IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA"

Transkripsi

1 94 IMPLEMENTASI DAN ANALISIS ALGORITMA PENCARIAN RUTE TERPENDEK DI KOTA SURABAYA Yudhi Purwananto 1, Diana Purwitasari 2, Agung Wahyu Wibowo Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Sepuluh Nopember (ITS) 1 yudhi@if.its.ac.id, 2 diana@if.its.ac.id Abstra Pencarian rute terpende merupaan satu masalah yang paling banya dibahas dengan transportasi sebagai salah satu contoh menari. Pada beberapa masalah transportasi, penghitungan rute terpende memegang peranan penting arena harus dilauan dalam watu yang sangat singat dan pada saat itu juga. Tiga algoritma penghitungan rute terpende, yaitu algoritma dstra, algoritma floyd, dan algoritma two queues, aan diujicoba dan dievaluasi untu mengetahui algoritma yang paling cepat eseusinya dengan memperhitungan fator-fator tertentu. Ujicoba dilauan dengan menggunaan data jaringan jalan ota Surabaya yang disimpan dalam basis data MySQL. Algoritma penghitungan diimplementasian dalam bentu apliasi berbasis WEB dan WAP, yang aan memudahan pengguna untu mendapatan informasi rute terpende. Berdasaran uji coba yang telah dilauan, lama watu eseusi algoritma penghitungan rute terpende dipengaruhi oleh jumlah node dalam suatu jaringan dan jumlah node yang diperisa. Untu asus yang jumlah node-nya urang dari 1, algoritma dstra mampu menghasilan watu eseusi lebih cepat, yaitu urang dari 1 deti, sedangan untu asus yang jumlah node-nya lebih dari 1, lebih tepat menggunaan algoritma two queues. Kata unci : algoritma pencarian rute terpende, algoritma dstra, algoritma floyd, algoritma two queues, WAP. Abstract Shortest path problem is a frequent illustration in optimazion with transportation domain as one of exciting model. For some transportation cases, finding a shortest path taes important role because the process is a real time problem. The used algorithms to solve shortest path problem are dstra algorithm, floyd algorithm and two queues algorithm. Those three algorithms will be evaluated for finding the fastest in execution time considered with some issues. The street networ of Surabaya is used as data in MySQL database for evaluating algorithms. Calculation process for finding shortest path is implemented into web based and WAP based application to mae user get the solution easily. Execution time of shortest path algorithm is influenced by the amount of nodes being existed in street networ and nodes being checed. For some cases, the amount of nodes under 1 have dstra algorithm as the fastest algorithm with execution time no more than one second. While other cases two queues algorithm is proved better. Keywords : shortest path algorithm, dstra algorithm, floyd algorithm, two queues algorithm, WAP. 1. Pendahuluan Pencarian rute terpende merupaan suatu masalah yang paling banya dibahas dan dipelajari seja ahir tahun 195. Pencarian rute terpende ini telah diterapan di berbagai bidang untu mengoptimasi inerja suatu sistem, bai untu meminimalan biaya atau mempercepat jalannya suatu proses. Salah satu apliasi pencarian rute terpende yang paling menari untu dibahas adalah pada masalah transportasi. Dalam pencarian rute terpende, penghitungan dapat dilauan dengan beberapa macam algoritma. Secara garis besar algoritma penghitungan rute terpende dibagi menjadi dua elas berdasaran metode pemberian labelnya, yaitu algoritma label setting dan algoritma label correcting[3]. Metode label setting menentuan label jara sebagai jara permanen pada setiap iterasinya, sedangan metode label correcting menentuan label jara sebagai temporal pada setiap iterasi sampai langah ahir etia semua node telah melewati proses pemerisaan, maa labelnya aan ditentuan sebagai permanen. algoritma dstra adalah salah satu algoritma penghitungan rute terpende elas label Setting, sedangan pada elas label correcting terdapat algoritma floyd dan algoritma two-queues. Ketiga algoritma ini aan dibandingan performanya, dan juga aan dievaluasi untu mengetahui fator-fator yang mempengaruhi performa dari masing-masing algoritma. Jaringan jalan yang aan digunaan sebagai bahan penghitungan adalah jaringan jalan yang ada di ota Surabaya. Algoritma yang paling cepat dalam melauan penghitungan aan dipaai dalam apliasi berbasis tenologi Wireless Application Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 25, Vol. 1, No. 2

2 95 Protocol (WAP) untu menduung fator mobilitas dan emudahan mengases dari apliasi. WAP adalah sebuah fasilitas yang memunginan mengases internet melalui alat-alat omuniasi eletroni tanpa abel (mobile device). Fasilitas WAP biasa terdapat pada handphone atau PDA (Personal Digital Assistance). Diharapan dengan digunaannya fasilitas WAP, pengguna bisa mendapatan segala macam dan bentu informasi yang dibutuhan dengan mudah dan cepat, termasu informasi tentang transportasi. label yaitu : label jara d(i), parent node p(i,) dan status node S(i). Proses pemberian label berjalan seiring dengan proses scanning (pemerisaan). Proses pemerisaan node adalah proses membandingan jara antara node awal s dengan node i melalui node j sebagai node lain dalam suatu jaringan. 2. Teori Dasar Graph dan Pencarian Rute Terpende Graph terdiri dari seumpulan node yang dihubungan dengan seumpulan arc. Notasi untu mendesripsian suatu graph adalah (, ), dimana adalah seumpulan node (vertex) dan adalah seumpulan dari arc (edge) dengan nilai-nilai yang berasosiasi pada setiap node. Nilai-nilai yang berasosiasi itu adalah jumlah node, jumlah arc, dan panjang dari arc yang menghubungan antara node i dan j yang dinotasian sebagai d(i,j). Suatu jaringan dapat direpresentasian sebagai graph. Beberapa contoh model jaringan dalam dunia nyata yang dapat direpresentasian sebagai graph adalah desain jaringan pipa minya, jaringan fisi seperti jalan, rel ereta api, atau rute pesawat terbang, jaringan abel listri, dan sebagainya. Gambar 1 menunjuan sebuah jaringan fisi jalan di ota Surabaya yang sebagian dimodelan dengan graph G terdiri dari delapan node = {A,B,C,D,E,F,G,H}. Gambar 2. Graph dari Diagram Data Jalan Kota Surabaya Pada Gambar 2, node A aan dianggap sebagai node awal dan node G dianggap sebagai node tujuan. Node A mempunyai label status r (permanen), label jara d(s) =, dan label parent p(s) =, oleh arena itu node A dianggap sebagai node awal. Node B dan node F mempunyai label status t (temporal) yang berarti node tersebut telah melalui proses pemberian label tetapi belum melalui proses pemerisaan. Node C, D, E dan G mempunyai label status u (unreached), label jaranya d(i) = ~, dan label parent p(i) = null, arena node-node tersebut belum melalui proses pemberian label dan proses pemerisaan. Pada proses pemerisaan node B dan node F, aan dipilih node dengan nilai bobot yang terecil yaitu node F, oleh arena itu, maa label status node F, s(b), aan berubah menjadi r, label parent, p(b), menjadi A, dan label jaranya, d(b) menjadi 8. Proses ini aan terus berlangsung sampai node tujuan tercapai. 3. Algoritma Dstra Gambar 1. Diagram Data Jalan Kota Surabaya Proses penghitungan rute terpende adalah proses mencari jara terpende atau biaya terecil suatu rute dari node awal e node tujuan dalam sebuah jaringan. Nilai d(i) merupaan nilai jara atau bobot total terecil dari suatu rute. Pada proses penghitungan rute terpende terdapat dua macam proses yaitu proses pemberian label dan proses pemerisaan node. Metode pemberian label adalah metode untu memberian identifiasi pada setiap node dalam jaringan. Pada sebagian besar algoritma penghitungan rute terpende, terdapat 3(tiga) label informasi yang dielola untu setiap node i pada proses pemberian Algoritma dstra pertama ali diembangan oleh E.W. Dstra. Pada perembangannya, algoritma ini menggunaan strutur data yang berbeda-beda. Pada umumnya, graph setidanya mempunyai satu arc penghubung dari satu node e node yang lain, sehingga onseuensinya E = 2. Jia masingmasing node terhubung dengan semua node lainnya pada suatu jaringan, maa E = ( 2 ). Graph dengan ( 2 ) disebut dengan dense graph. Pada dunia nyata nilai =( ) arena tida semua node terhubung dengan masing-masing node lainnya. Keadaan ini disebut dengan sparse graph. Untu merepresentasian suatu graph dapat digunaan matris dua dimensi. Untu tiap node (i,j), nilai bobotnya dapat dimasuan e dalam a. Untu node yang tida saling terhubung, nilai bobotnya dapat diisi dengan ta terhingga. Proses ini Implementasi dan Analisa Algoritma Pencarian Rute Terpende di Kota Surabaya (Yudhi Purwananto)

3 96 memerluan watu ( 2 ) dengan jumlah memori yang dibutuhan sebanya ( 2 ). Penggunaan matris ini coco untu merepresentasian dense graph (lihat Gambar 3), sedangan untu sparse graph representasi yang coco adalah menggunaan adjacent list (lihat Gambar 4), dimana suatu graph aan direpresentasian secara linier, sehingga memori yang dibutuhan untu merepresentasian sparse graph menggunaan adjacent list adalah ( E ). dalam suatu jaringan, emudian rute-rute ini aan dibandingan, dan rute dengan jara yang paling pende aan dipilih sebagai rute terpende. Proses ini aan terus berlangsung secara iterasi dan aan berhenti etia mencapai node tujuan. Pada algoritma dstra, node-node dibagi menjadi dua set. Set pertama berisi node yang telah diperisa, sedangan set edua berisi node yang belum diperisa. Untu menyimpan node-node itu dapat digunaan strutur data array dan priority queue dengan elemen yang mempunyai urutan tertentu, yaitu ascending atau descending. Dengan priority queue, pemilihan node yang aan diperisa dilauan dengan menghapus bobot paling ecil sampai node tujuan tercapai. Uuran dari priority queue dapat mencapai E. Terdapat sejumlah E proses memasuan node serta menghapus node, maa watu eseusinya menjadi ( E log E ), dimana E 2, sehingga aan mempengaruhi watu eseusi menjadi log E 2log. 4. Algoritma Floyd Gambar 3. Representasi Graph dengan Matris Gambar 4. Representasi Graph dengan Adjacent List Algoritma dstra di sini menggunaan adjacent list untu merepresentasian sebuah jaringan. Secara garis besar algortima dstra membagi semua node menjadi dua, emudian dimasuan e dalam tabel yang berbeda, yaitu tabel permanen dan tabel temporal. Tabel permanen berisi node awal dan node-node yang telah melalui proses pemerisaan dan labelnya telah diubah dari temporal menjadi permanen. Tabel temporal berisi node-node yang berhubungan dengan node pada tabel permanen. Pemilihan rute algoritma dstra dilauan dengan Best First Search (BFS), dimana sebuah rute aan dihitung jaranya dari node awal e node lain Algoritma floyd adalah algoritma penghitungan rute terpende yang dapat mencari semua jara node (all pairs shortest path) pada suatu jaringan. Algoritma floyd menggunaan matris dua dimensi sebagai representasi dari sebuah jaringan. Jia suatu jaringan terdiri dari n buah arc maa matris yang aan dibentu oleh algoritma floyd untu proses penghitungan adalah sebesar n x n. Matris ini merepresentasian bobot w dari eseluruhan arc yang ada pada graph (,,) dengan w(i,j) dimana i adalah node awal dan j adalah node tujuan. Bobot dari node i e node j atau w(i,j) mempunyai tiga emunginan nilai yaitu : w(i,j) = jia i = j (dari node i e node i itu sendiri) w(i,j) = bobot arc jia i j dan node i terhubung dengan node j w(i,j) = jia i j dan node i tida terhubung dengan node j. Algoritma floyd mampu menghitung bobot terecil dari jaringan dengan bobot negatif. Pada asus tertentu seperti proses penghitungan biaya dengan emunginan mengandung bobot negatif, algoritma floyd mempunyai elebihan dalam memecahan proses penghitungannya. Algoritma floyd aan memerisa setiap arc dan membandingan setiap jalur tengah untu mendapatan rute terpende. Jalur tengah adalah rute yang dilalui dari node c e node g dengan melewati node perantara h. Jalur tengah pada Gambar 5 aan dipilih sebagai rute terpende dari node c e node g jia jara dari node c e node h ditambah jara dari node h e node g lebih ecil dari jara dari node c e node g, d(c, h)+d(h, g)<d(c, g). Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 25, Vol. 1, No. 2

4 97 Gambar 5. Jalur tengah dari node c e node g melalui node h Penghitungan yang dipaai algoritma floyd untu mencari rute terpende adalah dengan menggunaan metode reursif. Bobot sebuah rute dari node i e node j adalah d dengan bernilai {1,2,3 }. Jia = maa nilai w( i, j) arena dari node i e node j tida terdapat jalur tengah yang dapat dibandingan dengan bobot rute dari node i e node j secara langsung, dengan w(i,j) adalah nilai bobot awal pada matris yang pertama ali dibuat. Definisi reursif yang terdapat pada algoritma floyd adalah sebagai beriut: d w( i, j) jia = (1) 1 1 i 1 j d d min d, d d jia 1 Hasil ahir yang diperoleh adalah d(i,j) yang merupaan bobot terecil untu semua rute dari node i e node j, dimana i,j. Berdasaran definisi reursif, sebuah prosedur bottom-up (mencari dari nilai yang terecil) dapat digunaan untu mencari nilai d seiring dengan bertambahnya nilai. Input yang dipaai adalah matris bobot w, beruuran n x n yang didefinisian pada Gambar 6. W ( i, j) 15 1 Gambar 6. Representasi Floyd Menggunaan Matris dengan Bobot Negatif Prosedur algoritma floyd aan menghasilan matris D yang merupaan matris dengan nilai bobot antar node terecil, emudian membuat predecessor matris dari matris D. Bentu dari matris adalah berupa matris, 1, 2 n,, n dimana = dan didefinisian sebagai predecessor dari arc atau node j dan rute terpende dari node i dengan semua jalur tengahnya berada pada set {1,2,3, }. Ketia = maa rute terpende dari node i e node j tida terdapat jalur tengah, sehingga definisi reursif dari adalah: nil i jia i = j atau w(i,j) = (2) jia i j dan w(i,j) < Untu 1, jia rute yang terpilih adalah i j dimana j maa predecessor j yang terpilih sama dengan predecessor j rute terpende dari node dengan semua jalur tengahnya berada pada set {1,2,3, -1}. Beriut adalah definisi reursif untu 1: jia d di d j (3) 1 j jia d 5. Algoritma Two Queues d d i j Algoritma Graph growth implemented with two queues (TQQ) diembangan Pallotino pada tahun Algoritma TQQ menggunaan 2 set label untu mengatur node-node yang diperisa, Q 1 dan Q 2. Q 1 merupaan set label prioritas yang berisi node yang telah melalui proses pemerisaan setidanya satu ali, dan Q 2 merupaan set label non prioritas yang berisi node-node sisanya. Algoritma TQQ menggunaan dua buah queue sebagai strutur datanya dan pemilihan rutenya menggunaan FIFO. Komplesitas dari algoritma ini adalah O(n²m) dengan n adalah jumlah node dan m adalah jumlah arc. Dengan menggunaan Gambar 2, dapat diberian contoh penghitungan rute terpende dari node A e node G menggunaan algoritma two queues. Algoritma ini aan memerisa satu persatu jara dan successsor dari semua node, mulai node pertama (node e-1) sampai node terahir (node en) secara iteratif. Gambar 7. Hasil Penghitungan Rute Terpende dengan Algoritma Two-Queues Implementasi dan Analisa Algoritma Pencarian Rute Terpende di Kota Surabaya (Yudhi Purwananto)

5 98 Node A aan diperisa pertama ali sebagai node e-1 maa jara node A, d(a) = dan node B serta F sebagai successor. Node B dan node F aan dimasuan e Q 2 untu diperisa selanjutnya. Pada saat pemerisaan, algoritma two queues juga melauan pemberian label terhadap node-node yang nilai jaranya berubah. Jia node yang nilai jaranya berubah pernah diperisa sebelumnya setidanya satu ali maa node ini aan dimasuan e Q 2 dan diberi label temporal, jia belum pernah diperisa aan dimasuan e Q 1 dan diberi label unreached. Proses ini aan terus berlangsung sampai Q 1 dan Q 2 osong sehingga hasil ahir yang diperoleh merupaan rute terpende dari node awal A e node tujuan G, seperti ditunjuan pada Gambar Sumber Data Data input yang diperluan berupa data jaringan jalan yang direpresentasian sebagai graph. Suatu pemodelan jalan memerluan aturan-aturan tertentu agar sesuai dengan ondisi jalan yang direpresentasiannya. Ketia suatu segmen garis bertemu dengan segmen garis yang lain dan saling berintersesi, maa terdapat tiga emunginan dari intersesi tersebut : a. Segmen-segmen garis tersebut benar-benar saling berintersesi dan diperbolehan untu melauan sembarang beloan dari segmensegmen garis yang berintersesi tersebut. b. Segmen-segmen garis tersebut benar-benar saling berintersesi, namun tida diperbolehan antar segmen garis tersebut untu saling berhubungan, misalnya, melauan beloan dari segmen garis yang saling berintersesi. Hal ini dapat terjadi arena adanya aturan-aturan lalu lintas yang harus dipatuhi. c. Segmen-segmen garis tersebut tida benar-benar saling berintersesi. Hal ini arena suatu segmen garis dalam ondisi riil berada di atas segmen garis yang saling berintersesi tersebut (misalnya, dalam memodelan jalan tol yang berada di atas jalan yang lain). Gambar 8. Pemodelan Beloan pada Salah Satu Ruas Jalan di Kota Surabaya Gambar 8 adalah contoh intersesi model edua. Jalan Blauran berintersesi dengan Jalan Bubutan, Jalan Kranggan, Jalan Baliwerti, dan Jalan Praban. Tetapi dari arah jalan Blauran hanya boleh mengarah e jalan Praban atau jalan Bubutan, hal ini diarenaan ada peraturan jalan yang melarang dari arah jalan Blauran belo e arah jalan Kranggan. 7. Uji Coba dan Evaluasi Penggunaan perangat penduung yang membentu purwarupa sistem layanan informasi pencarian rute terpende untu ota Surabaya dilauan pada omputer dengan prosesor AMD Athlon 85MHz, memori 32 MB, hard dis 2 GB dan memori video 64 MB. Sedangan lingungan perangat lunanya adalah sistem operasi Microsoft XP Professional, Linux Mandrae 9.1, web server Apache, DBMS server MySQL Server Ver Distrib nt, dengan bahasa web scripting PHP v4.2.1, ompiler GCC dan web browser Internet Explorer 6.. serta WAP browser M3Gate. Pada pengujian digunaan jaringan jalan ota Surabaya yang diperoleh dari Instansi Pemerintah Surabaya pada tahun 2. Data jaringan jalan tersebut aan dibagi menjadi 6(enam) bagian yang berbeda jumlah total node dalam jaringan, jumlah arc, dan panjang arc, ditunjuan pada Tabel 1. Uji coba dilauan untu mengetahui ecepatan eseusi dari masing-masing algoritma penghitungan rute terpende. Pada uji coba ini aan dipilih variabel-variabel yang mempunyai orelasi dengan algoritma penghitungan rute terpende sehingga dapat dietahui variabel yang bisa mempengaruhi ecepatan eseusi dari algoritma. Variabel-variabel ini antara lain : panjang jara antar node, jumlah node yang diperisa, dan jumlah node total dalam jaringan. Pada algoritma dstra aan diujicobaan menggunaan strutur data yang berbeda yaitu array dan priority queue. Hal ini bertujuan untu mengetahui strutur data yang paling tepat untu digunaan pada algoritma dstra. Pada algoritma floyd dan two queues strutur data yang digunaan adalah array arena input dan output dari perhitungan algoritma floyd dan two queues berbentu array. a. Percobaan 1: Uji Coba Berdasaran Jumlah Node Tabel 1. Data Jaringan Jalan Kota Kota Jumlah Node Jumlah Arcs Rasio Arc / Node Panjang Arc Maximum SBY m 6 m SBY m 6 m SBY m 2 m SBY m 2 m SBY m 2 m SBY m 2 m Panjang Arc Minimum Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 25, Vol. 1, No. 2

6 99 Uji coba dilauan untu mengetahui, apaah fator jumlah node yang diperisa dapat mempengaruhi watu eseusi program dengan membuat senario jumlah node sama dalam jaringannya. Data yang digunaan hanya data Surabaya 4 Surabaya 6. Data Surabaya 1 Surabaya 3 tida dapat digunaan arena sebagian besar node tida terhubung antara satu dengan yang lainnya. Watu eseusi yang dicatat merupaan watu eseusi rata-rata dari 1 ali percobaan. Tabel 2 menampilan hasil uji coba dengan data Surabaya 5, algoritma dstra memerluan watu eseusi yang lebih lama etia jumlah nodenya banya Tabel 2. Hasil Uji Coba Berdasaran watu eseusi SBY 4 SBY 5 Lontar e Indragiri SBY 6 DJIKS + arr,9931,11666,13537 DJIKS + PQ,618,7566,8293 FLOYD 4, ,3573 4,416 2-QUEUE,34336, ,352 Blauran e Gajahmada DJIKS + arr,1946,1356,13999 DJIKS + PQ,6119,7628,8334 FLOYD 4, , , QUEUE,3471,5939 1,31564 Hangtuah e Kandangan Jaya DJIKS + arr,12835,16135,16377 DJIKS + PQ,6815,7864,8733 FLOYD 4, ,3578 4, QUEUE,34733, ,32175 Node yang Dilewati Algoritma dstra dengan priority queue lebih cepat watu eseusinya dibandingan dengan array. Watu eseusi algoritma floyd dan two queues tida terpengaruh oleh penambahan jumlah node. Selisih watu tercepat dan terlama pada algoritma floyd dan two queues adalah,3 deti, sedangan pada algoritma dstra selisihnya adalah,7 deti. Pada data hasil uji coba Surabaya 6, peningatan watu eseusi algoritma dstra dan floyd tida terlalu signifian dibandingan dengan data Surabaya 5. Watu eseusi yang diperluan algoritma two queues pada Surabaya 6 adalah dua ali watu eseusi pada Surabaya 5. Selisih watu eseusi tercepat dan terlama untu algoritma dstra =,5 deti, two queues=,1 deti,dan untu floyd =,1 deti. Hasil uji coba menggunaan Surabaya 5 dan Surabaya 6 pada algoritma dstra menunjuan ecenderungan nai. Hal ini menggambaran bahwa perbedaan jumlah node yang diperisa berpengaruh terhadap watu eseusi. Pada algoritma floyd hasilnya cenderung stabil yang menggambaran bahwa perbedaan jumlah node yang diperisa tida terlalu berpengaruh terhadap watu eseusi Sedangan untu algoritma two queues pada beberapa asus mungin terjadi peningatan cuup tajam, seperti saat menghitung node 29 dengan data Surabaya 5, tapi hanya terjadi seseali. Peningatan watu eseusi dari node yang sediit e node yang banya relatif ecil sehingga terlihat stabil. b. Percobaan 2: Uji Coba Berdasaran Jara Antar Node yang Berbeda Senario ini hanya mengubah jara antar node yang diperisa, sedangan jumlah node yang diperisa dan jumlah node dalam jaringan yang diperisa adalah sama. Uji coba dilauan untu mengetahui apaah fator jara yang dihitung dapat mempengaruhi watu eseusi program. Pada data Surabaya 2 aan melewati jumlah node yang sama sedangan jara yang diperisa aan semain panjang dibanding Surabaya 1. Untu algoritma dstra dengan priority queue dan algoritma two queues watu eseusinya urang dari 1 deti. Selisih watu tercepat dengan terlamanya adalah,1 deti untu algoritma dstra array ;,3 deti untu algoritma dstra priority queue; dan,4 deti untu algoritma two queues, sedangan untu algoritma floyd watu eseusinya berisar 4 deti dengan selisih watu,1 deti. Tabel 3. Hasil Uji Coba Berdasaran Jara SBY 1 SBY 2 SBY 3 Tandes Utara e Raya Tandes SBY 4 SBY 5 SBY 6 13 m DJIKS + arr,8254,862,968,992,121,11447 DJIKS + PQ,4116,4743,5216,612,73,8246 FLOYD 4,2292 4, , ,3275 4,3573 4, QUEUE,3954,8442,1691,28363,7662 1,317 Praban e Kranggan 342 m DJIKS + arr,8263,9436,9261,996,1167,1241 DJIKS + PQ,387,5112,5278,6139,7373,8226 FLOYD 4,2434 4, , , , ,415 2-QUEUE,3561,8511,1681,32173, ,371 Ketintang Selatan e Ketintang Madya 779 m DJIKS + arr,8122,9671,8863,9899,9893,1122 DJIKS + PQ,3766,484,513,611,739,8226 FLOYD 4, , , , ,3628 4, QUEUE,4344,8754,16393,32121, ,319 Semolowaru Tengah e Klampis Harapan 1325 m DJIKS + arr,7625,8442,9628,919,9547,11354 DJIKS + PQ,3836,4819,5251,5872,7334,8273 FLOYD 4,221 4, , , , , QUEUE,3411,8371,16445,3429, ,3643 Lidah Kulon e Raya Menganti 223 m DJIKS + arr,7917,8558,9144,931,11,1127 DJIKS + PQ,4241,4752,5121,5954,7327,8169 FLOYD 4,2533 4, , ,3326 4, , QUEUE,3614,8517,16713,34733, ,3857 Uji coba menggunaan data Surabaya 3, watu eseusi algoritma dstra dan two queues tetap urang dari 1 deti dengan selisih watu,1 deti untu algoritma dstra array;,18 untu Implementasi dan Analisa Algoritma Pencarian Rute Terpende di Kota Surabaya (Yudhi Purwananto)

7 1 algoritma dstra priority queue; dan,4 deti untu algoritma two queues. Jia dibandingan watu eseusi algoritma two queues menggunaan data Surabaya 2 dengan data Surabaya 3 terdapat peningatan yang cuup signifian, seitar 2 ali lipat untu penambahan jumlah node dalam jaringan. Watu eseusi yang diperluan floyd tetap seitar 4 deti, dengan selisih watu terlama dan tercepatnya,1 deti. Watu eseusi yang diperluan algoritma two queues pada Surabaya 5 adalah 2 ali watu eseusi pada Surabaya 4. Pada data Surabaya 6 watu eseusi algoritma dstra masih berisar urang dari satu deti, yaitu,12 deti, dengan selisih watu tercepat dan terlamanya adalah,1 deti. Watu eseusi dari algoritma two queues seitar 2 ali lipat dari Surabaya 5, yaitu berisar pada 1,3 deti dengan selisih antara watu tercepat dan watu terlamanya adalah,8 deti. Pada algoritma floyd watu eseusinya seitar 4,4 deti dengan selisih antara watu tercepat dan watu terlamanya adalah,3 deti. Hasil uji coba pada Tabel 3 menunjuan ecenderungan bergera stabil. Sehingga fator jara antar node yang dihitung dapat diabaian arena tida berpengaruh signifian terhadap watu eseusi. c. Percobaan 3: Uji Coba Kebenaran Hasil Tabel 4. Hasil Uji Coba Kebenaran SBY 4 (meter) SBY 5 (meter) SBY 6 (meter) Blauran e Mayjen Sungono DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Blauran e Gajahmada DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Pabean e Kedung Mangu DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Blauran e Rungut Madya DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Hangtuah e Wonoromo Beriutnya aan diamati hasil rute terpende yang diperoleh dari masing-masing algoritma penghitungan dengan data jaringan jalan Surabaya 4 Surabaya 6, sehingga dapat dietahui algoritma yang dapat menghasilan rute terpende dibanding algoritma lain. Pada Tabel 4 panjang rute yang dihasilan tida sama antara algoritma yang satu dengan yang lain. Jara yang dihasilan masing-masing algoritma penghitungan rute terpende menggunaan data Surabaya 4 adalah sama, sedangan dengan data Surabaya 5, emampuan setiap algoritma menemuan rute terpende berbeda-beda. Pada semua asus menggunaan data Surabaya 5, dstra menemuan rute paling pende. Dstra dan two queues memberian jara rute terpende yang sama pada semua asus uji coba menggunaan data Surabaya 6. Hasil penghitungan menggunaan algoritma dstra array tida berbeda dengan algoritma dstra priority queue. d. Percobaan 4: Uji Coba Kemampuan Uji coba emampuan bertujuan untu mengetahui batasan emampuan dari masing-masing algoritma untu melauan penghitungan rute terpende. Dari hasil uji coba yang telah dilauan terhadap masing-masing algoritma penghitungan rute terpende menggunaan data jaringan jalan utama Indonesia dengan jumlah node mencapai 42 dan jumlah arc lebih dari 6, algoritma floyd sama seali tida mampu melauan penghitungan rute terpende. Algoritma dstra hanya mampu melauan penghitungan rute terpende pada sebagian ecil asus yang diujicobaan, sedangan algoritma two queues mampu menyelesaian semua asus yang diujicobaan dengan watu eseusi program rata-rata berisar pada 15 deti. Uji coba emampuan juga dilauan dengan melihat penggunaan memori dari masing-masing algoritma penghitungan rute terpende dengan data Surabaya 1 Surabaya 6, dicatat menggunaan fungsi husus yang dibuat dalam bahasa pemrograman C. Fungsi tersebut aan mencatat ID eseusi untu mendapatan log penggunaan memorinya. Hasil uji coba penggunaan memori dicatat pada Tabel 5. Tabel 5. Penggunaan Memori pada Uji Coba DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Isandar Muda e Kebonsari DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Hangtuah e Kandangan Jaya DJIKS + arr DJIKS + PQ FLOYD QUEUE Kesimpulan Jurnal Penelitian dan Pengembangan TELEKOMUNIKASI, Desember 25, Vol. 1, No. 2

8 11 8. Kesimpulan Untu studi asus ota Surabaya, watu eseusi pada algoritma dstra, algoritma floyd, dan algoritma two queues, tida terpengaruh oleh variabel jara yang diperisa. Dari hasil rute terpende yang diperisa, inerja algoritma dstra lebih bai daripada dua algoritma penghitungan rute terpende yang lainnya. Hal ini terlihat dari watu eseusi yang diperluan oleh algoritma dstra dan algoritma two queues berbanding quadratic dengan jumlah node yang diperisa, sedangan untu algoritma floyd watu eseusinya berbanding cubic dengan pertambahan jumlah node dalam jaringan. Untu suatu asus data yang memerluan penghitungan urang dari 1 node, algoritma dstra mempunyai ecepatan eseusi lebih bai, yaitu urang dari 1 deti. Untu suatu asus data yang memerluan penghitungan lebih dari 1 node, algoritma two queues lebih tepat untu digunaan. Watu eseusi dari algoritma label correcting lebih stabil, tida terpengaruh oleh jumlah node yang diperisa, tetapi lebih ditentuan oleh jumlah node dalam jaringan. Penggunaan strutur data priority queue pada algoritma dstra pemaaian space memorinya lebih ecil dibanding dengan pemaaian strutur data array. Daftar Pustaa [1] Benjamin Zhan, F., 2, Three Fastest Shortest Path Algorithms on Real Road Networs: Data Structures and Procedures, Journal of Geographic Information and Decision Analysis, vol.1, no.1, pp [2] Purba, Jan Waren, 23, Sistem Informasi Geografis Berbasis Web Dengan Menggunaan Tenologi Scalable Vector Graphic (SVG) Studi Kasus Pencarian Loasi Pelayanan Kesehatan Terdeat, Tugas Ahir : Jurusan Teni Informatia Faultas Tenologi Informasi Institut Tenologi Sepuluh Nopember, Surabaya [3] Zhan, F.B., Noon, C.E, 2, A Comparison Between Label-Setting and Label Correcting Algorithms for Computing One-to-One Shortest Path, Journal of Geographic Information and Decision Analysis, Vol. 4 No. 2. Implementasi dan Analisa Algoritma Pencarian Rute Terpende di Kota Surabaya (Yudhi Purwananto)

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf

Implementasi Algoritma Pencarian k Jalur Sederhana Terpendek dalam Graf JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No., (203) ISSN: 2337-3539 (230-927 Print) Implementasi Algoritma Pencarian Jalur Sederhana Terpende dalam Graf Anggaara Hendra N., Yudhi Purwananto, dan Rully Soelaiman Jurusan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya

Lebih terperinci

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT

PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 2007 (SNATI 2007) ISSN: 1907-5022 Yogyaarta, 16 Juni 2007 PENCARIAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN ALGORITMA SEMUT I ing Mutahiroh, Indrato, Taufiq Hidayat Laboratorium

Lebih terperinci

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK

BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain

BAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain 8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan

Lebih terperinci

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( )

PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursakti ( ) PENERAPAN DYNAMIC PROGRAMMING DALAM WORD WRAP Wafdan Musa Nursati (13507065) Program Studi Teni Informatia, Seolah Teni Eletro dan Informatia, Institut Tenologi Bandung Jalan Ganesha No. 10 Bandung, 40132

Lebih terperinci

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler

Penggunaan Induksi Matematika untuk Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Ekspresi Reguler Penggunaan Indusi Matematia untu Mengubah Deterministic Finite Automata Menjadi Espresi Reguler Husni Munaya - 353022 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti

Lebih terperinci

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D

Variasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,

Lebih terperinci

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER

SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM

PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM Seminar Nasional Sistem dan Informatia 2007; Bali, 16 November 2007 PERBANDINGAN PERFORMANSI ALGORITMA GENETIKA DAN ALGORITMA SEMUT UNTUK PENYELESAIAN SHORTEST PATH PROBLEM Fajar Saptono 1) I ing Mutahiroh

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Watu Penelitian Penelitian ini dilauan di Jurusan Matematia Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung. Watu penelitian dilauan selama semester

Lebih terperinci

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING

BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan

Lebih terperinci

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM

MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM MODEL REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY UNTUK MEMPREDIKSI TAGIHAN AIR PDAM 1,2 Faultas MIPA, Universitas Tanjungpura e-mail: csuhery@sisom.untan.ac.id, email: dedi.triyanto@sisom.untan.ac.id Abstract

Lebih terperinci

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL

PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL PENERAPAN PROGRAM DINAMIS UNTUK MENGHITUNG ANGKA FIBONACCI DAN KOEFISIEN BINOMIAL Reisha Humaira NIM 13505047 Program Studi Teni Informatia Institut Tenologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung E-mail : if15047@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa

Modifikasi ACO untuk Penentuan Rute Terpendek ke Kabupaten/Kota di Jawa 187 Modifiasi ACO untu Penentuan Rute Terpende e Kabupaten/Kota di Jawa Ahmad Jufri, Sunaryo, dan Purnomo Budi Santoso Abstract This research focused on modification ACO algorithm. The purpose of this

Lebih terperinci

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.

Lebih terperinci

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway

Penentuan Nilai Ekivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perkotaan Menggunakan Metode Time Headway Rea Racana Jurnal Online Institut Tenologi Nasional Teni Sipil Itenas No.x Vol. Xx Agustus 2015 Penentuan Nilai Eivalensi Mobil Penumpang Pada Ruas Jalan Perotaan Menggunaan Metode Time Headway ENDI WIRYANA

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Program

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Faultas Teni Informatia, Institut Tenologi Telom Jl. Teleomuniasi No.1 Bandung 40286 Telp. (022) 7564108

Lebih terperinci

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA

PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA PEMANFAATAN METODE HEURISTIK DALAM PENCARIAN JALUR TERPENDEK DENGAN ALGORITMA SEMUT DAN ALGORITMA GENETIKA Iing Mutahiroh, Fajar Saptono, Nur Hasanah, Romi Wiryadinata Laboratorium Pemrograman dan Informatia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan

I. PENDAHULUAN. Teori graf merupakan salah satu bagian ilmu dari matematika dan merupakan I. PENDAHULUAN. Latar Belaang Teori graf merupaan salah satu bagian ilmu dari matematia dan merupaan poo bahasan yang relatif muda jia dibandingan dengan cabang ilmu matematia yang lain seperti aljabar

Lebih terperinci

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan

Kata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang

Lebih terperinci

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris

Optimasi Non-Linier. Metode Numeris Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran

Lebih terperinci

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika

khazanah Sistem Klasifikasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation informatika hazanah informatia Jurnal Ilmu Komputer dan Informatia Sistem Klasifiasi Tipe Kepribadian dan Penerimaan Teman Sebaya Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Bacpropagation Yusuf Dwi Santoso *, Suhartono Departemen

Lebih terperinci

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID

APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID APLIKASI PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF RADIAL BASIS FUNCTION DENGAN METODE PEMBELAJARAN HYBRID Ferry Tan, Giovani Gracianti, Susanti, Steven, Samuel Luas Jurusan Teni Informatia, Faultas

Lebih terperinci

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI

ISSN: TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI ISSN: 1979-7656 TEKNOMATIKA Vol.1, No.2, JANUARI 2009 25 PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MENDIAGNOSA JENIS PENYAKIT KANDUNGAN Bambang Yuwono Jurusan Teni Informatia UPN Veteran

Lebih terperinci

Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm)

Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm) Sistem Navigasi Perjalanan Berbasis Web Dengan Algoritma Koloni Semut (Ant Colony Algorithm) Arna Fariza 1, Entin Martiana 1, Fidi Wincoo Putro 2 Dosen 1, Mahasiswa 2 Politeni Eletronia Negeri Surabaya

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PERBANDINGAN TINGKAT PELANGGARAN PERLINDUNGAN KEKERASAN PADA ANAK Airani Elizabeth Mani Program Studi Teni Informatia Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Tanjungpura

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)

Makalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR) Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi

Lebih terperinci

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY

SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENENTU NILAI INTERVAL KADAR LEMAK TUBUH MENGGUNAKAN REGRESI INTERVAL DENGAN NEURAL FUZZY Tedy Rismawan dan Sri Kusumadewi Laboratorium Komputasi dan Sistem Cerdas, Jurusan Teni

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI

ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 26 (SNATI 26) ISSN: 97-522 Yogyaarta, 7 Juni 26 ANALISIS KINERJA ALGORITMA FOLD-GROWTH DAN FP-GROWTH PADA PENGGALIAN POLA ASOSIASI Rully Soelaiman, Ni Made Arini

Lebih terperinci

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP)

ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) ALGORITMA GENETKA PADA MULTI DEPOT VEHICLE ROUTING PROBLEM (MDVRP) Igusta Wibis Vidi Abar Purwanto 2 FMIPA Universitas Negeri Malang E-mail: wibis.roccity@gmail.com Abstra: Multi Depot Vehicle Routing

Lebih terperinci

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB

PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB PENGENALAN POLA DENGAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN MATLAB Wirda Ayu Utari Universitas Gunadarma utari.hiaru@gmail.com ABSTRAK Program pengenalan pola ini merupaan program yang dibuat

Lebih terperinci

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming

Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul

Lebih terperinci

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE

MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE MENGHITUNG PELUANG PERSEBARAN TRUMP DALAM PERMAINAN CONTRACT BRIDGE Desfrianta Salmon Barus - 350807 Jurusan Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung Bandung e-mail: if807@students.itb.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT

ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Graf dengan 4 node dan 5 edge

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Graf dengan 4 node dan 5 edge BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Teori Graf Graf digunaan untu merepresentasian obje-obje disrit dan hubungan antara obje-obje tersebut (Munir, 2005). Dalam menggambar graf, simpul digambaran dengan lingaran

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009

Model Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009 Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan

Lebih terperinci

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti

Lebih terperinci

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter

Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B

Lebih terperinci

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT

ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry

Lebih terperinci

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN

PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN PENENTUAN JENIS PRODUK KOSMETIK PILIHAN BERDASARKAN FAKTOR USIA DAN WARNA KULIT MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN Amethis Otaorora 1, Bilqis Amaliah 2, Ahmad Saihu 3 Teni Informatia, Faultas Tenologi

Lebih terperinci

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION

KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 29; Bali, November 14, 29 KONTROL MOTOR PID DENGAN KOEFISIEN ADAPTIF MENGGUNAKAN ALGORITMA SIMULTANEOUS PERTURBATION Sofyan Tan, Lie Hian Universitas Pelita Harapan,

Lebih terperinci

Makalah Seminar Tugas Akhir

Makalah Seminar Tugas Akhir Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining

Lebih terperinci

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network

Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listrik Penyulang Renon Menggunakan Metode Artificial Neural Network Analisa Drop Tegangan dan Susut Daya pada Jaringan Listri Penyulang Renon Menggunaan Metode Artificial Neural Networ I Gede Dyana Arana Jurusan Teni Eletro Faultas Teni, Universitas Udayana Denpasar, Bali,

Lebih terperinci

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman.

PELABELAN FUZZY PADA GRAF. Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman. JMP : Volume 6 Nomor, Juni 04, hal. - PELABELAN FUZZY PADA GRAF Siti Rahmah Nurshiami, Suroto, dan Fajar Hoeruddin Universitas Jenderal Soedirman email : oeytea0@gmail.com ABSTRACT. This paper discusses

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA Seminar Nasional Informatia 2009 (semnasif 2009) ISSN: 1979-2328 UPN Veteran Yogyaarta, 23 Mei 2009 IMPLEMENTASI ALGORITMA KOLONI SEMUT PADA PROSES PENCARIAN JALUR TERPENDEK JALAN PROTOKOL DI KOTA YOGYAKARTA

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER

PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER PENDETEKSIAN GERAK TANGAN MANUSIA SEBAGAI INPUT PADA KOMPUTER Wiaria Gazali 1 ; Haryono Soeparno 2 1 Jurusan Matematia, Faultas Sains dan Tenologi, Universitas Bina Nusantara Jln. K.H. Syahdan No. 9, Palmerah,

Lebih terperinci

BAB III MODEL KANAL WIRELESS

BAB III MODEL KANAL WIRELESS BAB III MODEL KANAL WIRELESS Pemahaman mengenai anal wireless merupaan bagian poo dari pemahaman tentang operasi, desain dan analisis dari setiap sistem wireless secara eseluruhan, seperti pada sistem

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak

KORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi

Lebih terperinci

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik

Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untuk Merancang Algoritma Kriptografi Klasik Penerapan Sistem Persamaan Lanjar untu Merancang Algoritma Kriptografi Klasi Hendra Hadhil Choiri (135 08 041) Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung,

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD

IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia

Lebih terperinci

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman

Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani

Lebih terperinci

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku

Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa Sentimen Pada Review Buku Jurnal Hasil Penelitian LPPM Untag Surabaya Januari 2018, Vol. 03, No. 01, hal 55-59 jurnal.untag-sby.ac.id/index.php/jhp17 E-ISSN : 2502-8308 P-ISSN : 2579-7980 Pengaruh Proses Stemming Pada Kinerja Analisa

Lebih terperinci

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL

DESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut

Lebih terperinci

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan

Pencitraan Tomografi Elektrik dengan Elektroda Planar di Permukaan Abstra Pencitraan omografi Eletri dengan Eletroda Planar di Permuaan D. Kurniadi, D.A Zein & A. Samsi KK Instrumentasi & Kontrol, Institut enologi Bandung Jl. Ganesa no. 10 Bandung Received date : 22 November2010

Lebih terperinci

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535

Pendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535 Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TEORI PENUNJANG

BAB 2 TEORI PENUNJANG BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan

Lebih terperinci

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS

MASALAH VEKTOR EIGEN MATRIKS INVERS MONGE DI ALJABAR MAX-PLUS Seminar Sains Penidi Sains VI UKSW Salatiga Juni 0 MSLH VEKTOR EIGEN MTRIKS INVERS MONGE DI LJBR MX-PLUS Farida Suwaibah Subiono Mahmud Yunus Jurusan Matematia FMIP Institut Tenologi Sepuluh Nopember Surabaya

Lebih terperinci

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA 1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii

Lebih terperinci

BAB III METODE SCHNABEL

BAB III METODE SCHNABEL BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 4.1 Implementasi Apliasi Pada tahap implementasi ini merupaan penerapan apliasi dari hasil perancangan sistem yang ada untu mencapai suatu tujuan yang diinginan. Implementasimelasanaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Fuzzy 2.1.1 Dasar-Dasar Teori Fuzzy Secara prinsip, di dalam teori fuzzy set dapat dianggap sebagai estension dari teori onvensional atau crisp set. Di dalam teori crisp

Lebih terperinci

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya

Studi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id

Lebih terperinci

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU

PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,

Lebih terperinci

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov

Aplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan

Lebih terperinci

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT

STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT TUGAS AKHIR STUDI PENYELESAIAN PROBLEMA MIXED INTEGER LINIER PROGRAMMING DENGAN MENGGUNAKAN METODE BRANCH AND CUT OLEH : RISTA RIDA SINURAT 040803023 DEPARTEMEN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Keadaan dunia usaha yang selalu berubah membutuhan langah-langah untu mengendalian egiatan usaha di suatu perusahaan. Perencanaan adalah salah satu langah yang diperluan

Lebih terperinci

APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK DAERAH WISATA KOTA KEDIRI MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA SKRIPSI

APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK DAERAH WISATA KOTA KEDIRI MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA SKRIPSI APLIKASI PENCARIAN RUTE TERPENDEK DAERAH WISATA KOTA KEDIRI MENGGUNAKAN ALGORITMA DIJKSTRA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh gelar Sarjana Komputer (S.Kom.) Pada program Studi

Lebih terperinci

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA

PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat

Lebih terperinci

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai

Pemodelan Dan Eksperimen Untuk Menentukan Parameter Tumbukan Non Elastik Antara Benda Dengan Lantai Pemodelan Dan Esperimen Untu enentuan Parameter Tumbuan Non Elasti Antara Benda Dengan Lantai Puspa onalisa,a), eda Cahya Fitriani,b), Ela Aliyani,c), Rizy aiza,d), Fii Taufi Abar 2,e) agister Pengajaran

Lebih terperinci

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION

PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Konferensi Nasional Sistem dan Informatia 2008; Bali, November 5, 2008 PREDIKSI HARGA SAHAM MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTILAYER FEEDFORWARD NETWORK DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION Wahyudi Setiawan

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman

BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE. Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 271-278 BEBERAPA SIFAT HIMPUNAN KRITIS PADA PELABELAN AJAIB GRAF BANANA TREE Triyani dan Irham Taufiq Universitas Jenderal Soedirman trianisr@yahoo.com.au ABSTRACT.

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING

PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING PENERAPAN METODE PARTICLE SWARM OPTIMIZATION PADA METODE K-HARMONIC MEANS UNTUK DATA CLUSTERING Yoe Ota a, Ahmad Saihu, S.Si,MT. b Jurusan Teni Informatia, Faultas Tenologi Informasi, Institut Tenologi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Penjadwalan 2.1.1 Jadwal Secara Umum Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), jadwal adalah pembagian watu berdasaran rencana pengaturan urutan erja, daftar atau tabel egiatan

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK. Tesis

APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK. Tesis APLIKASI ALGORITMA CONJUGATE GRADIENT PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN PERAMBATAN BALIK Tesis Program Studi Teni Eletro Jurusan Ilmu-ilmu Teni disusun oleh : Wiwien Widyastuti 8475/I-/820/02 PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Keranga Pemiiran Pemerintah ahir-ahir ini sering dihadapan pada masalah persediaan pupu bersubsidi yang daya serapnya rendah dan asus elangaan di berbagai loasi di Indonesia.

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAKET (KURIR) DENGAN MENGGUNAKAN METODE TOPSIS FUZZY Jurnal Manti Penusa Vol No Desember ISSN 88-9 ANALISIS EPUASAN ONSUMEN TERHADAP PELAYANAN PELAYANAN JASA PENGIRIMAN PAET (URIR DENGAN MENGGUNAAN METODE TOPSIS FUZZY Desi Vinsensia Program Studi Teni Informatia

Lebih terperinci

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION PENGENALAN KAPAL PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN IMAGE PROCESSING DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Sutino 1, Helmie Arif Wibawa 2, Priyo Sidi Sasongo 3 123 Jurusan Ilmu Komputer/Informatia, FSM,

Lebih terperinci

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION

CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION UPN Veteran Yogyaarta, 30 Juni 2012 CONTENT BASED IMAGE RETRIEVAL MENGGUNAKAN MOMENT INVARIANT, TEKSTUR DAN BACKPROPAGATION Ni G.A.P Harry Saptarini 1), Rocy Yefrenes Dilla 2) 1) Politeni Negeri Bali 2)

Lebih terperinci

PENENTUAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GOOGLE MAPS MASHUPS DENGAN MOBILE SYSTEM ANDROID

PENENTUAN JALUR TERPENDEK MENGGUNAKAN TEKNOLOGI GOOGLE MAPS MASHUPS DENGAN MOBILE SYSTEM ANDROID menciptaan apliasi merea sendiri untu digunaan oleh bermacam peranti bergera, oleh arena itu Android memilii omunitas besar Satria Prasamya, Ary Mazharuddin pengembang S., S.Kom, M.Comp.Sc program apliasi

Lebih terperinci

MODEL SISTEM ANTRIAN

MODEL SISTEM ANTRIAN BB V MODEL SISTEM TRI ada teori antrian, suatu model antrian digunaan untu memperiraan suatu situasi antrian sesungguhnya, sehingga elauan antrian dapat dianalisa secara matemati. Dengan model sistem antrian

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN

PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN Seminar Nasional Apliasi Tenologi Informasi 009 (SNATI 009) Yogyaarta, 0 Juni 009 ISSN:1907-50 PENERAPAN ALGORITMA BACKPROPAGATION UNTUK KLASIFIKASI MUSIK DENGAN SOLO INSTRUMEN Gunawan 1, Agus Djaja Gunawan,

Lebih terperinci

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK

PENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK PENERAPAN AKAR KUADRA PADA ENSEMBLE KALMAN FILER (EnKF) Jasmir 1, Erna Apriliani 2, Didi Khusnul Arif 3 Email: ijas_1745@yahoo.co.id ABSRAK Ensemble Kalman Filter (EnKF) merupaan salah satu metode untu

Lebih terperinci

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya

Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya J. Math. and Its Appl. ISSN: 1829-605X Vol. 2, No. 1, May. 2005, 37 45 Ruang Barisan Orlicz Selisih Dengan Fungsional Aditif Dan Kontinunya Sadjidon Jurusan Matematia Institut Tenologi Sepuluh Nopember,

Lebih terperinci

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI

BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana

Lebih terperinci

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI

PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas

Lebih terperinci

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT

III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT III DESKRIPSI DAN FORMULASI MASALAH PENGANGKUTAN SAMPAH DI JAKARTA PUSAT 3.1 Studi Literatur tentang Pengelolaan Sampah di Beberapa Kota di Dunia Kaian ilmiah dengan metode riset operasi tentang masalah

Lebih terperinci

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)

ESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR) SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi

Lebih terperinci

pada Permasalahan Traveling Salesman Problem

pada Permasalahan Traveling Salesman Problem Studi Perbandingan Algoritma Ant Colony System dan Algoritma Ant System Leonardo Z Tomarere Laboratorium Ilmu dan Reayasa Komputasi Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Jl. Ganesa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpikir seperti layaknya manusia. Bidang

BAB 2 LANDASAN TEORI. meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpikir seperti layaknya manusia. Bidang BAB 2 LANDASAN TEORI Intelegensia Semu (IS) adalah salah satu bidang dalam ilmu omputer yang meneliti bagaimana mesin dapat belajar dan berpiir seperti layanya manusia. Bidang ilmu ini mempelajari bagaimana

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan

BAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan BAB II DASAR EORI II.1. Pendahuluan Pada bab ini pertama-tama aan dijelasan secara singat apa yang dimasud dengan target tracing dalam sistem Radar. Di dalam sebuah sistem Radar ada beberapa proses yang

Lebih terperinci

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga

Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU

PERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah

Lebih terperinci

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA

BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan

Lebih terperinci

CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL

CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL CATATAN KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan minggu pertama ( x 50 menit) Pemrograman Bulat Linear (Integer Linear Programming - ILP) Tuuan Instrusional Umum : Mahasiswa dapat menggunaan algoritma yang

Lebih terperinci