Enok Yanti SMP Negeri 4 Maja, Kab. Majalengka,

Transkripsi

1 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah ANALISIS PEMANFAATAN LAHAN UNTUK PENGEMBANGAN BAHAN AJAR IPS (Studi Kasus pada Materi Pelestari Lingkung Hidup di SMP Kecamat Argapura Kabupaten Majalengka) Enok Yti SMP Negeri 4 Maja, Kab. Majalengka, yticioray@yahoo.co.id ABSTRACT The research aims at alyzing the ld use by farmers, identifying the causes, knowing the relationship of the students understding with their attitudes, d formulating materials about using of ld on environmental preservation materials. The method is descriptive alytic. Data were collected through field surveys, interviews, literature studies d documentation. The population includes farmers, eighth grade students d MTs teachers in Argapura District. Farmer samples were rdomly stratified, learners were taken using a proportional rdom sampling d teacher samples were the whole population. Data were alyzed using percentages d simple d multiple linear regression. The results show that the ld use in the Argapura District was largely incompatible with the slope d the frequency of attending counseling as a causative factor of ld use has a negative significce level. Students understding of the ld condition is parallel with their attitude towards ld use so learning materials should be suited to the conditions of their environment to produce meingful learning. It is recommended that the ld use follow the environmental ld magement rules to preserve the environment, d existing materials were only concepts. Therefore further research should be on ld use materials on environmental preservation materials in Class VIII Semester 1. Keywords: Ld use, teaching materials, preservation of the environment. PENDAHULUAN Berdasark kebijak pola tata rug Propinsi Jawa Barat d Kabupaten Majalengka luas kawas lindung sebesar 40,76%, saat ini tinggal 15,85% dari luas wilayah Kabupaten Majalengka (Bappeda, 2011:34). Keberada kawas lindung yg saat ini tinggal 15,85% dari luas wilayah Kabupaten Majalengka, hal tersebut menyebabk perlunya pelestari kawaskawas lainnya yg dapat diberi fungsi lindung. Sementara itu, hut produksi d lahlah di lereng pegunung saat ini oleh masyarakat sekitar telah dijadik menjadi lah budidaya berupa areal perkebun d palawija/hortikultura. Sebagi wilayah di Kecamat Argapura Kabupaten Majalengka awalnya berstatus sebagai kawas hut lindung d hut produksi, sedgk sekarg sebagi wilayah tersebut berstatus kawas Tam Nasional Gunung Ciremai (TNGC). Status kawas hut lindung Gunung Ciremai mengalami perubah menjadi Tam Nasional Gunung Ciremai (TNGC) berdasark Keputus Menteri Kehut R.I nomor SK 424/menhut II/2004 tggal 19 Oktober 2004 tentg perubah status hut lindung menjadi kawas Tam Nasional Gunung Ciremai, deng luas ± Ha yg terletak di Kabupaten Majalengka d Kuning d yg masuk dalam wilayah Kabupaten Majalengka seluas 6.933,13Ha (5,76 %) dari total luas wilayah Kabupaten Majalengka (Kurung d Ginjar, 2012:8). Kawas Tam Nasional Gunung Ciremai (TNGC) yg terletak di Kecamat Argapura Kabupaten Majalengka yaitu Argalingga, Cikaracak, Gunung Wgi, Mekarwgi, Argamukti, d Tejamulya.

2 94 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm Berubahnya status kawas hut lindung d hut produksi menjadi Tam Nasional Gunung Ciremai (TNGC) di sebagi wilayah Kecamat Argapura menimbulk masalah bagi peti di daerah tersebut. Wilayah Tam Nasional Gunung Ciremai (TNGC) menurut peratur tidak boleh digggu maupun dimfaatk oleh masyarakat sekitar sedgk dahulu masyarakat sekitar byak memfaatk wilayah hut produksi deng cara bercocok tam deng cara tumpg sari. Berubahnya status kawas tersebut d semakin bertambahnya jumlah penduduk sehingga terjadi peningkat aktivitas ekonomi di Kecamat Argapura, hal tersebut menyebabk masyarakat peti turun gunung d akhirnya memfaatk lah mereka meskipun tidak layak untuk diolah sebagai lah perti. Byak lah deng kemiring curam yg seharusnya digunak untuk tam tahun atau kayukayu tetapi dimfaatk oleh peti sebagai tam semusim/ hortikultura deng tidak mengindahk kelestari. Sebagi wilayah Kecamat Argapura merupak perbukit deng lereng yg curam d terletak di kaki Gunung Ciremai. Kondisi topografis ini selain sgat berpengaruh pada pemfaat rug d potensi pengembg wilayah, juga mengakibatk terdapatnya daerah raw longsor khususnya daerah yg mempunyai lereng yg curam. Menurut survei awal ternyata sebagi wilayah Kecamat Argapura merupak daerah raw longsor d sebagi mempunyai lah kritis, hal ini disebabk oleh perlaku masyarakat peti dalam mengolah lah yg tidak mengindahk kaidah kelestari. Perlaku tersebut misalnya lah diolah terus menerus tpa ada jeda dalam penam tiap tahunnya d belum menggunak teknik konservasi yg baik. Berdasark pemapar di atas, perlu adya peningkat kesadar d pemaham masyarakat khususnya di daerah yg mempunyai kemiring lereng sgat curam ak pentingnya kawas lindung sebagai kawas konservasi yg ak memberik kelgsung hidup masyarakat Majalengka di masa yg ak datg. Peningkat kesadar d pemaham masyarakat bisa melalui pendidik geografi deng cara menelaah kembali bah ajar Geografi di SMP tentg pelestari Lingkung Hidup sehingga generasi penerus bgsa dalam hal ini peserta didik bisa menerapk pengetahu geografi di lapg kelak ketika mereka terjun di masyarakat. Hal tersebut disebabk karena tidak menutup kemungkin peserta didik yg berada di Kecamat Argapura ada yg mengikuti jejak org tuya sebagai pengolah lah. Meskipun peserta didik ada yg tidak mengikuti org tuya sebagai pengolah lah, minimal mereka bisa berinteraksi deng org tuya yg sebagi besar bermata pencahari sebagai peti untuk bisa mengelola lah deng arif sehingga kelestari bisa terjaga. Berdasark pengamat awal terhadap kurikulum 2006 (KTSP) khususnya pada bah ajar yg dipergunak oleh guru ternyata pemfaat lah belum terdapat dalam materi usaha pelestari. Bah ajar yg selama ini terdapat pada pergkat pembelajar hya mencakup unsur biotik/abiotik, kelestari di daerah sungai ataupun laut. Begitu juga deng kondisi peserta didik di Kecamat Argapura, ratarata mereka belum memahami bagaima pemfaat lah yg sesuai deng kaidah pengguna lah dalam kaitnya deng kelestari hidup. Bah ajar yg ingin penulis kembgk yaitu konsep bah ajar yg bersifat kontekstual deng cara menambahk indikator yg sudah ada sehingga pemfaat lah masuk ke dalam bah ajar geografi tersebut d akhirnya tercipta pembelajar kontekstual tara materi deng keada sesungguhnya sehingga

3 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah ak menumbuhk kebermakna dalam pembelajar. Berdasark latar Belakg di atas, dirumusk permasalah yg ak diteliti yaitu bagaimakah pemfaat lah di Kecamat Argapura oleh masyarakat peti setempat, Faktorfaktor apa saja yg menyebabk pemfaat lah oleh masyarakat peti setempat, Bagaimakah hubung pemaham deng sikap peserta didik terhadap pemfaat lah di sekitar mereka, d Bagaimakah pengembg bah ajar IPS di SMP berkait deng pemfaat lah pada materi pelestari hidup. Berdasark rumus masalah yg telah diuraik di atas, maka tuju peneliti ini untuk mengidentifikasi pemfaat lah oleh masyarakat peti Kecamat Argapura berkena deng pelestari hidup, mengidentifikasi faktorfaktor penyebab pemfaat lah di Kecamat Argapura oleh masyarakat peti setempat, mengidentifikasi hubung pemaham deng peserta didik tentg pemfaat lah di sekitar mereka d merumusk bah ajar IPS yg bisa dikembgk untuk materi pelestari hidup pada jenjg SMP. Secara teoritis, mfaat peneliti ini diharapk dapat memberik sumbg bagi pengembg materi tentg pemfaat lah yg bisa dimasukk ke dalam bah ajar IPS pada materi Pelestari Lingkung Hidup semester 1 kelas VIII pada jenjg SMP d sebagai masuk data untuk peneliti seljutnya mengenai pemfaat lah dalam kaitnya deng pengembg bah ajar IPS Geogerafi. Sedgk secara praktis, peneliti ini diharapk bermfaat bagi pendidik untuk meningkatk pembelajar IPS deng menggunak bah ajar yg dibuat sesuai kondisi sekitar atau kontekstual sehingga pengguna bah ajar tidak terpaku pada bah ajar yg sudah ada dari buku atau penerbit, bermfaat bagi peserta didik sehingga mereka memahami tentg pemfaat lah yg bijak terhadap kelestari di sekitar mereka, d sebagai bah masuk bagi lembaga/instsi terkait dalam hal pengelola lah sehingga dalam pertimbgnya dapat diambil keputus yg sesuai terutama bagi para pembuat kebijak yg hendak membgun wilayah yg bersgkut. METODE PENELITIAN Metode peneliti yg digunak adalah metode deskriptif alitik. Menurut Surakhmad (1982:12) metode deskriptif alitik adalah penyelidik deskriptif yg tertuju pada suatu cara untuk memecahk suatu masalah yg ada sekarg ditarya menuturk d menafsirk data yg ada, mengklasifikasik, disusun, dijelask d dialisis. Adapun Jenis peneliti yg digunak adalah peneliti survei. Menurut Singarimbun, M (1995 : 3) peneliti survei adalah peneliti yg mengambil sampel dari satu populasi d menggunak kuesioner sebagai alat pengumpul data yg pokok. Peneliti survei dilakuk untuk memperoleh data mengenai pemfaat lah yg dilakuk masyarakat peti d data terkait lainnya juga untuk memperoleh data dari peserta didik mengenai pemaham pemfaat lah pada proses pembelajar pelestari hidup. Menurut Arikunto, S (1992:102) populasi adalah keseluruh subyek peneliti. Sedgk sampel adalah sebagi atau wakil dari populasi (Arikunto, 1992: 104). Populasi dalam peneliti ini adalah seluruh Kepala Keluarga Ti di wilayah Kecamat Argapura terdiri atas pemilik, penggarap, pemilik penggarap serta buruh ti d seluruh peserta didik kelas VIII SMP maupun MTs yg terdapat di Kecamat Argapura beserta semua guru IPS yg terdapat di SMP d MTs tersebut.

4 96 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm Metode pengambil sampel peneliti adalah proportional rdom sampling deng membuat proporsi masingmasing jumlah sampel sesuai deng jumlah peserta didik kelas VIII yg ada di SMP d MTs tersebut sedgk khusus untuk populasi guru IPS Geografi sampelnya diambil semua berdasark populasi. Pengambil sampel kepala keluarga ti dilakuk melalui dua tahap, pertama pengambil sampel wilayah d yg kedua pengambil sampel kepala keluarga ti berdasark status kepemilik lah. Pengambil sampel wilayah dilakuk deng cara mengelompokk wilayah tersebut berdasark kecenderung peti dalam melakuk pola tam d jenis tam. Teknik pengambil sampel peti secara acak (stratified rdom sampling) berdasark kepemilik lah yaitu sebagai pemilik, penggarap, pemilik penggarap d buruh ti. Jumlah masingmasing populasi d sampel disajik pada Tabel 1 d Tabel 2. Desa Tabel 1. Populasi d Sampel Peserta Didik d Guru Populasi Sampel No. Nama Sekolah Peserta Peserta Guru didik didik Guru 1. SMPN Argapura SMPN Argapura SMPN Argapura MTs Almudzakirin Jumlah Sumber : Hasil perhitung, 2013 Tabel 2. Populasi d Sampel Peti Pemilik Penggarap Pemilikpenggarap Buruh ti Jumlah total Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel Populasi Sampel Argalingga Sikasari Tejamulya Mekarwgi Jumlah Sumber : Hasil perhitung, 2013 Lgkahlgkah untuk mengalisis data peneliti ini adalah sebagai berikut : Lgkah pertama menggunak penskor. Penskor hasil instrumen kuesioner dalam peneliti ini menggunak skala likert deng bentuk cheklist. Lgkah kedua dalam mengalisis yaitu melakuk persentase. Lgkah ketiga untuk mengalisis penyebab pemfaat lah dipergunak regresi linier deng cara menggdengk variabel (x) deng variabel (y). Faktorfaktor yg mempengaruhi pemfaat lah yaitu tingkat pendidik (X1), luas kepemilik lah (X2), status kepemilik lah (X3), penyuluh (X4) d tingkat pendapat (X5). Regresi linear yg dipakai adalah regresi sederha d regresi linear gda. Dari grafik regresi diperoleh persama garis regresi, yaitu: Regresi linear sederha : Y = a + bx Regresi linear Gda : Y = a + bx 1 + bx bx n Keterg`: Y = variabel dependen X, X1, Xn = variabel independen a = konstta; b = koefisien regresi HASIL DAN PEMBAHASAN Pemfaat Lah oleh Masyarakat Pengguna Lah (ld use) adalah suatu proses yg dinamis d sebagai hasil dari perubah pada pola d besarnya aktivitas musia sepjg waktu, d merupak masalah yg bersifat kompleks (Lasaiba, 1:2013)

5 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah sedgk pemfaat lah dapat diartik sebagai apa yg dilakuk masyarakat saat ini terhadap lah. Pemfaat lah di Kecamat Argapura mempunyai dua kriteria yaitu pemfaat lah sesuai d pemfaat lah yg tidak sesuai. Penentu kriteria sesuai atau tidak sesuai suatu pemfaat lah dalam peneliti ini berdasark hasil overlay peta kemiring lereng deng peta pemfaat lah aktual yg terdapat di Kecamat Argapura. Kemudi peta hasil tumpg susun tersebut dialisis berdasark kelas kemiring lereng (kelas kemiring lereng 1 sampai deng kelas kemiring lereng VI). Berdasark Tabel 3, pemfaat lah yg sesuai seluas ha (71,83%) deng pemfaat lah didominasi hut seluas 1.942,88 ha (22,88%), kemudi pemfaat lah yg sesuai lainnya yaitu padg rumput seluas 16,64 ha (0,20%), sawah irigasi seluas 169, 24 ha (1,99%), tah berbatu seluas 14,21 ha (0,17%) d waterfill seluas 11,31 ha (0,13%). No Tabel 3 Pemfaat Lah Sesuai d Tidak Sesuai Tidak Sesuai % sesuai ( ha) (ha) Jenis Pemfaat Lah Pemukim Ladg Padg rumput Sawah irigasi Sawah tadah huj Semak belukar Perkebun Tah berbatu Hut Waterfill 46, ,49 16,64 169,24 638, ,77 130,71 14, ,88 11,31 0,55 14,85 0,20 1,99 7,50 22,08 1,54 0,17 22,82 0,13 235, ,25 354,48 360,61 117,47 % 2,77 15,63 4,16 4,24 1,38 Jumlah (ha) 282, ,74 16,64 169,24 992, ,38 248,18 14, ,88 11,31 Jumlah (ha) , ,33 28, ,33 Sumber :Hasil peneliti, 2013 Sedgk pemfaat lah yg tidak sesuai seluas 2.398,33 ha (28,17%) didominasi oleh pemfaat lah ladg seluas 1.330,25 ha (15,63%). Pemfaat lah yg tidak sesuai lainnya terdiri atas pemukim seluas 235,52 ha (2,77%), sawah tadah huj seluas 354,48 ha (4,16%), semak belukar seluas 360,61 ha (4,24%) d perkebun 117,47 ha (1,38%). Komposisi pemfaat lah yg sesuai maupun tidak sesuai berdasark kemiring lereng untuk lebih jelas disajik pada Gambar 1.

6 98 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm Sesuai ( ha) Tidak sesuai (ha) Gambar 1. Grafik Kriteria Pemfaat Lah Gambar 1, menunjukk pemfaat lah untuk ladg merupak lah yg mempunyai kriteria tidak sesuai lebih besar dibdingk ladg yg sesuai. Pemfaat lah ladg yg tidak sesuai seluas 1.330,25 ha (15,63%) sedgk ladg yg sesuai hya 1.264,49 ha (14,85%). Pemfaat lah untuk ladg yg tidak sesuai deng prosentase paling luas di tara pemfaat lah yg tidak sesuai lainnya disebabk oleh lokasi pemfaat lah pada kemiring lereng yg curam sampai sgat curam yaitu 25% > 40 %. Pemfaat lah yg kurg sesuai d kurg bijak dalam pengelolanya bisa menyebabk degradasi lah. Degradasi lah bisa disebabk salah satunya yaitu oleh erosi d longsor. Sedgk erosi ataupun longsor salah satu pemicunya yaitu kemiring lereng yg curam, faktor curah huj yg tinggi, tekstur tah, batu induk d biasya diperparah oleh karena ulah musia yg tidak bijak dalam mengelola lahnya. Demiki juga di Kecamat Argapura, pemfaat lah untuk ladg justru lebih byak yg tidak sesuainya dibdingk yg sesuai karena beberapa faktor yaitu curah huj cukup tinggi, kemiring lereng curam sampai sgat curam, tutup lah yg kurg sesuai d diperparah oleh perlaku masyarakat terhadap lah kurg bijak. Perlaku masyarakat peti yg kurg bijak misalnya memfaatk lah untuk ladg deng tam semusim/hortikultura di lereng curam sampai sgat curam, pengolah lah tpa jeda dalam tiap musim tam d penerap konservasi yg kurg layak. Ketika perlaku masyarakat peti terhadap lah kurg bijak maka dapat dipastik bahwa kelestari hidup ak tergggu. Faktorfaktor Penyebab Pemfaat Lah oleh Masyarakat Peti Jalur tengah Pulau Jawa yg terbentuk oleh sistem gunungapi strato dicirik oleh tingkat kelereng curam karena pengaruh stuktur geologi, serta curah huj yg relatif tinggi sehingga laju pelapuk juga intensif (Purnomo, N.H, 1: 2013). Kondisi tersebut menjadik wilayah demiki memiliki tingkat kesubur yg tinggi juga merupak daerah raw benca sama seperti yg terjadi di Kecamat Argapura. Berkait deng pemfaat lah, masyarakat peti kecamat Argapura sebagi sudah mengetahui bahwa Kecamat Argapura merupak daerah yg rent gerak tah d longsor tetapi mereka masih mengolah lah deng kurg bijak di wilayah tersebut. Berdasark hasil pengolah data d survei di lapg, ternyata faktor yg signifik mempengaruhi pemfaat

7 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah lah oleh masyarakat setempat terdiri atas frekuensi mengikuti penyuluh, tingkat pendapat peti, d luas kepemilik lah. Frekuensi mengikuti penyuluh d tingkat pendapat peti memiliki taraf signifiksi negatif sedgk luas kepemilik lah mempunyai signifiksi positif. Terdapat fenomena yg menarik yaitu faktor frekuensi mengikuti penyuluh merupak faktor yg signifik dari seluruh penguji tara pemaham d sikap terhadap pemfaat lah pada empat kelompok masyarakat. Tetapi frekuensi mengikuti penyuluh mempunyai taraf signifiksi negatif. Frekuensi mengikuti penyuluh mempunyai signifiksi negatif artinya bahwa semakin intensif peti mengikuti penyuluh semakin tidak positif pemaham d sikap terhadap pemfaat lah di daerah Argapura yg raw benca erosi d longsor tersebut. Hal tersebut disebabk oleh materi penyuluh kepada para peti hya membahas cara menghasilk produksi yg melimpah sehingga perminta pasar terpenuhi tpa membahas sedikitpun informasi tentg daerah mereka merupak daerah raw benca erosi d longsor. Hal demiki diperparah lagi bahwa masyarakat peti yg intensif mengikuti penyuluh perti adalah mereka yg tergabung ke dalam kelompok ti. Kelompok ti yg terdapat di kecamat Argapura merupak kelompok ti yg melakuk kerja sama deng pihak luar (investor) seperti deng Amarta dari Amerika di bawah naung FAO ( PBB), Singapura, PT Indofood d pengusahapengusaha sayur skala besar di daerah lampung, Jakarta, Bogor d Bdung (pasar Caringin d pasar Ciroyom) sebagai pemasok sayur. Kerjasama deng Amarta di bawah naung FAO (PBB) meliputi wilayah Cibunut, Argalingga, Tejamulya d Sukada sebagai sentra cabe. Kerjasama deng PT Indofood yaitu Argalingga sebagai pemasok kentg untuk produk chitato, untuk Singapur dipasok baby cabbage, tomat, wortel tomat d kol. Pengusaha sayur di Jakarta d Bogor meminta pasok bawg daun d bawg merah. Sedgk untuk Lampung, d Bdung Kecamat Argapura sebagai pengirim kol, tomat, wortel, pecai d bawg daun. Atas jur dari penyuluh perti kelompok ti tersebut selalu dituntut untuk meningkatk hasil produksi sayur supaya kerja sama deng pihak yg bersgkut tidak terputus. Sehingga dapat dibaygk bahwa lah yg mereka mfaatk untuk tam semusim terus diforsir bahk byak yg mengolah lah tpa jeda dalam penamnya. Dapat disimpulk bahwa penyuluh perti mempunyai pengaruh yg luar biasa terhadap pemaham d sikap peti dalam memfaatk lah. Penyuluh perti selayaknya berbasis konservasi supaya lah bisa terawat d kelestari akhirnya bisa terjaga. Kemudi tingkat pendapat peti dari beberapa hasil penguji juga mempunyai taraf signifiksi negatif. Artinya semakin tinggi pendapat peti ternyata semakin tidak positif pemaham d sikap mereka terhadap pemfaat lah. Misal peti yg mempunyai pendapat > 20 jt /4 bul mereka lebih mendahuluk membeli perhias, alat elektronik bahk membeli kendara bermotor dibdingk untuk biaya perawat lah. Tetapi ketika hasil pen mereka turun atau mengalami kerugi pada masapen berikutnya, mereka menjual kembali perhias ataupun kendara bermotor untuk dipergunak sebagai modal. Begitu seterusnya dari masa tam satu ke masa tam lainnya. Faktor penyebab pemfaat lah lainnya yaitu luas kepemilik lah. Luas kepemilik lah berdasark beberapa hasil penguji terhadap empat kelompok masyarakat peti mempunyai signifiksi positif, artinya bahwa semakin luas kepemilik lah mereka maka semakin

8 100 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm positif pemaham d sikap mereka terhadap pemfaat lah. Peti yg memiliki lah yg luas meskipun mereka tidak sadar bahwa daerah mereka raw benca erosi maupun longsor, tetapi mereka melaksak konservasi. Hal tersebut dilakuk karena turun temurun dari org tua mereka atau bahk hya ikutikut dari org lain yg melaksak konservasi. Sedgk peti yg memiliki lah yg relatif sempit mereka tidak melaksak konservasi deng alas bahwa konervasi ak mengurgi luas lah garap mereka d juga memerluk biaya yg tidak sedikit. Begitu juga mereka yg mempunyai luas lah garap relatif sempit merasa keberat kalau pada lah mereka diselingi deg tam tahun karena mereka mempunyai alas selain bisa mengurgi luas lah garap, penam tam tahun juga lama untuk mendatgk hasil. Seljutnya tingkat pendidik meskipun mempunyai korelasi yg positif terhadap pemaham tetapi kurg signifik terhadap pemaham d sikap dalam pemfaat lah. Hubung tingkat pendidik deng pemaham ternyata mempunyai korelasi positif, artinya semakin tinggi tingkat pendidik peti semakin positif pula pemaham peti terhadap pemfaat lah. Pemaham yg positif tersebut ternyata tidak disertai deng sikap yg positif terhadap pemfaat lah. Sebagai contoh, peti yg memiliki pendidik tinggi mempunyai pemaham yg bagus terhadap kondisi lah yg rent erosi d longsor tetapi sikap mereka tidak mendukung dalam hal pemfaat lah yg bijak karena mereka hya berstatus sebagai penggarap atau bahk sebagai buruh ti d mereka ratarata tidak mempunyai pekerja lain selain sebagai peti. Sehingga dapat ditarik kesimpul bahwa proses pendidik selayaknya buk hya trsfer ilmu pengetahu sehingga mereka paham terhadap kondisi tetapi tidak bersikap bijak dalam mengelola. Serta tidak kalah penting bahwa materi pembelajar harus kontekstual sehingga bisa bermakna d bisa diaplikasik dalam kehidup seharihari. Hubung Pemaham deng Sikap Peserta Didik terhadap Pemfaat Lah di Lingkung Sekitar Mereka Berdasark hasil penguji regresi tara pemaham deng sikap peserta didik terhadap pemfaat lah diperoleh nilai R = 0,032. Nilai R tersebut mendak bahwa hubung tara variabel pemaham deng persepsi peserta didik sgat rendah karena nilai R semakin mendekati nilai 0. Kemudi nilai koefisien determinasi R (square) sebesar 0,001( 0,032 x 0,032 = 0,001), gka ini menunjukk bahwa sikap atau persepsi peserta didik terhadap pemfaat lah dipengaruhi sebesar 0,1 % dari pemaham peserta didik tentg pemfaat lah. Sedgk sisya yaitu 9,9 % ( 100 % 0,1 % = 9,9 %) dijelask oleh sebab lain. Jika dilihat dari linearitasnya pada uji Anova, maka diperoleh F hitung sebesar 0,106 sedgk nilai X kritik atau F tabel sebesar 0,746 deng signifiksi 5 % atau 0,05. Karena F hitung < F tabel ( 0,106 < 0,746 ), artinya tidak ada pengaruh secara signifik tara pemaham deng sikap peserta didik terhadap pemfaat lah. Seljutnya dilakuk uji coefficient atau uji beta untuk melihat seberapa besar pengaruh yg dimiliki oleh kedua variabel. Nilai konst yg diperoleh sebesar 19,984, nilai B untuk pemaham 0.033, nilai thitung 7,156 d tingkat signifiksi 0,000 sehingga didapat persama regresi sederha yaitu Y = a + bx; Y = 19, ,033x. Persama tersebut menunjukk tidak adya perbding lurus yg signifik dari aspek pemaham terhadap sikap peserta didik dalam pemfaat lah, apabila pemaham peserta didik meningkat 1 satu, maka aspek sikap mereka dalam pemfaat lah ak

9 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah tetap. Artinya dapat dikatak bahwa tidak ada pengaruh yg dimiliki tara pemaham deng sikap peserta didik dalam pemfaat lah. Pengembg Bah Ajar IPS Geografi di SMP Berkait deng Pemfaat Lah pada Materi Pelestari Lingkung Hidup Bah ajar yg dipergunak selama ini merupak bah ajar yg tidak kontekstual deng kehidup seharihari khususnya di Kecamat Argapura karena pendidik atau guru menggunak bah ajar yg masih konvensional yaitu bah ajar yg lgsung pakai, atau membeli dari penerbit, inst d biasya tpa usaha merencak, menyiapk, d menyusunnya sendiri. Hal tersebut menyebabk bah ajar yg dipakai oleh guru tidak kontekstual, tidak menarik, monoton d bahk bisa jadi kurg sesuai deng kebutuh peserta didik. Karena itu, seorg guru dituntut kreatifitasnya untuk menyusun bah ajar sendiri d disesuaik deng kebutuh peserta didik. Pengembg bah ajar IPS Geografi pada SMP berkait deng pemfaat lah pada materi pelestari pelestari hidup dilakuk beberapa tahap. Tahap tersebut diklasifikasik menjadi tiga tahap penting yaitu (1) alisis kebutuh bah ajar, (2) menyusun peta bah ajar, d (3) menyusun bah ajar berdasark struktur masingmasing bentuk bah ajar. Berikut tahap dalam pengembg bah ajar geografi untuk SMP berkait deng pemfaat lah. Tahap pertama dalam pengembg bah ajar yaitu mengalis bah ajar. Pada tahap mengalisis bah ajar terdiri atas beberapa kegiat mengalisis kurikulum, mengalisis sumber belajar, d memilih serta menentuk bah ajar. Mengalisis kurikulum deng cara mengidentifikasi stdar kompetensi, kompetensi dasar, indikator ketercapai hasil belajar d terakhir mengalisis materi pokok. Mengalisis sumber belajar dilakuk berdasark ketersedia, kesesuai, d kemudah dalam memfaatknya. Memilih bah ajar tentunya dilakuk supaya bah ajar menarik d bisa membtu peserta didik untuk mencapai kompetensi. Pada tahap mengalisis kurikulum ini dilakuk deng cara mengkaji Stdar Kompetensi (SK) d Kompetensi Dasar (KD) yg terdapat pada stdar isi (SI). Hasil alisis SK d KD dijadik dasar untuk penentu isi bah ajar tentg pemfaat lah pada materi pelestari hidup yg ak dikembgk. Matriks alisis kurikulum tentg pemfaat lah disajik pada Tabel 4. Berdasark alisis kebutuh bah ajar tersebut, penulis berusaha membuat bah ajar tentg pemfaat lah pada materi pelestari hidup diharapk deng tersusunnya bah ajar tersebut dapat meningkatk kepeduli peserta didik terhadap hidup. Tahap kedua dalam pengembg bah ajar yaitu memahami Kriteria Pemilih Sumber Belajar. Pada tahap ini dilakuk penyeleksi atau pemilih terhadap sumber belajar. Pemilih sumber belajar berdasark pertimbg kesesuai deng tuju pembelajar yg telah ditentuk sebelumnya pada matriks alisis kurikulum. Byak sumber belajar yg bisa dijadik untuk pembuat bah ajar. Menurut Prastowo (2012: 34) Sumber belajar dibedak menjadi lima macam, yaitu tempat atau alam sekitar, benda, org, buku, peristiwa, d fakta yg sedg terjadi. Sedgk menurut Sulistinah (2011:1) di dalam proses pembelajar sumber belajar sgat penting, sumber belajar utama adalah adya buku sumber atau buku ajar. Sumber belajar yg penulis pergunak untuk penyusun bah ajar tentg pemfaat lah pada pokok bahas pelestari hidup yaitu alam di Kecamat Argapura yg dimfaatk oleh masyarakat setempat

10 102 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm sebagai lah garap d buku IPS Geografi sebagai pendukung. Tahap seljutnya untuk pengembg konsep bah ajar yaitu menyusun peta bah ajar. Penyusun peta bah ajar dilakuk setelah alisis kebutuh bah ajar. Berikut ini disajik peta kebutuh bah ajar untuk satu kali pertemu berkait deng materi pemfaat lah. Penulis membuat bah ajar tentg pemfaat lah berupa CD interaktif. CD interkatif tersebut terdiri atas judul, petunjuk belajar, kompetensi dasar, materi pokok, informasi pendukung, latih, tugas atau lgkah kerja d penilai. Pembuat konsep bah ajar berbentuk CD interkatif deng harap bah ajar ak lebih menarik perhati peserta didik dibdingk jika berbentuk cetak. Ketika bah ajar menarik maka diharapk peserta didik ak merasa tertarik untuk menyimak d menyengk dalam proses pembelajar sehingga materi pembelajar ak lebih bermakna bagi siswa d terhindar dari sifat verbalisme karena konsep bah ajar berbentuk CD interaktif disertai gambargambar untuk lebih memudahk peserta didik memahami materi. Tabel 4. Matriks Analisis Kurikulum IPS Geografi Pada Pokok Bahas Pelestari Lingkung Hidup Kelas VIII semester I Stdar Kompetensi Memahami permasalaha n sosial berkait deng pertumbuh jumlah penduduk. Kompetensi Dasar Mendeskripsik permasalah hidup d upaya penggulg nya dalam pembgun berkeljut Indikator Pada Silabus Hasil Peneliti Pada Silabus Mengidentif ikasi unsurunsur (unsur abiotik, unsur biotik, sosial budaya) Menafsirka n arti penting bagi kehidup. Mengidentif ikasi bentukbentuk kerusak hidup d faktor penyebabny a. Memberi contoh usaha pelestari hidup. Menafsirka n hakekat pembgun berkeljuta n. Mengidentif ikasi ciriciri pembgun berkeljuta Mendeskripsi k definisi lah Mengidentifik asi komponen lah Mengidentifik asi bentukbentuk kerusak lah d faktor penyebabnya. Mengidentifik asi bentuk pemfaat yg sesuai atau tidak sesuai Memberi contoh upaya penggulg kerusak lah. Mengidentifik asi per serta masyarakat dalam mengelola lah. Mengidenti fikasi unsurunsur (unsur abiotik, unsur biotik, sosial budaya) Menafsirka n arti penting bagi kehidup. Mengidenti fikasi bentukbentuk kerusak hidup d faktor penyebabny a. Memberi contoh usaha pelestari hidup. Menafsirka n hakekat pembgun berkeljut. Mengidenti fikasi ciriciri Materi Pokok Hasil Peneliti Definisi Lah Komponen Lah Bentukbentuk Kerusak Lingkung d faktor penyeba Contoh bentuk pemfaata n lah yg sesuai deng yg tidak sesuai Upaya Penggula ng kerusak lah Per serta masyarakat dalam mengelola lah Pengalam Belajar Menentu k pemfa at lah yg cocok berdasar k kemiring lereng Jenis Bah Ajar CD interaktif.

11 Enok Yti, Analisis Pemfaat Lah n. Mengidentif ikasi penerap pembgun berkeljuta n. Sumber: Silabus KTSp d hasil peneliti 2013 pembgun berkeljut. Mengidenti fikasi penerap pembgun berkeljut. SIMPULAN Berdasark hasil alisis yg telah diuraik pada bab 1V, maka dapat disimpulk beberapa hal sebagai berikut : 1) Pemfaat lah di Kecamat Argapura sebagi besar tidak sesuai deng kemiring lerengnya. Di tara pemfaat lah yg ada, pemfaat lah ladg merupak pemfaat lah oleh masyarakat peti setempat yg mempunyai luas paling besar deng kriteria tidak sesuai dibdingk deng pemfaat ladg yg sesuai; 2) Faktor Faktor penyebab pemfaat lah oleh masyarakat peti setempat yaitu tingkat pendidik, luas kepemilik lah, status kepemilik lah, frekuensi mmengikuti penyuluh, d tingkat pendapat. Di tara semua faktor yg semula diduga mendukung ternyata hasil peneliti menyatak bahwa semakin intensif peti mengikuti penyuluh, semakin tidak meperhatik kaidah pemfaat lah sesuai kemiring lereng. Hal tersebut disebabk oleh materi penyuluh hya intensif untuk eksploitasi lah tpa memerhatik kaidah pelestari hidup. Sehingga proses pendidik terhadap peserta didik merupak cara yg paling efektif untuk memberik informasi tentg pemfaat lah yg sesuai untuk bekal mereka kelak ketika terjun ke masyarakat; 3) Pemaham peserta didik terhadap kondisi lah tidak sejal deng sikap mereka terhadap pemfaat lah. Pemaham peserta didik tentg pemfaat lah di daerah raw benca erosi maupun longsor bagus tetapi secara aplikasi di lapg mereka sgat kurg. Sikap peserta didik ternyata tidak dipengaruhi atau tidak ada hubungnya deng pemaham mereka tentg pemfaat lah. Hal ini diprediksi karena bah ajar tidak kontekstual sehingga menimbulk kesenjg tara pemaham terhadap kondisi deng sikap mereka terhadap pemfaat lah; 4) Pengembg bah ajar IPS berkait deng pemfaat lah pada materi pelestari hidup dilakuk melalui tahaaptahap yaitu: alisis kebutuh bah ajar, penyusun peta bah ajar, penyusun bah ajar berdasark struktur masingmasing. Pengembg bah ajar dalam peneliti ini deng cara menambahk indikator pembelajar yg berkait deng pemfaat lah. Berdasark kesimpul di atas penulis mengajuk rekomendasi sebagai berikut : 1) Pemfaat lah harus mengikuti kaidah dalam pengolah lah supaya kelestari tetap terjaga; 2) Perumus bah ajar selayaknya kontekstual d Lingkung sekitar seyogyya dijadik sebagai sumber belajar sehingga pemaham peserta didik terhadap pemfaat lah bisa diaplikasik ke dalam kehidup seharihari, artinya tidak hya sebatas kognitif saja d terhindar dari verbalisme. Berdasark pemikir tersebut dirumusklah bah ajar tentg pemfaat lah. Rumus bah ajar dalam peneliti ini baru sampai tatar konsep d belum diujicobak kepada peserta didik, diharapk untuk peneliti seljutnya bisa diujicobak.

12 104 Gea, Jurnal Pendidik Geografi, Volume 16, Nomor 1, April 2016, hlm DAFTAR PUSTAKA Bappeda. (2011). Renca Detail Tata Rug Kawas Barat Gunung Ciremai Tahun Anggar Majalengka : Bappeda. Keputus Menteri Kehut Nomor SK 424/MenhutII/2004. Tentg Perubah Fungsi Kawas Hut Lindung pada kelompok Hut Gunung Ciremai Seluas = (Lima belas Ribu Lima Ratus) Hektar Terletak di Kabupaten Kuning d Majalengka, Provinsi Jawa Barat Menjadi Tam Nasional Gunung Ciremai. Kurung d Ginjar, M. (2012). Restorasi Kawas Tam Nasional Gunung Ciremai. Buletin Ciremai, Vol 02 No. 04. Kuning: BTNGC. Lasaiba. (2013). Kaji Kerug Pengguna Lah Dalam Pengembg Kota Ambon Berbasis Ekologi. Jurnal Pendidik Geografi UNESA [Online], Vol 11, (21), 12 halam. Tersedia: 31/kajikerugpenggunalahdalampengembgkotaambonberbasisekologi [5 Agustus 2013] Prastowo, A.(2012). Pdu Kreatif Membuat Bah Ajar Inovatif, Menciptak Metode Pembelajar yg menarik d Menyengk. Yogyakarta: Diva press. Purnomo, N.H. (2013). Penyebab D Sebar Longsor Lah Di Kompleks Gunungapi Kuarter Arjuno Jawa Timur. Jurnal Pendidik Geografi UNESA [Online], Vol 11, (21), 10 halam. Tersedia: ac.id/136_932/penyebabdsebarlongsorlahdikompleksgunungapikuarterarjunojawatimur [5 Agustus 2013] Singarimbun, M. (1995). Metodologi Peneliti Survei. Yogyakarta: LP3ES Sugiyono. (2008). Metode Peneliti Kutitatif Kualitatif d R & D. Bdung: Alfabeta. Sugiyono. (2009). Metode Peneliti Administrasi dilengkapi Metode R & D. Bdung : Alfabeta. Sulistinah. (2011). Perkuliah Biogeografi deng Buku Ajar pada Mahasiswa S1 Jurus Pendidik Geografi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Surabaya (Suatu Uji Coba). Jurnal Pendidik Geografi UNESA [Online], Vol 10, (19), 10 halam.tersedia: unesa.ac.id/121_815/perkuliahbiogeografidengbukuajarpadamahasiswas1berbasisekologi[5 Agustus 2013] Surakmad. (1982). Pengtar peneliti Ilmiah. Bdung : Tarsito