BAB I TEORI PELUANG. Pengantar Statistika Matematis

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I TEORI PELUANG. Pengantar Statistika Matematis"

Transkripsi

1 H. Mama Suherma,Drs.,M.Si I TEORI PELUNG. Ruag Sampel da Peristiwa Dari masa ke masa terjadi perkembaga dalam teori peluag, baik dalam hal kosep maupu pedekataya. aragkali pembaca megeal apa yag diamaka dega defiisi klasik da defiisi relatif tetag peluag terjadiya peristiwa. Pada saat ii terdapat perkembaga yag medasar tetag kosep peluag, kosepya lebih kuat, lebih matematis da lebih mudah dikembagka. Salah satu ciriya adalah megguaka pedekata himpua da pedekata fugsi. Oleh kareaya bagi para pembaca yag igi dega mudah mempelajari kosep peluag sebaikya harus lebih dulu memahami beberapa kosep tetag himpua da fugsi. Sebelum kita membicaraka kosep peluag terjadiya peristiwa, sebaikya harus paham dulu apa itu Peristiwa, yag dimaksud adalah pegertia teoritis matematis. Lagkah yag harus ditempuh utuk mempelajari kosep peluag, dimulai dega eksperime acak, ruag sampel, lapaga sigma (Meda Peristiwa), da kemudia baru fugsi peluag atau peluag terjadiya peristiwa. Eksperime atau percobaa acak memiliki 3 ciri, yaitu: (i) Hasilya tak dapat diduga sebelumya dega derajat keyakia yag pasti. (ii) Semua hasil dapat diidetifikasi da terkadug dalam sebuah himpua. (iii) Dapat diasumsika bisa dilakuka berulag-ulag dalam kodisi yag sama. Himpua semua hasil dari suatu eksperime acak diamaka ruag sampel, da setiap aggotaya diamaka titik sampel. Ruag sampel yag diambil adalah ruag sampel yag setiap titikya (diasumsika) merupaka hasil idividual, artiya tidak dapat dipecah-pecah lagi dipadag dari berbagai segi. Notasi utuk ruag sampel, biasaya dega huruf S,, C, atau huruf laiya. Dalam buku ii aka Pegatar Statistika Matematis

2 diguaka huruf S utuk meyataka ruag sampel. Jika S terhitug maka S diamaka ruag sampel diskrit, da jika S tak terhitug (da bayak usurya tak terhigga) maka S diamaka ruag sampel kotiu. Jika setiap titik sampel dari S memiliki kesempata yag sama utuk mucul, maka S diamaka ruag sampel uiform. Cotoh. Dua dadu bersisi dilempar udi atau di tos sekaligus dari ketiggia dua meter. Dapat diperlihatka, bahwa pegetosa dua dadu ii merupaka sebuah eksperime acak, yaitu memeuhi semua ciri dari eksperime acak. Hasilya berupa pasaga sisi dadu pertama da sisi dadu kedua, da bisa diyataka dega pasaga agka. Misalya mucul pasaga (2, 4) ii berarti sisi dadu pertama mucul sisi beromor 2 da sisi dadu kedua mucul sisi beromor 4. Semua hasil yag mugki atau semua pasaga agka yag mugki mucul dapat dihimpu dalam sebuah himpua, da himpua ii adalah ruag sampel dari Eksperime cak tersebut. Ruag sampel tersebut dapat ditulis sebagai S = {(, ), (, 2),..(, ), (2, ),..(2, ),.. (, )} atau S = {(x, y): x, y =,2,3,4,5,} = {,2,3,4,5,} x {,2,3,4,5,} Kardial atau bayak aggota dari S adalah S) =3. S adalah himpua terhigga, jelas S terhitug, jadi S adalah ruag sampel diskrit. Jika diasumsika setiap titik sampel dari S memiliki kesempata yag sama utuk mucul, S adalah ruag sampel uiform. Catata: Dadu yag meghasilka ruag sampel S uiform diamaka dadu jujur atau dadu homogi. Perlu diperhatika, bahwa tidak setiap dadu bersisi, ada pula dadu yag bersisi tidak, misalya dadu bersisi 4 atau bidag 4 beratura. Dalam buku ii, jika ditulis dadu, berarti (maksudya) adalah dadu bersisi. Cotoh.2 Pegatar Statistika Matematis

3 Seorag pegamat meayaka (mecatat) umur pegujug yag masuk pitu sebuah supermarket. Pegamata ii termasuk eksperime acak (megapa?), da ruag sampelya adalah himpua semua bilaga real positif (aggapa), sehigga: S = {x R / x > 0} = R + = (0, ), jelas, bahwa S termasuk ruag sampel kotiu. Sekarag, perhatika sebuah himpua X da (dibaca omega) yaitu koleksi dari beberapa subset X (tidak perlu semua subset X) yag aka diberika dalam defiisi berikut: Defiisi () yaitu koleksi dari beberapa subset X diamaka lapaga sigma pada X, jika tertutup terhadap kompleme da irisa terbilag. (2) Jika S ruag sampel dari suatu eksperime acak, da adalah lapaga sigma pada S, maka diamaka meda peristiwa atau lapaga peristiwa pada S, setiap aggota dari meda peristiwa diamaka peristiwa pada S. Peryataa-peryataa berikut dapat dibuktika: () Setiap lapaga sigma memuat himpua kosog da himpua semestaya, serta tertutup terhadap gabuga terbilag. (2) P (X) = 2 x = { / X}= himpua kuasa dari X, da {, X) adalah dua lapaga sigma, yag berturut-turut diamaka lapaga diskrit da lapaga idiskrit. (3) Jika da 2 dua lapaga sigma pada X maka 2 adalah lapaga sigma pada X. Tetapi 2 belum tetu sebuah lapaga sigma. Catata: erdasarka defiisi meda peristiwa, jelas secara teoritis matematis, bahwa peristiwa ialah subset dari ruag sampel S, tetapi tidak setiap subset dari S berupa peristiwa (belum tetu sebuah peristiwa), kecuali meda peristiwa yag diambil adalah himpua kuasa dari S, jika meda peristiwa pada ruag sampel S maka pasaga (S, ) diamaka ruag peristiwa. Pegatar Statistika Matematis

4 Cotoh.3 Misalka X = {a,b,c,d,e} Jika = {,X, {a, b, c}, {d, e}} da 2 = {, {a}, {a, c}, {b, d, e}, X} Maka dapat ada tujuka bahwa merupaka sebuah lapaga sigma pada X, tetapi 2 buka sebuah lapaga sigma pada X. (keapa?). Cotoh.4 Misalka S = {,2,3,4,5,} adalah ruag sampel dari pegetosa sebuah dadu. Dapat ada tujuka bahwa = {, {}, {2, 3}, {4, 5, } {, 2, 3}, {, 4, 5, }, {2, 3, 4, 5, }, S}, 2 = {, {, 3, 5}, {2, 4, }, S} 3 = 2 S adalah meda peristiwa-meda peristiwa pada S sedagka 4 = {, {, 3, 5}, {}, {2, 4, }, {4, 5, }, {2, 3, 4, 5, }, S} buka meda peristiwa pada S (keapa?). Jika kita ambil (S, }sebagai ruag peristiwa maka {, 2, 3} S adalah sebuah peristiwa pada S tetapi {, 3, 5} S buka sebuah peristiwa relatif terhadap meda (keapa?). Relasi da Operasi pada Peristiwa Misalka (S, ) sebuah ruag peristiwa, da, atau, dua peristiwa pada S. Maka C,,, = C, S da semuaya adalah aggota dari, dega pegertia: () C peristiwa buka (2) peristiwa da (3) peristiwa atau atau keduaya (4) = C : peristiwa tapi buka (haya peristiwa ) (5) S : peristiwa yag pasti terjadi () : peristiwa yag pasti tidak terjadi (mustahil terjadi) Pegatar Statistika Matematis

5 (7) : peristiwa terjadi maka peristiwa terjadi pula. Defiisi da dikataka dua peristiwa salig ekslusif jika =, atau dega kata lai, peristiwa yag satu mecegah terjadiya peristiwa yag lai. Cotoh.5 Misalka S = {, 2, 3, 4, 5, } ruag sampel pegetosa sebuah dadu, da diambil (S, 2 S ) sebagai ruag peristiwa. Jika peristiwa mucul bilaga gajil, peristiwa mucul bilaga geap, C peristiwa mucul bilaga prima, tetuka da berika pegertia utuk masig-masig peristiwa berikut: a. C C b. C c. C d. C e. Peyelesaia: Secara teoritis/matematis utuk peristiwa, da C adalah = {,3,5} S. = {2,4,} S, da C = {2,3,5} a. C C ={, 4, }, berarti peristiwa mucul buka bilaga prima b. C = {3,5}, berarti peristiwa mucul bilaga gajil da bilaga prima c. C = {2, 3, 4, 5, }, berarti peristiwa mucul bilaga geap atau bilaga prima atau keduaya. d. C = C C ={2}, berarti peristiwa mucul bilaga prima tetapi tidak gajil. e. =, berarti peristiwa mustahil terjadi, da dalam hal ii peristiwa mucul bilaga gajil da peristiwa mucul bilaga geap adalah dua peristiwa yag salig ekslusif..2 Peluag Peristiwa da Kombiatorial Dari pasal. kita telah megetahui pegertia peristiwa secara matematis, yaitu subset dari ruag sampel S atau tepatya aggota dari meda peristiwa. Dega kata lai kita telah memiliki ruag peristiwa (S, ). Selajutya kita igi Pegatar Statistika Matematis

6 megetahui derajat kejadia dari peristiwa-peristiwa yag ada. Utuk ii harus dibuat suatu alat ukur atau suatu fugsi (ukura) yag meyataka derajat (ilai) kemugkia terjadiya suatu peristiwa. erdasarka sejarah perkembaga teori peluag, dikeal beberapa kosep ilai kemugkia, diataraya kosep peluag klasik da kosep peluag empiris (relatif), kedua kosep ii telah lama kita aut yag maa satu sama laiya salig melegkapi, tetapi juga keduaya memiliki kelemaha atara lai sulit dikembagka. Terdapat kosep atau defiisi peluag yag lebih matematis, da lebih kuat dega dibagu di atas kosep lapaga sigma (meda peristiwa). Tahu 933, Kolmogorov merumuska defiisi peluag sebagai berikut: Defiisi Misalka (S, ) adalah ruag peristiwa. Fugsi himpua P : R diamaka fugsi peluag pada S. Jika: (i), P () > 0 (ii) P (S) = (iii), 2,, dega i j = (i j), maka P ) Catata: ksioma (iii) pada defiisi peluag, megadug arti ),, 2 dega i j = P..., Jika P fugsi peluag, maka ) meyataka peluag atau ilai kemugkia terjadiya peristiwa. Tiga seragkai (S,, P) diamaka ruag peluag. Defiisi Kolmogorov tetag peluag ii, tidak memberika petujuk bagaimaa meetuka peluag terjadiya suatu peristiwa. Tetapi haya memberika atura atau batasa yag harus dipeuhi oleh peluag. Pada keyataaya, kita sepakat bahwa cara utuk megukur atau meghitug ilai Pegatar Statistika Matematis

7 kemugkia terjadiya peristiwa atara lai dega cara: sumsi, percobaa, pegalama da teorema. Cotoh. Misalka S = {M, } adalah ruag sampel dari pegetosa/lempar udi atau melatuka sebuah mata uag yag tidak seimbag. Kita ambil (S, ruag peristiwa dega = 2 S = {, {M}, {}, S}. Jika didefiisika fugsi himpua P: R, Dega P : 0 {M} 0, 8 {} 0, 2 S ) sebagai Maka dapat ada tujuka, bahwa P merupaka sebuah fugsi peluag. Dalam hal ii P {M} = 0, 8, P {} = 0, 2 yag memberika pegertia, bahwa peluag mucul sisi muka adalah 0,8; da peluag mucul sisi belakag adalah 0,2, kalau kita perhatika yag lazim di masyarakat adalah P {M} = P {} = 0,5 ii juga bear dega megguaka asumsi, bahwa kedua sisi dari mata uag tersebut seimbag (homogi). Cotoh.7 Misalka S = [0, ] = {x / 0 x } adalah ruag sampel dari suatu eksperime acak, da diambil meda peristiwa {, 3 3 0,,, 4 4. Padag relasi P: R dega 3 27 P 0, da 4 4 P 3, erdasarka relasi 4 ii kita dapat medefiisika sebuah fugsi peluag, silahka ada legkapi atura fugsi P tersebut. Selajutya, berdasarka defiisi fugsi peluag kita dapat memuculka beberapa teorema, yag maa dega megguaka teorema ii kita aka dapat meghitug atau meetuka peluag suatu peristiwa. Pegatar Statistika Matematis

8 Teorema: (Teorema Dasar Peluag) Misalka (S,, P) sebuah ruag peluag, maka (), 0 P () (2), P ( C ) = P () (rumus kompleme) (3) P ( ) = 0 (4),, P ( ) = P () + P () P ( ) (rumus pejumlaha umum) (5) Jika da salig ekslusif, maka P ( ) = P () + P () (rumus pejumlaha khusus) () Jika, maka P () P () (fugsi peluag P tak turu). erikut adalah tekik meghitug peluag suatu peristiwa dalam ruag sampel diskrit yag disajika ke dalam sebuah teorema. Teorema. Misalka (S,, P) sebuah ruag peluag () Jika S diskrit da higga, maka peluag sama dega jumlah semua peluag dari masig-masig titik atau usur yag terletak dalam (2) Jika S diskrit, higga da uiform, maka peluag sama dega hasil bagi atara kardial dega kardial S Pejelasa Karea S diskrit da higga da S, maka juga diskrit higga, sehigga dapat ditulis sebagai = {a, a 2... a k }= da (keapa demikia?) Utuk teorema bagia (2) adalah hal khusus dari teorema bagia pertama. Jika K k adalah cardial da adalah cardial S maka P () =. tura atau rumus ii biasaya diberika dimatematika sekolah sebagai defiisi klasik dari peluag. Cotoh.8 Pegatar Statistika Matematis

9 Misalka S adalah ruag sampel pegetosa sebuah dadu tak jujur, da kita ambil (S, = 2 S ) sebagai ruag peristiwa. Selajutya lihat cotoh.5! Kita defiisika fugsi P : R, dega P : {} 0,2 {2} {3} 0,3 {4} 0,05 {5} 0, {} 0,5 Dega memperhatika sebagia pemasaga oleh fugsi P, maka kita dapat melegkapi pemasaga tersebut (semuaya ada 4 pasag), sedemikia sehigga P medefiisika sebuah fugsi peluag. Jadi kita memiliki ruag peluag (S,, P) dega S diskrit higga tidak uiform. Selajutya kita aka meghitug peluag D C, D, D, D, da dega = {, 3, 5}, = {2, 4, }, da D = {2, 3, 5) sebagai berikut: P (D C ) = - P (D) = P ({2}) P ({3}) P ({5}) = 0,2 0,3 0, = 0,4 P ( D) = P ({3,5}) = P ({3}) + P ({5}) = 0,3 + 0, = 0,4 P ( D) = P () + P (D) - P ( D) = 0,4 + 0, 0,2 = 0,8 atau dapat dihitug dega megigat D = {2,3,4,5,}. P (D ) = P (D C ) = P ({2}) = 0,2 P ( ) = P (O) = 0 Catata: Dega ruag peluag yag diberika ii, maka peluag mucul sisi dadu gajil adalah 0, da peluag mucul sisi dadu geap adalah 0,4 tetapi, jika S diskrit higga uiform maka peluag kedua peristiwa tersebut adalah sama, yaitu 0,5 = ) S) ). Dalam ragka meetuka peluag suatu peristiwa atau sukses S) (peristiwa yag diperhatika atau diharapka), maka diperluka kombiatorial atau Pegatar Statistika Matematis

10 matematika membilag. Dega atura kombiatorial kita bisa meghitug bayak aggota atau cardial dari ruag sampel S (khusus ruag sampel uiform) da cardial dari peristiwa sukses tapa megidetifikasi S da dalam betuk himpua prisip atau atura meghitug yag aka dibicaraka adalah prisip dasar perkalia, permutasi da kombiasi. Prisip dasar perkalia Misal, =, 2,.., k dega ) = Jika dari setiap himpua diambil sebuah usur, maka bayak cara memperoleh k usur tersebut adalah =, 2,.. k (Catata: Prisip dasar perkalia ii bisa diperoleh megguaka pedekata operasi dega k tahap. Cotoh.9 Misalka dari adug ke Cirebo ada 3 rute perjalaa, dari Cirebo ke Surabaya ada 4 rute perjalaa, dari Surabaya ke Depasar ada rute perjalaa. Hitug berapa rute perjalaa dapat dilalui dari adug ke Depasar, dega syarat melalui Cirebo da Surabaya. Peyelesaia: Tiap rute dari adug ke Cirebo dapat dilajutka ke Surabaya dega 4 cara, da tiap rute ii dapat dilajutka ke Depasar dega cara, berarti terdapat 4 x cara. Karea dari adug ke Cirebo terdapat 3 cara, maka semua rute jala yag dapat dilalui adalah 3 x 4 x cara. Dalam hal ii terdapat 3 himpua, dega ) = 3, 2 ) = 4, da 3 ) = Permutasi Permutasi adalah susua dari beberapa usur dega memperhatika uruta Misalka terdapat susua dari 3 usur, yaitu a b c, a c b, b c a, b a c. Karea uruta diperhatika maka 4 susua ii berbeda. Kita aka meghitug bayak permutasi k usur berbeda dari himpua dega usur ( k ). Misal N dega ) =. Uruta pertama dapat diisi oleh usur dega cara, uruta kedua Pegatar Statistika Matematis

11 dega (-), da seterusya sampai dega uruta ke k dapat diisi dega (-(k-) cara. Dega megguaka prisip dasar perkalia, maka bayak cara megurutka (permutasi) k usur tersebut adalah (-) (-2) (-(k-). Jika P k meyataka bayak permutasi k usur berbeda dari himpua dega usur, atau bayak permutasi k objek yag diambil dari objek, maka: da bila megguaka otasi faktorial maka Catata: P k = P k = (-) (-2) (-(k-), k =,2, ( k) ) Jika dalam permutasi diperbolehka usurya ada yag sama, maka susua tersebut diamaka permutasi berulag, da misal permutasi k usur berulag dari usur (objek), maka: P k k k P meyataka bayak 2) ila dari objek, diataraya terdapat objek jeis sama, 2 objek jeis 2 sama,.., k objek jeis k sama, maka bayak permutasi objek dari objek tersebut, adalah: P (, 2,..., ) k 3) ila susua (permutasi) dibuat meligkar atau siklis maka bayak permutasi siklis dari usur adalah (-). Cotoh.0 Terdapat dua kotak. Kotak pertama berisi 3 kartu bilaga (, 3 da 5), sedagka kotak dua berisi 4 kartu bilaga (0,2,4 da ) kita aka membuat bilaga dega 5 agka, yaitu dua agka pertama adalah kartu bilaga dari kotak da tiga agka terakhir adalah kartu bilaga dari kotak 2. a) Hitug bayak bilaga dega 5 agka yag dapat dibuat (cotoh: bilaga 3024) b) Jika betuk da ukura dari kartu-kartu bilaga idetik da diambil secara acak. Tetuka bayak aggota ruag sampel. c) Hitug peluag medapatka bilaga berilai lebih dari lima puluh ribu. Pegatar Statistika Matematis

12 Peyelesaia: a) Cotoh bilaga yag dapat dibuat atara lai adalah 3024, 3024 da 542. ayak cara meempatka dua agka pertama utuk bilaga ii yag diambil 3 dari kotak adalah P, da tiap dua agka dari kotak ii dapat 2 dipasagka (dilajutka) dega 3 agka terkahir yag diambil dari kotak 2 4 sebayak P 24 cara. Jadi bayakya bilaga dega lima agka yag dapat 3 dibuat adalah x 24 = 44. b) Ruag sampelya adalah S = {3024, 302,.., 5342} da S) = bayakya aggota ruag sampel P. P = 44. Dalam hal ii, karea betuk da ukura kartu idetik serta diambil secara acak, maka diaggap S adalah ruag sampel uiform. Dega kata lai peluag atau kesempata titik sampel mucul (diperoleh) adalah 44 c) Misalka adalah peristiwa medapatka bilaga berilai lebih dari lima puluh ribu (cotoh: 5024, 5342, da 53240). Maka ) =. P. P = = k) 48 Jadi ) = 0, 33 s) 44 KOMINSI Kombiasi adalah susua dari beberapa usur berbeda, dega tidak memperhatika uruta. Misal terdapat susua dari 3 usur, yaitu: abc, acb, bca, bac. Karea uruta tidak diperhatika maka 4 susua dari a, b da c ii sama. Hal ii lebih cocok ditulis dalam betuk himpua, yaitu {a,b,c}. Kita aka meghitug bayak kombiasi k usur yag diambil dari himpua dega usur, atau kombiasi k objek dari objek yag berbeda. Misalka k C meyataka bayak kombiasi k usur dari sebuah himpua dega usur. Karea setiap satu kombiasi k usur dapat dibuat bahwa P k = k! Pegatar Statistika Matematis

13 Catata:! C k, k 0,,2,..., ( k)! k! Notasi lai utuk meyataka bayak kombiasi k usur dari himpua dega usur adalah ( k ) Cotoh. Sebuah kotak berisi 40 bola teis meja. Terdiri atas 5 bola putih, 20 bola kuig, da 5 bola hijau. Diambil 5 bola secara acak. a) Tetuka bayak aggota ruag sampel, jika pegambila bola teis meja secara sekaligus, satu-satu tapa pegembalia da satu-satu dega pegembalia. b) Dega megasumsika ruag sampel uiform, da meda peristiwa yag diambil terbesar ( = 2 S ). Hitug peluag terambil 2 bola putih, 2 bola kuig, da bola hijau dalam 5 pegambila tersebut. c) Hitug peluag terambil palig bayak 2 bola kuig. Peyelesaia: a) Himpua bola teis meja dapat diidetifikasi sebagai H = {p, p 2,, p 5, k, k 2, k 20, h, h 2,, h 5 } dega H) = 40. Utuk pegambila sekaligus, berarti tidak aka terambil bola yag sama da uruta tidak diperhatika, misalya {p 2, p 7, k 3, h, h 2 } = { h 2, p 2, k 3, h, p 7 }, berarti susua bola berupa kombiasi, maka S) = ( 40 5 ) Pegambila tapa pegembalia diartika bahwa, setiap pegembalia berikutya maka usur (objek) yag telah terambil pada pegembalia sebelumya tidak dikembalika dulu. Terdapat dua kasus, yaitu uruta diperhatika, da uruta tak diperhatika. Utuk kasus pertama, S) = utuk kasus kedua S) = ( 40 5 ). 40 P 5 da Pegambila dega pegembalia, diartika, bahwa setiap pegambila berikutya, maka usur (objek) yag telah terambil pada pegambila Pegatar Statistika Matematis

14 sebelumya dikembalika dulu. erarti boleh ada yag sama, da uruta diperhatika misalya p p 2 p 3 p 4 p 5, p p 2 k k 2 h S) = Catata: p 2 p k k 2 h, k k k k k maka Para ahli Statistika sepakat, bahwa pegambila tapa pegembalia dega pagambila sekaligus (tapa ada pejelasa tambaha) memberika hasil yag sama, yaitu S) = ( k ). b) ggap pegembalia yag dilakuka adalah sekaligus, berarti S) = 58008, da karea diambil secara acak da ukura bolaya idetik, maka ruag sampel S adalah uiform, berarti peluag setiap titik sampel sama, yaitu Misalka = peristiwa terambil dua bola putih, dua bola kuig da satu bola hijau. Cotoh aggota adalah p p 2 k k 2 h, p p 3 k k 2 h,... Maka dapat diperlihatka, bahwa ) = ( 5 2 ). ( 20 2 ). ( 5 ) = = ) Jadi ) = 0, 5 S) c) Misal = peristiwa terambil palig bayak 2 bola kuig = 0 2 Dega 0 = peristiwa terambil tepat ol bola kuig. (Cotoh: p p 2 p 3 h h 2 ) = peristiwa terambil tepat satu bola kuig. (Cotoh: k p p 2 p 3 h ) 2 = peristiwa terambil tepat dua bola kuig. (Cotoh: k k 2 p p 2 p 3 ) Yag maa 0,, 2 tiga peristiwa salig ekslusif. Dapat dijelaska, bahwa 0 ) = ) = = = 9900 Maka, 2 ) = = 200 ) 0 ) ) 2 ) ) = 0, 5 S) S) Pegatar Statistika Matematis

15 .3 Peluag ersyarat Misal (S.. P) ruag peluag da... Peulisa / diartika sebagai peristiwa relatif terhadap peristiwa, atau peristiwa jika diketahui. agaimaa meghitug peluag /? P (/)? Dalam hal ii S diaggap sebagai ruag sample yag baru berarti dibadigka dega. Jika S diskrit uiform maka bayak usur yag ada di dibadigka de3ga bayak usur sehigga peluagya adalah : N ) P (/) = N ( ) N ( N ( S) N ( ) N ( S) ) P ( ) =, P ( ) O ( perhatikagambar ) P ( ) S Gambar :. Peulisa P (/) di artika sebagai peluag bersyarat dari jika diketahui Diilhami oleh keyataa ii, kita medefiisika peluag peristiwa bersyarat P utuk ruag sample S sembarag. Da dapat ditujukka bahwa P adalah bearbear sebuah fugsi peluag! Selajutya ideks dalam P bisa dihilagka, cukup dega P saja! Pegatar Statistika Matematis

16 Defiisi : Misalka (S, Ω, P) ruag peluag, da,, Ω, dega ) : 0, maka : ) / ) = ) Catata : Pugsi himpua P : Ω x {} R (, ), ) = ) ) ) (C, ) /) = ) memeuhi ketiga aksioma dari fugsi peluag (silahka ada tujuka ) Sifat (Rumus perkalia umum). Jika da dua peristiwa dalam ruag sampel S. Maka : ) = ) /) da ) = ). /) 2. Jika, 2,.. barisa peristiwa dalam ruag sampel S, maka :, 2 = P = ). 2 / ). P 3 2. P = ). P i i i 2 i Cotoh. 2 Dua dadu jujur atau dua dadu homoge dilempar udi (ditos) sekaligus. Jika adalah peristiwa mucul pasaga agka kembar, adalah peeristiwa mucul agka pada dadu, C adalah peristiwa mucul agka pada II, da D adalah peristiwa mucul pasaga agka berjumlah kurag dari 4, hituglah peluag ; a),, C da D b) Peristiwa mucul pasaga agka kembar, da agka pada dadu Pegatar Statistika Matematis

17 c) Peristiwa mucul pasaga agka kembar, jika di ketahui agka pada dadu d) Peristiwa mucul agka pada dadu II, jika di ketahui agka I pada dadu da pasaga agka berjumlah kurag dari 4 e) Peristiwa mucul pasaga agka berjumlah 5, jika diketahui peristiwa atau peristiwa telah terjadi (relatif) f) C dega dua cara Peyelesaia : Ruag sampel dari eksperime tersebut adalah : S = {(, )(, 2)., (, ), (2, ), (2, 2),(2, ),(3, )., (, )} dega S) = 2 = 3 karea dadu jujur, maka kesempata mucul tiaptitik sampel tersebut adalah 3 aiform higga berarti (S.Ω =2 s. P) adalah ruag peluag dega S diskrit a) peistiwa-peristiwa,, C da D dapat ditujuka dega betuk himpua (subset da S) yaitu : ={(,), (2,2), (3,3), (4,4), (5,5), (,)} ={(,), (,2), (,3), (,4), (,5), (,)} C ={(,), (2,), (3,), (4,), (5,), (,)} da D = {(,), (,2), (2,)}dega ) =, N () =, N (C) = da N (D) = 3 Maka ) = ) S) 3 ) = ) S) 3 ) = ) S) 3 D) 3 D) = S) 3 2 b) ) = {(,)}) = (,) = 3 Pegatar Statistika Matematis

18 c) /) = 3 ) d) P C D) D) D) 0 e) D C ) =- D ( )) ) f) Cara pertama (lagsug), yaitu C = {(,)}. Maka C) = S) C) Cara kedua dega rumus C) = ). ) P ( C ) Dega ) =, /) = da P ( C 3 ) =, maka C ) =, 3, 3 Perhatika cotoh soal o.. 2, soal (b) P () =, ) =, da ) =. = P () P (), juga 3 )= 3 ) =),P ( ) ) = ) 3 =) ) ii memberika arti kepada kita bahwa terjadi tidakya peristiwa yag satu atau relatif tidakya peistiwa yag satu maka peluag peristiwa yag lai tidak berubah yaitu ) = ) juga P ( ) = ) atau ) = ).). Dua peristiwa yag seperti ii aka kita beri ama khusus yaitu peristiwa yag salig bebas (idepedet). Defeisi; Dua peristiwa da dikataka salig bebas (stokastik) atau idepedet jika peluag irisaya sama dega hasil kali masig-masig peluagya, dega kata Pegatar Statistika Matematis

19 lai, bebas ) = ). ) da, tak bebas (idepedet/bergatuga) ) ). ) Sifat da bebas, maka ) = ), P ( ) = ) coba ada buktika! Catata Dalam pegertia sehari-hari, dua peristiwa dikataka salig bebas jika terjadi tidakya peristiwa yag satu tidak mempegaruhi terjadiya peristiwa yag lai. Sedagka dua peristiwa salig bergatuga (idepedet), jika terjadiya peristiwa yag satu mempegaruhi terjadiya peristiwa yag lai. Sebagai cotoh, misalya adalah peristiwa guug Fujiyama meletus pada suatu hari, da peristiwa Mahasiswa lulus tepat pada waktu akademik, maka kita sepakat, ) = ) da P ( ) = ) ii berarti terjadiya peristiwa yag satu tidak mempegaruhi terjadiya peristiwa yag lai (mahasiswa lulus pada waktuya). Defiisi Tiga peristiwa, da C salig bebas, jika ) = ). P (), C) = P (). P (C), P ( C) = P (). P (C) da P ( C) = P (). P (). P (C) Utuk peristiwa salig bebas, dapat didefiisika seperti utuk kebebasa 3 Peristiwa Perhatika cotoh. 2! da dua peristiwa salig bebas sebab ) = ). ) tetapi tidak ekslusif sebab. Juga da C salig bebas sebab P ( C) = P ( ). C) tetapi tidak ekslusif sebab C. egitu juga da C dua peristiwa salig bebas tetapi tidak ekslusif. karea C) = P ( ) =0 P (). P (). P (C) maka tiga peristiwa, da C tidak bebas Pegatar Statistika Matematis

20 Sifat Jika da bebas, maka ; ) C da bebas 2) da C bebas 3) C da C bebas ukti ) Harus ditujuka, bahwa C ) = C ).) sebagai berikut : C ) = C )=). P (Terbukti) C = ) -P = ) {-)} = ).) ) Utuk (2) da (3) coba ada buktika sediri sebagai latiha! C Cotoh.3 Misalka diambil secara acak 00 pemuda dega maksud utuk diperiksa oleh tim dokter, khusus kesehata mata da betuk telapak kaki. Dari pemeriksaa diperoleh hasil 40 orag kakiya datar (kelaia telapak kaki) 50 orag haya mata rabu jauh (kelaia mata) da 20 orag mederita kedua-duaya serta 30 ora tidak mederita kedua-duaya (sehat). Secara statistik, apakah kelaia telapak kaki mempegaruhi rabu jauh da sebalikya? Peyelesaia Misalka peristiwa pemuda memiliki kelaia telapak kaki (datar) da peristiwa memiliki kelaia mata (rabu). Jika persetase kelaia diaggap sebagai peluag peristiwa, kita tujukka bahwa N () = 40. N () = 50. N ( ) = 20 da N ( ) = 30, maka ) = 0,4. ) = 0,5. ) = 0,2. C ) = 0,. P ( C ) = 0,5. Sehigga ) = 0,2 = 0,4 = 0,5 = ). ). Ii memberi maka secara statistic bahwa kelaia telapak kaki datar tidak mempegaruhi kelaia mata. egitu juga, bahwa telapak kaki baik tidak mempegaruhi mata baik. Pegatar Statistika Matematis

21 Hal ii dapat dijelaska dega : C C ) = P ( ) C = 0,7 = 0,3 = C ). C ) Teorema ayes Laplace Misalka (S. Ω. P) ruag peluag da, 2,..., partisi dari ruag sample S, dega ) 0, =, 2, 3,..., jika peristiwa lai dalam S, maka )) = i ). P (atura elimiasi) 2) k =, 2,...,, P k = ). P k ). P i k (Dalil ) Catata, 2..., partisi dari S, jiuka 2 =, j da = S Dalam pegguaaya, 2..., diamaka peristiwa-peristiwa tahapatara (dalam hal ii haya satu tahapatara) atau disebut disebut juga peristiwa awal. Sedagka diamaka peristiwa akhir, atau peristiwa akibat. Jika kita igi meghitug peluag akhir, maka guaka atura elimiasi (), da jika peristiwa akhir telah terjadi atau telah diketahui da kita dimita utuk meetuka peluag awal, maka guaka atura L (2) i uktika Kodisi premis dari teorema L (atura da atura 2) dapat disajika seperti gambar, 2,! 2... k... a Gambar.2 Pegatar Statistika Matematis

22 Dapat ditujukka bahwa = ( ) ( 2 ). ( ) = i Da ( ) ( ) = (i j) Sehigga, ) = P Da P = Cotoh. 4 = = = i i i i p ( ) p ( ) p ( ) P P K ( ) ) k i ). P ). P i k (terbukti) Misalka di sebuah kawasa idustri terjadi musibah kebocora mesi produksi, yag bisa berakibat ifeksi pada tubuh mausia di sekitar kawasa tersebut, kea tidakya ifeksi tergatug pada gologa darah yag dimilikiya. Misalka berdasarka ahli kesehata masyarakat diketahui peluag seseorag terkea ifeksi bagi yag bergologa darah,,, da O berturut-turut adalah 0,30 0,35 0,0 da 0,45. Tim dokter megambil seorag peduduk dari kawasa idustri tersebut secara acak dega maksud aka diperiksa apakah terkea/tidak terkea ifeksi, berdasarka PS setempat diketahui prosetase gologa darah utuk peduduk kawasa tersebut, yaitu gologa darah,,, da O berturut-turut 35%, 25%, 30%, da 0% a). Hitug peluag masyarakat dikawasa idustri tersebut terkea ifeksi 2). ila tim dokter megumumka bahwa peduduk yag diperiksa diyataka terkea ifekssi akibat musibah kebocora tersebut, berapaka peluag yag bergologa darah O Pegatar Statistika Matematis

23 Peyelesaia a). Karea kea tidakya ifeksi tergatug pada gologa darah yag dimiliki seseorag, atau dega kata lai gologa darah mempegaruhi kea tidakya ifeksi, berarti gologa darah adalah peristiwa awal (tahap atara) da terkea ifeksi adalah peristiwa akhir (akibat). Misalka peristiwa, 2, da 4 berturut-turut adalah peduduk bergologa darah,,, da O, dega, 2, 3, da 4 adalah suatu partisi dega ) = 0,35, 2 ) = 0,25, 3 ) = 0,30 da 4 ) = 0,0 Misalka peristiwa K adalah peristiwa peduduk (masyarakat) dikawasa idustri tersebut terkea ifeksi, dega P K 3 Maka K) = =0.0 da P 4 i = ).P 4 ).P K = 0,5 4 P K K K 4 + 2).P K = 0.30, P K + 3).P 2 K = P 2 K + 3 = 0,35 (0,30) + 0,25 (0,35) + 0,30 (o,0) + 0,40 (0,45) = 0, 3875 b) Dalam hal ii, peristiwa akhir telah diketahui (telah terjadi), yaitu peduduk (masyarakat) terkea ifeksi (sakit). erapakah peluag dari yag sakit ii bergologa darah O, berarti harus dihitug P K yaitu : 4 4 ). P K P K 4 0,0(0,5) = 0, 04 4 K) 0,375 Ii berarti peluag peduduk bergologa darah O, jika diketahui dia terkea ifeksi adalah 0,04 Soal-soal latiha. Dua mata uag yag masig-masig bersisi M da, da da dua dadu masig-masig berisi, 2, 3, 4, 5,, dilempar Di tos/dilatuka sekaligus Pegatar Statistika Matematis

24 a) Perlihatka bahwa pegetosa ii adalah eksperime acak b) Tetuka ruag sampelya da kardialya. pakah diskrit/kotiu? 2. Misalka S = {a, b, c, d} adalah ruag sampel dari suatu eksperime acak. erika cotoh sebayak-bayakya meda peristiwa pada S yag buka terkecil da terbesar 3. Sebuah bilaga di ambil secara acak diatara o sampai dega a) Tetuka ruag sampel, da kardialya. pakah diskrit/kotiyu? b) Misalka S ruag sampel da eksperime tersebut. erika pejelasa bahwa pasaga (S 2 8 ) sebuah ruag peristiwa c) Jika adalah peristiwa bilaga yag terpilih kurag dari tulislah sebagai subset dari S. 4. Jika Ω da Ω 2 dua meda peristiwa pada S a) uktika bahwa Ω Ω 2 meda peristiwa pada S b) erika cotoh bahwa Ω Ω 2 belum tetu meda peristiwa! 5. Dua mata uag yag tidak seimbag ditos sekaligus da diperoleh ruag sampelya S = {, M, M, MM}. Dibuat pemasaga P: Ω - 3 atara lai dega : {} 0,5 {M} 0,2 {M} {MM} 0,45 Jika diambil Ω = 2 s, maka dega megguaka empat pemaga di atas kita dapat meeruska pemasaga tersebut, sedemikia sehigga triple (S. Ω P) membetuk sebuah ruag peluag a) erika pejelasa, bahwa Psebuah fugsi peluag b) Hitug peluag mucul tepat satu muka c) Hitug peluag mucul palig sedikit satu muka. Seorag peterak megirim ke sebuah toko sekerajag telur ayam kampug sebayak 40 butir dimaa 5 diataraya jelek (busuk). Pegusaha toko aka meerima semua pegirima telur. Jika empat telur yag diambil Pegatar Statistika Matematis

25 secara acak palig bayak haya yag jelek. Hitug peluag, bahwa semua kirima itu aka diterima pegusaha toko. 7. Sebuah kelas terdiri atas 22 mahasiswa da 8 mahasiswi aka membetuk susua kepaitiaa yaitu ketua, sekretaris da bedahara. Jika tidak boleh ada jabata ragkap da setiap aggota memiliki hak yag sama utuk meduduki jabata tersebut. a) Hitug berapa bayak cara mereka membetuk susua kepaitia tersebut b) Jika persyarata ketua da bedahara harus lelaki da sekretaris harus waita. Hitug semua cara yag mugki c) erapakah peluag susua kepaitia semuaya lelaki 8. Misal ( S, Ω, P) sebuah ruag peluag, da Ω atau S. tertetu. Didefiisika fugsi P : Ω x {} R dega P (.) = P ) ) uktika, bahwa P medefiisika sebuah fugsi peluag. Catata : P terhadap = P diamaka peluag bersyarat dari relatif 9. Jika ) = 0,4. P da C ), = 0. da P = 0,8 Hitug ), ), 0. Eam batag rokok dega ukura idetik diambil secara acak tapa pegembalia dari sebuah gelas yag terdiri atas 8 batag JC, 7 batag JK, da 5 batag SK. a) Hitug peluag terambil tepat 3 batag JC, da tepat 2 batag SK b) erapakah peluag terambil semuaya JC?. Perhatika daftar 2000 pasaga usia subur (PUS) disebuah keluraha meurut keikut sertaa K da tigkat pedidika. Pegatar Statistika Matematis

26 Tigkat pedidika Keikut sertaa K SD SMP SM PT Jumlah Ya Tidak Jumlah Jika diambil secara acak satu PUS. Hitug peluag : a) Terambil PUS berpedidika SM b) Terambil PUS berpedidika PT da peserta K c) Terambil PUS tidak ikut K jika diketahui PUS tersebut berpedidika SD d) Terambil PUS berpedidika PT jika PUS tersebut peserta K e) Terambil PUS berpedidika SM atau berpedidika PT jika Pus tersebut tidak ikut K 2. Misalka dalam suatu PEMILU preside RI atar istri da suami salig mempegaruhi. Jika peluag istri memilih calo N adalah 0, da jika suamiya telah memilih calo X peluagya mejadi 0,8. Jika peluag suami memilih yag buka calo X adalah 0,3 a) Hitug peluag suami istri kedua-duaya memilih calo X b) erapakah peluagya palig tidak suami atau istri memilih calo X c) Jika teryata istriya telah lebih dulu memilih calo X, berapakah peluag suamiya memilih calo X? 3. Dari set kartu bridge legkapdiambil satu-satu secara acak 3 kartu tapa pegembalia. Hitug peluag pada pegembalia pertama terambil kartu kig jeis da pada pegambila kedua terambil kartu kig jeis IV da pada pegembalia ketiga terambil kig jeis III dega dua cara yaitu : a) Dega megguaka teorema dasar peluag b) Dega megguaka rumus perkalia umum utuk 3 peristiwa 4. Diketahui tukag kebu/tama oragya pelupa. Peluag lupa meyiram taama adalah 0,. Taama aka layu jika tidak disiram peluagya 0,7 Pegatar Statistika Matematis

27 da 0,2 jika taama itu disiram. Majikaya datag da teryata taama layu. erapakah peluagya tukag kebu lupa tidak meyiramya? 5. Kotak berisi bola merah da 4 bola kuig. Kotak II berisi 5 bola merah da 0 bola kuig da 5 bola putih. Kotak III berisi 0 bola merah da 30 bola kuig. Dipilih sebuah kotak kemudia dari kotak yag terpilih diambil sebuah bola secara acak. Jika peluag terpilih kotak I, II, da III berturut-turut adalah idetik. Hitug peluag a) Terambil bola merah, 4.da 2 7, serta ukura da betuk bola b) Terpilih kotak II, jika teryata bola yag terambil berwara kuig. Jika (S, Ω, P) sebuah ruag peluag, 2,,... m, sebuah partisi dari S da C, C 2, C 3,... C 4 sebuah partisi lai dari S, dega ) = 0, C j ) = 0, i C j ) 0, utuk suatu peristiwa dalam S, maka ) = m i i i ) C j, i ), i, C j ) Catata Ii diamaka atura elimiasi (ayes) dega dua tahapatara, tahapp pertama adalah peristiwa, tahap kedua adalah peristiwa C, da adalah peristiwa akhir (akibat) Dega atura elimiasi selesaika soal berikut Misalka efektivitas peluru kedali megeai sasara dipegaruhi oleh kealitas dari sistem peragkat peluru da ketapata pemasaga peluruya. Misalka sistem peragkat peluru kedali yag diproduksi dikualifikasika mejadi 3 macam, yaki sempura, baik da jelek. Kesemuaya disimpa ditempa persediaa (gudag) bayakya berturutturut adalah 5, 0, da, 5. Pemasaga peluru terdapat 2 kodisi yaitu tepat da kurag tepat. Peluag pemasaga peluru tepat pada tempatya utuk kualifikasi sempura, baik da jelek berturut-turut adalah 0,8, 0,, da 0,7, sedagka peluag peluru kea sasara dari sistem yag Pegatar Statistika Matematis

28 sempura adalah 0,9 utuk pemasaga tempat da 0,5 utuk pemasaga kurag tepat. Sistem yag baik adalah 0,7 utuk pemasaga tepat da 0, utuk pemasaga kurag tepat. Sistem yag jelek adalah 0,5 utuk pemasaga tepat da 0,4 utuk pemasaga kurag tepat. Jika dari tempat persediaa (gudag) diambil sebuah peragkat peluru secara acak a) Hituglah peluag peluru kedali megeai sasara b) Hituglah peluag peluru kedali tidak megeai sasara (dega dua cara). 7. Sebuah mata uag bersisi da M yag seimbag ditos berkali-kali da berheti jika sudah mucul M a) Tetuka ruag sampel S. pakah diskrit atau kotiu b) Hitug peluag diperluka 5 kali pegetosa c) Hitug peluag diperluka palig sedikit 0 kali pegetosa 8. Misal S = {x 0 < x > - } ruag sampel dari suatu eksperime acak. a) erika pejelasa bahwa fugsi S R dega C) = e dx adalah sebuah fugsi peluag b) Jika { x / 4 < x < ~} hitug ) da c ) Pegatar Statistika Matematis

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS

BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS BAB VIII KONSEP DASAR PROBABILITAS 1.1. Pedahulua Dalam pertemua ii Ada aka mempelajari beberapa padaga tetag permutasi da kombiasi, fugsi da metode perhituga probabilitas, da meghitug probabilitas. Pada

Lebih terperinci

PELUANG KEJADIAN. 3. Permutasi siklis adalah permutasi yang susunannya melingkar.

PELUANG KEJADIAN. 3. Permutasi siklis adalah permutasi yang susunannya melingkar. PELUANG KEJADIAN A. Atura Perkalia/Pegisia Tempat Jika kejadia pertama dapat terjadi dalam a cara berbeda, kejadia kedua dapat terjadi dalam b cara berbeda, kejadia ketiga dapat terjadi dalam c cara berbeda,

Lebih terperinci

PELUANG. Kegiatan Belajar 1 : Kaidah Pencacahan, Permutasi dan kombinasi

PELUANG. Kegiatan Belajar 1 : Kaidah Pencacahan, Permutasi dan kombinasi PELUANG Kegiata Belajar : Kaidah Pecacaha, Permutasi da kombiasi A. Kaidah Pecacaha. Prisip Dasar Membilag Jika suatu operasi terdiri dari tahap, tahap pertama dapat dilakuka dega m cara yag berbeda da

Lebih terperinci

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia

Himpunan. Himpunan 3/28/2012. Semesta Pembicaraan Semua mobil di Indonesia Himpua Suatu himpua atau gugus adalah merupaka sekumpula obyek. Pada umumya aggota dari gugus tersebut memiliki suatu sifat yag sama. Suatu himpua bagia atau aak gugus merupaka sekumpula obyek yag aggotaya

Lebih terperinci

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4

Mata Kuliah : Matematika Diskrit Program Studi : Teknik Informatika Minggu ke : 4 Program Studi : Tekik Iformatika Miggu ke : 4 INDUKSI MATEMATIKA Hampir semua rumus da hukum yag berlaku tidak tercipta dega begitu saja sehigga diraguka kebearaya. Biasaya, rumus-rumus dapat dibuktika

Lebih terperinci

BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG

BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG 1 BAB II KAIDAH PENCACAHAN DAN PELUANG Dalam kehidupa sehari hari kita serig dihadapka pada persoala yag berkaita dega peluag. Baik mecari kemugkia, kesempata, bayak cara, harapa da sebagaiya. Dalam Materi

Lebih terperinci

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus

1 n MODUL 5. Peubah Acak Diskret Khusus ODUL 5 Peubah Acak Diskret Khusus Terdapat beberapa peubah acak diskret khusus yag serig mucul dalam aplikasi. Peubah Acak Seragam ( Uiform) Bila X suatu peubah acak diskret dimaa setiap eleme dari X mempuyai

Lebih terperinci

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas.

i adalah indeks penjumlahan, 1 adalah batas bawah, dan n adalah batas atas. 4 D E R E T Kosep deret merupaka kosep matematika yag cukup populer da aplikatif khusuya dalam kasus-kasus yag meyagkut perkembaga da pertumbuha suatu gejala tertetu. Apabila perkembaga atau pertumbuha

Lebih terperinci

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum

BAB II TEORI DASAR. Definisi Grup G disebut grup komutatif atau grup abel jika berlaku hukum BAB II TEORI DASAR 2.1 Aljabar Liier Defiisi 2. 1. 1 Grup Himpua tak kosog G disebut grup (G, ) jika pada G terdefiisi operasi, sedemikia rupa sehigga berlaku : a. Jika a, b eleme dari G, maka a b eleme

Lebih terperinci

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real:

Secara umum, suatu barisan dapat dinyatakan sebagai susunan terurut dari bilangan-bilangan real: BARISAN TAK HINGGA Secara umum, suatu barisa dapat diyataka sebagai susua terurut dari bilaga-bilaga real: u 1, u 2, u 3, Barisa tak higga merupaka suatu fugsi dega domai berupa himpua bilaga bulat positif

Lebih terperinci

Modul Kuliah statistika

Modul Kuliah statistika Modul Kuliah statistika Dose: Abdul Jamil, S.Kom., MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER MUHAMMADIYAH JAKARTA Bab 2 Populasi da Sampel 2.1 Populasi Populasi merupaka keseluruha pegamata

Lebih terperinci

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut:

b. Penyajian data kelompok Contoh: Berat badan 30 orang siswa tercatat sebagai berikut: Statistik da Peluag A. Statistik Statistik adalah metode ilmiah yag mempelajari cara pegumpula, peyusua, pegolaha, da aalisis data, serta cara pegambila kesimpula berdasarka data-data tersebut. Data ialah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 <

II. TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum apabila a bilangan bulat dan b bilangan bulat positif, maka ada tepat = +, 0 < II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keterbagia Secara umum apabila a bilaga bulat da b bilaga bulat positif, maka ada tepat satu bilaga bulat q da r sedemikia sehigga : = +, 0 < dalam hal ii b disebut hasil bagi

Lebih terperinci

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions)

Distribusi Pendekatan (Limiting Distributions) Distribusi Pedekata (Limitig Distributios) Ada 3 tekik utuk meetuka distribusi pedekata: 1. Tekik Fugsi Distribusi Cotoh 2. Tekik Fugsi Pembagkit Mome Cotoh 3. Tekik Teorema Limit Pusat Cotoh Fitriai Agustia,

Lebih terperinci

2 BARISAN BILANGAN REAL

2 BARISAN BILANGAN REAL 2 BARISAN BILANGAN REAL Di sekolah meegah barisa diperkealka sebagai kumpula bilaga yag disusu meurut "pola" tertetu, misalya barisa aritmatika da barisa geometri. Biasaya barisa da deret merupaka satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan suatu ilmu yang mempunyai obyek kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Matematika merupaka suatu ilmu yag mempuyai obyek kajia abstrak, uiversal, medasari perkembaga tekologi moder, da mempuyai pera petig dalam berbagai disipli,

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak:

PENGUJIAN HIPOTESIS. Atau. Pengujian hipotesis uji dua pihak: PENGUJIAN HIPOTESIS A. Lagkah-lagkah pegujia hipotesis Hipotesis adalah asumsi atau dugaa megeai sesuatu. Jika hipotesis tersebut tetag ilai-ilai parameter maka hipotesis itu disebut hipotesis statistik.

Lebih terperinci

Definisi Integral Tentu

Definisi Integral Tentu Defiisi Itegral Tetu Bila kita megedarai kedaraa bermotor (sepeda motor atau mobil) selama 4 jam dega kecepata 50 km / jam, berapa jarak yag ditempuh? Tetu saja jawabya sagat mudah yaitu 50 x 4 = 200 km.

Lebih terperinci

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT

I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT I. DERET TAKHINGGA, DERET PANGKAT. Pedahulua Pembahasa tetag deret takhigga sebagai betuk pejumlaha suku-suku takhigga memegag peraa petig dalam fisika. Pada bab ii aka dibahas megeai pegertia deret da

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang

II. LANDASAN TEORI. Pada bab ini akan diberikan beberapa istilah, definisi serta konsep-konsep yang II. LANDASAN TEORI Pada bab ii aka diberika beberapa istilah, defiisi serta kosep-kosep yag medukug dalam peelitia ii. 2.1 Kosep Dasar Teori Graf Berikut ii aka diberika kosep dasar teori graf yag bersumber

Lebih terperinci

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata

Probabilitas dan Statistika Teorema Bayes. Adam Hendra Brata robabilitas da Statistika Teorema ayes dam Hedra rata Itroduksi - Joit robability Itroduksi Teorema ayes eluag Kejadia ersyarat Jika muculya mempegaruhi peluag muculya kejadia atau sebalikya, da adalah

Lebih terperinci

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi;

Setelah mempelajari modul ini Anda diharapkan dapat: a. memeriksa apakah suatu pemetaan merupakan operasi; Modul 1 Operasi Dr. Ahmad Muchlis B PENDAHULUAN erapakah 97531 86042? Kalau Ada megguaka kalkulator, jawabaya amat bergatug pada tipe kalkulator yag Ada pakai. 9 Kalkulator ilmiah Casio fx-250 memberika

Lebih terperinci

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta

Induksi Matematika. Pertemuan VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusan Teknik Informatika UPN Veteran Yogyakarta Iduksi Matematika Pertemua VII Matematika Diskret Semester Gasal 2014/2015 Jurusa Tekik Iformatika UPN Vetera Yogyakarta Metode pembuktia utuk peryataa perihal bilaga bulat adalah iduksi matematik. Cotoh

Lebih terperinci

DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL

DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL 0 DISTRIBUSI KHUSUS YANG DIKENAL Kita sudah membahas fugsi peluag atau fugsi desitas, baik defiisiya maupu sifatya. Fugsi peluag atau fugsi desitas ii merupaka ciri dari sebuah distribusi, artiya fugsi

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 6. No. 2, 77-85, Agustus 2003, ISSN : DISTRIBUSI WAKTU BERHENTI PADA PROSES PEMBAHARUAN JURAL MATEMATKA DA KOMPUTER Vol. 6. o., 77-85, Agustus 003, SS : 40-858 DSTRBUS WAKTU BERHET PADA PROSES PEMBAHARUA Sudaro Jurusa Matematika FMPA UDP Abstrak Dalam proses stokhastik yag maa kejadia dapat

Lebih terperinci

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi

6. Pencacahan Lanjut. Relasi Rekurensi. Pemodelan dengan Relasi Rekurensi 6. Pecacaha Lajut Relasi Rekuresi Relasi rekuresi utuk dereta {a } adalah persamaa yag meyataka a kedalam satu atau lebih suku sebelumya, yaitu a 0, a,, a -, utuk seluruh bilaga bulat, dega 0, dimaa 0

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang

LANDASAN TEORI. Secara umum, himpunan kejadian A i ; i I dikatakan saling bebas jika: Ruang Contoh, Kejadian, dan Peluang 2 LANDASAN TEORI Ruag Cotoh, Kejadia, da Peluag Percobaa acak adalah suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak dapat diprediksi secara tepat tetapi dapat diketahui semua

Lebih terperinci

Soal-soal Latihan: jika Misalkan n adalah bilangan genap. Buktikan bahwa

Soal-soal Latihan: jika Misalkan n adalah bilangan genap. Buktikan bahwa Soal-soal Latiha:. Misalka kita aka meyusu kata-kata yag dibetuk dari huru-huru dalam kata SIMALAKAMA, jika a. huru S mucul setelah huru K (misalya, ALAMAKSIM). b. huru A mucul berdekata. c. tidak memuat

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3

PERTEMUAN 13. VEKTOR dalam R 3 PERTEMUAN VEKTOR dalam R Pegertia Ruag Vektor Defiisi R Jika adalah sebuah bilaga bulat positif, maka tupel - - terorde (ordered--tuple) adalah sebuah uruta bilaga riil ( a ),a,..., a. Semua tupel - -terorde

Lebih terperinci

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar

III BAB BARISAN DAN DERET. Tujuan Pembelajaran. Pengantar BAB III BARISAN DAN DERET Tujua Pembelajara Setelah mempelajari materi bab ii, Ada diharapka dapat:. meetuka suku ke- barisa da jumlah suku deret aritmetika da geometri,. meracag model matematika dari

Lebih terperinci

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sudah Anda kenal di sekolah menengah, bahkan sejak sekolah

Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sudah Anda kenal di sekolah menengah, bahkan sejak sekolah Modul Himpua Dra Sri Haryati Kartiko, MS PENDHULUN impua sudah da keal di sekolah meegah, bahka sejak sekolah H dasar Himpua merupaka usur yag petig dalam probabilitas, sehigga dipelajari kembali dalam

Lebih terperinci

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI

EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI EKSPANSI MULTINOMIAL, KOMBINASI, DAN PERMUTASI Oleh: Sutopo Jurusa Fisika FMIPA UM sutopo@fisika.um.ac.id Ditulis pada sekitar bula Maret 2011. Diuggah pada 3 Desember 2011 PROBLEM Gambar di bawah ii meyataka

Lebih terperinci

Oleh: Yunissa Rara Fahreza Akuntansi Teknologi Sistem Informasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT

Oleh: Yunissa Rara Fahreza Akuntansi Teknologi Sistem Informasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT Oleh: Yuissa Rara Fahreza Akutasi Tekologi Sistem Iformasi KOMBINATORIAL & PELUANG DISKRIT : PERMUTASI MATEMATIKA DISKRIT ILUSTRASI 1 Misal ada 3 buah kelereg yag berbeda wara : merah (m), kuig (k) da

Lebih terperinci

Kombinatorial dan Peluang. Adri Priadana ilkomadri.com

Kombinatorial dan Peluang. Adri Priadana ilkomadri.com Kombiatorial da Peluag Adri Priadaa ilkomadri.com Pedahulua Sebuah kata-sadi (password) pajagya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau agka. Berapa bayak kemugkia kata-sadi yag dapat dibuat?

Lebih terperinci

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada

BAB III RUANG HAUSDORFF. Pada bab ini akan dibahas mengenai ruang Hausdorff, kekompakan pada 8 BAB III RUANG HAUSDORFF Pada bab ii aka dibahas megeai ruag Hausdorff, kekompaka pada ruag Hausdorff da ruag regular legkap. Pembahasa diawali dega medefiisika Ruag Hausdorff da beberapa sifatya kemudia

Lebih terperinci

BAB 2 PELUANG LKS 1 8. C hanya angka 3 yang memenuhi syarat kurang dari 400 Banyak bilangan yang kurang dari 400 : = = 12 9.

BAB 2 PELUANG LKS 1 8. C hanya angka 3 yang memenuhi syarat kurang dari 400 Banyak bilangan yang kurang dari 400 : = = 12 9. A. Evaluasi egertia atau Igata. B (A x B) (A). (B). 0. B huruf vokal Bayak susua huruf yag dapat dibuat :..... 0. B ( agka dapat berulag ) Bayak bilaga puluha yag dapat disusu dari agka tersebut :. 9.

Lebih terperinci

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan

REGRESI LINIER DAN KORELASI. Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yang mudah didapat atau tersedia. Dapat dinyatakan REGRESI LINIER DAN KORELASI Variabel dibedaka dalam dua jeis dalam aalisis regresi: Variabel bebas atau variabel prediktor -> variabel yag mudah didapat atau tersedia. Dapat diyataka dega X 1, X,, X k

Lebih terperinci

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan

BAB III 1 METODE PENELITAN. Penelitian dilakukan di SMP Negeri 2 Batudaa Kab. Gorontalo dengan BAB III METODE PENELITAN. Tempat Da Waktu Peelitia Peelitia dilakuka di SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo dega subject Peelitia adalah siswa kelas VIII. Pemiliha SMP Negeri Batudaa Kab. Gorotalo. Adapu

Lebih terperinci

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu

1 Persamaan rekursif linier non homogen koefisien konstan tingkat satu Secara umum persamaa rekursif liier tigkat-k bisa dituliska dalam betuk: dega C 0 0. C 0 x + C 1 x 1 + C 2 x 2 + + C k x k = b, Jika b = 0 maka persamaa rekursif tersebut diamaka persamaa rekursif liier

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian

TINJAUAN PUSTAKA Pengertian TINJAUAN PUSTAKA Pegertia Racaga peelitia kasus-kotrol di bidag epidemiologi didefiisika sebagai racaga epidemiologi yag mempelajari hubuga atara faktor peelitia dega peyakit, dega cara membadigka kelompok

Lebih terperinci

Matematika Diskret (Kombinatorial - Permutasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs

Matematika Diskret (Kombinatorial - Permutasi) Instruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs Matematika Diskret (Kombiatorial - Permutasi) Istruktur : Ferry Wahyu Wibowo, S.Si., M.Cs Pedahulua Sebuah sadi-lewat (password) pajagya 6 sampai 8 karakter. Karakter boleh berupa huruf atau agka. Berapa

Lebih terperinci

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n

LIMIT. = δ. A R, jika dan hanya jika ada barisan. , sedemikian hingga Lim( a n LIMIT 4.. FUNGSI LIMIT Defiisi 4.. A R Titik c R adalah titik limit dari A, jika utuk setiap δ > 0 ada palig sedikit satu titik di A, c sedemikia sehigga c < δ. Defiisi diatas dapat disimpulka dega cara

Lebih terperinci

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X

Pendugaan Selang: Metode Pivotal Langkah-langkahnya 1. Andaikan X1, X Pedugaa Selag: Metode Pivotal Lagkah-lagkahya 1. Adaika X1, X,..., X adalah cotoh acak dari populasi dega fugsi kepekata f( x; ), da parameter yag tidak diketahui ilaiya. Adaika T adalah peduga titik bagi..

Lebih terperinci

Aturan Pencacahan. Contoh: Berapa banyak kemungkinan jalur yang dapat dilalui dari Kota A ke Kota D?

Aturan Pencacahan. Contoh: Berapa banyak kemungkinan jalur yang dapat dilalui dari Kota A ke Kota D? Atura Pecacaha A. Atura Perkalia Jika terdapat k usur yag tersedia, dega: = bayak cara utuk meyusu usur pertama 2 = bayak cara utuk meyusu usur kedua setelah usur pertama tersusu 3 = bayak cara utuk meyusu

Lebih terperinci

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2)

BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (2) Bab 6: Estimasi Parameter () BAB 6: ESTIMASI PARAMETER (). ESTIMASI PROPORSI POPULASI Proporsi merupaka perbadiga atara terjadiya suatu peristiwa dega semua kemugkiaa peritiwa yag bisa terjadi. Besara

Lebih terperinci

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel)

Distribusi Sampling (Distribusi Penarikan Sampel) Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa

METODE PENELITIAN. dalam tujuh kelas dimana tingkat kemampuan belajar matematika siswa 19 III. METODE PENELITIAN A. Populasi da Sampel Populasi dalam peelitia ii adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 8 Badar Lampug tahu pelajara 2009/2010 sebayak 279 orag yag terdistribusi dalam tujuh

Lebih terperinci

9 Departemen Statistika FMIPA IPB

9 Departemen Statistika FMIPA IPB Supleme Resposi Pertemua ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351 9 Departeme Statistika FMIPA IPB Pokok Bahasa Sub Pokok Bahasa Referesi Waktu Pegatar Aalisis utuk Data Respo Kategorik Data respo kategorik Sebara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Salah satu pera da fugsi statistik dalam ilmu pegetahua adalah sebagai. alat aalisis da iterpretasi data kuatitatif ilmu pegetahua, sehigga didapatka suatu kesimpula

Lebih terperinci

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2

terurut dari bilangan bulat, misalnya (7,2) (notasi lain 2 Bab Bilaga kompleks BAB BILANGAN KOMPLEKS Defiisi Bilaga Kompleks Sebelum medefiisika bilaga kompleks, pembaca diigatka kembali pada permasalah dalam sistem bilaga yag telah dikeal sebelumya Yag pertama

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 89 BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH Dalam upaya mearik kesimpula da megambil keputusa, diperluka asumsi-asumsi da perkiraa-perkiraa. Secara umum hipotesis statistik merupaka peryataa megeai distribusi probabilitas

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu:

BAB II LANDASAN TEORI. matematika secara numerik dan menggunakan alat bantu komputer, yaitu: 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Model matematis da tahapa matematis Secara umum tahapa yag harus ditempuh dalam meyelesaika masalah matematika secara umerik da megguaka alat batu komputer, yaitu: 2.1.1 Tahap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif karena bertujuan untuk mengetahui kompetensi pedagogik mahasiswa 54 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeis Peelitia Peelitia ii merupaka peelitia deskriptif dega pedekata kuatitatif karea bertujua utuk megetahui kompetesi pedagogik mahasiswa setelah megikuti mata kuliah

Lebih terperinci

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika

Barisan Aritmetika dan deret aritmetika BARISAN DAN DERET BILANGAN Peyusu: Atmii Dhoruri, MS Kode: Jejag: SMP T/P: / A. Kompetesi yag diharapka. Meetuka suku ke- barisa aritmatika da barisa geometri. Meetuka jumlah suku pertama deret aritmatika

Lebih terperinci

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014

Hendra Gunawan. 12 Februari 2014 MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2013/2014 12 Februari 2014 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 82 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg

Lebih terperinci

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel)

DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Penarikan Sampel) DISTRIBUSI SAMPLING (Distribusi Pearika Sampel) I. PENDAHULUAN Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI

BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI BARISAN FIBONACCI DAN BILANGAN PHI Fiboacci Matematikawa terbesar pada abad pertegaha adalah Leoardo dari Pisa, Italia (80 0). Ia lebih dikeal dega ama Fibo-acci. Artiya, aak Boaccio. Meara Pisa yag terkeal

Lebih terperinci

Bab 3 Metode Interpolasi

Bab 3 Metode Interpolasi Baha Kuliah 03 Bab 3 Metode Iterpolasi Pedahulua Iterpolasi serig diartika sebagai mecari ilai variabel tergatug tertetu, misalya y, pada ilai variabel bebas, misalya, diatara dua atau lebih ilai yag diketahui

Lebih terperinci

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan

MA1201 MATEMATIKA 2A Hendra Gunawan MA1201 MATEMATIKA 2A Hedra Guawa Semester II, 2016/2017 3 Februari 2017 Bab Sebelumya 8. Betuk Tak Tetu da Itegral Tak Wajar 8.1 Betuk Tak Tetu 0/0 8.2 Betuk Tak Tetu Laiya 8.3 Itegral Tak Wajar dg Batas

Lebih terperinci

BAB VI PELUANG DAN STATISTIKA DASAR

BAB VI PELUANG DAN STATISTIKA DASAR BB VI PELUNG DN STTISTIK DSR. Kosep Peluag da Pegelolaa Data Peluag serigkali diperluka oleh seseorag utuk melihat besarya kemugkia atau kesempata utuk terjadiya sesuatu. Sebagai cotoh, coba ada perhatika

Lebih terperinci

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama

Solusi Soal OSN 2012 Matematika SMA/MA Hari Pertama Solusi Soal OSN Matematika SMA/MA Hari Pertama Soal 1. Buktika bahwa utuk sebarag bilaga asli a da b, bilaga adalah bilaga bulat geap tak egatif. = F P B (a, b) + KP K (a, b) a b Solusi. Pertama aka dibuktika

Lebih terperinci

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

ARTIKEL. Menentukan rumus Jumlah Suatu Deret dengan Operator Beda. Markaban Maret 2015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN ARTIKEL Meetuka rumus Jumlah Suatu Deret dega Operator Beda Markaba 191115198801005 Maret 015 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN PUSAT PENGEMBANGAN DAN PEMBERDAYAAN PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

Kompetisi Statistika Tingkat SMA

Kompetisi Statistika Tingkat SMA . Arya da Bombom melakuka tos koikoi yag seimbag yag mempuyai sisi, agka da gambar Arya melakuka tos terhadap 6 koi, sedagka Bombom melakuka tos terhadap koi, maka peluag Arya medapatka hasil tos muka

Lebih terperinci

Probabilitas. Modul 1

Probabilitas. Modul 1 Modul Probabilitas Prof. Dr. Subaar T eori probabilitas adalah abag Matematika yag berusaha meggambarka atau memodelka hae behavior. Perjudia memberika bayak otoh sederhaa hae behavior, seperti bermai

Lebih terperinci

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL

Prestasi itu diraih bukan didapat!!! SOLUSI SOAL SELEKSI OLIMPIADE TINGKAT KABUPATEN/KOTA 010 TIM OLIMPIADE MATEMATIKA INDONESIA 0 Prestasi itu diraih buka didapat!!! SOLUSI SOAL Bidag Matematika Disusu oleh : Eddy Hermato, ST Olimpiade Matematika Tk

Lebih terperinci

RESPONSI 2 STK 511 (ANALISIS STATISTIKA) JUMAT, 11 SEPTEMBER 2015

RESPONSI 2 STK 511 (ANALISIS STATISTIKA) JUMAT, 11 SEPTEMBER 2015 RESPONSI STK 511 (ANALISIS STATISTIKA) JUMAT, 11 SEPTEMBER 015 A. PENYAJIAN DAN PERINGKASAN DATA 1. PENYAJIAN DATA a. Sebutka tekik peyajia data utuk data kualitatif! Diagram kueh, diagram batag, distribusi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakag Didalam melakuka kegiata suatu alat atau mesi yag bekerja, kita megeal adaya waktu hidup atau life time. Waktu hidup adalah lamaya waktu hidup suatu kompoe atau uit pada

Lebih terperinci

Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusan Matematika FMIPA Unand

Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusan Matematika FMIPA Unand TEKIK SAMPLIG PCA SEDERHAA Hazmira Yozza Izzati Rahmi HG Jurusa Matematika FMIPA Uad Defiisi : Jika suatu cotoh berukura diambil dari suatu populasi berukura sedemikia rupa sehigga setiap kemugkia cotoh

Lebih terperinci

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai

Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai PENGUJIAN HIPOTESIS Pedahulua Hipotesis: asumsi atau dugaa semetara megeai sesuatu hal. Ditutut utuk dilakuka pegeceka kebearaya. Jika asumsi atau dugaa dikhususka megeai ilai-ilai parameter populasi,

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom. Barisan dan Deret Program Perkuliaha Dasar Umum Sekolah Tiggi Tekologi Telkom Barisa da Deret Barisa Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) a Fugsi tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB ENDAHULUAN. Latar Belakag Masalah Dalam kehidupa yata, hampir seluruh feomea alam megadug ketidak pastia atau bersifat probabilistik, misalya pergeraka lempega bumi yag meyebabka gempa, aik turuya

Lebih terperinci

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi.

MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret. DOSEN Fitri Yulianti, SP, MSi. MATEMATIKA EKONOMI 1 Deret DOSEN Fitri Yuliati, SP, MSi. Deret Deret ialah ragkaia bilaga yag tersusu secara teratur da memeuhi kaidah-kaidah tertetu. Bilaga-bilaga yag merupaka usur da pembetuk sebuah

Lebih terperinci

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd

MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR. Dosen Pengampu : Darmadi, S.Si, M.Pd MAKALAH ALJABAR LINEAR SUB RUANG VEKTOR Dose Pegampu : Darmadi, S.Si, M.Pd Disusu : Kelas 5A / Kelompok 5 : Dia Dwi Rahayu (084. 06) Hefetamala (084. 4) Khoiril Haafi (084. 70) Liaatul Nihayah (084. 74)

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi.

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi. Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel). Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 34 TKE 315 ISYARAT DAN SISTEM B a b 1 I s y a r a t (bagia 3) Idah Susilawati, S.T., M.Eg. Program Studi Tekik Elektro Fakultas Tekik da Ilmu Komputer Uiversitas Mercu Buaa Yogyakarta 29 35 1.5.2. Isyarat

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy

BAB III PEMBAHASAN. Pada BAB III ini akan dibahas mengenai bentuk program linear fuzzy BAB III PEMBAHASAN Pada BAB III ii aka dibahas megeai betuk program liear fuzzy dega koefisie tekis kedala berbetuk bilaga fuzzy da pembahasa peyelesaia masalah optimasi studi kasus pada UD FIRDAUS Magelag

Lebih terperinci

Soal dan Pembahasan. Ujian Nasional Matematika Teknik SMK matematikamenyenangkan.com

Soal dan Pembahasan. Ujian Nasional Matematika Teknik SMK matematikamenyenangkan.com Soal da Pembahasa jia Nasioal 06 Matematika Tekik SMK matematikameyeagka.com . pqr Betuk sederhaa dari p q r A. p 8 q r adalah... B. p q 0 r 0 D. p q 0 r 0 C. p 8 q r 0 E. p 6 q r Igat rumus berikut m

Lebih terperinci

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT)

BARISAN DAN DERET. Nurdinintya Athari (NDT) BARISAN DAN DERET Nurdiitya Athari (NDT) BARISAN Defiisi Barisa bilaga didefiisika sebagai fugsi dega daerah asal merupaka bilaga asli. Notasi: f: N R f( ) = a Fugsi tersebut dikeal sebagai barisa bilaga

Lebih terperinci

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR

PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR PENERAPAN TEOREMA TITIK TETAP UNTUK MENUNJUKKAN ADANYA PENYELESAIAN PADA SISTEM PERSAMAAN LINEAR Nur Aei Prodi Matematika, FST-UINAM uraeiatullah@gmail.com Ifo: Jural MSA Vol. 3 No. 2 Edisi: Juli Desember

Lebih terperinci

UKURAN PEMUSATAN DATA

UKURAN PEMUSATAN DATA Malim Muhammad, M.Sc. UKURAN PEMUSATAN DATA J U R U S A N A G R O T E K N O L O G I F A K U L T A S P E R T A N I A N U N I V E R S I T A S M U H A M M A D I Y A H P U R W O K E R T O DEFINISI UKURAN PEMUSATAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ii aka dituliska beberapa aspek teoritis berupa defiisi, teorema da sifat-sifat yag berhubuga dega aljabar liear, struktur aljabar da teori kodig yag diguaka sebagai

Lebih terperinci

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1

Barisan. Barisan Tak Hingga Kekonvergenan barisan tak hingga Sifat sifat barisan Barisan Monoton. 19/02/2016 Matematika 2 1 Barisa Barisa Tak Higga Kekovergea barisa tak higga Sifat sifat barisa Barisa Mooto 9/0/06 Matematika Barisa Tak Higga Secara sederhaa, barisa merupaka susua dari bilaga bilaga yag urutaya berdasarka bilaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakag Masalah Struktur alabar adalah suatu himpua yag di dalamya didefiisika suatu operasi bier yag memeuhi aksioma-aksioma tertetu. Gelaggag ( Rig ) merupaka suatu struktur

Lebih terperinci

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu

Range atau jangkauan suatu kelompok data didefinisikan sebagai selisih antara nilai terbesar dan nilai terkecil, yaitu BAB 4 UKURAN PENYEBARAN DATA Pada Bab sebelumya kita telah mempelajari beberapa ukura pemusata data, yaitu ukura yag memberika iformasi tetag bagaimaa data-data ii megumpul atau memusat Pada bagia Bab

Lebih terperinci

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0.

,n N. Jelas barisan ini terbatas pada dengan batas M =: 1, dan. barisan ini kovergen ke 0. PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FKIP UNMUH PONOROGO SOAL UJIAN TENGAH SEMESTER GENAP TA 03/04 Mata Ujia : Aalisis Real Tipe Soal : REGULER Dose : Dr. Jula HERNADI Waktu : 90 meit Hari, Taggal : Selasa,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1 Ruag Cotoh, Kejadia da Peluag Defiisi.1 (Ruag cotoh da kejadia) Suatu percobaa yag dapat diulag dalam kodisi yag sama, yag hasilya tidak bisa diprediksi secara tepat tetapi

Lebih terperinci

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi

Masih ingat beda antara Statistik Sampel Vs Parameter Populasi? Perhatikan tabel berikut: Ukuran/Ciri Statistik Sampel Parameter Populasi Distribusi Samplig (Distribusi Pearika Sampel) 1. Pedahulua Bidag Iferesia Statistik membahas geeralisasi/pearika kesimpula da prediksi/ peramala. Geeralisasi da prediksi tersebut melibatka sampel/cotoh,

Lebih terperinci

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari.

mempunyai sebaran yang mendekati sebaran normal. Dalam hal ini adalah PKM (penduga kemungkinan maksimum) bagi, ˆ ˆ adalah simpangan baku dari. Selag Kepercayaa Cotoh Besar Jika ukura cotoh (sample size) besar, maka meurut Teorema Limit Pusat, bayak statistik megikuti/mempuyai sebara yag medekati ormal (dapat diaggap ormal). Artiya jika adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Racaga da Jeis Peelitia Racaga peelitia ii adalah deskriptif dega pedekata cross sectioal yaitu racaga peelitia yag meggambarka masalah megeai tigkat pegetahua remaja tetag

Lebih terperinci

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN

Deret Fourier. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Deret Fourier Prof. Dr. Bambag Soedijoo P PENDAHULUAN ada modul ii dibahas masalah ekspasi deret Fourier Sius osius utuk suatu fugsi periodik ataupu yag diaggap periodik, da dibahas pula trasformasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam tugas akhir ini akan dibahas mengenai penaksiran besarnya 5 BAB II LANDASAN TEORI Dalam tugas akhir ii aka dibahas megeai peaksira besarya koefisie korelasi atara dua variabel radom kotiu jika data yag teramati berupa data kategorik yag terbetuk dari kedua variabel

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model.

BAB II LANDASAN TEORI. Pada bagian ini akan dibahas tentang teori-teori dasar yang. digunakan untuk dalam mengestimasi parameter model. BAB II LANDASAN TEORI Pada bagia ii aka dibahas tetag teori-teori dasar yag diguaka utuk dalam megestimasi parameter model.. MATRIKS DAN VEKTOR Defiisi : Trace dari matriks bujur sagkar A a adalah pejumlaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang

BAB I PENDAHULUAN. Integral adalah salah satu konsep penting dalam Matematika yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakag Masalah Itegral adalah salah satu kosep petig dalam Matematika yag dikemukaka pertama kali oleh Isac Newto da Gottfried Wilhelm Leibiz pada akhir abad ke-17. Selajutya

Lebih terperinci

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16,

Projek. Contoh Menemukan Konsep Barisan dan Deret Geometri a. Barisan Geometri. Perhatikan barisan bilangan 2, 4, 8, 16, Projek Himpulah miimal tiga masalah peerapa barisa da deret aritmatika dalam bidag fisika, tekologi iformasi, da masalah yata di sekitarmu. Ujilah berbagai kosep da atura barisa da deret aritmatika di

Lebih terperinci

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar

Himpunan Kritis Pada Graph Caterpillar 1 0 Himpua Kritis Pada Graph Caterpillar Chairul Imro, Budi Setiyoo, R. Simajutak, Edy T. Baskoro {imro-its,budi}@matematika.its.ac.id, {rio,ebaskoro}@ds.math.itb.ac.id Ues, Semarag, 4 7 Juli 006 Abstrak

Lebih terperinci

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN

Pendiferensialan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul Pediferesiala Prof R Soematri D PENDAHULUAN alam modul ii dibahas fugsi berilai real yag didefiisika pada suatu iterval Defiisi derivatif suatu fugsi dimulai dega derivatif di suatu titik, kemudia

Lebih terperinci

4. KOMBINATORIKA ... S 1. S n S 2. Gambar 4.1

4. KOMBINATORIKA ... S 1. S n S 2. Gambar 4.1 4. KOMBINATORIKA 4. Atua Utuk Suatu Peistiwa Evet sesuatu yag tejadi. Jika peistiwa A dapat tejadi dalam m caa da peistiwa B dapat tejadi dalam N caa, maka tedapat (m, ) caa kedua peistiwa tejadi besama-sama.

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu

III. METODOLOGI PENELITIAN. diinginkan. Menurut Arikunto (1991 : 3) penelitian eksperimen adalah suatu III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Peelitia Metode peelitia merupaka suatu cara tertetu yag diguaka utuk meeliti suatu permasalaha sehigga medapatka hasil atau tujua yag diigika. Meurut Arikuto (99 :

Lebih terperinci

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT

PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT PENGANTAR MATEMATIKA DISKRIT DIKTAT Oleh: Rippi Maya Eliva Sukma Cipta PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 016 Kata Pegatar Diktat ii disusu sebagai

Lebih terperinci