APLIKASI TAPIS KALMAN PADA PENGUBAHAN DATA IMU MENJADI DATA NAVIGASI
|
|
- Hadi Gunardi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN APLIKASI APIS KALMAN PADA PENGUBAHAN DAA IMU MENJADI DAA NAVIGASI Wahu Widada dan Wahudi Lembaga Penerbangan dan Antarisa Nasional (LAPAN) Jln. Raa Lapan, Rumpin, Bogor w_widada@ahoo.com Jurusan eni Eletro Faultas eni Universitas Diponegoro Jln. Prof. Soedarto, SH embalang Semarang wahuditinom@ahoo.com ABSRAK IMU (Inertial Measurement Uni merupaan bagian utama pada sustu sistem navigasi. Bagian utama dari IMU biasana terdiri dari sensor percepatan, aitu accelerometer dan sensor ecepatan sudut, aitu groscope, sehingga menjadi sensor untu 6 derajat ebebasan). Sebelum eluaran sensor tersebut diproses secara digital, biasana eluaran sensor diberi tapis analog terlebih dahulu. Mesipun telah ditapis secara analog, eluaran tapis masih tetap mengandung derau, sehingga diperluan tapis digital. apis Kalman merupaan salah satu tapis digital, selain berfungsi sebagai tapis dalam apliasina untu sensor accelerometer dan sensor groscope, tapis Kalman juga berfungsi sebagai proses integral. Selain sebagai tapis terhadap derau pada sensor accelerometer, tapis Kalman juga mengentegralan dua ali, sehingga eluaran dari tapis Kalman berupa data jara (posisi). Pada sensor groscope, tapis Kalman juga mengintegralan seali, sehingga eluaran dari tapis Kalman berupa data sudut. Pada maalah ini dibahas apliasi dan inerja tapis Kalman dalam mengubah isarat eluaran sensor accelerometer dan sensor groscope menjadi data navigasi berupa jara dan sudut. Hasil simulasi dibahas dengan memberian watu cupli terhadap sensor ang berbeda-beda, dan dibahas nilai root mean square (RMS) dari galat pada eluaran tapis jia dibandingan dengan pada saat sistem diberi masuan isarat murni (tanpa derau). Hasil ang diperoleh adalah bahwa semain ecil nilai watu cupli, maa nilai RMS galatna juga semain ecil, sehingga dalam apliasina diperluan watu cupli seecil mungin. Selain itu, pada watu cupli ang cuup ecil, nilai RMS galat untu posisi dan sudut, pada etiga sumbu (,, dan z) adalah sama. Kata unci: Kalman, IMU, accelerometer, groscope, RMS. PENDAHULUAN Pada saat ini hampir semua sistem transportasi dilengapi dengan sistem navigasi. Salah satu omponen utama sistem navigasi adalah IMU. IMU biasana mengandung dua omponen utama aitu sensor percepatan berupa accelerometer dan sensor ecepatan sudut berupa groscope. Sebelum eluaran sensor tersebut diproses secara digital, biasana eluaran sensor diberi tapis analog terlebih dahulu. Mesipun telah ditapis secara analog, eluaran tapis masih tetap mengandung derau, sehingga diperluan tapis digital. apis Kalman merupaan salah satu tapis digital ang mulai dienal bana orang seitar tahun 96 [], etia R.E. Kalman mempubliasian maalahna ang merupalan solusi recursive tentang masalah tapis pada proses ang linear. Suatu proses ang menggunaan tapis Kalman untu menapis derau harus dapat disajian dalam dua persamaan, aitu persamaan state (process) dan persamaan eluaran. Masing-masing persamaan mempunai derau dan edua derau saling bebas, sehingga tida ada orelasi silang antara edua derau. Selain berfungsi sebagai tapis digital, pada apliasi tapis Kalman untu sensor accelerometer dan sensor groscope, juga berfungsi sebagai proses integral. Selain sebagai tapis terhadap derau pada isarat eluaran sensor accelerometer, tapis Kalman juga mengintegralan dua ali, sehingga eluaran dari tapis Kalman berupa data jara (posisi). Pada sensor groscope, tapis Kalman juga mengintegralan seali, sehingga eluaran dari tapis Kalman berupa data sudut.
2 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN DASAR EORI. Persamaan Gera Roet Persamaan gera roet dan persamaan turunanna mengiuti huum Newton s. Gera roet mempunai 6 derajat ebebasan (si degrees of freedom) ang terdiri dari tiga gera translasi dan tiga gera rotasi. Kecepatan gera translasi pada sumbu,, dan z dinataan dengan u, v, dan w, sedangan ecepatan gera rotasina dinataan dengan p, q, dan r. Persamaan matematis untu gera translasi dan rotasi dinataan sebagai beriut [5]. F ma () d r mv () dt Huum edua Newton s menataan bahwa gaa ang beerja pada suatu benda adalah sebanding dengan masa benda tersebut (m) dan percepatanna (a). dv ma m dt F (3) Besar gaa ang ada pada roet adalah : F F i F j F (4) z Suatu vetor (misalan V), dapat ditransformasian dari oordinat tetap (seperti eranga navigasi) e sistem oordinat rotasi dengan persamaan (7). dv dt dv dt dv dt tetap ( X, Y, Z) rotasi ( X, Y, Z ) tetap ( X, Y, Z) V du dv dw i j ( wq vr) i ( ur wp) j ( vp uq) dt dt dt Jia edua ruas pada persamaan () dialian dengan masa (m), maa persamaan tersebut dapat ditulisan sebagai beriut. F F i F j F (7) Dimana : Sehingga : F m( u wq vr) (8) F m( v ur wp) (9) F z m( w vpuq) () du dt dv dt dw dt z vr wq F m () F wp ur m () Fz uq vp m (3) Pada Gambar diperlihatan omponen berat roet pada tiga dimensi [5]. (5) (6)
3 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN b b mg q f mg = mg sinq z mg = mg cosq cosf z b mg = mg sinf cosq Gambar : Komponen berat dari suatu roet Dari persamaan () sampai (3) serta Gambar, maa diperoleh persamaan diferensial dari ecepatan linear roet [4]. u vr wq a g sinq (4) (5) v wp ur a w uq vp a z g cosq sinf (6). ransformasi gera roet g cosq cosf ransformasi direction cosine merupaan transformasi sebuah vetor satuan pada eranga navigasi e dalam eranga roet. Pada Gambar diperlihatan oordinat referensi. Gambar.a merupaan oordinat referensi roet. Sumbu adalah sumbu ang membujur dan merupaan arah depan bagi roet, sumbu merupaan sumbu e arah sebelah ananna, dan sumbu z merupaan bagian dasar roet. Gera rotasi pada sumbu disebut roll (f), rotasi pada sumbu disebut pitch (q), dan rotasi pada sumbu z disebut aw (azimuth) (). Rotasi roll diataan positif jia sumbu bergera e bawah, rotasi pitch diataan positif jia sumbu bergera e atas, dan rotasi aw diataan positif jia dilihat dari atas rotasi searah putaran jarum jam. Gambar.b merupaan oordinat referensi untu eranga navigasi. Z (Nai) (Sisi Kanan) (Depan) X (imur) Y (Utara) z (Dasar) a. Koordinat referensi roet. b. Koordinat referensi eranga navigasi. Gambar : Koordinat referensi Urutan rotasi matris ang digunaan oleh Litton adalah rotasi terhadap sumbu z, rotasi terhadap sumbu, dan emudian rotasi terhadap sumbu. Matris R BN mentransformasian vetor satuan dari eranga navigasi e dalam vetor satuan pada eranga roet. BN R t R f t R q t Rz t cosq cos cosq sin sinq R BN t sin f sinq cos cos f sin sin f sinq sin cos f cos sin f cosq (7) cos f sinq cos sin f sin cos f sinq sin sin f cos cos f cosq Hubungan antara sudut Euler (f, q dan ) dengan ecepatan sudut eluar sensor groscope (p, q dan r) dapat diperoleh dengan menurunan persamaan R BN [3].
4 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN p q r t t t cosf( sin f( t t sin q ( f cosq ( sin f( q cosq ( cosf( t Persamaan (8) mentransformasian ecepatan sudut Euler e dalam ecepatan sudut dalam eranga roet, sehingga dengan mencari invers suu pertama ruas anan pada persamaan (9) diperoleh persamaan sebagai beriut. f q t t t.3 apis Kalman sin f( tanq ( cosf( sin f( / cosq ( t t cosf( tanq ( p sin f( q cosf( / cosq ( r t apis Kalman digunaan untu menelesaian permasalahan estimasi state pada suatu proses ang dapat dinataan dalam persamaan deferensial linear seperti pada persamaan beriut [8]. A B u w () Noise pada proses diasumsian sebagai proses random berdistribusi normal seperti pada persamaan beriut. E w w Q untu i =. () w E dan i Nilai matri Q dapat dihitung dengan menggunaan persamaan beriut []. Q S E w w () w Dari persamaan () terlihat bahwa state belum bisa diobservasi, sehingga untu melauan observasi diperluan model penguuran ang memetaan state e eluaran ang dapat diobservasi seperti pada persamaan beriut. H v (3) Noise pada penguuran diasumsian sebagai proses random berdistribusi normal. E v v R untu i =. (4) v E dan i Diasumsian pula bahwa proses random w dan v adalah saling bebas, sehingga nilai crosscorrelation adalah nol. E wv i untu semua i dan. (5) Nilai estimasi state ˆ pada tapis Kalman ditentuan dari estimasi posteriori (8) (9) ˆ serta selesih antara penguuran sebenarna dan estimasi penguuran Hˆ seperti pada persamaan beriut. ˆ ˆ K H v Hˆ (6) Pada tapis Kalman dipilih nilai K sehingga estimasi posteriori adalah optimal atau mempunai galat ang minimum. Nilai P minimum diperoleh jia nilai K dapat menediaan estimasi ang mempunai covariance minimum. Nilai K P H H P H R (7) P minimun adalah sebagai beriut P P I K H (8) Karena tida ada nilai orelasina dengan noise ang lain w, maa nilai estimasi priori diberian dengan menghilangan noise w, ˆ A ˆ B u (9) Nilai covariance dari galat P A P A Q (3) Proses perhitungan pada filter Kalman dapat dilihat pada Gambar 3 [7].
5 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN Inisialisasi ˆ dan P Data penguuran. Periraan state ˆ A ˆ B u. Perhitungan matri covariace P A P A Q. Perhitungan Kalman gain K P H H P H R. Perbarui periraan ˆ ˆ K Hˆ 3. Perbarui covariance esalahan P I K H P Hasil periraan ˆ Gambar 3: Proses perhitungan pada filter Kalman 3. PERANCANGAN Perancangan program simulasi berdasaran proses pengolahan data IMU menjadi data pada eranga navigasi seperti pada Gambar 4 [4]. Keluaran sensor accelerometer berupa isarat percepatan (a, a, dan az) pada eranga roet ditransformasian e dalam eranga navigasi dengan menggunaan persamaan (7). Percepatan dalam eranga navigasi diperoleh dengan menggunaan persamaan (4), (5), dan (6) dengan percepatan ang telah diperoleh dari persamaan (7). Percepatan dalam eranga navigasi inilah ang selanjutna menjadi masuan pada tapis Kalman. Keluaran sensor groscope berupa isarat ecepatan sudut (p, q, dan r) pada eranga roet ditransformasian edalam eranga navigasi dengan menggunaan persamaan (9). Kecepatan sudut dalam eranga navigasi ini selanjutna menjadi masuan pada tapis Kalman, sedang sudut ang dihasilan pada proses ini digunaan untu memperbaharui matris transformasi pada persamaan (7). INS Navigation Frame IMU Gravit Kalman filter Acceleration Velocit Acc R BN Position z p q r p q r to omega Anglevelocit (omega) Eulerangle Gambar 4: Pengolahan data IMU menjadi data pada eranga navigasi Penurunan persamaan untu ecepatan dan jara dari suatu percepatan adalah sebagai beriut [7]. v v u s s v u Nilai u merupaan masuan sistem ang berupa percepatan. Dengan s adalah posisi (jara) pada sumbu, v adalah ecepatan linear pada sumbu dan u adalah percepatan pada sumbu. Persamaan state untu proses dan persamaan eluaranna adalah sebagai beriut.
6 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN w u v Penurunan persamaan untu sudut dari suatu ecepatan sudut adalah sebagai beriut [5]. u q q Nilai u merupaan masuan sistem ang berupa ecepatan sudut. Dengan q adalah sudut pada sumbu dan u adalah ecepatan sudut pada sumbu. Persamaan state untu proses dan persamaan eluaranna adalah sebagai beriut. w u v 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian dilauan dengan memberian variasi masuan ecepatan sudut (eluaran sensor groscope) dan masuan percepatan (eluaran sensor accelerometer), serta variasi pada watu cupli (sampling) aitu,,, dan,. Karena setiap ali pengujian hasilna berbeda (masuan derau dibangitan secara aca), maa masing-masing pengujian dilauan sebana ali. Pembahasan dilauan terhadap nilai root mean square (RMS) ang terjadi dari isarat hasil estimasi eluaran tapis Kalman dan nilai sebenarna. Pada Gambar 5 diperlihatan hasil simulasi untu =,. Pada Gambar 5.a terlihat bahwa hasil estimasi posisi lebih tinggi jia dibandingan dengan nilai sebenarna, posisi pada sumbu, dan mempunai RMS galat ang hampir sama aitu urang dari,4 dan posisi pada sumbu z mempunai RMS galat ang lebih ecil, seperti pada Gambar 5.b. Pada Gambar 5.c terlihat bahwa semua hasil estimasi sudut berada diseitar nilai sebenarna, masing-masing sudut pada sumbu,, dan z mempunai RMS galat ang sama aitu urang dari,4, seperti pada Gambar.d. a. Posisi sebenarna dan hasil estimasi b. Nilai RMS untu posisi.
7 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN c. Sudut sebenarna dan hasil estimasi d. Nilai RMS untu sudut. Gambar 5: Simulasi dengan masuan a = a = sin(, a = cos(, dan p = q = r = sin( Hasil pengujian untu =,, =,, dan =, diperlihatan pada abel sampai dengan abel 3. abel : Hasil pada watu cupli =, No RMS posisi pada sumbu RMS sudut pada sumbu z z Rata-rata abel : Hasil pada watu cupli =, No RMS posisi pada sumbu RMS sudut pada sumbu z z Rata-rata abel 3: Hasil pada watu cupli =, No RMS posisi pada sumbu RMS sudut pada sumbu z z Rata-rata Dari etiga tabel terlihat bahwa hasil RMS galat pada =,,bai untu posisi maupun untu sudut, mempunai nilai ang paling ecil, sehingga untu memperecil nilai RMS galat dapat dilauan dengan
8 Seminar Nasional enologi Informasi & Komuniasi erapan (Semanti ) ISBN memperecil watu cupli. Nilai RMS galat posisi sumbu,, dan pada watu cupli, bernilai sama, sedang pada watu cupli, dan, berbeda. Nilai RMS galat sudut pada semua sumbu, mempunai nilai ang sama untu masing-masing watu cupli. Jadi untu masuan sensor groscope RMS galat ang sama aan menghasilan nilai RMS galat ang sama, sedang pada posisi, nilai pada sumbu z berbeda, hal ini disebaban arena isarat masuanna berbeda. 5. KESIMPULAN Dari hasil pengujian pada sensor accelerometer dan sensor groscope dengan berbagai perubahan watu cupli, disimpulan bahwa mengecilna watu cupli diiuti dengan mengecilna nilai RMS galat, sehingga perlu diusahaan agar watu cupli seecil mengin. Pada hasil estimasi sudut pada semua sumbu, nilai RMS galat untu masing-masing watu cupli mempunai nilai ang sama. Pada watu cupli ang ecil,, nilai RMS galat estimasi posisi untu etiga sumbu cenderung sama, mesipun berbeda masuan isarat accelerometer. DAFAR PUSAKA [] Brown, Robert Grover, Introduction to Random Signals and Applied Kalman filtering, John Wille & Son, third edition, Canada, 997. [] Kalman, RE, A new a proach to linear filtering and prediction problem, ransactions of the ASME -Journal of basic engineering, series D,8, 34-45,96. [3] Kapaldo, Aaron J, Groscope Calibration and Dead Reconing for an Autonomous Underwater Vehicle, Masters hesis Virginia Poltechnic, 5. [4] Ronnbac, Sven, Development of a INS/GPS navigation loop for an UAV, Masters hesis Lulea Universit of echnolog,. [5] Siouris, George M, Missile Guidance and Control Sstem, Springer-Verlag New Yor, 4. [6] Wahudi, Adhi Susanto, Sasongo Pramono Hadi, Wahu Widada, 9, Simulasi Filter Kalman untu Estimasi Sudut dengan Meggunaan Sensor Groscope, Jurnal eni, UNDIP Semarang. [7] Wahudi, Adhi Susanto, Sasongo Pramono Hadi, Wahu Widada, 9, Simulasi Filter Kalman untu Estimasi Posisi dengan Meggunaan Sensor Accelerometer, Jurnal echno Science, UDINUS Semarang [8] Welch, Greg and Gar Bishop, An Introduction to he Kalman Filter, 6.
SIMULASI FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI SUDUT DENGAN MENGGUNAKAN SENSOR GYROSCOPE
SIMULASI FILR KALMAN UNUK SIMASI SUDU DNGAN MNGGUNAKAN SNSOR GYROSCOP Wahyudi *), Adhi Susanto **), Sasongo Pramono **), Wahyu Widada ***) Abstact he Kalman filter is a recursive solution to the process
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar Tugas Ahir PENDETEKSI POSISI MENGGUNAKAN SENSOR ACCELEROMETER MMA7260Q BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 32 Muhammad Riyadi Wahyudi, ST., MT. Iwan Setiawan, ST., MT. Abstract Currently, determining
Lebih terperinciBAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING
Bab III Desain Dan Apliasi Metode Filtering Dalam Sistem Multi Radar Tracing BAB III DESAIN DAN APLIKASI METODE FILTERING DALAM SISTEM MULTI RADAR TRACKING Bagian pertama dari bab ini aan memberian pemaparan
Lebih terperinciPENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU
PENENTUAN FAKTOR KALIBRASI ACCELEROMETER MMA7260Q PADA KETIGA SUMBU Wahyudi 1, Adhi Susanto 2, Sasongo P. Hadi 2, Wahyu Widada 3 1 Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas Diponegoro, Tembalang,
Lebih terperinciDESAIN SENSOR KECEPATAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILTER KALMAN UNTUK ESTIMASI KECEPATAN DAN POSISI KAPAL
DESAIN SENSOR KECEPAAN BERBASIS DIODE MENGGUNAKAN FILER KALMAN UNUK ESIMASI KECEPAAN DAN POSISI KAPAL Alrijadjis, Bambang Siswanto Program Pascasarjana, Jurusan eni Eletro, Faultas enologi Industri Institut
Lebih terperinciPendeteksi Rotasi Menggunakan Gyroscope Berbasis Mikrokontroler ATmega8535
Maalah Seminar Tugas Ahir Pendetesi Rotasi Menggunaan Gyroscope Berbasis Miroontroler ATmega8535 Asep Mubaro [1], Wahyudi, S.T, M.T [2], Iwan Setiawan, S.T, M.T [2] Jurusan Teni Eletro, Faultas Teni, Universitas
Lebih terperinciBAB 2 TEORI PENUNJANG
BAB EORI PENUNJANG.1 Konsep Dasar odel Predictive ontrol odel Predictive ontrol P atau sistem endali preditif termasu dalam onsep perancangan pengendali berbasis model proses, dimana model proses digunaan
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir
Maalah Seminar ugas Ahir Simulasi Penapisan Kalman Dengan Kendala Persamaan Keadaan Pada Kasus Penelusuran Posisi Kendaraan (Vehicle racing Problem Iput Kasiyanto [], Budi Setiyono, S., M. [], Darjat,
Lebih terperinciESTIMASI TRAJECTORY MOBILE ROBOT MENGGUNAKAN METODE ENSEMBLE KALMAN FILTER SQUARE ROOT (ENKF-SR)
SEMINAR NASIONAL PASCASARJANA SAL ESIMASI RAJECORY MOBILE ROBO MENGGUNAKAN MEODE ENSEMBLE KALMAN FILER SQUARE ROO (ENKF-SR) eguh Herlambang Zainatul Mufarrioh Firman Yudianto Program Studi Sistem Informasi
Lebih terperinciEstimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter
Estimasi Harga Saham Dengan Implementasi Metode Kalman Filter eguh Herlambang 1, Denis Fidita 2, Puspandam Katias 2 1 Program Studi Sistem Informasi Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya Unusa Kampus B
Lebih terperinciKORELASI ANTARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISTEM ADAPTIF. Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1. Abstrak
KORELASI ANARA DUA SINYAL SAMA BERBEDA JARAK PEREKAMAN DALAM SISEM ADAPIF Sri Arttini Dwi Prasetyawati 1 Abstra Masud pembahasan tentang orelasi dua sinyal adalah orelasi dua sinyal yang sama aan tetapi
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Sistem Kendali Lup [1] Sistem endali dapat diataan sebagai hubungan antara omponen yang membentu sebuah onfigurasi sistem, yang aan menghasilan tanggapan sistem yang diharapan.
Lebih terperinciSoal-Jawab Fisika OSN x dan = min. Abaikan gesekan udara. v R Tentukan: a) besar kelajuan pelemparan v sebagai fungsi h. b) besar h maks.
Soal-Jawab Fisia OSN - ( poin) Sebuah pipa silinder yang sangat besar (dengan penampang lintang berbentu lingaran berjarijari R) terleta di atas tanah. Seorang ana ingin melempar sebuah bola tenis dari
Lebih terperinciBahan Minggu II, III dan IV Tema : Kerangka acuan inersial dan Transformasi Lorentz Materi :
Bahan Minggu II, III dan IV Tema : Keranga auan inersial dan Transformasi Lorent Materi : Terdaat dua endeatan ang digunaan untu menelusuri aedah transformasi antara besaran besaran fisis (transformasi
Lebih terperinciPENERAPAN AKAR KUADRAT PADA ENSEMBLE KALMAN FILTER (EnKF) ABSTRAK
PENERAPAN AKAR KUADRA PADA ENSEMBLE KALMAN FILER (EnKF) Jasmir 1, Erna Apriliani 2, Didi Khusnul Arif 3 Email: ijas_1745@yahoo.co.id ABSRAK Ensemble Kalman Filter (EnKF) merupaan salah satu metode untu
Lebih terperinciKata Kunci : Multipath, LOS, N-LOS, Network Analyzer, IFFT, PDP. 1. Pendahuluan
Statisti Respon Kanal Radio Dalam Ruang Pada Freuensi,6 GHz Christophorus Triaji I, Gamantyo Hendrantoro, Puji Handayani Institut Tenologi Sepuluh opember, Faultas Tenologi Industri, Jurusan Teni Eletro
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER. Abstrak
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Oleh : Pandapotan Siagia, ST, M.Eng (Dosen tetap STIKOM Dinamia Bangsa Jambi) Abstra Sistem pengenal pola suara atau yang lebih dienal dengan
Lebih terperinciSISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER
SISTEM ADAPTIF PREDIKSI PENGENALAN ISYARAT VOKAL SUARA KARAKTER Pandapotan Siagian, ST, M.Eng Dosen Tetap STIKOM Dinamia Bangsa - Jambi Jalan Sudirman Theoo Jambi Abstra Sistem pengenal pola suara atau
Lebih terperinciFISIKA. Kelas X GETARAN HARMONIS K-13. A. Getaran Harmonis Sederhana
K-13 Kelas X FISIKA GETARAN HARMONIS TUJUAN PEMBELAJARAN Setelah mempelajari materi ini, amu diharapan memilii emampuan sebagai beriut. 1. Memahami onsep getaran harmonis sederhana pada bandul dan pegas
Lebih terperincia. Integral Lipat Dua atas Daerah Persegi Panjang
a. Integral Lipat ua atas aerah Persegi Panjang Misalan z = f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : = {(, ) : a b, c d} b a z c d (,) Z=f(,). Bentu partisi [a,b] dan [c,d]
Lebih terperinciBAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK
BAB 3 PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK EUCLID, PATTERN MATCHING BERBASIS JARAK MAHALANOBIS, DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BERBASIS PROPAGASI BALIK Proses pengenalan dilauan dengan beberapa metode. Pertama
Lebih terperinciBAB II DASAR TEORI. II.1. Pendahuluan
BAB II DASAR EORI II.1. Pendahuluan Pada bab ini pertama-tama aan dijelasan secara singat apa yang dimasud dengan target tracing dalam sistem Radar. Di dalam sebuah sistem Radar ada beberapa proses yang
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi Kabupaten: Solusi: a a k
Kumpulan soal-soal level selesi Kabupaten: 1. Sebuah heliopter berusaha menolong seorang orban banjir. Dari suatu etinggian L, heliopter ini menurunan tangga tali bagi sang orban banjir. Karena etautan,
Lebih terperinciVektor-vektor Yang Tegak Lurus dan Vektor-vektor Yang Paralel
Ruang Vetor Vetor-vetor Yang Tega Lurus dan Vetor-vetor Yang Paralel - Dua vetor dan saling tega lurus atau (aitu cos θ 0), ia o 0 atau ia : + + 0 - Dua vetor dan saling paralel ia omponen-omponenna sebanding
Lebih terperinciDalam setiap sub daerah, pilih suatu titik P k (x k, y k ) dan bentuklah jumlah :
INTEGAL GANDA Integral untu ungsi satu variable ita membentu suatu partisi dari interval [ab] menjadi interval-interval ang panjangna Δ = 3.n b a d lim n n Dengan cara ang sama Kita deinisian integral
Lebih terperinciAplikasi diagonalisasi matriks pada rantai Markov
J. Sains Dasar 2014 3(1) 20-24 Apliasi diagonalisasi matris pada rantai Marov (Application of matrix diagonalization on Marov chain) Bidayatul hidayah, Rahayu Budhiyati V., dan Putriaji Hendiawati Jurusan
Lebih terperinciADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoko Sumaryono ABSTRACT
Jurnal Teni Eletro Vol. 3 No.1 Januari - Juni 1 6 ADAPTIVE NOISE CANCELING MENGGUNAKAN ALGORITMA LEAST MEAN SQUARE (LMS) Anita Nardiana, SariSujoo Sumaryono ABSTRACT Noise is inevitable in communication
Lebih terperinciPENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA
1 Latar Belaang PENDAHULUAN Sistem biometri adalah suatu sistem pengenalan pola yang melauan identifiasi personal dengan menentuan eotentian dari arateristi fisiologis dari perilau tertentu yang dimilii
Lebih terperinciDeret Pangkat. Ayundyah Kesumawati. June 23, Prodi Statistika FMIPA-UII
Keonvergenan Kesumawati Prodi Statistia FMIPA-UII June 23, 2015 Keonvergenan Pendahuluan Kalau sebelumnya, suu suu pada deret ta berujung berupa bilangan real maa ali ini ita embangan suu suunya dalam
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Statisti Inferensia Tujuan statisti pada dasarnya adalah melauan desripsi terhadap data sampel, emudian melauan inferensi terhadap data populasi berdasaran pada informasi yang
Lebih terperinciEstimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunakan Metode Reduksi Kalman Filter dengan Pendekatan Elemen Hingga
JURNAL SAINS DAN SENI POMITS ol. 2, No.1, (2013) 2337-3520 (2301-928X Print) 1 Estimasi Konsentrasi Polutan Sungai Menggunaan Metode Redusi Kalman Filter dengan Pendeatan Elemen Hingga Muyasaroh, Kamiran,
Lebih terperinciDanang Mursita Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Bandung 2002
Bandung DAFTAR ISI Judul Kata Pengantar Daftar Isi i ii iv Bab Fungsi Real. Sistem Bilangan Real. Fungsi dan Grafi 6. Limit dan eontinuan.4 Limit ta Hingga dan Limit di Ta Hingga 7 Bab Turunan dan Penggunaan.
Lebih terperinciSeminar Tesis AKAR KUADRAT ENSEMBLE KALMAN FILTER (AK-EnKF) UNTUK ESTIMASI POSISI PELURU KENDALI
Seminar Tesis AKAR KUADRAT ENSEMBLE KALMAN FILTER () UNTUK ESTIMASI POSISI PELURU KENDALI OLEH : Teguh Herlambang (121 21 14) DOSEN PEMBIMBING: Subchan, PhD (1971513 19972 1 1 ) Dr. Erna Apriliani, M.Si
Lebih terperinciBAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
15 BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1Relasi Dispersi Pada bagian ini aan dibahas relasi dispersi untu gelombang internal pada fluida dua-lapisan.tinjau lapisan fluida dengan ρ a dan ρ b berturut-turut merupaan
Lebih terperinciPengantar Penerjemah. Daftar Istilah
Pengantar Penerjemah Saya awali tulisan ini dengan Nama Alloh Sang Maha Pengasih Sang Maha Penyayang. Segala Puji bagi-nya yang telah mengajaran ilmu epada siapa saja yang diehendai-nya. Sungguh, saya
Lebih terperinciKumpulan soal-soal level seleksi provinsi: solusi:
Kumpulan soal-soal level selesi provinsi: 1. Sebuah bola A berjari-jari r menggelinding tanpa slip e bawah dari punca sebuah bola B berjarijari R. Anggap bola bawah tida bergera sama seali. Hitung ecepatan
Lebih terperinciMODIFIKASI PERSAMAAN QUATERNION PADA ALGORITMA INS UNTUK APLIKASI ROKET
Jurnal Teknologi Dirgantara Vol. 8 No. 2 Desember 2010:98-107 MODIFIKASI PERSAMAAN QUATERNION PADA ALGORITMA INS UNTUK APLIKASI ROKET Romi Wiryadinata *), Wahyu Widada **) *) Jurusan Teknik Elektro, Fakultas
Lebih terperinciOptimasi Non-Linier. Metode Numeris
Optimasi Non-inier Metode Numeris Pendahuluan Pembahasan optimasi non-linier sebelumnya analitis: Pertama-tama mencari titi-titi nilai optimal Kemudian, mencari nilai optimal dari fungsi tujuan berdasaran
Lebih terperinciBAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Pada bab ini disampaian beberapa pengertian dasar yang diperluan pada bab selanutnya. Selain definisi, diberian pula lemma dan teorema dengan atau tanpa buti. Untu beberapa teorema
Lebih terperinciEstimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunakan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman
JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 5, No.1, (16) 337-35 (31-98X Print) A-1 Estimasi Inflasi Wilayah Kerja KPwBI Malang Menggunaan ARIMA-Filter Kalman dan VAR-Filter Kalman Popy Febritasari, Erna Apriliani
Lebih terperinciKENNETH CHRISTIAN NATHANAEL
KENNETH CHRISTIAN NATHANAEL. Sistem Bilang Real. Fungsi dan Grafi. Limit dan Keontinuan 4. Limit Ta Hingga 5. Turunan Fungsi 6. Turunan Fungsi Trigonometri 7. Teorema Rantai 8. Turunan Tingat Tinggi 9.
Lebih terperinci4. 1 Spesifikasi Keadaan dari Sebuah Sistem
Dalam pembahasan terdahulu ita telah mempelajari penerapan onsep dasar probabilitas untu menggambaran sistem dengan jumlah partiel ang cuup besar (N). Pada bab ini, ita aan menggabungan antara statisti
Lebih terperinciBAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR
BAB III DIMENSI PARTISI GRAF KIPAS DAN GRAF KINCIR 3. Dimensi Partisi Graf Kipas (F n ) Berdasaran Proposisi dan Proposisi, semua graf G selain graf P n dan K n memilii 3 pd(g) n -. Lebih husus, graf Kipas
Lebih terperinciBAB ELASTISITAS. Pertambahan panjang pegas
BAB ELASTISITAS 4. Elastisitas Zat Padat Dibandingan dengan zat cair, zat padat lebih eras dan lebih berat. sifat zat padat yang seperti ini telah anda pelajari di elas SLTP. enapa Zat pada lebih eras?
Lebih terperinciSensitivitas Metode Ensemble Kalman Filter untuk Mendeteksi Gangguan pada Masalah Konduksi Panas Satu Dimensi
Jurnal Matematia & Sains, Desember, Vol. 6 omor 3 Sensitivitas Metode Ensemble Kalman Filter untu Mendetesi Gangguan pada Masalah Kondusi Panas Satu Dimensi Erna Apriliani dan Wiwit Sofiyanti Budiono Departement
Lebih terperinciPENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION
PENGENDALIAN MOTOR DC MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION Wahyudi, Sorihi, dan Iwan Setiawan. Jurusan Teni Eletro Faultas Teni Universitas Diponegoro Semarang e-mail : wahyuditinom@yahoo.com.
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL. Sutriani Hidri. Ja faruddin. Syafruddin Side, ABSTRAK
PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL Syafruddin Side, Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar email:syafruddinside@yahoo.com Info: Jurnal MSA Vol. 3
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Masalah untu mencari jalur terpende di dalam graf merupaan salah satu masalah optimisasi. Graf yang digunaan dalam pencarian jalur terpende adalah graf yang setiap sisinya
Lebih terperinciBAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA
BAB III PENENTUAN HARGA PREMI, FUNGSI PERMINTAAN, DAN TITIK KESETIMBANGANNYA Pada penelitian ini, suatu portfolio memilii seumlah elas risio. Tiap elas terdiri dari n, =,, peserta dengan umlah besar, dan
Lebih terperinciTransformasi Wavelet Diskret Untuk Data Time Series
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 015 Transformasi Wavelet Disret Untu Data Time Series S - 11 11 Vemmie Nastiti Lestari, Subanar Jurusan Matematia, Faultas Matematia dan Ilmu Pengetahuan
Lebih terperinciANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE)
Seminar Nasional Matematia dan Apliasinya, 1 Otober 17 ANALISIS PETA KENDALI DEWMA (DOUBLE EXPONENTIALLY WEIGHTED MOVING AVERAGE) DALAM PENGENDALIAN KUALITAS PRODUKSI FJLB (FINGER JOINT LAMINATING BOARD)
Lebih terperinciANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT
Jurnal Sipil Stati Vol. No. Agustus (-) ISSN: - ANALISA STATIK DAN DINAMIK GEDUNG BERTINGKAT BANYAK AKIBAT GEMPA BERDASARKAN SNI - DENGAN VARIASI JUMLAH TINGKAT Revie Orchidentus Francies Wantalangie Jorry
Lebih terperinciBAB III METODE SCHNABEL
BAB III METODE SCHNABEL Uuran populasi tertutup dapat diperiraan dengan teni Capture Mar Release Recapture (CMRR) yaitu menangap dan menandai individu yang diambil pada pengambilan sampel pertama, melepasan
Lebih terperinciUJI BARTLETT. Elty Sarvia, ST., MT. Fakultas Teknik Jurusan Teknik Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung. Scheffe Multiple Contrast Procedure
8/9/01 UJI TUKEY UJI DUNCAN UJI BARTLETT UJI COCHRAN UJI DUNNET Elty Sarvia, ST., MT. Faultas Teni Jurusan Teni Industri Universitas Kristen Maranatha Bandung Macam Metode Post Hoc Analysis The Fisher
Lebih terperinciProgram Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom [MA1124] KALKULUS II
Program Peruliahan asar Umum Seolah Tinggi Tenologi Telom Integral Lipat ua [MA4] Integral Lipat ua Misalan z f(,) terdefinisi pada merupaan suatu persegi panjang tertutup, aitu : {(, ) : a b, c d} b a
Lebih terperinciBAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN
BAB IV PERHITUNGAN HARGA PREMI BERDASARKAN FUNGSI PERMINTAAN PADA TITIK KESETIMBANGAN Berdasaran asumsi batasan interval pada bab III, untu simulasi perhitungan harga premi pada titi esetimbangan, maa
Lebih terperinci( s) PENDAHULUAN tersebut, fungsi intensitas (lokal) LANDASAN TEORI Ruang Contoh, Kejadian dan Peluang
Latar Belaang Terdapat banya permasalahan atau ejadian dalam ehidupan sehari hari yang dapat dimodelan dengan suatu proses stoasti Proses stoasti merupaan permasalahan yang beraitan dengan suatu aturan-aturan
Lebih terperinciVARIASI NILAI BATAS AWAL PADA HASIL ITERASI PERPINDAHAN PANAS METODE GAUSS-SEIDEL
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Peningatan Kualitas Pembelajaran Sains dan Kompetensi Guru melalui Penelitian & Pengembangan dalam Menghadapi Tantangan Abad-1 Suraarta, Otober 016 VARIASI NILAI BATAS
Lebih terperinciBAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengolahan Data Data yang telah berhasil diumpulan oleh penulis di BB BIOGEN diperoleh hasil bobot biji edelai dengan jumlah varietas yang aan diuji terdiri dari 15
Lebih terperinciSKEMA AKAR KUADRAT DALAM UNSCENTED KALMAN FILTER UNTUK MENDETEKSI KERAK PADA ALAT PENUKAR PANAS
Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidian dan Penerapan MIPA, Faultas MIPA, Universitas Negeri Yogyaarta, 4 Mei 2 SKEMA AKAR KUADRA DALAM UNSCENED KALMAN FILER UNUK MENDEEKSI KERAK PADA ALA PENUKAR
Lebih terperinciStudi dan Analisis mengenai Hill Cipher, Teknik Kriptanalisis dan Upaya Penanggulangannya
Studi dan Analisis mengenai Hill ipher, Teni Kriptanalisis dan Upaya enanggulangannya Arya Widyanaro rogram Studi Teni Informatia, Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung Email: if14030@students.if.itb.ac.id
Lebih terperinciBAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI
BAB 3 PRINSIP SANGKAR BURUNG MERPATI 3. Pengertian Prinsip Sangar Burung Merpati Sebagai ilustrasi ita misalan terdapat 3 eor burung merpati dan 2 sangar burung merpati. Terdapat beberapa emunginan bagaimana
Lebih terperinciVISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB
KARYA TULIS ILMIAH VISUALISASI GERAK PELURU MENGGUNAKAN MATLAB Oleh: Drs. Ida Bagus Alit Paramarta, M.Si. Dra. I.G.A. Ratnawati, M.Si. JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB IV APLIKASI PADA MATRIKS STOKASTIK
BAB IV : ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK 56 BAB IV ALIKASI ADA MARIKS SOKASIK Salah satu apliasi dari eori erron-frobenius yang paling terenal adalah penurunan secara alabar untu beberapa sifat yang dimilii
Lebih terperinciAnalisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Elektroteknika Dasar
3 Analisis Pengaruh Peralatan Laboratorium Terhadap Kualitas Daya Pada Laboratorium Eletrotenia Dasar Jamhir slami Pranata Laboratorium Pendidian (PLP) Ahli Muda Laboratorium Eletrotenia Dasar Faaultas
Lebih terperinciPENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI
PENYELESAIAN PERSAMAAN LOTKA-VOLTERRA DENGAN METODE TRANSFORMASI DIFERENSIAL SUTRIANI HIDRI Jurusan Matematia, FMIPA, Universitas Negeri Maassar Email: nanni.cliq@gmail.com Abstra. Pada artiel ini dibahas
Lebih terperinciINTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON. Makalah. Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numerik. yang dibimbing oleh
INTEGRAL NUMERIK KUADRATUR ADAPTIF DENGAN KAIDAH SIMPSON Maalah Disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah Metode Numeri yang dibimbing oleh Dr. Nur Shofianah Disusun oleh: M. Adib Jauhari Dwi Putra 146090400111001
Lebih terperinciPerbandingan Antara Algoritma Penghapusan Bising Adaptif LMS dan Adaptif RLS dalam Penghapusan Bising Kendaraan
Perbandingan Antara Algoritma Penghapusan Bising Adaptif LMS dan Adaptif RLS dalam Penghapusan Bising Kendaraan Sri Arttini Dwi Prasetyowati 1), Adhi Susanto ), homas Sriwidodo ), Jazi Eo Istiyanto 3)
Lebih terperinciRekayasa Elektrika. Jurnal DESEMBER 2017 VOLUME 13 NOMOR 3. TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/2016
TERAKREDITASI RISTEKDIKTI No. 36b/E/KPT/206 Jurnal Reayasa Eletria VOLUME 3 NOMOR 3 DESEMBER 207 Pengenal Geraan dengan Joystic Aselerometer Menggunaan Filter Kalman Khoirudin Fathoni dan Dhidi Prastiyanto
Lebih terperinciBAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH
BAB 3 LANGKAH PEMECAHAN MASALAH 3.1 Penetapan Kriteria Optimasi Gambar 3.1 Bagan Penetapan Kriteria Optimasi Sumber: Peneliti Determinasi Kinerja Operasional BLU Transjaarta Busway Di tahap ini, peneliti
Lebih terperinciBlind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem Komunikasi DS-CDMA dengan Kanal AWGN
Proceeding of Seminar on Intelligent echnology and Its Applications (SIIA ) Institut enologi Sepuluh Nopember, Surabaya, May 7 th, Blind Adaptive Multi-User Detection pada Sistem omuniasi DS-CDMA dengan
Lebih terperinciAKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA
AKURASI MODEL PREDIKSI METODE BACKPROPAGATION MENGGUNAKAN KOMBINASI HIDDEN NEURON DENGAN ALPHA Aris Puji Widodo, Suhartono 2, Eo Adi Sarwoo 3, dan Zulfia Firdaus 4,2,3,4 Departemen Ilmu Komputer/Informatia,
Lebih terperinciPEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA
PEBANDINGAN METODE ROBUST MCD-LMS, MCD-LTS, MVE-LMS, DAN MVE-LTS DALAM ANALISIS REGRESI KOMPONEN UTAMA Sear Wulandari, Nur Salam, dan Dewi Anggraini Program Studi Matematia Universitas Lambung Mangurat
Lebih terperinciPenempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming
JURAL TEKIK POMITS Vol. 2, o. 2, (2013) ISS: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-137 Penempatan Optimal Phasor Measurement Unit (PMU) dengan Integer Programming Yunan Helmy Amrulloh, Rony Seto Wibowo, dan Sjamsjul
Lebih terperinciBAB 2 DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI
SR TEORI SR TEORI. Umum Pada bab ini aan dibahas mengenai dasar-dasar serat alam, teori strutur sandwich, fenomena etidastabilan strutur ang terjadi, terutama modus overall bucling ang aan dibahas dalam
Lebih terperinciKENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN
KENDALI OPTIMAL PADA MASALAH INVENTORI YANG MENGALAMI PENINGKATAN Pardi Affandi, Faisal, Yuni Yulida Abstra: Banya permasalahan yang melibatan teori sistem dan teori ontrol serta apliasinya. Beberapa referensi
Lebih terperinciModel Pembelajaran Off-Line Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Untuk Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teknik Elektronika PENS 2009
Model Pembelaaran Off-Line Menggunaan Jaringan Syaraf Tiruan Untu Pengemudian Otomatis pada Kendaraan Beroda Jurusan Teni Eletronia PENS 2009 Arie Setya Wulandari#, Eru Puspita S.T., M.Kom#2 # Jurusan
Lebih terperinciBAB II TEORI DASAR. Sistem struktur yang mengalami problem dinamik mempunyai perbedaan
BAB II TEORI DASAR II. Umum Sistem strutur yang mengalami problem dinami mempunyai perbedaan yang signifian terhadap problem stati. Yaitu sistem strutur pembebanan dinami memerluan sejumlah oordinat bebas
Lebih terperinciEstimasi Posisi Magnetic Levitation Ball Menggunakan Metode Akar Kuadrat Ensemble Kalman Filter (AK-EnKF)
R E.M. (Reayasa Energi Manufatur Jurnal! "" # $ $% & % " % '! " ( http://dx.doi.org/10.1070/r.e.m.vi1.768 Estimasi Posisi Magnetic Levitation Ball Menggunaan Metode Aar Kuadrat Ensemble Kalman Filter (
Lebih terperinciMATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK 2 [KODE/SKS : KD / 2 SKS] Ruang Vektor
MATA KULIAH MATEMATIKA TEKNIK [KODE/SKS : KD4 / SKS] Ruang Vetor FIELD: Ruang vetor V atas field salar K adalah himpunan ta osong dengan operasi penjumlahan vetor dan peralian salar. Himpunan ta osong
Lebih terperinciU J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K
U J I A N A K H I R S E M E S T E R M A T E M A T I K A T E K N I K SE NIN, 9 JANUAR I OPEN BOO K W AKT U MENIT KLAS B D AN KL AS C PETUNJUK ) Saudara bole menggunaan omputer untu mengerjaan soal-soal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belaang Model Loglinier adalah salah satu asus husus dari general linier model untu data yang berdistribusi poisson. Model loglinier juga disebut sebagai suatu model statisti
Lebih terperinciTanggapan Waktu Alih Orde Tinggi
Tanggapan Watu Alih Orde Tinggi Sistem Orde-3 : C(s) R(s) ω P ( < ζ (s + ζω s + ω )(s + p) Respons unit stepnya: c(t) βζ n n < n ζωn t e ( β ) + βζ [ ζ + { βζ ( β ) cos ( β ) + ] sin ζ ) ζ ζ ω ω n n t
Lebih terperinciPengenalan Pola. Klasifikasi Linear Discriminant Analysis
Pengenalan Pola Klasifiasi Linear Discriminant Analysis PTIIK - 2014 Course Contents 1 Analisis Disriminan 2 Linear Classification 3 Linear Discriminant Analysis (LDA 4 Studi Kasus dan Latihan Analisis
Lebih terperinciBAB 5 RUANG VEKTOR UMUM. Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT.
BAB 5 RUANG VEKTOR UMUM Dr. Ir. Abdul Wahid Surhim, MT. KERANGKA PEMBAHASAN. Ruang Vetor Nyata. Subruang. Kebebasan Linier 4. Basis dan Dimensi 5. Ruang Baris, Ruang Kolom dan Ruang Nul 6. Ran dan Nulitas
Lebih terperinciPENAKSIR RASIO-PRODUK EKSPONENSIAL YANG EFISIEN UNTUK RATA-RATA POPULASI PADA SAMPLING ACAK BERSTRATA
PENAIR RAIO-PRODU EPONENIAL YANG EFIIEN UNTU RATA-RATA POPULAI PADA AMPLING ACA BERTRATA Dess Nuralita 1*, Ruam Efendi, Haposan irait 1 Maasiswa Program 1 Matematia Dosen Jurusan Matematia Faultas Matematia
Lebih terperinciBAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY)
BAB VII. RELE JARAK (DISTANCE RELAY) 7.1 Pendahuluan. Rele jara merespon terhadap banya inputsebagai fungsi dari rangaian listri yang panjang (jauh) antara loasi rele dengan titi gangguan. Karena impedansi
Lebih terperinciKOMPUTASI DISTRIBUSI SUHU MENGGUNAKAN METODE LINE SUCCESSIVE OVERRELAXATION (LSOR) MELALUI PENDEKATAN BEDA HINGGA DALAM BAHASA PEMROGRAMAN MATLAB
QUANUM, Jurnal Inovasi Pendidian Sains, Vol., No., April 0, hlm. 53-60 53 KOMPUASI DISRIBUSI SUHU MENGGUNAKAN MEODE LINE SUCCESSIVE OVERRELAXAION (LSOR) MELALUI PENDEKAAN BEDA HINGGA DALAM BAHASA PEMROGRAMAN
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. sebuah teknik yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Ragam (Anara) Untu menguji esamaan dari beberapa nilai tengah secara sealigus diperluan sebuah teni yang baru yang disebut analisis ragam. Anara adalah suatu metode
Lebih terperinciPROGRAM SIMULASI UNTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS INFINITE IMPULSE RESPONSE UNTUK MEDIA PEMBELAJARAN DIGITAL SIGNAL PROCESSING
Konferensi asional Sistem dan Informatia 28; Bali, ovember 15, 28 KS&I8-44 PROGRAM SIMULASI UTUK REALISASI STRUKTUR TAPIS IFIITE IMPULSE RESPOSE UTUK MEDIA PEMBELAJARA DIGITAL SIGAL PROCESSIG Damar Widjaja
Lebih terperinciMETODE WATERMARKING UNTUK PENYISIPAN INDEKS DATA PADA IMAGE MENGGUNAKAN HAAR TRANSFORMASI WAVELET
METODE WATERMARKING UNTUK PENYISIPAN INDEKS DATA PADA IMAGE MENGGUNAKAN HAAR TRANSFORMASI WAVELET Maryanti 1, Nana Juhana, ST. 1, Manahan P.Siallagan S.Si, MT. 1 1) Jurusan Teni Informatia, FT, UNIKOM
Lebih terperinciPEMODELAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH HIV DAN AIDS PROVINSI JAWA TIMUR MENGGUNAKAN REGRESI POISSON BIVARIAT
PEMODELAN FAKOR YANG MEMPENGARUHI JUMLAH HIV DAN AIDS PROVINSI JAWA IMUR MENGGUNAKAN REGRESI POISSON BIVARIA Novi ri Ratnasari, Purhadi Jurusan Statistia, Faultas MIPA, Institut enologi Sepuluh Nopember
Lebih terperinciMakalah Seminar Tugas Akhir. Aplikasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self Tuning Regulator (STR)
Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi Kendali Adaptif pada Pengendalian Plant Pengatur Suhu dengan Self uning Regulator (SR) Oleh : Muhammad Fitriyanto e-mail : D_3_N2@yahoo.com Maalah Seminar ugas Ahir Apliasi
Lebih terperinciUji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Jonckheere Terpstra dan Modifikasinya Ridha Ferdhiana 1 Statistics Peer Group
Uji Alternatif Data Terurut Perbandingan antara Uji Joncheere Terpstra dan Modifiasinya Ridha Ferdhiana Statistics Peer Group Jurusan Matematia FMIPA Universitas Syiah Kuala Banda Aceh, Aceh, 23 email:
Lebih terperinciVariasi Spline Kubik untuk Animasi Model Wajah 3D
Variasi Spline Kubi untu Animasi Model Wajah 3D Rachmansyah Budi Setiawan (13507014 1 Program Studi Teni Informatia Seolah Teni Eletro dan Informatia Institut Tenologi Bandung, Jl. Ganesha 10 Bandung 40132,
Lebih terperinciPerhitungan Kehilangan Pratekan Total dengan Memakai Teori Kemungkinan ABSTRAK
Jurnal APLIKASI Volume 5, Nomor 1, Agustus 2008 Perhitungan Kehilangan Pratean Total dengan Memaai Teori Kemunginan M. Sigit Darmawan Dosen Jurusan Diploma Teni Sipil, FTSP - ITS Email: msdarmawan@ce.its.ac.id
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Unmanned aerial vehicles (UAVs) atau wahana tanpa awak merupakan wahana terbang tanpa ada yang mengendalikan penerbangan wahana tersebut. Sebuah UAV dapat berupa pesawat
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR. Gumgum Darmawan Statistika FMIPA UNPAD
JMP : Vol. 9 No. 1, Juni 17, hal. 13-11 ISSN 85-1456 IDENTIFIKASI PERUBAHAN POLA CURAH HUJAN MELALUI PERIODOGRAM STANDAR Gumgum Darmawan Statistia FMIPA UNPAD gumgum@unpad.ac.id Budhi Handoo Statistia
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Graf adalah kumpulan simpul (nodes) yang dihubungkan satu sama lain
8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Graf 2.1.1 Definisi Graf Graf adalah umpulan simpul (nodes) yang dihubungan satu sama lain melalui sisi/busur (edges) (Zaaria, 2006). Suatu Graf G terdiri dari dua himpunan
Lebih terperinciPERTEMUAN 02 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU
PERTEMUAN 2 PERBEDAAN ANTARA SISTEM DISKRIT DAN SISTEM KONTINU 2. SISTEM WAKTU DISKRET Sebuah sistem watu-disret, secara abstra, adalah suatu hubungan antara barisan masuan dan barisan eluaran. Sebuah
Lebih terperinci