BAB II KAJIAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA 1. Bimbing d Konseling di Sekolah a. Pengerti Bimbing d Konseling Bimbing d konseling, apabila dikonversik kedalam bahasa Inggris, memiliki dua kdung kata yg sarat ak makna, yaitu guidence d counseling. Guidence dalam bahasa Indonesia memiliki arti bimbing atau pengarah, sedgk counseling memilliki arti penyuluh. Namun, memahami bimbing d konseling sebagai sebuah konsep keilmuw tidaklah semudah memaknainya deng terminologi kebahasa saja, melaink juga dibutuhk penjelas dari pakar atau ilmuw yg memiliki kompetensi dibidg tersebut. Adapun beberapa definisi tentg bimbing adalah sebagai berikut; Bimbing adalah btu yg diberik oleh pembimbing kepeda individu agar individu yg dibimbing mampu mdiri atau mencapai kemdiri deng mempergunak berbagai bah, melalui interaksi d pemberi nasihat serta gagas dalam suasa asuh d berldask norma-norma (kode etik) yg berlaku. 1 Definisi yg dikemukak dalam Jear Book Of Education 1995, bimbing adalah suatu proses membtu individu melalui usahya 1 Tohirin, Bimbing d Konseling di Sekolah d Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet 5, hal

2 16 sendiri untuk menemuk d mengembgk kemampunya agar memperoleh kebahagia pribadi d kemfaat sosial. 2 Bimbing (guidence) penyuluh (counseling) oleh beberapa ahli psikologi d pendidik, diberik beberapa perumus sesuai deng aspek yg mereka tekk. Menurut A.J. Jones : Bimbing merupak pemberi btu oleh seseorg kepada org lain dalam menentuk pilih, penyesuai d pemecah permasalah. 3 Yusup Gunaw dalam bukunya pengtar bimbing d konseling menyatak bimbing sebagai suatu proses btu khusus yg diberik kepada para siswa deng memperhatik kemungkinkemungkin d kenyata-kenyata tentg adya kesulit yg dihadapinya dalam rgka perkembgnya yg optimal, sehingga mereka dapat memahami diri, mengarahk diri, d bertindak serta bersikap sesuai deng tuntut d keada lingkung sekolah, keluarga, d masyarakat. 4 Bimbing perkembg dilingkung pendidik merupak pemberi btu kepada seluruh peserta didik yg dilakuk secara berkesinambung agar mereka dapat memahami dirinya, lingkung d tugas-tugasnya sehingga mereka sggup mengarahk diri, menyesuaik diri, serta bertindak wajar sesuai deng keada d tuntut lembaga 2 I. Djumhur Moh. Surya, Bimbing d Penyulluh di Sekolah, (Bdung: CV. ILMU, 1975), hal Singgih D. Gunarsa, Psikologi Untuk Membimbing, (Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 2002), cet. 10, hal Yusup Gunaw, Dkk, Pengtar Bimbing d Konseling, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), hal. 40

3 17 pendidik, keada keluarga, masyarakat d lingkung yg ak dimasukinya kelak. Sedgk, disisi lain konseling merupak bagi integral dari bimbing. Konseling juga sebagai salah satu teknik dalam bimbing. Konseling merupak inti dalam bimbing, ada yg menyatak bahwa konseling merupak jtung bimbing. Sebagai aktivitas inti atau jtungnya bimbing, praktik bimbing dapat diggap belum ada jika tidak dilakuk konseling. Secara terminologis konseling juga didefinisik sgat beragam oleh para pakar bimbing d konseling. Arti dalam konseling setidaknya dapat dilihat dari kata kunci tentg konseling dalam tatar praktik, dima konseling merupak : a) Proses pertemu tatap muka atau hubung atau relasi timbal balik tara pembimbing atau konselor deng konseli atau klien. b) Selama proses pertemu atau hubung timbal balik tersebut terjadi dialog atau pembicara yg disebut wawcara konseling. Menurut Dewa Ketut Sukardi, konseling adalah hubung timbal balik tara konselor deng klien (counselee), dalam memecahk masalah-masalah tertentu deng wawcara yg dilakuk secara face to face atau deng cara yg sesuai deng keada klien, sehingga klien sggup mengemukak isi hatinya secara bebas, yg bertuju agar klien mengenal dirinya sendiri, menerima diri sendiri d menerapk diri sendiri dalam proses penyesuai deng lingkungnya, membuat

4 18 keputus pemilih d perenca yg bijaksa serta berkembg d berper lebih baik d optimal dalam lingkungnya. 5 Menurut Tolbert, konseling adalah hubung pribadi yg dilakuk secara bertatap muka tar dua org yg ma konselor melalui hubung itu deng kemampu-kemampu khusus yg dimilikinya menyediak situasi belajar, yg ma dalam hal ini seseorg dibtu untuk memahami diri sendiri, keadanya sekarg d kemungkin keadanya masa dep yg dapat ia ciptak deng menggunak potensi yg dimilikinya demi mensejahterak pribadi maupun masyarakat. Lebih ljut konseli dapat belajar bagaima memecahk masalah-masalah d menemuk kebutuh-kebutuh yg ak datg. 6 Dari beberapa urai diatas dapat disimpulk bahwasnya konseling merupak situasi pertemu tatap muka tara konselor deng klien yg berusaha memecahk masalah deng mempertimbgknya bersama-sama sehingga klien dapat memecahk masalahnya berdasark penentu sendiri. 7 Pendefinisi bimbing d konseling diatas masih berbentuk terpisah. Kalau dua istilah tersebut diintegralk menjadi satu definisi 5 Dewa Ketut Sukardi, Dasar-Dasar Bimbing d Penyuluh di Sekolah (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), hal Prayitno Erm Anti, Dasar-Dasar Bimbing d Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal Tohirin, Bimbing d Konseling di Sekolah d Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet 5, hal. 20

5 19 maka dapat diartik bahwa bimbing d konseling adalah pelay btu yg dilakuk oleh konselor kepada peserta didik (klien), baik secara individual maupun secara kelompok, agar dapat mdiri dalam mengembgk segenap potensi yg dimilikinya secara optimal, melaui berbagai bidg, jenis lay d kegiat pendukung, berdasark pada norma yg berlaku. b. Tuju Bimbing d Konseling Bimbing d konseling memiliki tuju yg terdiri atas tuju umum d tuju khusus. Tuju umum bimbing d konseling membtu agar konseli dapat mencapai perkembg secara optimal sesuai deng bakat, minat, kemampu, d nilai-nilai, serta terpecahk masalah yg dihadapi oleh konseli. Tuju khusus bimbing d konseling lgsung terkait pada arah perkembg individu d masalahmasalah yg dihadapi. Tuju-tuju khusus itu merupak penjabar tuju-tuju umum yg dikaitk pada permasalah konseli, baik yg menygkut perkembg maupun kehidupnya. Secara lebih terperinci tuju dari bimbing d konseling adalah agar konseli : 1) Memperoleh pemaham yg lebih baik terhadap dirinya. 2) Mengarahk dirinya sesuai deng potensi yg dimilikinya kearah tingkat perkembg yg optimal. 3) Mampu memecahk sendiri masalah yg dihadapinya.

6 20 4) Mempunyai wawas yg lebih realistis serta penerima yg obyektif tentg dirinya. 5) Dapat menyesuaik diri secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungnya sehingga memperoleh kebahagia dalam hidupnya. 6) Mencapai taraf aktualisasi diri sesuai deng potensi yg dimilikinya. 7) Terhindar dari gejala-gejala kecemas d perilaku salah suai. 8 c. Fungsi Bimbing d Konseling Bimbing d konseling berfungsi sebagai pemberi lay kepada konseli, agar setiap konseli berkembg secara optimal sesuai deng potensi-potensi yg dimilikinya. Oleh karena itu pelay bimbing d konseling mengemb sejumlah fungsi yg hendak dipenuhi melalui kegiat bimbing d konseling. Fungsi-fungsi itu tara lain : 1) Fungsi Pemaham, bimbing d konseling membtu para peserta didik didalam pemaham individu, baik individu dirinya maupun org lain. Pemaham diri peserta didik sendiri, sering kali cukup sulit, maka sebelum sampai kesa pertama-tama konselorah yg harus berusaha memahami kondisi, kemampu d sifat-sifat peserta didik. Atas dasar hasil pemaham ini, konselor membtu peserta didik dalam memahami dirinya. 8 Tohirin, Bimbing d Konseling di Sekolah d Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet 5, hal. 34

7 21 2) Fungsi Penyesuai, merupak fungsi bimbing dalam membtu peserta didik menemuk cara menempatk diri dalam berbagai keada d situasi yg dihadapi. 3) Fungsi Penyalur, merupak fungsi bimbing dalam membtu peserta didik memilih kegiat ekstrakulikuler, pemilih jurus, d memtapk penguasa karir yg sesuai deng minat, bakat, keahli d ciri ciri kepribadi lainnya. Dalam melaksak fungsi ini, konselor perlu bekerjasama deng pendidik lainnya di dalam maupun di luar lembaga pendidik. 9 4) Fungsi Pencegah, peserta didik memiliki sejumlah potensi d sifat sifat yg dapat berkembg ke arah positif ataupun negatif. Bimbing d konseling dapat diibaratk sebuah mata ug yg bermuka dua, satu muka adalah berfungsi mencegah perkembg ke arah yg negatif d muka lainnya mendorong perkembg ke arah yg positif. 10 5) Fungsi Pengembg, merupak fungsi dima konselor sentiasa berupaya untuk menciptak lingkung belajar yg kondusif d memfasilitasi perkembg peserta didik. Konselor d personel sekolah lainnya bekerjasama merumusk d melaksak program bimbing secara sistematis d berkesinambung dalam upaya membtu peserta didik mencapai tugas tugas perkembgnya. 9 Syamsu Yusuf, A. Juntika Nurihs, Ldas Bimbing d Konseling, (Bdung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal Na Syaodi Sukmadinata, Ldas Psikologi Proses Pendidik, (Bdung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 237

8 22 6) Fungsi Perbaik, merupak fungsi bimbing yg bersifat kuratif. Fungsi ini berkait erat deng upaya pemberi btu kepada siswa yg telah mengalami masalah, baik yg menygkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir. Teknik yg dapat digunak adalah konseling individu d remedial teaching. 7) Fungsi Pengentas, merupak bagaima upaya lay bimbing d konseling dalam mengeluark peserta didik dari permasalah yg dihadapi, yg menyebabk peserta didik tersebut tidak nyam. Proses pengentas masalah menggunak kekuat-kekuat yg berada didalam diri peserta didik sendiri. Kekuat-kekuat (yg pada dasarnya ada) itu dibgkitk, dikembgk, d digabungk untuk sebesar-besarnya dipakai menggulgi masalah yg ada. 11 8) Fungsi Pemelihara, merupak proses pemelihara segala sesuatu yg baik, yg ada didalam diri peserta didik. Baik hal tersebut merupak pembawa maupun dari hasil-hasil yg dicapai dari perkembgnya selama ini. 9) Fungsi Adaptasi, merupak fungsi bimbing sebagai narasumber tenaga-tenaga kependidik yg lain disekolah, khususnya pimpin sekolah d staff pengajar dalam hal mengarahk rgkai kegiat pendidik d pengajar supaya sesuai deng kebutuh para peserta didik, tetapi tenaga bimbing memberik informasi d 11 Prayitno Erm Anti, DASAR-DASAR BIMBINGAN DAN KONSELING, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal

9 23 usul kepada sesama tenaga kependidik demi keberhasil program pendidik sekolah serta terbinya kesejahtera para peserta didik. 12 Konseling selain membtu peserta didik, juga berupaya membuat situasi konseling yg menyengk. Deng begitu peserta didik bisa lebih terbuka untuk menceritak permasalahnya. Menyengk sesama individu adalah sesuai deng ajar agama Islam seperti firm Allah SWT dalam surah As-Saba ayat ل م ون ٢٨ ك ن أ ك ث ٱ نل اس ل ي ع ذ ير ا و ل ش ي ا و ن ا أ ر س ل ن ك إ ل ك ا ف ة ل لن اس ب و م Artinya : D Kami tidak mengutus kamu, melaink kepada umat musia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira d sebagai pemberi peringat, tetapi kebyak musia tiada mengetahui. (QS. As-Saba : 28) Deng diciptaknya suasa kegembira, maka besar kemungkin hati peserta didik terbuka untuk menerima peringatperingat, d mudah baginya mengungkapk kelemahnya. Ak tetapi jika proses konseling dimulai deng lgsung memberi nasihat, peringat, d mengungkapk kelemah, maka peserta didik ak tertutup. Jika hal ini terjadi, maka upaya untuk menggali potensi kelebih d kelemah peserta didik ak menjadi sulit. 12 W.S. Winkel, Bimbing d Konseling di Institusi Pendidik, (Jakarta: PT. Gramedia Widiasara, 1997), hal S. Wilis, Sofy, Konseling Individual Teori d Praktek, (Bdung: Alfabeta, 2004), hal. 23

10 24 2. Pola Bimbing d Konseling di Sekolah Pada bagi ini ak dijelask tentg beberapa pola bimbing d konseling yg sering dipergunak oleh konselor dalam memberik pelay bimbing d konseling di sekolah. Ditarya meliputi bimbing d konseling pola 17, bimbing d konseling pola 17+, serta bimbing d konseling komprehensif. Berikut urai dari pola-pola bimbing d konseling tersebut. a. Bimbing d Konseling Pola 17 Pola umum bimbing d konseling disekolah sering disebut deng BK Pola 17. Merupak pelay program bimbing d konseling kepada peserta didik melalui 4 bidg bimbing d konseling, 7 jenis lay bimbing d konseling, d 5 kegiat pendukung bimbing d konseling. Semua kegiat BK tersebut didasari oleh satu pemaham yg menyeluruh d terpadu tentg wawas BK yg meliputi pengerti, tuju, fungsi, prinsip d asas-asas BK. 14 Urai berikut ini ak menjelask pengerti bidg-bidg bimbing d konseling, jenis-jenis lay bimbing d konseling serta kegiat pendukung bimbing d konseling. 1) Bidg-Bidg Bimbing d Konseling a) Bidg bimbing pribadi Dalam bidg bimbing pribadi, pelay bimbing konseling membtu siswa menemuk d mengembgk 14 Hallen. A, Bimbing d Konseling, (Jakarta : Ciputat Press, 2002), hal. 83

11 25 pribadi yg berim d bertakwa terhadap Tuh Yg Maha Esa, mtap d mdiri serta sehat jasmi d rohi. b) Bidg bimbing sosial Dalam bidg bimbing sosial, pelay bimbing konseling di sekolah berusaha membtu peserta didik mengenal d berhubung deng lingkung sosialnya. c) Bidg bimbing belajar Dalam bidg bimbing belajar, pelay bimbing konseling membtu peserta didik untuk menumbuhk d mengembgk sikap d kebiasa belajar yg baik. d) Bidg bimbing karir Dalam bidg bimbing karier ini, pelay bimbing konseling ditujuk untuk mengenal potensi diri, mengembgk d memtapk pilih karier. 15 2) Jenis-Jenis Lay Bimbing d Konseling a) Lay orientasi Lay bimbing d konseling yg memungkink peserta didik memahami lingkung yg baru dimasukinya, dalam rgka mempermudah d memperlcar berpernya peserta didik di lingkung yg baru itu. 15 Dewa Ketut Sukardi, Pengtar Pelaksa Program Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 40

12 26 b) Lay informasi Lay bimbing d konseling yg memungkink peserta didik d pihak-pihak lain yg dapat memberik pengaruh yg besar kepada peserta didik menerima d memahami informasi yg dapat dipergunak sebagai bah pertimbg d pengambil keputus sehari-hari sebagai, ggota keluarga d masyarakat. c) Lay penempat d penyalur Lay bimbing konseling yg memungkink peserta didik memperoleh penempat d penyalur yg tepat (misalnya penempat d penyalur didalam kelas, kelompok belajar, kegiat ekstra kurikuler) sesuai deng potensi, bakat d minat serta kondisi pribadi. d) Lay penguasa konten/pembelajar Lay bimbing konseling yg memungkink peserta didik mengembgk diri deng sikap d kebiasa belajar yg baik, materi belajar deng kecepat d kesulit belajar serta berbagai aspek tuju d kegiat belajar lainnya. e) Lay bimbing kelompok Lay bimbing yg memungkink sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bah dari narasumber tertentu yg berguna untuk menunjg kehidupnya sehari-hari

13 27 baik individu maupun sebagai, ggota keluarga d masyarakat serta untuk pertimbg dalam pengambil keputus. f) Lay konseling individu Lay bimbing d konseling yg memungkink peserta didik mendapat lay lgsung tatap muka deng konselor dalam rgka pembahas pengentas permasalah pribadi yg dideritya. Pelaksa usaha pengentas permasalah siswa dapat mengikuti lgkah-lgkah sebagai berikut: 1) Pengenal d pemaham permasalah, 2) Analisis yg tepat, 3) Aplikasi d pemecah permasalah, 4) Evaluasi, baik evaluasi awal proses atau evaluasi akhir, 5) Tindak ljut. g) Lay konseling kelompok Lay bimbing konseling yg memungkink peserta didik memperoleh kesempat untuk pembahas d pengentas permasalah yg dialaminya melalui dinamika kelompok. Dinamika kelompok adalah suasa yg hidup yg berdenyut, yg bergerak, yg berkembg yg ditdai deng adya interaksi tar sesama ggota kelompok. Proses pelaksa konseling kelompok dilaksak melalui tahap-tahap berikut : (a) Tahap pembentuk, (b) Tahap peralih, (c) Tahap kegiat, d (d) Tahap pengakhir Ibid, hal

14 28 3) Kegiat Pendukung Bimbing d Konseling a) Aplikasi instrumentasi Aplikasi instrumentasi bimbing d konseling bertuju untuk mengumpulk data dari keterg tentg peserta didik (baik secara individual maupun kelompok), keterg tentg lingkung peserta didik d lingkung yg lebih luas (termasuk di dalamnya informasi pendidik d jabat). b) Himpun data Yaitu kegiat pendukung bimbing konseling untuk menghimpun seluruh data d keterg yg relev deng keperlu pengembg peserta didik. Himpun data perlu diselenggarak secara berkeljut, sistematis, komprehensif, terpadu d sifatnya tertutup. c) Konferensi kasus Yaitu kegiat pendukung bimbing konseling untuk membahas permasalah yg dialami oleh peserta didik dalam suatu forum pertemu yg dihadiri oleh berbagai pihak yg diharapk dapat memberik bah, keterg d komitmen bagi terentasknya permasalah tersebut. d) Kunjung rumah Yaitu kegiat pendukung bimbing d konseling untuk memperoleh data, keterg, kemudah d komitmen bagi terentasknya permasalah peserta didik melalui kunjung ke

15 29 rumahnya. Kegiat ini memerluk kerja sama yg penuh tara org tua d ggota keluarga lainnya deng konselor. Deng kunjung rumah ak diperoleh berbagai data d keterg tentg berbagai hal yg besar kemungkin ada sgkut pautnya deng permasalah peserta didik. e) Alih tg kasus Yaitu kegiat pendukung bimbing d konseling untuk mendapatk peng yg lebih tepat d tuntas atas masalah yg dialami peserta didik deng memindahk peng kasus dari satu pihak ke pihak lainnya. Di sekolah alih tg kasus dapat diartik bahwa guru mata, wali kelas d atau staf sekolah lainnya, atau org tua mengalihtgk siswa yg bermasalah kepada konselor atau pihak lain yg berweng. 17 b. Bimbing d Konseling Pola 17+ Bimbing d konseling pola 17+ adalah program bimbing d konseling / pemberi btu kepada peserta didik melalui 6 bidg bimbing, 9 lay, d 6 kegiat pendukung yg sesuai deng norma-norma yg berlaku. Urai berikut ini ak menjelask pengerti bidg-bidg bimbing d konseling, jenis-jenis lay bimbing d konseling serta kegiat pendukung bimbing d konseling. 17 Prayitno Erm Anti, Dasar-Dasar Bimbing d Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal

16 30 1) Bidg-Bidg Bimbing d Konseling a) Bidg bimbing pribadi Merupak jenis bimbing yg membtu para peserta didik dalam menghadapi d memecahk masalah-masalah pribadi. Hal ini agar peserta didik mampu mengatasi sendiri, mengambil sikap sendiri atau memecahk masalah sendiri yg menygkut keada batinnya sendiri. b) Bidg bimbing sosial Suatu bidg bimbing atau btu dari konselor kepada peserta didik dalam menghadapi d memecahk masalah-masalah sosial seperti pergaul, penyelesai masalah konflik, penyesuain diri deng lingkung sekitar d sebagainya. c) Bidg bimbing belajar Suatu bidg bimbing atau btu dari konselor kepada peserta didik dalam hal menemuk cara belajar yg tepat, dalam memilih program studi yg sesuai, d dalam mengatasi kesukarkesukar yg timbul berkait deng tuntut-tuntut belajar di institusi pendidik. d) Bidg bimbing karir Suatu bidg bimbing atau btu dari konselor kepada peserta didik dalam mempersiapk diri menghadapi dunia pekerja, pemilih lapg pekerja atau jabat tertentu serta membekali diri agar siap memgku jabat tersebut d dalam

17 31 menyesuaik diri deng tuntut-tuntut dari lapg pekerja yg telah dimasuki. e) Bidg bimbing kehidup berkeluarga Suatu bidg bimbing atau btu dari konselor kepada peserta didik dalam menghadapi d memecahk masalah kehidup berkeluarga. Mulai dari pemaham tentg fungsi, per d tggung jawab keluarga (ayah, ibu, d saudara), pemaham tentg kesehat reproduksi, pernikah, d percerai. f) Bidg bimbing kehidup beragama Suatu bidg bimbing atau btu dari konselor kepada peserta didik agar mampu menghadapi d memecahk masalah yg berkena deng kehidup beragama, serta memiliki pemaham yg baik d benar tentg ajar agamya. 18 2) Jenis Lay Bimbing d Konseling a) Lay orientasi Lay yg diberik oleh konselor kepada peserta didik agar mampu menyesuaik diri terhadap lingkung atau situasi baru. Disamping itu agar peserta didik juga memperoleh mfaat sebesarbesarnya dari berbagai sumber yg ada pada suasa atau lingkung baru tersebut. 18 Tohirin, Bimbing d Konseling di Sekolah d Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet 5, hal

18 32 b) Lay informasi Suatu lay yg berupaya memenuhi kekurg peserta didik ak informasi yg mereka perluk. Lay ini juga bermakna usaha untuk membekali peserta didik deng pengetahu serta pemaham tentg lingkung hidupnya d tentg proses perkembgnya. c) Lay penempat d penyalur Lay yg membtu peserta didik dalam merencak masa depnya selama masih di sekolah atau madrasah d sesudah tamat, memilih program studi ljut sebagai persiap untuk kelak memgku jabat tertentu. d) Lay penguasa konten Suatu lay btu kepada peserta didik baik sendiri maupun kelompok untuk menguasai kemampu atau kompetensi tertentu melalui kegiat belajar. e) Lay konseling individu Suatu lay yg diselenggarak oleh seorg konselor terhadap seorg peserta didik (klien) dalam rgka pengentas masalah pribadi peserta didik (klien). f) Lay konseling kelompok Suatu upaya dari konselor dalam membtu peserta didik dalam memecahk masalah yg dialami oleh masing-masing ggota kelompok. Masalah pribadi dibahas melalui suasa dinamika

19 33 kelompok yg intens d konstruktif, diikuti oleh semua ggota kelompok dibawah bimbing pemimpin kelompok (konselor). g) Lay bimbing kelompok Merupak suatu cara memberik btun kepada peserta didik melalui kegiat kelompok. Dalam lay ini, aktivitas d dinamika kelompok harus diwujudk untuk membahas berbagai hal yg berguna bagi pengembg atau pemecah masalah individu yg menjadi peserta lay. 19 h) Lay konsultasi Suatu lay yg dilaksak oleh konselor terhadap seorg pelgg (konsulti) yg memungkinknya memperoleh wawas, pemaham, d cara-cara yg perlu dilaksaknya dalam mengi kondisi atau permasalah pihak ketiga. i) Lay mediasi Lay mediasi merupak lay konseling yg dilaksak konselor terhadap dua pihak atau lebih yg sedg dalam keada saling tidak menemuk kecocok Wardati Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal Tohirin, Bimbing d Konseling di Sekolah d Madrasah, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2013), cet 5, hal

20 34 3) Kegiat Pendukung Bimbing d Konseling a) Aplikasi instrumentasi Yaitu kegiat mengumpulk data tentg diri peserta didik d lingkungnya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non-tes. b) Himpun data Yaitu kegiat menghimpun data yg relev deng pengembg peserta didik, yg diselenggarak secara berkeljut, sistematis, komprehensif, terpadu d bersifat rahasia. c) Konferensi kasus Yaitu kegiat membahas permasalah peserta didik dalam pertemu khusus yg dihadiri oleh pihak-pihak yg dapat memberik data, kemudah d komitmen bagi terentasknya masalah peserta didik, yg bersifat terbatas d tertutup. d) Kunjung rumah Yaitu kegiat memperoleh data, kemudah d komitmen bagi terentasknya masalah peserta didik melalui pertemu deng org tua d atau keluargya. e) Tampil kepustaka Yaitu kegiat menyediak berbagai bah pustaka yg dapat digunak peserta didik dalam pengembg pribadi, kemampu sosial, kegiat belajar, d karir.

21 35 f) Alih tg kasus Yaitu kegiat untuk memindahk peng masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahli d kewengnya. 21 c. Bimbing d Konseling Komprehensif Bimbing d Konseling Komprehensif adalah upaya sistematis, objektif, logis, d berkeljut serta terprogram yg dilakuk oleh konselor untuk memfasilitasi perkembg peserta didik untuk mencapai kemdiri dalam kehidupnya mencakup seluruh rah kehidupnya. Secara umum tuju dari bimbing d konseling pola 17+ d bimbing d konseling komprehensif adalah sama, yaitu membtu peserta didik mengenal bakat, minat, d kemampunya, serta memilih d menyesuaik diri deng kesempat, pendidik, d merencak karier yg sesuai deng tuntut kerja. Ak tetapi, bimbing d konseling komprehensif juga bertuju untuk meengembgk pola 17+ yg ada saat ini. Dalam penyelenggara bimbing d konseling komprehensif terdapat 4 komponen pelay yg meliputi pelay dasar bimbing, pelay responsif, perenca individual, d dukung sistem. Berikut penjelas dari 4 komponen pelay tersebut. 22 1) Pelay Dasar Bimbing (Guidce Curriculum) Lay dasar diartik sebagai proses pemberi btu kepada seluruh peserta didik melalui kegiat penyiap pengalam 21 Wardati Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal Ibid, hal. 136

22 36 terstruktur secara klasikal atau kelompok yg disajik secara sistematis dalam rgka mengembgk perilaku jgka pjg sesuai deng tahap d tugas-tugas perkembg yg diperluk dalam pengembg kemampu memilih d mengambil keputus dalam menjali kehidupnya. 2) Pelay Resposif Lay responsif merupak pemberi btu kepada peserta didik yg menghadapi kebutuh d masalah yg memerluk pertolong deng segera, sebab jika tidak segera dibtu dapat menimbulk gggu dalam proses pencapai tugas-tugas perkembg. Konseling individual, konseling krisis, konsultasi deng org tua, guru d alih tg kepada ahli lain adalah ragam btu yg dapat dilakuk dalam pelay responsif. 3) Perenca Individual Lay ini diberik kepada peserta didik agar mampu merumusk d melakuk aktivitas yg berkait deng perenca masa dep berdasark pemaham ak kelebih d kekurg dirinya, serta pemaham ak pelug d kesempat yg tersedia di lingkungnya. Pemaham peserta didik secara mendalam deng segala karakteristiknya, penafsir hasil asesmen, d penyedia informasi yg akurat sesuai deng pelug d potensi yg dimiliki peserta didik amat diperluk sehingga peserta didik mampu memillih d mengambil keputus yg tepat didalam

23 37 mengembgk potensinya secara optimal, termasuk keberbakat d kebutuh khusus peserta didik. 4) Dukung Sistem Ketiga komponen diatas, merupak pemberi lay bimbing d konseling kepada peserta didik secara lgsung. Sedgk dukung sistem merupak komponen lay d kegiat majemen, tata kerja, infrastruktur (misalnya teknologi informasi d komunikasi) d pengembg kemampu profesional konselor secara berkeljut, yg secara tidak lgsung memberik btu kepada peserta didik atau memfasilitasi kelcar perkembg peserta didik. 3. Pelaksa Bimbing d Konseling di Sekolah a. Perenca Program Lay Bimbing d Konseling Perenca merupak suatu lgkah persiap dalam pelaksa suatu pekerja untuk mencapai tuju tertentu. 23 Hatch d Stefflre menyatak bahwa perenca adalah : (a) the presence of e need, (b) alysis of the situation, (c) a review of a alternate possibilities, (d) the choice of the course of action. 24 Sedgk, Sugiyo mengemukak bahwa perenca merupak aktivitas atau keputus apapun yg diputusk dalam suatu orgisasi dalam jgka waktu tertentu Yusak Burhudin, Administrasi Pendidik, (Bdung: Pustaka Setia, 2005), hal Achmad Juntika Nurihs, Strategi Lay Bimbing d Konseling, (Bdung: PT Refika Aditama, 2005), hal Sugiyo, Majemen Bimbing d Konseling di Sekolah, (Semarg: Widya Karya, 2011), hal. 30

24 38 Dari pendapat dari beberapa ahli diatas dapat disimpulk bahwa perenca adalah proses yg mempersiapk segala sesuatu yg diperluk dalam pelaksa suatu pekerja didalam orgisasi untuk mencapai tuju yg telah ditetapk. Sehingga perenca program lay bimbing d konseling adalah proses mempersiapk program untuk melaksak kegiat bimbing d konseling agar mencapai tuju dari bimbing d konseling yaitu membtu peserta didik berkembg secara mdiri d optimal. Menurut Sukardi menyatak dalam tahap penyusun program perlu dipertimbgk (a) perumus masalah yg dihadapi peserta didik, konselor, d kepala sekolah, (b) perumus tuju yg jelas, d (c) perumus inventaris berbagai fasilitas yg ada, personel, d ggar biaya. 26 Sedgk, menurut Sugiyo menjelask bahwa kegiat perenca adalah sebagai berikut (a) alisis kebutuh/permasalah peserta didik, (b) penentu tuju, (c) alisis kondisi d situasi sekolah, (d) penentu jenis kegiat yg ak dilaksak, (e) penentu teknik d strategi kegiat, (f) penentu personel yg melaksak, (g) perkira biaya d fasilitas yg digunak, (h) mengtisipasi kemungkin hambat dalam pelaksa, d (i) waktu d tempat kegiat Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbing d Penyuluh di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal Sugiyo, Majemen Bimbing d Konseling di Sekolah, (Semarg: Widya Karya, 2011), hal. 30

25 39 Dari berbagai pendapat diatas maka dapat disimpulk bahwa kegiat perenca terdiri dari (1) alisis need assesment peserta didik, (2) alisis kebutuh lingkung, (3) menetapk tuju atau hasil yg ingin dicapai, (4) mampu membuat d menggunak instrumen, (5) menetapk jenis, strategi, kegiat lay, d pendukung, (6) penentu jadwal kegiat lay d pendukung, d (7) menentuk ggar da d fasilitas. Berikut ak dirincik proses prenca program lay bimbing d konseling yg dilakuk oleh konselor : 1) Analisis need assesment peserta didik Need assesment atau masalah peserta didik adalah hal yg menygkut karakteristik peserta didik, seperti aspek fisik (kesehat d keberfungsinya), kecerdas, motif belajar, sikap d kebiasa belajar, minat d bakatnya (pekerja, olahraga, seni, d keagama), masalah-masalah yg dialami, d kepribadi atau tugas-tugas perkembgnya, sebagai ldas untuk memberik pelay bimbing d konseling. Jadi need assesment peserta didik adalah proses menguraik, membedak, d menelaah berbagai data mengenai peserta didik untuk mengetahui kebutuh peserta didik. Dalam mendapatk data-data ini konselor dapat membuat, menggunak, mengembgk d memilih instrumen yg sesuai deng kebutuh, baik itu menggunak instrumen tes d non-tes. Pada umumnya pengumpul data-data ini dilaksak pada awal tahun ajar baru.

26 40 2) Analisis kebutuh lingkung Kebutuh lingkung adalah hal yg berkait deng kegiat mengidentifikasi harap sekolah d masyarakat (org tua peserta didik), sara d prasara pendukung program sekolah/madrasah, kondisi d kualifikasi konselor, d kebijak pemimpin sekolah. Dalam melakuk alisis kebutuh lingkung ini konselor perlu mempertimbgk kebijak yg ada di sekolah, baik kebijak dari kepala sekolah ataupun kebijak dari wakil kepala bagi kurikulum. Konselor juga harus mempertimbgk situasi d kondisi sekolah, fasilitas penunjg yg dimiliki oleh sekolah, d sebagainya. 3) Menetapk tuju atau hasil yg ingin dicapai Tuju merupak bagi utama dari perenca, sebab tuju berfungsi sebagai alat pengendali atau tolak ukur dari pelaksa kegiat bimbing d konseling di sekolah. Dalam menetapk tuju perlu memperhatik hasil alisis need assesment peserta didik d kebutuh lingkung sekolah. Penentu tuju ini harus terarah d tidak boleh memisahk kebutuh peserta didik d lingkung sekolah. 4) Mampu membuat d menggunak instrumen Perenca program lay bimbing d konseling digunak untuk merumusk tuju dari kegiat bimbing d konseling. Tuju ak dirumusk setelah konselor mengetahui kebutuh peserta didik d lingkung sekolah. Untuk mengetahui kebutuh

27 41 tersebut, konselor memerluk suatu alat yg dinamak deng instrumen. Instrumen dalam bimbing d konseling ada 2, yaitu instrumen tes d non tes. Instrumen tes merupak himpun pertya yg harus dijawab, atau pernyata-pernyata yg harus dipilih atau ditggapi, atau tugas-tugas yg harus dilakuk oleh org yg dites (testee) deng tuju untuk mengukur suatu aspek perilaku atau memperoleh informasi tentg trait atau atribut dari org yg dites (testee). 28 Selain deng cara tes, alat atau cara pengumpul data dapat pula dilakuk deng cara non-tes yg dilaksak dalam bentuk wawcara, observasi, gket, atau inventori. 29 Perbeda utama tara tes d non-tes terletak dalam 3 (tiga) hal. Pertama, bahwa pada tes bersifat kutitatif, sedgk non-tes bersifat lebih ke kualitatif. Kedua, pada instrumen tes ada jawab benar d salah, sedgk pada non-tes jawab benar d salah sgat kondisional. Ketiga, pelaksa tes adalah org yg professional, sedgk pada non-tes tidak selamya harus org yg professional. 5) Menetapk jenis, strategi, kegiat lay, d pendukung Salah satu indikator dalam penguasa kergka teoritik d praksis bimbing d konseling adalah deng mengaplikasik pendekat/model/jenis pelay serta kegiat pendukung bimbing 28 Furqon d Yaya Sunarya, Pengembg Instrument Asesmen Perkembg Siswa, (Bdung: PT Raja Grafindo Persada, 2010), hal Depdiknas, Pedom Pengembg Instrument d Penilai Rah Afektif, (Jakarta: Ditjen Dikdasmen, Direktorat Pendidik Ljut Pertama, 2004)

28 42 d konseling. Pada tahap ini konselor melakuk identifikasi lebih mendalam untuk mencapai tuju yg ingin dicapai. Konselor harus menetapk jenis, strategi, d teknik lay yg tepat sebab dalam kebutuh membutuhk perlaku yg berbeda dalam mencapai tuju yg diharapk. Konselor pada sekolah yg tidak memiliki alokasi jam harus lebih kreatif dalam menentuk jenis lay, sebab tidak semua lay yg dapat dilaksak pada waktu yg sudah diprogramk. Hal ini senada dalam Permendiknas Nomor 27 Tahun 2008 tentg Stdar Kualifikasi Akademik d Kompetensi Konselor. Dalam Lampirnya menjelask bahwa konselor diharapk mampu menguasai kergka teoritik d praksis bimbing d konseling d mampu mengaplikasik pendekat/model/jenis pelay/serta kegiat pendukung bimbing d konseling. 30 6) Penentu jadwal kegiat lay d pendukung Dalam penyusun program bimbing d konseling hendaknya dirumusk deng jelas tuju yg ingin dicapai dalam mengi masalah, dirumusk bentuk-bentuk kegiat yg berkena deng butir d subbutir rinci kegiat waktu peaksa, d sasarnya. 31 Program bimbing d konseling di sekolah yg telah ditugk kedalam renca kegiat perlu dijadwalk mencakup kedalam bentuk 30 Permendinas Nomor 27 Tahun 2008 Tentg Stdar Kualifikasi Akademik d Kompetensi Konselor 31 Dewa Ketut Sukardi, Proses Bimbing d Penyuluh di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1995), hal. 30

29 43 kalender kegiat. Kalender kegiat mencakup kalender tahun, semester, bul, minggu d hari. Konselor yg tidak memiliki alokasi jam terkadg tidak bisa melaksak kegiat bimbing d konseling sesuai deng program, sehingga dalam menentuk jadwal kegiat lay konseling harus; (1) melakuk lobby atau koordinasi deng guru mata tertentu saat ak memberik lay didalam jam peajar, d (2) melakuk kesepakat deng peserta didik dalam satu waktu diluar jam pembelajar untuk kegiat bimbing d konseling. 7) Menentuk ggar da d fasilitas. Menentuk ggar da sgatlah penting karena ggar ak mendukung peningkat lay yg diberik kepada peserta didik d merupak salah satu indikator dari akuntabilitas dari lay bimbing d konseling. Hal ini senada seperti apa yg dikemukak Sukardi bahwa dalam penyusun program bimbing d konseling disekolah hendaknya dirumusk d diinventarisasik berbagai fasilitas yg ada, termasuk didalamnya personel bimbing d konseling yg telah ada sebagai penopg pelaksa program bimbing d konseling disekolah, serta ggar biaya yg diperluk untuk memperlcar jalnya kegiat bimbing d konseling disekolah Ibid, hal. 30

30 44 Dalam penentu fasilitas, konselor perlu (1), menempatk fasilitas (dekorasi, perabot d sebagainya) yg ada secara tepat, (2), rug kerja sendiri, (3), rug pendukung kegiat bimbing d konseling (rug bimbing d konseling kelompok, rug penyimp data d perlengkap, rug tamu, rug konseling individu, d sebagainya). b. Pelaksa Program Lay Bimbing d Konseling Pelaksa merupak hal yg paling penting dalam suatu kegiat, pelaksa merupak tindak nyata yg dilakuk oleh sekelompok org untuk merealisasik perenca yg telah dircg sebelumnya. Pelaksa adalah kegiat pelay bimbing d konseling yg terkait secara lgsung deng peserta didik. 33 Berdasark pengerti diatas maka dapat disimpulk pelaksa adalah upaya yg dilakuk oleh konselor dalam melaksak kegiat pelay bimbing d konseling untuk mencapai tuju yg sudah ditentuk sebelumnya. Konselor yg tidak memiliki alokasi jam lebih byak melakuk kegiat bimbing d konseling diluar jam pembelajar, hal ini disesuaik deng kesepakat deng sasar lay d guru mata yg sudah di lobby sebelumnya. Pelaksa kegiat bimbing d konseling didasark pada tugas pokok konselor yg sudah dijabark kedalam program-program kegiat. Unsur-unsur yg terdapat dalam tugas pokok guru pembimbing 33 Dewa Ketut Sukardi, Pengtar Pelaksa Program Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal. 56

31 45 atau konselor meliputi : (1) bidg-bidg bimbing, (2) jenis-jenis lay, (3) jenis-jenis kegiat pendukung bimbing d konseling, (4) tahap pelaksa program bimbing d konseling, d (5) jumlah peserta didik yg menjadi tggung jawab konselor. 34 Berikut ak dirincik tugas pokok konselor dalam melaksak program lay bimbing d konseling disekolah : 1) Bidg-Bidg Bimbing a) Bidg bimbing pribadi b) Bidg bimbing sosial c) Bidg bimbing sosial d) Bidg bimbing karir. 35 2) Jenis-Jenis Lay a) Lay Orientasi b) Lay Informasi c) Lay Penempat d Penyalur d) Lay Pembelajar atau Penguasa Konten e) Lay Konseling Individu. 36 f) Lay Konseling Kelompok g) Lay Bimbing Kelompok Achmad Juntika Nurihs, Strategi Lay Bimbing d Konseling, (Bdung: PT Refika Aditama, 2005), hal Lampir Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 Bimbing d Konseling pada Pendidik Dasar d Pendidik Menengah 36 Dewa Ketut Sukardi, Pengtar Pelaksa Program Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal Achmad Juntika Nurihs, Strategi Lay Bimbing d Konseling, (Bdung: PT Refika Aditama, 2005), hal

32 46 h) Lay Mediasi i) Lay Konsultasi. 38 3) Jenis-Jenis Kegiat Pendukung Bimbing d Konseling a) Aplikasi Instrumen b) Himpun Data c) Konferensi Kasus d) Kunjung Rumah e) Alih Tg Kasus f) Tampil Kepustaka. 39 4) Tahap Pelaksa Program Bimbing d Konseling Untuk tahap pelaksa program bimbing d konseling yg perlu di tempuh ada 5 (lima) tahap, yaitu : a) Tahap Perenca, program direncak secara tertulis deng memuat sasar, tuju, materi, metode, waktu, tempat, d renca penilai. b) Tahap Pelaksa, program dilaksak sesuai deng perenca yng sudah ditetapk menjadi program. c) Tahap Penilai, mengukur hasil kegiat deng nilai. d) Tahap Analisis Hasil, hasil penilai dialisis untuk mengetahui aspek-aspek yg perlu mendapatk perhati lebih ljut. 38 Prayitno Erm Anti, Dasar-Dasar Bimbing d Konseling, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1999), hal Wardati Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal. 106

33 47 e) Tahap Tindak Ljut, yaitu menindakljuti hasil kegiat berdasark hasil alisis yg dilakuk sebelumnya melalui lay atau kegiat pendukung yg relev. 40 5) Jumlah Peserta Didik Yg Menjadi Tggung Jawab Konselor. Jumlah peserta didik yg wajib dibimbing oleh konselor sebyak 150 peserta didik (minimal); Kepala sekolah yg berasal dari guru pembimbing sebyak 40 peserta didik; Wakil kepala sekolah yg berasal dari guru pembimbing sebyak 75 peserta didik. 41 Jadi, konselor memiliki beb tggung jawab minimal 150 peserta didik, hal ini juga sudah diatur dalam SK Mendikbud Nomor 025/0/1995. Konselor yg peserta didik asuhnya kurg dari 150 peserta didik maka diusahak untuk memenuhi kekurgnya deng kegiatkegiat sesuai deng ketentu. Beb tugas d tggung jawab konselor sebagai suatu profesi yg berbeda deng bentuk tugas guru mata, maka beb tugas atau pengharga jam kerja konselor ditetapk 36 jam / minggu deng rinci sebagai berikut : a) Kegiat penyusun program bimbing d konseling dihargai sebyak 12 jam b) Kegiat pelaksa program bimbing d konseling dihargai sebyak 18 jam. 40 Ibid, hal Ibid, hal. 76

34 48 c) Kegiat evaluasi pelaksa program bimbing d konseling dihargai sebyak 6 jam d) Konselor yg membimbing 150 peserta didik dihargai sebyak 18 jam, selebihnya dihargai sebagai bonus deng ketentu sebagai berikut : peserta didik sama deng 2 jam peserta didik sama deng 4 jam peserta didik sama deng 6 jam peserta didik sama deng 8 jam peserta didik sama deng 10 jam 76- atau lebih sama deng 12 jam. 4. Waktu Pelaksa Program Bimbing d Konseling di Sekolah Menurut Wardati d Mohammad Jauhar dalam bukunya implementasi bimbing d konseling disekolah, pelaksa kegiat khusus dalam bimbing d konseling dibagi menjadi 2 (dua) yakni : 43 1) Didalam jam pembelajar sekolah : a) Kegiat tatap muka secara klasikal deng peserta didik untuk menyelenggarak lay informasi, penempat d penyalur, penguasa konten, kegiat instrumentasi, serta lay/kegiat lain yg dapat dilakuk didalam kelas. 42 Dewa Ketut Sukardi, Pengtar Pelaksa Program Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hal Wardati Mohammad Jauhar, Implementasi Bimbing d Konseling di Sekolah, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2011), hal. 109

35 49 b) Volume kegiat tatap muka klasikal adalah 2 (dua) jam per kelas per minggu d dilaksak secara terjadwal c) Kegiat tidak tatap muka deng peserta didik untuk menyelenggarak lay konsultasi, kegiat konferensi kasus, himpun data, kunjung rumah, pemfaat kepustaka, d alih tg kasus. 2) Diluar jam pembelajar sekolah : a) Kegiat tatap muka deng peserta didik untuk menyelenggarak lay orientasi, konseling perorg, bimbing kelompok, konseling kelompok, d mediasi serta kegiat lainnya yg dapat dilaksak diluar kelas. b) Satu kali kegiat lay/pendukung konseling diluar kelas/diluar jam pembelajar setara deng 2 (dua) jam pembelajar tatap muka dalam kelas c) Kegiat pelay konseling diluar jam pembelajar sekolah maksimum 50 % dari seluruh kegiat pelay konseling, diketahui d dilapork kepada pimpin sekolah d) Kegiat pelay konseling dicatat dalam lapor pelaksa program (LAPELPROG) e) Volume d waktu untuk pelaksa kegiat pelay konseling didalam d diluar kelas setiap minggu diatur oleh konselor deng persetuju pimpin sekolah

36 50 f) Program pelay konseling pada masing-masing satu sekolah dikelola deng memperhatik keseimbg d kesinambung program tarkelas d tarjenjg kelas, d mensinkronisasik program pelay konseling deng kegiat pembelajar mata d kegiat ekstra kurikuler, serta mengefektifk d mengefisienk pengguna fasilitas sekolah. Sedgk menurut Permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentg bimbing d konseling pada pendidik dasar d pendidik menengah, dalam lampirnya menjelask bahwa lay bimbing d konseling pada satu pendidik diselenggarak oleh tenaga pendidik profesional yaitu Konselor. Lay Bimbing d Konseling diselenggarak di dalam kelas (klasikal) d di luar kelas. Kegiat bimbing d konseling di dalam kelas d di luar kelas merupak satu kesatu dalam lay profesional bidg bimbing d konseling. Lay dircg d dilaksak deng memperhatik keseimbg d kesinambung program tarkelas d tar jenjg kelas, serta mensinkronk deng kegiat pembelajar mata d kegiat ekstra kurikuler. Lay bimbing d konseling di dalam kelas buk merupak mata bidg studi, namun terjadwal secara rutin di kelas dimaksudk untuk melakuk asesmen kebutuh lay bagi peserta didik/konseli d memberik lay yg bersifat pencegah, perbaik d penyembuh, pemelihara, d atau pengembg. Sedgk, untuk kegiat lay

37 51 bimbing d konseling di luar kelas dapat dihitung jam kerja deng menggunak tabel berikut ini : 44 Tabel 2.1 Perhitung Ekuivalensi Kegiat Lay bimbing d konseling di luar kelas deng jam kerja. No Kegiat Urai Pelapor Duras i Jumlah pertemu ekuival en Konseling individual Konseling kelompok Bimbinga n kelompok Bimbinga n klasikal Bimbinga n kelas Disusun lapor d status konseling Disusun lapor d tersedia RPLBK serta status konseling Disusun lapor d tersedia RPLBK serta status konseling Disusun lapor d tersedia RPLBK serta perkemba ng siswa Disusun lapor 40 menit 40 menit 40 menit 2 x 40 menit Melaksak lay konseling baik siswa datg sendiri atau dipggil Melaksak lay konseling kelompok baik siswa datg sendiri atau dipggil Melaksak lay bimbing kelompok baik siswa datg sendiri atau dipggil Melaksak lay tatap muka dikelas secara terjadwal berupa asesmen kebutuh siswa / materi bidgbidg bimbing Melaksak lay tatap pertem u 1 pertem u 1 pertem u 1 pertem u 1 pertem deng 2 jam deng 2 jam deng 2 jam deng 2 jam deng 44 Lampir permendikbud Nomor 111 Tahun 2014 tentg bimbing d konseling pada pendidik dasar d pendidik menengah

38 52 besar / lintas kelas 6. Konsultasi Kolaborasi deng guru Kolaborasi deng org tua Kolaborasi deng ahli lain Kolaborasi deng lembaga lain muka deng jumlah siswa Memberik lay kepada siswa, org tua, d pendidik dalam upaya perkembg siswa Melaksak kolaborasi kerja dalam melaksak tugas profesi BK Melaksak kolaborasi deng org tua untuk kepenting kesukses siswa d tercapainya lay BK Melaksak kolaborasi deng ahli lain untuk kepenting kesukses siswa d tercapainya tuju lay BK Melaksak kolaborasi deng lembaga untuk kepenting kesukses d dilengkapi surat/foto Tersedia catat konsultasi Tersedia catat komuni kasi Tersedia catat komuni kasi Disusun lapor d tersedia naskah kerjasama/ surat penugas dari kepala sekolah Disusun lapor d tersedia naskah kerjasama/ menit u 3 jam +/- 20 menit meny esuai k meny esuai k meny esuai k meny esuai k 2 pertem u / 2 konseli 1 bidg studi 1 pertem u 1 pertem u untuk org tua dari 1 siswa 1 pertem u untuk org tua satu kelas 1 ahli 1 pertem u 1 lembag a 1 pertem u deng 1 jam 1 jam 1 jam 2 jam 1 jam 2 jam

39 Konferen si kasus 12. Home visit Lay advokasi Pengelolaa n pap bimbing Pengelolaa n kotak masalah siswa d tercapainya lay BK Melaksak pertemu khusus untuk penyelesai masalah siswa deng melibatk pihak lain Melaksak kunjung rumah org tua siswa dalam rgka klarifikasi, pengumpul data, konsultasi d kolaborasi untuk pengembg diri siswa Melaksak kegiat pendamping siswa Memberik lay BK melalui media pap bimbing dalam bidg - bidg bimbing Memberik lay BK berdasark surat dari siswa surat penugas dari kepala sekolah Tersedia catat/not ulen konferensi kasus d status penyelesai kasus Disusun lapor kunjung rumah d surat penugas dari kepala sekolah Disusun lapor advokasi Tersedia dokumen d bukti pernah dipasg dalam pap bimbing Tersedia bukti surat dari siswa d lay yg telah diberik meny esuai k meny esuai k meny esuai k 1 karya 1 masal ah 1 kali 1 kali 1 kali 1 kali (10-15 hari sekali) 1 kali 2 jam 1 jam 1 jam 2 jam 1 jam

40 Pengelolaa n leaflet Pengemba ng media BK Kegiat tambah Melaksa k d menindak ljuti assesment Memberik lay BK melalui media leaflet bimbing dalam bidg bidg bimbing Pembuat / pengembg hasil kreatifitas konselor berupa alat peraga cetak, elektronik, film d komputer Melaksak tugas sebagai pembina ekstra kurikuler, instruktur, dll Melaksak tugas sebagai koordinator BK Melaksak assesment kebutuh lay d mengumpulk Tersedia leaflet d bukti dibagik kepada siswa Hasil kreatifitas berupa : softcopy (power point, excel), pengemba ng film d flash, elektronik d non elektronik Disusun lapor d tersedia bukti fisik Tersedia bukti surat penugas dari kepala sekolah Disusun lapor d ada dokumen nya 1 karya 1 karya meny esuai k meny esuai k meny esuai k 1 kali cetak 1 kali Menye suaik 1 minggu Ter progra m 1 jam 2 jam Tidak dihitun g beb tugas kerja, tapi dihitun g untuk kepenti ng kenaik pgka t 4 jam 2 jam

41 55 kebutuh data peminat Menyusun d melaporka n program kerja Membuat evaluasi Melaksa k administra si d majeme n BK Membuat persiap sampai menjadi program setiap semester diikuti pembuat pelapor kegiat Melaksak d melapork evaluasi pelaksa program Mengelola buku masalah, buku kasus, menginventarisi r d input data hari, data pendamping peminat, merekap d mengalisis kehadir; absensi, keterlambat, bolos d dispensasi yg ditindak ljuti Hasil need assesment d program tahun d semester Form lapor evaluasi Tersedia administra si lay BK (misalnya) : buku masalah, buku kasus, buku komunikas i, data siswa di computer, lembar kerja, rekap absensi, surat pggil org tua, dll) meny esuai k meny esuai k meny esuai k Setiap bul Menye suaik Setiap minggu Tidak dihitun g tapi harus dilakuk Tidak dihitun g tapi harus dilakuk 1 jam

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya.

BAB V ANALISIS DATA. a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah. dengan peserta didik yang diasuhnya. BAB V ANALISIS DATA 1. SMPN 1 Sumberrejo a) Bimbingan dan konseling yang tidak memiliki jam pelajaran di sekolah Bagi konselor, jam pelajaran bagi bimbingan dan konseling mempunyai makna yang sangat penting,

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MEMBUAT ANYAMAN KERTAS PADA SISWA KELAS VII DENGAN METODE DEMONSTRASI DI SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MEMBUAT ANYAMAN KERTAS PADA SISWA KELAS VII DENGAN METODE DEMONSTRASI DI SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI PENINGKATAN HASIL BELAJAR KETERAMPILAN MEMBUAT ANYAMAN KERTAS PADA SISWA KELAS VII DENGAN METODE DEMONSTRASI DI SMP NEGERI 8 TEBING TINGGI Bungar Situmorg Surel : bungarsitumorg05@gmail.com ABSTRAK Peneliti

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATED PADA PERKULIAHAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DI FKIP UM METRO

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATED PADA PERKULIAHAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DI FKIP UM METRO IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INTEGRATED PADA PERKULIAHAN PENDIDIKAN ILMU SOSIAL DI FKIP UM METRO Bobi Hidayat & Kuswono Staf Pengajar Universitas Muhammadiyah Metro Abstrak: Peneliti ini merupak peneliti

Lebih terperinci

ANALISA DAN DESAIN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN (STUDI KASUS : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NTT DI KUPANG)

ANALISA DAN DESAIN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN (STUDI KASUS : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NTT DI KUPANG) ANALISA DAN DESAIN SISTEM INFORMASI ADMINISTRASI KEPEGAWAIAN (STUDI KASUS : DINAS PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PROVINSI NTT DI KUPANG) Gloria Ch Mulgga, Rully Soelaim Program Studi Magister Majemen Teknologi

Lebih terperinci

Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Dasar Hukum

Pendahuluan A. Latar Belakang B. Tujuan C. Dasar Hukum I Pendahulu A Latar Belakg Penyelenggara d pengelola pendidik di sekolah pada dasarnya meliputi kegiat: perenca, pelaksa, d pengawas Kegiat-kegiat tersebut saling berkait d merupak fungsi pokok dari kegiat

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2015

KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2015 KERANGKA ACUAN PERBAIKAN MUTU DAN KINERJA PUSKESMAS TAHUN 2015 I. Pendahulu Dalam mencapai derajat kesehat yg optimal dibidg kesehat pada saat ini diupayak melalui perbaik mutu pelay di fasilitas Puskesmas

Lebih terperinci

Bimafika, 2015, 7,

Bimafika, 2015, 7, Bimafika, 2015, 7, 816-820 PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA KONSEP MINYAK BUMI MELALUI PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN LSQ (LEARNING START WITH A QUESTION) PADA SISWA KELAS X NEGERI 3 AMAHAI KABUPATEN MALUKU

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pendampingan, Perangkat Pembelajaran, Student Center Learning

Kata Kunci: Pendampingan, Perangkat Pembelajaran, Student Center Learning PENGUATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS STUDENT CENTER LEARNING (SCL) di SDN PATEMON IX SURABAYA Endg Suprapti 1), Sujinah 2), Wiwi Wikta 3), Suher 4) Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III dalam Perencanaan Incident Management akan membahas

BAB III METODE PENELITIAN. Pada Bab III dalam Perencanaan Incident Management akan membahas BAB III METODE PENELITIAN Pada Bab III dalam Perenca Incident Magement ak membahas semua aktivitas yg dilakuk dari awal kegiat sampai akhir. Gambar 3.1 merupak alur dari sergkai tahap metodologi peneliti.

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KINERJA PUSKESMAS

KERANGKA ACUAN KINERJA PUSKESMAS KERANGKA ACUAN KINERJA PUSKESMAS A. Pendahulu Dalam mencapai derajat kesehat yg optimal dibidg kesehat pada saat ini diupayak melalui perbaik mutu pelay di fasilitas Puskesmas merupak fasilitas kesehat

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidik Jasmi Kesehat d Rekreasi Nama Mata Kuliah : Pembina Ekstrakurikuler

Lebih terperinci

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERDASARKAN MEDIA VISUAL SISWA KELAS VII SMP

KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERDASARKAN MEDIA VISUAL SISWA KELAS VII SMP KEMAMPUAN MENULIS PUISI BERDASARKAN MEDIA VISUAL SISWA KELAS VII SMP Vincencia Dwi Indra Astuti Iqbal Hilal Ni Nyom Wetty S. Fakultas Keguru d Ilmu Pendidik e-mail:vinsadwi@gmail.com Abstract The aim of

Lebih terperinci

Volume I No.01, Februari 2016 ISSN :

Volume I No.01, Februari 2016 ISSN : ANALISA FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN LOKASI TERHADAP TINGKAT PENJUALAN USAHA JASA MIKRO DI KABUPATEN LAMONGAN *( Ali fathoni Prodi Majemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Islam Lamong Jl. Veter

Lebih terperinci

KAJIAN TEORI DAN METODE

KAJIAN TEORI DAN METODE PERBANDINGAN KEGIATAN UKS DENGAN USAHA KESEHATAN DI PUSAT KEGIATAN BELAJAR MASYARAKAT BINA MANDIRI CIPAGERAN KECAMATAN CIMAHI UTARA KOTA CIMAHI TERHADAP KESEHATAN LINGKUNGAN KELURAHAN CIPAGERAN KOTA CIMAHI

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE PADA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE PADA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA. PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PICTURE AND PICTURE PADA PELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA Oleh : Ela Susilawati, Elly Sukmasa, Nedin Badruzzam Program Studi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN BERBASIS WEB DI KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG

SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN BERBASIS WEB DI KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG SISTEM INFORMASI KEPEGAWAIAN BERBASIS WEB DI KEJAKSAAN NEGERI KABUPATEN BANDUNG 1 Charel Samuel Matulessy, S.T., M.Kom., Pigi Tridisyah 1 Program Studi Teknik Informatika POLITEKNIK & STMIK LPKIA Program

Lebih terperinci

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN INFORMASI INSTITUSI

BAB 3 ANALISIS KEBUTUHAN INFORMASI INSTITUSI BAB 3 ANALIS KEBUTUHAN INFORMA INSTITU 3.1 Struktur Orgisasi, Tugas d Weweng 3.1.1 Struktur Orgisasi Struktur orgisasi di bawah ini merupak hasil gabung dari berbagai struktur orgisasi universitas yg didapat

Lebih terperinci

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat

Biro Bina Sosial, Sekretariat Daerah Propinsi Sumatera Barat BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 VISI DAN MISI RPJMD SUMATERA BARAT Visi jgka menengah daerah Provinsi Sumatera Barat adalah sebagai berikut : Terwujudnya Masyarakat Sumatera

Lebih terperinci

REVIU RENCANA STARATEGIS (RENSTRA)

REVIU RENCANA STARATEGIS (RENSTRA) 2017- ------- REVIU RENCANA STARATEGIS (RENSTRA) 2015-2019 PENGADILAN NEGERI ANDOOLO L. KOMPLEKS PERKANTORAN KAB. KONASE SELATAN, \ WEBSITE : WWW.PN-ANDOOLO.GO.ID EMAIL : pn doolo@yahoo.co.id 1 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENGGALANGAN KOMITMEN PUSKESMAS COKONDANG TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN PENGGALANGAN KOMITMEN PUSKESMAS COKONDANG TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN PENGGALANGAN KOMITMEN PUSKESMAS COKONDANG TAHUN 2017 A. Pendahulu Dalam era globalisasi ttg terbesar bagi suatu lembaga baik pemerintah maupun swasta adalah kemampu untuk menjamin kepuas

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATA PELAJARAN PEREKAYASAAN SISTEM RADIO DAN TELEVISI UNTUK SMK NEGERI 5 SURABAYA

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATA PELAJARAN PEREKAYASAAN SISTEM RADIO DAN TELEVISI UNTUK SMK NEGERI 5 SURABAYA Pengembg Media Pembelajar Berbasis Lectora PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN BERBASIS LECTORA INSPIRE PADA MATA PELAJARAN PEREKAYASAAN SISTEM RADIO DAN TELEVISI UNTUK SMK NEGERI 5 SURABAYA As Rachmawati

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliti Jenis peneliti ini adalah peneliti deskriptif pendekat kualitatif untuk menghasilk gambar jelas d terperinci mengenai kemampu berpikir tingkat tinggi siswa dibedak

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya

BAB II LANDASAN TEORI. 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling. Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada dalam rangka upaya 22 BAB II LANDASAN TEORI A. Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling 1. Pengertian Kegiatan Layanan Bimbingan dan Konseling Kata layanan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah cara melayani atau sesuatu

Lebih terperinci

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling

KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING. A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling KONSEP DAN STRATEGI LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING A. Konsep Layanan Bimbingan dan Konseling Guru Bimbingan dan Konseling atau Konselor adalah guru yag mempunyai tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak

Lebih terperinci

2. RUANG LINGKUP Prosedur ini berlaku di semua program studi di lingkungan UNIMED.

2. RUANG LINGKUP Prosedur ini berlaku di semua program studi di lingkungan UNIMED. . TUJUAN Menjamin pelaksa praktikum berlgsung tertib d lcar sesuai deng tuju praktikum. 2. RUANG LINGKUP Prosedur ini berlaku di semua program studi di lingkung UNIMED. 3. URAIAN UMUM 3.. Laboratorium

Lebih terperinci

Perancangan Aplikasi E-Learning Pada SMA Nurul Iman Palembang

Perancangan Aplikasi E-Learning Pada SMA Nurul Iman Palembang Percg Aplikasi E-Learning Pada SMA Nurul Im Palembg Alhaze Perda (hazekuu@gmail.com) M. Haviz Irfi ( h_irfi@yahoo.com ) Jurus Sistem Informasi Kekhusus Komputerisasi Akuntsi STMIK MDP PALEMBANG Abstrak

Lebih terperinci

REVISI TAKSONOMI BLOOM Lorin Anderson Krathwohl

REVISI TAKSONOMI BLOOM Lorin Anderson Krathwohl REVISI TAKSONOMI BLOOM Lorin Anderson Krathwohl Apa d Bagaima Menggunaknya? Rah Afektif mencakup segala sesuatu yg terkait deng emosi, misalnya perasa, nilai, pengharga, semgat,minat, motivasi, d sikap.

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen Hubungan Pelanggan Pada PD. Mebel Marthi Palembang

Sistem Informasi Manajemen Hubungan Pelanggan Pada PD. Mebel Marthi Palembang Sistem Informasi Majemen Hubung Pelgg Pada PD. Mebel Marthi Palembg Hariysyah (tiharahari@gmail.com), Dafid, S.Si, M.T.I (Dafid@stmik-mdp.net) Jurus Sistem Informasi STMIK GI MDP PALEMBANG Abstrak: Tuju

Lebih terperinci

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)

GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) FORMULIR :. GARIS BESAR PROGRAM PENGAJARAN (GBPP) & SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP) FAKULTAS : EKONOMI PROGRAM STUDI : EKONOMI MANAJEMEN & AKUNTANSI (S1) A. IDENTITAS MATAKULIAH B. DOSEN & PENILAIAN 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun bangsa sebab

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun bangsa sebab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam membangun bangsa sebab pembangunan suatu bangsa hanya bisa dilakukan oleh sumber daya manusia yang memiliki kualitas

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH PERAWATAN PSIKO NEURO GERIATRI PURI SARAS SEMARANG)

RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH PERAWATAN PSIKO NEURO GERIATRI PURI SARAS SEMARANG) RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI REKAM MEDIS BERBASIS WEB (STUDI KASUS : RUMAH PERAWATAN PSIKO NEURO GERIATRI PURI SARAS SEMARANG) Julia Widya S.K.

Lebih terperinci

PENERAPAN STRATEGI QUANTUM WRITING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

PENERAPAN STRATEGI QUANTUM WRITING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SEKOLAH DASAR Penerap Strategi Qutum Writing PENERAPAN STRATEGI QUANTUM WRITING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS NARASI SISWA SEKOLAH DASAR Antonius Alam Wicaksono PGSD FIP Universitas Negeri Surabaya (toniuseducator@gmail.com)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliti Peneliti ini menggunak peneliti tindak deskriptif kualitatif. Jenis peneliti yg digunak untuk meremediasi kesalah siswa tentg materi persama d pertidaksama linear

Lebih terperinci

Jurnal Akuntasi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp

Jurnal Akuntasi ISSN Pascasarjana Universitas Syiah Kuala 10 Pages pp ISSN 2302-0164 10 Pages pp. 67-76 PENGARUH PEMANFAATAN ELEKTRONIK-MONITORING PELAKSANAAN ANGGARAN, KOMITMEN ORGANISASI DAN KOMPETENSI SUMBER DAYA MANUSIA TERHADAP KINERJA PELAKSANAAN ANGGARAN PADA KANTOR

Lebih terperinci

RENCANA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN

RENCANA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PACITAN TAHUN 2015 PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN RENCANA KERJA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KABUPATEN PACITAN TAHUN 215 PEMERINTAH KABUPATEN PACITAN DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL Jl. Veter No : 15 Telp. (357) 885272 P A C I T A N

Lebih terperinci

Pengalaman Belajar Indikator Strategi Pembelajaran

Pengalaman Belajar Indikator Strategi Pembelajaran Fakultas : Syari'ah/Al-Ahwal Al-Syakhshiyyah Mata Kuliah : Kode Mata Kuliah : 21205 SKS/JS : 3/3 Stdar Kompetensi : memecahk berbagai persoal baru dalam bidg hukum fiqih melalui upaya mengetahui d memahami

Lebih terperinci

Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Penjualan Spare Part Menggunakan Metodologi Berorientasi Objek Pada CV.

Analisis Dan Perancangan Sistem Informasi Manajemen Penjualan Spare Part Menggunakan Metodologi Berorientasi Objek Pada CV. Analisis D Percg Sistem Informasi Majemen Penjual Spare Part Menggunak Metodologi Berorientasi Objek Pada CV. Putra Gemilg Fendi (fenspin17@gmail.com), Maryto (maryto.tm@gmail.com) Suwirno Mawl, S.Kom.,

Lebih terperinci

Volume 2 No ijse.bsi.ac.id IJSE Indonesian Journal on Software Engineering

Volume 2 No ijse.bsi.ac.id IJSE Indonesian Journal on Software Engineering Percg Aplikasi Mobile Berbasis Android Untuk Pemelihara Mesin Produksi Pada PT. Temprint Muhamad Fitra Syawall, Endg Pujiastuti Program Studi Ilmu Komputer, Universitas Budi Luhur muhamadfitra@gmail.com,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal.

BAB I PENDAHULUAN. segala sisi. Hal tersebut tidak terlepas dari peran masing-masing lembaga. mudah dalam mencapai perkembangan yang optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dalam kehidupan manusia bahkan pendidikan sudah seperti bagian dari fitrah manusia untuk memilikinya. Di Indonesia,

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DOKUMEN PERSURATAN PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMSEL

SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DOKUMEN PERSURATAN PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMSEL SISTEM INFORMASI PENGOLAHAN DOKUMEN PERSURATAN PADA BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI SUMSEL Zulprisyah (zulprisyah04@yahoo.com) Dafid (dafid@stmik-mdp.net) Jurus Sistem Informasi STMIK GI MDP Abstrak :

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Terima Kasih. Medan, Desember BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MEDAN Kepala,

KATA PENGANTAR. Terima Kasih. Medan, Desember BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA MEDAN Kepala, KATA PENGANTAR Puji syukur kita ucapk kehadirat Allah SWT, Tuh Yg Maha Esa, dima melalui bimbingnya, Tim penyusun dapat merampungk perumus Renca Strategik (Renstra) Bad Perenca Pembgun Daerah (Bappeda)

Lebih terperinci

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN: PENGEMBANGAN ALAT PERAGA HUBUNGAN RODA-RODA PADA MATERI GERAK MELINGKAR BERATURAN UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI SISWA DI SMAN 1 SIDOARJO Mochamad Dedik Setiaw, Prabowo Jurus Fisika, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

JURNAL. Oleh: PATRA YANIS

JURNAL. Oleh: PATRA YANIS PENGARUH KETERAMPILAN MENGAJAR GURU, KOMPETENSI KEPRIBADIAN GURU DAN PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS X AKUNTANSI SMK CERSA PASAMAN JURNAL Oleh: PATRA YANIS 11090036

Lebih terperinci

PROGRAM KELAUTAN CI INDONESIA PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP)

PROGRAM KELAUTAN CI INDONESIA PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP) PROGRAM KELAUTAN CI INDONESIA PENGEMBANGAN KAPASITAS PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN (KKP) I. PROJECT DESCRIPTION 1. Judul Kegiat : Pengembg Kapasitas Pengelola Kawas Konservasi Perair (KKP) 2.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang RENCANA STRATEGIS BADAN KESBANGPOL TAHUN 22-27 BAB I PENDAHULUAN I.. Latar Belakg Dalam rgka memenuhi ketentu dalam Sistem Perenca Pembgun Provinsi Kepulau Bgka maka disusun Renca Strategis (RENSTRA) Ba

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANJAR TAHUN (Hasil Review April 2017)

RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANJAR TAHUN (Hasil Review April 2017) RENCANA STRATEGIS DINAS PERHUBUNGAN KOTA BANJAR TAHUN 204 208 (Hasil Review April 207) KATA PENGANTAR Syukur Alhamdulillah deng rahmat d ridha-nya kami dapat menyusun Renca Strategis (Renstra) Dinas Perhubung

Lebih terperinci

G U B E R N U R SUMATERA BARAT

G U B E R N U R SUMATERA BARAT No. Urut: 36, 2014 G U B E R N U R SUMATERA BARAT PERATURAN GUBERNUR SUMATERA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG STANDAR KOMPETENSI MANAJERIAL PEGAWAI NEGERI SIPIL RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SOLOK Menimbg

Lebih terperinci

Komplek joglo Baru Blok E 16 RT 007/006, Lemabayan, Jakarta

Komplek joglo Baru Blok E 16 RT 007/006, Lemabayan, Jakarta PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN KOMPENSASI TERHADAP KEPUASAN KERJA SERTA DAMPAKNYA PADA KINERJA PEGAWAI NEGERI SIPIL KANTOR KECAMATAN KEBON JERUK, JAKARTA BARAT Sus Novita Rotua Situmorg, Haryadi Sarjono 2,2

Lebih terperinci

JURNAL PSIKIATRI INDONESIA

JURNAL PSIKIATRI INDONESIA JURNAL PSIKIATRI INDONESIA Vol. No.1 Tahun 016 Hubung Komunikasi Terapeutik Deng Kecemas Keluarga Pasien Di Rug Flamboy RSUD Jombg M.Mahmudi 1, Monika Sawitri Prihatini, Rifa i 3 1,,3 STIKes Pemkab Jombg

Lebih terperinci

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Posisi Bimbingan dan Konseling dalam Kerangka Ilmu Pendidikan Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd Pendahuluan Pendidikan merupakan dasar bagi kemajuan dan kelangsungan hidup peserta didik. Melalui pendidikan, peserta

Lebih terperinci

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN LANJUT (TIF35/TIF35P)

ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN LANJUT (TIF35/TIF35P) RENCANA PROGRAM KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) Visi Terwujud Program Studi Teknik Informatika bertaraf nasional d internasional pada tahun 2020. Misi () Melaksak Tridarma perguru tinggi secara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakg DUKUNGAN PASANGAN DENGAN NIAT YANG MELAKUKAN HUBUNGAN SEKSUAL DENGAN LAKI-LAKI (LSL) UNTUK MELAKUKAN VCT DI KABUPATEN MADIUN Heni Eka Puji Lestari, SST (Prodi D3 Kebid) Stikes

Lebih terperinci

Sistem Informasi Manajemen Pembangunan Perumahan Pada PT. Tunas Visi Pratama

Sistem Informasi Manajemen Pembangunan Perumahan Pada PT. Tunas Visi Pratama Sistem Informasi Majemen Pembgun Perumah Pada PT. Tunas Visi Pratama M. Azief Fachreza (aziefreza@yahoo.co.id) Kirta Maha Bretta (kirta.mb@yahoo.com) Wiwatining, Ir, M.T.I (wi@mdp.ac.id) Jurus Sistem Informasi

Lebih terperinci

PROGRAM TAHUNAN PENGAWASAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA DENPASAR TAHUN Disusun oleh : HENDRA, M.Pd. NIP

PROGRAM TAHUNAN PENGAWASAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA DENPASAR TAHUN Disusun oleh : HENDRA, M.Pd. NIP PROGRAM TAHUNAN PENGAWASAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA DENPASAR TAHUN 2016-2017 Disusun oleh : HENDRA, M.Pd. NIP. 196310151987031012 DINAS PENDIDIKAN KOTA DENPASAR 2016 LEMBAR PENGESAHAN \ PROGRAM TAHUNAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur, sejahtera lahir dan batin, material, dan. yang beriman dan berilmu pengetahuan yang tinggi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu hal yang penting dan dianggap pokok dalam kehidupan manusia.oleh karena itu sangat wajar dan tepat kalau bidang pendidikan termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. situs tersebut juga bisa berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Kota

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. situs tersebut juga bisa berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latarbelakg Masalah Situs-situs sejarah merupak aset bagi masyarakat yg ada di sekitar situs tersebut. situs tersebut juga bisa berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Kota Surabaya

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH I. Struktur Pelayanan Bimbingan dan Konseling Pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah/madrasah merupakan usaha membantu peserta didik dalam pengembangan

Lebih terperinci

Sistem Informasi Laporan Kuangan, Rasio Likuiditas, dan Profitabilitas pada PT Stefvi Putri Mandiri

Sistem Informasi Laporan Kuangan, Rasio Likuiditas, dan Profitabilitas pada PT Stefvi Putri Mandiri Sistem Informasi Lapor Kug, Rasio Likuiditas, d Profitabilitas pada PT Stefvi Putri Mdiri Maria Priscilia Chdra (nini.duth@gmail.com) Welda (welda@stmik-mdp.com) Jurus Sistem Informasi STMIK GI MDP Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih,

BAB I PENDAHULUAN. menurut ajaran Islam dengan hikmah mengarahkan, mengajarkan, melatih, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Landasan Hukum BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakg Pada Ung-Ung Nomor 23 Tahun 204 tentg Pemerintah Daerah disebutk bahwa pemerintah daerah melaksak urus pemerintah baik yg menjadi keweng daerah melaksak tugas pembtu dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa, berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk pendidikan ikan Indonesia di masa. yang sebagian besar dipengaruhi oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan produk pendidikan ikan Indonesia di masa. yang sebagian besar dipengaruhi oleh adanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakg Anis Baswed menyebutk ebut bahwa pendidik ik di Indonesia saat at ini i sedg dalam kondisi gawat darurat, mengacu kepada hasil survey PISA yg menempatk mpat Indonesia

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI MELALUI MEDIA SIMULASI BERBASIS GUI

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI MELALUI MEDIA SIMULASI BERBASIS GUI Prosiding Seminar Nasional Matematika, Universitas Jember, 19 November 2014 252 UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA MATERI TRANSFORMASI GEOMETRI MELALUI MEDIA SIMULASI BERBASIS

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN ACADEMIC SKILL TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KEGIATAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII D SMP NASIONAL MAKASSAR

UPAYA MENINGKATKAN ACADEMIC SKILL TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KEGIATAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII D SMP NASIONAL MAKASSAR JPF Volume I Nomor ISSN: 202899 89 UPAYA MENINGKATKAN ACADEMIC SKILL TERHADAP PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI KEGIATAN EKSPERIMEN PADA SISWA KELAS VII D SMP NASIONAL MAKASSAR Afrillawati Ismi ) Muhammad Arsyad

Lebih terperinci

-1- PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 42/Menhut-II/ 2011 TENTANG

-1- PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 42/Menhut-II/ 2011 TENTANG -1- PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 42/Menhut-II/ 2011 TENTANG STANDAR KOMPETENSI BIDANG TEKNIS KEHUTANAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH INSTITUSIONAL

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH INSTITUSIONAL RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER MATA KULIAH INSTITUSIONAL A. Identitas 1. Program Studi : Farmasi 2. Fakultas : Farmasi. Nama Matakuliah : Islam Interdisipliner Farmasi 4. Kode : 0071020 5. (Teori/ Praktek)

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI SIMULASI DAN MODUL AJAR INTERAKTIF DALAM CD ROM PADA MATA KULIAH ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN

PENGEMBANGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI SIMULASI DAN MODUL AJAR INTERAKTIF DALAM CD ROM PADA MATA KULIAH ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN PENGEMBANGAN PROSES BELAJAR MENGAJAR MELALUI SIMULASI DAN MODUL AJAR INTERAKTIF DALAM CD ROM PADA MATA KULIAH ASPEK HUKUM PEMBANGUNAN M. Agung Wibowo *) Abstract Learning Process Needs Improvement On The

Lebih terperinci

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER Program Studi : Pendidik Jasmi Kesehat d Rekreasi Nama Mata Kuliah : Persiap Profesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dasar untuk mencapai tujuan tersebut, pendidikan berupaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar untuk memajukan dan mengembangkan potensi intelektual, emosional, dan spiritual. Tinggi rendahnya perkembangan dan pertumbuhan

Lebih terperinci

LAPORAN RENCANA STRATEJIK (RENSTRA) BAGIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN

LAPORAN RENCANA STRATEJIK (RENSTRA) BAGIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN LAPORAN RENCANA STRATEJIK (RENSTRA) BAGIAN PENGADAAN BARANG DAN JASA SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT TAHUN 206 202 Terwujudnya Pengada Barg d Jasa yg menerapak Prinsip Pengada yg Kredibel, Profesional

Lebih terperinci

ISBN: SNIPTEK 2014 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN KARYAWAN BERBASIS WEB

ISBN: SNIPTEK 2014 RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN KARYAWAN BERBASIS WEB RANCANG BANGUN SISTEM INFORMASI PENERIMAAN KARYAWAN BERBASIS WEB Aay Suryi STMIK Nusa Mdiri (Margasatwa), Jakarta Selat aaysuryi@gmail.com Abdussomad STMIK Nusa Mdiri (Margasatwa), Jakarta Selat shomadresas@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini

BAB II KAJIAN TEORI. menjadi petugas pelaksana pelayanan konseling. Sebutan pelaksana pelayanan ini BAB II KAJIAN TEORI A. Kajian tentang Teacher Counsellor 1. Pengertian Teacher Counsellor Kata teacher counsellor menegaskan seorang guru bidang studi yang merangkap menjadi petugas pelaksana pelayanan

Lebih terperinci

JUDUL TA: PENENTUAN NILAI MARK- UP PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKI MENGGUNAKAN DUMMY NAMA MAHASISWA: DWITYA DHANURENDRA BAB I PENDAHULUAN

JUDUL TA: PENENTUAN NILAI MARK- UP PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKI MENGGUNAKAN DUMMY NAMA MAHASISWA: DWITYA DHANURENDRA BAB I PENDAHULUAN JUDUL TA: PENENTUAN NILAI MARK- UP PADA PROYEK-PROYEK KONSTRUKI MENGGUNAKAN DUMMY NAMA MAHASISWA: DWITYA DHANURENDRA 3107 100 022 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Hampir semua upaya dalam

Lebih terperinci

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI

PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI PANDUAN MODEL PENGEMBANGAN DIRI Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah Landasan Pengembangan Diri UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas: Pasal 1 butir 6 tentang pendidik, pasal 3 tentang tujuan pendidikan,

Lebih terperinci

ANALISIS OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PADA CV. TENUN/ATBM RIMATEX KABUPATEN PEMALANG.

ANALISIS OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PADA CV. TENUN/ATBM RIMATEX KABUPATEN PEMALANG. Magement Analysis Journal 5 (2) (2016) http://maj.unnes.ac.id ANALISIS OPTIMASI PERSEDIAAN BAHAN BAKU DENGAN MENGGUNAKAN METODE ECONOMIC ORDER QUANTITY PADA CV. TENUN/ATBM RIMATEX KABUPATEN PEMALANG. Wienda

Lebih terperinci

Nomor SOP /2010. Tanggal 19 Desember Tanggal Revisi 17 Mei Tanggal Efektif 1 Juni Disahkan oleh. Nama SOP

Nomor SOP /2010. Tanggal 19 Desember Tanggal Revisi 17 Mei Tanggal Efektif 1 Juni Disahkan oleh. Nama SOP KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL PROVINSI Jal Lgko Nomor 57 Mataram Nomor SOP 11.2.01/2010 Tggal 19 Desember 2008 Pembuat Tggal Revisi 17 Mei 2010 Tggal Efektif 1 Juni 2010 Disahk oleh Pemenuh Kebutuh Permak

Lebih terperinci

Kualitas Pelayanan Uji Kelayakan Kendaraan Penumpang di Unit Pelaksana Teknis Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember

Kualitas Pelayanan Uji Kelayakan Kendaraan Penumpang di Unit Pelaksana Teknis Pengujian Kendaraan Bermotor Dinas Perhubungan Kabupaten Jember Kualitas Pelay Uji Kelayak Kendara Penumpg di Unit Pelaksa Teknis Penguji 1 Rizqi Tri Utami, Drs. Agus Suharsono, M.Si, Selfi Budi H., S.Sos, M.Si Jurus Ilmu Administrasi, Fakultas Ilmu Sosial d Ilmu Politik,

Lebih terperinci

OLEH : KOMARIYAH NPM Dibimbing oleh: 1. Drs. Bambang Soenarko, M.Pd 2. Drs. Yatmin, M.Pd

OLEH : KOMARIYAH NPM Dibimbing oleh: 1. Drs. Bambang Soenarko, M.Pd 2. Drs. Yatmin, M.Pd Artikel Skripsi JURNAL PENGARUH MODEL DIRECTIVE LEARNING DIDUKUNG MEDIA REALIA TERHADAP KEMAMPUAN MENDESKRIPSIKAN SIFAT - SIFAT CAHAYA PADA SISWA KELAS V SDN CAMPUREJO 2 KECAMATAN MOJOROTO KOTA KEDIRI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 111 TAHUN 2014 TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING PADA PENDIDIKAN DASAR DAN PENDIDIKAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

REVIEW RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

REVIEW RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG REVIEW RENCANA STRATEGIS (RENSTRA) 204 208 BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN JOMBANG Jl KH Wahid Hasyim 49 Jombg Telp (032) 86684 Fax (032) 85060, email

Lebih terperinci

EVALUASI KUALITAS KINERJA PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN METODE FOCUSED QUALITY

EVALUASI KUALITAS KINERJA PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN METODE FOCUSED QUALITY EVALUASI KUALITAS KINERJA PROSES BELAJAR MENGAJAR DENGAN METODE FOCUSED QUALITY 1 Erna Febriyti 2 Mohammad Abdul Mukhyi Jurus Ekonomi Universitas Gunadarma mukhyi@staffsite.gunadarma.ac.id ABSTRACT University

Lebih terperinci

MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BAHASA INGGRIS DAN ARAB UNTUK SISWA SMP PLUS AL-AMANAH

MEDIA PEMBELAJARAN INTERAKTIF BAHASA INGGRIS DAN ARAB UNTUK SISWA SMP PLUS AL-AMANAH MEDIA PEMBELAJARA ITERAKTIF BAHASA IGGRIS DA ARAB UTUK SISWA SMP PLUS AL-AMAAH Cecep Ruddi Kusnadi Setiaw, S.T., izar Balfas, Amd., MOS.,2 Program Studi Teknik Informatika, STMIK LPKIA 3 Jln. Soekarno

Lebih terperinci

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X

Jurnal Pengembangan Teknologi Informasi dan Ilmu Komputer e-issn: X Jurnal Pengembg Teknologi Informasi d Ilmu Komputer e-issn: 2548-964X Vol. 2, No. 10, Oktober 2018, hlm. 3192-3199 http://j-ptiik.ub.ac.id Analisis D Desain Proses Bisnis Peng Perkara Hukum Menggunak Konsep

Lebih terperinci

Penerapan Training Needs Analysis dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Perawat di Rumah Sakit Wava Husada

Penerapan Training Needs Analysis dalam Upaya Peningkatan Kompetensi Perawat di Rumah Sakit Wava Husada Suplemen Dapat diakses pada: http://jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/view/1660 Jurnal Kedokter Brawijaya Vol. 9, Suplemen No. 3, 016, pp. 91-99 Online Published First: Agustus 016 Article History: Received

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk mengembangkan kepribadian dan potensial-potensial seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dilaksanakan dari, untuk, dan oleh manusia, berisi hal-hal yang menyangkut perkembangan dan kehidupan manusia serta diselenggarakan dalam hubungan

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MODEL BASISDATA REA (RESOURCES, EVENTS, AGENTS) DI KECAMATAN NONGSA BATAM ABSTRAK

ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MODEL BASISDATA REA (RESOURCES, EVENTS, AGENTS) DI KECAMATAN NONGSA BATAM ABSTRAK ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM INFORMASI AKUNTANSI DENGAN MODEL BASISDATA REA (RESOURCES, EVENTS, AGENTS) DI KECAMATAN NONGSA BATAM Metahelgia 1, Mursal 2 Universitas Batam Jl Abulyatama E-mail: metahelgiaauzar@yahoo.com

Lebih terperinci

PENGGUNAAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DI SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DI SEKOLAH DASAR PENGGUNAAN MIND MAP UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS PUISI DI SEKOLAH DASAR Siti Istiyati, Jenny IS Poerwti Program Studi PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Jl. Slamet Riyadi No.449 Surakarta,

Lebih terperinci

INDIKATOR KINERJA UTAMA

INDIKATOR KINERJA UTAMA INSTANSI VISI MISI : RSUD Dr. SAIFUL ANWAR MALANG : MENJADI RUMAH SAKIT BERSTANDAR KELAS DUNIA PILIHAN MASYARAKAT : 1. Mewujudk kualitas pelay paripurna yg prima deng mengutamak keselamat pasien d berfokus

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI BERMAIN PUZZLE DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SIDOWAREK II PLEMAHAN KEDIRI YAYUK FUJI RAHAYU

PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI BERMAIN PUZZLE DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SIDOWAREK II PLEMAHAN KEDIRI YAYUK FUJI RAHAYU PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF ANAK MELALUI BERMAIN PUZZLE DI KELOMPOK B TK DHARMA WANITA SIDOWAREK II PLEMAHAN KEDIRI YAYUK FUJI RAHAYU SI PGPAUD, FIP, UNESA(e-mail:Yayukfujirahayu@gmail.com) Dr. SRI

Lebih terperinci

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH

LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH TAHUN 2017 LAPORAN KINERJA INSTANSI PEMERINTAH BADAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN PEMERINTAH DAERAH DIY Gunungsempu, Tamtirto, Kasih, Btul Telp. (0274) 417704, Faximile (0274) 411801 Website: http://diklat.jogjaprov.go.id

Lebih terperinci

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ANALISIS PENGUKURAN FISIS

Buku 1: RPKPS (Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester) ANALISIS PENGUKURAN FISIS Sekip Utara BLS 1 Yogyakarta 5581 Buku 1: RPKPS (Renca Program d Kegiat Pembelajar Semester) ANALISIS PENGUKURAN FISIS oleh 1. Drs. Yohes Suyto M.I.Kom.. Drs. Masir M.Si. Didai deng da

Lebih terperinci

Deni Candra Irawan et al., Efektivitas Program Keaksaraan Fungsional Bagi Masyarakat Miskin

Deni Candra Irawan et al., Efektivitas Program Keaksaraan Fungsional Bagi Masyarakat Miskin 1 EFEKTIVITAS PROGRAM KEAKSARAAN FUNGSIONAL BAGI MASYARAKAT MISKIN DI KECAMATAN SUKOWONO KABUPATEN JEMBER (THE EFFECTIVENESS OF THE PROGRAM OF FUNCIONAL SCRIPT FOR THE POORSOCIETY IN SUKOWONO DISTRICT

Lebih terperinci

lib.archiplan.ugm.ac.id

lib.archiplan.ugm.ac.id BAB VI KESIMPULAN 6.1. Kondisi Ventilasi Rug Eksisting Kawas Berdasark hasil-hasil yg telah dipapark pada bab sebelumnya (Bab V) dapat disimpulk bahwa secara umum kondisi ventilasi rug permukim padat tepi

Lebih terperinci

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi:

Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling. Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas, 2009: 12-13) meliputi: LAMPIRAN 113 Lampiran 1. Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis Layanan Bimbingan dan Konseling Jenis layanan bimbingan dan konseling menurut Pedoman Pelaksanaan Tugas Guru dan Pengawas (Depdiknas,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakg Peningkat kualitas sumber daya musia merupak salah satu aspek penting dalam mencapai tuju pembgun nasional di segala bidg. Untuk membgun kualitas sumber daya musia yg

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PERANGGARAN PERUSAHAAN (MA) KODE / SKS KK SKS

SATUAN ACARA PERKULIAHAN MATA KULIAH PERANGGARAN PERUSAHAAN (MA) KODE / SKS KK SKS Min g.ke Pokok Bahas d TIU Sub Pokok Bahas d Sasar Belajar Cara Peng ajar 1 Gambar Peng erti 1.1 Pengerti d Keguna Perggar Umum Perggar Mhs dapat menguraik pengerti d keguna Persaha/Budget perggar bagi

Lebih terperinci

PETA KOMPETENSI. KD 6 Menjelaskan organisasi tubuh secara anatomi dan fisiologi. KD 8 Menganalisis alam semesta dan tata surya

PETA KOMPETENSI. KD 6 Menjelaskan organisasi tubuh secara anatomi dan fisiologi. KD 8 Menganalisis alam semesta dan tata surya PETA KOMPETENSI Kompetensi Mata kuliah : Mahasiswa dapat melakuk kegiat alisis sifat-sifat d gejala alam melalui pengamat d percoba untuk memperoleh informasi berupa fakta d data tentg fenomena alam. KD.

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling

PEMBAHASAN. A. Pengertian Bimbingan dan Konseling PEMBAHASAN A. Pengertian Bimbingan dan Konseling Secara etimologi kata bimbingan merupakan terjemahan dari kata guidance berasal dari kata kerja to guide yang berarti menunjukkan, membimbing, menuntun,

Lebih terperinci

Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) MATEMATIKA ELEKTRONIKA, KELAS A

Rencana Program dan Kegiatan Pembelajaran Semester (RPKPS) MATEMATIKA ELEKTRONIKA, KELAS A UNIVERSITAS GADJAH MADA FMIPA/JIKE/ELEKTRONIKA DAN INSTRUMENTASI FMIPA UGM Gedung Selat Sekip Unit III 55281 Yogyakarta Renca Program d Kegiat Pembelajar Semester (RPKPS) MATEMATIKA ELEKTRONIKA KELAS A

Lebih terperinci