PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN"

Transkripsi

1 Drs. Karso Modul 9 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK PENDAHULUAN Modul ang sekarang Anda pelajri ini adalah modul ang kesembilan dari mata kuliah Matematika Sekolah Dasar Lanjut. Adapun materi bahasanna terbagi menjadi dua bagian besar. Bagian pertama dari Kegiatan Pertama membahas tentang persamaan dengan harga mutlak. Dalam bagian ini dibahas mulai dari pengertian konsep harga mutlak, hubungan antara jarak dengan harga mutlak, persamaan dan kesamaan, sifat-sifat atau teorema-teorema harga mutlak sampai pada penerapanna dalam menelesaikan persamaan dengan satu dan dua harga mutlak. Kemudian dalam bagian kegiatan belajar ang kedua dibahas persoalan pertidaksamaan dengan harga mutlak. Topik-topik bahasanna meliputi pengertian konsep dasar pertidaksamaan, sifat-sifat pertidaksamaan, sifat-sifat pertidaksamaan harga mutlak, dan penelesaian pertidaksamaan harga mutlak. Dalam membahas sifat-sifat atau teoremateorema tentang persamaan harga mutlak dan pertidaksamaan harga mutlak dilengkapi pula dengan alternatif-alternatif pembuktianna. Materi-materi dalam modul ini ada ang menangkut materi-materi dasar seperti konsep harga mutlak, persamaan, pertidaksamaan beserta sifat-sifatna. Materi-materi ini merupakan materi-materi prasarat dalam mempelajari matematika lainna. Selain itu, dalam modul inipun banak dimuat materi-materi pendalaman untuk menambah wawasan matematika sehingga akan memantapkan pemahaman matematika lanjut lainna dan dalam menjalani pembelajaran di sekolah dasar. Perlu pula diketahui bahwa untuk mempelajari materi-materi dalam modul ini tentuna akan mempermudah Anda dalam mempelajarina, jika kita telah memahami materi-materi matematika sekolah. Selain itu tentuna pula akan sangat membantu Anda dalam memahami materi dalam modul ini jika kita telah memahami materi-materi dalam

2 modul sebelumna, termasuk materi-materi matematika dalam modul-modul program D PGSD. Secara umum tujuan instruksional ang hendak dicapai modul ini adalah mengharapkan Anda untuk dapat menjelaskan konsep harga mutlak serta dapat menerapkanna untuk mencari solusi persamaan dan pertidaksamaan harga mutlak. Sedangkan secara khusus diharapkan Anda dapat a. menjelaskan konsep harga mutlak; b. menimpulkan hubungan antara jarak dan harga mutlak; c. menerapkan sifat-sifat harga mutlak pada penelesaian masalah persamaan dengan satu harga mutlak; d. menerapkan sifat-sifat harga mutlak untuk menelesaikan persamaan dengan dua harga mutlak; e. menjelaskan pertidaksamaan harga mutlak; dan f. menentukan solusi pertidaksamaan dengan harga mutlak.

3 KEGIATAN BELAJAR PERSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK a. Harga Mutlak Dalam kehidupan sehari-hari, seringkali kita diharapkan pada permasalahan ang berhubungan dengan jarak. Misalna kita ingin menghitung jarak antara kota ang satu dengan kota ang laina, atau jarak antara dua patok tertentu. Dalam kaitanna dengan pengukuran jarak antara dua tempat ini, timbulah sesuatu keistimewaan, bahwa jarak ini hargana selalu positif. Dengan kata lain pengukuran jarak antara dua tempat nilaina tidak pernah negatif. Secara khusus, dalam matematika untuk memberikan jaminan bahea sesuatu itu nilaina selalu positif diberikanlah suatu pengertian ang sering kita namakan sebagai harga mutlak. Jadi, harga mutlak atau nilai mutlak adalah suatu konsep dalam matematika ang menatakan selalu positif. Secara matematis pengertian harga mutlak dari setiap bilangan real ang ditulis dengan simbol, ialah nilai positif dari nilai dan -. Untuk lebih jelasna lagi, kita akan merancang konsep harga mutlak dari suatu bilangan real hubunganna dengan konsep jarak secara geometri dari ke 0. Sekarang kita perhatikan penjelasan untuk jarak pada garis bilangan seperti berikut ini B Q C P A b - 0 a jarak = jarak = jarak = -b jarak = a

4 Jarak dari titik P = ke titik C = 0 adalah - 0 = Jarak dari titik Q = - ke titik C = 0 adalah 0 - (-) = Untuk a > 0, jarak dari titik A = a ke titik C = 0 adalah a - 0 = a Untuk b < 0, jarak dari titik B = a ke titik C = 0 adalah a - b = -b Untuk a > 0, jarak dari titik C = 0 ke titik C = 0 adalah 0. Kesimpulan ang didapat : Jarak ke 0 =, jika 0 = -, jika 0. Dari hubungan harga mutlak suatu bilangan real dengan konsep jarak sebagai arti geometri dari bilangan itu ke 0 adalah definisi tentang harga mutlak seperti berikut ini. Definisi Untuk setiap bilanga real, harga mutlak dari ditulis dan, -, 0 0 Gambaran lebih jelasna dapat kita perhatikan diagram seperti ang ditunjukkan oleh garis bilangan berikut ini < = - = Seperti telah disebutkan di atas, jelaslah bahwa arti geometri adalah jarak dari titik ke titik 0. Selanjutna, sebelum kita membahas beberapa sifat atau teorema beserta buktibuktina ang berkaitan dengan harga mutlak (ang lebih banak dalam bahasan pertidaksamaan harga mutlak dalam Kegiatan Belajar ), terlebih dahulu kita jelaskan beberapa contoh berikut ini.

5 Contoh. : (a) = (b) - = -(-) = (b) = (d) 0 = 0. Contoh. : (a) (b) = = 7 b. Persamaan dan Kesamaan Sebelum kita membicarakan secara panjang lebar tentang persamaan ang berkaitan dengan harga mutlak, dan baru saja kita membahas konsep harga mutlakna, maka pada kesempatan ang sekarang ini secara singkat kita akan mengingat kembali konsep persamaanna. Sebagaimana kita ketahui bahwa persamaan (equation) adalah kalimat matematika terbuka ang menatakan hubungan sama dengan (ditulis = ). Contoh. : (a). - 7 = (b) = 0 (c). = Dari ketiga contoh di atas sebagai variabelna adalah dan suku-suku konstantana atau konstanta adalah suku-suku ang tidak mengandung variabel. Pada persamaan (a) hana berlaku untuk = 5, dan pada persamaan (b) berlaku untuk = dan =. Sedangkan untuk persamaan (c) berlaku untuk = dan = -4 (akan dibahas kemudian, aitu dalam contoh 7).

6 Sebalikna, kesamaan (equalit) adalah kalimat matematika tertutup ang menatakan hubungan sama dengan, dan berlaku untuk setiap nilai pengganti variabelna. Contoh.4 : (a). ( - ) = (b). 4-9 = ( + )( - ) (c). - Jelas bahwa untuk bentuk-bentuk kesamaan selalu berlaku untuk setiap pengganti variabelna. Jadi kesamaan adalah kalimat matematika tertutup ang nilai kebenaranna selalu benar. Ada pula ang membedakan persamaan dengan kesamaan, aitu dengan memakai lambang = untuk persamaan, dan lambang untuk kesamaan. Jadi, untuk beberapa contoh kesamaan dalam contoh 4 di atas ada pula ang menulisna seperti berikut. (a). ( - ) (b). 4-9 ( + )( - ) (c). - Seperti sudah kita ketahui pula, bahwa jawaban atau penelesaian sebuah persamaan (kadang-kadang disebut pula persamaan bersarat) adalah nilai dari variabelna ang memenuhi persamaan itu. Himpunan semua pengganti variabelna disebut himpunan jawaban atau himpunan penelesaian (disingkat HP atau HJ). Persamaan-persamaan ang mempunai penelesaian ang sama dinamakan persamaan ang ekivalen. Contoh. 5 : Persamaan-persamaan - 7 = dan = 0

7 adalah persamaan-persamaan ang ekivalen, karena himpunan penelesaianna sama, aitu { 5 }. Sebuah persamaan ang diketahui dapat diubah menjadi persamaan ang ekivalen dengan persamaan ang diketahui dengan menggunakan pengerjaan-pengerjaan tertentu pada kedua ruasna. Pengerjaan-pengerjaan itu diatur oleh dalil-dalil atau teoremateorema atau sifat-sifat berikut : Teorema Jika P(), Q(), dan R() bentuk-bentuk akar dalam, maka untuk setiap nilai, ang mana P(), Q() dan R() real, kalimat terbuka P() = R() adalah ekivalen dengan tiap-tiap dari ang berikut : A.P() R() B. P(). R() P() Q() C. R() R() Q() Q(). R() R() untuk { / R() 0} Bukti A Misal r adalah jawab dari P() = Q(), maka r memenuhi P(r) = Q(r), diperoleh P(r) + R(r) = Q( r) + R(r) Ini berarti r adalah jawaban dari P() + R() = Q(r) + R() Pembuktian bagian B dan C carana sama saja dan dipersilakan kepada Anda untuk mencobana sebagai latihan. Penerapan tiap bagian dari teorema itu dinamakan Transformasi elementer. Sebuah trasformasi elementer selalu menghasilkan sebuah persamaan ang ekivalen. Namun dalam pemakaian bagian B dan C, kita harus hati-hati karena perkalian dengan nol atau pembagian dengan nol tidak diperkenankan.

8 Contoh. 5 : Selesaikanlah persamaan : () Sebelum Anda membaca penelesaianna, coba Anda kerjakan dahulu persamaan ini pada kertas lain, dan periksalah jawaban Anda memenuhi persamaan semula () atau tidak. Penelesaian : Biasana untuk memperoleh sebuah persamaan ang bebas dari pecahan, maka pemecahan persamaan () di atas dilaksanakan dengan mengalikan kedua ruasna oleh ( - ), sehingga kita dapatkan : -. - ( - ). - = ( - ) - ( - ). - + ( - ). = () = Jadi, adalah jawaban dari persamaan (). Akan tetapi jika dalam persamaan (), diganti oleh, maka diperoleh ang merupakan bentuk tidak didefinisikan. Untuk mendapatkan persamaan (), persamaan () telah dikalikan dengan ( - ), tetapi untuk = ternata ( - ) adalah nol, sehingga teorema bagian B tidak dapat kita pakai. Persamaan () tidak ekivalen dengan persamaan () untuk =. Ternata persamaan () tidak mempunai penelesaian atau himpunan penelesaianna adalah = { }.

9 Persamaan ang tidak mempunai penelesaian dinamakan persamaan palsu. Kepalsuan persamaan () akan nampak pula, jika persamaan () diselesaikan seperti berikut ini Kedua ruasna ditambah dengan -, diperoleh ( - ) ( - ) 0-0 () Dari persamaan () sudah dapat dilihat bahwa persamaan () tidak berlaku untuk =. Akan tetapi untuk, persamaan () menghasilkan pernataan - = 0 ang salah. Dalam menelesaikan sebuah persamaan kita selalu dapat mengecek apakah jawaban ang kita peroleh dari hasil perhitungan itu benar atau salah dengan cara mensubstitusikan jawaban itu ke dalam persamaan ang diberikan. Jika pernataan ang diperoleh benar, maka jawaban itu benar. Sebalikna jika pernataan ang diperoleh salah, maka jawaban kita itu salah. Jika sebuah persamaan diselesaikan dengan menggunakan transformasi elementer, maka tujuan satu-satuna mengenai pengecekan tadi ialah untuk mengetahui apakah ada kesalahan hitung dalam proses penelesaian tadi. Sebalikna, jika dalam suatu penelesaian sebuah persamaan terdapat pengerjaan ang bukan sebuah transformasi elementer, maka pengecekan tadi adalah suatu keharusan. Keadaan semacam ini akan Anda jumpai dalam menelesaikan pertidaksamaan dan persamaan irasional dalam kegiatan kita berikutna. ()

10 Dalam menelesaikan contoh soal di atas tadi nampakna seperti kita menggunakan transformasi elementer bagian B, akan tetapi kita menjabarkan sarat bahwa - 0 (ingat, pembagian dengan nol tidak didefinisikan). c. Persamaan Harga Mutlak Dalam kesempatan sekarang ini kita akan melihat bagaimana menerapkan sifatsifat harga mutlak pada penelesaian masalah persamaan. Sedangkan masalah konsep harga mutlak, pengertian persamaan dan teorema atau sifat persamaan baru saja kita pelajari. Namun sebelum kita menerapkanharga mutlak pada penelesaian persamaan terlebih dahulu kita perlu memahami beberapa teorema atau sifat dalam harga mutlak itu sendiri. Beberapa sifat dari harga mutlak akan dibicarakan dalam kesempatan sekarang sekaligus dengan penerapanna dalam persamaan, tetapi sebagian besar dari sifat-sifat harga mutlak akan kita jumpai dalam membicarakan pertidaksamaan harga mutlak dalam kegiatan belajar berikutna. Sebagaimana telah kita ketahui dalam membahas fungsi rasional (modul 5), bahwa untuk setiap bilangan real, bahwa real dan tidak negatif, dan juga jika 0 maka = karena adalah satu-satuna bilangan ang tidak negatif dan kuadratna sama dengan. Jika < 0, maka bilangan real = -, karena (-) > 0 dan (-) =. Jadi untuk setiap jika 0 = - jika < 0 (Ingat bentuk-bentuk akar dan bilangan berpangkat). Selanjutna dengan memperhatikan definisi harga mutlak dan kaitanna dengan penarikan akar di atas, kita akan melihat beberapa teorema harga mutlak, diantarana : Teorema Untuk setiap bilangan real berlaku

11 (a). - (b). - = Bukti (a) = (-) - Bukti (b) ( ) () jika 0 (-) jika () ( ) ( ) sebab () Dari () dan ():. Teorema Untuk setiap R dan R (himpunan bilangan real), maka berlaku (a).. (b) (c ) - - Bukti (a) :

12 () atau.... () Bukti (b) : atau Untuk membuktikan teorema (c) dipersilakan kepada Anda untuk mencobana sebagai latihan, dan jika Anda mengalami kesulitan atau keraguan dipersilakan untuk didiskusikan dengan teman Anda atau tutor Anda. Contoh. 6 : Carilah himpunan penelesaian dari - Penelesaian : Cara I : (- ) (kedua ruas dikuadratkan) ( + ) = ( - ) (teorema (b)) Cara II : ( ) = - (definisi)

13 ( + ) = ( - ) (kedua ruas dikuadratkan) ( + ) - ( - ) = 0 {( + ) - ( -)}{( + ) + ( - )} = 0 ( )( ) = 0 (- + 4)( - ) = = 4 atau = ab = 0 a = 0 atau b = 0 (a - b = (a - b)(a + b)) Perlu diketahui, bahwa langkah pertama, aitu kedua ruas dikuadratkan bukanlah sebuah transformasi elementer, karenana kita perlu melakukan pengecekan untuk mengetahui jangan-jangan ada kesalahan hitung dalam proses penelesaian tadi. Untuk = 4 maka = 5 5 = 5 (untuk nilai = 4 memenuhi) Untuk = maka Jadi, HP = { / = 4 } 5 5 (untuk = tidak memenuhi) Catatan : Dari contoh. 6 di atas dapat memetik suatu pengalaman ang sangat berharga, aitu pada waktu kita mengkuadratkan kedua ruas dari persamaan tersebut. Hal ini tentuna kita masih ingat, bahwa untuk mencari himpunan penelesaian dari persamaan ang variabelna di bawah tanda akar, diperlukan teorema berikut :

14 Jika U() dan V() ungkapan-ungkapan dalam, maka himpunan penelesaian dari U() = V() adalah himpunan bagian dari himpunan penelesaian {u()} n = { V() } n untuk tiap-tiap N (himpunan bilangan asli). Persamaan ang kedua ini biasana mempunai kelebihan jawab dari persamaan ang pertama. Kelebihan jawab atau kelebihan penelesaian ini disebut penelesaian ang termasuk dan bukan penelesaian dari persamaan ang pertama. Jika a = b maka a = b. Namun sebalikna, jika a = b, maka belum tentu a = b. Sebagai contoh = (-), tetapi - Jika = maka = 9. Persamaan = 9 mempunai penelesaian dan -. Penelesaian ang kedua ini bukanlah penelesaian dari =. Karena persamaan ang kedua dalam teorema di atas tidak ekivalen dengan persamaan ang pertama, maka penelesaian dari persamaan ang kedua harus diisikan dalam persamaan ang pertama untuk mengecek penelesaian itu memenuhi persamaan pertama atau tidak. Penggunaan teorema itu bukanlah sebuah transformasi elementer. Contoh 7 : Penelesaian : Carilah himpunan penelesaian dari persamaan berikut Cara I. mengingatkan bahawa (menurut definisi) + = jika + 0 dan - ( + ) = jika + < 0 ang ekivalen dengan = jika - dan = -4 jika < - Jadi : = dan = -4

15 Berarti himpunan penelesaianna atau HP = {, -4 } Penelesaian : Cara II. () ( ) (definisi) ( + ) = 9 (kedua ruas dikuadratkan) + + = = 0 ( - )( + 4) = 0 = atau = - 4 Karena kedua jawaban ini memenuhi persamaan (), maka HP = {, -4 }. Selanjutna untuk lebih memantapkan pemahaman Anda tentang materi kegiatan belajar ini, cobalah Anda kerjakan soal-soal latihan berikut ini.. Hitunglah - - (4-7) - -. Carilah himpunan penelesaian 5. Carilah himpunan penelesaian Buktikanlah, bahwa untuk setiap bilangan real dan berlaku 5. Carilah himpunan penelesaian - 4. Setelah Anda mencoba menelesaikan soal-soal latihan di atas, bandingkanlah jawabanna dengan petunjuk alternatif jawaban berikut.. - (4-7) (-)

16 dengan menggunakan definisi harga mutlak : + = 5 jika + 0 dan -( + ) = 5 jika + < 0 = jika - dan = - 7 jika < - Jadi, = atau = - 7, atau HP = {, - 7 } () Jika 0 dan atau 5 maka = 5 atau = 0 = 5 (). Jika 0 dan - 5 < 0 atau < 5 Atau maka - ( - 5) = 5 0 = 0 banak jawab { 0 < 5 }. (). Jika < 0 dan atau 5 Atau - + ( - 5) = 5-5 = 5 tidak ada jawab. (4). Jika < 0 dan atau ( - 5) = 5 - = 0

17 = 0 Jadi = 5 atau 0 < 5 atau = 0 HP = { / 0 < 5 } (dalam hal ini tentuna R). 4. Bukti : (i) Diketahui Buktikan : = Bukti : = = = (ii) Diketahui = Buktikan : Bukti : = = Jdi : = () Jika - 0 dan dan 4 4 maka - = = 4

18 = - HP =. Atau (). Jika - 0 dan 4 + < 0 dan < 4 maka - = -(4 + ) - = -4-6 = - = HP =. Atau (). Jika - < 0 dan dan 4 4 < maka -( - ) = = = = Atau HP= { / = }. (4). Jika - < 0 dan 4 + < 0 < dan < 4 < maka - ( - ) = - (4 + ) - + = -4 - = -4 = - HP = { / = - }.

19 Dari berbagai kemungkinan (), (), () atau (4), kita dapatkan = dan = -. Jadi : HP {, - }. Setelah Anda mempelajari kegiatan belajar ang pertama dari buku materi pokok ini, buatlah rangkumanna kemudian bandingkan dengan alternatif rangkuman berikut. Rangkuman. Untuk setiap bilangan ( R), harga mutlak dari ditulis dan, -, 0 0. Persamaan adalah kalimat matematika terbuka ang memuat tanda sama dengan ( = ), sedangkan kesamaan adalah kalimat matematika tertutup ang memuat tanda sama dengan ( = ).. Jika P(), Q(), dan R() bentuk-bentuk akar dalam, maka kalimat terbuka P() = R() adalah ekivalen dengan tiap-tiap dari ang berikut : A.P() R() B. P(). R() P() Q() C. R() R() Q() Q(). R() R() 4. Untuk setiap R berlaku. 5. Jika U() dan V() ungkapan-ungkapan dalam, maka himpunan penelesaian dari U() = V() adalah himpunan bagian dari himpunan penelesaian {u()} n = { V() } n untuk tiap-tiap N (himpunan bilangan asli). 6. Untuk setiap R dan R berlaku (a). = - (b). - = (c)..

20 (d). (e). - - (f). TES FORMATIF Untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda, kerjakanlah soal-soal Tes Formatif berikut dengan memberi tanda silang (X) di muka pernataan ang benar.. - A. - B. - + B. + D Jika <, maka - A. - B. - C. + D (- 5) A. 7 B. 4 C. D A. B. C. 7 D Untuk setiap R, berlaku - =

21 A. B. - C. D. A, B dan C salah 6. Untuk setiap a, b R berlaku a - b A. a b B. b - a C. - a - b D. A, B dan C salah 7. Himpunan penelesaian dari persamaan 5 A. C., 5, B. D., 5, Himpunan penelesaian dari persamaan 4 5 A., - C., B., - D. 9. Himpunan penelesaian dari persamaan ( -) 7 8 A. { 6 } B. { 6, } 6 C. { 6 8 } D. 0. Himpunan penelesaian dari persamaan - 5 A. { - 4, 4 } B. { 4, -4 } C. { - 4, -4 D. { 4, 4 }

22 Selanjutna cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif ang terdapat di bagian akhir Materi Pokok ini. Hitunglah jumlah jawaban Anda ang benar. Kemudian gunakan rumus di bawah ini untuk mengetahui tingkat penguasaan Anda terhadap materi Kegiatan Belajar. jumlah jawaban Anda ang benar Tingkat penguasaan = 00% 0 Arti tingkat penguasaan ang Anda capai : 90% - 00% = Baik sekali 80% - 89% = Baik 70% - 79% = Cukup 70% = Kurang. Kalau Anda mencapai tingkat penguasaan 80% ke atas, Anda dapat meneruskanna pada Kegiatan Belajar kedua. Bagus! Tetapi bila tingkat penguasaan Anda masih di bawah 80%, Anda harus mengulangi Kegiatan Belajar, terutama bagian ang belum Anda kuasai. Selamat belajar, semoga berhasil. KEGIATAN BELAJAR PERTIDAKSAMAAN DENGAN HARGA MUTLAK a. Pertidaksamaan

23 Pertidaksamaan merupakan topik ang sangat penting baik dalam teori maupun dalam pengerjaan soal-soal matematika, termasuk hubunganna dengan harga mutlak. Oleh karena itu sifat-sifat dan aplikasina perlu kita pelajari dengan baik. Sebelum kita mempelajari pertidaksamaan dengan harga mutlak ang merupakan kelanjutan dari kegiatan belajar pertama (Persamaan dengan Harga Mutlak), maka terlebih dahulu kita mengingat kembali konsep-konsep dasar pertidaksamaanna. Seperti telah kita ketahui, bahwa pertidaksamaan adalah kalimat matematika terbuka ang memuat ungkapan tidak sama dengan, lebih dari (lebih besar dari), lebih dari atau sama dengan, kurang dari (lebih kecil dari), kurang dari atau sama dengan. Contoh. (a) (b) < (c) 5 (d) (e) -, dan sebagaina untuk setiap, R (himpunan bilangan real). Seperti pada persamaan dalam pertidaksamaan tidak berlaku untuk setiap pengganti variabelna. Nilai-nilai variabel ang memenuhi pertidaksamaan disebut penelesaian, dan himpunan semua pengganti variabel ang menebabkan pertidaksamaan itu menjadi kalimat tertutup ang benar disebut himpunan penelesaian dari pertidaksamaan. Sebalikna, suatu pertidaksamaan mutlak atau pertidaksamaan absolut adalah suatu pertidaksamaan ang selalu benar untuk setiap nilai pengganti variabelna. Pertidaksamaan mutlak ini sering pula disebut ketidaksamaan dan tentuna ketidaksamaan ini merupakan kalimat matematika tertutup. Contoh :

24 (). ( - ) 0 (). X + > + () < 0 (4). -( - ) 0 (5) Selain itu ada pula suatu pertidaksamaan ang selalu salah untuk setiap pengganti variabelna ang disebut pertidaksamaan palsu. Contoh : (). X + 0 (). X + + (). ( - ) < 0 (4). - - b. Sifat-sifat Pertidaksamaan Seperti halna dalam persamaan, untuk menelesaikan suatu pertidaksamaan kita memerlukan sifat-sifat berikut ang lazim disebut dalil atau teorema. Teorema 4 Jika P(), Q(), dan R() adalah ungkapan-ungkapan dalam, maka untuk semua harga-harga, P(), Q(), dan R() ang real, kalimat terbuka P() < Q() adalah ekivalen dengan tiap-tiap dari ang berikut : A. P() + R() < Q() + R() B. P(). R() < Q(). R() B. P(). R() Q(). R() P() Q() untuk { / R() > 0 } C. R() R() D.P(). R() Q(). R() P() Q() E. R() R() untuk { / R() < 0 }

25 demikian pula untuk kalimat terbuka P() Q() adalah ekivalen dengan kalimat-kalimat terbuka dari bentuk A sampai bentuk E dengan mengganti < (atau >) dengan (atau ) dengan sarat ang sama pula, aitu R() > 0 dan R() < 0 seperti di atas. Sekarang akan kita buktikan bagian D, ang lainna diserahkan kepada Anda sebagai latihan. Bukti D : Misalkan r adalah jawab dari P() < Q() dengan R() < 0 maka : P(r) < Q(r) adalah benar untuk bilangan-bilangan real P(r) dan Q(r). Karena R(r) semua bilangan real negatif, maka menurut dalil dalam bilangan real (jika a < b dan c < 0, maka ac > bc) mengatakan bahwa Ini menunjukkan bahwa r adalah jawab dari P(r). R(r) > Q(r). R(r) P(r). R(r) > Q(r). R(r) Sebalikna, jika r adalah jawab dari R(r) < 0, maka menurut dalil dalam bilangan real seperti di atas tadi menatakan bahwa : ang ekivalen dengan. P(r). R(r) <. Q(r). R(r) R(r) R(r) P(r) < Q(r) Ini menatakan bahwa r adalah jawab dari P() < Q(). Karena tiap jawab dari P() < Q() adalah jawab dari P(). R(r) > Q(). R() dengan sarat R() < 0 dan sebalikna, maka kedua bentuk kalimat ini adalah ekivalen. Teorema 4 di atas dapat kita artikan sebagai berikut : A. Jika kedua ruas suatu pertidaksamaan ditambah dengan bilangan ang sama, maka diperoleh sebuah pertidaksamaan baru ang ekivalen dengan pertidaksamaan semula.

26 B dan C. Jika kedua ruas suatu pertidaksamaan dikalikan dengan atau dibagi oleh sebuah bilangan positif ang sama, maka diperoleh sebuah pertidaksamaan baru ang ekivalen dengan pertidaksamaan semula. D dan E. Jika kedua ruas suatu pertidaksamaan dikalikan dengan atau dibagi oleh sebuah bilangan negatif ang sama, maka diperoleh sebuah pertidaksamaan baru ang ekivalen dengan pertidaksamaan semula tetapi tanda pertidaksamaan ang baru harus dibalik.. c. Pertidaksamaan Harga Mutlak Dalam kesempatan sekarang ini, kita akan mempelajari bagaimana menerapkan sifat-sifat harga mutlak untuk menelesaikan masalah pertidaksamaan ang memuat harga mutlak. Karenana sebelum kita menggunakan sifat-sifat harga mutlak tersebut terlebih dahulu kita harus memahami sifat-sifat harga mutlakna. Sebelum membahas sifat-sifat, teorema-teorema atau dalil-dalil harga mutlak, tentuna kita masih ingat konsep awal ang telah diuraikan secara rinci dalam kegiatan belajar pertama. Dalam uraian tersebut didefinisikan, bahwa untu setiap R, harga mutlak (nilai mutlak) dari ditulis, dan =, jika 0 = -, jika < 0. Selain itu kita pun telah memahmi pula, bahwa untuk setiap = (lihat materi bahasan kegiatan belajar pertama dalam modul ini). R ternata Berdasarkan konsep-konsep dasar harga mutlak tersebut kita telah pula menurunkan beberapa teorema baik ang berkaitan langsung dengan harga mutlak maupun dengan konsep-konsep persamaan dan pertidaksamaan (Teorema sampai dengan teorema 4). Khusus dalam kesempatan sekarang ini, kita akan melihat beberapa teorema harga mutlak berikut ini ang terkait dengan konsep-konsep pertidaksamaan, dan tentuna berangkat dari konsep-konsep awal ang telah kita sebutkan di atas. Teorema 5

27 Jika R, a R, dan a > 0, maka < a, jika dan hana jika -a < < a. Untuk membuktikan teorema ini harus dibuktikan dua bagian, aitu : (). Jika < a, maka -a < < a. (). Jika -a < < a, maka < a. Bukti : Untuk tiap R, 0. Karena a > 0, maka -a < 0 Jadi untuk tiap, -a <. Sekarang kita pandang dulu untuk 0. Dalam hal ini, =. Karena -a <, =, dan < a, maka -a < < a (terbukti). Sekarang kita pandang untuk < 0 Dalam hal ini = -. Karena -a <, = -, dan < a, maka -a < - < a. Kalikan dengan (-), diperoleh a> > -a atau -a < < a (terbukti). Bukti : Karena -a < < a, maka ini berarti -a < dan < a. Kita pandang untuk 0. Akibatna =, sedangkan < a Jadi, < a (terbukti). Sekarang kita pandang untuk < 0.

28 Akibatna = - atau - =., atau = -. Dari = - dan -a < didapatkan -a < -. Kalikan dengan (-) diperoleh : a > atau < a (terbukti). Teorema 6 Jika R, a R, dan a > 0, maka > a, jika dan hana jika < -a atau > a. mencobana. Buktina dipersilakan kepada para pembaca ang mempelajarina untuk Contoh : Penelesaian : Carilah himpunan penelesaian dari pertidaksamaan. Menurut teorema 5, Jika dan hana jika - < + < Tiap ruas ditambah dengan -, didapat -4 < < Jadi himpunan penelesaianna { / -4 < < } Himpunan penelesaian dapat pula ditulis dengan menggunakan simbul irisan : { / > -4 } { / < }. Contoh : Cari himpunan penelesaian dari. Penelesaian :

29 Menurut teorema 6 : Jika dan hana jika + - atau +. Dua pertidaksamaan ini menghasilkan -4 atau. Jadi himpunan penelesaianna { / -4 atau }. Himpunan penelesaianna dapat pula distulis dengan menggunakan simbul gabungan { / -4 } { / }. Cara lain dalam menelesaikan soal-soal seperti di atas ini dan ang banak dipakai di sekolah lanjutan ialah dengan cara menguadratkan kedua ruasna. Hal ini disebabkan kedua teorema di atas (teorema 5 dan teorema 6) pada umumna tidak diberikan di sekolah lanjutan. Teorema 7 Untuk setiap R,. Bukti : Jika 0, maka = (definisi) Jika < 0, maka <, sebab 0 Jadi dalam hal ini. Teorema 8 Jika R, R, maka (). - ().

30 Bukti : Menurut teorema 7 di atas dan - - =. Juga - - = dan dengan menjumlahkan didapat : - + dan (- + ) = - ( - ) + Menurut teorema 8 bagian. - (terbukti) Bukti : Menurut teorema 8 bagian - (-) - menurut teorema (a) : = -, maka. (terbukti) Akibat dari dalil ini, ada beberapa dalil berikut ini : (a). - (b). - - z z - buktina diserahkan kepada pembaca untuk mencobana sebagai latihan. Perlu pula diketahui, bahwa cara-cara pembuktianna dapat berbeda-beda, ang penting dapat diperlihatkan langkah pembuktianna berdasarkan definisi atau teoremateorema ang lainna. Contoh 4 Selesaikanlah - Penelesaian Cara I -

31 -( - ) < + < - (teorema 5) - < + < - -< dan < - { semua } { / < - } HP = { / < - } Penelesaian Cara II ( ) - ( + ) < ( - ) < < -5 < - HP = { / < - } Penelesaian Cara III - (). X + < - jika + 0 atau () -( + ) < - jika + < 0 (). X < - jika -, atau (definisi) (). - < jika < - ().- - atau (). X < -

32 { / - - } { / < - } atau { / - } Contoh 5 Selesaikanlah Penelesaian Cara (). + 7 > 4-8 atau (teorema 6) () + 7 < (). + 7 > < < 4-8 < < 4-8 dan 4-8 < + 7 > 7 dan < 5 < < 5 7 (). + 7 > < - ( + 7) + 7 < 4-8 < - ( + 7) + 7 < 4-8 dan 4-8 < < -5 dan 7 < - >5 dan < 7 Himpunan penelesaianna adalah

33 () atau () () () { 7 < < 5 } Penelesaian Cara II ( + 7) > (4-8) > > < 0 (7 - )( - 5) < 0 Kemungkinanna (). 7 - > 0 dan - 5 < 0 (). 7 - < 0 dan - 5 > 0 (). 7 - > 0 dan - 5 < 0 > < 5 7 < < 5 7 (). 7 - < 0 dan - 5 > 0 < 7 > 5 Himpunan penelesaianna () (), aitu { / 7 < < 5 }

34 Selanjutna untuk lebih memahami materi-materi pertidaksamaan harga mutlak ini, silakan Anda mencoba mengerjakan soal-soal dalam latihan berikut ini.. Carilah himpunan penelesaian dari pertidaksamaan harga mutlak Carilah himpunan penelesaian Buktikanlah, bahwa untuk setiap,, z R berlaku - - z z - 4. Selesaikanlah Selesaikanlah 5 -. Setelah Anda mencoba mengerjakan soal-soal latihan di atas, bandingkanlah jawabanna dengan petunjuk alternatif jawaban berikut Penelesaian Cara I : Menurut Teorema jika dan hana jika (kedua ruas ditambah dengan 5) HP = { / 9 } Penelesaian Cara II : Menurut definisi harga mutlak () jika - 5 > 0 dan () -( - 5) 4 jika - 5 < () 9 jika > 5 dan () jika < 5 Jadi 9 dan, atau 9, atau HP = { { / 9 } Penelesaian Cara I : Menurut Teorema 5-6 < - 0 < 6 4 < < 6 (). 4, jika 0 (). - atau 4, jika 0

35 (). ().- 4 4, jika atau -, jika HP = { / < < 4 } { / -4 < < - } Penelesaian Cara II : Menurut teorema 5-6 < - 0 < 6 4 < < 6 (). 6 (). dan (). 4 dan 4 atau - < < 4 atau -4 < < - HP = { / < < 4 } { / -4 < < - }.. - z - z - (Ditambah z - z = 0) ().- 4 = ( - z) (z- ) (assosiatif) atau : - z z - (Teorema 8) - z - 4. Menurut teorema 6 5. z - z - z - z - z - (Teorema 8) - Jika dan hana jika + < -5 atau + > < - 7 atau > HP = { / < - 7 } { / < } Penelesaian Cara I 5 -.

36 (Teorema 5) (). - (). - 5 dan () ( 5) - > atau - < > - atau > -6 5 HP = { / > -6 } () > + 5 atau - < > 6 atau 5 < -4 < -6 4 atau < - 5 HP = { / < }. Dari () dan () : atau { / > -6 } { / < } { / -6 < < < }. Penelesaian Cara II 5 -. ( 5) ( -) ( + 5) < ( - ) < < 0 (5 + 4)( + 6) < 0 Kemungkinanna : () > 0 dan + 6 < 0 atau () < 0 dan + 6 > 0 () > 0 dan + 6 < 0 4 > - dan < -6 5

37 () < 0 dan + 6 > 0 4 < - dan > < < Dari () dan () atau { / -6 < } { / -6 < } Jadi himpunan penelesaianna { / -6 < } Untuk menelesaikan dengan cara ang ketiga dengan menggunakan definisi harga mutlak, dipersilakan kepada para pembaca untuk mencobana. Setelah Anda mempelajari kegiatan belajar ang kedua dari buku materi pokok ini, buatlah rangkumanna kemudian bandingkan dengan alternatif rangkuman berikut. Rangkuman. Pertidaksamaan adalah kalimat matematika terbuka ang memuat ungkapan >,, <, atau. Sedangkan ketidaksamaan atau pertidaksamaan mutlak (absolut) adalah pertidaksamaan ang selalu benar untuk setiap nilai pengganti variabelna. Suatu pertidaksamaan ang selalu salah untuk setiap pengganti variabelna disebut pertidaksamaan palsu.. Jika P(), Q(), dan R() adalah ungkapan-ungkapan dalam, maka untuk semua hargaharga, P(), Q(), dan R() ang real, kalimat terbuka P() < Q() adalah ekivalen dengan tiap-tiap dari ang berikut : A. P() + R() < Q() + R() B. P(). R() < Q(). R() B. P(). R() Q(). R() P() Q() C. R() R() untuk { / R() > 0 } D.P(). R() Q(). R() P() Q() E. R() R() untuk { / R() < 0 }

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan

Unit 2 KONSEP DASAR ALJABAR. Clara Ika Sari Pendahuluan Unit KONSEP DASAR ALJABAR Clara Ika Sari Pendahuluan P ada unit ini kita akan mempelajari beberapa konsep dasar dalam aljabar seperti persamaan dan pertidaksamaan ang berbentuk linear dan kuadrat, serta

Lebih terperinci

PENDAHULUAN KALKULUS

PENDAHULUAN KALKULUS . BILANGAN REAL PENDAHULUAN KALKULUS Ada beberapa jenis bilangan ang telah kita kenal ketika di bangku sekolah. Bilangan-bilangan tersebut adalah bilangan asli, bulat, cacah, rasional, irrasional. Tahu

Lebih terperinci

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan

MAT. 03 Persamaan dan Ketidaksamaan MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan i Kode MAT. 0 Persamaan dan Ketidaksamaan + = - 5 6 - - + = BAGIAN PROYEK PENGEMBANGAN KURIKULUM DIREKTORAT PENDIDIKAN MENENGAH KEJURUAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1

BAB I PRA KALKULUS. Nol. Gambar 1.1 BAB I PRA KALKULUS. Sistem bilangan ril.. Bilangan ril Sistem bilangan ril adalah himpunan bilangan ril dan operasi aljabar aitu operasi penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian. Biasana bilangan

Lebih terperinci

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran.

Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika. F (x) = f(x) dx dan f (x) dinamakan integran. 4 INTEGRAL Definisi 4.0. Fungsi F disebut anti turunan (integral tak tentu) dari fungsi f pada himpunan D jika untuk setiap D. F () f() Fungsi integral tak tentu f dinotasikan dengan f ( ) d dan f () dinamakan

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan Real

Himpunan dan Sistem Bilangan Real Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Real Drs. Sardjono, S.U. PENDAHULUAN M odul himpunan ini berisi pembahasan tentang himpunan dan himpunan bagian, operasi-operasi dasar himpunan dan sistem bilangan

Lebih terperinci

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN

Bilangan Real. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Bilangan Real S PENDAHULUAN Drs. Soemoenar emesta pembicaraan Kalkulus adalah himpunan bilangan real. Jadi jika akan belajar kalkulus harus paham terlebih dahulu tentang bilangan real. Bagaimanakah

Lebih terperinci

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus

Bab. Persamaan Garis Lurus. Pengertian Persamaan Garis Lurus Gradien Menentukan Persamaan Garis lurus Bab Sumb er: Scien ce Enclopedia, 997 Persamaan Garis Lurus Dalam suatu perlombaan balap sepeda, seorang pembalap mengauh sepedana dengan kecepatan tetap. Setiap 5 detik, pembalap tersebut menempuh jarak

Lebih terperinci

kkkk EKSPONEN 1. SIMAK UI Matematika Dasar 911, 2009 A. 4 2 B. 3 2 C. 2 D. 1 E. 0 Solusi: [B] 2. SIMAK UI Matematika Dasar 911, 2009 Jika x1

kkkk EKSPONEN 1. SIMAK UI Matematika Dasar 911, 2009 A. 4 2 B. 3 2 C. 2 D. 1 E. 0 Solusi: [B] 2. SIMAK UI Matematika Dasar 911, 2009 Jika x1 kkkk. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009... EKSPONEN A. 4 B. C. D. E. 0 Solusi: [B]. SIMAK UI Matematika Dasar 9, 009 Jika dan merupakan akar-akar persamaan 6, maka... A. B. C. D. E. Solusi: [C] 6 6 0. SIMAK

Lebih terperinci

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER

MATEMATIKA BISNIS BAB 2 FUNGSI LINIER MATEMATIKA BISNIS BAB FUNGSI LINIER Hikmah Agustin, S.P.,MM DEFINISI FUNGSI Fungsi adalah hubungan matematis antara suatu variabel dengan variabel lainna. Unsur-unsur pembentukan fungsi : 1. Variabel Variabel

Lebih terperinci

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar

Bab I. Fungsi Dua Peubah atau Lebih. Pengantar Bab I Fungsi Dua Peubah atau Lebih Pengantar Seperti halna dengan fungsi satu peubah kita dapat mendefinisikan fungsi dua peubah atau lebih sebagai pemetaan dan sebagai pasangan berurut.fungsi dengan peubah

Lebih terperinci

BENTUK-BENTUK ALJABAR

BENTUK-BENTUK ALJABAR BENTUK-BENTUK ALJABAR (Pembelajaran Matematika SMP) Oleh : H. Karso FPMIPA UPI A. Kalimat Matematika dalam Bentuk Aljabar Serta Unsur-unsurnya Dalam pelajaran matematika pengertian kalimat matematika dibedakan

Lebih terperinci

F u n g s i. Modul 3 PENDAHULUAN

F u n g s i. Modul 3 PENDAHULUAN Modul 3 F u n g s i Drs. Wahu Widaat, M.Ec D PENDAHULUAN alam ilmu ekonomi, kita selalu berhadapan dengan variabel-variabel ekonomi seperti harga, pendapatan nasional, tingkat bunga, dan lainlain. Hubungan

Lebih terperinci

Persamaan Diferensial Orde Satu

Persamaan Diferensial Orde Satu Modul Persamaan Diferensial Orde Satu P PENDAHULUAN Prof. SM. Nababan, Ph. ersamaan Diferensial (PD) adalah salah satu cabang matematika ang banak digunakan untuk menjelaskan masalah-masalah fisis. Masalahmasalah

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP Nama Sekolah : SMP Negeri 3 Singaraja Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : VIII / Ganjil Alokasi Waktu : 2 40 menit A. Standar Kompetensi Memahami Sistem

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. yang sejajar dengan garis yang diberikan tersebut. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers

Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Bab 6 Sumber: Let s Learn about Korea, 00 Fungsi Komposisi dan Fungsi Invers Setelah mempelajari bab ini, Anda harus mampu menggunakan konsep, siat, dan aturan ungsi komposisi dalam pemecahan masalah;

Lebih terperinci

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN

Fungsi Peubah Banyak. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Fungsi Peubah Banak Prof. Dr. Bambang Soedijono PENDAHULUAN D alam modul ini dibahas masalah Fungsi Peubah Banak. Dengan sendirina para pengguna modul ini dituntut telah menguasai pengertian mengenai

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN

PERTIDAKSAMAAN PECAHAN PERTIDAKSAMAAN PECAHAN LESSON Pada topik sebelumnya, kalian telah mempelajari topik tentang konsep pertidaksamaan dan nilai mutlak. Dalam topik ini, kalian akan belajar tentang masalah pertidaksamaan pecahan.

Lebih terperinci

Bab 4. Sistem Persamaan Linier dan Variabel. Standar Kompetensi

Bab 4. Sistem Persamaan Linier dan Variabel. Standar Kompetensi Bab 4 Sistem Persamaan Linier dan Variabel Standar Kompetensi Memahami sistem persamaan linear dua variabel, dan menggunakanna dalam pemecahan masalah Kompetensi Dasar.1 Menelesaikan sistem persamaan linear

Lebih terperinci

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear

PERSAMAAN KUADRAT. Persamaan. Sistem Persamaan Linear Persamaan Sistem Persamaan Linear PENGERTIAN Definisi Persamaan kuadrat adalah kalimat matematika terbuka yang memuat hubungan sama dengan yang pangkat tertinggi dari variabelnya adalah 2. Bentuk umum

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI BALONGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Kode. Dok PBM. Edisi/Revisi A/ Tanggal 7 Juli 7 Halaman dari 8 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci

MATEMATIKA. Sesi PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN. ax + by c

MATEMATIKA. Sesi PROGRAM LINEAR CONTOH SOAL A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN. ax + by c MATEMATIKA KELAS XII - KURIKULUM GABUNGAN 07 Sesi N PROGRAM LINEAR A. BENTUK UMUM PERTIDAKSAMAAN LINEAR a + b c CONTOH SOAL 1. Ubahlah 4-4 kedalam bentuk umumna 4 - -4 B. MENGGAMBAR DAERAH PERTIDAKSAMAAN

Lebih terperinci

SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini.

SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK. Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini. SOAL DAN JAWABAN TENTANG NILAI MUTLAK Tentukan himpunan penyelesaian dari persamaan nilai Mutlak di bawah ini. Jawaban: Bentuk-Bentuk persamaan nilai mutlak di atas dapat diselesaikan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK

BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK Matematika Peminatan SMA kelas X Kurikulum 2013 BAB I PERTIDAKSAMAAN RASIONAL, IRASIONAL & MUTLAK I. Pertidaksamaan Rasional (Bentuk Pecahan) A. Pengertian Secara umum, terdapat empat macam bentuk umum

Lebih terperinci

E-learning matematika, GRATIS

E-learning matematika, GRATIS A. Pengertian Matriks Editor Penusun : Sulistowati, S.Pd. ; Sumani, S.Pd. : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si.. Pengertian Matriks dan Ordo Matriks Matriks ang

Lebih terperinci

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS

MATEMATIKA TEKNIK 1 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS MATEMATIKA TEKNIK 3 SKS TEKNIK ELEKTRO UDINUS BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu bilangan

Lebih terperinci

Himpunan dan Sistem Bilangan

Himpunan dan Sistem Bilangan Modul 1 Himpunan dan Sistem Bilangan Dr. Wahyu Widayat H PENDAHULUAN impunan adalah bagian dari Matematika yang bahannya pernah Anda pelajari. Materi tersebut akan dibahas sehingga Anda menjadi lebih memahami

Lebih terperinci

Matematika Teknik 1, Bab 3 BAB III LIMIT. (Pertemuan ke 4)

Matematika Teknik 1, Bab 3 BAB III LIMIT. (Pertemuan ke 4) BAB III LIMIT (Pertemuan ke 4) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini dibahas tentang limit, antara lain mengenai pengertian limit secara intuisi/tak formal, pengertian persis tentang limit, pengkajian

Lebih terperinci

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU

BAB 1 PERSAMAAN DIFERENSIAL ORDER SATU BAB PERSAAA DIFERESIAL ORDER SATU PEDAHULUA Persamaan Diferensial adalah salah satu cabang ilmu matematika ang banak digunakan dalam memahami permasalahan-permasalahan di bidang fisika dan teknik Persamaan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS

BAB 1. PENDAHULUAN KALKULUS BAB. PENDAHULUAN KALKULUS (Himpunan,selang, pertaksamaan, dan nilai mutlak) Pembicaraan kalkulus didasarkan pada sistem bilangan nyata. Sebagaimana kita ketahui sistem bilangan nyata dapat diklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dibahas beberapa konsep dasar ang akan digunakan sebagai landasan berpikir seperti beberapa teorema dan definisi ang berkaitan dengan penelitian ini. Dengan begitu

Lebih terperinci

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT

SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) ABSTRACT SYARAT PERLU DAN SYARAT CUKUP MATRIKS CLEAN PADA M 2 (Z) Miftakhul Rohmah 1, Sri Gemawati 2, Asli Sirait 2 1 Mahasiswa Program Studi S1 Matematika 2 Dosen Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak

BAB IV PERTIDAKSAMAAN. 1. Pertidaksamaan Kuadrat 2. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak BAB IV PERTIDAKSAMAAN 1. Pertidaksamaan Kuadrat. Pertidaksamaan Bentuk Pecahan 3. Pertidaksamaan Bentuk Akar 4. Pertidaksamaan Nilai Mutlak 86 LEMBAR KERJA SISWA 1 Mata Pelajaran : Matematika Uraian Materi

Lebih terperinci

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan.

yang tak terdefinisikan dalam arti keberadaannya tidak perlu didefinisikan. 3 Gariis Lurus Dalam geometri aksiomatik/euclide konsep garis merupakan salah satu unsur ang tak terdefinisikan dalam arti keberadaanna tidak perlu didefinisikan. Karakteristik suatu garis diberikan pada

Lebih terperinci

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus

Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Modul 1 Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis Lurus Drs. Sukirman, M.Pd. D alam Modul Pertama ini, kita akan membahas tentang Sistem Koordinat Kartesian Tegak Lurus dan Persamaan Garis

Lebih terperinci

BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN

BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN STANDAR KOMPETENSI: BAB 4 PERSAMAAN LINGKARAN Menusun persamaan lingkaran dan garis singgungna. KOMPETENSI DASAR Menusun persamaan lingkaran ang memenuhi persaratan ang ditentukan Menentukan persamaan

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI

MODUL MATEMATIKA II. Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI MODUL MATEMATIKA II Oleh: Dr. Eng. LILYA SUSANTI DEPARTEMEN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL KATA PENGANTAR Puji sukur kehadirat Allah SWT

Lebih terperinci

2 Akar Persamaan NonLinear

2 Akar Persamaan NonLinear 2 Akar Persamaan NonLinear Beberapa metoda untuk mencari akar ang telah dikenal adalah dengan memfaktorkan atau dengan cara Horner Sebagai contoh, untuk mencari akar dari persamaan 2 6 = 0 ruas kiri difaktorkan

Lebih terperinci

E-learning matematika, GRATIS

E-learning matematika, GRATIS Penusun : Afifatuz Zahro, S.Pd. Editor : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. Pendahuluan Modul ini menajikan standart kompetensi Memecahkan Masalah Yang Berkaitan

Lebih terperinci

Sistem Persamaan Linier FTI-UY

Sistem Persamaan Linier FTI-UY BAB V Sistem Persamaan Linier Salah satu hal penting dalam aljabar linear dan dalam banak masalah matematika terapan adalah menelesaikan suatu sistem persamaan linear. Representasi Sistem Persamaan Linear

Lebih terperinci

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK

INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK INTERVAL, PERTIDAKSAMAAN, DAN NILAI MUTLAK Departemen Matematika FMIPA IPB Bogor, 2012 (Departemen Matematika FMIPA IPB) Kalkulus I Bogor, 2012 1 / 19 Topik Bahasan 1 Sistem Bilangan Real 2 Interval 3

Lebih terperinci

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih

Mata Pelajaran Wajib. Disusun Oleh: Ngapiningsih Mata Pelajaran Wajib Disusun Oleh: Ngapiningsih Disklaimer Daftar isi Disklaimer Powerpoint pembelajaran ini dibuat sebagai alternatif guna membantu Bapak/Ibu Guru melaksanakan pembelajaran. Materi powerpoint

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN

matematika WAJIB Kelas X PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL K-13 A. PENDAHULUAN K-1 Kelas X matematika WAJIB PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan linear

Lebih terperinci

Relasi, Fungsi, dan Transformasi

Relasi, Fungsi, dan Transformasi Modul 1 Relasi, Fungsi, dan Transformasi Drs. Ame Rasmedi S. Dr. Darhim, M.Si. M PENDAHULUAN odul ini merupakan modul pertama pada mata kuliah Geometri Transformasi. Modul ini akan membahas pengertian

Lebih terperinci

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi

3.2 Teorema-Teorema Limit Fungsi . Teorema-Teorema Limit Fungsi Menghitung it fungsi di suatu titik dengan menggunakan definisi dan pembuktian seperti ang telah diuraikan di atas adalah pekerjaan rumit. Semakin rumit bentuk fungsina,

Lebih terperinci

Bagian 2 Turunan Parsial

Bagian 2 Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial Bagian Turunan Parsial mempelajari bagaimana teknik dierensiasi diterapkan untuk ungsi dengan dua variabel atau lebih. Teknik dierensiasi ini tidak hana akan diterapkan untuk ungsi-ungsi

Lebih terperinci

Aljabar 1. Modul 1 PENDAHULUAN

Aljabar 1. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Aljabar 1 Drs. H. Karso, M.Pd. PENDAHULUAN M odul yang sekarang Anda pelajari adalah modul yang pertama dari mata kuliah Materi Kurikuler Matematika SMA. Materi-materi yang disajikan dalam modul

Lebih terperinci

Melukis Grafik Irisan Kerucut Tanpa Transformasi Sumbu-sumbu Koordinat

Melukis Grafik Irisan Kerucut Tanpa Transformasi Sumbu-sumbu Koordinat JURNAL PENDIDIKAN MATEMATIKA VOLUME NOMOR JANUARI 0 Melukis Grafik Irisan Kerucut Tanpa Transformasi Sumbu-sumbu Koordinat La Arapu (Lektor pada Program Pendidikan Matematika FKIP Universitas Haluoleo)

Lebih terperinci

A. Persamaan Kuadrat dan Fungsi Kuadrat. Salah satu akar persamaan kuadrat ( a ) (3a ) 3a 0 adalah, maka akar lainna adalah. Nilai m ang memenuhi agar persamaan kuadrat ( m ) (m ) ( m ) 0 mempunai dua

Lebih terperinci

MODUL BAB 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS. Standar Kompetensi: 2. Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi

MODUL BAB 2 KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS. Standar Kompetensi: 2. Menentukan komposisi dua fungsi dan invers suatu fungsi MODUL BAB KOMPOSISI FUNGSI DAN FUNGSI INVERS Standar Kompetensi:. Menentukan komposisi dua ungsi dan invers suatu ungsi Kompetensi Dasar. Menentukan komposisi ungsi dari dua ungsi. Menentukan invers suatu

Lebih terperinci

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK

Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik. Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tinjauan Tentang Fungsi Harmonik Oleh : Atmini Dhoruri Jurusan Pendidikan Matematika FMIPA UNY ABSTRAK Tujuan penulisan ini untuk mengkaji tentang pengertian fungsi harmonik, fungsi harmonik konjugat pada

Lebih terperinci

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI

BAB I. SISTEM KOORDINAT, NOTASI & FUNGSI BAB I. SISTEM KRDINAT, NTASI & FUNGSI (Pertemuan ke 1 & 2) PENDAHULUAN Diskripsi singkat Pada bab ini akan dijelaskan tentang bilangan riil, sistem koordinat Cartesius, notasi-notasi ang sering digunakan

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN

PERTIDAKSAMAAN PERTIDAKSAMAAN A. Pengertian 1. Notasi Pertidaksamaan Misalnya ada dua bilangan riil a dan b. Ada beberapa notasi yang bisa dibuat yaitu: a. a dikatakan kurang dari b, ditulis a b jika dan hanya jika a

Lebih terperinci

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA

FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA FUNGSI TRIGONOMETRI, FUNGSI EKSPONENSIAL, dan FUNGSI LOGARITMA Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kalkulus 1 Dosen Pengampu : Muhammad Istiqlal, M.Pd Disusun Oleh : 1. Sufi Anisa (23070160086)

Lebih terperinci

Bagian 1 Sistem Bilangan

Bagian 1 Sistem Bilangan Bagian 1 Sistem Bilangan Dalam bagian 1 Sistem Bilangan kita akan mempelajari berbagai jenis bilangan, pemakaian tanda persamaan dan pertidaksamaan, menggambarkan himpunan penyelesaian pada selang bilangan,

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Real. Apa yang dimaksud dengan bilangan real, rasional dan bilangan irasional?

Sistem Bilangan Real. Apa yang dimaksud dengan bilangan real, rasional dan bilangan irasional? Oleh: Endang Ded Sistem Bilangan Real Apa ang dimaksud dengan bilangan real, rasional dan bilangan irasional? Bilangan Real adalah bilangan-bilangan ang merupakan gabungan dari bilangan rasional dan bilangan

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN IRASIONAL. Tujuan Pembelajaran

PERTIDAKSAMAAN IRASIONAL. Tujuan Pembelajaran Kurikulum Kelas matematika PEMINATAN PERTIDAKSAMAAN IRASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut.. Memahami definisi dan bentuk umum pertidaksamaan

Lebih terperinci

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear

Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI POKOK Persamaan dan Pertidaksamaan Linear MATERI BAHASAN : A. Persamaan Linear B. Pertidaksamaan Linear Modul.MTK X 0 Kalimat terbuka adalah kalimat matematika yang belum dapat ditentukan nilai

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN

PEMERINTAH PROVINSI JAWA BARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI 1 BALONGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA ARAT DINAS PENDIDIKAN SMK NEGERI ALONGAN RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN Kode. Dok PM.0 Edisi/Revisi A/0 Tanggal 7 Juli 07 Halaman dari 9 RENCANA PELAKSANAAN PEMELAJARAN (RPP)

Lebih terperinci

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat

Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Modul 1 Fungsi Linear dan Fungsi Kuadrat Drs. Susiswo, M.Si. K PENDAHULUAN ompetensi umum yang diharapkan, setelah mempelajari modul ini, adalah Anda dapat memahami konsep tentang persamaan linear dan

Lebih terperinci

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout

Penulis Penelaah Materi Penyunting Bahasa Layout Penulis Clara Ika Sari Budhayanti Josef Tjahjo Baskoro Edy Ambar Roostanto Bitman Simanullang Penelaah Materi M. Syaifuddin Penyunting Bahasa Yumiati Layout Renaldo Rhesky N Kata Pengantar Pendidikan Jarak

Lebih terperinci

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran

PERTIDAKSAMAAN RASIONAL. Tujuan Pembelajaran Kurikulum 1 Kelas matematika PEMINATAN PERTIDAKSAMAAN RASIONAL Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami definisi pertidaksamaan rasional..

Lebih terperinci

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih

KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT. Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih KAJIAN MODEL EPIDEMIK SIR DETERMINISTIK DAN STOKASTIK PADA WAKTU DISKRIT Oleh: Arisma Yuni Hardiningsih 126 1 5 Dosen Pembimbing: Dra. Laksmi Prita Wardhani, M.Si Jurusan Matematika Fakultas Matematika

Lebih terperinci

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS

ANALISA VARIABEL KOMPLEKS ANALISA VARIABEL KOMPLEKS Oleh: BUDI NURACHMAN, IR BAB I BILANGAN KOMPLEKS Dengan memiliki sistem bilangan real R saja kita tidak dapat menelesaikan persamaan +=0. Jadi disamping bilangan real kita perlu

Lebih terperinci

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b

Perhatikan skema sistem bilangan berikut. Bilangan. Bilangan Rasional. Bilangan pecahan adalah bilangan yang berbentuk a b 2 SISTEM BILANGAN Perhatikan skema sistem bilangan berikut Bilangan Bilangan Kompleks Bilangan Real Bilangan Rasional Bilangan Irasional Bilangan Bulat Bilangan Pecahan Bilangan bulat adalah bilangan yang

Lebih terperinci

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP

MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN SEMSTER GENAP MODUL MATEMATIKA XI IPA SUKU BANYAK SMA SANTA ANGELA TAHUN PELAJARAN 05 06 SEMSTER GENAP STANDAR KOMPETENSI 4. Menggunakan aturan sukubanyak dalam penyelesaian masalah. KOMPETENSI DASAR 4. Menggunakan

Lebih terperinci

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN

Integral Tak Tentu. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Integral Tak Tentu M PENDAHULUAN Drs. Hidayat Sardi, M.Si odul ini akan membahas operasi balikan dari penurunan (pendiferensialan) yang disebut anti turunan (antipendiferensialan). Dengan mengikuti

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral i Darpublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat, akar, dan logaritma. RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Nama Sekolah : SMA Mata Pelajaran : Matematika Kelas / Semester : X (Sepuluh) / Ganjil Standar Kompetensi : 1. Memecahkan masalah yang berkaitan dengan bentuk pangkat,

Lebih terperinci

BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nxn ke dalam hasil

BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nxn ke dalam hasil BAB V DIAGONALISASI DAN DEKOMPOSISI MATRIKS. Diagonalisasi Sub bab ini membahas tentang faktorisasi matriks A berorde nn ke dalam hasil kali berbentuk PDP, di mana D adalah matriks diagonal. Jika diperoleh

Lebih terperinci

Selamat Belajar dan Bekerja!

Selamat Belajar dan Bekerja! i M Tinjauan Mata Kuliah ata Kuliah Pembelajaran Matematika SD (PDGK4406) dengan bobot 3 sks merupakan mata kuliah yang akan membekali Anda dengan pengetahuan dan keterampilan yang akan membantu Anda dalam

Lebih terperinci

BAB V. PERTIDAKSAMAAN

BAB V. PERTIDAKSAMAAN BAB V. PERTIDAKSAMAAN Pengertian: Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka dimana ruas kiri dan kanannya dihubungkan dengan tanda pertidaksamaan > (lebih dari), < (kurang dari), (lebih besar dari dan sama

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR Kegiatan Belajar Mengajar 2 PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR Drs.Zainuddin, M.Pd Kegiatan belajar mengajar 2 ini akan membahas tentang persamaan dan pertidaksamaan linear. Kegiatan belajar mengajar

Lebih terperinci

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN

BILANGAN MODUL PERKULIAHAN MODUL PERKULIAHAN BILANGAN Sistem bilangan real Operasi pada bilangan bulat Operasi pada bilangan pecahan Sifat-sifat bilangan berpangkat Operasi bilangan berpangkat Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode

Lebih terperinci

Pecahan Parsial (Partial Fractions)

Pecahan Parsial (Partial Fractions) oki neswan (fmipa-itb) Pecahan Parsial (Partial Fractions) Diberikan fungsi rasional f (x) p(x) q(x) f (x) r(x) : Jika deg p deg q; maka r (x) ^p (x) q(x) ; dengan deg r < deg q: p (x) q (x) r (x) ^p (x)

Lebih terperinci

Peta Kompetensi Mata Kuliah Geometri Analitik Bidang dan Ruang (PEMA4317) xiii

Peta Kompetensi Mata Kuliah Geometri Analitik Bidang dan Ruang (PEMA4317) xiii ix G Tinjauan Mata Kuliah eometri Analitik merupakan suatu bidang studi dari hasil perkawinan antara Geometri dan Aljabar. Kita telah mengetahui bahwa himpunan semua titik pada suatu garis lurus berkorespondensi

Lebih terperinci

Program Linear. Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan. Sistem Pertidaksamaan Linear B. Program Linear

Program Linear. Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan. Sistem Pertidaksamaan Linear B. Program Linear Bab w. me da li.c om : er mb Su ww Program Linear Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan ang banak digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Misalna, program

Lebih terperinci

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN

Matriks. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Matriks Drs. H. Karso, M. M.Pd. M PENDAHULUAN odul pertama dari mata kuliah Aljabar Linear ini merupakan materi prasyarat untuk mempelajari konsep-konsep dalam Aljabar Linear berikutnya. Pendahuluan

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Teori Himpunan Drs. Sukirman, M.Pd. M PENDAHULUAN odul ini memuat pembahasan teori himpunan dan himpunan bilangan bulat. Teori himpunan memuat notasi himpunan, relasi dan operasi dua himpunan atau

Lebih terperinci

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA

matematika PEMINATAN Kelas X PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN K13 A. PERSAMAAN EKSPONEN BERBASIS KONSTANTA K1 Kelas X matematika PEMINATAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN EKSPONEN TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami bentuk-bentuk persamaan

Lebih terperinci

E-learning matematika, GRATIS

E-learning matematika, GRATIS 1 Penusun Editor : Rifan Nadhifi, S.Si. ; Imam Indra Gunawan, S.Si. : Drs. Keto Susanto, M.Si. M.T. ; Istijab, S.H. M.Hum. Imam Indra Gunawan, S.Si. A. Sistem Pertidaksamaan Linear Pertidaksamaan linear

Lebih terperinci

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL

SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL LA - WB (Lembar Aktivitas Warga Belajar) SISTEM PERSAMAAN LINEAR, KUADRAT DAN PERTIDAKSAMAAN SATU VARIABEL Oleh: Hj. ITA YULIANA, S.Pd, M.Pd MATEMATIKA PAKET C TINGKAT V DERAJAT MAHIR 1 SETARA KELAS X

Lebih terperinci

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner)

B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN. Bilangan Kompleks. Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) 1 B I L A N G A N 1.1 SKEMA DARI HIMPUNAN BILANGAN Bilangan Kompleks Bilangan Nyata (Riil) Bilangan Khayal (Imajiner) Bilangan Rasional Bilangan Irrasional Bilangan Pecahan Bilangan Bulat Bilangan Bulat

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaratno Sudirham Studi Mandiri Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Darpublic Hak cipta pada penulis, SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Grafik, Diferensial dan Integral Oleh: Sudaratmo Sudirham Darpublic,

Lebih terperinci

Modul 04 Pertidaksamaan

Modul 04 Pertidaksamaan Modul 04 Pertidaksamaan 4.1. Pengertian Pertidaksamaan Pertidaksamaan adalah kalimat terbuka yang menggunakan tanda ketidaksamaan () dan mengandung variabel. Menyelesaikan suatu pertidaksamaan

Lebih terperinci

Konsep Dasar Perhitungan Numerik

Konsep Dasar Perhitungan Numerik Modul Konsep Dasar Perhitungan Numerik Drs. Mulyatno, M.Si. D PENDAHULUAN alam mata kuliah Kalkulus, Aljabar Linear, Persamaan Diferensial Biasa, dan mata kuliah lainnya, dapat Anda pelajari berbagai metode

Lebih terperinci

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN

BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN BAB II TAUTOLOGI DAN PRINSIP-PRINSIP PEMBUKTIAN 2.1 Pendahuluan Pada bab ini akan dibicarakan rumus-rumus tautologi dan prinsip-prinsip pembuktian yang tidak saja digunakan di bidang matematika, tetapi

Lebih terperinci

Geri Achmadi Dwi Gustanti Dani Wildan Hakim Willi Sutanto

Geri Achmadi Dwi Gustanti Dani Wildan Hakim Willi Sutanto Geri Achmadi Dwi Gustanti Dani Wildan Hakim Willi Sutanto Hak Cipta pada Departemen Pendidikan Nasional Dilindungi Undang-undang Mahir Matematika untuk Kelas XII SMA/MA Program Bahasa Penulis : Geri Achmadi

Lebih terperinci

Bab. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Pengertian SPLDV Penyelesaian SPLDV Penerapan SPLDV

Bab. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel. Pengertian SPLDV Penyelesaian SPLDV Penerapan SPLDV Bab Sumb er: Science Encylopedia, 1997 Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Harga 3 buku tulis dan pensil adalah Rp13.00,00, sedangkan harga 5 buku tulis dan pensil adalah Rp15.000,00. Dapatkah kamu menghitung

Lebih terperinci

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS

ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS ANALISIS REAL 1 SUMANANG MUHTAR GOZALI KBK ANALISIS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2010 2 KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam. Shalawat serta salam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini. kembangkan cara berfikir logis, sistematis, dan kritis.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini. kembangkan cara berfikir logis, sistematis, dan kritis. BAB I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Matematika sebagai salah satu ilmu dasar, memegang peranan penting dalam mempercepat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini disebabkan karena, matematika merupakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS)

LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) ANALISIS MATERI KOMPETENSI SISWA SMP (SILABUS) LAMPIRAN A : SILABUS KTSP KLS VII SEMESTER GANJIL SEKOLAH KELAS MATA PELAJARAN SEMESTER BILANGAN Standar Kompetensi KOMPETENSI DASAR 1.1 Melakukan operasi hitung bilangan bulat. : SMP : VII : MATEMATIKA

Lebih terperinci

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Pengantar Kalkulus. Pertemuan - 1

Respect, Professionalism, & Entrepreneurship. Pengantar Kalkulus. Pertemuan - 1 Mata Kuliah Kode SKS : Kalkulus : CIV-101 : 3 SKS Pengantar Kalkulus Pertemuan - 1 Kemampuan Akhir ang Diharapkan : Mahasiswa mampu menjelaskan sistem bilangan real Mahasiswa mampu menelesaikan pertaksamaan

Lebih terperinci

Tinjauan Mata Kuliah

Tinjauan Mata Kuliah i M Tinjauan Mata Kuliah ata kuliah Kalkulus 1 diperuntukkan bagi mahasiswa yang mempelajari matematika baik untuk mengajar bidang matematika di tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah

Lebih terperinci

Sistem Bilangan Ri l

Sistem Bilangan Ri l Sistem Bilangan Riil Sistem bilangan N : bilangan asli Z : bilangan bulat Q : bilangan rasional R : bilangan real N : 1,,,. Z :,-,-1,0,1,,.. Q : a q =, a, b Z, b 0 b R = Q Irasional Contoh Bil Irasional,,π

Lebih terperinci

Rchmd: rls&fngs-smk2004 1

Rchmd: rls&fngs-smk2004 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Apabila kita cermati, hampir semua fenomena ang terjadi di jagad raa ini mengikuti hukum sebab akibat. Adana pergantian siang dan malam adalah sebagai akibat dari perputaran

Lebih terperinci

Program Linear. Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan. Sistem Pertidaksamaan Linear B. Program Linear

Program Linear. Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan. Sistem Pertidaksamaan Linear B. Program Linear Bab w. me da li.c om : er mb Su ww Program Linear Program linear merupakan salah satu bidang matematika terapan ang banak digunakan untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Misalna, program

Lebih terperinci

3. Gabungan Fungsi Linier

3. Gabungan Fungsi Linier 3. Gabungan Fungsi Linier Sudaratno Sudirham Fungsi-fungsi linier banak digunakan untuk membuat model dari perubahanperubahan besaran fisis. Perubahan besaran fisis mungkin merupakan fungsi waktu, temperatur,

Lebih terperinci