SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN"

Transkripsi

1 SFT - SFT MTRKS UNTER, MTRKS NORML, DN MTRKS HERMTN Tasa bstak : Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. Metode peneltan yang dgunakan adalah stud lteatue, yatu semua bahan dambl da buku efeens yang mendukung dan behubungan dengan pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. Kesmpulan da peneltan n adalah sebaga bekut: Sebuah matks buju sangka dengan anggotaanggota blangan kompleks dnamakan matks unte jka, dnamakan matks nomal jka =, dnamakan matks hemtan jka =. Sfat sfat matks unte adalah nves dan tanspose matks unte adalah matks unte, hasl kal dua atau lebh matks unte adalah unte, detemnan matks unte mempunya nla mutlak, vekto vekto bas dan vekto vekto kolom matks unte membentuk suatu hmpunan otonomal pada C n dengan hasl kal dalam Eucldean. Sfat sfat matks nomal adalah jka tedapat matks nomal dan U matks unte, maka B = UU adalah matks nomal, jka adalah vekto nvaan yang behubungan dengan aka kaaktestk da suatu matks nomal, maka juga vekto nvaan da yang behubungan dengan aka kaaktestk, jka nomal maka suatu matks buju sangka smla secaa unte tehadap suatu matks dagonal, vekto egen da uang egen yang bebeda da matks nomal adalah otogonal. Sfat sfat matks hemtan adalah nla egen da suatu matks hemtan adalah blangan eal, vekto vekto nvaan yang behubungan dengan aka aka kaaktestk yang belanan da suatu matks hemtan adalah salng otogonal. Kata kunc: Matks unte, Matks nomal, Matks hemtan ENDHULUN Salah satu cabang lmu matematka adalah ljaba. Ddalamnya dpelaja tentang matks. Jensjens matks ada bemacam macam, antaa lan matks buju sangka, matks smets, matks dagonal dan lan sebaganya. Dmana matks matks tesebut mempunya sfat sfat tetentu. ada peneltan n penelt tetak untuk melhat sfat sfat Matks Unte, Matks Nomal dan Matks Hemtan yang meupakan matks matks dengan anggota anggota blangan kompleks. CR ENELTN Metode peneltan yang dgunakan adalah stud lteatue, yatu semua bahan dambl da buku efeens yang mendukung dan behubungan dengan pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. EMBHSN Bekut akan dbahas sfat sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan. enddkan Matematka UNWDH Klaten Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

2 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan. engetan Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan meupakan matks dengan anggota anggota blangan kompleks. Sebelum membahas pengetan Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan djelaskan telebh dahulu defns dan sfat sfat dasa tanspose konjugat da sebaga bekut: Defns (nton, :5) Jka adalah suatu matks dengan anggota anggota kompleks, maka tanspose konjugat da, yang dnyatakan dengan, ddefnskan oleh T = Dmana adalah matks yang anggota anggotanya adalah konjugat kompleks da anggota anggota yang bepadanan pada dan adalah tanspose da. Contoh T Jka, maka. Sehngga = T. Sfat sfat dasa da opeas tanspose konjugat adalah sebaga bekut: Teoema (nton, :) Jka dan B adalah matks matks dengan anggota anggota kompleks dan k adalah sebaang blangan kompleks, maka: (a) () = (b) (+B) = + B (c) (k) = k (d) (B) = B Dbawah n djelaskan pengetan Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan:. engetan Matks Unte Dbekan defns sebaga bekut: Defns (yes, 989:) Matks buju sangka dsebut unte jka = =, yatu jka =. Contoh Dketahu Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

3 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan kan dtunjukkan bahwa adalah matks unte. Þ T Maka = kaena = = maka tebukt bahwa adalah Matks Unte.. engetan Matks Nomal Sebuah matks buju sangka dengan anggota anggota kompleks dsebut nomal jka = Jad setap matks unte meupakan matks nomal. Contoh Setap matks unte adalah matks nomal kaena = = Jad contoh d atas juga temasuk matks nomal adalah Matks Nomal. engetan Matks Hemtan Suatu matks buju sangka dengan anggota anggota kompleks dsebut Hemtan jka = Jelas bahwa setap matks hemtan adalah nomal kaena belaku = =

4 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Contoh Jka 5, maka 5 Sehngga T 5. Yakn adalah Hemtan B. Sfat-sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan ada bagan n akan djelaskan sfat sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan.. Sfat-sfat Matks Unte Untuk menunjukkan sfat sfat da Matks Unte dbekan bebeapa teoema sebaga bekut: Teoema (yes, 989:) nves dan tanspose da matks unte adalah unte. Bukt: nves matks unte adalah unte. unte Unte unte atnya = = kan dbuktkan unte sebaga bekut: meupakan nves da suatu matks atnya Jad unte yakn Tanspose matks unte adalah unte. unte T unte unte atnya = = kan dbuktkan T unte sebaga bekut: T meupakan tanspose da matks. Jad T Contoh 5 T T. unte yakn T T T T maka Msal Þ, maka nves da adalah: Magsta No. 8 Th. V Maet SSN

5 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan = = Bukt bahwa adalah unte sebaga bekut: Þ Maka.. Jad tebukt bahwa adalah unte kaena Tanspose da adalah: T Kaena = T, jad jelas bahwa tanspose da adalah unte. Teoema (yes, 989:) Hasl kal dua atau lebh matks unte adalah unte. Bukt: unte atnya = = B unte atnya BB = BB = Da unte dan B unte d atas, dapat dbuktkan B unte sebaga bekut: B B B B Contoh Msal dan B adalah matks unte, maka B ) ( B

6 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Sehngga B ( B) ( B) B Jad tebukt bahwa hasl kal dua atau lebh matks matks unte adalah unte kaena B ( B) ( B) B Teoema (yes, 989:) Detemnan matks unte mempunya nla mutlak. Bukt: unte atnya kan dbuktkan detemnan matks unte mempunya nla mutlak sebaga bekut, maka det () = det () det () det () = det () det () = det Maka nla mutlak da det () = det Contoh 7 Msal, maka det () = = det Msal, maka det()= = det Magsta No. 8 Th. V Maet SSN

7 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Teoema 5 (nton, :) Jka adalah suatu matks nn dengan anggota anggota kompleks, maka yang bekut n ekuvalen: a) adalah matks unte b) Vekto vekto bas da membentuk suatu hmpunan otonomal pada C n dengan hasl kal dalam Eucldean. c) Vekto vekto kolom da membentuk hmpunan otonomal pada C n dengan hasl kal dalam Eucldean. Bukt: a) b) nggota pada bas ke dan kolom ke j da hasl kal matks adalah hasl kal ttk da vekto bas ke dan vekto kolom ke j da. Tetap, kecual kaena pebedaan notas, vekto kolom ke j da adalah vekto bas ke j da. Jad jka vekto vekto bas da adalah,,, n, maka hasl kal matks bsa dnyatakan sebaga : n n n n n n Jad = jka dan hanya jka n n dan j jka j. Yang beat jka dan hanya jka,,, n adalah suatu hmpunan otonomal pada n C. b) c) nggota pada bas ke dan kolom ke j da hasl kal matks adalah hasl kal ttk da vekto bas ke dan vekto kolom ke j da. Kecual kaena pebedaan notas, vekto bas ke da adalah vekto kolom ke da. Jad vekto vekto kolom da adalah,,, n, maka hasl kal matks bsa dnyatakan sebaga n n n n n n Jad = jka dan hanya jka n n dan j jka j beat jka dan hanya jka,,, n adalah suatu hmpunan otonomal pada n C Contoh 8. Yang a) 8 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

8 9 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Maka Kaena = =, tebukt bahwa adalah unte. b) Matks mempunya vekto vekto bas, ;, Hasl kal dalam Eucldean pada C n mempunya dan Sehngga vekto vekto bas tesebut membentuk suatu hmpunan otonomal pada C. c) Matks mempunya vekto vekto kolom, Hasl kal dalam Eucldean pada C n mempunya

9 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan dan = = = Sehngga vekto-vekto kolom tesebut membentuk suatu hmpunan otonomal pada C.. Sfat-sfat Matks Nomal Sebelum menunjukkan sfat sfat da matks nomal, tetapkan sebaga matks nomal dan U sebaga matks unte dan tulskan U U B, maka U U B dan BB = UU UU = UU = UU = UU UU = B B. Sfat (yes, 989:8) Jka adalah matks nomal dan U adalah matks unte, maka B = UU adalah matks nomal. Bukt: nomal atnya = U unte atnya = = kan dbuktkan B = UU nomal sebaga bekut BB = UU UU = UU = UU = UU UU = B B Jad tebukt bahwa B = UU nomal, kaena BB = BB Contoh 9 Msal U Þ U

10 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Maka B = UU = = = B = Jad tebukt bahwa B = UU adalah matks nomal. Sfat (yes, 989:8) Jka adalah vekto nvaan yang behubungan dengan aka kaaktestk da suatu matks nomal, maka juga vekto nvaan da yang behubungan dengan aka kaaktestk. Bukt: Kaena nomal, maka = = = Sehngga adalah nomal. Msal B sehngga dpeoleh B, maka B B B B B B B B dan B Jad, adalah vekto nvaan da yang behubungan dengan aka kaaktestk. Sfat (yes, 989:8) Suatu matks buju sangka smla secaa unte tehadap suatu matks dagonal jka dan hanya jka nomal.

11 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Bukt: nda nomal, tedapat suatu matks U sedemkan sehngga: U U b b b b b, n, n n b n b n B b n, n n Menuut sfat d atas, B adalah nomal sehngga BB=BB. Sekaang elamen pada bas petama dan kolom petama BB adalah sedangkan elemen yang bepadanan d BB adalah bb bb bn b n Kaena elemen elemen n sama dan kaena setap b j b j, dsmpulkan bahwa setap b j =. Selanjutnya dengan elemen elemen yang bepadanan pada bas kedua dan kolom kedua dan seteusnya, dsmpulkan bahwa setap b j da B adalah nol. Jad, B = dagonal,, n. Sebalknya, tetapkan dagonal; maka nomal. Dbekan teoema sebaga bekut: Teoema (nton, :9) jka adalah suatu matks buju sangka dengan anggota anggota kompleks, maka yang bekut n ekuvalen: a) dapat ddagonalkan secaa unte. b) mempunya suatu hmpunan n vekto egen yang otonomal. c) adalah nomal. Bukt: a) b) Kaena danggap dapat ddagonalkan secaa unte, maka ada suatu matks yang dapat dbalk atau konjugat da n n n n nn Sedemkan sehngga (=) dagonal, katakanlah (=) = D, dmana D n adalah matks dagonal Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

12 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan n vekto kolom da adalah vekto egen da kaena otogonal, maka vekto vekto kolom n otonomal, sehngga mempunya n vekto egen yang otonomal. b) a) nggap mempunya n vekto egen yang otonomal,,,, n. Matks dengan vekto egen n sebaga kolom mendagonalkan secaa sama. Kaena vekto egen n otonomal, maka vekto dapat dbalk atau meupakan konjugat tanspose da. Jad (=) = D; yatu, dapat ddagonalkan secaa unte. a) c) ada bukt a) b) dtunjukkan bahwa suatu matks nn, yang dapat ddagonalkan secaa unte oleh suatu matks nn, yang kolom kolomnya membentuk hmpunan hmpunan otonomal da vekto vekto egen. nggap D adalah suatu matks dagonal D = (=) Jad = D (=D ) Dengan demkan = D (=D ) = D D = D D = D D = Sebuah matks nomal ddagonalsas oleh suatu matks unte yang vekto vekto kolomnya adalah vekto vekto egen da. Dbawah n dbekan posedu mendagonalkan suatu matks nomal adalah sebaga bekut Langkah. Ca suatu bass untuk masng masng uang egen da. Langkah. Teapkan poses Gam Schmdt pada masng masng bass untuk mendapatkan suatu bass otonomal untuk setap uang egen. Langkah. Bentuk matks yang kolom kolomnya adalah vekto vekto bass yang dsusun pada langkah. Matks n secaa unte mendagonalkan. Contoh Dketahu Þ pakah matks dapat ddagonalkan secaa unte? Jka dapat maka calah matks yang mendagonalsas secaa unte matks tesebut! enyelesaan: Kaena maka adalah matks Hemtan, sehngga adalah matks nomal. olnom kaaktestk da adalah = = Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

13 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Det Det = = 5 Sehngga pesamaan kaaktestknya adalah 5 Dan nla egennya adalah l = dan l= Bedasakan defns kan menjad suatu vekto egen da yang bepadanan dengan jka dan hanya jka adalah penyelesaan tak teval da Untuk menca vekto egen yang bepadanan dengan, dsubttuskan nla pada B ( ) B +( )B + (+) = = (+) = () Msal = s, = ()s Sehngga vekto egen da yang bepadanan dengan = adalah vekto vekto tak nol dalam C yang bebentuk s s s Jad uang egennya bedmens satu dengan bass u

14 5 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan Untuk menca vekto egen yang bepadanan dengan =, dsubttuskan nla pada B B +( )B Msal = s, = s Sehngga vekto egen da yang bepadanan dengan = adalah vekto vekto tak nol dalam C yang bebentuk: s s s Jad uang egennya bedmens satu dengan bass u Maka u dan u Dengan meneapkan poses Gam Schmdt yatu menomalkan vekto vekto d atas dpeoleh u,, u

15 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan,, Jad Da sn = 8 = Jad dapat mendagonalkan secaa unte. Teoema 7 (nton, :) Jka adalah suatu matks nomal maka vekto egen da uang egen yang bebeda da adalah otogonal. Bukt: nggap v dan v adalah vekto egen yang bepadanan dengan nla egen dan yang bebeda da matks. kan dtunjukkan bahwa v v =. Untuk membuktkan n dawal dengan ekspes v v,dawal dengan pengetan matks Hemtan adalah Nomal. Jad bahwa v v = v v = v v, tetap v adalah suatu vekto egen da yang bepadanan dengan dan v adalah suatu vekto egen da yang bepadanan dengan, sehngga dhaslkan hubungan v v = v.v yang bsa dtuls ulang sebaga ( )( v v ) =, tetap kaena dan danggap bebeda. Jad da ( ) ( v v ) = dpeoleh bahwa v v =. Contoh adalah matks nomal, mempunya vekto egen yang bepadanan dengan dan adalah sebaga bekut u dan u akan dtunjukkan bahwa vekto egen da uang egen yang bebeda da adalah otogonal maka u u

16 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan u u = = + = jad tebukt bahwa vekto egen da uang egen yang bebeda da adalah otogonal.. Sfat-sfat Matks Hemtan Sekaang akan dbahas sfat sfat da matks hemtan. Dbekan teoema d bawah n. Teoema 8 (nton, :) Nla egen da suatu matks hemtan adalah blangan eal. Bukt: Jka adalah suatu nla egen dan v adalah vekto egen yang bepadanan da suatu matks hemtan nn, maka v v. Dengan mengalkan setap uas da pesamaan, da k tanspose tasf da v dpeoleh v v v v v v Dtunjukkan bahwa matks, vv dan vv, keduanya mempunya anggota anggota eal sehngga da dpeoleh bahwa pastlah suatu blangan eal. Contoh Msal adalah matks hemtan olnom kaaktestk da adalah = = det det = = 5 Sehngga pesamaan kaaktestknya adalah 5 dan nla egennya adalah l = ; l = Jad bahwa nla egen da adalah blangan eal. = 5 Teoema 9 (yes, 989:8) Vekto vekto nvaan yang behubungan dengan aka aka kaaktestk yang belanan da suatu matks hemtan adalah salng otogonal. Bukt: Tetapkan dan sebaga vekto vekto nvaan yang masng masng dhubungkan dengan akaaka kaaktestk l dan l yang belanan da. Maka dan, juga dan Magsta No. 8 Th. V Maet SSN

17 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan engamblan konjugat tanspose dan Maka dan kaena,. Jad dan adalah otogonal. Selan da teoema teoema d atas dbekan sfat matks hemtan bahwa elemenelemen dagonalnya beupa blangan l a j ¹ a j untuk ¹ j dan a j = a j untuk =j. SMULN Bedasakan pembahasan d depan dapat dtak bebeapa kesmpulan sebaga bekut:. Matks Unte adalah suatu matks buju sangka dengan elemen elemen kompleks jka atnya bahwa belaku.. Matks Nomal adalah sebuah matks buju sangka dengan anggota anggota kompleks jka =. Jad setap matks unte meupakan matks nomal.. Matks Hemtan adalah suatu matks buju sangka dengan anggota anggota kompleks jka =. Jad setap matks hemtan adalah nomal kaena belaku = =.. Sfat sfat Matks Unte adalah sebaga bekut: a. nves dan tanspose da matks unte adalah unte b. Hasl kal dua matks atau lebh matksmatks unte adalah unte. c. Detemnan matks unte mempunya nla mutlak. d. Vekto vekto bas dan vekto vekto kolom matks unte membentuk suatu hmpunan otonomal pada C n dengan hasl kal dalam Eucldean. 5. Sfat sfat Matks Nomal a. Jka tedapat matks nomal dan U matks unte, maka B = UU adalah matks nomal. b. Jka adalah vekto nvaan yang behubungan dengan aka kaaktestk da suatu matks nomal, maka juga vekto nvaan da yang behubungan dengan aka kaaktestk. c. Suatu matks buju sangka smla secaa unte tehadap suatu matks dagonal jka dan hanya jka nomal. d. Vekto egen da uang egen yang bebeda da matks nomal adalah otogonal.. Sfat sfat Matks Hemtan a. Nla egen da suatu matks hemtan adalah blangan eal. b. Vekto vekto nvaan yang behubungan dengan aka aka kaaktestk yang belanan da suatu matks hemtan adalah salng otogonal. c. Elemen elemen dagonalnya beupa blangan l a j ¹ a j untuk ¹ j dan a j = a j untuk =j. 8 Magsta No. 8 Th. V Maet SSN 5-95

18 Sfat - sfat Matks Unte, Matks Nomal, dan Matks Hemtan DFTR USTK nton H.,. Dasa dasa ljaba Lne. Batam: nteaksa. yes F., 98. Theoy and oblems of Matks. Sngapua: Mc Gaw Hll. Hon. Roge and Johnson R. Chales, 985. Matk nalyss. Cambdge Unvesty ess. H.S. Suyad dan M. Han, 99. Teo dan Soal endahuluan ljaba Lne. Jakata: Ghala ndonesa. Katono,. ljaba Lne, Vekto dan Eksploasnya dengan Maple. Yogyakata: Gaha lmu. Mundt, maw K., 98. Teo teo enyelesaan ljaba Lne. Bandung: CV. mca. admodsasto, Sudanah, 989. ljaba Lne. Suakata: UNS ess. Supanto S enganta Matks. Jakata: T. Rneka Cpta. Magsta No. 8 Th. V Maet SSN

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV Bab III Reduks Ode Model Sstem PV Metode eduks ode model melalu MI telah dgunakan untuk meeduks ode model sstem I bak untuk kasus kontnu maupun dskt. Melalu metode n telah dhaslkan pula bentuk da model

Lebih terperinci

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE)

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) Intepetas pobablstk a fungs gelombang t suatu patkel telah kta pelaa yatu t yang menyatakan peluang menemukan patkel paa waktu

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0.

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0. 0 3.5. PELUANG BERSYARAT Jka kta menghtung peluang sebuah pestwa, maka penghtungannya selalu ddasakan pada uang sampel ekspemen. Apabla A adalah sebuah pestwa, maka penghtungan peluang da pestwa A selalu

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy

Sifat-sifat Operasi Perkalian Modular pada Graf Fuzzy SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 07 Sfat-sfat Operas Perkalan Modular pada raf Fuzzy T - 3 Tryan, ahyo Baskoro, Nken Larasat 3, Ar Wardayan 4,, 3, 4 Unerstas Jenderal Soedrman transr@yahoo.com.au

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN JIMT Vol. 4 No. Jun 07 (Hal - 0) ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ; t) DAN L n (;, s; t) Nujana, I W. Sudasana, dan Resnawat 3,,3 Pogam Stud Matematka

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Peluang Peluang adalah suatu nla untuk menguku tngkat kemungknan tejadnya suatu pestwa (event) akan tejad d masa mendatang yang haslnya tdak past (uncetan event). Peluang dnyatakan

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 289-297 SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS Suroto Prod Matematka, Jurusan MIPA, Fakultas Sans dan Teknk Unverstas Jenderal Soedrman e-mal : suroto_80@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengetan Koelas Koelas adalah stlah statstk yang menyatakan deajat hubungan lnea antaa dua vaabel atau lebh, yang dtemukan oleh Kal Peason pada awal 1900. Oleh sebab tu tekenal dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS KORELASI

Bab 4 ANALISIS KORELASI Bab 4 ANALISIS KORELASI PENDAHULUAN Koelas adalah suatu alat analss yang dpegunakan untuk menca hubungan antaa vaabel ndependen/bebas dengan vaabel dpenden/takbebas. Apabla bebeapa vaabel ndependen/bebas

Lebih terperinci

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT JMP : Volume 5 Nomor, Jun 03, hal. 3 - SPEKTRUM PD GRF REGULER KUT Rzk Mulyan, Tryan dan Nken Larasat Program Stud Matematka, Fakultas Sans dan Teknk Unerstas Jenderal Soedrman Emal : rzky90@gmal.com BSTRCT.

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan. BAB III PEMBAHASAN Pada bab n akan dbahas mengena rng embeddng dan faktorsas tunggal pada rng komutatf tanpa elemen kesatuan. A. Rng Embeddng Defns 3.1 (Malk et al. 1997: 318 Suatu rng R dkatakan embedded

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR

PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KOMPLEKS MENGGUNAKAN METODE DEKOMPOSISI QR TUGAS AKHIR Dajukan sebaga Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sans pada Jurusan Matematka Oleh : IIS ERIANTI

Lebih terperinci

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS

APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Vol No Jurnal Sans Teknolog Industr APLIKASI METODE SINGULAR VALUE DECOMPOSITION(SVD) PADA SISTEM PERSAMAAN LINIER KOMPLEKS Ftr Aryan Dew Yulant Jurusan Matematka Fakultas Sans Teknolog UIN SUSKA Rau Emal:

Lebih terperinci

PADA GRAF PRISMA BERCABANG

PADA GRAF PRISMA BERCABANG PELABELAN TOTAL SUPER (a, d)-busur ANTI AJAIB PADA GRAF PRISMA BERCABANG Achmad Fahruroz,, Dew Putre Lestar,, Iffatul Mardhyah, Unverstas Gunadarma Depok Program Magster Fakultas MIPA Unverstas Indonesa

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

HASIL KALI LANGSUNG S-NEAR-RING DAN S-NEAR-RING BEBAS Smarandache Direct Product and Smarandache Free Near-Rings

HASIL KALI LANGSUNG S-NEAR-RING DAN S-NEAR-RING BEBAS Smarandache Direct Product and Smarandache Free Near-Rings Junal Baekeng Vol. 8 No. 2 Hal. 7 (204) HASIL KALI LANGSUNG S-NEAR-RING DAN S-NEAR-RING BEBAS Smaandache Dect Poduct and Smaandache Fee Nea-Rng HENRY W. M. PATTY Juuan Matematka Fakulta MIPA Unveta Pattmua

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Untuk mencapa tujuan peneltan, maka dpelukan suatu metode yang tepat aga peneltan dapat dlaksanakan dengan bak. Sebagamana yang dkemukakan oleh Mohammad

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro, Blangan Ramsey Ss BILANGAN RAMSY SISI DARI r ( P, ) (Ramsey Number from the Sde r ( P, ) ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro Jurusan Matemátca, FMIPA ITS Surabaya mron-ts@matematka.ts.ac.d

Lebih terperinci

Ring Bersih Kanan Right Clean Rings

Ring Bersih Kanan Right Clean Rings ng esh Kanan ght Clean ngs Cyena Novella Ksnamt Pogam Std Penddkan Matematka FKIP USD Kamps III Pangan, Magwohajo,Sleman, cyenanovella@gmalcom STK Peneltan n etjan ntk mengenal, memaham mennjkkan ahwa

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum ewton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator HUKUM GAUSS Fluks Lstk Pemukaan tetutup Hukum Gauss Kondukto dan Isolato 1 Mach 7 1 Gas gaya oleh muatan ttk - 1 Mach 7 Gas gaya akbat dpol - 1 Mach 7 Fluks Lstk Defns: banyaknya gas gaya lstk yang menembus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata 3 BAB III BAGAN CUSUM 3.. Dasa statstk bagan kendal Cumulatve Sum untuk ata-ata Bagan Cusum dgunakan untuk mendeteks pegesean kecl pada mean atau vaans dalam poses oleh kaena adanya penyebab khusus secaa

Lebih terperinci

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN ISIKA PMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Smak Petanaan! Bang A B Bentuk kuva apakah ang menunjukkan jaak tepenek ang menghubung-kan ttk A an ttk B alam bang ata

Lebih terperinci

Penaksiran Parameter dari Variansi Vektor pada Pengujian Hipotesis Kesamaan Matriks Kovariansi

Penaksiran Parameter dari Variansi Vektor pada Pengujian Hipotesis Kesamaan Matriks Kovariansi Vol. 3 No. 7-77 Jul 06 Penasan Paaete da Vaans Veto ada Pengujan Hotess Kesaaan Mats Kovaans Nasah Sajang Absta Vaans veto euaan salah satu uuan dses data yang ddefnsan sebaga julah da seua eleen dagonal

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Teor Hmpunan Dr. Subanar K PENDHULUN arena banyak karakterstk dar masalah probabltas dapat dnyatakan secara formal dan dmodelkan secara rngkas dengan menggunakan notas hmpunan elementer, maka pertama-tama

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang

MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD. Jl. Prof. H. Soedarto, S.H., Tembalang, Semarang MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINIER MENGGUNAKAN ANALISIS SVD Idam Had Ahmad dan Luca Ratnasa, Juusan Matemata, FMIPA UNDIP Jl. Pof. H. Soedato, S.H., Tembalang, Semaang Abstact. Lnea equaton system,

Lebih terperinci

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K

APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH. Yuni Yulida dan Muhammad Ahsar K Jurnal Matematka Murn dan Terapan Vol. 3 No. Desember 009: 4-6 APLIKASI PERKONGRUENAN DALAM MENYELESAIKAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA PEUBAH Yun Yulda dan Muhammad Ahsar K Program Stud Matematka Unverstas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

Persamaan Medan Relativistik dan Rumusan Lagrange

Persamaan Medan Relativistik dan Rumusan Lagrange 4 Pesamaan Medan Relatvstk dan Rumusan Lagange Setelah mempelaja bab 4, mahasswa dhaapkan dapat:. Menuunkan nla egen dan pesamaan gelombang untuk patkel spn.. Menuunkan nla egen dan pesamaan gelombang

Lebih terperinci

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F ) 28 BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR III.1 Ruang Dual Defns III.1.2: Ruang Dual [10] Msalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformas lnear f L ( V, F ) dkatakan fungsonal lnear (atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL 1. KWARTIL Kwartl merupakan nla yang membag frekuens dstrbus data menjad empat kelompok yang sama besar. Dengan kata lan kwartl merupakan nla yang membag tap-tap 25% frekuens

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP

PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP JMP : Volume 1 Nomor 2, Oktober 2009 PELABELAN TOTAL SISI TAK BERATURAN PADA GRAF GABUNGAN BIPARTIT LENGKAP Tryan dan Nken Larasat Fakultas Sans dan Teknk, Unverstas Jenderal Soedrman Purwokerto, Indonesa

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Pnt) A-83 Kontol Tackng pada Sstem Pendulum Keeta Bebass Model Fuzzy Takag-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modfkas Nan Nu an Awab Put dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 13 Bandar Lampung. Populasi dalam III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Neger 3 Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n yatu seluruh sswa kelas VIII SMP Neger 3 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 0/03 yang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map Dengan Pertukaran Kunci Diffie-Hellman

Sistem Kriptografi Stream Cipher Berbasis Fungsi Chaos Circle Map Dengan Pertukaran Kunci Diffie-Hellman SEMINAR MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2017 Sstem Krptograf Stream Cpher Berbass Fungs Chaos Crcle Map Dengan Pertukaran Kunc Dffe-Hellman A-6 Muh. Fajryanto 1,a), Aula Kahf 2,b), Vga Aprlana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga

Karakterisasi Matrik Leslie Ordo Tiga Jurnal Graden Vol No Januar 006 : 34-38 Karatersas Matr Lesle Ordo Tga Mudn Smanhuru, Hartanto Jurusan Matemata, Faultas Matemata dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas Bengulu, Indonesa Dterma Desember

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

PROPERTY DAN PERDAGANGAN SEBAGAI SEKTOR DOMINAN PADA DATA BURSA SAHAM. DENGAN Principal Component Analysis (PCA)

PROPERTY DAN PERDAGANGAN SEBAGAI SEKTOR DOMINAN PADA DATA BURSA SAHAM. DENGAN Principal Component Analysis (PCA) PROPERT DAN PERDAGANGAN SEBAGAI SEKTOR DOMINAN PADA DATA BURSA SAHAM DENGAN Prncpal Component Analyss (PCA) Oleh : Hanna aa Parhusp, usp, Deva eawdyananto a dan Bernadeta Desnova Kr Program Stud Statstka

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum Newton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS

TRANSITIF KLOSUR DARI GABUNGAN DUA RELASI EKUIVALENSI PADA SUATU HIMPUNAN DENGAN STRUKTUR DATA DINAMIS TRANSITIF KLOSUR DARI PADA SUATU HIMPUNAN Sukmawat Nur Endah Program Stud Ilmu Komputer Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Jl. Prof. H. Soedarto, S.H, Semarang 5275 Abstract. A relaton R on set A s an equvalence

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC Kurnawan *, Rolan Pane, Asl Srat Mahasswa Program Stud S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

81 Bab 6 Ruang Hasilkali Dalam

81 Bab 6 Ruang Hasilkali Dalam 8 Bab Rang Haslkal Dalam Bab RUANG HASIL KALI DALAM Rang hasl kal dalam merpakan rang ektor yang dlengkap dengan operas hasl kal dalam. Sepert halnya rang ektor rang haslkal dalam bermanfaat dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut :

REGRESI DAN KORELASI. Penduga Kuadrat Terkecil. Penduga b0 dan b1 yang memenuhi kriterium kuadrat terkecil dapat ditemukan dalam dua cara berikut : BAHAN AJAR EKONOMETRIKA AGUS TRI BASUKI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA REGRESI DAN KORELASI Tujuan metode kuadrat terkecl adalah menemukan nla dugaan b0 dan b yang menghaslkan jumlah kesalahan kuadrat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetan Reges dan Koelas.. Pengetan Reges Paa lmuan, eonom, psolog, dan sosolog selalu beepentngan dengan masalah peamalan. Peamalan matematyang memungnan ta meamalan nla-nla suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi

LAPORAN PENELITIAN. Pola Kecenderungan Penempatan Kunci Jawaban Pada Soal Tipe-D Melengkapi Berganda. Oleh: Drs. Pramono Sidi LAPORAN PENELITIAN Pola Kecenderungan Penempatan Kunc Jawaban Pada Soal Tpe-D Melengkap Berganda Oleh: Drs. Pramono Sd Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam Me 1990 RINGKASAN Populas yang dambl

Lebih terperinci

KONSEP DASAR PROBABILITAS

KONSEP DASAR PROBABILITAS KONSEP DASAR PROBABILITAS TI2131 TEORI PROBABILITAS MINGGU KE-3 & KE-4 1 Defns 1 Probabltas dar sebuah kejadan A adalah jumlah bobot dar tap ttk sampel yang termasuk dalam A. Selanjutnya: 0 < P(A) < 1,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I ENDHULUN. Latar elakang Mengambl keputusan secara aktf memberkan suatu tngkat pengendalan atas kehdupan spengambl keputusan. lhan-plhan yang dambl sebenarnya membantu dalam penentuan masa depan. Namun

Lebih terperinci

Regresi Komponen Utama, Regresi Ridge, dan Regresi Akar Laten dalam Mengatasi Masalah Multikolinieritas

Regresi Komponen Utama, Regresi Ridge, dan Regresi Akar Laten dalam Mengatasi Masalah Multikolinieritas SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 5 Reges Komponen Utama Reges Rdge dan Reges Aka Laten dalam Mengatas Masalah Multkolnetas Dan Agustna Juusan Matematka FMIPA Unvestas Bengkulu

Lebih terperinci

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK

EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK EKSPEKTASI SATU PEUBAH ACAK Dalam hal n aan dbahas beberapa macam uuran yang dhtung berdasaran espetas dar satu peubah aca, ba dsrt maupun ontnu, yatu nla espetas, rataan, varans, momen, fungs pembangt

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA

BAB 2 ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA BAB ANALISIS ARUS FASA PADA KONEKSI BEBAN BINTANG DAN POLIGON UNTUK SISTEM MULTIFASA.1 Pendahuluan Pada sstem tga fasa, rak arus keluaran nverter pada beban dengan koneks delta dan wye memlk hubungan yang

Lebih terperinci

ESTIMASI MODEL EKSPONENSIAL LIFETIME DENGAN DOUBLE CENSORING

ESTIMASI MODEL EKSPONENSIAL LIFETIME DENGAN DOUBLE CENSORING J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-65X Vol. 7, No. 2, Novembe 21, 27 4 ESTIMASI MODEL EKSPONENSIAL LIFETIME DENGAN DOUBLE CENSORING Fada Agustn W. 1, Thatht Puwanngtyas 2 Juusan Matematka, FMIPA ITS Suabaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 1.1. Metode Peneltan yang Dgunakan Dalam peneltan n dlakukan poses pengumpulan data yang kemudan dlakukan analss dengan melukskan keadaan obyek peneltan pada saat sekaang

Lebih terperinci

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi )

APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Studi Kasus di PT. Sinar Terang Abadi ) APLIKASI FUZZY LINEAR PROGRAMMING UNTUK MENGOPTIMALKAN PRODUKSI LAMPU (Stud Kasus d PT. Snar Terang Abad ) Bagus Suryo Ad Utomo 1203 109 001 Dosen Pembmbng: Drs. I Gst Ngr Ra Usadha, M.S Jurusan Matematka

Lebih terperinci

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pergerakan populas sangat mempengaruh proses dnamka dar epdem penyakt. Hal n dapat dtunjukkan oleh beberapa penyakt menular. SARS pertama kal dlaporkan terjad

Lebih terperinci