KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

2 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2013 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Mei 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII Kepala Perwakilan, Ttd Sutikno Direktur Eksekutif i

3 ii Halaman ini sengaja dikosongkan

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Suplemen... xi Indikator Utama... xiii Ringkasan Umum Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Palembang Inflasi Secara Umum Kondisi Harga di Pasar Internasional Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kondisi Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik dan Rasio Likuiditas Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat iii

5 3.9. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Perkasan Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Triwulan I Perbandingan Realisasi APBD Triwulan I 2013 dan Triwulan I Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah Ketenagakerjaan Pengangguran Nilai Tukar Petani Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) Tingkat Kemiskinan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi iv

6 Daftar Tabel Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) Tabel 1.6. Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) Tabel 1.8. Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Per Kelompok Tabel 2.3. Andil Inflasi Triwulanan Per Komoditas Tabel 2.4. Andil Inflasi Tahunan Per Komoditas Tabel 3.1. Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Tabel 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Tabel 3.4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3.5. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3.6. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3.7. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2011 Februari Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Agustus 2011 Februari Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Agustus 2011 Februari Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan v

7 Tabel 5.5. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Tabel 5.6. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ton) Tabel 5.7. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun Tabel 5.8. Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008-September Tabel 5.9. Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel Menurut Daerah, Maret 2009-September Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan I Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Triwulan I Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Triwulan I Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Triwulan I Tabel 6.1. Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Sumsel Triwulan II Tabel 6.2. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2013 dan 2014 (dalam persentase) Tabel 6.3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan dan Inflasi Palembang (% yoy) vi

8 Daftar Grafik Grafik 1.1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1.2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2013 (%) Grafik 1.4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan Grafik 1.5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar Grafik 1.6. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Grafik 1.7. Perkembangan Lifting Gas Bumi Grafik 1.8. Perkembangan Harga Batu Bara Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Bumi Grafik Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Arus Cargo Bandar Udara di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Des12 Feb Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan vii

9 Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Des 12-Jan Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional Grafik 2.3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang Grafik 2.5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2.8. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis Grafik 2.9. Inflasi Tradeables Vs. Non Tradeables Grafik Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Grafik Perkembangan Arus Barang Pelabuhan Grafik Perkembangan Arus Barang Cargo Grafik Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Output Gap dan Inflasi Grafik Perkembangan Keyakinan Konsumen Grafik Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.2. Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2013 di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.5. Andil Pertumbuhan DPK Tahunan (%) Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2013 di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.9. Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan (%) Grafik Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV 2012 Berdasarkan Wilayah Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan viii

10 Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan 56 Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Grafik Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun Grafik 4.1. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Grafik 4.2. Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Grafik 4.3. Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 dan Triwulan I Grafik 4.4. Perbandingan Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 dan Triwulan I Grafik 5.1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Grafik 6.2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan Grafik 6.3. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen ix

11 x Halaman ini sengaja dikosongkan

12 Daftar Suplemen Suplemen 1. Pelaku Usaha Melepas Stok... 8 Suplemen 2. Optimisme Konsumen Menurun Suplemen 3. Harga Bawang Melonjak Tinggi Suplemen 4. Bawang Merah Didatangkan dari Pulau Jawa dengan Resistensi Stok yang Rendah Suplemen 5. Momentum Kota Palembang Menjadi Pusat Industri Pengolahan Komoditas Unggulan Provinsi Sumatera Selatan: Indikasi Perbankan xi

13 xii Halaman ini sengaja dikosongkan

14 Indikator Utama A. PDRB & Inflasi xiii

15 B. Perbankan xiv

16 C. Sistem Pembayaran xv

17 xvi Halaman ini sengaja dikosongkan

18 Ringkasan Umum Abstraksi Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan membaik pada triwulan I Percepatan pertumbuhan diinisiasi pelepasan stok oleh sektor industri pengolahan dalam merespons kenaikan harga, margin, dan permintaan pada jangka pendek. Seiring dengan itu, terdapat percepatan ekspor dan konsumsi rumah tangga, bersamaan dengan tingkat investasi yang cukup tinggi. Dari sisi harga, terjadi kenaikan inflasi cukup signifikan yang terutama diakibatkan hambatan sisi suplai sebagai implikasi dari pembatasan impor hortikultura dan adanya curah hujan yang tinggi. Perbankan menunjukkan kinerja yang baik dengan terkendalinya risiko kredit. Selain itu, pemerintah daerah menunjukkan eksistensinya dengan berperan ekspansif pada perekonomian dengan merealisasikan belanja lebih cepat dari biasanya. Atas perbaikan ekonomi ini, kesejahteraan masyarakat mengalami peningkatan. Perekonomian diperkirakan tumbuh relatif stabil pada triwulan II Pertumbuhan ekonomi diperkirakan tidak banyak berubah karena kondisi eksternal yang cenderung membaik namun dibayangi ketidakpastian, serta kondisi domestik yang masih cukup kuat namun terdapat risiko tekanan kenaikan biaya produksi khususnya energi. Dari sisi harga, diperkirakan tekanan inflasi melambat dikontribusikan oleh normalisasi harga volatile foods, meskipun masih terbatas karena adanya kenaikan tarif listrik. Selain itu, terdapat risiko kenaikan ekspektasi inflasi dari rencana kenaikan BBM bersubsidi. 1

19 Ringkasan Umum Pertumbuhan ekonomi membaik sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2013 mengalami percepatan signifikan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 5,5% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi meningkat dipengaruhi peningkatan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan bersamaan dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut berada pada kisaran proyeksi pada laporan sebelumnya, yaitu 5,8 6,3% (yoy). Terjadi pertumbuhan secara musiman. PDRB Sumatera Selatan secara triwulanan tumbuh tipis 0,2% (qtq). Pertumbuhan triwulanan tersebut relatif normal terjadi pada triwulan I karena adanya faktor musiman. Kinerja triwulanan tersebut relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang turun sebesar 0,7% (qtq). Sektor ekonomi tumbuh bervariasi namun secara umum masih tumbuh tinggi. Percepatan pertumbuhan terjadi pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2013 adalah sektor bangunan sebesar 13,3%, diikuti oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 10,2% (yoy). Dari sisi penggunaan, permintaan domestik kembali menopang pertumbuhan ekonomi. Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh perkembangan PMTDB dan konsumsi rumah tangga. Selain itu, ekspor juga membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekspor non migas mulai termoderasi. Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Desember 2012 Februari 2013) tercatat sebesar USD807,0 juta atau turun 3,4% (yoy). Namun, angka tersebut termoderasi dari pertumbuhan periode sebelumnya yang turun sebesar 23,9% (yoy). Secara triwulanan, nilai ekspor juga turun sebesar 3,3% (qtq). Moderasi nilai ekspor dikontribusikan oleh peningkatan ekspor karet sebesar 3,6% (qtq). Sementara itu, ekspor komoditas batubara dan komoditas CPO masih mengalami penurunan. Berdasarkan negara tujuan, ekspor ke Amerika Serikat (AS) pada periode ini (Desember 2012 Februari 2013) tercatat menjadi paling tinggi dengan pangsa sebesar 25,3%, naik dari periode sebelumnya Inflasi kota Palembang meningkat cukup tajam. Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan I 2013 sebesar 5,23% (yoy), meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,72% (yoy). Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi selama 2 tahun terakhir. Dari sisi permintaan (demand-pull), tekanan inflasi periode ini relatif terkendali karena pertumbuhan konsumsi masyarakat masih terbatas. 2

20 Ringkasan Umum Namun, tekanan inflasi dari sisi penawaran (cost-push) meningkat cukup tajam karena berkurangnya pasokan beberapa komoditas pangan karena adanya pembatasan impor komoditas hortikultura dan adanya kebijakan administered prices berupa kenaikan tarif listrik. Selain itu, ekspektasi inflasi jangka pendek mulai meningkat kembali. Realisasi inflasi Palembang lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Pencapaian inflasi Palembang pada triwulan I 2013 sebesar 5,23% atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,90%. Secara bulanan, tekanan inflasi Palembang dan nasional mengalami peningkatan pada triwulan I 2013, namun normalisasi inflasi bulanan lebih cepat terjadi di nasional. Disagregasi inflasi menunjukkan peningkatan tajam pada komponen volatile foods. Berdasarkan pemilihan rincian (disagregasi) inflasi tahunan, diketahui bahwa inflasi volatile foods meningkat tajam dibandingkan Desember 2012, dimana peningkatan khususnya terjadi di bulan Februari dan Maret Selain itu, inflasi komponen administered prices juga mengalami peningkatan dipengaruhi kenaikan tarif listrik. Sementara itu, inflasi core (inti) masih stabil di tingkat yang relatif rendah. Kondisi cuaca secara umum pada triwulan I 2013 memberikan tantangan distribusi. Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten, curah hujan di wilayah Sumatera Selatan cenderung tinggi melebihi tahun sebelumnya pada periode Januari Maret Selain itu, kondisi iklim di kawasan sempat mengindikasikan adanya anomali, Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa Southern Oscillation Index (SOI) sempat menyentuh 11,1 pada bulan Maret 2013, sehingga terdapat indikasi la nina. Meskipun demikian, SOI telah kembali menurun menjadi 0,3 pada April Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan sedikit meningkat. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dan mendorong pendapatan masyarakat. Hal ini terindikasi dari kenaikan harga komoditas unggulan secara triwulanan, serta kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), serta relatif stabilnya output gap. Di sisi lain, terdapat kecenderungan penurunan keyakinan konsumen yang salah satunya dikontribusikan oleh penurunan ketepatan waktu pembelian durable goods, serta penurunan persepsi ketersediaan lapangan kerja. Kinerja perbankan cukup baik. Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2013 (data hingga Februari 2013) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit/pembiayaan cukup baik dengan terjaganya NPL di tingkat yang rendah. 3

21 Ringkasan Umum Realisasi belanja lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan. Berdasarkan data sementara, pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 sampai dengan triwulan I 2013 terealisasi sebesar Rp863 miliar atau mencapai 15,0% dari total anggaran 2013 yang sebesar Rp5.768 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp927 miliar atau sebesar 16,1% dari anggaran yang sebesar Rp5.763 miliar. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya, realisasi pendapatan mengalami penurunan, sementara realisasi belanja meningkat cukup tajam. Kesejahteraan terindikasi membaik karena peningkatan kapasitas ekonomi. Kondisi ketenagakerjaan relatif membaik dipengaruhi peningkatan kapasitas industri dan perdagangan. Selain itu, tingkat kemiskinan relatif menurun. Di sisi lain, beberapa indikator memperlihatkan adanya tendensi penurunan persepsi ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan upah buruh. Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2013 diperkirakan tumbuh stabil. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan I 2013 berada pada kisaran 5,8 6,3% dan secara triwulanan (qtq) di kisaran 3,8 4,3%. Kegiatan perdagangan internasional diperkirakan mulai membaik secara gradual walaupun terdapat risiko perlambatan. Kondisi perekonomian domestik cukup baik namun dibayangi risiko kenaikan biaya produksi, khususnya dari kebijakan energi. Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diperkirakan sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan didorong perbaikan perdagangan internasional, konsumsi rumah tangga, dan investasi. Kinerja perdagangan internasional diperkirakan mulai membaik meskipun masih belum berkesinambungan. Selain itu, konsumsi rumah tangga dan investasi diperkirakan juga tumbuh cukup kuat meskipun terdapat risiko kenaikan biaya energi. Konsumsi pemerintah diperkirakan meningkat pada triwulan II Inflasi tahunan Kota Palembang pada triwulan II 2013 diperkirakan menurun pada kisaran 4,42±0,5% (yoy) setelah pada triwulan I 2013 berada pada tingkat 5,23% (yoy). Selain itu, inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan turun menjadi 0,40±0,5%. Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang bersifat fundamental, penurunan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun dasar (base year effect). Beberapa hal diperkirakan mendorong relaksasi pada tekanan inflasi volatile food, sehingga inflasi pada triwulan I 2013 diperkirakan menurun dibandingkan triwulan I 2013, karena adanya mekanisme koreksi atas lonjakan harga bawang merah, perlambatan konsumsi masyarakat, serta cukup baiknya pasokan beras pasca panen raya. 4

22 Ringkasan Umum Terdapat risiko kenaikan biaya energi dan ekspektasinya. Terdapat rencana kenaikan harga BBM bersubsidi yang masih bersifat conditional pada sekitar bulan Juli 2013 bergantung pada hasil penetapan APBN-P 2013, khususnya tentang skema kompensasi pada rakyat miskin. Hal ini dapat memicu peningkatan ekspektasi inflasi. Kenaikan tarif listrik pada bulan April 2013 diperkirakan memberikan tambahan inflasi sekitar 0,12% pada bulan Mei Efek tunda kenaikan tarif tersebut terhadap inflasi adalah karena pemakaian listrik bulan April 2013 baru ditagih dan dibayar pada bulan Mei Tekanan inflasi sisi permintaan diperkirakan terkendali. Harga karet di pasar internasional pada April 2013 turun 3,0% (mtm) menjadi USD317,7 cent/kg, dan secara tahunan harga karet turun 22,0% (yoy). Survei konsumen mengindikasikan penurunan optimisme konsumen. Selain itu, berkurangnya pasokan elpiji 3 kg beserta kenaikan harganya diperkirakan cukup mengikis daya beli masyarakat, sehingga berimplikasi pada terbatasnya kenaikan konsumsi secara umum. 5

23 Ringkasan Umum Halaman ini sengaja dikosongkan 6

24 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi meningkat sesuai perkiraan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi terindikasi didorong oleh pelepasan stok pelaku usaha untuk memanfaatkan momentum kenaikan harga dan margin. Pertumbuhan ekonomi terutama didukung kinerja sektor sekunder dan tersier bersamaan dengan kenaikan konsumsi rumah tangga dan ekspor Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Pertumbuhan ekonomi membaik sebagaimana diperkirakan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2013 mengalami percepatan signifikan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 5,5% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Pertumbuhan ekonomi meningkat dipengaruhi peningkatan pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), serta sektor bangunan bersamaan dengan peningkatan pertumbuhan konsumsi rumah tangga dan ekspor. Angka pertumbuhan ekonomi tersebut berada pada kisaran proyeksi pada laporan sebelumnya, yaitu 5,8 6,3% (yoy). Percepatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan I 2013 terkonfirmasi oleh survei bisnis yang menunjukkan adanya peningkatan penjualan, harga, dan margin yang direspons oleh pelepasan stok oleh pelaku usaha, bersamaan dengan kapasitas produksi yang meningkat. Namun, di sisi lain terdapat kenaikan biaya produksi (lihat Suplemen 1). Terjadi pertumbuhan secara musiman. PDRB Sumatera Selatan secara triwulanan tumbuh tipis 0,2% (qtq). Pertumbuhan triwulanan tersebut relatif normal terjadi pada triwulan I karena adanya faktor musiman. Kinerja triwulanan tersebut relatif lebih baik dibandingkan tahun sebelumnya yang turun sebesar 0,7% (qtq). Grafik 1.1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Grafik 1.2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 7

25 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 Pelaku Usaha Melepas Stok Permintaan ekspor atas produk komoditas unggulan sampai dengan akhir tahun 2012 menurun bersamaan dengan produksi yang cukup baik sehingga mengakibatkan adanya peningkatan stok. Pelaku usaha crumb rubber juga menahan produksi terkait dengan kesepakatan 3 (tiga) negara penghasil karet yaitu Indonesia, Malaysia, dan Thailand yang tergabung dalam ITRC (International Trade Rubber Council) yang membatasi produksi untuk menaikkan harga jual karet dunia mulai bulan Oktober Sementara itu, komoditas CPO yang sebagian besar untuk pasar domestik, pada akhir tahun 2012 produksi sangat banyak dan tidak terserap seluruhnya di pasar domestik. Hal ini menyebabkan pelaku usaha di sektor ini menyewa tempat penyimpanan hasil produksi CPO di perahu tongkang karena penyimpanan di gudang sudah tidak memadai. Pada awal tahun 2013, terdapat sedikit kenaikan harga pada komoditas unggulan, khususnya sawit dan karet, yang memberikan kenaikan margin per unit output dibandingkan akhir tahun Kesempatan ini dimanfaatkan perusahaan untuk melepas stoknya, sebagaimana ditunjukkan oleh likert scale dari survei kepada beberapa pelaku usaha utama. Secara lebih spesifik, kenaikan penjualan ini terjadi baik karena peningkatan penjualan ekspor maupun penjualan domestik. Grafik 1. Likert Scale Kapasitas Utilisasi dan Persediaan Grafik 2. Likert Scale Harga Jual dan Margin per Unit Sumber: Liaison Sumbagsel Sumber: Liaison Sumbagsel Namun, di sisi lain, perkembangan di dunia usaha juga menunjukkan adanya peningkatan biaya produksi dari berbagai faktor produksi, seperti tenaga kerja, energi, dan bahan input. Secara rasional, hal ini dapat memicu adanya pengurangan jumlah tenaga kerja, sebagaimana juga terindikasi dari hasil Survei Konsumen atas ketersediaan lapangan kerja yang lebih buruk dibandingkan 6 bulan sebelumnya (Suplemen 2). 8

26 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi yang dilakukan pelaku usaha masih cukup kuat walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Permasalahan infrastruktur dan perizinan masih menjadi kendala di daerah tertentu. Pelaku usaha mengharapkan adanya peningkatan perhatian pemerintah dalam pembenahan infrastruktur, konsistensi penegakan hukum, serta percepatan proses perizinan. Grafik 3. Likert Scale Biaya Produksi Grafik 4. Likert Scale Penjualan Domestik dan Ekspor Sumber: Liaison Sumbagsel Sumber: Liaison Sumbagsel, BPS, proyeksi 9

27 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Sektor ekonomi tumbuh bervariasi namun secara umum masih tumbuh tinggi. Percepatan pertumbuhan terjadi antara lain pada sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor bangunan, serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2013 adalah sektor bangunan sebesar 13,3%, diikuti oleh sektor pengangkutan dan telekomunikasi sebesar 10,2% (yoy). Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha I II III IV I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Persewaan & Js. Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha I II III IV I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 10

28 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor industri pengolahan dan sektor PHR mendorong pertumbuhan ekonomi. Secara struktur, output didominasi oleh output sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Kontributor pertumbuhan tertinggi pada triwulan I 2013 adalah sektor industri pengolahan, sektor PHR, sektor bangunan, serta sektor jasa-jasa. Grafik 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2013 (%) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sektor pertanian tumbuh sebesar 1,0% (yoy) atau turun dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 1,9% (yoy). Andil sektor pertanian diperkirakan sekitar 0,2% pada pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I Secara triwulanan, pertumbuhan musiman yang terjadi pada sektor pertanian sebesar 0,7%, lebih rendah dari tahun sebelumnya yang sebesar 1,2% (qtq). Grafik 1.4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan Grafik 1.5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 11

29 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari sisi prompt indicators, perkembangan curah hujan menunjukkan sifat hujan yang cenderung tinggi pada triwulan I 2013, dan sedikit lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini menimbulkan risiko terganggunya produksi (panen) dan distribusi, baik untuk distribusi CPO, panen tanaman bahan makanan, maupun untuk aktivitas penyadapan karet. Pertumbuhan harga TBS sawit melambat baik untuk CPO maupun untuk inti, namun secara level sedikit lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian masih mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari terkontraksi 1,5% menjadi 1,0% (yoy). Tingkat output harga konstan pada sektor ini tercatat turun dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian memberikan andil 0,2% terhadap pertumbuhan tahunan pada triwulan I Dari segi pangsa, sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang PDRB terbesar setelah industri pengolahan dengan pangsa 20,9%. Grafik 1.6. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumatera Selatan Grafik 1.7. Perkembangan Lifting Gas Bumi Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Grafik 1.8. Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 12

30 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Komoditas pertambangan Sumatera Selatan mengalami perubahan bervariasi, namun secara tahunan masih turun. Rata-rata harga batu bara di pasar internasional pada triwulan ini tercatat di level USD66,6/metrik ton atau mengalami penurunan sebesar 5,0% (yoy), dan secara triwulanan turun tipis 0,3% (qtq). Di sisi pertambangan migas, rata-rata harga minyak bumi tercatat di level USD94,3/barrel, naik 8,2% (yoy), dan secara triwulanan naik 7,0% (qtq). Namun, pertumbuhan tahunan mengalami perlambatan. Selain itu, dari sisi volume produksi, pertumbuhan lifting minyak dan gas bumi mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kinerja sektor industri pengolahan pada triwulan I 2013 tumbuh sebesar 8,7% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,8% (yoy). Sektor ini merupakan penyumbang utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan ini dengan andil sebesar 1,8%. Peningkatan pertumbuhan sektor industri pengolahan disebabkan perilaku sektor industri pengolahan Sumatera Selatan yang melakukan pengurangan (penjualan) stok barang jadi, untuk merespons kenaikan harga jual, margin dan permintaan jangka pendek. Hal ini antara lain terindikasi dari: 1) Perkembangan data ekspor, dimana nilai ekspor Sumatera Selatan mengalami peningkatan, yang bersumber dari kenaikan ekspor komoditas karet. 2) Meningkatnya pertumbuhan tahunan sektor industri pengolahan yang diiringi dengan perlambatan pertumbuhan tahunan sektor pertanian. 3) Hasil asesmen dengan ekonometrika mengindikasikan bahwa kenaikan harga komoditas karet secara signifikan akan diikuti oleh kenaikan nilai ekspor komoditas tersebut pada dua bulan sesudahnya. Grafik Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg 13

31 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Sumber: Gapkindo Sumsel Kinerja sektor bangunan mengalami percepatan signifikan dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya, yaitu dari 10,1% menjadi 13,3% (yoy), dan memberikan andil 1,0% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I Perkembangan tersebut diperkirakan terkait dengan kegiatan pembangunan baik oleh swasta maupun pemerintah. Namun demikian, secara triwulanan, kinerja sektor bangunan terkontraksi sebesar 1,2% (qtq). Hal ini terkait adanya pola musiman dimana realisasi belanja langsung pemerintah pada triwulan I cenderung rendah (Lihat Bab 4). Konsisten dengan kontraksi triwulanan yang terjadi, data Asosiasi Semen Indonesia menunjukkan penurunan penjualan semen secara triwulanan sebesar 19,0% menjadi 352,6 juta ton pada triwulan I Grafik Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia Sektor perbankan menunjukkan perkembangan yang baik pada kredit sektor bangunan. Kredit konstruksi meningkat tinggi, yaitu 42,4% (yoy). Dari sisi kredit bukan 14

32 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional lapangan usaha, penyaluran kredit untuk ruko dan rukan serta kredit untuk flat dan apartemen mengalami peningkatan baik secara tahunan maupun secara triwulanan. Namun, penyaluran kredit untuk rumah tinggal tercatat menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh sebesar 7,5% (yoy), mengalami percepatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,4% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor ini terkontraksi sebesar 0,9% (qtq). Grafik Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan Sumber : PT. PLN WS2JB, diolah Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah Beberapa prompt indicator sektor LGA menunjukkan perkembangan yang sejalan. Jumlah penjualan listrik pada triwulan I 2013 mencapai 875,5 juta KWh, meningkat 4,9% (yoy) namun secara triwulanan turun 5,3% (qtq). Selain itu, penjualan air bersih mencapai 18,9 juta liter dengan laju pertumbuhan penjualan yang meningkat. Adapun jumlah pelanggan listrik dan air bersih mengalami peningkatan sebagaimana diinformasikan oleh instansi terkait. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami percepatan pertumbuhan dari sebesar 7,6% pada triwulan IV 2012 menjadi 8,9% (yoy) pada triwulan I Sementara itu secara triwulanan kinerja sektor PHR relatif stabil. Andil pertumbuhan tahunan sektor ini tinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, yaitu 1,2%. Percepatan pertumbuhan sektor PHR ini terjadi menyusul peningkatan pertumbuhan dari sektor industri pengolahan. Data pendaftaran kendaraan baru dari Dispenda Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan adanya sedikit penurunan pendaftaran kendaraan baru dibandingkan triwulan sebelumnya, kecuali untuk jenis mobil yang relatif stabil. Selain itu, arus 15

33 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional bongkar muat pelabuhan pada triwulan I 2013 juga terlihat meningkat secara berkelanjutan dibandingkan triwulan sebelumnya. Di sisi lain, perdagangan ritel terindikasi masih tumbuh cukup baik, karena meningkatnya konsumsi rumah tangga (lihat pembahasan pertumbuhan ekonomi sisi permintaan). Sejalan dengan itu, Indeks Tendensi Konsumen (ITK) pada triwulan I 2013 sebesar 105,56 (di atas 100), yang mengindikasikan bahwa kondisi ekonomi konsumen meningkat dari triwulan sebelumnya. Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Arus Cargo Bandar Udara di Sumatera Selatan Sumber : PT. Pelindo II, diolah Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Sumatera Selatan Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah 16

34 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Provinsi Sumatera Selatan Sumber : PT. Pelindo II, diolah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 10,1% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,1%. Sektor ini memberikan andil terhadap pertumbuhan PDRB pada triwulan I 2013 sebesar 0,5%. Secara triwulanan, sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat sebesar 1,0% (qtq). Data PT. Pelindo menunjukkan peningkatan pertumbuhan tahunan maupun nominal arus barang melalui pelabuhan dibandingkan triwulan sebelumnya, serta adanya peningkatan pada jumlah penumpang yang melalui pelabuhan di Palembang. Di sisi lain, data PT. Angkasa Pura menunjukkan bahwa arus bongkar muat cargo maupun penumpang di bandar udara cenderung stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, namun menunjukkan sedikit peningkatan pada akhir periode. Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi yakni sebesar 9,9% (yoy) atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 9,2% (yoy). Sementara itu, sektor tersebut mencatat kinerja pertumbuhan triwulanan sebesar 2,5% (qtq). Tingginya kinerja sektor keuangan tidak terlepas dari perkembangan sektor perbankan yang cukup baik (pembahasan lebih lanjut sektor ini dibahas pada bab mengenai Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran). Perkembangan sektor jasa-jasa tidak terlepas dari peningkatan aktivitas ekonomi sebagaimana diindikasikan oleh perkembangan sektor-sektor lainnya, khususnya sektor tersier. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 8,9% (yoy) pada triwulan I 2013, mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,0% (yoy) dan memberikan andil tinggi yaitu 0,9%. Secara triwulanan, kinerja sektor tersebut relatif stabil dengan pertumbuhan sebesar 0,2% (qtq). 17

35 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, permintaan domestik kembali menopang pertumbuhan ekonomi. Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh perkembangan PMTDB (investasi) dan konsumsi rumah tangga. Selain itu, ekspor juga membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Penggunaan I II III IV I 1. Konsumsi Rumah Tangga Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba Konsumsi Pemerintah (0.8) Investasi Ekspor Barang dan Jasa (1.6) Impor Barang dan Jasa TOTAL Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Konsumsi bergerak mixed antar pelaku ekonomi. Berdasarkan komponen konsumsi, pertumbuhan konsumsi rumah tangga sedikit meningkat dari 6,6% menjadi 7,2% (yoy) yang ditopang masih baiknya optimisme konsumen sebagaimana terlihat Indeks Keyakinan Konsumen yang tinggi. Di samping itu, survei konsumen juga menunjukkan masih tingginya indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Konsumsi rumah tangga tersebut mengalami pertumbuhan secara triwulanan sebesar 1,0% (qtq). Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah Sumber: Pertamina 18

36 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 7,6% (yoy) atau sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,9% (yoy). Secara triwulanan, konsumsi lembaga swasta nirlaba naik sebesar 1,8% (qtq). Di sisi lain, konsumsi pemerintah tumbuh sebesar 5,3% (yoy) atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,3% (yoy). Perlambatan ini diperkirakan terjadi dari konsumsi pemerintah di tingkat kabupaten/kota, mengingat realisasi belanja pemerintah provinsi cenderung cepat pada triwulan ini (Lihat Bab 4). Pertumbuhan investasi masih tinggi walaupun termoderasi. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB/ investasi) mengalami peningkatan 12,0%, melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,7% (yoy). Sementara secara triwulanan turun sebesar 7,8% (yoy). Hasil survei terhadap kondisi dunia usaha di Sumatera Selatan mengindikasikan investasi masih cukup tinggi terkait perkebunan dan industri terkait komoditas unggulan untuk menambah kapasitas produksi. Sejalan dengan itu pula, kredit investasi mencatat peningkatan paling tinggi dibandingkan kedua jenis kredit menurut penggunaan lainnya, yakni sebesar 23,6% (yoy), meskipun melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (lihat Bab 3). Perkembangan perdagangan internasional kembali melemah. Kegiatan ekspor kembali tumbuh lebih cepat sebesar 7,4% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 4,7% (yoy). Sementara itu, impor tumbuh sebesar 11,2% (yoy), lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,8% (yoy). Percepatan ekspor dipengaruhi oleh kenaikan harga komoditas karet dan sejalan dengan indikasi yang diperoleh melalui survei pada pelaku usaha (Suplemen 1). Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Sumber : Bank Indonesia, diolah 19

37 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara triwulanan, ekspor mengalami penurunan sebesar 0,7% (qtq) sejalan dengan berkurangnya volume ekspor secara triwulanan. Sementara itu, impor mengalami penurunan sebesar 1,2% (qtq) karena berkurangnya pembelian mesin industri seiring moderasi investasi. Pada triwulan I 2013, kurs rupiah terhadap Dollar AS terdepresiasi sebesar 0,9% (qtq). Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Penggunaan I II III IV I 1. Konsumsi Rumah Tangga ,0 2. Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba ,8 3. Konsumsi Pemerintah ,7 4. Investasi Ekspor Barang dan Jasa Impor Barang dan Jasa TOTAL Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Pertumbuhan ekspor non migas mulai termoderasi. Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Desember 2012 Februari 2013) tercatat sebesar USD807,0 juta, turun 3,4% (yoy) dari sebesar USD835,4 juta. Namun, angka tersebut termoderasi dari pertumbuhan periode sebelumnya yang turun sebesar 23,9% (yoy). Secara triwulanan, nilai ekspor juga turun sebesar 3,3% (qtq). Moderasi nilai ekspor dikontribusikan oleh peningkatan ekspor karet. Moderasi nilai ekspor dikontribusikan oleh peningkatan ekspor karet sebesar 3,6% (qtq). Sementara itu, ekspor komoditas batubara dan komoditas CPO masih mengalami penurunan masing-masing sebesar 25,3% dan 19,7% (qtq). Peningkatan harga karet di pasar internasional mendorong peningkatan kinerja ekspor komoditas tersebut, mengingat korelasi yang tinggi antara harga karet dan nilai ekspor karet. Adapun pangsa nilai ekspor terbesar masih didominasi oleh komoditas karet dengan pangsa sebesar 74,7%. Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah 20

38 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.6. Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Volume ekspor dan pertumbuhannya masih turun. Berdasarkan volume, ekspor pada periode laporan sebesar 1.489,2 ribu ton, turun 5,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.579,4 ribu ton. Selain itu, dibandingkan triwulan sebelumnya, volume ekspor mengalami penurunan sebesar 13,4% (qtq) dari sebesar 1.719,5 ribu ton. Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Des12 Feb 13 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 21

39 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Terjadi peralihan tujuan ekspor kembali ke AS. Berdasarkan negara tujuan, ekspor ke Amerika Serikat (AS) pada periode ini (Desember 2012 Februari 2013) tercatat menjadi paling tinggi dengan pangsa sebesar 25,3%, naik dari periode sebelumnya (September 2012 Oktober 2012) sebesar 22,3%. Sementara itu, pangsa ekspor ke China mengalami penurunan dari sebesar 25,3% pada triwulan sebelumnya menjadi 15,2%. Selain itu, pangsa ekspor ke Jepang, Malaysia, India masing-masing mencapai sebesar 6,9%, 7,2% dan 10,3%. Nilai impor nonmigas turun dikontribusikan penurunan impor mesin industri dan pupuk. Nilai impor nonmigas periode Desember 2012 Februari 2013 tercatat sebesar USD132,8 juta, turun 28,1% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD184,7 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi penurunan nilai impor sebesar 8,8% (qtq) dari sebesar USD145,6 juta. Penurunan nilai impor banyak dikontribusikan oleh penurunan pembelian mesin industri dan perlengkapannya, serta pupuk. Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Volume impor pada periode Desember 2012 Februari 2013 tercatat 128,2 ribu ton atau turun 13,7% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 148,5 ribu ton. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat mengalami penurunan sebesar 24,8% (qtq) dari sebesar 170,4 ribu ton. Penurunan volume impor utamanya dikontribusikan penurunan impor pupuk. Tabel 1.8. Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah 22

40 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pangsa negara asal impor terbesar pada periode ini (Desember 2012 Februari 2013) didominasi oleh negara asal Cina yakni sebesar 44,8% dari keseluruhan impor. kemudian disusul oleh Singapura dan Malaysia dengan pangsa masing-masing sebesar 15,7% dan 15,5%. Pangsa impor dari Singapura mengalami peningkatan tajam dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 5,8%. Sementara itu, terdapat penurunan pangsa impor dari AS yang cukup drastis dibandingkan periode sebelumnya, yaitu dari 7,9% menjadi 0,3%. Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Des 12-Jan 13 Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia 23

41 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 Optimisme Konsumen Menurun I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Selama Triwulan I 2013 Tingkat Keyakinan Konsumen di Kota Palembang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan I 2013 secara umum turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan tercatat 127,31, turun dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya 132,74. Penurunan IKK sangat dipengaruhi oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sebesar 6,20 poin menjadi 138,21. Selain itu, rata-rata Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKE) sebesar 116,40, turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 121,08 Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Mar 2011-Mar 2013 Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen Maret 2011 Maret 2013 Sumber : Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak Januari Di kota Palembang survei dilaksanakan sejak tahun 2001 terhadap 300 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis. 24

42 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional II. Komponen Keyakinan Konsumen Beberapa hal yang menjadi perhatian utama konsumen Palembang antara lain: peningkatan ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, dan kondisi ekonomi dan ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang (lihat grafik 2). Secara umum IKK selama periode laporan mengalami penurunan. Pada bulan Januari 2013 tercatat sebesar 131,55, dengan IKE dan IEK masing-masing 121,63 dan 141,47. Pada bulan Februari mengalami penurunan menjadi sebesar 125,60 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 113,10 dan 138,10. Kemudian, IKK pada bulan Maret kembali menurun ke level 124,77 dengan IKE dan IEK masing-masing sebesar 114,47 dan 135, Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Mayoritas responden menilai bahwa kondisi ekonomi selama periode laporan lebih baik dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hal itu terkonfirmasi dari besarnya persentase responden yang berpendapat demikian, yakni sebesar 42,0%. Sementara responden yang menyatakan kondisi ekonomi sama dengan triwulan sebelumnya adalah sebanyak 38,2%. Optimisme ke depan juga baik karena 54,7% responden berpendapat kondisi ekonomi lebih baik pada 6 bulan mendatang. 2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Dari sisi ketersediaan lapangan kerja, 34,9% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Sementara itu, 33,0% responden berpendapat bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih baik dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya, dan 32,1% responden menyatakan bahwa ketersediaan lapangan kerja tidak berubah. Untuk persepsi ke depan, 40,6% responden yang berkeyakinan bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang akan lebih baik. 2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 52,9% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka saat ini sama dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya, dan 36,9% responden berpendapat bahwa penghasilannya saat ini lebih baik. Sementara itu, sekitar 10,2% responden yang berpendapat bahwa peghasilannya lebih buruk. Selain itu, 55,8% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih baik dibandingkan saat ini. 2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Mayoritas responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 48,8% responden yang berpendapat bahwa harga-harga akan naik secara signifikan. 25

43 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan 26

44 2. Perkembangan Inflasi Palembang Inflasi Palembang terdongkrak pembatasan impor hortikultura Tekanan inflasi sisi penawaran meningkat cukup tajam yang berasal dari keterbatasan pasokan pangan, khususnya bumbu-bumbuan. Tekanan inflasi sisi permintaan sedikit meningkat menyusul mulai pulihnya harga komoditas unggulan Inflasi Secara Umum Inflasi kota Palembang meningkat cukup tajam. Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan I 2013 sebesar 5,23% (yoy), meningkat cukup tajam dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,72% (yoy). Angka inflasi tersebut merupakan yang tertinggi selama 2 tahun terakhir. Dari sisi permintaan (demand-pull), tekanan inflasi periode ini relatif tetap terkendali karena pertumbuhan konsumsi masyarakat masih terbatas. Namun, tekanan inflasi dari sisi penawaran (cost-push) meningkat cukup tajam karena berkurangnya pasokan beberapa komoditas pangan karena adanya pembatasan impor komoditas hortikultura dan adanya kebijakan administered prices berupa kenaikan tarif listrik. Selain itu, ekspektasi inflasi jangka pendek mulai meningkat kembali. Realisasi inflasi Palembang lebih rendah dibandingkan inflasi nasional. Pencapaian inflasi Palembang pada triwulan I 2013 sebesar 5,23% atau lebih rendah dibandingkan inflasi nasional sebesar 5,90%. Secara bulanan, tekanan inflasi Palembang dan nasional mengalami peningkatan pada triwulan I 2013, namun normalisasi inflasi bulanan lebih cepat terjadi di nasional. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 27

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2.4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi BI Inflasi tahun kalender memperlihatkan pola yang tidak biasa hingga Maret Sampai dengan Maret 2013, inflasi tahun kalender di Kota Palembang menunjukkan pola yang berbeda dibandingkan biasanya. Inflasi tahun kalender mengalami peningkatan menjadi lebih tinggi dibandingkan tiga tahun terakhir. Selain itu, pada tahun inflasi tahun kalender biasanya mengalami penurunan pada bulan Maret, namun pada tahun 2013 inflasi tahun kalender sejak Januari hingga Maret masih meningkat. 28

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Disagregasi inflasi menunjukkan peningkatan tajam pada komponen volatile foods 1. Berdasarkan pemilihan rincian (disagregasi) inflasi tahunan, diketahui bahwa inflasi volatile foods meningkat tajam dibandingkan Desember 2012, dimana peningkatan khususnya terjadi di bulan Februari dan Maret Selain itu, inflasi komponen administered prices juga mengalami peningkatan dipengaruhi kenaikan tarif listrik. Sementara itu, inflasi core 2 (inti) masih stabil di tingkat yang relatif rendah. Pencapaian inflasi volatile foods lebih tinggi dibandingkan rata-rata historis. Inflasi volatile foods pada Maret 2013 sebesar 12,46% (yoy), jauh lebih tinggi dibandingkan rata-ratanya selama 4 tahun yang sebesar 9,43%. Sementara itu, inflasi komponen core dan administered prices pada bulan Maret 2013 lebih rendah dari rata-rata historisnya, yang masing-masing sebesar 2,44% dan 3,38% pada 4 tahun terakhir. Grafik 2.5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi Bulanan Sumber: Estimasi BI Sumber: Estimasi BI 1 Komponen volatile foods merupakan kelompok barang-barang yang harganya cenderung bergejolak. Komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. 2 Core inflation (inflasi inti) merupakan komponen barang yang harganya cenderung dipengaruhi oleh tingkat pendapatan. Secara teoretis, kebijakan moneter ditujukan untuk mengendalikan inflasi inti. 29

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.8. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis Grafik 2.9. Inflasi Tradeables Vs. Non Tradeables Sumber: Estimasi BI Sumber: Estimasi BI Inflasi non tradeables lebih tinggi dari historis, sementara inflasi non tradeables hanya sekitar separuh dari nilai historisnya. Inflasi barang-barang tradeables sebesar 3,35% pada Maret 2013, lebih rendah dibandingkan rata-rata 4 tahun terakhir sebesar 6,20% (yoy). Selain itu, inflasi barang-barang nontradeables sebesar 6,12% (yoy) pada Maret 2013, lebih tinggi dibandingkan rata-rata 3 tahun terakhir yang sebesar 5,36% (yoy). Hal ini menunjukkan bahwa tekanan inflasi untuk komoditi yang hanya diperdagangkan di dalam negeri lebih tinggi, namun inflasi masih rendah untuk komoditi yang terpengaruh oleh perkembangan perdagangan internasional. Tabel 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Per Kelompok Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 30

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Inflasi tertinggi dicapai oleh kelompok bahan makanan. Berdasarkan kelompok barang, kelompok bahan makanan mencatat inflasi tahunan tertinggi sebesar 12,25% (yoy), sejalan dengan kenaikan inflasi volatile foods, yang kemudian diikuti oleh kelompok makanan jadi dan kelompok kesehatan yaitu masing-masing sebesar 3,91% dan 3,63% (yoy). Sebaliknya, inflasi paling rendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi sebesar 1,80% (yoy). Menurut komoditasnya, kontributor terbesar masih tetap komoditas bahan makanan. Bawang merah, bawang putih, dan beras merupakan komoditas dengan kontribusi tertinggi pada inflasi tahunan, yaitu masing-masing dengan andil sebesar 0,77%, 0,71% dan 0,14%. Sementara itu, beberapa komoditas pada kelompok core dan administered prices juga tercatat sebagai 10 kontributor utama inflasi tahunan, antara lain sepeda motor, tarif listrik, dan bahan bakar rumah tangga (elpiji). Secara triwulanan, kenaikan harga secara umum utamanya dikontribusikan oleh bawang merah, bawang putih, dan cabe merah, dengan andil inflasi triwulanan (qtq) masingmasing sebesar 0,47%, 0,28%, dan 0,18%. Peningkatan inflasi tahunan paling tinggi terjadi pada kelompok bahan makanan. Peningkatan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok bahan makanan dari 3,52% pada triwulan IV 2012 menjadi 12,25% pada triwulan I 2013, diikuti oleh kelompok perumahan yang meningkat dari 1,52% menjadi 2,69%. Di sisi lain, kelompok sandang mengalami penurunan inflasi cukup signifikan yaitu dari 3,12% menjadi 1,83%. Selain itu, kelompok makanan jadi dan kelompok pendidikan mengalami penurunan inflasi tipis dibandingkan triwulan sebelumnya. Tabel 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Per Kelompok Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 31

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Tabel 2.3. Andil Inflasi Triwulanan Per Komoditas No Komoditas Inflasi qtq Andil qtq 1 Bawang Merah Bawang Putih Cabe Merah Tomat Sayur Tarip Listrik Bahan Bakar Rumah Tangga 7 Dencis Tukang Bukan Mandor Cabe Rawit Kembung/Gembung Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 2.4. Andil Inflasi Tahunan Per Komoditas No Komoditas Inflasi yoy Andil yoy 1 Bawang Merah Bawang Putih Beras Sepeda Motor Tomat Sayur Tarip Listrik Tahu Mentah Rokok Kretek Gula Pasir Bahan Bakar Rumah Tangga Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 2.2. Kondisi Harga di Pasar Internasional Secara triwulanan (qtq), harga komoditas pangan di pasar internasional menurun. Harga kedelai sebesar USD 14,6/bushel, atau turun 2,1% (qtq) namun secara tahunan naik cukup tinggi sebesar 15,3% (yoy). Kemudian, harga terigu turun drastis dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu sebesar 11,1% (qtq), namun secara tahunan naik cukup tajam sebesar 50,7% (yoy) menjadi USD 7,4/bushel. Harga beras pada triwulan I 2013 mencapai USD 540,5/mt, sedikit naik 0,5% (qtq) dan secara tahunan naik sebesar 5,1% (yoy). Perkembangan harga pangan di pasar internasional tersebut sedikit banyak akan mempengaruhi perkembangan harga domestik, termasuk di Palembang. Perkembangan harga internasional yang menurun ini sejalan dengan inflasi tradeables yang lebih rendah dibandingkan rata-rata historis. Di sisi lain, Food Price Index yang dikeluarkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) pada Maret 2013 sebesar 212,4, naik tipis 1,6 poin dari posisi Desember 2012 yang sebesar 210,8. Dari kelima kategori komoditas pangan yang dihitung dalam indeks tersebut, dua kategori komoditas mengalami kenaikan indeks, yaitu susu dan minyak. Harga emas terkoreksi secara triwulanan. Harga emas pada triwulan I 2013 sebesar USD1.630,7/Oz, turun 5,5% (qtq), dan secara tahunan juga mengalami penurunan sebesar 3,5% (yoy). Pergerakan harga emas di pasar internasional cenderung secara simetris ditransmisikan oleh harga emas di pasar domestik. 32

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg, diolah 33

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Suplemen 3 Harga Bawang Melonjak Tinggi Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia VII di Palembang secara mingguan pada dua pasar modern dan dua pasar tradisional di Palembang memperlihatkan tendensi terjadinya kenaikan harga barang/komoditas sebesar 0,65% pada triwulan I 2013 dibandingkan posisi triwulan IV Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Tradisional dan Modern Sumber: SPH, Bank Indonesia Grafik 2. Inflasi SPH dan Inflasi BPS Sumber: BPS, Bank Indonesia 34

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Disagregasi inflasi berdasarkan kelompok core, volatile foods, dan administered prices, memperlihatkan bahwa perubahan harga umum secara triwulanan di Kota Palembang lebih dikontribusikan oleh perubahan harga pada komponen volatile foods. Pola pergerakan harga beberapa komoditas bervariasi secara triwulanan. Komponen volatile foods mengalami tendensi peningkatan sebesar 0,6% dibandingkan triwulan sebelumnya. Perkembangan tersebut utamanya dikontribusikan oleh harga beberapa komoditas bumbu-bumbuan. Harga bawang merah dan bawang putih naik sekitar 47-52% (qtq). Harga komponen core inflation cenderung meningkat secara triwulanan. Secara triwulanan, komponen core inflation mengalami kenaikan harga sekitar 0,04%. Komoditas yang mendorong kenaikan harga komponen core adalah beberapa jenis komoditas makanan jadi. Sementara itu, harga komponen administered prices mengalami peningkatan sebesar 0,05%, yang dipicu kenaikan harga rokok kretek dan rokok kretek filter. 35

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang 2.3. Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Kondisi cuaca secara umum pada triwulan I 2013 memberikan tantangan distribusi. Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten, curah hujan di wilayah Sumatera Selatan cenderung tinggi melebihi tahun sebelumnya pada periode Januari Maret Selain itu, kondisi iklim di kawasan sempat mengindikasikan adanya anomali, Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa Southern Oscillation Index (SOI) 3 sempat menyentuh 11,1 pada bulan Maret 2013, sehingga terdapat indikasi la nina. Meskipun demikian, SOI telah kembali menurun menjadi 0,3 pada April Curah hujan yang masih tinggi menambah tekanan inflasi volatile foods. Implikasi kondisi cuaca mempengaruhi perkembangan kondisi pasokan pangan, yang tercermin melalui inflasi tahunan bahan makanan atau inflasi komponen volatile foods. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, inflasi bahan makanan meningkat cukup drastis dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi 12,25% (yoy) pada triwulan I Selain itu, inflasi volatile foods tahunan mulai meningkat sejak November 2012, setelah mencapai titik terendah pada Oktober Pada akhir triwulan I 2013, inflasi volatile foods sebesar 12,46% (yoy). Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Sumber: BMKG, diolah Tekanan imported inflation sedikit meningkat. Nilai tukar Rupiah sedikit terdepresiasi menjadi Rp9.695 dibandingkan triwulan sebelumnya yang berada di sekitar Rp Nilai tukar Rupiah yang relatif terdepresiasi terhadap Dollar AS memberikan peningkatan tekanan imported inflation melalui kenaikan harga barang konsumsi maupun barang input impor. Arus barang terindikasi lebih baik dibandingkan triwulan IV Data arus barang total muat dan bongkar di pelabuhan mulai menunjukkan peningkatan kembali, baik secara nominal maupun secara pertumbuhan tahunan. Di sisi lain, data 3 Southern Oscillation Index (SOI) merupakan ukuran anomali iklim di wilayah Pasifik yang dapat mengindikasikan el nino (SOI < -8) dan la nina (SOI > +8). SOI merupakan salah satu ukuran penting dalam analisis iklim global. 36

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang arus barang cargo melalui bandara relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, disertai perlambatan pertumbuhan tahunan. Grafik Perkembangan Arus Barang Pelabuhan Grafik Perkembangan Arus Barang Cargo Sumber: PT. Pelindo II Sumber: PT. Angkasa Pura 2.4. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan sedikit meningkat. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya dan mendorong pendapatan masyarakat. Hal ini terindikasi dari kenaikan harga komoditas unggulan secara triwulanan, serta kenaikan Nilai Tukar Petani (NTP), serta relatif stabilnya output gap. Di sisi lain, terdapat kecenderungan penurunan keyakinan konsumen yang salah satunya dikontribusikan oleh penurunan ketepatan waktu pembelian durable goods, serta penurunan persepsi ketersediaan lapangan kerja. Pendapatan masyarakat diperkirakan mengalami penurunan. Pendapatan masyarakat secara umum mengalami penurunan karena harga komoditas unggulan menurun. Pada triwulan I 2013, rata-rata harga komoditas karet di pasar internasional sebesar USD 329/mt atau naik 5,1% (qtq), walaupun secara tahunan masih turun sebesar 16,0% (yoy). Kemudian, rata-rata sedangkan harga komoditas CPO di pasar internasional sebesar USD 756/mt, atau naik 5,7% (qtq) dan secara tahunan turun sebesar 27,9% (yoy). Permintaan di kelompok menengah-bawah sedikit meningkat. Pada kelompok menengah-bawah di Sumatera Selatan yang berbasis sektor pertanian, perkembangan pendapatan dapat dicerminkan oleh perubahan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP). Nilai NTP terlihat sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, begitupun dengan laju pertumbuhan tahunan. Sumbangan inflasi inti stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Andil kelompok core (inti) pada inflasi tahunan per triwulan I 2013 sebesar 1,4%, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Sumbangan inflasi kelompok core terhadap 37

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang inflasi umum pada triwulan I 2013 telah lebih rendah dibandingkan sumbangan inflasi dari kelompok volatile foods. Grafik Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS, diolah. Sumber: BPS Provinsi Sumsel, diolah Grafik Perkembangan Output Gap dan Inflasi Grafik Perkembangan Keyakinan Konsumen Sumber: BPS, Estimasi Peneliti BI Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Output gap terindikasi stabil, sehingga tekanan inflasi sisi permintaan tidak besar. Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa output gap cenderung stabil sejak triwulan I Konsumen Palembang optimis. Nilai indeks keyakinan konsumen (IKK) berada jauh diatas 100 yang menunjukkan optimisme. Tingginya optimisme secara umum ini terutama didorong kenaikan optimisme atas prospek perekonomian ke depan. Namun, optimisme konsumen atas kondisi ekonomi saat ini turun dibandingkan triwulan sebelumnya. optimisme konsumen mengalami penurunan khususnya pada bulan Februari dan Maret Rata-rata IKK pada triwulan I 2013 sebesar 127,31, lebih rendah dari triwulan IV 2012 sebesar 132,74. Konsumen yang terbilang optimis akan 38

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang senantiasa melakukan konsumsi sehingga akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan. Ekspektasi kenaikan harga konsumen mengalami peningkatan. Konsumen berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3, 6 dan 12 bulan mendatang. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palembang. Hal tersebut tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini yang bernilai di atas 100. Ekspektasi kenaikan harga pada bulan Maret 2013 terlihat meningkat dibandingkan bulan Desember 2012, khususnya untuk 6 bulan dan 12 bulan yang akan datang. Secara bulanan, ekspektasi kenaikan harga untuk setiap horizon waktu naik secara bersamaan di bulan Maret Grafik Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia 39

57 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Suplemen 4 Bawang Merah Didatangkan dari Pulau Jawa dengan Resistensi Stok yang Rendah Komoditas bawang merah merupakan salah satu penyumbang inflasi utama Palembang pada periode ini. Seperti halnya isu yang berkembang secara nasional, harga bawang merah naik tajam karena pasokan bawang merah terhambat sebagai akibat dampak pembatasan impor hortikultura bersamaan dengan dengan menurunnya hasil panen di daerah penghasil. Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia (2012), pasokan bawang merah umumnya berasal dari Pulau Jawa yaitu Brebes dan Jakarta kemudian disalurkan ke ibukota provinsi, dari ibukota provinsi baru akan disalurkan ke kabupaten/kota dalam provinsi tersebut. Selain itu berdasar hasil survei juga didapat pedagang di Kota Palembang menjadi penghubung pedagang ibukota provinsi lain yaitu Bangka Belitung, Bengkulu, dan Jambi. Grafik 1. Jalur Perdagangan Komoditas Bawang Merah Sumber: Bank Indonesia (2012), Riset Pangan Strategis Sumbagsel: Ketahanan Pangan, Perdagangan Antar Daerah, dan Disparitas Harga, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII. Mayoritas responden (mencapai 90%) menggunakan moda transportasi darat baik di dalam provinsi maupun antar provinsi. Hanya pedagang besar di Bangka Belitung yang menggunakan moda laut. Hambatan utama dalam pembelian barang dagangan oleh pedagang adalah faktor alam diikuti dengan ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman. Hambatan pembelian bahan baku bagi 67,5% responden Bangkulu adalah faktor alam, sementara sebanyak 57,70% responden di Bangka Belitung menghadapi ketersediaan bahan baku yang bersifat musiman sebagai hambatan utamanya. Selain 40

58 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang itu hal yang perlu diperhatikan adalah kualitas infrastruktur, khususnya jalan dan pelabuhan laut di Lampung yang menurut sebagian responden dalam keadaan rusak. Hanya sebagian kecil pedagang bawang merah yaitu 38,9% menggunakan fasilitas penyimpanan atau gudang. Gudang yang digunakan mayoritas milik pribadi dengan rata-rata kapasitas terpakai 28,8% dan sebanyak 77,8% responden menyimpan bawang merah hanya dalam kurun waktu kurang dari satu bulan. Lima lokasi gudang tebesar berada di Palembang, Bengkulu, Bandar lampung, Pangkalpinang, dan Rejang Lebong. Preferensi dalam pemilihan lokasi gudang adalah mendekati pasar. Grafik 2. Kapasitas Gudang Pedagang Bawang Merah Grafik 3. Rata-Rata Stok Pedagang Bawang Merah Sumber: Bank Indonesia (2012) Sumber: Bank Indonesia (2012) 41

59 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan 42

60 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sumatera Selatan menjadi tujuan penyaluran kredit Outstanding penyaluran kredit semakin melebihi penghimpunan dana Aktivitas sistem pembayaran mengindikasikan cukup baiknya aktivitas ekonomi di Sumatera Selatan Kondisi Umum Kinerja perbankan cukup baik. Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2013 (data hingga Februari 2013) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit/pembiayaan cukup baik dengan terjaganya NPL di tingkat yang rendah. Pertumbuhan kredit masih tumbuh cepat. Secara triwulanan (qtq) total aset 4 perbankan Sumsel menurun 0,7% menjadi Rp69,6 triliun dan secara tahunan meningkat 2,9% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Penghimpunan DPK 5 relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya di sekitar Rp52,9 triliun, dan secara triwulanan sedikit turun sebesar 1,8%. Sementara itu, penyaluran kredit/ pembiayaan 6 secara tahunan mengalami peningkatan lebih cepat, yaitu sebesar 17,5% (yoy) dari Rp54,2 triliun menjadi Rp63,7 triliun, sedangkan secara triwulanan tumbuh sebesar 1,0% (qtq). Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.2. Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2013 *Posisi Februari Berdasarkan lokasi bank pelapor. 5 Berdasarkan lokasi bank penghimpun dana. 6 Berdasarkan lokasi proyek. 43

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Peningkatan penghimpunan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan/kredit secara triwulanan telah menyebabkan terjadi peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) 7 menjadi 120,3% pada triwulan I 2013 dari sebelumnya 116,9% di triwulan IV Angka ini menunjukkan bahwa Sumatera Selatan cenderung lebih banyak menerima penyaluran kredit dari provinsi lainnya, ketimbang menjadi sumber penghimpunan dana. Pembukaan jumlah kantor bank terus berlanjut. Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Sumsel sampai dengan Februari 2013 berjumlah 58 bank. Jumlah kantor bank sebanyak 680 kantor yang terdiri dari 6 Kantor wilayah Bank Umum Konvensional, 1 Kantor Pusat Bank Pemerintah Daerah, 19 Kantor Pusat BPR/S, 69 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 19 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 7 Kantor Cabang BPR/S, 406 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 67 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Syariah, serta 77 Kantor Kas Bank Umum, 4 Kantor Kas Bank Syariah dan 5 Kantor Kas BPR. Sementara itu jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 523 unit Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Pertumbuhan DPK tertopang giro dan tabungan. Jika dibandingkan dengan akhir triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), DPK relatif stabil. Simpanan tabungan mengalami peningkatan paling pesat, yaitu dari Rp20,5 triliun menjadi sebesar Rp22,6 triliun atau meningkat sebesar 10,0%. Simpanan giro mengalami peningkatan sebesar 8,6% menjadi Rp8,6 triliun. Sementara itu, simpanan deposito tercatat menurun dari Rp23,5 triliun menjadi Rp20,8 triliun atau sebesar 11,6%. Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2013 di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2013 *Posisi Februari Merupakan pendekatan melalui rasio antara kredit berdasarkan lokasi proyek terhadap DPK berdasarkan lokasi bank penghimpun. Pendekatan ini lebih berarti untuk analisis ekonomi. 44

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK pada triwulan I 2013 mengalami penurunan 1,8%. Simpanan tabungan dan simpanan deposito menurun masingmasing sebesar 5,8% dan 1,8% sedangkan giro tercatat naik sebesar 8,8% Berdasarkan pangsa masing-masing komponen DPK, simpanan tabungan tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 42,6%. Sementara itu simpanan deposito dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar 39,2% dan 18,2% Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mengelompokkan perkembangan penghimpunan DPK berdasarkan 13 kabupaten/kota, sedangkan DPK di Kabupaten Banyuasin digabungkan dengan DPK Kabupaten Musi Banyuasin, dan DPK di Kabupaten Lahat digabungkan dengan DPK Kota Pagar Alam. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), penghimpunan DPK Musi Rawas tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 136,3% atau dengan pangsa pertumbuhan tahunan sebesar 0,6%. Kabupaten Ogan Komering Ulu mencatat kontribusi terhadap pertumbuhan tahunan yang tinggi, yaitu sebesar 1,9%. Pada periode ini, penghimpunan DPK di Muara Enim mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 24,1% dan memberikan andil negatif 2,4% bagi pertumbuhan DPK. Tabel 3.1. Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) Kabupaten/Kota I II III IV I* Kab. Musi Banyuasin 3,018 3,167 3,201 2,678 3,109 Kab. Ogan Komering Ulu 1,244 1,337 1,877 1,874 1,914 Kab. Muara Enim 6,855 4,510 4,942 5,625 5,202 Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir 1,247 1,227 1,079 1,022 1,147 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang 33,544 34,207 33,731 35,439 33,862 Kota Lubuklinggau 2,080 2,228 2,180 1,968 2,150 Kota Prabumulih 1,703 1,789 1,620 1,706 1,712 Kota Pagar Alam 1,698 1,833 1,967 1,893 1,872 Sumatera Selatan 52,875 53,047 52,527 53,940 52,945 *Posisi Februari

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pertumbuhan DPK secara triwulanan di berbagai kabupaten/kota pada periode ini cukup bervariasi. Wilayah Empat Lawang tercatat sebagai wilayah dengan peningkatan penghimpunan DPK terbesar secara triwulanan sebesar 31,0%, diikuti oleh Ogan Komering Ulu Timur dan Ogan Komering Ulu Selatan masing-masing sebesar 22,0% dan 20,1%. Terdapat beberapa wilayah yang mencatat penurunan DPK dibandingkan triwulan sebelumnya, diantaranya Wilayah Musi Rawas, Muara Enim dan Kota Palembang dengan masing-masing penurunan sebesar 7,9%, 7,5% dan 4,4%. Penghimpunan DPK Kota Palembang tercatat memberikan kontribusi terbesar sebagai pada penurunan DPK secara triwulanan yaitu dengan andil 2,8%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 64,0% dari total DPK se-sumatera Selatan, diikuti oleh Muara Enim dan Musi Banyuasin yaitu masing-masing sebesar 9,8% dan 5,9%. Grafik 3.5. Andil Pertumbuhan DPK Tahunan (%) *Posisi Februari Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 17,5% dari tahun sebelumnya (yoy) yaitu dari Rp54,2 triliun menjadi Rp63,7 triliun. Pertumbuhan kredit pada kelompok lapangan usaha mencapai 18,5%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada kelompok bukan lapangan usaha yang sebesar 15,7%. Pada kelompok lapangan usaha, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit sektor listrik, gas dan air bersih sebesar 65,7%. Pertumbuhan kredit secara triwulanan yang tertinggi dikontribusikan oleh penyaluran kredit pada sektor keuangan, real estate dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 6,1%. Sementara itu, penyaluran kredit di sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 46

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran memberikan andil terbesar baik pada pertumbuhan kredit secara tahunan maupun triwulanan. Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2013 *Posisi Februari 2013 Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Sektor I II III IV I* Lapangan Usaha 35,580 39,739 41,473 41,789 42,163 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 8,434 9,700 10,180 11,245 11,676 Pertambangan dan Penggalian 3,276 3,762 3,923 2,824 2,911 Industri Pengolahan 6,385 6,963 7,158 7,140 6,721 Listrik, Gas dan Air Bersih 966 1,330 1,560 1,526 1,600 Konstruksi 1,989 2,333 3,045 2,839 2,832 Perdagangan, Hotel dan Restoran 9,432 10,570 10,746 11,054 11,210 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 1,129 1,314 1,474 1,607 1,706 Jasa-jasa 3,235 3,015 2,636 2,794 2,743 Bukan Lapangan Usaha 18,604 19,490 20,553 21,285 21,525 Rumah Tinggal 4,656 5,289 4,203 4,387 4,477 Flat dan Apartemen Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) Kendaraan Bermotor 3,453 3,497 3,339 3,187 3,053 Lainnya 9,798 9,869 12,058 12,697 12,962 Total Pinjaman 54,184 59,229 62,026 63,074 63,688 *Posisi Februari

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pertumbuhan penggunaan kredit perbankan pada kelompok yang tidak termasuk lapangan usaha (konsumsi) lebih rendah dibandingkan yang disalurkan pada sektor produksi. Pertumbuhan kredit yang tertinggi secara tahunan untuk kelompok bukan lapangan usaha dicapai oleh kredit untuk flat dan apartemen serta kredit untuk ruko dan rukan, yaitu masing-masing sebesar 299,8% dan 42,0% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami perubahan yang bervariasi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi mencatat peningkatan paling tinggi yakni dari Rp12,8 triliun menjadi Rp15,8 triliun atau 23,6% (yoy). Kredit modal kerja mencatat pertumbuhan sebesar 15,7% dan kredit konsumsi meningkat 15,7% (yoy). Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk investasi juga tercatat mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu sebesar 3,1%. Penyaluran kredit konsumsi mengalami peningkatan sebesar 1,1%, sedangkan kredit modal kerja tercatat sedikit menurun sebesar 1,0%. Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2013 di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2013 *Posisi Februari 2013 Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja yakni sebesar 41,4%, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 33,8%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 24,7% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berbeda dengan DPK, sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mengelompokkan perkembangan penyaluran kredit berdasarkan 15 kabupaten/kota. Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Lahat merupakan wilayah dengan pertumbuhan kredit tahunan (yoy) tertinggi yaitu sebesar 113,0%, diikuti oleh wilayah Ogan Ilir dan Ogan Komering Ulu Selatan yaitu masingmasing sebesar 54,0% dan 40,1%. Wilayah Palembang, Lahat, dan Ogan Komering 48

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Ulu tercatat sebagai wilayah yang berkontribusi paling signifikan dalam penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masingmasing sebesar 7,3%, 5,1% dan 1,8%. Grafik 3.9. Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan (%) *Posisi Februari 2013 Tabel 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Wilayah I II III IV I* Kab. Musi Banyuasin 6,642 7,259 7,602 6,436 6,784 Kab. Ogan Komering Ulu 3,113 3,738 3,877 3,973 4,006 Kab. Muara Enim 2,530 2,615 2,721 3,251 3,302 Kab. Lahat 1,345 1,973 2,368 2,697 2,866 Kab. Musi Rawas 1,323 1,447 1,513 1,803 1,844 Kab. Ogan Komering Ilir 3,633 4,016 4,025 3,955 4,057 Kab. Banyuasin 1,327 1,407 1,343 1,294 1,318 Kab. Ogan Komeing Ulu Selatan Kab. Ogan Komeing Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang 28,760 30,884 32,373 33,116 32,831 Kota Lubuklinggau 1,775 1,877 1,961 1,980 1,999 Kota Prabumulih 1,797 1,871 1,873 2,074 2,101 Kota Pagar Alam Sumatera Selatan 54,184 59,229 62,026 63,074 63,688 *Posisi Februari 2013 Pada pertumbuhan secara triwulanan, wilayah Lahat tercatat sebagai wilayah dengan pertumbuhan kredit paling cepat, yaitu sebesar 113,0%, yang diikuti oleh Ogan Ilir dan Muara Enim yaitu masing-masing sebesar 54,0% dan 30,5%. Menurut kontribusinya terhadap pertumbuhan kredit triwulanan Sumatera Selatan, wilayah Palembang dan 49

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Lahat tercatat sebagai wilayah dengan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan kredit yakni masing-masing sebesar 7,3% dan 5,1%. Menurut lokasi penyaluran, Palembang tercatat sebagai kota dengan pangsa penyaluran kredit terbesar yakni sebesar 51,6%, kemudian disusul oleh Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir masing-masing sebesar 10,6% dan 6,4%. Grafik Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2013 Berdasarkan Wilayah *Posisi Februari Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan I 2013 secara umum tidak banyak berubah. Dalam triwulan ini telah terjadi sedikit penurunan suku bunga pinjaman sementara suku bunga simpanan relatif stabil. Suku bunga simpanan relatif stabil. Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata cenderung stabil bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Suku bunga simpanan dengan jangka waktu 1 bulan tercatat sebesar 5,47%, sedikit menurun dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya, yang sebesar 5,53%. Sementara itu, suku bunga simpanan dengan jangka waktu 3 bulan naik dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 5,16% menjadi 5,49%. Selain itu, suku bunga simpanan dengan jangka waktu 6 bulan juga mengalami peningkatan. 50

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 6 bulan, yakni sebesar 5,91%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate terendah adalah dengan jangka waktu 12 bulan yakni sebesar 4,70%. Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan Suku bunga pinjaman sedikit turun. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 13,49%, turun dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,57% maupun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 13,87%. Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan I 2013 adalah suku bunga kredit konsumsi, yaitu sebesar 13,85%. Sementara itu kredit investasi tercatat sebagai kredit dengan suku bunga terendah, yakni sebesar 13,04%. Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan perbankan tercatat mengalami sedikit penurunan pada triwulan I 2013, karena stabilnya suku bunga simpanan bersamaan dengan menurunnya suku bunga pinjaman Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Kondisi NPL lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat Non- Performing Loan (NPL) gross perbankan Sumatera Selatan pada triwulan I 2013 sebesar 3,27%, sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,16%, dan meningkat jika dibandingkan kondisi tahun sebelumnya yang sebesar 1,88%. Secara nominal, jumlah NPL di Sumatera Selatan pada triwulan I 2013 adalah sekitar Rp1,5 triliun. 51

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan 3.6. Kelonggaran Tarik dan Rasio Likuiditas Undisbursed loan meningkat. Dari Laporan Bank Umum (LBU) di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII diperoleh informasi bahwa undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan I 2013 sebesar Rp10,4 triliun atau 25,2% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, secara nominal meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya sebesar Rp6,9 triliun atau 18,3%, dan triwulan sebelumnya sebesar Rp9,5 triliun atau 23,4%. Grafik Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan Kondisi likuiditas terbilang baik. Likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2013 tergolong cukup likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 55,2% 8. Rasio tersebut tercatat sedikit turun jika dibandingkan dengan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 56,4%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 2,3% (qtq) menjadi sebesar Rp39,6 triliun yang disertai relatif stabilnya pasiva likuid < 1 bulan pada level Rp71,6 triliun. 8 Diperoleh melalui rasio nilai aktiva likuid < 1 bulan terhadap nilai pasiva likuid < 1 bulan 52

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.7. Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan bank umum Syariah dalam kurun satu tahun terakhir menunjukkan kinerja yang cukup baik. Total aset pada triwulan I 2013 (hingga akhir Februari 2013) tercatat sebesar Rp4,5 triliun, meningkat sebesar 42,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp3,2 triliun, dan juga meningkat tipis apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), yaitu sebesar 0,6%. Tabel 3.4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) INDIKATOR I II III IV I* Total Aset 3, , , , ,517.1 Dana Pihak Ketiga 2, , , , , Simpanan Wadiah Giro Wadiah Tabungan Wadiah Dana Investasi tidak terikat 1, , , , , Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah 1, , , , ,590.5 Komposisi Pembiayaan 2, , , , , Piutang Murabahah 1, , , , , Piutang Istishna Piutang Qardh Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah Aktiva Ijarah Non Performing Financing *) Posisi Februari 2013 Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp3,0 triliun, meningkat sebesar 37,4% (yoy) namun secara triwulanan menurun 1,6% (qtq). Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 83,6% atau sebesar Rp2,5 triliun yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp908 miliar (pangsa 30,3% dari total DPK) dan deposito mudharabah sebesar Rp1,6 triliun (pangsa 53,1% dari total DPK). Penyaluran pembiayaan mengalami peningkatan sangat tinggi secara tahunan, yaitu sebesar 41,7% (yoy) dan secara triwulanan meningkat sebesar 3,2% (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp3,5 triliun, piutang murabahah memiliki 53

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran pangsa sebesar 70,8% dari total pembiayaan yang disalurkan. Piutang qardh tercatat sebesar Rp362 miliar dengan pangsa sebesar 10,2%, pembiayaan mudharabah tercatat sebesar Rp 211 miliar atau memiliki pangsa sebesar 6,0% dan pembiayaan musyarakah tercatat sebesar Rp422 miliar atau memiliki pangsa sebesar 11,9%. Sementara itu, aktiva ijarah dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 1,0% dan 0,1%. Secara triwulanan pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari 112,8% pada triwulan sebelumnya menjadi 118,1%. Non Performing Financing (NPF) pada perbankan syariah sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,55% menjadi 1,94%. Dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat NPF sedikit lebih tinggi dari 1,82%. Tingkat NPF pada triwulan I 2013 tersebut masih terbilang sangat rendah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Selatan secara umum menunjukkan peningkatan. Total aset BPR meningkat sebesar 14,9% (yoy) atau 0,6% (qtq) menjadi Rp1.011,5 miliar. Peningkatan DPK mencapai sebesar 16,5% (yoy) menjadi Rp642,2 miliar dan secara triwulanan meningkat sebesar 2,0% (qtq). Penyaluran kredit mengalami penurunan tipis sebesar 0,8% (qtq) menjadi Rp753,1 miliar, namun secara tahunan menunjukkan peningkatan tajam sebesar 21,5% (yoy). Dengan perkembangan DPK dan penyaluran kredit tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada BPR menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 120,5% menjadi 117,3%. Namun, secara bersamaan tingkat Non Performing Loan (NPL) pada BPR meningkat dari 4,50% menjadi 5,69%. Grafik Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.9. Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Kliring cukup tinggi di triwulan I Kegiatan kliring pada triwulan I 2013 naik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, baik dari sisi nominal maupun jumlah warkat. Penurunan nominal maupun jumlah warkat kliring juga terjadi dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode triwulan laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp9,3 triliun. Jumlah warkat secara tahunan naik sebesar 32,7% (yoy), sedangkan berdasarkan nominal naik sebesar 3,9% (yoy) dari sebesar Rp8,9 triliun. Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi penurunan jumlah warkat kliring sebesar 2,4% (qtq) dari sebanyak lembar menjadi lembar, sedangkan berdasarkan nominal warkat yang dikliringkan turun sebesar 2,5% (qtq) dari sebesar Rp9,5 triliun menjadi Rp9,3 triliun. Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Secara proporsional dibandingkan dengan jumlah hari kerja yang mencapai 60 hari, perputaran kliring harian pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp154,2 miliar atau 55

73 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran turun sebesar 2,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp158,2 miliar/hari. Perkembangan nilai net RTGS pada triwulan periode laporan mengalami kenaikan secara triwulanan sebesar 16,8% (qtq) menjadi Rp6,9 triliun, dan secara tahunan mengalami kenaikan tajam sebesar 47,0% (yoy). Selain itu, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, volume net RTGS meningkat sebesar 19,0% (yoy), sementara itu jika dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat turun sebesar 16,0% (qtq) menjadi transaksi. Tabel 3.5. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Keterangan I II III IV I 1. Lembar Warkat 3,584 4,432 4,577 5,406 5, Nominal (Rp Miliar) Peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan, khususnya dari sisi volume seiring dengan peningkatan aktivitas kliring. Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp193,5 miliar. Jumlah warkat cek/bg kosong naik 5,6% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang sebanyak lembar, sedangkan dari sisi nominal turun 2,8% (qtq) dari Rp199,1 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal cek/bg kosong mengalami peningkatan tinggi sebesar 34,7% (yoy) selain itu jumlah warkat tercatat mengalami peningkatan sebesar 59,2% (yoy). Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan Aktivitas kliring bulanan paling tinggi selama triwulan laporan terjadi pada bulan Januari 2013 dengan nominal sebesar Rp3,5 triliun dan warkat sebanyak lembar atau dengan rata-rata perputaran nominal kliring/hari sebesar Rp164,5 miliar dan rata-rata jumlah warkat kliring/hari mencapai lembar. 56

74 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan Perkasan Net outflow menurun di triwulan I Kegiatan perkasan Bank Indonesia pada triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp1,9 triliun, turun 8,9% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp2,0 triliun. Selain itu, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi penurunan inflow sebesar 19,0% (qtq) dari Rp2,3 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,1 triliun, turun 19,6% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan turun drastis sebesar 35,7% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan membandingkan angka inflow dan outflow maka diperoleh net-outflow selama triwulan berjalan sebesar Rp235,3 miliar, jauh lebih rendah dibandingkan periode triwulan sebelumnya yang tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp961,2 miliar. Selain itu, angka tersebut juga lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, yaitu sebesar Rp563,8 miliar. Tabel 3.6. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I Inflow 2, , , , , Outflow 2, , , , , Net Inflow (Net Outflow) (563.80) (1,228.46) (56.65) (961.16) (235.28) Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Melalui kegiatan perkasan, dilakukan pula penarikan uang lusuh di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Uang lusuh yang ditarik tercatat naik tajam lebih sekitar empat kali lipat dibandingkan jumlah pada triwulan sebelumnya maupun dibandingkan jumlah pada tahun sebelumnya. Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase penarikan uang lusuh mengalami kenaikan tajam dari sebesar 8,4% pada triwulan sebelumnya menjadi 24,7%. Secara 57

75 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran nominal, uang lusuh yang ditarik dan dimusnahkan pada triwulan laporan mencapai Rp459,3 miliar Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan kas titipan di Kota Lubuk Linggau. Pertimbangan penyelenggaraan kas titipan di daerah ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang. Net outflow terjadi di Lubuk Linggau pada triwulan I Nilai inflow di kas titipan Lubuk Linggau pada triwulan I 2013 mencapai Rp71,1 miliar, naik 45,7% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan nilai outflow mencapai Rp114,5 miliar, turun 57,4% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai net intflow di Lubuk Linggau tercatat sebesar Rp182,6 miliar, berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami net outflow sebesar Rp64,6 miliar. Tabel 3.7. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I Inflow Outflow Net Inflow (Net Outflow) (137.24) (64.17) (64.60) (182.62) Grafik Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun

76 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Suplemen 5 Momentum Kota Palembang Menjadi Pusat Industri Pengolahan Komoditas Unggulan Provinsi Sumatera Selatan: Indikasi Perbankan Palembang, sebagai Ibukota Provinsi Sumatera Selatan, diperkirakan semakin berkembang sebagai pusat industri pengolahan komoditas unggulan yaitu CPO dan Karet, yang didukung kabupaten di sekelilingnya. Hal ini terindikasi dari pangsa penyaluran kredit Kota Palembang yang dominan pada sektor industri dan akses perbankan yang semakin baik. Dibandingkan keseluruhan Sumatera Selatan, penyaluran kredit utamanya berlokasi di Palembang dengan pangsa pasar mencapai 52,5% dan Musi Banyuasin sebesar 10,3%. Kabupaten lainnya di Sumatera Selatan masing-masing mempunyai pangsa pasar di bawah 7%. Grafik 1. Pangsa Penyaluran Kredit Per Kabupaten/Kota di Sumsel Grafik 2. Kepadatan Kantor Cabang Bank per Km2 Kantor bank di Sumatera Selatan terkonsentrasi di Palembang, yang mengindikasikan akses kredit yang lebih baik dibandingkan kabupaten/kota lainnya di Sumatera Selatan. Sebanyak 44,4% kantor bank dan 69% ATM di Sumatera Selatan berlokasi di Palembang. Menurut kepadatannya, Palembang dan Prabumulih memiliki paling tidak satu kantor bank setiap 10 km2. Khusus penyaluran kredit ke sektor Industri dan sektor produktif lainnya, Palembang juga menunjukkan dominasinya. Sebanyak 80,1% kredit ke industri manufaktur di Sumatera Selatan berlokasi di Palembang. Kota Palembang juga berperan sebesar 52,9% dalam penyaluran kredit ke seluruh sektor produktif di Sumatera Selatan. Merujuk pangsa kredit per komoditas dan aspek ruang, terindikasi bahwa komoditas perkebunan unggulan diproduksi di beberapa kabupaten di Sumatera Selatan, dan kemudian diangkut ke Palembang untuk diolah dan dipasarkan lebih lanjut. Palembang berperan sebagai pusat industri dua komoditas unggulan yaitu karet dan sawit/cpo. Hal ini didukung dominasi Palembang atas pangsa kredit ke industri karet 59

77 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran dan industri CPO. Sementara itu, kredit ke sektor perkebunan sawit dan karet dominan pada kabupaten-kabupaten di sekeliling Palembang yang berlokasi di Musi Banyuasin, Musi Rawas, Muara Enim, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu. Grafik 3. Penyaluran Kredit terkait Komoditas Karet Grafik 4. Pangsa Penyaluran Kredit terkait Komoditas CPO Keterangan: Biru: Dominan pada penyaluran kredit ke perkebunan karet Merah: Dominan pada penyaluran kredit ke industri pengolahan crumb rubber Keterangan: Biru: Dominan pada penyaluran kredit ke perkebunan sawit Kuning: Dominan pada penyaluran kredit ke industri pengolahan CPO dan perkebunan sawit Dengan perkembangan tersebut, tingkat pendapatan, pendidikan, serta investasi di Kota Palembang serta kabupaten/kota di sekitarnya diharapkan akan meningkat. Untuk memaksimalkan potensi tersebut, infrastruktur seperti jalan ke kabupaten/kota terkait, pelabuhan dan konektivitas ke provinsi lainnya harus diperkuat. Selain itu, peningkatan produktivitas dan efisiensi akan menjadi juru kunci bagi peningkatan daya saing Palembang, sehingga dapat berkompetisi dengan kota-kota utama lainnya, baik di Indonesia, maupun di dunia. 60

78 4. Perkembangan Keuangan Daerah Berbeda dengan pola sebelumnya, realisasi fiskal di triwulan I 2013 bersifat ekspansif terhadap perekonomian Realisasi belanja Pemprov Sumsel pada triwulan I 2013 lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan. Realisasi belanja mengalami peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, sementara realisasi pendapatan menurun Realisasi APBD Triwulan I 2013 Realisasi belanja lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan. Berdasarkan data sementara, pendapatan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan tahun 2013 sampai dengan triwulan I 2013 terealisasi sebesar Rp863 miliar atau mencapai 15,0% dari total anggaran 2013 yang sebesar Rp5.768 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp927 miliar atau sebesar 16,1% dari anggaran yang sebesar Rp5.763 miliar. Realisasi Dana Perimbangan mendominasi pendapatan. Realisasi Dana Perimbangan merupakan yang terbesar di sisi pendapatan, yaitu dengan nominal sebesar Rp500 miliar atau sebesar 18,9% dari yang dianggarkan, atau dengan kontribusi sebesar 57,9% dari keseluruhan realisasi pendapatan. Komponen transfer yang mencatat realisasi terbesar merupakan dana bagi hasil pajak/bukan pajak yang berasal dari hasil sumber daya alam atau pajak yang dikelola pemerintah pusat yaitu sebesar Rp282 miliar (16,1% dari anggaran), diikuti oleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp218 miliar atau 25,0% dari anggaran. Sementara itu, realisasi dana alokasi khusus belum terealisasi. Selain dana perimbangan, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai 7,6% dengan nominal mencapai Rp175 miliar dan menyumbang 20,2% terhadap total realisasi pendapatan. Lebih detail, komponen PAD yang mencatat realisasi paling tinggi secara nominal adalah Pajak Daerah yakni Rp156 miliar atau dengan realisasi sebesar 7,8% dari anggaran. Realisasi Lain-lain PAD yang sah mencapai Rp14 miliar atau mencapai 10,8% dari anggaran. 61

79 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1. Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 (Rp Miliar)* URAIAN APBD 2013 Realisasi s.d. Tw I % Realisasi PENDAPATAN Pendapatan Asli Daerah Pajak Daerah Hasil Retribusi Daerah Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Dana Perimbangan Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Khusus Lain Lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan Hibah Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus BELANJA Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kot/Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kot/Desa dan Parpol Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa Belanja Modal SURPLUS / (DEFISIT) Sumber: Data Sementara - Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Realisasi belanja didominasi oleh belanja tidak langsung. Sampai dengan triwulan I 2013, realisasi belanja tidak langsung mencapai Rp775 miliar atau sebesar 22,8% dari anggaran, sementara realisasi belanja langsung sebesar Rp152 miliar atau sebesar 6,4% dari anggaran. Adapun secara nominal, realisasi belanja tidak langsung berkontribusi sebesar 83,6% dari total realisasi belanja s.d. triwulan I 2013, sedangkan kontribusi belanja langsung hanya sebesar 16,4%. 62

80 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 4.1. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 Grafik 4.2. Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 4.2. Perbandingan Realisasi APBD Triwulan I 2013 dan Triwulan I 2012 Realisasi pendapatan menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan APBD Provinsi Sumatera Selatan triwulan I 2013 adalah 15,0%, lebih rendah dibandingkan realisasi pendapatan triwulan I 2012 yang sebesar 27,5%. Hal tersebut dikontribusikan oleh menurunnya realisasi pendapatan asli daerah, yaitu dari 23,1% pada triwulan I 2012 menjadi 7,6% pada triwulan I 2013, serta menurunnya realisasi dana perimbangan, yaitu dari 32,3% pada triwulan I 2012 menjadi 10,8% pada triwulan I Secara nominal, realisasi pendapatan mengalami penurunan 36,5% (yoy) yang dikontribusikan penurunan realisasi pendapatan asli daerah sebesar 60,2% (yoy), diikuti oleh penurunan realisasi dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah masing-masing sebesar 29,9% dan 9,2% (yoy). Realisasi belanja meningkat dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebesar 16,1% pada triwulan I 2013, lebih tinggi dibandingkan triwulan I 2013 sebesar 11,6%. Realisasi yang lebih tinggi tersebut banyak dikontribusikan oleh peningkatan realisasi belanja tidak langsung dari 17,7% menjadi 22,8% serta peningkatan realisasi belanja langsung dari 2,4% menjadi 6,4% terhadap anggaran. Secara nominal, realisasi belanja s.d. triwulan I 2013 mengalami peningkatan 68,6% (yoy) yang terutama dikontribusikan oleh peningkatan realisasi belanja tidak langsung sebesar 53,9% (yoy) serta peningkatan realisasi belanja langsung sebesar 226,3% (yoy). 63

81 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2. Perbandingan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 dan Triwulan I 2012 Uraian % realisasi % yoy nominal Tw I 2012 Tw I 2013 PENDAPATAN (36.5) Pendapatan Asli Daerah (60.3) Pajak Daerah (62.6) Hasil Retribusi Daerah (32.9) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 1.7 Lain lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah (24.6) Dana Perimbangan (29.9) Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak (38.8) Dana Alokasi Umum (8.8) Dana Alokasi Khusus (100.0) Lain Lain Pendapatan Daerah Yang Sah (9.2) Pendapatan Hibah (48.0) Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus (8.9) BELANJA Belanja Tidak Langsung Belanja Pegawai Belanja Hibah Belanja Bantuan Sosial 0.0 Belanja Bagi Hasil Kepada Prov/Kab/Kot/Desa (100.0) Belanja Bantuan Keuangan Kepada Prov/Kab/Kot/Desa dan Parpol Belanja Tidak Terduga 0.6 Belanja Langsung Belanja Pegawai Belanja Barang dan Jasa ,781.5 Belanja Modal Sumber: Data Sementara - Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik 4.3. Perbandingan Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 dan Triwulan I 2012 Grafik 4.4. Perbandingan Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2013 dan Triwulan I 2012 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 64

82 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Kesejahteraan terindikasi membaik karena peningkatan kapasitas ekonomi Kondisi ketenagakerjaan relatif membaik dipengaruhi peningkatan kapasitas industri dan perdagangan. Di sisi lain, beberapa indikator memperlihatkan adanya tendensi penurunan persepsi ketersediaan lapangan kerja dan peningkatan upah buruh Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Sumsel tidak banyak berubah. Pada triwulan I 2013, terjadi penurunan kelompok penduduk yang bekerja dan namun tingkat pengangguran juga menurun. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumsel pada bulan Agustus 2012 mencapai orang, turun orang atau 0,6% (yoy) dibanding jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2013 yang tercatat orang. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar orang, berkurang orang atau turun 0,5% (yoy) jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2011 Februari 2013 *) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (52,96%) bekerja di sektor pertanian, walaupun menurun dibanding semester sebelumnya maupun tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan sektor pertanian merupakan sektor ekonomi utama di Sumsel dan mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. 65

83 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Jumlah penduduk bekerja mengalami perubahan bervariasi antar sektor ekonomi. Jumlah penduduk yang bekerja di sektor industri mengalami peningkatan tertinggi sebesar 16,4% (yoy), diikuti sektor lainnya dan sektor jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan masing-masing sebesar 6,5% dan 2,4% (yoy). Sementara itu, jumlah penduduk yang bekerja di sektor perdagangan, rumah makan dan jasa akomodasi mengalami penurunan sekitar 8,9% (yoy), diikuti penurunan sektor pertanian perkebunan, kehutanan dan perburuan sebesar 4,6% (yoy). Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasi dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi, yakni formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 66,0% tenaga kerja Sumatera Selatan pada bulan Februari 2013 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Agustus 2011 Februari 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 5.2. Pengangguran Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Angka pengangguran kembali turun. Cukup baiknya kondisi perekonomian secara umum menyebabkan angka pengangguran cukup rendah, dan lebih rendah dibandingkan posisi Agustus lalu. Berdasarkan data BPS Sumsel, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel pada bulan Februari 2013 sebesar 5,49%, lebih rendah 66

84 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2012 yang sebesar 5,59%, dan lebih rendah dibandingkan posisi periode semester sebelumnya yang sebesar 5,70%. Jumlah pengangguran pada bulan Februari 2013 tercatat mengalami penurunan sebanyak orang atau sebesar 2,5% dibandingkan dengan posisi bulan Februari 2012 yang diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya kapasitas produksi sektor unggulan pada periode survei. Begitupun apabila dibandingkan dengan posisi bulan Agustus 2012, angka pengangguran mengalami peningkatan sebanyak 934 orang atau 0,4%. Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Agustus 2011 Februari 2013 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 5.3. Nilai Tukar Petani NTP relatif stabil. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan I 2013 sebesar 110,35 yang menunjukkan bahwa daya beli petani turun tipis sekitar 0,07% dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 110,43. Grafik 5.1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan & Bloomberg, diolah 67

85 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Kenaikan biaya dan penerimaan petani yang relatif sama menyebabkan NTP relatif tetap. Hal tersebut disebabkan kenaikan harga yang diterima petani relatif sama dengan kenaikan harga yang dibayar petani. Rata-rata indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 1,14% (qtq) dari 133,58 menjadi 135,10, sedangkan indeks yang diterima petani meningkat dari 147,50 menjadi 149,08 atau sebesar 1,07% (qtq). Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani naik 1,28% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dari 137,21 menjadi 138,96. Komponen indeks konsumsi yang mengalami peningkatan paling tajam adalah bahan makanan sebesar 1,69% (qtq), diikuti oleh kesehatan, perumahan, dan makanan jadi. Hal tersebut sejalan dengan perkembangan kenaikan harga secara triwulanan sebagaimana telah dijelaskan pada Bab 2. Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 5.5. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Rata-rata biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami kenaikan sebesar 0,62% (qtq) seiring dengan kenaikan biaya penambahan barang modal sebesar 0,92% (qtq) serta kenaikan upah buruh tani sebesar 0,76% (qtq). Selain itu, harga obat dan pupuk juga tercatat meningkat sebesar 0,55% (qtq) Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) Penyaluran raskin menurun. Data Perum Bulog Divre Sumsel menunjukkan penyaluran Raskin pada periode laporan sebanyak 11,2 ribu ton atau turun 61,5% (yoy) dibandingkan penyaluran pada tahun sebelumnya, dan lebih rendah 58,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal tersebut sejalan dengan penurunan angka 68

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik

Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-2009 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik B O K S Ringsek KER Zona Sumbagteng Tw.I-29 Ekonomi Zona Sumbagteng Melambat Seiring Dengan Melambatnya Permintaan Domestik PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Zona Sumbagteng terus

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Kondisi Perekonomian Indonesia

Kondisi Perekonomian Indonesia KAMAR DAGANG DAN INDUSTRI INDONESIA Kondisi Perekonomian Indonesia Tim Ekonomi Kadin Indonesia 1. Kondisi perekonomian dunia dikhawatirkan akan benar-benar menuju jurang resesi jika tidak segera dilakukan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci