KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

2 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi dan Keuangan Divisi Asesmen Ekonomi Keuangan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali, Tel. (0361) Fax. (0361) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

3 Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala rahmat dan karunia-nya, sehingga kami dapat menyusun Laporan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III Laporan ini disusun untuk memenuhi kebutuhan stakeholder internal maupun eksternal Bank Indonesia mengenai informasi perkembangan ekonomi, moneter, perbankan dan sistem pembayaran di Provinsi Bali. Bank Indonesia menilai bahwa perekonomian daerah khususnya Bali mempunyai posisi dan peran yang strategis terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dalam upaya menstabilkan nilai rupiah. Hal ini didasari oleh fakta semakin meningkatnya proporsi inflasi daerah dalam menyumbang inflasi nasional. Oleh sebab itu Bank Indonesia, sebagai bank sentral Republik Indonesia, memiliki perhatian yang besar terhadap upaya-upaya mendorong pertumbuhan ekonomi daerah guna semakin mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Salah satu wujud dari kepedulian Bank Indonesia terhadap dinamika perekonomian daerah adalah melalui diseminasi hasil-hasil kajian kepada stakeholders, sebagaimana KER ini, dengan harapan informasi mengenai perekonomian daerah dapat dipahami secara luas oleh seluruh pihak terkait. Selanjutnya, stakeholders dapat memanfaatkan informasi dari KER ini untuk mengambil perannya dalam upaya perbaikan kinerja ekonomi di masa depan. Kami juga berharap akan muncul ide-ide konstruktif yang bermula dari kajian ini yang akan memberikan nilai tambah serta dapat menjadi stimulus upaya-upaya pengembangan daerah melalui kajian-kajian lanjutan. Pada kesempatan ini, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyediaan data dan informasi yang kami perlukan antara lain Pemerintah Daerah Provinsi Bali, Badan Pusat Statistik (BPS), perbankan, akademisi, dan instansi pemerintah lainnya. Kami menyadari bahwa cakupan dan analisis dalam Kajian Ekonomi Regional masih belum sepenuhnya sempurna, sehingga saran, kritik dan dukungan informasi/data dari Bapak/Ibu sekalian sangat diharapkan guna peningkatan kualitas dari kajian tersebut. Akhir kata, kami berharap semoga Kajian Ekonomi Regional ini bermanfaat bagi para pembaca. Denpasar, November 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH III (BALI DAN NUSA TENGGARA) Kepala Perwakilan Benny Siswanto Direktur Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

4 Daftar Isi Daftar Grafik... 5 Daftar Tabel... 6 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali... 7 Ringkasan Umum Ekonomi Makro Regional SISI PENAWARAN Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Sektor Pertanian Sektor Jasa-jasa Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Industri Pengolahan Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Sektor Bangunan Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) SISI PERMINTAAN Konsumsi Investasi Ekspor Impor Perkembangan Inflasi PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Inflasi Tahunan Inflasi Triwulanan Inflasi Bulanan DISAGREGASI INFLASI Volatile Foods Administered Price Core Inflation Perbankan dan Sistem Pembayaran PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Non Performing Loan (NPL) PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

5 Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Keuangan Pemerintah ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan KETENAGAKERJAAN KESEJAHTERAAN Prospek Perekonomian MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV INFLASI REGIONAL TRIWULAN IV Daftar Grafik Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

6 Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Kredit Terhadap Aset Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Share Kredit terhadap PDRB Grafik 3.5. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3.6. Komposisi Kredit terhadap Aser Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 6.2. Perkembangan Kegiatan Usaha Grafik 6.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 6.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan Daftar Tabel Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Tabel 0.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Tabel 0.2. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Tabel 0.3. Perkembangan Transaksi RTGS Tabel 4.1. Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan III Periode Tabel 4.2. APBD Provinsi Bali Tabel 6.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan IV Tabel 6.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

7 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Bali PDRB dan Inflasi : Indikator I II III IV I II III IV I II III EKONOMI MAKRO REGIONAL Produk Domestik Regional Bruto (%) Berdasarkan Sektor : - Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Bangunan (1.28) - Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan dan Persewaan Jasa-jasa Berdasarkan Permintaan : - Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Perub. Stok (25.96) (22.13) (22.97) (23.03) 3.36 (0.84) Ekspor Impor Ekspor Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Impor Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Denpasar Laju Inflasi Denpasar (% yoy) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

8 PERBANKAN Indikator I II III IV I II III IV I II III PERBANKAN Bank Umum : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Giro (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) - lokasi bank Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Loan to Deposit Ratio (%) NPL gross (%) BPR : Total Aset (Rp Triliun) DPK (Rp Triliun) Tabungan (Rp Triliun) Deposito (Rp Triliun) Kredit (Rp Triliun) Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp Triliun) Loan to Deposit Ratio (%) Rasio NPL gross (%) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

9 SISTEM PEMBAYARAN Indikator I II III IV I II III IV I II III SISTEM PEMBAYARAN Transaksi Tunai Inflow (Rp Triliun) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,901 2,131 1,830 2,906 2,488 2,503 Outflow (Rp Triliun) 1,111 2,166 3,092 2,542 1,623 2,790 3,125 3,242 2,280 2,453 2,468 RTGS : RTGS From : Nom. Transaksi RTGS From (Mil Rp) 20,341 23,092 25,017 23,230 15,550 22,231 28,185 30,382 29,941 33,865 34,940 Vol.Transaksi RTGS From (Lembar) 15,626 15,789 17,076 20,177 15,813 20,373 22,531 25,534 21,235 24,172 34,726 RTGS To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 11,207 12,553 11,241 11,017 9,620 14,134 17,969 20,675 21,187 23,450 45,831 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 18,347 18,257 19,334 21,068 17,710 20,004 21,061 23,039 20,623 22,580 42,415 RTGS From-To : Nom. Transaksi RTGS To (Mil Rp) 3,357 3,411 3,429 3,473 2,764 3,369 3,858 4,356 3,990 4,144 9,280 Vol. Transaksi RTGS To (Lembar) 4,751 4,468 4,686 5,310 4,282 4,789 5,078 5,763 5,107 5,630 9,692 Kliring : Nom. Kliring (Juta Rp) 9,024 8,788 9,754 10,497 10,305 11,977 11,525 12,871 11,782 12,467 13,009 Vol. Kliring (Rb Lbr) Nom. Tolakan Cek/BG Kosong (Jt Rp) Vol Tolakan Cek/BG Kosong (Rb Lbr) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

10 Halaman ini sengaja dikosongkan 10 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

11 Ringkasan Umum Perekonomian Bali mengalami perlambatan dibanding kinerja triwulan sebelumnya, dari 6,05% (yoy) menjadi sebesar 5,97% (yoy). Meskipun demikian, pertumbuhan tersebut masih relatif tinggi dan di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional di triwulan III-2013 yang sebesar 5,62% (yoy). Perlambatan kinerja terjadi hampir di seluruh sektor, namun sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan III Perekonomian Bali di tw III-2013 masih tumbuh tinggi mencapai, 5,97% (yoy) Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh sektor jasa-jasa dikarenakan adanya faktor pencairan gaji ke-13 yang terjadi pada Juli 2013 sehingga mendorong pertumbuhan sektor tersebut, serta masuknya musim liburan dan Hari Raya pada triwulan III-2013 yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Dari sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan didorong oleh ekspansi pada komponen konsumen serta masih meningkatnya ekspor pada triwulan III Sedangkan di sisi lain, investasi kembali tumbuh melambat seiring dengan mulai berakhirnya proyek-proyek infrastruktur berskala besar. Sektor pengangkuta dan komunikasi serta sektor jasa-jasa mengalami ekspansi, begitu pula dengan konsumsi dan ekspor Tekanan inflasi Bali pada triwulan III-2013 kembali meningkat. Setelah sempat mereda pada triwulan sebelumnya, inflasi kembali terakselerasi pada level yang lebih tinggi, sehingga mencapai 7,91% (yoy), tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,47% (yoy). Peningkatan inflasi terutama bersumber pada penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penurunan suplai ditengah terjadinya peningkatan permintaan. Hal ini yang menyebabkan kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa, dimana kelompok transportasi dan bahan makanan tercatat menjadi kontributor utama inflasi pada periode laporan. Laju inflasi sebesar 7,91% (yoy), disebabkan kenaikan harga BBM bersubsidi serta penurunan suplai Sampai dengan triwulan III-2013, seluruh indikator kinerja utama perbankan mengalami peningkatan. Aset perbankan mengalami peningkatan sebesar 15,22% (ytd) lebih besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,69% (ytd). Peningkatan ini didorong oleh peningkatan DPK yang mencapai 13,53% (ytd) lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,76 (ytd). Peningkatan pada DPK memungkikan perbankan untuk mendorong penyaluran kredit hingga mencapai 18,81% (ytd) lebih besar dibanding periode sebelumnya sebesar 15,58% (ytd). Beberapa indikator kinerja perbankan masih tumbuh tinggi walaupun sedikit mengalami perlambatan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

12 Sistem pembayaran tunai mengalami kondisi net outflow, transaksi non tunai dengan RTGS meningkat, sementara kliring mengalami kontraksi Sistem pembayaran tunai pada triwulan III mengalami net outflow, dengan jumlah aliran keluar (outflow) dari Bank Indonesia meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang berada pada posisi net inflow. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi sepanjang triwulan III-2013 yang didorong oleh masuknya tahun ajaran baru dan perayaan hari raya keagamaan yang mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat. Sedangkan dari sisi pembayaran non tunai, transaksi RTGS mengalami peningkatan signifikan. Hal tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi non tunai dalam nominal besar, yang dipengaruhi oleh masih maraknya pembangunan infrastruktur di triwulan III-2013, yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan kebutuhan transaksi non tunai di masyarakat. Sementara itu, jumlah transaksi menggunakan kliring mengalami penurunan (kontraksi), sedangkan dari sisi nominal transaksi mengalami peningkatan pada triwulan III Realisasi pendapatan dan belanja pada triwulan III-2013 meningkat dibanding tahun sebelumnya Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali pada triwulan III-2013 mencapai 85,10% lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2012 sebesar 78,34%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 49,20%, juga lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja triwulan III 2012 sebesar 41,83%. Realisasi belanja langsung pada triwulan III 2013 sebesar 45,29% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 36,76%. Hal ini menunjukkan realisasi belanja guna menstimulasi mesin perekonomian semakin baik. Nilai NTP Bali menurun dan inflasi perdesaan Bali pun tercatat mengalami deflasi pada akhir triwulan III Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III 2013 mengalami penurunan 1,42% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan tercatat mengalami deflasi pada akhir triwulan III 2013 yaitu 0,03% (m-t-m) sementara secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0.08%. Tingkat pengangguran pada Februari 2013 mencapai 1,89 % lebih rendah dibandingkan kondisi Agustus 2012 yang mencapai 2,04 %. 12 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

13 Perekonomian Bali pada triwulan IV-2013 diperkirakan mengalami ekspansi dan tumbuh lebih tinggi pada kisaran 5,9 6,4% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan masih didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang masih memilliki andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan menunjukkan peningkatan pada triwulan IV Peningkatan tersebut didorong oleh maraknya aktivitas MICE pada triwulan IV- 2013, salah satunya KTT APEC pada Oktober Selain itu, masuknya libur akhir tahun juga diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV Perekonomian Tw IV-2013 diperkirakan masih tumbuh tinggi di kisaran 5,9 6,4% (yoy), ditopang penguatan konsumsi dan ekspor Pada triwulan IV-2013 tekanan inflasi Bali diperkirakan mereda dan akan kembali pada keseimbangan normal. Sebagaimana tercermin pada perkembangan inflasi sebelumnya, tekanan inflasi bulan Agustus dan September 2013, sudah menurun dibandingkan dengan inflasi Juli Pergerakan harga barang dan jasa di awal triwulan IV-2013 juga telah melandai seiring mulai berakhirnya dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi dan membaiknya kondisi pasokan, yang diperkirakan akan berlanjut pada November Namun demikian, masih terdapat upside risk yang berpotensi memberi tekanan harga di akhir tahun sehingga inflasi diperkirakan akan berada dalam rentang 6,56 8,56% (yoy). Tekanan inflasi triwulan IV-2013 diperkirakan berada dalam rentang 7,56% ±1% (yoy) Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III

14 Halaman ini sengaja dikosongkan 14 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

15 Bab 1 1. Ekonomi Makro Regional Perekonomian Bali pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 5,97% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 6,05% (yoy) (lihat Grafik 1.1). Meskipun cenderung melambat, pertumbuhan tersebut masih di atas pertumbuhan nasional yang sebesar 5,62% (yoy). Ditinjau dari sisi sektoral, perlambatan tersebut terjadi hampir di seluruh sektor, termasuk di sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) serta sektor pertanian yang merupakan sektor utama pendorong perekonomian Bali. Namun demikian, perlambatan yang terjadi masih sedikit tertahan oleh peningkatan pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa, yang masing-masing tumbuh sebesar 5,87% dan 15,12% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut didorong oleh pencairan gaji ke-13 yang terjadi pada Juli 2013 sehingga mendorong pertumbuhan sektor jasa-jasa, serta masuknya musim liburan dan Hari Raya pada triwulan III-2013 yang berdampak pada meningkatnya pertumbuhan pada sektor pengangkutan dan komunikasi. Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan III-2013 masih ditopang oleh komponen konsumsi rumah tangga serta investasi. Meningkatnya konsumsi dalam rangka perayaan Hari Raya mendorong pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan III-2013 ke angka 4,87% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 2,50% (yoy). Peningkatan belanja pegawai dan belanja modal juga mendorong pertumbuhan komponen belanja pemerintah sebesar 37,51% (yoy). Sedangkan dari sisi investasi, walaupun masih menunjukkan pertumbuhan positif serta memberikan andil besar terhadap perekonomian Bali, pertumbuhan investasi pada triwulan III-2013 melambat dari sebelumnya sebesar 18,22% menjadi sebesar 3,05% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh mulai berakhirnya beberapa proyek berskala besar seperti pembangunan jalan tol, underpass, serta pembangunan beberapa hotel dalam rangka KTT APEC di Bali pada Oktober Grafik 1.1. Nominal PDRB dan Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

16 1.1. SISI PENAWARAN Secara umum, sektor-sektor ekonomi masih menunjukkan pertumbuhan positif pada triwulan III- 2013, kecuali sektor bangunan yang terkontraksi sebesar 1,28% (yoy). Jika ditinjau per sektor, sebagian besar sektor kembali mengalami perlambatan pertumbuhan, termasuk sektor PHR yang pada triwulan sebelumnya menunjukkan peningkatan pertumbuhan. Akan tetapi, sektor pengangkutan dan komunikasi serta sektor jasa-jasa mampu menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan III Rincian pertumbuhan PDRB dari sisi penawaran dapat dilihat pada Tabel 1.1. Sektor Tabel 1.1. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali dari Sisi Penawaran, (%, yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Pertambangan Industri Listrik, Gas & Air Bangunan (1.28) Perdg, Hotel & Rest Pengangkutan & Kom Keuangan & Persewaan Jasa-Jasa PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Bali Ditinjau dari pangsanya, perekonomian Bali di triwulan III-2013 masih ditopang oleh tiga sektor utama yang terdiri dari sektor PHR, pertanian, serta jasa-jasa, dengan andil masing-masing sebesar 30,01%, 16,73%, dan 16,09% terhadap total perekonomian provinsi Bali (lihat Grafik 1.2). Total sumbangan ketiga sektor tersebut mencapai 4,22% terhadap pertumbuhan ekonomi di triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.3). Grafik 1.2. Kontribusi Sektor Ekonomi terhadap PDRB Provinsi Bali Grafik 1.3. Andil Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Bali Triwulan II-2013 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor jasa-jasa yang mencapai 15,12% (yoy), dimana pertumbuhan tersebut dipicu oleh pembayaran gaji ke-13 pada bulan Juli sehingga berdampak pada belanja administrasi umum yang secara langsung meningkatkan nilai tambah untuk sektor jasa-jasa. Sedangkan kontraksi satu-satunya terjadi pada sektor bangunan, dengan kontraksi pertumbuhan mencapai 1,28% (yoy). 16 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

17 Mulai berakhirnya proyek-proyek berskala besar mengakibatkan sektor yang pada triwulan sebelumnya mampu tumbuh sebesar 11,25% (yoy) tersebut mengalami kontraksi pertumbuhan pada triwulan III Akan tetapi, andil sektor bangunan yang hanya sebesar 4,78% membuat perlambatan yang terjadi pada triwulan III-2013 sedikit tertahan Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Setelah menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan sektor PHR pada triwulan III-2013 sedikit melambat dari sebelumnya 5,92% menjadi sebesar 5,86% (yoy). Sumbangan sektor PHR terhadap pertumbuhan ekonomi pun ikut melambat dari 1,91% menjadi sebesar 1,89% pada triwulan III Perlambatan yang terjadi dipicu oleh perlambatan pada subsektor perdagangan besar dan eceran, serta subsektor restoran yang cenderung sedikit melambat pada triwulan III Sedangkan di sisi lain, subsektor hotel masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang konsisten sejak triwulan III-2012 hingga saat ini. Perlambatan yang terjadi pada sektor PHR juga sejalan dengan penyaluran kredit perbankan ke sektor tersebut yang tumbuh melambat pada triwulan III-2013, dengan pertumbuhan sebesar 36% (yoy) dan outstanding kredit sebesar Rp 18,74 triliun (Grafik 1.4). Pada triwulan III-2013, subsektor hotel kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari sebelumnya 2,90% menjadi sebesar 5,36% (yoy). Sedangkan di sisi lain, pertumbuhan subsektor restoran sedikit melambat dari sebelumnya 5,18% menjadi sebesar 5,09% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan subsektor hotel didorong oleh masuknya musim liburan serta berbagai Hari Raya di sepanjang triwulan III Adanya libur panjang selama Hari Raya Idul Fitri serta liburan sekolah menjadi faktor pendorong utama meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan ke Bali. Selain itu, berbagai aktivitas MICE seperti Miss World 2013, 31 st ASEAN Ministers on Energy Meeting (AMEM), The 7 th International Conference on Asian and Pacific Coasts, serta berbagai rangkaian kegiatan dalam rangka KTT APEC (Seminar on the Dynamics of SME, SME Working Group and Ministerial Meeting, Senior Finance Officials and Finance and Central Bank Deputies Meeting) juga mejadi pendorong pertumbuhan subsektor hotel di sepanjang triwulan III Grafik 1.4. Penyaluran Kredit Sektor PHR Grafik 1.5. Kunjungan Wisman ke Bali Rp Miliar 20,000 18,000 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III %, yoy Kredit PHR g kredit PHR (RHS) Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Berdasarkan data yang diperoleh, pertumbuhan subsektor hotel sejalan dengan pertumbuhan kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) yang tumbuh dari 13,63% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 21,12% (yoy) pada triwulan III-2013, dengan jumlah kunjungan wisman mencapai orang (lihat Grafik 1.5). Jika dilihat secara triwulanan, pertumbuhan kunjangan wisman tersebut merupakan yang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

18 tertinggi sejak triwulan I Selain itu, kunjungan wisman yang meningkat juga terkonfirmasi oleh tingkat penghunian kamar (TPK) hotel bintang maupun non bintang yang juga meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dengan tingkat penghunian masing-masing sebesar 62,95% dan 36,78% (lihat Grafik 1.6). Indikator lainnya berupa penerimaan visa on arrival pun meningkat sebesar 15,14% (yoy), dengan nominal sebesar ribu USD pada triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.7). Grafik 1.6. Tingkat Penghunian Kamar dan Rata-rata Lama Menginap di Hotel Grafik 1.7. Penerimaan Visa On Arrival Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Bank Rakyat Indonesia, diolah Sepanjang triwulan III-2013, kunjungan wisman ke Bali masih didominasi oleh wisatawan asal Austalia dan China (PRC), dengan andil masing-masing sebesar 23,79% dan 12,52% terhadap keseluruhan total kunjungan wisman. Walaupun andilnya relatif berkurang, kunjungan wisman asal Australia masih memiliki porsi kunjungan terbesar dikarenakan faktor lokasi yang relatif dekat dengan provinsi Bali. Malaysia yang pada triwulan sebelumnya memiliki andil terbesar ke tiga, pada triwulan ini berada di peringkat ke lima dengan andil kunjungan sebesar 4,83%. Sedangkan Jepang yang sebelumnya berada di peringkat ke lima, pada triwulan ini andilnya meningkat dari 5,96% menjadi sebesar 7,58% terhadap total kunjungan wisman. Peningkatan andil yang cukup besar terjadi pada wisman asal Perancis dengan andil pada triwulan III-2013 sebesar 5,56%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 3,57%. Andil keseluruhan kunjungan wisman ke Bali dapat dilihat pada Grafik 1.8. Ditinjau dari laju pertumbuhannya, kunjungan wisman asal Australia terkontraksi sebesar 4,75% (yoy), sedangkan kunjungan wisman asal China masih tumbuh tinggi hingga mencapai 59,32% (yoy). Sedangkan kunjungan wisman asal Malaysia yang selalu tumbuh positif sejak triwulan II-2012, pada triwulan ini mengalami kontraksi sebesar 4,31% (yoy). Di sisi lain, kunjungan wisman asal Jepang masih mampu tumbuh positif sejak satu setengah tahun terakhir, dengan pertumbuhan pada triwulan III-2013 sebesar 17,43% (yoy). Secara kumulatif sejak Januari hingga September 2013, total kunjungan wisman ke Bali sebanyak 2,4 juta orang, tumbuh sebesar 13,31% (yoy) dibanding periode sebelumnya. Selain karena masuknya musim liburan serta libur Hari Raya, percepatan jumlah kunjungan wisman juga didorong oleh faktor kondisi perekonomian yang membaik khususnya di Asia, serta pembangunan infrastruktur di Bali yang mulai berakhir sehingga kondisi di Bali saat ini sudah lebih nyaman dan kondusif. Laju pertumbuhan kunjungan wisman dari berbagai negara dapat dilihat pada Grafik Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

19 Grafik 1.8. Asal Wisman Yang Berkunjung ke Bali Grafik 1.9. Perkembangan Kunjungan Wisman Berdasarkan Negara %, y oy (20) (40) (60) I II III IV I II III IV I II III IV I II III Australia PRC Japan France Malaysia South of Korea UK Taiwan Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Sumber : Dinas Pariwisata Provinsi Bali, diolah Di sisi lain, walaupun masih tumbuh tinggi, pertumbuhan subsektor perdagangan cenderung melambat dari sebelumnya tumbuh 8,85% menjadi sebesar 6,69% (yoy) pada triwulan III Perlambatan tersebut sejalan dengan perlambatan penyaluran kredit di subsektor perdagangan. Walaupun kredit pada triwulan III-2013 mencapai Rp 13,52 triliun, namun pertumbuhan kredit di subsektor perdagangan tersebut sedikit melambat dari 32,72% menjadi sebesar 31,82% (yoy) (lihat Grafik 1.10). Selain itu, perlambatan di subsektor perdagangan juga terkonfirmasi dari perkembangan arus bongkar muat di Pelabuhan Benoa dengan jumlah barang sebanyak 41,43 ribu ton dan mengalami kontraksi sebesar 22,67% (yoy), lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 1,48% (yoy) (lihat Grafik 1.11). Grafik Penyaluran Kredit Subsektor Perdagangan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Sumber : PT Pelindo III, diolah Namun demikian, hasil Survei Pedagang Eceran (SPE) menunjukkan peningkatan total penjualan menjadi sebesar Rp 137,7 juta pada triwulan III-2013, dengan pertumbuhan mencapai 62,38% (yoy) (lihat Grafik 1.12). Berdasarkan survei tersebut, peningkatan penjualan terutama terjadi pada komoditas makanan, minuman, dan tembakau (lihat Grafik 1.13). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

20 Grafik Perkembangan Total Penjualan Grafik Pertumbuhan Indeks Penjualan Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), KpwBI Wilayah III Sektor Pertanian Sektor pertanian kembali tumbuh melambat, dari triwulan sebelumnya 1,71% menjadi sebesar 0,88% (yoy) pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan pada sektor pertanian tersebut terus terjadi sejak awal tahun 2013 hingga saat ini. Perlambatan tersebut menyebabkan andil sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi Bali kembali menurun dari sebelumnya 0,32% menjadi sebesar 0,16%. Pada triwulan ini, hampir seluruh subsektor pada sektor pertanian mengalami perlambatan, kecuali subsektor tanaman bahan makanan (tabama) yang pertumbuhannya sedikit meningkat. Adanya isu alih fungsi lahan serta kondisi cuaca yang kurang baik masih menjadi faktor penyebab melambatnya pertumbuhan sektor pertanian di porvinsi Bali. Grafik Perkembangan Luas Panen Padi di Bali Grafik Perkembangan Produksi Padi di Bali Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Sumber : Dinas Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Bali Jika dilihat per subsektor, subsektor tabama merupakan satu-satunya subsektor pada sektor pertanian yang menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dari sebelumnya tumbuh 0,30% menjadi 0,53% (yoy) pada triwulan III Berdasarkan hasil publikasi Angka Ramalan (ARAM), adanya isu alih fungsi lahan terkonfirmasi dari hasil ramalan tersebut, dimana luas panen padi periode Mei-Agustus Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

21 berkurang dari sebelumnya ha menjadi seluas ha. Selain itu, luas panen padi diperkirakan mengalami kontraksi sebesar 2,14% (yoy) pada periode September-Desember 2013 (lihat Grafik 1.14). Namun demikian, hasil produksi padi periode Mei-Agustus 2013 masih sebesar 267,5 ribu ton. Sedangkan pada periode September-Desember 2013, hasil panen padi diperkirakan mencapai 299,5 ribu ton, meningkat sebesar 1,43% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (lihat Grafik 1.15). Selain itu, outstanding kredit perbankan ke sektor pertanian masih menunjukkan nilai yang cukup besar, yaitu sebesar Rp 879,82 miliar pada triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.16). Hal tersebut menyebabkan subsektor tabama masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan di tengah adanya isu alih fungsi lahan serta gangguan cuaca di sepanjang triwulan III Grafik Kredit Sektor Pertanian Grafik Perkembangan Produksi Ikan Ribu Ton 2,500 2,000 1,500 1, I II III IV I II III IV I Sumber : Subsektor perikanan pada triwulan III-2013 menunjukkan perlambatan pertumbuhan, dari triwulan sebelumnya 2,48% menjadi tumbuh sebesar 0,30% (yoy). Perlambatan tersebut terkonfirmasi dari perkembangan produksi ikan yang melambat pada triwulan III Sejalan dengan hal tersebut, nilai ekspor komoditas perikanan juga menunjukkan kontraksi sebesar 0,03% (yoy), dengan nilai ekspor pada triwulan III sebesar 31,87 juta USD, lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 38,01 juta USD. Selain itu, pertumbuhan volume ekspor perikanan juga melambat dari 26,44% menjadi sebesar 18,30% (yoy), dengan volume ekspor sebesar 9,68 ribu ton pada triwulan III Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Perikanan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Perikanan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

22 Sektor Jasa-jasa Sektor jasa-jasa merupakan sektor dengan pertumbuhan tertinggi pada triwulan III-2013, dimana pertumbuhannya mencapai 15,12% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,55% (yoy). Oleh karena itu, andil sektor jasa terhadap pertumbuhan ekonomi juga ikut meningkat secara signifikan, dari 1,23% menjadi sebesar 2,17%. Percepatan pertumbuhan terjadi baik di subsektor jasa pemerintahan umum maupun jasa swasta. Pada subsektor jasa pemerintahan umum, pembayaran gaji ke-13 pada bulan Juli 2013 berdampak pada peningkatan belanja administrasi umum, yang secara langsung juga berpengaruh terhadap nilai tambah di subsektor jasa pemerintahan umum. Pembayaran gaji ke-13 yang pada tahun sebelumnya dibayarkan pada bulan Juni 2012 (triwulan II-2012) menjadi faktor utama pendorong meningkatnya pertumbuhan di subsektor jasa pemerintahan umum dari 10,08% menjadi sebesar 22,42% (yoy) pada triwulan III Sedangkan dari subsektor jasa swasta, peningkatan pertumbuhan yang terjadi sebesar 7,03% (yoy) didorong oleh peningkatan pertumbuhan pada komponen jasa perorangan dan rumah tangga.. Berdasarkan data penyaluran kredit bank umum ke sektor jasa yang meliputi kegiatan administrasi pemerintah dan jaminan sosial, jasa pendidikan, jasa kesehatan dan kegiatan sosial, jasa kemasyarakatan, sosial budaya dan perorangan lainnya, serta jasa perorangan yang melayani rumah tangga, jumlah outstanding kredit sektor jasa tercatat sebesar Rp 1.937,42 miliar. Walaupun jumlahnya masih cukup tinggi, namun pertumbuhan kredit di sektor jasa sedikit melambat dari triwulan sebelumnya 4,02% menjadi sebesar 1,56% (yoy) pada triwulan III Penyaluran kredit di sektor jasa dapat dilihat pada Grafik Grafik Penyaluran Kredit di Sektor Jasa Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Selain sektor jasa-jasa, sektor pengangkutan dan komunikasi juga menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dari 5,56% menjadi sebesar 5,87% (yoy) pada triwulan III Peningkatan tersebut menyebabkan andil sektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi Bali ikut meningkat dari sebelumnya 0,62% menjadi sebesar 0,65%. Meningkatnya kinerjasektor pengangkutan juga terindikasi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang menunjukkan adanya peningkatan saldo bersih tertimbang dibanding triwulan sebelumnya pada kegiatan usaha di sektor pengangkutan. Hal tersebut menunjukkan bahwa responden survei menganggap kegiatan usaha di sektor pengangkutan saat ini lebih baik dibanding triwulan sebelumnya. 22 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

23 Grafik Jumlah Penumpang Pesawat Udara Grafik Jumlah Penumpang Laut Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : PT Pelindo III, diolah Berdasarkan subsektornya, subsektor pengangkutan tumbuh dari 5,62% menjadi 5,90% (yoy), sedangkan subsektor komunikasi tumbuh sebesar 5,74%, dari sebelumnya 5,28% (yoy). Pertumbuhan di subsektor pengangkutan sejalan dengan peningkatan jumlah penumpang pesawat udara Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan sektor industri pengolahan kembali menunjukkan perlambatan, dari triwulan sebelumnya 7,07% menjadi sebesar 5,59% (yoy) pada triwulan III Perlambatan tersebut menyebabkan andil sektor industri pengolahan pada pertumbuhan ekonomi Bali berkurang dari 0,69% menjadi sebesar 0,55%. Berdasarkan publikasi BPS terkait perkembangan industri besar dan sedang, indeks (pertumbuhan) industri pada triwulan III-2013 lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya, dari 8,15% menjadi sebesar 4,33% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terjadi pada industri makanan, minuman, serta industri tekstil, dengan masing-masing pertumbuhan sebesar 7,13%, 1,43%, dan 3% (yoy) (lihat Grafik 1.23). Grafik Perkembangan Industri Besar dan Sedang Grafik Nilai Ekspor Tekstil %, yoy Industri Industri Makanan Minuman 3 Industri Tekstil Industri Kayu & barang dr kayu 1.61 Industri Furnitur 5.24 Industri Pegolahan Lainnya 4.33 Indeks Industri Sumber : Badan Pusat Statistik Ditinjau berdasarkan subsektornya, subsektor tekstil, barang kulit, dan alas kaki yang memiliki andil terbesar dalam sektor industri pengolahan mengalami perlambatan pertumbuhan dari 5,10% menjadi sebesar 4,40% (yoy) pada triwulan III Perlambatan pertumbuhan subsektor tersebut telah terjadi sejak awal tahun Namun demikian, ditinjau berdasarkan nilai ekpornya, ekspor tekstil pada triwulan III-2013 masih cukup tinggi dengan nilai sebesar 5,33 juta USD dan pertumbuhan yang mencapai Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

24 5,59% (yoy), meningkat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 0,97% (yoy) (lihat Grafik 1.24). Namun di sisi lain, sejalan dengan perlambatan di subsektor tekstil, eskpor pakaian jadi yang memiliki andil lebih besar dibanding ekspor tekstil masih menunjukkan kontraksi sejak triwulan III-2012 hingga saat ini, dengan nilai ekspor sebesar 21,72 juta USD dan kontraksi pertumbuhan sebesar 10,73% (yoy), lebih dalam dibanding kontraksi triwulan sebelumnya yang sebesar 9,99% (yoy) (lihat Grafik 1.25). Grafik 1.25 Nilai Ekspor Pakaian Jadi Grafik Nilai Ekspor Kayu dan Olahan Kayu Subsektor barang kayu dan hasil hutan lainnya yang juga memiliki andil cukup besar terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan pertumbuhan, dari triwulan sebelumnya 9,95% menjadi sebesar 7,97% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari nilai ekspor kayu yang sebesar 13,33 juta USD, lebih kecil dibanding ekspor periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 13,69 juta USD. Penurunan jumlah ekspor tersebut menyebabkan pertumbuhan ekspor kayu terkontraksi sebesar 2,64% (yoy) pada triwulan III Namun demikian, kontraksi yang terjadi tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 18,50% (yoy) (lihat Grafik 1.26). Seperti pada beberapa periode sebelumnya, penurunan nilai ekspor kayu disebabkan oleh menurunnya permintaan dari negara tujuan dan berkurangnya pasokan bahan baku seiring dikeluarkannya ketentuan Sistem Verifikasi Legalitas Kayu (SLVK), dimana hal tersebut menjadi kendala produksi bagi pengrajin yang mayoritas berskala usaha mikro, kecil dan menengah. Grafik Kredit Sektor Industri Grafik Konsumsi Listrik Industri Rp Miliar 1,800 1,600 1,400 1,200 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III %, yoy Kredit Sektor Industri g kredit industri (RHS) Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah 24 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

25 Namun di sisi lain, indikator kinerja sektor industri pengolahan berupa penyaluran kredit bank umum menunjukkan peningkatan pertumbuhan dari triwulan sebelumnya 12,58% menjadi sebesar 17,85% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 1.586,27 miliar (lihat Grafik 1.27). Selain itu, konsumsi listrik industri pada triwulan III-2013 juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 25,80% (yoy) dengan konsumsi listrik tercatat sebesar 38,66 juta KwH, masih lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,86% (yoy) dengan konsumsi listrik tercatat sebesar 33,86 juta USD (lihat Grafik 1.28) Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan pada triwulan III-2013 sebesar 6% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,96% (yoy). Andil sektor keuangan pada triwulan III-2013 pun ikut berkurang dari sebelumnya 0,57% menjadi sebesar 0,43% pada triwulan III Melambatnya sektor keuangan terjadi hampir di seluruh subsektor pada sektor tersebut, kecuali pada subsektor lembaga keuangan tanpa bank. Subsektor bank yang pada triwulan sebelumnya menunjukkan peningkatan pertumbuhan, pada triwulan III-2013 tumbuh melambat dari 8,93% menjadi sebesar 5,95% (yoy). Perlambatan yang terjadi pada sektor keuangan terkonfirmasi dari beberapa indikator keuangan, seperti penyaluran kredit bank umum dengan outstanding sebesar Rp 47,16 triliun yang tumbuh melambat dari 30,38% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi sebesar 28,57% (yoy) pada triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.29). Sejalan dengan hal tersebut, pertumbuhan penyaluran kredit BPR juga menunjukkan perlambatan dari 28,94% menjadi sebesar 27,54% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 5,72 triliun (lihat Grafik 1.30). Namun demikian, walaupun cenderung tumbuh melambat, perlambatan yang terjadi tidak terlalu signifikan serta baik kredit bank umum maupun BPR masih menunjukkan pertumbuhan yang cukup tinggi dan konsisten selama beberapa tahun terakhir. Grafik Kredit Bank Umum Grafik Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sektor Bangunan Setelah triwulan sebelumnya tumbuh melambat sebesar 11,25% (yoy), sektor bangunan mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 1,28% (yoy) pada triwulan III Sektor tersebut merupakan satu-satunya sektor yang mengalami kontraksi pertumbuhan dalam empat tahun terakhir. Kontraksi yang terjadi menyebabkan sektor bangunan memberi andil negatif terhadap pertumbuhan ekonomi, dengan andil yang berkurang secara signifikan dari 0,49% menjadi sebesar -0,06%. Perlambatan yang terjadi pada sektor bangunan telah terdeteksi sejak triwulan II Walaupun masih tumbuh tinggi, Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

26 namun pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan II-2013 menunjukkan perlambatan yang signifikan, dari 21,10% menjadi sebesar 11,25% (yoy). Seperti pada triwulan sebelumnya, perlambatan tersebut dipicu oleh mulai berakhirnya beberapa proyek pembangunan infrastruktur berskala besar dalam rangka realisasi proyek MP3EI serta penyelanggaraan APEC pada Oktober Berakhirnya pembangunan underpass Dewa Ruci, pembangunan jalan tol Serangan-Kuta-Nusa Dua, serta dimulainya tahap akhir renovasi Bandara Internasional Ngurah Rai mengakibatkan pertumbuhan sektor bangunan mengalami kontraksi pada triwulan III Grafik Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) Grafik Perkembangan Konsumsi Semen III Sumber : Survey Harga Porperti Residensial, Bank Indonesia Sumber : Asosiasi Semen Indonesia Meskipun mengalami kontraksi pada triwulan III-2013, beberapa indikator sektor bangunan menunjukkan hal yang sebaliknya. Survei Harga Properti Residensial (SHPR) menunjukkan peningkatan Indeks Harga Properti Residensial (IHPR) sebesar 6,43% (qtq) atau secara tahunan sebesar 15,39% (yoy) (lihat Grafik 1.31). Hal tersebut menunjukkan bahwa permintaan terhadap properti masih menunjukkan peningkatan. Namun demikian, terdapat perlambatan permintaan untuk properti tipe besar, dimana pertumbuhan permintaan melambat dari 20,06% menjadi sebesar 12,57% (yoy) pada triwulan III Selain itu, pertumbuhan konsumsi semen juga menunjukkan peningkatan, dengan pertumbuhan sebesar 15,94% (yoy) serta volume penjualan yang mencapai 434,16 ribu ton sepanjang triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.32). Kredit sektor bangunan juga masih menunjukkan pertumbuhan yang signifikan sebesar 106,50% (yoy) dengan jumlah outstanding kredit sebesar Rp 1.758,43 miliar (lihat Grafik 1.33). Masih baiknya indikator kinerja sektor bangunan menunjukkan bahwa walaupun terjadi kontraksi, namun masyarakat maupun pelaku usaha masih menunjukkan optimisme terhadap sektor bangunan. Grafik Kredit Sektor Bangunan 26 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

27 Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) Walaupun tumbuh melambat pada triwulan III-2013, sektor listrik, gas, dan air bersih (LGA) masih mampu menunjukkan pertumbuhan yang tinggi sebesar 8,04% (yoy). Namun andil pertumbuhannya yang hanya sebesar 0,13% terhadap perekonomian Bali menyebabkan perlambatan yang terjadi tidak terlalu memberikan dampak yang berarti. Perlambatan tersebut terjadi baik pada subsektor listrik maupun air bersih. Pertumbuhan konsumsi listrik serta jumlah pelanggan listrik di Bali yang menunjukkan perlambatan sejalan dengan pertumbuhan sektor LGA yang juga melambat pada triwulan III Total konsumsi listrik pada triwulan III-2013 sebesar 967,31 juta KwH, tumbuh melambat dari triwulan sebelumnya 13,93% menjadi sebesar 13,61% (yoy). Selain itu, pertumbuhan jumlah pelanggan listrik juga sedikit melambat dari 9,52% menjadi sebesar 9,49% (yoy) dengan jumlah pelanggan pada triwulan III-2013 sebanyak unit.. Grafik Konsumsi Listrik di Bali Grafik Jumlah Pelanggan Listrik Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah Sumber : PLN Distribusi Bali, diolah 1.2. SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, fenomena yang terjadi pada triwulan III-2013 serupa dengan yang terjadi pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan konsumsi masih meningkat dari 5,36% menjadi 9,66% (yoy), sedangkan di sisi lain pertumbuhan investasi kembali menunjukkan perlambatan dari 18,09% menjadi sebesar 3,06% (yoy). Seluruh komponen konsumsi menunjukkan peningkatan pertumbuhan, mulai dari konsumsi rumah tangga, lembaga nirlaba, sampai konsumsi pemerintah. Namun demikian, investasi kembali menunjukkan perlambatan, bahkan lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor dan impor kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dimana peningkatan tersebut sudah terjadi sejak triwulan IV Pertumbuhan ekspor meningkat dari sebelumnya 9,96% menjadi sebesar 18,87% (yoy), demikian pula dengan impor yang meningkat dari 17,35% menjadi 23,96% (yoy) pada triwulan III Perkembangan pertumbuhan PDRB dari sisi permintaan dapat dilihat pada Tabel 1.2. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

28 Komponen Tabel 1.2. Pertumbuhan PDRB Provinsi Bali di Sisi Permintaan, (%, yoy) Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Konsumsi Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Nirlaba Konsumsi Pemerintah Investasi PMTB Perub. Stok (25.96) (22.13) (22.97) (23.03) (23.52) 3.36 (0.84) 5.63 Ekspor Impor PDRB Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Konsumsi Konsumsi kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan, dari triwulan sebelumnya 5,36% menjadi sebesar 9,66% pada triwulan III Oleh karena itu, andil konsumsi terhadap pertumbuhan ekonomi Bali kembali meningkat dari 3,71% menjadi 6,58%. Seluruh komponen konsumsi baik konsumsi rumah tangga, lembaga nirlaba, maupun pemerintah masih menunjukkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan ini. Untuk konsumsi rumah tangga, komponen tersebut meningkat dari 2,50% menjadi sebesar 4,87% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan konsumsi terkait dengan banyaknya berbagai perayaan Hari Raya selama triwulan III Selain itu, konsumsi pemerintah juga menunjukkan pertumbuhan yang tinggi dari 21,74% menjadi sebesar 37,51% (yoy). Peningkatan yang tinggi pada sisi belanja pegawai dan belanja modal yang berdampak pada membaiknya penyerapan anggaran menjadi faktor pendorong pertumbuhan pada komponen tersebut. Penguatan konsumsi tersebut terkonfirmasi dari hasil publikasi BPS Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menunjukkan peningkatan optimisme konsumen, dimana hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan indeks keyakinan dari 111,69 menjadi 115,67 pada triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.28). Selain itu, jumlah konsumsi listrik rumah tangga juga masih menunjukkan pertumbuhan sebesar 10,72% (yoy), dengan jumlah pemakaian sebesar ribu KwH di sepanjang triwulan III-2013 (lihat Grafik 1.29). Grafik Indeks Tendensi Konsumen Grafik Konsumsi Listrik Rumah Tangga Sumber : Badan Pusat Statistik Sumber : PT PLN Distribusi Bali, diolah 28 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

29 Selain itu, indikator lain berupa Survei Konsumen (SK) juga masih menunjukkan optimisme konsumen pada triwulan III-2013, dimana hal tersebut ditunjukkan dari nilai Indeksi Keyakinan Konsumen (IKK) dan Indeks Kondisi Ekonomi (IKE) saat ini yang bernilai di atas 100. Walaupun cenderung sedikit menurun, namun besar IKK dan IKE pada triwulan III-2013 masing-masing sebesar 109,17 dan 105,17, masih cukup tinggi dan masih menunjukkan keyakinan konsumen pada triwulan III-2013 (lihat Grafik.1.30 dan 1.31). Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Grafik Komponen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III Sumber : Survey Konsumen, KpwBI Wilayah III Indikator lain berupa penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan konsumsi juga masih menunjukkan pertumbuhan yang tinggi. Pada triwulan III-2013, pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 26,37% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp miliar (lihat Grafik 1.32). Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) hasil publikasi BPS juga mengindikasikan masih tingginya daya beli masyarakat pada sektor pertanian, dengan rata-rata NTP sebesar 106,71 pada triwulan III Selain itu, rata-rata komponen indeks yang diterima petani pun meningkat dari 150,42 menjadi 153,56. Akan tetapi di sisi lain, rata-rata indeks yang dibayar petani juga menunjukkan sedikit peningkatan dari 139,74 menjadi 143,90 dikarenakan adanya tekanan inflasi pada Juli 2013 (lihat Grafik 1.33). Grafik Kredit Konsumsi Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber : Badan Pusat Statistik Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

30 Investasi Pada triwulan III-2013, investasi kembali mengalami perlambatan pertumbuhan dtinijau dari pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) yang melambat dari 18,22% menjadi sebesar 3,05% (yoy) pada triwulan III Walaupun masih memiliki andil yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi Bali, namun andil investasi terhadap pertumbuhan ekonomi berkurang secara signifikan dari 5,31% menjadi 0,91% dikarenakan perlambatan yang terjadi pada komponen investasi. Seperti pada triwulan sebelumnya, perlambatan investasi dari komponen PMTB dipicu oleh mulai berakhirnya beberapa proyek berskala besar seperti pembangunan jalan tol, underpass, serta hotel-hotel besar dalam rangka mendukung pelaksanaan APEC dan berbagai kegiatan MICE lainnya. Bahkan perlambatan yang terjadi pada triwulan ini jauh lebih besar dibanding triwulan sebelumnya sehingga berdampak pada kontraksi yang terjadi di sektor bangunan. Perlambatan investasi terkonfirmasi dari perlambatan penyaluran kredit bank umum untuk kegiatan investasi. Walaupun masih tumbuh tinggi, pertumbuhan kredit investasi pada triwulan III-2013 melambat dari sebelumnya tumbuh 44,43% menjadi sebesar 35,18% (yoy), dengan outstanding kredit sebesar Rp 10,66 triliun (lihat Grafik 1.34). Perlambatan pertumbuhan kredit tersebut baru terjadi kembali setelah pertumbuhan kredit investasi selalu konsisten menunjukkan peningkatan sejak triwulan III tahun yang lalu. Namun demikian, nilai impor barang modal menunjukkan peningkatan yang signifikan hingga mencapai 561,06% (yoy), dengan nilai impor sebesar 60,76 juta USD (lihat Grafik 1.35). Sedangkan dari sisi volume, peningkatan yang terjadi sebesar 121,82% (yoy), tidak sebesar peningkatan pertumbuhan dari sisi nilai impor barang modal. Hal tersebut menunjukkan bahwa peningkatan impor barang modal lebih tinggi dari sisi nilai dibandingkan volume, dimana hal tersebut diduga sebagai dampak dari pelemahan nilai tukar Rupiah di sepanjang triwulan III-2013 Grafik Kredit Investasi Grafik Perkembangan Impor Barang Modal Ekspor Impor Pada triwulan III-2013, ekspor dan impor kembali menunjukkan peningkatan pertumbuhan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan hasil publikasi BPS, pertumbuhan ekspor meningkat sebesar 18,87% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,96% (yoy). Sedangkan 30 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

31 untuk impor, peningkatan pertumbuhan juga terjadi dari sebelumnya 17,35% menjadi tumbuh sebesar 23,96% (yoy) pada triwulan III Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Bali Grafik Perkembangan Volume Ekspor Bali Sepanjang triwulan III-2013, ekspor Bali masih didominasi oleh ekspor perikanan (25,98%), perhiasan/permata (17,70%), pakaian jadi (17,33%), kayu dan barang dari kayu (10,87%), serta perabot rumah tangga/furniture (7,21%) (lihat Grafik 1.38). Kontraksi ekspor terjadi di hampir seluruh komoditas ekspor utama Bali, dimana kontraksi terbesar terjadi pada komoditas perhiasan/permata dan perabot rumah tangga/furniture, dengan kontraksi masing-masing sebesar 24,37% dan 16,14% (yoy) (lihat Grafik 1.39). Walaupun kontraksi ekpsor yang terjadi tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya, namun pelemahan nilai rupiah yang diperkirakan akan mendorong kinerja ekspor secara umum pada kenyataannya belum mampu mendorong pertumbuhan ekspor di provinsi Bali. Grafik Pangsa Nilai Ekspor Komoditas Utama Grafik Pertumbuhan Nilai Ekspor Komoditas Utama % yoy (20) (40) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (60) Perikanan Perhiasan Pakaian Jadi Wood Manufacture Furniture Berdasarkan negara tujuan ekspornya, ekspor pada triwulan III-2013 masih didominasi oleh Amerika Serikat (21,55%), Jepang (11,95%), Australia (8,89%), Singapura (8,06%), serta Hongkong (4,53%) (lihat Grafik 1.40). Kontraksi ekspor juga terjadi di hampir seluruh negara-negara tujuan utama ekspor Bali, dengan kontraksi terbesar terjadi pada ekspor ke Hongkong dan Australia, yang masing-masing terkontraksi sebesar 47,34% dan 37,10% (yoy) (lihat Grafik 1.41). Secara keseluruhan, ekspor Bali yang mencapai 122,67 juta Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

32 USD pada triwulan III-2013 mengalami kontraksi sebesar 10,04% (yoy), tidak sedalam kontraksi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 14,27%. Sedangkan dari sisi volume, kontraksi ekspor mencapai 6,17% (yoy), sedikit lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,03% (yoy). Grafik Pangsa Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pertumbuhan Ekspor berdasarkan Negara Tujuan %, yoy (10) (40) (70) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III US Australia Japan Singapore Hongkong Other Countries Untuk komponen impor, pertumbuhan impor pada triwulan III-2013 mengalami lonjakan yang signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Setelah triwulan sebelumnya menunjukkan pertumbuhan sebesar 67,51% (yoy), impor pada triwulan III-2013 tumbuh sebesar 182,53% (yoy) dengan nilai impor total mencapai 92,82 juta USD, meningkat dibanding impor triwulan lalu yang sebesar 53,15 juta USD (lihat Grafik 1.42). Sedangkan dari sisi volume, walaupun selama triwulan III-2013 volume impor mencapai 22,37 ribu ton dan meningkat dibanding volume triwulan sebelumnya yang sebesar 21,11 ribu ton, namun volume tersebut terkontraksi sebesar 16,61% (yoy) dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya (lihat Grafik 1.43). Kontraksi volume impor yang berbanding terbalik dengan peningkatan nilainya tersebut menunjukkan bahwa peningkatan impor lebih didorong oleh nilainya yang melonjak tinggi, sedangkan volumenya sendiri berkurang. Hal tersebut salah satunya dipicu oleh adanya pelemahan nilai tukar Rupiah yang terjadi pada triwulan III-2013 sehingga volume impor berkurang, sedangkan nilainya sendiri masih melonjak tinggi. Grafik Perkembangan Nilai Impor Bali Grafik Perkembangan Volume Impor Bali 32 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

33 Setelah sebelumnya didominasi oleh pembelian raw material, impor pada triwulan III-2013 didominasi oleh pembelian barang modal (capital goods), dengan nilai yang mencapai 60,76 juta USD dan andil sebesar 65,46% dari total impor keseluruhan. Sedangkan impor raw material dan consumption good masing-masing memiliki andil sebesar 29,18% dan 5,37% dari total impor keseluruhan (lihat Grafik 1.44). Impor capital goods digunakan untuk impor barang-barang pendukung industri, seperti barang-barang industri manufaktur berupa mesin-mesin maupun peralatan lainnya. Grafik Pangsa Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC Grafik Perkembangan Impor Berdasarkan Klasifikasi BEC %,yoy (50) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III (100) (150) g Consumption Goods (RHS) g Raw Material (RHS) g Capital Goods (RHS) Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Sumber : Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

34 BOX A Peluang dari Kedatangan Wisatawan Asal China Sebagian besar kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) ke Bali memang didominasi oleh wisman asal Australia dengan share mencapai lebih dari 25% dari total wisman yang datang sejak tahun Namun demikian, kunjungan wisman dari negara lainnya juga tidak dapat dipandang sebelah mata. Salah satu negara yang mulai banyak mengirimkan wismannya ke Indonesia adalah China dengan total kunjungan pada tahun 2012 lalu adalah lebih dari 310 ribu jiwa atau 10,75% dari total kunjungan wisman. Porsi kunjungan wisman asal China terus tumbuh lebih dari lima tahun terakhir. Jika pada tahun 2006, porsi wisman asal China di luar 5 besar dengan porsi hanya sebesar 3,23%, maka pada tahun 2012 yang lalu melonjak dan bertengger pada posisi ke dua dengan porsi sebesar 12,59% (lihat Grafik 1A). Posisi ini menggeser Jepang yang porsinya merosot dari 20,09% pada tahun 2006 menjadi hanya sebesar 6,65% pada tahun Dengan demikian, potensi peningkatan kunjungan wisatawan asal China ke Bali menjadi sangat besar. Tabel 1A Share Kunjungan Wisman ke Bali Sumber : data BPS diolah 34 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

35 Kunjungan wisman asal China yang semakin banyak harus dimanfaatkan seoptimal mungkin. Laporan badan pariwisata dunia UNWTO (United Nation World Tourism Organization) tahun 2013 menunjukkan bahwa pengeluaran wisatawan asal China adalah yang paling besar dibandingkan negara-negara lainnya di dunia. Pada tahun 2012, pengeluaran wisatawan asal China mencapai 102 milliar US dollar per tahun atau meningkat hingga 37% dibandingkan tahun Peningkatan ini didorong oleh peningkatan pendapatan siap pakai, kemudahan melakukan perjalanan luar negeri dan penguatan nilai tukar. Pada tahun 2005, China hanya menempati posisi ke tujuh di dunia di bawah Italia, Jepang, Perancis dan Amerika Serikat. Pada tahun 2012 ini, posisi China bahkan melebihi negara-negara dengan tradisi wisata yang kuat seperti Jerman dengan pengeluaran sebesar 84 miliar US dollar per tahun dan Amerika Serikat dengan pengeluaran sebesar 83 miliar US dollar. Tingginya pengeluaran wisman asal China didukung dengan tingginya populasi warga China yang mencapai 1,35 miliar jiwa atau yang tetringgi di dunia. Dengan demikian, meskipun pendapatan per kapitanya relatif rendah yaitu hanya sebesar 75 US dollar per tahun namun akumulasi pengeluarannya menjadi sangat besar. Peluang kunjungan wisman asal China ke Bali masih terbuka lebar. Apabila dibandingkan dengan total wisman China yang mengunjungi negara-negara di seluruh dunia maka angka kunjungan wisman asal China ke Bali masih sangat kecil. Kunjungan wisman ke Bali pada tahun 2012 hanya mencapai 310 ribu jiwa sangat kecil apabila dibandingkan dengan total kunjungan wisman asal China ke seluruh dunia yang mencapai lebih dari 70 juta orang. Dengan demikian, harapan peningkatan kunjungan wisman asal China masih terbuka lebar. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

36 Halaman ini sengaja dikosongkan 36 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

37 Bab 2 1. Perkembangan Inflasi Tekanan inflasi Bali pada triwulan III-2013 kembali meningkat. Setelah sempat mereda pada triwulan sebelumnya, inflasi kembali terakselerasi pada level yang lebih tinggi, sehingga mencapai 7,91% (yoy), tercatat lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,47% (yoy). Peningkatan inflasi terutama bersumber pada penyesuaian harga BBM bersubsidi dan penurunan suplai ditengah terjadinya peningkatan permintaan. Hal ini yang menyebabkan kenaikan harga pada hampir seluruh kelompok barang dan jasa, dimana kelompok transportasi dan bahan makanan tercatat menjadi kontributor utama inflasi pada periode laporan. Berdasarkan disagregasi inflasi, peningkatan inflasi lebih bersifat non fundamental, tercermin pada peningkatan harga kelompok volatile foods dan administered price. Sementara tekanan inflasi yang bersifat fundamental relatif stabil, tercermin pada inflasi kelompok inti pada level moderat PERKEMBANGAN UMUM INFLASI Tekanan inflasi pada triwulan III-2013 meningkat. Perkembangan inflasi di Bali yang dihitung berdasarkan Indeks Harga Konsumen (IHK) Kota Denpasar, pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 7,91% (yoy) lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 5,47% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, akumulasi inflasi Provinsi Bali sampai dengan September 2013 tercatat sebesar 6,71% (ytd), lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar 3,54% (ytd). Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Provinsi Bali Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Nasional dan Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tingkat inflasi Provinsi Bali tercatat masih berada dibawah inflasi nasional, yang tercatat sebesar 8,4% (yoy) atau 7,57% (ytd). Apabila dibandingkan dengan seluruh provinsi di Indonesia, akumulasi inflasi Bali sampai dengan triwulan III-2013 berada pada posisi 11 terendah. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

38 Inflasi Tahunan Sejalan dengan kondisi nasional, inflasi Bali pada triwulan III-2013 mengalami peningkatan. Inflasi tercatat mencapai 7,91% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat hanya sebesar 5,47% (yoy).faktor utama yang mendorong terjadinya akselerasi inflasi tahunan Bali adalah kenaikan harga BBM bersubsidi dan terkendalanya pasokan bahan pangan. Berdasarkan kelompoknya, inflasi tahunan terutama terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok bahan makanan yang tercatat mengalami inflasi sebesar 12,21% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,1% sebagai dampak penyesuaian harga BBM per 22 Juni 2013 silam. Kebijakan penyesuaian harga BBM ini mampu mendorong inflasi sub kelompok transport sebesar 18,31% (yoy) dengan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 2,14%. Peningkatan harga BBM (baik premium dan solar) tercatat memberikan dampak langsung terhadap inflasi tahunan September 2013 sebesar 1,98%. Kenaikan harga premium sebesar Rp2.000/liter, dari Rp4.500/liter menjadi Rp6.500/liter menyebabkan komoditas bensin atau premium mengalami inflasi sebesar 43,35% (yoy) dengan sumbangan 1,96% (yoy). Sementara itu, kenaikan harga BBM jenis solar meyebabkan komoditas ini mengalami inflasi 22.22% (yoy) dengan sumbangan sebesar 0,02%. Lebih lanjut, penyesuaian harga BBM bersubsidi telah mendorong terjadinya peningkatan ongkos transportasi umum. Selama triwulan III-2013, angkutan antar kota mengalami 3 (tiga) kali penyesuaian tarif. Hal ini menyebabkan inflasi komoditas angkutan antar kota mengalami koreksi dari 31,61% (yoy) pada awal triwulan III-2013 menjadi 25,53% (yoy) dengan sumbangan 0,06% pada akhir triwulan III Berdasarkan hasil liaison kepada Ketua Organisasi Angkutan Darat (ORGANDA), diketahui bahwa para pelaku usaha angkutan umum antar kota melakukan koreksi kebawah atas kenaikan ongkos angkutan seiring dengan respon masyarakat atas kenaikan tersebut, yang menyebabkan terjadinya penurunan omzet. Sementara itu, angkutan dalam kota mengalami inflasi sebesar 16.66% (yoy) dengan sumbangan 0,02%. Tarif taxi dan kendaraan carter mengalami inflasi cukup tinggi, yakni masing-masing sebesar 23.33% (yoy) dan 9,32%. Bobot kedua komoditas ini (tarif taxi dan kendaraan carter) dalam Survei Biaya Hidup (SBH) 2007 relatif kecil, sehingga tercatat hanya memberikan sumbangan sebesar 0,01%. Dengan demikian, maka total dampak kenaikan BBM bersubsidi terhadap inflasi kelompok transportasi umum menjadi sebesar 0,09%. Selain kelompok transportasi, penyesuaian harga BBM bersubsidi juga tercatat memberikan dampak pada inflasi bahan makanan. Kenaikan ongkos pengiriman yang terjadi bertepatan dengan terjadinya kendala pasokan bahan pangan telah mengakselerasi harga kelompok ini. Disamping itu, peningkatan permintaan pada momen perayaan Hari raya Keagamaan yang jatuh pada periode laporan turut memberikan tekanan harga.ketiga hal tersebut mampu mendorong kelompok bahan makanan menjadi kontributor utama inflasi tahunan pada periode laporan. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 12,11% (yoy) dengan sumbangan 2,87%, berada jauh diatas rata-rata historisnya, yang tercatat hanya sebesar 8,20% (yoy) dengan sumbangan 1,93%. Beberapa komoditas yang tercatat menjadi kontributor utama inflasi tahunan kelompok bahan makanan (dengan tingkat inflasi/sumbangan )sebagai berikut : bawang merah (184,26% yoy/0,7%), daging ayam ras (25,32% yoy/0,36%), ikan segar (19,57% yoy/0,33%), kangkung (41,30%/0,19%) dan cabe merah (55,04% yoy/0,14%). 38 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

39 Grafik 2.3. Kontribusi Kelompok Terhadap Inflasi Tahunan Provinsi Bali Tw III-2013 Grafik 2.4. Pergerakan Inflasi Kelompok Bahan Makanan Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Tabel 2.1. Inflasi Tahunan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1 Bahan Makanan Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang (1.82) (1.57) (1.80) 5 Kesehatan Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan UMUM Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi pada triwulan III-2013 juga sangat dipengaruhi oleh peningkatan harga komoditas pada kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang tercatat mengalami inflasi sebesar 5,31% (yoy) dengan andil terhadap total inflasi sebesar 1,47%. Inflasi terbesar terjadi pada komoditas sewa rumah sebesar 6,77% (yoy) dengan andil sebesar 0,67%. Sedangkan komoditas kontrak rumah mengalami inflasi sebesar 3,07% (yoy) dengan andil sebesar 0,14%. Inflasi pada kedua komoditas tersebut ditenggarai sebagai akibat dari dilakukannya penyesuaian tarif baik sewa maupun kontrak rumah terkait dengan ekspektasi pelaku usaha yang semakin meningkat ditengah masifnya pembagunan properti di Bali. Disamping itu, peningkatan tarif tenaga listrik (TTL) tahap ketiga juga turut mempengaruhi inflasi pada kelompok ini. Setelah pada triwulan sebelumnya tarif listrik mengalami inflasi sebesar 10,29% (yoy), pada triwulan laporan, inflasi tarif listrik mencapai 15,83% (yoy) dengan andil terhadap pembentukan inflasi sebesar 0,49%. Meskipun demikian, kebijakan peningkatan TTL yang direncanakan dilaksanakan secara bertahap selama empat kali sepanjang tahun 2013 ini diperkirakan masih memiliki dampak yang sangat terbatas dalam pergerakan harga barang dan jasa lainnya. Hal ini diindikasikan dari pergerakan laju inflasi inti yang cenderung stabil pada saat terjadi peningkatan TTL. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

40 Grafik 2.5. Perkembangan Inflasi Biaya Tempat Tinggal dan Transpordi Provinsi Bali Grafik 2.6. Perkembangan Inflasi Tarif Listrik dan BBM di Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Inflasi Triwulanan Searah dengan inflasi tahunan, laju kenaikan barang dan jasa secara triwulanan di Provinsi Bali mengalami peningkatan, tercatat sebesar 3,19% (qtq). Tingkat inflasi ini jauh lebih tinggi dibandingkan triwulan III tahun lalu yang sebesar 0,87% (qtq) maupun triwulan lalu yang tercatat mengalami deflasi sebesar -0,31% (qtq). Inflasi terjadi pada semua kelompok barang, dimana inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan, sedangkan inflasi terendah terjadi pada kelompok sandang. Tabel 2.2. Inflasi Triwulanan Menurut Kelompok Barang (%) No. Kelompok Barang Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1 Bahan Makanan (5.03) Makanan Jadi, Minuman, Rokok, & Tembakau Perumahan, Air, Listrik, Gas, & Bahan Bakar Sandang (1.28) 1.03 (0.14) (1.42) (1.03) Kesehatan (0.06) Pendidikan, Rekreasi, & Olahraga (0.10) Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan (0.07) UMUM (0.31) 3.19 Sumber: Badan Pusat Statistik, diolah Penyesuaian harga BBM bersubsidi yang terjadi pada akhir triwulan lalu memberikan dampak signifikan terhadap laju kenaikan harga barang dan jasa di triwulan III Hal ini terutama tercermin dari peningkatan inflasi sub kelompok transportasi yang tercatat mengalami inflasi sebesar 11% (qtq) dengan sumbangan sebesar 1,3%. Komoditas utama penyumbang inflasi pada sub kelompok ini diantaranya bensin, ongkos angkutan antar kota, ongkos angkutan dalam kota dan solar. Inflasi periode laporan juga dipengaruhi momen tahun ajaran baru yang jatuh pada awal triwulan III Penyesuaian biaya pendidikan pada tahun ajaran baru yang terjadi pada semua jenjang pendidikan, mulai Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Umum (SMU) mendorong inflasi pada kelompok pendidikan, 40 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

41 rekreasi dan olah raga, khususnya sub kelompok pendidikan. Inflasi pada sub kelompok ini tercatat mencapai 5,56% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,23%. Sementara itu, inflasi kelompok bahan makanan terutama disebabkan oleh kenaikan harga pada sub kelompok daging dan hasil-hasilnya yang tercatat memberikan sumbangan inflasi sebesar 0,23%. Komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini diantaranya daging babi, daging sapi dan daging ayam ras. Peningkatan harga daging sapi merupakan respon penyesuaian terhadap harga nasional, dimana penentuan harga daging sapi di Bali sangat dipengaruhi oleh pergerakan harga nasional, terutama di Pulau Jawa. Selain kelompok daging dan hasil-hasilnya,inflasi juga didorong oleh sub kelompok telur dan hasil-hasilnya yang mengalami inflasi sebesar 7,9% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,2%. Inflasi terutama bersumber dari komoditas telur ayam ras akibat kenaikan harga pakan ternak dan meningkatnya permintaan telur. Selain inflasi pada kelompok bahan makanan, pada triwulan III-2013 juga terjadi inflasi pada kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau, khususnya sub kelompok makanan jadi yang tercatat mengalami inflasi sebesar 3,24% (qtq) dengan sumbangan sebesar 0,34%. Hal ini ditenggarai merupakan respon pelemahan Rupiah yang berpengaruh pada harga bahan baku impor. Selain itu, walaupun dapat dikatakan terbatas, namun dampak psikologis dari kebijakan harga BBM cukup mampu mendorong inflasi kelompok makanan jadi. Penerapan kebijakan harga BBM menjadi momen yang tepat bagi pelaku usaha untuk melakukan penyesuaian harga Inflasi Bulanan Sepanjang triwulan III-2013, pergerakan harga-harga secara umum diwarnai dengan dua bulan inflasi dan satu bulan deflasi.puncak tekanan inflasi terjadi pada bulan Juli, tercatat 2,81% (mtm) dan berangsur-angsur melandai sehingga pada Agustus inflasi tercatat sebesar 0,83% (mtm) yang dilanjutkan dengan deflasi pada September 2013 sebesar -0,45% (mtm). Grafik 2.7. Perkembangan Inflasi Bulanan di Provinsi Bali Grafik 2.8. Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Juli 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Badan Pusat Statistik, diolah Juli 2013 Inflasi Juli 2013 tercatat sebagai inflasi bulanan tertinggi selama 2 tahun terakhir. Peningkatan tekanan harga pada Juli 2013 terutama disebabkan oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi yang tercatat mampu mengakselerasi inflasi kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan sehingga mencapai 7,33% (mtm) dengan sumbangan sebesar 1,26%. Berdasarkan komoditasnya, bensin dan solar tercatat memberikan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

42 sumbangan total sebesar 1,31% dengan tingkat inflasi berturut-turut sebesar 26,66% (mtm) dan 14,58% (mtm). Peningkatan harga tersebut memberikan dampak pada penyesuaian ongkos transportasi umum (angkutan antar kota, angkutan dalam kota, kendaraan carter dan taxi) yang tercatat memberikan sumbangan sebesar 0,06% terhadap inflasi Juli Laju inflasi kelompok ini tertahan oleh normalisasi arus penumpang pesawat udara ke Bali pasca liburan sekolah, sehingga ongkos angkutan udara tercatat mengalami deflasi -16,25% (mtm) dengan sumbangan -0,08%. Kenaikan harga kelompok bahan makanan kembali mewarnai inflasi Juli 2013, setelah sempat melandai pada bulan-bulan di triwulan sebelumnya. Kelompok ini tercatat mengalami inflasi 4,51% (mtm) dengan sumbangan 1,11% (mtm). Selain dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi, tekanan permintaan pada Bulan Ramadhan dan kendala suplai baik dari sisi lokal maupun impor merupakan faktor utama pendorong inflasi pada kelompok bahan makanan. Beberapa komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini diantaranya: bawang merah, daging ayam ras, beras, cabe merah, telur ayam ras, cabe rawit, kangkung, tomat buah dan tongkol. Agustus 2013 Melanjutkan inflasi pada periode sebelumnya, pada Agustus 2013 Bali tercatat mengalami inflasi sebesar 0,83% (mtm). Meskipun pergerakan harga barang dan jasa masih berada dalam tren meningkat, namun tingkat kenaikannya jauh lebih landai dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh berakhirnya dampak langsung kenaikan BBM bersubsidi. Bahan Makanan kembali menjadi kontributor utama inflasi Agustus 2013, tercatat mengalami inflasi 1,26% (mtm) dengan sumbangan 0,31%. Inflasi kelompok bahan makanan lebih bersumber pada kendala pasokan dan kenaikan biaya operasional (pakan ternak).beberapa komoditas utama penyumbang inflasi pada kelompok ini diantaranya bawang merah, kangkung, tongkol, cabai merah, telur ayam ras, tempe, cakalang dan jengki. Kendala suplai baik yang bersumber dari sisi lokal maupun importasi mendorong terjadinya inflasi pada bawang merah sehingga tercatat mengalami inflasi sebesar 14,29% (mtm) dengan sumbangan 0,18%. Rata-rata harga bawang merah di pasar tradisional yang berlokasi di Kota Denpasar mencapai Rp ,-/kg pada Agustus Harga ini berada jauh diatas harga rata-rata normal bawang merah yang berada pada kisaran ±Rp ,-/kg. Inflasi non food terutama bersumber pada kelompok Perumahan, LGA dan Bahan Bakar yang tercatat mengalami inflasi 0,9% (mtm) dengan sumbangan 0,24%. Inflasi terutama bersumber pada kenaikan tarif listrik tahap III yang tercatat sebesar 5,01% (mtm) dengan sumbangan 0,16%. Tarif sewa rumah kembali mengalami peningkatan 0,73% (mtm) dengan sumbangan 0,07%. Peningkatan gradual tarif sewa rumah merupakan pengaruh ekspektasi pengusaha ditengah makin terbatasnya lahan di Bali. Disamping itu, kenaikan beberapa harga bahan bangunan turut mempengaruhi keputusan kenaikan harga sewa rumah pada Agustus Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

43 Grafik 2.9. Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali Agustus 2013 Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali Agustus 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Badan Pusat Statistik, diolah September 2013 Setelah mengalami inflasi pada 2 periode sebelumnya, tingkat harga barang dan jasa di Bali kembali pada rata-rata normalnya, sehingga tercatat mengalami deflasi sebesar -0,45% (mtm). Berdasarkan kelompoknya, deflasi terutama terjadi pada kelompok bahan makanan dan transportasi. Peningkatan suplai dan ketersediaan pasokan ditengah melandainya permintaan mendorong terjadinya penyesuaian kembali harga-harga komoditas pangan utama yang sempat mengalami peningkatan signifikan pada awal triwulan III-2013.Hal ini menyebabkan kelompok bahan makanan menjadi penyumbang utama deflasi, yang tercatat mengalami deflasi -2,40% (mtm) dengan sumbangan -0,60%. Deflasi pada kelompok ini terutama bersumber pada sub kelompok bumbu-bumbuan dengan laju deflasi -19,38% (mtm) dan andil mencapai -0,73%. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap harga sub kelompok bumbu-bumbuan adalah penurunan harga bawang merah yang disebabkan oleh sudah mulainya panen di sentra produksi (Tegal, Brebes, Pekalongan dan Pemalang). Lebih dalamnya penurunan harga juga diduga karena pembukaan keran impor oleh pemerintah. Realisasi alokasi impor bawang merah sampai dengan September 2013 tercatat telah mencapai ±80% dari total alokasi impor semester II 2013 yang sebesar ton. Selain bumbu-bumbuan, sub kelompok telur dan susu, serta sub kelompok buah-buahan juga turut menyumbang deflasi September Sementara komoditas non pangan yang tercatat sebagai penyumbang deflasi adalah sub kelompok transportasi. ORGANDA melakukan koreksi kebawah atas ongkos angkutan (baik ongkos angkutan dalam kota maupun ongkos angkutan antar kota) yang sempat mengalami peningkatan cukup tinggi pada momen penyesuaian harga BBM bersubsidi. Penurunan harga ini dilakukan atas permintaan pelaku usaha akibat turunnya omzet sebagai respon kenaikan harga ongkos angkutan tersebut. Pada September 2013 ongkos angkutan mengalami penyesuaian kembali sebesar ± minus 20% sehingga tercatat memberikan sumbangan deflasi -0.15%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

44 Grafik Inflasi Berdasarkan Kelompok di Provinsi Bali September 2013 Grafik Sumbangan Kelompok Terhadap Inflasi di Provinsi Bali September 2013 Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Badan Pusat Statistik, diolah 2.2. DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan disagregasi inflasi, tekanan inflasi terutama bersumber pada kelompok administered price dan volatile foods (non fundamental). Sementara itu, tekanan fundamental relatif terkendali, tercermin dari kelompok inti mengalami inflasi pada level moderat. Grafik Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Disagregasi Inflasi Bulanan % y oy 25 % mtm Inflasi IHK (yoy) Inflasi Core (yoy) Inflasi Volatile (yoy) Inflasi Adm Price (yoy) Inflasi IHK (mtm) Inflasi Volatile (mtm) Inflasi Core (mtm) Inflasi Adm Price (mtm) Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Volatile Foods Tekanan kelompok Volatile Foods meningkat. Pada triwulan III-2013 inflasi kelompok ini tercatat mencapai 12,22% (yoy) dengan andil 2,77%, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 9,69% (yoy) dengan andil 2,19%. Apabila dilihat pergerakannya sepanjang tahun 2013, tekanan inflasi kelompok ini mulai mengalami tren meningkat sejak awal tahun 2013, sempat melandai di pertengahan tahun dan kembali meningkat pada triwulan III Faktor utama yang mempengaruhi pergerakan harga kelompok ini pada triwulan laporan adalah minimnya pasokan baik yang bersumber pada sisi lokal maupun impor. Hal ini juga menjadi penyebab utama akselerasi kelompok volatile foods pada periode-periode sebelumnya.oleh sebab itu, upaya pengendalian inflasi dari sisi 44 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

45 suplai menjadi sangat penting.upaya untuk menjaga pasokan bahan pangan utama menjadi kunci dalam menjaga stabilitas harga komoditas volatile foods. Disamping itu, pergerakan harga kelompok ini juga dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi yang terjadi pada akhir triwulan lalu. Meskipun dampak kenaikan ongkos pengiriman masih berada pada level yang terbatas, namun ekspektasi pedagang bahan pangan mampu mengakselerasi tingkat harga kelompok ini pada level yang lebih tinggi Administered Price Kelompok administered price tercatat sebagai kontributor utama inflasi pada periode laporan. Inflasi kelompok ini mencapai 12,96% (yoy) dengan sumbangan sebesar 2,64% atau membentuk hampir 35% inflasi tahunan Provinsi Bali. Tekanan inflasi kelompok administered price pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh penyesuaian harga BBM bersubsidi yang tercatat memberikan dampak langsung sebesar 1,98% terhadap inflasi tahunan. Selain itu, inflasi juga dipengaruhi oleh kenaikan Tarif Listrik Tahap III yang terjadi pada Agustus Peningkatan TTL mendorong inflasi tarif listrik sebesar 15,83% (yoy) dengan andil sebesar 0,49%. Andil peningkatan tarif TTL dapat dikatakan terbatas mengingat peningkatan tarif hanya berlaku untuk rumah tangga dengan batas daya di atas 900 VA. Sementara rumah tangga pengguna daya hingga 900 VA, dimana tarif tenaga listrik tidak mengalami perubahan, mencapai 60,31% dari total pelanggan, dengan konsumsi energi mencapai 34,20% dari seluruh pengguna listrik rumah tangga. Dari struktur konsumsi energi masyarakat Bali, konsumsi terbesar dilakukan oleh golongan daya VA dengan total konsumsi sepanjang 2013 mencapai 23,98% Core Inflation Tekanan inflasi dari kelompok inti yang menggambarkan tekanan inflasi yang bersifat fundamental masih terkendali. Pada triwulan III-2013, inflasi kelompok inti mencapai 4,37% (yoy) dengan andil 2,49% sedikit meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 3,73% (yoy) dengan andil 2,12%. Peningkatan tekanan inflasi inti terutama bersumber pada external imbalance, yakni fluktuasi Rupiah, sedangkan pengaruh harga komoditas internasional relatif minimal. Kondisi permintaan yang dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran serta masih relatif terjaganya ekspektasi inflasi menjadi faktor penahan laju inflasi kelompok ini. Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Grafik Interaksi Permintaan dan Penawaran Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

46 Faktor Eksternal Tekanan imported inflation sedikit meningkat sebagai dampak depresiasi Rupiah pada triwulan III Secara rata-rata Rupiah melemah 8,18% (qtq) ke level Rp per dolar AS atau secara point to point terdepresiasi 14,29% (qtq) ke level Rp per dolar AS. Seperti halnya pelemahan mata uang negaranegara di kawasan Asia, depresiasi nilai tukar Rupiah terutama dipengaruhi penyesuaian kepemilikan non residen di aset keuangan domestik yang dipicu sentimen terkait pengurangan (tapering off) stimulus moneter oleh the Fed. Dari sisi fundamental, tekanan depresiasi Rupiah lebih besar dengan relatif tingginya defisit transaksi berjalan di Indonesia. Pada akhir triwulan III tekanan rupiah berkurang sejalan dengan membaiknya kinerja inflasi dan neraca perdagangan serta sentimen positif penundaan tapering off oleh The Fed. Dampak pass through nilai tukar ini tercermin pada inflasi barang-barang dengan kandungan impor tinggi seperti bahan bangunan, elektronik dan otomotif. Beberapa komoditas yang tercatat mengalami peningkatan harga pada periode laporan diantaranya Air Conditioner (9,92% yoy) dan keramik (8,97% yoy). Interaksi permintaan dan penawaran Tekanan permintaan pada triwulan laporan meningkat. Sesuai dengan pola musimannya, permintaan barang dan jasa mengalami peningkatan pada momen perayaan hari raya keagamaan yang jatuh pada triwulan laporan. Namun demikian, tekanan permintaan tersebut dapat direspon dengan baik oleh sisi penawaran. Hal ini terindikasi dari hasil Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara sebagaimana tercermin pada grafik 2.16 Ekspektasi Inflasi Ekspektasi inflasi masyarakat Bali, baik dari sisi konsumen maupun pedagang cukup terjaga. Hal ini sesuai dengan hasil Survei Konsumen maupun Survei Pedagang Eceran Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali-Nusa Tenggara (grafik 2.17 dan grafik 2.18). Konsumen dan Pedagang berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3 dan 6 bulan yang akan datang, tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 dan 6 bulan yang akan datang dibandingkan dengan saat ini yang berada diatas 100. Ekspektasi pedagang dan konsumen mengalami peningkatan pada awal triwulan III-2013, dan kembali melandai pada akhir triwulan III-2013 seiring dengan mulai membaiknya kondisi pasokan bahan pangan dan berangsur-angsur hilangnya dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi. Grafik Ekspektasi Pedagang Grafik Ekspektasi Konsumen 46 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

47 Bab 3 Perbankan dan Sistem Pembayaran Perbankan sebagai salah satu motor penggerak perekonomian, secara konsisten menunjukkan peningkatan kinerja. Sampai dengan triwulan III-2013 seluruh indikator kinerja utama perbankan mengalami peningkatan. Aset perbankan mengalami peningkatan sebesar 15,22% (ytd) lebih besar dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 14,69% (ytd). Peningkatan ini didorong oleh peningkatan DPK yang mencapai 13,53% (ytd) lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 12,76 (ytd). Peningkatan pada DPK memungkikan perbankan untuk mendorong penyaluran kredit hingga mencapai 18,81% (ytd) lebih besar dibanding periode sebelumnya sebesar 15,58% (ytd). Secara umum pada triwulan III-2013, kinerja industri perbankan di Bali, baik bank umum maupun Bank Perkreditan Rakyat (BPR),yang diukur dari indikator asset, tumbuh sebesar 20,74% (yoy). Pertumbuhan ini tercatat lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 20,15% (yoy). Peningkatan asset terutama terjadi akibat peningkatan kemampuan bank untuk mengerahan dana masyarakat yang tercermin dari peningkatan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 18,16% (yoy). Lebih lanjut, pertumbuhan kredit tercatat masih sangat tinggi pada kisaran 28,20% (yoy), walaupun tercatat sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Pelemahan pertumbuhan kredit diperkirakan akibat telah diselesaikannya sebagian besar kegiatan-kegiatan investasi, baik investasi pemerintah maupun investasi swasta.hal ini menyebabkan rasio LDR tertekan pada level 76,43%, sementara NPL terkendali pada level rendah sebesar 0,72% PERKEMBANGAN KEGIATAN USAHA BANK UMUM Kinerja bank umum kembali mengalami peningkatan, setelah sempat melambat pada triwulan II, asset bank umum pada triwulan III-2013 tercatat meningkat sebesar 20,01% (yoy). Secara komulatif, sampai dengan September 2013,asset tumbuh sebesar 15,03% (ytd) lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,53% (ytd). Pertumbuhan aset yang tinggi tersebut tidak terlepas dari peran bank pemerintah yang sangat besar.pertumbuhan asset bank permerintah tercatat memiliki kecenderungan sebagai pertumbuhan yang tertinggi dan pada triwulan III-2013 mencapai 21,37% (yoy). Dengan kecenderungan pertumbuhan yang selalu tinggi, share pembentukan asset bank pemerintah cenderung semakin meningkat dan tercatat sebesar 59,98%. Besarnya pembentukan aset bank pemerintah di Bali, terutama didukung oleh jumlah kantor dan jaringan kantor yang relatif lebih besar dibandingkan dengan kolompok bank yang lain. Selain jaringan kantor yang cukup besar, produk dan jasa layanan yang ditawarkan oleh bank pemerintah juga relative lebih beragam, serta dukungan infrastruktur yang cukup memadai. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

48 TABEL 3.1. Perkembangan Usaha Bank Umum Di Bali (dalam miliar Rp) Indikator IV I II III IV I II III V Aset 52,101 53,242 57,091 60,983 63,625 64,846 68,041 73,186 Kredit Umum 30,576 31,855 34,337 36,684 39,662 41,421 44,770 47,163 Modal Kerja 12,750 12,948 14,518 15,182 16,512 16,669 17,373 18,319 Investasi 5,727 6,183 6,404 7,110 7,884 8,652 10,269 10,658 Konsumsi 12,099 12,724 13,415 14,392 15,266 16,100 17,128 18,186 Kredit MKM 25,031 25,747 27,599 29,257 31,274 32,345 34,953 36,155 Pangsa Kredit MKM Kredit UMKM 12,776 12,925 14,411 14,873 15,959 16,116 17,782 18,677 Pangsa Kredit UMKM Dana Pihak Ketiga 45,604 46,898 49,577 52,988 54,948 55,982 57,840 62,259 Deposito 14,547 14,971 15,412 15,893 16,430 16,541 16,971 18,044 Giro 8,838 9,896 10,347 11,505 10,490 11,901 12,045 13,379 Tabungan 22,219 22,031 23,818 25,590 28,028 27,540 28,824 30,835 NPL (Gross) LDR Grafik 3.1. Pertumbuhan Tahunan Aset, DPK dan Kredit %, yoy Rp Miliar 33 Nominal Aset growth Aset 80, growth Kredit growth DPK 70, ,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 0 Grafik 3.2. Komposisi dan Pertumbuhan Aset Menurut Kelompok Bank Share Bank Pemerintah Share Bank Swasta Nasional growth Bank Asing & Campuran Share, % 100% 80% 60% 40% 20% 0% Share Bank Asing & Campuran growth Bank Swasta Nas growth Bank Pemerintah %, yoy Selain didorong oleh pertumbuhan bank pemerintah, pertumbuhan asset perbankan di Bali juga didukung oleh pertumbuhan bank asing yang tercatat tumbuh sebesar 7,58% (yoy) setelah mengalai kontraksi sebesar 2,49% pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, pertumbuhan bank asing belum mampu memberikan dampak yang cukup besar mengingat share bank asing yang cukup kecil hanya sebesar 2,21%. Sementara dari sisi perbankan swasta, pembentukan aset pada kelompok bank swasta pada triwulan III-2013 tercatat sebesar 37,81% dari total aset, dengan pertumbuhan sebesar 18,84% (yoy). Pertumbuhan ini tercatat lebih rendah dibanding dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 20,64%. 48 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

49 Pelaksanaan Fungsi Intermediasi Pelaksanaan fungsi intermediasioleh perbankan masih diindikasikan tinggi, tercermin dari tingkat LDR masih berada pada kisaran 75,75%. Meskipun masih tercatat tinggi, LDR triwulan III-2013 tercatat lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 77,40%. Penurunan ini diperkirakan disebabkan oleh pelambatan yang terjadi pada ekspansi kredit khususnya pada bank BUMN, terkait dengan berkurangnya kegiatan investasi dengan skala besar dalam rangka realisasi MP3EI. Selain hal tersebut kecenderungan peningkatan suku bunga yang terjadi pada perbankan, diperkirakan turut menekan pertumbuhan kredit dan pada saat yang bersamaan mendorong pengerahan dana masyarkat. Sementara dari sisi DPK, kemampuan perbankan dalam mengerahkan dana masyarakat tercatat meningkat. Hal ini terjadi seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan perekonominan. Selain itu, penguatanperan perbankan untuk meningkatkan layanannya, baik dari sisi kualitas maupun dari sisi jaringan, juga diperkirakan turut mendorong pengerahan dana masyarakat. Grafik 3.3. Perkembangan LDR dan Komposisi Kredit Terhadap Aset Bank Umum Grafik 3.4. Perkembangan Share Kredit terhadap PDRB % I II III IV I II III IV I II III Kredit terhadap Aset LDR % I II III IV I II III IV I II Share Growth Kredit Triwulanan terhadap PDRB Share Growth Kredit Tahunan terhadap PDRB Seiring dengan kecenderungan penurunan LDR, rasio kredit terhadap asset, yang menunjukkan konsentrasi bisnis bank, juga terindikasi menurun pada kisaran 64,46%. Walaupun tercatat menurun, namun rasio kredit terhadap asset cenderung mengalami peningkatan.hal ini mengindikasikan bahwa bank umum, semakin focus pada penyaluran kredit sesuai dengan peran dan fungsinya. Dilihat dari kelompok bank, meskipun LDR bank pemerintah mengalami penurunan, namun pencapaian LDR bank pemerintah merupakan yang tertinggi sebesar 79,18%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 80,80%. Sementara LDR bank swasta tercatat sebesar 73,05% dan bank asing hanya sebesar 34,93%. Seiring dengan penurunan LDR bank pemerintah, LDR bank swasta dan bank asing juga tercatat menurun. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

50 Grafik 3.5. Perkembangan LDR menurut Kelompok Bank Grafik 3.6. Komposisi Kredit terhadap Aser % Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran % I II III IV I II III IV I II III Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran Bank Pemerintah Penghimpunan Dana Pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat disertai dengan kecenderungan peningkatan suku bunga perbankan, diperkirakan mampu mendorong pertumbuhan DPK hingga 17,50%, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 16,67%. Menurut kelompok bank, peningkatan DPK terutama didorong perbankan asing yang mampu tumbuh sebesar 6,77% setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 4,86%. Pertumbuhan DPK bank asing diperkirakan dipengaruhi oleh depresiasi nilai rupiah yang mendorong perilaku Nasabah untuk mengubah valuta simpanan dari rupiah ke valuta asing. Hal ini terlihat dari pertumbuhan DPK dalam valas yang mengalami peningkatan sangat tajam sebesar 21,18%, jauh lebih tinggi dibanding rata-rata pertumbuhan dalam 3 tahun terakhir yang tidak mencapai 10,00%. Sementara pertumbuhan dana tertinggi dicapai oleh bank swasta yang tercatat sebesar 18,47%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 17,77%. Sementara bank pemerintah sebagai bank dengan share terbesar, pertumbuhan DPK mencapai 17,39%, sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 17,01%. Peningkatan pengerahan dana masyarakat oleh bank swasta lebih cepat dibanding bank pemerintah, hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan suku bunga simpanan bank swasta yang lebih besar dibanding bank pemerintah. Selain suku bunga yang lebih tinggi, promosi yang gencar yang disertai pemberian hadiah langsung diperkirakan turut mendorong pertumbuhan DPK. Dilihat dari jenisnya, DPK terbesar yang dapat dihimpun oleh perbankan adalah tabungan yang mencapai 49,53% dari total DPK diikuti oleh deposito sebesar 28,98% dan giro sebesar 21,49%. Tingginya konsentrasi DPK dalam jenis tabungan didorong oleh besarnyadanaperorangan terkait dengan struktur perekonomian Bali yang sangat didominasi oleh kegiatan usaha skala MKM dan minim kegiatan industri besar. Kondisi tersebut menyebabkan simpanan dalam bentuk tabungan menjadi pilihan yang paling ideal, mengingat kemudahan dalam bertransaksi. Pertumbuhan DPK umumnya dipengaruhi oleh pertumbuhan simpanan dalam bentuk deposito yang mencapai 13,53%, lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya sebesar 10,12%. Sementara simpanan dalam bentuk lain, tabungan dan giro, mengalami pelambatan. Peningkatan deposito yang diikuti dengan perlambatan tabungan dan giro, mengindikasikan bahwa peningkatan DPK disebabkan oleh peningkatan suku bunga yang terjadi pada akhir triwulan III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

51 Grafik 3.7. Pertumbuhan DPK Grafik 3.8. Pertumbuhan DPK Menurut Kelompok Bank % %, yoy 100% 35 80% % 20 40% % 5 0% 0 I II III IV I II III IV I II III Share Deposito Share Tabungan Share Giro Growth Giro Growth Tabungan Growth Deposito % I II III IV I II III IV I II III Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran Bank Pemerintah Penyaluran Kredit Penyaluran kredit pada triwulan III-2013 mampu tumbuh sebesar 28,57% (yoy). Meskipun tumbuh tinggi, namun catatan pertumbuhan ini masih lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 30,38% (yoy).perlambatan kredit diperkirakan akibat berakhirnya kegiatan investasi skala besar dan kecenderungan tingkat suku bunga perbankan. Hal ini diindikasikan dari penurunan kredit jenis investasi yang sangat tajam dari 60,35% pada triwulan II-2013 menjadi 49,89% pada triwulan III. Penyaluran kredit di Provinsi Bali tidak terlepas dari industry pariwisata, hal ini terindikasi dari pertumbuhan kredit yang cukup tinggi untuk kegiatan penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum.selain industry pariwisata, kredit juga didorong oleh perkembangan industry perumahan, baik untuk keperluan residensial maupun komersil. Hal ini mendorong kredit khusunya pada sub sektor kontruksi dan kredit non produktif atau konsumsi. Berdasarkan kelompok bank, seluruh kelompok bank mengalami perlambatan kredit. Namun demikian perlambatan terbesar terjadi pada kelompok bank asing yang tercatat melambat menjadi 102,54% dari 109,71% pada triwulan sebelumnya. Sementara bank swasta tercatat melambat dari 32,65% menjadi 30,56%. Adapun bank pemerintah, sebagai penyalur kredit terbesar, mengalami pertumbuhah paling kecil dan tercatat melambat dari 28,22% menjadi 26,58%. Grafik 3.9. Pertumbuhan Kredit Perbankan Grafik Komposisi Kredit Rp Miliar 50,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Nominal Kredit Pertumbuhan Kredit %, yoy I II III IV I II III IV I II III Share, % %, yoy 100% 70 80% % 40 40% % 10 0% 0 I II III IV I II III IV I II III Konsumsi Investasi Modal Kerja growth Modal Kerja growth Investasi growth Konsumsi Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

52 Menurut jenis kreditnya, kredit jenismodal kerjasebagai kredit dengan share terbesar, sebesar 38,84% dari total kredit, tercatat mengalami peningkatan dari 19,66% (y-o-y), menjadi 20,67% (yoy). Pertumbuhan kredit modal kerja disinyalir didorong oleh peningkatan aktivitas pedagangan, seiring dengan berkembangnya pusat ekonomi.selain itu hal ini juga diperkirakan dipengaruhi oleh perkembangan industry perumahan yang tersebat di seluruh penjuru Bali.Hal ini diindikasikan dari besarnya pendanaan jenis modal kerjapada kegiatan perdagangan, baik perdagangan retail maupun perdagangan besar dan pada kegiatan kontruksi. Peningkatan ini diperkirakan terjadi seiring dengan menguatnya konsumsi masyarakat dan dunia usaha serta peningkatan permintaan eksternal terkait peningkatan jumlah kunjungan wisatawan. Sementara kredit jenis investasi yang mencapai 22,60% dari total kredit, tumbuh sebesar 49,89% (y-o-y), melambat dibanding triwulan sebelumnya sebesar60,35% (yoy).perlambatan yang signifikan pada kredit investasi dipengaruhi oleh berakhirnya kegiatan investasi skala besar. Adapun kredit jenis konsumsi yang memiliki share dalam pembentukan kredit sebesar 38,56%, tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan kredit konsumsi mencapai 26,37% (yoy) lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya sebesar 27,68% (yoy). Perlambatan kredit konsumsi diperkirakan dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan suku bunga dan diberlakukannya kebijakan loan to value kredit. TABEL 3.2. Perkembangan Kredit Menurut Sektor (dalam miliar Rp) Sektor Ekonomi IV I II III IV I II Sept Perdagangan Besar dan Ece 8,239 8,372 9,729 10,255 11,045 11,452 12,913 13,518 Penyediaan Akomodasi dan 2,405 2,810 2,946 3,526 3,937 4,081 5,015 5,225 Real Estate, Usaha Persewa 1,346 1,088 1,058 1,128 1,164 1,253 1,499 1,545 Industri Pengolahan 1,056 1,227 1,361 1,346 1,427 1,446 1,532 1,586 Perantara Keuangan ,042 1,304 1,536 1,415 1,615 1,746 Jasa Kemasyarakatan ,222 1,354 1,433 1,481 1,118 1,215 Konstruksi ,220 1,450 1,666 1,758 Pertanian Lainnya 14,576 15,380 15,538 16,237 17,148 18,043 18,564 19,689 Secara sektoral, sektor ekonomi dengan penyaluran kredit produktif terbesar adalah untuk kegiatan perdagangan yang mencapai 28,66%, dan tumbuh sebesar 31,82% (yoy) pada triwulan III Baik pertumbuhan maupun share kredit untuk kegiatan ini cukup stabil, mengindikasikan bahwa kegiatan ini cukup kuat dalam perekonomian. Hal ini juga mencerminkan struktur perekonomian yang sangat dipengaruhi oleh sub sektor perdagangan. Selain kredit perdagangan, ekspansi kredit terbesar kedua disalurkan untuk kredit kegiatan produktif adalahuntuk sektor peyediaan akomodasi dan makan minum yang mampu tumbuh sebesar48,18% (yoy) dan mencapai 11,08%dari total kredit. Share kredit untuk sektor ini tercatat mengalami peningkatan secara konsisten dari 8,29% pada awal 2010 menjadi 11,08% pada triwulan III Peningkatan yang sangat tinggi pada alokasi kredit untuk sektor ini terutama didorong ekspektasi pelaku usaha yang sangat positif terhadap kinerja industry pariwisata di Bali.Hal ini yang pada akhirnya mendorong kegiatan investasi dalam bentuk hotel dan restoran Non Performing Loan (NPL) Prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit oleh perbankan telah diterapkan secara konsisten.hal ini tercermin dari kecenderungan kualitas kredit yang perbaikan ditengah ekspansi kredit yang cukup 52 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

53 tinggi.jumlah kredit yang dikategorikan dalam non performing loan (NPL)pada triwulan III-2013tercatat menurun, rasio NPL 0,51%lebih rendah dibanding periode sebelumnya sebesar 0,54%. Perbaikan kualitas NPL terjadi karena peningkatan pembinaan yang dilakukan perbankan kepada nasabahnya serta proses penyaluran kredit yang selektif. Selain itu, kondisi perekomonian yang kondusif juga diperkirakan turut mendorong peningkatan kualitas kredit perbankan. Grafik Perkembangan NPL Kredit Grafik NPL Berdasarkan Kelompok Bank % I II III IV I II III IV I II III Modal Kerja Investasi Konsumsi % I II III IV I II III IV I II III Bank Pemerintah Bank Swasta Nasional Bank Asing & Campuran Berdasarkan kelompok bank, NPL tertinggi terjadi pada kelompok bank asing campuran dengan NPL 0,69%, diikuti oleh bank swasta sebesar 0,53% dan bank persero dengan NPL 0,49%. Bank asing dan bank pemerintah tercatat memiliki kecenderungan turun di tahun 2013, namun bank swasta cenderung mengalami peningkatan. Berdasarkan sektor ekonomi, sektor perdagangan besar dan eceran tercatat sebagai sektor dengan rasio NPL terbesar yang tercatat sebesar 0,79%. Catatan ini lebih rendah dibanding periode sebelumnya 0,84%.Hal yang sama juga terjadi untuk sektor pertanian dan jasa kemasyarakatan yang masing-masing memiliki NPL sebesar 0,77% dan0,66%, keduanya mengalami perbaikan dari periode sebelumnya sebesar 1,17% dan0,75% PERKEMBANGAN BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) Sampai dengan triwulan III-2013 pertumbuhan asset BPR mencapai 17,23% (ytd) sedikit lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 16,36% (ytd). Meskipun secara komulatif terjadi peningkatan, namun pada triwulan III-2013, kinerja BPR kecenderungan mengalami perlambatan.asset BPR tercatat melambat dari 30,56% (yoy) menjadi 28,49% (yoy) pada triwulan III-2013.Perlambatan asset tersebut diperkirakan karena berkurangnya pendanaan dari lembaga keuangan lainnya, mengingat DPK BPR tercatat mengalami peningkatan dari 26,27% (yoy) menjadi 27,65% (yoy). Walaupun DPK tercatat meningkat, kredit mengalami perlambatan sebesar 25,71% (yoy). Hal ini menyebabkan tingkat pencapaian loan to deposit ratiobprtercatat melambat sebesar 82,63%dari periode sebelumnya 84,50%. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

54 TABEL 3.3. KINERJA BANK PERKREDITAN RAKYAT (BPR) DI BALI (dalam miliar Rp) Indikator IV I II III IV I II Sept Aset 4,801 4,960 5,311 5,772 6,326 6,443 6,934 7,416 Kredit Umum 3,520 3,762 4,158 4,482 4,754 4,979 5,362 5,612 Modal Kerja 1,834 1,956 2,175 2,333 2,397 2,490 2,697 2,873 Investasi Konsumsi 1,375 1,473 1,647 1,775 1,908 1,982 2,094 2,226 Dana Pihak Ketiga 3,254 3,377 3,512 3,703 4,054 4,171 4,435 4,727 Deposito 2,278 2,279 2,368 2,522 2,798 2,855 2,951 3,178 Tabungan 975 1,098 1,144 1,181 1,256 1,316 1,484 1,549 NPL (Gross) LDR Peningkatan DPK BPR pada triwulan III-2013 sangat dipengaruhi oleh kecenderungan peningkatan suku bunga perbankan.namun demikian, peningkatan suku bunga yang juga terjadi pada bank umum, menyebabkan pertumbuhan DPK BPR terbatas. Hal ini diindikasikan dari peningkatan pada simpanan dalam bentuk deposito dari 24,61% (yoy) menjadi 26,03% (yoy). Hal ini semakin dipertegas dengan peningkatan yang terjadi pada triwulan III-2013 setelah malambat pada triwulan I dan II. Demikian pula dana dalam bentuk tabungan tercatat mengalami peningkatan pada level yang cukup tinggi. Tabungan tumbuh sebesar31,11% meningkat dari periode sebelumnya sebesar 29,70% (yoy). Keberhasilan BPR menghimpun tabungan disebabkan suku bunga tabungan BPR masih cukup bersaing dengan suku bungan bank umum, hal ini lebih disebabkan karena tabungan bank umum, umumnya memiliki suku bunga yang sangat rendah. Peningkatan DPK yang umumnya disebabkan oleh peningkatan suku bunga, kurang direspon oleh pertumbuhan kredit.kredit BPR pada triwulan III-2013 tercatat melambat dari 28,94% (yoy) menjadi 25,21% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan akibat tingginya suku bunga kredit.perlambatan terjadi pada seluruh jenis kredit. Sama halnya dengan bank umum, pelambatan terbesar terjadi pada jenis kredit investasi yang melambat dari 69,52% menjadi 65,50%. Demikian halnya kredit konsumsi,walaupun mengalami perlambatan namun tetap mencatatkan pertumbuhan yang masih tinggi mencapai 25,38%. Masih tingginya pertumbuhan ini diperkirakan karena penguatan ekspansi kredit pada sektor-sektor baru seperti sektor property. 54 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

55 Grafik Pertumbuhan Aset, Kredit dan DPK Grafik Komposisi Kredit terhadap Aset dan LDR % Rp miliar 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III % I II III IV I II III IV I II III Aset Growth DPK Growth Kredit Growth Aset Komposisi kredit terhadap aset LDR Dilihat dari komposisi kredit terhadap aset BPR, komposisi kredit terhadap asetmengalami penurunan dari 66,86%pada triwulan II-2013 menjadi 65,48%pada triwulan III Tingginya komposisi kredit terhadap asset menunjukkan bahwa BPR menjadikan kredit sebagai fokus bisnis bank karena terbatasnya instrument pengalokasian aktiva produktif yang dimiliki oleh BPR. Sementara berdasarkan sektor yang dibiayai, kredit sektor real estate tercatat memiliki pertumbuhan terbesar dan mencapai 211,03% (yoy). Pertumbuhan yang sangat besar ini mendorong share kredit real estate dari 1,19% menjadi 2,07% dalam satu tahun. Hal ini diperkirakan terjadi karena beberapa BPR mulai telibat pembiayaan usaha pengembangan perumahan. Sedangkan, kredit ke sektor perdanganan yang mencapai 31,27% dan merupakan share terbesar tumbuh18,75%.tingginya konsentrasi pada sektor perdagangan sesuai dengan sebaran BPR yang mayoritas berlokasi di Denapsar dan Badung, dimana sektor perdangan menjadi sektor utama bagi kota dan kabupaten tersebut. Upaya peningkatan kualitas kredit secara konsisten terus dilakukan, hal ini terlihat dari perbaikan rasio NPLBPR yang membaik dari triwulan II-2013 sebesar 4,97% menjadi 2,45% pada triwulan III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

56 BOX B Kinerja Keuangan Inklusif Bali Akses keuangan yang luas pada masyarakat sangat diperlukan dalam mempercepat gerak roda perekonomian. Optimalisasi peran lembaga keuangan dapat meningkatkan fungsi lembaga keuangan sebagai jembatan finansial yang kan mendistribusikan sumber dana secara efisien pada sektor-sektor usaha yang produktif. Upaya mewujudkan akses yang luas bagi masyarakat pada layanan lembaga keuangan disebut juga dengan keuangan inklusif. Untuk melihat perkembangan financial inclusion di Bali, maka dibutuhkan indikator-indikator financial inclusion yang menggambarkan kondisi secara umum dalam tingkat provinsi maupun kabupaten/kota. Beberapa indikator yang dapat digunakan antara lain jumlah rekening depositor di bank umum per penduduk, jumlah kantor bank per km2, jumlah kantor bank per penduduk, jumlah ATM per km2, dan jumlah ATM per penduduk. Tabel Indikator Financial Inclusion Bali 2013 Indikator Financial Inclusion Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karangasem Buleleng Denpasar Bali Jumlah rekening depositor di bank umum per penduduk Jumlah kantor bank per km Jumlah kantor bank per penduduk Jumlah ATM per km Jumlah ATM per penduduk Sumber : KPw Bank Indonesia Wilayah III BPS Dalam Angka 2012 Jumlah rekening depositor di bank umum per penduduk bertujuan menggambarkan tingkat partisipasi masyarakat menggunakan jasa simpanan di bank umum melalui pembukaan rekening. Provinsi Bali mampu mencapai angka rekening depositor di bank umum untuk setiap penduduk. Sedangkan apabila dilihat lebih rinci per kabupaten/kota, terlihat bahwa Kota Denpasar mencatatkan angka tertinggi untuk indikator ini yaitu sebesar , sekitar sembilan kali lipat dibandingkan yang dicatatkan Kabupaten Karangasem yang memiliki angka terendah sebesar Peran perbankan untuk mendukung financial inclusion dapat dilihat dari fasilitas yang disediakan oleh bank untuk masyarakat terutama kantor bank dan Automatic Teller Machine (ATM). Untuk melihat densitas kantor bank umum dan BPR dalam suatu cakupan area tertentu, digunakan indikator jumlah kantor bank per km2. Perbankan di Provinsi Bali mampu menyediakan 149 kantor bank per km2. Menilisik lebih dalam pada tingkat kabupaten/kota, ternyata Kota Denpasar memperlihatkan performa luar biasa dengan jumlah kantor bank sebanyak dalam area km2. Hal ini menunjukkan bahwa di 56 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

57 Kota Denpasar terdapat sekitar 2-3 kantor bank pada luasan 1 km x 1 km. Pada sisi lain, Kabupaten Jembrana mencatatkan angka terendah dengan hanya terdapat 23 kantor bank dalam area km2. Selain melihat densitas kantor bank, perlu juga dilihat ketersediaan kantor bank untuk melayani penduduk dalam jumlah tertentu melalui indikator jumlah kantor bank per penduduk. Provinsi Bali mampu menyediakan 23 kantor bank untuk setiap penduduk. Pada periode yang sama, Kabupaten/kota yang memiliki level tertinggi untuk indikator ini adalah Kota Denpasar yang mencatatkan 58 kantor bank untuk melayani Pada waktu yang sama, kabupaten Karangasem, Bangli, dan Jembrana hanya memiliki 7 kantor bank untuk setiap penduduk. Fasilitas ATM merupakan salah satu bentuk pelayanan bank untuk mempermudah masyarakat untuk melakukan transaksi penarikan tunai, transfer uang, dan sebagainya. Terkait dengan hal tersebut maka ketersediaan ATM pada suatu area tertentu merupakan salah satu ukuran financial inclusion. Ketersediaan ATM ini diukur melalui indikator banyaknya ATM per km2. Provinsi Bali secara umum memiliki 225 ATM per km2 luas wilayah. Melihat ketersediaan ATM pada lingkup kabupaten/kota, maka Kota Denpasar memiliki ATM terbanyak dalam tiap km2 yaitu pada angka Sedangkan Kabupaten Bangli memiliki jumlah ATM paling kecil yaitu hanya sekitar 17 ATM untuk tiap luasan km2. Untuk melihat peran ATM secara lebih luas dalam mendukung financial inclusion, maka selain indikator jumlah ATM per km2, perlu juga diperhatikan kemampuan ATM melayani penduduk. Terkait dengan itu, maka indikator jumlah ATM per penduduk akan memberikan deskripsi pelayanan bank melalui ATM kepada masyarakat. Provinsi Bali secara keseluruhan menyediakan 35 ATM untuk tiap penduduk. Hal yang cukup mengejutkan adalah ternyata Kabupaten Badung mampu menyediakan 118 ATM untuk tiap penduduk. Sedangkan kabupaten dengan jumlah ATM terendah adalah Karangasem dan Bangli yang hanya tersedia 4 ATM untuk tiap penduduk. Indikator financial inclusion pada dasarnya diturunkan dari dua sisi yaitu minat masyarakat menggunakan jasa perbankan (misalnya indikator jumlah depositor di bank umum per penduduk) dan fasilitas perbankan (misalnya jumlah kantor bank per km2) Oleh sebab itu, pemerataan financial inclusion tidak hanya dilakukan dari peningkatan fasilitas perbankan saja, melainkan juga dari peningkatan minat masyarakat untuk menggunakan jasa bank. Karena keputusan suatu bank menambah jumlah kantor cabang, ATM, atau fasilitas lainnya di suatu daerah terkait langsung dengan minat masyarakat menggunakan jasa perbankan di daerah tersebut PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sistem pembayaran mengulas mengenai perkembangan transaksi tunai dan non tunai dalam wilayah kerja Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III (Bali dan Nusa Tenggara). Sistem pembayaran tunai pada triwulan III mengalami net outflow, dengan jumlah aliran keluar (outflow) dari Bank Indonesia meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya yang berada pada posisi net inflow. Kondisi ini dipengaruhi oleh peningkatan aktivitas ekonomi sepanjang triwulan III-2013 yang didorong oleh masuknya tahun ajaran baru dan perayaan hari raya keagamaan yang mempengaruhi meningkatnya kebutuhan uang kartal di masyarakat. Sedangkan dari sisi pembayaran non tunai, transaksi RTGS mengalami peningkatan signifikan. Hal tersebut mengindikasikan meningkatnya kebutuhan transaksi non tunai dalam nominal besar, yang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

58 dipengaruhi oleh masih maraknya pembangunan infrastruktur di triwulan III-2013, yang diperkirakan mempengaruhi peningkatan kebutuhan transaksi non tunai di masyarakat. Sementara itu, jumlah transaksi menggunakan kliring mengalami penurunan (kontraksi), sedangkan dari sisi nominal transaksi mengalami peningkatan pada triwulan III Perkembangan Transaksi Pembayaran Tunai Perkembangan Aliran Masuk (Inflow) dan Keluar (Outflow) serta Kegiatan Penukaran Pada triwulan III-2013, aliran uang kartal antara Bank Indonesia dengan perbankan di Provinsi Bali mengalami net outflow setelah pada triwulan sebelumnya berada pada posisi net inflow. Uang kartal keluar dari Bank Indonesia ke masyarakat (outflow) meningkat pesat dibandingkan aliran yang masuk ke Bank Indonesia (inflow) sehingga menyebabkan net outflow mencapai Rp miliar, jauh berbeda dibanding triwulan sebelumnya yang berada pada posisi net inflow sebesar Rp 35 miliar. Transaksi outflow yang diakibatkan oleh penarikan bank pada triwulan III-2013 mencapai Rp miliar, meningkat 32,93% dibanding transaksi pada periode yang sama tahun 2012 yang tercatat Rp miliar (yoy). Transaksi tersebut juga lebih tinggi 68,32% dibanding triwulan sebelumnya (qtq). Peningkatan transaksi outflow dipengaruhi oleh tingginya aktivitas ekonomi yang dilakukan masyarakat seiring tahun ajaran baru sekolah dan perayaan beberapa hari raya keagamaan seperti Hari Raya Idul Fitri serta Hari Raya Saraswati dan Pagerwesi yang mendorong meningkatnya kebutuhan uang kartal oleh masyarakat. Selain itu, periode Juli-Agustus juga merupakan peak season kunjungan wisatawan domestik dan mancanegara, Hal tersebut diperkirakan turut mempengaruhi meningkatnya transaksi dan kebutuhan uang kartal di masyarakat. Sementara itu, transaksi inflow akibat penarikan bank tercatat sebesar Rp miliar, meningkat 31,25% dibanding transaksi periode yang sama tahun 2012 yang tercatat Rp miliar. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi inflow juga mengalami peningkatan sebesar 11,77% untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam hal penggunaan uang kartal. Tabel 0.1. Perkembangan Transaksi Uang Kartal di Bali (Rp Miliar) Indikator Pertumbuhan (%) I II III IV I II III IV I II III qtq yoy Inflow (Miliar Rp) 1,397 1,299 2,347 1,352 2,281 1,901 2,131 1,830 2,906 2,503 2, Outflow (Miliar Rp) 1,111 2,166 3,092 2,542 1,623 2,790 3,125 3,242 2,280 2,468 4, Net Inflow/(Outflow) 286 (868) (745) ( 1,190) 658 ( 888) ( 994) ( 1,412) (1,357) ( ) Penukaran (Miliar Rp) (12.22) Uang Palsu (Lembar) 1, , (27.06) Mayoritas transaksi uang kartal oleh masyarakat Bali menggunakan uang kertas dibandingkan dengan uang logam. Hal tersebut ditunjukkan oleh tingginya dominasi penggunaan uang kertas baik inflow maupun outflow, yang rata-ratanya mencapai 90,39%. Rata-rata tersebut sedikit lebih tinggi dibanding rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 86,32%. Transaksi inflow uang kertas didominasi oleh pecahan Rp ,- dan Rp , dengan persentase keduanya mencapai 70,51% dari lembar transaksi inflow pada triwulan III Lembar inflow yang ditransaksikan mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya, dengan pertumbuhan sebesar 4,57% (qtq). Sementara itu, transaksi outflow uang kertas juga didominasi oleh uang kertas pecahan besar, yaitu Rp dan Rp ,-, dengan persentase mencapai 58,45% dari lembar outflow yang 58 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

59 ditransaksikan. Lembar outflow uang kertas di triwulan III-2013 meningkat pesat sebesar 76,13% (qtq). Hal tersebut mengindikasikan kebutuhan transaksi uang kertas di masyarakat cenderung meningkat, terutama untuk jenis pecahan besar. Untuk transaksi uang logam, transaksi inflow didominasi oleh pecahan Rp 500,- (41,68%), kemudian diikuti uang pecahan Rp 100,- (28,70%). Berbeda dengan pola transaksi uang kertas, transaksi inflow uang logam jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya dengan kontraksi mencapai 63,83% (qtq). Sementara itu, transaksi outflow uang logam masih meningkat 11.92% (qtq), dengan mayoritas pecahan yang ditransaksikan adalah Rp 1.000,- (31,39%), diikuti pecahan Rp 200,- (30,48%) dan Rp 500,- (28,17%). Grafik Perkembangan Uang Kartal di Bali Grafik Perkembangan Kegiatan Kas Keliling Miliar Rp 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 (1,000) (2,000) I II III IV I II III IV I II III Net Inflow/(Outflow) Inflow Outflow Meningkatnya kebutuhan uang kartal juga terindikasi dari tingginya kegiatan penukaran yang dilakukan sepanjang triwulan III Kegiatan penukaran uang pecahan kecil yang sudah dicabut dilakukan dengan membuka loket penukaran di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III, serta menggunakan sarana kas keliling untuk menjangkau penukaran uang di daerah yang relatif jauh dari Bank Indonesia atau di pusat-pusat transaksi di suatu daerah. Kegiatan penukaran yang dilaksanakan pada triwulan III-2013 mencapai Rp 71 miliar, dengan rata-rata penukaran sebesar Rp 1,13 miliar per hari. Volume penukaran tersebut meningkat 19,52% dibanding penukaran pada triwulan sebelumnya. Sementara untuk kegiatan kas keliling, frekuensi kas keliling yang dilakukan oleh Bank Indonesia pada triwulan III-2013 tercatat sebanyak 15 kali, dengan nominal kas kas keliling sebesar Rp 15,87 miliar Perkembangan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Untuk menjaga kualitas uang kartal yang diedarkan ke masyarakat dan mempertahankan uang beredar dalam keadaan layak edar (clean money policy), Bank Indonesia melakukan upaya pemusnahan atau kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang telah dicabut dan tidak layak edar (lusuh/rusak). Jumlah lembar uang kertas tidak layak edar dalam berbagai pecahan yang telah dimusnahkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III sepanjang triwulan III menurun 35,34% dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan nominal uang yang dimusnahkan meningkat 21,32% (qtq). Lembar pecahan yang paling banyak dimusnahkan adalah uang pecahan Rp Rp , yang mencapai 91,15% dari lembar uang yang dimusnahkan. Menurunnya jumlah lembar uang yang dimusnahkan merupakan upaya Bank Indonesia untuk melakukan sosialisasi mengenai kebijakan clean money policy, dalam rangka meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap kondisi uang serta kebijakan penurunan tingkat soil untuk menjaga peredaran uang di masyarakat. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

60 Perkembangan Temuan Uang Palsu Temuan uang palsu di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Bali dan Nusa Tenggara tercatat mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Uang palsu yang ditemukan sepanjang triwulan III-2013 tercatat sebanyak 887 lembar, berkurang sebesar 27,06% dibanding temuan triwulan sebelumnya yang mencapai lembar. Persentase terbesar dari uang palsu yang ditemukan adalah uang pecahan besar yaitu Rp ,- (93,12%), kemudian diikuti pecahan Rp ,- (6,31%). Sementara itu, uang palsu untuk jenis pecahan kecil relative jarang ditemukan. Untuk meminimalkan peredaran uang palsu di Bali, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III terus berupaya memberikan sosialisasi ciri-ciri keaslian uang Rupiah kepada masyarakat umum. Grafik Perkembangan Kegiatan PTTB Grafik Temuan Uang Palsu Lembar 1,400 1,200 1, ,216 1, I II III IV I II III IV I II III IV I II III Perkembangan Transaksi Pembayaran Non Tunai Pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya geliat perekonomian domestik mendorong peningkatan kebutuhan terhadap transaksi non tunai sehingga membutuhkan dorongan kebijakan yang ditempuh oleh Bank Indonesia terkait dengan sistem pembayaran non tunai dalam rangka menciptakan sistem pembayaran yang efektif, efisien, aman, dan handal. Untuk itu, Bank Indonesia secara terus menerus melakukan penyempurnaan dan pengembangan terhadap sistem pembayaran non tunai baik melalui kliring maupun RTGS, antara lain melalui kebijakan untuk mengurangi risiko pembayaran dan peningkatan kualitas, serta kapasitas pelayanan sistem pembayaran Perkembangan Kliring Transaksi non tunai menggunakan kliring mengalami peningkatan dari sisi nominal, sedangkan dari jumlah transaksi sedikit mengalami kontraksi. Jumlah transaksi kliring sepanjang triwulan III sebanyak 525 ribu lembar, mengalami kontraksi sebesar 2,94% dibanding triwulan sebelumnya dengan transaksi mencapai 541 ribu lembar. Sedangkan nominal transaksi sepanjang triwulan III-2013 mencapai Rp miliar, atau meningkat 4,34% dibanding triwulan lalu. Meningkatnya nominal transaksi menggunakan kliring menunjukkan bahwa kebutuhan masyarakat akan alat pembayaran non tunai bernilai relatif kecil mengalami peningkatan di tengah masuknya tahun ajaran baru dan perayaan hari raya keagamaan pada triwulan III Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

61 Tabel 0.2. Perkembangan Perputaran Kliring dan Cek/BG Kosong Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I II III qtq (%) yoy (%) PERPUTARAN KLIRING DEBET DAN KLIRING KREDIT Lembar (Ribu Lembar) (2.94) (1.99) Nominal Kliring (Miliar Rp) 9,024 8,788 9,754 10,497 10,305 11,977 11,525 12,871 11,782 12,467 13, Rata-rata lembar per hari (ribu lbr) (10.64) (5.10) - Rata-rata nominal per hari (Juta Rp) (3.94) 9.29 TOLAKAN CEK/BG KOSONG Lembar (Ribu Lembar) (7.85) Nominal Cek/ BG kosong (Juta Tp) (5.08) Rata-rata lembar per hari (Ribu Lembar) (15.17) Rata-rata nominal per hari (Juta Rp) (12.61) 0.22 Jumlah tolakan cek/bilyet giro kosong pada triwulan III-2013 tercatat sebanyak 8 ribu lembar dengan nominal penolakan sebesar Rp 326 miliar. Lembar penolakan tersebut berkurang 7,85% dibanding triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebanyak 8,42 ribu lembar. Lembar penolakan mencapai 1,48% terhadap keseluruhan lembar kliring yang ditransaksikan sepanjang triwulan III. Persentase tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 1,56%. Sementara itu, nominal penolakan yang tercatat sebesar Rp 326 miliar pada triwulan III juga mengalami penurunan sebesar 5,08% (qtq). Nominal transaksi penolakan tersebut mencapai 2,51% dari keseluruhan nominal kliring sepanjang triwulan III Persentase tersebut juga lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 2,76%. Penurunan jumlah lembar maupun nominal tolakan cek/bilyet giro kosong serta jumlah tolakan yang terbilang rendah mengindikasikan bahwa sistem pembayaran yang diselenggarakan di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III dapat dikatakan handal. Grafik Perkembangan Kliring Grafik Perkembangan Tolakan Cek/BG kosong Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Meningkatnya aktivitas perekonomian sepanjang triwulan III turut mempengaruhi peningkatan kebutuhan transaksi non tunai menggunakan RTGS. Total transaksi RTGS sepanjang triwulan III-2013 tercatat mencapai Rp miliar, meningkat 40,92% dibanding triwulan sebelumya yang tercatat sebesar Rp miliar. Jumlah transaksi RTGS juga mengalami peningkatan, dengan transaksi sepanjang triwulan III tercatat sebanyaj transaksi. Jumlah tersebut meningkat 65% dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebanyak transaksi. Nilai dan jumlah transaksi RTGS sepanjang triwulan III-2013 juga lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun 2012, masing-masing meningkat 75% dan 76,96% (yoy). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

62 Baik transaksi dari Bali (RTGS from) maupun transaksi menuju Bali (RTGS to) mengalami peningkatan transaksi. Nilai RTGS from pada triwulan III-2013 tercatat sebesar Rp miliar atau mengalami peningkatan 3,17% dibanding triwulan sebelumnya (qtq), sementara jumlah transaksinya tercatat sebesar transaksi, atau meningkat 43,66% (qtq). Selain itu, nilai RTGS to tercatat mengalami peningkatan 95,44% dibanding triwulan sebelumnya (qtq) dengan nilai RTGS sepanjang triwulan III-2013 sebesar Rp miliar. Jumlah transaksi pada triwulan III tercatat sebesar transaksi, atau mengalami peningkatan sebesar 87,84% dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 0.3. Perkembangan Transaksi RTGS Indikator Pertumbuhan I II III IV I II III IV I II III qtq yoy RTGS dari Bali Nilai Transaksi (Miliar Rp) 20,341 23,092 25,017 23,230 15,550 22,231 28,185 30,382 29,941 33,865 34, Jumlah Transaksi 15,626 15,789 17,076 20,177 15,813 20,373 22,531 25,534 21,235 24,172 34, RTGS ke Bali Nilai Transaksi (Miliar Rp) 11,207 12,553 11,241 11,017 9,620 14,134 17,969 20,675 21,187 23,450 45, Jumlah Transaksi 18,347 18,257 19,334 21,068 17,710 20,004 21,061 23,039 20,623 22,580 42, RTGS Antara Nilai Transaksi (Miliar Rp) 3,357 3,411 3,429 3,473 2,764 3,369 3,858 4,356 3,990 4,144 9, Jumlah Transaksi 4,751 4,468 4,686 5,310 4,282 4,789 5,078 5,763 5,107 5,630 9, Nilai dan jumlah transaksi menggunakan RTGS sepanjang triwulan III cenderung meningkat, hal ini mengindikasikan adanya peningkatan kebutuhan transaksi non tunai bernilai besar. Hal ini terjadi baik transaksi dari Bali maupun menuju ke Bali. Rata-rata nominal transaksi RTGS from menurun dari Rp 1,4 miliar per transaksi menjadi Rp 1,01 miliar per transaksi, sementara RTGS to meningkat dari rata-rata triwulan II sebesar Rp 1,04 miliar menjadi sebesar Rp 1,08 miliar pada triwulan III. Hal tersebut konsisten dengan yang terjadi pada triwulan sebelumnya, dimana rata-rata nominal transaksi RTGS from menurun, sedangkan ratarata nominal transaksi RTGS to meningkat. Grafik Perkembangan Transaksi RTGS dari Bali Grafik 0.22 Perkembangan Transaksi RTGS ke Bali 62 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

63 Bab 4 4. Keuangan Pemerintah Realisasi anggaran pendapatan daerah Provinsi Bali pada triwulan III-2013 mencapai 85,10% lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun 2012 sebesar 78,34%. Sementara itu, realisasi anggaran belanjanya sebesar 49,20%, juga lebih tinggi dibandingkan realisasi belanja triwulan III 2012 sebesar 41,83%. Realisasi belanja langsung pada triwulan III 2013 sebesar 45,29% lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 36,76%. Hal ini menunjukkan realisasi belanja guna menstimulasi mesin perekonomian semakin baik ANGGARAN PENDAPATAN PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Bali pada tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp 3,57 triliun bersumber utama dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan yang masingmasing memberikan kontribusi sebesar 54,09% dan 26,01%. Pengamatan hingga triwulan III 2013 menunjukkan bahwa realisasi pendapatan daerah Pemerintah Daerah Provinsi Bali diperkirakan mencapai Rp 3,04 triliun atau sebesar 85,10%, lebih tinggi dibandingkan realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang hanya sebesar 78,34%. Meskipun realisasinya relatif lebih tinggi, namun selisihnya tidak terlalu signifikan. Hal ini menunjukkan pola realisasi anggaran pendapatan dari tahun ke tahun relatif sama. Tingkat realisasi yang relatif lebih cepat dibandingkan pos-pos lainnya adalah pada pos Hasil Pengelolaan Pajak Daerah yang DIpisahkan dengan realisasi yang mencapai 133,31% atau Rp105,59 miliar dari yang ditargetkan. Realisasi ini sedikit berbeda dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang menempatkan Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah sebagai pos pengeluaran dengan realisasi tercepat yaitu 223,58%. Sementara itu, pada triwulan laporan, relaisasi pendapatan yang tercepat kedua adalah pos Retribusi Daerah dengan tingkat realisasi sebesar 106,83% diikuti oleh pos Pendapatan Asli Daerah Lainnya yang Sah mencapai 106,61% dari anggaran semula ANGGARAN BELANJA PEMERINTAH PROVINSI BALI Anggaran Belanja Daerah Pemprov Bali pada tahun 2013 ditargetkan sebesar Rp 4,32 triliun yang dialokasikan dalam dua bagian yaitu belanja tidak langsung yang sifatnya rutin dengan porsi 63,5% dan belanja langsung dengan porsi 36,5%. Sebagian besar belanja tidak langsung dialokasikan pada pos belanja hibah dengan porsi sebesar 29,05% dan pos belanja pegawai dengan porsi sebesar 28,41% dari total belanja tidak langsung. Sedangkan alokasi belanja langsung sebagian besar berada pada pos belanja barang dan jasa dengan porsi sebesar 53,8% dari total belanja langsung. Pengamatan hingga triwulan III 2013 menunjukkan bahwa realisasi belanja diperkirakan sebesar 49,20%, lebih besar jika dibandingkan dengan realisasi pada triwulan III 2012 sebesar 41,83%. Realisasi belanja hibah yang berada pada kelompok belanja tidak langsung dan sifatnya rutin mengalami peningkatan dibandingkan dengan realisasi pada triwulan III tahun sebelumnya. Realisasi belanja tidak langsung pada triwulan laporan mencapai Rp 1,41 triliun atau sebesar 51,44%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

64 triwulan III 2012 yang hanya mencapai Rp1,06 triliun atau sebesar 44,57%. Pada sisi anggaran benlanja langsung, realisasi belanja modal yang menggambarkan investasi pemerintah pada perekonomian daerah sudah relatif meningkat dibandingkan pada triwulan III Realisasi belanja modal pada triwulan III 2013 mencapai Rp 216 miliar atau sebesar 31,62%, lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan III tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp 77 miliar atau sebesar 16,85%. Meningkatnya realisasi belanja modal ini menunjukkan bahwa investasi pemerintah pada perekonomian daerah telah berhasil dipercepat pada triwulan III Tabel 4.1. Rata-rata Realisasi Pendatan dan Belanja Daerah Triwulan III Periode URAIAN % REALISASI APBD TW III 2010 % REALISASI APBD TW III 2011 % REALISASI APBD TW III % REALISASI APBD TW III RATA-RATA % REALISASI APBD TW III PENDAPATAN DAERAH 83,71 76,54 78,34 85,10 80,92 PENDAPATAN PAJAK DAERAH 87,03 100,00 83,40 93,49 90,98 BELANJA DAERAH 39,25 41,28 41,83 49,20 42,89 BELANJA TIDAK LANGSUNG 40,75 45,24 44,57 51,44 45,50 BELANJA MODAL 28,05 16,33 16,85 31,62 23,21 Sumber : Pemda Provinsi Bali 4.3. ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA PEMERINTAH TIAP DAERAH DI PROVINSI BALI Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah pemerintah daerah (pemda) seluruh Bali disumbangkan dari 8 pemerintah daerah Kabupaten, 1 pemerintah daerah Kota, dan 1 pemerintah daerah Provinsi. Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan, Realisasi hingga triwulan II 2013 seluruh anggaran pendapatan di Provinsi Bali mencapai 6,71 triliun atau 48,73% dari total yang dianggarkan yaitu sebesar Rp13,77 triliun. Apabila realisasi berjalan sesuai pola selama ini, maka perkiraan realisasi anggaran pendapatan pada triwulan laporan adalah pada kisaran 75%. Sementara itu, seluruh anggaran belanjanya yang mencapai Rp15,34 triliun hingga triwulan II 2013 mampu direalisasikan sebesar 28,95% dan diperkirakan pada triwulan laporan mampu direalisasikan sekitar 38%. Realisasi tertinggi anggaran pendapatan pada triwulan II 2013 adalah pada anggaran Pemerintah Provinsi Bali yaitu sebesar 55,91% diikuti oleh Pemerintah Kabupaten Klungkung sebesar 53,90%. Sementara itu, realisasi terkecil adalah Pemerintah Kabupaten Badung yang hanya sebesar 35,88% (lihat Grafik 4.1). Pada pos PAD, realisasi terbesar adalah Pemerintah Kabupaten Klungkung sebesar 65,26%. Hal ini dapat dipahami mengingat target PAD Kabupaten Klungkung adalah Rp48,54 miliar jauh lebih kecil dibandingkan rata-rata PAD di Provinsi Bali yang mencapai Rp515,3 miliar. 64 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

65 .Grafik 4.1. Realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Seluruh Bali Triwulan II Sumber : DJPK Untuk realisasi anggaran belanja triwulan II , pemerintah daerah yang mempunyai tingkat realisasi belanja tertinggi adalah pemerintah kabupaten Buleleng sebesar 34,02%. Sementara itu realisasi terkecil adalah Pemerintah Kabupaten Badung dengan realisasi sebesar 22,92%. Untuk anggaran rutin seperti belanja pegawai, realisasi terbesar adalah Pemerintah Kota Denpasar dengan tingkat realisasi sebesar 46,85%. Pemerintah Provinsi Bali mempunyai tingkat realisasi belanja pegawai terkecil yaitu hanya sebesar 34,32%. Realisasi belanja modal sebagai stimulus perekonomian sampai dengan triwulan II 2013 mencapai 11,71%. Pemerintah Provinsi Bali merealisasikan 17,90% anggaran belanja modalnya dan merupakan yang tertinggi dibandingkan pemerintah daerah lainnya di Provinsi Bali. Realisasi terendah adalah Pemerintah Kota Denpasar dengan tingkat realisasi belanja modal sebesar 3,16%. Rendahnya realisasi belanja modal menunjukkan masih relatif kecilnya peran pemerintah daerah dalam bentuk penyaluran dana produktif guna menstimulasi perekonomian daerah. Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

66 Tabel 4.2. APBD Provinsi Bali (dalam Juta Rupiah) URAIAN APBD 2012 REALISASI APBD TW III 2012 % APBD 2013 REALISASI APBD TW III 2013 % PENDAPATAN DAERAH 3,249,751 2,545, ,568,393 3,036, PEND. ASLI DAERAH (PAD) 1,751,376 1,547, ,930,000 1,848, Pendapatan Pajak Daerah 1,595,931 1,330, ,751,570 1,637, Retribusi Daerah 34,145 33, ,336 14, Hsl PMD & Hsl Pengel. Kek. Daerah yg dipisahkan 73,250 75, , , Lain-Lain PAD yg Sah 48, , ,883 91, DANA PERIMBANGAN 852, , , , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 124, , ,991 91, Dana Alokasi Umum (DAU) 694, , , , Dana Alokasi Khusus (DAK) 34,026 25, ,835 32, Dana Penguatan Infrastruktur Daerah LAIN-LAIN PENDAPATAN YG SAH 646, , , , Pendapatan Hibah 29,782 10, ,115 5, Dana bagi hsl pajak dr Prov & pemda lainnya 139,252 59, Dana Penyesuaian & otonomi khusus 388, , , , Bantuan Keuangan dr Prov atau Pemda lain 88,484 3, , , BELANJA DAERAH 3,656,633 1,529, ,316,449 2,123, BELANJA TIDAK LANGSUNG 2,372,921 1,057, ,741,116 1,410, Belanja Pegawai 779, , , , Belanja Barang Belanja Subsidi 4, ,000 1, Belanja Hibah 744, , , , Belanja Bantuan Sosial 27,958 11, , , Belanja Bagi Hsl kpd Prov/Kab/Kota & Pemda 680, , , , Belanja Bantuan Keuangan kpd Prov/Kab/Kota/Desa 106,700 62, , , Belanja Tidak Terduga 29, , BELANJA LANGSUNG 1,283, , ,575, , Belanja Pegawai 53,455 21, ,210 21, Belanja Barang dan Jasa 777, , , , Belanja Modal 458,097 77, , , SURPLUS/(DEFISIT) (406,883) 1,016,227 (748,056) 913,017 PEMBIAYAAN 732, , ,203 Sumber : Pemda Provinsi Bali 66 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

67 Bab 5 5. Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Nilai Tukar Petani (NTP) yang menggambarkan kesejahteraan petani pada akhir triwulan III 2013 mengalami penurunan 1,42% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Inflasi perdesaan tercatat mengalami deflasi pada akhir triwulan III 2013 yaitu 0,03% (m-t-m) sementara secara nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0.08%. Tingkat pengangguran pada Februari 2013 mencapai 1,89 % lebih rendah dibandingkan kondisi Agustus 2012 yang mencapai 2,04 % KETENAGAKERJAAN Tingkat pengangguran di Bali pada Agustus 2013 berada pada level 1,79% atau sebanyak orang. Jika bandingkan periode sebelumnya yang mencapai 1,89% (Februari 2013) dan 2,04% (Agustus 2012), telah terjadi penurunan tingkat pengangguran. Tren penurunan tingkat pengangguran sudah terjadi sejak Februari Sebagian besar pekerja bekerja di bidang perdagangan dengan proporsi mencapai 27,64% diikuti dengan sektor pertanian dalam arti luas dengan proporsi 24,00%. Kedua proporsi tersebut sejalan dengan besarnya kontribusi kedua sektor tersebut terhadap pembentukan output perekonomian. Namun demikian, proporsi pekerja pada sektor pertanian terus mengecil dari tahun ketahun. Besarnya proporsi pada awal 2013 ini merupakan yang terkecil sejak tahun Penurunan proporsi ini sejalan dengan relatif kecilnya pertumbuhan tahunan sektor pertanian pada triwulan laporan. Sektor dengan peningkatan proporsi jumlah tenaga kerja antara lain adalah sektor industri dan sektor kontruksi. Peningkatan tenaga kerja yang bekerja di kedua sektor ini menurunkan proporsi tenaga kerja yang bekerja di sektor perdagangan dari 29,24% pada Feburari 2013 mejadi 27,64% pada Agustus Sementara itu, rasio jumlah pekerja yang bekerja secara penuh (full time) terhadap total pekerja pada Agustus 2013 adalah sebesar 73,17% lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya yaitu Agustus 2012 sebesar 76,0%. Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan penuh juga menurun dari 1.786,66 ribu orang menjadi 1.663,74 ribu orang. Penurunan ini perlu diantisipasi dengan pendidikan ketrampilan dan wirausaha sehingga angkatan kerja dapat secara mandiri menemukan lapangan kerja yang potensial. 6. Grafik 5.1. Perkembangan Jumlah Pengangguran Provinsi Bali ribu jiwa jumlah pengangguran % tingkat pengangguran (rhs) Feb 09 Ags 09 Feb 10 Ags 10 Feb 11 Ags 11 Feb 12 Ags 12 Feb 13 Ags 13 Sumber : BPS Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

68 Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan III 2013 menunjukkan penurunan penggunaan tenaga kerja dibandingkan triwulan sebelumnya. Nilai survey yang menunjukkan angka di bawah nol menunjukkan bahwa terdapat penurunan jumlah karyawan tetap. Hasil survey yang menunjukkan nilai positif terakhir kali adalah saat triwulan IV 2011 (lihat Grafik 5.2). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan II 2013 dari 6,71% pada triwulan sebelumnya menjadi 6,05% diperkirakan menjadi penyebab masih rendahnya penyerapan tenaga kerja. Untuk perkiraan penggunaan tenaga kerja triwulan IV 2013 mendatang, hasil survey menunjukkan terdapat rencana peningkatan penggunaan tenaga kerja meskipun tidak seoptimis triwulan sekarang. Prediksi peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan saat ini dan triwulan mendatang mendorong perkiraan penyerapan tenaga kerja. Grafik 5.2. NTP Provinsi Bali dan Nasional SBT (DALAM %) TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW TW III IV Sumber : BPS Hasil survei menunjukkan bahwa dunia usaha masih belum bekerja pada kapasitas penuh. Penggunaan kapasitas produksi meningkat hingga level 78,95% pada Triwulan III 2013 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang hanya berada pada level 65,50%. Penggunaan kapsitas produksi ini merupakan yang tertinggi sejak akhir tahun Penggunaan kapasitas produksi tertinggi terjadi pada awal tahun 2010 yang mencapai 81,30%. Penurunan penyerapan tenaga kerja baru ternyata meningkatkan penggunaan kapasitas usaha. Hal ini mengindikasikan adanya peningkatan produktifitas pekerja KESEJAHTERAAN Perkembangan NTP selama triwulan III 2013 menunjukkan penurunan nilai NTP pada akhir triwulan laporan dibandingkan akhir triwulan sebelumnya yaitu dari 108,36 menjadi 106,82. NTP Bali selama triwulan laporan berfluktuasi namun lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat Gambar 5.1). Penurunan NTP dipicu oleh kenaikan indeks yang dibayar pada seluruh sub sektor pertanian sepanjang triwulan III Kenaikan indeks yang dibayar tertinggi adalah sub sektor tanaman pangan dengan kenaikan hingga 3,41% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, kenaikan indeks yang diterima tidak sebesar kenaikan indeks yang dibayar. Kenaikan indeks yang diterima tidak terjadi di sub sektor hortikultura dengan penurunan indeks dibandingkan akhir triwulan sebelumnya adalah 0,75%. Sedangkan sub sektor dengan kenaikan indeks yang diterima tertinggi adalah sub sektor peternakan dengan kenaikan 3.54%. Secara total, semua sub sektor mengalami penurunan NTP akibat kenaikan yang tinggi pada indeks yang dibayarkan kecuali sub sektor peternakan yang mengalami kenaikan NTP sebesar 0,81% dibandingkan akhir triwulan sebelumnya. Sementara itu, untuk penurunan NTP, sub sektor dengan penurunan tertinggi adalah sub sektor hortikultura dan sub sektor perikanan dengan penurunan masing-masing sebesar 3,95% dan 1,72%. 68 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

69 Perkembangan NTP Bali dari waktu ke waktu berfluktuasi namun mengalami tren menurun sejak triwulan III 2012 kecuali pada pertengahan triwulan II NTP dengan nilai terendah terjadi pada awal tahun 2011, sementara titik tertinggi NTP selama tahun adalah pada awal triwulan IV Selain itu, selama kurun waktu tersebut, NTP Bali selalu berada di atas nasional. Meskipun NTP yang lebih tinggi mengindikasikan kesejahteraan petani yang lebih tinggi, penurunan NTP perlu segera diantisipasi. Dengan demikian tingkat kesejahteraan petani yang sebagian besar merupakan penduduk desa tidak terus merosot. Grafik 5.1. NTP Provinsi Bali dan Nasional, NTP Bali Nasional I II III IV I II III IV I II III Sumber : BPS Data inflasi perdesaan menunjukkan bahwa terjadi deflasi di perdesaan pada akhir triwulan III 2013 yaitu 0,03% (m-t-m), sementara di tingkat nasional terjadi inflasi perdesaan sebesar 0,08% (m-t-m). Namun demikian, deflasi umum di Denpasar jauh lebih rendah dibandingkan sebesar 0,45% (m-t-m). Selama triwulan III 2013 angka inflasi bulanan di perdesaan pada bulan Agustus lebih rendah dibandingkan inflasi umum Denpasar namun pada dua bulan lainnya inflasi perdesaan lebih tinggi dan deflasinya lebih dangkal. Inflasi perdesaan yang rendah dan stabil memperkuat daya beli masyarakat khususnya di perdesaan. Dengan demikian kesejahteraan masyarakat dapat terwujud. Program peningkatan kesejahteraan di Bali masuk dalam tahap dua pasca pemilu Gubenur Provinsi Bali pada tahun Program bernama Bali Mandara Jilid II dilaksanakan pada kurun waktu 2013 hingga Program ini mencakup 11 bidang mulai dari kesehatan, pendidikan, seni hingga bidang keamanan. Program kesehatan antara lain adalah membangun layanan kesehatan seperti rumah sakit, tenaga medis dan penyempurnaan program layanan kesehatan gratis Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM). Bidang pendidikan meliputi pelaksanaan wajib belajar 12 tahun, penyediaan fasilitas pendidikan termasuk pendidikan luar biasa, peningkatan kualitas guru dan penerbitan kartu pintar dan buku tabungan Bali Mandara bagi siswa kurang mampu. Bidang ekonomi meiputi pemberdayaan UMKM, pelatihan calon tenaga kerja, dan pemberdayaan pasar tradisional. Bidang sosial meliputi bedah rumah sebanyak unit, bantuan hibah Rp 200 juta untuk setiap desa pakraman dan pengembangan tanggap darurat dalam penanggulangan bencana. Bidang seni meliputi optimalisasi pusat kesenian (art centre) sebagai pengembangan seni dan budaya, pengembangan 100 desa wisata, pengelolaan hak atas kekayaan intelektual (HAKI) dan pengembangan pariwisata budaya spiritual. Bidang olah raga seperti pengembangan fasilitas olahraga dan penghargaan bagi atlet berprestasi. Bidang lingkungan dan pertanian meliputi pengembangan 1000 Simantri (sistem pertanian terintegrasi), pengembangan pertanian organik serta pengembangan potensi kelautan. Bidang Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

70 pemberdayaan perempuan meliputi pengembangan pembinaan kesejahteraan keluarga (PKK), penyediaan tempat penitipan anak (TPA) dan pendirian koperasi wanita tani. Bidang infrastruktur meliputi penyediaan sumber energi listrik hingga 1000 megawatt, penyediaan air bersih, pembangunan bandara di Bali Utara serta revitalisasi Pelabuhan Celukan Bawang. Bidang demokrasi dan hak asasi manusia meliputi pemberdayaan lembaga swadaya masyarakat, organisasi masyarakat dan lembaga public serta pengembangan pers yang sehat. Bidang keamanan dan ketertiban masyarakat meliputi koordinasi TNI dan Polri dalam menjaga keamanan di Bali, pembinaan satuan pengamanan masyarakat seperti satpam dan pecalang serta modernisasi aparat keamanan TNI dan POLRI. Program-program tersebut diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bali di masa depan. 70 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

71 Bab 6 7. Prospek Perekonomian Perekonomian Bali pada triwulan IV-2013 diperkirakan mengalami ekspansi dan tumbuh lebih tinggi pada kisaran 5,9 6,4% (yoy). Peningkatan tersebut diperkirakan masih didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang masih memilliki andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan menunjukkan peningkatan pada triwulan IV Peningkatan tersebut didorong oleh maraknya aktivitas MICE pada triwulan IV-2013, salah satunya KTT APEC pada Oktober Selain itu, masuknya libur akhir tahun juga diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV Pada triwulan IV-2013 tekanan inflasi Bali diperkirakan mereda dan akan kembali pada keseimbangan normal. Sebagaimana tercermin pada perkembangan inflasi sebelumnya, tekanan inflasi bulan Agustus dan September 2013, sudah menurun dibandingkan dengan inflasi Juli Pergerakan harga barang dan jasa di awal triwulan IV-2013 juga telah melandai seiring mulai berakhirnya dampak penyesuaian harga BBM bersubsidi dan membaiknya kondisi pasokan, yang diperkirakan akan berlanjut pada November Namun demikian, masih terdapat upside risk yang berpotensi memberi tekanan harga di akhir tahun sehingga inflasi diperkirakan akan berada dalam rentang 6,5 8,5 (yoy) MAKRO EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV-2013 Setelah menunjukkan perlambatan dalam dua triwulan terakhir, perekonomian Bali pada triwulan IV-2013 diperkirakan meningkat. Pertumbuhan ekonomi Bali diperkirakan mengalami ekspansi dan tumbuh lebih tinggi pada kisaran 5,9 6,4% (yoy) (lihat Grafik 6.1).. Peningkatan tersebut diperkirakan masih didorong oleh pertumbuhan konsumsi yang masih memilliki andil besar terhadap pertumbuhan ekonomi Bali. Dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor PHR serta sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan akan menunjukkan peningkatan pada triwulan IV Peningkatan tersebut didorong oleh maraknya aktivitas MICE pada triwulan IV-2013, salah satunya KTT APEC pada Oktober Selain itu, masuknya libur akhir tahun juga diperkirakan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Bali pada triwulan IV Pelaku usaha optimis dalam memandang perkembangan dunia usaha ke depan. Hal ini terindikasi dari hasil Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013 dengan Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang masih tumbuh tinggi. Peningkatan diperkirakan terjadi pada sektor usaha pertanian, PHR, pengangkutan dan komunikasi, serta sektor jasa-jasa (lihat Grafik 6.2). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

72 Grafik 7.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bali Grafik 7.2. Perkembangan Kegiatan Usaha miliar Rp YOY 9,500 PDRB 7.5% 9,000 Gr. Y.o.Y (%) (Rhs) 7.0% 8, % 8,000 7, % 7, % 6, % 6,000 5, % 5, % * Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Tabel 7.1. Perkembangan Kegiatan Usaha Triwulan IV-2013 Kriteria Ekspektasi Pelaku Keterangan Usaha Perkembangan Kegiatan Usaha Meningkat Optimisme membaiknya prospek perekonomian dibandingkan sebelumnya, terutama di sektor PHR dan Jasa yang dipengaruhi oleh peak season kunjungan di akhir tahun, serta sektor pengangkutan dan komunikasi sebagai dampak meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan Perkembangan Harga Jual Meningkat Prospek perekonomian meningkat dan permintaan domestik masih tinggi, terutama di sektor Pertanian, PHR, dan Industri Perkembangan Penggunaan Tenaga Kerja Meningkat Kinerja sektor utama meningkat, terutama pada pertanian, PHR dan jasa yang mendorong meningkatnya kebutuhan tenaga kerja Kapasitas Produksi Terpakai Meningkat Terjadi seiring perkembangan kegiatan usaha yang cenderung meningkat Situasi Bisnis Kedepan Meningkat Situasi bisnis optimis lebih baik dari saat ini Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) Triwulan III-2013, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Konsumsi rumah tangga diperkirakan menguat, dengan dipengaruhi peningkatan permintaan domestik. Beberapa indikator mengindikasikan meningkatnya konsumsi kedepan, seperti Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) dari hasil Survey Konsumen yang berada di level optimis sebesar 109,17. Optimisme tersebut dipengaruhi oleh keyakinan atas membaiknya penghasilan ke depan, supply lapangan kerja, serta keyakinan atas kegiatan usaha ke depan. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan konsumsi antara lain jatuhnya beberapa Hari Raya umat Hindu pada triwulan IV-2013, serta meningkatnya jumlah kunjungan wisatawan saat memasuki peak season di akhir tahun Indeks Tendensi Konsumen (ITK) juga memperkirakan kondisi konsumen pada triwulan IV-2013 diperkirakan akan membaik, walaupun tingkat optimismenya tidak setinggi dibanding triwulan III ITK pada triwulan IV-2013 diperkirakan mencapai 114,41 (lihat Grafik 6.3), dengan perkiraan membaiknya kondisi ekonomi konsumen didorong oleh perkiraan peningkatan pendapatan rumah tangga serta kenaikan perkiraan pembelian barang tahan lama di triwulan IV Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

73 Grafik 7.3. Indeks Tendensi Konsumen Grafik 7.4. Ekspektasi Situasi Bisnis Ke depan Situasi Bisnis Selama 3 Bulan Terakhir Ekspektasi Situasi Bisnis pada 6 Bulan Mendatang TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II TW III TW IV TW I TW II SBT (Dalam %) TW III TW IV* Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Sumber : Survey Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), Bank Indonesia Konsumsi pemerintah diperkirakan juga meningkat di akhir tahun, dengan dipengaruhi oleh realisasi belanja pemerintah dan banyaknya program pembangunan yang bersifat multiyear dengan target realisasi yang ketat. Sedangkan dari sisi sektoral, pertumbuhan sektor PHR diperkirakan kembali meningkat seiring dengan masuknya peak season akhir tahun Selain itu, sektor pengangkutan dan komunikasi diperkirakan juga mampu tumbuh sebesar 7,45% (yoy) pada triwulan IV Dari sisi ekspor, proyeksi pertumbuhan negaranegara tujuan ekspor utama Bali dapat dilihat pada Tabel 6.2. Tabel 7.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Utama Bali Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi 2 Negara 2 Share Ekspor Bali Amerika Serikat 3 21,55 2, ,7 Jepang 3 11,95 1,9 2,0 1.2 Singapura 2 8, Australia 2 8,89 3,6 3,0 3.3 Hongkong 2 4,53 1,4 3,0 4.4 World Output Keterangan : 1 Proporsi ekspor berdasarkan Negara Tujuan Ekspor Provinsi Bali sepanjang Triwulan III-2013, Bank Indonesia 2 Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam World Economic Outlook IMF, April Proyeksi pertumbuhan ekonomi dalam World Economic Outlook IMF, Update Juli INFLASI REGIONAL TRIWULAN IV-2013 Pada triwulan IV 2013 tekanan inflasi Bali diperkirakan mereda dan akan kembali pada keseimbangan normal. Sebagaimana tercermin pada perkembangan inflasi sebelumnya, tekanan inflasi bulan Agustus dan September 2013, sudah menurun dibandingkan dengan inflasi Juli Hal ini seiring mulai berakhirnya dampak kenaikan harga BBM bersubsidi dan membaiknya kondisi pasokan, yang diperkirakan akan berlanjut pada triwulan IV Namun demikian, masih terdapat upside risk yang berpotensi memberi tekanan harga di akhir tahun sehingga inflasi diperkirakan akan berada dalam rentang 6,56% - 8,56% (yoy). Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

74 Grafik 7.5. Proyeksi Inflasi Bali Grafik 7.6. Perkembangan Perkiraan Penawaran dan Permintaan Provinsi Bali Sumber : Badan Pusat Statistik, diolah Keterangan : *) Angka Proyeksi BI Sumber : Survey Pemantauan Harga Mingguan (SPHM) BI Tekanan inflasi kelompok core inflation diperkirakan meningkat. Peningkatan ini seiring dengan periode peak season kunjungan wisata pada akhir tahun. Tekanan inflasi diperkirakan akan bersumber pada kelompok transportasi, makanan jadi dan biaya tempat tinggal. Disamping itu, tekanan depresiasi Rupiah masih berpotensi untuk mendorong inflasi dari sisi imported inflation. Peningkatan ekspektasi masyarakat (baik dari sisi konsumen maupun sisi pedagang) mengalami peningkatan dalam level yang terkendali. Konsumen masih memiliki optimisme adanya kenaikan harga kedepan. Hal tersebut terindikasi dari hasil Survei Konsumen (SK) dengan indeks diatas 100. Peningkatan keyakinan konsumen terutama terjadi untuk periode 6 bulan kedepan dengan indeks pada Oktober 2013 sebesar 189,50. Sementara indeks periode 3 bulan kedepan mencapai 184,50. Konsumen memperkirakan perubahan harga terjadi di hampir seluruh kelompok komoditi terutama pada kelompok bahan makanan, Makanan jadi, Perumahan listrik dan LGA, serta kelompok Sandang. Sementara itu, sisi penawaran diperkirakan akan dapat merespon sisi permintaan dengan baik sebagaimana tercermin pada hasil Survei Pedagang Eceran grafik 6.6 Grafik 7.7. Ekspektasi Pedagang terhadap Perubahan Barang dan Jasa Grafik 7.8. Ekspektasi Konsumen terhadap Perubahan Harga Barang & Jasa Sumber : Survey Penjualan Eceran (SPE), Bank Indonesia Sumber : Survey Konsumen, Bank Indonesia 74 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013

75 Inflasi administered price diperkirakan stabil. Dampak penyesuaian BBM pada 21 Juni 2013 diperkirakan akan berangsur-angsur hilang mulai awal triwulan IV Hal ini menyebabkan inflasi administered price berada pada level yang stabil. Potensi inflasi kelompok ini diperkirakan bersumber pada implementasi kebijakan peningkatan Tarif Listrik Tahap IV yang rencananya akan dilaksanakan pada triwulan IV Tekanan inflasi kelompok volatile food (VF) diperkirakan akan berada pada level moderat. Setelah sempat meningkat pada triwulan III-2013, tekanan inflasi VF diperkirakan akan berada pada level moderat seiring dengan membaiknya pasokan, baik yang bersumber dari produksi lokal maupun impor. Beberapa produksi komoditas volatile foods seperti beras dan ikan-ikanan menunjukkan peningkatan sebagaimana tercermin dalam grafik 6.9 dan 6.10 Namun demikian, masih terdapat upward risk pada kelompok bahan pangan diantaranya anomali cuaca, dan untuk komoditas pangan yang didukung oleh impor berpotensi mengalami gangguan akibat kondisi pasokan Negara asal yang tidak optimal. Grafik 7.5. Perkembangan dan Perkiraan Kebutuhan & Suplai Beras di Provinsi Bali Grafik 7.6. Perkembangan Produksi Ikan di Pelabuhan Pengambengan Provinsi Bali ton Rp/kg ton Sumber : Dinas Pertanian Provinsi Bali Sumber : Kementrian Kelautan dan Perikanan RI *) Estimasi Produksi Dinas Pertanian Provinsi Bali Gambar 6.1. Perkiraan Curah Hujan Provinsi Bali Sumber : BMKG Sumber : BMKG Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi BaliTriwulan III

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-2013 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV-213 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan IV-213 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan I 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 212 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III Jl. Letda Tantular No.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN I 213 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Kajian Ekonomi Divisi Ekonomi Moneter Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali

Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2015 Untuk informasi lebih lanjut dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMISTATISTIK

BERITA RESMISTATISTIK BERITA RESMISTATISTIK BPS PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT No. 72/11/52/Th. VII, 6 November-2013 PERTUMBUHAN EKONOMI NUSA TENGGARA BARAT PADA TRIWULAN III-2013 PDRB Provinsi NTB pada triwulan III-2013 a. Dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Bali Triwulan IV 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 2015 Untuk informasi lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 215 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi : Tim Asesmen dan Advisory Divisi Advisory dan Pengembangan Ekonomi Daerah Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Provinsi Nusa Tenggara Timur

Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur triwulan I 2015 FOTO : PULAU KOMODO Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau. *)angka sementara **)angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Laju perekonomian provinsi Kepulauan Riau di triwulan III-2008 mengalami koreksi yang cukup signifikan dibanding triwulan II-2008. Pertumbuhan ekonomi tercatat berkontraksi

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Agustus 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2 Kupang

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN 2012 No. 44/08/51/Th. VI, 6 Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN II TAHUN Pertumbuhan ekonomi Bali pada Triwulan II- mencapai 2,81 persen dibandingkan Triwulan I - yang mengalami kontraksi sebesar 0,06

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN 2010 No. 46/11/51/Th. IV, 5 Nopember PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TRIWULAN III TAHUN PDRB Provinsi Bali I meningkat sebesar 2,65 persen dibanding triwulan sebelumnya (q-to-q). Peningkatan terjadi di hampir semua

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL. Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur November 2016 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan KPW BI Provinsi NTT Jl. Tom Pello No. 2

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016

PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN 2016 No. 12/02/51/Th. XI, 6 Februari 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI BALI TAHUN EKONOMI BALI TAHUN TUMBUH 6,24 PERSEN MENINGKAT JIKA DIBANDINGKAN DENGAN TAHUN SEBELUMNYA. Perekonomian Bali tahun yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA LAPORAN TRIWULANAN KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI MALUKU UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI MALUKU UTARA Jl. Jos Sudarso No.1 Tenate Telp. 62-921-3121217 Fax : 62-921-312417 LAPORAN TRIWULANAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG

PERKEMBANGAN BONGKAR BARANG TON PERSEN BAB 1 Sementara itu tumbuhnya kegiatan impor luar negeri sedikit diredam oleh melambatnya kinerja impor antar pulau. Indikator dimaksud ditunjukkan oleh volume bongkar di beberapa pelabuhan

Lebih terperinci