KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III Kantor Bank Indonesia Palembang

2 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2011 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, November 2011 Ttd Didy Laksmono R. Pemimpin

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK... ix INDIKATOR EKONOMI... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB 1 PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi SUPLEMEN 1 BELITUNG MENUJU PULAU WISATA Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa Jasa SUPLEMEN 2 PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN DAN PERTAMBANGAN DORONG KINERJA DUNIA USAHA Sisi Permintaan Konsumsi SUPLEMEN 3 PENGUATAN KINERJA PERTUMBUHAN EKONOMI DIBARENGI DENGAN PENINGKATAN OPTIMISME KONSUMEN... 17

5 Daftar Isi Investasi Ekspor dan Impor BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Disagregasi Inflasi Inflasi Inti Non Inti Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Daerah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Kualitas Kredit/Pembiayaan Rentabilitas Perbankan Kelonggaran Tarik Risiko Likuiditas Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Penyediaan Uang Layak Edar SUPLEMEN 4 Uang Kertas Rp20.000, Rp50.000, dan Rp Desain Baru Telah Diedarkan iv

6 Daftar Isi BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi Realisasi Dana Tugas Pembantuan Realisasi Dana Dekonsentrasi Realisasi APBD Kabupaten/Kota BAB 5 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Nilai Tukar Petani (NTP) Kemiskinan Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Indikator Ketenagakerjaan Indikator Penghasilan BAB 6 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi v

7 Daftar Isi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank vi

8 3. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%)... 8 Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang dan Nasional Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III Tabel 3.5 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 4.1 Realisasi Dana Tugas Pembantuan sampai dengan Triwulan III Tabel 4.2 Realisasi Dana Dekonsentrasi sampai dengan Triwulan III Tabel 4.3 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Triwulan III Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bangka Triwulan III Tabel 4.5 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Kota Pangkalpinang Triwulan III Tabel 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Triwulan III Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Tabel 5.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (Maret Maret 2011) Tabel 5.5 Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen (Rupiah per Kapita per Bulan) Tabel 5.6 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Selama Triwulan III

9 Daftar Tabel Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Selama Triwulan III Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Tabel 6.2 Tinggi Gelombang Laut viii

10 4. DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung... 7 Grafik 1.2 Indeks Konsumen Kota Pangkalpinang... 7 Grafik 1.3 Curah Hujan Bangka Belitung... 8 Grafik 1.4 Produksi Padi Bangka Belitung... 8 Grafik 1.5 Subsektor Pertambangan dan Penggalian... 9 Grafik 1.6 Produksi Minyak Bumi... 9 Grafik 1.7 Subsektor Industri Pengolahan Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Grafik 1.10 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.11 Jumlah Wisatawan Grafik 1.12 Arus Penumpang Grafik 1.13 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Grafik 1.14 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.15 Indikator Pertumbuhan Investasi Grafik 1.16 Net Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.17 Indikator Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.18 Indikator Impor Bangka Belitung Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang dan Nasional Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Grafik 2.4 Core Inflation Grafik 2.5 Indikator Tekanan Inflasi Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.7 Indikator Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Grafik 2.8 Produksi Beras ARAM III Grafik 2.9 Arus Bongkar Pelabuhan Grafik 2.10 Kontribusi Inflasi Tahunan... 27

11 Daftar Grafik Grafik 2.11 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Bahan Makanan Grafik 2.12 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Makanan Jadi Grafik 2.13 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.14 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 2.15 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Kesehatan Grafik 2.16 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Grafik 2.17 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2011 di Bangka Belitung Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiyaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan III 2011 Berdasarkan Wilayah Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung Grafik 3.11 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankn Bangka Belitung Grafik 3.13 Perkembangan NPL per Kelompok Bank Grafik 3.14 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.16 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung Grafik 3.17 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik 3.18 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.19 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.20 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) x

12 Daftar Grafik Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 5.2 Perkembangan TPAK dan TPT Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani, Inflasi Pedesaan, dan Inflasi IHK Tahunan Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Grafik 6.2 Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan Grafik 6.3 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 6.4 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Grafik 6.5 Ekspektasi Perubahan Harga xi

13 Daftar Grafik Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xii

14 5. INDIKATOR EKONOMI *) Sumber : BPS Bangka Belitung **) Data Perbankan triwulan III 2011 sampai dengan Agustus 2011

15 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xiv

16 III/11 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Perekonomian Bangka Belitung di triwulan III masih terdorong kinerja sektor primer. Pertumbuhan ekonomi yang terjadi pada sektor primer juga memicu peningkatan kinerja sektor sekunder dan tersier. Dari sisi permintaan, konsumsi dan investasi mendorong pertumbuhan di saat ekspor melambat. Realisasi belanja pemerintah juga masih cenderung lambat. Inflasi menurun dipicu oleh koreksi harga pangan didukung oleh membaiknya kondisi perairan. Perkembangan perbankan dan sistem pembayaran telah terpengaruh oleh perlambatan ekspor. Walaupun demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat masih terjaga. Pada triwulan IV, perekonomian Bangka Belitung tertahan penghentian ekspor timah. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV diperkirakan akan banyak terpengaruh penghentian ekspor timah yang akan menghentikan aktivitas pertambangan dan menurunkan daya beli masayarakat. Sementara itu, kinerja sektor tersier akan terdorong oleh adanya Natal dan Tahun Baru. Melemahnya daya beli akan mengurangi tekanan inflasi Pangkalpinang dari sisi permintaan, namun inflasi berisiko terdorong kenaikan harga bahan pangan.

17 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Bangka Belitung di triwulan III 2011 mencapai 7,4% (yoy) atau menguat dibanding triwulan sebelumnya. Capaian pertumbuhan tahunan ini berada di atas rata-rata historis pertumbuhan ekonomi tahunan sepanjang lima tahun terakhir yakni 5,3%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 6,5% (yoy). Meningkatnya laju perekonomian Bangka Belitung terkonfirmasi dari hasil Survei Tendensi Konsumen BPS Bangka Belitung. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) periode triwulan III 2011 meningkat dibanding triwulan sebelumnya dan hasil Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang mengkonfirmasikan terjaganya optimisme konsumen dalam memandang kondisi perekonomian. Pertumbuhan didorong oleh sektor primer. Kinerja sektoral di triwulan III 2011 menguat, terutama didorong oleh sektor pertanian, pertambangan dan penggalian, serta industri pengolahan. Masih tingginya harga komoditas unggulan Bangka Belitung, seperti timah, sawit, dan karet di pasar internasional merupakan faktor penopang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Membaiknya pertumbuhan sektor primer, menjadi pendorong pertumbuhan sektor sekunder dan tersier. Hampir semua sektor sekunder dan tersier mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan. Pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh permintaan domestik disaat permintaan eksternal menurun. Investasi dan konsumsi rumah tangga masing-masing berkontribusi sebesar 60,5% dan 27,3%. Sementara itu, permintaan luar negeri justru menurun. Tingginya konsumsi rumah tangga non makanan terkonfirmasi dari naiknya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terjaganya optimisme masyarakat, naiknya konsumsi barang tahan lama dan energi. Ekspor melambat dibanding periode sebelumnya (Maret-Mei 2011) dari 135,85% (yoy) menjadi 44,36% (yoy), sejalan dengan perlambatan pertumbuhan harga timah. Inflasi Pangkalpinang menurun. Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang di triwulan IIII sedikit melambat jika dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 10,00% menjadi 8,83%. Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari komoditas makanan yang mengalami koreksi harga. Namun demikian, inflasi Pangkalpinang masih lebih tinggi dari inflasi nasional tercatat jauh lebih tinggi yang sebesar 4,61% (yoy). 2

18 Ringkasan Eksekutif Inflasi inti turun dari 9,15% di triwulan II menjadi 8,81% di triwulan III. Perlambatan ini sejalan dengan terkoreksinya harga pangan yang menyebabkan turunnya harga komoditas yang termasuk dalam subkelompok makanan jadi. Sementara itu, tekanan dari sisi permintaan diperkirakan tetap tinggi seiring dengan meningkatnya perekonomian. Optimisme konsumen dalam memandang penghasilan saat ini mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi volatile foods pada triwulan III 2011 sebesar 9,44% (yoy), turun dibanding triwulan sebelumnya sebesar 12,80% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi terutama bersumber dari subkelompok daging dan hasil-hasilnya; bumbu-bumbuan; dan telur, susu, dan hasilhasilnya yang masing-masing mencatat tingkat inflasi yang jauh lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Koreksi pangan yang termasuk kelompok volatile foods juga ditunjang oleh kondusifnya perairan Bangka Belitung sepanjang triwulan III 2011, sehingga membuat pasokan makanan relatif terjaga. Penghimpunan DPK di Bangka Belitung menurun, seiring dengan koreksi harga timah. Dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan secara umum mengalami sedikit peningkatan, kecuali pertumbuhan DPK secara triwulanan. Namun, pertumbuhan tahunan yang terjadi pada indikator perbankan Bangka Belitung secara umum lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 1,31% secara triwulanan (qtq), namun secara tahunan masih meningkat sebesar 22,44%. Realisasi belanja pemerintah masih lambat dibandingkan pendapatan. Realisasi pendapatan APBD 2011 pada Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang sampai dengan triwulan III cukup tinggi masing-masing telah terealisasi sebesar 79,84% dan 78,54%. Sementara itu, realisasi belanja daerah pada Kota Pangkalpinang baru sebesar 45,25% namun realisasi belanja Kabupaten Bangka tercatat tinggi sebesar 61,04%. Kegiatan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai sedikit melambat seiring dengan pelemahan harga timah. Sistem pembayaran tunai dan non tunai di Bangka Belitung pada triwulan III 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pembayaran non tunai secara keseluruhan mengalami perlambatan, namun dilihat jenis transaksinya, RTGS melambat sementara kliring tetap naik. Sistem pembayaran tunai yang tercermin dari kegiatan kas titipan di Pangkalpinang, pertumbuhan tahunan net-outflow tercatat turun. 3

19 Ringkasan Eksekutif Kesejahteraan masyarakat secara umum masih stabil. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Agustus jika dibanding Februari sedikit meningkat. Namun, optimisme konsumen di Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang sedikit meningkat. Indeks NTP di Bangka Belitung pada triwulan III 2011 relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat. Pertumbuhan ekonomi dunia melambat diikuti dengan meningkatnya tingkat risiko yang berasal dari masalah perekonomian dunia yang belum terpecahkan seperti krisis di Amerika dan Eropa serta gempa dan tsunami di Jepang. IMF dalam World Economic Outlook (WEO) bulan September 2011, merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia tahunan dari 4,3% pada WEO bulan Juni 2011 menjadi 4,0%. Selain itu ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan hanya tumbuh 4,0%, setelah sebelumnya diperkirakan bisa tumbuh 4,5%. Sementara itu, perekonomian Indonesia pada tahun 2011 diperkirakan masih tumbuh pada level yang tinggi, diperkirakan pada tahun 2011 tumbuh pada kisaran 6,6% (yoy). Perekonomian Bangka Belitung diperkirakan melambat pada triwulan IV 2011 yaitu tumbuh dalam kisaran 6,7 ± 1% (yoy). Padatriwulan III, perekonomian dapat tumbuh 7,5%. Pertumbuhan secara triwulanan diproyeksikan tumbuh sebesar 0,7 ± 1%(qtq) atau sama dengan rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir yaitu 0,8% (qtq). Perekonomian akan ditopang oleh sektor PHR serta sektor pengangkutan dan telekomunikasi. Kinerja sektor pertanian diperkirakan turun seiring dengan turunnya produksi tanaman bahan makanan. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan diperkirakan turun tajam sejalan dengan penghentian sementara ekspor timah. Penghentian ekspor merupakan kesepakatan dua puluh empat pengusaha smelter (termasuk dua perusahaan timah terbesar di Bangka Belitung PT Timah Tbk dan PT Koba Tin) sebagai upaya menaikkan harga timah di pasar internasional yang terus turun karena permainan pasar. Namun, adanya perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan memberikan dorongan yang signifikan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. 4

20 Ringkasan Eksekutif Perlambatan ekonomi Bangka Belitung dari sisi permintaan diperkirakan terjadi akibat menurunnya ekspor. Ekspor produkproduk unggulan Bangka Belitung diprediksi turun, sejalan dengan penghentian sementara ekspor timah. Penurunan ekspor diperkirakan akan memperlambat konsumsi dan investasi. Hasil Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang menunjukkan bahwa optimisme masyarakat ke depan menurun. Proyeksi inflasi tahunan pada triwulan IV 2011 direvisi ke bawah dari 9,72% (yoy) menjadi 7,47%(yoy). Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan rendah terkait adanya morotarium kesepakatan penghentian sementara ekspor timah yang berpengaruh terhadap melemahnya daya beli masyarakat. Berdasarkan survei konsumen BI dan BPS, terjadi penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Dari sisi penawaran, berakhirnya masa panen, masih tingginya harga pangan dunia, dan kurang kondusifnya perairan sekitar Bangka diperkirakan menjadi pendorong inflasi. Selain itu, ekspektasi inflasi masyarakat ke depan naik, yang ditunjukkan oleh peningkatan hasil survei konsumen sepanjang triwulan III baik ekspektasi 3 bulan yang akan datang maupun enam bulan yang akan datang. 5

21 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 6

22 Bab 1 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomian Bangka Belitung tumbuh menguat mencapai 7,4% (yoy) di triwulan III didorong oleh baiknya kinerja sektor primer. Peningkatan konsumsi dan investasi juga menjadi pendorong pertumbuhan. Perekonomian Bangka Belitung di triwulan III 2011 mencapai 7,4% (yoy) atau menguat dibanding triwulan sebelumnya. Capaian pertumbuhan tahunan ini berada di atas rata-rata historis pertumbuhan ekonomi tahunan sepanjang lima tahun terakhir yakni 5,3%. Selain itu, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung triwulan ini lebih tinggi dibanding pertumbuhan ekonomi Nasional yang sebesar 6,5% (yoy). Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Grafik 1.2 Indeks Konsumen Kota Pangkalpinang Meningkatnya laju perekonomian Bangka Belitung terkonfirmasi dari hasil Survei Tendensi Konsumen BPS Bangka Belitung. Indeks Tendensi Konsumen (ITK) periode triwulan III 2011 meningkat dibanding triwulan sebelumnya, dimana semua komponen pembentuknya juga mengalami peningkatan. Selain itu, hasil Survei Konsumen 1 Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang juga mengkonfirmasikan terjaganya optimisme konsumen dalam memandang kondisi perekonomian. 1 Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKK. Konsumen dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.1 Sisi Penawaran Kinerja sektoral di triwulan III 2011 menguat, terutama didorong oleh sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; serta industri pengolahan. Masih cukup tingginya harga komoditas unggulan Bangka Belitung, seperti timah, sawit, dan karet di pasar internasional merupakan faktor penopang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung. Membaiknya pertumbuhan sektor primer, menjadi pendorong pertumbuhan sektor sekunder dan tersier. Hampir semua sektor sekunder dan tersier mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan. Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor Pertanian Grafik 1.3 Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 1.4 Produksi Padi Bangka Belitung Sektor pertanian tumbuh menguat mencapai 5,6% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya hanya tumbuh 3,6% (yoy). Subsektor perkebunan juga tumbuh meningkat dari 3,0% (yoy) menjadi 5,3% (yoy). Penggerak utama subsektor perkebunan adalah masih tingginya harga CPO, karet, dan lada di pasar internasional dan kondusifnya cuaca meningkatkan produksi. Subsektor perikanan juga mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Subsektor perikanan tumbuh 3,9% (yoy) setelah terkontraksi 0,8% (yoy) di triwulan II. Hal ini sejalan dengan membaiknya kondisi perairan Bangka Belitung. 8

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Subsektor lainnya yaitu tanaman bahan makanan; peternakan dan hasil-hasilnya; serta kehutanan mengalami perlambatan. Subsektor tanaman bahan makanan tetap tumbuh tinggi meski sedikit melambat, tumbuh sebesar 10,7% (yoy) di triwulan III setelah tumbuh 14,2% (yoy) di triwulan II. Berdasarkan data Angka Ramalan III (ARAM III) yang dirilis oleh BPS, terjadi peningkatan produksi padi sebesar 26,98% (yoy) pada periode Mei- Agustus Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian tumbuh menguat menjadi 2,4% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 1,9% (yoy). Subsektor yang mengalami perbaikan adalah subsektor pertambangan tanpa migas dan penggalian. Subsektor penggalian mengalami peningkatan pertumbuhan dari 20,5% (yoy) di triwulan II, menjadi 23,2% (yoy). Sementara itu, subsektor pertambangan tanpa migas tetap terkontraksi meski tidak sedalam triwulan sebelumnya. Di sisi lain, subsektor minyak dan gas bumi mengalami penurunan sejalan dengan menurunnya lifting. Subsektor pertambangan tanpa migas terkontraksi 2,1% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya terkontraksi 4,2% (yoy). Masih tingginya harga timah di pasar internasional meski melambat dibanding triwulan sebelumnya dan meningkatnya produksi pasir timah akibat kondusifnya cuaca, menjadi penopang pertumbuhan subsektor ini. Kontraksi di triwulan III diperkirakan akan terus berlanjut di triwulan IV dengan kedalaman lebih besar, terkait dengan penghentian sementara ekspor timah. Grafik 1.5 Subsektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.6 Produksi Minyak Bumi Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya, tumbuh 4,0% (yoy) di triwulan III setelah sebelumnya tumbuh 3,7% (yoy). Subsektor yang menjadi penopang pertumbuhan tetap subsektor logam dasar besi dan baja, yang tumbuh meningkat dari 3,6% (yoy) menjadi 5,6% (yoy). Hal ini didukung 9

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional membaiknya kinerja subsektor pertambangan tanpa migas yang merupakan input dari industri pengolahan ini. Selain subsektor logam dasar besi dan baja, subsektor lain yang mengalami percepatan pertumbuhan adalah subsektor kertas dan barang cetakan yang naik dari 3,6% (yoy) di triwulan II menjadi 6,8% serta subsektor pupuk, kimia, dan barang dari karet yang naik dari 0,7% (yoy) menjadi 5,2% (yoy). Subsektor lain selain tiga subsektor yang telah disebutkan, tumbuh melambat. Grafik 1.7 Subsektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor listrik, gas, dan air masih berada pada tren melambat, tumbuh 19,7% (yoy) di triwulan III setelah tumbuh 22,4% (yoy) di triwulan II. Sejalan dengan perlambatan ini, subsektor listrik juga tumbuh melambat dari 22,7% (yoy) di triwulan II menjadi 19,1% (yoy). Sementara itu, subsektor air bersih tumbuh menguat dari 5,4% (yoy) menjadi 9,6% (yoy). Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Pertumbuhan tahunan triwulan III sektor bangunan meningkat dari 16,5% (yoy) menjadi 19,1% (yoy). Kinerja yang membaik ini diikuti dengan naiknya inflasi komoditas semen, asbes, dan tukang bukan mandor yang mendorong inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan 10

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Tumbuh sedikit melambat dari 9,3% (yoy) menjadi 8,4% (yoy) yang dikontribusikan terbesar oleh subsektor perdagangan besar dan eceran. Subsektor ini meskipun melambat namun tetap tumbuh tinggi, yaitu 9,1% (yoy) dari sebelumnya tumbuh 8,1%(yoy). Subsektor hotel juga melambat namun tetap tumbuh tinggi yaitu 9,8% (yoy) setelah sebelumnya tumbuh 11,9% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari melambatnya pertumbuhan tahunan jumlah wisatawan dari 197,55% (yoy) di triwulan II menjadi 102,75% (yoy). Grafik 1.10 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Bangka Belitung Grafik 1.11 Jumlah Wisatawan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi tumbuh menguat dari 9,8% (yoy) menjadi 12,2% (yoy) di triwulan III. Subsektor pengangkutan mengalami perbaikan kinerja, naik dari 8,5% (yoy) menjadi 11,9% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi pada angkutan udara, naik dari Grafik 1.12 Arus Penumpang 8,9% (yoy) menjadi 16,0% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari naiknya jumlah penumpang melalui udara baik dari Bandara Depati Amir maupun HAS Hanadjoedin. Membaiknya kinerja pengangkutan udara diiringi dengan naiknya tarif angkutan udara yang mendorong inflasi sepanjang triwulan III. Sementara itu, subsektor komunikasi tumbuh melambat dari 16,4% (yoy) menjadi 13,6% (yoy). 11

27 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 BELITUNG MENUJU PULAU WISATA Pulau Belitung akhir-akhir ini cukup gencar dipromosikan menjadi daerah tujuan wisata. Kondisi alamnya yang indah merupakan salah satu daya tariknya. Novel dan film Laskar Pelangi merupakan salah satu media yang mengenalkan Belitung ke masyarakat domestik. Sementara, pengenalan ke masyarakat internasional melalui event internasional Sail wakatobi Belitung yang telah diselenggarakan pada bulan Oktober Pulau Belitung terdiri dari dua kabupaten yaitu Kabupaten Belitung dan Belitung Timur. Pertumbuhan ekonomi pulau Belitung selama sepuluh tahun terakhir hanya sekitar 2-3% per tahun, lebih rendah dari Babel yang dapat mencapai 4-6%. Perekonomian Pulau Belitung didominasi oleh sektor pertanian (26,9%), industri pengolahan (18,1%), dan PHR (15,9%). Menurut subsektor, didominasi oleh industri tanpa migas (18,1%), perikanan (17,3%), serta perdagangan besar dan eceran (14,1%). Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi perlun dilakukan transformasi struktural. Share PDRB Belitung terhadap Bangka Belitung mengalami penurunan secara gradual. Mulai 2008, terdapat perlambatan signifikan pada pertumbuhan sektor pertambangan, namun disubstitusikan oleh percepatan sektor pertanian. Sektor pariwisata juga dapat menjadi alternatif subtitusi dari sektor pertambangan yang tidak dapat berkelanjutan. Gragik 1. Pertumbuhan Tahunan Wisatawan ke Belitung Kunjungan wisatawan ke Belitung dari akhir tahun 2010 berada pada tren meningkat, ratarata pertumbuhan tahunannya mencapai 114,32%. Hal ini memperlihatkan sektor pariwisata merupakan sektor yang menjanjikan. Berdasarkan analisa Input Output Kabupaten Belitung tahun 2010, sektor angkutan; komunikasi; dan restoran memiliki forward linkage forward linkage yang cukup besar. Hal ini menunjukkan pengembangan sektor-sektor ini akan mendorong tumbuhnya sektor-sektor lain yang menjadi output sektor-sektor ini. Untuk memajukan pariwisata Belitung, perlunya dimasukkan kawasan wisata Belitung dalam koridor Sumatera pada MP3EI. 12

28 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa meningkat dari 12,6% (yoy) menjadi Grafik 1.13 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa 13,8% (yoy). Subsektor yang memberi kontribusi terbesar pada pertumbuhan adalah sewa bangunan mencapai 78,97%. Subsektor sewa bangunan tumbuh meningkat dari 11,9% (yoy) menjadi 14,5% (yoy). Subsektor lembaga keuangan bukan bank juga tumbuh menguat dari 10,9% (yoy) menjadi 16,3% (yoy). Sementara itu, subsektor bank mengalami perlambatan pertumbuhan dari 17,9% (yoy) menjadi 8,8% (yoy). Hal tersebut terkonfirmasi dari indikator perbankan sampai dengan bulan Agustus yang melambat dibanding triwulan sebelumnya Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa tumbuh menguat dari 9,6% (yoy) menjadi 12,6% (yoy), dengan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah subsektor pemerintahan umum mencapai 70,11%. Subsektor pemerintahan umum tumbuh menguat dari 9,7% (yoy) menjadi 12,5% (yoy), dimana semua komponen pembentuknya juga menguat yaitu administrasi pemerintahan umum dan jasa pemerintahan lainnya masing-masing tumbuh mencapai 10,9% (yoy) dan 17,3% (yoy). Sama halnya dengan subsektor pemerintahan umum, subsektor swasta juga tumbuh menguat dari 9,5% (yoy) menjadi 12,7% (yoy). Seluruh komponennya juga tumbuh pada level tinggi, yaitu (i) sosial kemasyarakatan tumbuh 13,9% (yoy), (ii) hiburan dan rekreasi tumbuh 15,5% (yoy), dan (iii) perorangan dan rumah tangga tumbuh 12,3% (yoy). 13

29 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 PENINGKATAN PRODUKSI PERTANIAN DAN PERTAMBANGAN DORONG KINERJA DUNIA USAHA 2 Perkembangan dunia usaha Bangka Belitung secara umum masih menunjukkan perkembangan yang positif. Faktor pendorong utama perkembangan ini adalah produksi yang naik didukung cuaca yang kondusif dan harga yang masih cukup tinggi meski melambat dibanding triwulan sebelumnya. Secara keseluruhan kondisi tersebut, masih mampu untuk mendorong peningkatan penjualan dan menjadi stimulus bagi sektor-sektor lain (sekunder dan tersier). Melemahnya harga komoditas di pasar internasional terindikasi akibat pelemahan ekonomi negara maju yang diperkirakan sampai tahun Pelaku usaha mengkhawatirkan hal ini akan berimbas pada penjualan ekspor mereka. Permintaan domestik masih menunjukkan peningkatan terutama di subsektor perikanan; industri pengolahan; dan penggalian. Subsektor industri pengolahan CPO mengalami peningkatan penjualan seiring dengan peningkatan permintaan domestik. Naiknya permintaan domestik juga dialami oleh subsektor perikanan. Sementara itu, masih tingginya permintaan terhadap kaolin dan pasir kuarsa mendorong subsektor penggalian. Ekspor masih tumbuh seiring masih tingginya harga komoditas ekspor meski melemah dibanding triwulan sebelumnya. Selain faktor harga, produksi sektor unggulan yang meningkat juga mendorong kinerja ekspor. Kondusifnya cuaca juga meningkatkan produksi subsektor perikanan dan pertambangan. Kapasitas utilisasi subsektor pertambangan tanpa migas, logam dasar besi dan baja, serta perkebunan menunjukkan peningkatan seiring dengan masih tingginya permintaan. Iklim yang lebih baik juga memungkinkan pelaku usaha mendapatkan bahan baku (pasir timah dan pasir kuarsa) lebih banyak untuk diolah sehingga kapasitas utilisasi meningkat. Sejalan dengan masih tingginya permintaan domestik dan luar negeri, pelaku usaha optimis untuk mengembangkan usahanya dengan melakukan investasi. Bentuk investasi yang dilakukan diantaranya berupa pembuatan pabrik es batu dan gudang oleh pelaku usaha subsektor perikanan, serta penambahan kapal untuk distribusi barang pada subsektor penggalian. Tingkat margin usaha cenderung tetap, kenaikan harga jual juga diikut naiknya biaya. Harga jual secara umum masih tinggi meski melambat dibanding triwulan sebelumnya. Sama halnya dengan harga jual, biaya yang dikeluarkan perusahaan juga mengalami peningkatan seiring dengan kenaikan biaya bahan baku, tenaga kerja, dan biaya energi. Pada subsektor perkebunan, kenaikan biaya terbesar terjadi pada harga pupuk. 2 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha. 14

30 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2 Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi masih ditopang oleh permintaan domestik, yaitu investasi dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing berkontribusi sebesar 60,5% dan 27,3%. Sebaliknya permintaan luar negeri, yang dicerminkan oleh kinerja ekspor, justru menurun. Tabel 1.2 Pertumbuhan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Konsumsi Konsumsi tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 4,8% (yoy) menjadi 5,4 % (yoy). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pemerintah diikuti oleh rumah tangga. Konsumsi pemerintah tetap tumbuh tinggi meski melambat dibanding triwulan sebelumnya, dari 7,1% (yoy) menjadi 6,2% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada konsumsi swasta nirlaba dari 6,0% (yoy) menjadi 4,6% (yoy). Sementara itu, konsumsi rumah tangga tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 4,3% (yoy) menjadi 5,2% (yoy). Penguatan konsumsi rumah tangga terkait dengan kegiatan ekonomi mayoritas masyarakat Bangka Belitung yang bergantung pada timah, sehingga masih tingginya harga timah di pasar internasional menyebabkan terjaganya daya beli. Baik konsumsi makanan maupun non makanan tumbuh tinggi pada triwulan II, masing-masing tumbuh 4,7% (yoy) dan 6,2% (yoy). Sementara itu, tingginya konsumsi rumah tangga non makanan terkonfirmasi dari naiknya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terjaganya optimisme masyarakat terhadap penghasilan saat ini, naiknya pendaftaran kendaraan baru, penggunaan listrik segmen rumah tangga, dan konsumsi elpiji tabung 12 kg. 15

31 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.14 Indikator Pertumbuhan Konsumsi 16

32 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 3 PENGUATAN KINERJA PERTUMBUHAN EKONOMI DIBARENGI DENGAN PENINGKATAN OPTIMISME KONSUMEN I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 3 Triwulan III 2011 Optimisme konsumen Pangkalpinang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan III 2011 berdasarkan Survei Konsumen 4 menguat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan sebesar 126,11, naik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang sebesar 116,53. Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sama-sama menguat. IKESI naik dari 108,78 menjadi 118,44. Sementara IEK menguat dari 124,28 menjadi 133,78. Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Tahun Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen Tahun Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. 4 Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak April Di Kota Pangkalpinang survei dilaksanakan sejak tahun 2005 terhadap 200 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis. 17

33 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 3. Pembentuk Ekspektasi Konsumen Tahun Secara umum IKK selama periode laporan naik dibanding triwulan sebelumnya. Padaa bulan Juli tercatat sebesar 128,5, dengan IKESI dan IEK masing-masing 120,17 dan 136,83. Pada bulan Agustus IKK sedikit turun menjadi sebesar 120,17 dengan IKESI dan IEK masing- masing sebesar 120,00 dan 133,83. Sementara itu, IKK pada bulan September tercatat sebesar 122,92 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 115,17 dan 130,67. Hampir seluruh pembentuk keyakinan konsumen saat ini mengalami penguatan optimisme dibanding triwulan sebelumnya. Optimisme konsumenn Pangkalpinang terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja menguat. Namun, dari sisi waktu pembelian barang tahan lama, optimisme konsumen menurun. Samaa halnya dengan keyakinan konsumen, komponen pembentuk ekspektasi juga mengalami penguatan. Optimisme konsumen dalam memandang penghasilan enam bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang menguat. III. Profil Responden 3.1 Profil Responden Bulan Juli Profil responden pada bulan Juli 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Profil Responden Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan Juli

34 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 3.2 Profil Responden Bulan Agustuss 2011 Profil responden pada bulan Agustus 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Profil Responden Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan Agustus Profil Responden Bulan September 2011 Profil responden pada bulan September 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Profil Respondenn Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan September

35 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Pertumbuhan tahunan investasi naik dari 9,5% (yoy) menjadi 11,9%. Peningkatan investasi sejalan dengan membaiknya kinerja sektor bangunan di triwulan III. Indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal dan pendaftaran kendaraan baru berupa truck menunjukkan ada peningkatan. Sampai dengan triwulan III 2011, realisasi investasi di Bangka Belitung sudah mencapai US$ 137,2 juta naik tajam dibanding 2010, dimana total realisasi investasi PMA hanya mencapai US$ 22 juta. Grafik 1.15 Indikator Pertumbuhan Investasi Grafik 1.16 Net Ekspor Bangka Belitung Ekspor dan Impor Net ekspor periode Juni 2011 Agustus 2011 tercatat sebesar US$749,99 juta, tumbuh melambat dari 126,44% (yoy) menjadi 78,51% (yoy). Secara triwulanan net ekspor naik tipis 0,44% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. a. Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari bulan Juni 2011 sampai Agutus 2011 tercatat sebesar US$768,77 juta, atau tumbuh melambat dari 126,15% (yoy) menjadi 80,05% (yoy). Penyumbang ekspor terbesar tetap pada komoditas timah yaitu 85,26%. Ekspor juga melambat dibanding periode sebelumnya (Maret-Mei 2011) dari 135,85% (yoy) menjadi 44,36% (yoy). Hal ini sejalan dengan perlambatan harga timah, meskipun demikian tetap berada pada level yang tinggi. Dari sisi produksi, mengalami kenaikan didukung oleh kondisi cuaca yang kondusif. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura. 20

36 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Berdasarkan data BPS, ekspor juga melambat dari 6,8% (yoy) di triwulan II 2011 menjadi 4,6% (yoy). Grafik 1.17 Indikator Ekspor Bangka Belitung Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg 21

37 Perkembangan Ekonomi Makro Regional b. Impor Berdasarkan data BPS Bangka Belitung, kinerja impor dalam PDRB tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya, dari 2,4% (yoy) menjadi 4,1% (yoy). Seluruh komoponen penyusun impor, juga menguat. Impor luar negeri dan antar daerah mengalami perbaikan dibanding triwulan sebelumnya. Impor luar negeri mengalami peningkatan pertumbuhan tahunan dari 4,2% (yoy) di menjadi 5,8% (yoy). Hal ini sejalan dengan nilai impor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia dari bulan Juni Agustus 2011 yang mengalami percepatan pertumbuhan dari 6,70% (yoy) di periode Mei-Juli 2011 menjadi 32,03% (yoy). Nilai impor non migas berdasar SITC tercatat sebesar US$18,79 juta. Impor didominasi oleh barang penunjang produksi seperti bahan bakar dan peralatan atau mesin. Alat pengangkut lainnya, yaitu kapal isap dan kapal keruk, memiliki pangsa terbesar yaitu 31,21%. Pembelian ini dilakukan sejak tahun 2009 oleh para pelaku industri penambangan timah untuk melakukan ekspansi penambangan laut. Grafik 1.18 Indikator Impor Bangka Belitung 22

38 Bab 2 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Pangkalpinang melambat dibanding triwulan sebelumnya terkait koreksi harga komoditas pangan. 2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang dan Nasional Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang dan Nasional Januari 2009 September 2011 Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang di triwulan IIII sedikit melambat jika dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 10,00% menjadi 8,83%. Meredanya tekanan inflasi terutama bersumber dari komoditas makanan dan komoditas unggulan yang mengalami koreksi harga. Inflasi Pangkalpinang setidaknya dalam dua tahun terakhir tercatat jauh lebih tinggi dibanding inflasi nasional. Inflasi nasional hanya tercatat sebesar 4,61% (yoy) di triwulan III. Selain itu, inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis juga lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Angka standar deviasi Kota Pangkalpinang dari bulan Januari 2009 sampai dengan September 2011 mencapai 3,62%, lebih tinggi dibandingkan angka standar deviasi nasional yang tercatat 1,84%. 2.2 Disagregasi Inflasi 5 Sumber: BPS,diolah Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang 5 Karena keterbatasan data, disagregasi inflasi dilakukan berdasarkan subkelompok barang.

39 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah. Inflasi tahunan semua kelompok mengalami perlambatan, dimana penurunan terbesar terjadi pada kelompok volatile foods. Hal yang perlu menjadi perhatian adalah komoditas pangan baik yang termasuk dalam kelompok volatile foods, maupun inti. Hal ini dikarenakan bobotnya yang tinggi dalam perhitungan inflasi dan volatilitasnya yang tinggi. Bobot komoditas pangan dalam total inflasi cukup besar, hal ini tercermin dari persentase nilai konsumsi komoditas pangan yang mencapai 40,96% dari total nilai konsumsi. Dinas, instansi di Bangka Belitung dan BI Palembang yang tergabung dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Bangka Belitung menyadari pentingnya menjaga inflasi pangan. Salah satu masalah dasar yang dihadapi oleh Bangka Belitung adalah tingginya ketergantungan pasokan barang terhadap provinsi luar. Hampir 80% dari kebutuhan pangan Bangka Belitung dipasok dari luar daerah. Solusi yang diusulkan oleh TPID Bangka Belitung adalah membuat program berkelanjutan dan menyeluruh untuk mencapai swasembada pangan yang meliputi penyediaan infrastruktur yang memadai (pengairan, jalan, dan sebagainya), penataan tata ruang wilayah, memberikan insentif, penyediaan sarana produksi tanam serta memperkuat cadangan pangan strategis dalam jumlah yang cukup dan pemenuhan secara tepat waktu. Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Triwulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah 24

40 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi Inti Inflasi inti turun dari 9,15% di triwulan II menjadi 8,81% di triwulan III. Perlambatan ini sejalan dengan terkoreksinya harga pangan yang menyebabkan turunnya harga komoditas yang termasuk dalam subkelompok makanan jadi. Sementara itu, tekanan dari sisi permintaann diperkirakan tetap tinggi seiring dengan meningkatnya perekonomian. Optimisme konsumen dalam memandang penghasilan saat ini mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya. Core food inflation turun dari 8,42% (yoy) menjadi 6,98% (yoy), sedangkan core non food justru naik dari 9,,46% (yoy) menjadi 9,58% (yoy). Grafik 2.4 Core Inflation Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 2.5 Indikator Tekanan Inflasi Tekanann inflasi dari permintaan yang meningkat, dibarengi dengan ekspektasi inflasi yang cenderung meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen yang menunjukkan kenaikan indeks ekspektasi harga pada triwulan III 2011 dibanding triwulan II. Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen 25

41 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Dilihat dari penyusunnya, subkelompokk biaya tempat tinggal tetap menjadi penyumbang terbesar inflasi inti di triwulan III Sumbangan biaya tempat tinggal mengalami peningkatan dibanding triwulan sebelumnya dari 32,70% menjadi 36,13%. Sementara itu, seiring berakhirnya pendaftaran sekolah sumbangan biaya pendidikan pada inflasi yang pada triwulan sebelumnya cukup besar yaitu 21,46% turun tajam menjadi 9,70%. Grafik 2.7 Indikator Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Non Inti a. Volatile Foods Inflasi tahunan (yoy) volatile foods masih berada pada tren yang melambat seiring dengan koreksi harga pangan yang masih berlanjut. Inflasi volatile foods pada triwulan III 2011 tercatat sebesar 9,44% (yoy), kembali mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai turun dari 12,80% (yoy). Menurunnya tekanan inflasi terutama bersumber dari subkelompok daging dan hasil-hasilnya; bumbu-bumbuan; dan telur, susu, dan hasil-hasilnya tingkat inflasi yang jauh lebih yang masing-masing mencatat rendah dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 2.8 Produksi Beras ARAM III 2011 Grafik 2.9 Arus Bongkar Pelabuhan 26

42 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Koreksi pangan yang termasuk kelompok volatile foods juga ditunjang oleh kondusifnya perairan Bangka Belitung sepanjang triwulan III 2011, sehingga membuat pasokan makanan relatif terjaga. Pada triwulan III 2011 telah terjadi peningkatann jumlah barang yang di bongkar di Pelabuhan Pangkalbalam sebesar 9,78% (yoy) dan di Pelabuhan Tanjungpandann 43,89% (yoy). b. Administered d Price Inflasi administeredd price merupakan inflasi pada kelompok barang yang harganya diatur oleh pemerintah baik pusat maupun daerah. Inflasi administered price tidak mengalami perubahan yang signifikann tetap berada pada kisaran 7%, di triwulan II 2011 tercatat 7,92% (yoy) dan di triwulan III sebesar 7,85% (yoy). Hal ini sejalan dengan tidak adanya perubahan peraturan yang mengatur harga-harga dalam kelompok ini. 2.3 Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang Menurunnya inflasi tahunan pada triwulan III dibanding triwulan II dialami oleh kelompokk bahan makanan; makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau; serta pendidikan, rekreasi, dan olah raga. Sementara itu, kelompok lainnyaa justru mengalami peningkatan. Kelompok bahan makanan tetap memiliki kontribusi terbesar terhadap inflasi tahunan, namun dengan tendensi menurun dibanding triwulan sebelumnya. Kelompok lain yang memiliki kontribusi yang besar adalah kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau serta kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar. Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Sumber: BPS Bangka Belitung Grafik 2.10 Kontribusi Inflasi Tahunan Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah 27

43 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III tercatat 9,14% (yoy) atau masih berada pada level yang tinggi di atas rata-rata inflasi kelompok bahan makanan dalam tiga tahun terakhir sebesar 6,57%, meski demikian turun dibanding triwulan sebelumnya yaitu 12,58% (yoy). Tekanan inflasi yang tinggi masih terjadi pada subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasil-hasilnya; sayur-sayuran; buah-buahan; serta lemak dan minyak. Inflasi subkelompok ikan yang pada triwulan sebelumnya tidak begitu tinggi, pada triwulan III justru mencapai 15,07%. Sementaraa itu, subkelompok lainnya tidak mengalami tekanan yang besar. Komoditas penyumbang inflasi terbesar sepanjang triwulan III adalah beras, kacang panjang, tenggiri, kembung, dan kerisi. Grafik 2.11 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Bahan Makanann Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau turun dari 8,83% (yoy) di triwulan II menjadi 7,90% (yoy), atau berada pada kisaran rata-rata inflasi triwulan III sepanjang 3 tahun terakhir sebesar 7,80%. Perlambatan laju inflasi bahan makanan yang dimulai dari triwulan sebelumnya sudah direspon kelompok makanan jadi. Seluruh subkelompok mengalami penurunan, dimana penurunan terbesar terjadi pada subkelompok minuman yang tidak beralkohol. Komoditas yang memberikan andil terjadinya penurunan diantaranya gula pasir. Grafik 2.12 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Makanan Jadi 28

44 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik dibanding triwulan sebelumnya dari 7,88% (yoy) menjadi 8,36% (yoy). Kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar memiliki kontribusi yang besar pada inflasi umum yaitu sebesar 23,53% atau meningkat dibanding triwulan sebelumnya sebesar 19,57%. Subkelompok yang memiliki kontribusi terbesar adalah subkelompok biayaa tempat tinggal yaitu sebesar 18,25%. Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi diantaranya tarif Grafik 2.11 Inflasi Kelompok dan Subkelompokk Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar kontrak rumah, semen, tarif tukang bukan mandor, dan asbes. Inflasi kelompok sandang naik tajam dari 6,60% (yoy) di triwulan II menjadi 11,69% (yoy). Inflasi pada triwulan III jauh lebih tinggi dibanding rata-rata inflasi kelompok sandang sepanjang tiga tahun terakhir yaitu 6,76%. Subkelompokk yang mengalami peningkatan tertinggi adalah barang pribadi dan sandang lain naik mencapai 31,27% (yoy) sebelumnya 13,53% (yoy). Komoditas penyumbang inflasi terbesar adalah emas perhiasan, hal ini sejalan dengan naiknya harga emas di pasar internasional. Grafik 2.12 Inflasi Kelompok Sandang 29

45 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Inflasi kelompok kesehatan naik dari 7,18% (yoy) di triwulan II 2011 menjadi 8,39% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi pada subkelompok jasa perawatan jasmani dari 9,54% (yoy) menjadi 11,89% (yoy). Inflasi tahunan (yoy) kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga turun tajam dari 19,64% (yoy) di triwulan II menjadi 9,14% (yoy). Subkelompok yang memberikan kontribusi terbesar terhadap penurunan inflasi pada kelompok ini adalah subkelompok pendidikan. Inflasi subkelompok pendidikan turun dari 34,24% (yoy) menjadi 14,91% (yoy). Grafik 2.13 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Kesehatan Grafik 2.14 Inflasi Kelompok dan Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan tercatat inflasi sebesar 9,39% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,83% (yoy). Subkelompok yang mengalami peningkatan terbesar adalah transpor yaitu dari 8,44% (yoyo) menjadi 11,37% ( yoy). Komoditas yang memiliki konribusi terbesar adalah tarif angkutan udara. Tarif angkutan udaraa terus mengalami inflasi bulanan sepanjang triwulan III seiring dengan tingginya harga timah di pasar internasional. Grafik Inflasi Kelompok dan Subkelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan 30

46 Bab 3 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Penghimpunan DPK di Bangka Belitung menurun seiring dengan koreksi harga timah Penyaluran kredit menunjukkan peningkatan dengan NPL yang masih stabil. Kegiatan sistem pembayaran baik tunai maupun non tunai sedikit melambat seiring dengan pelemahan harga timah di pasar internasional 3.1 Perkembangan Perbankan Daerah Secara umum, kinerja perbankan di Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Bangka Belitung pada triwulan III 2011 (hingga bulan Agustus) mengalami peningkatan yang diperlihatkan oleh beberapa indikator antara lain total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit peningkatan, kecuali pertumbuhan DPK secara triwulanan. Namun, pertumbuhan kinerja triwulan ini lebih lambat *Data sampai bulan Agustus 2011 dibandingkan triwulan sebelumnya. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 26,30% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp8,74 triliun menjadi Rp11,04 triliun. Selain itu, terjadi peningkatan secara triwulanan sebesar 1,78% (qtq). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 22,44% (yoy) dari Rp7,76 triliun menjadi Rp9,12 triliun, dan mengalami penurunan sebesar 1,31% secara triwulanan (qtq). Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 38,14% (yoy) dari Rp4,19 triliun menjadi Rp5,79 triliun, dan secara triwulanan meningkat pesat sebesar 18,02% (qtq). Penurunan DPK dibarengi dengan peningkatan tajam penyaluran kredit/pembiayaan secara triwulanan telah menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) naik tajam dari sebesar 50,74% pada triwulan II menjadi sebesar 60,68% pada triwulan III Angka LDR tersebut merupakan yang tertinggi di Babel sejak tahun 2008.

47 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan Agustus 2011 sebanyak 19 bank dengan jumlah kantor bank sebanyak 119 kantor yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR/S, 21 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 2 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 6 Kantor Cabang BPR/S, 67 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 4 Kantor Cabang Bank Syariah, serta 16 Kantor Kas Bank Umum, dan 1 Kantor Kas BPR. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 100 unit. Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung * Agustus Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 22,44% (yoy). Tabungan tercatat meningkat dari Rp3,90 triliun menjadi sebesar Rp4,95 triliun atau sebesar 27,07%. Giro mengalami penurunan sebesar 5,86% menjadi Rp1,61 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp2,19 triliun menjadi Rp2,98 triliun atau meningkat sebesar 36,25%. Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2011 di Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus 2011 *Data sampai bulan Agustus

48 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 1,31% yang didorong oleh penurunan giro dan deposito masing-masing sebesar 12,02% dan 2,92%. Sementara itu, tabungan mengalami peningkatan sebesar 3,84% (qtq). Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang berhasil dihimpun, tabungan masih tercatat dengan pangsa terbesar yaitu sebesar 51,91%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 49,34%. Sementara itu, pangsa giro dan deposito masing-masing sebesar 16,85% dan 31,24%. Sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang telah mengelompokkan wilayah Bangka Belitung menjadi 5 kabupaten dan 1 kota. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), pertumbuhan penghimpunan DPK Bangka Tengah tercatat paling tinggi yakni sebesar 42,33%, sedangkan andil terbesar pertumbuhan tahunan disumbang oleh Pangkalpinang yaitu sebesar 10,41%. Secara triwulanan, DPK di wilayah Bangka Tengah dan Belitung mengalami peningkatan cukup tinggi, yaitu masing-masing sebesar 21,95% dan 6,14%. Andil pertumbuhan terbesar juga dikontribusikan oleh Bangka Tengah dan Belitung yaitu masingmasing sebesar 0,69% dan 0,68%. Pada periode ini, penyaluran kredit di wilayah Belitung Timur dan Belitung mengalami pertumbuhan triwulanan yang negatif. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Pangkalpinang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 60,45%, disusul berturut-turut oleh Bangka dan Belitung masing-masing sebesar 20,04% dan 11,15%. Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah III IV I II III* Kab. Bangka 1,375,751 1,427,425 1,782,852 1,899,982 1,911,004 Kab. Belitung 875, ,615 1,011,701 1,002,132 1,063,637 Kab. Bangka Barat 235, , , , ,179 Kab. Bangka Tengah 212, , , , ,767 Kab. Belitung Timur 173, , , , ,412 Kota Pangkal Pinang 4,919,199 5,343,630 5,499,758 5,985,303 5,766,287 Bangka Belitung 7,790,378 8,092,810 8,980,727 9,664,549 9,538,286 *Data sampai bulan Agustus

49 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 38,14% dari tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp4,19 triliun menjadi Rp5,79 triliun. Penyaluran kredit yang termasuk kelompok lapangan usaha tumbuh 43,52% menjadi Rp3,79 triliun, lebih cepat dibandingkan penyaluran kredit kelompok bukan lapangan usaha yang mencatat pertumbuhan 29,00%. Pertumbuhan kredit kelompok bukan lapangan usaha memberikan andil 10,04% terhadap pertumbuhan kredit secara tahunan, lebih kecil dibandingkan andil kelompok lapangan usaha yang sebesar 28,47%. Sektor Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) III IV I II III* Lapangan Usaha 2,637,334 2,910,785 3,135,462 3,001,018 3,785,188 Pertanian, Peternakan, 170,191 78, , , ,007 Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian 651, , , ,786 1,102,077 Industri Pengolahan 276, , , , ,331 Listrik, Gas dan Air Bersih 36,181 30,842 33,027 30,473 29,408 Konstruksi 341, , , , ,588 Perdagangan, Hotel dan Restoran 880, , ,655 1,088, ,997 Pengangkutan dan Komunikasi 27,288 63,708 68,963 66,212 79,745 Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan 26,190 29,382 44,397 42,085 35,634 Jasa-jasa 227, , , , ,402 Bukan Lapangan Usaha 1,552,159 1,524,643 1,819,932 1,903,033 2,002,360 Rumah Tinggal 165, , , , ,237 Flat dan Apartemen ,207 1,115 1,650 Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) 27,555 28,995 31,702 39,462 39,499 Kendaraan Bermotor 157, , , , ,246 Lainnya 1,201,840 1,163,028 1,400,534 1,496,639 1,546,728 Total Pinjaman 4,189,494 4,435,428 4,955,394 4,904,051 5,787,548 *Data sampai bulan Agustus 2011 Pada kelompok kredit pada lapangan usaha, peningkatan tertinggi terjadi pada kredit sektor jasa pengangkutan serta kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masing-masing sebesar 192,24% dan 165,59%. Adapun sektor pertambangan 34

50 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran dan penggalian memberikan andil terbesar pada pertumbuhan kredit tahunan yaitu sebesar 13,15%. Pada kelompok kredit kepada bukan lapangan usaha, kredit untuk flat dan apartemen mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu sebesar 174,85%, diikuti oleh kredit untuk kendaraan bermotor dengan pertumbuhan sebesar 61,21%. Adapun andil pertumbuhan terbesar ditempati oleh kredit untuk penggunaan lainnya dengan andil sebesar 7,67%. Sektor pertambangan dan penggalian Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit lapangan usaha yaitu sebesar 29,12% dari keseluruhan kredit yang ditujukan kepada lapangan usaha. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu masing-masing sebesar 23,38% dan 11,94%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa juga mempunyai pangsa yang cukup besar, yaitu masing-masing *Data sampai bulan Agustus 2011 sebesar 10,42% dan 10,08% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Seluruh komponen kredit berdasarkan penggunaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 44,14% menjadi sebesar Rp0,99 triliun, yang kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dengan peningkatan sebesar 43,30% dan kredit konsumsi dengan peningkatan sebesar 29,01%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja melonjak tinggi, yaitu sebesar 37,41%. Adapun kredit konsumsi dan kredit investasi mengalami peningkatan masing-masing sebesar 5,22% dan 2,37%. 35

51 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 48,32%, diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 34,60%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 17,09%. Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus 2011 *Data sampai bulan Agustus Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berdasarkan daerah penyaluran kredit, Pangkalpinang tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan sebesar 20,87%. Kemudian, penyaluran kredit/pembiayaan pada wilayah Belitung dan Bangka mencatat andil pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 10,97% dan 4,57%. Secara triwulanan (qtq), andil peningkatan kredit utamanya dikontribusikan oleh penyaluran kredit di Pangkalpinang, dengan andil sebesar 9,47%, diikuti oleh Belitung dan Bangka dengan andil sebesar 6,87% dan 1,92%. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah II III IV I II* Kab. Bangka 1,515,316 1,453,410 1,741,453 1,640,444 1,745,003 Kab. Belitung 593, , , , ,138 Kab. Bangka Barat 141, , , , ,405 Kab. Bangka Tengah 77,196 78,715 83,252 91, ,485 Kab. Belitung Timur 101, , , , ,451 Kota Pangkal Pinang 61,992 66,520 70,266 77,755 80,107 Bangka Belitung 1,698,997 2,028,540 2,077,531 2,064,860 2,514, *Data sampai bulan Agustus 2011

52 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Menurut komposisinya, wilayah Pangkalpinang tercatat mendominasi penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung, yaitu sebesar 43,45%. Pangsa penyaluran kredit di wilayah Bangka dan wilayah Belitung masing-masing sebesar 30,15% dan 16,90%. Sedangkan Dati II lainnya mempunyai pangsa yang sangat kecil, dengan jumlah keseluruhan sekitar 10,21%. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan III 2011 Berdasarkan Wilayah *Data sampai bulan Agustus Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan III 2011 mengalami perkembangan yang bervariasi dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata relatif stabil bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 7,08%, sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 7,01% dan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar 6,90%. 37

53 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu simpanan, jenis simpanan dengan seluruh jangka waktu mengalami perubahan yang bervariasi. Suku bunga simpanan dengan jangka waktu 6 bulan mengalami peningkatan tertinggi. Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar 7,88%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah jangka waktu 24 bulan yakni sebesar 6,50%. Grafik 3.9 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Grafik 3.10 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata sedikit meningkat baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, maupun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan pada tiga triwulan terakhir ini terjadi untuk suku bunga kredit investasi dan kredit modal kerja. Di sisi lain, *Data sampai bulan Agustus 2011 suku bunga kredit konsumsi menurun. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 13,35%, sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,29% maupun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 13,12%. Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan II 2011 adalah suku bunga kredit investasi, yaitu sebesar 13,61%. Sementara itu kredit konsumsi dan kredit modal kerja masing-masing sebesar 13,03% dan 13.42%. 38

54 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Perkembangan Spread Suku Bunga Grafik 3.11 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan perbankan pada triwulan III 2011 relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sebesar 6,30%. Namun, angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar 6,13%. *Data sampai bulan Agustus Kualitas Kredit/Pembiayaan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan III 2011 mencapai 1,23%, relatif stabil dibandingkan kondisi tahun sebelumnya namun meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) juga relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sekitar 0,69%. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami peningkatan NPL dari 0,23% menjadi 0,24%. Sementara itu, NPL bank pemerintah menurun dari 1,09% menjadi 1,06%. Grafik 3.12 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.13 Perkembangan NPL per Kelompok Bank 2010 *Data sampai bulan Agustus 2011 *Data sampai bulan Agustus

55 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Dilihat dari sektor ekonominya, NPL gross bank umum konvensional terbesar masih bersumber dari sektor lain-lain, yakni sebesar 51,81%. Dari total NPL gross, sektor perdagangan menyumbang NPL sebesar 36,61%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 44,42%. Sektor jasa konstruksi tercatat menyumbang NPL sebesar 4,17% dan sektor pertanian tercatat menyumbang NPL sebesar 4,71%. Grafik 3.13 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi *Data sampai bulan Agustus Rentabilitas Perbankan Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2011 No Indikator Angka Rasio 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 2 Return on Asset (ROA) 4 Keuntungan (dalam juta Rp) *Data sampai bulan Agustus 2011 Bank BUSN Pemerintah ,657 40,656 Rasio Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 2,17%, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mencapai 1,23%. Sementara itu, rasio BOPO BUSN mencapai 162,44%, lebih tinggi dibandingkan Bank Pemerintah yang sebesar 96,38%. 40

56 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kelonggaran Tarik Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan III 2011 tercatat sebesar Rp0,79 triliun atau 18,77% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, menurun dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,15 triliun atau 34,62%. Undisbursed loan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp0,70 triliun atau 18,87%. Grafik 3.14 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus Risiko Likuiditas Grafik 3.15 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung *Data sampai bulan Mei 2011 Rasio likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Bangka Belitung pada triwulan III 2011 adalah sebesar 70,07%. Rasio tersebut tercatat menurun jika dibandingkan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 75,10%. Meningkatnya rasio likuiditas merupakan dampak dari penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 8,99% (qtq) menjadi sebesar Rp7,32 triliun yang disertai dengan penurunan pasiva likuid < 1 bulan yaitu sebesar 2,37% (qtq) menjadi sebesar Rp10,45 triliun. 41

57 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem pembayaran tunai dan non tunai di Bangka Belitung pada triwulan III 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya. Pembayaran non tunai secara keseluruhan mengalami perlambatan, namun dilihat jenis transaksinya, RTGS melambat sementara kliring tetap naik. Sistem pembayaran tunai yang tercermin dari kegiatan kas titipan 6 di Pangkalpinang, pertumbuhan tahunan net-outflow tercatat turun. Grafik 3.16 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp186,40 miliar atau turun 10,31% (qtq). Di sisi lain, aliran uang keluar (outflow) mengalami kenaikan tipis sebesar 1,34% (qtq) menjadi Rp724,61 miliar. Sehingga perkasan Bangka Belitung pada triwulan III tercatat net-outflow sebesar Rp538,17 miliar. Pertumbuhan tahunan net-outflow turun 7,12% (yoy) di triwulan III Hal ini sejalan dengan penurunan harga timah di pasar internasional. 6 Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan. 42

58 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Nilai maupun volume transaksi RTGS dari dan ke Bangka Belitung mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan. Total nilai RTGS tercatat sebesar Rp5,7 triliun, atau tumbuh melambat dari 16,98% (yoy) di triwulan II menjadi 15,95% (yoy). Perlambatan ini terjadi baik pada RTGS ke Bangka Belitung maupun yang dari Bangka Belitung. Nilai RTGS dari Bangka Belitung tercatat sebesar Rp3,2 triliun atau melambat dari 52,98% (yoy) di triwulan II menjadi 36,42% (yoy). Sementara itu, nilai RTGS ke Bangka Belitung tercatat Rp2,5 triliun, atau turun 2,53% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Sama halnya dengan nilai RTGS, volume RTGS juga mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan volume RTGS melambat dari 22,46% (yoy) menjadi 17,79% (yoy) di triwulan III Baik volume RTGS ke Bangka Belitung maupun dari Bangka Belitung sama-sama mengalami perlambatan. Grafik 3.17 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Berbeda dengan RTGS, nominal aktivitas perputaran kliring di triwulan III 2011 tumbuh sedikit menguat dari 29,82% (yoy) di triwulan II menjadi 32,64% (yoy). Namun, peningkatan ini disertai dengan naiknya persentase nominal cek kosong terhadap total perputaran kliring dari 0,45% menjadi 0,75%. 43

59 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 3.5 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Penyediaan Uang Layak Edar Grafik 3.18 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.19 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Tugas BI dalam sistem pembayaran adalah menyediakan uang dalam jumlah yang cukup dan senantiasa memastikan agar kualitas uang yang beredar di masyarakat terjaga kualitasnya. Untuk menjaga kualitas uang yang diedarkan dilakukan kegiatan clean money policy, yaitu melakukan kegiatan Pemberian Tanda Tidak Berharga (PTTB) terhadap uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar. Penarikan uang lusuh di Kota Pangkalpinang tumbuh turun 49,74% (yoy) menjadi Rp55,38 miliar di triwulan III Jumlah penarikan lembaran uang lusuh juga mengalami penurunan sebesar 81,23% (yoy) menjadi lembar. Uang yang paling banyak ditarik adalah pecahan Rp dan Rp yaitu 59,22% dan 34,13% dari total lembaran uang yang ditarik. 44

60 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Suplemen 4 UANG KERTAS Rp20.000, Rp DAN Rp DESAIN BARU TELAH DIEDARKAN Pada tanggal 28 Oktober 2011, Bank Indonesia meresmikan peluncuran Uang Kertas (UK) Rupiah Desain Baru pecahan Rp Tahun Emisi (TE) 2004, Rp TE 2005 dan Rp TE Peluncuran desain baru ini dimaksudkan untuk meningkatkan perlindungan dari upaya pemalsuan serta memudahkan masyarakat mengenali keaslian uang Rupiah khususnya ketiga pecahan tersebut. Selanjutnya layanan distribusi dan penukaran uang dilakukan mulai 31 Oktober Penyempurnaan desain secara visual bersifat minor dan bukan merupakan uang emisi baru. Warna dominan uang, bahan uang, gambar utama dan ukuran uang adalah tetap atau tidak mengalami perubahan. Namun demikian, desain baru ini mengakomodasi beberapa unsur pengaman yang dapat dikenali tanpa menggunakan alat bantu. Dengan tambahan unsur pengaman ini diharapkan masyarakat dapat lebih cepat mengenali keaslian uang Rupiah. Dan tentunya ini menjadi upaya BI meningkatkan perlindungan dari upaya-upaya pemalsuan uang. Perubahan untuk mengoptimalkan fungsi elemen desain atau up-grading pada masingmasing ketiga pecahan uang kertas tersebut meliputi: 1. Pecahan Rp Tahun Emisi (TE) 2004 a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu; b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna hijau dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan uang dan belakang uang; c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah empat persegi panjang yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang; 2. Pecahan Rp Tahun Emisi (TE) 2005 a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di sebelah kanan gambar utama pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu; b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna oranye dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan dan belakang uang; 45

61 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah segi tiga yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang. Gambar 1. Desain Uang Kertas Denominasi Rp Gambar 2. Desain Uang Kertas Denominasi Rp Pecahan Rp Tahun Emisi (TE) 2004 a. Penambahan unsur pengaman rainbow printing di atas gambar utama pada bagian depan uang berupa bidang berbentuk segi empat yang memiliki efek berubah warna (efek pelangi) apabila dilihat dari sudut pandang tertentu; b. Penambahan desain berbentuk lingkaran-lingkaran kecil berwarna merah dan ditengahnya berwarna putih yang letaknya tersebar di sebelah gambar utama pada bagian depan dan belakang uang; c. Perubahan kode tuna netra (blind code) berupa dua buah lingkaran yang semula tidak kasat mata (invisible) menjadi kasat mata dan terasa kasar apabila diraba (cetak intaglio), terletak di samping kiri gambar utama pada bagian depan uang. d. Penambahan penulisan DEWAN PERWAKILAN DAERAH pada gambar utama di bagian belakang uang yang semula bertuliskan MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT menjadi MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN RAKYAT, DEWAN PERWAKILAN DAERAH. e. Menghilangkan unsur pengaman berupa Irisafe yang terletak di samping kanan gambar utama pada bagian depan uang. 46

62 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Gambar 3. Desain Uang Kertas Denominasi Rp Sementara itu, elemen desain utama lainnya seperti warna dominan uang, bahan uang, gambar utama dan ukuran uang adalah tetap atau tidak mengalami perubahan. Sebagai informasi, uang kertas pecahan Rp TE 2004, Rp TE 2005 dan Rp TE 2004 desain lama masih tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah sepanjang belum dicabut dan ditarik dari peredaran oleh Bank Indonesia. 47

63 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Halaman ini Sengaja Dikosongkan This page is intentionally blank 48

64 Bab 4 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi dana tugas pembantuan dan dekonsentrasi sampai dengan triwulan III 2011 masing-masing baru mencapai 46,40% dan 31,37%. Pendapatan daerah Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang sudah terealisasi cukup tinggi, selain itu realisasi belanja daerah Kabupaten Bangka juga tinggi. Namun realisasi belanja daerah Kota Pangkalpinang belum terlalu besar. 4.1 Realisasi Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi Realisasi Dana Tugas Pembantuan Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Dana tugas pembantuan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat fisik yaitu seperti pengadaan barang seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, serta barang bantuan sosial yang dapat diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan data dari Bappeda Bangka Belitung anggaran dana tugas pembantuan pada tahun 2011 tercatat sebesar Rp85,69 miliar, dimana 53,39% dialokasikan untuk Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, dan sisanya untuk seluruh kabupaten/kota. Kabupaten terbesar yang mendapat dana tugas pembantuan adalah Kabupaten Bangka Selatan diikuti dengan Kabupaten Bangka. Realisasi dana pembantuan sampai dengan triwulan III 2011 adalah sebesar 46,40%. Persentase realisasi terbesar pada Kabupaten Bangka Selatan yakni sebesar 87,89% diikuti Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebesar 45,94%. Tabel 4.1 Realisasi Dana Tugas Pembantuan sampai dengan Triwulan III 2011 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung

65 Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Dana Dekonsentrasi Dana dekonsentrasi mencakup semua penerimaan dan pengeluaran Gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintah pusat, namun tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat di daerah yang bersifat nonfisik dan menunjang subkegiatan bersifat fisik, maksimal 25% dari total anggaran kegiatan. Terdapat dua puluh instansi di Bangka Belitung yang mendapatkan dana dekonsentrasi, dimana berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung realisasi anggaran tahun 2011 sampai dengan triwulan III adalah sebesar 31,37%, lebih rendah dibanding realisasi triwulan III 2010 sebesar 55,49%. Instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Arsip Nasional RI hampir mencapai 97,77% diikuti oleh Departemen Energi dan Sumber Daya sebesar 72,21%. Tabel 4.2 Realisasi Dana Dekonsentrasi sampai dengan Triwulan III 2011 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 50

66 Perkembangan Keuangan Daerah 4.2 Realisasi APBD Kabupaten/Kota Realisasi pendapatan APBD 2011 pada Kabupaten Bangka dan Kota Pangkalpinang sampai dengan triwulan III cukup tinggi masing-masing telah terealisasi sebesar 79,84% dan 78,54%. Sementara itu, realisasi belanja daerah pada Kota Pangkalpinang baru sebesar 45,25% namun realisasi belanja Kabupaten Bangka tercatat tinggi sebesar 61,04%. Total anggaran pendapatan daerah Kabupaten Bangka pada tahun 2011 sebesar Rp558,24 miliar, dimana sampai dengan triwulan III 2011 telah terealisasi sebesar Rp445,73 miliar atau 79,84%. Persentase realisasi terbesar berada pada dana perimbangan atau pendapatan transfer yaitu sebesar 81,71% diikuti dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar 57,35%. Realisasi dana perimbangan terbesar berasal dari tranfer pemerintah pusat yaitu sebesar Rp364,03 miliar atau terealisasi 78,97% dari anggarannya. Sementara realisasi PAD terbesar berasal dari lain-lain pendapatan sah yang dipisahkan sebesar Rp9,90 miliar atau terealisasi 57,19% dari anggarannya. Tabel 4.3 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Bangka Triwulan III 2011 Sumber : Pemerintah Kabupaten Bangka Total anggaran belanja daerah Kabupaten Bangka pada tahun 2011 sebesar Rp352,14 miliar, dimana sampai dengan triwulan III telah terealisasi sebesar Rp352,14 miliar atau sudah mencapai 61,04%. Dilihat dari komponennya, belanja tidak langsung terealisasi lebih besar dibanding belanja langsung. Belanja tidak langsung sudah terealisasi sebesar 76,26%, sedangkan belanja langsung baru mencapai 47,00%. 51

67 Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.4 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Bangka Triwulan III 2011 Sumber : Pemerintah Kabupaten Bangka Total anggaran pendapatan daerah Kota Pangkalpinang pada tahun 2011 sampai dengan triwulan III telah terealisasi sebesar Rp363,45 miliar atau 78,54%. Persentase realisasi terbesar berada pada dana perimbangan yaitu sebesar 80,00% diikuti dengan lainlain pendapatan yang sah dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) masing-masing terealisasi sebesar 77,89% dan 62,39%. Tabel 4.5 Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah Kota Pangkalpinang Triwulan III 2011 Sumber : Pemerintah Kota Pangkalpinang Belanja daerah Kota Pangkalpinang sampai dengan triwulan III baru terealiasasi sebesar 45,25%. Diperkirakan pada triwulan IV akan terealisasi belanja daerah yang cukup besar mencapai 80%, melihat rata-rata realisasi belanja daerah pada akhir 2009 dan 2010 sebesar 86,85%. Dilihat dari komponennya, belanja tidak langsung terealisasi lebih besar 52

68 Perkembangan Keuangan Daerah dibanding belanja langsung. Belanja tidak langsung telah terealisasi sebesar 70,89%, sementara belanja langsung hanya sebesar 17,37%. Tabel 4.6 Realisasi Anggaran Belanja Daerah Kota Pangkalpinang Triwulan III 2011 Sumber : Pemerintah Kota Pangkalpinang 53

69 Perkembangan Keuangan Daerah Halaman ini Sengaja Dikosongkan This page is intentionally blank 54

70 Bab 5 5. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kesejahteraan masyarakat sedikit membaik sejalan dengan tingginya pertumbuhan ekonomi triwulan III. Grafik 5.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 2010 Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, optimisme konsumen di Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang sedikit meningkat. Hal ini terkait masih cukup tingginya harga komoditas unggulan seperti timah, kelapa sawit, karet, dan lada meski mengalami penurunan dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, tingkat pengangguran tidak mengalami perubahan yang signifikan. 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011 sebesar orang, atau naik tipis 0,70% dibanding posisi Februari Penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 sebesar orang, bertambah sebesar 0,33% dibanding keadaan Februari 2011, dan bertambah 0,77% dibanding Agustus 2010.

71 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Grafik 5.2 Perkembangan TPAK dan TPT Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 68,40%, tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding Februari 2011 sebesar 68,90%. Hal tersebut menunjukkan penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi sebesar tidak mengalami perubahan. Sama seperti TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Agustus jika dibanding Februari juga tidak mengalami perubahan signifikan. TPT tercatat 3,61% di bulan Agustus sementara di bulan Februari 3,25%. Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung TPAK dan TPT di setiap kabupaten/kota di Bangka Belitung beragam. Kebanyakan TPAK yang tinggi sejalan dengan TPT yang tinggi seperti Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Bangka Tengah. Hal ini memperlihatkan tingginya jumlah penduduk yang aktif bekerja masih belum dapat diimbangi dengan lapangan pekerjaan. 56

72 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2011 jika dibanding periode-periode sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor pertanian sebesar 25,93% diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,98%. Tabel 5.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, kelompok pekerja formal yang tercatat naik 7,92% dibanding Februari 2011 dan kelompok pekerja informal yang turun 7,00%. Kelompok pekerja informal berada dalam tren penurunan sejak Februari a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Agustus 2011, turun tipis 0,31% dibanding Februari Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau naik 9,21% dibanding bulan Februari b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Agustus 2011 tercatat sebesar orang, terdiri atas kelompok (i) berusaha sendiri 47,43%, (ii) berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 20,26%, (iii) pekerja bebas pertanian 3,22%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 9,51%, (v) pekerja tidak dibayar 19,58%. Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 57

73 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Grafik 5.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani, Inflasi Pedesaan, dan Inflasi IHK Tahunan Indeks NTP di Bangka Belitung pada triwulan III relatif tidak mengalami perubahan dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini dikarenakan kenaikan pendapatan yang diterima petani dibarengi dengan naiknya biaya yang harus dibayarkan. Di sisi lain, terjadi penurunan inflasi pedesaan dari 7,59% (yoy) di triwulan II menjadi 6,68% (yoy). Penurunan terbesar terjadi pada kelompok bahan makanan yaitu dari 11,20% (yoy) menjadi 8,25% (yoy) di triwulan III. Penurunan kelompok bahan makanan juga terjadi pada inflasi IHK. 58 Berdasarkan sektornya, NTP perkebunan merupakan yang paling tinggi dibanding sektor lainnya, di samping itu NTP perkebunan satu-satunya yang nilainya berada di atas 100. Hal ini memperlihatkan bahwa petani di bidang perkebunan merupakan yang paling sejahtera dibanding yang lain. NTP sektor Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani per Sektor Sumber : BPS Bangka Belitung

74 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat perkebunan pada triwulan III sedikit naik dibanding triwulan sebelumnya terkait dengan masih tingginya harga lada, kelapa sawit, dan karet. 5.3 Kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (Maret 2007-Maret 2011) BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin naik 6,36% (yoy) dari 67,75 ribu pada Maret 2010 menjadi 72,06 ribu pada Maret Namun, jika dilihat dari persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk mengalami penurunan dari 6,51% menjadi 5,75%. Dilihat menurut daerah, hal yang sama juga terjadi baik di kota maupun pedesaan jumlah penduduk miskin mengalami peningkatan sementara persentase penduduk mengalami penurunan. Penurunan jumlah dan persentase penduduk miskin selama periode Maret 2010-Maret 2011 berkaitan dengan faktor-faktor sebagai berikut: a. Produksi padi tahun 2011 (hasil ARAM II) mencapai 26,22 ribu ton GKG, naik sekitar 17,79% dari produksi padi tahun 2010 yang sebesar 22,26 ribu ton GKG. b. Perbaikan penghasilan petani yang ditunjukkan oleh kenaikan NTP sebesar 4,08% dari 94,34 pada Maret 2010 menjadi 98,19 pada Maret

75 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Garis Kemiskinan naik 13,03% dari Rp per kapita per bulan pada Maret 2010 menjadi Rp per kapita per bulan. Dilihat dari daerahnya, kenaikan garis kemiskinan juga terjadi baik di desa maupun kota. Komponen garis kemiskinan terdiri atas Tabel 5.5 Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Komponen (Rupiah per Kapita per Bulan) Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) yang terdiri atas perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Kontribusi GKM lebih besar dari GKBM baik di perkotaan maupun pedesaan. Pada bulan Maret 2011 kontribusi GKM daerah perkotaan sebesar 70,3% atau sebesar Rp ,- per kapita per bulan dan daerah perdesaan sebesar 75,9% atau sebesar Rp. Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung ,- per kapita per bulan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Bangka Belitung menunjukkan kecenderungan menurun sepanjang tiga tahun terakhir. Hal ini memperlihatkan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan Bangka Belitung menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Pada Maret 2011, indeks tercatat sebesar 0,66, menurun dibanding periode Maret 2010 yang tercatat sebesar 0,99. Penurunan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Indeks keparahan kemiskinan bulan Maret 2011 menurun jika dibanding bulan Maret 2010, dari 0,23 menjadi 0,13. Indeks ini memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin sehingga dapat dikatakan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. Dilihat dari lokasinya, indeks keparahan kemiskinan desa lebih besar dibanding kota, hal ini memperlihatkan tingkat kemiskinan di kota lebih baik dibanding desa. Salah satu program pemerintah dalam membantu rakyat miskin adalah penyaluran beras untuk rakyat miskin (raskin). Jumlah keseluruhan rumah tangga sasaran (RTS) di Bangka Belitung sebanyak RTS dengan rincian RTS di Pulau Bangka dan sebanyak RTS di Pulau Belitung. Masing-masing RTS akan mendapat beras sebanyak 60

76 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat 15 kg tiap bulannya. Sampai dengan September 2011, Bulog Subdivre Wilayah Bangka telah menyalurkan beras raskin sebanyak 3.835,,08 ton atau 75,01% dari targett tahun Indikator Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Survei Konsumen Survei Konsumen (SK) yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang mencatat setidaknya ada dua pengukuran yang dapat dijadikan indikator kesejahteraan masyarakat. Survei yang dilakukan secara bulanan tersebut melibatkan 200 responden setiap bulannya dari berbagai kalangan pendidikan dan pekerjaan di Kota Pangkalpinang Indikator Ketenagakerjaan Mayoritas responden Survei Konsumen di Kota Pangkalpinang berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja pada triwulan III 2011 cenderung lebih baik dibandingkan enam bulan sebelumnya. Hal tersebut terkonfirmasi dari 40,00% respondenn yang berpendapat demikian. Hal ini terutama diyakini oleh responden yang berpenghasilan Rp1 juta sampai dengan Rp2 juta per bulan. Sementara kelompok dengan penghasilan di atas Rp2 juta, mayoritas menyatakan bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan saat inii relatif samaa dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 5.6 Pendapat Konsumenn Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Selama Triwulan IIII 2011 Tidak terdapatnya perubahan struktur ketenagakerjaan menyebabkan sebanyak 41,00% responden berpendapat bahwa ketersediaan lapangan kerja pada enam bulan yang akan datang tidak berubah. 61

77 Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 5.7 Pendapat Konsumen Terhadap Ketersediaan Lapangan Pekerjaan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden Selamaa Triwulan III Indikator Penghasilan Dari sisi pendapatan, mayoritas responden yakni sebesar 49, 50% menyatakan bahwa penghasilan mereka pada periode pengukuran lebih baik dibandingkan kondisi enam bulan sebelumnya. Kelompok yang paling banyak mendukung pernyataan ini adalah responden dengan pengeluaran per bulan Rp1 juta sampai dengan Rp2 juta dan kelompok berpenghasilan Rp2,1 juta dan Rp3 juta. Sementara itu kelompok responden dengan penghasilan Rp3 juta lebih setiap bulannya, mayoritas mengatakan penghasilannyaa sama dengan triwulan sebelumnya. Sama halnya dengan pendapatan saat ini, pendapatan enam bulan yang akan datang juga dianggap bagi mayoritas responden akan lebih baik. Hal inii terutama diyakini oleh konsumen dengan pengeluaran per bulan Rp1 juta sampai dengan Rp2 juta dan kelompok berpenghasilan Rp2,1 juta dan Rp3 juta. Tabel 5.8 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan Saat Ini Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan Tabel 5.9 Pendapat Konsumen Terhadap Penghasilan 6 Bulan YAD Berdasarkan Kelompok Pengeluaran Responden per Bulan 62

78 Bab 6 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2011 diprediksi turun, terkait dengan penghentian sementara ekspor timah. Inflasi melambat terkait tekanan dari inflasi inti yang melemah. Namun demikian inflasi volatile foods diperkirakan meningkat. 6.1 Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Pertumbuhan ekonomi dunia melambat diikuti dengan meningkatnya tingkat risiko yang berasal dari masalah perekonomian dunia yang belum terpecahkan seperti krisis di Amerika dan Eropa serta gempa dan tsunami di Jepang. IMF dalam World Economic Outlook (WEO) bulan September 2011, merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia tahunan dari 4,3% pada WEO bulan Juni 2011 menjadi 4,0%. Selain itu ekonomi dunia pada tahun 2012 diperkirakan hanya tumbuh 4,0%, setelah sebelumnya diperkirakan bisa tumbuh 4,5%. Cina dan India diperkirakan juga akan mencatat pertumbuhan yang lebih rendah dibanding perkiraan sebelumnya meskipun masih berada pada level yang tinggi, masing-masing tumbuh 9,5% dan 7,8% di tahun Bersamaan dengan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang direvisi ke bawah, volume perdagangan dunia diprakirakan tumbuh lebih rendah dibanding semula. Volume perdagangan dunia tumbuh sebesar 7,5% di tahun 2011, dan diperkirakan tumbuh sebesar 7,1% di tahun Sejalan dengan itu, diperkirakan harga komoditas nonmigas internasional di sisa tahun 2011 hanya sedikit naik, sedangkan di tahun 2012 diperkirakan menurun. Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Negara Pertumbuhan Ekonomi Proyeksi Output Dunia 5,1 4,3 4,0 Negara Maju 3,1 2,2 1,6 Negara Berkembang 7,3 6,6 6,4 Volume Perdagangan 12,8 8,2 7,5 IMF, World Economic Outlook Update, Juni 2011 IMF, World Economic Outlook, September

79 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Perekonomian Indonesia di akhir tahun 2011 diperkirakan masih tumbuh pada level yang tinggi, diperkirakan pada tahun 2011 tumbuh pada kisaran 6,6% (yoy). Menguatnya perekonomian Indonesia didorong oleh kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tumbuh tinggi meskipun sedikit melambat. Kinerja ekspor yang tetap positif akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga akan meningkatkan konsumsi. Pada akhirnya peningkatan ekspor dan konsumsi dapat mendorong kinerja investasi. Dari sisi penawaran, sektor yang menjadi motor pendorong utamaa pertumbuhan tetap sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel, dan restoran, serta sektor pengangkutan dan komunikasi. 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Perekonomian Bangka Belitung diperkirakan melambat pada triwulan IV yaitu tumbuh dalam kisaran 6,7 ± 1% (yoy). Pertumbuhan secara triwulanan diproyeksikan dalam kisaran 0,7 ± 1%(qtq) atau sama dengan rata-rata pertumbuhan dalam lima tahun terakhir 0,8% (qtq). Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi Bangkaa Belitung dilihat dari sisi penawaran masih tetap didominasi oleh sektor primer terutama sektor pertanian dan sektor penggalian, diikuti sektor sekunder yaitu sektor pengolahan yang berbasis pada sumber dayaa alam. Kinerja sektor pertanian diperkirakan turun, dimana semua subsektor sebagai komponennya juga diperkirakan turun. Produksi tanaman bahan makanan periode September Desember berdasarkan data Angka Ramalan III BPS (ARAM III), hanya sebesar 475 ton atau turun tajam 97,33% dibanding perkiraan sebelumnya padaa ARAM II. Sampai akhir tahun 2011, produksi padi berdasar ARAM III tercatat sebesar ton atau turun 50,17% (yoy) dibanding produksi tahun Subsektor perikanan juga diperkirakan menurun karenaa terkait kurang kondusifnya perairan Bangka. Hal yang sama juga terjadi 64

80 . Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah pada subsektor perkebunan sedikit turun akibat penurunan harga CPO dan karet di pasar internasional. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan diperkirakan turun tajam sejalan dengan penghentian sementara ekspor timah. Penghentian ekspor merupakan kesepakatan dua puluh empat pengusaha smelter (termasuk dua perusahaan timah terbesar di Bangka Belitung PT Timah Tbk dan PT Koba Tin) sebagai upaya menaikkan harga timah di pasar internasional yang terus turun karena permainan pasar. Ekspor batangan timah untuk pasar spot mulai dari 1 Oktober 2011 dihentikan sampai menunggu harga timah mencapai US$25.000/metric ton. Kesepakatan ini juga mendapat persetujuan Gubernur Bangka Belitung. Dengan adanya kesepakatan ini, pelaku timah mulai dari penambang, pedagang pengumpul, industri pengolahan atau smelter, dan eksportir tidak melakukan aktivitas. Adanya Sail Wakatobi Belitung, perayaan Natal dan Tahun Baru diperkirakan akan memberikan dorongan yang signifikan pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi Sisi Permintaan Grafik 6.2 Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan Perlambatan ekonomi Bangka Belitung dari sisi permintaan diperkirakan terjadi akibat menurunnya ekspor. Hasil Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia Palembang menunjukkan bahwa ekspektasi masyarakat terhadap penghasilan, kondisi ekonomi enam bulan akan datang, dan ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang optimis dengan level yang menurun. Ekspor produk-produk unggulan Bangka Belitung diprediksi turun, sejalan dengan penghentian sementara ekspor timah. Pangsa timah dalam eskpor Bangka Belitung sangat besar hampir mencapai 90%. Penurunan ekspor diperkirakan akan memperlambat konsumsi baik swasta maupun rumah tangga. Selain itu investasi juga diperkirakan akan melambat. 65

81 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.3 Proyeksi Inflasi Proyeksi inflasi tahunan pada triwulan IV 2011 direvisi ke bawah dari 9,72% (yoy) menjadi 7,47%(yoy). Tekanan inflasi dari sisi permintaan diperkirakan rendah terkait adanya morotarium kesepakatan penghentian sementara ekspor timah sampai harga timah mencapai US$ metric ton. Dari sisi penawaran, berakhirnya masa panen, masih tingginya harga pangan dunia, dan kurang kondusifnya perairan sekitar Bangka diperkirakan menjadi pendorong inflasi. Tekanan pada inflasi inti diprediksi menurun sejalan dengan penghentian timah diindikasikan penghasilan masyarakat menurun sehingga daya beli akan melemah. Berdasarkan survei konsumen BI dan BPS, terjadi penurunan indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama. Sementara itu di sisi lain, Financial Forecast Center memperkirakan harga emas tetap pada kisaran US$1700/ troy OZ sampai dengan akhir Ekspektasi inflasi masyarakat ke depan naik, yang ditunjukkan oleh peningkatan hasil survei konsumen sepanjang triwulan III baik ekspektasi 3 bulan yang akan datang maupun enam bulan yang akan datang. Kenaikan ini sangat dipengaruhi menguatnya ekspektasi kenaikan harga pada bahan makanan. Grafik 6.3 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung Grafik 6.4 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Tabel 6.2 Tinggi Gelombang Laut Sumber: Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Grafik 6.5 Ekspektasi Perubahan Harga 66

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara Triwulan II-2013 KATA PENGANTAR KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI ii ... 48... 49... 56... 57... 59... 59... 60 iii iv DAFTAR TABEL v DAFTAR GRAFIK vi vii viii RINGKASAN UU ix x xi xii BAB 1 EKONOI AKRO REGIONAL Pada triwulan II-2013, ekonomi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 211 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan III 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan III 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014

BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN II 2014 Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Bali Triwulan II 2014 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian Laporan Kebijakan Moneter - Triwulan I-2008 4. Outlook Perekonomian Di tengah gejolak yang mewarnai perekonomian global, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2008 diprakirakan mencapai 6,2% atau melambat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih

Daftar Isi. Kata Pengantar... i Daftar Isi...ii Daftar Tabel...iv Daftar Grafik... v Daftar Lampiran... vii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih Visi Bank Indonesia: Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya (kredibel) secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL AGUSTUS 216 website : www.bi.go.id email : empekanbaru@bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH. Triwulan IV 2015 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI ACEH Triwulan IV 215 VISI Menjadi Kantor Perwakilan yang kredibel dalam pelaksanaan tugas BI dan kontributif bagi pembangunan ekonomi daerah maupun nasional.

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci