BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013"

Transkripsi

1 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1

2 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan Divisi Asesmen Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, 8234 Tel. (361) Fax. (361) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213. Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia, memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KEKR ini, dengan harapan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KEKR ini untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini yang akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, Februari 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III (BALI DAN NUSA TENGGARA) Kepala Perwakilan Benny Siswanto Direktur Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 3

4 Daftar Isi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 1 Ringkasan Umum Ekonomi Makro Regional SISI PENAWARAN Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perkembangan Inflasi PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Inflasi Tahunan Inflasi Triwulanan Inflasi Bulanan DISAGREGASI INFLASI Volatile Foods Administered Price Core Inflation Perbankan dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Non Performing Loan (NPL) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

5 3.2. PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Keuangan Pemerintah ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN Prospek Perekonomian MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN I INFLASI REGIONAL TRIWULAN I Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 5

6 Daftar Grafik Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1.2. Pangsa Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali di Tahun Grafik 1.3. Andil Sektor terhadap Perekonomian Provinsi Bali di Tahun Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Sektor PHR... 2 Grafik 1.5. Kunjungan Wisman ke Bali... 2 Grafik 1.6. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel... 2 Grafik 1.7. Penerimaan Visa On Arrival... 2 Grafik 1.8. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara Grafik 1.1. Perkembangan Total Penjualan Grafik Pertumbuhan Indeks Penjualan Grafik Penyaluran Kredit Subsektor Perdagangan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali Grafik Perkembangan Luas Panen Padi di Bali Grafik Perkembangan Produksi Ikan Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Grafik 1.2. Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Grafik Jumlah Penumpang Laut Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu Grafik 1.25 Nilai Ekspor Pakaian Jadi Grafik Nilai Ekspor Tekstil Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Konsumsi Listrik Industri Grafik Kredit Bank Umum Grafik 1.3. Kredit Bank Perkreditan Rakyat Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Perkembangan Konsumsi Semen Grafik Kredit Sektor Bangunan... 3 Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Grafik Indeks Tendensi Konsumen Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

7 Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.4. Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Kredit Investasi Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Grafik 1.5. Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Bali Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Provinsi Bali Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Bali Grafik 2.4. Kontribusi Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan Provinsi Bali Tw IV Grafik 2.5. Pergerakan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bali Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Perumahan, LGA & Bahan Bakar serta Transpor di Provinsi Bali Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Tarif Listrik dan BBM di Provinsi Bali Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Bali Grafik 2.9. Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Oktober Grafik 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali November Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali November Grafik Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Desember Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Desember Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Interaksi Permintaan dan Penawaran Grafik Ekspektasi Pedagang Grafik Ekspektasi Konsumen Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Kredit Terhadap Aset Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Share Kredit terhadap PDRB Grafik 3.5. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3.6. Komposisi Kredit terhadap Aset Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 7

8 Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik 3.1. Komposisi Kredit Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Grafik Perkembangan Uang Tidak Layak Edar Grafik Temuan Uang Palsu Grafik Perkembangan Kliring Grafik 3.2. Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali... 7 Grafik Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali... 7 Grafik 5.1. Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Grafik 5.2. Angka Kemiskinan Provinsi Bali Grafik 5.3. NTP Provinsi Bali dan Nasional, Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali... 8 Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha... 8 Grafik 6.3. Indeks Tendensi Konsumen... 8 Grafik 6.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan... 8 Grafik 6.5. Proyeksi Inflasi Bali Grafik 6.6. Perkembangan Perkiraan Penawaran dan Permintaan Provinsi Bali Grafik 6.7. Ekspektasi Pedagang terhadap Perubahan Barang dan Jasa Grafik 6.8. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

9 Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor Tabel 3.3. Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Bali Tabel 3.4. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Tabel 3.5. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tabel 3.6. Perkembangan Transaksi RTGS Tabel 4.1. Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan IV Periode Tabel 4.2. APBD Provinsi Bali Tabel 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Daftar Boks BOKS A Bali Merupakan Pendorong Investasi Bali-Nustra BOKS B Pengaruh Kebijakan LTV/FTV terhadap Penjualan Properti di Bali... 4 BOKS C Cuaca dan Pergerakan Harga Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 9

10 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator I II III IV I II III IV EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan (1.28) (3.94) - Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga (.3) Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi (1.6) - PMTB Perub. Stok (35.7) (71.1) (62.7) (63.35) (69.46) (28.46) Ekspor Impor Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

11 PERBANKAN Indikator I II III IV I II III IV PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio (%) Rasio NPL gross (%) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

12 SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 2,281 1,91 2,131 1,83 2,96 2,53 2,797 2,8 Outflow (Rp Triliun) 1,623 2,79 3,125 3,242 2,28 2,468 4,154 1,765 RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) 15,55 22,231 28,185 3,382 29,941 33,865 34,94 28,785 Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) 15,813 2,373 22,531 25,534 21,235 24,172 34,726 23,638 RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 9,62 14,134 17,969 2,675 21,187 23,45 45,831 21,72 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 17,71 2,4 21,61 23,39 2,623 22,58 42,415 21,221 RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 2,764 3,369 3,858 4,356 3,99 4,144 9,28 4,38 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 4,282 4,789 5,78 5,763 5,17 5,63 9,692 5,29 Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) 1,35 11,977 11,525 12,871 11,782 12,467 13,9 13,643 Vol. Kliring (Rb Lbr) Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

13 Ringkasan Umum Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan IV-213 kembali menunjukkan perlambatan. Perekonomian Bali tumbuh melambat dari 5,97% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,49% (yoy) pada Triwulan IV-213. Setelah beberapa triwulan sebelumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, pertumbuhan ekonomi Bali di Triwulan IV-213 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,72% (yoy) di Triwulan IV-213. Perekonomian Bali di Tw IV-213 tumbuh melambat sebesar 5,49% (yoy) Untuk keseluruhan tahun 213, pertumbuhan ekonomi Bali juga menunjukan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 212. Pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 213 tumbuh melambat dari 6,65% menjadi 6,5% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 213 yang sebesar 5,78% (yoy). Pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 213 tumbuh melambat sebesar 6,5% (yoy) Tekanan inflasi Bali sepanjang tahun 213 mengalami peningkatan. Setelah mengalami inflasi pada level moderat di tahun 212, inflasi Provinsi Bali pada tahun 213 terakselerasi sehingga mencapai 7,35% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 4,71% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi sepanjang tahun 213 diwarnai oleh tingginya tekanan pada kelompok bahan makanan, transportasi dan kelompok perumahan. Laju inflasi di akhir tahun 213sebesar 7,35% (yoy), lebih tinggi dibanding laju inflasi tahun sebelumnya Seiring dengan perlambatan perekonomian pada Triwulan IV-213, kinerja perbankan secara umum juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Seluruh indikator utama perbankan menunjukkan perlambatan, terutama untuk kegiatan penyaluran kredit yang tercatat melambat dari 28,2% menjadi 24,9%. Perlambatan juga terjadi pengerahan dana pihak ketiga yang bermuara pada perlambatan asset. Sejalan dengan perlambatan ini, risiko kredit juga terindikasi meningkat walaupun masih berada pada level yang rendah sebesar,96%. Sementara itu, tingkat intermediasi yang tercermin dari rasio kredit terhadap dana (LDR) tercatat mengalami peningkatan menjadi 85,8%. Beberapa indikator kinerja perbankan menunjukkan perlambatan di Triwulan IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

14 Sistem pembayaran tunai maupun non tunai juga cenderung mengalami perlambatan di Triwulan IV-213 Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan juga tercermin dari transaksi baik tunai maupun non tunai atau giral yang cenderung mengalami perlambatan. Dari transaksi tunai yang tercatat di Bank Indonesia, pada Triwulan IV-213 tercatat terjadi net inflow (setoran ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang disalurkan oleh Bank Indonesia melalui perbankan dan penukaran), sementara pada triwulan sebelumnya net outflow. Selain dari besarnya inflow yang masuk, perlambatan juga tercermin dari perlambatan jumlah uang yang dikliringkan dan kontraksi pada RTGS yang dilakukan melalui system perbankan di Bali. Realisasi pendapatan dan belanja pada Triwulan IV-213 meningkat dibanding triwulan sebelumnya Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali pada Triwulan IV-213 mencapai 19,16% lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 212 sebesar 16,92%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 84,77%, lebih rendah dibandingkan realisasi belanja triwulan IV 212 sebesar 86,84%. Realisasi belanja langsung pada triwulan IV 213 sebesar 85,22% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 78,32%. Hal ini menunjukkan realisasi belanja guna menstimulasi mesin perekonomian semakin baik. Tingkat kemiskinan di Triwulan IV-213 menunjukkan peningkatan, sedangkan kesejahteraan petani mengalami penurunan Tingkat kemiskinan pada September 213 mencapai 4,49 % meningkat,54 % dibandingkan kondisi Maret 213. Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir Triwulan IV 213 mengalami penurunan,74% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan juga tercatat relatif rendah yaitu,32% (m-t-m) pada akhir Triwulan IV 213 lebih rendah dibandingkan inflasi perdesaan nasional sebesar,39% (m-t-m). 14 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

15 Setelah mengalami perlambatan pertumbuhan di sepanjang tahun 213, pertumbuhan ekonomi Bali di Triwulan I-214 diperkirakan mengalami peningkatan. Pertumbuhan ekonomi Bali di Triwulan I-214 diperkirakan tumbuh di kisaran 5,8 6,2% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut diperkirakan didorong oleh peningkatan pertumbuhan di Sektor PHR, Sektor Pertanian, serta Sektor Bangunan. Sedangkan dari sisi permintaan, pertumbuhan di Triwulan I-214 diperkirakan dipicu oleh pertumbuhan di komponen investasi dan komponen ekspor. Perekonomian Tw I-214 diperkirakan mengalami peningkatan pertumbuhan, dengan pertumbuhan di kisaran 5,8 6,2% (yoy) Sesuai dengan pola musimannya, pada Triwulan I-214 tekanan inflasi Bali diperkirakan masih cukup tinggi. Berdasarkan disagregasinya, upside risk inflasi diperkirakan bersumber dari seluruh komponen (volatile foods, core inflation dan administered price) sehingga inflasi diperkirakan akan berada dalam rentang 6,% - 6,4% (yoy). Tekanan inflasi Triwulan I-214 diperkirakan berada di kisaran 6, 6,4% (yoy) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

16 Halaman ini sengaja dikosongkan 16 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

17 Bab 1 1. Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan IV-213 kembali menunjukkan perlambatan. Perekonomian Bali tumbuh melambat dari 5,97% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi 5,49% (yoy) pada Triwulan IV-213 (Grafik 1.1). Setelah beberapa triwulan sebelumnya tumbuh lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan nasional, pertumbuhan ekonomi Bali di Triwulan IV-213 lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,72% (yoy) di Triwulan IV-213. Ditinjau dari sisi sektoral, perlambatan tersebut dipicu oleh perlambatan sektor-sektor utama Bali, diantaranya Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), Sektor Pertanian, serta Sektor Jasa-Jasa. Sedangkan dari sisi permintaan, melambatnya pertumbuhan ekonomi Bali di Triwulan IV-213 didorong oleh perlambatan komponen investasi dan ekspor, sedangkan konsumsi sebagai pendorong perekonomian utama dari sisi permintaan kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Untuk keseluruhan tahun 213, pertumbuhan ekonomi Bali juga menunjukan perlambatan dibandingkan dengan pertumbuhan tahun 212. Pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 213 tumbuh melambat dari 6,65% menjadi 6,5% (yoy). Secara tahunan, pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional di tahun 213 yang sebesar 5,78% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi di tahun 213 dipicu oleh perlambatan pertumbuhan Sektor Pertanian, Sektor Bangunan, serta Sektor Pengangkutan. Sedangkan dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan di tahun 213 didorong oleh perlambatan pertumbuhan investasi serta peningkatan pertumbuhan impor di sepanjang tahun. Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Rp Miliar 9,5 9, 8,5 8, 7,5 7, 6,5 6, 5,5 5, %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah growth PDRB (%,yoy) - (RHS) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

18 1.1. SISI PENAWARAN Ditinjau dari sisi penawaran (sektoral), sektor-sektor utama Bali mengalami perlambatan pertumbuhan di Triwulan IV-213. Perlambatan tersebut mendorong perlambatan ekonomi Bali dari sebelumnya 5,97% menjadi sebesar 5,49% (yoy) di Triwulan IV-213. Sektor utama yang mengalami perlambatan tersebut diantaranya adalah Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR), Sektor Pertanian, serta Sektor Jasa-Jasa, dimana total pangsa ketiga sektor tersebut mencapai 64,89% terhadap perekonomian Bali. Namun demikian, beberapa sektor lainnya mengalami peningkatan pertumbuhan peningkatan pertumbuhan, diantaranya Sektor Industri Pengolahan, Pengangkutan dan Komunikasi, serta Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Akan tetapi, pangsa ketiga sektor tersebut yang hanya sebesar 28,9% tidak mampu menahan perlambatan perekonomian yang terjadi di Triwulan IV-213. Untuk keseluruhan tahun 213, pertumbuhan ekonomi Bali juga mengalami perlambatan dibanding tahun sebelumnya. Perekonomian di tahun 213 tumbuh sebesar 6,5%, melambat dibanding pertumbuhan tahun 212 yang mencapai 6,65% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipicu oleh perlambatan di Sektor Pertanian, Pengangkutan dan Komunikasi, serta Sektor Bangunan. Sedangkan pertumbuhan di Sektor PHR dan Jasa-Jasa yang merupakan sektor utama provinsi Bali menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Detail pertumbuhan PDRB dari sisi penawaran dapat dilihat pada Tabel 1.1. Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Sektor Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 213 Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan (1.28) (3.94) 6.2 Perdg, Hotel & Rest Pengangkutan & Kom Keuangan & Persewaan Jasa-Jasa PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Jika ditinjau dari pangsanya, perekonomian Bali di sepanjang tahun 213 masih ditopang oleh tiga sektor utamanya, yaitu Sektor PHR, Pertanian, serta Jasa-Jasa, dengan andil masing-masing sebesar 32,14%, 17,69%, 15,8% terhadap total perekonomian provinsi Bali (Grafik 1.2). Komposisi yang menggambarkan struktur perekonomian provinsi Bali tersebut relatif tidak mengalami perubahan dalam beberapa tahun terakhir. Total sumbangan (andil) ketiga sektor tersebut mencapai 3,7% terhadap pertumbuhan ekonomi Bali di tahun 213 (Grafik 1.3). Dapat dilihat bahwa andil sektor primer (dalam hal ini Sektor Pertanian) di tahun 213 sangat kecil dibanding andil sektor tersier (Sektor PHR serta Jasa-Jasa). Hal ini didorong oleh industri pariwisata yang terus mengalami pertumbuhan sehingga berdampak positif pada pertumbuhan di Sektor PHR dan Jasa-Jasa. 18 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

19 Grafik 1.2. Pangsa Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali di Tahun 213 Grafik 1.3. Andil Sektor terhadap Perekonomian Provinsi Bali di Tahun 213 Pengangkutan & Kom 11% Keuangan Persewaan 7% Jasa-jasa 15% Pertanian 18% Pertanian Pertambangan Ind. Pengolahan LGA PHR 32% Ind. Pengolahan 1% Pertambangan 1% Bangunan PHR Pengangkutan & Kom LGA Bangunan 2% 4% Keuangan Persewaan Jasa-jasa Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sama seperti triwulan sebelumnya, pertumbuhan paling tinggi di Triwulan IV-213 masih ditunjukkan oleh pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa yang mencapai 11,52% (yoy), sedangkan Sektor Bangunan kembali mengalami kontraksi sebesar 3,94% (yoy). Untuk keseluruhan tahun 213, Sektor Jasa-Jasa juga menunjukkan pertumbuhan tertinggi sebesar 11,8% (yoy), sedangkan pertumbuhan Sektor Pertanian merupakan yang terendah, yaitu hanya sebesar 1,39% (yoy). Isu alih fungsi lahan yang terus berlangsung di sepanjang tahun 213 dinilai memberikan dampak pada produksi pertanian di tahun 213 sehingga pada akhirnya ikut berdampak pada pertumbuhan di sektor tersebut Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Pertumbuhan Sektor PHR kembali mengalami perlambatan pada Triwulan IV-213. Sektor PHR tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya 5,86% menjadi sebesar 5,44% (yoy). Sumbangan Sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi Bali pun ikut melambat menjadi sebesar 1,74%, tidak sebesar sumbangan di triwulan sebelumnya yang mencapai 1,89%. Walaupun Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran serta Subsektor Restoran menunjukkan sedikit peningkatan pertumbuhan, namun perlambatan yang terjadi di Subsektor Hotel memicu perlambatan yang terjadi di Sektor PHR secara keseluruhan. Subsektor Hotel tumbuh melambat dari 5,31% menjadi sebesar 2,64% di Triwulan IV-213. Perlambatan yang terjadi di Sektor PHR tersebut sejalan dengan kredit perbankan ke sektor tersebut yang tumbuh melambat dari 36% menjadi 33,3% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 19,93 triliun (Grafik 1.4). Sedangkan untuk keseluruhan tahun 213, pertumbuhan Sektor PHR menunjukkan peningkatan dari 5,65% menjadi 5,74% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut terkonfirmasi dari penyaluran kredit Sektor PHR yang tumbuh meningkat dari 36,62% (yoy) pada tahun 212 menjadi sebesar 37,8% (yoy) pada tahun 213. Selain itu, peningkatan pertumbuhan di Sektor PHR tersebut juga sejalan dengan peningkatan kunjungan wisman di tahun 213 yang tumbuh sebesar 13,37% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 4,91% (yoy). Total jumlah kunjungan wisman di tahun 213 mencapai orang. Perlambatan pertumbuhan Sektor PHR di Triwulan IV-213 dipicu oleh perlambatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di akhir tahun. Jika pada triwulan sebelumnya peak season terjadi di sepanjang triwulan tersebut seiring dengan masuknya musim liburan, peak season Triwulan IV-213 hanya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

20 Ribu orang % yoy terjadi di penghujung tahun seiring masuknya libur Natal dan akhir tahun. Aktivitas MICE berupa rangkaian kegiatan dalam rangka KTT APEC pada awal Triwulan IV-213 serta dilaksanakannya KTT xxx pada xxx pun tidak mendorong peningkatan pertumbuhan Sektor PHR di Triwulan IV-213. Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Sektor PHR Grafik 1.5. Kunjungan Wisman ke Bali Rp Miliar 25, 2, 15, 1, 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (5) Kredit PHR g kredit PHR (RHS) Jumlah wisman g Jumlah Wisman (RHS) Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Terkait kunjungan wisman, pertumbuhan jumlah kunjungan wisman di Triwulan IV-213 melambat dari sebelumnya 2,65% menjadi sebesar 14% (yoy). Dilihat dari jumlahnya, jumlah kunjungan wisman di Triwulan IV-213 sebesar orang, lebih sedikit dibanding kunjungan di Triwulan III-213 yang mencapai orang (Grafik 1.5). Perlambatan jumlah kunjungan tersebut terkonfirmasi oleh perlambatan Tingkat Penghunian Kamar (TPK) hotel bintang di Triwulan IV-213 yang tumbuh 61,35% (yoy). Hal tersebut juga sejalan dengan indikator pertumbuhan penerimaan visa on arrival yang sedikit melambat dari 15,14% menjadi 14,54% (yoy) di Triwulan IV-213, dengan nominal sebesar 16.3 ribu USD (Grafik 1.7). Grafik 1.6. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.7. Penerimaan Visa On Arrival % Hari I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV TPK Bintang Rata2 menginap Bintang (RHS) TPK Non Bintang Rata2 menginap Non Bintang (RHS) ribu USD 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Penerimaan VoA g Penerimaan VoA (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah Untuk Triwulan IV-213, kunjungan wisman ke Bali masih didominasi oleh wisman asal Australia, China (PRC), Malaysia, dan Jepang. Pangsa wisman asal keempat negara tersebut masing-masing sebesar 25,79%. 9,85%, 6,99%, dan 5,9%. Jumlah kunjungan wisman asal Perancis yang pada triwulan sebelumnya menempati urutan ke empat, pada Triwulan IV-213 berada di urutan ke delapan dengan pangsa yang hanya sebesar 3,5%. Sedangkan pangsa wisman asal Singapore menunjukkan peningkatan dibanding 2 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

21 triwulan sebelumnya, dari 3,33% pada urutan ke sepuluh menjadi sebesar 5,17% dan berada di urutan ke lima jumlah kunjungan wisman terbesar di Triwulan IV-213. Secara keseluruhan, pangsa negara asal kunjungan wisman ke Bali dapat dilihat pada Grafik 1.8. Sedangkan jika ditinjau dari pertumbuhan kunjungannya, hampir seluruh wisman dari tiap negara menunjukkan pertumbuhan kunjungan yang positif pada Triwulan IV-213. Namun demikian, jumlah kunjungan wisman asal China, Korea Selatan, dan Taiwan yang pada triwulan sebelumnya tumbuh tinggi masing-masing sebesar 58,27%, 34,86%, dan 93,4% (yoy) pada triwulan ini mengalami perlambatan yang cukup signifikan. Pada Triwulan IV-213, pertumbuhan kunjungan wisman asal negara-negara tersebut masing-masing hanya sebesar 13,39%, 13,99%, dan 3,95% (yoy). Mulai berakhirnya musim liburan (peak season) yang terjadi di Triwulan III-213 diperkirakan menjadi penyebab perlambatan jumlah kunjungan wisman asal negara-negara tersebut. Perkembangan pertumbuhan kunjungan wisman berdasarkan negara asalnya dapat dilihat pada Grafik 1.9. Untuk keseluruhan tahun 213, sama seperti pada Triwulan IV-213, jumlah kunjungan wisman ke Bali juga didominasi oleh wisman asal Australia, China, Jepang, dan Malaysia, dengan pangsa masing-masing sebesar 25,2%, 11,82%, 6,35%, dan 6,8%. Sedangkan jika ditinjau dari pertumbuhannya, pertumbuhan wisman Australia dan China cenderung mengalami perlambatan, sedangkan pertumbuhan wisman asal Jepang dan Malaysia di tahun 213 menunjukkan peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan kunjungan wisman yang signifikan pada tahun 213 terjadi pada wisman asal Korea Selatan dan Taiwan, yang sebelumnya masing-masing mengalami kontraksi sebesar 3,84% dan 25,62% (yoy), pada tahun 213 mampu tumbuh positif masing-masing mencapai 1,35% dan 32,3% (yoy). Hal tersebut perlu dicermati sebagai peluang baik bagi Pemerintah Daerah maupun pelaku usaha di industri pariwisata. Grafik 1.8. Asal Wisman yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara New Zealand 1.59% Rusia 1.97% India 1.88% Netherland 2.1% Taiwan 3.19% Germany 3.22% USA 3.39% France 3.5% UK 3.93% Other Nationality 17.33% South of Korea 4.2% Australia 25.79% Japan 5.9% Singapore 5.17% PRC 9.85% Malaysia 6.99% %, yoy (2) (4) (6) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Australia PRC Japan France Malaysia South of Korea UK Taiwan Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Untuk Subsektor Perdagangan Besar dan Eceran, pertumbuhan di Triwulan IV-213 sedikit meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan subsektor tersebut meningkat dari 6,69% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 7,54% (yoy). Tingkat pertumbuhan yang cenderung berada pada level moderat tersebut tidak mampu menahan perlambatan yang terjadi di Sektor PHR secara keseluruhan. Pertumbuhan Subsektor Perdagangan terkonfirmasi dari hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) Bank Indonesia. Dari hasil survei tersebut, diperoleh total penjualan di Triwulan IV-213 mencapai kisaran Rp 162 miliar, dengan pertumbuhan total penjualan sebesar 73,49% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 53,74% (yoy) (Grafik 1.1). Peningkatan total nominal penjualan tersebut kembali disumbangkan oleh peningkatan di kelompok bahan bakar dan energi seiring dengan meningkatnya harga BBM bersubsidi yang mulai dirasakan sejak Triwulan III-213 (Grafik 1.11). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

22 Grafik 1.1. Perkembangan Total Penjualan Grafik Pertumbuhan Indeks Penjualan Total Penjualan Juta Rp 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Total Penjualan g Total Penjualan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy (2) (4) (6) %, yoy (1) (2) g Suku Cadang g Perlengkapan Rumah Tangga g Makanan, Minuman dan Tembakau g Bahan Bakar & Energi I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sumber : Survei Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Namun demikian, walaupun pertumbuhannya cenderung meningkat, beberapa indikator lain terkait pertumbuhan Subsektor Perdagangan cenderung mengalami perlambatan. Dilihat dari penyaluran kreditnya, pertumbuhan kredit ke Subsektor Perdagangan sedikit mengalami perlambatan dari 31,82% menjadi sebesar 3,41% (yoy) pada Triwulan IV-213, dengan outstanding kredit sebesar Rp 14,4 triliun (Grafik 1.12). Selain itu, perkembangan pertumbuhan arus bongkar muat di Pelabuhan Benoa juga kembali berkontraksi di Triwulan IV-213 hingga mencapai 52,7% (yoy (Grafik 1.13). Cuaca yang kurang kondusif di akhir tahun diperkirakan menjadi penyebab terkontraksinya pertumbuhan arus bongkar muat di Triwulan IV-213. Grafik Penyaluran Kredit Subsektor Perdagangan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Rp Miliar 15, 14, 13, 12, 11, 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, I II III IV I II III IV I II III IV % yoy Ribu Ton % yoy I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Perdagangan Besar & Eceran g kredit perdagangan (RHS) Arus Bongkar Muat (Ribu Ton) g Bongkar Muat (yoy) - (RHS) Sumber : PT Pelindo III, diolah Sektor Pertanian Pertumbuhan Sektor Pertanian kembali menunjukkan perlambatan di Triwulan IV-213. Sektor tersebut tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya,88% menjadi sebesar,87% (yoy), dengan sumbangannya terhadap perekonomian Bali Triwulan IV-213 sebesar,16%. Perlambatan Sektor Pertanian di Triwulan IV- 213 dipicu oleh perlambatan di Subsektor Peternakan yang pertumbuhannya terkontraksi sebesar 1,74% (yoy). Sejalan dengan perlambatan yang terjadi, pertumbuhan kredit Sektor Pertanian juga menunjukkan perlambatan dari 3,66% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 15,75% (yoy) pada Triwulan IV- 22 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

23 213, dengan outstanding kredit sebesar Rp 97,29 miliar (Grafik 1.14). Namun demikian, pertumbuhan di Subsektor lainnya seperti Subsektor Tanaman Bahan Makanan (Tabama), Subsektor Perkebunan, serta Subsektor Perikanan mampu menunjukkan peningkatan sehingga perlambatan Sektor Pertanian masih berada pada level yang moderat. Perlambatan yang terjadi di Sektor Pertanian tersebut terus berlangsung secara konsisten sejak awal tahun 213 sehingga untuk keseluruhan tahun 213, pertumbuhan Sektor Pertanian melambat dari 3,37% (yoy) di tahun 212 menjadi sebesar 1,39% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh perlambatan yang terjadi di Subsektor Perkebunan serta Peternakan. Isu alih fungsi lahan pertanian/perkebunan yang terus terjadi di sepanjang tahun 213 menjadi salah satu faktor pendorong terjadinya perlambatan di Sektor Pertanian. Grafik Perkembangan Kredit Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali Rp Miliar %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Pertanian g kredit pertanian (RHS) Ribu Ton Jan - Apr Mei - Agt Sep - Dec Produksi Padi Jan - Apr Mei - Agt Sep - Dec Jan - Apr g produksi padi (RHS) Mei - Agt Sep - Dec Jan - Apr Mei - Sep - Agt Dec %, yoy (5) (1) (15) (2) Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Jika ditinjau berdasarkan subsektornya, Subsektor Peternakan merupakan pendorong perlambatan Sektor Pertanian yang terjadi di Triwulan iv-213. Pertumbuhan subsektor ini melambat dari 2,22% (yoy) di triwulan sebelumnya menjadi terkontraksi sebesar 1,74% (yoy) pada Triwulan IV-213. Tingginya curah hujan di akhir tahun 213 berpengaruh pada output Subsektor Peternakan, khususnya untuk peternakan ayam dan sapi. Sedangkan untuk subsektor lainnya, Subsektor Tabama menunjukkan sedikit peningkatan pertumbuhan dari 1,4% menjadi sebesar 1,53% (yoy) pada Triwulan IV 213. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan produksi padi di Bali yang berdasarkan hasil publikasi Angka Ramalan (ARAM) menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada Kuartal III-213 (September Desember) dibanding kuartal sebelumnya, dengan pertumbuhan sebesar 1,43% (yoy), sedikit meningkat dibanding kuartal sebelumnya yang tumbuh,91% (yoy) (Grafik 1.14). Walaupun pertumbuhan produksi padi cenderung menunjukkan peningkatan, namun pertumbuhan luas panen padi menunjukkan kontraksi sebesar 2,14% (yoy) pada periode September Desember 213 (Grafik 1.15). Kurang mendukungnya kondisi cuaca di akhir tahun yang disertai dengan hujan lebat diduga berpengaruh terhadap penurunan luas panen padi di akhir tahun. Selain itu, alih fungsi lahan padi diperkirakan juga berpengaruh terhadap kontraksi pertumbuhan luas panen padi di periode September Desember 213. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

24 Grafik Perkembangan Luas Panen Padi di Bali Grafik Perkembangan Produksi Ikan Ribu Ha Jan - Apr Mei - Agt Sep - Dec Luas Panen Padi Jan - Apr Mei - Agt Sep - Dec Jan - Apr Mei - Agt g luas panen (RHS) Sep - Dec Jan - Apr Mei - Sep - Agt Dec %, yoy (5) (1) (15) Ribu Ton 3,, 2,5, 2,, 1,5, 1,, 5, Penangkapan Ikan g Tangkapan (RHS) %, yoy (1) I II III IV I II III IV I II III IV Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Sumber : Untuk Subsektor Perikanan, pertumbuhan subsektor tersebut cenderung menunjukkan peningkatan pada di akhir tahun. Pertumbuhan Subsektor Perikanan meningkat dari,2% menjadi 1,64% (yoy) pada Triwulan IV-213. Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah tangkapan ikan di PPN Pengambengan untuk Triwulan IV- 213 tumbuh sebesar 152,53% (yoy), dengan jumlah tangkapan mencapai 2,45 juta ton. Jumlah tersebut merupakan jumlah tangkapan terbesar dalam tiga tahun terakhir (Grafik 1.17). Namun demikian, pertumbuhan total ekspor perikanan pada Triwulan IV-213 kembali mengalami kontraksi seperti pada triwulan sebelumnya. Kontraksi pertumbuhan nilai ekspor perikanan sebesar 9,75% (yoy), sedikit lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar,3% (yoy) (Grafik 1.18). Begitu pula dengan volume ekspor luar negeri untuk komoditas perikanan yang tumbuh melambat dari 18,3% menjadi 1,7% (yoy) (Grafik 1.19). Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy (2) (4) Ribu Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy (1) (2) (3) (4) Ekspor Perikanan g Perikanan (RHS) Ekspor Vol Perikanan g Vol Perikanan (RHS) Sektor Jasa-jasa Sektor Jasa-Jasa menunjukkan perlambatan pertumbuhan pada Triwulan IV-213. Pertumbuhan sektor tersebut melambat dari triwulan sebelumnya 15,12% menjadi sebesar 11,52% (yoy). Namun demikian, Sektor Jasa-Jasa masih merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi pada Triwulan IV-213. Perlambatan yang terjadi di Triwulan IV-213 menyebabkan sumbangan sektor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi Bali menjadi berkurang dari 2,17% menjadi sebesar 1,68%. Untuk keseluruhan tahun 24 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

25 213, pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa mencapai 11,8% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan tahun sebelumnya yang sebesar 7,78% (yoy). Jika ditinjau berdasarkan subsektornya, perlambatan Sektor Jasa-Jasa pada Triwulan IV-213 didorong oleh perlambatan yang terjadi pada Subsektor Jasa Pemerintahan Umum. Pertumbuhannya melambat dari 22,42% menjadi sebesar 15,37% (yoy) pada Triwulan IV-213. Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa yang cukup tinggi pada Triwulan III-213 dikarenakan pembayaran gaji ke-13 di bulan Juli menyebabkan pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa tumbuh melambat di akhir tahun. Baik dari komponen Administrasi Pemerintahan dan Pertanahan serta Jasa Pemerintah lainnya menunjukkan perlambatan di Triwulan IV-213. Namun demikian, Subsektor Jasa Swasta sedikit menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya dan mampu tumbuh sebesar 7,16% (yoy). Oleh karena itu, Sektor Jasa-Jasa masih menunjukkan pertumbuhan tertinggi di Triwulan IV-213. Grafik 1.2. Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Rp Miliar 2,8 2,4 2, 1,6 1, %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Jasa g Kredit Jasa (RHS) Namun demikian, meskipun pertumbuhannya cenderung melambat, penyaluran kredit bank umum ke Sektor Jasa-Jasa masih menunjukkan indikasi yang positif. Berdasarkan data yang ada, total outstanding kredit untuk kegiatan jasa administrasi pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan kegiatan sosial, kemasyarakatan, serta jasa perorangan mencapai Rp miliar. Total penyaluran kredit tersebut tumbuh sebesar 14,68% (yoy). Pertumbuhan tersebut menunjukkan peningkatan dibanding pertumbuhan kredit Sektor Jasa-Jasa pada triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 1,56% (yoy) (Grafik 1.2) Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Pengangkutan dan Komunikasi kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada Triwulan IV Pada triwulan ini, pertumbuhan Sektor Pengangkutan meningkat dari triwulan sebelumnya 5,87% menjadi sebesar 7,31% (yoy). peningkatan pertumbuhan tersebut menyebabkan sumbangan Sektor Pengangukutan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali kembali meningkat dari,65% menjadi sebesar,8%. Namun demikian secara keseluruhan tahun, pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menunjukkan perlambatan dari 7,56% (yoy) pada tahun 212 menjadi sebesar 5,99% (yoy) di tahun 213. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

26 Grafik Jumlah Penumpang Laut Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Orang 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % yoy (1) (2) (3) Ribu Orang % yoy 2,4 1 2, 8 1, , I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Arus Penumpang g penumpang (yoy) - (RHS) Kedatangan g Kedatangan (RHS) Keberangkatan g Keberangkatan (RHS) Sumber : PT Pelindo III, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Jika ditinjau berdasarkan subsektor dan seluruh komponennya, tiap komponen di Sektor Pengangkutan dan Komunikasi menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada Triwulan IV-213. Sejalan dengan pertumbuhan tersebut, indikator berupa jumlah penumpang laut juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan di Triwulan IV-213. Pertumbuhan jumlah penumpang laut meningkat dari 13,35% menjadi sebesar 21,52% (yoy), dengan jumlah penumpang mencapai orang (Grafik 1.21). Namun demikian dari sisi angkutan udara, pertumbuhan jumlah penumpang udara cenderung mengalami perlambatan pada Triwulan IV-213. Dari sisi kedatangan, pertumbuhan jumlah penumpang melambat dari 12,38% menjadi 9,74% (yoy), sedangkan dari sisi keberangkatan, pertumbuhan jumlah penumpang juga melambat dari 1,93% menjadi 1,65% (yoy) (Grafik 1.22). Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan jumlah kunjungan wisman yang terjadi di Triwulan IV-213. Perlambatan pertumbuhan jumlah penumpang udara yang terjadi di Triwulan IV-213 mengindikasikan bahwa peningkatan pertumbuhan komponen angkutan udara yang berpengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan Sektor Pengangkutan secara keseluruhan lebih didorong oleh peningkatan pengiriman barang melalui udara, bukan peningkatan jumlah penumpang udara. Hal tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan yang terjadi di Susbektor Perdagangan pada Triwulan IV Sektor Industri Pengolahan Setelah mengalami perlambatan pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan kembali mengalami peningkatan pada Triwulan IV-213. Pertumbuhan Sektor Industri meningkat dari 5,59% (yoy) pada Triwulan III-213 menjadi 6,4% (yoy). Sumbangan Sektor Industri terhadap perekonomian Bali pun meningkat dari,55% menjadi,63% (yoy). Pertumbuhan tersebut didorong oleh pertumbuhan komponen-komponen utamanya pada Subsektor Industri Non Migas, diantaranya Industri Tekstil, Industri Barang Kayu, serta Industri Makanan. Pertumbuhan komponen tersebut masing-masing sebesar 8,64%, 5,64%, dan 8,51% (yoy). hal tersebut sejalan dengan publikasi BPS terkait perkembangan industri besar dan sedang, dimana indeks (pertumbuhan) industri kayu dan makanan menunjukkan peningkatan, namun demikian indeks industri tekstil sedikit mengalami perlambatan (Grafik 1.23). Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan di tahun 213 juga menunjukkan peningkatan dari 6,4% menjadi sebesar 6,75% (yoy), dimana peningkatan tersebut juga dipicu oleh pertumbuhan Subsektor Industri Barang Kayu serta Industri Makanan dan Minunan. 26 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

27 Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu %, yoy 5.7 Industri Makanan Industri Industri Minuman Tekstil Industri Kayu & barang dr kayu 6.69 Industri Furnitur Industri Pegolahan Lainnya 4.32 Indeks Industri Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ekspor Wood Manufacture g Wood Manuf (RHS) %, yoy 2 1 (1) (2) (3) (4) Sumber : Badan Pusat Statistik Jika ditinjau berdasarkan subsektornya, peningkatan pertumbuhan Subsektor Barang Kayu dan Hasil Hutan lainnya sejalan dengan pertumbuhan ekspor luar negeri kayu olahan (wood manufacture). Pada Triwulan IV- 213, kontraksi ekspor kayu tidak sedalam triwulan sebelumnya, dimana kontraksinya berkurang dari 2,64% menjadi,42% (yoy). Nilai ekspr luar negeri kayu pada Triwulan IV-213 sebesar 14,47 juta USD, lebih tinggi dibanding nilai ekspor pada triwulan sebelumnya yang sebesar 13,33 juta USD (Grafik 1.24). Terkontraksinya ekspor kayu masih terkendala oleh menurunnya permintaan dari negara tujuan dan berkurangnya pasokan bahan baku seiring dikeluarkannya ketentuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK), dimana hal tersebut menjadi kendala produksi bagi pengrajin yang mayoritas berskala usaha mikro, kecil dan menengah. Namun demikian, penerapan SVLK diharapkan dapat memberantas illegal logging yang terjadi selama ini. Grafik 1.25 Nilai Ekspor Pakaian Jadi Grafik Nilai Ekspor Tekstil Juta USD %, yoy (1) 5 (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Juta USD %, yoy (1) 2 (2) (3) 1 (4) (5) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ekspor Pakaian Jadi g Pakaian Jadi (RHS) Ekspor Tekstil g Tekstil (RHS) Sejalan dengan pertumbuhan ekspor kayu, pertumbuhan ekspor pakaian jadi ke luar negeri juga mengalami peningkatan. Setelah mengalami kontraksi sejak pertengahan tahun 212, ekspor pakaian jadi kembali menunjukkan pertumbuhan positif di Triwulan IV-213. Pertumbuhan ekspor pakaian jadi meningkat dari kontraksi 1,73% menjadi tumbuh positif sebesar 1,79% (yoy), dengan nilai ekspor mencapai 21,79 juta USD (Grafik 1.25). Peningkatan pertumbuhan ekspor luar negeri pakaian jadi tersebut sejalan dengan pertumbuhan Subsektor Industri Tekstil. Namun demikian, pertumbuhan ekspor tekstil (raw material kain) sendiri sedikit mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Ekspor tekstil tumbuh melambat dari 5,59% menjadi sebesar 2,8% (yoy), dengan nilai ekspor sebesar 5,59 juta USD. Akan tetapi, pangsa ekspor pakaian jadi yang sebesar 8% terhadap total ekspor pakaian jadi dan ekspor tekstil mampu mendorong pertumbuhan Subsektor Indsutri Tekstil, Barang Kulit, dan Alas Kaki. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

28 Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Konsumsi Listrik Industri Rp Miliar %, yoy 1,8 6 1,6 1,4 5 1,2 4 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ribu KWH 47, 44, 41, 38, 35, 32, 29, 26, 23, 2, %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Sektor Industri g kredit industri (RHS) Konsumsi Listrik Industri g konsumsi industri (RHS) Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Dari sisi penyaluran kredit bank umum, walaupun Sektor Industri Pengolahan mengalami peningkatan, namun pertumbuhan penyaluran kredit ke sektor tersebut cenderung mengalami perlambatan. Pertumbuhan kredit Sektor Industri melambat dari 17,85% menjadi sebesar 15,33% (yoy) pada Triwulan IV-213. Total outstanding kredit untuk sektor tersebut mencapai Rp miliar (Grafik 1.27). Selain itu, pertumbuhan konsumsi listrik industri juga menunjukkan sedikit perlambatan pada Triwulan IV-213. Konsumsi listrik industri tumbuh sebesar 5,85% (yoy) pada Triwulan IV-213, dengan konsumsi listrik industri tercatat sebesar 4,55 juta KwH (Grafik 1.28) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan menunjukkan peningkatan pada Triwulan IV-213. Pertumbuhan sektor tersebut meningkat dari 6% menjadi sebesar 7,36% (yoy) pada Triwulan IV Sumbangan sektor tersebut terhadap perekonomian Bali pun ikut meningkat dari,43% menjadi sebesar,54%. Peningkatan pertumbuhan tersebut hamper terjadi di seluruh subsektor yang ada di Sektor Keuangan. Namun demikian, pertumbuhan Subsektor Jasa Perusahaan pada Sektor Keuangan mengalami perlambatan. Hal tersebut sejalan dengan perlambatan pertumbuhan yang terjadi di Sektor Jasa-Jasa. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan Sektor Keuangan pada tahun 213 melambat dari 9,18% menjadi 7,5% (yoy). Ditinjau berdasarkan subsektornya, perlambatan tersebut dipicu oleh perlambatan Subsektor Keuangan Bank, dimana hal tersebut sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit yang terus terjadi di sepanjang tahun 213, yang mana hal tersebut juga sejalan dengan peningkatan suku bunga BI rate yang bertujuan untuk memperbaiki kondisi neraca perdagangan nasional. Untuk Triwulan IV-213, walaupun pertumbuhannya meningkat, namun demikian penyaluran kredit bank umum cenderung menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan penyaluran kredit bank umum pada Triwulan IV- 213 melambat dari 28,57% menjadi sebesar 24,18% (yoy). Total outstanding dari kredit yang disalurkan bank umum tersebut mencapai Rp 49,25 triliun (Grafik 1.29). Sejalan dengan perlambatan kredit bank umum, kredit BPR juga menunjukkan perlambatan (Grafik 1.3). Perlambatan yang terjadi pada penyaluran kredit tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan di Sektor Keuangan lebih didorong oleh pertumbuhan Subsektor Lembaga Keuangan non Bank, Jasa Penunjang Keuangan, serta Sewa Bangunan, dimana total pangsa ketiga subsektor tersebut mencapai 58% terhadap total Sektor Keuangan. 28 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

29 Grafik Kredit Bank Umum Grafik 1.3. Kredit Bank Perkreditan Rakyat Rp Triliun %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Bank Umum g Kredit (RHS) Rp Triliun %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III Kredit BPR g Kredit BPR (RHS) Sektor Bangunan Setelah pertumbuhannya terkontraksi pada Triwulan III-213, pertumbuhan Sektor Bangunan kembali mengalami kontraksi pada Triwulan IV-213. Bahkan kontraksi yang dialami lebih dalam, dari sebelumnya 1,28% menjadi kontraksi sebesar 3,94% (yoy). Kontraksi tersebut mengakibatkan sumbangan Sektor Bangunan terhadap perekonomian Bali kembali berkurang dari -,6% menjadi -,19%. Perlambatan tersebut telah terjadi sejak Triwulan II-213, dimana perlambatan yang terjadi di Sektor Bangunan sejalan dengan perlambatan yang terjadi di komponen investasi. Mulai berakhirnya proyek pembangunan infrastruktur berskala besar pada pertengahan tahun 213 dalam rangka realisasi MP3EI dan penyelenggaraan APEC menyebabkan kinerja Sektor Bangunan terus mengalami penurunan. Selain itu, peningkatan harga properti diperkirakan juga berpengaruh terhadap perlambatan kinerja Sektor Bangunan di Triwulan IV-213. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan Sektor Bangunan melambat dari 18,67% menjadi 6,2% (yoy), dimana proyek pembangunan diperkirakan telah mencapai puncaknya pada tahun 212. Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Perkembangan Konsumsi Semen Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I I II III IV %, yoy Ribu Ton % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV IHPR g IHPR (yoy) - (RHS) g IHPR (qtq) - (RHS) Konsumsi Semen g konsumsi semen - (RHS) Sumber : Survei Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Kontraksi yang dialami Sektor Bangunan pada Triwulan IV-213 sejalan dengan perlambatan beberapa indikator di sektor tersebut. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) yang dilakukan Bank Indonesia menunjukkan perlambatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) dari 15,39% menjadi 1,97% (yoy) (Grafik 1.31). Hal tersebut mengindikasikan bahwa permintaan terhadap properti residensial di Bali cenderung mengalami penurunan, khususnya bagi properti residensial yang berskala menengah dan besar. Makin terbatasnya lahan di Bali, khususnya Denpasar, serta membumbungnya harga tanah mendorong Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

30 perlambatan pertumbuhan tersebut. Selain itu, adanya penerapan kebijakan properti berupa kebijakan Loan To Value (LTV), Financing To Value (FTV), serta larangan KPR inden diperkirakan juga berpengaruh terhadap kontraksi pertumbuhan di Sektor Bangunan. Berdasarkan Qucik Survey yang dilakukan Bank Indonesia, 5% developer menyatakan bahwa kebijakan LTV/FTV yang diberlakukan sejak Oktober 213 berdampak pada penurunan permintaan rumah di Bali, khususnya Kota Denpasar. Namun demikian berdasarkan Survei SHPR, pertumbuhan properti residensial berskala kecil masih menunjukkan peningkatan seiring dengan peralihan dari properti skala menengah dan besar ke kecil dikarenakan terbatasnya lahan dan membumbungnya harga lahan. Selain berdasarkan survei tersebut, indikator lain berupa konsumsi semen juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan di Triwulan IV-213. Setelah tumbuh positif sebesar 28,12% (yoy) pada Triwulan III-213, pertumbuhan konsumsi semen Bali apda Triwulan IV-213 mengalami kontraksi sebesar 21,88% (yoy), dengan total konsumsi sebesar 358 ribu ton (Grafik 1.32). Selain itu, penyaluran kredit bank umum ke Sektor Bangunan pun mengalami perlambatan yang signifikan dari 16,5% menjadi sebesar 45,7% (yoy) pada Triwulan IV-213, dengan total outstanding kredit sebesar Rp miliar (Grafik 1.33). Perlambatan konsumsi semen dan kredit Sektor Bangunan tersebut sejalan dengan perlambatan yang diperoleh dari SHPR serta perlambatan Sektor Bangunan secara keseluruhan. Grafik Kredit Sektor Bangunan Rp Miliar 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy Kredit Sektor Bangunan g Kredit Sektor Bangunan - (RHS) Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) Pada Triwulan IV-213, pertumbuhan Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) kembali menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan Sektor LGA melambat dari 8,4% menjadi 7,1% (yoy) pada Triwulan IV-213. Sumbangan Sektor LGA terhadap perekonomian Bali pun sedikit melambat dari,13% menjad,11%. Pangsa Sektor LGA yang hanya sebesar 1,59% tidak memberikan dampak besar terhadap perekonomian Bali secara keseluruhan. Perlambatan tersebut terjadi baik pada Subsektor Listrik maupun Subsektor Air Bersih. Perlambatan Sektor LGA tersebut terkonfirmasi oleh data yang diperoleh dari PLN, dimana pertumbuhan konsumsi listrik maupun jumlah pelanggan listrik di Bali pada Triwulan IV-213 juga mengalami perlambatan. Pertumbuhan konsumsi listrik melambat dari 13,61% menjadi 11,32% (yoy), dengan total konsumsi listrik sebesar 1.53,71 juta KwH (Grafik 1.34). Sedangkan dari jumlah pelanggannya, pertumbuhan jumlah pelanggan listrik juga mengalami perlambatan dari 9,49% menjadi 9,22% (yoy), dengan jumlah pelanggan pada Triwulan IV-213 sebesar ribu unit (Grafik 1.35). Untuk keseluruhan tahun, pertumbuhan Sektor LGA juga mengalami perlambatan dari 9,8% (yoy) pada tahun 212 menjadi sebesar 8,55% (yoy) pada tahun Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

31 Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik juta KWH 1,4 1,2 1, % yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ribu Unit % yoy 3,5 12 3, 1 2,5 8 2, 6 1,5 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi Listrik g Konsumsi Listrik (RHS) Jumlah Pelanggan g Jumlah Pelanggan (RHS) Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan komponen investasi, ekspor, dan impor mengalami perlambatan, sedangkan pertumbuhan komponen konsumsi meningkat pada Triwulan IV-213. Investasi kembali tumbuh melambat dari 6,75% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi,69% (yoy) pada Triwulan IV-213, dimana perlambatan tersebut terus berlangsung sejak awal tahun 213. Sedangkan di sisi lain, pertumbuhan konsumsi kembali menunjukkan peningkatan dari 12,28% menjadi 13,46% (yoy), dimana peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga. Dari komponen ekspor dan impor, masing-masing komponen tersebut tumbuh melambat pada Triwulan IV-213. Ekspor tumbuh melambat dari 17,45% menjadi 15,35% (yoy), sedangkan pertumbuhan impor melambat dari 24,26% menjadi 2,12% (yoy). Untuk keseluruhan tahun, perlambatan pertumbuhan dari 6,65% ke 6,5% (yoy) pada tahun 213 dipicu oleh perlambatan investasi dan pertumbuhan impor yang cukup tinggi di tahun 213. Detail perkembangan pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan dapat dilihat pada Tabel 1.2. Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Komponen Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 213 Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga (.3) Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi (1.6) PMTB Perub. Stok 2.66 (35.7) (71.1) (62.7) (63.35) (59.29) (69.46) (28.64) (25.18) Ekspor Impor PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

32 Konsumsi Pertumbuhan konsumsi kembali menunjukkan peningkatan pada Triwulan IV-213. Konsumsi tumbuh dari 12,28% menjadi 13,46% (yoy) pada Triwulan IV-213. Peningkatan tersebut menyebabkan sumbangan konsumsi terhadap perekonomian Bali kembali meningkat dari 8,37% menjadi 9,15%. Pada Triwulan IV- 213, peningkatan pertumbuhan konsumsi didorong oleh peningkatan pertumbuhan komponen konsumsi rumah tangga. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga meningkat dari 7,86% menjadi 9,72% (yoy) pada Triwulan IV-213. Peningkatan tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan Subsektor Perdagangan dan Restoran yang terjadi di Triwulan IV-213. Namun demikian, pertumbuhan konsumsi Pemerintah menunjukkan perlambatan. Konsumsi Pemerintah tumbuh melambat dari 38,7% menjadi 33,67% (yoy) pada Triwulan IV-213. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan konsumsi meningkat dari 2,38% menjadi 9,82% (yoy). Tiap komponen konsumsi menunjukkan peningkatan pertumbuhan, termasuk konsumsi rumah tangga dan Pemerintah. Peningkatan konsumsi di tahun 213 tersebut sejalan dengan peningkatan pertumbuhan di Sektor PHR, dimana peningkatan pertumbuhan kunjungan wisman, dalam hal ini spending (pengeluaran) wisman, akan berpengaruh terhadap pertumbuhan di komponen konsumsi. Peningkatan pertumbuhan konsumsi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen (SK) yang dilakukan Bank Indonesia, dimana hasil survei tersebut menunjukkan peningkatan optimisme konsumen pada Triwulan IV-213. Baik Indeks Keyakinan Konsumen (IKK), Indeks Kondisi Ekonomi (IKE), maupun Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) menunjukkan nilai di atas 1 dan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil survei, nilai untuk indeks-indeks tersebut masing-masing sebesar 115,48, 111,44, dan 119,51, dimana ketiga hal tersebut menunjukkan adanya peningkatan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini maupun ekspektasi konsumen ke depan (Grafik 1.36). Selain itu, dari survei diperoleh hasil yang sejalan bahwa terdapat peningkatan supply (persediaan) lapangan kerja serta penghasilan pada Triwulan IV-213 (Grafik 1.37). Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks = 1 Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Indeks Kondisi Ekonomi Penghasilan Saat Ini Supply Lap. Kerja Konsumsi Durable Goods Indeks = 1 Sumber : Survei Konsumen, KPwBI Wilayah III Sumber : Survei Konsumen, KpwBI Wilayah III Masih tingginya konsumsi di Triwulan IV-213 juga terkonfirmasi dari hasil publikasi BPS Indeks Tendensi Konsumen (ITK). Optimisme konsumen pada Triwulan IV-213 berada pada level 115,3, dimana hal tersebut menunjukkan optimisme konsumen terhadap kondisi ekonomi di triwulan ini (Grafik 1.38). Selain itu, jumlah konsumsi listrik rumah tangga juga masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi, yaitu sebesar 1,56% (yoy), dengan total konsumsinya sebesar 45,3 juta KwH (Grafik 1.39). 32 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

33 Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Indeks I II III IV I II III IV I II III IV Ribu KWH %, yoy 55, 5 5, 4 45, 4, 3 35, 2 3, 25, 1 2, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi Listrik RT g Konsumsi RT (RHS) Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah Indikator lain berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegoatan konsumsi menunjukkan sedikit perlambatan. Pertumbuhan kredit konsumsi pada Triwulan IV-213 melambat dari 26,37% menjadi sebesar 2,95% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp miliar (Grafik 1.4). Namun demikian, Nilai Tukar Petani (NTP) hasil publikasi BPS menunjukkan sedikit penurunan indeks. Namun demikian, indeks tersebut masih mengindikasikan tingginya daya beli masyarakat pada Sektor Pertanian, dengan rata-rata NTP pada Triwulan IV-213 sebesar 15,93 (Grafik 1.41). Grafik 1.4. Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Rp Miliar %, yoy 21, 35 19, 3 17, 25 15, 2 13, 11, 15 9, 1 7, 5 5, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Kredit Konsumsi g Kredit Konsumsi (RHS) Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV NTP Indeks yg Diterima Petani Indeks yg Dibayar Petani Indeks = 1 Sumber : Badan Pusat Statistik Investasi Komponen investasi kembali menunjukkan perlambatan pada Triwulan IV-213. Pertumbuhan investasi di Triwulan IV-213 melambat dari 6,75% menjadi,69% (yoy). Sumbangan komponen investasi terhadap perekonomian Bali pun turut melambat dari 2,3% menjadi,22% pada Triwulan IV-213. Perlambatan tersebut didorong oleh perlambatan pertumbuhan komponen Pembentukkan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang melambat dari 6,64% menjadi,57% (yoy). Perlambatan yang terjadi di komponen investasi sejalan dengan perlambatan di Sektor Bangunan, dimana mulai berakhirnya proyek-proyek MP3EI berskala besar serta melambungnya harga tanah dan properti memicu perlambatan di komponen investasi. Secara keseluruhan tahun, pertumbuhan investasi melambat dari 16,78% menjadi 13,11% (yoy) pada tahun 213. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

34 Perlambatan investasi yang tejadi di Triwulan IV-213 terkonfirmasi dari pertumbuhan penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan investasi yang juga menunjukkan perlambatan. Kredit investasi kembali tumbuh melambat dari 35,18% menjadi 28,1% (yoy) pada Triwulan IV-213, dengan outstanding kredit sebesar Rp miliar (Grafik 1.42). perlambatan tersebut telah terjadi sejak triwulan lalu, dimana pada triwulantriwulan sebelumnya, pertumbuhan kredit investasi menunjukkan peningkatan. Sejalan dengan pertumbuhan kredit investasi, pertumbuhan impor barang modal juga menunjukkan perlambatan. Walaupun masih menunjukkan pertumbuhan yang sangat tinggi, impor barang modal pada Triwulan IV-213 tumbuh melambat dari 561% menjadi 559% (yoy), dengan total nilai impor mencapai 86 juta USD (Grafik 1.43). Komoditas impor barang modal didominasi oleh impor barang transportasi (transport equipment). Grafik Kredit Investasi Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Rp Miliar 12, 1, 8, 6, 4, 2, - %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Juta USD I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy (2) Kredit Investasi g kredit investasi (yoy) - (RHS) Capital Goods g Capital Goods (RHS) Ekspor Impor Berbeda dengan beberapa triwulan sebelumnya, pertumbuhan komponen ekspor dan impor para Triwulan IV-213 menunjukkan perlambatan. Pertumbuhan ekspor di Triwulan IV-213 melambat dari 17,45% menjadi 15,35% (yoy). Sedangkan untuk impor, impor di Triwulan IV-213 tumbuh melambat dari 24,26% menjadi 2,12% (yoy). Untuk sepanjang tahun 213, komponen ekspor dan impor menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibanding tahun sebelumnya. Ekspor di tahun 213 tumbuh sebesar 11,65% (yoy) dibanding tahun sebelumnya, sedangkan impor tumbuh 19,18% (yoy). Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Juta USD 2 %, yoy 4 Ribu Ton 16 %, yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nilai Ekspor g Nilai Ekspor (RHS) Volume Ekspor g Volume Ekspor (RHS) 34 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

35 Berdasarkan data yang ada, nilai ekspor luar negeri Bali mengalami kontraksi sebesar 8,34% (yoy), dengan total nilai ekspor sebesar 133,75 juta USD (Grafik 1.44). Kontraksi pertumbuhan ekspor luar negeri tersebut telah terjadi sejak Triwulan II-213. Dari sisi volume, kontraksi volume ekspor di Triwulan IV-213 sebesar 2,16% (yoy), dengan volume ekspor sebesar 33,59 ton (Grafik 1.45). Kontraksi volume ekspor tersebut telah terjadi sejak tahun 211. Seperti triwulan-triwulan sebelumnya, ekspor luar negeri Bali di Triwulan IV-213 masih didominasi oleh ekspor perikanan (32%), pakaiaan jadi (21%), perhiasan (19%), kayu dan barang dari kayu (9%), serta perabot rumah tangga/furniture (7%) (Grafik 1.46). Kontraksi ekspor luar negeri masih terjadi di Triwulan IV- 213, terutama untuk ekspor perikanan, perhiasan, kayu, serta furniture, sedangkan ekspor pakaian jadi tumbuh sebesar 1,79% (yoy) (Grafik 1.47). Masih belum membaiknya kondisi beberapa negara tujuan ekspor di Triwulan IV-213 seperti negara-negara ASEAN, China, serta Eropa diperkirakan menjadi penyebab masih terkontraksinya pertumbuhan ekspor komoditas utama Bali. Khusus untuk perikanan, kurang kondusifnya kondisi cuaca akhir tahun diperkirakan menjadi penghambat pertumbuhan ekspor perikanan Bali. Sedangkan untuk ekspor kayu dan furniture, penerapan SVLK diperkirakan masih menjadi penghambat kinerja ekspor kayu dan furniture di Triwulan IV-213. Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama Furniture 7% Wood Manufacture 9% Lainnya 7% Perikanan 32% % yoy Perhiasan 19% Pakaian Jadi 21% (2) (4) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (6) Perikanan Perhiasan Pakaian Jadi Wood Manufacture Furniture Berdasarkan negara tujuan ekspornya, ekspor pada Triwulan III-213 masih didominasi oleh Amerika Serikat (2,32%), Jepang (12,73%), Australia (9,43%), Singapura (9,24%), serta Hongkong (4,61%) (Grafik 1.48). Kontraksi ekspor juga terjadi di hampir seluruh negara-negara tujuan utama ekspor Bali, dengan kontraksi terbesar masih terjadi pada ekspor ke Australia dan Hongkong, yang masing-masing terkontraksi sebesar 29,58% dan 18,84% (yoy) (Grafik 1.49). Namun demikian, ekspor luar negeri ke Singapura menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 18,56% setelah sejak Triwulan II-212 mengalami kontraksi. Secara keseluruhan, ekspor luar negeri Bali yang mencapai 133,75 juta USD pada Triwulan IV-213 mengalami kontraksi sebesar 8,34% (yoy), tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 1,4% (yoy). Sedangkan dari sisi volume, kontraksi ekspor luar negeri Bali sebesar 2,16% (yoy), sedikit membaik dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 6,17% (yoy). Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

36 Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan %, yoy US 2.32% 14 Other Countries 43.65% Hongkong 4.61% Singapore 9.24% Japan 12.73% Australia 9.43% I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV US Australia Japan Singapore Hongkong Other Countries Untuk impor luar negeri, sejalan dengan pertumbuhan impor di Triwulan IV-213, impor luar negeri Bali mengalami perlambatan di Triwulan IV-213. Setelah tumbuh hingga 186,31% (yoy) pada triwulan sebelumnya, impor luar negeri Bali di Triwulan IV-213 tumbuh melambat menjadi 139,22% (yoy), dengan nilai impor total sebesar 127,24 juta USD (Grafik 1.5). Sedangkan dari sisi volume, setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya, volume impor luar negeri kembali mengalami kontraksi di Triwulan IV Kontraksi volume impor luar negeri semakin dalam, dari sebelumnya 16,53% menjadi kontraksi hingga 31,81% (yoy) (Grafik 1.51). Kontraksi volume impor dan pertumbuhan positif nilai impor yang kembali terjadi tersebut menunjukkan bahwa impor luar negeri Bali lebih difokuskan kepada komoditas berbobot rendah, sedangkan memiliki nilai yang sangat tinggi, contohnya komponen pada alat transportasi (transportation equipment). Grafik 1.5. Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali Juta USD % yoy (1) (2) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Ribu Ton I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % yoy 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, Nilai Impor g Nilai Impor (RHS) Volume Impor g volume impor (RHS) Dilihat dari komponennya, impor luar negeri Bali kembali didominasi oleh impor barang modal (capital goods). Tidak jauh berbeda dengan triwulan sebelumnya, pangsa impor barang modal terhadap total impor luar negeri Bali sebesar 67%, dengan nilai mencapai 86 juta USD. Sedangkan pangsa impor raw material dan consumption goods masing-masing sebesar 27% dan 5%, dengan nilai masing-masing sebesar 34 juta USD dan 7 juta USD (Grafik 1.52). Pertumbuhan komponen impor capital goods, raw material, dan consumption goods pada Triwulan IV-213 masing-masing sebesar 558,79%, 44,45%, dan kontraksi 56,2% (yoy) (Grafik 1.53). 36 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

37 Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC %,yoy Capital Goods 67% Consumption Goods 5% Raw Material & Auxiliary Goods 27% (5) (1) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (15) g Consumption Goods (RHS) g Capital Goods (RHS) g Raw Material (RHS) Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

38 Jawa Timur Kal. Timur Jawa Tengah Jawa Barat Kal. Selatan DKI Jakarta Sum. Utara Riau Banten Aceh Sum. Selatan BALI Jambi Kal. Barat Kal. Tengah NTB Lampung Sul. Tenggara Maluku Utara Sul. Selatan Sul. Barat Sum. Barat Bangka Belitung Sul. Tengah PAPUA Kep. Riau Irian Jaya Barat DIY Bengkulu Gorontalo Sul. Utara Kal. Utara NTT Maluku BOKS A Bali Merupakan Pendorong Investasi Bali-Nustra Pertumbuhan ekonomi Bali-Nustra pada tahun 213 ini diperkirakan mencapai 5,53% (yoy), lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi tahun 212. Salah satu pendorong tumbuhnya ekonomi Bali-Nustra adalah investasi yang pada tahun 213 ini tumbuh hingga 13,2% (yoy), lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sebesar 11,4% (yoy). Sebagian besar investasi Bali-Nustra disumbang oleh Provinsi Bali dengan proporsi lebih dari 5%. Data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan investasi ke Bali berupa investasi dalam negeri (PMDN) relatif besar dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia (Gambar 1A). Sementara dua provinsi lainnya relatif lebih kecil terutama Provinsi NTT yang merupakan 2 provinsi dengan nilai PMDN terkecil. Gambar A1 Miliar Rp PMDN menurut Provinsi se Indonesia rata - rata Indonesia. Sumber : BKMP diolah Pada tahun 213, total PMDN yang masuk ke wilayah Bali-Nustra mencapai 4,4 triliun Rupiah, 68% disumbang oleh Provinsi Bali dengan nilai mencapai 2,98 triliun Rupiah. Sementara itu, PMDN di Provinsi NTB dan NTT masing-masing sebesar 1,4 triliun Rupiah dan 17,6 miliar Rupiah. Masalah infrastuktur dan pasokan sumber energi merupakan hambatan utama investasi di Provinsi NTT. Selain itu, kontur geografis Provinsi yang berbentuk kepulauan dengan 3 pulau utama sangat menghambatk konektivitas antar pusat pertumbuhan ekonomi. 38 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

39 Jawa Barat Banten Jawa Timur DKI Jakarta PAPUA Kal. Timur Riau Sum. Utara Sul. Tengah Kal. Barat NTB Sum. Selatan Kal. Tengah Jawa Tengah Sul. Selatan BALI Kep. Riau Maluku Utara Kal. Selatan Bangka Belitung Aceh Sum. Barat Sul. Tenggara Sul. Utara Irian Jaya Barat Maluku Lampung Kal. Utara Jambi DIY Gorontalo Bengkulu NTT Sul. Barat Gambar A2 8. PMA menurut Provinsi Se-Indonesia Tahun rata - rata Indonesia. Sumber : BKMP diolah Sejalan dengan PMDN, penanaman modal asing (PMA) di Bali-Nustra juga menunjukkan bahwa Provinsi NTT tetap merupakan dua provinsi terendah di Indonesia. Sementara PMA Provinsi NTB justru lebih besar dibandingkan dengan Provinsi Bali. Banyaknya PMA di Provinsi NTB terkait dengan upaya mengembangkan destinasi wisata di Provinsi NTB dan juga pengembangan sektor pertanian khususnya peternakan dan perikanan. Kondisi geografis Provinsi NTB relatif lebih kondusif dibandingkan dengan Provinsi NTT mengingat hanya terdiri dari dua pulau besar yaitu Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Untuk mendorong peningkatan investasi di masa depan, Bank Indonesia melalui fungsinya sebagai mitra strategis pemerintah daerah melakukan koordinasi aktif dengan pengambil kebijakan di daerah untuk menarik minat para investor dalam mendorong investasinya di Bali. Saat ini, Bank Indonesia sedang mengembangkan forum strategis ekonomi dan keuangan regional untuk mensinergikan langkah ke depan pemangku kebijakan dan agen ekonomi lainnya seperti kalangan pengusaha. Salah satu sasarannya adalah mendorong pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan investasi. Selain mendorong investasi melalui sisi pengambil kebijakan, Bank Indonesia juga berupaya menjangkau sektor usaha poduktif. Publikasi hasil kajian ekonomi secara rutin setiap tiga bulan merupakan salah komitmen Bank Indonesia untuk memberikan informasi mengenai kondisi ekonomi Bali kepada stakeholders termasuk para pengusaha. Informasi tersebut termasuk sektor-sektor ekonomi potensial untuk dikembangkan pada periode ke depan. Para pengusaha dapat memanfaatkan hasil-hasil kajian tersebut untuk mengalokasikan sumber daya ekonominya pada sektor-sektor potensial. Harapannya, kegiatan ekonomi semakin berkembang sehingga lapangan kerja semakin terbuka. Kombinasi strategi pengembangan investasi yang ditempuh Bank Indonesia tetap memerlukan dukungan dari masyarakat luas sebagai salah satu pelaku ekonomi. Dengan demikian, akselerasi percepatan pertumbuhan ekonomi Bali dapat terwujud yang akhirnya berujung pada peningkatan kesejahteraan masyarakat Bali. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

40 BOKS B Pengaruh Kebijakan LTV/FTV terhadap Penjualan Properti di Bali Perlambatan pertumbuhan Sektor Bangunan terus terjadi di sepanjang tahun 213, bahkan pertumbuhannya mengalami kontraksi pada dua triwulan terakhir. Adanya kebijakan properti berupa KTV/FTV serta larangan KPR inden terhadap penjualan rumah pada Triwulan IV-213 diperkirakan berpengaruh pada penjualan properti di Bali, khususnya pada kontraksi yang terjadi di Sektor Bangunan. Untuk mengetahui pengaruh kebijakan tersebut, maka dilakukan quick survey kepada beberapa responden yang merupakan developer di Bali. Sebanyak 67% developer yang menjadi responden menyatakan bahwa kebijakan properti membuat adanya perubahan terhadap penjualan rumah. Sementara 33% responden lainnya merasa bahwa tidak ada perubahan penjualan rumah akibat pengaruh kebijakan properti. Gambar B1 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Gambar B2 Dampak Utama Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Dampak Utama Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah 67% 33% Relatif tdk berubah Berubah 4% 1% 5% Penurunan permintaan rumah Penurunan harga rumah Lamanya proses penjualan rumah Lainnya % Ketika ditanyakan lebih spesifik mengenai dampak utama kebijakan properti terhadap penjualan rumah khususnya kebijakan mengenai LTV/FTV yang diberlakukan mulai Oktober 213, ternyata 5% menyatakan bahwa terjadi penurunan permintaan rumah, sedangkan 4% jawaban lainnya menyatakan mengenai lamanya proses penjualan rumah. Gambar B3 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe < 36m2 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe < 36m2 6% 1% 3% Penjualan naik Penjualan sama Untuk mengetahui lebih spesifik mengenai adanya perubahan penjualan teruama pada bulan Oktober dan November 213 maka pertanyaan langsung dihubungkan ke jenis rumah. Untuk rumah tipe < 36m2, sebagian besar responden mengatakan bahwa pengaruh kebijakan properti membuat penjualan turun. Sedangkan 3% responden setuju bahwa penjualan tetap sama meskipun ada pengaruh kebijakan properti. Hanya 1% responden saja yang menyatakan bahwa penjualan naik. Penjualan turun 4 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

41 Gambar B4 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe 36 7 m2 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe < 36-7 m2 Gambar B5 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe > 7 m2 Pengaruh Kebijakan Properti Terhadap Penjualan Rumah Tipe > 7 m2 17% Penjualan naik 29% Penjualan naik 58% 25% Penjualan sama 71% % Penjualan sama Penjualan turun Penjualan turun Untuk rumah tipe 36-7 m2,sebanyak 58% responden menyatakan bahwa pengaruh kebijakan properti berdampak pada penurunan penjualan. Sedangkan untuk tipe rumah >7 m2, sebanyak 71% responden mengamini bahwa kebijakan properti memiliki pengaruh pada penurunan penjualan. Secara umum, terlihat bahwa sebagian besar responden menyatakan pengaruh kebijakan properti membuat adanya penurunan penjualan rumah untuk semua tipe. Gambar B6 Dominasi Kebijakan Properti dan Kenaikan Suku Bunga KPR Terhadap Penjualan Dominasi Kebijakan Properti dan Kenaikan Suku Bunga KPR Terhadap Penjualan Rumah Gambar B7 Dampak Kebijakan LTV/FTV vs Kebijakan LTV/FTV 213 Terhadap Penjualan Dampak Kebijakan LTV/FTV 212 vs Kebijakan LTV/FTV 213 Terhadap Penjualan Rumah 53% 2% 7% 2% Kenaikan suku bunga KPR lebih dominan Kebijakan LTV/FTV lebih dominan Larangan inden KPR kedua dst lebih dominan Semua berimbang 7% 36% 57% Kebijakan LTV/FTV 213 lebih berdampak Kebijakan LTV/FTV 212 lebih berdampak Kebijakan LTV/FTV 212 dan 213 berimbang Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi BaliTriwulan IV

42 Gambar B8 Strategi Pengembang Menghadapi Kenaikan Suku Bunga KPR Strategi Pengembang Menghadapi Kenaikan Suku Bunga KPR 3% 3% Efisiensi Gambar B9 Strategi Pengembang Menghadapi Kebijakan LTV/FTV Strategi Pengembang Menghadapi Kebijakan LTV/FTV 3% 3% Efisiensi 18% 18% 19% 15% 12% 12% Menunda produksi Menurunkan produksi Menjual produk yg lbh murah Kemudahan pembayaran DP 21% 22% 15% 9% 12% 15% Menunda produksi Menurunkan produksi Menjual produk yg lbh murah Kemudahan pembayaran DP Skim pembayaran tunai bertahap Skim pembayaran tunai bertahap Kerjasama menyediakan perumahan karyawan Kerjasama menyediakan perumahan karyawan BI rate mengalami beberapa kali peningkatan sepanjang tahun 213 sampai pada level 7,5% di akhri 213. Peningkatan BI rate ini membuat perbankan menaikkan suku bunga KPR yang tentunya berimbas pada potensi penurunan permintaan KPR. Hal ini tentu saja membuat pengembang harus memutar otak agar penjualan tidak turun terlalu dalam. Sebanyak 19% jawaban responden menyatakan bahwa menjual produk yang lebih murah merupakan strategi yang untuk menghadapi kenaikan suku bunga KPR. Sedangkan strategi lain yang cukup populer adalah kemudahan pembayaran down payment (DP) dan penyediaan skim pembayaran tunai bertahap masing-masing sebesar 18% dari jawaban responden. Sedangkan untuk meminimalkan penurunan penjualan rumah terkait penerapan LTV/FTV, pengembang juga sudah memikirkan beberapa strategi. Umumnya pengembang mempermudah pembayaran DP bagi pembeli. Strategi ini mendapatkan porsi 19% dari jawaban responden. Selain itu pengembang juga menyediakan skim pembayaran tunai bertahap yang merupakan strategi dominan berikutnya dengan 18% jawaban responden. Mencermati strategi-strategi pengembang tersebut maka terdapat dua strategi yang beririsan dan memiliki porsi cukup besar dalam menyiasati kenaikan suku bunga KPR dan menghadapi kebijakan LTV/FTV adalah kemudahan pembayaran DP dan skim pembayaran tunai bertahap. 42 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

43 Bab 2 1. Perkembangan Inflasi Tekanan inflasi Bali sepanjang tahun 213 mengalami peningkatan. Setelah mengalami inflasi pada level moderat di tahun 212, inflasi Provinsi Bali pada tahun 213 terakselerasi sehingga mencapai 7,35% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 4,71% (yoy). Peningkatan tekanan inflasi sepanjang tahun 213 diwarnai oleh tingginya tekanan pada kelompok bahan makanan, transportasi dan kelompok perumahan. Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi pada tahun 213 lebih bersifat non fundamental. Hal ini tercermin pada peningkatan harga kelompok volatile foods dan administered price. Sementara tekanan inflasi yang bersifat fundamental relatif stabil, tercermin pada pergerakan inflasi kelompok inti yang berada pada level moderat PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Tekanan inflasi pada Triwulan IV-213 sedikit melandai dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, namun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Perkembangan inflasi di Bali yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Denpasar pada Triwulan IV-213 tercatat sebesar 7,35% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 7,91% (yoy), namun jauh lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 4,71% (yoy). Tingkat inflasi Bali tersebut masih lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 8.38% (yoy) dan apabila dibandingkan dengan seluruh Provinsi yang ada di Indonesia, maka Bali menduduki posisi 11 terendah. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Bali Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Provinsi Bali inflasi (%) mtm qtq yoy I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Nasional Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

44 Inflasi Tahunan Ditengah melambatnya pertumbuhan ekonomi pada tahun 213, inflasi Bali mengalami peningkatan, hingga tercatat sebesar 7.35% (yoy). Meskipun masih berada dibawah inflasi nasional yang tercatat sebesar 8.38% (yoy), tingkat inflasi Bali pada tahun 213 jauh berada diatas tingkat inflasi tahun lalu yang sebesar 4.71% (yoy).pencapaian inflasi Bali tahun 213 juga berada diatas asumsi inflasi yang ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 9 Tahun 29 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Bali Tahun Pergerakan harga sepanjang tahun 213 diwarnai oleh tingginya tekanan pada kelompok bahan makanan, transportasi dan kelompok perumahan sebagaimana tercermin dalam Grafik 2.3. Beberapa kebijakan nasional yang memberikan dampak cukup signifikan terhadap inflasi Bali pada tahun 213 diantaranya kebijakan penyesuaian harga BBM bersubsidi, impor holtikultura, dan penyesuaian harga tarif listrik. Kelompok bahan makanan kembali tercatat menjadi kontributor utama inflasi Bali, yakni sebesar 2.47% (yoy). Setelah catatan inflasi yang cukup terjaga dan stabil pada tahun 212, kelompok ini tercatat mengalami inflasi sebesar 1.35% (yoy) pada tahun 213, atau jauh lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 6.6% (yoy). Hasil pantauan KPw Wilayah III terhadap harga pangan mengkonfirmasi akselerasi harga pangan di sepanjang tahun 213 sebagaimana tercermin dalam Grafik2.3. Faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga kelompok bahan makanan sepanjang tahun 213 adalah gangguan sisi suplai. Selain anomali cuaca, implementasi Kebijakan Permentan No. 6 tahun 212, yang mengatur impor hortikultura menjadi penyebab semakin luasnya gangguan suplai akibat tertundanya impor beberapa komoditas. Kenaikan biaya angkut seiring dengan penyesuaian harga BBM bersubsidi juga turut andil mendorong peningkatan harga bahan makanan di tahun 213. Lebih lanjut, tingginya ekspektasi pedagang terhadap inflasi sebagai pengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi telah mengakselerasi harga bahan makanan pada level yang lebih tinggi. Berdasarkan sub komoditas dalam kelompok bahan makanan, lonjakan inflasi yang tinggi terutama terjadi pada sub kelompok bumbu-bumbuan yang mengalami inflasi sebesar 22.71% (yoy) dengan andil.62%. Komoditas penyumbang utama inflasi pada kelompok ini diantaranya bawang merah dan cabe merah. Sub kelompok telur, susu dan hasil-hasilnya memberikan sumbangan.36% (yoy) yang terutama didorong oleh kenaikan telur ayam ras. Peningkatan harga telur ras merupakan dampak kenaikan harga pakan ternak yang telah mendorong pengusaha ternak unggas untuk mengurangi jumlah populasi ternak. Hal ini pada tahap selanjutnya juga mendorong kenaikan harga daging ayam yang tercatat memberikan sumbangan sebesar.1%. 44 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

45 Grafik 2.3. Perkembangan Inflasi Provinsi Bali Rp % (yoy) Rp % (yoy) Nominal Beras Growth Beras Nominal Bawang Merah Growth Bawang Merah % (yoy) Rp Rp % (yoy) Nominal Cabe Merah Growth Cabe Merah Nominal Bawang Merah Growth Bawang Merah Sumber : Survei Pemantauan Harga, Bank Indonesia Kebijakan penyesuaian harga BBM menyebabkan tekanan inflasi sub kelompok transport sebesar 18,47% (yoy) dengan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 2,15%. Peningkatan harga BBM (baik premium dan solar) tercatat memberikan dampak langsung terhadap inflasi tahunan sebesar 1,97%. Kenaikan harga premium sebesar Rp2./liter, dari Rp4.5/liter menjadi Rp6.5/liter menyebabkan komoditas bensin atau premium mengalami inflasi sebesar 43,35% (yoy) dengan sumbangan 1,95% (yoy). Sementara itu, kenaikan harga BBM jenis solar meyebabkan komoditas ini mengalami inflasi 22.22% (yoy) dengan sumbangan sebesar,2%. Lebih lanjut, penyesuaian harga BBM bersubsidi telah mendorong terjadinya peningkatan ongkos transportasi umum. Sepanjang tahun 213 angkutan antar kota mengalami 3 (tiga) kali penyesuaian tarif. Hal ini menyebabkan inflasi komoditas angkutan antar kota mengalami koreksi dari 31,61% (yoy) pada awal Triwulan III-213 menjadi 25,53% (yoy) dengan sumbangan,6% pada akhir triwulan III 213. Berdasarkan hasil liaison kepada Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA), diketahui bahwa para pelaku usaha angkutan umum antar kota melakukan koreksi kebawah atas kenaikan ongkos angkutan seiring dengan respon masyarakat atas kenaikan tersebut, yang menyebabkan terjadinya penurunan omzet. Sementara itu, angkutan dalam kota mengalami inflasi sebesar 16.66% (yoy) dengan sumbangan,2%. Tarif taxi dan kendaraan carter mengalami inflasi cukup tinggi, yakni masing-masing sebesar 23.33% (yoy) dan 9,32%. Bobot kedua komoditas ini (tarif taxi dan kendaraan carter) dalam Survei Biaya Hidup (SBH) 27 relatif kecil, sehingga tercatat hanya memberikan sumbangan sebesar,1%. Dengan demikian, maka total dampak kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi kelompok transportasi umum menjadi sebesar,9%. Dampak tidak langsung penyesuaian harga BBM bersubsidi relatif lebih rendah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.koordinasi upaya pengendalian inflasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah melalui Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

46 wadah Tim Koordinasi Pemantauan Inflasi Daerah (TKPID) mampu menahan second round effect kenaikan harga BBM sehingga dampaknya mulai berangsur-angsur mereda pada Triwulan IV-213. Grafik 2.4. Kontribusi Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan Provinsi Bali Tw IV-213 Grafik 2.5. Pergerakan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bali Transportasi & Komunikasi 2.16 Pendidikan, Rekreasi, & OR.28 Kesehatan.7 Sandang -.4 Perumahan, Air, LGA 1.56 Makanan Jadi Bahan Makanan Telur, susu dan hasil-hasilnya (% yoy-rhs) Bahan Makanan (% yoy-rhs) Padi & Hasilnya (% yoy-rhs) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah No. Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Tabel 2.1Kelompok Barang (%) Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) Kelompok Barang Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi pada tahun 213 juga sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat mengalami inflasi sebesar 5.64% (yoy) dengan andil terhadap total inflasi sebesar 1,23%. Inflasi terutama terjadi pada sub komoditas Bahan Bakar, Penerangan dan Air sebagai dampak penyesuaian Tarif Listrik secara bertahap. Inflasi tarif listrik mencapai 21.19% (yoy) dengan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar,65%. Meskipun demikian, kebijakan peningkatan TTL yang dilaksanakan secara bertahap selama empat kali sepanjang tahun 213 ini memiliki dampak yang sangat terbatas dalam pergerakan harga barang dan jasa lainnya. Selanjutnya inflasi disumbangkan oleh kelompok tempat tinggal sebagai dampak kenaikan sewa rumah dan kontrak rumah yang masing-masing tercatat memberikan sumbangan.14% dan.51% terhadap inflasi tahun 213. Inflasi pada kedua komoditas tersebut ditenggarai sebagai akibat dari dilakukannya penyesuaian tarif baik sewa maupun kontrak rumah terkait dengan ekspektasi pelaku usaha yang semakin meningkat ditengah masifnya pembagunan properti di Bali. 46 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

47 Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Perumahan, LGA & Bahan Bakar serta Transpor di Provinsi Bali Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Tarif Listrik dan BBM di Provinsi Bali U M U M / T O T A L Transpor PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR % (yoy) % (yoy) Premium (Rhs) Tarif Listrik Solar Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi Triwulanan Secara triwulanan, tekanan inflasi Provinsi Bali pada Triwulan IV-213 mengalami penurunan, tercatat sebesar.61% (qtq) atau jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3.19% (qtq). Dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi yang telah mengakselerasi inflasi pada triwulan sebelumnya berangsur-angsur mereda sehingga menyebabkan penurunan tekanan inflasi pada seluruh kelompok. Namun demikian, faktor musiman pada akhir tahun dan penerapan kenaikan TDL Tahap IV menahan laju penurunan harga barang dan jasa sehingga masih terjadi inflasi pada beberapa kelompok, meski pada level moderat. Kuatnya permintaan yang disebabkan oleh perayaan hari besar keagamaan dan tingginya tingkat kunjungan wisatawan, baik wisatawan mancanegara maupun domestik mendorong terjadinya inflasi, terutama pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau. Komoditas dalam sub kelompok makanan jadi tercatat memberikan sumbangan.5%. Disamping itu, juga terjadi kenaikan pada harga rokok baik rokok kretek, rokok filter maupun rokok putih yang tercatat memberikan total andil sebesar.871%. Seiring dengan libur akhir tahun pada triwulan IV, tarif angkutan udara juga cenderung mengalami peningkatan. Inflasi komoditas angkutan udara cukup berfluktuasi, dan pada akhir tahun inflasi mencapai 8.4% (qtq), dengan sumbangan terhadap inflasi sebesar,3%, yang mengindikasikan tingginya pemanfaatan jasa angkutan udara oleh masyarakat. Kelompok Perumahan, Gas, Air, Listrik dan Bahan Bakar tercatat mengalami inflasi sebesar.81% (yoy) dengan andil.21%. Pendorong utama inflasi pada kelompok ini adalah implementasi kenaikan tarif listrik tahap IV sehingga inflasi komoditas ini tercatat sebesar 4.62% qtq dengan andil sebesar.15%. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan relatif stabil. Hal ini didorong oleh lancarnya pasokan baik yang bersumber dari sisi lokal maupun impor sehingga mampu memenuhi peningkatan permintaan pada Triwulan IV-213 (sesuai dengan pola musimannya di akhir tahun). Disamping itu, dampak tidak langsung penyesuaian harga BBM mulai berangsur-angsur hilang sehingga menyebabkan berlanjutnya tren deflasi pada beberapa komoditas dalam kelompok bahan makanan yang memiliki andil cukup besar dalam perhitungan inflasi Bali. Beberapa komoditas kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi pada Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

48 Triwulan IV-213 diantaranya daging ayam ras mengalami deflasi -1.78% (qtq) dengan sumbangan -.18%, kangkung mengalami deflasi -3.52% (qtq) dengan sumbangan -.11%, cabe rawit mengalami deflasi % (qtq) dengan sumbangan -.57% dan tuna mengalami deflasi % dengan sumbangan -.4%. No. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Tabel Menurut 2.2 Kelompok Barang (%) Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 Bahan Makanan (5.3) Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang (1.28) 1.3 (.14) (1.42) (1.3) Kesehatan (.6) (.21) 6 Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (.1) (.2) 7 Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (.7) UMUM (.31) Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi Bulanan Inflasi bulanan Provinsi Bali di sepanjang Triwulan IV-213, menunjukkan pergerakan yang cukup stabil. Di awal Triwulan IV-213 Bali mencatat deflasi sebesar -,24% (mtm). Selanjutnya, inflasi pada November dan Desember 213 tercatat berada pada level moderat. Tingginya risiko inflasi di penghujung tahun sebagai pengaruh tekanan permintaan dapat ditekan dengan lancarnya pasokan. Hal ini tidak lepas dari upaya pengendalian inflasi dari Tim Koordinasi Pengendali Inflasi Daerah (TKPID) Provinsi Bali. Beberapa kegiatan yang telah dilaksanakan pada Triwulan IV-213 mampu membawa inflasi Bali kembali ke rata-rata normalnya, setelah pada bulan sebelumnya mengalami lonjakan cukup tinggi Grafik 2.8. Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Bali % (mtm) UMUM Makanan Jadi Sandang Bahan Makanan Perumahan Transport Grafik 2.9. Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Oktober 213 Transportasi & Komunikasi Pendidikan, Rekreasi, & OR Kesehatan Sandang Perumahan,LGA, Bahan Bakar Makanan Jadi Bahan Makanan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Badan Pusat Statistik, diolah 48 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

49 Oktober 213 Setelah mengalami tekanan inflasi yang tinggi pada triwulan sebelumnya, di awal Triwulan IV-213 Provinsi Bali mengalami deflasi sebesar -,24% (mtm). Deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan yang tercatat memberikan sumbangan sebesar -,28% (mtm). Semua sub kelompok bahan makanan mengalami deflasi yang didorong oleh melandainya harga komoditas pasca terjadinya lonjakan harga bahan pangan di triwulan lalu. Melandainya pergerakan harga di luar Pulau Bali juga turut mempengaruhi pergerakan harga di Bali. Beberapa komoditas pangan yang mencatat koreksi harga cukup besar selama Oktober 213 antara lain bawang merah, daging ayam ras, telur ayam, kacang panjang dan cabai rawit. Meskipun terjadi peningkatan permintaan bumbu-bumbuan pada momen perayaan Hari Raya Keagamaan (Idul Adha, Galungan dan Kuningan), harga komoditas ini justru menunjukkan penurunan. Hal ini disebabkan oleh peningkatan suplai yang bersumber dari sisi lokal maupun impor. Kontributor utama deflasi pada kelompok ini adalah bawang merah, yang tercatat mengalami deflasi -17,96% (yoy) dengan sumbangan sebesar -,18% (yoy). Selain bumbu-bumbuan, daging ayam ras dan telur juga mengalami deflasi masing-masing sebesar -3,69% (mtm) dan -3,17% (mtm). Permintaan daging ayam ras mengalami penurunan pada Oktober 213 terkait dengan momen perayaan keagamaan, sehingga masyarakat mengalihkan konsumsi dari daging ayam ke daging sapi dan daging babi. Selain itu, penurunan harga juga merupakan respon penyesuaian atas harga luar pulau (Jawa) yang selama ini menjadi referensi harga komoditas dimaksud. Deflasi juga terjadi pada kelompok kesehatan yang tercatat mengalami deflasi sebesar -,78% (mtm) dengan sumbangan -,33%. Deflasi pada kelompok ini terutama didorong oleh penurunan harga perawatan jasmani dan kosmetika sebesar -2.2% dengan sumbangan -,33%. Sementara itu, kelompok lainnya mencatat inflasi pada level moderat. November 213 Pada November 213, Provinsi Bali mencatat inflasi pada level moderat, yakni sebesar,36% (mtm). Peningkatan tekanan inflasi pada pertengahan Triwulan IV-213 ini disebabkan oleh implementasi kenaikan tarif listrik tahap IV dan kenaikan ongkos angkutan udara. Tarif listrik tercatat mengalami inflasi sebesar 4,62% (mtm) dengan sumbangan sebesar,15%. Sementara itu puncak kunjungan wisatawan domestik yang jatuh di Triwulan IV-213 telah mendorong kenaikan tarif angkutan udara hingga tercatat sebesar 13,59% (mtm) dengan sumbangan sebesar,5%. Selain itu, peningkatan curah hujan pada penghujung tahun juga turut menyebabkan sedikit terakselerasinya harga pada kelompok pangan. Beberapa komoditas pangan yang mencatat inflasi selama November 213 antara lain bawang merah, beras, sawi hijau, jeruk, pepaya, kacang panjang dan jengki. Peningkatan curah hujan di penghujung tahun 213 telah menyebabkan terjadinya penurunan produksi komoditas bahan pangan, khususnya bumbu, buah dan sayuran. Anomali cuaca juga menyebabkan penurunan intensitas aktivitas nelayan tradisional yang menyebabkan peningkatan harga komoditas ikan-ikanan. lnflasi pada kelompok pangan tertahan oleh penurunan harga beberapa komoditas diantaranya cabai rawit, cabai merah, daging ayam ras dan telur ayam ras. Penurunan harga daging ayam yang telah terjadi sejak Oktober 213 terus berlanjut akibat melimpahnya suplai dan tren penurunan harga daging dan telur ayam di Pulau Jawa yang menjadi acuan harga di Pulau Bali. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

50 UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan,LGA, Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & OR Transportasi & Komunikasi Grafik 2.1. Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali November 213 Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali November Transportasi & Komunikasi Pendidikan, Rekreasi, & OR Kesehatan Sandang.1-1 Perumahan, Air, LGA.18 Makanan Jadi. Bahan Makanan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Desember 213 Di penghujung tahun 213 inflasi Provinsi Bali kembali mengalami peningkatan, namun masih berada pada level yang terbatas, tercatat sebesar,49% (mtm). Tingkat inflasi pada Desember 213 jauh lebih rendah dibandingkan dengan rata-ratanya selama 5 tahun terakhir yang sebesar,82% (mtm). Penurunan suplai ditengah meningkatnya permintaan telah mendorong penyesuaian kembali harga-harga komoditas pangan utama yang sempat mengalami penurunan pada awal Triwulan IV-213. Hal ini menyebabkan kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama inflasi, yang tercatat sebesar 1,46% (mtm) dengan sumbangan,35%. Inflasi pada kelompok ini terutama bersumber pada sub kelompok sayursayuran yang mencatat inflasi 7,99% (mtm) dengan andil sebesar,19% dan sub kelompok bumbubumbuan dengan laju inflasi 4,42% (mtm) dan andil mencapai,13%. Komoditas utama penyumbang inflasi kelompok ini diantaranya bawang merah, bawang putih, cabe rawit, sawi hijau, kacang panjang, bayam, tomat buah, telur ayam ras. Kelompok bahan makanan jadi juga mengalami inflasi yang tercatat sebesar,92% dengan andil sebesar,15%. Peningkatan tekanan inflasi pada kelompok ini berasal dari sub kelompok tembakau dan minuman berakohol yang didorong oleh kenaikan harga rokok kretek, rokok filter serta rokok putih dimana ketiganya menyumbang inflasi sebesar,9. Sementara pergerakan harga komoditas non pangan tercatat stabil dengan tren harga menurun. Kelompok perumahan, LGA dan Bahan Bakar tercatat hanya mengalami inflasi sebesar,6% (mtm), sedangkan kelompok lainnya mencatat deflasi. Kelompok kesehatan tercatat mengalami deflasi -,22% (mtm), kelompok sandang sebesar -,12% (mtm), kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga sebesar -,2% (mtm) dan kelompok transportasi dan komunikasi sebesar -,4% (mtm). 5 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

51 UMUM Bahan Makanan Makanan Jadi Perumahan,LGA, Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & OR Transportasi & Komunikasi Grafik Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Desember 213 Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Desember Transportasi & Komunikasi -.1 Pendidikan, Rekreasi, & OR. Kesehatan-.1 Sandang. Perumahan, Air, LGA.2 Makanan Jadi.15 Bahan Makanan Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Badan Pusat Statistik, diolah 2.2. DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi pada tahun 213 terutama bersumber pada kelompok administered price dan volatile foods (non fundamental). Sementara itu, tekanan fundamental relatif terkendali, tercermin dari kelompok inti yang mengalami inflasi pada level moderat. Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Disagregasi Inflasi Bulanan 25 % yoy 8 % mtm yoy VOLATILE CORE ADMINISTERED Inflasi IHK (mtm) Inflasi Core (mtm) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Adm Price (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Volatile Foods Kelompok volatile foods pada tahun 213. Apabila dilihat pergerakannya sepanjang tahun 213, tekanan inflasi kelompok volatile foods mulai mengalami tren peningkatan sejak awal tahun 213, sempat melandai di pertengahan tahun dan kembali meningkat pada triwulan III 213. Faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga kelompok ini adalah minimnya pasokan baik yang bersumber pada sisi lokal maupun impor. Beberapa faktor yang tercatat memicu kelangkaan pasokan di awal tahun 213 diantaranya Kebijakan Permentan No. 6 tahun 212 yang mengatur impor hortikultura serta minimnya produksi di sentra bahan pangan karena anomali cuaca. Disamping itu, penyesuaian harga BBM bersubsidi yang terjadi pada Juni 213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

52 juga turut mempengaruhi pergerakan harga kelompok volatile foods. Meskipun dampak kenaikan ongkos pengiriman masih berada pada level yang terbatas, namun ekspektasi pedagang bahan pangan mengakselerasi tingkat harga kelompok ini pada level yang lebih tinggi Administered Price Kelompok administered price tercatat sebagai kontributor utama inflasi di tahun 213. Tekanan inflasi kelompok administered price pada tahun 213 terutama dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi yang tercatat memberikan dampak langsung sebesar 1,96% terhadap inflasi tahunan. Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan Tarif Listrik dilaksanakan secara bertahap pada tahun 213. Peningkatan TTL mendorong inflasi tarif listrik sebesar 21,19% (yoy) dengan andil sebesar,65%. Andil peningkatan tarif TTL dapat dikatakan terbatas mengingat peningkatan tarif hanya berlaku untuk rumah tangga dengan batas daya di atas 9 VA. Sementara rumah tangga pengguna daya hingga 9 VA, dimana tarif tenaga listrik tidak mengalami perubahan, mencapai 6,31% dari total pelanggan, dengan konsumsi energi mencapai 34,2% dari seluruh pengguna listrik rumah tangga. Dari struktur konsumsi energi masyarakat Bali, konsumsi terbesar dilakukan oleh golongan daya 1.3 VA dengan total konsumsi sepanjang 213 mencapai 23,98% Core Inflation Tekanan inflasi dari kelompok inti yang menggambarkan tekanan inflasi yang bersifat fundamental masih terkendali. Kestabilan tekanan inflasi kelompok inti didorong oleh masih rendahnya harga global dan terpeliharanya suplai dalam memenuhi demand masyarakat Bali & Nusra. Tren depresiasi Rupiah yang terjadi semenjak pertengahan tahun 213 belum memberikan dampak signifikan pada harga-harga domestik. Kondisi permintaan yang dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran juga menjadi faktor penahan laju inflasi kelompok ini. Namun perlu diwaspai kondisi ekspektasi inflasi yang menunjukkan tren peningkatan. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Interaksi Permintaan dan Penawaran Supply 1 bln yad Demand 1 bln yad Faktor Eksternal Tren pelemahan Rupiah yang terjadi semenjak Mei 213 masih terlihat pada Desember 213, namun telah diikuti dengan volatilitas yang menurun. Perkembangan ini sejalan dengan mayoritas mata uang negara kawasan yang bergerak melemah terhadap dollar AS, seiring dengan menguatnya kemungkinan bahwa tapering off QE dapat dilakukan lebih awal dari perkiraan semula. 52 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

53 Berdasarkan hasil liaison kepada sejumlah pelaku usaha, dampak pelemahan Rupiah belum sepenuhnya ditransmisikan kepada harga barang dan jasa. Pengusaha masih merespon depresiasi nilai tukar dengan mengurangi margin keuntungan mereka. Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara sebagaimana tercermin pada Grafik 2.17 Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, baik dari sisi konsumen maupun pedagang cukup terjaga, meskipun sedikit mengalami peningkatan. Hal ini tercermin pada hasil Survei Konsumen maupun Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara (Grafik 2.18 dan Grafik 2.19). Konsumen dan Pedagang berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 dan 6 bulan yang akan datang, tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 dan 6 bulan yang akan datang dibandingkan dengan saat ini yang berada diatas 1. Tren pelemahan rupiah dan masih tidak menentunya kondisi ekonomi global memberikan tekanan terhadap ekspektasi inflasi masyarakat Bali. Selain itu terdapat sentimen negatif terhadap harga barang dan jasa terkait dengan pesta demokrasi (PEMILU) yang akan diselenggarakan pada 214. Dengan demikian, pengendalian ekspektasi inflasi sebagai langkah antisipatif menjadi sangat penting untuk dilaksanakan.optimalisasi forum strategis TPID dalam pemeliharaan ekspektasi inflasi masyarakat dapat menjadi salah satu alternatif solusi. Grafik Ekspektasi Pedagang Grafik Ekspektasi Konsumen Indeks %yoy Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Pedagang 6 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 3 bln yad Indeks Ekspektasi Harga Konsumen 6 bln yad Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

54 BOKS C Cuaca dan Pergerakan Harga Nusantara dan sekitarnya telah memasuki musim hujan sejak akhir tahun 213 lalu. Curah hujan tinggi dan gelombang tinggi di perairan laut menyebabkan terganggunya produksi bahan pangan dan jalur distribusi. Kondisi ini turut berdampak pada kenaikan harga berbagai komoditas di Bali mengingat sebagian besar barang dipasok dari luar wilayah Bali. Salah satu dampaknya adalah kenaikan harga atau inflasi khususnya komoditas bahan makanan. Inflasi komoditas pangan merupakan salah satu aspek yang terus dipantau oleh Bank Indonesia mengingat bobotnya yang relatif besar dalam pembentukan inflasi keseluruhan. Hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia menunjukkan adanya peningkatan harga yang sebagian besar disebabkan oleh tingginya curah hujan yang menghambat produktivitas pertanian dan angin kencang serta gelombang tinggi yang menyebabkan terkendalanya distribusi komoditas bahan pangan. Mencermati perkembangan ini, Bank Indonesia memperkirakan inflasi Bali Januari 214 berada pada rentang.9% (mtm) hingga 1.25% (mtm). Dengan demikian, inflasi tahunan Bali (Januari 213 Januari 214) akan berada pada kisaran 6.8% (yoy) hingga 7.2%(yoy). Salah satu komoditas yang diperkirakan memberikan tekanan inflasi yang cukup besar adalah komoditas perikanan. Angin kencang yang menyebabkan tingginya gelombang laut menyulitkan para nelayan untuk mempertahankan produktivitas hasil tangkapan laut. Anjloknya hasil tangkapan ikan laut mengurangi pasokan sehingga mendorong tingginya harga. Peningkatan harga komoditas perikanan akan berpengaruh terhadap tingkat inflasi Bali mengingat bobot sub komoditas ini cukup besar, yakni mencapai.3 dari total bobot yang ada. Distribusi barang antar pulau yang terganggu juga turut memberikan tekanan inflasi pada awal tahun 214 ini. Selain terganggunya distribusi antar pulau, banjir di beberapa wilayah juga menghambat transportasi darat yang berujung pada terlambatnya pasokan barang. Situasi ini menyebabkan tidak hanya terjadi pada komoditas pertanian saja namun juga mencakup komoditas makanan jadi. Eliminasi dampak kondisi cuaca pada tekanan inflasi merupakan tantangan bagi upaya pengendalian harga. Bank Indonesia bersama dengan instansi lainnya yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Bali terus berupaya mensinergikan langkah-langkah guna mengantisipasi kenaikan inflasi. Selain itu, TPID Provinsi Bali juga akan melakukan koordinasi dengan TPID Provinsi lainnya sehingga upaya pengendalian inflasi dapat dilakukan secara menyeluruh. Namun demikian, peran serta masyarakat sebagai pelaku kegiatan ekonomi sangat diperlukan guna mendukung langkah-langkah pengendalian inflasi. Masyarakat sebagai pelaku ekonomi dari sisi permintaan juga memegang peran strategis dalam mengurangi tekanan inflasi. Permintaan yang terkendali tentunya turut memberikan andil dalam mengurangi tekanan inflasi. Optimalisasi pengendalian inflasi merupakan kombinasi efektif antara menjaga ketersediaan pasokan dan pengendalian sisi permintaan. Ekspektasi kenaikan inflasi akan mendorong permintaan harga sehingga tekanan harga akan meningkat. Oleh karena itu, masyarakat harus tetap bijak dan dapat menahan diri dalam melakukan konsumsi selama pasokan barang masih terhambat. 54 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

55 Visi yang sama antara pengambil kebijakan dan masyarakat dalam mengendalikan inflasi dapat dibangun melalui komunikasi aktif di antara kedua pihak tersebut. Komunikasi aktif mengenai langkah-langkah kebijakan yang ditempuh dapat memberikan rasa aman bagi masyarakat. Informasi kecukupan pasokan barang meskipun masih dalam kondisi yang serba terbatas akan memberikan ketenangan pada masyarakat sehingga pembelian yang tidak perlu dapat dicegah. Implementasi berbagai langkah-langkah di atas diharapkan dapat mengefektifkan upaya pengendalian inflasi. Inflasi yang rendah dan stabil dapat menjaga daya beli masyarakat sekaligus tetap mendorong insentif bagi peningkatan output produksi. Dengan demikian peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

56 Halaman ini sengaja dikosongkan 56 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

57 Bab 3 Perbankan dan Sistem Pembayaran Seiring dengan perlambatan perekonomian pada Triwulan IV-213, kinerja perbankan secara umum juga menunjukkan kecenderungan yang sama. Seluruh indikator utama perbankan menunjukkan perlambatan, terutama untuk kegiatan penyaluran kredit yang tercatat melambat dari 28,2% menjadi 24,9%. Perlambatan juga terjadi pengerahan dana pihak ketiga yang bermuara pada perlambatan asset. Sejalan dengan perlambatan ini, risiko kredit juga terindikasi meningkat walaupun masih berada pada level yang rendah sebesar,96%. Sementara itu, tingkat intermediasi yang tercermin dari rasio kredit terhadap dana (LDR) tercatat mengalami peningkatan menjadi 85,8%. Perlambatan ekonomi pada triwulan laporan juga tercermin dari transaksi baik tunai maupun non tunai atau giral yang cenderung mengalami perlambatan. Dari transaksi tunai yang tercatat di Bank Indonesia, pada Triwulan IV-213 tercatat terjadi net inflow (setoran ke Bank Indonesia lebih besar dibandingkan dengan uang yang disalurkan oleh Bank Indonesia melalui perbankan dan penukaran), sementara pada triwulan sebelumnya net outflow. Selain dari besarnya inflow yang masuk, perlambatan juga tercermin dari perlambatan jumlah uang yang dikliringkan dan kontraksi pada RTGS yang dilakukan melalui system perbankan di Bali PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Perlambatan ekonomi yang dipicu oleh melemahnya kinerja sektor-sektor utama telah menahan laju ekspansi bank umum pada Triwulan IV-213. Perlambatan kinerja bank umum terutama tercermin dari kinerja asset yang tercatat melambat pada Triwulan IV-213, dari 2,1% (yoy) menjadi sebesar 18,74% (yoy) (Grafik 3.1). Pelambatan yang terjadi pada triwulan laporan terutama dipicu oleh pelambatan asset pada bank-bank persero yang tercatat memiliki share 39,34% dari total asset bank umum di Bali. Asset bank persero pada akhir 213 sebesar Rp miliar, mengalami penurunan dari 28,44% (yoy) menjadi 2,1% (yoy). Pelambatan pada bank-bank persero pada triwulan IV-214 terjadi seiring berkurangnya kegiatan pembangunan infrastruktur baik yang dilakukan oleh swasta maupun oleh pemerintah. Hal ini diperkirakan terjadi akibat melambatnya penyaluran dana-dana dan modal bagi pembangunan infrastruktur tersebut dan sekaligus berdampak pada pelambatan ekspansi kredit bank persero. Sementara kelompok bank lain, baik bank umum swasta nasional maupun bank asing campuran tercatat mengalami peningkatan. Bank swasta nasional, dengan share sebesar 38,95% mengalami peningkatan menjadi 19,72% (yoy) dari 18,7% (yoy), sedangkan bank asing campuran mampu meningkat signifikan dari 9,44% (yoy) menjadi 14,12% (yoy) (Grafik 3.2). Peningkatan asset perbankan swasta dan asing didorong oleh peningkatan kemampuan bank untuk mengerahkan dana masyarakat khususnya dana dalam bentuk deposito dan giro yang mengalami peningkatan. Hal ini diperkirakan akibat dari peningkatan suku bunga dana yang diterapkan oleh perbankan seiring dengan peningkatan suku bunga acuan dan suku bunga penjaminan. Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV

58 Tabel 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (dalam miliar Rp) Indikator I II III IV I II III IV Aset 53,242 57,91 6,983 63,625 64,846 68,41 73,186 75,549 Kredit Umum 31,855 34,337 36,684 39,662 41,421 44,77 47,163 49,251 Modal Kerja 12,948 14,518 15,182 16,512 16,669 17,373 18,319 19,75 Investasi 6,183 6,44 7,11 7,884 8,652 1,269 1,658 11,83 Konsumsi 12,724 13,415 14,392 15,266 16,1 17,128 18,186 18,463 Kredit MKM 25,747 27,599 29,257 31,274 32,345 34,953 36,155 37,53 Pangsa Kredit MKM Kredit UMKM 12,925 14,411 14,873 15,959 16,116 17,782 18,677 19,74 Pangsa Kredit UMKM Dana Pihak Ketiga 46,898 49,577 52,988 54,948 55,982 57,84 62,259 64,234 Deposito 14,971 15,412 15,893 16,43 16,541 16,971 18,44 19,767 Giro 9,896 1,347 11,55 1,49 11,91 12,45 13,379 11,714 Tabungan 22,31 23,818 25,59 28,28 27,54 28,824 3,835 32,753 NPL (Gross) LDR Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit %, yoy Rp Miliar 33 Nominal Aset growth Aset 8, 31 growth Kredit growth DPK 7, I II III IV I II III IV I II III IV , 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank Share Bank Pemerintah Share Bank Swasta Nasional growth Bank Asing & Campuran Share, % 1% 8% 6% 4% 2% % Share Bank Asing & Campuran growth Bank Swasta Nas growth Bank Pemerintah I II III IV I II III IV I II III IV %, yoy Secara geografis, perlambatan asset perbankan terutama terjadi di Kabupaten Buleleng dari 28,73% (yoy) menjadi 19,83% (yoy). Hal ini diperkirakan terjadi seiring dengan perlambatan pada kinerja sektor pertanian yang tercermin dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya penurunan penggunaan kapasitas produksi. Demikian pula Kota Denpasar, dimana pembentukan asset mencapai 71,89% dari total asset bank umum di Bali tercatat sedikit melambat 18,81% (yoy) menjadi 17,24% (yoy) Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Ditengah perlambatan pertumbuhan asset bank umum, tingkat LDR yang menjadi ukuran pelaksanaan fungsi intermediasi tercatat mengalami peningkatan. Tingkat LDR pada triwulan IV mencapai 76,67% lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 75,75%. Meskipun terjadi peningkatan, namun peningkatan yang ditengah perlambatan kredit ini ditengarai lebih disebabkan karena perlambatan penghimpunan dana 58 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca.

Kata Pengantar. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para. pembaca. Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan karunia-nya, maka Laporan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Bali Triwulan II-2009 dapat diselesaikan dengan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA

TRIWULAN III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Selatan TRIWULAN III 214 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI Foto oleh: Agus Mulyawan Mei 2016 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI MEI 2016 Untuk informasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci