KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU

2 Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar organisasi, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan Kami sangat mengharapkan komentar, saran dan kritik demi perbaikan buku ini. Alamat Redaksi : Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan Jl. Raya Pattimura No. 7 AMBON, Telp : ext. 112 Fax : ganesia@bi.go.id paula_t@bi.go.id ilham_ya@bi.go.id ari_an@bi.go.id Homepage :

3 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku yang disusun secara rutin triwulanan merupakan salah satu perwujudan pencapaian sasaran strategis Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku yaitu pengoptimalan hasil kajian dan penyediaan informasi ekonomi di wilayah kerja. Penyusunan buku ini bertujuan untuk memberikan masukan mengenai perkembangan moneter, perbankan dan sistem pembayaran regional di Provinsi Maluku secara triwulanan yang selanjutnya berguna untuk perumusan kebijakan di kantor pusat dan pihak terkait (stakeholders) di daerah. Sebagaimana telah ditegaskan di atas, buku ini menyajikan perkembangan ekonomi regional yang mencakup perkembangan moneter, perbankan, dan sistem pembayaran. Perkembangan tersebut disajikan dalam bentuk ringkas dan ditampilkan menggunakan data terkini yang diperoleh dari pihak-pihak yang kredibel di bidangnya. Penambahan kajian yang mendalam pada sumber pertumbuhan ekonomi dan tekanan inflasi diharapkan dapat dimanfaatkan berbagai pihak dalam mengambil kebijakan dan perencanaan pelaksanaan program. Penyusunan buku ini tidak terlepas dari kerjasama yang apik dengan Pemerintah Daerah Maluku, Badan Pusat Statistik Provinsi Maluku, perbankan, responden survei, civitas akademika dan berbagai pihak terutama masyarakat di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku. Dalam rangka meningkatkan kualitas buku ini, saran dan masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kita semua khususnya masyarakat Maluku. Akhir kata, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penyusunan buku ini dan semoga Tuhan memberikan berkah-nya kepada kita semua dalam mengupayakan kinerja yang lebih baik. Ambon, 8 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Wuryanto Kepala Kantor Perwakilan iii

4 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan iv

5 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 DAFTAR ISI BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL PDRB SISI PERMINTAAN KONSUMSI INVESTASI EKSPOR DAN IMPOR PDRB SISI PENAWARAN SEKTOR PERTANIAN SEKTOR PERDAGANGAN, HOTEL DAN RESTORAN (PHR) SEKTOR JASA-JASA SEKTOR ANGKUTAN & KOMUNIKASI SEKTOR BANGUNAN SEKTOR LISTRIK, GAS DAN AIR BERSIH (LGA) SEKTOR PERTAMBANGAN & PENGGALIAN SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN, & JASA PERUSAHAAN SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN BAB II INFLASI PERKEMBANGAN INFLASI INFLASI TRIWULANAN INFLASI TAHUNAN INFLASI KUMULATIF DISAGREGASI INFLASI EKSPEKTASI INFLASI TRIWULAN MENDATANG BAB III PERBANKAN ASET ASET MENURUT JENIS BANK ASET MENURUT WILAYAH DANA PIHAK KETIGA (DPK) DPK MENURUT JENIS SIMPANAN KREDIT v

6 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI KREDIT MENURUT PLAFON LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) NON-PERFORMING LOAN (NPL) BAB IV SISTEM PEMBAYARAN SISTEM PEMBAYARAN TUNAI INFLOW (UANG MASUK) OUTFLOW (UANG KELUAR) PERSEDIAAN KAS PTTB (PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA) UANG PALSU KEGIATAN LAINNYA SISTEM PEMBAYARAN NON TUNAI KEGIATAN KLIRING TRANSAKSI BI RTGS (REAL TIME GROSS SETTLEMENT) BAB V KEUANGAN PEMERINTAH KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA NEGARA (APBN) PROVINSI MALUKU KEUANGAN ANGGARAN PENDAPATAN BELANJA DAERAH (APBD) PROVINSI MALUKU BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT KETENAGAKERJAAN TINGKAT KEMISKINAN NILAI TUKAR PETANI (NTP) BAB VII OUTLOOK PEREKONOMIAN REGIONAL EKONOMI MAKRO REGIONAL INFLASI PERBANKAN vi

7 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 DAFTAR TABEL TABEL I.1 PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI MALUKU SISI PERMINTAAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN TABEL I.2 PERTUMBUHAN PDRB PROVINSI MALUKU SISI PENAWARAN ATAS DASAR HARGA KONSTAN TAHUN TABEL II.1 PERKEMBANGAN INFLASI TRIWULANAN (Q.T.Q) TABEL II.2 PERKEMBANGAN INFLASI TAHUNAN (Y.O.Y) TABEL II.3 PERKEMBANGAN DAN SUMBANGAN INFLASI KUMULATIF (Y.T.D) TABEL V.1 REALISASI BELANJA DARI APBN PROVINSI MALUKU TRIWULAN III-213, DALAM RP JUTA TABEL V.2 REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA DARI APBD PROVINSI MALUKU, DALAM RP JUTA TABEL VI.1 PENDUDUK USIA KERJA MENURUT KEGIATAN TABEL VI.2 PENDUDUK USIA KERJA YANG BEKERJA MENURUT LAPANGAN PEKERJAAN UTAMA TABEL VI.3 TINGKAT KEMISKINAN PROVINSI MALUKU vii

8 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan viii

9 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 DAFTAR GRAFIK GRAFIK I.1 PERKEMBANGAN PDRB RIIL PROVINSI MALUKU GRAFIK I.2 KAPASITAS PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.3 STRUKTUR PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU, GRAFIK I.4 STRUKTUR PEREKONOMIAN PROVINSI MALUKU, TRIWULAN I-III GRAFIK I.5 PERKEMBANGAN KONSUMSI RUMAH TANGGA PROVINSI MALUKU GRAFIK I.6 INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.7 KONSUMSI LISTRIK RUMAH TANGGA DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.8 KREDIT KONSUMSI DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.9 PERKEMBANGAN KONSUMSI NIRLABA PROVINSI MALUKU GRAFIK I.1 KONSUMSI LISTRIK SOSIAL DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.11 KREDIT JASA SOSIAL DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.12 PERKEMBANGAN KONSUMSI PEMERINTAH PROVINSI MALUKU... 2 GRAFIK I.13 KONSUMSI LISRIK GEDUNG PEMERINTAHAN DI PROVINSI MALUKU... 2 GRAFIK I.14 PERKEMBANGAN BELANJA PEGAWAI (BELANJA TIDAK LANGSUNG) DALAM APBD PROV. MALUKU... 2 GRAFIK I.15 PERKEMBANGAN PEMBENTUKAN MODAL TETAP BRUTO (PMTB) DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.16 PERKEMBANGAN BELANJA MODAL DALAM APBD PROV. MALUKU GRAFIK I.17 PERKEMBANGAN BELANJA MODAL DALAM APBN PROV. MALUKU GRAFIK I.18 KREDIT INVESTASI DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.19 PERKEMBANGAN DUNIA USAHA DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.2 PERKEMBANGAN EKSPOR PROVINSI MALUKU GRAFIK I.21 PERKEMBANGAN IMPOR PROVINSI MALUKU GRAFIK I.22 EKSPOR NON MIGAS PROVINSI MALUKU GRAFIK I.23 IMPOR NON MIGAS PROVINSI MALUKU GRAFIK I.24 KAPASITAS PRODUKSI SEKTOR PERTANIAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.25 KEGIATAN USAHA SEKTOR PERTANIAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.26 PRODUKSI KARET DI PTPN AMAHAI, MALUKU TENGAH GRAFIK I.27 PRODUKSI KOPRA DI PTPN XIV AMAHAI, MALUKU TENGAH GRAFIK I.28 PRODUKSI IKAN DI KOTA AMBON DAN KOTA TUAL GRAFIK I.29 KREDIT SEKTOR PERTANIAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.3 TINGKAT PENGHUNIAN KAMAR HOTEL DI PROV. MALUKU GRAFIK I.31 KEGIATAN USAHA SEKTOR PHR DI PROV. MALUKU GRAFIK I.32 ARUS BONGKAR MUAT DI PELABUHAN YOS SUDARSO, AMBON... 3 GRAFIK I.33 KREDIT SEKTOR PHR DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU

10 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 GRAFIK I.34 PERKEMBANGAN BELANJA DALAM APBD PROVINSI MALUKU GRAFIK I.35 PERKEMBANGAN BELANJA DALAM APBN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.36 PERKEMBANGAN TAMU ASING MENGINAP DI HOTEP DI PROV. MALUKU GRAFIK I.37 KEGIATAN USAHA SEKTOR ANGKUTAN & KOMUNIKASI DI PROV. MALUKU GRAFIK I.38 ARUS PENUMPANG DI PELABUHAN YOS SUDARSO, KOTA AMBON GRAFIK I.39 KREDIT SEKTOR ANGKUTAN & KOMUNIKASI DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.4 KEGIATAN USAHA SEKTOR BANGUNAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.41 REALISASI PENGADAAN SEMEN DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.42 KREDIT SEKTOR BANGUNAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.43 KONSUMSI LISTRIK DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.44 KREDIT SEKTOR LGA DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.45 KAPASITAS PRODUKSI SEKTOR LGA DI PROV. MALUKU GRAFIK I.46 KEGIATAN USAHA SEKTOR LGA DI PROV. MALUKU GRAFIK I.46 KREDIT SEKTOR PERTAMBANGAN DAN PENGGALIAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU... 4 GRAFIK I.33 KREDIT SEKTOR JASA PERUSAHAAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK I.34 KEGIATAN USAHA SEKTOR KEUANGAN, PERSEWAAN DAN JASA PERUSAHAAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.5 PERKEMBANGAN ASET, DPK DAN KREDIT PERBANKAN DI PROVINSI MALUKU GRAFIK I.51 KEGIATAN USAHA SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.52 KAPASITAS PRODUKSI TERPAKAI SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI PROV. MALUKU GRAFIK I.51 KREDIT SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK II.1 DISAGREGASI INFLASI TAHUNAN KOTA AMBON GRAFIK II.2 DISAGREGASI INFLASI TRIWULANAN KOTA AMBON GRAFIK II.3 PERGERAKAN HARGA EMAS PERHIASAN GRAFIK II.3 PERGERAKAN HARGA SAYUR-SAYURAN GRAFIK II.4 PERGERAKAN HARGA IKAN SEGAR GRAFIK II.5 PERGERAKAN HARGA BUMBU-BUMBUAN GRAFIK II.6 PERGERAKAN HARGA BERAS GRAFIK II.8 PERGERAKAN HARGA DAGING DAN TELUR GRAFIK II.7 EKSPEKTASI INFLASI PENGUSAHA... 6 GRAFIK II.8 EKSPEKTASI INFLASI MASYARAKAT... 6 GRAFIK III.1 PERKEMBANGAN ASET PERBANKAN DI PROVINSI MALUKU GRAFIK III.2 PANGSA ASET PERBANKAN MENURUT JENIS BANK, TRIWULAN II GRAFIK III.3 PERTUMBUHAN TAHUNAN ASET PERBANKAN MENURUT JENIS BANK GRAFIK III.4 PANGSA ASET PERBANKAN MENURUT WILAYAH, TRIWULAN II GRAFIK III.5 PERTUMBUHAN TAHUNAN ASET PERBANKAN MENURUT WILAYAH GRAFIK III.6 PERKEMBANGAN DANA PIHAK KETIGA PERBANKAN DI PROVINSI MALUKU

11 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 GRAFIK III.7 PANGSA DPK PERBANKAN MENURUT JENIS SIMPANAN, TRIWULAN II GRAFIK III.8 PERTUMBUHAN TAHUNAN DPK PERBANKAN MENURUT JENIS SIMPANAN GRAFIK III.9 PERGERAKAN SUKU BUNGA DPK DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK III.1 PERKEMBANGAN KREDIT PERBANKAN DI PROVINSI MALUKU GRAFIK III.11 PANGSA KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN, TRIWULAN II GRAFIK III.12 PERTUMBUHAN TAHUNAN KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN GRAFIK III.15 PERGERAKAN SUKU BUNGA KREDIT MENURUT JENIS PENGGUNAAN DI PERBANKAN PROVINSI MALUKU GRAFIK III.16 PANGSA KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI, TRIWULAN II GRAFIK III.17 PERTUMBUHAN TAHUNAN KREDIT MENURUT SEKTOR EKONOMI GRAFIK III.16 PANGSA KREDIT PERBANKAN MENURUT PLAFON, TRIWULAN II GRAFIK III.17 PERTUMBUHAN TAHUNAN KREDIT PERBANKAN MENURUT PLAFON GRAFIK III.18 PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) DI PROVINSI MALUKU GRAFIK III.19 PERKEMBANGAN LOAN-TO-DEPOSIT RATIO (LDR) PROVINSI MALUKU GRAFIK III.2 PERKEMBANGAN NON-PERFORMING LOAN (NPL) DI PROVINSI MALUKU GRAFIK IV.1 PERKEMBANGAN PERPUTARAN UANG KARTAL DI PROVINSI MALUKU... 8 GRAFIK IV.2 PERKEMBANGAN PERPUTARAN KLIRING DI PROVINSI MALUKU GRAFIK IV.3 PERKEMBANGAN TRANSAKSI NON-TUNAI BI-RTGS DI PROVINSI MALUKU GRAFIK V.1 PROPORSI REALISASI BELANJA APBN 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III GRAFIK V.2 PERKEMBANGAN REALISASI BELANJA APBN 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III- 213, DALAM % GRAFIK V.3 PERKEMBANGAN REALISASI PENDAPATAN DAN BELANJA APBD PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III-213, DALAM PERSEN (%) GRAFIK V.4 PROPORSI REALISASI PENDAPATAN APBD 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III GRAFIK V.5 PROPORSI REALISASI PENDAPATAN ASLI DAERAH APBD 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III GRAFIK V.6 PROPORSI REALISASI DANA PERIMBANGAN APBD 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III GRAFIK V.8 PROPORSI REALISASI BELANJA LANGSUNG APBD 213 PROVINSI MALUKU HINGGA TRIWULAN III GRAFIK VI.1 TINGKAT PENGANGGURAN MENURUT WILAYAH TEMPAT TINGGAL GRAFIK VI.2 NILAI TUKAR PETANI (NTP) GRAFIK VI.3 NILAI TUKAR PETANI (NTP) PER SUBSEKTOR GRAFIK VII.1 PERKEMBANGAN INDEKS EKSPEKTASI EKONOMI

12 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 4

13 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Ringkasan Eksekutif EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Maluku tumbuh positif, lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya. Di sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh konsumsi rumah tangga dan pemerintah Di sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh sektor pertanian, PHR dan jasajasa Pada triwulan III-213, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan tahun 2 mencapai Rp1,28 triliun atau tumbuh sebesar 5,43% (y.o.y), lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya sebesar 4,5%-5,% (y.o.y). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,62% (y.o.y). Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku menurut sisi permintaan, utamanya, masih didorong oleh besarnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, masing-masing tumbuh sebesar 7,8% (y.o.y) dan 12,49% (y.o.y). Sedangkan komponen-komponen lain, yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,78% (y.o.y), ekspor naik sebesar 4,4% (y.o.y) sedangkan impor meningkat sebesar 2,1% (y.o.y). Sedangkan menurut sisi penawaran, pertumbuhan tinggi pada triwulan III-213 dicapai oleh sektor bangunan, sektor industri pengolahan sektor PHR yang tumbuh masing-masing sebesar 11,22% (y.o.y), 6,93% (y.o.y) dan 6,9% (y.o.y). Sedangkan sektor pertanian dan sektor jasa-jasa yang merupakan sektor utama mencatatkan pertumbuhan 4,1% (y.o.y) dan 4,7% (y.o.y). INFLASI Laju inflasi Kota Ambon melesat jauh. Laju inflasi Ambon pada triwulan III-213 berada pada level 9,86% (y.o.y), melesat jauh di atas rentang perkiraan sebelumnya sebesar 1,25% 1,75% (y.o.y). Tingkat inflasi Ambon pada triwulan laporan mencatatkan angka yang berada di atas inflasi nasional sebesar 8,4% (y.o.y). Berbeda dengan triwulan sebelumnya, laju inflasi pada triwulan III-213 didorong oleh tingginya inflasi volatile food sebesar 19,8% (y.o.y) dan inflasi administered price sebesar 12,81% (y.o.y) 5

14 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Terjadi tekanan dari sisi permintaan dan penawaran yang mendorong kenaikan harga. Inflasi triwulanan Ambon jauh meningkat hingga menyentuh level 8,1% (q.t.q). Dari sisi permintaan, kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa selama triwulan III-213 meningkat saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Tekanan terbesar dialami oleh kelompok bahan makanan, utamanya ikan segar, sayuran dan bumbu-bumbuan, serta kelompok jasa transportasi. Dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan terutama ikan segar dan sayurmayur menurun drastis akibat musim hujan yang tiba hingga pertengahan triwulan III-213. Turunnya gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dan Tunjangan Hari Raya turut meningkatkan permintaan pada pertengahan triwulan III-213. Faktor lain yang mempengaruhi penawaran adalah meningkatnya seluruh harga akibat kenaikan harga BBM di bulan Juni 213 yang berlangsung hingga pertengahan triwulan III-213. Berbagai dinamika tersebut menyebabkan inflasi triwulanan Ambon menyentuh level 8,1% (q.t.q), jauh meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,37% (q.t.q). Berbagai tekanan dan dinamika pasar yang terjadi di Kota Ambon ini mengatrol inflasi tahunan ke level 9,86% (y.o.y), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 7,7% (y.o.y). PERBANKAN Pertumbuhan positif dialami oleh perbankan Maluku, baik di sisi aset, DPK maupun kredit Kinerja perbankan Provinsi Maluku pada triwulan III-213 menunjukkan kinerja yang cukup baik tercermin dari indikator aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan kredit. Aset perbankan daerah di Maluku mencapai Rp15,12 triliun atau mengalami pertumbuhan 1,58% (y.o.y) pada triwulan laporan. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat mencapai Rp9,3 triliun atau tumbuh sebesar 14,81% (y.o.y). Sedangkan Kredit mencapai angka Rp7,12 triliun dengan pertumbuhan 2,42% (y.o.y). Loan to Deposit Ratio (LDR) mencapai 76,55%. Sedangkan, Non Performing Loan (NPL) sebesar 3,9%. Transaksi sistem pembayaran mengalami net-outflow, sedangkan RTGS mengalami net-outgoing. SISTEM PEMBAYARAN Pada triwulan laporan, transaksi sistem pembayaran tunai mengalami net outflow sebesar Rp49,99 miliar, yang berasal dari data inflow sebesar Rp48,99 miliar dan data outflow sebesar Rp818,11 miliar. Sementara itu, sistem pembayaran non-tunai menunjukkan perkembangan lalu lintas yang cukup tinggi, tercermin dari perputaran warkat kliring dengan total nominal 6

15 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 mencapai Rp1,1 triliun dengan lembar warkat. Transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami net outgoing sebesar Rp1,2 triliun yang berasal dari incoming sebesar Rp3,8 triliun dan outgoing sebesar Rp4,1 triliun. OUTLOOK PEREKONOMIAN Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan PDRB Maluku diperkirakan akan meningkat di triwulan mendatang. Pertumbuhan PDRB Maluku diperkirakan akan meningkat di triwulan mendatang. Sehubungan dengan apresiasi nilai dolar, ekspor akan meningkat dan impor tetap meningkat namun sedikit tertahan Pertumbuhan PDRB Maluku pada triwulan IV-213 diperkirakan pada rentang 6,% - 7,% (y.o.y). Dari sisi permintaan, Konsumsi Rumah Tangga tetap menjadi sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan mendatang. Bertepatan dengan adanya libur akhir pekan yang panjang menyambut Hari Raya Idul Adha 1434 H, Tahun Baru Hijriyah 1435 H, libur sekaloh akhir tahun, Hari Natal dan penyambutan Tahun Baru 213. Namun, konsumsi rumah tangga akan tertahan dengan kebijakan Pemerintah menaikkan tarif dasar listrik per Oktober 213. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat ekspektasi konsumen terhadpa triwulan IV-213 yang menurun, dari tingkat 146, di triwulan II-213 menjadi 122,67 di triwulan III-213. Pada periode yang sama, konsumsi pemerintah diperkirakan akan terdorong oleh realisasi anggaran akhir tahun karena harus mengejar target penyelesaian beberapa proyek. Kegiatan investasi dari pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan mendatang. Proyek multi-year seperti pembangunan Jembatan Merah Putih, PLTU Waai, dan perluasan pelabuhan Ambon terus berjalan. Sedangkan kegiatan investasi dari pihak swasta terfokus pada properti komersial yaitu perumahan (Citra Land & Bliss Village), pusat perbelanjaan (Maluku City Mall), dan pertokoan. Ekspor utama Provinsi Maluku, ikan dan udang, diperkirakan mengalami peningkatan terkait dengan faktor cuaca Maluku yang mendukung pada triwulan mendatang. Di sisi lain, impor Provinsi Maluku diperkirakan meningkat terutama impor barang konsumsi dan barang modal sehubungan dengan lanjutan pengerjaan proyek-proyek pemerintah yang sempat tertunda. Sehubungan dengan apresiasi nilai dolar terhadap rupiah, diperkirakan ekspor akan meningkat sedangkan impor akan sedikit tertahan. 7

16 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Mengamati dinamika PDRB dari sisi penawaran, maka pendorong pertumbuhan ekonomi daerah pada triwulan III-213 diperkirakan berasal dari Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran (PHR), Sektor Jasa-jasa, dan Sektor Bangunan. Sektor PHR tumbuh didorong oleh adanya libur akhir pekan yang panjang, libur Tahun Baru Hijriyah, libur Natal dan perayaan Tahun Baru 214. Sektor jasa-jasa diperkirakan tumbuh dipengaruhi oleh meningkatnya belanja Pemerintah Daerah (Pemda), baik belanja pegawai, belanja barang dan jasa maupun belanja modal karena di akhir tahun Pemda cenderung meningkatkan belanja untuk mengejar target realisasi anggaran dan pengerjaan beberapa proyek yang sempat tertunda, seperti Jembatan Merah Putih dan PLTU Waai. Sektor bangunan akan tumbuh sehubungan dengan perkembangan proyek-proyek pembangunan dari pihak pemerintah, terutama infrastruktur fisik dan proyek multi-year, serta pihak swasta yang terus melanjutkan pembangunan yang sempat tertunda akibat faktor cuaca yang buruk di triwulan laporan. Inflasi Laju inflasi pada triwulan IV-213 diperkirakan pada rentang 7,5% - 8,5% (y.o.y). Diperkirakan terdapat tekanan dari sisi permintaan di akhir tahun. Laju inflasi pada triwulan IV-213 diperkirakan pada rentang 7,5% 8,5% (yoy), mencermati faktor kenaikan BBM bersubsidi pada triwulan II-213, pelemahan nilai tukar rupiah dan pola inflasi pada triwulan yang sama di tahun-tahun sebelumnya yang cenderung moderat, serta laju inflasi pada triwulan III-213 yang cukup tinggi pada level 9,86% (yoy) atau 8,1% (q.t.q). Dari sisi permintaan, perayaan Hari Raya Natal dan Tahun Baru yang diprediksi bertepatan dengan masa liburan sekolah diprediksi meningkatkan permintaan masyarakat pada volatile food dan transportasi. Faktor upside risks yang perlu diwaspadai adalah peningkatan harga angkutan udara menjelang akhir tahun serta kenaikan UMP sebesar 13% pada bulan November yang berpotensi menambah tekanan inflasi melalui peningkatan konsumsi. Dari sisi penawaran, melimpahnya pasokan ikan pada musim ikan yang berlangsung hingga akhir tahun diprediksi akan menekan inflasi, meskipun permintaannya juga diprediksi akan meningkat. Selain itu faktor eksternal berupa perkembangan nilai tukar rupiah yang mulai stabil di level tinggi berpotensi memicu inflasi inti dari sisi penawaran. 8

17 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Diperkirakan terbentuk level keseimbangan harga baru akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan tariff listrik Kinerja perbankan akan meningkat dari sisi aset, DPK dan kredit Peningkatan DPK akan disalurkan dalam bentuk kredit. Laju pertumbuhan kredit sektor PHR dan bangunan diperkirakan akan meningkat. LDR akan meningkat dan NPL masih akan tertahan pada kisaran 3%- 4% Faktor lain yang membuat inflasi tahunan pada triwulan IV-213 cukup tinggi adalah level keseimbangan harga yang baru akibat kenaikan harga BBM bersubsidi dan tarif listrik. Serta inflasi tahunan pada triwulan IV- 212 yang cukup rendah (low base effect), sebesar 6,72% (yoy) sementara IHK pada triwulan III-213 sudah sedemikian tinggi. Perbankan Kinerja perbankan daerah pada triwulan IV-213 diperkirakan akan meningkat dari sisi Aset, Dana Pihak Ketiga (DPK), dan Kredit. Aset akan kembali meningkat seiring dengan ekspansi jaringan kantor perbankan di Maluku. DPK juga diprediksi meningkat terkait kucuran anggaran pemerintah dan agresivitas perbankan dalam pengumpulan dana serta kesadaran masyarakat yang makin tinggi untuk menggunakan jasa perbankan. Pada triwulan mendatang, perbankan akan memanfaatkan peningkatan DPK untuk disalurkan dalam bentuk kredit. Namun, kredit akan sedikit tertahan terkait dengan kebijakan Bank Indonesia yang menetapkan BI Rate 7,5% di Oktober 213. Sedangkan, kredit konsumsi akan meningkat namun tertahan sehubungan dengan indeks ekspektasi konsumen yang menurun akibat dari kenaikan tarif dasar listrik per Oktober 213. Dari segi sektoral, sektor PHR dan bangunan diperkirakan akan mengalami laju pertumbuhan kredit yang meningkat sebab, di samping rendahnya risiko pada kedua jenis sektor tersebut, faktor cuaca yang mendukung ekspektasi dunia usaha untuk melakukan kegiatan ekonomi pada kedua sektor tersebut. Peningkatan kredit diprediksi melebihi peningkatan DPK sehingga LDR akan naik di kisaran 79%-8%. Sedangkan NPL diperkirakan di kisaran 3%-4%, yang tentunya masih di bawah batas maksimal 5% yang ditetapkan Bank Indonesia. 9

18 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 1

19 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 LAMPIRAN Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Maluku Indikator Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) Berdasarkan Sektor - Pertanian - Pertambangan & Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas, & Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel, & Restoran - Angkutan dan Komunikasi - Keuangan, Persewaan, & Jasa Usaha - Jasa-Jasa Berdasarkan Permintaan - Konsumsi Rumah Tangga - Konsumsi Nirlaba - Konsumsi Pemerintah - PMTB - Perubahan Stok - Ekspor - Impor Ekspor - Nilai Ekspor Non Migas (USD juta) - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor - Nilai Impor Non Migas (USD juta) - Volume Impor Non Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen - Kota Ambon Laju Inflasi Tahunan (%, yoy) - Kota Ambon Perbankan Aset Perbankan (Rp Triliun) - Bank Pemerintah - Bank Swasta - BPR Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) - Giro - Tabungan - Deposito Kredit (Rp Triliun)-Berdasarkan Jenis Penggunaan - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) - Modal Kerja - Investasi - Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) NPL Gros (%) Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi - Rata-rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Triliun) - Rata-rata Harian Nominal Transaksi - Rata-rata Harian Volume Transaksi III IV I II III IV I (.53) (.16) (93.12) (91.94) (34.62) (71.1) 4, II III (.44) (41.4) (.29)

20 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 12

21 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 BAB I EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Provinsi Maluku pada triwulan III-213 mengalami pertumbuhan yang positif, dengan tren yang melambat pada laju tahunan dan tren yang meningkat pada laju triwulanan. Menurut sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi utamanya ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah dan ekspor, dengan masing-masing pangsa sebesar 73,54%, 28,34% dan 13,49%. Sedangkan menurut sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi disokong oleh 3 (tiga) sektor utama, yakni sektor pertanian dengan kontribusi sebesar 29,3%, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) 26,84% dan sektor jasa-jasa dengan pangsa 19,77%. Cuaca yang mulai mereda pada bulan Agustus dan September dan permintaan domestik yang meningkat saat Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1434 H mendorong aktivitas pada sektor pertanian bergairah. Masuknya tahun ajaran baru dan diselenggarakannya beberapa event besar di Kota Ambon menyebabkan sektor PHR tumbuh tinggi. Belanja pemerintah yang cenderung meningkat dan kebutuhan rekonstruksi paska bencana banjir dan longsor menumbuhkan permintaan terhadap sektor jasa-jasa dan konstruksi. Grafik I.1 Perkembangan PDRB Riil Provinsi Maluku Grafik I.2 Kapasitas Perekonomian Provinsi Maluku 13 PDRB Riil (Rp Juta) Pertumbuhan PDRB (y.o.y) - % sumbu kanan Kapasitas Produksi Terpakai Kapasitas Produksi Normal Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia 13

22 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pada triwulan III-213, Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Konstan tahun 2 mencapai Rp1,28 triliun atau tumbuh sebesar 5,43% (y.o.y), lebih tinggi daripada perkiraan sebelumnya sebesar 4,5%-5,% (y.o.y). Pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku pada triwulan laporan sedikit lebih rendah daripada pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,62% (y.o.y). Sedangkan, PDRB Provinsi Maluku Atas Dasar Harga Berlaku mencatatkan nominal Rp3,37 triliun atau tumbuh sebesar 15,76% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh hingga 19,49% (y.o.y). Menurut sisi permintaan ekonomi, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku secara tahunan sebagian besar didorong oleh komponen konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah. Sedangkan menurut sisi penawaran, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku didukung oleh sektor-sektor yang bertumbuh tinggi, yaitu sektor bangunan, sektor industri pengolahan, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) dan sektor angkutan dan komunikasi. Perekonomian Provinsi Maluku tetap didukung oleh 3 (tiga) sektor utamanya, yakni: sektor pertanian, sektor PHR dan sektor jasa-jasa, dimana dalam periode triwulan I hingga III tahun 213 masing-masing memiliki kontribusi sebesar 29,82%, 26,73% dan 19,48%. Secara jangka panjang, ketiga sektor tersebut tetap mempertahankan kontribusi utamanya kepada perekonomian Provinsi Maluku, dimana masing-masing berkontribusi dalam rentang waktu sebesar sektor pertanian 32,79%, sektor PHR sebesar 25,8% dan sektor jasa-jasa sebesar 19,1%. Grafik I.3 Struktur Perekonomian Provinsi Maluku, Grafik I.4 Struktur Perekonomian Provinsi Maluku, Triwulan I-III Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 5.4% 9. Jasa - jasa 19.1% 1. Pertanian 32.79% Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 4.95% Jasa - jasa 19.48% Pertanian 29.82% 7. Angkutan & Komunikasi 9.96% Angkutan & Komunikasi 1.97% Pertambangan & Penggalian.77% * Rata-Rata PDRB Riil Perdagangan, Hotel & Restoran 25.8% 5. Bangunan 1.46% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 2. Pertambangan & Penggalian.78% 3. Industri Pengolahan 4.88% 4. Listrik,Gas & Air Bersih.54% * Rata-Rata PDRB Riil Tw.I-III 213 Perdagangan, Hotel & Restoran 26.73% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Industri Pengolahan 4.85% Listrik,Gas & Air Bersih.48% Bangunan 1.96% 14

23 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pertumbuhan positif pada perekonomian Provinsi Maluku dikonfirmasi dengan hasil survei kegiatan dunia usaha, dimana dilaporkan kapasitas produksi terpakai perekonomian Maluku mencapai 52,68, sedangkan kapasitas produksi normalnya sebesar 56. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor produksi telah dipergunakan secara efisien mendekati kapasitas produksi normal (full capacity utilisation) untuk menghasilkan output perekonomian Provinsi Maluku. Permintaan yang tinggi disertai dengan pemakaian kapasitas produksi (capacity utilisation) yang tinggi mampu mendorong perekonomian Maluku. 1.1 PDRB Sisi Permintaan Pada triwulan laporan, pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku menurut sisi permintaan, utamanya, masih didorong oleh tingginya laju konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah, masing-masing tumbuh sebesar 7,8% (y.o.y) dan 12,49% (y.o.y). Sedangkan komponen-komponen lain, yaitu Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) tumbuh sebesar 5,78% (y.o.y), ekspor naik sebesar 4,4% (y.o.y) sedangkan impor meningkat sebesar 2,1% (y.o.y). Andil terhadap pertumbuhan tahunan PDRB Provinsi Maluku ditopang oleh 3 (tiga) komponen, yaitu konsumsi rumah tangga sebesar 5,13% (y.o.y), konsumsi pemerintah 3,52% (y.o.y) dan ekspor,55% (y.o.y). Tabel I.1 Pertumbuhan PDRB Provinsi Maluku Sisi Permintaan Atas Dasar Harga Konstan tahun 2 Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 15

24 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi rumah tangga pada triwulan III-213 menunjukkan tren tahunan yang meningkat. Konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 7,8% (y.o.y), lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,36% (y.o.y). Pertumbuhan yang meningkat pada komponen konsumsi rumah tangga di triwulan laporan merupakan efek dari tingginya kebutuhan saat Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri 1434H. Laiknya tren tahunan, konsumsi rumah tangga mencapai pertumbuhan yang meningkat pada tren triwulanan. Konsumsi tersebut tumbuh sebesar 3,5% (q.t.q) pada triwulan laporan, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,34% (q.t.q). Tren ini didukung dengan pola musiman di setiap tahun di Provinsi Maluku. Rumah tangga Maluku cenderung menambah konsumsi sehubungan dengan masuknya tahun ajaran baru dan Hari Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 213. Konsumsi rumah tangga meningkat sehubungan dengan besarnya belanja barang kebutuhan pokok, sekunder dan kesehatan di tengah kondisi dan paska bencana banjir dan longsor yang menimpa beberapa daerah di Maluku. Grafik I.5 Perkembangan Konsumsi Rumah Tangga Provinsi Maluku Konsumsi RT (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan 6.36% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 9% % 7.8% % 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga Maluku tidak didukung dengan tingkat keyakinan konsumen. Survei Konsumen mancatat bahwa tingkat keyakinan konsumen pada triwulan III-213 cenderung menurun dibandingkan, baik triwulan sebelumnya maupun triwulan yang sama tahun sebelumnya. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) tercatat sebesar 121,8, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar Grafik I.6 Indeks Keyakinan Konsumen Provinsi Maluku Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen Sumber: KPw BI Provinsi Maluku Indeks Kondisi Ekonomi

25 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III ,67. Menurunnya tingkat keyakinan konsumen ini sehubungan dengan kenaikan harga BBM pada akhir Juni dan kondisi cuaca yang ekstrim pada bulan Juli hingga pertengahan Agustus yang menyebabkan harga-harga melonjak tinggi. Kendatipun demikian, kalangan rumah tangga Provinsi Maluku tetap meningkatkan konsumsinya terkait dengan datangnya Bulan Ramadhan dan perayaan Hari Raya Idul Fitri 1434 H, terlebih didukung dengan diberikannya gaji ke-13 PNS maupun Tunjangan Hari Raya (THR). Peningkatan pertumbuhan konsumsi pada triwulan laporan juga ditopang oleh momentum-momentum khusus, seperti masuknya tahun ajaran baru, Hari Proklamasi Kemerdekaan RI, Yacht Race Darwin-Ambon dan Festival Pesta Teluk. Selanjutnya, Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dilaporkan menurun. Menurut Survei Konsumen, IKE turun dari 131,33 pada triwulan kedua menjadi 119,5 pada triwulan laporan. Sedangkan, IEK turun dari 146, pada triwulan sebelumnya menjadi 122,67 pada triwulan ketiga. Penurunan ketiga indeks dari survei konsumen tersebut mengindikasikan bahwa tingkat keyakinan masyarakat secara keseluruhan mengalami penurunan, misalnya terkait penghasilan, ketersediaan lapangan kerja dan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Ekspektasi konsumen yang menurun ini diduga sehubungan dengan masih berjaga-jaganya masyarakat menyikapi dampak kenaikan BBM dan rencana Pemerintah untuk menaikkan tarif dasar listrik. Masyarakat masih melihat kedua hal tersebut akan berakibat pada penambahan beban biaya produksi dan menimbulkan tekanan inflasi dari sisi penawaran (cost-push inflation) sehingga akan menaikkan harga barang (inflasi), utamanya harga bahan makanan sebagai kebutuhan pokok. Grafik I.7 Konsumsi Listrik Rumah Tangga di Provinsi Maluku Grafik I.8 Kredit Konsumsi di Perbankan Provinsi Maluku Konsumsi Listrik RT (per MWh) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % % Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara Kredit Konsumsi (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan 5 35% % 3% % 35 25% % % 15 1% 1 5% 5 % Sumber: Bank Indonesia 17

26 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Provinsi Maluku sejalan dengan pertumbuhan yang positif konsumsi listrik rumah tangga. Pada triwulan III-213, konsumsi nonmakanan tersebut mencapai 69,74 juta KwH atau tumbuh sebesar 11,13% (y.o.y), lebih rendah daripada pertumbuhan yang dicapai pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 18,23% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan konsumsi listrik rumah tangga tercatat sebesar,74% (q.t.q), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 1,86% (q.t.q). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Provinsi Maluku dikonfirmasi dengan pertumbuhan yang positif pada pembiayaan perbankan. Kredit konsumsi yang disalurkan oleh perbankan di Provinsi Maluku menunjukkan laju yang sedikit termoderasi. Pada triwulan III- 213, baki kredit konsumsi mencapai Rp4,48 triliun atau tumbuh sebesar 25,87% (y.o.y), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 26,85% (y.o.y). Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat sedang menahan konsumsi terkait dengan menurunnya keyakinan masyarakat untuk berbelanja. Namun, terlihat jelas bahwa pola konsumsi masyarakat pada triwulan laporan masih tergolong tinggi sebagai konsekuensi hadirnya kebutuhan saat Bulan Ramadhan, Hari Raya Idul Fitri 1434 H dan masuknya tahun ajaran baru. Tingginya pola konsumsi ini didukung dengan laju triwulan yang meningkat pada kredit konsumsi sebesar 4,95% (q.t.q), lebih tinggi daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 3,53% (q.t.q) Konsumsi Nirlaba Konsumsi nirlaba pada triwulan laporan menunjukkan tren tahunan yang melambat namun tren triwulanan yang meningkat. Konsumsi nirlaba pada triwulan III- 213 tumbuh sebesar 2,63% (y.o.y), menurun dibandingkan pertumbuhan pada triwulan kedua tahun sebelumnya sebesar 3,% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan konsumsi nirlaba mencatatkan tren sebaliknya dari pertumbuhan sebesar,24% (q.t.q) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 1,18% (q.t.q) pada triwulan laporan. Grafik I.9 Perkembangan Konsumsi Nirlaba Provinsi Maluku Konsumsi Nirlaba (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan % % 6% 5% 4% 3% 2% 1% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah % 18

27 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Melambatnya konsumsi listrik sosial mengonfirmasi tren perlambatan pada pertumbuhan konsumsi nirlaba di Provinsi Maluku. Konsumsi listrik sosial mencapai 4,2 MWh atau tumbuh sebesar 15,11% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 24,72% (y.o.y). Penyaluran pembiayaan perbankan kepada jasa sosial juga mengindikasikan laju yang melambat pada pertumbuhan tahunan konsumsi nirlaba. Kredit jasa sosial pada triwulan laporan mencapai Rp151,23 miliar atau naik sebesar 8,1% (y.o.y), menurun dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh seebsar 37,31% (y.o.y). Melambatnya laju pertumbuhan konsumsi nirlaba diduga sebagai dampak dari penyesuaian kegaitan lembaga nirlaba sejak awal tahun 213. Kegiatan lembaga nirlaba pada triwulan laporan sebagian besar masih berhubungan dengan pengembangan sektor riil dan usaha mikro dan kegiatan sosial dan kesehatan. Grafik I.1 Konsumsi Listrik Sosial di Provinsi Maluku Grafik I.11 Kredit Jasa Sosial di Perbankan Provinsi Maluku Konsumsi Listrik Sosial (per MWh) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan Kredit Sektor Industri (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 5% 4.2 4% 3% 15.11% 2% 1% % % % 12% 1% 8% 6% 4% 8.1% 2% % -2% -1% -4% Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Maluku Utara Sumber: Bank Indonesia Konsumsi Pemerintah Konsumsi pemerintah merupakan salah satu faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi Provinsi Maluku, setelah konsumsi rumah tangga. Pada triwulan III-213, pertumbuhan konsumsi pemerintah mencapai 12,49% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,9% (y.o.y). Sama halnya dengan pertumbuhan tahunan konsumsi pemerintah, pertumbuhan triwulanannya mampu naik sebesar 4,86% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 5,7% (q.t.q). 19

28 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Laju tahunan yang melambat pada komponen konsumsi pemerintah sejalan dengan tren yang melambat pada konsumsi listrik gedung pemerintahan di Provinsi Maluku. Konsumsi listrik kantor pemerintahan pada triwulan laporan tercatat mencapai 1,2 MWh, atau tumbuh sebesar 1,61% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai kenaikan sebesar 38,26% (y.o.y). Secara triwulanan, pertumbuhan konsumsi listrik gedung pemerintahan terkontraksi sebesar 34,17% (q.t.q), jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai pertumbuhan positif sebesar Grafik I.12 Perkembangan Konsumsi Pemerintah Provinsi Maluku Konsumsi Pemerintah (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan % Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah 2% % 16% 14% 12% 12.49% 1% 8% 6% 4% 2% % 2,82% (q.t.q). Grafik I.13 Konsumsi Lisrik Gedung Pemerintahan di Provinsi Maluku Grafik I.14 Perkembangan Belanja Pegawai (Belanja Tidak Langsung) dalam APBD Prov. Maluku Konsumsi Listrik Gd. Pemerintahan (per MWh) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan 38.26% % 1.61% Sumber: PT. PLN (Persero) Wilayah Maluku dan Maluku Utara; diolah 8% 7% 6% 5% 4% 3% 1% % -1% -2% Belanja Pegawai- Tidak Langsung (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % % 31.94% % Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah 3% 2% 1% -1% -2% -3% Investasi Investasi atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) secara tahunan mengalami pertumbuhan dengan tren melambat. Investasi pada triwulan III-213 tumbuh positif 5,78% (y.o.y), lebih rendah daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh tinggi sebesar 18,52% (y.o.y). Hal ini mengindikasikan nilai tambah investasi pada 2

29 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 triwulan ketiga tahun 213 lebih rendah daripada nilai tambah investasi pada triwulan yang sama tahun sebelumnya. Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan investasi menunjukkan tren yang serupa. Investasi di Provinsi Maluku pada triwulan laporan berhasil tumbuh sebesar 7,19% (q.t.q), sedikit termoderasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 7,62%% (q.t.q). Perlambatan laju pertumbuhan pada belanja modal Pemerintah Daerah, baik yang bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) maupun Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) menegaskan tren perlambatan pada pertumbuhan komponen investasi di Maluku. Di dalam APBN, belanja modal Pemda pada triwulan laporan sebesar Rp34 miliar atau tumbuh terkontraksi sebesar 23,6% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang juga terkontraksi ke angka 12,31% (y.o.y). Sementara di dalam APBN, belanja modal Pemda pada triwulan III-213 mencapai Rp536,64 miliar atau tumbuh terkontraksi sebesar 12,15% (y.o.y), jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 33,24% (y.o.y). Grafik I.15 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) di Provinsi Maluku PMTB (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan 18.52% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah % % 2% 15% 1% 5% % -5% Grafik I.16 Perkembangan Belanja Modal dalam APBD Prov. Maluku Grafik I.17 Perkembangan Belanja Modal dalam APBN Prov. Maluku Belanja Modal (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 5% -23.6% % % Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% -1% Belanja Modal (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan 33.24% % % -1% -2% % Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah 6% 5% 4% 3% 2% 1% -4% 21

30 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pada triwulan laporan, laju investasi belanja modal Pemda tertarik ke bawah karena terhambatnya pembangunan proyek akibat faktor cuaca yang ekstrim. Salah satu proyek besar yang terhambat adalah pembangunan Jembatan Merah Putih. Jembatan yang pada mulanya dijadwalkan akan selesai pada bulan September ini sempat terhenti pengerjaannya akibat cuaca ekstrim yang menyelimuti Kota Ambon dan sekitarnya selama beberapa bulan. Proyek pembangunan jembatan ini juga sempat dipermasalahkan oleh Kementerian Pertahanan dan TNI Angkatan Laut karena dapat menghalangi masuknya kapal ke Teluk Ambon. Proyek Jembatan Merah Putih terbagi menjadi tiga bagian, yakni jembatan pendekat Poka sepenjang 52 meter, jembatan pendekat Galala sepanjang 32 meter dan jembatan utama sepanjang 3 meter. Perkembangan terkini, dua jembatan sepanjang kurang lebih 84 meter hampir selesai dan akan dilanjutkan dengan pembangunan jembatan utama. Proyek lain yang terkendala pengerjaannya adalah Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Desa Waai, Maluku Tengah. Proses pembangun PLTU yang direncanakan beroperasi pada Juni 213 dilansir terkendala kontraktor pelaksana sehingga pengoperasiannya ditangguhkan hingga tahun 214. Pihak kontraktor yang sebelumnya menangani pembangunan PLTU ini tidak bisa melanjutkan pengerjaan karena beberapa hal, antara lain: masalah lapangan yakni kepemilikan tanah dan terlambat tibanya peralatan kerja dan tiang pancang dari Surabaya dan pemasangan tiang pancang yang terhambat hujan yang berlangsung lama di Kota Ambon dan sekitarnya. Masalah perubahan kurs dollar yang menguat terhadap rupiah juga menjadi penyebab pihak kontraktor tidak dapat melanjutkan pembangunan sehingga dialihkan ke perusahaan lain. Grafik I.18 Kredit Investasi di Perbankan Provinsi Maluku Grafik I.19 Perkembangan Dunia Usaha di Provinsi Maluku Kredit Investasi (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan Situasi Bisnis Ekspektasi Situasi Bisnis pada 6 Bulan Mendatang % % 6% % 5% 4% 24.73% 3% % 2 1 1% Sumber: Bank Indonesia % IV I Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia 22

31 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pertumbuhan investasi di Provinsi Maluku dipengaruhi oleh pertumbuhan baki kredit perbankan untuk investasi. Posisi kredit investasi hingga triwulan III-213 yang disalurkan perbankan meningkat hingga Rp818,16 miliar atau tumbuh sebesar 2,28% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 14,34% (q.t.q). Namun demikian, secara tahunan, kredit investasi tumbuh sebesar 24,73% (y.o.y), meningkat dibandingkan pertumbuhan di tahun sebelumnya sebesar 22,94% (y.o.y). Hal ini menggambarkan bahwa dunia usaha masih berminat pada investasi di Maluku sehingga dapat tumbuh positif, meskipun tertahan oleh beberapa faktor yang berasal dari ekspektasi dunia usaha itu sendiri. Pertumbuhan positif pada komponen investasi di Provinsi Maluku dikonfirmasi dengan perspektif yang optimis dari dunia usaha memandang kondisi ekonomi wilayah. Menurut Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), indikator perkembangan situasi bisnis menunjukkan peningkatan, baik dari triwulan yang sama tahun sebelumnya maupun dari triwulan sebelumnya. Indeks situasi bisnis pada triwulan laporan tercatat sebesar 68,67, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 63. Bahkan, realisasi situasi bisnis triwulan laporan berhasil melebihi ekspektasi dunia usaha 6 (enam) bulan yang lalu terkait situasi bisnis, dimana dunia usaha berekspektasi terhadap situasi bisnis pada triwulan III-213 dengan memberikan skor 67. Secara tahunan, dunia investasi Provinsi Maluku tertahan oleh konsekuensi logis dari ekstrimnya kondisi cuaca dan kenaikan harga BBM bersubsidi, yaitu kenaikan harga barang (inflasi). Padahal, indeks situasi bisnis triwulan laporan mencetak angka yang lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya dengan skor 62,5. Melihat faktor-faktor tersebut bersama dengan kondisi perekonomian nasional yang menurun, yang ditandai dengan defisit neraca perdagangan yang meningkat, cadangan devisa yang menurun dan nilai tukar Rupiah yang terdepresiasi, mendorong dunia usaha untuk menahan kegiatan investasinya, paling tidak hingga triwulan depan. Optimisme dari dunia usaha masih diberikan kepada kondisi ekonomi Provinsi Maluku untuk 2 (dua) triwulan selanjutnya. Hal ini ditegaskan dengan indeks ekspektasi situasi bisnis dengan skor 69, untuk triwulan IV-213 dan 74,7 untuk triwulan I-214. Menguatnya ekspektasi situasi bisnis di Provinsi Maluku memperkuat proyeksi bahwa perekonomian Maluku akan terus bertumbuh pada triwulan-triwulan ke depan Ekspor dan Impor Pertumbuhan tahunan ekspor di Provinsi Maluku menunjukkan tren perlambatan sedangkan tren sebaliknya menyertai pertumbuhan triwulanannya. Pada triwulan III-213, pertumbuhan tahunan ekspor mencatatkan laju 4,4%% (y.o.y), sedikit 23

32 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 termoderasi dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,89% (y.o.y). Sedangkan pertumbuhan triwulanan ekspor sebesar 2,26% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kenaikan sebesar 1,63% (q.t.q). Grafik I.2 Perkembangan Ekspor Provinsi Maluku Grafik I.21 Perkembangan Impor Provinsi Maluku Impor (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan Ekspor (Rp Juta) Pertumbuhan y.o.y - % sumbu kanan 35 25% % % 2.1% 15% % 1% 8% % 1% 5% % % 6% 4% 2% % % 145-2% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Laju yang melambat pada pertumbuhan komponen ekspor didukung dengan tren yang serupa pada ekspor non-migas. Nilai ekspor non-migas mencapai USD3,36 ribu atau tumbuh sebesar 1,3% (y.o.y), lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 46,77% (y.o.y). Sedangkan dari segi volume, ekspor nonmigas mencapai 46,7 ton atau tumbuh sebesar 3,59% (y.o.y), jauh menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 117,67% (y.o.y). Komoditas unggulan ekspor non-migas Provinsi Maluku terdiri dari hasil laut, seperti ikan, udang, mutiara, dan rempah-rempah. Komoditas ekspor lainnya adalah barang-barang olahan. Negara tujuan utama ekspor non-migas Provinsi Maluku pada triwulan laporan, antara lain: Thailand, Jepang, Cina, Hong Kong, Amerika Serikat dan Vietnam. Sementara itu, pertumbuhan tahunan impor Provinsi Maluku memperlihatkan tren yang meningkat, dan tren sebaliknya ditunjukkan oleh pertumbuhan triwulanannya. Impor Provinsi Maluku pada triwulan laporan tumbuh sebesar 2,1% (y.o.y), lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 9,48% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan impor Provinsi Maluku mencatatkan angka 4,75% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,5% (q.t.q). 24

33 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Grafik I.22 Ekspor Non Migas Provinsi Maluku Grafik I.23 Impor Non Migas Provinsi Maluku 45 Nilai Ekspor Non-Migas (US$ Ribu) Volume Ekspor Non-Migas (Ton) Pertumbuhan Nilai Ekspor Non Migas y.o.y (%) - sumbu kanan Pertumbuhan Volume Ekspor Non Migas y.o.y (%) - sumbu kanan 25% 35 Nilai Impor Non-Migas (US$ Juta) Volume Impor Non-Migas (Ribu Ton) Pertumbuhan Nilai Impor Non Migas y.o.y (%) - sumbu kanan Pertumbuhan Volume Impor Non Migas y.o.y (%) - sumbu kanan 45% 4 2% % 25 1% % % 3.59% 46.77% % % Sumber: Bank Indonesia 4% 3 35% 25 3% 2 25% 2% 15 15% 1 1% % 5% % 1.71% 3.69 % % Sumber: Bank Indonesia Perkembangan impor Provinsi Maluku sejalan dengan laju tahunan yang meningkat pada pertumbuhan impor non-migas namun dengan laju triwulanan yang melambat. Impor non-migas Maluku pada triwulan laporan tercatat sebesar USD3,69 miliar atau naik sebesar 1552,34% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 133,55% (y.o.y). Pertumbuhan impor non-migas menurun secara triwulanan hingga 323,25% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 325,35% (q.t.q). Impor non-migas Provinsi Maluku sebagian besar berupa barang-barang manufaktur, terutama tekstil dan pakaian, serta suku cadang kendaraan bermotor. 1.2 PDRB Sisi Penawaran Pertumbuhan tinggi pada triwulan III-213 dicapai oleh sektor bangunan, industri pengolahan dan Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) yang tumbuh masing-masing sebesar 11,22% (y.o.y), 6,93% (y.o.y) dan 6,9% (y.o.y). Sedangkan sektor pertanian dan sektor jasajasa yang merupakan sektor yang mengambil andil dominan mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,1% (y.o.y) dan 4,7% (y.o.y). 25

34 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Tabel I.2 Pertumbuhan PDRB Provinsi Maluku Sisi Penawaran Atas Dasar Harga Konstan tahun 2 Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sektor Pertanian Pada triwulan III-213, sektor pertanian memperlihatkan pertumbuhan dengan tren perlambatan. Sektor pertanian (termasuk peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan) tumbuh sebesar 4,1% (y.o.y), menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,41% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanannya mencapai,18% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 2,68% (q.t.q). Grafik I.24 Kapasitas Produksi Sektor Pertanian di Prov. Maluku Grafik I.25 Kegiatan Usaha Sektor Pertanian di Prov. Maluku Kapasitas Produksi Terpakai Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Kapasitas Produksi Normal Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia I II III IV I II III IV I II III Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia 26

35 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Pertumbuhan sektor pertanian di Provinsi Maluku dikonfirmasi dengan kapasitas produksi terpakai yang meningkat dan indeks kegiatan usaha yang juga meningkat. Kapasitas produksi terpakai sektor pertanian Maluku sebesar 57,5, sedangkan kapasitas produksi normal mencapai 65. Menurut indeks kegiatan usaha, realisasi kegiatan usaha sektor pertanian pada triwulan laporan mencatatkan nilai (nol), menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,29. Ekspektasi kegiatan usaha sektor pertanian di Maluku ke depan meningkat dibandingkan ekspektasi pada triwulan sebelumnya, yakni dari skor -28,57 menjadi 16,67. Mencermati subsektor perkebunan, data PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah, menunjukkan produksi karet pada triwulan laporan tercatat mencapai 234,47 ton atau tumbuh sebesar 37,54% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 3,15% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan produksi karet mencapai -2,71% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar 64,51% (q.t.q). Grafik I.26 Produksi Karet di PTPN Amahai, Maluku Tengah Grafik I.27 Produksi Kopra di PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah Produksi Karet (kg) Pertumbuhan y.o.y - sumbu kanan (%) Produksi Perkebunan Kopra (kg) Pertumbuhan y.o.y - sumbu kanan (%) ,475 5% 37.54% 4% 3% 234,472 2% 1% ,31 15% 1% 139,6135% % % -1% -2% -3% % -8.93% % -5% Sumber: PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah; diolah -4% % Sumber: PTPN XIV Amahai, Maluku Tengah; diolah Di sisi lain subsektor perkebunan, terdapat produksi kopra yang mencapai 139,61 ton atau mengalami kontraksi sebesar 8,93 % (y.o.y), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yang juga terkontraksi sebesar 33,84% (y.o.y). Percepatan pertumbuhan produksi kopra ini ditengarai terkait dengan tingginya curah hujan belakangan ini. Musim hujan diperkirakan mendorong produktivitas kopra sehubungan dengan kualitas kelapa yang meningkat karena pohon kelapa mendapatkan air hujan yang baik untuk mendukung pembentukan buah-buah kelapa baru. Dibandingkan dengan produksi karet, produksi kelapa relatif mudah perihal peremajaan pohon karena memiliki waktu tanam yang relatif singkat. 27

36 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan produksi kopra pada triwulan laporan menunjukkan tren perningkatan. Produksi kopra mencatatkan pertumbuhan positif sebesar 22,82% (q.t.q), jauh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tumbuh terkontraksi sebesar 42,95% (q.t.q). Pertumbuhan yang meningkat pada produksi karet disebabkan dengan kondisi cuaca yang mendukung dengan tingkat hujan yang sudah mulai berkurang di bulan Agustus dan September. Penyadapan getah karet tidak dapat dilakukan ketika hari hujan karena getah akan bercampur dengan air hujan, sehingga datangnya cuaca yang panas sangat mendukung kenaikan produksi di perkebunan karet yang berada di Maluku Tengah. Melambatnya laju pertumbuhan tahunan maupun Grafik I.28 Produksi Ikan di Pelabuhan Kota Ambon dan Kota Tual triwulanan sektor pertanian dikonfirmasi oleh subsektor perikanan. Produksi ikan di Maluku pada triwulan 3 25 Produksi Ikan (Ton) Pertumbuhan Produksi Ikan (y.o.y) - % sumbu kanan 6% 5% 4% laporan tercatat mencapai ton atau tumbuh sebesar 6,782% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 15,8% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, produksi ikan di Maluku terkontraksi hingga 25,21% (q.t.q), jauh lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi % 6.72% -1% -2% -3% % Sumber: Pelabuhan Ikan Kota Ambon dan Kota Tual, Provinsi Maluku; diolah 3% 2% 1% % Grafik I.29 Kredit Sektor Pertanian di Perbankan Provinsi Maluku sebesar 2,61% (q.t.q). Menurunnya pertumbuhan produksi ikan di Maluku, baik secara triwulanan maupun tahunan, Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan 9 5% % % 3% % 2% 4 1% 3 % 2 1-1% -2% Sumber: Bank Indonesia disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak bersahabat untuk melakukan aktivitas melaut, serta kenaikan harga BBM bersubsidi dan kenaikan harga bahan makanan menyebabkan biaya operasional melaut meningkat dan menurunkan kapasitas produksi terpakai subsektor perikanan. Kredit sektor pertanian pada triwulan III-213 mencapai Rp77,39 miliar 28

37 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 atau tumbuh sebesar 26,27% (y.o.y), meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,95% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan kredit perbankan ke sektor pertanian pada triwulan kajian dilaporkan sebesar 8,4% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 15,7% (q.t.q). Tren percepatan pada pertumbuhan tahunan dan tren tumbuh positif pada pertumbuhan triwulanan pada kredit perbankan di sektor pertanian menunjukkan perbankan yang semakin percaya terhadap sektor tersebut, terlebih didukung dengan munculnya skim khusus kredit pertanian yang meminimalkan risiko bagi perbankan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor PHR di Provinsi Maluku memperlihatkan tren tahunan yang melambat dengan tren triwulanan yang meningkat. Pertumbuhan sektor PHR pada triwulan laporan tercatat sebesar 6,9% (y.o.y), lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 1,27% (y.o.y). Secara triwulanan, pertumbuhan sektor PHR mencapai 3,93% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatat kenaikan sebesar 1,87% (q.t.q). Grafik I.3 Tingkat Penghunian Kamar Hotel di Prov. Maluku Grafik I.31 Kegiatan Usaha Sektor PHR di Prov. Maluku Jumlah Tamu (orang) Pertumbuhan Jumlah Tamu (y.o.y) - % sumbu kanan Tingkat Penghunian Kamar (%) - sumbu kanan Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Laju yang melambat pada pertumbuhan tahunan sektor PHR di Maluku dikonfirmasi dengan indeks kegiatan usaha sektor PHR. Survei menunjukkan bahwa indeks kegiatan usaha sektor PHR mencapai 16,67 di triwulan laporan, menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 3,77. Sedangkan, secara triwulanan, laju yang meningkat pada pertumbuhan sektor PHR tidak diperkuat dengan persepsi dunia usaha PHR terhadap kegiatan usaha PHR di Maluku sebab indeks kegiatan usaha di triwulan laporan lebih rendah dariapada triwulan sebelumnya sebesar 17,39. Hal ini 29

38 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 menunjukkan bahwa pertumbuhan positif sektor PHR di Provinsi Maluku pada triwulan III-213 lebih didorong dari sisi permintaan atau konsumsi masyarakat daripada sisi penawaran dari dunia usaha. Tingginya permintaan rumah tangga terhadap sektor PHR ditegaskan dengan laju yang meningkat pada pertumbuhan Tingkat Penghunian Kamar hotel (TPK) di Maluku. TPK Provinsi Maluku pada akhir triwulan laporan (bulan September 213) mencapai 46,46%, jauh meningkat dibandingkan TPK tahun sebelumnya sebesar 3,95%. Kondisi yang menguat di subsektor hotel ini juga didukung dengan peningkatan laju pertumbuhan jumlah tamu hotel, dimana pada triwulan laporan jumlah tamu hotel menyentuh angka orang, atau tumbuh sebesar 44,39% (y.o.y), jauh lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 19,53% (y.o.y). Meningkatnya permintaan terhadap subsektor hotel didorong oleh momentum Hari Raya Idul Fitri 1434 H di saat masyarakat melakukan kegiatan pulang kampung dan acara-acara khusus seperti Darwin-Ambon Yacht Race 213 (Agustus), Seminar Rempah Internasional 213 (Agustus) dan Festival Pesta Teluk (September). Selebihnya, kunjungan dengan kepentingan dinas maupun pariwisata juga mendorong pertumbuhan yang positif di sektor PHR Maluku. Grafik I.32 Arus Bongkar Muat di Pelabuhan Yos Sudarso, Ambon Grafik I.33 Kredit Sektor PHR di Perbankan Provinsi Maluku 25 2 Bongkar (ton) Muat (ton) Bongkar Muat (ton) Pertumbuhan Bongkar Muat y.o.y (%) - sumbu kanan % Kredit Sektor PHR (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan 7% % % % 32.47% % % 3% 2% 1% Sumber: Pelindo IV Kota Ambon; diolah Sumber: Bank Indonesia % Di sisi lain, yaitu subsektor perdagangan, perlambatan pertumbuhan tahunan sektor PHR terkonfirmasi dengan perlambatan pertumbuhan tahunan arus bongkar muat barang di Pelabuhan Yos Sudarso. Volume bongkar muat barang pada triwulan laporan mencapai ton atau terkontraksi sebesar 9,3% (y.o.y), lebih rendah daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 2,72% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan bongkar muat barang tumbuh terkontraksi sebesar 1,49% (q.t.q), menurun 3

39 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 dibandingkan triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi sebesar 5,29% (q.t.q). Melemahnya pertumbuhan trafik bongkar muat barang di Pelabuhan Yos Sudarso dipicu oleh faktor cuaca yang tidak mendukunga turunnya hujan yang berkepanjangan untuk melakukan aktivitas bongkar muat oleh Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM). Di sisi pembiayaan, pertumbuhan tahunan kredit yang disalurkan perbankan kepada sektor PHR mengalami peningkatan, sedangkan tren sebaliknya dialami oleh pertumbuhan triwulanannya. Pada triwulan III-213, kredit sektor PHR mencapai Rp1,61 triliun atau tumbuh positif sebesar 32,47% (y.o.y), lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,32% (y.o.y). Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan tahunan kredit sektor PHR tidak mengonfirmasi perlambatan pertumbuhan tahunan PDRB riil sektor PHR sehingga ditengarai kredit sektor PHR sebagian besar diinvestasikan untuk kegiatan usaha di triwulan mendatang. Kepercayaan investasi dunia usaha di sektor PHR Maluku di triwulan mendatang diperkirakan meningkat sebab indeks ekspektasi kegiatan usaha tersebut meningkat, dari skor 32,61 di triwulan sebelumnya menjadi 44,44 di triwulan laporan. Kondisi kredit sektor PHR masih tertahan karena dunia usaha masih menunggu hingga triwulan mendatang untuk meningkatkan kapasitas produksi, seperti ditegaskan oleh laju yang melambat pada pertumbuhan kredit sektor PHR, dimana pada triwulan laporan tercatat kenaikan kredit sektor tersebut sebesar 8,41% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 13,79% (q.t.q) Sektor Jasa-Jasa Sektor jasa-jasa pada triwulan laporan melaju melambat secara tahunan namun meningkat secara triwulanan. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 4,7% (y.o.y), lebih rendah daripada tahun sebelumnya dengan kenaikan sebesar 9,2% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan sektor ini tercatat positif pada level 5,16% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,73% (q.t.q). Melambatnya tren pertumbuhan tahunan sektor jasa-jasa Maluku melaju searah dengan tren pertumbuhan belanja Pemda Maluku. Belanja APBN di triwulan laporan tercatat mencapai Rp1,49 triliun, atau tumbuh sebesar -,81% (y.o.y, jauh menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh mencapai 21,6% (y.o.y). Melambatnya belanja APBN ini ditengarai oleh penundaan pengerjaan beberapa proyek akibat masalah di lapangan dan kontraktor, proses tender yang belum selesai, masalah yang timbul akibat faktor cuaca ekstrim, maupun masalah terkait risiko pasar yang disebabkan depresiasi nilai rupiah terhadap dolar. 31

40 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Peningkatan laju pertumbuhan belanja APBD memperkuat tren pertumbuhan sektor jasa-jasa yang meningkat secara triwulanan. Belanja di dalam APBD mengalami tren yang meningkat, yang mencapai Rp 388,95 miliar, atau naik sebesar 31,54% (y.o.y), lebih tinggi daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,1% (y.o.y). Secara triwulanan, belanja APBD tumbuh sebesar 15,31% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang naik sebesar 3,79% (q.t.q). Penguatan belanja APBD di triwulan laporan didorong oleh tren tahunan dan triwulanan yang meningkat belanja pegawai. Belanja pegawai di dalam komponen belanja tidak langsung APBD triwulan laporan mencapai Rp13,51 miliar atau tumbuh sebesar 3,19% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 12,85% (q.t.q). Meningkatnya belanja pegawai ini dipicu oleh turunnya gaji ke-13 PNS menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1434H. Grafik I.34 Perkembangan Belanja dalam APBD Provinsi Maluku Grafik I.35 Perkembangan Belanja dalam APBN Provinsi Maluku 6 Belanja Tidak Langsung (Rp Juta) Belanja Langsung (Rp Juta) Belanja Total (Rp Juta) Pertumbuhan Belanja APBD (y.o.y) - % sumbu kanan 9% Belanja Barang (Rp Juta) Belanja Modal (Rp Juta) Belanja Bantuan Sosial (Rp Juta) Belanja Lain-Lain (Rp Juta) Belanja Total (Rp Juta) Pertumbuhan Belanja APBN (y.o.y) - % sumbu kanan 35 35% 8% 5 3 3% 7% 25% % % 2% % 2 15% 31.54% 4% % 2 3% 5% % 2% % % 1% 5-5% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah % Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Negara Provinsi Maluku; diolah -1% Dengan demikian, jasa pemerintahan umum dan pertahanan masih menjadi penggerak utama sektor jasa-jasa di Provinsi Maluku. Jasa swasta atau rumah tangga, seperti jasa sosial kemasyarakatan, hiburan dan rekreasi, perorangan rumah tangga, berkontribusi secara meningkat seiring dengan meningkatnya kredit jasa sosial yang disalurkan perbankan Maluku, namun belum signifikan bila dibandingkan dengan kosntribusi jasa pemerintahan Sektor Angkutan & Komunikasi Tren percepatan terjadi pada pertumbuhan triwulanan sektor angkutan dan komunikasi sedangkan pertumbuhan tahunan mengalami perlambatan. Pada triwulan ketiga tahun 213, pertumbuhan sektor angkutan dan komunikasi mencatatkan pertumbuhan 32

41 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 positif 6,17% (y.o.y, lebih rendah daripada tahun sebelumnya sebesar 8,11% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, tumbuh positif 3,45% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,12% (q.t.q). Grafik I.36 Perkembangan Tamu Asing Menginap di Hotep di Prov. Maluku Grafik I.37 Kegiatan Usaha Sektor Angkutan & Komunikasi di Prov. Maluku Jumlah Tamu Asing Menginap (orang) Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Pertumbuhan Tamu Asing (y.o.y) - % sumbu kanan 14 9% 8% % 7% 1 6% 5% 8 4% 6 3% 2% % 1% % % -2% Sumber: BPS Provinsi Maluku; diolah Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Pertumbuhan subsektor angkutan diperkuat dengan meningkatnya pertumbuhan tahunan dan triwulanan tamu asing yang menginap di hotel di Maluku. Hal ini mengonfirmasi kedatangan tamu asing yang meningkat di Provinsi Maluku. Jumlah tamu asing yang menginap di hotel pada triwulan laporan mencapai orang, melonjak sebesar 79,61% (y.o.y), jauh meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 711 orang atau naik sebesar 3,95% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, tamu asing yang menginap di hotel tumbuh sebesar 142,78% (q.t.q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar,1% (y.o.y). Meningkatnya pertumbuhan penggunaan transportasi oleh orang asing sehubungan dengan pesona alam Maluku yang indah sebagai obyek pariwisata dan diselenggarakannya kegiatan-kegiatan khusus yang bersifat internasional, seperti: Darwin-Ambon Yacht Race 213 dan Seminar Rempah Internasional 213. Pertumbuhan positif yang disertai dengan tren triwulanan yang meningkat pada sektor angkutan dan komunikasi berkorelasi dengan indeks realisasi kegiatan usaha. Di triwulan III-213, realisasi kegiatan usaha sektor angkutan dan komunikasi di Maluku mencatatkan skor 5, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 11,11. Meningkatnya pertumbuhan sektor ini dipengaruhi oleh tingginya penggunaan jasa angkutan dan komunikasi sewaktu Hari Raya Idul Fitri 1434 H, baik angkutan untuk melakukan kegiatan pulang kampung maupun komunikasi untuk menyampaikan ucapan selamat hari raya. Lebih 33

42 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 lanjut, tren triwulanan yang meningkat di sektor ini ditegaskan dengan tren triwulanan yang meningkat pada trafik penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso dari kontraksi 16,15% (q.t.q) meningkat manjadi pertumbuhan 45,98% (q.t.q). Grafik I.38 Arus Penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, Kota Ambon Grafik I.39 Kredit Sektor Angkutan & Komunikasi di Perbankan Provinsi Maluku Penumpang Naik Penumpang Turun Total Penumpang Pertumbuhan Total Penumpang y.o.y (%) - sumbu kanan % Sumber: Pelindo IV Kota Ambon; diolah % % 5% 4% 3% 2% 1% % -1.57% -1% -2% Kredit Sektor Angkutan dan Komunikasi (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 45% % 33.19% 35% % 6 25% 5 2% 4 15% 3 1% 5% 2 % 1-5% -1% Sumber: Bank Indonesia Laju yang melambat pada tren tahunan sektor angkutan dan komunikasi perlu dicermati sebab tidak sejalan dengan realisasi dunia usaha di sektor tersebut. Menurut indeks realisasi kegiatan usaha, skor di triwulan III-213 (sebesar 5) lebih tinggi daripada skor di triwulan III-212 (sebesar 33,33). Faktor penarik ke bawah laju pertumbuhan tahunan sektor ini adalah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi pada akhir bulan Juni dan faktor cuaca ekstrim yang menghambat jalannya sarana transporatasi dan sambungan komunikasi sehingga menyebabkan turunnya keyakinan masyarakat untuk melakukan konsumsi barang dan jasa di sektor ini. Melambatnya pertumbuhan tahunan sektor ini lebih dipengaruhi oleh faktor permintaan karena faktor penawaran masih memperlihatkan realisasi kegiatan usaha yang meningkat secara tahunan dan ekspektasi kegiatan usaha yang meningkat di triwulan mendatang. Kondisi ini dikonfirmasi lebih lanjut dengan menurunnya pertumbuhan dan jumlah arus penumpang di Pelabuhan Yos Sudarso, yang memperlihatkan penurunan permintaan terhadap sektor transportasi. Total trafik penumpang (embarkasi dan dembarkasi) pada triwulan laporan mencapai orang, dengan rincian orang embarkasi (- 12,2 (y.o.y)) dan dembarkasi (-8,97% (y.o.y)). Total trafik terkontraksi sebesar 1,57 (y.o.y), jauh menurun dibandingkan pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 39,4% (y.o.y), dimana jumlah trafik tahun lalu mencapai orang. 34

43 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Persepsi dunia usaha terhadap kegiatan usaha sektor angkutan dan komunikasi di triwulan mendatang meningkat. Indeks ekspektasi kegiatan usaha di sektor angkutan dan komunikasi mencapai 62,5, meningkat dibandingkan ekspektasi triwulan sebelumnya terhdap triwulan sekarang yang tercatat sebesar 33,33 maupun tahun sebelumnya sebesar 53,33. Mencermati sisi pembiayaan, pertumbuhan kredit sektor ini masih tertahan di triwulan laporan sebab melaju lambat secara tahunan dan triwulanan. Kredit mencapai Rp78,51 miliar atau tumbuh positif 33,19% (y.o.y), lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 39,77% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, kredit tumbuh 4,23% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 16,21% (q.t.q). Dunia usaha sektor ini diduga masih sedikit menahan ekspansi bisnis di triwulan laporan sehingga pertumbuhan tahunan sektor ini pun melambat. Sektor ini diperkirakan akan tumbuh positif di triwulan mendatang dengan dilakukannya realisasi investasi menggunakan kredit investasi dari perbankan Sektor Bangunan Sektor bangunan di Provinsi Maluku mencatatkan tren percepatan pada pertumbuhan tahunan dan tren serupa pada pertumbuhan triwulanan. Pertumbuhan tahunan sektor bangunan berjalan optimal sebesar 11,22% (y.o.y), lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,82% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan sebesar 4,86%% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami pertumbuhan sebesar 3,97% (q.t.q). Pertumbuhan Grafik I.4 Kegiatan Usaha Sektor Bangunan di Prov. Maluku triwulanan yang meningkat didukung dengan indeks realisasi kegiatan usaha di triwulan laporan yang mencapai 42,86, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar -33,33. Tren pertumbuhan tahunan yang meningkat di sektor bangunan tidak dinilai serupa oleh dunia usaha di Maluku. Indeks realisasi usaha sektor bangunan di triwulan laporan (45,36) lebih rendah daripada tahun sebelumnya (5), namun sektor bangunan di Maluku mencatatkan pertumbuhan tahunan tertinggi di antara sektor-sektor lainnya. Mecermati kondisi demikian, terdapat faktor penarik ke atas pertumbuhan sektor bangunan di Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia

44 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 triwulan laporan, yaitu kebutuhan yang meningkat akan barang bangunan guna rekonstruksi paska bencana banjir dan longsor di beberapa daerah di Maluku. Satu hal yang perlu dicermati adalah tren pertumbuhan realisasi pengadaan semen yang menurun di tengah meningkatnya laju pertumbuhan sektor konstruksi. Realisasi pengadaan semen di Maluku pada triwulan laporan masih tertahan oleh penundaan beberapa proyek besar Pemerintah, seperti Jembatan Merah Putih dan PLTU Waai, terkait permasalahan lahan, penggantian kontraktor, terlambatnya barang modal tiba di Maluku dan utamanya adalah faktor musim hujan yang berkepanjangan di Maluku. Pengadaan semen yang terealisasi selama triwulan III-213 mencapai 6.53 ton, mengalami kontraksi sebesar 16,44% (y.o.y), lebih rendah daripada tahun sebelumnya yang mencapai 58,86% (y.o.y). Secara triwulanan, pengadaan semen juga tumbuh terkontraksi sebesar 26,2% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 18,79% (q.t.q). Grafik I.41 Realisasi Pengadaan Semen di Provinsi Maluku Grafik I.42 Kredit Sektor Bangunan di Perbankan Provinsi Maluku Realisasi Pengadaan Semen Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 7% 6% 1 5% 4% % 653 2% 6 1% 4 % %-1% 2-2% -3% -4% Sumber: Asosiasi Semen Indonesia; diolah Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 35 4% 3 3.4% 3% % % 1% % 5-1% Sumber: Bank Indonesia Melambatnya pertumbuhan pengadaan semen di Maluku dikonfirmasi dengan tren yang melambat pada pertumbuhan kredit perbankan di sektor bangunan. Kredit sektor bangunan mencapai Rp378,19 miliar atau tumbuh positif sebesar 4,48% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,4% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan kredit sektor bangunan sebesar 14,4% (q.t.q), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencatatkan kenaikan 18,97% (q.t.q). Pihak swasta diperkirakan masih menahan realisasi kerja di sektor bangunan sehubungan dengan ekspektasi yang buruk terhadap triwulan laporan, ditunjukkan dengan indeks ekspektasi kegiatan usaha di triwulan sebelumnya sebesar -33,33. Keputusan swasta 36

45 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 menahan realisasi usaha diperkirakan terkait dengan faktor cuaca ekstrim yang tidak mendukung untuk kegiatan bangunan dan melemahnya nilai rupiah yang berdampak pada semakin mahalnya barang modal yang sebagian besar masih diimpor. Namun, dunia usaha diperhitungkan akan melepas realisasi usahanya di triwulan mendatang dan semakin mendorong pertumbuhan sektor bangunan. Hal ini didukung dengan meningkatnya ekspektasi dunia usaha di sektor bangunan mendatang, dari - 33,33 di triwulan sebelumnya menjadi 42,86 di triwulan laporan. Faktor yang akan menjadi penarik ke atas sektor bangunan adalah faktor cuaca yang membaik dan mendukung untuk merealisasikan kegiatan bangunan dan realisasi belanja pemerintah untuk melanjutkan beberapa proyek yang sempat tertunda. Proyek-proyek swasta, seperti kompleks perumahan (Ciputra dan Bliss Village), hotel (Victoria Park), pusat berbelanjaan (Maluku City Mall), pertokoan dan gedung perkantoran, akan kembali bergairah dan berkontribusi pada peningkatan sektor bangunan ke depan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) Pada triwulan III-213, pertumbuhan tahunan sektor LGA Provinsi Maluku mengalami perlambatan sedangkan triwulanannya mencatatkan tren sebaliknya. Sektor LGA tumbuh positif 4,14% (y.o.y), lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 6,89% (y.o.y). Secara triwulanan, pertumbuhan sektor LGA dilaporkan sebesar 1,8% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh positif sebesar,94% (q.t.q). Laju yang melambat pada pertumbuhan tahunan sektor LGA dikonfirmasi dengan melambatnya tren pertumbuhan konsumsi listrik di Maluku. Konsumsi listrik di Maluku di triwulan laporan mencapai 114,7 MWh, atau tumbuh sebesar 14,73% (y.o.y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh positif 23,67% (y.o.y). Namun, pertumbuhan triwulanan konsumsi listrik tidak dapat mengonfirmasi tren peningkatan pertumbuhan triwulanan sektor LGA, dimana pertumbuhan triwulanan konsumsi listrik sebesar,23% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 1,89% (q.t.q). Hal ini mengindikasikan bahwa percepatan pertumbuhan sektor LGA secara triwulanan didorong oleh subsektor non-listrik, yaitu subsektor gas dan air bersih. Subsektor air bersih meningkat sehubungan dengan kebutuhan air bersih yang meningkat saat kondisi banjir 37

46 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Grafik I.43 Konsumsi Listrik di Provinsi Maluku Grafik I.44 Kredit Sektor LGA di Perbankan Provinsi Maluku Konsumsi Listrik (per MWh) Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % 25 8% % 3% 25% 2% 14.73% 15% 1% 5% % % 6% 5% 4% 3% 2 % -5% % 2% 1% -1% % Sumber: PT. PLN Wilayah Maluku dan Sumber: Bank Indonesia Maluku Utara; diolah dan longsor di beberapa tempat di Maluku. Bahkan, krisis air bersih sempat menghampiri korban jebolnya bendungan Way Ela di Negeri Sembilan. Sedangkan, subsektor gas meningkat di tengah kebutuhan memasak yang meningkat ketika bencana dan sewaktu hari-hari perayaan, seperti: Hari Raya Idul Fitri 1434H dan Hari Proklamasi Kemerdekaan RI. Meningkatnya pertumbuhan triwulanan sektor LGA di Maluku dijelaskan dengan meningkatnya kapasitas produksi terpakai pada triwulan laporan. Kapasitas produksi terpakai sektor LGA mencapai 51,25, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 45,88. Bahkan, sektor LGA mampu berkinerja penuh (full capacity utilisation) dengan memakai secara efisien seluruh faktor produksi yang tersedia, dimana kapasitas produksi terpakai (51,25) sama dengan kapasitas produksi normal (51,25). Sementara itu, indeks realisasi kegiatan usaha sektor LGA di Maluku pada triwulan laporan tercatat sebesar 75, sama dengan indeks triwulan sebelumnya. Faktor terkait hal ini adalah dunia usaha sudah melonggarkan keputusan untuk menahan kegiatan usaha di triwulan laporan, ditunjukkan dengan pertumbuhan triwulanan yang meningkat di sektor LGA, meskipun masih tumbuh terkontraksi. Secara triwulanan, pertumbuhan pembiayaan sektor LGA mengalami kontraksi sebesar 4,29% (q.t.q), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang juga terkontraksi sebesar 16,52% (q.t.q). Melambatnya pertumbuhan tahunan sektor LGA di Maluku dipengaruhi keputusan dunia usaha untuk menahan kegiatan usahanya di triwulan III-213. Indeks ekspektasi kegiatan usaha pada triwulan sebelumnya sebesar 62,5, lebih rendah daripada realisasi kegiatan usaha di triwulan tersebut, yang berarti, dunia usaha memprediksi 38

47 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Grafik I.45 Kapasitas Produksi Sektor LGA di Prov. Maluku Grafik I.46 Kegiatan Usaha Sektor LGA di Prov. Maluku Kapasitas Produksi Terpakai Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Kapasitas Produksi Normal Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Bank Indonesia bahwa kegiatan usahanya di triwulan III-213 tidak akan tumbuh sepesat triwulan II-213. Hal ini dikonfirmasi dari segi pembiayaan, dimana kredit sektor LGA di perbankan Maluku mencapai jumlah Rp15,62 miliar atau tumbuh sebesar 5,59% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 57,72% (y.o.y). Pertumbuhan tahunan yang melambat dan pertumbuhan triwulanan yang terkontraksi pada pembiayaan sektor LGA menegaskan keputusan dunia usaha untuk menahan kegiatan usaha di triwulan laporan, namun sudah sedikit longgar dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit sektor LGA di perbankan Provinsi Maluku sebagian besar disalurkan kepada usaha air bersih. Ekspektasi dunia usaha terhadap sektor LGA di triwulan mendatang dilaporkan meningkat menurut indeks ekspektasi kegiatan usaha. Indeks kegiatan usaha meningkat dari 62,5 menurut survei triwulan II-213 menjadi 75 menurut survei triwulan III-213. Namun, adanya keputusan Pemerintah untuk menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL) per Oktober 213 akan menjadi risiko penarik ke bawah (downside risk) pertumbuhan sektor ini di triwulan mendatang. Sebagai informasi, kenaikan TDL telah diberlakukan pada awal tahun 213, dimana kenaikan sebesar 15% dikhususkan bagi konsumen listrik berdaya mulai dari 1.3 VA yang didominasi penggunaannya oleh kalangan industri dan bisnis. PT. PLN (Persero) menetapkan penyesuaian TDL secara bertahap pada tiap awal triwulan tahun 213. Kenaikan TDL ini diperkirakan akan menurunkan tingkat permintaan dari kalangan konsumen dan tingkat penawaran dari kalangan dunia usaha, terutama dari sektor industri. 39

48 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III Sektor Pertambangan & Penggalian Pada triwulan III-213, tren percepatan menyertai pertumbuhan triwulanan sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Maluku, sedangkan tren sebaliknya menghinggapi pertumbuhan tahunannya. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh positif sebesar 4,31% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi hingga 2,87% (q.t.q). Pertumbuhan tahunan sektor tercatat sebesar 4,78% (y.o.y), lebih rendah daripada periode yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh mencapai 6,45% (y.o.y) Grafik I.47 Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian di Perbankan Provinsi Maluku Kredit Sektor Pertambangan dan Penggalian (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan Sumber: Bank Indonesia % 2.8 II III IV I II III IV I II III % 8% 6% 4% 2% % % -2% -4% -6% -8% -1% Meningkatnya laju pertumbuhan triwulanan dan melambatnya tren pertumbuhan tahunan terkonfirmasi dengan perkembangan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor pertambangan dan penggalian. Kredit perbankan di sektor ini mencapai Rp 2,8 miliar atau terkontraksi sebesar 34,59% (y.o.y), jauh menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 66,37% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan kredit di sektor ekstraktif bahan tambang dan galian tumbuh sebesar 212,41% (q.t.q), jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi dalam sebesar 68,11% (q.t.q). Sektor pertambangan dan penggalian di Maluku masih mengandalkan bahan galian golongan A, seperti minyak bumi di Seram Bagian Timur dan Blok Marsela (Maluku Barat Daya) dan golongan B, seperti logam dasar (emas, perak dan tembaga) di Pulau Wetar, Romang dan Babar (Maluku Barat Daya), pasir besi di Pulau Luang, Sermatang dan Romang (Maluku Barat Daya) dan nikel di Seram Bagian Barat. Pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian di Provinsi Maluku masih bertumpu pada bahan galian golongan C, yaitu batu dan pasir Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Pertumbuhan tahunan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan laporan mencatatkan tren perlambatan, sedangkan tren sebaliknya dialami oleh pertumbuhan triwulanannya. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tumbuh 3,55% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4

49 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 5,12% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tercatat sebesar 2,97% (q.t.q), lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,37% (q.t.q). Grafik I.48 Kredit Sektor Jasa Perusahaan di Perbankan Provinsi Maluku Grafik I.49 Kegiatan Usaha Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan di Prov. Maluku Kredit Sektor Jasa Perusahaan (Rp miliar) Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % % % % 1% 8% 6% 4% 2% Sumber: Bank Indonesia % Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Melambatnya laju pertumbuhan tahunan dan meningkatnya laju pertumbuhan triwulanan pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan diperkuat dengan realisasi kegiatan usaha pada triwulan laporan. Menurut Survei Kegiatan Dunia Usaha, realisasi kegiatan usaha mencatatkan skor 44,44, menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 5, yang menegaskan melambatnya laju pertumbuhan tahunan sektor tersebut. Di sisi triwulanannya, realisasi kegiatan usaha mengalami peningkatan, dari skor 22,22 di triwulan II-213 menjadi 44,44 di triwulan III-213. Pertumbuhan tahunan aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang melambat di perbankan Maluku juga menegaskan kembali tren perlambatan pada pertumbuhan tahunan dan tren peningkatan pada perutumbuhan triwulanan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Grafik I.5 Perkembangan Aset, DPK dan Kredit Perbankan di Provinsi Maluku Aset (Rp miliar) DPK (Rp miliar) Kredit (Rp miliar) Pertumbuhan Aset (y.o.y) - % sumbu kanan Pertumbuhan DPK (y.o.y) - % sumbu kanan Pertumbuhan Kredit (y.o.y) - % sumbu kanan Sumber: Bank Indonesia % % % % 14.81% 1.58% % 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 41

50 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Perlu dicermati laju pertumbuhan tahunan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan yang meningkat tidak mengonfirmasi melambatnya pertumbuhan tahunan sektor ini. Dari segi pembiayaan, kredit perbankan sektor jasa perusahaan di triwulan laporan mencapai Rp26,34 miliar atau tumbuh sebesar 115,19% (y.o.y), meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 17,6% (y.o.y). Hal ini mengindikasikan dunia usaha di triwulan laporan melakukan ekspansi kegiatan usaha secara besar-besaran. Namun, pertumbuhan tahunan sektor tertarik ke bawah oleh sisi permintaan, salah satunya dapat dijelaskan, bahwa pertumbuhan tahunan konsumen pengguna jasa keuangan menurun dilihat dari penempatan Dana Pihak Ketiga (DPK) di perbankan Maluku. Ekspektasi kegiatan usaha di sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan meningkat. Indeks ekspektasi kegiatan usaha meningkat dari 22,22 di triwulan II-213 menjadi 44,44 di triwulan III-213, yang berarti, dunia usaha secara optimis melihat kegiatan usahanya tumbuh meningkat di triwulan IV-213. Namun, diperkirakan tidak akan setinggi triwulan IV Di samping pemain utama sektor ini, yakni industri perbankan, sektor jasa perusahaan di Provinsi Maluku didukung dengan berkembangnya usaha jasa sederhana yang berkontribusi cukup besar dan jasa real estaste yang berkontribusi secara meningkat Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan pada triwulan laporan mengalami perlambatan, tren sebaliknya dicatatkan oleh pertumbuhan triwulanannya. Pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan tercatat sebesar 6,93% (y.o.y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 9,32% (y.o.y). Secara triwulanan, sektor industri pengolahan tumbuh positif sebesar 5,16% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencatatkan kontraksi 4,5% (q.t.q). Meningkatnya pertumbuhan triwulanan sektor industri pengolahan dikonfirmasi dengan meningkatnya kapasitas produksi terpakai. Kapasitas produksi terpakai sektor ini pada triwulan laporan tercatat sebesar 5,75, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 44,9. Dari sis kredit secara triwulanan, kredit di sektor industri pengolahan tumbuh positif 5,76% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang Grafik I.51 Kredit Sektor Industri Pengolahan di Perbankan Provinsi Maluku 42

51 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 terkontraksi hingga 3,52% (q.t.q). Namun, nilai realisasi kegiatan usaha memperlihatkan tren triwulanan yang menurun dari 27,27 di triwulan sebelumnya ke 25 di triwulan laporan. Hal ini menunjukkan bahwa dunia usaha sedang menahan kegiatan usahanya di sektor ini sebab indeks ekspektasi kegiatan usaha triwulan sebelumnya (45,45) lebih rendah daripada triwulan laporan (5). Keputusan Kredit Sektor Industri (Rp miliar) Pertumbuhan y.o.y (%) - sumbu kanan % % % 14% 4 12% 1% 3 8% 2 6% 4% % 2% % Sumber: Bank Indonesia dunia usaha ini dikonfirmasi lebih lanjut dengan melambatnya pertumbuhan tahunan kredit perbankan yang disalurkan kepada sektor industri pengolahan. Kredit di sektor industri pengolahan mencapai Rp55,5 miliar atau tumbuh sebesar 4,25% (y.o.y), jauh lebih rendah Grafik I.52 Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku Grafik I.53 Kapasitas Produksi Terpakai Sektor Industri Pengolahan di Prov. Maluku Realisasi Kegiatan Usaha Ekspektasi Kegiatan Usaha Kapasitas Produksi Terpakai 12 1 Kapasitas Produksi Normal Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha, Bank Indonesia Bank Indonesia dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 139,29% (y.o.y). Sementara itu, laju pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan yang melambat dikonfirmasi dengan menurunnya nilai kapasitas produksi terpakai. Kapasitas produksi terpakai triwulan III-213 sebesar 5,75, menurun dibandingkan triwulan III- 212 sebesar 51,67. Hal ini menegaskan bahwa sektor ini pada triwulan laporan tidak setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya dalam menggunakan faktor-faktor produksi yang tersedia, atau dengan kata lain, sektor ini lebih penuh berproduksi secara efisien di tahun 43

52 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 sebelumnya daripada di triwulan laporan. Konfirmasi lebih lanjut, kapasitas produksi normal triwulan laporan (53,8) pun lebih rendah daripada tahun sebelumnya (53,33). Dunia usaha mempersepsikan kegiatan usaha di triwulan mendatang akan meningkat dibandingkan triwulan laporan. Hal ini didukung dengan naiknya indeks ekspektasi kegiatan usaha dari 45,45 menurut survei triwulan II-213 ke 5 menurut survei triwulan III-213. Sektor industri pengolahan di Provinsi Maluku masih disumbang oleh industri bahan galian bukan logam, tembakau, kayu, kertas, tekstil, sandang dan kulit, serta industri petrokimia dan industri pengolahan makanan. Dengan demikian, sektor industri pengolahan akan terus tumbuh positif di triwulan mendatang, namun tidak akan setinggi triwulan yang sama tahun sebelumnya, diperkirakan berdasarkan indeks ekspektasi kegiatan usaha triwulan III-213 yang menurun dibandingkan triwulan III

53 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 45

54 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 BOKS 1. Konsultan 1 Milyar Di era dunia bisnis tahun 9-an, terkenal sebuah julukan manajer 1 Milyar yang diperuntukkan kepada seorang praktisi bisnis Tanri Abeng. Konon julukan tersebut diberikan karena kepiawainnya dalam mengelola suatu perusahaan. Beberapa dekade berikutnya, julukan serupa muncul kembali di Maluku, Konsultan 1 Milyar, julukan yang diberikan kepada para Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) yang sukses dalam memfasilitasi penyaluran kredit bank kepada para nasabahnya. Secara singkat, KKMB adalah konsultan yang bertugas mendampingi calon debitur untuk berhubungan dengan bank. Dari sekian orang personil KKMB di Maluku, muncul 2 nama yang sangat sukses dalam menjalankan tugas tersebut. Frans Bilung dan Lexi Tuheteru, KKMB binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku (KPw BI Maluku) bekerjasama dengan Pemerintah Provinsi Maluku. Kedua orang konsultan dimaksud telah berhasil memfasilitasi penyaluran kredit kepada debitur (sebagian besar UMKM) hingga mencapai angka milyar rupiah. Angki, panggilan akrab Frans Bilung, dengan wilayah tugas Kota Ambon, telah berhasil membantu penyaluran kredit hingga mencapai angka Rp...untuk berhasil mencapai angka Rp1.44.., dengan debitur sebanyak. Keberhasilan KKMB tersebut bukan semata-mata mencerminkan kesuksesan pribadi KKMB tetapi juga merepresentasikan keberhasilan upaya intermediasi perbankan di Maluku. Perlu menjadi catatan pula, KKMB bukanlah profesi yang berorintasi pada pencapaian profit tertentu, KKMB merupakan aktivitas sosial yang bertujuan membantu UMKM untuk dapat berhubungan dimiliki KKMB ialah membantu UMKM potensial yang belum berhubungan dengan bank agar dapat berhubungan den membantu UMKM harus tertanam di benak para KKMB, tugas ini adalah bentuk kepedulian kita terhadap Sebagian pihak masih ada yang khawatir bahwa KKMB akan menjadi saingan dari petugas resmi bank (account officer). Kekhawatiran tersebut segera ditepis oleh Yomi, account officer dari PT Bank Maluku. Menurut Yomi, eksistensi KKMB justru memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pendataan UMKM yang hendak mengajukan kredit tetapi juga melakukan seleksi awal kelayakan UMKM 46

55 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 mereduksi resiko assymetric information mengingat KKMB mempunyai kedekatan dan lebih mengenal calon debitur. Kunci kesuksesan Angki dan Lexi ialah kemampuannnya untuk mengajukan calon debitur dimiliki KKM, reputasi KKMB diawali dari kemampuan mengajukan debitur berkualitas sehingga Pada tahun 212, Angki bahkan sempat memperoleh tempat khusus di ruang kerja PT Bank Maluku karena manajemen bank daerah tersebut sangat mengapresiasi hasil kinerjanya dalam merekrut calon debitur. Keberhasilan Angki dan Lexi juga tidak terlepas dari binaan teknis secara intensif dari KPw BI Malukuserta dukungan legalisasi pelaksanaan tugas dari Gubernur Maluku. Kedua KKMB tersebut juga sangat aktif dalam menjalin komunikasi dengan perbankan. Dari komunikasi itulah perbankan dapat memperoleh pemetaan yang jelas mengenai para calon debitur potensial. Kunci keberhasilan lain dari Angki dan Lexi adalah kemauannya untuk membimbing dan memberikan arahan kepada calon debitur khususnya UMKM dalam hal peningkatan kualitas usahanya dan hal-hal lain terkait pemenuhan syarat untuk berhubungan dengan bank. Pada akhirnya, kedua konsultan 1 Milyar ini bersuara sama bahwa KKMB adalah pekerjaan ibadah yang dilakukan dengan ikhlas. 47

56 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 48

57 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 BOKS 2. Kisah Logam Rupiah di Wilayah Terluar Indonesia Saumlaki merupakan ibukota Kabupaten Maluku Tenggara Barat (MTB) yang terletak di Pulau Yamdena, kepulauan Tanimbar. Kabupaten yang baru berdiri setelah berpisah dengan Kabupaten Maluku Tenggara di tahun 22 ini dihuni oleh jiwa penduduk yang sebagian besar merupakan nelayan. Meskipun geliat perekonomian di kota ini belum terlalu terlihat, pelabuhan di Saumlaki ternyata sering disandari oleh kapal-kapal dari Australia untuk berwisata dan melihat kerajinan patung kayu yang terkenal di Desa Tumbur. Sebagai salah satu wilayah terluar di Indonesia yang berbatasan langsung dengan benua Australia di sebelah selatan, biaya hidup di Kota Saumlaki ternyata cukup tinggi. Faktor karakteristik wilayah dan struktur pasar yang merupakan importir bahan kebutuhan pokok, terutama dari Surabaya membuat Saumlaki menjadi salah satu kota dengan biaya hidup tertinggi di Provinsi Maluku. Akan tetapi karakteristik dan struktur pasar Saumlaki bukanlah satu-satunya yang patut dicermati terkait tingginya harga-harga di Kota ini. Grafik a. Penggunaan Uang Logam dalam Transaksi Grafik b. Pecahan Uang Logam yang Digunakan dalam Transaksi Tidak Mengguna kan 46% Penggunaan Uang Logam dalam Transaksi Tidak 54% Ya 46% Penggunaan Uang Logam dalam Transaksi Rp5 16% Rp1 38% Berdasarkan survei yang dilakukan oleh KPw BI Prov. Maluku pada awal tahun 213, diketahui bahwa sebenarnya penggunaan uang logam dalam transaksi di kota Saumlaki cukup berimbang (46%), dibanding dengan yang tidak menggunakan uang logam (54%). Survei ini dilakukan setelah adanya dugaan bahwa penggunaan uang logam yang minim di Kota Saumlaki menjadi salah satu penyebab tingginya harga di Saumlaki. Salah satu alasan yang sering dikemukakan oleh masyarakat Saumlaki adalah sulitnya mendapatkan uang kembalian transaksi berupa uang logam, sehingga pembulatan harga ke atas adalah hal yang lumrah terjadi. Kondisi ini bisa diterima, jika melihat pecahan Rp1., menjadi merupakan pecahan uang logam yang paling sering digunakan di Saumlaki (38%). Sebesar 16% diantaranya masih menggunakan uang logam pecahan Rp5, sedangkan 46% sisanya tidak menggunakan uang logam. 49

58 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Grafik c. Tingkat Kebutuhan Uang Logam Sangat butuh Butuh Tidak butuh 1% 8% 6% 4% 2% % Rp1, Rp5 Rp2 Rp1 Rp5 Masih rendahnya penggunaan uang logam dalam transaksi sangat dipengaruhi oleh kebiasaan dan kebutuhan masyarakat di Saumlaki. Sebagaimana wilayah perbatasan lainnya, kecenderungan pemakaian mata uang asing ataupun penetapan tingkat harga yang tinggi merupakan kondisi yang sering ditemui. Sebagai satu-satunya mata uang yang sah, penggunaan logam rupiah di Saumlaki yang masih rendah dipicu oleh kebutuhan uang logam masyarakat maupun dunia usaha yang rendah. Kestabilan harga yang sudah terbentuk sejak lama dan kebiasaan dalam bertransaksi merupakan faktor yang membuat kebutuhan uang logam di Saumlaki cukup rendah (di bawah 5%). Grafik d. Kemudahan Akses Uang Logam Sangat mudah Mudah Sulit Sangat sulit Tidak Tahu 1% 8% 6% 4% 2% % Rp1, Rp5 Rp2 Rp1 Rp5 Grafik e. Penukaran Uang Logam dari Berbagai Sumber Loket bank Kas keliling Bank Indonesia Hasil kembalian transaksi Tidak pernah mendapatkan 1% 8% 6% 4% 2% % Rp1, Rp5 Rp2 Rp1 Rp5 Pada grafik c.terlihat bahwa hanya pecahan Rp1., yang sangat dibutuhkan oleh lebih dari 2% responden survei. Sementara rata-rata sebanyak 12,9% responden mengaku membutuhkan uang logam pecahan Rp5, s.d Rp1., dan sebanyak 79,3% responden mengaku tidak membutuhkan uang logam dalam pecahan tersebut. Kebutuhan uang logam pecahan Rp5,, Rp2,, Rp1, dan Rp5, yang rendah mencerminkan disparitas dan kenaikan harga sesuai dengan nominal pecahan tersebut semakin jarang terjadi. Pada akhirnya, setiap kelipatan kenaikan harga akan mengacu kepada jumlah pecahan yang banyak digunakan dan banyak beredar di Saumlaki, yaitu Rp1.,. Minimnya jumlah uang logam yang beredar di Saumlaki ini cukup mengejutkan, didukung oleh hasil survei dengan responden dunia usaha di Saumlaki yang rata-rata sebanyak 59,9% mengaku tidak tahu ataupun sangat sulit mendapatkan uang logam dengan pecahan yang sesuai dengan kebutuhan usahanya. Rata-rata sebanyak 13,5% responden mengaku sulit mendapatkan pecahan uang logam sesuai kebutuhan, dan 11,3% diantaranya mengaku sangat sulit mendapatkan pecahan uang logam sesuai kebutuhan. 5

59 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Berdasarkan survei, hanya sebesar 19% responden mengaku sangat mudah memperoleh pecahan Rp1., dan sebesar 1,8% responden mengaku sangat mudah memperoleh pecahan Rp5,. Kemudian sebesar 9,3% responden menjawab mudah untuk mendapatkan uang logam pecahan Rp5, s.d Rp1.,. Sulitnya masyarakat dan dunia usaha Saumlaki dalam memperoleh uang logam ini tercermin dari minimnya uang logam yang ditukarkan oleh masyarakat melalui berbagai sumber. Loket Bank Umum menjadi sumber peredaran uang logam terbesar dengan pangsa sebesar 9,2%, diikuti oleh hasil kembalian transaksi perdagangan dan kas keliling Bank Indonesia sebesar 8,6%. Sedangkan sebanyak 8,5% responden mengaku tidak pernah mendapatkan uang logam dari sumber-sumber tesebut. Hal ini menunjukkan kecenderungan masyarakat yang masih belum familiar dan enggan mendapatkan logam dalam transaksi berperan dalam minimnya penggunaan uang logam di Saumlaki. 51

60 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 52

61 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 BAB II INFLASI Laju inflasi Ambon pada triwulan III-213 berada pada level 9,86% (y.o.y), melesat jauh di atas rentang perkiraan sebelumnya sebesar 1,25% 1,75% (y.o.y). Tingkat inflasi Ambon pada triwulan laporan mencatatkan angka yang berada di atas inflasi nasional sebesar 8,4% (y.o.y).berbeda dengan triwulan sebelumnya, laju inflasi pada triwulan III-213 didorong oleh tingginya inflasi volatile foodsebesar 19,8% (y.o.y) dan inflasi administered price sebesar 12,81% (y.o.y) Dari sisi permintaan, kebutuhan masyarakat terhadap barang dan jasa selama triwulan III-213 meningkat saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Adanya cuti bersama dengan total hari libur sebanyak delapan hari turut menambah tekanan inflasi dari sisi permintaan. Turunnya gaji ke-13 PNS/TNI/Polri dan Tunjangan Hari Raya turut meningkatkan permintaan pada pertengahan triwulan III-213. Tekanan terbesar dialami oleh kelompok bahan makanan, utamanya ikan segar, sayuran dan bumbu-bumbuan, serta kelompok jasa transportasi. Memasuki akhir triwulan III-213, permintaan saat kegiatan-kegiatan besar dalam rangka perayaan HUT Kota Ambon tidak terlalu mempengaruhi inflasi, karena inflasi pada pertengahan triwulan laporan sudah terlampau tinggi (high base effect). Dari sisi penawaran, pasokan bahan makanan terutama ikan segar dan sayur-mayur menurun drastis akibat musim hujan yang tiba hingga pertengahan triwulan III-213. Sementara pasokan bawang merah dan bawang putih mulai membaik di akhir triwulan laporan. Faktor lain yang mempengaruhi penawaran adalah meningkatnya seluruh harga akibat kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir triwulan II-213, yang dampaknya langsung terasa memasuki triwulan III-213 hingga pertengahan triwulan III-213. Berbagai dinamika tersebut menyebabkan inflasi triwulanan Ambon menyentuh level 8,1% (q.t.q), jauh meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,37% (q.t.q). Berbagai tekanan dan dinamika pasar yang terjadi di Kota Ambon ini mengatrol inflasi tahunan ke level 9,86% (y.o.y), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 7,7% (y.o.y). 2.1 Perkembangan Inflasi Inflasi Triwulanan Dari perspektif triwulanan, laju inflasi Kota Ambon pada triwulan III-213 mencapai 8,1% (q.t.q), lebih tinggidibanding triwulan sebelumnya sebesar 2,37% (q.t.q), dan jauh lebih tinggi dibandingtahun sebelumnya sebesar -,2% (q.t.q).ditinjau dari kelompok komoditas, 53

62 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 inflasi triwulanan tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan. Tabel II.1 Perkembangan Inflasi Triwulanan (q.t.q) Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 21,74% (q.t.q), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,37% (q.t.q), dan tahun sebelumnya yang hanya sebesar,6% (q.t.q). Sebagaimana triwulan sebelumnya, andil inflasi terbesar pada kelompok bahan makanan bersumber dari ikan layang (ikan segar), cakalang asap, bawang merah, sawi hijau dan kacang panjang (sayuran).peningkatan harga komoditas bahan pangan sangat dipengaruhi oleh minimnya produksi dan suplai saat terjadi puncak permintaan yang bersamaan dengan musim hujan. Kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 9,11% (q.t.q), meningkat dua kali lipat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 4,83% (q.t.q), maupun tahun sebelumnya yang justru mengalami deflasi sebesar -1,6% (q.t.q). Komoditas pada kelompok ini yang memberikan andil cukup signifikan pada inflasi antara lain angkutan dalam kota, angkutan udara, bensin dan sepeda motor. Inflasi pada sektor transportasi selain dipengaruhi oleh harga BBM bersubsidi yang telah naik, juga dipengaruhi oleh peningkatan permintaan saat Hari Raya yang merupakan kondisi seasonal di seluruh Indonesia. Khususangkutan udara, IHK komoditas ini belum mengalami penurunan sejak pertengahan triwulan laporan hingga akhir triwulan laporan dan perlu diwaspadai sebagai level keseimbangan baru tarif angkutan udara Inflasi Tahunan Mencermati pergerakan harga di Kota Ambon dari tahun ke tahun, untuk triwulan III- 213 laju inflasi tahunan Kota Ambon mencapai 9,86% (y.o.y). Angka ini lebih tinggi dibandingkan laju inflasi periode yang sama pada tahun sebelumnya, sebesar 7,7% (y.o.y). Tercatat seluruh kelompok komoditas mengalami inflasi selama triwulan laporan, dengan inflasi tahunan tertinggi pada kelompok bahan makanan dan kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan. 54

63 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Tabel II.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (y.o.y) Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 21,97% (y.o.y), meningkat signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar,8% (y.o.y), dan tahun sebelumnya sebesar 18,29% (y.o.y). Andil inflasi tahunan triwulan III-213 terbesar pada kelompok bahan makanan bersumber dari ikan layang dan ikan selar (ikan segar), cakalang asap, bawang merah dan bayam (sayuran). Peningkatan harga komoditas bahan pangan di tengah minimnya suplai dan tingginya permintaan karena Hari Raya merupakan pola inflasi tahunan pada bahan makanan yang secara umum berulang dari tahun ke tahun. Akan tetapi khusus triwulan III- 213, inflasi tahunan yang tinggi pada pertengahan triwulan laporan membuat inflasi tahunan kelompok bahan makanan yang sedikit menurun di akhir triwulan tidak cukup menekan inflasi pada triwulan III-213. Kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 12,46% (y.o.y), meningkat tajam dibanding triwulan sebelumnya sebesar 1,41% (y.o.y), maupun tahun sebelumnya sebesar 5,19% (y.o.y). Angkutan dalam kota, angkutan antar kota, angkutan udara dan bensin merupakan komoditas dengan andil terbesar dalam pembentukan inflasi tahunan triwulan III-213. Tingginya inflasi pada angkutan dalam dan antar kota, serta bensin dapat dipastikan merupakan dampak langsung dari kenaikan harga BBM bersubsidi. Sementara inflasi pada angkutan udara lebih disebabkan oleh peningkatan permintaan saat Hari Raya yang biasanya dimanfaatkan oleh penyedia jasa angkutan udara untuk memperoleh margin di atas rata-rata.inflasi tahunan pada angkutan udara cenderung terus meningkat pada triwulan III- 213 dengan rata-rata sebesar,77%(y.o.y) Inflasi Kumulatif Secara kumulatif, inflasi Kota Ambon pada triwulan III-213 sebesar 1,87%(y.t.d), hampir dua kali lipat inflasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,7% (y.t.d). Kondisi ini berbeda jauh dibanding kinerja positif pada triwulan I dan II-213 yang sebesar,27%(y.t.d) dan 2,65%(y.t.d). Berbagai macam shock dari dinamika penawaran dan permintaan serta 55

64 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 adanya kebijakan pemerintah menaikkan harga BBM bersubsidi menyebabkan inflasi kumulatif Ambon pada triwulan III-213 melonjak tinggi. Tabel II.3 Perkembangan dan Sumbangan Inflasi Kumulatif (y.t.d) Sebagaimana terjadi pada inflasi triwulanan dan tahunan, kelompok bahan makanan dan kelompok transportasi, komunikasi & jasa keuangan komoditas dengan sumbangan andil terbesar bagi inflasi kumulatif Ambon. Kelompok bahan makanan mengalami inflasi sebesar 27,73% (y.t.d), meningkat tipis dibanding tahun sebelumnya sebesar 26,94% (y.t.d). Pemberi andil inflasi terbesar pada kelompok bahan makanan adalah ikan layang, bawang merah, kangkung, sawi hijau, ikan kembung dan kacang panjang.sebagaimana tahun sebelumnya, menjelang hari raya permintaan bahan makanan selalu meningkat. Akan tetapi hari raya tahun ini yang bertepatan dengan puncak musim hujan dan setelah kenaikan harga BBM bersubsidi mendorong inflasi di Kota Ambon menjadi sangat tinggi. Kondisi tersebut mereda di akhir triwulan, seiring dengan membaiknya pasokan dari sentra produksi serta melimpahnya ikan di akhir musim hujan. Kelompok transport, komunikasi & jasa keuangan mengalami inflasi sebesar 14,49% (y.t.d), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya yang hanya sebesar 1,93% (y.t.d). Komoditas yang memberikan andil cukup signifikan pada inflasi kumulatif kelompok ini antara lainangkutan udara, angkutan dalam kota, bensin, angkutan antar kota dan sepeda motor. Kenaikan tarif angkutan udara sejalan dengan tingginya permintaan menjelang hari raya Idul Fitri, sementara kenaikan tarif angkutan dalam dan antar kota dan bensin lebih dikarenakan kenaikan harga BBM bersubsidi pada 22 Juni Disagregasi Inflasi Laju inflasi Ambon pada triwulan III-213 berada pada level 9,86% (y.o.y), melesat jauh di atas rentang perkiraan sebelumnya sebesar 1,25% 1,75% (y.o.y). Tingkat inflasi Ambon pada triwulan laporan mencatatkan angka yang berada di atas inflasi nasional sebesar 8,4% 56

65 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 (y.o.y). Terhitung inflasi terjadi di seluruh kelompok komoditas baik komoditas inflasi inti, volatile food dan administered price. Inflasi inti Kota Ambon pada triwulan III-213 berada pada level 3,16% (y.o.y), melambat dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,29% (y.o.y). Secara triwulanan, inflasi inti tercatat berada pada level 1,1% (q.t.q), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar,27% (q.t.q). Level inflasi inti yang meningkat dibanding triwulan sebelumnya sejalan dengan pelemahan nilai tukar rupiah dan defisit neraca perdagangan, sehingga mengganggu keseimbangan permintaan dan penawaran di Kota Ambon yang stabil pada triwulan sebelumnya. Grafik II.1 Disagregasi Inflasi Tahunan Kota Ambon Grafik II.2 Disagregasi Inflasi Triwulanan Kota Ambon Pergerakan Harga Emas Perhiasan Komoditas kelompok inti yang mendorong inflasi pada triwulan III-213 antara lain cakalang asap, emas perhiasan dan jasa kesehatan. Inflasi ikan cakalang asap merupakan dampak dari menipisnya pasokan ikan cakalang saat musim hujan (frekuensi penangkapan ikan berkurang). Pelemahan nilai tukar rupiah memicu masyarakat untuk membeli emas sebagai sarana investasi dan hedging, sehingga harga emas perhiasan menguat di akhir triwulan III-213. Faktor downside risks inflasi inti pada triwulan III-213 adalah komoditas gula pasir yang pasokannya terpantau mencukupi, bahkan saat memasuki bulan Ramadhan harga gula pasir di beberapa pasar sempat turun. 57

66 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Secara tahunan, volatile food Kota Ambon pada triwulan III-213 mengalami inflasi sebesar 19,8%(y.o.y) atau mengalami peningkatandibanding inflasi volatile foodtahun sebelumnyasebesar 17,63%(y.o.y). Sedangkan inflasi triwulanan volatile food sebesar 21,5% (q.t.q), meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 3,87% (q.t.q). Secara keseluruhan, memasuki triwulan III-213 tekanan inflasi tahunan dan triwulanan pada volatile food meningkat, dan mencapai puncaknya pada pertengahan triwulan III-213. Faktor utama yang memicu tekanan tersebut adalah merosotnya produksi pangan lokal terutama ikan segar dan sayuran di musim hujan. Kenaikan harga BBM bersubsidi turut mendorong inflasi pada volatile foodakibat meningkatnya biaya produksi dan distribusi baik untuk pasokan lokal maupun impor dari luar pulau. Pergerakan Harga Sayur-Sayuran Pergerakan Harga Ikan Segar Pergerakan Harga Bumbu-Bumbuan Pergerakan Harga Beras Memasuki akhir triwulan III-213, tekanan inflasi volatile food mulai mereda, seiring dengan pasokan yang kembali stabil dan musim hujan yang sudah berakhir. Adapun komoditas yang mendorong inflasi pada volatile food antara lain, ikan layang, ikan cakalang, bawang 58

67 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 merah, kangkung, sawi hijau dan kacang panjang. Deflasi pada komoditas tersebut di akhir triwulan laporan belum mampu mengembalikan inflasi volatile food secara keseluruhan ke level yang lebih rendah. Sementara daging dan telur, komoditas ini hanya mengalami inflasi yang rendah menjelang hari raya Idul Fitri akibat meningkatnya permintaan, namun secara keseluruhan tidak memiliki andil yang besar sebagaimana kota-kota lain di Indonesia. Pergerakan Harga Daging dan Telur Pada triwulan III-213 inflasi administered prices Kota Ambon berada pada level 12,81% (y.o.y), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 5,6% (y.o.y). Lonjakan penumpang pesawat udara saat bulan Ramadhan menjadi pemicu utama inflasi pada komoditas ini. Meskipun demikian, terhitung sejak memasuki triwulan III-213, kenaikan tarif angkutan kota mengawali pergerakan inflasi administered price. Secara triwulanan, inflasi administered prices menyentuh angka 8,82%(q.t.q), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar5,8% (q.t.q). Pada akhir triwulan III-213, tekanan inflasi kelompok administered prices relatif berkurang, seiring dengan berakhirnya perayaan Idul Fitri dan bertambahnya penerbangan ke Ambon yang tercermin dari pergerakan IHK yang stagnan dari pertengahan triwulan.sementara di sektor angkutan kota, sudah bisa diadaptasi dengan baik sejak akhir triwulan III-213, setelah mengalami penyesuaian tarif akibat kenaikan harga BBM bersubsidi. 2.3 Ekspektasi Inflasi Triwulan Mendatang Ekspektasi inflasi pengusaha untuk triwulan II-213 sebesar 5,1% (y.o.y), namun ternyata realisasi inflasi pada triwulan tersebut sebesar 9,86% (y.o.y). Hal ini menandakan bahwa sebenarnya para pengusaha optimis menyikapi datangnya hari raya Idul Fitri yang diharpkan mampu mendorong perkembangan usahanya. Akan tetapi pelemahan nilai tukar rupiah pada triwulan III-213 justru menyebabkan inflasi lebih tinggi dari perkiraan. Kondisi perekonomian yang melemah tercermin dari realisasi inflasi yang berada jauh di atas perkiraan pengusaha. Memasuki triwulan IV-213, para pengusaha memperkirakan inflasi masih cukup tinggi. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) memperlihatkan bahwa ekspektasi pengusaha terhadap inflasi triwulan IV-213 sebesar 5,1% (y.o.y). 59

68 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan III-213 Grafik II.3 Ekspektasi Inflasi Pengusaha Grafik II.4 Ekspektasi Inflasi Masyarakat 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % II III IV IV Inflasi (y.o.y)-sumbu kanan Ekspektasi inflasi pengusaha 3 bulan mendatang Sumber : SKDU KPw BI Provinsi Maluku Masih pada periodeyang sama, hasil Survei Konsumen menunjukkan bahwa ekspektasi inflasi masyarakat umum (konsumen rumah tangga) untuk periode tiga bulan mendatang menunjukkan penurunan.penurunan tersebut tercermin dari Indeks perubahan harga umum 3 bln yad yang menurun dari 169,9 menjadi 161,5. Sementara Indeks perubahan harga umum 6 bln yad juga menurun dari 159,3 menjadi 159,.Rendahnya ekspektasi inflasi masyarakat tersebut ditengarai karena perkiraan cuaca yang kondusif pada akhir triwulan IV-213 serta melimpahnya pasokan ikan pada periode tersebut. Selain itu pola inflasi tahun-tahun sebelumnya yang rendah pada akhir tahun turut mempengaruhi pelemahan ekspektasi konsumen. 6

69 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 61

70 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 BOKS 3. Memahami Perubahan Disagregasi Inflasi Triwulan III-213 Laju inflasi Ambon sampai dengan triwulan III-213 mencapai 9,86% (yoy), meningkat dibanding inflasi tahun sebelumnya sebesar 7,7% (yoy) dan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,7% (yoy). Grafik disagrerasi inflasi tahunan Ambon menunjukkan bahwa pada triwulan III-213 atau tepatnya bulan September 213 inflasi volatile food tercatat sebesar 19,8% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya sebesar 17,63% (yoy). Pada periode yang sama, inflasi administered prices justru meningkat signifikan pada level 12,81% (yoy), lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya pada level 5,6% (yoy). Sedangkan inflasi inti juga meningkat dibanding triwulan sebelumnya pada level 3,16% (yoy), namun melambat dibanding tahun sebelumnya sebesar 3,29% (yoy). Secara umum, inflasi tahunan triwulan III-213 lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya dengan inflasi volatile food dan administered price penjadi faktor penarik inflasi ke atas yang dominan. Kondisi ini berbeda dengan tahun sebelumnya, di mana inflasi pad a administered price tidak terlalu dominan mendorong inflasi. Dampak kenaikan harga BBM bersubsidi terlihat memegang peranan penting dalam terjadinya pergeseran andil inflasi pada administered price. Grafik.a Disagregasi Inflasi Kota Ambon (yoy) % inflasi (yoy) Ambon Administered Price 25. Core Inflation Volatile Food TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Grafik.b Andil Komponen Disagregasi Inflasi Kota Ambon (yoy) % Andil (yoy Administered Price Core Inflation Volatile Food TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Berdasarkan grafik a. di atas, terlihat bahwa Volatile Food (VF) mengalami inflasi yang sangat tinggi pada triwulan III-213, sehingga memiliki andil sangat besar dalam mendorong peningkatan inflasi Kota Ambon secara keseluruhan sebagaimana terlihat pada grafik b. Pada triwulan III-213, terlihat juga bahwa inflasi administered price (AP) yang meningkat ternyata memberikan andil yang sangat besar dalam mendorong tingginya inflasi di kota Ambon. Jika inflasi AP pada triwulan III-213 disebabkan oleh faktor kenaikan harga BBM bersubsidi, maka inflasi VF pada triwulan III-213 disebabkan oleh merosotnya pasokan saat musim hujan, meningkatnya permintaan saat bulan Ramadhan dan Idul Fitri. Pola inflasi yang serupa juga terdapat pada triwulan III-212, saat VF menjadi komoditas dengan 62

71 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 andil inflasi terbesar pada triwulan tersebut. Hanya saja, faktor kenaikan harga BBM bersubsidi pada Juni 213 menyebabkan AP memiliki andil inflasi yang lebih besar dan menjadi faktor dominan pemicu inflasi triwulan III-213 selain VF. Masuknya AP sebagai faktor pendorong inflasi dominan pada awal semester II-213 tentu perlu diwaspadai, mengingat inflasi AP belum menunjukkan tanda-tanda akan menurun hingga akhir triwulan III-213. Grafik.c Disagregasi Inflasi Kota Ambon (mtm) % inflasi (mtm) Ambon Administered Price 12.5 Core Inflation Volatile Food 7.5 Grafik.d Andil Komponen Disagregasi Inflasi Kota Ambon (mtm) % Andil (mtm) Administered Price Core Inflation Volatile Food TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III Untuk melihat pergerakan komponen disagregasi dengan lebih terperinci, pada grafik c terlihat bahwa inflasi bulanan AP tertinggi dalam dua tahun terakhir terjadi pada triwulan II-213. Kondisi ini terkonfirmasi pada grafik d saat andil AP terhadap inflasi bulanan Ambon triwulan II-213 cukup besar. Meskipun inflasi bulanan AP pada triwulan III-213 cukup rendah, namun tidak berubahnya IHK pada komponen AP di triwulan III-213 (September 213) dibanding bulan Agustus tetap perlu diwaspadai. Hal ini disebabkan oleh pola inflasi tahunan AP yang selalu meningkat pada triwulan IV dalam dua tahun terakhir (grafik a dan grafik b). Selain AP dan VF, komponen disagregasi inflasi lainnya, yaitu Core Inflation (CI) atau inflasi inti, tidak menyumbangkan andil yang signifikan dalam mendorong terjadinya inflasi bulanan maupun tahunan sebagaimana bisa dilihat pada grafik b dan grafik d. Bahkan secara historis sebagaimana tampak pada grafik a dan grafik c, pergerakan inflasi CI tidak pernah mengalami peningkatan yang signifikan dalam dua tahun terakhir. Akan tetapi peningkatan andil CI pada inflasi bulanan triwulan III- 213 perlu diwaspadai, mengingat nilai tukar rupiah terhadap USD yang masih belum menunjukkan perbaikan. Komoditas utama penyumbang inflasi di Ambon relatif tidak mengalami perubahan dari tahun ke tahun, dengan komoditas volatile food muncul sebagai komoditas yang paling sering memicu inflasi. Selain volatile food, komoditas yang tergolong administered price juga seringkali memicu terjadinya inflasi dengan penyebab yang berbeda dibanding volatile food. Pada triwulan III-213, komoditas 63

72 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 penyumbang inflasi dari masing-masing disagregasi inflasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel a Komoditas Penyumbang Inflasi Triwulan III-213 Administered Price Core Inflation Volatile Food Angkutan Dalam Kota Cakalang Asap Layang Angkutan Udara Batu Bata/Batu Tela Bawang Merah Bensin Pasir Sawi Hijau Tarip Listrik Soto Kangkung Angkutan Antar Kota Tarip Gunting Rambut Wanita Kacang Panjang Komoditas yang tergolong administered price dengan andil inflasi terbesar pada triwulan III-213 antara lain, angkutan dalam kota, angkutan udara, bensin, tarip listrik dan angkutan antar kota. Kondisi ini kurang lebih disebabkan oleh kenaikan harga BBM bersubsidi yang kemudian berdampak pada kenaikan biaya angkutan dan bahan bakar di Kota Ambon. Meskipun penetapan kenaikan BBM bersubsidi tersebut terjadi pada triwulan II-213, namun dampaknya berlangsung hingga tiga bulan berikutnya/ selama triwulan III-213. Secara umum, kondisi serupa juga terjadi di seluruh kota di Indonesia yang masuk perhitungan inflasi oleh BPS. Kenaikan harga BBM bersubsidi telah mengubah pola inflasi di triwulan III-213 secara keseluruhan. Inflasi tahunan triwulan III-213 yang sebelumnya selalu disebabkan oleh volatile food, kini disebabkan juga oleh inflasi pada administered price. Untuk dapat lebih memahami mekanisme perubahan pola inflasi pada administered price, pada 64able berikut akan dijelaskan komponen administered price beserta bobot perhitungan inflasi. Kelompok Komoditas Disagregasi Inflasi AP CI VF Jml Komoditas Bobot inflasi (%) Bahan Makanan ,93 Makanan Jadi, Minuman, Rokok & Tembakau ,57 Perumahan,Air,Listrik,Gas & Bahan Bakar ,2 Sandang ,79 Kesehatan ,71 Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga ,16 Transpor,Komunikasi dan Jasa Keuangan ,82 *AP : Administered Price; CI : Core Inflation; VF : Volatile Food Total , Pada tabel di atas terlihat bahwa sebenarnya bahan makanan dengan 78 komoditas yang termasuk volatile food bukanlah komponen inflasi dengan jumlah komoditas dan bobot tertinggi dalam penghitungan inflasi. Akan tetapi beberapa komoditas di dalam volatile food seperti, ikan segar dan 64

73 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 sayuran memiliki bobot perhitungan inflasi yang lebih besar dibanding bobot perhitungan inflasi pada Core Inflation yang memiliki komoditas dengan jumlah yang lebih banyak. Sementara Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan yang memiliki komponen komoditas paling sedikit, memiliki bobot kedua terbesar setelah bahan makanan, sehingga sedikit perubahan IHK pada komponen ini akan memiliki dampak yang besar bagi inflasi Kota Ambon. Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan memiliki jumlah komoditas AP dan CI yang berimbang, namun bobot perhitungan inflasi AP pada komoditas ini lebih besar daripada CI. Dengan jumlah keseluruhan komoditas yang lebih banyak, yaitu sebanyak 24 komoditas, jika dibandingkan dengan VF sebanyak 78 komoditas dan AP sebanyak 27 komoditas membuat bobot inflasi masingmasing komoditas CI memiliki bobot yang jauh lebih kecil dibanding VF dan AP. Setiap perubahan harga yang signifikan pada CI, jika dirata-rata tidak akan berpengaruh banyak terhadap inflasi Kota Ambon karena bobot inflasi komoditas CI tersebut jauh lebih kecil dibanding bobot inflasi pada VF dan AP. Sehingga tidak heran apabila inflasi Kota Ambon ke depannya masih akan bergantung kepada seberapa besar inflasi pada VF dan AP. 65

74 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 66

75 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 BAB III PERBANKAN Pada triwulan III-213, perbankan daerah di Provinsi Maluku menunjukkan kinerja yang baik, tercermin pada indikator aset, Dana Pihak Ketiga (DPK) dan kredit yang tumbuh meningkat. Aset perbankan daerah di Provinsi Maluku tercatat Rp15,12 triliun atau meningkat sebesar 1,58% (y.o.y). Peningkatan juga terdapat pada indikator DPK yang mencapai Rp9,3 triliun atau tumbuh sebesar 14,81% (y.o.y). Sedangkan, kredit mencapai Rp7,12 triliun atau naik sebesar 2,42% (y.o.y). Menurut risiko lukuiditas dan kredit, perbankan daerah di Provinsi Maluku masih dalam kondisi yang memadai ditinjau dari level Loan-to-Deposit Ratio (LDR) dan Non- Performing Loan (NPL). LDR sebesar 76,55% dan NPL sebesar 3,9%. 3.1 Aset Pada triwulan III-213, aset perbankan di Provinsi Maluku mencapai Rp15,12 triliun. Secara tahunan, aset tersebut tumbuh sebesar 1,58% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mampu mencatatkan pertumbuhan sebesar 5,88% (y.o.y). Secara triwulanan, pertumbuhan aset tersebut tumbuh sebesar 2,29% (q.t.q), lebih rendah daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 5,55% (q.t.q). Grafik III.1 Perkembangan Aset Perbankan di Provinsi Maluku Aset (Rp miliar) Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan y.o.y - sumbu kanan (%) % 66.88% % 6% 5% 4% 3% 2% 1% 1.58% % Aset Menurut Jenis Bank Aset perbankan di Provinsi Maluku pada triwulan II-213 sebagian besar berada pada bank pemerintah dengan nilai Rp1,57 triliun, berkontribusi sebesar 69,93% terhadap jumlah keseluruhan aset perbankan di Provinsi Maluku. Selanjutnya, bank swasta memegang aset bernilai Rp3,33 triliun (22,5%) dan Bank Perkreditan Rakyat asetnya mencapai Rp1,21 triliun (8,2%). Aset besar bank pemerintah di Provinsi Maluku disebabkan bank-bank tersebut telah hadir sejak lama sehingga akumulasi asetnya sampai dengan triwulan laporan merupakan yang 67

76 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 terbesar di Provinsi Maluku. Keunggulan lain dari bank pemerintah selain kepemilikan modal yang besar adalah bank-bank tersebut memiliki jaringan kantor yang menjangkau seluruh kabupaten/kota di wilayah Provinsi Maluku. Grafik III.2 Pangsa Aset Perbankan Menurut Jenis Bank, Triwulan II-213 Grafik III.3 Pertumbuhan Tahunan Aset Perbankan Menurut Jenis Bank Bank Pemerintah Bank Swasta BPR 18% Aset Total Perbankan Bank Pemerintah Bank Swasta BPR 22.5% 8.2% 16% 14% 12% 1% 13.68% 8% 67.42% 6% 4% 66.88% 58.1% 46.58% 69.93% 2% % -2% 1.4% 1.58% I II III IV I II III IV I II -1.82% III Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Secara tahunan, aset perbankan di Provinsi Maluku pada umumnya mengalami perlambatan dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya. Pada triwulan II-213, pertumbuhan aset tertinggi dicapai oleh BPR sebesar 46,58% (y.o.y), namun lebih rendah daripada pertumbuhan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 13,68% (y.o.y). Bank swasta mencetak pertumbuhan aset sebesar 1,4% (y.o.y), juga lebih rendah daripada tahun sebelumnya sebesar 58,1% (y.o.y). Sedangkan bank pemerintah mengalami pertumbuhan terkontraksi sebesar 1,82% (y.o.y), jauh menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 67,42% (y.o.y). Perlambatan yang dialami oleh perbankan disebabkan adanya restrukturisasi aset oleh perbankan dalam kurun waktu setahun terakhir. Perlambatan pada umumnya juga terjadi pada pertumbuhan triwulanan aset perbankan. Aset BPR tumbuh sebesar 7,4% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,15% (q.t.q). Bank swasta mencatatkan pertumbuhan aset sebesar - 1,9% (q.t.q), namun sedikit lebih baik daripada pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar -3,2% (q.t.q). Perlambatan pertumbuhan aset triwulanan juga dialami oleh bank pemerintah yang mencapai 3,11% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya yang mencatatkan pertumbuhan sebesar 8,5% (q.t.q). Perlambatan pertumbuhan aset triwulanan hingga triwulan laporan masih disebabkan oleh restrukturisasi aset oleh sejumlah bank. 68

77 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II Aset Menurut Wilayah Menurut wilayah kerjanya, aset perbankan di Provinsi Maluku sebagian besar berdomisili di wilayah Kota Ambon sebesar Rp11,8 triliun atau dengan pangsa sebesar 78,2%, diikuti oleh wilayah Maluku Tenggara Barat dengan nilai Rp856 miliar (5,67%) dan selanjutnya Maluku Tengah sebesar Rp86 miliar (5,33%). Sedangkan, aset perbankan di wilayah Maluku Tenggara, Kabupaten Buru, Kabupaten Seram bagian Barat, Kabupaten Seram bagian Timur dan Kabupaten Kepulauan Aru mencapai Rp748 miliar (4,95%), Rp29 miliar (1,92%), Rp163 miliar (1,8%), Rp173 miliar (1,15%) dan Rp259 miliar (1,71%). Aset perbankan masih terkonsentrasi di Kota Ambon karena wilayah tersebut merupakan pusat kegiatan ekonomi dan sentra administrasi pemerintah di Provinsi Maluku, serta didukung dengan persebaran kantor pusat dan kantor cabang bank-bank yang sebagian besar berada di wilayah Ambon. Grafik III.4 Pangsa Aset Perbankan Menurut Wilayah, Triwulan II-213 Grafik III.5 Pertumbuhan Tahunan Aset Perbankan Menurut Wilayah Maluku Tengah Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Kota Ambon 14% Aset Total Perbankan Maluku Tengah Maluku Tenggara Maluku Tenggara Barat Kota Ambon Lain-Lain 12% 13.73% 5.85% 5.33% 1% 8% 87.74% 78.2% 4.95% 6% 54.41% 5.67% 4% 5.88% 35.76% 2% 25.1% 9.24% % 1.58% 9.67%.81% % -2% % Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Secara tahunan, aset perbankan menurut wilayah kerja di Provinsi Maluku mengalami perlambatan. Pertumbuhan aset tahunan tertinggi pada triwulan laporan dialami oleh wilayah Maluku Tennggara Barat sebesar 87,74% (y.o.y), meningkat dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 35,76% (y.o.y). Aset perbankan di Maluku Tenggah, Maluku Tenggara dan Kota Ambon tumbuh masing-masing sebesar 9,24% (y.o.y), -17,18% (y.o.y) dan,81% (y.o.y) lebih rendah daripada tahun sebelumnya masing-masing sebesar 25,1% (y.o.y), 9,67% (y.o.y) dan 54,41% (y.o.y). Sementara itu, di wilayah lain-lain tercatat pertumbuhan aset tahunan sebesar -16,38% (y.o.y), menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 13,74% (y.o.y) Secara triwulanan, percepatan pertumbuhan aset perbankan terekam pada wilayah Maluku Tenggara Barat dan Kota Ambon sebesar 58,56% (q.t.q) dan 4,93% (q.t.q), meningkat 69

78 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,76% (q.t.q) dan 4,51% (q.t.q). Perlambatan pertumbuhan aset tercatat pada wilayah Maluku Tengah dan Maluku Tenggara, yang keduanya terkontraksi sebesar 12,575 (q.t.q) dan 25,77% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya sebesar 1,8% (q.t.q) dan 5,% (q.t.q). Sedangkan, pertumbuhan di wilayah lainlain sebesar -15,17% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,89% (q.t.q). 3.2 Dana Pihak Ketiga (DPK) Indikator Dana Pihak Ketiga (DPK) memperlihatkan kinerja positif meskipun mengalami perlambatan pada pertumbuhan tahunannya. Pada triwulan laporan, perbankan di Provinsi Maluku mencatatkan penghimpunan DPK sebesar Rp9,3 triliun atau tumbuh sebesar 14,81% (y.o.y), menurun dibandingkan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 3,25% (y.o.y). Sedangan secara triwulan, DPK naik sebesar 3,92% (q.t.q), lebih baik daripada pertumbuhan triwulan Grafik III.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Perbankan di Provinsi Maluku DPK (Rp miliar) Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan y.o.y - sumbu kanan (%) 3.25% % 3% 25% 2% 14.81% 15% 1% 5% % sebelumnya sebesar 2,61% (q.t.q). DPK terbesar berada pada bank pemerintah dengan pangsa 72,75%, diikuti oleh bank swasta 24,72% dan BPR 2,53%. Menurut wilayah kerja, DPK sebagian besar terkonsentrasi pada wilayah Ambon dengan kontribusi sebesar 68,34% terhadap jumlah keseluruhan DPK di Provinsi Maluku, selanjutnya berada di wilayah Maluku Tenggara Barat 8,65%, Maluku Tenggara 7,51% dan Maluku Tengah 6,8%, sedangkan wilayah lain-lain 9,1% DPK Menurut Jenis Simpanan Menurut jenis simpanannya, DPK pada triwulan III-213 sebagian besar berjenis tabungan dengan nilai Rp4,46 triliun atau berkontribusi sebesar 48,% terhadap jumlah keseluruhan DPK di Provinsi Maluku. Selanjutnya, diikuti oleh jenis deposito sebesar Rp2,59 triliun (27,89%) dan giro Rp2,24 triliun (24,11%). Berdasarkan struktur jenis simpanan, dapat dilihat bahwa preferensi masyarakat secara umum dalam menyimpan dana di bank berturutturut adalah likuiditas, profitabilitas dan transaksi bisnis. Angka pertumbuhan tahunan DPK menunjukkan tren perlambatan pada ketiga jenis simpanan. Pertumbuhan DPK jenis giro, tabungan dan deposito berturut-turut sebesar 25,98% 7

79 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 (y.o.y), 17,% (y.o.y) dan 3,52% (y.o.y), menurun dibandingkan dengan triwulan yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 58,8% (y.o.y), 26,1% (y.o.y) dan 21,32% (y.o.y). Grafik III.7 Pangsa DPK Perbankan Menurut Jenis Simpanan, Triwulan II-213 Grafik III.8 Pertumbuhan Tahunan DPK Perbankan Menurut Jenis Simpanan Giro Tabungan Deposito 27.89% 7% 6% 5% DPK Total Perbankan Giro Tabungan Deposito 58.8% 4% 3.26% 48.% 24.11% 3% 2% 1% 26.1% 21.32% 25.98% 17.% 14.8% % -1% 3.52% Sumber: Bank Indonesia -2% Sumber: Bank Indonesia Secara triwulanan, indikator DPK memperlihatkan tren percepatan pada jenis giro dan tabungan. DPK jenis giro berhasil Grafik III.9 Pergerakan Suku Bunga DPK di Perbankan Provinsi Maluku Giro Tabungan Deposito BI Rate tumbuh positif sebesar 6,94% (q.t.q), lebih baik daripada triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 5,85% (q.t.q). Jenis tabungan mencatatkan pertumbuhan sebesar 4,27% 4. (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar,62% (q.t.q). Sedangkan jenis deposito mencatatkan pertumbuhan sebesar,87% (q.t.q), menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 3,41% (q.t.q). Di satu sisi, secara jangka panjang Sumber: Bank Indonesia pertumbuhan tabungan meningkat, tetapi di sisi lain selama satu triwulan terakhir, terdapat tren pembalikan dari tabungan ke deposito yang utamanya didorong oleh peningkatan suku bunga deposito. Triwulan III-213 ditutup dengan BI-rate pada level 7,25%. Bank Indonesia hingga Agustus 213 mempertahankan suku bunga kebijakannya pada level 7%, dan menaikkannya ke level 7,25% hingga akhir September 213. Hal ini, tentunya, mendorong suku bunga DPK untuk menyesuaikan dengan BI-rate sebagai suku bunga referensi. Pada triwulan III-213, suku 71

80 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 bunga rata-rata DPK bergerak dinamis menyesuaikan dengan BI-rate, ditutup pada level 3,24% pada September 213, lebih tinggi daripada suku bunga rata-rata pada akhir triwulan kedua yakni 3,18%. Suku bunga giro menurun 4 bsp (basis point), dari 1,94% pada akhir triwulan sebelumnya menjadi 1,9% pada akhir triwulan laporan. Suku bunga tabungan ditutup pada level 2,14%, meningkat 2 bsp dibandingkan penutupan triwulan sebelumnya sebesar 2,12%. Sedangkan, suku bunga deposito ditutup menguat pada level 6,2% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,83%. 3.3 Kredit Kredit perbankan di Maluku hingga triwulan laporan mencapai Rp7,12 triliun, tumbuh sebesar 2,42% (y.o.y) yang lebih rendah daripada tahun sebelumnya sebesar 23,89% (y.o.y). Pertumbuhan triwulanan kredit perbankan mencapai level 4,66% (q.t.q), menutun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,14% (q.t.q). Menurut jenis bank, kredit terbesar dikucurkan oleh bank pemerintah dengan nilai Rp4,86 triliun, berkontribusi sebesar 68,22% terhadap jumlah keseluruhan kredit yang disalurkan oleh perbankan, diikuti oleh bank swasta sebesar Rp1,55 triliun (21,71%) dan BPR Rp716 miliar (1,7%). Sedangkan menurut wilayah kerja, kredit terbanyak Grafik III.1 Perkembangan Kredit Perbankan di Provinsi Maluku Kredit (Rp miliar) Sumber: Bank Indonesia Pertumbuhan y.o.y - sumbu kanan (%) % % % 25% 2.42% 2% 15% 1% 5% % disalurkan di wilayah Kota Ambon dengan pangsa 69,72%, diikuti Maluku Tengah 1,45% dan Maluku Tenggara 9,1%. Sedangkan, kredit di wilayah lain-lain terdistribusi, antara lain: Maluku Tenggara Barat 5,3%, Kabupaten Buru 1,49%, Kabupaten Seram Bagian Barat 1,75, Kabupaten Seram Bagian Timur 1,7% dan Kabupaten Kepulauan Aru 1,79% Kredit Menurut Jenis Penggunaan Komposisi kredit, menurut jenis penggunaannya, sebagian besar disalurkan sebagai kredit konsumsi dengan nilai Rp4,49 triliun atau berkontribusi sebesar 63,2% terhadap jumlah keseluruhan kredit perbankan di Provinsi Maluku, diikuti oleh kredit modal kerja sebesar Rp1,81 triliun atau berkontribusi sebesar 25,48% dan kredit investasi sebesar Rp818 miliar atau setara dengan pangsa 11,5%. 72

81 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Pada triwulan laporan, kredit berjenis modal kerja dan konsumsi mengalami tren perlambatan. Kredit konsumsi dan modal kerja masing-masing tumbuh sebesar 25,87% (y.o.y) dan 7,25% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, masingmasing tumbuh sebesar 26,85% (y.o.y) dan 8,85% (y.o.y). Hal ini memperlihatkan bahwa dalam setahun terakhir pada umumnya permintaan masyarakat akan kredit produktif cenderung menurun. Sedangkan, pertumbuhan kredit investasi mencatatkan percepatan dari 22,94% (y.o.y) di triwulan III-212 meningkat ke 24,73% (y.o.y). Membaiknya kinerja kredit modal kerja diperkirakan didorong oleh ekspektasi masyarakat yang membaik pada kondisi usaha di Provinsi Maluku. Grafik III.11 Pangsa Kredit Menurut Jenis Penggunaan, Triwulan II-213 Grafik III.12 Pertumbuhan Tahunan Kredit Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi 8% Kredit Total Perbankan Modal Kerja Investasi Konsumsi 7% 63.2% 6% 5% 4% 11.5% 25.48% 3% 2% 1% % -1% 26.85% 25.87% 22.94% 24.73% 2.71% 2.42% 8.85% 7.25% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Mencermati pertumbuhan triwulanan, kredit investasi dan modal kerja tumbuh positif masing-masing sebesar 2,28%% (q.t.q) dan 5,6% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang masing-masing tumbuh sebesar 14,34% (q.t.q) dan 9,33% (q.t.q). Sedangkan kredit konsumsi dari triwulan kedua ke triwulan ketiga terekam meningkat dari 4,95% (q.t.q) ke 24,74% (q.t.q). Hal ini memperlihatkan masih tingginya permintaan masyarakat terhadap kredit masyarakat, dan bahkan permintaan tersebut dapat meningkat. 73

82 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Secara umum suku bunga kredit pada triwulan III-213 tercatat bergerak konstan dibandingkan triwulan sebelumnya, berada pada level 14,54%. Suku bunga kredit modal kerja pada triwulan laporan ditutup pada level 13,96%, meningkat dibandingkan penutupan triwulan sebelumnya sebesar 13,72%. Suku bunga kredit konsumsi pada akhir triwulan ketiga berada pada level 14,53%, lebih rendah daripada akhir triwulan kedua sebesar 14,64%. Sementara itu, suku bunga kredit investasi berada pada level 15,9%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar 15,84%. Pada triwulan III-213, terlihat bahwa perbankan cenderung menaikkan tingkat suku bunga untuk saling bersaing, sehubungan dengan kebijakan Bank Indonesia menaikkan suku bunga kebijakan. Grafik III.13 Pergerakan Suku Bunga Kredit Menurut Jenis Penggunaan di Perbankan Provinsi Maluku Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber: Bank Indonesia Kredit Menurut Sektor Ekonomi Menurut sektor ekonomi, kredit perbankan di Provinsi Maluku sebagian besar disalurkan kepada kredit lain-lain sebesar Rp4,49 triliun atau berkontribusi sebesar 63,1% terhadap jumlah keseluruhan kredit perbankan di Provinsi Maluku. Kredit lain-lain tersebut sebagian besar dalam bentuk kredit konsumsi. Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) mencatatkan kredit sebesar Rp1,61 triliun atau berpangsa 22,57% dari jumlah keseluruhan kredit. Sektor pertanian yang merupakan sektor ekonomi terbesar di Provinsi Maluku hanya mencatatkan kredit sebesar Rp77 miliar (1,9%). Selanjutnya, kredit dengan nilai Rp942 miliar (13,24%) disalurkan kepada sektor ekonomi lainnya terdiri dari sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA), sektor bangunan, sektor angkutan dan komunikasi, sektor keuangan, sektor persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasajasa. Pertumbuhan tahunan kredit mengalami tren percepatan pada sebagian besar sektor ekonomi. Kredit sektor PHR tumbuh sebesar 32,47% (y.o.y) yang merupakan pertumbuhan tertinggi pada triwulan laporan di antara sektor-sektor lainnya, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,32% (y.o.y). Pertumbuhan kredit sektor pertanian mencapai 26,27% (y.o.y), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 74

83 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II ,95% (y.o.y). Sektor lain-lain menikmati pertumbuhan sebesar 18,95% (y.o.y), lebih baik daripada triwulan kedua 212 sebesar 15,655 (y.o.y). Sementara itu, kredit sektor ekonomi lainnya tumbuh positif hingga 24,94% (y.o.y), namun menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 34,9% (y.o.y). Grafik III.14 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi, Triwulan II-213 Pertanian PHR Sektor ekonomi lainnya Lain-lain Grafik III.15 Pertumbuhan Tahunan Kredit Menurut Sektor Ekonomi Kredit Total Perbankan Pertanian PHR Sektor ekonomi lainnya Lain-lain 7% 6% 63.1% 1.9% 5% 4% 34.9% 32.47% 22.57% 3% 2% 1% 23.89% 15.65% 14.32% 12.95% 26.27% 24.94% 2.42% 18.95% 13.24% % -1% Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Secara triwulanan, penyaluran kredit perbankan tumbuh dengan tren perlambatan pada sebagian besar sektor ekonomi. Kredit pertanian, PHR dan sektor ekonomi lainnya mencatatkan perlambatan, masing-masing sebesar 8,4% (q.t.q), 8,41% (q.t.q) dan 1,55% (q.t.q), menurun dibandingkan triwulan sebelumnya, berturut-turut sebesar 15,7% (q.t.q), 13,79% (q.t.q) dan 14,29% (q.t.q). Sedangkan, sektor lain-lain mengalami pertumbuhan yang meningkat dari 2,24% (q.t.q) di triwulan kedua ke 4,8% (q.t.q) di triwulan ketiga. -2% Kredit Menurut Plafon Menurut plafonnya, kredit dibedakan menjadi kredit menengah, kecil, mikro dan non- UMKM. Pada triwulan III-213, kredit terbesar adalah kredit non-umkm dengan nilai Rp5,15 triliun atau berkontribusi sebesar 72,4% terhadap jumlah keseluruhan kredit perbankan di Provinsi Maluku. Selanjutnya, kredit kecil, kredit menengah dan kredit mikro berturut-berturut sebesar Rp832 miliar (11,69%), Rp664 miliar (9,34%) dan Rp468 miliar (6,57%). Mencermati pertumbuhan tahunan, kredit mikro dan kredit kecil menunjukkan tren percepatan sedangkan kredit menengah dan kredit non-umkm memperlihatkan tren perlambatan. Kredit mikro mencatatkan pertumbuhan kredit tertinggi, disusul oleh kredit kecil, kredit non-umkm dan kredit menengah. Pertumbuhan kredit mikro mencapai 54,71% (y.o.y), jauh lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terkontraksi sebesar 48,51% (y.o.y). Kredit kecil tumbuh sebesar 33,8% (y.o.y), meningkat dibandingkan tahun 75

84 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 sebelumnya yang juga terkontraksi ke level 6,47% (y.o.y). Kredit menengah dan non-umkm mengalami pertumbuhan positif sebesar 4,37% (y.o.y) dan 21,94% (y.o.y), namun menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, masing-masing sebesar 55,42% (y.o.y) dan 3,8% (y.o.y). Grafik III.16 Pangsa Kredit Perbankan Menurut Plafon, Triwulan II-213 Grafik III.17 Pertumbuhan Tahunan Kredit Perbankan Menurut Plafon Mikro Kecil Menengah Non-UMKM 1% Kredit Total Perbankan Mikro Kecil Menengah Non-UMKM 8% 6% 55.42% 54.71% 72.4% 6.57% 4% 3.8% 33.8% 11.69% 2% 18.25% 22.92% 21.94% 4.37% 9.34% % -2% -6.47% % % Sumber: Bank Indonesia -6% Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, dari sisi pertumbuhan triwulanan, tren percepatan ditunjukkan oleh kredit mikro dan kredit non-umkm, sedangkan jenis kredit lainnya mencatatkan tren perlambatan. Kredit mikro dan kredit non-umkm mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 26,91% (q.t.q) dan 5,52% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, berturut-turut sebesar 8,9% (q.t.q) dan 5,4% (q.t.q). Sedangkan kredit kecil dan kredit menengah, pertumbuhannya terekam masing-masing sebesar 2,7% (q.t.q) dan -9,37% (q.t.q), lebih rendah daripada triwulan sebelumnya, masing-masing sebesar 6,88% (q.t.q) dan 11,66% (q.t.q). Grafik III.18 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) di Provinsi Maluku Sumber: Bank Indonesia 2.8% 2.8% % % Hingga triwulan II-213, realisasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) mencapai Rp59 miliar yang disalurkan kepada debitur. Pertumbuhan tahunan KUR sebesar,% (y.o.y), menurun dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 3,82% (y.o.y). Dalam konteks pertumbuhan triwulanan, KUR tumbuh sebesar,% (q.t.q), jauh lebih redah daripada triwulan sebelumnya yang mencapai 117% (q.t.q). Perlambatan pada pertumbuhan Plafon (Rp miliar) Debitur (ratus orang) - sumbu kiri NPL (%) - sumbu kanan % 2% 2% 1% 1%

85 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 KUR ditengarai disebabkan masyarakat telah memiliki alternatif-alternatif sumber pembiayaan lain. Hal ini juga didukung dengan kondisi pertumbuhan kredit secara keseluruhan yang melambat di Provinsi Maluku Loan to Deposit Ratio (LDR) Indikator Loan to Deposit Ratio (LDR) mencerminkan kinerja penyaluran kredit perbankan di Provinsi Maluku, yang pada triwulan laporan mencapai level 76,55%, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 76,4%. Hal ini disebabkan pertumbuhan kredit perbankan sebesar 4,66% (q.t.q) yang lebih besar daripada pertumbuhan DPK perbankan sebesar 3,92% (q.t.q). Sumber: Bank Indonesia Selain itu, jika dilihat pada seri datanya, tingginya penyaluran kredit perbankan pada triwulan I dan II merupakan sebuah gejala siklikal, dan akan terus meningkat paling tidak hingga triwulan III, kemudian menurun pada triwulan IV. Grafik III.19 Perkembangan Loan-to-Deposit Ratio (LDR) Provinsi Maluku 78% 76% 74% 72% 7% 68% 66% 64% 76.4% I II III IV I II III IV I 211 II III % LDR (%) Non-Performing Loan (NPL) Indikator Non-Performing Loan (NPL) digunakan untuk mengetahui kualitas kredit perbankan di Provinsi Maluku. NPL perbankan di Provinsi Maluku mencapai nilai nominal Grafik III.2 Perkembangan Non-Performing Loan (NPL) di Provinsi Maluku NPL (Rp miliar) Sumber: Bank Indonesia NPL (%) - sumbu kanan 3.71% % 3.9% % 3% 3% 2% 2% 1% 1% % sebesar Rp219,87 miliar pada triwulan laporan, lebih tinggi daripada nilai nominal pada triwulan sebelumnya sebesar Rp19,79 miliar. Jika dihitung dalam persentase, NPL triwulan III-213 mencapai 3,9%, lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya sebesar 2,81%. Meningkatnya nilai NPL di Provinsi Maluku disebabkan faktor utamanya yaitu semakin bertambahnya kredit bermasalah, khususnya kredit modal kerja dan kredit konsumsi. 77

86 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 78

87 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 BAB IV SISTEM PEMBAYARAN Sebagai perwujudan dari salah satu tugas pokok Bank Indonesia sebagai bank sentral yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, maka Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku menyelenggarakan aktivitas pengelolaan Sistem Pembayaran (SP) baik tunai maupun non tunai. SP tunai tercermin dari aktivitas inflow dan outflow melalui perputaran kas KPw BI Provinsi Maluku. Sedangkan SP non tunai direpresentasikanoleh aktivitas kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS). Perkembangan sistem pembayaran tunai di Provinsi Maluku pada triwulan III-213 menunjukkan net outflow, dimana pada triwulan sebelumnya juga menunjukkan net outflow. Jumlah uang keluar bersih dari Bank Indonesia atau net outflow pada triwulan laporan mencapai Rp49,99 miliar. Komponen jumlah uang masuk ke Bank Indonesia (inflow) sebesar Rp48,99 miliar sedangkan uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) sebanyak Rp818,11 miliar. Sementara itu, sistem pembayaran non-tunai menunjukkan perkembangan lalu lintas yang cukup tinggi, tercermin dari perputaran warkat kliring dengan total nominal mencapai Rp1,1 triliun dengan lembar warkat. Transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami net outgoing sebesar Rp1,2 triliun yang berasal dari incoming sebesar Rp3,8 triliun dan outgoing sebesar Rp4,1 triliun. 4.1 Sistem Pembayaran Tunai Dalam rangka mewujudkan kelancaran sistem pembayaran tunai, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Maluku, menyelenggarakan kegiatan operasional kas yang meliputi setoran, bayaran dan penukaran uang, yang diadakan setiap hari kerja dengan tujuan memberikan pelayanan terbaik dan memuaskan kepada stakeholders. Bank Indonesia melaksanakan kegiatan rutin, seperti kas keliling, remise, Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dan sosialisasi cara mengenali ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada masyarakat luas, yang dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Pada triwulan laporan, aliran uang kartal di kas KPw BI Provinsi Maluku mengalami net outflow sebesar Rp49,11 miliar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang juga mengalami net outfolwsebesar Rp32,43 miliar. Hal ini berarti, dalam periode Juli September 213, jumlah 79

88 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Grafik IV.1 Perkembangan Perputaran Uang Kartal di Provinsi Maluku uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar daripada jumlah uang kartal yang masuk Bank Indonesia. Pada triwulan laporan, aliran uang kartal di kas KPw BI Provinsi Maluku mengalami net outflow sebesar Rp33,45 miliar, berbeda dengan triwulan sebelumnya yang mengalami net inflow sebesar Rp472,68 miliar. Sumber: Bank Indonesia Hal ini berarti, dalam periode April- Juni 213, jumlah uang kartal yang keluar dari Bank Indonesia lebih besar daripada jumlah uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia Inflow (Uang Masuk) Jumlah uang kartal masuk ke Bank Indonesia (inflow) pada triwulan III-213 tercatat sebesar Rp48,99 miliar, tumbuh sebesar 13,45% (q.t.q), meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang melambat -69,62% (q.t.q). Pertumbuhan tahunan inflow pada triwulan laporan sebesar 46,21% (y.o.y), meningkat dibanding pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar -35,33% (y.o.y). Peningkatan nominal uang yang masuk ke KPw BI Provinsi Maluku pada triwulan III-213 didorong oleh peningkatan setoran dari bank umum sebagai dampak naiknya tingkat suku bunga pada triwulan III Outflow (Uang Keluar) Uang keluar dari Bank Indonesia (outflow) pada triwulan laporan sebesar Rp818,11 miliar, tumbuh sebesar 56,89% (q.t.q), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 175,99% (q.t.q). Dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, outflowtriwulan III-213 mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 27,53%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan pada tahun sebelumnya yang melambat -25,64%. Pada triwulan laporan, kebutuhan uang yang beredar di masyarakat meningkat tajam karena meningkatnya kebutuhan masyarakat selama bulan Ramadhan dan menjelang Idul Fitri. Tunjangan Hari Raya yang dikeluarkan pada pertengahan triwulan laporan juga mendorong peningkatan outflow yang signifikan. Selain itu, inflasi yang tinggi pada triwulan III-213 akibat kenaikan harga BBM bersubsidi membuat kebutuhan uang kartal di Maluku meningkat. Faktor 8

89 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 lain yang menyebabkan kebutuhan uang kartal meningkat adalah musim hujan ekstrim yang berdampak pada munculnya kebutuhan tak terduga seperti bencana alam banjir Persediaan Kas Sampai dengan akhir triwulan III-213, persediaan kas di KPw BI Provinsi Maluku menunjukkan posisi sebesar Rp633 miliar, menurun 13,41% dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp731,13 miliar. Penurunan persediaan kas tersebut sejalan dengan aliran uang di Kas KPw BI Prov. Maluku yang mengalami net outflow pada triwulan III-213. Remise telah dilakukan oleh KPw BI Prov. Maluku untuk menjaga ketersediaan uang selama triwulan III- 213 dan triwulan IV PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) Uang kartal yang masuk ke Bank Indonesia yang dinilai tidak layak edar akan dilakukan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) dan dimusnahkan. Pada triwulan laporan, jumlah PTTB mencapai Rp88,86 miliar atau 21,73% dari jumlah uang masuk (inflow), menurun dibanding PTTB triwulan sebelumnya sebesar Rp112,27 miliar (55,84% dari jumlah inflow). Penurunan tersebut disinyalir terjadi karena perputaran uang yang cepat selama bulan Ramadhan, sehingga uang yang masuk ke Bank Indonesia merupakan uang yang masih layak edar Uang Palsu Menurut laporan triwulan III-213, tidak ditemukan uang palsu di wilayah Provinsi Maluku. Temuan uang palsu terakhir adalah pada triwulan II-213, yaitu sejumlah Rp92,5 juta dalam bentuk pecahan Rp1., sebanyak 925 lembar. Dalam rangka membantu masyarakat terkait maraknya peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesa senantiasa menyelenggarakan dan meningkatkan kegiatan sosialisasi mengenai ciri-ciri keaslian uang rupiah dengan tujuan agar masyarakat cepat tanggap terhadap uang palsu yang diedarkan oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab Kegiatan Lainnya Selain kegiatan-kegiatan di atas, Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan-kegiatan lainnya untuk mendukung kelancaran sistem pembayaran tunai, antara lain: setoran, penarikan, penukaran uang, kas keliling dan remise. Pada triwulan III-213, KPw BI Provinsi Maluku menyelenggarakan kegiatan penukaran uang sebesar Rp14,13 miliar, tumbuh 51,85% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya sebesar Rp9,31 miliar. Peningkatan tersebut disebabkan oleh meningkatnya kebutuhan pecahan kecil 81

90 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 memasuki bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi jumlah penukaran uang ini masih lebih kecil dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, sebesar Rp16,24 miliar. Selama triwulan laporan, kas keliling diselenggarakan sebanyak 7 (tujuh) kali yaitu: (i) Tual dengan modal Rp1,2 miliar, (ii) Ambon sebanyak 3 kali dengan total modal Rp537 juta, (iii) Masohi Rp1 miliar, (iv) Saumlaki Rp1 miliar dan (v) Dobo Rp1 miliar. Selama kegiatan kas keliling ke wilayah-wilayah tersebut, Bank Indonesia juga melakukan kegiatan Sosialisasi Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR) sebanyak 4 kali ke kota Tual, Saumlaki dan Kairatu. Kegiatan tersebut selain bersamaan dengan kegiatan kas keliling juga bersamaan dengan kegiatan sosialisasi Kebanksentralan. 4.2 Sistem Pembayaran Non Tunai Kegiatan Kliring Kegiatan pertukaran warkat kliring diikuti oleh 17 bank peserta termasuk Bank Indonesia. Pada triwulan III-213, transaksi non-tunai melalui kliring mencapai jumlah Rp1,1 triliun dengan warkat sebanyak lembar. Jumlah nominal kliring tersebut secara tahunan tumbuh negatif sebesar -12,71% (y.o.y), lebih baik dibanding triwulan sebelumnya yang juga tumbuh negatif sebesar -14,16% (y.o.y). Sedangkan secara triwulanan, jumlah nominal kliring pada triwulan laporan tumbuh sebesar 4,15% (q.t.q), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,29%. Selanjutnya, rata-rata nominalharian perputaran kliring adalah sebesar Rp17,85 miliar per hari, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp16,1 miliar atau meningkat sebesar 1,89% (q.t.q). Sedangkan rata-rata lembar warkat harian perputaran kliring sejumlah 68 lembar, meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 62 lembar. Peningkatan Grafik IV.2 Perkembangan Perputaran Kliring di Provinsi Maluku Sumber: Bank Indonesia nominal kliring ini sejalan dengan peningkatan transaksi masyarakat menjelang Idul Fitri, dengan rata-rata penolakan warkat cek/bilyet giro kosong tercatat pada triwulan laporan sebesar,33%,menurun dibandingtriwulan laporan sebelumnya yang tercatat sebesar,43%. 82

91 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II Transaksi BI RTGS (Real Time Gross Settlement) Grafik IV.3 Perkembangan Transaksi Non-Tunai BI-RTGS di Provinsi Maluku Pada triwulan III-213, transaksi non-tunai melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) menunjukkan kondisi net outgoing sebesar Rp1,2 triliun. menurun - 135,43% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya yang mencapai net incoming sebesar Rp2,88 triliun. Nominal incoming mencapai jumlah Rp3,8 triliun, Sumber: Bank Indonesia menurun 42,85% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya dengan incoming sebesar Rp5,39 triliun. Sedangkanoutgoing pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp4,1 triliun, meningkat 63,73% (q.t.q) dari triwulan sebelumnya sebesar Rp2,5 triliun. 83

92 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 84

93 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 BAB V KEUANGAN PEMERINTAH Pada triwulan III-213, realisasi penggunaan APBN 213 Provinsi Maluku berkinerja baik yang mencapai angka realisasi sebesar 5,82% dari pagu Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA-Revisi) 213, namun dapat lebih dioptimalkan untuk penggunaan di triwulan selanjutnya. Realisasi pendapatan dan penyerapan anggaran APBD 213 Provinsi Maluku memiliki pencapaian yang optimal, dengan realisasi pendapatan sebesar 78,37% dan belanja sebesar 6,35% dari pagu APBD 213. Daya serap anggaran dari satuan kerja perangkat daerah (SKPD) diperlukan untuk optimalisasi penyerapan APBD di triwulan IV Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) Provinsi Maluku Perubahan Daftar Isian Penggunaan Anggaran (DIPA-Revisi) Provinsi Maluku tahun 213 yang berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) adalah sebesar Rp5,89 triliun, meningkat 2,31% dari DIPA yang telah ditetapkan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp5,76 triliun. Dari seluruh perubahan DIPA, pos-pos di dalamnya mengalami peningkatan pagu, kecuali Belanja Bantuan Sosial. Belanja modal menjadi pos dengan perubahan tertinggi, yakni sebesar 26,17%. Pos Belanja Pegawai meningkat sebesar 2,37% dan Belanja Barang 7,56%. Sedangkan, Belanja Grafik V.1 Proporsi Realisasi Belanja APBN 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213 Belanja Barang, 25.69% Belanja Modal, 31.48% Lain-Lain tidak mengalami perubahan karena sejak awal tidak dianggarkan. Belanja Hibah, 55.8% Belanja Lain-Lain,.% Belanja Pegawai, 35.66% Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Mencermati perubahan DIPA pada triwulan III-213, Belanja Modal merupakan pos dengan nominal pagu terbesar yang mencapai Rp2,72 triliun dan pos dengan perubahan DIPA tertinggi sebesar 26,17%, jauh meningkat dibandingkan perubahan DIPA triwulan sebelumnya sebesar 3,2%. Kenaikan perubahan pada pos tersebut disebabkan kelanjutan pembiataan beberapa proyek besar seperti Jembatan Merah Putih, perluasan Pelabuhan Yos Sudarso (Kota Ambon) dan berbagai proyek infrastruktur lainnya. Pada pos Belanja Pegawai, perubahan kenaikan penggunaan anggaran relatif rendah sebesar 2,37%, meningkat dibandingkan 85

94 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 triwulan sebelumnya sebesar,81%. Revisi DIPA pada pos Belanja Pegawai yang cenderung rendah disebabkan pos ini merupakan pengeluaran rutin pemerintah yang direncanakan seakurat mungkin untuk pembiayaan pegawai seperti gaji, tunjangan, honorarium, lembur, konstribusi sosial dan lain sebagainya. Di sisi lain, Belanja Bantuan Sosial merupakan pos yang mengalami penurunan perubahan pada penggunaan anggaran sebesar -7,71%, sedikit meningkat dibandingkan dengan DIPA-Revisi triwulan sebelumnya sebesar -13,97%. Penurunan tersebut disebabkan perencaan penggunaan anggaran pos tersebut berdasarkan kalkulasi atas risiko sosial, terlebih penggunaan anggaran ini disesuaikan dengan kebutuhan tak terduga, tidak terus-menerus dan cenderung selektif. Sementara itu, Belanja lain-lain adalah pengeluaran yang sifatnya tidak biasa dan tidak berulang sehingga tidak dapat dimasukkan ke dalam pospos pengeluaran di atas. Pengeluaran yang termasuk belanja lain-lain, antara lain: bencana alam, bencana sosial dan pengeluaran tidak terduga lainnya. Tabel V.1 Realisasi Belanja dari APBN Provinsi Maluku Triwulan III-213, dalam Rp juta Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah Memperhatikan realisasi anggaran belanja APBN Provinsi Maluku, sampai dengan triwulan III-213, realisasi penggunaan anggaran mencapai 5,82%, sedikit lebih rendah daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 52,2%. Namun, realisasi triwulan laporan dapat dikatakan ideal untuk realisasi triwulanan ketiga. Realisasi pengeluaran tertinggi berasal dari pos Belanja Pegawai sebesar 68,68%%, diikuti secara berturut-turut oleh Belanja Bantuan Sosial, Belanja Barang dan Belanja Modal, masing-masing sebesar 63,16%, 5,72% dan 38,1%. Mencermati lebih lanjut perihal realisasi belanja APBN Provinsi Maluku, Belanja Pegawai merupakan hal yang wajar dalam mencapai realisasi tertinggi di antara pos-pos lain pada setiap triwulannya karena penggunaan anggaran bersifat rutin, terarah, terkendali dan sesuai dengan rencana program atau kegiatannya, yaitu untuk pembiayaan pegawai. Di sisi lain, realisasi Belanja Modal menempati pos dengan realisasi pengeluaran terendah pada triwulan laporan, utamanya, disebabkan adanya optimalisasi dan efisiensi terhadap pembangunan gedung kantor 86

95 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 dan rumah, serta adanya kendala teknis di lapangan. Namun, Belanja Modal tetap menjadi pos dengan rencana penggunaan anggaran tertinggi terkait dengan tingginya pembiayaan program-program, seperti infrastruktur dasar dan bantuan sosial, di antaranya, Bantuan Operasional Sekolah (BOS), beasiswa, jamkesmas, PNPM dan program sosial lainnya. Grafik V.2 Perkembangan Realisasi Belanja APBN 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213, dalam % 12% 1% 8% 6% 4% Belanja Pegawai Belanja Barang Belanja Modal Belanja Bantuan Sosial Belanja Lain-Lainnya Total Belanja 77.32% 63.24% 68.68% 49.34% 52.2% 5.82% 38.7% 63.16% 5.72% 38.1% 2% %.%.% Sumber: Kanwil Ditjen Perbendaharaan Prov. Maluku; diolah 5.2 Keuangan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Maluku Pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Maluku tahun 213, ditetapkan pagu pendapatan sebesar Rp1,62 triliun. Sampai dengan triwulan III-213, realisasi pendapatan sebesar Rp1,27 triliun atau 78,37% dari pagu pendapatan yang ditetapkan, lebih tinggi daripada realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 81,38%. Realisasi pendapatan daerah menunjukkan kinerja Pemerintah Daerah Provinsi Maluku yang baik pada triwulan III- 213 dalam rangka mengejar target realiasai pendapatan pada APBD 213. Grafik V.3 Perkembangan Realisasi Pendapatan dan Belanja APBD Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213, dalam persen (%) Pendapatan Dana Perimbangan Belanja Belanja Langsung Pendapatan Asli Daerah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Belanja Tidak Langsung Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Mencermati realisasi pada tiap-tiap pos pendapatan, Pendapatan Asli Daerah (PAD) sampai dengan triwulan ketiga mencapai realisasi sebesar Rp225,97 miliar atau 6,75%, menurun dibandingkan realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 76,49%. Menurut komponen penyusun PAD, realisasi pendapatan asli daerah diperoleh dari pendapatan 87

96 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 pajak daerah sebesar Rp158,27 miliar atau dengan realisasi sebesar 7,73%, menurun dibandingkan realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 76,36%; hasil retribusi daerah Rp33,75 miliar (73,72%), meningkat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 54,86%; Grafik V.4 Proporsi Realisasi Pendapatan APBD 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213 Dana Perimbangan, 65.98% Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah, 16.2% Pendapatan Asli Daerah, 17.81% hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan Rp18,41 miliar (43,53%), menurun dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 93,33%; dan lain-lain PAD yang sah sebesar Rp15,54 miliar (25,84%), lebih rendah daripada realisasi pada triwulan II-212 sebesar 89,39%. Dengan mempertimbangkan realisasi Pendapatan Asli Daerah, kinerja yang baik telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi Maluku untuk memperoleh pencapaian target realisasi pada triwulan III-213. Pada Dana Perimbangan, realisasi pendapatan pos tersebut mencapai nilai Rp837,5 Grafik V.5 Proporsi Realisasi Pendapatan Asli Daerah APBD 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213 Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Retribusi Daerah, 14.94% Pajak Daerah, 7.4% Pengelolaan Kekayaan, 8.15% Belanja Hibah, 55.8% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah miliar atau telah terealisasi sebesar 81,46%, lebih rendah daripada realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 83,9%. Menurut komponen penyusun Dana Perimbangan, subpos Dana Alokasi Umum (DAU) menunjukkan realisasi pendapatan sebesar Rp748,5 miliar atau 83,33%, sama dengan tahun sebelumnya. Selanjutnya, subpos Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak dan subpos Dana Alokasi Khusus memperlihatkan kinerja penyerapan yang baik pada triwulan kedua, masing-masing sebesar Rp48,93 miliar (64,3%) dan Rp4,7 miliar (75,%), sedikit menurun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing sebesar 84,36% dan 75,%. Secara keseluruhan, realisasi pendapatan pada Dana Perimbangan berkinerja baik pada triwulan laporan. 88

97 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Selanjutnya, pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah mencatatkan realisasi pendapatan sebesar Rp25,54 miliar atau 93,8% dari pagu pendapatan yang ditetapkan, meningkat dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 79,37%. Menurut komponen penyusun pos Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah, realisasi pendapatan dari hibah mencapai Rp333 juta atau 11,96%, jauh meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 66,48%, sedangkan dana penyesuaian dan otonomi khusus sebesar Rp25,2 miliar atau 93,77%, lebih tinggi daripada realisasi triwulan III-213 sebesar 79,39%. Grafik V.6 Proporsi Realisasi Dana Perimbangan APBD 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III- 213 Dana Alokasi Umum (DAU), 89.37% Dana Alokasi Khusus (DAK), 4.79% Bagi Hasil Pajak dan Bukan Pajak, 5.85% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah Grafik V.7 Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung APBD 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213 Belanja Barang dan Jasa, 63.7% Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah triwulan selanjutnya. Belanja Modal, 27.24% Belanja Pegawai, 9.69% Di sisi lain, yaitu sisi realisasi belanja, realisasinya pada triwulan III-213 mencapai Rp1,5 triliun atau 6,35% dari pagu belanja yang ditetapkan sebesar Rp1,74 triliun pada APBD Provinsi Maluku tahun 213. Realisasi triwulan laporan lebih tinggi daripada triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 56,7%. Pencapaian angka realisasi belanja triwulan III-213 memperlihatkan kinerja yang baik Pemerintah Daerah Provinsi Maluku dalam penyerapan anggaran dan diperkirakan penyerapannya dapat lebih optimal pada Pada triwulan laporan, pos Belanja Tidak Langsung mencatatkan realisasi lebih besar daripada pos Belanja Langsung, dimana pos yang pertama mencapai penyerapan sebesar Rp742,11 miliar atau 72,47%, meningkat dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 63,28%, sedangkan pos yang lainnya mencetak angka penyerapan sebesar Rp39,18 miliar atau 43,7%, lebih rendah daripada realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 45,51%. Menurut komponen penyusun pos Belanja Tidak Langsung, realisasi tertinggi, secara nominal, dicatatkan oleh subpos belanja hibah sebesar Rp48,77 miliar 89

98 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 atau 84,11% dari pagu belanja yang ditetapkan. Selanjutnya, diikuti dengan belanja pegawai sebesar Rp253,47 miliar atau 63,47%, belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa sebesar Rp68,55 miliar (73,79%), belanja bantuan sosial Rp2,99 miliar (58,14%), belanja bunga Rp931 juta (55,9%), dan belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota, Pemerintah Desa dan Partai Politik dan belanja tidak terduga masingmasing sebesar Rp5,39 miliar (17,37%) dan Rp2, miliar (25,7%). Realisasi belanja tidak langsung dinilai berkinerja baik karena pos ini sebagian besar mencakup belanja rutin pemerintah daerah, seperti gaji pegawai dan tunjangan-tunjangan yang termasuk dalam subpos belanja pegawai dan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) yang termasuk dalam subpos belanja modal. Sementara itu, menurut komponen penyusun pos Belanja Langsung, realisasi nominal tertinggi pada triwulan ketiga tahun 213 dicapai oleh subpos belanja barang dan jasa sebesar Rp194,99 miliar atau 44,22% dari pagu belanja yang ditetapkan. Kemudian, diikuti oleh belanja modal dan belanja pegawai masing-masing sebesar Rp84,22 miliar (4,48%) dan Rp Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; 29,98 miliar (43,56%). Realisasi belanja diolah langsung pada triwulan laporan menunjukkan pencapaian penyerapan anggaran yang cukup optimal. Hal ini mengindikasikan kinerja dan Grafik V.7 Proporsi Realisasi Belanja Langsung APBD 213 Provinsi Maluku hingga Triwulan III-213 Belanja Hibah, 55.8% Belanja Bunga,.13% Belanja Bantuan Sosial,.4% Belanja Bagi Hasil kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes, 9.24% Belanja Pegawai, 34.16% daya upaya satuan kerja perangkat daerah (SKPD) yang telah melakukan optimalisasi daya serap terhadap anggaran belanja langsung, terutama terkait isu penyelesaian proses tender. Pada triwulan III-213, APBD Provinsi Maluku dilaporkan memiliki kinerja realisasi yang baik dan optimal, yang ditunjukkan dengan realisasi pendapatan sebesar Rp1,27 triliun lebih besar daripada penyerapan anggaran sebesar Rp1,5 triliun. Dengan demikian, APBD Provinsi Maluku triwulan III-213 mencatatkan surplus anggaran sebesar Rp217,26 miliar, lebih rendah daripada surplus sebesar Rp347,42 triliun yang dicatatkan APBD Provinsi Maluku triwulan III-212. Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota, Pemdes & parpol,.73% Belanja Tidak Terduga,.27% 9

99 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Tabel V.2 Realisasi Pendapatan dan Belanja dari APBD Provinsi Maluku, dalam Rp juta Sumber: Biro Keuangan Provinsi Maluku; diolah 91

100 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Halaman ini sengaja dikosongkan 92

101 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 BAB VI KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 6.1 Ketenagakerjaan Data ketenagakerjaan terakhir sampai dengan bulan Agustus 213 menunjukkan bahwa jumlah penduduk usia kerja (>15 tahun) mencapai orang atau mengalami pertumbuhan sebesar 1,49% dibandingkan bulan Februari 213. Tabel VI.1 Penduduk Usia Kerja Menurut Kegiatan Jenis Kegiatan Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Penduduk Usia Kerja (> 15 tahun) 997,69 1,1,287 1,22,967 1,35,915 1,49,94 1,64,763 Angkatan Kerja 692,672 71, , , , ,481 a) Bekerja 639,182 65, ,423 61, , ,792 b) Pengangguran 53,49 51,781 48,711 49,591 48,67 64,689 Bukan Angkatan Kerja 35,18 38, , , ,765 41,282 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) 69.43% 69.47% 66.98% 63.71% 68.5% 62.31% Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) 7.72% 7.38% 7.11% 7.51% 6.73% 9.75% Sumber : BPS Provinsi Maluku (diolah) Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang merupakan perbandingan antara angkatan kerja dengan penduduk usia kerja mengalami penurunan dari 68,5% pada bulan Februari 213 menjadi 62,31% pada bulan Agustus 213. Sementara itu, angka Tingkat Pengangguran Terbuka (PTK), yang merupakan rasio antara jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja, mengalami peningkatan dari 6,73% pada bulan Februari 213 menjadi 9,75% pada bulan Agustus 213. Dilihat dari lapangan usaha, sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, dan perikanan) masih mendominasi penyerapan tenaga kerja dengan proporsi sebesar 48,7%, disusul oleh sektor jasa-jasa sebesar 2,19%, dan sektor lainnya sebesar 14,39%. Dampak dari kenaikan harga BBM bersubsidi pada musim hujan, telah menurunkan jumlah pekerja pada sektor pertanian (termasuk perkebunan, kehutanan, dan perikanan) akibat semakin tingginya biaya operasional nelayan. Sementara itu Sektor Industri hanya menyerap tenaga kerja sebanyak 2. atau sekitar 3,34% menurun jauh dibanding data Februari 213. Sedangkan andalan Maluku, yaitu Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menyerap 14,2% pekerja. 93

102 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Tabel VI.2 Penduduk Usia Kerja yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Lapangan Pekerjaan Utama Februari % Agustus % Februari % Agustus % Februari % Agustus % Sektor Pertanian 322, , , , , , Sektor Industri 57, , , , , , 3.34 Sektor Perdagangan, Hotel, & Restoran 91, , , , , , Sektor Jasa-Jasa 14, , , , , , Lainnya*) 63, , , , , , Total 639, , , , , , Sumber : BPS Provinsi Maluku * Sektor Pertambangan & Penggalian, Sektor LGA, Sektor Bangunan, Sektor Angkutan & Komunikasi, Sektor Keuangan, Persewaan, & Jasa Perusahaan Terlihat bahwa penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor primer dan sektor tersier tepatnya pada tiga sektor ekonomi terbesar penyumbang PDRB yaitu Sektor Pertanian, Sektor PHR, dan Sektor Jasa-Jasa. Grafik VI.1 Tingkat Pengangguran Menurut Wilayah Tempat Tinggal 5, 4, 3, 2, 1, Agustus Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus Angkatan Kerja Kota Angkatan Kerja Desa Pengangguran Kota (%) Pengangguran Desa (%) Sumber : BPS Provinsi Maluku (diolah) Berdasarkan wilayah tempat tinggal, angkatan kerja di desa tercatat sebanyak orang sedangkan angkatan kerja di kota tercatat sebanyak orang. Hal ini menandakan bahwa konsentrasi angkatan kerja di Maluku masih banyak terdapat di pedesaan. Mencermati angka tingkat pengangguran maka pada bulan Agustus 213, tingkat pengangguran di kota tercatat sebesar 12,69%, lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pengangguran di desa yang sebesar 7,98%. Hal ini sejalan dengan melambatnya perekonomian Maluku memasuki triwulan III-213, sehingga lapangan pekerjaan yang berada di kota semakin berkurang. Sedangkan di desa peluang kerja masih terbuka luas terutama pada sektor pertanian. Secara umum, level pengangguran desa cenderung lebih rendah daripada level pengangguran di kota. Hal ini sejalan dengan penyerapan tenaga kerja berdasarkan sektor ekonomi, di mana Sektor Pertanian menjadi sektor dengan pangsa tenaga kerja terbesar. Terkait dengan hal tersebut, maka pola pembangunan harus mulai dikembangkan ke pedesaan melalui pembangunan infrastruktur yang akan memacu berkembangnya pusat-pusat pertumbuhan baru di pedesaan

103 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II Tingkat Kemiskinan Persentase penduduk miskin di Provinsi Maluku pada Maret 213 sebesar 19,49%, mengalami penurunan dibandingkan dengan September 212 yang sebesar 2,76%. Bila diurai lebih lanjut, pada bulan Maret 213 jumlah penduduk miskin sebanyak orang, dengan rincian orang berlokasi di kota dan orang berlokasi di desa. Konsentrasi penduduk miskin di desa yang jauh melebihi penduduk miskin di kota menyebabkan angka kemiskinan desa mencapai 26,35% lebih tinggi daripada angka kemiskinan kota yang menyentuh level 7,93%. Meskipun demikian, masing-masing angka kemiskinan di desa dan kota mengalami penurunan yang cukup baik dalam kondisi perekonomian sekarang ini. Mencermati Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) yang mengalami penurunan dari 4,38 pada September 212 menjadi 3,88 pada Maret 213. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kedalaman kemiskinan makin berkurang karena kemampuan penduduk miskin untuk memenuhi kebutuhan utamanya meningkat, seiring dengan semakin bervariasinya pekerja di sektor jasa. Tabel VI.3 Tingkat Kemiskinan Provinsi Maluku 211 Indikator 21 (Sept) Jumlah Penduduk Miskin (Po) 212 (Sept) 213 (Mar) Kota 36,35 56,49 51,1 48,75 Desa 342,28 299,92 287,79 273,9 Kota+Desa 378,63 356,41 338,89 321,84 Persentase Penduduk Miskin Kota Desa Kota+Desa Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1) Kota Desa Kota+Desa Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Kota Desa Kota+Desa Sumber : BPS Selain itu, jika memperhatikan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) yang merupakan ukuran ketimpangan pengeluaran penduduk miskin, maka terlihat bahwa pada awal tahun 213 ketimpangan pengeluaran penduduk miskin makin berkurang, ditandai dengan turunnya indeks keparahan kemiskinan dari 1,31 pada September 212 menjadi 1,16 pada Maret

104 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II Nilai Tukar Petani (NTP) Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indeks yang diperoleh dari perbandingan Indeks Harga Yang diterima Petani (It) terhadap Indeks Yang Dibayar Petani (Ib). Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisis tingkat kesejahteraan petanidipedesaan karena NTP mampu memperlihatkan perbandingan harga produk pertanian yang dijual petani dengan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh petani. Semakin tinggi nilai NTP, maka relatif makin tinggi pula kesejahteraan petani. Grafik VI.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Indeks Sumber : BPS (diolah) Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani Nilai Tukar Petani Pergerakan NTP dari triwulan II (Juni) 213 ke triwulan III-213 mengalami penurunan dari level 15,64 ke level Hal ini mengindikasikan secara umum kesejahteraan petani mengalami penurunan dibanding triwulan II-213. Bila ditelisik lebih jauh maka pada periode tersebut Indeks Diterima mengalami peningkatan dari 152,3 menjadi 157,57, namun Indeks Dibayar juga mengalami peningkatan dari 144,16 menjadi149,44. Menurunnya NTP secara keseluruhan utamanya dipengaruhi oleh penurunan NTP pada sub sektor utama seperti, sub sektor tanaman pangan, tanaman perkebunan rakyat dan peternakan. Hingga bulan September 213, sub sektor tanaman pangan (NTP 85,71) dan sub sektor peternakan masih memiliki NTP di bawah 1, yang berarti petani pada sub sektor tersebut secara umum belum memiliki kesejahteraan yang baik. Petani pada sub sektor tanaman pangan mengalami penuruan NTP terbesar pada triwulan III-213, sebagai akibat rusaknya tanaman pangan selama musim hujan. Hal yang sama juga dialami oleh sub sektor perikanan yang mengalami penurunan NTP hingga pertengahan triwulan III-213 akibat berkurangnya tangkapan ikan di musim hujan. 96

105 Kajian Ekonomi Regional Provinsi Maluku Triwulan II-213 Grafik VI.3 Nilai Tukar Petani (NTP) Per Subsektor Melihat grafik pergerakan NTP, petani di sub sektor tanaman pangan dan peternakan tidak mengalami peningkatan NTP yang menggembirakan. Kondisi ini dapat diindikasikan bahwa perkembangan usaha pada sektor tersebut belum berkembang dengan baik. Oleh karena itu perlu peran Pemerintah Daerah untuk mengatur tingkat harga jual petani khususnya di sub sektor tanaman pangan, dan peternakan agar tingkat kesejahteraan petani di kedua sektor tersebut dapat meningkat. 97

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2012 Kelompok Kajian Statistik dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN IV 2012 Unit Kajian, Statistik, dan Survei KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU. Triwulan II Diving Spot, Saparua. Senja di Laut Banda, Banda Neira

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU. Triwulan II Diving Spot, Saparua. Senja di Laut Banda, Banda Neira KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI MALUKU Triwulan II - 214 Senja di Laut Banda, Banda Neira Jelajahi Seram, Pantai Sawai Diving Spot, Saparua Bungalow tradisional, Pantai Ora Misi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan IV 214 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan III 214 Misi Bank Indonesia 1. Mencapai stabilitas nilai rupiah dan menjaga efektivitas transmisi kebijakan moneter untuk mendorong pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Agustus 2016 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Maluku Triwulan I 215 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 2011 Kelompok Kajian Statistik dan Survei BANK INDONESIA AMBON Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci