Struktur Perekonomian Kota Pangkalpinang Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 26

47 PENGEMBANGAN KAWASAN PERKOTAAN Dalam rangka pengembangan kawasan perkotaan maka Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan upaya pembangunan melalui perbaikan infrastruktur, pengembangan kawasan industri, pembangunan sarana dan prasarana, perluasan bandar udara, pengembangan pelabuhan dan pembangunan jembatan. Beberapa proyek pengembangan kawasan perkotaan ini berada di kota Pangkalpinang dan kawasan lain di Pulau Bangka dan Pulau Belitung antara lain : 1. Pelebaran jalan Tanjung Kalian Ibul - Kelapa-Batas Kabupaten Bangka Barat, dan Sungai Liat Batas Pangkalpinang. 2. Pelebaran jalan Puding Besar Batas Kota Pangkalpinang 3. Pengembangan kawasan industri Bangka 4. Pengembangan kawasan wisata dan kawasan hutan kota 5. Pengembangan Bandar Udara Depati Amir di Bangka dan Bandar Udara HAS. Hanandjoeddin di Belitung dan perpanjangan landasan pacu 6. Pembangunan prasarana penyediaan air baku 7. Pengembangan pelabuhan Pangkalbalam dan pelabuhan Tanjungpandan 8. Pembangunan jembatan Belo di Bangka Barat dan jembatan Batu Rusa Gambar B.1 Pengembangan Pusat Pertumbuhan Bangka Belitung Sumber : Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 27

48 Gambar B.2 Pengembangan Kawasan Kota Pangkalpinang KAWASAN HUTAN KOTA KAWASAN INDUSTRI KAWASAN WISATA Sumber : Bappeda Kota Pangkalpinang Dalam pengembangan kawasan perkotaan dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi, Pangkalpinang tidak selamanya dapat mengandalkan timah namun perlu mencari sumber lain untuk lebih menggerakkan pertumbuhan Pangkalpinang. Namun demikian, tidak terdapat banyak sumber daya alam yang ada di Pangkalpinang sehingga Pemerintah Kota Pangkalpinang harus dapat menggarap sumber daya lain yaitu sumber daya manusia yang dapat menjadi motor pembangunan. Untuk menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, pemerintah Kota Pangkalpinang antara lain fokus pada sektor pendidikan. Akses masyarakat terhadap pendidikan sudah sangat baik, yang terlihat dari Angka Partisipasi Kotor (APK) yang sudah melampaui 100%. Hal itu menandakan seluruh anak usia sekolah sudah bersekolah sesuai jenjang usianya. Selain itu jika di lihat dari Indeks Pembangunan Manusia (IPM) menunjukkan bahwa Kota Pangkalpinang memiliki IPM sebesar 76,28 lebih tinggi dibandingkan nasional sebesar 68,90, yang berarti kualitas kehidupan masyarakat Pangkalpinang sudah cukup baik. 28

49 Grafik B.5 Indeks Pembangunan Manusia Grafik B.6 Angka Partisipasi Kasar (APK) Pendidikan (Tingkat SD/MI/Paket A) KEP. BANGKA BELITUNG KOTA PANGKAL PINANG INDONESIA Bangka Belitung Nasional Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Untuk mendukung pengembangan kawasan perkotaan dan pusat-pusat pertumbuhan baru maka diperlukan infrastruktur pendukung yang cukup untuk menampung berkembangnya industri-industri baru. Salah satu prasarana yang sangat diperlukan dalam hal ini adalah energi listrik. Data statistik PLN Babel menyebutkan, 82% dari total pembangkit listrik yang ada di Babel adalah Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) yang harus dipenuhi oleh bahan bakar fosil (diesel) sebagai sumber energi. Ketergantungan yang sangat tinggi terhadap bahan bakar fosil ini selain mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (RAN-GRK) juga berpotensi memberikan beban biaya yang tinggi terhadap biaya produksi tenaga listrik di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung bilamana harga bahan bakar fosil tersebut meningkat. Selain itu, permasalahan yang dihadapi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disektor kelistrikan hampir sama dengan daerah kepulauan lainnya di Indonesia antara lain, kondisi geografis daerah kepulauan yang dikelilingi lautan menyebabkan tantangan dalam transportasi bahan bakar pembangkit baik dari segi biaya maupun ketepatan waktu pengiriman bahan bakar pembangkit listrik, kebutuhan jaringan yang lebih kompleks, ketiadaan sumber energi primer di daerah kepulauan, serta pertumbuhan pembangkit yang rendah. Disisi lain sistem kelistrikan eksisting di Pulau Bangka dan Belitung tidak memiliki cadangan daya yang memadai. Hal ini menyebabkan sistem kelistrikan Bangka dan Belitung rentan mengalami defisit daya yang dapat disebabkan terjadinya gangguan (cadangan N-1) 29

50 pada pembangkit dengan kapasitas terbesar ataupun ada dua pembangkit dengan kapasitas terbesar yang tidak dapat berperan karena gangguan dan pemeliharaan (cadangan N-2). Selain itu, beberapa pembangkit diesel milik PLN di sistem Bangka dan sistem Belitung saat ini juga mengalami gangguan dan penurunan daya mampu mesin (derating), akibat belum dilakukannya pemeliharaan secara periodik pada tahun Suatu sistem kelistrikan dikatakan aman jika memiliki cadangan daya (reserve margin) minimal 30 % dari beban puncak atau beban tertingginya. Suatu sistem tidak bisa dinyatakan sudah aman ketika pasokan daya hanya cukup untuk melayani beban puncak. Permasalahan akan terjadi, ketika ada satu pembangkit berhenti beroperasi karena rusak/mengalami gangguan atau sudah saatnya dilakukan pemeliharaan, maka sistem tersebut harus melakukan pemadaman apabila tidak memiliki cadangan daya (reserve margin). Tabel B.1 Kondisi Sistem Kelistrikan Bangka Belitung Sumber : PLN Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 30

51 Gambar B.3. Rencana Sistem Kelistrikan Bangka Belitung ( ) Sumber : PLN Wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung KEK TANJUNG KELAYANG SEBAGAI PUSAT PERTUMBUHAN BARU Tanjung Kelayang adalah kawasan pantai berpasir putih nan lembut di utara Pulau Belitung. Kawasan ini terkenal dengan keberadaan batu-batu granit besar di pantai, sesuatu yang jarang ditemui di daerah lain dan menjadi salah satu lokasi pembuatan film Laskar Pelangi, sebuah film laris yang diilhami oleh cerita anak di Pulau Belitung. Tanjung Kelayang telah ditetapkan sebagai Kawasan Khusus berdasarkan Peraturan Pemerintah No.6 Tahun 2016 tanggal 15 Maret 2016 tentang Kawasan Khusus (KEK) Tanjung Kelayang. Dengan penetapan tersebut maka akan tercipta pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru untuk mendukung pertumbuhan ekonomi Kepulauan Bangka Belitung. KEK Tanjung Kelayang tersebut memiliki luas 324,4 Ha yang terletak dalam wilayah kecamatan Sijuk, Kabupaten Belitung dan merupakan kawasan pariwisata. Berdasarkan Peraturan Pemerintah tersebut maka badan usaha pengusul KEK Tanjung Kelayang harus melakukan pembangunan hingga siap beroperasi dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) tahun sejak Peraturan Pemerintah tersebut diundangkan. Selanjutnya Dewan Nasional Kawasan Khusus akan melakukan evaluasi setiap tahun terhadap pembangunan KEK Tanjung Kelayang. Apabila dalam jangka waktu tersebut belum siap beroperasi maka Dewan Nasional Kawasan Khusus akan melakukan (i) perubahan luas wilayah atau zona, (ii) 31

52 memberikan perpanjangan waktu selama 2 (dua) tahun, (iii) penggantian badan usaha, dan/atau (iv) pengusulan pembatalan dan pencabutan KEK Tanjung Kelayang. Untuk mendukung pengembangan kawasan Tanjung Kelayang sebagai KEK Pariwisata dibutuhkan investasi sekitar Rp18 triliun, yang terdiri dari Rp10 triliun investasi Pemerintah Pusat (atau daerah) dan Rp8 triliun berupa investasi sektor swasta. Investasi yang dilakukan pemerintah antara lain dengan menjadikan Bandara HAS Hanandjoeddin di Tanjung Pandan sebagai bandara internasional. Terkait hal tersebut maka akan dilakukan perpanjangan landas pacu pesawat dari meter menjadi meter termasuk perluasan terminal penumpang. Pembangunan bandara internasional tersebut penting karena lebih dari 75% turis asing datang ke Indonesia melalui moda transportasi udara. Oleh karena itu, kemudahan akses itu diharapkan memudahkan wisatawan asing khususnya dari Malaysia, Singapura, dan Tiongkok untuk berkunjung ke Provinsi Kepulauan Bangka Belitung secara langsung tanpa harus melalui bandara transit. Gambar B.4 Peta Lokasi KEK Tanjung Kelayang, Belitung Gambar B.5 Rencana Tahap Pembangunan Gambar B.6 Konsep Pengembangan Kawasan Sumber : Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 32

53 Inflasi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI Pada triwulan I tahun 2016, inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 5,50% (yoy) meningkat dari triwulan IV 2015 yang mencapai 3,28% (yoy) disebabkan antara lain oleh terbatasnya pasokan akibat banjir di Pulau Bangka dan meningkatnya konsumsi masyarakat Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Provinsi Kepulauan Bangka Belitung inflasi Pada triwulan I tahun 2016 sebesar 5,50% (yoy), atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,28% (yoy). Namun demikian, secara tahun kalender inflasi Bangka Belitung sebesar 0,94% (ytd). Peningkatan inflasi ini disebabkan oleh kelompok inflasi volatile food dan administred prices. Kelompok volatile food mengalami inflasi karena terbatasnya pasokan dan meningkatnya konsumsi masyarakat. Selain itu, meningkatnya tarif angkutan udara juga mendorong naik inflasi administred price pada triwulan I tahun 2016 ini. Secara umum, Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dari inflasi nasional yang mencapai 4,45% (yoy). Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Sumber: BPS Provinsi Bangka Belitung, Diolah Sementara itu, perkembangan inflasi bulanan di triwulan I tahun 2016 mengalami fluktuasi yang cukup terkendali. Triwulan I tahun 2016 diwarnai dengan inflasi pada bulan Januari dan Februari masing-masing sebesar 0,58% dan 0,62%. Selanjutnya pada bulan Maret 2016, terjadi deflasi sebesar 0,27%. Kondisi ini sedikit berbeda dengan tahun 2014 dan 2015, dimana pada kedua tahun tersebut inflasi hanya terjadi di bulan Januari, sedangkan pada bulan Februari dan Maret terjadi deflasi. Inflasi 33

54 Inflasi Tabel 2.1 Inflasi Bulanan (% mtm) JANUARI 2016 FEBRUARI 2016 MARET ,58 0,62-0,27 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Secara umum tekanan inflasi yang meningkat pada triwulan I 2016 disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya: (i) gelombang laut tinggi yang mengganggu distribusi pasokan bahan pangan dan tangkapan ikan, (ii) terbatasnya potensi produksi pangan akibat pergeseran musim tanam dan curah hujan yang cukup tinggi di daerah produsen bahan pangan, (iii) meningkatnya konsumsi masyarakat sehubungan dengan perayaan Tahun Baru, Gerhana Matahari Total (GMT), dan Hari Raya Imlek, (iv) gagal panen beberapa komoditas hortikultura seperti bawang merah dan cabai akibat tingginya curah hujan dan banjir di beberapa daerah di Pulau Bangka. Namun demikian, penurunan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak membatasi kenaikan. Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Kelompok (2.00) (4.00) (% yoy) Dec-15 Mar UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LIST RIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN 4.30 (1.13) PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIK ASI DAN JASA KEUANGAN Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Diolah Pada triwulan I 2016, semua kelompok pengeluaran mengalami kenaikan kecuali kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan. Kelompok bahan makanan mengalami kenaikan inflasi yang cukup signifikan pada triwulan I 2016 dari 2,27% (yoy) menjadi 8,04% (yoy). Peningkatan ini disebabkan oleh menigkatnya pola konsumsi masyarakat sehubungan dengan perayaan dan hari besar keagamaan serta terbatasnya pasokan dan distribusi bahan pangan karena gangguan cuaca, curah hujan, banjir dan gelombang laut. 34

55 Inflasi Sementara itu, penurunan harga bahan bakar minyak dan tarif listrik menyebabkan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan mengalami deflasi sebesar 1,13% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang mengalami inflasi sebesar 4,30% (yoy). Grafik 2.3 Historis Inflasi Bangka Belitung Kelangkaan pasokan Musim Puasa, angin barat Lebaran Kelangkaan pasokan Bawang merah tarif angkutan udara Inflasi Umum, mtm (%) Angkutan udara LPG 12 Kg (Jan) Kenaikan BBM (21 Juni), Puasa Lebaran (Juli-Agt) Pembatasan Impor Holtikultura Puasa, Lebaran (Juli-Agt) Kenaikan TDL, LPG 12 kg bencana asap (Sept) Kenaikan BBM (Okt),TDL (Nov), Angkutan Udara (Des) Kenaikan BBM TDL, LPG 12 kg, Angkutan Udara, Puasa, Lebaran (Juli-Agt), Biaya Pendidikan, Kabut asap (Sept-Okt) Tarif Angkutan Udara dan gelombang Harga tinggi BBM turun Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah 2.2. Disagregasi Inflasi Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Kelompok inflasi inti meningkat terbatas dari 6,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 6,85% (yoy). Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya konsumsi masyarakat yang menyebabkan meningkatnya harga bahan makanan yang masuk kedalam kelompok inti. Namun demikian, inflasi inti tercatat masih relatif rendah seiring dengan terkendalinya ekspektasi inflasi dan menguatnya nilai tukar rupiah. DISAGREGASI INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG INFLASI INTI (% yoy) TW IV ,37 TW I ,85 VOLATILE FOOD (% yoy) TW IV ,09 TW I ,16 Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi % yoy Umum Core Volatile Food Adm. Priced ADMINISTERED PRICES (% yoy) TW IV ,76 TW I , Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Diolah Inflasi kelompok volatile food meningkat dari 3,09% (yoy) menjadi 7,16% (yoy). Meningkatnya inflasi volatile food didorong oleh meningkatnya permintaan bahan pangan dan 35

56 Inflasi terbatasnya produksi bahan makanan di daerah pemasok akibat pergeseran musim tanam dan gagal panen sehubungan dengan curah hujan yang tinggi. Selain itu, kondisi gelombang laut yang cukup tinggi membatasi hasil tangkapan ikan nelayan. Kondisi ini menyebabkan gangguan distribusi dan pasokan bahan makanan yang pada akhirnya membatasi stok bahan makanan lokal. Inflasi administred price meningkat. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 5,48% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 1,76% (yoy). Meningkatnya inflasi administred price ini disebabkan oleh meningkatnya tarif angkutan udara terkait meningkatnya permintaan akibat musim liburan awal tahun, perayaan Gerhana Matahari Total (GMT), Hari Raya Imlek, dan perayaan jelang Ceng Beng. Grafik 2.5 Curah Hujan Bangka Belitung Curah Hujan Hari Hujan (RHS) Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung, diolah Grafik 2.6 Arus Bongkar Pelabuhan Bongkar Muat % yoy Bongkar % yoy Muat I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Pelindo Cabang Pangkalbalam, diolah Grafik 2.7 Stok Beras Bulog Sumber : Bulog Sub Divre Bangka, diolah 36

57 Inflasi Grafik 2.8 Inflasi Bangka Belitung Grafik 2.9 Likert Scale Biaya Bangka Belitung Pangkalpinang (% yoy) Tanjungpandan (% yoy) Babel (% yoy) 18 Pangkalpinang (% mtm) Tanjungpandan (% mtm) Babel (% mtm) Likert Scale II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah -2-3 Biaya Bahan Baku Biaya Energi Tingkat Upah Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dihitung berdasarkan penghitungan inflasi di Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjungpandan. Pada akhir triwulan I 2016, Kota Pangkalpinang mencatat inflasi 6,77% (yoy), sementara Kota Tanjungpandan mengalami inflasi 3,27% (yoy). Kota Pangkalpinang mencatat inflasi 6,77% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 4,66% (yoy), dan lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi pada triwulan ini dipicu oleh inflasi pada kelompok bahan makanan yaitu sebesar 12,48% (yoy), kelompok sandang sebesar 3,24% (yoy), dan kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 4,62% (yoy). Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Kota Pangkalpinang (% yoy) Dec-15 Mar UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LIST RIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKA SI DAN JASA KEUANGAN Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Kota Tanjung Pandan mengalami inflasi 3,27% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat inflasi sebesar 0,88% (yoy). Berdasarkan kelompok, inflasi Tanjung Pandan disumbangkan oleh makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 6,81% (yoy), pendidikan, rekreasi dan olah raga 8,48%(yoy) dan transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan 3,73%(yoy). 37

58 UMUM BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Inflasi Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Kota Tanjung Pandan (%) Dec-15 Mar Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 2.3. Pengendalian Inflasi Bangka Belitung Inflasi sepanjang triwulan I 2016 meningkat seiring dengan peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan perayaan hari besar keagamaan. Selain itu, mulai membaiknya beberapa harga komoditas seperti timah, CPO, dan karet, dan adanya event GMT dan perayaan imlek, serta adanya kebijakan pelonggaran kebijakan moneter pada triwulan I 2016, yang mendorong peningkatan konsumsi masyarakat. Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi dan Kabupaten/Kota di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melakukan berbagai langkahantisipatif dan koordinai untuk Pengendalian inflasi. Selama triwulan I 2016 terdapat beberapa kegiatan TPID yang berkontribusi positif terhadap pengendalian inflasi daerah antara lain : (i) melakukan kegiatan operasi pasar untuk meredam gejolak harga dibeberapa komoditas (ii) membuat pusat informasi harga pangan strategis untuk memantau fluktuasi harga pangan (iii) melakukan pengendalian biaya pendidikan melalui koordinasi dengan sekolah sehingga biaya pendidikan dapat dicicil, (iv) menambah stok beras bulog dari 450 ton menjadi 1600 ton untuk memenuhi kebutuhan raskin selama 3,5 bulan, (v) optimalisasi penyaluran kredit program pada sektor pertanian dan perikanan, (vi) penjajakan pelaksanaan pasar murah dengan melibatkan lintas instansi, (vii) monitoring data harga pangan harian di seluruh kabupaten/kota, (viii) monitoring harga dan stok bahan pangan di distributor, (ix) melibatkan kepolisian ke dalam keanggotaan TPID untuk memperkuat law enforcement khususnya terkait dengan penimbunan barang, (x) melakukan penelitian kajian pemetaan struktur pasar dan distribusi komoditas perikanan sebagai penyumbang inflasi di Kepulauan Bangka Belitung (kerjasama antara Bank Indonesia dengan LPPM Universitas Bangka Belitung). Sehubungan dengan bencana banjir yang terjadi di Kota Pangkalpinang dan beberapa wilayah di Pulau Bangka pada awal Februari 2016, TPID juga telah melakukan aksi tanggap darurat dalam rangka stabilisasi harga pasca banjir, diantaranya melalui kegiatan operasi pasar yang dilakukan Bulog dengan menyalurkan sebanyak 3-4 ton beras per hari dimana jumlah 38

59 Inflasi tersebut diperkirakan dapat memenuhi 6% dari total kebutuhan penduduk Pangkalpinang dan penyediaan beras oleh Badan Ketahanan Pangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Dinas Sosial Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 27 ton dan 13,6 ton untuk korban banjir. Di samping itu, terdapat beberapa program pemerintah daerah/skpd yang mendukung upaya pengendalian inflasi antara lain program pencetakan sawah baru dalam rangka mendukung program swasembada pangan yang diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi dan program ketahanan pangan melalui program percepatan penganekaragaman konsumsi pangan (P2KP) dengan memanfaatkan pekarangan rumah. Bank Indonesia dalam hal ini juga ikut mendukung dan berperan melalui pembentukan klaster cabai di Belitung dan dukungan pembiayaan P2KP pemanfaatan pekarangan di Kabupaten Bangka Tengah, Bangka Barat dan Kota Pangkalpinang senilai lebih dari Rp1 miliar Perbandingan Inflasi Antar Provinsi di Sumatera PERBANDINGAN INFLASI TAHUNAN NASIONAL (% yoy) TW IV ,35 TW I ,45 SUMATERA (% yoy) TW IV ,05 TW I ,71 Secara agregat laju inflasi tahunan Pulau Sumatera pada triwulan I 2016 tercatat sebesar 5,71% (yoy), di atas laju inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy). Laju inflasi triwulan I 2016 di Pulau Sumatera lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Barat, Kep.Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampung dan Bangka Belitung memiliki laju inflasi lebih tinggi daripada inflasi nasional. Sementara Provinsi Riau dan Aceh memiliki laju inflasi di bawah inflasi Nasional. 3,55% 7,16% 5,59% 6,62% 4,42% 4,95% 5,50% 5,93% 5,05% 5,29% 39

60 Inflasi Tabel 2.2 Inflasi Tahunan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (% yoy) Periode Umum BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHA N,AIR,LISTRI K,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG Kota Pangkalpinang Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung, diolah KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KO MUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Kota Tanjungpandan Kepulauan Bangka Belitung (2.69) (1.13)

61 Inflasi Suplemen C. Pemetaan Struktur Pasar, Jalur Distribusi Dan Perilaku Pembentukan Harga Komoditas Perikanan Sebagai Penyumbang Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Latar Belakang Sesuai dengan Undang-undang No 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia Pasal 7, Bank Indonesia memiliki tujuan yaitu mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Kestabilan ini ditunjukkan oleh nilai rupiah terhadap barang dan jasa melalui inflasi, dan juga nilai rupiah terhadap mata uang asing melalui nilai tukar. Inflasi Nasional dibentuk melalui inflasi daerah, maka dari itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui inflasi dan penyebabnya di setiap daerah. Secara historis inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung lebih tinggi dan berfluktuatif dibanding inflasi Nasional. Rata-rata inflasi tahunan Bangka Belitung tahun 2012 sampai 2015 sebesar 7,08% atau jauh lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi tahunan nasional 6,03%. Penghitungan inflasi di Kepulauan Bangka Belitung sebelum tahun 2014 hanya dihitung dari inflasi kota Pangkalpinang. Sementara sejak tahun 2014, penghitungan inflasi dihitung dari inflasi kota Pangkalpinang dan inflasi Tanjungpandan. Rata-rata inflasi kota Pangkalpinang tahun 2012 sampai 2015 sebesar 6,48% lebih tinggi dari inflasi nasional. Sedangkan rata-rata inflasi kota Tanjungpandan sejak 2014 sampai 2015 sebear 9,16% jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Inflasi di Bangka Belitung umumnya disebabkan oleh volatile food. Karakteristik daerah yang berupa kepulauan menyebabkan Bangka Belitung memiliki permasalahan terkait pasokan dan pendistribusian kebutuhan bahan pangan. Sebagian besar kebutuhan pokok masyarakat Bangka Belitung berasal dari luar provinsi sehingga ketergantungan terhadap produksi dari daerah penghasil dan cuaca sangatlah berpengaruh besar terhadap sumber pasokan dan harga kebutuhan pokok di Bangka Belitung. Pengendalian inflasi merupakan faktor kunci dalam menstimulasi kegiatan ekonomi riil yang berkembang sekaligus meningkatkan permintaan efektif masyarakat. Kegiatan ekonomi produktif akan sulit berjalan dan permintaan masyarakat menjadi tidak efektif di dalam kondisi dimana terjadi inflasi yang tidak terkendali. Oleh karena itu kebijakan pengendalian inflasi menjadi penting untuk dilaksanakan. 41

62 Inflasi Efektifitas penerapan kebijakan pengendalian inflasi akan sangat ditentukan oleh kedalaman pengetahuan, data dan informasi tentang faktor-faktor yang berkontribusi dalam pengendalian inflasi. Salah satu pengetahuan dan informasi yang harus dipahami adalah perilaku komoditas penyumbang inflasi. Struktur pasar dan pola distribusi komoditas sangat mempengaruhi proses pembentukan tingkat harga masing-masing komoditas. Struktur pasar dan pola distribusi suatu komoditas akan berbeda dengan komoditas lainnya. Karenanya data dan informasi yang akurat tentang STRUKTUR PASAR dan POLA DISTRIBUSI serta PERILAKU PEMBENTUKAN HARGA menjadi faktor kunci yang digunakan untuk memformulasi kebijakan pengendalian inflasi nantinya. Sebagai salah satu upaya dalam pengendalian inflasi daerah, perlu dilakukan identifikasi terhadap struktur pasar serta pola distribusi berikut perilaku produsen, pedagang besar, pedagang eceran dalam pembentukan harga dan jalur distribusi barang di Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan, terutama terhadap komoditas perikanan laut penyumbang inflasi utama di daerah. Tabel C.1 Komoditas Ikan Sebagai Penyumbang Inflasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi 42

63 Inflasi Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian Penelitian bertujuan untuk (i) mengidentifikasi struktur pasar komoditas ikan sebagai penyumbang inflasi daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, (ii) mengidentifikasi pola distribusi, termasuk biaya dan hambatan distribusi komoditas ikan laut yang dikaji sebagai penyumbang inflasi daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan (iii) mengetahui perilaku produsen, distributor dan pengecer dalam mekanisme pembentukan harga ikan laut yang dikaji sebagai penyumbang inflasi di daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sementara itu, ruang lingkup penelitian meliputi wilayah Kota Pangkalpinang dan Tanjungpandan dengan mempertimbangkan beberapa hal (i) kota penghitung inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan (ii) pintu masuk komoditas bahan makanan di Bangka Belitung. Sementara komoditas yang diteliti dibatasi pada komoditas ikan. Jenis komoditi perikanan yang diteliti sesuai dengan 10 komoditas penyumbang inflasi tertinggi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu terdapat 7 jenis komoditi perikanan laut a.l ; Selar, Kembung/Gembung, Cumi-cumi, Tenggiri dan Sotong, Ikan Kerisi (Nemipterus furcosus) dan Ikan Bulat (Caranx sp) yang dianggap akan berkontribusi dalam inflasi berdasarkan tren inflasi tahun sebelumnya. Metodologi Penelitian A. Pemetaan struktur pasar akan menggunakan tiga metode analisis, yaitu 1) Herfindal Hirscheman Index (HHI) HHI merupakan penjumlahan kuadrat dari pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri. 2) Concentration Ratio (CR) CR dapat dihitung dengan menjumlahkan pangsa pasar setiap perusahaan. Misalnya, CR 4 adalah penjumlahan pangsa pasar dari 4 perusahaan terbesar dalam suatu industri. Semakin besar angka CR, semakin besar konsentrasi suatu industri. Jika CR mencapai 100% maka dapat dikatakan bahwa pasar tersebut adalah pasar monopoli. 3) Minimum Efficiency Scale (MES) MES merupakan ukuran hambatan masuk bagi suatu perusahaan untuk masuk ke dalam suatu industry. MES=output perusahaan terbesar/output total. B. Metode pengambilan sampel dan Jumlah Responden Metode sampel yang dilakukan merupakan metode non probabilistic yaitu kombinasi antara purposive sampling dan quota sampling. Hal ini digunakan mengingat responden yang Inflasi menjadi objek penelitian memiliki kriteria tertentu. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan focus group discussion, metode wawancara mendalam (in depth interview) dan pengisian kuisioner yang mencakup 60 pelaku pasar. 43

64 Inflasi Hasil Penelitian Secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pasar komoditas perikanan memiliki struktur pasar oligopoli dan struktur pasar terkonsentrasi di pedagang besar dan pemgepul. Sementara itu bila dilihat berdasarkan per komoditas maka struktur pasar masing-masing komoditas adalah sebagai berikut : Tabel C.2 Perhitungan HHI. CR4, dan MES 1. Cumi-cumi Hasil perhitungan CR 4 menunjukkan bahwa pasar cumi-cumi di Pangkalpinang dan Tanjungpandan berkonsenterasi tinggi yaitu sebesar 72,55% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar cumicumi yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,38. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar. 2. Sotong Hasil perhitungan CR 4 menunjukkan bahwa pasar Sotong di Pangkalpinang dan Tanjungpandan berkonsenterasi tinggi atau angka sebesar 75,12% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar Sotong yang juga berkonsenterasi tinggi dengan angka 0,40. Sementara MES lebih dari 10% atau pada angka 32,01% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar. 3. Kerisi Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar untuk Ikan Kerisi di Pangkalpinang dan Inflasi Tanjungpandan berkonsenterasi cukup rendah dengan angka 34,11% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli rendah. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,78. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, nilai MES sebesar 27,62%. 44

65 Inflasi 4. Ikan Tenggiri Hasil perhitungan CR 4 menunjukkan bahwa pasar Ikan Tenggiri di Pangkalpinang berkonsenterasi tinggi dengan angka CR 4 sebesar 64,84% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli tinggi. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar Tenggiri yang tinggi dengan angka HHI sebesar 0,41. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, dengan angka MES sebesar 62,27%. 5. Ikan Kembung Hasil perhitungan CR4 menunjukkan bahwa pasar Ikan Kembung di Pangkalpinang dan Tanjungpandan berkonsenterasi rendah dengan angka 31,39% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,81. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, nilai MES sebesar 31,11%. 6. Ikan Bulat Hasil perhitungan CR 4 menunjukkan bahwa pasar Ikan Bulat di Pangkalpinang dan Tanjungpandan berkonsenterasi rendah dengan angka 39,52% yang merupakan indikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar yang juga berkonsenterasi tinggi atau berada pada angka 0,77. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, nilai MES sebesar 29,21%. 7. Ikan Selar Hasil perhitungan CR 4 menunjukkan bahwa pasar Ikan Selar di Pangkalpinang dan Tanjungpandan berkonsenterasi tinggi dengan angka 27,7% yang terindikasi kuat pasar berstruktur oligopoli. Hal tersebut diperkuat dengan perhitungan HHI pasar yang juga tinggi atau berada pada angka 0,83. Sementara MES lebih dari 10% menggambarkan hambatan masuk yang tinggi ke dalam pasar, nilai MES sebesar 12,60%. Dari nilai ini sepertinya Ikan Selar yang paling mendekati struktur pasar persaingan sempurna. Secara umum, komoditi perikanan laut tersebut yaitu Ikan Tenggiri (Scomberomorus sp), Cumi-Cumi (Loligo sp) dan Sotong (Sephiotheuti sp) merupakan komoditas laut yang diekspor ke luar Pulau Bangka dan Belitung. Sedangkan Ikan Kerisi (Nemipterus furcosus), Bulat (Caranx sp), Selar (Selar sp), dan Kembung (Restrelliger sp) sebagian besar diserap oleh pasar lokal. Terkecuali jika komoditi lokal ini melimpah maka tidak mustahil ikan jenis ini diekspor. Hal ini terjadi untuk ikan jenis Ikan Bulat, Kembung dan Selar. Ikan komoditi ekspor inilah yang kemudian harganya relatif stabil dan tinggi. Hal ini karena harga disesuaikan dengan harga permintaan di daerah target ekspor setelah dikurangi biaya operasional. Karenanya untuk harga komoditi ketiga komoditas ini, pasar lokal menyesuaikan harga pasar dari perusahan penampung (pedagang besar) 45

66 Inflasi Pedagang besar yang menentukan harga beli dari produk perikanan ekspor ini. Pedagang besar biasanya membeli ikan dari pengepul ataupun dapat pula dari nelayan langsung. Harganya ditentukan oleh pedagang besar. Inilah yang menyebabkan harga komoditas perikanan eskpor ini akhirnya relatif tinggi dan menyebabkan pula harga di pasar lokal pun menjadi tinggi. Dapat disimpulkan bahwa harga banyak ditentukan oleh pedagang besar. Sedangkan untuk harga komoditas perikanan lokal banyak ditentukan oleh pengepul. Konsumen dan produsen (nelayan) tidak dapat ikut menentukan harga di pasar. Berdasarkan hasil wawancara langsung di lapangan Tabel C.3 Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Pengecer Pasar Pelaku Usaha Komoditas Struktur Pasar Pedagang Besar dan Tenggiri, Cumi-cumi dan Sotong Pasar Oligopoli Pengepul/Pedagang Grosir Pengepul, Pengecer tradisional dan pasar induk Cumi-cumi, Tenggiri, Kerisi, Bulat, Selar, Kembung, Sotong Pasar Oligopoli Sumber : Kajian Pemeteaan Struktur Pasar dan Jalur Distribusi Komoditas Perikanan Sebagai Penyumbang Inflasi Bangka Belitung Bank Indonesia dan LPPM Universitas Bangka Belitung Tabel C.4 Identifikasi Struktur Pasar Komoditas Penyumbang Inflasi Pedagang Besar dan Grosir di Tanjungpandan Komoditas Jumlah Pedagang besar/grosir Kontrol terhadap harga Kontrol terhadap pasokan Sifat Produk (merek) Kesimpulan Tenggiri 5 Ya/sedang Ya/sedang Ya Pasar Oligopoli Cumi-cumi 4 Ya/sedang Ya/sedang Ya Pasar Oligopoli Sotong 4 Ya/sedang Ya/sedang Ya Pasar Oligopoli Sumber : Kajian Pemeteaan Struktur Pasar dan Jalur Distribusi Komoditas Perikanan Sebagai Penyumbang Inflasi Bangka Belitung Bank Indonesia dan LPPM Universitas Bangka Belitung Grafik C.1 Jalur Distribusi Inflasi Keterangan : * Ekspor antar daerah yaitu ke Jakarta, Palembang, Pontianak dan ekspor luar negeri ke Singapura dan Malaysia 46

67 Inflasi Grafik C.2 Faktor Penentu Harga Tabel C.3 Rata- Rata Margin Pedagang Ikan Tingkat Marjin dan Faktor Perubahan Harga 1. Harga Beli pedagang dari nelayan tangkap (harga pokok penjualan) merupakan komponen biaya paling tinggi. Nelayan akan memprioritaskan penjualan dengan harga yang sudah disepakati kepada pedagang pengumpul yang membiayai biaya bahan baku memancing. HPP tersebut memiliki bobot 58,3% dari total biaya. HPP ini terdiri dari: Biaya Bahan Baku (46%), Tenaga Kerja (1,73%) dan Overhead (7%). 2. Margin keuntungan yang didapat oleh pedagang sebagian besar hanya < 10% dari modal yang telah dikeluarkan (60%). Sementara untuk keuntungan 11 20% sebanyak (34,29%) dari pedagang yang menetapkan keuntungannya. Keuntungan ini cukup tinggi karena memang perdagangan ikan segar cukup beresiko karena produk ikan mudah busuk dan harganya langsung jatuh, biaya yang tinggi baik untuk tenaga kerja, pergudangan (es), dll. 3. Perilaku Penetapan harga secara umum baik di tingkat produsen maupun pedagang berdasarkan harga tertinggi dan tingkat harga pesaing Identifikasi Masalah Inflasi Ikan 47

68 Inflasi Rekomendasi Penelitian 1. Pembenahan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) agar harga ikan tidak ditentukan oleh pedagang besar dan pengepul. 2. Rintis program budidaya dan Pengkayaan stok ikan (stock enhancement). 3. Peningkatan kualitas infrastruktur dan daya dukung armada transportasi perlu dilakukan secara berkelanjutan agar dapat menekan biaya distribusi. 4. Perlu dibentuk jaringan informasi harga yang transparan dan disebarluaskan secara umum baik untuk harga di tingkat produsen/ nelayan. 5. Perlu adanya kemudahan aturan bagi pedagang-pedagang besar maupun pengepul yang baru untuk bisa masuk dalam pasar sehingga dapat menciptakan persaingan yang sempurna dalam pasar 48

69 Inflasi INDIKATOR MAKRO Perbankan dan Sistem Pembayaran Triwulan IV 2015 Triwulan I % yoy % yoy % yoy % yoy % yoy % yoy % yoy % yoy 100,21 94,

70 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Stabilitas sistem keuangan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan I tahun 2016 masih dalam kondisi yang baik, hal ini tercermin dari beberapa indikator makro sistem keuangan yang masih dalam kondisi terjaga. Akan tetapi, penurunan penyaluran kredit perlu mendapat perhatian. 3.1 Bank Umum Pada triwulan I tahun 2016, aset perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tumbuh sebesar 10,16% (yoy) yang secara nominal berada pada posisi Rp.15,79 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan IV tahun 2015 yang tumbuh sebesar 7,94% (yoy) atau secara nominal Rp.15,41 triliun. Dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami peningkatan sebesar 9,17% (yoy) pada triwulan laporan dimana secara nominal mencapai Rp.14,69 triliun. Kenaikan tersebut masih lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 8,28% (yoy). Secara umum seluruh komponen DPK perbankan mengalami pertumbuhan dimana komponen giro mengalami pertumbuhan yang tertinggi pada triwulan berjalan yang tumbuh sebesar 34,20% (yoy). Sementara itu, penyaluran kredit pada triwulan I tahun 2016 mencapai Rp13,88 triliun atau tumbuh 1,64% (yoy), melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 4,53 % (yoy). Komponen kredit investasi dan konsumsi mengalami pertumbuhan, sedangkan kredit modal kerja masih mengalami kontraksi yang disebabkan menurunnya kegiatan usaha akibat perlambatan ekonomi. Grafik 3.1 Aset Perbankan Bangka Belitung 50

71 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan I 2016 sebanyak 29 bank yang terdiri dari 25 Bank Umum/BUS dan 4 BPR/S. Jaringan kantor bank umum pada triwulan I 2016 yakni 27 Kantor Cabang (KC), 55 Kantor Cabang Pembantu (KCP), 53 Kantor Unit Desa (KUD), 36 Kantor Kas (KK), 15 Kas Mobil (KM), 20 Loket Pelayanan dan 403 ATM. Sedangkan jaringan kantor BPR yakni 3 kantor Pusat (KP), 3 Kantor Cabang (KC) dan 2 Kantor Kas (KK). Jaringan kantor BPRS sebanyak 1 Kantor Pusat, 7 Kantor Cabang, dan 21 Kantor Kas. Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami penurunan, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 94,49%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 100,21%. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan) pada triwulan I tahun 2016 adalah sebesar 4,23% meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 4,00%. RASIO GROWTH 4,23% 94,49% 1,64% 9,17% 3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK yang terdiri dari giro, tabungan dan deposito pada akhir triwulan I 2016 mencapai Rp14,69 triliun atau tumbuh 9,17% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 8,28% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada komponen giro, sedangkan untuk komponen tabungan dan deposito mengalami perlambatan pertumbuhan. Giro tercatat meningkat sebesar 34,20% (yoy) atau secara nominal menjadi sebesar Rp.2,70 triliun setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 1,44% (yoy). Tabungan mengalami pertumbuhan sebesar 1,87% (yoy) lebih lambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,95% (yoy), sejalan dengan tabungan komponen deposito juga mengalami perlambatan pertumbuhan menjadi sebesar 8,98% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 11,40% (yoy). Komponen tabungan dan deposito pada triwulan I tahun 2016 masing-masing berada pada posisi Rp.6,91 triliun dan Rp.5,07 triliun. Penurunan 51

72 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran pertumbuhan tabungan terjadi karena adanya penurunan komponen tabungan dari kelompok bank swasta nasional yang tumbuh sebesar 4,93% (yoy) dan bank pemerintah yang tumbuh sebesar 13,87% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 10,73% (yoy) dan 16,73% (yoy). Selain itu, kontraksi sebesar 1,73% (yoy) pada komponen tabungan pada bank persero juga berkontribusi pada penurunan pertumbuhan tabungan perbankan di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Komposisi DPK di Bangka Belitung terdiri dari giro sebesar 18,39%, Tabungan 47,05% dan deposito 34,57%. Rp 5,07 Triliun + 8,98% yoy Rp 6,91 Triliun + 1,87 % yoy Rp 2,70 Triliun + 34,20 % yoy Dari sisi dana pihak ketiga golongan individu mengalami pertumbuhan menjadi sebesar 6,35% (yoy), dari triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 7,09% (yoy). Komponen giro, tabungan, deposito mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 13,55% (yoy), 1,52% (yoy) dan 15,13% (yoy). Pertumbuhan DPK disebabkan karena masyarakat masih menahan ekspansi usaha seiring dengan perlambatan ekonomi. Grafik 3.2 DPK Perbankan di Bangka Belitung DPK GIRO DEPOSITO TABUNGAN 16,000 gdpk ggiro gdeposito gtabungan (Rp Miliar) (% yoy) 40% 14,000 30% 12,000 20% 10,000 10% 8,000 0% 6,000-10% 4,000-20% 2,000-30% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % 52

73 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.3 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung 3.3 Penyaluran Kredit Bank Umum Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp13,88 triliun atau tumbuh 1,64% (yoy), lebih rendah dari kredit triwulan sebelumnya sebesar Rp14,26 triliun atau tumbuh 4,53% (yoy). Perlambatan ini terjadi karena adanya kontraksi pada pertumbuhan kredit produktif, dimana pada triwulan I tahun 2016 kredit produktif mengalami kontraksi sebesar 1,02% (yoy) atau secara nominal mencapai Rp. 9,29 triliun. Pertumbuhan tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,73% (yoy). Penurunan kredit produktif ini terjadi seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sehingga penyaluran kredit pada triwulan I tahun 2016 mengalami kontraksi. Adapun untuk kredit konsumtif mengalami pertumbuhan sebesar 7,45% (yoy) atau mencapai nominal Rp. 4,59 triliun. Pertumbuhan kredit konsumtif ini lebih besar jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,32% (yoy). Perlambatan kredit produktif terutama terjadi pada kredit modal kerja yang tercatat mengalami kontraksi sebesar 2,93% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 3,46% (yoy). Seiring dengan kontraksi kredit modal kerja, kredit investasi juga mengalami perlambatan pertumbuhan yang tumbuh sebesar 5,08% (yoy) setelah mengalami pertumbuhan sebesar 34,45% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaan, pangsa terbesar disalurkan untuk kredit modal kerja sebesar 49,91%. Sedangkan kredit investasi sebesar 16,97% dan kredit konsumsi sebesar 33,12%. 53

74 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Rp 4,59 T 7,45% yoy Rp 2,36 T 5,08 % yoy Rp 6,93 T - 2,93 % yoy Grafik 3.4 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung 16,000 KREDIT MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI gkredit (RHS) gmodal KERJA (RHS) ginvestasi (RHS) gkonsumsi (RHS) 140% 14, % 12, % 10,000 80% 8,000 60% 6,000 40% 4,000 20% 2,000 0% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan I 2016 Kredit konsumtif pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp.4,59 triliun atau tumbuh 7,45% (yoy), naik tipis dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,32% (yoy). Sementara itu, pelonggaran ketentuan rasio Loan To Value (LTV) atau rasio Financing To Value (FTV) untuk kredit atau pembiayaan properti masih berdampak pada meningkatnya realisasi kredit konsumsi untuk kredit kepemilikan rumah yang tumbuh sebesar 5,87% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 4,86% (yoy). Sedangkan pelonggaran ketentuan uang muka kendaraan bermotor untuk kredit kepemilikan kendaraan bermotor mulai berdampak pada peningkatan kredit kendaraan bermotor yang mengalami perlambatan kontraksi menjadi 54

75 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran sebesar 5,96% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi sebesar 8,67%. Sementara kredit multiguna tumbuh sebesar 3,83% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,62% (yoy). Menurunnya kegiatan usaha ditenggarai juga mendorong pengalihan penyaluran kredit dari kredit non konsumtif ke kredit konsumtif. Grafik 3.6 Kredit Sektor Rumah Tangga KPR, KPA, Ruko,/Rukan Multiguna KKB gkpr, KPA, Ruko/Rukan (RHS) gkkb (RHS) gmultiguna (RHS) 2,500 (Rp miliar) (% yoy) 200 2, , , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit terbesar ke sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 23,08%, diikuti oleh kredit perdagangan, hotel, dan restoran 20,00%, kredit industri pengolahan sebesar 7,31% serta kredit sektor pertanian sebesar 6,43%. Sementara itu kredit lainnya memiliki pangsa sebesar 33,12%. Perlambatan penyaluran kredit terjadi hampir diseluruh sektor ekonomi seiring dengan perlambatan ekonomi yang terjadi hingga triwulan I tahun Kredit ke sektor pertanian mengalami kontraksi 4,69% (yoy) atau melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 81,03% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor pertanian mengalami kontraksi sebesar dari 1,10% (qtq), searah dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi lebih dalam sebesar 4,37% (qtq). Kontraksi yang terjadi pada penyaluran kredit pertanian ini terjadi sehubungan dengan perlambatan ekonomi sehingga risiko penyaluran kredit menjadi meningkat, akan tetapi mulai membaiknya harga komoditas diharapkan kedepan akan memberikan kontribusi kepada pertumbuhan penyaluran kredit pertanian. Kredit ke sektor pertambangan dan penggalian yang mempunyai pangsa terbesar mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 12,14% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 6,80% (yoy). Penurunan kredit ke sektor pertambangan dan penggalian seiring dengan penurunan produksi timah akibat melemahnya permintaan terhadap komoditas utama dan adanya perlambatan ekonomi. Secara triwulanan, kredit ke sektor 55

76 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran pertambangan dan penggalian mengalami kontraksi sebesar 7,35% (qtq) kontraksi tersebut menipis jika dibandingkan kontraksi triwulan sebelumnya sebesar 12,61% (qtq). Kredit ke sektor perdagangan hotel dan restoran mengalami pertumbuhan sebesar 4,14%, setelah triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 5,07% (yoy). Secara triwulanan, kredit ke sektor ini mengalami kontraksi sebesar 5,75% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 6,66% (qtq). Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan mengalami perlambatan yaitu tumbuh 6,08% (yoy) pada triwulan I 2016 sementara pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 11,04% (yoy). Secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami kontraksi sebesar 1,76% (qtq) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 4,20% (qtq). Menurunnya penyaluran kredit untuk sektor industri pengolahan terjadi karena masih lambatnya pertumbuhan dari sektor industri pengolahan timah. Perlambatan kredit ke sektor ini sejalan dengan menurunnya industri logam timah. Kredit ke sektor bangunan berkontraksi sebesar 1,12% (yoy) pada triwulan I 2016 melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 3,57% (yoy). Sementara secara triwulanan kredit ke sektor ini mengalami kontraksi sebesar 2,62% (qtq) menipis dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga mengalami kontraksi sebesar 18,35% (qtq). Kredit ke sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh sebesar 22,78% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 33,78% (yoy). Sementara secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar 3,60% (qtq) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 5,55% (qtq). Tabel 3.1 Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Total Kredit 7,495 8,674 8,717 8,607 8,687 9,684 11,027 11,983 11,425 12,114 12,790 13,644 13,662 14,421 14,483 14,263 13,886 Kredit Lapangan Usaha/Sektoral 4,821 5,844 5,669 5,391 5,316 6,099 7,269 8,158 7,507 8,100 8,638 9,404 9,383 10,070 10,060 9,754 9,288 Pertanian Pertambangan dan Penggalian 1,274 1,622 1,795 1, ,224 1,810 2,631 2,239 3,255 3,570 3,711 3,647 3,995 3,958 3,459 3,204 Industri Pengolahan , ,033 1,015 Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,303 1,605 1,710 1,785 1,762 2,112 2,247 2,381 2,343 2,461 2,518 3,104 2,667 2,729 2,762 2,946 2,777 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Lainnya 2,674 2,830 3,048 3,216 3,371 3,585 3,759 3,825 3,918 4,014 4,153 4,241 4,279 4,352 4,423 4,509 4,598 Sektor Bukan Lapangan Usaha 2,674 2,830 3,048 3,216 3,371 3,585 3,759 3,825 3,918 4,014 4,153 4,241 4,279 4,352 4,423 4,509 4,598 56

77 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.4 Loan to Deposit Ratio / LDR Fungsi intermediasi perbankan pada triwulan laporan mengalami peningkatan, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit berdasarkan lokasi proyek mencapai 94,49%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 100,21%. Penurunan LDR sejalan dengan pertumbuhan penyaluran kredit yang melambat signifikan dibandingkan dengan pertumbuhan DPK. Grafik 3.7 DPK, Kredit dan LDR DPK Kredit LDR (RHS) 16,000 (Rp miliar) (%) ,000 12, ,49% 10, , , ,000 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung tercatat meningkat menjadi 4,23% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,00%. Hal ini menunjukkan, risiko kredit perbankan Bangka Belitung meningkat walaupun masih terkendali karena masih di bawah ambang batas aman NPL yakni 5%. Grafik 3.8 NPL Perbankan Bangka NPL % NPL 700, ,000 (Rp Juta) (%) 4.50% 4.23% 4.00% 500, % 3.00% 400, % 300, % 200, % 1.00% 100, % - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I % Peningkatan rasio NPL terjadi pada beberapa sektor antara lain sektor pertanian, perikanan, industri pengolahan dan administrasi pemerintahan. Kontribusi tertinggi NPL 57

78 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran perbankan Bangka Belitung berada pada sektor listrik, gas dan air. Sementara sektor pertambangan yang memiliki pangsa kredit terbesar memiliki NPL sebesar 3,18% meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,01%. Peningkatan NPL sejalan dengan perlambatan ekonomi yang menyebabkan beberapa pelaku usaha mengalami penurunan pendapatan sehingga berdampak pada terganggunya pelunasan kredit ke perbankan. 3.6 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp. 2,32 triliun. Nilai undisbursed loan tersebut mengalami peningkatan dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp. 2,00 triliun atau mengalami peningkatan sebesar 50,39% (yoy) dan secara triwulanan mengalami kontraksi sebesar 13,27% (qtq). Peningkatan undisbursed loan ini antara lain disebabkan oleh sikap dunia usaha yang masih wait and see dalam merealisasikan pinjamannya ditengah perlambatan ekonomi. 3.7 Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,41%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,39%. Suku bunga giro mengalami peningkatan menjadi 1,60% dari triwulan IV 2015 yang mencapai 1,54%. Untuk suku bunga tabungan mengalami penurunan menjadi 1,44% dari triwulan sebelumnya sebesar 1,54%. Sedangkan untuk suku bunga deposito cenderung stabil dari triwulan sebelumnya 6,92% menjadi 6,91% pada triwulan laporan. Sementara itu, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 11,72% pada triwulan I 2016 atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 11,89%. Sektor ekonomi yang mengalami penurunan rata-rata suku bunga tertimbang antara lain sektor perikanan dan konstruksi. Namun demikian, terdapat sektor-sektor yang mengalami kenaikan suku bunga tertimbang yaitu sektor pertanian dan pertambangan. Grafik 3.9 Suku Bunga Dana Pihak Ketiga Grafik 3.10 Suku Bunga Kredit Sektoral 9 % DPK GIRO TABUNGAN DEPOSITO PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN SBT PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN SBT PERIKANAN SBT INDUSTRI PENGOLAHAN SBT 8 18 PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN SBT (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

79 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.8 Bank Umum Syariah Growth % (yoy) TW IV ,41 20,16-8,75 363, TW I ,06 20,82-14,49 345, Total aset Bank Umum Syariah (BUS) pada triwulan I 2016 mencapai Rp303,28 miliar atau secara tahunan mengalami kontraksi sebesar 3,06% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 12,41% (yoy). Sisi penghimpunan dana masih mengalami pertumbuhan sebesar 20,82% (yoy), meningkat dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 20,16% (yoy). Kontribusi pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga disebabkan oleh komponen giro dan deposito yang mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 28,44% (yoy) dan 47,37% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 11,46% (yoy) dan 29,39% (yoy). Perlambatan pertumbuhan terjadi pada komponen tabungan menjadi sebesar 9,04% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami pertumbuhan sebesar 16,75% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kontraksi terjadi pada seluruh komponen, dimana komponen pembiayaan mengalami kontraksi sebesar 14,49% (yoy) setelah sebelumnya juga mengalami kontraksi sebesar 8,75% (yoy). Kontraksi tersebut disumbangkan oleh seluruh komponen pembiayaan syariah yaitu modal kerja, investasi dan konsumsi, masing-masing sebesar 7,23% (yoy), 26,23% (yoy) dan 12,96% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) menurun dari 363,21% pada triwulan IV 2015 menjadi 345,36% pada triwulan I Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan mengalami penurunan dari 1,96% menjadi 1,16%. 59

80 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 3.2 Bank Umum Syariah INDIKATOR Pertumbuhan (Rp Juta) II III IV I II III IV I II III IV I % qtq % yoy ASET 335, , , , , , , , , , , , % -3.06% DPK 242, , , , , , , , , , , , % 20.82% Giro 21,590 18,157 23,239 16,269 13,449 9,921 11,081 9,863 9,277 55,562 12,351 12, % 28.44% Tabungan 732,252 78,361 93,018 81, , , , , , , , , % 9.04% Deposito 147, , ,706 79,821 77,846 76,112 54,653 50,061 49,951 67,831 70,718 73, % 47.37% PEMBIAYAAN 1,065,838 1,289,560 1,234,733 1,259, , , , , , , , , % % Modal Kerja 378, , , , , , , , , , , , % -7.23% Investasi 269, , , , , , , , , , , , % % Konsumsi 418, , , , , , , , , , , , % % NPF (%) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Growth % (yoy) TW IV ,93 31,96 18,97 59,90 TW I ,15 20,17-0,30 47,52 Aset BPR di Bangka Belitung sebesar Rp125,40 miliar, tumbuh sebesar 25,15% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,93% (yoy). Melambatnya pertumbuhan aset BPR ini disebabkan oleh melambatnya pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) yang pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp88,51 miliar atau tumbuh sebesar 20,17% (yoy) lebih rendah jika dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 31,96% (yoy). Melambatnya pertumbuhan DPK dipicu oleh melambatnya pertumbuhan deposito yang tumbuh sebesar 19,34% (yoy) atau senilai Rp 74,03 miliar, angka tersebut lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 34,49% (yoy) atau mencapai nilai Rp. 72,92 miliar. Dilai pihak peningkatan pertumbuhan terjadi untuk komponen tabungan yang tumbuh menjadi 26,62% (yoy) atau senilai Rp 14,48 miliar setelah sebelumnya mengalami perutumbuhan sebesar 19,90% (yoy). Sementara itu, total penyaluran kredit BPR tercatat sebesar Rp42,06 miliar atau mengalami kontraksi sebesar 0,30%, lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 18,97% (yoy). Fungsi intermediasi BPR menurun, dimana Loan to Deposit Ratio (LDR) kredit mencapai 47,52%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 50,90%. 60

81 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik Aset, DPK dan Kredit BPR Grafik 3.12 DPK BPR 140, ,000 (Rp miliar) Aset DPK Kredit Rp Miliar 100,000 90,000 80,000 Tabungan Deposito DPK 100,000 70,000 80,000 60,000 50,000 60,000 40,000 40,000 20,000 30,000 20,000 10,000 - I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Grafik 3.13 Pangsa DPK BPR Grafik 3.14 LDR BPR Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.10 Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2016 mengalami peningkatan. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit sebesar 26,29% pada triwulan I 2016 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 24,49%. Pada akhir triwulan I 2016, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp3,65 triliun atau meningkat signifikan sebesar 15,47% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,86% (yoy). Pertumbuhan penyaluran kredit UMKM pada triwulan I 2016 disumbangkan oleh sektor pertambangan dan penggalian, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi serta sektor jasa kesehatan. Sementara itu pertumbuhan kredit kepada sektor pertambangan dan penggalian, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi dan jasa kesehatan masing-masing sebesar 79,45% (yoy), 61,56% (yoy) dan 53,24% (yoy). Sedangkan untuk Administrasi pemerintahan dan perantara keuangan mengalami kontraksi masing-masing sebesar 46,28% (yoy) dan 13,14% (yoy) 61

82 Secara sektoral pangsa kredit UMKM di dominasi oleh sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 53,81%, diikuti sektor pertambangan sebesar 11,08%, sektor pertanian sebesar 8,39%, sektor industri pengolahan sebesar 5,71%, sektor konstruksi sebesar 5,71%. Sementara itu NPL UMKM pada triwulan I tahun 2016 meningkat menjadi sebesar 5,94% dari triwulan sebelumnya 5,71%. Tabel 3.3 Kredit UMKM Bangka Belitung Kredit UMKM I II III IV I II III IV I II III IV I Kredit UMKM (Rp Miliar) 2, , , , , , , , , , , , , % yoy 18.98% 11.06% 42.05% 14.83% 23.65% 19.31% 15.98% 15.73% 5.58% 0.39% -0.26% 0.86% 15.47% Rasio terhadap kredit Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Grafik 3.16 Kredit dan NPL UMKM Konstruksi, 4.44% Industri Pengolahan, 5.71% Pertanian, Perburuan dan Kehutanan, 8.39% Lainnya, 16.54% Pertambangan dan Penggalian, 11.08% Perdagangan Besar dan Eceran, 53.81% Miliar yoy (%) Rasio NPL I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3.17 Pangsa Kredit UMKM Secara Sektoral Kredit menengah, 38.71% Kredit Mikro, 23.41% Kredit Kecil, 37.88% 3.11 Eksposure Perbankan Pada Sektor Korporasi Sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit pada triwulan I 2016, penyaluran kredit korporasi mengalami kontraksi lebih dalam dari 0,28% (yoy) menjadi 5,84% (yoy). Hal ini 62

83 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran terutama disebabkan oleh kontraksi pada kredit pertambangan dan penggalian. Sektor pertambangan dan penggalian yang memiliki pangsa terbesar (50,77%) mengalami kontraksi lebih dalam dari 7,76% (yoy) menjadi 12,76% (yoy). Sementara itu kredit industri pengolahan tumbuh melambat dari 8,53% (yoy) menjadi 3,73% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaan, perlambatan didorong oleh terjadinya penurunan kredit modal kerja dan kredit investasi yang memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit korporasi. Kredit modal kerja mengalami kontraksi 6,83% (yoy) dari sebelumnya terkontraksi 8,32% (yoy), demikian pula dengan kredit investasi mengalami kontraksi sebesar 2,29% (yoy) dari sebelumnya tumbuh sebesar 42,18% (yoy). Perlambatan kedua jenis kredit ini turut mengkonfirmasi kondisi dunia usaha Bangka Belitung yang masih tertekan oleh dampak perlambatan ekonomi. Grafik 3.18 Pangsa Kredit Korporasi REAL ESTATE, USAHA PERSEWAAN, DAN JASA PERUSAHAAN, 4.61% LISTRIK, GAS DAN AIR, 6.21% PERTANIAN, PERBURUAN DAN KEHUTANAN, 8.12% KONSTRUKSI, 2.79% PERDAGANGAN BESAR DAN ECERAN, 8.39% PENYEDIAAN AKOMODASI DAN PENYEDIAAN MAKAN MINUM, 2.05% TRANSPORTASI, PERGUDANGAN DAN KOMUNIKASI, 1.54% PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN, 50.77% INDUSTRI PENGOLAHAN, 14.81% Grafik 3.19 Pangsa Kredit Korporasi Per Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi 0.06% Konsumsi 24.07% Investasi 75.88% Modal Kerja Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Korporasi Sektor Utama Bangka Belitung 63

84 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kredit bermasalah korporasi juga mengalami peningkatan pada triwulan laporan, tercermin dari rasio NPL yang meningkat dari 6,02% menjadi 6,13%. Beberapa sektor yang masih menunjukkan peningkatan risiko kredit (NPL), diantaranya Sektor listrik, air dan gas (42,16%), transportasi, pergudangan dan komunikasi (18,17%), Sektor Perdagangan Besar dan Eceran (10,78%), Sektor Konstruksi (8,06%). Grafik 3.21 Pertumbuhan NPL Kredit Korporasi Tingginya tekanan yang dialami dunia usaha sebagai dampak perlambatan ekonomi global dan pelemahan konsumsi domestik, serta penurunan harga komoditas diindikasikan menjadi pendorong utama perlambatan kredit sektor korporasi pada triwulan I Korporasi melakukan upaya-upaya efisiensi, termasuk menahan pencairan kredit (tidak menambah komponen sumber dana pinjaman) untuk mengurangi biaya operasional. 64

85 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.12 Ketahanan Sektor Rumah Tangga Sumber Kerentanan dan Kondisi Sektor Rumah Tangga Perlambatan ekonomi Bangka Belitung masih berlanjut di 2016 sebagai dampak dari pelemahan ekonomi global dan masih belum pulihnya permintaan komoditas utama. Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga akan berdampak pada sektor rumah tangga sebagai kontributor utama PDRB. Namun demikian berdasarkan hail survey konsumen yang dilakukan Bank Indonesia, rata-rata Indeks Keyakinan Kosumen (IKK) dan Indeks Kondisi (IKE) di triwulan I 2016 masing-masing sebesar 109,89 dan 97,39, sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata triwulan IV 2015 yaitu masing-masing sebesar 95,21 dan 80,88. Demikian pula Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tercatat sebesar 122,39, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 110,83. Hal tersebut menunjukkan adanya optimism masyarakat terhadap perbaikan ekonomi kedepan. Perlambatan konsumsi masyarakat antara lain juga disebabkan oleh cukup tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) yang berdampak pada penurunan pendapatan masyarakat. Seiring dengan semakin meningkatnya tekanan yang dihadapi dunia usaha, Jumlah pengangguran di Bangka Belitung pada Feb 2016 mencapai orang atau 6,17% meningkat dibandingkan Feb 2015 sebanyak orang atau 3,35% Dana Pihak Ketiga Perseorangan di Perbankan Pertumbuhan DPK Rumah Tangga di Bangka Belitung pada Triwulan I 2016 menurun. DPK Rumah Tangga tumbuh sebesar 6,35% (yoy) melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,09% (yoy). Sektor Rumah Tangga masih mendominasi porsi DPK perbankan. Pada triwulan I 2016 Pangsa DPK Rumah Tangga mengalami penurunan dibandingkan posisi triwulan IV 2015 dari sebesar 75,15% menjadi sebesar 65,43%. Preferensi Rumah Tangga dalam simpanan masih didominasi oleh tabungan dan deposito masing-masing dengan porsi sebesar 61,22% dan 35,71% pada triwulan I Pertumbuhan DPK dalam bentuk deposito meningkat dari 11,65% (yoy) pada triwulan IV 2015 menjadi 15,13% pada triwulan I Sementara itu, giro dan tabungan mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 20,90% (yoy) dan 4,34% (yoy) menjadi 13,55% (yoy) dan 1,52% (yoy) pada triwulan laporan. 50% Grafik 3.22 Pertumbuhan Komponen DPK Rumah Tangga ggiro (%) gtabungan (%) gdeposito (%) Grafik 3.23 Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga Perorangan Nominal Pertumbuhan (%yoy) 14,000 (% yoy) (Rp miliar) 20% 40% 30% 20% 12,000 10,000 15% 10% 0% 8,000 10% -10% -20% -30% -40% -50% I II III IV I II III IV I II III IV I ,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I % 0% -5% 65

86 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.24 Pangsa DPK Rumah Tangga Grafik 3.25 Komposisi Dana Pihak Ketiga Rumah Tangga Perseorangan Lainnya 100% 90% 30.16% 37.73% 33.06% 37.16% 30.80% 35.42% 33.59% 38.06% 34.57% 80% 39.02% 28.03% 36.93% 24.34% 36.98% 24.51% 38.68% 24.85% 70% 60% 50% 40% 69.84% 62.27% 66.94% 62.84% 69.20% 64.58% 66.41% 61.94% 65.43% 30% 60.98% 71.97% 63.07% 75.66% 63.02% 75.49% 61.32% 75.15% 20% 10% 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% Giro Tabungan Deposito 27.85% 28.69% 30.02% 30.93% 32.99% 34.70% 33.97% 32.25% 35.71% 68.54% 67.81% 66.96% 66.11% 64.14% 61.96% 62.94% 64.41% 61.22% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 0% 3.61% 3.50% 3.02% 2.96% 2.87% 3.33% 3.09% 3.34% 3.07% I II III IV I II III IV I Kredit Perseorangan di Perbankan Sejalan dengan kondisi pada sektor korporasi, kinerja kredit sektor rumah tangga turut melambat dari 9,11% (yoy) menjadi 8,68% (yoy), terutama didorong oleh perlambatan kredit pemilikan rumah-kpr, KPA dan Rukan tumbuh melambat dari 7,70% (yoy) menjadi 5,95% (yoy). Selain itu, kredit kendaraan bermotor-kkb mengalami kontraksi yang menipis dari 8,41% (yoy) menjadi 5,47% (yoy). Sementara kredit multiguna meningkat dari 2,65% (yoy) menjadi 3,86% (yoy). Grafik 3.26 Pertumbuhan Kredit Perseorangan Nominal Pertumbuhan (%yoy) 8,000 (Rp miliar) (% yoy) 30% 7,000 25% 6,000 5,000 20% 4,000 15% 3,000 10% 2,000 1,000 5% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I % Perlambatan KPR terutama didorong perlambatan KPR tipe 21 dari sebelumnya mengalami kontraksi 1,39% (yoy) menjadi 14,00% (yoy), serta KPR tipe di atas 70 yang mengalami kontraksi dari 6,00% (yoy) menjadi 7,27% (yoy). Kredit kepemilikan rukan mengalami peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,63% (yoy) menjadi 3,02% (yoy). Kondisi ini sekaligus mengkonfirmasi tingginya pembangunan proyek pembangunan rukan pada periode laporan. 66

87 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kontraksi yang menipis terjadi pada kredit kendaraan bermotor. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh penipisan kontraksi KKB sepeda motor dari 35,90% (yoy) menjadi 24,64% (yoy) dan kontraksi yang menipis pada KKB mobil roda empat dari 9,51% (yoy) menjadi 5,65% (yoy). Kondisi ini sejalan dengan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung, dimana pengeluaran masyarakat untuk pembelian barang tahan lama naik dari 79,0 (SBT) menjadi 97,0 (SBT). Sementara itu kredit pemilikan apartemen-kpa masih menunjukkan kontraksi dari sebelumnya. Kondisi tersebut terutama didorong kontraksi KPA tipe di atas 70 dari 46,68% (yoy) menjadi 41,57% (yoy) yang diperkirakan turut dipengaruhi oleh penurunan suku bunga kredit dari 10,93% menjadi 10,66%. Grafik 3.27 Pangsa kredit Perseorangan Grafik 3.28 Pertumbuhan Komponen Kredit Perseorangan Perseorangan Lainnya 100% gkpr+kpa+rukan (% yoy) gkkb (%yoy) gmultiguna (%yoy) 90% 100% (%yoy) 80% 39.64% 41.71% 46.27% 49.39% 45.58% 47.05% 48.29% 49.92% 49.52% 51.07% 50.73% 47.73% 46.02% 80% 70% 60% 60% 50% 40% 40% 30% 60.36% 58.29% 53.73% 50.61% 54.42% 52.95% 51.71% 50.08% 50.48% 48.93% 49.27% 52.27% 53.98% 20% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I II III IV I 0% I II III IV I II III IV I II III IV I -20% Di tengah perlambatan penyaluran kredit RT, rasio NPL masih terjaga di bawah 5%, walaupun mengalami sedikit peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 2,37% menjadi 2,81%. Kondisi ini diharapkan semakin mampu memantapkan kinerja penyaluran kredit rumah tangga kedepan. Grafik 3.29 Posisi NPL Sektor Rumah Tangga per Jenis Penggunaan 67

88 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.13 Sistem Pembayaran Transaksi sistem pembayaran non-tunai khususnya kliring di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami penurunan. Nilai transaksi kliring selama triwulan I 2016 mencapai Rp1,012 triliun atau mengalami kontraksi 8,65%(yoy) dibanding triwulan IV 2015 sebesar Rp1,066 triliun. Dari sisi warkat mengalami penurunan yakni lembar dibanding triwulan IV 2015 sebesar lembar. Perputaran kliring per hari pada triwulan I 2016 mencapai Rp16,59 miliar atau mengalami kontraksi 7,16%(yoy) dibanding triwulan IV 2015 yang sebesar Rp17,19 miliar. Sedangkan dari sisi jumlah warkat per hari turun menjadi 621 warkat dari 644 warkat pada triwulan sebelumnya. Sementara itu, penolakan cek/bg tahun triwulan I 2016 mencapai Rp29,840 miliar atau sebanyak lembar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya Rp27,27 miliar atau sebanyak 885 lembar. Sehingga rasio penolakan warkat cek/bg triwulan I 2016 meningkat menjadi sebesar 2,80% dibandingkan triwulan IV 2015 sebesar 2,22%. Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN I II III IV I II III IV I Perputaran Kliring a. Nominal (Rp Juta) 1,178,580 1,182,544 1,240,220 1,305,731 4,907,075 1,107,876 1,060,525 1,056,939 1,066,090 4,291,430 1,012,000 b. Warkat (lembar) 38,726 41,349 40,132 42, ,621 40,246 38,479 39,012 39, ,660 37,874 Perputaran Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 19,009 20,746 19,080 20,088 19,707 17,869 17,386 16,777 17,195 17,304 16,590 b. Warkat (lembar) Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 23,307 19,652 22,377 27,481 92,817 20,934 24,977 19,289 27,274 92,474 29,840 b. Warkat (lembar) , , ,433 1,061 Jumlah Hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.98% 1.66% 1.80% 2.10% 1.89% 1.89% 2.36% 1.83% 2.56% 2.15% 2.95% b. Warkat (%) 1.37% 1.44% 1.52% 1.93% 1.57% 1.83% 2.73% 1.96% 2.22% 2.18% 2.80% Dari sisi sistem pembayaran tunai, pengedaran uang dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengalami net inflow, pada triwulan laporan, inflow tercatat sebesar Rp.575,98 miliar dan outflow sebesar Rp.193,86 miliar sehingga terjadi net inflow sebesar Rp.382,12 miliar. Sementara, pada triwulan sebelumnya terjadi net outflow yang lebih besar yaitu sebesar Rp.341,06 miliar dimana inflow tercatat sebesar Rp.242,94 miliar dan outflow sebesar Rp.583,90 miliar. Net inflow pada triwulan ini sebagai dampak dari penurunan konsumsi masyarakat sehubungan dengan perlambatan ekonomi. 68

89 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 3.5 Tabel Inflow - Outflow KETERANGAN I II III IV I II III IV I II III IV I Inflow (Rp Juta) 302, , , , , , , , , , , , , Outflow (Rp Juta) 415, , , ,072, , , , , , , , , , Dalam rangka clean money policy, Bank Indonesia melakukan kegiatan kas keliling selama Triwulan I 2016 yang dilakukan di Pangkalpinang, Terentang, Sadai, Tanjungpandan, Kelapa, Sungaiselan, Jebus, Belinyu dan Toboali. Selama Triwulan I 2016, jumlah uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebanyak 96 lembar atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 148 lembar. Jenis pecahan uang palsu yang ditemukan dan dilaporkan selama periode laporan adalah pecahan Rp ,00 sejumlah 35 lembar, pecahan Rp50.000,00 sejumlah 33 lembar, pecahan Rp20.000,00 sejumlah 27 lembar dan pecahan Rp.5.000,00 sejumlah 1 lembar. Grafik 3.30 Penemuan Jumlah Lembar Uang Palsu Di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Lembar I II III IV I

90 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Suplemen D. Implementasi Elektronifikasi Dalam Mendukung Pengembangan Smart City 1. Smart City Kota Pangkalpinang a. Perencanaan Pemerintah Daerah Kota Pangkalpinang merespon perkembangan smart city di beberapa kota di Indonesia dengan pembuatan master plan smart city walaupun masih dalam tahap pengembangan dan akan dimasukkan dalam Rencana Anggaran Pembangunan Daerah Perubahan Kota Pangkalpinang tahun Diantara beberapa rencana dimaksud sebagian telah terealisasi khususnya beberapa program smart education. Beberapa konsep smart city yang akan dikembangkan diantaranya adalah: - Smart Government (1) E-Kelurahan (Memaksimalkan pelayanan kepada masyarakat dalam pengurus-an KTP, KK, Surat Kelahiran/Kematian, dll) (2) E-Office (untuk memepercepat proses birokrasi, tidak menggunakan kertas dalam lembar disposisi. Menggunakan aplikasi yang di install di android dan laptop. (hanya untuk Pejabat Eselon IV Ke atas) (3) Pemasangan WiFi di beberapa titik seperti di komplek perkantoran SKPD, Alunalun Taman Merdeka, Taman Sari, dan di Pantai Pasir Padi. (4) Location Based Messenger, Info tentang pariwisata, restoran dan lainnya saat memasuki kota Pangkalpinang. - Smart Education (1) Infrastruktur: Pengembangan titik client, Hotspot Wireless Partner Education Connection Cisco & di Sekolah-Sekolah serta Hotspot Wireless Kantor-kantor dan tempat umum (2) E-Content: E-Learning Basis Web, E-Library/E-Catalog buku, E-Book/Modul, TV Edukasi, Fingger print (Absensi Sidik Jari), Web School ( SISFO, Mapping Pendidikan, VOIP Edu, Remote CCTV Monitoring, Aplikasi keuangan, service (user@dinpendikpkp.go.id), Bank data, E-procurement, SMS E-procurement, SMS Gateway (DINDIKPKP), Sistem Informasi Kantor dan absensi Wajah. 70

91 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran - Smart Economy (1) Pembangunan CBD Sudirman Kota Pangkalpinang (2) CBD Teluk Bayur (3) Pangkalpinang Transportastion Development Concept (4) Perluasan Pengembangan Pelabuhan Pangkalbalam dan Pasir Padi Water Front City - Smart Environment (1) Civic Ecological Community (CEC) Alum-Alun Taman Merdeka dan Taman Sari (2) Normalisasi dan Penataan Sungai (3) Penataan Taman dan City Public Space : Kacang Pedang E-Park dan Aeronautical Park b. Dukungan sektor swasta dalam mewujudkan smartcity - Infrastruktur Information and Communication Technology Beberapa perusahaan telekomunikasi di sektor ini merupakan market leader dalam penyediaan infrastruktur jaringan dan fixed communication serta mobile communication. Beberapa layanan yang disediakan jasa telekomunikasi tersebut yang sudah terealisasi yaitu: (1) Jaringan 4G/LTE di Kota Pangkalpinang dan Kota Tanjung Pandan. (2) Delapan puluh titik hotspot. Beberapa layanan dan infrastruktur yang didukung dan telah tersedia pelayananya adalah penyediaan solusi CCTV, Social Media Analytic, Public Portal, solusi Machine to Machine dan City Digital Media. Perusahan telekomunikasi juga akan menyediakan solusi Urban CCTV Surveillance berupa video analytic dalam konteks Safe City yang dapat menganalisis kondisi lalu lintas, kemacetan serta memonitoring lokasi-lokasi rawan kriminal. Social media analytic menyajikan data trending topic dan analisis tentang Kota Pangkalpinang yang diperoleh dari social media (Facebook dan Twitter). Dengan layanan ini pemerintah daerah akan mengetahui topik terhangat yang dibahas oleh masyarakatnya saat ini. Selanjutnya beberapa perusahaan telekomunikasi juga akan membangun aplikasi Decision Support System yang akan memudahkan pemerintah daerah dalam pengambilan keputusan berdasarkan pada data statistik masyarakat. Untuk mempermudah penyebaran dan penyampaian informasi ke publik, disediakan portal bagi masyarakat untuk mendapatkan layanan pemerintah secara mandiri (selfservice), terpusat dan terintegrasi dengan pembayaran. 71

92 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Untuk kemudahan pembayaran, kontak menyediakan layanan solusi machine to machine (M2M) yang mencakup untuk payment, tracking dan energy management. Penyediaan ini menjadi semakin lengkap dengan adanya Panic Button untuk solusi keamanan yang terpusat dan terintegrasi dimana dalam kondisi darurat dapat mengirimkan alert kepada keluarga terdekat dan dispatch langsung ke Command Center, City Apps, Immersive Telepresence serta Remote Command Center. Tidak hanya dari sisi infrastruktur, kontak juga dapat mendukung pemda melalui aplikasi-aplikasi yang dapat memudahkan masyarakat dan wisatawan untuk memperoleh informasi khususnya informasi terkait pariwisata dan transportasi. Informasi lainnya juga dapat meliputi hotel, objek dan kegiatan wisata, pusat perbelanjaan, restoran, layanan kesehatan, informasi perbankan, tempat ibadah, layanan transportasi, agen tour travel, pusat layanan masyarakat dan radio online. - Hunian dengan Konsep Smart Living Salah satu dukungan sektor swasta dalam mendukung konsep smart city yang diharapkan dapat membentuk smart people perlu dilengkapi dengan tersedianya hunian tempat tinggal yang mengusung konsep smart living dimana setiap aktivitas warga dilingkungannya semakin mudah, aman, efisien dan ramah lingkungan, kontak di sektor properti yang merupakan salah satu pemain besar di sektor ini memberikan gambaran beberapa konsep pembangunan hunian yang diusung telah mendukung pengembangan smart city dan pertumbuhan ekonomi baru di Pangkalpinang. Proyek pembangunan hunian masih terus dijalankan sesuai dengan master plan awal, pengembang percaya diri untuk membangun hunian yang akan menjadi icon di daerah ekonomi baru sesuai dengan tata ruang perkotaan. Visi yang dibangun cukup ambisius yaitu menciptakan Kota Mandiri dengan mengusung konsep kota hijau dan berupaya untuk menciptakan gaya hidup yang lebih sehat, hijau dan berkualitas melalui berbagai taman, danau, ruang terbuka hijau, taman burung dan berbagai pilihan pepohonan sebagai sirkulasi udara alami. Terdapat 8 elemen yang merupakan bagian tidak terpisahkan dalam menciptakan konsep smart living dan green living yang diyakini dapat menciptakan kenyamanan penghuninya. Elemen-elemen tersebut diantaranya adalah: (1) Exclusive 72

93 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Desain hunian arsitektural yang inovatif, lingkungan tertata rapih, ruang terbuka hijau 40% dari seluruh kawasan, sistem drainage mandiri dan pengelolaan air bersih mandiri melalui Water Treatment Plant. (2) Esthetic Desain bangunan telah diperhitungkan sirkulasi udara dan cahaya serta meminimalisasi penggunaan energy listrik. Desain landscape lingkungan inovatif, hijau dan Indah berupaya menciptakan keteduhan dan sirkulasi udara serta hembusan angin melalui variasi pepohonan dan danau. (3) Experience Menciptakan pengalaman baru bagi para penghuninya dengan bukan sekedar rumah dan landscape yang menawan namun juga menciptakan beberapa spot dengan tema tematik seperti bird sound sepanjang boulevard utama, iconic sky bridge dan menata kawasan danau sebagai tempat penghuni bersosialisasi serta berolahraga. (4) Entertainment Sebagai kota mandiri, kawasan akan memiliki pusat berbelanja, hotel, sport center dan entertainment center. Kota mandiri yang digagas mirip dengan hunian dengan konsep one stop living dengan berupaya mempersiapkan kebutuhan penghuni berada dekat dengan mereka. (5) Economic Pengembangan yang dilakukan terus menerus dalam mendukung smart people melalui berbagai inovasi diharapakan dapat terus meningkatkan nilai investasi kawasan serta dapat menjadi mitra pemerintah dalam menciptakan Kota Pangkalpinang yang modern. (6) Entrepreneur Dalam mendukung penciptaan wirausaha muda, kontak menciptakan kawasan khusus untuk berjualan (iwalk commercial area) baik berupa lapangan atau ruko. (7) Education Untuk mendukung konsep smart people, kedepan kontak akan mendirikan National Plus School serta beberapa lokasi dengan hotspot terpasang sehingga kawasan tersebut dapat terkoneksi dengan internet di beberapa tempat utama. (never ending learning) (8) Effective 73

94 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Untuk menjadi sebuah green city kontak melengkapi kawasan dengan Care Management Estate berupa Waste Management (pemisahan sampah organik dan anorganik untuk mempermudah proses daur ulang oleh estate management) dan Water Management (aplikasi bioswales untuk membantu peresapan air dan aplikasi sistem irigasi perawatan lingkungan serta saving water bathroom technology) 2. Program Elektronifikasi Bank Indonesia dan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Pada tahun 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bangka Belitung telah melakukan inisiasi pelaksanaan elektronifikasi pada aktivitas Pemerintah Daerah di tingkat Provinsi dengan ditandatanganinya Memorandum of Understanding (MoU) No.17/1/ PPTBI/PEKI/PkP dan No.900/037/III/2015 Tanggal 22 Desember 2015 Tentang Kerjasama dan Koordinasi Dalam Rangka Pelaksanaan Tugas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Pada tahun 2016 realisasi dari tindak lanjut MoU tersebut adalah (1) inisiasi program elektronifikasi Sistem Pembayaran Pajak PPh 21 untuk honor pegawai dan (2) inisiasi Elektronifikasi Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (samsat) on-line. Kedua program tersebut akan melibatkan Dinas Pengelolaan Dan Penerimaan Kekayaan Aset Daerah (DPPKAD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan Bank Pembangunan Daereah Sumatera Selatan dan Bangka Belitung. Kedua program tersebut berada pada tahap persiapan operasional yaitu sosialisasi kepada pegawai pemda serta proses switching jaringan Telkom. Selain kedua program elektronifikasi diatas, saat ini juga tengah dilakukan Mapping program penerimaan/pembayaran Pemerintah Kota Pangkalpinang yang memungkinkan untuk dilakukan elektronifikasi untuk peningkatan efisiensi dan efektivitas kerja. 3. Program Keuangan Inklusif Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah Untuk mempercepat peningkatan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, salah satu upaya yang dilakukan BI bersama Pemda adalah upaya peningkatan inklusi keuangan kepada masyarakat melalui beberapa program unggulan antara lain: 74 (1) Perluasan agen Layanan Keuangan Digital di Pelaku usaha, koperasi, dan Pondok Pesantren. Program ini bertujuan untuk memberikan keterjangkauan pelayanan perbankan bagi komunitas koperasi dan pesantren yang memiliki banyak anggota dan berada di daerah pelosok. Program ini dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Koperindag, Perbankan dan kantor wilayah Kementerian Agama.

95 Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran (2) Program Edukasi Keuangan Kepada pelaku usaha UMKM dan guru. Program ini bertujuan untuk mengurangi gap informasi serta meningkatkan literasi keuangan kepada masyarakat. Dalam pelaksanaannya melibatkan Dinas Pendidikan dan Dinas yang menangani UMKM. 75

96 BAB. 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada triwulan I 2016 realisasi pendapatan daerah Provinsi dan Kabupaten di Kepulauan Bangka Belitung rata-rata mencapai 25%, sementara realisasi belanja baru berkisar 8% - 12% Rendahnya realisasi belanja terutama diakibatkan masih rendahnya realisasi belanja modal 4.1 APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I 2016 sebesar Rp531,51 miliar atau 26,37% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp2,01 triliun. Sementara realisasi belanja pada triwulan I 2016 sebesar Rp300,42 miliar atau tercapai 12,32% dari total rencana belanja daerah Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 63,79% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I 2016 sebesar Rp339,05 miliar atau 26,84% dari target tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp301,84 miliar atau 89,02% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan I 2016 mencapai 23,13% atau sedikit lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 25,82%. Perlambatan realisasi PAD tersebut terutama disebabkan realisasi lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang hanya tercapai sebesar Rp11,55 miliar, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp31,54 miliar. Pos dalam PAD yang realisasinya tertinggi dibandingkan yang dianggarkan adalah pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp4,98 miliar atau telah terealisasi 66,46%. Sementara kontributor realisasi PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah sebesar Rp113,12 miliar dengan pangsa sebesar 86,16% dari total realisasi PAD. 76

97 Keuangan Daerah Secara keseluruhan, sampai dengan triwulan I 2016, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 43,48%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 54,69%. Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2016 mencapai Rp300,42 miliar atau 12,32% dari target belanja tahun Total realisasi belanja sampai dengan triwulan I 2016 sebesar Rp300,42 miliar dari total belanja yang direncanakan sebesar Rp2,43 triliun. Dari total realisasi belanja tersebut, sebesar Rp266,94 miliar merupakan belanja operasi atau dengan pangsa 88,85% dari total belanja. Sedangkan sisanya merupakan belanja modal, belanja tak terduga dan transfer dengan pangsa 11,15% dari total belanja. Realisasi belanja operasional pada triwulan I 2016 mencapai 18,02% dari target belanja operasional tahun 2016 dengan pangsa terbesar yaitu belanja pegawai sebesar Rp104,72 miliar atau 39,22% dan realisasi belanja barang sebesar Rp100,74 miliar atau 37,73% dari total belanja 77

98 Keuangan Daerah operasional kemudian realisasi belanja hibah sebesar 61,47 miliar atau 23,02% dari total belanja operasional. Sementara itu, belanja subsidi dan belanja bantuan sosial belum terealisasi pada triwulan I Realisasi belanja modal pada triwulan I 2016 mencapai 0,10% dari target belanja modal tahun 2016 dengan realisasi sebesar Rp0,33 miliar atau 0,11% dari total belanja daerah. Realisasi belanja modal tersebut didominasi oleh belanja peralatan dan mesin yang mencapai Rp0,23 miliar atau 70% dari total belanja modal. Sementara itu, realisasi belanja tak terduga pada triwulan I 2016 mencapai 50% dari target belanja tak terduga tahun 2016 dengan realisasi sebesar Rp1,00 miliar atau 0,33% dari total belanja daerah. Transfer bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota yang berasal dari bagi hasil pajak pada triwulan I 2016 terealisasi sebesar Rp32,13 miliar atau 5,22% dari target transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota tahun

99 Keuangan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung URAIAN ANGGARAN REALISASI SISA ANGGARAN % PENDAPATAN 2 3 PENDAPATAN ASLI DAERAH Pendapatan Pajak Daerah 500,844,833, ,121,568, ,723,265, % 4 Pendapatan Retribusi Daerah 9,061,667, ,614,897, ,446,770, % 5 Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan 7,500,000, ,984,331, ,515,668, % 6 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah 50,228,848, ,559,655, ,669,193, % 7 Jumlah Pendapatan Asli Daerah ( 3 s/d 6 ) 567,635,349, ,280,452, ,354,897, % PENDAPATAN TRANSFER Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 11 Dana Bagi Hasil Pajak 62,437,442, ,081,944, ,355,497, % 12 Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 163,717,845, ,130,644, ,587,200, % 13 Dana Alokasi Umum 905,526,208, ,842,056, ,684,152, % 14 Dana Alokasi Khusus 131,539,140, ,539,140, % 15 Jumlah Pendapatan Transfer - Dana Perimbangan ( 11 s/d 14 ) 1,263,220,635, ,054,645, ,165,989, % Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya - 18 Dana Otonomi Khusus Non Fisik - 105,410, (105,410,000.00) #DIV/0! 19 Dana Penyesuaian 179,626,400, ,068,600, ,557,800, % 20 Jumlah Pendapatan Transfer - Lainnya ( 18 s/d 19 ) 179,626,400, ,174,010, ,452,390, % 21 Total Pendapatan Transfer ( ) 1,442,847,035, ,228,655, ,042,618,379, % LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH Pendapatan Hibah #DIV/0! 25 Pendapatan Dana Darurat #DIV/0! 26 Sumbangan Pihak Ketiga #DIV/0! 27 Pendapatan Lainnya 5,000,000, ,000,000, % 28 Jumlah Lain-Lain Pendapatan Yang Sah ( 24 s/d 27 ) 5,000,000, ,000,000, % 29 JUMLAH PENDAPATAN ( ) 2,015,482,384, ,509,107, ,483,973,277, % BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai 517,914,772, ,726,409, ,188,362, % 34 Belanja Barang 680,980,654, ,747,498, ,233,155, % 35 Belanja Bunga Belanja Subsidi 3,000,000, ,000,000, % 37 Belanja Hibah 278,268,677, ,468,600, ,800,077, % 38 Belanja Bantuan Sosial 1,000,000, ,000,000, % 39 Jumlah Belanja Operasi ( 33 s/d 38 ) 1,481,164,103, ,942,508, ,214,221,595, % BELANJA MODAL Belanja Tanah 21,444,017, ,444,017, % 43 Belanja Peralatan dan Mesin 88,460,004, ,962, ,224,041, % 44 Belanja Gedung dan Bangunan 46,069,710, ,334, ,038,376, % 45 Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 161,125,272, ,125,272, % 46 Belanja Aset Tetap Lainnya 23,688,636, ,024, ,620,612, % 47 Belanja Aset Lainnya #DIV/0! 48 Jumlah Belanja Modal ( 42 s/d 47 ) 340,787,639, ,320, ,452,319, % BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga 2,000,000, ,000,000, ,000,000, % 52 Jumlah Belanja Tak Terduga ( 50 ) 2,000,000, ,000,000, ,000,000, % 53 JUMLAH BELANJA ( ) 1,823,951,743, ,277,828, ,555,673,914, % TRANSFER Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 615,231,415, ,138,428, ,092,986, % 57 Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota #DIV/0! 58 Bagi Hasil Pendapatan Lainnya ke Kabupaten/Kota #DIV/0! 59 Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota ( 56 s/d 59 ) 615,231,415, ,138,428, ,092,986, % 60 JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER ( ) 2,439,183,158, ,416,257, ,138,766,901, % 61 SURPLUS/DEFISIT ( ) (423,700,774,136.92) 231,092,849, (654,793,623,973.09) % PEMBIAYAAN 64 PENERIMAAN PEMBIAYAAN 65 Penggunaan SiLPA 423,700,774, ,119,256, ,581,517, % 66 Pencairan Dana Cadangan #DIV/0! 67 Hasil Penjualan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan #DIV/0! 68 Penerimaan Pinjaman Daerah #DIV/0! 69 Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Jumlah Penerimaan Pembiayaan ( 65 s/d 69 ) 423,700,774, ,119,256, ,581,517, % PENGELUARAN PEMBIAYAAN - 73 Pembentukan Dana Cadangan #DIV/0! 74 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah #DIV/0! 75 Pembayaran Pokok Utang #DIV/0! 76 Pemberian Pinjaman Daerah #DIV/0! 77 Jumlah Pengeluaran Pembiayaan ( 73 s/d 76 ) PEMBIAYAAN NETTO ( ) 423,700,774, ,119,256, ,581,517, % Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SiLPA) ,212,106, (567,212,106,671.99) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 79

100 Keuangan Daerah 4.2. APBD Kabupaten Belitung Gambaran Umum Realisasi pendapatan Kabupaten Belitung pada triwulan I 2016 sebesar Rp225,76 miliar atau 25,01% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp902,80 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 19,01%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp90,83 miliar atau tercapai 8,94% dari total anggaran 2016 sebesar Rp1,01 triliun. Secara persentase realisasi belanja pada triwulan laporan sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 8,28% Realisasi Pendapatan Daerah Pendapatan transfer menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kabupaten Belitung triwulan I 2016 dengan pangsa sebesar 86,38% dari total pendapatan daerah. Realisasi pendapatan transfer pada triwulan I 2016 sebesar Rp195,02 miliar dengan pangsa terbesar adalah pos Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp159,93 miliar atau 82,00% dari total pendapatan transfer. Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah pada triwulan laporan sebesar Rp30,72 miliar atau 13,60% dari total pendapatan. Sementara itu, persentase realisasi pada triwulan laporan mencapai 27,16% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 19,60%. Capaian tersebut ditopang oleh peningkatan realisasi pendapatan pajak daerah sebesar Rp13,87 miliar atau terealisasi sebesar 33,50%, pendapatan retribusi daerah sebesar Rp2,4 miliar atau terealisasi 26,33%, pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp3,73 miliar atau terealisasi sebesar 124,50%, serta pendapatan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp10,70 miliar atau terealisasi sebesar 17,99%. PAD tertinggi diperoleh dari pendapatan pajak daerah dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah masing-masing yaitu sebesar 45,17% dan 34,85% dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan I 2016 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 59,77%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 48,49%. 80

101 Keuangan Daerah Tabel 4.3 Realisasi APBD Kabupaten Belitung Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Grafik 4.2 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Belitung Sumber : Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Belitung, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2016 mencapai 8,94% dari target belanja tahun Total realisasi belanja pada triwulan I 2016 sebesar Rp90,83 miliar. Realisasi belanja didominasi belanja operasional sebesar Rp90,06 miliar dengan pangsa 99,16% dari total belanja atau mencapai 13,43% dari target belanja operasional tahun Realisasi belanja operasional terbesar yaitu belanja pegawai sebesar Rp61,69 miliar atau 68,49% dari total belanja operasional. Sementara itu, realiasi belanja modal mempunyai pangsa sebesar 0,83% dari total belanja operasional dengan realisasi sebesar Rp0,76 miliar atau mencapai 0,30% dari target belanja modal tahun Realisasi belanja modal terbesar yaitu realisasi belanja modal peralatan dan mesin sebesar Rp0,60 miliar atau 79,76% dari total belanja modal. 81

102 Keuangan Daerah Keuangan Daerah 4.3. APBD Kabupaten Bangka Barat Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I 2016 sebesar Rp191,23 miliar atau 25,50% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp749,79 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 22,88%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp66,16 miliar atau tercapai 8,47% dari anggaran 2016 sebesar Rp749,79 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 7,39% Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Barat dengan pangsa sebesar 87,20% dari total pendapatan daerah. Pangsa dana perimbangan tersebut lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 81,41%. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I 2016 sebesar Rp166,76 miliar atau mencapai 28,01% dari target pendapatan dana perimbangan 2016 dimana kontribusi terbesar berasal dari pos dana alokasi umum sebesar Rp147,32 miliar atau 88,35% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah tercapai sebesar Rp9,69 miliar atau 5,06% dari total pendapatan, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,02%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lainlain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan masing-masing yaitu sebesar Rp3,70 miliar (38,17%) dan Rp3,13 miliar (32,36%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Sedangkan pendapatan pajak daerah dan pendapatan retribusi daerah masing-masing yaitu sebesar Rp2,32 miliar (23,97%) dan Rp0,53 miliar (5,47%) dari total realisasi pendapatan daerah. Secara keseluruhan, pada triwulan I 2016 realisasi APBD mengalami surplus sebesar 65,40%, sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 65,99%. 82

103 Keuangan Daerah Tabel 4.4 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Barat Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Grafik 4.3 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Barat Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Barat, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2016 sebesar Rp66,16 miliar atau 8,47% dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp781,09 miliar. Pangsa terbesar pada anggaran belanja tahun 2016 adalah belanja operasi sebesar Rp65,96 miliar dengan pangsa 99,69% dari total belanja daerah triwulan I Realisasi belanja operasi terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp61,46 miliar atau 93,18% dari total belanja operasi. Sementara itu, realisasi anggaran belanja modal baru mencapai Rp0,20 miliar atau 0,30% dari total belanja Belanja peralatan dan mesin merupakan satu-satunya belanja modal yang terealisasi pada triwulan I APBD Kabupaten Bangka Tengah Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I 2016 sebesar Rp194,62 miliar atau 21,90% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp888,72 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih 83

104 Keuangan Daerah rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 28,32%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp79,01 miliar atau tercapai 8,49% dari anggaran 2016 sebesar Rp930,54 miliar. Realisasi belanja tersebut lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 11,24% Realisasi Pendapatan Daerah atau 85,2% dari total dana perimbangan. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka Tengah dengan pangsa sebesar 87,68% dari total pendapatan daerah, pangsa dana perimbangan tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 78,71%. Realisasi dana perimbangan pada triwulan I 2016 sebesar Rp170,65 miliar atau mencapai 24,68% dari target dana perimbangan Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp145,50 miliar Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp20,86 miliar atau 10,71 dari total pendapatan, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 8,52%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp10,61 miliar (50,87%) dan Rp5,68 miliar (27,26%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan hasil retribusi daerah masing-masing sebesar Rp3,47 miliar (16,66%) dan Rp1,08 miliar (5,18%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan sampai dengan triwulan I 2016, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 59,40%, lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 56,00%. Tabel 4.5 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Tengah Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % ,33 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah 84

105 Keuangan Daerah Grafik 4.4 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Tengah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka Tengah, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah pada triwulan I 2016 sebesar Rp79,01 miliar atau 8,49% dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp930,54 miliar. Realisasi belanja tersebut 74,17% merupakan belanja tidak langsung dan 25,82% merupakan belanja langsung. Realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp58,61 miliar atau 74,17% dari total belanja daerah, meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 69,33%. Pangsa terbesar dari belanja tidak langsung adalah belanja pegawai sebesar Rp54,47 miliar atau mencapai 92,93% dari total belanja tidak langsung. Realisasi belanja langsung mencapai Rp20,40 miliar atau 25,82% dari total belanja daerah, menurun dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 30,66%. Pangsa terbesar dari belanja langsung adalah belanja barang jasa sebesar Rp11,63 miliar atau mencapai 57,00% dari total belanja langsung APBD Kabupaten Bangka Gambaran Umum Realisasi pendapatan pada triwulan I 2016 sebesar Rp268,62 miliar atau 23,73% dari keseluruhan target pendapatan tahun 2016 sebesar Rp1.132,19 miliar. Nilai realisasi tersebut lebih rendah dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 24,20%. Sementara realisasi belanja sebesar Rp130,52 miliar atau tercapai 10,49% dari 85

106 Keuangan Daerah anggaran 2016 sebesar Rp1.244,01 miliar. Realisasi belanja tersebut sedikit lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10,04% Realisasi Pendapatan Daerah Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah kabupaten Bangka dengan pangsa sebesar 76,11% dari total pendapatan daerah, pangsa dana perimbangan tersebut meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 73,61%. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan I 2016 sebesar Rp204,45 miliar atau mencapai 24,19% dari target dana perimbangan tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp178,65 miliar atau 87,38% dari total dana perimbangan. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah sebesar Rp32,14 miliar atau 11,97% dari total pendapatan, sedikit lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 10,88%. Realisasi PAD tertinggi diperoleh dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dan pendapatan pajak daerah masing-masing yaitu sebesar Rp16,65 miliar (51,82%) dan Rp9,21 miliar (28,66%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Realisasi pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan retribusi daerah masing-masing sebesar Rp4,48 miliar (13,93%) dan Rp1,78 (5,56%) dari total realisasi pendapatan asli daerah. Secara keseluruhan sampai dengan triwulan I 2016, realisasi APBD mengalami surplus sebesar 51,41%, sedikit lebih rendah dari periode yang sama tahun sebelumnya yang mengalami surplus sebesar 56,26%. Tabel 4.6 Realisasi APBD Kabupaten Bangka Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Netto s.d Triwulan I 2016 % s.d Triwulan IV 2015 % s.d Triwulan III 2015 % s.d Triwulan II 2015 % s.d Triwulan I 2015 % Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah 86

107 Keuangan Daerah Grafik 4.5 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten Bangka Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Bangka, diolah Realisasi Belanja Daerah Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan I 2016 sebesar Rp130,52 miliar atau 10,49% dari target belanja tahun 2016 sebesar Rp1.244,01 miliar. Realisasi belanja didominasi belanja operasional sebesar Rp120,22 miliar dengan pangsa 87,05% dari total belanja. Realisasi belanja operasional terbesar yaitu realisasi belanja pegawai sebesar Rp76,74 miliar atau 63,83% dari total belanja operasional. Realisasi belanja modal mencapai Rp7,74 miliar atau 5,61% dari total belanja daerah, meningkat dari periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,86%. Pangsa terbesar dari belanja modal adalah belanja tanah mencapai 49,15% dari total belanja modal Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Selain bersumber dari APBD, pendanaan pembangunan di daerah juga bersumber dari Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan (TP). Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Sedangkan Tugas Pembantuan (TP) adalah penugasan-penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau desa, dari pemerintah provinsi kepada kabupaten, atau kota dan/atau desa, serta dari pemerintah kabupaten, atau kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. 87

108 Keuangan Daerah Pagu Dana Dekonsentrasi di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar Rp175,15 miliar dan Tugas Pembantuan Rp 219,95 miliar. Sehingga Pagu Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan sebesar Rp395,10 miliar. Tabel 4.7 Pagu dan Realisasi Anggaran Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Kewenangan Pagu (Miliar Rp) Realisasi Bulanan 2016 Jumlah Realisasi % Jan Feb Mar (Miliar Rp) Realisasi Dekonsentrasi Tugas Pembantuan Jumlah Sumber : Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Perbendaharaan Provinsi Bangka Belitung Realisasi dana dekonsentrasi hingga triwulan I 2016 tercatat sebesar Rp5,21 miliar atau 3,29% dari pagu. Sedangkan realisasi tugas pembantuan Rp38,47 miliar atau 17,49% dari pagu. Sehingga total realisasi dana dekonsentrasi dan tugas pembantuan sebesar Rp44,23 miliar atau 11,19% dari total pagu sebesar Rp395,10 miliar. 88

109 BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan dan kesejahteraan menunjukkan tingkat pengangguran meningkat. Sementara tngkat inflasi pedesaan dan Nilai Tukar Petani (NTP) menurun. 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada Februari 2016 turun dibandingkan Februari 2015 dari 70,20% menjadi 68,06%. Sejalan dengan penurunan TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan kenaikan dari 3,35% pada periode Februari 2015 menjadi 6,17% pada periode Februari Namun demikian, ke depan, berdasarkan hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengkonfirmasi bahwa ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang akan meningkat dibandingkan saat ini. Grafik 5.1 Tingkat Pengangguran Grafik 5.2 Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah Pada bulan Februari 2016, TPAK menurun dibandingkan dengan Februari 2015 yaitu dari 70,20% menjadi 68,06% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Sedangkan dilihat dari sisi pengangguran yang terlihat dari besaran TPT, tingkat pengangguran di Kepulauan Bangka Belitung mengalami kenaikan dari 3,35% pada Februari 2015 menjadi 6,17% pada Februari Naiknya tingkat pengangguran diakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor utama yang hal ini dikonfirmasi dengan porsi jumlah tenaga kerja di sektor pertambangan turun dari 12,20% pada bulan Februari 2015 menjadi sebesar 11,27% pada Februari 2016, sektor industri pengolahan Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I

110 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan turun dari 7,08% pada bulan Februari 2015 menjadi sebesar 6,14% pada Februari 2016, sektor bangunan turun dari 4,63% pada bulan Februari 2015 menjadi sebesar 3,22% pada Februari 2016, sektor angkutan, pergudangan dan telekomunikasi turun dari 3,48% pada bulan Februari 2015 menjadi sebesar 2,27% pada Februari 2016 serta sektor jasa kemasyarakatan turun dari 18,07% pada bulan Februari 2015 menjadi sebesar 17,87% pada Februari 2016 dari total angkatan kerja menurut lapangan kerja utama di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Tabel 5.1 Penduduk 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan Terbanyak, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Kegiatan Utama Feb 2013 Ags 2013 Feb 2014 Ags 2014 Feb 2015 Ags 2015 Feb 2016 Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja a. Bekerja b. Tidak Bekerja (Pengangguran Terbuka) Bukan Angkatan Kerja Tingkat Partisipasi Angkatan kerja (TPAK) 71,10 62,9 66,84 65,45 70,20 66,71 68,06 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 3,30 3,70 2,67 5,14 3,35 6,29 6,17 Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Distribusi tenaga kerja menurut lapangan pekerjaan utama di Bangka Belitung pada bulan Februari 2016 didominasi oleh sektor pertanian yakni dengan pangsa sebesar 32,00%. Sementara peningkatan penyerapan tenaga kerja terbesar juga terjadi pada sektor pertanian yang mengalami peningkatan dari 28,64% pada Februari 2015 menjadi 32,00% pada Februari Kemudian diikuti sektor perdagangan, hotel, dan restoran yang meningkat dari 23,53% pada Februari 2015 menjadi 24,27% pada Februari 2016, sektor keuangan dan jasa perusahaan meningkat dari 2,03% pada Februari 2015 menjadi 2,60% pada Februari 2016, serta sektor listrik, gas dan air yang meningkat dari 0,32 pada Februari 2015 menjadi 0,35% pada Februari

111 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.2 Jumlah dan Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Sektor Primer Lapangan Pekerjaan Utama Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Pertanian Jml % 29,50 29,00 26,20 28,06 28,50 31,41 28,64 36,63 32,00 Pertambangan Jml Sektor Sekunder % 23,20 21,9 19,60 21,28 19,40 17,50 12,20 12,24 11,27 Industri Pengolahan Jml % 4,90 6,20 5,10 6,06 5,60 5,88 7,08 5,65 6,14 Listrik, Gas dan Air Jml % 0,10 0,30 0,30 0,35 0,20 0,21 0,32 0,46 0,35 Bangunan Jml Sektor Tersier % 3,90 5,40 4,90 4,99 5,50 5,16 4,63 4,61 3,22 Perdagangan, Hotel dan Restauran Jml % 21,30 19,90 27,00 18,49 21,60 20,45 23,53 19,68 24,27 Angkutan, Pergudangan, dan Telekomunikasi Jml % 1,50 2,40 1,50 2,90 2,70 2,86 3,48 2,91 2,27 Keuangan dan Jasa Perusahaan Jml % 2,50 1,80 1,50 1,93 2,40 2,19 2,03 2,11 2,60 Jasa Kemasyarakatan Jml % 13,10 13,40 14,00 15,94 14,10 14,35 18,07 15,70 17,87 Total Jml % Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, di Bangka Belitung Status Pekerjaan Satuan Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Feb 14 Ags 14 Feb 15 Ags 15 Feb 16 Formal Total Berusaha dibantu buruh tetap/buruh dibayar Jml % 7,80 6,70 8,70 7,05 7,40 5,75 6,03 4,27 5,74 Buruh Karyawan Jml % 43,40 44,90 41,70 46,55 40,90 43,21 43,60 41,60 44,58 Informal Total Berusaha sendiri Jml % 21,00 23,40 21,30 20,81 24,90 20,12 25,16 20,55 20,37 Berusaha dibantu buruh tidak tetap/buruh tidak dibayar Jml % 21,50 9,20 10,50 9,65 10,50 11,51 10,17 12,79 12,21 Pekerja bebas Jml % 2,10 5,30 3,80 4,83 4,30 6,92 3,71 7,40 5,39 Pekerja tak dibayar Jml % 12,80 10,40 13,60 11,11 11,90 12,49 11, Jumlah total Jml Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan hasil liaison di perusahaan, rendahnya permintaan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun dan mempengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan ini. Untuk 91

112 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan mengatasi hal tersebut, pelaku usaha melakukan upaya efisiensi antara lain dengan mengurangi jam lembur, pengurangan shift dan menunda penggantian tenaga kerja yang pensiun. Selain itu, kenaikan UMP 2016 yang mencapai 11,5% juga memberikan tekanan pada dunia usaha untuk melakukan efisiensi. Namun demikian, penurunan harga BBM di awal tahun diperkirakan mampu mengurangi biaya operasional perusahaan khususnya biaya bahan baku dan biaya energi. Grafik 5.3 Likert Scale Biaya Bangka Belitung 5.2 Kondisi Kesejahteraan Petani Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 1. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan I 2016 mengindikasikan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indeks NTP triwulan I 2016 sebesar 101,75 yang sedikit menurun dari triwulan sebelumnya 103,90. Berdasarkan subsektor, 1 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 92

113 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan penurunan NTP pada triwulan I 2016 terutama disebabkan karena menurunnya NTP subsektor pekebun sebagai penyumbang terbesar turunnya NTP dari 109,17 pada triwulan sebelumnya menjadi 104,48 atau menurun sebesar -4,30%. Di sisi lain, NTP subsektor nelayan merupakan NTP pada triwulan ini yang mengalami peningkatan terbesar dari 100,71 pada triwulan sebelumnya menjadi 104,74 atau meningkat sebesar 4,00%. Sub Sektor Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I g (%) Umum Padi Palawija Horti Pekebun Peternak Nelayan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Grafik 5.4 Nilai Tukar Petani Grafik 5.5 Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Berdasarkan kelompok petani, tiga kelompok menunjukkan tren NTP menurun sementara dua kelompok menunjukkan tren NTP meningkat. Nilai NTP yang mengalami penurunan terjadi pada petani kelompok pekebun, peternak dan dan padi palawija. Nilai NTP yang mengalami peningkatan terjadi pada petani kelompok nelayan dan hortikultura. Kelompok NTP yang di atas 100 adalah petani kelompok nelayan sebesar 104,74 dan petani kelompok pekebun sebesar 104,48, serta petani kelompok hortikultura sebesar 100,62. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah peternak dan padi palawija masingmasing sebesar 90,02 dan 97,13. 93

114 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.3. Inflasi Pedesaan Pada triwulan I 2016, inflasi di pedesaan tercatat sebesar 4,46% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,73% (yoy) (tabel 5.5). Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Subsektor I II III IV I II III IV I Umum Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan,Rekreasi & Olahraga Transportasi dan Komunikasi Sumber : BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, diolah Inflasi tersebut disebabkan oleh peningkatan kelompok bahan makanan 5,87% (yoy), sandang 5,11% (yoy), makanan jadi 4,30% (yoy), perumahan 4,05% (yoy), kesehatan 3,21% (yoy), pendidikan, rekreasi dan olahraga 2,62% (yoy) serta transportasi dan komunikasi 1,80%. Grafik 5.6 Indeks Penghasilan Grafik 5.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Sumber : Survei Konsumen KPwBI Prov. Kep. Bangka Belitung, diolah 5.4 Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan. 94

115 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan sedikit meningkat. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 14,0% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih baik, sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk sebesar 42%. Sisanya atau 44,0% menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan triwulan lalu. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan meningkat dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, rumah tangga yang memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih baik sebesar 36,0% sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk yaitu 17,0%. Sisanya atau 47,0% menyatakan kondisi saat ini relatif sama dengan triwulan sebelumnya. Realisasi proyekproyek APBN 2016 yang dimulai pada awal tahun diharapkan akan mendorong peningkatan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang. Tabel 5.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini ( ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 95

116 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agus Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini relatif sama dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Sebanyak 36,0% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak 34,5%, sedangkan sebanyak 49,0% menganggap penghasilan mereka stabil dan sisanya sebanyak 15% menyatakan penghasilan mereka lebih buruk atau meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebanyak 12%. Masih belum membaiknya kinerja sektor utama yang menjadi unggulan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mengakibatkan penghasilan masyarakat masih belum mengalami peningkatan. 96

117 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini ( ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 37,5 53 9,5 100 Feb 42,5 48 9,5 100 Mar Apr Mei 53 40,5 6, Juni 47 46,5 6,5 100 Juli 39 48,5 12,5 100 Agus 33,5 60, Sep 30,5 63 6,5 100 Okt 42,0 50,5 7,5 100 Nov 42,0 52,0 6,0 100 Des 35,5 55,0 9,5 100 Jan 42,0 40,5 17,5 100 Feb 30,0 53,5 16,5 100 Mar 36,0 47,0 17,0 100 Apr 25,5 47,0 27,5 100 Mei 7,5 51,0 41, Jun 8,5 59,5 32,0 100 Jul 42,0 40,0 18,0 100 Agus 26,4 45,3 28,3 100 Sep 13,0 52,5 34,5 100 Okt 26,5 49,0 24,5 100 Nov 29,9 44,3 25,9 100 Des 34,5 53,5 12,0 100 Jan 36,0 52,5 11, Feb 39,5 47,0 13,5 100 Mar 36,0 49,0 15,0 100 Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan akan sedikit membaik. Hal ini sejalan dengan peningkatan jumlah responden yang berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan ke depan akan lebih baik dari 38,5% pada triwulan sebelumnya menjadi 47,5% pada triwulan laporan. Sebagian besar responden yakni sebanyak 47,5% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang sama dengan saat ini. Sementara 5,0% responden berpendapat penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk, sedikit menurun dari jumlah triwulan sebelumnya sebanyak 5,5%. Ekspektasi masyarakat terhadap tingkat penghasilan ke depan mengindikasikan adanya perbaikan penghasilan sejalan dengan mulai membaiknya harga komoditas utama seperti CPO, karet, lada, dan timah. Selain itu realisasi penyerapan anggaran pemerintah di triwulan kedepan diperkirakan akan meningkat, realisasi beberapa proyek 97

118 Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan infrastruktur akan mulai berjalan. Kondisi ini akan berimbas pada peningkatan jumlah lapangan kerja dan akan menambah penghasilan masyarakat. Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD ( ) Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Tahun Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan 48,5 47, Feb 37, ,5 100 Mar 43,5 52 4,5 100 Apr Mei Juni Juli 57 40,5 2,5 100 Agus Sep 44,5 53 2,5 100 Okt 56,0 41,5 2,5 100 Nov 58,5 38,0 3,5 100 Des 42,5 54,0 3,5 100 Jan 58,0 40,0 2,0 100 Feb 45,5 49,5 5,0 100 Mar 46,0 48,5 5,5 100 Apr 31,5 61,5 7,0 100 Mei 14,0 68,0 18, Jun 19,0 60,0 21,0 100 Jul 45,5 44,5 10,0 100 Agus 35,8 58,2 6,0 100 Sep 27,5 59,0 13,5 100 Okt 36,5 51,5 12,0 100 Nov 36,3 54,2 9,5 100 Des 38,5 56,0 5,5 100 Jan 41,0 49,0 10, Feb 50,0 45,5 4,5 100 Mar 47,5 47,5 5,0 100 Sumber: Survei Konsumen KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 98

119 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 99

120 BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2016 diperkirakan meningkat didukung membaiknya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya investasi serta realisasi pembangunan infrastruktur oleh Pemerintah dan Non Pemerintah sejak awal tahun. Ekspor diperkirakan mulai meningkat seiring dengan mulai membaiknya harga komoditas timah. Sementara itu, tekanan inflasi diperkirakan sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, namun dalam level yang terkendali Pertumbuhan Dunia Pertumbuhan ekonomi dunia melambat dipengaruhi oleh pemulihan ekonomi negara maju yang belum solid dan pertumbuhan negara berkembang yang cenderung menurun. Perekonomian Amerika Serikat masih belum solid sejalan dengan masih lemahnya kegiatan manufaktur dan net ekspor. Pemulihan ekonomi Eropa yang masih lemah dan mengalami deflasi mendorong berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter. Sementara ekonomi Jepang masih melambat sehingga menyebabkan Bank of Japan terus melakukan kebijakan suku bunga negatif. Disisi lain, perekonomian Tiongkok mengarah ke kondisi yang lebih stabil meski dengan risiko pelemahan masih tinggi. Harga komoditas yaitu harga minyak dunia diperkirakan cenderung menurun, akibat tingginya supply di tengah permintaan yang masih lemah. Namun demikian, harga komoditas lainnya seperti CPO, karet, dan timah mulai membaik. Harga CPO dan karet mengalami kenaikan karena adanya penurunan produksi, sementara harga timah membaik didorong oleh rencana Tiongkok untuk mengurangi produksi hingga 17 ribu ton pada tahun 2016 ini. Berdasarkan World Economic Outlook April 2016, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 dan 2017 diperkirakan sebesar 3,2% dan 3,5% dibandingkan proyeksi Januari 2016 yang sebesar 3,4% dan 3,6%. Perkiraan tersebut menginformasikan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia di tahun 2016 diperkirakan sedikit lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2015 sebesar 3,10% dan pertumbuhan ekonomi 2016 dikoreksi melambat 0,2% dibandingkan proyeksi Januari Sementara itu, proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2017 diperkirakan membaik menjadi sebesar 3,5% (yoy), dikoreksi melambat 0,1% dibandingkan proyeksi Januari Pertumbuhan ekonomi negara berkembang diproyeksikan sebesar 4,1% pada tahun pada tahun 2016, perkiraan pertumbuhan ekonomi 2016 direvisi ke bawah sebesar 0,20% dibandingkan perkiraan januari Sementara pertumbuhan ekonomi tahun 2017 sebesar

121 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah 4,6% direvisi ke bawah sebesar 0,10% dibandingkan perkiraan Januari Negara berkembang mengalami perlambatan yang disebabkan beberapa faktor antara lain menurunnya harga komoditas internasional, perlambatan ekonomi Cina, menurunnya ekspor dan penurunan permintaan domestik. Penurunan harga komoditas menyebabkan menurunnya pendapatan masyarakat yang pada akhirnya menurunkan daya beli masyarakat. Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Global AS China Eropa Jepang India Negara Maju Negara Berkembang Dunia Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Januari Pertumbuhan dan Inflasi Nasional Di dalam negeri, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2016 diperkirakan mengalami moderasi. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2016 diperkirakan pada kisaran 5,2%-5,6% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 2015 sebesar 4,79%. Meningkatnya perkiraan laju pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 sejalan dengan perkiraan membaiknya kondisi ekonomi global. Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh lebih tinggi didukung oleh meningkatnya jumlah penduduk usia produktif dan membaiknya kontribusi ekspor dibanding tahun Investasi bangunan diperkirakan masih akan menjadi kontributor utama dalam pertumbuhan investasi tahun Hal ini terutama didasari oleh mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur Pemerintah dan terus membaiknya investasi swasta. Sementara itu pertumbuhan ekspor pada 2016 diperkirakan lebih baik sejalan dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi dunia. Pertumbuhan impor tahun 2016 juga meningkat sejalan dengan meningkatnya aktivitas perekonomian. Pertumbuhan ekspor diperkirakan searah lebih tinggi dari pertumbuhan impor. Namun demikian terdapat beberapa risiko yang perlu diperhatikan yaitu (i) mempertimbangkan perkembangan ekonomi AS yg belum solid, suku bunga FFR diperkirakan baru akan meningkat di semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah, (ii) risiko eksternal lainnya terkait dengan potensi down risk ekonomi Tiongkok sejalan perlambatan ekonomi global, (iii) harga komoditas masih cenderung turun, termasuk 101

122 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah harga minyak dunia, dan (iv) dari sisi domestik, risiko bersumber dari kemungkinan kenaikan tekanan inflasi volatile food. Pertumbuhan ekonomi domestik triwulan II 2016 diperkirakan meningkat yang ditopang konsumsi dan investasi pemerintah sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II Investasi pemerintah diperkirakan meningkat sejalan dengan realisai belanja pemerintah yang meningkat khususnya belanja barang dan modal pemerintah pusat, akselerasi tersebut mendorong peningkatan kinerja investasi bangunan yang tercermin dari naiknya penjualan alat berat konstruksi. Sejalan dengan perkembangan tersebut, investasi swasta juga diperkirakan akan meningkat. Konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat sejalan dengan meningkatnya kebutuhan menjelang bulan puasa Ramadhan, kinerja ekspor beberapa komoditas mulai menunjukkan perbaikan. Sementara itu kontraksi impor tertahan terutama didorong oleh membaiknya impor barang konsumsi. Tren penguatan rupiah terus berlanjut sejalan dengan berlanjutnya aliran masuk modal asing dan peningkatan pasokan valuta asing domestik. Penguatan Rupiah didorong baik oleh faktor domestik dan eksternal. Dari sisi domestik, penguatan tersebut didorong oleh perbaikan persepsi terhadap prospek ekonomi dan meningkatnya pasokan valas korporasi domestik yang berorientasi ekspor. Dari sisi eksternal, penguatan Rupiah ditopang oleh semakin meredanya risiko di pasar keuangan global dan berlanjutnya pelonggaran kebijakan moneter di beberapa negara maju. Inflasi Triwulan I 2016 rendah dan semakin mendukung sasaran inflasi Inflasi nasional triwulan I 2016 sebesar 0,62% (ytd) atau 4,45% (yoy). Inflasi inti tercatat sebesar masih relatif rendah didorong oleh terjaganya ekspektasi inflasi dan masih terbatasnya peningkatan permintaan domestik. Hal tersebut tidak terlepas dari peran kebijakan Bank Indonesia dalam mengelola permintaan domestik, menjaga stabilitas nilai tukar, dan mengarahkan ekspektasi inflasi. Rendahnya inflasi inti didorong oleh kelompok inflasi inti non-traded yang mengalami perlambatan (makanan dan nonmakanan). Sementara itu, kelompok inflasi inti traded masih mencatat peningkatan seperti emas perhiasan, mobil, dan mie. Inflasi volatile food sedikit meningkat yang bersumber dari inflasi harga komoditas bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit akibat gangguan produksi selama musim hujan. Namun, kenaikan inflasi volatile food tertahan oleh penurunan harga daging ayam ras dan telur ayam ras serta komoditas beras yang juga mengalami deflasi seiring dengan mulainya panen padi di beberapa sentra produksi dan adanya realisasi impor beras. Sedangkan, kelompok administered prices mengalami deflasi terutama bersumber dari penurunan tarif listrik, tarif angkutan udara dan bensin nonsubsidi. Deflasi tarif listrik sejalan dengan kebijakan tariff adjustment, sementara deflasi tarif angkutan udara terjadi seiring Keputusan Pemerintah untuk menurunkan batas atas dan batas bawah tarif pada Februari 2016 akibat penurunan harga avtur dan penguatan nilai tukar rupiah. Sementara 102

123 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah itu, deflasi komoditas bensin nonsubsidi disumbang oleh penurunan harga Bahan Bakar Khusus (Pertamax dan Pertalite). Sementara itu, proyeksi inflasi nasional pada 2016 diperkirakan masih sesuai sasaran inflasi Nasional yakni 4% ± 1% (yoy). Pada awal tahun, tekanan inflasi diperkirakan menurun karena terdapat penurunan harga BBM, angkutan udara, dan harga LPG 12 Kg. Berdasarkan peraturan Menteri ESDM No.39 tahun 2015, Pemerintah akan menyesuaikan harga BBM (premium dan solar) sesuai dengan harga keekonomiannya setiap triwulan. Untuk bulan April 2016, berdasarkan Keputusan Menteri ESDM No.2K/12/MEM/2016, harga bensin turun menjadi Rp6.450/liter dan solar menjadi Rp5.150/liter dari sebelumnya sebesar Rp6.950/liter dan solar sebesar Rp5.650/liter. Seiring dengan penurunan tersebut, Pemerintah juga menurunkan harga angkutan umum. Namun demikian, kedepan, masih terdapat risiko inflasi yang cukup besar terutama dari kelompok volatile food seiring dengan meningkatnya permintaan masyarakat jelang puasa Ramadhan. Selain itu, perlu diwaspadai potensi terbatasnya produksi pangan di awal tahun akibat pergeseran musim tanam. Terjadinya El Nino pada 2015 diperkirakan berimbas pada pola tanam di beberapa daerah sentra produksi sehingga menyebabkan pergeseran panen yang diperkirakan baru terjadi pada awal triwulan II Mencermati risiko tersebut, Bank Indonesia dan Pemerintah perlu terus memperkuat koordinasi pengendalian inflasi baik di tingkat pusat maupun daerah agar inflasi tetap masuk dalam kisaran sasarannya Pertumbuhan Bangka Belitung Berdasarkan rilis pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung hanya sebesar 3,30% (yoy), terkait dengan hal tersebut dan melihat kondisi perekonomian global yang masih melambat dan kinerja komoditas timah yang belum membaik maka Bank Indonesia merevisi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Pada 2016 diperkirakan melambat dibandingkan tahun 2015 dan diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada 2016 berada pada kisaran 3,8%-4,0% (yoy) direvisi dari proyeksi sebelumnya 4,1%- 4,5% (yoy). Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Bangka Belitung Optims : 4,00% Baseline : 3,80% Peseimis : 3,60% 3,60% - 4,00%

124 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah Pada triwulan II 2016 pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diproyeksikan tumbuh pada kisaran 3,6% - 4,0% (yoy). Pertumbuhan ekonomi triwulan II 2016 diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi triwulan I Pertumbuhan ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang semakin cepat, meningkatnya investasi swasta seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro. Secara tahunan perekonomian Bangka Belitung diproyeksikan tetap akan mengalami pertumbuhan yang lebih rendah dari tahun Selain itu, pertumbuhan juga ditopang oleh meningkatnya konsumsi selama bulan puasa ramadhan dan mulai membaiknya harga komoditas terutama CPO, Karet, lada dan timah. Lapangan usaha pertanian diperkirakan sedikit meningkat didukung meningkatnya produksi padi dan membaiknya harga CPO, karet dan lada. Harga CPO, karet, dan lada yang berangsur membaik menjadi insentif bagi pertumbuhan ekspor komoditas tersebut, Namun demikian, risiko perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor berpotensi menurunkan permintaan terhadap ekspor. Sementara itu, produktivitas padi diperkirakan meningkat seiring dengan bertambahnya luas panen dan komitmen pemerintah daerah untuk mendorong peningkatan produksi pangan di Bangka Belitung dalam rangka menurunkan ketergantungan pasokan dari daerah lain. Namun demikian, risiko yang mungkin timbul antara lain, masih lemahnya permintaan global menyebabkan ekspor melambat, selain itu terjadinya El Nino pada 2015 diperkirakan berimbas pada pola tanam di beberapa daerah sentra produksi sehingga menyebabkan terjadinya pergeseran panen. Beberapa program Pemerintah Daerah terkait pengembangan lapangan usaha pertanian antara lain pencetakan sawah baru, pembuatan saluran irigasi, pengembangan irigasi rawa dan optimalisasi bendungan air. Sementara itu, sektor pertambangan dan industri pengolahan yang berbasis timah juga diperkirakan tumbuh meningkat. Harga komoditas timah ke depan diperkirakan membaik didorong oleh rencana Tiongkok untuk mengurangi produksi timah hingga 17 ribu ton pada tahun ini. Ekspor timah diperkirakan mulai meningkat sejalan dengan mulai membaiknya harga timah. Kebijakan pembatasan ekspor timah dan pengetatan ekspor timah sesuai dengan Permendag No. 33 Tahun 2015 yang mulai berlaku tanggal 1 Agustus 2015 mengatur asal-usul barang, wajib Clear and Clean (CnC), mekanisme ekspor, kewajiban melunasi iuran tetap dan royalti termasuk tunggakan sebelum ekspor timah dalam jangka pendek diperkirakan akan menurunkan kinerja timah namun dalam jangka panjang akan berdampak positif. Dari sisi permintaan, konsumsi rumah tangga diperkirakan akan meningkat seiring dengan meningkatnya kebutuhan jelang puasa Ramadhan. Kondisi ini terindikasi dari hasil sektor konsumen di mana indeks pengeluaran 3 bulan mendatang mengalami peningkatan dari 104

125 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah sebesar 149 pada triwulan sebelumnya menjadi 175 pada triwulan laporan. Meningkatnya kebutuhan jelang puasa Ramadhan mengakibatkan meningkatnya konsumsi masyarakat yang pada akhirnya mendorong peningkatan harga. Grafik 6.3 Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah) Investasi triwulan II 2016 diperkirakan membaik didukung oleh akselerasi investasi pemerintah. Peningkatan investasi tercermin dari meningkatnya proyek-proyek pemerintah. Kegiatan investasi diharapkan meningkat seiring dengan implementasi kebijakan pemerintah yang mendorong investasi dan stabilitas makroekonomi yang semakin baik. Peningkatan investasi bangunan terindikasi dari meningkatnya penjualan semen. Peningkatan investasi terkait dengan pembangunan beberapa proyek infrastruktur antara lain pengembangan pelabuhan Tanjung Berikat, pengembangan bandara Depati Amir, dan pengembangan pelabuhan Tanjung Batu, pembangunan rumah sakit, pembangunan hotel-hotel, pembangunan jembatan teluk kelabat, pembangunan jalan trans Bangka, pengembangan KEK Tanjung Kelayang, dan proyek infrastruktur lainnya. Sementara itu, investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro Perbaikan ekspor berlangsung secara gradual seiring dengan pertumbuhan ekonomi dunia yang belum secepat perkiraan semula. Pertumbuhan ekspor nonmigas secara gradual diperkirakan didukung oleh ekspor komoditas perkebunan seperti CPO, Karet, lada, dan timah. Sementara ekspor manufaktur masih positif didukung oleh ekspor karet olahan. Ekspor timah di perkirakan meningkat seiring dengan membaiknya harga timah dan beberapa perusahaan swasta yang telah menerapkan ketentuan Permendag No.33 tahun 2015 tentang ketentuan ekspor timah. 105

126 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah Secara umum, risiko-risiko yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung antara lain : 1. Perbaikan ekonomi global diperkirakan lebih rendah dari perkiraan. 2. Perlambatan ekonomi Tiongkok dan negara-negara mitra dagang lainnya. 3. Koreksi harga komoditas CPO, karet, timah yang lebih rendah dibandingkan perkiraan sebelumnya 4. Banjir yang mengakibatkan perekonomian nyaris lumpuh, sektor perdagangan dan pertanian terkena dampak paling besar 5. Kemungkinan terganggunya pembiayaan proyek Pemerintah Daerah sehubungan dengan adanya pengalihan Dana Bagi Hasil (DBH) dari tunai ke SBN 6. Perkiraan melambatnya belanja modal (capital expenditure) swasta akibat profit yang menurun di Pelemahan NIlai Tukar Rupiah Grafik 6.4 Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik 6.5 Perbandingan NIlai Tukar Kawasan Grafik 6.6 Volatilitas Rupiah dan Peers 6.4. Inflasi Bangka Belitung Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I 2016 mencapai 5,50% (yoy) dan lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV 2015 sebesar 3,28% (yoy) dan inflasi nasional sebesar 4,45% (yoy). Inflasi Bangka Belitung sedikit lebih tinggi dibandingkan 106

127 Outlook Pertumbuhan dan Inflasi Daerah sasaran inflasi yang ditetapkan Pemerintah sebesar 4%±1%. Peningkatan inflasi dipicu oleh meningkatnya inflasi kelompok inti dan volatile food yang disebabkan (i) gelombang laut yang masih tinggi yang dapat mengganggu distribusi pasokan bahan pangan dan tangkapan ikan, (2) meningkatnya konsumsi masyarakat perayaan Ceng Beng, (3) gagal panen beberapa komoditas holtikultura seperti bawang merah dan cabai akibat tingginya curah hujan. Namun demikian, penurunan harga BBM, tarif angkutan umum, dan tarif tenaga listrik sedikit membatasi kenaikan harga lebih lanjut. Grafik 6.7 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II P III P IV P Secara tahunan diperkirakan tekanan inflasi di tahun 2016 meningkat disertai sejumlah risiko yang perlu diwaspadai. Inflasi Bangka Belitung tahun 2016 diprakirakan masih sesuai dengan sasaran yakni 4±1% (yoy). Inflasi tahun 2016 diperkirakan lebih tinggi dibanding inflasi 2015, namun masih dalam kisaran sasaran inflasi 4%±1%. Beberapa tekanan inflasi pada 2016 dapat berasal dari i) gangguan cuaca hingga akhir tahun karena musim angin barat dan gelombang laut tinggi serta El nino yang lebih panjang di beberapa daerah produsen berpotensi menurunkan pasokan dan mengganggu arus distribusi; (ii) masih terbatasnya pasokan listrik; (iii) masih adanya tekanan terhadap nilai tukar Rupiah di tengah ketidakpastian pemulihan ekonomi global, (iv) rencana kenaikan listrik golongan 900 VA. Di sisi lain, risiko inflasi pada awal tahun 2016 dapat diredam sehubungan dengan kebijakan penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan gas elpiji. Inflasi triwulan II 2016 diperkirakan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi triwulan II 2016 diperkirakan sebesar 5,6% - 6,0%(yoy). Tekanan inflasi bersumber dari (i) meningkatnya konsumsi masyarakat memperingati hari besar keagamaan seperti Ceng Beng, Isra (iii) Gagal panen beberapa komoditas holtikultura seperti bawang merah dan cabai akibat tingginya curah hujan, (iv) meningkatnya realisasi proyek-proyek pemerintah pada triwulan II Namun demikian, panen raya beras di daerah produsen dan impor daging sapi ±

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th.XIV, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2016 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III 2016 TUMBUH 5,61 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN III-2015

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2016 No. 74/11/19/Th. X, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III- TUMBUH 3,83 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN TRIWULAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

... V... VII... XIII... XIII... XIII... 1 BAB I. PERKEMBANGAN MAKRO EKONOMI REGIONAL... 5 1.1 Perkembangan Makro Ekonomi Provinsi Maluku... 5 1.2. Perkembangan PDRB Sisi Permintaan... 7 1.3. PERKEMBANGAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 No. 55/08/19/Th.X, 5 Agustus 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2016 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2016 TUMBUH 3,67 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015

EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I-2015 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 38/05/21/Th.XI, 4 Mei 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2016 TUMBUH 4,58 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No. 63/11/34/Th.XVIII, 7 November PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN III TAHUN EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TRIWULAN III TUMBUH SEBESAR 4,68 PERSEN, LEBIH LAMBAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 11/02/35/Th.XV, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 EKONOMI JAWA TIMUR TAHUN 2016 TUMBUH 5,55 PERSEN MEMBAIK DIBANDING TAHUN 2015 Perekonomian Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 No. 54/08/19/Th.XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II TAHUN 2017 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN II-2017 TUMBUH 1,70 PERSEN MENINGKAT DIBANDING PERTUMBUHAN

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 58/8/21/Th. XII, 7 Agustus 217 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-217 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II 217 (Q TO Q) TUMBUH SEBESAR 1,16 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 No. 31/05/51/Th. XI, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I 2017 EKONOMI BALI TRIWULAN I-2017 TUMBUH SEBESAR 5,75% (Y-ON-Y) NAMUN MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR 1,34% (Q-TO-Q) Total perekonomian Bali

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 No. 78/11/71/Th. IX, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN III-2015 TUMBUH 6,28 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan III-2015 yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 No. 34/05/19/Th.IX, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I TAHUN 2015 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2015 TUMBUH 4,10 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 36/05/21/Th. XII, 5 Mei 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2017 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I 2017 (Q TO Q) MENGALAMI KONTRAKSI SEBESAR -2,76 PERSEN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 No. 74/08/71/Th. XI, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,80 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara Triwulan II-2017 yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN 7 Desember 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 KABUPATEN BANGKA SELATAN EKONOMI TAHUN 2015 TUMBUH 4,06 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kabupaten Bangka Selatan tahun 2015 yang diukur

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 93/11/21/Th.XI, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN III-2016 (Y-ON-Y) TUMBUH 4,64 PERSEN MELAMBAT DIBANDING

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2015 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG No. 12/02/19/Th.X, 5 Februari 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI TAHUN TUMBUH 4,08 PERSEN MELAMBAT SEJAK EMPAT TAHUN TERAKHIR Perekonomian Kepulauan Bangka Belitung

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 BPS PROVINSI KEPULAUAN RIAU No. 40/05/21/Th.X, 5 Mei 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN I-2015 TUMBUH 7,14 PERSEN MENINGKAT DIBANDING TRIWULAN I-2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BADAN PUSAT STATISTIK No. 65/08/21/Th.X, 5 Agustus 2015 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN RIAU TRIWULAN II-2015 EKONOMI KEPULAUAN RIAU SAMPAI DENGAN TRIWULAN II-2015 TUMBUH 6,35 PERSEN (C-TO-C) Perekonomian

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT FEBRUARI 2018 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh dengan menghubungi: Tim

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku KATA PENGANTAR DAFTAR ISI iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK xiv xvi DAFTAR SUPLEMEN BOKS 1. EKSPEDISI KAS KELILING PULAU TERLUAR...66 TABEL

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI PAPUA No. 10/02/94/Th. X, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 EKONOMI PAPUA TAHUN 2016 TUMBUH 9,21 PERSEN TUMBUH LEBIH CEPAT DIBANDING TAHUN LALU Perekonomian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016

PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI NTB No. 73/11/52/X/2016, 7 November 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III-2016 TUMBUH 3,47 PERSEN Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 No. 13/02/71/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI SULAWESI UTARA TAHUN 2016 PEREKONOMIAN SULAWESI UTARA TAHUN 2016 TUMBUH 6,17 PERSEN Perekonomian Sulawesi Utara tahun 2016 yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA No.11/02/34/Th.XIX, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI DI YOGYAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,05 PERSEN LEBIH TINGGI DIBANDING TAHUN

Lebih terperinci