KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2013 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Februari 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII Ttd R.Mirmansyah Direktur Eksekutif 1

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 2

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GRAFIK... 6 INDIKATOR EKONOMI... 9 RINGKASAN UMUM Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sisi Penawaran Suplemen A. Tingkat Keyakinan Konsumen Pangkalpinang Mengindikasikan Penurunan Suplemen B. Pemberlakuan Bursa Perdagangan Timah Efektif Meningkatkan Ekspor Timah Suplemen C. Liaison: Pelaku Usaha Meyakini Prospek Kondisi Usaha Akan Semakin Membaik 29 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Disagregasi Inflasi BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran Kredit Secara Umum Penyaluran Kredit Menurut Kabupaten Kredit UMKM Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Perkembangan Bank Umum Syariah

5 3.8. Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Gambaran Umum Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Realisasi Belanja Daerah Sampai Tahun BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan BAB 6. PROSPEK PEREKONOMIAN Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Inflasi

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 2.1 Komoditas Andil inflasi tertinggi Kelompok Core Tabel 2.2 Komoditas andil inflasi Tertinggi Kelompok Administered Prices Tabel 2.3 Komoditas Andil Inflasi Tertinggi Kelompok VF Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 3.6 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 4-1 Realisasi APBD Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Tabel 4.3 Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan IV Tabel 5.5. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan IV Tabel 5.6. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Triwulan IV Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Triwulan IV Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Triwulan IV Tabel 6.1Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global

7 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Grafik 1.2 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.3 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Grafik 1.4 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah Grafik 1.6 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.7 Konsumsi Semen Bangka Belitung Grafik 1.8 Tren Pertumbuhan THP Bangka Belitung Grafik 1.9 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.10 Arus Penumpang Grafik 1.11 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.12 Penjualan BBM Bersubsidi Grafik 1.13 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.14 Perkembangan PMA Grafik 2.1 Inflasi Pangkalpinang Vs Indonesia Grafik 2.2 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.3 Perkembangan Stok Beras Bulog Grafik 2.4 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 2.5 Perkembangan Curah Hujan Babel Grafik 2.6 Perkembangan Tinggi Gelombang Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.6 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit BPR Bangka Belitung Grafik 3.7 Rasio BOPO BPR Bangka Belitung Grafik 3.8 NPL BPR Bangka Belitung Grafik 3.9 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.10 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.11 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang secara Nominal dan Lembar

8 Grafik 4-1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulanan Terhadap Rencana Anggaran 48 Grafik 4-2Perbandingan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah 2012 dan Grafik 4.3 Realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung 2012 VS Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 5.2 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja Grafik 5.3 Perbandingan NTP Berdasarkan Sub Sektor Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan Grafik 5.8 Indeks Penghasilan Grafik 5.9 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.1Ekspektasi Kegiatan Usaha Grafik 6.2Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Grafik 6.3Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang

9 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

10 INDIKATOR EKONOMI Indikator I II III IV I II III IV PDRB (%, yoy) 5,87 5,88 5,08 6,11 5,73 6,10 5,52 4,80 4,78 5,29 Sektor 1. PERTANIAN 8,74 8,13 7,38 6,98 7,79 6,87 7,74 7,73 7,35 7,43 2. PERTAMBANGAN & PENGGALIAN 3,79 2,00 (1,58) (0,77) 0,82 (0,72) (0,51) (0,58) 1,68 (0,04) 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 0,21 0,64 1,66 6,31 2,21 6,98 5,03 2,62 1,02 3,85 4. LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 11,62 5,18 6,65 6,69 7,47 5,92 6,61 4,35 3,87 5,16 5. BANGUNAN 9,95 10,70 12,43 8,96 10,50 7,32 7,04 4,76 6,60 6,40 6. PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN 6,64 7,02 5,10 6,19 6,22 6,66 5,21 4,55 5,02 5,34 7. PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI 9,72 10,52 8,50 9,20 9,47 8,45 8,20 7,78 6,62 7,74 8. KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS. PRSH. 10,20 12,19 12,03 8,91 10,82 7,94 6,75 6,74 7,38 7,20 9. JASA-JASA 6,76 8,04 7,53 9,04 7,86 8,61 7,81 8,88 7,45 8,18 Permintaan 1. KONSUMSI RUMAHTANGGA 7,01 6,68 6,46 5,81 6,48 6,40 6,62 6,63 6,58 6,56 2. KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT 5,19 5,88 6,07 6,55 5,93 5,30 4,08 3,93 3,30 4,14 3. KONSUMSI PEMERINTAH 5,64 6,15 6,27 4,93 5,74 6,65 5,68 5,28 3,56 5,27 4. PMTDB 7,56 7,84 8,09 3,99 6,83 4,29 5,48 5,71 6,02 5,39 5. PERUBAHAN STOK 506,91 82,19 18,98 70,49 73,37 28,09 12,83 10,68 9,05 13,81 6. EKSPOR BARANG DAN JASA (2,78) (0,96) 0,10 3,39 (0,08) 5,41 3,55 2,79 2,47 3,54 7. DIKURANGI IMPOR BARANG DAN JASA 4,04 4,29 4,03 6,18 4,64 6,59 5,19 5,82 4,88 5,61 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 532,15 529,85 501,93 581, ,99 639,78 577,54 298,29 524, ,32 Volume Ekspor Non Migas (Ribu Ton) 88,34 165,05 78,68 82,95 415,02 71,46 68,09 65,43 42,68 139,54 Indeks Harga Konsumen Pangkalpinang 142,57 143,65 149,99 148,87 148,87 155,12 157,12 161,02 161,83 161,83 Laju Inflasi Pangkalpinang 5,15 5,47 5,83 6,57 5,75 8,80 9,38 7,35 8,71 9,09 Perbankan Dana Pihak Ketiga 10,77 10,85 11,80 12,13 12,13 12,56 12,60 12,63 11,81 11,81 Giro (Rp Triliun) 2,11 2,02 2,24 2,19 2,19 2,33 2,50 2,26 1,47 1,47 Tabungan (Rp Triliun) 5,45 5,47 6,04 6,84 6,84 6,69 6,58 6,63 7,03 7,03 Deposito (Rp Triliun) 3,21 3,36 3,51 3,10 3,10 3,54 3,52 3,74 3,30 3,30 Kredit - Berdasarkan Lokasi Proyek 7,49 8,67 8,72 8,61 8,61 8,68 9,68 11,02 11,98 Modal Kerja (Rp Triliun) 3,46 4,45 4,29 3,96 3,96 3,87 4,46 5,34 6,21 4,27 Investasi (Rp Triliun) 1,36 1,39 1,38 1,43 1,43 1,44 1,63 1,93 1,94 1,40 Konsumsi (Rp Triliun) 2,67 2,83 3,05 3,22 3,22 3,37 3,58 3,76 3,82 3,50 LDR lokasi proyek (%) 69,51 79,95 73,89 70,95 70,95 69,11 76,84 87,26 101,44 69,80 NPL Gross (%) 0,66 0,64 0,91 0,77 0,77 0,99 1,68 1,63 1,42 1,68 RTGS Nominal RTGS (Rp Triliun) 5,72 5,88 7,80 9,35 28,75 7,60 7,04 6,92 8,66 30,22 Vol Transaksi RTGS (ribuan lembar) 6,97 10,78 12,23 12,60 42,58 9,52 10,39 9,40 9,24 38,55 Sumber : BPS Bangka Belitung, Cognos Perbankan, dan KPw BI Wilayayh VII, diolah 9

11 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

12 RINGKASAN UMUM Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Perekonomian Bangka Belitung sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV-2013 tercatat 4,78% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,80% (yoy). Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan terutama diakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga seiring dengan tingginya tekanan inflasi serta ekspor komoditas utama yang secara tahunan masih tumbuh melambat. Sementara itu, komponen konsumsi domestik lainnya yakni konsumsi pemerintah juga tercatat tumbuh melambat. Dari sisi penawaran, sektor pertanian dan sektor industri pengolahan yang merupakan sektor utama di Bangka Belitung tumbuh melambat. Sektor pertanian yang memiliki pangsa terbesar dalam perekonomian Bangka Belitung, tumbuh melambat dari 7,73% (yoy) menjadi 7,35% (yoy). Perlambatan ini dipengaruhi oleh produksi karet mentah yang masih menurun seiring belum pulihnya harga karet di pasar internasional. Sementara itu, turunnya produksi karet juga berdampak pada usaha pengolahan karet. Sektor industri pengolahan tercatathanya tumbuh 1,02% setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh2,62% (yoy). Secara tahunan, inflasi pada akhir triwulan IV 2013 mencapai 8,71% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 7,35% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi lebih disebabkan oleh inflasi pada kelompok administered price dan core. Inflasi tahunan kelompok core meningkat dari 3,14% (yoy) menjadi 5,56% (yoy). Peningkatan ini merupakan efek dari depresiasi nilai Rupiah serta penyesuaian produsen manufaktur atas kenaikan tarif listrik dan BBM Inflasi tahunan kelompok administered mencapai 18,73% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 17,22% (yoy). Peningkatan ini dipengaruhi oleh kenaikan TTL tahap 3, kenaikan cukai rokok, dan penyesuaian tarif taksi. Di lain sisi, inflasi volatile foods dan core pada triwulan laporan tercatat 11,50 % (yoy) lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mencapai 13,64% (yoy). Melimpahnya pasokan beras, daging ayam ras, serta berlalunya hari raya Idul Fitri dan Sembahyang Kubur menyebabkan harga komoditas pangan utama mengalami penurunan. 11

13 Secara umum, fungsi intermediasi perbankan di Bangka Belitung masih meningkat walaupun terdapat beberapa indikator kinerja perbankan yang perkembangannya melambat ataupun mengalami kontraksi. Aset mengalami kontraksi tipis sebesar 0,01% (yoy). Perkembangan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,38% (yoy). Kondisi ini terutama diakibatkan turunnya pertumbuhan DPK sebesar 2,68% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 7,11% (yoy). Penurunan DPK terutama bersumber dari simpanan jenis giro yang mengalami kontraksi cukup dalam yakni sebesar 32,89% (yoy). Kredit Bank Umum tercatat tumbuh 39,20% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (yoy). Pertumbuhan tersebut dipicu oleh pertumbuhan kredit produktif yang meningkat dari 28,21% (yoy) menjadi 51,29% (yoy) seiring meningkatnya penyaluran kredit modal kerja pada pertambangan timah yang pada akhir triwulan IV-2013 marak kembali. Sementara itu, penyaluran kredit UMKM telah mencapai Rp2,99 triliun atau tumbuh 14,83% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 42,05% (yoy). Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan IV 2013 sebesar 1,42% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,43% Penurunan NPL terutama terjadi pada sektor pertambangan, sektor perdagangan, dan sektor konstruksi seiring dengan membaiknya kinerja perekonomian kedua sektor tersebut. Seiring dengan melambatnya perekonomian, pertumbuhan transaksi sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kepulauan bangka Belitungmelambat. Transaksi melalui RTGS mengalami kontraksi sebesar 0,07% (yoy). Sementara itu, aktivitas perputaran kliring pada triwulan laporan tumbuh melambat dari 13,93% (yoy), pada triwulan sebelumnya menjadi 9,96% (yoy) pada triwulan laporan Dari sisi transaksi tunai, terjadi net outflow sebesar Rp838,32. Net outflow ini tumbuh 27,37% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang menyusut 34,65% (yoy) seiring meningkatnya aktivitas dan transaksi pertambangan timah yang lebih banyak menggunakan transaksi tunai. Berdasarkan data realisasi APBD Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sampai dengan triwulan IV 2013, Realisasi pendapatan daerah tahun 2013 lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Realisasi pendapatan mencapai Rp1,53 triliun turun 1,29% dari pendapatan tahun Dengan turunnya pendapatan, terjadi defisit anggaran sebesar Rp85,74 miliar. 12

14 Realisasi belanja daerah mencapai 87,93% dari anggaran. Realisasi untuk Belanja Langsungtahun 2013 terealisasi sebesar Rp806,81 miliar atau 86,42% dari yang dianggarkan. Realisasi terbesar dicatat oleh belanja modal yaitu sebesar Rp404,71 miliar atau 91,30% dari yang dianggarkan. Dengan pencapaian ini, realisasi belanja daerah pada tahun 2013 meningkat 19,47% (yoy). Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan I-2014 diperkirakan meningkat. Dari sisi suplai, produksi karet dan aktivitas penambangan timah diperkirakan meningkat. Sementara itu dari sisi permintaan, peningkatan diprediksi terjadi pada konsumsi rumah tangga dan ekspor luar negeri.dengan mempertimbangkan kondisi-kondisi tersebut, pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan IV 2013 akan berada pada kisaran 4,5%-5,0% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Pada akhir triwulan I-2014 diperkirakan inflasi Pangkalpinang mencapai 7,03%±1% (yoy) dengan kecenderungan bias keatas.pada akhir triwulan I-2014, pasokan komoditas pangan strategis di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung akan meningkat khususnya beras dari Sumatera Selatan. Kondisi tinggi gelombang yang relatif rendah yang diperkirakan BMKG hanya pada kisaran 0,5m 1m sangat kondusif dalam mendukung pasokan antar pulau. Dengan demikian tekanan inflasi dari kelompok volatile food relatif minimal. Dengan membaiknya permintaan pasar internasional terhadap komoditas unggulan Bangka Belitung yang diikuti dengan pertumbuhan konsumsi domestik di level yang tinggi, pertumbuhan ekonomi tahun 2014 diperkirakan tumbuh meningkat pada kisaran 5,3%-5,8% (yoy). Sementara itu, menghilangnya efek kenaikan BBM bersubsidi serta pasokan yang secara umum relatif baik inflasi Bangka Belitung 2014 diperkirakan pada kisaran 7,5%±1% (yoy). 13

15 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

16 BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung sedikit melambat terutama disebabkan melambatnya kinerja sektor utama yaitu sektor pertanian, sektor industri pengolahan dan sektor jasa. Dari sisi permintaan, meningkatnya inflasi menyebabkan konsumsi rumah tangga melambat. Sementara itu, harga komoditas khususnya perkebunan yang relatif belum membaik serta dampak penerapan aturan ekspor timah yang baru mengakibatkan kinerja ekspor melambat di tengah peningkatan impor luar negeri Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan laporan tumbuh sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2013 sebesar 4,78% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,80% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian Bangka Belitung tumbuh 0,94% (qtq) pada triwulan IV Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan ini secara sektoral masih didukung oleh sektor pertanian dan konsumsi domestik yang meski melambat namun masih dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung PDRB Nominal, Rp. Juta % yoy (RHS) % qtq (RHS) 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 - I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV (1.0) Sumber : BPS Bangka Belitung 15

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1. Sisi Penawaran Sektor ekonomi utama tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertanian yang memberikan andil tertinggi pada pertumbuhan ekonomi Babel tercatat tumbuh melambat dari 7,73% (yoy) menjadi 7,35% (yoy). Sektor utama lainnya yakni sektor industri pengolahan dan sektor jasa juga mengalami perlambatan seiring belum stabilnya kondisi perekonomian global serta turunnya pertumbuhan konsumsi pemerintah. Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) LAPANGAN USAHA I II III IV I II III IV PERTANIAN PERTAMBANGAN & PENGGALIAN INDUSTRI PENGOLAHAN LISTRIK, GAS & AIR BERSIH BANGUNAN PERDAGANGAN, HOTEL & RESTORAN PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEUANGAN, PERSEWAAN, & JS PRSH. 9. JASA-JASA PDRB DENGAN MIGAS Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor pertanian tumbuh melambat namun tetap memberikan andil terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Sektor ini tumbuh 7,35% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 1,40%. Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 7,73% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh kinerja subsektor perkebunan di mana produksi karet mentah masih mengalami penurunan. Sementara itu, berlalunya masa panen raya padi serta tingginya curah hujan pada akhir triwulan IV-2013 menyebabkan kinerja subsektor tabama tidak optimal. 16

18 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.3 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet 8000 Produksi Crumb Rubber (ton) 200% growth produksi (yoy;rhs) % 100% 50% 0% -50% -100% harga karet (USD cent / kg) Harga CPO (USD / metric ton ; RHS) I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: Dinas Perkebunan Babel, diolah Sumber: Bloomberg, diolah Kinerja perkebunan karet tumbuh lebih rendah sebagai imbas masih rendahnya harga karet khususnya di bulan Oktober dan November. Kondisi ini menyebabkan petani karet enggan melakukan penyadapan sambil menunggu harga membaik. Produksi karet di Bangka Belitung pada triwulan laporan tercatat mengalami kontraksi sebesar 19,75% (yoy). Grafik 1.4 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - CPO (Rp/kg) TBS (Rp/kg ; RHS) ,800 1,600 1,400 1,200 1, Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung Sementara itu, harga CPO dan TBS mengalami kenaikan. Namun demikian, panen sawit yang sudah dilakukan pada akhir triwulan III-2013 mempengaruhi pertumbuhan subsektor perkebunan pada triwulan laporan. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh meningkat. Sektor pertambangan dan penggalian pada triwulan sebelumnya terkontraksi sebesar -0,60% dan pada triwulan laporan kembali tumbuh positif sebesar 1,7% (yoy). Salah satu penyebabnya adalah meningkatnya produksi bijih timah oleh perusahaan besar seiring membaiknya harga komoditas ini di pasar internasional serta normalnya kembali aktivitas pertambangan setelah para pelaku usaha menunggu implementasi penerapan aturan ekspor timah yang baru. Produksi bijih timah selama triwulan IV-2013 tercatat sebesar ton atau mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar 76,63% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya kontraksi sebesar 27,90% (yoy). 17

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah Produksi Logam Timah (ton) Harga Timah (USD / Metric Ton ; RHS) Sumber: Dinas Pertambangan Kepulauan Bangka Belitung, diolah Pertumbuhan sektor industri pengolahan melambat, dari 2,62% menjadi 1,02% (yoy) sehingga andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga turun dari 0,18% menjadi 0,02%. Melambatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan disebabkan melemahnya industri pengolahan karet sebagai dampak turunnya produksi karet mentah. Sementara itu, hasil liaison juga mengindikasikan bahwa perusahaan industri minyak sawit menahan hasil produksinya untuk dijual karena harga diyakini akan mengalami perbaikan pada triwulan I Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 4,35% (yoy), menjadi 3,87% (yoy). Penurunan ini diprediksi akibat adanya kenaikan TTL tahap III yang mulai diterapkan oleh pemerintah pada September 2013 sehingga secara psikologis mempengaruhi konsumsi pelanggan. Berdasarkan data PLN, penjualan listik pada triwulan IV-2013 hanya tumbuh 17,11% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 20,65% (yoy) Grafik 1.6 Pelanggan VS Penjualan Listrik penjualan listrik (kwh ; RHS) 250,000,000 pertumbuhan penjualan listrik (% yoy) 200,000, ,000, ,000,000 50,000,000 - Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Grafik 1.7 Konsumsi Semen Bangka Belitung Sumber: PLN Sumber: ASI Pertumbuhan sektor bangunan pada triwulan IV 2013 tercatat 6,60% (yoy) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 4,76%. Keyakinan akan pertumbuhan 18

20 Perkembangan Ekonomi Makro Regional ekonomi 2014 menyebabkan kegiatan pembangunan non infrastruktur kembali meningkat. Hal ini terindikasi dari konsumsi semen pada triwulan IV-2013 yang meningkat 0,32% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 5,86% (yoy). Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan pertumbuhan, dari 4,55% menjadi 5,02% (yoy). Peningkatan ini dipicu oleh meningkatnya aktivitas pariwisata di Bangka Belitung saat liburan akhir tahun serta kembali meningkatnya aktivitas ekspor timah yang mendorong kinerja sub sektor perdagangan. Jumlah wisatawan pada triwulan IV-2013 mencapai orang atau tumbuh meningkat dari 3,96% (yoy) menjadi 10,52% (yoy) Grafik 1.8 Tren Pertumbuhan THP Bangka Belitung 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 20,000 10,000 - Wisatawan (orang) growth (%yoy; RHS) % 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% Sumber: BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh tinggi walaupun melambat. Andil sektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,24%. Sektor ini tumbuh sebesar 6,62% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya 7,78% (yoy). Perlambatan dipengaruhi menurunnya aktivitas pengangkutan barang antar pulau akibat gelombang tinggi yang beberapa kali terjadi selama triwulan laporan bahkan pelabuhan sempat ditutup beberapa hari di bulan Desember Berdasarkan data dari pelabuhan Tanjungpandan dan Pangkalbalam, aktivitas bongkar pada triwulan IV-2013 mengalami kontraksi 32,09% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya juga kontraksi sebesar 20,01% (yoy) 19

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.9 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.10 Arus Penumpang % 60% 40% 20% 0% -20% -40% -60% -80% 300, , , , ,000 50, % 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% bongkar (ton) growth bongkar (yoy; RHS) muat (ton) growth muat (yoy;rhs) datang (orang) growth bongkar (yoy; RHS) pergi (orang) growth muat (yoy;rhs) Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, PT Angkasa Pura, diolah Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tetap tumbuh tinggi sebesar 7,38% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,74% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ini seiring meningkatnya penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung. Perkembangan sektor jasa-jasa tumbuh melambat dari 8,88% (yoy) menjadi 7,45% (yoy). Perlambatan ini merupakan efek dari percepatan realisasi anggaran pemerintah. Biasanya realisasi anggaran terbesar terjadi pada triwulan IV namun pada tahun ini realisasi sudah banyak dilakukan pada triwulan III Sisi Penawaran Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) KOMPONEN PENGELUARAN I II III IV I II III IV KONSUMSI RUMAHTANGGA KONSUMSI LEMBAGA NON PROFIT KONSUMSI PEMERINTAH PMTDB PERUBAHAN STOK EKSPOR BARANG DAN JASA DIKURANGI IMPOR BARANG DAN JASA PDRB Sumber: BPS Provinsi Kep. Bangka Belitung Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2013 masih berasal dari konsumsi rumah tangga walaupun pertumbuhannya melambat. Konsumsi rumah tangga memberikan andil terhadap pertumbuhan ekonomi Babel sebesar 3,65% (yoy). Sementara itu komponen konsumsi domestik lainnya yakni konsumsi pemerintah juga melambat. Dari sisi 20

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional eksternal, ekspor masih tercatat tumbuh melambat karena pengaruh perlambatan dari ekspor luar negeri komoditas migas dan timah. Konsumsi rumah tangga sedikit melambat menjadi sebesar 6,58% (yoy), dari triwulan sebelumnya 6,63%. Pelemahan ini seiring dengan tingginya laju inflasi selama periode tersebut. Masih terganggunya ekspor luar negeri timah serta harga karet yang masih rendah secara signifikan mempengaruhi penghasilan masyarakat bangka belitung sehingga intensitas konsumsi relatif lebih rendah. Hal ini juga terkonfirmasi dengan indeks konsumsi barang tahan lama yang menunjukkan perkembangan searah yakni menurun dari 131,67 pada triwulan III menjadi 102,7 pada triwulan laporan. Grafik 1.11 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama 160 indeks konsumsi barang tahan lama Grafik 1.12 Penjualan BBM Bersubsidi IKK IKESI IEK Sumber : Pertamina, diolah 35,000 30,000 25,000 20,000 15,000 10,000 5,000 - Grafik 1.13 Pendaftaran Kendaraan Bermotor kendaraan baru (terdaftar, unit) pertumbuhan kendaraan baru (yoy, RHS) % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 0.00% % % % Sumber : Dispenda Provinsi Kep. Bangka Belitung, diolah Konsumsi pemerintah tumbuh melambat dari 5,28% (yoy) menjadi 3,56% (yoy) seiring melambatnya realisasi belanja pemerintah pada triwulan IV Realisasi 21

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional belanja yang dilakukan pada triwulan IV-2013 tercatat tumbuh 40,40% (yoy) sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 40,82% (yoy). Berbeda dengan komponen konsumsi domestik lainnya, investasi tumbuh menguat menjadi 6,02% (yoy), dari 5,71% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama terjadi pada investasi non bangunan yang terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan impor mesin di triwulan IV 2013 untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. 60 Grafik 1.14 Perkembangan PMA Proyek PMA (Juta USD) Sumber: BKPM Net ekspor masih mengalami kontraksi walaupun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Net ekspor tercatat mengalami kontraksi sebesar 12,50% (yoy). Kondisi ini sebenarnya relatif membaik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 16,43% (yoy). Kontraksi disebabkan oleh melambatnya ekspor di tengah meningkatnya pertumbuhan impor luar negeri. Ekspor secara umum tercatat tumbuh 2,47% (yoy) pada triwulan IV 2013 sedikit lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 2,79% (yoy). Harga komoditas perkebunan yang belum meningkat secara signifikan menyebabkan perkembangan ekspor karet dan olahannya masih melambat. Sementara itu, eskpor komoditas timah walaupun sudah meningkat namun masih belum sepenuhnya normal pasca penerapan aturan ekspor timah yang baru di mana penjualan harus melalui bursa komoditas. Sementara itu, impor secara umum mengalami perlambatan namun masih tumbuh lebih tinggi daripada ekspor. Pada triwulan IV-2013, impor tercatat tumbuh 4,88% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,82% (yoy). Perlambatan disebabkan oleh 22

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional impor antar pulau yang sempat terhambat karena gelombang tinggi yang terjadi pada bulan Desember Dengan perkembangan tersebut, impor antar pulau melambat dari 6,68% (yoy) menjadi 5,46% (yoy). Sementara itu impor luar negeri tercatat meningkat dari 0,83% (yoy) menjadi 1,43% (yoy). Peningkatan impor luar negeri terjadi pada bahan baku seperti pupuk serta barang modal seperti mesin-mesin industri dan kapal. 23

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Boks 1. Tingkat Keyakinan Konsumen Pangkalpinang Mengindikasikan Penurunan Perkembangan Indeks Keyakinan konsumen Tw-IV 2013 Hasil survei konsumen (SK) menunjukkan rata-rata tingkat keyakinan masyarakat Kota Pangkalpinang pada Tw-IV 2013 mengalami penurunan terhadap indikator-indikator perekonomian. Walaupun menurun, tingkat keyakinan masyarakat Pangkalpinang masih berada pada level optimis khususnya eskpektasi kondisi perekoniman kedepan akan semakin membaik. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada Tw-IV 2013 sebesar 114 atau turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 124. Penurunan ini terutama disebabkan turunnya ratarata Indeks Kondisi Ekonomi saat ini Konsumen (IKE) yang cukup besar terutama pada komponen konsumsi barang-barang kebutuhan tahan lama yang berada pada level pesimis di bulan Oktober dan November PerkembanganIKK dalam 2 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKESI, IEK Triwulanan Dilihat lebih mendalam, penurunan IKK diakibatkan penurunan yg cukup signifikan dari beberapa komponen pembentuk IKE dan IEK yaitu :1) komponen penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan lalu yang turun sebesar 20,62%, 2) komponen kegiatan usaha saat ini turun sebesar 16,67%, dan3) komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibanding 6 bulan lalu turun sebesar 15,75%. Komponen Keyakinan Konsumen Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumenmenunjukkan perkembangan yang relatif stabil. Rata-rata indeks SK berada pada tren yang menurun selama tahun 2013 yaitu pada Tw-II, Tw-III, dan mulai membaik kembali di akhir Tw-IV 2013.Dibandingkan bulan sebelumnya, IKK bulan Desember 2013 sedikit meningkat dari 99,67 menjadi 110,7. Selama triwulan IV 2013, 24

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional posisi terendah IKK berada pada bulan Oktober yaitu sebesar109,42. Sedangkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, menunjukkan perkembangan yang meningkat dengan nilai indeks pada posisi Desember 2013masing-masing sebesar 110,7 dan 124. Grafik A.2 IKK, IKESI dan IEK Bulanan Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu menurun, tercermin dari turunnya indeks menjadi 111 pada Tw-IV2013 dari triwulan sebelumnya 139,8. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh perlambatan ekonomi Provinsi Babel yang terutama diakibatkan menurunnya kinerja pertambangan timah. Namun demikian, perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini mulai membaik, seiring mulai membaiknya perekonomian. Kenaikan indeks perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang naik menjadi 126 pada Tw-IV 2013 dari triwulan sebelumnya sebesar 113 Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen

27 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Responden masih optimis akan ketersediaan lapangan pekerjaan. Walaupun di awal triwulan IV 2013, yaitu Oktober 2014, responden masih pesimis terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibanding 6 bulan lalu (indeks Oktober berapa pada level 80,5), namun tingkat keyakinan konsumen terus meningkat dan tetap berada pada level optimis di akhir periode Tw-IV 2013 dimana indeks Desember berada pada level 109,5 (Grafik A.4). Sementara itu, ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan juga meningkat yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang akan datang yaitu sebesar 125 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 113 (Grafik A5). Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan 26

28 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Boks 2. Pemberlakuan Bursa Perdagangan Timah Efektif Meningkatkan Ekspor Timah Eksportir Mulai Beradaptasi dengan Peraturan baru mengenai Ketentuan Ekspor Timah Pemerintah memberlakukan bursa perdagangan Timah yang ditujukan untuk transaksi ekspor timah. Metode transaksi ini diterapkan agar perdagangan timah domestik menjadi lebih transparan sehingga diharapkan nanti dapat menjadi referensi dunia. Perdagangan bursa timah didasarkan pada kebijakan baru pemerintah yakni Permendag Nomor 32/M- MDAG/PER/6/20130 tentang Perubahan Atas Permendag Nomor 78/M-DAG/PER/2012 tentang Ketentuan Ekspor Timah.Berdasarkan Permendag itu perdagangan timah batangan untuk tujuan ekspor wajib dilakukan melalui bursa Timah sejak 30 Agustus Efek positif dari pemberlakuan bursa perdagangan ini antara lain mencegah praktik "under invoice", meningkatkan penerimaan royalti, mencegah perdagangan Timah ilegal dan meningkatkan daya saing Timah Indonesia. Pada saat awal pemberlakuan ketentuan tersebut, ekspor Timah sempat mengalami penurunan yang signifikan sebesar 84,62% (mtm) yang terjadi pada bulan September Penurunan eskpor timah tersebut terutama disebabkan eksportir Timah sedang menyesuaikan dan mengurus ijin-ijin terkait dengan peraturan baru tersebut, dimana eksportir Timah harus terdaftar pada bursa perdagangan Timah. Selain itu, dalam peraturan tersebutdipersyaratkan kualitas timah yang tinggi sehingga bisa menjaga kepercayaan dari konsumen. Untuk ekspor Timah harus 99.9 persen kemurniannya dan konten Timah yang tidak murni maksimal 300 bagian per seribu. Grafik A.3Progress Ekspor Timah 2013 Grafik A.1Harga Internasional komoditas Timah 27

29 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pada bulan Oktober2013, ekspor timah mulai meningkat dan mencapai puncaknya pada bulan Desember sebesar $ 252,76 juta atau naik signifikan sebesar 1365% dibandingkan saat awal pemberlakuan ketentuan tersebut pada September Kondisi ini mengindikasikan bahwa pelaku ekspor Timah dapat menyesuaikan diri dengan peraturan sehingga ekspor mulai kembali pada pola normalnya. Selain itu, pemberlakuan ketentuan baru tersebut juga berdampak positif terhadap harga timah yang berada pada level tertinggi dalam 3 bulan terakhir. 28

30 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Boks 3 Liaison: Pelaku Usaha Meyakini Prospek Kondisi Usaha Akan Semakin Membaik Kinerja Sektor Komoditas Unggulan Perekonomian Pangkal Pinang pada Tw-IV terus memperlihatkan proses recovery yang cukup pesat. Hal ini ditopang dengan perbaikan ekspor sejalan dengan membaiknya perekonomian global dan domestik. Dari sisi produksi komoditas unggulan, produksi karet diprediksi meningkat karena adanya penambahan produksi dari hasil dari replanting atau pembukaan lahan baru. Diperkirakan pelaku usaha juga akan mendapatkan keuntungan dari semakin membaiknya harga komoditas unggulan di pasar global seiring dengan membaiknya perekonomian dunia dan semakin bertambahnya jumlah produksi yang disumbang dari tanaman baru. Berdasarkan data GAPKINDO, terjadi kekurangan pasokan karet sebesar ton di seluruh dunia. Hal ini membuktikan bahwa produk karet dan olahannya masih memiliki daya tarik yang cukup baik. Namun, kendala yang dihadapi dalam sektor perkebunan karet yaitu karakteristik karet di Indonesia memiliki kualitas dan produktivitas karet yang rendah yang disebabkan oleh pemeliharaan tanaman karet yang tidak sesuai dengan standar, pemakaian bibit yang tidak berkualitas, dan usia produktif yang mulai menurun. Sehingga harga karet Indonesia lebih rendah dibandingkan dengan harga karet negara penghasil karet lainnya di pasar global. Sedangkan usaha Pemerintah untuk memperbaiki kualitas karet melalui Permendag No. 53 mengenai Bokar Bersih belum dapat diimplementasikan dengan baik diakibatkan belum adanya komitmen dari setiap pihak untuk menerapkan permendag ini. Selain itu, kurangnya anggaran untuk mensosialisasikan Permendag ini juga ditenggarai sebagai penyebab utama tidak terlaksana Permendag No. 53 tentang Bokar Bersih Untuk komoditas Kelapa Sawit, kebutuhan akan CPO terus meningkat jika dibandingkan dengan tahun 2012, baik permintaan yang berasal dari domestik maupun permintaan yang berasal dari permintaan dunia. Sementara itu, produksi rata-rata sawit per hektar terus mengalami peningkatan. Hal ini seiring dengan mulai berproduksinya tanaman-tanaman sawit baru, baik yang berasal dari tanaman replanting maupun tanaman hasil dari pembukaan lahan baru. Saat ini harga CPO di pasar internasional mulai membaik seiring dengan semakin bertambahnya permintaan dunia terhadap produk CPO. Permintaan ekspor lebih tertuju kepada negara-negara Asean seperti Malaysia dan Singapore. sedangkan permintaan domestik yang masih cukup besar, menjadi subsitusi permintaan CPO di pasar dunia sehingga penurunan permintaan global tidak berdampak besar terhadap kelangsungan usaha CPO. 29

31 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sebagian besar pengusaha komoditas unggulan tersebut meyakini permintaan domestik akan meningkat sekitar 15%-20% sedangkan permintaan ekspor dapat meningkat hingga 25%. Penyebab peningkatan ini dikarenakan beberapa hal seperti kondisi perekonomian yang terus membaik, daya beli konsumen yang meningkat, dan size bisnis usaha yang masih besar. Sementara itu, produksi di tahun 2014 diperkirakan juga meningkat yang didukung peningkatan kapasitas produksi hasil dari investasi periode sebelumnya dan dan iklim cuaca yang baik. Grafik C.1 Harga CPO dan Growth (qtq) Grafik C.2 Harga Karet dan Growth (qtq) Grafik C.3 Kinerja Ekspor CPO Sepanjang Tahun 2013 Grafik C.4 Kinerja Ekspor Karet Sepanjang Tahun 2013 Grafik C.5 Indikator Komoditas Kelapa Sawit di Kep. Babel dalam 5 Tahun Terakhir Grafik C.6 Indikator Komoditas Karet di Kep. Babel dalam 5 Tahun Terakhir Grafik C.7 Tujuan Ekspor CPO Kep. Babel Grafik C.8 Tujuan Ekspor Karet Kep. Babel 30

32 BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi meningkat seiring meningkatnya tekanan pada kelompok administered price dan core Inflasi Kota Pangkalpinang Secara tahunan, inflasi pada akhir triwulan IV 2013 lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 7,35% (yoy) menjadi 8,71% (yoy). Meningkatnya tekanan inflasi secara tahunan ini terutama disebabkan oleh efek kebijakan pemerintah terkait TDL dan cukai rokok, efek depresiasi rupiah, efek turunan dampak kenaikan BBM subsidi dan TDL, serta peningkatan intensitas konsumsi masyarakat di tengah terganggunya pasokan pada bulan Desember Grafik 2.1 Inflasi Pangkalpinang Vs Indonesia Pangkal Pinang Nasional Rata-rata Inflasi Pangkal Pinang Rata-rata Inflasi Nasional Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Mar Jun Sep Des Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Secara triwulanan inflasi kota Pangkal Pinang pada triwulan IV-2013 mencapai 0,5% (qtq) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 2,48% (qtq). Panen padi yang terjadi pada akhir triwulan III-2013 menjadi faktor utama yang menurunkan inflasi triwulanan pada triwulan laporan. Stok beras melimpah sehingga harga beras di pasaran terjaga di level yang rendah bahkan turun. Secara umum inflasi barang-barang volatile food memang mengalami penurunan pasca hari raya sembahyang kubur pada triwulan III Selain itu kondisi ini sebetulnya dipengaruhi faktor teknikal statistik triwulanan (base effect) di mana efek kenaikan harga BBM bersubsidi secara triwulanan sudah menghilang. Secara bulanan, tekanan inflasi sebetulnya berada dalam trend menurun hingga November 2013, bahkan terjadi deflasi sebesar -0,88% (mtm) pada bulan tersebut. Rendahnya tekanan inflasi pada bulan Oktober dan November 2013 terutama disebabkan oleh efek panen padi di sentra produksi Pulau Bangka. Komoditas beras tercatat mengalami deflasi sepanjang triwulan IV Namun demikian, meningkatnya tekanan permintaan pada bulan Desember 2013 seiring masuknya siklus liburan akhir tahun di tengah gangguan pasokan komoditas antar 31

33 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang pulau menyebabkan tekanan inflasi kembali meningkat pada bulan ini. Inflasi Desember 2013 tercatat 1,25% (mtm) yang merupakan inflasi tertinggi selama triwulan IV Disagregasi Inflasi Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Grafik 2.2 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan % yoy (5.00) Umum core Volatile Foods Administered Prices Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi kelompok inti menjadi sumber peningkatan inflasi tahunan pada triwulan laporan. Inflasi inti meningkat dari 3,14% (yoy) menjadi 5,56% (yoy) pada triwulan laporan. Beberapa komoditas barang elektronik, sandang, kendaraan, dan makanan jadi tercatat mengalami kenaikan inflasi. Peningkatan ini merupakan efek dari depresiasi nilai Rupiah serta penyesuaian produsen manufaktur atas kenaikan tarif listrik dan BBM. No. Komoditas Tabel 2.1 Komoditas Andil inflasi tertinggi Kelompok Core Inflasi Tahunan (Tw. IV), % Andil Inflasi, % 1 Tukang Bukan Mandor 18,91 0,74 2 Kontrak Rumah 4,93 0,20 3 Ikan Kerisi 19,60 0,19 4 Nasi 18,29 0,16 5 Kerang 78,31 0,16 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Efek lanjutan kenaikan tarif listrik dan BBM juga terjadi pada komoditas kontrak rumah dan sewa rumah. Untuk menyesuaikan harga dengan berlakunya kebijakan pemerintah tersebut, pemilik sewa dan kontrak rumah di Bangka Belitung secara rata-rata sudah menaikkan 32

34 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran tarifnya. Sewa rumah tercatat mengalami inflasi 4,13% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya 0,75% (yoy). Sementara itu kontrak rumah tercatat mengalami inflasi 4,57% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya 4,93% (yoy). Sumber tekanan inflasi pada triwulan laporan juga berasal dari meningkatnya tekanan inflasi kelompok administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 18,73% (yoy) atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya mencapai 17,22% (yoy). Komoditas yang inflasinya paling besar adalah bensin yakni mencapai 43,81% (yoy) atau meningkat kembali dari triwulan sebelumnya sebesar 43,67% (yoy). Inflasi bensin meningkat kembali seiring peningkatan harga BBM non subsidi. Tabel 2.2 Komoditas andil inflasi Tertinggi Kelompok Administered Prices Inflasi Tahunan No. Komoditas Andil Inflasi, % (Tw. IV), % 1 Bensin ,79 2 Tarif listrik 16,32 0,60 3 Rokok Kretek Filter 13,97 0,47 4 Bahan Bakar Rumah Tangga 7,15 0,17 5 Angkutan Dalam Kota 33,33 0,17 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Meningkatnya inflasi administered price juga dipicu oleh kenaikan bertahap tarif listrik. Kenaikan ini adalah kenaikan listrik tahap 3 di tahun 2013 yang mulai berlaku bulan Oktober 2013 dan dirasakan pada tagihan listrik yang diterima pada awal November Kebijakan pemerintah lainnya yang menyebabkan kenaikan inflasi administered adalah kenaikan cukai rokok. Sementara itu, komoditas tarif taksi juga tercatat meningkat dari 0% (yoy) menjadi 30% (yoy) sebagai reaksi atas naiknya harga BBM bersubsidi. Di lain sisi, inflasi Volatile Food menjadi penahan laju inflasi triwulan laporan. Inflasi volatile food turun dari 13,64% (yoy) pada triwulan III-2013 menjadi 11,50% (yoy) pada triwulan laporan. Turunnya inflasi terutama dipicu oleh panen raya padi pada beberapa sentra produksi Bangka Belitung pada akhir triwulan III-2013 sehingga pasokan beras hingga akhir tahun melimpah. Panen tersebut menyebabkan beras, yang memiliki bobot inflasi terbesar, mengalami penurunan inflasi dari 10,67% (yoy) menjadi 3,26% (yoy). Pada triwulan laporan, tekanan inflasi pada komoditas pangan strategis sudah kembali normal setelah meningkat cukup tinggi pada triwulan III-2013 karena Hari Raya Sembahyang Kubur dan Idul Fitri yang terjadi berbarengan pada triwulan yang sama. Komoditas pangan 33

35 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang seperti sapi, beberapa jenis bumbu dan sayur mayur, serta ikan segar tercatat mengalami penurunan inflasi yang signifikan. Grafik 2.3 Perkembangan Stok Beras Bulog 6.00 stok (juta ton) Pertumbuhan Stok (%,yoy, RHS) % 700% 600% 500% 400% 300% 200% 100% 0% -100% Grafik 2.4 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Bongkar (ton) Pertumbuhan bongkar (%yoy, RHS) % 40% 30% 20% 10% 0% -10% -20% -30% -40% -50% Sumber : Bulog Divre Sumsel Sumber : PT Pelindo Grafik 2.5 Perkembangan Curah Hujan Babel Grafik 2.6 Perkembangan Tinggi Gelombang Curah Hujan (mm) Hari Hujan (Axis kanan) Rata2 Tinggi Gelombang Perairan Babel (m) Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Penurunan tekanan inflasi yang sangat signifikan terjadi pada komoditas daging ayam ras. Setelah mengalami inflasi 27,87% (yoy) pada triwulan sebelumnya, komoditas ini mengalami deflasi 1,10% (yoy) pada triwulan laporan. Melimpahnya pasokan daging ayam ras dari Palembang serta panen ayam produksi lokal, menyebabkan harga daging ayam ras turun signifikan. Tabel 2.3 Komoditas Andil Inflasi Tertinggi Kelompok VF No. Komoditas Inflasi Tahunan (Tw. IV), % Andil Inflasi, % 1 Bawang Merah 52,00 0,47 2 Pisang 53,90 0,33 3 Minyak Goreng 25,38 0,29 4 Jeruk 33,38 0,27 5 Beras 3,26 0,18 Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung 34

36 BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Beberapa indikator perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan pertumbuhan yang melambat namun demikian fungsi intermediasi perbankan masih membaik dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan Bank Umum Secara umum, kinerja perbankan Bangka Belitung pada triwulan IV 2013 tidak sebaik triwulan sebelumnya. Namun, fungsi intermediasi masih menunjukkan kinerja positif dengan penyaluran kredit yang lebih tinggi, undisbursed loan yang lebih rendah, serta NPL yang lebih rendah. Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung mengalami penurunan sebesar 0,01% (yoy) kondisi ini jauh berbeda dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif sebesar 7,38% (yoy). Penyusutan pertumbuhan aset perbankan salah satunya dipengaruhi oleh penurunan DPK pada triwulan laporan di tengah perkembangan jaringan perbankan yang cenderung stabil sehingga tidak ada penambahan aset tetap yang signifikan Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung % 25.00% 20.00% 15.00% 10.00% 5.00% 0.00% -5.00% aset (Rp Miliar) aset (yoy) Sumber: Bank Indonesia Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan bulan Desember 2013 sebanyak 20 bank yang terdiri dari 17 Bank Umum dan 3 BPR/S. Jumlah jaringan kantor bank sebanyak 139 kantor yang terdiri dari 3 Kantor Pusat BPR/S, 25 Kantor Cabang Bank Umum, 9 Kantor Cabang BPR/S, 83 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum, 16 Kantor Kas 35

37 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Bank Umum dan 3 Kantor Kas BPR/S. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 102 unit Dengan peningkatan kredit yang lebih tinggi dibandingkan DPK dari triwulan sebelumnya menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) meningkat dari 56,13% pada triwulan sebelumnya menjadi 66,06% pada triwulan IV Sementara rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan gross) masih dapat dijaga di level yang rendah sebesar 1,42% Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK oleh perbankan Bangka Belitung pada akhir tahun 2013 mencapai Rp11,81 triliun. Aktivitas penghimpunan dana pada triwulan laporan terkontraksi 2,68% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang masih tumbuh positif sebesar 7,11% (yoy). Penurunan DPK terutama bersumber dari simpanan jenis giro yang mengalami kontraksi cukup dalam pada triwulan IV Posisi giro pada akhir tahun 2013 mencapai Rp1,47 triliun. Simpanan ini mengalami kontraksi sebesar 32,89% (yoy) setelah pada akhir triwulan III-2013 masih tumbuh 0,64% (yoy). Penyusutan simpanan giro terjadi untuk rekening milik BUMN, perusahaan non lembaga keuangan, perserorangan, dan pemerintah daerah. Penurunan giro terbesar terjadi pada giro milik BUMN yakni sebesar -68,47%. Simpanan dalam bentuk giro paling banyak dimiliki oleh perusahaan non lembaga keuangan yakni sebesar 46,89%. Giro milik golongan nasabah ini mengalami kontraksi sebesar 19,26% (yoy). Meningkatnya suku bunga di tengah arah perekonomian yang belum jelas menyebabkan perusahaan lebih memilih untuk menggunakan dana milik sendiri untuk mengoperasikan dan mengembangkan usahanya sehingga giro milik perusahaan non lembaga keuangan cenderung berkurang. Hal serupa menjadi penyebab penyusutan pada giro milik BUMN dan perseorangan. Sementara itu, penyusutan pada giro pemerintah daerah sebesar - 37,69% (yoy) disebabkan oleh berkurangnya pendapatan asli daerah pemda seiring dengan melambatnya perekonomian Babel. Pada triwulan laporan, tabungan tumbuh melambat dari 9,88% (yoy) menjadi 2,79% (yoy). Seiring meningkatnya tekanan inflasi, porsi pendapatan masyarakat Babel yang digunakan untuk konsumsi meningkat sehingga simpanan dalam bentuk tabungan cenderung berkurang. Meningkatnya suku bunga kredit konsumtif, turut menjadi sumber perlambatan pertumbuhan tabungan karena masyarakat memilih menggunakan dana tunai dibandingkan menggunakan kredit Di lain sisi, deposito tumbuh meningkat dari 6,49% (yoy) menjadi 6,66% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan deposito salah satunya didorong oleh peningkatan BI rate yang 36

38 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran pada akhirnya mendorong peningkatan suku bunga deposito sehinga terjadi shifting simpanan dari tabungan ke deposito untuk pemilik perseorangan. Berdasarkan data LBU suku bunga tertimbang deposito meningkat dari 5,26% pada triwulan III-2013 menjadi 6,49% pada triwulan IV Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung 8, , , , , , , , % 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% % % % % Sumber: Bank Indonesia DPK Bangka Belitung terkonsentrasi di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung, yang mencapai 87,43% dari total DPK. Secara tahunan, terjadi kontraksi pertumbuhan DPK pada 3 wilayah dominan tersebut. Kontraksi DPK terbesar terjadi di Kabupaten Belitung yakni 7,33% (yoy). Secara triwulanan, seluruh wilayah mengalami kontraksi kecuali Kabupaten Bangka yang masih meningkat 7,59% (qtq). Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah yoy qtq Kab. Bangka 2,220 2,264 2, ,629 2,575 2,224 2, % 7.59% Kab. Belitung 1,699 1,743 1, ,122 2,200 2,048 1, % -3.77% Kab. Bangka Barat % % Kab. Bangka Selatan % % Kab. Bangka Tengah % % Kab. Belitung Timur % % Kota Pangkal Pinang 5,536 5,496 5, ,408 6,253 6,260 5, % -4.84% TOTAL 10,771 10,847 11,795 12,131 12,563 12,598 12,634 11, % -6.55% Sumber: Bank Indonesia Giro Tabungan Deposito Giro (yoy) Tabungan (yoy) Deposito (yoy) Dengan perkembangan tersebut, komposisi DPK di wilayah Bangka Belitung pada akhir 2013 masih di dominasi oleh tabungan yang mencapai 59,56% dari total DPK. Sementara itu, 37

39 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran deposito dan giro masing-masing memiliki proporsi sebesar 27,97% dan 12,47% dari total DPK Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran Kredit Secara Umum Walaupun ekonomi mengalami perlambatan, pertumbuhan penyaluran kredit masih tetap terjaga. Kredit bank umum tercatat tumbuh 39,20% (yoy) lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 26,49% (yoy). Pertumbuhan tersebut dipicu oleh pertumbuhan kredit produktif yang meningkat dari 28,21% (yoy) menjadi 51,29% (yoy). Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung % 7,000,000 Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung % 6,000, % 80.00% 60.00% 40.00% 20.00% 5,000,000 4,000,000 3,000,000 2,000,000 1,000,000 KONSUMSI 32% MODAL KERJA 52% 0.00% MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI 0 Rp Juta INVESTASI 16% investasi (yoy) konsumsi (yoy) modal kerja (yoy) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, meningkatnya suku bunga kredit serta penerapan LTV nampaknya mulai memperlambat laju pertumbuhan kredit konsumtif yang tercatat tumbuh 18,92% (yoy), lebih rendah dari triwulan III-2013 yang tumbuh 23,28% (yoy). Dengan pertumbuhan tersebut, penyaluran kredit masih didominasi kredit produktif sebesar 68% dari total kredit sisanya sebesar 32% merupakan kredit konsumtif. Meningkatnya pertumbuhan kredit produktif terutama dipicu oleh kredit modal kerja yang tumbuh 56,92% (yoy). Pertumbuhan tersebut jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 24,49% (yoy). Meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja ini seiring dengan aktivitas eksplorasi tambang timah yang kembali marak setelah sempat terhambat pada triwulan III-2013 untuk mempersiapkan implementasi penjualan ekspor timah melalui bursa komoditas derivatif. Kredit modal kerja untuk pertambangan timah, yang menguasai 37% kredit modal kerja Babel, tercatat tumbuh 173,49% (yoy) pada triwulan IV jauh lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya yang hanya 11,54% (yoy) 38

40 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Kredit produktif lainnya yakni kredit investasi tumbuh melambat dari 39,78% (yoy) menjadi 35,72% (yoy). Kredit investasi memiliki tingkat suku bunga tertimbang paling tinggi di antara jenis kredit lainnya. Perlambatan pada triwulan laporan salah satunya dipicu dengan peningkatan suku bunga dari 13,89% menjadi 14,14%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI % (yoy) %qtq TOTAL 7,488 8,672 8,716 8,607 8,682 9,681 11,024 11, % 8.67% Pertanian % % Pertambangan 1,274 1,622 1,795 1, ,224 1,810 2, % 45.37% Industri % 2.64% Listrik Gas Air % -4.77% Konstruksi % 7.25% Perdagangan, Hotel, & Resto 1,298 1,605 1,710 1,785 1,762 2,112 2,247 2, % 5.98% Transportasi % -2.62% Keuangan dan Jasa dunia usaha % -7.16% Jasa sosial masyarakat % 4.71% Lain-lain 2,953 3,191 3,194 3,359 3,495 3,587 3,761 3, % 1.73% Dari sisi sektoral, meningkatnya pertumbuhan kredit produktif terutama didukung oleh meningkatnya kredit pada sektor utama yakni sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, dan sektor pertmbangan. Pertumbuhan kredit pada sektor pertambangan tercatat meningkat dari 0,80% (yoy) menjadi 102,81% (yoy). Sementara itu, kredit ke industri pengolahan tercatat tumbuh 59,49% (yoy) setelah pada triwulan III-2013 hanya tumbuh 51,37% (yoy). Perkembangan yang spektakuler tercatat pada sektor jasa dunia usaha yang tumbuh 188,58% (yoy). Dengan perkembangan tersebut kredit di Bangka Belitung masih didominasi oleh kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa 20,38% dari total kredit, sektor pertambangan dengan pangsa 16,41%, sektor industri pengolahan dengan pangsa 8,58% serta sektor pertanian dengan pangsa 5,94% Penyaluran Kredit Menurut Kabupaten Kabupaten/kota di Bangka Belitung umumnya mengalami peningkatan pertumbuhan kredit. Pertumbuhan tahunan tertinggi terjadi di Kabupaten Belitung yakni sebesar 50,33% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya hanya tumbuh 17,16% (yoy). Sementara itu, Kabupaten Belitung Timur dan Kabupaten Bangka Selatan masing-masing sebesar 32,38% (yoy) dan 29,78% (yoy). Untuk wilayah lainnya juga mengalami kenaikan pertumbuhan, kecuali Kabupaten Belitung yang mengalami penurunan 0,27% (yoy). Kenaikan pertumbuhan yang signifikan juga terekam di kota Pangkalpinang dimana kredit tumbuh meningkat dari 13,22%(yoy) menjadi 44,05%(yoy). 39

41 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan, penyaluran kredit di Kabupaten Bangka Tengah mengalami penurunan sebesar 7,87% (qtq). Hal ini bertolak belakang dengan pertumbuhan kredit triwulanan wilayah kabupaten/kota lainnya yang menunjukkan angka positif. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah Kepulauan Bangka Belitung 7,487,538 8,672,362 8,715,674 8,606,576 8,682,144 9,680,685 11,024,028 11,980,217 Kab. Bangka 2,727,811 2,792,713 2,744,090 2,864,452 2,760,000 2,841,783 3,285,981 3,418,328 Kab. Belitung 1,240,044 1,418,585 1,293,261 1,297,510 1,363,453 1,662,045 1,944,097 1,954,676 Kab. Bangka Barat 233, , , , , , , ,237 Kab. Bangka Selatan 134, , , , , , , ,721 Kab. Bangka Tengah 195, , , , , , , ,603 Kab. Belitung Timur 96, , , , , , , ,446 Kota Pangkal Pinang 2,859,648 3,720,122 3,858,533 3,602,418 3,710,476 4,288,813 4,855,704 5,435,205 Sumber: Bank Indonesia Dengan perkembangan tersebut, sebagian besar kredit masih disalurkan ke Kota Pangkalpinang dengan pangsa 44,05% dari total kredit, diikuti oleh Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung dengan pangsa masing-masing sebesar 29,81% dan 17,64%. Daerah lainnya hanya memiliki pangsa penyaluran kredit sebesar 8,51% dari total kredit Bangka Belitung Kredit UMKM Berbeda dengan perkembangan kredit secara umum, perkembangan kredit yang disalurkan bank umum ke UMKM Bangka Belitung melambat. Pada akhir triwulan IV-2013 penyaluran kredit mencapai Rp2,99 triliun atau hanya tumbuh 14,83% (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 42,05% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM ini dipengaruhi oleh melambatnya pertumbuhan kredit ke usaha perdagangan eceran seiring dengan melambatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga. Kredit UMKM ke sektor perdagangan, yang menguasai 62% kredit UMKM di Bangka Belitung, tercatat tumbuh 33,88% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 52,78% (yoy). Dengan perkembangan tersebut rasio kredit umkm terhadap total kredit menurun dari 25,91% pada triwulan sebelumnya menjadi 24,98% pada triwulan laporan. Sumber: Bank Indonesia Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Kredit UMKM Kredit UMKM (Rp Miliar) % yoy 32.55% 65.45% 7.92% 16.75% 18.98% 11.06% 42.05% 14.83% Rasio terhadap kredit 27.18% 28.56% 23.07% 30.28% 27.89% 28.42% 25.91% 24.98% 40

42 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.4. Kualitas Kredit/Pembiayaan Kualitas kredit yang disalurkan ke Provinsi Bangka Belitung meningkat yang diindikasikan oleh turunnya Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan. NPL Bangka Belitung pada triwulan IV 2013 tercatat sebesar 1,42% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,63% Penurunan NPL terutama terjadi pada sektor pertambangan dan sektor perdagangan seiring dengan membaiknya kinerja perekonomian kedua sektor tersebut. Sementara itu, sektor konstruksi sebagai kontributor utama NPL Babel yang berperan pada 36% pangsa NPL di provinsi ini, tercatat juga mengalami penurunan rasio NPL dari 13,78% menjadi 12,70%. 300, , , , ,000 50,000 - Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung 5.00% NPL (Rp juta) 4.50% Rasio NPL (%. Axis kanan) 4.00% 179, % 162, , % 2.50% 1.68% 2.00% 1.50% 1.63% 1.42% 1.00% 0.50% 0.00% Sumber: Bank Indonesia 3.5. Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp3,03 triliun atau 20,28% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan. Rasio undisbursed loan tersebut lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 30,68%. Secara triwulanan, rasio undisbursed loan juga turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 22,17% seiring dengan meningkatnya realisasi kredit untuk sektor pertambangan. Denga turunnya undisbursed loan, fungsi intermediasi terindikasi berjalan lebih optimal. 41

43 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran 3.6. Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan berada pada tren meningkat mengikuti BI rate yang saat ini berada di level 7,5%. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan mencapai 3,01% pada triwulan IV-2013 sementara pada triwulan sebelumnya baru mencapai 2,72%. Peningkatan suku bunga tertimbang terjadi pada seluruh jenis simpanan baik giro, tabungan, maupun deposito. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada suku bunga tertimbang simpanan deposito yang meningkat dari 5,26% menjadi 6,49%. Di lain sisi, tingkat suku bunga pinjaman yang secara rata-rata tercatat sebesar 12,07% pada triwulan berjalan atau lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mencapai 11,92%. Peningkatan terjadi pada suku bunga kredit investasi dan modal kerja, sementara suku bunga tertimbang untuk kredit konsumtif justru mengalami penurunan. Dari sisi kategori debitur penurunan suku bunga kredit tertimbang juga terjadi pada segmen debitur mikro dan kecil. Sementara itu peningkatan terjadi pada kredit untuk debitur menengah dan non UMKM Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Bangka Belitung masih tumbuh positif walaupun melambat dari triwulan sebelumnya. Total aset Bank Umum Syariah pada Triwulan IV 2013 ini mencapai Rp330,20 miliar rupiah dengan pertumbuhan 27,64% (yoy) melambat dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 44,38% (yoy) Melambatnya perkembangan aset syariah seiring dengan penyaluran pembiayaan syariah di Babel yang tumbuh melambat dari 56,39% (yoy) menjadi 34,21% (yoy). Melambatnya pertumbuhan pembiayaan syariah disebabkan turunnya pembelian properti maupun kendaraan bermotor seiring dengan lesunya kondisi pertambangan timah dan perkebunan pada triwulan-triwulan sebelumnya. Di lain sisi, DPK bank umum syariah di Babel tercatat Rp232 miliar tumbuh 14,03% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,31% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada tabungan dan deposito. Seiring dengan meningkatnya rate bagi hasil deposito syariah, pertumbuhan deposito perbankan syariah meningkat dari sebelumnya kontraksi 1,35% menjadi tumbuh positif 3,41% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) meningkat dari 131,54% menjadi 136,20%. Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Ratio) pada triwulan laporan masih berada di level yang rendah yakni 2,31% namun meningkat dari triwulan sebelumnya yang hanya sebesar 2,23%. Peningkatan NPF terjadi pada pembiayaan konsumtif dan pembiayaan untuk usaha pengembangan perumahan. 42

44 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Sumber: LBUS, diolah Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah INDIKATOR PERTUMBUHAN (Rp Juta) I II III IV I II III IV % yoy %qtq ASET 191, , , , , , , , (3.90) DPK 162, , , , , , , , (1.30) Giro 4,914 8,655 11,272 8,920 8,924 21,590 18,157 23, Tabungan 59,175 71,433 71,499 82,606 81,865 73,252 78,361 93, Deposito 98,429 92, , , , , , , (16.45) PEMBIAYAAN 611, , , , ,041 1,065,838 1,289,560 1,234, (4.25) Modal Kerja 243, , , , , , , , (3.27) Investasi 137, , , , , , , , (3.92) Konsumtif 230, , , , , , , , (5.72) NPF (%) Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Kinerja BPR di Bangka Belitung menunjukkan peningkatan kinerja. Aset BPR di Bangka Belitung pada Triwulan laporan mencapai Rp459,02 miliar atau tumbuh sebesar 27,07% (yoy). DPK pada triwulan ini mencapai Rp378,54 miliar atau tumbuh sebesar 25,29% (yoy) lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sementara itu penyaluran kredit BPR, pada triwulan ini mencapai Rp299,13 miliar atau tumbuh sebesar 19,45%(yoy) seiring meningkatnya pertumbuhan kredit modal kerja dan investasi yang disalurkan BPR Babel. Sumber: LBPR, diolah Grafik 3.6 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit BPR Bangka Belitung Rp Miliar Aset DPK 505 Kredit Pertumbuhan Aset (% yoy) Pertumbuhan DPK (% yoy) Pertumbuhan Kredit (% yoy) I II III IV I II III IV I II III IV Aset 218,61 239,84 264,01 282,69 302,83 317,58 331,24 361,24 386,63 396,75 413,61 459,02 DPK 175,08 197,35 216,73 232,21 249,19 267,88 276,24 302,12 326,30 291,78 338,67 378,53 Kredit 146,99 172,07 187,90 196,00 210,42 239,29 264,28 250,41 257,92 284,21 277,78 299,13 Pertumbuhan Aset (% yoy) Pertumbuhan DPK (% yoy) Pertumbuhan Kredit (% yoy) NPL (Non Performing Loan) mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya yakni dari 10,41% menjadi 8,80%. Walaupun sudah ada penurunan risiko kredit, namun potensi perkembangan NPL ke depan masih perlu diwaspadai apalagi rasio ini berada di atas batas aman yang selama ini dianut pasar yakni 5%. 43

45 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Grafik 3.7 Rasio BOPO BPR Bangka Belitung Grafik 3.8 NPL BPR Bangka Belitung Ratio BOPO Nominal (Rp miliar) Gross (%) I II III IV I II III IV I II III - I II III IV I II III IV I II III IV Sumber: LBPR, diolah Sumber: LBPR, diolah 3.9. Perkembangan Sistem Pembayaran Seiring dengan melambatnya perekonomian, pertumbuhan transaksi sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung melambat. Sementara itu. seiring maraknya kembali aktivitas pertambangan timah, transaksi tunai kembali mengalami peningkatan sebagaimana diindikasikan dengan adanya peningkatan outflow. Dari sisi transaksi tunai, pada triwulan laporan, terjadi net outflow sebesar Rp838,32 miliar. Net outflow ini tumbuh 27,37% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang menyusut 34,65% (yoy). Pada akhir triwulan IV 2013 aktivitas dan transaksi pertambangan timah yang lebih banyak menggunakan transaksi tunai marak kembali. Hal ini menjadi faktor utama pendorong pertumbuhan transaksi tunai pada triwulan laporan. Grafik 3.9 Perkembangan RTGS Bangka Belitung 5,000,000 4,500,000 4,000,000 3,500,000 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, , nilai RTGS dari Babel (Rp juta) 2,644,96 2,990,80 3,200,32 2,768,98 2,619,11 2,994,82 3,453,31 4,367,85 3,572,68 3,560,69 3,552,33 4,053,81 nilai RTGS ke Babel (Rp Juta 2,758,74 2,249,51 2,533,54 2,599,06 2,555,69 2,400,65 3,327,57 3,625,80 3,100,42 2,799,01 2,726,75 3,819,37 vol RTGS dari Babel axis kanan 5,231 5,950 6,297 6,595 3,685 6,878 7,156 7,638 6,309 6,811 6,375 5,787 vol RTGS ke Babel (axis kanan) 3,039 3,204 3,328 3,407 2,731 3,155 4,075 3,973 2,550 2,976 2,551 2,845 9,000 8,000 7,000 6,000 5,000 4,000 3,000 2,000 1,000 - Sumber: Bank Indonesia Sistem pembayaran nontunai melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) mengalami kontraksi seiring dengan melambatnya perekonomian Bangka Belitung. 44

46 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Secara tahunan, nominal RTGS dari Bangka Belitung masih mengalami kontraksi sebesar - 0,07% (yoy). Aktivitas perputaran kliring di triwulan IV 2013 masih tumbuh melambat dari 13,93% (yoy), pada triwulan sebelumnya menjadi 9,96% (yoy). Perkembangan jumlah warkat juga mengalami penyusutan 4,16% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh positif 13,89% (yoy). Tabel 3.6 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 1 Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) 3,570, , ,163 1,174,966 1,211,965 1,137,006 1,357,308 1,406,383 ######## b. Warkat (lembar) 90,423 23,106 31,170 37,016 40,370 36,073 41,960 42,689 40,402 2 Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) 14,338 12,693 15,761 19,262 20,896 18,950 21,545 22,324 20,497 b. Warkat (lembar) Penolakan cek/bg a. Nominal (Rp juta) 26,705 7,129 11,888 14,879 20,049 12,834 18,923 24,444 24,879 b. Warkat (lembar) Jumlah hari Penolakan cek/bg > Nominal (%) 0.75% 0.89% 1.22% 1.27% 1.65% 1.13% 1.39% 1.74% 1.99% > Warkat (%) 0.91% 1.11% 1.01% 1.01% 1.12% 0.93% 1.06% 1.64% 1.73% Sumber: Bank Indonesia Pemulihan sektor utama yang berjalan lambat berdampak pada masih meningkatnya jumlah nominal warkat cek B/G kosong yang ditolak. Secara nominal, persentase penolakan mencapai 1,99% lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,77%. Selaras dengan kondisi tersebut, jumlah warkat yang ditolak selama triwulan laporan mencapai 1,73% lebih tinggi dari triwulan IIII-2013 yang hanya 1,67%. Grafik 3.10 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.11 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang secara Nominal dan Lembar 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20, PTTB (Rp juta) Rasio PTTB thd Inflow 80.00% 70.00% 60.00% 50.00% 40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% lembar 120, ,000 80,000 60,000 40,000 20, ,173 Jumlah uang kertas tidak layak edar 97,074 80,752 60,921 62,006 21,400 3, ,000 50,000 20,000 10,000 5,000 2,000 1, Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Seiring dengan meningkatnya transaksi tunai, jumlah rasio uang lusuh yang ditarik BI meningkat 1,76% menjadi 18,74%. Namun demikian, peningkatan tersebut adalah hal yang wajar karena ketika aktivitas ekonomi meningkat, mobilitas dari fisik uang juga 45

47 Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran meningkat sehingga lebih mudah lusuh. Secara nominal, jumlah uang lusuh yang ditarik BI sebetulnya turun sebesar 4,17% (yoy). Berdasarkan jumlah lembar, uang lusuh yang paling banyak adalah pecahan Rp yakni sebesar 26% dari total lembaran uang lusuh yang ditarik. 46

48 BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan daerah tahun 2013 sebesar 98,39% sedikit menurun dibandingkan tahun sebelumnya. Pendapatan terbesar berasal dari dana alokasi umum Tahun 2013 terjadi defisit anggaran sebesar Rp. 85,74 miliar Gambaran Umum Realisasi pendapatan daerah tahun 2013 sebesar 98,39% menurun dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 99,84%. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung di tahun 2013 mencapai Rp1,53 triliun dari perkiraan Rp1,55 triliun. Sementara itu realiasi belanja tahun 2013 mencapai Rp1,62 triliun atau 87,93% dari total anggaran yang sebesar Rp1,84 triliun Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2013 Secara umum, Dana perimbangan merupakan komponen terbesar dalam penyumbang share untuk total pendapatan yaitu sebesar 59,35%. Sedangkan Pendapatan Asli Daerah menyumbang share sebesar 32,45%. Kemudian diikuti Lain-lain Pendapatan yang Sah dengan share sebesar 8,20%. Realisasi Dana Alokasi Umum dan Pajak Daerah masih mendominasi sumber pendapatan daerah. Share kedua komponen tersebut masing-masing sebesar 46,88% dan 29,25% dari realisasi total pendapatan. Realisasi Pajak Daerah mencapai103,27% atau terealisasi sebesar Rp447,46 miliar. Sedangkan pencapaian Dana Alokasi Umum sebesar 100% dari perkiraan sebelumnya yaitu tercapai sebesar Rp717,14 miliar. Untuk urutan ketiga penyumbang share total pendapatan adalah bagi hasil Pajak dan Bagi Hasil Bukan Pajak, dimana share-nya terhadap realisasi total pendapatan adalah sebesar 9,58% dengan realisasi 84,95% dari perkiraan pencapaian target Sedangkan komponen Lain-lain Pendapatan yang sah didominasi oleh sub komponen Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus. Dimana share realisasi sub komponen ini terhadap realisasi total pendapatan sebesar 8,2%. Realisasi sub komponen Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus sebesar 94,99%, atau terealisasi sebesar Rp125,36 miliar. 47

49 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4-1 Realisasi APBD 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Grafik 4-1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulanan Terhadap Rencana Anggaran Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah Grafik 4-2Perbandingan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah 2012 dan 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah 48

50 Perkembangan Keuangan Daerah 4.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai Tahun 2013 Realisasi belanja daerah tahun 2013 mencapai 87,93% dari target anggaran tahun Rendahnya realisasi belanja tersebut terutama terjadi pada sub komponen Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa belanja modal yang baru terealisasi 25,99% dari yang dianggarkan. Realisasi terbesar pada komponen belanja tidak langsung berasal dari belanja pegawai, yaitu terealisasi sebesar Rp246,88 miliar atau 91,08% dari yang dianggarkan. Realisasi belanja pegawai pada tahun ini mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 14,16%. Sedangkandari sisi pencapaian, sub komponen dengan pencapaian terbesar dari anggaran adalah dari sub komponen Belanja Bagi Hasil kepada Propinsi/ kab/ kota/ dan Pemerintah Desayang tercatat realisasi sebesar 97,70% dari anggaran. Kemudian diikuti oleh Sub Komponen Belanja Bantuan Sosial yang terealisasi sebesar 93,88% dari anggaran. Belanja Langsungtahun 2013 terealisasi sebesar Rp 806,81miliar atau 86,42% dari yang dianggarkan. Secara nominal maupun persentase, realisasi terbesar dicatat oleh belanja modal yaitu sebesarrp404,71 miliar atau 91,30% dari yang dianggarkan. Sementara itu Belanja Barang dan Jasa terealisasi Rp322,81miliar atau 81,37% dari yang dianggarkan.. 49

51 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah Tabel 4.3 Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Grafik 4.3 Realisasi Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung 2012 VS 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 50

52 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan di tahun 2013 berada dalam level stabil. Jumlah pengangguran tertahan pada level 3% sedangkan tingkat kemiskinan berada pada level terendah selama 7 tahun terakhir pada kisaran dibawah 5,3% Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan survei BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan penurunan dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami peningkatan (Grafik 5.2). Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Pada Tw IV 2013, TPAK menurun dibandingkan dengan Tw IV 2012 dari 65,67% menjadi 62,91% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Sedangkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan Tw IV 2012 yaitu sebesar dari 3,49% menjadi 3,7%. Kenaikan TPT ini dapat diartikan pada TW IV ini terdapat +/- 4 orang pencari kerja dalam 100 angkatan kerja. Secara total angka proporsi pengangguran terhadap angkatan kerja di kabupaten/kota di Bangka Belitung menunjukkan kenaikan pada Tw IV 2013 (Tabel 5.2). Seiring dengan kenaikan tersebut, total TPT juga menunjukkan kenaikan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang diikuti dengan penurunan TPAK. Melambatnya kinerja sektor ekonomi utama yang diakibatkan adanya kebijakan baru mengenai bursa dagang Timah dan faktor cuaca dengan curah hujan yang tinggi diperkirakan berdampak pada penurunan lapangan pekerjaan di Bangka Belitung. Sedangkan berdasarkan proporsi jumlah pengangguran terhadap total angkatan kerja, Kota Pangkalpinang merupakan wilayah yang memiliki presentase tertinggi. 51

53 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Grafik 5.2 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Distribusi ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2013 didominasi oleh sektor pertanian (Tabel 5.2). Penyerapan pada sektor pertanian mencapai 28,06% dari total tenaga kerja atau naik sebesar 0,52% dari bulan Agustus Sementara itu, sektor perdagangan, hotel, dan restauran menyerap 18,49% atau turun 4,80% dari bulan Agustus Pertumbuhan terpesat berasal dari sektor jasa kemasyarakatan yang tumbuh sebesar 22,06% dari bulan Agustus 2012 dan memiliki kontribusi terhadap total tenaga kerja sebesar 15,94%. 52

54 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung. diolah Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal (Tabel 5.3). Kelompok formal mengalami kenaikan sebesar 6,27% (yoy) dibanding periode sebelumnya. Sedangkan kelompok informal mengalami penurunan sebesar 1,84% (yoy) dari periode sebelumnya. a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat orang di bulan Agustus 2013, naik 8% (yoy) dari periode sebelumnya. Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau naik tipis 6,02% (yoy) dari periode sebelumnya. b. Kelompok Pekerja non formal di bulan Agustus 2013 tercatat sebesar orang. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut: Berusaha sendiri turun 9,15%. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar naik 7,89%. Pekerja bebas turun 7,43%. Pekerja tidak dibayar naik 8,90%. 53

55 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Berdasarkan hasil liaison di perusahaan, kondisi cuaca dengan curah hujan yang tinggi, belum stabilnya permintaan global terhadap komoditas unggulan, adanya kebijakan baru mengenai perdagangan Timah, dan meningkatnya inflasi menyebabkan perusahaan melakukan efisiensi. Kondisi tersebut berdampak pada penurunan ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran meningkat Kondisi Kesejahteraan Petani Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 1. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Tw-IV 2013 naik dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari progress positif kenaikan indeks NTP yang sebelumnya berada di bawah angka 100 pada Tw III 2013 menjadi diatas 100 dengan angka 100,87. Secara bulanan, pada Tw IV 2013 NTP terus menunjukkan kenaikan hingga akhir Desember Kenaikan NTP Desember 2013 disebabkan oleh naiknya NTP sub sektor tanaman perkebunan rakyat yang meningkat sebesar 3,06% dan NTP sub sektor hortikultura yang naik sebesar 1 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 54

56 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 0,27%. Namun sebaliknya, NTP sub sektor tanaman pangan dan NTP sub sektor peternakan masing-masing turun sebesar 0,07% dan 0,70%. Hingga Tw III 2013 (Grafik 5.3). Di bulan September 2013, NTP petani menunjukkan sedikit kenaikan sebesar 0,50% (mtm) dan 2,2% (yoy). Namun nilai indeks NTP periode Tw III 2013 merupakan yang terendah selama tahun Nilai rata-rata NTP di Tw III 2013 sebesar 99,54 atau lebih rendah dibandingkan Tw II dan I 2013 masing-masing sebesar 100,71 dan 100,18. Grafik 5.3 Perbandingan NTP Berdasarkan Sub Sektor Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan Grafik 5.5 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Kelompok perkebunan merupakan kelompok yang memiliki indeks NTP di atas 100 yaitu sebesar 103,27 di bulan Desember (Grafik 5.5). Sebagian besar kelompok petani menunjukkan tren NTP yang menurun dan berada pada indeks dibawah 100. Nilai NTP yang mengalami kenaikan terjadi pada kelompok padi palawija, hortikultura, dan nelayan. Kelompok yang NTP dia atas 100 adalah pekebun dan nelayan, sedangkan yang masih dibawah 100 adalah padi palawija, hortikultura, dan petani dan peternak. Inflasi pedesaan turun dibanding triwulan sebelumnya, dari 1,45% (mtm) menjadi 0,05% (mtm) (Grafik 5.7). Penurunan harga juga terjadi pada beberapa kelompok, salah satunya Kelompok Transportasi dan Komunikasi yang mengalami penurunan signifikan dari 4,35% (mtm) menjadi 0,19% (mtm). Sementara itu Bahan Makanan turun dari 1,81% (mtm) menjadi 0,07% (mtm). Penurunan harga juga terjadi pada Kelompok Perumahan dan 55

57 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga. Sedangkan kelompok yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah Kelompok Makanan Jadi, Sandang, dan Kesehatan. Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode bulan September 2013 sebesar 70,90 ribu orang (5,25 persen). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 69,22 ribu orang (5,21 persen). Selama periode Maret September 2013, jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan bertambah sebanyak 1,34 ribu orang, demikian juga di daerah perkotaan mengalami peningkatan jumlah penduduk miskin sebanyak 0,34 ribu orang. Sedangkan selama Maret September 2013 garis kemiskinan naik 6,68 persen dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2013 menjadi Rp ,- per kapita per bulan pada bulan September Jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan yang berada di bawah Garis Kemiskinan mengalami penurunan dalam dua periode terakhir. Pada bulan September 2013 di daerah perkotaan peran Garis Kemiskinan Makanan sebesar 70,94 56

58 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan persen atau sebesar Rp ,- per kapita per bulan dan daerah perdesaan sebesar 75,95 persen atau sebesar Rp ,- per kapita per bulan. Pada periode Maret September 2013 Indeks Kedalaman Kemiskinan menunjukkan kecenderungan naik. Indeks Kedalaman Kemiskinan naik dari 0,542 pada Maret 2013 menjadi 0,622 pada September Kenaikan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauh garis kemiskinan jika dibandingkan periode Maret Indeks Keparahan Kemiskinan juga mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan periode Maret 2013 yaitu dari 0,109 menjadi 0,116. Kenaikan indeks ini menggambarkan bahwa ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin naik sejak Maret 2013 sampai September Tabel 5.4. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Triwulan IV 2013 Sumber : BPS Bangka Belitung Grafik 5.7 Indeks Penghasilan Grafik 5.8 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Sumber : BI Palembang Sumber : BI Palembang 5.3. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Membaiknya ekspor Timah di akhir triwulan 2013 diyakini belum berpengaruh signifikan terhadap ketersediaan lapangan kerja. Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 32,83% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada 57

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Jl. Jenderal Ahmad Yani No.14, Telanaipura JAMBI

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 RELEASE NOTE INFLASI MEI 2017 INFLASI IHK Inflasi Mei 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,39% (mtm) di bulan Mei (Tabel 1). Inflasi IHK bulan ini meningkat dibanding

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI OKTOBER 2016 Tekanan Inflasi di Bulan Oktober 2016 Cukup Terkendali

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jambi Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jambi Halaman ini sengaja dikosongkan. This page is intentionally blank. K A T A P E N G A N T A R Pertama-tama

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI KALIMANTAN BARAT TRIWULAN I 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT Penanggung Jawab: Unit Kajian, Statistik dan Survey (UKSS) Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Triwulan II-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT Penerbit : KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2015 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan Penanggung Jawab: Tim Asesmen dan Advisory Kantor Perwakilan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Timur Triwulan I-2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Timur KATA PENGANTAR Puji Syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2016 Inflasi 2016 Cukup Rendah dan Berada dalam Batas

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016

RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI NOVEMBER 2016 Inflasi Bulan November 2016 Didorong Harga Pangan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan I - 2013 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VIII DIVISI EKONOMI

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Triwulan IV-2013 KANTOR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci