BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VI ATOM HIDROGEN 6.1 Persamaan Schrodinger Untuk Kasus Gaya Pusat"

Transkripsi

1 Ba VI Atom Hidogen/ 86 BAB VI ATOM HIDROGEN 6. Pesamaan Schodinge Untuk Kasus Gaya Pusat Kasus elekton dalam atom hidogen adalah kasus gaya pusat yang esifat spheically symetic. Kasus gaya pusat adalah kasus-kasus yang meliatkan patikel yang enegi potensialnya hanya meupakan fungsi aak, atinya enegi potensial hanya ditentukan oleh aak patikel itu dai titik pusat peedaan, atau V = V ( ). Pesamaan Schodinge eas waktu adalah H = E (6-) dengan H adalah H = T +V = ( / m ) + V ( ) (6-) Kaena sifatnya yang spheically symetic (simetis eentuk ola), maka kita gunakan dalam koodinat spheik, yaitu: = sin sin sin (6-3) atau : = sin sin sin (6-4) Dai Ba 5 kita tahu ahwa Sehingga L = L / = sin Jadi (6-3) oleh ditulis sin sin sin sin sin

2 Ba VI Atom Hidogen/ 87 = L = L (6-5) Sustitusi (6-5) ke dalam opeato Hamilton dipeoleh: H = m H = L + V ( ) (6-6) L + V m ( ) (6-7) m Pesamaan Schodinge untuk kasus gaya pusat dipeoleh, yaitu dengan mensustitusi (6-7) ke dalam (6-), adi : L + + V m ( ) = E (6-8) m Telah kita ketahui dai Ba 5, ahwa nilai eigen tehadap opeato L adalah ( +) sehingga pesamaan eigennya dapat ditulis: L ( + ) (6-9) dan (6-8) dapat ditulis: + m m + V ( ) = E (6-0) Haus diingat ahwa ( + ) adalah nilai eigen dai opeato L, dimana opeato L meliatkan vaiael dan. Pesamaan (6-9) meliatkan tiga macam vaiael, yaitu, dan, sehingga yang meupakan penyelesaian (6-9) haus (,,) yang meupakan gaungan dai ( ), () dan (). Selanutnya ( ) kita tulis R sedang menuut a 5, () ditulis T dan () ditulis sehingga = R T (6-)

3 Ba VI Atom Hidogen/ 88 Sutitusi (6-0) ke dalam (6-9) menghasilkan: R T m + ) ( m R T + V ( ) R T = E R T (6-) atau T R m + ) ( m R T + V ( ) R T = E R T Jika diagi dengan R T, hasilnya: R R m + ) ( m + V ( ) = E (6-3) atau R m + ) ( m R + V ( ) R = E R (6-4) Pelu diketahui ahwa = sehingga (6-4) oleh ditulis: R m + ) ( m R + V ( ) R = E R atau R R m + ) ( m R + V ( ) R = E R atau ' ' ' R R m + ) ( m R + V (( ) R = E R (6-5) Pelu ditegaskan ahwa agi semaang polem dengan fungsi enegi potensial yang spheically symetic V ( ), maka fungsi gelomangnya adalah = RT yang memenuhi pesamaan (6-5), dengan R = fungsi adial, T fungsi dan adalah fungsi. Fungsi T dan fungsi sudah kita tuunkan di a 5.

4 Ba VI Atom Hidogen/ 89 Pesamaan (6-5) adalah pesamaan Schodinge seagai fungsi adial, untuk semaang polem yang meliatkan fungsi enegi potensial yang spheically symetic V (). 6. Geak Rotasi ( Rigid Roto Dua Patikel ) Polem: Sistem dua patikel yang eada pada aak yang tetap, dan dihuungkan oleh seuah atang kaku tanpa massa yang panangnya d. Dalam kasus ini, kaena aak kedua patikel tetap, maka geak intenal dalam entuk viasi pasti tidak mungkin, sehingga satu-satunya geak intenal adalah geak otasi. Seluuh enegi dalam oto adalah enegi kinetik, adi: V = 0 (6-6) sehingga opeato Hamilton untuk geak otasinya adalah H = (6-7) Dalam pesamaan (6-7) di atas kita gunakan seagai pengganti m, kaena sistemnya tedii atas dua patikel, sehingga massa yang digunakan adalah massa teeduksi yang didefinisikan: = m. m m m (6-8) dengan m dan m adalah massa masing-masing patikel. Opeato adalah opeato koodinat spheik sepeti pada pesamaan (6-5) yaitu: = ^ L tetapi kaena dalam igid oto, ai-ainya konstan, maka tuunan tehadap ai-ai = 0 ^ = L (6-9)

5 Ba VI Atom Hidogen/ 90 kaena aak anta patikel adalah d, maka: menadi: L = sehingga opeato Hamiltonnya H = d ^ L (6-0) ^ L adalah opeato momentum angula untuk geak tanslasi yang melengkung, sedang yang kita icaakan adalah geak tanslasi. Untuk memedakannya, maka ^ L diganti ^ J yaitu opeato momentum angula otasi. Sehingga (6-0) ditulis: H = d ^ J Demikian pesamaan Schodinge untuk igid oto dua patikel: d ^ J = E (6-) Telah kita ketahui ahwa nilai eigen untuk tehadap ^ L adalah ( + ), adi sehausnya nilai eigen ditulis: ^ J adalah ( + ), sehingga ^ J = ( + ) dan (6-) d ( + ) = E (6-) sehingga E = d (6-3) Selanutnya d ditulis I sehingga (6-3) ditulis: E = I J = 0,,, (6-4) dengan I = momen Inetia, yang didefinisikan: I = d (6-5) Peandingan antaa L dan J

6 Ba VI Atom Hidogen/ 9 L adalah momentum angula tanslasi, haganya ( dengan adalah ilangan kuantum momentum angula tanslasi. J adalah momentum angula otasi, haganya ( ) dengan adalah ilangan kuantum momentum angula otasi. L mempunyai komponen Lz = m, maka J uga mempunyai komponen yang diseut Jz = m. Jika pada geak tanslasi m haganya mulai, ( +) , maka m pada geak otasi mempunyai haga mulai dai, +,.... sampai dengan +. Apakah Enegi otasi mengalami degeneate? Kita tahu ahwa enegi level otasi hanya ditentukan oleh. Jadi ika = misalnya maka eneginya 3 I. Untuk =, maka ada 5 haga m, yaitu,, 0,,. Kita telah tahu dai a 5 ahwa fungsi eigen untuk opeato momentum angula ditentukan oleh dan m. Sudah aang tentu untuk geak otasi, fungsi eigennya ditentukan oleh dan m. Kaena untuk = ada 5 haga m, itu atinya untuk =, ada lima macam fungsi gelomang yaitu: - ; - ; 0 ; dan, yang kelimalimanya mempunyai enegi yang sama yaitu 3 I. Kaena ada 5 fungsi gelomang eeda yang eneginya sama, maka dikatakan ahwa untuk =, enegi level otasi mengalami 5th fold degeneate Geak Rotasi Molekul Diatomik Enegi level otasi molekul diatomik dapat diapoksimasi dengan menggunakan enegi level igid oto dua patikel (6-4). Telah diketahui ahwa ketika molekul diatomik mengasopsi atau mengemisi enegi, tenyata tansisi otasi muni yang mungkin adalah = + (6-6) Pelu ditamahkan ahwa momen dipole molekul haus tidak nol untuk dapat menghasilkan spektum otasi muni. Tansisi otasi diseut tansisi muni ika hanya

7 Ba VI Atom Hidogen/ 9 ilangan kuantum otasi saa yang euah. Jika teadi tansisi otasi dai E ke E maka E nya yaitu E E euah menadi foton atau h, Jadi: h = = ( ) ( ) I I ( ) ( )h 8 I (6-7) Jadi: = ( ) ( )h 8 I (6-8) Jika dianggap =, maka = + sehingga. Jika ditulis saa, maka = +, adi: = ( ) ( ) ()h 8 I = ( + ) B (6-9) B = h / (8 I) dan = level yang endah = 0,,, 3, B diseut tetapan otasi molekul. Pengukuan tehadap fekuensi asopsi otasi, memungkinkan kita menghitung B. Dai B, kita dapat menghitung momen inetia I, untuk selanutnya aak ikatan molekul d, dapat ditentukan. Contoh: Gais spektum fekuensi teendah pad asopsi otasi muni molekul C 3 S teadi pada 4899 MHz. Tentukan aak ikatan. Jawa: Fekuensi teendah, eati tansisi dai = 0, sehingga = B adi B = / B = h / (8 I) I = h / ( 8 B) = h / (4 ) I = d d = I / = h / (4 ) d = h 4

8 Ba VI Atom Hidogen/ 93 = m.m m m = (3,9707) 3,9707 x, gam =, gam =, kg d = 6,6608x 0 34 J s 4 (4,4) (4899s - ) (,44885x 0 6 kg) =,5377 x 0 0 m =,5377 A 6.4 Atom Hidogen Atom hidogen tedii atas seuah poton dan seuah elekton. Jika e menyatakan muatan seuah poton ( e = +,6 x 0 9 C ) maka muatan elekton adalah e. Kita akan easumsi ahwa elekton dan poton adalah titik massa yang inteaksinya mengikuti hukum Coulom. Dalam memahas tentang atom atau molekul, kita iasanya akan memandangnya seagai sistem teisolasi, dengan mengaaikan inteaksi anta atom dan anta molekul. Pemahasan kita tentang Hidogen ini akan kita uat leih umum, yaitu tidak saa untuk atom hidogen, tetapi uga untuk atom yang miip Hidogen (Hidogen liked atom) yaitu misal ion He + ; ion Li + dan lain-lain. Petama kita akan memicaakan gaya yang ekea dalam sistem ini, yaitu gaya Coulom: Ze F = (6-30) 4o yang meupakan gaya pusat. Huungan antaa enegi potensial V dengan F yang ekea adalah F = dv/d (6-3) dengan demikian maka: dv/d = 4o Ze, adi: V = 4 o Ze (6-3) Supaya penulisannya ingkas (¼ o ) / e diganti e', sehingga (6-3) menadi: V = Ze' (6-33)

9 Ba VI Atom Hidogen/ 94 Jika kita misalkan geak intenal dalam sistem itu diwakili oleh fungsi dengan adalah = R (6-34) maka seagai epesentasi dai kasus gaya pusat, haus mengikuti pesamaan: R'' R' m + m R + V (( ) R = E R (6-5) Dengan memasukkan haga V = menadi: Ze', dan m diganti (mengapa?) maka (6-5) R'' R' m + R Ze' R = E R R'' R' m + R Ze' R E R = 0 R' ' R' R Ze' R E R = 0 R' ' R' R Ze' R E R = 0 atau Jika / e ' diganti a maka: R' ' R' R Ze a E R a e' R = 0 atau R' ' R' Ze E a a e' R = 0 (6-35) Pesamaan (6-35) adalah pesamaan Schodinge untuk atom hidogen dinyatakan dalam satu vaiael yaitu adial. Jika (6-35) diselesaikan, maka R dipeoleh. Padahal T dan sudah kita ketahui dai a 5. Jadi Jika R dipeoleh maka untuk atom miip hidogen yang meupakan penggaungan (hasil kali) R T uga dipeoleh.

10 Ba VI Atom Hidogen/ 95 Solusi Pesamaan Radial Untuk mempeoleh R, seenanya kita dapat langsung menyelesaikan (6-35) dengan menggunakan metode deet. Tetapi elasi ecusi yang dipeoleh akan telalu umit. Aga elasi ecusi yang dipeoleh entuknya sedehana maka kita akan melakukan eeapa langkah awal yaitu dengan memasukkan yang sangat esa. Jika =, maka (6-35) menadi: E R '' a e' R = 0 (6-36) dan penyelesaian-penyelesaiannya adalah e i E / a e' (6-37). Sekaang pemahasan akan kita fokuskan ika E positif. Untuk E positif, maka ilangan dalam aka akan negatif, sehingga muncullah i seagai faktonya : R e i E / a e' E > 0 (6-38) atau, ika haga a dikemalikan ke asalnya maka: R i ( e E ) / E > 0 (6-39) Simol pada (4-9) menunukkan ahwa R teseut adalah R yang hanya elaku untuk yang sangat esa, dan meupakan fungsi asymtotik tehadap R yang sesungguhnya. Bentuk pesamaan (6-39) teseut mengingatkan kita kepada pesamaan (6-6) pada a III mengenai patikel eas. Ini eati untuk sangat esa dan E > 0 maka elekton atom hidogen eada dalam keadaan patikel eas, atau dengan pekataan lain hidogen dalam keadaan ion positif. Pesamaan (4-9) elum memeikan fakto adial yang lengkap agi fungsi adial dengan E positif. Studi leih lanut mengenai hal ini (aca liteatu Quantum Mechanics of One and Two Electon Atoms, 957 kaangan Bethe dan Salpete halaman -4) menunukkan ahwa fungsi adial dengan E positif haganya tetentu (tehingga) untuk semaang haga eapapun haga E positifnya. Ini eati, ahwa seagai patikel

11 Ba VI Atom Hidogen/ 96 eas semaang haga E nonnegatif diiinkan atau untuk patikel eas, eneginya kontinum nonnegatif atau tidak enegi level agi patikel eas. Kaena kita mendapat enegi positif yang kontinum, maka eigen fungsi yang esangkutan diseut continuum eigenfunctions. Seagaimana lazimnya fungsi patikel eas, maka fungsi eigen kontinuumpun tak tenomalisasi. Sekaang kita akan memahas ound state atom Hidogen yaitu ika E < 0. Jika E negatif maka ilangan di awah tanda aka dalam (6-37) adalah positif. Kaena eapapun haga, fungsi haus enilai tehingga, maka kita pilih tanda minus untuk pesamaan (6-37) teseut sehingga R e E / a e' E < 0 (6-40) Pesamaan (6-40) menunukkan ahwa R disitu adalah fungsi asymtotik agi R yang sesungguhnya. Kaena (6-40) adalah asymtotik tehadap R sesungguhnya maka R sesungguhnya pasti mengandung (6-40). Kita oleh memisalkan R dalam entuk apapun asal mengandung (6-40). Misal R sesungguhnya adalah R = K e E / a e' (6-4) dengan K adalah fungsi atau K(). [ Hati-hati dengan e dan e' pada (6-30). Ingat ahwa e disitu adalah ilangan asis logaitma natual, tidak ada huungannya dengan muatan poton sedang e' ada huungannya dengan muatan poton ]. Jika E / a e' dengan C, maka (6-4) menadi: R = K C e (6-4) dengan C = E / a e' (6-43) Penggunaan R dalam (6-43) diamin tidak hanya elaku untuk sangat esa, tetapi untuk semaang haga asal E negatif. Poses selanutnya, R pada (6-4), tuunan petamanya ( R') dan tuunan keduanya (R'') dimasukkan pada (6-35), maka (6-35) akan menadi: ` K '' + ( C ) K ' + [ ( Z a C ) ( +) ] R = 0 (6-44) Sekaang, kita dapat memasukkan deet pangkat eentuk:

12 Ba VI Atom Hidogen/ 97 K = c k k. (6-45) k0 ke dalam (6-44). Jika kita ena-ena melakukannya, maka akan kita lihat ahwa eeapa koefisien pada suku-suku yang awal dai deet penyelesaian itu adalah nol. Jika kita misalkan koefisien petama yang tidak nol adalah koefisien suku ke s atau c s, maka (6-45) oleh ditulis: K = c k k. c k 0 (6-46) ks Jika k s diganti maka: k = s diganti = 0 dan k diganti + s, sehingga (6-46) menadi: s s. s K = c = cs. c +s 0 (6-47) 0 0 Selanutnya c +s diganti sehingga K = s. 0 i 0 (6-48) (Meskipun kita telah melakukan ekali-kali sustitusi, tetapi sustituennya adalah sustituen semaang, adi tidak menguah posedu standa penyelesaian pesamaan difeensial dengan metode deet). Dalam (6-47) s adalah ilangan ulat, yang nilai ditentukan pada saat menyelesaikan pesamaan difeensial. Selanutnya kita uat fungsi adial au yaitu M yang haganya adalah K / s Jadi: K = s M i 0 (6-49) M =. i 0 (6-50) 0 Kita cai K' dan K'' dai (6-49) dan esama (6-49) kita masukkan ke dalam (6-44), kita peoleh: M'' + [(s + ) C ] M' + [ s + s + ( Z a C C s ) ( +)] M = 0 Untuk mendapatkan haga s kita tempuh langkah-langkah seagai eikut: Masukkan = 0 ke dalam (6-50) sehingga : (6-5) [ s + s ( +)] = 0 (6-5)

13 Ba VI Atom Hidogen/ 98 dan dipeoleh: s = dan s = (6-53) Dai dua haga s ini, mana yang akan dipegunakan? Untuk itu ikuti uaian eikut: Dai (6-4), (6-49) dan (6-50) kita peoleh: R = e C s atau (6-54) 0 R = C e s M (6-55) Ingat ahwa e C = C + (C) /!..... maka untuk yang kecil, C e =, sementaa itu = sehingga untuk yang kecil, = 0, 0 0 akiatnya untuk yang kecil, (4-4) menadi: R = 0 s (6-56) Untuk s = maka R = 0 sedang untuk s =, maka R = o yang akan menadi tak tehingga untuk = 0. Padahal yang egitu tidak oleh. Jadi s = diuang, dan s = dipegunakan. Dengan s =, pesamaan (6-5) akan menadi: M'' + [( + ) C ] M' + [ + + ( Z a C C ) ( +)] M = 0 M'' + [( + ) C ] M' + ( Z a C C ) M = 0 M'' + [( + ) C ] M' + ( Z C C ) M = 0 adi: M'' + [( + ) C ] M' + ( Z a C C ) M = 0 (6-57) Sementaa itu dengan s = Pesamaan (6-55) menadi: R = C e M (6-58) dengan M adalah dinyatakan pada (6-50) yaitu: M =. (6-59) 0 M' =. = 0. = ( k ). k k = ( ). k0 0

14 Ba VI Atom Hidogen/ 99 ). 0 M'' = ( = ( ). = ( k) (k ). k k = k0 = ( 0 ) ( ). Jika M, M' dan M'' disustitusikan ke dalam (6-57), kita peoleh: 0 Z C C C a = 0 Jadi: Z C C C dan dipeoleh elasi ecusi: = 0 a + = C C C. Z (6-60) Sekaang kita haus mengui sifat deet tak tehingga (6-50) untuk yang esa. Kaena untuk yang esa sifat deet ditentukan oleh suku-suku yang esa, maka kita akan mengui asio antaa + / untuk yang esa. Untuk yang esa: + / = C C untuk esa (6-60) Mailah sekaang kita pehatikan seandainya kita mempunyai entuk C e ini kita nyatakan dalam entuk deet pangkat, maka: e C. Jika entuk C e = + (C) + (C)! (C)! + (C) ( )!... (6-6) Rasio koefisien dai seuah suku dengan suku seelumnya dai (6-6) teseut adalah (C) ( )! / (C)! = (C) ( )!.! (C) = C = C untuk esa yang tenyata sama dengan (6-60) untuk esa. Hal ini mendoong kita untuk menyimpulkan ahwa untuk yang esa (6-50) sifatnya miip menuliskan: e C, sehingga kita oleh

15 Ba VI Atom Hidogen/ 00 M ~ C e (6-6) atau ~ 0 C e (6-63) dan selanutnya maka (4-4) dapat ditulis: R ~ e C s e C atau R ~ s C e Kaena uaian kita ini tadi eangkat dai s =, maka: R ~ C e (6-64) Namun pelu dipehatikan ahwa (6-64) akan menadi tak tehingga ika tak tehingga dan ini tidak oleh kaena tidak quadatically integale. Satu-satunya caa untuk mengatasi hal ini adalah (sepeti yang sudah kita kenal pada osilato hamonis) menghentikan deet (6-50) pada suku tetentu, misal suku ke k. Ini eati elasi ecusi ( 4-7) haus menadi nol ika = k, adi: C C C. k Za k k k k = 0 atau C + C + C k Z a - = 0 atau C ( + + k ) Z a - k = 0,,,.... (6-65) kaena dan k adalah ilangan ulat maka ( + + k ) pasti adalah ilangan ulat yang au yang untuk selanutnya diseut ilangan kuantum utama = n, adi: n = ( + + k) (6-66) Dai (6-65) maka huungan antaa (ilangan kuantum momentum angula ) dengan n (ilangan kuantum utama adalah = n k atau < n (6-67) Catatan: Dalam pemahasan mengenai hidogen ini mucul ilangan kuantum utama n. Pada pemahasan mengenai momentum angula, kita telah mengenal dua ilangan kuantum

16 Ba VI Atom Hidogen/ 0 yaitu dan m. Kaena momentum angula elaku untuk semua geak melengkung, dan geak elekton dalam atom adalah geak melengkung maka dam m uga elaku pada geak elekton dalam atom. Jadi sampai seauh ini kita mengenal 3 macam ilangan kuantum adalah atom yaitu n, dan m. Enegi Level Jika kita masukkan (6-66) ke dalam (6-65) maka dipeoleh: C n = Z a (6-68) Jika haga a = / e ' dan C = E / a e' dimasukkan kemali, maka dipeoleh: E = Z e' n atau (6-69) E = e' Z n atau (6-70) ika haga e' = (4 o ) -/ e dimasukkan kemali maka: e Z E = 4o n Untuk atom hidogen: (6-7) E = e 4o n (6-7) mpoton. melektom dengan = mpoton melektom = 0, m elekton =9, kg; e =muatan poton=,6077x0 9 C ; Z = nomo atom dan 0 = pemitivitas dalam vakum = 8, x 0 C / N.m 6.5 Fungsi Gelomang Atom Hidogen Fungsi Radial R Dengan memanfaatkan (4-35) maka elasi ecusi (6-60) menadi: + = Z n a n ( ) (6-73)

17 Ba VI Atom Hidogen/ 0 Pada pemahasan penuunan (6-66) dinyatakan ahwa polinomial M = akan 0 dihentikan pada saat = k, sehingga polinomialnya (dikenal dengan Polinomial Laguee) menadi: k M = ( ) 0 Kaena menuut (6-66), n = ( + + k) maka k = n, sehingga ( ) menadi: M = n 0 (6-74) Fungsi adialnya dinyatakan oleh (4-4 c) yaitu: R = e C M. adi R = e C n 0 atau (6-75) ika haga C dimasukkan maka dipeoleh : R = e Z n a n 0 (6-76) R adalah salah satu agian saa dai fungsi gelomang Hidogen. Pelu diketahui ahwa elekton dalam atom hidogen egeak spheik, atinya pasti teadi momentum angula. Oleh kaena itu selain fungsi adial, fungsi gelomang hidogen pasti uga tedii atas fungsi eigen momentum angula yang sudah dituunkan pada a V. Secaa keseluuhan fungsi gelomang atom miip hidogen adalah: = R. T. (6-77) dengan T dan dapat dilihat pada a V tentang momentum angula. PERHATIKAN!

18 Ba VI Atom Hidogen/ 03 Dai pesamaan (5-30) a V, tampak ahwa ditentukan oleh ilangan kuantum m. dai pesamaan (5-64) a V, tampak ahwa T ditentukan oleh dan m, dan Dai pesamaan (5-4) a ini, maka tampak ahwa R ditentukan oleh n dan Maka dapat disimpulkan ahwa ditentukan oleh tiga macam ilangan kuantum yaitu n, dan m, sehingga (6-77) iasa ditulis: (n,, m ) = R ( n, ). T (, m). (m) (6-78)

19 Ba VI Atom Hidogen/ 04 Contoh Tentukan fungsi gelomang atom hidogen dengan n = 3, = dan m =. Jawa: Menentukan fungsi Dengan menggunakan pesamaan (5-30) a V: = / e i m / e i (6-79) Menentukan T Dengan menggunakan (5-64) a V: Kita hitung dulu + - m. + m! /! m P m P :dengan menggunakan (5-63) a V: m P =.! ( - cos ) m / m d m d(cos) (cos - ) =.! ( - cos ) / d d(cos) (cos - ) = ( - cos ) / d d(cos) (cos - ) Kita selesaikan dulu x sehingga d d(cos) (cos - ) dan supaya tampak sedehana cos kita ganti d d(cos) (cos d - ) = dx (x ) = dx d x = Jadi: m P = ( - cos ) /. = sin

20 Ba VI Atom Hidogen/ 05 Setelah itu, T dapat ditentukan: + - m. + m! /! m P = 3. /!! 3 sin 4 / sin (6-80) Menentukan Fungsi Radial: Dengan menggunakan (6-76) a ini: R = e Z n a n 0 =. e 3 a 0 =. e 3 a ( o + ) (6-8) Koefisien ditentukan dengan elasi ecusi (6-73) a ini: + = Z n a n ( ) adi: = 3 a 0 3 o (0 ) (0 ) = 6 a o Haga dimasukkan ke dalam (6-8): R =. e 3 a ( o o dicai dengan nomalisasi: 6 a o ) = o {. ( ) 6 a e 3 a } R * R d = 0 R d = R d = 0 0 o 0 ( )e 3 a d = 6 a

21 Ba VI Atom Hidogen/ 06 ( ) e 3 a = / o 6 a 0 ( 3 4 ) e 3 a = / 3 a 0 6 a o ( ) e 3 a = / 3 a 0 6 a o 4 e 3 a 0 d 5 e 3 a d 6 e 3 a d 3 a = / 0 6 a o 0 3 a 4! a ( 5! ) 3 a + 6 a 3 a ( 6! ) 7 = / o a a a 5 = / o 3 6. a a a 5 = / o 3 6 a a a a a 5 = / o 7 a 5 = / 3 ( ) 6 a 5 = / o 3 o a 5 = / o 3 o = a 5 o = / a 5 = / a 5 o = / 8 = 7a 6. a a a Jadi:

22 Ba VI Atom Hidogen/ 07 R = o {. ( ) 6 a e 3 a } R = a a {. ( ) 6 a e 3 a } Akhinya dipeoleh yaitu: (3,, ) = R T = (masukkan) Degeneasi Apakah enegi level atom hidogen mengalami degeneate? Untuk menawa ini mailah kita lihat pesamaan (6-7). Dai pesamaan teseut tampak ahwa enegi level atom hidogen hanya ditentukan oleh n, padahal fungsi gelomangnya ditentukan oleh 3 macam ilangan kuantum, ini eati dapat saa teadi ahwa fungsi gelomang yang n sama mempunyai dan m eeda kecuali untuk n =. Sea untuk n =, hanya ada satu kemungkinan haga dan m yaitu = 0 dan m = 0, sehingga untuk n = hanya. adalah satu macam fungsi gelomang yaitu (, 0, 0 ) Tetapi agaimana untuk n = Untuk leih elasnya kita uat tael n, dan m seta fungsi gelomangnya. Bil. Kuantum Utama n Bil Kuant. Angula Bil. Kuan. Magnetik m Fungsi Gelomang 0 0 (, 0, 0 ) 0 0 (, 0, 0 ) (,, ) (,, 0 ) (,, ) 3 0 ( 3, 0, 0 ) ( 3,, ) ( 3,, 0 )

23 Ba VI Atom Hidogen/ 08 ( 3,, ) ( 3,, ) ( 3,, ) ( 3,, 0 ) ( 3,, ) ( 3,, ) Dst Dai tael di atas tampak ahwa untuk n >, maka dipeoleh n fungsi gelomang eeda. Jadi untuk n ada 4 fungsi gelomang yang eeda yaitu ( 3,, ), ( 3,, 0 ), ( 3,, ) dan ( 3,, ). Kaena n nya sama, maka ke empat fungsi gelomang teseut mempunyai enegi level yang sama. Dengan demikian maka untuk n = enegi level atom hidogen mengalami degeneasi dengan deaat degeneate = 4. Dengan penelasan yang sama maka dapat kita ketahui ahwa ada 9 fungsi,, gelomang yang eneginya sama untuk n = 3 yaitu: ( 3, 0, 0 ) ( 3,, ) ( 3,, 0 ), ( 3,, ), ( 3,, ), ( 3,, ), ( 3,, 0 ), ( 3,, ), dan ( 3,, ). 6.6 Bilangan Kuantum Magnetik Spin Seauh ini, kita telah menuunkan 3 macam ilangan kuantum, yaitu ilangan kuantum utama n, Bilangan kuantum momentum angula tanslasi dan ilangan kuantum oital momentum angula m. Bilangan kuantum utama menentukan enegi dengan elasi: E = e 4o n Bilangan kuantum utama uga ekoelasi dengan kulit lintas, yang huungannya dapat dilihat dai tael eikut: n Kulit K L M N O P Q

24 Ba VI Atom Hidogen/ 09 Bilangan kuantum utama ini muncul ketika menentukan fungsi Radial elasi: Bilangan kuantum momentum angula, menentukan momentum angula dengan L = ( ) Bilangan kuantum ini uga menentukan entuk lintasan. Bilangan muncul ketika kita hendak menentukan fungsi. Dalam ahasa spektum, ilangan ehuungan dengan nama-nama oital dst Oital s p d f g h Bilangan kuantum yang ketiga adalah ilangan kuantum oital momentum angula yang uga diseut ilangan kuantum magnetik tanslasi m. Bilangan ini meupakan penentu Lz yaitu poyeksi momentum angula L pada sumu z. Huungan antaa Lz dan m adalah Lz = m Bilangan m ini uga dipandang seagai penentu oientasi (aah) tanslasi elekton, kaena ika kita mengetahui m kita dapat mengetahui Lz. Jika kita mengetahui Lz, maka aah momentum angula dapat diketahui, kaena: Lz = L cos dengan adalah sudut aah L tehadap sumu z. Jika aah L diketahui, maka dengan kaidah tangan kanan, aah tanslasi elekton dapat diketahui. Apakah dengan 3 macam ilangan kuantum sudah cukup? Jika mengacu kepada fenomena makoskopis, maka dapat diketahui ahwa kedudukan planet dalam tata suya ditentukan oleh 4 macam tetapan, yaitu tetapan enegi, tetapan momentum angula, tetapan komponen momentum angula dan tetapan otasi. Dua uah planet tidak penah etaakan kaena tidak ada dua planet yang keempat tetapannya sama. Jika fenomena mikoskopik dipandang seagai miniatu dai fenomena makoskopik maka atom masih memutuhkan satu tetapan lagi yang easal dai geak otasi elekton. Kita tahu tanslasi elekton dalam atom adalah lintasan speik, oleh kaena itu mempunyai momentum angula L. Kaena geak otasi uga esifat spheik maka geak otasi uga haus mempunyai momentum angula yang diseut momentum angula otasi, notasinya S. Jika

25 Ba VI Atom Hidogen/ 0 L ditentukan oleh dalam elasi L = ( ) Maka S ditentukan oleh s (ilangan kuantum angula spin) dalam elasi S = s(s ). Kita tahu ahwa L mempunyai komponen yang diseut Lz, maka S haus mempunyai komponen yang diseut Sz. Jika Lz ditentukan m dalam elasi Lz = m maka penentu Sz adalah m s dalam elasi: Sz = m s Kita tahu anyaknya haga m adalah + mulai dai, ( +) Jika egitu anyaknya haga m s haus s + yaitu dai s sampai + s. Kita uga tahu ahwa m adalah penentu aah tanslasi, maka m s pasti penentu aah otasi. Kaena hanya ada macam aah otasi, maka tentu hanya ada dua macam haga m s. Padahal anyaknya haga m s = s +, adi{ s + = s = ½ Kaena haga m s adalah s dan + s maka haga m s = + ½ Dan haga momentum angula otasi S adalah S = s(s ) = 3/ 4 = 3 Selanutnya m s = + ½ itulah yang diadikan seagai ilangan kuantum ke empat. 6.7 Pengauh Momentum Angula Tanslasi Tehadap Enegi (Efek Zeeman) Telah kita ketahui ahwa enegi hanya ditentukan oleh ilangan kuantum utama n. Hal itu ena, manakala atom tidak eada di awah pengauh medan magnet ekstenal. Tetapi ika ada medan magnet ekstenal maka momentum angula akan menguah esanya enegi. Beapa esa peuahan enegi yang ditimulkan oleh momentum angula ika atom eada dalam medan magnet ekstenal yang kuat medannya B, itulah yang akan kita ahas sekaang. Jika elekton dalam atom emassa m dan emuatan e, mementuk lintasan spheik, maka selain momentum angula L, uga teadi momen magnet yang aahnya elawanan dengan aah L. Sedang aah L adalah aah iu ai tangan kanan ika aah lintasan patikel (elekton) ditunukkan oleh keempat ai yang digenggamkan. Huungan antaa dan L adalah

26 Ba VI Atom Hidogen/ = e m L (6-8) tanda negatif teseut menunukkan ahwa aah L da elawanan. Menuut tinauan mekanika kuantum esanya L = ( ), adi : = e m ( ) (6-83) Jika seuah atom dengan momen magnet eada dalam medan magnet ekstenal yang kuat medannya B, maka peuahan enegi yang dialami atom itu adalah E m =. B =. B cos (6-84) dengan adalah sudut antaa dan B. Sustitusi (6-8) ke dalam (6-84) menghasilkan: E m = e m B. L cos (6-85) L cos adalah Lz adi: E m = e m B. Lz (6-86) Kita uga tahu ahwa Lz = m adi: E m = m e B (6-87) m ( m yang cetak miing adalah ilangan kuantum magnetik sedang m yang cetak tegak adalah massa patikel/elekton). Kuantitas e iasa ditulis, sehingga (6-87) uga oleh ditulis: m E m = m B (6-88) = Boh Magneton = 9, J/T Dai Pesamaan (6-88) itu tampak ahwa ilangan kuantum magnetik akan menentukan peuahan enegi oital, manakala atom (hidogen) eada di awah pengauh medan magnet kecuali oital-oital yang m-nya nol. Peuahan enegi oital itu dapat digamakan seagai eikut: m B m B 3 mb

27 Ba VI Atom Hidogen/ E m Oital s Oital p Oital d Oital f Gama 6. : Splitting Enegi oital s, p, d dan f Dai gama (6-8) teseut tampak ahwa selain oital s, semua oital mengalami peuahan enegi. Oital p pecah menadi 3 su level magnetik, oital d menadi 5 dan oital f menadi 7 su level magnetik. Banyaknya su level dalam seuah oital diseut komponen Zeeman. Jadi komponen Zeeman oital s, p, d dan f adalah, 3, 5 dan 7. Secaa umum dapat dinyatakan ahwa anyaknya komponen Zeeman adalah +. ===000=== Soal-soal Ba 6. Fekuensi asopsi tekecil untuk molekul C 6 O adalah 57 MHz. Hitunglah: a) Jaak ikatan C 6 O ) Pediksilah dua fekuensi seapan tekecil eikutnya c) pediksilah fekuensi seapan teendah agi 3 C 6 O. Hitunglah panang gelomang gais spekta yang muncul dai tansisi n = 6 3 pada atom hidogen. Ulangi hal yang sama untuk He. 3. Hitunglah Tingkat enegi dasa hidogen dalam satuan ev. 4. Positon adalah patikel dengan massa sama dengan massa elekton tetapi emuatan +e. Tentukan eapa ev tingkat enegi dasa atom positonium (atom ini tedii atas positon dan elekton. 5. Untuk atom miip hidogen dalam keadaan dasa, tentukan < > 6. Tentukan < > untuk p 0 dai atom miip hidogen. 7. Tentukan < > untuk p dai atom miip hidogen.

28 Ba VI Atom Hidogen/ 3 8. Tulislah fungsi adial s dan p untuk atom miip hidogen. Tulis pula fungsi gelomangnya. 9. Haga untuk oital d =. Beapakah haga untuk oital t? Catatan :Nama oital adalah s, p, d, f. Setelah itu alphaetik, dengan tidak dipegunakan. 0. Untuk atom hidogen dalam keadaan gound state, tentukan poailitas mendapatkan elekton pada aak leih dai a?. Tentukan, eapakah ai-ai uang s atom hidogen menggunakan atas poailitas 90 %?. (a) Tentukan < T > untuk atom hidogen keadaan dasa. () Dengan < T > itu, tentukan kecepatan elekton. 3. Tentukan populasi atio gas atom hidogen antaa n = dan n = pada suhu: (a) 5 o C () 000 K (c) K 4. Tentukan fungsi gelomang atom hidogen 3,, 5. Fungsi gelomang atom hidogen didefinisikan seagai: = A e / 3a sin e i a) tentukan A ) Tentukan n c) Tentukan d) Tentukan L e) Tentukan Lz ===000===

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44

LISTRIK STATIS (3) Potensial Listrik BAB 1 Fisika Dasar II 44 LISTRIK STTIS (3) Potensial Listik BB 1 Fisika Dasa II 44 1. PENDHULUN ds G 3.1 Muatan positif egeak sejauh ds ke aah negatif kaena adanya enegi potensial listik Dalam pemahasan tedahulu kita telah menganalisis

Lebih terperinci

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah.

2 a 3 GM. = 4 π ( ) 3/ 2 3/ 2 3/ 2 3/ a R. = 1 dengan kata lain periodanya tidak berubah. 1.109. Anggap kita memuat suatu model sistem tata suya dengan peandingan skala η. Anggap keapatan mateial planet dan matahai tidak euah. Apakah peioda evolusi planet ikut euah? Jawa: Menuut hukum Kepple

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom

PENDAHULUAN. Di dalam modul ini Anda akan mempelajari aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom PENDAHULUAN Di dalam modul ini Anda akan mempelaai aplikasi Fisika Kuantum dalam fisika atom dan fisika molekul yang mencakup: Fisika atom dan Fisika Molekul. Oleh kaena itu, sebelum mempelaai modul ini

Lebih terperinci

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21

BAB III. HUKUM GRAVITASI NEWTON F 21 A III. HUKU GAVITASI EWTO Gavitasi meupakan gaya inteaksi fundamental yang ada di alam. ewton menemukan ahwa inteaksi yang tejadi pada uah apel yang jatuh dai pohonnya mempunyai sifat-sifat yang sama dengan

Lebih terperinci

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK

BAB 17. POTENSIAL LISTRIK DFTR ISI DFTR ISI... 7. POTENSIL LISTRIK... 7. Potensial dan eda Potensial... 7. Dipole Listik...6 7.3 Kapasitansi Listik...9 7.4 Dielektikum... 7.5 Penyimpanan Enegi Listik...5 7.6 Pealatan : Tabung Sina

Lebih terperinci

Medan Listrik pada Muatan Kontinu &Penerapan Hukum Gauss

Medan Listrik pada Muatan Kontinu &Penerapan Hukum Gauss LISTRIK STATIS () Medan Listik pada Muatan Kntinu &Peneapan Hukum Gauss BAB Fisika Dasa II . MDAN LISTRIK PADA MUATAN KONTINU Dalam a satu kita telah dapat menghitung medan listik di sekita suatu muatan

Lebih terperinci

TOPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWTON

TOPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWTON OPIK: GERAK MELINGKAR DAN APLIKASI LAIN HUKUM NEWON QUESION (SOAL-SOAL KONSEP): 1. Seoang penejun payung yang sedang jatuh mencapai kelajuan teminalnya dengan paasutnya tetutup. Setelah paasut itu teuka,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA

IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA 1 IMPLEMENTASI ANALISIS DISKRIMINAN BERBASIS VARIABLE PREDICTIVE MODEL PADA KLASIFIKASI KESAMAAN POLA Deneng Eka Puta 1, Ahmad Saikhu, S.Si, MT 2 Juusan Teknik Infomatika, Fakultas Teknologi Infomasi Institut

Lebih terperinci

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik

HUKUM COULOMB Muatan Listrik Gaya Coulomb untuk 2 Muatan Gaya Coulomb untuk > 2 Muatan Medan Listrik untuk Muatan Titik HKM CMB Muatan istik Gaya Coulomb untuk Muatan Gaya Coulomb untuk > Muatan Medan istik untuk Muatan Titik FISIKA A Semeste Genap 6/7 Pogam Studi S Teknik Telekomunikasi nivesitas Telkom M A T A N Pengamatan

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

Ujian Akhir Semester Genap TA 2011/2012 FMIPA UGM

Ujian Akhir Semester Genap TA 2011/2012 FMIPA UGM Ujian Akhi eeste Genap TA / FMIPA UGM Mata Kuliah : Mekanika (MFF ) K : sks Hai/tanal Ujian : enin, Apil uan : U. Waktu Ujian : 7. 9. (esi ) Untuk: Fisika - A ifat Ujian : Buku Teuka Dosen Penapu : D.

Lebih terperinci

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan.

BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. BAB V MOMENTUM ANGULAR Pengukuran Simultan Beberapa Properti Dalam keadaan stasioner, momentum angular untuk elektron hidrogen adalah konstan. Kriteria apa saa yang dapat digunakan untuk menentukan properti

Lebih terperinci

II. MOMEN INERSIA BIDANG DATAR

II. MOMEN INERSIA BIDANG DATAR FAKULTAS TEKNK JURUSAN TEKNK SPL. MOMEN NERSA BDANG DATAR. Pendauluan Momen inesia dapat diseut juga Momen Kedua atau Momen Kelemaman. Data momen inesia suatu penampang dai komponen stuktu akan dipelukan

Lebih terperinci

1 Sistem Koordinat Polar

1 Sistem Koordinat Polar 1 Sistem Koodinat ola ada kuliah sebelumna, kita selalu menggunakan sistem koodinat Katesius untuk menggambakan lintasan patikel ang begeak. Koodinat Katesius mudah digunakan saat menggambakan geak linea

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis

LISTRIK STATIS. F k q q 1. k 9.10 Nm C 4. 0 = permitivitas udara atau ruang hampa. Handout Listrik Statis LISTIK STATIS * HUKUM COULOM. ila dua buah muatan listik dengan haga q dan q, saling didekatkan, dengan jaak pisah, maka keduanya akan taik-menaik atau tolak-menolak menuut hukum Coulomb adalah: ebanding

Lebih terperinci

Mengimplementasikan Algoritma variable predictive models based class discrimination (VPMCD) sebagai metode klasifikasi kesamaan pola

Mengimplementasikan Algoritma variable predictive models based class discrimination (VPMCD) sebagai metode klasifikasi kesamaan pola Oleh Deneng Eka Puta 5106100054 Pemiming Ahmad Saikhu, S.Si, MT NIP. 132318030 Mengimplementasikan Algoitma vaiale pedictive models ased class discimination (VPMCD) seagai metode klasifikasi kesamaan pola

Lebih terperinci

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS

Bahan Ajar Fisika Teori Kinetik Gas Iqro Nuriman, S.Si, M.Pd TEORI KINETIK GAS Bahan ja Fisika eoi Kinetik Gas Iqo uian, S.Si,.Pd EORI KIEIK GS Pendahuluan Gas eupakan zat dengan sifat sifatnya yang khas diana olekul atau patikelnya begeak bebas. Banyak gajala ala yang bekaitan dengan

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com

Gerak Melingkar. Gravitasi. hogasaragih.wordpress.com Geak Melingka Gavitasi Kinematika Geak Melingka Beatuan Sebuah benda yang begeak membentuk suatu lingkaan dengan laju konstan v dikatakan mengalami geak melingka beatuan. Besa kecapatan dalam hal ini tetap

Lebih terperinci

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H

ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL HIDROGEN H ENERGI SIMETRI DAN ANTI-SIMETRI PADA ION MOLEKUL IDROGEN abib Mustofa, Bambang Supiadi, Rif ati Dina andayani Pogam Studi Pendidikan Fisika FKIP Univesitas Jembe email: abib.mustofa.7@gmail.com Abstact:

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

4. Mononom dan Polinom

4. Mononom dan Polinom Darpulic www.darpulic.com 4. Mononom dan Polinom Sudaratno Sudirham Mononom adalah pernataan tunggal ang erentuk k n, dengan k adalah tetapan dan n adalah ilangan ulat termasuk nol. Fungsi polinom merupakan

Lebih terperinci

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN

MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN MOMENTUM LINEAR DAN TUMBUKAN 1. MOMENTUM LINEAR Momentum sebuah patikel adalah sebuah vekto P yang didefinisikan sebagai pekalian antaa massa patikel m dengan kecepatannya, v, yaitu: P = mv (1) Isac Newton

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA

TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA TRANSFER MOMENTUM TINJAUAN MIKROSKOPIK GERAKAN FLUIDA Hingga sejauh ini kita sudah mempelajai tentang momentum, gaya-gaya pada fluida statik, dan ihwal fluida begeak dalam hal neaca massa dan neaca enegi.

Lebih terperinci

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q

dengan dimana adalah vektor satuan arah radial keluar. F r q q MEDAN LISTRIK 1 2.1 Medan Listik Gaya Coulomb di sekita suatu muatan listik akan membentuk medan listik. Dalam membahas medan listik, digunakan pengetian kuat medan. Untuk medan gaya Coulomb, kuat medan

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB

FISIKA. Sesi LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB ISIKA KELAS XII IPA - KURIKULUM GABUNGAN 04 Sesi NGAN LISTRIK STATIK A. GAYA COULOMB Jika tedapat dua atau lebih patikel bemuatan, maka antaa patikel tesebut akan tejadi gaya taik-menaik atau tolak-menolak

Lebih terperinci

II. KINEMATIKA PARTIKEL

II. KINEMATIKA PARTIKEL II. KINEMATIKA PARTIKEL Kinematika adalah bagian dai mekanika ang mempelajai tentang geak tanpa mempehatikan apa/siapa ang menggeakkan benda tesebut. Bila gaa penggeak ikut dipehatikan, maka apa ang dipelajai

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. 4-2 Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1) Sudayatno Sudiam ing Utai Mengenal Sifat-Sifat Mateial () 4- Sudayatno S & Ning Utai, Mengenal Sifat-Sifat Mateial () BAB 4 Aplikasi Pesamaan Scödinge Pada Atom Dengan Satu Elekton Dalam bab ini kita akan

Lebih terperinci

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd

MEDAN LIST S RIK O eh : S b a a b r a Nu N r u oh o m h an a, n M. M Pd MEDAN LISTRIK Oleh : Saba Nuohman, M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Video Beikut: Mengapa itu bisa tejadi? Muatan Listik Penjelasan seputa atom : Diamete inti atom Massa potonmassa neton Massa elekton Muatan

Lebih terperinci

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR

Bab 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Ba 3 PERUMUSAN MODEL KINEMATIK DDMR Model kinematika diperlukan dalam menganalisis pergerakan suatu root moil. Model kinematik merupakan analisis pergerakan sistem yang direpresentasikan secara matematis

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi Pepindahan Sudut Riview geak linea: Pepindahan,

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal ii Dapublic BAB 7 Koodinat Pola Sampai dengan bahasan sebelumna kita membicaakan fungsi dengan kuva-kuva ang digambakan dalam koodinat

Lebih terperinci

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1

FISIKA DASAR II. Kode MK : FI SKS : 3 Program Studi : Fisika Instrumentasi (S-1) Kelas : Reguler MATERI 1 FISIKA DASAR II Kode MK : FI 0 SKS : 3 Pogam Studi : Fisika Instumentasi (S-) Kelas : Regule MATERI TA 00/0 KRITERIA PENILAIAN Jika kehadian melampaui 75 %, Nilai Akhi mahasiswa ditentukan dai komponen

Lebih terperinci

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda

Mata Pelajaran : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA. Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda F 1 F Mata Pelajaan : FISIKA Satuan Pendidikan : SMA Pogam : IPA Jumlah Soal : 40 Bentuk Soal : Pilihan Ganda 1. Posisi skala utama dan skala nonius sebuah jangka soong ditunjukkan sepeti pada gamba beikut

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14].

BAB 2 LANDASAN TEORI. Gambar 2.1. Proses fluoresensi dan fosforesensi [14]. BAB 2 LANDAAN TORI 2.1 Pinsip luoesensi luoesensi adalah poses pemancaan adiasi cahaya oleh suatu matei setelah teeksitasi oleh bekas cahaya beenegi tinggi. misi cahaya tejadi kaena poses absobsi cahaya

Lebih terperinci

Gerak melingkar beraturan

Gerak melingkar beraturan 13/10/01 Geak melingka beatuan geak melingka beatuan adalah geak dimensi dengan laju tetap, Aahnya beubah kecepatan beubah v i = vekto kecepatan awal v f = vekto kecepatan akhi θ = pepindahan sudut Gamba

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-321) Topik hai ini (minggu 7) Geak Rotasi Kinematika Rotasi Dinamika Rotasi Kekekalan Momentum Sudut Geak Menggelinding Kinematika Rotasi RIVIEW Riview geak linea: Pepindahan, kecepatan,

Lebih terperinci

JAWABAN SOAL FISIKA OSN Medan, 1 7 Agustus 2010

JAWABAN SOAL FISIKA OSN Medan, 1 7 Agustus 2010 JAWABAN SOAL FISIKA OSN 00 Medan, 7 Aguu 00 Gaya gaya yang ekeja pada ola diunjukkan pada gama diamping. Peamaan geak unuk pua maa ola adalah () () dan pada ola yang eoai elaku Syaa aga ola menggelinding

Lebih terperinci

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK

INDUKSI ELEKTROMAGNETIK INDUKSI ELEKTROMAGNETIK Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Pehatikan Tampilan eikut agaimana Listik dipoduksi dalam skala besa? Apakah batu bateai atau Aki saja bisa memenuhi kebutuhan listik manusia?

Lebih terperinci

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN

BAB - X SIFAT KEMAGNETAN BAHAN A - X SIFA KEAGNEAN AHAN ujuan: enghitung momen dipol dan suseptibilitas magnet untuk logam diamagnetik. engklasifikasikan logam paamagnetik. A. OEN DIPOL DAN SUSEPIILIAS AGNE Kemagnetan tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel

Analisis Unjuk Kerja Motor Induksi Dengan Pengendali Thyristor Anti-Paralel Analisis Unjuk Keja Moto Induksi Dengan Pengendali Thyisto Anti-Paalel Suai 1, Bamang Sutoo 1 Juusan Teknik Elekto, Univesitas Semaang, Semaang Juusan Teknik Elekto, Univesitas Gadjah Mada, Yogyakata Astak

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB

ELEKTROSTATIKA. : Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK 2. HUKUM COULOMB MATA KULIAH KODE MK Dosen : FISIKA DASAR II : EL-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke-1 CAKUPAN MATERI 1. MUATAN LISTRIK. HUKUM COULOMB SUMBER-SUMBER: 1. Fedeick Bueche & David L. Wallach, Technical Physics,

Lebih terperinci

Xpedia Fisika. Mekanika 03

Xpedia Fisika. Mekanika 03 Xpedia Fisika Mekanika 03 halaan 1 01. Manakah diaga dai dua planet di bawah ini yang ewakili gaya gavitasi yang paling besa diantaa dua benda beassa? 0. Sebuah satelit beada pada obit engelilingi bui.

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK Contoh. Soal pemahaman konsep Anda mungkin mempehatikan bahwa pemukaan vetikal laya televisi anda sangat bedebu? Pengumpulan debu pada pemukaan vetikal televisi mungkin

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

.(2.1) F = gaya gravitasi ( N) m 1, m 2 = massa masing-masing benda ( kg) r = jarak antara kedua benda (m) G = konstanta gravitasi umum

.(2.1) F = gaya gravitasi ( N) m 1, m 2 = massa masing-masing benda ( kg) r = jarak antara kedua benda (m) G = konstanta gravitasi umum GRAVITASI I. Tujuan Peelajaan Setelah peelajaan waga elaja dapat : 1. enganalisa huungan antaa assa dan ak pada gaya gavitasi. enghitung esa gaya gavitasi anta dua uah enda 3. enjelaskan konsep pecepatan

Lebih terperinci

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga

Bab. Garis Singgung Lingkaran. A. Pengertian Garis Singgung Lingkaran B. Garis Singgung Dua Lingkaran C. Lingkaran Luar dan Lingkaran Dalam Segitiga ab 7 Sumbe: www.homepages.tesco Gais Singgung Lingkaan Lingkaan mungkin meupakan salah satu bentuk bangun data yang paling tekenal. Konsep lingkaan yang meliputi unsu-unsu lingkaan, luas lingkaan, dan

Lebih terperinci

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama

SUMBER MEDAN MAGNET. Oleh : Sabar Nurohman,M.Pd. Ke Menu Utama SUMER MEDAN MAGNET Oleh : Saba Nuohman,M.Pd Ke Menu Utama Medan Magnetik Sebuah Muatan yang egeak Hasil-hasil ekspeimen menunjukan bahwa besanya medan magnet () akibat adanya patikel bemuatan yang begeak

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Komponen Struktur Tekan

Komponen Struktur Tekan Mata Kuliah : Peancangan Stuktu Baja Kode : CIV 303 SKS : 3 SKS Komponen Stuktu Tekan Petemuan 4, 5 Sub Pokok Bahasan : Panjang Tekuk Tekuk Lokal Tekuk Batang Desain Batang Tekan Batang batang tekan yang

Lebih terperinci

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral

Fungsi dan Grafik Diferensial dan Integral Sudaatno Sudiham Studi Mandii Fungsi dan Gafik Difeensial dan Integal oleh Sudaatno Sudiham i Dapublic Hak cipta pada penulis, 010 SUDIRHAM, SUDARYATNO Fungsi dan Gafik, Difeensial dan Integal Oleh: Sudaatmo

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON

BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON 1 BAB PENERAPAN HUKUM-HUKUM NEWTON Sebelumnya telah dipelajai tentang hukum Newton: hukum I tentang kelembaban benda, yang dinyatakan oleh pesamaan F = 0; hukum II tentang hubungan gaya dan geak, yang

Lebih terperinci

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang

Pertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka Batang ahan jar Statika Mulyati, ST., MT ertemuan XI, XII, XIII VI. Konstruksi Rangka atang VI. endahuluan Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka

Lebih terperinci

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik

Hand Out Fisika II MEDAN LISTRIK. Medan listrik akibat muatan titik Medan listrik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listrik MDAN LISTRIK Medan listik akibat muatan titik Medan listik akibat muatan kontinu Sistem Dipol Listik Mach 7 Definisi Medan Listik () Medan listik pada muatan uji q didefinisikan sebagai gaya listik pada

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

OVERVIEW Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara state variable

OVERVIEW Persamaan keadaan adalah persamaan yang menyatakan hubungan antara state variable OERIEW esamaan keadaan adalah pesamaan yang menyatakan hubungan antaa state vaiable yang menggambakan keadaan dai suatu sistem pada kondisi fisik tetentu State vaiable adalah opety dai sistem yang hanya

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan

Gerak Melingkar. B a b 4. A. Kecepatan Linear dan Kecepatan Anguler B. Percepatan Sentripetal C. Gerak Melingkar Beraturan B a b 4 Geak Melingka Sumbe: www.ealcoastes.com Pada bab ini, Anda akan diajak untuk dapat meneapkan konsep dan pinsip kinematika dan dinamika benda titik dengan caa menganalisis besaan Fisika pada geak

Lebih terperinci

4. Metode Mekanika Statistik

4. Metode Mekanika Statistik 4. Metode Mekanika Statistik Reesentatif ensemble ada bebeaa sistem Distibusi Kanonik Fungsi Patisi dan ntoi Sistem Kanonik Besa 4.1. Reesentatif nsemble ada Bebeaa Sistem Sistem teisolasi: Ada atikel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.. Pesamaan Diac Pesamaan Schödinge meupakan pesamaan gelombang yang digunakan pada medan nonelativistik, pesamaan ini hanya dapat digunakan untuk patikel yang memiliki kecepatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang BAB PENDAHULUAN. Lata belakang Pekembangan suatu teknologi sangat dipengauhi dengan pekembangan suatu ilmu pengetahuan. Tanpa peanan ilmu pengetahuan, bisa dipastikan teknologi akan sulit untuk bekembang

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) Ba 7 Residu dan Penggunaannya BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 Residu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik

Lebih terperinci

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah

Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah Bil. Asli Bil. Bulat Bil. Cacah I. Materi Ajar: Pertemuan : A. Macam-macam ilangan real. Bilangan Asli (A) Bilangan asli adalah suatu ilangan yang mula-mula dipakai untuk memilang. Bilangan asli dimulai

Lebih terperinci

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1

PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT-1 PERSAMAAN FUNGSI KUADRAT- Mata Pelajaran K e l a s Nomor Modul : Matematika : X (Sepuluh) : MAT.X.0 Penulis Pengkaji Materi Pengkaji Media : Drs. Suyanto : Dra.Wardani Rahayu, M.Si. : Drs. Soekiman DAFTAR

Lebih terperinci

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D

EFISIENSI DAN EFEKTIVITAS SIRIP LONGITUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPAT KEADAAN TAK TUNAK KASUS 2D EFISIENSI DAN EFEKIVIAS SIRIP LONGIUDINAL DENGAN PROFIL SIKU EMPA KEADAAN AK UNAK KASUS 2D PK Purwadi Jurusan eknik Mesin, FS, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Email: pur@mailcity.com ABSRAK Penelitian

Lebih terperinci

Penggunaan Hukum Newton

Penggunaan Hukum Newton Penggunaan Hukum Newton Asumsi Benda dipandang sebagai patikel Dapat mengabaikan geak otasi (untuk sekaang) Massa tali diabaikan Hanya ditinjau gaya yang bekeja pada benda Dapat mengabaikan gaya eaksi

Lebih terperinci

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z)

7.1. Residu dan kutub Pada bagian sebelumnya telah kita pelajari bahwa suatu titik z 0 disebut titik singular dari f (z) BAB 7 RESIDU DAN PENGGUNAAN 7 idu dan kutu Pada agian seelumnya telah kita pelajari ahwa suatu titik diseut titik singular dari f () ila f () gagal analitik di tetapi analitik pada suatu titik dari setiap

Lebih terperinci

Konstruksi Rangka Batang

Konstruksi Rangka Batang Konstruksi Rangka atang Salah satu sistem konstruksi ringan yang mempunyai kemampuan esar, yaitu erupa suatu Rangka atang. Rangka atang merupakan suatu konstruksi yang terdiri dari sejumlah atang atang

Lebih terperinci

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK

FISIKA DASAR 2 PERTEMUAN 2 MATERI : POTENSIAL LISTRIK UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG Teknik Industi FISIKA DASAR PERTEMUAN MATERI : POTENSIAL LISTRIK SILABI FISIKA DASAR Muatan dan Medan Listik Potensial Listik Kapasito dan Dielektik Aus dan Resistansi

Lebih terperinci

BAB IV OSILATOR HARMONIS

BAB IV OSILATOR HARMONIS Tinjauan Secara Mekanika Klasik BAB IV OSILATOR HARMONIS Osilator harmonis terjadi manakala sebuah partikel ditarik oleh gaya yang besarnya sebanding dengan perpindahan posisi partikel tersebut. F () =

Lebih terperinci

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor

IV. STABILITAS LERENG. I. Umum Lereng alam Bukit Galian Basement Lereng buatan Timbunan tanggul jalan bendung. Dorong membuat tanah longsor IV. STABILITAS LERENG I. Umum Leeng alam Bukit Galian Basement Leeng buatan Timbunan tanggul jalan bendung Gaya-gaya d o o n g Doong membuat tanah longso Lawan kuat gese tanah - Beat sendii tanah (γ b,

Lebih terperinci

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1

Perkuliahan Fisika Dasar II FI-331. Oleh Endi Suhendi 1 Pekuliahan Fisika Dasa II FI-331 Oleh Endi Suhendi 1 Menu hai ini (1 minggu): Muatan Listik Gaya Listik Medan Listik Dipol Distibusi Muatan Kontinu Oleh Endi Suhendi Muatan Listik Dua jenis muatan listik:

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK.

LISTRIK STATIS. F k q q 1. Gambar. Saling tarik menarik. Saling tolak-menolak. Listrik Statis * MUATAN LISTRIK. * MUATAN LISTRIK. LISTRIK STATIS Suatu pengamatan dapat mempelihatkan bahwa bila sebatang gelas digosok dengan kain wool atau bulu domba; batang gelas tesebut mampu menaik sobekan-sobekan ketas. Ini menunjukkan

Lebih terperinci

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan

Dari gerakan kumbang dan piringan akan kita dapatkan hubungan Contact Peson : OSN Fisika 2017 Numbe 1 GERAKAN KUMBANG DI PINGGIR PIRINGAN Sebuah piingan lingkaan (massa M, jai-jai a) digantung pada engsel/sumbu simeti mendata tanpa gesekan yang melalui titik pusat

Lebih terperinci

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola

Solusi Persamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Bersimetri Bola Bab 3 Solusi Pesamaan Ricci Flow dalam Ruang Empat Dimensi Besimeti Bola Bedasakan bentuk kanonik metik besimeti bola.18, dapat dibuat sebuah metik besimeti bola yang begantung paamete non-koodinat τ sebagai,

Lebih terperinci

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r

r, sistem (gas) telah melakukan usaha dw, yang menurut ilmu mekanika adalah : r r 4. USH 4.1 System yang beada dalam keadaan setimbang akan tetap mempetahanan keadan itu. Untuk mengubah keadaan seimbang ini dipelukan pengauh-pengauh dai lua; sistem haus beinteaksi dengan lingkungannya.

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN Sumer: Art & Gallery 44 Matematika X SMK Kelompok: Penjualan dan Akuntansi Standar kompetensi persamaan dan pertidaksamaan linier dan kuadrat terdiri atas tiga kompetensi dasar.

Lebih terperinci

E-LEARNING MATEMATIKA

E-LEARNING MATEMATIKA MODUL E-LEARNING E-LEARNING MATEMATIKA Oleh : NURYADIN EKO RAHARJO, M.PD. NIP. 9705 00 00 Penulisan Modul e Learning ini diiayai oleh dana DIPA BLU UNY TA 00 Sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika

Universitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Komputer Teknik Informatika Univesitas Indonusa Esa Unggul Fakultas Ilmu Kompute Teknik Infomatika Integal Gais Integal Gais Definisi Integal gais Integal gais di bidang Misalkan pesamaan paamete kuva mulus ( di bidang (t (t ; a

Lebih terperinci

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL

6. Soal Ujian Nasional Fisika 2015/2016 UJIAN NASIONAL 6. Soal Ujian Nasional Fisika 015/016 UJIAN NASIONAL Mata Pelajaan : Fisika Jenjang : SMA/MA Pogam Studi : IPA Hai/Tanggal : Rabu, 6 Apil 016 Jam : 10.30 1.30 PETUNJUK UMUM 1. Isikan nomo ujian, nama peseta,

Lebih terperinci

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS

TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS SEMESTER GENAP 008/009 TRANSFER MOMENTUM ALIRAN DALAM ANULUS Alian dalam anulus adalah alian di antaa dua pipa yang segais pusat. Jadi ada pipa besa dan ada pipa kecil. Pipa kecil beada dalam pipa besa.

Lebih terperinci

FISIKA LISTRIK. Esti Puspitaningrum, S.T., M.Eng.

FISIKA LISTRIK. Esti Puspitaningrum, S.T., M.Eng. FISIKA LISTRIK Esti Puspitaningum, S.T., M.Eng. A 1 MUATAN LISTRIK & HUKUM OULOM A 1 MUATAN LISTRIK & HUKUM OULOM MUATAN LISTRIK Matei yg kelebihan elekton akan bemuatan negatif Matei yang kekuangan/kehilangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab II : Kajian Pustaka 3 BAB II KAJIAN PUSTAKA Mateial bedasakan sifat popetinya dibagi menjadi bebeapa jenis, yaitu:. Isotopik : mateial yang sifat popetinya sama ke segala aah, misalnya baja.. Othotopik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia merupakan masalah penting yang perlu mendapat perhatian dan pemahasan serius dari pemerintah dan ahli kependudukan. Bila para ahli

Lebih terperinci

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer

Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Virial. 1. Ekspansi Virial 2. Gugus Mayer Chap 6 Model-Gas Real dan Ekspansi Viial. Ekspansi Viial. Gugus Maye Fungsi Patisi Kanonik Untuk Gas Dengan Inteaksi Lemah Misalkan tedapat inteaksi (potensial) anta patikel : u ij, sehingga Hamiltonian

Lebih terperinci

BAB VI DEFLEKSI BALOK

BAB VI DEFLEKSI BALOK VI DEFEKSI OK.. Pendahuluan Semua alok akan terdefleksi (atau melentur) dari kedudukannya apaila tereani. Dalam struktur angunan, seperti : alok dan plat lantai tidak oleh melentur terlalu erleihan untuk

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B.

1). Definisi Relasi Relasi dari dua himpunan A dan B adalah pemasangan anggota-anggota A dengan anggota B. Bayangkan suatu fungsi seagai seuah mesin, misalnya mesin hitung. Ia mengamil suatu ilangan (masukan), maka fungsi memproses ilangan yang masuk dan hasil produksinya diseut keluaran. x Masukan Fungsi f

Lebih terperinci