KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat Telp. : Fax : sariani@bi.go.id petrus_ee@bi.go.id greis@bi.go.id indria_s@bi.go.id

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilai-nilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilai-nilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

4 KATA PENGANTAR Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya, sehingga kajian ekonomi regional Nusa Tenggara Barat dapat selesai dengan baik dan tepat waktu. Kajian ini disusun untuk memenuhi kebutuhan informasi stakeholder baik eksternal maupun internal akan kebutuhan informasi ekonomi regional, moneter, inflasi, perbankan dan system pembayaran, keuangan pemerintah daerah, kesejahteraan, dan prospek ekonomi di triwulan III Pada triwulan II-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 2,07% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tanpa sektor pertambangan, kinerja ekonomi tumbuh lebih besar sebesar 4,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi ekonomi sebesar 4,44% (qtq). Sepanjang triwulan II-2013 inflasi di NTB cenderung menunjukkan peningkatan. Secara tahunan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tersebut tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy). Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif, yang tercermin dari peningkatan kinerja indikator total aset sebesar Rp22,02 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 18,15% (yoy). Bank Indonesia terus mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota, dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-nya kepada kita semua. Mataram, 13 Agustus 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Deputi Kepala Perwakilan, Kamaruddin Nur Asisten Direktur i

5 INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 EKONOMI MAKRO REGIONAL Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRB-harga konstan (miliar Rp) 4, , , , , , , , , , Pertanian 1, , , , , , , , , , Pertambangan dan Penggalian 1, , Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) (1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Kredit (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL gross (%) Bank Umum : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro (< atau = Rp50 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 50 < x < Rp500 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 500 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL (%) ii

6 INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Bank Perkreditan Rakyat : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) -Deposito (%) Kredit (Rp triliun) - berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio NPL (%) SISTEM PEMBAYARAN Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) 1, , , , , , , , , , Volume Transaksi RTGS (lembar) 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 2,945 2,560 2,774 Rata-rata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) 1, , , , , , , , , Volume Kliring Kredit (lembar) 28,020 28,129 29,331 32,452 32,247 32,410 31,828 36,479 36,443 37,106 Rata-rata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) Rata-rata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) iii

7 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Indikator Ekonomi dan Moneter...ii Daftar Isi... iv Daftar Grafik...v Daftar Tabel... viii Ringkasan Eksekutif... ix Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Sisi Permintaan Sisi Penawaran... 9 Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Berdasarkan Kota Disagregasi Inflasi Boks 1 Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi terhadap Inflasi Provinsi Nusa Tenggara Barat Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat Intermediasi Perbankan Stabilitas Sistem Perbankan Perkembangan Sistem Pembayaran Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Dana Pemerintah di Bank dan APBD Kabupaten dan Kota di NTB Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat Ketenagakerjaan Kesejahteraan Masyarakat Boks 2 Pemberdayaan Masyarakat Desa Sambik Elen Kabupaten Lombok Utara Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat iv

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB (ADHB) dan growth (ADHK) yoy... 1 Grafik 1.2 PDRB (ADHB) dan growth (ADHK) qtq... 1 Grafik 1.3 Rincian Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan... 3 Grafik 1.4 Porsi PDRB dari Sisi Permintaan... 3 Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan Secara Triwulanan... 4 Grafik 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan Secara Tahunan... 4 Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 5 Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... 5 Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen... 5 Grafik 1.11 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto... 6 Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi... 6 Grafik 1.13 Peringkat Realisasi Ijin Investasi di Indonesia... 7 Grafik 1.14 Perkembangan Volume Penjualan Semen... 7 Grafik 1.15 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri Perkembangan Volume Penjualan Semen... 7 Grafik 1.16 Neraca Ekspor Impor Propinsi NTB Triwulan II Grafik 1.17 Pangsa Pintu Masuk Ekspor dan Impor di Propinsi NTB... 8 Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu)... 8 Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor (dlm ribu)... 8 Grafik 1.20 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa Tambang... 9 Grafik 1.21 PDRB Berdasarkan Sektor Ekonomi... 9 Grafik 1.22 Pertumbuhan PDRB Sektoral Triwulanan Triwulan II Grafik 1.23 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan Triwulan II Grafik 1.24 Peringkat Propinsi Produsen Padi di Indonesia Grafik 1.25 Peringkat Propinsi Produsen Jagung di Indonesia Grafik 1.26 Pertumbuhan Produksi Padi Propinsi NTB berdasarkan ARAM Grafik 1.27 Pertumbuhan Produksi Jagung Propinsi NTB berdasarkan ARAM Grafik 1.28 Luas Lahan dan Luas Tanam Padi triwulan II Grafik 1.29 Luas Lahan dan Luas Tanam Jagung triwulan II Grafik 1.30 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan II Grafik 1.31 Besaran Produksi Padi dan Besaran nilai kredit Pertanian Grafik 1.32 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan Grafik 1.34 Perkembangan Harga Komoditas Emas dan Tembaga Dunia Grafik 1.35 Perkembangan Harga Konsentrat Tembaga Grafik 1.36 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 17 Grafik 1.38 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang v

9 Grafik 1.39 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Grafik 1.40 Perkembangan Volume Penjualan Semen Grafik 1.41 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Bangunan Grafik 1.42 Perkembangan Kondisi Perbankan Grafik 1.43 Perkembangan Laba Perbankan Grafik 1.44 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara Grafik 1.45 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi Grafik 1.46 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.47 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Grafik 1.48 Perkembangan Total Konsumsi Listrik Grafik 1.49 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik, Air dan Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg) Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %) Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %) vi

10 Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%) Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.25 Perkembangan Rasi NPL Kredit UMKM Bank Umum Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement Grafik 4.1 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun Grafik 4.2 Porsi Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun Grafik 4.4 Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah di Perbankan Grafik 4.5 Posisi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB Grafik 4.6 Pergerakan Posisi Simpanan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten di Bank Grafik 5.1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5.2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5.3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5.4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.1 Peramalan PDRB NTB Tahunan berdasarkan Data SKDU Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan Tanpa Sektor Pertambangan berdasarkan Data SKDU Grafik 6.3 Peramalanan Cuaca dan Curah Hujan Indonesia Grafik 6.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sektoral berdasarkan Data SKDU Grafik 6.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Grafik 6.6 Peramalan Inflasi Bulanan Menggunakan Data Perubahan Harga Survei Konsumen Grafik 6.7 Peramalan Inflasi Tahunan Menggunakan Data Perubahan Harga Survei Konsumen vii

11 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 PDRB Sisi Permintaan Triwulan III Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy) Tabel 1.3 Asal Komoditas yang Masuk ke Wilayah NTB Berdasarkan Data IRIO Tabel 1.4 Tujuan Komoditas keluar Wilayah NTB Berdasarkan Data IRIO Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %) Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I-2013 di Kota Mataram dan Bima Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %) Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2013 (Rp Juta) viii

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Kinerja ekonomi Nusa Tenggara Barat bertumbuh 2,07% (qtq) secara triwulanan dan tumbuh 4,83% (qtq) tanpa sektor pertambangan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi NTB mengalami pelambatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan,pertumbuhan ekonomi lebih didorong oleh tingginya Belanja pemerintah dan meningkatnya belanja rumah tangga. Makro Ekonomi Regional Pada triwulan II-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 2,07% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tanpa sektor pertambangan, kinerja ekonomi tumbuh lebih besar sebesar 4,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi ekonomi sebesar 4,44% (qtq). Secara tahunan, kinerja ekonomi menunjukkan pelambatan pertumbuhan dengan pertumbuhan sebesar 3,53% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 5,56% (yoy). Tanpa sektor pertambangan, ekonomi juga menunjukkan sedikit pelemahan dengan tumbuh sebesar 6,00% (yoy), bandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 6,03% (yoy). Penurunan pertumbuhan secara tahunan terutama disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan yang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Konsumsi masyarakat juga menunjukkan adanya pelambatan pertumbuhan yang tampak dari melambatnya pertumbuhan konsumsi dibanding tahun sebelumnya, dan pelambatan aktivitas pertambangan juga tampak dari menurunnya ekspor impor barang dalam proses yang mengalami penurunan. Dari sisi permintaan, secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya pertumbuhan setelah mengalami kontraksi ekonomi di triwulan sebelumnya. Sumber pertumbuhan terutama disebabkan oleh adanya peningkatan belanja pemerintah yang meningkat 7,14% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, dan mulai kembali meningkatnya ekspor konsentrat setelah mengalami penurunan yang cukup tajam di triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga menunjukkan sedikit ix

13 kenaikan demikian pula dengan investasi yang dilakukan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi hanya didukung oleh adanya peningkatan konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, sedangkan pengeluaran pemerintah, investasi, maupun ekspor impor menunjukkan adanya penurunan dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Dari sisi penawaran, hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertambangan Dari sisi penawaran, Baik secara triwulanan maupun tahunan, ekonomi NTB menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup solid. Hampir semua sektor menunjukkan adanya pertumbuhan kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang menunjukkan adanya penurunan dibanding triwulan maupun tahun sebelumnya. Walaupun terdapat peningkatan produksi di triwulan II, turunnya harga jual dan meningkatnya biaya operasional akibat dari pelebaran dinding tambang menyebabkan nilai tambah bersih sektor pertambangan relatif berkurang dibanding triwulan sebelumnya. laju inflasi NTB pada triwulan II tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tersebut tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy). Perkembangan Inflasi Sepanjang triwulan II-2013 inflasi di NTB cenderung menunjukkan peningkatan. Secara tahunan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tersebut tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy). Sementara bila dilihat berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan II-2013 relatif lebih rendah dibanding pergerakan ratarata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Mei 2013, laju inflasi NTB tercatat sebesar -0,85% (mtm), sedangkan bulan Juni 2013 tercatat sebesar 1,02% (mtm). Jauh lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar -0,17% dan 1,54% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan laju inflasi pada April 2013 justru mengalami tekanan yang tercatat sebesar 0,31% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,44% (mtm). x

14 Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 cenderung menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,47% (qtq), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 3,39% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami peningkatan terutama pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan bahan makanan khususnya pada komoditas hortikultura (cabe rawit dan buah-buahan) dan kenaikan harga kelompok administered price (tarif tenaga listrik dan bensin) Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan bahan makanan khususnya pada komoditas hortikultura (cabe rawit dan buah-buahan) dan kenaikan harga kelompok administered price (tarif tenaga listrik dan bensin) yang menjadi faktor utama pendorong laju inflasi. Di sisi lain, penahan laju inflasi terbesar diberikan oleh kelompok bumbu-bumbuan (bawang putih dan merah) akibat mulai meningkatnya pasokan sehubungan dibukanya kembali keran impor komoditas tersebut. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II inflasi tahunan Kota Mataram tercatat lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 5,44% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima lebih tinggi yaitu sebesar 5,62% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi administered price. Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif, yang tercermin dari peningkatan kinerja indikator total aset sebesar Rp22,02 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 18,15% (yoy). Kinerja Perbankan Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp22,02 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 18,15% (yoy). Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) yang masih dibawah ketentuan. xi

15 Kinerja intermediasi perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 23,06% (yoy) atau mencapai Rp17,44 triliun, namun peningkatan tersebut belum seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 10,76% (yoy) atau Rp13,76 triliun. Pada triwulan II-2013 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Perkembangan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan yang didorong oleh meningkatnya transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan II-2013 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan II-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp790,18 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 21,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 17,62% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,42 triliun. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,29 triliun yang tumbuh positif sebesar 2,69% (yoy), jauh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 34,45% (yoy) atau sebanyak Rp919,90 miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp501,12 miliar. Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 relatif menunjukkan peningkatan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,35 xii

16 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,52 triliun pada triwulan II Sementara itu, pada triwulan II-2013 transaksi secara secara kliring kembali menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,54 triliun (triwulan I-2013: Rp1,56 triliun). Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya peningkatan kinerja baik dari sisi perolehan pendapatan maupun dari sisi realisasi belanja daerah Berdasarkan data tetap belanja pemerintah kabupaten dan kota tahun 2011, didapatkan bahwa total belanja pemerintah kabupaten dan kota mencapai 7,74 trilyun rupiah. Berdasarkan data keuangan pemerintah yang ada di Bank posisi Juni 2013 didapatkan bahwa simpanan dana terbesar di bank didominasi oleh dana milik pemerintah kabupaten dengan total dana mencapai Rp 1,18 trilyun. Kinerja Keuangan Daerah Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya peningkatan kinerja baik dari sisi perolehan pendapatan maupun dari sisi realisasi belanja daerah. Setelah mengalami penurunan kinerja pencapaian pendapatan di triwulan I 2013, maka pada triwulan II 2013 penerimaan pendapatan secara rupiah dapat sedikit lebih tinggi dari capaian di triwulan I 2013, walaupun dari target pemerintah masih lebih rendah. Demikian pula dengan pencapaian belanja daerah yang mengalami kenaikan baik dari nilai rupiah maupun secara realisasi pencapaian yang menunjukkan adanya kenaikan cukup besar. Berdasarkan data pengeluaran konsumsi pemerintah di PDRB juga tampak adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah sebesar 7,14% (qtq) yang menunjukkan adanya pengeluaran konsumsi yang meningkat baik di tingkat propinsi, program pemerintah pusat maupun pengeluaran konsumsi pemerintah kota dan kabupaten. Berdasarkan data tetap belanja pemerintah kabupaten dan kota tahun 2011, didapatkan bahwa total belanja pemerintah kabupaten dan kota mencapai 7,74 trilyun rupiah. Berdasarkan proporsi alokasi anggaran, sebagian besar belanja kabupaten digunakan untuk belanja tidak langsung meliputi gaji pegawai, belanja hibah dan bantuan sosial. Hanya kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok Utara yang memiliki porsi belanja langsung lebih besar dari belanja tidak langsung. Berdasarkan data keuangan pemerintah yang ada di Bank posisi Juni 2013 didapatkan bahwa simpanan dana terbesar di bank didominasi oleh dana milik pemerintah kabupaten dengan total dana mencapai Rp 1,18 trilyun. xiii

17 Perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri menunjukkan penurunan. Tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. Secara total pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan akan bertumbuh antara 4% - 4,5% (yoy). Demikian juga, pertumbuhan ekonomi tanpa bahan tambang juga menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan dengan rentang pertumbuhan antara 6% - 6,5% (yoy). Kesejahteraan Masyarakat Sepanjang triwulan II-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang periode laporan tercatat sebanyak orang, turun 8,21% bila dibandingkan triwulan I yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut meningkat sebesar 26,20% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. Sepanjang triwulan II- 2013, rata-rata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 94,65 atau naik sebesar 0,04 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 94,61. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar petani ternak, nelayan, hortikultura dan perkebunan. Prospek Ekonomi Triwulan III-2013 Pada triwulan III-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi akan bertumbuh. Secara total pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan akan bertumbuh antara 4% - 4,5% (yoy). Demikian juga, pertumbuhan ekonomi tanpa bahan tambang juga menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan dengan rentang pertumbuhan antara 6% - 6,5% (yoy). Prediksi pertumbuhan didasarkan pada angka ramalan SKDU yang menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama dan memiliki korelasi signifikan. Tingginya pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri. Demikian pula, pengeluaran pemerintah diprediksi juga mengalami kenaikan sejalan dengan adanya hari raya idul fitri dan menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kinerja ekspor diperkirakan masih menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi yang diyakini masih akan berdampak hingga tahun 2014 seiring dengan adanya pelebaran dinding tambang. xiv

18 Dari sisi penawaran, sumbangan pertumbuhan tertinggi diperkirakan terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi seiring dengan adanya aktivitas mudik lebaran yang mampu meningkatkan trafik angkutan serta trafik data dan waktu penggunaan telepon. Sektor pertanian diyakini masih akan bertumbuh lebih tinggi dibanding triwulan maupun tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh adanya panen tanaman perkebunan Dari sisi penawaran, sumbangan pertumbuhan tertinggi diperkirakan terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi seiring dengan adanya aktivitas mudik lebaran yang mampu meningkatkan trafik angkutan baik darat, laut dan udara serta meningkatkan trafik data dan waktu penggunaan telepon. Demikian pula dengan adanya libur sekolah pada bulan Juli yang mampu meningkatkan tingkat hunian kamar hotel maupun peningkatan penggunaan angkutan udara, seiring dengan tingginya kunjungan wisatawan di Pulau Lombok. Adapun sektor ekonomi yang terdampak kenaikan kunjungan wisatawan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Sektor pertanian diyakini masih akan bertumbuh lebih tinggi dibanding triwulan maupun tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh adanya panen tanaman perkebunan di bulan Agustus dan September, meningkatnya tangkapan ikan, maupun meningkatnya permintaan ternak terutama sapi dan kambing yang diikuti kenaikan harga baik pada saat idul fitri maupun dalam persiapan menyambut idul adha. Adapun tanaman pangan diyakini mengalami penurunan seiring dengan telah selesainya panen raya di bulan Maret dan April Kondisi cuaca yang sudah memasuki musim kemarau di bulan Juli juga diprediksi menurunkan produksi tanaman bahan pangan. Pada triwulan III-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan mengalami kenaikan 8,5% ± 1% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan BBM. Adanya kenaikan BBM diprediksi akan membuat arah pergerakan inflasi mengalami anomali di beberapa komoditas pembentuknya. Prospek Inflasi Triwulan III 2013 Pada triwulan III-2013, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan mengalami kenaikan 8,5% ± 1% (yoy) sebagai dampak dari kenaikan BBM. Adanya kenaikan BBM diprediksi akan membuat arah pergerakan inflasi mengalami anomali di beberapa komoditas pembentuknya. Selain disebabkan oleh adanya kenaikan biaya transportasi, beberapa komoditas diperkirakan juga akan mengalami penyesuaian harga mengikuti kenaikan harga BBM. Beberapa potensi tekanan inflasi juga terjadi pada komoditas pendidikan dan pendukungnya seiring dengan adanya tahun ajaran baru, begitu pula dengan adanya potensi inflasi akibat dari meningkatnya permintaan dalam menyambut xv

19 Dari sisi suplai, harga tanaman pangan diindikasikan mengalami kenaikan harga seiring dengan adanya potensi penurunan produksi. hari raya idul fitri, lebaran ketupat dan juga menyambut hari proklamasi kemerdekaan Indonesia. Dari sisi suplai, harga tanaman pangan diindikasikan mengalami kenaikan harga seiring dengan adanya potensi penurunan produksi. Adanya kenaikan BBM juga berpotensi meningkatkan fluktuasi harga bahan makanan. Hal ini sejalan dengan ramalan BMKG yang menunjukkan adanya indikasi pergantian musim ke musim kemarau, sehingga dengan karakter lahan pertanian di NTB yang masih banyak terdapat sawah 1 kali panen, maka produksi tanaman pangan diperkirakan mengalami penurunan. Berdasarkan disagregasi inflasi, inflasi inti diperkirakan masih akan stabil rendah. Kenaikan inflasi terutama disumbang oleh meningkatnya inflasi volatile food yang meningkat cukup besar sebagai dampak dari kenaikan administerd price dampak dari kenaikan harga BBM. Patut diwaspadai pula adanya aksi ambil untung dari spekulan dalam menaikkan harga komoditas mengikuti kenaikan harga BBM. xvi

20 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Triwulan II 2013 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 1.1. KONDISI UMUM Pada triwulan II-2013, kinerja perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 2,07% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tanpa sektor pertambangan, kinerja ekonomi tumbuh lebih besar sebesar 4,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi ekonomi sebesar 4,44% (qtq). Secara tahunan, kinerja ekonomi menunjukkan pelambatan pertumbuhan dengan pertumbuhan sebesar 3,53% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 5,56% (yoy). Tanpa sektor pertambangan, ekonomi juga menunjukkan sedikit pelemahan dengan tumbuh sebesar 6,00% (yoy), bandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 6,03% (yoy). Penurunan pertumbuhan secara tahunan terutama disebabkan oleh kinerja sektor pertambangan yang mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya. Konsumsi masyarakat juga menunjukkan adanya pelambatan pertumbuhan yang tampak dari melambatnya pertumbuhan konsumsi dibanding tahun sebelumnya, dan pelambatan aktivitas pertambangan juga tampak dari menurunnya ekspor impor barang dalam proses yang mengalami penurunan. Grafik 1.1 PDRB (ADHB) dan growth (ADHK) yoy Grafik 1.2 PDRB (ADHB) dan growth (ADHK) qtq 14, , , , , , , , , (1.00) 6, (1.00) 4, (6.00) 4, (6.00) * 2012** 2013*** PDRB NTB PDRB NTB Non Tambang g (yoy) NTB g (yoy) NTB Non Tambang g (yoy) Nas Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah * 2012** 2013*** PDRB NTB PDRB NTB Non Tambang g (qtq) NTB g (qtq) NTB Non Tambang g (qtq) Nas Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Dari sisi permintaan, secara triwulanan, pertumbuhan ekonomi menunjukkan adanya pertumbuhan setelah mengalami kontraksi ekonomi di triwulan sebelumnya. Sumber pertumbuhan terutama disebabkan oleh adanya peningkatan belanja pemerintah yang meningkat 7,14% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, dan mulai kembali meningkatnya Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 1

21 ekspor konsentrat setelah mengalami penurunan yang cukup tajam di triwulan sebelumnya. Konsumsi rumah tangga menunjukkan sedikit kenaikan demikian pula dengan investasi yang dilakukan. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi hanya didukung oleh adanya peningkatan konsumsi rumah tangga dan lembaga nirlaba, sedangkan pengeluaran pemerintah, investasi, maupun ekspor impor menunjukkan adanya penurunan dibanding triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Dari sisi penawaran, Baik secara triwulanan maupun tahunan, ekonomi NTB menunjukkan adanya pertumbuhan yang cukup solid. Hampir semua sektor menunjukkan adanya pertumbuhan kecuali sektor pertambangan dan penggalian yang menunjukkan adanya penurunan dibanding triwulan maupun tahun sebelumnya. Walaupun terdapat peningkatan produksi di triwulan II, turunnya harga jual dan meningkatnya biaya operasional akibat dari pelebaran dinding tambang menyebabkan nilai tambah bersih sektor pertambangan relatif berkurang dibanding triwulan sebelumnya SISI PERMINTAAN Besar PDRB Nusa Tenggara Barat (NTB) pada triwulan II 2013 sebesar 13,2 trilyun, mengalami pertumbuhan 2,07% (qtq) secara triwulanan dan bertumbuh 3,53% (yoy) secara tahunan. Pengeluaran rumah tangga masih memberikan sumbangan terbesar dengan nilai sebesar Rp 7,57 trilyun atau setara dengan 57,30% dari total PDRB NTB. Investasi juga memiliki porsi terbesar ke-2 dalam menyumbang PDRB NTB dengan nilai mencapai Rp 3,98 trilyun atau setara dengan 30,14% dari total PDRB. Pengeluaran pemerintah juga menunjukkan sumbangan yang sangat signifikan dengan jumlah pengeluaran pada triwulan II 2013 sebesar Rp 2,75 trilyun atau setara dengan 20,80% dari total PDRB. Nilai tersebut cukup besar bila dibanding rata-rata peran pengeluaran pemerintah terhadap PDB Nasional yang hanya 8,63% dari total PDB. Pengeluaran konsumsi lembaga nirlaba juga menunjukkan adanya peningkatan walaupun pangsa terhadap total PDRB masih kecil. Net Ekspor justru menunjukkan adanya penurunan terutama disebabkan oleh peningkatan impor barang pembantu tambang yang lebih besar dibanding ekspor yang dilakukan. Dibanding PDB Nasional, PDRB NTB hanya berkontribusi sebesar 0,60% terhadap total PDB Nasional. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 2

22 Tabel 1.1. PDRB Sisi Permintaan Triwulan III 2013 Periode yoy 2012** 2013*** Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga 21, , , , , , , , , Pengeluaran Konsumsi Lembaga Nirlaba (LNP) Pengeluaran Konsumsi Pemerintah 7, , , , , , , , , Pembentukan Modal Tetap Bruto 10, , , , , , , , , Perubahan Stok (937.68) (4,910.43) (1,147.00) (1,334.63) (918.93) (1,509.87) (988.96) (1,092.26) Ekspor 17, , , , , , , , , Impor 9, , , , , , , , , Net Ekspor 8, , , (224.36) (150.25) NTB 49, , , , , , , , , Nasional 6,446, ,422, ,241, ,975, ,051, ,119, ,095, ,144, ,210, Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 1.3 Rincian Pertumbuhan PDRB dari Sisi Permintaan Grafik 1.4 Porsi PDRB dari Sisi Permintaan 16, , , , , , , , (2,000.00) (4,000.00) Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw * 2012** 2013*** NX d Stok PMTB G CLN CRT 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% (1.9) (9.9) (9.9) (11.0) (7.0) (11.8) (7.7) (8.3) Tw.1 Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* yoy NX d Stok PMTB G CLN CRT Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Pertumbuhan ekonomi NTB relatif lebih rendah dibanding pertumbuhan ekonomi nasional yang mencapai 5,80% (yoy) secara tahunan maupun 2,61% (qtq) secara triwulanan. Relatif rendahnya pertumbuhan ekonomi di NTB dari sisi permintaan terutama disebabkan oleh adanya net ekspor sepanjang tahun 2013 yang menggerus pertumbuhan ekonomi dari meningkatnya aktifitas konsumsi rumah tangga, pemerintah maupun meningkatnya realisasi investasi. Ketergantungan ekspor dan impor yang cukup tinggi pada aktifitas pertambangan emas di Newmont menyebabkan pertumbuhan ekonomi NTB juga mengalami fluktuasi yang cukup besar mengikuti naik turunnya aktifitas ekspor impor konsentrat hasil tambang. Untuk melepaskan ketergantungan terhadap ekspor hasil tambang, mau tidak mau, pemerintah harus mampu mendorong peningkatan ekspor produk yang lain antara lain komoditas unggulan atau menciptakan peluang ekspor dengan membuka peluang investasi bagi perusahaan berorientasi ekspor. Selain itu, pemerintah juga dapat mendorong konsumsi lebih tinggi dengan jalan meningkatkan investasi, sehingga daya beli masyarakat dapat meningkat dengan adanya peningkatan aktivitas ekonomi. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 3

23 (5.00) (10.00) (15.00) (20.00) Grafik 1.5 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan Secara Triwulanan Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* (2.00) (4.00) (6.00) (8.00) (25.00) (10.00) NTB (qtq) RHS Nas (qtq) RHS CRT CLN G PMTB Ekspor Impor Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah - Grafik 1.6 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan Secara Tahunan (5.00) (10.00) (15.00) Tw.1* Tw.2* Tw.3 Tw.4* Tw.1 Tw.2* (2.00) (20.00) (4.00) NTB (yoy) RHS Nas (yoy) RHS CRT CLN G PMTB Ekspor Impor Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah a. Konsumsi Pada triwulan II-2013, konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan sebesar 1,31% (qtq), sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 0,21% (qtq). Secara tahunan, konsumsi rumah tangga masih bertumbuh sebesar 5,28% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan pada triwulan sebelumnya yang mampu bertumbuh sebesar 5,29% (yoy). Melambatnya pertumbuhan konsumsi dikonfirmasi oleh adanya pelambatan kredit konsumsi, dan nilai indeks keyakinan konsumen yang menunjukkan adanya pelambatan optimisme. Konsumsi listrik rumah tangga menunjukkan adanya kenaikan yang cukup besar di triwulan II yang menunjukkan adanya peningkatan aktivitas dalam rumah. Walaupun pertumbuhan kredit konsumsi sedikit melambat, kredit konsumsi masih menunjukkan adanya pertumbuhan yang menunjukkan masih cukup bagusnya kemampuan daya beli masyarakat. Meningkatnya tren pembelian kendaraan roda empat dan stagnannya pembelian kendaraan roda dua juga menunjukkan adanya peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga orientasi belanja masyarakat juga mengalami perubahan. Perubahan perilaku konsumsi juga tampak dari peningkatan penggunaan listrik yang menunjukkan adanya peningkatan penggunaan perangkat elektronik dalam rumah tangga. Hal ini dalam masa depan dapat menggeser perilaku konsumsi masyarakat menjadi lebih konsumtif yang berdampak pada peningkatan konsumsi rumah tangga, apabila di saat yang bersamaan terjadi peningkatan daya beli masyarakat. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 4

24 Grafik 1.7 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.8 Penyaluran Kredit Konsumsi Konsumsi Listrik RT (juta kwh) g-kons. listrik RT (%)-kanan (10.00) (20.00) 10, , , , , , , , , , Kredit Konsumsi (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I II 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Sumber: PLN, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 1.9 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Grafik 1.10 Indeks Keyakinan Konsumen Kendaraan Roda Empat (unit) Motor (unit)-kanan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Level optimis Sumber: Dispenda NTB, diolah Sumber: Bank Indonesia b. Investasi Kinerja investasi propinsi NTB pada triwulan II menunjukkan adanya sedikit kenaikan investasi sebesar 0,67% (qtq) namun relatif sedikit melambat bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan penurunan sebesar 0,26% (yoy). Adapun total nilai pembentukan modal tetap bruto sebesar Rp 3,98 trilyun. Tren peningkatan investasi berhenti bertumbuh pada awal tahun 2012 yang ditunjukkan oleh adanya pelambatan pertumbuhan dan besar rata-rata nilai investasi tiap triwulan yang relatif tetap. Adanya pelambatan investasi membuat peringkat investasi NTB pada tahun 2011 dan 2012 turun di peringkat 16 dibanding tahun 2010 yang mampu meraih peringkat 9 terbesar sebagai propinsi tujuan investasi di Indonesia. Hingga triwulan II 2013, ijin investasi yang berhasil terealisasi Rp 4,11 trilyun dan berhasil meningkatkan peringkat investasi NTB menjadi peringkat 11 secara nasional cukup bagus ditengah adanya pelambatan investasi. Investasi pada triwulan II 2013 lebih disumbang oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN) antara lain seiring dengan mulai dilaksanakannya program MP3EI berupa pembangunan waduk di NTB antara lain waduk Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 5

25 pandan duri di Lombok Timur, Waduk Rababaka Complex meliputi bendungan Tanju dan Mila di Kabupaten Dompu, Waduk Mujur di Lombok Tengah dan Waduk Bintang Bano di Sumbawa Barat. Selain itu terdapat tambahan 1 waduk yang hingga saat ini sedang menunggu hasil evaluasi tempat yang tepat untuk dilakukan pembangunan oleh pemprov NTB. Adanya pembangunan jalan baru seperti di Lombok Barat dan Lombok Tengah diharapkan dapat membantu menarik investor baru terutama investor yang bergerak di bidang pariwisata sehingga pembangunan sektor pariwisata dapat meningkat dengan lebih cepat. Adanya penurunan PMA di triwulan II 2013 yang cukup besar dapat diredam oleh adanya peningkatan investasi PMDN yang cukup besar, membuat realisasi ijin investasi BKPM hanya menurun 12,22% (qtq) secara triwulanan. Grafik 1.11 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto Grafik 1.12 Penyaluran Kredit Investasi 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1, PMTB (Rp miliar)-kiri Growth (yoy %)-Kanan 25 Growth (qtq %)-Kanan Tw1* Tw2* Tw3* Tw4*Tw1**Tw2**Tw3**Tw4**Tw1**Tw2** 2, , , , Kredit Investasi (Rp miliar)-kiri) Growth (yoy %)- Kanan Growth (qtq %)- Kanan I II III IV I II III IV I II 160% 140% 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 6

26 Maluku NTT Sulbar Bengkulu Irian Barat Gorontalo Babel Sulut Yogyakarta Malut Sultra Lampung Sumbar Aceh Jambi Kepri Kalsel NTB Kalbar Bali Jateng Sulsel Sulteng Sumut Kalteng Indonesia Sumsel Papua Riau Kaltim Banten Jatim Jakarta Jabar Trilyun Triwulan II 2013 Grafik 1.13 Peringkat Realisasi Ijin Investasi di Indonesia Sumber : BKPM, diolah Pelemahan investasi juga tampak dari penggunaan semen pada triwulan II 2013 yang mengalami penurunan sebesar 7,23% (yoy) dibanding tahun sebelumnya dan turun 26,14% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, peningkatan kredit investasi di triwulan II 2013 sebesar 16,25% (qtq) triwulanan maupun 45,87% (yoy) secara tahunan diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi dan menahan laju penurunan ekonomi. Adapun total kredit investasi di propinsi NTB saat ini sebesar Rp 2,31 trilyun dengan pangsa kredit dan peningkatan kredit terbesar di sektor perdagangan besar dan eceran seiring dengan adanya pembangunan hypermart dan gramedia. Grafik 1.14 Perkembangan Volume Penjualan Semen Grafik 1.15 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri 300, , , , ,000 50,000 0 Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)- Kanan Pertumbuhan (%qtq)- Kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II (10) (20) (30) 4, , , , , , , , ,000.0 PMDN Total PMA I II III IV I II III IV I II Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah c. Ekspor Impor Sumber : BKPM, diolah Nilai net ekspor pada triwulan II 2013 masih menunjukkan nilai negatif sebesar Rp 150,25 milyar walaupun sudah membaik dibanding defisit di triwulan sebelumnya yang Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 7

27 Millions Millions Millions Triwulan II 2013 mencapai minus Rp 224,36 milyar. Sumber defisit ekspor impor NTB lebih disebabkan oleh defisit neraca perdagangan ekspor impor antar pulau, sedangkan perdagangan ekspor impor antar negara menunjukkan nilai yang positif. Membaiknya neraca ekspor impor lebih disebabkan oleh mulai berproduksinya tambang newmont pada bulan April dan Mei 2013 walaupun belum sebesar tahun-tahun sebelumnya, sedangkan pada bulan Juni relatif tidak berproduksi seiring dengan adanya kegiatan pelebaran dinding tambang Grafik 1.16 Neraca Ekspor Impor Propinsi NTB Triwulan II 2013 EKSPOR IMPOR NX 100% 80% Grafik 1.17 Pangsa Pintu Masuk Ekspor dan Impor di Propinsi NTB % % I II III IV I II III IV I II 20% 0% Ekspor Impor KPBC - MATARAM KPBC - BIMA KPBC - NGURAH RAI Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 1.18 Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu) Sumber: Bank Indonesia, diolah Grafik 1.19 Perkembangan Volume Impor (dlm ribu) Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods Consumption Goods Intermediate Goods Capital Goods I II III IV I II III IV I II 0.00 I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Adapun aktifitas ekspor impor luar negeri saat ini sangat terfokus di Pulau Sumbawa terutama pada tambang emas newmont seiring dengan tingginya aktifitas di KPBC Bima dengan porsi aktifitas ekspor hingga 98,54% dari total aktivitas ekspor NTB dan 96,64% dari total aktifitas impor NTB. Adapun komoditas ekspor utama adalah komoditas konsentrat tembaga yang diekspor antar pulau ke Surabaya dan luar negeri ke Jepang, Korea Selatan dan Jerman. Di satu sisi, propinsi NTB juga melakukan impor barang dalam proses melalui impor antar pulau antara lain dari Jawa Timur meliputi komoditas semen, pupuk, tanaman Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 8

28 bahan makanan lainnya, tanaman perkebunan, hasil olahan makanan, tekstil dan alat angkut dan Impor dari Jawa Tengah meliputi komoditas tekstil dan minyak. Sedangkan impor luar negeri terbesar berasal dari negara Jepang, Amerika, Singapura dan Australia berupa barang dalam proses sebagai perlengkapan pertambangan emas. Secara umum, nilai impor relatif menurun seiring dengan melambatnya aktifitas penambangan akibat dari adanya pelebaran dinding tambang SISI PENAWARAN Berdasarkan sisi penawaran, kinerja ekonomi propinsi NTB relatif mengalami kenaikan 2,07% (qtq) dan 3,53% (yoy) secara tahunan. Apabila sektor pertambangan dikeluarkan, maka pertumbuhan ekonomi triwulanan menjadi sebesar 4,83% (qtq) dan secara tahunan sebesar 6,00% (yoy). Ekonomi NTB menunjukkan adanya pertumbuhan kembali setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi ekonomi. Hampir semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan kecuali sektor pertambangan dan penyumbang pertumbuhan ekonomi tertinggi adalah sektor pertanian, perdagangan, hotel dan restoran, sektor transportasi dan komunikasi serta sektor bangunan. Grafik 1.20 Porsi PDRB Sektoral Dengan dan Tanpa Tambang Dengan Tambang Tanpa Tambang Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - Grafik 1.21 PDRB Berdasarkan Sektor Ekonomi Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw * 2012** 2013*** Pertanian Pertambangan Industri Listrik,Gas & Air Bangunan PHR Transport & Kom Keuangan Jasa-jasa Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Berdasarkan peran masing-masing sektor, sektor perdagangan menunjukkan adanya kenaikan pangsa terhadap total dengan pangsa sebesar 17,91% dengan mengikut sertakan sektor tambang dan atau 20,79% tanpa mengikutsertakan sektor tambang. Sektor pertanian masih menjadi kontributor terbesar perekonomian NTB dengan pangsa sebesar 25,01% dari total PDRB NTB, sedikit meningkat dibanding pangsa triwulan sebelumnya yang sebesar 24,36%. Namun demikian, apabila sektor tambang dikeluarkan, maka kontribusi sektor pertanian justru mengalami penurunan, dari 29,30% terhadap total PDRB NTB di triwulan I 2013, menjadi 29,04% di triwulan II Sektor pertambangan berkontribusi sebesar 16,14% terhadap total perekonomian NTB dan sektor jasa-jasa berkontribusi sebesar 13,94% terhadap Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 9

29 total perekonomian. Apabila sektor tambang dikeluarkan, maka sektor jasa mampu berperan sebesar 16,18% terhadap total perekonomian, bertumbuh stabil dibanding triwulan-triwulan sebelumnya (5) (10) Grafik 1.22 Pertumbuhan PDRB Sektoral Triwulanan Triwulan II (1.13) Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4(2.05) Tw.1 Tw.2 (1.50) (2.06) (2.98) 2011* (4.95) 2012** 2013*** (4.44) (5.64) (5.16) (10.23) (8.84) (2) (4) 6.26 Grafik 1.23 Pertumbuhan PDRB Sektoral Tahunan Triwulan II Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4(0.81) Tw.1 Tw.2 (1.58) (1.97) 2011* (2.36) 2012** 2013*** (3.85) 2.78 (3.75) (15) g (qtq) NTB Non Tambang g (qtq) NTB (6) (5.29) g (yoy) NTB Non Tambang g (yoy) NTB Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara triwulanan, pertumbuhan PDRB NTB cenderung berfluktuasi mengikuti fluktuasi pertumbuhan ekonomi sektor pertambangan dan penggalian. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh aktifitas tambang emas terhadap total pertumbuhan ekonomi NTB. Baik penurunan ekonomi maupun pertumbuhan ekonomi NTB Non Tambang searah dengan pertumbuhan ekonomi NTB dengan mengikut sertakan sektor tambang. Secara tahunan, pertumbuhan ekonomi Non Tambang menunjukkan pergerakan arah yang lebih stabil, berbanding terbalik dengan pertumbuhan ekonomi yang cenderung berfluktuatif mengikuti pergerakan sektor pertambangan. Pertumbuhan ekonomi non tambang menunjukkan adanya pertumbuhan ekonomi yang sedikit lebih tinggi dari nasional dengan pertumbuhan sebesar 6,00% (yoy), bandingkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang sebesar 5,80% (yoy). Periode 2011* 2012** 2013*** Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Pertanian Pertambangan 25.23) 32.61) 19.59) 28.71) 27.85) (14.98) 36.75) (25.16) 5.12 (8.90) Industri Listrik,Gas & Air Bangunan PHR Transport & Kom Keuangan Jasa-jasa ) (0.12) g (yoy) NTB 1.97) (5.29) (1.58) (3.85) (2.36) 2.78 (3.75) (0.81) g (yoy) NTB Non Tambang g (qtq) NTB 10.23) (1.13) (4.95) (8.84) (2.05) (2.98) 2.07 g (qtq) NTB Non Tambang (5.64) (1.50) (5.16) (2.06) (4.44) 4.83 Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy) Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 10

30 Millions x Triwulan II 2013 Secara tahunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami pertumbuhan ekonomi tertinggi dengan pertumbuhan sebesar 10,00%, diikuti oleh sektor listrik, air dan gas sebesar 9,61%, sektor bangunan sebesar 9,42% dan sektor keuangan dan jasa keuangan sebesar 9,35%. Adapun sektor pertambangan mengalami penurunan sebesar 8,90% seiring dengan belum normalnya produksi tambang karena perluasan dinding tambang. a. Pertanian Komoditas padi dan jagung saat ini masih menjadi penopang utama pertanian di propinsi NTB. Produksi padi NTB menduduki posisi 9 besar produsen padi di Indonesia, sedangkan produksi jagung menduduki peringkat ke-8 sebagai propinsi produsen jagung terbesar di Indonesia. NTB juga menjadi produsen kedelai terbesar ke-3 setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah, produsen kacang tanah terbesar ke-5 di Indonesia, dan produsen kacang hijau terbesar ke-3 di Indonesia. Selain itu, saat ini NTB juga menjadi produsen bawang merah terbesar ke-4 di Indonesia setelah Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat, produsen cabe terbesar ke-10 di Indonesia, produsen buah mangga terbesar ke-5 di Indonesia, serta produsen buah jambu terbesar ke-6 di Indonesia. Total nilai PDRB dari sektor pertanian sebesar 3,30 trilyun, meningkat 2,11% (yoy) dibanding tahun sebelumnya dan meningkat 5,34% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan pertumbuhan sektor pertanian lebih disebabkan oleh adanya panen raya padi di bulan Maret dan April 2013, serta panen raya jagung di bulan April Berdasarkan data luas tanam padi dan jagung, maka produksi padi dan jagung pada triwulan III 2013 masih akan mengalami peningkatan. Grafik 1.24 Peringkat Propinsi Produsen Padi di Indonesia Grafik 1.25 Peringkat Propinsi Produsen Padi di Indonesia * 2013** PADI JAGUNG 2012* 2013** Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Namun demikian, berdasarkan angka ramalan I BPS disampaikan bahwa produksi padi dan jagung tahun 2013 diperkirakan akan mengalami penurunan produksi, terutama disebabkan oleh menurunnya luas panen padi dan jagung masing-masing sebesar 3,16% (yoy) dan 7,20% (yoy), sehingga peningkatan produktivitas yang terjadi tetap tidak Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 11

31 Thousands Triwulan II 2013 mampu membantu menaikkan produksi tanaman tersebut. Peningkatan produksi diperkirakan terjadi pada komoditas kedelai sebesar 20,29% (yoy) disebabkan oleh peningkatan luas panen sebesar 24,13% (yoy) dan peningkatan produksi kacang tanah sebesar 41,85% yang disebabkan oleh kenaikan luas panen sebesar 24,19% (yoy) dan berhasilnya penerapan intensifikasi pertanian dengan peningkatan produksi per hektar mencapai 14, 16%. Produksi kacang hijau juga mengalami penurunan hingga 8,87% terutama disebabkan oleh menurunnya luas panen sebesar 10,47%. Grafik 1.26 Pertumbuhan Produksi Padi Propinsi NTB berdasarkan ARAM Luas Panen(Ha) Produksi(Ton) Produktivitas(Ku/Ha) PADI Grafik 1.27 Pertumbuhan Produksi Jagung Propinsi NTB berdasarkan ARAM Luas Panen (Ha) Produktivitas (Ku/Ha) JAGUNG Produksi (Ton) Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah Grafik 1.28 Luas Lahan dan Luas Tanam Padi triwulan II 2013 Luas Panen Luas Tanam (t+3) Grafik 1.29 Luas Lahan dan Luas Tanam Jagung triwulan II 2013 Luas Panen Luas Tanam (t+3) Sumber: Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah Sumber: Dinas Pertanian Provinsi NTB, diolah Pada triwulan III 2013, produksi padi dan jagung diperkirakan akan mengalami pelambatan seiring dengan sudah selesainya musim panen raya. Selain itu, mulai datangnya musim panas juga diprediksi menurunkan produksi tanaman pertanian yang lain. Indikasi penurunan produksi juga tampak dari besaran kredit pertanian yang mengalami penurunan di triwulan II 2013 sebesar 9,53% (qtq). Dibanding tahun sebelumnya, nilai kredit masih sedikit mengalami kenaikan sebesar 1,56%. Berdasarkan penyaluran kredit, kabupaten dompu menjadi kabupaten penerima kredit pertanian terbesar, diikuti oleh kabupaten Sumbawa dan Lombok Timur. Kabupaten Lombok Tengah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 12

32 Thousands Billions Triwulan II 2013 yang menjadi lumbung padi terbesar di propinsi NTB justru hanya memperoleh kredit pertanian sebesar Rp 19 miliar, berbanding terbalik dengan besar produksi padi yang mencapai 432 ton per tahun. Wilayah Lombok Barat dan Lombok Tengah kemungkinan juga menerima kredit pertanian dari kota Mataram yang tampak dari besar nilai kredit pertanian kota Mataram yang mencapai 27 miliar Grafik 1.30 Nilai dan Pertumbuhan Kredit Sektor Pertanian Triwulan II 2013 Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%yoy)-kanan Pertumbuhan (%qtq)-kanan I II III IV I II III IV I II 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% Grafik 1.31 Besaran Produksi Padi dan Besaran nilai kredit Pertanian NTB Produksi (Ton) Kredit Pertanian Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah b. Pertambangan Pertumbuhan ekonomi di sektor pertambangan kembali menunjukkan adanya penurunan kinerja dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, pertumbuhan sektor pertambangan dan penggalian mengalami penurunan sebesar 12,74% (qtq) dan secara tahunan mengalami penurunan sebesar 8,90% (yoy). Berdasarkan aktifitas penambangan, sebenarnya sudah mulai terjadi kenaikan aktifitas yang ditunjukkan oleh adanya kenaikan produksi di bulan April dan Mei yang cukup tinggi, namun pada bulan Juni 2013, perusahaan tidak berproduksi dikarenakan adanya aktivitas pelebaran dinding tambang yang saat ini memasuki fase ke-6, sehingga kandungan konsentrat juga relatif rendah. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 13

33 1/1/20 4/1/20 7/1/20 10/1/2 1/1/20 4/1/20 7/1/20 10/1/2 1/1/20 4/1/20 7/1/20 10/1/2 1/1/20 4/1/20 Thousands Triwulan II 2013 Grafik 1.32 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan WMT (ton) PEB (USD.000) g-prod (%,yoy)-rhs g-prod (%, ctc) I II III IV I II III IV I II 20 - (20) (40) (60) (80) Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)-kiri Pertumbuhan (%)-Kanan I II III IV I II III IV I II 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% Sumber: PT Newmont, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Selain itu, turunnya harga komoditas emas dan tembaga dunia, juga berpengaruh terhadap pergerakan harga konsentrat yang juga mengalami penurunan. Adanya penjualan cadangan emas negara cyprus di awal tahun, ternyata masih berdampak pada pelemahan sentimen harga emas dan tembaga yang hingga saat ini terus mengalami penurunan. Harga konsentrat juga menunjukkan tren penurunan yang sama. Grafik 1.34 Perkembangan Harga Komoditas Emas dan Tembaga Dunia ,000 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 Grafik 1.35 Perkembangan Harga Konsentrat Tembaga US$/ton Tembaga (RHS) Emas (LHS) Sumber: CEIC, diolah Sumber: Newmont, diolah Adanya penurunan harga tersebut berpengaruh terhadap nilai pendapatan yang tidak meningkat sebesar kenaikan produksi yang terjadi. Selain itu, besarnya biaya operasional akibat dari pelebaran dinding tambang, juga berdampak pada kenaikan biaya operasional, yang berakibat pada penurunan nilai tambah bruto dari aktivitas pertambangan tersebut. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 14

34 c. Perdagangan, Hotel dan Restoran Berdasarkan struktur ekonomi NTB menggunakan data IRIO didapatkan bahwa 90,85% dari total kebutuhan produksi NTB dapat dipenuhi oleh NTB sendiri dan 9,15% sisanya dipenuhi dari daerah lain. Jawa Timur menjadi mitra utama perdagangan antar pulau NTB dengan kontribusi mencapai 3,29% dari total perekonomian, disusul oleh Jawa Tengah dengan kontribusi sebesar 2,00%, DKI Jakarta dengan kontribusi sebesar 1,30% dan propinsi NTT dengan kontribusi sebesar 0,92%. Produk semen 100% disuplai dari daerah lain dengan sumbangan terbesar dari Jawa Timur dengan porsi sebesar 69,18%, diikuti Sulawesi selatan dan Jawa Tengah. Selain itu produk tekstil dan pupuk juga disuplai dari daerah lain dengan porsi sebesar 76,38% dan 62,66%. Adapun beberapa komoditas lain yang masih disuplai dari daerah lain adalah tanaman perkebunan (31,99%) yang disuplai pada propinsi NTT dan Jawa Timur, permodalan yang disuplai dari Jakarta, makanan olahan yang disuplai dari Jawa Tengah dan Jawa Timur, tanaman bahan makanan lainnya yang disuplai dari Jawa Timur, komoditas perikanan dari Nusa Tenggara Timur (NTT), dan alat angkut dan mesin yang kebanyakan didatangkan dari propinsi Jawa Timur. Potensi shock dapat terjadi apabila pemenuhan komoditas tersebut di atas terhambat oleh adanya shock di alur distribusi barang. Demikian pula dengan hasil produksi propinsi NTB didapatkan bahwa 91,02% produksi digunakan oleh NTB sendiri dan 8,98% produksi dikirim ke daerah lain sebagai ekspor antar pulau. Adapun mitra dagang utama NTB adalah Jawa Timur dengan kuantitas transaksi mencapai 5,11% dari total perekonomian NTB. Produk utama perdagangan adalah konsentrat tembaga yang dikirim ke perusahaan smelting di gresik, produk makanan, minuman dan tembakau serta tanaman bahan makanan lainnya. Selain itu, NTB juga menjadi mitra utama perdagangan propinsi NTT dengan menyupai tanaman bahan makanan lainnya, tanaman perkebunan, peternakan dan perikanan. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 15

35 Pertanian Jasa- Jasa Ke ua ng an Trans port dan Kom unika PHR Industri Pengolahan Pertamban gan Pertanian Triwulan II 2013 KOMODITAS Lainnya Jabar Bali Sulsel Banten NTT Jakarta Jateng Jatim NTB % non ntb total Padi Tanaman bahan makanan lainnya Tanaman perkebunan Peternakan dan hasilhasilnya Perikanan Pengilangan minyak bumi Pertambangan batu bara, biji logam dan penggalian lainnya Industri makanan minuman dan tembakau Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri alat angkutan, mesin dan peralatannya Industri tekstil, barang dari kulit dan alas kaki Industri pupuk, kimia dan barang dari karet dan mineral bukan logam Industri semen Perdagangan Hotel dan Restoran Angkutan darat Komunikasi Lembaga keuangan Jasa-jasa lainnya Lainnya NUSA TENGGARA BARAT Total Sumber: BPS, diolah Tabel 1.3 Asal Komoditas yang Masuk ke Wilayah NTB Berdasarkan Data IRIO 2000 KOMODITAS Lainnya Jakarta Jabar Jateng NTT Jatim NTB Non NTB Total Padi Tanaman bahan makanan lainnya Perikanan Kehutanan Tanaman perkebunan Peternakan dan hasil-hasilnya Pertambangan batu bara, biji logam Tambang dan penggalian lainnya Industri barang dari kayu dan hasil hutan lainnya Industri Industri makanan minuman dan tembakau PHR Perdagangan Transport Angkutan darat Jasa-Jasa Jasa-jasa lainnya Lainnya Sumber: BPS, diolah Tabel 1.4 Tujuan Komoditas keluar Wilayah NTB Berdasarkan Data IRIO 2000 TOTAL Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran pada triwulan II 2013 mengalami kenaikan 6,10% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan, kinerja Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 16

36 Trilyun Triwulan II ,400 2,200 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 perdagangan mengalami pertumbuhan sebesar 10,00% (yoy) lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 9,44% (yoy). Kenaikan kinerja perdagangan, hotel dan restoran sejalan dengan pertumbuhan tamu menginap di hotel berbintang yang meningkat signifikan hingga 47,98% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Tingkat penghunian kamar juga menunjukkan adanya peningkatan yang cukup besar, yang tampak dari tingkat hunian kamar hotel berbintang hingga 53,96% meningkat dari triwulan sebelumnya yang sebesar 41,14%, demikian pula dengan tingkat hunian kamar hotel non bintang yang meningkat. Puncak peningkatan kunjungan terutama terjadi pada bulan Juni 2013 sejalan dengan adanya libur sekolah. Baik tamu domestik maupun tamu asing sama-sama menunjukkan tren yang meningkat. Dari sisi pembiayaan, kredit perdagangan, hotel dan restoran masih menunjukkan adanya kenaikan nilai kredit namun relative menurun dibanding triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, nilai kredit mengalami kenaikan sebesar 4,25% (qtq) dan secara tahunan meningkat 34,61%, relatif menurun dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 48,72%. Walaupun pertumbuhan kredit masih cukup tinggi, adanya potensi pelambatan kredit dikhawatirkan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi di sektor perdagangan, hotel dan restoran ke depan. Grafik 1.36 PDRB Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dan Pertumbuhannya Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw.2 Tw.3 Tw.4 Tw.1 Tw (5) (10) (15) Grafik 1.37 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran Kredit Sektor PHR (Rp trilyun)-kiri Growth (yoy%)-kanan Growth (qtq%)-kanan I II III IV I II III IV I II 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% -10% * 2012** 2013*** Perdagangan, Hotel & Restoran % Growth(yoy) RHS % Growth(qtq) RHS Sumber: BPS Propinsi NTB, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 17

37 Januari Maret Mei Juli September Nopember Januari Maret Mei Juli September Nopember Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Januari Maret Mei Thousands Triwulan II 2013 Grafik 1.38 Jumlah Tamu yang Menginap di Hotel Berbintang Grafik 1.39 Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-Rata Lama Menginap Hotel Total Tamu Domestik Asing Growth (%qtq) RLM Bintang (RHS) TPK Bintang (%LHS) RLM Non Bintang (RHS) TPK Non Bintang (%LHS) Sumber: BPS Propinsi NTB, diolah Sumber: : BPS Propinsi NTB, diolah Total nilai kredit perdagangan saat ini mencapai 5,48 trilyun dan 74,8% digunakan untuk modal kerja sedangkan 25,2% digunakan sebagai investasi. Kredit investasi lebih banyak digunakan pada sektor penyediaan akomodasi seperti hotel dan restoran, sedangkan kredit modal kerja lebih banyak digunakan dalam kegiatan perdagangan. d. Bangunan Kinerja sektor bangunan masih menunjukkan adanya peningkatan pembangunan yang tampak dari peningkatan pertumbuhan triwulanan sebesar 4,16% (qtq) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang turun sebesar 6,67% (qtq). Secara tahunan, sektor bangunan masih mengalami pertumbuhan sebesar 9,42% (yoy), relatif melambat dibanding pertumbuhan tahunan di triwulan sebelumnya yang mampu bertumbuh sebesar 11,28% (yoy). Hal ini menunjukkan adanya peningkatan pembangunan yang lebih besar di triwulan sebelumnya. Hal ini sejalan dengan tren penyaluran kredit properti yang mengalami kenaikan 15,42% dibanding triwulan sebelumnya. Namun demikian, secara tahunan, pertumbuhan kredit mengalami pelambatan dengan pertumbuhan sebesar 34,61% (yoy) melambat dibanding pertumbuhan tahunan triwulan sebelumnya yang sebesar 48,72% (yoy). Berbeda dengan tren pertumbuhan sektor konstruksi, data penggunaan semen pada triwulan II 2013 justru menunjukkan penurunan penggunaan sebesar 26,14% (qtq) secara triwulanan dan menurun 7,23% (yoy) secara tahunan dibanding triwulan Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 18

38 300, , , , ,000 50,000 sebelumnya. Penurunan pengiriman semen menunjukkan adanya pelambatan pembangunan konstruksi berbahan dasar semen di triwulan II Adapun tingginya aktivitas konstruksi sepertinya lebih didorong oleh tingginya pembangunan jalan di beberapa wilayah dan persiapan pembuatan waduk dalam program MP3EI yang saat ini sedang dilakukan di Lombok Timur, Lombok Tengah, Dompu, dan Sumbawa. Adanya investasi pembangunan clinker dan pengemasan semen di Lombok timur oleh PT Semen Gresik diharapkan dapat mendorong peningkatan pembangunan di NTB. 0 Grafik 1.40 Perkembangan Volume Penjualan Semen Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)- Kanan Pertumbuhan (%qtq)- Kanan I II III IV I II III IV I II III IV I II (10) (20) (30) Grafik 1.41 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Bangunan Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)-kiri Growth (yoy%)-kanan Growth (qtq%)-kanan I II III IV I II III IV I II 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% 2010 Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,71% (qtq), meningkat dibanding kinerja di triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 1,58% (qtq). Peningkatan kinerja secara triwulanan ini searah dengan kinerja laba sebelum pajak perbankan yang menunjukkan adanya peningkatan sebesar 17,04% dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan, kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pelambatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya, dari 9,78% (yoy) menjadi 9,35% (yoy). Pelambatan pertumbuhan kinerja sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan ini juga sejalan dengan pelambatan pertumbuhan asset, DPK dan kredit perbankan yang masing-masing bertumbuh sebesar 18,15% (yoy), 10,76% (yoy) dan 23,06% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 19,03% (yoy), 15,64% (yoy), dan 26,42% (yoy). Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 19

39 Thousands Trilyun Milyar Triwulan II 2013 Grafik 1.42 Perkembangan Kondisi Perbankan Grafik 1.43 Perkembangan Laba Perbankan I II III IV I II III IV I II ASSET DPK KREDIT g ASSET (%) g DPK (%) g KREDIT (%) ,400 1,200 1, Laba g Laba (%) I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah f. Transportasi dan Komunikasi Kinerja sektor transportasi dan komunikasi pada triwulan II-2013 menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan sebesar 6,59% (qtq) meningkat dibanding pencapaian di triwulan sebelumnya yang turun - 6,67% (qtq). Secara tahunan, pertumbuhan sektor transportasi dan komunikasi juga mengalami peningkatan sebesar 7,05% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,08% (yoy). Peningkatan kinerja sektor transportasi dan komunikasi ini sejalan dengan pertumbuhan kinerja angkutan udara yang juga menunjukkan adanya pertumbuhan 14,48% (qtq) secara triwulanan maupun bertumbuh 13,22% (yoy) secara tahunan. Tingginya pertumbuhan selain dikarenakan oleh adanya liburan, juga disebabkan oleh adanya penambahan waktu terbang beberapa perusahaan penerbangan, baik penambahan rute maupun penambahan waktu kunjungan. Grafik 1.44 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara Grafik 1.45 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi I II III IV I II III IV I II Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)-kiri Growth (%)-Kanan Growth (yoy%)-kanan I II III IV I II III IV I II 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% Total Domestik Internasional Growth (% qtq) Growth (% yoy) Sumber: PT Angkasa Pura I, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 20

40 Sebaliknya, kinerja kredit sektor transportasi dan komunikasi justru menunjukkan adanya penurunan pertumbuhan secara triwulanan sebesar 4,96% (qtq). Secara tahunan, nilai kredit transportasi dan komunikasi masih mengalami pertumbuhan sebesar 46,28% (yoy), namun relatif melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu bertumbuh hingga 61,49%. Dikarenakan nilai kredit yang tidak terlalu besar yaitu sebesar Rp 139,90 milyar, maka pelambatan kinerja kredit diperkirakan tidak terlalu besar. Namun demikian, penyaluran kredit diharapkan tetap dapat ditingkatkan, lebih untuk mengakselerasi pembangunan di sektor transportasi dan komunikasi dan menciptakan efek berantai dari pertumbuhan yang terjadi. g. Industri Pengolahan Pada triwulan II-2013, kinerja sektor industri pengolahan mampu bertumbuh sebesar 3,87% (yoy) sedikit meningkat dibanding kinerja di triwulan I yang tumbuh 3,23% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor industry pengolahan tumbuh 3,87% (qtq) meningkat cukup tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 1,87% (qtq). Peningkatan pertumbuhan sektor industri tersebut sejalan dengan pertumbuhan konsumsi listrik industri yang tumbuh 15,83% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Secara tahunan, konsumsi listrik industri juga menunjukkan adanya peningkatan yang cukup tinggi sebesar 45,35% (yoy) walaupun melambat dibanding pertumbuhan konsumsi listrik industri di triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 73,01% (yoy). Grafik 1.46 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.47 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)-kanan I II III IV I II III IV I II (10.00) Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)-kiri Growth (%yoy)-kanan Growth (%qtq)-kanan I II III IV I II III IV I II 100% 80% 60% 40% 20% 0% -20% -40% Sumber: PLN, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Penyaluran kredit sektor industri pengolahan secara triwulanan masih menunjukkan adanya pertumbuhan sebesar 11,01% walaupun melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 14,57%. Namun demikian, secara tahunan, nilai kredit Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 21

41 meningkat hingga 89,85% (yoy), meningkat dibanding penyaluran kredit tahun sebelumnya yang tumbuh sebesar 44,30%. h. Listrik, Gas, dan Air Bersih Pada triwulan II-2013, kinerja sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh tinggi hingga 5,29% (qtq) secara triwulanan maupun 9,61% (yoy) secara tahunan. Tingginya pertumbuhan kinerja seiring dengan adanya peningkatan konsumsi listrik baik rumah tangga maupun industri dengan total pemakaian listrik bertumbuh sebesar 18,07% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, dan tumbuh 22,65% dibanding tahun sebelumnya. Tingginya penggunaan listrik menunjukkan adanya peningkatan aktifitas konsumsi rumah tangga maupun aktivitas industri Grafik 1.48 Perkembangan Total Konsumsi Listrik Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(% yoy)- kanan growth(% qtq)- kanan I II III IV I II III IV I II Grafik 1.49 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik, Air dan Gas Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)-kiri Growth (%yoy)-kanan Growth (%qtq)-kanan 1 2 I II III IV I II III IV I II 450% 400% 350% 300% 250% 200% 150% 100% 50% 0% -50% -100% 2011 Sumber: PLN, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Posisi kredit perbankan yang di salurkan ke sektor listrik, gas, dan air bersih mengalami kenaikan yang sangat signifikan hingga 376,60% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Kenaikan permintaan kredit masih disebabkan oleh peningkatan kredit senilai Rp 3 milyar di Lombok timur pada bulan Januari guna pembangunan bendungan, dan adanya kredit ketenagalistrikan di Mataram pada bulan Mei Namun demikian, secara nilai rupiah masih terlalu kecil dibanding total penyaluran kredit di propinsi NTB yang mencapai Rp 17,06 trilyun. Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat 22

42 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Sepanjang triwulan II-2013 inflasi di NTB cenderung menunjukkan peningkatan. Secara tahunan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Namun demikian, laju inflasi tersebut tercatat lebih rendah dibanding laju inflasi nasional yang mencapai 5,90% (yoy). Sementara bila dilihat berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan II-2013 relatif lebih rendah dibanding pergerakan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir). Pada bulan Mei 2013, laju inflasi NTB tercatat sebesar -0,85% (mtm), sedangkan bulan Juni 2013 tercatat sebesar 1,02% (mtm). Jauh lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar -0,17% dan 1,54% (mtm). Berbeda dengan pola historisnya, tekanan laju inflasi pada April 2013 justru mengalami tekanan yang tercatat sebesar 0,31% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata historisnya yang tercatat sebesar -0,44% (mtm). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan yoy -NTB (%) mtm -NTB (%) yoy - Nasional (%) mtm - Nasional (%) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq) I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan II-2013 cenderung menunjukkan penurunan yang tercatat sebesar 0,47% (qtq), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 3,39% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan menurunnya tekanan inflasi pada kelompok bahan makanan, kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara pada kelompok lainnya, cenderung mengalami peningkatan terutama pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 23

43 Secara umum, meningkatnya tekanan harga di Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh terbatasnya pasokan bahan makanan khususnya pada komoditas hortikultura (cabe rawit dan buah-buahan) dan kenaikan harga kelompok administered price (tarif tenaga listrik dan bensin) yang menjadi faktor utama pendorong laju inflasi. Di sisi lain, penahan laju inflasi terbesar diberikan oleh kelompok bumbu-bumbuan (bawang putih dan merah) akibat mulai meningkatnya pasokan sehubungan dibukanya kembali keran impor komoditas tersebut. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan II-2013 inflasi tahunan Kota Mataram tercatat lebih rendah dibandingkan dengan Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 5,44% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima lebih tinggi yaitu sebesar 5,62% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, meningkatnya inflasi Nusa Tenggara Barat utamanya disebabkan oleh gejolak harga pada kelompok inflasi administered price INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 cenderung bergerak menurun yang tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami penurunan dari sebesar 3,39% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 0,47% (qtq) pada triwulan laporan. Angka tersebut lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan nasional yang juga mengalami penurunan dan tercatat sebesar 0,90% (qtq). Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi NTB I II III IV I II III IV I II Sumber: BPS Provinsi NTB Kecenderungan menurunnya tekanan inflasi tersebut utamanya berasal dari meredanya tekanan laju inflasi kelompok bahan makanan kelompok sandang dan kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara pada kelompok lainnya, tekanan inflasi cenderung mengalami peningkatan terutama pada kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan. Berdasarkan sumbangannya, penahan laju inflasi pada triwulan II-2013 diberikan oleh kelompok bahan makanan dan sandang. Sementara pemicu andil terbesar dalam pembentukan laju inflasi triwulanan diberikan oleh kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, pada triwulan II-2013 tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat kembali berada pada tren meningkat yang tercatat sebesar 5,48% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 24

44 I-2013 yang tercatat sebesar 5,18% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 5,90% (yoy) pada periode laporan. Sumber: BPS Provinsi NTB Berdasarkan kelompok komoditas, meningkatnya laju inflasi pada triwulan II-2013 dibanding triwulan I-2013 kembali didorong oleh melonjaknya harga pada kelompok bahan makanan. Kemudiaan diikuti oleh kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dan kelompok makanan jadi, minuman dan tembakau. Sementara laju inflasi pada kelompok lainnya cenderung mengalami penurunan. Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy,%) No Kelompok Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Umum Bahan Makanan Makanan jadi, minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok bahan makanan yang tercatat sebesar 9,34% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar dan kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan yang tercatat sebesar 4,53% (yoy) dan 4,45% (yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran 2,39% (yoy) hingga 3,98% (yoy). Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan kembali mendominasi pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,81%, kemudian diikuti kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar sebesar 1,00%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran 0,08% hingga 0,69% INFLASI BERDASARKAN KOTA Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 25

45 Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat, pada triwulan II Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat mencapai 5,44% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat mencapai 5,62% (yoy). Berdasarkan karakteristiknya, pola pembentukan laju inflasi Kota Mataram pada triwulan II (April-Juni) cenderung mengalami penurunan (deflasi). Namun sepanjang triwulan II laju inflasi mengalami tekanan dan cenderung lebih tinggi dibanding dengan kondisi ratarata historisnya (lima tahun terakhir). Berbeda dengan pola historisnya yang cenderung mengalami deflasi pada April 2013, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram tercatat sebesar 0,61% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai historisnya yang sebesar -0,60% (mtm). Sementara kecenderungan harga yang menurun terjadi pada perkembangan laju inflasi bulan Mei dan Juni 2013 yang masing-masing tercatat sebesar -1,03% dan 0,91%(mtm). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding rata-rata historisnya yang masing-masing sebesar -0,19% dan 1,59% (mtm). Sejalan dengan kota Mataram, pergerakan laju inflasi di Kota Bima pada triwulan II juga lebih rendah dibanding rata-rata historisnya. Pada April 2013, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat mengalami deflasi sebesar 0,82% (mtm). Pada Mei 2013 laju inflasi kembali mengalami deflasi tercatat sebesar 0,18% (mtm). Kondisi tersebut cenderung lebih rendah dibanding dengan rata-rata historisnya (lima tahun terakhir) yang masing-masing sebesar 0,16% (mtm) dan -0,09% (mtm). Namun pada Juni 2013, laju inflasi bulanan mengalami lonjakan mencapai 1,42% (mtm), lebih tinggi dibanding rata-rata nilai historisnya yang sebesar 1,36% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 adalah meningkatnya harga pada kelompok bahan makanan antara lain cabe rawit, daging ayam ras dan tongkol pindang. Di sisi lain, komoditas yang menahan laju inflasi atau cenderung mengalami penurunan antara lain beras, emas perhiasan dan bawang merah. Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan II-2013 di Kota Mataram dan Bima Kota Mataram April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Apel 0.46% Tarip Listrik 0.08% Cabe Rawit 0.38% Jeruk 0.11% Tongkol Pindang 0.08% Bensin 0.37% Cabe Rawit 0.09% Telur Ayam Ras 0.04% Tomat Sayur 0.12% Sewa Rumah 0.08% Daging Ayam Ras 0.02% Tongkol Pindang 0.10% Daging Ayam Ras 0.07% Soto 0.02% Daging Ayam Ras 0.08% Kota Bima April 2013 Mei 2013 Juni 2013 Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Jenis Barang Andil (%) Bawang Putih -0.66% Daging Ayam Ras 0.08% Bensin 0.25% Beras -0.36% Selar 0.07% Baju Muslim 0.19% Jeruk -0.16% Mie Kering Instant 0.06% Pisang 0.14% Emas Perhiasan -0.07% Telur Ayam Ras 0.05% Angkutan Dalam Kota 0.11% Telur Ayam Ras -0.04% Tarip Listrik 0.04% Jeruk 0.08% Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 26

46 Sumber: BPS 2.5. DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan komponennya, pada triwulan II-2013 pergerakan laju inflasi NTB cenderung mengalami peningkatan. Kondisi tersebut disebabkan oleh meningkatnya tekanan inflasi dari komponen yang memiliki karakteristik harga yang dapat bergejolak (volatile food) dan komponen harga yang diatur pemerintah (administered price). Sementara tekanan inflasi pada komponen lainnya, yaitu kelompok inflasi inti cenderung mengalami pelemahan. Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) Inflasi Bulanan administered price core inflation volatile food Inflasi Tahunan administered price core inflation volatile food Sumber: BPS Sumber: BPS Pada triwulan II-2013, laju inflasi komponen volatile food tercatat sebesar 10,02% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 11,20% (yoy) namun masih berada pada level inflasi yang cukup tinggi. Berdasarkan sub kelompoknya, tingginya tekanan inflasi tersebut didorong oleh tingginya tingkat inflasi pada sub kelompok bumbu-bumbuan dan sub kelompok daging dan hasil-hasilnya. Laju inflasi tertinggi pada komponen volatile food dialami oleh sub kelompok bumbu-bumbuan yaitu sebesar 2,31% (yoy). Peningkatan ketersediaan beras tersebut dikonfirmasi oleh tingginya tingkat realisasi penyerapan beras oleh BULOG. Dalam rangka menjaga stabilitas harga beras dan ketahanan pangan di Provinsi NTB, hingga akhir Juni 2013 BULOG Divre NTB telah menyerap hasil pertanian setara beras sebanyak ton. Kondisi tersebut mampu menjaga ketersediaan (stok) beras, dimana hingga akhir triwulan II-2013 ketersediaan pangan (cadangan beras pemerintah) mencapai ribu ton beras. Persediaan tersebut diperkirakan mampu menyangga kebutuhan cadangan beras pemerintah hingga lebih dari 12 bulan mendatang. Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 27

47 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/kg) Rp IR I (Pelita ) Medium II IR 64 Super IR Zak (pack) Grafik 2.10 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng (Rp/kg) Rp Cabe Rawit Cabe Merah Bsr Minyak Goreng-rhs Gula Pasir Lokal -rhs Mei 12Juni 12Juli 12Aug 12 Sept 12Okt 12Nov 12Des 12Jan 13Feb 13Mar 13Apr 13Mei13Juni13 Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan yang cukup tinggi. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen administered price tercatat mencapai 4,27% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 2,53% (yoy). Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga bahan bakar minyak pada akhir Juni Di sisi lain, pelemahan tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub kelompok sarana dan penunjang transpor. Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun. Pada triwulan II- 2013, laju inflasi inti tercatat sebesar 3,49% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,70% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh pelemahan tekanan harga pada sub kelompok biaya tempat tinggal, sub kelompok barang pribadi dan sandang lain, dan sub kelompok penyelenggaraan rumah tangga. Di sisi lain, komoditas yang menjadi pendorong inflasi inti berasal dari sub kelompok sandang wanita dan sub kelompok makanan jadi. Juni 12Juli 12Aug 12 Sept 12Okt 12Nov 12Des 12Jan 13Feb 13Mar 13Apr 13Mei13Juni13 Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Jagung-US$/bushel Gula-US$/pound Beras-kanan USD/mt Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia Gold-kiri $/oz CPO-US$/mt Minyak-kanan US$/barrel Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg Sumber: CEIC Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat 28

48 BOKS 1 Dampak Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak Bersubsidi per 22 Juni 2013 Terhadap Inflasi Nusa Tenggara Barat Hingga pertengahan tahun 2013 perkembangan inflasi di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) cenderung mengalami tekanan dibandingkan kondisi pada tahun Pada Juni 2013, inflasi tahunan NTB tercatat sebesar 5,48% (yoy), sedangkan secara kumulatif laju inflasi mencapai 3,88% (ytd). Kondisi tersebut lebih tinggi dibandingkan laju inflasi kumulatif pada Juni 2012 yang sebesar 2,42% (ytd). Tingginya laju inflasi tersebut turut dipengaruhi oleh laju inflasi bulanan pada awal tahun yang mengalami peningkatan akibat keterbatasan pasokan bahan makanan (bumbubumbuan, sayur-sayuran dan buah-buahan) pasca diberlakukannya pembatasan impor hortikultura. Berbeda dengan kondisi awal tahun yang dipengaruhi oleh tekanan pada kelompok bahan makanan, inflasi di Juni 2013 utamanya didorong oleh kebijakan pemerintah yang menaikkan harga komoditas BBM bersubsidi per 22 Juni Meski kenaikan harga BBM ditetapkan pada akhir minggu III Juni 2013, namun harga-harga barang diperkirakan telah naik terlebih dahulu akibat berlarutnya proses pengumuman kenaikan harga. Kenaikan harga BBM bersubsidi terjadi pada jenis premium dari Rp menjadi Rp6.500 atau naik Rp2.000 (44,44%) tiap liternya dan jenis solar dari Rp4.500 menjadi Rp5.500 atau naik Rp1.000 (22,22%) tiap liternya. Kenaikan harga BBM bersubsidi tersebut sebagian dampaknya mulai dirasakan pada pembentukan inflasi NTB Juni 2013 namun belum sepenuhnya tercatat pada bulan tersebut. Dampak langsung kenaikan BBM bersubsidi diperkirakan akan mencapai 1,07% yang akan terdistribusi pada bulan Juni dan Juli 2013 dengan dampak terbesar ada di kenaikan harga premium yaitu 1,06% dibanding solar 0,01%. Sementara itu, dampak lanjutan kenaikan harga BBM diperkirakan akan terjadi di bulan Juli dan Agustus akibat terjadinya penyesuaian biaya transportasi (angkutan) dan harga jual produk oleh produsen. Momen penetapan harga BBM yang berdekatan dengan faktor musiman yaitu perayaan hari keagamaan dan tahun ajaran baru berpotensi meningkatkan tekanan inflasi di NTB. Berdasarkan disagregasinya, kenaikan harga BBM telah mendorong kenaikan harga khususnya pada kelompok administered prices dan volatile food yang masingmasing mencapai 2,07% (mtm) dan 1,38% (mtm). Sedangkan inflasi inti masih relatif stabil dan berada di level yang cukup rendah yaitu 0,43% (mtm). Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi 29

49 Grafik 1. Disagregasi Inflasi Tahunan NTB Grafik 2. Disagregasi Inflasi Bulanan NTB core inflation administered price volatile food Inflasi Tahunan Sebagai upaya mengendalikan harga kebutuhan bahan-bahan pokok, TPID NTB yang diwakili oleh Biro Administrasi dan Perekonomian Setda NTB, Bank Indonesia Perwakilan NTB, Disperindag NTB, Divre Bulog NTB, Badan Ketahanan Pangan NTB langsung melakukan pemantau harga barang ke pasar Mandalika, Pagesangan dan Kebon Roek pada tanggal 1 Juli Kemudian pada keesokannya, TPID NTB melakukan koordinasi dengan melakukan pertemuan high level meeting yang langsung dipimpin oleh Asisten II Bidang Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Nusa Tenggara Barat. Beberapa rekomendasi yang dihasilkan pada pertemuan tersebut antara lain: a. Dalam rangka meredam dampak inflasi yang berakibat menurunnya daya beli (kesejahteraan) masyarakat, perlu dilakukan koordinasi antar lembaga pengumpul dana sosial (Baznas, Dompet Dhuafa, Rumah Zakat, dsb.) dalam rangka mendinamiskan pengumpulan dana sosial, yang pada gilirannya akan meningkatkan kembali daya beli masyarakat miskin akibat inflasi. b. Mendorong pemanfaatan pekarangan rumah sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat khususnya pada komoditas pangan yang rentan mengalami fluktuasi harga melalui gerakan lingkungan mandiri pangan. c. Dalam rangka mendukung kelancaran bongkar muat barang di Pelabuhan Lembar, perlu peningkatan kapasitas pelabuhan berupa penambahan panjang dermaga sehingga dapat mendukung ketersediaan pasokan barang dan kegiatan usaha. d. Mendorong terciptanya Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PHIPS) dalam rangka meningkatkan akses informasi ketersediaan stok dan harga kebutuhan bahan pokok yang kredibel. Untuk itu akan dibentuk tim teknis yang akan mengkaji kelayakan pembentukan PIHPS. Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi 30

50 Tabel Estimasi Dampak Kenaikan BBM Terhadap Laju Inflasi NTB Keterangan Harga Awal Harga 2013 Kenaikan Premium % Solar % Dampak langsung Bobot Inflasi Sumbangan Inflasi Sumb. Inflasi Juni 2013 Bensin 2.38% 44.44% 1.06% 0.34% Solar 0.04% 22.22% 0.01% SUB TOTAL 1.07% 0.34% Dampak Ikutan (transportasi) Bobot Inflasi Sumbangan Inflasi Angkutan Antar Kota 0.39% 30.00% 0.12% 0.03% Angkutan Dalam Kota 0.56% 30.00% 0.17% 0.05% Kendaraan Carter 0.02% 30.00% 0.01% Tarip Sewa Motor 0.58% 30.00% 0.17% Tarip Taksi 0.03% 30.00% 0.01% SUB TOTAL 0.47% 0.08% Dampak Ikutan (kelompok lainnya) Bobot Inflasi Sumbangan Inflasi Bahan Makanan 29.81% 1.67% 0.50% 0.40% Makanan Jadi 20.28% 3.33% 0.68% 0.13% Sandang + kesehatan 9.67% 1.67% 0.16% 0.05% SUB TOTAL 1.34% 0.58% TOTAL DAMPAK KENAIKAN BBM TERHADAP 2.88% 1.00% INFLASI * Asumsi kenaikan transportasi max. 30% (usulan ORGANDA) 20 Komoditas Utama Penyumbang Inflasi Bulan Juni 2013 Kota Mataram Kota Bima No. Jenis Barang Sumbangan Sumbangan No. Jenis Barang Inflasi (%) Inflasi (%) 1 CABE RAWIT BENSIN BENSIN BAJU MUSLIM TOMAT SAYUR PISANG TONGKOL PINDANG ANGKUTAN DALAM KOTA DAGING AYAM RAS JERUK KANGKUNG KANGKUNG BATU BATA/BATU TELA SOTO ANGKUTAN DALAM KOTA BARONANG TEMPE ROKOK PUTIH SOTO APEL ANGKUTAN ANTAR KOTA KAKAP MERAH WORTEL ROKOK KRETEK FILTER CABE MERAH WORTEL MINYAK GORENG DAUN KELOR SAWI HIJAU ANGKUTAN ANTAR KOTA KACANG PANJANG BAJU MUSLIM MINUMAN RINGAN TENGGIRI ROKOK KRETEK BAYAM AYAM GORENG SEPATU BAYAM ROKOK KRETEK 0.03 : Dampak Langsung Kenaikan Harga BBM Dampak Kenaikan Harga BBM Bersubsidi 31

51

52 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan perbankan di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp22,02 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 18,15% (yoy). Fungsi intermediasi perbankan berjalan baik dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) sebesar 1,88% atau masih dibawah ketentuan sebesar 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT PERKEMBANGAN BANK UMUM Pada triwulan II-2013, perkembangan total aset 1 Bank Umum di NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp 20,71 triliun atau tumbuh sebesar 18,19% (yoy). Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih didominasi oleh bank-bank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai Rp14,16 triliun dengan pangsa mencapai 72,02%dari total aset seluruh bank umum di NTB, mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu yang mencapai angka 67,06%. Berdasarkan data per kabupaten/kota, jumlah aset tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram dengan pangsa mencapai 65,21% atau sebesar Rp 13,50 triliun, kemudian disusul Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima dengan pangsa masing-masing sebesar 9,01% dan 8,62% dengan nominal masing-masing sebesar Rp1,90 triliun dan Rp1,78 triliun. Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 16,84% (yoy) dengan nominal sebesar Rp19,01triliun, menurun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 17,86% (yoy). 1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 32

53 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH Hingga triwulan II-2013, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Juni 2013, total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,69 triliun atau tumbuh sebesar 35,89% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit menurun bila dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh sebesar 37,44% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan pembiayaan dengan kualitas NPF yang tetap terjaga sebesar 1,57%. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatandari 7,45% pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,68% pada triwulan laporan. Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah (Rp Milyar) Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan(%) Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 33

54 Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum syariah hingga triwulan II-2013 meningkat mencapai Rp1,51triliun atau tumbuh sebesar 39,61% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 42,40% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)yang dihimpun tumbuh sebesar 20,37% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh hingga 29,06% (yoy), akan tetapi dari segi nominal mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp0,81 triliun dibanding triwulan sebelumnya sebesar Rp0,80 triliun. Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Rasio penyaluran pembiayaan terhadap pendanaan atau Financing Deposit Ratio (FDR) mencapai 186,57%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 170,67%. Hal ini membuktikan kemampuan bank syariah dalam menghimpun DPK masih sangat rendah. Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 34

55 Dari sisi risiko pembiayaan, meskipun laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan bank umum syariah sangat tinggi, namun risiko kredit masih stabil dan tetap terjaga. Hal tersebut tercermin dari rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank umum syariah masih dibawah ketentuan yaitu sebesar 1,57% pada triwulan laporan PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Kinerja BPR di NTB pada triwulan II-2013 secara umum tetap menunjukkan peningkatan, meskipun cenderung melambat. Secara kelembagaan, jumlah kantor BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tengara Barat tidak mengalami perubahan, yaitu sebanyak 32 bank, terdiri dari 29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara syariah, dengan jumlah kantor sebanyak 115 kantor BPR. Pada triwulan II-2013,jumlah aset BPR meningkat menjadi sebesar Rp1,32 triliun atau tumbuh sebesar 17,45% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang mencapai 16,37%(yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat secara nominal menurun pada triwulan laporan, menjadi Rp423,69miliar atau turun sebesar 19,15% (yoy), dan juga menurun sebesar 28,94% dibanding triwulan lalu yang mencapai Rp596,25 miliar. Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR Grafik 3.10 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan II-2013 jumlah kredit BPR yang berhasil disalurkan kepada debitur mencapai Rp741,49 miliar atau tumbuh sebesar 8,76% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 14,20% (yoy) dengan nominal sebesar Rp725,19miliar. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 35

56 Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis modal kerja masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar 61,50%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masing-masing tercatat sebesar 33,05% dan 5,45%. Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran masih mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,18% atau sebesar Rp342,39 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dengan pangsa sebesar 14,58% atau mencapai Rp108,12miliar. Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan II-2013 masih berada pada level kinerja tinggi, tercermin dari jumlah dana yang disalurkan dalam bentuk kredit masih lebih tinggi dari jumlah dana yang berhasil dihimpun bank. Kondisi tersebut tercemin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR sebesar 176,10%. Namun demikian, tingginya penyaluran kredit BPR diikuti pula dengan tingginya risiko kredit, tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) yang tergolong tinggi sebesar 9,47%, berada diatas ambang batas ketentuan 5%. Akan tetapi kondisi tersebut lebih baik dari periode sebelumnya yang tercatat sebesar 12,14%. Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia 3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN Pada triwulan II-2013, pelaksanaan fungsi intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat relatif baik, tercermin dari Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tinggi sebesar 126,72% dan didukung dengan risiko kredit yang rendah. Kinerja intermediasi perbankan tersebut didorong oleh pembiayaan yang terus meningkat sebesar 23,06%(yoy) atau mencapai Rp17,44 triliun, namun peningkatan tersebut belum seiring dengan peningkatan dana pihak ketiga (DPK) yang hanya tumbuh sebesar 10,76% (yoy) atau Rp 13,76 triliun. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 36

57 Pertumbuhan DPK tersebut melambat bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 15,64% (yoy) dengan nominal sebesar Rp13,35 triliun. Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding pertumbuhan DPK tersebut mendorong Loan to Deposit Ratio (LDR) juga mengalami peningkatan mencapai 126,72% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 122,72%. Namun demikian, tingginya kinerja penyaluran kredit tersebut didukung oleh risiko kredit atau Non Performing Loan (NPL) yang rendah sebesar 1,88 %, dimana hal ini menandakan bank tetap menerapkan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kreditnya. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan Indikator Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 1 Aset 14,128 15,048 15,897 16,877 17,573 18,641 19,419 20,774 20,916 22,024 Growth % (yoy) Kredit 10,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,170 14,817 15,673 16,381 17,437 Growth % (yoy) DPK 9,069 9,796 10,450 11,378 11,540 12,423 12,900 13,314 13,345 13,760 Growth % (yoy) LDR (%) NPL (%) Sumber : Bank Indonesia Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa Tenggara Barat pada triwulan II-2013 terus mengalami pertumbuhan, meskipun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp13,34 triliunatau tumbuh sebesar 12,08% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan I-2013 yang tercatat sebesar 15,85% (yoy) atau sebesar Rp12,75 triliun. Dari sisi jumlah rekening DPK mengalami penurunan sebesar 2,98% atau mencapai dibanding triwulan lalu sebanyak rekening. Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh bank umum di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 73,90% atau mencapai nilai Rp9,86 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 55,96% atau mencapai Rp 7,47triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,46 juta atau sekitar 70,53% dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB yang pada Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 37

58 Agustus 2012 tercatat sebanyak 2,07 juta 2. Pangsa tabungan tersebut meningkat dibanding posisi triwulan I-2013 yang tercatat mencapai 54,63%. Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 14,19% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 19,41% (yoy). Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan, kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai 64,44% dari jumlah DPK yang dihimpun oleh bank umum di NTB sebesar Rp 13,34 triliun. Dilihat dari kepemilikan per Kabupaten/Kota masih didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram dengan total dana Rp 8,99 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masing-masing dengan total dana Rp1,43 triliun dan Rp1,10 triliun. Grafik 3.15 Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan dalam bentuk deposito sedikit meningkat. Pada triwulan II-2013, jumlah deposito sebesar Rp3,64 triliun 2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 38

59 atau tumbuh sebesar 24,27% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibanding triwulan I-2013 yang tumbuh sebesar 25,06% (yoy). Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito mengalami peningkatan dari sebesar 26,37% pada triwulan I-2013, menjadi sebesar 27,30% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB. Giro masih menempati urutan terendah penghimpunan DPK bank umum di NTB dengan pangsa sebesar 16,74% atau sebesar Rp2,23 triliun, tumbuh negatif sebesar minus 8,25% (yoy), jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif sebesar 2,47%. Penurunan tersebut diperkirakan karena di Triwulan II- 2013, sebagian dana giro sudah dipergunakan untuk membiayai proyek-proyek pembangunan Perkembangan Kredit Bank Umum Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan II-2013, total outstanding kredit yang disalurkan kepada masyarakat di NTB sebanyak rekening dengan nominal sebesar Rp16,70triliun atau tumbuh sebesar 23,78% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan triwulan laporan, penyaluran kredit di NTB didominasi kredit konsumsi tercatat Rp9,20 triliun dengan pangsa 55,10%, disusul kredit modal kerja sebesar 31,33%dan kredit investasi sebesar 13,58%. Dari sisi kinerja intermediasi bank umum, tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 125,18%, lebih tinggi dari kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 122,80%. Tingkat LDR yang berada di atas 100% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lain untuk ikut bersaing ke dalam industri perbankan di NTB. Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (%) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 39

60 Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa mencapai 55,10% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau sebesar Rp 9,20 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 19,31% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan I-2013 yang mencapai 19,88% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 31,33% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat mencapai Rp5,23triliun atau tumbuh sebesar 23,68% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yangsebesar 35,61% (yoy). Sedangkan pangsa kredit investasi tercatat sebesar 13,58% atau mencapai Rp 2,27 triliun, tumbuh hingga 46,32% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 41,89 (yoy). Secara kuartalan, pada triwulan II-2013 perkembangan kredit investasi mencapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 16,22% (qtq), disusul kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 5,70% (qtq) dan kredit modal kerja yang mencapai pertumbuhan 4,53% (qtq). Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq,%) Grafik 3.20 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulanii-2013dipegang oleh sektor listrik, gas dan air yang tumbuh hingga 389,91% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor pertambangan sebesar 164,12% (yoy), disusul sektor jasa sosial dan sektor pengolahan yang masing-masing sebesar 96,67% (yoy) dan 92,21% (yoy). Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang pangsanya mencapai 30,79% atau sebesar Rp5,14 triliun. Kemudian disusul penyaluran kredit pada sektor kontruksidengan pangsa sebesar 3,36% atau sebesar Rp561,72miliar, kemudian diikuti oleh sektor jasa sosial yang pangsanya sebesar 2,83% atau sebesar Rp472,83miliar. Sementara penyaluran kredit pada sektor-sektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran 0,04% hingga 2,49% dari keseluruhan kredit. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 40

61 Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%) Penyaluran Kredit Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 1 Menurut Jenis Penggunaan - Modal Kerja Investasi Konsumsi Menurut Sektor Ekonomi - Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Jasa dunia usaha Jasa sosial Lain-lain Sumber : Bank Indonesia Penyaluran Kredit Growth Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 (%,yoy) 1 Menurut Jenis Penggunaan 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,117 14,974 15,656 16, Modal Kerja 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 4,286 4,749 5,003 5, Investasi ,169 1,374 1,549 1,746 1,856 1,950 2, Konsumsi 6,561 7,081 7,242 7,184 7,260 7,710 8,084 8,369 8,703 9, Menurut Sektor Ekonomi 9,398 9,867 10,616 11,204 11,765 12,323 13,488 14,116 14,974 15, Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan,Hotel dan Restoran 2,150 2,252 2,560 2,966 3,240 3,758 4,189 4,687 4,923 5, Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lain-lain 7,038 7,606 7,748 7,634 7,749 8,212 8,426 8,595 8,942 9, Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 41

62 Suku bunga bank umum pada triwulan II-2013 mengalami penurunanbaik kredit maupun deposito. Suku bunga kreditinvestasi, modal kerja dan konsumsimengalami penurunan menjadi masing-masing sebesar 14,93%, 14,75% dan 12,76% dari triwulan sebelumnya masing-masing sebesar 15,19%, 15,10% dan 12,85%. Pada jenis simpanan, suku bunga deposito mengalami penurunan menjadi sebesar 5,81%daritriwulan sebelumnya sebesar 5,83%. Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum Grafik 3.21 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral Grafik 3.22 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%) Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Perkembangan Kredit UMKM Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan II-2013, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar)perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp16,48triliun atau tumbuh sebesar 21,86% (yoy). Berdasarkan pangsanya terhadap total kredit, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM sedikit menurun, yaitu dari sebesar 94,53% pada triwulan I-2013 menjadi 94,49% pada triwulan II Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada triwulan II-2013 masih didominasi oleh penyaluran untuk kredit UMKM yang pangsanya mencapai 94,24% atau mencapai Rp15,73triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp50 juta s.d Rp500 juta) mencapai Rp10,00 triliun dengan pangsa sebesar 59,91%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp50 juta) mencapai Rp 2,83 triliun dengan pangsa mencapai 16,74%. Sedangkan pangsa Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 42

63 kredit menengah (plafon Rp500 juta s.d Rp5 miliar) sebesar 17,59% atau secara nominal mencapai Rp 2,80triliun. Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum pada triwulan II-2013 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal kredit sebesar Rp 9,19 triliun atau dengan pangsa sebesar 58,38% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,69triliun dengan pangsa 29,80% dan kredit investasi sebesar Rp 1,86triliun dengan pangsa 11,82%. Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada triwulan II- 2013cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai 4,28%, lebih burukdibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 4,18%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah masing-masing tercatat sebesar 1,05% (Mar. 2013: 1,05%) dan 0,64% (Mar. 2013: 0,74%). Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum Sumber : KPw BI Prov. NTB Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 43

64 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) Hingga Triwulan II-2013, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di NTB mencapai Rp1,38 triliunatau tumbuh sebesar 60,05% (yoy) yang disalurkan kepada debitur KUR. Pertumbuhan tersebut meningkatdibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 49,27% (yoy) atau sebanyak Rp1,09 triliun dengan jumlah rekening sebanyak debitur. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 71,51% atau sebanyak Rp0,99 triliun. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masing-masing sebesar Rp0,15 triliun dan Rp0,06 triliun. Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit (Jutaan Rp) NO SEKTOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 1 Pertanian 63,235 67,461 71,795 85,969 96, , , , , ,133 2 Pertambangan Industri Pengolahan 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 20,660 24,916 39,961 4 Listrik, Gas & Air 0 0 3,236 3, ,068 5 Konstruksi Perdag, Htl & Rstrn 354, , , , , , , , , ,587 7 Angktn & Komuniks 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,509 4,161 7,031 10,395 14,498 8 Jasa Dunia Usaha 19,462 21,660 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 38,157 42,075 61,015 9 Jasa Sosial 1, ,435 4,301 6,947 6,093 5,963 5,808 5,570 6, Lain-lain 4,129 4,670 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 81,299 8, ,568 Total 450, , , , , , ,034 1,090,576 1,094,770 1,381,077 Pertumbuhan (%,qtq) Pertumbuhan (%,yoy) Sumber : KPw BI Prov. NTB KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 100% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp20 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp20 juta sampai dengan Rp500 juta. Bank-bank penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri, BNI Syariah dan Bank NTB. Meskipun sudah ada sejak tahun 2009, program penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih memiliki kendala dalam pelaksanaannya, antara laindari faktor calon debitur Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 44

65 yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar tidak memiliki NPWP, sedangkan dari faktor internal bank adalah keterbatasan jaringan kantor cabang. 3.3 STABILITAS SISTEM PERBANKAN Pada triwulan II-2013, peningkatan penyaluran kredit bank umum didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,54%, sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,55% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%. Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan II-2013, rasio NPL terbesar dialami oleh kredit modal kerja sebesar2,53%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi sebesar 1,40% dan kredit konsumsi 1,01%. Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas KreditBank Umum Kolektibilitas Kredit Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 187, , , , , , , , , ,173 NPL (%) NPL per jenis penggunaan (%) - Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL per sektor (%) - Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lain-lain Sumber : KPw BI Prov. NTB 3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 45

66 triwulan laporan tercatatkegiatan transaksi keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan dan berlangsung dengan baik dan lancar. Transaksi secara tunai kembali mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai masih didominasi layanan transaksi Real Time Gross Settlement Transaksi Keuangan Secara Tunai Pada triwulan II-2013perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Baratberada pada trennetoutflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) R p. Miliar 1, Inflow Outflow Netflow (kanan) 1, , , Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 1, (150) (300) (450) (600) Sumber : Bank Indonesia Pada triwulan II-2013, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp790,18 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 21,53% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 17,62% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp1,42 triliun. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,29 triliun yang tumbuh positif sebesar 2,69% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 34,45% (yoy) atau sebanyak Rp919,90 miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp501,12 miliar Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 46

67 Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB menunjukkan peningkatan. Selama triwulan II-2013, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp49,22 miliar atau tumbuh negatif sebesar 1,92% (yoy), namun tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh positif sebesar 4,13% (yoy) yang tercatat sebesar Rp43,98 miliar. Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp46,45 miliar atau tumbuh sebesar 7.96% (yoy), menurun dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 21,10% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif sebesar 61,30% (yoy) atau sebanyak Rp2,77 miliar, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 36,01% (yoy). Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil(Rp, miliar) Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan 70,000 60,000 50,000 40,000 P enukaran di B I K as keliling - kanan 14,000 12,000 10,000 8,000 R p R p1.000; ; 3.77% 0.74% R p ; 16.62% 30,000 20,000 10,000 6,000 4,000 2,000 R p2.000; 45.01% R p5.000; 33.86% 0 Q3Q4Q1 Q2Q3Q4 Q1Q2Q3 Q4Q1Q2 0 Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp20.000) sepanjang triwulan II-2013 jumlahnya mencapai Rp45,295miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2.000,00 dengan jumlah mencapai 4,06 juta lembar, disusul pecahan Rp5.000,00 sebanyak 3,05 juta lembar, pecahan Rp10.000,00 sebanyak 1,50 juta lembar, pecahan Rp20.000,00 sebanyak 0,34 juta lembar dan pecahan Rp1.000,00 sebanyak 0,06 juta lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp5.000,00 yang mencapai Rp15,28 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp10.000,00 yang mencapai uang pecahan Rp15,01 miliar. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 47

68 R p, miliar Triwulan II Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan II-2013 relatif menunjukkan peningkatan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,35 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,52 triliun pada triwulan II Sementara itu, pada triwulan II-2013 transaksi secara secara kliring kembali menunjukkan penurunan yang tercatat mencapai Rp1,54 triliun (triwulan I- 2013: Rp1,56 triliun). Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai RTGS (kiri) Kliring (kiri) w arkat kliring(ribu) kanan w arkat RTGS (ribu) kanan Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 lbr Sumber : Bank Indonesia a. Transaksi Kliring Sepanjang triwulan II-2013, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,54 triliun atau tumbuh sebesar 13,04% (yoy), lebih rendah dibanding dengan triwulan I yang tumbuh sebesar 17,54% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan II-2013 menunjukkan peningkatan yang tercatat sebanyak 37,11 ribu lembar atau tumbuh sebesar 14,52% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 36,44 ribu lembar. Grafik 3.30 Perkembangan Transaksi Kliring Nominal (R p milyar) Warkat (ribu lembar)-kanan Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran

69 Sumber : Bank Indonesia b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan transaksi sarana RTGS masih mendominasi sistem pembayaran non tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan II-2013, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,52 triliun yang tumbuh positif sebesar 6,16% (yoy), meningkat dibanding triwulan I-2013 ( Rp2,35 triliun) yang tumbuh sebesar 2,21% (yoy). Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan peningkatan, dari lembar pada triwulan I-2013 menjadi lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko settlement-nya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat. Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement R p, miliar RTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan lembar Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 49

70 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) menunjukkan adanya peningkatan kinerja baik dari sisi perolehan pendapatan maupun dari sisi realisasi belanja daerah. Setelah mengalami penurunan kinerja pencapaian pendapatan di triwulan I 2013, maka pada triwulan II 2013 penerimaan pendapatan secara rupiah dapat sedikit lebih tinggi dari capaian di triwulan I 2013, walaupun dari target pemerintah masih lebih rendah. Demikian pula dengan pencapaian belanja daerah yang mengalami kenaikan baik dari nilai rupiah maupun secara realisasi pencapaian yang menunjukkan adanya kenaikan cukup besar. Berdasarkan data pengeluaran konsumsi pemerintah di PDRB juga tampak adanya peningkatan realisasi belanja pemerintah sebesar 7,14% (qtq) yang menunjukkan adanya pengeluaran konsumsi yang meningkat baik di tingkat propinsi, program pemerintah pusat maupun pengeluaran konsumsi pemerintah kota dan kabupaten REALISASI PENDAPATAN DAERAH Realisasi pendapatan pemerintah propinsi NTB hingga triwulan II 2013 mencapai Rp 1,16 trilyun atau setara dengan 46,49% dari target capaian pendapatan yang sebesar Rp 2,49 trilyun rupiah. Nilai pencapaian realisasi pendapatan secara prosentase relatif lebih rendah dibanding capaian tahun sebelumnya yang sebesar 51,67%, namun secara rupiah mengalami sedikit kenaikan dibanding capaian hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya. Bila di triwulan I 2013, pendapatan asli daerah menunjukkan kinerja yang lebih baik dibanding dana perimbangan dari pusat, maka pada triwulan II, sebaliknya dana perimbangan memiliki capaian yang lebih tinggi hingga 48,20% dari target. Sedangkan realisasi pendapatan asli daerah yang mencapai 45,04%. Pencapaian PAD yang cukup bagus terutama berasal dari pajak daerah yang mampu terealisasi hingga 51,93%. Kinerja pendapatan daerah yang belum optimal pada perolehan retribusi daerah yang baru terealisasi sebesar 35,88% dari total target. Peningkatan capaian dana pendapatan transfet dari pemerintah pusat terutama diperoleh dari terealisasinya dana alokasi umum (DAU) hingga 58,33% dari total DAU yang didapat. Dana perimbangan juga menunjukkan peningkatan capaian yang signifikan sebesar 48,20% dari target atau sebesar 579,16 milyar rupiah. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 50

71 4.2. REALISASI BELANJA Realisasi belanja pemerintah propinsi menunjukkan adanya peningkatan kinerja dibanding pencapaian tahun sebelumnya. Rata-rata pencapaian belanja daerah hingga triwulan II 2013 mencapai 40,92% dari target belanja pemerintah atau sebesar 1,02 trilyun, meningkat dibanding capaian tahun sebelumnya yang sebesar Rp 795,46 milyar atau setara dengan 35,28% dari target belanja. Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 2013 (Rp Juta) Uraian APBD 2012 Rencana Rencana APBD 2013 Realisasi Tw I-13 Realisasi Tw II-13 % Tw I % Tw II Pendapatan Daerah 2,370, ,492, , ,158, I Pendapatan Asli Daerah 793, , , , Pendapatan Pajak Daerah 555, , , , Pendapatan Retribusi Daerah 15, , , , Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan 88, , Daerah Yang Dipisahkan - 4 Lain-lain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 134, , , , II Pendapatan Transfer 1,561, ,651, , , Transfer Pemerintah Pusat - Dana Perimbangan 1,099, ,187, , , a Dana Bagi Hasil Pajak 186, , , b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam 49, , c Dana Alokasi Umum 809, , , , d Dana Alokasi Khusus 53, , , Transfer Pemerintah Pusat - Lainnya 461, , , , a Dana Penyesuaian 461, , , , III Lain-lain Pendapatan Yang Sah 15, , , , Pendapatan Hibah 15, , , , Belanja Daerah 2,364, ,488, , ,018, I Belanja Operasi 1,734, ,840, , , Belanja Pegawai 557, , , , Belanja Barang 402, , , , Belanja Subsidi Belanja Hibah 584, , , , Belanja Bantuan Sosial 115, , Belanja Bantuan Keuangan 75, , , II Belanja Modal 420, , , , Belanja Tanah , Belanja Peralatan dan Mesin 46, , , Belanja Bangunan dan Gedung 90, , Belanja Jalan Irigasi dan Jaringan 281, , , Belanja Aset Tetap Lainnya 1, Belanja Aset Lainnya , III Belanja Tak Terduga 14, , Belanja Tak Terduga 14, , IV Transfer 195, , , , Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 195, , , , a Bagi Hasil Pajak 126, Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara) Belanja operasional masih menjadi penyumbang terbesar pengeluaran dalam APBD propinsi NTB sebesar Rp 1,84 trilyun, diikuti oleh belanja modal dengan belanja sebesar Rp 374,69 milyar dan transfer bagi hasil sebesar Rp 263,40 milyar. Pencapaian realisasi belanja hibah menjadi pencapaian realisasi belanja terbesar dengan realisasi mencapai 49,79%, diikuti Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 51

72 Billions Triwulan II 2013 pencapaian transfer bagi hasil, belanja modal dan realisasi belanja pegawai. Hal yang cukup menggembirakan adalah tingginya capaian belanja modal hingga 40,62%, meningkat dibanding capaian pada triwulan yang sama tahun sebelumnya yang hanya 26,03%. Walaupun rencana belanja modal mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, tingginya realisasi belanja menunjukkan adanya komitmen yang kuat dari pemerintah untuk meningkatkan pembangunan di wilayahnya Dana Pemerintah di Bank dan APBD Kabupaten dan Kota di NTB Selain APBD pemerintah propinsi Nusa Tenggara Barat, masih terdapat sumber pembangunan daerah lain baik melalui APBD kabupaten dan kota maupun dana pembangunan yang berada di masing-masing instansi yang bersumber dari pusat dan kementrian terkait. Berdasarkan data tetap belanja pemerintah kabupaten dan kota tahun 2011, didapatkan bahwa total belanja pemerintah kabupaten dan kota mencapai 7,74 trilyun rupiah. Belanja terbesar pemerintah kabupaten adalah oleh kabupaten Lombok Timur dengan capaian total belanja sebesar 1,23 trilyun, diikuti oleh Lombok Tengah dengan total belanja mencapai 948,18 milyar, Kota Bima sebesar 882,95 milyar, Kabupaten Sumbawa dengan total belanja sebesar 880,67 milyar, dan Lombok Barat dengan total belanja mencapai 865,58 milyar. Sedangkan belanja daerah terkecil pada kabupaten Lombok Utara dengan total belanja daerah mencapai 440,39 milyar, Kota Bima sebesar 462,89 milyar, Kabupaten Dompu sebesar 596,63 milyar, Kabupaten Sumbawa barat dengan total belanja sebesar 697,61 milyar dan Kota Mataram dengan total belanja mencapai 731,64 milyar. Grafik 4.1 Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun 2011 Grafik 4.2 Porsi Belanja Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun Belanja Tidak Langsung 2. Belanja Langsung Belanja Tidak Langsung 2. Belanja Langsung Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Berdasarkan proporsi alokasi anggaran, sebagian besar belanja kabupaten digunakan untuk belanja tidak langsung meliputi gaji pegawai, belanja hibah dan bantuan sosial. Kabupaten Lombok Tengah memiliki porsi belanja tidak langsung terbesar dengan pangsa mencapai 72,9%, diikuti oleh kabupaten Lombok Barat dengan pangsa sebesar 65,6% dan Lombok Timur dengan pangsa sebesar 62,4%. Hanya kabupaten Sumbawa Barat dan Lombok Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 52

73 Billions Billions Triwulan II 2013 Utara yang memiliki porsi belanja langsung lebih besar dari belanja tidak langsung dengan porsi sebesar 64,1% dan 54,9%. Adapun belanja langsung lebih digunakan untuk belanja barang dan jasa dan belanja modal, serta Sebagian kecil digunakan untuk belanja pegawai. Grafik 4.3 Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB tahun 2011 Grafik 4.4 Posisi Dana Pihak Ketiga (DPK) Pemerintah di Perbankan Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan yang sah 1,200 1, DEPOSITO TABUNGAN GIRO Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Besar Kecil belanja daerah yang dilakukan sangat tergantung dari besarnya pendapatan daerah yang berhasil dihimpun. Kabupaten Lombok Timur menjadi daerah dengan pendapatan daerah terbesar diikuti Kabupaten Lombok Tengah, Lombok Barat, Sumbawa dan Kabupaten Bima. Sedangkan pendapatan daerah terkecil adalah Kabupaten Lombok Utara, diikuti Kota Bima, Kabupaten Dompu, Kota Mataram dan Kabupaten Sumbawa Barat. Berdasarkan data keuangan pemerintah yang ada di Bank posisi Juni 2013 didapatkan bahwa simpanan dana terbesar di bank didominasi oleh dana milik pemerintah kabupaten dengan total dana mencapai Rp 1,18 trilyun, disusul oleh dana milik LKNB meliputi asuransi dan tabungan pensiun sebesar Rp 813,34 milyar. Dana dari pemerintah pusat sebesar Rp 247,63 milyar, dana pemerintah kota sebesar Rp 228,80 milyar dan dana pemerintah propinsi sebesar Rp 187,28 milyar. Adapun dana di perusahaan asuransi dan tabungan pensiun lebih banyak disimpan dalam bentuk deposito, sedangkan dana pemerintah kabupaten 73,17% dalam bentuk giro dan 24,18% dalam bentuk deposito. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 53

74 Billions Billions Triwulan II 2013 Grafik 4.5 Posisi Simpanan Pemerintah Kabupaten dan Kota di NTB Lombok Tengah Lombok Barat Bima Sumbawa Kota Mataram Lombok Timur Dompu Sumbawa Barat Kota Bima 1,600 1,400 1,200 1, Grafik 4.6 Pergerakan Posisi Simpanan Pemerintah Pusat, Propinsi dan Kabupaten di Bank Pusat Provinsi Pemkot Pemkab Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Jul Sep Nov Jan Mar May Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber : Bank Indonesia, diolah Berdasarkan lokasi penyimpanan dana simpanan, didapatkan bahwa dana pemerintah kabupaten dan kota yang disimpan di Kabupaten Lombok Tengah menjadi dana pemerintah terbesar dengan nilai mencapai Rp 291,13 milyar, diikuti oleh dana simpanan di Lombok Barat dengan total dana mencapai Rp 261,34 milyar 1. Selanjutnya berturut-turut adalah dana simpanan pemerintah di Kabupaten Bima sebesar 213,74 milyar, Kabupaten Sumbawa sebesar Rp 197,68 milyar, Kota Mataram Rp 184,39 milyar, Lombok Timur Rp 85,87 milyar, Kabupaten Dompu Rp 85,62 milyar, Sumbawa Barat Rp 46,02 milyar dan terkecil adalah dana simpanan pemerintah di Kota Bima dengan total dana mencapai Rp 44,41 milyar. Berdasarkan pergerakan dana simpanan yang dimiliki di triwulan II 2013, didapatkan bahwa dana simpanan pemerintah pusat cenderung stabil. Dana simpanan pemerintah propinsi juga cenderung stabil dengan penurunan cukup besar di akhir tahun. Demikian pula dengan pergerakan dana simpanan pemerintah kota yang relatif stabil dengan sedikit penurunan di akhir tahun. Sedangkan dana pemerintah kabupaten, menunjukkan adanya pergerakan dana yang cukup tajam terutama pada akhir tahun anggaran. Penurunan dana simpanan juga terjadi pada bulan Agustus seiring dengan adanya perayaan hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia. Berdasarkan posisi dana di triwulan II 2013, didapatkan bahwa dana simpanan pemerintah pusat mengalami kenaikan 10,85% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya, demikian pula dengan dana pemerintah propinsi yang meningkat 14,65% (qtq). Sebaliknya, penurunan dana simpanan terjadi pada simpanan pemerintah kota yang turun 10,30% dan simpanan pemerintah kabupaten yang turun 11,13%. Berdasarkan arah pergerakan dana simpanan di tahun 2013, terdapat indikasi positif penyaluran belanja pemerintah baik pada pemerintah propinsi, pemerintah kota dan pemerintah kabupaten yang ditunjukkan oleh adanya penurunan dana simpanan pemerintah kabupaten di triwulan II 2013, bandingkan dengan penyaluran dana di triwulan II 2012 yang masih cenderung meningkat 9,15% yang 1 Dana simpanan untuk pemerintah kabupaten Lombok Utara sebagian besar masih tersimpan pula di Kabupaten Lombok Barat dikarenakan belum terdapat bank pelapor di kabupaten Lombok Utara. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 54

75 menunjukkan adanya realisasi program kerja lebih cepat dibanding tahun sebelumnya. Adapun kenaikan dana simpanan pemerintah propinsi lebih disebabkan oleh sudah dilakukannya penyaluran dana lebih cepat di bulan Februari-April 2013, sehingga peningkatan dana justru menunjukkan adanya keberhasilan pemerintah propinsi dalam menghasilkan pendapatan daerah. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Propinsi Nusa Tenggara Barat 55

76 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif menurun. Dari sisi ketenagakerjaan, jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri menurun dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat pendapatan masyarakat kota terindikasi menurun, namun daya beli masyarakat di pedesaan NTB mengalami sedkit peningkatan dibanding triwulan lalu KETENAGAKERJAAN Sepanjang triwulan II-2013, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri menunjukkan penurunan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang periode laporan tercatat sebanyak orang, turun 8,21% bila dibandingkan triwulan I-2013 yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut meningkat sebesar 26,20% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 99,44% atau sebanyak orang (Data BP3TKI Mataram). Selain karena masih berlangsungnya kebijakan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke kawasan Timur Tengah, dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kedekatan geografis dan sosiologis (kemiripan bahasa dan kesamaan agama). Grafik 5. 1 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5. 2 Daerah Asal Tenaga Kerja Indonesia Sumber : BP3TKI Mataram Sumber : BP3TKI Mataram Kesejahteraan Masyarakat 56

77 Grafik 5. 3 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia Sumber: KPw BI Prov. Dari sisi pengiriman dana, seiring dengan penurunan jumlah TKI, perkembangan kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan juga menunjukkan penurunan. Jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat turun 22,74% dari sebesar Rp109,92 miliar pada triwulan lalu menjadi Rp84,93 miliar pada triwulan II Jumlah tersebut juga tumbuh negatif sebesar 23,85% (yoy) bila dibandingkan dengan triwulan II-2012 yang mampu mencapai Rp111,52 miliar. Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan II-2013 masih didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 54,56% atau sebesar Rp 46,34 miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai 51,13% atau sebesar Rp 43,42 miliar KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sepanjang triwulan II-2013, perkembangan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan penurunan. Kondisi tersebut tercermin dari rata-rata indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi yang masing-masing tercatat sebesar 132,33% dan 145,00% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat). Indeks tersebut lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat masing-masing sebesar 141,83% dan 156,33%, walaupun masih berada di atas level optimis (indeks = 100). Penurunan pendapatan masyarakat tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh ekpektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM serta persiapan menjelang bulan Ramadhan dan tahun ajaran baru. Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan peningkatan. Sepanjang triwulan II-2013, ratarata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 94,65 atau naik sebesar 0,04 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 94,61. Kondisi tersebut disebabkan meningkatnya nilai tukar petani ternak, nelayan, hortikultura dan perkebunan. Kesejahteraan Masyarakat 57

78 Grafik 5. 4 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan Grafik 5. 5 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Sumber: BPS NTP merupakan indikator yang mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 100 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan meningkatnya harga-harga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan barang-barang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani. Kesejahteraan Masyarakat 58

79

80 Boks 2 Pemberdayaan Masyarakat Desa Sambik Elen Kabupaten Lombok Utara Pendahuluan Nusa Tenggara Barat adalah salah satu provinsi yang memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup potensial untuk dikembangkan. Melalui Program penciptaan 100 ribu wirausaha baru yang diluncurkan pada tanggal 18 Desember 2008 lalu, Pemerintah Provinsi NTB berusaha mendorong pengembangan wirausaha baru (UMKM) dan menurunkan tingkat kemiskinan di NTB. Keterlibatan semua pihak dalam mendukung program percepatan pembangunan NTB yang berdaya saing sangat diperlukan. Latar Belakang Desa Sambik Elen yang berada di ujung utara Kabupaten Lombok Utara (KLU) memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Sebagian besar masyarakatnya merupakan petani dan peternak yang ingin maju namun mengalami kendala dan keterbatasan, antara lain akses informasi dan pemasaran. Melihat kondisi tersebut, KPw BI NTB berupaya mencari solusi untuk menjembatani keterbatasan tersebut. Pada tahun 2011, KPw BI NTB memfasilitasi kerjasama antara Pemerintah KLU dengan PT Jatropha Green Energy dalam rangka kerjasama pembelian dan budidaya tanaman jarak pagar di KLU. Namun, pada pertengahan Juli 2012, kerjasama tersebut diakhiri karena adanya kebijakan internal PT Jatropha Green Energy. Sebagai tindak lanjut kegiatan Bantuan Teknis, KPw BI NTB mengidentifikasi potensi lainnya yang dimiliki Desa Sambik Elen, yaitu pengolahan biji mete dan pemanfaatan limbah kotoran sapi menjadi pupuk organik. Luas lahan perkebunan Desa Sambik Elen mencapai ±862 Ha dan didominasi dengan tanaman jambu mete. Pada tahun 2012, hasil panen biji mete Desa Sambik Elen mencapai ±520 ton (data Dinas Perkebunan KLU). Selain itu, jumlah ternak sapi yang ada di Desa Sambik Elen cukup besar, yaitu mencapai ±2.500 ekor. Namun, sebelum program Bantuan Teknis dari Bank Indonesia, produksi biji mete Desa Sambik Elen belum memberikan nilai tambah yang optimal bagi masyarakat karena dijual secara gelondongan dan belum diolah menjadi produk komersial yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Untuk itu, dalam rangka mendorong peningkatan kapasitas masyarakat Desa Sambik Elen, KPw BI NTB berinisiatif memberikan bantuan teknis kepada 19 kelompok tani ternak yang tergabung dalam Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Tunas Karya. Pelaksanaan Program Output yang diharapkan dari pemberdayaan masayarakat di Desa Sambik Elen, yaitu terjadinya peningkatan pengetahuan dan keterampilan anggota Gapoktan Tunas Karya menuju kelompok mandiri melalui pengembangan metode pengolahan biji mete dan pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi produk yang bernilai ekonomis tinggi. Untuk mencapai output tersebut, kegiatan yang telah dilakukan, yaitu: a. Program Penguatan Kelembagaan Kelompok 1. Mendampingi penyusunan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gapoktan 2. Pelatihan penguatan kelembagaan b. Pelatihan Teknis (Peningkatan Soft Skill) 1. Pelatihan pengolahan biji mete dan pelatihan pengemasan (packaging) 2. Pelatihan pengolahan pupuk organik c. Studi Banding, Magang dan Pameran 1. Magang pengolahan pupuk organik 2. Studi Banding proses pengolahan biji mete ke Kendari, Sulawesi Selatan 3. Pameran Lombok Sumbawa INAFACT ke-2 dan Hari Koperasi Nasional Expo 2013 d. Pendampingan Penempatan Tenaga Pendamping Lapangan (TPL) sejak 1 Desember 2012 s.d 31 Desember 2013, dengan tujuan untuk membantu permasalahan teknis dan kelembagaan kelompok. Gambaran Keberhasilan Sebagai katalisator pencapaian target pemberdayaan menuju masyarakat yang mandiri, KPw BI NTB juga memberikan bantuan sosial di Desa Sambik Elen berupa pembangunan Gedung Sekretariat Gapoktan, Rumah Produksi Pupuk Organik, pengadaan Mesin Pengolah Pupuk Organik (Mesin Pembutir, Mesin Pencacah dan Mesin Penepung) dan Pengadaan Alat Pengolah Biji Mete (Kacip dan Alat Packaging). Melalui program Bantuan Teknis dan Program Sosial Bank Indonesia, saat ini olahan biji mete masyarakat Desa Sambik Elen telah mampu bersaing dengan produk olahan mete di pasaran. Pada akhirnya, diharapkan dapat terjadi peningkatan pendapatan masyarakat dan tercipta multiplier effect

81

82 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan III-2013, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi akan bertumbuh. Secara total pertumbuhan ekonomi NTB diperkirakan akan bertumbuh antara 4% - 4,5% (yoy). Demikian juga, pertumbuhan ekonomi tanpa bahan tambang juga menunjukkan adanya kenaikan pertumbuhan dengan rentang pertumbuhan antara 6% - 6,5% (yoy). Prediksi pertumbuhan didasarkan pada angka ramalan SKDU yang menunjukkan tingkat pertumbuhan yang sama dan memiliki korelasi signifikan. Tingginya pertumbuhan terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran konsumsi masyarakat dalam menyambut hari raya idul fitri. Demikian pula, pengeluaran pemerintah diprediksi juga mengalami kenaikan sejalan dengan adanya hari raya idul fitri dan menyambut hari kemerdekaan Republik Indonesia. Kinerja ekspor diperkirakan masih menjadi faktor penghambat pertumbuhan ekonomi yang diyakini masih akan berdampak hingga tahun 2014 seiring dengan adanya pelebaran dinding tambang Grafik 6.1 Peramalan PDRB NTB Tahunan berdasarkan Data SKDU SKDU (%LHS) Growth PDRB NTB (%yoy) RHS I II III IV I II III IV I II III IV I II III 2010 Sumber: BPS Provinsi NTB dan Bank Indonesia, diolah (5) (10) Dari sisi penawaran, sumbangan pertumbuhan tertinggi diperkirakan terjadi pada sektor pengangkutan dan komunikasi seiring dengan adanya aktivitas mudik lebaran yang mampu meningkatkan trafik angkutan baik darat, laut dan udara serta meningkatkan trafik data dan waktu penggunaan telepon. Demikian pula dengan adanya libur sekolah pada bulan Juli yang mampu meningkatkan tingkat hunian kamar hotel maupun peningkatan penggunaan Grafik 6.2 Peramalan PDRB NTB Tahunan Tanpa Sektor Pertambangan berdasarkan Data SKDU Growth PDRB NTB Tanpa Tambang (%yoy) LHS SKDU (%RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III** 2010 Sumber: BPS Provinsi NTB dan Bank Indonesia, diolah Prospek Ekonomi dan Harga

83 angkutan udara, seiring dengan tingginya kunjungan wisatawan di Pulau Lombok. Adapun sektor ekonomi yang terdampak kenaikan kunjungan wisatawan adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa-jasa. Grafik 6.3 Peramalanan Cuaca dan Curah Hujan Indonesia Sumber: BMKG, diolah Sektor pertanian diyakini masih akan bertumbuh lebih tinggi dibanding triwulan maupun tahun sebelumnya, terutama disebabkan oleh adanya panen tanaman perkebunan di bulan Agustus dan September, meningkatnya tangkapan ikan, maupun meningkatnya permintaan ternak terutama sapi dan kambing yang diikuti kenaikan harga baik pada saat idul fitri maupun dalam persiapan menyambut idul adha. Adapun tanaman pangan diyakini mengalami penurunan seiring dengan telah selesainya panen raya di bulan Maret dan April Kondisi cuaca yang sudah memasuki musim kemarau di bulan Juli juga diprediksi menurunkan produksi tanaman bahan pangan. Grafik 6.4 Prospek Pertumbuhan Ekonomi Sektoral berdasarkan Data SKDU Grafik 6.5 Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Kondisi ekonomi 6 bulan y.a.d. Ekspektasi penghasilan Ekspektasi ketersediaan lapangan Sumber: Bank Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia, diolah Industri pengolahan diyakini juga akan mengalami pertumbuhan penjualan seiring dengan adanya peningkatan permintaan barang dan jasa. Sektor keuangan diperkirakan juga akan mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi seiring dengan adanya potensi kenaikan suku bunga bank sebagai dampak dari kenaikan suku bunga acuan Indonesia sebesar 75 basis point, Prospek Ekonomi dan Harga 61

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU TRIWULAN III 213 Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai

Lebih terperinci