KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211 Kantor Bank Indonesia Mataram

2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I211

3 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM

4 Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa Tenggara Barat Telp. : Fax : hendik_s@bi.go.id billy_g@bi.go.id e_ariesty@bi.go.id

5 Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilainilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil. Misi Bank Indonesia Mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah melalui pemeliharaan kestabilan moneter dan pengembangan stabilitas sistem keuangan untuk pembangunan nasional jangka panjang yang berkesinambungan. Nilainilai Strategis Organisasi Bank Indonesia Nilainilai yang menjadi dasar Bank Indonesia, manajemen dan pegawai untuk bertindak atau berperilaku yaitu kompetensi, integritas, transparansi, akuntabilitas dan kebersamaan. Visi Kantor Bank Indonesia Mataram Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugastugas Bank Indonesia yang diberikan. Misi Kantor Bank Indonesia Mataram Mendukung pencapaian kebijakan Bank Indonesia di bidang moneter, perbankan dan sistem pembayaran secara efisien dan optimal serta memberikan saran kepada Pemda dan lembaga terkait lainnya di daerah dalam rangka mendukung pembangunan ekonomi daerah.

6 KATA PENGANTAR Pada triwulan I211, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat kembali mengalami kontraksi sebesar negatif 3,34%. Namun apabila sektor pertambangan dikeluarkan, maka pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja yang positif yaitu tumbuh sebesar 5,42% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sbelumnya yang tercatat sebesar 2,1% (yoy). Dari sisi permintaan, terkontraksinya pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat dipengaruhi oleh penurunan kinerja kegiatan ekspor. Dari sisi penawaran, belum pulihnya kinerja sektor andalan NTB yakni sektor pertambangan menyebabkan perekonomian NTB masih berada pada tren pertumbuhan yang negatif. Hingga triwulan I211, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kecenderungan yang menurun. Secara tahunan, laju inflasi di Nusa Tenggara Barat mencapai 7,83% (yoy), berada lebih tinggi dari laju inflasi Nasional yang tercatat sebesar 6,65% (yoy). Di sisi pembiayaan, dukungan pembiayaan kegiatan ekonomi melalui intermediasi perbankan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kinerja yang relatif baik, yang tercermin dari pertumbuhan kredit hingga posisi triwulan I211 yang tumbuh mencapai 26,41% (yoy). Kinerja positif intermediasi perbankan tersebut turut disertai oleh terjaganya kualitas kredit yang tercemin dari tingkat rasio Non Performing Loan (NPL) yang dibawah batas indikatif. Di samping ulasan di atas, buku ini juga mengupas perkembangan keuangan daerah, sistem pembayaran, kesejahteraan masyarakat serta prospek ekonomi ke depan yang dapat menjadikan masukan bagi Kantor Pusat Bank Indonesia maupun stakeholders di daerah. Bank Indonesia memiliki kepedulian tinggi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi regional yang akan berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, antara lain dengan melakukan penelitian dan kajian serta memberikan rekomendasi kepada pemerintah daerah dalam mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi termasuk pengendalian harga barang dan jasa. Ucapan terima kasih dan penghargaan atas kerjasamanya kepada semua pihak terutama jajaran Pemerintah Daerah baik Provinsi, Kabupaten ataupun Kota, dinas/instansi terkait, perbankan, akademisi dan pihak lainnya yang telah membantu penyediaan data sehingga buku ini dapat dipublikasikan. Semoga buku ini bermanfaat dan kiranya Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan rahmat bagi kita semua dalam berkarya. Mataram, 9 Mei 211 BANK INDONESIA MATARAM M. Junaifin Pemimpin i

7 INDIKATOR EKONOMI DAN MONETER Provinsi Nusa Tenggara Barat INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 MAKRO Indeks Harga Konsumen Kota Mataram Kota Bima Laju Inflasi Tahunan (yoy %) Kota Mataram Kota Bima PDRBharga konstan (miliar Rp) * 3, , , , , , , , , Pertanian ,69.8 1, , ,9.38 1, , ,32.66 Pertambangan & Penggalian , , , , ,3.12 1, , ,16.23 Industri Pengolahan Listrik, gas dan air bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Jasa Pertumbuhan PDRB (yoy %) * (7.2) (3.34) Nilai Ekspor Nonmigas (USD Juta) Volume Ekspor Nonmigas (ribu ton) Nilai Impor Nonmigas (USD Juta) Volume Impor Nonmigas (ribu ton) PERBANKAN Bank umum : Total Aset (Rp triliun) DPK (Rp triliun) Tabungan (%) Giro (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi LDR Kredit Mikro (< atau = Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Kecil (Rp 5 < x < Rp5 juta) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Kredit Menengah (Rp 5 juta < x < Rp5 miliar) (Rp triliun) Kredit Modal Kerja Kredit Investasi Kredit Konsumsi Total Kredit MKM (Rp triliun) NPL gross (%) NPL nett (%) (.32) (.44) (.27) (.42) (.91) (.91) (.97) (.74) (.56) Keterangan: * Proyeksi KBI Mataram (periode laporan) ii

8 INDIKATOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 BPR : Total Aset (Rp triliun) DPK (Rp triliun) Tabungan (%) Deposito (%) Kredit (Rp triliun) berdasarkan bank pelapor Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit UMKM (Rp triliun) Rasio NPL Gross (%) Rasio NPL Net (%) LDR SISTEM PEMBAYARAN Inflow (Rp triliun) Outlflow (Rp triliun) Pemusnahan Uang (Jutaan lembar/keping) *) Nominal Transaksi RTGS (Rp triliun) Volume Transaksi RTGS (ribuan lembar) Ratarata Harian Nominal Transaksi RTGS Ratarata Harian Volume Transaksi RTGS Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) , ,1.18 1,19.47 Volume Kliring Kredit (ribuan lembar) Ratarata Harian Nominal Kliring Kredit (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Kliring Kredit Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Volume Kliring Pengembalian (ribuan lembar) Ratarata Harian Nominal Kliring Pengembalian (Rp miliar) Ratarata Harian Volume Kliring Pengembalian Nominal Tolakan Cek/BG Kosong (Rp miliar) Volume Tolakan Cek/BG Kosong (ribu lembar) Ratarata Harian Nominal Cek/BG Kosong Ratarata Harian Volume Cek/BG Kosong iii

9 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I211 DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Indikator Ekonomi dan Moneter... ii Daftar Isi... iv Daftar Grafik... vi Daftar Tabel... viii Ringkasan Eksekutif... ix Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Kondisi Umum Sisi Permintaan Sisi Penawaran... 5 Boks 1 Survei Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Bab 2 Perkembangan Inflasi Kondisi Umum Inflasi Triwulanan Inflasi Tahunan Inflasi Berdasarkan Kota Disagregasi Inflasi Bab 3 Perkembangan Perbankan Daerah Intermediasi Perbankan Perkembangan Bank Umum Perkembangan Kredit UMKM Kredit Usaha Rakyat Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Boks 2 Revitalisasi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Nusa Tenggara Barat Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Daerah Realisasi Belanja Bab 5 Perkembangan Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) Uang Kartal Transaksi Pembayaran Secara Non Tunai Penemuan Uang Palsu Bab 6 Kesejahteraan Masyarakat... 5 iv

10 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I Ketenagakerjaan Kesejahteraan Masyarakat Bab 7 Prospek Ekonomi dan Harga Prospek Ekonomi Nusa Tenggara Barat Perkiraan Inflasi Nusa Tenggara Barat v

11 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I211 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik Rumah Tangga... 3 Grafik 1.2 Perkembangan Kredit Konsumsi di NTB... 3 Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor... 3 Grafik 1.4 Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen... 3 Grafik 1.5 Perkembangan PMTB NTB... 4 Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen NTB... 4 Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi di NTB... 4 Grafik 1.8 Perkembangan Volume Ekspor NTB... 5 Grafik 1.9 Perkembangan Volume Impor NTB... 5 Grafik 1.1 Struktur Perekonomian NTB... 7 Grafik 1.11 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi di NTB... 7 Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan Sektor Utama di NTB... 7 Grafik 1.13 Perkembangan Luas Lahan Tanaman Padi Jagung dan Kedelai... 8 Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Tanaman Padi Jagung dan Kedelai... 8 Grafik 1.15 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke Sektor Pertanian... 9 Grafik 1.16 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat... 1 Grafik 1.17 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke Sektor Pertambangan... 1 Grafik 1.18 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu di NTB Grafik 1.19 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor PHR Grafik 1.2 Perkembangan Volume Penjualan Semen di NTB Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Bangunan Grafik 1.22 Perkembangan Kondisi Perbankan NTB Grafik 1.23 Perkembangan Laba Perbankan NTB Grafik 1.24 Perkembangan Arus Domestik Angkutan Udara Grafik 1.25 Perkembangan Arus Internasional Angkutan Udara Grafik 1.26 Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan Laut NTB Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Transportasi Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Industri Pengolahan Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Listrik di NTB Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Listrik, Air & Gas Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan NTB Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan NTB Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan NTB Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan NTB Grafik 2.5 Inflasi Tahunan NTB... 2 Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan NTB... 2 Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi Bulanan NTB vi

12 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I211 Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi Tahunan NTB Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras di NTB Grafik 2.1 Perkembagan Harga Cabe, Gula Pasir dan Minyak Goreng Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum di NTB Grafik 3.4 Pertumbuhan DPK Bank Umum di NTB Grafik 3.5 Pangsa DPK per Kepemilikan Bank Umum di NTB Grafik 3.6 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum di NTB Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum di NTB Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (qtq) Grafik 3.1 Pertumbuhan Kredit Menurut Jenis Penggunaan (yoy) Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di NTB Grafik 3.12 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral di NTB Grafik 3.13 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Grafik 3.14 Perkembangan Kredit UMKM Grafik 3.15 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum Grafik 3.16 Perkembangan Bank Umum Syariah di NTB Grafik 3.17 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan di NTB Grafik 3.18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Grafik 3.19 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Grafik 3.2 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di NTB Grafik 3.21 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah di NTB Grafik 3.22 Perkembangan Aset & DPK BPR di NTB Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaan di NTB Grafik 3.24 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Sektor Ekonomi di NTB Grafik 3.25 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NTB Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Daerah NTB di Perbankan NTB Grafik 5.1 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow Grafik 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Pecahan Kecil Grafik 5.3 Komposisi Penukaran Uang Kertas Grafik 5.4 Rasio PTTB terhadap Cash Inflow Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai di NTB Grafik 5.6 Perkembangan Transaksi Kliring di NTB Grafik 5.7 Perkembangan transaksi RTGS Grafik 5.8 Temuan Uang Palsu Pada Perbankan NTB Grafik 6.1 Tingkat Pengangguran Terbuka di NTB... 5 Grafik 6.2 Perkembangan Lapangan Kerja di NTB... 5 Grafik 6.3 Negara Tujuan Penempatan TKI NTB Grafik 6.4 Penerimaan Remitansi TKI NTB vii

13 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN I211 Grafik 6.5 Indeks Penghasilan Saat ini dan Ekspektasi Penghasilan Grafik 6.6 Perkembangan NTP di NTB Grafik 7.1 Ekspektasi Situasi Bisnis Grafik 7.2 Ekspektasi Kondisi Ekonomi Grafik 7.3 Harga 3 Bulan Yang Akan Datang viii

14 KAJIAN EKONOMI REGIONAL NTB TRIWULAN IV21 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan dan Sumbangan Sisi Permintaan NTB... 2 Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Sisi Penawaran NTB... 6 Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi di NTB... 8 Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Nusa Tenggara Barat... 2 Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di NTB Tabel 3.2 Pertumbuhan Kredit Bank Umum di NTB... 3 Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum di NTB... 3 Tabel 3.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum di NTB Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Tabel 4.1 APBD Provinsi NTB Tahun viii

15 RINGKASAN EKSEKUTIF 1. Perkembangan Ekonomi dan Perbankan Makro Ekonomi Regional Perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali berada pada tren penurunan kinerja. Pada triwulan I211, pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh negatif atau mengalami kontraksi sebesar 3,34% (yoy). Namun apabila sektor pertambangan dikeluarkan, maka pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja yang positif yaitu tumbuh sebesar 5,42% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sbelumnya yang tercatat sebesar 2,1% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat yang mengalami kontraksi dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan barang ke luar negeri yang kembali mengalami pertumbuhan negatif. Sementara itu, pertumbuhan positif komponen pembentukan modal tetap bruto (investasi) belum mampu meningkatkan kinerja ekonomi NTB. Dari sisi penawaran, tren pertumbuhan negatif pada triwulan I211 disebabkan oleh kinerja sektor utama NTB yakni sektor pertambangan yang kembali mengalami kontraksi sejalan dengan menurunnya kinerja ekspor. Sementara itu, perkembangan sektor utama lainnya yakni sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel & restoran mengalami peningkatan seiring dengan berlangsungnya musim panen pertanian khususnya pada akhir triwulan I211. Perkembangan Inflasi Sepanjang triwulan I211 perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kecenderungan penurunan harga. Secara tahunan pada triwulan I211 laju inflasi NTB tercatat sebesar 7,83% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,8% (yoy). Meski bergerak searah (menurun), laju inflasi tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,65% (yoy). Secara triwulanan, laju inflasi di NTB pada triwulan I211 kembali berada pada tren menurun yang tercatat sebesar,8% (qtq). Berbeda dengan periode sebelumnya, pada triwulan I211 laju inflasi triwulanan NTB berada di bawah laju inflasi triwulanan nasional yang tercatat mencapai,7% (qtq). Minimnya tekanan inflasi triwulanan didukung oleh lebih rendahnya laju inflasi triwulanan pada hampir semua kelompok khususnya pada kelompok bahan makanan dibanding dengan periode sebelumnya, kecuali pada kelompok kesehatan. ix

16 RINGKASAN EKSEKUTIF Secara umum, kecenderungan penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh meningkatnya pasokan bahan makanan khususnya pada sub kelompok sayursayuran, padipadian, umbiumbian & hasilnya dan bumbubumbuan seiring tibanya musim panen hasil pertanian. Berdasarkan wilayah penghitungan, laju inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan dialami oleh Kota Mataram, dimana pada Maret 211 laju inflasi tercatat mencapai 8,47% (yoy). Sementara itu, laju inflasi tahunan di Kota Bima tercatat sebesar 5,41% (yoy). Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan tekanan inflasi yang cukup tajam pada kelompok volatile food menjadi komponen utama yang mempengaruhi turunnya laju inflasi NTB. Sementara kelompok inflasi inti dan administered price relatif stabil. Kinerja Perbankan Daerah Kinerja intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat pada posisi triwulan I211 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat yang didukung oleh semakin membaiknya kegiatan penghimpunan dana masyarakat oleh industri perbankan Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan I211, perkembangan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTB masih berada pada tren peningkatan yang berada level yang cukup tinggi yaitu sebesar 114,6%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 111,57%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan penyaluran kredit khususnya pada bank umum yang lebih cepat dibandingkan dengan kegiatan penghimpunan dana. Secara keseluruhan total outstanding kredit perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) mencapai Rp1,39 triliun atau tumbuh sebesar 26,41% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 28,21% (yoy). Di sisi lain, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp9,7 triliun atau tumbuh sebesar 19,12% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,13% (yoy). Dari sisi risiko kredit, laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan NTB diikuti risiko kredit yang relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,51%, sedikit lebih tinggi dibanding posisi triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,34%. Kinerja Keuangan Daerah Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang tahun 211 dianggarkan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan mampu menyerap mencapai Rp1,6 triliun atau tumbuh 14,37% dibandingkan anggaran tahun 21 yang ditargetkan sebesar x

17 RINGKASAN EKSEKUTIF Rp1,4 triliun (APDBP 21). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan lainlain yang sah masingmasing sebesar 54,88% : 44,37% :,75%. Hingga akhir triwulan I211, realisasi penyerapan pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp399,46 miliar atau sebesar 24,97% dari target sepanjang tahun 211. Pencapaian tersebut, lebih tinggi dibanding pencapaian triwulan I21 yang tercatat sebesar Rp31,9 miliar atau mencapai 23,71% dari total anggaran pendapatan tahun 21. Tingkat pencapaian tersebut didukung oleh kinerja penyerapan komponen dana perimbangan, yakni dana alokasi umum dan khusus yang masingmasing mencapai 33,33% dan 18,32%. Sementara pencapaian pada komponen pendapatan asli daerah (PAD), tingkat penyerapannya mencapai 19,12% yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak daerah yang telah terealisasi hingga 25,3%. Relatif minimnya realisasi penerimaan PAD dipengaruhi oleh kinerja komponen hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bumi yang belum terealisasi. Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada tahun 211 dianggarkan meningkat hingga Rp1,66 triliun atau tumbuh 14,61% dibandingkan rencana belanja tahun 21 yang mencapai Rp1,44 triliun. Alokasi belanja pemerintah tersebut sebagian besar dialokasikan pada anggaran belanja operasional khususnya belanja pegawai dan barang. Meningkatnya anggaran belanja daerah juga didorong oleh melonjaknya anggaran belanja modal khususnya pada pos belanja bangunan dan gedung yang meningkat hingga 333,64% dari Rp35 miliar pada tahun lalu menjadi Rp152 miliar pada tahun 211. Peningkatan yang signifikan juga dialami pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang meningkat hingga 12% menjadi Rp195 miliar (21: Rp96 miilar). Perkembangan Sistem Pembayaran Sepanjang triwulan I211, kinerja transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat mengalami net outflow. Kondisi tersebut disebabkan oleh jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui kantor Bank Indonesia Mataram. Pada triwulan I211, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan NTB mengalami tren pertumbuhan negatif yang tercatat menurun menjadi sebesar Rp296,26 miliar atau mengalami kontraksi sebesar minus 14,49% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga xi

18 RINGKASAN EKSEKUTIF 1,16% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp319,82 miliar. Sementara itu, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Bank Indonesia Mataram tercatat mengalami peningkatan mencapai Rp57,1 miliar yang tumbuh signifikan sebesar 81,61% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh fantastis hingga 178,55% (yoy) atau sebanyak Rp49,24 miliar. Secara gabungan, perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I211 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS (Real Time Gross Settlement) masih menjadi pilihan utama sebagai alat pembayaran dengan nilai mencapai Rp1,21 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi secara kliring yang nilainya sebesar Rp1,2 triliun. Kesejahteraan Masyarakat Pada Februari 211, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan. Pada Februari 211, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,6 juta orang, tumbuh 2,69% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 2, juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,35% atau sebanyak 116,41 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,78% (122,84 ribu orang). Sementara itu, tingkat kesejahteraan petani yang tercermin dari Nilai Tukar Petani (NTP) kembali menunjukkan penurunan. Pada Maret 211, NTP Nusa Tenggara Barat tercatat sebesar 95,65, turun,48% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 96,11. NTP merupakan indikator untuk menilai kualitas pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor pertanian yang juga mencerminkan kemampuan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi pertanian. 2. Prospek Ekonomi dan Perkembangan Harga Triwulan I211 Prospek Ekonomi Pada triwulan II211, pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat diprediksi mampu menunjukkan kinerja yang positif dan berada pada kisaran 4,% 5,% (yoy). Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi pada triwulan II21 diperkirakan masih akan ditopang oleh kegiatan konsumsi rumah tangga yang didukung semakin membaiknya daya beli masyarakat akibat tibanya musim xii

19 RINGKASAN EKSEKUTIF panen dan meningkatnya hasil produksi pertanian. Kondisi tersebut terindikasi dari peningkatan nilai Indeks Ekspekstasi Konsumen (IEK) meningkat dan berada di atas level optimis (1) yang mencerminkan keyakinan masyarakat dalam melakukan konsumsi. Kinerja kegiatan investasi diprediksi akan tumbuh positif seiring dengan meningkatnya kegiatan impor barang modal berupa mesinmesin mekanik dan material bahan baku dari logam ke NTB turut mendorong pertumbuhan.sementara itu, kinerja ekspor diperkirakan masih berada pada tren penurunan sejalan dengan kinerja sektor pertambangan. Dari sisi penawaran, sejalan dengan prediksi ARAM I211 dan relatif kondusifnya kondisi cuaca, sektor pertanian diperkirakan menjadi penggerak utama pendorong pertumbuhan ekonomi. Minimnya dampak negatif fenomena La Nina (curah hujan tinggi) yang pada periode sebelumnya diperkirakan akan mengganggu produksi pertanian berhasil menjaga produktivitas sektor pertanian. Meningkatnya produksi hasil pertanian tersebut berdampak positif pada meningkatnya sektor PHR khususnya pada sub sektor perdagangan. Hal ini terindikasi dari ekspektasi pelaku usaha di NTB yang mempersepsikan berlangsungnya peningkatan situasi bisnis pada triwulan II211 sesuai hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha. Sektor perdagangan, hotel dan restoran diperkirakan turut mendorong pertumbuhan yang positif sejalan dengan banyaknya kegiatan Meeting, Incentive, Convention, & Exhibition di NTB serta gencarnya promosi pariwisata ke NTB. Sementara itu, perkembangan kinerja sektor pertambangan diperkirakan mengalami perlambatan dan menahan laju pertumbuhan ekonomi NTB, sejalan dengan siklus perpindahan fase pertambangan sehingga kegiatan produksi konsentrat tembaga sementara menggunakan material yang memiliki kandungan mineral yang relatif rendah. Dari sisi pembiayaan, dukungan perbankan dalam mengembangkan kegiatan ekonomi berupa penyaluran kredit kepada pelaku usaha diprediksi terus berada dalam tren peningkatan. Hal ini sejalan dengan ekspektasi pimpinan perbankan akan tingginya tingkat permintaan akan kredit baru sejalan dengan semakin membaiknya prospek usaha nasabah di triwulan mendatang sesuai dengan hasil Survei Opini Pimpinan/Pejabat Bank Umum. Prospek Inflasi Laju inflasi Nusa Tenggara Barat pada triwulan II211 diperkirakan terus mengalami kecenderungan menurun dan berada pada kisaran 6% ± 1% (yoy). Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan dan ketersediaan bahan makanan seiring dengan tibanya musim panen yang puncaknya terjadi pada triwulan II211. Tidak adanya rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM (selain komoditas xiii

20 RINGKASAN EKSEKUTIF pertamax )dalam merespon peningkatan harga minyak dunia turut menahan laju inflasi. Selain itu, rendahnya laju inflasi yang terjadi selama triwulan I 211 turut menjaga ekspektasi masyarakat akan terjaganya tingkat inflasi pada periodeperiode mendatang. Kondisi tersebut terindikasi melalui indeks ekspektasi harga konsumen untuk tiga bulan yang akan datang yang relatif menunjukkan penurunan. xiv

21 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NUSA TENGGARA BARAT 1.1. KONDISI UMUM Perekonomian Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali berada pada tren penurunan kinerja. Pada triwulan I211, pertumbuhan ekonomi NTB tumbuh negatif atau mengalami kontraksi sebesar 3,34% (yoy). Namun apabila sektor pertambangan dikeluarkan, maka pertumbuhan ekonomi NTB tanpa sektor pertambangan menunjukkan kinerja yang positif yaitu tumbuh sebesar 5,42% (yoy) meningkat dibandingkan pertumbuhan triwulan sbelumnya yang tercatat sebesar 2,1% (yoy). Dari sisi permintaan, kinerja pertumbuhan ekonomi Nusa Tenggara Barat yang mengalami kontraksi dipengaruhi oleh kegiatan perdagangan barang ke luar negeri yang kembali mengalami pertumbuhan negatif. Sementara itu, pertumbuhan positif komponen pembentukan modal tetap bruto (investasi) belum mampu meningkatkan kinerja ekonomi NTB. Dari sisi penawaran, tren pertumbuhan negatif pada triwulan I211 disebabkan oleh kinerja sektor utama NTB yakni sektor pertambangan yang kembali mengalami kontraksi sejalan dengan menurunnya kinerja ekspor. Sementara itu, perkembangan sektor utama lainnya yakni sektor pertanian dan sektor perdagangan, hotel & restoran mengalami peningkatan seiring dengan berlangsungnya musim panen pertanian khususnya pada akhir triwulan I SISI PERMINTAAN Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi NTB ditopang oleh kegiatan konsumsi dan menjadi penggerak utama perekonomian NTB dan memberikan sumbangan pertumbuhan positif terbesar. Sementara itu, kegiatan investasi mengalami pertumbuhan positif meskipun tidak terlalu signifikan. Sedangkan kegiatan perdagangan luar negeri (ekspor) kembali mengalami pertumbuhan negatif sehingga menekan pertumbuhan ekonomi NTB. 1

22 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Tabel 1.1 Pertumbuhan Ekonomi Dari Sisi Permintaan NTB (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (4.11) (2.31) Ekspor (1.2) (14.18) Impor (3.8) (2.53) Produk Domestik Regional Bruto (7.2) 6.29 (3.34) Sumbangan Pertumbuhan Sisi Permintaan Nusa Tenggara Barat Uraian FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto (1.25) (.69) Ekspor (2.63) 3.2 (4.23) Impor (.97) (1.48) (.34).84.5 (.1) (3.64) Produk Domestik Regional Bruto (7.2) 6.29 (3.34) Sumber: BPS, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara a. Konsumsi Pada triwulan I211, perkembangan kegiatan konsumsi rumah tangga terus menunjukkan peningkatan yang tumbuh sebesar 5,29% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,35% (yoy). Terjaganya daya beli masyarakat di NTB seiring dengan membaiknya tingkat pendapatannya serta ekspektasi masyarakat yang meningkat terhadap kondisi ekonomi menjadi faktor yang mempengaruhi meningkatnya konsumsi masyarakat. Kondisi tersebut tercermin pada hasil survei konsumen KBI Mataram yang menunjukkan keoptimisan masyarakat terkait kegiatan konsumsi yang tercermin pada grafik 1.4. Sementara itu, perkembangan yang datadata prompt indicator menunjukkan perkembangan yang berbeda. Sepanjang triwulan I211, tingkat konsumsi listrik rumah tangga di NTB tercatat sebesar 12,76 juta kwh atau tumbuh sebesar 8,49% (yoy), lebih lambat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 9,76% (yoy). Jumlah penjualan kendaraan bermotor di sepanjang triwulan I211 tercatat sebanyak 23,26 ribu unit atau tumbuh negatif sebesar 18,78% (yoy), lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 12,96% (yoy). 2

23 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Grafik 1.1 Perkembangan Konsumsi Listrik RT Grafik 1.2 Penyaluran Kredit Konsumsi di NTB Konsumsi Listrik RT (juta kwh) gkons. listrik RT (%)kanan , 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Kredit Konsumsi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 1% I II III IV I II III IV I Sumber: PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Grafik 1.3 Perkembangan Jumlah Kendaraan Bermotor Kendaraan Roda Empat (unit) Kendaraan Roda Dua (unit) growth kendaraan total (%,yoy)kanan I II III IV I II III IV I (5.) (1.) (15.) (2.) (25.) Grafik 1.4 Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Level optimis Sumber: Dispenda NTB Sumber: Survei Konsumen, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan untuk kegiatan konsumsi relatif stabil. Pada triwulan I211, penyaluran kredit konsumsi tercatat mencapai Rp6,75 triliun atau tumbuh sebesar 28,33% (yoy), sedikit melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 29,22% (yoy) atau mencapai 68,46% dari total kredit yang disalurkan bank umum di NTB. b. Investasi Kegiatan investasi di NTB mulai menunjukkan kinerja yang positif setelah terkontraksi pada triwulan lalu. Pada triwulan I211, kegiatan investasi tumbuh sebesar,69% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 2,31% (yoy). 3

24 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Sementara itu, perkembangan tingkat pemakaian semen di wilayah NTB sepanjang triwulan I211 menunjukkan perbaikan, yang tercatat sebesar 138,48 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 11,22% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja konsumsi semen pada triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 15,6% (yoy). Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit perbankan menunjukkan perlambatan yaitu tumbuh 22,21% (yoy) atau sebesar Rp598,83 miliar, lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang mencapai 3,21% (yoy). Grafik 1.5 Perkembangan PMTB NTB Grafik 1.6 Perkembangan Volume Penjualan Semen NTB 1,8 1,6 1,4 1,2 1, 8 6 PMTB (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan , 7, 6, 5, 4, 3, Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%)Kanan (2) 4 2 Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1** 5 1 2, 1, (4) (6) (8) Sumber : BPS, diolah Sumber: ASI, diolah Grafik 1.7 Penyaluran Kredit Investasi di NTB Kredit Investasi (Rp miliar)kiri) Pertumbuhan (%)Kanan % 6% 5% 4% 3% 2% 1% % 1% 2% 3% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram c. Ekspor Impor Kinerja perdagangan barang antar negara asal NTB (ekspor) kembali mengalami penurunan yang signifikan. Pada triwulan I211, pertumbuhan kegiatan ekspor kembali mengalami kontraksi atau tumbuh negatif sebesar 4

25 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB 14,18% (yoy), turun dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh negatif hingga 1,2% (yoy). Penurunan tersebut menyebabkan kegiatan ekspor tampil sebagai komponen di sisi permintaan yang memberikan kontribusi negatif terbesar hingga 4,23% terhadap pembentukan pertumbuhan ekonomi NTB dari sisi permintaan. Penurunan kinerja ekspor tersebut didukung oleh data prompt indicator yaitu volume ekspor NTB pada triwulan I211 yang menunjukkan penurunan. Secara ratarata, volume ekspor NTB di sepanjang triwulan laporan mengalami penurunan yang signifikan atau tumbuh negatif sebesar 5,45% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi hingga 71,8% (yoy). Penurunan tersebut secara langsung dipengaruhi oleh menurunnya kinerja sektor pertambangan dimana konsentrat tembaga merupakan komoditas utama ekspor NTB. Grafik 1.8 Perkembangan Volume Ekspor (dlm ribu) Grafik 1.9 Perkembangan Volume Impor (dlm ribu) 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Cons Goods (kg)kanan Cap Goods (kg) Raw Mat (kg) * 6 2,5 5 2, 4 1,5 3 1, Raw Mat (USD) Cap Goods (USD) Cons Goods (USD)kanan * 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Sumber: BI Sumber: BI Di sisi lain, pada triwulan I211 kegiatan impor NTB mengalami peningkatan sebesar 16,3%(yoy), peningkatan tersebut didorong oleh peningkatan impor barang modal SISI PENAWARAN Pada sisi penawaran, kontraksi pertumbuhan ekonomi NTB disebabkan turunnya kinerja sektor pertambangan yang merupakan sektor andalan kembali. Sementara sektor utama lainnya yakni sektor pertanian dan perdagangan, hotel & restoran mengalami pertumbuhan positif dan menjadi kontributor utama penopang laju pertumbuhan ekonomi dengan sumbangan masingmasing sebesar 1,63% dan,7%. Berdasarkan penggolongan sektor, sektor tersier tampil sebagai sumber utama pertumbuhan NTB. 5

26 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Tabel 1.2 Pertumbuhan dan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran NTB (%,yoy) Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Pertanian (1.52) Pertambangan dan Penggalian (26.75) (25.52) Industri Pengolahan (5.42) Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan (2.48) 1.68 (.7) Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasajasa PDRB Seluruh Sektor (7.2) 6.29 (3.34) PDRB Non Pertambangan Sumbangan Pertumbuhan Sisi Penawaran Nusa Tenggara Barat Uraian FY* Tw.I** Tw.II** Tw.III** Tw.IV** FY** Tw.I** Pertanian (.31).27.7 Pertambangan dan Penggalian (8.9) 3.4 (7.37) Industri Pengolahan (.24).18.8 Listrik,Gas & Air Bersih Bangunan (.19).13 (.1) Perdagangan, Hotel & Restoran Transportasi & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasajasa PDRB Seluruh Sektor (7.2) 6.29 (3.34) Sumber: BPS, diolah, Keterangan: * ) angka sementara, ** ) angka sangat sementara Stuktur perekonomian NTB belum mengalami pergeseran dan masih didominasi oleh oleh 3 (tiga) sektor andalan yang memiliki pangsa hingga 65,64% dari keseluruhan PDRB Provinsi NTB. Pangsa sektor terbesar masih dimiliki sektor pertambangan yang mencapai 29,24%, diikuti sektor pertanian dan perdagangan, hotel dan restoran yang masingmasing tercatat sebesar 2,74% dan 14,95%. Berdasarkan kontribusinya, sumber utama penyebab turunnya laju pertumbuhan ekonomi NTB berasal dari sektor pertambangan dengan sumbangan mencapai 7,37%. Sementara sektor perdagangan, hotel dan restoran tampil sebagai sektor yang memberikan kontribusi positif terbesar dengan sumbangan sebesar 1,63%. Jika sektor pertambangan dikeluarkan dari laju PDRB NTB maka kinerja perekonomian NTB pada triwulan I211 mengalami perumbuhan positif sebesar 5,42% (yoy). Kondisi tersebut, mencerminkan tergantungnya atau tingginya pengaruh sektor pertambangan terhadap kinerja perekonomian NTB. 6

27 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Jasajasa; 1.1% Keuangan, Pers ewaan & Jasa Perusahaan; 4.22% Transportasi & Komunikasi; 6.93% Grafik 1.1 Struktur Perekonomian Nusa Tenggara Barat periode Tw IV 21 (kiri) dan Tw I 211 (kanan) Industri Pengolahan; 3.72% Pertanian; 19.7% Pertambangan dan Penggalian; 34.68% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 14.2% Sumber : BPS Provinsi NTB Industri Pengolahan; 3.17% Listrik,Gas & Air Bersih;.44% Bangunan; 6.74% Pertambangan dan Penggalian; 29.94% Pertanian; 2.74% Jasajasa; 1.65% Listrik,Gas & Air Bersih;.49%Bangunan; 6.73% Perdagangan, Hotel & Restoran ; 14.95% Transportasi & Komunikasi; 7.51% Keuangan, Pers ewaan & Jasa Perusahaan; 5.26% Grafik 1.11 Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi Nusa Tenggara Barat Grafik 1.12 Perkembangan Pertumbuhan di Sektor Utama Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat (%,yoy) Nusa Tenggara Barat (%,yoy) Pertanian (%) PHR (%) Pertambangan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Sumber : BPS Provinsi NTB. Tw1* Tw2* Tw3* Tw4* Tw1** Tw2** Tw3** Tw4** Tw1** Sumber : BPS Provinsi NTB, diolah a. Pertanian Kinerja sektor pertanian mulai menunjukkan peningkatan setelah beberapa periode terus berada pada tren pertumbuhan yang menurun. Pada triwulan I211, kinerja sektor pertanian tumbuh sebesar 3,29% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif sebesar 1,52% (yoy). Pencapaian tersebut ditopang oleh kinerja sub sektor tanaman pangan yang memberikan kontribusi yang cukup besar seiring dengan berlangsungnya musim panen padi pada akhir triwulan I211. 7

28 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Grafik 1.13 Perkembangan Luas Lahan Tanaman Padi Jagung dan Kedelai Periode JanuariApril 211 (Berdasarkan ARAM) hektar 3, 25, 2, 15, 1, 5, 256,775 Padi Jagung Kedelai 24,21 263,7 62,311 49,789 29,374 37,194 27,919 28,882 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB Grafik 1.14 Perkembangan Produksi Tanaman Padi Jagung dan Kedelai Periode JanuariApril 211 (Berdasarkan ARAM) ton 1,6, 1,4, 1,2, 1,, 8, 6, 1,39,15 Padi Jagung Kedelai 967,724 1,343,983 4, 261,83 153,5 2,749 2, 37,187 34,843 32,81 Sumber : Dinas Pertanian Provinsi NTB Peningkatan produktivitas sektor pertanian sejalan dengan perkiraan BPS Prov. NTB yang memprediksi peningkatan produksi tanaman pangan khususnya padi dan jagung pada tahun 211. Berdasarkan angka ramalan (ARAM) I 211, produksi padi sepanjang 211 tercatat mencapai 1,99 juta ton gabah kering giling (GKG), naik sebesar 12,36% (yoy) dibanding hasil produksi 21 yang tercatat sebesar 1,77 juta ton GKG. Meningkatnya perkiraan jumlah produksi padi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya produktivitas dan luas areal tanaman pangan pada akhir 21. Hal ini turut dikonfirmasi oleh data penyerapan beras oleh BULOG Divre NTB yang telah mencapai 21,9% hingga akhir Maret 211 atau sebanyak 39,3 ribu ton beras (sepanjang tahun 21: 63,7 ribu ton beras). Tabel 1.3 Perkembangan Produksi Padi Nusa Tenggara Barat Periode Luas Lahan Panen (Ha) 8 Produktivita s (Kuintal/Ha) Produksi (Ton) 22 31, ,37, , ,422, , ,466, , ,367, , ,552, , ,526, , ,75, , ,87, , ,774, * 398, ,993,829 Sumber: BPS Prov. NTB Ket: *) AngkaRamalan(ARAM)I211

29 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Berdasarkan ARAM I211, jumlah produksi padi sepanjang sub round I (JanuariApril) 211 diperkirakan mencapai 1,34 juta ton, naik 38,88% (yoy) dibanding produksi pada periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebanyak 967,72 ribu ton. Pada komoditas jagung, jumlah produksi pada sub round I 211 diperkirakan naik sebesar 3,78% (yoy) menjadi 2,75 ribu ton pipilan kering dibanding periode yang sama tahun lalu yang hanya mencapai 153,5 ribu ton pipilan kering. Sedangkan tanaman kedelai justru mengalami penurunan, dimana pada sub round I produksinya turun 5,83% (yoy) menjadi 32,81 ribu ton (sub round I 21: 34,84 ribu ton). Grafik 1.15 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat Ke Sektor Pertanian Kredit Sektor Pertanian (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 6% 4% 2% % 2% 4% 6% 8% Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor pertanian turut mengalami peningkatan. Hingga akhir triwulan I211, outstanding kredit yang disalurkan pada sektor pertanian tercatat sebesar Rp11,6 miliar atau tumbuh sebesar 25,52% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 34,62% (yoy). b. Pertambangan Kinerja sektor pertambangan masih berada dalam tren pertumbuhan yang negatif (kontraksi). Pada triwulan I211, sektor pertambangan terkontraksi sebesar 25,52% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang mampu tumbuh negatif hingga 26,75% (yoy). Tren pertumbuhan tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator jumlah produksi konsentrat tembaga yang merupakan komoditas utama sektor pertambangan yang mengalami pertumbuhan negatif. Sepanjang triwulan I211, total produksi konsentrat tembaga tercatat sebesar 182,4 ribu ton yang tumbuh negatif sebesar 25,45% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga sebesar 31,65% (yoy). Penurunan kinerja sektor pertambangan tersebut disebabkan oleh siklus kegiatan penambangan pelaku usaha utama pertambangan yang 9

30 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB memasuki tahapan perpindahan kawasan tambang menuju fase 6. Dalam rangka menunjang kegiatan tersebut, tahapan operasional lebih difokuskan kepada kegiatan pengupasan dinding tambang sehingga kegiatan pengolahan material batuan menggunakan material cadangan (stock pile) dengan kandungan mineral yang tidak tinggi sehingga produksi pertambangan mengalami penurunan. Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit perbankan yang disalurkan pada sektor pertambangan masih belum menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pada triwulan I211, outstanding credit untuk sektor ini mencapai Rp1,46 miliar yang tumbuh negatif sebesar 7,29% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 16,19% (yoy). Grafik 1.16 Jumlah Produksi dan Ekspor Konsentrat Tembaga Nusa Tenggara Barat WMT (ton) PEB (USD.) 8, gprod (%,yoy)rhs 2 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, I II III IV I II III IV I Sumber : PT Newmont Nusa Tenggara (5) Grafik 1.17 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke sektor Pertambangan Kredit Sektor Pertambangan (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram 5% 4% 3% 2% 1% % 1% c. Perdagangan, Hotel & Restoran Kinerja sektor perdagangan, hotel, dan restoran (PHR) menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang signifikan. Pada triwulan I211, sektor PHR tumbuh sebesar 11,58% (yoy), jauh lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,19% (yoy). Pertumbuhan di sektor PHR diperkirakan dipengaruhi oleh perkembangan pada kinerja sub sektor perdagangan yang menunjukkan peningkatan. Sementara perkembangan sub sektor hotel justru menunjukkan perlambatan. Kondisi tersebut tercermin oleh data prompt indicator perkembangan tingkat hunian kamar (TPK) dan ratarata lama tamu menginap yang menunjukkan penurunan. Sepanjang triwulan I211, ratarata tingkat hunian kamar hotel berbintang di NTB mencapai 43,61, lebih rendah dibanding kinerja triwulan lalu yang mampu mencapai 51,23. Sedangkan, ratarata lama tamu yang menginap di hotel berbintang hanya mencapai 2,49 hari, lebih rendah dibanding triwulan IV21 yang mencapai 2,62 hari. 1

31 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Grafik 1.18 Tingkat Hunian Kamar dan Lama Tinggal Tamu di Nusa Tenggara Barat 4 Tingkat Hunian Kamar (%)Kiri Lama Tinggal Tamu (hari)kanan , 2,5 2, 1,5 1, 5 Grafik 1.19 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke sektor PHR Kredit Sektor PHR (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 1% 8% 6% 4% 2% % 2% 4% 6% Sumber : BPS Provinsi NTB Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Dari sisi pembiayaan, pertumbuhan penyaluran kredit perbankan ke sektor PHR terus menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I211, outstanding credit untuk sektor PHR mencapai Rp2,42 triliun atau tumbuh sebesar 17,99% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 15,71% (yoy). d. Bangunan Sejalan dengan belum optimalnya investasi, kinerja sektor bangunan berada dalam tren penurunan. Pada triwulan I211, sektor bangunan tumbuh negatif sebesar,7% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi sebesar 2,48% (yoy). Pencapaian pertumbuhan tersebut, juga tercermin dari relatif minimnya realisasi belanja modal pemerintah pada triwulan I211. Selain itu, kinerja data prompt indicator yaitu tingkat konsumsi semen di NTB juga masih menunjukkan pertumbuhan yang negatif. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia, pada triwulan I211 tingkat konsumsi semen di NTB mengalami pertumbuhan negatif sebesar 11,22% (yoy) menjadi 138,48 ribu ton, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang terkontraksi lebih dalam hingga negatif 15,6% (yoy). Dari sisi pembiayaan, hingga triwulan I211 penyaluran kredit pada sektor ini terus menunjukkan peningkatan menjadi Rp218,1 miliar atau tumbuh signifikan hingga 87,25% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah dibanding kinerja triwulan IV21 yang tercatat tumbuh sebesar 91,97% (yoy). 11

32 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Grafik 1.2 Perkembangan Volume Penjualan Semen di NTB 25, 2, 15, 1, 5, Volume Penjualan Semen (ton) Pertumbuhan (%,yoy)kanan I II III IV I II III IV I (1) (2) Grafik 1.21 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke sektor Bangunan Kredit Sektor Konstruksi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 8% 6% 4% 2% % 2% Sumber : ASI, diolah Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram e. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan Kinerja sektor keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan kembali menunjukan peningkatan. Pada triwulan I211, sektor ini tumbuh sebesar 11,32% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 7,1% (yoy). Pencapaian tersebut didukung oleh kinerja sub sektor Persewaan dan jasa perusahaan., sedangkan sub sektor keuangan mengalami perlambatan. Grafik 1.22 Perkembangan Kondisi Perbankan NTB Grafik 1.23 Perkembangan Laba Perbankan NTB % Aset(Rp miliar)kanan Kredit(Rp miliar)kanan DPK(Rp miliar)kanan gaset (kiri),yoy gkredit (kiri),yoy gdpk (kir i),yoy 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1,, 9, 8, 7, 6,. Jt p5, R 4, 3, 2, 1, Laba Perbankan Growthkanan % 4 2 (2) (4) (6) Sumber : Bank Indonesia Sumber : Bank Indonesia Kondisi tersebut tercermin dari data prompt indicator kinerja perkembangan profit perbankan di NTB yang menunjukkan perlambatan. Hingga triwulan I211, laba kegiatan usaha perbankan NTB tercatat sebesar Rp273,69 miliar atau tumbuh sebesar 18,32% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 36,24% (yoy). 12

33 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB f. Transportasi dan Komunikasi Pada triwulan I211, kinerja sektor transportasi dan komunikasi menunjukkan peningkatan. Sektor ini tumbuh sebesar 5,84% (yoy), lebih tinggi dibanding kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh mencapai 5,57% (yoy). Meningkatnya kinerja pada sektor ini tercermin dari meningkatnya kegiatan arus lalu lintas angkutan laut sepanjang triwulaan I211. Pada triwulan I211, kegiatan bongkar muat barang melalui angkutan laut tumbuh sebesar 24,36% (yoy), jauh lebih tinggi pertumbuhan triwulan IV 21 yang tumbuh negatif sebesar 34,24% (yoy) Grafik 1.24 Perkembangan Arus Penumpang Domestik Angkutan Udara Penumpang Domestik (org) growth (%) kanan Grafik 1.25 Perkembangan Arus Penumpang Internasional Angkutan Udara Penumpang Internasional (org) growth (%) kanan Sumber : PT. Angkasa Pura I Sumber : PT. Angkasa Pura I 25, 2, 15, 1, 5, Selain itu, peningkatan kegiatan arus lalu lintas angkutan udara turut mengkonfirmasi meningkatnya kinerja sektor ini. Berdasarkan data Dishubkominfo Prov. NTB, sepanjang triwulan I211 jumlah penumpang angkutan udara (domestik & internasional) tercatat mencapai 394,64 ribu orang atau tumbuh sebesar 28,11% (yoy), kinerja tersebut meningkat dibanding kinerja pertumbuhan triwulan IV21 yang tercatat sebesar 17,94% (yoy). Grafik 1.26 Perkembangan Arus Bongkar Muat Angkutan Laut Barang Nusa Tenggara Barat Total Bongkar/ Muat (ton) growth (%) kanan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Grafik 1.27 Penyaluran Kredit Perbankan di Nusa Tenggara Barat ke sektor Transportasi dan Komunikasi Kredit Sektor Transportasi dan Komunikasi (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan % 4% 3% 2% 1% % 1% 2% 28 Sumber : PT. PELINDO NTB 13 Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram

34 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB Dari sisi pembiayaan, kegiatan penyaluran kredit pada sektor transportasi dan komunikasi juga menunjukkan peningkatan. Hingga akhir triwulan I211, kredit yang disalurkan pada sektor ini tercatat sebesar Rp48,2 miliar yang tumbuh negatif sebesar 8,2% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 5,55% (yoy). g. Industri Pengolahan Kinerja sektor industri pengolahan mulai menunjukkan peningkatan setelah berada pada tren pertumbuhan yang melambat. Pada triwulan I211, sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 1,73% (yoy), meningkat dibanding triwulan IV21 yang mampu tumbuh negatif sebesar 5,42% (yoy). Kondisi tersebut dikonfirmasi oleh data prompt indicator perkembangan konsumsi listrik Industri yang menunjukkan pertumbuhan positif. Sepanjang triwulan I211, pemakaian konsumsi listrik industri mencapai 4,75 juta kwh yang tumbuh sebesar 1,23% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan IV21 yang tercatat terkontraksi sebesar 14,94% (yoy). Grafik 1.28 Perkembangan Konsumsi Listrik Industri Grafik 1.29 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Industri Pengolahan Konsumsi Listrik Industri (juta kwh) growth(%)kanan I II III IV I II III IV I (1.) (2.) Kredit Sektor Industri Pengolahan (Rp miliar)kiri 6% Pertumbuhan (%)Kanan 5% 4% 3% 2% 1% % 1% 2% 3% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, kegiatan pembiayaan perbankan pada sektor Industri Pengolahan justru mengalami penurunan. Hingga akhir triwulan I211 penyaluran kredit pada sektor industri tercatat sebesar Rp67,67 miliar yang terkontraksi sebesar 2,11% (yoy), jauh lebih rendah dibanding triwulan lalu yang hanya tumbuh sebesar 14,87% (yoy). h. Listrik, Gas, dan Air Bersih Pada triwulan I211, sektor listrik, gas dan air bersih tumbuh sebesar 7,88% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 12,1% (yoy). Perlambatan pada sektor ini turut dikonfirmasi oleh kinerja sub sektor listrik melalui perkembangan prompt indicator data konsumsi listrik NTB yang 14

35 BAB 1 MAKRO EKONOMI REGIONAL NTB mengalami perlambatan. Sepanjang triwulan I211 jumlah pemakaian listrik di NTB mencapai 192,14 juta kwh atau tumbuh sebesar 7,61% (yoy), melambat dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 9,1% (yoy) atau sebesar 198,66 juta kwh. Berdasarkan komposisinya, konsumsi listrik untuk kebutuhan rumah tangga masih mendominasi penggunaan konsumsi listrik di NTB dengan pangsa mencapai 62,85%. Sedangkan pemakaian pada kategori bisnis dan industri, pangsanya masingmasing sebesar 34,67% dan 2,47%. Grafik 1.3 Perkembangan Konsumsi Listrik di NTB Grafik 1.31 Penyaluran Kredit Perbankan di NTB ke sektor Listrik, Air & Gas 25 Total Konsumsi Listrik (juta kwh) growth(%)kanan Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air (Rp miliar)kiri Pertumbuhan (%)Kanan 12% 1% 8% I II III IV I II III IV I % 4% 2% % 2% 4% 6% Sumber : PLN Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram Dari sisi pembiayaan, outstanding kredit bank umum yang di salurkan ke sektor listrik, gas, dan air bersih juga menunjukkan penurunan. Hingga triwulan I211, outstanding kredit pada sektor ini tercatat mencapai Rp1,69 miliar atau tumbuh sebesar 59,47% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV 21 yang tercatat sebesar Rp1,93 miliar. 15

36 Boks 1 Survei Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Kondisi alam wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) menyimpan potensi keindahan alam yang dapat menarik wisatawan baik dalam maupun luar negeri. Peningkatan kunjungan wisatawan akan meningkatkan kinerja industri pariwisata sekaligus memberikan efek pengganda bagi perekonomian secara keseluruhan. Pariwisata memberikan pengaruh pada perekonomian baik secara langsung maupun tidak langsung. Pengaruh langsung berupa pengeluaran wisatawan, sementara pengaruh tidak langsung berupa pendapatan yang diperoleh oleh usaha pendukung seperti jasa angkutan, perdagangan, hotel dan restoran termasuk industri makanan dan minuman, pertanian penyuplai makanan ke hotel maupun industri kerajinan yang akan ditawarkan kepada wisatawan. Proyeksi Dinas Pariwisata mengenai jumlah kunjungan wisatawan nusantara (domestik) maupun wisatawan mancanegara ke NTB terus meningkat dari tahun ke tahun yang diimbangi oleh peningkatan lama tinggal dan pengeluarannya selama menikmati pariwisata di NTB. Tujuan Survei Survei ini memiliki beberapa tujuan antara lain: (a) Mengidentifikasi preferensi obyek wisata dari wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke NTB; (b) Mengidentifikasi faktorfaktor utama yang menentukan pilihan tujuan obyek wisata; dan (c) Mengidentifikasi potensi dan kebijakan pengembangan obyek wisata di NTB. Metode Survei Metode survei yang digunakan yaitu metode deskriptif, dengan kerangka sampel convenience sampling dan desain sampel purposive sampling serta metode pengambilan sampel quato sampling. Responden penelitian ini adalah wisatawan domestik dan mancanegara yang berkunjung ke obyekobyek wisata di NTB. Jumlah sampel dalam survei ini sebanyak 15 responden dengan alokasi responden pada masingmasing wilayah obyek wisata sebanyak 3 responden (1 domestik dan 2 mancanegara). Sedangkan sampel penelitian yang digunakan untuk Analitycal Hierarchy Process (AHP) adalah pelaku industri pariwisata yang expert pada sektor tersebut. Hasil Survei Hasil survei ini menunjukkan tingkat kepuasan kunjungan oleh responden wisatawan mancanegara dan domestik relatif tinggi, hal ini terindikasi dari rencana responden untuk kembali ke Nusa Tenggara Barat. Sementara itu, preferensi wisatawan mancanegara datang ke NTB utamanya untuk menikmati pantai/matahari/pasir, kemudian keragaman budaya, gunung/air terjun, dan alam liar. 16

37 Sedangkan preferensi wisatawan domestik adalah pantai/matahari/pasir, keragaman budaya, gunung/air terjun, kuliner dan wisata belanja. Faktorfaktor yang dianggap penting dan mendasari keputusan wisatawan menentukan tujuan wisata ke NTB antara lain : a. kemudahan masuk ke NTB, kemudahan pelayanan petugas entry (keimigrasian) serta tersedianya transportasi jarak jauh dan dekat. b. Faktor lainnya adalah faktor hospitality (keramahan), promosi obyekobyek wisata di NTB dan infrastruktur pendukung yang ada di sekitar daerah destinasi. c. Sementara itu, pelaku industri pariwisata di NTB, menjadikan faktor keamanan dan kenyamanan sebagai prioritas utama dalam rangka pengembangan daerah destinasi wisata di NTB. Sedangkan untuk kebijakan pengembangan obyek wisata kedepan, tujuan wisata bahari menjadi perhatian utama, diikuti dengan tujuan wisata budaya serta wisata gunung/danau. Dalam rangka memenuhi harapan wisatawan mancanegara dan domestik, maka diperlukan perhatian dan peran pemerintah : a. Menjaga dan meningkatkan aspek keamanan di obyekobyek wisata di NTB. b. Mengaktifkan kembali petugaspetugas keamanan yang dibentuk dari masyarakat desa dan penambahan fasilitas penerangan jalan di obyek wisata dapat menciptakan rasa aman dan nyaman. c. Faktor pendukung lain yang perlu mendapat perhatian pemerintah antara lain perbaikan sarana penunjang kegiatan wisata seperti selokan, pengelolaan sampah, penyediaan sarana toilet umum serta evaluasi kelayakan sarana penginapan secara berkala dari dinas terkait. d. Standarisasi pelayanan pemandu wisata dan penggunaan media jejaring sosial untuk promosi wisata yang efektif serta penyediaan fasilitas perbankan (ATM). Pemerintah melalui dinasdinas terkait harus mulai fokus dan memperhatikan peningkatan infrastruktur pendukung terutama di obyekobyek wisata bahari dan pembangunan kawasan wisata kuliner. Selain itu diperlukan adanya pembinaan dan pemberdayaan organisasi Persatuan Hotel dan Restoran (PHRI) sebagai wadah bagi para pemilik hotel dan restoran dalam memajukan industri pariwisata. Bagi pelaku usaha, kontribusi pengembangan sektor pariwisata dapat diwujudkan dengan menjaga citra pariwisata NTB dengan meningkatkan kualitas pelayanan maupun menjamin keamanan wisatawan. Hal lain yang diharapkan wisatawan adalah ketersediaan sarana transportasi atau akses ke tujuan obyek wisata, informasi yang transparan dan lengkap mengenai tempattempat wisata yang menarik untuk dikunjungi, sehingga wisatawan lebih mudah mendapatkan informasi dalam membuat rencana kunjungannya ke obyekobyek wisata yang diinginkan. 17

38 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NUSA TENGGARA BARAT 2.1. KONDISI UMUM Sepanjang triwulan I211 perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat menunjukkan kecenderungan penurunan harga. Secara tahunan pada triwulan I211 laju inflasi NTB tercatat sebesar 7,83% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 1,8% (yoy). Meski bergerak searah (menurun), laju inflasi tersebut lebih tinggi dibanding laju inflasi nasional yang tercatat sebesar 6,65% (yoy). Secara triwulanan, laju inflasi di NTB pada triwulan I211 kembali berada pada tren menurun yang tercatat sebesar,8% (qtq). Berbeda dengan periode sebelumnya, pada triwulan I211 laju inflasi triwulanan NTB berada di bawah laju inflasi triwulanan nasional yang tercatat mencapai,7% (qtq). Minimnya tekanan inflasi triwulanan didukung oleh lebih rendahnya laju inflasi triwulanan pada hampir semua kelompok khususnya pada kelompok bahan makanan dibanding dengan periode sebelumnya, kecuali pada kelompok kesehatan. Secara bulanan, tekanan laju inflasi NTB pada triwulan I211 menunjukkan penurunan setelah pada akhir tahun 21 dan awal tahun 211 mengalami lonjakan yang cukup tinggi. Pada Januari 211, laju inflasi bulanan NTB mengalami inflasi yang cukup tinggi mencapai 1,45% (mtm). Pada periode berikutnya, tekanan inflasi di NTB mengalami penurunan cukup tajam. Perkembangan harga pada bulan Februari dan Maret 211 mengalami laju deflasi (kecenderungan penurunan harga) yang masingmasing tercatat sebesar,24% (mtm) dan 1,12% (mtm). Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Bulanan dan Tahunan NTB Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan NTB yoy NTB (%) mtm NTB (%) yoy Nasional (%) mtm Nasional (%) NTB (%,qtq) Nasional (%,qtq).7.8 I II III IV I II III IV I Sumber: BPS, diolah Sumber: BPS, diolah 18

39 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB Secara umum, kecenderungan penurunan inflasi tersebut disebabkan oleh meningkatnya pasokan bahan makanan khususnya pada sub kelompok sayursayuran, padipadian, umbiumbian & hasilnya dan bumbubumbuan seiring tibanya musim panen hasil pertanian. Berdasarkan wilayah penghitungan, laju inflasi tahunan tertinggi pada periode laporan dialami oleh Kota Mataram, dimana pada Maret 211 laju inflasi tercatat mencapai 8,47% (yoy). Sementara itu, laju inflasi tahunan di Kota Bima tercatat sebesar 5,41% (yoy). Berdasarkan disagregasi inflasi, penurunan tekanan inflasi yang cukup tajam pada kelompok volatile food menjadi komponen utama yang mempengaruhi turunnya laju inflasi NTB. Sementara kelompok inflasi inti dan administered price relatif stabil INFLASI TRIWULANAN Secara triwulanan, perkembangan harga barang dan jasa di Nusa Tenggara Barat periode triwulan I211 cenderung mengalami penurunan yang tercatat sebesar,8% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Laju inflasi tersebut lebih rendah laju inflasi triwulanan nasional yang tercatat mencapai,7% (qtq). Relatif rendahnya tekanan inflasi pada triwulanan ini bersumber dari kelompok bahan makanan yang mengalami deflasi cukup dalam sebesar,64% (qtq), kemudian diikuti oleh pendidikan, rekreaso & olah raga sebesar,5% (qtq). Sementara pada kelompok lainnya laju inflasi menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu kecuali pada kelompok kesehatan dan perumahan perumahan, air, listrik, gas & bahan bakar yang bergerak pada kisaran,6% (qtq) hingga,86%(qtq). Berdasarkan sumbangannya, kelompok bahan makanan masih memberikan andil terbesar terhadap penurunan laju inflasi triwulan I211 dengan sumbangan deflasi sebesar,18%. Sementara pemicu laju inflasi diberikan oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau dengan sumbangan sebesar,13% Grafik 2.3 Inflasi Triwulanan Nusa Tenggara Barat Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi I II III IV I II III IV I Sumber: BPS 19 Grafik 2.4 Sumbangan Inflasi Triwulanan Nusa Tenggara Barat Bahan Makanan Perumahan, air Kesehatan Transportasi, komunikasi I II III IV I II III IV I Sumber: BPS Makanan jadi, Minuman Sandang Pendidikan, rekreasi

40 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB 2.3. INFLASI TAHUNAN Secara tahunan, tekanan laju inflasi di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I211 mengalami penurunan yang tercatat sebesar 7,83% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan IV21 yang tercatat sebesar 1,8% (yoy). Pergerakan laju inflasi tersebut searah dengan laju inflasi Nasional yang juga menunjukkan penurunan, namun lebih tinggi dari inflasi Nasional yang tercatat sebesar 6,65% (yoy). Sumber: BPS Tabel 2.1 Inflasi Tahunan Nusa Tenggara Barat (yoy,%) No Kelompok Des Mar Jun Sept Des Jan Feb Mar Umum Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi Berdasarkan kelompok komoditas, sebagian besar kelompok barang dan jasa pada triwulan I211 cenderung mengalami penurunan dibanding triwulan lalu, kecuali pada kelompok sandang, kesehatan dantransportasi, komunikasi & jasa keuangan. Kelompok bahan makanan mengalami penurunan laju inflasi terbesar yang tercatat menjadi 15,46%, sedangkan laju inflasi terendah dialami kelompok kesehatan yang tercatat sebesar 1,94%. Sementara pada kelompok barang dan jasa lainnya, laju inflasi tercatat berada pada kisaran 2,58% hingga 6,49%. Grafik 2.5 Inflasi Tahunan Nusa Tenggara Barat Grafik 2.6 Sumbangan Inflasi Tahunan Nusa Tenggara Barat Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Sumber: BPS Bahan Makanan Makanan jadi, Minuman Perumahan, air Sandang Kesehatan Pendidikan, rekreasi Transportasi, komunikasi Sumber: BPS Berdasarkan sumbangannya, sejalan dengan penurunan laju inflasi kelompok bahan makanan masih mendominasi pembentukan laju inflasi 2

41 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB dengan sumbangan mencapai 4,75%, kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi, minuman, rokok & tembakau sebesar 1,25%. Sedangkan kontribusi kelompok barang dan jasa lainnya yang turut memicu inflasi berada pada kisaran,6% hingga,97% INFLASI BERDASARKAN KOTA Secara tahunan, sepanjang triwulan I211 tekanan inflasi di Kota Mataram dan Bima mengalami tren menurun, namun mengalami tekanan yangcukup tinggi pada awal triwulan I211. Berdasarkan kota perhitungan tingkat inflasi di NTB, laju inflasi tahunan tertinggi kembali dialami kota Mataram, dimana pada akhir triwulan I211 mencapai 8,47% (yoy). Laju inflasi yang cukup tinggi tersebut didorong oleh tingginya tekanan inflasi pada bulan Januari 211 yang tercatat mencapai 1,39% (mtm). Kemudian pada bulan Februari dan Maret 211 perkembangan harga barang dan jasa di kota Mataram mengalami kecenderungan penurunan harga (deflasi) berhasil menahan laju inflasi, dengan laju deflasi bulanannya masingmasing tercatat sebesar,22% (mtm) dan 1,23% (mtm). Perkembangan harga barang dan jasa pada kota Bima juga menunjukkan pergerakan yang sama. Pada triwulan I211, laju inflasi tahunan kota Bima tercatat menurun menjadi sebesar 5,41% (yoy). Namun demikian, pada awal triwulan I211 laju inflasi kota Bima mengalami tekanan dan berada lebih tinggi dibanding kota Mataram, dimana laju inflasi bulanannya tercatat mencapai 1,67% (mtm). Sedangkan pada bulan Februari dan Maret laju inflasi bulanan kota Bima mengalami deflasi masingmasing sebesar,33% (mtm) dan,7% (mtm). Tabel 2.2 Komoditas Dominan Penyumbang Inflasi Triwulan I211 di Kota Mataram dan Bima Kota Mataram Januari Februari Maret Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Cabe Rawit 1.35% Beras.29% Cabe Rawit.5% Tongkol Pindang.22% Cabe Rawit.27% Beras.48% CumiCumi.1% Tomat Sayur.18% Cabe Merah.19% Cabe Merah.8% Bhn bkr RT.13% Cumicumi.11% Minyak Goreng.3% Cabe Merah.4% Tongkol Pindang.7% Kota Bima Januari Februari Maret Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Jenis Barang Andil Bandeng.55% Bandeng.34% Beras.54% Cabe Rawit.41% Cabe Rawit.19% Bandeng.18% Kacang Panjang.19% Tomat Sayur.15% Cabe Merah.15% Tenggiri.13% Beras.12% Tenggiri.13% Tongkol.9% Pasir.8% Udang Basah.5% Sumber: BPS 21

42 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB Pada awal triwulan I211, lonjakan inflasi pada kelompok bahan makanan menjadi sumber tekanan inflasi. Hal tersebut dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang kurang kondusif yakni tinggginya curah hujan akibat dampak fenomena La Nina yang berakibat pada turunnya produksi dan kualitas hasil pertanian dan perikanan terutama pada komoditas bumbubumbuan dan ikan segar (cabai rawit dan bandeng). Namun demikian, memasuki pertengahan hingga akhir triwulan perkembangan harga menunjukkan kecenderungan menurun seiring tibanya musim panen yang turut meningkatkan ketersediaan bahan pangan DISAGREGASI INFLASI Berdasarkan faktorfaktor yang mempengaruhi inflasi, sepanjang triwulan I211 menurunnya laju inflasi di NTB ditopang oleh menurunnya tekanan inflasi pada semua faktor (fundamental dan non fundamental). Kondisi tersebut utamanya berasal dari komponen volatile food yang turun tajam setelah pada akhir triwulan IV21 mengalami laju inflasi yang sangat tinggi. Sementara pada komponen lainnya yaitu administered price dan inflasi inti (faktor fundamental) mengalami penurunan yang relatif rendah. Secara tahunan, perkembangan laju inflasi kelompok volatile food menunjukkan kecenderungan harga yang menurun. Pada Maret 211, laju inflasi volatile food tercatat mencapai 18,58% (yoy), jauh menurun dibandingkan dengan Desember 21 yang tercatat sebesar 27,63% (yoy). Meningkatnya pasokan bahan makanan sejalan dengan berlangsungnya musim panen dan menurunnya ekspektasi masyarakat diperkirakan menjadi faktor utama yang menurunkan laju inflasi pada periode laporan. Berdasarkan komoditasnya, penurunan harga terbesar dialami oleh komoditas cabe rawit, beras dan bandeng yang turut dipengaruhi oleh meningkatnya pasokan baik dari dalam dan luar NTB. Grafik 2.7 Disagregasi Inflasi NTB (%,mtm) Grafik 2.8 Disagregasi Inflasi NTB (%, yoy) Inflasi Bulanan administered price core inflation volatile food Inflasi Tahunan core inflation administered price volatile food Sumber : BPS, diolah Sumber : BPS, diolah 22

43 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB Pada triwulan I211, perkembangan komoditas utama volatile food, yaitu beras menunjukkan kecenderungan penurunan harga. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh meningkatnya ketersediaan bahan makanan sejalan dengan angka ramalan I211 (ARAM I) hasil produksi pertanian. Berdasarkan rilis BPS Prov. NTB, ARAM I211 memperkirakan bahwa produksi padi di NTB pada JanuariApril 211 mengalami peningkatan produksi mencapai 1,34 juta ton atau tumbuh sebesar 38,88% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar,97 juta ton. Sementara itu, dalam rangka menjaga ketahanan pangan dan stabilitas harga beras di Provinsi NTB, BULOG Divre NTB telah menyerap beras sebanyak 14,1 ribu ton hingga Maret 211. Selain itu, pemerintah pusat juga telah mendatangkan beras impor asal Vietnam sebanyak 11 ribu ton beras yang diperkirakan turut mempengaruhi penurunan harga beras. Perkembangan komponen inflasi lainnya, yakni administered price di sepanjang triwulan I211 juga mengalami penurunan. Secara tahunan, tekanan inflasi kelompok administered price tercatat mencapai 7,3%, sedikit meningkat dibanding triwulan IV21 yang tercatat sebesar 7,86%. Penurunan ini berasal dari sub kelompok tembakau & minuman beralkohol (minol) dan sub kelompok sarana & penunjang transpor yang mengalami penurunan harga. Sementara itu, kelompok inflasi inti juga menunjukkan kecenderungan penurunan harga. Pada triwulan I211, laju inflasi inti tercatat sebesar 4,88%, lebih rendah dibanding dengan triwulan sebelumnya yang mencapai 5,23% (yoy). Kondisi ini utamanya berasal dari menurunnya harga pada sub kelompok makanan jadi. Selain itu, menguatnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing lainnya turut meredam tekanan inflasi dari sisi imported inflation. Namun demikian, tekanan yang cukup tinggi masih dialami oleh komoditas emas perhiasan yang mengalami tekanan harga akibat meningkatnya harga komoditas tersebut di pasar internasional. Rp 8, 7,5 7, 6,5 6, 5,5 5, 4,5 4, Grafik 2.9 Perkembangan Harga Beras di NTB (Rp/kg) IR I Pelita IR 64 Super IR Zak , 15, 85, 65, 45, 25, 5, Grafik 2.1 Perkembangan Harga Cabai, Gula Pasir dan Minyak Goreng di NTB (Rp/kg) Cabe Merah Bsr Minyak Gorengrhs Cabe Rawit Gula Pasir Lokal r hs , 13,5 13, 12,5 12, 11,5 11, 1,5 1, 9,5 9, Mar 1 Apr Mei 1 Jun 1 1 Juli Aug 1 Sep 1 1 Okt 1 Nov 1 Des 1 Jan 11 Feb Mar Mar 1 Apr 1 Mei 1 Jun 1 Juli 1 Aug 1 Sep 1 Okt 1 Nov 1 Des 1 Jan 11 Feb 11 Mar 11 Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Mataram 23 Sumber: Survei Pemantauan Harga, KBI Mataram

44 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI NTB Grafik 2.11 Perkembangan Harga Pangan di Pasar Internasional Grafik 2.12 Perkembangan Harga Emas dan Minyak Mentah di Pasar Dunia c e D 8 a r M 8 c e D 9 a r M JagungUS$/bushel GulaUS$/pound Beraskanan USD/mt 9 n Ju 9 p S e 9 c e D a r1 M 1 n Ju 1 p S e c 1 e D a r1 M a r M 8 p S e 9 n Ja 9 a r M 9 a y M 9 l Ju 9 p S e 9 v o N Goldkiri $/oz CPOUS$/ mt Minyakkanan US$/barrel 1 n Ja a r1 M a y 1 M l1 Ju 1 p S e v 1 o N 1 1 n Ja 1 a r1 M Sumber: CEIC, IMF, 1 bushel= 31,5 kg Sumber: CEIC 24

45 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Secara umum, perkembangan perbankan Nusa Tenggara Barat (NTB) selama triwulan I211 menunjukkan kinerja yang positif. Kondisi tersebut tercermin dari pertumbuhan indikator utama perbankan baik pada aset, kegiatan penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat. Dari sisi fungsi intermediasi, kinerja industri perbankan terus menunjukkan peningkatan. Kondisi ini didukung risiko kredit yang tercemin dari rasio Non Performing Loan (NPL) masih dibawah NPL yang ditetapkan yaitu maksimal 5% Intermediasi Perbankan Kinerja intermediasi perbankan Nusa Tenggara Barat pada posisi triwulan I211 menunjukkan perkembangan yang menggembirakan. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya jumlah dana yang disalurkan kepada masyarakat yang didukung oleh semakin membaiknya kegiatan penghimpunan dana masyarakat oleh industri perbankan Nusa Tenggara Barat. Pada triwulan I211, perkembangan rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan NTB masih berada pada tren peningkatan yang berada level yang cukup tinggi yaitu sebesar 114,6%, lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat mencapai 111,57%. Peningkatan tersebut disebabkan oleh laju pertumbuhan penyaluran kredit khususnya pada bank umum yang lebih cepat dibandingkan dengan kegiatan penghimpunan dana. Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Perbankan di NTB (miliar Rp) Indikator Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Aset 9,74 1,271 1,597 11,317 11,757 12,362 12,835 13,726 14,128 Growth %(yoy) Kredit 6,638 7,83 7,414 7,726 8,222 8,896 9,351 9,96 1,393 Growth %(yoy) DPK 6,99 7,128 7,325 7,453 7,613 8,144 8,259 8,878 9,69 Growth %(yoy) LDR (%) NPL (%) Sumber : KBI Mataram Secara keseluruhan total outstanding kredit perbankan (Bank Umum & Bank Perkreditan Rakyat) mencapai Rp1,39 triliun atau tumbuh sebesar 26,41% (yoy), lebih lambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tercatat 25

46 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB sebesar 28,21% (yoy). Di sisi lain, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun dari masyarakat meningkat mencapai Rp9,7 triliun atau tumbuh sebesar 19,12% (yoy), relatif stabil dibandingkan dengan pertumbuhan triwulan sebelumnya yang sebesar 19,13% (yoy). Dari sisi risiko kredit, laju pertumbuhan penyaluran kredit perbankan NTB diikuti risiko kredit yang relatif terjaga tercermin dari rasio Non Performing Loans (NPL) sebesar 2,51%, sedikit lebih tinggi dibanding posisi triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,34% Perkembangan Bank Umum Perkembangan Aset Pada triwulan I211, perkembangan total aset 1 Bank Umum di NTB terus berada dalam tren peningkatan dengan nilai mencapai Rp13,26 triliun atau tumbuh sebesar 19,89% (yoy). Pertumbuhan tersebut melambat dibanding posisi triwulan lalu yang tercatat sebesar 2,92% (yoy). Melambatnya laju pertumbuhan jumlah penyaluran kredit dan penghimpunan DPK yang turut menahan laju pertumbuhan aset bank umum Grafik 3.1 Perkembangan Aset Bank Umum NTB assetkanan (Rp miliar) growthaset kiri (%) 14, 12, 1, 8, Grafik 3.2 Pertumbuhan Aset Bank Umum Menurut Kegiatan Usaha gasetbu Konv (%) gasetbu Syariah (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 6, 4, 2, Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Berdasarkan komposisinya, pangsa aset bank umum di NTB masih didominasi oleh bankbank milik pemerintah yang jumlahnya mencapai Rp1,23 triliun dengan pangsa mencapai sebesar 77,6% dari total aset seluruh bank umum di NTB. Sementara itu, perkembangan aset bank swasta nasional pangsanya mengalami penurunan dari 23,51% pada triwulan lalu, menjadi 22,79% atau sebesar Rp3,3 triliun pada triwulan laporan. Berdasarkan sisi operasional, perkembangan aset bank umum syariah mengalami laju pertumbuhan yang lebih tinggi dibanding bank umum konvensional. Aset bank umum syariah meningkat mencapai Rp7,84 miliar atau tumbuh sebesar 33,84% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih rendah 1 Aset mengacu konsep gross untuk perhitungan antar kantor bagi Bank yang berkantor pusat di NTB. 26

47 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB dibanding posisi triwulan IV21 yang tercatat tumbuh hingga 49,64% (yoy). Perkembangan aset bank umum konvensional juga mengalami perlambatan yang tumbuh sebesar 19,37% (yoy) dengan nominal sebesar Rp12,58 triliun, turun tipis dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh sebesar 19,66% (yoy) Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Pada triwulan I211, kegiatan penghimpunan DPK pada bank umum di Nusa Tenggara Barat realtif berlangsung stabil. Jumlah DPK yang berhasil dihimpun tercatat mencapai Rp8,66 triliun atau tumbuh sebesar 19,32% (yoy) dengan jumlah rekening sebanyak 1,13 juta, naik tipis dibandingkan pertumbuhan triwulan IV21 yang tercatat sebesar 19,31% (yoy) atau sebesar Rp8,47 triliun dengan jumlah rekening: 1,1 juta. Grafik 3.3 Perkembangan DPK Bank Umum di NTB (Rp miliar) Grafik 3.4 Pertumbuhan DPK Bank Umum di NTB (yoy) 1, 9, 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1, Deposito Tabungan Giro Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw (1) ggiro (%) gtabungan (%) gdeposito (%) gdpk (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Grafik 3.5 Pangsa DPK per Kepemilikan DPK Bank Umum di NTB (Rp miliar) Grafik 3.6 Pangsa DPK Menurut Jenis Simpanan Bank Umum di NTB 13.94% 1.64% 14.25% Pemerintah Pusat Pemerintah Daerah Perseorangan Lainnya 25.76% 21.4% Giro Tabungan Deposito 7.18% 52.84% Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Secara umum, mayoritas DPK yang dihimpun masih ditempatkan dalam bentuk dana jangka pendek yaitu tabungan dengan pangsa sebesar 52,84% atau mencapai Rp4,56 triliun dengan jumlah rekening sebanyak 1,11 juta atau 27

48 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB sekitar 52,2% dari jumlah penduduk yang bekerja (jumlah penduduk NTB tahun 21 sebanyak 2,13 juta 2 ). Pangsa tabungan tersebut menurun dibanding posisi triwulan IV21 yang tercatat mencapai 59,99%. Secara tahunan, jumlah tabungan pada triwulan laporan tumbuh sebesar 22,31% (yoy), meningkat dibanding periode lalu yang hanya tumbuh sebesar 18,13% (yoy). Perkembangan jenis simpanan jangka panjang yang ditempatkan dalam bentuk deposito menunjukkan perkembangan yang berbeda. Pada triwulan I 211, jumlah deposito meningkat mencapai Rp2,23 triliun yang tumbuh hingga 23,6% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih lambat dibanding posisi triwulan IV 21 yang tumbuh hingga 31,23% (yoy) atau mencapai Rp2,4 triliun. Namun demikian secara komposisi, pangsa deposito mengalami peningkatan dari sebesar 24,8% pada triwulan IV21, menjadi sebesar 25,78% terhadap keseluruhan DPK yang dihimpun bank umum di NTB. Sementara itu jumlah simpanan dalam bentuk giro yang ditempatkan masyarakat pada triwulan I211 menunjukkan adanya peningkatan dana menjadi sebesar Rp1,85 triliun yang tumbuh sebesar 8,27% (yoy), menurun dibanding triwulan IV21 yang mencapai Rp1,35 triliun dengan pertumbuhan sebesar 8,53% (yoy). Hal ini disebabkan oleh adanya penempatan dana pemerintah daerah pada awal tahun seiring mulai berlangsungnya tahun anggaran dan masih relatif minimnya realisasi anggaran belanja pemerintah daerah. Secara komposisi terhadap kesluruhan DPK bank umum di NTB, pangsa giro mengalami peningkatan yang cukup tinggi dari 15,93% pada triwulan lalu menjadi 21,38% pada periode laporan Perkembangan Kredit Bank Umum Kegiatan penyaluran kredit oleh bank umum di Nusa Tenggara Barat pada triwulan I211 terus mengalami peningkatan. Total outstanding kredit yang disalurkan ke masyarakat nilainya mencapai Rp9,87 triliun atau tumbuh sebesar 27,33% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 29,22% (yoy). Laju pertumbuhan kredit yang lebih cepat dibanding penghimpunan DPK mendorong peningkatan kinerja intermediasi bank umum di Nusa Tenggara Barat pada level yang tinggi. Hal ini tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) yang tercatat sebesar 113,88%, tidak jauh berbeda dengan kinerja periode sebelumnya yang mencapai 11,93%. Tingkat LDR yang berada di atas 1% mencerminkan bahwa selain menggunakan dana pihak ketiga, bank umum juga memanfaatkan aliran dana yg masuk ke NTB dalam melaksanakan kegiatan pembiayaan. Hal ini menandakan masih terbukanya peluang bagi perbankan lainnya untuk ikut bersaing ke dalam industri perbankan di NTB. 2 Survei Angkatan Kerja BPS Prov. NTB 28

49 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB Berdasarkan jenis penggunaannya, sebagian besar penyaluran kredit bank umum di NTB masih tertuju pada jenis konsumsi dengan pangsa mencapai 65,49% terhadap keseluruhan kredit bank umum di NTB atau sebesar Rp6,56 triliun yang tumbuh cukup tinggi hingga 28,96% (yoy). Pertumbuhan tersebut sedikit lebih rendah dibanding kinerja triwulan IV21 yang tumbuh mencapai 29,79% (yoy). Kemudian disusul oleh kredit modal kerja sebagai pangsa terbesar kedua (27,68%) yang tercatat mencapai Rp2,73 triliun atau tumbuh sebesar 24,3% (yoy),lebih rendah dibanding periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 27,27% (yoy) atau sebesar Rp2,58 triliun. Sedangkan pangsa kredit investasi terus mengalami peningkatan, yang tercatat sebesar 5,83% atau mencapai Rp575,9 miliar yang tumbuh hingga 23,81% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih rendah dibanding kinerja periode sebelumnya yang tumbuh sebesar 32,89% (yoy) atau mencapai Rp53,43miliar dengan pangsa sebesar 5,64% terhadap total DPK bank umum. Grafik 3.7 Perkembangan Kredit Bank Umum di NTB (Rp miliar) 12, 1, 8, 6, 4, 2, 35 Kredit BUkiri (Rp miliar) growthkredit kanan (%) 3 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram % 9% 8% 7% 6% 5% 4% 3% 2% 1% % Grafik 3.8 Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (%) Konsumsi Investasi Modal Kerja Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Secara kuartalan, pada triwulan I211 perkembangan kredit modal kerja dan kredit investasi menunjukkan pertumbuhan yang melambat, masingmasing tercatat sebesar,55% (qtq) dan 8,42% (qtq). Sedangkan kredit konsumsi mengalami peningkatan pertumbuhan menjadi sebesar 6,66% (qtq) (4.) (9.) (14.) Grafik 3.9 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (qtq,%) gkmkbu(qtq,%) gkinvbu(qtq,%) gkkonsbu(qtq,%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Grafik 3.1 Pertumbuhan Kredit Bank Umum Menurut Jenis Penggunaan (yoy,%) (1.) (2.) (3.) gkmkbu(yoy,%) gkinvbu(yoy,%) gkkonsbu(yoy,%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram 29

50 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB Secara sektoral, sektor jasa sosial kembali tapi sebagai sektor dengan pertumbuhan kredit tertinggi pada triwulan I211 yang tumbuh signifikan hingga 159,2% (yoy). Kemudian diikuti oleh kinerja pada sektor konstruksi dan listrik,gas & air yang tumbuh sebesar 84,63% (yoy) dan 58,26% (yoy). Sementara itu, kredit pada sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang sangat signifikan mencapai 35,6% (yoy) setelah pada periode sebelumnya berada tren pertumbuhan yang negatif. Tabel 3.2. Pertumbuhan Kredit Bank Umum di NTB (yoy,%) Penyaluran Kredit Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Menurut Jenis Penggunaan Modal Kerja Investasi Konsumsi Menurut Sektor Ekonomi Pertanian Pertambangan 2, Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain Sumber : KBI Mataram Tabel 3.3 Perkembangan Kredit Bank Umum di NTB (Rp miliar) Penyaluran Kredit Growth Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 (%,yoy) 1 Menurut Jenis Penggunaan 6,245 6,657 6,981 7,272 7,749 8,414 8,864 9,398 9, Modal Kerja 2, 2,91 2,193 2,134 2,197 2,48 2,577 2,716 2, Investasi Konsumsi 3,935 4,228 4,422 4,739 5,87 5,517 5,833 6,151 6, Menurut Sektor Ekonomi 6,245 6,657 6,981 7,272 7,749 8,414 8,864 9,398 9, Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest 1,76 1,788 1,928 1,937 1,838 1,966 2,195 2,213 2, Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain 3,948 4,245 4,441 4,759 5,43 5,858 6,81 6,526 7, Suku bunga kredit (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi Sumber : KBI Mataram 3

51 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB Berdasarkan pangsanya, penyaluran kredit produktif masih terkonsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang pangsanya mencapai 21,79% atau sebesar Rp2,15 triliun (selain kepada sektor lainlain). Selanjutnya penyaluran kredit disusul oleh sektor konstruksi dengan pangsa sebesar 2,18% (Rp215,5 miliar), kemudian diikuti oleh sektor jasa dunia usaha yang pangsanya sebesar 1,56% (Rp153,5 miliar). Sementara penyaluran kredit pada sektorsektor produktif lainnya pangsanya berada pada kisaran,2% hingga 1,19% dari keseluruhan kredit Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di NTB Kredit Modal Kerja Kredit Konsumsi BI Rate Kredit Investasi Deposito Sumber : KBI Mataram (data sementara) Grafik 3.12 Pangsa Kredit Bank Umum Secara Sektoral di NTB Sumber : KBI Mataram Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, gas, dan air Konstruksi PHR Transport & Komunikasi Jasajasa dunia usaha Jasajasa sosial/masyarakat Hingga akhir triwulan I211, secara ratarata perkembangan suku bunga bank umum NTB menunjukkan pergerakan yang meningkat baik pada suku bunga kredit dan simpanan dibandingkan dengan posisi triwulan IV21. suku bunga kredit investasi dan konsumsi bergerak meningkat masingmasing menjadi sebesar 15,63% (Des 21: 14,8%) dan 16,39% (Des 21: 13,31%). Sementara pada jenis simpanan, suku bunganya (deposito) juga mengalami peningkatan dari 6,13% pada Desember 21 menjadi 6,17% pada posisi Maret 211. Sedangkan suku bunga kredit modal kerja turun menjadi sebesar 13,17% (Des 21: 15,32%) Risiko Kredit Meningkatnya jumlah penyaluran kredit, diimbangi dengan resiko kredit bermasalah yang relative terjaga. Kondisi tersebut ditunjukkan oleh kualitas kredit yang tercermin dari nilai Non Performance Loan (NPL) masih dibawah target indikatif yang ditetapkan. Perkembangan kredit bermasalah yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) sebesar sebesar 1,9%. Berdasarkan jenis penggunaan, perkembangan risiko kredit menunjukkan peningkatan pada semua jenis kredit. Pada triwulan I211, 31

52 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB peningkatan rasio NPL terbesar dialami oleh kredit modal kerja yang meningkat dari 4,1% pada triwulan lalu menjadi 4,48%. Selanjutnya diikuti oleh kredit investasi dan konsumsi yang rasio NPLnya juga meningkat masingmasing menjadi 2,87% (Des 1: 2,81%) dan,75% (Des 1:,68%) pada triwulan I 211. Tabel 3.4 Perkembangan Kualitas Kredit Bank Umum di NTB Kolektibilitas Kredit Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 NPL (Nominal Rp. Jutaan) 159, , , ,57 152, ,23 162, , ,825 NPL (%) NPL per jenis penggunaan (%) Modal Kerja Investasi Konsumsi NPL per sektor (%) Pertanian Pertambangan Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdag.Hotel & Rest Pengangkt & Komunik Jasa dunia usaha Jasa sosial Lainlain Sumber : KBI Mataram Secara sektoral, risiko kredit pada triwulan I211 didorong oleh meningkatnya rasio NPL pada hampir semua sektor kecuali pada sektor pertambangan dan jasa dunia usaha yang menunjukkan penurunan. Dimana sektor pertanian masih tampil sebagai sektor yang mengalami laju peningkatan NPL terbesar dan memiliki rasio NPL tertinggi mencapai 23,85% Perkembangan Kredit UMKM Penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) di Nusa Tenggara Barat terus menunjukkan peningkatan. Pada triwulan I211, nominal outstanding credit UMKM (plafon kredit < Rp5 miliar) perbankan NTB (Bank Umum & BPR) meningkat menjadi Rp1,6 triliun atau tumbuh sebesar 24,99% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 25,64% (yoy). Berdasarkan komposisinya, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya pangsa penyaluran kredit UMKM pada periode laporan mengalami penurunan. Pada triwulan I211 pangsanya tercatat mencapai 96,76%, sedikit lebih rendah dibanding triwulan IV21 yang tercatat mencapai 96,87%. Perkembangan penyaluran kredit UMKM oleh bank umum di NTB masih didominasi oleh penyaluran pada kredit UMKM yang pangsanya mencapai 96,59% atau mencapai Rp9,53 triliun. Berdasarkan skala kreditnya, penyaluran kredit UMKM bank umum didominasi oleh kredit kecil (plafon Rp5 juta s.d Rp5 juta) mencapai Rp5,29 triliun dengan pangsa sebesar 53,6%. Kemudian 32

53 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB diikuti oleh kredit mikro (plafon s.d Rp5 juta) mencapai Rp2,94 triliun dengan pangsa mencapai 29,77%. Sedangkan pangsa kredit menengah (plafon Rp5 juta s.d Rp5 miliar) hanya sebesar 13,22% atau secara nominal mencapai sebesar Rp 1,3 triliun. Grafik 3.13 Pangsa Kredit UMKM Terhadap Total Kredit Bank Umum Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Lainnya Kredit Menengah Kredit Kecil Kredit Mikro 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 3.14 Perkembangan Kredit UMKM yoy3 kredit UMKM (Rp mil) gkredit UMKMkanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Grafik 3.15 Perkembangan Rasio NPL Kredit UMKM Bank Umum NPL Kredit Mikro (%) NPL Kredit Kecil (%) NPL Kredit Menengah (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit UMKM bank umum pada triwulan I211 masih didominasi oleh kredit konsumsi dengan nominal kredit sebesar Rp6,52 triliun dengan pangsa sebesar 68,46% dari total kredit UMKM yang telah disalurkan, disusul oleh kredit modal kerja sebesar Rp2,51 triliun dengan pangsa 26,35% dan kredit investasi sebesar Rp,49 triliun dengan pangsa 5,2%. Dari sisi risiko kredit, secara ratarata perkembangan risiko kredit UMKM pada triwulan I211 mengalami sedikit peningkatan dibanding triwulan lalu. Rasio NPL tertinggi dimiliki kredit UMKM skala mikro yang tercatat mencapai 2,2%, lebih tinggi dibanding triwulan IV21 yang mencapai 1,96%. Sementara perkembangan NPL kredit UMKM pada skala kecil dan menengah 33

54 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB masingmasing tercatat sebesar 1,95% (Des 21: 1,85%) dan 1,53% (Des 21: 1,33%) Kredit Usaha Rakyat (KUR) Hingga triwulan I211, realisasi penyaluran KUR oleh bank umum di NTB terus mengalami peningkatan mencapai Rp45,1 miliar atau tumbuh signifikan mencapai 121,95% (yoy). Pertumbuhan tersebut lebih tinggi dibanding kinerja triwulan lalu yang tumbuh sebesar 13,95% (yoy) atau sebanyak Rp343,19 miliar. Secara sektoral, penyaluran KUR didominasi oleh sektor perdagangan hotel & restoran dengan pangsa mencapai 78,68% atau sebanyak Rp354,16 miliar. Kemudian diikuti oleh sektor sektor pertanian dan sektor jasa dunia usaha masingmasing sebesar Rp63,24 miliar dan Rp 19,46 miliar. Tabel 3.5 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Yang Disalurkan BankBank di NTB Berdasarkan Plafon Kredit (Jutaan Rp) NO SEKTOR Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 1 Pertanian 16,558 22,846 24,71 28,58 33,918 38,41 39,622 53,84 63,235 2 Pertambangan 3 Industri Pengolahan 2,518 3,212 3,381 3,631 4,16 4,186 4,831 5,457 5,927 4 Listrik, Gas & Air 5 Konstruksi 6,94 6 Perdag, Htl & Rstrn 83,661 99,93 119, , , , ,25 26,28 354,158 7 Angktn & Komuniks ,66 1,457 1,597 1,898 8 Jasa Dunia Usaha 7,121 9,922 1,293 11,257 12,427 13,335 13,54 15,789 19,462 9 Jasa Sosial ,899 1,292 1 Lainlain 3,924 3,172 2,945 3,626 3,251 3,846 2,138 4,34 4,129 Tot al 114, , , ,271 22, , ,85 343,193 45,1 Pertumbuhan (%,yoy) Sumber : Bank Indonesia Kredit Usaha Rakyat (KUR) merupakan program dari pemerintah untuk membantu usaha mikro/kecil produktif yang mengalami kesulitan akses permodalan ke perbankan karena keterbatasan penyediaan agunan atau UMKM yang feasible namun belum bankable. Sumber dana penyaluran KUR adalah 1% (seratus persen) dari bank pelaksana yang dihimpun dari dana masyarakat berupa tabungan, deposito dan giro. Sementara itu, plafon KUR Mikro yang saat ini dapat disalurkan oleh seluruh bank penyalur KUR nilainya sampai dengan Rp2 juta dan KUR Ritel dengan plafon di atas Rp2 juta sampai dengan Rp5 juta. Bankbank penyalur KUR di NTB yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Mandiri, Bank Bukopin, Bank BTN, Bank Syariah Mandiri dan Bank NTB. 34

55 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB Beberapa kendala yang dihadapi perbankan dalam penyaluran KUR antara lain dari faktor calon debitur yaitu : usaha debitur belum feasible, debitur masih memiliki tunggakan kredit program, adanya persepsi dari masyarakat bahwa KUR adalah bantuan (hibah), sehingga calon debitur berani menunggak, sebagian besar debitur tidak memiliki NPWP. Sedangkan dari faktor internal bank, adalah terbatasnya tenaga pemasaran kredit, keterbatasan jaringan kantor cabang, belum tersedianya data base UMKM binaan SKPD dan belum adanya perangkat analisa kredit yang lebih sederhana dan praktis, untuk kredit di bawah Rp5 juta Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan bank umum syariah di NTB menunjukkan kinerja yang positif meskipun mengalami perlambatan pertumbuhan pada sisi aset dan penghimpunan DPK. Hingga triwulan I211, total aset bank umum syariah meningkat mencapai Rp7,84 miliar atau tumbuh sebesar 33,84% (yoy), melambat dibanding pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh hingga 49,64% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut dipengaruhi oleh lambatnya pertumbuhan penghimpunan dana bank umum syariah pada periode laporan. Sementara itu, perkembangan pangsa aset bank umum syariah terhadap total aset perbankan di NTB mengalami peningkatan dari 4,89% pada triwulan lalu menjadi sebesar 4,96% pada periode laporan. Grafik 3.16 Perkembangan Bank Umum Syariah di NTB 8 (Rp mil) Financing 7 DPK 6 Aset Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Sumber : KBI Mataram Grafik 3.17 Pangsa Bank Umum Syariah Terhadap Perbankan NTB (%) Konvensional Syar i ah Financing 95.4 Aset Sumber : KBI Mataram DPK Perkembangan kegiatan pembiayaan yang berhasil disalurkan bank umum syariah hingga triwulan I211 meningkat mencapai Rp63,91 miliar atau tumbuh sebesar 41,76% (yoy), sedikit lebih tinggi dibanding periode sebelumnya yang tumbuh mencapai 4,37% (yoy). Di sisi lain, kegiatan penghimpunan dana masyarakat oleh bank umum syariah NTB menunjukkan pertumbuhan yang melambat. Jumlah DPK yang dihimpun menurun menjadi Rp415,3 miliar atau tumbuh sebesar 19,92% (yoy), jauh lebih lambat dibanding periode sebelumnya yang tumbuh hingga 4,45% (yoy). 35

56 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB Laju pertumbuhan pembiayaan syariah yang lebih tinggi dibanding kegiatan penghimpunan DPK mendorong fungsi intermediasi bank umum syariah yang tercermin dari meningkatnya Financing Deposit Ratio (FDR) menjadi 152,1%, jauh meningkat dibanding kinerja triwulan IV21 yang tercatat sebesar 132,21%. Grafik 3.18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah di NTB Grafik 3.19 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah di NTB Aset Syariah (Rp mil) Growth (yoy) Asetkanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw DPK Syariah (Rp mil) Growth (yoy) DPKkanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Dari sisi risiko pembiayaan, laju pertumbuhan kegiatan pembiayaan bank umum syariah yang tinggi diikuti oleh semakin menurunnya risiko kredit. Hal tersebut tercermin oleh rasio gross Non Performing Financing (NPF) bank umum syariah yang turun menjadi sebesar,62%, sedikit lebih rendah dibanding triwulan IV21 yang tercatat sebesar.68%. Grafik 3.2 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah di NTB Grafik 3.21 Perkembangan FDR dan NPF Bank Umum Syariah di NTB Financing (Rp mil) Growth (yoy) Financingkanan (%) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw FDR (%) NPF (%)kanan Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram 36

57 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB 3.6. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Secara umum perkembangan BPR di NTB pada triwulan I211 menunjukkan kinerja yang relatif melambat. Kondisi tersebut tercermin dari laju pertumbuhan aset dan kredit BPR yang melambat dan peningkatan risiko kredit dibanding triwulan lalu. Secara kelembagaan, perkembangan jumlah kantor BPR yang beroperasional di wilayah kerja Bank Indonesia Mataram belum mengalami perubahan dan masih sebanyak 32 buah. Dari jenis kegiatan usahanya, sebanyak 29 buah BPR beroperasi secara konvensional dan 3 buah BPR yang beroperasi secara syariah. Pada triwulan I211, pertumbuhan aset BPR tercatat sebesar 24,44% (yoy), melambat dibandingkan pertumbuhan aset triwulan lalu yang mencapai 27,26% (yoy). Dari sisi penghimpunan dana, kegiatan penghimpunan dana masyarakat terus mengalami peningkatan Hingga triwulan I211, jumlah dana pihak ketiga (DPK) yang dihimpun BPR meningkat menjadi Rp412,21 miliar atau tumbuh sebesar 16,95% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 15,41% (yoy). 1, Grafik 3.22 Perkembangan Indikator BPR di NTB DPK BPR (Rp mil) Kredit BPR (Rp mil) gdpkkanan (%,yoy) Aset BPR (Rp mil) gasetkanan (%,yoy) gkreditkanan (%,yoy) Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw Grafik 3.23 Perkembangan Kredit BPR Menurut Jenis Penggunaaan di NTB Kredit MK (Rp mil) Kredit KONS (Rp mil) ginv (%)kanan Kredit INV (Rp mil) gmk (%)kanan gkons (%)kanan Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw (1) (2) Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Dari sisi kegiatan intermediasi, pada triwulan I211 jumlah kredit BPR yang berhasil disalurkan ke masyarakat mencapai Rp526,83 miliar atau tumbuh sebesar 11,33% (yoy), melambat dibanding triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh sebesar 12,% (yoy) dengan nominal sebesar Rp58,9 miliar. Bertambahnya jumlah bank umum yang masuk ke industri perbankan di NTB dan semakin pesatnya ekspansi usaha yang dilakukan oleh bank umum turut menekan kinerja intermediasi BPR. Berdasarkan komposisi penggunaannya, penyaluran kredit pada jenis modal kerja mendominasi penyaluran kredit BPR dengan pangsa sebesar 58,75%, kemudian disusul oleh kredit konsumsi dan investasi yang masingmasing tercatat sebesar 36,75% dan 4,51%. Secara sektoral, penyaluran kredit pada sektor perdagangan, hotel & restoran kembali mendominasi pangsa kredit BPR dengan pangsa sebesar 51,77% atau sebesar Rp272,73 miliar. Kemudian 37

58 BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN NTB disusul oleh penyaluran kredit pada sektor lainlain dengan pangsa sebesar 35,66% atau mencapai Rp187,87 miliar. Kinerja intermediasi BPR pada triwulan I211 berada pada kisaran yang tinggi yang tercermin dari rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) BPR sebesar 127,84%. Di sisi risiko kredit, meningkatnya jumlah penyaluran kredit BPR masih diikuti oleh peningkatan risiko kredit. Pada triwulan I211, risiko kredit yang tercermin dari rasio Non Performing Loan (NPL) tercatat sebesar 13,9%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya yang tercatat sebesar 12,97%. Grafik 3.24 Grafik 3.25 Pangsa Penyaluran Kredit BPR Menurut Perkembangan Penyaluran dan Kualitas Kredit Sektor Ekonomi di NTB BPR di NTB.2% %.% Pertanian 14.58% % Pertambangan % Listrik, Gas & Air 13 1 Konstruksi 8 Industri Pengolahan % PHR 4 12 Pengangkutan LDR BPR (%) NPL BPR (%) 2 Jasajasa dunia usaha 115 Jasajasa sosial Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 Tw2 Tw3 Tw4 Tw1 4.3% Kredit Lainlain.75%.48% Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram m 38

59 Boks 2 Revitalisasi Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB) Nusa Tenggara Barat Latar Belakang Dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi di NTB perlu adanya dukungan pembiayaan terhadap para pelaku usaha khususnya pada pengusaha mikro kecil menengah (UMKM) yang permodalannya relatif belum kuat. Salah satu sumber pembiayaan yang dapat digunakan berasal dari perbankan yang memiliki dana untuk disalurkan kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Pada kegiatan penyaluran kredit terdapat beberapa kendala yang dihadapi baik oleh perbankan maupun dari calon nasabah (peminjam dana) antara lain berupa keterbatasan sumber daya manusia pada perbankan dan minimnya pengetahuan calon nasabah untuk mengakses kredit perbankan. Oleh karena itu, untuk mengatasi celah tersebut perlu adanya cara atau upaya untuk menjembataninya. Salah satu cara untuk meningkatkan akses UMKM dimaksud melalui Konsultan Keuangan Mitra Bank (KKMB). KKMB adalah perorangan atau badan yang memberi jasa konsultasi di bidang keuangan dan manajemen untuk membantu para pelaku usaha mendapatkan fasilitas kredit dari perbankan melalui pendampingan mulai persiapan hingga terealisasinya kredit yang di ajukan. Pembentukan KKMB didasari oleh : a. Masih banyaknya calon debitur yang belum mengetahui Bank (informasi dan skimskim kredit), sehingga KKMB dibentuk sebagai penghubung antara debitur dengan perbankan. b. Keterbatasan Account Officer Bank untuk mencari calon debitur yang Feasible (layak). Kondisi Umum Perkembangan anggota KKMB di NTB sejak awal dibentuknya pada tahun 25 hingga 211 terus mengalami penurunan. Pada awal pembentukannya jumlah anggota KKMB mencapai 14 orang dan terus menurun secara signifikan menjadi 2 orang pada tahun 28, kemudian berkurang menjadi 1 orang hingga saat ini. Secara umum kondisi tersebut disebabkan belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi KKMB. Peran KKMB sebagai mediator/penghubung antara UMKM dengan Perbankan belum berjalan sesuai tujuan. Melihat perkembangan tersebut perlu adanya langkah strategis seperti program revitalisasi KKMB untuk memfungsikan kembali tugas dan fungsi KKMB. Dalam melaksanakan tugasnya KKMB masih mengalami banyak kendala, salah satunya adalah belum adanya pengakuan formal KKMB dari pihak Perbankan dan fungsi SATGASDA KKMB belum maksimal melakukan tugasnya dalam melakukan pembinaan terhadap KKMB padahal jumlah UMKM terus mengalami perkembangan. Fungsi dan Tugas KKMB A. Fungsi KKMB Menghubungkan UMKM dengan Perbankan dalam rangka meningkatkan access to finance 39

60 Memberikan jasa konsultasi bidang keuangan dan manajemen kepada UMKM agar terjadi kemitraan dengan bank. Memberikan jasa pendampingan dengan cara menyusun proposal kredit dan membantu memonitor kelancaran pembayaran kredit sampai dengan kredit yang difasilitasi lunas. B. Peran KKMB Mengatasi hambatan komunikasi antara UMKM dengan Perbankan Membantu meningkatkan peran intermediasi Perbankan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Current Issues Beberapa kendala yang dihadapi oleh KKMB dalam melaksanakan tugas dan fungsinya antara lain; profesi KKMB masih dijadikan sebagai pekerjaan sampingan, belum ada dana khusus untuk membiayai kegiatan operasional KKMB, fee yang dibebankan kepada UMKM masih relatif tinggi, adanya hambatan komunikasi di lapangan antara Account Officer perbankan dengan KKMB, ada anggapan KKMB sebagai saingan dari Account Officer bank, adanya anggapan bahwa KKMB adalah calo perbankan, belum dilakukannya sosialisasi keberadaan KKMB melalui media, tenaga penyuluh lapangan yang pernah mendapatkan pelatihan perannya sebagai KKMB tidak optimal, peran SATGASDA belum optimal melakukan pendampingan kepada KKMB. Dalam rangka meningkatkan peran KKMB dalam meningkatkan akses UMKM terhadap kredit perbankan perlu adanya kesepakatan dan komitmen dari pihakpihak terkait seperti pemerintah daerah, perbankan, dinas terkait dan SATGASDA KKMB. Grafik 1. Upayaupaya Revitalisasi KKMB Pengenalan fungsi & tugas Peningkatan kompetensi Identifikasi status anggota KKMB (aktif/pasif) Perekrutan anggota Talkshow Radio Lokal Kolom KKMB di surat kabar Komunitas KKMB Identifikasi/sharing kendala Solving Problem Succes Story 4

61 BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pada tahun 211, anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Pada sisi penerimaan pendapatan daerah, komponen dana perimbangan masih menjadi sumber utama penerimaan daerah. Selain itu, pendapatan daerah juga ditopang oleh rencana penyerapan anggaran dari komponen hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan yang mengalami peningkatan yang signifikan. Dari sisi belanja daerah, peningkatan anggaran belanja dialami oleh komponen belanja modal yang meningkat signifikan sejalan dengan program pemerintah terkait penguatan infrastruktur REALISASI PENDAPATAN DAERAH Penerimaan pendapatan Pemprov. NTB sepanjang tahun 211 dianggarkan mengalami peningkatan. Anggaran pendapatan direncanakan mampu menyerap mencapai Rp1,6 triliun atau tumbuh 14,37% dibandingkan anggaran tahun 21 yang ditargetkan sebesar Rp1,4 triliun (APDBP 21). Alokasi anggaran pendapatan daerah masih didominasi dana perimbangan dengan perbandingan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) dan pendapatan lainlain yang sah masingmasing sebesar 54,88% : 44,37% :,75%. Hingga akhir triwulan I211, realisasi penyerapan pendapatan daerah Pemerintah Provinsi NTB tercatat mencapai Rp399,46 miliar atau sebesar 24,97% dari target sepanjang tahun 211. Pencapaian tersebut, lebih tinggi dibanding pencapaian triwulan I21 yang tercatat sebesar Rp31,9 miliar atau mencapai 23,71% dari total anggaran pendapatan tahun 21. Tingkat pencapaian tersebut didukung oleh kinerja penyerapan komponen dana perimbangan, yakni dana alokasi umum dan khusus yang masingmasing mencapai 33,33% dan 18,32%. Sementara pencapaian pada komponen pendapatan asli daerah (PAD), tingkat penyerapannya mencapai 19,12% yang sumber utamanya berasal dari penerimaan pajak daerah yang telah terealisasi hingga 25,3%. Relatif minimnya realisasi penerimaan PAD dipengaruhi oleh kinerja komponen hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan bumi yang belum terealisasi REALISASI BELANJA Pada sisi komponen belanja, jumlah belanja pada tahun 211 dianggarkan meningkat hingga Rp1,66 triliun atau tumbuh 14,61% dibandingkan rencana belanja tahun 21 yang mencapai Rp1,44 triliun. Alokasi belanja pemerintah tersebut sebagian besar dialokasikan pada anggaran 41

62 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN belanja operasional khususnya belanja pegawai dan barang. Meningkatnya anggaran belanja daerah juga didorong oleh melonjaknya anggaran belanja modal khususnya pada pos belanja bangunan dan gedung yang meningkat hingga 333,64% dari Rp35 miliar pada tahun lalu menjadi Rp152 miliar pada tahun 211. Peningkatan yang signifikan juga dialami pos belanja jalan, irigasi dan jaringan yang meningkat hingga 12% menjadi Rp195 miliar (21: Rp96 miilar). Tabel 4.1 APBD Provinsi NTB Tahun 211 (Rp Juta) APBD 211 Uraian Rencana Realisasi Tw I11 Pendapatan daerah 1,599, , Pendapatan Asli Daerah 79, , Pajak Daerah 46, , Retribusi Daerah 67, , Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 122, Lainlain 59, , Dana Perimbangan 877, , Bagi hasil pajak dan bukan pajak 156, , Dana alokasi umum 646, , Dana alokasi khusus 75, , Dana penyesuaian 2,79. 3 Lainlain pendapatan 12, Pendapatan Hibah 12, Belanja daerah 1,657, , Belanja Operasi 1,65, , Belanja Pegawai 493, , Belanja Barang 281, , Belanja Subsidi 5,. 4Belanja Hibah 138, , Belanja Bantuan Sosial 17, , Belanja Bantuan Keuangan 39, , Belanja Modal 399, Belanja Tanah 1, Belanja Peralatan dan Mesin 37, Belanja Bangunan dan Gedung 152, Belanja Jalan,Irigasi, dan Jaringan 195, Belanja Aset Tetap Lainnya 4, Belanja Tak Terduga 2,. 1 Belanja Tak Terduga 2,. 4 Transfer 19, Transfer Bagi Hasil ke Kabupaten/Kota/Desa 19, Pembiayaan 57, (4,639.23) 1 Penerimaan daerah 122, Penggunaan Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) 17, Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah 15, Pengeluaran daerah 65,. 5,. 2 Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah 65,. 5,. Sumber : Biro Keuangan, Setda Prov. NTB 42

63 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Dari sisi belanja, hingga akhir triwulan I211 realisasi belanja Pemprov. NTB tercatat sebesar 11,19% atau sebesar Rp185,36 miliar dari target belanja tahun 211. Pencapaian tersebut relatif lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian triwulan I21 yang tercatat mencapai 12,58%. Berdasarkan komponennya, tingkat realisasi anggaran belanja masih didominasi komponen Belanja Pegawai dengan nilai Rp129,28 miliar atau mencapai 26,2% terhadap rencana anggaran 211. Kemudian disusul oleh komponen Belanja Bantuan Sosial dan Belanja Hibah dengan tingkat realisasi mencapai Rp11,31 miliar (1,54% dari rencana belanja) dan Rp14,5 miliar (1,47% dari rencana belanja). Dari sisi saldo keuangan pemerintah, tingkat realisasi penerimaan pendapatan daerah yang lebih besar dibandingkan dengan realisasi anggaran belanja turut mendorong meningkatnya jumlah dana pihak ketiga perbankan NTB. Pada posisi triwulan I211, jumlah dana simpanan milik pemerintah meningkat hingga Rp272,29 miliar atau tumbuh hingga 3,34% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar Rp28,91 miliar. Grafik 4.1 Saldo Keuangan Pemerintah Provinsi NTB di Perbankan NTB (Rp miliar) Deposito Tabungan Giro Sumber : Laporan Bulanan Bank, KBI Mataram 43

64 BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Sesuai dengan fungsi Bank Indonesia yaitu mengatur dan menjaga kelancaran sistem pembayaran baik tunai dan non tunai, kegiatan lalu lintas sistem pembayaran di Nusa Tenggara Barat berlangsung dengan baik dan lancar. Kegiatan transaksi keuangan secara tunai kembali mengalami net outflow, sedangkan perkembangan transaksi secara non tunai lebih banyak menggunakan layanan transaksi RTGS. Sementara itu, kegiatan penukaran uang pecahan kecil kembali mengalami peningkatan TRANSAKSI KEUANGAN SECARA TUNAI Sepanjang triwulan I211, kinerja transaksi keuangan secara tunai di Nusa Tenggara Barat mengalami net outflow. Kondisi tersebut disebabkan oleh jumlah aliran uang keluar (cash outflow) yang lebih besar dibandingkan aliran uang masuk (cash inflow), atau dengan kata lain jumlah penarikan uang tunai lebih besar dibandingkan jumlah setoran uang tunai yang dilakukan oleh perbankan NTB melalui kantor Bank Indonesia Mataram. Grafik 5.1 Perkembangan Inflow, Outflow dan Netflow (Rp, miliar) 1,2 1, Inflow Outflow Netflow (kanan) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q (15) (3) (45) (6) Sumber : KBI Mataram Pada triwulan I211, jumlah aliran uang tunai yang masuk ke kas Bank Indonesia yang berasal dari setoran perbankan NTB mengalami tren pertumbuhan negatif yang tercatat menurun menjadi sebesar Rp296,26 miliar atau mengalami kontraksi sebesar minus 14,49% (yoy). Kondisi tersebut lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tumbuh negatif hingga 1,16% (yoy) dengan nominal tercatat sebesar Rp319,82 miliar. Sementara itu, jumlah aliran uang tunai yang keluar (cash outflow) yang berasal dari kas Bank 44

65 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Indonesia Mataram tercatat mengalami peningkatan mencapai Rp57,1 miliar yang tumbuh signifikan sebesar 81,61% (yoy), lebih rendah dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat tumbuh fantastis hingga 178,55% (yoy) atau sebanyak Rp49,24 miliar. Jumlah aliran uang keluar yang lebih besar dibanding aliran jumlah uang masuk menyebabkan terjadinya net outflow dengan jumlah mencapai Rp21,75 miliar PERKEMBANGAN PENUKARAN UANG PECAHAN KECIL Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan ekonomi, perkembangan penukaran uang pecahan kecil di Nusa Tenggara Barat juga menunjukkan peningkatan. Hal ini tercermin dari jumlah penukaran uang pecahan kecil baik melalui kegiatan penukaran langsung ke kantor Bank Indonesia Mataram dan kegiatan kas keliling yang meningkat. Sepanjang triwulan I211, penukaran uang pecahan kecil di NTB meningkat mencapai Rp37,2 miliar atau tumbuh sebesar 48,58% (yoy), lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang tercatat sebesar 36,59% (yoy) yang tercatat sebesar Rp3,52 miliar. Secara terpisah, penukaran uang pecahan kecil secara langsung melalui kantor Bank Indonesia Mataram mencapai Rp24,63 miliar atau tumbuh sebesar 19,12% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 11,44% (yoy). Sementara itu, penukaran uang pecahan kecil melalui kegiatan kas keliling menunjukkan kembali pertumbuhan fantastis hingga 188,3% (yoy) atau sebanyak Rp12,57 miliar, lebih tinggi dibanding pertumbuhan triwulan lalu yang sebesar 18,72% (yoy). Hal ini sesuai dengan komitmen Bank Indonesia dalam menyediakan alat pembayaran yang layak (uang kartal) untuk seluruh wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat. 6, 5, 4, 3, 2, 1, Grafik 5.2 Perkembangan Penukaran Uang Kecil (Rp, juta) Penukaran di BI Kas keliling kanan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2, Grafik 5.3 Komposisi Penukaran Uang Kertas Keluar Berdasarkan Jenis Pecahan Rp5.; 24% Rp2.; 35% Rp1.; 15% Rp1.; 19% Sumber : KBI Mataram Sumber : KBI Mataram Rp2.; 7% 45

66 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan komposisinya, penukaran uang kertas pecahan kecil (s.d Rp2.) sepanjang triwulan I211 jumlahnya mencapai Rp22,47 miliar. Penukaran uang kertas masih didominasi jenis Rp2., dengan jumlah mencapai 1,6 juta lembar, disusul pecahan Rp5., sebanyak 1,8 juta lembar, pecahan Rp1., sebanyak,87 juta lembar, pecahan Rp1., sebanyak 69,75 ribu lembar dan pecahan Rp2., sebanyak 34,97 ribu lembar. Sementara secara nominal, jumlah penukaran tertinggi dialami uang pecahan Rp1., yang mencapai Rp6,91 miliar kemudian disusul uang pecahan Rp2., yang mencapai uang pecahan Rp6,1 miliar PEMBERIAN TANDA TIDAK BERHARGA (PTTB) UANG KARTAL Pada triwulan I211, jumlah uang tidak layak edar yang dimusnahkan (PTTB) di NTB mencapai Rp267,54 miliar atau ratarata sebesar Rp89,18 miliar setiap bulannya. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan triwulan lalu yang jumlahnya mencapai Rp94,94 miliar perbulannya. Rasio jumlah PTTB terhadap cash inflow pada triwulan laporan mencapai 9,3%, lebih tinggi dibanding rasio triwulan IV21 yang sebesar 89,5%. Besarnya jumlah PTTB sangat tergantung dengan perilaku masyarakat dalam menggunakan uang kartal dan kebijakan Bank Indonesia dalam pemusnahan Uang Tidak Layak Edar (UTLE). Peningkatan jumlah PTTB dapat dicermati bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga kondisi fisik uang kartal yang dimiliki masih rendah. Sesuai dengan fungsinya, Bank Indonesia terus berupaya menjaga kelancaran kegiatan pembayaran masyarakat khususnya yang menggunakan uang tunai dengan menerapkan kebijakan clean money policy dengan menjaga terpeliharanya kualitas uang kartal yang beredar di masyarakat, sehingga Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan pemusnahan atau kegiatan PTTB. Sementara itu, untuk mengurangi biaya pencetakan uang baru untuk menggantikan uang yang dimusnahkan Bank Indonesia secara berkesinambungan melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas akan pentingnya perlakukan yang tepat terhadap uang kartal. Sumber : KBI Mataram Grafik 5.4 Rasio PTTB Terhadap Cash Inflow di NTB Rp, miliar Inflow PTTB Ratio (%) Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q %

67 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN 5.4. TRANSAKSI PEMBAYARAN SECARA NON TUNAI Secara gabungan, perkembangan kegiatan transaksi non tunai di Nusa Tenggara Barat sepanjang triwulan I211 relatif menunjukkan penurunan dibanding triwulan lalu. Transaksi non tunai dengan menggunakan sarana RTGS (Real Time Gross Settlement) masih menjadi pilihan utama sebagai alat pembayaran dengan nilai mencapai Rp1,21 triliun, lebih tinggi dibandingkan dengan transaksi secara kliring yang nilainya sebesar Rp1,2 triliun. Grafik 5.5 Perkembangan Transaksi Non Tunai r ilia,m p R 2,5 2, 1,5 1, 5 RTGS (kiri) Kliring (kiri) warkat kliring(ribu) kanan warkat RTGS(ribu) kanan Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q Sumber : KBI Mataram lbr a. Transaksi Kliring Transaksi keuangan non tunai melalui perbankan NTB dengan menggunakan sarana kliring menunjukkan peningkatan. Sepanjang triwulan I211, nilai transaksi kliring mencapai Rp1,2 triliun atau tumbuh sebesar 1,39% (yoy), lebih tinggi dibanding dengan triwulan IV21 yang tumbuh negatif hingga 4,88% (yoy) Grafik 5.6 Perkembangan Transaksi Kliring di NTB Nominal (Rp milyar) Warkat (ribu lembar)kanan Sumber : KBI Mataram 47

68 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Berdasarkan frekuensi transaksinya, jumlah warkat kliring yang diproses sepanjang triwulan I211 tercatat menurun menjadi sebanyak 28,2 ribu lembar atau tumbuh sebesar 1,18% (yoy), lebih rendah dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 28,78 ribu lembar. b. Transaksi RTGS (Real Time Gross Settlement) Kegiatan transaksi perbankan secara non tunai melalui sarana RTGS merupakan pilihan utama sistem pembayaran non tunai di Nusa Tenggara Barat. Sepanjang triwulan I211, jumlah transaksi pembayaran melalui RTGS tercatat sebanyak Rp1,21 triliun atau tumbuh sebesar 37,41% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan IV21 yang tumbuh sebesar 18,72% (yoy). Dari sisi frekuensinya, jumlah transaksi RTGS menunjukkan penurunan, dari lembar pada triwulan IV21 menjadi lembar pada periode laporan. Hal ini menunjukkan semakin tingginya jumlah uang yang ditransaksikan melalui transaksi RTGS. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh berbagai keunggulan yang dimiliki sarana RTGS seperti kecepatan dan ketepatan dalam penyelesaian transaksi serta rendahnya risiko settlementnya. Rp, miliar 1, Sumber : KBI Mataram Grafik 5.7 Perkembangan Transaksi RTGS RTGS (milyar) kiri Volume (lbr) kanan lembar PENEMUAN UANG PALSU Sepanjang triwulan I211, jumlah uang palsu yang terdapat di perbankan NTB mengalami penurunan. Jumlah uang palsu yang berhasil dicatat oleh Bank Indonesia Mataram mencapai Rp11,14 juta atau sebanyak 162 lembar 48

69 BAB 4 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN yang tumbuh sebesar 52,83% (yoy), lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tumbuh sebesar 38,22% (yoy) dengan nominal mencapai Rp21,59 juta (311 lembar). Berdasarkan jenis pecahannya, temuan uang palsu pada triwulan I211 terbesar dialami uang pecahan Rp1., dengan jumlah nominal mencapai Rp6,5 juta. Sebagai antisipasi dan menekan peredaran uang palsu di masyarakat, Bank Indonesia secara berkelanjutan melakukan sosialisasi ciriciri keaslian uang rupiah dengan menggunakan metode 3D (dilihat, diraba, diterawang) kepada masyarakat NTB. 18,, 16,, 14,, Grafik 5.8 Temuan Uang Palsu Pada Perbankan NTB Nominal Uang Palsu (Rp) Jumlah Uang Palsu (lbr)kanan ,, 1,, 8,, 6,, 4,, 2,, Sumber : KBI Mataram 49

70 BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Perkembangan kesejahteraan masyarakat di Nusa Tenggara Barat cenderung menunjukkan perkembangan yang membaik. Dari sisi ketenagakerjaan, pertambahan jumlah angkatan kerja turut diikuti oleh penurunan tingkat pengangguran. Dari sisi kesejahteraan, perkembangan tingkat pendapatan masyarakat di NTB juga menunjukkan perbaikan, namun masyarakat pedesaan kesejahteraannya relatif belum meningkat KETENAGAKERJAAN Pada Februari 211, kondisi ketenagakerjaan di Nusa Tenggara Barat menunjukkan perkembangan yang membaik. Hal ini terlihat dari tingkat penyerapan jumlah angkatan kerja yang terus mengalami peningkatan. Pada Februari 211, jumlah penduduk yang bekerja di NTB mencapai 2,6 juta orang, tumbuh 2,69% (yoy) dibanding periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar 2, juta orang (Sakernas BPS Prov. NTB). Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka (TPT) di NTB juga mengalami perbaikan, menjadi 5,35% atau sebanyak 116,41 ribu orang yang lebih rendah dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 5,78% (122,84 ribu orang). Berdasarkan jenis lapangan kerja, penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor pertanian yang pangsanya mencapai 46,93%. Selanjutnya diikuti oleh sektor perdagangan dan jasajasa yang pangsanya masingmasing tercatat sebesar 19,87% dan 13,51%, sedangkan pangsa sektor lainnya berkisar antara 2,2% hingga 7,29%. Sebagian besar jumlah penduduk yang bekerja tersebut berada pada lapangan kerja informal yang pangsanya mencapai 77,24%. Sementara yang bekerja pada sektor formal pangsanya hanya mencapai 22,76% Grafik 6. 1 Tingkat Pengangguran Terbuka di NTB Tingkat Pengangguran Terbuka (%) Feb8 Aug8 Feb9 Aug9 Feb1 Aug1 Feb11 Grafik 6. 2 Perkembangan Lapangan Kerja di NTB 5.21% 13.51% 19.87% 4.99% 2.2% 7.29% 46.93% Pertanian Pertambangan Industri Listrik, gas dan air Konstruksi Perdagangan Transportasi Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa kemasyarakatan Sumber: BPS Prov. NTB Sumber: BPS Prov. NTB Lainlain 5

71 BAB 6 KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sementara itu, perkembangan jumlah pengiriman Tenaga Kerja Indonesia (TKI) asal Nusa Tenggara Barat ke luar negeri sepanjang triwulan I 211 mengalami penurunan. jumlah TKI asal NTB yang dikirim sepanjang periode laporan tercatat mencapai orang, turun tajam sebesar 2,5% dibanding dengan triwulan lalu yang mencapai orang. Berdasarkan negara tujuan penempatan TKI, hampir seluruh pengiriman TKI menjadikan Malaysia sebagai negara tujuan utama tujuan TKI bekerja dengan pangsa mencapai 99,31% atau sebanyak 1.78 orang (Data BP3TKI Mataram). Sedangkan sisanya sebanyak,69% atau 74 orang dikirim ke negaranegara Asia seperti Hongkong, Taiwan dan Singapura. Dari sisi jenis lapangan kerja, sektor formal juga mendominasi penempatan TKI dengan pangsa sebesar 99,31%, jauh lebih tinggi dibanding triwulan lalu yang tercatat sebesar 76,33%. Sejalan dengan negara tujuan penempatan, sebagian besar TKI memilih profesi sebagai pekerja ladang yang pangsanya mencapai 93,93%. Latar belakang pendidikan para TKI asal NTB yang masih rendah dan minimnya tingkat keterampilan mengakibatkan konsentrasi penempatan lapangan kerja TKI pada jenis profesi tersebut. Dimana TKI dengan latar belakang pendidikan setingkat SD pangsanya mencapai 99,18%, SMP sebesar,68% dan SMA sebesar,14%. Berdasarkan daerah asal TKI, sebanyak 45,28% TKI berasal dari Lombok Timur, kemudian diikuti oleh Lombok Tengah yang pangsanya sebesar 36,1%. Kab. Lombok Timur 45.28% Grafik 6. 3 Daerah Asal TKI NTB Kab. Lombok Tengah 36.1% Kab. Bima 1.7% Kab. Sumbawa Barat.3% Kab. Lombok Barat 14.77% Kab. Dompu.16% Kota Bima.% Kab. Sumbawa.2% Kab Lombok Utara 1.73% Kota Mataram.12% Rp. Juta 4, 35, 3, 25, 2, 15, 1, 5, Grafik 6. 4 Penerimaan Remitansi TKI NTB Kuwait Jepang Jor dania Asia Timur Malaysia Negara Lainnya Saudi Arabia Sumber: BP3TKI Mataram Sumber: KBI Mataram Dari sisi pengiriman dana TKI, sejalan dengan menurunnya pengiriman jumlah TKI, kegiatan money remitance dengan tujuan wilayah NTB yang tercatat melalui sistem perbankan juga mengalami penurunan. Pada triwulan I 211, jumlah dana yang dikirim ke NTB menurun menjadi sebesar Rp131,69 miliar yang tumbuh negatif sebesar 5,11% (yoy), lebih rendah dibanding jumlah 51

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III212 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III211 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit : BANK INDONESIA MATARAM Kelompok Kajian Statistik dan Survei Jl. Pejanggik No.2 Mataram Nusa

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II21 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan I 200 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan I200 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN III 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2013

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN IV 21 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan I-212 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 29 Kantor Triwulan I-29 BANK INDONESIA PADANG KELOMPOK KAJIAN EKONOMI Jl. Jend. Sudirman No. 22 Padang Telp. 751-317 Fax. 751-27313 Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan IV2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan IV2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan III 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan III2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM

Lebih terperinci

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL

L A M P I R A N. Kantor Bank Indonesia Ambon 1 PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL PERTUMBUHAN TAHUNAN (Y.O.Y) PDRB SEKTORAL No. Sektor 2006 2007 2008. 1 Pertanian 3.90% 4.01% 3.77% 0.31% 2.43% 3.29% 2.57% 8.18% 5.37% 4.23% 2.69% -0.49% 2 Pertambangan dan Penggalian -3.24% 77.11% 8.98%

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Agustus 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Agustus 2016 KANTOR PERWAKILAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-29 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah II Kalimantan Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TRIWULAN II 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Triwulan II 2008 Kantor Bank Indonesia Mataram KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II2008 KANTOR BANK INDONESIA MATARAM Penerbit

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Barat Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Mei 2017 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan II-2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI (Jawa Barat & Banten) KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 34 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2012 Perbankan Aceh Kinerja perbankan di

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 29 Kantor Ringkasan Eksekutif KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan anugerah-nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2011 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-211 v KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan

No. Sektor No. Sektor No. Jenis Penggunaan PDRB SEKTORAL Berdasarkan Harga Berlaku (Rp Miliar) No. Sektor 2006 2007 1 Pertanian 431.31 447.38 465.09 459.18 462.01 491.83 511.76 547.49 521.88 537.38 2 Pertambangan dan Penggalian 11.48 11.44 11.80

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah

KATA PENGANTAR. baik pada triwulan dimaksud maupun prospek ke depan. Analisa pada kajian. ini menggambarkan perkembangan perekonomian daerah KATA PENGANTAR Pertamatama kami panjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahnya sehingga Triwulan I 2013 dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Kajian triwulanan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 211 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Kelompok Kajian Ekonomi Bank Indonesia Denpasar Jl. Letda Tantular No. 4 Denpasar Bali,

Lebih terperinci