BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI"

Transkripsi

1 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212

2 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 8234 Tel. (361) Fax. (361)

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia akan informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis dalam konteks pembangunan ekonomi nasional serta upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu, Bank Indonesia memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui desiminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KER ini, diharapkan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas dan seluruh pihak dapat memanfaatkan informasi yang ada untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang diperlukan khususnya Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, Mei 212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III Kepala Kantor Perwakilan ttd Dwi Pranoto Direktur Eksekutif Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-211 1

4 Daftar Isi Contents DAFTAR GRAFIK... 4 DAFTAR TABEL... 6 DAFTAR BOKS... 6 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 7 Ringkasan Umum EKONOMI MAKRO REGIONAL SISI PENAWARAN Sektor PHR Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Pengangkutan Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor PERKEMBANGAN INFLASI KONDISI UMUM INFLASI BULANAN DISAGREGASI INFLASI PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Kondisi Umum Fungsi Intermediasi PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

5 Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai KEUANGAN PEMERINTAH ANGGARAN PENDAPATAN ANGGARAN BELANJA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH SELURUH BALI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN PROSPEK PEREKONOMIAN MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II INFLASI REGIONAL TRIWULAN II Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-211 3

6 Daftar Grafik Grafik 1.1. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Bali Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Grafik 1.3. Kunjungan Wisman ke Bali Grafik 1.4. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.5. Penerimaan Visa on Arrival Grafik 1.6.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.7. Kunjungan Wisatawan Nusantara Grafik 1.8. Perkembangan Arus Bongkar Muat Grafik 1.9.Indeks Penjualan Berdasarkan Komoditas Grafik 1.1. Penyaluran Kredit untuk Kegiatan Perdagangan Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik Perkembangan Produksi Ikan Grafik Kredit Sektor Pertanian Grafik Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Jumlah Penumpang Laut Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang... 2 Grafik Nilai Ekspor Tekstil... 2 Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu Grafik 1.2. Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri Grafik Kredit Bank Umum Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Konsumsi Semen Grafik Kredit Sektor Bangunan Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Grafik Kredit Investasi Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Grafik 1.4. Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pangsa Ekspor berdasrkan Negara Tujuan... 3 Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali... 3 Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

7 Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Denpasar dan Nasional Grafik 2.3. Produksi dan Ketersediaan Beras Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beras Grafik 2.5. Perbandingan Inflasi Padi-padian dan Bumbu-bumbuan Grafik 2.6. Perbandingan Inflasi Sayur-sayuran dan Ikan Segar Grafik 2.7. Perubahan Harga Sayur-sayuran dan Bumbu-bumbuan Grafik 2.8. Perubahan Harga Komoditas Terpilih Grafik 2.9. Inflasi Bulanan Kota Denpasar Januari Grafik 2.1. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Inflasi Bulanan Kota Denpasar Februari Grafik Inflasi Bulanan Kota Denpasar Maret Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar Grafik Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Denpasar Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit... 5 Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank... 5 Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Share Kredit thd PDRB Grafik 3.5. Perkembangan LDR Menurut Kelompok Bank Grafik 3.6. Komposisi Kredit Terhadap Aset Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3.1. Komposisi Kredit Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB... 6 Grafik Temuan Uang Palsu... 6 Grafik Perkembangan Kliring Grafik 3.2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali Grafik 4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Seluruh Bali, Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional, Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali, Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 6.3. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Barang dan Jasa Grafik 6.4. Ekspektasi Harga oleh Pedagang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-211 5

8 Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali... 5 Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usah Triwulan II Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Daftar Boks Boks A. Pesona Bali Bagi Investor Boks B. Bali Menyongsong KTT APEC Boks C. Pola Keterkaitan Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Ras dengan Komoditas Telur Ayam Ras di Provinsi Bali Boks D Gonjang ganjing Pembatasan Subsidi BBM Boks E. Kendala Pemulihan Ekspor Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

9 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator I II III IV I II III IV I EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi/PMTB Ekspor Impor Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-211 7

10 PERBANKAN Indikator I II III IV I II III IV I PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) Rasio NPL gross (%) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

11 SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV I SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) ,397 1,299 2,347 1,352 2,281 Outflow (Rp Triliun) 535 1,23 1,815 1,631 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 RTGS RTGS From : Nominal Transaksi RTGS From (Milyar Rp) 14,178 16,533 19,449 23,571 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 Volume Transaksi RTGS From (Lembar) 14,264 15,42 16,239 19,49 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 RTGS To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 8,198 9,378 1,976 11,222 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 Volume Transaksi RTGS To (Lembar) 16,122 17,57 19,362 2,89 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 RTGS From-To : Nominal Transaksi RTGS To (Milyar Rp) 2,845 2,95 3,278 3,547 3,357 3,411 3,429 3,473 2,764 Volume Transaksi RTGS To (Lembar) 4,48 4,216 4,424 4,74 4,751 4,468 4,686 5,31 4,282 Kliring : Nominal Kliring (Milyar Rp) 7,46 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 8,879 9,568 9,435 Volume Kliring (Ribu Lembar) Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Mil Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Ribu Lembar) 7,19 7,54 7,168 7,484 8,125 7,28 8,286 7,68 7,145 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I-211 9

12 Halaman ini sengaja dikosongkan 1 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

13 Ringkasan Umum Perekonomian Bali di triwulan I-212 tumbuh melambat, dengan angka pertumbuhan mencapai 6,9% (yoy). Realisasi tersebut melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,95% (yoy). Melambatnya pertumbuhan disebabkan oleh melambatnya kinerja sektor PHR, terutama pada subsektor hotel dan restoran yang cenderung mengalami penurunan aktivitas di awal tahun 212. Kinerja sektor utama lainnya, yaitu sektor pertanian, juga mengalami perlambatan, yang disebabkan oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan. Perekonomian Bali pada triwulan I- 212 tumbuh melambat sebesar 6,9% (yoy), dipicu oleh perlambatan di sektor PHR Di sisi permintaan, kuatnya investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di triwulan I-212. Hal tersebut didukung oleh banyaknya proyek investasi berskala besar yang dilaksanakan mulai 211 terkait kesiapan Bali menjelang KTT APEC 213. Konsumsi khususnya rumah tangga juga mulai berada dalam fase pembalikan dan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Investasi masih tetap kuat Laju perkembangan harga-harga pada awal tahun 212 menunjukkan gejala peningkatan. Pada triwulan I-212 inflasi tercatat sebesar 4,52% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,79%. Menigkatnya tekanan harga sepanjang triwulan I-212 terutama didorong oleh meningkatnya tekanan harga pada kelompok inflasi inti. Hal tersebut dipengaruhi oleh perilaku masyarakat, khususnya pelaku usaha, yang cenderung melakukan penyesuaian harga pada awal tahun khususnya untuk sewa dan kontrak rumah. Awal tahun 212 menunjukkan gejala peningkatan inflasi, yang pada triwulan I-212 tercatat sebesar 4,52%(yoy) Pada tiwulan I-212 beberapa komoditas telah mengalami koreksi harga, khususnya pada beberapa komoditas di kelompok bumbu-bumbuan, namun tekanan harga dari komoditas beras masih sangat kuat sehingga masih menjadi penyumbang inflasi di Bali. Ekspansi kredit perbankan menunjukkan peningkatan, baik pada Bank Umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Peningkatan penyaluran kredit tersebut dapat dilakukan mengingat pertumbuhan DPK yang tinggi. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh kondisi perekonomian Bali yang masih cukup ekspansif, yang salah satunya merupakan dampak dari persiapan pelaksanaan KTT APEC 213. Ekspansi kredit perbankan menunjukkan peningkatan Meskipun demikian, prudential banking practice yang diterapkan oleh perbankan tampak selalu dijaga dan ditingkatkan, yang tercermin dari peningkatan kualitas kredit ditengah pertumbuhan kredit yang pesat. Sistem pembayaran tunai pada triwulan I-212 mengalami net inflow, dengan jumlah aliran masuk ke Bank Indonesia meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu di sisi pembayaran non tunai terjadi penurunan nominal dan jumlah transaksi, baik untuk kliring maupun RTGS. Hal ini diperkirakan belum banyaknya aktivitas ekonomi yang dilaksanakan di awal tahun. Sistem pembayaran tunai mengalami kondisi net inflow, sementara transaksi non tunai menurun Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

14 Realisasi pendapatan pemerintah daerah provinsi Bali triwulan I 212 diperkirakan lebih kecil dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya Realisasi anggaran pendapatan provinsi Bali sampai dengan akhir triwulan I 212 mencapai diperkirakan sebesar 24,93% lebih kecil dibandingkan dengan realisasi triwulan I 211 sebesar 25,86%. Tingkat realisasi yang relatif lebih cepat dibandingkan pos-pos lainnya adalah pos lain-lain PAD yang sah dan Dana alokasi umum dengan realisasi masing-masing sebesar 54,1% dan 33,33%. Terkait dengan pos lain-lain PAD yang sah, perolehan pendapatan bersumber pada pendapatan bunga, jasa giro, penjualan barang milik daerah maupun usaha-usaha lainnya. Tingginya realisasi pos ini menunjukkan kreativitas pemerintah daerah dalam memperoleh sumber pendapatan. Realisasi belanja pemerintah daerah provinsi Bali triwulan I 212 diperkirakan juga lebih kecil dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, realisasi belanja provinsi Bali pada triwulan I 212 diperkirakan sebesar 6,48% lebih kecil dibandingkan dengan realisasi triwulan I 211 sebesar 7,11%. Demikian pula dengan realisasi belanja modal yang menggambarkan investasi pemerintah pada perekonomian daerah masih relatif kecil. Realisasi belanja modal pada triwulan I 212 diperkirakan hanya sebesar,8% lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya yang mencapai 8,26%. Rendahnya realisasi belanja disebabkan pada triwulan I ini masih dalam tahapan perencanaan kegiatan. Nilai NTP Bali menurun dan inflasi perdesaan Bali juga lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional Perkembangan NTP selama triwulan I 212 cenderung menurun dibandingkan dengan posisi akhir tahun 212. Penurunan NTP dipicu oleh turunnya indeks yang diterima pertani pada sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan rakyat, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Hasil pantauan di lapangan juga menunjukkan terjadi kontraksi produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Inflasi di perdesaan pada akhir triwulan I 212 sebesar,23% (m-t-m) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar,15% (m-t-m) namun masih lebih rendah dibandingkan inflasi umum Denpasar sebesar,46% (m-t-m). Pengangguran di Bali menurun dan terjadi peningkatan jumlah pekerja di sektor formal Tingkat pengangguran di Bali pada Februari 212berada pada level 2,11% atau sebanyak orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,32% (Agustus 211) dan 2,86% (Februari 211), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Rasio jumlah pekerja yang bekerja di sektor formal dan total pekerja meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Februari 211) yaitu 39,61% lebih tinggi dibandingkan 39,4%. Perekonomian di triwulan II-212 diperkirakan meningkat dari sebelumnya Perekonomian Bali pada triwulan II-212 diperkirakan masih tetap kuat, dan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan diperkirakan berada di kisaran 6,3 ± 1% (yoy), yang ditopang oleh kuatnya investasi baik oleh pemerintah maupun swasta. Secara sektoral, kinerja sektor PHR diperkirakan akan menguat seiring optimisme mengenai kondisi ekonomi dan situasi bisnis kedepan. Tekanan inflasi kedepan diperkirakan akan sedikit meningkat, dengan inflasi di triwulan II-212 diperkirakan dikisaran 4,9 ± 1% (yoy). Pendorong meningkatnya inflasi kedepan terutama di sisi volatile food. Faktor risiko kedepan yang perlu diwaspadai adalah potensi peningkatan administered price. 12 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

15 Bab 1 1. Ekonomi Makro Regional Perekonomian Bali triwulan I-212 tumbuh melambat, dengan angka pertumbuhan mencapai 6,9% (yoy). Realisasi pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 6,95% (yoy), dan lebih rendah dari pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 6,3% (yoy). Pelemahan diakibatkan oleh melambatnya kinerja sektor PHR sebagai sektor utama di Bali, terutama pada subsektor hotel dan restoran. Perlambatan juga disebabkan oleh pertumbuhan di sektor primer yang relatif rendah. Di sisi permintaan, investasi masih tetap kuat seiring banyaknya proyek investasi berskala besar yang dilaksanakan di Bali menjelang pelaksanaan KTT APEC pada 213. Konsumsi juga mulai meningkat terutama didorong oleh rumah tangga, sementara itu konsumsi pemerintah masih belum optimal direalisasikan pada triwulan I-212. Ekspor mulai meningkat di awal tahun, yang didorong oleh komponen ekspor antar daerah.. Grafik 1.1. PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Provinsi Bali Miliar Rp 8,5 8, 7,5 7, 6,5 PDRB (LHS) %, yoy 8 growth PDRB (%,yoy) - (RHS) , 5,5 5, 4.85 I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 1.1. SISI PENAWARAN Seluruh sektor ekonomi Bali masih mampu tumbuh positif di triwulan I-212. Hampir seluruh sektor ekonomi mencatatkan pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, kecuali ketiga sektor utama di Bali yaitu sektor PHR, sektor pertanian, dan sektor jasa justru mencatatkan pertumbuhan yang melambat dibanding triwulan sebelumnya. Mengingat besarnya kontribusi sektor PHR, sektor pertanian dan sektor jasa cukup besar dalam struktur PDRB Provinsi Bali yang mencapai 65,28%, maka perlambatan di ketiganya mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi di triwulan I-212. Sektor yang mengalami pertumbuhan paling cepat pada triwulan I-212 adalah sektor bangunan yang tumbuh 13,23%. Tren peningkatan ditunjukkan semenjak akhir tahun 211 seiring diberlangsungkannya pembangunan infrastruktur berskala besar di Bali, diantaranya renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai dan pembangunan jalan tol Serangan Kuta Nusa Dua. Akibatnya, andil sektor bangunan terhadap pertumbuhan ekonomi juga meningkat dari,37% menjadi,53% di triwulan I-212. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

16 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Sektor Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan Perdg, Hotel & Rest Pengangkutan & Kom Keuangan & Persewaan Jasa-Jasa PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Keuangan 7% Pengangkutan 11% Jasa 14% PHR 32% Pertanian 19% Pertambangan 1% Industri 1% LGA 2% Bangunan 4% Sektor yang memiliki kontribusi terbesar terhadap perekonomian Bali adalah sektor PHR dengan kontribusi 32,38%. Dominasi tersebut diikuti oleh sektor pertanian sebesar 18,57%, sektor jasa sebesar 14,33%, serta sektor pengangkutan dengan kontribusi mencapai 11,18%. Keempat sektor tersebut berkontribusi 76,46% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali di sisi penawaran Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sektor PHR Kinerja sektor PHR melambat di triwulan I-212. Sektor dominan yang memiliki share 32,38% terhadap pembentukan PDRB Provinsi Bali tumbuh 6,2% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 8,65% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut juga lebih lambat dibanding pertumbuhan di periode yang sama tahun 211 yang mampu tumbuh 9,4% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, sektor PHR memberikan andil 2,1% terhadap pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan I-212. Melambatnya sektor PHR terutama diakibatkan oleh perlambatan di subsektor hotel dan restoran yang pada triwulan I-212 masingmasing tumbuh 1,78% dan 2,%. Di sisi lain, jumlah kunjungan wisatawan mancanegara masih mengalami peningkatan di triwulan I-212. Jumlah kunjungan wisman tercatat orang, atau secara tahunan meningkat 14,82% (yoy). Kunjungan wisman masih didominasi oleh wisman asal Australia yang memiliki share 26,75% dari total wisman yang datang ke Bali. Pada triwulan I-212 jumlah kunjungan wisman asal Australia meningkat 19,32% (yoy). Selain Australia, kunjungan wisman juga didominasi oleh wisman asal China yang meningkat cukup pesat dalam beberapa periode terakhir, dengan peningkatan jumlah kunjungan mencapai 82,54% (yoy) pada triwulan I-212 dengan porsi wisatawan mencapai 14,95%. 14 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

17 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Kunjungan wisman asal Jepang terus menurun. Pada triwulan I-212 jumlah kunjungan hanya sebanyak orang, dan mengalami kontraksi 19,71% (yoy). Hal tersebut menyebabkan dominasi wisman asal Jepang hanya sebesar 6,14% terhadap total wisman di Bali. Namun pada triwulan I-212 terjadi peningkatan jumlah kunjungan wisman asal Korea Selatan dan Inggris yang cukup signifikan, masing-masing sebesar 14,48% dan 31,32% (yoy), dengan porsi keduanya mencapai 8,72%. Kunjungan wisatawan domestik diindikasikan masih tumbuh tinggi. Jumlah kunjungan di triwulan IV- 211 mencapai 1.655,28 ribu orang, dan mengalami pertumbuhan relatif tinggi mencapai 47,83% (yoy). Di triwulan I-212 jumlah tersebut diperkirakan masih meningkat, yang didorong oleh banyaknya libur nasional keagamaan sepanjang triwulan I-212, diantaranya Imlek dan Nyepi. Grafik 1.3. Kunjungan Wisman ke Bali Grafik 1.4. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Orang 1,, 8, 6, 4, 2, % yoy Jumlah Wisman g Jumlah Wisman (RHS) 2 1 I II III IV I II III IV I II III IV I USA 3% Singapore 3% Taiwan 4% Rusia 4% UK 4% Other Nationality 23% South of Korea 5% Malaysia 6% Australia 27% Japan 6% PRC 15% Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali Indikator lain terkait dengan kunjungan wisman ke Bali berupa Visa on Arrival (VoA) juga masih tumbuh tinggi di triwulan I-212. Penerimaan VoA pada triwulan I-212 mencapai ribu USD, atau meningkat 19,89% (yoy). Penerimaan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai ribu USD dan mengalami peningkatan 18,9% (yoy). ribu USD 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.5. Penerimaan Visa on Arrival % yoy Penerimaan VoA g Penerimaan VoA (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah Meskipun jumlah wisatawan masih tumbuh tinggi, indikasi perlambatan sektor PHR ditunjukkan oleh rata-rata tingkat hunian kamar hotel yang mengalami penurunan. Rata-rata tingkat hunian kamar hotel bintang di triwulan I-212 sebesar 58,97%, menurun dari rata-rata triwulan sebelumnya yang mencapai 62,46%. Penurunan tingkat hunian juga ditunjukkan oleh hotel non bintang yang menurun dari 36,3% di triwulan IV-211 menjadi 33,41% di triwulan I-212. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

18 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik 1.6.Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.7. Kunjungan Wisatawan Nusantara % Hari 9 TPK Bintang (LHS) 5 8 TPK Non Bintang (LHS) 7 Rata-rata menginap Bintang (RHS) Rata-rata menginap Non Bintang (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Orang 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Jumlah Wisnus g Wisnus - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV % yoy Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali Sementara itu subsektor perdagangan masih mampu tumbuh tinggi di triwulan I-212, sebesar 12,93% (yoy). Hal tersebut juga diindikasikan oleh aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Benoa dan Celukan Bawang yang meningkat sepanjang triwulan I-212, dengan volume mencapai 192,66 ribu ton atau meningkat 27,42% (yoy). Grafik 1.8. Perkembangan Arus Bongkar Muat Grafik 1.9.Indeks Penjualan Berdasarkan Komoditas Ribu Ton % yoy Arus Bongkar Muat (Ribu Ton) g Bongkar Muat (yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I %, yoy g Suku Cadang g Perlengkapan Rumah Tangga g Makanan, Minuman dan Tembakau g Bahan Kimia g Bahan Bakar & Energi * 5** Sumber : PT Pelindo III, diolah Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KPwBI Wilayah III Grafik 1.1. Penyaluran Kredit untuk Kegiatan Perdagangan Rp Miliar 9, 8, 7, 6, 5, Kredit Perdagangan g kredit perdagangan (RHS) % yoy Penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan perdagangan juga relatif tinggi. Nominal kredit yang disalurkan mencapai Rp miliar, dan mampu tumbuh 21,88% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut bahkan lebih tinggi dari triwulan sebelumya yang mencapai 21,46% (yoy) dengan penyaluran kredit sebesar Rp miliar. 4, I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 16 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

19 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Sektor Pertanian Sektor Pertanian tumbuh dalam level relatif rendah di triwulan I-212, dengan angka pertumbuhan hanya sebesar,65% (yoy). Angka pertumbuhan tersebut melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 1,87% (yoy), serta lebih lambat dibandingkan pertumbuhan pada triwulan I tahun 211 yang mencapai 1,5% (yoy). Rendahnya pertumbuhan di awal tahun diakibatkan oleh kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan dan perikanan yang mengalami kontraksi 2,39% dan 2,2% (yoy). Penurunan kinerja subsektor tanaman bahan makanan dipengaruhi oleh kurang kondusifnya cuaca sepanjang triwulan I-212, serta imbas badai tropis Lua yang mengganggu produksi. Kondisi cuaca yang relatif ekstrim tersebut dilaporkan telah memicu munculnya serangan hama di beberapa sentra produksi pertanian seperti di Kab. Tabanan, sehinngga mengakibatkan penurunan luas panen tanaman padi sebesar 24,17%. Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik Perkembangan Produksi Ikan Ribu Ha 3 Produksi g produksi(rhs) %, yoy 3 Ton 1, , I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Sumber : Faktor cuaca yang kurang bersahabat juga telah mengganggu produksi di subsektor perikanan. Produksi perikanan budidaya mengalami penurunan, khususnya ikan bandeng yang terjadi di beberapa kabupaten seperti Jembrana. Penangkapan ikan di laut lepas juga cenderung menurun. Contact Liaison menyebutkan hal tersebut dipengaruhi oleh tingginya penggunaan jaring pursen yang mengurangi ketersediaan ikan (terutama tuna) di perairan. Rendahnya pertumbuhan di sektor pertanian juga diindikasikan oleh penyaluran kredit bank umum ke sektor pertanian yang sedikit melambat. Penyaluran kredit ke kegiatan pertanian, perburuan dan kehutanan, serta perikanan mencapai Rp 643,28 miliar, dengan angka pertumbuhan 23,84% (yoy). Penyaluran tersebut melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 651,24 miliar dan mampu tumbuh 27,24% (yoy). Grafik Kredit Sektor Pertanian Rp Miliar Kredit Sektor Pertanian % yoy g Kredit Sektor Pertanian (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

20 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Sektor Jasa-jasa Sektor jasa masih tumbuh tinggi mencapai 8,64% (yoy) di triwulan I-212. Angka tersebut melambat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 11,88% (yoy), dan memberikan andil 1,21% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan I-212. Melambatnya kinerja sektor jasa-jasa diakibatkan oleh perlambatan di subsektor pemerintahan umum yang melambat dari 11,39% (yoy) menjadi 5,11% (yoy). Hal tersebut diakibatkan oleh masih rendahnya tingkat penyerapan anggaran pada triwulan I-212, yang terindikasi dari penyerapan anggaran belanja hingga triwulan I-212 yang baru terealisasi sebesar 6,48%. Grafik Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Rp Miliar Kredit Jasa g Kredit Jasa (RHS) %, yoy 1,4 7 1,2 6 1, I II III IV I II III IV I Meskipun demikian, pertumbuhan di sektor jasa masih terbilang kuat yang diindikasikan oleh perkembangan indikator lain di sektor jasa berupa penyaluran kredit bank umum di sektor jasa yang masih tumbuh tinggi. Penyaluran kredit yang meliputi kegiatan administrasi pemerintah dan jamsos; jasa pendidikan; jasa kesehatan dan kegiatan sosial; jasa kemasyarakatan, sosbud dan perorangan lainnya; serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga tumbuh 25,35% (yoy) dengan outstanding kredit mencapai Rp 1,3 triliun. Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sektor Pengangkutan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi tumbuh meningkat, dari 6,32% (yoy) di triwulan IV-211 menjadi 9,96% (yoy) di triwulan I-212. Pertumbuhan sektor ini terutama diakibatkan oleh peningkatan kinerja di subsektor pengangkutan yang didorong oleh angkutan udara yang meningkat seiring dengan banyknya hari raya keagamaan dan libur nasional seperti Imlek, Galungan Kuningan, dan Nyepi, yang mendorong kinerja industri pariwisata dan meningkatkan penggunaan sarana transportasi, khususnya transportasi udara, yang meningkat dari 8,39% (yoy) menjadi 16,28% (yoy). Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh masih tingginya jumlah penumpang pesawat udara melalui Bandara Internasional Ngurah Rai, dimana jumlah kedatangan meningkat 14,72% (yoy) sementara jumlah keberangkatan meningkat 16,54% (yoy). Indikator lain berupa jumlah penumpang angkutan laut melalui pelabuhan Benoa dan Celukan Bawang juga masih tumbuh positif di triwulan I-212 sebesar 2,2% (yoy). 18 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

21 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Jumlah Penumpang Laut Ribu Orang % yoy 2, 35 Kedatangan Keberangkatan 1,6 g Kedatangan (RHS) g Keberangkatan (RHS) , I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Orang 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Arus Penumpang (ribu orang) g penumpang (yoy) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (1) (2) (3) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Menguatnya kinerja sektor pengangkutan juga didorong oleh peningkatan di subsektor komunikasi yang didorong oleh perkembangan teknologi yang cukup pesat. Dampak adanya perluasan jangkauan khususnya di bidang operator seluler juga sudah sampai ke pelosok pedesaan, sehingga meningkatkan jumlah pemakai ponsel maupun layanan internet Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan masih mampu tumbuh positif dan di level yang stabil. Sektor industri pada triwulan I-212 mengalami pertumbuhan 3,6% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang mencapai 3,38% (yoy). Pertumbuhan tersebut mengakibatkan andil di sektor industri sebesar,36%. Sektor yang menjadi penopang pertumbuhan industri adalah subsektor tekstil, barang kulit dan alas kaki yang tumbuh meningkat dari 6,6% menjadi 6,37% di triwulan I-212. Sumbangan subsektor tekstil terhadap pertumbuhan di triwulan I-212 mencapai,26.%. Hal tersebut juga dikonfirmasi oleh perkembangan industri besar dan sedang khususnya untuk komponen pakaian jadi yang di triwulan I-212 meningkat signifikan, dengan pertumbuhan mencapai 7,91% (yoy). Namun nilai ekspor tekstil pada triwulan I-212 justru mengalami kontraksi cukup dalam pada triwulan I-212, sebesar 34,9% (yoy). Adapun nilai ekspor tekstil pada triwulan I-212 mencapai 16,17 juta dolar AS. Berdasarkan hasil liaison, kecenderungan penurunan ekspor lebih diakibatkan oleh penurunan permintaan dari buyer, yang ditambah dengan kendala internal seperti ketenagakerjaan, kendala investasi, serta kendala eksternal mengingat beberapa bahan baku mayoritas diimpor. Upaya yang dilakukan oleh pemilik usaha untuk mengantisipasi penurunan lebih lanjut salah satunya melalui switching pasar ekspor. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

22 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Nilai Ekspor Tekstil % yoy IV I Makanan Minuman Pakaian Jadi Industri Besar & -2 Sedang Juta Dolar AS % yoy Pakaian Jadi g Pakaian Jadi (RHS) (1) 1 (2) 5 (3) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PLN Distribusi Bali Sementara itu subsektor lain seperti barang kayu dan hasil hutan lainnya juga mampu tumbuh positif di triwulan I-212 dengan pertumbuhan mencapai 3,32% (yoy), mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya yang kontraksi,2% (yoy). Hasil tersebut sejalan dengan hasil survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), dimana kapasitas produksi terpakai di subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya mengalami peningkatan kapasitas produksi dari 6% di triwulan IV-211 menjadi 75% di triwulan I Namun demikian, ekspor komoditas kayu dan olahan kayu tercatat masih mengalami kontraksi di triwulan I-212 sebesar 6,95% (yoy), dengan nilai ekspor mencapai 15,84 juta dolar AS. Ekspor utamanya masih dikirim ke Amerika (share 23,1%), dan pada triwulan ini masih mampu tumbuh positif 46,51% (yoy). Kontraksi ekspor justru terjadi ke Perancis, Jerman dan Spanyol, masing-masing sebesar 6,54%, 5,47%, dan 32,1% (yoy). Padahal ketiganya memberikan share ekspor sebesar 2,31%. Subsektor makanan, minuman, dan tembakau masih mengalami kontraksi, yaitu sebesar 2,28% (yoy). Kontraksi yang terjadi lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 1,15% (yoy). Indikator berupa nilai ekspor komoditas makanan dan minuman pada triwulan I-212 mencapai 31,57 juta dolar AS, terkontraksi 4,26% (yoy). Berdasarkan informasi dari contact liaison yang bergerak di industri pengalengan ikan yang merupakan salah satu jenis industri makanan dan minuman menyatakan masih adanya penurunan produksi. Selain diakibatkan oleh penurunan hasil tangkapan ikan di laut lepas, penurunan produksi juga diakibatkan oleh menurunnya permintaan semenjak 28 yang terjadi akibat adanya goncangan ekonomi di negara mitra dagang utama (Amerika dan Eropa) yang disertai dengan tren apresiasi kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Penyaluran kredit bank umum ke sektor industri juga menunjukkan pertumbuhan pada triwulan I- 212, dengan outstanding sebesar Rp 1,23 triliun. Realisasi tersebut meningkat 44,41% (yoy). Indikator lain berupa konsumsi listrik industri di triwulan I-212 juga meningkat 8,9% (yoy), dengan konsumsi sebesar ribu KwH. 2 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

23 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu Grafik 1.2. Nilai Ekspor Makanan dan Minuman Juta Dolar AS 19 Kayu & Olahan Kayu Kayu & Olahan Kayu I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (2) (4) (6) (8) Juta Dolar AS 6 Food & Beverages g Food & Beverages (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (1) (2) (3) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Konsumsi dan Jumlah Pelanggan Listrik Industri Miliar Rp % yoy 1,4 55 1,2 Nominal Kredit g kredit (RHS) 45 1, I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu KWH 4, 3, 2, 1, Konsumsi Listrik Industri g konsumsi industri (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I unit Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali Sektor Keuangan Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan stabil di triwulan I-212. Pertumbuhan sektor ini mencapai 8,48% (yoy), sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 8,21% (yoy). Masih tingginya pertumbuhan di sektor keuangan salah satuya disebabkan oleh kuatnya kinerja lembaga keuangan terutama bank di Bali. Hal tersebut dikonfirmasi oleh indikator di sektor keuangan, yaitu meningkatnya kredit yang disalurkan oleh bank umum di triwulan I-212 yang tercatat mengalami pertumbuhan 25,64% (yoy) dengan outstanding kredit Rp 31,85 triliun. Outstanding kredit BPR juga masih terus tumbuh tinggi yang mencapai 31,46% (yoy) di triwulan I-212, dengan outstanding kredit mencapai Rp 3,76 triliun. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

24 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Kredit Bank Umum Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat Rp Triliun % yoy 35 4 Kredit Bank Umum g Kredit (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Triliun Rp % yoy Kredit BPR g Kredit BPR (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, diolah Sektor Bangunan Kinerja sektor bangunan meningkat dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya, menjadi sebesar 13,23% (yoy). Meningkatnya kinerja sektor bangunan terjadi seiring dengan kuatnya investasi yang dilaksanakan sejak tahun 211, yang mengakibatkan kinerja sektor ini cenderung meningkat dalam beberapa periode terakhir. Menguatnya sektor bangunan juga diindikasikan oleh Survey Harga Properti Residensial yang menunjukkan peningkatan indeks,22% (qtq) atau secara tahunan 1,11% (yoy). Peningkatan permintaan terutama ditunjukkan oleh property tipe menengah. Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Konsumsi Semen Indeks % 144 Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) g IHPR (yoy) - (RHS) g IHPR (qtq) - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Ton Konsumsi Semen g konsumsi semen - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy Sumber : Survey Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Meskipun pertumbuhannya melambat dibanding triwulan sebelumnya, perkembangan indikator lainnya juga masih menunjukkan pertumbuhan tinggi. Konsumsi semen di triwulan I-212 mampu tumbuh 13,15% (yoy) dengan volume penjualan mencapai 342,37 ribu ton. Penyaluran kredit di sektor bangunan juga masih tetap kuat dengan outstanding sebesar Rp 773,25 miliar, atau tumbuh 42,76% (yoy). 22 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

25 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Kredit Sektor Bangunan Rp Miliar Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) Kinerja sektor listrik, gas dan air bersih (LGA) meningkat. Pertumbuhan di triwulan I-212 tercatat 8,64% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 7,76% (yoy). Namun demikian andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi relatif kecil, hanya sebesar,13%. Beberapa indikator di sektor ini seperti hasil SKDU di sektor LGA yang menunjukkan saldo bersih tertimbang yang positif dan stabil. Indikator lain berupa konsumsi listrik mengalami peningkatan mencapai 1,82% (yoy) dengan jumlah konsumsi 862 juta KwH. Jumlah pelanggan pada triwulan I-212 sebanyak ribu unit, atau meningkat 6,37% (yoy). Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik juta KWH Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS) % yoy Ribu Unit Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS) % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I 2 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : PLN Distribusi Bali Sumber : PLN Distribusi Bali 1.2. SISI PERMINTAAN Kuatnya investasi menjadi penopang utama pertumbuhan ekonomi di sisi permintaan. Hal tersebut didukung oleh dilaksanakannya proyek infrastruktur berskala besar terkait kesiapan Bali menjelang APEC 213, yang menyebabkan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh tinggi mencapai 14,74% (yoy) di triwulan I-212, dan memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi mencapai 3,88%. Konsumsi juga tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya, dengan didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

26 Bab 1. Ekonomi Makro Regional meningkat. Sementara itu pertumbuhan ekspor masih rendah, sehingga mengakibatkan net ekspor memilik andil negatif bagi pertumbuhan ekonomi Bali. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Komponen 21 Total 211 Total 212 Tw I Tw II Tw III Tw IV 21 Tw I Tw II Tw II Tw IV 211 Tw I Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi/PMTB Ekspor Impor PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Konsumsi Pertumbuhan konsumsi mulai mengalami fase pembalikan setelah menyentuh level pertumbuhan terendahnya dalam 3 tahun terakhir. Konsumsi meningkat dari 3,25% (yoy) di triwulan IV-211 menjadi 4,83% (yoy) di triwulan I-212, yang didorong oleh konsumsi rumah tangga yang tumbuh mencapai 5,45% (yoy). Sementara itu konsumsi pemerintah hanya tumbuh,55% (yoy), mengindikasikan belum optimalnya realisasi pengeluaran pemerintah di awal tahun. Meningkatnya konsumsi diindikasikan oleh Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang berada di level optimis, yang utamanya dikontribusikan oleh keyakinan konsumen atas penghasilan saat ini. Hal tersebut juga didukung oleh meningkatnya Upah Minimum Regional (UMR) Bali sebesar 8,71%, yang meningkatkan daya beli masyarakat. Grafik 1.3. Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 1 Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat Ini Supply Lap. Kerja Konsumsi Durable Goods Indeks = 1 Sumber : Survey Konsumen, KPwBI Wilayah III Sumber : Survey Konsumen, KPwBI Wilayah III Indeks Tendensi Konsumen (ITK) juga berada di level optimis meskipun tingkat keyakinannya tidak setinggi triwulan sebelumnya. Sejalan dengan hasil di survey konsumen, membaiknya kondisi ekonomi didorong oleh peningkatan pendapatan rumah tangga yang lebih dominan terjadi pada golongan 24 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

27 Bab 1. Ekonomi Makro Regional pendapatan menengah atas. Data dari PT PLN Distribusi Bali juga menunjukkan peningkatan konsumsi listrik rumah tangga yang lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya, dari 377,48 juta KWh menjadi 378,13 juta KWh. Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks I II III IV I Ribu KWH 4, 3, 2, 1, Konsumsi Listrik RT Jumlah Pelanggan RT (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu unit Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali Indikasi peningkatan konsumsi juga diindikasikan oleh penyaluran kredit untuk kegiatan konsumsi juga masih tinggi. Outstanding pada triwulan I-212 mencapai Rp miliar, dan mengalami pertumbuhan relatif tinggi mencapai 22,9% (yoy). Nilai Tukar Petani (NTP) terutama komponen indeks yang diterima petani meningkat dari triwulan sebelumnya, dengan rata-rata 14,65 di triwulan IV menjadi 142,84 di triwulan I-212. Hal ini menjadi indikasi meningkatnya daya beli masyarakat terutama di sektor pertanian yang diperkirakan turut mempengarui konsumsi. Grafik Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Rp Miliar % yoy 14, 4 12, Nominal Kredit g Kredit Konsumsi (RHS) 35 1, 3 8, , 15 4, 1 2, 5 I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Garis 1 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Investasi Meskipun sedikit melambat, investasi masih mampu tumbuh tinggi dan menjadi pendorong utama di sisi permintaan. Petumbuhan investasi pada triwulan I-212 mencapai 14,74% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 15,34% (yoy). Namun demikian investasi memberikan andil terbesar bagi pertumbuhan ekonomi triwulan I-212 mencapai 3,88%. Besarnya andil investasi dipengaruhi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

28 Bab 1. Ekonomi Makro Regional oleh maraknya proyek pembangunan infrastruktur baik pemerintah maupun swasta berskala besar, yang diantaranya dilaksanakan untuk mempersiapkan Bali sebagai tuan rumah KTT APEC pada November 213. Saat ini beberapa proyek yang tengah direalisasikan antara lain renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai, jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, underpass Dewa Ruci, dan pembangunan beberapa hotel di kawasan wisata utama di Bali. Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Grafik Kredit Investasi Ribu USD ($) 14, Impor Barang Modal 12, g impor barang modal (RHS) 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (5) (1) Rp Miliar % yoy 7, 45 6, Nominal g kredit investasi (yoy) - (RHS) 35 5, 4, 25 3, 15 2, 1, 5-5 I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Tingginya pertumbuhan investasi dikonfirmasi oleh beberapa indicators seperti impor barang modal yang masih tumbuh tinggi di level 86,19% (yoy) dengan nilai impor 9,92 juta dolar AS, serta penyaluran kredit investasi masih tumbuh tinggi di triwulan I-212, dengan outstanding mencapai Rp miliar atau tumbuh 24,44% (yoy). Penjualan semen juga mampu tumbuh 13,15% (yoy), dengan jumlah konsumsi 342,37 ribu ton. Hal ini mengindikasikan aktivitas investasi yang masih relatif tinggi di Bali jika dilihat dari sisi bangunan/konstruksi. 26 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

29 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Boks A : Boks A. Pesona Bali Bagi Investor Sebagai daerah pariwisata, Bali sangat menarik bagi para investor untuk menanamkan investasinya. Jumlah investasi yang masuk ke Bali pada tahun 211 mencapai Rp 7,3 triliun rupiah untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan USD 482 juta untuk Penanaman Modal Asing (PMA). Apabila dibandingkan dengan tahun sebelumnya peningkatan PMDN mencapai 175,88% atau lebih dari 2,5 kali lipat sementara kenaikan PMA lebih kecil yaitu hanya tumbuh 4,2%. Perkembangan investasi ke Bali berkembang pesat sejak dua tahun terakhir (lihat Grafik 1A). Grafik 1A Perkembangan Investasi ke Bali Grafik 2A Alokasi PMA/PMDN ke Provinsi Bali Berdasarkan Sektor ,. 4,. 6,. 8,. PMA (juta USD) PMDN (miliar Rp) 1% 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % PMDN (Rupiah) PMA (USD) PMDN (Rupiah) PMA (USD) Hotel & Restoran Perdagangan & Reparasi Jasa Lainnya Industri Lainnya Industri Tekstil Industri Makanan Industri Mineral Non Logam Perikanan Sumber : BPMD Provinsi Bali diolah Sumber : BPMD Provinsi Bali diolah Grafik 1A menunjukkan bahwa perkembangan investasi di Bali melonjak pesat sejak tahun 21. Pembangunan sarana industri pariwisata seperti hotel, villa, resor dan pengembangan destinasi wisata menunjukkan derasnya arus investasi yang masuk ke Bali. Pecatu Indah Resort di kawasan Jimbaran merupakan salah satu pembangunan sarana wisata yang cukup masif. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa sebagian besar investasi dialokasikan pada sektor utama penyumbang ekonomi Bali yaitu perdagangan, hotel dan restoran. Selain itu, investasi juga diarahkan pada sektor-sektor pendukung kegiatan pariwisata yaitu sektor jasa (lihat Grafik 2A). Terdapat perbedaan alokasi investasi antara PMDN dan PMA. Sebagian besar PMDN dialokasikan pada sektor perdagangan dan reparasi dengan kontribusi lebih dari 71,22% pada tahun 21 dan 71, 44% pada tahun 211. Alokasi terbesar kedua adalah sektor jasa lainnya dengan kontribusi sebesar 22,88% pada tahun 21 dan 13,6% pada tahun 211. Sementara untuk PMA, alokasi terbesar adalah sektor hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 6,88% pada tahun 21 dan 54,9% pada tahun 211. Alokasi terbesar kedua adalah industri mineral dan logam dengan alokasi yang relatif besar pada tahun 211 dengan kontribusi sebesar 32,77%. Alokasi PMA pada sektor perhotelan mengindikasikan semakin banyak hotel di Bali yang terafiliasi asing. Besarnya investasi awal pada pembangunan hotel menyebabkan kontribusi PMDN pada sektor perhotelan tidak terlalu besar. Alokasi PMDN pada sektor perdagangan dilakukan dalam skala yang relatif kecil dan dengan jumlah proyek yang relatif lebih banyak. Selama tahun 211, jumlah proyek yang direalisasikan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

30 Bab 1. Ekonomi Makro Regional sebanyak 4.91 proyek dengan investasi rata-rata per proyek sebesar Rp 1,49 miliar jauh lebih sedikit dibandingkan nilai rata-rata realisasi per proyek PMA sebesar USD 2,92 juta atau ekuivalen dengan Rp 26,3 miliar. Apabila dilihat dari wilayah yang dituju, sebagian besar investasi dialokasikan di Kota Denpasar untuk PMDN dan di Kabupaten Badung dan Kabupaten Buleleng untuk PMA. Besarnya alokasi PMA di Buleleng mengindikasikan adanya upaya pengembangan destinasi wisata di Bali Utara terutama pembangunan sarana akomodasi. Destinasi wisata yang cukup terkenal di kawasan tersebut adalah Pantai Lovina dan Pulau Menjangan. Wilayah lainnya yang menarik bagi investor asing adalah Kabupaten Karangasem dengan daerah tujuan wisata utama Tulamben dan Candi Dasa. Grafik 3A Alokasi PMA/PMDN ke Provinsi di Bali Berdasarkan Sektor 1% Karangasem 8% Gianyar 6% 4% Klungkung Bangli Buleleng 2% % PMDN 21 (miliar RP) PMA 21 juta (USD) PMDN 211 (miliar RP) PMA 211 juta (USD) Jembrana Tabanan Denpasar Badung Sumber : BPMD Provinsi Bali diolah Alokasi PMDN lebih banyak disalurkan dalam sektor perdagangan sehingga terpusat pada pusat-pusat kegiatan ekonomi seperti Kota Denpasar dan Kabupaten Tabanan. Investasi PMDN juga melirik Kabupaten Badung sebagai daerah pusat perdagangan dengan pusat kegiatan ekonomi di kawasan wisata Pantai Kuta. Sebaran alokasi investasi di Bali masih menunjukkan ketidakmerataan distribusi investasi. Wilayah yang menerima investasi relatif lebih kecil seperti Kabupaten Klungkung, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Gianyar dan Kabupaten Bangli perlu berupaya mengembangkan daerah tujuan wisata yang lebih menarik sehingga investor bersedia menanamkan investasinya di wilayah tersebut. 28 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

31 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Ekspor Impor Pertumbuhan ekspor meningkat di awal tahun, dari 2,83% (yoy) di triwulan IV-211 menjadi 6,14% (yoy) di triwulan I-212. Meningkatnya ekspor terutama didorong oleh komponen ekspor antar daerah yang tumbuh 24,32% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 16,83% (yoy). Sementara itu komponen ekspor luar negeri masih mengalami kontraksi di triwulan I-212 mencapai,72% (yoy). Hal ini ditunjukkan dengan nilai perdagangan internasional yang kontraksi 3,37% (yoy) dengan nilai ekspor mencapai 143,55 juta dolar AS, dengan volume ekspor 3,5 ribu ton dan mengalami kontraksi 7,3% di triwulan I-212. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali juta USD Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS) % yoy (1) 4 (2) (3) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Ton % yoy Volume Export g Volume Export (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kinerja ekspor komoditas utama masih belum menunjukkan peningkatan. Ekspor komoditas ikan dan udang, dan komoditas perabot/penerangan rumah masih mengalami kontraksi pertumbuhan mencapai 14,67% dan 21,58% (yoy). Komoditas kayu dan kerajinan kayu serta pakaian jadi yang triwulan sebelumnya masih tumbuh positif juga mengalami kontraksi pertumbuhan di triwulan I-212, mencapai 5,6% dan 11,78% (yoy). Hanya komoditas perhiasan sebagai komoditas utama yang memiliki share 14% terhadap total ekspor yang masih tumbuh positif mencapai 18,11% (yoy). Grafik 1.4. Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Lainnya 36.9% Ikan dan Udang 15.72% Kayu, Barang dari Kayu 11.26% % yoy Perabot, Penerangan Rumah 7.2% Perhiasan / Permata 14.3% Pakaian Jadi Bukan Rajutan 15.7% (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I Ikan dan Udang 44 - Kayu, Barang dari Kayu 62 - Pakaian Jadi Bukan Rajutan 71 - Perhiasan / Permata 94 - Perabot, Penerangan Rumah Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

32 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Berdasarkan negara tujuannya, ekspor terbesar pada triwulan I-212 didominasi oleh Amerika Serikat (share 19,32%), diikuti Jepang (share 12,94%), Singapura (share 8,28%), dan Australia (share 7,88%). Pertumbuhan ekspor terutama di Amerika Serikat dan Australia mulai tumbuh positif setelah beberapa periode sebelumnya mengalami kontraksi. Ekspor ke Amerika Serikat pada triwulan I-212 tercatat sebesar 27,73 juta dolar AS, tumbuh 3,48% (yoy), sementara itu ekspor ke Jepang tercatat 18,57 juta dolar AS dan masih mengalami kontraksi mencapai 9,81% (yoy). Berdasarkan info contact Liaison, penurunan ekspor ke Jepang yang utamanya berupa ikan tuna bukan diakibatkan oleh penurunan permintaan dari negara tersebut, melainkan disebabkan oleh kendala pasokan ikan di laut lepas yang dipengaruhi oleh maraknya penggunaan jaring pursen dalam penangkapan ikan. Grafik Pangsa Ekspor berdasrkan Negara Tujuan US 19% Other Countries 48% Japan 13% Australia 8% Singapore 8% Hongkong 4% Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Impor masih tumbuh tinggi mencapai 11,63% (yoy), meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,56% (yoy). Komponen impor antar daerah juga masih meningkat dari 14,51% (yoy) menjadi 16,9% (yoy) di triwulan I-212. Nilai impor pada triwulan I-212 tercatat 4,76 juta dolar AS yang meningkat 48,12% (yoy), namun volume impor justru mengalami kontraksi 37,83% (yoy) dengan volume mencapai 5,82 ribu ton. Nilai impor didominasi untuk pembelian raw material (46,2%), diikuti barang konsumsi (29,45%) dan capital goods (24,34%). Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Juta USD % yoy 16 4 Nilai Impor g Nilai Impor (RHS) (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I Ribu Ton Volume Impor g volume impor (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I % yoy (2) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 3 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

33 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Negara Asal Australia 7% USA 1% Japan 7% RRC 6% Thailand 11% Taiwan 6% Other Countries 15% Hongkong 22% Singapore 16% Mayoritas impor di triwulan I-212 berasal dari Hongkong (22,5%), Singapura (16,9%), Thailand (11,46%), USA (9,79%), Australia (6,81%). Produk impor dari dari Hongkong terutama berupa suku cadang mesin, komputer dan part pendukungnya, produk audio visual dan alat kelistrikan. Impor dari Singapura mayoritas berupa komputer dan alat-alat industri, sementara impor dari Thailand mayoritas berupa beras yang didatangkan oleh Perum Bulog. Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

34 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Boks B : Boks B. Bali Menyongsong KTT APEC 213 Menjelang pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC) 213, pemerintah daerah Bali telah melakukan beberapa persiapan. Konferensi tersebut akan dihadiri oleh sekitar 3 peserta dari 21 negara. Salah satu topik yang dibahas dalam pertemuan tersebut adalah Penguatan Pertumbuhan Ekonomi Asia Pasifik. Penyelenggaraan KTT ke-21 APEC dan seluruh rangkaian pertemuan APEC di 213 dapat dimanfaatkan sebagai peluang untuk menunjukkan peran aktif Indonesia di dalam memajukan arsitektur ekonomi regional. Pertemuan tersebut juga dapat dimanfaatkan sebagai integrasi ekonomi kawasan bagi pertumbuhan ekonomi, penciptaan lapangan kerja, peningkatan investasi dan ekspor Indonesia, serta mempromosikan potensi perdagangan, investasi, pariwisata, kebudayaan daerah dan nasional. Gambar 1. Pertemuan Menjelang KTT APEC 213 Proyek-proyek pengembangan infrastruktur dalam rangka persiapan pelaksanaan KTT APEC 213 dimasukkan dalam daftar proyek dalam Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI). Tiga proyek utama yang masuk dalam daftar MP3EI adalah pembangunan underpass simpang Dewa Ruci, jalan tol Nusa Dua dan perluasan Bandara Internasional Ngurah Rai. Proyek-proyek tersebut dijadwalkan selesai pada pertengahan tahun 213 sebelum penyelenggaraan KTT APEC. Khusus untuk pembangunan jalan tol, investasi pembangunannya berasal dari 8 pihak yaitu PT Pelindo, PT Jasa Marga, PT Angkasa Pura, PT. Adhi Karya, PT Hutama Karya, PT Waskita Karya dan pemerintah daerah tingkat I serta tingkat II. Selain proyek-proyek tersebut, berbagai kegiatan (event) terutama yang berskala internasional juga akan dilaksanakan di Bali sejak tahun 212 hingga menjelang pelaksanaan KKT APEC. Beberapa event internasional yang akan dilaksanakan menjelang pelaksanaan APEC antara lain pertemuan APEC Business Advisory Council (ABAC), pelaksanaan Miss World 213, dan pertemuan forum budaya dunia (world culture forum). 32 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

35 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Pelaksanaan ABAC yang direncanakan dilaksanakan pada pertengahan tahun 213 diharapkan diikuti oleh lebih dari 15 pengusaha domestic maupun mancanegara. ABAC merupakan dewan penasehat bisnis bagi APEC untuk memberikan masukan-masukan dari sisi bisnis pada para pemimpin Negara-negara APEC. Hasil pertemuan ABAC diharapkan dapat memberikan rekomendasi untuk dapat menjadi salah satu bahasan dalam KTT APEC 213. Pertemuan budaya dunia di Bali mengangkat posisi dan peran strategis bagi Indonesia terutama di bidang pembangunan kebudayaan di tingkat dunia. Pertemuan ini juga memperbesar peluang meningkatkan nilai kekayaan budaya Indonesia di mata internasional. Pada acara ini juga akan dilaksanakan festival film budaya dengan menampilkan film-film dari berbagai negara khususnya yang bertema kebudayaan. Gambar 2. Rencana Pengembangan Bandara Internasional Ngurah Rai Selain itu, Bali juga akan menjadi tuan rumah kontes kecantikan internasional Miss World ke 63. Penyelenggaraan Miss World ke 63 di Bali merupakan ajang mempromosikan Indonesia ke mancanegara. Kontes kecantikan yang diprakarsai pada tahun 1951 itu diikuti oleh 132 negara peserta dan ditayangkan di 17 negara. Kesiapan Bali sebagai tuan rumah Miss World ke 63 juga sudah didukung dengan komitmen Gubernur Provinsi Bali. Dipilihnya Bali menjadi tuan rumah oleh Miss World Organization karena "Pulau Seribu Pura" ini telah dikenal masyarakat dunia dan berpengalaman menyelenggarakan beragam event internasional. Berbagai kegiatan berskala internasional tersebut diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan meningkatkan kinerja industri pariwisata terutama yang berkaitan dengan kegiatan Meeting, Incentive, Convention dan Exhibition (MICE). Selain itu, pelaksanaa berbagai kegiatan menjelang KTT APEC 213 merupakan wahana untuk memastikan kesiapan Bali sebagai tuan rumah konferensi tingkat tinggi tersebut. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

36 Bab 1. Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan 34 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

37 Bab 2 2. Perkembangan Inflasi Laju perkembangan harga-harga pada awal 212 menunjukkan gejala peningkatan. Laju inflasi pada triwulan I-212 tercatat sebesar 4,52% (yoy), atau sebesar 2,1% (qtq) dalam triwulan I. Tingginya inflasi selama 3 bulan pertama, ditandai oleh tingginya tekanan harga pada kelompok inflasi inti. Pemicu inflasi terutama bersumber pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga. Penyebab inflasi pada kelompok ini karena adanya perilaku masyarakat, khususnya pelaku usaha yang cenderung melakukan penyesuaian harga pada awal tahun, khusunya untuk jasa sewa dan kontak rumah. Selain itu, kelangkaan pasokan bahan bakar rumah tangga juga ditengarai menjadi sumber tekanan inflasi. Sementara itu, walaupun beberapa komoditas telah mengalami koreksi harga, khususnya pada kelompok bumbu-bumbuan yang mencatatkan terjadinya deflasi, namun tekanan harga dari komoditas beras sangat kuat, sehingga secara umum kelompok bahan makanan masih menyumbang inflasi di Bali. Minimnya persediaan beras dan tingginya permintaan masyarakat menjadi penyebab tingginya inflasi 2.1. KONDISI UMUM Pada triwulan I-212 inflasi Kota Denpasar tercatat sebesar 4,52% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 3,79% serta lebih tinggi dibanding nasional sebesar 3,97%. Peningkatan tekanan inflasi pada awal tahun, dipengaruhi oleh faktor musiman dan faktor ekspektasi. Faktor musim yang mempengaruhi pergerakan harga antara lain, kecenderungan peningkatan harga komoditas jasa di awal tahun, tingginya curah hujan yang menghambat produksi sayur-sayuran, serta peningkatan permintaan terkait dengan perayaan hari besar keagamaan. Sementara faktor ekspektasi terbentuk karena adanya rencana pembatasan subsidi BBM yang berimplikasi pada kenaikan harga BBM, rencana peningkatan gaji PNS tahun 212 dan peningkatan HPP beras. Inflasi triwulan I-212 terutama didorong oleh ekspektasi yang mendorong peningkatan harga kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar rumah tangga, yang mengalami inflasi sebesar 4,86% (yoy) dan menyumbang pembentukan inflasi sebesar 1,34%. Inflasi yang tinggi pada kelompok ini disebabkan oleh peningkatan biaya sub kelompok tempat tinggal dan sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air yang masing-masing menyumbang sebesar,97% dan,23%. Selain dari kelompok perumahan inflasi juga dipengaruhi oleh kelompok makan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang memiliki laju inflasi sebesar 7,62% (yoy) dan sumbangan terhadap inflasi sebesar 1,22%. Pendorong utama inflasi kelompok ini adalah peningkatan harga komoditas yang terjadi pada sub kelompok makanan jadi serta sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol. Inflasi pada sub kelompok makanan jadi tercatat sebesar 8,15% (yoy) dengan sumbangan sebesar,83% dan inflasi pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol sebesar 8,8% (yoy) dengan sumbangan sebesar,21%. Peningkatan pada sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol terjadi karena adanya kebijakan pemerintah yang mengatur mengenai cukai rokok. Kelompok bahan makanan juga turut mendorong inflasi sepanjang triwulan I-212, dengan sumbangan terhadap pembentukan inflasi sebesar 1,6%. Fenomena yang terjadi pada kelompok ini cukup Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

38 Bab 2. Perkembangan Inflasi beragam, sub kelompok padi-padian tercatat mengalami inflasi dengan sumbangan inflasi terbesar, sebesar 1,26% sementara sub kelompok bumbu-bumbuan tercatat mengalami deflasi terbesar dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar 1,5%. Faktor musim diperkirakan menjadi penyebab pergerakan harga tersebut. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Denpasar Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Denpasar dan Nasional m-t-m q-t-q y-o-y 18 % (y-o-y) % (YoY) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Denpasar Nasional Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Faktor Pendorong Inflasi : Tingginya tekanan inflasi terutama bersumber dari komoditas beras, sewa rumah, nasi dan bahan bakar rumah tangga. Beras sebagai komoditas utama di dalam keranjang inflasi memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan inflasi yaitu 1,25%, dengan laju inflasi sebesar 23,11% (yoy). Besarnya inflasi beras mampu mendorong inflasi kelompok bahan makanan menjadi sebesar 4,49% (yoy). Peningkatan harga beras pada triwulan I, selain dipengaruhi oleh pasokan yang terbatas, juga disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut. Pada triwulan I sesuai dengan pola panen padi di Bali, produksi padi diperkirakan sangat minim. Minimnya produksi padi menyebabkan rendahnya pasokan beras, khususnya untuk beras jenis kualitas medium dan premium. Selain rendahnya pasokan, inflasi juga dipicu oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap beras, hal ini dipicu oleh perayaan hari besar yang cukup banyak, seperti Siwaratri, Imlek, Galungan, Maulid Nabi, Kuningan dan Nyepi. Rangkaian hari raya tersebut, selain secara langsung 36 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

39 Bab 2. Perkembangan Inflasi mendorong permintaan komoditas pangan melalui peningkatan jumlah konsumsi lokal, juga secara tidak langsung melalui konsumsi wisatawan. Mengingat rangkaian perayaan hari raya tersebut mampu menjadi daya tarik wisatawan untuk berkunjung ke Bali. Grafik 2.3. Produksi dan Ketersediaan Beras Grafik 2.4. Perkembangan Harga Beras Ton * Surplus/Defisit Produksi Beras (Rp/Kg) 15, 13, 11, 9, 7, 5, IR 64 - Putri Sejati IR 64 - C4 Beras Bali Rojolele (Super) Sentra Ramos (Super) Sumber : Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Bali *) Proyeksi Bank Indonesia Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Seiring dengan peningkatan harga pada beras, produk turunannya yang berupa nasi, juga mengalami peningkatan yang cukup besar, sumbangan inflasi nasi sebesar,26% dengan laju inflasi 9,31% (yoy). Peningkatan harga nasi diperkirakan selain karena peningkatan harga bahan bakunya, yang berupa beras juga disebabkan oleh faktor psikologis pelaku usaha yang untuk melakukan penyesuaian harga pada awal tahun. Selain itu keyakinan pelaku usaha akan permintaan yang akan tetap tinggi diperkirakan juga mempengaruhi hal tersebut. Selain pada komoditas makanan jadi, faktor ekspektasi yang menyebabkan perilaku penyesuaian harga pada awal tahun juga terjadi untuk komoditas jasa. Ekspektasi pelaku usaha terhadap perubahan harga selama tahun berjalan juga berpengaruh pada pembentukan harga sewa rumah. Akibatnya, sewa rumah mengalami peningkatan sebesar 7,3% dan menyumbang pembentukan inflasi sebesar,67%. Meskipun peningkatan tariff sewa rumah terjadi sepanjang tahun, namun peningkatan terbesar umumnya terjadi pada awal dan pertengahan tahun. Peningkatan tariff yang terjadi secara konstan menunjukkan permintaan atas jasa sewa rumah cukup tinggi di Kota Denpasar. Selain faktor psikologis awal tahun, rencana penghapusan subsidi BBM yang disampaikan oleh pemerintah pada awal tahun memberikan dampak pada perilaku pelaku usaha untuk cenderung melakukan spekulasi. Hal ini juga terjadi pada komoditas bahan bakar rumah tangga khususnya LPG ukuran 3 kg. Spekulasi tersebut menyebabkan pasokan LPG di pasar menjadi terbatas sehingga berpengaruh pada pembentukan harga LPG. Faktor Penahan Inflasi : Ditengah gejala peningkatan harga beras, harga komoditas bumbu-bumbuan tercatat mengalami penurunan signifikan. Penurunan harga kelompok bumbu-bumbuan terjadi sebagai bentuk penyesuaian kembali ke harga normal, yang terjadi sepanjang semester II-211 sampai dengan akhir triwulan I-212, sehingga mencatatkan deflasi sebesar 28,44% (YoY). Meskipun terjadi deflasi yang cukup besar pada kelompok bumbu, namun dampaknya kurang dirasakan dalam pembentukan inflasi akibat tingginya inflasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

40 Bab 2. Perkembangan Inflasi pada komoditas pangan utama. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar dalam menahan laju inflasi adalah cabe rawit, bawang merah dan bawang putih. Penyesuaian kembali harga ke arah yang lebih rendah merupakan hal yang lazim bagi kelompok bumbu-bumbuan. Demikian pula dengan komoditas cabe, bawang merah dan bawang putih. Penyesuaian harga komoditas cabe dapat terjadi karena terdapat peningkatan produksi yang cukup signifikan, selain itu harga yang relative tinggi juga menyebabkan permintaan cenderung melambat. Sementara untuk komoditas bawang, penyesuaian kembali harga bawang terjadi setelah mengalami kekosongan produksi pada triwulan III-211. Panen raya di berbagai sentra produksi bawang menyebabkan deflasi bagi komoditas ini. Grafik 2.5. Perbandingan Inflasi Padi-padian dan Bumbu-bumbuan Grafik 2.6. Perbandingan Inflasi Sayur-sayuran dan Ikan Segar % (yoy) Bumbu - bumbuan Padi-padian, Umbi-umbian dan Hasilnya (Rhs) % (yoy) Sayur-sayuran Ikan Segar Sumber : Survey Pemantauan Harga, Bank Indonesia Sumber : Survey Pemantauan Harga, Bank Indonesia Selain bumbu-bumbuan yang mengalami penyesuaian harga, beberapa komoditas pada kelompok ikan segar juga tercatat mengalami deflasi. Deflasi pada kelompk ikan segar juga diperkirakan disebabkan oleh faktor penyesuaian harga setelah mengalami masa kekosongan ikan di tahun 211. Kekosongan pasokan ikan selama 211 diperkirakan akibat migrasi dari perairan Bali menuju perairan yang mendekali khatulistiwa seperti utara Jawa, perairan Sulawesi dan Maluku. Sehingga walaupun curah hujan masih cukup tinggi di awal tahun dan mempengaruhi produksi, kondisi pasokan diperkirakan lebih baik dibanding periode sebelumnya dan harga ikan cenderung mengalami penurunan. Grafik 2.7. Perubahan Harga Sayur-sayuran dan Bumbu-bumbuan Grafik 2.8. Perubahan Harga Komoditas Terpilih TOMAT SAYUR KANGKUNG KACANG PANJANG BAYAM CABE MERAH SAWI HIJAU WORTEL KENTANG CABE RAWIT BAWANG MERAH BAWANG PUTIH -4-2 (%) Q-t-Q 2 Y-o-Y 4 6 EMAS PERHIASAN DAGING SAPI MINYAK GORENG Curah TEMPE DAGING AYAM RAS AIR MINUM KEMASAN GULA PASIR TELUR AYAM RAS BERAS Putri Sejati -1-5 (%) Q-t-Q Y-o-Y Sumber : Survey Pemantauan Harga, Bank Indonesia Sumber : Survey Pemantauan Harga, Bank Indonesia 38 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

41 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.2. INFLASI BULANAN Triwulan I-212 diwarnai dengan inflasi yang cukup tinggi di Januari sebesar,91%, dan diikuti dengan catatan di Februari dan Maret yang lebih rendah, seperti pola inflasi pada tahun-tahun sebelumnya. Tabel 2.2. Inflasi Bulanan Menurut Kelompok Barang I-212 No. Kelompok Barang Jan Feb Mar 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Perumahan, Air, Lisrik, Gas, dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga (.5) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 1.8 (.75).41 UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi Januari sebesar,91% (mtm) tercatat sebagai yang tertinggi pada triwulan I-212. Inflasi dipengaruhi oleh gejolak pada kelompok bahan makanan, kolompok perumahan, kelompok trasnport dan kelompok makanan jadi, sedangkan deflasi terjadi pada kelompok pendidikan. Kelompok perumahan mengalami inflasi sebesar 1,25% (mtm) dengan andil sebesar,35%. Penyumbang inflasi pada kelompok bahan perumahan berasal dari komoditas sewa rumah dengan inflasi sebesar 3,1% (mtm) dan sumbangan terhadap inflasi sebesar,3%. Tingginya inflasi sewa rumah pada bulan Januari dipengaruhi oleh adanya penyesuaian tarif sewa yang dilakukan di awal tahun. %(m-t-m) Grafik 2.9. Inflasi Bulanan Kota Denpasar Januari (.5) -.2 UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Grafik 2.1. Jumlah Penumpang Pesawat Udara Ribu Orang % yoy 2, 35 Kedatangan Keberangkatan 1,6 g Kedatangan (RHS) g Keberangkatan (RHS) , I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi juga dipengaruhi oleh tarif parkir yang mengalami inflasi sebesar 33,33% (mtm) dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,12%. Peningkatan tarif parkir pada Januari 212, merukapan kelanjutan kenaikan tariff parkir tahun 21, dimana pada 21 peningkatan parkir hanya dikenakan untuk daerah tertentu, dan pada 212 peningkatan tarif berlaku untuk semua kawasan di Kota Denpasar. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

42 Bab 2. Perkembangan Inflasi Peningkatan tarif dilakukan selain sebagai instrumen untuk mengatur perkakiran, juga ditujukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah. Komoditas lain penyumbang inflasi yang termasuk dalam kelompok transport adalah tarif angkutan udara yang mengalami inflasi sebesar 13,13% (mtm) dengan sumbangan sebesar,7%. Peningkatan tarif angkutan pada Januari dipengaruhi oleh tingginya permintaan jasa penerbangan dalam periode tersebut terkait dengan liburan tahun baru dan Imlek yang mendorong mobilisasi masyarakat dari dan keluar Bali. Selain komoditas tersebut, ayam goreng sebagai komoditas dari kelompok makanan jadi juga ikut membentuk inflasi pada Januari 212 sebesar 12,8% (mtm) dengan sumbangan sebesar,11%. Inflasi ayam goreng terjadi selain karena peningkatan harga bahan baku berupa daging ayam ras sebesar 6,3% (mtm), juga dipengaruhi oleh faktor psikologis awal tahun, dimana industri makanan jadi seperti restoran cenderung untuk melakukan peningkatan harga. Sementara peningkatan bahan baku berupa daging ayam ras dipengaruhi oleh peningkatan baiya produksi seperti obat dan pakan serta dipengaruhi oleh kondisi cuaca, dimana curah hujan cukup tinggi yang cenderung menekan produksi daging ayam. Tekanan inflasi tertahan oleh deflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan, sub kelompok ikan diawetkan dan sub kelompok barang pribadi dan sandang lain. Deflasi terbesar terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan sebesar 15,78% (mtm) dengan andil dalam pembentukan inflasi sebesar -,4%. Deflasi bumbu dipengaruhi oleh cabe merah karena peningkatan produksi pada Januari yang cukup baik, sehingga peningkatan harga pada akhir tahun dapat diredam dari kisaran harga cabe sebesar Rp 26.75,- menjadi Rp 21.16,- per kg. Demikian pula dengan bawang merah dan bawang putih yang masingmasing mengalami deflasi sebesar 3,54% (mtm) dan 1,56% (mtm) dengan sumbangan,2% dan,1%. Deflasi juga terjadi pada komoditas ikan tongkol pindang sebesar 2,9% (mtm) dengan sumbangan,2%. Deflasi ini dipengaruhi oleh tingkat produksi yang cukup tinggi pada awal tahun dibandingkan dengan periode sebelumnya. Komoditas lain yang turut menyumbang deflasi adalah emas, yang pada awal tahun tercatat deflasi sebesar 1,3%. Deflasi emas dipengaruhi oleh pergerakan harga emas dunia yang cenderung melambat pada periode tersebut. Sumber tekanan inflasi Februari sebesar,63% (mtm) tidak berbeda jauh dari bulan sebelumnya. Inflasi masih bersumber pada komoditas pangan dan komoditas perumahan, terutama berasal dari kelompok makanan jadi yang mengalami inflasi sebesar 1,93% dengan andil sebesar,31%. Inflasi kelompok makanan jadi dipicu oleh kenaikan harga nasi sebesar 8,61% (mtm) yang memberikan sumbangan terhadap inflasi sebesar,24%. Peningkatan harga nasi didorong oleh peningkatan harga beras tahun 211 yang cukup tinggi, khususnya untuk beras medium yang paling banyak digunakan oleh industri, berkisar Rp 1,5,-. Selain faktor peningkatan harga bahan baku, peningkatan harga juga dipengaruhi faktor psikologis yang cenderung melakukan peningkatan harga di awal tahun. 4 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

43 Bab 2. Perkembangan Inflasi Grafik Inflasi Bulanan Kota Denpasar Februari %(m-t-m) UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Selain peningkatan pada nasi, inflasi juga disebabkan oleh peningkatan harga telur ayam ras yang mencapai 9,2% (mtm) dengan sumbangan sebesar,9%. Peningkatan harga telur telah terjadi sejak akhir tahun 211 terus cenderung mengalami peningkatan, yang disebabkan oleh faktor cuaca. Curah hujan yang tinggi umumnya menjadi penyebab turunnya produktivitas telur, hal ini terjadi karena curah hujan yang tinggi dan kelembaban udara tinggi, merupakan saat bagi bakteri dan cacing untuk berkembang biak. Bakteri dan cacing inilah yang menjangkit ayam sehingga ayam menjadi sakit dan berdampak pada produksi telur dan daging. Komoditas pangan lainnya yang turut menyumbang inflasi adalah beras, sebesar,8%, dengan laju inflasi sebesar 1,28% (mtm). Peningkatan harga beras disebabkan oleh rendahnya pasokan beras di bulan Februari, mengingat belum adanya panen untuk periode tersebut. Selain itu, tingkat permintaan juga diperkirakan mengalami peningkatan terkait dengan perayaan hari raya Galungan, Kuningan, Imlek dan Mulid Nabi. Hari raya yang umumnya juga merupakan hari libur umumnya akan meningkatkan kunjungan wisatawan domestic ke Bali, sehingga secara tidak langsung permintaan bahan makanan khususnya beras untuk industri juga akan mengalami peningkatan. Untuk komoditas non pangan, kelompok perumahan masih melanjutkan sumbangannya dalam inflasi Februari. Kelompok perumahan mengalami inflasi sebesar,62%% dengan andil sebesar,17%. Komoditas yang mengalami inflasi paling besar dalam kelompok ini adalah kontrak rumah sebesar 1,1% (mtm) dengan andil sebesar,5%. Demikian halnya dengan biaya sewa rumah mengalami inflasi sebesar,35% (mtm) dengan andil,3%. Selain sewa dan kontrak, inflasi pada kelompok ini juga dipengaruhi oleh peningkatan harga bahan bangunan seperti batu-bata dan semen yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 25,% (mtm) dan 8,93% (mtm). Peningkatan harga bahan bangunan disebabkan oleh tingginya permintaan terhadap komoditas tersebut terkait peningkatan kegiatan pengembang di Bali, baik untuk perumahan maupun pusat perdagangan, pertokoan, kantor maupun sarana akomodasi. Salah satu penyebab peningkatan pembangunan infrastuktur ini adalah persiapan pelaksanaan KTT APEC di Bali pada 213. Sementara deflas pada Februari terjadi pada kelompok transportasi sebesar,75% (mtm) dengan andil sebesar,13%. Deflasi kelompok transport disebabkan oleh penurunan tariff jasa angkutan udara sebesar 34,22% (mtm) dengan sumbangan,2%. Penurunan tariff angkutan udara ditengah peningkatan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

44 Bab 2. Perkembangan Inflasi kunjungan wisatawan domestic diperkirkan sebagai bentuk penyesuaian harga setelah selama tiga bulan sebelumnya telah mengalami inflasi yang cukup tinggi secara berturut-turut. Inflasi Maret, tercatat sebagai yang terendah dalam triwulan I-212, sebesar,47% (mtm). Faktor yang mempengaruhi inflasi pada Maret cukup beragam, khususnya dari sisi produksi atau penawaran. Inflasi tertinggi terjadi pada komoditas cabe merah dan cabe rawit masing-masing mengalami inflasi sebesar 68,12% (mtm) dan 55,88% (mtm) dengan andil masing-masing sebear,13% dan,12%. Inflasi yang tinggi pada kedua komoditas ini menyebabkan sub kelompok bumbu-bumbuan sebagai peyumbang inflasi terbesar bulan Maret, sebesar,26% dengan laju inflasi 11,52% (mtm). Setelah mengalami deflasi pada dua bulan sebelumnya cabe merah tercatat mengalami inlfasi yang cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh mulai berakhirnya periode puncak panen cabe di sentra produksi cabe di Bali. Penurunan produksi selain disebabkan oleh rata-rata usia tanaman yang telah melewati puncak produksinya juga disebabkan oleh cuaca yang kurang menguntungkan mengingat pada Maret terjadi kecenderungan perubahan musim atau pancaroba. Grafik Inflasi Bulanan Kota Denpasar Maret %(m-t-m) UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan Sandang Kesehatan Pendidikan Transpor Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Selain dari kelompok bumbu-bumbuan, inflasi juga didorong oleh kelompok mankanan jadi sebesar,31% dengan laju 1,93% (mtm). Tingginya inflasi kelompok makanan jadi disebabkan oleh inflasi pada komoditas capcai sebesar 1,71% (mtm) dengan sumbangan,4%. Peningkatan harga capcai diperkirakan terjadi karena peningkatan bahan baku terutama sayur-sayuran yang selama lima bulan terakhir terus mengalami peningkatan harga. Selain itu peningkatan juga dipicu oleh naiknya harga rokok semua jenis baik kretek, kretek filter maupun rokok putih. Walaupun tekanan inflasi pada kelompok bumbu-bumbuan cukup tinggi, namun inflasi ini tertahan oleh deflasi pada sub kelompok padi-padian sebesar 3,37% (mtm) dengan andil pembentukan inflasi sebesar -,24%. Masuknya musim panen padi pada bulan Maret diperkirakan menjadi penyebab deflasi beras. Walaupun puncak panen padi akan terjadi pada April-Mei namun penambahan jumlah pasokan telah mampu menekan harga di level konsumen. 42 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi 2.3. DISAGREGASI INFLASI Sesuai pola musiman, pada awal tahun tekanan inflasi inti sangat kuat sebesar 4,63% (yoy) dengan kontribusi 3,6%. Peningkatan pada kelompok perumahan yang mendorong inflasi inti di awal tahun. Sementara kelomok administerd price mengalami inflasi yang cukup rendah sebesar 3,67% (yoy) dengan kontribusi sebesar,57%. Demikian pula kelompok volatile food yang banyak mengalami koreksi harga pada komoditas bumbu-bumbuan, mengalami inflasi sebesar 4,82% (y-o-y) dengan sumbangan,89%. Tekanan inflasi inti dipengaruhi oleh peningkatan tarif sewa rumah, harga nasi, harga sepeda motor dan harga emas perhiasan. Tarif sewa rumah dalam satu tahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 7,3% (yoy) dengan sumbangan pembentukan inflasi sebesar,67%. Peningkatan sewa rumah, yang umumnya terjadi sepanjang tahun mengindikasikan permintaan terhadap sewa cukup tinggi, khususnya di Kota Denpasar. Hal ini terjadi karena besarnya jumlah migran baik dari dalam provinsi maupun dari luar provinsi terkait dengan Denpasar sebagai pusat bisnis dan kota administrative bagi Bali. Sementara inflasi untuk komoditas nasi sebesar 9,31% (yoy) terjadi khususnya karena peningkatan harga bahan baku yang berupa beras, terlebih beras dalam satu tahun tercatat mengalami inflasi sebesar 23,11% (yoy). Selain dipengaruhi oleh peningkatan bahan baku, peningkatan harga nasi juga diperkirakan terjadi karena tingginya permintaan, antara lain karena peningakatan jumlah konsumen yang ditunjukkan dari peningkatan jumlah penduduk baik musiman maupun tetap serta peningatan jumlah kunjungan wisatawan baik manca Negara maupun domestic. Selain peningkatan jumlah penduduk dan wisatawan, peningkatan permintaan juga diperkirakan dipicu oleh peningkatan pendapatan atau tingkat kesejahteraan masyarakat. Komoditas inti lain yang menyumbang inflasi adalah sepeda motor dan emas, yang masing-masing mengalami inflasi sebesar 5,76% (yoy) dan 21,23% (yoy). Peningkatan harga pada komoditas sepeda motor terutama disebabkan peningkatan harga di level produsen, yang umumnya dilakukan pada saat peluncuran varian baru, selain itu inflasi juga disebabkan oleh peningkatan biaya administrasi dan pajak kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara komoditas emas yang meningkat cukup tajam pada satu tahun terakhir diperkirakan terjadi karena masih tingginya permintaan global terhadap emas sebagai salah satu instrument investasi. Sementara dari sisi kelompok volatile food, walaupun sumbangan terhadap pembentukan inflasi cukup rendah, namun terdapat beberapa komoditas yang memberikan sumbangan signifikan dalam membentuk inflasi ini. Komoditas yang memberikan sumbangan terbesar dalam pembentukan inflasi adalah beras, dengan laju inflasi 23,11% (yoy), beras mampu menyumbang pembentukan inflasi sebesar 1,25%. Tingginya inflasi beras pada periode ini disebabkan tingkat produktivitas padi yang kurang optimal pada tahun 211 terkait dengan siklon tropis dan kondisi cuaca yang kurang kondusif. Selain beras kelompok sayuran juga turut menyumbang inflasi seperti kacang panjang dan kangkung yang masing-masing mengalami inflasi 47,19% (yoy) dan 15,46% (yoy) mampu menyumbang inflasi sebesar,13% dan,6%. Meskipun tekanan inflasi beras sangat tinggi, namun inflasi kelompok volatile food tertahan oleh beberapa komoditas antara lain cabe rawit, bawang merah, bawang putih, wortel dan tempe. Deflasi pada komoditas tersebut terjadi karena tingkat produksi barang yang kembali normal dengan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi kecenderungan meningkat setelah pada periode sebelumnya terjadi kekurangan pasokan. Total inflasi yang dapat di tahan oleh kelima komoditas tersebut adalah 1,23%. Kelompok komoditas administered price pada triwulan I-212 belum banyak mengalami perubahan. Komoditas dalam kelompok ini yang mengalami peningkatan umumnya terjadi karena masalah ketersediaan pasokan dan distribusi, mengingat aturang mengenai perubahan tarif dan harga dari pemerintah masih sangat terbatas. Komoditas yang mengalami inflasi terbesar adalah bahan bakar rumah tangga sebesar 9,96% (yoy) dengan andil,23%. Peningkatan bahan bakar rumah tangga lebih disebabkan oleh jumlah pasokan yang terbatas sehingga harga bahan bakar, khususnya LPG mengalami peningkatan yang cukup besar. Komoditas administered lain yang mendorong inflasi adalah tariff parkir kota Denpasar. Peningkatan tariff parkir kendaraan sebesar Rp 5,- untuk sepeda motor dan Rp 1.,- untuk kendaraan roda emat atau lebih mampu mendorong inflasi meningkat sebesar 33,33% (yoy) dengan sumbangan sebesar,21%. Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Denpasar Grafik Disagregasi Inflasi Bulanan Kota Denpasar % yoy 25 2 % mtm Inflasi IHK (yoy) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Core (yoy) Inflasi Adm Price (yoy) Inflasi Core (mtm) Inflasi Adm Price (mtm) Inflasi Volatile (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah 44 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Boks C : Boks C. Pola Keterkaitan Pergerakan Harga Komoditas Daging Ayam Ras dengan Komoditas Telur Ayam Ras di Provinsi Bali Hasil Survei Pemantauan Harga yang dilaksanakan secara mingguan menunjukkan bahwa komoditas daging ayam ras maupun telur ayam memiliki kecenderungan pola pergerakan harga yang bertolak belakang. Ketika harga daging ayam ras mengalami kenaikan, terdapat kecenderungan harga telur ayam ras per butir mengalami penurunan, dan sebaliknya. Indukan kedua komoditas ini berbeda, dimana daging ayam ras berasal dari indukan ayam pedaging, sementara telur ayam dihasilkan oleh ayam petelur, sehingga harga kedua komoditas tersebut seharusnya tidak memiliki keterkaitan. Namun demikian, fakta yang menarik dari hasil liaison dengan Asosiasi PPAB (Paguyuban Peternak Ayam Se-Bali) menunjukkan bahwa meski indukan mereka berbeda, induk ayam pedaging mengalami tahap bertelur dan berkesempatan untuk ditetaskan lebih lanjut menjadi anak ayam yang dikenal dengan istilah DOC (Day Old Chick) yang mana jika tidak ditetaskan akan tetap menjadi telur seperti layaknya telur ayam hasil indukan ayam petelur. Dengan demikian harga kedua komoditas tersebut diperkirakan tetap memiliki keterkaitan, meskipun dengan arah yang berlawanan. Grafik 1. Perkembangan Harga Daging Ayam Ras dan Telur Ayam Periode Des 211 s.d Mei 212 Rp / Kg 3, 25, 2, 15, 1, DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II M III M IV M I M II M III M IV M I M II M III M IV M V M I M II Sumber : Survey Pemantauan Harga Mingguan KPwBI Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara Kecenderungan harga yang berlawanan salah satunya diduga disebabkan oleh faktor supply DOC (jumlah DOC yang dihasilkan oleh parent stock (induk DOC)). Jumlah yang dihasilkan akan sangat mempengaruhi harga ayam pedaging maupun telur ayam secara umum. Ketika DOC oversupply, pabrik akan menawarkan DOCnya kepada berbagai pihak peternakan ayam, baik di Jawa maupun wilayah kerja mereka, seperti di Bali dan wilayah Timur Indonesia. Tawaran pabrik untuk menjual DOC dengan harga sangat murah atau dengan potongan tertentu akan menggiurkan peternak ayam, sehingga pembelian DOC dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan shock (oversupply) pasokan ayam periode tertentu pula, pada akhirnya harga ayam pedaging menjadi turun. Tidak hanya itu, ekspektasi yang sama atas perkembangan harga ayam pedaging pada suatu periode tertentu (misalnya hari raya, lebaran, masa liburan) akan mengakibatkan peternak berlomba-lomba menghasilkan ayam pedaging. Pada sisi lain, kapasitas telur ayam akan terlihat oversupply manakala pihak Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi pabrik tidak menetaskan telur dari parent stock menjadi DOC. Kondisi oversupply akan membuat permintaan telur dari wilayah lain tidak sebanyak biasanya, karena pasokannya terpenuhi, akibatnya harga menurun (lebih murah), sementara di sini lain harga ayam menjadi lebih mahal karena kekurangan pasokan DOC. Fenomena menarik lainnya adalah dinamika permintaan yang terkait dengan kebutuhan akan protein hewani. Hasil liaison menunjukkan bahwa kebutuhan ayam pedaging di Provinsi Bali per hari sebanyak ekor, sementara kebutuhan telur ayam rasnya kurang lebih 1,5 juta butir per hari. Kapasitas ayam yang dapat dihasilkan dari bibit ayam (DOC) yang dipergunakan untuk mensupply kebutuhan peternak Bali secara total adalah 142. ekor, hanya saja ± 2% dari kapasitas tersebut disupply ke wilayah Timur Bali, sementara sisanya (± 15. ekor) diperoleh dari supplier/distributor DOC dan pakan di Jawa Timur (Surabaya), seperti PT Wonokoyo, Malindo, Patriot, PT Cheil Jedang, dlsb. Sementara itu terinformasi bahwa Provinsi Bali merupakan eksportir telur ayam, di mana dari kapasitas ayam petelur 4 juta ekor, per harinya dapat dihasilkan kurang lebih 3 juta butir. Kebutuhan akan telur ayam di Bali kurang lebih 35% dari total yang dihasilkan, sementara sisanya (65%) dipergunakan untuk mencukupi kebutuhan telur ayam di Pulau Jawa (Jawa Timur) dan wilayah Timur Indonesia (5%). Faktor kebutuhan kedua komoditas ini pada akhirnya mendorong besar kecilnya supply DOC. Di samping itu, perbedaan faktor ketahanan/periode penggunaan, risiko susut berat, risiko kematian ayam maupun risiko fluktuasi harga dalam sehari memberikan andil dalam hal ketersediaan pasokan kedua komoditas di pasar dan pada akhirnya membentuk perilaku harga yang berbeda pada kedua komoditas tersebut. Agar kondisi harga kedua komoditas tersebut dapat lebih terjaga, pemerintah dapat menggunakan alternatif kebijakan yang mengatur pola penjualan/pembelian bahan baku berupa anakan parent stock (DOC) agar tidak terjadi oversupply (sebagai contoh di Negara Malaysia). Dengan teratasinya oversupply, maka diharapkan tidak terjadi pola pergerakan harga yang bertolak belakang dan frekuensi fluktuasi harga berkurang, khususnya komoditas ayam pedaging (produknya berupa daging ayam ras). 46 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Boks D : Boks D Gonjang ganjing Pembatasan Subsidi BBM Gonjang ganjing dan ketidakpastian pemerintah mengenai subsidi BBM masih belum juga menemukan titik temu. Pasca pembatalan kenaikan harga BBM per 1 April 212 lalu pemerintah masih belum juga menentukan solusi yang tepat mengenai pembatasan subsidi BBM. Di sisi lain, harga minyak juga mengalami tekanan yang diakibatkan oleh ketidakpastian ekonomi global, dan harga rata-rata Indonesian Crude Price (ICP) pada April 212 sebesar 124,63 US$/barrel 1. Tingginya harga minyak tersebut tentunya membebani kemampuan APBN untuk membiayai subsidi BBM dalam negeri. Sebelumnya pemerintah telah menyusun beberapa opsi pembatasan BBM. Selain menaikkan harga BBM, sempat dikeluarkan pula skema mengenai converting energi dari bahan bakar minyak menuju ke gas. Namun pada kenyataannya opsi tersebut sulit untuk dipenuhi mengingat baru beberapa daerah saja yang memiliki stasiun pengisian BBG (Jakarta dan Surabaya). Bahkan baru-baru ini opsi mengenai pelarangan konsumsi BBM subsidi bagi kendaraan dengan CC besar (diatas 1.5) yang sempat bergaung di tahun 211 mencuat kembali ke media. Untuk kasus Bali, beberapa pihak menyatakan pembatasan subsidi dengan pola tersebut cukup susah dilakukan. Selain rawan penyelundupan, pengaplikasian kebijakan juga membutuhkan investasi yang cukup besar. Berdasarkan informasi dari Pertamina, dari 178 SPBU yang ada di Bali baru 83 SPBU yang telah menjual Pertamax. Dengan demikian, jika kebijakan tersebut dilaksanakan, maka mayoritas SPBU yang hanya memiliki tangki berisi Solar dan Premium, harus menyiapkan 1 tangki lagi untuk kebutuhan Pertamax yang tentunya membutuhkan biaya investasi yang cukup besar. Saat ini kebutuhan Pertamax di Bali memang relatif rendah, rata-rata mencapai 2 kilo liter per hari. Sementara itu kebutuhan Premium kurang lebih 2.3 kilo liter per hari. Dengan rendahnya konsumsi Pertamax, bobot Pertamax dalam inflasi perhitungan inflasi Bali juga sangat rendah bahkan kurang dari 1%. Jika opsi kenaikan BBM jadi dilaksanakan, dampak langsung kenaikan harga BBM sebesar Rp 5,- terhadap inflasi Bali adalah sebesar,51%. Hasil simulasi lebih lanjut dapat dilihat pada tabel 1. Namun demikian, kenaikan harga tentunya juga mengakibatkan secondary effect yang perlu diwaspadai. Dari hasil simulasi, dengan kenaikan Rp 5,-, dampak lanjutan dari kenaikan kenaikan harga BBM (diluar dampak langsung) mengakibatkan inflasi sebesar,2-,3%. Tabel 1. Dampak Langsung Kenaikan Harga BBM thd Inflasi Bali Dampak Inflasi (% mtm) Kenaikan Rp 5,-,51% Kenaikan Rp 1.,- 1,2% Kenaikan Rp 1.5,- 1,53% Kenaikan Rp 2.,- 2,4% Keterangan : Perhitungan staf Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III 1 Rata-rata harga dari 5 lokasi di Indonesia, sumber : Kementerian ESDM Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Di sisi lain, pembatalan kenaikan per 1 April lalu telah membentuk ekspektasi masyarakat mengenai inflasi kedepan. Dari hasil liaison yang dilakukan ke perusahaan properti, beberapa perusahaan telah memasukkan asumsi kenaikan subsidi BBM kedalam perhitungan biaya. Akibatnya, dengan pembatalan tersebut dikompensasikan menjadi tambahan pendapatan, karena perusahaan tidak mengoreksi biaya pasca pembatalan tersebut. Dampak inflasi akibat ekspektasi yang terbentuk di masyarakat memang belum terukur secara jelas. Namun demikian dari hasil Survey Konsumen (SK), meskipun tetap berada di level optimis akan adanya peningkatan harga kedepan, tingkat keyakinan konsumen posisi April 212 relatif menurun dibanding bulan sebelumnya, sehingga diharapkan pembentukan ekspektasi inflasi di masyarakat mulai mereda. 48 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

51 Bab 3 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Pada triwulan I-212 ekspansi perbankan menunjukkan peningkatan. Ekspansi kredit perbankan, baik bank umum maupun bank perkreditan rakyat tercatat tinggi mencapai 26,23% (yoy). Kondisi tersebut berbeda dengan pola awal tahun pada periode-periode sebelumnya yang umumnya masih cukup rendah. Peningkatan penyaluran kredit tersebut dapat dilakukan mengingat pertumbuhan DPK pada periode yang sama juga tinggi, mencapai 22,34% (yoy), yang tercatat lebih tinggi dibanding dengan seluruh periode di tahun 211. Tingginya pertumbuhan baik dari sisi kredit maupun DPK disebabkan kondisi perekonomian Bali pada triwulan I-212 yang cukup ekspansif, yang salah satunya merupakan dampak dari persiapan pelaksanaan KTT APEC 213. Pertumbuhan kredit dan DPK mampu mendorong pertumbuhan asset perbankan pada level 2,66% (yoy). Sekaligus, hal tersebut juga telah mendorong peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi yang diukur melalui LDR yang mencapai 69,3% lebih tinggi dari periode sebelumnya sebesar 67,91% PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Kondisi Umum Seiring dengan kondisi perekonomian Bali yang sangat ekspansif pada awal 212, perbankan, khususnya bank umum, juga menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Aset bank umum mencapai Rp miliar, dengan laju pertumbuhan mencapai 19,6% (yoy) dan tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,21% (yoy). Peningkatan asset bank umum terjadi karena pertumbuhan pengerahan dana masyarakat (DPK), yang tinggi mencapai 21,7% (yoy). Pertumbuhan DPK tersebut memungkinkan perbankan untuk melakukan ekspansi usaha dan bermuara pada peningkatan asset bank. Selain oleh penghimpunan dana, asset juga didorong oleh tingginya transfer antar kantor, khususnya dari kantor-kantor bank yang berada di luar Bali ke dalam sistem perbankan di Bali. Besarnya pembentukan asset terutama dipengaruhi oleh bank-bank milik pemerintah (termasuk di dalamnya adalah Bank Pembangunan Daerah) yang mencapai Rp miliar atau 58,48% dari total asset perbankan di Bali. Demikian pula laju pertumbuhan asset bank pemerintah tercatat cukup tinggi 19,72%. Pertumbuhan asset bank pemerintah ini didorong oleh pengembangan unit-unit bisnis bank pemerintah yang sangat berkembang, serta dukungan dari jaringan kantor yang sangat luas dengan total jumlah kantor mencapai 287 unit. Sementara bank swasta, dengan laju pertumbuhan asset mencapai 19,68% (yoy), pada triwulan I- 212 mampu membukukan asset sebesar Rp2.649 miliar. Walaupun sebaran bank swasta sangat terkonsentrasi di Kota Denpasar, Kabupaten Badung dan Kabupaten Gianyar, namun jumlah bank yang cukup bersar mampu mendorong pembentukan asset perbankan sebesar 38,78%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

52 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank yoy (%) , 5, 4, 3, 2, 1, Rp Milair Share (%) 1% 8% 6% 4% 2% % yoy (%) Nom. Aset (RHS) Growth Aset Growthg Kredit Growth DPK Share Bank Swasta Nasional Share Bank Asing & Campuran Share Bank Pemerintah g Bank Swasta Nas (RHS) g Bank Asing & Camp. (RHS) g Bank Pemerintah (RHS) Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Pembentukan asset bank pemerintah didukung oleh besarnya penghimpunan DPK, mencapai Rp miliar, atau sebesar 58,63%. Selain dari penghimpunan DPK, asset juga didorong oleh kewajiban antar kantor yang sangat besar dari bank pemerintah yang mencapai Rp miliar. Besarnya kewajiban antar kantor mengindikasikan besarnya potensi ekonomi di Bali. Hal tersebut tercermin dari ekspansi kredit bank umum yang mencapai Rp miliar atau sebesar 65,38% dari total kredit. Sementara bank swasta yang menguasai 38,78% asset perbankan, menguasai 33,88% penyaluran kredit perbankan atau sebesar Rp miliar, dengan komposisi pengerahan DPK sebesar 38,28%. Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum di Bali (dalam miliar Rp) Indikator I II III IV I II III IV I Aset 36,341 38,9 39, ,76 44,517 47,111 48,92 52,11 53,242 Kredit Umum 2,348 21,783 22,981 24,832 25,354 27,14 28,733 3,576 31,855 Modal Kerja 8,412 8,95 9,519 1,546 1, ,176 11,779 12,75 12,948 Investasi 3,446 3,885 4,5 4,414 4, 463 4,968 5,534 5,727 6,183 Konsumsi 8,489 8,993 9,457 9,873 1, 353 1,995 11,421 12,99 12,724 Kredit MKM 17,173 18,313 19,127 2,355 21,142 22,549 23,671 25,31 25,747 Pangsa Kredit MKM Kredit UMKM 11,99 9,736 9,24 1,57 1,529 11,579 12,158 12,776 12,925 Pangsa Kredit UMKM Dana Pihak Ketiga 32,299 33,649 35,735 37,848 38,536 4,34 42,81 45,64 46,898 Deposito 11,178 11,35 11, 79 12,73 12,656 13,146 14,177 14,547 14,971 Giro 6,413 7,13 7, 719 7,287 7,931 8,73 8,867 8,838 9,896 Tabungan 14,77 15,285 16, 36 17,858 17,949 18,491 19,757 22,219 22,31 NPL (Gross) LDR Sumber : Bank Indonesia 5 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

53 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Fungsi Intermediasi Sejalan dengan fungsi intermediasi, bank merupakan sarana pengalihan asset faktor-faktor produksi dalam perekonomian. Dalam pelaksanaan fungsinya tersebut, perkembangan bank dan pertumbuhan perekonomian saling mempengaruhi. Pertumbuhan ekonomi yang semakin kuat di triwulan I- 212, turut meningkatkan kinerja perbankan. Demikian pula peningkatan kinerja bank turut mendorong pertumbuhan ekonomi. Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, DPK yang mampu dihimpun oleh perbankan pada triwulan I-212 mengalami peningkatan mencapai 21,7% atau sebesar Rp miliar. Demikian pula kredit mampu tumbuh sebesar 25,64% atau sebesar Rp 6.51 miliar. Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding pertumbuhan DPK mampu mendorong pencapaian LDR menjadi lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 67,5% menjadi 67,92%. Kemampuan bank meningkatkan level LDR menunjukkan bahwa bank terus berupaya melaksanakan fungsi intermediasi yang diemban. Berdasarkan golongan banknya, LDR tertinggi terjadi pada bank-bank milik pemerintah mencapai sebesar 75,75%. Sementara bank swasta hanya mampu mencapai LDR sebesar 6,12% dan bank asing sebesar 16,13%. Hal ini menunjukkan bahwa bank pemerintah lebih ekspansif dalam penyaluran kredit dibanding bank swasta. Tingkat LDR juga dapat memberikan indikasi sifat kegiatan suatu bank, dimana fokus usaha bank pemerintah dan bank lokal adalah penyaluran kredit, sementara fokus usaha beberapa bank swasta adalah menghimpun dana dengan penyaluran pada cabang lain, serta skim kredit bank pemerintah dan bank lokal yang lebih bervariasi. Peran perbankan dalam perekonomian selain dapat dilihat dari LDR yang dicapai oleh bank, juga dapat dilihat dari rasio pertumbuhan kredit terhadap nilai nominal PDRB. Dalam empat tahun terakhir, peran perbankan dalam perekonomian menunjukkan kecenderungan yang meningkat. Rasio pertumbuhan kredit triwulanan terhadap PDRB nominal triwulanan, pada triwulan I-212 mencapai 6,49%, lebih rendah dari capaian periode sebelumnya sebesar 9,57%. Bersanya rasio kredit menunjukkan, perbankan sebagai sumber pendanaan perekonomian memiliki peran yang cukup bersar dalam perekonomian. Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Aset Terhadap Kredit Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Share Kredit thd PDRB (%) (%) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I 45 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I LDR Komposisi Kredit thd Aset Share kredit triwulanan thd PDRB Sahare kredit tahunan terhadap PDRB Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

54 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.5. Perkembangan LDR Menurut Kelompok Bank Grafik 3.6. Komposisi Kredit Terhadap Aset LDR (%) (%) I II III IV I II III IV I 1 I II III IV I II III IV I LDR Bank Pemerintah LDR Bank Swasta LDR Bank Asing Campuran 21 Komposisi Bank Pemerintah 211 Komposisi Bank Swasta 212 Komposisi Bank Asing Campuran Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Penghimpunan Dana Sampai dengan triwulan I-212 dana masyarakat yang mampu dikerahkan oleh perbankan dalam bentuk DPK mencapai Rp miliar, atau tumbuh sebesar 21,7% (yoy), dan tercatat lebih tinggi dibanding triwulan IV-211 sebesar 2,49% (yoy). Peningkatan DPK didorong oleh peningkatan aktivitas ekonomi sepanjang 211 dan triwulan pertama 212, serta didorong oleh peningkatan jumlah rekening tabungan. Sesuai dengan kondisi perekonomian yang tengah tumbuh, maka pengendapan DPK terbesar terjadi pada simpanan dalam bentuk tabungan mencapai Rp miliar dengan laju pertumbuhan sebesar 22,74% (y-o-y) dan sumbangan terhadap pembentukan DPK sebesar 46,98%. Sementara itu simpanan berjangka mencapai Rp miliar, tumbuh 18,29% (y-o-y). Simpanan dalam bentuk giro, yang pada umumnya tumbuh rendah pada triwulan I setiap tahunnya, mampu tumbuh mencapai 24,78% (y-o-y), dan tercatat sebagai pertumbuhan tertinggi dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya. Peningkatan yang tinggi pada simpanan dalam bentuk giro diperkirakan terjadi sebgai akibat dari meningkatknya iklim investasi di Bali, khususnya dalam pembangunan ifrastruktur, yang menuntut manajemen dana dalam bentuk simpanan giro. Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank 1% 8% 6% 4% 2% % I II III IV I II III IV I II III IV I Share 29 Giro 21 Share 211 Tabungan 212 Share Deposito Growth Giro (Rhs) Growth Tabungan (Rhs) Growth Deposito (Rhs) yoy (%) -5-1 yoy (%) I II III IV I Pemerintah Swasta Asing Campuran Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah 52 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

55 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Komposisi DPK dari waktu ke waktu belum belum menunjukkan adanya perubahan yang signifikan, sebagian besar penempatan simpanan dilakukan dalam bentuk tabungan, sebesar 46,98%, diikuti oleh deposito sebesar 31,92% dan giro sebesar 21,1%. Dominasi yang besar dalam bentuk tabungan menunjukkan DPK yang mampu dihimpun dari masyarakat lebih didominasi oleh perorangan terkait dengan struktur perekonomian Bali yang sangat didominasi oleh kegiatan usaha skala MKM dan minim kegiatan industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan menjadi pilihan yang paling ideal, mengingat kemudahan dalam bertransaksi Penyaluran Kredit Pertumbuhan kredit pada triwulan I-212 tercatat tinggi mencapai 25,64% (yoy), hal ini seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan pengerahan dana masyarakat, serta ekspektasi masyarakat dan pelaku usaha yang optimis dengan perekonomian Bali untuk tahun 212 dan 213. Pertumbuhan kredit triwulan pertama ini, merupakan capaian pertumbuhan tertinggi sejak triwulan I-211. Secara nominal kredit yang disalurkan oleh bank umum hingga triwulan I-212 mencapai Rp miliar, mencapai 59,83% dari total asset atau meningkat dari periode sebelumnya sebesar 58,69%. Peningkatan porsi kredit terhadap asset menunjukkan perbankan semakin meningkatkan fungsi intermediasinya. Pertumbuhan kredit sepanjang triwulan I dipicu oleh peningkatan aktivitas perekonomian yang tengah mencapai puncaknya, yang didorong antara lain oleh persiapan penyelenggaraan KTT APEC tahun 213, yang mendorong pemerintah dan pihak swasta untuk meningkatkan infrastrukturnya, baik infrastruktur dasar seperti jalan dan bandara muapun infrastruktur pendukung seperti hotel dan restoran. Selain itu peningkatan kunjungan wisatawan baik manca maupun domestic, peningkatan konsumsi masyarakat terkait dengan perayaan hari besar keagamaan juga diperkirakan telah mendorong pertumbuhan kredit. Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3.1. Komposisi Kredit % Rp Miliar I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I Nominal Kredit Growth Kredit yoy (%) yoy (%) I II III IV I II III IV I II III IV I Share Konsumsi (Rhs) Share Investasi (Rhs) Share Modal Kerja (Rhs) Growth Konsumsi Growth Investasi Growth Modal Kerja 8% 6% 4% 2% % Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Dilihat dari jenis kreditnya, kredit investasi masih menjadi jenis kredit yang mengalami pertumbuhan terbesar, mencapai 38,53% (yoy), dan mencapai Rp miliar dengan total posisi kredit sebesar Rp miliar. Peningkatan kegiatan investasi diperkirakan sebagai akibat dari pertumbuhan perekonomian yang membutuhkan tambahan infrastruktur. Sebagian besar pendanaan jenis Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

56 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran kredit investasi disalurkan untuk kegiatan pembangunan jenis rumah tinggal dan pembangunan jenis rumah toko. Kedua jenis perumahan tersebut tengah mengalami peningkatan permintaan. Sementara tambahan invesati umumnya dilakukan untuk pendanaan akomodasi. Sementara pembanguanan infrastruktur dasar seperti bandara dan jalan tol, umumnya tidak menggunakan pendanaan dari perbankan Bali, terkait dengan batas wewenang pemberian kredit. Peningkatan kebutuhan perumahan, pertokoan maupun hotel dikarenakan adanya pengembangan pusat aktivitas bisnis di Bali. Pengembangan ini dilakukan baik di sekitar kota Denpasar maupun kabupaten lain. Sementara kredit jenis modal kerja yang mencapai Rp miliar, tumbuh sebesar 22,87% (yoy). Pertumbuhan yang cukup besar pada kredit sektor ini ditopang oleh meningkatnya kegiatan perdagangan, khususnya perdagangan sekala kecil dan menengah (eceran) yang mengalami peningkatan cukup besar terkait dengan peningkatan kinerja industry pariwisata (jumlah kunjungan wisatawan), dan kegiatan hari raya keagamaan, serta hari besar lainnya yang berlangsung pada triwulan I. Peningkatan kredit modal kerja juga didorong oleh ekspansi kegiatan usaha pengembang. Peningkatan usaha pengembang atau kontraktor umumnya mendorong kredit modal kerja perbankan, mengingat kredit merupakan sumber pendanaan utama bagi kontraktor. Kredit konsumsi dengan pertumbuhan mencapai 22,9% (yoy) atau sebesar Rp miliar memiliki porsi dalam pembentukan kredit sebesar 39,94% dan mencapai Rp miliar. Tingginya pertumbuhan jenis konsumsi didorong oleh peningkatan pemilikan kendaraan bermotor, baik roda dua maupun roda empat untuk keperluan pribadi yang dibiayai dengan kredit. Selain untuk kepemilikan kendaraan bermotor, peningkatan kredit juga terjadi karena peningkatan kepemilikan rumah tinggal yang umumnya dibiayai dengan kredit perbankan. Selain untuk keperluan kepemilikan rumah dan kendaraan bermotor, kredit konsumsi juga didorong oleh peningkatan kebutuhan masyarakat terkait dengan perayaan hari raya keagamaan. Sumber : Bank Indonesia, diolah Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) Sektor Ekonomi I II III IV I II III IV I Perdagangan Besar dan Eceran 6,19 6,212 6,434 6,784 6,869 7,18 7,689 8,239 8,372 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,715 1,878 1,968 2,233 1,844 2,14 2,276 2,45 2,81 Real Estate, Usaha Persewaan, Jasa Perush ,56 1,179 1,237 1,35 1,346 1,88 Industri Pengolahan , 1,56 1,227 Perantara Keuangan Jasa Kemasyarakatan Konstruksi Pertanian Lainnya 9,711 1,531 11,2 11,816 12,45 13,416 13,779 14,576 15,38 Secara sektoral, kredit produktif didominasi oleh kredit untuk kegiatan perdagangan yang mencapai Rp miliar dengan andil sebesar 26,28%, dan tumbuh sebesar 16,59% (yoy) pada triwulan I-212. Tingginya Kredit yang disalurkan untuk sektor perdagangan umumnya disalurkan untuk kredit perdagangan eceran. Hal ini dipicu oleh menjamurnya usaha perdagangan eceran di Bali, khususnya di Kota Denpasar dan Kabupaten Badung dan Tabanan, yang dipengaruhi oleh pengembangan daerah usaha dan daerah hunian baru di Denpasar, Badung dan Tabanan. Selain kredit perdagangan, ekspansi kredit 54 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

57 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran terbesar kedua disalurkan untuk sektor peyediaan akomodasi dan makan minum yang mampu tumbuh sebesar 39,55% (yoy) dan mencapai Rp 2.81 miliar dangan andil 8,82% pada tiwulan I-211. Peningkatan yang sangat tinggi pada alokasi kredit untuk sektor ini terutama didorong ekspektasi pelaku usaha yang sangat positif untuk menyambut penyelenggaran KTT APEC tahun 212, selain itu hal ini juga dipengaruhi oleh tingginya kegiatan pariwisata di Bali dan tingginya pertumbuhan pembangunan sarana akomodasi khususnya hotel, serta usaha kegiatan penyediaan makan minum. Sektor lain yang memperoleh penyaluran kredit cukup besar adalah serta sektor real estate dan usaha persewaan dan sektor industri pengolahan. Penyaluran kredit untuk sektor real estate mencapai Rp 1.88 miliar atau 3,4% dari total kredit, umumnya didominasi untuk pembangunan perumahan dan pembangunan pertokoan dengan jenis rumah toko. Tingginya penyaluran kredit ini didukung oleh peningkatan kebutuhan perumahan, terkait dengan tingginya migrasi ke Bali, khusunya di daerah-daerah tujuan wisata seperti Kota dan Kabupaten Denpasar, Kabupaten Badung, Kabupaten Tabanan dan Kabupaten Gianyar. Sementara kredit untuk sektor industry pengolahan mencapai Rp miliar atau sebesar 3,85% dari total kredit dengan laju pertumbuhan sebesar 36,4%. Penyaluran kredit untuk sektor industri olahan umumnya disalurkan untuk industri tekstil dan produk tekstil, industri perhiasan dan pengolahan kayu serta industry pengolahan bahan makanan Non Performing Loan Prudential banking practice yang diterapkan oleh perbankan tampak selalu dijaga dan ditingkatkan, hal ini tercermin dari peningkatan kualitas kredit, di tengah pertumbuhan kredit yang pesat. Jumlah kredit yang dikategorikan dalam non performing loan (NPL), pada triwulan I-212 menurun dari Rp 463 miliar dengan rasio NPL 1,51% menjadi Rp 449 miliar dengan rasio NPL 1,41%. Perbaikan kualitas NPL diperkirakan karena perbankan semakin selektif dalam melakukan ekspansi kredit serta peningkatan kualitas pengawasan kredit. Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank (%) Kredit Modal Kerja Investasi Konsumsi (%) Bank Asing & Campuran Bank Persero Bank Swasta Nasional Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Sektor ekonomi yang paling tinggi menyumbang NPL adalah sektor jasa pendidikan dengan rasio NPL 13,55%. Nominal NPL untuk sektor jasa pendidikan mencapai Rp 11 miliar. Sektor lain yang turut menyumbang NPL adalah sektor kontruksi yang mencapai 6,51% atau sebesar Rp 5 miliar. Sementara untuk sektor utama seperti perdagangan, penyediaan akomodasi dan makan minum memiliki rasio NPL yang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

58 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran relative rendah dan terjaga, masing-masing sebesar 1,25% dan 3,34%. Terjaganya rasio NPL sektor-sektor utama menunjukkan bahwa perbankan selalu memperbaiki kinerja kreditnya, termasuk dalam penanganan kredit bermasalah. Adapun sektor konsumsi, yang menguasai 39,94% kredit di Bali tercatat memiliki rasio NPL sbesar,65%. Dengan andil yang besar dan risiko kredit yang rendah, dapat dikatakan bahwa penyaluran kredit sektor lain-lain relatif lebih aman dibandingkan sektor produktif lainnya terutama sektor konstruksi. Hal ini yang menjadi salah satu pertimbangan bank untuk memberikan porsi yang lebih besar dalam penyaluran kredit dibanding sektor lain. Rendahnya risiko kredit konsumsi dipengaruhi oleh, golongan debitur yang relatif sangat aman karena merupakan golongan pegawai dengan gaji relatife tetap, sebagian besar dialokasikan untuk kepemilikan rumah/tempat tinggal dan kendaraan bermotor umumnya telah direncanakan skema pembayarannya oleh debitur, sehingga kelancaran pembayarannya relatif cukup terjaga PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT Ekspansi perekonomian triwulan I-212 yang mendorong kinerja bank umum, diperkirakan kurang berdampak bagi BPR. Meskipun asset bank umum tumbuh tinggi, namun BPR mencatatkan pertumbuhan asset yang melambat dari 39,92% (yoy) pada triwulan IV-211 menjadi 33,41% (yoy). Meskipun melambat namun pretumbuhan masih dalam kisaran yang tinggi. Seluruh indikator kinerja BPR menunjukkan terjadinya pelambatan, DPK dan kredit masing-masing tumbuh sebesar 32,% (y-o-y) dan 31,46% (y-o-y). Pertumbuhan aset perbankan pada triwulan IV-211 dipengaruhi oleh meningkatnya DPK yang mampu dihimpun oleh BPR, hal ini mengindikasikan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap BPR tetap terjaga. Peningkatan pada sisi DPK memungkinkan BPR untuk meningkatkan ekspansi kreditnya, pada triwulan I 212 loan to deposit ratio tercatat meningkat dari 76,49% menjadi 8,3%. Sumber : Bank Indonesia, diolah Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali (dalam miliar Rp) Indikator I II III IV I II III IV I Aset 2,826 2,963 3,142 3,431 3,718 3,956 4,341 4,81 4,96 Kredit Umum 2,231 2,359 2,487 2,666 2,862 3,13 3,266 3,52 3,762 Modal Kerja 1,218 1,268 1,3 1,42 1,484 1,642 1,711 1,834 1,956 Investasi Konsumsi ,52 1,148 1,215 1,289 1,375 1,473 Dana Pihak Ketiga 1,952 2,13 2,133 2,331 2,559 2,67 2,954 3,254 3,377 Deposito 1,292 1,342 1,435 1,588 1,759 1,865 2,94 2,278 2,279 Tabungan ,98 NPL (Gross) LDR Peningkatan ekspansi kredit dan penghimpunan dana menunjukkan terjadinya peningkatan pelaksanaan fungsi intermediasi BPR. DPK BPR yang berbentuk dari deposito dan tabungan tumbuh sebesar Rp 461 miliar. Dari jenisnya, DPK umumnya didominasi oleh simpanan dalam bentuk deposito yang 56 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

59 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran mencapai Rp miliar dengan andil 67,49%. Deposito tercatat tumbuh sebesar 25,37%, lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan tabungan yang mencapai 38,66% pada periode yang sama. Peningkatan tabungan BPR didorong oleh tingginya suku bunga dan fleksibilitas jasa tabungan yang ditawarkan oleh BPR. Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR yoy(%) Nominal Asset (RHS) Growth Aset Growth Kredit Growth DPK 6, 5, 4, 3, 2, 1, (miliar Rp) (%) Komposisi Kredit thd Aset LDR Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Sementara kredit tumbuh sebesar Rp 89 miliar atau sebesar 27,39% dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya. Dilihat dari komposisi kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit terhadap aset mengalami peningkatan dari 73,31% pada triwulan IV-211 menjadi 75,85% pada triwulan I-212. Peningkatan komposisi kredit terhadap asset menunjukkan bahwa BPR semakin ekspansif dalam penyaluran kredit. Hal ini diperkirakan karena terbatasnya instrument pengalokasian aktiva produktif yang dimiliki oleh BPR. Hal ini juga mengindikasikan bahwa BPR menjadikan kredit sebagai fokus bisnis bank. Penyebaran kredit yang disalurkan oleh BPR dapat dikatakan tidak merata, konsentrasi penyaluran kredit dilakukan untuk sektor perdagangan yang mencapai Rp miliar atau 34,44% dari total kredit. Fokus kredit lainnya adalah kredit konsumsi dan kredit kepada sektor yang belum jelas batasannya masingmasing sebesar Rp 1.36 miliar atau 27,54% dan Rp 445 miliar atau 11,83%. Sementara penyaluran kredit untuk sektor lainnya relatif cukup rendah dengan rata-rata andil untuk 15 sektor lainnya tidak lebih dari 2%. Konsentrasi kredit pada jenis konsumsi dan sektor perdagangan berpotensi menimbulkan risiko kredit yang cukup besar, mengingat kredit konsumsi BPR umumnya bukan merupakan kredit dengan pola pelunasan yang terjamin seperti pola pemotongan gaji bagi kredit konsumsi yang terdapat di bank umum. Kredit konsumsi dan perdangan sebagian disalurkan untuk keperluan pembelian kendaraan bermotor roda dua, maupun untuk mendanai perusahaan atau dealer sepeda motor. Penyebaran kredit yang kurang merata serta berpotensi meningkatkan risiko kredit, hal ini telihat dari kualitas kredit BPR yang mengalami penurunan. Peningkatan rasio NPL dari 2,7% pada triwulan IV- 211 menjadi 3,52% pada triwulan I-212, menunjukkan peningkatan risiko kredit tersebut. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

60 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.3. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran mengulas mengenai perkembangan transaksi tunai dan non tunai dalam wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III. Secara umum sistem pembayaran tunai pada triwulan I- 212 mengalami net inflow, dengan jumlah aliran masuk ke Bank Indonesia meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu transaksi keluar (outflow) menurun seiring belum banyaknya aktivitas perekonomian yang dilakukan di awal tahun, sehingga kebutuhan uang kartal di masyarakat masih relatif belum besar. Dari sisi pembayaran non tunai, baik transaksi kliring maupun RTGS mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Penurunan terjadi baik dari sisi nominal maupun jumlah transaksi yang dilakukan sepanjang triwulan I-212, yang dipekirakan diakibatkan oleh belum banyaknya aktivitas ekonomi yang dilakukan di awal tahun. Proyek-proyek baru juga masih berada dalam tahap tender atau negosiasi. Kunjungan wisatawan juga tengah pada periode low season, dan diperkirakan mempengaruhi penurunan kebutuhan non tunai masyarakat Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di Provinsi Bali mengalami net inflow sepanjang triwulan I-212. Lebih tingginya aliran yang masuk (inflow) ke Bank Indonesia dibandingkan dengan aliran yang keluar (outflow) dari Bank Indonesia ke masyarakat mengakibatkan kondisi net inflow tersebut. Dilihat berdasarkan transaksinya, transaksi inflow meningkat cukup signifikan dibanding triwulan sebelumnya, dari Rp miliar menjadi Rp miliar, atau meningkat 63,32% (qtq). Transaksi tersebut juga jauh lebih besar dari transaksi periode yang sama tahun 211 yang mencapai Rp miliar. Sementara itu aliran keluar dari Bank Indonesia (outflow) yang diakibatkan oleh penarikan bank-bank umum tercatat sebesar Rp miliar, menurun 36,16% dibandingkan triwulan sebelumnya dimana transaksi outflow sebesar Rp miliar. Menurunnya transaksi outflow mengindikasikan masih relatif rendahnya kebutuhan transaksi menggunakan uang kartal di awal tahun dimana aktivitas perekonomian masih belum bergerak dengan optimal. Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq yoy Inflow ,397 1,299 2,347 1,352 2, Outflow 535 1,23 1,815 1,631 1,111 2,166 3,92 2,542 1,623 (36.16) 46.5 Net Inflow/Outflow 437 (44) (96) (888) 286 (868) (745) (1,19) 658 Penukaran (23.96) (34.64) Uang Palsu (Lembar) , (11.2) (25.96) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Masyarakat Bali pada umumnya menggunakan uang kertas dalam transaksi tunai yang dilakukan, yang terlihat dari dominasi penggunaan uang kertas baik untuk transaksi inflow maupun outflow yang rataratanya mencapai 99,78%. Untuk transaksi menggunakan uang kertas, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 1.,- dengan nominal mencapai Rp 1.271,5 miliar atau 55,75% dari keseluruhan inflow, 58 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

61 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran diikuti pecahan Rp 5.,- dengan nominal Rp 89,42 miliar atau 39,4% dari total inflow. Sedangkan transaksi outflow didominasi oleh uang pecahan besar yaitu Rp 1.,- dan Rp 5.,- dengan nominal transaksi masing-masing Rp 914,89 miliar (55,68%) dan Rp 576,14 miliar (35,79%). Seiring dengan peningkatan inflow di triwulan I-212, jumlah transaksi di seluruh pecahan mengalami peningkatan transaksi kecuali untuk uang pecahan kecil yang sudah tidak diproduksi lagi (uang kertas nominal Rp 1. dan Rp 5). Sementara itu pada transaksi outflow, jumlah uang pecahan besar mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya, sementara uang pecahan menengah dan kecil (dibawah Rp 2.) mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan permintaan penukaran oleh bank untuk uang pecahan kecil. Sementara itu untuk penggunaan uang logam, transaksi inflow mengalami penurunan cukup besar diseluruh pecahan mata uang. Transaksi inflow di triwulan I-212 didominasi oleh uang pecahan Rp 5,- dengan nominal inflow Rp 45,76 juta, dan merupakan 88,29% dari keseluruhan inflow uang logam. Untuk transaksi outflow uang logam justru mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan mayoritas berbentuk pecahan Rp 1.,- dengan nominal mencapai Rp 4,84 juta (55,77%), diikuti pecahan Rp 5,- dengan nominal Rp 2,32 juta (26,73%) dan pecahan Rp 2,- dengan nominal Rp,97 juta (11,17%). Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Miliar Rp Rp Miliar Frekuensi 3,5 3, 2,5 2, 1,5 1, 5 - (5) (1,) (1,5) Inflow Outflow Net flow I II III IV I II III IV I II III IV I , 8, 6, 4, 2, - Nominal Frekuensi (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Selain dari aliran uang baik inflow maupun outflow, kebutuhan uang kartal juga tercermin dari besarnya kegiatan penukaran yang dilakukan. Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, serta menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Total kegiatan penukaran yang dilaksanakan pada triwulan I-212 mencapai Rp 55,7 miliar dengan rata-rata penukaran sebesar Rp,9 miliar per hari. Volume penukaran tersebut menurun 23,96% dibanding penukaran pada triwulan lalu. Sementara itu untuk kegiatan kas keliling, frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia Denpasar pada triwulan I- 212 sebanyak 14 kali dengan nominal transaksi sebesar Rp 8,69 miliar Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

62 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Sebagai upaya untuk menjaga kualitas uang kartal yang diedarkan ke masyarakat dan mempertahankan uang yang beredar dalam keadaan layak edar (clean money policy), Bank Indonesia melakukan pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang telah dicabut dan tidak layak edar (lusuh/rusak). Selama triwulan I-212 jumlah lembar uang kertas tidak layar edar dalam berbagai pecahan yang telah dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III meningkat 11,97% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Jenis pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah uang pecahan besar (Rp 5. Rp 1.) sebesar 49,32%, diikuti jenis pecahan kecil (Rp 1. Rp 5.) sebesar 33,13% dari keseluruhan bilyet yang dimusnahkan. Namun demikian Bank Indonesia terus berupaya untuk melakukan sosialisasi mengenai kebijakan clean money policy untuk meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi uang Perkembangan Temuan Uang Palsu Penemuan uang palsu di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan sepanjang triwulan I-212 tercatat sebanyak 753 lembar, atau menurun 11,2% dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 848 lembar. Jika dilihat dari prosentase pecahan, uang palsu yang ditemukan mayoritas adalah uang pecahan besar yaitu Rp 1. (87,52%), diikuti pecahan Rp 5. (11,16%). Sementara jenis pecahan yang lebih kecil jarang ditemukan. Untuk meminimalisir peredaran uang palsu di Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III terus berupaya untuk memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian nilai Rupiah kepada masyarakat umum. Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB Grafik Temuan Uang Palsu Rp Miliar Frekuensi Lembar 2,5 2, 1,5 1, 5 Inflow PTTB - (RHS) 1,4 1,2 1, ,2 1, , I II III IV I II III IV I II III IV - - I II III IV I II III IV I Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Semakin berkembangnya perekonomian domestik turut mendorong peningkatan kebutuhan terhadap transaksi non tunai, sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait pembayaran non tunai, yang diarahkan pada terciptanya sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman dan handal. Untuk itu Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan 6 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

63 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran terhadap sistem pembayaran non tunai, baik melalui kliring maupun Bank Indonesia Real Time Gross Settlement (RTGS), antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran Perkembangan Kliring Lokal Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Jumlah transaksi pada triwulan I-212 sebanyak 458 ribu lembar, menurun 2,1% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang sebanyak 468 ribu lembar. Sementara itu nominal trasaksi di triwulan I-212 mencapai Rp 9,34 triliun, menurun 1,39% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar Rp 9,57 triliun. Menurunnya jumlah transaksi dan nominal menggunakan kliring terjadi seiring dengan aktivitas perekonomian yang tidak setinggi di akhir tahun, sehingga kebutuhan dengan transaksi non tunai juga relatif menurun. Jumlah kunjungan wisatawan juga tidak setinggi akhir tahun (memasuki low season), dan diperkirakan hal tersebut turut berdampak pada penurunan transaksi non tunai menggunakan kliring. Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq yoy PERPUTARAN KLIRING Lembar (Ribuan Lembar) (2.12) (6.41) Nominal Kliring (Miliar Rp) 7,46 7,147 7,817 8,347 8,766 7,922 8,879 9,568 9,435 (1.39) Rata-rata lembar per hari (Satuan) 7,435 7,371 6,365 7,384 8,2 7,198 7,812 7,426 7, (6.41) - Rata-rata Nominal per hari (Miliar Rp) TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Satuan) 7,19 7,54 7,168 7,484 8,125 7,28 8,286 7,68 7,145 (6.97) (12.6) Nominal Cek/BG Kosong (Miliar Rp) Rata-rata lembar per hari (satuan) (3.92) (12.6) - Rata-rata Nominal per hari (Mil Rp) Sumber : Bank Indonesia Tolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan I-212 tercatat sebanyak lembar, dengan nominal penolakan sebesar Rp 23 miliar. Lembar penolakan tersebut mengalami penurunan 6,97% dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7.68 lembar. Namun di sisi lain, nominal tolakan justru meningkat 1,35% dari Rp 227 miliar menjadi Rp 23 miliar dibanding nominal triwulan sebelumnya. Secara umum nominal penolakan tersebut mencapai 2,44% dari keseluruhan transaksi kliring yang dilaksanakan sepanjang triwulan I-212, dengan jumlah lembar yang ditolak mencapai 1,64% dari lembar kliring yang ditransaksikan. Meskipun demikian, jumlah tolakan tersebut masih terbilang rendah dan mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan dapat dikatakan handal. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

64 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Kliring Grafik 3.2 Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Miliar Rp 12, 1, 8, 6, 4, 2, - Nominal Kliring (Juta Rp) Ribu Lembar Lembar (Ribuan Lembar) I II III IV I II III IV I II III IV I Miliar Rp Nominal Cek/ BG kosong (Juta Tp) Lembar (Satuan) I II III IV I II III IV I II III IV Lembar (dlm satuan) 8,4 8,2 8, 7,8 7,6 7,4 7,2 7, 6,8 6,6 6,4 6,2 Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan RTGS sepanjang triwulan I-212 menurun dibanding triwulan sebelumnya. Total transaksi RTGS yang meliputi transaksi dari Bali (RTGS-from) dan ke Bali (RTGS-To) yang sepanjang triwulan I- 212 sebesar Rp miliar, menurun 23,14% dari triwulan sebelumnya yang mencapai Rp miliar. Jumlah transaksinya juga menurun, dari transaksi di triwulan IV-211 menjadi transaksi, atau menurun 18,79% (qtq). Jika dilihat berdasarkan jenis transaksinya, penurunan terjadi baik transaksi RTGS dari Bali maupun menuju Bali. Nominal transaksi RTGS dari Bali (RTGS From) pada triwulan I-212 sebesar Rp miliar atau menurun 33,6% (qtq), dengan jumlah transaksi sebesar transaksi yang menurun 21,63% dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu transaksi menuju Bali (RTGS-to) juga mengalami penurunan, dengan nominal transaksi Rp 9.62 miliar, mengalami penurunan 12,67% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai Rp miliar. Jumlah transaksinya juga menurun 15,94% dibanding triwulan sebelumnya, dengan jumlah transaksi pada triwulan I-212 sebesar transaksi. Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I qtq yoy RTGS dari Bali Nominal (Rp Miliar) 14,178 16,533 19,449 23,571 2,341 23,92 25,17 23,23 15,55 (33.6) (23.55) Jml Transaksi 14,264 15,42 16,239 19,49 15,626 15,789 17,76 2,177 15,813 (21.63) 1.2 RTGS ke Bali Nominal (Rp Miliar) 8,198 9,378 1,976 11,222 11,27 12,553 11,241 11,17 9,62 (12.67) (14.16) Jml Transaksi 16,122 17,57 19,362 2,89 18,347 18,257 19,334 21,68 17,71 (15.94) (3.47) Sumber : Bank Indonesia Menurunnya transaksi nominal dan jumlah transaksi RTGS mengindikasikan penurunan kebutuhan masyarakat terhadap transaksi non tunai bernilai besar, khususnya pada transaksi dari Bali (RTGS From). Hal tersebut ditunjukkan oleh rata-rata nominal per transaksi RTGS, khususnya untuk transaksi dari 62 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

65 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Bali (RTGS From), yang menurun dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata transaksi di triwulan I-212 sebesar Rp,98 miliar per transaksi, lebih rendah dibanding rata-rata triwulan sebelumnya yang mencapai Rp 1,15 miliar. Sementara itu rata-rata transaksi ke Bali (RTGS To) justru mengalami peningkatan, dari Rp,52 miliar di triwulan sebelumnya, menjadi Rp,54 miliar per transaksi pada triwulan I-212. Hal tersebut diindikasikan terjadi karena proyek-proyek baik pemerintah maupun swasta umumnya belum direalisasikan di awal tahun, dan masih dalam tahapan tender dan negosiasi di triwulan I-212. Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 3.22 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali Rp Miliar Volume 25, 3, RTGS (From) Jml Transaksi - (RHS) 2, 25, 2, 15, 15, 1, 1, 5, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Miliar Volume 14, RTGS (To) Jml Transaksi - (RHS) 25, 12, 2, 1, 8, 15, 6, 1, 4, 2, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

66 Bab 3. Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan 64 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

67 Bab 4 4. Keuangan Pemerintah Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali tahun 211 mencapai 111,14% lebih rendah dibandingkan realisasi tahun 21 sebesar 115,41%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 86,25% lebih tinggi dibandingkan realisasi Belanja tahun 21 yang hanya sebesar 81,98%. Pada tahun anggaran 212, anggaran pendapatan daerah Pemerintah Provinsi Bali mencapai Rp 3,25 triliun dan anggaran belanjanya sebesar Rp 3,66 triliun. Realisasi pendapatan hingga triwulan I diperkirakan mencapai 24,93% sedangkan realisasi belanjanya sebesar 6,48% ANGGARAN PENDAPATAN Hingga akhir tahun 211, realisasi pendapatan daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali mencapai 111,14% lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 115,41%. Hampir seluruh pos-pos pendapatan mempunyai realisasi lebih dari 1% dibandingkan yang dianggarkan kecuali pada pos Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya, pos Dana Alokasi Khusus (DAK) dan pos pendapatan hibah dengan realisasi masing-masing sebesar 77,63%; 75,% dan 13,51%. Pos-pos ini berkaitan dengan pendapatan non regular sehingga kecilnya realisasi pos ini merupakan gambaran awal dari semakin baiknya kondisi sosial ekonomi masyarakat Provinsi Bali. Sementara itu, pendapatan Pemerintah Daerah Provinsi Bali pada tahun 212 ditargetkan sebesar Rp 3,25 triliun bersumber dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masing-masing memberikan kontribusi sebesar 53,89% dan 26,22%. Pantauan hingga triwulan I 212 menunjukkan bahwa realisasi pendapatan diperkirakan sebesar 24,93% lebih kecil dibandingkan dengan realisasi triwulan I 211 sebesar 25,86%. Meskipun realisasinya relatif lebih kecil namun selisihnya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan pola realisasi anggaran pendapatan dari tahun ke tahun relatif sama. Tingkat realisasi yang relatif lebih cepat dibandingkan pos-pos lainnya adalah pos lain-lain PAD yang sah dan Dana alokasi umum dengan realisasi masing-masing sebesar 54,1% dan 33,33%. Terkait dengan pos lain-lain PAD yang sah, perolehan pendapatan bersumber pada pendapatan bunga, jasa giro, penjualan barang milik daerah maupun usaha-usaha lainnya. Tingginya realisasi pos ini menunjukkan kreatifitas pemerintah daerah dalam memperoleh sumber pendapatan ANGGARAN BELANJA Hingga akhir tahun 211, realisasi belanja daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali mencapai 86,25% lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 81,98%. Peningkatan realisasi belanja menunjukkan peningkatan injeksi dana pemerintah kepada perekonomian daerah. Surplus anggaran daerah juga mengecil dari Rp 281 miliar pada tahun 21 menjadi hanya sebesar Rp Rp 97 miliar. Pos-pos belanja dengan realisasi belanja relatif tinggi pada tahun 211 adalah pos belanja subsidi dan pos belanja bantuan sosial dengan realisasi masing-masing sebesar 99,98% dan 98,4%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

68 Bab 4. Keuangan Pemerintah Sementara itu, belanja Pemerintah Daerah Provinsi Bali pada tahun 212 ditargetkan sebesar Rp 3,66 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 64,89% dan belanja langsung dengan porsi 35,11%. Sebagian besar belanja tidak langsung dialokasikan pada pos belanja pegawai dengan porsi sebesar 21,32% dan pos belanja hibah dengan porsi sebesar 2,37% dari total belanja. Alokasi belanja langsung sebagian besar berada pada pos barang dan jasa dengan porsi sebesar 21,25% dari total belanja. Pantauan hingga triwulan I 212 menunjukkan bahwa realisasi belanja diperkirakan sebesar 6,48% lebih kecil dibandingkan dengan realisasi triwulan I 211 sebesar 7,11%. Demikian pula dengan realisasi belanja modal yang menggambarkan investasi pemerintah pada perekonomian daerah masih relatif kecil. Realisasi belanja modal pada triwulan I 212 diperkirakan hanya sebesar,8% lebih rendah dibandingkan triwulan I tahun sebelumnya yang mencapai 8,26%. Rendahnya realisasi belanja disebabkan pada triwulan I ini masih dalam tahapan perencanaan kegiatan. Alokasi belanja yang relatif besar berada pada kelompok belanja tidak langsung dan sifatnya rutin. Realisasi pos belanja pegawai dan pos belanja hibah merupakan yang terbesar dalam triwulan I 212 dengan realisasi masing-masing sebesar 12,91% dan 12,47% dari belanja yang dianggarkan ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH DAERAH SELURUH BALI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah seluruh Bali disumbangkan dari 8 pemerintah daerah Kabupaten, 1 pemerintah daerah Kota dan 1 pemerintah daerah Provinsi. Total pendapatan yang dianggarkan pada tahun 212 mencapai Rp11,94 triliun naik 31,66% dibandingkan anggaran tahun 211. Kenaikan anggaran pendapatan terbesar dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Bali dengan kenaikan hingga 51,61% diikuti kabupaten Badung dengan kenaikan sebesar 49,37% dibandingkan tahun sebelumnya. Total belanja yang dianggarkan pada tahun 212 mencapai Rp12,9 triliun naik 27,65% dibandingkan anggaran tahun sebelumnya. Kenaikan anggaran belanja terbesar juga dilakukan oleh pemerintah daerah Provinsi Bali dengan kenaikan hingga 47,21% diikuti kabupaten Badung dengan kenaikan sebesar 36,56% dibandingkan tahun sebelumnya (lihat Grafik 4.1). Grafik 4.1. Anggaran Pendapatan dan Belanja Seluruh Bali, ,. 3,5. 3,. 2,5. 2,. 1,5. 1, Pendapatan 211 Pendapatan 212 Belanja 211 Belanja 212 Sumber : DJPK 66 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

69 Bab 4. Keuangan Pemerintah Grafik 4.1. menunjukkan bahwa anggaran pendapatan dan belanja yang relatif besar adalah pemerintah daerah Provinsi Bali dan pemerintah daerah Kabupaten Badung dengan anggaran belanja masing-masing sebesar Rp3,6 triliun dan Rp2,5 triliun. Sementara, anggaran terkecil adalah anggaran pemerintah Kabupaten Klungkung dan Kabupaten Bangli dengan anggaran belanja masing-masing sebesar Rp,59 triliun dan Rp,6triliun. Hampir semua pemerintah daerah menaikkan anggaran pendapatannya melebihi kenaikan anggaran belanjanya kecuali pemerintah daerah Kabupaten Karangasem dengan pertumbuhan belanja mencapai 36,23% melebihi pertumbuhan pendapatannya sebesar 25,59%. Tabel 4.1. APBD Provinsi Bali (dalam Juta Rupiah) URAIAN REALI SASI APBD TW APBD - P 211 % APBD 212 IV 211 REALI SASI APBD TW I 212 *) % PENDAPATAN DAERAH 2,395, 242 2, 662, ,249,751 81, PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,468, 456 1,723, ,751, , Pendapatan Pajak Daerah 1,338, 26 1,496, ,595, , Retribusi Daerah 31, , ,145 7, Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 67, 14 7, , Lain-Lain PAD yg Sah 32, , ,49 25, DANA PERIMBANGAN 76, 7 75, , , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124, , ,113 27, Da na Alokasi Umum (DAU) 56, , ,79 231, Da na Alokasi Khusus (DAK) 21, , , Da na Penguata n Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 22, , ,157 16, Pendapatan Hibah 29, 25 3, , Da na bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 13, , , Da na Penye suaian & otonomi khusus 5, 24 5, ,639 92, Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 83, 62 64, ,484 12, Sumbangan P ihak Ketiga Alokasi Kurang Bayar DAK BELANJA DAERAH 2,973, 589 2,564, ,656, , BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,95, 465 1, 82, ,372, , Belanja Pegawai 692, , ,639 1, Belanja Ba rang Belanja Subsidi 4, 3, , Belanja Hibah 272, , ,943 92, Belanja Ba ntuan Sosial 367, , , Belanja Ba gi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 697, 4 64, , Belanja Ba ntuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 35, , , Belanja Tidak Terduga 26, 852 9, , BELANJA LANGSUNG 878, , ,283,712 43, Belanja Pegawai 31, , ,455 1, Belanja Ba rang dan Jasa 594, , ,16 41, Belanja Modal 251, , , SURPLUS/(DEFISIT) (578,347) 97,276 (16.82) (46,883) 573, PEMBIAYAAN 578, , , , PENERIMAAN DAERAH 74, , , , Pengguna an Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 74, , ,41 675, PENGELUARAN DAERAH 126, , , - - Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah , - - Dana Cadangan 125, , , PEMBIAYAAN NETTO 578, , , , SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN (SILPA) 675,623-1,248,86 *) angka sementara Sumber : Pemda Provinsi Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

70 Bab 4. Keuangan Pemerintah Halaman ini sengaja dikosongkan 68 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

71 Bab 5 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan I 212 mengalami penurunan,44% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan tercatat sebesar,23% (m-t-m) pada akhir triwulan I 212 lebih tinggi dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,15% (m-t-m). Angka pengangguran di Provinsi Bali Februari 212 sebesar 2,11% lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,86% PERKEMBANGAN NTP PROVINSI BALI Perkembangan NTP selama triwulan I 212 stabil meskipun terjadi penurunan pada akhir triwulan laporan sehingga lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir tahun 212. Penurunan NTP pada akhir triwulan I 212 dipicu oleh turunnya indeks yang diterima pertani pada sub sektor tanaman pangan, sub sektor tanaman perkebunan rakyat, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan. Hasil pantauan di lapangan juga menunjukkan terjadi kontraksi produksi pertanian khususnya tanaman pangan. Namun demikian, selama triwulan I 212 nilai NTP sempat menjadi yang tertinggi sejak awal tahun 21 sebesar 18.4 pada bulan Februari 212 (lihat Grafik 5.1). Nilai NTP Bali juga selalu berada di atas NTP nasional sepanjang periode 21 hingga awal 212. Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional, Bali 15 NTP I II III IV I II III IV I Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi perdesaan Bali pada akhir triwulan I 212 sebesar,23% (m-t-m) lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi perdesaan nasional sebesar,15% (m-t-m). Inflasi perdesaan masih lebih rendah dibandingkan inflasi umum Denpasar sebesar,46% (m-t-m). Selama triwulan I 212 angka inflasi bulanan di perdesaan lebih rendah dibandingkan inflasi umum Denpasar kecuali pada bulan Februari. Hal ini menunjukkan masyarakat di perdesaan mengalami kenaikan harga yang lebih rendah dibanding perkotaan. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

72 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin khusunya di perdesaan, pemerintah daerah Bali melanjutkan program-program tahun sebelumnya seperti bedah rumah dan Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Bali mentargetkan pelaksanaan program bedah rumah pada 155 rumah pada tahun 212. Sementara itu untuk program JKBM, pemerintah Provinsi Bali mengalokasikan lebih dari Rp192 miliar. Program lainnya adalah bantuan sebesar Rp. 1 milyar bagi desa yang tingkat kemiskinannya di atas 35% dari total penduduk desa tersebut. Program Simantri yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani ditargetkan pada 1 unit Gapoktan baru pada tahun PENGURANGAN ANGKA PENGANGGURAN Tingkat pengangguran di Bali pada Februari 212 berada pada level 2,11% atau sebanyak orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 2,32% (Agustus 211) dan 2,86% (Februari 211), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Sebagian besar pekerja bekerja di bidang pertanian dalam arti luas dengan proporsi mencapai 28,94% diikuti dengan sektor perdagangan dengan proporsi 28,67%. Kedua proporsi tersebut sejalan dengan besarnya kontribusi kedua sektor tersebut terhadap pembentukan output perekonomian. Sementara itu, rasio jumlah pekerja yang bekerja di sektor formal dan total pekerja meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Februari 211) yaitu 39,61% lebih tinggi dibandingkan 39,4%, namun lebih rendah dibandingkan semester sebelumnya (Agustus 211) sebesar 43,57%. Grafik 5.2. Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali, orang Feb 9 Ags 9 Feb 1 Ags 1 Feb 11 Ags 11 Feb 12 % Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 212 menunjukkan penggunaan tenaga kerja menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dan kembali berada di bawah (nol). Nilai survey pada menunjukkan angka dibawah nol dapat diartikan bahwa lebih banyak perusahaan yang menjadi responden yang menyatakan bahwa jumlah karyawan tetapnya mengalami penurunan. Hasil penelusuran lebih lanjut menunjukkan bahwa kehilangan karyawan tidak segera diantisipasi dengan perekrutan karyawan baru karena jumlah karyawan masih mampu memenuhi kebutuhan proses produksi. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan II 212 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja. 7 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

73 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Grafik 5.3. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja SBT (DALAM %) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II REALISASI PENGGUNAAN TK PERKIRAAN PENGGUNAAN TK Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-212, Bank Indonesia Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi mengalami peningkatan hingga 72,14% pada Triwulan I 212 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 67,31%. Meskipun sempat menurun pada akhir tahun 211, tren peningkatan penggunaan kapasitas produksi sudah dimulai sejak pertengahan 21. Hasil survey triwulan I 212 ini hampir mendekati kondisi akhir tahun 29. Namun demikian, peningkatan penggunaan kapasitas produksi tidak sejalan dengan penggunaan tenaga kerja. Hal ini merupakan indikasi awal dari meningkatnya produktivitas tenaga kerja. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

74 Bab 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan 72 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

75 Bab 6 6. Prospek Perekonomian Perekonomian Bali pada triwulan II-212 diperkirakan masih tetap kuat dan tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi di triwulan II-212 diperkirakan berada di kisaran 6,3 ± 1% (yoy), yang ditopang oleh kuatnya investasi baik oleh pemerintah maupun swasta. Dari sisi penawaran kinerja sektor PHR diperkirakan akan meningkat, dengan diwarnai optimisme mengenai membaiknya kondisi ekonomi dan situasi bisnis kedepan. Kinerja sektor pertanian akan dipengaruhi oleh panen raya komoditas tanaman bahan makanan, namun muncul kekhawatiran bahwa produksi tidak setinggi harapan sebelumnya. Sementara itu tekanan inflasi diperkirakan akan sedikit meningkat, dengan Inflasi di triwulan II-212 diperkirakan berada di kisaran 4,9 ± 1% (yoy). Tekanan volatile food diperkirakan akan meningkat, namun faktor cuaca yang lebih kondusif diperkirakan berdampak positif pada supply dan meminimumkan gangguan distribusi sepanjang triwulan II-212. Meskipun demikian, pergerakan inflasi ke depan masih tetap dibayangbayangi oleh potensi tekanan administered price seiring ketidakpastian pemerintah terhadap pembatasan subsidi BBM ditengah tingginya harga minyak dunia MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN II-212 Perekonomian Provinsi Bali pada triwulan II-212 diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi, dan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Dengan melihat tracking beberapa indikator terkini dan perkiraan mengenai kondisi ekonomi kedepan, pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan akan tumbuh di kisaran 6,3 ± 1% (yoy). Pertumbuhan ekonomi diperkirakan lebih didorong oleh kuatnya permintaan domestik dan semakin kondusifnya iklim investasi seiring banyaknya proyek infrastruktur berskala besar menjelang pelaksanaan APEC 213. Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Miliar Rp 8,5 8, 7,5 PDRB (LHS) growth PDRB (%,yoy) - (RHS) %, yoy 1 8 SBT Total Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Perdaganga, Hotel, dan Restoran Jasa-jasa Pengangkutan dan Komunikasi 7, 6,5 6, 5,5 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II* (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II* (3) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Keterangan : Tw I-27 s.d. Tw I-212 adalah angka realisasi Tw II-212 adalah angka ekspektasi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

76 Bab 6. Prospek Perekonomian Pelaku usaha juga optimis dalam memandang perkembangan dunia usaha kedepan. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I-212 mengindikasikan optimisme pelaku usaha terhadap kondisi perekonomian di triwulan II-212. Peningkatan diperkirakan terjadi baik dari sisi kegiatan usaha, perkembangan harga jual, maupun situasi bisnis kedepan. Maraknya proyek pembangunan infrastruktur diperkirakan turut memberikan sentimen positif bagi pelaku usaha dalam memandang perekonomian kedepan. Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usah Triwulan II-212 Kriteria Ekspektasi Pelaku Keterangan Usaha Perkembangan Kegiatan Usaha Meningkat Batalnya kenaikan BBM telah menimbulkan optimisme prospek perekonomian yang lebih baik, terutama di sektor PHR dan pertanian Perkembangan Harga Jual Meningkat Ekspektasi permintaan domestik yang masih tinggi dan membaiknya permintaan ekspor Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Meningkat Kinerja sektor yang membaik mendorong meningkatnya kebutuhan tenaga kerja Kapasitas Produksi Terpakai Meningkat Terjadi seiring perkembangan kegiatan usaha yang cenderung meningkat Situasi Bisnis Kedepan Meningkat Optimis situasi bisnis lebih baik dari saat ini Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan I-212, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Konsumsi rumah tangga diperkirakan tumbuh meningkat di triwulan II-212. Beberapa indikator mengindikasikan konsumsi kedepan cenderung meningkat. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I-212 meningkat dari rata-rata triwulan sebelumnya, yang didorong oleh peningkatan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK), dari 113,33 pada triwulan IV-211 menjadi 119,17 pada triwulan I-212. Meningkatnya rata-rata indeks tersebut terutama disebabkan oleh meningkatnya keyakinan atas peningkatan penghasilan kedepan, serta optimisme terhadap kondisi supply lapangan kerja kedepan. Hal tersebut didukung pula oleh meningkatnya daya beli masyarakat melalui kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) sebesar 8,71% atau menjadi sebesar Rp 95. per bulan. Selain itu hal tersebut juga sejalan dengan mulai masuknya musim liburan sekolah yang berpotensi meningkatkan kunjungan wisatawan domestik, sehingga mempengaruhi meningkatnya konsumsi. Meskipun demikian, ketidakpastian mengenai kebijakan pemerintah terkait pembatasan subsidi BBM masih membayangi kegiatan konsumsi kedepepan. Pengeluaran pemerintah diindikasikan meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan banyaknya programprogram pemerintah yang bersifat multiyear dengan target realisasi yang ketat, khususnya pada komponen belanja tidak langsung. Dengan tenggat waktu yang ketat, saat ini proses negosiasi dan tender diperkirakan telah diselesaikan sehingga realisasi dapat dilaksanakan pada triwulan II. Investasi akan tumbuh kuat seiring realisasi proyek berskala besar sebagai kesiapan Bali menjelang KTT APEC 213. Beberapa proyek infrastruktur berskala besar yang sedang dilaksanakan saat ini salah satunya renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai yang akan meningkatkan kapasitas penumpang dari 8 juta orang menjadi 24,6 juta orang setiap tahun, pembangunan jalan tol Serangan Benoa Ngurah Rai Nusa Dua, serta underpass Dewa Ruci. Investasi swasta yang dilakukan juga tidak kalah banyaknya, diantaranya pembangunan beberapa hotel di wilayah Kuta dan Seminyak. Prospek ekonomi Bali yang masih kuat dalam jangka menengah dan panjang, dan dukungan dari pasar domestik yang relatif besar masih menjadi daya tarik utama dan mendorong tingginya investasi di Bali. 74 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

77 Bab 6. Prospek Perekonoman Prospek ekspor masih belum menunjukkan pemulihan. Meskipun demikian, berdasarkan tracking perkembangan ekspor terkini, kontraksi ekspor yang terjadi semakin mengecil. Ekspor komoditas unggulan terutama dalam bentuk perhiasan/permata diperkirakan masih tetap kuat. Nilai Rupiah juga kembali berada di level Rp 9. per 1 Dolar Amerika Serikat. Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor utama Bali juga menunjukkan prospek meningkat. Dalam publikasi World Economic Outlook (WEO) April 212, IMF kembali merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia tahun 212 dari 3,3% (dalam update Januari 212) menjadi 3,5%. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor utama Bali, terutama Amerika Serikat dan Jepang, juga diproyeksikan meningkat dibanding publikasi sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat diperkirakan 2,1%, meningkat,3% dibanding publikasi sebelumnya. Sementara itu pertumbuhan ekonomi Jepang diproyeksikan mencapai 2,%, atau meningkat,4% dibanding publikasi Januari. Meskipun perekonomian Jepang diproyeksikan meningkat, namun salah satu komoditas ekspor utama, terutama ikan tuna, masih mengalami kendala pasokan. Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Negara Share Ekspor Bali 1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Amerika Serikat 19,32 2,1 2,4 Jepang 12,94 2, 1,7 Singapura 8,28 2,7 3,9 Australia 7,88 3, 3,5 France 5,21,5 1, Italy 4,26-1,9 -,3 Hongkong 4,13 2,6 4,2 Keterangan : 1 Proporsi ekspor berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Provinsi Bali sepanjang Triwulan I-212, Bank Indonesia 2 Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam World Economic Outlook IMF, April 212 Dari sisi penawaran, perkembangan sektor dominan dalam perekonomian Bali, yaitu sektor PHR diperkirakan akan tumbuh meningkat, dan menjadi pendorong utama serta memberikan andil terbesar dalam pertumbuhan ekonomi Bali di triwulan II-212. Indikasi mengenai peningkatan kinerja di sektor PHR diindikasikan oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) sebesar 9,5. Optimisme kinerja sektor PHR kedepan dipengaruhi oleh tingginya aktivitas perdagangan yang dilakukan seiring dengan realisasi proyek baik pemerintah maupun swasta, serta dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas ekonomi di triwulan II yang lebih tinggi dibanding sebelumnya. Pada periode Juni 212 mulai memasuki musim libur anak sekolah, selain itu terdapat beberapa hari libur nasional seperti Wafatnya Yesus Kristus diperkirakan akan meingkatkan kunjungan wisatawan ke Bali, terutama wisatawan domestik. Masih diberlangsungkannya proyek infrastruktur terkait kesiapan menjelang KTT APEC 213 diperkirakan mempengaruhi tingginya kinerja sektor bangunan. Hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga mengindikasikan adanya peningkatan kinerja, dengan saldo bersih tertimbang di sektor bangunan kedepan sebesar 4,91. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

78 Bab 6. Prospek Perekonomian Kinerja sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh meningkat pada triwulan II-212, lebih tinggi dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya. Optimisme tersebut juga ditunjukkan oleh hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) dimana Saldo Bersih Tertimbang di sektor ini sebesar 11,51. Faktor cuaca yang lebih kondusif mempengaruhi meningkatnya hasil produksi pertanian, dengan puncak panen tanaman bahan makanan periode subround I-212 jatuh pada April 212. Namun demikian pengaruh ketidakstabilan musim beberapa periode yang lalu dikhawatirkan akan menyebabkan produksi yang dihasilkan tidak sebaik perkiraan sebelumnya. 76 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

79 Bab 6. Prospek Perekonoman Boks E : Boks E. Kendala Pemulihan Ekspor Bali Hingga triwulan I-212 kinerja ekspor Bali belum menunjukkan gejala pemulihan dan masih mengalami kontraksi pertumbuhan yang terjadi sejak awal tahun 211. Nilai ekspor di triwulan awal 212 mencapai 143,55 juta dolar AS, mengalami kontraksi sebesar 3,37% (yoy). Produk ekspor utama Bali diantaranya adalah ikan khususnya tuna (share 23,2%), serta pakaian jadi (share 17,84%) 2. Dengan melihat perkembangan kondisi terkini, kinerja ekspor Bali dibayangi oleh permasalahan yang berbeda. Ekspor tuna cenderung menurun dalam beberapa tahun terakhir. Nilai ekspor sepanjang triwulan I-212 sebesar 1,71 juta dolar AS, atau mengalami kontraksi 31,76% (yoy). Dari jumlah tersebut, 83% diekspor ke Jepang sebagai pembeli utama produksi tuna Bali. Namun demikian, dalam beberapa tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan ekspor tuna yang lebih diakibatkan oleh supply dan operasional. Beberapa pihak mengklaim pasokan ikan di laut lepas relatif menurun yang diakibatkan oleh penggunaan jaring pursen dalam skala besar, yang menyebabkan ikan tuna kecil ikut terjaring sehingga mengganggu pasokan tuna.. Hal tersebut ditunjukkan dengan kecenderungan penurunan produksi tuna dari tahun ke tahun (lihat tabel 1). Di sisi lain, permintaan dari negara tujuan relatif tidak berubah. Harga beli ikan tuna oleh buyer Jepang juga masih sangat baik. Sedangkan itu untuk komoditas ekspor lainnya, yaitu pakaian jadi, perkembangan ekspor dipengaruhi oleh melemahnya kondisi perekonomian global, terutama di negara tujuan ekspor utama. Untuk pakaian jadi, nilai ekspor pada triwulan I-212 mencapai 3,85 juta dolar AS dan mengalami kontraksi 4,47% (yoy). Mayoritas ekspor dikirim ke Amerika Serikat (16,67%), Australia (11,11%), Inggris (1,61%), Perancis (9,22%), Singapura (7,91%), Spanyol (4,75%) dan Jepang (4,2%). Tabel 1. Perkembangan Produksi dan Ekspor Tuna Grafik 1. Pertumbuhan Ekspor Pakaian Jadi dari Negara Tujuan Ekspor Utama Tahun Produksi (dlm ton) Ekspor (dlm ton)* %, yoy 6 growth 21 5 growth Sumber : Asosiasi Tuna Long Line (ATLI) Keterangan : *) Data ekspor merupakan ekspor yang dilakukan oleh anggota asosiasi Sumber : Bank Indonesia, diolah 2 Perkembangan ekspor sepanjang thn 211 berdasarkan klasifikasi SITC hingga 2 digit, sumber : Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

80 Bab 6. Prospek Perekonomian Untuk pakaian jadi, ketidakpastian perekonomian global turut membawa dampak pada penurunan permintaan komoditas tersebut. Hal tersebut tercermin dari penurunan permintaan dari negara tujuan ekspor utama, terutama pada Amerika Serikat, Perancis, Inggris, dan Italy (lihat grafik 1). Kondisi tersebut juga tercermin dari penurunan order dari negara tujuan ekspor, dengan penurunan terbesar pada buyer Eropa. Namun demikian, pesimisme mengenai perkembangan ekspor kedepan tidak hanya diakibatkan oleh penurunan supply (untuk tuna) dan ketidakpastian ekonomi global yang mengakibatkan penurunan permintaan dari negara buyer (untuk pakaian jadi). Pesimisme kedepan juga diakibatkan oleh pemberlakuan beberapa peraturan yang dianggap memberatkan sebagian pihak. Peraturan pertama adalah adanya Perpres No. 15 tahun 212 perihal Harga Jual Eceran dan Konsumen Pengguna Jenis BBM Tertentu yang mulai diberlakukan sejak 7 Februari 212. Salah satu poin dalam peraturan tersebut adalah kapal penangkap ikan dengan berat diatas 3 GT tidak lagi berhak memperoleh BBM subsidi, dimana dalam peraturan sebelumnya seluruh kapal berhak mendapatkan BBM subsidi dengan kuota 25 kl per bulan. Berdasarkan fakta di lapangan, sekitar 7% kapal penangkap ikan memiliki berat diatas 3 GT. Dengan demikian, ditengah ketersediaan tuna yang semakin menipis, pengusaha harus menanggung biaya operasional semakin meningkat. Selain itu, perkembangan ekspor juga dibayangi PMK No. 254/PMK.4/211 yang diberlakukan per 1 April 212 mengenakan pembebanan PPN terhadap barang yang diimpor. Dalam peraturan sebelumnya, bagi perusahaan yang menggunakan fasilitas KITE (Kemudahan Impor Tujuan Ekspor) bebas bea masuk dan PPN ditangguhkan. Dan saat ini dengan pemberlakuan peraturan baru tersebut pembebanan PPN tidak lagi ditangguhkan dan harus dibayar kontan saat transaksi impor dilaksanakan. Peraturan tersebut tidak hanya dianggap memberatkan importir, namun juga bagi eksportir dimana beberapa bahan baku harus diimpor dari luar negeri. Akibatnya, cash flow perusahaan cukup terbebani. Meskipun kondisi ekspor kedepan masih diliputi kekhawatiran, kinerja ekspor masih terdapat potensi perbaikan seiring membaiknya prospek perekonomian di negara tujuan ekspor utama. Dalam publikasi World Economic Outlook periode April 212, IMF merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi dari sebelumnya, termasuk diantaranya Negara tujuan ekspor Utama Bali yaitu Amerika Serikat, Jepang, Australia, Perancis, dan Italia (lihat tabel 6.2 di bab 6). Di sisi lain, pengusaha di Bali tetap harus meningkatkan efisiensi dan produktivitasnya, dengan tetap melakukan upaya perluasan/differensiasi pasar ekspor. 78 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan I-212

81 Bab 6. Prospek Perekonoman 6.2. INFLASI REGIONAL TRIWULAN II-212 Inflasi tahunan pada triwulan II-212 diperkirakan meningkat, dengan laju inflasi diperkirakan berada di kisaran 4,9 ± 1% (yoy). Meskipun cenderung meningkat inflasi diperkirakan masih berada di level moderat, dan masih berada di kisaran target inflasi nasional tahun 212 yang sebesar 4,5 ± 1% (yoy). Permintaan terhadap barang dan jasa diperkirakan meningkat di triwulan II-212, yang dipengaruhi oleh perayaan beberapa hari raya keagamaan serta mulai masuknya musim liburan anak sekolah. Kunjungan wisatawan ke Bali diperkirakan meningkat, terutama didorong oleh wisatawan domestik. Pola musiman high season kunjungan wisatawan umumnya akan meningkatkan inflasi di kelompok transportasi, khususnya pada komponen angkutan udara. Selain itu dalam periode high season terdapat kecenderungan bagi pelaku usaha untuk meningkatkan biaya hotel dan jasa pariwisata sehingga turut memberi kontribusi terhadap inflasi kedepan. Tekanan volatile food diperkirakan mulai meningkat. Pada akhir triwulan II periode panen raya telah berakhir, akibatnya perlu diwaspadai mengenai kenaikan harga volatile. Akibatnya, harga beras diperkirakan mulai meningkat terutama pada Juni 212. Di sisi lain, harga bumbu-bumbuan berdasarkan hasil tracking melalui Survey Pemantauan Harga juga terindikasi meningkat. Pada April 212 harga cabe rawit telah meningkat 14,56% (mtm), sementara itu bawang merah dan bawang putih masing-masing meningkat 1,3% dan 7,21% (mtm). Meskipun demikian, inflasi lebih lanjut tertahan oleh sisi supply lebih terkendali yang didukung oleh cuaca dan curah hujan yang kondusif. Berdasarkan perkiraan BMKG, kondisi cuaca kedepan diprakirakan relatif normal dengan curah hujan cukup rendah. Dampak La Nina diperkirakan telah selesai, sehingga cuaca diperkirakan kondusif terhadap kegiatan produksi dan distribusi komoditas pangan utama. Namun demikian administered price menjadi faktor risiko yang perlu diwaspadai di tahun 212. Kebijakan pemerintah dalam hal pembatasan subsidi BBM masih belum juga diputuskan, sementara itu harga minyak dunia saat ini masih juga berada di level tinggi. Hal ini berpotensi menimbulkan risiko terhadap inflasi kedepan. Grafik 6.3. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Barang dan Jasa Grafik 6.4. Ekspektasi Harga oleh Pedagang Indeks % yoy Ekspektasi Harga 3 bln yad Ekspektasi Harga 6 bln yad Inflasi (yoy) - RHS Indeks Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad Inflasi IHK aktual (yoy) - RHS %yoy Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan I

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012 No. 26/05/51/Th. VI, 7 Mei 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2012 Pada Triwulan I-2012, PDRB Bali mengalami kontraksi ( negatif) sebesar 0,06 persen dibanding Triwulan IV-2011 (quarter to

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 No. 27/05/51/Th. VII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN I TAHUN 2013 Pada Triwulan I-2013, PDRB Bali mengalami kontraksi (pertumbuhan negatif) sebesar 0,33 persen dibanding Triwulan IV-2012

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR

KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN IV - 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IV Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Kajian Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Riau KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kepulauan Riau Kantor Perwakilan Bank

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA

KAJIAN JAWA TIMUR TRIWULAN III INDONESIA SURABAYA KAJIAN EKONOMI REGIONAL JAWA TIMUR TRIWULAN III - 2012 BANK INDONESIA SURABAYA Penerbit : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah IV Divisi Ekonomi Moneter Jl.Pahlawan No.105 SURABAYA Telp. : 031-3520011

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci