Persamaan Medan Relativistik dan Rumusan Lagrange

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persamaan Medan Relativistik dan Rumusan Lagrange"

Transkripsi

1 4 Pesamaan Medan Relatvstk dan Rumusan Lagange Setelah mempelaja bab 4, mahasswa dhaapkan dapat:. Menuunkan nla egen dan pesamaan gelombang untuk patkel spn.. Menuunkan nla egen dan pesamaan gelombang untuk patkel spn ½. 3. Menuunkan nla egen dan pesamaan gelombang untuk patkel spn. 4. Menuunkan solus pesamaan Dac bak solus yang begantung waktu maupun solus gelombang bdang. 5. Menuunkan opeato spn up dan spn down. 6. Memaham dan mengklasfkaskan blnea da kombnas spno 4-komponen dan. 7. Menuunkan pesamaan geak da medan vekto, medan scala, medan Dac da umusan Lagange. Sebagamana telah kta pelaja dalam knematka elatvstk, pesamaanpesamaannya dtuunkan da dua postulat elatvtas. Dua keangka nesa yang begeak elatf satu dengan yang lan dengan kecepatan konstan dhubungkan melalu tansfomas Loentz. da suatu caa sedehana untuk mempeoleh pesamaan-pesamaan yang konssten secaa elatvtas khusus (yatu pesamaan-pesamaannya tampak sama da sudut pandang pengamat dalam geak elatf) dengan menyatakan pesamaanpesamaan tesebut dengan caa nvaan Loentz. Pada bab n akan dpelaja pesamaan-pesamaan gelombang untuk medan skala (spn-), medan spno (spn-/) dan medan vekto (spn-) dengan meneapkan pnsppnsp elatvtas seta de-de dasa dalam mekanka kuantum yang sangat dpelukan dalam mempelaja obyek-obyek yang beukuan sangat kecl, patkel yang beukuan mko. Kombnas pesamaan eneg dan momentum elatvstk dengan opeato eneg dan momentum menghaslkan pesamaan-pesamaan gelombang yang bemanfaat dalam mempelaja fska patkel. Selanjutnya, melalu peumusan Eule-Lagange pesamaanpesamaan geak yang dpeoleh dapat pula dtuunkan dengan memlh apat Lagangan secaa tepat. 8

2 4. Medan Skala: spn- Pasal n akan mempelaja pesamaan gelombang untuk sebuah patkel yang tdak spn-, yatu sebuah patkel skala. Patkel n dbekan smbol φ. Pesamaan gelombang patkel skala, dapat dpeoleh da pesamaan eneg-momentum elatvstk dengan mensubsttuskan opeato-opeato dfeensal untuk eneg E dan momentum p yang dbekan dalam mekanka kuantum. Kta akan mengawal dengan menuunkan pesamaan gelombang non elatvstk. Opeato-opeato dfeensal dalam mekanka kuantum untuk eneg E dan momentum p dbekan oleh E p (opeato eneg), (4.) t (opeato momentum), (4.) Dalam lmt non-elatvstk, eneg knetk da sebuah patkel bebas dengan massa m dan momentum p dbekan oleh p E = m. (4.3) Dsn E adalah eneg knetk patkel. Jka opeato-opeato dfeensal untuk eneg dan momentum dsubsttuskan ke pesamaan (4.3) maka dpeoleh m t = (pesamaan Schodnge). (4.4) nalog dengan penuunan pesamaan Schodnge, sebuah pesamaan kovaan (sama dalam setap keangka acuan) dapat dpeoleh dengan menggunakan pesamaan eneg p = E, p, dan momentum 4-vekto elatvstk da sebuah patkel, p = p p = E p = m. (4.5) Opeato-opeato dfeensal pesamaan (4.) kemudan dapat dnyatakan dalam notas 4-vekto p = x, (4.6) 8

3 Dalam ungkapan n, opeato eneg adalah komponen ke nol pesamaan (4.6). Substtus pesamaan (4.6) ke pesamaan (4.5), dengan mengngat bahwa opeato selalu bekeja pada suatu keadaan (state), φ, pesamaan (4.5) menghaslkan pesamaan dfeensal ode-, φ = t φ m φ. (pesamaan Klen-Godon) (4.7) Pesamaan (4.7) dnamakan pesamaan Klen-Godon KG. Dengan mempekenalkan notas kotak t pesamaan (4.7) dapat dtuls kembal dalam bentuk = =, (4.8) ( m ) φ ( x) + =, (4.9) Opeato adalah nvaan Loentz, jad pesamaan KG adalah pesamaan kovaan elatvstk jka φ ( x) adalah sebuah fungs skala. Yatu tehadap tansfomas Loentz φ ( x) betansfomas x = ( t, x) x' = ( t ', x ') sebaga bekut φ φ φ, (4.) ( t, x) '( t ', x ') = ( t, x) sehngga φ adalah nvaan. Pesamaan (4.7) adalah pesamaan ode- dalam devatf waktu, sehngga mudah dlhat bahwa solus pesamaan KG adalah solus gelombang bdang, φ ( x) = Ne ( p x) Et. (4.) dmana N adalah konstanta nomalsas. Jka kta substtuskan solus gelombang bdang d atas ke pesamaan KG maka solus untuk eneg da pesamaan n membekan dua buah nla eneg, yatu eneg postf dan eneg negatf, + + E = + 4 m c p c, eneg postf 4 m c p c, eneg negatf. (4.) Solus eneg negatf adalah sebuah pemasalahan ketka kta menafskan φ ( x) sebaga sebuah fungs gelombang untuk patkel tunggal. Untuk sebuah patkel bebas, 8

4 eneg total E sepenuhnya dnyatakan oleh eneg knetknya sehngga enegnya konstan, kaenanya dapat dplh patkel dengan keadaan eneg postf dan mengabakan keadaan eneg negatf. Namun ketka patkel benteaks, ada petukaan eneg dengan lngkungan yang beat ada sejumlah eneg yang demskan dalam poses. Kemudan eneg da sebuah patkel akan menuju ke keadaan eneg negatf tak behngga dan n tdak mungkn tejad untuk sebuah patkel tunggal jka φ dtafskan sebaga sebuah fungs gelombang. Namun demkan kta tdak dapat mengabakan begtu saja solus eneg negatf sebaga solus tdak fss. Kaena solus n dpelukan untuk mendefnskan kelengkapan suatu keadaan. Bebeda halnya jka φ ( x) dtafskan sebaga sebuah medan kuantum, kedua solus eneg bukan masalah. Solus eneg postf dan negatf tekat dengan opeato-opeato untuk patkel tecpta atau teanhlas. Pemasalahan kedua dengan tafsan fungs gelombang yang muncul adalah ketka kta mencoba untuk meealsaskan apat pobabltas. Dalam pesamaan Schodnge, jka adalah fungs gelombang maka apat pobabltas, ρ, dbekan oleh ρ = *. (4.3) Kaena pobabltas adalah kekal maka hauslah memenuh pesamaan kontnutas ρ j + = t, (4.4) dmana j adalah aus pobabltas. us pobabltas yang memenuh pesamaan kontnutas n adalah j = m ( * *). (4.5) kan tetap, apat pobabltas yang ddefnskan oleh pesamaan (4.3) tdak kekal dalam pesamaan KG. In kaena pesamaan KG adalah pesamaan ode- dalam devatf waktu, seupa dengan pesamaan geak Newton dalam mekanka. Syaat awal untuk menyelesakan pesamaan geak Newton adalah poss awal dan kecepatan awal. In beat bahwa kta pelu membekan konfguas awal devatf φ( x ) dan tuunannya φ( x) / t pada pesamaan KG. Untuk kasus patkel bebas elatvstk maka pesamaan apat pobabltas dan aus pobabltas hauslah melbatkan komponen waktu sehngga kedua besaan n akan betansfomas sebaga sebuah vekto (4-vekto). Dalam kasus n pesamaan kontnutas dapat dnyatakan secaa kovaan, 83

5 =. (4.6) j dmana j ( ρ, j). Kaena tu secaa elatvstk, apat pobabltas bukan sebuah kuanttas skala tetap komponen ke nol da sebuah 4-vekto. ga pesamaan kontnutas dpenuh maka ρ dan j dapat dplh sebaga bekut φ φ * ρ = φ * φ m t t, (4.7a) j = ( φ * φ φφ *). (4.7b) m Tampak pebedaan yang jelas antaa pesamaan (4.7a) dan (4.3). Pada kasus tak elatvstk apat aus pobabltas memlk nla defntf postf ρ = φ * φ = φ = N. sedangkan dalam kasus elatvstk tdak defntf postf, ρ = N E, kaena kta mash bsa memlh E benla negatf. kbatnya aus j tdak membekan tafsan ρ sebaga apat pobabltas (kaena tdak defntf postf) sepet dalam pesamaan Schodnge. Contoh 4.. Buktkan bahwa jka apat pobabltas dan aus pobabltas masng-masng dbekan oleh pesamaan (4.3) dan (4.5) maka pesamaan kontnutas ρ j + = t, akan dpenuh. Pesamaan kontnutas (4.4) ekuvalen dengan kekekalan muatan (buktkan!). Jawab: Pesamaan (4.3) membekan hasl ρ * ( * ) * = = + t t t t dan da pesamaan (4.5) dpeoleh 84

6 j = m + ( * * * * ) * = * m φ m m t t * = * + t t Dengan menjumlahkan kedua pesamaan d atas maka pesamaan kontnutas dpenuh. Da dua kesultan pesamaan KG sebaga pesamaan elatvstk untuk patkel tunggal: () adanya solus eneg negatf () aus pobaltas tdak menghaslkan apat pobabltas defntf postf, P..M. Dac kemudan menuunkan sebuah pesamaan yang konssten dengan peumusan eneg-momentum elatvstk dan dapat menjelaskan kedua masalah pesamaan KG. Pesamaannya adalah pesamaan ode petama dalam tuunan waktu dan belaku untuk sebuah patkel spn-/. Pada pasal bekut n akan dpelaja pesamaan Dac yang dapat pula dtuunkan melalu pesamaan enegmomentum namun pesamaan n haus dfaktosas. ltenatf penuunan pesamaan Dac dapat dkejakan melalu sfat-sfat tansfomas da spno tehadap gup Loentz. 4. Spno: Patkel spn-/ Dalam menuunkan pesmaaannya, Dac menggunakan sebuah stateg bahwa pesamaan (4.5) dapat dfaktosas sehngga menghaslkan sebuah pesamaan keadaan untuk patkel spn-/. Patkel n dbekan smbol (spno 4-komponen). Msalkan pesamaan (4.5) dapat dfaktosas sebaga bekut Dsn ( p p m ν ) ( p m τ )( p m β ν γ τ ) = +. (4.8) ν τ β dan γ adalah koefsen-koefsen yang belum dketahu. Selanjutnya, uas kanan pesamaan (4.8) duakan menjad ( β ν p m)( τ p m) ν p ( τ p m) mc( τ ν + γ τ = β ν β τ + γ pτ m) Lhat Ryde, L.H., Quantum Feld Theoy, Bab II. 85

7 ν τ ν ν = β γ p p β p γ p m m. (4.9) ν τ ν ν ν τ Koefsen-koefsen β dan γ dtentukan oleh suku lne da p ν. Jka suku lne dalam p ν pada pesamaan (4.9) dabakan maka dpeoleh kbatnya pesamaan (4.8) menjad β ν p γ ν p = β ν = γ ν. () ν p p ν = γ γ p p, (4.) ν τ ν τ Dengan menguakan komponen-komponen untuk masng-masng uas pesamaan (4.), maka dpeoleh 3 3 ( p ) ( p ) ( p ) ( p ) = ( γ ) ( p ) + ( γ ) ( p ) + ( γ ) ( p ) + ( γ ) ( p ) + ( γ γ + γ γ ) + ( γ γ + γ γ ) ( γ γ + γ γ ) + ( γ γ + γ γ ) ( γ γ + γ γ ) ( γ γ + γ γ ) p p p p p p 3 p p p p p p 3 3 (4.) Da pesamaan n dapat dlhat bahwa tdak ada satu hmpunan skala ( γ, γ, γ, γ 3 ) yang memenuh uas kanan pesamaan. Pesamaan tesebut hanya dpenuh jka γ haus meupakan bentuk-bentuk matks, yang kemudan dkenal dengan matks Dac. Dac memlh matks-matks γ yang meupakan matks 4 x 4 sebaga bekut γ σ = σ, σ γ = σ, γ σ = σ, 3 γ 3 σ = 3 σ, (4.3) dmana (,,,3 ) sebaga bekut σ = adalah matks x yang dbekan oleh matks-matks Paul σ =, σ =, σ =, 3 σ =. (4.4) Kta dapat menguj hubungan pesamaan (4.) dengan mensubsttuskan matks-matks (4.3). Matks-matks Dac kemudan memenuh aljaba Clffod: γ γ ν + γ ν γ = g ν, (4.5) atau 86

8 { } ν ν γ, γ = g. (4.6) Dsn {, B} = B + B adalah hubungan ant komutato untuk kuanttas dan B dan g ν adalah metk Mnkowsk. Dapat dbuktkan bahwa matks γ memenuh ( γ ), ( γ ), γ γ ν γ ν γ ( ν ) = = =, =, =. (4.7) γ γ γ γ Hubungan eneg-momentum elatvstk pesamaan (4.8) kemudan menjad ( p p m ) ( ν p m)( τ γ ν γ pτ m) Pesamaan d atas mengandung dua solus yatu = + =. (4.8) γ p m =, γ p + m =. (4.9) Dan n mengjnkan pula dua solus bak untuk solus eneg postf maupun negatf. Bekut n akan djelaskan solus (), solus () dapat dkejakan sebaga lathan. Sepet dalam penuunan pesamaan Schodnge dan pesamaan KG, momentum elatvstk dgant menjad opeato dalam mekanka kuantum, pesamaam (4.6). Dengan mengngat kembal bahwa opeato bekeja pada suatu keadaan,, maka pesamaan (9) untuk solus () menjad ( γ m) =, (pesamaan Dac) (4.3) In adalah sebuah pesamaan dfeensal ode petama yang kovaan dan dkenal sebaga pesamaan Dac dengan sebaga medan spno Dac. Pesamaan (4.3) adalah pesamaan matks 4 x 4 sehngga mudah dpaham bahwa medan spno Dac meupakan sebuah matks kolom, 4 x, dengan empat komponen = 3 4. = (4.3) * * * * 3 4 Sebaga catatan, meskpun mengandung empat komponen, n bukan sebuah 4- vekto. 87

9 Contoh 4.: Buktkan bahwa masng-masng komponen da memenuh pesamaan KG! Jawab: Mula da pesamaan Dac (4.3) γ m =. Kejakan pada kedua uas pesamaan sebuah opeato γ ν untuk mempeoleh γ γ γ =. ν ν m ν ν Suku kedua uas k pesamaan d atas adalah ( m) ν γ γ ν ν γ =, sehngga menjad + m =. Pesamaan n juga dapat dtuls dalam bentuk smetk dengan mempetukakan ndeks ν + m =. ν γ γ ν Jumlahkan kedua pesamaan d atas dengan mengngat ν = ν maka dpeoleh atau In adalah pesamaan KG (4.7). ν ν ν m γ γ + γ γ + = ν g + m = ν + m = + = t m Selanjutnya, bagamana Dac dapat menjelaskna dua poblem dalam pesamaan KG. Rapat aus sepet apa yang memenuh pesamaan kontnutas (4.6) yang dapat menghaslkan apat pobabltas defntf postf?. Seta bagamana menjelaskan kebeadaan solus eneg negatf dan eneg postf. Untuk tu, kta pelu melakukan sebuah manpulas yang membekan konsekuens n, sepet halnya contoh d atas. Dengan mengambl konjugat Hemtan pesamaan Dac maka 88

10 (( m) ) = ( + m) γ γ γ s s. (4.3) = γ γ = ( m) Kalau adalah matks kolom (4.3), adalah matks bas x 4. Smbol s dan s beat beopeas ke sebelah k. Dengan menggunakan sfat-sfat matks Dac (4.7), γ = γ dan γ = γ maka pesamaan (4.3) menjad s ( m) γ + γ = s. (4.33) Kalkan da kanan pesamaan d atas dengan γ s s γ + γ m γ = ( ) s s γ γ + γ γ γ = ( m ) s s + + = ( m) γ γ γ ( γ m) γ + = Selanjutnya spno adjont ddefnskan sebaga bekut maka dpeoleh s = γ, (4.34) s γ + = ( m). (4.35) Pesamaan dan pesamaan dapat dgunakan untuk menunjukkan bahwa apat aus adalah kekal, j = : j = γ, (4.36) ( γ ) ( ) γ ( γ ) = = + j ( m ) ( m ) = + =. (4.37) Komponen nol da apat aus adalah apat pobabltas t s B B B B B Notas dengan panah d atas beat: = = ( ) ( ) s =.. Sebaga contoh 89

11 j = γ = γ γ = = = * * * * , (4.38) n menghaslkan apat pobabltas postf. Dbandngkan dengan pesamaan KG, pesamaan Dac membekan lebh jelas dalam mengatas apat pobabltas untuk patkel. Sepet dhaapkan masalah apat pobabltas telah dapat dpecahkan. Untuk kasus eneg negatf dapat djelaskan pasal bekut n. Contoh 4.3. Jka fungs keadaan ( x) memenuh pesamaan Dac, peoleh kembal hubungan eneg-momentum elatvstk 4 E = p c + m c! Jawab: Pesamaan Dac () dapat dtuls kembal untuk sebuah patkel dengan massa m yang memlk keadaan : atau ( γ p m) =, (4.39) =. (4.4) 3 3 ( γ p γ p γ p γ p3 mc) 4 Dengan menguakan masng-masng komponen pesamaan d atas maka dpeoleh sebuah pesamaan matks E m pz px + py E m p p p pz px py E m 3 px + py pz E m 4 x y z =. (4.4) 9

12 Pesamaan n membekan empat buah pesamaan yang haus dselesakan. Dengan melakukan pekalan matks maka dpeoleh: z ( x y ) E m p p p =. (4.4a) 3 4 E m p + p + p =. (4.4b) x y 3 z 4 p + p p E + m =. (4.4c) z x y 3 ( x y ) z ( v) p + p p E + m =. (4.4d) 4 Da pesamaan (4.4a) dan pesamaan (4.4b) dpeoleh = p p p E m ( p p ) p. (4.43) + z x y 3 x y z 4 Sedangkan da pesamaan (4.4c) dan pesamaan (4.4d) dpeoleh = ( ) p p p E + m ( p p ) p + 3 z x y 4 x y z Kombnas pesamaan (4.43) dan (4.44) membekan hasl. (4.44) px + py + p z p = ( ) ( E m px py p z = E m ) + + Sehngga dpeoleh. (4.45) = p ( E m ), atau E = p + m γ p + mc =? pakah solus n dapat dpeoleh jka dselesakan untuk 4.. Solus Pesamaan Dac. Solus begantung waktu Tnjau bahwa medan spno Dac tdak begantung pada poss, yatu =, = = =. (4.46) 3 x t x x x 9

13 Kemudan elemen-elemen matkss kolom (4 x ) da medan spno Dac dsusun menjad dua buah matks kolom ( x ) sebaga bekut = 3 B 4. (4.47) Jelaslah dsn dan B masng-masng adalah matkss kolom ( x ) dengan komponen-komponen matksnya dbekan oleh 3 =, B = 4. (4.48) Maka pesamaan medan Dac menjad x t m =, (4.49) x B B t dmana x adalah matks satuan ( x ). Da pesamaan (4.49) ada dua buah pesamaan yang haus dselesakan t m =, (4.5a) B m B =. (4.5b) t Dengan mengntegaskan pesamaan-pesamaan d atas maka dpeoleh solus untuk masng-masng pesamaan, ( t) = ()exp( mt ), (eneg postf: patkel), (4.5a) ( t) = ()exp( + mt ). (eneg negatf: ant patkel). (4.5b) B B Pesamaan (4.5) adalah pesamaan begantung waktu da patkel dalam keadaan kuantum dengan eneg E. Dalam keangka dam patkel ( p = ), eneg da sebuah patkel dbekan oleh E = m sehngga adalah solus yang mungkn. Sedangkan menggambakan keadaan kuantum da sebuah patkel lan dengan eneg negatf E = m. Dac kemudan membekan tafsan bahwa adalah solus untuk keadaan B 9

14 patkel (eneg postf) spn-/ sedangkan B adalah solus untuk keadaan ant-patkel (eneg negatf) spn-/. 3 Sebaga contoh, jka adalah keadaan kuantum elekton maka B adalah keadaan kuantum ant-elekton yatu poston. Da kenyataan n dapat dsmpulkan bahwa pesamaan Dac bukan pesamaan yang menggambakan pesamaan untuk patkel tunggal tetap pesamaan untuk patkel dan ant patkel. Eneg Foton m Patkel m Lautan Dac nt-patkel (hole) Gamba 4.. Pencptaan pasangan patkel-antpatkel dalam tafsan lautan Dac. Masalah solus eneg negatf kemudan djelaskan dengan mempekenalkan apa yang dsebut lautan Dac (Dac sea). Betolak da pnsp laangan Paul untuk patkel spn-/, Dac mengasumskan bahwa keadaan eneg negatf tes secaa penuh (sebuah vakum stabl dmana semua keadaan eneg negatf dtempat) dan pnsp Paul mencegah setap patkel memasuk lautan keadaan eneg negatf n. Gambaan n juga membawa suatu kesmpulan bahwa tafsan patkel tunggal untuk pesamaan Dac adalah tdak mungkn. Sebuah foton dengan eneg E > m dapat mengekstas salah satu elekton yang mengs keadaan eneg negatf akan mennggalkan sebuah lubang (hole) dalam lautan Dac (Lhat Gamba 4.). Lubang n bepelaku sepet sebuah patkel dengan massa yang sama tetap muatannya belawanan yang dtafskan sebaga sebuah 3 Membedakan patkel dan ant patkel hanyalah sebuah konvens. Jad kta juga dapat mengubah konvens tesebut, msalnya poston adalah patkel dan elekton adalah ant patkel. Dalam hal n kta hdup dalam duna ant patkel. 93

15 poston. Implementaskan da hal n dapat dlhat ketka kta mengkuantsas medan spn-/. 4 B. Solus gelombang bdang Solus gelombang bdang untuk pesamaan Dac adalah ( x) = N exp( p x) u( p), p = ( E, p), (4.5) dmana N adalah konstanta nomalsas dan u( p ) adalah fungs Dac bebas sedemkan sehngga ( x) memenuh pesamaan Dac (4.3). Fungs u( p ) kemudan akan menyatakan keadaan spno 4-komponen. Kaena ( x) begantung pada x maka ( x) kbatnya pesamaan Dac menjad atau ν exp = = p N pν x u p x ( ( ν ) ) ( ν ). (4.53) ν ν γ p N exp p x u p m N exp p x u p =. (4.54) ( p m) u( p) γ =. (4.55) In dnamakan sebaga pesamaan Dac dalam uang momentum. Jka u( p ) memenuh pesamaan (4.55), maka ( x) pada pesamaan (4.5) memenuh pesamaan Dac. Dengan menggunakan analog contoh 4., namun sekaang untuk fungs bebas Dac u( p ) (spno 4-komponen) yang ddekomposskan sebaga bekut u u =, u B u u, = u u B u 3 = u 4. (4.56) Maka dapat dpeoleh dua buah pesamaan smultan: u u B u = = u p p p u E m ( p p ) p u. (4.57a) + z x y 3 x y z 4 u = = u ( ) p p p u E + m ( p p ) p u. (4.57b) + 3 z x y 4 x y z 4 Dalam buku n tdak akan membahas kuantsas medan. Untuk kuantsas medan dapat dbaca pada buku teks teo medan kuantum, lhat efeens. 94

16 Jka kedua pesamaan d atas dselesakan maka hubungan eneg-momentum elatvstk juga dpeoleh, + + E = +, p m, patkel p m ant patkel (4.58) Kembal, aka postf tekat dengan keadaan patkel dan aka negatf adalah untuk ant patkel, sepet djelaskan sebelumnya. Kaena u( p ) mash meupakan fungs bebas maka pemlhan komponen-kompenen da pesamaan (4.57) akan menghaslkan empat buah solus: dua buah untuk solus eneg postf solus eneg negatf E = p + m, yatu:. Dua solus untuk eneg postf (patkel): () jka u = dan u = : patkel dengan spn up, maka dan u u E = + p + m dan dua buah untuk =, (4.59a) ( p ) x + py p z u p p p p. (4.59b) 3 z x y z B = u = = 4 ( E m) E m px p y Sehngga dpeoleh u E p Untuk patkel dam p = up adalah (, ) u p = z u = B E m. (4.59c) + px + py E + m fungs keadaan spno 4 komponen da patkel dengan spn (,) u E = ( x) = exp( Et) () jka u = dan u = : patkel dengan spn down, maka. (4.59d) 95

17 dan u =, (4.6a) Sehngga dpeoleh 3 x y B = u = 4 ( E m ) p + z u u E p u p p. (4.6b) (, ) Sehngga untuk patkel dam p = dengan spn down adalah u px p = y u =. (4.6c) B E + m pz E + m fungs keadaan spno 4 komponen da patkel (,) u E = ( x) = exp( Et). (4.6d). Dua solus untuk eneg negatf (ant patkel): () jka u 3 = dan u 4 = : ant patkel dengan spn up, maka u u z = u = ( E m) px p + y p. (4.6a) Sehngga dpeoleh u B =. (4.6b) u E p (, ) Untuk ant patkel dam p = dengan spn up adalah u p p ( E m) x y = u = B ( E m) z + p. (4.6c) fungs keadaan spno 4 komponen da antpatkel 96

18 (,) u E = ( x) = exp( + Et). (4.6d) () jka u 3 = dan u 4 = : ant patkel dengan spn down, maka u p p x y = u = ( E m ) p z u. (4.6a) Sehngga dpeoleh u B =. (4.6b) u E p (, ) Untuk ant patkel dam p = dengan spn down adalah u px p p ( E m) z = u = B ( E m) y. (4.6c) fungs keadaan spno 4 komponen da antpatkel (,) u E = ( x) = exp( + Et). (4.63d) Fungs Dac bebas u(p) d atas adalah funs Dac yang belum tenomalsas. Maka untuk mempeoleh fungs Dac tenomalsas pelu dpekenalkan konstanta nomalsas N. Msalkan empat fungs Dac bebas (spno Dac 4-komponen) yang tenomalsas dnyatakan oleh: () u dan () u adalah solus untuk patkel, (3) u dan (4) u adalah solus untuk ant-patkel. Kta tulskan kembal pesamaan d atas dengan melbatkan fakto nomalsas sebaga bekut: () Solus untuk patkel E = + p + m adalah 97

19 p () u ( E, p) = N z E + m px + p E + m y (spn up), (, ) px p y E + m pz E + m () u E p = N (spn down). (4.64) Pesamaan n betuut-tuut mengambakan pesamaan keadaan elekton dengan spn-up dan spn-down. () Solus untuk ant-patkel E = p + m adalah pz px py ( E m) ( E m ) p (3) x + p y p u ( E, p) = N (spn up), ( E m ) (4) z u ( E, p) = N (spn down) (4.65) ( E m ) Pesamaan n betuut-tuut mengambakan pesamaan keadaan antelekton dengan spn-up dan spn-down. Sfat-sfat akan djelaskan pada pasal bekutnya. Solus eneg negatf dapat pula dtafskan sebaga keadaan antpatkel eneg postf. Untuk tu, ungkapan eneg dan momentum fss da ant patkel dapat dpeoleh dengan membalk tanda kedua kuanttas n. Untuk mempejelas pebedaaan antaa solus patkel dan ant patkel yang keduanya sekaang memlk eneg dan momentum ( s) postf( E = p + m ), untuk patkel dnyatakan dengan u dan ant patkel dengan ( s) v dengan s =,. Sehngga dengan membalk tanda pesamaan (4.65) maka dpeoleh px py ( E m + ) p = =, (4.66a) ( + ) () (4) z v ( E, p) u ( E, p) N E m 98

20 pz ( E + m) p + p = = ( + ) (, ) (, ) () (3) x y v E p u E p N E m, (4.66b) In adalah solus untuk dua keadaan spn ant patkel. Dengan demkan solus gelombang bdang da pesamaan Dac dapat dngkas sebaga bekut: dmana s =,. ( s) ( x) ( s) ( ) ( s) N exp p x u p, patkel = N exp p x v p, ant patkel (4.67) Contoh 4.4. Calah konstanta nomalsas N dengan menggunakan pesamaan-pesamaan (4.64) jka syaat nomalsas untuk spno dbekan oleh u u = E? Jawab: Da pesamaan (4.64) dpeoleh () () * p p z x py u u NN p = z E m E m E m px + py E + m p ( px py )( px + py ) * z = NN ( E + m) E + m E + m * E + m + p E = NN N = E + m. Dengan syaat nomalsas yang dbekan maka 99

21 E N = E N = E + m E + m. (4.68) In adalah konstanta nomalsas untuk keadaan patkel. Cobalah gunakan untuk spno yang lan, seta tuunkan konstanta nomalsas untuk keadaan ant-patkel? Dengan menggunakan konstanta nomalsas (4.68) maka keempat keadaan spn dapat dnyatakan sebaga bekut () u ( E, p) = E + m z E + m v () ( E, p) = E + m p px + p E + m y, ( px py ) ( E + m) p ( E + m) z (, ) px p y, E + m pz E + m () u E p = E + m pz ( E + m) px + p y v E p = E + m ( E + m ) (), (, ) Sfat-sfat nomalsas da pesamaan spno d atas adalah ( ) ( s) s u ( p) u ( p) = mδ, (4.69a) ( ) ( s) ( ) ( s) u p v p v p u p = =, (4.69b) ( ) ( s) s v ( p) v ( p) = mδ. (4.69c) Dsn, s =,. 4.. Opeato spn Kta ngn mengetahu fungs keadaan spno yang telah dbekan d atas. Matks spn untuk patkel-patkel Dac ddefnskan sebaga bekut σ S = σ. (4.7) Dengan masng-masng komponennya adalah

22 S x σ x = σ, x ndakan kta ngn menguku (state) : S y σ y = σ, y S x, Msalkan spn up dalam aah-z adalah dan spn down dalam aah-z adalah S y dan S z σ z = σ. (4.7) z S z pada sebuah patkel dalam keadaan α β. (4.7) α α σ z =, spnup dalam aah z β β. (4.73) α α σ z =, spn down dalam aah z β β. (4.74) Petama kta dapat membentuk sebuah pesamaan nla egen Maka nla egen λ dapat dselesakan sebaga bekut α α σ z = λ β β. (4.75) α λ = β. (4.76) Dan pesamaan yang haus dselesakan adalah ( λ) α =, + λ β =, yang membekan solus nla egen λ = ±. Untuk λ = maka dpeoleh α α α α = = α = α, β = β β β β β. (4.77) Dengan mengambl α = dan β = maka keadaan egenya dbekan oleh α =, β spnup. (78) Keadaan egen (4.78) adalah keadaan da sebuah patkel dengan spn up. Kemudan dengan mengambl λ = maka dpeoleh α α α α = = α = α, β = β β β β β. (4.79) maka keadaan egenya dbekan oleh

23 α =, spn down β. (4.8) Keadaan egen (4.8) adalah keadaan da sebuah patkel dengan spn down dmana kta telah memlh α =, β =. Contoh 4.5. Buktkan bahwa medan spno Dac adalah keadaan patkel spn up dan spn down!. Jawab: Untuk memaham keadaan spn-up atau spn-down da spno-spno Dac dan () v, kta tnjau salah satu danya, yang lan slahkan dcoba. () u, () u, () v p () u = N z E + m px + p E + m y. (4.8) Msalkan p sejaja dengan sumbu-z dan p = p =, maka dpeoleh u () x y E + m =. (4.8) E m Selanjutnya opeaskan opeato spn (4.7) tehadap spno egen d atas maka dpeoleh S u z E + m E + m = = = u E m E m () (). (4.83) Pesamaan d atas membentuk pesamaan nla egen S u z = + u. (spn-up), (4.84a) () ()

24 dengan nla egen adalah + / yang tekat dengan keadaan (spno) egen Dengan caa yang sama dapat dtunjukan bahwa S u z S u z S u z () () () u spn-up. = u. (spn-down) (4.84b) = + u. (spn-up) (4.84c) (3) (3) = u. (spn-down) (4.84d) (4) (4) 4..3 Kovaan Blne Pada pasal n kta akan mempelaja dan mengklasfkaskan blne da kombnas spno 4-komponen dan. Yang dmaksud blne dsn yatu obyek yang tdak membawa ndeks spno dan hanya melput dua buah medan spno. Tujuan mempelaja bentuk blne adalah untuk mendefnskan suatu fungs Lagange, yang akan kta pelaja pada pasal bekutnya. Sfat-sfat da spno Dac tdak betansfomas sepet 4-vekto meskpun memlk 4 buah komponen. Matks γ juga bukan 4-vekto kaena tdak beubah ketka dtansfomaskan da keangka S dan S. Sehngga dapat dpaham bahwa bentuk blne tekat dengan sebuah matks. Tansfomas da keangka S keangka S yang begeak dengan kecepatan v seaah sumbu-x dbekan oleh dsn S adalah sebuah matks 4 x 4, ' = S, (4.85) dmana a S a a + = + + γ γ = a σ a + + = ( γ + ), a ( γ ) a a σ, (86) =, (4.87) ndakan kta ngn membangun sebuah kuanttas skala dengan menggunakan sebuah spno. Petama kta dapat membuat kombnas, apakah n adalah sebuah skala? Jka skala maka tdak akan beubah tehadap tansfomas (4.85). Kombnas membekan hasl 3

25 = = * * * * (4.88) Masng-masng spno betasfomas sebaga bekut ' = S. (4.89a) Sehngga pesamaan (4.88) menjad ' = S = S. (4.89b) ' ' S S =. (4.9) Jka adalah skala, hauslah S S =. Dapat dbuktkan dengan menggunakan pesamaan (4.86), bahwa S S, S S γ βσ βσ = S =, β = v / c (4.9) Kemudan kta ngn mencoba untuk membuat kombnas = γ, dengan caa yang sama haus pula dtansfomaskan sesua dengan kadah tansfomas (4.85), ' = ' γ '. (4.9) Dengan menggunakan pesamaan (4.89b) maka tansfomas d atas menjad ' = S γ S. (93) Dalam kasus n hauslah dbuktkan S γ S = γ. Lhat contoh dbawah n bahwa hubungan n dpenuh, sehngga adalah sebuah skala. Contoh4.6. Bukutkan bahwa S γ S = γ sehngga adalah skala. Jawab: Da pesamaan (4.86) dapat dpeoleh S ( σ ) a a * a a * * * + + σ = = * * * ( a σ) * a+ a σ a+ Dengat mengngat bahwa a ± ted da blangan basa maka a = a, * ± ± 4

26 Sehngga Sehngga Jad kuanttas S ( + ) ( ) γ γ σ = = S ( γ ) σ ( γ + ) γ + γ σ σ γ + γ σ S γ S = ( γ ) σ ( γ + ) σ ( γ ) σ ( γ + ) γ + σ γ σ σ γ + γ σ = ( γ ) σσ ( γ + ) σ ( γ ) σ ( γ + ) ( + ) ( ) ( ) + ( ) γ σ γ σ σ σ γ σ σ γ σ σ = γ σ σ γ σ σ γ σ σ γ σ + + σ = γ = σ adalah nvaan elatvstk. ' = γ =, (skala) γ 3 4 = = +, (4.94) * da 6 hasl kal dengan bentuk kaena dan j bejalan da sampa 4. 5 = pseudoskala ( komponen) 5 ( v) = pseudovekto (4 komponen) Ragam kombnas lne untuk membangun kuanttas-kuanttas dengan pelaku tansfomas yang bebeda dapat dangkum sebaga bekut: = skala ( komponen) γ j γ = vekto (4 komponen) (4.95) γ γ ν ( v) σ = tenso antsmetk (6 komponen) dmana 5 3 γ γ γ γ γ =, σ γ γ γ γ ν ν ν. (4.96) 5

27 Pseudoskala dan pseudovekto dbedakan dengan skala dan vekto oleh pelakuan tehadap tansfomas patas 5 (,, ) (,, ) P = x y z x y z. (4.97) Pseudoskala beubah tanda sedangkan skala tdak beubah tanda. Kta melhat ada 6 buah matks yang dapat dbangun da matks gamma 4 x 4 membentuk hmpunan matks {, 5 γ, γ, 5 γ γ, ν σ }: ada buah matks satuan, 5 buah matks γ, 4 buah matks γ 5 ν, 4 buah matksγ γ dan 6 buah matksσ. 4.3 Medan Vekto: Patkel spn- Bekut n akan dpelaja patkel spn-. Foton tdak memlk massa dgambakan oleh pesamaan Maxwell dan patkel bemassa dengan spn- (sebaga contoh boson W ± ) dgambakan melalu pesamaan Poca. Dalam elektodnamka klask medan lstk E dan medan magnet B dbekan oleh 4 set pesamaan yatu pesamaan Maxwell: E = 4πρ (Hukum Gauss), (4.98a) B E + =, (Hukum Faaday), (4.98b) c t B =, (4.98c) E 4π ( v) B = j (Hukum mpee). (4.98d) c t c Penjelasan pesamaan d atas sebaga bekut: pesamaan () adalah hukum Gauss yatu muatan total d dalam sebuah pemukaan tetutup dapat dpeoleh dengan mengntegaskan komponen nomal E pada pemukaan tesebut. Pesamaan () adalah hukum Faaday yatu peubahan medan magnet akan menghaslkan medan lstk Pesamaan () menjelaskan tentang tdak adanya muatan magnetk dan pesamaan (v) adalah hukum mpee yatu peubahan medan lstk menghaslkan medan magnet. Pesamaan () dan () dnamakan pesamaan homogen sedangkan pesamaan () dan (v) dnamakan sebaga pesamaan tak-homogen, mengandung suku sumbe. Dalam notas elatvstk, medan lstk E dan medan magnet B secaa besamasama membentuk sebuah medan tenso kontavaan ank- antsmetk (medan tenso elektomagnetk), 5 J. Gffths, D., Intoducton to Elementay Patcle, Bab IV pasal

28 F E E E3 E B B ν 3 = E B3 B E B B 3, (4.99a) F = F, (antsmetk). (4.99b) ν ν Medan tenso elektomagnetk kovaan antsmetk dapat dpeoleh da tenso medan kontavaan dengan mengejakan kontaks ndeks (menuunkan ndeks): F g g F αβ ν = α νβ. (4.) Repesentas matks untuk medan tenso elektomagnetk kovaan antsmetk kemudan dpeoleh: F E E E E B B 3 3 ν = E B3 B E B B 3. (4.) Sedangkan apat muatan ρ dan apat aus j adalah 4-vekto:, j = j j = cρ, j. (4.) Pesamaan Maxwell tak-homogen kemudan dapat dnyatakan sebaga bekut ν 4π ν F = j. (pesamaan Maxwell tak-homogen) (3) c Pesamaan n menghubungkan tenso antsmetk dan vekto sebagamana dtunjukan oleh ndeksnya. Bentuk eksplst pesamaan (4.3), tentunya akan dpeoleh kembal pesamaan Maxwell tak-homogen: (a) dengan mengambl ν =, 3 F F F F F E E x y E = = x x x x x x y z 4π = = c E j, yang membekan kembal pesamaan () dengan mengambl (b) dengan mengambl ν =, j = cρ. x x x x x c t y z 3 F F F F F E B x Bz = = + + y 3 4π j c =, z 7

29 atau B B z y Ex 4π = j y z c t c x (c) dengan mengambl ν =, atau 3 F F F F F E y Bz Bx = = + 3 x x x x x c t x z 4π c = j, Bz Bx Ey 4π = j x z c t c (d) dengan mengambl ν = 3, atau y F F F F F E B z y Bx = = + 3 x x x x x c t x y 4π c 3 = j, By Bx Ez 4π = j x y c t c z Da hasl (b), (c) dan (d), ketga pesamaan n dapat dnyatakan dalam bentuk 3-vekto. Haslnya adalah E 4π B = j c t c yang ekuvalen dengan pesamaan (v), 3 j ( j = jx, j = jy, j = jz ) Da sfat antsmetk F = F maka apat aus j menjad bebas dvegens ν ν =. (4.4) j Pesamaan Maxwell homogen adalah ekuvaken dengan ungkapan bahwa B dapat dnyatakan sebaga otas da sebuah potensal vekto, : B =. (4.5) Sehngga pesamaan Maxwell () menjad E + =. (4.6) c t 8

30 Dengan mempekenal potensal 4-vekto = φ, dengan, (4.7) B =, E = φ, (4.8) c t pesamaan Maxwell homogen mash dpenuh. Sehngga dalam notas elatvstk dapat dnyatakan sebaga bekut ν ν ν ν F = F =. (4.9) Dalam elektodnamka klask, medan-medan meupakan elemen-elemen fssnya. Mengenalkan sebuah potensal 4-vekto (4.9) hanyalah konstuks matemats yang dapat mempetahankan pesamaan Maxwell homogen dan mengubah bentuk pesamaan tak-homogen menjad fomulas elatvstk. Secaa matemats n dapat dbenakan, namun apa makna fss da kuanttas-kuanttas φ dan belumlah jelas meskpun pesamaan (4.9) menentukan secaa khusus medan lstk dan medan magnet dalam ungkapan φ dan. In beat bahwa φ dan dapat dplh sembaang yang akbatnya φ dan menjad tdak unk. ndakan ada sebuah potensal bau yang juga tdak mengubah ungkapan medan lstk E dan medan magnet B, f ( x) φ( x) φ '( x) = φ( x) +, (4.a) t ( x) '( x) = ( x) f ( x). (4.b) Dsn f ( x ) adalah sebuah fungs sembaang yang kemudan dnamakan fungs gauge. Maka dengan mensubsttuskan ke pesamaan (4.8) dpeoleh ' f ( x) E E ' = φ ' = φ( x) + ( x) f ( x) t t t f ( x) = φ( x) ( x) + f ( x) t t t f ( x) f ( x) = φ( x) ( x) + t t t = φ( x) ( x) t B B' = ' = ( x) f ( x) 9

31 = ( x) = ( x) ( f x ) Bandngkan hasl tansfomas pesamaan d atas dengan pesamaan (4.8), dapat dlhat bahwa ungkapan medan lstk E dan medan magnet B mash dpetahankan oleh tansfomas (4.). Pesamaan tansfomas (4.) dnamakan tansfomas gauge. Kaena tu pesamaan Maxwell nvaan tehadap tansfomas gauge. Hukum-hukum fska yang tdak beubah tehadap tansfomas gauge dkatakan nvaan gauge. Bentuk kovaan da tansfomas gauge adalah ' = + f, (4.) Dengan mensubsttuskan pesamaan (4.) ke pesamaan (4.3), dpeoleh ungkapan untuk potensal 4-vekto sebaga bekut ν ν 4π ν ( ) = j, (4.) c Dengan mengubah-ubah ungkapan potensal dapat dlhat bahwa peubahan potensal tdak mempengauh medan-medannya, maka da pesamaan (4.) dapat dpaksakan sebuah deajat kebebasan dengan memlh f tetentu sedemkan sehngga tansfomas memenuh syaat gauge Loentz, Sehngga pesamaan (4.) menjad φ = + =. (4.3) c t ν 4π ν = j, (4) c Pesamaan n kemudan membekan dua buah pesamaan gelombang φ 4π φ = 4 πρ, = j, (4.5) c t c t c Solus da pesamaan n membekan potensal Lenad-Wechet. Dalam vakum, pesamaan (4.4) membekan sebuah tafsan ν dalam ungkapan fungs gelombang untuk patkel tak bemassa (foton) ν =, (4.6)

32 Dalam hal n, pesamaan (4.5) seupa dengan pesamaan KG untuk patkel tak bemassa. Seupa dengan kasus pesamaan Dac, solus pesamaan (4.6) adalah solus p = E, p untuk gelombang bdang dengan momentum da sebuah genealsas da pesamaan Maxwell yang membekan sebuah pesamaan untuk patkel spn- bemassa, 6 F ν m ν + =. (4.7) Pesamaan n dnamakan dengan pesamaan poca. Dengan mengambl dvegensnya maka dpeoleh m =. (8) ν ν Kaena m maka ν =, yatu sebuah gauge Loentz. Sebagaman telah djelaskan sebelumnya, F ν ν adalah nvaan gauge. Tetap melalu pesamaan (4.7), bahwa patkel spn- bemassa tdak nvaan gauge. Dengan mensubsttuskan pesamaan (4.8) ke pesamaan (4.7) maka pesamaan gelombang untuk patkel spn- bemassa adalah dmana = ( m ) + ν =. (4.9). Solus da pesamaan d atas adalah ± p x = ε x p e Syaat gauge Loentz mengakbatkan p ( p). (4.) ε =. Dalam keangka dam ada tga kemungknan solus bebas, msalnya (, ελ ) dmana vekto ε λ membentuk bass untuk epesentas spn-. Oleh kaena tu medan vekto menggambakan patkel spn-. Contoh 4.7. Calah komponen tenso medan kovaan F da tenso medan kontavaan. Jawab: Dengan mengngat tenso metk g ν adalah dagonal maka F = g g F = g g F = B αβ α β 3 Komponen-komponen yang lan dapat dca dengan mengkut langkah n. 6 Ryde, L.H., Quantum Feld Theoy, Bab II hal. 67.

33 4.4 Lagangan medan spn-, spn-/ dan spn Pesamaan Eule-Lagange Dengan memlh apat Lagangan secaa tepat, pesamaan-pesamaan geak untuk medan skala (spn-), medan Dac (spn-/) dan medan vekto (spn-) yang telah kta pelaja sebelumnya dapat pula dtuunkan melalu pesamaan Eule-Lagange. Dasa kajan mekanka klask (non-elatvstk) adalah hukum II atau pesamaan dnamka Newton: d F = m, (4.) dt yang mengatkan gaya F yang bekeja pada sebuah benda bemassa m dengan pecepatan a = d dt yang dalam benda, dmana adalah vekto kedudukan benda pada saat t. Untuk gaya konsevatf, tedapat sebuah besaan fungs skala V(, t), yang dsebut eneg potensal, dmana gaya F dbekan oleh: F = V, dengan adalah opeato gaden, yang dalam sstem koodnat Katess = x ˆ + y ˆ j + zk ˆ, adalah: ˆ ˆ ˆ + j + k. (4.) x y z Untuk kasus n, pesamaan (4.) menjad: d m dt = V, (4.3) Secaa matematka, (4.3) adalah suatu pesamaan dfeensal basa ode- yang memlk solus tunggal: = (t), apabla nla kedudukan dan kecepatan d / dt, pada saat awal t = t dbekan, yakn: d ( t) =, dan = v. (4.4) dt Pesamaan (4.4) adalah syaat awal untuk memecahkan pesamaan dnamka (4.3). Jad, bla syaat awal (4.4) dbekan, maka kedudukan benda pada saat t = t' > t tetentu, yakn ' = ( t '), tetentukan secaa past! tnya, dalam menempuh pejalanan da kedudukan awal (, t ) menuju kedudukan B( ', t '), benda melewat suatu lntasan

34 stmewa C λ, yang dbekan oleh solus tunggal pesamaan (4.3), yakn: = (t), untuk sembaang waktu t. Kenyataan n menunjukkan bahwa geak patkel dalam pandangan mekanka klask adalah besfat detemnstk atau teamalkan. t f t B C C λ t q q f q Gamba 4.. Kemungknan lntasan C, dmana C λ adalah lntasan stmewa yang dtempuh benda lasan benda memlh suatu lntasan stmewa C λ, dan bukan yang lannya, dapat dkaj da syaat ekstm sebuah fungs yang begantung pada lntasan C penghubung ttk dan B dalam uang-waktu: S = S(C). (4.5) Dalam Gamba 4., dlustaskan kemungknan lntasan C antaa dan B, untuk kasus geak -dmens, dengan = (q), dalam dagam uang-waktu. Yakn, jka sebuah lntasan yang bebeda secaa nfntesmal da atau C λ, maka S ( Cλ' ) = S( Cλ ) + δs = S( Cλ ), C λ' adalah δ S =. (4.6) In adalah syaat ekstm atau stasone untuk fungs aks S(C). Fungs lntasan S n ddefnskan sebaga bekut: 3

35 t f S( C) L(, &, t) dt, (4.7) = t dengan & = d/ dt, adalah kecepatan, dan d L(, &, t) = m V (, t), (4.8) dt dkenal sebaga fungs Lagange. Fungs lntasan pada pesanaan (4.7) dnamakan fungs aks (acton). Dengan menggunakan kalkulus vaas, maka da syaat stasone (4.6) dtuunkan pesamaan Eule-Lagange: dmana q α dan q& α d dt L L =, q& α q α (4.9),, (α =,, 3), betuut-tuut adalah komponen vekto kedudukan dan kecepatan &. Koodnat q α lazm dsebut sebaga koodnat umum (genealzed coodnates). Untuk kasus dnamka sstem dengan N-buah benda ttk, maka ndeks (α =,, 3, L, 3N). Ruang bedmens 3N n dsebut uang konfguas sstem. Dalam teo medan Lagangan adalah fungs da medan φ α seta devatf tehadap x, y, z dan t. Ruas k pesamaan (4.9) hanya melput devatf waktu maka jka waktu dan uang dpelakukan sama (menuut teo elatvstk), pesamaan Eule- Lagange menjad L L = ( φ ) α φ α. (4.3) 4.4. Medan skala (spn ) Untuk menuunkan pesamaan geak da sebuah medan skala l φ ( x) apat Lagangan-nya dbekan oleh L φ φ φ = m. (4.3) Maka pesamaan geaknya dapat dpeoleh dengan menggunakan pesamaan Eule- Lagange (4.9), 4

36 L ( φ ) = φ ( + m ) φ ( x) = (4.3) Sedangkan untuk medan skala kompleks, apat Lagangannya adalah L = * m *, (4.33) φ φ φ φ selanjutnya dapat dpandang sebaga jumlah da apat Lagangan untuk dua buah medan skala φ dan φ dengan φ = ( φ + φ ) /. Maka kta mempeoleh dua buah pesamaan geak ( m ) φ ( x) + =, (4.34a) ( m ) φ ( x) + * =, (34b) Medan Dac (spn-/) Tnjau sekaang sebuah medan spno. Lagangan yang tepat untuk menuunkan pesamaan Dac adalah ( ) L = γ m. (4.35) Vaas tehadap menghaslkan L δ L =, γ m ( ) δ =. (4.36) Sehnga dpeoleh pesamaan geak ( γ m) =, (4.37) yang menggambakan sebuah patkel spn-/ dengan massa m. Sedangkan vaas tehadap menghaslkan L ( ) = γ, δ L m δ =. (38) Sehngga dpeoleh γ + m =. (39) 5

37 4.4.4 Medan vekto (spn-) Tnjau sebuah Lagangan da sebuah medan vekto, Dapat dpeoleh ν λ L = Fν F + m ( ) 4 = ( + m ) gν ( λ) ν ν (4.4) L ( ν ) Yang menghaslkan pesamaan geak = + λg ( ρ ) ν ν ν ρ ( m ) ( ν λ ν ) (4.4) + =. (4.4) In dnamakan pesamaan Poca yang telah dpelaja sebelumnya yatu menggambakan sebuah patkel spn- dengan massa m. kbatnya + =, = (4.43) F ν m ν dan Contoh 4.8. Dbekan sebuah tansfomas = e θ dmana θ adalah suatu blangan konstan. Buktkan bahwa pesamaan Dac nvaan tehadap tansfomas d atas. Jawab. Tehadap tansfomas d atas maka pesamaan Dac akan betansfomas sebaga bekut dmana ( ) L L' = ' γ m ' = e θ = e θ Maka ( ) θ θ L L' = e γ m e = e γ e e m e θ θ θ θ 6

38 = γ m = γ m = L Jad tehadap tansfomas d atas Lagangan tdak beubah, nvaan. Rangkuman Pesamaan Klen-Godon untuk patkel spn- : ( m ) φ ( x) Solus gelombang da pesamaan KG : φ ( x) = Ne + = Et ( p x) Pesamaan Dac dengan sebaga medan spno Dac untuk patkel spn-/ ( γ m) =, Solus gelombang begantung waktu da pesamaan Dac patkel dalam keadaan kuantum dengan eneg E ( t) = ()exp( mt ), (eneg postf: patkel), ( t) = ()exp( + mt ). (eneg negatf: ant patkel). B B Solus gelombang bdang da pesamaan Dac sebaga bekut: ( s) ( x) ( s) ( ) ( s) N exp p x u p, patkel = N exp p x v p, ant patkel dmana s =,. Pesamaan Poca untuk patkel spn dbekan: dmana = ( m ) + ν =.. Solus da pesamaan d atas adalah ± p x = ε x p e Kovaan blne yatu obyek yang tdak membawa ndeks spno dan hanya melput dua buah medan spno. Tansfomas da keangka S keangka S yang begeak dengan kecepatan v seaah sumbu-x dbekan oleh ' = S, dsn S adalah sebuah matks 4 x 4,. 7

39 dmana S a a a + = + + γ γ = a σ a + a a σ, + = ( γ + ), a ( γ ) =, * da 6 hasl kal dengan bentuk kaena dan j bejalan da sampa 4. Ragam j kombnas lne untuk membangun kuanttas-kuanttas dengan pelaku tansfomas yang bebeda dapat dangkum sebaga bekut: = skala ( komponen) γ 5 = pseudoskala ( komponen) γ = vekto (4 komponen) γ γ 5 ( v) = pseudovekto (4 komponen) ν ( v) σ = tenso antsmetk (6 komponen) dmana 5 3 γ γ γ γ γ =, σ γ γ γ γ ν ν ν Pesamaan Eule-Lagange elatvstk dtulskan: L L = ( φ ) α φ α Lagangan da sebuah medan medan skala l φ ( x) L φ φ φ = m. Lagangan da sebuah medan spno ( ) L = γ m. Lagangan da sebuah medan vekto, ν λ L = Fν F + m ( ) 4 = ( + m ) gν ( λ) ν ν Dengan mengetahu bentuk Lagange da suatu medan maka akan ddapat pesamaan geak da medan-medan tesebut. 8

40 Soal-soal Lathan. Tunjukan bahwa φ / x adalah 4-vekto kovaan (φ adalah sebuah fungs skala da x, y, z dan t)!. Tunjukan bahwa pesamaan (4.3) memenuh pesamaan (4.6)! 3. Buktkan pesamaan (4.69)! 4. (a) Tunjukan bahwa syaat nomalsas yang dbekan dalam contoh 4, dnyatakan dalam spno adjont menjad uu = vv = m! (b) Calah konstanta nomalsas N dengan menggunakan pesamaan-pesamaan (4.64) jka syaat nomalsas untuk spno dbekan oleh 5. Tuunkankan pesamaan (4.64) dan (4.65)! 6. Jka () u dan () u dbekan oleh pesamaan (4.64) dan pesamaan (4.66). Buktkan bahwa ( s) ( s) (a) u u = ( γ p + m) s=, ( s) ( s) (b) v v = ( γ p m) s=, u u =! () v dan () v dbekan oleh 7. pakah pesamaan-pesamaan (4.95) nvaan tehadap pesamaan (4.85)! 8. Peoleh pesamaan (4.) da pesamaan (4.)! 9. pakah Lagangan (4.3) nvaan tehadap tansfomas φ φ = e θ φ!. Dengan menggunakan pesamaan Eule-Lagange, tuunkan pesamaan (4.4)! 9

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA FPMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KALKULUS VARIASI JURUSAN PENDIDIKAN ISIKA PMIPA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Smak Petanaan! Bang A B Bentuk kuva apakah ang menunjukkan jaak tepenek ang menghubung-kan ttk A an ttk B alam bang ata

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum ewton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV

Bab III Reduksi Orde Model Sistem LPV Bab III Reduks Ode Model Sstem PV Metode eduks ode model melalu MI telah dgunakan untuk meeduks ode model sstem I bak untuk kasus kontnu maupun dskt. Melalu metode n telah dhaslkan pula bentuk da model

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum

Fisika Dasar I (FI-321) Sistem Partikel dan Kekekalan Momentum Fska Dasa I (FI-3) Topk ha n (mnggu 6) Sstem Patkel dan Kekekalan Momentum Pesoalan Dnamka Konsep Gaya Gaya bekatan dengan peubahan geak (Hukum Newton) Konsep Eneg Lebh mudah pemecahannya kaena kta hanya

Lebih terperinci

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE)

RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) RUANG FUNGSI GELOMBANG PARTIKEL TUNGGAL (ONE-PARTICLE WAVE FUNCTION SPACE) Intepetas pobablstk a fungs gelombang t suatu patkel telah kta pelaa yatu t yang menyatakan peluang menemukan patkel paa waktu

Lebih terperinci

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0.

P(A S) = P(A S) = P(B A) = dengan P(A) > 0. 0 3.5. PELUANG BERSYARAT Jka kta menghtung peluang sebuah pestwa, maka penghtungannya selalu ddasakan pada uang sampel ekspemen. Apabla A adalah sebuah pestwa, maka penghtungan peluang da pestwa A selalu

Lebih terperinci

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN

SIFAT - SIFAT MATRIKS UNITER, MATRIKS NORMAL, DAN MATRIKS HERMITIAN SFT - SFT MTRKS UNTER, MTRKS NORML, DN MTRKS HERMTN Tasa bstak : Tujuan peneltan n adalah untuk mengetahu pengetan dan sfat sfat da matks unte, matks nomal, dan matks hemtan. Metode peneltan yang dgunakan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator

Hand Out Fisika II HUKUM GAUSS. Fluks Listrik Permukaan tertutup Hukum Gauss Konduktor dan Isolator HUKUM GAUSS Fluks Lstk Pemukaan tetutup Hukum Gauss Kondukto dan Isolato 1 Mach 7 1 Gas gaya oleh muatan ttk - 1 Mach 7 Gas gaya akbat dpol - 1 Mach 7 Fluks Lstk Defns: banyaknya gas gaya lstk yang menembus

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengetan Koelas Koelas adalah stlah statstk yang menyatakan deajat hubungan lnea antaa dua vaabel atau lebh, yang dtemukan oleh Kal Peason pada awal 1900. Oleh sebab tu tekenal dengan

Lebih terperinci

DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN

DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN DERET BALMER DARI ATOM HIDROGEN I. Tujuan: Menentukan haga konstanta ydbeg dan spectum atom hydogen II. Teo Dasa Pengamatan menunjukan bahwa gas yang besuhu tngg memancakan cahaya dengan spectum gas yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Peluang Peluang adalah suatu nla untuk menguku tngkat kemungknan tejadnya suatu pestwa (event) akan tejad d masa mendatang yang haslnya tdak past (uncetan event). Peluang dnyatakan

Lebih terperinci

Bab 4 ANALISIS KORELASI

Bab 4 ANALISIS KORELASI Bab 4 ANALISIS KORELASI PENDAHULUAN Koelas adalah suatu alat analss yang dpegunakan untuk menca hubungan antaa vaabel ndependen/bebas dengan vaabel dpenden/takbebas. Apabla bebeapa vaabel ndependen/bebas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F )

BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR. Misalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformasi linear f L ( V, F ) 28 BAB III HASILKALI TENSOR PADA RUANG VEKTOR III.1 Ruang Dual Defns III.1.2: Ruang Dual [10] Msalkan V ruang vektor atas lapangan F. Suatu transformas lnear f L ( V, F ) dkatakan fungsonal lnear (atau

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

Ensambel Statistik Distribusi Binomial Nilai Rata-rata Sistem Spin Distribusi Probabilitas Kontinu

Ensambel Statistik Distribusi Binomial Nilai Rata-rata Sistem Spin Distribusi Probabilitas Kontinu BAB 3 Penganta Metode Statstk Ensambel Statstk Dstbs Bnomal la Rata-ata Sstem Spn Dstbs Pobabltas Kontn Rvew Bab : Konsep pobabltas sangat pentng dgnakan ntk memaham sstem makoskopk Penggnaan Konsep Pobabltas:.

Lebih terperinci

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata

BAB III BAGAN CUSUM Dasar statistik bagan kendali Cumulative Sum untuk rata-rata 3 BAB III BAGAN CUSUM 3.. Dasa statstk bagan kendal Cumulatve Sum untuk ata-ata Bagan Cusum dgunakan untuk mendeteks pegesean kecl pada mean atau vaans dalam poses oleh kaena adanya penyebab khusus secaa

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember ABSTRAK

Jurusan Fisika FMIPA Universitas Jember ABSTRAK Supyad dkk., Solus Numek Pesamaan SOLSI NERIK PERSAAAN SCRÖDINGER ATO IDROGEN DENGAN ETODE ELEEN INGGA (FINITE ELEENT ETODS) (Numecal Solutons of the Schodnge Equaton of ydogen Atom usng Fnte Element ethod)

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

, persamaan keadaan gas van der waals V

, persamaan keadaan gas van der waals V SISEM DAN ERSAMAAN KEADAANNYA 3. Keadaan sembang mekans : Sstem beada dalam keadaan sembang mekans, apabla esultan semua gaya (lua maupun dalam) adalah nol Keadaan sembang kmaw : Sstem beada dalam keadaan

Lebih terperinci

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang

ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER. gelombang de Broglie dalam kedaan tertentu alih alih sebagai suatu kuantitas yang ASAS KETIDAKPASTIAN HEISENBERG DAN PERSAMAAN SCHRODINGER a. Ketdakpastan Hesenberg a) Rumusan Umum Ketdakpastan Hesenberg Kenyataan bahwa sebuah partkel bergerak harus dpandang sebaga group gelombang de

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

Momentum sudut didefiniskan sebagai: dt dt. Momen gaya:

Momentum sudut didefiniskan sebagai: dt dt. Momen gaya: Benda Tega Moentu sudut ddefnskan sebaga: xp d F dp x dp xf d d xp d dp vxp x 0 Moen gaya: xf xp x x d dp dp Moen gaya: xf d Moen gaya : + belawanan aah jau ja - Jka seaah jau ja. d Jka F=0, tdak ada gaya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2

b. Tentukan eigenket-eigenket dari sistem tersebut sebagai kombinasi linier dari 1 dan 2 Solus UTS Mekanka Kuantum Program Stud S Fska Tanggal ujan: 6 Oktoer 7 Dosen: Muhammad Azz Majd, Ph.D. Assten: Ahmad Syahron, S.S. Soal Hamltonan seuah sstem -keadaan two states system dnyatakan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

UJI PRIMALITAS. Sangadji *

UJI PRIMALITAS. Sangadji * UJI PRIMALITAS Sangadj * ABSTRAK UJI PRIMALITAS. Makalah n membahas dan membuktkan tga teorema untuk testng prmaltas, yatu teorema Lucas, teorema Lucas yang dsempurnakan dan teorema Pocklngton. D sampng

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No. 1, 33-40, April 2001, ISSN : KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 4. No., 33-40, Aprl 00, ISSN : 40-858 KLASIFIKASI INTERAKSI GELOMBANG PERMUKAAN BERTIPE DUA SOLITON Sutmn dan Agus Rusgyono Jurusan Matematka FMIPA UNDIP Abstrak Pada

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN

PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN JIMT Vol. 4 No. Jun 07 (Hal - 0) ISSN : 450 766X PELABELAN TOTAL BUSUR-AJAIB b-busur BERURUTAN PADA GRAF LOBSTER L n (; ; t) DAN L n (;, s; t) Nujana, I W. Sudasana, dan Resnawat 3,,3 Pogam Stud Matematka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda

Week 5. Konstanta Saluran Transmisi primer dan sekunder. Konstanta kabel koax dan kabel paralel ganda Week 5 Knstanta Saluan Tansms pme dan sekunde Knstanta kabel kax dan kabel paalel ganda 1 Pada pembahasan lalu: Besaan γ dan Z da sebuah saluan tansms memankan peanan pentng pada fenmena peambatan gelmbang.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381

Bab 1 Ruang Vektor. R. Leni Murzaini/0906577381 Bab 1 Ruang Vektor Defns Msalkan F adalah feld, yang elemen-elemennya dnyatakansebaga skalar. Ruang vektor atas F adalah hmpunan tak kosong V, yang elemen-elemennya merupakan vektor, bersama dengan dua

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi

Kontrol Tracking pada Sistem Pendulum Kereta Berbasis Model Fuzzy Takagi-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modifikasi JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (15) ISSN: 337-3539 (31-971 Pnt) A-83 Kontol Tackng pada Sstem Pendulum Keeta Bebass Model Fuzzy Takag-Sugeno Menggunakan Pendekatan PDC Modfkas Nan Nu an Awab Put dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi)

Petunjuk Praktikum Fisika Dasar I. (Tumbukan Dalam Satu Dimensi) Petunjuk Praktkum Fska Dasar I (Tumbukan Dalam Satu Dmens) Dajukan Untuk Memenuh Tugas Tersruktur Mata ulah Ekspermen Fska Dasar 1 Jurusan Penddkan Fska Oleh : Muhamad Ihsanudn (0602425) JURUSAN PENDIDIAN

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2

Perumusan Ensembel Mekanika Statistik Kuantum. Part-2 Perumusan Ensembel Mekanka Statstk Kuantum Part-2 Menghtung Banyak Status Keadaan Asums : partkel tak punya spn (spnless!)-> apa konsekuensnya? Karena TAK ADA INTERAKSI maka tngkat-tngkat energy yg bsa

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan.

BAB III PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dibahas mengenai ring embedding dan faktorisasi. tunggal pada ring komutatif tanpa elemen kesatuan. BAB III PEMBAHASAN Pada bab n akan dbahas mengena rng embeddng dan faktorsas tunggal pada rng komutatf tanpa elemen kesatuan. A. Rng Embeddng Defns 3.1 (Malk et al. 1997: 318 Suatu rng R dkatakan embedded

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB I PENGUAT TRANSISTOR BJT PARAMETER HYBRID / H

BAB I PENGUAT TRANSISTOR BJT PARAMETER HYBRID / H Elektonka nalog BB I PENGUT TRNSISTOR BJT PRMETER HYBRID / H TUJUN Setela mempelaja bab n, nda daapkan dapat: Menca menca penguatan us dengan paamete Menca menca penguatan tegangan dengan paamete Menca

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk mencapai tujuan penelitian, maka diperlukan suatu metode yang 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Desan Peneltan Untuk mencapa tujuan peneltan, maka dpelukan suatu metode yang tepat aga peneltan dapat dlaksanakan dengan bak. Sebagamana yang dkemukakan oleh Mohammad

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak

MENCERMATI BERBAGAI JENIS PERMASALAHAN DALAM PROGRAM LINIER KABUR. Mohammad Asikin Jurusan Matematika FMIPA UNNES. Abstrak JURAL MATEMATIKA DA KOMUTER Vol. 6. o., 86-96, Agustus 3, ISS : 4-858 MECERMATI BERBAGAI JEIS ERMASALAHA DALAM ROGRAM LIIER KABUR Mohammad Askn Jurusan Matematka FMIA UES Abstrak Konsep baru tentang hmpunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2 Masalah Transportas Jong Jek Sang (20) menelaskan bahwa masalah transportas merupakan masalah yang serng dhadap dalam pendstrbusan barang Msalkan ada m buah gudang (sumber) yang

Lebih terperinci

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS

BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 6 BAB V INTEGRAL KOMPLEKS 5.. INTEGRAL LINTASAN Msal suatu lntasan yang dnyatakan dengan : (t) = x(t) + y(t) dengan t rl dan a t b. Lntasan dsebut lntasan tutup bla (a) = (b). Lntasan tutup dsebut lntasan

Lebih terperinci

Review Thermodinamika

Review Thermodinamika Revew hermodnamka Hubungan hermodnamka dan Mekanka tatstk hermodnamka: deskrps fenomenologs tentang sfatsfat fss sstem makroskopk dalam kesetmbangan. Phenomenologs : mendasarkan pada pengamatan emprs terhadap

Lebih terperinci

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle

Perancangan, Pembuatan dan Pengujian Omnidirectional Vehicle Peancangan, Pembuatan dan Pengujan Omndectonal Vehcle Muljowdodo dan Cahyad Setawan Laboatoum Otomas & Sstem Manufaktu Juusan Teknk Mesn FTI ITB muljo@bdg.centn.net.d, dot@tekpod.ms.tb.ac.d Rngkasan Movng

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran

BAB III PUNTIRAN. Gambar 3.1. Batang Silindris dengan Beban Puntiran BAB III PUNIRAN Ba sebatang matea mendapat beban puntan, maka seat-seat antaa suatu penampang ntang penampang ntang yang an akan mengaam pegesean, sepet dtunjukkan pada Gamba 3.1(a). Gamba 3.1. Batang

Lebih terperinci

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak

Bab 3. Teori Comonotonic. 3.1 Pengurutan Variabel Acak Bab 3 Teor Comonotonc Pada bab n konsep teor comonotonc akan dpaparkan dar awal dan berakhr pada konsep teor n untuk jumlah dar peubah - peubah acak 1. Setelah tu untuk membantu pemahaman akan dberkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusa dlahrkan ke duna dengan ms menjalankan kehdupannya sesua dengan kodrat Illah yakn tumbuh dan berkembang. Untuk tumbuh dan berkembang, berart setap nsan harus

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

07:03:18. Fisika I MAHASISWA MAMPU MENCARI KECEPATAN BENDA ATAU MAHASISWA MAMPU MENCARI PUSAT MASSA SEBUAH SISTEM MELALUI MOMENTUM SISTEM

07:03:18. Fisika I MAHASISWA MAMPU MENCARI KECEPATAN BENDA ATAU MAHASISWA MAMPU MENCARI PUSAT MASSA SEBUAH SISTEM MELALUI MOMENTUM SISTEM 07:03:8 SASARAN PEMBELAJARAN MAHASISWA MAMPU MENCARI PUSAT MASSA SEBUAH SISTEM MAHASISWA MAMPU MENCARI KECEPATAN BENDA ATAU SISTEM MELALUI MOMENTUM Konsep Dasa Moentu Huku Newton III : aks-eaks 0 Huku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Analisis regresi merupakan metode statistika yang digunakan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan metode statstka ang dgunakan untuk meramalkan sebuah varabel respon Y dar satu atau lebh varabel bebas X, selan tu juga dgunakan untuk

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi

Kecocokan Distribusi Normal Menggunakan Plot Persentil-Persentil yang Distandarisasi Statstka, Vol. 9 No., 4 47 Me 009 Kecocokan Dstrbus Normal Menggunakan Plot Persentl-Persentl yang Dstandarsas Lsnur Wachdah Program Stud Statstka Fakultas MIPA Unsba e-mal : Lsnur_w@yahoo.co.d ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

Kajian Metode Penghampiran Hartree-Fock untuk Atom-atom Ringan dan Potensi Penggunaannya untuk Atom Barium

Kajian Metode Penghampiran Hartree-Fock untuk Atom-atom Ringan dan Potensi Penggunaannya untuk Atom Barium 70 Posdng Petemuan Ilmah XXV HFI Jateng & DIY Kajan Metode Penghampan Hatee-Fock untuk Atom-atom Rngan dan Potens Penggunaannya untuk Atom Baum Eko T. Sulstyan 1,, Pekk N. 1 dan Aef Hemanto 1 1 Juusan

Lebih terperinci