Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Industri (Studi Kasus Di Daerah Istimewa Yogyakarta) Abstract

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Industri (Studi Kasus Di Daerah Istimewa Yogyakarta) Abstract"

Transkripsi

1 Kajian Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Sebagai Bahan Baku Indusri (Sudi Kasus Di Daerah Isimewa Yogyakara) Siswoyo 1, Illah Sailah 2 dan Ani Suryani 2 Absrac Since 1998, cicada has been ineresing agriculural commodiy because of i s benefi. Cicada is a commodiy wih good poenial marke. Cicada breeding could be run wih relaively small capial. I also creaes job opporuniy. I is a simple business o run, no required special skill, bu correcness and assiduiy. The aim of he research are : (1) o formulae feasibiliy of cicada breeding business ha developed by The Associaion of Indonesian Cicada Breeder (ASTRIK) a farmer and Division level, (2) o formulae efficien parnership model of Cicada breeding developmen by empowering people. The mehod of his sudy is case sudy wih descripive analysis (quaniaive and qualiaive). The daa colleced hrough quesioner and inerview wih ASTRIK head office saff, divisions, and breeder. Daa analysis uses Microsof excel applicaion, Feasibiliy analysis uses invesmen crierion which consis of Pay Back Period (PBP), Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C), Break Even Poin (BEP), Ne Presen Value (NPV) and Inernal Rae of Reurn (IRR). Generally, i is feasible o run Cicada breeding business. This is indicaed by producion aspec (big area is no required, and is ease o be learned); financial feasibiliy analysis resuled hese following informaion : invesmen capial needed for breeder is Rp ,- ; Based on he financial feasibiliy a breeder level, i is feasible o run, indicaed by PBP value (8 periods), BEP (Rp. 4,324,494,-), NPV (Rp. 56,152,-), B/C raio (1.01) and IRR (17.44%). Based on he financial feasibiliy analysis a Division level, invesmen capial need is Rp. 18,650,000,- ; Financial feasibiliy crierion for division level are PBP (6 periods), BEP (Rp. 22,100,825,-), NPV (Rp. 9,309,064,-), B/C Raio (1.38) and IRR (82.69%). Parnership model ha developed by ASTRIK is a cooperaion among ASTRIK, Division level, and breeders. These hree componens are relaed and supporing each oher, so ha he program will no run well if one of hem is no coordinaed. To fulfill indusrial demand on cicada produc, ASTRIK sraegy is developing division in he group ne of Indonesian breeder. To accelerae producion increase, ASTRIK make a cooperaion model wih divisions in disribuing and supplying inpu (egg and feed), echnology and marke guaranee of cicada produc. Keywords: Cicada, breeding, ASTRIK, feasibiliy analysis, parnership model 1. Laar Belakang PENDAHULUAN Kondisi perekonomian yang idak menenu menyebabkan sulinya mencari lapangan pekerjaan. Dampak langsung yang nyaa adalah berambahnya angka pengangguran. Akiba yang dirasakan secara langsung adalah menurunnya pendapaan unuk menunjang hidup sehari-hari dan keadaan ini sanga memprihainkan. Sehubungan dengan iu, perlu dicari erobosan usaha yang mampu menjawab permasalahan ersebu. Salah sau alernaif usaha yang elah berkembang dan dikenal masyaraka adalah budidaya jangkrik. Defoliar (1982) menyaakan, bahwa jangkrik sanga poensial unuk dibudidayakan sebagai bahan pangan dan pakan ernak karena memiliki palabilias dan kandungan proein yang sanga inggi, yaiu anara 58-62%. Jangkrik dalam benuk epung dapa digunakan sebagai pakan burung berkicau, ikan arwana, pakan udang dan lele (Paimin, 1999). Dengan maraknya para penggemar burung berkicau dan ikan di berbagai koa besar, kebuuhan akan jangkrik semakin meningka. Manfaa yang dapa diperoleh dari pakan ambahan yang berasal dari jangkrik adalah dapa meningkakan muu suara burung berkicau dan dapa menambah kecemerlangan warna, sera samina pada ikan arwana. Unuk memenuhi kebuuhan jangkrik ersebu, peernak idak dapa mengandalkan jangkrik alam, karena jangkrik alam sanga erganung pada musim, khususnya musim penghujan. Oleh karena iu, perlu upaya budidaya jangkrik yang koninu dan mengunungkan. Berbagai kajian elah 1 Alumni PS MPI, SPs IPB 2 Saf Pengajar PS MPI, SPs IPB

2 65 diupayakan unuk menunjang usaha peernakan ini, melipui eknologi budidaya, manajemen usaha, pemasaran dan diversifikasi pemanfaaan hasil panen. Semua iu, berujuan agar jangkrik ini memiliki nilai ekonomis yang inggi, sehingga membawa manfaa bagi peernak iu sendiri dan merupakan sumber devisa bagi negara Indonesia. Perminaan pasar erhadap jangkrik unuk saa ini idak hanya sebagai makanan ikan dan burung, eapi elah bergeser pada sekor indusri. Hal ini disebabkan jangkrik banyak mengandung senyawa organik seperi proein, lemak dan karbohidra, sera senyawa anorganik, yaiu mineral. Asam amino gluama, glisin dan sisein merupakan za aau subsra (precursor) unuk sisesis gluaion (GSH) dalam sel ubuh. Jika diinjau dari kandungan asam aminonya, maka proein jangkrik dimungkinkan unuk digunakan sebagai anioksidan bagi ubuh, guna mencegah penyempian dan penyumbaan pembuluh darah. Berdasarkan Peneliian dan Pengembangan (Libang) Asosiasi Peernak Jangkrik Indonesia (ASTRIK) Pusa, yang pernah dilakukan, keunggulan jangkrik mengandung asam amino, asam lemak, kadar kolagen, omega 3 dan omega 6 pada jangkrik kalung (Gryllus bimaculaus). Jangkrik yang sudah kering dan berupa epung mengandung asam amino sisein sebesar 44,76 mg/g, asam amino ini merupakan asam amino eringgi dalam jangkrik (ASTRIK, 2004). Senyawa ini sanga dibuuhkan dalam proses pembenukan GSH (glisin, sisein dan hesin) yang merupakan za anioksidan alami dalam ubuh manusia. Saa ini ada peluang indusri yang lebih besar, yaiu dengan menjadikan epung jangkrik sebagai bahan baku indusri. Apabila jangkrik menjadi bahan baku indusri, maka pasokan berkelanjuan, muu erjamin dan produksi dalam jumlah besar. Jangkrik pun sanga mungkin unuk dijadikan sebagai bahan baku indusri farmasi, kosmeika, jamu dan makanan. Kegiaan budidaya jangkrik ini menjanjikan pasar yang poensial unuk meraup rupiah. Meliha manfaa dari jangkrik ersebu, maka banyak orang mencari informasi enang cara beernak sampai dengan pemasarannya. 2. Permasalahan a. Bagaimana kelayakan usaha budidaya jangkrik diliha dari sisi peernak dan divisi? b. Bagaimana pola kemiraan pengembangan usaha budidaya jangkrik yang dilakukan oleh ASTRIK? 3. Tujuan a. Terumuskannya kelayakan usaha budidaya jangkrik di ingka peernak dan pengembangan usaha di ingka divisi. b. Terumuskannya pola kemiraan pengembangan usaha budidaya jangkrik yang efisien dan mampu memberdayakan masyaraka. 1. Lokasi 2. Meode Kerja METODOLOGI Kajian ini dilakukan di ASTRIK Pusa, Divisi dan Peernak di daerah Yogyakara. Pengumpulan daa Daa yang digunakan dalam kajian ini adalah daa primer dan sekunder yang bersifa kuaniaif dan kualiaif erhadap sudi kelayakan usaha budidaya jangkrik di Yogyakara. Pengumpulan daa dilakukan dengan cara : (1) Sudi kepusakaan (eksplorasi), eruama menelaah referensi dan bahan-bahan bacaan yang berhubungan dengan masalah yang dielii sebagai landasan eori; (2) Pengamaan langsung dengan cara mempelajari berbagai dokumen, proses produksi dan pemasaran; (3) Membua dafar peranyaan (kuesioner) dan wawancara dengan pengurus ASTRIK pusa, Divisi dan peernak di Yogyakara. Pengolahan dan Analisis Daa Analisis daa yang digunakan dalam kajian ini dilakukan secara kualiaif dan kuaniaif, melipui ahap ransfer daa, ediing daa, pengolahan dan inerpresasi daa secara deskripif. Analisis kualiaif digunakan unuk mengeahui aspek manajemen, aspek eknis dan produksi, sera aspek pemasaran. Aspek manajemen melipui sejarah perusahaan, organisasi dan manajemen.

3 66 Aspek eknis dan produksi melipui lokasi usaha, peralaan produksi dan proses produksi. Aspek pasar melipui pemasaran dan daya serap pasar. Aspek analisis kuaniaif digunakan unuk mengeahui aspek kelayakan usaha budidaya jangkrik. Meode analisis yang digunakan dalam kajian ini adalah analisis kelayakan invesasi. Analisis kelayakan suau kegiaan usaha digunakan lima krieria invesasi yaiu Pay Back Period (PBP), Ne Benefi Cos Raio (Ne B/C), Break Even Poin (BEP), Ne Presen Value (NPV) dan Inernal Rae of Reurn (IRR). a. PBP PBP adalah suau periode yang diperlukan unuk menuup kembali pengeluaran invesasi dengan menggunakan aliran kas. Perhiungan PBP ini menggunakan rasio keunungan dan biaya dengan nilai sekarang. Jika nilai perbandingan keunungan dengan biaya lebih besar aau sama dengan 1, proyek ersebu dapa dijalankan (Umar, 1997). Noasinya sebagai beriku : m PBP n B n C 1 n1 Dimana : n = periode invesasi pada saa nilai kumulaif B-C negaif erakhir m = nilai kumulaif B-C negaif erakhir Bn 1 = nilai sekarang penerimaan bruo pada ahun n + 1 C = nilai sekarang biaya bruo ahun n + 1 n 1 b. Ne B/C Menuru Giinger (1996), Ne B/C merupakan perbandingan jumlah nilai bersih sekarang yang posiif dengan jumlah nilai bersih sekarang yang negaif. Angka ini menunjukkan ingka besarnya ambahan manfaa pada seiap ambahan biaya sebesar sau sauan. Noasinya sebagai beriku : Ne B C n 0 n 0 B C (1 i) Ci Bi (1 i) (unuk B -C > 0) (unuk B -C < 0) Dimana : B = benefi bruo pada ahun ke- (Rp) C = cos bruo pada ahun ke- (Rp) n = umur ekonomis usaha (ahun) i = ingka suku bunga (%) = periode invesasi (i = 1,2,3...n) Jika diperoleh nilai ne B/C > 1, maka proyek layak dilaksanakan, eapi jika nilai B/C < 1, maka proyek idak layak unuk dilaksanakan. c. BEP BEP adalah suau cara unuk dapa meneapkan ingka produksi dimana penjualan sama dengan biaya-biaya. Proyek dikaakan impas jika jumlah hasil penjualan produknya pada suau periode erenu sama dengan jumlah biaya yang dianggung, sehingga proyek ersebu idak menderia kerugian eapi juga idak memperoleh laba. Jika hasil penjualan produk idak dapa melampaui iik ini, maka proyek yang bersangkuan idak dapa memberikan laba (Suojo, 1993). Noasinya sebagai beriku : Biaya Teap BEP Biaya Variabel 1 Toal Penerimaan

4 67 d. NPV Menuru Giinger (1996), NPV adalah menunjukkan keunungan yang akan diperoleh selama umur invesasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus unai pada waku sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waku erenu. Noasinya sebagai beriku : NPV n B - 0 (1 i) o (1 i) n o B C (1 i) n C dimana : B = benefi bruo pada ahun ke- (Rp) C = cos bruo pada ahun ke- (Rp) n = umur ekonomis usaha (ahun) i = ingka suku bunga (%) = periode invesasi (i = 1,2,3...n) e. IRR Menuru Gray, dkk (1992), IRR menunjukkan persenase keunungan yang diperolah aau invesasi bersih dari suau proyek, aau ingka diskono yang dapa membua arus penerimaan bersih sekarang dari invesasi (NPV) sama dengan nol. Noasinya sebagai beriku : NPV1 i* i ( i2 i1 ) NPV NPV 1 Dimana : NPV 1 = Nilai NPV yang posiif (Rp) NPV 2 = Nilai NPV yang negaif (Rp) i 1 = discoun rae nilai NPV yang posiif (%) i 2 = discoun rae nilai NPV yang negaif (%) i* = IRR (%) 2 IRR menunjukkan persenase keunungan yang diperolah aau invesasi bersih dari suau proyek, aau ingka diskono yang dapa membua arus penerimaan bersih sekarang dari invesasi (NPV) sama dengan nol. Jika nilai IRR lebih besar dari ingka diskono, maka proyek layak unuk dilaksanakan sedangkan jika nilai IRR lebih kecil dari ingka diskono, maka proyek ersebu idak layak unuk dilaksanakan. 1. Keadaan Umum HASIL DAN PEMBAHASAN Prospek usaha budidaya jangkrik masih berpeluang inggi, selain sebagai pakan burung dan ikan oleh para penggemar, jangkrik juga dapa digunakan sebagai bahan baku indusri. Manfaa jangkrik secara umum, menuru hasil uji klinis dan peneliian yang dilakukan oleh Libang ASTRIK (2002), bahwa jangkrik mengandung sisein dimana senyawa ini sanga dibuuhkan dalam proses pembenukan GSH (gluaion) yang merupakan za anioksidan alami pada ubuh manusia. Unuk sau kali produksi (35 hari) dari sau pake sarana produksi yang erdiri dari 4 ons elur, 120 kg pakan dan 20 kandang kardus berukuran 100 cm x 60 cm x 30 cm dengan harga Rp dapa menghasilkan jangkrik sebanyak 80 kg dengan harga Rp /kg, sehingga dalam 1 kali produksi diperoleh keunungan Rp Usaha peernakan jangkrik ini mengunungkan unuk dikembangkan (ASTRIK, 2004). Usaha budidaya jangkrik sanga baik unuk dikembangkan, karena dapa memberdayakan masyaraka lebih mandiri dan dapa mencipakan lapangan kerja, sehingga pendapaan keluarga akan meningka. Usaha budidaya jangkrik dapa memberikan alernaif usaha, baik sebagai sampingan maupun berskala besar, yang sifanya mudah, idak memerlukan modal besar, murah dan ramah lingkungan, sera idak memerlukan empa yang luas. Semua orang dapa dengan mudah belajar beernak jangkrik, karena yang erpening adalah keekunan dan keeliian. Berhasil idaknya beernak jangkrik sanga erganung dari pengalaman masing-masing peernak, disamping iu juga perlu keekunan dan keulean unuk mau belajar mencari upaya bagaimana agar dapa meningkakan hasil produksi, sehingga hasil produksi dari periode ke periode berikunya dapa mengalami peningkaan. Proses produksi usaha jangkrik erdiri dari (a) Persiapan Kandang, kandang jangkrik yang digunakan berupa koak/box yang erbua dari kardus. Prinsipnya, jangkrik idak dapa keluar, dapa

5 68 udara dan sesuai dengan populasi aau jumlah jangkriknya (jangan erlalu pada). Kandang/kardus sandar yang digunakan oleh ASTRIK berukuran 100 cm x 60 cm x 30 cm. Agar kardus idak cepa rusak sebaiknya dibuakan rak, sehingga kardus idak langsung menyenuh anah. Unuk menganisipasi serangan binaang pengganggu seperi semu, laba-laba dan cicak, kaki rak diberi oli bekas aau minyak anah; (b) Sarana dan Media Pendukung, ersedianya: media persembunyian aau rumpon, berupa daun kering, seperi klaras/daun pisang kering, daun jai kering, daun ebu kering, dan Koran, sera empa minum, berupa spon pada umur 1-10 hari, berupa aakan yang diberi kerikil keika jangkrik berumur 11 hari sampai 35 hari; (c) Peneasan Telur Jangkrik, dipengaruhi oleh fakor kelembaban, eruama kelembabannya harus dijaga. Beberapa cara peneasan elur yang dapa dilakukan oleh peernak (Adihendro, 1999), yaiu: (1) meode alami, (2) meode buaan (dengan kain halus), (3) peneasan media pasir, (4) peneasan dengan soples, dan (5) peneasan media spons/busa. Peernak anggoa ASTRIK sebagian besar menerapkan meode buaan (dengan kain halus); dan (d) Pembesaran, menuru peernak anggoa ASTRIK sanga erganung pada ahap: pemberian pakan, pemberian minum, konrol suhu dan penanggulangan penyaki. Sebagai bahan baku indusri, ASTRIK meneapkan jangkrik dipanen pada umur 35 hari, dengan ciri-ciri jangkrik sudah bersayap. Jangkrik dipanen dengan cara diangkap dengan angan sau persau aau dengan serok, kemudian dimasukkan ke dalam wadah penampung, dapa berupa kardus, karung plasik/bagor, di lakukan dengan hai-hai, agar idak ada jangkrik yang erluka aau lepas salah sau anggoa badannya. Di dalam wadah penampungan dimasukkan dedaunan kering agar jangkrik idak saling berumpuk dan diberi lubang agar jangkrik idak mai lemas. Jangkrik siap dipasarkan ke Divisi ASTRIK aau ke ASTRIK pusa. Dalam pengiriman jarak jauh, unuk menghindari kemaian jangkrik, biasanya wadah penampungan diberi kardus bekas elur puyuh aau elur ayam dan angkuan diusahakan eruup, sehingga jangkrik erlindungi dari panas dan hujan. Alur proses panen dan proses pengeringan jangkrik yaiu jangkrik hidup hasil panen dari anggoa di seor ke ASTRIK pusa. ASTRIK melakukan sorasi sesuai dengan ukuran (± 2 cm) yang diinginkan dan dikelompokkan berdasarkan krieria, diimbang dan dipisahkan unuk kebuuhan induk produksi elur ASTRIK dan unuk dimaikan, dioven dan diepungkan. 2. Hasil yang Dikaji a. Aspek Teknis dan Produksi Berdasarkan pengamaan dan evaluasi aspek eknis dan produksi, bahwa unuk mendapakan panen yang maksimal (80 kg) perlu dilakukan hal-hal sebagai beriku : (1) sarana dan prasarana produksi harus bersih, (2) bahan baku (elur dan pakan) sesuai sandar ASTRIK, (3) suhu ruang berkisar anara C, (4) luas kandang harus memenuhi sandar, karena keberhasilan budidaya jangkrik sanga dienukan oleh luasan kandang, (5) Media persembunyian harus sesuai, baik aa leak maupun jenis media, karena akan mempengaruhi hasil produkivias, (6) unuk memacu produkivias jauhkan kandang dari predaor, yaiu semu, labalaba dan cicak, (7) aalaksana pemeliharaan harus disiplin, eraur dan bersih, (8) pada saa panen, hindarkan kepadaan jangkrik pada saa membawa ke empa Divisi. Unuk iu, peernak perlu elii dan ekun, karena budidaya jangkrik sanga erganung dengan fakor lingkungan (fakor alam), fakor makanan dan minuman, sera fakor persembunyian. Sarana dan prasarana yang direkomendasi oleh ASTRIK, elah memenuhi aspek eknis dan produksi. b. Aspek Pasar dan Pemasaran Berdasarkan sura edaran dan sura kepuusan ASTRIK, sarana dan prasarana produksi diperoleh dari ASTRIK, yang selanjunya ASTRIK menjamin pasar unuk jangkrik siap panen. Ciri-ciri jangkrik siap panen adalah sebagai beriku (sandar ASTRIK) : (1) Umur 35 hari, (2) jangkrik sudah bersayap, (3) ukuran panjang jangkrik minimal 2 cm dan (4) bukan jangkrik yang lemas aau mai. Hasil panen berupa jangkrik hidup yang selanjunya diseor dari peernak ke divisi, sedangkan dari Divisi ke Pusa, hasil panen berupa jangkrik hidup maupun hasil oven, erganung pada Divisi memiliki oven aau idak. Harga yang berlaku saa ini adalah harga kering oven Rp ,-kg (muu A), Rp ,-kg (muu B), dan Rp kg (muu C), dan jangkrik hidup Rp ,-/kg. Jangkrik kering oven akan diproses lagi menjadi epung, yang selanjunya didisribusikan ke perusahaan oba dan jamu oleh CV. Asrik Agri Indo. Oleh karena iu, peernak maupun Divisi dalam kegiaan pemasarannya dijamin oleh ASTRIK, sehingga layak unuk dilakukan/diusahakan.

6 69 c. Kelayakan Usaha Penilaian erhadap keberhasilan budidaya jangkrik dalam memperoleh laba/keunungan, umumnya dipengaruhi oleh iga fakor, yaiu (1) biaya produksi dan pemasaran, (2) volume penjualan dan (3) harga jual produk. Keiga fakor ersebu saling mempengaruhi dan berkaian sau dengan yang lainnya. Dari daa yang diperoleh digunakan asumsi yang bersumber dari hasil wawancara mendalam yang disajikan unuk menghiung kelayakan usaha budidaya jangkrik beriku : 1) Kelayakan Usaha di Tingka Peernak Asumsi perhiungan analisis keuangan unuk peernak adalah (a) Modal swadaya dalam sau kali produksi unuk 20 kandang, (b) Waku yang diperlukan unuk produksi 45 hari/periode, (c) Pelaksanaan budidaya jangkrik 8 kali periode/ahun dan (d) Kardus dan perlengkapan dapa digunakan 4 kali produksi. Daa yang digunakan dalam analisa kelayakan adalah daa pendapaan bersih, yang diperoleh dengan cara mengurangi arus kas masuk dengan kas keluar. Krieria kelayakan yang digunakan unuk menilai kelayakan finansial dalam kajian ini adalah PBP, NPV, B/C raio, IRR dan BEP. Seelah diperoleh pendapaan bersih, selanjunya dilakukan pendiskonoan erhadap pendapaan bersih ersebu dengan pendekaan adanya nilai uang erhadap waku. Tingka diskono yang digunakan didasarkan pada raaan suku bunga deposio bank umum pada saa kajian. Hasil perhiungan PBP, NPV, B/C raio, IRR dan BEP dapa diliha pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisis finansial peernak jangkrik PBP NPV B/C IRR BEP Uraian (periode) (Rp) Raio (%) (Rp) Nilai ,01 17, Unuk dapa mewujudkan arge produksi maksimum yang diasumsikan ASTRIK adalah 80 kg/periode produksi, maka peernak harus bisa mencapai produksi sesuai dengan nilai regresi pada Gambar 1. Nilai perkiraan periode produksi unuk mencapai produksi maksimum (Tabel 2). Y 4 0 ŷ = 5,55 + 4,85833* Jumlah Produksi (kg) I n d e x X Periode produksi ke- Gambar 1. Plo daa produksi raaan Periode yang dapa menghasilkan produk mendekai 80 kg adalah periode ke-15 (ahun ke-2), dimana nilai produksinya 78,42 kg.

7 70 Tabel 2. Nilai perkiraan produksi Perkiraan periode produksi Nilai perkiraan produksi (kg) 9 49, , , , , , , ,28 2) Kelayakan Usaha di Tingka Divisi Asumsi perhiungan analisis keuangan ingka Divisi adalah (a) Peernak dalam sau periode 20 orang masing-masing memelihara sau pake, (b) Perhiungan dilakukan selama sau ahun, (c) Harga jual jangkrik kering Rp /kg (muu A), Rp /kg (muu B), dan Rp (muu C). Krieria kelayakan yang digunakan unuk menilai kelayakan finansial dalam kajian ini adalah PBP, NPV, B/C raio, BEP dan IRR. Hasil perhiungan berdasarkan Tabel 2, divisi ASTRIK mempunyai nilai PBP 6 periode, arinya divisi ersebu mampu mengembalikan invesasinya dari modal awal selama 6 periode produksi (5 bulan). Nilai NPV yang dihasilkan adalah Rp ,- arinya divisi selama menjalankan usahanya mendapakan keunungan Rp ,- seelah dikurangi modal awal. Hasil perhiungan B/C raio diperoleh nilai 1,38, arinya biaya yang dikeluarkan oleh divisi sau sauan akan menghasilkan ingka pendapaan 1,38 sauan. Hasil analisis finansial usaha divisi dapa diliha pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil analisis keuangan usaha divisi PBP B/C IRR BEP Uraian NPV (Rp) (periode) raio (%) (Rp) Nilai , Perhiungan IRR menghasilkan nilai 82,69%. Nilai ersebu lebih inggi jika dibandingkan dengan suku bunga deposio bank umum pada saa kajian, sehingga divisi ini layak unuk melaksanakan usaha budidaya jangkrik yang beranggoakan 20 orang peernak dengan masing-masing berernak sau pake. Nilai BEP yang diperoleh adalah Rp , arinya jika divisi melaksanakan usahanya dapa menghasilkan penjualan Rp , maka usaha divisi baru akan dapa mencapai iik impas. d. Pola Kemiraan Dalam Pengembangan Usaha Budidaya Jangkrik Dari hasil kajian lapang diperoleh sisem pola kemiraan pengembangan usaha ernak jangkrik yang erbenuk dapa diliha pada Gambar 2. Dapa dijelaskan bahwa ada 3 (iga) pelaku usaha yang saling berkaian, yaiu (1) Asosiasi (ASTRIK), (2) Divisi dan (3) Peernak. Peernak ASTRIK Gambar 2. Pola kemiraan pengembangan usaha jangkrik

8 71 Dalam usaha pengembangan budidaya jangkrik sebagai bahan baku indusri yang dapa mempengaruhi keberhasilan, dianaranya erbenuknya pola kemiraan anara Asosiasi (ASTRIK), Divisi dan Peernak yang masing-masing saling berkaian, sehingga menjadi erinegrasi dan idak dapa dipisahkan unuk memenuhi perminaan pasar indusri. Sraegi yang dapa dikembangkan oleh ASTRIK adalah dengan mengembangkan Divisi di seluruh Indonesia. Dengan sraegi ini, diharapkan muncul Divisi-divisi baru yang mempunyai anggoa peernak dengan produksi jangkrik yang meningka dan koninu, sehingga dapa memenuhi kuoa kebuuhan pasar indusri sebesar on per bulan dapa segera erpenuhi. Dalam rangka menumbuhkembangkan peernak jangkrik ada baiknya Divisi memiliki konselor usaha yang berugas memberikan penyuluhan kepada peernak. Maeri penyuluhan dapa berupa eknik beernak maupun pemoivasian, karena fakor kegagalan di awal beernak sanga inggi. Terbuki dengan seelah 8 kali periode produksi baru mencapai 50%. Dengan demikian, disarankan agar kemiraan dapa diperdalam dengan adanya konselor usaha di bawah Divisi. Konselor usaha akan mendapa honor dari Divisi dan pendapaan ambahan jika ada peningkaan produksi. Pola kerja konselor usaha dapa diliha pada Gambar 3. Konselor usaha Peernak ASTRIK Gambar 3. Pola kerja konselor usaha Periode aau siklus produksi dienukan oleh pendapaan dan pengeluaran dalam sau kali periode. Hal ini berari lama idaknya umur pengembalian invesasi dienukan oleh produksi dan harga yang berlaku saa ini. Jika diliha dari hasil analisis finansial budidaya jangkrik dalam sau ahun dengan produksi iap periode menghasilkan 80 kg, ingka pengembalain invesasi diunjukkan pada 2 periode. Sedangkan hasil analisis finansial budidaya jangkrik dalam seahun dengan produksi raaan < 30 kg, ingka pengembalian invesasi diunjukkan pada 8 periode. Hal ini dapa disimpulkan bahwa semakin inggi produksi, maka semakin cepa dalam pengembalian invesasinya. 1. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN a. Secara eknis eknologis, budidaya jangkrik mudah dilakukan, jika mengikui sandar budidaya yang dianjurkan oleh ASTRIK. Pengembalian biaya invesasi pada budidaya jangkrik dapa dilakukan oleh peernak seelah 8 periode siklus beernak dengan volume produksi raaan 30 kg. Apabila asumsi ASTRIK dapa dipenuhi (produksi 80 kg/siklus), maka pengembalian biaya invesasi dapa dilakukan seelah 2 periode beernak. Keunungan yang diperoleh dengan raaan produksi 30 kg/siklus akan menghasilkan keunungan Rp , dengan ingka pendapaan 1,01 sau sauan. Tiik impas akan dicapai pada saa menghasilkan penjualan Rp , dan suku bunga diperoleh lebih inggi bila dibandingkan suku bunga deposio bank umum (17,44%). b. Pola kemiraan yang erbenuk dalam pengembangan budidaya jangkrik berbenuk jejaring kerja yang saling mengunungkan anara ASTRIK sebagai penyedia bahan baku, memfasiliasi eknologi dan manajemen produksi, sera penjamin pasar. Divisi sebagai koordinasi di ingka Kabupaen/Koa, dan Peernak sebagai pelaksana budidaya jangkrik kalung. Namun demikian, dalam pelaksanaannya, pola kemiraan ini belum sempurna, karena belum berdasarkan pada bagi risiko kerugian. Kerugian ini erjadi akiba dari produksi yang idak menenu dari hasil panen

9 72 2. Saran yang lebih rendah dari sandar ASTRIK. Pola kemiraan ini perlu penyempurnaan dengan pola saling mengunungkan anara peernak dengan ASTRIK. Divisi dan konselor usaha merupakan bagian yang idak erpisahkan dari pola kemiraan yang dapa dikembangkan oleh ASTRIK, guna memperoleh keunungan maksimal dan ercapainya pemberdayaan masyaraka dalam meningkakan pendapaan keluarga. a. Unuk mengembangkan usaha budidaya jangkrik secara erus menerus selain memperhaikan aspek produksi dan keuangan, juga perlu diperhaikan aspek muu produk dan muu proses jangkrik. Dalam hal ini diperlukan konselor usaha yang mampu memoivaor dan pembinaan secara berkelanjuan. b. Unuk memenuhi kebuuhan pasar indusri diperlukan keerbukaan anara ASTRIK, Divisi dan Peernak dalam pengelolaan dan pengembangan usaha budidaya jangkrik, sehingga kesinambungan dan koninuias produksi akan erjaga. Dalam hal ini diperlukan konselor usaha dalam menumbuhkembangkan peernak yang berfungsi sebagai penyuluh dan pembina kepada peernak. c. Divisi perlu mencari peluang pasar, jika hasil panen peernak < 10 kg. DAFTAR PUSTAKA Adihendro Rahasia Beernak Jangkrik. Andy Agency, Jakara. ASTRIK Company Profile. Yogyakara Laporan Tahunan ASTRIK Yogyakara. Defoliar, G.R., M.N. Parajule and D.B. Hogg Model for Use in mass producion of Achea Domesicus (orhopera: Gryllidae) as food. J. Econ. Enomol. Giinger, J.P Analisis ekonomi Proyek Peranian (Terjemahan). Universias Indonesia Press, Jakara. Gray, C., dkk Penganar Evaluasi Proyek. Gramedia Pusaka Uama, Jakara. Paimin, F.B Mengaasi Permasalahan Jangkrik (Ceakan I). Penerbi Swadaya, Jakara. Suojo Sudi Kelayakan Proyek. PT. Pusaka Binaman Pressindo, Jakara. Umar, H Sudi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pusaka Uama, Jakara.

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat

ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU. Arifal Hidayat ANALISIS ECONOMIC ENGINEERING PADA INVESTASI HOTEL GRAND CENTRAL KOTA PEKANBARU Arifal Hidaya Analisis Economic Engineering ABSTRAK Tujuan uama dari peneliian ini adalah unuk menganalisa invesasi pembangunan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X

USULAN PENERAPAN METODE KOEFISIEN MANAJEMEN (BOWMAN S) SEBAGAI ALTERNATIF MODEL PERENCANAAN PRODUKSI PRINTER TIPE LX400 PADA PT X USULAN ENERAAN METODE KOEISIEN MANAJEMEN (BOMAN S) SEBAGAI ALTERNATI MODEL ERENCANAAN RODUKSI RINTER TIE LX400 ADA T X Hendi Dwi Hardiman Jurusan Teknik Manajemen Indusri - Sekolah Tinggi Manajemen Indusri

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be

20 Peneliian ini berujuan merumuskan sraegi pada model pengelolaan yang cocok unuk keberlanjuan perikanan angkap di daerah ersebu. Daa yang diambil be 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian berjudul Model Pengelolaan Perikanan Pelagis secara Berkelanjuan di PPN Prigi, Trenggalek, Jawa Timur ini dilakukan di PPN Prigi, Kabupaen Trenggalek,

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK

Jurusan Teknik Informatika Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jember ABSTRAK PERBANDINGAN METODE DES (DOUBLE EXPONENTIAL SMOOTHING) DENGAN TES (TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING) PADA PERAMALAN PENJUALAN ROKOK (STUDI KASUS TOKO UTAMA LUMAJANG) 1 Fajar Riska Perdana (1110651142) 2 Daryano,

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE

VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE VARIABEL-VARIABEL YANG MEMPENGARUHI ACTUAL SYSTEM USAGE (ASU) PADA PEMANFAATAN STUDENTSITE Indra Nurhadi Program Sudi Manajemen Ekonomi, Fakulas Ekonomi, Universias Gunadarma Jl. Akses Kelapa Dua Cimanggis,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT

INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT INFORMASI KEPUSTAKAAN PRIMA TANI JAWA BARAT Dian Firdaus dan Saefudin Balai Pengkajian Teknologi Peranian Jawa Bara, Jalan Kayuambon No. 80, Lembang 40391 ABSTRAK Program Rinisan dan Akselerasi Pemasyarakaan

Lebih terperinci

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT

Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alternatif Berbasis Individu Dan Kelompok Peternak ABSTRACT Manajemen IKM, Sepember 2009 (217-224) Vol. 4 No. 2 ISSN 2085-8418 Analisis Kelayakan Pengembangan Biogas Sebagai Energi Alernaif Berbasis Individu Dan Kelompok Peernak Sri Wahyuni * 1, Suryahadi 2 dan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN

STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN STRATEGI PEMILIHAN PRODUK UNGGULAN DAN KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI WIJEN The Sraegy For Selecing The Excellen Produc and Financial Analysis of Sesame Agroindusry Luluk Sulisiyo Budi 1, M. Syamsul

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci