KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur

3 Triwulan I KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur di daerah memiliki peran yang sangat penting dalam memberikan kontribusi secara optimal dalam proses formulasi kebijakan moneter. Secara triwulanan KPw BI Provinsi NTT melakukan pengkajian dan penelitian terhadap perkembangan perekonomian daerah sebagai masukan kepada Kantor Pusat Bank Indonesia dalam kaitan perumusan kebijakan moneter tersebut. Selain itu kajian/analisis ini dimaksudkan untuk memberikan informasi yang diharapkan dapat bermanfaat bagi eksternal stakeholder setempat, yaitu Pemda, DPRD, akademisi, serta masyarakat lainnya. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Nusa Tenggara Timur ini mencakup Makro Ekonomi Regional, Perkembangan Inflasi, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran, serta Prospek Perekonomian Daerah pada periode mendatang. Dalam menyusun kajian ini digunakan data yang berasal dari internal Bank Indonesia maupun dari eksternal, dalam hal ini dinas/instansi terkait. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan kajian ini masih terdapat kekurangan, oleh karena itu kami mengharapkan masukan dari semua pihak untuk meningkatkan kualitas isi dan penyajian laporan. Akhirnya kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu, baik dalam bentuk penyampaian data maupun dalam bentuk saran, kritik, dan masukan sehingga kajian ini dapat diselesaikan. Kami mengharapkan kerjasama yang telah terjalin dengan baik selama ini, kiranya dapat terus berlanjut di masa yang akan datang. Kupang, Mei 2014 Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Naek Tigor Sinaga Deputi Direktur Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ii

4 Triwulan I DAFTAR IISII Halaman Judul Kata Pengantar Daftar Isi Daftar Grafik Daftar Tabel Ringkasan Umum i ii iii v vii x BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL 1.1 Kondisi Umum Sisi Penggunaan Sisi Sektoral BOKS 1. KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG BAB II PERKEMBANGAN INFLASI 2.1 Kondisi Umum Perkembangan Inflasi NTT Disagregasi Inflasi Inflasi NTT Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Inflasi Kota Maumere BOKS 2. EL NINO DAN NTT: DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN 3.1 Kondisi Umum Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai Transaksi Tunai BAB IV KEUANGAN PEMERINTAH 4.1 Kondisi Umum Pendapatan Daerah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iii

5 Triwulan I Belanja Daerah BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 5.1 Kondisi Umum Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Pengangguran Perkembangan Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Tingkat Kemiskinan BOKS 3. KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN BAB VI OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DI DAERAH 6.1 Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT iv

6 Triwulan I DAFTAR GRAFIIK Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE Grafik 1.8 Kredit Investasi Grafik 1.9 PDRB Ekspor-Impor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor Grafik 1.12 Pengiriman Ternak Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere Grafik 3.1 Perkembangan LDR Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT v

7 Triwulan I Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT Grafik 4.2 Realisasi APBD Triwulan I Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Grafik 4.4 Realisasi Belanja Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi NTT Grafik 6.2 Perkiraan SKDU dan Harga Jual Grafik 6.3 Perkembangan Tendensi Konsumen Mendatang Grafik 6.4 Perkembangan Ekspektasi Konsumen Mendatang Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vi

8 Triwulan I DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Tabel 4.1 Realisasi dan Rencana Tahun Anggaran Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Kegiatan Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Status Pekerjaan Utama Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September Tabel 5.7 Indeks keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT vii

9 Triwulan I Tabel 6.1 Ekspektasi Kondisi Usaha Provinsi NTT Triwulan I-2014 (Indeks) Tabel 6.2 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Global Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT viii

10 Triwulan I Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPw BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang NTT [0380] ; fax : [0380] Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT ix

11 Triwulan I Ringkasan Umum KER Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I-2014 EEKONOMI I MAKRO REEGI IONALL Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai dengan perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya Dari sisi sektoral, kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%. Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai -12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq). PPEERKEEMBANGAN INFFLLASSI I I REEGI IONALL Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT x

12 Triwulan I bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah. Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy). Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang, berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan. Selain itu, tingginya ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok. PPEERKEEMBANGAN PPEERBANKAN DAN SSI ISSTTEEM PPEEMBAYARAN Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,39%. Di Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xi

13 Triwulan I sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56% (yoy) dengan nominal Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 88,54%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,14%. Kinerja sistem pembayaran juga mengalami perlambatan. Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama triwulan laporan. Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan kondisi cuaca yang kurang kondusif. KEEUANGAN PPEEMEERI INTTAH APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014 tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan dengan tahun Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada tahun Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan tercatat sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana pendapatan tahun Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%.Dari sisi belanja, realisasi anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau mencapai 12,12% dari total rencana belanja. KEETTEENAGAKEERJJAAN DAN KEESSEEJJAHTTEERAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS diketahui bahwa kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xii

14 Triwulan I memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai jiwa, meningkat sebesar jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari Sementara tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks ketenagakerjaan tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,39. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. PPROSSPPEEK PPEEREEKONOMI IAN Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan II diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan laporan. Berdasarkan historis, kondisi ekonomi terkini, dan prediksi shock yang akan terjadi di masa mendatang, pertumbuhan ekonomi tahunan pada triwulan II-2014 diperkirakan akan berada pada kisaran 5,1% - 5,5% (yoy) dengan kecenderungan moderat. Inflasi tahunan Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan mendatang diperkirakan akan berada pada kisaran 7,8%-8,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan I Meningkatnya tekanan inflasi pada triwulan II-2014 terutama disebabkan oleh tekanan dari kelompok administered prices. Kebijakan penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) berdasarkan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral No. 9 Tahun 2014 tentang Tarif Tenaga Listrik yang disediakan oleh PLN yang mulai diterapkan per-1 Mei, diperkirakan akan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiii

15 Triwulan I memberikan dampak cukup signifikan terhadap laju inflasi. Sebagai informasi, penerapan tarif listrik untuk golongan I ditetapkan setiap bulannya hingga akhir tahun. Sementara untuk golongan II dan III (sektor industri) diterapkan setiap 2 bulan sekali hingga bulan November. Selain itu, liburan sekolah yang diperkirakan jatuh pada bulan Juni diperkirakan akan meningkatkan tarif angkutan udara seiring meningkatnya permintaan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT xiv

16 Rp miliar Triwulan I EKONOMII MAKRO REGIIONAL Kinerja pertumbuhan ekonomi NTT mengalami perlambatan. Dari sisi sektoral, sektor PHR mengalami perlambatan tertinggi. Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai penurunan kinerja ekspor membuat laju net ekspor NTT tercatat lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. 1.1 Kondisi Umum Pertumbuhan ekonomi NTT pada triwulan laporan sebesar 5,02% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 5,62% (yoy). Dari sisi penggunaan, peningkatan kinerja impor yang disertai dengan perlambatan kinerja ekspor menyebabkan perlambatan net ekspor. Meskipun demikian, kinerja konsumsi dan investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya Dari sisi sektoral,kinerja sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan pada triwulan laporan dengan andil terhadap pembentukan laju pertumbuhan ekonomi NTT masing-masing sebesar 1,14% dan 1,87%. Sementara itu, kinerja sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,95%. Grafik 1.1 Perkembangan PDRB NTT Grafik 1.2 Perkembangan Struktur PDRB NTT PDRB Pertumbuhan yoy (axis kanan) Pertumbuhan qtq (axis kanan) 4, % 3, % 3, , % 3, , % 3, % 3, % 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% Jasa-jasa Keuangan dan Persewaan Transp & Kom PHR Bangunan (konstruksi) Listrik,Gas dan Air Industri Pengolahan 3, , , I II III IV I II III IV I % -15% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I Pertambangan Pertanian Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 1

17 Triwulan I Secara triwulanan, perekonomian NTT turun signifikan sebesar 5,64%(qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,37% (qtq). Dari sisi penggunaan, seluruh komponen mangalami penurunan cukup signifikan dengan penurunan tertinggi berasal dari komponen investasi yang tercatat sebesar -37,68% (qtq). Dari sisi sektoral, penurunan kinerja terjadi hampir pada semua sektor ekonomi, dengan penurunan kinerja triwulanan paling tinggi terjadi pada sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan yang mencapai - 12,72%% (qtq), kemudian diikuti oleh sektor PHR yang tercatat sebesar -10,10% (qtq), serta sektor bangunan sebesar -9,44% (qtq). Sementara itu, kinerja sektor pertanian justru mengalami peningkatan sebesar 0,10% (qtq). 1.2 Sisi Penggunaan Positifnya kinerja konsumsi belum mampu mendorong pertumbuhan ekonomi secara optimal. Aktivitas konsumsi periode laporan meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya dengan laju pertumbuhan sebesar 7,11% (yoy) dan andil terhadap laju pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan sebesar 7,38% (yoy). Sejalan dengan hal Sumber : BPS Provinsi NTT diolah tersebut, kinerja investasi turut mengalami peningkatan yakni dari sebesar 6,37% (yoy) menjadi sebesar 7,46% (yoy). Sementara itu, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat signifikan yakni dari sebesar -2,26% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar -23,68% (yoy) pada periode laporan. Tingginya ketergantungan impor terutama terhadap yang berasal dari daerah lain, menyebabkan defisit net ekspor (net impor) lebih tinggi pada periode laporan. 1. Konsumsi Grafik 1.3 Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penggunaan Perubahan stok Laju pertumbuhan konsumsi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Total konsumsi pada periode laporan tumbuh sebesar 7,11% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 2,17% (yoy). Peningkatan kinerja konsumsi terutama disebabkan oleh peningkatan Impor Ekspor Investasi Konsumsi 1.29% 0.55% 1.08% 5.29% 7.38% 0.00% 2.00% 4.00% 6.00% 8.00% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 2

18 ribu kwh Rp miliar Triwulan I seluruh subkomponen konsumsi dengan peningkatan tertinggi bersumber dari subkomponen konsumsi nirlaba yang tercatat sebesar 7,86% (yoy). Sementara itu, konsumsi secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 7,25% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tersebut terjadi pada seluruh subkomponen dengan penurunan tertinggi berasal dari subkomponen konsumsi pemerintah yang tercatat sebesar -25,88% (qtq). Realisasi anggaran pemerintah yang belum optimal menjadi faktor utama penurunan tersebut. Grafik 1.4 Konsumsi Listrik Sektor Bisnis Grafik 1.5 Realisasi Belanja Pemerintah Tw-I 45,000 40,000 35,000 Konsumsi (ribu kwh/axis kiri) Jumlah Pelanggan (axis kanan) 30,000 25,000 3,000 2,500 Rencana Belanja Realisasi Belanja Tw-I 12.12% 13.16% 17.85% 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I ,000 15,000 10,000 5,000-2,000 1,500 1, % 9.79% 13.05% 10.49% 7.39% 1, , , , , , , , Sumber : PLN Wilayah NTT diolah Sumber : Biro Keuangan diolah Grafik 1.6 Kredit Konsumsi Grafik 1.7 Perkembangan IKE 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - I II III IV I II III IV I % 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Indeks Ekonomi Saat Ini Indeks Penghasilan Saat Ini Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Indeks Ketersediaan Kerja I II III IV I II III IV I Konsumsi y-o-y konsumsi Selanjutnya subkomponen konsumsi nirlaba mengalami penurunan tertinggi setelah konsumsi pemerintah dengan angka sebesar -4,67% (qtq). Hal tersebut diantaranya terkonfirmasi oleh penurunan konsumsi listrik sektor bisnis pada triwulan laporan sebesar-10,69% (qtq). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 3

19 Triwulan I Investasi Kinerja investasi menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) mengalami peningkatan dari 6,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 7,46% (yoy). Meningkatnya laju pertumbuhan Grafik 1.8 Kredit Investasi 1, % 1, % 1, % % % % % % I II III IV I II III IV I Investasi y-o-y investasi investasi salah satunya disebabkan oleh pelaksanaan proyek MP3EI terkait pembangunan PLTU-II Kupang, PLTU Alor dan PLTU Rote Ndao yang ditargetkan selesai akhir tahun ini. Hal tersebut terindikasi dari peningkatan kredit investasi sebesar 31,21% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Secara triwulanan, investasi mengalami penurunan signifikan sebesar 37,68% (qtq). Menurunnya investasi pada periode laporan diindikasikan terkait erat dengan menurunnya kinerja sektor bangunan. Hal tersebut dikonfirmasi dengan konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan yakni dari sebesar 19,49% (qtq) menjadi sebesar 3,23% (qtq) pada periode laporan. Kondisi tersebut juga sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru mulai proses pengadaan. 3. Net Ekspor Secara tahunan, kinerja net ekspor mengalami perlambatan sangat signifikan sehingga mendorong perlambatan pertumbuhan ekonomi dibanding triwulan sebelumnya. Pada periode laporan, nilai tambah dari kegiatan ekspor NTT sebesar Rp966 miliar atau sebesar 2,03% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,32% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan impor mengalami peningkatan cukup tinggi dari 2,74% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 11,19% (yoy) pada periode laporan. Hal tersebut berdampak pada pertumbuhan net ekspor yang mengalami penurunan sangat signfikan yakni sebesar -23,68% (yoy). Kondisi ini dipengaruhi oleh tingginya impor, terutama impor antar daerah untuk pemenuhan kebutuhan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 4

20 Miliar Rp Ton Triwulan I masyarakat. Minimnya sektor industri di NTT, baik industri makanan maupun non makanan berdampak pada ketergantungan masyarakat NTT yang cukup tinggi terhadap aktivitas impor antar daerah. Secara triwulanan, kinerja ekspor dan impor di NTT mengalami penurunan cukup signifikan masing masing sebesar 15,15% (qtq) dan 26,17% (qtq). Kondisi tersebut dikonfirmasi dari data bongkar muat di Pelabuhan Tenau yang tercatat mengalami penurunan unloading (bongkar) cukup signifikan dibandingkan peningkatan loading (muat) sehingga net loading mengalami penurunan sebesar 35,42% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Grafik 1.9 PDRB Ekspor - Impor Grafik 1.10 Perkembangan Bongkar Muat 3, , , Net Ekspor Ekspor Impor 200, ,000 Net Loading Unloading Loading 1, ,000 1, (500.00) (1,000.00) (1,500.00) (2,000.00) 50,000 - I II III IV I II III IV I (50,000) (100,000) (150,000) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : BPS Provinsi NTT diolah Sumber : PT Pelindo Tenau Dari sisi ekspor antar negara, Tiongkok masih menjadi tujuan utama ekspor NTT. Sedangkan negara berikutnya adalah negara Afrika, dimana komoditas ekspor yang dominan adalah komoditas semen dan ikan Tuna. Pengiriman dilakukan melalui pelabuhan Tenau ataupun Pelabuhan Atapupu. Volume ekspor luar negeri pada triwulan laporan mencapai 9,47 ribu ton atau Grafik 1.11 Negara Tujuan Ekspor 100% 80% 60% 40% 20% 0% I II III IV I II III IV I Sumber : KPw BI Prov. NTT EUROPE AUSTRALIA ASIA AMERICA AFRICA Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 5

21 Ekor Triwulan I mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,48 ribu ton. Dari total jumlah tersebut, sebanyak 76,79% ditujukan ke negara Tiongkok. 1.3 Sisi Sektoral Dari sisi sektoral, sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengalami peningkatan, sementara sektor PHR melambat. Tiga sektor utama yang menjadi penggerak roda perekonomian Provinsi NTT memiliki andil paling besar terhadap pertumbuhan ekonomi pada triwulan laporan adalah sektor pertanian, sektor jasa-jasa serta sektor PHR. Ketiga sektor tersebut masing-masing memiliki andil sebesar 35,01%, 26,41%, dan 17,70%. Sementara sektor lainnya yang memiliki andil cukup besar (di atas 5%) yaitu sektor angkutan dan komunikasi (7,54%) serta sektor bangunan/konstruksi (6,22%). 1. Sektor Pertanian Kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat meningkat. Kinerja sektor pertanian pada periode laporan tercatat sebesar 3,19% (yoy), meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 2,82% (yoy). Penyebab utama meningkatnya kinerja sektor pertanian adalah peningkatan kinerja subsektor tabama dan 15,000 12,500 10,000 7,500 5,000 2,500 - Grafik 1.12 Pengiriman Ternak I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT.Pelindo diolah Loading Ternak yoy (axis kanan) subsektor perikanan. Sementara laju pertumbuhan subsektor perkebunan, perternakan dan kehutanan mengalami perlambatan. Perlambatan tersebut salah satunya dipengaruhi tingginya intensitas curah hujan pada awal periode laporan (Januari-Februari). Secara triwulanan, hampir semua subsektor mengalami penurunan, kecuali subsektor tabama. Musim panen tabama pada periode laporan menyebabkan terjadinya peningkatan laju pertumbuhan tabama menjadi sebesar 9,12% (qtq). Sementara menurunnya laju pertumbuhan subsektor peternakan diindikasikan dari 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 6

22 Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Okt Nop Des Jan Feb Mar Triwulan I menurunnya pengiriman ternak lewat jalur laut yang turun sebesar 38,02% (qtq) dibandingkan pengiriman triwulan sebelumnya. 2. Sektor Jasa-jasa Kinerja sektor jasa-jasa mengalami peningkatan sebesar 7,24% (yoy). Sektor jasa masih dominan digerakkan oleh subsektor jasa pemerintahan umum dengan kontribusi sebesar 75,81%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa aktivitas ekonomi masih ditopang dari anggaran pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Laju pertumbuhan subsektor pemerintah umum mengalami kenaikan sebesar 7,97% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan anggaran belanja dan gaji pemerintahan tahun anggaran Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor PHR relatif melambat pada triwulan laporan. Laju pertumbuhan sektor PHR sebesar 5,40% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,82% (yoy). Melambatnya kinerja sektor PHR terutama disebabkan oleh perlambatan subsektor perdagangan besar dan eceran. Secara triwulanan, laju pertumbuhan sektor PHR mengalami penurunan sebesar 9,44% (qtq). Subsektor perdagangan besar dan eceran mengalami penurunan sebesar 9,55% (yoy) seiring dengan melambatnya konsumsi rumah tangga pada triwulan laporan. Menurunnya kinerja subsektor perdagangan juga tercermin dari melambatnya perkembangan omset penjualan eceran dan aktivitas bongkar muat peti kemas melalui Pelabuhan Tenau yang mengalami penurunan cukup signifikan di awal tahun (terutama Januari-Februari). Grafik 1.13 Perkembangan Penjualan Eceran Grafik 1.14 Kredit Sektor PHR 60.00% 4, % 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, % 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% % % % I II III IV I II III IV I PHR PHR (yoy) 0.00% Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 7

23 Ribu ton Box Triwulan I Grafik 1.15 Perkembangan Peti Kemas Grafik 1.16 Jumlah Tamu Hotel 25,000 22,500 20,000 17,500 15,000 12,500 10,000 Peti kemas yoy (axis kanan) 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% 42,000 37,000 32,000 27,000 22,000 17,000 Jumlah Tamu 7,500-5% 12,000 5,000-10% 7,000 2,500 - I II III IV I II III IV I II III IV I % -20% 2,000 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT.Pelindo diolah Sumber : BPS diolah Periode laporan juga merupakan low season bagi pariwisata, sehingga hal tersebut mempengaruhi kinerja subsektor hotel. Menurunnya pertumbuhan subsektor hotel tercermin dari data jumlah kunjungan tamu hotel yang turun sebesar 28,54% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, subsektor hotel mengalami penurunan laju pertumbuhan triwulanan sebesar 7,32% (qtq). 4. Sektor Lainnya Sektor lain yang cukup signifikan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di NTT adalah sektor bangunan. Pada triwulan laporan, laju pertumbuhan sektor bangunan sebesar 5,65% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 4,39% (yoy). Peningkatan laju pertumbuhan sektor bangunan selain dipengaruhi oleh pertumbuhan investasi pemerintah, juga signifikan dipengaruhi Grafik 1.17 Konsumsi Semen NTT Konsumsi Semen yoy (axis kanan) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% oleh investasi swasta. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor bangunan mengalami penurunan sebesar 8,05% (qtq). Hal tersebut terkonfirmasi dengan laju konsumsi semen di NTT yang mengalami perlambatan yang cukup signifikan sebesar 3,23% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang mencapai 19,49% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan dimulainya tahun anggaran baru sehingga proyek proyek pemerintah yang berasal dari dana APBN dan APBD baru dimulai. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 8

24 Triwulan I Pertumbuhan sektor keuangan dan persewaan tercatat sebesar 7,42% (yoy). Laju pertumbuhan di sektor keuangan dan persewaan sedikit melambat dibanding kinerja triwulan sebelumnya seiring penurunan kinerja subsektor bank dan subsektor jasa perusahaan masing masing menjadi sebesar 8,82% (yoy) dan 3,14% (yoy). Perlambatan ekonomi global berdampak terhadap peningkatan BI rate sehingga mempengaruhi kinerja funding perbankan. Tabel 1.1 Kinerja Perbankan NTT Tabel 1.2 Perkembangan PDRB Sisi Sektoral Dalam Rp Miliar Sektor I II III IV I II III IV I Pertanian 1,204 1,237 1,229 1,240 1,237 1,270 1,259 1,275 1,276 Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bangunan (Konstruksi) Perdagangan, Hotel & Res Transportasi & Komunikas Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa ,013 1, PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 Sumber : BPS diolah Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Sektoral Sektor I II III IV I II III IV I Pertanian 2.78% 2.99% 3.70% 3.10% 2.67% 2.70% 2.42% 2.82% 3.19% Pertambangan 6.54% 5.78% 7.35% 6.70% 5.97% 6.41% 3.69% 4.10% 4.97% Industri Pengolahan 4.96% 3.90% 5.57% 5.44% 1.53% 3.02% 3.26% 3.48% 4.65% Listrik, Gas dan Air 6.25% 4.91% 5.49% 4.82% 9.07% 7.10% 6.96% 7.02% 6.13% Bangunan (Konstruksi) 8.52% 5.08% 8.38% 8.25% 6.45% 6.09% 4.05% 4.39% 5.65% Perdagangan, Hotel & Res 7.22% 6.34% 7.50% 7.60% 6.80% 7.68% 8.78% 8.82% 5.40% Transportasi & Komunikas 6.82% 5.19% 5.58% 4.86% 6.08% 4.13% 5.59% 6.20% 3.39% Keuangan dan Persewaan 7.32% 8.15% 7.85% 7.36% 8.05% 7.69% 9.95% 9.89% 7.42% Jasa-jasa 6.75% 5.93% 6.77% 6.34% 7.55% 8.22% 7.65% 6.65% 7.24% PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 9

25 Triwulan I Tabel 1.4 Perkembangan PDRB Sisi Penggunaan Dalam Rp Miliar Penggunaan I II III IV I II III IV I Konsumsi 3,443 3,674 3,877 4,070 3,601 3,870 4,032 4,158 3,857 Investasi Ekspor ,023 1, ,047 1,117 1, Impor 1,556 1,965 2,246 2,405 1,640 2,087 2,350 2,471 1,824 Perubahan stok PDRB 3,294 3,446 3,572 3,658 3,471 3,638 3,774 3,863 3,645 Sumber : BPS diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan PDRB Sisi Penggunaan Penggunaan I II III IV I II III IV I Konsumsi 3.09% 5.78% 5.59% 7.25% 4.60% 5.35% 4.00% 2.17% 7.11% Investasi 15.75% 12.30% 7.09% 8.61% 6.63% 7.50% 10.99% 6.37% 7.46% Ekspor 6.80% 9.31% 0.62% 3.64% 8.08% 7.83% 9.26% 3.32% 2.03% Impor -4.80% 2.11% 0.04% 5.60% 5.43% 6.24% 4.63% 2.74% 11.19% PDRB 5.44% 4.87% 5.86% 5.47% 5.38% 5.58% 5.64% 5.62% 5.02% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 10

26 Triwulan I BOKS 1 KOMODITAS/PRODUK/JENIS USAHA UNGGULAN UMKM DI KOTA KUPANG Sebagai salah satu bentuk dukungan terhadap pengembangan UMKM yang memiliki peran penting dan strategis dalam perekonomian nasional, Bank Indonesia sejak lama telah mengembangkan penelitian Base Line Economic Survey. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengidentifikasi berbagai peluang investasi di daerah yang bermuara pada pemberian informasi potensi ekonomi di suatu daerah. Dalam perkembangannya, sejak tahun 2006, penelitian tersebut lebih diarahkan kepada penelitian mengenai komoditas/produk/jenis usaha (KPJU) yang potensial untuk menjadi unggulan daerah dan dapat dikembangkan pada sektor UMKM sebagai pelaku ekonomi mayoritas di daerah. Data dan informasi dalam penelitian KPJU unggulan UMKM meliputi berbagai aspek. Aspek makro berupa kebijakan Pemerintah, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah, serta potensi ekonomi daerah dalam rangka pengembangan UMKM. Sementara pada aspek mikro, meliputi kondisi dan potensi UMKM di daerah tersebut. Dengan adanya penelitian tersebut, setiap kabupaten/kota di suatu provinsi akan memiliki KPJU unggulan dari berbagai sektor ekonomi yang patut dan cocok untuk dikembangkan. Pada tahun 2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT kembali melaksanakan penelitian KPJU unggulan UMKM, dimana pengumpulan data primer dan data sekunder diperoleh dari 21 kabupaten/kota dan 200 kecamatan. Data primer di tingkat provinsi dan kabupaten/kota diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan Pemerintah Daerah, perbankan, akademisi, dan lembaga/asosiasi terkait. Sedangkan data primer di tingkat kecamatan diperoleh melalui indepth interview dengan camat, mantri statisik, dan tokoh masyarakat. Sementara data sekunder diperoleh dari instansi pemerintah maupun narasumber lainnya yang dianggap valid. Dari hasil penelitian tersebut, diperoleh KPJU unggulan Kota Kupang untuk masing-masing sektor ekonomi dan lintas sektor ekonomi yang merupakan agregasi dari KPJU unggulan di tingkat kecamatan. Penetapan KPJU unggulan di tingkat kecamatan menggunakan beberapa kriteria yaitu jumlah unit usaha, jangkauan pemasaran, ketersediaan sarana produksi, dan kontribusi terhadap perekonomian daerah. Sedangkan kriteria yang digunakan untuk proses penetapan KPJU unggulan di kabupaten/kota yaitu : Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 11

27 Triwulan I Tabel 1. Kriteria untuk Penentuan KPJU Unggulan di Tingkat Kabupaten/Kota Kriteria Variabel yang Dipertimbangkan 1 Tenaga kerja terampil Tingkat pendidikan Pelatihan yang pernah diikuti Pengalaman kerja Jumlah lembaga/sekolah ketrampilan 2 Bahan baku (khusus untuk sektor industri) Ketersediaan/kemudahan bahan baku Harga perolehan bahan baku Perishability bahan baku Kesinambungan bahan baku Mutu bahan baku 3 Modal Kebutuhan investasi awal Kebutuhan modal kerja Aksesibilitas terhadap sumber pembiayaan 4 Sarana produksi/usaha Ketersediaan/kemudahan memperoleh Harga 5 Teknologi Kebutuhan teknologi Kemudahan (memperoleh teknologi) 6 Sosial budaya (faktor endogen) Ciri khas lokal Penerimaan masyarakat Turun temurun 7 Manajemen usaha Kemudahan untuk memanage 8 Ketersediaan pasar Jangkauan/wilayah pemasaran Kemudahan mendistribusikan 9 Harga Stabilitas harga 10 Penyerapan tenaga kerja Kemampuan menyerap tenaga kerja 11 Sumbangan terhadap perekonomian wilayah Jumlah jenis usaha yg terpengaruh karena keberadaan usaha ini Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi tentang penetapan kompetensi inti daerah dilakukan penetapan KPJU unggulan lintas sektor. Dengan mempertimbangkan bobot kepentingan atau prioritas setiap sektor usaha serta hasil skor KPJU unggulan setiap sektor usaha yang telah diperoleh, dilakukan analisa dengan menggunakan Metoda Bayes. Berdasarkan hasil analisa, diperoleh 10 (sepuluh) KPJU unggulan lintas sektor berdasarkan urutan nilai skor terbobot KPJU yang bersangkutan. Pada Tabel 2, dapat dilihat bahwa 5 (lima) KPJU unggulan lintas sektor di Kota Kupang adalah industri jasa tenda, musik dan alat masak, angkutan sewa, sewa kos-kosan, ternak dan hasil-hasilnya serta industri tahu. Hasil lengkap berupa rangking atau urutan KPJu unggulan lintas sektor usaha berdasarkan nilai skor terbobot masing-masing KPJu dapat dilihat pada Tabel 2. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 12

28 Triwulan I Tabel 2. Sepuluh KPJU Lintas Sektor yang Mempunyai Nilai Skor Terbobot Tertinggi Sebagai KPJU Unggulan Lintas Sektor di Kota Kupang No KPJU Skor Unggulan Terbobot Sektor Usaha 1 Tenda/Musik/Alat Masak 0,0456 Jasa-Jasa 2 Angkutan sewa 0,0437 Angkutan 3 Sewa Kos-kosan 0,0432 Jasa-Jasa 4 Ternak dan Hasil-hasilnya 0,0370 Perdagangan 5 Industri Tahu 0,0336 Industri 6 Sembako 0,0299 Perdagangan 7 Industri Penjahitan dan Pembuatan Pakaian 0,0295 Industri 8 Jasa Boga 0,0293 Pariwisata 9 Pengolahan dan Pengawetan Ikan dan Produk Ikan (ikan kering, ikan asap, ikan asin) 0,0286 Industri 10 Industri Tempe 0,0273 Industri Pada urutan ke enam dan seterusnya, sebagai KPJU unggulan lintas sektor berturut-turut adalah perdagangan sembako, penjahitan, jasa boga dan hasil olahan dan tempe. Apabila ditelaah lebih lanjut dari 10 KPJU unggulan lintas sektor, maka meskipun tidak berada pada level teratas namun sektor usaha perdagangan menempatkan 4 (empat) komoditasnya, sementara industri dan jasa berada pada posisi yang lebih baik dari sektor perdagangan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 13

29 Triwulan I PERKEMBANGAN IINFLASII Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Membaiknya kondisi cuaca menjadi faktor kunci rendahnya pencapaian inflasi NTT. Kelompok bergejolak (volatile foods) mengalami penurunan inflasi tertinggi. Sementara itu, kelompok adminitered prices relatif stabil. 2.1 Kondisi Umum Inflasi NTT pada triwulan I-2014 tercatat lebih rendah dibandingkan inflasi pada triwulan sebelumnya. Penurunan laju inflasi yang terjadi pada akhir periode laporan menyebabkan pencapaian inflasi triwulan I-2014 secara umum lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari 8,41% (yoy) menjadi sebesar 7,78% (yoy). Kondisi tersebut didorong oleh penurunan harga kelompok bergejolak (volatile foods) dan administered prices. Rendahya inflasi pada kelompok volatile foods selain disebabkan oleh faktor supply yang memadai juga disebabkan membaiknya kondisi cuaca terutama di akhir periode laporan. Pada kelompok administered prices, tekanan angkutan udara relatif rendah sesuai dengan polanya, dimana awal tahun merupakan periode low season sehingga permintaan berada pada level normal. Di sisi lain, inflasi inti (core inflation) mengalami peningkatan yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan sewa rumah. Rendahnya inflasi di Kota Kupang terjadi seiring lancarnya distribusi pasokan bahan makanan terutama subkelompok telur, susu dan hasilnya sebagai dampak kondusifnya kondisi cuaca. Sementara itu, Kota Maumere mengalami peningkatan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan subkelompok ikan segar. Pada triwulan laporan, tercatat inflasi Kota Kupang sebesar 7,99% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 8,84% (yoy). Sedangkan inflasi Kota Maumere mencapai 6,39% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,24% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 14

30 yoy (%) Triwulan I Inflasi I II III IV I II III IV I year on year Nasional 3.97% 4.53% 4.31% 4.30% 5.90% 5.90% 8.40% 8.38% 7.32% NTT 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% Kota Kupang 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% Maumere 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% quarter to quarter Nasional 0.88% 0.90% 1.67% 0.78% 2.43% 0.90% 4.08% 0.75% 1.42% NTT 1.03% 1.65% 1.14% 1.40% 2.74% -0.11% 4.06% 1.51% 1.76% Kota Kupang 1.13% 1.29% 1.04% 1.55% 3.02% -0.13% 4.21% 1.51% 1.87% Maumere 0.49% 3.56% 1.68% 0.64% 1.33% 0.04% 3.25% 1.51% 1.06% Sumber : BPS diolah Tabel 2.1 Perkembangan Inflasi NTT Pergerakan inflasi NTT dan Nasional pada triwulan laporan secara umum searah. Faktor supply menjadi penyebab utama yang menggerakkan inflasi NTT. Di sisi lain, ekspektasi masyarakat, baik konsumen maupun pedagang berkontribusi menggerakkan level inflasi NTT lebih tinggi dibandingkan Nasional. Permasalahan keterbatasan supply menjadi penyebab utama tingginya inflasi pada periode laporan. Selain itu, tingginya Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi di NTT 10.00% 9.00% 8.00% 7.00% 6.00% Nasional NTT 5.00% 4.00% 3.00% 2.00% 1.00% 0.00% Sumber : BPS diolah ketergantungan terhadap supply dari daerah lain menyebabkan NTT rentan terhadap guncangan penawaran (supply shock) yang terjadi di daerah pemasok. 2.2 Perkembangan Inflasi NTT Membaiknya kondisi cuaca di akhir periode triwulan I menyebabkan pencapaian inflasi NTT lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi NTT pada triwulan laporan sebesar 7,78% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,41% (yoy). Laju inflasi yang lebih rendah secara dominan dipengaruhi oleh penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan. Normalnya pasokan barang terutama kelompok bahan makanan mampu menghambat gejolak harga. Hal tersebut tercermin dari penurunan inflasi pada kelompok bahan makanan dari 4,57% (yoy) pada triwulan IV-2013 menjadi 1,43% (yoy). Pada kelompok bahan makanan, komoditas yang mengalami penurunan inflasi terendah adalah komoditas buah-buahan dan daging & hasilnya dengan inflasi masing-masing sebesar 12,91% (yoy) dan 9,61% (yoy). Di sisi lain, Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 15

31 Triwulan I deflasi yang cukup dalam pada komoditas bumbu-bumbuan mampu menahan terjadinya inflasi pada level yang lebih tinggi Komoditas I II III IV I II III IV I UMUM 3.60% 5.02% 5.21% 5.33% 7.11% 5.26% 8.29% 8.41% 7.78% BAHAN MAKANAN -1.71% -1.63% -0.90% 3.43% 7.80% 2.16% 5.41% 4.57% 1.43% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.82% 6.13% 7.28% 9.15% 9.19% 7.89% 10.87% 9.97% 9.46% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.17% 7.60% 8.54% 8.42% 8.27% 6.57% 6.69% 8.89% 10.06% SANDANG 14.49% 14.34% 10.88% 9.27% 7.59% 5.94% 6.48% 5.71% 5.41% KESEHATAN 4.22% 3.93% 1.84% 2.06% 2.40% 2.39% 4.59% 4.33% 4.48% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 4.07% 3.47% 7.32% 6.62% 6.45% 7.14% 5.31% 7.12% 7.23% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 10.08% 10.71% 8.42% -0.08% 2.98% 7.33% 17.20% 16.22% 15.35% Sumber : BPS diolah Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga mengalami peningkatan inflasi tertinggi yakni sebesar 10,06% (yoy). Tingginya inflasi pada kelompok tersebut salah satunya disebabkan kenaikan harga sewa rumah yang sesuai dengan polanya terjadi setiap awal tahun (antara Maret April). Tabel 2.2 Inflasi NTT per Kelompok Komoditas Grafik 2.2 Inflasi Triwulanan NTT Grafik 2.3 Inflasi Bulanan Triwulan I-2013 NTT TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA KESEHATAN SANDANG 1.23% 0.64% 0.77% 0.87% 1.48% PENYELENGGARAAN RUMAHTANGGA 2.34% PERLENGKAPAN RUMAHTANGGA 0.46% BAHAN BAKAR, PENERANGAN DAN AIR BIAYA TEMPAT TINGGAL PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU BAHAN MAKANAN UMUM 1.35% 2.65% 2.17% 0.82% 2.88% 1.76% 0.42% -0.14% JAN-14 FEB-14 MAR % 1.00% 2.00% 3.00% 4.00% Sumber : BPS diolah Sumber : BPS diolah Secara triwulanan, inflasi NTT mengalami peningkatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, tercatat laju inflasi sebesar 1,76% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan sebelumnya yang sebesar 1,51% (qtq). Koreksi harga pada komoditas ikan segar dan komoditas sayursayuran akibat cuaca buruk yang terjadi bulan Februari mendorong tekanan inflasi yang cukup tinggi pada awal tahun. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 16

32 Triwulan I Secara bulanan, tekanan inflasi akibat cuaca buruk mulai terasa pada bulan Januari Komoditas ikan tongkol memberikan andil tertinggi sebesar 0,11% terhadap laju inflasi bulan Januari. Sementara itu, tarif angkutan udara menjadi penyumbang deflasi sebesar 0,07% yang disebabkan tingkat permintaan yang kembali normal. Secara keseluruhan, laju inflasi bulan Januari tercatat sebesar 0,50% (mtm). Puncak inflasi tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan inflasi sebesar 1,48% (mtm). Komoditas penyumbang inflasi terbesar pada bulan yang bersangkutan adalah komoditas ikan tongkol dengan sumbangan inflasi mencapai 0,18% terhadap inflasi NTT. Selain itu, tekanan harga pada komoditas sayursayuran yang diwakili oleh komoditas sawi putih dengan andil 0,09% juga menjadi penyumbang inflasi tertinggi kedua pada bulan Februari. Sementara itu, pada bulan Maret terjadi deflasi sebesar 0,14% (mtm). Mulai membaiknya kondisi cuaca pada bulan Maret yang berimbas terhadap lancarnya pasokan barang menjadi penyebab utama rendahnya inflasi. Telur ayam ras dan daging ayam ras memberikan andil deflasi tertinggi masing-masing tercatat sebesar 0,18% dan 0,10%. Sementara itu, tarif angkutan udara memberikan andil tertinggi terhadap laju inflasi bulan Maret. Berkurangnya frekuensi dan jumlah maskapai penerbangan dari dan ke NTT mengakibatkan peningkatan pada tarif angkutan udara. Grafik 2.4 Struktur Inflasi Bulanan NTT 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% % SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA K BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB UMUM Sumber : BPS diolah 2.3 Disagregasi Inflasi Inflasi NTT pada triwulan laporan secara dominan didorong oleh meningkatnya laju inflasi inti (core inflation). Andil inflasi inti menunjukkan peningkatan pada triwulan laporan dengan angka inflasi sebesar 7,17% (yoy), Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 17

33 Triwulan I lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 6,58% (yoy). Andil inflasi inti meningkat dari 3,53% pada triwulan IV-2013 menjadi 3,83% pada triwulan laporan. Peningkatan laju inflasi inti disebabkan oleh meningkatnya inflasi pada subkelompok biaya tempat tinggal yakni peningkatan tarif sewa rumah yang berdasarkan pola historisnya terjadi antara bulan Maret - April. Inflasi administered prices relatif stabil pada level 17,40% (yoy) dengan kecenderungan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 18,73% (yoy). Meskipun demikian, tekanan yang terjadi pada subkelompok transportasi cukup berdampak signifikan dalam mendorong laju inflasi administered prices. Berkurangnya jumlah maskapai penerbangan yang beroperasi di NTT serta berkurangnya frekuensi beberapa penerbangan berdampak signifikan terhadap laju inflasi administered prices. Sementara itu, laju Inflasi kelompok volatile foods selama periode laporan tercatat lebih rendah dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, laju inflasi volatile foods sebesar 1,66% (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,21% (yoy). Penurunan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan subkelompok bumbu-bumbuan dan buahbuahan. Membaiknya kondisi cuaca pada akhir triwulan I menyebabkan pasokan barang terutama bahan makanan kembali normal. Grafik 2.5 Disagregasi Inflasi NTT %,yoy Inflasi IHK (yoy) Core Adm Price Volatile Foods %,yoy Volatile Foods Adm Price Core (2) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber: BPS (diolah menggunakan pendekatan sub kelompok) Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 18

34 Triwulan I Inflasi NTT Berdasarkan Kota Inflasi Kota Kupang Lancarnya distribusi pasokan barang terutama bahan makanan mampu menghambat laju inflasi pada periode laporan. Inflasi Kota Kupang pada triwulan I-2014 tercatat sebesar 7,99% (yoy) atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 8,84% (yoy). Membaiknya kondisi cuaca pada Grafik 2.6 Perkembangan Inflasi Kupang 10.00% Inflasi bulanan 8.00% Inflasi tahunan 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% % Sumber : BPS diolah akhir triwulan laporan yang berimbas kepada lancarnya distribusi pasokan terutama pasokan dari daerah lain mampu menghambat laju inflasi secara umum. Rendahnya inflasi tahunan pada periode laporan terutama disebabkan oleh penurunan inflasi subkelompok bumbu-bumbuan dan buah-buahan masingmasing menjadi sebesar -23,75% (yoy) dan 5,50% (yoy). Secara umum, pergerakan inflasi yang terjadi dipengaruhi juga oleh ekspektasi inflasi dari daerah pemasok. Penurunan harga yang terjadi pada kelompok bahan makanan terlihat pada rendahnya laju inflasi yang cukup signifikan dari 4,90% (yoy) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,88% (yoy). Hal tersebut sejalan dengan periaku sebagian besar kelompok lainnya yang mengalami penurunan inflasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yakni dari semula 9,80% (yoy) menjadi sebesar 11,15% (yoy) yang terutama disebabkan oleh peningkatan tarif sewa rumah yang sejalan dengan pola historisnya yang biasanya terjadi pada bulan Maret - April. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 19

35 Triwulan I KOMODITAS I II III IV I II III IV I UMUM 3.11% 4.37% 4.66% 5.10% 7.06% 5.56% 8.88% 8.84% 7.99% BAHAN MAKANAN -3.72% -4.58% -2.76% 2.94% 7.81% 2.88% 5.58% 4.90% 0.88% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEM 3.97% 6.42% 7.36% 9.58% 9.19% 7.64% 11.48% 9.11% 8.88% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 4.34% 8.45% 8.64% 8.73% 8.61% 6.60% 7.50% 9.80% 11.15% SANDANG 15.59% 15.25% 11.25% 9.39% 8.06% 6.45% 7.13% 6.23% 5.98% KESEHATAN 4.27% 4.00% 1.28% 1.61% 2.21% 2.37% 4.85% 4.30% 4.56% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 3.52% 2.73% 4.19% 3.26% 3.34% 4.32% 5.61% 7.69% 7.69% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUAN 11.49% 12.28% 9.86% -0.08% 3.39% 7.82% 17.37% 16.47% 15.60% Sumber : BPS diolah Tabel 2.3 Inflasi Kupang per Kelompok Komoditas Selama periode laporan terjadi perubahan IHK triwulanan sebesar 1,87% (qtq), lebih tinggi dibandingkan inflasi triwulan IV-2013 yang hanya sebesar 1,51% (qtq). Tekanan inflasi tertinggi selama periode laporan terjadi pada kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 2,97% (qtq) diikuti dengan kelompok perumahan, listrik,air, gas dan bahan bakar rumah Grafik 2.7 Inflasi Triwulanan Kupang transpor,komunikasi,jasa pendidikan,rekreasi,olah raga kesehatan sandang perumahan,listrik,air makanan jadi,rokok,tembakau bahan makanan umum 1.50% 0.64% 0.87% 1.01% 2.45% 0.65% 2.97% 1.87% -1% 1% 3% Sumber : BPS diolah tangga yang mengalami inflasi sebesar 2,45% (qtq). Kenaikan harga subkelompok ikan segar dan biaya tempat tinggal juga menyebabkan tingginya inflasi triwulanan pada periode laporan. Tekanan inflasi bulanan Kota Kupang pada bulan Januari 2014 sebesar 0,50% (mtm) lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya yang sebesar 1,59% (mtm). Rendahnya inflasi pada bulan Januari salah satunya disebabkan oleh penurunan tarif angkutan udara seiring normalnya permintaan. Sementara itu, pada bulan Februari mengalami inflasi tertinggi yang mencapai 1,46% (mtm). Tingginya inflasi pada Februari 2014 bersumber pada kenaikan komoditas ikan segar serta komoditas sawi putih seiring cuaca yang tidak kondusif. Sementara pada bulan Maret Kota Kupang mengalami deflasi sebesar 0,10% (mtm). Faktor pendorong deflasi salah satunya disebabkan oleh penurunan harga komoditas telur ayam ras dan daging ayam ras. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 20

36 Triwulan I Inflasi Kota Maumere Kondisi cuaca buruk yang terjadi pada awal tahun (Januari- Februari) menyebabkan tingginya laju inflasi Kota Maumere. Inflasi tahunan Kota Maumere pada triwulan laporan sebesar 6,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,24% (yoy). Kelompok barang yang mengalami inflasi tertinggi Grafik 2.8 Perkembangan Inflasi Maumere 12.00% Inflasi bulanan 10.00% Inflasi tahunan 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% % % Sumber : BPS diolah dibandingkan triwulan sebelumnya adalah kelompok bahan makanan dengan inflasi sebesar 4,07% (yoy) meningkat cukup signifikan dari sebelumnya yang sebesar 2,99% (yoy). Sedangkan inflasi tertinggi pada akhir triwulan laporan adalah kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan dengan laju inflasi mencapai 13,55% (yoy). Tabel 2.4 Inflasi Maumere per Kelompok Komoditas KOMODITAS I II III IV I II III IV I UMUM 6.21% 8.45% 8.07% 6.49% 7.38% 3.73% 5.32% 6.24% 6.39% BAHAN MAKANAN 10.12% 14.93% 9.07% 5.89% 7.77% -1.20% 4.63% 2.99% 4.07% MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU 3.05% 4.61% 6.86% 6.71% 9.12% 9.27% 7.50% 14.93% 12.90% PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BB 3.30% 3.36% 8.07% 6.88% 6.57% 6.45% 2.60% 4.23% 4.02% SANDANG 8.43% 9.13% 8.68% 8.55% 4.84% 2.88% 2.62% 2.60% 1.90% KESEHATAN 3.93% 3.49% 5.08% 4.68% 3.49% 2.52% 3.12% 4.50% 4.01% PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA 7.05% 7.57% 23.74% 24.43% 22.77% 21.89% 4.01% 4.58% 5.24% TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN 1.75% 1.26% -0.41% -0.04% 0.24% 4.10% 16.06% 14.57% 13.55% Sumber : BPS diolah Secara triwulanan, inflasi Maumere tercatat sebesar 1,06% (qtq) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,51% (qtq). Bila dibandingkan dengan inflasi yang terjadi di Kota Kupang, laju inflasi triwulanan Kota Maumere tercatat lebih rendah. Hampir seluruh kelompok mengalami penurunan inflasi dengan penurunan inflasi tertinggi berasal dari kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dengan inflasi sebesar 1,89% (qtq). Sedangkan tekanan inflasi kelompok bahan makanan mengalami peningkatan yakni dari sebesar -0,18% (qtq) pada triwulan IV-2013 menjadi sebesar 2,32% (qtq). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh naiknya harga komoditas Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 21

37 Triwulan I ikan segar dan komoditas ikan diawetkan seiring buruknya kondisi cuaca yang terjadi terutama pada bulan Januari-Februari. Dilihat secara bulanan, pada bulan Januari terjadi deflasi 0,08% (mtm). Deflasi tersebut terutama disebabkan oleh komoditas daging dan hasilnya pada kelompok bahan makanan. Sementara itu, pada bulan Februari terjadi inflasi cukup tinggi sebesar 1,61% (mtm) dengan sumber inflasi berasal dari kelompok bahan makanan terutama komoditas ikan segar. Pada bulan Maret kembali terjadi deflasi cukup dalam yakni sebesar 0,46% (mtm). Kembali lagi, kelompok bahan makanan menjadi faktor utama deflasi terutama komoditas ikan segar. Mulai membaiknya kondisi cuaca di akhir periode triwulan I mampu menghambat laju inflasi secara umum. Grafik 2.9 Inflasi Triwulanan Maumere transpor,komunikasi,jasa -0.70% pendidikan,rekreasi,olah raga kesehatan 0.64% 0.16% sandang -0.03% perumahan,listrik,air makanan jadi,rokok,tembakau bahan makanan umum 0.29% 1.89% 2.32% 1.06% -4% -2% 0% 2% 4% Sumber : BPS diolah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 22

38 Triwulan I BOKS 2 EL-NINO DAN NTT : DAMPAKNYA TERHADAP LAJU INFLASI El-Nino adalah sebuah fenomena meningkatnya suhu permukaan laut yang biasanya dingin. Fenomena ini mengakibatkan perairan yang tadinya subur dan kaya akan ikan (akibat adanya upwelling atau arus naik permukaan yang membawa banyak nutrien dari dasar) menjadi sebaliknya. El-Nino akan terjadi apabila perairan yang lebih panas di Pasifik Tengah dan Timur meningkatkan suhu dan kelembaban pada atmosfer yang berada di atasnya. Kejadian ini mendorong terjadinya pembentukan awan yang akan meningkatkan curah hujan di sekitar kawasan tersebut. Tekanan udara bagian barat Samudra Pasifik tekanan udara meningkat sehingga menyebabkan terhambatnya pertumbuhan awan di atas lautan bagian timur Indonesia, sehingga di beberapa wilayah Indonesia terjadi penurunan curah hujan yang jauh dari normal. Kejadian ini seringkali terjadi pada bulan Desember. Kejadian El-Nino tidak terjadi secara tunggal tetapi berlangsung secara berurutan pasca atau pra La-Nina. La-Nina merupakan fenomena sebaliknya yaitu mendinginnya suhu permukaan laut akibat menguatnya upwelling 1. Hasil kajian dari tahun 1900 sampai tahun 1998 menunjukan bahwa El-Nino telah terjadi sebanyak 23 kali (rata-rata 4 tahun sekali). La-Nina hanya 15 kali (rata-rata 6 tahun sekali). Dari 15 kali kejadian La-Nina, sekitar 12 kali (80%) terjadi berurutan dengan tahun El-Nino. La-Nina mengikuti El-Nino hanya terjadi 4 kali dari 15 kali kejadian sedangkan yang mendahului El-Nino 8 kali dari 15 kali kejadian. Secara umum, hal ini menunjukkan bahwa peluang terjadinya La-Nina setelah El-Nino tidak begitu besar. Kejadian El-Nino pada tahun 1982/1983 yang dikategorikan sebagai tahun kejadian El-Nino yang kuat tidak diikuti oleh La-Nina. Indonesia terletak di antara dua benua dan dua samudera. Kondisi tersebut menyebabkan Indonesia menjadi sangat unik lokasinya. Lokasi yang unik ini juga menyebabkan fluktuasi iklim, khususnya curah hujan yang juga unik. Karena terletak di antara dua benua, maka aktifitas hangat dan dingin dikedua benua akibat dari pergerakan matahari yang berpindah dari 23.5 o LU ke 23.5 o LS setiap 1 Penaikan massa air laut dari suatu lapisan dalam ke lapisan permukaan. Gerakan naik ini membawa serta air yang suhunya lebih dingin, salinitas tinggi, dan zat-zat hara yang kaya ke permukaan (Nontji, 1993) Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 23

39 Triwulan I tahun menyebabkan negeri kita ini juga di lewati oleh angin monsoon 2. Indonesia juga di penuhi oleh gunung-gunung, hutan, ladang yang juga unik bentuknya. Semua itu mempengaruhi hujan di Indonesia. Apa hubungannya dengan El Nino? Akibat dari interaksi semuanya itu menyebabkan pengaruh El Nino di semua tempat di Indonesia berbeda-beda. Karena saat awal kejadian El Nino biasanya bertepatan dengan masa pembakaran lahan pertanian di daerah-daerah yang melakukan sistem perladangan berpindah, maka kondisi tersebut menyebabkan timbulnya kebakaran serta banyak menghasilkan asap yang sebarannya sangat luas serta dengan konsentrasi yang tinggi dan waktu tinggal asap tersebut di udara yang cukup lama. Hal ini menyebabkan turunnya tingkat kesehatan disekitar. Selain itu juga menyebabkan bentuk dan jumlah butiran-butiran air di awan juga berubah. Pada bidang pertanian kejadian El Nino menyebabkan penurunan rata-rata kehilangan peluang produksi pangan selama tahun sekitar 1.79 juta ton atau sekitar 3.06 % dari seluruh peluang produksi pangan (Irawan, 2006). Gambar 1. Dampak adanya El-Nino Di Indonesia 2 Suatu pola sirkulasi angin yang berhembus secara periodik pada suatu periode (minimal 3 bulan) dan pada periode yang lain polanya akan berlawanan. Di Indonesia dikenal dengan 2 istilah monsoon, yaitu Monsoon Asia dan Monsoon Australia. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 24

40 Triwulan I Pengaruh umum El Nino di perairan laut Indonesia adalah mendinginnya suhu permukaan laut di sekitar perairan Indonesia akibat dari tertariknya seluruh masa air hangat ke bagian tengah Samudra Pasifik. Akibat buruk dari kondisi ini adalah berkurangnya produksi awan di wilayah Indonesia yang sudah pasti efek sampingnya adalah menurunnya curah hujan, tapi segi positifnya adalah meningkatnya kandungan klorofil di perairan laut Indonesia. Sudah menjadi rahasia umum bahwa semakin rendah suhu permukaan laut, maka kandungan klorofil-a semakin tinggi serta akibat lainnya adalah kemungkian terjadinya proses upwelling semakin besar di sekitar perairan Indonesia. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya pasokan makanan ikan, jumlah ikan di sekitar perairan lebih banyak dari biasanya dan yang ujung-ujungnya mampu meningkatkan pendapatan para nelayan. Dari penjelasan tersebut, melihat letak geografis Provinsi NTT yang sebagian besar dikelilingi oleh lautan, dengan adanya fenomena El-Nino ini tidak hanya membawa dampak buruk akan tetapi juga berdampak positif terhadap NTT. Mengenai dampak negatifnya seperti yang disebutkan di atas, dalam menanggulangi dampak negatif tersebut, Pemerintah Daerah terutama salah satunya melalui forum Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dapat mengambil beberapa alternatif kebijakan seperti : 1. Peningkatan/Penambahan Lumbung Pangan di daerah rawan krisis pangan. 2. Penyuluhan/sosialisasi kepada para petani untuk menanam tanaman tahan air seperti palawija. 3. Melakukan operasi pasar murah. 4. Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di daerah sentra produksi. 5. Menjaga distribusi pasokan bahan makanan terutama yang berasal dari daerah lain. Sementara itu, adanya El-Nino juga berdampak terhadap melimpahnya ikan di laut sekitar Indonesia dikarenakan mendinginnya suhu laut. Namun ironis, Provinsi NTT sebagai salah satu sentra ikan laut di Indonesia justru ikan laut merupakan salah satu penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir sebagaimana dijelaskan pada tabel dibawah. Salah satu penyebabnya adalah sarana untuk menangkap ikan masih tradisional dan hasil tangkapan ikan sebagian besar dijual di luar NTT. Sebagai informasi, tingkat konsumsi ikan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 25

41 Triwulan I masyarakat NTT sebesar 25 Kg/kapita, lebih rendah dibandingkan tingkat konsumsi nasional yang mencapai 35 Kg/kapita. Tabel 1. Komoditas penyumbang inflasi dalam 4 tahun terakhir NO Januari Februari Maret April Mei Juni 1 TOMAT SAYUR SAWI PUTIH KANGKUNG BAWANG PUTIH IKAN SELAR IKAN SELAR 2 IKAN TONGKOL WORTEL BAWANG PUTIH IKAN MERAH SEWA RUMAH ANGKUTAN UDARA 3 SAWI PUTIH KANGKUNG LENGKUAS CABE RAWIT BAWANG MERAH SEWA RUMAH 4 CABE MERAH SEWA RUMAH SAWI HIJAU MIE BESI BETON ANGKUTAN DALAM KOTA 5 ANGKUTAN UDARA TOMAT SAYUR BAYAM GULAI AYAM GORENG DAUN SINGKONG 6 BAWANG MERAH TONGKOL PISANG SEWA RUMAH CABE MERAH IKAN TEMBAKANG 7 GULA PASIR BERAS PASIR SELAR DAUN SINGKONG BAWANG PUTIH 8 IKAN KEMBUNG BAWANG PUTIH IKAN TONGKOL TELEVISI BERWARNA ANGKUTAN UDARA IKAN KEMBUNG 9 BAYAM CABE MERAH SAWI PUTIH BAWANG MERAH KUE KERING BERMINYAK NASI 10 CABE RAWIT IKAN CAKALANG ROKOK KRETEK FILTERPISANG IKAN TONGKOL CABE MERAH NO Juli Agustus September Oktober November Desember 1 ANGKUTAN UDARA SLTA DAUN SINGKONG IKAN KEMBUNG BERAS BERAS 2 DAGING AYAM RAS BERAS CABE RAWIT DAUN SINGKONG SEWA RUMAH BAWANG MERAH 3 BAWANG MERAH IKAN SELAR KANGKUNG BAWANG PUTIH CABE RAWIT TOMAT SAYUR 4 KEMBUNG/GEMBUNG DAUN SINGKONG LABU SIAM/JIPANG DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS TELUR AYAM RAS 5 AYAM HIDUP TARIP LISTRIK SEWA RUMAH SEWA RUMAH IKAN SELAR DAGING AYAM RAS 6 TONGKOL CABE RAWIT TEMPE LENGKUAS KANGKUNG CABE RAWIT 7 BERAS SEPATU TELEVISI BERWARNA KANGKUNG CELANA PANJANG JEANS SAWI PUTIH 8 DAUN SINGKONG ANGKUTAN UDARA DAGING AYAM RAS IKAN CAKALANG TOMAT SAYUR IKAN KEMBUNG 9 TELUR AYAM RAS TEMPE ANGKUTAN UDARA IKAN TONGKOL BUNCIS BAYAM 10 BAWANG PUTIH IKAN EKOR KUNING KONTRAK RUMAH IKAN TEMBAKANG TUKANG BUKAN MANDOR DAGING BABI Untuk itu, diperlukan suatu program untuk meningkatkan tangkapan ikan seperti : 1. Peningkatan Sumber Daya Manusia melalui program bantuan teknis. 2. Melakukan pemetaan zona tangkap ikan. 3. Peningkatan sarana tangkap ikan seperti penggunaan pukat bermesin. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 26

42 Triwulan I-2014 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SIISTEM PEMBAYARAN Kinerja perbankan dan sistem pembayaran mengalami perlambatan. Gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy). Penyaluran kredit perbankan mengalami perlambatan yang diiringi peningkatan risiko. Kinerja sistem pembayaran selama triwulan laporan juga melambat. 3.1 Kondisi Umum Kinerja perbankan dan sistem pembayaran pada triwulan laporan relatif melambat. Dari sisi kinerja keuangan, gabungan aset bank umum dan BPR tercatat Rp23,66 triliun dengan pertumbuhan sebesar 11,23% (yoy), atau melambat dibandingkan dengan kinerja triwulan sebelumnya. Demikian pula dengan penyaluran kredit perbankan yang turut mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, penyaluran kredit juga tumbuh melambat sebesar 17,79% (yoy) dengan outstanding mencapai Rp15,34 triliun, namun dengan risiko kredit (NPL) yang sedikit meningkat ke level 1,53% dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya 1,39%. Di sisi lain, penghimpunan DPK tumbuh positif sebesar 11,56% (yoy) dengan nominal Rp17,33 triliun. Fungsi intermediasi perbankan di NTT juga relatif baik yang tercermin dari rasio LDR (Loan to Deposit Ratio) yang sebesar 88,54%, meskipun angka tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 91,14%. Tabel 3.1 Perkembangan Kinerja Perbankan NTT (Bank Umum dan BPR) Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 27

43 Triwulan I-2014 Aktivitas transaksi non tunai melalui fasilitas Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) tercatat sebesar Rp542,52 miliar, sementara transaksi melalui fasilitas Real Time Gross Settlement (RTGS) tercatat sebesar Rp17,19 triliun selama triwulan laporan. Tabel 3.2 Perkembangan Transaksi Non Tunai Sementara dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan terjadi net inflow yaitu jumlah uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah uang yang masuk (inflow). Kondisi ini sejalan dengan tren yang terjadi pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini diperkirakan sebagai akibat menurunnya aktivitas ekonomi selama triwulan laporan terkait dengan kondisi cuaca yang kurang kondusif. Tabel 3.3 Perkembangan Transaksi Tunai Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 28

44 Triwulan I Perkembangan Bank Umum Intermediasi Perbankan Kinerja positif bank umum dalam menjalankan fungsi intermediasinya kembali melambat. Pada triwulan I-2014, rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan dana (Loan to Deposit Ratio) sebesar 88,25%. Rasio kredit yang belum disalurkan kepada masyarakat (undisbursed loan) terhadap total kredit juga meningkat dari 4,55% menjadi 5,20% pada triwulan laporan dengan nominal mencapai Rp783,67 miliar. 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Grafik 3.1 Perkembangan LDR Kredit (miliar) DPK (miliar) LDR I II III IV I II III IV I % 80% 60% 40% 20% 0% Grafik 3.2 Perkembangan Undisbursed Loan Penghimpunan dana masyarakat (DPK) pada triwulan laporan tumbuh sebesar 11,56% (yoy) meski pertumbuhannya tak sebesar periode yang sama tahun Total dana masyarakat yang ada pada Bank Umum di wilayah NTT mencapai Rp17,08 triliun. Peningkatan laju pertumbuhan dana masyarakat masih bersumber pada meningkatnya pertumbuhan dana pada rekening tabungan. Pada triwulan laporan, total dana yang tercatat pada rekening tabungan Bank Umum sebesar Rp8,58 triliun. Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebesar 13,23% (yoy). Peningkatan penempatan dana oleh golongan pemilik perseorangan mencapai 13,40% (yoy) dengan nominal Rp7,72 triliun atau 89,96% dari total tabungan di wilayah NTT, masih mendominasi rekening simpanan di Provinsi NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 29

45 Triwulan I-2014 Tabel 3.4 Perkembangan Kinerja DPK Bank Umum Pertumbuhan dana pada rekening giro meningkat 9,43% (yoy). Giro pemerintah, terutama pemerintah daerah, masih mendominasi dengan porsi 79,98% dari total simpanan giro perbankan NTT. Meskipun tidak memiliki porsi yang besar, namun peningkatan signifikan terjadi pada giro milik perorangan dengan kenaikan sebesar 26,56% (yoy). Grafik 3.3 Komposisi DPK Grafik 3.4 DPK Menurut Golongan Pemilik Sementara, jumlah dana pemerintah di simpanan berjangka (deposito) mencapai 37,50% dari total simpanan berjangka dengan nominal Rp1,64 triliun, meskipun jumlah ini menurun sebesar 0,33% (yoy) dibandingkan triwulan I Penempatan dana dalam rekening deposito sendiri meningkat 9,22% (yoy) dengan pertumbuhan terbesar berasal dari deposito swasta sebesar 41,57% (yoy). Penyaluran kredit Bank Umum kembali melambat dengan pertumbuhan sebesar 17,34% (yoy) dengan total outstanding kredit mencapai Rp15,07 triliun. Secara struktural, setelah terus menurun sejak triwulan I-2013, porsi kredit konsumtif terhadap total kredit kembali naik pada triwulan laporan. Total 63,92% penyaluran kredit perbankan didominasi oleh kredit jenis konsumsi, naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 63,20% dari total kredit. Sementara kredit produktif jenis modal kerja dan investasi menyumbang share masing-masing sebesar 28,68% dan 7,40%. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 30

46 Triwulan I-2014 Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Bank Umum Kondisi tahunan yang berdampak pada penurunan kegiatan ekonomi pada triwulan I tiap tahunnya berimplikasi pada perlambatan pertumbuhan kredit modal kerja. Perlambatan kredit modal kerja didorong oleh perlambatan permintaan kredit pada sektor-sektor dominan yaitu sektor perdagangan besar dan eceran. Kredit pada sektor tersebut tumbuh melambat sebesar 37,96% (yoy), dengan porsi dalam penyaluran kredit modal kerja sebesar 71,16%. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor perdagangan sedikit terpengaruh penurunan kegiatan ekonomi selama triwulan laporan. Sementara itu peningkatan penyaluran kredit secara tahunan yang sangat signifikan pada triwulan laporan kembali terjadi pada sektor listrik, gas dan air dengan angka 177,73%. Tabel 3.6 Perkembangan Kredit Modal Kerja Bank Umum Pertumbuhan investasi di Provinsi NTT berkorelasi positif terhadap pertumbuhan penyaluran kredit investasi. Laju perlambatan pertumbuhan kredit investasi relatif kecil dibandingkan kredit modal kerja. Perlambatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 31

47 Triwulan I-2014 penyaluran kredit investasi didorong oleh perlambatan penyaluran kredit pada sektor perdagangan besar dan sektor konstruksi yang mempunyai share cukup besar terhadap total kredit investasi. Demikian pula pada sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum serta sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi. Hal tersebut diperkirakan sebagai akibat kondisi cuaca yang kurang kondusif selama triwulan laporan sehingga mengakibatkan kegiatan investasi berupa pembangunan dihentikan sementara. Selain itu, telah selesainya beberapa proyek ditambah terhentinya beberapa proyek investasi lain seperti pembangunan industri garam, pembangunan smelter mangaan dan pembangkit listrik di Bolok turut mempengaruhi laju perlambatan kredit investasi. Tabel 3.7 Perkembangan Kredit Investasi Bank Umum Secara sektoral, penyaluran kredit produktif masih didominasi sektor perdagangan. Secara umum, share sektor perdagangan besar dan eceran masih menjadi sektor unggulan dalam penyaluran kredit perbankan. Namun, laju pertumbuhan yang sangat tinggi pada beberapa sektor lainnya seperti sektor jasa kesehatan, sektor jasa perorangan, sektor pertanian subsektor perikanan, sektor listrik, gas dan air serta sektor real estate, jasa persewaan dan jasa perusahaan, mengindikasikan bahwa terjadi peningkatan aktivitas ekonomi yang cukup signifikan pada sektor-sektor tersebut. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 32

48 Triwulan I-2014 Tabel 3.8 Perkembangan Penyaluran Kredit Sektoral Bank Umum Penyaluran kredit bank umum diimbangi dengan risiko kredit yang tetap terkendali pada level rendah, meski terjadi peningkatan rasio Non Performing Loan (NPL) perbankan pada triwulan I-2014 ke level 1,46% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,33%. Rasio NPL kredit modal kerja tercatat sebesar 3,00% sementara rasio NPL kredit investasi sebesar 2,50%. Angka ini naik dibandingkan triwulan sebelumnya dimana NPL kredit modal kerja tercatat sebesar 2,79% dan NPL kredit investasi sebesar 2,18%. Grafik 3.5 Perkembangan NPL Bank Umum Grafik 3.6 NPL Konsumsi dan Modal Kerja Bank Umum Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 33

49 Triwulan I-2014 Kenaikan BI Rate menjadi 7,50% mulai mempengaruhi perbankan di NTT untuk menaikkan suku bunga kredit pada triwulan laporan. Suku bunga kredit tertimbang perbankan pada triwulan I-2014 naik ke level 14,63%, sedikit di atas suku bunga tertimbang triwulan sebelumnya yang sebesar 14,61%. Kenaikan suku bunga kredit terjadi terutama pada jenis kredit modal kerja. Suku bunga kredit modal kerja naik ke angka 13,87%. Sementara suku bunga kredit investasi dan konsumsi sedikit menurun dibandingkan triwulan sebelumnya Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Penyaluran kredit kepada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) tumbuh sebesar 27,35% (yoy). Pertumbuhan kredit UMKM meningkat dibandingkan dengan pertumbuhan kredit secara keseluruhan, terutama kredit produktif yang menunjukkan tendensi melambat. Hal tersebut mengindikasikan bahwa sektor UMKM masih menjadi primadona bagi perbankan dalam penyaluran kredit produktifnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari meningkatnya rasio kredit UMKM terhadap total kredit produktif ke angka 76,96%. Rasio kredit UMKM terhadap total kredit pada triwulan laporan juga meningkat menjadi 26,77%. Tabel 3.9 Perkembangan Komponen Kredit UMKM Bank Umum Peningkatan laju pertumbuhan penyaluran kredit UMKM paling tinggi pada triwulan laporan terjadi pada kategori usaha mikro dan kecil. Penyaluran kredit untuk UMKM jenis mikro tumbuh signifikan sebesar 44,12% dengan outstanding kredit mencapai Rp978 miliar dan jumlah debitur sebanyak unit usaha. Penggunaan kredit untuk usaha mikro didominasi untuk Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 34

50 Triwulan I-2014 keperluan modal kerja yaitu sebesar 80,21% dibandingkan untuk investasi yang hanya sebesar 19,79%. Demikian juga dengan kredit pada usaha jenis menengah mengalami pertumbuhan sebesar 34,19% dengan outstanding kredit sebesar Rp1,20 triliun dan jumlah debitur sebesar unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 82,14% dan investasi sebesar 17,86%. Penyaluran kredit pada usaha jenis kecil juga meningkat sebesar 16,62% setelah sempat mengalami perlambatan dengan outstanding kredit sebesar Rp2,01 triliun dan jumlah debitur mencapai unit usaha. Penggunaan kredit sebagian digunakan untuk kebutuhan modal kerja yaitu sebesar 82% dan investasi sebesar 18%. Secara sektoral, sektor yang dominan dibiayai oleh perbankan adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan proporsi sebesar 69,61% dari total penyaluran kredit UMKM. Sementara untuk sektor pertanian dan sektor perikanan sedikit meningkat menjadi sebesar 2,17% dan 0,63%. Risiko penyaluran kredit (NPLs) kepada UMKM juga cukup terjaga meski rasio naik ke level 3,38%. Tabel 3.10 Perkembangan Kredit UMKM Sektoral Bank Umum Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 35

51 Triwulan I Kinerja Perbankan Umum Berdasarkan Sebaran Pulau Secara geografis, kinerja perbankan umum di Provinsi NTT masih terkonsentrasi di Pulau Timor. Pusat pemerintahan dan ekonomi yang dominan di Pulau Timor, khususnya Kota Kupang menjadi faktor utama terpusatnya kegiatan perbankan di Pulau Timor. Aset bank umum di Pulau Timor sebesar Rp15,20 triliun atau 65,18% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Sementara di Pulau Flores sebesar Rp6,38 triliun atau 27,35% dari total aset, dan aset bank umum di Pulau Sumba sebesar Rp1,74 triliun atau 7,47% dari total aset bank umum di Provinsi NTT. Tabel 3.11 Indikator Perbankan Berdasarkan Sebaran Pulau Walaupun masih terkonsentrasi di Pulau Timor, namun perkembangan indikator di pulau lainnya relatif lebih baik dibanding di Pulau Timor. Pada triwulan laporan, perkembangan aset terbesar terdapat di Pulau Flores yaitu sebesar 14,29% (yoy) diikuti dengan Pulau Sumba sebesar 13,76% (yoy). Hal serupa juga terjadi pada indikator perkembangan penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK), dimana pertumbuhan tertinggi terdapat di Pulau Flores dengan nominal DPK mencapai Rp5,45 triliun atau meningkat sebesar 12,62% (yoy), sementara Pulau Sumba dan Pulau Timor mencatatkan perkembangan DPK masing-masing sebesar 10,84% dan 9,00%. Di sisi lain, perkembangan penyaluran kredit tertinggi terdapat di Pulau Timor yaitu sebesar 18,10% (yoy). Sementara dari sisi intermediasi yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) tercatat Pulau Sumba masih menunjukkan nilai tertinggi, yaitu sebesar 98,96% diikuti oleh Pulau Flores sebesar 94,86%. Di sisi lain, hal ini bisa menjadi indikator bahwa pertumbuhan DPK di luar Pulau Timor tidak mampu mengimbangi pertumbuhan kreditnya. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 36

52 Triwulan I Sistem Pembayaran Transaksi Non Tunai a. Transaksi Kliring Aktivitas transaksi non tunai melalui SKNBI pada triwulan laporan tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya, yaitu dari sebesar 77,31% (yoy) menjadi sebesar 2,21% (yoy). Transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp542 miliar dengan jumlah warkat sebanyak warkat. Meski terjadi penurunan transaksi, jumlah nominal cek/bg kosong di wilayah Kantor Bank Indonesia Provinsi NTT pada triwulan laporan justru meningkat. Jumlah cek/bg kosong pada triwulan laporan sebesar Rp8,89 miliar, naik 35,08% (yoy). Penurunan jumlah warkat kosong sebesar 9,14% (yoy) menjadi 179 lembar pada bulan laporan mengindikasikan penurunan kualitas pembayaran cek/bg karena jumlah tolakan per lembar secara rata-rata meningkat menjadi Rp49,69 juta. Grafik 3.7 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.8 Perkembangan Cek/BG Kosong b. Transaksi RTGS Transaksi menggunakan sistem RTGS mengalami perlambatan. Pada triwulan laporan, transaksi RTGS yang berasal menuju (to) NTT tumbuh sebesar 2,83% (yoy) dengan jumlah nominal Rp14,18 triliun yang berasal dari transaksi. Secara volume, terjadi peningkatan sebesar 37,31% (yoy). Secara rerata, transaksi RTGS yang menuju (to) NTT tercatat sebesar Rp1,82 miliar per transaksi. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 37

53 Triwulan I-2014 Meski transaksi melalui sistem RTGS pada triwulan laporan lebih didominasi oleh transaksi dari Provinsi NTT, namun pertumbuhannya justru negatif. Nominal transaksi dari (from) Provinsi NTT tercatat sebesar Rp17,19 triliun atau turun 24,24 % (yoy) meskipun volumenya naik sebesar 10,22% (yoy) menjadi transaksi. Secara rerata, transaksi RTGS dari (from) NTT tercatat sebesar Rp1,61 miliar per transaksi. Grafik 3.9 Nilai Transaksi RTGS Grafik 3.10 Volume Transaksi RTGS Transaksi Tunai Aktivitas perekonomian dari sisi transaksi tunai terus meningkat. Data yang tercatat di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT menunjukkan bahwa transaksi uang tunai yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) dan yang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebesar Rp1,69 triliun. Pada triwulan laporan terjadi net inflow dimana jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang keluar. Jumlah uang yang masuk ke Bank Indonesia pada triwulan laporan sebesar Rp1,37 triliun atau naik 0,72% (yoy). Sementara jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia tercatat hanya sebesar Rp322 miliar atau turun sebesar 26,20% (yoy). Penurunan jumlah uang yang keluar dari Bank Indonesia pada triwulan laporan menunjukkan bahwa kebutuhan uang kartal menurun pada awal tahun setelah sebelumnya meningkat signifikan setiap akhir tahun. Penurunan aktivitas ekonomi terkait kondisi cuaca yang kurang kondusif membuat kebutuhan uang kartal pada triwulan laporan menurun. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 38

54 Triwulan I-2014 Grafik 3.11 Perkembangan Transaksi Tunai Volume pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE) meningkat signifikan pada triwulan laporan. Pada triwulan laporan, nominal UTLE yang terserap di wilayah Provinsi NTT naik dengan nominal sebesar Rp318 miliar atau meningkat signifikan sebesar 76,95% dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Setoran dari perbankan masih diharapkan menjadi sarana utama dalam menjaring UTLE di masyarakat. Selain itu, peningkatan kegiatan kas keliling merupakan salah satu upaya dalam menjaring UTLE di masyarakat agar terwujud clean money policy di Provinsi NTT. Hal tersebut sudah mulai memperlihatkan hasil, yang dapat dilihat dari semakin rendahnya jumlah UTLE yang dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Di sisi lain, harus diakui bahwa hal tersebut belumlah optimal mengingat kondisi geografis wilayah NTT yang berpulau-pulau menjadi kendala. Upaya untuk mewujudkan clean money policy pun terus dilakukan, terutama di wilayah-wilayah terpencil. Tabel 3.12 Perkembangan Indikator Sistem Pembayaran Lain Sementara itu, jumlah uang palsu (upal) yang dilaporkan ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur pada triwulan laporan sebesar Rp Jumlah uang palsu yang tercatat pada triwulan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 39

55 Triwulan I-2014 laporan masih didominasi oleh uang dengan nominal besar yaitu denominasi Rp ,00. Bank Indonesia terus berusaha menekan jumlah uang palsu yang beredar di masyarakat dengan memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan metode 3D (Dilihat, Diraba dan Diterawang) serta mengeluarkan desain uang baru denominasi Rp ,00, Rp ,00, dan Rp ,00 dengan penambahan features pengaman. Sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah ini terus dilakukan ke berbagai kalangan masyarakat, mulai dari masyarakat umum, anak sekolah hingga instansi pemerintah dan swasta, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui selebaran (leaflet) yang diberikan. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 40

56 Rp Miliar Triwulan I KEUANGAN PEMERIINTAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) mengalami peningkatan cukup signifikandibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan pemerintah pada triwulan I-2014 mencapai 25,33%. Pada periode yang sama, realisasi belanja pemerintah mencapai 12,12% Kondisi Umum APBD Provinsi Nusa Tenggara tahun 2014 secara umum meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Rencana anggaran pendapatan Tahun 2014 tercatat sebesar Rp 2,72 triliun, atau meningkat sebesar 16,16%(yoy) dibandingkan dengan tahun Selain rencana pendapatan, pos belanja juga mengalami peningkatan sebesar 14,05%(yoy) dari Rp 2,40 triliun menjadi Rp 2,74 triliun pada tahun Grafik 4.1 APBD Provinsi NTT Grafik 4.2 RealisasiAPBDTriwulan I ,000 2,500 2,000 Pendapatan Belanja 80% 70% 60% 50% Realisasi Pendapatan Realisasi Belanja 74.83% 74.33% 1,500 40% 1, % 20% 10% 0% 19.98% 10.50% 5.65% 8.44% 7.38% 9.97% 2.20% 7.98% 16.16% 3.81% 2.00% 14.05% Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT Sumber : Biro Keuangan Prov. NTT Realisasi pendapatan pemerintah Provinsi NTT pada periode laporan tercatat sebesar Rp 689,32 miliar atau mencapai 25,33%dari total rencana pendapatan tahun Realisasi tersebut mengalami penurunan jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 26,79%. Dari sisi belanja, realisasi Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 41

57 Rp miliar Triwulan I anggaran belanja pemerintah tercatat sebesar Rp 331,94 miliar atau mencapai 12,12% dari total rencana belanja Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan pada triwulan laporan tercatat sebesar 25,33%. Total pendapatan dalam APBD Tahun 2014 ditargetkan sebesar Rp 2,72 triliun. Nominal tersebut bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp 695,42 miliar atau 25,56% dari total pendapatan Tahun Sementara sisanya, 3,000 2,500 2,000 1,500 1, % 27.03% 29.06% yaitu 74,01% bersumber dari pendapatan transfer Pemerintah Pusat dan 0,44% berasal dari pendapatan lain-lain yang sah. Hal tersebut mencerminkan masih tingginya ketergantungan sumber penerimaan daerah terhadap bantuan pemerintah pusat. Sementara itu, kontribusi dana perimbangan untuk mengisi celah fiskal (fiscal gap) yang sebesar 47,42% dalam share pos pendapatan daerah terlihat cukup dominan. Dalam era otonomisasi daerah, hal ini mengindikasikan bahwa pada daerah-daerah atau provinsi tertentu dukungan pemerintah pusat masih diperlukan. Realisasi PAD Provinsi NTT pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp109,93 miliar atau 15,81% dari target PAD akhir tahun. Sumbangan realisasi terbesar PAD berasal dari pos pendapatan pajak daerah sebesar Rp 83,71 miliar, meningkat 1,87%(yoy) dibandingan pencapaian triwulan I-2013 yang sebesar Rp 82,17 miliar. Realisasi pendapatan transfer dari Pemerintah Pusat pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp 579,40 miliar atau 28,77% dari total rencana pendapatan transfer. Sumbangan terbesar berasal dari pos dana perimbangan dengan realisasi mencapai Rp 377,23 miliar atau sebesar 13,86% dari total rencana pendapatan. Sedangkan realisasi dana otonomi khusus dan dana penyesuaian sebesar Rp 201,28 miliar atau sebesar 28,06% dari rencana 2014 yang sebesar Rp 717,29 miliar Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Rencana Pendapatan 25.33% Realisasi Pendapatan Tw-I 26.79% 28.85% % 26.42% , , , , , Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 42

58 Rp miliar Triwulan I Belanja Daerah Realisasi belanja pemerintah pada periode laporan sebesar12,12% dari total rencana belanja Total anggaran belanja Pemerintah Provinsi NTT mengalami kenaikan sebesar 14,05% dengan nominal anggaran mencapai Rp 2,74 triliun. Pos belanja operasi, yang didalamnya berisi belanja pegawai, belanja barang, serta belanja hibah merupakan pos anggaran belanja terbesar dengan total nominal sebesar Rp 2,05 triliun atau 75,00% dari total anggaran belanja tahun Total realisasi belanja pemerintah pada triwulan laporan sebesar Rp 331,94 miliar. Dari total realisasi tersebut, pos belanja operasional yang sebagian merupakan belanja hibah menyumbang realisasi paling besar yaitu sebesar 56,28%, sedangkan belanja modal yang merupakan salah satu sumber penggerak ekonomi daerah hanya mencatatkan realisasi sebesar 0,51%. 3,000 2,500 2,000 1,500 1, % 9.79% 13.05% 10.49% 7.39% 1, Grafik4.4 Realisasi Belanja Rencana Belanja Realisasi Belanja Tw-I 1, , , , % 13.16% 17.85% 2, , , Sumber : Biro KeuanganProvinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 43

59 Triwulan I Rp Juta Tabel4.1 RealisasidanRencanaTahunAnggaran 2014 URAIAN Rencana Realisasi 2014 Tw I % Realisasi PENDAPATAN 2,720, , % PENDAPATAN ASLI DAERAH 695, , % Pendapatan Pajak Daerah 528,048 83, % Pendapatan Retribusi Daerah 29,712 1, % Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 55, % Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81,840 24, % PENDAPATAN TRANSFER 2,013, , % Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,290, , % Dana Bagi Hasil Pajak Dana Alokasi Umum 1,131, , % Dana Alokasi Khusus 74, % Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 723, , % Dana Otonomi Khusus & Dana Penyesuaian 717, , % Penerimaan dari Pihak Ketiga - LAIN-LAIN PENDAPATAN YANG SAH 11, % Pendapatan Hibah 11, % Pendapatan Dana Darurat Pendapatan lainnya BELANJA 2,738, , % BELANJA OPERASI 2,053, , % Belanja Pegawai 564,111 91, % Belanja Barang 490,392 47, % Belanja Hibah 923, , % Belanja Bantuan Sosial 40,940 1, % Belanja Bantuan Keuangan 34,508 3, % BELANJA MODAL 412,577 1, % BELANJA TIDAK TERDUGA 17, % Belanja Tidak Terduga TRANSFER 254, % Bagi Hasil Pajak PEMBIAYAAN NETTO 17, , % PENERIMAAN DAERAH 97, , % Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) 90, , % Pencairan Dana Cadangan Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman 7,767 2, % PENGELUARAN DAERAH 80, Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 75, Pemberian pinjaman kepada kelompok masyarakat 5, Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 44

60 Triwulan I KETENAGAKERJAAN & KESEJAHTERAAN Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan menunjukkan kondisi positif Jumlah angkatan kerja naik 1,43% (yoy) sehingga menjadi jiwa pada triwulan laporan. Tingkat pengangguran turun 1,97% (yoy) menjadi jiwa. Angka kemiskinan juga menurun dari 20,41% (yoy) menjadi 20,24% (yoy) Kondisi Umum Perkembangan ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat NTT pada triwulan laporan menunjukkan kondisi yang positif. Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2014 mencapai jiwa, meningkat sebesar jiwa atau 1,43% (yoy) dibandingkan Februari Sementara tingkat pengangguran terbuka tercatat sebesar 1,97% atau lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 2,12%. Tren perbaikan kondisi ketenagakerjaan juga tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan KPw BI Provinsi NTT. Hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan, indeks ketenagakerjaan 1 tercatat sebesar 8,08, naik dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 4,39. Sementara itu, kondisi kesejahteraan masyarakat NTT berdasarkan data BPS posisi September 2013 menunjukkan kondisi yang positif tercermin dari penurunan persentasi penduduk miskin dari 20,41% pada periode yang sama tahun sebelumnya menjadi 20,24%. Indeks keparahan dan kedalaman kemiskinan serta tingkat optimisme masyarakat perkotaan juga membaik pada September Berdasarkan hasil Survei Konsumen bulan Maret 2014, terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu. 1 angka indeks dihitung dengan metode SBT (Saldo Bersih Tertimbang) yang merupakan selisih dari p. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 45

61 Triwulan I Indikator kesejahteraan di daerah pedesaan yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) juga mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan Ketenagakerjaan Kondisi Ketenagakerjaan Umum Berdasarkan data BPS, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Timur pada Februari 2014 memperlihatkan peningkatan yang tergambar dari bertambahnya kelompok penduduk yang bekerja disertai berkurangnya tingkat pengangguran. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar jiwa, bertambah jiwa atau 1,59% (yoy). Tabel 5.1 Jumlah Penduduk Usia 15+ Menurut Kegiatan Sumber : BPS Provinsi NTT Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (65,04%) bekerja di sektor pertanian. Hal ini disebabkan karena sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi utama di NTT sehingga mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Namun, terjadi penurunan jumlah pekerja di sektor pertanian dibandingkan dengan Februari 2013 sebesar jiwa atau turun 2,05% (yoy). Di sisi lain, jumlah tenaga kerja di sektor industri mengalami peningkatan. Tenaga kerja di sektor industri tercatat naik sebesar jiwa atau 22,69% (yoy) dibandingkan bulan Februari Selain di sektor industri, sektor jasa-jasa juga menunjukkan peningkatan. Jumlah tenaga kerja di sektor jasa-jasa tercatat meningkat sebesar jiwa atau 4,62% (yoy) dibandingkan dengan Februari Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 46

62 Triwulan I Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Dari 7 (tujuh) klasifikasi status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasikan dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi yaitu formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal adalah mereka yang berstatus di luar itu. Melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 81,35% tenaga kerja di NTT pada bulan Februari 2014 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.3 Jumlah Penduduk Usia 15+ yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Sumber : BPS Provinsi NTT Berdasarkan hasil SKDU, daya serap tenaga kerja pada triwulan laporan juga meningkat. Hanya sektor industri pengolahan, sektor bangunan serta sektor pengangkutan dan komunikasi yang menunjukkan penurunan. Indeks hasil SKDU triwulan I-2014 menunjukkan bahwa jumlah tenaga kerja pada sektor pertanian mengalami peningkatan signifikan diikuti sektor keuangan. Penambahan jumlah Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 47

63 Triwulan I tenaga kerja yang signifikan ini diperkirakan karena dimulainya musim tanam di sektor pertanian, terutama saat musim penghujan di NTT yang dimulai bulan Desember hingga Maret tahun berikutnya. Grafik 5.1 Indeks Ketenagakerjaan NTT Sumber : SKDU Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT Pengangguran Pengangguran merupakan salah satu indikator utama pada bidang ketenagakerjaan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapatkan pekerjaan tetapi belum mulai bekerja serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi NTT, pada bulan Februari 2014 jumlah pengangguran sebanyak jiwa, turun sebanyak jiwa atau 33,62% dibandingkan dengan bulan Agustus Dibandingkan Februari 2013, angka tersebut juga turun sebesar jiwa atau 5,91% (yoy). Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 48

64 Rp ribu Triwulan I Perkembangan Kesejahteraan Kondisi Kesejahteraan Umum Kondisi kesejahteraan secara umum relatif membaik berdasarkan hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT. Pada triwulan laporan terlihat adanya kenaikan tingkat optimisme, khususnya pada masyarakat perkotaan dengan penghasilan menengah ke atas terhadap tingkat kesejahteraan. Hal ini tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 (enam) bulan yang lalu hasil SK bulan Januari sampai dengan Maret Berdasarkan hasil survei, indeks SBT kembali mengalami kenaikan yang cukup signifikan pada bulan Maret. Hal tersebut diperkirakan karena pengaruh kenaikan gaji bagi pegawai yang biasanya diberikan pada awal tahun. Tabel 5.4 Pendapat Konsumen Mengenai Penghasilan Saat Ini Dibandingkan 6 Bulan yang Lalu Pengeluaran Penghasilan Saat Ini Dibanding 6 Bulan yll per Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah 1-2 Juta 48.48% 49.49% 2.02% % Juta 47.46% 47.46% 5.08% % Juta 53.85% 42.31% 3.85% % Juta 57.14% 42.86% 0.00% % 5Juta ke atas 11.11% 77.78% 11.11% % Jumlah 47.50% 49.00% 3.50% % Sumber : SK Triwulan I-2014 KPw BI Provinsi NTT Grafik 5.2 Perkembangan UMP NTT Grafik 5.3 Perkembangan Indeks Penghasilan 1,600 1,400 1, Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu 1, I II III IV I II III IV I KHL ,16 1,36 1,49 UMP ,01 1, Sumber : BPS Provinsi NTT Sumber : Survei Konsumen KPw BI Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 49

65 Triwulan I Sementara di pedesaan, ukuran daya beli masyarakat yang diukur melalui NTP mengalami peningkatan. Pada akhir triwulan laporan, dengan menggunakan tahun 2012 sebagai tahun dasar menggantikan tahun dasar 2007, indeks yang diterima (IT) tercatat sebesar 107,71. Sementara, indeks yang dibayar (IB) tercatat sebesar 109,87 sehingga angka Grafik 5.4 Perkembangan NTP NTT Sumber : BPS Provinsi NTT NTP tercatat sebesar 98,03. Akselerasi peningkatan pendapatan petani selama triwulan laporan tidak secepat akselerasi peningkatan pengeluaran yang menyebabkan NTP pada triwulan laporan masih berada di bawah 100. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesejahteraan petani masih tertekan karena penghasilan dari penjualan produk pertanian masih di bawah pengeluaran kebutuhan harian mereka, baik untuk kebutuhan pokok maupun kebutuhan produksi seperti pupuk/pangan maupun bibit. Namun demikian, kondisi triwulan laporan sedikit membaik dibandingkan triwulan sebelumya dimana nilai NTP tercatat sebesar 97, Tingkat Kemiskinan Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan pada bulan September 2013 tercatat sebesar 1.009,15 ribu jiwa atau 20,24% dari jumlah penduduk NTT. Angka tersebut meningkat sebesar 8,85 ribu jiwa atau 0,88% dibandingkan dengan bulan September 2012 (yoy), yang tercatat sebesar 1.000,3 ribu jiwa atau 20,41% dari total penduduk NTT. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 50

66 Triwulan I Tahun Tabel 5.5 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin di NTT tahun 2005 s.d. September 2013 Jumlah Penduduk Miskin (000) Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Kota Desa Kota+Desa , , , , , , , , , , Maret , Sept , Maret Sept , Sumber : BPS Provinsi NTT Garis kemiskinan juga mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir sebesar 12,84% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, garis kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 9,27% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Sementara garis kemiskinan di pedesaan mengalami peningkatan sebesar 14,17% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Tabel 5.6 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah tahun 2005 s.d. September Daerah/Tahun Perkotaan Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Makanan Jumlah Persentase Bukan Penduduk Penduduk Total Makanan Miskin (ribu) Miskin Maret ,314 80, , Sept ,582 84, , Maret ,807 89, , Sept ,641 94, , Perdesaan Maret ,990 34, , Sept ,986 37, , Maret ,215 40, , Sept ,038 42, , Kota + Desa Maret ,044 43, ,787 1, Sept ,145 46, ,506 1, Maret ,468 50, , Sept ,773 52, ,080 1, Sumber : BPS Provinsi NTT Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 51

67 Triwulan I Secara besaran, peranan komoditas makanan meningkat sebesar 12,85% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Kondisi ini dipertegas dengan peranan komoditas makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen yang mengalami kenaikan dari 79,16% pada September 2012 menjadi 79,17% pada September Sementara itu, pada komponen bukan makanan tercatat peningkatan sebesar 12,83% dari Rp46.361,00 per kapita/bulan menjadi Rp52.307,00 per kapita/bulan, meskipun peranannya menurun sedikit dari 20,84% pada September 2012 menjadi 20,83% pada September Persoalan kemiskinan tidak hanya sekadar jumlah dan persentase penduduk miskin saja. Ada dimensi lain yang perlu diperhatikan selain upaya memperkecil jumlah penduduk miskin, terutama dalam kebijakan penanggulangan kemiskinan. Dimensi tersebut adalah tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Badan Pusat Statistik mengukur dua hal tersebut menggunakan indeks kedalaman kemiskinan (P 1 ) dan indeks keparahan kemiskinan (P 2 ). Indeks Kedalaman Kemiskinan (P 1 ) merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap batas miskin. Semakin tinggi nilai indeks ini maka semakin besar rata-rata kesenjangan pengeluaran penduduk miskin terhadap garis kemiskinan atau dengan kata lain semakin tinggi nilai indeks menunjukkan kehidupan ekonomi penduduk miskin semakin terpuruk. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (P 2 ) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui intensitas kemiskinan. Tahun Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) September September Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) September September Sumber : BPS Provinsi NTT Berdasarkan tabel 5.8, indeks kedalaman dan indeks keparahan kemiskinan di NTT pada September 2013 menurun dibandingkan September Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan, dengan kesenjangan pengeluaran yang juga tidak selebar sebelumnya. Tabel 5.7 Indeks Keparahan dan Kedalaman Kemiskinan Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 52

68 Triwulan I BOKS 3 KUALITAS PENDIDIKAN DI NTT MASIH HARUS DITINGKATKAN Pendidikan merupakan hal penting dalam kehidupan kita karena sangat erat kaitannya dengan betambahnya ilmu dan pengetahuan. Di era globalisasi seperti sekarang ini, pendidikan memiliki peranan yang penting dalam meningkatkan taraf hidup. Bahkan, sebuah penelitian menyatakan bahwa tingkat kesejahteraan pada umumnya sangat bergantung pada tinggi rendahnya tingkat pendidikan. Seseorang dengan pendidikan yang tinggi akan memiliki tingkat kesejahteraan yang baik, sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesejahteraan yang kurang baik. Pendidikan yang tinggi memang bukan suatu syarat mutlak untuk mencapai kesuksesan. Tetapi, paling tidak pendidikan dapat memberikan jaminan bagi kehidupan seseorang. Semakin ketat persaingan yang terjadi membuat peranan pendidikan semakin penting. Tidak kita pungkiri bahwa sebagian besar orang yang berpendidikan tinggi lebih cerdas dalam menyelesaikan masalah yang di hadapinya. Pendidikan pun secara tidak langsung dapat mempengaruhi pola pikir dan perilaku seseorang. Beberapa indikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilan pembangunan bidang pendidikan adalah terpenuhinya layanan pendidikan dasar, kualitas dan daya saing Sumber Daya Manusia (SDM). Indikator keberhasilan dalam pencapaian layanan pendidikan dapat dilihat dari Angka Partisipasi Sekolah (APS) dan Angka Partisipasi Murni (APM). Sementara kualitas dan daya saing SDM dapat dilihat dari kualitas tingkat pendidikan penduduk usia 10 tahun ke atas. APS merupakan rasio anak yang sekolah pada kelompok umur tertentu terhadap jumlah penduduk pada kelompok umur yang sama. Data Susenas 2012 menunjukkan tingkat partisipasi sekolah semua kelompok umur meningkat dibandingkan tahun 2011 berarti akses terhadap pendidikan di NTT semakin meluas. Program Wajib Belajar (Wajar) 9 tahun yang telah dilaksanakan sejak tahun 1994 membawa dampak positif terhadap keberhasilan pendidikan dasar di NTT. Peningkatan APS terbesar terjadi pada kelompok 19-24, diikuti kelompok 13-15; dan paling rendah terjadi pada kelompok Tingginya peningkatan APS menunjukkan distribusi perguruan tinggi dan kesadaran penduduk untuk mengikuti pendidikan tinggi di NTT semakin meningkat. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 53

69 Triwulan I Tabel 1. Statistik Pendidikan NTT Uraian Angka Partisipasi Sekolah ,49 95,96 95, ,24 85,88 88, ,22 60,21 62, ,44 15,37 18,22 Angka Partisipasi Murni SD/MI 93,03 92,13 92,40 SMP/MT s 51,03 56,74 55,93 SMA/SMK/ MA 34,93 40,84 38,62 Angka Melek Huruf (%) 88,59 88,74 89,23 Rata-rata Lama Sekolah(th) 6,99 7,05 7,09 Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT Grafik 1. Pendidikan Tertinggi Penduduk Usia 10 Tahun ke Atas (2012) Sumber : Statistik Daerah NTT 2013, BPS NTT Sementara itu APM adalah proporsi anak sekolah pada satu kelompok umur tertentu yang bersekolah tepat pada tingkat yang sesuai dengan kelompok umurnya. Oleh karena itu secara umum APM lebih rendah dibandingkan APS karena APM disamping memperhitungkan kelompok umur juga memperhatian tingkat pendidikan. Rendahnya partisipasi pendidikan tingkat menengah maupun perguruan tinggi disebabkan oleh kurangnya kesadaran orang tua terhadap pendidikan anak, kemiskinan, dan kurangnya akses terhadap sarana pendidikan. AMH mengindikasikan kemampuan penduduk usia 15 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis. Pada tahun 2012 AMH penduduk NTT yang berumur 15 tahun keatas berada pada tingkat 89,23 persen, meningkat dibandingkan tahun 2011 (88,74 persen). Berarti pada tahun 2012 di NTT masih ada 10,73 persen penduduk yang belum dapat membaca dan menulis. Data Susenas 2012 juga menunjukkan bahwa rata-rata lama sekolah penduduk NTT mencapai 7,09 tahun. Artinya penduduk NTT baru mampu menempuh sekolah sampai jenjang kelas 1 SMP. Indikator lain yang menentukan kualitas pendidikan adalah tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Pada tahun 2012, persentase penduduk usia 10 tahun ke atas di NTT yang berpendidikan SD ke bawah (tidak punya ijazah + SD) paling tinggi (68,07 persen) sedang yang tamat PT hanya 4,82 persen. Ini menunjukkan kualitas dan daya saing sumber daya manusia di NTT belum memadai, karena semakin banyak penduduk berpendidikan rendah semakin tertutup akses untuk mendapat pekerjaan dan pendapatan yang lebih baik, karena SDM tidak mampu menjawab berbagai kebutuhan dan daya saing yang terjadi pada lingkup regional, nasional, maupun internasional. Kajian Ekonomi Regional Provinsi NTT 54

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Kantor Gubernur Provinsi Nusa Tenggara Timur Menyongsong Pembangunan di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang Berkualitas Februari 2017 Untuk

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur. Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Triwulan I Foto Cover : Joni Trisongko 0I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang NTT (38) 832-364 / 827-916 ; fax : [38] 822-13 www.bi.go.id Daftar Isi

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR November KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2015 FOTO : DANAU KELIMUTU Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Kupang KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia, Kantor Bank Indonesia (KBI) di daerah

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pantai Walakiri - Waingapu Foto By: Misha NR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW

Lebih terperinci