KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Agustus 2014 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII R.Mirmansyah Direktur Eksekutif 1

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... 1 DAFTAR ISI... 3 DAFTAR TABEL... 5 DAFTAR GRAFIK... 7 INDIKATOR EKONOMI... 9 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sisi Permintaan Suplemen A Suplemen B Suplemen C BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Disagregasi Inflasi Suplemen D BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Bank Umum Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran Kredit Secara Umum Kredit UMKM Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung

5 3.7. Perkembangan Bank Umum Syariah Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Gambaran Umum Realisasi Pendapatan Daerah Sampai Dengan Triwulan II Realisasi Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan II BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Inflasi

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 2.1 Inflasi dan Andil Kelompok Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 4.1 Realisasi APBD sampai dengan triwulan II 2013 & Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Sub Sektor Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Tabel 5.6. Perkembangan Indikator Kemiskinan 2013 Kep. Bangka Belitung Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global

7 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Grafik 1.2 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung Grafik 1.3 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.4 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah Grafik 1.6 Harga Timah BKDI VS LME Grafik 1.7 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.8 Konsumsi Semen Bangka Belitung Grafik 1.9 Tren Pertumbuhan Tingkat Hunian dan Pariwisata Bangka Belitung Grafik 1.10 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.11 Arus Penumpang Pesawat Grafik 1.12 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Grafik 1.14 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Grafik 2.2 Historis Inflasi Babel Grafik 2.3 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.4 Perkembangan Stok Beras Bulog Grafik 2.5 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 2.6 Perkembangan Curah Hujan Babel Grafik 2.7 Perkembangan Tinggi Gelombang Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.6 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Bangka Belitung Grafik 3.8 Perkembangan Inflow Outflow di Bangka Belitung Grafik 4.1 Perbandingan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 dan Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Grafik 5.2 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan

9 Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Grafik 5.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang

10 INDIKATOR EKONOMI 9

11 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

12 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung I. Perkembangan Makro Ekonomi Regional Ikhtisar Ekonomi Kep. Bangka Belitung tumbuh melambat seiring belum membaiknya harga komoditas yakni karet dan kelapa sawit. Dari sisi permintaan, pertumbuhan didorong oleh konsumsi pemerintah dalam realisasi proyek pembangunan dan persiapan pemilu presiden serta meningkatnya konsumsi rumah tangga menjelang bulan Ramadhan. Sektor ekonomi utama tumbuh positif walaupun melambat jika dibandingkan triwulan sebelumnya... Sektor pertanian yang merupakan sektor unggulan perekonomian di Provinsi Babel mengalami kenaikan terbatas. Subsektor perikanan juga turut memberikan sumbangan perlambatan sektor pertanian. Penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan. Mulai masuknya periode masa tanam padi diyakini sebagai sumber menurunnya output dari subsektor ini. Sektor listrik, gas, dan air bersih semakin dalam perlambatannya akibat adanya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk industri besar secara bertahap yang berlaku mulai 1 Mei 2014 disamping masih terdapat efek samping dari kenaikan TTL secara bertahap sebanyak 3 kali di tahun 2013 terutama untuk konsumen rumah tangga. Sektor pertambangan dan penggalian mulai pulih seiring dengan membaiknya kinerja pertambangan timah. Pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan CPO untuk kebutuhan dalam negeri sehingga menjadi subsitusi ditengah masih menurunnya permintaan dan harga komoditas ini di pasar global. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran juga tumbuh lebih tinggi seiring tumbuhnya kinerja sektor pertanian serta meningkatnya ekspor antar pulau dan kegiatan pariwisata. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi sangat didorong meningkatnya pertumbuhan konsumsi pemerintah dan kinerja ekspor... Konsumsi rumah tangga sedikit melambat seiring dengan harga karet yang masih berada dalam tren menurun sehingga secara signifikan mempengaruhi penghasilan masyarakat Bangka Belitung. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh meningkat seiring meningkatnya pengeluaran pemerintah Kabupaten dan Kota untuk realisasi proyek pembangunan serta persiapan penyelenggaraan dan pelaksanaan pemilu presiden. 11

13 II. Perkembangan Inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Ikhtisar Inflasi Kep. Babel cenderung turun dan terkendali seiring turunnya tekanan pada kelompok volatile food. Sementara itu komponen administered prices relatif stabil dalam 2 triwulan ini. Secara tahunan, inflasi pada akhir triwulan II 2014 lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 5,38% (yoy) menjadi 4,65% (yoy)... Secara bulanan, tekanan inflasi tercatat lebih tinggi jika dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yaitu dari deflasi 1,76% (mtm) pada bulan Maret 2014 menjadi inflasi 0,24% pada bulan Juni Tekanan inflasi turun terutama disebabkan lancarnya pasokan komoditas pangan strategis ke Pulau Bangka dan Belitung seiring lebih kondusifnya gelombang laut dan cuaca di triwulan ini dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Kenaikan inflasi ini disebabkan karena faktor liburan sekolah dan tahun ajaran baru namun kenaikan tersebut masih cukup terkendali. Inflasi kelompok inti meningkat seiring dengan meningkatnya intensitas konsumsi masyarakat. komponen inflasi volatile food yang tercatat deflasi sebesar 3,09% (yoy) sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencatat deflasi 2,28% (yoy). Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 10,92% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 18,73% (yoy). III. Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Ikhtisar Indikator penghimpunan dana dan volume usaha perbankan meningkat namun kinerja intermediasi perbankan sedikit menurun. Usaha perbankan Babel masih mengalami peningkatan yang didukung meningkatnya penghimpunan dana terutama untuk deposito... Pertumbuhan penyaluran kredit sedikit melambat... Penghimpunan DPK oleh perbankan Bangka Belitung pada akhir triwulan II 2014 mencapai Rp13,22 triliun. Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp12,11 triliun atau tumbuh 25,10% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 31,56% (yoy). 12

14 IV. Ikhtisar Perkembangan Keuangan Daerah Pencapaian realisasi pendapatan daerah pada semester I 2014 mencapai 50,11% atau sedikit menurun jika dibandingkan dengan semester I 2013 yang mecapai 51,18%. Realisasi belanja pada semester I 2014 sebesar 25,12% atau sedikit meningkat jika dibandingkan dengan semester I tahun lalu yang sebesar 24,21%. Realisasi pendapatan Pemerintah mencapai Rp879,7 miliar dari perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di tahun 2014 yaitu sebesar Rp1,76 triliun.. Realisasi belanja daerah Semester I 2014 baru tercapai 25,12% dari target anggaran tahun Penyumbang pemasukan terbesar secara nominal pada pendapatan daerah Kep. Bangka Belitung di semester ini berasal dari pendapatan transfer yang memiliki share sebesar 64,18% dari total pendapatan daerah. Penyumbang pendapatan dari komponen lain-lain pendapatan yang sah pada semester I 2014 terealisasi masih rendah yaitu sebesar 48,54% dimana kontribusi pendapatan ini berasal dari komponen dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. Rendahnya realisasi belanja tersebut dikarenakan masih banyak komponen belanja daerah belum menyerap anggaran yang disediakan dengan optimal. bahkan masih terdapat komponen belanja yang tercatat nihil dalam penggunaan anggaran tersebut. V. Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Ikhtisar Indikator ketenagakerjaan dan kesejahteraan di Triwulan II 2014 mengalami penurunan. Jumlah pengangguran tercatat menurun pada level 2,67%, namun di sisi lain tingkat kemiskinan berada pada level terendah selama 7 tahun terakhir pada kisaran dibawah 5,3%. Pada Triwulan I 2014, TPAK menurun dibandingkan dengan Triwulan I Kesejahteraan petani pada Triwulan II 2014 naik tipis dibandingkan triwulan sebelumnya... Jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Demikian pula Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ikut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 Nilai NTP yang mengalami kenaikan terjadi pada kelompok padi palawija, hortikultura, dan peternak. 13

15 VI. Ikhtisar Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat yang didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya ekspor serta membaiknya harga komoditas unggulan. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan III2014 diperkirakan meningkat namun masih dalam level yang terkendali seiring dengan liburan dan mulainya tahun ajaran baru sekolah serta bulan puasa dan perayaan Idul Fitri. Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat... Pada akhir triwulan III 2014 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan sebesar 5,7%- 6,7% (yoy) dengan kecenderungan bias keatas... Seiring membaiknya harga dan permintaan komoditas crumb rubber, CPO, dan timah di pasar ekspor, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada kisaran 5,4%-5,9% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Proyeksi inflasi triwulan III telah memperhatikan Kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada akhir Juni 2013 akan hilang efeknya pada Juni 2014 sehingga tekanan inflasi dari komponen administered price akan menurun. Hal ini juga didukung oleh tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan beberapa tarif secara signifikan. Sementara itu dari sisi pasokan, musim tanam tabama di daerah sentra produksi yang mundur akibat musim kemarau, diperkirakan akan memenuhi kebutuhan tabama di akhir periode tahun 14

16 Perkembangan Ekonomi Makro Regional BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Pertumbuhan ekonomi melambat yang diakibatkan melambatnya kinerja sektor pertanian seiring dengan harga komoditas yang menurun. Dari sisi permintaan, Perekonomian ditopang masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 sebesar 4,65% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 4,91% (yoy). Secara triwulanan, ekonomi Bangka Belitung tumbuh 0,02% (qtq) pada triwulan II Perlambatan pertumbuhan terutama diakibatkan melambatnya kinerja sektor pertanian. Sementara itu, dari sisi permintaan perekonomian ditopang dari masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya ekspor Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 1.1. Sisi Penawaran Sektor ekonomi utama tumbuh relatif stabil kecuali sektor pertanian yang mengalami perlambatan. Sektor ekonomi utama yang masih meningkat adalah industri pengolahan, bangunan, PHR, dan angkutan dan komunikasi masing-masing sebesar 1,46%, 7,77%, 5,35%, dan 5,80%. Meski sektor pertanian tumbuh melambat namun masih memberikan kontribusi terbesar pada pertumbuhan pada triwulan II 2014 sebesar 6,70%. Sektor ekonomi yang mengalami pertumbuhan yang tinggi adalah bangunan. Berdasarkan informasi dari liaison, pada triwulan ini banyak perusahaan melakukan investasi diatas rata-rata untuk mendukung usahannya. Terutama semenjak aktivitas perdagangan timah mulai kembali normal. Selain itu, proyek pembangunan Talud dan pembangkit tenaga listrik juga turut mempengaruhi pertumbuhan sektor bangunan. 15

17 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor pertanian yang merupakan salah satu sektor ekonomi utama tumbuh melambat namun sektor ini masih menyumbang andil terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Sektor ini tumbuh 6,70% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 1,61% (yoy). Pertumbuhan ini lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 8,18% (yoy). Berdasarkan hasil liaison, perlambatan terjadi pada sub sektor perkebunan yang diakibatkan belum membaiknya harga komoditas internasional dan produksi yang menurun karena pengaruh musim kemarau sebelumnya. Grafik 1.2 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung & Bloomberg Subsektor perikanan juga mengalami perlambatan pada triwulan laporan. Kondisi cuaca yang buruk di bulan April dan Juni 2014 menyebabkan sejumlah nelayan enggan melaut sehingga jumlah tangkapan ikan menurun cukup signifikan. Penurunan pertumbuhan juga terjadi pada subsektor tanaman bahan makanan. Mulai masuknya periode masa tanam padi diyakini sebagai sumber menurunnya output dari subsektor ini. Selain itu perlunya antispasi terhadap terjadinya musim kemarau berkepanjangan 16

18 Perkembangan Ekonomi Makro Regional yang menyebabkan mundurnya masa tanam bagi sebagian petani dikarenakan perlunya pertimbangan yang matang dalam menentukan strategi tanam yang baik. Sementara itu, sektor perkebunan karet menurun karena kondisi harga yang belum membaik sehingga menurunkan aktivitas penyadapan. Produksi karet di Bangka Belitung pada triwulan laporan tercatat masih menurun sebesar 19,29% (yoy), walaupun kondisi ini lebih baik dari triwulan sebelumnya yang turun lebih dalam sebesar 31,03%. Grafik 1.3 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.4 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Sumber: Dinas Perkebunan Babel, diolah Sumber: Bloomberg, diolah Sektor pertambangan dan penggalian mulai membaik seiring dengan membaiknya kinerja pertambangan timah semenjak diberlakukannya Peraturan Menteri Perdagangan No.32/M-DAG/PER/6/2013 tanggal 28 Juni 2013 Tentang Ketentuan Ekspor Timah (berlaku sejak tanggal 30 Agustus 2013) yang mengharuskan kegiatan eksportasi timah dilakukan melalui Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI). Hal ini sejalan hasil liaison dimana aktivitas perdagangan timah sudah mulai recovery. Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh dari 0,92% (yoy) pada triwulan lalu menjadi 1,11% (yoy) pada triwulan laporan. Produksi bijih timah selama triwulan II 2014 tercatat tumbuh signifikan 54,46% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Sedangkan penjualan logam timah meningkat 31,77% (qtq) dari triwulan sebelumnya. Kewajiban setiap perusahaan untuk melakukan perdagangan melalui BKDI mulai terlihat dampak positifnya dimana harga timah dalam negeri semakin membaik dibandingkan dengan harga timah yang diperdagangkan di LME (London Metal Exchange). Kondisi ini selain dapat menjadi stimulus bagi pengusaha tambang, terutama pengusaha timah untuk meningkatkan kinerjanya, juga dapat menjadi mendorong terbentuk bursa komoditas untuk komoditas unggulan lainnya. 17

19 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Produksi dan Harga Timah Grafik 1.6 Harga Timah BKDI VS LME Sumber: Dinas Pertambangan Kepulauan Bangka Belitung, diolah Sumber: Bloomberg, Pertumbuhan sektor industri pengolahan meningkat, dari 1,02% (yoy) menjadi 1,46% (yoy) sehingga andilnya terhadap pertumbuhan ekonomi juga meningkat dari 0,20% menjadi 0,29%. Meningkatnya pertumbuhan sektor industri pengolahan dipengaruhi oleh masih tingginya permintaan CPO untuk kebutuhan dalam negeri sehingga menjadi subsitusi ditengah masih menurunnya ekspor. Selain itu mulai beroperasinya pabrik refineray CPO PT SWP sebagai pabrik dengan kapasitas terbesar pengolahan kernel dan inti sawit semakin memacu kinerja industri pengolahan di Kep. Babel terutama di Belitung Timur. Dengan adanya pabrik ini, ekspor CPO sudah tidak dalam bentuk CPO mentah namun sudah diolah menjadi produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi. Beroperasinya pabrik ini turut menyerap tenaga kerja sebanyak +/ pekerja yang akan semakin berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi regional. Sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh masih tumbuh melambat menjadi 1,01% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut antara lain diakibatkan adanya penyesuaian Tarif Tenaga Listrik (TTL) untuk industri besar secara bertahap yang berlaku mulai 1 Mei 2014 disamping masih terdapat efek samping dari kenaikan TTL secara bertahap sebanyak 3 kali di tahun 2013 terutama untuk konsumen rumah tangga. Informasi yang didapat dari beberapa kontak liaison, biaya energi dalam beberapa bulan ini mulai mendominasi biaya operasional perusahaan. Selain itu tingginya biaya listrik mempengaruhi konsumsi oleh pelanggan khususnya rumah tangga. Berdasarkan data PLN, penjualan listik pada triwulan II 2014 hanya tumbuh 8,27% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 10,15% (yoy). 18

20 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.7 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.8 Konsumsi Semen Bangka Belitung Sumber: PLN Sumber: Asosiasi Pengusaha Semen Indonesia Pertumbuhan sektor bangunan tercatat 7,77% (yoy), lebih tinggi dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 7,44%. Meningkatnya pertumbuhan sektor tersebut juga didukung mulai meningkatnya realisasi proyek Pemda antara lain proyek pembangunan pemecah gelombang (Talud) tahap II yang mulai dilanjutkan kembali. Proyek ini akan melindungi pelabuhan-pelabuhan besar dari transportasi sedimen sehingga terhindar dari pendangkalan. Percepatan pembangunan PLTU 3 Air Anyer dan PLTU 4 di Belitung yang diharapkan dapat beroperasi maksimal di akhir tahun ini turut mendongkrak pertumbuhan dari sektor bangunan. Selain itu, pembangunan infrastruktur khususnya jalan di daerah pedesaan juga telah dimulai sejak awal tahun melalui Program Pembangunan Infrastruktur Pedesaan (PPIP). Grafik 1.9 Tren Pertumbuhan Tingkat Hunian dan Pariwisata Bangka Belitung Sektor perdagangan, hotel, dan restoran masih tumbuh cukup tinggi yang didorong meningkatnya perdagangan antar pulau dan kegiatan pariwisata. Sektor ini pada triwulan laporan tercatat tumbuh 5,35% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 5,22% (yoy). Hasil survei liaison memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas pariwisata di Bangka Belitung saat liburan. Jumlah wisatawan pada triwulan II 2014 mencapai orang atau tumbuh meningkat dari 19,04% (yoy) pada triwulan I 2014 menjadi 28,99% (yoy). 19

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.10 Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.11 Arus Penumpang Pesawat Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Sumber : PT Angkasa Pura, diolah Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Andil sektor pengangkutan terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,23%. Sektor ini tumbuh sebesar 5,80% (yoy) atau sedikit lebih tinggi dibanding periode sebelumnya 5,55% (yoy). Perbaikan pertumbuhan ini dipengaruhi oleh aktivitas pertambangan dan pengolahan CPO yang semakin membaik dari triwulan sebelumnya. Sektor non dominan lainnya yakni sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa tercatat tumbuh melambat. Sektor keuangan tumbuh sebesar 7,50% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,63% (yoy) seiring masih tersendatnya kinerja komoditas karet. Sementara itu, sektor jasa-jasa tumbuh melambat dari 7,03% (yoy) menjadi 5,83% (yoy) seiring melambatnya konsumsi rumah tangga Sisi Permintaan Tabel 1.2 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Dari sisi permintaan, pertumbuhan ekonomi didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan membaiknya kinerja ekspor. Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2014 masih tercatat dari konsumsi rumah tangga walaupun pertumbuhannya melambat. Konsumsi rumah tangga memberikan andil terhadap 20

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional pertumbuhan ekonomi Babel sebesar 2,95%. Komponen lainnya yakni PMTB tumbuh positif. Dari sisi eksternal, ekspor tercatat membaik dikarenakan mulai pulihnya kinerja ekspor timah. Konsumsi rumah tangga sedikit melambat menjadi sebesar 5,8% (yoy), setelah triwulan sebelumnya tumbuh 5,99%. Perlambatan tersebut diakibatkan belum membaiknya harga komoditas unggulan yang mempengaruhi penghasilan masyarakat Bangka Belitung. Selain itu kenaikan TTL dan masih tingginya inflasi berpengaruh negatif terhadap konsumsi masyarakat. Namun membaiknya kinerja ekspor timah dan meningkatnya permintaan menjelang bulan puasa menahan penurunan konsumsi rumah tangga lebih dalam lagi. Hal ini terkonfirmasi dari indeks konsumsi barang tahan lama 1 yang menunjukkan perkembangan searah yakni meningkat dari 91,25 pada triwulan I 2014 menjadi 109,33 pada triwulan laporan. Grafik 1.12 Indeks Konsumsi Barang Tahan Lama Grafik 1.13 Perkembangan Indeks Utama Survei Konsumen Sumber : KPw BI Wilayah VII Sumber : KPw BI Wilayah VII Melambatnya pertumbuhan konsumsi masyarakat yang dipengaruhi oleh kondisi pendapatan masyarakat Babel juga tercermin dari berkurangnya pertumbuhan kendaraan baru di provinsi tersebut. Selama triwulan II 2014, kendaraan baru menurun sebesar 24,82% (yoy). Grafik 1.14 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Sumber : Dispenda Provinsi Kep. Bangka Belitung, diolah 1 Hasil Survei Konsumen KPw BI Wilayah VII, diolah 21

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi pemerintah sedikit meningkat. Konsumsi pemerintah tercatat tumbuh meningkat dari 4,58% (yoy) menjadi 4,85% (yoy) seiring meningkatnya pengeluaran pemerintah Kabupaten dan Kota untuk realisasi proyek pembangunan serta persiapan penyelenggaraan dan pelaksanaan pemilu presiden. Sementara itu, investasi sedikit meningkat dari 4,70% (yoy) menjadi 4,77% (yoy). Walaupun reaksi pelaku usaha menerapkan wait and see terkait dengan hasil pemilu namun suksesnya penyelenggaraan pemilu legislatif memicu pertumbuhan investasi ke arah yang positif. Disamping itu mulai bergairahnya aktivitas perdagangan timah dan masih tingginya permintaan CPO dalam negeri cukup memberikan keyakinan bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspansi usahanya. Ekspor secara umum tercatat tumbuh 1,74% (yoy) pada triwulan laporan, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,65% (yoy). Meningkatnya ekspor terutama didukung membaiknya ekspor komoditas timah. Nilai ekspor trimah pada triwulan II 2014 sebanyak $ 485,50 juta atau meningkat 68,06% dibandingkan triwulan sebelumnya. Membaiknya harga timah pada BKDI sebagai salah satu bursa acuan harga timah, memberikan efek positif bagi pertumbuhan ekspor Babel. Sementara itu, impor mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya walaupun di Babel masih tercatat net ekspor. Pada triwulan laporan, impor tercatat tumbuh 9,31% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,08% (yoy). Mulai berkembangnya subsektor tanaman pangan serta pulihnya kembali harga sawit dan meningkatnya aktivitas perdagangan timah menyebabkan aktivitas di sektor ini meningkat kembali. Kondisi inilah yang memicu peningkatan impor luar negeri untuk sarana produksi pertanian dan pertambangan seperti pupuk, nutrisi tanaman, dan alat-alat berat. 22

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen A. Keyakinan Konsumen Pangkalpinang Terus Tumbuh Positif Perkembangan Indeks Keyakinan konsumen Triwulan II 2014 Hasil survei konsumen (SK) menunjukkan masyarakat Kota Pangkalpinang pada triwulan II 2014 lebih optimis terhadap indikator perekonomian. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II sebesar 133 atau naik signifikan dibanding triwulan sebelumnya sebesar 114. Kenaikan IKK tersebut diakibatkan meningkatnya semua komponen pembentuk IEK dan IKE secara signifikan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Kenaikan terbesar pada komponen Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini naik sebesar 36,50% dan komponen ketersediaan lapangan kerja saat ini dibanding 6 bulan lalu naik sebesar 32,60%. Perkembangan IKK dalam 3 tahun terakhir dapat dilihat pada grafik A.1. Grafik A.1 IKK, IKESI, IEK Triwulanan Komponen Indeks Keyakinan Konsumen Rata-rata IKK pada triwulan II 2014 sebesar 133 atau meningkat 17,6% dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara bulanan, Indeks Keyakinan Konsumen selama triwulan II 2014 menunjukkan kecenderungan tren yang meningkat. Selama triwulan II 2014, posisi tertinggi IKK berada pada bulan Mei yaitu sebesar 135,17. Berdasarkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, peningkatan rata-rata IKK pada triwulan II 2014 terutama diakibatkan oleh Perkiraan 23

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dan Ketersediaan lapangan kerja saat ini dengan peningkatan masing-masing 36,50% dan 32,60%. Grafik A.2 IKK, IKE dan IEK Bulanan Pendapat Responden terhadap Penghasilan Optimisme konsumen terhadap kondisi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu meningkat cukup tajam, tercermin dari naiknya indeks menjadi 144,67 pada triwulan II 2014 dari triwulan sebelumnya 133,25. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh membaiknya keyakinan masyarakat terhadap jaminan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dan mendatang di Kep. Bangka Belitun. Kondisi tersebut juga diikuti oleh indeks perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang dibanding saat ini yang tumbuh positif. Kenaikan indeks perkiraan penghasilan 6 bulan mendatang naik menjadi 140,33 pada triwulan II dari triwulan sebelumnya sebesar 137,88. Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Kondisi membaiknya komponen penghasilan juga diikuti oleh perkembangan positif mengenai keyakinan konsumen terhadap lapangan pekerjaan. Tingkat keyakinan konsumen terus meningkat pada triwulan II 2014 terhadap indeks ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini sebesar 121,33 jauh meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 91,50. Sementara itu, ekspektasi ketersediaan lapangan pekerjaan juga meningkat yang tercermin dari indeks rata-rata perkiraan ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini dibandingkan 6 bulan yang akan datang yaitu sebesar 136,50 atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 100. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan 25

27 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen B. Analisis Location Quotient : Komoditas Daging Ayam, Karet, dan Kelapa Sawit Berpotensi Menjadi Sumber Pertumbuhan Ekonomi Babel. Penentuan komoditas unggulan pada suatu daerah merupakan langkah strategis untuk menuju pembangunan ekonomi yang mengacu pada konsep efisiensi dalam mencapai optimalisasi menghadapi globalisasi perdagangan. Berbagai pendekatan dan alat analisa banyak digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan. Setiap pendekatan memiliki kelebihan dan kelemahan, sehingga dalam memilih metode analisis untuk komoditas unggulan perlu dilakukan secara hati-hati dan bijaksana. Salah satunya dengan menggunakan pendekatan Analisis Location Quotient (LQ). Analisis Location Quotient (LQ) Analisis LQ ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat spesialisasi sektor-sektor ekonomi di suatu daerah atau sektor-sektor apa saja yang merupakan sektor basis atau leading sector. Pada dasarnya teknik ini menyajikan perbandingan relatif antara kemampuan suatu sektor di daerah yang diteliti dengan kemampuan sektor yang sama pada daerah yang menjadi acuan. Adapun persamaannya sebagai berikut: pppp/tttt PPPP/TTTT Keterangan: px tx PX TX :Produktivitas komoditas x di Provinsi Kep. Babel : Total produktivitas komoditas x di Provinsi Kep. Babel : Produktivitas komoditas x di Indonesia : Total produktivitas komoditas x di Indonesia Dari perhitungan Location Quotient (LQ) suatu sektor, kriteria umum yang dihasilkan adalah: a. LQ >1 : komoditas perkebunan ini menjadi basis atau menjadi sumber pertumbuhan. Komoditas tersebut tidak hanya dapat memenuhi kebutuhan di Provinsi Kep. Babel tetapi 26

28 Perkembangan Ekonomi Makro Regional berpotensi untuk dapat didistribusikan ke provinsi/wilayah lainnya. b. b. LQ =1 : komoditas perkebunan ini tergolong non basis. Komoditas tersebut hanya cukup memenuhi kebutuhan di Provinsi Kep. Babel sendiri dan tidak dapat di distribusikan ke provinsi lainnya. c. c. LQ <1 : komoditas perkebunan ini juga tergolong non basis. Produksi komoditas tersebut di Provinsi Kep. Babel tidak dapat memenuhi kebutuhan sendiri, sehingga perlu pasokan dari provinsi lainnya. Analisa ini dilakukan terlebih dulu dengan menentukan periode observasi selama 3 tahun ( ) dan kategori komoditas yang akan dibandingkan dengan kategori nasional. Selain itu pemilihan untuk jenis komoditas terpilih mempertimbangkan komoditas yang memiliki peran dalam penyumbang inflasi dan komoditas unggulan yang mempengaruhi ekonomi Kep. Babel. Adapun kategori yang akan dibandingkan diantarannya: o o o Kategori Peternakan: Komoditas Daging Ayam, Daging Kambing, dan Daging Sapi. Kategori Tabama: Komoditas Padi, Jagung, Kacang Tanah, dan Kedelai. Kategori Perkebunan: Komoditas Karet, Kelapa Sawit, dan Kopi. Tabel B.1 Kinerja Ekspor Karet, CPO, Kopi Kep. Bangka Belitung Sumber: Cognos 27

29 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel B.2 Perkembangan Inflasi Kelompok Kep. Bangka Belitung Sumber: BPS, Diolah Hasil Analisis Location Quotient (LQ) berikut: Berdasarkan penghitungan LQ hasil LQ dari tahun Prov. Kep. Babel sebagai Tabel B.2 Hasil Perhitungan LQ Kategori Peternakan Peternakan Nilai LQ Daging Ayam Ras Pedaging Daging Kambing Daging Sapi Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Tabel B.2 Hasil Perhitungan LQ Kategori Tabama Tabama Nilai LQ Padi Sawah Jagung Kacang Tanah Kedelai Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Tabel B.3 Hasil Perhitungan LQ Kategori Perkebunan Perkebunan Nilai LQ Karet Kelapa Sawit Kopi Sumber: Kementerian Pertanian, Diolah Keterangan: 28 Basis Non basis

30 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Dari hasil perhitungan diatas dapat disimpulkan bahwa setiap tahunnya, karakteristik LQ ke 10 jenis komoditas tersebut ada yang bersifat konstan dan ada juga yang berubah-ubah. Daging ayam ras dan kelapa sawit adalah komoditas yang selalu memiliki nilai LQ > 1 dalam 3 tahun terakhir. Sedangkan karet adalah komoditas yang memiliki trend LQ selalu meningkat tiap tahunnya dan dapat dijadikan komoditas unggulan yang dapat memberikan keuntungan lebih besar bagi petaninya. komoditas yang tergolong basis, dapat diartikan sebagai komoditas di Provinsi Kep. Babel yang memiliki keunggulan komparatif, hasilnya tidak saja dapat memenuhi kebutuhan di wilayah tersebut akan tetapi juga dapat diekspor atau dijual ke luar wilayah Kep. Babel. Sedangkan untuk komoditas-komoditas diluar ketiga komoditas tersebut, memiliki LQ < 1 sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan domestik provinsi Kep. Babel sendiri, perlu pasokan atau impor dari wilayah lain. Dengan kata lain komoditas-komoditas non basis bukan merupakan komoditas yang saat ini dapat dijadikan komoditas unggulan dari provinsi Kep. Babel. Dengan hasil perhitungan ini, perlu peran dari pemerintah dan masyarakat untuk terus mengembangkan komoditas golongan basis yaitu daging ayam, karet, dan sawit agar produktivitasnya terus meningkat sehingga mampu bersaing dengan provinsi lain di Indonesia. Sedangkan untuk komoditas golongan non basis perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi agar dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan tidak terus bergantung dari wilayah lain. 29

31 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen C. Sukses Mendongkrak Harga Timah, BKDI Ditargetkan Menjadi Acuan Harga Komoditas Lainnya Pembentukan Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) Berdasarkan Surat Keputusan No. 26/BAPPEBTI/KP/6/2009 Pemerintah membentuk Bursa Komoditas dan Derivatif Indonesia (BKDI) pada 23 Juni 2009 yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas komoditas yang akan diperdagangkan dan melindungi pelaku usaha yang sangat rentan terhadap gejolak perubahan harga komoditas dunia. Pemerintah menyadari pentingnya sebuah sarana lindung nilai (Bursa Berjangka) di Indonesia. Sebagai negara yang kaya akan sumber daya antara lain timah, CPO, karet, emas, tembaga, dan masih banyak sumber daya alam lainnya, merupakan suatu kebutuhan bagi Indonesia untuk memiliki bursa komoditas tersendiri sebagai penentu harga acuan komoditas di pasar internasional sehingga memiliki posisi tawar yang lebih baik. Kinerja Ekspor Timah Melalui BKDI Kegiatan ekspor timah di Indonesia yang ditransaksikan melalui BKDI secara perdana dimulai pada tanggal 21 September 2013 dengan volume ekspor sebesar 149,9 ribu metrik ton dari Pelabuhan Pangkalbalam, Bangka Belitung. Dalam BKDI, terdapat beberapa persyaratan terkait dengan kualitas komoditas dan adminsitrasi yang dirancang sedemikian rupa demi meningkatkan nilai tambah, baik untuk komoditas perdagangan, maupun untuk proses perdagangannya sehingga transaksi melalui bursa tersebut lebih tertata rapi dan transparan serta kualitas produk yang diperoleh pembeli lebih terjamin. Walaupun sempat muncul isu negatif mengenai oligopoli perdagangan, ekspor ilegal, dan persyaratan yang bias, namun sampai saat ini bursa perdagangan tersebut dinilai berhasil untuk meningkatkan harga dan kualitas perdagangan komoditas ekspor. Harga timah dalam BKDI menunjukkan perkembangan yang lebih baik dibandingkan harga di London Metal Exchange (LME) yang diacu sebelumnya. Harga komoditas timah di BKDI relatif lebih tinggi dibandingkan harga acuan LME. Kondisi ini diharapkan mampu memacu pelaku usaha timah untuk meningkatkan kinerjanya, baik dari segi kualitas produk maupun dari segi administrasi. Perkembangan nilai ekspor timah pasca diberlakukannya transaksi melalui BKDI rata-rata meningkat 11,20%. 30

32 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel C.1 Harga Komoditas Unggulan BKDI VS LME Transaksi Perdana BKDI Pengembangan BKDI untuk Komoditas Unggulan Lain Media asing melihat, perubahan regulasi timah ini sebagai langkah awal kebijakan pemerintah Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah ekspor komoditas. Perubahan regulasi ini cukup efektif menjaga persediaan timah dunia dan mendorong kenaikan harga kepada titik keseimbangan. Saat ini BKDI juga telah memperdagangkan komoditas-komoditas lainnya, diantaranya komoditas emas. Progres saat ini, harga emas di BKDI tidak terlalu jauh berbeda dibandingkan dengan harga acuan LME. Bahkan ke depannya diprekirakan harga emas di BKDI akan lebih kompetitif dibandingkan harga acuan di LME, hal ini mulai terlihat pada periode Agustus 2014 dimana harga emas di BKDI sebesar $ / OZ sedangkan harga emas acuan LME sebesar $ / OZ. Dengan keberhasilan mendongkrak harga timah dalam negeri dan menjadi acuan penentu harga timah dunia, diharapkan ke depannya BKDI dapat menjadi acuan penentu harga komoditas unggulan lainnya dan menjaga stabilisasi harga komoditas di pasar global seperti layaknya kesuksesan yang terjadi pada komoditas timah. 31

33 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 32

34 Perkembangan Inflasi Regional BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Inflasi menurun yang didorong adanya deflasi pada kelompok volatile food dan menurunnya tekanan inflasi kelompok administered prices dan core Inflasi Kepulauan Bangka Belitung Inflasi pada triwulan II 2014 menurun dari 5,38% (yoy) menjadi 4,65% (yoy) yang didukung menurunnya tekanan inflasi kelompok volatile food. Turunnya tekanan inflasi kelompok volatile food terutama disebabkan lancarnya pasokan komoditas pangan strategis ke Pulau Bangka dan Belitung seiring lebih kondusifnya gelombang laut dan cuaca di triwulan ini dibandingkan kondisi triwulan sebelumnya. Sementara itu, tidak adanya kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga selama triwulan laporan mengakibatkan inflasi kelompok administered price relatif terkendali. Grafik 2.1 Inflasi Bangka Belitung Vs Nasional Tabel 2.1 Inflasi dan Andil Kelompok Sumber: BPS, Diolah Sumber: BPS Beradasarkan kelompok barang, yang mengalami inflasi yang cukup signifikan adalah kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan dengan inflasi sebesar 9,43% (yoy). Masih tingginya inflasi kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan terutama diakibatkan naiknya sub kelompok transpor yang diakibatkan karena kenaikan harga transportasi pada musim liburan sekolah. Sementara itu kelompok yang deflasi adalah bahan makanan sebesar 3,21% terutama diakibatkan menurunnya harga sub kelompok lemak dan minyak yaitu sebesar 6,67%. 33

35 Perkembangan Inflasi Regional Grafik 2.2 Historis Inflasi Babel Sumber: BPS, Diolah 2.2. Disagregasi Inflasi 2 Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Grafik 2.3 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Sumber: BPS, Diolah Inflasi kelompok inti menurun seiring melambatnya konsumsi masyarakat. Inflasi inti pada triwulan laporan tercatat 4,85% (yoy), lebih rendah dari inflasi inti triwulan sebelumnya sebesar 5,73% (yoy). Adanya perlambatan konsumsi rumah tangga selama periode laporan turut mendorong menurunnnya inflasi inti. Sub kelompok yang mengalami penurunan cukup signifikan dalam kelompok ini adalah ikan diawetkan mengalami deflasi sebesar 6,94%. Inflasi kelompok volatile food tercatat deflasi sebesar 3,09% (yoy) yang memberikan andil penurunan inflasi pada periode laporan. Kondisi deflasi ini dipengaruhi 2 Karena keterbatasan data NK hasil SBH 2012, disagregasi yang ditampilkan mulai periode

36 Perkembangan Inflasi Regional oleh penurunan harga dari kelompok bahan pangan terutama komoditas bahan pangan seperti kol putih, cabe rawit, dan kacang panjang yang mengalami deflasi masing-masing sebesar 26,50%, dan, 21,76%, 25,45 dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,02%. Grafik 2.4 Perkembangan Stok Beras Bulog Grafik 2.5 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Sumber : Bulog Divre Sumsel Grafik 2.6 Perkembangan Curah Hujan Babel Sumber : PT Pelindo Grafik 2.7 Perkembangan Tinggi Gelombang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Bangka Belitung Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Penurunan tekanan inflasi juga terjadi pada kelompok administered prices. Inflasi kelompok ini tercatat sebesar 10,92% (yoy) atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 18,73% (yoy). Sub kelompok yang mengalami inflasi yang cukup tinggi pada triwulan ini sub kelompok transpor yang diakibatkan adanya penyesuaian tarif penumpang kelas ekonomi untuk angkutan laut yang mulai berlaku pada pertengahan Mei Namun demikian, secara umum kondisi inflasi dari kelompok AP masih 5,84% (yoy). 35

37 Perkembangan Inflasi Regional Suplemen D. El Nino Mulai Berdampak Namun Masih Minimal Di Babel Fenomena Iklim El Nuno Terhadap Aktivitas Ekonomi Babel El Nino merupakan fenomena cuaca skala global dan mempengaruhi kondisi iklim di berbagai tempat. Fenomena El Nino menyebabkan curah hujan di sebagian besar wilayah Indonesia berkurang, tingkat berkurangnya curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas El Nino tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino. El Nino pernah menimbulkan kekeringan panjang di Indonesia. Curah hujan berkurang dan keadaan bertambah menjadi lebih buruk dengan meluasnya kebakaran hutan dan asap yang ditimbulkannya. BMKG pusat memperkirakan bahwa dampak El Nino akan terjadi mulai bulan Juli atau Agustus. Perkirakaan ini sesuai dengansouthern Oscillation Index (SOI) yang diukur dari fluktuasi bulanan perbedaan tekanan udara antara Tahiti dan Darwin, dimana indeks SOI dibawah -10 mengindikasikan El Nino kuat dan indeks SOI antara -5 s/d - 10 mengindikasikan El Nino lemah. Grafik D.1 Southern Oscillation Index Grafik D.2 Perkiraan Curah Hujan Agustus 2014 Sumber: Sumber : BMKG Bangka Belitung Berdasarkan sumber dari stasiun meteorologi Buluhtumbang, Tanjungpandan, dampak El Nino saat ini di Kep. Babel sudah mulai terasa,namun pengaruhnya tidak terlalu besar. Walaupun musim kemarau tahun ini lebih buruk dibandingkan tahun lalu akibat tingkat El Nino yang lebih besar dan cenderung semakin dalam intensitasnya dalam beberapa bulan terakhir (grafik A1), namun masih terdapat hujan yang turun dengan 36

38 Perkembangan Inflasi Regional intensitas rendah. Kondisi ini juga terlihat pada perkiraan curah hujan pada bulan Agustus dari BMKG yang menyatakan bahwa curah hujan di Kep.Babel berada pada level rendah menengah. Dampak dari intensitas curah hujan pada sektor pertanian adalah mundurnya musim tanam menjadi akhir April (biasanya Februari/Maret). Sedangkan potensi kabut asap yang berasal dari titik api di Provinsi Bangka Belitung diperkirakan relatif minimal. Terkait antisipasi terjadinya dampak negatif dari El Nino, pemerintah daerah bersama dengan instansi terkait telah menyiapkan langkah-langkah penanggulangan seperti sosialisasi melalui buletin dan media massa, melatih Petugas Penyuruh Lapangan (PPL) dalam menerapkan hasil perkiraan cuaca, berkoordinasi dengan Administrasi Pelayaran untuk menginformasikan kondisi gelombang dan prakiraan cuaca, dan berkoordinasi dalam penyusunan kalender tanam tanaman pangan dan palawija yang disusun bersama BMKG, BPPT, dan Kementerian Pertanian. 37

39 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 38

40 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Indikator penghimpunan dana dan volume usaha perbankan meningkat namun kinerja intermediasi perbankan sedikit menurun Perkembangan Bank Umum Secara umum, volume usaha perbankan Babel masih mengalami peningkatan yang didukung meningkatnya penghimpunan dana terutama untuk deposito. Namun demikian, fungsi intermediasi perbankan terindikasi mengalami penurunan dengan turunnya Loan to Deposit Ratio (LDR) berdasarkan lokasi proyek serta meningkatnya rasio Non Performing Loan (NPL). Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung meningkat cukup signifikan sebesar 8,97% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 0,20% (yoy). Meningkatnya aset perbankan dipengaruhi oleh peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan laporan serta bertambahnya jaringan kantor beberapa bank yang beroperasi di provinsi ini Grafik 3.1 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II ,00% 25,00% 20,00% 15,00% 10,00% 5,00% 0,00% -5,00% Sumber: Bank Indonesia aset (Rp Miliar) aset (yoy) Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan bulan Juni 2014 sebanyak 20 bank yang terdiri dari 17 Bank Umum dan 3 BPR/S. Jumlah jaringan kantor bank sebanyak 139 kantor yang terdiri dari 3 Kantor Pusat BPR/S, 25 Kantor Cabang Bank Umum, 9 Kantor Cabang BPR/S, 83 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum, 16 Kantor Kas 39

41 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Bank Umum dan 3 Kantor Kas BPR/S. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 102 unit Sementara itu, fungsi intermediasi perbankan terindikasi mengalami penurunan. Loan to Deposit Ratio (LDR) lokasi proyek sedikit turun dari 93,80% pada triwulan sebelumnya menjadi 91,61% pada triwulan laporan. Dari sisi rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan gross), perbankan Babel tetap mampu menjaga rasio NPLnya pada level yang rendah yaitu sebesar 2,11% Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Umum Penghimpunan DPK oleh perbankan Bangka Belitung pada akhir triwulan II 2014 mencapai Rp13,22 triliun. Aktivitas penghimpunan dana pada triwulan laporan meningkat 4,94% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya turun sebesar 3,07% (yoy). Peningkatan terutama terjadi pada simpanan jenis tabungan dan deposito yang meningkat signifikan. Sementara itu, pada triwulan laporan simpanan dalam bentuk giro masih menunjukan penurunan sebesar 0,01% (yoy) namun jauh lebih baik dan tidak sedalam penurunan pada triwulan sebelumnya yang mencapai 25,72% (yoy). Pada triwulan laporan, tabungan tercatat tumbuh meningkat dari 0,30% (yoy) menjadi 2,83% (yoy). Kondisi ini seiring dengan melambatnya intensitas konsumsi masyarakat yang terindikasi dari meningkatnya pertumbuhan tabungan milik individu dari turun sebesar 0,57% (yoy) pada triwulan sebelumnya menjadi meningkat 2,43% (yoy). Meningkatnya suku bunga simpanan serta masih terganggunya pendapatan masyarakat mempengaruhi tingkat penyimpanan masyarakat pada triwulan laporan. Sementara itu nasabah pelaku usaha nampaknya juga menahan diri dalam melakukan pengeluaran menunggu kepastian hasil pemilu presiden Sama halnya dengan tabungan, deposito juga tumbuh meningkat dari 5,46% (yoy) menjadi 12,39% (yoy). Selain konsumsi masyarakat yang berkurang, meningkatnya suku bunga deposito secara signifikan menjadi akselerator pertumbuhan deposito pada triwulan laporan. Deposito milik individu tercatat tumbuh meningkat dari 6,85% (yoy) menjadi 23,13% (yoy). Sementara itu, posisi giro pada akhir triwulan II 2014 mencapai Rp2,5 triliun. Simpanan ini masih mengalami penurunan yakni sebesar 0,01% (yoy), namun tidak sedalam triwulan sebelumnya yang mencapai 25,72% (yoy). Hal ini dipengaruhi oleh adanya dropping dana penyelenggaraan pemilu presiden ke daerah untuk dipergunakan pada bulan Juli. Selain itu, adanya kegiatan pemilu legislatif dan presiden juga menyebabkan jadwal realisasi anggaran 40

42 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran pemda harus disesuaikan. Pada akhir triwulan laporan giro milik pemda tumbuh 31,25% (yoy) setelah sebelumnya turun 20,58% (yoy). Sementara itu, perusahaan khususnya swasta juga cenderung menunda pengeluaran seiring bulan puasa dan pemilu presiden yang semakin dekat. Hal ini berakibat pada giro milik perusahaan yang meningkat signifikan. Giro milik perusahaan non lembaga keuangan tumbuh sebesar 10,46% (yoy) setelah sebelumnya turun sebesar 16,88% (yoy). Grafik 3.2 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung 8.000, , , , , , , ,00 - I II III IV I II III IV I II III IV I II ,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% -10,00% -20,00% -30,00% -40,00% Giro Tabungan Deposito Giro (yoy) Tabungan (yoy) Deposito (yoy) Sumber: Bank Indonesia 3.3. Penyaluran Kredit Bank Umum Penyaluran Kredit Secara Umum Pemulihan ekonomi yang berjalan lambat khususnya pada sektor perkebunan, menyebabkan pertumbuhan penyaluran kredit sedikit melambat. Kredit bank umum menurut lokasi proyek tercatat sebesar Rp12,11 triliun atau tumbuh 25,10% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 31,56% (yoy). Perlambatan terjadi baik pada kredit produktif maupun non produktif. Kredit produktif tercatat mencapai Rp8,10 triliun atau tumbuh 32,82% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan triwulan I 2014 sebesar 41,26% (yoy). Sementara itu, kredit non produktif tumbuh 11,95% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 16,26% (yoy). 41

43 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.3 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.4 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung 140,00% ,00% ,00% 80,00% 60,00% 40,00% KONSUMSI 34% MODAL KERJA 50% 20,00% ,00% I II III IV I II III IV I II Rp Juta INVESTASI 16% MODAL KERJA INVESTASI KONSUMSI investasi (yoy) konsumsi (yoy) modal kerja (yoy) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia Melambatnya pertumbuhan kredit produktif terjadi baik pada kredit investasi dan kredit modal kerja. kredit investasi pada triwulan laporan hanya tumbuh 6,68% (yoy) jauh lebih rendah dari pertumbuhan pada triwulan I 2014 yang mencapai 29,57% (yoy). Sementara itu, kredit modal kerja tercatat tumbuh 42,38% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 45,60% (yoy). Harga karet yang masih mengalami penurunan menyebabkan usaha petani karet di Bangka Belitung yang mayoritas adalah perkebunan rakyat cenderung stagnan atau bahkan berhenti. Di lain sisi, suku bunga kredit ke usaha perkebunan karet meningkat dari 11,62% menjadi 12,15%. Sementara itu, dari subsektor tanaman bahan makanan, panen raya padi baru saja selesai sehingga permintaan ataupun realisasi kredit diperkirakan baru terjadi pada triwulan III Dengan perkembangan ini, kredit ke sektor pertanian pada triwulan laporan secara keseluruhan tercatat turun sebesar 26,73% (yoy). Belum membaiknya kinerja perkebunan karet juga berdampak pada kredit-kredit yang disalurkan pada sektor pendukung usaha perkebunan seperti transportasi dan industri pengolahan yang tercatat tumbuh melambat. Kredit ke sektor transportasi pada triwulan laporan mengalami penurunan 34,14% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh sebesar 18,64% (yoy). Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan hanya tumbuh 6,03% (yoy) jauh lebih rendah dari triwulan I 2014 yang mencapai 39,74% (yoy). Seiring dengan pertumbuhan konsumsi masyarakat yang melambat akibat belum membaiknya kinerja sektor utama Babel serta efek tingginya inflasi pada tahun 2013, kredit di sektor perdagangan, hotel, dan restoran tumbuh melambat. Pada triwulan laporan, sektor yang mempunyai pangsa 20% kredit di Babel ini tercatat tumbuh melambat dari 32,98% (yoy) menjadi 16,52% (yoy). 42

44 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Di lain sisi, kredit dominan lainnya yakni kredit ke sektor pertambangan yang menguasai 27% kredit di Babel, masih meningkat signifikan dari 133,88% (yoy) menjadi 165,99% (yoy). Ekspektasi pelaku usaha pertambangan timah menjadi lebih positif setelah harga timah mengalami kenaikan di pasar internasional. Hal ini adalah sisi positif dampak penerapan aturan pemerintah mengenai kewajiban ekspor timah melalui Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI). Tabel 3.1 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) SEKTOR EKONOMI III IV I II III IV I II % (qtq) % (yoy) TOTAL ,02 25,10 Pertanian ,31-26,73 Pertambangan ,37 165,99 Industri ,04 6,03 Listrik Gas Air , ,13 Konstruksi ,23-28,89 Perdagangan, Hotel, & Resto ,03 16,52 Transportasi ,88-34,14 Keuangan dan Jasa dunia usaha ,97-32,96 Jasa sosial masyarakat ,47-16,19 Lain-lain ,15 12,67 Sementara itu, melambatnya kredit konsumtif juga dipengaruhi oleh masih lesunya kinerja sektor utama khususnya perkebunan. Turunnya penjualan karet berpengaruh pada melambatnya kredit untuk pembelian kendaraan pengangkut (truk dan sejenisnya) yang tercatat hanya tumbuh 7,79% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 306% (yoy). Sementara itu, penerapan aturan Loan-to-Value (LTV) masih berdampak pada turunnya realisasi kredit untuk pembelian kendaraan roda 4 dan kredit kepemilkan rumah. Kredit untuk kepemilikan rumah pada akhir triwulan laporan tercatat mencapai Rp913,67 miliar atau tumbuh 40,19% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 49,95% (yoy). Kredit untuk kepemilikan kendaraan roda 4 tercatat tumbuh melambat dari 9,92% (yoy) menjadi 8,96% (yoy) Kredit UMKM Selaras dengan perkembangan kredit secara umum, perkembangan kredit yang disalurkan bank umum ke UMKM Bangka Belitung juga tumbuh melambat. Pada akhir triwulan laporan, penyaluran kredit mencapai Rp3,28 triliun atau tumbuh 19,31 (yoy) lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya sebesar 23,65% (yoy). Melambatnya pertumbuhan kredit UMKM dipengaruhi oleh melambatnya penyaluran kredit ke sektor PHR 43

45 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran dan industri pengolahan. Pada triwulan laporan, kredit ke sektor ini mencapai Rp1,87 triliun atau tumbuh 17,19% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh sebesar 31,85% (yoy). Sementara itu, kredit ke sektor industri pengolahan pada triwulan laporan mengalami penurunan sebesar 7,52% (yoy). Tabel 3.2 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Kredit UMKM III IV I II III IV I II Kredit UMKM (Rp Miliar) 2011, , , , , , , % yoy 7,92% 16,75% 18,98% 11,06% 42,05% 14,83% 23,65% 19,31% Rasio terhadap kredit 23,07% 30,28% 27,89% 28,42% 25,91% 24,98% 26,22% 27,10% Sumber: Bank Indonesia 3.4. Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung tercatat mengalami sedikit peningkatan dari 1,71% menjadi 2,11%. Namun demikian, risiko kredit perbankan Babel masih sangat rendah karena masih di bawah ambang batas NPL yakni 5% Grafik 3.5 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung NPL (Rp juta) Rasio NPL (%. Axis kanan) ,11% 1,71% I II III IV I II III IV I II III IV I II ,00% 4,50% 4,00% 3,50% 3,00% 2,50% 2,00% 1,50% 1,00% 0,50% 0,00% Sumber: Bank Indonesia Peningkatan rasio NPL terutama terjadi pada sektor pertanian, real estate, dan PHR. Lesunya aktivitas usaha karet berdampak pada tersendatnya pembayaran dari beberapa debitur pada usaha ini. Sementara itu, lesunya sektor PHR seiring melemahnya daya beli masyarakat menyebabkan NPL pada usaha perdagangan eceran meningkat signifikan. Pendapatan riil masyarakat yang menurun juga berdampak pada turunnya permintaan real estate di Bangka Belitung sehingga beberapa pekerjaan komplek perumahan modern ini menjadi terbengkalai. NPL dari sektor real estate mencapai 8,03% pada triwulan laporan setelah pada triwulan sebelumnya hanya berada di level 1,09%. 44

46 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Berbeda dengan triwulan sebelumnya di mana sektor konstruksi menjadi kontributor utama NPL Babel. Pada triwulan laporan, NPL sektor PHR mencapai Rp73,48 miliar atau 29% total NPL di provinsi ini. Rasio NPL pada sektor ini tercatat meningkat dari 1,78% menjadi 2,99%. Lesunya sektor perkebunan mulai berdampak pada pelaku usaha di sektor perdagangan baik untuk keperluan ekspor maupun domestik Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp422,64 triliun atau 10,96% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan. Rasio undisbursed loan tersebut lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 14,58%. Menurunnya angka undisbursed loan dipengaruhi oleh meningkatnya kepastian pada perkembangan kinerja usaha penambangan timah. Undisbursed loan untuk sektor ini menurun drastis dari 14,19% menjadi 7,81% Perkembangan Suku Bunga Bank Umum di Bangka Belitung Suku bunga simpanan di bank umum pada triwulan berjalan berada pada tren meningkat mengikuti BI rate yang saat ini berada di level 7,5%. Rata-rata tertimbang suku bunga simpanan mencapai 3,46% pada triwulan laporan sementara pada triwulan sebelumnya baru mencapai 3,35%. Peningkatan suku bunga tertimbang terjadi pada simpanan tabungan dan deposito. Peningkatan yang paling signifikan terjadi pada suku bunga tertimbang simpanan deposito yang meningkat dari 7,04% menjadi 7,60%. Di lain sisi, tingkat suku bunga pinjaman secara rata-rata tercatat sebesar 12,06% pada triwulan berjalan atau lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang mencapai 12,52%. Penurunan terjadi pada suku bunga kredit investasi, modal kerja, dan konsumtif. Dari sisi kategori debitur penurunan terjadi pada seluruh kategori debitur baik UMKM maupun non UMKM Perkembangan Bank Umum Syariah Kinerja bank umum syariah di Bangka Belitung mengalami penurunan dan tidak sebaik triwulan sebelumnya. Total aset Bank Umum Syariah pada triwulan II 2014 mencapai Rp300,49 miliar rupiah atau turun sebesar 10,49% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 23,17% (yoy). 45

47 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Penurunan aset bank umum syariah seiring dengan menurunnya DPK bank umum syariah sebesar 18,66% (yoy), turun lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang turun 11,25% (yoy). Pada triwulan laporan, penurunan terjadi pada simpanan giro dan deposito masing-masing sebesar 37,71% (yoy) dan 47,36% (yoy). Meningkatnya minat ibadah umroh jelang bulan Ramadhan diperkirakan meningkatkan pencairan simpanan untuk membiayai perjalanan tersebut. Adanya penurunan pendapatan akibat belum pulihnya harga karet juga turut menjadi penyebab kondisi ini. Pada akhir triwulan laporan DPK bank umum syariah tercatat sebesar Rp197,43 miliar. Penyaluran pembiayaan syariah di Babel pada triwulan laporan mencapai Rp793,91 miliar atau mengalami penurunan sebesar 25,51% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya masih tumbuh positif sebesar 28,93% (yoy). Menyusutnya pertumbuhan pembiayaan syariah juga disebabkan oleh kondisi bisnis karet baik perkebunan maupun industri pengolahan yang belum membaik sehingga menyebabkan penurunan pembiayaan di sektor pertanian, industri pengolahan, dan transportasi. Berdasarkan data LBU, pembiayaan ketiga sektor tersebut masing-masing turun sebesar 38,46% (yoy), 92,46% (yoy), dan 81,15% (yoy). Sebagai dampak lain dari kondisi bisnis karet yang masih lesu, pembiayaan untuk pembangunan real estate juga tercatat mengalami penurunan sebesar 84,53%(yoy) seiring dengan melemahnya daya beli masyarakat Kepulauan Bangka Belitung. Dengan perkembangan tersebut, rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) turun dari 172,91% menjadi 149,96%. Sementara itu, tingkat NPF (Non Performing Financing Ratio) pada triwulan laporan masih berada di level yang aman walaupun terjadi peningkatan dari 2,66% menjadi 4,08%. Peningkatan NPF terjadi pada sektor real estate yang pengembangannya banyak terbengkalai seiring turunnya permintaan masyarakat pada properti rumah. Sumber: LBUS, diolah Tabel 3.3 Perkembangan Bank Umum Syariah INDIKATOR PERTUMBUHAN (Rp Juta) I II III IV I II % qtq % yoy ASET ,11-10,49 DPK ,25-18,66 Giro ,33-37,71 Tabungan ,43 44,90 Deposito ,47-47,36 PEMBIAYAAN ,98-25,51 Modal Kerja ,11-50,73 Investasi ,71-18,16 Konsumtif ,25-7,42 NPF (%) 0,05 2,72 2,23 2,31 2,66 4,08 46

48 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.8. Perkembangan Sistem Pembayaran Seiring dengan melambatnya aktivitas perekonomian menjelang pemilu presiden, pertumbuhan transaksi sistem pembayaran non tunai khususnya kliring di Provinsi Kepulauan bangka Belitung menurun. Nilai transaksi kliring pada triwulan laporan tercatat mencapai Rp1,18 triliun atau turun 12,88% (yoy), jauh lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,66% (yoy). Perkembangan jumlah warkat juga mengalami penurunan 1,46% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 7,35% (yoy). Tabel 3.4 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN I II III IV 2013 I II 1 Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Penolakan cek/bg a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari Penolakan cek/bg > Nominal (%) 1,30% 1,13% 1,39% 1,74% 1,99% 1,57% 1,98% 1,66% > Warkat (%) 1,06% 0,93% 1,06% 1,64% 1,73% 1,35% 1,37% 1,44% Sumber: Bank Indonesia Sementara itu, jumlah nominal warkat cek B/G kosong yang ditolak mengalami penurunan. Hal ini mengindikasikan bahwa kondisi perusahaan khususnya pertambangan berangsur membaik yang salah satunya dipengaruhi oleh harga timah yang kembali meningkat. Secara nominal, persentase penolakan mencapai 1,66% sedikit lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 1,98%. Grafik 3.6 Perkembangan RTGS Bangka Belitung I II III IV I II III IV I II III IV I II nilai RTGS dari Babel (Rp juta) nilai RTGS ke Babel (Rp Juta) vol RTGS dari Babel (rhs) vol RTGS ke Babel (rhs) Sumber: Bank Indonesia

49 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kondisi menjelang pemilu presiden 2014 terus memicu aksi wait and see dari pelaku usaha sehingga transaksi yang sifatnya besar jarang dilakukan. Pengusaha masih ingin memastikan adanya perubahan peraturan pertambangan pasca pergantian presiden. Di samping itu transfer besar dari transaksi alat berat dan properti juga lebih sedikit terjadi seiring lesunya kinerja sektor perkebunan Babel. Dengan demikian, sistem pembayaran nontunai melalui Real Time Gross Setelment (RTGS) mengalami kontraksi seiring dengan melambatnya perekonomian Bangka Belitung. Secara tahunan, nominal RTGS dari Bangka Belitung masih mengalami penurunan sebesar 26,41% (yoy), lebih dalam dari penurunan pada triwulan sebelumnya sebesar 22,92% (yoy). Sementara itu, pengaruh aktivitas pertambangan timah yang mulai pulih menyebabkan transaksi tunai kembali meningkat. Masyarakat penambang timah memang lebih sering menggunakan transaksi tunai dalam aktivitas usahanya. Pada triwulan laporan, terjadi net outflow sebesar Rp627,36 miliar seiring dengan meningkatnya outflow sebesar 76,32% (yoy) jauh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan 4,67% (yoy). Grafik 3.7 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Bangka Belitung ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% ,00% - 0,00% I II III IV I II III IV I II III IV I II PTTB (Rp juta) Sumber: Bank Indonesia Rasio PTTB thd Inflow Grafik 3.8 Perkembangan Inflow Outflow di Bangka Belitung ,00% ( ) I II III IV I II III IV I II ,00% 50,00% 0,00% -50,00% -100,00% -150,00% inflow (Rp juta) outflow (Rp juta) inflow (% yoy) outflow (% yoy) Sumber: Bank Indonesia Jumlah uang lusuh yang ditarik BI mencapai Rp43,6 miliar atau tumbuh 33,05% (yoy) lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang tumbuh 179,28% (yoy). Berdasarkan jumlah lembar, uang lusuh yang paling banyak masih dalam pecahan Rp yakni sebesar 29% dari total lembaran uang lusuh yang ditarik. 48

50 Perkembangan Keuangan Daerah BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Pencapaian realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II 2014 mencapai 50,11% atau sedikit menurun jika dibandingkan dengan pencapaian hingga triwulan II 2013 sebesar 51,18%. Realisasi belanja sampai dengan triwulan II 2014 sebesar 25,12% atau sedikit meningkat jika dibandingkan dengan pencapaian pada periode yang sama yang sebesar 24,21% Gambaran Umum Realisasi pendapatan daerah sampai dengan triwulan II 2014 sebesar 50,11% dari perkiraan pendapatan daerah 2014, namun realisasi ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan pencapaian sampai dengan triwulan II 2013 yang mencapai 51,18%. Realisasi pendapatan Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung mencapai Rp879,7 miliar dari perkiraan pendapatan yang akan diperoleh di tahun 2014 yaitu sebesar Rp1,76 triliun. Sementara itu realiasi belanja sampai dengan triwulan II 2014 mencapai Rp506,45 miliar atau 25,121% dari total anggaran belanja yang disediakan yaitu sebesar Rp2,02 triliun Realisasi Pendapatan Daerah Sampai Dengan Triwulan II 2014 Penyumbang pemasukan terbesar secara nominal pada pendapatan daerah Kep. Bangka Belitung hingga triwulan II 2014 berasal dari pendapatan transfer yang memiliki share sebesar 64,18% dari total pendapatan daerah. Sedangkan pencapaian realisasi terbesar terhadap target pencapaian masing-masing pendapatan berasal dari retribusi daerah yang mencapai 89,79%. Sementara itu pencapaian pendapatan dari pendapatan asli daerah baru terealisasi sebesar 50,73% dari yang ditargetkan. Adapun penyumbang pendapatan dari komponen lain-lain pendapatan yang sah hingga triwulan II 2014 terealisasi masih rendah yaitu sebesar 48,54% dimana kontribusi pendapatan ini berasal dari komponen dana otonomi khusus dan dana penyesuaian. Tabel 4.1 Realisasi APBD sampai dengan triwulan II 2013 & 2014 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 49

51 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 4.1 Perbandingan Rencana Pendapatan dan Belanja Daerah 2013 dan 2014 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 4.3. Realisasi Belanja Daerah Sampai Dengan Triwulan II 2014 Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II 2014 baru tercapai 25,12% dari target anggaran tahun Rendahnya realisasi belanja tersebut dikarenakan masih banyak komponen belanja daerah belum menyerap anggaran yang disediakan dengan optimal. bahkan masih terdapat komponen belanja yang tercatat nihil dalam penggunaan anggaran tersebut. Realisasi terbesar pada komponen belanja daerah berasal dari belanja pegawai, yaitu terealisasi sebesar Rp136,88 miliar atau telah terserap sebesar 36,49%. Realisasi belanja pegawai tersebut meningkat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 32,67%. Sedangkan realisasi penyerapan anggaran di posisi kedua adalah belanja hibah dengan pencapaian sebesar 35,43% dari anggaran dengan nominal sebesar Rp74,56 miliar. Realisasi belanja modal pada sampai dengan triwulan II 2014 masih rendah yaitu baru terserap 13,59%. Realisasi penyerapan anggaran terbesar disumbang oleh komponen belanja jalan, irigasi, dan jaringan, serta belanja peralatan dan mesin yang masing-masing menyerap sebesar 16,65% dan 12,96%. 50

52 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, diolah 51

53 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 52

54 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Indikator ketenagakerjaaan dan kesejahteraan membaik. Jumlah pengangguran menurun pada level 2,67% sedangkan tingkat kemiskinan berada pada level terendah selama 7 tahun terakhir pada kisaran dibawah 5,3% Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan survei BPS, Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan tren yang menurun. Namun demikian, tingkat pengangguran juga memperlihatkan penurunan (Grafik 5.1). Grafik 5.1 Perkembangan Tingkat Pengangguran Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Pada bulan Februari 2014, TPAK menurun dibandingkan dengan Triwulan I 2013 yaitu dari 71,1% menjadi 66,8% yang berarti jumlah penduduk di Bangka Belitung yang aktif secara ekonomi mengalami penurunan. Sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) ikut mengalami penurunan jika dibandingkan dengan triwulan I 2013 yaitu dari 3,30% menjadi 2,67%. Kenaikan TPT ini dapat diartikan pada triwulan I 2014 terdapat +/- 3 orang pencari kerja dalam 100 angkatan kerja. Secara total angka proporsi pengangguran terhadap angkatan kerja di kabupaten/kota di Bangka Belitung menunjukkan kenaikan sepanjang tahun 2013 (Grafik 5.2). Seiring dengan kenaikan tersebut, total TPT juga menunjukkan kenaikan dari periode yang sama tahun sebelumnya yang diikuti dengan penurunan TPAK. Namun di awal periode 2014 ini, tingkat pengangguran menunjukkan indikator yang membaik. Mulai membaiknya ekspor Timah diawal tahun ini ikut mengambil bagian dalam ketersediaan lapangan pekerjaan di Bangka Belitung. 53

55 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Sedangkan berdasarkan proporsi jumlah pengangguran terhadap total angkatan kerja, di akhir tahun 2013 Kota Pangkalpinang merupakan wilayah yang memiliki persentase tertinggi. Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Grafik 5.2 Proporsi Pengangguran terhadap Tenaga Kerja Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Distribusi ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Februari 2014 didominasi oleh sektor pertanian (Tabel 5.2). Penyerap tenaga kerja yang tinggi di akhir 2013 adalah Bangka Selatan dimana proporsi pengangguran terhadap tenaga kerja turun dari 3,83% menjadi 1,64%. 54

56 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung. diolah Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal (Tabel 5.3). Kelompok formal mengalami penurunan sebesar 6,69% (yoy) dibanding periode sebelumnya. Sedangkan kelompok informal mengalami kenaikan sebesar 1,29% (yoy) dari periode sebelumnya. a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat 46,430 orang di bulan Februari 2014, turun 16,77% (yoy) dari periode sebelumnya. Buruh atau karyawan tercatat sebesar 255,391 orang atau turun 4,59% (yoy) dari periode sebelumnya. b. Kelompok Pekerja informal di bulan Februari 2014 tercatat sebesar 321,937 orang. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut: Berusaha sendiri naik 13,83%. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar turun 2,79%. Pekerja bebas turun 24,13%. Pekerja tidak dibayar turun 15,15%. 55

57 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Berdasarkan hasil liaison di perusahaan, kondisi cuaca dengan curah hujan yang kondusif, mulai membaiknya permintaan global terhadap komoditas Timah dan aktivitas ekspor Timah yang mulai berjalan dengan baik, serta terkendalinya inflasi mempermudah perusahaan dalam melakukan perencanaan yang efisien memberikan dampak positif terhadap ketersediaan lapangan pekerjaan sehingga jumlah pengangguran menurun Kondisi Kesejahteraan Petani Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 3. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Kesejahteraan petani pada Triwulan II 2014 mengindikasi lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari indeks NTP triwulan II 2014 sebesar 3 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 56

58 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan sedikit meningkat dari triwulan sebelumnya sebesar Berdasarkan subsektor, NTP Juni 2014 turun terutama disebabkan karena menurunnya NTP sub sektor tanaman perkebunan sebesar 0,80% dan sub sektor nelayan sebesar 0,21%. Sementara hampir semua sub sektor meningkat. NTP sub sektor padi palawija tercatat naik sebesar 1,89%, sub sektor hortikultura naik sebesar 1,72%, dan sub sektor peternak naik sebesar 0,53%. Tabel 5.4 Perbandingan NTP Berdasarkan Sub Sektor Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Bulan Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Sebagian besar kelompok petani menunjukkan tren NTP yang meningkat. Nilai NTP yang mengalami kenaikan terjadi pada kelompok padi palawija, hortikultura, dan peternak. Kelompok yang NTP diatas 100 adalah pekebun, nelayan dan hortikultura, sedangkan yang masih dibawah 100 adalah padi palawija dan peternak. Berbeda dengan sebagian besar kelompok petani yang lain, petani kelompok perkebunan merupakan kelompok yang mengalami penurunan indeks NTP terbesar di Triwulan II 2014 yaitu dari 102,08 menjadi 101,27. Menurunnya NTP kelompok perkebunan sangat terkait dengan masih belum membaiknya harga komoditas yang menurunkan pendapatan petani kelompok ini sedangkan di sisi lain biaya pengolahan lahan cenderung naik Kenaikan harga di pedesaan meningkat sebesar 0,54% (mtm) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,27% (mtm) (tabel 5.4). Kenaikan harga juga terjadi pada beberapa kelompok, salah satunya kelompok yang mengalami kenaikan harga tersebesar adalah kelompok bahan pangan yaitu sebesar 0,85% (mtm). Pada 57

59 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan triwulan ini semua kelompok penyusun inflasi pedesaan mengalami kenaikan harga. Ini disebabkan karena periode menjelang puasa yang menyebabkan permintaan domestik meningkat dari triwulan sebelumnya. Tabel 5.5 Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Bangka Belitung Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin (penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan) di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung periode Maret 2014 sebesar 71,64 ribu orang (5,36%). Dibandingkan dengan penduduk miskin pada bulan Maret 2013 yang berjumlah 69,22 ribu orang (5,21%). Selama periode Maret 2013 Maret 2014, jumlah penduduk miskin di daerah pedesaan bertambah sebanyak 2,82 ribu orang, namun di daerah perkotaan mengalami penurunan jumlah penduduk miskin sebanyak 0,40 ribu orang atau sebesar 1,76%. Sedangkan selama Maret 2013 Maret 2014 garis kemiskinan naik 10,95% dari Rp ,- per kapita per bulan pada bulan Maret 2013 menjadi Rp ,- per kapita per 58

60 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan bulan pada bulan Maret Pada periode Maret indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan menunjukkan adanya peningkatan. Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 0,54 pada Maret 2013 menjadi 0,73 pada Maret Kenaikan ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan. Begitu juga yang terjadi pada indeks keparahan kemiskinan turut mengalami kenaikan dibanding Maret 2013 yaitu dari 0,11 menjadi 0,16 pada Maret Ini menunjukkan ketimpangan rata-rata pengeluaran penduduk miskin meningkat pada periode Maret Jika dilihat dari wilayahnya, nilai indeks kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi dari perkotaan. Hal ini menunjukkan bahwa pengeluaran penduduk miskin daerah pedesaan lebih menjauhi dari garis kemiskinan dibandingkan daerah perkotaan. Sedangkan untuk nilai indeks keparahan kemiskinan pada Maret 2014 daerah perkotaan lebih besar jika dibandingkan dengan daerah pedesaan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat keparahan kemiskinan di daerah perkotaan lebih tinggi ketimpangannya daripada di daerah pedesaan. Tabel 5.6. Perkembangan Indikator Kemiskinan 2013 Kep. Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 59

61 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Grafik 5.5 Indeks Penghasilan Grafik 5.6 Indeks Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Sumber : BI Palembang Sumber : BI Palembang 5.3. Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) di Kota Pangkalpinang yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII mencatat setidaknya ada 2 (dua) pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan Indikator Ketenagakerjaan Kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan masih belum Hasil Survei Konsumen di kota Pangkalpinang mencatat 21,5% responden berpendapat ketersediaan lapangan kerja pada periode laporan lebih baik, sedangkan responden yang berpendapat lebih buruk yaitu sebesar 35,5%. Sisanya menyatakan kondisi saat ini tidak terlalu berbeda dengan triwulan lalu. Hasil tersebut menyimpulkan bahwa konsumen beranggapan kondisi ketersediaan lapangan pekerjaan tidak terlalu jauh berbeda dengan kondisi triwulan sebelumnya. Meningkatnya kinerja sektor utama terutama pertambangan timah membuat responden lebih optimis terhadap kondisi perekonomian kedepan. Sebagian besar responden (49,5%) yakin bahwa lapangan pekerjaan akan lebih baik dibanding saat ini dan 21% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan akan lebih buruk dibanding saat ini. Perkiraan ketersediaan lapangan kerja meningkat didasarkan bahwa akan adanya kegiatan proyek pemerintah/swasta yang meningkat akibat pengaruh dari aturan pembatasan ekspor bahan mentah. Selain itu harga timah dan perdagangan ekspor timah yang semakin membaik serta pemilu legislatif dan Presiden yang berjalan lancar dan aman juga banyak berpengaruh pada tingkat optimisme responden. 60

62 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.7. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini 2014 Ketersediaan lapangan kerja saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Tabel 5.8. Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD 2014 Perkiraan Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan mendatang dibandingkan saat ini Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Indikator Penghasilan Penghasilan masyarakat saat ini tidak terlalu berbeda dengan triwulan sebelumnya. 39% responden menyatakan bahwa penghasilan mereka lebih baik dibandingkan dengan kondisi 6 bulan sebelumnya, sedangkan sebanyak 48,5% menganggap penghasilan mereka stabil. Gambaran ekspektasi ini menunjukkan bahwa masyarakat lebih optimis akan adanya perbaikan ekonomi ke depan. Tabel 5.9. Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini 2014 Penghasilan saat ini dibandingkan 6 bulan yang lalu Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII 61

63 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD 2014 Perkiraan Penghasilan 6 bln mendatang dibandingkan saat ini Bulan Lebih Baik Sama Lebih Buruk Jumlah Jan Feb Mar Apr Mei Juni Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Masyarakat juga meyakini penghasilan ke depan akan terus membaik. Sebagian besar responden yakni sebanyak 39% berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih tinggi dibandingkan saat ini. Adanya ekspektasi peningkatan ini diakibatkan adanya peningkatan ekspor dan membaiknya harga komoditas Timah. Selain itu, pemilu legislatif dan Presiden yang berjalan lancar dan aman akan meningkatkan aktivitas ekonomi masyarakat setempat. 62

64 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat yang didukung masih tingginya konsumsi rumah tangga dan meningkatnya ekspor serta membaiknya harga komoditas unggulan. Sementara itu, tekanan inflasi pada triwulan III2014 diperkirakan meningkat dalam level yang terkendali seiring dengan liburan sekolah, persiapan bulan puasa dan perayaan Idul Fitri Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Perbaikan perekonomian ekonomi dunia terus berlanjut walaupun tidak merata. Berdasarkan World Economic Outlook July 2014, pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2014 diperkirakan sebesar 3,40% (yoy) atau lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 3,20% (yoy). Namun proyeksi pertumbuhan tersebut mengalami koreksi lebih rendah dari proyeksi April 2014 yang sebesar 3,60% (yoy). Koreksi ini mempertimbangkan realisasi pertumbuhan ekonomi dari negara-negara maju yang tidak terlalu signifikan kenaikannya pada triwulan I 2014 dan kurang optimisnya prospek pertumbuhan ekonomi beberapa negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi di tahun 2014 diperkirakan didukung oleh rebound pertumbuhan ekonomi di awal 2014 yang tumbuh rendah. Selain itu pulihnya perekonomian maju khususnya Amerika Serikat, Eropa, dan China akan menopang pertumbuhan ekonomi global tahun Namun demikian risiko konflik geopolitik di beberapa negara yang akan meningkatkan harga minyak dunia dan pengetatan kebijakan ekonomi yang diberlakukan oleh beberapa negara dalam beberapa tahun terakhir akan menahan laju pertumbuhan ekonomi dunia. Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update July

65 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Dari sektor perdagangan, aktivitas perdagangan dunia diperkirakan tumbuh sebesar 4,0% (yoy) jauh lebih tinggi dari pertumbuhan pada tahun 2013 sebesar3,10% (yoy). Dengan membaiknya perekonomian negara maju, kinerja industri manufaktur diperkirakan meningkat sehingga meningkatkan permintaan dunia untuk berbagai komoditas bahan baku. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 diperkirakan pada kisaran 5,1% - 5,5% lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 5,5% - 5,9%. Lebih rendahnya perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2014 tersebut banyak dipengaruhi oleh prospek kinerja komoponen ekspor tambang yang salah satunya terimbas dampak penerapan UU Minerba. Dari sisi penawaran, melambatnya pertumbuhan ekonomi negara tujuan ekspor diperkirakan dapat mengganggu optimalitas kinerja ekspor Indonesia. Proyeksi inflasi nasional pada 2014 diperkirakan masih sesuai sasaran inflasi Nasional yakni 4,5% ± 1% (yoy) dengan kecenderungan pada batas atas. Inflasi tersebut lebih rendah daripada inflasi nasional 2013 sebesar 7,38% (yoy). Penurunan terutama didukung oleh kondisi pasokan yang relatif terjaga serta belum adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan harga BBM pada tahun Namun demikian, stabilitas inflasi Indonesia ke depan masih dibayangi oleh potensi terjadinya El Nino pada tahun 2014 yang berisiko mengganggu produksi tanaman bahan makanan dan kelancaran penyelenggaraan presiden serta kelancaran arus distribusi barang terkait dengan kondisi infrastruktur yang masih perlu untuk diperhatikan Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2014 diperkirakan meningkat. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2014 berada pada kisaran 4,9%-5,4% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Grafik 6.1 Ekspektasi Kegiatan Usaha Sumber: SKDU, Bank Indonesia (diolah) 64

66 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII, saldo bersih (SB) perkiraan kegiatan usaha pada triwulan III2014 menunjukkan nilai positif sebesar 29,04. Hal ini menjadi indikasi bahwa secara umum pelaku usaha pada triwulan mendatang optimis terhadap kondisi perekonomian sehingga memperkirakan kinerjanya akan tumbuh positif. Selain itu responden juga memperkirakan harga jual produknya akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan I Saldo bersih untuk ekspektasi harga jual pada triwulan II 2014 mencapai 21,05 lebih tinggi dari triwulan I 2014 yakni sebesar 11,11. Sektor pertambangan, yakni timah diperkirakan mengalami peningkatan. Harga timah yang mulai meningkat serta semakin banyaknya perusahaan yang mampu memenuhi ketentuan ekspor timah melalui bursa komoditas akan menjadi katalis utama pertumbuhan sektor pertambangan triwulan mendatang. Sektor utama lainnya yakni sektor pertanian diperkirakan meningkat yang didukung meningkatnya produksi sawit dan padi. Harga CPO yang berada dalam level stabil dan diperkirakan akan terus meningkat kedepannya seiring dengan semakin banyaknya kebutuhan dalam negeri yang harus dipenuhi. Selain itu dampak El Nino kuat belum terlihat sehingga dengan dukungan kondisi cuaca yang kondusif akan meningkatkan produksi komoditas pada triwulan mendatang. Sementara itu produktivitas padi meningkat seiring dengan bertambahnya luas panen. Pemda meyakini bahwa produksi akan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya karena petani semakin terampil. Namun demikian, penurunan harga karetberisiko mempengaruhi produksi karetsehingga akan menghambat pertumbuhan triwulan mendatang. Dari sisi eksternal, Cina yang menjadi tujuan utama ekspor karet Babel juga sedang mengalami perlambatan ekonomi dimana diproyeksikan akan tumbuh melambat di tahun 2014 sebesar 7,4% (yoy) dari 7,7% (yoy) di tahun Grafik 6.2 Perkembangan Indeks Pengeluaran Konsumen 3 Bulan Mendatang Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah) 65

67 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Dari sisi permintaan, selaras dengan membaiknya sektor utama, konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat. Kondisi ini terindikasi pada hasil survey konsumen di mana indeks pengeluaran 3 bulan mendatang meningkat dari 172 menjadi 185 pada triwulan laporan.dengan penjualan produk sektor perkebunan dan pertambangan yang meningkat, penghasilan masyarakat Babel juga membaik dan pada akhirnya mendorong konsumsi masyarakat. Selain itu, persiapan menjelang bulan Ramadhan, Idul Fitri, dan perayaan 17 Agustus akan meningkatkan konsumsi masyarakat pada triwulan mendatang. Untuk keseluruhan tahun 2014, seiring membaiknya harga dan permintaan komoditas crumb rubber, CPO, dan timah di pasar ekspor, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan tumbuh lebih tinggi pada kisaran 5,4%-5,9% (yoy) dengan kecenderungan bias ke bawah. Namun terdapat beberapa risiko yang dapat menghambat laju pertumbuhan ekonomi diantaranya: a. Pelemahan ekonomi Cina dapat menurunkan kembali harga timah di pasar internasional. b. Kapasitas pengolahan CPO yang ada di Bangka Belitung masih sangat terbatas. c. Kapasitas kelistrikan di Bangka Belitung masih terbatas sehingga apabila PLTU 3 Bangka Belitung unit 1 tidak segera terselesaikan minat investor untuk mengembangkan industri pengolahan di provinsi ini akan berkurang Proyeksi Inflasi Pada akhir triwulan III 2014 inflasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung diperkirakan sebesar 5,7%-6,7% (yoy) dengan kecenderungan bias keatas. Inflasi tersebut lebih rendah dibandingkan capaian periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 7,35% (yoy), seiring turunnya tekanan inflasi administered price pada triwulan ini. Kenaikan harga BBM bersubsidi yang terjadi pada akhir Juni 2013 akan hilang efeknya pada Juni 2014 sehingga tekanan inflasi dari komponen administered price akan menurun. Hal ini juga didukung oleh tidak adanya kebijakan pemerintah untuk menaikkan beberapa tarif secara signifikan. Sementara itu dari sisi pasokan, musim tanam tabama di daerah sentra produksi yang mundur akibat musim kemarau, diperkirakan akan memenuhi kebutuhan tabama di akhir periode tahun sehingga akan menahan laju inflasi pada periode tersebut. 66

68 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Grafik 6.3 Perkembangan Indeks Ekspektasi Harga 3 Bulan Mendatang Sumber: SK, Bank Indonesia (diolah) Potensi tekanan inflasi pada triwulan III2014 berasal dari komoditas inti dan volatile foods. Pemilu presiden, bulan puasa, mulainya tahun ajaran barudan Idul Fitri yang jatuh di bulan Juli 2014 akan meningkatkan tekanan inflasi pada kedua kelompok ini seiring meningkatnya konsumsi masyarakat. Selama tahun 2014, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung masih akan menghadapi beberapa risiko inflasi. Dari kelompok volatile foods, potensi terjadinya El Nino dapat mengganggu produksi pangan di daerah-daerah pemasok khususnya Pulau Jawa. Dari kelompok inti, ekspektasi inflasi cenderung tinggi karena adanya pemilu presiden serta TTL. Sementara itu dari sisi administered, tekanan inflasi masih berpotensi muncul dari rencana kenaikan TTL untuk kelompok pengguna tertentu dan rencana pembatasan BBM bersubsidi oleh Pemerintah. Dengan mempertimbangkan faktor risiko-risiko tersebut dan belum adanya kebijakan kenaikan BBM bersubsidi maka inflasi Bangka belitung di penghujung 2014 diperkirakan pada kisaran 5,5% -6,5% (yoy) dengan kecenderungan pada batas atas. 67

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015

Rakordal KALTENG. Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook Oktober 2015 Rakordal KALTENG 2015 Kondisi Perekonomian Triwulan III dan Outlook 2015 19 Oktober 2015 Outline 1 Perekonomian Nasional PDB Inflasi Rupiah Outlook 2015 3 Perekonomian Proyeksi PDRB Target Inflasi Kalteng

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI & KEUANGAN REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN II 2015 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2014 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga bank sentral yang kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan nilai tukar yang stabil

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Dinamika perkembangan sektoral pada triwulan III-2011 menunjukkan arah yang melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Keseluruhan sektor mengalami perlambatan yang cukup signifikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016

RELEASE NOTE INFLASI MEI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter - Bank Indonesia, Pusat Kebijakan Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci