Kata Kunci : Metode theatre games, metode ceramah, pendekatan apresiatif, pembelajaran drama, hasil belajar, kemampuan berbicara.

Transkripsi

1 Susilo et al., Perbeda Hasil Belajar... 1 Perbeda Hasil Belajar Kemampu Berbicara tara yg Diajar melalui Metode Theatre Games deng yg Diajar melalui Metode Ceramah Pada Siswa Kelas V Semester II SD Muhammadiyah 01 Jember (THE DIFFERENCES OF STUDENTS SPEAKING SKILL ACHIEVEMENT THAT IS TAUGHT BY USING THEATRE GAMES METHOD WITH LECTURE METHOD OF THE FIFTH GRADE STUDENTS SECOND SEMESTER AT SD MUHAMMADIYAH 01 JEMBER) Eko Wahyu Susilo, Suhartiningsih, Nik Yuliati Jurus Ilmu Pendidik, FKIP, Universitas Jember (UNEJ) Jal Kalimt 37, Jember Abstrak Pembelajar dik baik jika kondisi pembelajar aktif d hasil belajar yg diperoleh sesuai deng yg diharapk. Pembelajar yg dilakuk dapat tertam dalam memori jgka pjg siswa. Menerapk pendekat d metode efektif hakikatnya adalah upaya untuk memperbaiki atau meningkatk kualitas pembelajar. Permasalah yg kerap terjadi dalam pembelajar drama dalam mata pelajar bahasa indonesia adalah pengguna metode ceramah oleh guru d rendahnya nilai aprerasiatif siswa terhadap drama yg berdampak pada hasil belajar kemampu berbicara siswa yg rendah. Pendekat apresiatif deng metode theatre games dipilih sebagai bding untuk metode ceramah yg selama ini digunak. Metode theatre games adalah jenis metode latih dasar drama yg berorientasi pada permain untuk memberik kesempat kepada siswa berekspresi lebih bebas. Siswa ak mengikuti 7 permain, yaitu gka 8, captain on deck, berbicara eja, jabat tg, tebak ekspresi, tgkap beku d improvisasi dialog. Berdasark hasil peneliti eksperimen deng pola pretestposttest control group design yg telah melalui tahap: (1) uji homogenitas; (2) penentu kelas eksperimen d kontrol; (3) pelaksa tindak; (4) alisis hasil, metode theatre games memberik perbeda yg signifik terhadap hasil belajar kemampu berbicara dibdingk metode ceramah. Kata Kunci : Metode theatre games, metode ceramah, pendekat apresiatif, pembelajar drama, hasil belajar, kemampu berbicara. Abstract The learning activity is good if the condition of that teaching learning process are active d the learning achievemnet is appropriate with the target. The students will comprehend all of the materials in the teaching learning activity for long time. Implementing approach d effective method truthfully is the effort to improve or increase the quality of learning. Problem that often happen in learning drama at Bahasa Indonesia subject is the use of lecture method taught by the teacher d lack appreciative achievement of the students to drama that cause to the low of learning achievement of students speaking skill. Appreciative approach with theatre games method has been selected to compare with lecture method that has been used. Theatre games method is kind of basic exercise to learn drama oriented to game that give chce for the students to express freely. The students will follow 7 games, they are number 8, captain on deck, spelling, shake hd, guessing expression, catch freeze d dialogue improvisation. Based on the the research result with pretestposttest control group design that have been through some steps: (1) homogeneity test; (2) select the experimental class d control class; (3) implementing the action; (4) result alysis, theatre games method gives significt differences to the learning achievement of students speaking skill rather th lecture method. Keywords: theatre games method, lecture method, appreciative approach, learning drama, learning achievement, speaking skill.

2 Susilo et al., Perbeda Hasil Belajar... Pendahulu Pembelajar bahasa Indonesia di sekolah dasar terdiri dari pembelajar bahasa d pembelajar sastra yg terintegrasi d mencakup empat keterampil berbahasa, yaitu menyimak, berbicara, membaca d menulis. Dari empat keterampil berbahasa tersebut, sebagi materi pelajar dipaduk deng pembelajar sastra bagi ak. Pembelajar drama sebagai salah satu pembelajar sastra di sekolah, memiliki per yg begitu besar dalam membentuk karakter siswa, karena didalamnya di pelajari tentg kepeka perasa dalam menghadapi persoal kehidup seharihari. Kenyatanya pada saat ini, pembelajar sastra terutama drama masih diggap pembelajar yg tidak terlalu penting d sulit untuk dilakuk, karena guru diggap memerluk keterampil khusus (keterampil drama) dalam menyampaiknya. Berdasark hasil observasi d wawcara yg telah dilakuk di SD Muhammadiyah 1 Jember tentg pembelajar drama, siswa masih mengalami kesulit, yg pada umumnya disebabk karena kurgnya keberi atau rasa percaya diri siswa dalam berbicara atau tampil di dep kelas, hal ini menyebabk keterampil berbicara siswa menjadi kurg baik. Fakta ini dipengaruhi beberapa faktor, salah satunya per guru sebagai pendidik. Guru masih menggunak metodemetode konvensional, berupa ceramah d pemberi tugas dalam pembelajar keterampil berbicara termasuk pembelajar drama, padahal menurut Mulyati (tpa tahun) pendekat yg digunak dalam pembelajar bahasa harus sesuai deng hakikat d fungsinya. Pendekat pembelajar bahasa yg menekk kinerja atau keterampil berbahasa d fungsi bahasa menggunak pendekat komunikatif, sedgk pendekat pembelajar sastra yg menekk apresiasi sastra menggunak pendekat apresiatif. Artinya, jika yg diajark adalah materi pembelajar drama, diakhir pembelajar siswa diharapk tertarik terhadap drama itu sendiri. Untuk itu, dalam pembelajar drama di kelas V ini, siswa harusnya tidak hya diberi penjelas tentg drama d diminta mempraktik pentas drama saja, tetapi juga harus deng pengalam lgsung berupa pemberi materi latihlatih dasar bermain drama yg tepat. Berdasark latar belakg tersebut, perlu dilakuk suatu tindak alternatif berupa penerap metode yg sesuai deng pembelajar drama. Metode latih dasar bermain drama atau teater bisa saja dimfaatk dalam pembelajar apresiasi sastra di SD. Karakter siswa SD yg masih seng bermain juga harus menjadi bah pertimbg dalam menentuk sebuah metode. Untuk itulah, metode theatre games ini diuji cobak, metode ini diharapk bisa menambah kualitas pembelajar drama menjadi lebih baik, dari segi hasil d proses. Dalam pembelajar drama deng menggunak metode theatre games, sebelum melakuk praktik drama, siswa ak diajark latih dasardasar bermain drama terlebih dahulu berupa intonasi, pelafal, karakterisasi, vocal (volume suara), gesture (gerak tubuh), d grouping (berkelompok), semua latih dasar tersebut disampaik guru melalui permain yg menarik. D diharapk metode ini bisa menambah keterampil berbicara siswa dalam bermain drama. Selain itu, hal ini membuat proses pembelajar lebih dinamis d bisa menamk sikap apresiatif siswa pada drama. metode ini pertama kali diperkenalk oleh Viola Spolin pada tahun 1946 untuk melatih aktor muda di Hollywood. Spolin mengatak terdapat 3 hal penting yg perlu diperhatik dalam penerap metode theatre games yaitu fokus, bimbing d evaluasi (Spolin, 1984:68). Berdasark latar belakg di atas, rumus masalah pada peneliti ini adalah: (1) bagaimakah perbeda hasil belajar kemampu berbicara siswa kelas Va yg diajar menggunak metode theatre games deng siswa kelas Vb yg menggunak metode ceramah pada pembelajar memerk tokoh drama di semester II SD Muhammadiyah 01 Jember? Metode Peneliti Jenis peneliti yg digunak pada peneliti ini adalah peneliti eksperimental deng pola pretestpostest control group design. Menurut Riyto (2010:35), peneliti eksperimental merupak peneliti sistematis, logis d teliti di dalam melakuk kontrol terhadap kondisi. Kondisi yg dimaksud adalah keada semua variabel peneliti sebelum, selama d setelah peniliti. Lokasi peneliti ditetapk di SD Muhammadiyah 1 Jember. Subjek dari peneliti ini adalah siswa kelas Va d Vb SD Muhammadiyah 1 Jember deng subjek berjumlah 78 siswa yg terdiri Terdiri dari 38 siswa (26 Lakilaki d 12 perempu) di kelas V a d 40 siswa (26 Lakilaki d 14 perempu) di kelas V b, pada semester genap tahun pelajar 2013/2014. Subjek ak diuji tingkat homogenitasnya, kemudi dibagi kedalam dua kelas yaitu kelas ekspeimen d kelas kontrol yg ditentuk secara rdom. Metode pengumpul data dalam peneliti ini adalah metode observasi, metode wawcara, metode tes, d metode dokumentasi. Data hasil observasi berupa aktivitas pembelajar guru. Data hasil wawcara berupa argumen guru d siswa untuk memperkuat data hasil observasi. Sementara itu, data hasil tes berupa nilai hasil belajar siswa yg kemudi dialisis, sedgk data dokumentasi berupa subjek peneliti, nilai pretest d posttest dalam peneliti ini. Analisis data yg dilakuk pada peneliti ini adalah ujit dari nilai pretest d posttest siswa kelas eksperimen d kelas kontrol. Rumus Uji t 2

3 Susilo et al., Perbeda Hasil Belajar... 3 rata nilai skor kelompok eksperimen nilai skor kelompok kontro jumlah kuadrat deviasi skor kelompok eksperimen jumlah kuadrat deviasi skor kelompok kontrol byaknya sampel pada kelompok eksperimen byaknya sampel pada kelompok kontrol Sumber : Arikunto (1998:294) Prosedur peneliti yg dilakuk, meliputi tindak pendahulu, pretest, pelaksa tindak, post test. Peneliti ini menggunak dua kelas yakni kelas eksperimen d kelas kontrol. Dalam tahap pelaksa tindak, kelas eksperimen diajar menggunak metode tehatre games sementara kelas kontrol menggunak metode ceramah. Tahap pretest d posttest kedua kelas menggunak instrumen yg sama. Hasil Peneliti a. Tindak Pendahulu Kegiat yg dilakuk pada tindak pendahulu adalah observasi d wawcara. Berdasark tindak pendahulu diperoleh hasil: (1) guru hya menggunak metode konvensional yaitu ceramah d penugas; (2) siswa kurg terlibat dalam proses pembelajar, karena mereka kurg percaya diri untuk tampil di dep kelas sehingga hya mendengark penjelas guru; (3) guru tidak pernah menggunak media pembelajar; (4) hasil belajar keterampil berbicara siswa masih kurg baik. b. Pelaksa pretest Berdasark hasil pretest, maka dapat dibuat rerata hasil nilai pretest dari kedua kelas seperti pada tabel 1 d tabel 2. Tabel 1. Ringkas nilai pretest kelas eksperimen. Aspek yg dinilai rata Aspek Kebahasa Ketepat Suara Kel car kebahasa i , , , Tabel 2. Ringkas nilai pretest kelas kontrol. Aspek yg dinilai Aspek Kebahasa Kete pat Suara Kel car kebahasa Kebe ria n mimi k , , , Nilai pretest dari masingmasing kelas tersebut seljutnya diuji menggunak alisis Anava. Hasil uji ringkas Anava dapat dilihat seperti pada tabel 3. Tabel 3. Ringkas Anava dari kedua kelas (V a d V b) Sumber varisi Kelompok (k) JK Db MK f 0 t , ,944 39, Dalam (d) 9301, ,391 Toatal (T) 4423,81 77 Hasil perhitung menunjuk harga t 0 0,43. harga t 0 ini dikonsultasik deng harga t tabel deng db k 1. d db d 76 pada taraf signifiksi 5%. Nilai t tabel deng db d 76 memiliki harga 1,992. Sehingga dapat diketahui t hitung < t tabel yg berarti tingkat kemampu awal siswa sebelum dilakuk peneliti dinyatak homogen. Lgkah seljutnya adalah menentuk kelas eksperimen d kelas kontrol deng teknik undi. Dari hasil undi, didapatk kelas V a sebagai kelas eksperimen yg ak diajar menggunak metode theatre games d kelas V b sebagai kelas kontrol yg ak diajar menggunak metode ceramah.

4 Susilo et al., Perbeda Hasil Belajar... 4 c. Pelaksa tindak Kegiat peneliti berikutnya adalah penerap metode theatre games pada kelas eksperimen d metode ceramah pada kelas kontrol. Materi yg diajark adalah memerk tokoh drama deng alokasi waktu 2x30 menit. Pembelajar di kelas eksperimen dibentuk 7 kelompok deng rinci 4 kelompok berggotak 5 org, 3kelompok berggotak 6 org. Sementara di kelas kontrol, siswa dibagi kedalam 8 kelompok, dima masingmasing kelompok berggotak 5 org. d. Pelaksa posttest Berdasark hasil posttest, maka dapat dibuat rerata hasil nilai posttest dari kedua kelas seperti pada tabel 4 d tabel 5. Tabel 4. Ringkas nilai posttest kelas eksperimen. Aspek Kebahasa Ketepat Aspek yg dinilai Suara Kel car kebahasa i ,09 79, , , Tabel 5. Ringkas nilai posttest kelas kontrol. Aspek Kebahasa Ketepat Aspek yg dinilai Suara Kel car kebahasa i e. Uji t 79, , , Analisis data untuk mengetahui adakah perbeda hasil belajar siswa yg signifik pada kelas eksperimen d kelas kontrol menggunak rumus uji t deng hasil sebagai berikut: M x 17,54 M y 7,77 Σ x 2995,334 Σ y 789,588 Sehingga t tes 6,13 Harga t tabel ditentuk deng melihat db pada taraf signifiksi 5%. Dari alisis diketahui db76 terletak tara db 70 yg mempunyai harga t tabel 1,994 d db 80 yg mempunyai t tabel 1,990 sehingga harga t tabel deng db 76 di peroleh sebagai berikut: t tabel Perhitung diatas menunjuk t tabel nilai 1,992, sedgk t hitung 6,13 sehingga t hitung > t hitung yaitu 6,13 > 1,992. Artinya ada perbeda yg signifik pada hasil belajar kemampu berbicara siswa di kelas ekspermen d kelas kontrol. Pembahas Kegiat peneliti diawali deng melakuk pretest pada dua kelas yg dijadik subjek peneliti, Siswa dibentuk kelompok d masingmasing kelompok diberi naskah drama. Kemudi bersama kelompoknya, siswa membaca d memahami isi cerita dalam naskah drama. Setelah itu kelompok maju ke dep memaink cerita yg sudah dipahami tpa membawa teks. Untuk mempermudah proses pemaham siswa terhadap isi naskah drama, guru menjelask garis besar cerita d saat bermain drama, siswa bisa menghafal dialog tokoh sesuai teks atau merubah dialog tokoh sesuai deng bahasya sendiri. Hasil pretest menunjuk rerata kemampu berbicara siswa kelas V a adalah 63,45, sedgk kelas V b adalah 62,36. Setelah diuji

5 Susilo et al., Perbeda Hasil Belajar... homogenitasnya, kedua kelompok dinyatak homogen (sama). Kegiat peneliti berikutnya adalah penerap metode theatre games pada kelas eksperimen d penerap metode ceramah pada kelas kontrol. Selama pelaksa, siswa di kelas eksperimen sgat aktif mengikuti pembelajar meskipun pada awalnya siswa sempat bergurau. Ketika guru (peneliti) melakuk evaluasi d refleksi di akhir permain, siswa tusias d aktif menyampaik pendapatnya. Dari seki byak bentuk permain dalam theatre games, peneliti hya menerapk tujuh bentuk permain saja, yaitu Angka 8, Captain on Deck, Berbicara Eja, Jabat Tg, Tebak Ekspresi, Tgkap Beku d Improvisasi Dialog. Alasnya karena waktu yg tersedia tidak terlalu byak. Sementara, siswa di kelas kontrol cenderung pasif. Hal ini disebabk karena setelah mendengark materi dari guru, kegiat siswa hya menghafal naskah d memainknya. Diakhir pembelajar, siswa di kelas eksperimen menunjuk minat untuk kembali bermain drama sementara sebagi siswa di kelas kontrol tidak menunjuk minatnya. Hal ini mendak sikap apresiatif siswa kelas eksperimen lebih besar dibdingk siswa kontrol. Hasil posttest kedua kelas mengalami peningkat dibdingk deng hasil pretest. tabel 6 berikut menyajik peningkat tersebut: Tabel 6. Perbeda hasil belajar kemampu berbicara siswa saat pretest d posttest. Kelas eksperimen Σ Kelas kontrol y 2 x 2 Pretest Posttest Beda Ratarata 63,4 516 Beda Pretest Posttest x 1 x 2 x y 1 y 2 y 307 7,74 80, , 58 17, ,2 386, ,49 62, ,58 70, , 09 7, , , Data ini kemudi dihitung deng rumus uji t, d diperoleh hasil t hitung > t tabel yiatu 6,13>1,992. Berdasark wawcara deng guru bahasa indonesia kelas V, guru merasa tertarik deng metode theatre games, karena siswa tidak hya belajar dari buku paket yg dimiliki, tetapi siswa juga melakuk lgsung tahap pementas drama, mulai dari persiap, latih, peentas d evaluasi. Hal ini diharapk dapat menambah sikap apresitaif terhadap drama. Theatre games juga dinilai inovatif karena bisa mengajark ilmu bermain drama melalui permain. Berdasark pembahas yg telah diuraik diatas menunjukk bahwa pembelajar drama deng metode theatre games pada siswa kelas V a SD Muhammadiyah 1 Jember memberik perbeda yg siginifik terhadap hasil belajar kemampu berbicara dibdingk metode ceramah di kelas V b. Kesimpul d Sar Berdasark hasil peneliti yg telah dilakuk, dapat disimpulk sebagai berikut: 1) Terdapat perbeda yg signifik dari hasil belajar kemampu berbicara tara siswa yg diajar melalui metode theatre games deng yg diajar melalui metode ceramah pada siswa kelas V SD Muhammadiyah 01 Jember. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil alisis data yg menunjuk penguji uji t diperoleh t hitung > t tabel yaitu 6,13 >1,992 pada taraf signifiksi 5%. 2) Pembelajar drama menggunak metode theatre games telah berhasil meningkatk sikap apresiatif siswa terhadap drama dibdingk metode ceramah. Hal ini dikarenak metode theatre games lebih menyengk d berpusat pada siswa dalam pembelajarnya, sehingga siswa mendapat kesempat berekspresi d berimprovisasi sesuai kemampu berpikirnya. Adapun sar yg dapat diberik berdasark hasil peneliti ini adalah: 1) Bagi guru, diharapk dapat digunak sebagai bah pertimbg untuk menjadik metode ini solusi dalam meningkatk hasil belajar kemampu berbicara siswa 2) Bagi sekolah, hendaknya dapat digunak sebagai bah evaluasi d dapat dijadik pedom untuk meningkatk mutu pendidik. 3) Bagi peneliti lain, diharapk peneliti ini bisa diajdik acu untuk peneliti lain yg lebih baik. Terima Kasih Almamater Fakultas Keguru d Ilmu Pendidik Universitas Jember yg kubggak. Daftar Pustaka [ 1 ]. Arikunto, Suharsimi, Prosedur Peneliti Suatu Pendekat Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta [ 2 ]. Mulyati, tpa tahun. Pembelajar Bahasa Indonesia yg Berorienatasik Fungsi Komunikatif Bahasa untuk Siswa Sekolah Dasar. Universitas Pendidik Indonesia [ 3 ]. Riyto, Yatim, Metodologi Peneliti Pendidik. Surabaya: Penerbit SIC [ 4 ]. Spolin, Viola, Theatre Games for the Classroom: A Teacher s Hdbook. Los Angeles: Northwestern University Press. 5