Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

dokumen-dokumen yang mirip
PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

SUATU KLAS BILANGAN BULAT DAN PERANNYA DALAM MENGKONSTRUKSI BILANGAN PRIMA

BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

KARAKTERISTIK POHON FUZZY

MENYELESAIKAN PERSAMAAN DIFFERENSIAL BILANGAN BULAT DAN BILANGAN RASIONAL

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

RINGKASAN SKRIPSI MODUL PERKALIAN

3.1 TEOREMA DASAR ARITMATIKA

BAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB II LANDASAN TEORI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

Deret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL

2.1 Bilangan prima dan faktorisasi prima

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

BAB II LANDASAN TEORI

UJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure

OSN 2014 Matematika SMA/MA

Sifat-sifat Nilai Eigen dan Vektor Eigen Matriks atas Aljabar Maxplus

BEBERAPA SIFAT QUASI-IDEAL MINIMAL PADA RING TRANSFORMASI LINEAR 1

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

BAB IV Solusi Numerik

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

MENENTUKAN TURUNAN DAN SIFAT-SIFAT TURUNAN DARI FUNGSI 1/f(x) DAN h(x)/f(x) ABSTRACT

MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor

Teori Bahasa Formal dan Automata

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

Penggunaan Metode Bagi Dua Terboboti untuk Mencari Akar-akar Suatu Persamaan

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

Teori Bahasa Formal dan Automata

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

BAB II LANDASAN TEORI

INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR

PENINGKATAN EFISIENSI & EFEKTIFITAS PENGOLAHAN DATA PERCOBAAN PETAK BERJALUR

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

3. Sebaran Peluang Diskrit

( x) LANDASAN TEORI. ω Ω ke satu dan hanya satu bilangan real X( ω ) disebut peubah acak. Ρ = Ρ. Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang

Proses Keputusan Markovian

DISTRIBUSI PROBABILITAS DISKRIT TEORITIS 1. Distribusi Seragam Diskrit

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Graf dengan 4 node dan 5 edge

BAB III METODE SCHNABEL

Lecture Notes Teori Bahasa dan Automata

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB 2 TEORI PENUNJANG

VIGOTIP SUBSTITUTION CIPHER

mungkin muncul adalah GA, GG, AG atau AA dengan peluang masing-masing

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

Analisis Varians = Analysis of Variance = ANOVA

VARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL

ANALISIS PERBANDINGAN KOMULAN TERHADAP BEBERAPA JENIS DISTRIBUSI KHUSUS Analysis of Comulans Comparative on some Types of Special Distribution

IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA

PERENCANAAN JUMLAH TENAGA PERAWAT DI RSUD PAMEKASAN MENGGUNAKAN RANTAI MARKOV

PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN

PELABELAN SUPER SISI AJAIB PADA GRAF MULTI STAR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Teori Bahasa Formal dan Automata

tidak mempunyai fixed mode terdesentralisasi, dapat dilakukan dengan memberikan kompensator terdesentralisasi. Fixed mode terdesentralisasi pertama

SOLUSI BAGIAN PERTAMA

FUNGSI BANTU NONPARAMETRIK BARU UNTUK MENYELESAIKAN OPTIMASI GLOBAL

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

Solusi Pengayaan Matematika Edisi 16 April Pekan Ke-4, 2005 Nomor Soal:

MAT. 12. Barisan dan Deret

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

Aplikasi Simulator Mesin Turing Pita Tunggal

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

APLIKASI METODE FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING (FMCDM) UNTUK OPTIMALISASI PENENTUAN LOKASI PROMOSI PRODUK

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

TEORI BAHASA DAN AUTOMATA

PENYELESAIAN MASALAH PENGAMBILAN DAN PENGIRIMAN DENGAN KENDALA WAKTU MENGGUNAKAN TEKNIK PEMBANGKITAN KOLOM. Oleh: FAJAR DELLI WIHARTIKO G

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

SOLUSI KESTABILAN PADA MASALAH MULTIPLIKATIF PARAMETRIK (STABILITY SOLUTION OF PARAMETRIC MULTIPLICATIVE PROBLEMS)

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM

NOTASI SIGMA. Lambang inilah yang disebut sebagai SIGMA, but please remove. the exaggerated flower around it! Hahaha...

Bilangan Bulat. Modul 1 PENDAHULUAN

Transkripsi:

Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 0 Bandung 4032, Indonesia husni.munaya@students.itb.ac.id Abstra Ada banya cara untu menyelesaian suatu permasalahan matematia yang berhubungan dengan persoalan pembutian, salah satunya adalah indusi matematia. Indusi matematia merupaan metode yang digunaan untu membutian ebenaran dari suatu proposisi yang berhubungan dengan bilangan bulat. Pada teori automata, metode ini sering digunaan untu membutian proposisi yang ada. Pada maalah ini, aan dijelasan bagaimana cara mengubah deterministic finite automata menjadi espresi reguler dengan bantuan indusi matematia. Kata unci DFA, espresi reguler, indusi matematia I. PENDAHULUAN Finite automata merupaan suatu mesin abstra dalam bentu model matematia yang bertugas untu menerima masuan berupa himpunan simbol, dan emudian menentuan apaah masuan itu terdapat pada bahasa yang didefinisian oleh finite automata tersebut. Bahasa yang dapat didefinisian oleh finite automata disebut bahasa reguler. Finite Automata sangat berguna untu memodelan sebuah perangat eras maupun perangat luna. Salah satu apliasinya pada perangat luna adalah lexical analyzer, salah satu omponen ompilator yang bertugas untu mengubah umpulan arater menjadi sebuah toen. Karater Toen + Penjumlahan = penugasan / pembagian 8 Bilangan bulat Operator lebih > dari sum identifier Ahir dari ; statement. Tabel.: Lexical anlyzer, bertugas untu mengubah umpulan arater menjadi toen. A. Deterministic Finite Automata Deterministic finite automata merupaan salah satu lasifiasi dari finite automata. Diataan deterministi arena pada setiap simbol masuan hanya ada satu state yang dapat dituju dari state sebelumnya. Deterministic finite automata, yang seterusnya aan ita singat menjadi DFA, terdiri atas lima omponen (Q,,δ,q 0,F), yang dalam hal ini: Q adalah himpunan state berhingga. adalah himpunan simbol masuan berhingga. δ adalah fungsi transisi. Fungsi ini menerima state dan simbol masuan sebagai argumen dan menghasilan sebuah state. q 0 adalah state awal, merupaan anggota Q. F adalah state ahir. F merupaan himpunan bagian dari Q. Mendesripsian DFA dengan notasi seperti di atas teradang menyulitan. Ada dua cara yang lebih mudah untu digunaan, yaitu. Diagram transisi, yaitu sebuah graf seperti pada gambar.. 2. Tabel transisi, seperti pada tabel.2. start 0 2 Gambar.: DFA (diagram transisi) yang menerima string yang mempunyai setidanya satu simbol 0. State 0 q 0 q 0 q *q q q 0, Tabel.2: DFA (tabel transisi) yang menerima string yang mempunyai setidanya satu simbol 0 Maalah IF220 Matematia Disrit Sem. I Tahun 204/205

B. Espresi Reguler Selain mendefinisian bahasa dengan cara membuat seumpulan state, seperti yang dilauan oleh DFA, ada cara lain untu mendefinisian suatu bahasa, yaitu espresi reguler. Espresi reguler merupaan cara aljabar untu mendesripsian suatu bahasa. Contohnya adalah 0* + 0*, yaitu espresi yang mendefinisian bahasa yang terdiri dari simbol yang diiuti oleh sejumlah simbol 0 atau simbol 0 yang diiuti oleh sejumlah simbol. Espresi reguler sangat berperan penting pada dunia omputasi, espresi tersebut digunaan pada beberapa mesin pencari dan perangat luna pengolah ata. Espresi reguler juga merupaan suatu fitur penting yang terdapat dalam beberapa bahasa pemrograman, seperti Java, Python dan C++. Espresi reguler mampu untu mendefinisian bahasa yang didesripsian oleh finite automata, yaitu bahasa reguler. Espresi reguler memilii beberapa operasi, yaitu. Union bahasa L dan M, dilambangan oleh L M. Contohnya, Jia L = {0,0,00} dan M = {0,}, Maa L M= {0,0,0,,00}. yaitu:. Basis Pada tahap ini, ita aan membutian bahwa P(n) bernilai benar untu n=i, yang pada hal ini i adalah basis. Untu basis, biasanya digunaan i=0 atau i=, tergantung pada permasalahan yang dihadapi. 2. Langah Indusi Langah indusi menunjuan jia P(n) bernilai benar, maa P(n+) juga benar untu setiap n i, i adalah basis. Indusi matematia mempunyai efe yang sama dengan domino sebagaimana diilustrasian pada gambar 2.. Jia batu e- pada domino rubuh, maa pasti batu e- + aan iut rubuh hingga ahirnya semua domino rubuh. Begitu pula dengan indusi matematia, jia P(n) benar, maa P(n+) juga benar. 2. Konatenasi dari bahasa L dan M, dilambangan oleh L M, atau dapat juga ditulis LM. Contohnya, Jia L = {,} dan M = {0,0}, maa LM = {0,0,0,0}. 3. Klosur dari bahasa L, dilambangan dengan L*, merepresentasian bahasa dari himpunan string yang dapat dibentu dengan mengambil anggota himpunan yang ada pada L, dan menyambungnya. Contohnya, jia L = {0,}, maa L* adalah semua string yang mempunyai simbol 0 dan. Jia L={0,}, maa L* adalah semua string yang mempunyai simbol berpasangan. Misalna,0,00. Dari etiga operator tersebut, operator losur memilii tingat prioritas yang paling utama, prioritas selanjutnya adalah operator onatenasi, dan yang terahir operator union. II. DASAR TEORI 2. Definisi Indusi Matematia Indusi matematia merupaan metode pembutian yang digunaan untu membutian proposisi yang berhubungan dengan bilangan bulat. Dengan menggunaan indusi matematia, ita dapat mengurangi langah-langah pembutian bahwa semua bilangan bulat termasu e dalam suatu himpunan ebenaran dengan hanya sejumlah langah terbatas. 2.2 Pembutian dengan Indusi Matematia Indusi matematia dapat digunaan untu membutian pernyataan mengenai bilangan bulat n. Misal P(n) adalah suatu pernyataan mengenai bilangan bulat. Kita ingin membutian bahwa pernyataan P(n) berlau untu semua bilangan bulat positif n. Terdapat dua langah untu menyelesaian permasalahan di atas, + +n Gambar 2. : Jia domino e- rubuh, maa domino e- + dan selanjutnya aan iut rubuh. Sebagai contoh, ita aan membutian proposisi beriut dengan metode indusi matematia. Butian bahwa jumlah n bilangan ganjil positif pertama adalah n 2 Langah penyelesaian. Basis: Untu n=, jumlah satu bilangan ganjil positif pertama adalah 2 =. Hal tersebut benar arena jumlah satu bilangan ganjil positf pertama adalah. 2. Langah indusi: Asumsian pernyataan P(n) benar, yaitu: +3+5+ +(2n-)=n 2 Kita juga harus memperlihatan bahwa P(n+) benar, yaitu +3+5+ +(2n-)+(2n+)=(n+) 2 Hal tersebut dapat ditunjuan sebagai beriut: +3+5+ +(2n-)+(2n+)= [+3+5+ +(2n-)] + (2n + ) = n 2 + 2n + = (n + ) 2 Maalah IF220 Matematia Disrit Sem. I Tahun 204/205

Karena langah basis dan langah indusi telah diperlihatan benar, maa pernyataan tersebut benar, yaitu jumlah n bilangan ganjil positif pertama adalah n 2. III. MENGUBAH DFA MENJADI EKSPRESI REGULER DFA dan espresi reguler mendesripsian bahasa yang sama, yaitu bahasa reguler. Oleh arena itu, ita dapat mengataan bahwa jia L = L(A) untu suatu DFA A, maa terdapat espresi reguler sehingga L = L(R). Berdasaran teorema tersebut, ita aan mencoba untu mengubah DFA menjadi espresi reguler. A. K-Paths Misalan A mempunyai state dengan nomor {,2,,n} untu sebuah bilangan bulat positif n. Dengan mengubah nama state dari DFA tersebut, pembutian dengan indusi aan lebih mudah arena ita dapat menganggap state tersebut sebagai n bilangan bulat positf pertama. Kemudian ita aan membuat sebuah espresi reguler yang menggambaran lintasan yang dapat ditempuh oleh DFA A. Lintasan yang aan ita buat ini dinamaan dengan -paths. K-paths merupaan sebuah lintasan yang dapat dibentu pada graf suatu DFA A yang intermediate statenya tida melebihi. Gambar 3.: DFA A. Untu memahami lebih dalam tentang -paths, mari ita lihat gambar 3.. DFA A terdiri atas 3 state, oleh arena itu, ita dapat membuat -paths dengan = 0 hingga = 3. 0-paths dari state 2 e state 3: R = 0. -paths dari state 2 e state 3: R = 0+. 2-paths dari state 2 e state 3: R = *+0+* Kita aan menggunaan -paths untu mengubah DFA menjadi epresi reguler dengan indusi matematia B. Indusi Dengan K-Paths 0 0 0 3 Kita aan menggunaan notasi Rij sebagai nama dari espresi reguler yang bahasanya adalah himpunan string w, yang pada hal ini w adalah -paths dari state i menuju state j. Beriut adalah definisi indutif untu membangun espresi reguler tersebut: Basis : = 0, yaitu Rij 0. Karena state dimulai dari anga, lintasan yang harus diambil tida boleh memilii intermediate state sama seali. Lintasan yang memenuhi ondisi seperti di atas adalah: 2. Sisi dari simpul (state) e simpul j. 2. Lintasan dengan panjang 0 yang hanya terdiri dari simpul i. Oleh arena itu, ita dapat menyimpulan bahwa pada DFA A dan simbol masuan a terdapat beberapa emunginan sebagai beriut: Jia tida ada fungsi transisi untu simbol a, maa Rij 0 = Ø. Jia ada fungsi transisi untu simbol a, maa Rij 0 = a. Jia ada fungsi transisi untu simbol a, a,, a maa Rij 0 = a + a 2 + + a. Untu asus i = j, lintasan yang dimunginan adalah lintasan dengan panjang 0 dan lintasan yang menuju dirinya sendiri. Lintasan dengan panjang 0 disimbolan oleh ε Langah Indusi: Asumsian bahwa ada lintasan - paths dari state i e state j. Untu hal ini, ada dua asus yang dapat dipertimbangan:. Lintasan tersebut tida melalui state. Pada asus ini, espresi reguler yang mendesripsian lintasan tersebut adalah R ij. 2. Lintasan tersebut melalui state setidanya satu ali. Kita dapat membagi lintasan tersebut menjadi beberapa bagian, seperti yang digambaran pada gambar 3.2. Bagian pertama adalah lintasan dari state i yang langsung menuju pada state. Lintasan ini didesripsian oleh R i Yang edua adalah bagian yang menggambaran lintasan dari state, menuju dirinya sendiri sebanya nol atau lebih. Lintasan ini didesripsian oleh (R )* Bagian etiga merupaan lintasan dari state yang menuju state j. Lintasan ini didesripsian oleh R j Ketiga bagian tersebut sudah mencaup semua lintasan yang dimunginan dari state i menuju state j. Lintasan menuju i Lintasan yang tida melewati Lintasan dari menuju beberapa ali Lintasan dari menuju j j Gambar 3.2: Semua emunginan lintasan yang dapat ditempuh dari state i e state j. Maalah IF220 Matematia Disrit Sem. I Tahun 204/205

Secara singat, untu pergi dari state i e state j, ita secara langsung dapat menuju e state j atau ita dapat pergi e state yang lebih besar dari j, misalan. Pada state ita mungin saja menuju embali e state beberapa ali, lalu setelah itu ita menuju state j. Hal tersebut dapat didesripsian oleh espresi reguler beriut: R ij = R ij + R i (R )* R j Searang, ita aan coba untu mengubah DFA yang ada pada gambar. menjadi espresi reguler. DFA ini menerima input yang setidanya memilii satu 0. Mengapa? Karena untu mencapai state ahir, DFA harus menerima masuan simbol 0 pada saat berada di state awal. Tabel di bawah adalah basis untu membentu espresi reguler. R ε + R 2 0 R 2 Ø R 22 ε + 0 + Tabel 3.: Langah basis, yaitu R ij Selanjutnya, ita aan melauan langah indusi. Espresi yang aan dibagun pada tahap ini adalah R ij () = R ij + R i (R )*R j R 2 () 0 + (ε + )(ε + )*0 *0 R 2 () Ø + Ø(ε + )*(ε + ) Ø R 22 () (ε + 0 + ) + Ø(ε + )0 ε + 0 + Tabel 3.2: Langah indusi tahap, yaitu R ij () Pada tahap ini, ita melauan penyederhanaan terhadap espresi reguler. Penyederhanaan dilauan untu memudahan peerjaan ita, jia tida, espresi yang dihasilan aan sangat panjang dan sulit untu dibaca serta merepotan. Penyederhanaan pada R 2 () dan R 22 () bergantung pada aturan operasi espresi reguler dengan Ø. Untu setiap espresi reguler R:. ØR = RØ = Ø. Ø merupaan annihilator untu onatenasi. Hasil onatenasi dengan Ø selalu menghasilan dirinya sendiri. 2. Ø + R = R + Ø = R. Ø merupaan identitas untu union. Hasil union dengan Ø tida mengubah apapun. Searang, ita aan membangun espresi R ij, dengan = 2, didapat R ij = R ij + R i2 (R 22 )*R 2j Substitusi secara langsung Penyederhanaan () R ε + + (ε + )(ε + )*(ε + ) * Substitusi secara langsung Penyederhanaan R * + *0 + (ε + 0 + )*Ø * *0 + *0 + (ε + 0 + )*(ε R 2 + 0 + ) *0(0 + )* Ø + (ε + 0 + )*(ε + 0 R 2 + )Ø Ø (ε + 0 + ) + (ε + 0 + R 22 )(ε + 0 + )*(ε + 0 + ) (0 + )* Tabel 3.3: Langah indusi tahap 2, yaitu R ij Pada tahap ini, ita sudah membuat semua espresi yang menggambaran semua lintasan yang mungin. Espresi regular tersebut eivalen dengan DFA pada gambar.. Pada asus ini, adalah state awal dan 2 adalah satu satunya state ahir. Oleh arena itu, untu mendefinisian bahasa yang sama dengan DFA tersebut, ita hanya memerluan lintasan dari state awal e state ahir, yaitu R 2. Espresi tersebut adalah *0(0 + )*. Secara intuisi, sangat mudah untu menginterpretasian espresi tersebut. Bahasanya terdiri atas string yang dimulai dengan beberapa simbol diiuti dengan simbol 0, emudian diiuti oleh beberapa gabungan simbol 0 dan. Dengan ata lain, bahasa tersebut terdiri atas string yang setidanya mempunyai satu simbol 0. IV. KESIMPULAN Indusi matematia dapat menyelesaian berbagai macam persoalan matematia. Salah satu penerapannya adalah pada teori automata. Dari pembahasan di atas, dapat disimpulan bahwa DFA dapat diubah menjadi espresi reguler dengan mencari solusi dari R ij () = R ij + R i (R )*R j V. UCAPAN TERIMA KASIH Saya mengucapan terimaasih epada Tuhan Yang Maha Esa arena atas rahmat-nya maalah ini dapat diselesaian. Tida lupa saya mengucapan terimaasih epada Pa Rinaldi Munir dan Bu Harlili atas ilmu dan bimbingannya dalam uliah IF220 Matematia Disrit. Saya juga ingin mengucapan terimaasih epada temanteman atas duungan yang diberian pada penulisan maalah ini.. REFERENSI [] Munir, Rinaldi. 2009 Ditat Kuliah IF 209 Strutur Disrit. Bandung:Program Studi Teni Informatia STEI ITB. [2] J.E. Hopcroft, R. Motwani, J.D. Ullman, Introduction to Automata Theory, Languages, and Computation. Addison Wesley, 200. [3] http://www.cs.man.ac.u/~pjj/farrell/comp3.html. Diases pada 0/2/204 7.44 WIB. Maalah IF220 Matematia Disrit Sem. I Tahun 204/205

PERNYATAAN Dengan ini saya menyataan bahwa maalah yang saya tulis ini adalah tulisan saya sendiri, buan saduran, atau terjemahan dari maalah orang lain, dan buan plagiasi. Bandung, 0 December 204 Husni Munaya -353022 Maalah IF220 Matematia Disrit Sem. I Tahun 204/205