KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan

2 Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Jl. Jend. Sudirman No.510, Palembang Telp : ext 8218, 8246, 8247 Faks : Versi softcopy buku ini dapat diunduh melalui

3 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- umatera Selatan Triwulan I 2015 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan I tahun 2015 masih tumbuh dengan baik di tengah tekanan harga komoditas dunia, dan melemahnya kurs. Selain itu koordinasi antar instansi melalui TPID dalam mengendalikan harga semakin solid. TPID Sumatera Selatan terus melakukan berbagai upaya mengelola ekspektasi masyarakat seperti pemasangan iklan layanan masyarakat, mengatur ketersediaan pasokan dan kelancaran distribusi dengan penguatan koordinasi antar daerah, menjaga keterjangkauan harga dengan pasar murah terutama pada saat Ramadhan dan Idul Fitri serta penguatan kelembagaan TPID dan integrasi PIHPS yang ada di masing-masing wilayah secara nasional. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Mei 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI SUMATERA SELATAN Ttd Hamid Ponco Wibowo Direktur

4 Halaman ini sengaja dikosongkan

5 Daftar Isi Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... ix Indikator Utama... xiii Ringkasan Umum... A 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Inflasi Secara Umum Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional Survei Pemantauan Harga Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kondisi Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Stabilitas Sistem Keuangan Total Kredit Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten/kota Kredit Korporasi Kredit Rumah Tangga Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Kelonggaran Tarik Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Perkasan...53

6 4. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Triwulan I Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan I Tahun Perkembangan APBD Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Tingkat Pendapatan Tingkat Kemiskinan Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin Prospek Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Daftar Istilah... 77

7 Daftar Tabel Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRBProvinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)... 6 Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan SektoralPDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%)... 7 Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera SelatanADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 2-1. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas Tabel 2-2. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas Tabel 2-3. Perkembangan Harga Komoditas Internasional Tabel 3-1.Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3-2. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Tabel 3-3. Perkembangan Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan I Tabel 4-2 Perkembangan APBD Tahun Tabel 5-1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2012 Februari Tabel 5-2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Februari 2012 Februari Tabel 5-3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan,Februari 2012 Agustus

8 Tabel 5-4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini dibandingkan 6 bulan yang lalutriwulan I Tabel 5-5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Tabel 5-6. Pertumbuhan Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan (yoy) Tabel 5-7. Pertumbuhan Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sumatera Selatan (yoy) Tabel 5-8. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan Saat IniDibandingkan 6 Bulan Yang Lalu Triwulan I Tabel 5-9. Penghasilan Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Maret September Tabel 5-11 Garis Kemiskinan Makanan dan Non Makanan Maret September Tabel Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ribu ton) Tabel 6-1. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Tahun 2014 dan 2015 (dalam persentase) Tabel 6-2. Volume Perdagangan Internasional Tabel 6-3. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Sumatera Selatan (% yoy).. 73

9 Daftar Grafik Grafik 1-1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 (%-yoy)... 7 Grafik 1-2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sumatera Selatan... 8 Grafik 1-3. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar... 8 Grafik 1-4. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan... 8 Grafik 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Batu Bara Sumatera Selatan... 9 Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Batubara Sumatera Selatan... 9 Grafik 1-7. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Sumatera Selatan...10 Grafik 1-8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional...10 Grafik 1-9. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan...10 Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan...10 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera Selatan...11 Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan...11 Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama...12 Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan...12 Grafik Perkembangan Giro Pemda Sumatera Selatan di Perbankan...13 Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan...13 Grafik Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan...13 Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar...14 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan...15 Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan...15 Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan...15 Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan...16 Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan...16 Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV ix

10 Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Sumsel Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2-8. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2-9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Grafik Perkiraan Curah Hujan Maret Grafik Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran Grafik Perkembangan Inflasi Tradables dan Non-tradables Grafik Perkembangan Harga Kedelai Internasional Grafik Perkembangan Harga Terigu Internasional Grafik Perkembangan Harga Beras Internasional Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Grafik Disagregasi Inflasi Survei Pemantauan Harga Grafik Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS Grafik 3-1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-2 Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Grafik 3-3 Komposisi DPK Perbankan Sumatera SelatanTriwulan I Grafik 3-4 Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan I Grafik 3-5 Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Grafik 3-6 Pertumbuhan Kredit Perbankandi Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-7 Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2015 di Provinsi Sumatera Selatan. 43 Grafik 3-8 Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Grafik 3-9 Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan I Grafik 3-10 Pangsa Penyaluran Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan Triwulan I

11 Grafik 3-11 NPL Kredit Korporasi...45 Grafik 3-12 Pertumbuhan Kredit Konsumsi...47 Grafik 3-13 NPL Kredit Konsumsi...47 Grafik 3-14 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan...47 Grafik 3-15 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan...47 Grafik 3-16 Perkembangan Undisbursed LoanPerbankan Sumatera Selatan...48 Grafik 3-17 Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan...49 Grafik 3-18 Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan...49 Grafik 3-19 Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan...49 Grafik 3-20 Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan...49 Grafik 3-21 Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan...50 Grafik 3-22 Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan...50 Grafik 3-23 Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan...51 Grafik 3-24 Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan...51 Grafik 3-25 Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan...51 Grafik 3-26 Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja...51 Grafik 3-27 Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan...52 Grafik 3-28 Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan...53 Grafik 3-29 Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet GiroKosong di Sumatera Selatan...53 Grafik 3-30 Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan2013-Tw I Grafik 3-31Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh...53 Grafik 4-1. Perbandingan Realisasi Pendapatan Triwulan I 2014 dan Grafik 4-2. Perbandingan Realisasi Belanja Triwulan I 2014 dan Grafik 5-1 Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani...63 Grafik 5-2 Perkembangan NTP dan Inflasi Pedesaan Sumatera Selatan...63 Grafik 5-3 Perkembangan Garis Kemiskinan dan Jumlah Penduduk Miskin...66 Grafik 5-4 Perkembangan Gini Ratio Sumatera Selatan...67 Grafik 6-1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan...69 Grafik 6-2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan...73 Grafik 6-3. Ekspektasi Harga Konsumen...73

12 Halaman ini sengaja dikosongkan

13 Indikator Utama A. PDRB & Inflasi xiii

14 B. Perbankan INDIKATOR I II III IV I II III IV I Total Perbankan Total Aset (Rp Triliun) 69,28 71,18 71,63 70,49 70,61 76,81 78,41 77,08 79,99 DPK (Rp Triliun) 52,76 53,73 53,58 53,69 52,32 55,63 56,99 57,23 57,61 - Tabungan 22,35 22,94 24,04 25,58 24,02 24,81 25,52 26,80 23,55 - Giro 9,04 11,78 10,22 8,79 8,42 10,63 10,14 8,17 10,48 - Deposito 21,38 19,00 19,33 19,32 19,87 20,19 21,33 22,26 23,58 Kredit Berdasarkan Penggunaan (Rp Triliun) 63,34 68,07 73,12 75,60 76,42 83,28 84,00 85,92 85,68 - Modal Kerja 26,85 26,59 28,45 28,21 27,66 32,73 32,16 31,35 29,63 - Investasi 15,23 19,50 21,78 24,05 25,00 26,19 27,05 29,13 30,33 - Konsumsi 21,25 21,98 22,89 23,34 23,76 24,37 24,79 25,44 25,72 Kredit Berdasarkan Sektor Ekonomi (Rp Triliun) 63,34 68,07 73,12 75,60 76,42 83,28 84,00 85,92 85,68 Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha 42,09 46,09 50,23 52,26 52,66 58,91 59,22 60,48 59,96 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikana 11,21 12,47 12,97 13,38 13,54 14,02 14,11 15,01 14,36 Pertambangan dan Penggalian 2,92 3,49 3,86 3,63 3,76 4,01 3,71 4,28 4,30 Industri Pengolahan 7,03 7,40 8,65 9,04 9,20 10,13 11,19 11,78 12,00 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,52 2,23 3,30 4,29 4,18 4,95 5,10 5,22 5,48 Konstruksi 2,87 3,29 3,43 3,02 2,90 3,26 3,54 3,26 3,30 Perdagangan, Hotel dan Restoran 11,27 13,01 13,68 14,36 14,57 14,33 14,22 14,61 14,40 Pengangkutan dan Komunikasi 0,76 0,82 0,83 0,94 0,81 4,76 3,76 2,45 2,07 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 2,57 2,74 2,84 2,89 2,95 2,43 2,39 2,43 2,58 Jasa-jasa 1,93 0,64 0,67 0,72 0,75 3,24 1,19 1,44 1,48 Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha 21,25 21,98 22,89 23,34 23,76 24,37 24,79 25,44 25,72 Rumah Tinggal 4,67 5,24 5,49 5,54 5,61 5,92 5,74 5,86 5,88 Flat dan Apartemen 0,07 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 0,03 Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Ruka 1,00 1,03 1,08 1,09 1,08 1,42 1,11 1,11 1,11 Kendaraan Bermotor 2,94 2,90 3,03 2,94 3,03 3,20 3,30 3,32 3,29 Lainnya 12,58 12,77 13,25 13,74 14,01 13,81 14,61 15,12 13,71 LDR 120,04% 126,70% 136,46% 140,82% 146,07% 149,71% 147,39% 150,14 148,74 NPL % Gross 2,39 2,42 2,37 2,26 2,50 2,64 2,99 2,60 2,98

15 C. Sistem Pembayaran KETERANGAN Perputaran Kliring 2013 I II III IV I II III IV I a. Nominal (Rp Miliar) 9.252, , , , , , , , ,12 b. Warkat (lembar) Rata-rata Harian Kliring a. Nominal (Rp Miliar) 154,21 151,55 156,61 238,56 145,72 163,81 150,78 149,88 134,52 b. Volume/Warkat (lembar) Rata-rata Harian RTGS a. Nominal (Rp Miliar) 114,53 121,86 102,34 118,29 90,44 118,11 120,10 135,60 70,06 b. Volume/Warkat (lembar) 156,88 162,40 151,43 187,79 138,71 161,30 146,55 161,28 86,82 Penolakan Cek/BG a. Nominal (Rp Miliar) 193,48 177,35 202,29 247,04 172,15 221,70 234,18 225,34 204,38 b. Warkat (lembar) Jumlah hari Penolakan Cek/BG a. Nominal (%) 2,09% 1,86% 2,05% 1,70% 1,97% 2,37% 2,39% 2,31% 2,45% b. Warkat (%) 2,00% 1,80% 2,16% 2,23% 2,32% 2,64% 2,63% 2,35% 2,80% Mutasi kas (Rp Miliar) PTTB 459,31 625,68 629,34 468,33 390, , ,23 526,39 518,99 a. Aliran uang masuk/inflow 2.160, , , , , , , , ,14 b. Aliran uang keluar (outflow) 2.508, , , , ,29 (1.395,24) (947,84) 3.165, ,41 c. Net Inflow (outflow) (348,62) (1.438,59) (1.623,65) (1.783,57) 10, , ,91 (1.001,85) 366,

16 Halaman ini sengaja dikosongkan

17 Ringkasan Umum Abstraksi Perekonomian Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 tumbuh melambat. Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh menurunnya kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Tekanan inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan harga BBM dan turunnya tarif angkutan di awal triwulan I 2015 yang kemudian turut berdampak pada oleh biaya operasional sehingga berakibat pada turunnya harga bahan pangan. Kinerja perbankan di provinsi Sumatera Selatan mengalami perlambatan yang terlihat dari penurunan penyaluran kredit. Sementara itu kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS maupun transaksi kliring turut mengalami penurunan baik secara nominal maupun jumlah warkat. Perekonomian Sumsel diperkirakan akan mengalami peningkatan pada triwulan II 2015 yang didorong oleh perbaikan investasi. Sedangkan inflasi akan berada pada kondisi yang terkendali seiring dengan semakin membaiknya koordinasi antar instansi terkait dalam meredam kenaikan harga dan terjaminnya ketersediaan bahan pangan. A

18 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat sebesar 4,77% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh perlambatan kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Perlambatan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 disebabkan oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Dari sisi penawaran, perlambatan dipicu oleh melambatnya sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan) Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih ditopang oleh pertumbuhan tiga sektor utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Dengan sumbangan andil sebesar 1,46% (yoy), sektor pertambangan memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Sedangkan tiga sektor utama lainnya yang memberikan sumbangan terbesar berturutturut adalah sektor industri pengolahan (0,70%), sektor pertanian (0,58%) dan sektor perdagangan (0,56%). Secara agregat andil yang diberikan oleh empat sektor utama tersebut sebesar 3,29% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan turunnya investasi. Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 5,66% (yoy) menjadi 5,27% (yoy). Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 73,45% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil yang tinggi terhadap perekonomian yaitu sebesar 3,41%. PERKEMBANGAN INFLASI Turunnya harga BBM sebesar 22% diawal tahun 2014, berdampak besar terhadap pencapaian inflasi pada triwulan I Inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 6,26% (yoy) jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 8,48%. B Pada triwulan I 2015, inflasi Provinsi Sumatera Selatan kembali turun sesuai dengan pola historisnya selama 6 tahun terakhir. Penurunan ini disebabkan oleh turunnya harga BBM bersubsidi dan tarif angkutan. komoditas bahan makanan juga terindikasi mengalami penurunan.

19 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Inflasi kelompok administered prices turun pada triwulan I Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan harga BBM dan turunnya tarif angkutan di awal triwulan I Inflasi kelompok volatile food pada triwulan I 2015 tercatat inflasi namun jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Penurunan yang cukup tinggi di triwulan ini disebabkan oleh penurunan harga BBM dan tarif angkutan, sehingga berakibat pada turunnya harga bahan pangan. inflasi pada kelompok inti mengalami kenaikan walaupun masih relatif terjaga. Peningkatan diperkirakan akibat pengaruh kenaikan kelompok administered prices dan volatile food pada periode sebelumnya. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Pertumbuhan DPK Sumatera Selatan mengalami peningkatan, sedangkan pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Sistem pembayaran non tunai mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan perekonomian Sumatera Selatan Kinerja perbankan mengalami perlambatan. Penyaluran kredit pada triwulan ini mencapai Rp 85,7 triliun atau tumbuh melambat sebesar 12,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,6% (yoy). Sementara, total aset perbankan Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih tumbuh mencapai Rp 79,9 triliun, yaitu mengalami peningkatan mencapai 13,3%, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 9,4% (yoy). DPK tumbuh meningkat sebesar 10,1% (yoy) atau mencapai Rp 57,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 6,6% (yoy). Kondisi tersebut mengakibatkan Loan-to-Deposit Ratio menurun dari 150,1% di triwulan IV 2014 menjadi 148,7%. Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS maupun transaksi kliring mengalami penurunan. Penurunan pembayaran non tunai RTGS dan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun jumlah warkat. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 mengalami kenaikan pesat dibanding periode yang sama tahun 2014 Realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu. Berdasarkan data akhir triwulan I 2015, pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel terealisasi sebesar Rp1,52 triliun rupiah atau 21,17% dari total anggaran 2014 sebesar Rp7,19 triliun. Sementara itu realisasi belanja Pemprov Sumsel turut meningkat signifikan sebesar Rp1,03 triliun atau 15,63% dari total anggaran C

20 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN Kondisi ketenagakerjaan di Sumatera Selatan menurun. Secara tahunan, jumlah penganggur sampai dengan bulan Februari 2015 mengalami pertumbuhan, sedangkan jumlah angkatan kerja mengalami penurunan, sehingga membuat angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) meningkat. Seiring dengan menurunnya jumlah angkatan kerja, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) juga menurun. Kondisi perlambatan ekonomi Sumatera Selatan yang terjadi di triwulan I 2015 mempengaruhi kondisi ketenagakerjaan yang menurun. Tingkat Pengangguran Terbuka meningkat, Nilai Tukar Petani menurun, dan angka kemiskinan menurun. PROSPEK PEREKONOMIAN Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2015 diperkirakan masih tumbuh cukup tinggi pada kisaran 5,3 5,6% (yoy), lebih baik dari triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ini diperkirakan karena membaiknya investasi di triwulan II 2015 yang didorong oleh mulai dijalankannya secara optimal proyekproyek besar Pemerintah. Salah satunya adalah proyek-proyek strategis Pemerintah seperti proyek pembangkit listrik, proyek untuk mendukung penyelenggaraan Asian Games di tahun 2018, proyek pembangunan jalan tol Sumatera, dan proyek pembangunan infrastruktur perhubungan dan pertanian. Di penghujung 2014, inflasi Sumsel meningkat hingga mencapai 8,48% (yoy) kemudian turun pada triwulan I 2015 sebesar 6,26% (yoy). Namun demikian, tekanan inflasi di triwulan II 2015 diperkirakan akan cenderung meningkat disebabkan adanya momen keagamaan bulan puasa di bulan Juni. Inflasi triwulan II 2015 diperkirakan berada pada kisaran 7% - 8% (yoy) dengan perkiraan bias kebawah. Kenaikan tekanan inflasi diperkirakan berasal dari kelompok volatile foods seiring dengan tingginya permintaan bahan pangan pada saat bulan puasa dan menjelang lebaran. Selain itu rencana kenaikan tarif listrik, LPG 12 Kg, dan tarif angkutan perlu menjadi perhatian utama penyebab kenaikan harga-harga komoditas lainnya. Penetapan harga BBM bersubsidi yang mengikuti pasar dunia juga menjadi faktor risiko yang akan meningkatkan inflasi. Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2015 diproyeksikan akan lebih baik dari triwulan I Tekanan inflasi Sumsel di triwulan II 2015 diperkirakan sedikit meningkat, namun masih berada dibawah realisasi 2014 D

21 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat Perlambatan perekonomian dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi Dari sisi penawaran, perlambatan dipicu oleh melambatnya sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan) 1.1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Pertumbuhan ekonomi melambat. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 melambat sebesar 4,77% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,96% (yoy). Perlambatan tersebut dipicu oleh melambatnya konsumsi dan turunnya investasi. Sementara dari sisi sektoral, perlambatan disebabkan oleh perlambatan kinerja 3 sektor utama yaitu sektor pertambangan dan penggalian (pertambangan), sektor industri pengolahan, dan sektor perdagangan besar dan eceran, dan reparasi mobil dan sepeda motor (perdagangan). Sementara sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan (pertanian) menjadi satu-satunya sektor ekonomi utama yang mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara triwulanan, PDRB Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 meningkat sebesar 0,56% (qtq) yang didorong oleh peningkatan ekspor yang diikuti oleh turunnya impor (net ekspor). Dari sisi sektoral, andil pertumbuhan didorong oleh kinerja sektor utama yaitu sektor pertambangan dan sektor pertanian. Rp Triliun PDRB Growth - yoy (aksis kanan) % Rp Triliun PDRB Growth - qtq (aksis kanan) % I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Grafik 1 1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik 1 2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 5

22 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2 Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Meskipun melambat, pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih ditopang oleh pertumbuhan tiga sektor utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Dengan sumbangan andil sebesar 1,46% (yoy), sektor pertambangan memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi. Tiga sektor utama lainnya yang meberikan sumbangan terbesar berturut-turut adalah sektor industri pengolahan (0,70%), sektor pertanian (0,58%) dan sektor perdagangan (0,56%). Secara agregat andil yang diberikan oleh empat sektor utama tersebut sebesar 3,29% (yoy). Adapun jika ditinjau dari pertumbuhannya, sektor Pengadaan Listrik dan Gas dan sektor Jasa Pendidikan menjadi sektor yang tumbuh hingga di atas 20% (yoy) pada triwulan I Dua sektor selanjutnya yang juga mengalami pertumbuhan signifikan adalah sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial (15,3%) serta sektor transportasi dan pergudangan (11,1%). Namun demikian meskipun tumbuh sangat signifikan, keempat sektor tersebut andilnya kecil terhadap pertumbuhan ekonomi selama triwulan I Secara agregat, keempat sektor tersebut memberikan andil sebesar 0,90% (yoy). Adapun andil terbesar masih diberikan oleh Tabel 1-1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRBProvinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%) Kategori/Lapangan Usaha I II III IV I A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya PDRB SSumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sementara itu secara triwulanan, hampir seluruh sektor ekonomi mengalami pertumbuhan positif kecuali sektor konstruksi dan sektor perdagangan yang tumbuh negatif masing-masing sebesar -5,96% dan -1,24% (qtq). Pelemahan sektor konstruksi dipicu oleh siklus pembangunan proyek pemerintah yang belum optimal pada triwulan I Sementara itu, pertumbuhan tertinggi dialami oleh sektor jasa kesehatan dan kegiatan sosial sebesar 6,11% (qtq). 6

23 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1-2. Laju Pertumbuhan Triwulanan SektoralPDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 (%) Kategori/Lapangan Usaha I II III IV I A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan B Pertambangan dan Penggalian C Industri Pengolahan D Pengadaan Listrik, Gas E Pengadaan Air F Konstruksi G Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor H Transportasi dan Pergudangan I Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum J Informasi dan Komunikasi K Jasa Keuangan L Real Estate M,N Jasa Perusahaan O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib P Jasa Pendidikan Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial R,S,T,U Jasa lainnya Total Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, 0.10 Jasa lainnya, 0.07 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, 0.27 Jasa Perusahaan, 0.00 Jasa Pendidikan, 0.57 Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, 0.58 Real Estate, 0.18 Jasa Keuangan, 0.12 Pertambangan dan Penggalian, 1.46 Informasi dan Komunikasi, 0.26 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, 0.08 Transportasi dan Pergudangan, 0.20 Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, 0.56 Konstruksi, (0.40) Industri Pengolahan, 0.70 Pengadaan Air, 0.01 Pengadaan Listrik, Gas, 0.02 Grafik 1-1. Sumber Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 (%-yoy) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sektor pertanian tumbuh meningkat sebesar 3,28% yang didorong oleh pertumbuhan kinerja sub sektor perkebunan tahunan yaitu komoditas kelapa sawit. Sementara sub sektor tanaman pangan tercatat mengalami pertumbuhan negatif disebabkan belum masuknya musim panen padi yang diperkirakan berlangsung pada triwulan II Sumbangan yang diberikan sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I 2015 sebesar 0,58% (yoy). Secara triwulanan, sektor pertanian tumbuh sebesar 1,95% (qtq), meningkat dalam dibandingkan triwulan I 2014 yang tumbuh sebesar 0,47% (qtq). 7

24 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Peningkatan kinerja sub sektor perkebunan tahunan khususnya kelapa sawit tercermin dari meningkatnya ekspor kelapa sawit Sumatera Selatan triwulan I 2015 yang mencapai 97,18 Juta Ton, atau tumbuh hingga 468,52% (yoy). Berdasarkan informasi liaison dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), kenaikan volume ekspor bersumber dari India dan Amerika Serikat. Peningkatan permintaan yang cukup signifikan dari India ini disebabkan karena perkiraan produksi rapeseed sebagai sumber minyak nabati yang turun akibat keterlambatan penanaman. Sementara permintaan akan minyak nabati seiring pertumbuhan penduduk terus meningkat sehingga India meningkatkan pasokan minyak nabati untuk memenuhi permintaan pasar di dalam negeri. Sementara itu, komoditas perkebunan tahunan lainnya yaitu karet belum menunjukkan perbaikan. Produksi karet Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 sebesar 223,44 Ribu Ton atau turun sebesar -11,79% (yoy). Harga karet internasional yang tidak menarik menjadi salah satu alasan petani karet enggan menyadap sehingga bahan baku industri olahan karet berkurang. Juta Ton % - yoy CPO g CPO (RHS) I II III IV I II III IV I Rp/kg Harga CPO Harga Inti Indek "K" (%) - RHS 10,000 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1, Grafik 1-2. Perkembangan Nilai Ekspor CPO Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI Grafik 1-3. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah Ribu Ton Produksi Pertumbuhan (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I Grafik 1-4. Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Sumber: Gapkindo Sumsel Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan I 2015 tumbuh 6,42% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 8,72% (yoy).

25 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Perlambatan sektor pertambangan terutama bersumber dari kinerja subsektor pertambangan batubara yang tumbuh positif, sebaliknya sub sektor pertambangan minyak dan gas bumi yang kembali tumbuh negatif meskipun mengalami perbaikan. Sebagaimana triwulan sebelumnya, sektor pertambangan kembali memberikan andil terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Sumsel sebesar 1,46%. Produksi batubara Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 mencapai 4,5 Juta Ton atau meningkat sebesar 49,06% (yoy). Berdasarkan informasi liaison, belum membaiknya harga batubara internasional selama triwulan I 2015 berdampak minimal karena contact mengutamakan ekspor batubara berkalori tinggi yang harganya relatif stabil. Sementara untuk batubara berkalori rendah diserap oleh pasar domestik terutama untuk bahan bakar pembangkit listrik (PLTU). Sementara itu, ekspor hasil minyak Sumatera Selatan sedikit mengalami perbaikan meskipun masih tumbuh negatif. Turunnya nilai ekspor minyak Sumatera Selatan dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang pada triwulan I 2015 turun hingga menyentuh level di bawah US$50/barrel, terendah selama 5 tahun terakhir. US$ Juta Ekspor Migas (FOB) g Ekspor Migas (RHS) I II III IV I II III IV I %-yoy Ribu Ton 5,000 4,500 4,000 3,500 3,000 2,500 2,000 1,500 1, Produksi Batubara gproduksi Batubara (RHS) 3,019 %yoy 4, I II III IV I II III IV I Grafik 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Minyak dan Gas Bumi Sumatera Selatan Sumber: BPS Grafik 1-6. Perkembangan Produksi Batubara Sumatera Selatan Sumber: McCloskey Kinerja sektor industri pengolahan selama triwulan I 2015 tumbuh 3,74% (yoy) yang didorong oleh kinerja industri makanan dan minuman serta industri kimia, khususnya pupuk. Andil pertumbuhan sektor industri pengolahan terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan triwulan I 2015 sebesar 0,7%. Kinerja industri makanan dan minuman menjadi sub sektor yang menyumbang andil terbesar. Kinerja industri makanan dan minuman yang meningkat terutama makanan khas Sumatera Selatan yaitu empek-empek dan kerupuk ikan. Peningkatan produksi dan penjualan kedua makanan khas tersebut antara lain dipengaruhi oleh meningkatnya jumlah wisatawan ke Sumatera Selatan baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara selama triwulan I Selama triwulan I 2015 jumlah wisatawan sebanyak 178 Ribu Orang, atau meningkat 9,36% (yoy). 9

26 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara itu, kinerja sub sektor industri kimia tumbuh positif seiring dengan meningkatnya produksi pupuk khususnya untuk tanaman kelapa sawit. Produksi urea maupun amonia pada triwulan I 2015 yang dihasilkan oleh industri pengolahan pupuk di Sumatera Selatan diperkirakan tumbuh positif. Ribu Orang 250 Jumlah Wisatawan g Wisatawan (RHS) %-yoy 25 Ton Vol Produksi Urea gurea (RHS) Vol Produksi Amonia gamoniak (RHS) %-yoy 15, ,0 5,0 - (5,0) (10,0) - I II III IV I II III IV I *Perkiraan I II III IV I II III IV (15,0) Grafik 1-7. Perkembangan Jumlah Wisatawan di Sumatera Selatan Sumber: BPS Prov Sumsel, diolah Grafik 1-8. Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional Sumber: PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang, diolah Kinerja sektor konstruksi tumbuh negatif dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor konstruksi terkontraksi sebesar -3,36% (yoy), dan memberikan andil -0,40% terhadap pertumbuhan ekonomi triwulan I Penyebab turunnya kinerja sektor ini antara lain belum dimulainya siklus belanja infrastruktur pemerintah daerah. Sementara data konsumsi semen Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 sebesar 415 Ribu Ton atau turun sebesar -1,79% (yoy). Konsumsi semen tersebut antara lain dipergunakan untuk proyek konstruksi swasta. Hal tersebut tercermin dari pertumbuhan kredit konstruksi yang tumbuh sebesar 13,66% (yoy). Ribu Ton Penjualan Semen g Penjualan Semen (RHS) % yoy I II III IV I II III IV I Rp Triliun KPR+KPA+RUKO/RUKAN Konstruksi gkpr, KPA, Ruko/Rukan gkonstruksi I II III IV I II III IV I %-yoy Grafik 1-9. Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Sumber: Bank Indonesia Sektor Perdagangan Besar dan Eceran, dan Reparasi Mobil dan Sepeda Motor (perdagangan)tumbuh stabil pada level di atas 5%. Pertumbuhan triwulan I 2015 mencapai 5,81% (yoy), atau sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya 8,52% (yoy). Sumber pertumbuhan utama sektor berasal dari sub sektor perdagangan besar dan eceran yang tumbuh cukup signifikan. Meningkatnya perdagangan besar tercermin dari meningkatnya volume ekspor impor baik melalui jalur laut maupun 10

27 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional udara di Sumatera Selatan yang tumbuh sebesar 35,2% (yoy). Sementara itu, sub sektor Perdagangan Mobil, Sepeda Motor dan Reparasinya tumbuh negatif. Kondisi tersebut dikonfirmasi dengan turunnya pendaftaran kendaraan baru di Sumatera Selatan sebesar 26,2% (yoy). Juta Ton Ekspor Impor g Net Ekspor 35,2 I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Volume Ekspor Impor Sumatera Selatan Sumber : Cognos BI, diolah % - yoy 50,0 40,0 30,0 20,0 10,0 0,0-10,0-20,0-30,0 Unit Kendaraan Baru g Kendaraan Baru 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000-39,628 (26.2) I II III IV I II III IV I %-yoy (5.0) (10.0) (15.0) (20.0) (25.0) (30.0) Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru Roda Empat di Sumatera Selatan Sumber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan 1.3 Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Dari sisi penggunaan, perlambatan ekonomi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 dipicu oleh melambatnya konsumsi rumah tangga dan turunnya investasi. Konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan dari 5,66% (yoy) menjadi 5,27% (yoy). Pangsa konsumsi rumah tangga yang mencapai 73,45% dari total PDRB membuat pertumbuhan konsumsi rumah tangga memberikan andil yang tinggi terhadap perekonomian yaitu sebesar 3,41%. Tabel 1-3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera SelatanADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Komponen Pengeluaran I II III IV I Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 11

28 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1-4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2010 menurut Penggunaan Tahun (%) Komponen Pengeluaran I II III IV I Pengeluaran Konsumsi Rumah Tangga Pengeluaran Lembaga Non Profit Rumah Tangga Pengeluaran Konsumsi Pemerintah Pembentukan Modal Tetap Bruto Perubahan Inventori Ekspor Luar Negeri Impor Luar Negeri PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Konsumsi rumah tangga tumbuh melambat sejalan dengan melambatnya sektor ekonomi utama yaitu sektor pertambangan, sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan. Melambatnya ketiga sektor tersebut berdampak pada penghasilan dan konsumsi masyarakat. Selain konsumsi rumah tangga, melambatnya pertumbuhan pada triwulan laporan juga disebabkan oleh turunnya investasi. Melambatnya konsumsi rumah tangga tercermin dari hasil Survei Konsumen Bank Indonesia. Optimisme konsumen yang tercermin pada Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) melemah meskipun masih berada pada level optimis 120,0. Terjaganya optimisme konsumen tercermin dari indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama yang menguat. Artinya pada triwulan laporan, konsumen lebih menahan pembelian barang kebutuhan primer dibandingkan barang-barang tahan lama seperti barang elektronik dan perabotan rumah tangga. Sejalan dengan perlambatan konsumsi, kredit konsumsi pada triwulan laporan melambat dari 9,0% (yoy) menjadi 8,27% (yoy). Perlambatan kredit konsumsi terutama dipicu oleh melambatnya kredit kepemilikan properti baik residensial maupun komersial Indeks IKK IKE IEK I II III IV I II III IV I I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Sumber: Survei Konsumen, BI Grafik Indeks Keyakinan Konsumen Sumatera Selatan Sumber: Survei Konsumen, BI 12

29 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Rp Triliun Giro Pemda g Giro Pemda I II III IV I II III IV I %yoy Rp Triliun Kredit Konsumsi gkredit (RHS) I II III IV I II III IV I %yoy Grafik Perkembangan Giro Pemda Sumatera Selatan di Perbankan Sumber: BI Grafik Perkembangan Kredit Konsumsi di Sumatera Selatan Sumber: BI Sejalan dengan konsumsi rumah tangga, konsumsi pemerintah juga mengalami perlambatan. Konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari 5,92% (yoy) menjadi 1,37% (yoy) pada triwulan laporan. Secara triwulanan, konsumsi pemerintah terkontraksi hingga mencapai 26,38% (qtq). Kondisi tersebut sejalan dengan siklus belanja pemerintah yang belum optimal pada triwulan I Sejalan dengan pertumbuhan negatif yang dialami sektor konstruksi, investasi tumbuh negatif sebesar -0,82% (yoy). Pertumbuhan negatif tersebut menjadi yang pertama kali terjadi sejak 5 tahun terakhir. Kondisi tersebut juga dikonfirmasi dari turunnya investasi yang berasal dari Penanaman Modal Asing (PMA) di Sumatera Selatan sebesar -37,95% (yoy) pada triwulan laporan. Sementara investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) tumbuh sangat signifikan hingga mencapai 800,94% (yoy). Namun demikian, andil PMDN terhadap investasi secara umum tidak signifikan sehingga tidak mampu menahan kontraksi komponen investasi pada triwulan laporan. Adapun realisasi investasi pemerintah berupa pembangunan infrastruktur diperkirakan baru akan meningkat signifikan mulai triwulan II Beberapa proyek investasi besar yang menggunakan dana pemerintah pusat belum terealisasi antara lain disebabkan karena masalah penyesuaian anggaran dan birokrasi di beberapa kementerian dan lembaga (KL) baru yang belum rampung. %-yoy gpma gpmdn g Kredit Investasi (RHS) I II III IV I II III IV I %-yoy Grafik Perkembangan Investasi di Sumatera Selatan Sumber: BKPM, BI 13

30 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Salah satu sumber perlambatan pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan adalah perlambatan ekspor. Kegiatan ekspor mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya, dari 19,2% (yoy) menjadi 15,35% (yoy). Perlambatan terutama bersumber dari turunnya nilai ekspor karet dan kopi. Di sisi lain, impor meningkat signifikan yaitu dari 18,96% (yoy) menjadi 116,88% (yoy). Peningkatan impor tersebut terutama didominasi oleh barang modal berupa mesin mekanis dan boiler untuk industri yang ada di Sumatera Selatan. Secara triwulanan, ekspor mengalami peningkatan sebesar 1,02% (qtq) sedangkan impor mengalami penurunan sebesar 1,61%(qtq). USD/Rp 14,000 13,000 12,000 11,000 10,000 9,000 9, Nilai Tukar g Nilai Tukar (RHS) 11, %yoy 25 12, ,000 I II III IV I II III IV I Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Sumber: BI Meskipun masih tumbuh negatif, nilai ekspor luar negeri Sumsel mengalami perbaikan dari -27,24% (yoy) menjadi -22,82% (yoy) atau sebesar US$542,61 Juta. Penurunan tersebut terutama dipengaruhi oleh menurunnya harga internasional komoditas karet yang menjadi andalan Sumatera Selatan. Sementara itu dari sisi volume, ekspor Sumsel mengalami peningkatan dari 20,35% (yoy) menjadi 25,98% (yoy) yang terutama didominasi oleh komoditas batubara yang porsinya mencapai 75% atau sebesar Juta Ton. Sementara itu, walaupun volumenya terus menurun, namun nilai terbesar ekspor Sumatera Selatan masih didominasi oleh komoditas karet yaitu sebesar US$336,12 Juta. Tabel 1-5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Komoditas I II III IV I II III IV I Total Ekspor Karet CPO Batubara Kopi Lain-lain Sumber: Cognos BI 14

31 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Volume ekspor luar negeri mengalami tumbuh positif secara triwulanan maupun tahunan. Berdasarkan volumenya, ekspor pada triwulan I 2015 sebesar 2,06 juta ton, meningkat 25,98% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1,63 juta ton. Selain itu, dibandingkan triwulan sebelumnya, volume ekspor tumbuh melambat sebesar 9,71% (qtq). Juta USD Ekspor (Juta USD) %qtq (RHS) %yoy (RHS) I II III IV I II III IV I % Juta Ton 2,500 2,000 1,500 1, Ekspor (Juta Ton) %qtq (RHS) %yoy (RHS) I II III IV I II III IV I % Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI Dari sisi nilai, meskipun secara umum melambat namun terjadi peningkatan ekspor ke India dan Amerika Serikat (AS) dibandingkan triwulan sebelumnya. Ekspor ke AS mencapai US$ 102,21 Juta atau meningkat 14% (qtq). Sementara nilai ekspor ke India mencapai US$ 56,48 Juta atau mencapai 42% (qtq). Adapun komoditas yang diekspor antara lain CPO. 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% I II III IV I II III IV I Lainnya ASEAN India Jepang Cina Eropa Amerika Serikat ASEAN 18% Lainnya 22% India 11% Amerika Serikat 19% Jepang 9% Cina 9% Eropa 12% Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Sumber: Cognos BI Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Triwulan I 2015 Sumber: Cognos BI Nilai impor nonmigas terkontraksi secara triwulanan maupun tahunan. Nilai impor nonmigas pada triwulan I 2015 tercatat sebesar US$284,23 Jutaatau meningkat signifikan sebesar 231,64% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.sementara itu, secara triwulanan, nilai impor turun sebesar 0,07% (qtq) dari sebesar USD284,45 juta. Peningkatan nilai impor banyak dikontribusikan oleh mesin mekanis dan boiler serta pupuk. 15

32 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1-6. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Komoditas I II III IV I II III IV I Total Peralatan Elektrik Besi dan Baja Peralatan Industri Pupuk Gandum Peralatan Khusus Industri Lainnya Sumber: Cognos BI Volume impor pada triwulan I 2015 tercatat 338,94 juta ton atau naik signifikan sebesar 143,65% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat mengalami penurunan sebesar -2,04% (qtq). Peningkatan signifikan ini terjadi akibat meningkatnya impor gandum dan peralatan elektrik yang masing-masing tumbuh sebesar 326,91% (yoy) dan 267,86 (%). Juta USD Impor (Juta USD) %qtq (RHS) %yoy (RHS) I II III IV I II III IV I % Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI Juta Ton Impor (Juta Ton) %qtq (RHS) %yoy (RHS) I II III IV I II III IV I % Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Cognos BI Ditinjau dari negara aslnya, impor dari Cina mengalami peningkatan di triwulan I Pangsa impor dari Cina mencapai 42,25% dari keseluruhan impor, kemudian disusul oleh Eropa sebesar 30%. 100% 90% Amerika Serikat 1% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% Lainnya ASEAN Cina Eropa Amerika Serikat ASEAN 17% Lainnya 14% Eropa 24% 10% 0% I II III IV I II III IV I Cina 44% ,015 Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 Sumber: Cognos BI Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Triwulan IV 2013 Sumber: Cognos BI 16

33 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Box A.1 Kendala Peningkatan Nilai Jual Bagi Komoditas Utama Komoditas utama seperti Karet, Kelapa Sawit, dan Batubara di Sumsel telah lama menjadi landasan perekonomianregional dengan menopang kehidupan sebagian besar masyarakat di Sumsel. Sifatnya sebagai sektor yang menjanjikandan menyerap tenaga kerja tinggi justru pertumbuhannya kian tahun kian menurun. Seiring dengan perkembangan ekonomi global yang tidak menentu, peran komoditas tersebut mulai menurun seiring dengan rendahnya harga komoditas tersebut di pasar global akibat turunnya permintaan global. Usaha Pemerintah untuk mengatasi permasalahan tersebut, hingga kini belum memperlihatkan hasil yang signifikan. Permasalahan yang sering terjadi umumnya terkait dengan pengembangan investasi yang terlambat. Salah satunya seperti transportasi pengangkutan batubara yang masih menggunakan jalan umum. Dampaknya adalah jalan yang dilalui oleh kendaraan angkutan batubara mengalami kerusakan yang cukup parah. Akibatnya kegiatan ekonomi dan kepentingan masyarakat yang mengandalkan jalan tersebut menjadi terganggu. Permasalahan umum lainnya adalah sulitnya mendirikan jaringan listrik. Padahal dengan cadangan batubara yang melimpah, Sumsel dapat menjadi sumber energi bagi daerah sekitarnya. Hal ini turut menjamin permintaan pasar yang cukup besar terhadap batubara. Selain itu peran Pemerintah dalam mendukung peningkatan nilai tambah komoditas sebaiknya lebih diperluas. Seperti halnya dalam mengatasi kampanye negatif dari pihak luar yang ditujukan kepada komoditas-komoditas unggulan. Dalam hal kebijakan, penetapan RTRW oleh Pemerintah sebaiknya dipercepat sehingga aktivitas usaha dapat berjalan lebih baik. Sementara itu proyek besar Pemerintah melalui industri hilirisasi untuk menjadikan Sumsel Provinsi yang mandiri dan penopang pertumbuhan ekonomi Nasional sebaiknya terus didorong dan diusahakan. Selain itu, perlunya Pemerintah melakukan differensiasi komoditas unggulan sehingga jika terjadi tekanan pada komoditas tertentu, perekonomian Sumsel tidak terganggu (terlihat pada indeks HHI 1 >0,62 yang berarti ekpsor Sumsel hanya terkonsentrasi pada komoditas tertentu). 1 HHI: Herfindahl-Hirschman Index adalah indeks yang mengukur seberapa besar suatu wilayah bergantung pada komoditas tertentu didalam ekspornya. Semakin kurang dari 1 menunjukkan semakin banyak variasi komoditas yang menopang perekonomiannya. Semakin mendekati dari 1 menunjukkan semakin sedikit variasi komoditas yang menopang perekonomiannya. 17

34 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional HHI Sumut Riau Sumsel Indonesia Kalsel Kaltim Grafik A.1.1 Perbandingan HHI di beberapa Provinsi di Indonesia Grafik A.1.2 Perbandingan Impor Karet Dunia VS Ekspor Karet Indonesia Sedangkan terkait dengan usaha untuk mendongkrak kinerja karet yang sedang turun, ekspor karet Indonesia masih fokus pada negara Asia Timur (ditunjukkan dengan warna hijau). Namun demikian, prospek ekonomi negara terbesar di kawasan tsb, yaitu Jepang dan Tiongkok diperkirakan melambat sehingga perlu dilakukan peralihan (subsitusi) negara tujuan ekspor. Sementara itu kawasan Eropa dan Amerika Serikat yang memiliki impor terbesar (diameter lingkaran terbesar), penetrasi karet kita masih lebih rendah atau masih di bawah 8%. Prospek ekonomi Eropa dan Amerika Serikat yang diperkirakan meningkat di tahun 2015 membuat peluang di negara-negara tersebut masih besar. Mayoritas produk yang diimpor oleh negara Eropa dan Amerika Serikat merupakan produk olahan karet yang sudah lebih lanjut seperti ban dan komponen manufaktur. 18

35 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Box A.2 Keunggulan Geografis Sumatera Selatan Sebagai Pusat Perdagangan Internasional Secara geografi, letak Sumsel menjadi nilai tambah pengembangan ekonomi karena tempatnya yang strategis dan menguntungkan dari sisi jalur perdagangan yaitu pertemuan antara jalur hindia, jalur asia pasifik, dan jalur sutera tiongkok. Letak Sumsel juga memberikan akses yang besar untuk menggapai pasar Jawa dan pasar Singapore.Sumsel juga merupakan salah satu lumbung energi akibat produksi minyak bumi, gas, batubara dan panas bumi yang begitu melimpah. Produksi batubara Sumsel termasuk yang terbesar di Indonesia selain provinsi Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. Produksi tanaman bahan pangan (tabama) Sumsel melimpah dan mampu memenuhi kebutuhan daerahnya, bahkan juga dapat memenuhi kebutuhan provinsi di sekitar seperti Bengkulu, Babel, Jambi, dan Lampung. Selain tabama, perkebunan karet dan kelapa sawit juga dapat tumbuh dengan baik. Berdasarkan data dari Direktorat Jenderal Perkebunan, Sumsel merupakan provinsi produsen karet tertinggi di Indonesia atau mencapai 19% dari total produksi karet Nasional Sementara untuk komoditas kelapa sawit, Sumsel merupakan produsen tertinggi keempat di Indonesia atau menyumbang 10% dari total produksi. Secara geografi, letak Sumsel sangat menguntungkan untuk melakukan perdagangan ekspor komoditas perkebunan dan produk turunannya secara langsung. Memiliki jalur sungai yang membelah sampai ke tengah dan pelosok kab/kota dan memiliki pelabuhan bertaraf internasional memberikan suatu keuntungan bagi Sumsel untuk meningkatkan pertumbuhan ekonominya melalui ekspornya. Grafik A.2.1 Persebaran Komoditas Utama Sumsel Grafik A.2.2 Letak Geografis Sumsel 19

36 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Box A.3 Kendala Infrastruktur Dalam Meningkatkan Investasi Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur turut memegang peranan penting sebagai salah satu roda penggerak pertumbuhan ekonomi. Ini mengingat gerak laju dan pertumbuhan ekonomi suatu negara tidak dapat pisahkan dari ketersediaan infrastruktur seperti transportasi, telekomunikasi, sanitasi, dan energi. Oleh karena itu, pembangunan sektor ini menjadi fondasi dari pembangunan ekonomi selanjutnya. Pembangunan infrastruktur suatu negara harus sejalan dengan kondisi makro ekonomi negara yang bersangkutan. Ketidaksiapan infrastruktur memang merupakan masalah utama yang paling sering dikeluhkan oleh para investor. Hambatan-hambatan infrastruktur ditengarai sebagai salah satu sebab munculnya ekonomi biaya tinggi. Hambatan infrastruktur mutlak akan menjadi kendala besar bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jika infrastruktur suatu negara tidak memadai, maka kegiatan investasi serta arus barang dan jasa otomatis akan turut mengalami gangguan. Berdasarkan Global Competitiveness Report menyatakan bahwa infrastruktur yang kurang memadai akan membebani biaya logistik bagi perusahaan. Hasil kajian menempatan urutan Indonesia berdasarkan GCI (Global Competitiveness Index) berada pada peringkat 38 dari 144 negara. Kondisi ini mengalami perbaikan dari tahun sebelumnya yang berada pada peringkat 50. Namun demikian, Indonesia masih tertinggal dari negara-negara utama di Asean dimana Indonesia berada diurutan 5 dari 14 negara Asean. Tabel A.3.1 Global Competitiveness Index Indonesia Tahun GCI Overal Index Ranking/Jumlah Negara Score /134 4, /133 4, /139 4, /142 4, /144 4, /148 4,53 Berdasarkan kajian yang dilakukan oleh Lembaga pengkajian Penelitian dan Pengembangan Ekonomi (LP3EI) dan hasil FGD dengan pengamat logistik Indonesia, biaya logistik Indonesia masih sangat tinggi yang berada pada kisaran 26% - 30% dari total PDB dibandingkan negara lain. Sedangkan rata-rata biaya logistik di Asia sekitar 10% - 16% dan Eropa sekitar 8% - 11%. Pemicu utama tingginya biaya logistik di Indonesia adalah sistem logistik dan infrastruktur yang masih belum memadai. Infrastrukutur yang berkaitan langsung dengan logistik adalah sektor transpotasi, terutama infrastruktur pelabuhan, jalan, dan 20

37 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional hubungan antar moda. Kondisi logistik nasional ini turut tercermin pada kondisi logistik di Sumsel. Moda transportasi, sistem konektivitas dan akses jalan yang merupakan sarana utama distribusi barang, masih perlu ditingkatkan sehingga dapat menekan biaya logistik yang tinggi dan mendorong pertumbuhan ekonomi di Sumsel. Saat ini kondisi jalan di Sumsel masih perlu diperbaiki terutama jalan yang berada di kab/kota. Berdasarkan data yang tersedia, kondisi jalan di Sumsel yang berada pada kondisi mantap (terpelihara dengan baik) kurang dari 70%. Buruknya kondisi jalan di beberapa kab/kota berdampak pada proses distribusi barang yang terlambat dan biaya penyaluran yang tinggi. Kondisi Ini diharapkan menjadi perhatian utama Institusi terkait untuk diitingkatkan sehingga kegiatan ekonomi dapat lebih dioptimalkan. Tabel A.3.2 Komponen Biaya Pembentuk Biaya Logistik Tahun Biaya Transport (%) Biaya Inventori (%) Biaya Adm (%) Total Biaya Logistik (%) Sumber: Kajian Logistik oleh Prof. Senator Nur Bahagia Tabel A.3.3 Kondisi Jalan di Sumsel per Kab/Kota TAHUN 2014 Provinsi Kab/Kota TOTAL Kab/Kota Mantap % Mantap % Mantap % Panjang Panjang Panjang (B) Mantap (B+S) Mantap (B+S) Mantap OKU % 1, % 1, % OKI % 1, % 1, % Muara enim % 1, % 1, % PALI % % Lahat % 1, % 1, % Musi Rawas % 1, , % 1, , % Musi Rawas , % Utara Muba % 1, % 1, % Palembang % % % Prabumulih % % % Pagaralam % % % OKUS % % % OKUT % % 1, % OI % % 1, % 4Lawang % 1, % 1, , % Lubuk Linggau % % % Banyuasin % 1, % 1, % Provinsi SUMSEL 1, , % 16, , % 17, , % Sumber: RKPD Sumsel

38 Indeks (%) , Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Box A.4 Optimisme Konsumen pada Triwulan I 2015 Menurun Berdasarkan survei konsumen, tingkat keyakinan masyarakat Kota Palembang pada triwulan I 2015 menurun dibandingkan triwulan IV 2014 (qtq). Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2015 adalah 119,9 atau sedikit menurun dibandingkan rata-rata Indeks IKK pada triwulan IV 2014 yang mencapai 126,4. Penurunan ini diakibatkan oleh penurunan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang lebih tinggi dibandingkan dengan peningkatan Indeks Kondisi Saat Ini (IKE). IEK menyumbang penurunan sebesar 11,9% (qtq) sedangkan IKE menyumbang peningkatan sebesar 3,0% (qtq). Penurunan IKK dapat dilihat pada Grafik A.4.1 dan Grafik A I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik A.4.1. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Triwulan I 2012 Triwulan I

39 Index (%) Growth (qtq) % Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 20% 15% 10% 5% 3,0% 0% -5% -5,09% -10% -15% -11,9% I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) -3,5% 3,3% 0,0% -3,9% -0,4% 0,5% -6,2% 10,7% 0,9% -1,7% -4,1% 3,0% Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) -0,9% 0,5% 7,0% -4,3% -4,7% -2,9% -4,8% 15,2% 1,1% -6,2% 3,5% -11,9% Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) -2,1% 1,8% 3,7% -4,1% -2,7% -1,3% -5,4% 13,1% 1,0% -4,1% -0,1% -5,1% Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) Grafik A.4.2. Growth IKK (qtq) Triwulan I 2012 Triwulan I ,20 116,13 100, I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama Batas Minimum Optimis Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik A.4.3. Indeks Kondisi Saat Ini (IKE) Triwulan I 2012 Triwulan I

40 Index (%) 138 Growth qtq (%) Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 25% 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) -3,5% 3,3% 0,0% -3,9% -0,4% 0,5% -6,2% 10,7% 0,9% -1,7% -4,1% 3,0% Indeks Penghasilan Konsumen -3,0% -6,6% 7,3% -10,7% 3,1% 8,8% -16,1% 16,0% 2,6% 0,6% -4,1% 1,8% Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 12,9% 2,1% -16,8% 3,0% 6,6% -7,7% 7,2% -2,0% 14,8% -14,3% 0,4% 0,1% Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama -17,8% 19,0% 8,1% -1,3% -9,4% -1,6% -5,0% 17,1% -12,5% 8,8% -7,9% 7,3% 7,3% 3,0% 1,8% 0,1% Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama Grafik A.4.4. Growth IKE (qtq) Triwulan I 2012 Triwulan I I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Kegiatan Usaha Batas Minimum Optimis Grafik A.4.5. Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Triwulan I 2012 Triwulan I

41 Growth qtq (%) Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 20% 15% 10% 5% 0% -5% -10% -15% -20% I II III IV I II III IV I II III IV I Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) -0,9% 0,5% 7,0% -4,3% -4,7% -2,9% -4,8% 15,2% 1,1% -6,2% 3,5% -11,9% Indeks Penghasilan Konsumen -5,8% -4,6% 12,0% -3,7% -6,6% -0,2% -7,2% 16,7% -5,9% 1,7% 0,9% -12,8% Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja 3,7% 6,9% -3,1% -0,5% -0,1% -10,3% -0,8% 15,0% 9,0% -12,6% 2,3% -17,4% Indeks Kegiatan Usaha 0,9% 0,7% 11,0% -7,8% -6,6% 0,8% -5,3% 13,8% 2,0% -8,2% 7,3% -6,3% Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Kegiatan Usaha Grafik A.4.6. Growth IEK Triwulan I 2012 Triwulan I 2015 Pendapat Responden terhadap Kegiatan Dunia Usaha Secara umum konsumen relatif pesimis terkait kegiatan dunia usaha untuk 6 bulan mendatang. Pesimisme konsumen ditunjukkan dengan penurunan indeks kegiatan usaha dari 144,9 menjadi 135,8.Pesimisme konsumen tersebut dipengaruhi oleh menurunnya harga komoditas unggulan Sumatera Selatan dan kebijakan harga BBM bersubsidi yang berfluktuasi. Pendapat Responden terhadap Penghasilan Konsumen optimis terhadap kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu, yaitu naik 1,8% (qtq) tercermin dari naiknya indeks dari 136,8 menjadi 139,2. Namun konsumen pesimis terhadap perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang ditunjukkan dengan penurunan sebesar 12,8% (qtq) dari triwulan lalu yang tumbuh sebesar 0,9% (qtq). Alasan menurunnya optimisme konsumen adalah menurunnya omzet usaha yang disebabkan oleh melemahnya ekonomi Sumsel akibat pelemahan harga komoditas unggulan. Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Survei Konsumen pada triwulan I 2015, konsumen sedikit lebih optimis tehadap ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan dengan 6 bulan yang lalu. Indeks tersebut meningkat dari 100,1 menjadi 100,2.Namun konsumen pesimis akan ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang, terlihat dari menurunnya indeks ketersediaan lapangan kerja dari 119,4 menjadi 98,7.Pesimisme konsumen terhadap ketersediaan lapangan kerja disebabkan oleh perkiraan perekonomian yang akan memburuk dan kegiatan/proyek pemerintah dan swasta yang berkurang. 25

42 Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pendapat Responden terhadap Konsumsi Barang-barang Kebutuhan Tahan Lama Pada triwulan I 2015, konsumen lebih optimis untuk mengonsumsi barangbarang kebutuhan tahan lama. Optimisme konsumen terhadap konsumsi barangbarang kebutuhan tahan lama meningkat di triwulan I 2015 sebesar 7,3% (qtq) dari 108,2 menjadi 116,1. 26

43 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan 2. Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Pada triwulan I 2015, inflasi Provinsi Sumatera Selatan kembali turun sesuai dengan pola historisnya selama 6 tahun terakhir. Penurunan inflasi pada triwulan I 2015 disebabkan oleh turunnya harga BBM bersubsidi dan tarif angkutan. komoditas bahan makanan juga terindikasi mengalami penurunan. Penurunan komoditas tersebut, berpengaruh signifikan terhadap penurunan harga pada kelompok administered prices dan volatile foods yang tercatat meningkat drastis di akhir tahun Inflasi Secara Umum Turunnya harga BBM sebesar 22% diawal tahun 2015, berdampak besar terhadap pencapaian inflasi pada triwulan I Kinerja inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 6,26% (yoy) jauh menurun jika dibandingkan dengan triwulan IV 2014 yang tercatat sebesar 8,48%. Capaian inflasi Sumsel pada triwulan I 2015 sedikit dibawah capaian inflasi Nasional sebesar 6,38% (yoy). Inflasi Sumsel berada pada peringkat ke-6 dari provinsi di sumatera dengan capaian inflasi terendah. Selain itu capaian inflasi Sumsel tercatat lebih tinggi dibanding dengan capaian inflasi Pulau Sumatera yang berada pada level 6,12% (yoy). Turunnya inflasi terjadi di kota Palembang dan Lubuklinggau yang merupakan kota pembentuk inflasi Provinsi Sumsel. Kota Lubuklinggau merupakan salah satu kota dengan inflasi tertinggi di Sumatera pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 6,07% (yoy), sementara kota Palembang berada pada level 6,28% (yoy).realisasi inflasi tersebutlebih rendah dibandingkan kisaran proyeksi Bank Indonesia sebelumnya pada level 7% - 8% (yoy). Sebelum adanya kenaikan harga BBM, rata-rata inflasi tahunan kedua kota tersebut hingga bulan November berada pada kisaran 4% - 5%. Selama triwulan I 2015, secara bulanan inflasi di Sumsel pada bulan Januari, Februari, dan Maretcenderung deflasi,masing-masing sebesar -1,15% (mtm), -0,05% (mtm), dan 0,28% (mtm). Inflasi tertinggi di bulan Maret terjadi akibat kenaikan harga BBM yang terjadi 2 kali pada periode tersebut sehingga memberikan tekanan secara langsung pada kelompok administered prices yang diikuti oleh peningkatan harga di kelompok volatile food dan kelompok inti. Untuk inflasi di kelompok inti, walaupun trennya meningkat, namun kenaikan inflasi pada kelompok ini masih relatif terjaga. 27

44 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-1. Perkembangan Inflasi Tahunan Sumsel dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2-2. Perkembangan Inflasi Bulanan Sumsel dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2-3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Sumsel Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2-4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi BI Grafik 2-5. Perbandingan Inflasi Tahun Kalender Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 28

45 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Box B.1 Peran TPID Sumsel Dalam Mengendalikan Harga Di Triwulan I 2015 a) Koordinasi Penyesuaian Tarif Angkutan Ekonomi Pasca Penurunan Harga BBM Bersubsidi Kendati harga BBM mengalami penurunan di awal tahun 2015, namun tarif angkutan umum di Sumsel sulit untuk diturunkan kembali. Sulitnya menyesuaikan tarif angkutan umum dikarenakan harga spare part dan biaya perbaikan yang terlanjur naik dan belum mengalami penyesuaian pasca penurunan harga BBM. Disamping itu, kenaikan tarif yang tidak sampai 30% setelah kenaikan harga BBM bersubsidi di akhir bulan November 2014 turut menjadi alasan Organda untuk menolak penyesuaian tarif angkutan. Namun demikian, pihak Pemda dan Organda akhirnya mencapai kesepakatan untuk menurunkan harga tarif angkutan dalam kota dari yang sebelumnya Rp3.500 turun menjadi Rp3.200 atau turun sebesar 8,6% menyesuaikan dengan penurunan harga BBM. Terkait dengan kondisi ini, Pemerintah Daerah Sumsel berharap ada formula atau regulasi yang mengatur tegas perubahan tarif jika terjadi kenaikan atau penurunan harga BBM bersubsidi mengingat harga BBM bersubsidi akan naik atau turun secara otomatis menyesuaikan dengan harga pasar internasional. Besaran penyesuaian tarif angkutan di Sumsel melalui mekanisme pembahasan antara Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika dan Organda dalam rangka mencapai kesepakatan harga yang seimbang. Sebelum menetapkan penyesuaian tarif tersebut, pengusaha angkutan dan Organda tetap menghitung sejumlah komponen. Mulai dari biaya operasional, suku cadang, biaya penyusutan, bunga bank, awak bus, biaya pemeliharaan, biaya keur bus, biaya asuransi, dan biaya pegawai kantor dan pengelolaan. Grafik B.1.1 Historis Kenaikan Tarif Angkutan Kota Dan Harga BBM 29

46 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan b) Koordinasi TPID dalam Mengendalikan Harga Beras Peningkatan harga beras yang terjadi di Sumsel salah satunya terjadi karena kurang lancarnya distribusi pasokan raskin ke seluruh kabupaten/kota di Sumsel. Hal ini disebabkan oleh mekanisme pengiriman raskin yang masih kurang baik. Saat ini pengiriman raskin terkendala oleh tidak tersedianya dana talangan pada APBD Kabupaten Kota, sehingga Pemerintah Daerah mencari alternatif dengan memungut biaya pada masyarakat terlebih dahulu untuk dapat menebus raskin dari Bulog dan dikirimkan ke kota/kabupaten yang bersangkutan. Kondisi saat ini, banyak kota/kabupaten yang tidak mendapatkan dana talangan dari masyarakat maka tidak dapat meminta raskin untuk dikirimkan ke daerah masing-masing. Hal ini menyebabkan beras banyak menumpuk di gudang Bulog. Untuk mengatasi masalah distribusi raskin, maka TPID Sumatera Selatan melakukan Rapat Koordinasi TPID Wilayah Sumatera Selatan yang dihadiri oleh Ketua TPID Sumsel/Sekretaris Daerah, Bank Indonesia, Disperindag, anggota TPID Prov. Sumsel lainnya, dan perwakilan TPID masing-masing kota/kabupaten. Berdasarkan hasil Rapat Koordinasi ditetapkan sebagai berikut: 1. Pemerintah Kabupaten/Kota untuk membuat petunjuk teknis (juknis) Raskin sebagai penajaman Juklak Raskin dan Kesejahteraan RI 2. Pemerintah Kabupaten/Kota untuk mengalokasikan APBD untuk Biaya Operasional Raskin yaitu biaya angkut dari Titik Distribusi (TD) ke Titik Bagi (TB) hingga Rumah Tangga Sasaran Penerima Manfaat (RTS-PM) sesuai dengan SE Mendagri No. 900/2634/SJ tanggal 27 Mei 2013 dan SK Gubernur Sumsel No. 701/KPTS/IX/2014 tentang Pagu Alokasi Program Bantuan Beras untuk Rumah Tangga Miskin Kabupaten/Kota Tahun Melakukan operasi pasar untuk mengatasi kenaikan harga. Dari sisi kelompok pembentuk inflasi, turunnya inflasi pada triwulan I 2015 terutama terjadi pada kelompok administered prices 2, penurunan tersebut turut berpengaruh pada kelompok volatile food 3. Inflasi kelompok administered prices turun dari 18,52% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 12,67% (yoy). Hal tersebut diakibatkan oleh penurunan harga BBM dan turunnya tarif angkutan di awal triwulan I Komoditas yang turun signifikan pada kelompok ini dibandingkan dengan triwulan sebelumnya adalah komoditas bensin, solar, dan tarif angkutan. 2 Kelompok administered prices merupakan kelompok barang dan jasa yang harganya ditetapkan oleh Pemerintah secara langsung, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan, dll. 3 Komponen volatile foods merupakan Inflasi yang dominan dipengaruhi oleh shocks (kejutan) dalam kelompok bahan makanan seperti panen, gangguan alam, atau faktor perkembangan harga komoditas pangan domestik maupun perkembangan harga komoditas pangan internasional.komponen volatile foods didominasi oleh komoditas pangan. 30

47 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Inflasi kelompok volatile food pada triwulan I 2015 tercatat inflasi namun jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya. Hal ini juga sejalan dengan penurunan inflasi kelompok administered prices. Secara tahunan, inflasi volatile food tercatat sebesar 3,20% (yoy), jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 10,88% (yoy). Penurunan yang cukup tinggi di triwulan ini disebabkan oleh biaya operasional yang ikut turun sejalan dengan turunnya BBM dan tarif angkutan, sehingga berakibat pada turunnya harga bahan pangan. Berdasarkan Survei Pemantauan Harga (SPH), tren penurunan inflasi di triwulan I 2015 terjadi hampir disepanjang triwulan I 2015 terutama pada komoditas bahan pangan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok inti 4 (core) mengalami kenaikan walaupun masih relatif terjaga. Pada triwulan I 2015, inflasi inti tercatat sebesar 5,01% (yoy), meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 3,83% (yoy). Peningkatan diperkirakan akibat pengaruh kenaikan kelompok administered prices dan volatile food pada periode sebelumnya serta akibat pelemahan nilai tukar rupiah. Sumber: BPS, diolah Grafik 2-6. Disagregasi Inflasi Tahunan Sumber: BPS, diolah Grafik 2-7. Disagregasi Inflasi Bulanan Inflasi administered prices pada triwulan I 2015 memberikan andil inflasi yang cukup besar. Namun andil inflasi administered price sdi triwulan I 2015 lebih rendah dibandingkan dengan andil inflasi administered prices pada triwulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan akibat turunnya harga BBM bersubsidi. Sejalan dengan itu, andil inflasi volatile food juga mengalami penurunan. 4 Inflasi inti merupakan komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor fundamental, seperti interaksi permintaan-penawaran, lingkungan eksternal, dan ekspektasi inflasi. 31

48 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Grafik 2-8. Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Sumber: BPS, diolah * Periode Jan-Okt 2013 Backcasting dengan TD 2012 Grafik 2-9. Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS, diolah Pencapaian inflasi kelompok volatile food lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya, namun kelompok intijauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata historisnya selama 2 tahun terakhir. Inflasi kelompok volatile food pada triwulan I 2015 mencapai 3,20% (yoy), jauh menurun dibanding triwulan sebelumnya. Sedangkan inflasi kelompok inti pada triwulan I 2015 mencapai 5% meningkat dibandingkan rata-rata historis 2 tahun terakhir sebesar 2,46% (yoy). Sementara itu inflasi administered prices pada triwulan I2015mencapai 12,68%% (yoy), lebih tinggi dibandingkan rata-rata lima tahun terakhir sebesar 12,35% (yoy). Inflasi non-tradables pada triwulan I 2015 turun dibandingkan rata-rata historis 2 tahun terakhir. Sedangkan kelompok tradable mengalami inflasi di triwulan I Kelompok barang-barang tradables pada triwulan I 2015 mengalami inflasi sebesar 2,13% (yoy) jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu deflasi sebesar 0,60% (yoy). Capaian inflasi ini lebih rendah dibandingkan rata-rata 2 tahun terakhir sebesar 2,84% (yoy). Sementara itu, inflasi barang-barang non-tradables pada triwulan I 2015 tercatat sebesar 9,72% (yoy) turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 15,70% (yoy). Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata historis 2 tahun terakhir sebesar 7,25% (yoy). Hal ini menunjukkan tekanan inflasi untuk komoditas yang diperdagangkan didalam negeri mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini dipengaruhi oleh kebijakan Pemerintah dalam menurunkan harga BBM bersubsidi. Di sisi lain, tekanan inflasi untuk komoditas yang diperdagangkan di internasional memiliki kecendurangan meningkat. Hal tersebut disebabkan oleh tren permintaan barang-barang impor yang meningkat bersamaan dengan semakin terdepresiasinya nilai tukar rupiah. Inflasi tahunan terendah pada triwulan I 2015 bersumber pada kelompok bahan makanan yang dipengaruhi oleh penurunan biaya operasional. Secara bulanan, kelompok bahan makanan juga menempati urutan tertinggi penyumbang inflasi terbesar. Penurunan harga bahan makanan pada triwulan ini lebih disebabkan pada biaya operasional akibat menurunnya tarif angkutan dan BBM bersubsidi. 32

49 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Menurut komoditasnya, penyumbang inflasi tertinggi pada triwulan I 2015 adalah komoditas cabe hijau, cabe merah, dan cabai rawit. Penurunan bensin dan solar selanjutnya juga diikuti denganturunnyatarif angkutan yang merupakan biaya operasional perusahaan. Grafik 2-10 Sumber Tekanan Inflasi Triwulan I 2015 Tabel 2-1. Andil Inflasi Bulanan Per Komoditas Tabel 2-2. Andil Deflasi Bulanan Per Komoditas No Komoditas Andil mtm Inflasi mtm Jan-15 1 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA DAGING AYAM RAS TARIP RUMAH SAKIT BERAS TELUR AYAM RAS Feb-15 1 ANGKUTAN UDARA MOBIL ROKOK KRETEK FILTER TARIP LISTRIK BERAS Mar-15 1 BAWANG MERAH BENSIN ANGKUTAN UDARA BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA KUE KERING BERMINYAK Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah No Komoditas Andil mtm Inflasi mtm Jan-15 1 CABAI MERAH BENSIN ANGKUTAN DALAM KOTA ANGKUTAN UDARA KACANG PANJANG Feb-15 1 CABAI MERAH BENSIN DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS Mar-15 BAHAN BAKAR RUMAH TANGGA DAGING AYAM RAS TELUR AYAM RAS CABAI MERAH BERAS GABUS Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 33

50 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan 2.2 Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Kondisi curah hujan secara umum pada triwulan I 2015 mengalami penurunan. Kondisi ini memperlancar penyaluran distribusi bahan pangan sehingga ketersediaan stok tetap terjaga. Ketersediaan pasokan juga didukung olehstok beras Bulog yang masih berada pada level aman walaupun saat ini stok bulog hingga triwulan I 2015 mengalami penurunan yang cukup signifikan akibat operasi pasar yang dilakukan di pertengahan triwulan I Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Sumber: BMKG, Diolah Grafik Perkiraan Curah Hujan Maret 2015 Sumber: BMKG, Diolah Grafik Perkembangan Stok Beras dan Total Penyaluran Sumber: Bulog, diolah Grafik Perkembangan Inflasi Tradables dan Nontradables Sumber: BPS, diolah Prognosa Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Hortikultura Provinsi Sumsel menyebutkan bahwa luas panen padi pada periode September - Desember 2014 meningkat dibandingkan dengan periode Mei - Agustus 2014 (total luas panen padi September - Desember 2014 sebesar Ha sementara data Mei - Agustus 2014 tercatat Ha). Sejalan dengan hal tersebut, produksi diprediksi akan meningkat di September - Desember 2014 sebesar 80,07 ribu ton. 34

51 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan Tekanan imported inflation diperkirakan meningkat. Tekanan jenis kelompok tradables pada triwulan I 2015mengalami kenaikan dibanding triwulan sebelumnya.hal ini terpengaruh oleh terdepresiasinya nilai tukar rupiah dalam beberapa bulan belakangan ini. 2.3 Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan terindikasi melambat walaupun masih tumbuh positif. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan yang diterima oleh petani, seperti karet dan kelapa sawit masih belum mengalami perbaikan yang signifikan. Nilai Tukar Petani (NTP) juga menunjukkan sedikit kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih berada pada indeks dibawah 100.Hal ini mengindikasikan adanya perbaikan pada jumlah upah yang diterima oleh petani relatif terhadap harga barang yang dibeli namun upah petani masih lebih rendah dari kebutuhan barang yang dibelinya. Selain itu, hasil Survei Konsumen menunjukkan Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) selama periode triwulan I2015 sebesar rata-rata 120 mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2014 sebesar 126,38. Hal tersebut mengindikasikan pendapatan masyarakat dan kemampuan beli masyarakat yang cenderung menurun. 2.4 Kondisi Harga Pangan di Pasar Internasional Harga komoditas bahan pangan di pasar internasional masih mengalami kontraksi. Harga komoditas pangan internasional yang dipantau, yaitu kedelai, terigu, dan jagung mengalami kontraksi pada triwulan I 2015 dibandingkan triwulan IV 2014 hal ini seiring dengan penurunan harga minyak dunia. Lebih lanjut, komoditas emas juga masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam periode sebelumnya. Tabel 2-3. Perkembangan Harga Komoditas Internasional Komoditas IV I II III IV I Pertumbuhan Tw I 2015 (%yoy) Kedelai (USD/bushel) 13,6 14,8 11,4 10,0 11, Terigu (USD/bushel) 6,6 7,1 5,7 5,6 5, Jagung (USD/bushel) 4,3 4,6 3,5 3,4 3, Food Price Index 5 menunjukkan perkembangan serupa. harga pada triwulan I2015mengalami perlambatan dibanding triwulan IV 2014 baik secara nominal maupun 5 Food Price Index merupakan indeks yang dikeluarkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) dengan tahun dasar

52 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan pertumbuhannya. Indeks pada triwulan I 2015tercatat sebesar 173,10 atau turun6,84% (yoy). Perlambatan tersebut disebabkan oleh seluruh indeks komoditas makanan yang mengalami kontraksi. Grafik Perkembangan Harga Kedelai Internasional Sumber: Bloomberg Grafik Perkembangan Harga Terigu Internasional Sumber: Bloomberg Grafik Perkembangan Harga Beras Internasional Sumber: Bloomberg 2.5 Survei Pemantauan Harga Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan juga melakukan Survei Pemantauan Harga (SPH) di kota Palembang untuk melakukan pemantauan harga komoditas utama secara mingguan. Survei dilakukan pada pasar modern dan pasar tradisional. Survei harga dilakukan terhadap 45 komoditas yang masuk dalam kelompok inti, administered price, dan volatile food. Hasil SPH pada triwulan I 2015 memperlihatkan arah inflasi yang jauh menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara umum, perkembangan harga berdasarkan hasil SPH searah dengan penghitungan inflasi yang dilakukan BPS. Hasil SPH juga memperlihatkan bahwa penurunan harga terjadi akibat turunnya tekanan administered prices yang berasal dari triwulan IV 2014 kemudian diikuti juga oleh 36 Grafik Perkembangan Harga Emas Internasional Sumber: Bloomberg

53 Bab 2 Perkembangan Inflasi Sumatera Selatan penurunan harga dari kelompok volatile food. Sejalan dengan angka inflasi yang dikeluarkan oleh BPS, hasil SPH juga menunjukkan bahwa komoditas tarif angkutan dan beberapa komoditas bahan pangan menjadi penyumbang deflasi terbesar. Grafik Disagregasi Inflasi Survei Pemantauan Harga Sumber: Survei Pemantauan Harga Pergerakan harga yang dipantau SPH menunjukkan arah yang sama dengan inflasi yang dihitung BPS pada bulan Juli-Desember2014. Namun demikian, besaran inflasi SPH cenderung lebih rendah daripada angka realisasi inflasi BPS, dikarenakan keterbatasan jumlah komoditas yang disurvei. Grafik Inflasi Survei Pemantauan Harga dan Inflasi BPS Sumber: Survei Pemantauan Harga 37

54 Halaman ini sengaja dikosongkan 38

55 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pertumbuhan DPK Sumatera Selatan mengalami peningkatan, sedangkan pertumbuhan kredit mengalami perlambatan. Sistem pembayaran non tunai mengalami perlambatan seiring dengan perlambatan perekonomian Sumatera Selatan 3.1. Kondisi Umum Perlambatan ekonomi Sumatera Selatan mempengaruhi kinerja perbankan. Kondisi tersebut terlihat dari perlambatan penyaluran kredit, pertumbuhan aset, dan peningkatan DPK. Penyaluran kredit mengalami perlambatan dari 13,6% (yoy) pada triwulan IV 2014 menjadi 12,1% (yoy) atau mencapai Rp 85,7 triliun pada triwulan I Seiring dengan perlambatan kredit, kualitas kredit di triwulan I 2015 juga mengalami penurunan, terlihat dari rasio NPL yang naik menjadi 2,98%. Walaupun begitu aset dan DPK masih mengalami peningkatan. Total aset perbankan Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 masih tumbuh mencapai Rp 79,9 triliun. Secara tahunan total aset mengalami peningkatan mencapai 13,3%, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang mencapai 9,4% (yoy). DPK tumbuh meningkat sebesar 10,1% (yoy) atau mencapai Rp 57,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 6,6% (yoy). Peningkatan jumlah DPK terjadi akibat peningkatan jumlah giro dan deposito, sementara tabungan mengalami penurunan. 39

56 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp Triliun Aset DPK Kredit LDR (RHS) % I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-1Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Kondisi tersebut mengakibatkan Loan-to-Deposit Ratio menurun dari 150,1% di triwulan IV 2014 menjadi 148,7% Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK DPK di Sumatera Selatan didominasi oleh deposito dan tabungan masing-masing sebesar 40,93% dan 40,88%. Secara keseluruhan, DPK di Sumatera Selatan mengalami peningkatan sebanyak 10,1% (yoy) yaitu mencapai Rp 57,6 triliun. Peningkatan ini disumbang oleh pertumbuhangirosebesar 24,4% (yoy) mencapai Rp 10,5 triliun dan pertumbuhan deposito sebesar 18,7% (yoy). Namun demikian, tabungan mengalami kontraksi sebesar1,9% (yoy). Rp Triliun Giro Deposito Tabungan %yoy Pertumbuhan DPK (RHS) Giro 18,19% Deposito 40,93% I II III IV I II III IV I II III IV I Tabunga n 40,88% Grafik 3-2Pertumbuhan DPK Perbankandi Provinsi Grafik 3-3Komposisi DPK Perbankan Sumatera SelatanTriwulan I

57 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan mengelompokkan perkembangan penghimpunan DPK berdasarkan 12 kabupaten/kota. Menurut wilayahkabupaten/kota, penghimpunan dana masih terpusat di kota Palembang dengan pangsa sekitar 69,3% dengan sisanya tersebar di seluruh kabupaten/kota di Sumatera Selatan. Secara tahunan terjadi pertumbuhan jumlah DPK diseluruh kabupaten/kota kecuali Kabupaten Empat Lawang. Pertumbuhan penghimpunan dana tertinggi pada triwulan I 2015 terjadi di kabupaten Lahat, Muara Enim, dan Ogan Komering Ilir masing-masing sebesar 45,0% (yoy), 39,5% dan 27,3% (yoy). Tabel 3-1.Perkembangan DPK Perbankan per Kabupaten/Kotadi Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) I II III IV I II III IV I Kab. Musi Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Muara Enim Kab. Lahat Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Banyuasin Kab. OKU Timur Kab. Empat Lawang Kota Palembang Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kota Pagar Alam PROVINSI SUMATERA SELATAN Kota Prabumulih 5% Kota/Kab Lainnya 15% Kab. Ogan Komering Ulu 4% Kab. Lematang Ilir Ogan Tengah (Muara Enim) 7% Kota Palembang 69% Grafik 3-4Pangsa DPK per Kabupaten/Kota Triwulan I

58 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.3. Stabilitas Sistem Keuangan Total Kredit Penyaluran kredit oleh bank di Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penyaluran kredit pada triwulan ini mencapai Rp 85,7 triliun atau tumbuh melambat sebesar 12,1% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 13,6% (yoy). Penyaluran kredit kepada korporasi (sektoral) dan sektor rumah tangga (konsumsi) mengalami perlambatan. Sektor korporasi tercatat tumbuh sebesar13,9% (yoy),melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 15,7% (yoy). Disisi lain, penyaluran kredit kepada sektor rumah tangga juga mengalami perlambatan dari 9,0% (yoy) menjadi 8,3% (yoy). Triliun Rupiah Kredit gkredit (yoy) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-5Jumlah dan Pertumbuhan Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Menurut jenis penggunaannya, perlambatan penyaluran terjadi pada kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Pada triwulan I 2015, kredit modal kerja mencapai Rp29,6 triliun atau tumbuh melambat menajdi 7,1% (yoy) dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,1% (yoy). Sedangkan kredit konsumsi sebesar Rp25,7 triliun, tumbuh melambat dari 9,0% pada triwulan IV 2014 menjadi 8,3% (yoy). Sedangkan kredit investasi yang mencapai Rp30,3 triliun meningkat dari 21,1% (yoy) di triwulan IV 2014 menjadi 21,3% (yoy). 42

59 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp Triliun Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV I %yoy Konsu msi 30% Investa si 35% Modal Kerja 35% Grafik 3-6Pertumbuhan Kredit Perbankandi Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3-7Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2015 di Provinsi Sumatera Selatan %yoy Kredit Modal Kerja Kredit Investasi 120 Kredit Konsumsi Kredit I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-8Pertumbuhan Kredit berdasarkan Penggunaan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten/kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan mengelompokkan perkembangan penyaluran kredit berdasarkan 15kabupaten/kota. Berdasarkan kabupaten/kota tersebut, penyaluran kredit kota Palembang masih mendominasi dengan pangsa sebesar 57,0%. Perlambatan pertumbuhan kredit terjadi pada sebagian besar kabupaten/kota di Sumatera Selatanyaitu Kab. Musi Banyuasin, Kab. Ogan Komering Ulu, Kab. Muara Enim, Kab. Lahat, Kab. Musi Rawas, Kab. Ogan Komering Ilir, Kab. Banyuasin, Kota Palembang, dan Kota Prabumulih. Kabupaten tersebut mengalami penurunan kredit masingmasing sebesar 45,8%, 36,6%, 39,3%, 69,8%, 33,7%, 20,0%, 20,7%, 16,1%, dan 30,0% (yoy). 43

60 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3-2. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Kabupaten/kota I II III IV I II III IV I Kab. Musi Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Kab. Muara Enim Kab. Lahat Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir Kab. Banyuasin Kab. Ogan Komering Ulu Selatan Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang Kota Lubuklinggau Kota Prabumulih Kota Pagar Alam PROVINSI SUMATERA SELATAN Kota/Kab Lainnya 21% Kab. Musi Banyuasin 7% Kab. Ogan Komering Ulu 6% Kab. Ogan Komering Ilir 7% Kota Palembang 59% Grafik 3-9Pangsa Kredit per Kabupaten/Kota Triwulan I Kredit Korporasi Penyaluran kredit korporasi mengalami perlambatan pada beberapa sektor utama Sumatera Selatan, seperti Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Pangsa terbesar penyaluran kredit adalah sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor masing-masing sebesar 23,9% dan 22,6%, kemudian disusul oleh sektor Industri Pengolahan dan sektor Pengadaan Listrik dan Gas masing-masing sebesar 20,0% dan 9,1%. 44

61 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Andil pertumbuhan terbesar pada kredit Sumatera Selatan berasal dari sektor Industri Pengolahan dan sektor Transportasi dan Pergudangan masing-masing sebesar 4,3% dan 3,8%. Sementara itu, penyaluran kredit sektor utama Sumatera Selatan lainnya yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, dan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor memberikan andil pertumbuhan pada total kredit korporasi Sumatera Selatan sebesarmasing-masing 1,0%, 0,7%, dan -0,3%. Kualitas kredit korporasi menurun ditunjukkan dengan NPL yang meningkat dari 2,9% menjadi 3,4%, namun nilai NPL ini masih di bawah batas aman yaitu 5%. Penurunan kualitas kredit terjadi di seluruh sektor utama yaitu Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Pertambangan dan Penggalian, Industri Pengolahan, Perdagangan Besar dan Eceran Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor, dan Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum. Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 23% Lainnya 26% Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 24% Industri Pengolahan 20% Pertambanga n dan Penggalian 7% Grafik 3-10Pangsa Penyaluran Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2015 % NPL Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 4,29 3,23 2,51 1,34 I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-11NPL Kredit Korporasi Tabel 3-3. Perkembangan Kredit SektoralProvinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Sektor III IV I II III IV I Pangsa (%) Laju (%yoy) Lapangan Usaha 50,234 52,263 52,662 58,915 59,216 60, ,98 13,86 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian 12,967 13,376 13,540 14,020 14,110 15, ,75 6,02 3,862 3,634 3,762 4,011 3,713 4, ,02 14,38 Industri Pengolahan 8,653 9,041 9,197 10,126 11,192 11, ,00 30,46 Konstruksi 3,432 3,018 2,904 3,263 3,541 3, ,85 13,68 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi dan Perawatan Mobil dan Sepeda Motor 13,015 13,635 13,823 13,574 13,382 13, ,85 (1,79) 45

62 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sektor III IV I II III IV I Pangsa (%) Laju (%yoy) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum ,96 9,64 Jasa Keuangan ,14 14,18 Jasa Lainnya 6,805 7,932 7,832 12,192 11,539 10, ,40 35,70 Bukan Lapangan Usaha 22,885 23,341 23,755 24,369 24,789 25, ,02 8, Kredit Rumah Tangga Pertumbuhan kredit rumah tangga atau kredit konsumsi Sumatera Selatan mengalami perlambatan. Kredit konsumsi pada triwulan I 2015 tercatat tumbuh 8,3% (yoy), melambat dibandingkan triwulan IV 2014 yang tumbuh 9,0% (yoy). Perlambatan terjadi di seluruh jenis kredit rumah tangga seperti kepemilikan rumah, apartemen dan ruko, kredit kendaraan bermotor, dan kredit multiguna. Perlambatan paling besar terutama terjadi pada kredit kendaraan bermotor yang melambat dari 13,0% (yoy) menjadi 8,5% (yoy) pada triwulan ini. Perlambatan juga terjadi pada kredit kepemilikan rumah, apartemen dan ruko di triwulan I 2015 yaitu sebesar 4,5% (yoy) melambat dibandingkan dengan triwulan lalu yang mencapai 5,11%. Begitu pula kredit keperluan multiguna yang melambat dari 29,4% (yoy) di triwulan lalu menjadi 29,2% (yoy). Kualitas kredit pada seluruh jenis kredit rumah tangga juga masih belum membaik. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya NPL pada kredit kepemilikan rumah, apartemen, ruko, dan rukan dari 3,41% di triwulan IV 2015 menjadi 3,94% di triwulan ini. Begitu pula NPL kredit kendaraan bermotor yang berkurang kualitasnya dari 1,56% di triwulan lalu menjadi 1,67%. Hal yang sama ditunjukkan pada kredit multiguna yang meningkat dari 1,0% menjadi 1,12%. 46

63 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran gkpr, KPA, Ruko/Rukan gmultiguna gkkb gkreditrt % 4,50 4,00 3,50 KPR, KPA, Rukan ,00 2,50 2,00 1,50 KKB I II III IV I II III IV I II III IV I ,00 0,50 0,00 Multiguna I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-12Pertumbuhan Kredit Konsumsi Grafik 3-13NPL Kredit Konsumsi 3.4. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Suku bunga bank umum konvensional terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman. Di triwulan I 2015 ini terjadi penurunan suku bunga simpanan deposito serta penurunan suku bunga kredit Sumatera Selatan. Suku bunga simpanan deposito menurun dibandingkan dengan triwulan lalu. Penurunan terjadi pada seluruh jenis deposito berjangka waktu 1 bulan, 3, bulan, 6 bulan, dan 1 tahun. Penurunan suku bunga yang terbesar terjadi pada suku bunga deposito berjangka 6 bulan, yaitu dari 8,80% menjadi 7,63%. Suku bunga kredit menurun dibandingkan triwulan lalu. Penurunan terjadi pada suku bunga kredit modal kerja, investasi, maupun konsumsi.rata-rata suku bunga kredit modal kerja tercatat menurun dari 12,40% menjadi 12,37%, sedangkan ratarata suku bunga kredit investasi tercatat menurun dari 11,87% menjadi 11,75%, dan rata-rata suku bunga kredit investasi tercatat menurun dari 12,56% menjadi 12,50%. Spread antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan di triwulan I 2015 mengalami peningkatan. % BI Rate 1 bulan 3 bulan 6 bulan 1 tahun Suku Bunga Kredit Suku Bunga Kredit Modal Kerja % 15,0 14,5 Suku Bunga Kredit Investasi Suku Bunga Kredit Konsumsi 9 14,0 8 13,5 13,0 7 12,5 12,0 6 11,5 5 11,0 10,5 4 I II III IV I II III IV I II III IV I 10,0 I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-14Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan Grafik 3-15Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan 47

64 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.5. Kelonggaran Tarik Nominal Undisbursed loan menurun. Total undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan I 2015 mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Nominal undisbursed loan bank konvensional pada triwulan ini sebesar Rp10,2 triliun atau menurun dari triwulan sebelumnya sebesar Rp11,1 triliun. Hal tersebut membuat persentase kredit yang belum ditarik mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya dari 12,94% menjadi 11,88%. Rp Triliun UL (nominal) Presentase (%, Sumbu Kanan) % I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-16Perkembangan Undisbursed LoanPerbankan Sumatera Selatan 3.6. Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Sumatera Selatan menurun. Secara umum kinerja bank umum syariah provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 menurun dilihat dari peningkatan jumlah dana pihak ketiga yang tidak terlalu tinggi dan penurunan pembiayaan. Total aset pada triwulan ini mencapai Rp 5,44 triliun atau menurun 1,1% (yoy). Walaupun begitu penurunan pada triwulan ini tidak sedalam triwulan lalu yang mencapai 2,7% (yoy). Disisi lain, DPK mengalami sedikit peningkatan yaitu tercatat Rp 3,73 triliun atau tumbuh sebesar 1,2%, meningkat dibandingkan triwulan lalu yang menurun sebesar 3,1%. 48

65 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran % FDR I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Miliar Aset gaset (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I %yoy Grafik 3-17Perkembangan financing-to-deposit ratio (FDR) Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik 3-18Perkembangan Aset Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Pembiayaan Bank Umum Syariah mengalami penurunan lebih dalam dibandingkan triwulan lalu yang sebesar 5,2% menjadi 10,0% (yoy) atau mencapai Rp3,76 triliun. Penurunan pertumbuhan pembiayaan juga disertai dengan penurunan kualitas yang ditandai dengan Non Performing Financing (NPF) yang meningkat dari 7,5% pada triwulan IV 2014 menjadi 8,5%. Kondisi tersebut menyebabkan financing-to deposit ratio (FDR) menurun menjadi 100,9% dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 122,5% Rp Miliar %yoy DPK gdpk (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Miliar Pembiayaan gpembiayaan (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-19Perkembangan DPK Bank Umum Syariah Sumatera Selatan Grafik 3-20Perkembangan Pembiayaan Bank Umum Syariah Sumatera Selatan 49

66 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3-4. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Indikator I II III IV I II III IV I Aset DPK Pembiayaan FDR 117,75 130,14 134,63 125,18 113,54 137,61 150,68 122,45 100,98 NPF (nominal) % gross 2,04 2,74 3,25 3,23 5,21 6,78 7,39 7,48 8, Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Dibandingkan triwulan lalu, kinerja Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Sumatera Selatan melambat dari sisi pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga. Kinerja penyaluran kredit BPR mengalami perlambatan dari 11,9% (yoy) menjadi 5,3% (yoy) atau mencapai Rp 824,9 miliar. Perlambatan kredit tersebut disertai dengan penurunan kualitas kredit yang ditunjukkan dengan rasio NPL yang meningkat dari 6,75% menjadi 11,02% % LDR I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-21Perkembangan loan-to-deposit ratio (LDR) Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan 1,40 1,20 1,00 0,80 0,60 0,40 0,20 0,00 Rp Triliun Aset gaset (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-22Perkembangan Aset Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Total aset BPR meningkat menjadi sebesar Rp1,12 triliun atau tumbuh melambat menjadi sebesar 6,9%(yoy) dibandingkan triwulan lalu yang tumbuh 10,6% (yoy). Pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) juga mengalami perlambatan mencapai 8,1% (yoy) atau sebesar Rp 693,1 miliar dibandingkan triwulan lalu yang meningkat sebesar 22,8% (yoy).kondisi tersebut mengakibatkan loan-to-deposit ratio (LDR) melambat dari 120,5% menjadi 119,0%. 50

67 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Rp Triliun DPK gdpk (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-23Perkembangan DPK Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan ,00 0,90 0,80 0,70 0,60 0,50 0,40 0,30 0,20 0,10 0,00 Rp Triliun Kredit gkredit (RHS) %yoy I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-24Perkembangan Kredit Bank Perkreditan Rakyat Sumatera Selatan Tabel 3-5. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat di Sumatera Selatan (Rp Miliar) I II III IV I II III IV I Aset DPK Kredit LDR 117,73 114,93 126,26 132,21 122,20 130,72 124,78 120, NPL (nominal) % gross 6,01 6,15 6,99 6,13 6,17 6,83 9,13 6,75 11, Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Kegiatan sistem pembayaran non tunai RTGS maupun transaksi kliring mengalami penurunan. Penurunan pembayaran non tunai RTGS dan jumlah kliring terjadi baik secara nominal maupun jumlah warkat Rp Triliun Ribu Lembar 350 Nominal Lembar (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Rp Miliar Nominal Jumlah Hari (RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I Grafik 3-25Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik 3-26Perkembangan Perputaran Kliring dan HariKerja Pertumbuhan kliring tercatat menunjukkan penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya. Jumlah warkat tercatat sebanyak lembar di triwulan I 2015, menurun dari triwulan sebelumnya lembar, atau menurun 16,1% (yoy). Nominal kliring juga mengalami penenurunandari Rp9,7 triliun di triwulan IV 2014 menjadi Rp3,4 triliun di triwulan I 2015, atau turun 13,9% (yoy). Rata-rata nominal kliring menurun dari Rp 149,8 miliar/hari di triwulan IV 2014 menjadi Rp134,5 miliar/hari pada triwulan I

68 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran RTGS triwulan I 2014 mengalami penurunan. RTGS dari Sumatera Selatan, ke Sumatera Selatan, dan dari-ke Sumatera Selatan mengalami perlambatan secara nominal yaitu masing-masing menjadi Rp 16,6 triliun, Rp 25,2 triliun, dan Rp 4,3 triliun dari triwulan sebelumnya masing-masing sebesar Rp 25,5 triliun, Rp 35,5 triliun, dan Rp 8,8 triliun. Total transaksi RTGS tercatat tumbuh melambat menjadi 2,1% (yoy) jauh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 25,8% (yoy). Hal ini disebabkan antara lain oleh peraturan Bank Indonesia yang menyatakan transaksi RTGS minimal memiliki nominal sebesar Rp 100 juta, yang mulai diterapkan pada Desember Rp Triliun Ribu Lembar I II III IV I II III IV I II III IV I Nilai RTGS dari Sumsel Nilai RTGS Net Volume RTGS ke Sumsel (Sumbu Kanan) Nilai RTGS ke Sumsel Volume RTGS dari Sumsel (Sumbu Kanan) Volume RTGS Net (Sumbu Kanan) Grafik 3-27Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami penurunan dari sisi nominal dan mengalami peningkatan dari sisi jumlah warkat. Dari sisi nominal, cek dan bilyet giro tercatat sebesar Rp 204,4 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sebelumnya sebelumnya sebesar Rp225,3 miliar. Sementara cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan I 2015 tercatat sebanyak lembar, meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebanyak lembar. Tabel 3-6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Keterangan I II III IV I II III IV I Lembar Warkat Nominal (Rp Miliar) 193,48 177,35 202,29 247,04 172,15 221,70 234,18 225,34 204,38 52

69 Bab 3 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Rp Miliar Rata-rata Nominal Kliring per hari Rata-rata Jumlah Warkat per Hari (RHS) Lembar Grafik 3-28Perkembangan Bulanan JumlahPerputaran Kliring di Sumatera Selatan 0 Rp Miliar Penolakan CEK B/G Warkat Lembar Grafik 3-29Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet GiroKosong di Sumatera Selatan Perkembangan Perkasan Provinsi Sumatera Selatan mengalaminet inflow pada triwulan I Kegiatan perkasan Bank Indonesia pada triwulan I 2015 mencatat net inflow sebesar Rp 366,7 miliar. Inflow pada triwulan ini tercatat Rp 2,3 triliun, lebih rendah dibandingkan jumlah inflow pada periode yang sama tahun lalu yaitu sebesar Rp 2,5 triliun. Begitu pula outflow yang tercatat sebesar Rp 1,9 triliun, lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar Rp2,5 triliun. Penurunan outflow yang lebih tajam dari penurunan inflow menyebabkan terjadinya net inflow. Tabel 3-7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I II III IV I Inflow 2.160, , , , , , , , ,1 Outflow 2.508, , , , , , , , ,4 Net Inflow (Net Outflow) (348,6) (1.438,6) (1.623,6) (1.783,6) 10,5 (1.395,2) (947,8) (1.001,8) 366,7 Rp Triliun Net Outflow Inflow Outflow (1) (2) (3) (4) Rp Miliar Pemusnahan Uang Lusuh Proporsi Pemusnahan Uang Lusuh dibandingkan Inflow I II III IV I II III IV I II III IV I % 45% 40% 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Grafik 3-30Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan2013-Tw I 2015 Grafik 3-31Perkembangan Pemusnahan Uang Lusuh Melalui kegiatan perkasan, dilakukan pula penarikan uang lusuh di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Uang lusuh yang ditarik untuk kemudian dimusnahkan tercatat mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase pemusnahan uang lusuh mengalami peningkatan dari 15,8% pada triwulan IV 2014 menjadi 22,6% pada triwulan I 2015 ini. 53

70 Halaman ini sengaja dikosongkan

71 Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah 4. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi pendapatan dan belanja Pemprov Sumatera Selatan pada triwulan I 2015 mengalami kenaikan pesat dibanding periode yang sama tahun 2014 Realisasi pendapatan transfer mendominasi pendapatan APBD Pemprov Sumsel. Realisasi belanja modal turut mengalami peningkatan secara signifikan dibandingkan tahun sebelumnya. 4.1 Realisasi APBD Triwulan I 2015 Realisasi pendapatan lebih tinggi dibandingkan realisasi pendapatan tahun lalu. Berdasarkan data akhir triwulan I 2015, pendapatan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumsel terealisasi sebesar Rp1,52 triliun rupiah atau 21,17% dari total anggaran 2015 sebesar Rp7,19 triliun. Sementara itu realisasi belanja Pemprov Sumsel turut meningkat signifikan sebesar Rp1,03 triliun atau 15,63% dari total anggaran Realisasi pendapatan transfer mendominasi pendapatan. Realisasi pendapatan transfer pada triwulan I 2015 merupakan yang terbesar atau mencapai Rp971,64 miliar atau 22,32% dari total anggaran. Mayoritas pendapatan transfer yang diterima berasal dari transfer pemerintah pusat yang mencapai Rp698,98 miliar rupiah. Realisasi belanja didominasi oleh belanja operasi. Komponen belanja operasi yang paling besar secara nominal adalah komponen belanja hibah mencapai sebesar Rp680,31 miliar dengan realisasi mencapai sebesar 38,22%. Untuk belanja modal, anggaran yang sudah terealisasi pada triwulan I 2015 ini adalah sebesar Rp22,31miliar atau 1,33% dari total anggaran yang berasal dari belanja jalan dan belanja mesin. Persentase realisasi pendapatan dan belanja secara umum jauh lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun Hingga akhir triwulan I 20135, realisasi pendapatan sudah mencapai 21,17% dan realisasi belanja sudah mencapai 15,63%. Besarnya penyerapan realisasi belanja, terutama belanja modal, diperkirakan karena banyaknya proyek-proyek infrastruktur jalan yang telah dimulai di awal tahun ini. 55

72 Bab 4 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4-1 APBD Provinsi Sumatera Selatan dan Realisasinya di Triwulan I Perbandingan Realisasi APBD dengan Triwulan I Tahun 2014 Realisasi pendapatan meningkat pesat dibandingkan tahun sebelumnya. Berdasarkan perbandingan realisasi terhadap anggaran APBD, realisasi pendapatan APBD Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan akhir triwulan I 2015 adalah 21,17%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 14,83%. Hal tersebut disebabkan oleh meningkatnya realisasi pendapatan transfer yang meningkat hampir dua kali lipat dari periode sebelumnya. Seiring dengan meningkatnya realisasi pendapatan, realisasi belanja turut mengalami akselerasi. Realisasi belanja Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan akhir triwulan I 2015 adalah sebesar 15,63%, lebih tinggi dibandingkan periode sebelumnya sebesar 9,09%. Secara nominal, realisasi pendapatan pada triwulan I 2015 lebih besar dibandingkan triwulan I Nominal pendapatan sebesar Rp1,52 triliun lebih tinggi dibandingkan realisasi triwulan I 2014 sebesar Rp1,06 triliun. Sementara itu, kenaikanpersentase realisasi belanja seiring dengan kenaikan nominal. Pada triwulan I 2015, belanja Pemprov tercatat sebesar Rp1,03 triliun, meningkat dibandingkan tahun lalu sebesar Rp595,50 miliar. 56

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan II 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan II 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Unit Asesmen

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A NOVEMBER 217 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental.

3.1. Inflasi Umum Provinsi Lampung Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental. NOVEMBER 2017 Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... xi Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xiii Ringkasan Eksekutif... xvii Bab 1 Perkembangan Ekonomi

Lebih terperinci

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi...

Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti Ekspektasi Inflasi... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini dapat diakses secara online pada: A FEBRUARI 218 Publikasi ini dapat diakses secara online pada: www.bi.go.id/web/id/publikasi Salinan publikasi dalam bentuk hardcopy dapat diperoleh di: Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Ekonomi Aceh dengan migas pada triwulan II tahun 2013 tumbuh sebesar 3,89% (yoy), mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 4,79% (yoy). Pertumbuhan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017

PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 52/08/35/Th.XV, 7 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN II-2017 TUMBUH 5,03 PERSEN MELAMBAT DIBANDING TRIWULAN II-2016 Perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN III 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan I 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: November 2017 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II 215 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Barat i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH AGUSTUS 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional. MISI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Kajian Triwulanan Periode Mei 2017 1 Visi, Misi, dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2014 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Agustus KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Advisory dan Pengembangan Ekonomi KPW BI Provinsi NTT Jl. El Tari No. 39 Kupang

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perkembangan Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH 38 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 2-2013 Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci