BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Pesamaan Diac Pesamaan Schödinge meupakan pesamaan gelombang yang digunakan pada medan nonelativistik, pesamaan ini hanya dapat digunakan untuk patikel yang memiliki kecepatan lebih kecil dai kecepatan cahaya (v << c) (Aysiah, 204). Ditinjau dai elativitas khusus, koodinat uang dan waktu dipelakukan secaa sama. Penyelesaian untuk patikel yang besifat elativistik dapat menggunakan pesamaan Klein-Godon, pesamaan Diac, atau dapat menggunakan pesamaan Duffin-Kemme-Petiau. Pesamaan Klein-Godon membeikan solusi enegi negatif dan densitas pobabilitas yang negatif, namun hal tesebut tidak mungkin akan tejadi. Pada tahun 928, Diac meneliti pesamaan konvaian elativistik dai pesamaan Schödinge dan mengusulkan adanya matiks α, β dan enegi elativistiknya menjadi ode I (Geine, 989). Pesamaan Klein-Godon dan pesamaan Diac memiliki fungsinya masingmasing, kedua pesamaan ini dapat digunakan untuk menjelaskan patikel yang besifat elativistik. Pesamaan Diac meupakan pesamaan gelombang elativistik yang diumuskan oleh fisikawan kebangsaan Inggis, Paul Andien Mauice Diac pada tahun 928. Pesamaan ini mempunyai fungsi yang sama dengan pesamaan gelombang yang telah ditemukan oleh Ewin Schödinge, yakni untuk menemukan solusi fungsi gelombang kuantum yang dapat mendeskipsikan suatu patikel pada skala mikoskopik ketika sedang beada pada kondisi tetentu. Asumsikan patikel memiliki kecepatan lebih kecil dibandingkan kecepatan cahaya, maka enegi kinetik yang dimiliki patikel meupakan enegi non-elativistik dan solusi yang dipeoleh dai pesamaan diatas adalah fungsi gelombang yang mendeskipsikan keadaan patikel secaa klasik, sedangkan Pesamaan Diac adalah pesamaan gelombang yang telah mengikutsetakan keadaan elativistik dai petikel yang ditinjau (v ~ c), sehingga hasil yang dipeoleh dai penyelesaian pesamaan Diac 6

2 7 ini meupakan fungsi gelombang kuantum elativistik dan spektum enegi elativistik (Atkins, 974). Bedasakan fungsinya pesamaan Diac dapat digunakan untuk menjelaskan patikel yang besifat elativistik. Pada dasanya, patikel-patikel elemente dibagi menjadi dua golongan bedasakan sifat spin yang dimiliki, yakni: boson dan femion. Boson meupakan golongan patikel yang bespin kelipatan ½. ketika patikel begeak dalam suatu medan dengan kecepatan elativistik, efek spin patikel beasosiasi dengan medan ekstenal juga haus dipetimbangkan. Untuk patikel boson, pesamaan gelombang yang dapat mendeskipsikan keadaan patikel dalam kondisi tetentu adalah pesamaan Klein-Godon, sedangkan untuk femion spin ½ adalah pesamaan Diac yang solusinya digunakan untuk meninjau patikel dalam kondisi elativistik. Spin meupakan momentum sudut intinsik patikel. Efek spin akan telihat ketika suatu patikel begeak dengan kecepatan mendekati kecepatan cahaya, hal ini dikaenakan efek spin telihat ketika patikel begeak pada medan magnetik yang homogen dan akan menyebabkan munculnya momen magnetik akibat otasi petikel bemuatan tehadap sumbunya. Efek spin semakin jelas ketika patikel begeak dalam kecepatan yang sangat tinggi (yaitu v ~ c). Dalam pekembangannya, mekanika kuantum elativistik kemudian menjadi semakin luas cakupannya dengan mempekenalkan suatu konsep bahwa patikel-patikel mikoskopik di alam sebenanya meupakan suatu medan yang tekuantitasi. Peluasan mekanika kuantum elativistik ini dinamakan teoi medan kuantum (quantum field theoy) (Atkins, 974). Mula-mula akan ditinjau bagaimana Diac mencai bentuk elativistik dai pesamaan gelombang kovaian Schödinge, iħ Ψ t = H Ψ (2.) dengan apat pobabilitas tetentu positif, kaena Pesamaan (2.) linie tehadap tuunan waktu, maka opeato Hamiltonian H juga dapat dijabakan secaa linie tehadap tuunan spasial. Maka, Pesamaan (2.) dapat dituliskan dalam bentuk pada Pesamaan (2.2), iħ Ψ = t [ħc i (α + x α 2 commit + x 2 α 3 xto 3) use + β μc] Ψ H fψ (2.2)

3 8 atau dalam notasi yang lebih sedehana pada Pesamaan (2.3). iħ Ψ t = [ħc 3 i j= α j j + β μc] Ψ H fψ (2.3) x α j meupakan koefisien matiks sehingga dibei tanda opeato. Koefisien ini haus beupa matiks aga Pesamaan (2.2) dan Pesamaan (2.3) tetap invaian tehadap otasi koodinat spasial. Kaena koefisien ini bebentuk matiks, Ψ tidak dapat menjadi fungsi skala sedehana, tetapi haus menjadi vekto kolom. Ψ (x, t) Ψ Ψ = ( 2 (x, t) ) (2.4) Ψ N (x, t) ρ(x) = ψ ψ(x) = (ψ, ψ 2,, ψ ψ N ) ( 2 N ) = i= ψ i ψ i (x) (2.5) ψ N yang apat pobabilitasnya meupakan pekalian matiks antaa ψ(x) dengan konjugatnya (Diac, 928). Rapat pobabilitas ρ(x) juga haus dibuktikan yang meupakan komponen tempoal dai fou-vecto (aus) yang haus memenuhi pesamaan kontinuitas, sehingga integal spasial ρd 3 x konstan tehadap waktu. Hanya dengan demikian intepetasi pobabilitas dai ρ(x) dapat dijamin. Tampak jelas bahwa fungsi gelombang spin dalam pesamaan Pauli. Dengan demikian Ψ dapat disebut spino. Koefisien α dan β haus kuadatik N N. Maka dapat disimpulkan bahwa Pesamaan (2.) dan Pesamaan (2.4) miip dengan pesamaan Schödinge yang meepesentasikan sistem N pesamaan diffeensial ode petama yang tekopel dai komponen spino ψ i, i =,2,, N. Pesamaan (2.2) juga dapat ditulis sepeti Pesamaan (2.6). iħ Ψ σ t = ħc N i ψ τ= (α + x α 2 + x 2 α 3 x 3) Ψ τ + μc 2 τ= β στ Ψ τ στ N t= (H f) Ψ στ τ (2.6) Pesamaan (2.2) adalah bentuk pendek dai Pesamaan (2.6), dimana empat N N matiks (α i) στ (i =,2,3) dan β στ diekspesikan dalam bentuk singkat yang biasa untuk matiks α i(i =,2,3) dan β. Lebih lanjut, dipelukan bebeapa N

4 9 kondisi untuk meancang pesamaan gelombang elativistik yang sesuai, sepeti penyataan dibawah ini:. Relasi enegi-momentum yang tepat untuk patikel bebas elativistik adalah E 2 = p 2 c 2 + μ 2 c 4, (2.7) 2. Pesamaan kontinuitas untuk apat pobabilitas ditunjukkan oleh Pesamaan (2.5), dan 3. Kovaiansi Loentz (yaitu invaiansi bentuk Loentz) masing-masing untuk Pesamaan (2.2) dan Pesamaan (2.6). Pada spin ½ dipelajai dengan caa pendekatan elativistik, maka pesamaan Diac diselesaikan untuk mengetahui masalah pada enegi yang tinggi dalam fisika nukli. Ada bebeapa metode yang digunakan untuk menyelesaikan pesamaan Diac, yaitu: supesimeti (SUSY), Nikifoov-Uvaov (NU), seta Metode Iteasi Asimtotik (AIM). Simeti adalah konsep yang digunakan dalam fisika nukli untuk menjelaskan degeneacies yang diamati oleh model shell obital (Akcay, 202) Pesamaan Diac Spino Pesamaan Diac Spino menjelaskan bahwa geakan nukleon dengan massa M dalam potensial vekto V() dan potensial skala S() plus potensial tenso U() adalah Pesamaan (2.8), {α p + β(m + S()) iβα U()}Ψ() = {{E V()}Ψ()} (2.8) E adalah enegi elativistik, dan p adalah opeato momentum (dimensional momentum opeato), i, α = ( 0 σ 0 ), β = (I σ 0 0 I ) (2.9) Telah diketahui bahwa σ adalah matiks pauli 3 dimensi, I adalah matik identitas 2 2. Kini dapat dipetimbangkan potensial matiks dalam Pesamaan (2.8) sebagai potensial spheically simeti. Demikian pula hanya dapat dilihat pada =, dan pendapat lainnya dimana ħ =, dan c =. Kemudian pesamaan Diac dapat dijelaskan pada Pesamaan (2.8) adalah keadaan nilai yang mempunyai definisi keseimbangan.

5 0 Dengan substitusi nilai matiks Pauli, maka eigenfunction pesamaan Diac menjadi yang ditunjukkan Pesamaan (2.0), ψ() = ( ζ() φ() ) = ( F nk () i G nk l γ jm (θ, φ) γ l jm(θ, φ) ) (2.0) Diketahui bahwa F nk dan G nk adalah komponen uppe (atas) dan lowe l (bawah) dai pesamaan Diac. Sedangkan masing-masing γ jm l (θ, φ) dan γ jm (θ, φ) adalah putaan hamonik bola spin dan hamonik bola pseudospin, dan l adalah bilangan kuantum obital. Pesamaan (2.9) dan Pesamaan (2.0) dapat disubstitusi ke dalam Pesamaan (2.8), dan menghasilkan Pesamaan (2.). ( 0 σ ) p (ζ() σ 0 φ() ) + (I 0 ) (M + S()) (ζ()) iβα U() (ζ() 0 I φ() φ() ) = {E V()} ( ζ() φ() ) (2.) Dai pesamaan (2.) didapatkan pesamaan difeensial ode- sepeti yang ditunjukkan oleh Pesamaan (2.2) dan pesamaan (2.3), ( d d + к U()F nk()) = (M + E nk V() + S())G nk (), (2.2) ( d d к + U()G nk()) = (M E nk + V() + S())F nk () (2.3) Manipulasi dai Pesamaan (2.2) dan Pesamaan (2.3) akan menghasilkan pesamaan Diac bagian adial untuk spin simeti dan pseudospin simeti untuk komponen uppe (atas) dan lowe (bawah), sepeti yang telihat pada Pesamaan (2.4) dan Pesamaan (2.5). { d2 к(к+) + 2к U() d 2 2 U2 ()} F nк () { du + Σ()(M + E d nк ())} F nк () = (M + E nк ())(M E nк )F nк () (2.4) { d2 к(к ) + 2к U() d 2 2 U2 ()} G nк () + { du + ()(M E d nк + Σ())} G nк () = (M + E nк )(M E nк + Σ())G nк () (2.5)

6 Dai Pesamaan (2.4) dan Pesamaan (2.5), dapat ditulis kembali menjadi komponen uppe dan lowe pesamaan Diac bagian adial, sepeti Pesamaan (2.6) dan Pesamaan (2.7). { d2 к(к+) + 2к U() d 2 2 U2 () du d } F d d nк() + ( ( d d +к U()) ) F (M+E nк ()) nк() + (M + E nк ())(E nк M Σ())F nк () = 0 (2.6) { d2 к(к ) + 2к U() d 2 2 U2 () + du dσ } G d d nк() + ( ( d d к +U()) ) G (M E nк +Σ()) nк() + (M + E nк ())(E nк M Σ())G nк () = 0 (2.7) Dimana () = V() + S() adalah jumlah potensial vekto dan skala. Sedangkan () = V() S() adalah pebedaan antaa potensial vekto dan skala (Supami, et.al., 203). Pada kasus spin simeti, diketahui nilai к(к + ) = l(l + ) mengaah ke, к = (l + ) = (j + 2 ) j = l +, к < 0, (2.8) 2 к = l = (j + 2 ) j = l, к > 0, (2.9) 2 Pebedaan dan jumlah pada potensial vekto dan potensial skala adalah, () = C s, Σ() = V() (2.20) Seupa dengan agumentasi pada kasus pseudospin simeti untuk pesamaan tipe-schödinge. Sedangkan dalam kasus pseudospin simeti, didapatkan nilai к(к ) = l (l + ) yang membeikan, к = l = (j + 2 ) l = l +, j = l + 2, к < 0, (2.2) к = l + = (j + 2 ) l = l, j = l 2, к > 0, (2.22) dimana к adalah bilangan kuantum pada obit spin. Pada kasus pseudospin simeti untuk penjumlahan dan pebedaan diantaa potensial vekto dan potensial skala sepeti, Σ() = C ps, () = V() (2.23) Kedua Pesamaan Diac untuk kasus eksak spin simeti dan kasus eksak pseudospin simeti dipecahkan menggunakan Metode Iteasi Asimtotik (AIM) (Supami, et.al., 204).

7 Potensial Khusus Menuut hipotesa Boh, atom tedii dai bebeapa elekton yang begeak melingka mengelilingi inti atom. Geakan atom yang dijelaskan dai hipotesa tesebut meupakan geakan gaya yang mengaah ke sental atau memiliki potensial sental. Suatu patikel begeak tidak hanya mengelilingi intinya, tetapi juga begeak secaa angule, geakan gaya dai petikel yang tidak hanya mengaah ke pusat (inti) meupakan geakan yang besifat non-sental sehingga dalam menjelaskan pilaku suatu petikel pelu mempehatikan geakan non-sental dai patikel tesebut (Aysiah, 204). Opeato Hamiltonian dapat menjelaskan suatu petikel yang bepindah pada sebuah potensial V(q,q2,q3). Opeato Hamiltonian dapat ditunjukkan sepeti pada Pesamaan (2.24). H = 2m (P 2 + P P 3 2 ) + V(q, q 2, q 2 ) = ħ2 ( m q q 2 q 3 2) + (V(q ) + V(q 2 ) + V(q 3 )) = ħ2 2m + V(q + q 2 + q 3 ) (2.24) Potensial yang dialami oleh suatu patikel yang bepindah dibagi menjadi dua yaitu, potensial sental dan potensial non-sental Potensial Sental (spheically symmetic) Potensial sental meupakan potensial yang tejadi pada pepindahan patikel yang hanya begantung pada, (q,q2,q3) pada Pesamaan (2.8) tegantung pada (jaak dai pusat). Jika menggunakan koodinat bola potensial sental tidak tegantung pada koodinat θ dan φ Potensial Non-Sental Geakan dai patikel yang tidak hanya mengaah ke pusat (inti) meupakan geakan yang besifat non-sental. Pesamaan umum dai potensial non-sental adalah sepeti yang ditunjukkan Pesamaan (2.25) (Aysiah, 204). V(, θ, φ) = V() + V(θ) + V(φ) 2 2 sin 2 θ (2.25)

8 Potensial Sental Radial Eckat plus Potensial Manning Rosen yang dikopling dengan Potensial Tenso Tipe-Coulomb Pada pendekatan non-elativistik, yaitu ketika menentukan petikel benilai kecil jika dibandingkan dengan m (p<< m), patikel Diac spin ½ dapat disajikan dalam fungsi gelombang komponen-dua pada teoi Pauli. Pada pendekatan ini bedasakan kenyataan bahwa dua dai empat komponen fungsi Diac nilainya menjadi kecil ketika momentumnya kecil. Fungsi gelombang elativistik pada Pauli-Diac (Hamzavi and Rajabi, 203) dinyatakan pada Pesamaan (2.26). ψ( ) = ( F nk() G nk ( ) ) = U nk i g nk ( )Y jm l ( )Y jm l (θ, φ) (θ, φ) (2.26) Pesamaan (2.26) sama sepeti Pesamaan (2.0), dimana F nk () dan G nk ( ) meupakan fungsi gelombang spin atas (uppe) dan pseudospin bawah (lowe), dan Y jm l (θ, φ) dan Y jm l (θ, φ) meupakan spin dan pseudospin hamonik bola. Pensubstitusian pada Pesamaan (2.26) maka akan didapatkan Pesamaan (2.27) dan Pesamaan (2.28). σ p G() = [E V() M S()]F() (2.27) σ p F() = [E V() + M S()]G() (2.28) Ada bebeapa kasus untuk pesamaan Diac antaa eksak spin simeti dan eksak pseudospin simeti. Untuk kasus eksak spin simeti pebedaan antaa vekto potensial dan skala potensial adalah konstan (Cs = V S = Konstan) dan untuk kasus eksak pseudospin simeti jumlah antaa vekto potensial dan skala potensial adalah konstan (Cs = V + S = konstan). Pada kasus spin simeti yang eksak nilai Cs = 0, sehingga pada kasus khusus spin simeti yang eksak nilai V = S. Potensial Radial Eckat plus Manning Rosen yang dikopling dengan potensial tenso Tipe-Coulomb digenealisasikan dengan paamete defomasi. Paamete defomasi ini muncul dalam fungsi hamonik dan fungsi hypebolic. Fungsi yang mengandung paamete ini umumnya disebut fungsi hipebolik standa. Fungsi ini petama kali dipekenalkan oleh Aai (99). Rentang paamete didefinisikan sepeti beikut:

9 4 sinh x = ex e x ; cosh x = ex +e x ; sech x = 2 csch x = sinh x ; 2 sinh x tanh x = cosh x ; cosh x ; cosh x coth x = ; (2.29) sinh x Meupakan hal yang mudah untuk membuktikan bahwa identitas tigonometik dan hipebolik dai kedua fungsi (Zhang, et. al., 2005). cosh 2 x sinh 2 x = ; (2.30) (sinh x) = cosh x; (2.3) (cosh x) = sinh x; (2.32) (tanh x) = sech 2 x; (2.33) Genealisasi potensial Sental Radial Eckat hypebolic dengan paamete fungsi hipebolik ke dalam pesamaan umum Radial Eckat Pada fungsi hipebolik yang telah tesedia, potensial Radial Eckat hipebolik dapat digenealisasikan dengan paamete yang ada ke dalam pesamaan umum potensial Radial Eckat, sepeti pada Pesamaan (2.34). V E () = (V 4a 2 0 e a ( e a) (+e a) 2 V ) (2.34) ( e a) Pesamaan diatas dapat diselesaian menggunakan fungsi hipebolik standa. Mula-mula pesamaan (2.34) diselesaikan menggunakan caa pembagian dengan vaiable e. Namun, pesamaan tesebut dipisah menjadi dua buah deet, deet petama adalah yang tedapat vaiable V 0 dan deet kedua adalah yang mempunyai vaiable V. Deet petama: V () = [ ( e a) 2] (2.35a) Pesamaan (2.35a) dikalikan dengan e menjadi,

10 5 V () = [ ( e e a e ) Pelu diketahui bahwa : 2 ] (2.35b) (e ) 2 = e a, (2.36) (e a e a) = e 2 a, (2.37) ( e ) = e, (2.38) ( e a e ) = e, (2.39) Maka pada Pesamaan (2.38) dan Pesamaan (2.39) bisa digunakan pada Pesamaan (2.35b), menjadi Pesamaan (2.35a). V () = [ (e e ) 2] (2.35c) Pada Pesamaan (2.35c) digunakan fungsi hipebolik standa yang ditunjukkan pesamaan (2.29), maka pesamaan diatas akan menjadi Pesamaan (2.35d). V () = [ ] (2 sinh )2 (2.35d) Maka Pesamaan (2.35d) dapat diubah ke bentuk pesamaan umum Radial Eckat pada deet petama sepeti yang ditunjukkan pada Pesamaan (2.35e). V () = 4 sinh 2 (2.35e) Pesamaan (2.35e) adalah hasil dai deet petama penyelesaian dai potensial Radial-Eckat dai Pesamaan (2.34). Selanjutnya adalah penyelesaian deet kedua, sepeti yang ditunjukkan Pesamaan (2.40b). V 2 () = [ (+e a) ] (2.40a) ( e a)

11 6 Pesamaan (2.40a) dikalikan dengan V 2 () = ( e + e a e ) [ ( e e a e e menjadi, ) ] (2.40b) Pada Pesamaan (2.40b) menggunakan pendekatan pada Pesamaan (2.38) dan Pesamaan (2.39), maka Pesamaan (2.40b) dapat dituliskan sepeti Pesamaan (2.40c). V 2 () = [ e +e e e ] (2.40c) Pesamaan (2.40c) dapat disedehanakan menggunakan fungsi hipebolik standa pada Pesamaan (2.29) menjadi Pesamaan (2.40d). V 2 () = 2 cosh 2 sinh (2.40d) Maka Pesamaan (2.40d) juga dapat disedehanakan kembali menggunakan fungsi hipebolik pada pesamaan (2.29), menjadi sepeti yang ditunjukkan Pesamaan (2.40e). (2.4). V 2 () = coth (2.40e) Pesamaan potensial Radial-Eckat pada (2.34), maka menjadi Pesamaan V E () = 4a 2 (V 0V () V V 2 ()) V E () = (V 4a sinh 2 V coth ) (2.4) Pesamaan (2.4) nantinya akan digunakan dalam kombinasi potensial yang disubstitusi pada pesamaan Diac Spino. Potensial Eckat seing digunakan untuk mempekiakan koeksi mekanika kuantum untuk konstanta laju kimia teoitis yang ditentukan. Modifikasi bentuk potensial ini dengan fakto sentifungal. Potensial Eckat dapat diaplikasikan untuk menjelaskan vibasi molekul dan gaya anta molekul (Sai, 205).

12 Pesamaan umum potensial sental Manning-Rosen dan Tenso Tipe- Coulomb dalam bentuk adial hipebolik Potensial yang belum teselesaikan dalam pesamaan Diac salah satunya adalah potensial Manning Rosen. Potensial Manning-Rosen adalah model potensial yang digunakan untuk meneangkan tingkah laku getaan molekul anta atom (Hakim, 203), potensial Manning Rosen yang digunakan adalah potensial bagian adial, pesamaan potensial Manning Rosen secaa matematis dapat ditulis sepeti pada Pesamaan (2.42). V MN = ( v(v ) 4a 2 sinh 2 2q coth ) (2.42) Sedangkan potensial Tenso Tipe-Coulomb yang digunakan sepeti yang ditunjukkan pada Pesamaan (2.43). U() = H ~ H ke 2 (2.43) Pesamaan (2.43) adalah pesamaan Tenso Tipe-Coulomb yang temasuk dalam bagian potensial sental, maka dai itu pesamaan tesebut adalah bentuk adial dai potensial Tenso Tipe-Coulomb. Potensial pada Pesamaan (2.4), Pesamaan (2.42), dan Pesamaan (2.43) adalah potensial-potensial kombinasi yang akan disubstitusikan pada pesamaan Diac Spino yang sudah dibagi menjadi dua kasus yakni eksak spin simeti dan eksak pseudospin simeti yang ditunjukkan pada Pesamaan (2.6) dan Pesamaan (2.7) Asymptotic Iteation Method (AIM) Salah satu metode yang digunakan dalam memecahkan pesamaan Schödinge sepeti penghalang sentifugal dan/atau spin yang menjadi istilah obit penghubung disebut dengan Metode Iteasi Asimtotik. Untuk potensial yang dibeikan adalah bagaimana caa mengubah pesamaan Schödinge untuk linie pada pesamaan difeensial ode dua homogen, dimana fungsi khususlah yang menjadi solusinya. Asymptotic Iteation Method (AIM) atau metode iteasi asimtotik meupakan salah satu metode untuk mempeoleh penyelesaian secaa eksak dai pesamaan

13 8 difeensial ode dua, dalam bentuk sepeti pada Pesamaan (2.44) (Rostami & Motavali, 2008). y n "(x) λ 0 (x) y n (x) S 0 (x) y n (x) = 0 (2.44) λ 0 (x) 0, S 0 (x) meupakan koefisien dai pesamaan difeensial dan n menyatakan bilangan kuantum, dengan men-difeensialkan Pesamaan (2.44) tehadap x, maka akan dipeoleh Pesamaan (2.45). y n λ (x) y n (x) S (x) y n (x) = 0 (2.45) Dimana λ (x) = λ 0 + λ S 0 dan S (x) = S 0 + S 0 λ 0. Difeensial ke-dua dai pesamaan (2.45), adalah sepeti yang ditunjukkan Pesamaan (2.46). y n λ 2 (x) y n (x) S 2 (x) y n (x) = 0 (2.46) Dimana λ 2 (x) = λ + λ λ 0 + S dan S 2 (x) = S + S 0 λ, hasilnya akan sama hingga diffeensial ke-i, yang dituliskan pada Pesamaan (2.47). (2.49. y n i (x) λ i 2 (x) y n (x) S i 2 (x) y n (x) = 0 (2.47) dimana, λ i (x) = λ i + λ i λ 0 + S i, S i (x) = S i + S 0 λ i, i =,2,3, (2.48) Dai pesamaan (2.47) akan dipeoleh hubungan sepeti pada Pesamaan y n (i+2) (x) y n (i+) (x) = λ i[ y n (x)+ S iy λ n (x)] i λ i [ y n (x)+ S i λ i y n (x)] (2.49) Hal ini menggunakan aspek asimtotik dai metode iteasi untuk nilai i yang cukup besa, sepeti yang ditunjukkan pada Pesamaan (2.50). sedehana, S i λ i = S i λ i α (2.50) Maka pesamaan (2.49) dapat diubah menjadi Pesamaan (2.5) yang lebih y n (i+2) (x) y n (i+) (x) = λ i λ i (2.5) Selanjutnya dengan mengintegalkan Pesamaan (2.5), akan dipeoleh Pesamaan (2.52).

14 9 y n (i+) (x) = C e λ i λ i dx, (2.52) C adalah konstanta yang muncul dai hasil integal, dengan menggunakan Pesamaan (2.48) dan Pesamaan (2.50), maka Pesamaan (2.52) dapat menjadi sepeti Pesamaan (2.53). y n (i+) (x) = Cλ i e [α(x)+λ 0(x)]dx (2.53) Pesamaan (2.53), kemudian disubstitusikam ke dalam Pesamaan (2.47), maka akan dipeoleh pesamaan diffeensial petama pada pesamaan (2.54). y n (x) + α y n (x) Ce [α(x)+λ 0 (x)]dx = 0 (2.54) Solusi umum dai pesamaan difeensial (2.54) sepeti yang ditunjukkan pada Pesamaan (2.55). y n (x) = e α(x)dx [C + C e [λ 0 (x)+2α(x)]dx dx], (2.55) Dimana C adalah konstanta bau yang muncul akibat opeasi integal. Maka haga eigennilai enegi dapat dipeoleh dai opeasi aka sesuai kondisi pada Pesamaan (2.56) (Rostami & Motavali, 2008). λ i (x)s i (x) λ i (x)s i (x) = 0 = i, i = 2,3, (2.56) Walaupun Pesamaan (2.55) adalah solusi dai Pesamaan (2.44), namun hanya akan diambil nilai koefisien C adalah nol untuk mempeoleh solusi aka dai integal, sehingga pesamaan (2.55) dapat diubah menjadi sepeti Pesamaan (2.57). y n (x) = C e α n (x)dx (2.57) Pesamaan (2.57) adalah penyelesaian dai Pesamaan (2.44) yang akan digunakan untuk menentukan pesamaan fungsi gelombang pesamaan Diac (Solyu dkk., 2008). Bedasakan Falaye dkk. (202), Pesamaan (2.57) dapat diselesaikan dengan menggunakan Pesamaan (2.58). y n (x) = ( ) n C (N + 2) n (σ) n2 F ( n, p + n, σ, bx N+2 ) (2.58) Dengan, (σ) n = Γ(σ+n) Γ(σ), σ = 2c+N+3 N+2 p = (2c+)b+2t (N+2)b (2.59) Paamete-paamete pada Pesamaan (2.59) dipeoleh dengan membandingkan pesamaan tipe AIM pada Pesamaan (2.54) dengan pesamaan (2.60).

15 20 y (x) = 2 ( txn+ c+ bxn+2 ) x y (x) W N x bxn+2 (2.60) Dai pebandingan tesebut akan dipeoleh konstanta-konstanta yang dipelukan untuk mempeoleh konstanta pada Pesamaan (2.59), sehingga dapat ditentukan fungsi gelombang dengan mengacu pada Pesamaan (2.58) (Patiwi, 205).

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (2), (2016)

Omega: Jurnal Fisika dan Pendidikan Fisika 2 (2), (2016) ISSN: 50-38 Online ISSN: 3-9 Pint Alamat URL http://omega.uhamka.ac.id/ ω o m e g a Omega: Junal Fisika dan Pendidikan Fisika, - 5 06 Analisis Spektum Enegi dan Fungsi Gelombang Pesamaan Schödinge Potensial

Lebih terperinci

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan

Konstruksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan JURNAL SAINS DAN SENI ITS Vol. 6, No., (27) 2337-352 (23-928X Pint) A 28 Konstuksi Fungsi Lyapunov untuk Menentukan Kestabilan Reni Sundai dan Ena Apiliani Juusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetian Lubang Hitam Lubang hitam (black hole) adalah sebuah pemusatan massa yang cukup besa sehingga menghasilkan gaya gavitasi yang sangat besa. Gaya gavitasi yang sangat besa

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

Gelombang Elektromagnetik

Gelombang Elektromagnetik Gelombang Miko 5 Gelombang Miko 6 Gelombang lektomagnetik Gelombang elektomagnetik (em) tedii dai gelombang medan listik dan medan magnit ang menjala besama dengan kecepatan sama dengan kecepatan cahaa.

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL

DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL DISTRIBUSI BERKAS CAHAYA LASER DISTRIBUSI GAUSS, HERMITE-GAUSS, LAGUERRE-GAUSS, BESSEL GELOMBANG HARMONIK Bentuk gelombang hamonik begantung waktu : ψ Re (, t) A( ) exp[ iϕ( )] exp( iπνt ) [ ] { ψ (, t)

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani)

LAMPIRAN A. (Beberapa Besaran Fisika, Faktor konversi dan Alfabet Yunani) LAMPIRAN A (Bebeapa Besaan Fisika, Fakto konvesi dan Alfabet Yunani) Bebeapa Tetapan dan Besaan Fisika Massa matahai Jai-jai matahai Massa bumi Kecepatan cahaya Konstanta gavitasi = 1,99 10 30 kg = 6,9599

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri

trigonometri 4.1 Perbandingan Trigonometri tigonometi 4.1 Pebandingan Tigonometi 0 Y x P(x,y) y X x disebut absis y disebut odinat jai-jai sudut positif diuku dai sumbu X belawanan aah putaan jaum jam Definisi : = x + y sin = y cos = x tan = y

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM

TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 2007 JAM TES UNIT II MEKANIKA SABTU, 08 DESEMBER 007 JAM 09.00-.30 PILIHAN GANDA Pilihlah jawab yang bena dan nyatakan keyakinanmu dengan mengisi () jika tidak yakin () kuang yakin (3) Agak yakin dan (4) Yakin

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA

STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Studi Inteaksi Dua (Bima Anang Dwijaya)247 STUDI INTERAKSI DUA NUKLEON DAN FENOMENA KRITIS POTENSIAL YUKAWA INTERACTION STUDY OF TWO NUCLEONS AND CRITICAL PHENOMENON OF THE POTENTIAL YUKAWA Oleh : Bima

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( )

Sejarah. Charles Augustin de Coulomb ( ) Medan Listik Sejaah Fisikawan Peancis Piestley yang tosi balance asumsi muatan listik Gaya (F) bebanding tebalik kuadat Pengukuan secaa matematis bedasakan ekspeimen Coulomb Chales Augustin de Coulomb

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan Contact Peson : OSN Fisika 2017 Numbe 1 GERAKAN KUMBANG DI PINGGIR PIRINGAN Sebuah piingan lingkaan (massa M, jai-jai a) digantung pada engsel/sumbu simeti mendata tanpa gesekan yang melalui titik pusat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS

FISIKA 2 (PHYSICS 2) 2 SKS Lab Elektonika Industi isika SILABI a. Konsep Listik b. Sumbe Daya Listik c. Resistansi dan Resisto d. Kapasistansi dan Kapasito e. Rangkaian Listik Seaah f. Konsep Elekto-Magnetik g. Induktansi dan Indukto

Lebih terperinci

Talk less... do more...!!!!!

Talk less... do more...!!!!! Talk less... do moe...!!!!! CLCULUS VEKTOR Difeensiasi fungsi VEKTOR Integasi fungsi Vekto Difeensiasi fungsi VEKTOR Difeensiasi Biasa dai fungsi vekto Jika i j zk Dan ( u); ( u); dan z z( u) Dimana u

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44 LISTRIK STTIS (3) Potensial Listik BB 1 Fisika Dasa II 44 1. PENDHULUN ds G 3.1 Muatan positif egeak sejauh ds ke aah negatif kaena adanya enegi potensial listik Dalam pemahasan tedahulu kita telah menganalisis

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu.

Medan Listrik. Medan : Besaran yang terdefinisi di dalam ruang dan waktu, dengan sifat-sifat tertentu. Medan Listik Pev. Medan : Besaan yang tedefinisi di dalam uang dan waktu, dengan sifat-sifat tetentu. Medan ada macam : Medan skala Cnthnya : - tempeatu dai sebuah waktu - apat massa Medan vekt Cnthnya

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb:

Fisika I. Gerak Dalam 2D/3D. Koefisien x, y dan z merupakan lokasi parikel dalam koordinat. Posisi partikel dalam koordinat kartesian diungkapkan sbb: Posisi dan Pepindahan Geak Dalam D/3D Posisi patikel dalam koodinat katesian diungkapkan sbb: xi ˆ + yj ˆ + zk ˆ :57:35 Koefisien x, y dan z meupakan lokasi paikel dalam koodinat katesian elatif tehadap

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

Kata kunci: persamaan Schrӧdinger, potensial Pöschl-Teller, potensial Scarf II terdeformasi-q, potensial Scarf Trigonometrik, metode iterasi asimtot.

Kata kunci: persamaan Schrӧdinger, potensial Pöschl-Teller, potensial Scarf II terdeformasi-q, potensial Scarf Trigonometrik, metode iterasi asimtot. Penyelesaian Persamaan Schrӧdinger menggunakan AIM untuk Potensial Scarf II Terdeformasi-q Plus Potensial Pӧschl-Teller dan Potensial Scarf Trigonometrik Fery Widiyanto, Suparmi, dan Cari Jurusan Fisika

Lebih terperinci

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah. 1.109. Anggap kita memuat suatu model sistem tata suya dengan peandingan skala η. Anggap keapatan mateial planet dan matahai tidak euah. Apakah peioda evolusi planet ikut euah? Jawa: Menuut hukum Kepple

Lebih terperinci

Pendahuluan Elektromagnetika

Pendahuluan Elektromagnetika Revisi Febuai 2002 Modul 1 EE 2323 Elektomagnetika Telekomunikasi Pendahuluan Elektomagnetika Oleh : Nachwan Mufti Adiansyah, ST Oganisasi Modul 1 Pendahuluan Elektomagnetika A. Lata Belakang Sejaah page

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

4. Metode Mekanika Statistik

4. Metode Mekanika Statistik 4. Metode Mekanika Statistik Reesentatif ensemble ada bebeaa sistem Distibusi Kanonik Fungsi Patisi dan ntoi Sistem Kanonik Besa 4.1. Reesentatif nsemble ada Bebeaa Sistem Sistem teisolasi: Ada atikel

Lebih terperinci

BAB II METODA GEOLISTRIK

BAB II METODA GEOLISTRIK BB METOD GEOLSTRK. Pendahuluan Metode Geolistik Metoda geolistik adalah salah satu metoda dalam geofisika yang memanfaatkan sifat kelistikan untuk mempelajai keadaan bawah pemukaan bumi. Metoda geolistik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Soal-soal Responsi Semester Pendek Mekanika Gaya Sentral 2008

Soal-soal Responsi Semester Pendek Mekanika Gaya Sentral 2008 Sal-sal Respnsi Semeste Pendek Mekanika Gaya Sental 2008 1. Manakah penyataan yang bena tentang sifat gaya sental a. Gaya sental pasti gaya fungsi psisi tetapi belum tentu knsevatif b. Enegi ttal di apgee

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut.

Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Listrik Statis. membahas. Muatan Listrik. ditinjau menurut. Bab 7 Listik Statis Pada minggu yang ceah, Icha menyetika baju seagamnya. Sambil menunggu panasnya setika, ia menggosok-gosokkan setika pada bajunya yang tipis. Tenyata Icha melihat dan measakan seakan-akan

Lebih terperinci

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal

Dinamika Pertukaran Partikel Pada Interaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal ISSN:89 133 Indonesian Jounal of Applied Physics (1) Vol. No.1 halaman 15 Apil 1 Dinamika Petukaan Patikel Pada Inteaksi Nukleon-Nukleon Dalam Potensial Lokal R. Yosi Apian Sai 1, Supadi 1, Agung BSU,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( )

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( ) MODEL CAMPURAN LINEAR Bab 6 Linea Mixed Models (6.1-6.5) Outline Model umum Stuktu Ragam Peagam Model Campuan untuk data longitudinal Menduga pegauh tetap untuk Ragam (V) diketahui Menduga pegauh tetap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.4. Hipotesis 1. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki perbedaan mulai kisaran energi 0.3 sampai 1.0. 2. Model penampang hamburan Galster dan Miller memiliki kesamaan pada kisaran energi

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

Kajian Teoritis Persamaan Medan Gravitasi Einstein dengan Transformasi Metrik Schwarzschild dalam Sistem Dua Koordinat

Kajian Teoritis Persamaan Medan Gravitasi Einstein dengan Transformasi Metrik Schwarzschild dalam Sistem Dua Koordinat Kajian Teoitis Pesamaan Medan Gavitasi Einstein dengan Tansfomasi Metik Shwashild dalam Sistem Dua Koodinat ) Sabam P. Simbolon 2) Tenang Ginting 3) Tua aja Simbolon Juusan Fisika Teoitis Fakultas MIPA

Lebih terperinci

Data dan Metode Pengolahan Data

Data dan Metode Pengolahan Data Bab III Data dan Metode Pengolahan Data III. Data a) Tansvol ARLINDO di selat Makassa yang meupakan hasil simulasi model baotopik untuk tahun El Niño (97/73, 98/83, dan 997/98), tahun La Niña (973/74 dan

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern

Fisika Dasar II Listrik, Magnet, Gelombang dan Fisika Modern Fisika Dasa II Listik, Magnet, Gelombang dan Fisika Moden Pokok Bahasan Medan listik & Hukum Gauss Abdul Wais Rizal Kuniadi Novitian Spaisoma Viidi 1 Repesentasi dai medan listik Gais-gais medan listik

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik

Hukum Coulomb Dan Medan Listrik BAB Hukum Coulomb Dan Medan Listik Pendahuluan Istilah kelistikan sudah seing di gunakan dalam kehidupan sehai-hai. Akan tetapi oang tidak banyak yang memikikan tentang hal itu. Pengamatan tentang gaya

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP)

Gerak Melingkar. Edisi Kedua. Untuk SMA kelas XI. (Telah disesuaikan dengan KTSP) Geak Melingka Edisi Kedua Untuk SMA kelas XI (Telah disesuaikan dengan KTSP) Lisensi Dokumen : Copyight 008 009 GuuMuda.Com Seluuh dokumen di GuuMuda.Com dapat digunakan dan disebakan secaa bebas untuk

Lebih terperinci

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat

BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat Ba VI Atom Hidogen/ 86 BAB VI ATOM HIDROGEN 6. Pesamaan Schodinge Untuk Kasus Gaya Pusat Kasus elekton dalam atom hidogen adalah kasus gaya pusat yang esifat spheically symetic. Kasus gaya pusat adalah

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA PERENCANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Analisa Gaya-Gaya Pada Poos Lengan Ayun Dai gamba 3.1 data dimensi untuk lengan ayun: - Mateial yang digunakan : S-45 C - Panjang poos : 0,5 m - Diamete poos

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci