Analisis Dinamik Pada Model Penyebaran Penyakit Campak Dengan Pengaruh Vaksin Permanen

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Analisis Dinamik Pada Model Penyebaran Penyakit Campak Dengan Pengaruh Vaksin Permanen"

Transkripsi

1 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Analss Dnamk Pada Model Penyebaran Penyakt Campak Dengan Pengaruh Vaksn Permanen Dan Suand, a) Polteknk Pks Ganesha, Bandung a) emal: dan.suand@pks-ganesha-onlne.ac.d Abstrak Penyakt campak merupakan penyakt menular yang dsebabkan oleh vrus golongan Paramxovrus. Kasus campak d Indonesa serng terjad meskpun telah berhasl dreduks dar angka kejadan 8. kasus pada tahun 99 menjad sektar. kasus pada tahun. Pemberan vaksn campak kepada balta dan anak usa sekolah dasar merupakan salah satu program pemerntah dalam mencegah dan menanggulang kenakan angka kejadan penyakt campak. Pada paper n dkembangkan model matematka untuk penyebaran penyakt campak. Model merupakan sstem dnamk non lnear empat dmens yang menggambarkan pengaruh vaksn permanen terhadap penyebaran penyakt campak. Metode Routh Hurwth dgunakan untuk menganalss kestablan dar ttk ekulbrum endemk. Kta menggunakan basc roproducton number untuk menganlss keendemkan penyakt yang dperoleh dengan metode next generaton matrx. Hasl Analss dan Smulas numerk memberkan nformas bahwa laju vaksnas permanen berpengaruh sangat sgnfcant terhadap penurunan populas manusa yang ternveks penyakt campak. Kata kunc: Model dnamk, Kestablan ttk ekulbrum endemk, Basc reproducton number, next generaton matrx, penyakt campak. Abstract Measles s an nfectous dsease caused by Paramxovrus vrus. Measles cases n Indonesa often occur although t has been successfully reduced from the ncdence of 8, cases n 99 to about, cases n. Gvng measles vaccne to chldren under fve and elementary school age chldren s one of the government programs n preventng and overcomng the ncdence rate of dsease measles. In ths paper the mathematcal model for the spread of measles s developed. The model s a four-dmensonal nonlnear dynamc system that descrbes the effect of a permanent vaccne aganst the spread of measles. The routh hurwth method s used to analyze the stablty of the endemc equlbrum pont. The basc reproducton number for analyzng dsease endemc s obtaned by usng next generaton matrx method. Numercal and analyss result suggest that the rate of permanent vaccne has a very sgnfcant effect on the populaton decrease nfected wth measles. Keywords: Dynamc model, stablty of endemc equlbrum, basc reproducton number, next generaton matrx, measles dseases. Pendahuluan Penyakt campak merupakan penyakt menular yang dsebabkan oleh vrus dan dtularkan melalu batuk dan bersn. Penyakt n merupakan masalah kesehatan d berbaga negara d duna termasuk d Indonesa. Berdasarkan data tahun 6, d Indonesa jumlah kasus penyakt campak mencapa 6.89 kasus dengan ncdent rate,7 per. penduduk. Jumlah kasus pada anak - anak usa 5-9 tahun mencapa 888 kasus dan merupakan jumlah kasus tertngg dalam angka kejadan penyakt campak [].

2 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : D negara maju, campak jarang berakbat fatal dan pemulhan penyakt campak memberkan kekebalan seumur hdup. D Indonesa, angka kesaktan dan kematan yang dsebabkan oleh penyakt campak sudah berangsur menurun dar tahun ke tahun serng dengan berjalannya program munsas yang dlakukan oleh pemerntah Indonesa. Program munsas n dtujukan untuk anak balta dan anak yang berusa kurang dar 5 tahun []. Model matematka yang menjelaskan penyebaran penyakt campak telah banyak dkonstruks dan ddskuskan dengan batasan - batasan masalah yang berbeda. Model penyebaran penyakt n dkonstruks melalu beberapa pendekatan. Sepert pada [3], [4] yang mengkonstruks model determnstk SEIVS dengan asums bahwa vaksn dberkan kepada orang yang sudah terkena penyakt. Selan tu ada pula yang menggunakan pendekatan model host - vektor [5], optmal control [6] [] dan bahkan pendekatan stokastk [3], [] [3]. Model Matematka Pada tulsan n dbangun model determnstk dengan asums bahwa vaksnas dlakukan sebelum terjadnya nfeks dan dberkan kepada manusa sehat. Propors vaksn v dan laju nfeks salng bebas sehngga laju nfeks akan berkurang sebesar propors populas manusa tervaksn yatu v, dengan v [,). Selan tu, dasumskan pula bahwa efektvtas vaksn bersfat permanen dalam art manusa yang sudah dvaksn tdak lag berpeluang untuk terkena penyakt. Kta juga mengasumskan bahwa kesembuhan dar penyakt campak dapat memberkan kekebalan secara permanen. Pada model n, populas manusa dkelompokan menjad empat kelompok, yatu manusa rentan (susceptble) S ( t ), manusa terjangkt penyakt (exposed) E( t ), manusa ternfeks (nfected) I ( t) dan populas manusa sembuh (recovered) R( t ). Dasumskan bahwa laju kematan pada setap kelompok adalah konstan. Manusa baru yang terlahr per satuan waktu merupakan ndvdu sehat. Dagram kompartemen yang menggambarkan penyebaran penyakt campak dengan pengaruh vaksn permanen dapat dlhat pada gambar (). vs ( v) SI E N S E I R I S E I R Gambar. Dagram kompartemen untuk model penyebaran penyakt campak Dar dagram kompartemen pada gambar (), dnamk penyebaran penyakt campak drepresentaskan oleh sstem persamaan dferensal non-lnear orde empat sebaga berkut:

3 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : ds ( v) SI ( v ) S () dt N de ( v) SI ( ) E () dt N di E ( ) I (3) dt dr I vs R (4) dt dengan N S E I R adalah total populas manusa, sedangkan laju transs dar keadaan exposed ke keadaan manusa ternfeks dan merupakan laju kesembuhan dengan,,,,. Saat t maka N( t) sehngga sstem ()-(4) terdefns pada doman yang mempunya art bologs 4 ( S, E, I, R) R : S E I R (5) yang sangat mudah terlhat bahwa doman merupakan hmpunan nvaran postf terhadap sstem ()-(4). Analss Model Dnamk Pada bagan n akan dcar bentuk Basc reproducton number ( ) dan analss kestablan ttk ekulbrum dar model dnamk ()-(4). Basc reproducton number adalah suatu nla batas tolerans dalam menentukan keendemkan suatu penyakt. Untuk menentukan nla ambang batas tersebut, dgunakan metode Next generaton matrx (NGM) sepert yang dperkenalkan pada [4] [6]. Defnskan vektor x x,.. n, dengan x adalah jumlah orang atau propors pada kompartemen ke -. Populas dnamk dar sub populas ke - dapat dtuls sebaga: x F ( x) V ( x), dengan F adalah matrks transms penyakt (non lnear) dan V adalah matrks transs yang menggambarkan perubahan kompartemen [5]. NGM dformulaskan oleh turunan parsal dar V x V x * ( ) dengan F dan V, yakn F x F x * ( ), * x adalah ttk ekulbrum bebas penyakt. Parameter ambang batas R dtentukan oleh radus spectral dar matrks FV. Pada masalah n dperoleh v F V v v v v v v sehngga basc reproducton number. v dan 3

4 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Proposs. Eksstens Ttk Ekulbrum Sstem persamaan dferensal non lnear ()-(4) mempunya palng sedkt satu ttk ekulbrum E S E I R S E I R dengan * * * * S, E, I, R semuanya non negatf, eksstensnya : (,,, ) ( *, *, *, * ) dtentukan oleh parameter ambang batas. Eksstens E hanya terjad apabla. Bukt. Msalkan * * * * ( S, E, I, R ) adalah solus konstan dar model ()-(4). Kta dapat menulskan * * * * S, E, I, R dengan mudah dalam bentuk, yatu S E I R * * * * ( v) ( ) ( ) ( v)( )( )( ) ( )( )( v) v v v yang terlhat dengan jelas hanya pada saat nla * * * * S, E, I, R non negatf. Remark. Sstem persamaan dferensal ()-(4) mempunya dua ttk ekulbrum. Ttk ekulbrum kedua v dsebut ttk ekulbrum bebas penyakt yatu E : ( S, E, I, R),,,. v ( v) Proposs. Kestablan ttk ekulbrum bebas penyakt Ttk ekulbrum bebas penyakt E stabl asmtotk secara lokal jka. Lebh jauhnya, jka, ttk ekulbrum bebas penyakt E tdak stabl saddle. Bukt. Untuk memerksa kestablan ttk ekulbrum E secara lokal dlakukan lnearsas d sektar ttk ekulbrum E. Matrk Jacob dar sstem ()-(4) dperoleh J ( ) v H N v v S N N v H v S N N v Dengan substtus ttk ekulbrum bebas penyakt E dperoleh matrks pelnearan dsektar ttk E sebaga berkut (6) 4

5 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Nla egen dar E J E v v v v v v J dperoleh dengan menyelesakan persamaan J E I det. Dengan menggunakan ekspans kofaktor sepanjang kolom ke-4 dperoleh det J E I M 44 dengan M 44 adalah matrks mnor. Selanjutnya untuk menentukan nla M 44 dgunakan ekspans kofaktor sepanjang kolom pertama, sehngga dperoleh nla egen, v sedangkan dua nla egen yang terssa dapat dtentukan dar persamaan polnomal berkut: Akar akar persamaan kuadrat (7) merupakan nla egen 3 dan 4 dar matrks jakob mempunya bagan real yang bernla negatf apabla, Sebalknya apabla terdapat salah satu akar persamaan kuadrat (7) yang bagan realnya bernla postf. Jad Terbukt bahwa jka maka ttk ekulbrum bebas penyakt E stabl asmtotk secara lokal, namun apabla ttk ekulbrum bebas penyakt E tdak stabl saddle. (7) J E dan Proposs 3. Kestablan Ttk Ekulbrum Endemk Ttk ekulbrum endemk E stabl asmtotk secara lokal jka. Lebh jauhnya, jka, ttk ekulbrum endemk E tdak stabl saddle. Bukt Matrks jakob untuk daerah sektar ttk ekulbrum endemk E adalah J E v v v a v a v dengan a a v v v v v v v v v 5

6 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Untuk memperoleh nla egen dar J E, kta menyelesakan det( J I). Dengan menggunakan ekspans kofaktor terhadap kolom ke-4 dperoleh nla egen, sementara tga nla egen yang lannya,, 3 dan 4 dtentukan oleh polnom berderajat 3 berkut dengan b b b b v v v 3 b b b b 3 3 E (8) Akan dtunjukkan bahwa ketka, semua akar-akar polnom yang berkorespondens dengan nla egen dar J E mempunya bagan real negatf. Dar persamaan polnom (8) jelas terlhat bahwa b, b, b dan b3 jka. Berdasarkan krtera Routz Hurwtz [7], [8] kta perlu menunjukkan bahwa bb b3. Perhatkan bahwa c c v v v bb b3 dengan c c c 3 c 3 v v v Oleh karena tu, semua akar pada polnom (8) merupakan akar-akar dengan bagan real negatf, akbatnya semua nla egen dar J E mempunya bagan real negatf pada saat. Sebalknya apabla akan terdapat mnmal satu akar polnom (8) bernla postf. Berdasarkan hasl analss dar krtera Routh Hurwtz terbukt bahwa ttk ekulbrum endemk E stabl asmtotk secara lokal ketka dan E tdak stabl saddle pada saat. Analss Senstvtas dan Smulas Numerk Sebelum melhat pengaruh vaksnas terhadap dnamka nfeks, terlebh dahulu kta akan melhat keterkatan antara laju nfeks, propors vaksnas v terhadap parameter treshold. Hubungan antara ketgannya dapat dlhat pada gambar (). 6

7 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Gambar : Analss senstvtas antara laju vaksnas dan nfeks terhadap nla ambang batas Berdasarkan pada gambar, kta dapat melhat bahwa menurunnya laju nfeks dan dserta dengan kenakan jumlah propors orang yang dkena vaksn akan dapat menurunkan nla parameter ambang batas. Hal n berart apabla nla laju nfeks telah dketahu, kta akan dapat menentukan besaran propors vaksnas sedemkan sehngga konds endemk tdak tercapa. Sebalknya apabla propors vaksnas dlakukan secara konstan kta dapat melhat konds parameter treshold yang menunjukan kejadan endemk atau tdak endemk pada laju nfeks tertentu. Untuk memperjelas konds n, dlakukan smulas numerk dengan varas propors vaksnas. a. Populas rentan penyakt b. Populas eksposed c. Populas ternfeks d. Populas Recovery Gambar 3. Dnamk populas manusa saat 7

8 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : Gambar 3 menunjukkan dnamk populas manusa susceptble, exposed, nfected dan recovery pada saat laju nfeks telah dketahu secara konstan dengan konds nla ambang batas. Dapat dlhat bahwa populas manusa ternfeks dan manusa exposed menurun serng dengan berjalannya waktu. Selan tu, menurunnya populas manusa rentan penyakt berrngan dengan kenakan populas manusa sembuh. Hal n yang menunjukkan bahwa kekebalan penyakt campak selan dar pengaruh vaksnas dpengaruh pula oleh kesembuhan dar penyakt campak tersebut. Dapat dlhat pula pengaruh vaksnas terhadap populas manusa. Gambar 3.c menunjukkan bahwa semakn besar propors vaksnas yang dlakukan maka populas manusa ternfeks campak akan menurun semakn cepat. Akbatnya populas manusa kebal terhadap penyakt campak juga semakn nak. Dar sn kta dapat melhat pengaruh vaksnas terhadap kekebalan penyakt secara permanen. Penggunaan vaksn juga akan berdampak pada manusa sehat, yatu semakn besar pors manusa sehat yang dberkan vaksn maka manusa sehat tanpa vaksn akan semakn sedkt populasnya sehngga populas manusa kebal terhadap penyakt campak akan semakn besar. Smulas n mengkonfrmas hasl dar perhtungan analtk bahwa pada saat orbt akan menuju ttk ekulbrum bebas penyakt E. a. Populas rentan penyakt b. Populas eksposed c. Populas ternfeks d. Populas Recovery Gambar 4. Dnamk populas manusa saat dengan v bervaras Pada gambar 4, pada saat konds blangan ambang batas populas manusa terkonsentras d state manusa terjangkt (exposed) dan manusa ternfeks (gambar 4.b dan 4.c). Selan tu juga manusa yang sembuh dar penyakt (recovery) mengkut trend manusa ternfeks secara konstan (gambar 4.d). Hal n karena manusa yang terkena nfeks kemudan sembuh dengan laju konstan tdak berpeluang untuk terkena penyakt kembal sehngga trend-nya akan mengkut trend dar orbt populas manusa ternfeks. Berbeda dengan populas manusa rentan, konds manusa rentan n semakn 8

9 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : menurun (gambar 4.a) serng dengan pengaruh laju nfeks dan laju vaksnas yang dapat mengurang populas manusa rentan terhadap penyakt. Propors vaksnas yang semakn besar, dapat menekan angka populas manusa ternfeks penyakt. Propors vaksn sebesar v.5 dar total populas manusa sehat dapat menurunkan angka manusa ternfeks % darpada penggunaan propors vaksn sebesar v. dar total populas manusa sehat. Pengaruh vaksn n pula dapat terlhat dar populas manusa kebal terhadap penyakt yang jumlahnya semakn nak serng dengan penngkatan propors penggunaan vaksn. Penngkatan propors penggunaan vaksn n pula lah yang menyebabkan populas manusa rentan terhadap penyakt menurun dengan cepat. Smulas n mengkonfrmas hasl analtk yang menjelaskan bahwa ttk ekulbrum endemk E stabl apabla. Kesmpulan Pengendalan populas manusa ternfeks dapat dkontrol dengan cara pemberan vaksn terhadap manusa yang sehat. Berdasarkan hasl analss dan dkonfrmas melalu smulas numerk, penggunaan vaksn dapat menurunkan jumlah populas manusa ternfeks dan menngkatkan jumlah populas manusa yang kebal terhadap penyakt, khususnya penyakt campak. Selan tu pula, kesembuhan alam dar penyakt campak n (tanpa vaksn) juga memberkan sumbangshnya dalam menngkatkan jumlah populas manusa yang kebal terhadap penyakt campak. Namun perlu dketahu bahwa propors manusa yang dber vaksn n dapat dtentukan apabla kta sudah mengetahu laju nfeks dar penyakt campak. Pada dasarnya kta dapat menentukan propors manusa sehat yang dber vaksn sebesar-besarnya untuk menekan jumlah populas manusa ternfeks setngg - tnggnya, namun hal tu tdaklah efektf karena penggunaan vaksn n berbandng lurus dengan baya yang dperlukan. Sehngga alangkah lebh bak apabla kta mengetahu atau menganalsa seberapa besar laju nfeks dar penyakt campak terlebh dahulu untuk menentukan keputusan seberapa besar propors manusa sehat yang perlu dberkan vaksn. Tentunya dsetap daerah, laju nfeks penyakt campak n akan berbeda beda sehngga propors manusa yang dberkan vaksn juga akan berbeda. Referens [] D. Ddk Budjanto, B. Hardhana, M. Yudanto, and Dkk, Propl Kesehatan Indonesa 6, 7. [] Depkes RI, Kementeran kesehatan republk ndonesa, 6. [3] Y. Zhou, W. Zhang, S. Yuan, and H. Hu, Persstence and extncton n stochastc srs models wth general nonlnear ncdence rate, Electron. J. Dffer. Equatons, vol. 4, 4. [4] X. Wang, Y. Tao, and X. Song, Analyss of pulse vaccnaton strategy n SIRVS epdemc model, Commun. Nonlnear Sc. Numer. Smul., vol. 4, no. 6, pp , 9. [5] J. M. Heffernan and M. J. Keelng, An n-host model of acute nfecton: Measles as a case study, Theor. Popul. Bol., vol. 73, no., pp , 8. [6] G. Zaman, Y. Han Kang, and I. H. Jung, Stablty analyss and optmal vaccnaton of an SIR epdemc model, BoSystems, vol. 93, no. 3, pp. 4 49, 8. [7] G. Zaman, Y. H. Kang, G. Cho, and I. H. Jung, Optmal strategy of vaccnaton & treatment n an SIR epdemc model, Math. Comput. Smul., vol. 36, pp , 7. [8] T. K. Kar and A. Batabyal, Stablty analyss and optmal control of an SIR epdemc model wth vaccnaton, BoSystems, vol. 4, no. 3, pp. 7 35,. [9] A. A. Lashar, Optmal control of an SIR epdemc model wth a saturated treatment, Appl. Math. Inf. Sc., vol., no., pp. 85 9, 6. [] H. Laarab, A. Abta, M. Rachk, J. Bouyaghroumn, and E. H. Labrj, Stablty Analyss and Optmal Vaccnaton Strateges for an SIR Epdemc Model wth a Nonlnear Incdence Rate, ISSN Int. J. Nonlnear Sc., vol. 6, no. 4, pp , 3. 9

10 Jurnal Kubk, Volume No. ISSN : [] Y. Zhao and D. Jang, The threshold of a stochastc SIRS epdemc model wth saturated ncdence, Appl. Math. Lett., vol. 34, no., pp. 9 93, 4. [] Y. Ca, X. Wang, W. Wang, and M. Zhao, Stochastc dynamcs of an SIRS epdemc model wth rato-dependent ncdence rate, Abstr. Appl. Anal., vol. 3, 3. [3] Q. Lu and Q. Chen, Analyss of the determnstc and stochastc SIRS epdemc models wth nonlnear ncdence, Phys. A Stat. Mech. ts Appl., vol. 48, pp. 4 53, 5. [4] O. Dekmann, J. a P. Heesterbeek, and M. G. Roberts, The constructon of next-generaton matrces for compartmental epdemc models., J. R. Soc. Interface, vol. 7, no. 47, pp ,. [5] J. A. P. Heesterbeek, Mathematcal Epdemology of Infectous Dseases: Model Buldng, Analyss and Interpretaton, vol. 6 Suppl 4.. [6] P. Van Den Dressche and J. Watmough, Reproducton numbers and sub-threshold endemc equlbra for compartmental models of dsease transmsson, Math. Bosc., vol. 8, pp. 9 48,. [7] J. J. Anagnost and C. A. Desoer, An elementary proof of the Routh-Hurwtz stablty crteron, Crcuts Syst. Sgnal Process., vol., no., pp. 4, 99. [8] X. Yang, Generalzed form of Hurwtz-Routh crteron and Hopf bfurcaton of hgher order, Appl. Math. Lett., vol. 5, no. 5, pp. 65 6,.

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi

Eksistensi Bifurkasi Mundur pada Model Penyebaran Penyakit Menular dengan Vaksinasi 1 Eksstens Bfurkas Mundur pada Model Penyebaran Penyakt Menular dengan Vaksnas Intan Putr Lestar, Drs. M. Setjo Wnarko, M.S Jurusan Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Insttut Teknolog

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada

BAB I PENDAHULUAN. SARS pertama kali dilaporkan terjadi di Propinsi Guandong Cina pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pergerakan populas sangat mempengaruh proses dnamka dar epdem penyakt. Hal n dapat dtunjukkan oleh beberapa penyakt menular. SARS pertama kal dlaporkan terjad

Lebih terperinci

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR DENGAN TRANSMISI VERTIKAL

MODEL PENYEBARAN PENYAKIT MENULAR DENGAN TRANSMISI VERTIKAL MODL PNYBARAN PNYAKIT MNULAR DNGAN TRANSMISI VRTIKAL Usman Pagalay Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog Unverstas Islam Neger (UIN) Maulana Malk Ibrahm Malang e-mal: usmanpagalay@yahoo.co.d Abstract

Lebih terperinci

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM

MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM MEREDUKSI SISTEM PERSAMAAN LINEAR FUZZY PENUH DENGAN BILANGAN FUZZY TRAPESIUM Tut Susant, Mashad, Sukamto Mahasswa Program S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN

SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN SOLUSI SISTEM PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE PERTURBASI HOMOTOPI DAN METODE DEKOMPOSISI ADOMIAN Ita Rahmadayan 1, Syamsudhuha 2, Asmara Karma 2 1 Mahasswa Program Stud S1 Matematka

Lebih terperinci

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS

SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS SISTEM LINEAR MAX-PLUS KABUR WAKTU INVARIANT AUTONOMOUS A8 M. Andy Rudhto 1 1 Program Stud Penddkan Matematka FKIP Unverstas Sanata Dharma Kampus III USD Pangan Maguwoharjo Yogyakarta 1 e-mal: arudhto@yahoo.co.d

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a

(1.1) maka matriks pembayaran tersebut dikatakan mempunyai titik pelana pada (r,s) dan elemen a Lecture 2: Pure Strategy A. Strategy Optmum Hal pokok yang sesungguhnya menad nt dar teor permanan adalah menentukan solus optmum bag kedua phak yang salng bersang tersebut yang bersesuaan dengan strateg

Lebih terperinci

DIMENSI PARTISI GRAF GIR

DIMENSI PARTISI GRAF GIR Jurnal Matematka UNAND Vol. 1 No. 2 Hal. 21 27 ISSN : 2303 2910 c Jurusan Matematka FMIPA UNAND DIMENSI PARTISI GRAF GIR REFINA RIZA Program Stud Matematka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam,

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA

BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA BEBERAPA SIFAT TERKAIT SUBMODUL SEMIPRIMA A-3 Dan Aresta Yuwanngsh 1 1 Mahasswa S Matematka UGM dan.aresta17@yahoo.com Abstrak Dberkan R merupakan rng dengan elemen satuan, M R-modul kanan, dan R S End

Lebih terperinci

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT

JMP : Volume 5 Nomor 1, Juni 2013, hal SPEKTRUM PADA GRAF REGULER KUAT JMP : Volume 5 Nomor, Jun 03, hal. 3 - SPEKTRUM PD GRF REGULER KUT Rzk Mulyan, Tryan dan Nken Larasat Program Stud Matematka, Fakultas Sans dan Teknk Unerstas Jenderal Soedrman Emal : rzky90@gmal.com BSTRCT.

Lebih terperinci

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL:

PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: PROPOSAL SKRIPSI JUDUL: 1.1. Latar Belakang Masalah SDM kn makn berperan besar bag kesuksesan suatu organsas. Banyak organsas menyadar bahwa unsur manusa dalam suatu organsas dapat memberkan keunggulan

Lebih terperinci

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi

BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR. Pada bab ini akan dibahas konsep-konsep dasar dari fungsi mayor dan fungsi BAB III FUNGSI MAYOR DAN MINOR Pada bab n akan dbahas konsep-konsep dasar dar fungs mayor dan fungs mnor dar suatu fungs yang terdefns pada suatu nterval tertutup. Pendefnsan fungs mayor dan mnor tersebut

Lebih terperinci

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik

Pendeteksian Data Pencilan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Diagnostik Pendeteksan Data Penclan dan Pengamatan Berpengaruh pada Beberapa Kasus Data Menggunakan Metode Dagnostk Sally Indra 1, Dod Vonanda, Rry Srnngsh 3 1 Student of Mathematcs Department State Unversty of Padang,

Lebih terperinci

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya

Dekomposisi Nilai Singular dan Aplikasinya A : Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Gregora Aryant Dekomposs Nla Sngular dan Aplkasnya Oleh : Gregora Aryant Program Stud Penddkan Matematka nverstas Wdya Mandala Madun aryant_gregora@yahoocom Abstrak

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Hpotess Peneltan Berkatan dengan manusa masalah d atas maka penuls menyusun hpotess sebaga acuan dalam penulsan hpotess penuls yatu Terdapat hubungan postf antara penddkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan

III PEMBAHASAN. merupakan cash flow pada periode i, dan C. berturut-turut menyatakan nilai rata-rata dari V. dan Pada bab n akan dbahas mengena penyelesaan masalah ops real menggunakan pohon keputusan bnomal. Dalam menentukan penlaan proyek, dapat dgunakan beberapa metode d antaranya dscounted cash flow (DF). DF

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS

SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS JMP : Volume 4 Nomor 2, Desember 2012, hal. 289-297 SEMI RING POLINOM ATAS ALJABAR MAX-PLUS Suroto Prod Matematka, Jurusan MIPA, Fakultas Sans dan Teknk Unverstas Jenderal Soedrman e-mal : suroto_80@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang

Dalam sistem pengendalian berhirarki 2 level, maka optimasi dapat. dilakukan pada level pertama yaitu pengambil keputusan level pertama yang LARGE SCALE SYSEM Course by Dr. Ars rwyatno, S, M Dept. of Electrcal Engneerng Dponegoro Unversty BAB V OPIMASI SISEM Dalam sstem pengendalan berhrark level, maka optmas dapat dlakukan pada level pertama

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang dan Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan Matematka dbag menjad beberapa kelompok bdang lmu, antara lan analss, aljabar, dan statstka. Ruang barsan merupakan salah satu bagan yang ada d bdang

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

Bab 4 SIMULASI NUMERIK. 4.1 Kasus I

Bab 4 SIMULASI NUMERIK. 4.1 Kasus I Bab 4 SIMULASI NUMERIK Pada bab n akan dbahas analss model penyebaran penyakt flu burung untuk kasus adanya pertumbuhan dan kematan alam serta kasus tdak adanya pertumbuhan dan kematan alam secara numerk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum melakukan penelitian, langkah yang dilakukan oleh penulis BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum melakukan peneltan, langkah yang dlakukan oleh penuls adalah mengetahu dan menentukan metode yang akan dgunakan dalam peneltan. Sugyono (2006: 1) menyatakan:

Lebih terperinci

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC

PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC PELABELAN TOTAL SISI AJAIB SUPER PADA GRAF CORONA-LIKE UNICYCLIC Kurnawan *, Rolan Pane, Asl Srat Mahasswa Program Stud S Matematka Dosen Jurusan Matematka Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam

Lebih terperinci

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS)

PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) PEMBUATAN GRAFIK PENGENDALI BERDASARKAN ANALISIS KOMPONEN UTAMA (PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS) Wrayant ), Ad Setawan ), Bambang Susanto ) ) Mahasswa Program Stud Matematka FSM UKSW Jl. Dponegoro 5-6 Salatga,

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Bab 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 11 Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbankan adalah ndustr yang syarat dengan rsko. Mula dar pengumpulan dana sebaga sumber labltas, hngga penyaluran dana pada aktva produktf. Berbaga kegatan jasa

Lebih terperinci

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani /

KORELASI DAN REGRESI LINIER. Debrina Puspita Andriani    / KORELASI DAN REGRESI LINIER 9 Debrna Puspta Andran www. E-mal : debrna.ub@gmal.com / debrna@ub.ac.d 2 Outlne 3 Perbedaan mendasar antara korelas dan regres? KORELASI Korelas hanya menunjukkan sekedar hubungan.

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL

BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL BOKS A SUMBANGAN SEKTOR-SEKTOR EKONOMI BALI TERHADAP EKONOMI NASIONAL Analss sumbangan sektor-sektor ekonom d Bal terhadap pembangunan ekonom nasonal bertujuan untuk mengetahu bagamana pertumbuhan dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1

Pembayaran harapan yang berkaitan dengan strategi murni pemain P 2. Pembayaran Harapan bagi Pemain P1 Lecture : Mxed Strategy: Graphcal Method A. Metode Campuran dengan Metode Grafk Metode grafk dapat dgunakan untuk menyelesakan kasus permanan dengan matrks pembayaran berukuran n atau n. B. Matrks berukuran

Lebih terperinci

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR

METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR METODE REGRESI RIDGE UNTUK MENGATASI KASUS MULTIKOLINEAR Margaretha Ohyver Jurusan Matematka, Fakultas Sans dan Teknolog, Bnus Unversty Jl. Kh.Syahdan No.9, Palmerah, Jakarta 480 ethaohyver@bnus.ac.d,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penjadwalan Baker (1974) mendefnskan penjadwalan sebaga proses pengalokasan sumber-sumber dalam jangka waktu tertentu untuk melakukan sejumlah pekerjaan. Menurut Morton dan

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK

SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES 1 ABSTRAK SELANG KEPERCAYAAN UNTUK KOEFISIEN GARIS REGRESI LINEAR DENGAN METODE LEAST MEDIAN SQUARES Harm Sugart Jurusan Statstka FMIPA Unverstas Terbuka emal: harm@ut.ac.d ABSTRAK Adanya penympangan terhadap asums

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Peneltan n menggunakan peneltan ekspermen; subyek peneltannya dbedakan menjad kelas ekspermen dan kelas kontrol. Kelas ekspermen dber

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PENDAHULUAN. Latar Belakang Dalam kehdupan sehar-har, serngkal dumpa hubungan antara suatu varabel dengan satu atau lebh varabel lan. D dalam bdang pertanan sebaga contoh, doss dan ens pupuk yang dberkan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TIJAUA KEPUSTAKAA.1. Gambaran Umum Obyek Peneltan Gambar.1 Lokas Daerah Stud Gambar. Detal Lokas Daerah Stud (Sumber : Peta Dgtal Jabotabek ver.0) 7 8 Kawasan perumahan yang dplh sebaga daerah stud

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi,

BAB 2 LANDASAN TEORI. diteliti. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populasi disebut ukuran populasi, BAB LANDASAN TEORI.1 Populas dan Sampel Populas adalah keseluruhan unt atau ndvdu dalam ruang lngkup yang ngn dtelt. Banyaknya pengamatan atau anggota suatu populas dsebut ukuran populas, sedangkan suatu

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PEELITIA 3.1. Kerangka Pemkran Peneltan BRI Unt Cbnong dan Unt Warung Jambu Uraan Pekerjaan Karyawan Subyek Analss Konds SDM Aktual (KKP) Konds SDM Harapan (KKJ) Kuesoner KKP Kuesoner KKJ la

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, )

BILANGAN RAMSEY SISI DARI r ( P, ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro, Blangan Ramsey Ss BILANGAN RAMSY SISI DARI r ( P, ) (Ramsey Number from the Sde r ( P, ) ) Charul Imron dan dy Tr Baskoro Jurusan Matemátca, FMIPA ITS Surabaya mron-ts@matematka.ts.ac.d

Lebih terperinci

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE

BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE BAB VIB METODE BELAJAR Delta rule, ADALINE (WIDROW- HOFF), MADALINE 6B.1 Pelathan ADALINE Model ADALINE (Adaptve Lnear Neuron) dtemukan oleh Wdrow & Hoff (1960) Arstekturnya mrp dengan perseptron Perbedaan

Lebih terperinci

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan

Catatan Kuliah 12 Memahami dan Menganalisa Optimisasi dengan Kendala Ketidaksamaan Catatan Kulah Memaham dan Menganalsa Optmsas dengan Kendala Ketdaksamaan. Non Lnear Programmng Msalkan dhadapkan pada lustras berkut n : () Ma U = U ( ) :,,..., n st p B.: ; =,,..., n () Mn : C = pk K

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR

EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR EFISIENSI DAN AKURASI GABUNGAN METODE FUNGSI WALSH DAN MULTIGRID UNTUK MENYELESAIKAN PERSAMAAN INTEGRAL FREDHOLM LINEAR Masduk Jurusan Penddkan Matematka FKIP UMS Abstrak. Penyelesaan persamaan ntegral

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam pembuatan tugas akhr n, penulsan mendapat referens dar pustaka serta lteratur lan yang berhubungan dengan pokok masalah yang penuls ajukan. Langkah-langkah yang akan

Lebih terperinci

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND

STATISTICAL STUDENT OF IST AKPRIND E-mal : statstkasta@yahoo.com Blog : Analss Regres SederhanaMenggunakan MS Excel 2007 Lsens Dokumen: Copyrght 2010 sssta.wordpress.com Seluruh dokumen d sssta.wordpress.com dapat dgunakan dan dsebarkan

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu

Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Penelitian Terdahulu Bab 2 Tnjauan Pustaka 2.1 Peneltan Terdahulu Pemlhan stud pustaka tentang sstem nformas penlaan knerja karyawan n juga ddasar pada peneltan sebelumnya yang berjudul Penerapan Metode TOPSIS untuk Pemberan

Lebih terperinci

ALJABAR LINIER LANJUT

ALJABAR LINIER LANJUT ALABAR LINIER LANUT Ruang Bars dan Ruang Kolom suatu Matrks Msalkan A adalah matrks mnatas lapangan F. Bars pada matrks A merentang subruang F n dsebut ruang bars A, dnotaskan dengan rs(a) dan kolom pada

Lebih terperinci

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC

Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analisis Rangkaian RLC Penerapan Metode Runge-Kutta Orde 4 dalam Analss Rangkaan RLC Rka Favora Gusa JurusanTeknk Elektro,Fakultas Teknk,Unverstas Bangka Beltung rka_favora@yahoo.com ABSTRACT The exstence of nductor and capactor

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah BAB III METODE PENELITIAN A. Jens Peneltan Jens peneltan yang akan dgunakan dalam peneltan n adalah peneltan pengembangan (Research and Development). Peneltan Research and Development (R&D) n merupakan

Lebih terperinci

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING

PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Meda Informatka, Vol. 2, No. 2, Desember 2004, 57-64 ISSN: 0854-4743 PENENTUAN LOKASI PEMANCAR TELEVISI MENGGUNAKAN FUZZY MULTI CRITERIA DECISION MAKING Sr Kusumadew Jurusan Teknk Informatka, Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan matematika tidak hanya dalam tataran teoritis tetapi juga pada BAB I PENDAHULUAN.. Latar Belakang Masalah Perkembangan matematka tdak hanya dalam tataran teorts tetap juga pada bdang aplkatf. Salah satu bdang lmu yang dkembangkan untuk tataran aplkatf dalam statstka

Lebih terperinci

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran

Oleh : Enny Supartini Departemen Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Padjadjaran Abstrak MENGESTIMASI BEBERAPA DATA HILANG (MISSING DATA) DAN ANALISIS VARIANS UNTUK RANCANGAN BLOK ACAK SEMPURNA Oleh : Enny Supartn Departemen Statstka, Fakultas Matematka dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unverstas

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen 3 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desan Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode ekspermen karena sesua dengan tujuan peneltan yatu melhat hubungan antara varabelvarabel

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak di III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlaksanakan d SMP Al-Azhar 3 Bandar Lampung yang terletak d Jl. Gn. Tanggamus Raya Way Halm, kota Bandar Lampung. Populas dalam peneltan n adalah

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline. METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga

Lebih terperinci