BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN"

Transkripsi

1 BAB III MODEL - MODEL KEAUSAN 3.1 Model keausan Archard [15] Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah medan tegangan d dalam kontak dan jarak sldng yang relatf antara permukaan kontak. Model n serng dkenal sebaga hukum keausan Archard (Archard s wear law). Sebenarnya bentuk dasarnya pertama kal dterbtkan oleh Holm [16]. Model ddasarkan pada pengamatan-pengamatan bersfat percobaan. Bentuk sederhana dar model keausan n adalah: V s V F N k H k. F. s (3.1) D N dmana V adalah volume materal yang hlang akbat keausan, s adalah jarak sldng, F N adalah beban normal, H adalah kekerasan dar materal yang mengalam keausan, k adalah koefsen keausan tak berdmens, k D adalah koefsen keausan yang berdmens. Koefsen keausan k, merupakan suatu konstanta yang dsedakan untuk mencocokkan perhtungan antara teor dan pengujan. Untuk aplkas engneerng, ketnggan keausan memlk lebh banyak keuntungan, dbandng volume keausan. Maka Archard membag kedua ss dar persamaan (3.1) dengan daerah kontak yang terbentuk A, sehngga persamaan menjad w h kd. p s (3.2) dmana h w adalah tngg keausan, dan p adalah tekanan kontak (contact pressure). Proses keausan dapat danggap sebaga suatu proses dnamk dan predks dar proses n dapat dlhat sebaga sebuah permasalahan nla awal. Model keausan kemudan bsa dgambarkan sebaga suatu persamaan dferensal untuk keausan lner. 15

2 16 w dh kd. p ds (3.3) 3.2 Model keausan Sarkar [17] Pada tahun 1980, Sarkar memodfkas model keausan Archard dengan pertmbangan adanya suatu koefsen gesek antara permukaan yang salng bergesekan. Sepert yang ddscuskan sebelumnya, hubungan antara koefsen gesek dan tngkat keausan lebh komplek. Meskpun begtu, Sarkar telah memodfkas suatu model keausan yang menghubungkan antara koefsen gesek dengan volume yang hlang dar bahan. Model keausan n adalah pengembangan model keausan Archard, sehngga menjad: V s F 2 k. N. 1 3 (3.4) H dmana adalah koefsen gesek, V adalah volume materal yang hlang akbat keausan, s adalah jarak sldng, F N adalah beban normal, H adalah kekerasan dar materal yang mengalam keausan, k adalah koefsen keausan tak berdmens. 3.3 Metode predks keausan Podra [18] Podra telah melakukan suatu perhtungan keausan dengan cara membandngkan antara hasl pengujan dengan smulas menggunakan Fnte Element Method (FEM). Tugas utama dar FEM adalah untuk menghtung tekanan kontak (contact pressure). Perhtungan keausan memaka FEM melbatkan penyelesaan masalah kontak secara umum antara benda yang salng kontak dengan menggunakan model dua dmens (2D). Dagram alr dar prosedur smulas keausan memaka FEM dtunjukkan dalam Gambar 3.1. Dagram tersebut terdr dar suatu rangkaan langkah-langkah solus secara struktural yang dkombnaskan dengan perhtungan-perhtungan tambahan. Jad pekerjaan perhtungan keausan melbatkan dua hal, yatu mencar nla (contact pressure), p, kemudan nla tersebut dmasukkan ke dalam persamaan (3.2) sebaga nla tekanan kontak, p. Langkah-langkah smulas FEM adalah dengan menggambar

3 17 geometr model, menentukan sfat-sfat materal, menentukan loads, menentukan konds batas (constrants) dan solve. mula Input parameter: Memodelkan Geometr. Materal parameter, melput: modulus elatstas E, Posson s rato. Konds batas dan pembebanan. Koefsen keausan berdmens k Kenakan keausan maksmum yang djnkan Δh lm. Membuat FE Model Menjalankan analsa struktur stats Menentukan nodal kontak Menghaslkan dstrbus tekanan kontak normal Menghtung kenakan keausan nodal = k D. p. s Δh w +1 Mengubah geometry h w +1 = h w w + Δh +1 Prnt out hasl dan mengambl model yang telah dupdate S sudah tercapa? tdak ya selesa Gambar 3.1. Dagram alr smulas keausan menggunakan FEM.

4 18 Setelah melakukan smulas awal, maka dlakukan smulas berkutnya dengan menggambar model baru kemudan memberkan beban dan konds batas (constrants) yang tepat. Saat menggambar model yang baru dusahakan sedemkan rupa sehngga ddapatkan model yang senyata mungkn dengan benda aslnya dsaat terdeformas karena terjad aus. Daerah dengan graden tegangan yang lebh tngg danjurkan untuk menggunakan mesh yang lebh rapat. Semakn banyak jumlah elemen d dalam model tersebut, akan semakn akurat pula hasl-haslnya, tetap berpengaruh pada menngkatnya waktu perhtungan dan penggunaan memor komputer. Setelah solus tegangan akbat kontak dperoleh, selanjutnya menentukan status dar tap elemen kontak (yang terjad kontak atau tdak). Koordnat-koordnat nodal kontak dar elemen yang terjad kontak menggambarkan lokas daerah kontak. Nodal stress dar ttk d dalam daerah kontak merupakan dstrbus tekanan kontak. Metode Euler dgunakan untuk mengntegraskan hukum keausan berkenaan dengan waktu. Untuk tap tahap smulas keausan, parameter-parameter sstem dasumskan konstan dan mendukung ketnggan keausan pada setap ttk nodal menurut penggambaran model keausan. h h h (3.5) w w w 1 1 dmana, h w +1 = kenakan tngg keausan (mm) pada ttk +1 w dengan dketahunya dstrbus tegangan, kenakan tngg keausan nodal h +1 dapat dhtung. (mm) 3.4 Metode predks keausan Andersson [14] Metode predks yang dlakukan Andersson berawal dar metode keausan dar Archard [15]. Dalam perhtungannya Andersson memodfkas perhtungan Archard dengan memasukan jumlah number rotas ddalamnya. Dmana dalam rollng terjad

5 19 sldng yang berbeda-beda untuk tap rotasnya tergantung pada luas kontak area yang terbentuk. Untuk mendapatkan nla keausan yang terjad memasukan rotas pada perhtungan tdak boleh terlalu besar karena apabla memasukan rotas dengan jumlah rotas yang besar, maka nla keausan yang terjad tdak akan bernla akurat. V 1 V I 2a V 2 V 2 s t = t 0 t = t 0 + t Gambar 3.2. Prnsp dasar untuk menentukan sldng dstance pada rollng dan sldng contact [14 ]. Untuk mekansme rollng terjadnya slp karena adanya perbedaan kecepatan lner antara dua benda yang salng kontak. Terlhat pada gambar 3.2 dmana V 1 adalah kecepatan lner benda 1 dan V 2 adalah kecepatan lner untuk benda 2. Untuk panjang jarak sldng adalah s. s V V a (3.6) V dmana a adalah setengah dar lebar kontak yang terbentuk, V 1 kecepatan untuk benda 1 dan V 2 kecepatan untuk benda 2, adalah faktor yang akan menunjukan pemakaan benda tersebut, dengan = 1 merupakan benda dplh untuk benda 1 dan = 2 merupakan benda dplh adalah benda 2. Untuk menentukan jarak sldng contact dapat dgunakan persamaan (3.6) pada rollng.

6 20 Untuk dua slnder yang berputar dengan radus R. Berputarnya benda tersebut dserta dengan pembebanan F N dengan kecepatan sudut ω 1 dan ω 2. Selanjutnya kecepatan sudut drubah menjad kecepatan lner V 1 = ω 1.R dan V 2 = ω 2.R. Kemudan keausan dapat dhtung. dh kd. pv. s, dt (3.7) dmana = 1 untuk benda 1 dan = 2 untuk benda 2. h merupakan kedalaman aus yang terjad pada ttk, k D adalah wear koeffcent untuk pont pada benda, p adalah lokal contact pressure dan V s, adalah kecepatan sldng pont. Untuk kecepatan sldng dapat dhtung dengan. s, 1 2 V V V (3.8) Dengan asums benda berputar dengan pembebanan dan kecepatan sudut yang bernla konstan. Nla keausan akan dperoleh dar hasl ntergral: t h k. V V. pdt (3.9) D Contact pressure, p, dapat kta gant dengan nla contact pressure rata-rata, p m. Penentuan kedalaman aus n dapat dgunakan untuk seluruh smulas untuk revolus keseluruhan putaran benda. Dengan metode ntegral dapatdgunakan perhtungan keausan: 1 2 h h k. p. V V. t (3.10) D m new old Jka nla t sangat kecl maka dapat pula menggunakan perhtungan dengan menggunakan nla dar jarak kontak area yang terbentuk dan merubah faktor waktu dengan jumlah rotas, n 1 yang dngnkan sepert perhtungan 3.11 yatu:

7 21 V V h k p a n (3.11) 1 2 D. m longtme V Dalam mencar perbedaan selsh kecepatan lner antara benda satu dan benda dua yang dsebut slp tak berdmens dgunakan metode perhtungan: s V V V 1 2 (3.12) dmana V 1 merupakan kecepatan lner dar dsc 1 dan V 2 adalah kecepatan lner dar dsc 2. Jarak sldng terjad akbat adanya perbedaan kecepatan antara dsc 1 dengan dsc 2 yang dsebabkan adanya slp. Nla slp yang semakn besar akan mempengaruh nla tngg keausan pada dsc. Jarak sldng saat dua buah benda yang salng kontak permukaan berbandng lurus dengan nla slp, terlhat dalam gambar (3.3) berkut: s V V V 1 2 V 1 V 2 S Gambar 3.3. Slp yang terjad pada rollng-sldng contact. Apabla sstem yang mengalam kontak rollng-sldng tdak terjad slp maka tap ttk kontak permukaan tdak akan mengalam perubahan saat dsc 1 dengan dsc 2 berputar, dengan demkan benda yang salng mengalam kontak permukaan tersebut tdak mengalam sldng, sehngga dapat dkatakan bahwa benda tersebut tdak mengalam keausan.

8 Metode predks keausan Hegadekatte [19] Metode analtk Global ncremental wear model (GIWM) adalah sebuah metode pendekatan nla keausan secara analtk yang dtawarkan oleh Hegadekatte. Istlah global dgunakan untuk menunjukkan bahwa skema pemodelan keausan n hanya mempertmbangkan jumlah secara menyeluruh (global), sepert tekanan kontak rata-rata dan bukan jumlah yang lebh spesfk pada suatu lokas, msal tekanan kontak lokal. F N, E C, r 1(x)0, r 1(z), r 2 a (x)0, a (z)0 h w 0 =0, s 0 =0, =0 F N u 0 = 2E c a x 0a z 0 h total 0 = u 0 + h 0 F N p 0 = π a x 0 a z 0 S +1 =s + 2πr 1(z) h +1 =h +2k D p a (z) a x +1 2 = 2r 1(x) h total h total r 1(z)+1 = r 1(z) (h +1 h ) 1 r eq +1 = r 1 z +1 r 2 =+1 a (z)+1 = k 4 F N 2a x +1 πe c r eq +1 p = π 4 F N 2a x +1 E c πr eq +1 S < Smax Gambar 3.4. Dagram alr smulas keausan dsc menggunakan GIWM.

9 Metode elemen hngga (FEM) Hegadekatte telah membuat sebuah metode perhtungan keausan menggunakan metode elemen hngga yang merupakan pengembangan dar metode elemen hngga yang telah dlakukan oleh Andersson [14]. Perbedaan palng mendasar antara metode elemen hngga Hegadekatte dengan Andersson adalah dalam perhtungannya Hegadekatte mengunakan t untuk setap tahap kenakan keausan yang terjad sedangkan Andersson menggunakan jumlah number rotas pada kenakan keausannya. Secara konsep, langkah-langkah yang dlakukan oleh Hegadekatte dalam penggunaan elemen hngga adalah sama dengan yang dlakukan oleh Andersson. FEM untuk mengetahu nla tekanan kontak (contact pressure). Dmana ketka melakukan smulas terdapat dua benda yang dmodelkan kemudan kta masukan parameter yang akan dsmulaskan. Benda tersebut dalam smulas tdak dgerakan namun salah satu benda dbuat rgd. Dan smulas yang dlakukan adalah melakukan tekanan stats untuk mendapatkan kontak area yang terbentuk dar smulas penekanan tersebut dan nla contact pressure rata-rata yang ddapatkan akan dmasukan dalam perhtungan analtk sehngga nla keausan pun akan dapat dketahu. 3.6 Metode predks keausan Kanavall [20] Kanavall telah melakukan suatu perhtungan keausan rollng sldng dengan cara membandngkan antara hasl pengujan dengan smulas menggunakan Fnte Element Method (FEM). Tugas utama dar FEM adalah untuk menghtung tekanan kontak (contact pressure). Dmana ketka melakukan smulas terdapat dua benda yang dmodelkan kemudan kta masukan parameter yang akan dsmulaskan. Benda tersebut dalam smulas tdak dgerakan namun salah satu benda dbuat rgd. Dan smulas yang dlakukan adalah melakukan tekanan stats untuk mendapatkan kontak area yang terbentuk dar smulas penekanan tersebut dan nla kontak presure rata-rata yang ddapatkan akan dmasukan dalam perhtungan analtk sehngga nla keausan pun akan dapat dketahu.

10 24 Gambar 3.5. Gambar menunjukkan poss yang berbeda dasumskan oleh ttk nodal referens [20]. Pertmbangan referens ttk nodal A sampa A, pada permukaan atas dar dsc, yang kontak dengan dsc bawah. Karena dsc berputar, tekanan kontak pada ttk nodal n menngkat dar nol sampa maksmum dan kemudan menurun secara bertahap menjad nol (lhat Gambar 3.4). Ttk nodal mengalam tekanan yatu ketka bergerak melalu kontak nterface. Oleh karena tu, tekanan bekerja pada ttk n d sepanjang jarak geser yang merupakan kellng dsc. Untuk satu rotas dar dsc, keausan berlangsung pada ttk nodal n, pada dsc atas, dapat dtuls dengan persamaan, 2 h h k p R d (3.13) 1 D j 1j 0 Dmana Ѳ adalah koordnat kellng dar dsc, smbol j untuk poss yang menempat selama dsc berputar dengan perubahan sudut dѳ, R 1 adalah radus dsc yang atas pada kenakan keausan th. Untuk menentukan kenakan waktu, t, dsc atas dbua t V1V 2 rotas. Dmana V 1 dan V 2 adalah kecepatan dsc atas dan dsc bawah. R 2 1 Kemudan untuk sebuah kenakan waktu dar t, adalah, 2 t V V h h k p R d 1 D R 1 0 j 1j (3.14)

11 25 In adalah model keausan Archard yang dgunakan dalam permasalahan kontak rollng-sldng. Pada persamaan 3.5 dsebut sebaga generalzed Archard s wear model. Kedalaman keausan dhtung menggunakan persamaan 3.5 untuk setap permukaan ttk nodal. Dagram alr dar prosedur smulas keausan memaka FEM dtunjukkan dalam Gambar Geometry - Contact Defnton - Materal Model - Load - Boundary Condton Fnte Element Smulaton (ABAQUS) - Surface Nodel - Coordnate - Contact Pressure Surface Node Map Inc=1 - Integrate Pressure - Crcumference - Local Wear Model (Generalze Archard s Wear Model) - Wear Depth Node on Edge Inward Surface Normal Wear n the Drecton of Inward Surface Normal - Sweep the Mesh - Advect t t max END Gambar 3.6. Dagram alr smulas keausan dalam twn-dsc trbometer.

12 26 Setelah melakukan smulas awal, maka dlakukan smulas berkutnya dengan menggambar model baru kemudan memberkan beban dan konds batas (constrants) yang tepat. Saat menggambar model yang baru dusahakan sedemkan rupa sehngga ddapatkan model yang senyata mungkn dengan benda aslnya dsaat terdeformas karena terjad aus. Daerah dengan graden tegangan yang lebh tngg danjurkan untuk menggunakan mesh yang lebh rapat. Semakn banyak jumlah elemen d dalam model tersebut, akan semakn akurat pula hasl-haslnya, tetap berpengaruh pada menngkatnya waktu perhtungan dan penggunaan memor komputer. Setelah solus tegangan akbat kontak dperoleh, selanjutnya menentukan status dar tap elemen kontak (yang terjad kontak atau tdak). Koordnat-koordnat nodal kontak dar elemen yang terjad kontak menggambarkan lokas daerah kontak. Nodal stress dar ttk d dalam daerah kontak merupakan dstrbus tekanan kontak. 3.7 Metode predks keausan Rodrguez [21] Perhtungan numerk baru untuk smulas keausan pada kontak 3D dan rollngcontact problems. Formulas n ddasarkan pada boundary element method (BEM) untuk menghtung pengaruh koefsen elastc dan untuk pemenuhan kontak batas. BEM mempertmbangkan derajat kebebasan yang terjad pada masalah semacam n (padatan permukaan). Dalam perhtungan tngg keausan terhadap suatu benda, BEM pun mengacu pada perhtungan yang telah dlakukan sebelumnya dalam perhtungan tngg keausan yang dlakukan oleh penelt keausan Archard, boundary element method dapat dgunakan untuk perhtungan tngg keausan untuk benda yang mengalam sldng, rollng dan rollng-sldng contact. Beberapa predks perhtungan tngg keausan oleh BEM sudah banyak dvaldaskan dengan perhtungan tngg keausan yg telah dlakukan oleh beberapa penelt keausan dan haslnya sangat mendekat. 3.8 Rngkasan Setelah melhat beberapa stud pustaka pada bagan sub-bab sebelumnya, beberapa catatan pentng dar hasl tnjauan pustaka n adalah pada model keausan Archard 1953 mengusulkan suatu model pendekatan untuk mendeskrpskan keausan

13 27 sldng. Da berasums bahwa parameter krts dalam keausan sldng adalah medan tegangan d dalam kontak dan jarak sldng yang relatf antara permukaan kontak. Model n serng dkenal sebaga hukum keausan Archard (Archard s wear law). Hukum n dgunakan untuk menghtung seberapa besar materal yang hlang berdasarkan jarak sldng. Pada tahun 1980, Sarkar memodfkas model keausan Archard dengan pertmbangan adanya suatu koefsen gesek antara permukaan yang salng bergesekan. Sepert yang ddscuskan sebelumnya, hubungan antara koefsen gesek dan tngkat keausan lebh komplek. Meskpun begtu, Sarkar telah memodfkas suatu model keausan yang menghubungkan antara koefsen gesek dengan volume yang hlang dar bahan. Podra telah melakukan suatu perhtungan keausan dengan cara membandngkan antara hasl pengujan dengan smulas menggunakan Fnte Element Method (FEM). Perhtungan keausan memaka FEM melbatkan penyelesaan masalah kontak secara umum antara benda yang salng kontak dengan menggunakan model dua dmens (2D). Metode Euler dgunakan untuk mengntegraskan hukum keausan berkenaan dengan waktu. Untuk tap tahap smulas keausan, parameter-parameter sstem dasumskan konstan dan mendukung ketnggan keausan pada setap ttk nodal menurut penggambaran model keausan. Metode predks yang dlakukan Andersson berawal dar metode keausan dar Archard [15]. Dalam perhtungannya Andersson memodfkas perhtungan Archard dengan memasukan jumlah number rotas ddalamnya. Dmana dalam rollng terjad sldng yang berbeda-beda untuk tap rotasnya tergantung pada luas kontak area yang terbentuk. Untuk mendapatkan nla keausan yang terjad memasukan rotas pada perhtungan tdak boleh terlalu besar karena apabla memasukan rotas dengan jumlah rotas yang besar, maka nla keausan yang terjad tdak akan bernla akurat Hegadekatte telah membuat sebuah metode perhtungan keausan menggunakan dua metode, metode yang pertama adalah metode analtk yatu Global ncremental wear model (GIWM) adalah sebuah metode pendekatan nla keausan secara analtk yang dtawarkan oleh Hegadekatte. Istlah global dgunakan untuk menunjukkan bahwa skema pemodelan keausan n hanya mempertmbangkan jumlah secara

14 28 menyeluruh (global), sepert tekanan kontak rata-rata. Metode yang kedua menggunakan metode elemen hngga yang merupakan pengembangan dar metode elemen hngga yang telah dlakukan oleh Andersson. Perbedaan palng mendasar antara metode elemen hngga Hegadekatte dengan Andersson adalah dalam perhtungannya Hegadekatte mengunakan t untuk setap tahap kenakan keausan yang terjad sedangkan Andersson menggunakan jumlah number rotas pada kenakan keausannya. Kanavall melakukan suatu perhtungan keausan yang manegadops dar percobaan pn-on-dsc yang pernah dlakukan oleh Hegadekatte menggunakan FEM. Tugas utama dar FEM adalah untuk menghtung tekanan kontak (contact pressure). Dmana ketka melakukan smulas terdapat dua benda yang dmodelkan kemudan kta masukan parameter yang akan dsmulaskan. Benda tersebut dalam smulas tdak dgerakan namun salah satu benda dbuat rgd. Dan smulas yang dlakukan adalah melakukan tekanan stats untuk mendapatkan kontak area yang terbentuk dar smulas penekanan tersebut dan nla kontak presure rata-rata yang ddapatkan akan dmasukan dalam perhtungan analtk menggunakan persamaan generalzed Archard s wear model sehngga nla keausan pun akan dapat dketahu. Metode predks keausan Rodrguez menggunakan perhtungan numerk baru untuk smulas keausan pada kontak yang terjad. Perhtungan numerk n dgunakan untuk smulas keausan pada kontak 3D dan masalah rollng-contact. Formulas n ddasarkan pada boundary element method (BEM) untuk menghtung pengaruh koefsen elastc dan untuk pemenuhan kontak batas. Dalam perhtungan tngg keausan terhadap suatu benda, BEM pun mengacu pada perhtungan yang telah dlakukan sebelumnya dalam perhtungan tngg keausan yang dlakukan oleh penelt keausan Archard, BEM dapat dgunakan untuk perhtungan tngg keausan untuk benda yang mengalam sldng, rollng dan rollng-sldng contact. [15, 16, 17, 18, 19, 20, 21]

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara

BAB 2 LANDASAN TEORI. Universitas Sumatera Utara BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Analsa Regres Dalam kehdupan sehar-har, serng kta jumpa hubungan antara satu varabel terhadap satu atau lebh varabel yang lan. Sebaga contoh, besarnya pendapatan seseorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan kestabilan ekonomi, adalah dua syarat penting bagi kemakmuran BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan kestablan ekonom, adalah dua syarat pentng bag kemakmuran dan kesejahteraan suatu bangsa. Dengan pertumbuhan yang cukup, negara dapat melanjutkan pembangunan

Lebih terperinci

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES

LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES LAMPIRAN A PENURUNAN PERSAMAAN NAVIER-STOKES Hubungan n akan dawal dar gaya yang beraks pada massa fluda. Gaya-gaya n dapat dbag ke dalam gaya bod, gaya permukaan, dan gaya nersa. a. Gaya Bod Gaya bod

Lebih terperinci

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7

SEARAH (DC) Rangkaian Arus Searah (DC) 7 ANGKAAN AUS SEAAH (DC). Arus Searah (DC) Pada rangkaan DC hanya melbatkan arus dan tegangan searah, yatu arus dan tegangan yang tdak berubah terhadap waktu. Elemen pada rangkaan DC melput: ) batera ) hambatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Matematka sebaga bahasa smbol yang bersfat unversal memegang peranan pentng dalam perkembangan suatu teknolog. Matematka sangat erat hubungannya dengan kehdupan nyata.

Lebih terperinci

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351)

ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) Suplemen Respons Pertemuan ANALISIS DATA KATEGORIK (STK351) 7 Departemen Statstka FMIPA IPB Pokok Bahasan Sub Pokok Bahasan Referens Waktu Korelas Perngkat (Rank Correlaton) Bag. 1 Koefsen Korelas Perngkat

Lebih terperinci

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM

BAB X RUANG HASIL KALI DALAM BAB X RUANG HASIL KALI DALAM 0. Hasl Kal Dalam Defns. Hasl kal dalam adalah fungs yang mengatkan setap pasangan vektor d ruang vektor V (msalkan pasangan u dan v, dnotaskan dengan u, v ) dengan blangan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Menurut teor molekuler benda, satu unt volume makroskopk gas (msalkan cm ) merupakan suatu sstem yang terdr atas sejumlah besar molekul (kra-kra sebanyak 0 0 buah molekul) yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB PEDAHULUA. Latar Belakang Rsko ddentfkaskan dengan ketdakpastan. Dalam mengambl keputusan nvestas para nvestor mengharapkan hasl yang maksmal dengan rsko tertentu atau hasl tertentu dengan rsko yang

Lebih terperinci

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN

PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN PENENTUAN DENSITAS PERMUKAAN Pada koreks topograf ada satu nla yang belum dketahu nlanya yatu denstas batuan permukaan (rapat massa batuan dekat permukaan). Rapat massa batuan dekat permukaan dapat dtentukan

Lebih terperinci

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN

ANALISIS BENTUK HUBUNGAN ANALISIS BENTUK HUBUNGAN Analss Regres dan Korelas Analss regres dgunakan untuk mempelajar dan mengukur hubungan statstk yang terjad antara dua varbel atau lebh varabel. Varabel tersebut adalah varabel

Lebih terperinci

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank

Analisis Kecepatan Dan Percepatan Mekanisme Empat Batang (Four Bar Lingkage) Fungsi Sudut Crank ISSN 907-0500 Analss Kecepatan Dan Percepatan Mekansme Empat Batang (Four Bar ngkage Fungs Sudut Crank Nazaruddn Fak. Teknk Unverstas Rau nazaruddn.unr@yahoo.com Abstrak Pada umumnya analss knematka dan

Lebih terperinci

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER

BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER BAB V PENGEMBANGAN MODEL FUZZY PROGRAM LINIER 5.1 Pembelajaran Dengan Fuzzy Program Lner. Salah satu model program lnear klask, adalah : Maksmumkan : T f ( x) = c x Dengan batasan : Ax b x 0 n m mxn Dengan

Lebih terperinci

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN

Bab 2 AKAR-AKAR PERSAMAAN Analsa Numerk Bahan Matrkulas Bab AKAR-AKAR PERSAMAAN Pada kulah n akan dpelajar beberapa metode untuk mencar akar-akar dar suatu persamaan yang kontnu. Untuk persamaan polnomal derajat, persamaannya dapat

Lebih terperinci

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi.

Contoh 5.1 Tentukan besar arus i pada rangkaian berikut menggunakan teorema superposisi. BAB V TEOEMA-TEOEMA AGKAIA 5. Teorema Superposs Teorema superposs bagus dgunakan untuk menyelesakan permasalahan-permasalahan rangkaan yang mempunya lebh dar satu sumber tegangan atau sumber arus. Konsepnya

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Fuzzy Set Pada tahun 1965, Zadeh memodfkas teor hmpunan dmana setap anggotanya memlk derajat keanggotaan yang bernla kontnu antara 0 sampa 1. Hmpunan n dsebut dengan hmpunaan

Lebih terperinci

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan

RANGKAIAN SERI. 1. Pendahuluan . Pendahuluan ANGKAIAN SEI Dua elemen dkatakan terhubung ser jka : a. Kedua elemen hanya mempunya satu termnal bersama. b. Ttk bersama antara elemen tdak terhubung ke elemen yang lan. Pada Gambar resstor

Lebih terperinci

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear

REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA. Regresi Linear REGRESI DAN KORELASI LINEAR SEDERHANA Regres Lnear Tujuan Pembelajaran Menjelaskan regres dan korelas Menghtung dar persamaan regres dan standard error dar estmas-estmas untuk analss regres lner sederhana

Lebih terperinci

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA

DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA DISTRIBUSI HASIL PENGUKURAN DAN NILAI RATA-RATA Dstrbus Bnomal Msalkan dalam melakukan percobaan Bernoull (Bernoull trals) berulang-ulang sebanyak n kal, dengan kebolehjadan sukses p pada tap percobaan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB LANDASAN TEORI.1 Analsa Regres Analsa regres dnterpretaskan sebaga suatu analsa yang berkatan dengan stud ketergantungan (hubungan kausal) dar suatu varabel tak bebas (dependent varable) atu dsebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah

BAB III METODE PENELITIAN. sebuah fenomena atau suatu kejadian yang diteliti. Ciri-ciri metode deskriptif menurut Surakhmad W (1998:140) adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Peneltan Metode yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf. Peneltan deskrptf merupakan peneltan yang dlakukan untuk menggambarkan sebuah fenomena atau suatu

Lebih terperinci

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan

Pendahuluan. 0 Dengan kata lain jika fungsi tersebut diplotkan, grafik yang dihasilkan akan mendekati pasanganpasangan Pendahuluan 0 Data-data ang bersfat dskrt dapat dbuat contnuum melalu proses curve-fttng. 0 Curve-fttng merupakan proses data-smoothng, akn proses pendekatan terhadap kecenderungan data-data dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II TEORI ALIRAN DAYA

BAB II TEORI ALIRAN DAYA BAB II TEORI ALIRAN DAYA 2.1 UMUM Perhtungan alran daya merupakan suatu alat bantu yang sangat pentng untuk mengetahu konds operas sstem. Perhtungan alran daya pada tegangan, arus dan faktor daya d berbaga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi.

BAB 2 LANDASAN TEORI. estimasi, uji keberartian regresi, analisa korelasi dan uji koefisien regresi. BAB LANDASAN TEORI Pada bab n akan durakan beberapa metode yang dgunakan dalam penyelesaan tugas akhr n. Selan tu penuls juga mengurakan tentang pengertan regres, analss regres berganda, membentuk persamaan

Lebih terperinci

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN

BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN BAB III HIPOTESIS DAN METODOLOGI PENELITIAN III.1 Hpotess Berdasarkan kerangka pemkran sebelumnya, maka dapat drumuskan hpotess sebaga berkut : H1 : ada beda sgnfkan antara sebelum dan setelah penerbtan

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analsa Pemlhan Model Tme Seres Forecastng Pemlhan model forecastng terbak dlakukan secara statstk, dmana alat statstk yang dgunakan adalah MAD, MAPE dan TS. Perbandngan

Lebih terperinci

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH

BAB VB PERSEPTRON & CONTOH BAB VB PERSEPTRON & CONTOH Model JST perseptron dtemukan oleh Rosenblatt (1962) dan Mnsky Papert (1969). Model n merupakan model yang memlk aplkas dan pelathan yang lebh bak pada era tersebut. 5B.1 Arstektur

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996).

2 TINJAUAN PUSTAKA. sistem statis dan sistem fuzzy. Penelitian sejenis juga dilakukan oleh Aziz (1996). 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stud Yang Terkat Peneltan n mengacu pada jurnal yang dtuls oleh Khang, dkk.(1995). Dalam peneltannya, Khang, dkk membandngkan arus lalu lntas yang datur menggunakan sstem stats dan

Lebih terperinci

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA 4. PENGUJIAN PENGUKURAN KECEPATAN PUTAR BERBASIS REAL TIME LINUX Dalam membuktkan kelayakan dan kehandalan pengukuran kecepatan putar berbass RTLnux n, dlakukan pengujan dalam

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut.

BAB III LANDASAN TEORI. berasal dari peraturan SNI yang terdapat pada persamaan berikut. BAB III LANDASAN TEORI 3. Kuat Tekan Beton Kuat tekan beban beton adalah besarna beban per satuan luas, ang menebabkan benda uj beton hanur bla dbeban dengan gaa tekan tertentu, ang dhaslkan oleh mesn

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian dilakukan secara purposive atau sengaja. Pemilihan lokasi penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokas Peneltan Peneltan dlaksanakan d Desa Sempalwadak, Kecamatan Bululawang, Kabupaten Malang pada bulan Februar hngga Me 2017. Pemlhan lokas peneltan dlakukan secara purposve

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI

PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI PENGGUNAAN DINDING GESER SEBAGAI ELEMEN PENAHAN GEMPA PADA BANGUNAN BERTINGKAT 10 LANTAI Reky Stenly Wndah Dosen Jurusan Teknk Spl Fakultas Teknk Unverstas Sam Ratulang Manado ABSTRAK Pada bangunan tngg,

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph

TINJAUAN PUSTAKA. Node. Edge. Gambar 1 Directed Acyclic Graph TINJAUAN PUSTAKA Bayesan Networks BNs dapat memberkan nformas yang sederhana dan padat mengena nformas peluang. Berdasarkan komponennya BNs terdr dar Bayesan Structure (Bs) dan Bayesan Parameter (Bp) (Cooper

Lebih terperinci

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline.

METODE NUMERIK. INTERPOLASI Interpolasi Beda Terbagi Newton Interpolasi Lagrange Interpolasi Spline. METODE NUMERIK INTERPOLASI Interpolas Beda Terbag Newton Interpolas Lagrange Interpolas Splne http://maulana.lecture.ub.ac.d Interpolas n-derajat polnom Tujuan Interpolas berguna untuk menaksr hargaharga

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 28 BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN DAN ANALISIS 4.1 Kerangka Pemkran dan Hpotess Dalam proses peneltan n, akan duj beberapa varabel software yang telah dsebutkan pada bab sebelumnya. Sesua dengan tahapan-tahapan

Lebih terperinci

Bab III Analisis Rantai Markov

Bab III Analisis Rantai Markov Bab III Analss Ranta Markov Sstem Markov (atau proses Markov atau ranta Markov) merupakan suatu sstem dengan satu atau beberapa state atau keadaan, dan dapat berpndah dar satu state ke state yang lan pada

Lebih terperinci

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara

Bab IV Pemodelan dan Perhitungan Sumberdaya Batubara Bab IV Pemodelan dan Perhtungan Sumberdaa Batubara IV1 Pemodelan Endapan Batubara Pemodelan endapan batubara merupakan tahapan kegatan dalam evaluas sumberdaa batubara ang bertuuan menggambarkan atau menatakan

Lebih terperinci

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai

II. TEORI DASAR. Definisi 1. Transformasi Laplace didefinisikan sebagai II. TEORI DASAR.1 Transormas Laplace Ogata (1984) mengemukakan bahwa transormas Laplace adalah suatu metode operasonal ang dapat dgunakan untuk menelesakan persamaan derensal lnear. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Interpretasi data gravitasi

Interpretasi data gravitasi Modul 7 Interpretas data gravtas Interpretas data yang dgunakan dalam metode gravtas adalah secara kualtatf dan kuanttatf. Dalam hal n nterpretas secara kuanttatf adalah pemodelan, yatu dengan pembuatan

Lebih terperinci

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK

III PEMODELAN MATEMATIS SISTEM FISIK 34 III PEMODELN MTEMTIS SISTEM FISIK Deskrps : Bab n memberkan gambaran tentang pemodelan matemats, fungs alh, dagram blok, grafk alran snyal yang berguna dalam pemodelan sstem kendal. Objektf : Memaham

Lebih terperinci

BAB V TEOREMA RANGKAIAN

BAB V TEOREMA RANGKAIAN 9 angkaan strk TEOEM NGKIN Pada bab n akan dbahas penyelesaan persoalan yang muncul pada angkaan strk dengan menggunakan suatu teorema tertentu. Dengan pengertan bahwa suatu persoalan angkaan strk bukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (1822 1911). Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy

ANALISIS REGRESI. Catatan Freddy ANALISIS REGRESI Regres Lner Sederhana : Contoh Perhtungan Regres Lner Sederhana Menghtung harga a dan b Menyusun Persamaan Regres Korelas Pearson (Product Moment) Koefsen Determnas (KD) Regres Ganda :

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Definisi Game Theory BAB II DASAR TEORI Perkembangan zaman telah membuat hubungan manusa semakn kompleks. Interaks antar kelompok-kelompok yang mempunya kepentngan berbeda kemudan melahrkan konflk untuk mempertahankan kepentngan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel

BAB 2 LANDASAN TEORI. persamaan penduga dibentuk untuk menerangkan pola hubungan variabel-variabel BAB LANDASAN TEORI. Analss Regres Regres merupakan suatu alat ukur yang dgunakan untuk mengukur ada atau tdaknya hubungan antar varabel. Dalam analss regres, suatu persamaan regres atau persamaan penduga

Lebih terperinci

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI

IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI IV. UKURAN SIMPANGAN, DISPERSI & VARIASI Pendahuluan o Ukuran dspers atau ukuran varas, yang menggambarkan derajat bagamana berpencarnya data kuanttatf, dntaranya: rentang, rentang antar kuartl, smpangan

Lebih terperinci

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil

2.1 Sistem Makroskopik dan Sistem Mikroskopik Fisika statistik berangkat dari pengamatan sebuah sistem mikroskopik, yakni sistem yang sangat kecil .1 Sstem Makroskopk dan Sstem Mkroskopk Fska statstk berangkat dar pengamatan sebuah sstem mkroskopk, yakn sstem yang sangat kecl (ukurannya sangat kecl ukuran Angstrom, tdak dapat dukur secara langsung)

Lebih terperinci

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c

BAB 3 PEMBAHASAN. 3.1 Prosedur Penyelesaian Masalah Program Linier Parametrik Prosedur Penyelesaian untuk perubahan kontinu parameter c 6 A PEMAHASA Pada bab sebelumnya telah dbahas teor-teor yang akan dgunakan untuk menyelesakan masalah program lner parametrk. Pada bab n akan dperlhatkan suatu prosedur yang lengkap untuk menyelesakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i

BAB 1 PENDAHULUAN. dependen (y) untuk n pengamatan berpasangan i i i. x : variabel prediktor; f x ) ). Bentuk kurva regresi f( x i BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan analss statstk yang dgunakan untuk memodelkan hubungan antara varabel ndependen (x) dengan varabel ( x, y ) n dependen (y) untuk n pengamatan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan studi eksperimen yang telah dilaksanakan di SMA III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Peneltan Peneltan n merupakan stud ekspermen yang telah dlaksanakan d SMA Neger 3 Bandar Lampung. Peneltan n dlaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2012/2013.

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS

BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS BAB IV PERHITUNGAN DAN ANALISIS 4.1 Survey Parameter Survey parameter n dlakukan dengan mengubah satu jens parameter dengan membuat parameter lannya tetap. Pengamatan terhadap berbaga nla untuk satu parameter

Lebih terperinci

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN :

JURNAL MATEMATIKA DAN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, , Desember 2002, ISSN : JURNAL MATEMATIKA AN KOMPUTER Vol. 5. No. 3, 161-167, esember 00, ISSN : 1410-8518 PENGARUH SUATU ATA OBSERVASI ALAM MENGESTIMASI PARAMETER MOEL REGRESI Hern Utam, Rur I, dan Abdurakhman Jurusan Matematka

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Data terdr dar dua data utama, yatu data denyut jantung pada saat kalbras dan denyut jantung pada saat bekerja. Semuanya akan dbahas pada sub bab-sub bab berkut. A. Denyut Jantung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 ENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara umum dapat dkatakan bahwa mengambl atau membuat keputusan berart memlh satu dantara sekan banyak alternatf. erumusan berbaga alternatf sesua dengan yang sedang

Lebih terperinci

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA

SOLUTION INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM STUDI FISIKA ISTITUT TEKOLOGI BADUG FAKULTAS MATEMATIKA DA ILMU PEGETAHUA ALAM PROGRAM STUDI FISIKA FI-500 Mekanka Statstk SEMESTER/ Sem. - 06/07 PR#4 : Dstrbus bose Ensten dan nteraks kuat Kumpulkan d Selasa 9 Aprl

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN MODEL

BAB IV PEMBAHASAN MODEL BAB IV PEMBAHASAN MODEL Pada bab IV n akan dlakukan pembuatan model dengan melakukan analss perhtungan untuk permasalahan proses pengadaan model persedaan mult tem dengan baya produks cekung dan jont setup

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Negeri 2 Bandar Lampung dengan populasi siswa III. METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel Peneltan n dlakukan d MTs Neger Bandar Lampung dengan populas sswa kelas VII yang terdr dar 0 kelas yatu kelas unggulan, unggulan, dan kelas A sampa dengan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri I Tibawa pada semester genap 5 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Lokas Dan Waktu Peneltan Peneltan n dlaksanakan d SMA Neger I Tbawa pada semester genap tahun ajaran 0/03. Peneltan n berlangsung selama ± bulan (Me,Jun) mula dar tahap

Lebih terperinci

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal.

Kata kunci : daya, bahan bakar, optimasi, ekonomis. pembangkitan yang maksimal dengan biaya pengoperasian unit pembangkit yang minimal. Makalah Semnar Tugas Akhr MENGOPTIMALKAN PEMBAGIAN BEBAN PADA UNIT PEMBANGKIT PLTGU TAMBAK LOROK DENGAN METODE LAGRANGE MULTIPLIER Oleh : Marno Sswanto, LF 303 514 Abstrak Pertumbuhan ndustr pada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di dalam matematika mulai dari SD, SMP, SMA, dan Perguruan Tinggi Daftar Is Daftar Is... Kata pengantar... BAB I...1 PENDAHULUAN...1 1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah...2 1.3 Tujuan...2 BAB II...3 TINJAUAN TEORITIS...3 2.1 Landasan Teor...4 BAB III...5 PEMBAHASAN...5

Lebih terperinci

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK:

BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA. CONTOH : HASIL ULANGAN MATEMATIKA 5 SISWA SBB: PENGERTIAN STATISTIKA DAN STATISTIK: BAB IX. STATISTIKA Contoh : hasl ulangan Matematka 5 sswa sbb: 6 8 7 6 9 Pengertan Statstka dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI.1 Pengertan Regres Regres pertama kal dgunakan sebaga konsep statstka oleh Sr Francs Galton (18 1911).Belau memperkenalkan model peramalan, penaksran, atau pendugaan, yang selanjutnya

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat

BAB 2 LANDASAN TEORI. Teori Galton berkembang menjadi analisis regresi yang dapat digunakan sebagai alat BAB LANDASAN TEORI. 1 Analsa Regres Regres pertama kal dpergunakan sebaga konsep statstk pada tahun 1877 oleh Sr Francs Galton. Galton melakukan stud tentang kecenderungan tngg badan anak. Teor Galton

Lebih terperinci

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas

BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini di laksanakan di Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. 1 Gorontalo pada kelas 9 BAB.3 METODOLOGI PENELITIN 3. Lokas dan Waktu Peneltan Peneltan n d laksanakan d Sekolah Menengah Pertama (SMP) N. Gorontalo pada kelas VIII. Waktu peneltan dlaksanakan pada semester ganjl, tahun ajaran

Lebih terperinci

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear

Configural Frequency Analysis untuk Melihat Penyimpangan pada Model Log Linear SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Confgural Frequency Analyss untuk Melhat Penympangan pada Model Log Lnear Resa Septan Pontoh 1, Def Y. Fadah 2 1,2 Departemen Statstka FMIPA

Lebih terperinci

Nama : Crishadi Juliantoro NPM :

Nama : Crishadi Juliantoro NPM : ANALISIS INVESTASI PADA PERUSAHAAN YANG MASUK DALAM PERHITUNGAN INDEX LQ-45 MENGGUNAKAN PORTOFOLIO DENGAN METODE SINGLE INDEX MODEL. Nama : Crshad Julantoro NPM : 110630 Latar Belakang Pemlhan saham yang

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 2 LNDSN TEORI 2. Teor engamblan Keputusan Menurut Supranto 99 keputusan adalah hasl pemecahan masalah yang dhadapnya dengan tegas. Suatu keputusan merupakan jawaban yang past terhadap suatu pertanyaan.

Lebih terperinci

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI )

Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI ) Halaman 1 dar Pertemuan 14 Pertemuan 14 ANALISIS STATIK EKIVALEN (SNI 1726 2002) Analss statk ekvalen merupakan salah satu metode menganalss struktur gedung terhadap pembebanan gempa dengan menggunakan

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2016 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 0 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN GURU KELAS SD BAB V STATISTIKA Dra.Hj.Rosdah Salam, M.Pd. Dra. Nurfazah, M.Hum. Drs. Latr S, S.Pd., M.Pd. Prof.Dr.H. Pattabundu, M.Ed. Wdya

Lebih terperinci

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM

IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM IV. PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI SISTEM Perancangan Sstem Sstem yang akan dkembangkan adalah berupa sstem yang dapat membantu keputusan pemodal untuk menentukan portofolo saham yang dperdagangkan d Bursa

Lebih terperinci

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model

BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN. Pada prinsipnya model ini merupakan hasil transformasi dari suatu model BAB III PERBANDINGAN ANALISIS REGRESI MODEL LOG - LOG DAN MODEL LOG - LIN A. Regres Model Log-Log Pada prnspnya model n merupakan hasl transformas dar suatu model tdak lner dengan membuat model dalam bentuk

Lebih terperinci

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA

UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA UKURAN LOKASI, VARIASI & BENTUK KURVA MARULAM MT SIMARMATA, MS STATISTIK TERAPAN FAK HUKUM USI @4 ARTI UKURAN LOKASI DAN VARIASI Suatu Kelompok DATA berupa kumpulan nla VARIABEL [ vaabel ] Ms banyaknya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan meliputi: (1) PDRB Kota Dumai (tahun ) dan PDRB BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jens dan Sumber Data Jens data yang dgunakan dalam peneltan n adalah data sekunder. Data yang dgunakan melput: (1) PDRB Kota Duma (tahun 2000-2010) dan PDRB kabupaten/kota

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT

PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT PENGEMBANGAN MODEL PERSEDIAAN DENGAN MEMPERTIMBANGKAN WAKTU KADALUARSA BAHAN DAN FAKTOR INCREMENTAL DISCOUNT Har Prasetyo Jurusan Teknk Industr Unverstas Muhammadyah Surakarta Jl. A. Yan Tromol Pos Pabelan

Lebih terperinci

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM

PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM PERTEMUAN I PENGENALAN STATISTIKA TUJUAN PRAKTIKUM 1) Membuat dstrbus frekuens. 2) Mengetahu apa yang dmaksud dengan Medan, Modus dan Mean. 3) Mengetahu cara mencar Nla rata-rata (Mean). TEORI PENUNJANG

Lebih terperinci

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd

ELEKTRONIKA ANALOG. Bab 2 BIAS DC FET Pertemuan 5 Pertemuan 7. Oleh : ALFITH, S.Pd, M.Pd ELEKTONKA ANALOG Bab 2 BAS D FET Pertemuan 5 Pertemuan 7 Oleh : ALFTH, S.Pd, M.Pd 1 Pemran bas pada rangkaan BJT Masalah pemran bas rkatan dengan: penentuan arus dc pada collector yang harus dapat dhtung,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan

BAB III METODE PENELITIAN. berjumlah empat kelas terdiri dari 131 siswa. Sampel penelitian ini terdiri dari satu kelas yang diambil dengan 7 BAB III METODE PENELITIAN A. Populas dan Sampel 1. Populas Populas dalam peneltan n adalah seluruh sswa kelas XI SMA Yadka Bandar Lampung semester genap tahun pelajaran 014/ 015 yang berjumlah empat

Lebih terperinci

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal

Tinjauan Algoritma Genetika Pada Permasalahan Himpunan Hitting Minimal 157 Vol. 13, No. 2, 157-161, Januar 2017 Tnjauan Algortma Genetka Pada Permasalahan Hmpunan Httng Mnmal Jusmawat Massalesse, Bud Nurwahyu Abstrak Beberapa persoalan menark dapat dformulaskan sebaga permasalahan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi

Fisika Dasar I (FI-321) Usaha dan Energi Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha Menyatakan hubungan antara gaya dan energ Energ menyatakan kemampuan melakukan usaha Usaha,,, yang dlakukan oleh gaya konstan pada sebuah

Lebih terperinci

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat

berasal dari pembawa muatan hasil generasi termal, sehingga secara kuat 10 KARAKTRISTIK TRANSISTOR 10.1 Dasar Pengoperasan JT Pada bab sebelumnya telah dbahas dasar pengoperasan JT, utamannya untuk kasus saat sambungan kolektor-bass berpanjar mundur dan sambungan emtor-bass

Lebih terperinci

Bab 3. Penyusunan Algoritma

Bab 3. Penyusunan Algoritma Bab 3. Penusunan Algortma on anuwjaa/ 500030 Algortma merupakan penulsan permasalahan ang sedang dsorot dalam bahasa matematk. Algortma dbutuhkan karena komputer hana dapat membaca suatu masalah secara

Lebih terperinci

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK

BAB 4 PERHITUNGAN NUMERIK Mata kulah KOMPUTASI ELEKTRO BAB PERHITUNGAN NUMERIK. Kesalahan error Pada Penelesaan Numerk Penelesaan secara numers dar suatu persamaan matemats kadang-kadang hana memberkan nla perkraan ang mendekat

Lebih terperinci

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN

MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN MINGGU KE- V: UKURAN PENYEBARAN Tujuan Instruksonal Umum :. Mahasswa mampu memaham apa yang dmaksud dengan ukuran penyebaran. Mahasswa mampu memaham berbaga pengukuran untuk mencar nla ukuran penyebaran

Lebih terperinci

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST

BAB I Rangkaian Transient. Ir. A.Rachman Hasibuan dan Naemah Mubarakah, ST BAB I angkaan Transent Oleh : Ir. A.achman Hasbuan dan Naemah Mubarakah, ST . Pendahuluan Pada pembahasan rangkaan lstrk, arus maupun tegangan yang dbahas adalah untuk konds steady state/mantap. Akan tetap

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini, penulis memilih lokasi di SMA Negeri 1 Boliyohuto khususnya BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Peneltan 3.1.1 Tempat Peneltan Pada peneltan n, penuls memlh lokas d SMA Neger 1 Bolyohuto khususnya pada sswa kelas X, karena penuls menganggap bahwa lokas

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fska Dasar I (FI-31) Topk har n (mnggu 5) Usaha dan Energ Usaha dan Energ Energ Knetk Teorema Usaha Energ Knetk Energ Potensal Gravtas Usaha dan Energ Potensal Gravtas Gaya Konservatf dan Non-Konservatf

Lebih terperinci

APLIKASI INTEGRAL TENTU

APLIKASI INTEGRAL TENTU APLIKASI INTEGRAL TENTU Aplkas Integral Tentu థ Luas dantara kurva థ Volume benda dalam bdang (dengan metode cakram dan cncn) థ Volume benda putar (dengan metode kult tabung) థ Luas permukaan benda putar

Lebih terperinci

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL

2. ANALISIS DATA LONGITUDINAL . ANALISIS DATA LONGITUDINAL Data longtudnal merupakan salah satu bentuk data berkorelas. Pada data longtudnal, peubah respon dukur pada beberapa ttk waktu untuk setap subyek. Dalam stud longtudnal dmungknkan

Lebih terperinci

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi

ε adalah error random yang diasumsikan independen, m X ) adalah fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Analss regres merupakan suatu metode yang dgunakan untuk menganalss hubungan antara dua atau lebh varabel. Pada analss regres terdapat dua jens varabel yatu

Lebih terperinci

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1

DEPARTMEN FISIKA ITB BENDA TEGAR. FI Dr. Linus Pasasa MS Bab 6-1 BENDA TEGAR FI-0 004 Dr. Lnus Pasasa MS Bab 6- Bahan Cakupan Gerak Rotas Vektor Momentum Sudut Sstem Partkel Momen Inersa Dall Sumbu Sejajar Dnamka Benda Tegar Menggelndng Hukum Kekekalan Momentum Sudut

Lebih terperinci

Preferensi untuk alternatif A i diberikan

Preferensi untuk alternatif A i diberikan Bahan Kulah : Topk Khusus Metode Weghted Product (WP) menggunakan perkalan untuk menghubungkan ratng atrbut, dmana ratng setap atrbut harus dpangkatkan dulu dengan bobot atrbut yang bersangkutan. Proses

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh

BAB III METODE PENELITIAN. Sebelum dilakukan penelitian, langkah pertama yang harus dilakukan oleh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desan Peneltan Sebelum dlakukan peneltan, langkah pertama yang harus dlakukan oleh penelt adalah menentukan terlebh dahulu metode apa yang akan dgunakan dalam peneltan. Desan

Lebih terperinci

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR

PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR PEMODELAN KARAKTERISTIK TINGKAT PENDIDIKAN ANAK DI PROVINSI JAWA BARAT MENGGUNAKAN LOG LINEAR Resa Septan Pontoh 1), Neneng Sunengsh 2) 1),2) Departemen Statstka Unverstas Padjadjaran 1) resa.septan@unpad.ac.d,

Lebih terperinci

BAB III SKEMA NUMERIK

BAB III SKEMA NUMERIK BAB III SKEMA NUMERIK Pada bab n, akan dbahas penusunan skema numerk dengan menggunakan metoda beda hngga Forward-Tme dan Centre-Space. Pertama kta elaskan operator beda hngga dan memberkan beberapa sfatna,

Lebih terperinci

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL

KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL KWARTIL, DESIL DAN PERSENTIL 1. KWARTIL Kwartl merupakan nla yang membag frekuens dstrbus data menjad empat kelompok yang sama besar. Dengan kata lan kwartl merupakan nla yang membag tap-tap 25% frekuens

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskrps Data Hasl Peneltan Satelah melakukan peneltan, penelt melakukan stud lapangan untuk memperoleh data nla post test dar hasl tes setelah dkena perlakuan.

Lebih terperinci

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang

Teori Himpunan. Modul 1 PENDAHULUAN. impunan sebagai koleksi (pengelompokan) dari objek-objek yang Modul 1 Teor Hmpunan PENDAHULUAN Prof SM Nababan, PhD Drs Warsto, MPd mpunan sebaga koleks (pengelompokan) dar objek-objek yang H dnyatakan dengan jelas, banyak dgunakan dan djumpa dberbaga bdang bukan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN A. Hasl Peneltan Pada peneltan yang telah dlakukan penelt selama 3 mnggu, maka hasl belajar matematka pada mater pokok pecahan d kelas V MI I anatussbyan Mangkang Kulon

Lebih terperinci

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman

P n e j n a j d a u d a u l a a l n a n O pt p im i a m l a l P e P m e b m a b n a g n k g i k t Oleh Z r u iman OTIMISASI enjadualan Optmal embangkt Oleh : Zurman Anthony, ST. MT Optmas pengrman daya lstrk Dmaksudkan untuk memperkecl jumlah keseluruhan baya operas dengan memperhtungkan rug-rug daya nyata pada saluran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode BAB III METODE PENELITIAN Desan Peneltan Metode peneltan yang dgunakan dalam peneltan n adalah metode deskrptf analts dengan jens pendekatan stud kasus yatu dengan melhat fenomena permasalahan yang ada

Lebih terperinci