GEOMETRI METRIK. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Sains. Program Studi Matematika

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GEOMETRI METRIK. Skripsi. Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Gelar Sarjana Sains. Program Studi Matematika"

Transkripsi

1 GEOMETRI METRIK Skipsi Diajukan unuk Memenuhi Salah Sau Saa Mempeoleh Gela Sajana Sains Pogam Sudi Maemaika Oleh: Monica Lili Megawai NIM: PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 009

2 METRIC GEOMETRY Thesis Pesened as Paial Fulfillmen of he Requiemens To Obain he SARJANA SAINS Degee In Mahemaics B: Monica Lili Megawai Suden Numbe: MATHEMATICS STUDY PROGRAM MATHEMATICS DEPARTMENT SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 009 ii

3 iii

4 iv

5 v

6 vi

7 ABSTRAK Geomei Absak meupakan himpunan dai iik dan gais ang memenuhi aksioma eenu. Sebuah Geomei Absak dikaakan Geomei Insidensi jika memenuhi sisem aksioma ang mengandung keunggalan gais. Geomei Meik meupakan konsep Geomei Absak ang menaukan bebagai konsep geomei ang sudah ada sepei Geomei Euklides dan Geomei Non Euklides dengan menggunakan sisem aksioma. Konsep ang digunakan dalam Geomei Meik aiu konsep mengenai jaak. Jaak adalah fungsi ang menenukan sebuah bilangan d(p, Q) unuk seiap pasangan iik P, Q. Dalam skipsi ini akan dibicaakan iga model ang muncul dalam Geomei Meik, aiu Bidang Euklidean, Bidang Poincaè, dan Bidang Taicab. Penggabungan model-model ang muncul dengan suau fungsi jaak akan menghasilkan suau Geomei Meik. Penggunaan veko dalam Bidang Kaesian aiu unuk menenukan sifa keanaaan dalam Geomei Meik ang menenukan iga iik kolinie A B C aina B eleak di anaa A dan C. vii

8 ABSTRACT Absac Geome is a se of poins and lines ha mee a ceain aiom. The Absac Geome is an Incidence Geome if i mees an aiom ssem ha conains he uniqueness of lines. Meic Geome is a concep of Absac Geome ha unifies he pevious geome conceps like Euclidean Geome and Non Euclidean Geome ha use he aiom ssem. The concep used in Meic Geome is a disance concep. The disance is he funcion ha deemines he numbe d ( P, Q) fo eve pai of poins P, Q. This hesis will discuss hee models of he Meic Geome, he ae: Euclidean Plane, Poincaè Plane, and Taicab Plane. The gouping of he models ha se in cone wih a disance funcion will poduce a Meic Geome. The use of vecos on Caesian Plane is o deemine beweeness on he Meic Geome ha esablishes hee colinea lines of A B C. I means ha B is beween A and C. viii

9 i

10 KATA PENGANTAR Puji dan suku kepada Tuhan Yang Maha Esa ang elah membeikan beka dan ahma-na sehingga penulis dapa menelesaikan skipsi ini. Beka dukungan dan banuan dai banak pihak, akhina skipsi ini dapa eselesaikan. Oleh kaena iu penulis menampaikan eima kasih kepada:. Bapak He Pibawano Suawan, S.Si.,M.Si. selaku dosen pembimbing ang elah membeikan pengaahan dan bimbingan selama penusunan skipsi ini.. Bapak Yosef Agung Cahana, S.T.,M.T. selaku Dekan Fakulas Sains dan Teknologi ang elah mendukung penulis selama penusunan skipsi ini. 3. Ibu Lusia Kismiai Budiasih, S.Si.,M.Si. selaku Kapodi Maemaika dan Dosen Pembimbing Akademik angkaan 004 ang elah membeikan naseha, saan dan dukungan kepada penulis. 4. Bapak dan Ibu dosen ang elah membeikan bekal ilmu kepada penulis. 5. Bapak Tukijo dan Ibu Linda ang elah membeikan pelaanan adminisasi kepada penulis selama masa pekuliahan. 6. Pepusakaan Univesias Sanaa Dhama dan saf ang elah menediakan fasilias dan membeikan kemudahan kepada penulis selama masa pekuliahan. 7. Kedua oang uaku ecina: Bapak Andeas Leonadus Padio dan Ibu Maia Magdalena Lasmiai ang dengan penuh cina kasih elah membeikan naseha, semanga, saan dan dukungan kepada penulis dalam segala hal.

11 8. Kedua kakakku esaang, FX. Budi Ai Wibowo dan Paulus Janu Rahpobo, adikku esaang Agaha Vii Anggaini, sea kekasihku ecina Yulius Libalvo Junischise, dan semua keluaga besa ang elah membeikan doa dan dukungan kepada penulis. 9. Teman-eman angkaan 004: Nanc Haono, Theodoa, Fansiska, Eni, Reno, Rana, Dwi, Lina, dan Yohanes, sea Ridwan Rahadiano dan Sepi juga bapak-ibu kos dan eman-eman Majus Communi ang elah membeikan semanga, saan dan naseha kepada penulis. 0. Teman-eman KKN: Devia, Dewi, Silvia, Dia, Lilik, Lusia, Luck, Hadian, dan Udjo, juga Esiningsih ang elah membeikan semanga, saan, dan naseha kepada penulis. Penulis juga menampaikan eima kasih kepada semua pihak ang elah membanu penulis dalam penusunan skipsi ini ang idak dapa disebukan saupesau di sini. Yogakaa, Febuai 009 Penulis i

12 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL... HALAMAN JUDUL DALAM BAHASA INGGRIS... HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... HALAMAN PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... HALAMAN ABSTRAK... HALAMAN ABSTRACT... i ii iii iv v vi vii viii LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... i ii BAB I PENDAHULUAN.... Laa Belakang Masalah.... Rumusan Masalah Baasan Masalah Tujuan Penulisan Meode Penulisan Manfaa Penulisan... 4 ii

13 .7 Sisemaika Penulisan... 4 BAB II HIMPUNAN, RELASI EKUIVALENSI, DAN FUNGSI Aksioma dan Model Himpunan dan Relasi Ekuivalensi Fungsi... 5 BAB III GEOMETRI ABSTRAK DAN GEOMETRI INSIDENSI Geomei Absak Geomei Insidensi BAB IV GEOMETRI METRIK Geomei Meik Sisem Koodina Khusus Keanaaan di dalam Geomei Meik BAB V PENUTUP Kesimpulan Saan... 0 DAFTAR PUSTAKA iii

14 BAB I PENDAHULUAN. Laa Belakang Masalah Pada awalna Geomei meupakan kumpulan umus ang digunakan unuk menghiung jaak, luas, dan volume. Geomei sebagai ilmu pakis sebeulna sudah dikenal sejak 3000 ahun sebelum Masehi. Semula geomei lahi dai kebuuhan unuk mempemudah kehidupan dan kemudian bekembang secaa alami. Peninggalan sejaah mempelihakan bahwa sudah ada usaha mengembangkan di Babilon ( SM), di Mesi ( SM), di Siia, Mesopoamia, Asia Kecil dan di Aab ang biasana masih ecampu dengan ilmu behiung aljaba dan asonomi. Kaa geomei (pengukuan anah) pun imbul dai pehiungan luas anah di Mesi unuk menenukan besa pajak. Pada abad 6 SM oang-oang Yunani menjelajah ke Mesi, Asia Kecil dan sekia Lau Tengah. Tokohna Thales membawa bahan-bahan geomei ke negaana dan mengadakan penjabaan-penjabaan anaa lain mengenai lingkaan. Dipekiakan mungkin keja Thales ini meupakan usaha peama ang oang-oang Yunani lakukan dalam pembukian sifa-sifa geomei lewa penalaan dan bukanna dengan inuisi aau ekspeimen. Tokoh-okoh ang menusul ialah Phagoas (± 57 SM) ang mempeumum (genealize) sifa segiiga siku-siku, Euclides (± 35 SM) dai Iskandaia (Aleandia) ang unuk peamakalina meleakkan

15 dasa-dasa geomei aksiomaik, sea masih ada bebeapa okoh lain. Pada masa Euclides (abad 3 SM) geomei sudah bebenuk sebagai cabang ilmu esendii dan mendapakan wajah sebagai ilmu ang absak dalam benuk sisem dedukif/aksiomaik, dilandasi oleh logika Yunani. Pada wakuna dahulu Euclides behasil menusun geomei sebagai sisem aksiomaik maeial, kini imbul sisem aksiomaik ang fomal. Ini diandai dengan imbulna manifold dengan unsu ang idak haus beupa iik geomeis (Plucke 89) dan juga uang absak (Feche 906), sedemikian sehingga geomei menjadi semakin absak. Ada dua pendekaan mendasa dalam Geomei Absak. Pendekaan peama disebu pendekaan sineik, ang digunakan oleh Euclides dalam bukuna ang bejudul Elemens (sekia 300 SM) dan dilengkapi oleh seoang maemaikawan Jeman David Hilbe (86-943) dalam bukuna ang bejudul Gundlagen de Geomeie. Pendekaan kedua disebu pendekaan meik, ang diemukan oleh seoang maemaikawan Ameika ang benama Geoge David Bikhoff ( ) dalam makalahna A Se of Posulaes fo Plane Geome Based on Scale and Poaco [93]. Dalam pendekaan ini, konsep mengenai jaak dan pengukuan sudu diambahkan unuk geomei insidensi unuk mendapakan ide dasa mengenai keanaaan, segmen gais, konguensi, dan lain sebagaina. Kia menggunakan pendekaan meik kaena konsep enang jaak adalah sepei suau ang alami. Jaak adalah fungsi ang menenukan sebuah bilangan

16 3 d(p, Q) unuk seiap pasangan iik P, Q. Hal iu mesina idak beai apakah kia uku dai P ke Q aau dai Q ke P (diulis d(p, Q)). Selanjuna, jaak anaa dua iik adalah nol dapa ejadi keika kedua iik iu sama. Pada keseluuhanna dalam skipsi ini penulis akan mengilusasikan bebagai macam aksioma, definisi-definisi, dan eoema-eoema dengan modelmodel dai Bidang Kaesian ang umum dikenal hingga sepauh dai bagian aas Bidang Poincaè, dan Bidang Taicab. Penulis behaap bahwa melalui sebuah gambaan dengan conoh, pembaca akan mempeoleh pemikian naa dan inuisi unuk geomei non-euklides. Ada iga model ang uama dai geomei dengan pendekaan meik ang akan muncul, aiu Bidang Euklidean, Bidang Poincaè, dan Bidang Taicab. Sea akan dibahas pula sifa keanaaan di dalam Geomei Meik.. Rumusan Masalah Bedasa aas uaian ang dikemukakan dalam laa belakang, pokok pemasalahan dalam skipsi ini dapa diumuskan sebagai beiku:. Apa ang dimaksud dengan Geomei Absak, Geomei Insidensi, dan Geomei Meik?. Apa saja model-model ang muncul dai seiap Geomei di aas? 3. Apa sifa dai masing-masing Geomei? 4. Apa ang dimaksud keanaaan di dalam Geomei Meik?

17 4.3 Baasan Masalah. Geomei Absak ang dibahas hana dalam pendekaan meik saja.. Dalam penulisan skipsi ini ang dibahas hana definisi dai Geomei Absak, Insidensi dan Meik, sea model-model ang muncul di dalamna dan sifa keanaaan dalam Geomei Meik..4 Tujuan Penulisan Penulisan skipsi ini beujuan unuk mempelajai Geomei dengan pendekaan meik sea mempelajai model-model ang muncul di dalamna..5 Meode Penulisan Meode ang digunakan dalam penulisan skipsi ini adalah dengan menggunakan meode sudi pusaka..6 Manfaa Penulisan Manfaa dai penulisan skipsi ini adalah unuk mengeahui definisi dai Geomei Meik sea unuk mengeahui model-model ang muncul di dalam Geomei Meik..7 Sisemaika Penulisan BAB I PENDAHULUAN

18 5. Laa Belakang Masalah. Rumusan Masalah.3 Baasan Masalah.4 Tujuan Penulisan.5 Meode Penulisan.6 Manfaa Penulisan.7 Sisemaika Penulisan BAB II HIMPUNAN, RELASI EKUIVALENSI DAN FUNGSI. Aksioma dan Model. Himpunan dan Relasi Ekuivalensi.3 Fungsi BAB III GEOMETRI ABSTRAK DAN GEOMETRI INSIDENSI 3. Geomei Absak 3. Geomei Insidensi BAB IV GEOMETRI METRIK 4. Geomei Meik 4. Sisem Koodina Khusus 4.3 Keanaaan di dalam Geomei Meik

19 6 BAB V PENUTUP 5. Kesimpulan 5. Saan

20 BAB II HIMPUNAN, RELASI EKUIVALENSI, DAN FUNGSI. Aksioma dan Model Sudi enang geomei diawali dengan dua konsep dasa, aiu pengeian enang iik dan gais. Pengeian esebu kemudian dihubungkan dengan kumpulan aksioma, aau pinsip uama. Sebagai conoh, keika kia mendiskusikan enang awal munculna geomei, pinsip uama ang mungkin kia asumsikan aiu jika A dan B adalah dua iik ang bebeda maka ada epa sau gais ang dapa diaik melalui iik A dan B. Aksioma-aksioma dinaakan sebagai kebenaan dasa. Aksioma adalah penaaan dai sifa ang sanga dipelukan unuk dipelajai eapi idak dibukikan. Aksioma-aksioma ang demikian akan ebuki dengan sendiina. Pandangan modenna bahwa aksioma adalah sebuah penaaan enang sifa ang sanga beguna. Pemilihan aksioma dienukan oleh iga pinsip dasa. Peama, aksioma haus laak aau menaik. Kedua, aksioma akan beguna dan bepean pening unuk bemacam-macam eoema dan bemacam suku maemaika. Keiga, aksioma haus konsisen. Sisem aksioma adalah sisem ang didasakan pada penalaan dedukif. Sisem dedukif edii dai empa komponen, anaa lain :. Hal-hal ang ak edefinisi ( undefined ems ). Aksioma / posula

21 8 3. Hal-hal ang edefinisi ( defined ems ) 4. Teoema Tedapa bebeapa sifa sisem aksioma :. Konsisen ang aina idak ada dua penaaan ( dua aksioma, aksioma dengan eoema, aau dua eoema ang beenangan sau sama lain ).. Independen aina jika sebuah aksioma idak dapa dibukikan / diuunkan dai aksioma ang lain. 3. Lengkap aina jika idak mungkin menambahkan sebuah aksioma ang konsisen dan independen ke dalam sisem esebu. Seiap model dalam geomei dienukan dai pembeian sebuah himpunan ang anggoana disebu iik dan kumpulan himpunan bagian dai himpunan ini ang disebu gais. Jika kia menggunakan bebeapa model khusus, maka model-model esebu haus memenuhi aksioma-aksioma ang ada.. Himpunan dan Relasi Ekuivalensi Misalkan ada sebuah himpunan ang disimbolkan S. Himpunan S edii dai obek-obek ang disebu anggoa. Kumpulan obek ini haus digambakan dengan menggunakan auan khusus. Misalkan kia menuliskan a S ang beai a beada dalam S, dan dibaca a adalah anggoa dai S. Sama halna

22 9 dengan kia menulis a S ang beai bahwa a idak beada dalam S, aiu a bukan anggoa dai S. Definisi.. a) Himpunan T adalah himpunan bagian dai S, diulis T S, jika seiap anggoa T juga meupakan anggoa S. b) Himpunan T dikaakan sama dengan himpunan S, diulis TS, jika seiap anggoa T beada di S, dan seiap anggoa S beada di T. Kaena iu TS jika dan hana jika T S dan S T. c) Himpunan kosong adalah himpunan ang idak memiliki anggoa dan dibei lambang φ. Noasi T { S } beai bahwa anggoa T meupakan anggoa dai S ang memenuhi sifa seelah anda. Definisi.. a) Gabungan dai dua himpunan A dan B adalah himpunan A B { A aau B }. b) Iisan dai dua himpunan A dan B adalah himpunan Jika A B { A dan B }. A B φ maka A dan B dikaakan saling asing.

23 0 c) Selisih dai himpunan A dan B adalah himpunan A-B { A dan B }. Di bawah ini akan dibeikan conoh aga dapa lebih memahami definisi di aas. Inga bahwa unuk menunjukkan dua himpunan S dan T sama dilakukan dengan menunjukkan bahwa S T dan T S. Conoh.. Akan diunjukkan bahwa A ( B C) ( A B) ( A C) Penelesaian : Peama kia unjukkan bahwa A ( B C) ( A B) ( A C) ( B C) A, maka A dan ( B C). Kaena ( B C). Misalkan maka B aau C (aau di keduana). Jika B maka ( A B). Jika C maka ( A C). Hal ini beai ( A B) ( A C) ( B C) ( A B) ( A C) A.. Jadi Kemudian kia unjukkan bahwa ( A B) ( A C) A ( B C) ( A B) ( A C). Jika ( A B). Misalkan maka A dan B. Kaena iu ( B C) dan A ( B C). Demikian juga, jika ( A C) maka A dan C. Kaena iu, ( B C) dan A ( B C). Dalam salah sau hal, A ( B C). Jadi ( A B) ( A C) A ( B C).

24 Kaena A ( B C) ( A B) ( A C) dan ( A B) ( A C) A ( B C) jadi kia dapakan A ( B C) ( A B) ( A C),. Definisi..3 Misalkan A dan B adalah himpunan. Sebuah pasangan euu adalah simbol ( a, b) di mana a A dan B b. Dua pasangan euu ( a, b) dan ( d ) c, dikaakan sama jika a c dan b d. Hasilkali Kaesius dai A dan B adalah himpunan A B {(a,b) a A dan b B }. Caaan bahwa R R R. Sebagai conoh gafik peidaksamaan < dalam R memua semua pasangan euu (, b) R a sedemikian sehingga a < b. Definisi..4 Sebuah elasi bine R pada himpunan S adalah himpunan bagian dai S S. Jika ( s ) R, maka kia kaakan bahwa s beelasi dengan. Kia seingkali menggunakan simbol unuk elasi sepei,,,, aau ~ daipada huuf. Kemudian kia mengindikasikan bahwa dua anggoa ang beelasi dengan menempakan nama elasina di anaa anggoa misalkan (,5) C 3 menjadi ( 3,5), ang menjadi 3 5. Jadi kia mungkin

25 membua penaaan enang elasi ~ dan menulis penaaanna sepei a ~ b. Jika dua anggoa a, b idak beelasi, maka kia ulis a ~/ b. Gagasan mengenai elasi beganung pada pasangan euu. Unuk bebeapa elasi khusus uuan idaklah pening elasi besifa simeis. Caaan bahwa jika ~ adalah sebuah elasi pada S dan a S, maka di dalamna mungkin idak ada anggoa b dengan a ~ b. Sebagai conoh, jika S adalah himpunan bilangan bula posiif, dan jika elasina > ( lebih besa dai ) maka idak ada b S dengan >b. Dalam hal ini idak beelasi dengan apapun. Definisi..5 Sebuah elasi bine ~ pada S adalah elasi ekuivalensi jika unuk seiap a, b, c S belaku : i. a ~ a ( efleksif ) ii. Jika iii. Jika a ~ b maka b ~ a ( simeis ) a ~ b dan b ~ c, maka a ~ c ( ansiif ) Conoh.. Misalkan adalah himpunan semua bilangan bula dan didefinisikan a ~ b jika a b habis dibagi. Akan diunjukkan bahwa ~ adalah elasi ekuivalensi.

26 3 Unuk mengaakan bahwa a b habis dibagi aina bahwa ada bilangan bula k sedemikian sehingga a b k. Jadi a ~ b jika dan hana jika ada k Z sehingga a b k. i. Misalkan a Z, maka a a 0. 0 sehingga a ~ a dan ~ efleksif. ii. Misalkan a, b Z dan a ~ b, maka ada k Z dengan a b. k. Ini beai bahwa b a.( k). Kaena k Z, kia peoleh b ~ a. Jadi ~ besifa simeis. iii. Jika a ~ b dan b ~ c maka ada bilangan k Z dan k Z dengan a b. k, dan b c. k. Dengan menjumlahkan kedua pesamaan kia peoleh a c ( k k ) besifa ansiif., dengan k k Z dan kemudian a ~ c. Jadi ~ Oleh kaena iu ~ adalah elasi ekuivalensi. Definisi..6 Jika a dan b adalah bilangan bula maka a ekuivalen dengan b modulo n jika a b kn unuk suau bilangan bula k. Diulis a b( n) dan aina bahwa a b habis dibagi n.

27 4 Definisi..7 Jika ~ adalah elasi ekuivalensi pada himpunan S dan s S, maka kelas ekuivalensi s adalah himpunan bagian dai S dengan definisi [ s ] { S ~ s} { S s ~ }. Conoh..3 Dalam Conoh.. kelas ekuivalensi dai 3 adalah himpunan bilangan bula ganjil, dan kelas ekuivalensi dai adalah himpunan bilangan bula genap. Caaan pada kasus ini adalah jika, Z maka [ ] [ ] aau [ ] [ ] φ. Teoema.. Jika ~ adalah elasi ekuivalensi pada S dan jika s S s aau, maka [ ] [ ] φ [ s ] [ ]. Buki : Kia akan menunjukkan bahwa jika penaaan peama idak bena ([ ] [ ] φ) maka penaaan kedua bena. Asumsikan bahwa [ ] [ ] φ [ s] [ ]. Kaena iu [ s] dan [ ] s s,, maka ada. Jadi ~s dan ~. Dai simei s~, dan maka dai ansiif s~ dan ~ beakiba bahwa s~. Kia gunakan ini unuk menunjukkan [ s] [ ].

28 5 Misalkan [ s], maka ~s dan, kaena s~, kia juga mempunai ~ dai sifa ansiif. Jadi [ ]. Kaena iu [ s] [ ] [ ] [ s]. Kaena iu [ ] [ ]. Sama halna ~s, dapa kia unjukkan s..3 Fungsi Pada subbab ini kia akan membicaakan fungsi dan bijeksi. Di sini kia akan eus menggunakan R unuk menoasikan himpunan semua bilangan eal dan Z unuk himpunan semua bilangan bula. Definisi.3. Jika S dan T adalah himpunan, maka sebuah fungsi f : S T adalah sebuah himpunan bagian f S T sehingga unuk seiap s S ada epa sau T dengan ( s ) f,. Elemen unggal ini biasana dinoasikan f(s). Himpunan S disebu daeah asal (domain) dai f dan T disebu daeah hasil (ange) dai f. Conoh.3. Misalkan f : R R dengan pesamaan f(). Misalkan g : Z R dengan pesamaan g(). Caa bahwa f idak sama dengan g masing-masing memiliki daeah asal ang bebeda. Sekaang misalkan { R 0} R dan misalkan h : R R dengan pesamaan h ( ). Caa bahwa f dan h idak sama sebab masing-masing memiliki daeah hasil ang bebeda.

29 6 Definisi.3. Jika f : S T adalah sebuah fungsi maka pea f adalah Im ( f ) { T f ( s) unuk suau s S}. Im(f ) memua elemen dai T ang bena-bena dipeakan oleh f. Tenu saja, Im(f) daeah hasil (f ), eapi himpunanna idak haus sama. Definisi.3.3 Fungsi f : S T adalah sujekif jika unuk seiap T ada s S dengan f ( s). Sebuah elemen mungkin dapa diopeasikan lebih dai sekali, aiu mungkin ada bebeapa s S sehingga f ( s). Hal ini umum digunakan unuk menaakan bahwa sebuah fungsi adalah pada sebagai gani dai sujekif. Conoh.3. Akan diunjukkan bahwa f : R R oleh ( ) g : R R oleh ( ) g idak sujekif. f 3 adalah sujekif sedangkan Unuk menunjukkan bahwa f adalah sujekif kia haus mempelihakan bahwa unuk seiap daeah hasil ( f ) R ada aiu kia haus menunjukkan bahwa pesamaan s daeah asal ( ) f sehingga ( s) f, 3 s...( )

30 7 mempunai penelesaian unuk seiap nilai. Kaena seiap bilangan eal mempunai aka pangka iga, kia uliskan s 3. Maka 3 ( s) ( ) 3 f Kaena iu f adalah sujekif. Unuk menunjukkan bahwa g idak sujekif kia hana pelu menenukan sau nilai sehingga pesamaan s... ( ) idak mempunai penelesaian. Misalkan -. maka penelesaian dai pesamaan ( ) haus memenuhi s aau s unuk sembaang bilangan eal s. Kaena iu g idak sujekif. Conoh.3. mengilusasikan bagaimana kia mencoba membukikan sebuah fungsi sujekif. Konsep mengenai sebuah fungsi ang sujekif membei kia penjelasan apakah sebuah pesamaan mempunai penelesaian aau idak. Gagasan pening lain adalah dugaan mengenai fungsi injekif, ang ekai banakna penelesaian unuk sebuah pesamaan. Definisi.3.4 Fungsi f : S T adalah injekif jika unuk seiap s, s S dengan ( s ) f ( ) f s maka s s.

31 8 Hal ini meupakan caa umum unuk menggunakan eminologi sausau unuk ai injekif. Caa lain unuk mendefinisikan fungsi injekif adalah : f injekif jika s s beakiba ( s ) f ( ) f. s Conoh.3.3 Akan diunjukkan bahwa h : R R oleh ( ) h adalah injekif. Asumsikan bahwa ( s ) h( ) h aiu s s s. Kemudian dengan menaik aka kuada kia peoleh s ± s. Kaena elemen dai R idak negaif, keduana dai s dan s haus lebih besa dai aau sama dengan nol. Kaena iu s s (kecuali jika keduana adalah 0) dan kemudian s s. Jadi h adalah injekif. Kaa injekif dan sujekif adalah kaa sifa. Jika kia mempunai sebuah kaa benda maka ini adalah umum unuk mengaakan injeksi unuk fungsi injekif dan sujeksi unuk fungsi sujekif. Definisi.3.5 Fungsi sujeksi. f : S T adalah bijeksi jika f adalah sebuah injeksi dan sekaligus

32 9 Conoh.3.3 adalah bijeksi. Isilah lain unuk bijeksi adalah koespondensi sau-sau. Definisi.3.6 Jika dibeikan fungsi-fungsi f : S T, g U V :, dan Im ( f ) U, maka komposisi dai f dan g adalah fungsi g f : S V ang dipeoleh dai ( g f )( s) g( f ( s) ) unuk seiap s S. Caa bahwa daeah asal g haus memua pea dai f dalam komposisi f dan g aga edefinisi. Teoema.3. Jika f : S T dan g : T V keduana adalah sujeksi maka g f juga meupakan sebuah sujeksi. Buki : Ambil sebaang v V. Kia haus menunjukkan bahwa ada s S sehingga ( g f )( s) v. Kaena g adalah sujekif, ada T sehingga ( ) v g. Kaena f adalah sujekif ada s S dengan f ( s). Sekaang belaku ( g f )( s) g( f ( s) ) g( ) v. Jadi g f adalah sujeksi.

33 0 Teoema.3. Jika f : S T dan g : T V keduana adalah injeksi maka g f : S V adalah sebuah injeksi. Buki : Akan dibukikan : g f : S V adalah sebuah injeksi. Definisi dai dua fungsi ang injekif : Unuk seiap daeah asal (f ) ( jika ( g f )( ) ( g f )( ) maka ),, Asumsikan : ( g f )( ) ( g f )( ). Unuk sebaang, beada di daeah asal (f ), maka ( f ( )) g( f ( )) g, sehingga ( ) f ( ) f ( g adalah injeksi ). Jadi, ( f adalah injeksi ) Jadi ebuki bahwa injeksi. g f adalah sebuah injeksi, jika f dan g keduana adalah Teoema.3.3 Jika f : S T dan g : T V keduana adalah bijeksi maka g f : S V adalah sebuah bijeksi. Buki : Dai Teoema.3. dan Teoema.3..

34 Jika f : S T adalah bijeksi maka unuk seiap T edapa dengan unggal s S dengan f ( s). Hal ini mengijinkan kia unuk mengaakan bahwa unuk seiap T bekoespondensi dengan epa sau s S. Definisi.3.7 Jika f : S T adalah sebuah bijeksi, maka inves dai f adalah fungsi g : T S ang didefinisikan oleh g ( ) s, di mana s adalah elemen unggal dai S dengan ( s) f... ( 3 ) Fungsi g seing dinoasikan dengan f. Jika f adalah fungsi logaima naual ang dibeikan oleh f ( s) ln( s), maka inves dai f adalah fungsi eksponensial g ang dibeikan oleh g ( ) e kaena ( ) ln e s. Definisi.3.8 Jika S adalah sebuah himpunan, maka fungsi idenias id s : S S dibeikan oleh id S ( s) s.

35 Teoema.3.4 Jika f : S T, maka f adalah bijeksi jika dan hana jika g f id dan S f g id T unuk suau fungsi g : T S. Lebih jelas, pada kasus ini inves dai f adalah g. Buki : Peama kia akan menunjukkan bahwa jika ada sebuah fungsi g : T S dengan f g id T dan g f id S maka f adalah bijeksi dan g adalah invesna. Asumsikan bahwa ada fungsi g : T S dengan f g idt dan g f id S. Jika ( ) ( ). Oleh kaena iu Im( f ) T maka g( ) S dan f g( ) idt adalah sujeksi. Jika ( s ) f ( ) g ( f ( s )) g( f ( s )) aau id ( s ) id ( s ) aau s s dan f f s unuk s, s S, maka. Jadi f adalah injeksi dan S S kaenana adalah sebuah bijeksi. Akhina jika f(s) maka ( ) g( f ( s) ) id ( s) s g S. Jadi g adalah inves dai f. Kemudian kia akan menunjukkan bahwa jika f adalah sebuah bijeksi maka ada fungsi g : T S dengan f g idt dan g f id S. Kaena f adalah bijeksi ang mempunai inves. Sebu saja inves ini g : T S. Maka g ( ) s apabila f ( s). Dalam kasus eenu, jika T maka ( g( ) ) f ( s) f unuk semua T

36 3 kemudian bahwa f g id. Juga jika T T s misalkan f ( s). Maka dai pesamaan ( 3 ), g ( ) s Kemudian ( f ( s) ) s g unuk semua s S Jadi g f id. S Conoh.3.4 Misalkan dibeikan himpunan { R > 0} s ( s) e f. Akan dienukan f : P R. P dan fungsi f : R P dengan Pesamaan (3) menebukan bahwa kia haus menemukan sebuah fungsi g f : P R dengan sifa bahwa g ( ) s apabila kapan saja e s. Fungsi ini adalah g( ) ln Kaena. ln e dan ln e s s. Teoema.3.4 membei buki bahwa penelesaian kia bena. Teoema.3.5 Jika f : S T dan h T V h. : adalah bijeksi maka ( h f ) f Buki : h f h f id Akan dibukikan : ( ) ( ) s

37 4 Jika f ( h f ) ( h f ) idt : S T maka f T S Jika h : T V maka h V T Kemudian kia amai Juga, ( h f ) ( h f ) id s ( f h ) ( h f ) f [ h ( h f )] ( komposisi besifa asosiaif ) [( h h) f ] f ( komposisi besifa asosiaif ) f [ id f ] ( h h ) T f f ( id T f f ) id S Dengan demikian kia mempunai ( h f ) ( h f ) ( f h ) ( h f ) Jadi kia peoleh bahwa ( ) h f f h Jadi ebuki bahwa ( h f ) f h. id T

38 BAB III GEOMETRI ABSTRAK DAN GEOMETRI INSIDENSI Pada bab ini kia akan mendefinisikan pengeian geomei absak dan geomei insidensi. Ini dilakukan dengan membeikan sekumpulan aksioma ang haus epenuhi. Seelah definisi-definisi dibua, akan dibeikan sejumlah conoh ang akan disajikan sebagai model-model unuk geomei-geomei esebu. Dua dai model-model esebu adalah Bidang Kaesian dan Bidang Poincaè ang akan seeusna digunakan dalam skipsi ini. Model-model geomei ang akan digunakan adalah Bidang Kaesian dan Bidang Poincae. Pada pembahasan sebelumna, geomei adalah himpunan ang edii dai iik dan himpunan ang edii dai gais besama dengan hubungan anaa iik dan gais. 3. Geomei Absak Definisi 3.. Geomei absak edii dai himpunan ang anggoa-anggoana disebu iik, besama dengan sebuah koleksi dai himpunan bagian ak kosong dai, ang disebu gais, sehingga : i. Unuk seiap dua iik A, B ada sebuah gais l dengan A l dan B l.

39 6 ii. Seiap gais mempunai sekuang-kuangna dua iik. Jika adalah sebuah geomei absak dengan P, l dan P l, kia kaakan bahwa P eleak pada gais l, aau bahwa l melalui P. Jadi aksioma peama dai geomei absak bebuni : seiap pasang iik eleak pada suau gais. Poposisi 3.. Misalkan {(, ), Kia definisikan himpunan dai gaisgais sebagai beiku. Gais veikal adalah sebaang himpunan bagian ang bebenuk L a {(, ) a } dimana a adalah bilangan eal ang eap. Gais ak veikal adalah sebaang himpunan bagian ang bebenuk L m,,b {(, ) m b } dimana m dan b adalah bilangan eal ang eap. Misalkan E adalah himpunan semua gais-gais veikal dan ak veikal. Maka {, E } adalah sebuah geomei absak. Buki :

40 7 Kia haus menunjukkan bahwa jika P (, ) dan (, ) Q adalah dua iik ang bebeda dai maka ada l E memua keduana. Ini dilakukan dengan mempehaikan dua kasus. Kasus. Jika misalkan a. Kemudian P dan Q keduana emua di l L a E. Kasus. Jika akan dicai m dan b sehingga P, Q L m,,b. Dimoivasi oleh ide enang kemiingan / gadien dai sebuah gais, kia mendefinisikan m dan b memua pesamaan : m dan b m. Dapa diunjukkan bahwa m b dan kaena iik P juga beada di L m,,b maka didapa m b, kemudian bahwa P dan Q keduana emua dalam l L m, b E. Dai kasus dan kasus eliha bahwa l L a E juga l L m, b E ang beai bahwa seiap gais mempunai sekuang-kuangna dua iik. Jadi, ebuki bahwa adalah sebuah geomei absak.

41 8 a a La b m b Lm,b Gamba 3.. Definisi 3.. Model {, E }disebu Bidang Kaesian ( noasi L a dan L m, b akan digunakan unuk melambangkan gais di Bidang Kaesian ). Kia menggunakan huuf dalam nama himpunan gais-gais Kaesian ( E ) unuk mengingakan kembali kia pada Euklides ( 300 SM ), penulis sisem

42 9 aksioma peama mengenai geomei. Nama Kaesian digunakan unuk menghomai maemaikawan dan Filsuf Pancis Renè Descaès ( ), oang ang meevolusionekan ide mengenai koodina pada bidang. Pembukian kia bahwa memenuhi aksioma ang sanga beganung pada penggunaan koodina. Descaès juga meneapkan bebeapa keenuan dalam aljaba, sepei menggunakan,, z unuk nilai ang idak dikeahui dan a, b, c unuk nilai ang dikeahui, sea mempekenalkan noasi eksponensial n. Poposisi 3.. Misalkan {(, ) > 0 }. Sebagaimana kasus dalam bidang Kaesian, akan dideskipsikan dua jenis gais. Gais ipe I adalah sebaang himpunan bagian dai ang bebenuk a L {(, ) a} dimana a adalah sebuah bilangan eal ang eap. Gais ipe II adalah sebaang himpunan bagian dai ang bebenuk L c {(, ) ( c ) } dimana c dan adalah bilangan eal ang eap dengan > 0. (Liha gamba 3..) Misalkan H meupakan himpunan semua gais ipe I dan ipe II. Maka H } adalah sebuah geomei absak. Buki :

43 30 Misalkan P (, ) dan (, ) maka > 0 dan > 0. Q meupakan dua iik bebeda dalam Kasus. Jika maka P dan Q keduana emua dalam l a L H dimana a. Kasus. Jika, didefinisikan c dan sebagai beiku c ( ) ( c). Dengan L c {(, ) ( c ) } akan dibukikan P dan Q beada di dengan memasukkan P dan Q ke dalam pesamaan : ( c ). Akan dipelihakan iik P (, ) beada di : ( c) pesamaan :, kemudian kia masukkan nilai c dan, dan dipeoleh ( ) ( ) Jika uas kanan dikuadakan maka dipeoleh :

44 3 ( ) ( ) Ini beai bahwa iik ( ), P beada di. Akan dipelihakan iik ( ), Q beada di : ( ) c, kemudian kia masukkan nilai c dan, dan dipeoleh pesamaan : ( ) ( ) Jika uas kanan dikuadakan maka dipeoleh : ( ) ( ) ( ) ( ) Mudah dipeiksa bahwa kesamaan ini bena. Jadi kia dapakan. Ini beai iik ( ), Q beada di. Misalkan,. Ada ( ), a dan ( ), a. Jadi ( ), a dan ( ), a beada di gais a. Misalkan,,, da ( ), dan ( ),, dan ( ), dan ( ), beada di gais ( ) c.

45 3 Jadi ebuki bahwa iik P (, ) dan (, ) Q keduana beada di. Dapa dipeiksa bahwa seiap gais mempunai paling sediki dua iik. Dengan demikian H } adalah geomei absak. al a cl c Gamba 3..

46 33 Poposisi 3..3 Misalkan {, } dan {, } adalah geomei absak. Jika dan maka akan dibukikan bahwa {, } adalah geomei absak. Buki : Ambil sembaang dua iik P, Q, maka ada l ang memua P dan Q. Jika P, Q maka P, Q. Jika P, Q, maka P, Q dan P,Q. Dikeahui {, } adalah geomei absak. Jika P, Q maka ada l dengan P, Q l dan seiap l mempunai sekuang-kuangna dua iik. Dikeahui {, } adalah geomei absak. Jika P, Q maka ada l dengan P, Q l dan seiap l mempunai sekuang-kuangna dua iik. Jadi, jika P, Q maka ada l dengan P, Q l l l. Jadi jika l dan l mempunai sekuang-kuangna dua iik, maka l l l mempunai sekuang-kuangna dua iik. Jadi, ebuki bahwa {, } adalah geomei absak. Definisi 3..3 Model H } disebu Bidang Poincaè. ( Noasi a L dan L hana c akan digunakan unuk menunjukkan gais-gais dalam )

47 34 Beiku ini akan dibeikan conoh unuk mencai gais Poincaè dengan menggunakan Poposisi 3... Conoh 3.. Akan dicai gais Poincaè ang melalui iik (, ) dan (3, 4). Penelesaian : Dikeahui : bidang Poincaè H } Gais ipe II : L c {(, ) ( c ) } Keduana eleak pada gais ipe II: i. ( c ) c c 4 c c 5 (*) ii. ( 3 c ) 4 c c c 6c 5 (**) Dai pesamaan (*) dan (**) dipeoleh: c 5 dan 5. Jadi gais Poincaè ang melalui iik (, ) dan (3, 4) adalah L {(, ) ( 5) 0}. 5 5

48 35 disebu Bidang Poincaè unuk menghomai maemaikawan Pancis Heni Poincaè (854 9) ang peama kali menggunakanna. Huuf,, dan H digunakan unuk mengingakan kia pada kaa hipebolik. Suau keika kia elah menambahkan suku lain unuk ang akan menjadi sebuah model ang akan kia sebu geomei hipebolik. Pada model ang dibeikan dalam Poposisi 3.. dan 3.. jelas bahwa melalui sembaang dua iik ada dengan unggal sebuah gais ang melaluina. Hal ini idak bena unuk semua geomei absak. Conoh ini akan mempunai himpunan bagian eenu dai 3 {(,, z ),, z sebagai himpunan dai iik, Definisi 3..4 Luasan Bola dalam 3 adalah S {(,, z ) 3 z }. Sebuah bidang dalam 3 adalah himpunan ang bebenuk {(,, z ) 3 a b cz d } dimana a, b, c, d adalah bilangan eal eenu, dan idak semua dai a, b, c adalah nol. Caa bahwa pada definisi dai sebuah bidang jika konsana d 0, maka bidang melalui iik asal ( 0, 0, 0 ).

49 36 Definisi 3..5 Sebuah lingkaan besa, dai luasan bola S adalah pepoongan dai S dengan sebuah bidang ang melalui iik asal. Jadi adalah lingkaan besa jika ada a, b, c, idak semuana nol, dengan { S a b cz 0}. (,, z) a b cz 0 Gamba 3..3 Poposisi 3..4 Misalkan S dan misalkan R meupakan himpunan dai lingkaan besa pada S. Maka { S, R } adalah geomei absak. Buki : Kia haus menunjukkan bahwa jika P (, z ) S dan Q (, z ) S,, maka ada sebuah lingkaan besa dengan P dan Q. Kemudian kia haus mencai bilangan eal a, b, c ( idak semua nol ) sehingga a b cz 0 dan a b cz 0.

50 37 Pandang dua pesamaan di aas sebagai dua pesamaan dalam a, b, c ang keigana idak dikeahui. Kaena sisem pesamaan linea homogen dengan dua pesamaan dalam iga koefisien ang idak dikeahui selalu mempunai sebuah penelesaian ang ak nol, kia selalu dapa menemukan a, b, dan c sebagai penelesaian pesamaan di aas. Maka ada sebuah lingkaan besa dengan P dan Q Teakhi seiap lingkaan besa mempunai paling sediki dua iik. Definisi 3..6 Lingkaan Riemann adalah sebuah geomei absak { S, R }. Nama Lingkaan Riemann dibeikan seelah G. B. F. Riemann (86 866) menulis dokumen mendasa dalam geomei, opologi dan analisis. Dokumenna pada geomei, Ube die Hpohesen, welche de Geomeie zu Gunde liegen (Dalam Hipoesis di mana Teleak Dasa dai Geomei) ang elah diulis pada 854, ang disajikan geomei dengan sebuah ide besa penauan, aiu Riemannian meic. Konsep ini, ang cukup suli, adalah basis unuk geomei difeensial moden dan maemaika dai eoi Einsein mengenai elaivias umum. Nama Lingkaan Riemann beasal dai pekejaan Riemann dalam fungsi vaiabel kompleks dan bukan dai pekejaanna dalam geomei.

51 38 Caa bahwa jelas secaa geomei dan ebuki di aas bahwa ada dua iik di S ang eleak dalam sebuah lingkaan besa. Namun demikian,idak sepei dua conoh beikuna dua iik dalam S mungkin mempunai lebih dai sau lingkaan besa ang memuana. Pehaikan kuub uaa dan selaan N dan S sepei dalam gamba Ada lingkaan besa ang ak ebaas jumlahna dai N ke S. Keunggalan gais ang memua dua iik meupakan sebuah konsep pening unuk mendefinisikan geomei insidensi. N N S S Gamba Geomei Insidensi Definisi 3.. Geomei absak { } disebu geomei insidensi jika i. Seiap dua iik bebeda dalam eleak pada sau gais unggal. ii. Ada iga iik A, B, C ang idak semuana eleak pada sau gais.

52 39 Caaan. Jika { }adalah sebuah geomei insidensi dan unggal l ang memua P dan Q akan diulis sebagai l PQ. P, Q, maka gais Definisi 3.. Sebuah himpunan iik adalah segais ( kolinie ) jika ada sau gais l sehingga lhimpunan ak kolinie jika bukan sebuah himpunan kolinie. Kadang-kadang kia akan menebukan bahwa A, B, dan C adalah kolinie sebagai gani mengaakan {A,B,C} adalah sebuah himpunan kolinie. Penggunaan noasi ini membuana lebih mudah unuk menaakan bebeapa hasil. Aksioma ii dai Definisi 3.. di aas dapa dinaakan ulang sebagai ii Ada sebuah himpunan dai iga iik ang ak kolinie. Walaupun Lingkaan Riemann bukan meupakan geomei insidensi, eapi Bidang Kaesian dan Bidang Poincaè keduana adalah geomei insidensi, sepei ang akan kia liha sekaang. Poposisi 3.. Bidang Kaesian adalah sebuah geomei insidensi. Buki :

53 40 Kia haus menunjukkan bahwa dua iik bebeda menenukan secaa unggal sebuah gais Kaesian. Misalkan P (, ) dan (, ) Q dengan P Q. Kia akan mengasumsikan bahwa P, Q eleak pada dua gais bebeda dan pada akhina dipeoleh konadiksi Kasus. Misalkan P, Q beada di L a dan L a dengan a a'. Maka a dan a ' kemudian bahwa aa, meupakan konadiksi. Kasus. Jika P, Q beada di L a dan L m,b, maka P ( a, ) dan ( a, ) kaena keduana beada di L m,b kia juga memiliki Q, m b ma b dan m b ma b. (3-) Dengan begiu, ang konadiksi dengan ( a, ) P Q ( a )., Kasus 3. Misalkan bahwa P, Q beada di L m,b dan L n,c dan bahwa L m,b L n,c. Maka m b m b. (3-) Dai kasus, P, Q idak beada di sebuah gais veikal jadi. Oleh kaena iu dai (3-) kia dapa mencai nilai m : m. (3-3) Dai nilai m kia peoleh nilai b : b m. (3-4) Sebuah pehiungan seupa unuk gais L n,c membeikan

54 4 n, c n. Tapi ini beakiba m n dan b c ini konadiksi dengan L m,b L n,c. Dengan begiu dalam semua kasus, asumsi bahwa P, Q beada dalam dua gais bebeda mengana ke sebuah konadiksi, ang beai bahwa P, Q beada dalam sau gais unggal. Di dalam Bidang Kaesian, ada paling sediki iga iik ang akkolinie. Misalna iik (-,0), (0,), dan (,-3). Oleh kaena iu adalah sebuah geomei insidensi. Poposisi 3.. Bidang Poincae adalah sebuah geomei insidensi. Buki : Misalkan P, Q dengan P Q. Jika P dan Q beada pada dua gais ipe I a L dan L a' maka kia dapa menunjukkan bahwa a a ' sepei dalam Poposisi Jadi P dan Q idak dapa idak beada pada dua gais ipe I ang bebeda. Misalkan jika P dan Q eleak pada a L dan c L maka P dan Q adalah iik ang sama. Misalkan P (, ) dan (, ) Q. Dikeahui P eleak pada a L, maka a dan Q juga eleak pada a L, maka a. Jadi. Dikeahui P eleak pada L, maka c

55 4 Dikeahui Q juga eleak pada ( c) (3-5) L, maka c ( c) (3-6) Padahal, maka pesamaan (3-5) menjadi Dai pesamaan (3-6) dan (3-7) ( c) (3-7) ( c) ( c) ( c) ( c) Padahal 0, maka idak mungkin negaif. Jadi, nilai ang mungkin unuk. Kaena dan, maka P Q. Konadiksi. Kaena P dan Q adalah iik ang bebeda, jadi P dan Q idak dapa eleak pada a L dan L c secaa besamaan. Kia akan membukikan bahwa jika P (, ) dan (, ) Q beada di L c dan L maka d s L c d L. Kia akan menunjukkan bahwa c d dan s. oleh s kaena iu P dan Q beada di L, c ( c) dan ( c).

56 43 Dengan menguangkan kedua pesamaan, kia peoleh ( c) ( c) aau c c. Dengan menelesaikan unuk c : c ( ) Sebuah pehiungan ang seupa dengan pembukian poposisi 3.. dengan menggunakan faka bahwa P dan Q beada di d L akan menghasilkan s sehingga c d. Kaenana d ( ) ( c) ( d ) s kia liha bahwa s dan kemudian L c L. d s Ada iga iik (,), (-,0), dan (-,3) ang idak eleak pada sau gais. Dengan demikian adalah sebuah geomei insidensi. Conoh 3.. Misalkan {P,Q,R} dan {{P,Q},{P,R},{Q,R}}. Akan diunjukkan bahwa { } adalah geomei insidensi.

57 44 Q P R Dikeahui P eleak pada sau gais dengan R dan P juga eleak pada sau gais dengan Q. Akan dibukikan: i. Seiap dua iik bebeda pada ang eleak pada sau gais unggal. ii. Ada iga iik pada ang idak semuana eleak pada sau gais. Buki : i. Dikeahui iik P, Q, R dengan P eleak sau gais dengan R, dan P juga eleak sau gais dengan Q, ini beai juga bahwa Q eleak sau gais dengan R. Jadi ebuki bahwa seiap dua iik bebeda pada ang eleak pada sau gais unggal. ii. Dikeahui gais PQ, PR, QR, jelas PQ idak memua R, PR idak memua Q dan QR idak memua P. Jadi ebuki bahwa ada iga iik bebeda pada ang idak semuana eleak pada sau gais. Jadi, ebuki bahwa { } adalah geomei insidensi. Teoema 3.. Misalkan l dan l adalah gais dalam geomei insidensi. Jika l l mempunai dua aau lebih iik maka l l.

58 45 Buki : Asumsikan bahwa P Q, P l l, dan Q l l. Kaena P dan Q beada di l, PQ l. Bagaimanapun juga, P dan Q juga beada di l sehingga PQ l. Jadi l l. Definisi 3..3 Jika l dan l adalah gais-gais dalam sebuah geomei absak maka l sejaja dengan l diulis l l jika l l aau l l Ø. Akiba 3.. Dalam sebuah geomei insidensi, dua gais sejaja aau bepoongan epa di sau iik. Conoh 3.. Akan dicai gais ang sejaja dengan gais i. ak veikal L, di Bidang Kaesian. 3 ii. ipe II 3 L di Bidang Poincaè. Penelesaian: i. Gais ak veikal di Bidang Kaesian L m, b ang sejaja dengan L, adalah L3, k,k. 3

59 46 ii. Gais ipe II di Bidang Poincaè L ang sejaja dengan L adalah c 3 3 L k, k Poposisi 3..3 Misalkan { } adalah geomei absak. Jika l dan l adalah gais-gais di kia ulis l ~ l jika l sejaja dengan l. Maka ~ adalah elasi ekuivalensi. Buki : Akan dibukikan bahwa ~ adalah elasi ekuivalensi. Jika ~ elasi ekuivalensi, maka ~ haus efleksif, simeis, dan ansiif. i. Jika l, maka dai Definisi 3..3 l sejaja dengan l. Kaena l sejaja dengan l, maka l ~ l. Jadi ~ efleksif. ii. Jika l,l, maka dai Definisi 3..3 l sejaja dengan l. Jika l sejaja dengan l, maka l l φ aau l l. Kaena l l, maka l l dan l l φ. Dengan demikian l sejaja dengan l. Sehingga l ~ l. Jadi ~ simeis. iii. Jika l,l, maka dai Definisi 3..3 l sejaja dengan l. Kaena l sejaja dengan l maka l ~ l. Kaena l ~ l maka l l dan l l φ. Jika l,l 3, maka dai Definisi 3..3 l sejaja dengan l. Kaena 3 l sejaja dengan l 3 maka l ~ l. Kaena l ~ l maka 3 3 l l3 dan l l 3 φ.

60 47 Kaena l l dan l l3 maka l l3. Sehingga l l 3 φ. Dan l ~ l 3 ~ ansiif.. Jadi Kaena ~ efleksif, simeis, dan ansiif, jadi ~ adalah elasi ekuivalensi.

61 BAB IV GEOMETRI METRIK 4. Geomei Meik Ada dua pendekaan mendasa dai geomei. Peama, disebu pendekaan sineik, ang digunakan oleh Euclid dalam bukuna ang bejudul Elemens (sekia 300 SM) dan dilengkapi oleh seoang maemaikawan Jeman David Hilbe (86-943) dalam bukuna ang bejudul Gundlagen de Geomeie. Hilbe, pada ahun ang sama dengan Poincaè bekaa dalam bebeapa daeah maemaika dan mempengauhi maemaika moden. Ia menempakan bebeapa opik maemaika dengan empa bepijak aksioma ang kua. Dalam pidaona unuk Konges Inenasional Maemaika pada ahun 900 ia mengusulkan sebuah angkaian dai ujuhbelas peanaan ang ia asa bepean pening dalam masalah eoiis pada masana. Pendekaan kedua, disebu pendekaan meik, ang diemukan oleh seoang maemaikawan Ameika ang benama Geoge David Bikhoff ( ) dalam makalahna A Se of Posulaes fo Plane Geome Based on Scale and Poaco [93]. Dalam pendekaan ini, konsep mengenai jaak dan pengukuan sudu diambahkan unuk geomei insidensi unuk mendapakan ide dasa mengenai keanaaan, segmen gais, konguensi, dan lain sebagaina. Pendekaan sepei iu membawa bebeapa ala analiik (sebagai conoh, koninuias) ke dalam pokok maei dan mengijinkan kia unuk lebih sediki

62 49 menggunakan aksioma. Bikhoff juga diinga unuk pekejaanna dalam elaivias, pesamaan difeensial, dan sisem dinamik. Pendekaan keiga, dipejuangkan oleh Feli Klein (849-95), memiliki pendekaan ang sanga bebeda, aiu menggunakan aljaba absak, dan lebih maju dai ang lain kaena mempegunakan eoi gup. Klein measa bahwa geomei haus dipelajai dai sudu pandang gup ang beaksi pada sebuah himpunan. Kia menggunakan pendekaan meik kaena konsep enang jaak adalah sepei suau ang alami. Jaak adalah fungsi ang menenukan sebuah bilangan d(p, Q) unuk seiap pasangan iik P, Q. Hal iu mesina idak beganung apakah kia uku dai P ke Q aau dai Q ke P (diulis d(p, Q)). Selanjuna, jaak anaa dua iik adalah nol hana ejadi keika kedua iik iu sama. Definisi 4.. Sebuah Fungsi Jaak pada himpunan adalah sebuah fungsi d : sehingga unuk semua P, Q belaku i. ( P, Q) 0 d ; ii. ( P, Q) 0 d jika dan hana jika P Q ; dan iii. d ( P Q) d( Q, P),. Definisi beiku membeikan sebuah fungsi jaak unuk Bidang Kaesian.

63 50 Definisi 4.. Misalkan, P (, ) dan Q (, ) oleh d E ( P, Q) ( ) ( ).. Jaak Euklidean d E dibeikan Poposisi 4.. Jaak Euklidean d E dibeikan oleh d E adalah fungsi jaak pada. Buki : Misalkan P (, ) dan (, ) memenuhi iga aksioma. ( P, Q) ( ) ( ) i. ( ) ( ) ( ) d E P, Q Q, sebuah fungsi jaak d E haus Selalu benilai 0, kaena semua bilangan apabila dikuadakan selalu benilai ak negaif. Jadi ( P, Q) 0 d E epenuhi. ii. Jika ( P, Q) 0 d E, maka ( ) ( ) 0 ( ) ( ) 0

64 5 ( ) 0 dan ( ) 0 ( ) 0 dan ( ) sehingga, dan Jadi, P Q. Jika P Q, maka d E. ( P, Q) ( ) ( ) Jadi, ( P, Q) 0 d E jika dan hana jika P Q, epenuhi. iii. ( ) ( ) ( ) d E P, Q ( )( ) ) ( )( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) ( Q P) d E, Jadi, d ( P Q) d ( Q P), epenuhi. E E, Kaena keiga aksioma epenuhi, maka d E adalah fungsi jaak.

65 5 Unuk membeikan conoh ang masuk akal bagi sebuah fungsi jaak dalam Bidang Poincaè memelukan lebih banak pemikian. Misalkan P dan Q emua dalam gais ipe I. Pekiaan jaak ang epa anaa P ( a, ) dan ( ) a, Q menjadi. Bagaimanapun juga, hal ini idak mudah kaena ini beai bahwa sepei cendeung mendekai nol (dan kemudian Q ke aah - absis aau epi ) jaak dai P ke Q cendeung ke ang meupakan bilangan behingga. Hal ini akan menjadi lebih baik jika epi bukan meupakan sebuah jaak ang behingga. Sau caa unuk menghindaina adalah menggunakan skala logaima dan disebu sebagai jaak dai ( a, ) ke (, ) ( ) ( ) ln ln a aiu ln. ( Caa bahwa 0, ln. ) Hal ini membei bebeapa peimbangan unuk definisi beiku. Definisi 4..3 Jika P (, ) dan (, ) jaak Poincaè d H dibeikan oleh Q adalah iik-iik dalam Bidang Poincaè, ( ) d H P, Q ln jika c ( ) d H P, Q ln jika P dan Q emua dalam c L. c

66 53 Poposisi 4.. Jaak Poincaè d H dibeikan oleh ( ) d H P, Q ln jika c ( ) d H P, Q ln jika P dan Q emua dalam c L c adalah fungsi jaak pada. Buki : Misalkan P (, ) dan (, ) memenuhi iga aksioma. d H jika i. ( P, Q) ln Q sebuah fungsi jaak d H haus dan ( P, Q) c d H ln jika P dan Q c emua dalam c L selalu benilai ak negaif, kaena nilai dai haga mulak idak penah negaif. Jadi, ( P, Q) 0 d H, maka ln 0. ii. Jika ( P, Q) 0 d H epenuhi. Jika ln 0, maka. Sehingga. Jadi P Q. c c Jika ln 0, maka c. Jadi dipeoleh c dan. Jadi P Q.

67 54 Jika P Q, maka d H ( P, Q) ln ln( ) 0 c (, ) ln d H P Q ln( ) 0. c Jadi, ( P, Q) 0 d H jika dan hana jika P Q, epenuhi. iii. ( P, Q) ln ln( ) ln( ) d H ( ) ln( ) ( ) ( ) ln ln ( ) ( ) ln ( ) ln( ) ln( ) ln ( Q P) d H, c ( ) d H P, Q ln jika P dan Q emua dalam c L c ln c c ( ) ln( ) c c ( ) ln( ) ( ) ln( ) ln ln c c ( ) ln( ) c c ( ) ln( )

68 55 ln c c ( Q P) d H, Jadi, d ( P Q) d ( Q P), epenuhi. H H, Kaena keiga aksioma epenuhi, maka d H adalah fungsi jaak. Conoh beikuna, disebu jaak aicab, beasal dai pemikian seoang sopi aksi pada jaingan lisik segiempa dai jalan koa. Jaak aicab menguku jaak aksi ang akan beangka dai iik P ke iik Q jika idak ada jalan sau aah di sana. Liha gamba 4... Q P Gamba 4..

69 56 Definisi 4..4 Jika P (, ) dan (, ) anaana dibeikan oleh Q adalah iik-iik dalam, jaak aicab di ( P, Q) d Τ. (4-) Poposisi 4..3 Jaak aicab adalah sebuah fungsi jaak pada. Buki : Caa bahwa ( P, Q) 0 d kaena meupakan jumlah dai nilai mulak, dengan Τ masing-masingna selalu aknegaif. Dengan begiu aksioma (i) unuk sebuah fungsi jaak dipenuhi. Aksioma kedua bahwa ( P, Q) 0 d jika dan hana jika P Q. Jelas jika P Q Τ maka d ( P, Q) 0 dai pesamaan (4-). Di sisi lain, jika ( P, Q) 0 Τ d maka 0. Kaena masing-masing dai dua penaaan esebu adalah sedikina benilai nol, keduana haus benilai nol : 0 dan Τ 0. Teapi hal ini beai dan. Oleh kaena iu, jika d ( P, Q) 0 maka P Q. Jadi aksioma (iii), d ( P Q) d( Q, P) Τ,, idak beubah kaena a b b a.

70 57 Caa bahwa d Τ dan d Ε keduana fungsi jaak pada himpunan ang sama aiu. Secaa umum, sebuah himpunan mungkin mempunai bebeapa fungsi jaak ang bebeda padana. Oleh kaena iu, keika kia ingin mengaakan enang suau sifa dai fungsi jaak pada sebuah himpunan, kia pelu menspesifikasikan himpunan dan fungsi jaak d. Konsep mengenai sebuah ule meupakan hal ang uama pada skipsi ini. Hal ini meupakan ide ang dipekenalkan oleh Bikhoff unuk menjauhkan geomei dai meode ang sanga sineik. Secaa inuiif ule adalah gais ang dibei anda sedemikian sehingga dapa dipegunakan unuk menguku jaak. Kia akan menandai gais esebu dengan mengasumsikan bahwa unuk seiap gais edapa sebuah bijeksi anaa gais iu dan Definisi 4..5 Misalkan l adalah gais dalam geomei insidensi { }. Asumsikan bahwa edapa sebuah fungsi jaak d pada. Fungsi f : l adalah sebuah ule aau sisem koodina unuk l jika i. f adalah sebuah bijeksi ; ii. unuk seiap pasangan iik P dan Q pada l ( P) f ( Q) d( P Q) f,. (4-) Pesamaan (4-) disebu Pesamaan Rule dan f(p) disebu koodina dai P ehadap f.

71 58 Conoh 4.. Misalkan l adalah sebuah gais ak veikal L, 3 dalam Bidang Kaesian dengan jaak Euklidean. Akan diunjukkan bahwa jika Q (, ) ( Q) maka f 5 membeikan ule f unuk l dan akan dicai koodina R (, 5) ehadap f. Penelesaian : Jelas f adalah sebuah bijeksi maka, jadi inggal dibukikan bahwa f memenuhi Pesamaan Rule. Caa bahwa ( ) 3 kemudian bahwa jika P (, ) maka d, L, jika dan hana jika 3 ( P, Q) ( ) ( ) ( ) ( ) Jadi ebuki ada Pesamaan Rule. 4 ( P) f ( Q) 5 f. Koodina R (, 5) adalah ( R) 5 f. Definisi 4..6 Geomei insidensi {} besama dengan fungsi jaak d memenuhi Posula Rule jika seiap gais l mempunai sebuah ule. Dalam hal ini dikaakan { d } adalah sebuah geomei meik.

72 59 Mengapa kia mempelajai geomei meik? Kaena bebeapa konsep dalam pendekaan sineik ang haus diambahkan elah disajikan dalam geomei dengan pendekaan meik. Hal ini ejadi kaena kia dapa memindahkan peanaan-peanaan mengenai sebuah gais l dalam ke bilangan iil dengan menggunakan sebuah ule f. Dalam kia memahami konsep-konsep sepei di anaa dan kemudian dapa memindahkanna kembali (melalui f ) ke l. Hal ini meupakan keunungan dai pendekaan meik ang di sebu pada awal bab ini. Seelah kia memiliki laa belakang ang lebih, kia akan kembali ke peanaan mengenai sebuah pendekaan sineik melawan pendekaan meik unuk geomei. Definisi 4..6 digunakan unuk membukikan bahwa { d } adalah geomei meik, kia haus menunjukkan unuk seiap l sebuah fungsi f : l ang meupakan sebuah bijeksi dan ang memua pesamaan (4-). Menggunakan lemma beiku, kia idak haus membukikan bahwa f adalah injeksi. Lemma 4.. Misalkan l dan f : l adalah sujeksi dan memua pesamaan (4-). Maka f adalah sebuah bijeksi dan ule unuk l. Buki :

73 60 Kaena kia asumsikan bahwa f sujekif kia hana pelu menunjukkan bahwa f injekif. Misalkan bahwa ( P) f ( Q) peoleh d f. Kemudian dai pesamaan (4-) kia ( P, Q) f ( P) f ( Q) 0 Jadi P Q dai aksioma kedua fungsi jaak. Poposisi 4.. Bidang Kaesian dengan jaak Euklidean, d Ε, adalah sebuah geomei meik. Buki : Misalkan l adalah sebuah gais. Akan dicai sebuah ule unuk l. Tedapa dua kasus : Kasus. Jika l La adalah gais veikal maka La P ang beai P ( a, ) unuk eenu. Kia definisikan f : l menuu pesamaan ( P) f (( a ) ) f,. (4-3) Fungsi f jelas sujekif. Jika P ( a, ) dan Q ( a, ), maka ( P) f ( Q) d( P Q) f,. Oleh kaena iu f adalah sebuah ule menuu Lemma 4... Kasus. Jika l L m, b maka P L m, b beai bahwa P (, ) di mana m b.

74 6 Definisikan f : L m, b menuu pesamaan ( P) f ((, ) ) m f. (4-4) m Jika misalkan, b. m m P, L m, Cukup jelas bahwa ( ) b jadi f sujekif.. Lebih lanju, f m ( P). m Sekaang dimisalkan bahwa P (, ) dan Q (, ) ( P) f ( Q) m m f. Maka. m Di lain pihak d Ε ( P, Q) ( ) ( ) ( ) m ( ) ( ) m. m Dai sini kia peoleh f ( P) f ( Q) d ( P, Q) Ε. Oleh kaena iu menuu Lemma 4.., f adalah sebuah ule.

75 6 Beiku ini akan dibeikan conoh unuk mencai koodina iik-iik dalam Bidang Euklidean. Conoh 4.. Dalam Bidang Euklidean : i. Akan dienukan koodina dai (, 3) ehadap gais. ii. Akan dienukan koodina dai (, 3) ehadap gais 4. Penelesaian : i. Gais ipe I : L a {(, ) a} L {(, ) } ( a ) f,. (,3) 3 f. Jadi, koodina dai iik (, 3) ehadap gais ii. Gais ipe II : L m, b {(, ) m b} L {(,3 4 } 4, ) adalah (,3) 3 f. f (, ) m,3 4 ( ) ( ) f 7

76 63 Jadi, koodina dai iik (,3) ehadap gais 4 adalah (,3) 7 f. Definisi 4..7 Bidang Euklidean adalah model {, E, d E }. Langkah kia selanjuna adalah menunjukkan bahwa Bidang Poincaè dengan jaak Poincaè adalah geomei meik. Unuk menunjukkanna kia menggunakan fungsi hipebolik. Dengan menginga sinus hipebolik, kosinus hipebolik, angen hipebolik, dan secan hipebolik ang didefinisikan menuu pesamaan anh sinh e e e ( ) ; cosh( ) ; sinh ( ) ( ) e e ; sec h( ) cosh( ) e e e. (4-5) cosh e e ( ) Lemma 4.. Unuk seiap nilai dai : i. [ cosh( )] [ sinh( ) ] ; ii. [ anh( )] [ sec h( ) ] ;

77 64 Buki : i. Akan dibukikan : ( ) [ ] ( ) [ ] sinh cosh ( ) ; cosh e e ( ) ; sinh e e ( ) [ ] ( ) [ ] sinh cosh e e e e ( ) ( ) 4 4 e e e e 4 4 e e e e ( ) 4 e e e e 4 4. Jadi ebuki bahwa ( ) [ ] ( ) [ ] sinh cosh. ii. Akan dibukikan : ( ) [ ] ( ) [ ] sec anh h ( ) ( ) ( ) ; cosh sinh anh e e e e ( ) ( ). cosh sec e e h ( ) [ ] ( ) [ ] sec anh e e e e e e h e e e e e e 4

kimia LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaran

kimia LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaran KTSP & K-13 kimia K e l a s XI LAJU REAKSI II Tujuan Pembelajaan Seelah mempelajai maei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beiku. 1. Mengeahui pesamaan laju eaksi.. Memahami ode eaksi dan konsana laju

Lebih terperinci

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Vektor

Program Perkuliahan Dasar Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Vektor Pogam Pekuliahan Dasa Umum Sekolah Tinggi Teknologi Telkom Fungsi Veko [MA4] Deinisi Deinisi ungsi veko Fungsi veko meupakan auan yang mengkaikan ε R dengan epa sau veko F R Noasi : F : R R F î gĵ, g aau

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 3) Geak dalam Dua dan Tiga Dimensi Posisi dan Pepindahan Kecepaan Pecepaan Geak Paabola Geak Melingka Geak dalam Dua dan Tiga Dimensi Menggunakan anda + aau

Lebih terperinci

BAB III PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIK

BAB III PENGEMBANGAN MODEL MATEMATIK A III PENGEMANGAN MODEL MATEMATIK Pada analisis manual ang akan dikembangkan, unuk menjamin bahwa eoi maupun umusan ang diuunkan belaku (valid) maka pelu dieapkan asumsi dasa. Sehingga hasil analisis manual

Lebih terperinci

= 0 adalah r(dimana r konstan);

= 0 adalah r(dimana r konstan); MODEL PEMAEA LOGISTI UTU PEMAEA IA DEGA LAJU PEMAEA PROPOSIOAL Sigi ova Riyano, aono Juusan Maemaika FMIPA UDIP Semaang Jl. Pof. H. Soedao, SH, Tembalang, Semaang, 575 Absak: Tedapa banyak model pemanenan,

Lebih terperinci

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi

BANGUN RUANG. ABFE dan sisi DCGH, dan sisi ADHE dan sisi NGUN RUNG. Pengeian 1. Kubu Kubu adalah bangun uang yang dibaai oleh enam buah bidang peegi yang konguen (benuk dan E beanya ama). (Pehaikan Gamba 1) Kubu mempunyai 6 ii, 8 iik udu, dan 12 uuk. Semua uuk

Lebih terperinci

APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT

APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT APLIKASI TEORI KONTROL DALAM LINIERISASI MODEL PERSAMAAN GERAK SATELIT Swesi Yunia Puwani, Asep K. Supiana, Nusani Anggiani Absak Maemaika sanga bepean dalam pengembangan ilmu konol. Aplikasi sisem konol

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

GEOMETRI BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG

GEOMETRI BAB II BANGUN RUANG SISI LENGKUNG Maemaika Kelas IX Semese Maei Bangun Ruang Sisi Lengkung GEOMETRI BB II BNGUN RUNG SISI LENGKUNG. Pengeian dan Unsu-unsu Tabung, Keucu, dan Bola. Tabung Tabung adalah bangun uang yang dibaasi oleh dua

Lebih terperinci

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1

0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 7.1 BAB 7 LIMIT FUNGSI Sandar Kompeensi Menggunakan konsep i fungsi dan urunan fungsi dalam pemecahan masalah Kompeensi Dasar. Menjelaskan secara inuiif ari i fungsi di suau iik dan di akhingga. Menggunakan

Lebih terperinci

K ata Kunci. K D ompetensi asar. P B engalaman elajar. Bab V. Bangun Ruang Sisi Lengkung. Di unduh dari : Bukupaket.

K ata Kunci. K D ompetensi asar. P B engalaman elajar. Bab V. Bangun Ruang Sisi Lengkung. Di unduh dari : Bukupaket. Bab V Bangun Ruang Sisi Lengkung K aa Kunci Tabung Jaing-jaing Keucu Luas Pemukaan Bola Volume K D ompeensi asa 1.1 Menghagai dan menghayai ajaan agama yang dianunya. 2.2 Memiliki asa ingin ahu, pecaya

Lebih terperinci

Darpublic Nopember 2013

Darpublic Nopember 2013 Darpublic Nopember 01 www.darpublic.com 4.1. Pengerian 4. Persamaan Diferensial (Orde Sau) Sudarano Sudirham Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih urunan fungsi. Persamaan

Lebih terperinci

τ. Lebih khusus lagi akan dijelaskan metode untuk menganalisa perubahan sifat

τ. Lebih khusus lagi akan dijelaskan metode untuk menganalisa perubahan sifat PODNG BN : 978 979 65 T Analisa Kesabilan Ekuilibium Model Maemaika Bebenuk isim Pesamaan Difeensial Tundaan dengan Waku Tundaan Diski ubono eiawan Mahasiswa Juusan Maemaika, Univesias Gadah Mada, Yogyakaa,

Lebih terperinci

z`?ï%!$# (#qãztb#uä (#qãy?ïètgó?$# Î?ö9 Á9$$Î/ Ío4qn= Á9$#ur 4 bî)

z`?ï%!$# (#qãztb#uä (#qãy?ïètgó?$# Î?ö9 Á9$$Î/ Ío4qn= Á9$#ur 4 bî) Juma, 15 Januai 2016 10:58 RIHLAH IBADAH HAJI SABAR DAN SABAR LAGI [1] g'» ì B û ï É» Á Ç Ê Ì È z`ï% (qzbu (qyïgó ö Á/ Ío4qn= Áu 4 b Aina: Hai oang-oang ang beiman, Jadikanlah saba dan shala sebagai penolongmu[ada

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

GEOMETRI RUANG DISAJIKAN PADA DIKLAT... DI... TANGGAL. Oleh: Drs. MARSUDI RAHARJO, M.Sc.Ed Widyaiswara Madya P4TK Matematika

GEOMETRI RUANG DISAJIKAN PADA DIKLAT... DI... TANGGAL. Oleh: Drs. MARSUDI RAHARJO, M.Sc.Ed Widyaiswara Madya P4TK Matematika PPPG Maemaika Kode Dok : F-PRO-07 Revisi No. : 0 i- GEOMETRI RUANG DISAJIKAN PADA DIKLAT... DI... TANGGAL. Oleh: Ds. MARSUDI RAHARJO, M.Sc.Ed Widyaiswaa Madya P4TK Maemaika DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL

Lebih terperinci

Pengertian. Transformasi 2D. Contoh translasi. Translasi Geser

Pengertian. Transformasi 2D. Contoh translasi. Translasi Geser Pengeian Tansomasi D umbe : C34 GRAFIKA KOMPUTER Chape 6 Tansomasi D, Depaemen Teknik Inomaika - TT Telkom esi - Dosen Pembina: iani Violina Danang Junaedi Tansomasi geomeic ansomaion Tansomasi mengubah

Lebih terperinci

RANK DARI MATRIKS ATAS RING

RANK DARI MATRIKS ATAS RING Dela-Pi: Jurnal Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISSN 089-855X ANK DAI MATIKS ATAS ING Ida Kurnia Waliyani Program Sudi Pendidikan Maemaika Jurusan Pendidikan Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam FKIP Universias

Lebih terperinci

KONKURENSI TITIK GERGONNE. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia.

KONKURENSI TITIK GERGONNE. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univeritas Riau Kampus Bina Widya Indonesia. KONKURENSI TITIK GERGONNE Tisna Desi *, M. Nasi, Hasiai Mahasiswa Poga S Maeaika Dosen Juusan Maeaika Fakulas Maeaika dan Ilu Pengeahuan la Unieias Riau Kapus Bina Widya 89 Indonesia *desiisnanubi@yahoo.co

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE. peternakan UIN SUSKA Riau dan Laboratorium Agronomi Fakultas pertanian

III. BAHAN DAN METODE. peternakan UIN SUSKA Riau dan Laboratorium Agronomi Fakultas pertanian III. BAHAN DAN METODE 3.1. Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini elah dilakukan di Lahan pecobaan Fakulas peanian dan peenakan UIN SUSKA Riau dan Laboaoium Agonomi Fakulas peanian dan peenakan UIN SUSKA

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT ALJABAR GENERALIZED INVERSE PADA MATRIKS

BEBERAPA SIFAT ALJABAR GENERALIZED INVERSE PADA MATRIKS BEBERAPA SFAT ALJABAR GEERALZED ERSE PADA MATRKS Ema Ria * S Gemawai A Siai Mahaiwa Pogam Sudi S Maemaika Doen Juuan Maemaika Fakula Maemaika dan lmu Pengeahuan Alam niveia Riau Kampu Binawidya Pekanbau

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING

ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING ANALISA SISTEM ANTRIAN MULTISERVER MULTIQUEUE MENGGUNAKAN METODE JOCKEYING Ewin Panggabean Pogam Sudi Teknik Infomaika STMIK Pelia Nusanaa Medan, Jl. Iskanda Muda No 1 Medan, Sumaea Uaa 20154, Indonesia

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN

TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN 0 TEKNIK FUNGSI PEMBANGKIT MOMEN Penenuan ungsi peluang aau ungsi densias dai ungsi peubah acak bisa juga dilakukan melalui ungsi pembangki momen Dalam penenuannya, enu saja haus digunakan siasia dai ungsi

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc.

ROTASI (PUTARAN) Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah GEOMETRI TRANSFORMASI yang diampuh oleh Ekasatya Aldila A., M.Sc. ROTSI (UTRN) Diajukan unuk memenuhi ugas maa kuliah GEOMETRI TRNSFORMSI yang diampuh oleh Ekasaya ldila., M.Sc. Di susun oleh: NIM: SEKOLH TINGGI KEGURUN DN ILMU ENDIDIKN (STKI) GRUTJl. ahlawan No. 32

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Karakteristik Konikoida. The Characteristics Of Conicoid

Karakteristik Konikoida. The Characteristics Of Conicoid Kaakeisik Konikoida Sahlan Sidjaa *, Muhammad Abdy 2,2 Juusan Maemaika, FMIPA, Univesias Negei Makassa *oesonding auho email: sahlansidjaa@unm.a.id Absak Pada geomei bidang khususnya ada kasus iisan keuu

Lebih terperinci

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok

Pertemuan IX,X,XI VI. Tegangan Pada Balok Baan Aja ekanika Baan ulai, ST, T Peemuan X,X,X Tegangan Pada Balok Lenuan Pada Balok Pemeanan ang ekeja pada alok meneakan alok melenu, seingga sumuna edefomasi memenuk lengkungan ang diseu kuva defleksi

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON

UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON TRIGONOMETRI disusun untuk memenuhi salah satu tugas akhi Semeste Pendek mata kuliah Tigonometi Dosen : Fey Fedianto, S.T., M.Pd. Oleh Nia Apiyanti (207022) F PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN

Lebih terperinci

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt

BAB 2 RESPONS FUNGSI STEP PADA RANGKAIAN RL DAN RC. Adapun bentuk yang sederhana dari suatu persamaan diferensial orde satu adalah: di dt BAB ESPONS FUNGSI STEP PADA ANGKAIAN DAN C. Persamaan Diferensial Orde Sau Adapun benuk yang sederhana dari suau persamaan ferensial orde sau adalah: 0 a.i a 0 (.) mana a o dan a konsana. Persamaan (.)

Lebih terperinci

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi

BAB II Metode Pembentukan Fungsi Distribusi Saisika Maemaika II b Dian Kniai BAB II Meode Pembenkan Fngsi Disibsi Pada bab akan dibahas bebeapa meode alenaive nk menenkan fngsi disibsi dai pebah acak ba ang ebenk dai pebah acak ang lama. Dengan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Penelitian ini berlangsung selama

MATERI DAN METODE. Pertanian dan Peternakan UIN Suska Riau. Penelitian ini berlangsung selama III. MATERI DAN METODE 3.1. Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Laboaoium Lapang (Agosologi) Fakulas Peanian dan Peenakan UIN Suska Riau. Peneliian ini belangsung selama bulan yaiu pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler

Dekomposisi Graf Hasil Kali Tiga Lintasan ke Dalam Sub Graf Perentang Reguler Vol. 10, No. 1, 14-25, Juli 2013 Dekompoii Gaf Hail Kali Tiga Linaan ke Dalam Sub Gaf Peenang Regule Hamaai 1 Abak Dekompoii gaf G adala impunan * + dengan meupakan ubgaf dai Gyang memenui ( ) ( ) ( )

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan

BAB IV METODE PENELITIAN. dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, pengambilan sample sumber dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Pendekaan Peneliiaan Peneliian sudi kasus ini menggunakan peneliian pendekaan kualiaif. menuru (Sugiono, 2009:15), meode peneliian kualiaif adalah meode peneliian ang berlandaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA

BAB 4 FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Dika Kuliah EL Maemaika Teknik I BAB FUNGSI BERPEUBAH BANYAK DAN TURUNANNYA Fungsi Berpeubah Banak Banak ungsi ang berganung pada peubah lebih dari sau Sebuah bidang ang panjangna dan lebarna memiliki

Lebih terperinci

Jl. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, 25131, Telp. (0751)444648, Indonesia

Jl. Prof. Dr.Hamka Air Tawar Padang, 25131, Telp. (0751)444648, Indonesia Analisis Kovaiansi pada Rancangan Acak Lengkap dengan Peubah Pengiing Beganda Menggunakan Pendekaan Maiks Wimi Saika #1, Lufian Almash *, Yenni Kuniawai #3 # Mahemaics Depaemen Sae Univesiy of Padang Jl.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA BROWNIAN MOTION (THE WIENER PROCESS) DAN SURPLUS PROCESS

HUBUNGAN ANTARA BROWNIAN MOTION (THE WIENER PROCESS) DAN SURPLUS PROCESS HBNGAN ANTARA BROWNIAN MOTION (THE WIENER PROCE DAN RPL PROCE Tohap Manuung Pogam sudi Maemaika FMIPA nivesias am Raulangi Jl Kampus nsa Manado, 955 Kis_on79@yahoocom ABTRAK uau analisis model coninous-ime

Lebih terperinci

v dan persamaan di C menjadi : L x L x

v dan persamaan di C menjadi : L x L x PERSMN GELOMBNG SSIONER. Pada proses panulan gelombang, erjadi gelombang panul ang mempunai ampliudo dan frekwensi ang sama dengan gelombang daangna, hana saja arah rambaanna ang berlawanan. hasil inerferensi

Lebih terperinci

PENGARUH EKSPEKTANSI, VALENSI, DAN INSTRUMENTALIS TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. AMAL MULIA SEJAHTERA BOGOR

PENGARUH EKSPEKTANSI, VALENSI, DAN INSTRUMENTALIS TERHADAP MOTIVASI KERJA KARYAWAN PADA CV. AMAL MULIA SEJAHTERA BOGOR Junal Ilmiah Inovao, Edisi Mae 01 PENGARUH EKSPEKTANSI, VALENSI, DAN INSTRUMENTALIS TERHADAP MOTIVASI KERJA KARAWAN PADA CV. AMAL MULIA SEJAHTERA BOGOR Oleh : Ahmad Subandi, Sujadi.P dan M.Azis Fidaus

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Transport P henomena Phenomena Dr. Heru Setyawan Jurusan T eknik Teknik K imia Kimia FTI - FTI ITS

Transport P henomena Phenomena Dr. Heru Setyawan Jurusan T eknik Teknik K imia Kimia FTI - FTI ITS Tanso Phenomena D. Heu Seawan Juusan Teknik Kimia FTI-ITS Alian melalui annulus flu nol Pemukaan momenum κ λ Disibusi keceaan Disibusi flu momenum aau shea sess Disibusi flu momenum dan disibusi keceaan

Lebih terperinci

BAB I PERSAMAAN GERAK

BAB I PERSAMAAN GERAK BAB I PERSAMAAN GERAK. Seseorang mengendarai mobil menuju sebuah koa A ang berjarak 6 km dengan arah imur lau. Naakan ekor perpindahan r dalam noasi ekor sauan dengan menggunakan sisem koordina ke imur,

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON *

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON * PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV HAMILON * BERLIAN SEIAWAY, YANA ADHARINI DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus IPB

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal

Pertemuan IX, X V. Struktur Portal ahan jar Saika ulai, ST, T Peremuan IX, X Srukur Poral 1 Pendahuluan Pada srukur poral, ang erdiri dari balok dan iang ang dibebani muaan di aasna akan imbul lenuran pada balok saja, dan akan meneruskan

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

METODE BEDA HINGGA UNTUK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL

METODE BEDA HINGGA UNTUK SOLUSI NUMERIK PERSAMAAN DIFERENSIAL METDE BEDA HIGGA UTUK SLUSI UMERIK PERSAMAA DIFERESIAL Sangadi ABSTRACT Tee ae many oblems in alied sciences ysics and engineeing a ae maemaically modeled by using diffeenial euaions and bounday condiions.

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF

BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF BAB II PERTIDAKSAMAAN CHERNOFF.1 Pendahuluan Di lapangan, yang menjadi perhaian umumnya adalah besar peluang dari peubah acak pada beberapa nilai aau suau selang, misalkan P(a

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 15 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Ruang Sampel dan Kejadian 2.1.1 Definisi Ruang Sampel Himpunan semua hasil semua hasil (oucome) yang mungkin muncul pada suau percobaan disebu ruang sampel dan dinoasikan dengan

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

Penyelesaian Masalah Cauchy Degenerate dengan Mereduksi ke Bentuk Masalah Cauchy Nondegenerate

Penyelesaian Masalah Cauchy Degenerate dengan Mereduksi ke Bentuk Masalah Cauchy Nondegenerate Junal Sains & Maemaika JSM) ISSN Kajian 854-675 Pusaka Volume14, Nomo 4, Okobe 26 Kajian Pusaka: 141-145 Penyelesaian Masala Caucy Degeneae engan Meeuksi ke Benuk Masala Caucy Nonegeneae Susilo Haiyano

Lebih terperinci

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Permasalahan Nyata Penyebaran Penyakit Tuberculosis BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Permasalahan Nyaa Penyebaran Penyaki Tuberculosis Tuberculosis merupakan salah sau penyaki menular yang disebabkan oleh bakeri Mycobacerium Tuberculosis. Penularan penyaki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

Transien 1. Solusi umum persamaan gelombang. Contoh contoh Switch on kondisi unmatched. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 9 1

Transien 1. Solusi umum persamaan gelombang. Contoh contoh Switch on kondisi unmatched. Mudrik Alaydrus, Univ. Mercu Buana, 2008 Presentasi 9 1 Tansien Slusi umum pesamaan gelmbang Cn cn Swic n kndisi unmaced pecabangan Mudik Alaydus, Uni. Mecu Buana, 008 Pesenasi 9 Pada pembaasan sebelumnya : pengandaikan sinyalyangyang amnis, aau kndisi sinyal

Lebih terperinci

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR

PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR Poseding Semina Nasional Fisika dan Aplikasinya Sabu, 1 Novembe 015 Bale Sawala Kampus Univesias Padjadjaan, Jainango PENENTUAN PERCEPATAN GRAVITASI BUMI DENGAN KINCIR MOMENTUM GRAVITASI AIR AYU LUSIYANA-1

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB III PENAKSIR DERET FOURIER. Dalam statistika, penaksir adalah sebuah statistik (fungsi dari data sampel

BAB III PENAKSIR DERET FOURIER. Dalam statistika, penaksir adalah sebuah statistik (fungsi dari data sampel BAB III PENAKSIR DERET FOURIER 3. Peaksi Dalam saisika, peaksi adalah sebuah saisik (fugsi dai daa sampel obsevasi) yag diguaka uuk meaksi paamee populasi yag idak dikeahui (esimad) aau fugsi yag memeaka

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

Nilai π Melalui Polygon Di luar dan Di dalam Lingkaran dengan Fungsi Trigonometri. OLEH WARMAN, S.Pd.

Nilai π Melalui Polygon Di luar dan Di dalam Lingkaran dengan Fungsi Trigonometri. OLEH WARMAN, S.Pd. Nilai π Melalui Polygon i lua dan i dalam Lingkaan dengan Fungsi Tigonomei. OLEH WARMAN, S.Pd. INAS PENIIKAN KABUPATEN BLITAR SMP NEGERI 1 GANUSARI Agusus 29 ABSTRACT The value of π is pocessed fom division

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI

I PENDAHULUAN II LANDASAN TEORI 1 I PENDAHULUAN 11 Laar Belakang Seiap orang mendambakan berheni bekerja di suau masa dalam siklus kehidupannya dan menikmai masa uanya dengan enram Terjaminnya kesejaheraan di masa ua akan mencipakan

Lebih terperinci

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet

Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan Teori Floquet JURNAL FOURIER Okober 6, Vol. 5, No., 67-8 ISSN 5-763X; E-ISSN 54-539 Penyelesaian Persamaan Diferensial Hill Dengan Menggunakan eori Floque Syarifah Inayai Program Sudi Maemaika, Fakulas Maemaika dan

Lebih terperinci

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS

Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul 11 NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Drs. H. Karso, M.M.Pd. Modul NILAI EIGEN, VEKTOR EIGEN DAN DIAGONALISASI METRIKS Pendahuluan Modul yang ke- dari maa kuliah Aljabar Linear ini akan mendiskusikan beberapa konsep yang berguna bagi kia sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL

PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL PENENTUAN WAKTU PENGGANTIAN KOMPONEN DAN BIAYA PERAWATAN MESIN PENGAIRAN AREAL ADI JAYA NBI : 4110606 Pogam Teknik Indusi Univeesias 17 Agusus 1945 Suabaya Adijaya1910@gmail.com ABSTRAK Dalam angka peningkaan

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI

PERTEMUAN 2 KINEMATIKA SATU DIMENSI PERTEMUAN KINEMATIKA SATU DIMENSI RABU 30 SEPTEMBER 05 OLEH: FERDINAND FASSA PERTANYAAN Pernahkah Anda meliha aau mengamai pesawa erbang yang mendara di landasannya? Berapakah jarak empuh hingga pesawa

Lebih terperinci

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan)

SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galatia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Cherry Galaia Ballangan) SEBARAN STASIONER PADA SISTEM BONUS-MALUS SWISS SERTA MODIFIKASINYA (Saionary Disribuion of Swiss Bonus-Malus

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

Aljabar Linear Elementer

Aljabar Linear Elementer Silabus : Aljabar Linear Elemener MA SKS Bab I Mariks dan Operasinya Bab II Deerminan Mariks Bab III Sisem Persamaan Linear Bab IV Vekor di Bidang dan di Ruang Bab V Ruang Vekor Bab VI Ruang Hasil Kali

Lebih terperinci

PERCOBAAN I HUKUM NEWTON

PERCOBAAN I HUKUM NEWTON PERCOBAAN I HUKUM NEWTON I. Tujuan Mepelajai geak luus beubah beauan pada bidang daa dengan banuan ai ack ail unuk enenukan hubungan anaa jaak, waku, kecepaan, dan waku, sea hubungan anaa assa, pecepaan

Lebih terperinci

B B B. Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur, sehingga sumbunya terdeformasi membentuk lengkungan yang

B B B. Pembebanan yang bekerja pada balok menyebabkan balok melentur, sehingga sumbunya terdeformasi membentuk lengkungan yang A B Balok kanileve AB anpa dibebani A P B B B Balok kanileve AB memikul beban P di ujung bebas Sumbu yang semula luus akan melenu membenuk lengkungan yang besanya eganung pada besa beban yang bekeja Pembebanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci