KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II 2013 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Agustus 2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH VII Kepala Perwakilan, Ttd Syarifuddin Bassara Direktur

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 DAFTAR ISI RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung... 1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sisi Permintaan Suplemen A Keyakinan Konsumen Terhadap Kondisi Perekonomian Tetap Stabil.19 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Disagregasi Inflasi BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Daerah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit Menurut Sektor Ekonomi Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Penyaluran Kredit Menurut Kabupaten Kredit UMKM Kualitas Kredit/Pembiayaan Kelonggaran Tarik Risiko Likuiditas Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan Bank Umum Syariah... 40

5 3.7.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan Sistem Pembayaran BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Gambaran Umum Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II Realisasi Belanja Daerah Semester I BAB 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan Kondisi Kesejahteraan Petani BAB 6 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Kinerja sektor pertambangan diperkirakan meningkat terbatas Kinerja sektor perkebunan terindikasi melambat Kinerja industri pengolahan secara umum diperkirakan sedikit meningkat Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi... 67

6 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%)... 7 Tabe 1.2 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%)... 8 Tabel 1.3 Kenaikan TTL untuk Rumah Tangga Tabel 1.4 Kenaikan TTL untuk Industri Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 1.7 Realisasi PMDN Berdasarkan LKPM Tabel 1.8 Realisasi PMA Berdasarkan LKPM Tabel 2.1 Komoditas Inflasi Tertinggi Kelompok VF Tabel 2.2 Komoditas Inflasi Terbesar Kelompok Inti Tabel 2.3 Komoditas Inflasi Terbesar Kelompok Administered Prices Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah Tabel 3.6 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 4.1 Realisasi APBD 2013 Sampai dengan Triwulan II Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Tabel 4.3 Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota... 52

7 Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Perminggu di Bangka Belitung Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin, dan Presentase Penduduk Miskin menurut Daerah Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Tabel 6.2 Perekonomian Berdasar Pendapat Pengusaha Tabel 6.3 Rata-Rata Tinggi Gelombang... 68

8 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Pertumbuhan Triwulan II Bangka Belitung... 6 Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung... 6 Grafik 1.3 Curah Hujan Bangka Belitung... 9 Grafik 1.4 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung... 9 Grafik 1.5 Pertumbuhan Produksi dan Luas Panen Tabama... 9 Grafik 1.6 Curah Hujan... 9 Grafik 1.7 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.8 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Grafik 1.9 Produksi, Penjualan, dan Harga Timah Grafik 1.10 Lifting Minyak dan Rata-rata Harga Minyak Dunia Grafik 1.11 Kenaikan Pelanggan Listrik per Sektor Grafik 1.12 Kenaikan Penjualan Listrik per Sektor Grafik 1.13 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.14 Konsumsi Semen Bangka Belitung Grafik 1.15 Perbandingan THP Grafik 1.16 Tren Pertumbuhan THP Bangka Belitung Grafik 1.17 Bongkar Muat Grafik 1.18 Arus Penumpang Grafik 1.19 Tinggi Gelombang Grafik 1.20 Optimisme VS Pesimisme Masyarakat terhadap Perekonomian Grafik 1.21 Indeks Penghasilan Survei Konsumen Pangkalpinang... 16

9 Grafik1.22 Penjualan BBM Bersubsidi Grafik 1.23 Penjualan Listrik Grafik 1.24 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Grafik 1.25 Net Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.26 Perkembangan Harga Timah dan Karet di Pasar Internasional Grafik 1.27 Perkembangan Harga CPO dan Minyak WTI di Pasar Internasional Grafik 2.1 Inflasi Pangkalpinang Vs Indonesia Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi mtm dengan Inflasi Historis Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.5 Inflasi Umum Bulanan dan Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi tahunan Triwulan II dibandingkan Historis Grafik 2.7 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Grafik 2.8 Perkembangan Penyaluran Beras Bulog Grafik 2.9 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 2.10 Perkembangan Curah Hujan Babel Grafik 2.11 Perkembangan Tinggi Gelombang Grafik 2.12 Survei Konsumen Grafik 2.13 Perkembangan Core Food Inflation dan Core Non Food Inflation Grafik 2.14 Perkembangan Core Tradable Inflation dan Core Non Tradable Inflation Grafik 2,15 Perkembangan Inflasi Umum dan Inflasi Administered Prices Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.3 Perkembangan DPK Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.4 Perkembangan Kredit Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.5 Jumlah ATM dan Kantor di Bangka Belitung... 30

10 Grafik 3.6 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.7 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.8 Rata-Rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga Konsumen Pangkalpinang. 33 Grafik 3.9 Pangsa Penyaluran Kredit Grafik 3.10 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Grafik 3.11 Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.12 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.13 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung35 Grafik 3.14 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Berdasarkan Wilayah Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Grafik 3.16 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.17 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.18 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.19 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung Grafik 3.20 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit BPR Bangka Belitung Grafik 3.21 Rasio BOPO BPR Bangka Belitung Grafik 3.22 NPL BPR Bangka Belitung Grafik 3.23 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik 3.24 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.25 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik3.26 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang secara Nominal dan Lembar Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulanan Terhadap Rencana Anggaran... 48

11 Grafik 4.2 Perbandingan Pendapatan dan Belanja daerah semester I 2012 dan semester I Grafik 4.3 Realisasi Belanja Modal dan Belanja Operasi Triwulan I 2012 VS Triwulan II Grafik 4.4 Realisasi Belanja Daerah Semester II 2012 Vs Semester II Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.2 Perkembangan TPAK dan TPT Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Grafik 5.5 NTP Kelompok Barang Grafik 5.6 Perkembangan Inflasi Pedesaan Grafik 5.7 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Bangka Belitung Tabel 5.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Grafik 5.9 Indeks Penghasilan Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Bangka Belitung Grafik 6.2 Total Produksi Komoditas Unggulan Babel Grafik 6.3 Harga Internasional Komoditas Unggulan Grafik 6.4 Produksi VS Penjualan Logam Timah Grafik 6.5 Pertumbuhan Tanaman Bahan Makan Grafik 6.6 Pergerakan Harga TBS, Inti, dan CPO Grafik 6.7 Perkembangan Volume Produksi dan Harga Jual (SKDU) Grafik 6.8 Perkiraan Curah Hujan Juli Grafik 6.9 Konsumsi Semen Grafik 6.10 Pertumbuhan Permintaan Kendaraan Baru Grafik 6.11 Survei Keyakinan Konsumen... 67

12 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

13 INDIKATOR EKONOMI *) Sumber : BPS Bangka Belitung **) Data Perbankan triwulan II 2013 sampai dengan Mei 2013

14 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xiii

15 II/13 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Perekonomian Bangka Belitung mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Dari sisi permintaan, perlambatan pertumbuhan terutama diakibatkan melambatnya konsumsi rumah tangga dan konsumsi Pemerintah sementara ekspor masih meningkat secara terbatas. Secara sektoral, kinerja sektor pertambangan, industri pengolahan dan perdagangan, hotel, dan restoran berkontribusi pada perlambatan pertumbuhan selama periode triwulan II Dari sisi harga, inflasi naik tajam dipicu kenaikan harga komoditas hortikultura, daging sapi, kenaikan harga BBM,dan tarif tenaga listrik tahap II. Perbankan dan sistem pembayaran tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya. Dari sisi fiskal, baik realisasi pendapatan dan belanja masih belum optimal. Pada triwulan III pertumbuhan ekonomi diperkirakan masih melambat. Pertumbuhan ekonomi terutama didukung konsumsi domestic dan investasi Tekanan inflasi diperkirakan menurun terkait normalisasi harga kelompok volatile foods namun terdapat risiko kenaikan inflasi dari kenaikan TTL tahap III. Pertumbuhan perekonomian Bangka Belitung melambat. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 sebesar 5,46% (yoy) atau turun dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,06% (yoy). Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi disokong oleh sektor pengangkutan dan komunikasi, dan pertanian. Sedangkan dari sisi pengeluaran disokong oleh investasi dan konsumsi rumah tangga. Sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan di triwulan ini.

16 Sektor pertambangan dan penggalian mengalami moderasi. Sementara itu, sektor pertanian menunjukkan perbaikan seiring dengan kondisi cuaca yang lebih kondusif. Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 tetap berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi, dimana masingmasing memberi andil cukup besar terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan. Di sisi eksternal terjadi perbaikan, dilihat dari net ekspor yang tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi pada triwulan II 2013 tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 8,80% (yoy) menjadi 9,38% (yoy). Angka inflasi tahunan tersebut tertinggi di seluruh Indonesia, jauh di atas inflasi nasional sebesar 5,90% (yoy). Dorongan inflasi utamanya berasal dari kelompok volatile foods diikuti kelompok administered prices. Tekanan kelompok volatile foods terutama dipengaruhi keterbatasan pasokan khususnya bawang merah, sayuran, dan daging sapi. Sedangkan tekanan dari kelompok administerd prices terutama karena adanya kenaikan tarif dasar listrik dan penerapan aturan pengenaan tarif cukai baru pada pengusaha rokok. Indikator perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan pertumbuhan yang melambat. DPK menunjukkan pertumbuhan sebesar 9,69% (yoy) atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. Penurunan tabungan pada triwulan ini sejalan dengan tingkat konsumsi masyarakat yang meningkat terkait musim liburan dan tahun ajaran baru. Realisasi pendapatan dan belanja daerah triwulan II 2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari komponen dana hasil pajak sebesar Rp. 51,9 milyar atau naik 1,807% dari triwulan sebelumnya. Realisasi belanja daerah sampai dengan triwulan II 2013 masih relative rendah. Alokasi terbesar pada komponen belanja operasi berasal dari belanja pegawai, yaitu senilai Rp. 125,63 milyar atau terealisasi sebesar 32,6% dari anggaran

17 kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan mengalami penurunan. Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan dan indeks penghasilan masyarakat menunjukkan penurunan optimisme pada triwulan II Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang melambat, ekspektasi masyarakat terkait lapangan kerja juga menunjukkan kecenderungan menurun. Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Wilayah VII menunjukkan bahwa tingkat optimisme ketersediaan lapangan kerja saat inii menurun.. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III akan sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya dikarenakan adanya tekanan dari kenaikan BBM dan TTL tahap 3. Dampak dari naiknya BI rate juga akan menahan pola konsumtif masyarakat dan ekspansi perusahaan untuk lebih berhemat. Diperkirakan pertumbuhan ekonomi masih didukung permintaan domestik, khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi. Selain itu, ekspor juga diperkirakan belum membaik akibat dampak dari belum pulihnya perekonomian dunia. Sedangkan investasi diprediksi masih cukup tinggi karena pelaku usaha masih optimis terhadap prospek jangka menengah-panjang dunia bisnis. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang pada triwulan III 2013 diperkirakan naik pada level 9,2% (yoy) di bulan Juli dan berangsur menurun di bulan-bulan berikutnya. Pada akhir triwulan III diperkirakan inflasi Pangkalpinang akan menurun menjadi 7,7% (yoy) setelah pada akhir triwulan II berada pada tingkat yang tinggi sebesar 9,38%. Kondisi inflasi awal triwulan III dipengaruhi adanya shock kenaikan harga BBM dan TTL pada periode sebelumnya dan kemudian berangsur pulih pada bulan-bulan berikutnya, serta adanya peningkatan permintaan menyambut bulan Ramadhan dan hari raya lebaran. Tekanan utama inflasi pada triwulan III diproyeksi berasal dari kelompok administered prices. Kenaikan harga BBM dan TTL akan memberikan tekanan pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, dan transportasi. Transportasi udara diperkirakan akan meningkat tajam mengingat Bangka Belitung sebagai daerah kepulauan dan peningkatan permintaan sebelum dan sesudah hari raya lebaran. Momen hari raya 3

18 lebaran juga akan mendongkrak permintaan sehingga akan mendorong inflasi bahan makanan. Kebijakan pemerintah mengimpor bahan makanan akan menekan inflasi volatile foods di triwulan III Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Pemerintah telah mengeluarkan izin impor ekor sapi siap potong hingga pertengahan Agustus Secara umum, pasokan komoditas lain juga diperkirakan tetap terjaga. Inflasi inti diperkirakan melambat searah dengan menurunnya inflasi volatile foods dan terjaganya permintaan secara umum, meskipun ekspektasi inflasi terindikasi meningkat. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang disertai masih belum stabilnya perekonomian dunia menaikkan tekanan dari imported inflation. Namun meredanya gejolak harga volatile food dan stabilnya permintaan dan pasokan bahan pangan diperkirakan berpengaruh terhadap melambatnya inflasi inti kelompok makanan. 4

19 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 5

20 Bab 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perlambatan pertumbuhan perekonomian terutama diakibatkan produksi dan harga timah yang menurun yang memperlambat kinerja sektor industri pengolahan serta perdagangan, hotel dan restoran. Dari sisi permintaan, perlambatan diakibatkan melambatnya pertumbuhan konsumsi domestik khususnya pemerintah sementara ekspor masih tumbuh secara terbatas. Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung melambat dibandingkan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 sebesar 5,46% (yoy atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 6,06% (yoy). Secara triwulanan, perekonomian Bangka Belitung tumbuh 2,36% (qtq) pada triwulan II Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan ini secara sektoral terutama didukung oleh sektor pertanian. Sedangkan dari sisi permintaan disokong oleh konsumsi domestik yang meski melambat namun masih dalam level pertumbuhan yang cukup tinggi. Grafik 1.1 Pertumbuhan Triwulan II Bangka Belitung Grafik 1.2 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung

21 1.1 Sisi Penawaran Sebagian besar sektor ekonomi melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Selama triwulan II 2013 hanya sektor pertambangan yang masih mengalami pertumbuhan negatif sedangkan sebagian besar sektor lainnya meningkat walaupun mengalami perlambatan. Sementara itu, sektor pertanian mengalami percepatan pertumbuhan ekonomi dari 7,32% menjadi 7,90% (yoy) dan memberikan andil pertumbuhan sebesar 1,52%, yang ditunjang oleh kondisi cuaca yang lebih kondusif selama triwulan II Sementara sektor utama lainnya yang memberikan andil pertumbuhan yang cukup signifikan adalah sektor jasa, industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran serta jasa masing-masing sebesar 0,96%, 0,95% dan 0,9%. Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) LAPANGAN USAHA I II III IV I II 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Js. Prsh Jasa-Jasa PDRB DENGAN MIGAS Sumber : BPS Bangka Belitung 7

22 LAPANGAN USAHA Tabe 1.2 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Penawaran Bangka Belitung (%) I II III IV I II III IV I II 1. Pertanian Pertambangan & Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas & Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, Persewaan, & Js. Prsh Jasa-Jasa PDRB DENGAN MIGAS Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor pertanian memberikan andil terbesar pada pertumbuhan ekonomi triwulan ini. Sektor ini tumbuh 7,90% (yoy) meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya 7,32% (yoy) dengan andil pertumbuhan sebesar 1,52%. Secara triwulanan, sektor tersebut naik cukup signifikan menjadi 3,68% (qtq) dari sebelumnya 1,41% (qtq). Sektor pertanian berkinerja baik yang terutama didukung membaiknya kinerja sub sektor perkebunan khususnya karet dan CPO serta membaiknya kinerja sub sektor perikanan. Dengan pertumbuhan tersebut, share pertumbuhan dari sektor pertanian juga masih yang tertinggi yaitu sebesar 19,2%. a. Kinerja perkebunan karet diperkirakan terkoreksi akibat menurunnya harga di pasar internasional sebesar 5,9% (mtm). yang disebabkan oleh meningkatnya produktivitas karet dan melimpahnya persediaan karet di pasar luar negeri. Hal ini terkonfirmasi dengan meningkatnya produksi karet di Bangka Belitung sebesar 15,30% (qtq). b. Kinerja perkebunan sawit diperkirakan melambat. Meskipun demand dalam negeri masih cukup stabil, namun harga CPO pasar internasional cenderung turun. Sementara itu, rata-rata harga TBS sampai dengan triwulan II bergerak konstan dan belum menunjukkan pergerakan peningkatan harga yang signifikan. c. Kinerja komoditas tabama diperkirakan terus menunjukkan peningkatan. Subsektor Tanaman Bahan Makanan diperkirakan mengalami peningkatan 8

23 output dari tahun ke tahun. Produktivitas tanaman padi meningkat sebesar 18,66 % (yoy) bila dibanding tahun sebelumnya, sedangkan tanaman jagung mencatat kenaikan 39,40%. Sementara itu, luas daerah panen juga mengalami perluasan sebesar 18,89% untuk tanaman padi dan 55,97% untuk tanaman jagung. Grafik 1.3 Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 1.4 Perkembangan Harga TBS Bangka Belitung Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Grafik 1.5 Pertumbuhan Produksi dan Luas Panen Tabama Sumber : Dinas Pertanian, Peternakan dan Perkebunan Bangka Belitung Grafik 1.6 Curah Hujan Sumber: Badan Pusat Statistik Nasional Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang 9

24 Grafik 1.7 Produksi Karet Bangka Belitung Grafik 1.8 Harga Pasar Dunia CPO VS Karet Sektor pertambangan dan penggalian masih tumbuh negatif walaupun relatif membaik dibandingkan triwulan sebelumnya. Sektor pertambangan dan penggalian terkontraksi sebesar 0,29% dari sebelumnya terkontraksi 0,39% (yoy). Share sektor ini sebesar 15% dari keseluruhan output Bangka Belitung. Faktor yang membuat pertumbuhan sektor ini termoderasi adalah meningkatnya produksi akibat kondusifnya cuaca. Namun selaras dengan perekonomian dunia yang masih lesu, kenaikan permintaan masih terbatas sehingga menyebabkan harga komoditas tambang unggulan seperti timah terus merosot hingga ke level terendah untuk tahun ini. Sedangkan harga minyak mulai berangsur membaik dan mencatatkan pada posisi tertinggi dalam 2 tahun terakhir yaitu senilai $104,39/barel. Grafik 1.9 Produksi, Penjualan, dan Harga Timah Grafik 1.10 Lifting Minyak dan Rata-rata Harga Minyak Dunia Pertumbuhan output sektor industri pengolahan turun, dari 6,98% menjadi 5,10% (yoy). Sektor industri pengolahan yang biasanya menempati urutan pertama sebagai sektor dengan kontribusi terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi Kepulauan Bangka 10

25 Belitung pada triwulan-triwulan sebelumnya, hanya menempati urutan ketiga pada Triwulan II Menurunnya kontribusi sektor industri pengolahan ini disebabkan melemahnya industri pengolahan logam timah (smelter) sebagai dampak dari menurunnya harga timah dunia sehingga industri-industri tersebut membatasi kapasitas produksinya. Share sektor pengolahan terhadap pertumbuhan perekonomian sebesar 19% atau sama dengan triwulan sebelumnya. Sedangkan andil dari triwulan sebelumnya meningkat sebesar 0,18% dari yang sebelumnya -0,10%. a. Kinerja industri pengolahan timah diperkirakan stabil pada level rendah. Sejalan dengan menurunnya harga timah di pasar internasional, industri pengolahan timah berkinerja rendah. Penurunan harga timah sejalan dengan menurunnya permintaan komoditas tersebut sebesar 32%. Permintaan timah dari Amerika Serikat dan Cina melemah karena berkurangnya produksi kaleng, komponen televisi, dan telepon pintar di kedua negara tersebut. b. Pertumbuhan industri makanan dan minuman diperkirakan meningkat. Meningkatnya produktivitas tanaman jagung dan padi di Bangka Belitung, dapat menjadi salah satu faktor untuk mengamankan persediaan bahan makanan pokok untuk kebutuhan daerah terutama terhadap permintaan musiman seperti melonjaknya permintaan masyarakat untuk persiapan hari raya Lebaran. Diperkirakan industri makanan dan minuman akan terus tumbuh sejalan dengan tingginya permintaan di bulan Ramadhan dan Lebaran serta tersedianya bahan baku dalam jumlah yang memadai sejalan dengan membaiknya produksi tabama dan adanya relaksasi kebijakan impor hortikultura. Sektor listrik, gas, dan air bersih secara tahunan, tumbuh dibanding triwulan sebelumnya dari 5,92% (yoy), menjadi 6,34% (yoy). Namun secara triwulanan, turun dari 1,11% (qtq) menjadi -0,30%. Penurunan ini diprediksi akibat adanya kenaikan TTL tahap III yang mulai diterapkan oleh pemerintah pada Juni ini sehingga secara psikologis mempengaruhi konsumsi konsumen. 11

26 Tabel 1.3 Kenaikan TTL untuk Rumah Tangga Tabel 1.4 Kenaikan TTL untuk Industri Grafik 1.11 Kenaikan Pelanggan Listrik per Sektor Grafik 1.12 Kenaikan Penjualan Listrik per Sektor Grafik 1.13 Pelanggan VS Penjualan Listrik Grafik 1.14 Konsumsi Semen Bangka Belitung Pertumbuhan sektor bangunan sedikit melambat menjadi 6,69% (yoy) dibanding triwulan I tahun 2013 yang tumbuh sebesar 6,97%. Secara triwulanan, sektor tersebut naik cukup signifikan dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari -2,87% menjadi 3,11%. Sedangkan andil pertumbuhan tahunan pada triwulan ini sebesar 0,50% atau sedikit turun dari triwulan sebelumnya yang sebesar 0,52% (yoy). Permintaan kebutuhan semen tumbuh konstan karena stabilnya permintaan dari berbagai proyek infrastruktur di Bangka Belitung terutama proyek-proyek yang diselenggarakan oleh pemerintah. Selain itu, pembangunan perumahan baru masih cukup banyak dilakukan. 12

27 Sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami perlambatan pertumbuhan, dari 6,2% menjadi 4,73% (yoy). Perlambatan pertumbuhan tersebut terutama diakibatkan meningkatnya persaingan dengan bertambahnya hotel baru dan menurunnya event yang dilaksanakan selama triwulan II Berdasarkan kontak Liaison di sub sektor hotel, kinerja penjualan tumbuh sebesar 7 % (yoy), lebih rendah dibandingkan tahun lalu sebesar 15-20% (yoy). Sedangkan pertumbuhan pada sektor ini naik 1,70% (qtq) dari 0,17% (qtq) pada triwulan sebelumnya dengan andil sebesar 0,90. Grafik 1.15 Perbandingan THP Grafik 1.16 Tren Pertumbuhan THP Bangka Belitung Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh tinggi. Sektor ini tumbuh sebesar 8,28% (yoy) atau sedikit lebih rendah dibanding periode sebelumnya 8,45% (yoy). Sektor ini memberikan andil pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 0,32%. Grafik 1.17 Bongkar Muat Grafik 1.18 Arus Penumpang Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, PT Angkasa Pura, diolah Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, PT Angkasa Pura, diolah 13

28 Grafik 1.19 Tinggi Gelombang Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan tetap tumbuh tinggi sebesar 6,61% (yoy), meski lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 7,94% (yoy). Perlambatan pertumbuhan sektor ini terjadi seiring dengan perlambatan aktivitas ekonomi dan adanya tendensi perlambatan aktivitas perbankan (lihat Bab 3). Perkembangan sektor jasa-jasa masih tumbuh tinggi 7,65% (yoy) meski sedikit lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya 7,82% (yoy). Peningkatan sektor ini didukung masih tingginya jasa pemerintahan dan jasa perseorangan yang diakibatkan konsumsi pemerintah dan rumah tangga yang relatif masih tinggi. Grafik 1.20 Optimisme VS Pesimisme Masyarakat terhadap Perekonomian 1.2 Sisi Permintaan Sumber utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan II 2013 masih berasal dari konsumsi rumah tangga dan investasi, dimana masing-masing memberi andil terhadap pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 2,9% dan 1,9%. Di sisi eksternal terjadi perbaikan, dilihat dari net ekspor yang tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya. 14

29 Tabel 1.5 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) KOMPONEN PENGELUARAN I II III IV Jumlah I II 1. Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Lembaga Non Profit Konsumsi Pemerintah PMTDB Perubahan Stok Ekspor Barang Dan Jasa 1.4 (2.78) (0.96) (0.11) Dikurangi Impor Barang Dan Jasa PDRB KOMPONEN PENGELUARAN Tabel 1.6 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) I II III IV I II III IV I II 1. Konsumsi Rumahtangga Konsumsi Lembaga Non Profit Konsumsi Pemerintah (3.93) (0.39) PMTDB (0.47) (0.28) Perubahan Stok (4.91) (10.57) Ekspor Barang Dan Jasa (0.43) 2.48 (0.68) Dikurangi Impor Barang Dan Jasa (0.31) PDRB Konsumsi rumah tangga sedikit melambat menjadi sebesar 5,53% (yoy), dari triwulan sebelumnya 5,60%. Masih terbatasnya peningkatan konsumsi rumah tangga diakibatkan melambatnya kinerja sektor utama khususnya sektor industri pengolahan dan sektor PHR. Sementara dari hasil survei konsumen memperlihatkan persepsi konsumen yang masih optmis selama periode tersebut. Indikator dari konsumsi rumah tangga yang menunjukkan peningkatan diantaranya penjualan listrik untuk rumah tangga, pendaftaran kendaraan baru, dan penjualan premium subsidi. 15

30 Grafik 1.21 Indeks Penghasilan Survei Konsumen Pangkalpinang Grafik1.22 Penjualan BBM Bersubsidi Sumber : Pertamina, diolah Grafik 1.23 Penjualan Listrik Grafik 1.24 Pendaftaran Kendaraan Bermotor Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Sumber : Dispenda Provinsi Kep. Bangka Belitung, diolah Investasi tumbuh menguat menjadi 6,86% (yoy), dari 5,23% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Pertumbuhan investasi terutama terjadi pada investasi non bangunan yang terindikasi dari masih tingginya pertumbuhan impor mesin di triwulan I 2013 untuk memenuhi kebutuhan industri di dalam negeri. Grafik 1.25 Net Ekspor Bangka Belitung 16

31 Tabel 1.7 Realisasi PMDN Berdasarkan LKPM Sumber: BKPM Tabel 1.8 Realisasi PMA Berdasarkan LKPM Sumber: BKPM Pertumbuhan tahunan net ekspor naik. Net ekspor tercatat tumbuh 1,08% (yoy) naik dari triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,98% (yoy). Menguatnya net ekspor didukung oleh ekspor yang naik signifikan di triwulan II 2013 meskipun pertumbuhan tahunannya masih belum setinggi impor. Ekspor barang dan jasa tumbuh stabil di tingkat yang cukup baik, dari 5,30% (yoy) di triwulan I 2013 menjadi 5,29% (yoy) di triwulan II Ekspor memberikan andil sebesar 3,08 terhadap pertumbuhan perekonomian triwulan II

32 Grafik 1.26 Perkembangan Harga Timah dan Karet di Pasar Internasional Sumber : Bloomberg Grafik 1.27 Perkembangan Harga CPO dan Minyak WTI di Pasar Internasional Sumber : Bloomberg Impor terus berada dalam tren naik, walaupun pertumbuhannya triwulan ini sedikit turun dibandingkan triwulan sebelumnya. Impor di triwulan II 2013 turun dari 7,45% (yoy) di triwulan menjadi 6,08% (yoy). Impor memberikan andil negatif terhadap pertumbuhan perekonomian sebesar 3,43%. 18

33 SUPLEMEN A Keyakinan Konsumen Terhadap Kondisi Perekonomian Tetap Stabil Perkembangan Indeks Keyakinan konsumen Triwulan II 2013 Tingkat keyakinan konsumen di kota Pangkal Pinang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan II 2013 secara rata-rata turun dibandingkan triwulan sebelumnya namun masih stabil pada level optimis. Rata-rata indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada triwulan II 2013 sebesar 136,42 atau turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 148,59. Penurunan ini disebabkan turunnya rata-rata Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK). Grafik A.1 IKK, IKESI, IEK Triwulanan Penurunan terbesar terjadi pada komponen ketersediaan lapangan pekerjaan baik yang dibandingkan dengan kondisi 6 bulan lalu ataupun untuk 6 bulan yang akan datang yaitu turun diatas 10%. Secara umum seluruh komponen keyakinan konsumen mengalami penurunan. Komponen Keyakinan Konsumen Secara periode bulanan di tahun 2013 Indeks IKK cenderung membaik. Dibandingkan bulan sebelumnya, pada bulan Juni 2013 IKK naik dari 136,5 menjadi 150,67. Kenaikan IKK pada bulan tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan bulan sebelumnya yaitu naik 10,37%. Posisi terendah selama periode triwulan II 2013 berada pada bulan April yaitu tercatat pada posisi 122,08. Sedangkan komponen penyusun IKK yaitu IKE dan IEK, menunjukkan perkembangan yang selaras terhadap perkembangan IKK. IKE dan IEK pada bulan Juni berturut-turut tercatat 143,67 dan 157,67 19

34 Grafik A.2 IKK, IKESI dan IEK Bulanan Grafik A.3 Pembentuk Ekspektasi Konsumen IEK Indeks. Kons. Brg brg. Keb. Tahan Lama Indeks Penghasilan Konsumen Indeks Ketersediaan Lap. Pek Optimis Pesimis Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni Grafik A.4 Pembentuk Keyakinan Konsumen

35 Pendapat Responden terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Hasil dari survei keyakinan konsumen baik secara triwulanan maupun bulanan menunjukkan bahwa konsumen merasa optimis akan ketersediaan lapangan pekerjaan pada saat periode survei. Pada triwulan II 2013 konsumen optimis ketersediaan lapangan pekerjaan saat ini lebih baik dibandingkan masa lalu. Ini tercermin dari indeks rata-rata ketersediaan lapangan pekerjaan pada triwulan II 2013 yaitu sebesar 122,33. Walaupun menurun dibanding triwulan sebelumnya pada level 143,07 namun indeks masih diatas 100. Begitu pula keyakinan konsumen terhadap ketersediaan pekerjaan pada 6 bulan mendatang masih dalam kategori optimis yaitu pada level 139,83. Grafik A.5 Keyakinan Konsumen Terhadap Pertumbuhan Lapangan Pekerjaan Pendapat Responden terhadap Penghasilan Pesimisme konsumen menguat memandang penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang lalu, tercermin dari turunnya indeks dari 144,07 menjadi 141,17. Hal ini terkonfirmasi dari terus menurunnya harga komoditas tambang di pasar internasional sehingga menurunkan daya beli masyarakat. Sejalan dengan hal ini, terjadi pula penurunan optimisme konsumen dalam memandang ekspektasi penghasilan saat ini dibanding enam bulan yang akan datang, yang tercermin dari turunnya indeks dari 160,53 menjadi 151,50. Perkiraan Perkembangan Harga Barang/Jasa 3 Bulan Mendatang Mayoritas responden berpendapat bahwa harga barang/jasa pada 3 bulan yang akan datang mengalami peningkatan. Hal tersebut tercermin dari mayoritas responden berpendapat bahwa harga-harga akan naik. Ini terlihat dari indeks yang meningkat dari 164,10 menjadi 180,13. Optimisme kenaikan harga didasari oleh pengaruh kenaikan harga BBM, tarif tenaga listrik, dan kelangkaan beberapa bahan pangan. 21

36 Bab 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi masih mengalami peningkatan yang terutama diakibatkan kenaikan harga kelompok administered prices dan volatile food. 2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi pada triwulan II 2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari 8,80% (yoy) menjadi 9,38% (yoy) dengan inflasi tahun berjalan sebesar 5,54% (ytd). Inflasi tahunan Pangkalpinang merupakan yang tertinggi di seluruh Indonesia dan jauh di atas inflasi nasional yang sebesar 5,90% (yoy). Tekanan inflasi di Pangkalpinang terutama berasal dari kelompok administered prices yang diakibatkan oleh kenaikan harga BBM, penetapan aturan golongan dan tarif cukai hasil tembakau yang mulai efektif April 2013 dan kenaikan tarif tenaga listrik tahap II. Tekanan inflasi dari kenaikan harga BBM yang mulai terlihat dari kenaikan inflasi pada sub kelompok bensin 13,21% (yoy), solar 6,67% (yoy) dan angkutan dalam kota 10% (yoy). Sementara itu, kelompok volatile food turut berperan mendorong inflasi karena masih terbatasnya pasokan khususnya sub kelompok bumbu-bumbuan dan sayur-sayuran. Grafik 2.1 Inflasi Pangkalpinang Vs Indonesia Grafik 2.2 Perbandingan Inflasi mtm dengan Inflasi Historis

37 Grafik 2.3 Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun Sepanjang tahun 2012 hingga triwulan kedua tahun 2013, inflasi Pangkalpinang bergerak fluktuatif dengan kecenderungan meningkat. Sepanjang triwulan II 2013 inflasi tahunan Pangkalpinang bergerak searah dengan inflasi nasional, meskipun dengan level yang lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional. 2.2 Disagregasi Inflasi 1 Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Inflasi tahunan kelompok volatile foods dan administered prices naik dibandingkan triwulan sebelumnya dan tercatat lebih tinggi dibanding rata-rata lima tahun terakhir. Sementara itu di sisi lain, inflasi tahunan kelompok inti sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya dan tercatat lebih rendah dibanding rata-rata lima tahun terakhir. Kenaikan inflasi pada triwulan kedua ini banyak dipengaruhi oleh siklus musiman dan kebijakan pemerintah. 1 Karena keterbatasan data, disagregasi inflasi dilakukan berdasarkan subkelompok barang. 23

38 Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.5 Inflasi Umum Bulanan dan Disagregasi Inflasi Bulanan umber: BPS Bangka Belitung, diolah S mber: BPS Bangka Belitung, diolah Su Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi tahunan Triwulan II dibandingkan Historis Grafik 2.7 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Kelompok volatile foods tetap berada pada tren naik sejak awal tahun Pada grafik diatas dapat diinformasikan bahwa posisi tertinggi inflasi disumbang oleh kelompok volatile foods yaitu pada bulan Juni. Kenaikan inflasi tersebut meningkat dari 15,08% (yoy) pada triwulan pertama 2013 menjadi 16,24% (yoy) pada triwulan kedua. Tren kenaikan inflasi tersebut sempat mengalami penurunan dibulan April 2013 dan Mei 2013 yaitu dikisaran 12% (yoy) setelah pemerintah mencabut larangan impor hortikultura dan adanya musim panen raya di beberapa daerah yang menjadi pemasok bahan makanan ke Pangkalpinang. Komoditas volatile foods yang mempunyai kenaikan inflasi tahunan terbesar adalah komoditas wortel, dencis, bawang merah, apel, dan kol putih/kubis namun andil inflasi yang diberikan tidak terlalu signifikan besarnya. Kenaikan harga sub kelompok ini merupakan dampak dari meningkatnya permintaan sementara pasokan relatif terbatas khususnya sub kelompok bumbuan dan sayuran. Pasokan komoditas, terutama 24

39 bahan makanan diprediksi turun dibandingkan tahun sebelumnya yang terindikasi dari lebih rendahnya muatan bongkar di pelabuhan dibandingkan tahun lalu. Sedangkan untuk beras sebagai bahan makanan pokok, Berdasarkan data penyaluran beras Bulog, telah dilakukan penyaluran beras dengan cukup baik pada triwulan II Selain itu persediaan beras hasil panen raya masih dapat memenuhi permintaan masyarakat di bulan suci ramadhan sehingga kenaikan harga beras dapat ditekan. Sedangkan 3 komoditas yang memberikan andil terbesar pada kelompok volatile foods adalah beras sebesar 0,49%, daging ayam ras 0,49%, dan selar 0,46%. No. Tabel 2.1 Komoditas Inflasi Tertinggi Kelompok VF Inflasi Tahunan Komoditas Andil Inflasi, % (Tr. II), % 1 Wortel ,17 2 Dencis Bawang Merah Apel Kol Putih/Kubis Grafik 2.8 Perkembangan Penyaluran Beras Bulog Grafik 2.9 Perkembangan Arus Bongkar Pelabuhan Sumber : Bulog Divre Sumsel Sumber : PT Pelindo 25

40 Grafik 2.10 Perkembangan Curah Hujan Babel Grafik 2.11 Perkembangan Tinggi Gelombang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Inflasi kelompok inti terus menunjukkan penurunan. Inflasi inti turun dari 7,74% (yoy) pada triwulan I 2013 menjadi 6,94% (yoy) di triwulan II Hal ini sejalan dengan berkurangnya tekanan inflasi dari sisi permintaan seiring masih terbatasnya peningkatan daya beli konsumen akibat harga komoditas unggulan yang masih rendah. Di sisi lain, ekspektasi konsumen masih memberikan tekanan positif pada inflasi triwulan ini, terkonfirmasi dari indeks ekspektasi perekonomian yang akan datang bahwa perekonomian akan terus membaik. Inflasi tertinggi pada kelompok inti dicatat oleh tarif angkutan udara yaitu sebesar 62,09% (yoy) yang dipengaruhi oleh masa liburan sekolah. Komoditas lain yang mencatat inflasi tertinggi adalah lengkuas, keladi sayur, busi dan ban luar mobil yang didorong oleh meningkatnya permintaan. Sementara itu, komoditas yang memberikan andil terbesar pada kelompok ini adalah angkutan udara 0,72, tukang bukan mandor 0,61, dan kontrak rumah 0,24. Tabel 2.2 Komoditas Inflasi Terbesar Kelompok Inti Grafik 2.12 Survei Konsumen Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : Bank Indonesia 26

41 Grafik 2.13 Perkembangan Core Food Inflation dan Core Non Food Inflation Grafik 2.14 Perkembangan Core Tradable Inflation dan Core Non Tradable Inflation Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Dilihat dari kelompoknya, penurunan inflasi kelompok inti dibanding triwulan sebelumnya terutama didorong oleh kelompok makanan yang turun dari 6,64% (yoy) menjadi 4,65% (yoy). Sementara kelompok bukan makanan hanya sedikit turun dari 5,49% (yoy) menjadi 5,30% (yoy). Di sisi lain, kelompok inti yang komoditasnya diperdagangkan secara internasional mengalami penurunan dari 5,24% (yoy) menjadi 1,49% (yoy). Hal ini memperlihatkan tekanan dari luar negeri melambat, sementara dari dalam negeri justru mengalami sedikit peningkatan. Tercatat inflasi tahunan kelompok inti yang tidak diperdagangkan secara internasional meningkat dari 6,00% (yoy) menjadi 6,24% (yoy). Tekanan inflasi kelompok administered prices naik signifikan. Tercatat inflasi sebesar 9,77% (yoy) atau naik dari triwulan sebelumnya yang tercatat 4,61% (yoy). Komoditas yang kenaikan inflasinya paling besar adalah rokok kretek filter, bensin, rokok putih, angkutan dalam kota, dan tarif listrik. Pada kelompok ini komoditas yang memberikan andil terbesar terhadap kenaikan inflasi tahunan adalah bensin 0,54% dan rokok kretek filter 0,50%. Meningkatnya harga rokok kretek filter didorong oleh kenaikan cukai rokok yang secara nasional rata-rata meningkat sebesar 8,5%. Sementara kenaikan harga bensin terpengaruh kenaikan harga BBM bersubsidi yang ditetapkan pada akhir Juni 2013 dan kenaikan tarif tenaga listrik dipengaruhi kenaikan tarif secara bertahap sebesar 15% pada tahun ini. Kenaikan tarif listrik dan harga BBM bersubsidi juga berdampak pada komoditas lain seperti produk makanan jadi, tarif kontrak rumah, dan tarif angkutan dalam kota. 27

42 Tabel 2.3 Komoditas Inflasi Terbesar Kelompok Administered Prices Grafik 2,15 Perkembangan Inflasi Umum dan Inflasi Administered Prices Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 28

43 Bab 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Indikator perbankan dan sistem pembayaran menunjukkan pertumbuhan yang mengalami perlambatan,dan relatif menurun dibandingkan triwulan sebelumnya. 3.1 Perkembangan Perbankan Daerah Secara umum, kinerja perbankan Bangka Belitung pada triwulan II 2013 (mengalami perlambatan dan relatif mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.1). Secara tahunan, aset perbankan Bangka Belitung masih tumbuh (Grafik 3.2) sebesar 14,95% atau lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya 18,12% (yoy). Secara triwulanan, aset sedikit menurun sebesar 0,14% (qtq) menjadi Rp13,61 triliun. Penurunan ini DPK diakibatkan penurunan DPK dari 10,59% (yoy) pada triwulan I 2013 menjadi 9,69% (yoy) pada triwulan II 2013 ini (Grafik 3.3). Secara triwulanan, pertumbuhan DPK turun sebesar 1,32% (qtq). Sementara itu, pertumbuhan kredit sebesar 15,90% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,39%. Dengan penurunan DPK yang disertai peningkatan kredit dibanding triwulan sebelumnya membuat membuat naiknya Loan to Deposit Ratio (LDR) dari 65,90% pada triwulan sebelumnya menjadi 70,28% pada triwulan II Sementara rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan gross) masih tetap dapat dijaga di level yang rendah yaitu sebesar 1,93%.

44 Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung 15 Rp Triliun 13 Aset DPK Kredit I II III IV I II III IV I II* Grafik 3.2 Perkembangan Aset Perbankan Bangka Belitung Aset (Juta Rupiah) Pertumbuhan (% yoy) 30,00 25, ,00 14,95 IV I II III IV I II* 15,00 10,00 5, *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.3 Perkembangan DPK Perbankan Bangka Belitung , , , , , , ,00 DPK (Juta Rupiah) Pertumbuhan (% yoy) 40,00 35,00 30, ,00 9,69 IV I II III IV I II* *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 20,00 15,00 10,00 5,00 Grafik 3.4 Perkembangan Kredit Perbankan Bangka Belitung , , , , , , , , , ,00 Kredit (Juta Rupiah) Pertumbuhan (% yoy) 90,00 80,00 70,00 60,00 50, ,00 30,00 20,00 5,39 10,00 IV I II III IV I II* *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.5 Jumlah ATM dan Kantor di Bangka Belitung Jml Bank KP / KWL K C KCP KK ATM Data sampai bulan Mei 2013 Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung (Grafik 3.5) sampai dengan bulan Mei 2013 sebanyak 20 bank yang terdiri dari 17 Bank Umum dan 3 BPR/S. Jumlah jaringan 30

45 kantor bank sebanyak 138 kantor yang terdiri dari 3 Kantor Pusat BPR/S, 25 Kantor Cabang Bank Umum, 9 Kantor Cabang BPR/S, 83 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum, 16 Kantor Kas Bank Umum dan 3 Kantor Kas BPR/S. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 102 unit. 3.2 Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK menunjukkan pertumbuhan sebesar 9,69% (yoy) atau melambat dibandingkan triwulan sebelumnya (Grafik 3.6). Penurunan jumlah terjadi pada jenis tabungan dan deposito sebesar 2,28% (qtq) dan 3,46% (qtq), sedangkan untuk giro, mengalami peningkatan 4,69% (qtq). Secara tahunan, tabungan dan giro mengalami peningkatan sebesar 17,97% (yoy) dan 13,22% (yoy), sedangkan deposito mengalami penurunan sebesar 1,07% (yoy). Komposisi DPK di wilayah Bangka Belitung masih di dominasi oleh tabungan yang mencapai 52% dari total DPK (Grafik 3.7). Sementara itu, deposito dan giro masing-masing memiliki proporsi sebesar 28% dan 20% dari total DPK. Grafik 3.6 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Rp Triliun Giro Tabungan Deposito ,71 3,07 3,07 3,17 4,54 4,77 4,93 5,92 3,68 3,67 3,73 3,33 3,76 3,63 6,01 6,05 6,27 7,15 7,01 6,85 1,73 1,83 1,98 1,75 2,27 2,19 2,37 2,27 2,47 2,58 I II III IV I II III IV I II* Grafik 3.7 Komposisi DPK Perbankan di Bangka Belitung Tabungan 52% Deposito 28% Giro 20% *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Berdasarkan hasil survei konsumen Pangkalpinang yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII, mayoritas penggunaan penghasilan rumah tangga untuk konsumsi, diikuti dengan tabungan, dan baru kemudian untuk cicilan pinjaman. Pangsa konsumsi meningkat dibanding triwulan sebelumnya, sementara pangsa tabungan dan cicilan pinjaman turun (Grafik 3.8). DPK Bangka Belitung terkonsentrasi di Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung, yang mencapai 86,64% dari total DPK. Secara tahunan, terjadi 31

46 peningkatan DPK di hampir seluruh wilayah Bangka Belitung (Tabel 3.1) kecuali Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung yang mengalami penurunan DPK sebesar 3,11% (yoy) dan 0,44% (yoy). Secara triwulanan, beberapa wilayah mengalami peningkatan seperti Kabupaten Belitung Timur dengan presentase tertinggi yaitu 7,2% (qtq), Kabupaten Bangka Tengah, dan Kabupaten Belitung. Sedangkan sisanya mengalami penurunan, dengan penurunan tertinggi terjadi di Kota Pangkalpinang yaitu mencapai 4,89% (qtq). Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah Pertumbuhan I II III IV I II* yoy qtq Kab. Bangka 2,756 2,736 2,573 2, (3,11) (1,96) Kab. Belitung 1,882 2,082 2,001 2, (0,44) 1,26 Kab. Bangka Barat ,80 (2,37) Kab. Bangka Tengah ,37 1,17 Kab. Belitung Timur ,24 7,20 Kota Pangkalpinang 6,170 6,024 6,148 6, ,41 (4,89) Bangka Belitung 11,967 11,906 12,369 12, ,69 (2,63) *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 3.3 Penyaluran Kredit Penyaluran Kredit Menurut Sektor Ekonomi Penyaluran kredit secara umum masih terkonsentrasi pada sektor kredit lapangan usaha atau produktif sebesar 61,82% dari total kredit sisanya sebesar 38,18% merupakan bukan lapangan usaha (Tabel 3.2). Pertumbuhan (yoy) kredit bukan lapangan usaha naik sebesar 23,65% jauh lebih tinggi dibandingkan kredit lapangan usaha yang turun sebesar 3,41% (yoy) (Grafik 3.9). 32

47 Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Miliar) Sektoral I II III IV I II* Pertumbuhan yoy qtq Lapangan Usaha 4,846 5,874 5,700 5, (3,41) 6,10 Pertanian. Peternakan. Kehutanan & Perikanan (6,43) 2,23 Pertambangan dan Penggalian 1,275 1,622 1,795 1, (38,10) 4,86 Industri Pengolahan ,86 (3,75) Listrik, Gas dan Air Bersih (81,18) (0,61) Konstruksi (0,44) 17,42 Perdagangan. Hotel dan Restoran 1,313 1,620 1,727 1, ,33 8,37 Pengangkutan dan Komunikasi ,24 12,17 Keuangan. Real Estate dan Jasa Perusahaan (46,29) 3,76 Jasa-jasa (9,32) 7,18 Bukan Lapangan Usaha 2,678 2,834 3,052 3, ,65 3,88 Rumah Tinggal ,12 7,52 Flat dan Apartemen ,34 14,65 Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) ,41 11, Kendaraan Bermotor (11,75) 0,02 Lainnya 1,731 1,741 2,069 2, ,78 3,28 Grafik 3.8 Rata-Rata Penggunaan Penghasilan Rumah Tangga Konsumen Pangkalpinang Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Berdasarkan sektor ekonomi, kredit di Bangka Belitung didominasi oleh kredit pada sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan pangsa 34% dari total kredit (Grafik 3.10). Sektor lainnya yang mendominasi perkreditan adalah sektor pertambangan dan penggalian dengan pangsa 18%, sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan dengan pangsa 11% serta sektor industri pengolahan dengan pangsa 11%. Sebanyak 26% sisanya tersebar ke dalam lima sektor lainnya, yaitu sektor listrik, gas, dan air bersih, sektor 33

48 konstruksi, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan, dan sektor jasa-jasa. Grafik 3.9 Pangsa Penyaluran Kredit Grafik 3.10 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Pinjaman Kepada Bukan Lapangan Usaha (Miliar Rupiah) Pertumbuhan Pinjaman Berdasarkan Lapangan Usaha (yoy; sumbu kanan) Pertumbuhan Pinjaman kepada Bukan Lapangan Usaha (yoy; sumbu kanan) 120, ,00 80, ,65 (3,41) IV I II III IV I II* 60,00 40,00 20,00 0,00 20, *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Penyaluran Kredit Menurut Jenis Penggunaan Secara tahunan, penyaluran kredit pada sektor-sektor tersebut melemah, kecuali kredit pada sektor pengangkutan dan komunikasi yang tumbuh sangat signifikan sebesar 236,24%. Sektor lainnya yang menunjukkan peningkatan ialah sektor industri pengolahan dan sektor PHR. Sementara itu, secara kuartalan, kredit pada hampir seluruh sektor mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan jenis penggunaannya, Pertumbuhan tahunan kredit investasi dan konsumsi meningkat masing-masing sebesar 0,25% (yoy) dan 23,56% (yoy) (Grafik 3-12) sementara kredit modal kerja menurun sebesar 4,56% (yoy). Pada triwulan II 2013 ini, jenis kredit yang mendominasi adalah kredit produktif, yaitu sebesar 46,56% untuk kredit modal kerja, dan 15,26% untuk kredit investasi (Grafik 3-13). Sementara itu, kredit konsumsi memiliki proporsi sebesar 38,18% dari total kredit di provinsi Bangka Belitung. 34

49 Grafik 3.11 Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Rp Triliun Modal Kerja (Juta Rupiah) Investasi Konsumsi 2,83 3,05 3,22 3,37 3,50 2,55 2,68 1,82 2,07 1,40 1,38 1,43 1,44 1,40 1,90 1,35 1,36 1,01 1,11 0,97 4,48 2,99 3,50 3,48 2,03 2,04 4,32 3,99 3,90 4,27 I II III IV I II III IV I II* *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Grafik 3.12 Jumlah dan Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.13 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Modal Kerja (Juta Rupiah) Investasi Pertumbuhan Kredit Investasi (yoy; Sumbu Kanan) Konsumsi Pertumbuhan Kredit Modal Kerja (yoy; Sumbu Kanan) Pertumbuhan Kredit Konsumsi (yoy; Sumbu Kanan) 140,00 120,00 100,00 80,00 60,00 Konsumsi 38,18% Modal Kerja (Juta Rupiah) 46,56% ,65 0,25 (4,56) IV I II III IV I II* 40,00 20,00 (20,00) Investasi 15,26% *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 35

50 3.3.3 Penyaluran Kredit Menurut Kabupaten Pertumbuhan tahunan penyaluran kredit mengalami peningkatan untuk seluruh kabupaten/kota di Bangka Belitung (Tabel 3-3), dengan peningkatan tertinggi terjadi di Kabupaten Belitung Timur dan Kabupaten Bangka Selatan masing-masing sebesar 32,38% (yoy) dan 29,78% (yoy). Untuk wilayah lainnya juga mengalami kenaikan pertumbuhan, kecuali Kabupaten Belitung yang mengalami penurunan 0,27% (yoy). Secara triwulanan, penyaluran kredit di Kabupaten Bangka Tengah mengalami penurunan sebesar 7,87% (qtq). Hal ini bertolak belakang dengan pertumbuhan kredit triwulanan wilayah kabupaten/kota lainnya yang menunjukkan angka positif. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah I II III IV I II* Kab. Bangka 2,731 2,796 2,747 2,869 2, Kab. Belitung 1,247 1,427 1,300 1,304 1, Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Selatan Kab. Belitung Tengah Kab.Belitung Timur Kota Pangkalpinang 2,869 3,727 3,867 3,610 3, *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Menurut komposisinya, sebagian besar kredit disalurkan di Kota Pangkalpinang dengan pangsa 44,40% dari total kredit, diikuti oleh Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung dengan pangsa masingmasing sebesar 30,64% dan 15,50%. Daerah lainnya hanya memiliki pangsa penyaluran kredit sebesar 9,45% dari total kredit Bangka Belitung (Grafik 3-14). Grafik 3.14 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Berdasarkan Wilayah *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 36

51 3.3 Kredit UMKM Perkembangan kredit UMKM Bangka Belitung 100% 90% 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% menunjukkan pertumbuhan walaupun melambat. Pada triwulan II 2013, kredit UMKM 40,44 mencapai Rp. 2,43 triliun rupiah, atau mencapai 36,65% dari total kredit yang disalurkan oleh perbankan Bangka Belitung (Grafik 3-15). Pada tahun triwulan berjalan, pertumbuhan kredit UMKM adalah 1,5% (yoy) dan 6% (qtq) (Tabel 3-4). Grafik 3.15 Pangsa Kredit UMKM terhadap Total Kredit Kredit UMKM (Triliun Rupiah) Kredit Non UMKM (Triliun Rupiah) I II III IV I II III IV I II* *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 41,16 38,18 31,83 40,22 41,15 40,87 38,03 37, ,65 Tabel 3.4 Perkembangan Kredit UMKM Bangka Belitung INDIKATOR I II III IV I II III IV I II* % yoy % qtq Kredit UMKM (Triliun Rupiah) 1,53 1,70 1,80 2,06 1,97 2,39 1,96 2,25 2,29 2,43 1,50 6,00 Total Kredit (Triliun Rupiah) 3,78 4,13 4,72 5,12 4,79 5,85 6,17 5,91 6,10 6,62 13,20 8,52 Presentase Kredit UMKM (%) 40,44 41,15 38,18 40,22 41,16 40,87 31,83 38,03 37,52 36,65 *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia 3.4 Kualitas Kredit/Pembiayaan Rasio Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan II 2013 sebesar 1,93% atau naik dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,64% (Grafik 3-16). Namun angka rasio NPL gross tersebut masih jauh di bawah batas aman. 37

52 Grafik 3.16 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Rp Miliar Persen 4,0 3,5 3,0 2,5 2,0 1,5 1,0 0,5 - I II III IV I II III IV I II III IV I II* Nominal % gross 3,52 1,02 1,11 0,85 1,14 1,21 1,19 0,90 1,22 1,06 1,47 1,33 1,64 1,93 0,0 *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Dilihat dari sektor ekonominya, kontributor utama NPL pada bank umum konvensional berasal dari Sektor Lainnya (konsumsi) dan sektor Perdagangan Besar dan Eceran yang menyumbang 36% dan 33% dari total NPL (Grafik 3-17). Sektor lain yang menyumbang cukup besar adalah sektor Pertambangan, sektor Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya, dan Sektor Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum yang tercatat masing-masing menyumbang 10%, 10%, dan 6% dari total NPL. Grafik 3.17 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Penyediaan Akomodasi dan Penyediaan Makan Minum 6% Lainnya 36% Sektor Selain Lima Sektor Utama 9% Perdagangan Besar dan Eceran 33% *Data sampai bulan Februari 2013 Sumber: Bank Indonesia Pertambangan 10% Jasa Kemasyarakatan, Sosial, Budaya, Hiburan, dan Perorangan Lainnya 10% 38

53 3.5 Kelonggaran Tarik Undisbursed loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan berjalan tercatat sebesar Rp1,86 triliun atau 28,02% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan (Grafik 3-18). Rasio undisbursed loan tersebut naik dibanding tahun sebelumnya yang tercatat sebesar 26,65%, sejalan dengan penurunan penyaluran kredit dibanding tahun sebelumnya. Secara triwulanan, rasio undisbursed loan turun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 32,59%. Grafik 3.18 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Rp Triliun Persen 2,5 Nominal Persentase (axis kanan) 60 2,0 1,5 1,99 1,86 32, ,0 0,5 28, I II III IV I II III IV I II III IV I II* *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: Bank Indonesia Rp triliun Grafik 3.19 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung Persen Aktiva Likuid < 1 bulan Pasiva Likuid < 1 bulan 80 Rasio likuiditas (axis kanan) 75 69,32 64,90 70 I II III IV I II III IV I II* Risiko Likuiditas Kondisi likuiditas perbankan di Bangka Belitung menunjukkan perlemahan. Sejalan dengan peningkatan LDR akibat penurunan DPK, rasio aktiva likuid < 1 bulan terhadap pasiva likuid < 1 bulan tercatat menurun dibanding triwulan sebelumnya dari 69,32 menjadi 64,90 (Grafik 3-19). Turunnya rasio likuiditas tersebut terutama disebabkan menurunnya aktiva likuid < 1 bulan sebesar 6,47% (qtq), yang tercatat lebih rendah dibanding penurunan pasiva likuid < 1 bulan yang hanya sebesar 0,10%. 39

54 3.7 Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan 2 dan suku bunga pinjaman 4 pada triwulan berjalan berada pada tren menurun mengikuti BI rate 4 yang stabil di level yang rendah sebesar 5,75% Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan secara rata-rata turun dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Besarnya suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1, 3, 12 bulan masing-masing sebesar 4,85%, 4,72%, dan 4,86%. Sementara itu, suku bunga simpanan yang berjangka waktu 6 bulan mengalami peningkatan dari 5,37% pada periode sebelumnya, menjadi 5,63% pada triwulan berjalan Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi secara rata-rata tercatat sebesar 12,53% di triwulan berjalan atau turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,95% (qtq) dan 13,14% (yoy). Berdasarkan penggunaan, suku bunga investasi merupakan yang tertinggi pada triwulan berjalan yaitu sebesar 12,99%. Sementara suku bunga kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 12,76% dan 11,84% Perkembangan Bank Umum Syariah Bank umum syariah di Bangka Belitung menunjukkan kinerja yang baik. Aset, DPK, dan pembiayaan menunjukkan pertumbuhan positif yang signifikan. Total aset Bank Umum Syariah pada Triwulan II 2013 ini mencapai Rp588,23 miliar rupiah dengan pertumbuhan 41,11% (yoy) dan 2,23% (qtq) (Tabel 3-5). Peningkatan aset didukung perkembangan DPK yang naik cukup signifikan sebesar 26,43% (yoy) dan 0,37% (qtq) menjadi Rp451,90 miliar. Jenis DPK Dana Simpanan Wadiah, yang terdiri dari Giro dan Tabungan Wadiah, memiliki pertumbuhan yang tinggi 2 Posisi: Mei

55 yaitu 51,99% (yoy) dan 25,64% (qtq). Untuk jenis Mudharabah Muthiaqah atau dana investasi tidak terikat, secara tahunan mengalami pertumbuhan 23,65% (yoy) namun secara kuartalan mengalami penurunan sebesar 2,26% (qtq). Jenis DPK Mudharabah Muthiaqah ini memiliki presentase hingga 88,2% dari total DPK yang dikumpulkan. Sementara itu, pembiayaan mengalami pertumbuhan sebesar 42,34% (yoy) dan 7,28% (qtq). Pangsa pembiayaan tertinggi adalah pembiayaan jenis Piutang Murabahah dan Pembiayaan Musyarakah yang masing-masing memiliki pangsa 73,3% dan 16,7% dari total pembiayaan. Pertumbuhan kedua jenis pembiayaan tersebut juga signifikan. Piutang Murahabah memiliki pertumbuhan 49,24% (yoy) dan 8,3% (qtq) dan Pembiayaan Musyarakah memiliki pertumbuhan 57,27% (yoy) dan 10,21% (qtq). Pertumbuhan pembiayaan yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan Total DPK secara tahunan maupun triwulanan, membuat rasio FDR (Finance-to-Deposit Ratio) meningkat dari 0,98 dan 1,04 di tahun dan triwulan sebelumnya menjadi 1,11 di triwulan II Tingkat NPF (Non Performing Ratio) di triwulan ini meningkat signifikan yaitu sebesar 5,80%, meningkat dibanding tahun dan triwulan sebelumnya yang mencapai 0,27% dan 0,10%. Tabel 3.5 Perkembangan Bank Umum Syariah INDIKATOR PERTUMBUHAN I II III IV I II % yoy %qtq ASET ,11 2,23 TOTAL DPK ,43 0,37 Dana Simpanan Wadiah ,99 25,64 Giro Wadiah ,79 41,53 Tab Wadiah (8,94) 1,98 Lainnya Mudharabah Muthiaqah ,65 (2,26) Tab Mudharabah ,31 (3,66) Deposito Mudharabah ,42 (0,51) Lainnya TOTAL PEMBIAYAAN ,34 7,28 Piutang Murabahah ,24 8,30 Piutang Salam Piutang Istishna Piutang Qardh (20,24) (5,32) Pembiayaan Mudharabah ,41 0,99 Pembiayaan Musyarakah ,27 10,21 Pembiayaan Lainnya Ijarah ,10 26,32 NPF 0,01 0,27 0,20 0,05 0,10 5,80 *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: LBUS, diolah 41

56 3.7.4 Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat Perkembangan BPR di Bangka Belitung masih menunjukkan kinerja yang baik (Grafik 3-20). Hal ini dapat dilihat dari perkembangan aset, DPK, dan kredit BPR yang tumbuh positif. Aset BPR di Bangka Belitung pada Triwulan II 2013 mencapai Rp396,91 miliar rupiah atau tumbuh sebesar 24,98% (yoy). DPK pada triwulan ini mencapai Rp328,91 miliar rupiah atau tumbuh sebesar 22,78% (yoy). Untuk total kredit, pada triwulan ini mencapai Rp258,09 miliar rupiah atau tumbuh sebesar 7,86%. Grafik 3.20 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit BPR Bangka Belitung Rp Miliar Aset DPK 455,0 Kredit Pertumbuhan Aset (% yoy) 405,0 Pertumbuhan DPK (% yoy) Pertumbuhan Kredit (% yoy) 355,0 305,0 255,0 205,0 155,0 105,0 55,0 5,0 I II III IV I II III IV I II* Aset DPK Kredit Pertumbuhan Aset (% yoy) 45,50 43,74 50,22 41,30 38,53 32,41 25,46 27,79 27,67 24,98 Pertumbuhan DPK (% yoy) 49,29 50,40 60,26 48,22 42,33 35,74 27,46 30,11 30,94 22,78 Pertumbuhan Kredit (% yoy) 51,17 43,95 34,62 46,26 43,15 39,06 40,65 27,76 22,58 7,86 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: LBPR, diolah Rasio BOPO (Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional) terus mengalami penurunan hingga mencapai 44,67 pada triwulan II Penurunan ini menunjukkan hal yang baik karena berarti proporsi biaya operasional terhadap pendapatan semakin baik (Grafik 3-21). Untuk nominal NPL (Non Performing Loan) mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 3-22). Proporsinya terhadap total kredit juga semakin menurun. Hal ini menunjukkan kualitas kredit yang diberikan BPR Bangka Belitung mengalami perbaikan di triwulan ini. Walaupun dibandingkan tahun sebelumnya, nominal dan pangsa NPL menunjukkan peningkatan. 42

57 Grafik 3.21 Rasio BOPO BPR Bangka Belitung Grafik 3.22 NPL BPR Bangka Belitung 90,00 Ratio BOPO 35 Miliar Rupiah Nominal Gross (%) 14,00 80,00 82,59 79,94 78,62 78,63 76,70 76,62 75,77 75, ,00 70, ,00 60,00 50,00 40,00 30,00 53,90 44,67 I II III IV I II III IV I II* I II III IV I II III IV I II* 8,00 6,00 4,00 2, Nominal Gross (%) 7,73 7,44 8,21 9,54 8,59 6,90 10,45 11,12 12,15 11,59 *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: LBPR, diolah *Data sampai bulan Mei 2013 Sumber: LBPR, diolah 3.8 Perkembangan Sistem Pembayaran Pertumbuhan sistem pembayaran non tunai melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pada sistem pembayaran non tunai kliring, terjadi peningkatan jumlah. Namun RTGS tumbuh melambat dibanding triwulan sebelumnya (Grafik 3-23). Aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp207,85 miliar atau naik 54,06% (yoy), sedikit melambat dari pertumbuhan triwulan sebelumnya, yaitu 108,71% (yoy). Namun inflow ini mengalami penurunan dari triwulan sebelumnya sebesar 31,23% (qtq). Di sisi lain aliran uang keluar (outflow) tercatat Rp318,74 miliar, turun 45,37% (yoy) dari penurunan triwulan sebelumnya sebesar 36,95% (yoy). Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, outflow triwulan II 2013 ini mengalami penurunan sebesar 23,3% (qtq). Hal ini mengakibatkan perkasan Bangka Belitung pada triwulan II 2013 tercatat mengalami penurunan net-outflow sebesar 75,28% (yoy) menjadi Rp110,89 miliar, setelah triwulan sebelumnya juga mengalami penurunan sebesar 77,96% (yoy). Berdasarkan penelitian Perkasan Bangka Belitung (2011), outflow terbesar diakibatkan tingginya kebutuhan uang kartal untuk transaksi kegiatan pertambangan timah. Turunnya net-outflow sejalan dengan menurunnya aktivitas pertambangan timah di Bangka Belitung untuk menahan harga timah yang mengalami penurunan di periode ini. 43

58 Grafik 3.23 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Juta Rp Persen I II III IV I II III IV I II Outflow Inflow Net Outflow Nilai RTGS dari Bangka Belitung Nilai RTGS ke Bangka Belitung Perputaran Kliring Pertumbuhan Ekonomi yoy (Axis Kanan) 6,2 6,6 7,3 5,8 5,8 5,9 5,1 6,1 6,1 5,5 0 Sumber: Bank Indonesia Sistem pembayaran nontunai melalui Real Time Gross Setelement (RTGS) tumbuh melambat (Grafik 3-24). Secara tahunan, nominal RTGS dari maupun ke Bangka Belitung mengalami pertumbuhan masing-masing sebesar 18,89% (yoy) dan 16,59% (yoy). Namun volume RTGS dari maupun ke Bangka Belitung mengalami penurunan yaitu sebesar -0,97% (yoy) dan -5,67% (yoy). Secara triwulanan, nominal RTGS dari maupun ke Bangka Belitung mengalami penurunan sebesar -0,33% (qtq) dan -9,72% (qtq) sedangkan volume RTGS dari maupun ke Bangka Belitung mengalami peningkatan yaitu sebesar 7,95% (qtq) dan 16,70% (qtq). 44

59 Grafik 3.24 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Miliar Rp 5.000, , , , , , , , ,00 I II III IV I II III IV I II Nilai RTGS dari Bangka Belitung 2.644, , , , , , , , , ,6 Nilai RTGS ke Bangka Belitung 2.758, , , , , , , , , ,0 Volume RTGS dari Bangka Belitung (Axis Kanan) Volume RTGS ke Bangka Belitung (Axis Kanan) I II III IV I II III IV I II Sumber: Bank Indonesia Aktivitas perputaran kliring di triwulan II 2013 masih tumbuh cukup signifikan sebesar 38,77% (yoy) meski tidak setinggi triwulan sebelumnya sebesar 42,19% (yoy) (Tabel 3-6). Sementara itu, perkembangan jumlah warkat mengalami perlambatan dari 56,12% (yoy) menjadi 34,61% (yoy). Untuk nominal dan jumlah warkat penolakan cek B/G kosong mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya dengan presentase penolakan tersebut sebesar 1,39% secara nominal dan 1,06% secara jumlah warkat. Tabel 3.6 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung KETERANGAN Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II 1 Perputaran Kliring: a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Perputaran perhari a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Penolakan cek/bg a. Nominal (Rp juta) b. Warkat (lembar) Jumlah hari Penolakan cek/bg > Nominal (%) 0,84% 0,75% 0,89% 1,22% 1,27% 1,65% 1,13% 1,39% > Warkat (%) 0,95% 0,91% 1,11% 1,01% 1,01% 1,12% 0,93% 1,06% Sumber: Bank Indonesia 45

60 Penarikan uang lusuh di Kota Pangkalpinang turun 15,00% (yoy) namun secara nominal mengalami peningkatan menjadi 32,77 miliar rupiah di triwulan II 2013 (Grafik 3-25). Secara nominal, jumlah uang lusuh yang paling banyak adalah pecahan Rp atau sebesar dari total uang lusuh yang ditarik 34,82% (Grafik 3.26). Namun secara jumlah lembar, uang lusuh yang paling banyak adalah pecahan Rp atau sebesar 24,32% dari total lembar uang lusuh yang ditarik. Miliar Rp Grafik 3.25 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang PTTB Rasio PTTB terhadap Inflow - RHS 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 15,77 20,00 4, , I II III IV I II III IV I II Persen Grafik3.26 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang secara Nominal dan Lembar Nominal Lembar (Sb. Kanan) Sumber: Bank Indonesia Sumber: Bank Indonesia 46

61 Bab 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi pendapatan dan pelaksanaan belanja daerah di triwulan II 2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi peningkatan pendapatan di triwulan II 2013 berasal dari komponen dana bagi hasil pajak, sedangkan belanja daerah di dominasi oleh komponen belanja hibah dan belanja modal. 4.1 Gambaran Umum Pendapatan dan belanja daerah triwulan II 2013 meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Realisasi pendapatan terbesar berasal dari komponen dana hasil pajak. Surplus anggaran triwulan II 2013 tercatat sebesar Rp106,41 miliar atau turun 51,72% dibandingkan triwulan sebelumnya sejalan dengan kenaikan belanja daerah sebesar 76,52%. Sementara itu Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA) sampai dengan triwulan II 2013 sebesar Rp611,82 miliar. 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Triwulan II 2013 Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan II 2013 sebesar 51,17% dari total rencana anggaran 2013 naik dari triwulan sebelumnya sebesar 25,13%. Peningkatan pendapatan tersebut terbesar berasal dari komponen dana bagi hasil pajak yang meningkat 31,67%. Realisasi pendapatan daerah hingga triwulan II 2013 meningkat sebesar Rp788,97 miliar atau naik sebesar 9,7% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, namun realisasi pendapatan triwulan II 2013 terhadap rencana anggaran menurun tipis dari 51,93% di triwulan II 2012 menjadi 51,18%. Sementara itu, pendapatan asli daerah hingga triwulan II 2013 terealisasi sebesar 51,78% dari rencana anggaran atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 24,5%. Share terbesar atas kenaikan ini berasal dari pajak daerah yang mencapai 90,22% dari total pendapatan asli daerah. Pendapatan lainnya juga meningkat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya yaitu dari 34,28% menjadi 43,33%. Realisasi PAD terbesar hingga triwulan II 2013 adalah pendapatan lain-lain yang tercatat sebesar Rp20,24 miliar atau 66,77% dari total Rp. 30,32 miliar. Realisasi ini lebih tinggi dibandingkan realisasi pada triwulan I yang tercatat sebesar

62 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 29,66%. Realisasi terbesar kedua berasal dari retribusi daerah yang tercatat sebesar Rp1,9 miliar atau 61,16% dari total Rp. 3,11 miliar, kenaikan ini juga lebih tinggi dibandingkan triwulan I sebesar 20,42%. Realisasi dana alokasi umum tercatat paling besar dibanding komponen lainnya pada dana perimbangan. Dana alokasi umum pada triwulan ini terealisasi 58,33%. Menyusul di urutan kedua yaitu transfer pemerintah pusat yang terealisasi sebesar 52,07%. Sedangkan dana bagi hasil pajak secara nominal naik tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yaitu dari Rp2,7 miliar menjadi Rp54,62 miliar dan terealisasi sebesar 31,68% dari anggaran. Secara nominal dana perimbangan triwulan ini mencatatkan realisasi sebesar Rp486,21 miliar atau 52,07%. Tabel 4.1 Realisasi APBD 2013 Sampai dengan Triwulan II 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Grafik 4.1 Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Triwulanan Terhadap Rencana Anggaran 48

63 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Grafik 4.2 Perbandingan Pendapatan dan Belanja daerah semester I 2012 dan semester I Realisasi Belanja Daerah Semester I 2013 Belanja daerah sampai dengan triwulan II 2013 tidak sebesar tahun sebelumnya. Masih rendahnya belanja modal menjadi penyebab belum optimalnya realisasi belanja daerah pada triwulan II Belanja modal triwulan ini terealisasi 14,15% dari anggaran. Sedangkan belanja daerah triwulan ini tercatat baru 24,21% dari anggaran belanja Alokasi terbesar pada komponen belanja operasi berasal dari belanja pegawai, yaitu sebesar Rp125,63 miliar atau 32,6% dari total anggaran Realisasi belanja pegawai pada triwulan ini sedikit menurun jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 37,28%. Anggaran terbesar pada belanja operasi teralokasi pada belanja barang yaitu senilai Rp400,76 miliar, namun realisasinya sampai dengan triwulan II 2013 baru tercatat sebesar Rp92,63 miliar atau 23,11% dari total anggaran. Sementara itu, realisasi belanja hibah tercatat paling besar dari komponen belanja operasi hingga triwulan ini yaitu sebesar 43,04% atau senilai Rp96,04 miliar. Belanja modal sampai dengan triwulan II 2013 terealisasi Rp68,25 miliar. Anggaran belanja modal tahun 2013 meningkat dibandingkan tahun sebelumnya yaitu dari Rp379,23 miliar menjadi Rp482,35 miliar atau meningkat 27,19%. Namun realisasinya sampai dengan triwulan II 2013 baru sebesar 14,14%. Komponen terbesar untuk alokasi anggaran belanja modal diperuntukkan untuk belanja jalan, irigasi dan jaringan yaitu senilai Rp315,18 miliar dan telah terealisasi sebesar 20,14%. Sementara itu, komponen belanja modal yang sama sekali belum terealisasi pada tahun ini adalah komponen belanja tanah dengan anggaran sebesar Rp 9,09 miliar. 49

64 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 4.2 Realisasi Belanja Daerah Grafik 4.3 Realisasi Belanja Modal dan Belanja Operasi Triwulan I 2012 VS Triwulan II 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Tabel 4.3 Realisasi Belanja Operasi dan Belanja Modal Grafik 4.4 Realisasi Belanja Daerah Semester II 2012 Vs Semester II 2013 Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 50

65 Bab 5 PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Sejalan dengan perlambatan perekonomian di Bangka Belitung, kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan juga turut mengalami penurunan. Indeks ketersediaan lapangan pekerjaan dan indeks penghasilan masyarakat menunjukkan penurunan optimisme pada Triwulan II Kondisi Ketenagakerjaan Sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang melambat, ekspektasi masyarakat terkait lapangan kerja juga menunjukkan tendensi negatif. Survei Konsumen yang dilakukan oleh Kantor Perwakilan BI Wilayah VII menunjukkan bahwa tingkat optimisme ketersediaan lapangan kerja saat ini, maupun ekspektasi ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yang akan datang menunjukkan penurunan walaupun masih positif (Grafik 5.2). Walaupun begitu, perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) menunjukkan peningkatan yang diiringi dengan menurunnya Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) (Grafik 5.2). Grafik 5.1 Indeks Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik 5.2 Perkembangan TPAK dan TPT 180,00 158,60 160,00 135,50 139,83 140,00 124,00 143,07 120,00 106,00 110,33 122,33 100,00 80,00 60,00 40,00 Ketersediaan lapangan kerja saat ini Ketersediaan lapangan kerja 6 bulan yad I II III IV I II III IV I II III IV I II Sumber : Survei Konsumen Kantor Perwakilan BI Wilayah VII Sumber : BPS Bangka Belitung. diolah TPAK naik diiringi turunnya TPT. Penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi mengalami peningkatan (Tabel 5.1). Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan TPAK pada bulan Februari 2013 sebesar 71,10%. Peningkatan ini lebih tinggi jika dibandingkan peningkatan yang terjadi pada Agustus 2012

66 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan dan Februari 2012, yang masing-masing sebesar 65,67% dan 68,10%. Hal ini sejalan dengan turunnya TPT jika dibanding Agustus 2012 dari 3,49% menjadi 3,30%. Meski masih lebih tinggi dibanding Februari 2012 sebesar 2,78%. Hal ini memperlihatkan adanya penurunan jumlah pencari kerja baik aktif maupun pasif di bulan Februari 2013 dibanding Agustus Angka pengangguran di seluruh kabupaten/kota di Bangka Belitung menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun (Tabel 5.2). Seiring dengan penurunan tersebut, TPT juga menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun yang diimbangi dengan peningkatan TPAK. Berdasarkan proporsi jumlah pengangguran terhadap total angkatan kerja, kota Pangkalpinang dan Kabupaten Bangka Selatan merupakan wilayah yang memiliki presentase tertinggi. Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung di Masing-Masing Kabupaten/Kota Agust 10 Penduduk 15+ Agust 11 Penduduk 15+ Agust 12 Penduduk 15+ Kabupaten/Kota Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja TPAK TPT Bukan Angkatan Kerja TPAK TPT Bukan Angkatan TPAK TPT Angkatan Angkatan Kerja Kerja Kerja Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran Bekerja Pengangguran Bangka ,17 6, ,3 3, ,46 2,77 Belitung ,58 3, , ,63 1,76 Bangka Barat ,06 4, ,3 3, ,95 3,79 Bangka Tengah ,2 6, ,9 3, ,09 4,54 Bangka Selatan ,53 4, ,4 3, ,51 3,83 Belitung Timur ,03 3, , ,4 2,42 Pangkalpinang ,47 9, ,2 5, ,97 5,25 Total ,53 5, ,4 3, ,38 3,49 Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Distribusi ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Februari 2013 berbeda dibanding periode-periode sebelumnya. Biasanya penyerapan tenaga kerja terbesar berada pada sektor pertanian, namun di bulan Februari 2013, penyerapan tenaga kerja terbesar berada pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran (Tabel 5.3). Penyerapan tersebut mencapai 26,96% dari total tenaga kerja atau lebih tinggi dari tenaga kerja yang bekerja di sektor pertanian sebesar 26,18%. Sementara itu, sektor pertambangan juga menyerap 19,58% dari tenaga kerja yang ada. 52

67 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung. diolah Terdapat dua kelompok yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu kelompok pekerja formal dan informal (Tabel 5.4). Kedua kelompok ini mengalami kenaikan pada Februari 2013 dibanding periode sebelumnya, yaitu masingmasing 5,22% (yoy) dan 8,45% (yoy). a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan. Pada kelompok ini tercatat orang di bulan Februari 2013, naik 18,67% (yoy) dari yang sebelumnya. Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau naik tipis 2,79% (yoy) dari yang sebelumnya. b. Kelompok Pekerja non formal di bulan Februari 2013 tercatat sebesar orang. Kenaikan terbesar terjadi pada kelompok berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar yang naik 43,13% (qtq), diikuti oleh pekerja tidak dibayar 13,59%. Sementara itu kelompok lain turun dibanding triwulan sebeumnya. Proporsi setiap kelompok adalah sebagai berikut: Berusaha sendiri 42,97%. Berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 21,27%. Pekerja bebas 8,34%. Pekerja tidak dibayar 27,42%. 53

68 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Tabel 5.4 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja Perminggu di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Kelompok pekerja penuh waktu (pekerja dengan jumlah jam kerja per minggu 35 jam keatas) terus naik sepanjang tiga tahun terakhir (Tabel 5.5). Pada tahun 2011 jumlah ini tercatat 68,52% dari total pekerja, kemudian naik di tahun 2012 dan 2013 masing-masing menjadi 70,39% dan 71,30% dari total pekerja. Sementara itu persentase terbesar kedua berada pada kelompok pekerja dengan jumlah jam kerja jam/minggu, diikuti dengan kelompok pekerja dengan jumlah jam kerja jam/minggu. Berdasarkan hasil liaison yang dilakukan terhadap berbagai perusahaan utama di Bangka Belitung, terdapat beberapa rencana investasi yang dilakukan serta penambahan tenaga kerja kontrak dalam rangka menyambut hari raya. Investasi yang cukup besar dilakukan oleh kontak subsektor jasa layanan pelabuhan yang akan membangun berbagai fasilitas pelabuhan seperti tempat penumpukan barang di dermaga, lapangan peti kemas dan perlengkapan bongkar muat. Hal ini diperkirakan dapat menambah lapangan pekerjaan di Bangka Belitung. 54

69 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.2 Kondisi Kesejahteraan Petani Pendapatan petani sangat erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan, maka NTP merupakan indikator yang relevan untuk menunjukkan perkembangan tingkat kesejahteraan petani 3. Nilai Tukar Petani (NTP) diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Indeks NTP petani tercatat membaik. NTP terus menunjukkan peningkatan hingga Triwulan II-2013 (Grafik 5.3). Di bulan Juni 2013, NTP petani menunjukkan peningkatan 0,9% (mtm) dan 2,2% (yoy). Nilai NTP yang konsisten di atas 100 sejak awal tahun 2013 menunjukkan pendapatan petani yang semakin membaik dan lebih besar dibanding pengeluarannya. Inflasi pedesaan menunjukkan peningkatan di triwulan II 2013, dan hal ini sudah diimbangi dengan peningkatan NTP (Grafik 5.4). Namun pada bulan Juni, nilai NTP menunjukkan penurunan yang menandakan bahwa kenaikan pendapatan petani belum mampu mengimbangi kenaikan harga barang-barang kebutuhan, terutama menjelang berbagai event hari raya Idul Fitri Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani NTP (Axis Kanan) Indeks Diterima Petani Indeks Dibayar Petani 98,77 100,93 100, , Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani dan Inflasi Pedesaan Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 3 BPS dalam menjelaskan arti angka Nilai Tukar Petani 55

70 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Meskipun demikian, baru kelompok pekebun yang memiliki indeks di atas 100 (Grafik 5.5). Namun dalam perkembangannya, indeks NTP umum membaik karena hampir semua kelompok petani mengalami peningkatan indeks. Satu-satunya NTP yang mengalami penurunan, terjadi pada kelompok petani padi palawija, yaitu turun dari 82,95 pada Triwulan I-2013 menjadi 82,72. Sementara itu, NTP petani hortikultura naik dari 86,95 menjadi 87,49, NTP pekebun naik dari 118,45 menjadi 119,47, NTP peternak naik dari 95,95 menjadi 96,16, sedangkan NTP nelayan naik dari 90,29 menjadi 90,52. Inflasi pedesaan turun dibanding triwulan sebelumnya, dari 5,09% (yoy) menjadi 3,83% (yoy) (Grafik 5.6). Penurunan signifikan terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu dari 7,10% (yoy) menjadi 4,46% (yoy). Hampir seluruh kelompok mengalami penurunan inflasi. Hanya kelompok makanan jadi yang naik dari 3,81% (yoy) menjadi 4,33% (yoy) dan kelompok transportasi dan komunikasi yang naik dari 0,56% (yoy) menjadi 0,64% (yoy) Grafik 5.5 NTP Kelompok Barang Pekebun Peternak Nelayan Petani Hortikultura Petani Padi Palawija Grafik 5.6 Perkembangan Inflasi Pedesaan 14,00 12,00 10,00 8,00 6,00 4,00 2,00 0,00 Bahan Makanan Makanan Perumahan Sandang Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Kesejahteraan masyarakat juga dapat diukur melalui tingkat kemiskinan. Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. 56

71 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin di perkotaan dan pedesaan yang berada di bawah Garis Kemiskinan mengalami penurunan dalam dua periode terakhir (Tabel 5.6). Pada bulan September 2012, penduduk miskin berjumlah 70,21 ribu, lebih sedikit dibanding Maret 2012 yang berjumlah 71,36 ribu. Pada Maret 2013, jumlah tersebut semakin berkurang, dari sebelumnya 70,21 ribu pada September 2012 menjadi 69,22 ribu pada Maret 2013 atau berkurang 3% (yoy). Penurunan ini sejalan dengan proporsi jumlah penduduk miskin yang semakin berkurang. Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah Penduduk Miskin, dan Presentase Penduduk Miskin menurut Daerah Daerah Garis Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin Persentase Penduduk (Rp/Kapita/Bulan) (Ribuan) Miskin (%) Perkotaan Maret ,32 4,11 September ,96 3,35 Maret ,13 3,95 September ,01 3,73 Maret ,73 3,47 Perdesaan Maret ,74 7,35 September ,59 6,91 Maret ,23 7,06 September ,20 6,96 Maret ,49 6,91 Kota + Desa Maret ,06 5,75 September ,55 5,16 Maret ,36 5,53 September ,21 5,37 Maret ,22 Sumber : BPS Bangka Belitung 5,21 Presentase jumlah penduduk miskin mengalami penurunan secara tahunan. Walaupun demikian, jumlah penduduk miskin mengalami kenaikan pada dua tahun terakhir (Grafik 5.7). Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan rata-rata pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan (Tabel 5.7). Indeks ini mengalami 57

72 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan kecenderungan penurunan, yang berarti pengeluaran penduduk akan semakin mendekati garis kemiskinan dan tingkat kemiskinan semakin membaik. Indeks Keparahan Kemiskinan merupakan gambaran penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Angka ini menunjukkan kecenderungan penurunan yang berarti ketimpangan pengeluaran diantara sesama penduduk miskin semakin menurun. Grafik 5.7 Perkembangan Penduduk Miskin Provinsi Bangka Belitung Tabel 5.8 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Jumlah Penduduk Miskin (Ribuan) Persentase Penduduk Miskin (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Masyarakat Pangkalpinang berpendapat bahwa penghasilan mereka dibandingkan 6 bulan yang lalu dan ekspektasi penghasilan 6 bulan yang akan datang menunjukkan penurunan tingkat Grafik 5.9 Indeks Penghasilan 145,33 144,07 141,17 optimisme. Hal ini diperoleh dari hasil Survei Konsumen yang dilakukan di Triwulan II-2013 (Grafik 5.8). Penurunan Sumber: Survei Konsumen Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII tingkat optimisme di 6 bulan yang akan datang ini terjadi akibat adanya anggapan bahwa tidak akan ada kenaikan upah di masa yang akan datang dan akan adanya penurunan omzet di sejumlah lapangan usaha Optiimis Pesimis 154,00 Indeks penghasilan saat ini dibandingkan 6 bln yang lalu Indeks ekspektasi penghasilan 6 bulan yad 160,53 151,50 I II III IV I II III IV I II 58

73 Bab 6 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan III 2013 diperkirakan sedikit meningkat melambat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya karena membaiknya kondisi net ekspor secara gradual. Di sisi lain, walaupun diperkirakan masih cukup baik, terdapat tantangan pada perekonomian domestik karena adanya kenaikan BBM dan TTL. 6.1 Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Perekonomian ekonomi dunia tumbuh stabil. Berdasarkan World Economic Outlook, pertumbuhan ekonomi dunia tumbuh sebesar 3,1% (yoy) pada tahun 2013 atau lebih rendah 0,2% dari proyeksi pada laporan April 2013 namun diprediksi akan menguat ke level 3,8% (yoy) pada tahun Begitu pula terjadi koreksi pada pertumbuhan negara maju yang diprediksi tumbuh 1,2% (yoy) atau turun sebesar 0,1%. Sedangkan pertumbuhan negara berkembang diperkirakan tumbuh 5,0% (yoy) atau turun sebesar 0,3% dari prediksi laporan sebelumnya. Dari sektor perdagangan, aktivitas perdagangan dunia diperkirakan tumbuh sebesar 3,1% (yoy) atau turun sebanyak 0,5% dari perkiraan sebelumnya dikarenakan masih terbatasnya permintaan komoditas dari negara-negara industri dan rendahnya hargaharga komoditas perdagangan. Ekspor negara berkembang meningkat 4,3% (yoy) atau menurun sebesar 0,5% dari proyeksi sebelumnya. Ini terpengaruh perlambatan ekonomi China yang menjadi tujuan utama ekspor dari negara berkembang. Pertumbuhan ekonomi China pada pada 2013 diperkirakan 7,8% (yoy) atau terkoreksi turun sebesar 0,3% dari prediksi laporan April Namun ekspor negara berkembang diprediksi akan meningkat hingga mencapai level 6,3% di tahun Impor negara berkembang turut tumbuh sebesar 6,0% (yoy) dan akan meningkat di tahun 2014 mencapai 7,3% (yoy). Dengan meningkatnya sektor perdagangan internasional diprediksi perekonomian global kedepannya akan semakin baik. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2013 diperkirakan pada kisaran 5,8% - 6,2% lebih rendah dari perkiraan sebelumnya 6,2% - 6,6%. Lebih rendahnya perkiraan

74 pertumbuhan ekonomi tahun 2013 tersebut akibat belum kuatnya ekspor sejalan pertumbuhan ekonomi global dan harga komoditas global yang masih lemah. Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Negara Proyeksi Perbedaan dibanding Laporan April 2013 Tahun Pertumbuhan Ekonomi Dunia Negara Maju Negara Berkembang Volume Perdagangan Dunia Sumber : IMF. World Economic Outlook.Update Juli 2013 Inflasi nasional pada bulan Juni 2013 meningkat cukup tinggi sebesar 1,03% (mtm) atau 5,90% (yoy). Peningkatan ini sesuai dengan perkiraan sebelumnya yang dipicu kenaikan harga BBM bersubsidi, yang kemudian mendorong kenaikan harga kelompok administered prices dan volatile food. Sementara itu, inflasi inti masih terkendali pada level 3,98% (yoy). Diperkirakan kenaikan harga BBM ini berpengaruh dalam waktu tiga bulan. Dengan puncaknya pada bulan Juli 2013, kemudian menurun pada bulan Agustus 2013 dan kembali normal pada September Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2013 diperkirakan akan sedikit meningkat. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan III 2013 akan berada pada kisaran 5,5%-5,9%. Sementara pertumbuhan triwulanan (qtq) akan berada pada kisaran 2,0%-2,4%. 60

75 Pertumbuhan ekonomi pada triwulan ketiga akan sedikit meningkat dibanding triwulan sebelumnya karena perbaikan net ekspor dan investasi yang masih tinggi. Ekspor diperkirakan mulai membaik walaupun masih terbatas, sedangkan impor diperkirakan mulai melambat. Investasi diprediksi masih cukup tinggi karena pelaku usaha masih optimis terhadap prospek jangka menengah-panjang dunia usaha. Di sisi lain, perekonomian domestik akan menghadapi tantangan dari kenaikan BBM dan TTL tahap 4. Seiring dengan itu, konsumsi masyarakat juga diperkirakan sedikit melambat. Grafik 6.1 Perkembangan PDRB Bangka Belitung 6.3 Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi global yang tumbuh namun masih terbatas pada triwulan II 2013 berdampak pada pertumbuhan sektor unggulan Bangka Belitung. Berdasarkan Survei Kegiatan Dunia Usaha yang dilakukan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII di awal tahun 2013, terindikasi akan terjadi beberapa perubahan dari sektor unggulan. 61

76 Tabel 6.2 Perekonomian Berdasar Pendapat Pengusaha Ekspektasi Aspek Pertumbuhan Penyebab Pertumbuhan Triwulan II Volume produksi Naik terbatas Faktor cuaca yang mendukung, curah hujan yang kondusif dan tinggi gelombang ombak yang rendah diyakini akan meningkatkan produksi pertambangan darat dan laut, namun produksi masih dibatasi oleh jumlah permintaan pasar yang terbatasdan regulasi pemerintah terhadap kenaikan kelompok administered prices. Nilai penjualan Stabil Permintaan pasar yang masih terbatas. Kapasitas produksi Stabil Sejalan dengan perubahan permintaan yang tidak signifikan. Tenaga kerja Stabil Diperkirakan tidak ada perubahan yang signifikan. Harga jual Turun Menurunnya beberapa harga komoditas unggulan setempatpada pasar internasional seperti Timah, Karet, dan CPO. Kondisi keuangan Turun Pendapatan masyarakat menurun akibat dari menurunnya harga komoditas unggulan. Akses kredit Turun Pengaruh dari naiknya BI ratemenyebabkan peningkatan suku bunga kredit dan menurunnya tingkat permintaan global sehingga akan menurunkan jumlah pengajuan kredit oleh masyarakat. Investasi Sedikit menurun Kondisi perekonomian global yang belum pulih dan Rupiah yang melemah kurang membuka peluang untuk melakukan investasi Kinerja sektor pertambangan diperkirakan meningkat terbatas Dari sisi produksi, diproyeksikan kapasitas produksi komoditas unggulan timah akan meningkat seiring dengan semakin kondusifnya faktor cuaca yang dapat mendukung aktivitas pertambangan. Berdasarkan tren historis produksi timah selama 2 tahun terakhir menunjukkan bahwa puncak produksi timah tertinggi ada pada triwulan III. Aktivitas pertambangan juga meningkat seiring kebijakan pemerintah yang memperketat batas minimum pemurnian kadar timah dari 99,85% menjadi 99,99% sehingga dengan kadar timah yang lebih tinggi dan harga yang sedang turun menjadi daya tarik tersendiri bagi importir untuk meningkatkan permintaan Kinerja sektor perkebunan terindikasi melambat. Kinerja perkebunan karet diproyeksi melemah ditengah turunnya harga di pasar internasional sebesar 5,9% (mtm) di bulan Juli. Harga komoditas karet diprediksi masih akan melemah karena belum pulihnya industri otomotif di 62

77 negara maju. Melemahnya harga karet turut mempengaruhi produktivitas karet di Bangka Belitung yaitu menurun sebesar 7,95% (mtm). Namun penurunan ini tidak akan berlangsung lama karena diprediksi kondisi curah hujan pada bulan berikutnya akan menurun. Kinerja perkebunan sawit diperkirakan melambat. Meskipun demand dalam negeri masih cukup stabil, namun harga CPO pasar internasional turun sebesar 3,32% (mtm) di bulan Juli. Penurunan pasokan tersebut antara lain disebabkan menurunnya kapasitas utilisasi perkebunan kelapa sawit dibanding tahun lalu yaitu dari 70% menjadi 50%-60% terutama karena faktor cuaca. Sementara itu, rata-rata harga TBS sampai dengan triwulan II bergerak konstan dan belum menunjukkan pergerakan peningkatan harga yang signifikan. Kinerja komoditas tanaman bahan makanan diperkirakan terus menunjukkan peningkatan. Sub sektor Tanaman Bahan Makanan di Bangka Belitung diperkirakan mengalami peningkatan output dari tahun ke tahun. Produktivitas tanaman padi meningkat sebesar 18,66% (yoy) bila dibanding tahun sebelumnya, sedangkan tanaman jagung mencatat kenaikan 39,40%. Sementara itu, luas daerah panen juga mengalami perluasan sebesar 18,88% untuk tanaman padi dan 55,97% untuk tanaman jagung. Selain itu panen raya padi dengan siklus panen tiga kali setahun yang berlangsung di wilayah sentra produksi baik di Sumatera Selatan maupun Lampung mampu menjaga pasokan beras tetap stabil dan menekan inflasi beras. 63

78 Grafik 6.2 Total Produksi Komoditas Unggulan Babel Grafik 6.3 Harga Internasional Komoditas Unggulan Sumber: Bloomberg Sumber: Bloomberg Grafik 6.4 Produksi VS Penjualan Logam Timah Grafik 6.5 Pertumbuhan Tanaman Bahan Makan Sumber: Bloomberg Sumber: BPS Diolah Kinerja industri pengolahan secara umum diperkirakan sedikit meningkat. Kinerja industri karet diperkirakan naik terbatas karena harga karet yang belum membaik. Produksi karet diperkirakan cukup baik karena cukup kondusifnya cuaca, sedangkan harga karet diperkirakan kembali meningkat ketika ekonomi dunia ikut membaik. Di sisi lain, terdapat tantangan dari sisi persaingan karena bertambahnya pasokan karet di tingkat dunia. Kinerja industri pengolahan timah diperkirakan sedikit meningkat. Peningkatan penjualan diperkirakan berlanjut disebabkan adanya aturan pengetatan kadar timah dari 99,85% menjadi 99,99% sehingga meningkatkan 64

79 daya tarik timah dalam negeri di pasar internasional dan mendongkrak penjualan smelter. Namun masih melemahnya perekonomian dunia yang berpengaruh kepada negara-negara tujuan ekspor, sulit bagi industri pengolahan timah di triwulan III untuk bisa meningkat secara signifikan, karena masih terbatasnya ruang kenaikan harga timah di pasar internasional. Harga timah yang masih rendah ini juga disebabkan oleh penurunan kinerja pabrikan logam, manufaktur, dan elektronik pasca krisis ekonomi Eropa dan Amerika. Kinerja industri CPO berpotensi menguat terbatas. Produksi CPO diperkirakan meningkat di triwulan ini seiring semakin membaiknya cuaca yang berpengaruh terhadap kelancaran distribusi bahan baku. Sedangkan pasokan tandan buah segar sebagai bahan baku CPO pada triwulan ini diperkirakan mulai berangsur membaik karena masa track panen mulai berlalu. Di sisi lain, harga CPO di pasar internasional menurun dibanding bulan sebelumnya dari USD759,5/mt menjadi USD734,2/mt atau turun 3,44% (mtm). Namun harga CPO diperkirakan mulai terakselerasi pada bulan depan sejalan dengan meningkatnya permintaan pada bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran. Pertumbuhan industri makanan dan minuman diperkirakan meningkat. Meningkatnya produktivitas tanaman jagung dan padi di Sumbagsel, dapat menjadi salah satu faktor untuk mengamankan persediaan bahan makanan pokok untuk kebutuhan daerah terutama terhadap permintaan musiman. Selain itu tersedianya pasokan bahan baku dalam jumlah yang cukup sejalan dengan semakin membaiknya produksi bahan makanan dan telah dibukannya kebijakan impor bahan pangan untuk menstabilkan harga. 65

80 Grafik 6.6 Pergerakan Harga TBS, Inti, dan CPO Grafik 6.7 Perkembangan Volume Produksi dan Harga Jual (SKDU) Grafik 6.8 Perkiraan Curah Hujan Juli Grafik 6.9 Konsumsi Semen 6.4 Sisi Permintaan Konsumsi rumah tangga dan investasi tetap menjadi faktor dominan dari sisi permintaan. Sementara net ekspor diperkirakan mulai membaik. Pelaku usaha masih terlihat optimis untuk meningkatkan kinerja dari sisi volume. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) triwulan II 2013 dan Survei Konsumen, secara umum kegiatan usaha dan perekonimian diperkirakan tumbuh cukup baik. Namun konsumsi rumah tangga dan investasi akan sedikit tertahan akibat dampak kenaikan harga BBM. Selain itu dari sisi perdagangan luar negeri, ekspor diperkirakan akan bergerak terbatas karena permintaan barang ekspor yang melambat akibat masih belum pulihnya perekonomian dunia. 66

81 Konsumsi rumah tangga diperkirakan tetap kuat pada triwulan III Beberapa indikator mengindikasikan konsumsi pada triwulan III 2013 masih kuat. Bulan Ramadhan dan hari raya lebaran sebagai salah satu faktor yang akan mempengaruhi peningkatan konsumsi rumah tangga. Selain itu tingkat Keyakinan Konsumen di Kota Pangkalpinang terhadap kondisi perekonomian di bulan Juli 2013 terindikasi berada pada level optimis. Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada bulan Juni 2013 meningkat dari 136,50 dibulan sebelumnya menjadi 150,67. Investasi diperkirakan akan cenderung stabil. Investasi diperkirakan akan stabil seiring dengan masih tingginya laju pertumbuhan kredit investasi. Berdasarkan survei kepada dunia usaha, investasi walaupun terdapat tendensi moderasi, namun masih tinggi terkait adanya rencana penambahan kapasitas kegiatan produksi dan bisnis. Grafik 6.10 Pertumbuhan Permintaan Kendaraan Baru Grafik 6.11 Survei Keyakinan Konsumen 6.5 Proyeksi Inflasi Pada akhir triwulan III diperkirakan inflasi Pangkalpinang akan menurun tipis pada kisaran 9,0% 9,2% (yoy) setelah pada akhir triwulan II berada di 9,38%. Kondisi inflasi awal triwulan III dipengaruhi oleh adanya shock kenaikan harga BBM dan TTL pada periode sebelumnya dan kemudian berangsur pulih pada bulan-bulan berikutnya, serta adanya peningkatan permintaan menyambut bulan Ramadhan dan hari raya lebaran. Sedangkan secara triwulanan (qtq) diperkirakan tercatat inflasi pada kisaran 0,7-1,4%. Tekanan utama inflasi pada triwulan III diproyeksi berasal dari kelompok administered prices. Kenaikan harga BBM dan TTL akan memberikan tekanan pada kelompok bahan makanan, makanan jadi, dan transportasi. Transportasi udara diperkirakan 67

82 akan meningkat tajam mengingat Bangka Belitung sebagai daerah kepulauan dan peningkatan permintaan sebelum dan sesudah hari raya lebaran. Momen hari raya lebaran juga akan mendongkrak permintaan sehingga akan mendorong inflasi bahan makanan. Kebijakan pemerintah mengimpor bahan makanan akan menekan inflasi volatile foods di triwulan III Keputusan Menteri Perdagangan No. 699/M- DAG/KEP/7/2013 tentang Stabilitas Harga Daging Sapi Mengenai izin industri pemotongan hewan, feedloter yang terintegrasi, dan rumah potong hewan untuk mengimpor sapi siap potong, diprediksi akan menurunkan tingginya harga daging sapi, terutama untuk mengimbangi permintaan pada hari raya lebaran. Untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri Pemerintah telah mengeluarkan izin impor ekor sapi siap potong hingga pertengahan Agustus Secara umum, pasokan komoditas lain juga diperkirakan terjaga didukung kondusifnya perairan. Berdasarkan perkiraan BMKG, tinggi gelombang perairan sekitar Bangka Belitung pada kisaran 0,5-1,5 m atau kondusif untuk pelayaran sehingga distribusi barang berjalan lancar. Di sisi lain, komoditas holtikultura sampai dengan bulan Juni mulai menunjukan penurunan dan seterusnya diprediksi akan membaik setelah pasokan impor mulai membanjiri pasar. Tabel 6.3 Rata-Rata Tinggi Gelombang Keterangan * perkiraan tinggi gelombang oleh BMKG Klas II Palembang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika. Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Inflasi inti diperkirakan melambat searah dengan menurunnya inflasi volatile foods dan terjaganya permintaan secara umum, meskipun ekspektasi inflasi terindikasi meningkat. Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar yang disertai masih belum stabilnya perekonomian dunia menaikkan tekanan dari imported inflation. Namun 68

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014

Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Triwulan III 2014 Kajian Ekonomi & Keuangan Regional Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Sulawesi Tenggara KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL (www.bi.go.id) KATA PENGANTAR Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1 Penurunan Harga Pangan dan Komoditas Energi Dorong Deflasi IHK Bulan Februari Indeks Harga Konsumen (IHK) bulan Februari 2016 mengalami deflasi. Deflasi IHK pada bulan ini mencapai -0,09% (mtm). Realisasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan

Perkembangan Perekonomian Terkini. Peluang Pengembangan Perekonomian. Proyeksi Perekonomian Ke depan 01 02 03 Perkembangan Perekonomian Terkini Peluang Pengembangan Perekonomian Proyeksi Perekonomian Ke depan 2 Produk Domestik Regional Bruto Nasional Balikpapan Kaltim Industri Konstruksi Transportasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016

RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 RAKORDAL PROVINSI KALTENG TRIWULAN III 2016 EKONOMI NASIONAL KONDISI EKONOMI NASIONAL TRIWULAN II 2016 INFLASI=2,79% GROWTH RIIL : 2,4% Ekonomi Nasional dapat tumbuh lebih dari 5,0% (yoy) pada triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA MEI 2017 Vol. 3 No. 1 Triwulanan Januari - Maret 2017 (terbit Mei 2017) Triwulan I 2017 ISSN 2460-490165 e-issn 2460-598144 - KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Visi, Misi Bank Indonesia KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Lampung Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Bandar Lampung i Visi, Misi Bank Indonesia Visi, Misi Bank Indonesia Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan I 2016 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan I 216 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti...

Inflasi Bulanan Inflasi Tahunan Disagregasi Inflasi Non Fundamental Fundamental/Inti... Daftar Isi Daftar Isi... i Daftar Tabel... iv Daftar Grafik... v Kata Pengantar... x Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Lampung... xii Ringkasan Eksekutif... xv Bab 1 Perkembangan Ekonomi Makro Daerah...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL TRIWULAN I 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL VISI BANK INDONESIA : kredibel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2016 Inflasi Ramadhan 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan I2010 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga Kajian

Lebih terperinci