KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

2 Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Unit Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat Telp. : Fax : hendik_s@bi.go.id billy_g@bi.go.id emirostika@bi.go.id

3 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilainilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilainilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Menjadi Kantor Perwakilan Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemerintah Daerah dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

4 KATA PENGANTAR Pada triwulan III212, kinerja perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tanpa sektor pertambangan tercatat tumbuh sebesar 5,79% (yoy). Dari sisi permintaan, pencapaian tersebut didorong oleh kinerja kegiatan konsumsi rumah tangga. Secara sektoral, pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sektor pertanian. Sedangkan apabila termasuk sektor pertambangan maka kinerja perekonomian NTB tercatat tumbuh negatif mencapai 3,56% (yoy). Hingga triwulan III212, perkembangan harga barang dan jasa di NTB menunjukkan kecenderungan menurun. Secara tahunan, laju inflasi di NTB mencapai 6,36% (yoy), namun berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 4,31% (yoy). Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui intermediasi perbankan menunjukkan kinerja yang baik, tercermin dari pertumbuhan kredit pada posisi triwulan III212 yang mencapai 25,73% (yoy). Kinerja positif intermediasi perbankan tersebut turut disertai dengan terjaganya kualitas kredit yang tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) dibawah batas indikatif. Di samping ulasan di atas, kajian ini juga mengupas perkembangan keuangan daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun stakeholders di daerah. Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi termasuk pengendalian harga barang dan jasa. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasama kepada semua pihak terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten maupun Kota, dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu penyediaan data sehingga kajian ini dapat dipublikasikan. Semoga bermanfaat dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya kepada kita semua. Mataram, 7 November 212 KEPALA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT M. Junaifin Deputi Direktur i

5 INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 EKONOMI MAKRO REGIONAL Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRBharga konstan (miliar Rp) 4, , , , , , , , , , ,35.39 Pertanian 1,1.94 1,9.38 1, , , ,12.8 1, , , , ,42.11 Pertambangan dan Penggalian 1, , , , , , Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) (7.35) (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (2.48) 2.76 (3.65) Pertumbuhan PDRB tanpa Sektor Pertambangan (yoy %) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Kredit (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL gross (%) Bank umum : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit Mikro (< atau = Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 5 < x < Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 5 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp triliun) Loan to Deposit Ratio NPL (%) ii

6 INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Bank Perkreditan Rakyat : Total Aset (Rp triliun) Dana Pihak Ketiga (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Loan to Deposit Ratio NPL (%) SISTEM PEMBAYARAN Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) , , , , , , , , , ,814.3 Volume Transaksi RTGS (lembar) 3,161 4,6 4,71 3,839 2,324 2,397 2,511 2,818 2,694 2,723 2,763 Ratarata Harian Nominal Transaksi RTGS (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Transaksi RTGS (lembar) Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) ,1.18 1, , , , , , Volume Kliring Kredit (lembar) 27,666 26,447 23,579 28,778 28,2 28,129 29,331 32,452 32,247 32,41 31,828 Ratarata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Kliring Kredit (lembar) iii

7 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III212 DAFTAR ISI Kata Pengantar...i Indikator Ekonomi dan Moneter...ii Daftar Isi...iv Daftar Grafik...v Daftar Tabel...viii Ringkasan Eksekutif...ix Bab 1 Makro Ekonomi Regional Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Sisi Permintaan Sisi Penawaran...5 Boks 1 PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut): Program Unggulan Nusa Tenggara Barat Berbasis Sumber Daya Lokal...16 Bab 2 Perkembangan Inflasi Nusa Tenggara Barat Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Berdasarkan Kota Disagregasi Inflasi...23 Boks 2 Pengaruh Musim Panen Tembakau Terhadap Laju Inflasi di Nusa Tenggara Barat...26 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Perbankan Nusa Tenggara Barat Intermediasi Perbankan Stabilitas Sistem Perbankan Perkembangan Sistem Pembayaran...42 Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja...46 Bab 5 Kesejahteraan Masyarakat Ketenagakerjaan Kesejahteraan Masyarakat...51 Bab 6 Prospek Ekonomi Dan Harga Prospek Ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat...54 iv

8 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III212 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga...3 Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi...3 Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor...3 Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen...3 Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto...4 Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen...4 Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi...4 Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri...4 Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (Dalam Ribu)...5 Grafik 1.1 Perkembangan Volume Impor (Dalam Ribu)...5 Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat Periode Triwulan II212 Dan Triwulan III Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat...7 Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat...7 Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi...8 Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi...8 Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian...8 Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat...9 Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan...9 Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu...1 Grafik 1.2 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang...1 Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel Dan Restoran...11 Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen...12 Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Bangunan...12 Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan...12 Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan...12 Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara...13 Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara...13 Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut...13 Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi...13 Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri...14 Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Industri Pengolahan...14 Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik...15 Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan Ke Sektor Listrik, Air dan Gas...15 Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan...19 v

9 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III212 Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan...19 Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan...2 Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan...2 Grafik 2.5 Inflasi Tahunan...21 Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan...21 Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%, mtm)...23 Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy)...23 Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/Kg)...24 Grafik 2.1 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng...24 Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional...25 Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia...25 Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum...28 Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha...28 Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah...29 Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan...29 Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah...3 Grafik 3.6 Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum Syariah...3 Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah...3 Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah...3 Grafik 3.9 Perkembangan Indikaator BPR...31 Grafik 3.1 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis PEnggunaan...31 Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi...32 Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR...32 Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum...33 Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum...33 Grafik 3.15 Pangsa DPK Per Kepemilikan DPK Bank Umum...34 Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum...34 Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum...35 Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan...35 Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq, %)...36 Grafik 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy, %)...36 Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%)...38 Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral...38 Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum...39 Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM...39 Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum...39 Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow...42 Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil...43 Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan...43 Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai...44 Grafik 3.3 Perkembangan Transaksi Kliring...45 Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement...45 Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan...48 vi

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III212 Grafik 5.1 Tingkat Pengangguran Terbuka...49 Grafik 5.2 Perkembangan Lapangan Kerja...49 Grafik 5.3 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia...5 Grafik 5.4 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia...5 Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan...51 Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani...51 Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang...53 Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen...53 Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang...55 Grafik 6.4 Prakiraan Sifat hujan...55 Boks 1 Grafik 1 Pertumbuhan Produksi PIJAR...17 Boks 3 Grafik 1 Inflasi Tahunan NTB...26 Grafik 2 Konsumsi Bahan Bakar Industri NTB...26 Grafik 3 Perkembangan Harga Minyak Tanah dan Gas Elpiji 3 kg...27 vii

11 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III212 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Permintaan (%, yoy)...2 Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%, yoy)...6 Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat...8 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy, %)...21 Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan III212 di Kota Mataram dan Bima...22 Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan...33 Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy, %)...37 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum...37 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit...4 Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum...41 Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi NTB Tahun Boks 1 Tabel 1. Perkembangan Produksi PIJAR...16 viii

12 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Makro Ekonomi Regional Pada triwulan III212, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 6,93% (yoy) menjadi 5,79% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,65% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang mampu tumbuh positif mencapai 2,76% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat yang menurun dipengaruhi oleh terkontraksinya kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan meningkatnya kegiatan impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian NTB. Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan investasi. Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor jasajasa yang mengalami kontraksi. Selain itu, perlambatan terbesar pada sektor transportasi dan komunikasi turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tinggi diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan kembali berada menunjukkan pertumbuhan negatif yang disebabkan turunnya produktivitas tambang. Perkembangan Inflasi Sepanjang triwulan III212 inflasi di NTB cenderung menurun. Secara tahunan, pada triwulan III212 laju inflasi NTB tercatat sebesar 6,36% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,5% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional. Pada triwulan III212, laju inflasi nasional cenderung menurun yang tercatat sebesar 4,31% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53% (yoy). Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan III212 lebih rendah dibanding pergerakan ratarata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Juli 212, laju inflasi NTB tercatat sebesar,71% (mtm), lebih rendah dibanding ratarata historisnya yang ix

13 RINGKASAN EKSEKUTIF tercatat sebesar 1,27% (mtm). Demikian pula pada bulan Agustus dan September 212, dibanding ratarata historisnya (,94% dan 1,4%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan masingmasing tercatat sebesar,74% (mtm) dan,12% (mtm). Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan III212 cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat sebesar 1,27% (qtq), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai,19% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok sandang, kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan. Secara umum, perkembangan harga di Nusa Tenggara Barat yang cenderung menurun dipengaruhi oleh terjaganya pasokan bahan makanan dan relatif tidak adanya gangguan pada kegiatan distribusi barang yang didukung meningkatnya produktivitas kegiatan tanaman pangan dan kondusifnya kegiatan penyeberangan laut. Selain itu, adanya langkahlangkah yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah berupa operasi pasar murah dan himbauanhimbauan diperkirakan turut memberikan dampak positif dan mampu menjaga ekspektasi masyarakat menyambut perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri 1433H dan hari raya Galungan) sehingga tekanan laju inflasi dapat menurun. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan III212 inflasi tahunan Kota Mataram lebih rendah dari Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 6,13% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 7,22% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada kelompok inflasi administered price. Kinerja Perbankan Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan III212 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp.19,42 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 22,16%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 114,87% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5%. Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,82 triliun atau tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,9 triliun atau x

14 RINGKASAN EKSEKUTIF tumbuh sebesar 23,44% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 26,82% (yoy). Perkembangan Sistem Pembayaran Pada triwulan III212 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan III212, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,8 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 9,96% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 89,71% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp65,22 miliar. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,28 triliun yang tumbuh negatif sebesar 9.32% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 29,22% (yoy) atau sebanyak Rp1,26 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp198,5 miliar. Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan III212 relatif menunjukkan peningkatan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,38 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,81 triliun pada triwulan III212. Sementara itu, pada triwulan III212 transaksi melalui kliring kembali menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,39 triliun (triwulan II 212: Rp1,36 triliun). Kinerja Keuangan Daerah Hingga akhir triwulan III212, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah Pemprov NTB tercatat mencapai Rp1,69 triliun atau mencapai 75,35% dari target sepanjang Tahun 212. Pencapaian tersebut, jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan III211 yang tercatat sebesar Rp1,28 triliun atau mencapai 73,8% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang Tahun 211. xi

15 RINGKASAN EKSEKUTIF Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan pencapaian tertinggi mencapai 77,21%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 72,7%. Tingginya pencapaian dana perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulan III yang mencapai 83,33% juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan pendapatan retribusi daerah yang melebihi target yaitu mencapai 177,44% dan penerimaan pajak daerah sebesar 83,%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen lainlain pendapatan asli daerah yang sah dan dana alokasi khusus. Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan III 212 tercatat sebesar 57,6% atau sebesar Rp1,3 triliun dari target belanja Tahun 212. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan pencapaian triwulan III211 yang tercatat mencapai 5,42%. Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp168,43 miliar atau mencapai 93,31% terhadap rencana anggaran Tahun 212. Kemudian disusul oleh komponen belanja pegawai dan belanja hibah dengan tingkat realisasi mencapai Rp354,53 miliar (64,27% dari rencana belanja) dan Rp365,89 miliar (64,21% dari rencana belanja). Sementara dari sisi belanja modal, kinerja realisasi anggaran triwulan III212 relatif lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 6,37% atau mencapai Rp16 miliar, namun demikian kinerja komponen lainnya relatif masih rendah dengan realisasi dibawah 43%. Kesejahteraan Masyarakat Pada Agustus 212, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang relatif membaik. Kondisi ini tercermin dari tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang menunjukkan peningkatan. Pada Agustus 212, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,9 juta orang, tumbuh,77% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 2,7 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,26% atau sebanyak 19,95 ribu orang, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,33% (11,54 ribu orang). Sepanjang triwulan III212, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri masih berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang xii

16 RINGKASAN EKSEKUTIF periode laporan tercatat sebanyak orang, meningkat 42,35% bila dibandingkan triwulan II212 yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 19,9% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan III212, ratarata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,3, turun sebesar,44 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,47. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya nilai tukar petani hortikultura dan perkebunan rakyat. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 1 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. 2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan IV212 Prospek Ekonomi Pada triwulan IV212, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan berada pada kisaran,5% 1,% (yoy). Sehingga secara keseluruhan Tahun 212, kinerja perekonomian NTB diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif pada kisaran,5% (yoy) sampai dengan 1,% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja perekonomian diperkirakan masih akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut ditenggarai dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat diyakini akan mendorong tingkat permintaan konsumsi dan faktor musiman (libur Natal dan momen pergantian tahun baru) yang terindikasi dari tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis (1) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Di samping itu, pertumbuhan tersebut turut ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan percepatan realisasi belanja pemerintah yang cenderung dilakukan pada triwulan IV. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi dan masih berada tren pertumbuhan negatif. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi bisnis yang tercatat sebesar 16,12%. xiii

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Dari sisi penawaran, perekonomian NTB pada triwulan IV212 diperkirakan masih ditopang oleh sektorsektor andalan NTB terutama sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor tersebut diprediksi mampu tumbuh dalam level yang tinggi namun diperkirakan mengalami pelambatan. Selain itu, sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan III212 yang dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas penerbangan sehubungan bertambahnya rute penerbangan baru dan telah beroperasinya Bandara Internasional Lombok sebagai embarkasi dan debarkasi haji asal Nusa Tenggara Barat. Kinerja sektor andalan lainnya yakni sektor pertambangan diperkirakan masih belum mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun diperkirakan lebih baik dibandingkan triwulan III212 akibat faktor base effect (statistik) dan upaya memenuhi target produksi meski kegiatan produksi tambang masih berada pada fase enam (pengupasan dinding tambang). Kondisi kegiatan produksi konsentrat tembaga masih dilakukan dengan mengolah stockpile (batuan berkadar mineral rendah). Kondisi tersebut diperkirakan masih berlangsung hingga Tahun 213 mendatang. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan IV212 dukungan perbankan dalam mendorong peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan adanya peningkatan pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan IV212 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal Tahun 211. Prospek Inflasi Pada triwulan IV212, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada pada kisaran 5,25% ± 1% (yoy). Secara umum, berkurangnya tekanan inflasi diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat permintaan yang kembali normal pasca Idul Fitri 1433 H dan tren laju inflasi NTB yang cenderung berada pada kisaran rendah atau dibawah ratarata historisnya 1. Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh menurunnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan jasa pada triwulan IV212 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga 1 Ratarata pergerakan inflasi bulanan empat tahun terakhir (28211) xiv

18 RINGKASAN EKSEKUTIF konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan. Dari sisi supply, kondisi cuaca yang relatif kondusif pada awal triwulan IV212 diperkirakan akan terus berlanjut hingga penghujung tahun. Sehingga diperkirakan akan menjaga ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya produk hortikultura (bumbubumbuan dan sayursayuran) di sepanjang triwulan IV212. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan IV212, kondisi hujan yang akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat normal. Demikian halnya dengan kondisi kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut diperkirakan juga masih dalam kondisi yang baik. Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi dari kelompok volatile food diperkirakan semakin menurun dan menjadi penahan utama laju inflasi seiring meningkatnya pasokan bahan makanan yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Di sisi lain, terdapat potensi tekanan inflasi dari komoditas beras, yang disebabkan dimulainya musim tanam padi sehingga mengakibatkan minimnya pasokan beras. Namun demikian, dampaknya diperkirakan tidak akan besar mengingat tingkat ketersediaan cadangan beras pemerintah yang cukup hingga September 213 (BULOG Divre NTB). Pada kelompok inflasi inti, perkembangan pergerakan harga diperkirakan stabil atau tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Meski sempat mengalami lonjakan pada awal triwulan IV212, laju inflasi kelompok administered price diperkirakan cenderung menurun pasca musim omprongan tembakau. xv

19 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 1.1. KONDISI UMUM Pada triwulan III212, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor pertambangan menunjukan kinerja yang melambat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 6,93% (yoy) menjadi 5,79% (yoy). Sementara itu, laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan sektor pertambangan kembali mengalami pertumbuhan negatif sebesar 3,65% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang mampu tumbuh positif mencapai 2,76% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat yang menurun dipengaruhi oleh terkontraksinya kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) dan meningkatnya kegiatan impor. Selain itu, relatif minimnya konsumsi pemerintah turut memberikan sumbangan negatif terhadap perekonomian NTB. Sementara itu, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang tampil sebagai komponen utama penggerak perekonomian NTB, kemudian diikuti oleh kegiatan investasi. Dari sisi penawaran, kinerja perekonomian NTB tanpa sektor pertambangan menunjukkan perlambatan yang dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor jasajasa yang mengalami kontraksi. Selain itu, perlambatan terbesar pada sektor transportasi dan komunikasi turut menahan laju pertumbuhan ekonomi. Di sisi lain, peningkatan pertumbuhan ekonomi paling tinggi diberikan oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB termasuk sektor pertambangan kembali berada menunjukkan pertumbuhan negatif yang disebabkan turunnya produktivitas tambang SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi NTB kembali mengalami pertumbuhan negatif yang utamanya disebabkan oleh kinerja ekspor dan konsumsi pemerintah yang mengalami penurunan. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar diberikan oleh kegiatan konsumsi rumah tangga hingga 2,69%, kemudian disusul oleh kegiatan investasi sebesar 1,85%. Di sisi lain, penahan laju pertumbuhan ekonomi NTB terbesar berasal dari kinerja ekspor yang masih berada pada tren kontraksi. Berdasarkan komposisi struktur ekonomi, kegiatan konsumsi rumah tangga 1

20 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT dan pembentukan modal bruto tetap/investasi (termasuk perubahan stok) menjadi komponen utama pembentuk struktur perekonomian NTB dengan pangsa masingmasing sebesar 51,5% dan 27,27%. Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah (7.42) 4.34 (3.61) Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.11) (2.31) Ekspor (1.2) (14.18) (17.21) (11.16) (3.17) (11.62) (15.8) (1.2) (21.14) Impor (3.8) (2.53) (11.9) (6.92) 9.54 Produk Domestik Regional Bruto (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76 (3.65) Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian a. Konsumsi 21 Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah (1.1).67 (.52) Pembentukan Modal Tetap Bruto (1.25) (.68) Ekspor (2.63) 3.2 (4.22) (5.1) (3.35) (.79) (3.32) (3.93) (2.59) (5.73) Impor (1.48) (.34).84.5 (.1) (2.6) (3.81) (1.32) (2.35) (2.36) (2.7) Produk Domestik Regional Bruto (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76 (3.65) Sumber: BPS, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara Pada triwulan III212, kegiatan konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,59% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 5,95% (yoy). Kondisi tersebut terindikasi oleh hasil Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat yang menunjukkan penurunan tingkat keyakinan sepanjang triwulan III212. Pencapaian tersebut turut dikonfirmasi oleh data prompt indicator kegiatan konsumsi yaitu data pemakaian listrik dan jumlah penjualan kendaraan bermotor yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Sepanjang triwulan III212, pemakaian listrik untuk kategori rumah tangga di NTB tercatat mencapai 165,61 juta kwh atau tumbuh sebesar 14,42% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 22,14% (yoy). Sementara itu, jumlah penjualan kendaraan bermotor menunjukkan penurunan yang tumbuh negatif sebesar 12,28% (yoy), turun tajam dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar,4% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk konsumsi justru menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III212, penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp8,32 triliun, tumbuh sebesar 17,52% (yoy) atau mencapai 56,12% dari total kredit yang disalurkan perbankan di NTB

21 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan tersebut meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 15,65% (yoy). Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi Konsumsi Listrik RT (juta kwh) gkons. listrik RT (%)kanan I II III IV I II III IV I II III ,. 8,. 7,. 6,. 5,. 4,. 3,. 2,. 1,.. Kredit Konsumsi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Mobil (unit) growth total (%,yoy)kanan growth mobil (%,yoy)kanan 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, b. Investasi I II III IV I II III IV I II III Sumber: Dispenda NTB Motor (unit) growth motor (%,yoy)kanan (1.) (2.) (3.) Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Level optimis Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Setelah tumbuh tinggi pada dua triwulan terakhir, kegiatan investasi (pembentukan modal tetap bruto) mengalami perlambatan. Pada triwulan III 212, kinerja investasi tercatat tumbuh mencapai 6,13% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh tinggi mencapai 2,45% (yoy). Sementara itu, data prompt indicator pertumbuhan tingkat pemakaian semen di NTB menunjukkan peningkatan jumlah konsumsi semen. Sepanjang triwulan III212, tingkat pemakaian semen tercatat mencapai 247,54 ribu ton atau tumbuh sebesar 3,88% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan investasi kembali berada pada tren pertumbuhan tinggi mencapai 168,48% (yoy) atau sebesar 3

22 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Rp1,78 triliun, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh tinggi mencapai 146,45% (yoy). Grafik 1.5 Perkembangan Pembentukan Modal Tetap Bruto Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen 2, 1,8 1,6 1,4 1,2 1, PMTB (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3** 3, 25, 2, 15, 1, 5, Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)kanan I II III IV I II III IV I II III (1) (2) Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: Asosiasi Semen Indonesia, diolah 2,. 1,8. 1,6. 1,4. 1,2. 1, Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi Kredit Investasi (Rp Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 18% 16% 14% 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Grafik 1.8 Realisasi Investasi Penanaman Modal Asing dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMA (US$ juta) PMDN (Rp miliar) kanan Tw1 Tw2 Tw3 Tw Tw1 Tw2 Tw Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Sumber : BKPM c. Ekspor Impor Perkembangan kegiatan perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) masih berada pada tren kontraksi. Pada triwulan III212, kegiatan ekspor menunjukkan kontraksi yang lebih dalam mencapai 21,14% (yoy), turun tajam dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 1,2% (yoy). Kondisi tersebut menyebabkan kegiatan ekspor menjadi komponen yang memberikan sumbangan negatif mencapai 5,73% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan. Penurunan kinerja ekspor tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator volume ekspor NTB di sepanjang triwulan III212 yang mengalami kontraksi yang signifikan. Total ekspor NTB sepanjang triwulan III212 tercatat mencapai 92,6 ribu ton, tumbuh negatif sebesar 35,57% (yoy), terkontraksi leih dalam dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 28,72% (yoy). Kondisi tersebut ditenggarai dipengaruhi secara langsung oleh 4

23 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT rendahnya produksi komoditas tambang yang merupakan komoditas utama ekspor NTB. Grafik 1.9 Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu) Grafik 1.1 Perkembangan Volume Impor (dlm ribu) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Cons Goods (kg)kanan Cap Goods (kg)kanan Raw Mat (kg) 1,2 1, , 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Raw Mat (kg) Cap Goods (kg) Cons Goods (kg)kanan , 6, 5, 4, 3, 2, 1, Sumber: BI, Data Sementara Sumber: BI, Data Sementara Di sisi lain, kegiatan impor barang tujuan NTB menunjukkan tren peningkatan. Pada triwulan III212, kegiatan impor mampu tumbuh positif sebesar 9,54% (yoy), pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 6,92% (yoy). Namun demikian, berdasarkan data promt indicator volume total impor pada triwulan III212 menunjukkan penurunan menjadi sebesar 17,7 ribu ton atau tumbuh negatif sebesar 74,26% (yoy) penurunan tersebut diakibatkan pada periode laporan tidak terjadi lonjakan impor barang modal sebagaimana yang terjadi pada triwulan III211 yang mengalami lonjakan impor barang modal yang signifikan SISI PENAWARAN Pada sisi penawaran, kinerja sektor andalan pada perekonomian NTB menunjukkan perlambatan sehingga kembali membawa perekonomian NTB berada pada pertumbuhan negatif setelah pada triwulan lalu mampu tumbuh positif. Berdasarkan sumbangannya, kontribusi positif terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi diberikan oleh sektor pertanian dengan sumbangan sebesar 1,57%, kemudian disusul oleh sektor perdagangan, hotel, restoran dengan sumbangan sebesar 1,52%. Di sisi lain, sektor pertambangan masih menjadi penahan utama laju pertumbuhan ekonomi NTB dengan kontribusi negatif mencapai 8,15%. 5

24 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan mengalami perlambatan. Pada triwulan III212 pertumbuhannya tercatat mencapai 5,79% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan II212 yang tumbuh sebesar 6,93% (yoy). Kondisi tersebut utamanya dipengaruhi oleh kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran yang mengalami perlambatan pertumbuhan. Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi dari Sisi Penawaran (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Pertanian (.27) Pertambangan dan Penggalian (25.87) (25.39) (32.75) (19.79) (29.7) (26.57) (27.96) (15.7) (36.62) Industri Pengolahan (5.42) Listrik,Gas dan Air Bersih Bangunan (3.99) 3.54 (.7) Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa Jasajasa (1.29) PDRB Seluruh Sektor (7.35) 6.33 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76 (3.65) PDRB Non Pertambangan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I* Tw.II* Tw.III* Tw.IV* FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Pertanian (.7) Pertambangan dan Penggalian (8.6) 3.1 (7.34) (8.76) (5.4) (7.73) (7.27) (6.15) (2.86) (8.15) Industri Pengolahan (.24) Listrik,Gas dan Air Bersih Bangunan (.3).27 (.1) Perdagangan, Hotel dan Restoran Transportasi dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusa Jasajasa (.13) PDRB Seluruh Sektor (7.35) 6.36 (1.95) (5.24) (1.66) (3.92) (3.18) (2.48) 2.76 (3.65) Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara Pada triwulan III212, struktur perekonomian NTB didominasi oleh 3 (tiga) sektor andalan dengan pangsa mencapai 62,55% dari keseluruhan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) 6 Provinsi NTB. Pangsa tersebut mengalami peningkatan dibanding triwulan lalu mencapai 59,95% yang disebabkan oleh kinerja sektor pertanian yang terakselerasi. Sehingga pangsa sektor terbesar dimiliki oleh sektor pertanian mencapai 28,36%, diikuti oleh sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran, masingmasing tercatat sebesar 17,7% dan 16,48%. Berdasarkan penggolongannya, struktur perekonomian NTB kembali mengalami pergeseran. Pada periode laporan, pangsa terbesar kembali dimiliki oleh sektor primer (pertanian dan pertambangan) dengan pangsa sebesar 46,6%. Kemudian diikuti oleh sektor tersier yang meliputi sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor jasajasa, sektor pengangkutan dan komunikasi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan

25 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT pangsa mencapai 41,39%. Selanjutnya, pangsa paling kecil diberikan oleh sektor sekunder yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih serta sektor bangunan dengan pangsa sebesar 12,55%. Grafik 1.11 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode Triwulan II212 (kiri) dan Triwulan III212 (kanan) Keuangan, Persewa an & Jasa Perusahaan; 5.92% Jasajasa; 13.75% Industri Pengolahan; 3.87% Listrik,Gas & Air Bersih;.49% Transportasi & Komunikasi; 7.65% Pertambangan dan Penggalian; 17.7% Bangunan; 8.19% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 16.9% Pertanian; 24.27% Pertanian; 28.36% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 16.48% Bangunan; 8.24% Listrik,Gas & Air Bersih;.51% Industri Pengolahan; 3.98% Pertambangan dan Penggalian; 18.78% Jasajasa; 11.73% Transportasi & Komunikasi; 7.35% Keuangan, Persew aan & Jasa Perusahaan; 5.82% Sumber : BPS Provinsi NTB Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : BPS Provinsi NTB GrowthPDRB NTB non tambang (%,yoy) GrowthPDRB NTB (%,yoy) Grafik 1.13 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat Pertanian (%) PHR (%) Pertambangan (%) Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1*Tw2*Tw3*Tw4*Tw1**Tw2**Tw3** Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah a. Pertanian Pada triwulan III212, kinerja sektor pertanian kembali berada pada level pertumbuhan yang cukup tinggi mencapai 6,21% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 6,53% (yoy). Berdasarkan data Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi NTB, kinerja produksi pertanian pada triwulan III212 cenderung meningkat. Sepanjang triwulan III212 (hingga akhir Agustus 212), ratarata luas area lahan panen komoditas padi di NTB tercatat seluas 43,1 ribu hektar atau tumbuh sebesar 65,52% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,25% (yoy). Berdasarkan ARAM II212, kinerja produksi tanaman padi 7

26 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT sepanjang Tahun 212 juga diprediksi meningkat, diperkirakan mampu tumbuh sebesar 1,71% (yoy) atau sebanyak 2,1 juta ton gabah kering giling. Grafik 1.14 Perkembangan Luas Lahan Tanam Padi Grafik 1.15 Perkembangan Luas Lahan Panen Padi 14 Luas lahan tanam padi (ha) 14 Luas lahan panen padi (ha) Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB Sumber : Dinas Pertanian TPH Provinsi NTB Periode Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat Luas Lahan Panen (Ha) Produktivitas (Kuintal/Ha) Produksi (Ton) 25 3, ,367, , ,552, , ,526, , ,75, , ,87, , ,774, ,62 49,45 2,67, * 424,218 49,56 2,12,587 Sumber: Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Prov. NTB Ket: *) Angka Ramalan (ARAM) II Grafik 1.16 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)kiri I II III IV I II III IV I II III 4% 35% 3% 25% 2% 15% 1% 5% % 5% 1% Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI 8

27 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini, kegiatan penyaluran kredit pada sektor pertanian juga berada pada pertumbuhan yang signifikan. Pada triwulan III212, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian tercatat mencapai Rp396,88 miliar atau tumbuh signifikan sebesar 319,77% (yoy), sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 319,77% (yoy). b. Pertambangan Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren penurunan produksi. Pada triwulan III212, kinerja sektor pertambangan kembali mengalami pertumbuhan negatif (kontraksi) mencapai 36,62% (yoy), turun lebih dalam dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 15,7% (yoy). Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh data prompt indicator komoditas utama sektor pertambangan yaitu produksi konsentrat tembaga yang juga mengalami kontraksi. Sepanjang triwulan III212, total produksi konsentrat tembaga tercatat sebesar 91,75 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 4,91% (yoy), namun lebih baik dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga sebesar 43,4% (yoy). Seperti periode sebelumnya, kegiatan produksi tambang masih berada jauh dibawah kapasitas normalnya sebagai dampak dari siklus kegiatan tambang yang tengah mengalami perluasan area eksploitasi wilayah pertambangan atau berada pada fase keenam (pengupasan permukaan tanah) dari tujuh fase yang ada. Kegiatan produksi konsentrat tembaga yang dilakukan hanya menggunakan material batuan cadangan (stock pile) dengan kadar mineral rendah sehingga jumlah produksi menjadi terbatas. Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan pada sektor pertambangan kembali berada pada tren kontraksi. Pada triwulan III212, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp3,98 miliar yang tumbuh negatif sebesar 59,51% (yoy), turun dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 47,3% (yoy). Grafik 1.17 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat Grafik 1.18 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke Sektor Pertambangan 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, WMT (ton) PEB (USD.) gprod (%,yoy)rhs I II III IV I II III IV I II III (1) (2) (3) (4) (5) (6) Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 8% 6% 4% 2% % 2% 4% 6% 8% Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara 9 Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI

28 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT c. Perdagangan, Hotel dan Restoran Kinerja sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) kembali berada pada tren pertumbuhan yang cukup tinggi. Pada triwulan III212, sektor PHR tercatat tumbuh sebesar 9,84% (yoy), melambat dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh mencapai 12,5% (yoy). Kondisi tersebut ditengarai dipengaruhi oleh kinerja sub sektor hotel dan restoran yang cenderung menurun seiring tibanya bulan Ramadhan dan Idul Fitri 1433H, sehingga kegiatan MICE 1 cenderung dilaksanakan pasca momen tersebut. Even berskala besar diantaranya adalah kegiatan Asean Inter Parliamentary Assembly pada 1621 September 212. kinerja sub sektor perdagangan ritel yang meningkat untuk memenuhi tingginya kebutuhan masyarakat dalam rangka menyambut hari raya Idul Fitri 1433H mampu menopang sektor PHR masing tumbuh cukup tinggi. Kondisi tersebut terkonfirmasi oleh data prompt indicator perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan ratarata lama serta jumlah tamu menginap yang mengalami penurunan. Sepanjang triwulan III212, ratarata tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 48,37%, lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 52,32%. Sementara itu, ratarata lama tamu yang menginap di hotel berbintang menurun dari 2,73 hari pada triwulan lalu menjadi 2,66 hari pada triwulan III212. Perkembangan jumlah tamu yang menginap di hotel berbintang selama periode laporan juga menunjukkan penurunan yang tercatat sebanyak 89,74 ribu orang (pangsa domestik sebesar 7,7%) yang tumbuh sebesar 7,17% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 96,36 ribu orang yang tumbuh sebesar 29,97% (yoy). Grafik 1.19 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu Sumber : BPS Provinsi NTB Tingkat Hunian Kamar (%)Kiri Lama Tinggal Tamu (hari)kanan Org 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 1.2 Perkembangan Tamu Hotel Berbintang Asing Domestik growth total (%,yoy)kanan I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Provinsi NTB Meetings, Incentives, Conferencing, Exhibitions 1

29 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Perdagangan Hotel dan Restoran 5,. 4,5. 4,. 3,5. 3,. 2,5. 2,. 1,5. 1,. 5.. Kredit Sektor PHR (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Sumber : Laporan Bulanan Bank KPw BI Prov. NTB Dari sisi pembiayaan, berbeda dengan pertumbuhan pada sektor ini, pertumbuhan kegiatan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR terus menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III212, outstanding credit untuk sektor PHR mencapai Rp4,52 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 8,9% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 66,7% (yoy). d. Bangunan Setelah pada beberapa periode terakhir berada pada tren pelambatan, kinerja sektor bangunan menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III212, sektor bangunan tumbuh sebesar 3,74% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh hingga 3,13% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator sektor bangunan yaitu tingkat konsumsi semen di NTB yang menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan III212 tingkat konsumsi semen di NTB tumbuh sebesar 3,88% (yoy) atau mencapai 247,54 ribu ton, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 2,15% (yoy). Di sisi pembiayaan, kinerja penyaluran kredit pada sektor ini mengalami pelambatan, namun masih berada pada tren pertumbuhan yang tinggi. Hingga triwulan III212, outstanding credit pada sektor bangunan tercatat mencapai Rp425,5 miliar atau tumbuh sebesar 72,16% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 76,61% (yoy). 11

30 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Grafik 1.22 Perkembangan Volume Penjualan Semen 3, 25, 2, 15, 1, 5, Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)kanan I II III IV I II III IV I II III (1) (2) Grafik 1.23 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Bangunan Kredit Sektor Bangunan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 12% 1% 8% 6% 4% 2% % Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan mengalami peningkatan. Pada triwulan III212, sektor ini tumbuh sebesar 12,5% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 8,3% (yoy). Pencapaian tersebut ditengarai akibat akselerasi kinerja sub sektor keuangan yang tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan profit perbankan di NTB juga mengalami peningkatan yang signifikan. Hingga triwulan III212, laba kegiatan usaha perbankan NTB tercatat mencapai Rp951,48 miliar atau tumbuh sebesar 66,76% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 17,27% (yoy). Selain itu, kinerja tersebut turut didukung oleh meningkatnya kinerja sub sektor persewaan dan jasa perusahaan seiring musim liburan Idul Fitri 1433 H. Grafik 1.24 Perkembangan Kondisi Perbankan Grafik 1.25 Perkembangan Laba Perbankan % Aset(Rp miliar)kanan Kredit(Rp miliar)kanan DPK(Rp miliar)kanan gaset (kiri),yoy gkredit (kiri),yoy gdpk (kiri),yoy 25, 2, 15, 1, 5, Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Rp. Jt 1,2, 1,, 8, 6, 4, 2, Laba Perbankan (sblm pajak) Growth (yoy)kanan I II III IV I II III IV I II III % Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI 12

31 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT f. Transportasi dan Komunikasi Setelah tumbuh transportasi dan komunikasi pada triwulan III212 mengalami perlambatan, yang tumbuh sebesar 4,,74% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,42% (yoy). Turunnya kinerja tersebut ditengarai dipengaruhii angkutan udara domestik dan angkutan laut. Grafik 1.26 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara 5, 4, 3, 2, 1, Penumpang Domestik (org) growth (%) kanan I II III IV I II III Sumber : PT Angkasa Pura I cukup tinggi pada periode sebelumnya, kinerja sektor oleh melambatnya kinerja sub sektor transportasi IV I II III 212 Pada triwulan III212, kegiatan transportasi melalui angkutan udara yang tercermin melalui perkembangan jumlah penumpang pesawat turun menjadi sebanyak 451,,62 ribu penumpang, tumbuh melambat sebesar 5,72% (yoy), jauh lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 16,16% (yoy). Sementara itu, meski menunjukkan perlambatan kegiatan transportasi melalui angkutan laut masih tumbuh dalam level yang cukup tinggi mencapai 135,27% (yoy), turun tajam dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan II212 yang tumbuh fantastis sebesar 551,2% (yoy) Grafik 1.27 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara 3, 25, 2, 15, 1, 5, Penumpang Internasional (org) growth (%) kanan I II III IV I II III IV I Sumber : PT Angkasa Pura I II III Grafik 1.28 Perkembangan Arus Bongkar Muat Barang Angkutan Laut 45, 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Total Bongkar/Muat (ton) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Transportasi dan Komunikasi 12. Kredit Sektor Transportasi dan 12% 1. Komunikasi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 1% 8% 8. 6% 6. 4% 4. 2% 2. %. 2% I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Provinsi NTB Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI 13

32 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi dan komunikasi cenderung berada pada pertumbuhan yang tinggi. Hingga akhir triwulan III212, pembiayaan yang disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar Rp112,69 miliar atau tumbuh sebesar 97,56% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 95,79% (yoy). g. Industri Pengolahan Pada triwulan III212, kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 3,73% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan II212 yang tumbuh sebesar 3,36% (yoy). Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh perkembangan data prompt indicator yaitu data konsumsi listrik industri yang menunjukkan peningkatan pemakaian listrik. Sepanjang triwulan III212, pemakaian konsumsi listrik industri mencapai 9,22 juta kwh atau tumbuh signifikan sebesar 53,7% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan konsumsi triwulan II212 yang tercatat tumbuh sebesar 43,16% (yoy). Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsii Listrik Industri Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)kanan I II III IV I II III IV I II III (1.) (2.) Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Industri Pengolahan Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan I II III IV I II III IV I II III 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 1% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Dari sisi pembiayaan, sejalan dengan pertumbuhan pada sektor ini kegiatan pembiayaan perbankan menunjukkan peningkatan. Hingga akhir triwulan III212 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp117,94 miliar atau tumbuh sebesar 74,28% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang hanyaa tumbuh sebesar 39,2% (yoy). h. Listrik, Gas, dan Air Bersih Perkembangan sektor listrik, gas dan air bersih masih berada pada tren perlambatan. Pada triwulan III212, sektor listrik, gas dan air bersih mampu tumbuh tinggi mencapai 7,66% (yoy), sedikit melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 7,,74% (yoy). Berdasarkan komposisinya, sektor listrik, gas dan air bersih memiliki pangsa yang terkecil atau sebesar,49% dalam pembentukan strukturr perekonomian NTB, sehingga pertumbuhan tidak 14

33 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT memiliki dampak yang signifikan. Pertumbuhan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh kinerja sub sektor listrik yang mengalami perlambatan yang dikonfirmasi melalui perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB yang melambat. Sepanjang triwulan III212 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai 249,32 juta kwh atau tumbuh sebesar 16,51% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 18,56% (yoy) atau sebesar 236,733 juta kwh. Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk rumah tangga pangsanya mencapai 66,42%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri, pangsanya masingmasing sebesar 29,88% dan 3,7% Grafik 1.32 Perkembangan Konsumsi Listrik Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)kanan Grafik 1.33 Penyaluran Kredit Perbankan ke Sektor Listrik, Air dan Gas Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 1% 2% 3% 4% I II III IV I II III IV I II III I II III IV I II III IV I III III Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, BI Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang di salurkan ke sektor listrik, gas, dan air bersih justru mengalami kenaikan. Hingga triwulan III tercatat 212, outstanding kredit pada sektor ini mengalami peningkatan yang menjadi Rp2,51 miliar, tumbuh signifikan sebesar 46,2% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 18,49% (yoy). 15

34 Boks 1 PIJAR (Sapi, Jagung, Rumput Laut): Program Unggulan Nusa Tenggara Barat Berbasis Sumber Daya Lokal Latar Belakang Program Konversi Mitane Elpiji Koridor ekonomi BaliNusa Tenggara memiliki tema pembangunan sebagai Pintu Gerbang Pariwisata dan Pendukung Pangan Nasional. Sejalan dengan program MP3EI, tersebut Provinsi Nusa Tenggara Barat telah mencanangkan program unggulan yaitu pengembangan komoditas lokal yakni Sapi, Jagung dan Rumput Laut (PIJAR). Program tersebut merupakan program yang berbasis lokal dengan tujuan memberdayakan potensi lokal dari sisi sumber daya alam, manusia dan sosialbudaya. PIJAR merupakan program percepatan pembangunan perekonomian rakyat berbasis pedesaan yang terintegrasi secara sinergis dengan pengembangan perekonomian regional. Tabel 1 Perkembangan Produksi PIJAR No Komoditi Uraian 27/28 29 Ranking Nasional Sapi (ekor) Jagung (ton) Rumput Laut (ton) Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Secara umum, perkembangan produksi komoditas Sapi, Jagung, Rumput Laut selama Tahun 29 hingga 211 mampu berjalan sesuai dengan skema yang direncanakan. Pencapaian yang menggembirakan ditunjukkan oleh komoditas Sapi dan Jagung dimana pada Tahun 21 dan 211 kinerjanya mampu melampaui targetnya. Pada Tahun 211 populasi sapi di NTB tercatat sebanyak 784,2 ribu ekor atau mencapai 1,42% dari target 78,72 ribu ekor. Produksi komoditas jagung juga menunjukkan capaian menggembirakan, pada Tahun 211 realisasi produksi sebanyak 456,92 ribu ton atau mencapai 125,87% dari target 363,1 ribu ton. 16

35 Sementara itu, capaian komoditas rumput laut belum mampu memenuhi targetnya. Pada Tahun 211, produksinya tercatat sebanyak 457,91 ribu ton atau 91,58% dari target 5 ribu ton. Namun demikian, jika dilihat dari pertumbuhannya, komoditas rumput laut pada Tahun 211 mampu mencatatkan pertumbuhan yang signifikan mencapai 17,16% (yoy) jauh lebih tinggi dibanding komoditas Sapi dan Jagung. Grafik 1 Pertumbuhan Produksi PIJAR Sapi Jagung Rumput Laut Dari sisi anggaran, alokasi anggaran dalam rangka mendukung program PIJAR terus mengalami peningkatan. Pada program unggulan Bumi Sejuta Sapi (BSS), alokasi anggaran pada Tahun 21 sebesar Rp1,79 miliar, dan mengalami peningkatan sekitar 32% sehingga menjadi mencapai Rp14,24 miliar pada Tahun 211. Alokasi anggaran untuk pengembangan agribisnis jagung juga menunjukkan peningkatan dari sebesar Rp22,53 juta di Tahun 21 menjadi sebesar Rp6,8 miliar pada Tahun 211. Demikian pula terjadi pada alokasi anggaran rumput laut, meningkat tajam dari sebesar Rp895 juta di Tahun 21 menjadi sebesar Rp9,64 miliar lebih Tahun 211. Dalam rangka mensukseskan program PIJAR, sejak Tahun terdapat kelompok peternak yang mendapatkan dukungan program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) dalam bentuk bantuan teknis, bantuan manajemen dan bantuan sapi dengan total nilai mencapai Rp172,4 milyar. Pada komoditas jagung, terdapat 2.9 kelompok tani yang telah mendapatkan dukungan program dalam bentuk kelompok sekolah lapang, benih, peralatan budidaya dan pengolahan hasil serta fasilitasi permodalan dengan perbankan dan pihak swasta. Sementara pada program agribisnis rumput laut, terdapat 1 kawasan minapolitan dengan nelayan pembudidaya yang memperoleh dukungan program. Bentukbentuk bantuan yang diberikan kepada kelompok berupa pemberian bibit unggul, peralatan budidaya dan pengolahan hasil serta fasilitasi permodalan dengan perbankan. Dari sisi tenaga kerja, Pemerintah Provinsi NTB juga menyiapkan Sekolah Menengah Kejuruan Pertanian Pembangunan Negeri (SMK PPN) di Mataram dan Bima sebagai pendukung program PIJAR dalam menghasilkan tenaga kerja terampil 17

36 kelompok agribisnis PIJAR. Selain tenaga kerja terampil tingkat menengah, diberdayakan pula tenaga kerja sarjana bidang pertanian, peternakan dan perikanan sebagai sarjana penggerak pada kelompok agribisnis PIJAR. Program PIJAR ini telah memberikan kontribusi besar terhadap penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan daerah, swasembada pangan nasional dan penyerapan tenaga kerja. Setidaknya 111 ribu jiwa terangkat kehidupan ekonominya, lebih dari 5 ribu tenaga kerja terserap, dan menciptakan sekitar 5 ribu unit wirausaha. Kontribusi PIJAR bisa lebih besar lagi ketika industri olahan berbasis PIJAR tumbuh dan berkembang dengan baik. Faktor kunci keberhasilan program PIJAR terletak pada dukungan dan komitmen pemerintah pusat, daerah dan dunia usaha bersama masyarakat. Sumber: Buku NTB Bersaing Ikhtiar dan Fakta

37 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Sepanjang triwulan III212 inflasi di NTB cenderung menurun. Secara tahunan, pada triwulan III212 laju inflasi NTB tercatat sebesar 6,36% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 8,5% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan pergerakan laju inflasi nasional. Pada triwulan III212, laju inflasi nasional cenderung menurun yang tercatat sebesar 4,31% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 4,53% (yoy). Berdasarkan pergerakan harga barang dan jasa secara bulanan, laju inflasi NTB sepanjang triwulan III212 lebih rendah dibanding pergerakan ratarata historisnya (empat tahun terakhir). Pada bulan Juli 212, laju inflasi NTB tercatat sebesar,71% (mtm), lebih rendah dibanding ratarata historisnya yang tercatat sebesar 1,27% (mtm). Demikian pula pada bulan Agustus dan September 212, dibanding ratarata historisnya (,94% dan 1,4%), tekanan laju inflasi bulanan NTB menunjukan penurunan masingmasing tercatat sebesar,74% (mtm) dan,12% (mtm). Secara triwulanan, laju inflasi NTB pada triwulan III212 cenderung menunjukkan peningkatan yang tercatat sebesar 1,27% (qtq), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai,19% (qtq). Kondisi tersebut terutama disebabkan meningkatnya tekanan inflasi pada kelompok sandang, kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan mengalami penurunan. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan yoy NTB (%) mtm NTB (%) yoy Nasional (%) mtm Nasional (%) NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq) I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah Sumber: BPS Provinsi NTB, diolah 19

38 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Secara umum, perkembangan harga di Nusa Tenggara Barat yang cenderung menurun dipengaruhi oleh terjaganya pasokan bahan makanan dan relatif tidak adanya gangguan pada kegiatan distribusi barang yang didukung meningkatnya produktivitas kegiatan tanaman pangan dan kondusifnya kegiatan penyeberangan laut. Selain itu, adanya langkahlangkah yang dilakukan oleh Tim Pengendalian Inflasi Daerah berupa operasi pasar murah dan himbauanhimbauan diperkirakan turut memberikan dampak positif dan mampu menjaga ekspektasi masyarakat menyambut perayaan hari besar keagamaan (Idul Fitri 1433H dan hari raya Galungan) sehingga tekanan laju inflasi dapat menurun. Berdasarkan kota perhitungan inflasi, pada triwulan III212 inflasi tahunan Kota Mataram lebih rendah dari Kota Bima. Inflasi tahunan Kota Mataram tercatat sebesar 6,13% (yoy), sedangkan inflasi Kota Bima tercatat lebih tinggi yaitu sebesar 7,22% (yoy). Dilihat dari disagregasinya, menurunnya inflasi Nusa Tenggara Barat disebabkan melemahnya tekanan inflasi pada semua komponen inflasi terutama pada kelompok inflasi administered price INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat pada triwulan III212 cenderung bergerak meningkat yang tercermin dari inflasi triwulanan yang mengalami peningkatan dari sebesar,19% (qtq) pada triwulan lalu menjadi sebesar 1,57% (qtq) pada triwulan laporan. Angka tersebut juga lebih rendah dibanding laju inflasi triwulanan nasional yang tercatat sebesar 1,68% (qtq). Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi I II III IV I II III IV I II III.5 1. I II III IV I II III IV I II III Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB Kecenderungan peningkatan tersebut utamanya berasal dari meningkatnya tekanan laju inflasi kelompok sandang dan kelompok bahan makanan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga. Sementara kelompok kesehatan dan kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan

39 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT cenderung menurun. Berdasarkan sumbangannya, pembentuk laju inflasi pada triwulan III212 didorong oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang memberikan andil terbesar, kemudian diikuti kelompok bahan makanan dan kelompok sandang INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, pada triwulan III212 tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren menurun yang tercatat sebesar 6,36% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan II212 yang tercatat sebesar 8,5% (yoy). Kondisi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang berada pada tren menurun yang tercatat sebesar 4,31% (yoy). Sumber: BPS Provinsi NTB Tabel 2.1 Inflasi Tahunan (yoy,%) No Kelompok Mar Juni Sept Des Mar Jun Jul Ags Sept Umum Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas dan Bahan Bakar Sandang Kesehatan Pendidikan, Rekreasi dan Olah Raga Transportasi, Komunikasi dan Jasa Keuangan Berdasarkan kelompok komoditas, pada triwulan III212 laju inflasi seluruh kelompok barang dan jasa mengalami penurunan dibanding triwulan lalu kecuali kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar. Laju inflasi tahunan tertinggi dialami oleh kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat sebesar 1,59% (yoy), kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau yang tercatat sebesar 8,9% (yoy). Sementara itu, perkembangan inflasi kelompok barang dan jasa lainnya tercatat pada kisaran,14% (yoy) hingga 5,23% (yoy). Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi Makanan jadi, minuman Sandang Pendidikan, rekreasi Sumber: BPS Provinsi NTB Sumber: BPS Provinsi NTB

40 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Berdasarkan sumbangannya, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar masih mendominasi pembentukan inflasi dengan sumbangan mencapai 2,35%, kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau sebesar 1,74%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran,2% hingga 1,57% INFLASI BERDASARKAN KOTA Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di Nusa Tenggara Barat, pada triwulan III212 Kota Mataram mengalami inflasi lebih rendah dibandingkan Kota Bima. Secara tahunan, inflasi Kota Mataram tercatat mencapai 6,13% (yoy), lebih rendah dibanding Kota Bima yang tercatat sebesar 7,22 % (yoy). Sesuai dengan karakteristiknya, pembentukan laju inflasi Kota Mataram pada triwulan III212 cenderung mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, namun lebih rendah dibanding dengan kondisi ratarata historisnya (empat tahun terakhir). Pada Juli 212, laju inflasi bulanan pada Kota Mataram mengalami inflasi yang tercatat sebesar,72% (mtm), lebih rendah dibanding ratarata nilai historisnya yang mencapai 1,39% (mtm). Kemudian laju inflasi bulanan terus menunjukkan penurunan dimana pada Agustus dan September 212 masingmasing tercatat sebesar,62% (mtm) dan,22% (mtm), lebih rendah dibanding nilai historisnya yang mencapai 1,% (mtm) dan 1,12% (mtm). Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan III212 di Kota Mataram dan Bima Sumber: BPS Kota Mataram Juli 212 Agustus 212 September 212 Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Daging Ayam Ras.14% Tempe.14% Tukang Bukan Mandor.21% Tukang Bukan Mandor.12% Daging Sapi.12% Tongkol Pindang.18% Telur Ayam Ras.8% Kangkung.11% Bahan Bakar Rumah Tangga.9% Daging Sapi.6% Emas Perhiasan.6% Pasir.6% Kangkung.6% Tukang Bukan Mandor.5% Sewa Rumah.4% Kota Bima Juli 212 Agustus 212 September 212 Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Bandeng.18% Baju Muslim.27% Tenggiri.24% Beras.12% Emas Perhiasan.14% Daging Ayam Ras.7% Bawang putih.8% Rokok Kretek Filter.13% Baronang.6% Telur ayam ras.8% Daging Ayam Ras.9% Tomat Sayur.5% Cumicumi.7% Gula Pasir.7% Udang Basah.4%

41 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Pergerakan laju inflasi di Kota Bima, pada triwulan III212 cenderung mengalami fluktuasi. Pada Juli 212, laju inflasi bulanan Kota Bima tercatat sebesar,67% (mtm). Pada Agustus 212 tekanan inflasi mengalami lonjakan yang tercatat mencapai 1,16% (mtm). Kemudian pada September 212, tercatat mengalami deflasi (kecenderungan penurunan harga) sebesar,26% (mtm). Kecuali pada bulan Agustus 212, kondisi tersebut cenderung lebih rendah dibanding dengan ratarata historisnya (empat tahun terakhir) yang masingmasing sebesar,86% (mtm),,7% (mtm) dan,76% (mtm). Berdasarkan komoditasnya, penyebab utama melemahnya tekanan inflasi di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan III212 adalah minimnya tekanan harga pada komoditas beras dan bumbubumbuan (kelompok bahan makanan) serta bahan bakar rumah tangga seiring relatif kondusifnya kegiatan produksi dan distribusi. Di sisi lain, perkembangan inflasi tersebut masih dibayangi oleh tekanan harga pada beberapa komoditas seperti emas perhiasan dan tempe seiring peningkatan harga komoditas tersebut di pasar internasional DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan komponennya, pergerakan laju inflasi NTB pada triwulan III212 cenderung menurun. Kondisi tersebut disebabkan oleh melemahnya tekanan inflasi dari seluruh komponen harga, utamanya dari komponen harga yang diatur pemerintah (administered price), diikuti komponen barang bergejolak (volatile food) dan kelompok inflasi inti. Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Secara Bulanan (%,mtm) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Secara Tahunan (%, yoy) Inflasi Bulanan core inflation administered price volatile food Sumber: BPS Inflasi Tahunan core inflation administered price volatile food Sumber: BPS Pada triwulan III212, perkembangan laju inflasi komponen volatile food tercatat sebesar 5,2% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 7,69% (yoy). Berdasarkan sub kelompoknya, melemahnya tekanan inflasi tersebut kembali disebabkan oleh menurunnya inflasi pada sub kelompok padipadian, umbiumbian dan hasilnya dan sub kelompok buahbuahan serta sub kelompok ikan segar. Berdasarkan sub kelompoknya, laju inflasi tertinggi dimiliki oleh sub kelompok padipadian,

42 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT umbiumbian dan hasilnya yaitu sebesar 1,87% (yoy). Sedangkan sub kelompok yang mengalami peningkatan laju inflasi terbesar berasal dari sub kelompok sayursayuran, dan sub kelompok daging dan hasilhasilnya serta sub kelompok kacangkacangan. Sejalan dengan tren harga komoditas di pasar internasional, perkembangan harga komoditas utama komponen volatile food (beras) di NTB pada awal triwulan III212 relatif stabil dan tidak menunjukkan adanya gejolak. Peningkatan kegiatan produksi padi dan relatif kondusifnya harga gabah dan beras secara nasional turut mendukung terjaganya ketersediaan pasokan beras di NTB sehingga tekanan harga dapat diredam. Terjaganya pasokan beras tersebut turut dikonfirmasi oleh realisasi data pengadaan beras oleh BULOG Divre NTB. Hingga September 212, pencapaian serapan hasil pertanian setara beras sebanyak 144. ton atau 73,47% dari target Tahun 212 yang mencapai 19 ribu ton. Serapan tersebut diperkirakan dapat memenuhi beras untuk masyarakat miskin (raskin) hingga 12 bulan ke depan atau hingga September 213 yang diharapkan dapat terus menjaga stabilitas harga beras di NTB. Rp Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras (Rp/kg) IR I Pelita IR 64 Super IR Zak (pack) Sept Okt 11Nov 11 Des Jan 12 Feb Mar Apr 12 Mei 12 Juni Juli 12 Aug Sept Grafik 2.1 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng (Rp/kg) Rp Cabe Rawit Cabe Merah Bsr Minyak Gorengrhs Gula Pasir Lokal rhs Sept 11 Okt 11 Nov 11 Des 11 Jan 12 Feb 12 Mar 12 Apr 12 Mei 12 Juni 12 Juli 12 Aug 12 Sept Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Sumber: SPH, KPw BI Prov. NTB Perkembangan inflasi dari komponen administered price pada triwulan III212 kembali berada pada tren penurunan. Secara tahunan, tekanan inflasi komponen administered price tercatat mencapai 6,76% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan II212 yang tercatat sebesar 14,57% (yoy). Kondisi tersebut utamanya disebabkan oleh melemahnya tekanan harga pada sub kelompok bahan bakar, penerangan dan air, khususnya pada komoditas bahan bakar rumah tangga akibat terjaganya pasokan gas elpiji dan melemahnya permintaan akan minyak tanah akibat pemberlakuan harga non subsisdi dan diversifikasi bahan bakar yang dilakukan oleh petani tembakau. Di sisi lain, tekanan inflasi pada komponen ini diberikan oleh sub kelompok tembakau dan minuman beralkohol.

43 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Perkembangan laju inflasi inti di NTB cenderung bergerak menurun. Pada triwulan III212, laju inflasi inti tercatat sebesar 6,29% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,69% (yoy). Penurunan tersebut utamanya disebabkan oleh berlanjutnya pelemahan tekanan harga pada sub kelompok ikan diawetkan dan sub kelompok komunikasi dan pengiriman. Di sisi lain, komoditas yang menjadi pemicu inflasi inti berasal dari sub kelompok biaya tempat tinggal dan sub kelompok makanan jadi. Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia JagungUS$/bushel GulaUS$/pound Beraskanan USD/mt Goldkiri $/oz CPOUS$/mt Minyakkanan US$/barrel Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg Sumber: CEIC

44 Boks 2 Pengaruh Musim Panen Tembakau Terhadap Laju Inflasi di Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Program Konversi Mitane Elpiji Sebagian besar penduduk di NTB pada umumnya memilih bekerja pada sektor pertanian. Setelah melakukan kegiatan panen padi di pertengahan tahun, petani khususnya yang berada di Pulau Lombok beralih menanam komoditas tembakau jenis virginia sebagai pola tanam berikutnya. Hal tersebut dilakukan petani mengingat prospek harga tembakau yang cenderung lebih menjanjikan dibanding dengan komoditas lainnya dengan harapan akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani. Pengembangan produksi tembakau diterapkan dengan sistem pola kemitraan usaha antara petani dan perusahaan pengelola tembakau 1. Kemudian mulai banyak bermunculan petani dengan pola swadaya seiring semakin bertambahnya kehadiran perusahaanperusahaan pengelola tembakau dan semakin meningkatnya harga tembakau. Namun pada gilirannya menimbulkan sejumlah permasalahan antara lain keterbatasan daya serap pasar, kesepakatan penentuan harga jual tembakau, over supply produksi dan kelangkaan bahan bakar minyak tanah. Grafik 1 Inflasi Tahunan NTB Grafik 2 Konsumsi Bahan Bakar Industri NTB Inflasi Tahunan NTB (yoy,%) Administered Price (yoy,%) Bahan bakar, penerangan & air (yoy,%) 3, 2,5 2, Premium (KL) Minyak Tanah (KL) 1. 1,5 1, Sumber : BPS Prov. NTB Sumber : Pertamina Depo Ampenan Berdasarkan pola tanamnya, tembakau mulai ditanam pada periode bulan kering di pertengahan tahun pasca panen padi. Sementara, masa produksi sampai usia siap panen diperkirakan membutuhkan waktu 8 hari 2. Karakteristik hasil panen daun tembakau yang rentan kelembaban dan kemampuan teknologi yang masih rendah menyebabkan pengolahan pasca panen pada proses pengeringan masih 1 Dinas Perkebunan Provinsi NTB, 22, Pengembangan Tembakau Flue Cured Virginia(FCV) Lombok Nusa Tenggara Barat 2 Kurniati, W. Sad, 27, Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Tembakau Virginia di Lombok 26

45 menggunakan oven omprongan tradisional dengan bahan bakar utama minyak tanah. Akibat terbatasnya kuota dan lebih tingginya harga minyak tanah industri (non subsisdi), terjadi kelangkaan pasokan minyak tanah subsidi yang diduga dimanfaatkan para spekulan memanfaatkan selisih harga. Sehingga pada saat musim panen tembakau (AgustusSeptember) berlangsung, terjadi lonjakan inflasi yang disebabkan kenaikan harga minyak tanah. Kondisi tersebut terlihat dari pola pergerakan inflasi pada grafik 1 dan 2 yang menunjukkan lonjakan akibat tingginya permintaan minyak tanah. Komoditas bahan bakar rumah tangga tampil sebagai komoditas utama pemicu utama laju inflasi bulanan Kota Mataram dengan sumbangan mencapai,45% pada September 21 dan 1,6% pada Agustus 211. Faktorfaktor yang mempengaruhi kenaikan harga minyak tanah antara lain: Pencabutan subsidi harga bahan bakar minyak tanah mendorong terjadinya penimbunan oleh spekulan sehingga mendorong kenaikan harga Meningkatnya jumlah petani tembakau swadaya mendorong tingginya permintaan minyak tanah Relatif rendahnya teknologi pasca panen tembakau menyebabkan terbatasnya alternatif pilihan bahan bakar oven pengering tembakau Gangguan pasokan gas elpiji yang merupakan produk substitusi turut mendorong kenaikan harga minyak tanah (grafik 3) Grafik 3 Perkembangan Harga Minyak Tanah dan Gas Elpiji 3 kg Rp 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, 18,176 18,917 14,667 12,681 12,445 1,75 Minyak Tanah/ltr Gas Elpiji Ukuran 3 Kg Sumber : Survei Pemantauan Harga, KPw BI Prov. NTB Dalam rangka mengantisipasi kenaikan harga menjelang musim panen tembakau, terdapat beberapa hal yang dapat menjadi perhatian sehingga diharapkan turut memberikan dampak positif dalam meredam potensi kenaikan harga seperti (i) mendorong program konversi bahan bakar oven omprongan dari minyak tanah ke energi alternatif (batu bara dan elpiji), (ii) pemetaan kebutuhan konsumsi energi (minyak tanah, premium, solar, elpiji), (iii) pengawalan dan pengawasan aparat keamanan untuk menjaga keamanan dan kelancaran dalam pendistribusian bahan bakar minyak dan elpiji. 27

46 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan perbankan NTB sepanjang triwulan III212 terus menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan kinerja indikator utama perbankan meliputi total aset secara gabungan tercatat Rp.19,42 triliun dengan angka pertumbuhan mencapai 22,16%, fungsi intermediasi yang tercermin dari nilai Loan to Deposit Ratio (LDR) sebesar 114,87% dan didukung dengan kinerja kredit yang baik dengan Non Performing Loan (NPL) masih dibawah ketentuan sebesar 5% PERKEMBANGAN PERBANKAN NUSA TENGGARA BARAT PERKEMBANGAN BANK UMUM Pada triwulan III212, perkembangan total aset 1 Bank Umum di NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp18,25 triliun atau tumbuh sebesar 22,6% (yoy). Peningkatan aset di atas sejalan dengan jumlah bank umum di NTB pada triwulan III212 berjumlah 26 dengan jumlah kantor sebanyak 113 dan jumlah ATM yang tersebar di Nusa Tenggara Barat telah mencapai 258 unit. Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum assetkanan (Rp miliar) growthaset kiri (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 2, 18, 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha gasetbu Konv (%) gasetbu Syariah (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB B Berdasarkan komposisinya, kepemilikan aset bank umum di NTB masih didominasi oleh bankbank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai Rp13.22 triliun dengan pangsa mencapai 72,45% dari total aset seluruh bank umum di NTB, sedikit menurun dibanding peningkatan triwulan lalu yang 1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB. 28

47 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN mencapai angka 73,44%. Sementara itu, perkembangan kepemilikan aset bankbank lainnya mengalami perubahan yang berarti terutama bank swasta nasional dan bak syariah masingmasing mencapai angka 27,18% dan 7,46% meningkat dibanding triwulan sebelum pada angka 26,24% dan 7,1%. Berdasarkan per kabupaten/kota, jumlah pencapaian aset tertinggi didominasi oleh bank yang beroperasi di wilayah Kota Mataram, kemudian disusul Kabupaten Sumbawa, sementara Kabupaten/Kota lain relatif meningkat namun tidak terlalu signifikan. Perkembangan aset bank umum konvensional mengalami peningkatan yaitu tumbuh sebesar 2,69% (yoy) dengan nominal sebesar Rp16,89 triliun, turun dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 21,92% (yoy). Sementara, perkembangan aset bank umum syariah mengalami penurunan dengan level pertumbuhan lebih tinggi dibanding bank umum konvensional. Pada triwulan III212, total aset bank umum syariah sebesar Rp1,37 triliun atau tumbuh sebesar 21,51% (yoy). Pertumbuhan tersebut sangat rendah bila dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat tumbuh hingga 53,17% (yoy) PERKEMBANGAN BANK UMUM SYARIAH Hingga triwulan III212, kinerja indikator bank umum syariah di Nusa Tenggara Barat masih berada pada tren peningkatan. Hingga Juni 212, total aset bank umum syariah meningkat menjadi Rp1,37 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 21,51% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 53,17% (yoy). Pertumbuhan aset tersebut ditopang oleh peningkatan performa kegiatan pembiayaan dan penghimpunan dana oleh bank umum syariah pada periode laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 7,1% pada triwulan lalu menjadi sebesar 7,46% pada periode laporan. Grafik 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah (Rp Mil) Financing DPK Aset Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Grafik 3.4 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan (%) Konvensional Financing Syariah Aset Sumber : KPw BI Prov. NTB DPK 29

48 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi pembiayaan, dana yang berhasil disalurkan bank umum syariah hingga triwulan III212 meningkat mencapai Rp1.175 miliar atau tumbuh sebesar 46,31% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 49,78% (yoy). Di sisi lain, jumlah Dana Pihak Ketiga (DPK)yang dihimpun mengalami peningkatan menjadi sebesar Rp671 miliar yang tumbuh sebesar 35,7% (yoy), lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang tumbuh hingga 49,27% (yoy). Percepatan laju pertumbuhan kegiatan penghimpunan DPK yang lebih tinggi dibanding pembiayaan syariah menyebabkan fungsi intermediasi bank umum syariah mengalami peningkatan. Kondisi tersebut tercermin dari Financing Deposit Ratio (FDR) yang tercatat sebesar 166,65%, meningkat dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 16,85%. Grafik 3.5 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Grafik 3.6 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah 1,6 1,4 1,2 1, Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Asetkanan (%) Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPKkanan (%) Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw Sumber : KPw BI Prov. NTB Grafik 3.7 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumber : KPw BI Prov. NTB Grafik 3.8 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah 1,4 1,2 1, Financing (Rp mil) Growth (yoy) Financingkanan (%) Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw FDR (%) NPF (%)kanan Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB 3

49 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan bank umum syariah yang tinggi turut diikuti oleh meningkatnya risiko kredit. Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank umum syariah masih dibawah ketentuan yaitu sebesar 1,81% pada triwulan laporan PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan III212 menunjukkan kinerja yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan indikator keuangan BPR yang disertai perbaikan risiko kredit dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor BPR yang beroperasional di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tengara Barat belum mengalami perubahan, jumlah keseluruhan BPR sebanyak 32 bank dengan 78 jumlah kantor. Dari jenis kegiatan usahanya, terdiri dari 29 BPR yang beroperasi secara konvensional dan 3 BPR yang beroperasi secara syariah. 1,4 1,2 1, Pada triwulan III212, terdapat peningkatan jumlah aset BPR tercatat sebesar Rp1,17 triliun atau tumbuh sebesar 23,68% (yoy), bila dilihat dari pertumbuhannya triwulan ini lebih rendah yaitu tercatat 23,68% dibanding triwulan lalu yang mencapai 26,5% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat sedikit meningkat pada triwulan laporan. Hingga triwulan III212, jumlah DPK yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp535,86 miliar atau tumbuh sebesar 24,8% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 25,45% (yoy) Grafik 3.9 Perkembangan Indikator BPR DPK BPR (Rp mil) Kredit BPR (Rp mil) gdpkkanan (%,yoy) Aset BPR (Rp mil) gasetkanan (%,yoy) gkreditkanan (%,yoy) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw Grafik 3.1 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan Kredit MK (Rp mil) Kredit KONS (Rp mil) ginv (%)kanan Kredit INV (Rp mil) gmk (%)kanan gkons (%)kanan Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw (1) (2) Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan III212 jumlah kredit BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp7,53 miliar atau tumbuh sebesar 2,54% (yoy), pertumbuhan tersebut lebih rendah bila dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 22,86% (yoy) 31

50 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN dengan nominal sebesar Rp681,73 miliar. Kondisi tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh keunggulan BPR yang memiliki prosedur pemberian kredit yang lebih cepat dan lebih mengutamakan pendekatan personal. Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis modal kerja kembali masih mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar 62,14%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masingmasing tercatat sebesar 33,3% dan 4,83%*). Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran kembali mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 46,71% atau sebesar Rp327,2 miliar. Kemudian disusul oleh penyaluran kredit pada sektor pertanian dengan pangsa sebesar 15,2% atau mencapai Rp16,48 miliar. Perkembangan kegiatan intermediasi BPR pada triwulan III212 cenderung menunjukkan peningkatan berada pada level kinerja tinggi. Kondisi tersebut tercemin dari dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR sebesar 13,73% (Jun. 12: 13,1%). Di sisi risiko kredit, penyaluran kredit BPR diikuti oleh terjaganya risiko kredit meskipun masih pada level yang cukup tinggi. Pada triwulan III212, risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 1,98%, sedikit meningkat dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 1,77%. Grafik 3.11 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi 46.71%.37%.92%.12%.1% 2.41%.6% 2.29% 15.2% 31.38% Pertanian Pertambangan Listrik, Gas & Air Konstruksi Industri Pengolahan PHR Pengangkutan Jasajasa dunia usaha Jasajasa sosial Kredit Lainlain Grafik 3.12 Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit BPR LDR BPR (%) NPL BPR (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB 3.2. INTERMEDIASI PERBANKAN Pada triwulan III212, kinerja intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat berada pada tren peningkatan dan mengalami pertumbuhan dalam level yang tinggi. Peningkatan intermediasi didorong oleh pembiayaan yang meningkat, sementara penghimpunan dana masyarakat oleh industri perbankan Nusa Tenggara Barat belum menunjukkan peningkatan. 32

51 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sampai akhir triwulan III212, rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTB berada pada level yang cukup tinggi hingga mencapai 114,87%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 114,6%. Indikator Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan (Rp miliar) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 1 Aset 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 15,48 15,897 16,877 17,573 18,641 19,419 Growth % (yoy) Kredit 8,222 8,896 9,351 9,96 1,393 11,171 11,785 12,369 12,958 14,17 14,817 Growth % (yoy) DPK 7,613 8,144 8,259 8,878 9,69 9,796 1,45 11,378 11,54 12,423 12,9 Growth % (yoy) LDR (%) NPL (%) Sumber : KPw BI Prov. NTB Secara gabungan, total outstanding kredit perbankan (Bank Umum dan Bank Perkreditan Rakyat) terus meningkat mencapai Rp14,82 triliun atau tumbuh sebesar 25,73% (yoy). Sementara itu, jumlah dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp12,9 triliun atau tumbuh sebesar 23,44% (yoy), melambat dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 26,82% (yoy) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa Tenggara Barat pada triwulan III212 mengalami pertumbuhan namun cenderung melambat. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp12,9 triliun atau tumbuh sebesar 23,41% (yoy), lebih rendah dibandingkan pertumbuhan triwulan II212 yang tercatat sebesar 26,82% (yoy) atau sebesar Rp12,42 triliun. Grafik 3.13 Perkembangan DPK Bank Umum (Rp miliar) Deposito Tabungan Giro Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Grafik 3.14 Pertumbuhan DPK Bank Umum (yoy) (5) (1) ggiro (%) gtabungan (%) gdeposito (%) gdpk (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB 33

52 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara keseluruhan, jumlah DPK yang berhasil dihimpun oleh perbankan di NTB masih didominasi Bank Pemerintah dengan pangsa 73,6% atau mencapai nilai Rp9.1 triliun. Dana yang dihimpun dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 54,24% atau mencapai Rp6,71 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,3 juta atau sekitar 62,75% dari jumlah penduduk yang bekerja di NTB pada Agustus 211 sebanyak 1,96 juta 2. Pangsa tabungan tersebut menurun dibanding posisi triwulan II212 yang tercatat mencapai 54,93%. Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 26,79% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang juga tumbuh sebesar 33,65% (yoy). Dari jumlah dana masyarakat yang tersimpan pada tabungan, kepemilikannya didominasi oleh rekening perorangan mencapai 67,89%. Dari jumlah rekening DPK yang dihimpun oleh perbankan di NTB tercatat sebesar Rp12.36 triliun. Dari dana tersebut dilihat dari kepemilikan per Kabupaten/Kota lebih didominasi oleh pemilik dari Kota Mataram dengan total dana Rp8.17 triliun, disusul oleh Kabupaten Sumbawa dan Kota Bima masingmasing dengan total dana Rp1.45 triliun dan Rp1.3 Triliun. Grafik 3.15 Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.16 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum 15.31% 1.46% 67.89% 15.34% Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Perseorangan Lainnya 24.91% 54.24% 2.85% Giro Tabunga n Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan dalam bentuk deposito mengalami peningkatan. Pada triwulan III212, jumlah deposito sebesar Rp3,8 triliun yang tumbuh sebesar 24,69% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan II212 yang tumbuh sebesar 22,53% (yoy) atau mencapai Rp2,93 triliun. Berdasarkan komposisinya, pangsa deposito kembali mengalami peningkatan dari sebesar 24,62% pada triwulan II212, menjadi sebesar 24,91% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB. 2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB 34

53 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang ditempatkan masyarakat pada triwulan III212 menunjukkan peningkatan dana menjadi sebesar Rp2,58 triliun, atau tumbuh sebesar 14,9% (yoy). Berdasarkan komposisi terhadap keseluruhan DPK bank umum di NTB, pangsa giro mengalami peningkatan dari 2,45% pada triwulan lalu menjadi 2,85% pada periode laporan Perkembangan Kredit Bank Umum Secara umum kegiatan penyaluran kredit bank umum yang berhasil disalurkan ke masyarakat meningkat. Hingga triwulan III212, total outstanding kredit yang disalurkan ke masyarakat di NTB nilainya mencapai Rp14,82 triliun atau tumbuh sebesar 26,% (yoy). Berdasarkan jenis penggunaannya sampai dengan triwulan laporan, penyaluran kredit di NTB didominasi kredit konsumsi tercatat Rp8,8 triliun dengan pangsa 57,26%, disusul kredit modal kerja dan kredit investasi. Dari sisi kinerja intermediasi bank umum,. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 114,18%, lebih tinggi dengan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 113,35%. Tingkat LDR yang berada di atas 1% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan dana lainnya seperti modal sendiri ataupun dana antar bank dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke dalam industri perbankan di NTB. Grafik 3.17 Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar) Grafik 3.18 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (%) 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Kredit BUkiri (Rp miliar) growthkredit kanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Konsumsi Investasi Modal Kerja Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa mencapai 57,26% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau sebesar Rp8,8 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 11,62% 35

54 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan II212 yang mencapai 8,89% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja dengan pangsa sebesar 3,36% sebagai pangsa terbesar kedua yang tercatat mencapai Rp4,28 triliun atau tumbuh sebesar 36,89% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan periode sebelumnya yang sebesar 46,57% (yoy). Sedangkan pangsa kredit investasi tercatat sebesar 12,37% atau mencapai Rp1.75 triliun, tumbuh signifikan hingga 11,41% (yoy). Secara kuartalan, pada triwulan III212 perkembangan kredit investasi mecapai pertumbuhan tertinggi yaitu sebesar 12,74% (qtq). Kemudian diikuti kredit konsumsi yang tumbuh sebesar 4,85% (qtq). Sementara kredit modal kerja tumbuh sebesar 1,37%. Grafik 3.19 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq,%) Grafik 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%) gkmkbu(qtq,%) gkinvbu(qtq,%) gkkonsbu(qtq,%) gkmkbu(yoy,%) gkinvbu(yoy,%) gkkonsbu(yoy,%) (4.) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 (14.) Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Secara sektoral, pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan III212 dialami oleh sektor pertanian yang tumbuh signifikan hingga 348,11% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sebesar 87,83% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor pertambangan masih mengalami pertumbuhan negatif yang tercatat sebesar 66,21% (yoy). 36

55 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Penyaluran Kredit Sumber : KPw BI Prov. NTB Penyaluran Kredit Sumber : KPw BI Prov. NTB Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum (yoy,%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 1 Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Menurut Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang pangsanya mencapai 29,67% atau sebesar Rp4,18 triliun (selain kepada sektor lainlain). Kemudian penyaluran kredit terbesar disumbangkan oleh sektor kontruksi dengan pangsa sebesar 2,97% (Rp419,5 miliar), kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 2,32% (Rp327,31 miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektorsektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran,2% hingga 2,6% dari keseluruhan kredit. Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum (Rp miliar) Growth Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 (%,yoy) 1 Menurut Jenis Penggunaan 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 1,616 11,24 11,765 12,323 13,488 14, Modal Kerja 2,197 2,48 2,577 2,716 2,731 2,885 3,131 3,412 3,689 4,229 4, Investasi ,169 1,374 1,549 1, Konsumsi 5,87 5,517 5,833 6,151 6,561 7,81 7,242 7,184 7,26 7,71 8, Menurut Sektor Ekonomi 7,272 7,749 8,414 8,864 9,398 9,867 1,616 11,24 11,765 12,323 13, Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan,Hotel dan Restoran 1,838 1,966 2,195 2,213 2,15 2,252 2,56 2,966 3,24 3,758 4, Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain 5,43 5,858 6,81 6,526 7,38 7,66 7,748 7,634 7,749 8,212 8,

56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.21 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum (%) Grafik 3.22 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Deposito BI Rate Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air Konstruksi PHR Transport & Komunikasi Jasajasa dunia usaha Jasajasa sosial/masyarakat Kredit Lainlain Sumber : KPw BI Prov. NTB, Cognos Sumber : KPw BI Prov. NTB Secara umum, perkembangan suku bunga bank umum NTB pada triwulan III212 terdapat penurunan dibandingkan suku bunga triwulan sebelumnya baik pada suku bunga kredit maupun suku bunga simpanan. Pada sisi kredit, tercatat suku bunga kredit investasi sebesar 15, 45%, dikikuti suku bunga kredit modal kerja sebesar 15,39% dan suku bunga konsumsi sebesar 12,96%. Pada jenis simpanan, suku bunga deposito mengalami tetap sebsar 5,9% Perkembangan Kredit UMKM Sejalan dengan meningkatnya penyaluran kredit pada bank umum, penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Pada triwulan III 212, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan NTB (Bank Umum dan BPR) meningkat menjadi Rp13,38 triliun atau tumbuh sebesar 24,62% (yoy). Berdasarkan pangsanya terhadap total kredit, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM pada periode laporan sedikit mengalami penurunan, yaitu dari sebesar 95,19% pada triwulan II212 menjadi 94,77% pada triwulan III

57 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Grafik 3.23 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Grafik 3.24 Perkembangan Kredit UMKM Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, yoy 3 kredit UMKM (Rp mil) gkredit UMKMkanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB Grafik 3.25 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum NPL Kredit Mikro (%) NPL Kredit Kecil (%) NPL Kredit Menengah (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Perkembangan penyaluran kredit oleh bank umum di NTB pada triwulan III212 masih didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya mencapai 95,2% atau mencapai Rp14,8 triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp5 juta s.d Rp5 juta) mencapai Rp2.86 triliun dengan pangsa sebesar 2,25%. Kemudian diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp5 juta) mencapai Rp8,34 triliun dengan pangsa mencapai 59,6%. Sedangkan pangsa kredit menengah (plafon Rp5 juta s.d Rp5 miliar) hanya sebesar 15,46% atau secara nominal mencapai Rp 2,18 triliun. Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum pada triwulan III212 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal kredit sebesar Rp8,8 triliun dengan pangsa sebesar 57,26% dari total kredit UMKM bank umum yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp4,29 triliun dengan pangsa 3,36% dan kredit investasi sebesar Rp1,75 triliun dengan pangsa 12,37%. 39

58 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi risiko kredit, perkembangan risiko kredit UMKM pada triwulan III212 cenderung meningkat dibanding triwulan lalu. Rasio NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala kredit mikro yang tercatat mencapai 4,33%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 2,36%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah masingmasing tercatat sebesar 1,8% (Jun. 212: 1,67%) dan,52% (Jun. 212:,81%). Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran UMKM antara lain dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit, belum dapat memenuhi persyaratan administrasi bank seperti KTP dan SIUP, tidak memiliki pencatatan atau pembukuan serta masih banyaknya debitur yang belum mengerti tentang perbankan terutama skim kredit Perkembangan Kredit Usaha Rakyat (KUR) NO Hingga triwulan III212, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di NTB meningkat mencapai Rp979,3 miliar atau tumbuh sebesar 65,57% (yoy). Pertumbuhan tersebut menurun dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 67,65% (yoy) atau sebanyak Rp862,92 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel dan restoran dengan pangsa mencapai 54,85% atau sebanyak Rp732,5 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masingmasing sebesar Rp117,83 miliar dan Rp31,71 miliar. SEKTOR Tabel 3.4 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Berdasarkan Plafon Kredit Sumber : KPw BI Prov. NTB Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 1 Pertanian 33,918 38,41 39,622 53,84 63,235 67,461 71,795 85,969 96,314 19, ,83 2 Pertambangan Industri Pengolahan 4,16 4,186 4,831 5,457 5,927 6,616 6,867 7,357 7,834 9,786 13,649 4 Listrik, Gas & Air 3,236 3, Konstruksi 6,94 6 Perdag, Htl & Rstrn 148, , ,25 26,28 354,158 41,27 472, , , ,68 732,49 7 Angktn & Komuniks 226 1,66 1,457 1,597 1,898 3,282 2,468 2,536 2,822 3,59 4,161 8 Jasa Dunia Usaha 12,427 13,335 13,54 15,789 19,462 21,66 23,586 25,427 28,339 28,837 31,712 9 Jasa Sosial ,899 1, ,435 4,31 6,947 6,93 5,963 1 Lainlain 3,251 3,846 2,138 4,34 4,129 4,67 9,141 19,443 25,297 62,225 73,533 Total Pertumbuhan (%,qtq) Pertumbuhan (%,yoy) , , ,85 343,193 45,1 514,73 591, ,9 733, , , KUR merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang (Jutaan Rp) 4

59 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 1% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp2 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp2 juta sampai dengan Rp5 juta. Bankbank penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB. antara lain Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR dari faktor calon debitur yaitu: usaha belum feasible, masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar tidak memiliki NPWP. Sedangkan dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp5 juta STABILITAS SISTEM PERBANKAN Pada triwulan III212, peningkatan penyaluran kredit bank umum didukung oleh risiko kredit yang terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh nilai Non Performing Loan (NPL) yang tercatat sebesar 1,68% pada periode laporan, sedikit lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 1,7% dan masih dibawah target indikatif yang ditetapkan sebesar 5%. Berdasarkan jenis penggunaan, pada triwulan III212, rasio NPL terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang meningkat dari 2,98% pada triwulan lalu menjadi 3,12%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi yang menurun dari 1,42% pada triwulan lalu menjadi 1,3% pada triwulan laporan. Sementara itu, rasio NPL pada kredit konsumsi tercatat menurun menjadi 1,% (Jun. 12:1,5%). Kolektibilitas Kredit Tabel 3.5 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 152, ,23 162, , , , ,9 198, ,13 228, ,424 NPL (%) NPL per jenis penggunaan (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL per sektor (%) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain Sumber : KPw BI Prov. NTB 41

60 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Secara sektoral, meningkatnya risiko kredit pada triwulan III212 didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada sektor pertanian yang saat ini memiliki rasio NPL tertinggi mencapai 6,19%, kemudian sektor industri pertambangan dan terakhir perdagangan. Sementara itu, penurunan rasio NPL terbesar dimiliki oleh sektor jasa sosial. 3.4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Salah satu tugas Bank Indonesia adalah mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai. Dalam kaitannya dengan hal tersebut, pada triwulan laporan tercatat kegiatan transaksi keuangan di Provinsi Nusa Tenggara Barat menunjukkan peningkatan. Transaksi secara tunai kembali mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai kembali didominasi layanan transaksi Real Time Gross Settlement Transaksi Keuangan Secara Tunai Pada triwulan III212 perkembangan transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat berada pada tren net outflow. Kondisi tersebut tercermin dari peningkatan jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat. R p. Miliar 1,6 1,4 1,2 1, Grafik 3.26 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) Inflow Outflow Netflow (kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 1, (15) (3) (45) (6) Sumber : KPw BI Prov. NTB Pada triwulan III212, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan di NTB masih berada pada tren peningkatan yang tercatat sebesar Rp1,8 triliun atau tumbuh signifikan sebesar 9,96% (yoy), jauh lebih tinggi 42

61 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh hingga 89,71% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp65,22 miliar. Di sisi lain, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat tercatat mencapai Rp1,28 triliun yang tumbuh negatif sebesar 9.32% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh tinggi sebesar 29,22% (yoy) atau sebanyak Rp1,26 triliun. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp198,5 miliar Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Secara umum, kegiatan penukaran uang pecahan kecil di NTB menunjukkan peningkatan. Selama triwulan III212, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling yang melingkupi seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat dan penukaran langsung ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp65,73 miliar atau tumbuh sebesar 8,28% (yoy), namun tumbuh lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 29,33% (yoy) yang tercatat sebesar Rp5,18 miliar. Berdasarkan lokasi, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat mencapai Rp58,85 miliar atau tumbuh sebesar 18,83% (yoy), menurun dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 4,43% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling mengalami penurunan atau tumbuh negatif sebesar 38,47% (yoy) atau sebanyak Rp6,87 miliar, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 12,32% (yoy). Grafik 3.27 Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, miliar) 7, P enukaran di B I 14, K as keliling kanan 6, 12, 5, 4, 1, 8, Grafik 3.28 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan R p1.; 13.1% R p2. ; 7.% R p1. ; 14.86% 3, 2, 6, 4, R p2.; 34.7% R p5.; 3.34% 1, 2, Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Sumber : KPw BI Prov. NTB Sumber : KPw BI Prov. NTB 43

62 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp2.) sepanjang triwulan III212 jumlahnya mencapai Rp57,628miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2., dengan jumlah mencapai 3,82 juta lembar, disusul pecahan Rp5., sebanyak 3,34 juta lembar, pecahan Rp1., sebanyak 1,64 juta lembar, pecahan Rp2., sebanyak,77 juta lembar dan pecahan Rp1., sebanyak 1,44 juta lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp5., yang mencapai Rp16,72 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp1., yang mencapai uang pecahan Rp16,38 miliar Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan III212 relatif menunjukkan peningkatan dibanding triwulan lalu. Kondisi tersebut didorong oleh meningkatnya transaksi keuangan secara non tunai melalui sarana Real Time Gross Settlement (RTGS), dari sebesar Rp2,38 triliun pada triwulan lalu menjadi Rp2,81 triliun pada triwulan III212. Sementara itu, pada triwulan III212 transaksi melalui kliring kembali menunjukkan peningkatan yang tercatat mencapai Rp1,39 triliun (triwulan II212: Rp1,36 triliun). R p, miliar Grafik 3.29 Perkembangan Transaksi Non Tunai lbr RTGS (kiri) w arkat kliring(ribu) kanan Kliring (kiri) w arkat RTGS (ribu) kanan Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q 3 Q 4 Q 1 Q 2 Q Sumber : KPw BI Prov. NTB a. Transaksi Kliring Sepanjang triwulan III212, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,39 triliun atau tumbuh sebesar 21,23% (yoy), lebih rendah dibanding dengan triwulan II212 yang tumbuh sebesar 4,21% (yoy). Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang 44

63 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN diproses sepanjang triwulan III212 tercatat sebanyak 31,83 ribu lembar atau tumbuh sebesar 8,51% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebanyak 32,4 ribu lembar Nominal (R p milyar) Sumber : KPw BI Prov. NTB Grafik 3.3 Perkembangan Transaksi Kliring Warkat (ribu lembar)kanan b. Transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) Walaupun mengalami penurunan pada triwulan lalu, kegiatan transaksi sarana RTGS tetap mendominasi sistem pembayaran non tunai pada perbankan di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan III212, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp2,81 triliun yang tumbuh signifikan sebesar 13,86% (yoy), menurun dibanding triwulan II212 ( Rp2,38 triliun) yang tumbuh sebesar 31,55% (yoy). Dari sisi volume transaksi, jumlah transaksi RTGS menunjukkan peningkatan, dari lembar pada triwulan II212 menjadi lembar pada periode laporan. Berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko settlementnya turut mempengaruhi jumlah transaksi RTGS di Nusa Tenggara Barat Grafik 3.31 Perkembangan Transaksi Real Time Gross Settlement R p, miliar lembar 14 RTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan Sumber : KPw BI Prov. NTB 45

64 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi penerimaan dan pengeluaran anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (Pemprov NTB) pada triwulan III212, cenderung menunjukkan kinerja lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Pada sisi penerimaan, kondisi tersebut ditopang oleh realisasi penyerapan dana transfer pemerintah pusat yang tingkat penyerapan yang sangat baik atau mampu melebihi targetnya. Sementara pada sisi belanja daerah, realisasi penyerapan anggaran tersebut diikuti kinerja realiasi belanja yang cenderung semakin membaik REALISASI PENDAPATAN DAERAH Hingga akhir triwulan III212, kinerja penerimaan pendapatan Pemprov NTB terus menunjukkan peningkatan. Realisasi penyerapan pendapatan daerah Pemprov NTB tercatat mencapai Rp1,69 triliun atau mencapai 75,35% dari target sepanjang Tahun 212. Pencapaian tersebut, jauh meningkat dibanding pencapaian triwulan III211 yang tercatat sebesar Rp1,28 triliun atau mencapai 73,8% dari rencana penyerapan pendapatan sepanjang Tahun 211. Berdasarkan kinerjanya, komponen Dana Perimbangan menunjukkan pencapaian tertinggi mencapai 77,21%, lebih tinggi dibanding kinerja komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang sebesar 72,7%. Tingginya pencapaian dana perimbangan utamanya didorong oleh realisasi penerimaan Dana Alokasi Umum (DAU) yang mampu melebihi target triwulan III yang mencapai 83,33% juga merupakan sumber utama dana perimbangan. Sementara pada komponen PAD, kinerjanya didorong oleh penerimaan pendapatan retribusi daerah yang melebihi target yaitu mencapai 177,44% dan penerimaan pajak daerah sebesar 83,%. Namun demikian, terdapat sumber penerimaan yang masih belum terserap secara optimal yaitu pada komponen lainlain pendapatan asli daerah yang sah dan dana alokasi khusus REALISASI BELANJA Pada sisi komponen belanja, realisasi belanja hingga akhir triwulan III 212 tercatat sebesar 57,6% atau sebesar Rp1,3 triliun dari target belanja Tahun 212. Kinerja tersebut relatif lebih baik dibandingkan dengan pencapaian triwulan III211 yang tercatat mencapai 5,42%. Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja tertinggi dialami komponen transfer bagi hasil ke Kabupaten/Kota/Desa dengan nilai mencapai Rp168,43 miliar atau mencapai 93,31% terhadap rencana anggaran Tahun 212. Kemudian disusul oleh komponen belanja pegawai dan belanja hibah dengan tingkat realisasi mencapai Rp354,53 miliar (64,27% dari rencana belanja) dan Rp365,89 miliar (64,21% dari 46

65 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH rencana belanja). Sementara dari sisi belanja modal, kinerja realisasi anggaran triwulan III212 relatif lebih baik dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Pencapaian tersebut didorong oleh realisasi belanja jalan, irigasi dan jaringan yang mencapai 6,37% atau mencapai Rp16 miliar, namun demikian kinerja komponen lainnya relatif masih rendah dengan realisasi dibawah 43%. Tabel 4.1 Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Provinsi Tahun 212 (Rp Juta) Uraian Sumber : Biro Keuangan, Setda Provinsi NTB (Data Sementara) Rencana APBD 212 Realisasi Tw III12 Pendapatan Daerah 2,241, ,689, I Pendapatan Asli Daerah 721, , Pendapatan Pajak Daerah 51, , Pendapatan Retribusi Daerah 15, , Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaaan 77, , Daerah Yang Dipisahkan 4 Lainlain Pendapatan Asli daerah Yang Sah 117, , II Pendapatan Transfer 1,58, ,164, Transfer Pemerintah Pusat Dana Perimbangan 1,46, , a Dana Bagi Hasil Pajak 138, , b Dana Bagi Hasil Bukan Pajak (Sumber Daya Alam) 44, , c Dana Alokasi Umum 89, , d Dana Alokasi Khusus 53, , Transfer Pemerintah Pusat Lainnya 461, , a Dana Penyesuaian 461, , III Lainlain Pendapatan Yang Sah 12, Pendapatan Hibah 12, Belanja Daerah 2,254, ,298, I Belanja Operasi 1,673, , Belanja Pegawai 551, , Belanja Barang 39, , Belanja Subsidi Belanja Hibah 569, , Belanja Bantuan Sosial 92, , Belanja Bantuan Keuangan 68, , II Belanja Modal 39, , Belanja Peralatan dan Mesin 36, , Belanja Bangunan dan Gedung 87, , Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 264, , Belanja Aset Tetap Lainnya 1, Belanja Aset Lainnya III Belanja Tak Terduga 1,. 3, Belanja Tak Terduga 1,. 3, IV Transfer 18, , Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 18, , a Bagi Hasil Pajak 168, Surplus/(Defisit) (13,.) 39, Pembiayaan I Penerimaan daerah 62,. 17, Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 4,. 17, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 22, II Pengeluaran daerah 49,. 12,. 1 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 49,. 12,. Pembiayaan Netto 13,. 5,454.3 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) 395, % 47

66 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Dari sisi saldo keuangan Pemprov NTB, dana pemerintah yang ditempatkan di perbankan NTB meningkat sejalan dengan relatif tingginya realisasi penerimaan daerah. Hingga triwulan III212, jumlah dana simpanan milik Pemprov NTB yang ada di perbankan NTB meningkat mencapai sebesar Rp418,25 miliar atau tumbuh sebesar 8,68% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu, tercatat sebesar Rp384,86 miliar. Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat di Perbankan (Rp miliar) Deposito Tabungan Giro Sumber : Laporan Bulanan Bank, KPw BI Prov. NTB 48

67 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan beberapa indikator kesejahteraan masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Barat relatif baik. Dari sisi ketenagakerjaan, pertambahan jumlah angkatan kerja turut diikuti oleh penurunan tingkat pengangguran. Sementara itu, jumlah TKI yang berangkat ke luar negeri juga meningkat dibandingkan triwulan lalu. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat pendapatan masyarakat dan daya beli masyarakat di NTB relatif meningkat dibanding triwulan lalu KETENAGAKERJAAN Pada Agustus 212, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang relatif membaik. Kondisi ini tercermin dari tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang menunjukkan peningkatan. Pada Agustus 212, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,9 juta orang, tumbuh,77% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 2,7 juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,26% atau sebanyak 19,95 ribu orang, lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,33% (11,54 ribu orang). Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 44,25%. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan sebesar 18,83%, sektor jasa kemasyarakatan dan industri yang pangsanya masingmasing tercatat sebesar 16,5% dan 8,5%, sedangkan pangsa sektor lainnya (pertambangan, listrik, gas, dan air) tercatat mencapai 12,37%. Sebagian besar jumlah penduduk yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya mencapai 76,13%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya hanya mencapai 23,87%. Grafik 5. 1 Tingkat Pengangguran Terbuka Grafik 5. 2 Perkembangan Lapangan Kerja Sumber: BPS Prov. NTB Mataram Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Feb9 Aug9 Feb1 Aug1 Feb11 Aug11 Feb12 Aug % 18.83% 12.37% Pertanian 8.5% Sumber: BPS Prov. NTB Mataram 44.25% Industri Perdagangan Jasa kemasyarakatan Lainnya

68 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sepanjang triwulan III212, perkembangan jumlah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat yang berangkat ke luar negeri masih berada pada tren peningkatan. Jumlah TKI asal NTB yang berangkat sepanjang periode laporan tercatat sebanyak orang, meningkat 42,35% bila dibandingkan triwulan II212 yang tercatat sebanyak orang. Namun demikian, kondisi tersebut menurun sebesar 19,9% dibanding dengan periode yang sama tahun lalu, yang tercatat mencapai orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, Malaysia merupakan negara tujuan utama dengan pangsa mencapai 99,75% atau sebanyak 8.96 orang (Data BP3TKI Mataram), kemudian disusul Brunei Darussalam sebesar,25% atau sebanyak 22 orang. Selain karena masih berlangsungnya kebijakan moratorium (penghentian sementara) pengiriman TKI ke kawasan Timur Tengah, dominasi penempatan tenaga kerja di Malaysia diperkirakan dipengaruhi oleh faktor kedekatan geografis dan sosiologis (kemiripan bahasa dan kesamaan agama). Grafik 5. 3 Negara Tujuan Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Grafik 5. 4 Penerimaan Remitansi Tenaga Kerja Indonesia Malaysia 99.75% Lainnya.25% Rp. Juta 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Kuwait Jepang Jordania Asia Timur Malaysia Negara Lainnya Saudi Arabia Sumber: BP3TKI Mataram Sumber: KPw BI Prov. NTB Dari sisi jenis lapangan kerja, pada triwulan laporan seluruh penempatan TKI masih berada pada sektor formal. Sejalan dengan negara tujuan penempatan, sebagian besar atau 96,44% TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh relatif rendahnya latar belakang pendidikan dan minimnya tingkat keterampilan para TKI asal NTB, sehingga kesempatan kerja menjadi terbatas dan mempengaruhi penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Kemudian disusul oleh jenis pekerjaan kilang/industri dan konstruksi yang masingmasing tercatat sebesar 1,8% dan 1,51%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 47,44% berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah dengan pangsa sebesar 32,11%. Dari sisi pengiriman dana, perkembangan kegiatan money remittance dengan tujuan NTB yang tercatat melalui perbankan menunjukkan peningkatan

69 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT dibandingkan triwulan sebelumnya. Pada triwulan III212, jumlah dana yang dikirim ke NTB tercatat sebesar Rp124,42 miliar, tumbuh negatif sebesar 6,65% (yoy) dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya, namun meningkat apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp111,52 miliar. Berdasarkan wilayah asal pengiriman, negara utama yang mendominasi asal pengiriman dana remitansi ke NTB sepanjang triwulan III212 masih didominasi Saudi Arabia dengan pangsa mencapai 54,76% atau sebesar Rp68,13 miliar. Sedangkan daerah utama tujuan pengiriman dana remitansi didominasi Kota Mataram (termasuk Kabupaten Lombok Barat) dengan pangsa mencapai 5,33% atau sebesar Rp62,62 miliar KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sepanjang triwulan III212, perkembangan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat utamanya di Kota Mataram diperkirakan menunjukkan perkembangan yang baik. Kondisi tersebut tercermin dari indeks penghasilan saat ini dibandingkan kondisi enam bulan lalu dan indeks ekspektasi penghasilan yang berada di atas level optimis (indeks = 1). Sepanjang triwulan III212, secara ratarata indeksindeks tersebut tercatat sebesar 135,67% dan 146,33% (Survei Konsumen, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat masingmasing sebesar 127,83% dan 132,83% Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Saat Ini dan Ekspektasi Penghasilan Indeks Penghasilan Saat Ini vs 6 Bulan Lalu Indeks Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan YAD Level Optimis Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS Nilai Tukar Petani NTPH (Horti) NTPT (Ternak) NTPP (Padi & Plwj) NTPR (Kebun) NTN (Nelayan) Sementara itu, untuk masyarakat pedesaan dilihat dari tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan III212, ratarata indeks NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,3, turun sebesar,44 point dibanding triwulan lalu yang mencapai 95,47. Kondisi tersebut disebabkan menurunnya nilai tukar petani hortikultura dan perkebunan rakyat. NTP merupakan indikator yang

70 BAB 5 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. Rendahnya pencapaian angka NTP yang dibawah angka 1 menunjukkan bahwa kemampuan daya beli petani NTB relatif masih rendah. Harga jual hasil pertanian yang rendah dan meningkatnya hargaharga yang dibayar petani untuk biaya produksi dan barangbarang yang dikonsumsi mengakibatkan berkurangnya daya beli petani. 52

71 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA 6.1. PROSPEK EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan IV212, perekonomian Provinsi Nusa Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan berada pada kisaran,5% 1,% (yoy). Sehingga secara keseluruhan Tahun 212, kinerja perekonomian NTB diperkirakan akan mengalami pertumbuhan negatif pada kisaran,5% (yoy) sampai dengan 1,% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja perekonomian diperkirakan masih akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak utama pertumbuhan ekonomi NTB. Kondisi tersebut ditenggarai dipengaruhi oleh semakin membaiknya daya beli masyarakat diyakini akan mendorong tingkat permintaan konsumsi dan faktor musiman (libur Natal dan momen pergantian tahun baru) yang terindikasi dari tingkat nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) yang cenderung meningkat dan berada di atas level optimis (1) yang mencerminkan keoptimisan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Di samping itu, pertumbuhan tersebut turut ditopang oleh peningkatan kegiatan investasi dan percepatan realisasi belanja pemerintah yang cenderung dilakukan pada triwulan IV. Di sisi lain, kegiatan ekspor diperkirakan menjadi penahan utama pertumbuhan ekonomi dan masih berada tren pertumbuhan negatif. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan di wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Barat, sebagian besar pelaku usaha di NTB mempersepsikan optimisme dalam kegiatan usaha. Hal ini tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT) ekspektasi situasi bisnis yang tercatat sebesar 16,12%. Grafik 6.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Triwulan Mendatang Grafik 6.2 Indeks Ekspektasi Konsumen Ekspektasi situasi bisnis Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw4Tw1Tw2Tw3Tw Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Sumber: SKDU, KPw BI Prov. NTB Sumber: Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB 53

72 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA Dari sisi penawaran, perekonomian NTB pada triwulan IV212 diperkirakan masih ditopang oleh sektorsektor andalan NTB terutama sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor tersebut diprediksi mampu tumbuh dalam level yang tinggi namun diperkirakan mengalami pelambatan. Selain itu, sektor transportasi dan komunikasi diperkirakan tumbuh lebih tinggi dibanding triwulan III212 yang dipengaruhi oleh meningkatnya aktivitas penerbangan sehubungan bertambahnya rute penerbangan baru dan telah beroperasinya Bandara Internasional Lombok sebagai embarkasi dan debarkasi haji asal Nusa Tenggara Barat. Kinerja sektor andalan lainnya yakni sektor pertambangan diperkirakan masih belum mampu menunjukkan pertumbuhan yang positif, namun diperkirakan lebih baik dibandingkan triwulan III212 akibat faktor base effect (statistik) dan upaya memenuhi target produksi meski kegiatan produksi tambang masih berada pada fase enam (pengupasan dinding tambang). Kondisi kegiatan produksi konsentrat tembaga masih dilakukan dengan mengolah stockpile (batuan berkadar mineral rendah). Kondisi tersebut diperkirakan masih berlangsung hingga Tahun 213 mendatang. Dari sisi pembiayaan, pada triwulan IV212 dukungan perbankan dalam mendorong peningkatan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha diprediksi masih berada pada tren meningkat. Beberapa hal yang mendasari peningkatan tersebut antara lain permodalan bank yang cukup, prospek usaha dan kondisi ekonomi yang membaik. Kondisi tersebut terindikasi dari hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum yang menunjukkan adanya peningkatan pemberian kredit baru. Berdasarkan sektornya, permintaan kredit baru tersebut sebagian besar masih ditujukan untuk kegiatan usaha pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Berdasarkan tingkat suku bunga, penyaluran kredit pada triwulan IV212 diperkirakan mengalami penurunan, sejalan dengan tingkat BI Rate yang cenderung menurun sejak awal Tahun PERKIRAAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT Pada triwulan IV212, laju inflasi Nusa Tenggara Barat diperkirakan kembali mengalami tren penurunan dan diprediksi berada pada kisaran 5,25% ± 1% (yoy). Secara umum, berkurangnya tekanan inflasi diperkirakan dipengaruhi oleh tingkat permintaan yang kembali normal pasca Idul Fitri 1433 H dan tren laju inflasi NTB yang cenderung berada pada kisaran rendah atau dibawah ratarata historisnya 1. Kondisi tersebut turut dikonfirmasi oleh menurunnya ekspektasi masyarakat akan pembentukan harga barang dan 1 Ratarata pergerakan inflasi bulanan empat tahun terakhir (28211) 54

73 BAB 6 PROSPEK EKONOMI DAN HARGA jasa pada triwulan IV212 yang terindikasi dari indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang cenderung menunjukkan penurunan (Grafik 6.3). Dari sisi supply, kondisi cuaca yang relatif kondusif pada awal triwulan IV212 diperkirakan akan terus berlanjut hingga penghujung tahun. Sehingga diperkirakan akan menjaga ketersediaan pasokan bahan makanan khususnya produk hortikultura (bumbubumbuan dan sayursayuran) di sepanjang triwulan IV212. Berdasarkan informasi prakiraan cuaca dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, sepanjang triwulan IV212, kondisi hujan yang akan dialami Provinsi Nusa Tenggara Barat bersifat normal. Demikian halnya dengan kondisi kecepatan angin dan ketinggian gelombang laut diperkirakan juga masih dalam kondisi yang baik. Grafik 6.3 Ekspektasi Harga 3 Bulan Yang Akan Datang Grafik 6.4 Prakiraan Sifat Hujan Indeks Ekspektasi Harga Konsumen3 bln yad Sumber : Survei Konsumen, KPw BI Prov. NTB Sumber : BMKG Berdasarkan disagregasinya, tekanan inflasi dari kelompok volatile food diperkirakan semakin menurun dan menjadi penahan utama laju inflasi seiring meningkatnya pasokan bahan makanan yang didukung oleh cuaca yang kondusif. Di sisi lain, terdapat potensi tekanan inflasi dari komoditas beras, yang disebabkan dimulainya musim tanam padi sehingga mengakibatkan minimnya pasokan beras. Namun demikian, dampaknya diperkirakan tidak akan besar mengingat tingkat ketersediaan cadangan beras pemerintah yang cukup hingga September 213 (BULOG Divre NTB). Pada kelompok inflasi inti, perkembangan pergerakan harga diperkirakan stabil atau tidak mengalami fluktuasi yang berarti. Meski sempat mengalami lonjakan pada awal triwulan IV212, laju inflasi kelompok administered price diperkirakan cenderung menurun pasca musim omprongan tembakau. 55

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I - 200 7 Kantor Bank Indonesia M a t a r a m Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Bidang Ekonomi, Moneter dan Perbankan Seksi Statistik dan Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SULAWESI TENGGARA TRIWULAN II 2015 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat

Lebih terperinci