Kajian Ekonomi Regional Banten

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kajian Ekonomi Regional Banten"

Transkripsi

1 Triwulan III 211

2 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan ii

3 Daftar Isi Ringkasan Eksekutif Halaman v Tabel Indikator Ekonomi Banten Halaman ix Bab I Perkembangan Makro Ekonomi Regional Halaman 1 Sisi Permintaan Halaman 2 Sisi Penawaran Halaman 8 Bab II Perkembangan Inflasi Daerah Halaman 21 Perkembangan Inflasi Banten Halaman 22 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Halaman 26 Boks 1. Diskusi Interaktif dalam Rangka Penguatan Kegiatan Stabilisasi Harga di Banten Halaman 28 Bab III Perkembangan Perbankan dan Sistem Pembayaran Halaman 31 Perkembangan Intermediasi Bank Umum Halaman 31 Perkembangan Intermediasi Bank Perkreditan Rakyat Halaman 49 Perkembangan Kredit Usaha Rakyat Halaman 5 Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman 5 Boks 2. Peningkatan Peran Intermediasi Perbankan melalui Bazaar Intermediasi Perbankan Banten 211 Halaman 52 Bab IV Keuangan Daerah Halaman 55 Belanja Daerah Halaman 56 Pendapatan Daerah Halaman 57 Boks 3. Arah Pembangunan Infrastruktur di Provinsi Banten dalam Rangka Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 61 Bab V Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan Masyarakat Halaman 65 Ketenagakerjaan Halaman 66 Kesejahteraan Masyarakat Halaman 67 iii

4 Bab VI Prospek Perekonomian Halaman 73 Pertumbuhan Ekonomi Halaman 74 Inflasi Halaman 84 Untuk Informasi lebih lanjut dapat menghubungi: Kelompok Kajian dan Survei Kantor Bank Indonesia Serang Jl. Yusuf Martadilaga No. 12 Serang Banten Ph : Fax : mssantoso@bi.go.id, b_widihartanto@bi.go.id atau amanda_l@bi.go.id Website : iv

5 RINGKASAN EKSEKUTIF Kinerja perekonomian Banten pada Triwulan III 211 kembali meningkat sebesar 6,57% (yoy) setelah melambat pada triwulan sebelumnya sebesar 6,41% (yoy). Peningkatan kinerja pada hampir semua sektor ekonomi maupun komponen penggunaan terutama konsumsi secara simultan mendorong perekonomian Banten sehingga dapat tumbuh disekitar level pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III 211. Pada sisi permintaan, konsumsi swasta dan investasi diperkirakan menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 211. Berdasarkan berbagai indikator, konsumsi swasta dan investasi terlihat meningkat, sementara konsumsi pemerintah sedikit melambat namun tetap dalam level yang tinggi pada periode laporan. Sementara itu, ekspor dan impor juga meningkat yang diperkirakan banyak didorong dari ekspor impor antar daerah. Sementara itu dari sisi sektoral, berbagai sektor bertumbuh meningkat, namun terjadi perlambatan pada beberapa sektor utama seperti sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi namun tetap pada level pertumbuhan yang tinggi. Kinerja berbagai sektor utama Banten seperti sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi diperkirakan meningkat cukup tinggi pada periode laporan yang didukung oleh tingginya investasi di sektor-sektor tersebut. Meningkatnya kinerja sektor utama tersebut mendorong kinerja sektor penunjang lainnya seperti sektor sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Perlambatan terlihat terjadi pada beberapa sektor utama Banten yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi namun tetap pada level pertumbuhan yang tinggi. Perlambatan juga terlihat terjadi pada sektor lainnya yaitu sektor listrik, gas dan air bersih yang diindikasikan dengan melambatnya pembiayaan perbankan untuk sektor tersebut. Inflasi Banten tetap terjaga di bawah inflasi nasional dan menunjukkan kecenderungan menurun hingga akhir triwulan III 211, kondisi inflasi Banten pada level yang rendah dan stabil tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan (volatile foods) dan komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices). Inflasi Banten sebesar 4,18% (yoy ) pada akhir triwulan III 211 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy), merupakan level terendah sepanjang tahun 211. v

6 Membaiknya kondisi cuaca dan iklim pada tahun 211 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pendorong membaiknya kondisi pasokan bahan makanan yang harganya relatif bergejolak pada triwulan III 211. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi oleh pemerintah juga menjadi faktor penahan kenaikan laju inflasi Banten maupun nasional. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi percepatan penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap laju inflasi Banten. Selain itu, penguatan kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah kota penyumbang inflasi Banten juga terus dipercepat guna memperkuat upaya pengendalian inflasi dan stabilisasi harga di Banten di masa datang. Kegiatan intermediasi perbankan khsusunya bank umum di Banten semakin ekpansif dan tetap berkualitas, sementara transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten relatif stabil. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit dan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum serta rasio kredit/pembiayaan non lancar yang semakin rendah pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun sebaliknya, ekspansi kredit/pembiayaan BPR sedikit diikuti dengan kenaikan rasio kredit non lancarnya. Sementara itu, pada aspek sistem pembayaran, penggunaan sistem pembayaran non tunai sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha baik melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun kliring cenderung stabil pada triwulan III 211. Realisasi pendapatan maupun belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan III 211 relatif melambat dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Permasalahan dan hambatan yang terjadi pada periode sebelumnya belum dapat teratasi secara optimal. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten yang merupakan salah satu indikator belanja publik sampai dengan triwulan III 211 baru mencapai 61,57% terhadap pagu belanja tahun 211 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21 sebesar 61,98%. Sementara itu, realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten yang pada triwulan III 211 telah hampir mencapai targetnya di tahun 211 sebesar 94,5% atau dengan nilai nominal sebesar Rp 2,75 triliun pun masih lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang telah mencapai 98,22%. Kondisi ketenagakerjaan dan kesejahteraan masyarakat pada triwulan III 211 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong vi

7 oleh membaiknya kondisi perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan I 211 menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 68,3% dan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,5%. Angka tersebut menunjukkan adanya perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi. Sementara itu dari berbagai indikator seperti persentase jumlah penduduk miskin, indeks kesengsaraan dan berbagai indikator lainnya, tingkat kesejahteraan masyarakat pun diperkirakan turut meningkat. Perekonomian Banten pada triwulan IV 211 diprakirakan tetap meningkat secara moderat pada kisaran level pertumbuhan 6,6% - 6,65% (yoy) meskipun dampak krisis ekonomi global sudah sudah mulai berpengaruh terhadap perdagangan internasional Banten. Kondisi perekonomian global yang masih cenderung diliputi ketidakpastian diprakirakan cukup berdampak terhadap kemungkinan pula peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Namun, kondisi fundamental ekonomi Indonesia dan Banten yang relatif kuat serta penyerapan pasar domestik yang tetap tinggi sebagai relokasi target pasar produknya menjadi salah satu faktor yang dapat menopang kinerja ekonomi Banten tetap dapat meningkat secara moderat. Sementara itu pada aspek inflasi, meningkatnya tekanan dari komponen volatile foods, komponen inti dan administered prices pada triwulan mendatang berpotensi mendorong adanya peningkatan inflasi Banten dalam level yang relatif terjaga dengan prakiraan sebesar 3,5% (yoy). Pada triwulan IV 211, diprakirakan terdapat peningkatan tekanan dari komponen volatile foods dengan adanya kecenderungan penurunan pasokan bahan makanan dan peningkatan inflasi inti, walaupun dalam level yang cenderung minimal. Adanya rencana peningkatan tarif air minum di Kota Tangerang dan pemberlakuan tarif tol baru pada sejumlah ruas tol termasuk Tol Tangerang-Merak juga menjadi faktor peningkatan tekanan inflasi triwulan mendatang. Namun, membaiknya kondisi pasokan komoditas bahan makanan yang harganya cenderung bergejolak (volatile foods) dan relatif stabilnya harga barang administered prices sejak triwulan I hingga triwulan III 211 menjadi faktor-faktor yang dapat menahan peningkatan laju inflasi Banten yang lebih tinggi, sehingga inflasi Banten pada akhir tahun diprakirakan dapat terjaga pada level yang cukup rendah. vii

8 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan viii

9 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten Indikator Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (% yoy) Berdasarkan Sektor: 21*) 211**) I II III IV I II III 5,48 5,87 6,6 6,31 6,84 6,41 6,57 Pertanian 5,61 6,29 6,36 6,68 7,73 3,72 8,78 Pertambangan & Penggalian 6,26 8,93 8,56 9,74 1,1 9,11 9,55 Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,2 4,45 3,84 4,1 Listrik, Gas & Air Bersih 12,67 11,7 12,39 12,82 6,6 5,17 2,86 Bangunan 5,87 6,97 7,39 7,82 8,44 9,5 1,28 Perdagangan, Hotel & 8,23 8,43 9,7 9,46 1,6 11,14 9,75 Restoran Pengangkutan & 11,82 11,98 12,17 12,93 12,61 12,94 11,62 Komunikasi Keuangan, Persewaan & Jasa Usaha 7,9 7,48 5,83 5,77 7,49 7,36 8,22 Jasa-jasa 6,22 6,7 5,11 1,3 7,65 6,67 7,5 Berdasarkan Permintaan Konsumsi Rumah Tangga N.A. N.A. N.A. N.A. 5,71 6,14 6,77 Konsumsi Pemerintah N.A. N.A. N.A. N.A. 12,78 15,18 14,28 PMTB N.A. N.A. N.A. N.A. 6,23 8,26 9,76 Ekspor N.A. N.A. N.A. N.A. 7,1 8,76 9,44 Impor N.A. N.A. N.A. N.A. 6,63 11,11 12,57 Ekspor Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) Impor Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 1.712, , , , , , ,6 89,17 885,68 924, ,3 987,42 957,48 639, , , , , , , ,46 Volume Impor Non 2.498, , , , , , ,5 Migas (ribu ton) Indeks Harga Konsumen Kota Cilegon 119,67 121,59 123,65 125,9 126,28 125,86 127,5 Kota Serang 122,67 124,97 126,89 129,85 129,33 129,42 132,1 Kota Tangerang 119,39 12,96 123,94 125,72 126,39 127,22 129,44 Provinsi Banten 119,88 121,59 124,31 126,31 126,78 127,35 129,5 Laju Inflasi Tahunan (% yoy) Kota Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 2,75 Kota Serang 4,21 4,8 3,69 6,18 5,43 3,56 4,11 Kota Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,8 5,86 5,18 4,44 Provinsi Banten 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 4,73 4,18 Keterangan: *) angka sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) **) angka sangat sementara (Sumber: BPS Provinsi Banten) ***) Data Ekspor Tw III 211 merupakan angka sementara, gabungan Juli Agustus 211 (Sumber: Bank Indonesia) ix

10 Tabel Indikator Ekonomi Provinsi Banten Indikator Perbankan Dana Pihak Ketiga (Rp Triliun) I II III IV I II III 36,89 42,79 4,8 51,65 54,39 62,53 66,26 Tabungan 12,51 13,58 14,17 17,69 17,7 2,97 22,55 Giro 7,35 9,95 7,83 1,25 1,79 12,3 12,91 Deposito 17,3 19,27 18,9 23,71 25,9 29,26 3,8 Kredit (Rp Triliun) 3,2 32,65 34,66 39,45 42,42 45,43 49,2 Berdasarkan Lokasi Bank Modal Kerja 8,6 11,21 12,17 13,24 14,6 15,67 16,5 Konsumsi 19,74 19,8 2,8 23,43 25,14 26,1 28,64 Investasi 2,4 2,36 2,41 2,79 3,22 3,66 4,6 Kredit (Rp Triliun) 57,79 72,91 71,89 81,7 79,83 83,82 92,12 Berdasarkan Lokasi Proyek Modal Kerja 24,37 32,19 31,94 35,54 34,2 36,49 39,19 Konsumsi 2,96 22,79 24,64 27,99 27,92 28,7 31,83 Investasi 12,45 17,93 15,3 18,18 17,88 18,63 21,1 Loan to Deposit Ratio (%) 81,86 76,3 86,47 76,39 78, 72,65 74,25 NPL Gross (%) 3,1 3, 2,84 2,34 2,38 2,58 2,53 Sistem Pembayaran Transaksi RTGS (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal Transaksi Rata-rata Harian Volume Transaksi Transaksi Kliring (Rp Triliun) Rata-rata Harian Nominal Transaksi,51,61,58,71,68,63, ,57 7,12 6,65 7,58 8,92 8,37 9,15 Rata-rata Harian Volume Transaksi Keterangan: *) angka sementara posisi September 211 () x

11 BAB I PERKEMBANGAN MAKROEKONOMI REGIONAL Setelah melambat pada triwulan II 211, perekonomian Banten pada triwulan III diperkirakan kembali meningkat menjadi 6,57% (yoy). Peningkatan kinerja pada hampir semua sektor ekonomi maupun komponen penggunaan terutama konsumsi secara simultan mendorong perekonomian Banten sehingga dapat tumbuh disekitar level pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan III 211. % yoy 8, 7, 6, 5, 4, 3, 2, 1,, Tw ITw II Tw III Tw Tw ITw II Tw Tw Tw ITw II Tw IV III IV III 29 21* 211** Nasional Banten Grafik I.1. Perbandingan Laju Pertumbuhan PDB Nasional dan PDRB Banten Sumber: BPS RI dan BPS Provinsi Banten Pada sisi permintaan, konsumsi swasta dan investasi diperkirakan menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi pada triwulan III 211. Berdasarkan berbagai indikator, konsumsi swasta dan investasi terlihat meningkat, sementara konsumsi pemerintah sedikit melambat namun tetap dalam level yang tinggi pada periode laporan. Sementara itu, ekspor dan impor juga meningkat yang diperkirakan banyak didorong dari ekspor impor antar daerah. Secara sektoral, berbagai sektor diperkirakan mengalami peningkatan kinerja dibandingkan triwulan sebelumnya kecuali sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor pengangkutan dan komunikasi. Kinerja berbagai sektor utama Banten seperti sektor industri pengolahan dan sektor konstruksi diperkirakan meningkat cukup tinggi pada periode laporan yang didukung oleh tingginya investasi di sektor-sektor tersebut. Meningkatnya kinerja sektor utama tersebut mendorong kinerja sektor penunjang lainnya seperti sektor sektor keuangan, persewaan, jasa perusahaan dan sektor jasa-jasa. Di sisi lain, sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan melambat sepeti terlihat pada melambatnya pembiayaan dari perbankan terhadap sektor tersebut. Sementara itu, sektor PHR serta sektor pengangkutan tetap bertumbuh kuat meskipun sedikit melambat 1

12 yang ditunjang oleh tingginya konsumsi serta meningkatnya kinerja sektoral secara umum di Banten SISI PERMINTAAN Konsumsi swasta dan investasi menunjukkan pertumbuhan yang meningkat dan menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan. Di sisi lain, konsumsi pemerintah cenderung sedikit melambat. Meningkatnya pertumbuhan ekonomi Banten pada periode laporan diperkirakan didorong terutama oleh konsumsi swasta seiring dengan meningkatnya pendapatan dan membaiknya inflasi Banten. Berbagai prompt investasi juga menunjukkan perkembangan yang stabil dengan kecenderungan meningkat seiring tingginya berbagai pembangunan di bidang properti residensial, komersial maupun industri. Sementara itu, kinerja ekspor dan impor relatif sedikit melambat dengan level pertumbuhan yang relatif tinggi seiring permintaan dari luar negeri mulai menunjukkan pelemahan terutama pada permintaan produk baja termasuk kecenderungan harga baja dunia yang mulai turun. Di sisi lain, melambatnya realisasi belanja daerah pemerintah Provinsi Banten hingga triwulan III 211 dan perkiraan masih tertahannya penyerapan belanja daerah di kota/kabupaten menjadi penyebab melambatnya komponen konsumsi pemerintah pada triwulan laporan. Tabel I.1. PDRB Banten Triwulan II 211 Menurut Penggunaan Komponen Penggunaan 211** Tw I Tw II Tw III Konsumsi Rumah Tangga 5,71 6,14 6,77 Konsumsi Pemerintah 12,78 15,18 14,28 PMTB 6,23 8,26 9,76 Perubahan Inventori 31,68 18,54-9,69 Ekspor 7,1 8,76 9,44 Impor 6,63 11,11 12,57 PDRB 6,84 6,41 6,57 Sumber: BPS Provinsi Banten (** angka sangat sementara) Konsumsi Pertumbuhan konsumsi rumah tangga yang meningkat sebesar 6,77% (yoy) didorong oleh meningkatnya pendapatan dan rendahnya inflasi. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi Banten sekitar 4,68% pada tahun 211 serta menurunnya persentase jumlah penduduk miskin diperkirakan dapat meningkatkan daya beli dan mendorong konsumsi masyarakat. Sementara itu di pedesaan, meningkatnya indeks Nilai Tukar Petani (NTP) yang didukung dengan semakin membaiknya inflasi secara umum dan di pedesaan turut mendorong peningkatan daya beli dan konsumsi petani. Peningkatan konsumsi yang didorong oleh meningkatnya pendapatan juga ditunjukkan dengan meningkatnya rata-rata pengeluaran per kapita sebulan di Banten dibandingkan tahun sebelumnya. Bahkan tingkat pengeluaran rata-rata perkapita total dan untuk kebutuhan makanan termasuk tertinggi kedua setelah DKI Jakarta di Wilayah Jawa. 2

13 12, 1, 8, % yoy 6, 4, 2,, -2, Deviasi Nasional Banten Grafik I.2. Perkembangan Inflasi Tahunan Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Indeks NTP Banten % yoy Inflasi Pedesaan Grafik I.3. Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik I.4. Inflasi Tahunan Pedesaan Banten Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Tabel I.2. Perkembangan Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah) Provinsi * Total Makanan Total Makanan DKI Jakarta Banten Jabar Jatim DIY Jateng Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Berbagai indikator hasil Survei Konsumen juga menunjukkan kecenderungan peningkatan konsumsi. Meningkatnya ekspektasi konsumen terhadap kondisi ekonomi dan pendapatan yang ditunjukkan oleh meningkatnya indeks keyakinan konsumen, indeks keyakinan terhadap kondisi ekonomi saat ini dan indeks kondisi ketersediaan lapangan kerja. Sementara itu, indeks kondisi penghasilan mendukung keyakinan konsumen untuk meningkatkan konsumsi pada periode laporan. Selain itu, meningkatnya tren konsumsi juga ditunjukkan oleh meningkatnya 3

14 indeks ketepatan waktu pembelian barang tahan lama (durable goods) serta indeks rata-rata pendapatan per bulan untuk pengeluaran kebutuhan rumah tangga dan pembayaran cicilan. 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, , 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, Indeks Keyakinan Konsumen Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja Grafik I.5. Indeks Keyakinan Konsumen dan Indeks Keyakinan terhadap Kondisi Ekonomi Saat Ini Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Grafik I.6. Indeks Kondisi Ketersediaan Lapangan Kerja Saat Ini dan Indeks Kondisi Penghasilan Saat Ini Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia 12, 12 1, 1 8, 6, 4, 2, Indeks 8 6 4, Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Grafik I.7. Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama (Durable Goods) Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik I.8. Indeks Rata-rata Pendapatan per Bulan untuk Kebutuhan Rumah Tangga dan Cicilan Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Di sisi lain, melambatnya konsumsi pemerintah yang tercermin dari relatif rendahnya realisasi belanja daerah pada periode yang sama dibandingkan dengan periode satu tahun sebelumnya, sedikit tertahan oleh adanya penyelenggaraan Pilkada di Banten pada periode tersebut sehingga pertumbuhan pengeluaran pemerintah tetap tinggi pada periode laporan. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten hingga akhir triwulan III 211 baru mencapai sekitar 61,57% atau sebesar Rp 2,14 triliun, sementara realisasi hingga triwulan yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 61,98% atau sebesar Rp 1,56 triliun. 4

15 Rp Miliar ,85% 36,21% 5,77% Tw I Tw II Tw III 95,87% 95,49% 12% 1% 8% 61,98% 61,57% 6% 35,45% 4% 27,45% 2% 11,7% 9,7% % Tw Tw I Tw Tw Tw Tw I Tw Tw IV II III IV II III* Realisasi s.d. Triwulan Berjalan Persentase realisasi thd Pagu Anggaran Grafik I.9. Perbandingan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten Tahun Sumber: DPKAD Provinsi Banten Investasi Kinerja investasi Banten meningkat yang diperkirakan terutama berasal dari investasi swasta. Kinerja investasi diperkirakan tumbuh stabil dengan kecenderungan meningkat pada triwulan III 211. Tingginya investasi pada periode laporan diperkirakan bersumber dari ekspansi bisnis pada sektor industri pengolahan dan konstruksi. Salah satunya adalah produsen petrokimia terbesar di Banten yang terus berekspansi mengembangkan kapasitas produksi petrokimia hulu untuk memenuhi pemintaan industri antara dan hilir yang semakin tinggi. Pada bulan September 211, perusahaan tersebut akan memulai pembangunan pabrik butadiene pertama di Indonesia yang dengan total investasi diperkirakan mencapai sekitar USD 11 juta. Kecenderungan meningkatnya investasi juga dapat dilihat dari beberapa indikator lainnya. Indeks tendensi bisnis nasional pada triwulan III 211 yang cenderung meningkat mencerminkan ekspektasi pelaku usaha yang membaik terhadap kondisi bisnis secara umum termasuk keinginan untuk meningkatkan investasi. Kecenderungan meningkatnya investasi juga terlihat dari penggunaan/konsumsi semen di wilayah Banten yang terus meningkat karena tingginya pembangunan properti residensial maupun komersial oleh pihak swasta maupun untuk penyelesaian pembangunan infrastruktur oleh pemerintah. Rencana dan implementasi perluasan pengembangan kawasan pemukiman di luar area Wilayah DKI Jakarta, termasuk salah satunya ke wilayah Tangerang dan Lebak di Banten mendorong peningkatan investasi baik infrastruktur, kebutuhan pemukiman dan hunian bisnis lainnya. 5

16 Indeks I II III IV I II III IV I II III IV I II III* % yoy ribu ton % yoy Indeks Tendensi Bisnis Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS) Grafik I.1. Indeks Tendensi Bisnis Nasional Sumber: BPS RI Grafik I.11. Perkembangan Konsumsi Semen Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Ekspor Impor 1 Kinerja ekspor Banten pada triwulan III 211 meningkat yang diperkirakan didorong dengan tingginya ekspor antar daerah seiring tingginya permintaan domestik. Meningkatnya kinerja ekspor Banten dengan pertumbuhan sekitar 9,44% (yoy) pada triwulan III 211 diperkirakan banyak didorong oleh meningkatnya ekspor antar daerah. Di sisi lain, kinerja ekspor luar negeri masih cenderung tertahan diperkirakan karena adanya penurunan permintaan pada sub sektor peralatan dan alat-alat kebutuhan rumah tangga dan pengalihan target pasar luar negeri ke pasar domestik karena tingginya permintaan domestik atau konsumsi swasta. Peningkatan permintaan terhadap barang jadi tersebut kemudian mendorong peningkatan permintaan terhadap bahan baku maupun barang setengah jadi untuk kebutuhan produksi barang jadi tersebut. Selain itu, gejolak perekonomian di USA dan Eropa diperkirakan mulai mempengaruhi ekspor Banten karena harganya yang kurang menarik para pelaku usaha di Banten dengan adanya permintaan pemotongan harga (discount) dari pihak importir di luar negeri seiring melemahnya permintaan di Negara-negara tersebut. Sebaliknya, harga produk di dalam negeri cenderung membaik karena tingginya faktor permintaan. Kondisi ini menyebabkan produsen di Banten lebih berkonsentrasi untuk memenuhi kebutuhan provinsi lainnya atau kebutuhan domestik/nasional. Tabel I.3. Perkembangan Ekspor dan Impor Banten Ekspor Impor Uraian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III*) Nilai (USD ribu) Volume (Ribu Ton) Nilai (USD ribu) Volume (Ribu Ton) (* angka kumulatif sementara sampai dengan Agustus 211) 1 Data ekspor dan impor yang dijabarkan (angka sementara hingga Agustus 211) tidak termasuk data ekspor impor antar daerah. 6

17 USD Juta Ekspor Impor Trade Balance Grafik I.12. Perkembangan Neraca Perdagangan Banten USD Juta % yoy Ribu Ton (1) (2) (3) (4) % yoy Nilai Ekspor Growth (RHS) Volume Ekspor Growth (RHS) Grafik I.13. Ekspor Banten Berdasarkan Nilai Grafik I.14. Ekspor Banten Berdasarkan Volume Sementara itu, tingginya impor antar daerah diperkirakan juga dapat menahan perlambatan yang terjadi pda impor luar negeri sehingga komponen impor secara keseluruhan tetap bertumbuh tinggi. Tertahannya impor luar negeri Banten terindikasi dari melambatnya impor pada jenis barang konsumsi dan barang modal untuk kebutuhan sektor industri. Namun demikian, meningkatnya pertumbuhan konsumsi Banten diperkirakan menjadi faktor pendorong meningkatnya kebutuhan terhadap berbagai barang dan jasa termasuk yang diimpor dari daerah lain. 7

18 USD Juta % yoy Ribu Ton % yoy Nilai Impor Growth (RHS) Volume Impor Growth (RHS) Grafik I.15. Impor Banten Berdasarkan Nilai Grafik I.16. Impor Banten Berdasarkan Volume Ribu Ton % yoy Ribu Ton % yoy Volume Impor Barang Konsumsi Growth (RHS) Volume Impor Barang Modal Growth (RHS) Grafik I.17. Impor Barang Konsumsi Banten Grafik I.18. Impor Barang Modal Banten 1.2. SISI PENAWARAN Sebagian besar kinerja sektoral di Banten meningkat pada triwulan III 211 karena didorong oleh peningkatan permintaan domestik/nasional. Kinerja sektor-sektor utama Banten seperti sektor industri pengolahan dan konstruksi meningkat cukup signifikan seiring tetap stabilnya fundamental perekonomian Banten dan nasional. Selain itu, sektor-sektor pendukung seperti sektor sektor keuangan dan jasa juga terdorong meningkat. Meningkatnya kinerja sektoral Banten secara umum ditunjukkan pula oleh meningkatnya indeks realisasi kegiatan usaha sektoral dan kapasitas utilisasi produksi dari hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha. Sementara itu, perlambatan terjadi pada beberapa sektor seperti sektor listrik, gas dan air bersih, sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR) serta sektor pengangkutan dan komunikasi walaupun tetap pada level pertumbuhan yang tinggi pada sektor PHR dan pengangkutan. 8

19 Tabel I.4. Pertumbuhan Ekonomi Banten Berdasarkan Sektor Ekonomi Sektor Arah tw III '11 thd 21** Tw I* Tw II* Tw III* Tw IV** Tw I** Tw II** Tw III r) tw II '11 Arah tw III '11 thd tw III '1 Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 5,61 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,72 8,78 Pertambangan dan Penggalian 6,26 8,93 8,56 9,74 8,39 1,1 9,11 9,55 Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,2 3,41 4,45 3,84 4,1 Listrik, Gas dan Air Bersih 12,67 11,7 12,39 12,82 12,24 6,6 5,17 2,86 Konstruksi 5,87 6,97 7,39 7,82 7,4 8,44 9,5 1,28 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,23 8,43 9,7 9,46 8,98 1,6 11,14 9,75 Pengangkutan dan Komunikasi 11,82 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 11,62 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,9 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 8,22 Jasa-jasa 6,22 6,7 5,11 1,3 4,65 7,65 6,67 7,5 PDRB 5,48 5,87 6,6 6,31 5,94 6,84 6,41 6,57 Sumber: BPS Provinsi Banten (* angka sementara, ** angka sangat sementara, r proyeksi Bank Indonesia) 4, 3, 2, Saldo Bersih 1,, -1, -2, -3, T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum) Grafik I.19. Realisasi Kegiatan Usaha Sektoral (Umum) Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia % Sektoral (Umum) 86,69 83, ,3 78,39 77,22 76,6 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % Sektoral (umum) 83,1 84,63 74,87 55,55 47,83 32,29 26,2 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik I.2. Kapasitas Utilisasi Sektoral (Umum) Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.21. Kapasitas Produksi Normal Sektoral (Umum) Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 9

20 Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan mengalami peningkatan kinerja pada triwulan laporan sebesar 4,1% (yoy) seiring dengan kuatnya pertumbuhan ekonomi nasional dan Banten pada tahun 211. Tingginya kinerja perekonomian nasional maupun Banten sejak tahun 21 hingga periode laporan diperkirakan terus mendorong permintaan domestik dan diperkirakan memberikan dampak positif terhadap kinerja sektor industri pengolahan Banten. Peningkatan kinerja sektor industri terindikasi pula dari meningkatnya kapasitas utilisasi dan indeks realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan Meningkatnya kapasitas utilisasi sektor industri pengolahan pada triwulan III 211 dibandingkan triwulan sebelumnya maupun dengan kapasitas normalnya menjadi salah satu indikasi meningkatnya performa sektor industri pengolahan seiring meningkatnya permintaan dari dalam negeri. Indeks realisasi kegiatan usaha sektor industri pengolahan pun menunjukkan bahwa realisasi kegiatan bisnis pada sektor tersebut di triwulan ini kembali membaik. % Sektor Industri Pengolahan 9 89,13 87, ,78 8,63 79,56 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % Sektor Industri Pengolahan 85 84,56 87,6 53,4 56,1 33,5 22,13 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik I.22. Kapasitas Utilisasi Sektor Industri Pengolahan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.23. Kapasitas Produksi Normal Sektor Industri Pengolahan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Saldo Bersih 8, 6, 4, 2,, -2, -4, -6, T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Grafik I.24. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Industri Pengolahan Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 1

21 Meningkatnya kebutuhan baja dunia maupun domestik pada tahun 211 menjadi faktor pendorong pertumbuhan sektor industri pengolahan dari subsektor industri besi baja, meskipun perlu diwaspadai kecenderungan melemahnya permintaan baja pada periode mendatang seiring mulai melemahnya permintaan global. Proyeksi kebutuhan baja yang meningkat khususnya di negara-negara emerging and developing economies serta hingga akhir tahun 211 diperkirakan akan mendorong peningkatan kinerja industri baja nasional khususnya di Banten. Selain itu, percepatan pembangunan infrastruktur oleh pemerintah dari dana APBN maupun APBD juga akan mendorong peningkatan konsumsi dan penjualan baja dari wilayah Banten yang memasok sekitar 45% baja nasional. Konsumsi baja nasional pada semester II 211 diperkirakan mencapai 3,76 juta ton atau meningkat sekitar 27,5% dibandingkan semester II 21. Tabel I.5. Proyeksi Permintaan Baja Dunia Sumber: World Steel Association Tingginya kapasitas utilisasi subsektor industri baja menjadi indikasi lain kuatnya permintaan terhadap produk baja maupun kinerja subsektor industri tersebut. Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha menunjukkan bahwa kapasitas utilisasi industri logam dasar, besi dan baja pada triwulan III 211 tetap berada pada kapasitas penuh. Dengan memperhatikan perkembangan tersebut, indeks produksi baja Banten diperkirakan meningkat seiring dengan tingginya permintaan dan terjaganya kapasitas utilisasi produksi subsektor tersebut pada triwulan laporan. Telah optimalnya kapasitas utilisasi tersebut mendorong investasi para pelaku usaha pada sektor ini dengan melakukan penambahan kapasitas antara lain melalui kerja sama dengan mitra dari luar negeri yang memiliki kompetensi pada industri baja tersebut baik dengan Negara Korea Selatan, Jepang, India maupun Cina. 11

22 Industri Logam Dasar, Besi dan Baja 9 93, Industri Logam Dasar dan Besi Baja 92, % 6 % Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik I.25. Kapasitas Utilisasi Sub sektor Industri Logam Dasar Besi Baja Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.26. Kapasitas Produksi Normal Sub sektor Industri Logam Dasar Besi Baja Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Indeks (27=1) % yoy Angka Indeks Produksi Baja Banten Pertumbuhan Produksi Baja Banten (RHS) Grafik I.27. Indikator Produksi Baja Banten Sumber: Produsen Baja Banten Pada subsektor industri kimia, ekspansi yang dilakukan juga dengan cara meningkatkan kapasitas utilisasi produksi subsektor tersebut. Hanya saja, kendala dalam melakukan ekspansi tersebut salah satunya berupa pengadaan lahan yang relatif terbatas di kawasan industri tersebut. Permintaan yang tinggi terhadap berbagai produk turunan industri petrokimia seperti tekstil, ban, sol alas kaki dan lainnya mendorong kebutuhan terhadap bahan baku dari industri kimia pun meningkat. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya kinerja industri petrokimia hulu di Banten. Salah satu produsen petrokimia terintegrasi besar di Banten telah mengalami peningkatan kinerja dengan adanya berbagai ekspansi yang dilakukan oleh perusahaan seperti pembangunan pabrik butadiene baru dan rencana penambahan kapasitas pabrik naphtha cracker. Perusahaan tersebut juga telah melakukan kemitraan strategis dengan perusahaan petrokimia besar di Asia yang diharapkan dapat meningkatkan sinergi dan nilai tambah dalam operasional bisnis dan mempercepat rencana ekspansi cracker perseroan. Namun karena ekspansi tersebut memerlukan area lahan yang tidak sedikit dan memerlukan 12

23 persyaratan lahan yang dekat dengan pelabuhan laut guna kemudahan proses distribusi, maka pengadaan lahan tersebut bisa menjadi salah satu faktor kendala yang harus dihadapi para pelaku usaha pada sektor kimia di Banten. % Industri Kimia dan Barang dari Karet 92,5 86,5 88, ,67 77 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % Industri Kimia dan Barang dari Karet 92 92,67 68,25 51, ,5 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik I.28. Kapasitas Utilisasi Sub sektor Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Grafik I.29. Kapasitas Produksi Normal Sub sektor Industri Kimia dan Barang dari Karet Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Subsektor industri lainnya seperti industri tekstil dan barang-barang dari kayu dan gabus juga menunjukkan performa yang meningkat seiring tingginya permintaan dari luar negeri. Ekspor produk tekstil dan barang-barang dari kayu dan gabus terindikasi meningkat pada triwulan III 211 yang diperkirakan didorong oleh meningkatnya permintaan dari negaranegara mitra dagang terhadap produk-produk tersebut. Ribu Ton % yoy Ribu Ton % yoy Volume Ekspor Tekstil Growth (RHS) Volume Ekspor Barang-barang dari Kayu dan Gabus Growth (RHS) Grafik I.3. Volume Ekspor Tekstil Banten Grafik I.31. Volume Ekspor Barang-barang dari Kayu dan Gabus Banten Sektor Konstruksi Sektor konstruksi yang merupakan salah satu sektor utama di Banten memiliki performa yang meningkat dengan level yang tinggi sebesar 1,28% (yoy) karena didukung oleh tingginya investasi swasta, meningkatnya permintaan pasar dan relatif rendahnya suku 13

24 bunga kredit perbankan. Pada sektor swasta, optimisme pengembang-pengembang besar (developer) dan dukungan pembiayaan perbankan yang direalisasikan melalui pembangunan berbagai properti komersial, residensial dan industri khususnya di wilayah Tangerang dan Serang terindikasi terus meningkat pada triwulan laporan. Peningkatan tersebut ditunjang oleh pembiayaan perbankan yang meningkat. Sementara itu, tren suku bunga kredit produktif dan konsumtif yang stabil juga mendorong kesempatan bagi para debitur untuk meningkatkan pembiayaan dari perbankan. Semakin mudahnya persyaratan kredit pemilikan rumah (KPR) dan semakin rendahnya suku bunga kredit konsumsi perbankan termasuk untuk pemilikan rumah tinggal juga turut mendorong permintaan terhadap kebutuhan perumahan dan gedung komersial semakin meningkat Rp Miliar % yoy Kredit Sektor Bangunan Growth (RHS) Grafik I.32. Kredit Sektor Konstruksi/Bangunan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten % 13,4 13,2 13, 12,8 12,6 12,4 12,2 13,28 13,17 13, 12,76 Konsumsi 13,34 12,95 12,65 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Suku Bunga Kredit Tertimbang % ,9 12,3 11,98 1,91 1,9 1,78 1,58 1,47 1, Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal s.d. Tipe 21 Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe 22 s.d. 7 Rumah Tangga untuk Pemilikan Rumah Tinggal Tipe Diatas 7 Grafik I.33. Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.34. Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi untuk Pemilikan Rumah Tinggal Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 14

25 % 16, 14, 12, 1, 8, 6, 4, 2,, 13,39 13,36 12,81 11,99 11,66 11,34 1,59 1,28 1, Tw I Tw II Tw III 211 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen s.d. Tipe 21 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe 22 s.d. 7 Rumah Tangga untuk Pemilikan Flat atau Apartemen Tipe Diatas 7 Grafik I.35. Suku Bunga Tertimbang Kredit Konsumsi untuk Pemilikan Flat/Apartemen Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran (PHR) Kinerja sektor perdagangan, hotel dan restoran sedikit melambat walaupun tetap bertumbuh kuat sebesar 9,75% (yoy). Tingginya pembangunan pusat perdagangan, residensial maupun hotel di kawasan Tangerang dan Serang diperkirakan menjadi salah satu faktor yang membantu menahan tingginya performa sektor tersebut walaupun relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Perbaikan pembangunan jalur wisata dan perdagangan di Banten menjadi salah satu pendukung meningkatnya tingkat hunian hotel dan sektor PHR secara keseluruhan, meskipun belum sepenuhnya terlihat membaik khususnya jalur Cilegon ke Anyer dan juga jalur dari Kawasan Kecamatan Sumur Pandeglang menuju ke Kawasan Wisata Pulau Umang dan Ujung Kulon. Di sisi lain, adanya berita-berita dan isu kekhawatiran letusan Gunung Krakatau dan tsunami menjadi faktor penghambat meningkatnya kunjungan wisatawan ke wilayah wisata pantai atau kepulauan di Banten dan mempengaruhi pertumbuhan sektor PHR secara keseluruhan. Selain itu, melambatnya sektor PHR juga diindikasikan dari menurunnya indeks realisasi kegiatan usaha sektor tersebut pada triwulan III , 4, 2, Saldo Bersih, -2, -4, -6, -8, -1, T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III Realisasi Kegiatan Usaha Sektor PHR Grafik I.36. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia 15

26 Dari sisi permintaan, tren pembelian barang tahan lama berdasarkan hasil Survei Konsumen Bank Indonesia yang terlihat meningkat pada triwulan laporan diperkirakan menjadi faktor yang menahan pertumbuhan yang tetap tinggi pada sub sektor perdagangan walaupun belum signifikan mendorong peningkatan laju pertumbuhan sektor tersebut Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi tetap kuat sebesar 11,62% (yoy) walaupun sedikit melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingginya pertumbuhan pada subsektor jasa pengangkutan yang tercermin dari meningkatnya pertumbuhan volume kendaraan yang menggunakan jasa tol Tangerang-Merak diperkirakan belum dapat mendorong kinerja sektor pengangkutan dan komunikasi meningkat lebih tinggi pada periode laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Melambatnya pembiayaan perbankan terhadap sektor tersebut diperkirakan menjadi salah satu faktor yang menahan peningkatan laju pertumbuhan sektor tersebut. Ribu Unit % y-o-y Ribu Unit % y-o-y Total Arus Kendaraan yang Menggunakan Tol Tangerang-Merak Growth (RHS) Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Growth (RHS) Grafik I.37. Perkembangan Total Arus Kendaraan di Tol Tangerang-Merak Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak Grafik I.38. Perkembangan Arus Kendaraan Penumpang di Tol Tangerang-Merak Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak Ribu Unit % y-o-y Ribu Unit % y-o-y Arus Kendaraan Komersial Growth (RHS) Arus Kendaraan Penumpang (Non Komersial) Growth (RHS) Grafik I.39. Perkembangan Arus Kendaraan Komersial di Tol Tangerang-Merak Sumber: Pengelola Jalan Tol Tangerang-Merak Grafik I.4. Kredit Sektor Pengangkutan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 16

27 Sektor-sektor Lainnya Kinerja sektor pertanian (dalam arti luas) meningkat cukup tinggi pada periode laporan sebesar 8,78% (yoy) dibandingkan triwulan II 211. Meningkatnya kinerja sektor pertanian pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya terindikasi salah satunya dari menguatnya kapasitas utilisasi pada sektor pertanian khususnya pada subsektor perikanan dibandingkan dengan kapasitas normalnya. Indeks realisasi kegiatan usaha pada sektor tersebut kembali meningkat pada triwulan laporan setelah melambat cukup dalam pada triwulan sebelumnya. % Sektor Pertanian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % Sektor Pertanian Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Grafik I.41. Kapasitas Utilisasi Sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - Bank Indonesia Grafik I.42. Kapasitas Produksi Normal Sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha - Bank Indonesia 15 1 Saldo Bersih T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III T.IV T.I T.II T.III Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertanian Grafik I.43. Realisasi Kegiatan Usaha Sektor Pertanian Banten Sumber: Survei Kegiatan Dunia Usaha Bank Indonesia Meningkatnya pembiayaan kepada sektor pertambangan dan penggalian secara signifikan menjadi salah satu pendorong stabil cenderung meningkatnya kinerja sektor tersebut pada level pertumbuhan 9,55% (yoy). Pembiayaan untuk sektor pertambangan dan penggalian terlihat meningkat signifikan sejak triwulan II 211 dan masih meningkat pada triwulan laporan dan diperkirakan menjadi salah satu faktor pendorong meningkatnya performa sektor tersebut. 17

28 Rp Miliar , 25, 2, 15, 1, % yoy 5,, -5, -1, Kredit Sektor Pertambangan Growth (RHS) Grafik I.44. Kredit Sektor Pertambangan Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa semakin membaik terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi dan kinerja sektorsektor utama yang tercermin salah satunya dari meningkatnya pembiayaan perbankan. Meningkatnya konsumsi dan kinerja sektor-sektor utama Banten mendorong peningkatan kebutuhan terhadap pembiayaan dan jasa dari sektor keuangan dan jasa. Tetap tingginya pembiayaan perbankan baik produktif maupun konsumtif menjadi salah satu faktor pendukung meningkatnya kinerja sektor tersebut. Kondisi tersebut cukup terbantu dengan semakin rendahnya suku bunga kredit/pembiayaan baik bank konvensional maupun yang berprinsip syariah. Rp Miliar % yoy % 15,4 15,2 15, 14,8 14,6 14,4 14,2 14, 13,8 13,6 13,4 15,14 14,74 14,72 14,74 14,4 14,2 14, Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Growth (RHS) Suku bunga tertimbang Grafik I.45. Kredit Sektor Jasa Dunia Usaha Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten Grafik I.46. Suku Bunga Tertimbang Bank Umum Pelapor Wilayah Banten Di sisi lain, perlambatan diperkirakan terjadi pada sektor sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan juga disebabkan oleh melambatnya pembiayaan dari perbankan untuk sektor tersebut. Melambatnya dukungan pembiayaan perbankan terhadap sektor listrik, gas dan air bersih diperkirakan menjadi faktor yang menahan peningkatan sektor tersebut. 18

29 Rp Triliun % y-o-y Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Growth (RHS) Grafik I.47. Kredit Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih Berdasarkan Lokasi Proyek di Banten 19

30 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 2

31 BAB II PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH Inflasi Banten tetap terjaga di bawah inflasi nasional dan menunjukkan kecenderungan menurun hingga akhir triwulan III 211. Inflasi Banten sebesar 4,18% (yoy 1 ) pada akhir triwulan III 211 lebih rendah dibandingkan dengan inflasi nasional sebesar 4,61% (yoy), merupakan level terendah sepanjang tahun 211. Bahkan inflasi tahun kalender (ytd) pada periode ini baru mencapai 2,52% (yoy) yang juga lebih rendah dibandingkan dengan level nasional sebesar 2,97% (ytd). Kondisi inflasi Banten pada level yang rendah dan stabil tersebut disebabkan oleh relatif stabilnya harga komoditas bahan makanan (volatile foods) dan komoditas yang ditetapkan oleh pemerintah (administered prices) yang didorong oleh relatif terjaganya pasokan dan ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi. Membaiknya kondisi cuaca dan iklim pada tahun 211 dibandingkan tahun sebelumnya menjadi pendorong membaiknya kondisi pasokan bahan makanan yang harganya relatif bergejolak pada triwulan III 211. Selain itu, ditundanya pemberlakuan kebijakan pengaturan BBM bersubsidi oleh pemerintah juga menjadi faktor penahan kenaikan laju inflasi Banten maupun nasional. Koordinasi antara para pihak terkait dalam rangka stabilisasi harga dan pengendalian inflasi di daerah semakin baik dan diperkirakan turut mendukung pencapaian stabilisasi harga di wilayah Banten. Berbagai program yang telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi percepatan penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap laju inflasi Banten. Selain itu, penguatan kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah kota penyumbang inflasi Banten juga terus dipercepat guna memperkuat upaya pengendalian inflasi dan stabilisasi harga di Banten di masa datang. 1 Inflasi yoy berarti level IHK bulan x tahun y t dibandingkan dengan bulan x tahun y t-1 21

32 2.1. Perkembangan Inflasi Banten Tendensi inflasi Banten terus menurun hingga triwulan III 211, atau menunjukkan perbaikan dari sebesar 4,73% (yoy) triwulan sebelumnya menjadi sebesar 4,18% (yoy). Angka tersebut lebih rendah dibandingkan angka inflasi nasional. Inflasi Banten pada akhir triwulan III 211 terus membaik dan berada pada level terendah sejak awal tahun 211. Tren inflasi Banten selalu berada di bawah inflasi nasional dengan pergerakan yang searah. Dengan inflasi nasional pada akhir triwulan III 211 sebesar 4,61% (yoy), maka deviasi inflasi Banten terhadap inflasi nasional adalah sebesar -,43%. Secara rata-rata, deviasi inflasi Banten terhadap nasional sepanjang tahun 211 sebesar -,55%. 4, 12, 3,5 3, 2,5 1, 8, % yoy 2, 1,5 1,,5 % yoy 6, 4, 2,, -,5-1, , -2, Deviasi Nasional Banten Deviasi Nasional Banten Grafik II.1. Perbandingan Inflasi qtq Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Grafik II.2. Perbandingan Inflasi yoy Banten dan Nasional Sumber: BPS Provinsi Banten dan BPS RI Secara triwulanan, inflasi (qtq 2 ) Banten sebesar 1,69% (qtq) pada periode laporan juga lebih rendah dibandingkan dengan inflasi triwulan sebelumnya sebesar,45% (yoy) dan dengan inflasi nasional sebesar 1,89% (qtq). Tidak jauh berbeda dengan arah pergerakan inflasi tahunan (yoy), pergerakan inflasi triwulanan Banten juga relatif searah dengan inflasi nasional sepanjang tahun Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dan Jasa Perubahan indeks harga tahunan secara umum di Banten pada triwulan laporan terutama dipengaruhi oleh kelompok bahan makanan dan kelompok perumahan, listrik, gas dan air bersih. Membaiknya kondisi cuaca dan musim secara umum pada tahun 211 yang mempengaruhi ketersediaan jumlah pasokan komoditas bahan makanan terutama yang harganya bergejolak (volatile) dan memiliki nilai konsumsi yang tinggi seperti beras, ikan segar, bumbu-bumbuan serta beberapa komoditas bahan makanan lainnya menjaga inflasi tahunan Banten pada triwulan III 211 tidak setinggi triwulan sebelumnya. Di sisi lain, tetap tingginya 2 Inflasi qtq berarti level IHK bulan dibandingkan dengan tiga bulan sebelumnya 22

33 kebutuhan akan tempat tinggal pada tahun ini menyebabkan terjadinya kenaikan biaya tempat tinggal dan biaya penyelenggaraan rumah tangga. Subkelompok tersebut kemudian menjadi pendorong tingginya sumbangan kelompok perumahan, air terhadap inflasi yoy Banten triwulan III 211 walaupun membaik dibandingkan triwulan sebelumnya % Inflasi yoy Tw II '11 Inflasi yoy Tw III '11 % Andil Inflasi Tw II '11 Andil Inflasi Tw III '11 Grafik II.6. Perbandingan Inflasi Tahunan Banten Triwulan II dan Triwulan III 211 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.7. Perbandingan Andil Inflasi Tahunan Banten Triwulan II dan Triwulan III 211 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Sementara itu, perubahan indeks harga secara triwulanan atau inflasi qtq Banten pada triwulan III 211 sebesar 1,69% terutama disebabkan oleh masih tingginya permintaan terhadap kelompok bahan makanan dan sandang pasca hari raya Idul Fitri dan juga akibat adanya kenaikan harga komoditas internasional. Kondisi tersebut tercermin dari tingginya perubahan indeks harga pada subkelompok padi-padian, daging dan hasilnya, ikan awetan, sandang laki-laki, sandang anak-anak dan terutama pada subkelompok barang pribadi dan sandang lain yaitu emas perhiasan. Penyebab lainnya adalah karena tingginya preferensi masyarakat Banten dalam mengkonsumsi emas perhiasan yang tercermin dari tingginya nilai konsumsi komoditas tersebut terhadap basket seluruh komoditas. Meningkatnya peningkatan permintaan komoditas emas menyebabkan meningkatnya harga emas perhiasan di Banten hingga periode laporan. Sementara itu, adanya kenaikan biaya pendidikan pada akhir triwulan III 211 menjadi lebih tinggi daripada triwulan sebelumnya juga menjadi pendorong lain atas kenaikan inflasi triwulanan Banten. Perkembangan yang cukup menggembirakan adalah kondisi kenaikan harga bahan makanan terutama padi-padian tersebut diikuti pula dengan kenaikan indeks Nilai Tukar Petani. Kenaikan harga komoditas tersebut diperkirakan membawa dampak positif bagi kesejahteraan para petani di Banten. 23

34 Tabel II.1. Perkembangan Inflasi Banten per Kelompok Barang/Jasa Kelompok Barang/Jasa Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy qtq yoy Umum,7 3,16 1,43 4,44 2,23 4,59 1,61 6,1,37 5,76,45 4,73 1,69 4,18 Bahan Makanan,7 1,16 4,88 7,9 4,49 9, 3,39 14,1 -,16 13,12,12 8, 2,12 5,54 Makmin, Rokok dan Tbk 1,48 5,73,78 5,54,91 4,57,54 3,76,61 2,87,37 2,46,98 2,53 Perum, Air, LGA dan BB,54 3,3,21 2,12 2,32 3,65 1,28 4,41,79 4,67 1,8 5,58 1,3 4,25 Sandang,84 5,21 1,28 7,24 3,34 6,85 2,68 8,37 -,77 6,63 1,39 6,75 7,76 11,32 Kesehatan 1,21 5,8,72 4,26 1,3 3,81 1,98 5,3 1,52 5,63,74 5,66 1,23 5,59 Pend, Rekreasi dan Olahraga,28 5,87,1 5,32,41 5,5 2,83 3,64 1,1 4,4,9 4,4 5,21 9,38 Trans, Kom dan Jasa Keu,13 1,3,1 1,2 1,18 -,31 -,32 1,1,1 1,6 -,15,8 -,38 -,75 Sumber: BPS Provinsi Banten Trans, Kom dan Jasa Keu Andil Inflasi Pend, Rekreasi dan Olahraga Inflasi (qtq) Kesehatan Sandang Perum, Air, LGA dan BB Makmin, Rokok dan Tbk Bahan Makanan Umum % % 1,8 1,6 1,4 1,2 1,,8,6,4,2, Bobot Konsumsi Emas Perhiasan Serang Cilegon Tangerang Grafik II.3. Inflasi dan Andil Inflasi qtq Banten Triwulan III 211 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.4. Bobot Konsumsi Emas Perhiasan terhadap Total Nilai Konsumsi per Kota di Banten Tahun Dasar 27 Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Indeks NTP Banten Grafik II.5. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Inflasi Berdasarkan Kota Secara umum, tren inflasi tahunan ketiga kota perhitungan inflasi di Banten menurun dan terjaga pada level yang relatif rendah sejak awal tahun 211. Namun, terdapat sedikit kenaikan level inflasi tahunan di Kota Serang pada pada triwulan laporan dibandingkan triwulan II 211. Inflasi di ketiga kota masih terjaga rendah dan stabil dengan tingkat inflasi 24

35 terendah terjadi di Kota Cilegon sebesar 2,75% (yoy). Di sisi lain, inflasi Kota Serang sedikit meningkat walaupun tetap pada level yang rendah, yaitu sebesar 4,11% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya mencapai level inflasi terendah dibandingkan ketiga kota lainnya. Peningkatan inflasi tahunan Kota Serang tersebut dipengaruhi terutama oleh tingginya perubahan indeks harga sub kelompok barang pribadi dan sandang lain. Angka tersebut disumbang terutama dari komoditas emas perhiasan. Perilaku konsumsi masyarakat Kota Serang dengan minat yang sangat tinggi terhadap emas perhiasan dibandingkan kedua kota lainnya menjadi penyebab kenaikan tersebut. Di sisi lain, terdapat kenaikan harga emas di pasaran dunia akibat belum menentunya perekonomian dunia dan pasar keuangan hingga periode laporan diperkirakan menyebabkan masyarakat cenderung menginvestasikannya pada komoditas emas yang dianggap lebih aman dengan harga yang cenderung meningkat dan relatif likuid. Sementara itu laju inflasi di Kota Tangerang cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kedua kota lainnya yang banyak disumbang dari komponen inti akibat tarikan permintaan. Tabel II.2. Perkembangan Inflasi Wilayah Banten per Kota Inflasi Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III qtq Cilegon,87 1,6 1,69 1,82,3 -,33,95 Serang,31 1,87 1,54 2,33 -,4,7 2,7 Tangerang,74 1,32 2,46 1,44,53,66 1,75 Banten,7 1,43 2,23 1,61,37,45 1,69 yoy Cilegon 3,36 4,64 4,43 6,12 5,52 3,51 2,75 Serang 4,21 4,8 3,69 6,18 5,43 3,56 4,11 Tangerang 2,92 4,34 4,79 6,8 5,86 5,18 4,44 Banten 3,16 4,44 4,59 6,1 5,76 4,73 4,18 ytd Cilegon,87 2,49 4,22 6,12,3 -,3,91 Serang,31 2,19 3,76 6,18 -,4 -,33 1,73 Tangerang,74 2,7 4,58 6,8,53 1,19 2,96 Banten,7 2,14 4,42 6,1,37,82 2,52 Sumber: BPS Provinsi Banten Tangerang % Tangerang 2, 7, 15, 6, 5, % yoy 1, 5,, -5, -1, Volatile Foods Adm. Price Core 4, 3, 2, 1,, -1, -2, Core Adm. Price Volatile Foods Grafik II.8. Disagregasi Inflasi Tangerang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.9. Andil Inflasi Tangerang per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah 25

36 Grafik II.1. Perkembangan Harga Emas Dunia 6 Bulan Terakhir Sumber: goldprice.org Dengan rendahnya laju inflasi tahun kalender (ytd) seluruh kota hingga periode laporan, inflasi ketiga kota diprakirakan akan berada pada rentang target inflasi nasional pada akhir tahun 211. Laju inflasi tahun kalender Kota Cilegon, Serang, Tangerang maupun Banten secara umum hingga akhir triwulan III 211 relatif rendah yang masing-masing berada pada level,91% (ytd) di Kota Cilegon, sebesar 1,73% (yoy) di Kota Serang dan sebesar 2,96% (yoy) di Kota Tangerang. Mencermati risiko yang terjadi (downward risk) yaitu masih ditangguhkannya penerapan kebijakan administered prices berupa pengaturan BBM bersubsidi hingga akhir tahun 211 dan upward risk berupa kurangnya pasokan beras menyebabkan inflasi di semua kota relatif stabil. Kestabilan harga tersebut dapat dipertahankan salah satunya melalui percepatan penyaluran raskin maupun operasi pasar oleh pemerintah daerah Faktor-faktor yang Mempengaruhi Inflasi Pada triwulan III 211, tekanan inflasi dari sisi tekanan permintaan masih tetap kuat, sementara dari sisi supply relatif menurun. Perkiraan meningkatnya konsumsi swasta pada periode laporan mendorong tingginya permintaan terhadap barang-barang dan peningkatan inflasi inti yang tercermin dari pergerakan dan andil inflasi inti. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi suppl yaitu dari komoditas makanan yang harganya relatif bergejolak (volatile foods) dan administered prices cenderung melemah pada periode laporan yang didukung oleh terjaganya pasokan dan stabilnya harga komoditas administered prices. Di sisi ekspektasi inflasi, hasil Survei Konsumen di wilayah Banten mengindikasikan adanya sedikit kecenderungan peningkatan harga meskipun masih dalam taraf yang relatif stabil. Masih membaiknya kondisi ekonomi dan investasi di Banten yang mendorong terciptanya lapangan kerja serta tingginya angka urbanisasi ke Banten turut memberikan kontribusi terhadap peningkatan inflasi inti (core inflation) di Banten meskipun pada level yang tetap terjaga. 26

37 Banten % Banten 2, 7, 15, 6, 5, % yoy 1, 5, Volatile Foods Adm. Price Core 4, 3, 2, 1, Core Adm. Price Volatile Foods, -5, , -1, -2, Grafik II.11. Disagregasi Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Grafik II.12. Andil Inflasi Banten per Kelompok Komponen Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah Para pihak terkait yang diwadahi dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Banten telah melakukan berbagai koordinasi dan upaya nyata dalam rangka pencapaian stabilisasi harga dan pengendalian inflasi di wilayah Banten. Berbagai program telah dilaksanakan seperti identifikasi permasalahan dan koordinasi percepatan penyaluran raskin oleh pemerintah dan BULOG, penerapan program cadangan pangan pemerintah provinsi, diseminasi publik dalam rangka meredam ekspektasi peningkatan harga dan berbagai program/kegiatan lainnya diperkirakan memberikan dampak positif terhadap laju inflasi Banten. Selain itu, penguatan kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah kota penyumbang inflasi Banten juga terus dipercepat guna memperkuat upaya pengendalian inflasi dan stabilisasi harga di Banten di masa datang. 27

38 Boks 1. DISKUSI INTERAKTIF DALAM RANGKA PENGUATAN KEGIATAN STABILISASI HARGA DI BANTEN Inflasi dalam level yang rendah dan stabil dapat membantu percepatan pembangunan ekonomi. Sebaliknya inflasi suatu wilayah yang tinggi dan tidak stabil justru akan memberikan dampak negatif kepada kondisi sosial ekonomi masyarakat. Fenomena ini dapat terjadi melalui mekanisme berikut: 1. Inflasi yang tinggi dapat menyebabkan penurunan pendapatan riil dan menyebabkan penurunan daya beli masyarakat, sehingga dapat dikatakan bahwa tingkat inflasi yang tinggi dapat menyebabkan masyarakat terutama yang miskin menjadi bertambah miskin. 2. Inflasi yang tidak stabil dapat menimbulkan ketidakpastian (uncertainty), sehingga menyulitkan agen-agen ekonomi untuk membuat keputusan baik dalam hal konsumsi, investasi, maupun produksi sehingga pada akhirnya dapat menurunkan kinerja perekonomian. 3. Level inflasi domestik yang lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat inflasi negara lain menyebabkan tingkat bunga domestik riil menjadi relatif tidak kompetitif sehingga pada gilirannya dapat menimbulkan tekanan terhadap Rupiah. Sementara itu, Bank Indonesia yang mengemban tugas mencapai dan memelihara stabilitas nilai Rupiah baik terhadap barang dan jasa maupun terhadap mata uang negara lain, melalui kebijakan moneter hanya dapat mengelola tekanan harga yang berasal dari sisi permintaan agregat. Kebijakan moneter tidak dapat secara khusus ditujukan untuk merespon kenaikan inflasi yang disebabkan oleh faktor yang bersifat kejutan seperti adanya gejolak dari sisi supply, sedangkan inflasi juga dapat dipengaruhi oleh faktor yang berasal dari sisi penawaran seperti kenaikan BBM, banjir, gagal panen dan gejolak supply lainnya. Menimbang hal-hal tersebut, dan bahwa laju inflasi yang tinggi akan dirasakan oleh segenap masyarakat, maka diperlukan koordinasi yang efektif dan kontinu antara Bank Indonesia, pemerintah pusat dan daerah serta lembaga/institusi terkait lainnya dalam hal pengendalian inflasi/stabilisasi harga. Hal ini merupakan suatu keharusan mengingat kondisi karakteristik inflasi di Indonesia yang cenderung rentan terhadap shock dari sisi supply. 28

39 Di Wilayah Banten, kegiatan pemantauan dan pengendalian inflasi tersebut dikoordinasikan dalam bentuk Tim Pengendalian Inflasi Daerah Provinsi Banten yang dikukuhkan melalui SK Gubernur Provinsi Banten No. 58.5/Kep.271-Huk/29 tanggal 29 Mei 29 tentang pembentukan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Banten. Berbagai pertemuan dalam rangka membahas permasalahan dan merumuskan alternatif solusi sebagai rekomendasi kepada pimpinan daerah telah diselenggarakan sejak tahun 29. Berbagai upaya nyata telah dilakukan dalam rangka stabilisasi harga seperti pelaksanaan bazaar/pasar murah dan operasi pasar dalam rangka menekan ekspektasi harga oleh pedagang, penyusunan program cadangan pangan pemerintah, efektivitas penyaluran raskin, percepatan perbaikan infrastruktur serta pelaksanaan penelitian untuk mengetahui struktur pasar dan pola distribusi komoditas strategis di Banten. Guna meningkatkan kegiatan stabilisasi harga di kota/kabupaten khususnya kota-kota penyumbang inflasi di Banten, maka penguatan kelembagaan forum/tim pengendalian inflasi di kota/kabupaten perlu dilakukan. Hingga saat ini, forum/tim pengendalian inflasi daerah di wilayah Banten telah terbentuk dan disahkan adalah di Kota Tangerang Selatan dan Kabupaten Pandeglang. Sementara itu, di kota-kota pembentuk inflasi Banten seperti Kota Tangerang, Serang dan Cilegon telah terbentuk embrionya dan saat ini sedang dalam proses pengesahan pimpinan daerah masing-masing. Untuk memperkuat kelembagaan tersebut sekaligus meningkatkan komunikasi efektif antara forum/tim pengendalian yang telah terbentuk maupun yang saat ini dalam proses pembentukan, Bank Indonesia Serang bekerjasama dengan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI telah menyelenggarakan Diskusi Interaktif Forum/Tim Pengendalian Inflasi Daerah di Wilayah Banten sekaligus Rapat Teknis TPID Banten pada tanggal 18 Oktober 211 di Anyer-Banten. Dari hasil diskusi tersebut, kemudian dihasilkan butir-butir kesimpulan yang disepakati oleh seluruh narasumber dan peserta sebagai berikut: 1. Kestabilan harga merupakan hal yang sangat penting bagi perekonomian karena berpengaruh terhadap daya beli masyarakat; mendukung iklim investasi yang kondusif; mengurangi disparitas harga antar daerah, antar komoditas dan antar waktu yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kokohnya fundamental perekonomian, pemerintahan dan kesejahteraan masyarakat. 29

40 2. Atas dasar tersebut, pengendalian terhadap inflasi/stabilisasi harga menjadi hal yang penting dan krusial baik di tingkat nasional maupun daerah, dan penguatan forum/tim pengendalian inflasi di daerah pun menjadi sangat penting. 3. Untuk meningkatkan efektivitas forum/tim pengendalian inflasi daerah maka dapat dilakukan beberapa hal antara lain: a. Bank Indonesia siap memfasilitasi informasi bagi para pemerintah daerah untuk mencari solusi atas permasalahan-permasalahan pengendalian inflasi/stabilisasi harga di daerah. b. Forum/TPID di berbagai daerah dapat menyampaikan permasalahannya melalui Pokjanas TPID untuk kemudian dibahas melalui rapat-rapat koordinasi stabilisasi harga di Kementerian Perekonomian RI. c. Penguatan basis data; penguatan kelembagaan TPID dan sinergitas kebijakan pusat dan daerah dapat dilakukan untuk meningkatkan efektivitas forum/tpid. d. Pemerintah Daerah Kota Cilegon akan terus berkoordinasi untuk mendukung stabilisasi harga di Kota Cilegon. e. Dari hasil pertemuan-pertemuan yang bersifat coordinative planning, maka dibutuhkan suatu coordinative action yang kuat dan sinergis dalam pengendalian inflasi/stabilisasi harga. Jika dibutuhkan, dapat pula dituangkan melalui suatu perjanjian kerjasama antar instansi terkait. f. Perlunya payung hukum untuk meningkatkan koordinasi pelaksanaan tim pengendalian inflasi di daerah. g. Eksplorasi terhadap masalah dan pencarian solusi yang sinergis dan terkoordinasi atas permasalahan harga yang lebih bersifat struktural dan tidak hanya symptomatic dan sporadis. Diharapkan dengan adanya pertemuan tersebut, koordinasi yang sinergis antara berbagai pihak terkait dalam rangka pengendalian inflasi/stabilisasi harga di daerah dapat dicapai dan ditingkatkan. Mengingat beberapa permasalahan yang muncul merupakan ranah kewenangan pemerintah pusat, maka masalah dan alternatif solusi tersebut kemudian juga akan disampaikan pada pertemuan/rapat koordinasi inflasi nasional atau wilayah untuk menjadi isu strategis yang perlu dicarikan solusinya. 3

41 BAB III PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan intermediasi perbankan khsusunya bank umum di Banten semakin ekpansif dan tetap berkualitas. Kondisi tersebut tercermin dari meningkatnya pertumbuhan kredit dan rasio pinjaman terhadap simpanan (Loan to Deposit Ratio/LDR) bank umum serta rasio kredit/pembiayaan non lancar yang semakin rendah pada triwulan laporan dibandingkan triwulan sebelumnya. Namun sebaliknya, ekspansi kredit/pembiayaan BPR sedikit diikuti dengan kenaikan rasio kredit non lancarnya. Ekspansi kredit perbankan juga cukup berpihak pada usaha skala mikro, kecil dan menengah (UMKM), tercermin dari meningkatnya kinerja penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR). Penyaluran KUR hingga akhir triwulan III 211 masih menunjukkan perkembangan yang signifikan. Nominal KUR yang disalurkan posisi September 211 mencapai Rp 1,24 triliun dengan level pertumbuhan sedikit meningkat menjadi 92,97% (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 92,1%. Transaksi non tunai dalam sistem pembayaran di Banten relatif stabil. Penggunaan sistem pembayaran non tunai sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha baik melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) maupun kliring cenderung stabil pada triwulan III PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK UMUM Perkembangan intermediasi dan kinerja bank umum di Banten secara keseluruhan semakin membaik pada periode laporan. Penghimpunan dana pihak ketiga mengalami peningkatan yang relatif pesat hingga berada pada level 65.31% (yoy) dengan nominal Rp. 66,26 triliun. Selain itu, kinerja penyaluran kredit pada periode laporan juga mengalami peningkatan dengan level pertumbuhan sebesar 41,95% (yoy) dari triwulan sebelumnya mencapai sebesar 39,12% (yoy). Kondisi ini mendorong semakin kuatnya konsumsi swasta di Banten yang mampu mempertahankan kondisi pertumbuhan ekonomi Banten pada level yang relatif tinggi. 31

42 Tabel III.1. Indikator Bank Umum yang Berlokasi di Wilayah Banten Uraian Unit Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III DPK Nominal Rp. Juta Growth % (yoy) 6,43 2,83 47,42 46,11 65,31 Kredit Berdasarkan Lokasi Bank Nominal Rp. Juta di Provinsi Banten Growth % (yoy) 31,2 39,64 31,76 39,12 41,95 Loan to Deposit Ratio Rasio % 86,47 76,39 78, 72,65 74,25 Rasio Kredit Non Lancar Berdasarkan Lokasi Bank di Provinsi Banten NPL % 2,84 2,34 2,38 2,58 2,53 Kredit Berdasarkan Lokasi Proyek Nominal Rp. Juta di Provinsi Banten *) Growth % (yoy) 31,56 4,8 38,15 14,97 35,66, *) Data kredit lokasi proyek merupakan posisi Agustus Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga (DPK) Masyarakat Peningkatan Dana Pihak Ketiga bank umum pada triwulan III 211 didorong oleh peningkatan yang signifikan pada seluruh komponen terutama komponen giro. Semakin gencarnya bank umum dalam mempromosikan produknya dan kemudahan-kemudahan dalam pembukaan rekening dan pelayanan mendorong terjadinya peningkatan penghimpunan dana di Wilayah Banten. Di sisi lain, semakin membaiknya pendapatan masyarakat serta relatif rendahnya inflasi di Banten mampu mendorong peningkatan keinginan menabung/saving masyarakat. Dana yang dapat diserap masyarakat oleh bank umum di Banten pada triwulan III 211 tercatat sebesar Rp. 66,26 triliun dan bertumbuh sebesar 65,31% (yoy) atau tercatata meningkat cukup tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya dengan pertumbuhan sebesar 46,11% (yoy). Akselerasi pertumbuhan tertinggi terjadi pada komponen giro dengan level pertumbuhan sebesar 64,95% (yoy) pada triwulan III 211, yang pada triwulan sebelumnya hanya sebesar 23,61% (yoy). Rp Triliun Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw Tw II III % yoy Rp Triliun Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Nominal DPK Growth (RHS) Giro Tabungan Deposito Grafik III.1. Perkembangan Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Grafik III.2. Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten per Komponen 32

43 Deposito 46.48% Giro 19.49% Tabungan 34.3% Grafik III.3. Porsi Dana Pihak Ketiga Bank Umum di Banten Triwulan III 211 Tabel III.2. Perkembangan Simpanan/Dana Pihak Ketiga Bank Umum Wilayah Banten per Komponen Komponen Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Giro Nominal (Rp. Juta) Pertumbuhan (% yoy) 4,2 17,24 46,78 23,61 64,95 Pangsa (%) 19,53 19,85 19,83 19,67 19,49 Tabungan Nominal (Rp. Juta) Pertumbuhan (% yoy) -2,44 1,15 41,49 54,41 59,19 Pangsa (%) 35,34 34,24 32,55 33,53 34,3 Deposito Nominal (Rp. Juta) Pertumbuhan (% yoy) 15,73 32,13 52,5 51,88 7,26 Pangsa (%) 45,13 45,91 47,62 46,8 46,48 TOTAL Pertumbuhan (% yoy) 6,43 2,83 47,42 46,11 65,31 Hingga saat ini, belum terjadi perubahan struktur penghimpunan dana masyarakat di Bank. Dalam kondisi tingkat suku bunga yang relatif rendah dibandingkan beberapa periode sebelumnya, jenis simpanan deposito masih memegang pangsa tertinggi (46,48%) terhadap total dana pihak ketiga pada triwulan laporan. Dengan besaran nominal sebesar Rp. 3,8 triliun, jenis simpanan deposito bertumbuh sebesar 7,26% pada periode laporan atau tertinggi dibandingkan seluruh komponen lainnya, meskipun peningkatan pertumbuhannya tersebut tidak setinggi komponen giro. Tingkat suku bunga deposito yang relatif lebih tinggi dibandingkan jenis/komponen lainnya menyebabkan nasabah lebih menyukai deposito dibandingkan dengan jenis simpanan lainnya seperti tabungan dan giro. Namun, fleksibilitas giro untuk dijadikan alat pendukung pembayaran oleh para pelaku usaha khsususnya pemerintah daerah mendorong tingginya pertumbuhan giro pada periode laporan. 33

44 Tabel III.3. Perkembangan Deposito Bank Umum Wilayah Banten berdasarkan Jangka Waktu (dalam Rp Juta) Jangka Waktu Deposito Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III <=1 BULAN <=3 BULAN <=6 BULAN <=12 BULAN <=18 BULAN <=24 BULAN <=36 BULAN >36 BULAN TOTAL Jenis deposito berjangka 1 bulan masih sangat diminati masyarakat pada triwulan laporan. Jangka waktu deposito berjangka yang cukup beragam dari 1 bulan hingga lebih dari 36 bulan menyebabkan preferensi masyarakat pun meningkat terhadap komponen tersebut. Deposito 1 bulan merupakan jenis deposito yang paling diminati masyarakat dengan kemudahan yang diberikan yaitu jangka waktu yang relatif pendek namun dengan suku bunga yang relatif tinggi dibandingkan dengan komponen tabungan, sehigga lebih memberikan keleluasan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan likuiditasnya. Selain itu juga disebabkan oleh banyaknya produk bank umum yang menawarkan produk dengan kondisi yang mengetahui kebutuhan nasabahnya, yaitu memberikan suku bunga relatif tinggi dengan jangka waktu yang relatif pendek. Tabel III.4. Perkembangan Deposito Bank Umum Wilayah Banten per Jenis Deposito (dalam Rp Juta) Jenis Deposito Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III 1. DEPOSITO ON CALL DEPOSITO BERJANGKA SERTIFIKAT DEPOSITO DEPOSITO BERJANGKA YANG DIBLOKIR DEPOSITO LAINNYA TOTAL Perkembangan Penyaluran Kredit Provinsi Banten Peningkatan ekspansi kedit bank umum di Banten didorong oleh meningkatnya aktivitas dan ekspansi bisnis yang terjadi di wilayah ini. Nominal kredit yang disalurkan bank umum berdasarkan lokasi bank di Banten pada triwulan III 211 tercatat sebesar Rp. 49,2 triliun atau 34

45 bertumbuh sebesar 41,95% (yoy). Peningkatan kredit tertinggi terjadi pada jenis penggunaan investasi dengan pertumbuhan yang mencapai 68,63% (yoy). Sektor perdagangan dan jasa dunia usaha merupakan dua sektor yang menjadi target penyaluran kredit investasi terbesar dari bank umum yang berlokasi di Banten. Pada sektor perdagangan, perdagangan eceran dan perdagangan dalam negeri merupakan jenis perdagangan yang menggunakan kredit investasi relatif besar dibandingkan dengan jenis perdagangan lainnya. Sementara pada sektor jasa dunia usaha, persewaan mesin konstruksi dan persewaan alat transportasi air turut menjadi sektor usaha pengguna kredit investasi dengan nilai relatif besar dibandingkan dengan jenis jasa dunia usaha lainnya. Di sisi lain, kredit lainnya seperti kredit modal kerja juga bertumbuh tinggi pada periode laporan sebesar 35,52% (yoy) terutama kredit modal kerja untuk jenis usaha perdagangan eceran. Kondisi ini seiring dengan tetap tingginya pertumbuhan ekonomi pada sektor perdagangan meskipun angkanya terindikasi sedikit melambat. Rp Triliun Tw I Tw II Tw III Tw Tw IV I Tw II Tw III Tw Tw IV I Tw II Tw III Tw Tw IV I Tw Tw II III % yoy Konsumsi 58.22% Modal Kerja 33.53% Investasi 8.25% Total Kredit Growth (RHS) Grafik III.4. Perkembangan Kredit Bank Umum di Banten Grafik III.5. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan Di sisi lain, tingkat konsumsi masyarakat yang tinggi di Banten tercermin dari pangsa kredit konsumsi yang lebih besar dibandingkan dengan jenis kredit produktif seiring meningkatnya permintaan terhadap kebutuhan perumahan dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Tingginya kebutuhan kredit di wilayah Tangerang kemudian memicu peningkatan kebutuhan pembiayaan berupa kredit konsumsi perbankan. Tabel III.5. Kredit Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (dalam Rp Juta) Jenis Penggunaan Pangsa Growth Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw III-11 (% yoy) Tw III-11 (% yoy) Modal Kerja ,53 35,52 Investasi ,25 68,63 Konsumsi ,22 42,65 TOTAL ,95 35

46 Pertanian.24% Lain-lain 61.42% Pertambangan.58% Industri Listrik,Gas pengolahan dan Air 9.7%.4% Bangunan 3.45% Perdagangan 1.98% Jasa Sosial Masyarakat 2.72% Pengangkutan.46% Jasa Dunia Usaha 11.4% Grafik III.6. Porsi Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi Tabel III.6. Kredit Bank Umum di Banten per Sektor Ekonomi (dalam Rp Juta) Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pangsa Tw III-11 (%) Growth Tw III-11 (% yoy) Pertanian ,3 6,32 Pertambangan ,54 211,17 Industri Pengolahan ,35 25,37 Listrik, Gas dan Air Bersih ,14 156,45 Konstruksi ,25 27,16 Perdagangan ,66 56,89 Pengangkutan ,53 66,77 Jasa Dunia Usaha ,86 24,45 Jasa Sosial Masyarakat ,77 38,93 Lain-lain ,59 46,18 BANTEN , 41,95 Perkembangan kredit untuk pertambangan terlihat meningkat signifikan sejalan dengan meningkatnya kebutuhan barang galian untuk kebutuhan konstruksi baik untuk pembangunan infrastruktur maupun konstruksi perumahan, pusat bisnis atau properti. Kredit untuk sektor pertambangan bertumbuh signifikan hingga mencapai level 211,7% (yoy). Namun tren pertumbuhan yang meningkat tersebut tidak mampu mendorong peningkatan porsi kredit untuk sektor pertambangan yang hanya,54% pada triwulan III 211. Kondisi yang sama juga terjadi pada sektor listrik, gas dan air bersih, meskipun memiliki pangsa yang relatif kecil, pertumbuhan kreditnya mencapai level 156,45%. Sementara itu, dengan pangsa kredit yang relatif besar, pertumbuhan kredit pada sektor perdagangan juga mampu mencapai pertumbuhan secara signifikan hingga sebesar 56,89%. Semakin meningkatnya pertumbuhan pembangunan perumahan di Banten mendorong sektor lainnya terutama sektor perdagangan, hotel dan restoran semakin tinggi. Sayangnya, kondisi ini hanya terjadi di pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan tidak terjadi secara merata di beberapa derah lainnya seperti di wilayah selatan Banten. Kondisi ini dapat meningkatkan disparitas pembangunan antar wilayah di Banten. 36

47 Perkembangan Penyaluran Kredit per Kota/Kabupaten Kredit yang disalurkan oleh bank umum di Kota Tangerang masih memegang porsi tertinggi terhadap total kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah Banten. Pangsa kredit yang disalurkan oleh bank umum di Kota Tangerang terhadap total kredit cenderung meningkat hingga triwulan laporan dengan pangsa sebesar 56,4% yang diikuti Kabupaten Tangerang dengan porsi sebesar 21,42%. Sementar itu, masih relatif rendahnya jumlah kantor bank di wilayah Lebak dan Pandeglang menyebabkan kontribusi kredit yang diberikan pun masih cenderung rendah dengan pangsa sekitar 1%-2% terhadap total kredit. Pembangunan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dan perbaikan serta perluasan pembangunan infrastruktur perlu segera dilakukan agar perbankan terdorong untuk menambah jaringan kantornya di wilayah tersebut, sehingga pemerataan pembangunan dan pembangunan yang berkualitas dapat menjadi keniscayaan. Tabel III.7. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Banten per Kota/Kabupaten Kota/Kabupaten Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Kab. Lebak Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 1,5,97,95,89,83 Kab. Pandeglang Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 2,41 2,15 2,5 1,98 1,84 Kab. Serang Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,72 3,54 3,6 3,77 3,71 Kab. Tangerang Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 14,38 15,17 2,56 2,76 21,42 Kota Cilegon Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 8,89 8,2 7,77 7,78 7,82 Kota Tangerang Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 59,88 6,88 57,46 56,89 56,4 Kota Serang Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 9,66 9,1 7,59 7,92 7,98 Banten A. Kabupaten Lebak Minimnya investasi yang terjadi di wilayah Leak menyebabkan kredit yang disalurkan oleh bank umum di Kabupaten Lebak lebih terkonsentrasi pada jenis kredit modal kerja. Dengan total kredit yang disalurkan bank umum di Kabupaten Lebak pada periode laporan sebesar Rp. 46,3 miliar, dan sebesar 63,49% merupakan kredit modal kerja yang disalurkan 37

48 pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. Kondisi ini akan terus terjadi apabila hanya sektor perdagangan dan pertanian saja yang berkembang di wilayah ini. Perlunya pembangunan pusat pusat ekonomi yang disesuaikan dengan tata ruang dan wilayah akan lebih mendorong penyaluran kredit produktif lainnya seperti kredit investasi. Pengembangan Kecamatan Maja di Kabupaten Lebak sebagai Wilayah Kekerabatan dan pengembangan residensial sebagai penopang wilayah DKI Jakarta juga akan menjadi motor pendorong percepatan kredit perbankan ke wilayah ini. Sementara itu, penyaluran kredit untuk jenis konsumsi pun cukup besar dengan pangsa sekitar 36%-39% sejak triwulan III 21 sampai dengan triwulan laporan. Di sisi lain, penyaluran kredit investasi masih cenderung rendah dengan pangsa bervariasi antara,2%-,3% pada tahun Tabel III.8. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 6,58 62,23 62,19 61,56 63,49 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),21,34,3,3,29 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 39,21 37,43 37,51 38,14 36,22 TOTAL Sementara itu, jika dilihat berdasarkan sektor ekonomi, sektor perdagangan, hotel dan restoran merupakan tujuan utama penyaluran kredit produktif oleh bank umum di wilayah Kabupaten Lebak. Pangsa kredit sektor perdagangan, hotel dan restoran terhadap total kredit yang disalurkan bank umum di wilayah Kabupaten Lebak mencapai 32,9%. Sementara itu, pada sektor lainnya seperti sektor pertanian dan konstruksi terlihat masih cukup rendah. Hal ini perlu mendapat prioritas tersendiri bagi pemda Lebak dan perbankan untuk saling bersinergi agar para pelaku usaha di sektor usaha tersebut yang belum bankable dapat dibantu/dibina menjadi bankable dan dapat memperoleh pembiayaan perbankan dalam meningkatkan kapasitas usahanya, mengingat potensi bisnis di wilayah ini cukup prospektif ditinjau dari segi demografis dan keunggulan lainnya. 38

49 Tabel III.9. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Lebak per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),34,39,37,4,65 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),32,31,31,36 - Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),2,2,1,1,76 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 1,39 1,7,92,87 1,44 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 43,34 38,34 33,11 29,98 32,9 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),54,52,49,49,49 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) ,9 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),6,6,4 -,6 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 53,97 59,29 64,75 68,25 63,87 TOTAL B. Kabupaten Pandeglang Struktur penyaluran kredit di Kabupaten Pandeglang sedikit berbeda dengan di Kabupaten Lebak, kredit konsumsi cenderung mendominasi penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Lebak. Pangsa kredit konsumsi Kabupaten Pandeglang sejak triwulan III 21 sampai saat ini merupakan yang tertinggi bila dibandingkan dengan jenis kredit lainnya pada kisaran 57%. Sebagian besar kredit tersebut diserap oleh swasta dan Pegawai Negeri Sipil di wilayah tersebut. Sebagian besar digunakan untuk kebutuhan rumah tangga, kendaraan bermotor dan sebagian di sektor perdagangan. Penyaluran kredit modal kerja oleh bank umum di wilayah Kabupaten Pandeglang juga relatif besar pada kisaran 41%-43% dengan konsentrasi pada sektor perdagangan, hotel dan restoran. 39

50 Tabel III.1. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 42,51 43,8 43,9 41,99 42,57 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),46,38,41,29,38 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 57,3 55,81 55,69 57,72 57,5 TOTAL Berdasarkan sektor ekonomi, selain untuk sektor lain-lain (sebagian besar sektor lain-lain disalurkan untuk bukan pelaku usaha/rumah tangga), sektor perdagangan, hotel dan restoran juga menjadi tujuan utama penyaluran kredit hingga periode laporan. Sebagian besar kredit modal kerja yang disalurkan oleh bank umum di Kabupaten Pandeglang adalah untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran khususnya perdagangan eceran keliling dan perdagangan eceran makanan dan minuman. Hal ini juga menunjukkan belum berkembangnya secara baik sektor-sektor lainnya di Pandeglang karena belum optimalnya pemda dalam memaksimalkan potensi wilayah yang dimiliki dengan dukungan infrastruktur yang memadai. 4

51 Tabel III.11. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Pandeglang per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),55,48,36,24,22 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),1,22,18,19,5 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),5,2,1,,1 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 35,21 32,56 29,92 26,29 26,9 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) ,1 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),7,8,7,5,9 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 64,9 66,65 69,46 73,22 71,72 TOTAL C. Kabupaten Serang Preferensi penyaluran kredit oleh bank umum di Kabupaten Serang masih relatif tinggi dalam bentuk kredit konsumsi. Sementara itu kredit modal kerja banyak disalurkan untuk sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor jasa dunia usaha (keuangan, persewaan dan jasa perusahaan khususnya subsektoral real estate). Tabel III.12. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Serang per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 24,1 23,78 27,18 29,25 23,36 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 12,59 14,55 11,33 11,9 14,6 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 63,31 61,67 61,49 59,66 62,4 TOTAL

52 Berdasarkan kredit per sektor ekonomi, terlihat pula bahwa selain untuk sektor lain-lain yang umumnya digunakan untuk kebutuhan konsumsi, penyaluran kredit untuk sektor jasa dunia usaha dan perdagangan, hotel dan restoran merupakan yang tertinggi dibandingkan dengan sektor lainnya. Selanjutnya adalah sektor jasa dunia usaha dan konstruksi sejalan dengan karakteristik bisnis di Kota Serang. Tabel III.13. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Serang per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),1,1,9,7,6 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),33,38,2,14,39 Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 2,17 1,78 1,65 1,27 1,17 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),6,4,3,3,3 Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 6,21 6,97 7,11 8,85 9,1 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 11,24 13,52 14,19 14,3 12,3 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),17,15,1,9,9 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 11,46 14,33 14,12 14,37 13,86 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 4,95 1,6 1,2 1,21 1,4 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 63,31 61,67 61,49 59,66 62,4 TOTAL D. Kabupaten Tangerang Sampai dengan akhir triwulan III 211, tren porsi kredit investasi di Kabupaten Tangerang terlihat semakin mengecil karena penambahan investasi di setor wilayah ini relatif kurang berkembang di luar perusahaan berskala besar. Rendahnya kredit investasi pada sektor UMKM di wilayah disebabkan oleh kurangnya berkembang wilayah-wilayah bisnis secara cepat di luar kawasan industri yang sudah cukup mapan. Sebaliknya, pangsa kredit konsumsi di Kabupaten Tangerang yang porsinya sempat mengalami penurunan pada triwulan sebelumnya, 42

53 justru mengalami peningkatan menjadi sebesar 57,69% pada triwulan laporan. Sementara itu, pangsa kredit modal kerja juga terus mengalami peningkatan hingga ke kisaran 22%-38% dan kredit investasi relatif menurun hingga pada kisaran 8%-1% terhadap total kredit di Kabupaten Tangerang. Tabel III.14. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 22,6 27,1 26,27 38,25 34,14 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 8,58 9,79 1,33 8,61 8,17 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 68,82 63,2 63,4 53,13 57,69 TOTAL Sementara itu, berdasarkan sektor ekonomi selain sektor perdagangan, hotel dan restoran, sektor industri pengolahan merupakan tujuan utama penyaluran kredit produktif di Kabupaten Tangerang. Pada sektor perdagangan, hotel dan restoran, kredit yang disalurkan oleh bank umum di wilayah tersebut tetap banyak diserap oleh jenis perdagangan mobil; perdagangan eceran makanan, minuman dan tembakau; perdagangan eceran lainnya dan perdagangan eceran bahan konstruksi. Sedangkan pada sektor industri pengolahan, kredit yang disalurkan oleh bank umum banyak diserap oleh sektor industri furnitur, industri bahan dari plastik, industri pakaian jadi serta berbagai industri lainnya. 43

54 Tabel III.15. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kabupaten Tangerang per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),15,79,57,53,77 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),31,21,16,15,15 Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 8,25 9,51 7,95 8,72 7,88 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),5,5,2,1,2 Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 4,86 4,48 3,89 4,48 3,97 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 12,41 13,72 21,6 19,87 18,31 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),48,87 1,1,94,98 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 2,25 2,94 1,35 1,27 1,43 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 1,93 3,76 2,63 2,48 2,28 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 69,32 63,68 61,36 61,55 64,22 TOTAL E. Kota Cilegon Struktur perekonomian Kota Cilegon yang sebagian besar ditopang dari sektor industri pengolahan, perdagangan hotel dan restoran serta jasa dunia usaha mendorong tingginya kebutuhan pembiayaan modal kerja. Berdasarkan jenis penggunaannya, konsentrasi kredit bank umum di wilayah Cilegon lebih banyak disalurkan untuk kredit modal kerja dengan pangsa sekitar 59%-63%. Kredit modal kerja tersebut banyak disalurkan pada sektor industri pengolahan khususnya industri logam dasar besi dan baja. Yang menggembirakan adalah semakin meningkatnya porsi kredit investasi di Cilegon seiring meningkatnya perkembangan dan investasi di industri baja dan kimia di wilayah ini. 44

55 Tabel III.16. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Cilegon per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 63,43 63,45 61,39 62,4 59,1 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 8,12 8,28 7,29 7,7 1,71 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 28,46 28,26 31,32 3,88 3,19 TOTAL Pada sektor industri pengolahan, sebagian besar kredit yang disalurkan adalah dalam bentuk kredit modal kerja yang banyak diserap oleh industri logam dasar besi baja, sementara itu pada sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, perusahaan-perusahaan jasa penukaran uang (money changer/pedagang Valuta Asing) adalah perusahaan jasa yang banyak menyerap kredit dari bank umum di wilayah tersebut. Pada sektor perdagangan, perdagangan eceran keliling adalah salah satu jenis perdagangan yang memperoleh kredit terbesar di Kota Cilegon. Peningkatan pada sektor utama tersebut mendorong perkembangan kredit pada sektor trasnportasi semakin meningkat. 45

56 Tabel III.17. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Cilegon per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),11,1,1,1,9 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),38,54,42,59,31 Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 34,73 32,48 29,37 28,34 28,86 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),25,21,19,17 1,48 Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,48 4,52 3,26 3,82 3,94 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 12,54 12,32 12,98 12,59 13,46 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 1,13 1,,97 1,48 2,7 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 13,37 14,22 14,25 14,47 12,69 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 2,51 2,52 2,87 2,66 3,83 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 31,5 32,9 35,59 35,78 33,27 TOTAL F. Kota Tangerang Struktur kredit di Kota Tangerang secara umum tidak banyak mengalami perubahan dan tetap didominasi oleh kredit konsumsi dan sektor jasa dunia usaha. Proporsi kredit konsumsi atau kredit sektor lain-lain menduduki peringkat tertinggi terhadap total kredit bank umum di Kota Tangerang karena sebagian besar pekerjaan masyarakat di wilayah ini adalah sebagai profesional dan pegawai/ pekerja. Sementara itu jika dilihat per sektor ekonomi, selain sektor lain-lain (konsumsi), sektor jasa dunia usaha dan sektor perdagangan adalah sektorsektor yang memiliki proporsi kredit tertinggi dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya. 46

57 Tabel III.18. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Tangerang per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,49 27,26 24,43 26,33 26,53 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 6,22 5,91 7,29 8,3 7,87 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 63,29 66,83 68,28 65,64 65,59 TOTAL Tabel III.19. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Tangerang per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),52,12,13,16,14 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),24,21,2,74,81 Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 5,41 5,7 5,23 5,48 5,13 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),5,5,4,, Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,38 3,7 3, 2,9 2,69 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 6,35 5,8 5,55 6,21 6,67 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),34,24,21,2,2 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 17,3 15,11 14,37 15,7 15,75 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 2,91 2,68 2,96 2,96 3,2 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 63,49 67,2 68,28 65,64 65,6 TOTAL G. Kota Serang Struktur kredit Kota Serang memiliki kemiripan dengan Kota Cilegon dimana kredit yang disalurkan terutama adalah untuk tujuan modal kerja dan konsumsi, sementara jika dilihat per sektor ekonomi, pada periode laporan kredit tersebut disalurkan terutama untuk sektor industri pengolahan dan perdagangan. Pangsa kredit modal kerja di Kota Serang adalah sekitar 52%-58% yang diikuti oleh kredit konsumsi dengan pangsa sekitar 33%-38%. 47

58 Sementara itu berdasarkan sektor ekonominya, kredit yang disalurkan tersebut banyak diserap oleh sektor industri pengolahan terutama industri logam dasar besi baja dan industri plastik dan karet serta oleh sektor perdagangan khususnya perdagangan eceran keliling. Tabel III.2. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Serang per Jenis Penggunaan Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 56, 58, 52,22 53,69 55,85 Investasi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 8,12 8,53 9,6 9,6 8,4 Konsumsi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 35,87 33,47 38,72 37,25 35,75 TOTAL Tabel III.21. Perkembangan Kredit yang disalurkan Bank Umum di Kota Serang per Sektor Ekonomi Sektor Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Pertanian Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),3,32,36,37,45 Pertambangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),9,1,24,21,19 Industri Pengolahan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,98 32,26 23,41 26,75 3,91 Listrik, Gas dan Air Bersih Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),13,15,21,23,21 Konstruksi Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 3,58 2,74 3,4 3,36 2,79 Perdagangan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 22,2 22,86 24,58 22,66 21,42 Pengangkutan Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),72,67,73,62,53 Jasa Dunia Usaha Nominal (Rp Juta) Pangsa (%),94 1,86 2,15 2,9 1,85 Jasa Sosial Masyarakat Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 4,18 3,96 4,12 3,5 2,97 Lain-lain Nominal (Rp Juta) Pangsa (%) 37,6 35,7 41,18 4,21 38,67 TOTAL

59 Risiko Kredit Menurunnya rasio kredit non lancar (NPL) di Banten pada triwulan II 211 terutama terjadi pada jenis kredit modal kerja dan konsumtif. Risiko kredit bank umum di wilayah Banten sedikit menurun, hal ini ditunjukkan dari rasio Non Performing Loan (NPL) gross yang menurun pada triwulan laporan. Tercatat rasio NPL bank umum konvensional di Banten pada periode laporan adalah sebesar 2,53% sedikit lebih rendah dibandingkan dengan akhir triwulan sebelumnya sebesar 2,58% dan masih dalam kondisi yang relatif baik karena terjaga dalam koridor batas aman 5%. Sementara itu, peningkatan risiko kredit terjadi pada jenis kredit investasi, namun secara umum, risiko kredit seluruh komponen jenis penggunaan masih tetap terjaga. % Tw I Tw IITw III Tw IV Tw I Tw IITw III Tw IV Tw I Tw II Tw III NPL Grafik III.7. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten Tabel III.22. Rasio Kredit Non Lancar (NPL) Bank Umum di Banten per Jenis Penggunaan (%) Jenis Penggunaan Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Modal Kerja 3,37 2,98 3,5 3,53 3,46 Investasi 5,34 3,99 3,12 2,76 2,8 Konsumsi 2,22 1,79 1,88 1,99 1,96 Total 2,84 2,34 2,38 2,58 2, PERKEMBANGAN INTERMEDIASI BANK PERKREDITAN RAKYAT Perkembangan Bank Perkreditan Rakyat pada triwulan III 211 kinerjanya relatif stabil namun tetap masih menghadapi risiko kredit yang relatif tinggi. Kondisi ini tercermin dari penyaluran kredit dan dana pihak ketiga yang stabil tinggi, rasio LDR yang mengalami sedikit penurunan serta rasio kredit non lancar yang masih jauh di atas 5%. 49

60 Tabel III.23. Indikator Umum Bank Perkreditan Rakyat Indikator Growth (% yoy) Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw II Tw III Jumlah bank (tidak termasuk kantor cabang) ,74-4,11 Total Aset (Rp Juta) ,5 11,65 Dana Pihak Ketiga (Rp Juta) ,26 26,96 Kredit yang Diberikan (Rp. Juta) ,12 34,8 LDR (%) 134,86 136,96 135,13 143,68 143, NPL (%) 11,9 11,96 12,72 12,34 12, PERKEMBANGAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) Penyaluran Kredit Usaha Rakyat/KUR di Provinsi Banten hingga akhir triwulan III 211 mengalami sedikit peningkatan. Nominal KUR yang disalurkan pada bulan September 211 adalah sebesar Rp 1,24 triliun (bertumbuh sebesar 92,97% yoy) dengan jumlah debitur yang meningkat menjadi sebanyak debitur dari periode sebelumnnya sebanyak debitur. Baik dari sisi nominal kredit maupun jumlah debitur, penyaluran KUR di Banten bertumbuh pada level yang sangat tinggi. Dari 9 bank penyalur KUR di Banten, pertumbuhan yang sangat pesat dan agresif direalisasikan oleh Bank Mandiri, Bank Syariah Mandiri dan Bank Jabar Banten. Tabel III.25. Perkembangan KUR di Provinsi Banten Berdasarkan Bank Penyalur No. Bank Uraian Growth (% yoy) Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw II Tw III 1 Bank Mandiri Kredit (Rp Juta) ,63 56,91 Debitur , ,88 2 Syariah Mandiri Kredit (Rp Juta) ,38 35,52 Debitur ,37 375,68 3 BNI Kredit (Rp Juta) ,4 28,46 Debitur ,94 158,4 4 Bank Bukopin Kredit (Rp Juta) ,74 1,72 Debitur ,62 7,55 5 BRI Kredit (Rp Juta) ,74 28,45 Debitur ,6 21,35 6 BRI Mikro Kredit (Rp Juta) ,57 91,5 Debitur ,48 54,75 7 BTN Kredit (Rp Juta) ,29 38,48 Debitur ,86 67,74 8 Bank Jabar Banten Kredit (Rp Juta) ,48 299,5 Debitur ,81 297,4 9 Bank DKI T O T A L Kredit (Rp Juta) Kredit (Juta Rp.) ,1-92,97 Debitur Debitur ,75-59,9 Sumber: Kementerian Koordinator Perekonomian RI 3.4. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Transaksi pembayaran non tunai baik melalui RTGS maupun kliring secara umum relatif stabil pada triwulan laporan. Penggunaan kliring sebagai sarana dalam penyelesaian transaksi usaha relatif stabil pada triwulan I 211. Sementara itu, meskipun perekonomian meningkat, 5

61 RTGS baik dari Banten maupun ke wilayah Banten masih menunjukan tren yang stabil dibandingkan periode sebelumnya. Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % yoy Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % yoy Nominal Growth (RHS) Volume Growth (RHS) Grafik III.8. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Nominal Grafik III.9. Perkembangan Transaksi Kliring di Wilayah Banten Berdasarkan Volume Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % yoy Rp Miliar Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % yoy Nominal Volume Nominal Volume Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Growth Nominal (RHS) Growth Volume (RHS) Grafik III.1. Perkembangan Transaksi RTGS (From) Wilayah Banten Grafik III.11. Perkembangan Transaksi RTGS (To) Wilayah Banten r 3.5 ilia 3. M2.5 p 2. R Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III % y o y Nominal Growth Nominal (RHS) Volume Growth Volume (RHS) Grafik III.12. Perkembangan Transaksi RTGS (From-To) Wilayah Banten 51

62 Boks 2. PENINGKATAN PERAN INTERMEDIASI PERBANKAN MELALUI BAZAAR INTERMEDIASI PERBANKAN BANTEN 211 Dalam rangka meningkatkan peran intermediasi perbankan melalui kegiatan pameran, pada tahun 211 KBI Serang bersama Perbankan di wilayah Serang dan Cilegon telah menyelenggarakan Banten Banking Expo 211 pada tanggal 2 22 September 211 di Halaman Rumah Dinas Walikota Cilegon. Even yang terselenggara atas kerjasama antara Bank Indonesia Serang dengan BMPD (Badan Musyawarah Perbankan Daerah) Serang dan BMPD Cilegon bertujuan untuk sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang produk jasa perbankan dan mempertemukan UMKM binaan dinas/lembaga yang mengikuti pameran maupun UMKM yang berkunjung ke lokasi pameran kepada perbankan, serta sebagai ajang promosi dan edukasi kepada masyarakat. Adapun maksud tema bazaar intermediasi kali ini adalah Perbankan Peduli UMKM, Lingkungan dan Kearifan Lokal yaitu: Perbankan Peduli UMKM, melalui BBE 211 UMKM dapat bertemu secara langsung dengan perbankan dan dapat secara cuma-cuma berkonsultasi dengan bank untuk kebutuhan kredit/pembiayaan maupun jenis jasa lain dari bank yang dapat dipergunakan oleh UMKM. Perbankan Peduli Lingkungan, yaitu diselenggarakannya lomba inovasi produk daur ulang limbah industri dan rumah tangga, dan pemberian bantuan natura kepada kawasan ternak domba terpadu Juhut binaan Bank Indonesia Serang bersama Pemda Kabupaten Pandeglang sebagai salah satu upaya meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat Juhut sekaligus menjaga kelestarian hutan di kawasan Gunung Karang Juhut, Pandeglang. Perbankan peduli kearifan lokal, yaitu diselenggarakannya lomba inovasi makanan berbahan baku lokal, sebagai wujud kepedulian perbankan terhadap produk makanan lokal. Kegiatan ini diikuti oleh 29 perbankan, 16 stand UMKM binaan Perbankan dan 25 stand Dinas/Instansi/Lembaga/Asosiasi/Franchise yang berpartisipasi pada 7 stand. Adapun kegiatan Banten Banking Expo 211 terdiri dari: 1. Pameran Produk Perbankan 2. Klinik Konsultasi perbankan, dimana masyarakat bisa mendapatkan informasi sebanyakbanyaknya dari perbankan mengenai produk-produknya secara cuma-cuma. 52

63 3. Roadshow, Kegiatan ini dilakukan di 4 kota : Serang, Cilegon, Rangkas Bitung dan Pandeglang. Dengan misi untuk mensosialisasikan rangkaian kegiatan di BBE 211 dan edukasi kepada masyarakat tentang peran perbankan di dalam perekonomian. 4. Talkshow, dengan tema Kiat-kiat Sukses Usaha Agribisnis di Banten. Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 22 September 211 dan dihadiri oleh dinas/instansi yang terkait dengan Pemberdayaan UMKM di Serang dan Cilegon, Gapoktan serta ±35 pengunjung. Hadir sebagai narasumber pengusaha, pengamat agribisnis dan perbankan. 5. Turut meramaikan kegiatan pameran adalah beberapa kegiatan lomba dan atraksi menyalurkan bakat di panggung BBE yang dapat diikuti oleh masyarakat luas. Lomba terdiri dari Lomba Cepat Tepat SLTA, Lomba Inovasi Produk Daur Ulang Limbah Industri dan Rumah Tangga, Lomba Inovasi Makanan berbahan baku lokal dan Pendamping UMKM Award. Selain rangkaian kegiatan di atas dan sejalan dengan tema bazar kali ini, pada kesempatan tersebut Bank Indonesia juga memberikan bantuan dana senilai 2 juta rupiah terkait pengembangan klaster yaitu; klaster agribisnis terpadu Pandeglang dan klaster Cabai Banten. Bantuan dana ini diharapkan dapat membantu pengembangan sarana dan prasarana agribisnis yang dapat menunjang kebutuhan masyarakat. Hal tersebut sebagai bukti bahwa Bank Indonesia berusaha untuk memposisikan sebagai mitra yang baik bagi masyarakat. 53

64 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 54

65 BAB IV PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja publik pada triwulan III 211 relatif tidak jauh berbeda dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Permasalahan dan hambatan yang terjadi pada periode sebelumnya belum dapat teratasi secara optimal. Realisasi belanja daerah Pemerintah Provinsi Banten yang merupakan salah satu indikator belanja publik sampai dengan triwulan III 211 baru mencapai 61,57% terhadap pagu belanja tahun 211 atau sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21 sebesar 61,98%. Lebih rendahnya penyerapan dana belanja langsung terutama pada komponen belanja barang dan jasa serta belanja modal menjadi penyebab melambatnya realisasi belanja pemerintah Provinsi Banten pada periode laporan dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Sementara itu, perlambatan juga terjadi pada realisasi pendapatan daerah hingga triwulan III 211 meskipun angka realisasinya secara umum sangat tinggi dan hampir mencapai 1%. Realisasi pendapatan daerah Provinsi Banten pada triwulan III 211 telah hampir mencapai targetnya di tahun 211 yaitu sebesar 94,5% atau dengan nilai nominal sebesar Rp 2,75 triliun. Namun angka tersebut masih lebih rendah jika dibandingkan dengan triwulan yang sama pada tahun sebelumnya yang telah mencapai 98,22%. Pada tahun 211, perkiraan defisit pagu belanja daerah terhadap pendapatan sebesar Rp 56,6 miliar akan dipenuhi dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) tahun sebelumnya. Tabel IV.1. Ringkasan APBD dan Realisasi APBD Pemerintah Provinsi Banten s.d. Triwulan III Tahun 21 dan Triwulan III Tahun 211 (dalam Rp Juta) No. Uraian APBD 21 Realisasi s.d. Tw III '1 Realisasi s.d. Tw III '11* APBD 211 Nominal % Nominal % A Pendapatan Daerah , ,5 1 Pendapatan Asli Daerah , ,19 2 Dana Perimbangan , ,88 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,2 B Belanja Daerah , ,57 1 Belanja Tidak Langsung , ,4 2 Belanja Langsung , ,38 Surplus/Defisit (133.95) ,14 (56.6) ,88 C Pembiayaan Daerah , ,55 1 Penerimaan Pembiayaan Daerah , ,68 2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah , , Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten (*angka sementara) 55

66 4.1. Belanja Daerah Penyerapan belanja publik relatif belum optimal karena melambatnya penyerapan belanja barang dan jasa serta belanja modal. Meningkatnya kapasitas pembelanjaan publik dari APBD Provinsi Banten tahun 211 sekitar 15,7% dari tahun 21 yang diharapkan dapat menjadi salah satu faktor pendorong peningkatan kinerja ekonomi Banten belum diimbangi oleh percepatan penyerapan belanja publik. Realisasi belanja daerah Provinsi Banten sampai dengan triwulan III 211 baru mencapai sekitar 61,57% dari target belanja tahun 211 yang melambat dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 61,98%. Melambatnya penyerapan belanja barang dan jasa serta belanja modal menjadi faktor yang mendorong perlambatan tersebut. Realisasi belanja barang dan jasa sampai dengan triwulan III 211 tercatat sekitar 42,33% dari target tahun 211. Sementara itu, persentase realisasi tahun sebelumnya dapat mencapai 58,35%. Begitu pula dengan realisasi persentase belanja modal hingga triwulan III 211 yang baru mencapai 5,78% sedangkan pada periode yang sama tahun sebelumnya dapat mencapai 57,37%. Tabel IV.2. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten s.d. Triwulan III 21 dan s.d. Triwulan III 211 No. Uraian APBD 21 Realisasi s.d. Tw III '1 Realisasi s.d. Tw III '11* APBD 211 Nominal % Nominal % Belanja , ,57 1 Belanja Tidak Langsung , ,4 - Belanja Pegawai , ,85 - Belanja Bunga Belanja Subsidi Belanja Hibah , ,87 - Belanja Bantuan Sosial , ,48 - Belanja Bagi Hasil kepada Kab/Kota , ,2 - Belanja Bantuan Keuangan kepada Pemerintah Kab/Kota/Desa dan Parpol , ,82 - Belanja Tidak terduga 1. -, ,78 2 Belanja Langsung , ,38 - Belanja Pegawai , ,45 - Belanja Barang dan Jasa , ,33 - Belanja Modal , ,78 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten Relatif tertahannya belanja modal pengadaan tanah, pengadaan konstruksi jalan dan pembelian bangunan mempengaruhi perlambatan realisasi belanja modal secara keseluruhan. Belanja modal pengadaan tanah, pengadaan konstruksi jalan dan pembelian bangunan yang merupakan beberapa komponen dengan nilai pagu belanja terbesar hingga triwulan III 211 masih cukup rendah dengan persentase terhadap pagu belanja masing-masing komponen sekitar 5%- 57%. Berdasarkan keterangan dari Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten, terdapat beberapa kendala terkait dengan hal tersebut salah satunya dalam hal pembebasan lahan untuk keperluan pembangunan infrastruktur seperti belum tegasnya mekanisme ganti rugi pembebasan lahan untuk kepentingan umum; ketidaksepakatan penggantian nilai lahan antara hasil taksiran dengan yang diharapkan masyarakat sehingga 56

67 membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dalam pelaksanaannya. Dalam hal ini, diharapkan peningkatan dan perbaikan koordinasi dan persuasi dari pihak pemerintah dengan masyarakat demi percepatan pembangunan di wilayah Banten yang dapat dinikmati para masyarakat Banten Pendapatan Daerah Secara umum, realisasi perolehan pendapatan daerah hingga triwulan III 211 sangat tinggi dan hampir mencapai target keseluruhan tahun 211 dengan persentase terhadap target 211 sebesar 94,5%. Angka tersebut sedikit melambat jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21 sebesar 98,22%. Untuk membiayai rencana belanjanya pada tahun 211, target pendapatan daerah Provinsi Banten pada tahun 211 ditingkatkan sekitar 23,2% terhadap target pendapatan tahun 21 menjadi sebesar Rp 2,92 triliunperkembangan perolehan pendapatan daerah Provinsi Banten hingga triwulan III 211 telah mencapai sekitar Rp 2,75 triliun atau dengan persentase sebesar 94,5% yang hampir mencapai target tahun 211. Namun demikian, sedikit melambatnya realisasi perolehan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan dana perimbangan terutama dari komponen pajak daerah dan dana bagi hasil pajak/bukan pajak dibandingkan dengan triwulan III 21 mengakibatkan realisasi perolehan pendapatan daerah Provinsi Banten secara umum pada triwulan III 211 mengalami perlambatan walaupun tetap pada level yang tinggi. Tabel IV.3. Perbandingan Anggaran dan Realisasi Pendapatan Daerah Provinsi Banten s.d. Triwulan III 21 dan s.d. Triwulan III 211 (dalam Rp Juta) No. Uraian APBD 21 Realisasi s.d. Tw III '1 Realisasi s.d. Tw III '11* APBD 211 Nominal % Nominal % Pendapatan Daerah , ,5 1 Pendapatan Asli Daerah , ,19 - Pajak Daerah , ,8 - Retribusi Daerah , ,58 - Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan , ,7 - Lain-lain PAD yang Sah , ,1 2 Dana Perimbangan , ,88 - Dana Bagi Hasil Pajak/Bukan Pajak , ,84 - Dana Alokasi Umum , ,33 - Dana Alokasi Khusus , , 3 Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah , ,2 - Pendapatan Hibah , ,78 - Dana Darurat Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemda Lainnya Dana Penyesuaian dan Otsus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemda Lainnya Pendapatan Lainnya Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 57

68 Tingginya realisasi perolehan pajak kendaraan bermotor dan bea balik nama kendaraan bermotor hingga triwulan III 211 menjadi penopang utama pencapaian perolehan pajak daerah dan PAD Provinsi Banten secara umum pada periode laporan. Realisasi pendapatan daerah dari komponen pajak kendaraan bermotor hingga triwulan III 211 mencapai Rp 627,14 miliar atau sekitar 95,2% dari targetnya di tahun 211. Pencapaian tersebut sangat didukung dari realisasi pajak kendaraan bermotor jenis sedan, jeep dan station wagon (pribadi) yang mencapai Rp 35,35 miliar jauh melebihi targetnya sebesar Rp 99,23 miliar atau sekitar 353,9%. Tetap tingginya pembelian kendaraan bermotor baru terutama jenis sedan di Banten menjadi faktor utama pencapaian target pajak kendaraan. Rp Juta Pajak Kendaraan Bermotor BBNKB Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor Target 211 Realisasi s.d. Tw III 211 Pajak Air Permukaan Grafik IV.1. Target dan Realisasi Pajak Daerah Provinsi Banten Tahun 211 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten Tabel IV.4. Target dan Realisasi Pajak Kendaraan Bermotor Tahun 211 Komponen APBD 211 Target Realisasi s.d. Tw III Pajak Kendaraan Bermotor Sedan, Jeep, Station Wagon (Pribadi) Sedan, Jeep, Station Wagon (Umum) Bus, Micro Bus (Pribadi) Bus, Micro Bus (Umum) Truck, Pick Up (Pribadi) Truck, Pick Up (Umum) Kendaraan Khusus (Pribadi) Kendaraan Khusus (Umum) 17 7 Sepeda Motor Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 58

69 Kendaraan Khusus (Umum) Kendaraan,1% Khusus (Pribadi),3% Truck, Pick Up (Umum),433% Truck, Pick Up (Pribadi) 8,66% Bus, Micro Bus (Umum),511% Bus, Micro Bus (Pribadi) 12,678% Sedan, Jeep, Stat ion Wagon (Umum),415% Sepeda Motor 22,29% Sedan, Jeep, Stat ion Wagon (Pribadi) 55,865% Grafik IV.2. Pangsa Perolehan Pajak Kendaraan Bermotor per Komponen Provinsi Banten s.d. Triwulan III Tahun 211 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten Tingginya realisasi pendapatan dari komponen Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor juga mendorong pencapaian pendapatan daerah periode laporan. Realisasi pendapatan dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor yang sangat tinggi dan telah mencapai Rp 1,4 triliun atau sekitar 15,94% dari targetnya di tahun 211 terlihat menjadi salah satu faktor pendorong tingginya realisasi pajak daerah dan PAD maupun pendapatan daerah Provinsi Banten secara umum hingga periode laporan. Namun untuk kendaraan umum pada berbagai jenis realisasi pencapaian pajaknya masih belum optimal. Persaingan usaha yang tinggi dan margin yang rendah pada bisnis transportasi diperkirakan menjadi salah satu penyebab hal tersebut. Tabel IV.5. Target dan Realisasi Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Tahun 211 Komponen APBD 211 Target Realisasi s.d. Tw III Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor Sedan, Jeep, Station Wagon (Pribadi) Sedan, Jeep, Station Wagon (Umum) Bus, Micro Bus (Pribadi) Bus, Micro Bus (Umum) Truck, Pick Up (Pribadi) Truck, Pick Up (Umum) Kendaraan Khusus (Pribadi) 88 5 Kendaraan Khusus (Umum) - 4 Sepeda Motor Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 59

70 Kendaraan Khusus (Pribadi),% Truck, Pick Up (Umum),63% Kendaraan Khusus (Umum),% Sepeda Motor 24,595% Truck, Pick Up (Pribadi) Bus, Micro 5,58% Bus (Pribadi) 8,869% Bus, Micro Sedan, Jeep, Stat Bus (Umum) ion Wagon,458% (Umum) 2,647% Sedan, Jeep, Stat ion Wagon (Pribadi) 57,292% Grafik IV.3. Pangsa Perolehan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor per Komponen Provinsi Banten s.d. Triwulan III Tahun 211 Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Provinsi Banten 6

71 Boks 3. ARAH PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DI PROVINSI BANTEN DALAM RANGKA MENINGKATKAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Sebagaimana Undang-undang No. 32 tahun 24 tentang Pemerintah Daerah, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan meningkatkan daya saing daerah, pemerintahan daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya kecuali urusan pemerintahan yang menjadi urusan pemerintah. Dalam hal ini, pemerintahan daerah menyelenggarakan tugas umum pemerintahan dan tugas pembangunan yang salah satunya adalah dengan meningkatkan pelayanan publik. Dalam pelaksanaannya, pembangunan dan pengembangan infrastruktur di wilayah Banten juga memperhatikan kawasan andalan dan kawasan strategis yang dibagi menjadi kawasan strategis pertumbuhan ekonomi dan kawasan strategis berdasarkan fungsi dan daya dukung lingkungan hidup. Selain itu, rencana tata ruang wilayah Provinsi Banten juga mengakomodasi rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda yaitu dengan pembangunan dan peningkatan jalur kereta api; rencana pembangunan jalan cincin barat dan mengembangkan pusat pertumbuhan baru di wilayah Banten selatan melalui rencana pembangunan bandara Panimbang. PLTU SURALAYA RENCANA PEMBANGUNAN IPJS RENCANA KA CILEGON - ANYER KIDUL JL. CINCIN BARAT KEK CILEGON KEK BOJONEGARA Pelabuhan Internasional Bojonegara RENCANA TOL SERDANG - BOJONEGARA RENCANA KA CILEGON- BOJONEGARA BENDUNGAN SINDANG HEULA SPORT CITY BANTEN WATER FRONT CITY JL. CINCIN UTARA PLTU LONTAR RENCANA KA SERANG CIKANDE -SERPONG TANGERANG INTERNATIONAL CITY RENCANA KA LINK BANDARA SOETTA Kawasan Bandara Internasional Soekarno-Hatta RENCANA KA LABUAN SAKETI - RANGKASBITUNG PLTU LABUAN KAWASAN AKARSARI RENCANA TOL KRAGILAN - PANIMBANG KOTA KEKERABATAN MAJA RENCANA TOL SERPONG KUNCIRAN BANDARA TANJUNG LESUNG WATER FRONT CITY BANDARA PANIMBANG WADUK KARIAN RENCANA TOL SERPONG - BALARAJA JL. POROS TENGAH HORIZONTAL TN Ujung Kulon TN Gn.Halimun- Salak JL. POROS TENGAH VERTIKAL JL. CINCIN SELATAN RENCANA KA SAKETI MALINGPING BAYAH Grafik 1. Rencana Pengembangan Kawasan dan Wilayah Provinsi Banten Sumber: Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten 61

72 Salah satunya adalah bidang infrastruktur jalan, Pemerintah Provinsi Banten melalui Dinas Bina Marga dan Tata Ruang Provinsi Banten telah mencanangkan fokus utama strategi jangka panjang yang terbagi atas beberapa periode yaitu: a. Periode 1 (27 212): Koneksi seluruh jaringan jalan provinsi dengan lebar eksisting dan kecepatan minimum 3 Km/jam; b. Periode 2 ( ): Menuju lebar minimum perkerasan 7 m untuk jalan antar kota dan 2 m untuk jalan perkotaan dan penanganan kemacetan perkotaan; c. Periode 3 ( ): Pengembangan aksesibilitas (pembangunan jalan baru untuk pengembangan kawasan); d. Periode 4 ( ): Pemantapan. Adapun fokus penanganan tahun secara lebih rinci adalah sebagai berikut: a. Penyempurnaan sistem jaringan jalan pola ring yang menghubungkan pesisir Banten; b. Terhubungkannya seluruh ruas jalan provinsi dalam suatu sistem jaringan jalan provinsi sesuai standar konstruksi dengan lebar minimal 4,5 m; c. Penanganan kemacetan perkotaan yang meliputi: Perbaikan geometrik persimpangan sebidang jalan Pembangunan simpang tidak sebidang titik rawan kemacetan Pembangunan over pass kereta api yang dilalui jalur double track d. Penggantian jembatan yang sudah tidak sesuai kelasnya dan pelebaran jembatan menuju minimal lebar 7 m. Sementara itu, proyek-proyek strategis yang telah dilaksanakan baik dalam hal pembangunan jalan dan jembatan hingga saat ini dengan menggunakan dana APBD atau APBN ataupun gabungan keduanya antara lain: A. Pembangunan Jalan Pembangunan Jalan Cikande Rangkasbitung Pembangunan Jalan Cincin Utara Pembangunan Jalan Cilegon Anyer (SRIP) Pelebaran Jalan Tangerang Serang Merak menuju 4 lajur Pembangunan Jalan Lintas Selatan Banten B. Pembangunan Jembatan (fly over/overpass/underpass) Pembangunan fly over Kebon Nanas (Kota Tangerang); Pembangunan fly over Merak; Pembangunan fly over Balaraja; 62

73 Pembangunan fly over Sudirman Kota Tangerang; Pembangunan fly over Ciputat; Pembangunan fly over Cibodas; Pembangunan underpass Ciledug. 63

74 Halaman Ini Sengaja Dikosongkan 64

75 BAB V KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi ketenagakerjaan masyarakat pada triwulan III 211 diperkirakan mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang didorong oleh membaiknya kondisi perekonomian. Data Badan Pusat Statistik Provinsi Banten pada pertengahan triwulan I 211 menunjukkan bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten mencapai 68,3% dan Tingkat Pengangguran Terbuka sebesar 13,5%. Angka tersebut menunjukkan adanya perbaikan pada triwulan laporan karena didukung oleh adanya investasi baru dan perluasan usaha besar maupun UMKM di berbagai sektor ekonomi. Sementara itu dari berbagai indikator, tingkat kesejahteraan masyarakat diperkirakan turut meningkat. Salah satu indikator kesejahteraan masyarakat berupa tingkat upah/pendapatan di Banten menunjukkan adanya peningkatan. Begitu pula dengan persentase jumlah penduduk miskin di Banten yang pada bulan Maret 211 tercatat sebesar 6,32% atau mengalami perbaikan dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 7,16%. Indeks kesengsaraan yang menurun juga menunjukkan adanya perbaikan kesejahteraan karena didorong oleh rendah dan stabilnya inflasi serta tingkat pengangguran yang menurun. Indikator lainnya, yaitu indeks Nilai Tukar Petani (NTP) Banten turut menunjukkan adanya peningkatan daya beli petani. Meningkatnya kondisi perekonomian mampu mendorong peningkatan berbagai indikator kesejahteraan lainnya seperti pengeluaran rata-rata per kapita sebulan, angka melek huruf dan angka partisipasi sekolah. Masalah pemerataan kesejahteraan masyarakat merupakan indikator yang perlu mendapat perhatian. Hal ini tercermin dari beberapa indikator seperti angka gini ratio Provinsi Banten yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di sekitarnya, dan kesenjangan antara jumlah persentase penduduk miskin antara kota dan kabupaten di Banten serta indikator jumlah kantor lembaga keuangan yang jauh berbeda antara daerah yang menjadi pusat pertumbuhan dengan daerah lainnya. Isu strategis ini perlu menjadi perhatian besar dan prioritas penting bagi pimpinan daerah dengan dukungan kuat dari DPRD di Provinsi maupun kota/kabupaten di Banten secara terintegrasi agar pembangunan yang berkualitas atau berkeadilan dapat cepat terwujud di Banten. 65

76 5.1. KETENAGAKERJAAN Meningkatnya perekonomian Banten pada triwulan III 211 diperkirakan memberikan dampak positif terhadap peningkatan kondisi ketenagakerjaan Banten periode laporan. Pada triwulan I 211 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Banten tercatat sebesar 68,3% meningkat tinggi dibandingkan periode-periode sebelumnya, sementara itu Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah sebesar 13,5% yang merupakan level pengangguran terendah sejak tahun 28. Tingginya pertumbuhan investasi baru maupun perluasan baik usaha besar maupun UMKM di sektor industri pengolahan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan berbagai sektor lainnya yang menguat diperkirakan meningkatkan penyerapan tenaga kerja di Banten. % 15, , , ,15 15,18 14,9 14,97 14,16 13,68 13,5 TPT % ,4 64,8 65,8 63,74 64,74 65,34 68,3 TPAK 12,5 Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb 61 Feb Agt Feb Agt Feb Agt Feb Grafik V.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Grafik V.2. Perkembangan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Hal yang selayaknya menjadi perhatian adalah walaupun TPT Banten menurun namun masih lebih tinggi dibandingkan dengan TPT nasional maupun provinsi lainnya di sekitar wilayah Banten. TPT Banten pada Februari 211 relatif menurun dibandingkan dengan periode sebelumnya masih belum dapat mengimbangi TPT nasional maupun provinsi lain di sekitar wilayah Banten yang lebih rendah. Pada posisi Februari 211, TPT provinsi lain di wilayah Jawa hanya berkisar antara 4,18% - 1,83%, dan bahkan TPT nasional hanya sebesar 6,8%. Selain itu perbaikan angka TPT Banten belum terjadi secara signifikan di daerah-daerah seperti di wilayah Lebak dan Kabupaten Tangerang. Ketimpangan antar daerah juga terlihat dari distribusi PDRB untuk wilayah kabupaten yang cenderung semakin menurun. Kondisi tersebut diperkirakan masih berlanjut hingga saat ini (lihat tabel V.1). 66

77 TPT 13,5 1,83 9,84 6,8 6,7 5,47 4,18 Grafik V.3. Perkembangan Tingkat Pengangguran Terbuka Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Tabel V.1. Perbandingan TPT dan Distribusi PDRB Antar Kota/Kabupaten di Provinsi Banten Kota/Kabupaten Tingkat Pengangguran Terbuka Distribusi PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kota Tangerang 18,62 15,57 34,73 34,94 Cilegon 18,65 18,26 14, 14,15 Serang - 17,55 3,38 3,4 Tangerang Selatan - - 6,94 7,17 Kabupaten Pandeglang 11,13 1,98 5,39 5,29 Lebak 1,68 13,42 5,25 5,16 Tangerang 15,23 15,86 21,97 21,75 Serang 16,49 14,45 8,34 8,14 Prov. Banten 15,18 14,97 1, 1, Sumber: Banten Dalam Angka 21 BPS Provinsi Banten 5.2. KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Tingkat Upah/Pendapatan Meningkatnya perkembangan ekonomi Banten diperkirakan memberikan dampak positif terhadap kondisi kesejahteraan masyarakat Banten yang dicerminkan salah satunya dari meningkatnya tingkat upah atau pendapatan per bulan meskipun antara wilayah kabupaten dan kota masih terdapat ketimpangan pendapatan. Semakin membaiknya perekonomian nasional maupun Banten dibandingkan dengan tahun sebelumnya menjadi satu pendorong terhadap meningkatnya kondisi ketenagakerjaan termasuk tingkat upah dan pendapatan masyarakat. Pada posisi Februari 211, tingkat rata-rata upah/gaji/pendapatan buruh/karyawan/pegawai selama sebulan di Provinsi Banten meningkat sekitar 41,22% dibandingkan dengan periode yang sama tahun 21. Bila dibandingkan dengan provinsi lainnya di sekitar wilayah Jawa, tingkat Upah Minimum Provinsi (UMP) maupun tingkat rata-rata 67

78 upah/pendapatan karyawan Banten per bulan pun relatif lebih tinggi dan merupakan urutan ke- 2 tertinggi setelah DKI Jakarta. Dengan perkembangan inflasi saat ini yang relatif stabil dan rendah, hal ini menjadi indikasi semakin membaiknya daya beli masyarakat Banten secara umum. Tabel V.2. Perbandingan Rata-rata Upah/Gaji/Pendapatan Buruh/Karyawan/Pegawai Sebulan Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah) Provinsi Feb Agt Feb Agt Feb DKI Jakarta Banten Jabar Jatim DIY Jateng Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Tabel V.3. Perbandingan Upah Minimum Provinsi (UMP) Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah) Provinsi Banten Jabar Jateng DIY Jatim DKI Jakarta Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Kemiskinan Kesejahteraan masyarakat yang tercermin dari perkembangan jumlah penduduk miskin di Banten yang menurun diperkirakan dapat semakin membaik hingga akhir tahun 211 seiring semakin membaiknya perekonomian. Persentase penduduk miskin Banten pada periode survei Maret 211 menurun dan mencapai 6,32%. Angka tersebut lebih baik dibandingkan dengan angka tahun-tahun sebelumnya, dan diperkirakan semakin membaik dengan kondisi perekonomian Banten yang terus menguat. Perkembangan yang menggembirakan dari indikator ini ditunjukkan pula dari kondisi persentase jumlah penduduk miskin di Banten yang relatif rendah dibandingkan dengan nasional secara keseluruhan maupun berbagai provinsi lainnya di kawasan Jawa, kecuali DKI Jakarta. 68

79 % ,72 17,23 16,68 14,15 16,56 16,83 15,76 16,8 15,26 13,33 11,96 14,23 12,49 11,27 1,65 7,64 7,16 3,62 3,75 6,32 3,48 Nasional DKI Jakarta Jawa Barat Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten Grafik V.4. Perbandingan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di Kawasan Jawa Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Indeks Kesengsaraan Menurunnya angka indeks kesengsaraan juga mencerminkan relatif membaiknya kesejahteraan masyarakat Banten secara umum. Indeks kesengsaraan yang merupakan gabungan dari persentase Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dengan tingkat inflasi, mengasumsikan bahwa tingkat pengangguran dan tingkat inflasi yang tinggi akan menciptakan biaya sosial dan ekonomi. Dengan perkembangan TPT Banten pada triwulan III 211 yang diasumsikan stabil atau sama dengan kondisi pertengahan triwulan I 211 sebesar 13,5% dan tingkat inflasi pada akhir triwulan III 211 sebesar 4,18% (yoy), maka akan terjadi penurunan angka indeks kesengsaraan. Hal ini menjadi satu indikasi lain membaiknya kondisi kesejahteraan masyarakat Banten pada periode laporan. 2, 19,5 19, 18,5 18, 17,5 17, 16,5 16, 19,78 19,26 18,6 18,27 18,23 17,68 17,32 Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III* Indeks Kesengsaraan Grafik V.5. Perbandingan Persentase Jumlah Penduduk Miskin Nasional dan Provinsi di Kawasan Jawa Sumber: BPS Provinsi Banten, diolah (* TPT pada tw III 211 yang digunakan dalam perhitungan diasumsikan menggunakan TPT tw I 211) Nilai Tukar Petani Indeks Nilai Tukar Petani (NTP) petani Banten terus meningkat dan menunjukkan adanya peningkatan daya beli dan kesejahteraan petani di Banten. Berdasarkan data Badan Pusat 69

80 Statistik, NTP petani Banten secara berangsur-angsur menunjukkan adanya perkembangan positif dengan tren yang terus meningkat. indeks NTP yang diperoleh dari perbandingan indeks harga yang diterima terhadap indeks harga yang harus dibayar petani menunjukkan kondisi daya tukar petani dalam perekonomian. Semakin tinggi angka indeks NTP, menunjukkan bahwa kemampuan atau daya beli petani pun semakin meningkat yang dapat menjadi cerminan meningkatnya kesejahteraan petani secara umum. Peningkatan NTP tersebut disebabkan harga jual petani yang baik dan diikuti dengan hasil produksi petani yang cukup moderat. Perbaikan sarana irigasi dan gencarnya program-program pemerintah daerah lainnya di sektor pertaniat terlihat turut menopang keberhasilan petani. Indeks NTP Banten Grafik V.6. Perkembangan Nilai Tukar Petani Banten Sumber: BPS Provinsi Banten Indikator Kesejahteraan Lainnya Perbaikan kondisi ekonomi makro mampu mendorong peningkatan beberapa indikator kesejahteraan lainnya seperti rata-rata pengeluaran per kapita, angka melek huruf dan tingkat partisipasi sekolah. Rata-rata pengeluaran per kapita sebulan Provinsi Banten pada tahun 211 tercatat mencapai sekitar Rp , dimana pengeluaran untuk makanan sebesar Rp Tingkat pengeluaran rata-rata per kapita per bulan tersebut terlihat meningkat dibandingkan dengan tahun 21 yang menjadi satu indikasi lain membaiknya kesejahteraan masyarakat. Bila dibandingkan dengan provinsi lain di kawasan Jawa, tingkat pengeluaran rata-rata per kapita per bulan di Banten relatif lebih tinggi dan menjadi yang kedua tertinggi setelah DKI Jakarta. Seiring membaiknya kesejahteraan, kesadaran masyarakat akan pentingnya pendidikan pun terus meningkat. Hal ini tercermin salah satunya dari persentase angka melek huruf Banten yang terus meningkat dari tahun ke tahun. 7

81 Tabel V.4. Perkembangan Pengeluaran Rata-rata per Kapita Sebulan Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa (dalam Rupiah) Provinsi * Total Makanan Total Makanan DKI Jakarta Banten Jabar Jatim DIY Jateng Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI % 96,4 96, ,8 95,6 95,4 95, ,8 94,6 96,2 95,95 95, Angka Melek Huruf Grafik V.7. Perkembangan Persentase Angka Melek Huruf Provinsi Banten Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI Pemerataan Kesejahteraan Indikator kesejahteraan masyarakat Banten yang harus diperhatikan saat ini adalah pemerataan kesejahteraan tersebut ke seluruh lapisan masyarakat. Pencapaian tingkat kesejahteraan masyarakat wilayah Banten belum optimal karena masih menghadapi permasalahan distribusi kesejahteraan yang relatif belum merata. Salah satu indikasinya adalah angka gini ratio Provinsi Banten yang tinggi dibandingkan dengan nasional maupun provinsi lain di sekitarnya. Selain itu, kesenjangan persentase jumlah penduduk miskin antara kota dan kabupaten di Banten masih relatif tinggi, seperti di Kabupaten Pandeglang dengan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 11,14%, sementara di Kota Tangerang Selatan hanya sebesar 1,67%. Secara umum, perbedaan yang cukup signifikan dalam hal pertumbuhan ekonomi antar kota/kabupaten, dikarenakan wilayah kabupaten cenderung belum dikembangkan secara optimal di berbagai aspek, sehingga para pelaku usaha/investor lebih cenderung memfokuskan usahakanya di wilayah perkotaan. Kondisi ini perlu disikapi dengan baik oleh para pimpinan daerah provinsi maupun kota dan kabupaten di Banten melalui program-program peningkatan 71

82 daya beli dan kesejahteraan masyarakat yang terintegrasi dengan tetap menyesuaikan pada karakter masyarakat setempat. Pengembangan prasarana dan pusat-pusat pertumbuhan baru di wilayah kabupaten pun perlu segera dilakukan agar kesejahteraan masyarakat semakin baik dan lebih merata.,45,4,35,3,25,2,15, ,5, DKI Jakarta Jawa Barat Banten Jawa Tengah DIY Jawa Timur Grafik V.8. Perbandingan Angka Gini Ratio Banten dan Provinsi Lain di Kawasan Jawa Sumber: Perkembangan Beberapa Indikator Utama Sosial Ekonomi Indonesia BPS RI 72

83 BAB VI PROSPEK PEREKONOMIAN Perekonomian Banten pada triwulan IV 211 diprakirakan tetap meningkat secara moderat pada kisaran level pertumbuhan 6,6% - 6,65% (yoy) meskipun dampak krisis ekonomi global sudah sudah mulai berpengaruh terhadap perdagangan internasional Banten. Kondisi perekonomian global yang masih cenderung diliputi ketidakpastian diprakirakan cukup berdampak terhadap kemungkinan pula peningkatan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi. Namun, kondisi fundamental ekonomi Indonesia dan Banten yang relatif kuat serta penyerapan pasar domestik yang tetap tinggi sebagai relokasi target pasar produknya menjadi salah satu faktor yang dapat menopang kinerja ekonomi Banten tetap dapat meningkat secara moderat. Dari sisi permintaan, kecenderungan meningkatnya konsumsi, investasi dan belanja pemerintah pada triwulan mendatang diprakirakan menjadi komponen-komponen yang mendorong kinerja ekonomi Banten. Sementara itu, dari sisi penawaran, sektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan diprakirakan tetap menjadi penggerak utama kinerja perekonomian triwulan mendatang, diikuti dengan berbagai sektor lainnya yang mengalami peningkatan kinerja dibandingkan triwulan III 211 kecuali sektor pertanian dan jasa-jasa. Sementara itu pada aspek inflasi, meningkatnya tekanan dari komponen volatile foods, komponen inti dan administered prices pada triwulan mendatang berpotensi mendorong adanya peningkatan inflasi Banten dalam level yang relatif terjaga dengan prakiraan sebesar 3,5% (yoy). Pada triwulan IV 211, diprakirakan terdapat peningkatan tekanan dari komponen volatile foods dengan adanya kecenderungan penurunan pasokan bahan makanan dan peningkatan inflasi inti, walaupun dalam level yang cenderung minimal. Adanya rencana peningkatan tarif air minum di Kota Tangerang dan pemberlakuan tarif tol baru pada sejumlah ruas tol termasuk Tol Tangerang-Merak juga menjadi faktor peningkatan tekanan inflasi triwulan mendatang. Namun, membaiknya kondisi pasokan komoditas bahan makanan yang harganya cenderung bergejolak (volatile foods) dan relatif stabilnya harga barang administered prices sejak triwulan I hingga triwulan III 211 menjadi faktor-faktor yang dapat menahan peningkatan laju inflasi Banten yang lebih tinggi, sehingga inflasi Banten pada akhir tahun diprakirakan dapat terjaga pada level yang cukup rendah. 73

84 6.1. PERTUMBUHAN EKONOMI Ketidakpastian dan kecenderungan melambatnya kinerja ekonomi dunia menjadi faktor risiko yang menahan laju peningkatan perekonomian nasional maupun Banten menuju potensi level yang lebih tinggi. Perkembangan ekonomi global yang cenderung diliputi ketidakpastian (uncertain), melambatnya pemulihan ekonomi di negara-negara maju, meningkatnya ketidakpastian keuangan dan fiskal di negara-negara Eropa dan berbagai risiko lainnya mendorong adanya perlambatan terhadap prakiraan pertumbuhan ekonomi dunia pada tahun 211 dan 212. International Monetary Fund pada World Economic Outlook update September 211 merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia menjadi sekitar 4,% (yoy) pada tahun 211 dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,3% (yoy) dan revisi pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN-5 (Indonesia, Malaysia, Philippines, Thailand dan Vietnam) sekitar 5,3% (yoy) dari proyeksi sebelumnya sebesar 5,4% (yoy). Tabel VI.1. Proyeksi Perekonomian Dunia Item p) 212 p) World Output -,7 5,1 4, 4, Advanced Economies -3,7 3,1 1,6 1,9 USA -3,5 3, 1,5 1,8 Euro Area -4,3 1,8 1,6 1,1 Japan -6,3 4, -,5 2,3 UK -4,9 1,4 1,1 1,6 Canada -2,8 3,2 2,1 1,9 Other Advanced Economies -1,1 5,8 3,6 3,7 Emerging and Developing Economies 2,8 7,3 6,4 6,1 Central and Eastern Europe -3,6 4,5 4,3 2,7 Commonwealth of Independent States -6,4 4,6 4,6 4,4 Developing Asia 7, ,2 8, China 9,2 1,3 9,5 9, India 6,8 1,1 7,8 7,5 ASEAN-5* 1,7 6,9 5,3 5,6 Latin America and the Caribbean -1,7 6,1 4,5 4, Middle East and North Africa 2,6 4,4 4, 3,6 World Trade Volume (goods and services) -1,7 12,8 7,5 5,8 Imports Advanced Economies -12,4 11,7 5,9 4, Emerging and Developing Economies -8, 14,9 11,1 8,1 Exports Advanced Economies -11,9 12,3 6,2 5,2 Emerging and Developing Economies -7,7 13,6 9,4 7,8 Consumer Prices Advanced Economies,1 1,6 2,6 1,4 Emerging and Developing Economies 5,2 6,1 7,5 5,9 Sumber: World Economic Outlook, September 211 International Monetary Fund Namun, masih kuatnya fundamental perekonomian nasional dan Banten diprakirakan akan menjaga pertumbuhan ekonomi Banten pada level yang stabil dengan kecenderungan meningkat secara moderat pada triwulan mendatang pada kisaran pertumbuhan 6,6% - 6,65% (yoy). Kokohnya fundamental perekonomian Indonesia yang didukung oleh kuatnya konsumsi swasta seiring dengan membaiknya level pendapatan masyarakat dan semakin banyaknya usia menengah, investasi yang meningkat dengan 74

85 dorongan besarnya potensi pasar dalam negeri serta kinerja sektoral yang tetap baik diprakirakan dapat menjaga ekspektasi setiap agen/pelaku ekonomi tetap baik pada triwulan mendatang. Kondisi tersebut berdampak positif terhadap kinerja perekonomian daerah termasuk Provinsi Banten. Sementara itu, konsumsi rumah tangga/swasta diprakirakan tetap kuat, begitu pula dengan investasi dan konsumsi pemerintah. Dari sisi sektoral, sektor industri pengolahan, perdagangan dan pengangkutan berpotensi tetap menjadi penggerak utama perekonomian, yang juga didukung oleh beberapa sektor lainnya dengan kecenderungan yang stabil meningkat. Tabel VI.2. Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Nasional Menurut Sektor Ekonomi Sektor Tw I Tw II Tw III r Tw IV r 211 r 212 r Pertanian 2,9 3,6 3,9 3,3 3,4 3,5 3,5-4, Pertambangan dan Penggalian 3,5 4,3,8,9,9 1,7 1,3-1,8 Industri Pengolahan 4,5 5, 6,1 6,2 6,2 5,9 5,3-5,8 Listrik, Gas dan Air Bersih 5,3 4,3 3,9 4, 4,1 4,1 4,6-5,1 Bangunan 7, 5,3 7,4 7,7 8, 7,1 7,6-8,1 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,7 7,9 9,6 9,7 9,7 9,2 8,7-9,2 Pengangkutan dan Komunikasi 13,5 13,7 1,7 11, 11,5 11,7 1,5-11, Keuangan, Persewaan & Jasa 5,7 7,3 6,9 7, 7, 7, 6,6-7,1 Jasa-jasa 6, 7, 5,7 5,8 5,8 6,1 5,8-6,3 PDRB 6,1 6,5 6,5 6,6 6,7 6,6 6,2-6,7 Sumber: Laporan Kebijakan Moneter Triwulan III 211 Bank Indonesia Tabel VI.3. Prakiraan Pertumbuhan Ekonomi Banten Menurut Sektor Ekonomi Sektor * Tw I* Tw II* Tw III* Tw IV* Tw I** Tw II** Tw III** Tw IV r) Pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan 5,61 6,29 6,36 6,68 6,23 7,73 3,72 8,78 3,9-3,95 Pertambangan dan Penggalian 6,26 8,93 8,56 9,74 8,39 1,1 9,11 9,55 9,57-9,62 Arah tw IV '11 thd tw III '11 Arah tw IV '11 thd tw IV '1 Industri Pengolahan 2,84 3,38 3,35 4,2 3,41 4,45 3,84 4,1 4,12-4,17 Listrik, Gas dan Air Bersih 12,67 11,7 12,39 12,82 12,24 6,6 5,17 2,86 4,7-4,75 Bangunan 5,87 6,97 7,39 7,82 7,4 8,44 9,5 1,28 1,3-1,35 Perdagangan, Hotel dan Restoran 8,23 8,43 9,7 9,46 8,98 1,6 11,14 9,75 1,65-1,7 Pengangkutan dan Komunikasi 11,82 11,98 12,17 12,93 12,24 12,61 12,94 11,62 12,96-13, Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 7,9 7,48 5,83 5,77 6,72 7,49 7,36 8,22 8,23-8,28 Jasa-jasa 6,22 6,7 5,11 1,3 4,65 7,65 6,67 7,5 6,5-6,55 PDRB 5,48 5,87 6,6 6,31 5,94 6,84 6,41 6,57 6,6-6,65 Sumber: BPS Provinsi Banten, (* angka sementara, ** angka sangat sementara, r proyeksi Bank Indonesia) Sisi Permintaan Optimisme masyarakat terhadap kondisi ekonomi pada enam bulan yang akan datang menjadi faktor pendorong tetap tingginya konsumsi pada triwulan mendatang. Ekspektasi masyarakat (dari sisi konsumen) terhadap perekonomian Banten triwulan mendatang relatif baik dan terjaga, yang terlihat dari kecenderungan meningkatnya indeks ekspektasi konsumen dan indeks ekspektasi ekonomi 6 bulan yang akan datang berdasarkan hasil Survei Konsumen 75

86 wilayah Banten. Kondisi yang baik tersebut diprakirakan menjadi faktor pendorong bagi masyarakat untuk tetap mempertahankan tingkat konsumsinya, setidaknya sama dengan konsumsi pada periode saat ini. Tetap tingginya konsumsi didirong pula dari potensi meningkatnya pendapatan gaji atau upah maupun dan dukungan tingginya pembiayaan/kredit lembaga keuangan khususnya perbankan serta ekspektasi masyarakat terhadap kondisi ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan yang baik di Banten. Meningkatnya Upah Minimum Provinsi maupun kota/kabupaten tahun 211 dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan harapan yang cenderung membaik terhadap kondisi lapangan pekerjaan di masa datang serta meningkatnya pendapatan, diperkirakan akan memberikan dampak positif terhadap kondisi daya beli dan konsumsi swasta. Kondisi tersebut ditunjukkan dengan kecenderungan meningkatnya indeks ekspektasi ketersediaan lapangan kerja dan penghasilan Banten 6 bulan yang akan datang. Selain itu, stabilnya suku bunga kredit dengan keenderungan menurun seiring dengan potensi sedikit menurunnya suku bunga acuan bank sentral karena relative terjaganya inflasi dan kemungkinan ekspansi penyaluran kredit perbankan menjelang akhir tahun diperkirakan dapat mendorong pembiayaan terhadap konsumsi meningkat. Indeks Indeks Ekspektasi Konsumen Indeks Ekspektasi Ekonomi Indeks Ekspektasi ketersediaan Lapangan Kerja 6 Bulan yang Akan Datang Ekspektasi Penghasilan 6 Bulan yang Akan Datang Grafik VI.1. Indeks Ekspektasi Konsumen dan Indeks Ekspektasi Ekonomi Wilayah Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Grafik VI.2. Indeks Ekspektasi Ketersediaan Lapangan Kerja dan Penghasilan Wilayah Banten Sumber: Survei Konsumen Bank Indonesia Tabel VI.4. Perkembangan Upah Minimum Provinsi dan Kota/Kabupaten di Wilayah Banten 76 Kota/kabupaten UMP/UMK (Rp/bulan) Growth 21 Growth (% yoy) (% yoy) Kota Tangerang ,15 1,62 Kota Cilegon ,82 4,26 Kota Tangerang Selatan ,64 1,74 Kota Serang ,94 1,1 Kab. Pandeglang ,96 5,24 Kab. Lebak ,52 5, Kab. Tangerang ,64 1,49 Kab. Serang ,89 8,5 Banten ,12 4,68 Sumber: Pemerintah Provinsi Banten

87 Di sisi lain, pada aspek konsumsi pemerintah, realisasi pendapatan daerah hingga triwulan III 211 yang tinggi dan sudah hampir mencapai targetnya di tahun 211 serta percepatan realisasi pembangunan berpotensi meningkatkan laju pertumbuhan belanja pemerintah pada triwulan mendatang. Berdasarkan pola historis realisasi belanja pemerintah daerah, pada umumnya, terjadi percepatan realisasi fiskal untuk belanja pembangunan terutama untuk keperluan pembangunan infrastruktur maupun pelaksanaan program-program lainnya menuju akhir tahun. Pada tahun 29 dan 21, realisasi belanja pemerintah Provinsi Banten pada triwulan IV (Oktober Desember) cenderung lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya. 5,% 45,% 4,% 35,% 3,% 25,% 2,% 15,% 1,% 5,%,% Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Persentase Realisasi per Triwulan Grafik VI.3. Persentase Realisasi Belanja Daerah Provinsi Banten per Triwulan Tahun Sumber: Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Provinsi Banten Kinerja investasi Banten berpotensi meningkat seiring dengan terus meningkatnya investasi oleh swasta dan dukungan pembiayaan perbankan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dengan suku bunga kredit yang terjaga rendah. Investasi diperkirakan cenderung meningkat yang terutama didorong oleh peningkatan investasi swasta pada sektor industri pengolahan dan bangunan. Semakin membaiknya rating investasi Indonesia dengan prospek yang stabil oleh lembaga-lembaga pemeringkat internasional, adanya pemberlakuan tax holiday terhadap lima bidang usaha yang diantaranya adalah industri utama di Banten yaitu industri logam dasar dan atau kimia dasar organik yang bersumber dari minyak bumi, menjadi faktor-faktor yang dapat memberikan dampak positif terhadap peningkatan investasi periode mendatang. Sementara itu, meningkatnya tren indikator lainnya seperti penggunaan semen menjadi sinyal lain kecenderungan meningkatnya investasi periode mendatang. 77

88 ribu ton % yoy Konsumsi Semen (ton) Growth (RHS) Grafik VI.4. Perkembangan Konsumsi Semen Banten Sumber: Asosiasi Semen Indonesia Kinerja ekspor dan impor diprakirakan stabil dengan potensi meningkat karena masih ditopang oleh potensi pertumbuhan volume perdagangan dunia yang tetap tinggi pada tahun 211 meskipun ada kemungkinan koreksi terhadap proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia di periode yang akan datang. Berdasarkan World Economic Outlook dari International Monetary Fund, volume perdagangan dunia pada tahun 211 diproyeksikan tetap bertumbuh tinggi pada kisaran level 7,5% (yoy) walaupun cenderung melambat terhadap proyeksi sebelumnya yang mencapai kisaran 8,% (yoy). Permintaan impor dari negara advanced economies maupun emerging and developing economies tetap kuat pada kisaran 5,9% 11,1% (yoy). Perkembangan tersebut diharapkan menjadi faktor yang mempertahankan laju ekspor impor nasional dan Banten tetap kuat hingga akhir tahun 211, meskipun beberapa lembaga pembiayaan dunia mengeluarkan statement adanya kemungkinan dilakukan koreksi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia karena krisis yang melanda Eropa dan Amerika Sisi Penawaran (Sektoral) Semakin membaiknya kinerja sektor-sektor utama Banten diprakirakan menjadi pendorong meningkatnya perekonomian Banten secara moderat pada triwulan IV 211. Meningkatnya prakiraan kinerja berbagai sektor ekonomi pada triwulan mendatang khususnya sektor-sektor utama menjadi faktor yang mendorong laju pertumbuhan ekonomi Banten pada kisaran 6,6% - 6,65% (yoy). Namun, sedikit perlambatan diprakirakan terjadi pada beberapa sektor ekonomi, salah satunya adalah sektor pertanian karena berakhirnya masa panen padi dan masuknya masa tanam. Perlambatan juga diprakirakan dapat terjadi pada sektor jasa yang diindikasikan dari menurunnya perkiraan kegiatan usaha sektor tersebut triwulan mendatang Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Kinerja sektor pertanian Banten diproyeksikan sedikit melambat pada triwulan IV 211 seiring dengan berakhirnya masa panen dan kondisi iklim yang kurang mendukung. 78

89 Berdasarkan Angka Ramalan (ARAM) III 211, produksi padi tahun 211 secara umum diperkirakan menurun cukup signifikan dibandingkan tahun sebelumnya sekitar 7,7% (yoy) dari sebelumnya sebesar 2,5 juta ton Gabah Kering Giling (GKG) pada tahun 21 menjadi sebesar 1,9 juta ton pada tahun 211. Adanya kondisi iklim yang kurang mendukung menjadi faktor yang menyebabkan penurunan luas panen maupun produktivitas padi sawah dan padi ladang. Beberapa gangguan iklim seperti kekeringan yang melanda pulau Jawa termasuk Banten pada bulan Juli-September 211 memberi dampak salah satunya terhadap penundaan atau pergeseran masa tanam dan produktivitas panenan. Tabel VI.5. Perkembangan Produksi Padi di Provinsi Banten Tahun Uraian Growth Growth % yoy % yoy Padi Sawah Luas Panen (Ha) ,59 -,41 Produktivitas (Ku/Ha) 52,32 52,6 5,14 -,5-3,69 Produksi (Ton) ,5-4,9 Padi Ladang Luas Panen (Ha) ,11-41,47 Produktivitas (Ku/Ha) 32,39 34,39 29,24 6,17-14,98 Produksi (Ton) ,21-5,23 Padi (Sawah+Ladang) Luas Panen (Ha) , -4,29 Produktivitas (Ku/Ha) 5,5 5,39 48,93 -,22-2,9 Produksi (Ton) ,76-7,7 Sumber: BPS Provinsi Banten (angka produksi dalam bentuk Gabah Kering Giling) Sementara itu, mulai meningkatnya prakiraan curah hujan sejak minggu III September 211 dan meningkatnya potensi banjir di berbagai daerah di Banten khususnya sentra produksi padi pada musim tanam ini menjadi penahan laju peningkatan kinerja sektor pertanian khususnya pada subsektor tanaman pangan. Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) RI, musim hujan di wilayah Banten akan dimulai sejak minggu III September 211 di wilayah Pandeglang bagian utara dan Serang bagian barat daya dengan sifat hujan normal. Sementara itu, awal musim hujan di daerah lainnya seperti wilayah Lebak, Serang maupun Tangerang akan dimulai rata-rata sejak bulan Oktober 211. Tabel VI.6. Prakiraan Musim Hujan Tahun 211/212 di Wilayah Banten No. Daerah/Kabupaten Awal Musim Hujan Sifat Hujan 1 Pandeglang dan Lebak Bagian Barat Oktober I - Oktober III Normal 2 Pandeglang Bagian Utara, Serang Bagian Barat Daya September III - Oktober II Normal 3 Serang Bagian Selatan, Pandeglang Bagian Timur Laut, Lebak Bagian Utara Oktober I - Oktober III Normal 4 Kota Cilegon, Kota Serang, Serang Bagian Timur, Tangerang Bagian Tengah, Kota Tangerang November II - Desember I Normal 5 Serang BagianTimur Laut, Tangerang Bagian Utara Desember I - Desember III Normal Sumber: BMKG RI 79

90 Kondisi tersebut dapat memberikan dampak positif terhadap masa tanam di Banten pada Sub Round III (September Desember 211) dan masa panen berikutnya. Namun, terdapat hal yang patut diwaspadai yang dapat menahan laju peningkatan produktivitas tanam dan panenan yaitu adanya potensi banjir dengan skala menengah hingga tinggi di Banten termasuk di daerah-daerah sentra produksi padi pada bulan Desember 211 dan Januari 212. Grafik VI.5. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir November 211 Provinsi Banten Sumber: BMKG RI Grafik VI.6. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Desember 211 Provinsi Banten Sumber: BMKG RI Grafik VI.7. Peta Prakiraan Daerah Potensi Banjir Januari 212 Provinsi Banten Sumber: BMKG RI Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan diproyeksikan stabil dengan kecenderungan meningkat secara moderat pada triwulan IV 211. Sektor industri pengolahan diprakirakan menunjukkan kecenderungan positif pada triwulan IV 211 terutama pada subsektor industri kimia dan baja. Kinerja industri baja diperkirakan meningkat yang didorong oleh meningkatnya permintaan domestik ditengah sedikit menurunnya permintaan internasional seperti dari industri otomotif, tingginya pembangunan properti residensial maupun komersial serta penyelesaian programprogram pembangunan infrastruktur melalui belanja pemerintah pada triwulan mendatang. 8

91 Produsen baja terbesar di Banten saat ini meningkatkan produksi baja untuk memenuhi kebutuhan industri otomotif yang semakin tinggi. Perusahaan tersebut menargetkan peningkatan penjualan baja untuk industri otomotif sekitar 17% dari total penjualan perusahaan dalam dua tahun mendatang. Diperkirakan penjualan baja ke sektor tersebut akan menjadi salah satu penopang penjualan perusahaan tersebut di pasar domestik pada periode mendatang. Pada akhir tahun 211, perusahaan tersebut akan melakukan ekspansi dengan mendirikan anak usaha baru yang fokus bergerak di bidang pengolahan bijih besi dan coking coal seiring dengan meningkatnya kebutuhan akan kedua komoditas tersebut dan pergerakan harganya yang meningkat. Pembangunan anak usaha baru tersebut juga dilakukan dalam rangka memenuhi kebutuhan coking coal dalam proyeknya bersama produsen baja besar dari luar negeri yaitu sekitar 2 juta ton per tahun pada tahun 212 dan sebesar 6 juta ton pada tahun Grafik VI.8. Perkembangan Pangsa Permintaan Baja Negara Berkembang dan Maju Sumber: World Steel Association Industri kimia dan karet pun diprakirakan akan mengalami peningkatan kinerja. Salah satu produsen petrokimia besar di Banten menunjukkan kinerja yang terus membaik sejak awal tahun 211. Pada semester I 211, perusahaan tersebut tercatat memperoleh pendapatan sekitar USD 1,14 miliar atau meningkat sekitar 2% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Dengan nilai pendapatan tersebut, perusahaan memperoleh laba bersih pada semester I 211 sebesar USD 26,3 juta yang meningkat sekitar 15% dibandingkan tahun 21. Perusahaan tersebut juga sedang bersiap untuk melakukan ekspansi pada tahun mendatang dengan rencana melakukan right issue sekitar 2% saham dan target perolehan dana sekitar USD 3 juta-35 juta. Saat ini perusahaan tersebut telah memperoleh kredit sindikasi dari perbankan lokal dan asing senilai USD 465 juta untuk kebutuhan modal kerja dan revolving credit. Kinerja industri karet juga terindikasi meningkat seiring dengan meningkatnya permintaan dari industri otomotif domestik dan mancanegara. 81

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan III Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 212 1 Triwulan III 212 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 Triwulan III 212 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan II 211 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridhanya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten

Triwulan IV Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 12 1 Halaman ini sengaja dikosongkan 2 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan petunjuk serta ridha-nya

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 21 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER)

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan IV 2011 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam karena dengan rahmat serta ridha-nya penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional (KER) Banten Triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th.XI, 5 Februari 2013 Ekonomi Jawa Timur Tahun 2012 Mencapai 7,27 persen Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2008 Sebagai dampak dari krisis keuangan global, kegiatan dunia usaha pada triwulan IV-2008 mengalami penurunan yang tercermin dari Saldo Bersih Tertimbang (SBT)

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO

PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO PERKEMBANGAN PRODUK DOMESTIK BRUTO Triwulan II-29 Perekonomian Indonesia secara tahunan (yoy) pada triwulan II- 29 tumbuh 4,%, lebih rendah dari pertumbuhan triwulan sebelumnya (4,4%). Sementara itu, perekonomian

Lebih terperinci

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007

ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Ma kro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 ANALISIS Perkembangan Indikator Ekonomi Makro Semester I 2007 Dan Prognosisi Semester II 2007 Nomor. 02/ A/B.AN/VII/2007 Perkembangan Ekonomi Tahun 2007 Pada APBN 2007 Pemerintah telah menyampaikan indikator-indikator

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH AGUSTUS 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 No. 046/08/63/Th XVII, 2 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2013 Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II-2013 tumbuh sebesar 13,92% (q to q) dan apabila dibandingkan dengan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 32/05/35/Th. XI, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2013 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2013 (y-on-y) mencapai 6,62

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2013

ii Triwulan I 2013 ii Triwulan I 2013 iii iv Triwulan I 2013 v vi Triwulan I 2013 vii viii Triwulan I 2013 Indikator 2010 2011 2012 2013 Total Total I II III IV Total I Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Jawa Barat Triwulan IV-211 Kantor Bank Indonesia Bandung KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan rahmat dan karunia- Nya, buku

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan III 2010 KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan rahmat serta ridhanya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2010 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun. Indonesia pada tahun 2011 tumbuh sebesar 6,5% (yoy), sedangkan pertumbuhan triwulan IV-2011 secara tahunan sebesar 6,5% (yoy) atau secara triwulanan turun 1,3% (qtq). PDB per kapita atas dasar harga berlaku

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 MEI KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Mei dapat dipublikasikan. Buku ini

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN I-2014 No. 32/05/35/Th. XIV, 5 Mei 2014 Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Triwulan I Tahun 2014 (y-on-y) mencapai 6,40

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 No. 027/05/63/Th XVII, 6 Mei 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN I- 2013 Perekonomian Kalimantan Selatan triwulan 1-2013 dibandingkan triwulan 1- (yoy) tumbuh sebesar 5,56 persen, dengan

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Triwulan I - 2015 SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan I-2015 tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Hal ini tercermin

Lebih terperinci

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh

LAPORAN LIAISON. Triwulan I Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh Triwulan I - 2015 LAPORAN LIAISON Konsumsi rumah tangga pada triwulan I-2015 diperkirakan masih tumbuh terbatas, tercermin dari penjualan domestik pada triwulan I-2015 yang menurun dibandingkan periode

Lebih terperinci

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1

Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Boks I Potensi Kerentanan Ekonomi DKI Jakarta Menghadapi Krisis Keuangan Global 1 Gambaran Umum Perkembangan ekonomi Indonesia saat ini menghadapi risiko yang meningkat seiring masih berlangsungnya krisis

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV- Hasil Survei Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan kegiatan usaha pada triwulan IV- masih tumbuh melambat dibandingkan triwulan sebelumnya maupun periode

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA TRIWULAN IV-2004 Kegiatan usaha pada triwulan IV-2004 ekspansif, didorong oleh daya serap pasar domestik Indikasi ekspansi, diperkirakan berlanjut pada triwulan I-2005 Kegiatan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 72/11/35/Th. X, 5 November 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR TRIWULAN III-2012 Ekonomi Jawa Timur Triwulan III Tahun 2012 (y-on-y) mencapai 7,24 persen

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- 2014 No. 048/08/63/Th XVIII, 5Agustus PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II- Ekonomi Kalimantan Selatan pada triwulan II- tumbuh sebesar 12,95% dibanding triwulan sebelumnya (q to q) dan apabila

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

BERITA RESMI STATISTIK

BERITA RESMI STATISTIK BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 53/08/35/Th. X, 6 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur Semester I Tahun 2012 mencapai 7,20 persen Pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2017 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2017 masih tumbuh, meski tidak setinggi triwulan III- 2017 sesuai

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN IV-2016 Hasil Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan bahwa kegiatan usaha pada triwulan IV-2016 tumbuh lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sesuai

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PERTUMBUHAN EKONOMI D.I. YOGYAKARTA TRIWULAN II TAHUN 2013 SEBESAR -3,30 PERSEN No. 44/08/34/Th. XV, 2 Agustus 2013 Pertumbuhan ekonomi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

Analisis Perkembangan Industri

Analisis Perkembangan Industri JUNI 2017 Analisis Perkembangan Industri Pusat Data dan Informasi Juni 2017 Pendahuluan Membaiknya perekonomian dunia secara keseluruhan merupakan penyebab utama membaiknya kinerja ekspor Indonesia pada

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau

Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Kondisi perekonomian provinsi Kepulauan Riau triwulan II- 2008 relatif menurun dibanding triwulan sebelumnya. Data perubahan terakhir Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 245 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2010 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 No. 40/08/36/Th.VIII, 5 Agustus 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI BANTEN TRIWULAN II-2014 PDRB Banten triwulan II tahun 2014, secara quarter to quarter (q to q) mengalami pertumbuhan sebesar 2,17 persen,

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 No. 10/02/63/Th XIV, 7 Februari 2011 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20 010 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2010 tumbuh sebesar 5,58 persen, dengan n pertumbuhan tertinggi di sektor

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR)

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat dan karunianya, sehingga Kajian Ekonomi Keuangan Regional (KEKR) Provinsi Papua Barat (Pabar) periode triwulan IV-2014 ini dapat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012 I. Pendahuluan Setelah melalui perdebatan, pemerintah dan Komisi XI DPR RI akhirnya menyetujui asumsi makro dalam RAPBN 2012 yang terkait

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013

PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 No. 09/02/36/Th. VIII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI BANTEN TRIWULAN IV TAHUN 2013 Secara total, perekonomian Banten pada triwulan IV-2013 yang diukur berdasarkan PDRB atas dasar harga konstan 2000

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014

No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 No.11/02/63/Th XVII. 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2013 Secara triwulanan, PDRB Kalimantan Selatan triwulan IV-2013 menurun dibandingkan dengan triwulan III-2013 (q-to-q)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL BANK INDONESIA KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BALI TRIWULAN III-2013 Kajian Ekonomi Regional (KER) Provinsi Bali Triwulan III-2013 1 Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi Tim Asesmen Ekonomi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 No. 06/02/62/Th. VI, 6 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TRIWULAN IV/2011 DAN TAHUN 2011 Pertumbuhan ekonomi Kalimantan Tengah tahun 2011 (kumulatif tw I s/d IV) sebesar 6,74 persen.

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan

Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sulawesi Selatan Triwulan IV 213 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH I SULAWESI MALUKU PAPUA Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 BPS PROVINSI DKI JAKARTA No. 40/11/31/Th. IX, 15 November 2007 PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN III TAHUN 2007 Perekonomian DKI Jakarta pada triwulan III tahun 2007 yang diukur berdasarkan PDRB

Lebih terperinci

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA

SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA SURVEI KEGIATAN DUNIA USAHA gf TRIWULAN III-2017 Kegiatan Dunia Usaha (SKDU) mengindikasikan berlanjutnya ekspansi kegiatan usaha pada triwulan III-2017, meski tidak setinggi triwulan sebelumnya. Hal ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Daftar Isi E E Daftar Isi DAFTAR ISI HALAMAN Kata Pengantar... iii Daftar Isi... iv Daftar Tabel... vii Daftar Grafik... viii Daftar Gambar... xii Tabel Indikator Ekonomi Terpilih... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara

Grafik 1.1 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kepulauan Riau (y o y) Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara ; **) angka sangat sementara RINGKASAN EKSEKUTIF Asesmen Ekonomi Krisis finansial global semakin berpengaruh terhadap pertumbuhan industri dan ekspor Kepulauan Riau di triwulan IV-2008. Laju pertumbuhan ekonomi (y-o-y) kembali terkoreksi

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 No.11/02/63/Th XVII, 5 Februari 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 2012 Perekonomian Kalimantan Selatan tahun 2012 tumbuh sebesar 5,73 persen, dengan pertumbuhan tertinggi di sektor konstruksi

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER

INDONESIA PADA GUBERNUR BANK PANITIA ANGGARAN SEMESTER PANDANGAN GUBERNUR BANK INDONESIA PADA RAPAT KERJA PANITIA ANGGARAN DPR RI MENGENAI LAPORAN SEMESTER I DAN PROGNOSIS SEMESTER II APBN TA 2006 2006 Anggota Dewan yang terhormat, 1. Pertama-tama perkenankanlah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Asnawati Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci