KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

2 Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Mei 2012 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII Kepala Perwakilan, Ttd Sutikno Direktur Eksekutif i

3 ii Halaman ini sengaja dikosongkan

4 Daftar Isi Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... v Daftar Grafik... vii Daftar Suplemen... xi Indikator Utama... xiii Ringkasan Umum Perkembangan Ekonomi Makro Regional... 7 I.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Perkembangan Inflasi Palembang Inflasi Secara Umum Kondisi Harga di Pasar Internasional Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kondisi Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik dan Rasio Likuiditas Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Kliring dan RTGS Triwulan I Perkembangan Perkasan Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi APBD Sumatera Selatan terhadap Anggaran Perbandingan Realisasi APBD terhadap Tahun Sebelumnya Perbandingan Realisasi APBD Kabupaten/Kota iii

5 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Ketenagakerjaan Pengangguran Nilai Tukar Petani Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan Upah Tingkat Kemiskinan Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan Ekonomi Inflasi Perbankan iv

6 Daftar Tabel Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)... 9 Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%)... 9 Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) Tabel 1.6. Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) Tabel 1.8. Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) Tabel 2.1. Andil Inflasi Tahunan Per Komoditas Tabel 2.2. Andil Deflasi Triwulanan Per Komoditas Tabel 3.1. Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Tabel 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Tabel 3.4. Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan I Tabel 3.5. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3.6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Tabel 3.7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Tabel 3.8. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) Tabel 4.1. Realisasi APBD Sumsel s.d. Triwulan I 2012 (Rp Miliar)* Tabel 4.2. Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2011 dan Triwulan I 2012 (Rp Miliar)* Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten di Sumsel Triwulan I 2012 (Rp Miliar) Tabel 4.4. Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten di Sumsel Triwulan I 2012 (Rp Miliar) Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2010 Februari Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Agustus 2010 Februari Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Agustus 2010 Februari Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Tabel 5.5. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Tabel 5.6. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ton) v

7 Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I Tabel UMP Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sumatera Selatan Tahun Tabel Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008-Maret Tabel Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel Menurut Daerah, Maret 2009-Maret Tabel 6.1. Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Sumsel Triwulan I Tabel 6.2. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2011 dan Proyeksi Tahun 2012 (dalam persentase) Tabel 6.3. Prediksi Beberapa Indikator Perekonomian pada Triwulan II vi

8 Daftar Grafik Grafik 1.1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1.2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK Grafik 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 (%) Grafik 1.4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan Grafik 1.5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar Grafik 1.6. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Grafik 1.7. Perkembangan Lifting Gas Bumi Grafik 1.8. Perkembangan Harga Batu Bara Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Bumi Grafik Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan. 15 Grafik Perkembangan Arus Cargo Bandar Udara di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Des 11 Feb Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Des 11-Feb Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional Grafik 2.3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang vii

9 Grafik 2.4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis Grafik 2.8. Inflasi Tradeables Vs. Non Tradeables Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang Grafik Inflasi Tahunan Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan I Grafik Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Grafik Perkembangan Arus Barang Pelabuhan Boom Baru Grafik Perkembangan Arus Barang Cargo Bandar Udara Grafik Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik Perkembangan Output Gap dan Inflasi Grafik Perkembangan Keyakinan Konsumen Grafik Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.2. Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2012 di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.5. Andil Pertumbuhan DPK Tahunan (%) Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2012 di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.9. Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan (%) Grafik Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 Berdasarkan Wilayah Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan NPL per Kelompok Bank Grafik NPL Bank Umum Konvensional menurut Sektor Ekonomi Triwulan I Grafik Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Rasio Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan viii

10 Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Grafik Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun Grafik 4.1. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Tahun Grafik 4.2. Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Tahun Grafik 5.1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia Grafik 5.3. Laju Kenaikan UMP dan Inflasi Sumatera Selatan Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan Grafik 6.2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan Grafik 6.3. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen ix

11 x Halaman ini sengaja dikosongkan

12 Daftar Suplemen Suplemen 1 Perlambatan Ekspor tidak Menurunkan Optimisme Pelaku Usaha ke Depan... 8 Suplemen 2 Kebijakan UMP tidak Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Besar Suplemen 3 Keyakinan Konsumen Meningkat Karena Naiknya Penghasilan Suplemen 4 Harga Volatile Foods Terpantau Turun Suplemen 5 Implikasi Pembatasan Impor Hortikultura terhadap Inflasi Relatif Terbatas Suplemen 6 Dampak Kebijakan BBM pada Konsumen Palembang xi

13 xii Halaman ini sengaja dikosongkan

14 Indikator Utama A. PDRB & Inflasi xiii

15 B. Perbankan xiv

16 C. Sistem Pembayaran xv

17 xvi Halaman ini sengaja dikosongkan

18 Ringkasan Umum Abstraksi Perekonomian Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 melambat. Sesuai proyeksi sebelumnya, pertumbuhan ekonomi masih tumbuh tinggi walaupun melambat, didorong oleh kinerja sektor PHR serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Namun, nilai ekspor menunjukkan penurunan karena berkurangnya permintaan dari negara mitra dagang. Walaupun kinerja ekspor menurun, pelaku usaha masih optimis dan melanjutkan investasi. Dari sisi harga, inflasi relatif stabil didukung oleh penurunan harga pangan secara musiman. Perbankan mengalami pertumbuhan kinerja, walaupun melambat, dengan risiko kredit yang terjaga di tingkat yang rendah. Melambatnya pertumbuhan ekonomi tidak sampai mengikis tingkat kesejahteraan masyarakat. Pada triwulan II 2012, ekonomi dibayangi risiko ekspektasi kebijakan. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat karena konsumsi yang tertahan ekspektasi penurunan daya beli ke depan dan permintaan ekspor yang masih cenderung lemah, meskipun diperkirakan terjadi sedikit kenaikan harga komoditas. Di sisi lain, kegiatan investasi masih berlanjut dan kemampuan fiskal masih tinggi dalam memberikan stimulus pada perekonomian di tahun ini. Potensi kenaikan administered prices termasuk ekspektasinya merupakan faktor risiko utama inflasi ke depan. Kinerja perbankan masih dapat ditingkatkan terkait masih adanya ruang penurunan suku bunga. 1

19 Ringkasan Umum Pertumbuhan ekonomi melambat sesuai proyeksi. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2012 mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 7,6% (yoy) menjadi 6,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi melambat karena pada triwulan sebelumnya terdapat event yang secara signifikan mendorong pertumbuhan yaitu SEA Games. Angka pertumbuhan tersebut tepat berada di nilai tengah proyeksi pada laporan sebelumnya, yang sebesar 6,9±0,5% (yoy). Sektor ekonomi tumbuh bervariasi namun secara umum masih tumbuh tinggi. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor bangunan serta sektor industri pengolahan. Secara absolut, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR). Di samping itu, sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor utama perekonomian Sumsel juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Permintaan domestik menopang pertumbuhan ekonomi. Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh perkembangan PMTDB, konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah. Namun, di sisi lain, perdagangan internasional memperlambat pertumbuhan ekonomi seiring dengan melambatnya pertumbuhan ekspor hingga mencapai negatif. Pertumbuhan ekspor non migas kembali melambat. Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Desember 2011 Februari 2012) tercatat sebesar USD835,4 juta, turun sebesar 27,1% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekspor yang negatif tersebut merupakan yang pertama kali sejak tahun Secara triwulanan, nilai ekspor turun sebesar 23,1% (qtq). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh permintaan dunia yang masih lemah pada komoditas unggulan Sumatera Selatan. Penurunan nilai ekspor dikontribusikan oleh penurunan kinerja ekspor karet dan sawit. Inflasi kota Palembang menurun. Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan I 2012 sebesar 3,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,78% (yoy). Tekanan inflasi periode ini tetap terkendali baik dari sisi permintaan (cost-push) maupun sisi penawaran (demand-pull). Kondisi cuaca yang cenderung tidak ekstrim telah mendukung terjaganya produksi dan kegiatan distribusi. Di sisi lain, harga komoditas di pasar internasional relatif stabil dan ditransmisikan secara simetris pada pendapatan dan pengeluaran masyarakat sehingga menjaga permintaan pada kisaran yang wajar. Namun, pada bulan terakhir, ekspektasi inflasi meningkat dan memicu dimulainya ekskalasi harga. Realisasi inflasi sesuai perkiraan dan konvergen dengan inflasi nasional. Tren penurunan dan capaian inflasi pada triwulan I 2012 mendekati batas bawah 2

20 Ringkasan Umum proyeksi Bank Indonesia sebagaimana pernah ditulis pada laporan triwulan sebelumnya. Pencapaian inflasi tersebut juga lebih rendah dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,79%. Berdasarkan tren data historis, inflasi Palembang saat ini semakin konvergen dengan inflasi nasional walaupun secara fluktuasi lebih tinggi. Rendahnya tekanan sisi penawaran membuat inflasi volatile foods terkendali. Implikasi normalnya kondisi cuaca terutama adalah terjaganya pasokan pangan, yang tercermin melalui rendahnya inflasi tahunan bahan makanan atau inflasi komponen volatile foods, setidaknya jika dibandingkan rata-rata beberapa tahun terakhir. Inflasi bahan makanan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu pada level 3,82% (yoy). Selain itu, inflasi volatile foods juga relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya di sekitar 3,57% (yoy) pada triwulan I Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata 5 tahun terakhir. Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif stabil. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan hanya sedikit naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat bersamaan dengan naiknya produksi komoditas unggulan, namun konsumsi diperkirakan relatif stabil karena perkembangan keyakinan konsumen tidak mengarah secara meyakinkan dan NTP cenderung stabil. Secara musiman, tekanan inflasi sisi permintaan pada periode ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang merupakan akhir tahun. Kinerja perbankan cukup baik. Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2012 (data hingga Februari 2012) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan yang diiringi dengan terjaganya NPL di tingkat yang rendah. Realisasi pendapatan melebihi belanja. Berdasarkan data sementara, Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2012 terealisasi sebesar 27,4% dari total anggaran 2012 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah sebesar 11,6% dari anggaran. Seperti diketahui, pada awal tahun berjalan, realisasi pendapatan pada umumnya lebih cepat dibandingkan realisasi belanja. Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan potensi fiskal dalam mendorong laju perekonomian pada tiga triwulan yang tersisa pada tahun Perkembangan sistem pembayaran mixed. Kegiatan kliring pada triwulan I 2012 meningkat dari sisi nominal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan menurun dari sisi jumlah warkat. Sementara itu, Net outflow menurun di triwulan I Kegiatan perkasan pada triwulan laporan mencatat inflow naik secara tahunan, sedangkan nilai inflow di kas titipan Lubuk Linggau pada triwulan I 2012 naik dibandingkan triwulan sebelumnya. 3

21 Ringkasan Umum Kesejahteraan masyarakat relatif terjaga. Kondisi ketenagakerjaan di Sumsel membaik. Pada semester kedua tahun 2011, terjadi peningkatan kelompok penduduk yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Rata-rata NTP pada triwulan I 2012 tercatat sebesar 109,97 yang menunjukkan bahwa daya beli petani mengalami peningkatan sebesar 0,26% (qtq). Survei konsumen juga menunjukkan bahwa ketersediaan lapangan kerja terjaga dan persepsi penghasilan mengalami peningkatan. Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2012 diperkirakan akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan I 2012 akan berada pada kisaran 5,6 6,6% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan domestik, khususnya investasi dan pengeluaran pemerintah. Permintaan domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi, walaupun secara negatif sudah terpengaruh oleh penurunan harga komoditas unggulan sejak pertengahan tahun. Ekspor diperkirakan belum membaik signifikan karena kondisi dan prospek permintaan eksternal yang masih lemah. Faktor penopang pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan diperkirakan akan berasal dari kinerja komoditas CPO dan batubara yang secara relatif lebih tahan terhadap perlambatan ekonomi global. Dari sisi permintaan, investasi diperkirakan masih tinggi karena pelaku usaha masih optimis atas prospek jangka menengah-panjang walaupun permintaan eksternal masih dibayangi lemahnya pemulihan perekonomian global, serta ditunjang oleh pemberian predikat investment grade untuk Indonesia. Selain itu, ruang belanja modal pemerintah pada tahun 2012 masih terbuka lebar. Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan melemah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk tahun 2012 menurun. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2012, hanya sebesar 3,5%, turun dari tahun 2011 sebesar 3,9%. Selanjutnya, IMF juga memprediksi bahwa pertumbuhan volume perdagangan dunia akan menurun dari 5,8% pada 2011 menjadi 4,0% pada Sebagai dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan sektor unggulan Sumatera Selatan diperkirakan akan terbatas dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi tahunan Kota Palembang pada triwulan II 2012 diperkirakan akan meningkat pada kisaran 5,20±1% (yoy) setelah pada triwulan I 2012 berada pada tingkat 3,83% (yoy). Selain itu, inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan naik menjadi 2,50±1%. Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang bersifat fundamental, kenaikan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun dasar (base year effect). 4

22 Ringkasan Umum Adapun rentang risiko proyeksi yang besar disebabkan oleh adanya potensi kenaikan harga terkait kebijakan BBM. Terdapat kemungkinan kenaikan harga administered prices. Setelah penundaan kenaikan harga BBM pada 1 April lalu, pemerintah masih mewacanakan untuk melakukan kebijakan terkait BBM bersubsidi sebagai untuk memperbaiki kondisi fiskal sehubungan dengan tren kenaikan harga minyak dunia. Salah satu opsi kebijakan tersebut adalah pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi dengan kapasitas mesin tertentu. Jika pembatasan tersebut diperhitungkan dalam keranjang konsumsi perhitungan inflasi, maka akan terdapat dampak langsung dari kebijakan tersebut berupa kenaikan nilai konsumsi pada bensin, sehingga akan menyebabkan kenaikan harga secara umum. Tekanan inflasi dari sisi permintaan akan sedikit meningkat seiring output gap yang melebar. Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan bahwa output gap mulai mengalami lonjakan pada triwulan IV 2011, yang memberikan dampak terhadap inflasi tahunan pada triwulan I Secara historis, output gap berkorelasi cukup tinggi pada inflasi 1-2 triwulan kemudian. Pertumbuhan kredit diperkirakan sedikit meningkat. Pertumbuhan kredit diprediksi sedikit mengalami percepatan menjadi sebesar 5 ± 1% (qtq) pada triwulan II Kegiatan investasi yang masih akan dilakukan pengusaha membuat kebutuhan kredit masih relatif tinggi. Namun, diperkirakan suku bunga kredit yang belum mengalami penurunan berarti sekalipun suku bunga deposito sudah menurun membuat pengusaha masih meninjau ulang untuk mengajukan kredit. NPL diprediksi akan meningkat, namun masih berada dibawah dalam batas toleransi yang sebesar 5%. Harga komoditas unggulan, khususnya karet yang memiliki kecenderungan turun sejak pertengahan tahun 2011 diperkirakan masih berpengaruh terhadap kenaikan NPL. Berdasarkan data historis, harga karet internasional cenderung berkorelasi negatif dengan persentase NPL dengan lag sekitar 3-4 bulan. 5

23 Ringkasan Umum Halaman ini sengaja dikosongkan 6

24 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pertumbuhan ekonomi termoderasi pasca SEA Games Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor bangunan dan industri pengolahan. Kondisi eksternal yang terus lemah membuat pertumbuhan ekspor negatif. I.1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara Umum Pertumbuhan ekonomi melambat sesuai proyeksi. Pertumbuhan ekonomi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2012 mengalami perlambatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya dari 7,6% (yoy) menjadi 6,9% (yoy). Pertumbuhan ekonomi melambat karena pada triwulan sebelumnya terdapat event yang secara signifikan mendorong pertumbuhan yaitu SEA Games. Pertumbuhan ekonomi triwulan ini ditopang oleh sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) dan sektor Pertanian terkait masih baiknya permintaan domestik dan meningkatnya volume produksi komoditas unggulan. Angka pertumbuhan tersebut tepat berada di nilai tengah proyeksi pada laporan sebelumnya, yang sebesar 6,9±0,5% (yoy). Pertumbuhan perekonomian terkonfirmasi oleh survei bisnis yang menunjukkan baiknya optimisme pelaku usaha dan berlanjutnya kegiatan investasi walaupun omset menurun seiring penurunan harga komoditas perkebunan karena perlambatan ekonomi di negara-negara maju. Terjadi kontraksi secara musiman. PDRB Sumatera Selatan secara triwulanan mengalami penurunan sebesar 0,7% (qtq). Pertumbuhan triwulanan tersebut relatif normal terjadi pada triwulan I karena adanya faktor musiman, dimana hasil produksi karet masih rendah di awal tahun. Walaupun demikian, kinerja tersebut lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang naik sebesar 0,1% (qtq). Grafik 1.1. PDRB dan Laju Pertumbuhan Triwulanan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Grafik 1.2. PDRB dan Laju Pertumbuhan Tahunan PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 7

25 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 Perlambatan Ekspor tidak Menurunkan Optimisme Pelaku Usaha ke Depan*) Di awal tahun 2012 sebagian besar eksportir masih cukup optimis terhadap permintaan pasar luar negeri, walaupun kinerja ekspor menurun. Meski secara volume ekspor khususnya crumb rubber cukup stabil dibandingkan posisi yang sama tahun lalu, namun perkembangan harga yang masih lebih rendah secara tahunan cukup menekan nilai penjualan kontak saat ini. Belum pulihnya perekonomian global akibat krisis utang negara-negara di Eropa dan pelemahan ekonomi di Amerika Serikat tidak hanya menyebabkan penurunan pada harga komoditas tetapi juga membuat terbatasnya perkembangan pesanan dari luar negeri. Pemintaan pasar domestik secara umum masih cukup baik. Meskipun demikian, pengaruh cuaca dimana curah hujan yang tidak merata atau kurang yang diterjadi di pertengahan tahun lalu mempengaruhi produksi kelapa sawit sehingga penjualan CPO mengalami penurunan. Permintaan pasar atas durable goods di tahun ini diperkirakan juga masih cukup baik, meski sedikit mengalami perlambatan jika dibanding tahun lalu. Perlambatan ini diindikasikan karena kekhawatiran terhadap rencana pemerintah untuk menaikkan harga BBM. Selain itu, para pelaku usaha pada perdagangan ritel juga masih optimis terhadap penjualan yang akan meningkat di tahun ini meski diperkirakan tidak signifikan. Dari sisi produksi, subsektor perkebunan karet mengalami penurunan penjualan ekspor akibat produktivitas kebun karet yang dimiliki sendiri menurun. Di tahun 2012 pelaku usaha optimis penjualan ekspor akan meningkat dibandingkan tahun 2011 meski masih di bawah pencapaian tahun 2010 lalu, yang dipengaruhi oleh kondisi cuaca yang lebih baik di tahun ini. Sebagai implikasi dari masih optimisnya pelaku usaha, investasi sebagai upaya dalam peningkatan produktivitas dilakukan oleh subsektor perkebunan, industri pengolahan, perdagangan, dan perhotelan, serta jasa angkutan laut. Namun, penurunan kapasitas utilisasi terjadi pada kontak subsektor perkebunan kelapa sawit, perikanan, dan pertambangan batu bara, sebagai dampak dari penurunan permintaan. Dari sisi situasi bisnis, penetapan Upah Minimum Provinsi, Upah Minimum Sektoral, dan Upah Minimum Kota/Kabupaten secara umum sudah diterapkan pada sistem pengupahan kontak dan relatif tidak menimbulkan konflik antara pelaku usaha dan pekerja. Namun, sampai saat ini, permasalahan infrastruktur seperti jalan dan pelabuhan masih menjadi kendala bagi pelaku usaha di daerah. *) Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha 8

26 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2. Perkembangan Ekonomi Sisi Sektoral Sektor ekonomi tumbuh bervariasi namun secara umum masih tumbuh tinggi. Perlambatan pertumbuhan terjadi pada sektor bangunan serta sektor industri pengolahan. Secara absolut, sektor yang mengalami pertumbuhan tertinggi adalah sektor pengangkutan dan komunikasi, diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) yang masing-masing tumbuh sebesar 15,4% dan 9,0% (yoy) di triwulan I Di samping itu, sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian yang merupakan sektor utama perekonomian Sumsel juga mengalami akselerasi pertumbuhan. Pertumbuhan produksi industri manufaktur besar dan sedang di Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 terkontraksi sebesar 1,59% (qtq). Namun, produksi industri karet, barang dari karet dan plastik masih tumbuh positif sebesar 0,37% (qtq). Sementara itu, industri mikro dan kecil tumbuh lebih tinggi, yaitu 5,83% (qtq) pada triwulan I Tabel 1.1. Laju Pertumbuhan Tahunan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha 2011 I II III IV I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan LGA Bangunan PHR Pengangkutan & Komunikasi Keuangan Persewaan & Js. Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Tabel 1.2. Laju Pertumbuhan Triwulanan Sektoral PDRB Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 (%) Lapangan Usaha I II III IV I Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan (1.0) LGA Bangunan (0.2) PHR Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan Jasa-jasa Total PDRB (3.7) (0.7) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 9

27 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.3. Sumber Pertumbuhan Ekonomi dan Struktur PDRB Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 (%) Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sektor pertanian tumbuh sebesar 6,2% (yoy) atau mengalami percepatan dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang sebesar 5,8% (yoy). Andil sektor pertanian diperkirakan sekitar 1,13% pada pertumbuhan ekonomi tahunan triwulan I Menurut keterangan beberapa pelaku usaha, harga karet yang sedikit mengalami peningkatan di awal tahun telah memberikan insentif bagi petani untuk kembali menyadap karet, setelah sebelumnya penyadapan tidak dilakukan karena harga yang sangat rendah. Selain itu, kondisi cuaca yang lebih normal membuat produksi komoditas perkebunan cukup baik. Selain itu, pada triwulan I 2012 merupakan masa panen komoditas tanaman pangan terutama padi. Beberapa sumber menyebutkan bahwa puncak panen padi berlangsung lebih awal dibandingkan biasanya. Sehingga, sebagian produksi tanaman bahan makanan yang biasanya masuk dalam perhitungan PDRB triwulan II pada tahun ini masuk dalam perhitungan triwulan I. Grafik 1.4. Perkembangan Curah Hujan di Sumatera Selatan Grafik 1.5. Perkembangan Harga Tandan Buah Segar di Sumatera Selatan Sumber: Stasiun Klimatologi Kenten Sumber: Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 10

28 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Secara triwulanan, sektor pertanian mengalami peningkatan pertumbuhan paling signifikan yaitu menjadi 1,2% dari yang sebelumnya terkontraksi sebesar 17,2% (qtq). Pencapaian tersebut lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya dimana sektor pertanian tumbuh sebesar 0,4% (qtq). Kenaikan yang drastis pada triwulan I terjadi karena faktor musiman kinerja sektor pertanian, dimana produksi pertanian di Sumatera Selatan akan mulai naik di triwulan I 2012 seiring kembali normalnya curah hujan. Menurut data BMKG stasiun Klimatologi Kenten, curah hujan mengalami penurunan cukup drastis di triwulan I 2012 walaupun masih tinggi. Harga TBS sawit tercatat relatif konstan secara tahunan dan mulai mengalami peningkatan kembali secara triwulanan, sejalan dengan perkembangan harga CPO di pasar internasional. Sektor pertambangan dan penggalian juga mengalami percepatan pertumbuhan yaitu dari 3,1% menjadi 4,3% (yoy). Selain itu, sektor ini juga tercatat sebagai sektor ekonomi yang juga mengalami peningkatan secara triwulanan yaitu 0,7% (qtq). Sektor pertambangan dan penggalian memberikan andil terhadap pertumbuhan tahunan sebesar 0,94%. Dari segi pangsa, sektor pertambangan dan penggalian merupakan penyumbang PDRB yang paling besar dengan pangsa sebesar 22,2%. Grafik 1.6. Perkembangan Lifting Minyak Bumi Provinsi Sumatera Selatan Grafik 1.7. Perkembangan Lifting Gas Bumi Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber: Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Dari subsektor pertambangan migas diperoleh informasi bahwa lifting minyak mengalami peningkatan sebesar 14,28% (yoy). Selain itu, kondisi tersebut lebih baik dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan lifting sebesar 22,05% (yoy). Sementara itu, lifting gas bumi naik sebesar 8,24% (yoy) atau mengalami peningkatan kinerja dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan lifting sebesar 37,50% (yoy). 11

29 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.8. Perkembangan Harga Batu Bara di Pasar Internasional Grafik 1.9. Perkembangan Harga Minyak Bumi di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Rata-rata harga minyak bumi tercatat di level USD102,8/barrel atau mengalami peningkatan sebesar 9,5% (yoy) atau 9,4% (qtq). Sementara itu, batubara yang merupakan alternatif sumber energi mengalami penurunan harga. Rata-rata harga batu bara di pasar internasional pada triwulan ini tercatat di level USD70,1/metrik ton atau mengalami penurunan sebesar 9,1% (yoy) atau turun 11,2% (qtq) dibandingkan posisi triwulan sebelumnya. Kinerja sektor industri pengolahan tumbuh sebesar 4,6% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 6,9% (yoy). Perkembangan kinerja sektor industri pengolahan sejalan dengan perkembangan pertumbuhan ekspor yang bergerak menuju teritori negatif. Selain itu, secara triwulanan kinerja sektor industri pengolahan terkontraksi sebesar 2,9% (qtq). Kontraksi tersebut terjadi karena kontraksi pertumbuhan sektor pertanian di triwulan sebelumnya yang berimplikasi pada penurunan barang input sektor industri pengolahan pada triwulan ini. Sehingga, produksi crumb rubber pada triwulan IV juga turun drastis dibandingkan triwulan III Lemahnya kinerja sektor industri pengolahan juga sejalan dengan beberapa prompt indicator kinerja komoditas crumb rubber dan CPO yang masih lemah. Meningkatnya pasokan karet dunia dan turunnya permintaan karet dunia telah menyebabkan penurunan rata-rata harga karet di pasar internasional menjadi USD391,6 cent/kg atau mengalami penurunan sebesar 28,9% (yoy) dibandingkan rata-rata harga pada tahun sebelumnya yang sebesar USD388,4 cent/kg. Selain itu, rata-rata harga CPO dunia tercatat sebesar USD1.048,4/metrik ton atau mengalami penurunan sebesar 13,0% dibandingkan dengan harga rata-rata pada tahun sebelumnya. 12

30 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Harga Karet di Pasar Internasional Grafik Perkembangan Harga CPO di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Namun, perlambatan kinerja sektor industri pengolahan diperkirakan tidak berlangsung lama. Data Gapkindo Sumsel mengindikasikan bahwa rata-rata bulanan produksi karet di Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 adalah sebesar 70 ribu ton/bulan, atau naik sebesar 14,4% (qtq) atau secara tahunan naik tipis sebesar 1,6%. Berdasarkan informasi dari beberapa sumber, kenaikan kembali harga karet di pasar internasional pada bulan Januari telah meningkatkan frekuensi penyadapan karet sehingga meningkatkan pasokan karet ke industri crumb rubber. Grafik Perkembangan Produksi Crumb Rubber Sumatera Selatan Sumber: Gapkindo Sumsel Kinerja sektor bangunan melambat cukup signifikan dibandingkan pencapaian triwulan sebelumnya, yaitu dari 12,8% menjadi 8,2% (yoy), dan secara triwulanan, kinerja sektor bangunan terkontraksi sebesar 4,4% (qtq). Perlambatan tersebut diperkirakan terkait dengan belum berjalannya proyek pembangunan pemerintah pada awal tahun seiring dengan masih minimnya realisasi belanja fiskal. Perlambatan kinerja sektor bangunan terkonfirmasi oleh perkembangan prompt indicator. Data Asosiasi Semen Indonesia yang menunjukkan terjadinya penjualan 13

31 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional semen sebesar 342,0 juta ton atau turun sebesar 3,0% (yoy) dan secara triwulanan turun 10,8% (qtq). Grafik Perkembangan Konsumsi Semen di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penyaluran Kredit Konstruksi dan Perumahan di Sumatera Selatan Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, perkembangan pada perbankan menunjukkan perkembangan sektor bangunan secara tahunan. Kredit konstruksi meningkat tinggi, yaitu 22,5% (yoy), kendati secara triwulanan turun 4,7% (qtq). Dari sisi kredit bukan lapangan usaha, penyaluran kredit untuk ruko dan rukan, kredit untuk rumah tinggal, serta kredit untuk flat dan apartemen mengalami peningkatan secara tahunan lebih dari 50%. Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih (LGA) tumbuh sebesar 4,8% (yoy), mengalami perlambatan cukup dalam dibandingkan kinerja triwulan sebelumnya yang mencapai 10,2% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor ini terkontraksi sebesar 4,6% (qtq). Grafik Perkembangan Pemakaian Listrik di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Pelanggan dan Penjualan Air Bersih di Sumatera Selatan Sumber : PT. PLN WS2JB, diolah Sumber : PT. PDAM Tirta Musi, diolah Beberapa prompt indicator sektor LGA menunjukkan perkembangan yang sejalan. Jumlah penjualan listrik pada triwulan I 2012 mencapai 786,9 KWh, dengan laju pertumbuhan tahunan yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. 14

32 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sementara itu, penjualan air bersih mencapai 170 juta liter dengan laju pertumbuhan penjualan yang melambat. Adapun jumlah pelanggan listrik dan air bersih mengalami peningkatan sebagaimana diinformasikan oleh instansi terkait. Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) mengalami perlambatan pertumbuhan dari sebesar 11,0% pada triwulan IV 2011 menjadi 9,0% (yoy) pada triwulan I Sementara itu secara triwulanan kinerja sektor PHR terkontraksi sebesar 1,7% (qtq). Namun demikian, andil pertumbuhan tahunan sektor ini merupakan yang tertinggi dibandingkan sektor-sektor lainnya, yaitu 1,23%. Data BPS menunjukkan bahwa pada terjadi penurunan drastis atas rata-rata bulanan jumlah wisatawan yang datang melalui pintu masuk Bandara SMB II di Palembang, yaitu mencapai 50,5% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya dimana terdapat penyelenggaraan SEA Games XXVI. Namun demikian, hal tersebut tidak terjadi secara signifikan pada rata-rata bulanan tingkat penghunian kamar hotel berbintang, yang hanya turun sebesar 5,5% (qtq). Hasil survei bisnis menunjukkan tingkat permintaan di subsektor perdagangan ritel terutama barang untuk kebutuhan rumah tangga masih cukup baik dengan juga dikonfirmasi oleh peningkatan rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan I 2012 dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain peningkatan IKK, secara spesifik Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII juga masih tingginya ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable goods). Namun, data pendaftaran kendaraan baru dari Dispenda Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan penurunan pendaftaran kendaraan baru. Grafik Perkembangan Arus Bongkar Muat Pelabuhan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Arus Cargo Bandar Udara di Sumatera Selatan umber : PT. Pelindo II, diolah Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah 15

33 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik Perkembangan Pendaftaran Kendaraan Baru di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Udara di Sumatera Selatan umber : Dispenda Provinsi Sumatera Selatan Sumber : PT. Angkasa Pura II, diolah Grafik Perkembangan Penumpang Angkutan Laut Pelabuhan Provinsi Sumatera Selatan Sumber : PT. Pelindo II, diolah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi mencatat pertumbuhan tahunan sebesar 15,4% (yoy), sedikit lebih cepat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,9%, dan merupakan yang tertinggi dibandingkan seluruh sektor lainnya. Selain itu, sektor ini juga memberikan andil cukup besar terhadap pertumbuhan PDRB secara tahunan, yaitu sebesar 0,94%. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan sektor pengangkutan dan komunikasi mencapai sebesar 1,5% (qtq). Data PT. Angkasa Pura menunjukkan bahwa arus bongkar muat cargo di bandar udara meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, dan juga mengalami percepatan pertumbuhan tahunan. Selain itu, jumlah penumpang datang dan pergi di Bandara Sultan Mahmud Baddaruddin II, relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. PT. Pelindo menunjukkan adanya perlambatan pada jumlah penumpang yang melalui pelabuhan di Palembang, serta jumlah arus barang bongkar muat di pelabuhan. Kondisi cuaca yang relatif lebih baik dibanding tahun lalu telah mengurangi kendala aktivitas di subsektor pengangkutan sehingga mengalami peningkatan kinerja tahunan. Namun, periode panen di awal tahun mengurangi aktivitas bongkar dan meningkatkan aktivitas muat di pelabuhan Sumatera Selatan. 16

34 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan mengalami pertumbuhan tahunan yang relatif tinggi yakni sebesar 8,2% (yoy), sedikit mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 7,8% (yoy). Sementara itu, sektor tersebut mencatat kinerja pertumbuhan triwulanan sebesar 1,9% (qtq). Tingginya kinerja sektor keuangan tidak terlepas dari perkembangan sektor perbankan yang cukup baik (pembahasan lebih lanjut sektor ini dibahas pada bab mengenai Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran). Perkembangan sektor jasa-jasa tidak terlepas dari peningkatan aktivitas ekonomi sebagaimana diindikasikan oleh perkembangan sektor-sektor lainnya, khususnya sektor tersier. Sektor jasa-jasa tumbuh sebesar 8,1% (yoy) pada triwulan I 2012, mengalami sedikit perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 8,7% (yoy). Secara triwulanan, kinerja sektor tersebut mengalami kontraksi sebesar 0,6% (qtq). 17

35 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 Kebijakan UMP tidak Mempengaruhi Kinerja Perusahaan Besar Seperti yang diketahui bersama, dari sisi tenaga kerja, kenaikan upah akan meningkatkan penghasilan, kesejahteraan dan daya beli. Namun, dari sisi perusahaan, kenaikan upah berarti merupakan kenaikan biaya, dapat mempengaruhi kondisi maksimisasi laba perusahaan sehingga dapat mempengaruhi kuantitas dan harga yang ditawarkan. Secara makro, hal tersebut dapat diterjemahkan sebagai perlambatan pertumbuhan ekonomi dan kenaikan inflasi. Rata-rata kenaikan UMP provinsi-provinsi di Sumbagsel sebesar 12,64%. Kenaikan UMP hampir di semua provinsi di bawah rata-ratanya sepanjang 3 tahun terakhir, hanya Sumsel sedikit di atas. UMP tertinggi di Sumsel Rp , naik sekitar 14% dibandingkan tahun sebelumnya. Kenaikan UMP tidak secara signifikan meningkatkan beban perusahaan, sehingga tidak secara signifikan membuat perusahaan meningkatkan harga. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU), diperkirakan kenaikan UMP sebesar 14% hanya akan meningkatkan biaya operasional sebesar 0,78%. Sebagai implikasi lanjutan, bila perusahaan menginginkan margin tidak berubah dari sebelumnya, maka dengan kenaikan UMP tersebut harga jual diperkirakan hanya akan naik 0,78%. Berdasarkan konfirmasi dari beberapa pelaku usaha di Sumatera Selatan, kebijakan UMP tidak sensitif mempengaruhi penetapan upah, karena upah sudah ditetapkan di atas UMP. Sehingga, kenaikan UMP tidak sensitif mempengaruhi biaya produksi dan harga jual. Grafik 1. Inflasi Palembang Vs. Kenaikan UMP Sumsel Sumber : BPS, Disnaker, diolah Tabel 1. Perkiraan Kenaikan Biaya akibat Kenaikan UMP (Hasil Olah SKDU) Kebijakan UMP Perkiraan Kenaikan Rata-rata Pangsa TK/ sebagai faktor Kenaikan Biaya UMP kenaikan total Biaya penyebab akibat 2012 gaji Kenaikan Upah Kenaikan UMP

36 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.3. Perkembangan Ekonomi Sisi Penggunaan Permintaan domestik menopang pertumbuhan ekonomi. Pada sisi penggunaan, laju pertumbuhan ekonomi secara tahunan didorong oleh perkembangan PMTDB, konsumsi rumah tangga serta konsumsi pemerintah dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 11,3%, 6,3% dan 7,9%. Tabel 1.3. Pertumbuhan Ekonomi Tahunan (yoy) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Grafik Perkembangan Indeks Ketepatan Waktu Pembelian (Konsumsi) Barang Tahan Lama Grafik Perkembangan Konsumsi BBM di Sumatera Selatan Sumber : Bank Indonesia, diolah Sumber: Pertamina Konsumsi secara umum mengalami sedikit percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kondisi tersebut terkonfirmasi juga melalui hasil survei konsumen yang menunjukkan kenaikan Indeks Keyakinan Konsumen (lihat Suplemen 3) yang utamanya dikontribusikan oleh kenaikan ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Namun demikian, konsumsi energi mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan komponen konsumsi, Pertumbuhan konsumsi rumah tangga relatif konstan dari 6,4% menjadi 6,3% (yoy). Konsumsi lembaga swasta nirlaba tumbuh sebesar 2,8% (yoy) atau mengalami sedikit percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 2,5% (yoy), sedangkan konsumsi pemerintah meningkat sebesar 7,9% (yoy) atau naik signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 0,3% (yoy). 19

37 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi pemerintah mengalami penurunan signifikan secara triwulanan, yaitu sebesar 16,2% (qtq) sejalan dengan realisasi APBD Provinsi yang biasanya masih minim pada triwulan pertama. Konsumsi rumah tangga mengalami pertumbuhan tipis secara triwulanan sebesar 0,1% (qtq). Sementara itu, konsumsi lembaga swasta nirlaba turun sebesar 0,8% (qtq). Investasi masih merupakan komponen yang tumbuh paling tinggi. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto (PMTDB) mengalami peningkatan 11,3%, hanya sedikit turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 11,8% (yoy). Sementara secara triwulanan sedikit turun sebesar 0,4% (yoy). Hasil survei terhadap kondisi dunia usaha di Sumatera Selatan mengindikasikan bahwa pelaku usaha masih melakukan investasi dalam skala yang besar untuk meningkatkan kapasitas utilisasi walaupun penjualan ekspor mengalami penurunan akibat perlambatan ekonomi global. Selain itu, melihat diskrepansi antara PDRB sisi sektoral dan penggunaan, diperkirakan perubahan stok tidak berubah signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kredit investasi mencatat peningkatan paling tinggi secara tahunan yakni dari Rp6,5 triliun menjadi Rp12,3 triliun atau 89,3% (yoy). Di sisi lain, perdagangan internasional memperlambat pertumbuhan. Kegiatan ekspor terkontraksi secara tahunan yaitu sebesar 1,6% (yoy), mengalami penurunan dalam dibandingkan kondisi pada triwulan sebelumnya yang sebesar 4,3% (yoy). Sementara itu, impor masih tumbuh sangat tinggi sebesar 30,9% (yoy), meskipun sedikit melambat dibandingkan kinerja tahunan pada triwulan sebelumnya yang sebesar 33,1% (yoy). Grafik Perkembangan Nilai Tukar Rupiah Terhadap US Dollar Sumber : Bank Indonesia, diolah Secara triwulanan, ekspor mengalami peningkatan sebesar 1,1% (qtq) sejalan dengan sedikit peningkatan harga komoditas unggulan di pasar internasional. Impor juga mengalami pertumbuhan sebesar 1,1% (qtq). Tingginya pertumbuhan impor ini diperkirakan terkait dengan investasi yang menjadi pendorong utama pertumbuhan di triwulan ini, khususnya mesin pembangkit. Adanya kenaikan impor dengan disertai dengan penurunan ekspor membuat net ekspor mengalami penurunan. Rupiah yang relatif terdepresiasi dibandingkan triwulan sebelumnya 20

38 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional belum dapat menekan kondisi perdagangan eksternal yang memburuk. Pada triwulan I 2012, kurs rupiah terhadap Dollar AS terdepresiasi sebesar 0,7% (qtq). Tabel 1.4. Pertumbuhan Ekonomi Triwulanan (qtq) Provinsi Sumatera Selatan ADHK 2000 menurut Penggunaan Tahun (%) Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Pertumbuhan ekspor non migas kembali melambat. Nilai ekspor selama tiga bulan terakhir (Desember 2011 Februari 2012) tercatat sebesar USD835,4 juta, turun sebesar 27,1% (yoy) dibandingkan nilai ekspor pada periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar USD1.146,0 juta. Pertumbuhan ekspor yang negatif tersebut merupakan yang pertama kali sejak tahun Secara triwulanan, nilai ekspor turun sebesar 23,1% (qtq). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh permintaan dunia yang masih lemah pada komoditas unggulan Sumatera Selatan. Penurunan nilai ekspor dikontribusikan oleh penurunan kinerja ekspor karet dan sawit. Nilai ekspor karet dan sawit mengalami penurunan cukup dalam yaitu masing-masing sebesar 26,2% dan 8,8% (qtq), sedangkan ekspor batubara masih meningkat sebesar 14,4% (qtq). Selain itu, ekspor komoditas lainnya juga mengalami penurunan dalam yaitu sebesar 43,2% (qtq). Masih rendahnya harga kedua komoditas tersebut di pasar internasional dan lemahnya permintaan membuat nilai ekspor rendah. Namun demikian, pangsa nilai ekspor terbesar masih didominasi oleh komoditas karet dengan pangsa sebesar 79,8%. Tabel 1.5. Perkembangan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (USD) Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Tabel 1.6. Perkembangan Bulanan Nilai Ekspor Komoditas Utama Provinsi Sumatera Selatan (Juta USD) Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah 21

39 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Volume ekspor seluruh komoditas utama turun. Berdasarkan volume, ekspor pada periode laporan tercatat sebesar 1.019,5 ribu ton, turun 20,5% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 1.282,3 ribu ton. Sementara dibandingkan triwulan sebelumnya, mengalami penurunan sebesar 23,1% (qtq) dari sebesar 1.579,8 ribu ton. Penurunan tersebut dikontribusikan oleh seluruh komoditas utama. Grafik Perkembangan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Grafik Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Grafik Pangsa Ekspor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Tujuan Des 11 Feb 12 Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Terjadi peralihan tujuan ekspor ke Cina dan Jepang. Berdasarkan negara tujuan, ekspor ke Amerika Serikat pada triwulan ini masih tercatat paling tinggi dengan pangsa sebesar 30,8%, naik dari periode sebelumnya (September November 2011) sebesar 24,5%. Sementara itu, pangsa ekspor ke Cina mengalami penurunan dari sebesar 23,6% pada triwulan sebelumnya menjadi 18,9% %. Selain itu, pangsa ekspor ke Jepang meningkat dari 8,4% menjadi 9,1% %. Peralihan ekspor diperkirakan terkaitt dengan perlambatan perekonomian Cina serta pemulihan pasca gempa di Jepang. 22

40 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Nilai impor nonmigas periode Desember Februari 2012 tercatat sebesar USD184,7 juta, meningkat 55,2% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar USD119,0 juta. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya terjadi peningkatan nilai impor sebesar 4,3% (qtq) dari sebesar USD175,5 juta. Peningkatan nilai impor secara tahunan banyak dikontribusikan oleh meningkatnya impor mesin pembangkit sebesar 358,1% (yoy). Tabel 1.7. Perkembangan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD) Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Tabel 1.8. Perkembangan Bulanan Nilai Impor Komoditas Pilihan Provinsi Sumatera Selatan (USD Juta) Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Volume impor pada periode ini tercatat sebesar 148,5 ribu ton atau meningkat sebesar 32,0% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 112,5 ribu ton. Namun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, volume impor tercatat mengalami penurunan sebesar 14,8% (qtq) dari sebesar 174,3 ribu ton. Grafik Perkembangan Nilai Impor Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Volume Impor Provinsi Sumatera Selatan Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia 23

41 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pangsa negara asal impor terbesar pada periode ini didominasi oleh negara asal Amerika Serikat yakni sebesar 21,2% dari keseluruhan impor, kemudian disusul oleh Singapura dengan pangsa sebesar 13,1%, dan Cina dengan pangsa sebesar 13,0%. Grafik Perkembangan Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Grafik Pangsa Impor Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan Negara Asal Des 11-Feb 12 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia 24

42 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 3 Keyakinan Konsumen Meningkat Karena Naiknya Penghasilan I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen Selama Triwulan I 2012 Tingkat Keyakinan Konsumen di Kota Palembang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan I 2012 secara umum mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan tercatat 128,5, naik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencapai 125,88. Kenaikan IKK sangat dipengaruhi oleh naiknya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 133,30 pada triwulan sebelumnya menjadi 135,48 dan kenaikan Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) naik ke level 121,52 dari sebelumnya yang sebesar 118,31. Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Maret 2010-Maret 2012 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Beberapa hal yang menjadi perhatian utama konsumen Palembang antara lain: peningkatan ketepatan waktu pembelian (konsumsi) barang tahan lama, kenaikan penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu serta ekspektasi penghasilan ke depan (lihat grafik 2). Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen Maret Maret 2012 Sumber : Direktorat Statistik Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia, diolah Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak Januari Di kota Palembang survei dilaksanakan sejak tahun 2001 terhadap 300 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis. 25

43 Bab 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional II. Komponen Keyakinan Konsumen Secara umum IKK selama periode laporan mengalami fluktuasi. Pada bulan Januari tercatat sebesar 125,11, dengan IKESI dan IEK masing-masing 116,33 dan 133,89. Pada bulan Februari mengalami peningkatan menjadi sebesar 136,00 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 128,22 dan 143,78. Sementara itu, IKK pada bulan Maret turun ke level 124,39 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 120,00 dan 128, Pendapat Responden terhadap Kondisi Ekonomi Mayoritas responden menilai bahwa kondisi ekonomi selama periode laporan relatif tidak berubah dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hal itu terkonfirmasi dari besarnya persentase responden yang berpendapat demikian, yakni sebesar 44,8%. Sementara responden yang menyatakan lebih baik sebanyak 41,7%. 2.2 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Kerja Dari sisi ketersediaan lapangan kerja, 39,8% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja saat ini sama dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Sementara itu lebih dari seperempat jumlah responden yakni mencapai 30,4% berpendapat bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja saat ini lebih buruk dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Namun, pesimisme responden terhadap ketersediaan lapangan kerja hanya bersifat temporer mengingat 40,1% responden yang berkeyakinan bahwa kondisi ketersediaan lapangan kerja pada 6 bulan yang akan datang akan lebih baik. 2.3 Pendapat Responden terhadap Penghasilan Sebanyak 49,9% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka saat ini lebih tinggi dibandingkan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hanya sekitar 3,9% responden yang berpendapat bahwa peghasilannya lebih buruk. Seiring dengan kenaikan Upah Minimum Regional (UMR), sebanyak 60,0% responden berkeyakinan bahwa penghasilan mereka pada 6 bulan mendatang akan lebih baik. 2.4 Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Mayoritas responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang akan mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari 65,9% responden yang berpendapat bahwa harga-harga akan naik. Bahkan sebanyak 17,5% responden berkeyakinan bahwa harga pada 3 bulan mendatang akan naik secara signifikan. 26

44 2. Perkembangan Inflasi Palembang Inflasi stabil didukung koreksi musiman harga pangan Tekanan inflasi terkendali baik dari sisi permintaan maupun sisi penawaran, meskipun terjadi ekskalasi ekspektasi di akhir periode. Faktor musiman harga beberapa komoditas pangan mencegah terjadinya kenaikan harga secara umum Inflasi Secara Umum Inflasi kota Palembang menurun. Inflasi tahunan kota Palembang pada akhir triwulan I 2012 sebesar 3,83% (yoy), relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 3,78% (yoy). Tekanan inflasi periode ini tetap terkendali baik dari sisi permintaan (cost-push) maupun sisi penawaran (demand-pull). Kondisi cuaca yang cenderung tidak ekstrim telah mendukung terjaganya produksi dan kegiatan distribusi. Di sisi lain, harga komoditas di pasar internasional relatif stabil dan ditransmisikan secara simetris pada pendapatan dan pengeluaran masyarakat sehingga menjaga permintaan pada kisaran yang wajar. Namun, pada bulan terakhir, ekspektasi inflasi meningkat dan memicu dimulainya ekskalasi harga. Realisasi inflasi sesuai perkiraan dan konvergen dengan inflasi nasional. Tren penurunan dan capaian inflasi pada triwulan I 2012 mendekati batas bawah proyeksi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII sebagaimana pernah ditulis pada laporan triwulan sebelumnya. Pencapaian inflasi tersebut hanya sedikit berbeda dibandingkan inflasi nasional yang sebesar 3,79%. Berdasarkan tren data historis, inflasi Palembang saat ini semakin konvergen dengan inflasi nasional walaupun secara fluktuasi lebih tinggi. Grafik 2.1. Perkembangan Inflasi Tahunan Palembang dan Nasional Grafik 2.2. Perkembangan Inflasi Bulanan Palembang dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan 27

45 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.3. Event Analysis Perkembangan Inflasi Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2.4. Realisasi dan Proyeksi Inflasi Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, Proyeksi BI Inflasi volatile foods bergerak di bawah inflasi inti. Berdasarkan pemilihan rincian (disagregasi) inflasi bulanan, diketahui bahwa tekanan inflasi pada triwulan I banyak dipengaruhi oleh komponen core inflation, dengan tekanan volatile foods yang minimal. Inflasi volatile foods melanjutkan tren penurunan menjadi lebih rendah dari inflasi administered prices di Januari 2012, sebelum mulai meningkat kembali pada bulan Maret Pada bulan Maret 2012, inflasi core sebesar 4,28% (yoy) lebih tinggi dibandingkan inflasi volatile foods sebesar 3,57% dan inflasi administered prices sebesar 2,92% (yoy). Pencapaian inflasi ketiga komponen disagregasi secara historis terbilang rendah. Inflasi volatile foods jauh lebih rendah dibandingkan rata-ratanya selama 3 tahun yang sebesar 10,35%. Inflasi core dan administered prices juga lebih rendah dari nilai historisnya, yang secara rata-rata sebesar 5,00% dan 4,33% pada 5 tahun terakhir. 28

46 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.5. Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.6. Disagregasi Inflasi Bulanan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik 2.7. Disagregasi Inflasi Aktual Vs. Historis Grafik 2.8. Inflasi Tradeables Vs. Non Tradeables Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Inflasi tertinggi masih dicapai oleh kelompok sandang. Berdasarkan kelompok barang, kelompok sandang mencatat inflasi tahunan tertinggi hingga mencapai 6,79% (yoy) yang masih disebabkan oleh kenaikan harga emas secara tahunan yang signifikan, diikuti oleh kelompok makanan jadi dan kelompok perumahan yaitu masing-masing sebesar 4,48% dan 4,11% (yoy) yang antara lain dikontribusikan oleh kenaikan harga dua jenis rokok. Sebaliknya, inflasi paling rendah terjadi pada kelompok transportasi dan komunikasi, yaitu sebesar 0,92% (yoy). Selain itu, beras merupakan komoditi utama contributor inflasi secara tahunan, dengan andil yang mencapai 0,83% (yoy). Perubahan inflasi tahunan pada masing-masing kelompok barang dan jasa bervariasi dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan inflasi tertinggi terjadi pada kelompok pendidikan yang turun dari 4,51% pada triwulan IV 2011 menjadi 3,88% pada triwulan I Kelompok sandang dan kelompok transportasi juga mengalami perlambatan inflasi. Sebaliknya, kelompok makanan jadi mengalami kenaikan inflasi yang paling tajam, yaitu dari sebesar 4,18% di triwulan IV 2011 menjadi 4,48% pada triwulan I Kenaikan inflasi makanan jadi diperkirakan terkait ekspektasi inflasi yang mengalami peningkatan, yang kemudian berimplikasi pada kenaikan harga dari pedagang dan distributor. 29

47 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 2.9. Perkembangan Inflasi Tahunan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang Grafik Perkembangan Inflasi Bulanan per Kelompok Barang dan Jasa di Palembang Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Grafik Inflasi Tahunan Kota Palembang per Kelompok Pengeluaran Triwulan I 2012 Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan Koreksi harga bahan makanan mendorong terjadinya deflasi secara triwulanan. Harga kelompok bahan makanan turun tajam sebesar 1,98% (qtq) yang disebabkan oleh musim panen pada beberapa komoditas pertanian, seperti cabe merah, tomat sayur dan beras. Sementara itu, harga kelompok lainnya masih mengalami inflasi secara triwulanan. Laju inflasi terbesar secara triwulanan terjadi pada kelompok sandang yaitu sebesar 1,03%, diikuti oleh kelompok makanan jadi dan kelompok kesehatan masing-masing sebesar 0,79% dan 0,35% (qtq). Cabe merah menyumbang andil deflasi terbesar secara triwulanan. Secara andil, inflasi tahunan disumbangkan oleh beras yang sebesar 0,83%, emas perhiasan dengan andil sebesar 0,25%, dencis sebesar 0,19%, serta rokok kretek filter dan rokok kretek masing-masing dengan andil sebesar 0,16%. Sementara itu, andil deflasi triwulanan diberikan oleh cabe merah sebesar 0,26%, diikuti oleh tomat sayur dan semen masing-masing sebesar 0,07% dan 0,05%. 30

48 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Tabel 2.1. Andil Inflasi Tahunan Per Komoditas Tabel 2.2. Andil Deflasi Triwulanan Per Komoditas Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah 2.2. Kondisi Harga di Pasar Internasional Kenaikan harga komoditas pangan di pasar internasional melambat. Harga kedelai sebesar USD 12,6/bushel, atau naik 9,5% (qtq) atau 7,0% (yoy). Kemudian, harga terigu turun 20,9% (qtq) atau turun 35,1% (yoy) menjadi USD 4,9/bushel. Harga beras pada triwulan I 2012 mencapai USD 514,4/mt, turun 5,9% (qtq) namun secara tahunan naik 7,7% (yoy). Grafik Perkembangan Harga Komoditas Strategis di Pasar Internasional Sumber: Bloomberg, diolah 31

49 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Di sisi lain, Food Price Index yang dikeluarkan oleh Food and Agricultural Organization (FAO) pada Maret 2012 sebesar 217, naik 6 poin dari posisi Desember 2011 yang sebesar 211. Dari kelima kategori komoditas pangan yang dihitung dalam indeks tersebut, kategori yang mengalami kenaikan harga pada bulan Maret 2012 dibandingkan Desember 2011 adalah minyak dan lemak serta daging. Harga emas relatif stabil. Harga emas sebesar USD1.690,3/Oz, naik tipis sebesar 0,42% (qtq), dan secara tahunan masih mengalami peningkatan signifikan sebesar 21,9% (yoy). Volatilitas harga emas di di awal tahun ini mulai menurun setelah mengalami peningkatan cukup signifikan di tahun sebelumnya. 32

50 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Suplemen 4 Harga Volatile Foods Terpantau Turun Survei Pemantauan Harga (SPH) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia VII di Palembang secara mingguan pada dua pasar modern dan dua pasar tradisional di Palembang memperlihatkan tendensi terjadinya tendensi kenaikan harga barang/komoditas sebesar 0,21% pada triwulan I 2012 dibandingkan posisi triwulan IV Grafik 1. Perkembangan Harga Komoditas di Pasar Tradisional dan Modern Sumber: SPH, Bank Indonesia Grafik 2. Inflasi SPH dan Inflasi BPS Sumber: SPH, Bank Indonesia Sesuai dengan hasil disagregasi inflasi berdasarkan kelompok core, volatile foods, dan administered prices, memperlihatkan bahwa harga volatile foods menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Kelompok volatile foods mengalami penurunan harga 5,3% dibandingkan triwulan sebelumnya, dengan penurunan terdalam terjadi pada bulan Februari didukung oleh kondisi cuaca yang tidak ekstrim, sehingga berimplikasi pada baiknya pasokan beberapa komoditas pangan khususnya subkelompok bumbu-bumbuan. Sementara itu, harga barang-barang kelompok core bergerak dengan kecenderungan perubahan harga bulanan sekitar minus 1 sampai dengan 1%. 33

51 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 3. Pergerakan Harga Beras Grafik 4. Pergerakan Harga Minyak Goreng Sumber : SPH, Bank Indonesia Sumber : SPH, Bank Indonesia Grafik 5. Pergerakan Harga Daging Ayam Grafik 6. Pergerakan Harga Cabe Merah Sumber : SPH, Bank Indonesia Sumber : SPH, Bank Indonesia Pola pergerakan harga beberapa komoditas bervariasi secara triwulanan. Komponen volatile foods mengalami tendensi penurunan sebesar 5,3%. Perkembangan tersebut utamanya dikontribusikan oleh harga cabe merah yang mengalami penurunan sangat dalam sebesar 46,9% dibandingkan triwulan sebelumnya (qtq), harga daging ayam mengalami tendensi penurunan sebesar 3,5% (qtq). Di sisi lain, minyak goreng, beras dan daging sapi mengalami kenaikan harga masingmasing sebesar 3,6%, 1,9% dan 0,6%. Harga komponen core inflation cenderung meningkat. Komoditas yang mendorong kenaikan harga komponen core adalah emas perhiasan yang mengalami kenaikan harga sebesar 2,3% (qtq), serta gula pasir yang meningkat sebesar 8,2% (qtq). 34

52 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Grafik 7. Pergerakan Harga Daging Sapi Grafik 8. Pergerakan Harga Nasi Sumber : SPH, Bank Indonesia Sumber : SPH, Bank Indonesia Grafik 9. Pergerakan Harga Gula Grafik 10. Pergerakan Harga Emas Perhiasan Sumber : SPH, Bank Indonesia Sumber : SPH, Bank Indonesia 35

53 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang 2.3. Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Tekanan inflasi dari sisi penawaran rendah disebabkan oleh cuaca yang kondusif. Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten, curah hujan di wilayah Sumatera Selatan cenderung turun pada periode Januari-Maret 2011, namun secara rata-rata masih lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Selain itu, kondisi iklim di kawasan menunjukkan sedikit anomali, Australian Bureau of Meteorology mengindikasikan bahwa Southern Oscillation Index (SOI) 1 secara umum normal periode Januari Maret 2012 dengan kisaran 2,5-9,4. Hal tersebut hanya mengindikasikan rendahnya tekanan inflasi secara musiman, namun masih lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Rendahnya tekanan sisi penawaran membuat inflasi volatile foods terkendali. Implikasi normalnya kondisi cuaca terutama adalah terjaganya pasokan pangan, yang tercermin melalui rendahnya inflasi tahunan bahan makanan atau inflasi komponen volatile foods, setidaknya jika dibandingkan rata-rata beberapa tahun terakhir. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, inflasi bahan makanan relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu pada level 3,82% (yoy) pada triwulan I Selain itu, inflasi volatile foods juga relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya di sekitar 3,57% (yoy) pada triwulan I Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata 5 tahun terakhir yang sebesar 10,48% (yoy). Grafik Perkembangan Curah Hujan Bulanan Sumber: BMKG, diolah Tekanan imported inflation masih terkendali. Perkembangan nilai tukar Rupiah relatif stabil pada periode Januari Maret 2012 di kisaran Rp Nilai tukar Rupiah yang relatif stabil terhadap Dollar AS menunjukkan tekanan imported inflation yang masih terkendali. Arus barang masih relatif lancar. Curah hujan yang relatif normal dibandingkan tahun lalu menurunkan risiko hambatan distribusi khususnya pada transportasi darat. Data arus barang total muat dan bongkar di pelabuhan secara rata-rata hanya sedikit turun dibandingkan periode sebelumnya. Penurunan arus barang 1 Southern Oscillation Index (SOI) merupakan ukuran anomali iklim di wilayah Pasifik yang dapat mengindikasikan el nino (SOI < -8) dan la nina (SOI > +8). SOI merupakan salah satu ukuran penting dalam analisis iklim global. 36

54 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang bongkar dan kenaikan arus barang muat lebih disebabkan karena pada triwulan ini pasokan barang yang berasal dari dalam Sumatera Selatan meningkat karena panen. Grafik Perkembangan Arus Barang Pelabuhan Boom Baru Grafik Perkembangan Arus Barang Cargo Bandar Udara Sumber: PT. Pelindo II Sumber: PT. Angkasa Pura 2.4. Tekanan Inflasi Sisi Permintaan Perkembangan tekanan inflasi dari sisi permintaan relatif stabil. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan hanya sedikit naik dibandingkan triwulan sebelumnya yang berimplikasi terhadap peningkatan pendapatan masyarakat bersamaan dengan naiknya produksi komoditas unggulan, namun konsumsi diperkirakan relatif stabil karena perkembangan keyakinan konsumen tidak mengarah secara meyakinkan dan NTP cenderung stabil. Secara musiman, tekanan inflasi sisi permintaan pada periode ini lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang merupakan akhir tahun. Harga komoditas unggulan Sumatera Selatan sedikit meningkat. Pada triwulan I 2012, rata-rata harga komoditas karet di pasar internasional sebesar USD 392/mt atau naik tipis 0,8% (qtq), namun secara tahunan masih turun sebesar 28,9% (yoy). Kemudian, rata-rata sedangkan harga komoditas CPO di pasar internasional sebesar USD 1048/mt, atau naik 9,6% (qtq) namun secara tahunan turun sebesar 13,0% (yoy). Permintaan di kelompok grass-root relatif stabil. Pada kelompok grass-root di Sumatera Selatan yang berbasis sektor pertanian, perkembangan pendapatan dapat dicerminkan oleh perubahan pertumbuhan Nilai Tukar Petani (NTP). Pertumbuhan NTP mengalami perlambatan tipis dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 2,0% (yoy) menjadi 1,4% (yoy). Inflasi inti masih memberikan sumbangan yang tertinggi. Sumbangan inflasi kelompok core (inti) terhadap inflasi umum tahunan paling tinggi dibandingkan dua komponen lainnya, meskipun komponen lainnya mengalami kenaikan kontribusi 37

55 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang pada akhir triwulan I Andil kelompok core pada inflasi tahunan relatif stabil sejak tahun lalu di sekitar 2-3%. Grafik Andil Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik Perkembangan Nilai Tukar Petani Sumber: BPS Provinsi Sumsel Sumber: BPS Provinsi Sumsel, diolah Grafik Perkembangan Output Gap dan Inflasi Grafik Perkembangan Keyakinan Konsumen Sumber: BPS, Estimasi Peneliti BI Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Output gap terindikasi positif. Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan masih rendahnya output gap pada triwulan III 2011, yang memberikan dampak terhadap inflasi tahunan pada triwulan I Namun, kenaikan output gap sejak triwulan IV 2011 mengindikasikan bahwa ke depan terdapat potensi tekanan inflasi yang lebih besar. Konsumen Palembang optimis. Nilai indeks keyakinan konsumen berada jauh diatas 100 yang menunjukkan optimisme. Namun, optimisme konsumen sedikit mengalami penurunan dibandingkan triwulan IV 2011, dengan penurunan utamanya pada Maret Konsumen yang terbilang optimis akan senantiasa melakukan konsumsi sehingga akan memberikan tekanan inflasi dari sisi permintaan. 38

56 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Selain itu, terdapat ekskalasi ekspektasi kenaikan harga. Konsumen berpendapat akan terjadi kenaikan harga secara umum dalam 3, 6 dan 12 bulan mendatang. Kondisi tersebut terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen di Kota Palembang mengindikasikan bahwa ekspektasi inflasi mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya. Hal tersebut tercermin dari indeks net balance perkiraan harga 3 bulan dan 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini yang bernilai di atas 100. Pada bulan terakhir, ekspektasi atas kenaikan harga cenderung naik, terutama untuk 3 dan 6 bulan mendatang. Grafik Indeks Ekspektasi Konsumen terhadap Kenaikan Harga Sumber: Survei Konsumen, Bank Indonesia 39

57 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Suplemen 5 Implikasi Pembatasan Impor Hortikultura terhadap Inflasi Relatif Terbatas Pemberlakuan pembatasan impor hortikultura melalui 4 pintu diperkirakan meningkatkan inflasi 0,2-0,5%. Asesmen atas isu ini didasarkan atas hasil diskusi pada beberapa pelaku pasar dan pendekatan dengan data sekunder. Hasil diskusi kepada beberapa pelaku pasar induk Jakabaring antara lain: 1. Kebijakan pembatasan impor hortikultura tersebut tersebut secara umum mempengaruhi 30% pasar yang merupakan pangsa komoditas hortikultura impor. 2. Kebijakan tersebut akan menyebabkan pengalihan konsumsi ke komoditas lokal yang berharga lebih tinggi. Secara umum, harga komoditas hortikultura lokal lebih tinggi 5-10% dari komoditas hortikultura impor. 3. Kebijakan tersebut akan berimplikasi pada naiknya biaya transportasi. Komoditas hortikultura impor biasanya diperoleh dari pelabuhan tanjung priok, sedangkan pelabuhan alternatif (second best) adalah balawan-medan. Di sisi lain, pelabuhan Tanjung Perak-Surabaya tidak menjadi alternatif karena waktu tempuh dan jarak yang terlalu jauh. Sehingga, dengan penutupan pelabuhan Tanjung Priok, komoditas hortikultura impor seluruhnya akan diperoleh dari Balawan-Medan, yang berjarak sekitar 2,2 kali lipat dari Tanjung Priok. Sebagai implikasinya, diperkirakan biaya distribusi untuk komoditas hortikultura impor akan meningkat sekitar 2 kali lipat dari semula. 4. Selain itu, karena perubahan pola suplai tersebut, maka diperkirakan akan terjadi excess demand pada jangka pendek untuk komoditas hortikultura lokal dan komoditas hortikultura impor dari pelabuhan Balawan. Terkait penerapan kebijakan di atas, terdapat perkiraan bahwa pasokan buah akan turun 60% untuk 6 bulan pertama sehingga harga buah impor naik, minimal Rp5.000/kg (untuk wilayah Jakarta dan sekitarnya). Berdasarkan data sekunder, dapat diperoleh beberapa indikasi antara lain: 1. Berdasarkan bobot komoditas hortikultura dalam perhitungan inflasi, kenaikan harga komoditas hortikultura sebesar 3-15% akan meningkatkan inflasi Sumbagsel sebesar 0,2 0,7%, dengan detil yang bervariasi pada masingmasing provinsi. Namun, secara umum, kota Pangkalpinang akan mengalami inflasi yang lebih tinggi dengan kenaikan harga komoditas hortikultura yang sama. 40

58 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Tabel 1. Dampak Kenaikan Harga Komoditas Hortikultura terhadap Inflasi (%) 2. Melalui perhitungan, diperoleh bobot spasial berdasarkan jarak antar ibukota provinsi. Bobot spasial semakin besar ketika semakin dekat jarak antar kedua ibukota. Bobot spasial tersebut kemudian digunakan untuk memperkirakan kenaikan biaya jika terjadi perubahan asal impor sebagai konsekuensi pembatasan impor hortikultura. Berdasarkan metode tersebut, untuk provinsi Sumsel, impor hortikultura akan beralih ke Sumatera Utara dengan biaya distribusi yang bertambah sekitar 2,16 kali lipat dari semula. Tabel 2. Perkiraan Kenaikan Biaya Distribusi berdasarkan Bobot Spasial SUMSEL inverse jarak (bobot spasial) Multiplier jarak menurut Skenario Pengalihan DKI 0.27 JATIM 0.11 SUMUT 0.13 DKI ke Jatim 2.45 DKI ke Sumut Harga komoditas impor akan naik mendekati harga komoditas hortikultura lokal. Berdasarkan laporan penelitian Struktur Pasar dan Jalur Distribusi Komoditas Strategis Penyumbang Inflasi di Sumatera Selatan, biaya transportasi pada jalur distribusi beberapa komoditas hortikultura yang diteliti mencapai sekitar 5-10% dari harga jual. Sehingga, dengan meningkatnya biaya distribusi menurut jarak relatif ke kota asal impor dan dengan mengasumsikan tingkat margin konstan, maka harga komoditas hortikultura impor diperkirakan naik sekitar 5-15%. Dengan demikian, harga komoditas hortikultura impor akan mendekati harga komoditas hortikultura lokal. 41

59 Bab 2. Perkembangan Inflasi Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan 42

60 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perkembangan perbankan cukup baik dengan risiko yang terjaga Penyaluran kredit masih tumbuh tinggi walaupun melambat Terdapat kecenderungan penurunan suku bunga, khususnya simpanan. Tingkat NPL sedikit naik namun tetap berada di kisaran rendah Kondisi Umum Kinerja perbankan cukup baik. Secara umum, kinerja perbankan di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) pada triwulan I 2012 (data hingga Februari 2012) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan yang diiringi dengan terjaganya NPL di tingkat yang rendah. Secara triwulanan (qtq) total aset perbankan Sumsel tumbuh sebesar 3,0% menjadi Rp65,5 triliun dan secara tahunan meningkat 19,8% (yoy) dibandingkan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya. Pertumbuhan kredit sangat tinggi. Penghimpunan DPK mengalami peningkatan sebesar 18,0% (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya dari Rp43,9 triliun menjadi Rp51,8 triliun, dan secara triwulanan tercatat meningkat sebesar 0,8% (qtq). Sementara itu, penyaluran kredit/ pembiayaan secara tahunan mengalami peningkatan lebih cepat, yaitu sebesar 39,9% (yoy) dari Rp36,9 triliun menjadi Rp51,7 triliun, sedangkan secara triwulanan tumbuh sebesar sebesar 3,5% (qtq). Grafik 3.1. Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.2. Jumlah Kantor Bank dan ATM di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari 2012 Peningkatan penghimpunan DPK yang lebih rendah dari pertumbuhan penyaluran pembiayaan/kredit secara triwulanan telah menyebabkan terjadi peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) menjadi 99,9% pada triwulan I 2012 dari sebelumnya 97,2% di triwulan IV

61 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Pembukaan jumlah kantor bank terus berlanjut. Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Sumsel sampai dengan triwulan I 2012 (Februari 2012) berjumlah 57 bank. Jumlah kantor bank sebanyak 624 kantor yang terdiri dari 6 Kantor wilayah Bank Umum Konvensional, 1 Kantor Pusat Bank Pemerintah Daerah, 19 Kantor Pusat BPR/S, 67 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 12 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 7 Kantor Cabang BPR/S, 379 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 54 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Syariah, serta 70 Kantor Kas Bank Umum, 4 Kantor Kas Bank Syariah dan 5 Kantor Kas BPR. Selama triwulan I 2012, terjadi penambahan 1 Kantor Wilayah, 1 Kantor Cabang, dan 10 Kantor Cabang Pembantu Sumatera Selatan. Sementara itu jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 523 unit Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Pertumbuhan DPK didorong deposito. Jika dibandingkan dengan akhir triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), DPK mengalami peningkatan sebesar 18,0%. Simpanan deposito mengalami peningkatan paling pesat, yaitu dari Rp18,6 triliun menjadi sebesar Rp23,3 triliun atau meningkat sebesar 25,4%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 12,3% menjadi Rp20,4 triliun. Selain itu, simpanan giro tercatat meningkat dari Rp7,1 triliun menjadi Rp8,0 triliun atau sebesar 13,0%. Grafik 3.3. Pertumbuhan DPK Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.4. Komposisi DPK Perbankan Triwulan I 2012 di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari 2012 Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami peningkatan tipis sebesar 0,8% yang dikontribusikan oleh peningkatan giro dan simpanan deposito masingmasing sebesar 1,2% dan 4,8%, sedangkan tabungan tercatat menurun sebesar 3,7%. Berdasarkan pangsa masing-masing komponen DPK, simpanan deposito tercatat memiliki pangsa terbesar yaitu sebesar 45,0%. Sementara itu simpanan tabungan dan giro masing-masing memiliki pangsa sebesar 39,5% dan 15,5%. 44

62 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mengelompokkan perkembangan penghimpunan DPK berdasarkan 13 kabupaten/kota, sedangkan DPK di Kabupaten Banyuasin digabungkan dengan DPK Kabupaten Musi Banyuasin, dan DPK di Kabupaten Lahat digabungkan dengan DPK Kota Pagar Alam. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), penghimpunan DPK Ogan Komering Ilir tercatat mengalami pertumbuhan paling tinggi yakni sebesar 101,5% atau dengan pangsa pertumbuhan tahunan sebesar 2,2%. Kota Palembang mencatat kontribusi terhadap pertumbuhan tahunan yang tinggi, yaitu sebesar 9,6%, diikuti oleh Muara Enim dengan andil sebesar 4,6%. Pada periode ini, hanya penghimpunan DPK di Ogan Komering Ulu yang mengalami pertumbuhan negatif, yaitu sebesar 21,3%. Pertumbuhan DPK secara triwulanan di berbagai kabupaten/kota secara umum pada periode ini cukup tinggi. Wilayah Empat Lawang tercatat sebagai wilayah dengan peningkatan penghimpunan DPK terbesar secara triwulanan sebesar 52,3%, diikuti oleh Ogan Ilir dan Ogan Komering Ulu Timur masing-masing sebesar 17,0% dan 16,4%. Terdapat beberapa wilayah yang mencatat penurunan DPK dibandingkan triwulan sebelumnya, diantaranya Wilayah Musi Rawas, Palembang dan Prabumulih dengan masing-masing penurunan sebesar 5,5%, 1,6% dan 0,8%. Penghimpunan DPK Musi Banyuasin tercatat memberikan kontribusi terbesar sebagai pendorong pertumbuhan DPK secara triwulanan yaitu dengan andil 0,7%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Palembang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 63,8% dari total DPK se-sumatera Selatan, diikuti oleh Muara Enim dan Musi Banyuasin yaitu masing-masing sebesar 14,2% dan 5,1%. Tabel 3.1. Pertumbuhan DPK Perbankan per Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp Miliar) Kabupaten/Kota I II III IV I* Kab. Musi Banyuasin 2,202 2,544 2,593 2,309 2,647 Kab. Ogan Komering Ulu 1,489 1,652 1,705 1,117 1,172 Kab. Muara Enim 5,540 6,404 6,636 7,044 7,329 Kab. Musi Rawas Kab. Ogan Komering Ilir ,069 1,133 Kab. Ogan Komering Ulu Selatan Kab. Ogan Komering Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang 28,686 30,457 32,090 33,541 33,011 Kota Lubuklinggau 1,651 1,838 1,868 1,913 1,950 Kota Prabumulih 1,483 1,558 1,615 1,647 1,634 Kota Pagar Alam 1,249 1,435 1,517 1,606 1,601 Sumatera Selatan 43,876 47,705 49,815 51,361 51,755 *Posisi Februari

63 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.5. Andil Pertumbuhan DPK Tahunan (%) *Posisi Februari Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 39,9% dari tahun sebelumnya (yoy) yaitu dari Rp36,9 triliun menjadi Rp51,7 triliun. Pertumbuhan kredit pada kelompok lapangan usaha mencapai 50,3%, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan kredit pada kelompok bukan lapangan usaha yang sebesar 24,1%. Pada kelompok lapangan usaha, laju pertumbuhan tertinggi terjadi pada kredit sektor pertambangan dan penggalian sebesar 388,4%. Andil terbesar pada pertumbuhan kredit secara tahunan juga dikontribusikan oleh penyaluran kredit pada sektor tersebut, yaitu sebesar 25,11%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor tersebut juga memberikan andil terbesar pada pertumbuhan kredit secara triwulanan, yaitu sebesar 23,5%. Grafik 3.6. Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 *Posisi Februari

64 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.2. Perkembangan Kredit Sektoral Provinsi Sumatera Selatan (Rp miliar) Sektor I II III IV I* Lapangan Usaha 22,231 24,750 26,314 32,086 33,424 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan 4,224 4,696 4,961 7,803 8,055 Pertambangan dan Penggalian ,236 3,129 Industri Pengolahan 4,435 4,766 4,950 5,333 6,308 Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi 1,530 1,858 2,113 1,967 1,874 Perdagangan, Hotel dan Restoran 6,623 7,147 7,866 8,187 8,400 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan ,034 1,133 Jasa-jasa 2,937 3,484 3,711 2,971 3,007 Bukan Lapangan Usaha 14,715 15,881 17,340 17,854 18,257 Rumah Tinggal 2,954 3,115 3,359 4,391 4,516 Flat dan Apartemen Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) Kendaraan Bermotor 2,012 2,263 3,022 3,517 3,469 Lainnya 9,314 10,011 10,390 9,284 9,583 Total Pinjaman 36,946 40,631 43,655 49,940 51,681 *Posisi Februari 2012 Pertumbuhan penggunaan kredit perbankan pada kelompok yang tidak termasuk lapangan usaha (konsumsi) sedikit lebih rendah dibandingkan yang disalurkan pada sektor produksi. Pertumbuhan kredit yang tertinggi secara tahunan untuk kelompok bukan lapangan usaha dicapai oleh kredit untuk flat dan apartemen serta kredit untuk kendaraan bermotor, yaitu masing-masing sebesar 161,0% dan 72,4% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami perubahan yang bervariasi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi mencatat peningkatan paling tinggi yakni dari Rp6,5 triliun menjadi Rp12,3 triliun atau 89,3%. Kredit konsumsi mencatat pertumbuhan sebesar 24,1% dan kredit modal kerja meningkat 34,2% (yoy). Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk investasi juga tercatat mengalami peningkatan yang tertinggi yaitu sebesar 4,7%. Penyaluran kredit modal kerja mengalami peningkatan sebesar 3,9%, sedangkan kredit konsumsi tercatat meningkat sebesar 2,3%. 47

65 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.7. Pertumbuhan Kredit Perbankan di Provinsi Sumatera Selatan Grafik 3.8. Komposisi Kredit Perbankan Triwulan I 2012 di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari 2012 Berdasarkan jenis penggunaan, penyaluran kredit masih didominasi oleh kredit modal kerja yakni sebesar 40,8%, kemudian diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 35,3%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 23,9% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berbeda dengan DPK, sistem pelaporan bank yang dikelola Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mengelompokkan perkembangan penyaluran kredit berdasarkan 15 kabupaten/kota. Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Musi Banyuasin merupakan wilayah dengan pertumbuhan kredit tahunan (yoy) tertinggi yaitu sebesar 92,6%, diikuti oleh wilayah Banyuasin dan Empat Lawang yaitu masing-masing sebesar 75,1%. Wilayah Palembang, Musi Banyusin, dan Ogan Komering Ilir tercatat sebagai wilayah yang berkontribusi paling signifikan dalam penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 16,8%, 11,2% dan 3,8%. Grafik 3.9. Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan (%) *Posisi Februari

66 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.3. Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan per Wilayah di Provinsi Sumatera Selatan (dalam Rp miliar) Wilayah I II III IV I* Kab. Musi Banyuasin 3,253 3,556 3,526 6,076 6,266 Kab. Ogan Komering Ulu 2,126 2,455 2,768 2,967 3,081 Kab. Muara Enim 2,081 2,093 2,250 2,344 2,468 Kab. Lahat ,000 1,102 1,167 Kab. Musi Rawas 902 1,012 1,181 1,251 1,266 Kab. Ogan Komering Ilir 2,300 2,515 2,578 3,500 3,566 Kab. Banyuasin ,205 1,366 Kab. Ogan Komeing Ulu Selatan Kab. Ogan Komeing Ulu Timur Kab. Ogan Ilir Kab. Empat Lawang Kota Palembang 20,640 22,751 24,526 26,407 27,225 Kota Lubuklinggau 1,381 1,541 1,689 1,690 1,715 Kota Prabumulih 1,155 1,280 1,427 1,620 1,688 Kota Pagar Alam Sumatera Selatan 36,946 40,631 43,655 49,940 51,681 *Posisi Februari 2012 Grafik Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I 2012 Berdasarkan Wilayah *Posisi Februari 2012 Pada pertumbuhan secara triwulanan, wilayah Banyuasin tercatat sebagai wilayah dengan pertumbuhan kredit paling cepat, yaitu sebesar 13,4%, yang diikuti oleh Ogan Komering Ulu Timur dan Ogan Ilir yaitu masing-masing sebesar 6,7% dan 6,2%. Menurut kontribusinya terhadap pertumbuhan kredit triwulanan Sumatera Selatan, wilayah Musi Banyuasin dan Palembang tercatat sebagai wilayah dengan kontribusi tertinggi terhadap pertumbuhan kredit yakni masing-masing sebesar 0,4% dan 1,6%. 49

67 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Menurut lokasi penyaluran, Palembang tercatat sebagai kota dengan pangsa penyaluran kredit terbesar yakni sebesar 52,7%, kemudian disusul oleh Musi Banyuasin dan Ogan Komering Ilir masing-masing sebesar 12,1% dan 6.9% Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan I 2011 mengalami perubahan yang bervariasi. Dalam triwulan ini telah terjadi penurunan suku bunga simpanan, namun untuk suku bunga pinjaman mengalami sedikit kenaikan. Suku bunga simpanan menurun. Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal tersebut juga berkesesuaian dengan penurunan BI rate yang terjadi sejak triwulan IV Suku bunga simpanan dengan jangka waktu 1 bulan tercatat sebesar 6,31%, menurun dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 6,82%, dan juga lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar 6,53%. Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu simpanan, jenis simpanan dengan berbagai jangka waktu mengalami perubahan yang bervariasi. Penurunan suku bunga yang secara relatif paling tajam terjadi pada jenis simpanan dengan jangka waktu 3 bulan, yaitu sebesar 0,39%. Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 6 bulan, yakni sebesar 6,66%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah dengan jangka waktu 3 bulan yakni sebesar 5,88%. Grafik Perkembangan Suku Bunga Simpanan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari 2012 Suku bunga pinjaman meningkat tipis. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 13,95%, sedikit meningkat dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,84% namun turun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 15,71%. 50

68 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan I 2012 adalah suku bunga kredit konsumsi, yaitu sebesar 14,29%. Sementara itu kredit investasi tercatat sebagai kredit dengan suku bunga terendah, yakni sebesar 12,97%. Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan perbankan tercatat mengalami sedikit peningkatan pada triwulan I 2012, karena suku bunga pinjaman meningkat bersamaan dengan suku bunga simpanan yang menurun Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Kondisi NPL lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat Non- Performing Loan (NPL) gross perbankan Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 sebesar 2,03%, sedikit meningkat baik jika dibandingkan kondisi tahun sebelumnya yang sebesar 1,96%, dan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 1,66%. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) posisi triwulan I 2012 tercatat sebesar 1,75%, sedikit meningkat apabila dibandingkan tingkat NPL net triwulan sebelumnya. Grafik Perkembangan NPL Perbankan Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 Grafik Perkembangan NPL per Kelompok Bank Grafik NPL Bank Umum Konvensional menurut Sektor Ekonomi Triwulan I 2012 *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari

69 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Perubahan NPL gross pada periode triwulan I 2012 secara umum sedikit meningkat pada setiap kelompok bank, berkesesuaian dengan perkiraan pada laporan sebelumnya. NPL pada Bank pemerintah naik dari 1,84% menjadi 2,41%. NPL pada BPR mengalami kenaikan dari 4,75% menjadi 5,17%. Sementara itu, NPL Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami kenaikan paling tipis yaitu dari 1,14% menjadi 1,23%. NPL yang cukup tinggi hanya terjadi pada beberapa sektor tertentu. Berdasarkan sektor ekonomi, penyaluran kredit di sektor konstruksi mencatat persentase NPL tertinggi yaitu sebesar 7,88%. Kemudian, NPL tertinggi selanjutnya dicatat oleh badan internasional / ekstra internasional serta real estate, usaha persewaan dan jasa yaitu masing-masing sebesar 6,39% dan 5,07%. Ketiga sektor tersebut mencatat NPL lebih dari 5% Rentabilitas Perbankan Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 0,33%, lebih rendah dibandingkan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang mencapai 0,77% dan dibandingkan Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) yang mencapai 0,66%. Rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) Bank Pemerintah sebesar 86,92%. Sementara itu, BOPO pada BUSN dan BPR lebih rendah, yaitu masing-masing sebesar 67,16% dan 72,16%. Tabel 3.4. Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan I 2012 No Indikator Angka Rasio* Bank BUSN Pemerintah 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) BPR Return on Asset (ROA) Keuntungan (dalam Rp juta) 147, ,258 7,011 * Posisi Februari Kelonggaran Tarik dan Rasio Likuiditas Undisbursed loan meningkat. Dari Laporan Bank Umum (LBU) di wilayah Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII diperoleh informasi bahwa undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan I 2012 tercatat sebesar Rp6,8 triliun atau 20,2% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp4,9 triliun atau 16,5%, dan juga meningkat bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar Rp6,3 triliun atau 19,1%. Kondisi likuiditas terbilang baik. Likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan I 2012 tergolong cukup likuid dengan besaran angka rasio likuiditas sebesar 61,0% 2. Rasio tersebut tercatat sedikit meningkat jika dibandingkan dengan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 60,2%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari peningkatan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 4,6% (qtq) menjadi sebesar Rp41,9 2 Diperoleh melalui rasio nilai aktiva likuid < 1 bulan terhadap nilai pasiva likuid < 1 bulan 52

70 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran triliun yang disertai dengan peningkatan pasiva likuid < 1 bulan secara lebih rendah, yaitu sebesar 3,3% (qtq) menjadi sebesar Rp68,8 triliun. Grafik Perkembangan Risiko Likuiditas Perbankan Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 *Posisi Februari Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan bank umum Syariah dalam kurun satu tahun terakhir menunjukkan kinerja yang baik. Total aset pada triwulan I 2012 (hingga akhir Februari 2012) tercatat sebesar Rp3.085,3 miliar, meningkat sebesar 35,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar Rp2,273,6 miliar, namun menurun apabila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (qtq), yaitu tercatat mengalami penurunan sebesar 10,8%. Penghimpunan DPK tercatat sebesar Rp2.150,8 miliar, meningkat sebesar 44,1% (yoy) namun secara triwulanan menurun sebesar 15,9% (qtq). Dana investasi tidak terikat mendominasi pangsa penghimpunan DPK yakni sebesar 86,1% atau sebesar Rp1.852,6 miliar yang terdiri dari komponen tabungan mudharabah sebesar Rp684,7 miliar (pangsa 31,8% dari total DPK) dan deposito mudharabah sebesar Rp1.167,9 miliar (pangsa 54,3% dari total DPK). Penyaluran pembiayaan juga mengalami peningkatan secara tahunan, yaitu sebesar 38,5% (yoy) dan secara triwulanan meningkat sebesar 4,3% (qtq). Dari total penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp2.370,5 miliar, piutang murabahah memiliki pangsa sebesar 62,8% dari total pembiayaan yang disalurkan. Piutang qardh tercatat sebesar Rp285,2 miliar dengan pangsa sebesar 12,4%, pembiayaan mudharabah tercatat sebesar Rp 244,8 miliar atau memiliki pangsa sebesar 11,2% dan pembiayaan musyarakah tercatat sebesar Rp295,5 miliar atau memiliki pangsa sebesar 13,2%. Sementara itu, aktiva ijarah dan piutang istishna pangsanya masih relatif kecil yakni masing-masing sebesar 0,41% dan 0,01%. 53

71 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Tabel 3.5. Perkembangan Bank Umum Syariah di Sumatera Selatan (Rp Miliar) INDIKATOR I II III IV I* Total Aset 2, , , , ,085.3 Dana Pihak Ketiga 1, , , , , Simpanan Wadiah Giro Wadiah Tabungan Wadiah Dana Investasi tidak terikat 1, , , , , Tabungan Mudharabah Deposito Mudharabah , , , ,167.9 Komposisi Pembiayaan 1, , , , , Piutang Murabahah 1, , , , , Piutang Istishna Piutang Qardh Pembiayaan Mudharabah Pembiayaan Musyarakah Aktiva Ijarah Non Performing Financing *) Posisi Februari 2012 Secara triwulanan pertumbuhan penyaluran pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penghimpunan DPK menyebabkan angka Finance to Deposit Ratio (FDR) meningkat dari sebesar 88,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 110,22%. Non Performing Financing (NPF) pada perbankan syariah mengalami kenaikan dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 1,31% menjadi 1,94%. Dibandingkan tahun sebelumnya, tingkat NPF lebih rendah. Namun demikian, tingkat NPF tersebut masih terbilang sangat rendah Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Bank Perkreditan Rakyat (BPR) di Provinsi Sumatera Selatan secara umum menunjukkan perkembangan kinerja. Total aset BPR meningkat sebesar 31,1% (yoy) atau 8,7% (qtq) menjadi Rp914,9 miliar. Peningkatan DPK tetap terjadi walaupun lebih lambat, yakni sebesar 16,2% (yoy) menjadi Rp586,2 miliar dan secara triwulanan meningkat sebesar 4,5% (qtq). Penyaluran kredit mengalami peningkatan cukup pesat sebesar 5,1% (qtq) menjadi Rp607,6 miliar, dan secara tahunan juga menunjukkan peningkatan sebesar 25,5% (yoy). Dengan perkembangan DPK dan penyaluran kredit tersebut, Loan to Deposit Ratio (LDR) pada BPR relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu di sekitar 103,4%. Namun, secara bersamaan tingkat Non Performing Loan (NPL) pada BPR meningkat dari 4,75% menjadi 5,17%. 54

72 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sama halnya dengan bank umum konvensional, rasio likuiditas BPR sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 48,96% menjadi 52,58%. Rasio likuiditas tersebut juga lebih tinggi dari tahun sebelumnya yang sebesar 43,53%. Grafik Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Rasio Likuiditas Bank Perkreditan Rakyat di Provinsi Sumatera Selatan *Posisi Februari 2012 * Posisi Februari Perkembangan Kliring dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Perkembangan Kliring dan RTGS Triwulan I 2012 Kliring meningkat di triwulan I Kegiatan kliring pada triwulan I 2012 meningkat dari sisi nominal dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, dan menurun dari sisi jumlah warkat. Dibandingkan triwulan sebelumnya, kegiatan kliring dari sisi nominal dan warkat mengalami peningkatan. Jumlah warkat yang dikliringkan pada periode triwulan laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp8,9 triliun. Jumlah warkat secara tahunan turun sebesar 8,6% (yoy), sedangkan berdasarkan nominal meningkat sebesar 10,1% (yoy) dari sebesar Rp8,1 triliun. Grafik Perkembangan Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Perputaran Kliring dan Hari Kerja Dibandingkan triwulan sebelumnya terjadi kenaikan jumlah warkat kliring sebesar 14,0% (qtq) dari sebanyak lembar, sedangkan berdasarkan nominal warkat yang dikliringkan naik sebesar 14,6% (qtq) dari sebesar Rp7,8 triliun. 55

73 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara proporsional dibandingkan dengan jumlah hari kerja yang mencapai 62 hari, perputaran kliring harian pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp143,6 miliar atau naik signifikan sebesar 20,1% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai Rp119,5 miliar/hari. Perkembangan nilai net RTGS pada triwulan periode laporan mengalami penurunan baik secara tahunan maupun triwulanan, yaitu masing-masing sebesar 13,8% (yoy) dan 22,3% (qtq) menjadi Rp4,7 triliun. Selain itu, volume (transaksi) net RTGS yang juga mengalami penurunan baik secara triwulanan maupun tahunan. Dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, volume net RTGS menurun sebesar 2,6% (yoy), sementara itu jika dibandingkan triwulan sebelumnya tercatat turun sebesar 22,3% (qtq) menjadi transaksi. Grafik Perkembangan RTGS di Sumatera Selatan Tabel 3.6. Perputaran Cek dan Bilyet Giro Kosong Provinsi Sumatera Selatan Keterangan I II III IV I 1. Lembar Warkat 3,473 2,434 3,815 3,313 3, Nominal (Rp Miliar) Peredaran cek dan bilyet giro kosong mengalami peningkatan seiring dengan peningkatan aktivitas kliring. Cek dan bilyet giro (BG) kosong yang dikliringkan pada triwulan laporan tercatat sebanyak lembar dengan nominal sebesar Rp143,6 miliar. Jumlah warkat cek/bg kosong naik 8,2% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang sebanyak lembar, sedangkan dari sisi nominal naik 27,6% (qtq) dari Rp112,6 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, nominal cek/bg kosong mengalami peningkatan sebesar 26,5% (yoy) sementara jumlah warkat tercatat mengalami peningkatan sebesar 3,2% (yoy). 56

74 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Bulanan Jumlah Perputaran Kliring di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Jumlah Cek dan Bilyet Giro Kosong di Sumatera Selatan Aktivitas kliring bulanan paling tinggi selama triwulan laporan terjadi pada bulan Maret 2012 dengan nominal sebesar Rp3,1 triliun dan warkat sebanyak lembar atau dengan rata-rata perputaran nominal kliring/hari sebesar Rp147,2 miliar dan rata-rata jumlah warkat kliring/hari mencapai lembar Perkembangan Perkasan Net outflow menurun di triwulan I Kegiatan perkasan Bank Indonesia pada triwulan laporan mencatat inflow sebesar Rp2,0 triliun, naik 64,3% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,0 triliun. Selain, dibandingkan dengan triwulan sebelumnya juga terjadi kenaikan inflow yang signifikan yaitu sebesar 27,3% (qtq) dari Rp1,6 triliun. Pada periode yang sama, outflow tercatat sebesar Rp2,6 triliun, naik sebesar 16,3% (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun lalu dan turun sebesar 15,7% (qtq) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Dengan membandingkan angka inflow dan outflow maka diperoleh net-outflow selama triwulan berjalan sebesar Rp563,8 miliar, sedangkan pada periode triwulan sebelumnya tercatat mengalami net-outflow sebesar Rp1,48 triliun. Adapun pada periode yang sama tahun sebelumnya tercatat mengalami net-inflow sebesar Rp1,07 triliun. Tabel 3.7. Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I Inflow 1, , , , , Outflow 2, , , , , Net Inflow (Net Outflow) (1,066.19) (1,887.30) (701.25) (1,483.77) (563.80) Melalui kegiatan perkasan, dilakukan pula penarikan uang lusuh di Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII sebagai wujud dari clean money policy Bank Indonesia untuk memenuhi kebutuhan uang dalam kondisi layak edar. Uang lusuh yang ditarik tercatat meningkat sebesar 268% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan dibandingkan tahun sebelumnya mengalami penurunan sebesar 32,6% (yoy) dari sebesar Rp194,1 miliar. 57

75 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Kegiatan Perkasan di Sumatera Selatan Grafik Perkembangan Penarikan Uang Lusuh Menurut proporsinya terhadap inflow, persentase penarikan uang lusuh mengalami peningkatan dari sebesar 2,2% pada triwulan sebelumnya menjadi 6,4%. Secara nominal, uang lusuh yang ditarik dan dimusnahkan pada triwulan laporan mencapai Rp130,8 miliar Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau Selain kegiatan perkasan yang dilaksanakan di Kota Palembang, Bank Indonesia menyelenggarakan kegiatan kas titipan di Kota Lubuk Linggau. Pertimbangan penyelenggaraan kas titipan di daerah ini dilatarbelakangi oleh relatif tingginya kebutuhan terhadap uang tunai serta jarak yang cukup jauh dari Kota Palembang. Net inflow terjadi di Lubuk Linggau pada triwulan I Nilai inflow di kas titipan Lubuk Linggau pada triwulan I 2012 mencapai Rp254 miliar, naik 50,2% dibandingkan triwulan sebelumnya, sedangkan nilai outflow mencapai Rp204 miliar, turun 28,3% dibandingkan triwulan sebelumnya. Sejalan dengan itu, nilai inflow di Lubuk Linggau tercatat sebesar Rp51,3 miliar, sangat berbeda dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami net outflow sebesar Rp114 miliar. Dibandingkan tahun sebelumnya, net inflow yang terjadi lebih rendah 10,6% (yoy). Tabel 3.8. Perkembangan Kas Titipan Lubuk Linggau (Rp Miliar) Keterangan I II III IV I Inflow Outflow Net Inflow (Net Outflow) (58.65) (114.20)

76 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik Perkembangan Bulanan Kas Titipan Lubuk Linggau Tahun

77 Bab 3. Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan 60

78 4. Perkembangan Keuangan Daerah Potensi peran fiskal untuk mendorong perekonomian pada tahun 2012 masih besar Didorong oleh bagi hasil pajak, realisasi pendapatan pada awal tahun lebih cepat dibandingkan realisasi belanja. Baik pendapatan maupun belanja terealisasi lebih cepat dibandingkan tahun sebelumnya. Ruang realisasi belanja langsung masih terbuka lebar Realisasi APBD Sumatera Selatan terhadap Anggaran Realisasi pendapatan melebihi belanja. Berdasarkan data sementara, Pendapatan Daerah Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2012 terealisasi sebesar Rp1.360 miliar atau mencapai 27,4% dari total anggaran 2012 yang sebesar Rp4.939 miliar. Sementara itu, total realisasi belanja daerah mencapai Rp550 miliar atau sebesar 11,6% dari anggaran yang sebesar Rp4.742 miliar. Seperti diketahui, pada awal tahun berjalan, realisasi pendapatan pada umumnya lebih cepat dibandingkan realisasi belanja. Di satu sisi, hal tersebut menunjukkan potensi fiskal dalam mendorong laju perekonomian pada tiga triwulan yang tersisa pada tahun Realisasi Dana Perimbangan melebihi 30% dalam tiga bulan. Realisasi Dana Perimbangan merupakan yang terbesar di sisi pendapatan, yaitu dengan nominal sebesar Rp713 miliar atau sebesar 32,3% dari yang dianggarkan, atau dengan kontribusi sebesar 54,2% dari keseluruhan realisasi pendapatan. Komponen dana perimbangan yang mencatat realisasi terbesar merupakan bagi hasil pajak yaitu sebesar Rp461 miliar (31,9% dari anggaran), diikuti oleh Dana Alokasi Umum (DAU) sebesar Rp239 miliar atau 33,3% dari anggaran. Sementara itu, realisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) sebesar Rp13,6 miliar atau mencapai 30% dari anggaran. Selain dana perimbangan, realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) mencapai sebesar 23,1% dengan nominal mencapai Rp439 miliar dan menyumbang 32,3% terhadap total realisasi pendapatan. Lebih detail, komponen PAD yang mencatat realisasi paling tinggi secara nominal adalah Pajak Daerah yakni Rp418 miliar atau dengan realisasi sebesar 24,2% dari anggaran. Realisasi Lain-lain PAD yang sah mencapai Rp18,7 miliar atau 26,4%, dan pendapatan Hasil Retribusi Daerah mencapai 17,2% dengan nominal sebesar Rp2,9 miliar. Sementara itu, realisasi komponen Lain-lain Pendapatan yang Sah sebesar Rp208 miliar atau mencapai 24,9% dengan kontribusi sebesar 15,3% dari total realisasi pendapatan. Realisasi dana darurat yang mencapai 25,3% dari anggaran, atau sebesar Rp206 miliar berkontribusi besar pada realisasi komponen lain-lain pendapatan yang sah, yaitu dengan kontribusi yang mencapai 16,5% dari total pendapatan. 61

79 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.1. Realisasi APBD Sumsel s.d. Triwulan I 2012 (Rp Miliar)* Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 62

80 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi belanja didominasi oleh belanja hibah. Pada komponen belanja, realisasi belanja tidak langsung tercatat sebesar 17,8% atau sebesar Rp503 miliar, atau sebesar 91,5% dari realisasi belanja di triwulan I Realisasi belanja hibah pada komponen belanja tidak langsung tercatat merupakan yang tertinggi yaitu sebesar Rp274 miliar atau sebesar 23,4% dari anggaran, diikuti oleh realisasi belanja pegawai sebesar Rp111 miliar atau 16,7%. Kontribusi belanja hibah dan belanja pegawai pada realisasi belanja masing-masing mencapai 49,9% dan 20,1%. Sementara itu, belanja langsung hanya terealisasi sebesar Rp47 miliar atau 2,5% dari anggaran, yang banyak dikontribusikan oleh belanja modal, yaitu sebesar Rp43 miliar dengan realisasi sebesar 4,2% dari anggaran. Grafik 4.1. Perbandingan Komponen Sisi Pendapatan Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Tahun 2012 Grafik 4.2. Perbandingan Komponen Sisi Pengeluaran Realisasi APBD Sumsel Triwulan I Tahun 2012 Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan Sumber : Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan 4.2. Perbandingan Realisasi APBD terhadap Tahun Sebelumnya Pertumbuhan realisasi pendapatan maupun belanja sangat tinggi. Realisasi pendapatan pada APBD Provinsi Sumatera Selatan sampai dengan triwulan I 2012 tumbuh 53,6% dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dari Rp886 miliar menjadi Rp1.360 miliar. Selain itu, pertumbuhan realisasi belanja sampai triwulan I 2012 mencapai 56,6% (yoy), dari Rp351 miliar menjadi Rp550 miliar. Pertumbuhan realisasi pendapatan banyak dikontribusikan oleh Bagi Hasil Pajak. Realisasi Komponen Dana Perimbangan mencapai 59,1% (yoy) dari Rp448 miliar menjadi Rp713 miliar, yang banyak didorong oleh pertumbuhan realisasi Bagi Hasil Pajak yang mencapai 106,6%, atau dari Rp223 miliar menjadi Rp461 miliar. Selain itu, realisasi DAU dan DAK masing-masing tumbuh masing-masing sebesar 10,7% dan 40,6%. Di luar komponen Dana Perimbangan, realisasi PAD tumbuh sekitar 8,6%, dari Rp404 miliar menjadi Rp439 miliar, yang banyak didorong oleh pertumbuhan realisasi pajak daerah sebesar 7,8%, yaitu dari Rp387 miliar menjadi Rp418 miliar. Selain itu, komponen lain-lain pendapatan yang sah tumbuh tinggi mencapai 529%, yaitu dari Rp33,1miliar menjadi Rp208 miliar. Munculnya pos anggaran baru, yaitu dana darurat dengan realisasi sebesar Rp206 miliar, berperan besar dalam peningkatan realisasi komponen ini. 63

81 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2. Realisasi APBD Sumsel Triwulan I 2011 dan Triwulan I 2012 (Rp Miliar)* Sumber: Biro Keuangan Provinsi Sumatera Selatan, diolah 64

82 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Peningkatan realisasi belanja didorong oleh belanja hibah. Realisasi komponen belanja tidak langsung tumbuh 115,4% (yoy), yaitu dari Rp234 miliar menjadi Rp503 miliar, yang banyak dikontribusikan oleh kenaikan belanja hibah sebesar 167,8% dari Rp102,4 miliar menjadi Rp274,2 miliar. Realisasi belanja pegawai tumbuh 12,3% (yoy) dari Rp99 miliar menjadi Rp111 miliar. Selain itu, belanja bagi hasil serta bantuan keuangan kepada provinsi/kabupaten kota dan pemerintah desa masing-masing naik sebesar 181,3% dan 523,4% (yoy). Belanja langsung merupakan satu-satunya komponen yang mengalami penurunan realisasi. Realisasi belanja langsung turun 60,3% dari Rp117 miliar menjadi Rp47 miliar, yang banyak dikontribusikan oleh penurunan realisasi belanja modal sebesar 49,4% serta belanja barang dan jasa sebeasr 87,9% (yoy) Perbandingan Realisasi APBD Kabupaten/Kota Realisasi pendapatan di tingkat kabupaten sekitar 20 35% pada triwulan I Pada 9 kabupaten di Sumatera Selatan, realisasi pendapatan mencapai 30,2%. Realisasi pendapatan tersebut banyak dikontribusikan oleh realisasi dana perimbangan sebesar Rp2.939 miliar atau sebesar 31,7% dari anggaran. Realisasi belanja paling tinggi dicatat oleh Kabupaten Banyuasin yaitu sebesar 34,7% dengan nominal Rp737 miliar. Tabel 4.3. Realisasi Pendapatan Pemerintah Kabupaten di Sumsel Triwulan I 2012 (Rp Miliar) Sumber: Pemerintah Kabupaten di Sumatera Selatan, diolah Sementara itu, realisasi belanja di tingkat kabupaten sekitar 0,2 14,3% pada triwulan I Pada 9 kabupaten di Sumatera Selatan tersebut, realisasi belanja secara total mencapai Rp861 miliar atau sebesar 7,8% dari pendapatan, dengan sumbangan terbesar dari belanja tidak langsung yang mencapai Rp742 miliar atau sebesar 13,6% dari anggaran. Sementara itu, realisasi belanja langsung sebesar Rp118 miliar atau hanya 2,1% dari anggaran. Menurut kabupaten, kabupaten dengan persentase realisasi belanja paling besar dicatat oleh Ogan Ilir, yaitu dengan realisasi Rp119 miliar atau sebesar 14,3% dari anggaran. 65

83 Bab 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.4. Realisasi Belanja Pemerintah Kabupaten di Sumsel Triwulan I 2012 (Rp Miliar) Sumber: Pemerintah Kabupaten di Sumatera Selatan, diolah 66

84 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Kesejahteraan masyarakat relatif terjaga Tingkat pengangguran menunjukkan tren penurunan yang berkelanjutan sejak tahun 2010 Walaupun harga komoditas tidak begitu naik, namun ekspektasi kenaikan penghasilan masyarakat cukup tinggi 5.1. Ketenagakerjaan Kondisi ketenagakerjaan di Sumsel membaik. Pada semester pertama tahun 2012, terjadi peningkatan kelompok penduduk yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Sumsel pada bulan Februari 2012 mencapai orang, bertambah orang atau 1,60% (yoy) dibanding jumlah angkatan kerja pada bulan Februari 2011 yang tercatat orang. Dari total angkatan kerja, jumlah penduduk yang bekerja tercatat sebesar orang, bertambah orang atau 5,03% (yoy) jika dibandingkan dengan posisi yang sama pada tahun sebelumnya. Tabel 5.1. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Agustus 2010 Februari 2012 *) Lapangan pekerjaan utama/sektor lainnya terdiri dari Sektor Pertambangan, Listrik, Gas dan Air, Bangunan, Pengangkutan dan Komunikasi, Keuangan Perusahaan dan Jasa Perusahaan. Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sebagian besar penduduk bekerja di sektor pertanian. Ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, komposisi ketenagakerjaan menurut sektor ekonomi relatif sama dengan kondisi tahun-tahun sebelumnya, dengan sebagian besar penduduk (55,21%) bekerja di sektor pertanian, walaupun menurun dibanding semester sebelumnya maupun tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan sektor pertanian merupakan sektor ekonomi utama di Sumsel dan mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian pada sektor tersebut. Jumlah penduduk bekerja pada semua sektor mengalami peningkatan, kecuali di sektor industri. Jumlah penduduk yang bekerja di Sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan tercatat meningkat 20,3% (yoy), Sektor 67

85 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan naik 3,9% (yoy), sementara sektor Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi tercatat meningkat 0,9% (yoy). Di sisi lain, jumlah penduduk bekerja di sektor industri mengalami penurunan cukup dalam yaitu sebesar 17,5% (yoy). Dari tujuh pembedaan status pekerjaan yang terekam pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), diidentifikasi dua kelompok utama terkait kegiatan ekonomi, yakni formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh/karyawan. Sementara kelompok kegiatan informal umumnya adalah mereka yang berstatus di luar itu. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, sebanyak 66,69% tenaga kerja Sumatera Selatan pada bulan Agustus 2011 bekerja pada kegiatan informal. Tabel 5.2. Jumlah Penduduk Umur 15 Tahun ke Atas Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan, Agustus 2010 Februari 2012 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 5.2. Pengangguran Pengangguran merupakan indikator utama dari bidang ketenagakerjaan dan kesejahteraan. Klasifikasi penduduk yang menganggur adalah penduduk yang sedang mencari pekerjaan ditambah penduduk yang sedang mempersiapkan usaha (tidak bekerja), yang mendapat pekerjaan tetapi belum mulai bekerja, serta yang tidak mungkin mendapatkan pekerjaan. Angka pengangguran menurun. Cukup baiknya kondisi perekonomian secara umum juga telah menyebabkan penurunan angka pengangguran. Berdasarkan data BPS Sumsel, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Sumsel pada bulan Februari 2012 menjadi 5,59% dibandingkan kondisi pada bulan Februari 2011 yang sebesar 6,07% maupun dibandingkan posisi periode semester sebelumnya yang sebesar 5,77%. Jumlah pengangguran pada bulan Februari 2012 tercatat mengalami penurunan sebanyak orang atau sebesar 3,6% dibandingkan dengan posisi bulan Februari 2011 yang diperkirakan sebagai dampak dari meningkatnya volume produksi sektor unggulan pada periode survei. Namun apabila dibandingkan dengan posisi bulan Februari 2011, angka pengangguran mengalami peningkatan 68

86 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan sebanyak orang atau 3,6% yang disebabkan oleh faktor musiman produksi komoditas unggulan yang memang menurun dibanding posisi Agustus. Tabel 5.3. Jumlah Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Kegiatan, Agustus 2010 Februari 2012 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Berdasarkan daerah tempat tinggal, TPT di daerah perkotaan jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan, yaitu masing-masing sebesar 9,14% dan 3,84%. Tingginya TPT di kota erat kaitannya dengan pertumbuhan alamiah penduduk, arus masuk angkatan kerja dari pedesaan, dan banyaknya pencari kerja sebagai konsekuensi meningkatnya pendidikan penduduk perkotaan Nilai Tukar Petani NTP meningkat. Nilai Tukar Petani (NTP) adalah suatu indikator pengukur kemampuan tukar produk pertanian dengan barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangganya dan untuk keperluan dalam memproduksi produk pertanian. Rata-rata NTP pada triwulan I 2012 tercatat sebesar 109,97 yang menunjukkan bahwa daya beli petani mengalami peningkatan sebesar 0,26% (qtq) dibandingkan rata-rata NTP triwulan sebelumnya yang sebesar 109,68. Grafik 5.1. Indeks Harga yang diterima, Indeks Harga yang dibayar dan Nilai Tukar Petani Grafik 5.2. Perkembangan Rata-rata Nilai Tukar Petani Sumsel dan Harga Komoditas Unggulan di Pasar Dunia Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan & Bloomberg, diolah 69

87 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Harga komoditas pertanian yang belum begitu naik menyebabkan peningkatan NTP terbatas. Hal tersebut disebabkan rendahnya inflasi sehingga menyebabkan laju indeks yang dibayar petani menjadi lebih rendah daripada pertumbuhan indeks harga yang diterima petani. Rata-rata indeks yang dibayar petani mengalami peningkatan sebesar 0,76% (qtq) dari 128,68 menjadi 129,66, sedangkan indeks yang diterima petani meningkat dari 141,14 menjadi 142,59 atau sebesar 1,03% (qtq). Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani naik 0,59% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya dari 131,43 menjadi 132,21. Komponen indeks konsumsi yang mengalami peningkatan paling tajam adalah perumahan yakni sebesar 1,35% (qtq), sementara indeks konsumsi pendidikan mengalami penurunan sebesar 1,37% (qtq). Rata-rata biaya produksi dan penambahan modal petani mengalami peningkatan lebih tinggi yaitu sebesar 1,80% (qtq) seiring dengan kenaikan indeks biaya sewa lahan sebesar 3,54 (qtq) serta penambahan barang modal sebesar 1,77% (qtq). Sementara itu, biaya bibit mengalami penurunan sebesar 4,84% (qtq). Tabel 5.4. Rata-rata Indeks Konsumsi Rumah Tangga Petani di Sumatera Selatan Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan Tabel 5.5. Rata-rata Indeks Biaya Produksi dan Penambahan Modal Petani Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan 5.4. Penyaluran Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin) Penyaluran raskin meningkat secara tahunan. Data Perum Bulog Divre Sumsel menunjukkan penyaluran Raskin pada periode laporan sebanyak 29,1 ribu ton atau meningkat 29,6% (yoy) dibandingkan penyaluran pada tahun sebelumnya. Penyaluran Raskin (sudah dimulai sejak krisis moneter tahun 1998) bertujuan untuk memperkuat ketahanan pangan rumah tangga terutama rumah tangga miskin. 70

88 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.6. Penyaluran Beras Perum Bulog Divre Sumatera Selatan (dalam ton) Sumber : Perum Bulog Divre Sumatera Selatan, diolah 5.5. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 300 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan di Kota Palembang Indikator Ketenagakerjaan Ketersediaan lapangan kerja stabil. Survei Konsumen di Kota Palembang menunjukkan bahwa 39,8% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan relatif sama dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sementara itu, 30,4% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih buruk dibandingkan 6 bulan yang lalu. Hal tersebut menunjukkan bahwa secara umum kondisi ketersediaan lapangan kerja relatif tidak berubah. Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I 2012 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Cukup baiknya ketersediaan lapangan pekerjaan pada masa yang akan datang juga menjadi perhatian responden survei. Hal tersebut ditunjukkan dengan masih tingginya persentase responden yang berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang akan lebih baik yang ditunjukkan dengann angka yang mencapai 40,1%. Secara paralel, Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) juga mengindikasikan bahwa utilitas tenaga kerja akan mengalami peningkatan pada triwulan berikutnya. 71

89 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I 2012 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat meningkat. Dari sisi pendapatan, 49,9% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka pada periode laporan lebih tinggi dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya. Hal ini diperkirakan terkait dengan peningkatan UMP sebesar 14% yang terjadi di tahun Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I 2012 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Triwulan I 2012 Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia Selain itu, peningkatan penghasilan juga diperkirakan akan terjadi pada 6 bulan yang akan datang. Sebagian besar responden yakni sebanyak 60,0% optimis bahwa akan terjadi kenaikan pendapatan. 72

90 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.6. Upah Terdapat kenaikan batas upah minimal di Upah Minimum Provinsi (UMP) Sumatera Selatan pada tahun 2012 ditetapkan sebesar Rp ,00 atau mengalami peningkatan sebesar 14,00% dibandingkan UMP tahun 2011 yang sebesar Rp ,00. Sektor bangunan mencatat UMP paling tinggi yakni sebesar Rp ,00 sementara UMP terendah diberlakukan untuk sektor perdagangan besar, eceran, dan rumah makan serta hotel dengan UMP sebesar Rp ,00. Sektor ekonomi yang mengalami peningkatann UMP paling tinggi adalah sektor pertanian, peternakan, kehutanan, perburuan, dan perikanan yakni sebesar 19,81% dibandingkann UMP tahun lalu. Kenaikan UMP merupakan 31% penyebab kenaikan upah. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa rata-ratpada tahun Hal tersebut antara lain adalah bahwa upah telah ditetapkan di atas UMP oleh beberapa perusahaan besar. Lebih lanjut, survei tersebut juga mengindikasikan bahwa kenaikan gaji sebesar 10,07%, lebih rendah dari kenaikan UMP kebijakan UMP adalah 31% penyebab kenaikan upah. Tabel UMP Berdasarkan Sektor Ekonomi di Sumatera Selatan Tahun 2012 Sumber : Dinas Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Selatan Grafik 5.3. Laju Kenaikan UMP dan Inflasi Sumatera Selatan %, yoyy *) Proyeksi Kenaikan UMP Inflasi Sumber : Dinas Tenagaa Kerja dan BPS Provinsi Sumatera Selatan, diolah Kesejahteraan masyarakat (kaum pekerja pada khususnya) relatif meningkat setiap tahunnya yang terindikasi dari lebih tingginya rata-rata kenaikann UMP dalam kurun waktu lima tahun terakhir yang mencapai 11,67% (yoy) dibandingkan dengan rata- rata inflasi yang sebesar 6,20% (yoy). 73

91 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.7. Tingkat Kemiskinan Angka kemiskinan menurun. Jumlah penduduk miskin atau penduduk yang berada di bawah Garis Kemiskinan pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar 1.074,81 ribu jiwa atau 14,24% dari jumlah penduduk Sumsel. Angka tersebut tercatat mengalami penurunan sebesar 4,52% atau sebesar 50,92 ribu jiwa dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (Maret 2010) yang tercatat sebesar 1.125,73 ribu jiwa. Tabel Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Sumatera Selatan Tahun Tahun Jumlah Penduduk Miskin (ribuan) Persentase ,9 15, ,0 17, ,9 23, ,1 22, ,3 21, ,3 20,92 Januari ,0 21,01 Januari ,9 20,99 Maret ,8 19,15 Maret ,61 17,73 Maret ,87 16,28 Maret ,73 15,47 Maret ,81 14,24 Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Jumlah dan persentase penduduk miskin pada periode berfluktuasi dari tahun ke tahun. Pada periode jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 464,9 ribu karena krisis ekonomi, persentase penduduk miskin mengalami peningkatan dari 17,04% menjadi 23,87%. Jumlah penduduk miskin di Sumatera Selatan pada Susenas Maret 2011 tercatat sebanyak 1,07 juta jiwa atau mencapai 14,24% dari total penduduk Sumatera Selatan. Jumlah penduduk miskin mengalami penurunan sebesar 4,52% dibandingkan tahun sebelumnya atau sebanyak 50,92 ribu jiwa. Garis Kemiskinan mengalami peningkatan dalam kurun waktu satu tahun terakhir, yakni sebesar 6,59% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Berdasarkan pembagian kelompok kemiskinan antara perkotaan dan pedesaan, Garis Kemiskinan di perkotaan dalam setahun terakhir tercatat mengalami peningkatan sebesar 6,47% dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. Sementara itu, Garis Kemiskinan di daerah pedesaaan mengalami kenaikan sebesar 8,14% pada periode yang sama, dari Rp ,00 per kapita/bulan menjadi Rp ,00 per kapita/bulan. 74

92 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Menurut Daerah, Maret 2008-Maret 2011 Daerah/Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bulan) Jumlah Penduduk Miskin Persentase Perkotaan Maret ,70 18,87 Maret ,03 16,93 Maret ,22 16,73 Maret ,15 15,15 Perdesaan Maret ,91 17,01 Maret ,85 15,87 Maret ,50 14,67 Maret ,66 13,73 Kota+Desa Maret ,61 17,73 Maret ,87 16,28 Maret ,73 15,47 Maret ,81 14,24 Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Tabel Garis Kemiskinan Makanan dan Bukan Makanan di Sumsel Menurut Daerah, Maret 2009-Maret 2011 Garis Kemiskinan (Rp/Kapita/Bln) Daerah/Tahun Total Makanan Bukan Makanan Perkotaan Maret Maret Maret Perdesaan Maret Maret Maret Kota+Desa Maret Maret Maret Sumber : Data BPS Provinsi Sumsel, diolah dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) Peranan komoditi makanan pada garis kemiskinan berdasarkan komponen makanan dan bukan makanan terlihat mengalami sedikit penurunan. Kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar 77,00%, turun dari tahun sebelumnya yang mencapai 77,08%. Garis kemiskinan makanan makanan pada bulan Maret 2011 tercatat sebesar Rp ,00/kapita/bulan, dan garis kemiskinan bukan makanan sebesar Rp54.357,00/kapita/bulan. Kondisi tersebut mengalami kenaikan dibandingkan Maret 2010 yang mencatat Rp ,00/kapita/bulan untuk garis kemiskinan makanan dan Rp50.813,00/kapita/bulan untuk garis kemiskinan bukan makanan. 75

93 Bab 5. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Halaman ini sengaja dikosongkan 76

94 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Mengelola ekspektasi untuk mempertahankan konsumsi domestik Pertumbuhan ekonomi diperkirakan melambat seiring konsumsi rumah tangga yang berisiko melambat di saat ekspor masih lemah. Inflasi berisiko meningkat terdorong ekspektasi dan kenaikan administered prices 6.1. Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Provinsi Sumatera Selatan pada triwulan II 2012 diperkirakan akan tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan II 2012 akan berada pada kisaran 5,6 6,6%. Di sisi lain, secara triwulanan (qtq) pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan tumbuh di kisaran 3,6 4,6%. Namun demikian, laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi sedikit meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 1,2% (qtq,sa). 3 Grafik 6.1. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Selatan *Proyeksi Bank Indonesia Sumber: BPS, estimasi BI Pertumbuhan ekonomi akan lebih didorong oleh permintaan domestik, khususnya investasi dan pengeluaran pemerintah. Permintaan domestik diprediksi akan mendominasi pertumbuhan ekonomi, walaupun secara negatif sudah terpengaruh oleh penurunan harga komoditas unggulan sejak pertengahan tahun. Ekspor diperkirakan belum membaik signifikan karena kondisi dan prospek permintaan eksternal yang masih lemah. Faktor penopang pertumbuhan ekonomi 3 Laju pertumbuhan ekonomi dengan penyesuaian musiman (qtq,sa) diperoleh dari laju pertumbuhan triwulanan dari hasil estimasi PDRB harga konstan yang telah dihilangkan faktor musimannya (seasonally adjusted). Metode yang digunakan adalah X12-ARIMA dengan mengadopsi US Census Bureau. 77

95 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Sumatera Selatan diperkirakan akan berasal dari kinerja komoditas CPO dan batubara yang secara relatif lebih tahan terhadap perlambatan ekonomi global. Dari sisi permintaan, investasi diperkirakan masih tinggi karena pelaku usaha masih optimis atas prospek jangka menengah-panjang walaupun permintaan eksternal masih dibayangi lemahnya pemulihan perekonomian global, serta ditunjang oleh pemberian predikat investment grade untuk Indonesia. Selain itu, ruang belanja modal pemerintah pada tahun 2012 masih terbuka lebar. Tabel 6.1. Ringkasan Leading Economic Indicator Kondisi Usaha Provinsi Sumsel Triwulan I 2012 Aspek Pertumbuhan Triwulan IV Penyebab Pertumbuhan Ekspektasi triwulan mendatang Keterangan Ekspektasi Kegiatan Usaha (umum) Meningkat Optimisme atas investasi yang meningkat Melambat Belum terdapat pemicu permintaan luar negeri Volume produksi Meningkat Meningkatnya kapasitas Meningkat Faktor musiman Nilai penjualan Menurun Penurunan harga komoditas unggulan Meningkat Faktor musiman komoditas utama Kapasitas produksi Meningkat Investasi banyak dilakukan sejak tahun 2011 Meningkat Investasi terus berlanjut Tenaga kerja Meningkat Bertambahnya investasi Meningkat Peningkatan produksi secara musiman Volume pesanan Tetap Prospek pertumbuhan ekonomi dunia tidak membaik Melambat Belum terdapat pemicu permintaan luar negeri Harga jual Menurun Menurunnya permintaan dari negara maju dan berkembang Kondisi keuangan Akses kredit Situasi bisnis Menurun Meningkat Melambat Turunnya penjualan, meningkatnya harga minyak dunia Suku bunga kredit cenderung turun Investasi meningkat namun permintaan turun Meningkat Melambat Melambat Meningkat Harga karet dan CPO sedikit meningkat terdorong kenaikan harga minyak dunia Peningkatan pengeluaran investasi bersamaan dengan masih lemahnya permintaan Ekspektasi tingkat pengembalian yang belum meningkat Kemudahan investasi Sumber: SKDU, Analisa Peneliti Bank Indonesia Pelaku usaha masih terlihat optimis untuk meningkatkan kinerja dari sisi volume. Berdasarkan hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan I 2012 dan analisis yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII, secara umum kegiatan usaha diperkirakan tumbuh cukup baik, namun melambat pada triwulan II Faktor musiman dan dukungan iklim yang cukup baik menunjang pertumbuhan volume produksi, namun dari sisi permintaan masih terkendala pertumbuhan ekonomi global masih lemah dan permintaan domestik yang tertahan kemungkinan adanya shock biaya energi. Meskipun demikian, investasi diperkirakan masih berlanjut pada triwulan II

96 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Konsumsi rumah tangga diperkirakan sedikit melambat di triwulan II Beberapa indikator yang mengindikasikan konsumsi ke depan mixed. Tingkat Keyakinan Konsumen di Kota Palembang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan I 2012 secara umum mengalami kenaikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan tercatat 128,5, naik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang mencapai 125,88. Kenaikan IKK sangat dipengaruhi oleh naiknya rata-rata Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) dari 133,30 pada triwulan sebelumnya menjadi 135,48. Kenaikan IKK tersebut juga dipengaruhi oleh persepsi atas penghasilan saat ini dan masa depan. Hal tersebut juga sejalan dengan hasil SKDU yang menunjukkan adanya peningkatan cukup drastis pada pemanfaatan tenaga kerja. Di sisi lain, beberapa prompt indicator menunjukkan tendensi pelemahan. Data jumlah pendaftaran kendaraan bermotor menunjukkan tendensi penurunan, konsumsi air bersih dan konsumsi BBM menunjukkan perlambatan. Kondisi yang mixed ini dapat disebabkan karena konsumen masih menunggu suatu kepastian shock yang mempengaruhi daya beli di masa depan, yang diperkirakan hal tersebut sangat terkait dengan kebijakan pada BBM bersubsidi. Sebagai implikasinya, kenaikan penghasilan diperkirakan tidak akan secara langsung direspon oleh kenaikan konsumsi. Pengeluaran pemerintah diperkirakan mulai meningkat di triwulan II Sesuai siklus fiskal yang terjadi seperti biasanya, pengeluaran pemerintah diperkirakan mulai meningkat secara triwulanan dibandingkan triwulan I Realisasi belanja langsung pada triwulan I 2012 turun dibandingkan tahun sebelumnya, yang secara implisit mengindikasikan adanya potensi kenaikan realisasi secara signifikan pada tiga triwulan yang tersisa pada tahun Investasi diperkirakan akan tinggi, walaupun ekspor masih lemah. Harga komoditas unggulan khususnya karet diperkirakan tidak akan mengalami peningkatan signifikan di 2012 karena pertumbuhan ekonomi global yang masih lemah. Namun, berdasarkan keterangan dari beberapa pelaku bisnis utama, investasi akan tetap dilakukan mengingat prospek jangka panjang atas komoditas unggulan tetap baik. Selain itu, masih terdapat prospek investasi yang bersifat jangka panjang yang dilakukan, yaitu diantaranya yang terkait dengan MP3EI. Investasi diperkirakan akan tinggi, walaupun permintaan eksternal masih lemah. Hasil survei kepada dunia usaha menunjukkan investasi yang tinggi pada tahun 2012, mencapai level yang tertinggi pada 3 tahun terakhir. Investasi tersebut utamanya bertujuan untuk meningkatkan kapasitas produksi. Selain itu, beberapa proyek yang tercantum dalam MP3EI di Sumatera Selatan diperkirakan akan mulai ground breaking pada tahun ini. 79

97 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Tabel 6.2. Proporsi Ekspor Sumatera Selatan, Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Tahun 2011 dan Proyeksi Tahun 2012 (dalam persentase) Negara Ekspor Sumsel 1 Realisasi 2 Proyeksi AS 25,56 1,7 2,1 Euro 14,72 1,4-0,3 Cina 19,51 9,2 8,2 India 4,11 7,2 6,9 Jepang 6,37-0,7 2,0 Malaysia 4,08 5,1 4,4 Singapura 3,74 4,9 2,7 Kanada 3,49 2,5 2,1 Negara Maju 1,6 1,4 Negara Berkembang 6,2 5,7 Dunia 3,9 3,5 1 Proporsi nilai ekspor Sumatera Selatan pada negara tersebut, menggunakan data Nilai Ekspor Berdasarkan Negara Tujuan periode Januari 2010 sampai dengan Mei 2011, Bank Indonesia 2 IMF, World Economic Outlook, April Pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan melemah. Proyeksi pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor Sumatera Selatan untuk tahun 2012 menurun. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2012, hanya sebesar 3,5%, turun dari tahun 2011 sebesar 3,9%. Pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat untuk tahun 2011 dan 2012 diproyeksikan meningkat dari 1,7% menjadi 2,1%. Pertumbuhan ekonomi Euro diprediksi melambat menuju teritori negatif, yaitu dari 1,4% menjadi -0,3%. Negara maju lainnya yaitu Singapura dan Kanada juga mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi, yaitu masing-masing dari 4,9% dan 2,5% menjadi 2,7% dan 2,1%. Negara maju yang diperkirakan mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi adalah Jepang, yaitu dari yang sebelumnya turun 0,7% menjadi tumbuh 2,0%, sebagai implikasi pemulihan pasca gempa. Sementara itu, negara berkembang diperkirakan akan mengalami perlambatan pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi Cina diperkirakan melambat dari 9,2% di tahun 2011 menjadi 8,2% di tahun India diperkirakan mengalami perlambatan dari 7,2% menjadi 6,9%, dan Malaysia dari 5,1% menjadi 4,4%. Selanjutnya, IMF juga memprediksi bahwa pertumbuhan volume perdagangan dunia akan menurun dari 5,8% pada 2011 menjadi 4,0% pada Impor baik dari negara maju maupun negara berkembang diproyeksikan akan mengalami penurunan, masing-masing dari 4,3% dan 8,8% pada 2011 menjadi 1,8% dan 8,4% pada tahun Penurunan volume perdagangan dunia secara umum dibandingkan tahun sebelumnya disebabkan oleh adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi dunia, yang utamanya dikontribusikan oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi negara maju. Hal ini akan turut menurunkan permintaan barang input yang berasal dari negara berkembang, sehingga kemudian ikut membuat pertumbuhan ekonomi di negara berkembang melemah. 80

98 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Sebagai dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, pertumbuhan sektor unggulan Sumatera Selatan diperkirakan akan terbatas dibandingkan triwulan sebelumnya. Peningkatan harga komoditas diperkirakan tidak terjadi secara signifikan, khususnya untuk komoditas karet. Namun, pada beberapa komoditas lainnya seperti CPO, harga diperkirakan akan mengalami peningkatan karena kebutuhan pangan lebih bersifat inelastis terhadap pendapatan dibandingkan kebutuhan ban atau bahan olahan karet lainnya. Petani karet mulai kembali produktif. Harga karet di tingkat petani di Sumbagsel sempat mengalami kenaikan di awal Februari 2012 menyusul membaiknya harga karet di pasar internasional, sehingga mendorong petani untuk mulai kembali menyadap karet. Seperti dipaparkan pada laporan sebelumnya, petani karet mengurangi aktivitas penyadapan karet karena harga karet turun drastis di akhir Namun, kenaikan harga yang terjadi belum merata dan belum sepenuhnya menangkap transmisi yang terjadi atas kenaikan harga di hilir. Terdapat indikasi bahwa divergensi harga yang terjadi adalah akibat motif pengepul untuk meraih keuntungan dari petani atas perubahan harga. Kondisi cuaca cukup kondusif bagi produksi perkebunan. Curah hujan terbilang terkendali di wilayah Sumatera Selatan dan sekitarnya. Sementara itu, BMKG memperkirakan bahwa curah hujan di wilayah Sumbagsel secara umum terbilang normal dibandingkan rata-rata 30 tahun. Selain itu, Australian Bureau of Meteorology mencatat nilai Southern Oscillation Index (SOI) pada bulan April berada dalam kisaran yang cenderung normal. Kondisi infrastruktur yang terbatas di wilayah Sumatera Selatan meningkatkan sensitivitas cuaca terhadap produksi perkebunan khususnya sawit. Jika hujan terjadi secara ekstrim, akan mempersulit pengangkutan sawit yang tidak dapat bertahan lama. Produksi sawit diperkirakan cukup baik. Menurut beberapa pelaku usaha utama, perkebunan sawit yang produktif (mature) diperkirakan mengalami pertambahan cukup signifikan di tahun ini. Namun, di sisi lain, banyaknya kasus lahan sawit yang terlantar diperkirakan akan sedikit memperlambat perluasan perkebunan sawit. Kinerja batubara diperkirakan meningkat terbatas, namun lebih tahan terhadap shock eksternal. Harga penjualan batubara ke pembangkit listrik Suralaya disepakati mengalami kenaikan 1,21% (yoy) menjadi Rp /ton, untuk periode pengiriman 1 Februari Desember Namun demikian, harga kesepakatan tersebut lebih rendah dari negosiasi sebelumnya sebesar Rp /ton. Walaupun demikian, hal tersebut merupakan hedging yang akan menjaga tingkat pendapatan (mengingat penjualan 65% ditujukan untuk penjualan domestik). Selain itu, hedging tersebut juga memberikan ketahanan terhadap penerapan pajak ekspor batubara sebesar 15% yang diwacanakan pemerintah. Kebijakan tersebut dapat meningkatkan jumlah pesaing untuk pasar domestik jika tidak dilakukan kontrak terhadap pembeli. 81

99 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Kinerja crumb rubber diperkirakan sedikit meningkat. Menurut beberapa pelaku usaha di sektor industri pengolahan karet, kapasitas utilisasi pengolahan akan mengalami peningkatan seiring dengan panen karet yang akan mengalami produksi tertinggi pada periode Maret hingga Mei. Namun demikian, jika ditinjau dari sisi volume permintaan dan penawaran masih sedikit mengkhawatirkan. International Rubber Study Group (IRSG) memperkirakan bahwa produksi karet alam dunia diprediksi naik 5,1% di 2012, lebih cepat dibandingkan kenaikan permintaan karet alam dunia sebesar 4,6%. Kinerja komoditas CPO diperkirakan meningkat. Harga internasional CPO diperkirakan akan mengalami puncaknya triwulan II ini. Harga CPO di pasar internasional pada bulan Mei naik 5,1% (mtm) menjadi USD1.145/mt, atau naik 2,1% (yoy). U.S Department of Agriculture memperkirakan intensitas penanaman (dan produksi) minyak kedelai yang menurun di dunia menyebabkan kenaikan harga CPO pada triwulan II 2012, sebelum kembali menurun di Semester II Sebagai pendukung, stok CPO Malaysia turun 5% (mtm) pada bulan Maret, terendah dalam 7 bulan terakhir. Produksi minyak nabati dunia yang menurun dapat disebabkan karena dampak tunda (lagged impact) El Nino pada sawit selama 24 bulan. Dengan kata lain, produksi yang turun pada Semester I 2012 disebabkan oleh El Nino pada Semester I Dari sisi produksi dan kekuatan pasar, pelaku usaha masih optimis dan melakukan investasi khususnya penambahan kapasitas produksi walaupun terjadi penurunan harga komoditas. Selain itu, terdapat indikasi bahwa restrukturisasi pajak ekspor CPO pada September 2011 telah menuai hasil. Keunggulan kompetitif CPO Indonesia meningkat terhadap Malaysia yang diindikasikan oleh berkurangnya impor Malaysia atas barang input CPO dari Indonesia dan menurunnya utilitas industri refinery di Malaysia. Hal ini juga terkonfirmasi oleh beberapa beberapa pelaku usaha di Sumatera Selatan. Di samping itu, permintaan CPO dari Cina diperkirakan meningkat. Oil World memperkirakan impor minyak nabati dari Cina akan meningkat cukup signifikan pada periode Januari September 2012 karena produksi domestik yang tidak mencukupi. Khusus komoditas CPO akan meningkat menjadi 6,7 mt pada periode Okt 2011 Sep 2012 dari periode sebelumnya sebesar 6,0 mt. China merupakan salah satu negara tujuan ekspor utama Sumatera Selatan Inflasi Inflasi tahunan Kota Palembang pada triwulan II 2012 diperkirakan akan meningkat pada kisaran 5,20±1% (yoy) setelah pada triwulan I 2012 berada pada tingkat 3,83% (yoy). Selain itu, inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan akan naik menjadi 2,50±1%. Selain dipengaruhi tekanan inflasi yang bersifat fundamental, kenaikan inflasi tahunan juga disebabkan oleh efek tahun dasar (base year effect). Adapun lebarnya rentang proyeksi inflasi kedepan disebabkan oleh adanya potensi kebijakan terkait BBM. 82

100 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Terdapat kemungkinan kenaikan harga administered prices. Setelah penundaan kenaikan harga BBM pada 1 April lalu, pemerintah masih mewacanakan untuk melakukan kebijakan terkait BBM bersubsidi sebagai untuk memperbaiki kondisi fiskal sehubungan dengan tren kenaikan harga minyak dunia. Salah satu opsi kebijakan tersebut adalah pembatasan BBM bersubsidi untuk mobil pribadi dengan kapasitas mesin tertentu. Jika pembatasan tersebut diperhitungkan dalam keranjang konsumsi perhitungan inflasi, maka akan terdapat dampak langsung dari kebijakan tersebut berupa kenaikan nilai konsumsi pada bensin, sehingga akan menyebabkan kenaikan harga secara umum. Survei konsumen yang dilakukan oleh Bank Indonesia menunjukkan bahwa kebijakan tersebut dapat mempengaruhi sebagian besar konsumen (lihat Suplemen 7). Pemerintah diperkirakan memperoleh keleluasaan untuk menaikkan harga BBM pada 1 Juni. DPR menyetujui pasal dalam UU APBN 2012 yang menyebutkan bahwa pemerintah berwenang menyesuaikan harga BBM bersubsidi jika terjadi kenaikan 15% secara rata-rata dalam waktu 6 bulan dari harga minyak yang diasumsikan dalam APBN. Melihat perkembangan harga Indonesian Crude Price (ICP), kemungkinan besar batas 15% tersebut akan tembus pada bulan Mei, sehingga berimplikasi pada keleluasaan untuk meningkatkan harga BBM pada 1 Juni. Ekspektasi kenaikan harga BBM sudah berimplikasi pada kenaikan harga. Berdasarkan asesmen kepada beberapa pelaku usaha di sektor perdagangan ritel, terdapat kenaikan 4-6% atas harga barang menjelang kenaikan harga BBM yang semula direncanakan pada 1 April. Dengan kondisi sticky prices, harga tersebut tidak diturunkan kembali walaupun kenaikan BBM ditunda, sehingga akan meningkatkan omset dan margin perdagangan. Selain itu, pelaku usaha yang telah menaikkan harga tersebut juga mengkonfirmasi bahwa jika harga BBM jadi dinaikkan, biaya transpor akan naik, maka harga akan naik lagi. Pada triwulan II 2012, tekanan inflasi dari faktor musiman akan meningkat. Bila triwulan I terdapat masa panen khususnya padi dan beberapa komoditas hortikultura. Pada triwulan II 2012, produksi padi sudah mulai menurun sehingga permasalahan pergudangan dan distribusi akan lebih menentukan mekanisme pasar dan pembentukan harga. Selain itu, pada akhir periode akan terdapat masa liburan sekolah yang dapat meningkatkan permintaan atas beberapa barang dan jasa. Terkendalinya inflasi dari sisi suplai didukung cuaca yang cenderung normal. Menurut perkiraan BMKG, curah hujan di Sumatera Selatan maupun wilayah Sumatera Bagian Selatan pada bulan April Juni 2012 akan cenderung normal. Data terakhir Southern Osciliation Index (SOI) dari Australian Bureau of Meteorology juga mengindikasikan kecenderungan cuaca ekstrim sudah menurun. Kondisi cuaca yang cenderung normal akan berpengaruh baik terhadap produksi maupun distribusi pangan. 83

101 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Tekanan inflasi dari sisi permintaan akan sedikit meningkat seiring output gap yang melebar. Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan bahwa output gap mulai mengalami lonjakan pada triwulan IV 2011, yang memberikan dampak terhadap inflasi tahunan pada triwulan I Secara historis, output gap berkorelasi cukup tinggi pada inflasi 1-2 triwulan kemudian. Namun demikian, seiring dengan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan terjadi pada triwulan I 2012, kenaikan tekanan inflasi dari sisi permintaan akan terbatas. Walaupun terjadi ekspektasi kenaikan penghasilan dan utilisasi tenaga kerja, namun seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, kenaikan penghasilan secara agregat tersebut tidak secara langsung direspon oleh kenaikan konsumsi karena adanya potensi shock yang mempengaruhi daya beli. Namun, masih terdapat tekanan musiman dari konsumsi yaitu pada masa liburan sekolah yang dimulai pada bulan Juni. Sampai dengan bulan April, inflasi volatile foods tahunan melonjak menjadi 7,03% (yoy) menjadi yang tertinggi dibandingkan kelompok lainnya. Hal tersebut banyak dikontribusikan oleh kenaikan harga di bulan April sebesar 0,85% (mtm) yang sangat diluar pola musiman. Secara historis, harga volatile foods di bulan April semestinya menurun, dengan rata-rata 5 tahun terakhir terdeflasi 0,84%. Penurunan harga volatile foods terkonfirmasi oleh hasil Survei Pemantauan Harga (SPH) yang menunjukkan tendensi kenaikan harga volatile foods sebesar 1,3% pada April Dari sisi prompt indicator sampai dengan Mei, curah hujan menunjukkan penurunan, dan arus barang di pelabuhan dan cargo (pesawat) relatif stabil. Harga-harga barang kelompok inti di April naik sebesar 0,40% (mtm), relatif sama dengan laju kenaikan harga pada bulan sebelumnya. Sementara secara tahunan, inflasi inti tercatat sedikit turun dari 4,28% menjadi 4,13% (yoy). Kenaikan harga di bulan April tersebut terbilang tinggi dibandingkan pola historisnya. Menurut survei, pada periode awal tahun harga gula cenderung fluktuatif karena pola distributor/agen yang memaksimalkan margin setelah lelang di akhit tahun. Dari sisi permintaan, prompt indicator juga menunjukkan adanya peningkatan penghasilan (kenaikan NTP, kenaikan utilisasi tenaga kerja) dan kenaikan konsumsi (konsumsi BBM, elpiji). Harga barang-barang komponen ini sedikit naik dengan kenaikan harga 0,31% (mtm) namun secara tahunan relatif stabil sebesar 2,96% (yoy). Kenaikan harga terjadi pada rokok kretek dan rokok kretek filter masing-masing sebesar 2,24% dan 1,34% yang memberikan andil terhadap inflasi umum masing-masing sebesar 0,02%. Selain itu, konsumsi BBM hingga akhir Maret sudah mencapai 29% dari quota 2012 (premium) dan 26% (solar), hal tersebut membuat pasokan BBM ke SPBU dapat tersendat. 84

102 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Masyarakat berekspektasi atas kenaikan harga, khususnya pada 12 bulan ke depan. Ekspektasi inflasi ke depan pada bulan April 2012 meningkat dibandingkan bulan Desember Hal tersebut tercermin dari perkiraan harga 3, 6, dan 12 bulan mendatang relatif meningkat dibandingkan dengann bulan sebelumnya yang diindikasikann oleh tingginya indeks net balance perkiraan harga 3 bulan, 6 bulan dan 12 bulan mendatang dibandingka an saat ini. Grafik 6.2. Proyeksi Inflasi Tahunan Sumatera Selatan Grafik 6.3. Ekspektasi Harga Berdasarkan Survei Konsumen Sumber: BPS Provinsi Sumatera Selatan dan proyeksi Bank Indonesia Sumber: Survei Konsumen 85

103 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Suplemen 6 Dampak Kebijakan BBM pada Konsumen Palembang Pada periode Februari- Maret 2012, Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII melakukan suatu survei kepada konsumen untuk memperkitakan dampak kebijakan terkait BBM bersubsidi. Lokasi survei adalah di Kota Palembang dengan jumlah responden sebanyak 300. Survei tersebut memberikan indikasi bahwa lebih dari 70% konsumen yang disurvei akan terkena dampak langsung kebijakan BBM bersubsidi, karena selama ini menggunakan kendaraan pribadi dengan premium. Selain itu, kebijakan BBM bersubsidi akan merubah alokasi konsumsi bahan makanan dan makanan jadi, serta transportasi dan telekomunikasi. Namun, kenaikan harga BBM tidak membuat adanya perubahan moda transportasi pada sebagian besar konsumen. Jika terjadi perubahan, konsumen akan beralih untuk menggunakan sepeda motor dan kendaraan umum. Hanya sedikit yang akan menggunakan converter BBG. Keterkaitan konsumen dan BBM tinggi. Alat transportasi utama yang digunakan konsumen kebanyakan adalah sepeda motor (48%), diikuti oleh mobil pribadi (39%). Premium bersubsidi dikonsumsi oleh 78% responden. Pengeluaran responden per bulan untuk BBM mayoritas sebesar Rp ribu (44%) atau Rp500 ribu 1 juta (29%). Grafik 1. Alat Transportasi Konsumen Grafik 2. Jenis BBM yang dikonsumsi Sumber : Survei Konsumen, BI Sumber : Survei Konsumen, BI Grafik 3. Pengeluaran Konsumen / Bulan Sumber : Survei Konsumen, BI 86

104 Bab 6. Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Kebijakan tersebut akan berdampak pada alokasi pengeluaran konsumen. Sebanyak 75% responden akan melakukan penyesuaian pengeluaran sebagai respon kebijakan BBM. Mayoritas responden akan mengurangi pengeluaran untuk bahan makanan dan makanan jadi (45%) serta pengeluaran untuk transportasi dan komunikasi (37%). Grafik 4. Respon Penyesuaian Pengeluaran Grafik 5. Alokasi Penyesuaian Pengeluaran Sumber : Survei Konsumen, BI Sumber : Survei Konsumen, BI Kebijakan tersebut tidak terlalu berpengaruh pada penyesuaian moda transportasi. Sebanyak 54% responden tidak melakukan penyesuaian moda transportasi. Dari yang akan menyesuaikan moda transportasinya, 46% responden akan merubah moda transportasi dari mobil ke motor, sementara 33% responden akan mulai menggunakan kendaraan umum. Grafik 6. Respon Penyesuaian Moda Transportasi Grafik 7. Jenis Penyesuaian Moda Transportasi Sumber : Survei Konsumen, BI Sumber : Survei Konsumen, BI Ekspektasi inflasi akibat kenaikan harga BBM di tahun 2012 lebih tinggi dibandingkan tahun Mayoritas responden (50%) berpendapat bahwa dampak kebijakan BBM pada tahun 2012 akan lebih tinggi dibandingkan Sementara hanya 3% responden yang berpendapat sebaliknya. 87

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmatnya sehingga Laporan

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Februari 2017 (Kajian Triwulanan) Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan i Penanggung Jawab: Tim Advisory Ekonomi dan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK) Kantor

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website :

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV. website : KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL TRIWULAN IV 2013 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG. Kajian Triwulanan Misi Bank Indonesia. Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI DAN Visi Bank Indonesia KEUANGAN REGIONAL PROVINSI LAMPUNG Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Visi dan Misi Bank Indonesia Visi, Misi dan Nilai Strategis Bank Indonesia Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan II - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci