Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i"

Transkripsi

1 i

2

3 Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Atas rahmat-nya pula, peresmian Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung oleh Gubernur Bank Indonesia terlaksana dengan lancar pada tanggal 27 November Adapun operasional Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung telah dilaksanakan mulai tanggal 14 November Kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan dalam pendirian Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga dengan berdirinya Bank Indonesia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dapat memberikan kontribusi lebih besar bagi perekonomian di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bayu Martanto Deputi Direktur i

4 ii Halaman ini sengaja dikosongkan

5 1.1. Sisi Lapangan Usaha Sisi Pengeluaran Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran Kredit Secara Umum Kredit UMKM Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran iii

6 4.1. Gambaran Umum Realisasi Pendapatan Daerah Sampai Dengan Triwulan IV Realisasi Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan IV Rencana Anggaran dan Belanja Daerah Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Inflasi Bangka Belitung iv

7 Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%)... 2 Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%)... 7 Tabel 2.1 Inflasi dan Andil Kelompok Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 4.1 Realisasi APBD sampai dengan triwulan III 2013 dan Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Tabel 4.3 Perbandingan Anggaran 2014 dan Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Subsektor Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Tabel 5.6. Perkembangan Indikator Kemiskinan Kepulauan Bangka Belitung Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD v

8 Grafik Grafik 1.2 Share PDRB Nominal Per Lapangan Usaha (%) Bangka Belitung... 2 Grafik 1.3 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung... 3 Grafik 1.4 Produksi Karet Bangka Belitung... 4 Grafik 1.5 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet... 4 Grafik 1.6 Produksi dan Harga Timah... 5 Grafik 1.7 Harga Timah BKDI VS LME... 5 Grafik 1.8 Konsumsi Semen Bangka Belitung... 5 Grafik 1.9 Arus Penumpang Angkutan Udara... 6 Grafik 1.10 Arus Penumpang Angkutan Laut... 6 Grafik 1.11 Pelanggan VS Penjualan Listrik... 6 Grafik 1.12 Penjualan Gas Elpiji Bangka Belitung... 6 Grafik 1.13 Tren Pertumbuhan Tingkat Hunian dan Pariwisata Bangka Belitung... 7 Grafik 1.14 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama... 8 Grafik 1.15 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen... 8 Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi Kelompok Tw III 2014 dan Tw IV Grafik 2.3 Historis Inflasi Bangka Belitung Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.5 Perkembangan Curah Hujan Bangka Belitung Grafik Grafik Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.6 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Bangka Belitung Grafik 3.8 Perkembangan di Bangka Belitung Grafik 4.1 Perbandingan Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 dan Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 5.2 Perkembangan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan vi

9 Grafik 5.3 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 5.6 Indeks Penghasilan Grafik 5.7 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Grafik 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Grafik 6.4 Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang.50 vii

10 viii

11 Capaian tersebut masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera sebesar 4,66% (yoy) pada 2014, melambat dibandingkan tahun 2013 sebesar 4,97% (yoy). Secara triwulanan perekonomian Bangka Belitung pada triwulan IV 2014 sedikit melambat yakni sebesar 1,04% (qtq) atau 4,75% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,09% (qtq) atau 4,77% (yoy). Perlambatan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diakibatkan kinerja lapangan usaha utama yang tumbuh terbatas. Dari sisi permintaan, perlambatan terutama diakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga. Secara triwulanan, konsumsi rumah tangga meningkat dari 5,43% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 6,51% (yoy) di triwulan IV Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut diakibatkan meningkatnya konsumsi masyarakat terkait dengan perayaan Natal, tahun baru dan liburan sekolah. Sementara itu, Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh dari 3,12% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 12,19% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh realisasi belanja pemerintah daerah yang lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. ix

12 Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di triwulan IV 2014 meningkat dari 6,22% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 9,04% (yoy). Secara tahunan capaian inflasi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 8,36% (yoy). Kenaikan harga ini terutama terjadi pada kelompok sebagai akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM, elpiji dan tarif dasar listrik serta kenaikan tarif angkutan. Sementara itu, penghimpunan dana tercatat tumbuh meningkat khususnya untuk giro dan deposito. Fungsi intermediasi perbankan terindikasi meningkat dengan naiknya berdasarkan lokasi proyek. LDR meningkat disebabkan kenaikan kredit yang lebih besar dibandingkan kenaikan DPK. Sementara itu, rasio menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Seiring dengan kinerja perekonomian yang melambat, pertumbuhan transaksi sistem pembayaran non-tunai kliring dan RTGS di Provinsi Kepulauan bangka Belitung juga mengalami penurunan. Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2014 sebesar Rp1,72 triliun atau sebesar 99,89% dari keseluruhan target pendapatan tahun Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 98,39%. Sementara realisasi belanja tercatat sebesar Rp1,19 triliun atau tercapai 83,79% dari anggaran 2014, lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 87,93%. x

13 (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode September 2014 sebesar 67,23 ribu orang (4,97%) sedikit menurun dibandingkan bulan September 2013 sebesar 5,25%. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan. Secara triwulanan, pada triwulan I 2015 proyeksi pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sebesar 5,0%.. lebih rendah dibandingkan capaian tahun sebelumnya sebesar 9,04% (yoy), seiring turunnya tekanan inflasi pada triwulan ini. Dampak penurunan harga BBM bersubsidi di awal tahun 2015 diperkirakan akan berdampak pada penurunan harga. Perkiraan inflasi tersebut belum memasukkan kebijakan pemerintah terhadap kelompok. xi

14 xii Halaman ini sengaja dikosongkan

15 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi pada 2014 melambat menjadi 4,68% (yoy) dibandingkan tahun 2013 sebesar 5,22% (yoy). Namun demikian, capaian tersebut masih lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi Sumatera sebesar 4,66% (yoy). Perlambatan ekonomi Bangka Belitung diakibatkan kinerja lapangan usaha utama yang tumbuh terbatas. Dari sisi permintaan, perlambatan terutama diakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga. Secara triwulanan perekonomian Bangka Belitung pada triwulan IV 2014 sedikit melambat yakni sebesar 1,04% (qtq) atau 4,75% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,09% (qtq) atau 4,77% (yoy) Rp Miliar (RHS) yoy, % ,000 45,000 40,000 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 0 Lapangan usaha industri pengolahan pada 2014 melambat 1,97% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya yang tumbuh 3,49% (yoy). Lapangan usaha perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor melambat 4,44% (yoy) dibandingkan 2013 sebesar 5,74% (yoy). Namun demikian, lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan dengan andil pertumbuhan terbesar yakni 1,65%, tumbuh 9,24% 1

16 Perkembangan Ekonomi Makro Regional (yoy), meningkat dibanding tahun sebelumnya 6,86% (yoy). Demikian pula lapangan usaha pertambangan dan penggalian dengan andil pertumbuhan 0,29%, tumbuh 1,97% (yoy) dari tahun sebelumnya yang terkontraksi 0,64% (yoy). Pertumbuhan beberapa lapangan usaha tersebut menjadi faktor penahan perlambatan perekonomian lebih dalam. No INDUSTRI I II III IV Jumlah (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) 1 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian (0.64) (2.51) (0.77) Industri Pengolahan Pengadaan Listrik, Gas (2.38) Pengadaan Air Konstruksi (0.05) Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Transportasi dan Pergudangan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum Informasi dan Komunikasi Jasa Keuangan Real Estate Jasa Perusahaan Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib Jasa Pendidikan Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial Jasa lainnya PDRB (yoy) Struktur perekonomian Kepulauan Bangka Belitung pada 2014 didominasi oleh empat lapangan usaha utama yaitu: Industri Pengolahan (23,27%); Pertanian, Kehutanan dan Perikanan (18,69%), Pertambangan dan Penggalian (14,38%) dan Perdagangan Besar-Eceran dan Reparasi Mobil-Sepeda Motor (13,82%) % 23.27% 8.04% 13.82% 18.69% 14.38% Industri Pengolahan Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor Konstruksi Lainnya. 2

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan CPO untuk kebutuhan dalam negeri sehingga menjadi subsitusi ditengah masih menurunnya permintaan dari global. Sementara itu, kenaikan sektor pertambangan timah turut mendorong kinerja industri pengolahan timah menjadi lebih baik dibandingkan periode sebelumnya. sejalan dengan perlambatan perekonomian Bangka Belitung. Harga komoditas yang belum membaik mengakibatkan penurunan pada sektor pertanian.. Harga TBS kelapa sawit mengalami penurunan sebesar 5,17% (yoy) dibandingkan pada triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 5,12% (yoy) CPO (USD, Barel, RHS) TBS Lokal ( Rp / Kg) Kondisi harga komoditas yang belum membaik mengakibatkan kinerja perkebunan karet menurun, terlebih harga karet di petani sudah sangat rendah. Selain itu, pelaksanaan bokar (bahan olahan karet) bersih Bangka Belitung belum juga diimplementasikan dengan sempurna akibat belum adanya ketegasan dalam pelaksanaannya sehingga membuat harga karet semakin terpuruk. Penurunan kinerja perkebunan karet ini sudah dirasakan pada pasar ritel dan kegiatan penghimpunan dana di wilayah perkebunan karet. Dari informasi hasil liaison, prospek karet masih belum jelas karena banyaknya permasalahan di lapangan seperti tata niaga 3

18 Perkembangan Ekonomi Makro Regional yang belum baik, edukasi petani yang tidak menyeluruh, dan tidak diterapkannya peraturan bahan olahan karet (bokar) bersih hingga saat ini. Produksi karet pada triwulan IV 2014 yang mengalami kontraksi 41,27% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh 33,05% (yoy) diperkirakan disebabkan oleh cuaca yang kurang kondusif bagi petani karet untuk melakukan penyadapan karena musim penghujan dan gugur daun sehingga menurunkan produksi. Demikian pula dengan harga komoditas karet yang masih terus menunjukkan tren penurunan hingga triwulan IV 2014 berdampak pada perlambatan sublapangan usaha tanaman perkebunan. 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 Karet Babel (ton) (% yoy) (50) CPO Dunia (USD / Barel) Karet (USD / Barel / RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (100) Hal ini didorong oleh membaiknya kinerja industri logam dasar yang mempunyai kontribusi pada pembentukan PDRB Kepulauan Bangka Belitung. Walaupun harga timah masih menurun di triwulan ini, namun produksi dan ekspor timah mengalami peningkatan. Peningkatan ini selain disebabkan oleh terdepresiasinya nilai rupiah, juga disebabkan oleh ekspor timah di periode ini banyak berasal dari stok timah periode sebelumnya. 4

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Produksi Bijih Timah (ton) Produksi Logam Timah (Mton) Harga Timah Internasional ( $ Metric ton) RHS Penjualan (Mton) BKDI LME Lapangan usaha perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 8,38% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4,75% (yoy). Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha, peningkatan diindikasi oleh adanya peningkatan penjualan mobil dan motor pada akhir tahun didorong oleh adanya promo yang diberikan oleh sejumlah agen tunggal pemilik merk (ATPM). Peningkatan ini diakibatkan meningkatnya realisasi proyek Pemerintah. Kondisi ini terkonfirmasi dari pertumbuhan permintaan semen di Bangka Belitung yang mengalami peningkatan pada triwulan IV 2014 sebesar 2,52% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami kontraksi sebesar 27,22% (yoy). Namun demikian, permintaan rumah/bangunan tempat tinggal masih menurun, hal ini ditandai dengan penyaluran kredit sektor konstruksi yang mengalami kontraksi lebih dalam sebesar 47,60% (yoy) dari 35,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya Semen Babel g (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (10) (20) (30) (40) Sektor ini melambat dari triwulan sebelumnya tumbuh 6,21% (yoy) menjadi 5

20 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 5,99% (yoy). Kondisi ini terkonfirmasi dari penurunan arus penumpang angkutan udara dan angkutan laut di Bangka Belitung. Arus penumpang angkutan udara menurun sebesar 17,78% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 31,64% (yoy). Sementara itu, arus penumpang angkutan laut menurun lebih dalam sebesar 17,56% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun sebesar 15,82% (yoy). Orang Kedatangan Keberangkatan 800, ,000 Total (%, yoy) 600, , , , , ,000 - I II III IV I II III IV I II III IV % 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% Orang I II III IV I II III IV I II III IV Datang Pergi Total (%, yoy) 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% -25% -30% -35% Peningkatan pertumbuhan antara lain diakibatkan konsumsi listrik yang meningkat. Berdasarkan data PLN, penjualan listrik pada triwulan IV 2014 tumbuh sebesar 10,47% (yoy) lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 7,99% (yoy). Meskipun di sisi lain, penjualan gas elpiji mengalami penurunan sebesar 43,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang meningkat sebesar 21,32% (yoy). Penurunan penjualan gas elpiji 12 kg seiring dengan kenaikan harga elpiji 12 kg Penjualan (Ribu Kwh) Penjualan (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV , ,000, ,000, ,000, ,000,000 50,000, , , , , , , , , ,000 50,000 - Elpiji 12 Kg Elpiji 3 Kg Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Agust Sep Oct Nov Dec 2014 Lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum meningkat sebesar 7,74% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,61% (yoy). Tingkat hunian kamar hotel meningkat sebesar 39,05% dari 35,86% pada triwulan sebelumnya. Namun demikian, jumlah 6

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional wisatawan pada triwulan IV 2014 sebanyak orang, melambat dari 24,53% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 19,95% (yoy). Sehingga peningkatan hunian kamar hotel diindikasikan berasal dari non wisatawan yang merayakan liburan Natal dan tahun baru. Selain itu aktifitas bongkar muat pelabuhan menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. 90,000 80,000 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Total Wisatawan g Total Wisatawan (yoy,rhs) TPK I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Lapangan usaha ini tumbuh sebesar 3,48% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,6% (yoy) seiring peningkatan suku bunga simpanan. Sementara itu, pertumbuhan lapangan usaha jasa perusahaan, jasa administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib, sektor jasa pendidikan, lapangan usaha jasa kesehatan dan kegiatan sosial, lapangan usaha jasa lainnya melambat yang diakibatkan menurunnya aktivitas jasa pemerintahan dan dunia usaha. Jumlah Pada tahun 2014, ekspor luar negeri 7

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional merupakan komponen yang mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 17,03% (yoy), diikuti Pengeluaran Konsumsi Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) sebesar 12,79% (yoy) dan Pengeluaran Konsumsi Pemerintah (PKP) sebesar 6,79% (yoy). Peningkatan ekspor luar negeri disebabkan peningkatan ekspor logam timah dan indikasi penyebab tingginya Pengeluaran Konsumsi LNPRT adalah adanya pelaksanaan pemilihan legislatif dan pemilihan presiden pada tahun Komponen yang memiliki pertumbuhan tertinggi adalah pengeluaran konsumsi pemerintah yaitu sebesar 12,19% (yoy), diikuti pengeluaran konsumsi LNPRT sebesar 10,78% (yoy), dan Pembentukan Modal Tetap Bruto sebesar 8,27% (yoy). Konsumsi rumah tangga tumbuh dari 5,43% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 6,51% (yoy) di triwulan IV Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut didorong oleh meningkatnya konsumsi masyarakat saat Natal, tahun baru dan liburan sekolah. Peningkatan sisi permintaan ini sejalan dengan survei konsumen yang dilakukan BI yang menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) terhadap kondisi perekonomian meningkat dari 115,5 menjadi 117, I II III IV I II III IV I II III IV Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh dari 3,12% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 12,19% (yoy). Peningkatan tersebut didorong oleh realisasi belanja pemerintah daerah yang lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya. Penyelesaian proyek-proyek pemerintah yang direalisasikan pada akhir tahun berdampak pada meningkatnya konsumsi pemerintah. 8

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Hasil Survei Konsumen (SK) menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan IV 2014 relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan IV 2014 sebesar 120 atau sama dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 127, sedikit turun dibandingkan rata-rata triwulan sebelumnya yang sebesar 133. Komponen pembentuk IEK menurun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya disebabkan penurunan perkiraan ketersediaan lapangan kerja dan perkiraan kegiatan usaha 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini masing-masing sebesar 12,73% dan 3,97%. Namun demikian, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) pada triwulan laporan sebesar 113, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 107. Hal tersebut antara lain disebabkan peningkatan pada komponen Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibanding 6 bulan yang lalu naik sebesar 16,02% dan komponen kegiatan usaha saat ini dibanding 6 bulan lalu naik sebesar 5,60% serta penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu yang naik 4,89%. Perkembangan IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) I II III IV I II III IV I II III IV Rata-rata IKK pada triwulan IV 2014 sebesar 120 atau stabil dibandingkan triwulan 9

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional sebelumnya. Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan IV 2014 menunjukkan kecenderungan tren yang stabil. Selama triwulan IV 2014, posisi terendah IKK berada pada bulan Desember yaitu sebesar 117,4. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, stabilnya rata-rata IKK pada triwulan IV 2014 terutama diakibatkan oleh menurunnya komponen pembentuk IEK, namun di sisi lain komponen pembentuk IKE meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) INDEKS KEYAKINAN KONSUMEN (IKK) I II III IV I II III IV I II III IV Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu meningkat, tercermin dari naiknya indeks menjadi 132 pada triwulan IV 2014 dari triwulan sebelumnya 126. Peningkatan tesebut diikuti optimisme konsumen terhadap penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang meningkat menjadi 149 pada triwulan IV 2014 dari triwulan sebelumnya 148. Peningkatan tersebut dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat terhadap kinerja ekonomi yang membaik Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Perkiraan Kegiatan Usaha 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini I II III IV I II III IV I II III IV

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu OPTIMIS PESIMIS I II III IV I II III IV I II III IV Hasil dari survei konsumen akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan IV 2014 menunjukan peningkatan optimisme konsumen. Tingkat keyakinan konsumen meningkat pada triwulan IV 2014 terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini sebesar 105,0 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 90,5. Sementara itu, ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan menurun yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang akan datang yaitu sebesar 126,03 atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 121, Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini ( IKE ) Indeks Ekspektasi Konsumen ( IEK ) Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini OPTIMIS PESIMIS I II III IV I II III IV I II III IV

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional adalah rekomendasi standar yang disepakati untuk merangkum seluruh indikator aktivitas ekonomi yang disesuaikan dengan kaidah akuntansi dan prinsip ekonomi. Rekomandasi tersebut tersusun berdasarkan konsep, definisi, klasifikasi, dan kaidah akuntansi yang sudah disepakati secara internasional sebagai bahan perhitungan Produk Domestik Bruto (PDB). Di tingkat daerah SNA tersebut juga digunakan untuk menghitung Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Kerangka akuntansi dari SNA memungkinkan data ekonomi untuk dapat disusun dan ditampilkan ke dalam format yang sudah di desain untuk tujuan analisis dan pengambilan keputusan. Kaidah akuntansi sendiri menyediakan rekaman historis yang komprehensif dan mendetail di dalam sebuah aktivitas ekonomi yang terdiri dari banyak interaksi di antara pelaku ekonomi. SNA menyediakan tampilan detail dari aktivitas ekonomi secara mendetail, konsisten dan terintegerasi. Dalam perhitungan PDB/PDRB, rekomendasi yang diajukan oleh SNA 2008 adalah dengan menggunakan kerangka dan. SNA 2008 diperkenalkan dibentuk atas kerjasama antara (UN),,,, (IMF) dan. Berbeda dari aplikasi SNA sebelumnya yang menyertakan 9 sektor lapangan usaha dalam perhitungan Produk Domestik Bruto, SNA 2008 menyertakan lebih banyak sektor dalam perhitungan Produk Domestik Bruto, yaitu 17 jenis sektor lapangan usaha. Dari sisi pengeluaran, juga terjadi penambahan sektor Lembaga Non Profit yang melayani rumah tangga (LNPRT) yang sebelumnya merupakan bagian dari sektor konsumsi rumah tangga. Implikasi lain yang terjadi adalah perubahan tahun dasar yang digunakan dalam perhitungan PDB dan PDRB menjadi tahun 2010, yang sebelumnya mengunakan tahun dasar Perubahan tahun dasar ini diperlukan untuk menyesuaikan struktur ekonomi terkini yang menjadi basis pertumbuhan 12

27 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ekonomi Indonesia, karena sejak tahun 2000 hingga 2010 sudah banyak terjadi perubahan struktur perkekonomian Indonesia. Selain itu, Perubahan tahun dasar PDB/PDRB perlu diubah dengan alasan adanya pengaruh perekonomian global terhadap struktur perekonomian serta menerapkan rekomendasi PBB untuk mengimplementasikan 2008 (SNA2008). Variabel Konsep Lama Konsep Baru 1. Output pertanian 2. Metode penghitungan output bank komersial. Hanya mencakup output pada saat panen. Menggunakan metode Imputed Bank Services Charge (IBSC). 3. Valuasi Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga produsen. Output saat panen ditambah nilai hewan dan tumbuhan yang belum menghasilkan. Menggunakan metode Financial Intermediation Services Indirectly Measured (FISIM). Nilai tambah lapangan usaha dinilai dengan harga dasar. Sebagai contoh, PDB atas dasar harga berlaku tahun 2010, yang dihitung dengan tahun dasar 2000 mencapai Rp 6.446,9 triliun; sementara berdasarkan (SUT) 2010 mencapai Rp6.864,1 triliun atau naik 6,47% yang disebabkan oleh dampak implementasi SNA 2008 (coverage/metodologi) sebesar 2,42% dan perubahan volume dan harga sebesar 4,05%. Metodologi yang digunakan dalam implementasi perhitungan tahun dasar 2010 adalah. Selain itu, dalam implementasi perubahan tahun dasar 2010, ini juga menggunakan taksiran harga dari hasil lapangan usaha yang belum terjadi perubahan harga pascaproduksi. Perubahan tahun dasar PDB/PDRB menurut pengeluaran antara lain pada PDB/PDRB Pengeluaran, porsi Konsumsi Rumah Tangga menurun karena sebagian dialihkan ke Konsumsi Lembaga Nonprofit (LNPRT) dan Inventory. Sementara itu, Perubahan tahun dasar PDB menurut lapangan usaha yaitu perubahan mendasar terjadi pada klasifikasi PDB Sektoral, dari 9 Sektor manjadi 17 Sektor. 13

28 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 14

29 Perkembangan Inflasi Regional Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di triwulan IV 2014 meningkat dari 6,22% (yoy) pada triwulan III 2014 menjadi 9,04% (yoy). Secara tahunan capaian inflasi Bangka Belitung tersebut lebih tinggi dibanding inflasi nasional sebesar 8,36% (yoy). Kenaikan harga ini terutama terjadi pada kelompok price sebagai akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM dan tarif dasar listrik serta kenaikan tarif angkutan udara. Sementara itu, kelompok dan inti juga meningkat karena adanya gangguan distribusi pasokan akibat musim hujan, gelombang tinggi dan angin barat. % YoY Inflasi Babel Inflasi Nasional Linear (Inflasi Babel) Linear (Inflasi Nasional ) Kelompok Pengeluaran Inflasi (YoY) Andil BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LISTRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUNIKASI DAN JASA KEUANGAN Berdasarkan kelompok, pada triwulan IV 2014 inflasi kelompok bahan makanan mengalami peningkatan dari 7,64% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 9,74% (yoy). Kenaikan tersebut mengakibatkan sumbangan inflasi kelompok bahan makanan sebesar 2,52% atau tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Faktor utama pendorong inflasi pada kelompok bahan makanan disebabkan terganggunya pasokan akibat musim hujan, gelombang tinggi dan terganggunya pasokan dari sentra produksi yang sedang mengalami musim penghujan. Selain itu, juga didorong oleh kenaikan biaya transportasi sebagai akibat dampak lanjutan kenaikan harga BBM serta meningkatnya permintaan pada saat hari raya Natal dan tahun baru. 15

30 Umum BAHAN MAKANAN MAKANAN JADI, MINUMAN, ROKOK & TEMBAKAU PERUMAHAN,AIR,LI STRIK,GAS & BAHAN BAKAR SANDANG KESEHATAN PENDIDIKAN, REKREASI DAN OLAH RAGA TRANSPOR,KOMUN IKASI DAN JASA KEUANGAN Perkembangan Inflasi Regional Pada triwulan IV 2014, inflasi tertinggi terjadi pada kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan yaitu sebesar 11,61% (yoy), sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pada bulan November dan menyebabkan kenaikan tarif angkutan sebesar 20% (hasil FGD dengan Dinas Perhubungan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung). Sementara itu, kelompok perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar mengalami peningkatan inflasi dari 6,14% (yoy) di triwulan III 2014 menjadi 8,13% (yoy) di triwulan IV Sub kelompok yang mengalami peningkatan yaitu biaya tempat tinggal serta biaya bahan bakar, penerangan dan air. Tw III 2014 (yoy,%) Tw IV 2014 (yoy,%) Pasokan Terganggu, Puasa dan Lebaran Inflasi Umum, mtm (%) Pembatasan Impor Holtikultura Kenaikan BBM Bencana Banjir dan Kenaikan LPG Penyesuaian Tarif Angkutan Puasa, Lebaran dan Kenaikan TDL Dampak Asap dan Kenaikan Tarif Angkutan Laut Kenaikan BBM dan Kenaikan TDL serta Angkutan Udara 16

31 Perkembangan Inflasi Regional Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah % yoy Core Adm. Priced Volatile Food Umum Peningkatan tersebut diakibatkan meningkatnya permintaan dan kondisi depresiasi nilai tukar rupiah. Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi terbesar pada kelompok ini adalah ikan hapau, ikan kerisi dan nanas. Secara umum inflasi kelompok tersebut diakibatkan oleh komoditas beras, cabai rawit, ikan selar dan cabai merah. Peningkatan harga pada komoditas tersebut diakibatkan keterbatasan pasokan dan meningkatnya permintaan pada saat Natal dan tahun baru. Selain itu, peningkatan harga juga disebabkan oleh musim penghujan, angin barat dan gelombang laut yang tinggi yang menganggu pasokan bahan makanan dari sisi distribusi maupun ketersediaan terutama komoditas ikan karena berkurangnya hasil tangkapan. 17

32 Perkembangan Inflasi Regional Curah Hujan (mm) Hari Hujan Bongkar Muat g (yoy) Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 15,39% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 8,61% (yoy). Komoditas yang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan ini adalah bahan bakar rumah tangga, tarif air minum PAM, tarif listrik dan tarif angkutan. Kenaikan ini sebagai dampak lanjutan kenaikan harga BBM, listrik, dan LPG. dari 4,29% (yoy) menjadi 6,81% (yoy). Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh inflasi kelompok yang memberikan andil inflasi sebesar 1,23% dimana komoditas tarif listrik dan bensin serta angkutan udara memberikan andil inflasi yang cukup tinggi. Sementara komponen memberikan andil inflasi sebesar 0,80%. Komoditas pendorong inflasi kelompok adalah komoditas beras, cabai rawit, ikan selar, dan cabai merah. Komponen inflasi inti pada Desember 2014, memberikan andil inflasi sebesar 0,55%. Inflasi inti pada bulan ini dipicu oleh komoditas ikan hapau, ikan kerisi dan nanas. Secara tahunan, inflasi kota Pangkalpinang pada triwulan IV 2014 ini tergolong baik karena jauh lebih rendah dibandingkan inflasi nasional 8,36% (yoy) serta jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi tahunannya dalam 10 tahun terakhir yang tercatat sebesar 8,36% (yoy). 18

33 Perkembangan Inflasi Regional tercatat sebesar 13,14% (yoy), meningkat signifikan dibanding triwulan sebelumnya 9,79% (yoy), dan jauh lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. Tingginya inflasi tersebut terutama disebabkan inflasi sebagai akibat kenaikan harga bensin, tarif listrik dan angkutan udara. Komponen meningkat dan memberi andil inflasi sebesar 0,45 % dengan komoditas pendorong kenaikan kelompok antara lain cabai merah, cabai rawit, ikan kembung dan ikan selar. Komponen inflasi inti juga mengalami kenaikan. Masih tingginya capaian inflasi Kota Tanjungpandan memerlukan fokus yang lebih besar dalam pengendalian inflasi ke depan melalui Tim Pengendalian Infasi Daerah (TPID). 19

34 Perkembangan Inflasi Regional Halaman ini sengaja dikosongkan 20

35 Perkembangan Keuangan Daerah Secara umum, volume usaha perbankan Bangka Belitung masih tumbuh positif walaupun melambat seiring melambatnya penyaluran kredit produktif. Sementara itu, penghimpunan dana tercatat tumbuh lebih tinggi khususnya untuk giro dan deposito. Adapun dari stabilitas sistem keuangan (SSK), risiko kredit terindikasi mengalami sedikit peningkatan khususnya untuk kredit korporasi. Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung tumbuh sebesar 11,73% (yoy) sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 8,53% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan aset perbankan ini dipengaruhi oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga yang meningkat dari 5,84% menjadi 11,13%, dipicu oleh meningkatnya giro dari 4,66% menjadi 9,54% dan meningkatnya deposito dari 11,41% menjadi 32,04%. Sementara itu, dari sisi perkembangan jaringan kantor selama triwulan laporan perkembangannya cenderung stagnan % Rp Miliar Aset (%yoy) 16,000 14,000 12,000 10,000 8,000 6,000 4,000 2,000 - I II III IV I II III IV I II III IV Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan akhir periode triwulan IV 2014 sebanyak 24 bank yang terdiri dari 21 Bank Umum dan 3 BPR/S. Jumlah jaringan kantor bank sebanyak 75 kantor yang terdiri dari 1 Kantor Pusat BPR/S, 20 Kantor Cabang Bank 21

36 Perkembangan Keuangan Daerah Umum, 5 Kantor Cabang BPR/S, 26 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum, dan 12 Kantor Kas Bank Umum. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 47 unit. Fungsi intermediasi perbankan meningkat dimana (LDR) berdasarkan lokasi proyek mencapai 103,80% sementara triwulan sebelumnya sebesar 95,21%. Dari sisi rasio kredit bermasalah ( juga menunjukkan capaian yang baik dimana NPL perbankan mengalami penurunan dari 2,54% menjadi 2,09% pada triwulan laporan. Penghimpunan DPK pada akhir triwulan IV 2014 mencapai Rp13,14 triliun atau tumbuh 11,13% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya 5,84% (yoy). Peningkatan pertumbuhan terjadi pada simpanan jenis giro dan deposito. Sementara itu,pertumbuhan tabungan meski melambat namun masih tumbuh positif yaitu sebesar 2,65% (yoy). Deposito tumbuh meningkat dari 11,41% (yoy) menjadi 29,95% (yoy) pada triwulan laporan. Dengan perkembangan tersebut deposito di perbankan Bangka Belitung mencapai Rp4,29 Triliun yang dipicu oleh meningkatnya deposito milik pemerintah sebesar 0,85% (yoy) dan individu serta perusahaan sebesar 24,61% (yoy). Giro juga tumbuh tinggi yakni sebesar 9,54% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,66% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan giro dipicu oleh realisasi belanja pemerintah yang lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Giro milik pemda tercatat tumbuh sebesar 82,41% (yoy). Namun demikian, penggunaan giro dari pelaku usaha juga relatif lebih rendah pada triwulan laporan sejalan dengan harga komoditas yang belum membaik. Giro milik perusahaan menurun sebesar 11,18% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan sebelumnya sebesar 19,21% (yoy). Pada triwulan laporan, tabungan tercatat tumbuh melambat dari 3,10% (yoy) menjadi 2,65% (yoy). Kondisi ini seiring dengan meningkatnya konsumsi masyarakat pada saat hari raya natal dan tahun baru serta meningkatnya harga-harga sebagai dampak kenaikan harga BBM pada bulan November

37 Perkembangan Keuangan Daerah Rp Juta 8,000,000 7,000,000 6,000,000 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 0 GIRO TABUNGAN DEPOSITO Giro (yoy) Tabungan (yoy) Deposito (yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Perlambatan pertumbuhan ekonomi juga berdampak pada perlambatan pertumbuhan kredit. Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp13,64 triliun atau tumbuh 13,86% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,99% (yoy). Perlambatan terjadi baik pada kredit produktif maupun non-produktif. Kredit produktif tercatat mencapai Rp9,40 triliun atau tumbuh 14,38% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan III 2014 sebesar 18,61% (yoy). Sementara itu, kredit non-produktif tumbuh 10,86% (yoy), sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 10,48% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit produktif terutama terjadi pada kredit modal kerja. Kredit modal kerja tercatat melambat yakni sebesar 22,61% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 29,59% (yoy). Sementara itu, kredit investasi pada triwulan laporan menyusut 8,23% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang menyusut sebesar 10,98% (yoy). 23

38 Perkembangan Keuangan Daerah Rp Miliar Modal Kerja Investasi % Konsumsi Modal Kerja (yoy) 9,000 Investasi (yoy) Konsumsi (yoy) 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (20) KONSUMSI 31% INVESTASI 13% MODAL KERJA 56% Secara sektoral, sektor yang mengalami perlambatan antara lain sektor transportasi, sektor bangunan, sektor keuangan dan dunia usaha, sektor pertanian, sektor jasa sosial masyarakat dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian mengalami perlambatan disebabkan penurunan prospek usaha perkebunan karet di Bangka Belitung. Banyaknya permasalahan pada tata niaga perkebunan karet di provinsi ini serta harga karet di pasar internasional yang belum membaik menyebabkan risiko kredit pada sektor ini menjadi sangat tinggi. Dengan perkembangan ini, kredit ke sektor pertanian Bangka Belitung kembali mengalami kontraksi 12,86% (yoy) lebih baik jika dibandingkan dengan kontraksi triwulan sebelumnya 26,94% (yoy). Sementara itu, kinerja sektor perkebunan karet yang belum membaik juga berdampak pada kredit-kredit yang disalurkan pada sektor pendukung usaha perkebunan seperti transportasi dan jasa dunia usaha yang juga mengalami kontraksi. Kredit ke sektor transportasi pada triwulan laporan mengalami kontraksi 48,48% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar 46,57% (yoy). Sementara itu, kredit ke sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (leasing, sewa menyewa, dan sejenisnya) menyusut 29,00% setelah pada triwulan sebelum telah menyusut sebesar 49,62% (yoy). Seiring dengan meningkatnya kebutuhan masyarakat pada saat Natal dan tahun baru mengakibatkan pertumbuhan konsumsi masyarakat meningkat, kredit di sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga tumbuh lebih tinggi. Pada triwulan laporan, sektor yang mempunyai pangsa 20% kredit di Bangka Belitung ini tercatat tumbuh meningkat dari 12,10% (yoy) menjadi 30,37% (yoy). Kredit dominan lainnya yakni kredit ke sektor pertambangan yang menguasai pangsa 27% kredit di Bangka Belitung, masih juga tercatat melambat dari 97,26% (yoy) menjadi 24

39 Perkembangan Keuangan Daerah 41,08% (yoy). Harga timah pada triwulan laporan yang masih mengalami penurunan serta suku bunga kredit ke sektor pertambangan yang terus meningkat ditengarai menjadi penyebab perlambatan ini. Sektoral I II III IV I II III IV Total Kredit 8,687 9,684 11,027 11,983 11,425 12,114 12,790 13,644 Pertanian Pertambangan dan Penggalian 957 1,224 1,810 2,631 2,239 3,255 3,570 3,711 Industri Pengolahan Listrik, Gas, dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel, dan Restoran 1,762 2,112 2,247 2,381 2,343 2,461 2,518 3,104 Transportasi Keuangan dan Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Masyarakat Lainnya 3,496 3,588 3,761 3,826 3,919 4,043 4,160 4,252 Kredit konsumtif pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp4,24 triliun atau tumbuh 10,86% (yoy) sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 10,48% (yoy). Sementara itu, penerapan aturan masih berdampak pada turunnya realisasi kredit untuk pembelian kredit kepemilikan rumah yang tumbuh melambat menjadi 17,80% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 20,41% (yoy). Sedangkan untuk kredit kepemilikan kendaraan bermotor mengalami peningkatan sebesar 6,60% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,89%.. Pada akhir triwulan IV, penyaluran kredit UMKM mencapai Rp3,46 triliun atau tumbuh 15,73% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 15,98% (yoy). Melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit UMKM disebabkan karena melambatnya pertumbuhan penyaluran kredit UMKM kepada sektor pertambangan dan penggalian. Penyaluran kredit pada sektor tersebut mencapai Rp 214 miliar atau tumbuh sebesar 12% (yoy) pada triwulan IV tahun 2014, lebih lambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mancapai 42% (yoy). Selain itu, pertumbuhan dari sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi juga melambat menjadi 24% (yoy) dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang mencapai 82% (yoy). 25

40 Perkembangan Keuangan Daerah Rasio perbankan Bangka Belitung tercatat menurun dari 2,54% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,09% pada triwulan laporan. Dengan demikian, risiko kredit perbankan Bangka Belitung masih sangat rendah karena masih di bawah ambang batas NPL yakni 5%. 350, , ,000 NPL (Rp Juta) Rasio NPL (%, RHS) 255, , , % 4.50% 4.00% 3.50% 200, , , % 2.11% 2.54% 2.09% 3.00% 2.50% 2.00% 100, % 50, % 0.50% 0 I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV % Penurunan rasio NPL terutama terjadi pada sektor konstruksi dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan masing-masing mengalami penurunan dari 10,37% dan 10,01% menjadi 0,56% dan 0,98%. Kontribusi tertinggi NPL perbankan Bangka Belitung berada pada sektor Perdagangan Hotel dan Restauran yaitu sebesar 2,39% meskipun capaian tersebut menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,00%. (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan IV tahun 2014 tercatat sebesar Rp1,19 triliun atau 11,10% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan. Rasio tersebut sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 11,49%. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan sebesar 3,66%. Suku bunga tertimbang komponen Dana Pihak Ketiga mengalami penurunan 26

41 Perkembangan Keuangan Daerah yaitu giro dari 1,64% menjadi 1,60%, tabungan dari 1,93% menjadi 1,81% dan deposito dari 8,00% menjadi 7,77%. Di sisi lain, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 11,92% pada triwulan IV 2014 atau sedikit lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 11,90%. Peningkatan suku bunga kredit yang paling besar terjadi pada sektor listrik, air, dan gas yaitu dari 12,70% menjadi 13,12%. Selain itu peningkatan suku bunga kredit juga terjadi pada sektor administrasi pemerintahan, pertahanan, dan jaminan sosial dari 15,57% menjadi 15,98%.. Total aset Bank Umum Syariah pada triwulan IV 2014 mencapai Rp274 miliar rupiah atau turun sebesar 16,72% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun 10,74% (yoy). Penurunan aset bank umum syariah seiring dengan menyusutnya pembiayaan syariah sebesar 28,20% (yoy) atau lebih baik dari penurunan pada triwulan III sebesar 34,62% (yoy). Menyusutnya pertumbuhan pembiayaan syariah juga disebabkan oleh penurunan penyaluran kredit di beberapa sektor ekonomi, diantaranya adalah sektor listrik, gas, dan air yang turun sebesar 56,65%, sektor transportasi, pergudangan dan komunikasi yang turun sebesar 91,91%, dan sektor konstruksi sebesar 70,57%. Sementara itu, dari sisi penghimpunan dana terjadi kontraksi sebesar 20,10% (yoy). Penyusutan ini lebih dalam dari penyusutan triwulan sebelumnya yang mencapai 16,06%. Penurunan terjadi pada simpanan giro dan deposito masing-masing sebesar 52,32% (yoy) dan 52,77% (yoy). Penurunan giro tersebut sejalan dengan perlambatan ekonomi yang menyebabkan penurunan ekspansi dunia usaha 27

42 Perkembangan Keuangan Daerah Secara tahunan, nominal transaksi kliring tahun 2014 mencapai Rp4,9 triliun atau sedikit turun dibanding 2013 sebesar Rp5,15 triliun. Namun dari sisi warkat mengalami peningkatan yakni lembar dibanding lembar. Perputaran kliring per hari tahun 2014 mencapai Rp19,7 miliar, turun 5,5% dibanding 2013 yang sebesar Rp20,85 miliar, namun dari sisi jumlah warkat meningkat yakni 653 warkat dari 652 warkat tahun sebelumnya. Sementara itu, penolakan cek/bg tahun 2014 mencapai Rp92,8 miliar atau sebanyak 2,559 lembar, meningkat dibanding tahun sebelumnya Rp81 miliar atau sebanyak lembar. Sehingga rasio penolakan cek/bg tahun 2014 juga meningkat yakni sebesar 1,89% dibandingkan 2013 sebesar 1,57%. KETERANGAN II III IV I II III IV Perputaran Kliring a. Nominal (Rp Juta) 1,357,308 1,406,383 1,250,293 5,150,990 1,178,580 1,182,544 1,240,220 1,305,731 4,907,075 b. Warkat (lembar) 41,960 42,689 40, ,124 38,726 41,349 40,132 42, ,621 2 Perputarasn Per Hari a. Nominal (Rp Juta) 21,545 22,324 20,497 20,854 19,009 20,746 19,080 20,088 19,707 b. Warkat (lembar) Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Juta) 18,923 24,444 24,879 81,079 23,307 19,652 22,377 27,481 92,817 b. Warkat (lembar) , ,559 Jumlah Hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 1.39% 1.74% 1.99% 1.57% 1.98% 1.66% 1.80% 2.10% 1.89% b. Warkat (%) 1.06% 1.64% 1.73% 1.35% 1.37% 1.44% 1.52% 1.93% 1.57% 28

43 Perkembangan Keuangan Daerah Secara triwulanan, pada triwulan IV 2014, nilai transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat mencapai Rp1,31 triliun atau meningkat 4,43% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan jumlah warkat juga mengalami peningkatan 4,98% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya menurun 5,99% (yoy). Peningkatan transaksi kliring didorong oleh realisasi proyek pemerintah maupun penyelesaian pembayaran di akhir tahun. Seiring dengan peningkatan transaksi kliring tersebut, jumlah nominal warkat cek/bg kosong yang ditolak juga mengalami peningkatan sebesar 10,46%. Sehingga, rasio penolakan cek/bg meningkat dari 1,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 2,10%. Pelaksanaan kliring lokal wilayah Pangkalpinang sejak tanggal 14 November 2014 mengalami peralihan, dari sebelumnya dilaksanakan oleh PT. BNI Cabang Pangkalpinang menjadi dilaksanakan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Belitung yang mulai beroperasi sejak tanggal tersebut Bangka 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - I II III IV I II III IV Nilai Transaksi RTGS dari Babel (Rp Juta) 3,572,680. 3,560,690. 3,552,330. 4,053,814. 2,960,473. 3,180,890. 3,180,890. 4,190,250. Nilai Transaksi RTGS ke Babel (Rp Juta) 3,100,420. 2,799,010. 2,726,750. 3,819,373. 1,719,460. 1,922,650. 1,922,650. 2,382,940. Vol RTGS dari Babel (RHS) 6, , , , , , , , Vol RTGS ke Babel (RHS) 2, , , , , , , , ,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Transaksi nontunai melalui Dengan melambatnya perekonomian serta aksi tunggu dari pelaku pasar menyebabkan transaksi juga mengalami penurunan. Secara tahunan, nominal RTGS Bangka Belitung tahun 2014 masih mengalami penurunan sebesar 21,06% yakni dari Rp27,18 triliun pada tahun 2013 menjadi Rp21,46 triliun. Dari sisi volume transaksi RTGS juga mengalami penurunan sebesar 12,8% yakni dari transaksi pada 2013 menjadi transaksi. Sementara itu, pada triwulan IV 2014 nominal transaksi RTGS mengalami penurunan sebesar 16,51% (yoy) walaupun tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 18,72% (yoy). Secara volume, transaksi RTGS pada triwulan IV 2014 tercatat sebanyak 8.278, turun 4,1% (yoy), namun tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 12,59% (yoy). 29

44 Perkembangan Keuangan Daerah Dari sisi sistem pembayaran tunai, pengaruh perilaku masyarakat Bangka Belitung yang lebih senang menggunakan transaksi tunai dalam aktivitasnya, menyebabkan. Pada triwulan laporan, tercatat sebesar Rp178,81 miliar dan outflow sebesar Rp472,54 miliar sehingga terjadi sebesar Rp293,73 miliar. Net outflow pada triwulan laporan menurun dibanding pada triwulan sebelumnya yang sebesar Rp410,56 miliar sebagai dampak dari melambatnya perekonomian. Sementara itu pada triwulan ini belum dilakukan pemusnahan uang lusuh PTTB (Rp miliar) Rasio PTTB Thd Inflow I II III IV I II III IV % 18% 16% 14% 12% 10% 8% 6% 4% 2% 0% 1, , I II III IV I II III IV Inflow (Rp miliar) Outflow (Rp miliar) Inflow (% yoy)) Outflow (% yoy) 150% 100% 50% 0% -50% -100% 30

45 Perkembangan Keuangan Daerah Pada Tanggal 27 November 2014, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo didampingi Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kepulauan Bangka Belitung) Rustam Effendi beserta Walikota dan Bupati di wilayah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung meresmikan pembukaan Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di Pangkalpinang. Acara peresmian tersebut dihadiri oleh segenap unsur Muspida Provinsi dan Kota, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, lembaga-lembaga di lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda), perbankan, perguruan tinggi, pelaku usaha, media massa serta tokoh agama dan masyarakat daerah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Sebelumnya, pada tanggal 14 November 2014 telah dilakukan penandatanganan berita acara serah terima antara Kepala Perwakilan BI Wilayah VII (wilayah koordinasi meliputi Sumatera Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Bengkulu dan Lampung) dengan Kepala KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, yang menandai dimulainya kegiatan operasional KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Dengan demikian, pengelolaan kas seperti yang semula diselenggarakan melalui Kas Titipan di PT. Bank Mandiri Cabang Pangkalpinang, menjadi dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini, Pelayanan penukaran uang masyarakat, setoran dan penarikan uang untuk perbankan. Selain itu juga pelaksanaan layanan transfer dana antar bank melalui (RTGS ) serta penyelenggaraan Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia (SKNBI) untuk wilayah kliring lokal Pangkalpinang yang semula diselenggarakan oleh PT. BNI Cabang Pangkalpinang. Pembukaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini merupakan komitmen nyata BI untuk mendukung pertumbuhan ekonomi daerah secara berkesinambungan. KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ini akan berfungsi penuh 31

46 Perkembangan Keuangan Daerah secara bertahap di bidang moneter, stabilitas sistem keuangan (SSK), sistem pembayaran dan pengelolaan uang Rupiah, serta manajemen intern. Peran BI sebagai advisor strategis Pemda, khususnya untuk mendukung upaya reformasi struktural, diharapkan dapat memberikan manfaat nyata bagi daerah. Kami ingin menjadikan kantor perwakilan Bank Indonesia di daerah sebagai mitra strategis bagi Pemda, kata Agus D.W. Martowardojo. Gubernur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Rustam Effendi, mendukung penuh berdirinya Kantor Perwakilan Bank Indonesia di Provinsi Bangka Belitung dan berharap dapat meningkatkan sinergi dengan Pemda sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara luas. Gubernur Bank Indonesia, Agus D.W. Martowardojo menambahkan, Kami juga akan memperluas jaringan kantor Bank Indonesia di daerah, dari sebelumnya 30 provinsi menjadi 34 provinsi. Selain di Kepulauan Bangka Belitung, akan dibuka Kantor perwakilan baru di tiga provinsi lainnya yakni Papua Barat, Sulawesi Barat, dan Kalimantan Utara. Dengan dibukanya KPw Bangka Belitung, Bank Indonesia memiliki 42 Kantor Perwakilan Dalam Negeri dan 4 Kantor Perwakilan Luar Negeri, yaitu di Singapura, Tokyo, London dan New York. 32

47 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan sampai dengan triwulan IV 2014 sebesar Rp1,72 triliun atau sebesar 99,89 % dari keseluruhan target pendapatan tahun Nilai realisasi tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 98,39 %. Sementara realisasi belanja masih rendah yaitu sebesar Rp1,19 triliun atau tercapai 83,79% dari anggaran 2014, lebih rendah dari realisasi tahun sebelumnya yang mencapai 87,93%. Dana perimbangan masih menjadi kontributor terbesar pada pendapatan daerah Kepulauan Bangka Belitung dengan pangsa sebesar 60,56% dari total pendapatan daerah. Realisasi dana perimbangan sampai dengan triwulan IV 2014 sebesar Rp1,03 triliun atau 59,58% dari target tahun Realisasi terbesar dari dana perimbangan adalah pos dana alokasi umum sebesar Rp806,82 miliar atau 78,72%. Sementara itu, realisasi PAD yang mencerminkan kemandirian fiskal daerah mencapai 32,78 % atau relatif sama dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 32,45%. Pos dalam PAD yang realisasinya cukup signifikan adalah retribusi daerah sebesar 508,27 miliar atau terealisasi sebesar 90,13%. Dalam upaya mencapai target PAD, Pemda telah melakukan berberapa upaya yaitu melalui intensifikasi, ekstensifikasi, dan perbaikan sistem administrasi pajak daerah. Sedangkan secara keseluruhan, sampai dengan triwulan IV 2014 dapat disimpulkan bahwa realisasi APBD mengalami surplus sebesar 6,53% dari realisasi dibandingkan tahun sebelumnya yang mengalami defisit sebesar 5,61% dari realisasi. Uraian Satuan Pendapatan Daerah Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto s.d Triwulan IV 2014 % 99,89% 83,79% 6,53% 100,00% s.d Triwulan IV 2013 % 98,39% 87,93% -5.61% 100,00% 33

48 Perkembangan Keuangan Daerah Rp Miliar 3, , s.d TW IV 2013 s.d TW IV , , , , , , , Pendapatan Daerah 1, Belanja Daerah Surplus/Defisit Pembiayaan Neto Silpa Total realisasi belanja sampai dengan triwulan IV 2014 sebesar Rp1,19 triliun. Pangsa terbesar pada anggaran belanja adalah belanja operasional sebesar Rp1,03 triliun dengan pangsa 74,43%. Adapun realisasi dari belanja Operasional mencapai Rp889,05 miliar atau 85,99%. URAIAN ANGGARAN 2014 REALISASI 2014 % BELANJA BELANJA OPERASI Belanja Pegawai 382,354,343, ,682,086, % Belanja Barang 447,315,828, ,557,421, % Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah 203,224,437, ,068,436, % Belanja Bantuan Sosial 1,030,000, ,500, % Jumlah Belanja Operasi ( 33 s/d 38 ) 1,033,924,609, ,053,444, % BELANJA MODAL Belanja Tanah 16,946,230, ,379, % Belanja Peralatan dan Mesin 53,738,844, ,617,347, % Belanja Gedung dan Bangunan 35,047,553,000 17,194,733, % Belanja Jalan, Irigasi dan Jaringan 267,694,902, ,902,081, % Belanja Aset Tetap Lainnya 8,655,815, ,586,714, % Belanja Aset Lainnya Jumlah Belanja Modal ( 42 s/d 47 ) 382,083,345, ,488,255, % BELANJA TAK TERDUGA Belanja Tidak Terduga 9,733,542, ,884, % Jumlah Belanja Tak Terduga ( 50 ) 9,733,542, ,884, % JUMLAH BELANJA ( ) 1,425,741,497, ,194,558,585, % TRANSFER Bagi Hasil Pajak ke Kabupaten/Kota 498,641,653, ,656,178, % Bagi Hasil Retribusi ke Kabupaten/Kota Bagi Hasil Pendapatan Lainnnya ke Kabupaten/Kota Jumlah Transfer Bagi Hasil Pendapatan ke Kab/Kota ( 56 s/d 59) 498,641,653, ,656,178, % JUMLAH BELANJA DAN TRANSFER ( ) 1,924,383,150, ,608,214,763, % 34

49 Perkembangan Keuangan Daerah Sementara itu, pangsa anggaran belanja modal adalah Rp382,08 miliar atau 26,80% dan realisasinya mencapai Rp305,49 miliar atau 79,95%. Sedangkan realisasi komponen belanja tak terduga sebesar Rp16,88 juta atau 0,17% dari target belanja tahun Transfer bagi hasil pendapatan ke kabupaten/kota berasal dari bagi hasil pajak ke kabupaten kota sebesar Rp413,66 miliar atau 82,96% dari target transfer bagi hasil pajak ke kabupaten/kota. Pendapatan daerah meningkat dari Rp1,72 triliun di tahun 2014 menjadi Rp1,90 triliun pada Peningkatan pendapatan daerah tersebut terdiri dari meningkatnya anggaran pendapatan asli daerah sebesar 3,41% dari Rp556,74 miliar menjadi Rp575,72 miliar dan meningkatnya dana perimbangan sebesar 10,96% dari Rp1,03 triliun menjadi Rp1,15 triliun. Serta meningkatnya pendapatan transfer pemerintah pusat sebesar 36,81% dari Rp131,29 miliar menjadi Rp 179,62 miliar pada tahun Sementara itu, belanja daerah naik sebesar 49,44% dari Rp1,43 triliun pada tahun 2014 menjadi Rp2,13 triliun. Peningkatan belanja tersebut terdiri dari Belanja langsung sebesar Rp977,89 miliar dan belanja tidak langsung sebesar Rp1,15 triliun. Pada rencana anggaran pendapatan belanja tahun 2015 terjadi defisit sebesar Rp227,50 miliar. URAIAN (1) ANGGARAN 2014 ANGGARAN 2015 Δ % (2) (3) (4) PENDAPATAN PENDAPATAN ASLI DAERAH 556,742,867, ,722,066, % PENDAPATAN TRANSFER Dana Perimbangan 1,034,374,722, ,147,712,494, % Transfer Pemerintah Pusat 131,299,480, ,626,400, % TOTAL PENDAPATAN 1,722,417,070, ,903,060,960, % BELANJA TOTAL BELANJA 1,425,741,497, ,130,562,476, % SURPLUS/DEFISIT (201,966,080,663.95) (227,501,516,638.72) 12.64% 35

50 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan 36

51 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tingkat Partisipasi angkatan Kerja (TPAK) di Kepulauan Bangka Belitung pada triwulan laporan menurun dibandingkan triwulan sebelumnya dari 66,8% menjadi 62,1%. Seiring dengan kenaikan TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPA) Kepulauan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan dari 2,67% pada periode Februari 2014 menjadi 5,14% pada periode Agustus 2014 (Grafik 5.1). Hasil survei konsumen yang rutin dilakukan oleh KPw BI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung juga menunjukkan menurunnya ketersediaan lapangan kerja (Grafik 5.2). yaitu dari 66,84% menjadi 62,09% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Sedangkan dilihat dari sisi pengangguran yang terlihat dari besaran TPT, tingkat pengangguran di Kepulauan Bangka Belitung meningkat dari 2,7% menjadi 5,14%. Naiknya tingkat pengangguran diakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi khususnya pada sektor utama yang dipengaruhi harga komoditas yang belum membaik. 37

52 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Distribusi ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2014 didominasi oleh sektor pertanian (Tabel 5.2). Penyerap tenaga kerja yang tinggi di akhir 2014 adalah Kabupaten Bangka Selatan dimana proporsi pengangguran terhadap tenaga kerja turun dari 1,64% menjadi 1,21%. Sedangkan Kabupaten/Kota yang proporsi penganggurannya meningkat adalah Kabupaten Bangka dengan tingkat pengangguran naik dari 4,26% menjadi 8,36%. 38

53 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal (Tabel 5.3). Kelompok formal mengalami kenaikan yang cukup signifikan sebesar 88,91% (yoy). Sedangkan kelompok informal mengalami kenaikan sebesar 11,37% (yoy) dari periode sebelumnya. a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok: Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat orang di bulan Agustus 2014, turun 17,38% (yoy) dari tahun sebelumnya. Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau turun 6,03% (yoy) dari tahun sebelumnya. b. Kelompok Pekerja informal di bulan Agustus 2014 tercatat sebesar orang. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut: Berusaha sendiri turun2,10%. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar naik20,80%. Pekerja bebas naik44,89%. Pekerja tidak dibayar naik 13,85%. 39

54 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Berdasarkan hasil liaison di perusahaan, rendahnya permintaan mengakibatkan kinerja perusahaan menurun dan mempengaruhi ketersediaan lapangan pekerjaan di triwulan ini. Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka Nilai Tukar Petani (NTP) merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani. NTP diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Hal ini terlihat dari indeks NTP triwulan IV 2014 sebesar 103,05 sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar 102,59. Berdasarkan subsektor, NTP triwulan IV 2014 naik terutama disebabkan karena meningkatnya semua NTP subsektor dengan subsektor horti sebagai penyumbang terbesar tingginya NTP di triwulan IV 2014 yaitu tercatat sebesar 2,20%. NTP subsektor peternak adalah satu-satunya NTP di triwulan ini yang mengalami penurunan dari 97,46 menjadi 95,12. 40

55 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Sub Sektor I II III IV I II III IV I II III IV g(%) Umum 99,46 99,04 98,68 99,50 100,18 100,71 99,54 100,22 100,31 100,38 102,59 102,91 0,32 Padi Palawija 84,71 83,89 83,13 83,59 82,95 82,72 80,66 85,09 96,44 98,26 100,28 100,58 0,30 Horti 90,86 88,99 87,79 87,44 86,95 87,49 84,83 89,54 98,49 100,19 100,74 102,94 2,20 Pekebun 90,86 115,34 114,37 116,79 118,45 119,47 117,83 115,28 102,08 101,27 104,16 105,39 1,23 Peternak 96,18 95,76 95,53 95,13 95,95 96,16 96,97 97,39 97,23 97,75 97,46 95,12-2,34 Nelayan 89,26 89,46 90,38 89,83 90,29 90,52 90,75 94,21 101,03 104,88 101,07 101,62 0,55 Umum Padi Palawija Horti Pekebun Peternak Nelayan I II III IV I II III IV I II III IV Nilai NTP yang mengalami kenaikan terjadi pada petani kelompok padi palawija, hortikultura, pekebun, dan nelayan. Kelompok yang NTP diatas 100 adalah padi palawija, hortikultura, pekebun, dan nelayan masing-masing sebesar 100,58, 102,94, dan 105,39, 101,62. Sementara itu, kelompok petani dengan NTP masih dibawah 100 adalah peternak. Berbeda dengan sebagian besar kelompok petani yang lain, petani kelompok peternak merupakan kelompok yang mengalami penurunan indeks NTP terbesar di Triwulan IV 2014 yaitu dari 97,46 menjadi 95,12. Menurunnya NTP kelompok peternak sangat terkait dengan turunnya indeks beberapa komoditi antara lain: ayam buras dan ayam ras pedaging. 41

56 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Kelompok I II III IV I II III IV I II III IV Umum 0,19 0,33 0,32 0,15 0,45 0,23-0,02 0,16-0,27 0,54 0,02 2,5 Bahan Makanan -0,04 0,64 0,23 0,18 0,82 0,42-0,75 0,53-0,91 0,85-0,26 2,16 Makanan Jadi 0,37 0,28 0,24-0,02 0,13 0,19 0,44 0,94 0,38 0,3 0,07 0,49 Perumahan 0,59-0,15 0,92 0,28 0,08-0,05-0,03 0,45 0,1 0,5 0,7 1,84 Sandang 0,34 0,4 0,64 0,24 0,08-0,05 0,27 0,47 0,43 0,52 0,38 0,97 Kesehatan 0,21-0,12 0,19 0,5 0,3 0 0,03 0,4 0,17 0,33 0,27 1,75 Pendidikan,Rekreasi & Olahraga 0,02 0,12 0,53 0, ,42 0,38-0,04 0,18 0,01 0,66 Transportasi dan Komunikasi 0,3-0,45 0,01 0,02 0,01 0 0,09 0,52-0,01 0,19 0,04 7,5 Kenaikan harga juga terjadi pada semua kelompok, kelompok transportasi dan komunikas mengalami kenaikan harga terbesar yaitu 7,5% (mtm), kemudian kelompok bahan makanan sebesar 2,16% (mtm), diikuti kelompok perumahan, kesehatan, sandang, pendidikan, rekreasi dan olahraga serta makanan jadi, masing-masing sebesar 1,84% (mtm), 1,75% (mtm), 0,97% (mtm), 0,66% (mtm), 0,49% (mtm). Kesejahteraan masyarakat juga diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode September 2014 sebesar 67,23 ribu orang (4,97%) sedikit menurun dibandingkan bulan September 2013 sebesar 5,25%. Selama periode September 2013 September 2014, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan berkurang sebanyak 1,14 ribu orang, sedangkan di daerah perkotaan mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 2,8 ribu orang. 42

57 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Sedangkan selama September 2013 September 2014 garis kemiskinan naik 10% dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September 2013 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September Pada periode September indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan kestabilan. Indeks kedalaman kemiskinan turun dari 0,62 pada September 2013 menjadi 0,60 pada September Penurunan ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin mendekati garis kemiskinan. Begitu juga yang terjadi pada indeks keparahan kemiskinan tetap di angka 0,12 pada September maupun Maret Ini menunjukkan ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin stabil pada periode September Jika dilihat dari wilayahnya, nilai indeks kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi dari garis kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai indeks keparahan kemiskinan pada September 2014 daerah pedesaan lebih besar jika dibandingkan dengan daerah perkotaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah perkotaan. Daerah Perkotaan Garis Jumlah Persentase Indeks Indeks Kemiskinan Penduduk Penduduk Kedalaman Keparahan (Rp/Kapita/Bul Miskin Miskin Kemiskinan Kemisikinan an) (Ribuan) Mar ,73 3,47 0,37 0,07 Sep ,07 3,47 0,35 0,04 Mar ,33 3,39 0,65 0,16 Sep ,27 3,04 0,48 0,10 Pedesaan Total Mar ,49 6,91 0,71 0,15 Sep ,83 6,97 0,89 0,19 Mar ,31 7,27 0,81 0,15 Sep ,69 6,84 0,72 0,13 Mar ,22 5,21 0,54 0,11 Sep ,9 5,25 0,62 0,12 Mar ,64 5,36 0,73 0,16 Sep ,23 4,97 0,60 0,12 43

58 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 32,5% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih baik, sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk yaitu sebesar 25,5%. Sisanya menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan triwulan lalu. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, rumah tangga memperkirakan ketersediaan lapangan kerja dalam 6 bulan mendatang lebih baik (32,5%). Meningkatnya ketersediaan lapangan kerja terutama diakibatkan realisasi kegiatan proyek pemerintah/swasta yang meningkat di akhir tahun. Hal ini terkonfirmasi dari sektor konstruksi yang mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. 44

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Kalimantan Tengah Triwulan I-2015 Kantor Perwakilan Provinsi Kalimantan Tengah KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iv DAFTAR

Lebih terperinci

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori

Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG. Triwulan IV Kategori Laporan Finalisasi PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO KOTA TANGERANG Triwulan IV 17 Kategori DINAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KOTA TANGERANG PENJELASAN UMUM Terdapat perubahan tahun dasar dan cakupan lapangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00

SURVEI KONSUMEN. Juli Indeks optimis pesimis periode krisis ekonomi global 0.00 SURVEI KONSUMEN Juli - 2010 Indeks 150.00 125.00 100.00 75.00 optimis pesimis 50.00 25.00 0.00 periode krisis ekonomi global 3 6 9 12 3 6 9 12 3 6 9 12 1 2 3 4 5 6 7 2007 2008 2009 2010 Indeks Keyakinan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin

KATA PENGANTAR. Kendari, 9 Agustus 2011 BANK INDONESIA KENDARI. Sabil Deputi Pemimpin KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Tenggara menyajikan kajian mengenai perkembangan ekonomi Sulawesi Tenggara yang meliputi perkembangan ekonomi makro, perkembangan inflasi daerah,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan IV-2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan i BAB I 2011 2012 2013 2014 1 10.00 8.00

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015

PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 2015 No. 76/11/19/Th.IX, November 01 PERTUMBUHAN EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III TAHUN 01 EKONOMI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN III-01 TUMBUH,96 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-01

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH

PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Survei Konsumen Mei 2015 (hal. 1) Survei Penjualan Eceran April 2015 (hal. 13) PERKEMBANGAN INDIKATOR SEKTOR RIIL TERPILIH Mei 2015 Alamat Redaksi :

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan IV2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74

6.1. Kinerja Sistem Pembayaran Transaksi Keuangan Secara Tunai Transaksi Keuangan Secara Non Tunai... 74 i ii ii 1.1. Analisis PDRB Dari Sisi Penawaran... 3 1.1.1. Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan... 4 1.1.2. Sektor Pertambangan dan Penggalian... 6 1.1.3. Sektor Industri Pengolahan... 8 1.1.4. Sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Bank Indonesia Yogyakarta mendukung pembangunan ekonomi tanpa meninggalkan budaya adiluhung yang ada.

Bank Indonesia Yogyakarta mendukung pembangunan ekonomi tanpa meninggalkan budaya adiluhung yang ada. ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan ekonomi daerah, yang didukung dengan penyediaan informasi berdasarkan hasil kajian yang akurat... Bank Indonesia Yogyakarta mendukung pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERTUMBUHAN EKONOMI TRIWULAN I TAHUN 2016 PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG EKONOMI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TRIWULAN I-2016 TUMBUH 3,30 PERSEN, MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN I- No. 32/05/19/Th.X,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Triwulan IV iii

Triwulan IV iii ii Triwulan IV 2012 iii iv Triwulan IV 2012 v vi Triwulan IV 2012 vii viii Triwulan IV 2012 Indikator 2010 2011 2012 Total I II III IV Total I II III IV Total Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %)

Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) Grafik 1. Permintaan Kredit Baru (SBT, %) 1 (Miliar Rp) Grafik 2. Realisasi Penyaluran Kredit Januari-November 2013 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 0 KPR/KPA KKB-Mobil KKB-Sepeda Motor KTA + Multiguna

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 1-2009 3 4 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2009 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci