KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV Kantor Bank Indonesia Palembang

2 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2011 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, Februari 2012 Ttd Didy Laksmono R. Pemimpin

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 2. DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... vii DAFTAR GRAFIK... ix INDIKATOR EKONOMI... xiii BAB 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan SUPLEMEN 1. MELAMBATNYA INDUSTRI PENGOLAHAN SEJALAN DENGAN MORATORIUM EKSPOR TIMAH Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa Jasa Sisi Permintaan Konsumsi SUPLEMEN 2. TINGGINYA PERTUMBUHAN EKONOMI DORONG OPTIMISME KONSUMEN Investasi Ekspor dan Impor... 23

5 Daftar Isi BAB 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Disagregasi Inflasi BAB 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Perkembangan Perbankan Daerah Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Kualitas Kredit/Pembiayaan Rentabilitas Perbankan Kelonggaran Tarik Risiko Likuiditas Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Penyediaan Uang Layak Edar SUPLEMEN 3. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL DI BANGKA BELITUNG; KOMODITAS TIMAH BERPENGARUH POSITIF BAB 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah BAB 5. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Kondisi Ketenagakerjaan iv

6 Daftar Isi 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Kemiskinan SUPLEMEN 4. UMP BANGKA BELITUNG NAIK 8,4% BAB 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi v

7 Daftar Isi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank vi

8 3. DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%)... 8 Tabel 1.2 Pertumbuhan Triwulanan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%)... 9 Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 1.4 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan IV Tabel 3.5 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Tabel 5.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ( ) Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah dan Komponen Tabel 5.6 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Tabel 6.2 Rata-Rata Tinggi Gelombang... 70

9 Daftar Tabel Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank viii

10 4. DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung... 7 Grafik 1.2 Pertumbuhan Tahunan Kumulatif... 7 Grafik 1.3 Survei Konsumen Pangkalpinang... 8 Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen Bangka Belitung... 8 Grafik 1.5 Curah Hujan Bangka Belitung... 9 Grafik 1.6 Subsektor Pertanian... 9 Grafik 1.7 Subsektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.8 Produksi Minyak Bumi Grafik 1.9 Indeks Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang Grafik 1.10 Subsektor Industri Pengolahan Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Grafik 1.13 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Grafik 1.14 Jumlah Wisatawan Grafik 1.15 Arus Penumpang Grafik 1.16 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.17 Indikator Pertumbuhan Investasi Grafik 1.18 Net Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.19 Indikator Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.20 Indikator Impor Bangka Belitung Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang dan Nasional Grafik 2.2 Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun Grafik 2.3 Inflasi Tahunan dan Bulanan 2011dibandingkan Historis Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Grafik 2.5 Inflasi Umum Bulanan dan Disagregasi Inflasi Bulanan Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi tahunan dibandingkan Historis Grafik 2.7 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dibandingkan Historis Grafik 2.8 Perkembangan Curah Hujan Grafik 2.9 Perkembangan Tinggi Gelombang Grafik 2.10 Perkembangan Harga Kedelai... 32

11 Daftar Grafik Grafik 2.11 Perkembangan Harga Terigu Grafik 2.12 Perkembangan Harga Beras Grafik 2.13 Perkembangan FAO Food Price Index Grafik 2.14 Perkembangan Core Food Inflation dan Core Non Food Inflation Grafik 2.15 Perkembangan Core Tradable Inflation dan Core Non Tradable Inflation Grafik 2.16 Perkembangan Ekspektasi Kenaikan Harga Grafik 2.17 Perkembangan Output Gap Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Komoditas Administered Prices Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan IV 2011 di Bangka Belitung Grafik 3.5 Andil Pertumbuhan DPK Tahunan di Bangka Belitung (%) Grafik 3.6 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.8 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.9 Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan di Bangka Belitung (%) Grafik 3.10 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan IV 2011 Berdasarkan Wilayah Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung Grafik Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.14 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.16 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung Grafik 3.17 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik 3.18 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 3.19 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.20 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Grafik 4.1 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah x

12 Daftar Grafik Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah (Miliar Rp) Grafik 4.3 Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Grafik 4.4 Realisasi Belanja Daerah (Miliar Rp) Grafik 4.5 Persentase Realisasi Belanja Daerah Grafik 4.6 Anggaran Pendapatan Daerah Grafik 4.7 Anggaran Belanja Daerah Grafik 5.1 Perkembangan TPAK dan TPT Grafik 5.2 TPAK di Kabupaten/Kota Agustus Grafik 5.3 TPT di Kabupaten/Kota Agustus Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.5 NTP, Inflasi Pedesaan, dam Inflasi IHK Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.7 NTP Kelompok Barang Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Grafik 6.2 Perkiraan Inflasi Triwulan I Grafik 6.3 Indeks Ekspektasi Harga Grafik 6.4 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama xi

13 Daftar Grafik Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xii

14 5. INDIKATOR EKONOMI *) Sumber : BPS Bangka Belitung **) Data Perbankan triwulan IV 2011 sampai dengan November 2011

15 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xiv

16 IV/11 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Perekonomian Bangka Belitung pada triwulan IV 2011 tetap tumbuh tinggi meski melambat. Pertumbuhan ekonomi melambat, akibat turunnya sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Sementara itu, dari sisi permintaan penurunan disumbang oleh kontraksi ekspor akibat moratorium ekspor timah. Meskipun demikian pertumbuhan ekonomi tetap tumbuh tinggi didukung sektor pertanian dan dari sisi permintaan dari konsumsi masyarakat dan investasi. Inflasi turun karena terjaganya pasokan barang dan jasa. Perbankan mengalami pertumbuhan kinerja tanpa dibarengi dengan meningkatnya risiko kredit. Percepatan perkembangan ekonomi berdampak pada peningkatan kesejahteraan. Secara kumulatif tahun 2011, perekonomian terakselerasi. Faktor utama pendorong perekonomian di tahun 2011 adalah investasi dan konsumsi rumah tangga, sementara dari sisi penawaran sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Inflasi turun karena terjaganya pasokan barang dan jasa. Inflasi tahunan volatile foods dan inti 2011 turun tajam dibanding tahun sebelumnya. Sementara kelompok administered prices tidak mengalami perubahan. Pada triwulan I 2012, pertumbuhan ekonomi ditopang oleh ekspor. Ekspor meningkat sejalan dengan menguatnya harga timah serta telah dibukanya pasar timah internasional di Indonesia. Hal ini akan mendorong permintaan domestik. Di sisi lain, peran fiskal masih kurang berdampak pada perekonomian di awal tahun. Inflasi mulai meningkat karena risiko ekspektasi terkait BBM, meskipun kondisi tekanan sisi permintaan maupun penawaran masih terkendali.

17 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Bangka Belitung di triwulan IV 2011 melambat. Pertumbuhan tahunan triwulan IV 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya dari 7,2% (yoy) menjadi 5,8% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan triwulanannya juga terkontraksi 0,03% (qtq). Sementara pertumbuhan triwulanannya dengan mengabaikan faktor musiman tumbuh melambat dari 1,4% (qtq, sa) di triwulan III menjadi 1,2% (qtq, sa). Perlambatan ini terkonfirmasi dari Indeks Tendensi Konsumen yang menurun dari 110,69 di triwulan III menjadi 108,32. Meskipun demikian pertumbuhan tahunan triwulan IV berada di atas rata-rata historis pertumbuhan ekonomi tahunan sepanjang lima tahun terakhir yakni 5,0%. Kinerja sektoral di triwulan IV 2011 melambat, terutama akibat turunnya sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan dampak pada sektor sekunder dan tersier. Adanya moratorium ekspor timah di triwulan IV membuat kinerja sektor pertambangan dan penggalian menurun. Sebaliknya, sektor pertanian tetap tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya. Perlambatan ekonomi triwulan IV terbesar didorong oleh turunnya ekspor. Ekspor di triwulan IV 2011 terkontraksi 4,4% (yoy), yang menyebabkan net ekspor bernilai negatif. Di sisi lain secara kumulatif, perekonomian Bangka Belitung naik dibanding tahun Secara kumulatif pada tahun 2011 pertumbuhan tahunan perekonomian Bangka Belitung naik dari 6,4% (yoy) menjadi 5,9% (yoy). Selain itu juga capaian ini di atas rataratanya selama lima tahun terakhir sebesar 5,00% (yoy). Faktor utama pendorong perekonomian di tahun 2011 adalah investasi dan konsumsi rumah tangga, sementara dari sisi penawaran sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Inflasi tahunan kota Pangkalpinang triwulan IV 2011 melambat. Inflasi triwulan IV 2011 tercatat 5,00% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 8,83% (yoy). Realisasi inflasi 2011 ini juga lebih rendah dibanding 2010 sebesar 9,36% (yoy). Pencapaian ini juga jauh di bawah rata-rata inflasi akhir tahun lima tahun terakhir sebesar 7,51%. Laju inflasi yang lebih rendah ini juga terjadi di seluruh komponen disagregasinya baik kelompok inti, volatile foods, dan administered prices. Melambatnya inflasi 2011 dibanding 2010 terutama dipengaruhi oleh kecukupan pangan dan stabilisasi harga pangan serta adanya kebijakan fiskal dalam menambah subsidi energi menyebabkan minimalnya tekanan inflasi pada administered prices. 2

18 Ringkasan Eksekutif Penghimpunan DPK dan aset di Bangka Belitung menurun, seiring dengan moratorium ekspor timah. Meskipun demikian penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan tajam dengan tidak disertai dengan kenaikan NPL. Penurunan DPK dibarengi dengan peningkatan tajam penyaluran kredit/pembiayaan secara triwulanan telah menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) naik tajam dari sebesar 60,91% pada triwulan III menjadi sebesar 78,52% pada triwulan IV Angka LDR tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun Sistem pembayaran tunai dan non tunai di Bangka Belitung triwulan IV 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya hal ini sejalan dengan melemahnya perekonomian. Pertumbuhan tahunan pembayaran non tunai baik RTGS maupun kliring turun dibanding triwulan sebelumnya. Sistem pembayaran tunai yang tercermin dari kegiatan kas titipan di Pangkalpinang, pertumbuhan tahunan netoutflow tercatat turun. Persentase realisasi APBD 2011 di atas rata-rata empat tahun terakhir. Pendapatan daerah terealisasi di atas 100%, sementara belanja daerah sebesar 89,48%. Pertumbuhan tahunan anggaran belanja dan pendapatan daerah tahun 2012 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan belanja daerah 2012 masih bergantung dari pemerintah pusat. Serta persentase anggaran belanja modal 2012 turun dibanding tahun Tingkat kesejahteraan petani menurun tercermin dari perlambatan pertumbuhan tahunan NTP. Di sisi lain, tingkat kemiskinan turun namun dengan peningkatan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Bangka Belitung tahun 2012 sebesar 8,40% (yoy) atau lebih rendah dibanding dengan kenaikan tahun lalu sebesar 12,53%. Perekonomian dunia di tahun 2012 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun IMF dalam World Economic Outlook (WEO) bulan Januari 2012, merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia tahunan dari 4,0% pada WEO bulan September 2011 menjadi 3,3%. IMF merevisi turun pertumbuhan tahun 2012 di negara maju dan negara berkembang. Perekonomian Indonesia di akhir tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh pada level yang tinggi, diperkirakan pada tahun 2011 tumbuh pada kisaran 6,3-6,7% (yoy). Perekonomian Indonesia didorong oleh kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tumbuh tinggi meskipun melambat. Kinerja ekspor yang tetap positif akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga akan meningkatkan 3

19 Ringkasan Eksekutif konsumsi. Pada akhirnya peningkatan ekspor dan konsumsi dapat mendorong kinerja investasi. Peningkatan investasi juga didorong sentimen positif pencapaian layak investasi (investment grade) setelah Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia menjadi BBB- dari BB+ dengan prospek yang stabil. Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan I 2012 diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan I 2012 akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% atau secara triwulanan 0,05 ± 1%. Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi akan menguat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 1,5 ± 0,5% (qtq,sa) dari sebelumnya sebesar 1,2% (qtq,sa) Perekonomian triwulan I 2012 akan ditopang oleh sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian. Kinerja sektor pertanian diperkirakan sedikit naik, dimana semua subsektor sebagai komponennya juga diperkirakan menguat didukung dengan kondusifnya cuaca. Sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan diperkirakan naik sejalan dengan menguatnya harga timah, dibukanya kembali keran ekspor, serta dibukanya pasar timah internasional di Indonesia. Ekspor Bangka Belitung naik akibat membaiknya perkembangan komoditas unggulan timah. Peningkatan didukung oleh harga yang terus menguat dan produksi yang sedikit naik terkait rendahnya curah hujan. Membaiknya ekspor diikuti oleh konsumsi rumah tangga yang naik. Sementara itu pengeluaran pemerintah dan investasi diperkirakan tidak mengalami perubahan yang signifikan. Inflasi tahunan pada triwulan I 2012 diperkirakan akan meningkat pada kisaran 6,47±0,5% (yoy) setelah pada triwulan IV 2011 berada pada tingkat 5,00% (yoy). Perkiraan tersebut berada di atas rata-rata historis inflasi triwulan I sepanjang lima tahun terakhir sebesar 7,39% (yoy). Harga volatile food (VF) diperkirakan meningkat kembali. Perairan yang kurang kondusif memberi tekanan pada inflasi. Tekanan inflasi dari sisi permintaan akan mengalami penguatan. Variasi inflasi inti pada triwulan I 2012 akan tetap dipengaruhi volatilitas harga emas. Selain itu juga terdapat kemungkinan kenaikan administered prices yang turut membuat ekspektasi masyarakat terhadap kenaikan harga. 4

20 Bab 1 1. PE ERKEMBANGANN EKONOMI MAKRO REGIONAL Perekonomiann Bangka Belitung di triwulan IV 2011 tetap tumbuh tinggi namun melambat. Perlambatan terutama akibat turunnya sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan dampak pada sektor sekunder dan tersier. Sementara dari sisi permintaan, ekspor kembali terkontraksi. Perekonomiann kumulatif tahun 2011, naik dibanding tahun Faktor utama pendorong perekonomian di tahun 2011 adalah investasi dan konsumsi rumah tangga, sementara dari sektoral sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Pertumbuhan perekonomian Bangka Belitung di triwulan IV 2011 melambat. Pertumbuhan tahunan triwulan IV 2011 melambat dari 7,,2% (yoy) menjadi 5,8% (yoy), sejalan dengan pertumbuhan triwulanannya juga terkontraksi 0,03% (qtq). Sementara pertumbuhan triwulanannya dengan mengabaikan faktor musiman tumbuh melambat dari 1,4% (qtq, sa) di triwulan III menjadi 1,2% (qtq, sa) ). Perlambatan ini terkonfirmasi dari Indeks Tendensi Konsumen BPS Bangka Belitung yang menurun dari 110, 69 di triwulan III menjadi 108,32. Meskipun demikian pertumbuhan tahunan triwulan IV berada di atas rata-rata historis pertumbuhan ekonomi tahunan sepanjang lima tahun terakhir yakni 5, 0%. Grafik 1.1 PDRB Nominal dan Pertumbuhan Ekonomi (%) Bangka Belitung Grafik 1.2 Pertumbuhan Tahunan Kumulatif Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangkaa Belitung

21 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Di sisi lain secara kumulatif, perekonomian Bangka Belitung naik dibanding tahun Secara kumulatif pada tahun 2011 pertumbuhan tahunan perekonomian Bangka Belitung naik dari 5,9% (yoy) menjadi 6,4% (yoy). Selain itu, capaian ini di atas rata-ratanya selama lima tahun terakhir sebesar 5,00% (yoy). Faktor utama pendorong perekonomian di tahun 2011 adalah investasi dan konsumsi rumah tangga, sementara dari sisi penawaran, sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian. Grafik 1.3 Survei Konsumen Pangkalpinang Grafik 1.4 Indeks Tendensi Konsumen Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 1.1 Sisi Penawaran Kinerja sektoral di triwulan IV 2011 melambat, terutama akibat turunnya sektor pertambangan dan penggalian yang memberikan dampak pada sektor sekunder dan tersier. Adanya moratorium ekspor timah di triwulan IV membuat kinerja sektor pertambangan dan penggalian menurun. Sebaliknya sektor pertanian tetap tumbuh menguat dibanding triwulan sebelumnya. Tabel 1.1 Pertumbuhan Tahunan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Meskipun di triwulan IV 2011 hampir semua sektor mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan, secara kumulatif tahun 2011 hanya beberapa sektor yang melambat seperti sektor pertanian, sektor industri pengolahan, serta sektor keuangan, 8

22 Perkembangan Ekonomi Makro Regional persewaan, dan jasa perusahaan. Tiga sektor penopang sumber pertumbuhan terbesar di tahun 2011 adalah sektor pertanian sebesar 1,5%, sektor industri pengolahan sebesar 1,4% dan sektor perdagangan, hotel dan restoran sebesar 1,2%. Tabel 1.2 Pertumbuhan Triwulanan Sektor Ekonomi Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor Pertanian Sektor pertanian tumbuh menguat mencapai 6,6% (yoy), dibanding triwulan sebelumnya hanya tumbuh 4,7% (yoy). Subsektor yang menyumbang paling besar terhadap pertumbuhan adalah subsektor perkebunan diikuti tanaman bahan makanan. Subsektor perkebunan naik dari 3,5% (yoy) menjadi 6,9% (yoy). Sementara subsektor tanaman bahan makanan naik menjadi 14,5% (yoy). Pada tahun 2011, sektor pertanian memberikan sumbangan yang besar terhadap pertumbuhan Bangka Belitung. Didorong oleh membaiknya kondisi cuaca di tahun 2011 dibanding tahun 2010 sehingga meningkatkan produksi. Selain itu harga komoditas unggulan Bangka Belitung seperti lada, CPO, dan karet di tahun 2011 lebih tinggi dibanding tahun Grafik 1.5 Curah Hujan Bangka Belitung Grafik 1.6 Subsektor Pertanian Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Sumber : BPS Bangka Belitung 9

23 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Pertambangan dan Penggaliann Sektor pertambangan dan penggalian di triwulan IV 2011 tumbuh melambat menjadi 2,6% (yoy) dari triwulan sebelumnya tumbuh 5,7% (yoy). Subsektor minyak dan gas bumi terkontraksi sebesar 4,3% (yoy), terkonfirmasi dari penurunann lifting minyak bumi mencapai 70,89% (yoy). Sementara itu, subsektor pertambangan tanpaa migas hanya tumbuh tipis 0,4% (yoy) setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 4,5% (yoy). Melambatnya pertumbuhan subsektor pertambangan tanpa migas sejalan dengan adanya penghentian sementara ekspor timah dimulai bulan Oktober Pertumbuhan kumulatif sektor pertambangan dan penggalian 2011 naik dibanding 2010, dari 0,7% (yoy) menjadi 3,8% (yoy) atau berada di atas ata-rata historisnya 1,0% %. Pertumbuhan terbesar dicatat oleh subsektor penggalian dari 3,9% (yoy) menjadi 12,9% (yoy). Penguatan ini didukung oleh membaiknya produksi dan harga komoditas dibanding tahun 2010, meskipun di triwulan IV terjadi penurunan. Sampai dengan triwulan III 2011, produksi timah naik 3,84% (yoy). Grafik 1.7 Subsektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.8 Produksi Minyak Bumi Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sektor Industri Pengolahan Sektor industri pengolahan terkontraksi 0,5% di triwulan IV setelah sebelumnya tumbuh 3,8% (yoy). Realisasi ini jauh berada di bawah rata-rata historisnya yang biasanya tumbuh 3, 5% (yoy) di triwulan IV. Turunnya sektor ini didorong oleh kontraksi subsektor yang menjadi penopang yaitu subsektor logam dasar besi dan baja, yang turun 2,4% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari indeks pertumbuhan produksi industri besar dan sedang sektor barang galian bukan logam yang terkontraksi 9,74% (yoy). 10

24 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Penurunan ini sejalan dengan adanya moratorium ekspor timah yang mengakibatkan beberapa pelaku usaha menghentikan atau mengurangi produksinya. Grafik 1.9 Indeks Pertumbuhan Produksi Industri Besar dan Sedang Sumber : BPS Bangka Belitung Secara kumulatif tahun 2011 sektor industri pengolahan sedikit melambat. Di tahun 2011 tumbuh 3,0% (yoy) atau lebih rendah dibanding tahun 2010 sebesar 3,7% (yoy) maupun rata-rata historisnya yang tumbuh 3,5%. Penurunan terbesar terjadi di subsektor makanan, minuman, dan tembakau dari 12,5% (yoy) menjadi 4,3% (yoy). Namun diimbangi dengan pertumbuhan subsektor logam dasar yang pada tahun 2010 terkontraksi 0,2% (yoy) di tahun 2011 sudah tumbuh 2,2% (yoy). Grafik 1.10 Subsektor Industri Pengolahan Sumber : BPS Bangka Belitung 11

25 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 MELAMBATNYA INDUSTRI PENGOLAHAN SEJALAN DENGAN MORATORIUM EKSPOR TIMAH 1 Kondisi dunia usaha di Bangka Belitung melambat, khususnya pada sektor pertambangan dan industri pengolahan, sejalan dengan penghentian sementara ekspor timah. Penghentian ekspor merupakan kesepakatan pengusaha timah sebagai upaya menaikkan harga timah di pasar internasional yang terus turun sampai menyentuh level kisaran US$19.000/metric ton, ditenggarai hal ini karena permainan pasar. Ekspor batangan timah untuk pasar spot mulai dari I Oktober 2011 dihentikan sampai akhir tahun atau menunggu harga timah mencapai US$25.000/metric ton. Merespon penurunan harga timah yang dinilai tidak wajar oleh pelaku usaha, dibentuk bursa timah di Indonesia yang selama ini timah produksi Indonesia diperdagangkan di Kuala Lumpur dan London. Dimulai tanggal 1 Februari 2012 Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) bersama dengan Komite Timah berhasil meluncurkan pasar timah internasional di Indonesia, dengan kode INATIN. Penurunan subsektor pertambangan dan penggalian juga berimbas pada sektor lain, seperti sektor perdagangan, hotel, dan restoran serta sektor pertanian khusunya subsektor perkebunan. Melambatnya subsektor perkebunan khususnya komoditas ekspor akibat tidak tersedianya kapal untuk mengangkut hasil eskpor akibat adanya penghentian ekspor timah. Selain itu juga harga crumb rubber dan karet di pasar internasional pada triwulan IV berada pada tren menurun. Penurunan harga ini diperparah dengan naiknya curah hujan dibanding triwulan sebelumnya yang menyebabkan turunnya harga jual bahan olah karet ditingkat petani akibat tingginya kadar air. Beberapa catatan penting untuk pengembangan usaha ke depan adalah: (1) Pembiayaan perbankan telah dimanfaatkan untuk membiayai modal kerja maupun investasi namun suku bunga yang dikenakan masih dianggap terlalu tinggi. (2) Permasalahan infrastruktur seperti rendahnya kapasitas pelabuhan, serta (3) Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia No.19/M-DAG/PER/2007 tanggal 30 April 2007 Tentang Perdagangan Bijih Timah Antar Pulau yang dinilai merugikan daerah yang memiliki tambang timah, karena rawan penyelundupan. 1 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai langsung pelaku usaha. 12

26 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor listrik, gas, dan air masih berada pada tren melambat, tumbuh 11,2% (yoy) di triwulan IV setelah tumbuh 16,6% (yoy) di triwulan III. Sejalan dengan perlambatan ini, subsektor listrik juga tumbuh melambat dari 16,8% (yoy) di triwulan III menjadi 11,2% (yoy). Sementara itu, subsektor air bersih tumbuh menguat dari 7,4% (yoy) menjadi 14,4% (yoy). Meskipun beradaa dalam trend perlambatan, secara kumulatif tahunan sektor listrik, gas, dan air bersih tumbuh menguat dibanding tahun Hal ini sejalan dengan naiknya pertumbuhan tahunan penjualan listrik dari 14,53% (yoy) di tahun menjadi 25,17% (yoy) di tahun Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan dan Air Sumber : PLN Wilayah Bangkaa Belitung, diolah Sumber : Asosiasi Semen Indonesia, diolah Sektor Bangunan Sektor bangunan tetap tumbuh tinggi di triwulan IV 2011 yaitu 12,3% (yoy) atau yang tertinggi dibanding sektor lain. Tingginya pertumbuhan sektor ini terkait faktor musiman, pada akhir tahun biasanya baik pihak swasta maupun pemerintah memenuhi tenggat waktu penyelesaian proyek yang biasanya akhir tahun. Salah satu proyek yang diselesaikan pemerintah daerah adalah pembangunan Rumah Sakit Bangka Belitung. Secara kumulatif tahun 2011 sektor bangunan tumbuh 13,4% (yoy), naik tajam dibanding tahun 2010 sebesar 9,5% (yoy). Selain itu, capaian ini juga berada di atas rata- tahunan konsumsi semen dibanding tahun rata historisnya sebesar 10,7% (yoy). Hal ini terkonfirmasi dari naiknya pertumbuhan

27 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor ini tetap tumbuh tinggi sebesar 8,5% (yoy) meskipun sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya 9,8% (yoy). Semua subsektor penyusunnya tumbuh pada level yang tinggi, dimana subsektor hotel yang tumbuh dengan level yang paling tinggi yaitu 12,8% (yoy). Liburan akhir tahun dan natal merupakan momentumm yang dapat meningkatkan subsektor hotel. Rata-rata tingkat penghunian hotel naik dibanding triwulan sebelumnya. Subsektor perdagangan besar dan eceran tumbuh melambat dari 9,8% (yoy) menjadi 8,5% (yoy), hal ini sejalan dengan sedikit melemahnya optimisme konsumen Survei Konsumen BI Palembang dalam pembelian barang tahan lamaa meski demikian masih berada pada level optimis. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran merupakan salah satu sektor penopang pertumbuhan di tahun Tumbuh menguat dari 6,9% (yoy) di tahun menjadi 9,3% (yoy) dengan share terhadap total perekonomian sebesar 20,03%. Penguatan ini didukung oleh membaiknya kondisi perairan dibanding tahun sebelumnya dan relatif terjaganya daya beli masyarakat meski di akhir tahun terindikasi menurun. Arus bongkar di pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan Bangka Belitung naik dibanding tahun sebelumnya. Grafik 1.13 Arus Bongkar Muat Pelabuhan Bangka Belitung Grafik 1.14 Jumlah Wisatawan Sumber : BPS Bangkaa Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Sektor Pengangkutan dan Komunikasii Sektor pengangkutan dan komunikasi tetap tumbuh tinggi sebesar 9,8% (yoy) di triwulan IV meski melambat dibanding triwulan sebelumnya 11,3% (yoy). Subsektor pengangkutan meski tetap tumbuh tinggi namun sedikit melambat dari 12,0% (yoy) di 14

28 Perkembangan Ekonomi Makro Regional triwulan III menjadi 10,2% (yoy). Semua komponen penyusunnya mengalami perlambatan, dimana perlambatan terbesar pada angkutan laut, sejalan dengan tingginya gelombang laut di triwulan IV. Sementara subsektor komunikasi naik dari 7,2% (yoy) menjadi 7,8% (yoy). Pertumbuhan kumulatif tahunan sektor pengangkutan dan komunikasi tahun 2011 naik dibanding tahun sebelumnya dari 7,6% (yoy) menjadi 9,4% (yoy). Membaiknya kinerja sektor ini di tahun 2011didukung oleh subsektor pengangkutan yang naik dari 7,0% (yoy) menjadi 9,5% (yoy). Angkutan jalan raya meningkat tajam dari 2,9% (yoy) menjadi 8,1% (yoy) di tahun Hal ini sejalan dengan telah diselesaikannya beberapa infrastruktur seperti jalan lingkar timur, jembatan Baturusa II dan Baturusa III. Selain itu angkutan laut juga meningkat yang tercermin dari pertumbuhan tahunan jumlah penumpang melalui udara dan laut naik tajam dibanding tahun 2010, dari 7,59% (yoy) menjadi 20,31% (yoy). Kenaikan ini juga dipengaruhi adanya beberapa kegiatan baik skala nasional maupun internasional seperti Sail Belitung Wakatobi. Grafik 1.15 Arus Penumpang Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam, Tanjungpandan dan PT Angkasa Pura, diolah Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, tetap tumbuh sebesar 8,7% (yoy). Hanya dua subsektor yang menguat sementara sisanya mengalami perlambatan. Subsektor bank naik dari 1,7% (yoy) menjadi 2,4% (yoy), sementara subsektor sewa bangunan naik dari 9,1% (yoy) menjadi 9,5% (yoy). Membaiknya kinerja subsektor sewa bangunan sayangnya juga diikuti dengan naiknya inflasi komoditas sewa rumah. 15

29 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sama halnya dengan perkembangan di triwulan IV, secara kumulatif di tahun 2011 sektor keuangan, persewaan dan jasa tidak berubah secara signifikan. Pada tahun 2010 tumbuh 9,3% (yoy) sementara di tahun 2011 tumbuh 9,0% (yoy). Capaian di tahun 2011 ini juga berada di atas rata-rata pertumbuhannya selama lima tahun terakhir 7,7% (yoy) Sektor Jasa Jasa Sektor jasa-jasa tumbuh sedikit melambat namun tetap pada level yang tinggi yaitu dari 11,9% (yoy) di triwulan III menjadi 10,8% (yoy) di triwulan IV, dengan subsektor yang memberikan kontribusi terbesar adalah subsektor pemerintahan umum. Subsektor pemerintahan umum tumbuh dengan level yang tinggi sebesar 10,7% (yoy), dimana semua komponen pembentuknya juga tumbuh pada level yang tinggi yaitu administrasi pemerintahan umum dan jasa pemerintahan lainnya masing-masing tumbuh mencapai 9,6% (yoy) dan 13,9% (yoy). Sama halnya dengan subsektor pemerintahan umum, subsektor swasta juga tumbuh pada level yang tinggi yaitu 10,8% (yoy). Seluruh komponennya juga tumbuh pada level tinggi, yaitu (i) sosial kemasyarakatan tumbuh 8,6% (yoy), (ii) hiburan dan rekreasi tumbuh 11,6% (yoy), dan (iii) perorangan dan rumah tangga tumbuh 11,6% (yoy). Pertumbuhan kumulatif tahunan sektor jasa-jasa di tahun 2011 tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan kumulatif tahunan tahun 2011 sebesar 10,3% (yoy) sementara tahun 2010 sebesar 10,2% (yoy). Pertumbuhan di tahun 2011 ini di atas rata-rata historisnya sepanjang lima tahun terakhir sebesar 9,4% (yoy). 16

30 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2 Sisi Permintaan Perlambatan ekonomi triwulan IV terbesar didorong oleh turunnya ekspor. Ekspor di triwulan IV 2011 terkontraksi 4,4% (yoy), yang menyebabkan net ekspor bernilai negatif. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2011 masih ditopang oleh permintaan domestik, yaitu investasi dan konsumsi rumah tangga yang masing-masing berkontribusi sebesar 53,18% dan 31,32%. Sebaliknya permintaan luar negeri, yang dicerminkan oleh kinerja ekspor, justru berkontribusi negatif terhadap perekonomian. Sama dengan pertumbuhan triwulan IV, secara kumulatif perekonomian Bangka Belitung tahun 2011 juga ditopang oleh permintaan domestik mencapai 89,99%. Sementara andil terbesar pada pertumbuhan kumulatif tahunan tahun 2011 berada pada konsumsi rumah tangga dan investasi. Investasi mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi baik di triwulan IV 2011 maupun tahun 2011, diikuti oleh konsumsi pemerintah dan konsumsi rumah tangga. Sementara itu ekspor barang dan jasa terkontraksi di triwulan IV Tabel 1.3 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Tabel 1.4 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung 17

31 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Konsumsi Konsumsi tumbuh meningkat dibanding triwulan sebelumnya yaitu dari 6,3% (yoy) menjadi 7,5% (yoy). Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor pemerintah diikuti oleh rumah tangga. Konsumsi sektor pemerintah tumbuh 7,,7% (yoy) sedikit naik dibanding triwulan sebelumnya 7,6% (yoy). Di sisi lain, pertumbuhan konsumsi pemerintah secara kumulatif tahun 2011 tumbuh melambat dari 9,3% (yoy) di tahun 2010 menjadi 7,9% (yoy) di tahun Konsumsi rumah tangga naik dari 6,3% (yoy) menjadi 7,5% (yoy). Baik konsumsi makanan maupun non makanan tumbuh tinggi pada triwulan IV, masing-masing non makanan terkonfirmasi dari naiknya konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terjaganya optimisme masyarakat terhadap penghasilan saat ini, penggunaan listrik segmen rumah tumbuh 6,1% (yoy) dan 10,7% (yoy). Tingginya konsumsi rumah tangga tangga, dan konsumsi elpiji tabung 12 kg. Grafik 1.16 Indikator Pertumbuhan Konsumsi 18

32 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 TINGGINYA PERTUMBUHAN EKONOMI DORONG OPTIMISME KONSUMEN I. Perkembangan Indeks Keyakinan Konsumen 2 Triwulan IV 2011 Optimisme konsumen Pangkalpinang terhadap kondisi perekonomian selama triwulan IV 2011 berdasarkan Survei Konsumen 3 menguat dibanding triwulan sebelumnya. Rata-rata Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) pada periode laporan sebesar 128,33, naik dibandingkan dengan kondisi triwulan sebelumnya yang sebesar 126,11. Indeks Keyakinan Ekonomi Saat Ini (IKESI) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) sama-sama menguat. IKESI naik dari 118,44 menjadi 119,94. Sementara IEK menguat dari 133,78 menjadi 136,72. Grafik 1. IKK, IKESI, IEK Tahun Grafik 2. Pembentuk Keyakinan Konsumen Tahun Indeks Keyakinan Konsumen diperoleh dari Survei Konsumen. 3 Survei Konsumen merupakan survei bulanan yang dilaksanakan Bank Indonesia sejak April Di Kota Pangkalpinang survei dilaksanakan sejak tahun 2005 terhadap 200 rumah tangga setiap bulan sebagai responden (stratified random sampling). Pengumpulan data dilakukan secara langsung kepada responden secara rotated. Indeks dihitung dengan metode balance score (net balance + 100), sehingga jika indeks diatas 100 berarti optimis, sebaliknya dibawah 100 berarti pesimis. 19

33 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 3. Pembentuk Ekspektasi Konsumen Tahun Secara umum IKK selama periode laporan naik dibanding triwulan sebelumnya. Pada bulan Oktober tercatat sebesar 125,75, dengan IKESI dan IEK masing-masing 115,67 dan 135,83. Pada bulan November IKK naik menjadi sebesar 132,00 dengan IKESI dan IEK masingmasing sebesar 125,83 dan 138,17. Sementara itu, IKK pada bulan Desember tercatat sedikit turun menjadi sebesar 127,25 dengan IKESI dan IEK masing-masing sebesar 118,33 dan 136,17. Hampir seluruh pembentuk keyakinan konsumen saat ini mengalami penguatan optimisme dibanding triwulan sebelumnya. Optimisme konsumen Pangkalpinang terhadap penghasilan, ketersediaan lapangan kerja waktu pembelian barang tahan lama, optimisme konsumen menguat. Namun pada bulan Desember ketiga indeks tersebut sedikit melambat. Sama halnya dengan keyakinan konsumen, komponen pembentuk ekspektasi juga mengalami penguatan. Optimisme konsumen dalam memandang penghasilan enam bulan yang akan datang, ketersediaan lapangan kerja enam bulan yang akan datang, dan kondisi ekonomi enam bulan yang akan datang menguat. Namun pada bulan Desember ketiga indeks tersebut sedikit melambat. III. Profil Responden 3.1 Profil Responden Bulan Oktober 2011 Profil responden pada bulan Oktober 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Profil Responden Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan Oktober

34 Perkembangan Ekonomi Makro Regional 3.2 Profil Responden Bulan November 2011 Profil responden pada bulan November 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Profil Responden Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan November Profil Responden Bulan Desember 2011 Profil responden pada bulan Desember 2011 secara rinci dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Profil Responden Survei Konsumen Kota Pangkalpinang Periode Bulan Desember

35 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Investasi mempunyai andil yang besar dalam perekonomian baik di triwulan IV maupun tahun 2011 secara keseluruhan. Pertumbuhan tahunan investasi naik dari 9,1% (yoy) menjadi 10,3% (yoy). Berdasarkan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), investasi di triwulan IV tercatat sebanyak sepuluh proyek dengan nilai investasi US$8,88 juta. Peningkatan investasi di triwulan IV, sejalan dengan membaiknya kinerja sektor bangunan terkait telah selesainya beberapa proyek multi years pemerintah daerah. Selain itu, kenaikan ini sejalan dengan masih terjaganya optimisme masyarakat dalam memandang kegiatan usaha saat ini dibanding enam bulan yang lalu, selain itu indikator lain adalah meningkatnya impor barang modal sampai dengann bulan November Investasi naik tajam dibanding tahun Pertumbuhan tahunan investasi menguat dari 4,,1% (yoy) di tahun 2010 menjadi 9,1% (yoy). Capaian ini di atas ata-rata sepanjang lima tahun terakhir sebesar 5,1% (yoy). Realisasi investasi di Bangka Belitung berdasarkan BKPM sudah mencapai US$ 146,0 juta naik tajam dibanding 2010 yang hanya sebesar US$ 22 juta atau naik 563,63% (yoy). Grafik 1.17 Indikator Pertumbuhan Investasi Grafik Net Ekspor Bangka Belitung Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal Sumber : Bea Cukai 22

36 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ekspor dan Impor Ekspor terkontraksi sementara impor masih tumbuh. Pertumbuhan tahunan ekspor di triwulan IV 2011 turun 4,4% (yoy) sementara impor tumbuh 5,5% (yoy). Hal ini sejalan dengan data nilai ekspor dan impor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia periode September 2011 November 2011 yang tercatat masing-masing pertumbuhan tahunannya sebesar -40,43% (yoy) dan 43,01% (yoy). Pada periode tersebut tercatat net ekspor sebesar US$252,70 juta atau turun 42,87% (yoy). Secara triwulanan net ekspor turun lebih dalam lagi sebesar 66,31% (qtq). a. Ekspor Ekspor barang terkontraksi lebih dalam di triwulan IV. Pertumbuhan tahunan triwulan IV ekspor terkontraksi 4,4% (yoy) atau lebih dalam dibanding triwulan sebelumnya yang turun 0,4% (yoy). Ekspor dalam negeri terkontraksi 1,8% (yoy) atau lebih rendah dibanding luar negeri yang terkontraksi 5,1% (yoy). Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok SITC Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari bulan September 2011 sampai November 2011 tercatat sebesar US$271,18 juta, atau terkontraksi 40,44% secara tahunan (yoy) dan 64,73% secara triwulanan (qtq). Penyumbang penurunan terbesar adalah komoditas timah yang terkontraksi 45,46% (yoy). Hal ini sejalan dengan pemberlakuan moratorium ekspor timah. Pemberhentian sementara ekspor timah ini juga menyebabkan berkurangnya ekspor komoditas lain akibat tidak adanya kapal untuk mengangkut barang ekspor (lihat suplemen 1). Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura dengan pangsa 51,24%. Secara kumulatif tahun 2011, ekspor melambat dibanding Pertumbuhan tahunan ekspor di tahun 2011 sebesar 0,8% (yoy) sedikit melambat dari tahun sebelumnya 1,6% (yoy). Ekspor antar pulau melambat cukup besar dari 3,3% (yoy) menjadi 1,8% (yoy) sementara ekpor luar negeri melambat dari dari 1,2% (yoy) menjadi 0,5% (yoy). Hal ini sejalan dengan rendahnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung di akhir

37 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.19 Indikator Ekspor Bangka Belitung Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg b. Impor Impor tetap tumbuh tinggi meski sedikit melambat. Pertumbuhan tahunan impor sebesar 5,5% (yoy) di triwulan IV 2011 atau sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya 5,7% (yoy). Perlambatan terjadi pada impor luar negeri dan antar daerah yang melambat dari 5,7% (yoy) triwulan III menjadi 5,4% (yoy) triwulan IV. Sementara impor luar negeri tidak mengalami perubahan yang signifikan. 24

38 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Nilai impor non migas menurut kelompok SITC Bank Indonesia dari bulan September November 2011 tercatat sebesar US$18,48 juta. Impor didominasi oleh barang penunjang produksi seperti bahan bakar dan peralatan atau mesin. Secara kumulatif tahun 2011, impor barang menguat dari 1,1% (yoy) di tahun 2010 menjadi 3,9% (yoy). Kenaikan terjadi pada impor antar pulau dari 0,5% (yoy) menjadi 3,9% (yoy). Sementara impor luar negeri melambat dari 5,4% (yoy) menjadi 4,1% (yoy). Grafik 1.20 Indikator Impor Bangka Belitung 25

39 Perkembangan Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 26

40 Bab 2 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Pangkalpinang berada pada tren penurunan terkait dengan membaiknya pasokan barang 2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Inflasi tahunan kota Pangkalpinang triwulan IV 2011 melambat. Inflasi triwulan IV 2011 tercatat 5,00% (yoy) melambat dibanding triwulan sebelumnya 8,83% (yoy). Realisasi inflasi 2011 ini juga lebih rendah dibanding 2010 sebesar 9,36% (yoy). Inflasi 2011 berada dibawah perkiraan Bank Indonesia Palembang sebelumnya. Pencapaian ini juga jauh di bawah rata-rata inflasi akhir tahun lima tahun terakhir sebesar 7,51%. Laju inflasi yang lebih rendah ini juga terjadi di seluruh komponen disagregasinya baik kelompok inti, volatile foods, dan administered prices. Melambatnya inflasi 2011 dibanding 2010 terutama dipengaruhi oleh kecukupan pangan dan stabilisasi harga pangan serta adanya kebijakan fiskal dalam menambah subsidi energi menyebabkan minimalnya tekanan inflasi pada administered prices. Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang dan Nasional Sepanjang tahun 2011 inflasi tahunan Kota Pangkalpinang bergerak searah dengan inflasi Nasional, meskipun demikian masih tetap tercatat lebih tinggi deibanding inflasi Nasional. Sama halnya dengan inflasi tahunan, inflasi bulanan Pangkalpinang dan Nasional juga bergerak searah meski pergerakan inflasi bulanan Pangkalpinang lebih berfluktuatif.

41 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.2 Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Tahun 2011 Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Grafik 2..3 Inflasi Tahunan dan Bulanan 2011dibandingkan Historiss Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sepanjang tahun 2011 tercatat deflasi sebanyak empat kali dengan nilai lebih besar dibanding deflasi sepanjang lima tahun terakhir, deflasi terbesar terjadi di Maret yaitu 1,60% (mtm) diikuti November sebesar 1,19% (mtm). Sementara itu, inflasi bulanan tertinggi terjadi di Agustus sebesar 3,05% (mtm) terkait dengan perayaan Lebaran. 28

42 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 2.2 Disagregasi Inflasi 4 Berdasarkan sifatnya inflasi IHK dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : (i) inflasi inti yang dipengaruhi dari tekanan permintaan, (ii) volatile foods yang pergerakannya bergejolak, dan (iii) administered prices yang pergerakannya dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah Inflasi tahunan volatile foods dan administered prices 2011 turun tajam dibanding tahun sebelumnya. Sementara kelompok administered prices tidak mengalami perubahan. Selain itu, inflasi volatile foods jauh lebih rendah dibandingkan rataratanya selama tiga tahun yang sebesar 10,85%. Inflasi core dan administered prices juga lebih rendah dari nilai historisnya, yang secara rata-rata sebesar 5,06% dan 4,42% pada tiga tahun terakhir. Selain itu juga realisasi inflasi tahunan semua kelompok juga lebih rendah dibanding triwulan sebelumnya. Grafik 2.4 Inflasi Umum Tahunan dan Disagregasi Inflasi Tahunan Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 2.5 Inflasi Umum Bulanan dan Disagregasi Inflasi Bulanan Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah 4 Karena keterbatasan data, disagregasi inflasi dilakukan berdasarkan subkelompok barang. 29

43 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.6 Disagregasi Inflasi tahunan dibandingkan Historis Grafik 2.7 Inflasi Berdasarkan Kelompok Barang dibandingkan Historis Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Kelompok volatile foods tercatat nilai terendah sepanjang dua tahun terakhir yaitu deflasi 0,37% (yoy). Andil kelompok VF terhadap inflasi tahunan sebesar -0,11% atau turun tajam dibanding triwulan sebelumnya 2,69% dan tahun sebelumnya 5,11%. Kebijakan pemerintah daerah menjaga stabilisasi harga pangan difokuskan pada operasi pasar, sementara pemerintah pusat melalui impor beras yang dilakukan provinsi lain, sementara Bangka Belitung hanya mendapatkan beras impor tersebut dari daerah luar. Berdasarkan informasi Bulog pada tahun 2011 pengadaan beras Bulog Bangka Belitung sebanyak 7,99 ribu ton dan semuanya didatangkan dari luar Bangka Belitung diantaranya dari Palembang dan Jakarta. Andil subkelompok padi-padian, umbi-umbian, dan hasilhasilnya turun dari 1,32% di tahun 2010 menjadi 0,52% di tahun Pada awal tahun, panen raya mendorong deflasi cukup dalam untuk komoditas beras, namun menjelang akhir tahun seiring menipisnya pasokan, beras memberikan tekanan inflasi yang akseleratif. Untuk mengatasi hal ini pemerintah daerah melaksanakan operasi pasar dan penyaluran raskin hingga 13 kali dalam satu tahun. Operasi pasar di Bangka Belitung sepanjang tahun 2011 sebesar 727 ton atau naik tajam dibanding tahun 2010 sebesar 51 ton. Sama halnya dengan operasi pasar, penyaluran raskin juga naik dibanding tahun lalu dari 4,95 ribu ton menjadi 5,54 ribu ton atau naik 11,81%. Dengan langkah-langkah ini komoditas beras memberikan andil rata-rata 0,94% (mtm) sepanjang tahun Tekanan inflasi dari sisi penawaran menurun dibandingkan tahun sebelumnya utamanya disebabkan oleh cuaca yang lebih kondusif yang meningkatkan produksi dan pasokan barang. Kondusifnya cuaca meningkatkan produksi bahan makanan di Indonesia yang pada akhirnya meningkatkan pasokan barang 30

44 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang di Bangka Belitung, mengingat hampir 85% kebutuhan pangan Bangka Belitung dipenuhi dari luar. Selain itu juga kondusifnya perairan sekitar Bangka Belitung juga merupakan faktor yang dapat meningkatkan pasokan. Berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Pangkalpinang, rata-rata curah hujan di Pangkalpinang dan Belitung tahun 2011 lebih rendah dibanding tahun Selain itu berdasarkan data dari Stasiun Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kenten, rata-rata tinggi gelombang di Selat Bangka bagian Utara, Selat Bangka bagian Selatan, dan Selat Gelasa sepanjang tahun 2011 lebih rendah dibanding tahun Terjadi peningkatan curah hujan dan tinggi gelombang di Oktober Desember 2011, meskipun demikian tidak setinggi tahun sebelumnya. Andil subkelompok bumbu-bumbuan turun dari 0,88% di 2010 menjadi -0,28% di Produksi bawang dan cabai dalam negeri meningkat dibanding tahun 2010 selain itu juga didukung impor yang cukup signifikan. Komoditas seperti bawang merah, bawang putih, cabe merah, dan cabe rawit pada pertengahan tahun mengalami deflasi yang cukup besar. Bahkan komoditas cabe rawit terus mengalami deflasi sampai akhir tahun. Grafik 2.8 Perkembangan Curah Hujan Grafik 2.9 Perkembangan Tinggi Gelombang Sumber : Bulog Divre Sumsel Sumber : Bulog Divre Sumsel Beberapa harga komoditas pangan di pasar internasional akhir tahun 2011 menurun baik dibanding 2010 maupun dibanding triwulan sebelumnya kecuali beras. Harga kedelai sebesar USD 11,54/bushel, atau turun cukup dalam 14,32% (qtq) atau 5,02% (yoy). Kemudian, harga terigu turun 11,91% (qtq) atau 0,49% (yoy) menjadi USD 6,23/bushel. Harga beras akhir tahun 2011 mencapai USD 546,45/mt, naik 12,55% (qtq) atau 22,06% (yoy). Selain itu, FAO Food Price Index pada Desember 2011 sebesar 31

45 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 211, turun 14 poin dari posisi September 2011 yang sebesar 225 atau turun 12 pon dari Desember Grafik 2.10 Perkembangan Harga Kedelai Grafik Perkembangan Harga Terigu Sumber: Bloomberg, diolah Grafik 2.12 Perkembangan Harga Beras Sumber: Bloomberg, diolah Grafik 2.13 Perkembangan FAO Food Price Index Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: Food and Agriculture Organization, diolah Inflasi kelompokk inti akhir tahun 2011 turun tajam dibanding tahun sebelumnya dan triwulan sebelumnya. Inflasi inti akhir tahun 2011 tercatat sebesar 0,10% (yoy) turun tajam dibanding tahun sebelumnya 5,98% (yoy) ataupun triwulan sebelumnya 8,81% (yoy). Banyak subkelompok yang termasuk kelompok inti mengalami deflasi pada akhir tahun. Subkelompok biaya tempat tinggal memberikan andil deflasi terbesar yaitu 2,93% diikuti oleh subkelompok pendidikan 0,76%. Penurunan inflasi inti terbesar terjadi pada kelompok non food yang ditutup padaa level -9,16% (yoy) atau turun dari tahun sebelumnya sebesar 0,20% (yoy) dan triwulan sebelumnya 0,36% (yoy). Hal ini sejalan dengan menurunnya tekanan dari harga emas. Sementara itu, kelompok core food di akhir tahun tercatat 0,14% (yoy). 32

46 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.14 Perkembangan Core Food Inflation dan Core Non Food Inflation Grafik 2.15 Perkembangan Core Tradable Inflation dan Core Non Tradable Inflation Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Di sisi lain inflasi inti masih didorong oleh ekspektasi kenaikan harga oleh konsumen Pangkalpinang sepanjang tahun Ekspektasi kenaikan hargaa sedikit menurun di triwulan II 2011 kemudian naik di triwulan III dan di akhir tahun sedikit menurun. Penurunan ekspektasi inflasi di akhir tahun sejalan dengan melemahnya harga komoditas timah dan moratorium ekspor timah. Grafik 2.16 Perkembangan Ekspektasi Kenaikan Harga Grafik 2.17 Perkembangan Output Gap Outputt gap terindikasi positif. Secara teoretis, tekanan inflasi dari sisi permintaan secara langsung digambarkan oleh output gap, yakni persentase selisih antara output aktual (yang sudah disesuaikan secara musiman) dan output potensial. Hasil estimasi mengindikasikan bahwa terdapat kecenderungan masih rendahnya output gap pada triwulan I 2011, yang memberikan dampak terhadap inflasi tahunan pada triwulan IV Namun, kenaikan output gap sejak triwulan II 2011 mengindikasikann bahwa ke depan terdapat potensi tekanan inflasi yang lebih besar. 33

47 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Kelompok administered prices Grafik 2.18 Perkembangan Inflasi Bulanan Komoditas Administered Prices di akhir tahun 2011 menurun. Tercatat inflasi sebesar 5,20% (yoy), melambat dari tahun sebelumnya 5,58% (yoy) dan triwulan sebelumnya 7,85% (yoy) sejalan dengan tidak adanya implementasi kebijakan administered prices strategis. Peningkatan anggaran subsidi energi dari Rp 139,9 triliun di tahun 2010 menjadi Rp195,3 triliun di tahun 2011 diantaranya untuk peningkatan kuota BBM bersubsidi dari 38,5 juta kilo liter pada APBN 2011 menjadi 40,5 juta kilo liter pada APBNP 2011 senilai sekitar Rp33,8 triliun. Sejalan dengan hal tersebut pemerintah menunda implementasi kenaikan harga BBM bersubsidi maupun pembatasan BBM bersubsidi di tahun Selain itu juga kenaikan cukai rokok pada bulan Januari 2011 sebesar 5%, jauh lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 15%. 34

48 Bab 3 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH DAN SISTEM PEMBAYARAN Penyaluran kredit mengalami lonjakan tajam. Suku bunga simpanan menunjukkan penurunan, namun belum diikuti dengan penurunan suku bunga pinjaman. Sistem pembayaran tunai dan non tunai di Bangka Belitung triwulan IV 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya hal ini sejalan dengan melemahnya perekonomian. 3.1 Perkembangan Perbankan Daerah Secara umum, kinerja perbankan di Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Bangka Belitung pada triwulan IV 2011 (hingga bulan November) cukup baik. Walaupun DPK dan total aset mengalami penurunan dibandingkan triwulan sebelumnya, penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan tajam dengan tidak disertai dengan kenaikan NPL. Hal tersebut mengindikasikan semakin baiknya fungsi intermediasi perbankan. *Data sampai bulan November 2011 Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 15,23%(yoy) dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya, yaitu dari Rp9,23 triliun menjadi Rp10,64 triliun. Namun, terjadi penurunan secara triwulanan sebesar 7,06% (qtq). Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) meningkat sebesar 16,11% (yoy) dari Rp8,09 triliun menjadi Rp9,40 triliun, dan mengalami penurunan sebesar 5,74% (qtq) secara triwulanan. Di sisi lain, penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sangat tinggi sebesar 66,36% (yoy) dari Rp4,44 triliun menjadi Rp7,38 triliun, dan secara triwulanan meningkat pesat sebesar 21,51% (qtq). Penurunan DPK dibarengi dengan peningkatan tajam penyaluran kredit/pembiayaan secara triwulanan telah menyebabkan Loan to Deposit Ratio (LDR) naik tajam dari sebesar 60,91% pada triwulan III menjadi sebesar 78,52% pada triwulan IV Angka LDR tersebut merupakan yang tertinggi sejak tahun 2008.

49 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Jumlah bank yang beroperasi di Bangka Belitung sampai dengan November 2011 sebanyak 19 bank dengan jumlah kantor bank sebanyak 120 kantor yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR/S, 21 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 2 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 6 Kantor Cabang BPR/S, 68 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, 4 Kantor Cabang Bank Syariah, serta 16 Kantor Kas Bank Umum, dan 1 Kantor Kas BPR. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 101 unit. Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung * November Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) DPK mengalami peningkatan secara tahunan sebesar 16,11% (yoy). Tabungan tercatat meningkat dari Rp4,44 triliun menjadi sebesar Rp4,72 triliun atau sebesar 6,29%. Giro meningkat sebesar 23,69% menjadi Rp1,67 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp2,30 triliun menjadi Rp3,00 triliun atau meningkat sebesar 30,65%. Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan IV 2011 di Bangka Belitung *Data sampai bulan November 2011 *Data sampai bulan November

50 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 5,74% yang didorong oleh penurunan giro, tabungan, maupun deposito masing-masing sebesar 15,43%, 4,13% dan 2,03%. Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang berhasil dihimpun, tabungan masih tercatat dengan pangsa terbesar yaitu sebesar 50,26%, naik dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 49,41%. Sementara itu, pangsa giro dan deposito masing-masing sebesar 17,80% dan 31,94%. Sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang telah mengelompokkan wilayah Bangka Belitung menjadi 5 kabupaten dan 1 kota. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), pertumbuhan penghimpunan DPK Bangka Tengah tercatat paling tinggi yakni sebesar 188,17%, sekaligus memberikan andil terbesar pertumbuhan tahunan yaitu sebesar 6,71%. Secara triwulanan, hanya DPK di wilayah Belitung Timur yang mengalami peningkatan, yaitu sebesar 4,33%. Penurunan DPK terbesar secara triwulanan terjadi di Kota Pangkalpinang, yaitu sebesar 7,71% yang sekaligus memberikan andil terbesar terhadap penurunan DPK secara triwulanan yaitu sebesar 4,54%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Pangkalpinang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 58,88%, disusul berturut-turut oleh Bangka dan Belitung masing-masing sebesar 20,20% dan 11,40%. Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah IV I II III IV* Kab. Bangka 1,427 1,783 1,900 1,985 1,898 Kab. Belitung 896 1,012 1,002 1,086 1,072 Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Tengah Kab. Belitung Timur Kota Pangkalpinang 5,344 5,500 5,985 5,996 5,533 Bangka Belitung 8,093 8,981 9,665 9,969 9,397 *Data sampai bulan November

51 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.5 Andil Pertumbuhan DPK Tahunan di Bangka Belitung (%) *Data sampai bulan November Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 66,36% dari tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp4,44 triliun menjadi Rp7,38 triliun. Penyaluran kredit yang termasuk kelompok lapangan usaha tumbuh 69,18% menjadi Rp4,92 triliun, lebih cepat dibandingkan penyaluran kredit kelompok bukan lapangan usaha yang mencatat pertumbuhan 60,98%. Pertumbuhan kredit kelompok lapangan usaha memberikan andil 46,17% terhadap pertumbuhan kredit secara tahunan, lebih besar dibandingkan andil kelompok bukan lapangan usaha yang sebesar 20,29%. Pada kelompok kredit lapangan usaha, peningkatan tertinggi terjadi pada kredit sektor keuangan, real estate, jasa perusahaan serta kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan masing-masing sebesar 774,37% dan 726,00%. Andil terbesar diberikan pula oleh pertumbuhan kredit sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu sebesar 63,70%. Pada kelompok kredit kepada bukan lapangan usaha, kredit untuk flat dan apartemen mencatat pertumbuhan tahunan tertinggi yaitu sebesar 250,31%, diikuti oleh kredit untuk kendaraan bermotor dengan pertumbuhan sebesar 205,45%. Andil pertumbuhan terbesar ditempati oleh kredit untuk kendaraan bermotor dengan andil sebesar 13,15%. 38

52 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Sektor IV I II III IV* Lapangan Usaha 2,911 3,135 3,001 4,006 4,924 Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan Pertambangan dan Penggalian ,202 1,601 Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Konstruksi Perdagangan, Hotel dan Restoran , ,094 Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Real Estate dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Bukan Lapangan Usaha 1,525 1,820 1,903 2,067 2,454 Rumah Tinggal Flat dan Apartemen Rumah Toko (Ruko) dan Rumah Kantor (Rukan) Kendaraan Bermotor Lainnya 1,163 1,401 1,497 1,558 1,654 Total Pinjaman 4,435 4,955 4,904 6,073 7,379 *Data sampai bulan November 2011 Sektor pertambangan dan penggalian memiliki pangsa terbesar dalam penyaluran kredit lapangan usaha yaitu sebesar 32,51% dari keseluruhan kredit yang ditujukan kepada lapangan usaha. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan yaitu masing-masing sebesar 22,21% dan 13,15%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa juga mempunyai pangsa yang cukup besar. Grafik 3.6 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung *Data sampai bulan November

53 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Seluruh komponen kredit berdasarkan penggunaan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit investasi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 76,76% menjadi sebesar Rp1,34 triliun, yang kemudian diikuti oleh kredit modal kerja dengan peningkatan sebesar 66,50% dan kredit konsumsi dengan peningkatan sebesar 60,98%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk investasi melonjak tinggi, yaitu sebesar 32,59%. Adapun kredit konsumsi dan kredit modal kerja mengalami peningkatan masing-masing sebesar 18,76% dan 19,66%. Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 48,56%, diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 33,26%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 18,18%. Grafik 3.7 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.8 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung *Data sampai bulan November 2011 *Data sampai bulan November Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berdasarkan daerah penyaluran kredit, Pangkalpinang tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan sebesar 24,02%. Kemudian, penyaluran kredit/pembiayaan pada wilayah Belitung dan Bangka mencatat andil pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 22,84% dan 14,36%. 40

54 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Secara triwulanan (qtq), andil peningkatan kredit utamanya dikontribusikan oleh penyaluran kredit di Pangkalpinang, dengan andil sebesar 12,33%, diikuti oleh Bangka dan Belitung dengan andil sebesar 22,84% dan 14,36%. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Miliar) Wilayah IV I II III* IV* Kab. Bangka 1,453 1,741 1,640 2,046 2,452 Kab. Belitung ,003 1,103 Kab. Bangka Barat Kab. Bangka Tengah Kab. Belitung Timur Kota Pangkalpinang Bangka Belitung 2,029 2,078 2,065 2,458 3,165 *Data sampai bulan November 2011 Grafik 3.9 Andil Pertumbuhan Kredit Tahunan di Bangka Belitung (%) * November 2011 Menurut komposisinya, wilayah Pangkalpinang tercatat mendominasi penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung, yaitu sebesar 42,89%. Pangsa penyaluran kredit di wilayah Bangka dan wilayah Belitung masing-masing sebesar 33,23% dan 14,95%. Sedangkan Dati II lainnya mempunyai pangsa yang sangat kecil, dengan jumlah keseluruhan sekitar 8,92%. Grafik 3.10 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan IV 2011 Berdasarkan Wilayah 41

55 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan IV 2011 mengalami perkembangan yang bervariasi dibandingkan triwulan sebelumnya Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata relatif stabil bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 6,31%, sedikit turun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 6,50% dan relatif sama apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu simpanan, jenis simpanan dengan seluruh jangka waktu mengalami penurunan. Suku bunga simpanan dengan jangka waktu 24 bulan mengalami penurunan paling dalam. Suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 3 bulan, yakni sebesar 6,72%. Sedangkan suku bunga simpanan yang *Data sampai bulan November 2011 memiliki rate paling rendah adalah jangka waktu 6 bulan yakni sebesar 5,83%. Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan tingkat suku bunga pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata sedikit meningkat baik bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, maupun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan pada tiga triwulan terakhir ini didorong oleh suku bunga kredit modal kerja. 42

56 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung tercatat sebesar 13,22%, sedikit meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,03% maupun dibandingkan dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 12,77%. Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan IV 2011 adalah suku bunga kredit *Data sampai bulan November 2011 konsumsi, yaitu sebesar 13,98%. Sementara itu kredit konsumsi dan kredit modal kerja masingmasing sebesar 12,96% dan 12,66%. Perkembangan suku bunga pinjaman dan simpanan mengindikasikan bahwa spread suku bunga kredit melebar pada triwulan IV Kualitas Kredit/Pembiayaan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan IV 2011 mencapai 0,59%, turun dibandingkan kondisi tahun sebelumnya dan dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) juga turun dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu sekitar 0,55%. Grafik 3.13 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung *Data sampai bulan November

57 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Grafik 3.14 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi *Data sampai bulan November 2011 Dilihat dari sektor ekonominya, NPL gross bank umum konvensional terbesar bersumber dari penerima kredit bukan lapangan usaha, yakni sebesar 41,3%. Dari total NPL gross, sektor perdagangan besar dan eceran menyumbang NPL sebesar 33,5%, menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 35,4%. Kegiatan yang belum jelas batasannya tercatat menyumbang NPL sebesar 10,0% dan sektor konstruksi tercatat menyumbang NPL sebesar 3,4% Rentabilitas Perbankan Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan IV 2011 No Indikator Angka Rasio Bank BUSN Pemerintah 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) Return on Asset (ROA) *Data sampai bulan November 2011 Rasio Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 2,93%, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mencapai 1,91%. Sementara itu, rasio BOPO BUSN mencapai 77,01%, lebih tinggi dibandingkan Bank Pemerintah yang sebesar 69,18%. 44

58 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Kelonggaran Tarik Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan IV 2011 tercatat sebesar Rp1,39 triliun atau 30,07% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, naik dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,02 triliun atau 29,01%, maupun undisbursed loan pada triwulan sebelumnya tercatat sebesar Rp1,10 triliun atau 25,68%. Grafik 3.15 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung *Data sampai bulan November Risiko Likuiditas Grafik 3.16 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung *Data sampai bulan November 2011 Rasio likuiditas bank umum konvensional di Provinsi Bangka Belitung pada triwulan IV 2011 adalah sebesar 68,13%. Rasio tersebut tercatat menurun jika dibandingkan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 71,70%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 11,87% (qtq) menjadi sebesar Rp6,77 triliun yang disertai dengan penurunan pasiva likuid < 1 bulan yaitu sebesar 7,26% (qtq) menjadi sebesar Rp9,94 triliun. 45

59 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran 3.2 Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Sistem pembayaran tunai dan non tunai di Bangka Belitung triwulan IV 2011 melambat dibanding triwulan sebelumnya hal ini sejalan dengan dilakukannya moratorium ekspor timah di triwulan IV Berdasarkan hasil penelitian Bank Indonesia (2011) Perkasan Bangka Belitung pertambangan timah sangat berperan dalam sistem pembayaran di Bangka Belitung. Pertumbuhan tahunan pembayaran non tunai baik RTGS maupun kliring turun dibanding triwulan sebelumnya. Sistem pembayaran tunai yang tercermin dari kegiatan kas titipan 5 di Pangkalpinang, pertumbuhan tahunan net-outflow tercatat turun. Grafik 3.17 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp239,98 miliar atau naik 42,07% (yoy), di sisi lain aliran uang keluar (outflow) mengalami penurunan yang dalam sebesar 39,63% (yoy) menjadi Rp529,79 miliar. Sehingga perkasan Bangka Belitung pada triwulan IV tercatat 5 Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan. 46

60 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran mengalami penurunan net-outflow sebesar 59,10% (yoy) menjadi Rp289,82 miliar. Hal ini sejalan dengan adanya moratorium ekspor timah. Berdasarkan informasi perbankan Bangka Belitung, outflow terbesar disumbang oleh sektor pertambangan dan penggalian terkait masih dominannya penggunaan uang kartal oleh pelaku usaha sektor ini, sehingga dengan adanya pemberhentian sementara ekspor timah maka aliran uang keluar mengalami penurunan. Nilai maupun volume transaksi RTGS dari Bangka Belitung mengalami perlambatan pertumbuhan tahunan, bahkan nilai dan volume transaksi RTGS ke Bangka Belitung mengalami penurunan pertumbuhan tahunan. Total nilai RTGS tercatat sebesar Rp5,4 triliun, atau tumbuh melambat dari 15,95% (yoy) di triwulan III menjadi 0,45% (yoy). Nilai RTGS dari Bangka Belitung tercatat sebesar Rp2,7 triliun atau melambat dari 36,42% (yoy) di triwulan III menjadi 1,35% (yoy). Sementara itu, nilai RTGS ke Bangka Belitung tercatat Rp2,6 triliun, atau turun tipis 0,48% (yoy) dibanding tahun sebelumnya. Sama halnya dengan nilai RTGS, volume RTGS juga mengalami perlambatan dibanding triwulan sebelumnya. Pertumbuhan volume RTGS melambat dari 17,79% (yoy) menjadi 2,74% (yoy) di triwulan IV Baik volume RTGS ke Bangka Belitung maupun dari Bangka Belitung sama-sama mengalami perlambatan. Grafik 3.18 Perkembangan RTGS Bangka Belitung 47

61 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Aktivitas perputaran kliring di triwulan IV 2011 turun 32,50% (yoy) menjadi Rp692,87 miliar. Pertumbuhan tahunan ini merupakan yang terendah sepanjang lima tahun terakhir. Penurunan juga terjadi pada pertumbuhan tahunan penolakan cek sebesar 27,67% (yoy). Tabel 3.5 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Penyediaan Uang Layak Edar Penarikan uang lusuh di Kota Pangkalpinang naik tajam 353,21% (yoy) menjadi Rp175,73 miliar di triwulan IV Jumlah penarikan lembaran uang lusuh juga naik sebesar 18,03% (yoy) menjadi 3,04 juta lembar. Uang yang paling banyak ditarik adalah pecahan Rp dan Rp yaitu 48,03% dan 44,07% dari total lembaran uang yang ditarik. Grafik 3.19 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 3.20 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) PTTB, Lembar 3,000,000 2,500,000 2,000,000 1,500,000 1,000, ,000 0 I II III IV I II III IV Rp20000 Rp5000 Rp1000 Rp Rp50000 Rp10000 Rp2000 Rp500 Rp100 48

62 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Suplemen 3 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN UANG KARTAL DI BANGKA BELITUNG; KOMODITAS TIMAH BERPENGARUH POSITIF Berdasarkan Mishkin (2004), uang mempunyai fungsi sebagai alat tukar, satuan hitung, alat penyimpan nilai, serta ukuran pembayaran yang tertunda. Sekalipun sistem pembayaran non tunai telah berkembang, keberadaan uang kartal dalam perekonomian tetap penting, khususnya pada kalangan ekonomi atau jenis transaksi ekonomi tertentu. Penyediaan uang dengan jumlah yang cukup dengan kondisi layak edar terkait dengan pelaksanaan salah satu tugas Bank Indonesia di bidang sistem pembayaran. Pelayanan perkasan di Bangka Belitung sampai saat ini belum ditangani secara langsung oleh Bank Indonesia, mengingat belum berdirinya kantor Bank Indonesia di Bangka Belitung. Mekanisme layanan perkasan dijalankan menggunakan kas titipan kepada bank swasta, yang dikirimkan oleh Bank Indonesia Palembang secara berkala. Walaupun demikian, permintaan atas uang kertas di Bangka Belitung seringkali mendadak dengan nilai permintaan uang yang tinggi. Berdasarkan data historis sejak tahun 2007, setiap bulannya perkasan di Pangkalpinang umumnya mengalami net outflow, atau tarikan outflow lebih besar dibandingkan inflow. Grafik 1. Perkembangan Perkasan Bangka Belitung Berdasarkan penelitian Bank Indonesia Palembang (2010) kas titipan di Pangkalpinang memiliki kecenderungan net outflow dan dipengaruhi adanya permintaan uang dalam jumlah besar pada bulan-bulan tertentu. Melalui analisis Vector AutoRegression (VAR), diindikasikan bahwa penghasilan masyarakat secara instan dapat mempengaruhi permintaan uang dan inflasi mempunyai efek yang lebih persisten dalam meningkatkan permintaan uang. 49

63 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Selanjutnya pada peneltian Bank Indonesia tahun 2011, didapat beberapa hal sebagai berikut : a. Kebutuhan uang kertas di Bangka Belitung berhubungan positif dan signifikan dengan perkembangan harga timah di pasar internasional, yang digunakan untuk membayar timah ke kegiatan penambangan timah. b. Dalam mempengaruhi outflow di Bangka Belitung, harga timah mempunyai partial adjustment process, namun sekitar 50% dampaknya terhadap outflow sudah muncul pada bulan yang sama. c. Pengaruh faktor musiman tidak signifikan dalam permintaan uang atau outflow di Bangka Belitung, kecuali pada bulan-bulan tertentu khususnya di bulan April, Juni, dan Desember, dimana secara net cenderung terjadi outflow. d. Sektor yang potensial untuk menyeimbangkan perilaku pertambangan timah terhadap penggunaan uang kartal adalah sektor perdagangan, karena tidak memiliki masalah berarti pada sistem pembayaran non tunai, dan tingkat setoran ke perbankan yang relatif tinggi dibandingkan sektor pertambangan dan pertanian. e. Terdapat kebiasaan untuk bertransaksi dengan uang kertas di masyarakat, yang didukung oleh kebiasaan menyimpan uang di rumah dan keamanan yang tinggi dalam membawa uang tunai. Hal ini diperoleh dari hasil survey dimana 87,5% responden pelaku usaha lebih menyukai pembayaran dengan tunai karena lebih diterima oleh masyarakat. Grafik 2. Cara Pembayaran yang Lebih Disukai Grafik 3. Alasan Preferensi Pembayaran f. Concern masyarakat untuk berhubungan dengan bank masih rendah, karena masyarakat belum merasa perlu untuk memiliki rekening bank. Karena itu, terdapat indikasi bahwa outflows yang terjadi berujung pada penyimpanan uang di rumah masyarakat. Grafik 4. Kepemilikan Rekening Bank Grafik 5. Alasan Tidak Memeliki Rekening Bank 50

64 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran g. Mekanisme TUKAB berhasil mengurangi outflows yang terjadi di kas titipan Pangkalpinang secara signifikan dengan mengurangi sensitivitas outflow terhadap pergerakan harga timah internasional. Berdasarkan model yang didapat pada harga timah internasional sekitar USD/mt, mekanisme TUKAB dapat mengurangi outflow sebesar Rp134,,4 miliar sampai Rp168,,0 miliar, dan secara jangka panjang dapat mengurangi outflow bulanan sebesar Rp241,9 miliar sampai dengan Rp252,0 miliar. 51

65 Perkembangan Perbankan Daerah dan Sistem Pembayaran Halaman ini Sengaja Dikosongkan This page is intentionally blank 52

66 Bab 4 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Persentase realisasi APBD 2011 di atas rata-rata empat tahun terakhir. Pendapatan daerah terealisasi di atas 100%, sementara belanja daerah sebesar 89,48%. Pertumbuhan tahunan anggaran belanja dan pendapatan daerah tahun 2012 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan belanja daerah 2012 masih bergantung dari pemerintah pusat. Serta persentase anggaran belanja modal 2012 turun dibanding tahun Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah 2011 Persentase realisasi pendapatan dan belanja daerah tahun 2011 di atas ratarata empat tahun terakhir. Realisasi pendapatan daerah pada APBD 2011 tercatat sebesar 109,42% atau berada di atas rata-rata capaiannya dalam empat tahun terakhir sebesar 106,55%. Sama dengan pendapatan, persentase belanja daerah 2011 yang tercatat sebesar 89,48% juga berada di atas rata-rata historisnya 81,80%. Grafik 4.1 Persentase Realisasi Pendapatan dan Belanja Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Hampir semua komponen pendapatan daerah terealisasi di atas 100%. Persentase realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan yang terbesar, 126,86%, diikuti oleh dana perimbangan sebesar 108,54%. Sementara itu komponen lain-lain pendapatan yang sah terealisasi cukup rendah 40,32%.

67 Perkembangan Keuangan Daerah Grafik 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah (Miliar Rp) Grafik 4.3 Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Semua komponen belanja daerah, terealisasi di atas rata-rata historisnya tiga tahun terakhir. Belanja tidak langsung tahun 2011 terealisasi sebesar 90,82% atau di atas rata-rata tiga tahun terakhir sebesar 85,92%. Persentase realisasi terbesar belanja tidak langsung adalah belanja bagi hasil kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa sebesar 99,85% diikuti oleh belanja hibah 97,08%. Sama dengan belanja tidak langsung, persentase realisasi belanja langsung sebesar 88,53% berada di atas rata-rata historisnya selama tiga tahun terakhir sebesar 79,78%. Andil terbesar realiasi adalah belanja modal diikuti belanja barang dan jasa. Grafik 4.4 Realisasi Belanja Daerah (Miliar Rp) Grafik 4.5 Persentase Realisasi Belanja Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 54

68 Perkembangan Keuangan Daerah 4.2 Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah 2012 Pertumbuhan tahunan anggaran belanja dan pendapatan daerah tahun 2012 lebih rendah dari tahun sebelumnya. Anggaran pendapatan daerah 2012 naik 26,64% (yoy) atau turun dibanding kenaikan tahun sebelumnya sebesar 35,99%. Sama halnya dengan anggaran pendapatan daerah, pertumbuhan anggaran belanja daerah juga melambat bahkan lebih dalam dari 26,31% (yoy) di tahun 2011 menjadi 9,92% (yoy). Anggaran pendapatan belanja daerah 2012 masih bergantung dari pemerintah pusat. Komposisi anggaran terbesar berada pada dana perimbangan yang mencapai 56,70%, hal ini memperlihatkan ketergantungan yang besar pada pemerintah pusat. Sementara itu 30,36% PAD dan sisanya pendapatan lain-lain yang sah. Persentase anggaran belanja modal 2012 turun dibanding tahun Persentase anggaran belanja modal 2012 hanya 22,25% dari total anggaran belanja daerah, turun tajam dari tahun sebelumnya yang mencapai 41,38%. Penurunan ini dikompensasi pada kenaikan persentase belanja hibah, belanja bagi hasil serta belanja bantuan keuangan pada kabupaten/kota, pemerintahan desa, dan partai politik. Sementara itu persentase belanja pegawai (total pada belanja langsung dan tidak langsung) tidak mengalami perubahan yang signifikan dari 19,89% di tahun 2011 menjadi 20,90% di tahun Grafik 4.6 Anggaran Pendapatan Daerah Grafik 4.7 Anggaran Belanja Daerah Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 55

69 Perkembangan Keuangan Daerah Halaman ini Sengaja Dikosongkan This page is intentionally blank 56

70 Bab 5 5. PE ERKEMBANGANN KETENAGAKERJAAN DAERAH DAN KESEJAHTERAAN Tingkat kesejahteraan petani menurunn tercermin dari perlambatan pertumbuhan tahunan NTP. Di sisi lain, tingkat kemiskinan turun namun dengan peningkatan tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan. 5.1 Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik ( BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja pada Agustus 2011 sebesar orang, atau naik tipis 0,70% dibanding posisi Februari Penduduk yang bekerja pada Agustus 2011 sebesar orang, bertambah sebesar 0,33% dibanding keadaan Februari 2011, dan bertambah 0,77% dibanding Agustus Grafik 5.1 Perkembangann TPAK dan TPTT Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 5.2 TPAK di Kabupaten/Kota Agustuss 2011 Grafik 5.3 TPTT di Kabupaten/Kota Agustuss 2011 Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah

71 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Tabel 5.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) pada bulan Agustus 2011 tercatat sebesar 68,40%, tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding Februari 2011 sebesar 68,90%. Hal tersebut menunjukkan penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi sebesar tidak mengalami perubahan. Sama seperti TPAK, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di bulan Agustus jika dibanding Februari juga tidak mengalami perubahan signifikan. TPT tercatat 3,61% di bulan Agustus sementara di bulan Februari 3,25%. TPAK dan TPT di setiap kabupaten/kota di Bangka Belitung beragam. Kebanyakan TPAK yang tinggi sejalan dengan TPT yang tinggi seperti Kabupaten Bangka Selatan, Bangka Barat, dan Bangka Tengah. Hal ini memperlihatkan tingginya jumlah penduduk yang aktif bekerja masih belum dapat diimbangi dengan lapangan pekerjaan. Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Agustus 2011 jika dibanding periode-periode sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor pertanian sebesar 25,93% diikuti dengan sektor perdagangan, hotel dan restoran 18,98%. Tabel 5.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, kelompok pekerja formal yang tercatat naik 7,92% dibanding Februari 2011 dan kelompok pekerja informal yang turun 7,00%. Kelompok pekerja informal berada dalam tren penurunan sejak Februari

72 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Agustus 2011, turun tipis 0,31% dibanding Februari Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang atau naik 9,21% dibanding bulan Februari b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Agustus 2011 tercatat sebesar orang, terdiri atas kelompok (i) berusaha sendiri 47,43%, (ii) berusaha dibantu buruh tidak tetap atau tidak dibayar 20,26%, (iii) pekerja bebas pertanian 3,22%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 9,51%, (v) pekerja tidak dibayar 19,58%. Tabel 5.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 5.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari Nilai Tukar Petani (NTP), yang diperoleh dari perbandingan antara Indeks Harga yang Diterima Petani (IT) dengan Indeks Harga yang Dibayar Petani (IB) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. 59

73 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Grafik 5.4 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.5 NTP, Inflasi Pedesaan, dam Inflasi IHK Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangkaa Belitung Indeks NTP di Bangka Belitung sepanjang tahun berada pada tren meningkat, meskipun demikian pertumbuhan tahunannya lebih rendah dibanding inflasi pedesaan tahunan dan inflasi IHK tahunan. Di sis lain sejak pertengahan tahun, inflasi IHK tahunan, inflasi pedesaan tahunan, dan pertumbuhan tahunan NTP berada pada tren menurun. Hal ini memperlihatkan permintaan dari kelompok grass-root sektor pertanian melambat sejalan dengan melemahnyaa inflasi. Melemahnya inflasi pedesaan sejak pertengahann tahun didorong oleh perlambatan inflasi kelompok bahan makanann sejalan dengan perlambatan kelompok volatile foods inflasi IHK. Grafik 5.6 Perkembangan Nilai Tukar Petani Grafik 5.7 NTP Kelompok Barang Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangkaa Belitung Berdasarkan sektornya, NTP perkebunan merupakan yang paling tinggi dibanding sektor lainnya, di samping itu NTP perkebunan satu-satunya yang nilainya berada di atas 100. Hal ini memperlihatkan bahwa petani di bidang perkebunan merupakan yang paling sejahtera dibanding yang lain. Pertumbuhan tahunan NTP sektor perkebunan padaa tahun lebih tinggi dibanding tahun 2010, sementara pertumbuhan tahunan NTP subsektor lain di tahun 2011 lebih rendah dibanding tahun

74 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan 5.3 Kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Tabel 5.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin ( ) Sumber: BPS Bangka Belitung Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Jumlah penduduk miskin turun 9,03% dari 72,06 ribu pada Maret 2011 menjadi 65,55 ribu pada September Hal ini diikuti dengan turunnya persentase jumlah penduduk miskin terhadap total penduduk dari 5,75% menjadi 5,16%. Dilihat menurut daerah, jumlah penduduk miskin baik di kota maupun desa mengalami penurunan. Tabel 5.5 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin menurut Daerah dan Komponen Tabel 5.6 Indeks Kedalaman dan Keparahan Kemiskinan Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 61

75 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Komponen garis kemiskinan terdiri atas Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) yang terdiri atas perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan. Kontribusi GKM lebih besar dari GKBM baik di perkotaan maupun pedesaan. Pada bulan September 2011 kontribusi GKM daerah perkotaan sebesar Rp ,- per kapita per bulan dan daerah perdesaan sebesar Rp ,- per kapita per bulan. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Bangka Belitung menunjukkan kecenderungan menurun sepanjang tiga tahun terakhir, namun hal yang berbeda di bulan September Kedua indeks ini di bulan September 2011 naik dibanding Maret 2011, akibat naiknya indeks kedalaman dan keparahan kemiskinan di desa. Hal ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin menjauhi garis kemiskinan serta tingkat kemiskinan lebih dalam dan parah di bulan September 2011 dibanding Maret

76 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Suplemen 4 UMP BANGKA BELITUNG NAIK 8,4% Kenaikan Upah Minimum Provinsi (UMP) Bangka Belitung tahun 2012 sebesar 8,40% (yoy) atau lebih rendah dibanding dengan kenaikan tahun lalu sebesar 12,53%. Hal ini berdasarkan analisa dengan mempertimbangkan beberapa faktor seperti (i) Kebutuhan Hidup Layak (KHL), (ii)inflasi, (iii) pertumbuhan ekonomi, (iv) jumlah perusahaan dan tenaga kerja, serta kondisi pasar kerja. Tabel 1. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Dinas Tenaga Kerja Sumber : Dinas Tenaga Kerja Kabupaten/Kota Tabel 2. Kebutuhan Hidup Layak (KHL) Hasil Survei Sumber : Pengawasan dan Hubungan Industrial (Hasil Survei) Kebutuhan Hidup Layak (KHL) merupakan standar kebutuhan yang harus dipenuhi oleh seorang pekerja/buruh lajang untuk dapat hidup layak baik secara fisik, non fisik dan sosial, untuk kebutuhan satu bulan. Komponen yang diperhitungkan dalam KHL meliputi makanan dan minuman (11 barang), sandang (9 barang), perumahan (19 barang), pendidikan, kesehatan (3 barang), transportasi, rekreasi dan tabungan (2 barang). Kenaikan KHL berdasarkan Dinas Tenaga Kerja tahun 2011 sebesar 24,21% (yoy) atau lebih rendah dibanding tahun sebelumnya yang naik 11,92%. Sementara itu KHL berdasarkan pengawasan dan hubungan industrial naik 12,25% (yoy) lebih rendah dari kenaikan tahun sebelumnya 21,83% (yoy). Kondisi makro ekonomi Bangka Belitung secara kumulatif tahun 2011 lebih baik dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi kumulatif tahunan 2011 tercatat sebesar 6,40% (yoy) atau lebih tinggi dibanding tahun sebelumnya 5,93% (yoy). Menguatnya perekonomian ini juga didukung dengan melambatnya inflasi dari 9,36% (yoy) di tahun 2010 menjadi 5,00% (yoy) di tahun

77 Perkembangan Ketenagakerjaan Daerah dan Kesejahteraan Membaiknya perekonomian ini diikuti dengan naiknya jumlah lowongan kerja dan penyerapan tenaga kerja di tahun Jumlah lowongan kerja naik 16,18% (yoy) di tahun 2011 naik tajam dibanding tahun 2010 yang turun 96,61% (yoy). Hal ini diikuti dengan naiknya jumlah penyerapan tenaga kerja sebesar 33,33% (yoy). Tabel 3. Kondisi Pasar Kerja Sumber : Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Berdasarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten/Kota terdapat julah perusahaan di Bangka Belitung, yang tersebar di kabupaten dan kota. Jumlah perusahaan terbanyak di Bangka Selatan yaitu 402 perusahaan diikuti di Pangkalpinang dan Belitung masing-masing sebanyak 184 dan 169 perusahaan. Sementara itu jumlah tenaga kerja di tahun 2011 berdasarkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten/Kota di Bangka Belitung sebanyak orang. Kabupaten Bangka memiliki tenaga kerja terbanyak yaitu orang, diikuti Kota Pangkalpinang orang. 64

78 Bab 6 6. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Perekonomian triwulan I 2012 diperkirakan menguat, didorong oleh kinerja eskpor, sektor pertanian serta sektor pertambangan dan penggalian dari sisi permintaan. Tekanan inflasi naik utamanya berasal dari kelompok inti dan volatile foods. Kelompok inti menguat sejalan dengan naiknya harga timah di pasar internasional dan ekspektasi kenaikan harga administered prices. Sementara kelompok volatile foods naik akibat kurangnya pasokan barang terkait tidak kondusifnya perairan sekitar Bangka. 6.1 Kondisi Perekonomian Internasional dan Domestik Perekonomian dunia di tahun 2012 diperkirakan lebih rendah dibanding tahun IMF dalam World Economic Outlook (WEO) bulan Januari 2012, merevisi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia tahunan dari 4,0% pada WEO bulan September 2011 menjadi 3,3%. IMF merevisi turun pertumbuhan tahun 2012 di negara maju dan negara berkembang. Bersamaan dengan laju pertumbuhan ekonomi dunia yang direvisi ke bawah, volume perdagangan dunia diprakirakan tumbuh lebih rendah dibanding semula. Volume perdagangan dunia diperkirakan hanya tumbuh sebesar 3,8% di tahun 2012 setelah tumbuh 6,9% di tahun Merespon perlambatan perekonomian dunia, harga komoditas nonmigas internasional di tahun 2012 diperkirakan menurun. Sejalan dengan hal ini, tekanan permintaan menurun dan inflasi diperkirakan menurun. Tabel 6.1 Perkembangan Proyeksi Pertumbuhan Global Negara Pertumbuhan Tahunan Proyeksi Output Dunia 3,8 4,0 3,3 Negara Maju 1,6 1,9 1,2 Negara Berkembang 6,2 6,1 5,4 Volume Perdagangan 6,9 5,8 3,8 Harga Minyak 31,9-3,1-4,9 Harga Komoditas non migas 17,7-4,7-14,0 1 IMF, World Economic Outlook Update, September IMF, World Economic Outlook, Update Januari 2012

79 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Perekonomian Indonesia di akhir tahun 2012 diperkirakan masih tumbuh pada level yang tinggi, diperkirakan pada tahun 2012 tumbuh pada kisaran 6,3-6,7% (yoy). Perekonomian Indonesia didorong oleh kinerja ekspor yang diperkirakan tetap tumbuh tinggi meskipun melambat. Kinerja ekspor yang tetap positif akan berdampak pada pendapatan masyarakat yang meningkat sehingga akan meningkatkan konsumsi. Pada akhirnya peningkatan ekspor dan konsumsi dapat mendorong kinerja investasi. Peningkatan investasi juga didorong sentimen positif pencapaian layak investasi (investment grade) setelah Fitch Ratings menaikkan peringkat Indonesia menjadi BBB- dari BB+ dengan prospek yang stabil. 6.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Ekonomi Bangka Belitung pada triwulan I 2012 diperkirakan akan tetap tumbuh tinggi. Berdasarkan data historis, kondisi ekonomi terkini dan prediksi shock yang akan terjadi di masa depan, diperkirakan pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) pada triwulan I 2012 akan berada pada kisaran 5,9 ± 1% atau secara triwulanan 0,05 ± 1%. Laju pertumbuhan ekonomi triwulanan dengan penyesuaian musiman diprediksi akan menguat dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu menjadi sebesar 1,5 ± 0,5% (qtq,sa) dari sebelumnya sebesar 1,2% (qtq,sa) 6. Grafik 6.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sumber : BPS Bangka Belitung dan Proyeksi BI Palembang 6 Laju pertumbuhan ekonomi dengan penyesuaian musiman (qtq,sa) diperoleh dari laju pertumbuhan triwulanan dari hasil estimasi PDRB harga konstan yang telah dihilangkan faktor musimannya (seasonally adjusted). Metode yang digunakan adalah X12-ARIMA dengan mengadopsi US Census Bureau. 66

80 . Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah Sisi Penawaran Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung dilihat dari sisi penawaran masih tetap didominasi oleh sektor primer terutama sektor pertanian dan sektor penggalian, diikuti sektor sekunder yaitu sektor pengolahan yang berbasis pada sumber daya alam. Kinerja sektor pertanian diperkirakan sedikit naik, dimana semua subsektor sebagai komponennya juga diperkirakan menguat didukung dengan kondusifnya cuaca. La nina mulai menurun menuju normal, menunjang produksi. Australian Bureau of Meteorology mencatat nilai Southern Oscillation Index (SOI) sempat naik menjadi +23 di Desember 2011 (threshold la nina adalah +8), namun sejak akhir Desember mengalami penurunan dan posisi terakhir (pertengahan Januari 2012) berada di level +13. Selain itu, BMKG memperkirakan bahwa curah hujan di seluruh wilayah Sumatera Bagian Selatan terbilang normal pada Januari Sementara menurut Thailand Meteorological Department, curah hujan tinggi masih terjadi di wilayah selatan Thailand. Produksi tanaman bahan makanan lebih tinggi dibanding triwulan sebelumnya. Berdasarkan data historis data produksi tanaman bahan pangan dari BPS puncak produksi tanaman bahan makanan berada pada periode Januari-April. Hal ini terkait dengan masuknya panen raya pada periode ini. Beberapa kabupaten di bulan Januari 2012 sudah mulai panen. Kinerja crumb rubber akan turun karena sangat sensitif terhadap pertumbuhan ekonomi global. Harga crumb rubber masih mengalami penurunan pada bulan Januari sebesar 0,85% (mtm) menjadi USD347cent/mt, atau secara tahunan turun sangat dalam 34,28% (yoy). Menurut Okachi & Co, Permintaan karet dari Cina diperkirakan akan terus turun pada 2012 menyusul turunnya pertumbuhan ekonomi dan penjualan mobil, sehingga harga karet akan terus rendah. Kemudian, produsen ban di Cina saat ini mengalami kesulitan cashflow, penurunan penjualan, dan tekanan untuk menurunkan harga jual. Angka HSBC China PMI Desember 2011 juga menunjukkan adanya kontraksi kuantitas pembelian dan pesanan. Namun, harga minyak sawit masih memiliki ruang untuk naik karena harga minyak kedelai lebih tinggi. Harga CPO naik sebesar 4,6% (mtm) menjadi USD1.020/mt pada Januari Oil world memperkirakan rasio stok pemakaian minyak nabati turun dari 11,6% di 2011 menjadi 11,0% di Tanaman sawit dunia diperkirakan mengalami sedikit penurunan produksi di 2012 menyusul produksi yang tinggi pada 2011 (siklus tanaman). Selain itu, minyak sawit diperdagangkan dengan harga yang lebih rendah 67

81 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah sekitar 14% dari minyak kedelai, hal tersebut dapat meningkatkan kemungkinan substitusi permintaan ke minyak sawit. Terdapat peluang pemasaran karet dan sawit seiring semakin bebasnya perdagangan regional. Melalui ASEAN-Australia-New Zealand FTA, Australia menghapuskan tarif karet Indonesia dari sebelumnya 5-7,5%. Selain itu, New Zealand juga menghapuskan tarif karet Indonesia dari sebelumnya 15%. Kemudian, ekspor sawit ke Pakistan diperkirakan meningkat pada 2012 menyusul penandatanganan Prefential Trade Agreement (PTA) yang berimplikasi pada pengurangan tarif 15%. GAPKI memperkirakan Ekspor sawit Indonesia ke Pakistan akan naik sekitar 3,5 kali lipat pada Menguatnya harga timah dan dibukanya keran ekspor timah diperkirakan mendorong sektor pertambangan dan penggalian serta sektor industri pengolahan. Harga timah mencapai kisaran US$24.000/metric ton di awal Februari 2012 atau naik 23,63% (ytd) dibanding Desember Beberapa faktor yang mendorong harga timah diantaranya Federal Reseve Amerika menetapkan suku bunga yang rendah sehingga sehingga memberikan spekulasi terdapat kenaikan permintaan atas telepon selular dan layar plasma. Penjualan barang elektronik diperkirakan akan naik 5% menjadi US$1.04 triliun di tahun 2012 hal ini berdasarkan GfK Digital World and the Arlington, Asosiasi Elektronik berbasis di Virginia yang merepresentasikan sekitar perusahaan. Selain itu penggunaan timah juga diperluas ke pembuatan lithium ion batteries, stainless steel, leadfree soldering, solar celss, katalis bahan bakar, serta pengobatan hewan. Di lain sisi, produksi timah diperkirakan tidak meningkat sehingga berdasarkan ITRI diperkirakan akan terdapat defisit ton timah. Sehingga diperkirakan pada tahun 2012 ini harga timah bisa mencapai US$ / metric ton. Pasar timah internasional di Indonesia diperkirakan dapat menjaga harga timah dari permainan spekulan. Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia (BKDI) bersama dengan Komite Timah berhasil meluncurkan pasar timah internasional di Indonesia, dengan kode INATIN. Peluncuran perdana INATIN ini ditandai dengan masuknya 9 perusahaan sebagai anggota baru bursa di BKDI, yaitu PT. Timah (Persero),Tbk; 3H CO., LTD; Gold Matrix Resources Pte.Ltd; Purple Products Pvt. Ltd; PT.Tambang Timah; PT.Mitra Stania Prima; PT. Comexindo International; PT. Timah Industri; dan PT. Refined Bangka Tin. Indonesia sebagai ekportir timah terbesar di dunia melalui INATIN diharapkan dapat menciptakan harga yang wajar dan transparan serta dapat menjadi acuan harga bagi perdagangan timah dunia. Sehingga kejadian di akhir tahun 2011, dimana harga timah 68

82 . Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah turun sehingga menyebabkan eksportir melakukan penghentian sementara ekspor timah. Perdagangan perdana INATIN menghasilkan transaksi dengan volume 2 lot, pada harga penutupan US$ /metrik ton. Eksportir optimis sampai pertengahan tahun harga dapat mencapai US$ /metrik ton. Spesifikasi kontrak INATIN adalah 5 metrik ton untuk setiap lot, dengan fluktuasi harga minimum US$ 5. Kualitas timah yang diperdagangkan memiliki kadar timah minimum 99.90% ( Sn 99.90%). Penyelesaian kontrak diselesaikan dengan penyerahan fisik melalui delivery points di Pangkalbalam dan Mentok, Bangka Belitung Sisi Permintaan Ekspor Bangka Belitung naik akibat membaiknya perkembangan komoditas unggulan timah. Peningkatan didukung oleh harga yang terus menguat dan produksi yang sedikit naik terkait relatif rendahnya curah hujan. Membaiknya ekspor diikuti oleh konsumsi rumah tangga yang naik. Pengeluaran pemerintah diperkirakan masih rendah di triwulan I Sesuai siklus fiskal yang terjadi seperti biasanya, pengeluaran pemerintah di awal tahun diperkirakan masih sangat rendah, khususnya untuk komponen pengeluaran tidak langsung. Hal tersebut disebabkan karena pada triwulan I masih dilakukan proses negosiasi dan konsolidasi anggaran, serta proses tender baru dimulai. Investasi diperkirakan tidak mengalami perubahan yang signifikan di triwulan I Di awal tahun investasi tidak mengalami perubahan yang signifikan dan diperkirakan mulai naik di triwulan II Pemerintah daerah Bangka Belitung menaikkan target nilai investasi yang masuk fari Rp6 triliun di tahun 2011 menjadi Rp7 triliun 2012, beberapa proyek di tahun 2012 pabrik tin chemical, investasi di bidang listrik, dan perkebunan. 69

83 Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 6.3 Proyeksi Inflasi Inflasi tahunan pada triwulan I 2012 diperkirakan akan meningkat pada kisaran 6,47±0,5% (yoy) setelah pada triwulan IV 2011 berada pada tingkat 5,00% (yoy). Perkiraan tersebut berada di bawah rata-rata historis inflasi triwulan I sepanjang lima tahun terakhir sebesar 7,39% (yoy). Di sisi lain, inflasi triwulanan (qtq) diperkirakan sebesar 3,35±0,5% berada di atas rata-rata historisnya sebesar 2,13%. Grafik 6.2 Perkiraan Inflasi Triwulan I 2012 Tabel 6.2 Rata-Rata Tinggi Gelombang Sumber : BPS Bangka Belitung dan Perkiraan BI Palembang Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika, Stasiun Klimatologi KLAS II Kenten Palembang Pada triwulan I, tekanan inflasi dari faktor musiman akan menurun. Bila triwulan IV terdapat momen perayaan Idul Adha, perayaan Natal dan tahun baru, serta kenaikan harga beberapa jenis sayuran dan komoditas bumbu-bumbuan, pada triwulan I terdapat kecenderungan kenaikan harga beras. Namun demikian, kenaikan harga beras yang terjadi diperkirakan akan terbatas dibandingkan tahun sebelumnya karena kondisi pasokan yang lebih baik. Di samping itu, pada akhir bulan Maret, diperkirakan sudah mulai terjadi panen di beberapa wilayah. Perairan yang kurang kondusif memberi tekanan pada inflasi. Berdasarkan data dari BMKG Kenten pada tahun di bulan Januari-Februari tinggi gelombang di Selat Bangka bagian Selatan, Selat Bangka bagian Utara, dan Selat Gelasa bisa mencapai 3,5 meter. Hal ini menyebabkan pasokan barang di Bangka Belitung turun tajam, mengingat sebagian besar kebutuhan barang Bangka Belitung dipenuhi dari luar daerah. Harga volatile food (VF) diperkirakan meningkat kembali. Inflasi kelompok VF di Januari melonjak tajam sebesar 6,36% (mtm) dari sebelumnya bergerak pada kisaran 0,55%. tekanan inflasi utama komponen ini berasal dari komoditas daging daging ayam ras, ikan gembung, dan beras dengan kenaikan harga masing-masing sebesar 20,00%, 67,50% dan 2,40%, yang memberikan andil terhadap inflasi masing-masing sebesar 70

84 . Outlook Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Daerah 0,48%, 0,36%, dan 0,14% %. Kenaikan harga ayam disebabkan antara lain karena kenaikan hargaa pakan dan bibit menyusul kenaikan curah hujan padaa bulan Oktober Desember serta naiknya permintaan terkait perayaan Imlek. Sementara itu, kenaikan harga ikan segar akibat kurangnya pasokan terkait tidak kondusifnya perairan. Mengantisipasi berlanjutnya lonjakan hargaa beras, Bulog Sub Divre Wilayah Bangka mengadakan operasi pasar, dimana sampai dengan pertengahan bulan Januari sebanyak 300 ton beras telah disalurkan. Selain itu juga beras raskin Januari 2012 juga telah disalurkan oleh Bulog. Stok beras Bulog Bangka Belitung di Januari mencapai ton atau mencukupi untuk distribusi selamaa enam bulan ke depan. Tekanann inflasi dari sisi permintaan n sedikit naik. Seiring dengan masih tingginya pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan terjadi pada triwulan I 2012, tekanan inflasi dari sisi permintaan akan mengalami penguatan. Harga timah yang berada pada tren naik dan dimulainya bursa pasar timah di Indonesia diperkirakan dapat meningkatkan pendapatan baik perusahaan maupun masyarakat. Variasi inflasi inti pada triwulan I 2012 akan tetap dipengaruhi volatilitas harga emas. Peran emas sebagai safe haven alternatif menjadi sangat penting disaat dunia dilanda risk averse, dan membuat harga komoditas tersebut fluktuatif. Secara umum, harga emas akan turun setiap muncul harapan baru atas penyelamatan krisis Eropa dan AS, dan akan naik seiring dengan kembalinya pesimisme. Financial Forecast Center memperkirakan hargaa emas naik 4,29% (qtq) menjadi US$1.719/ troy OZ padaa Maret Harga-harga barang kelompokk inti di Januari 2012 naik sebesar 1,89% (mtm). Sementara secara tahunan, inflasi inti tercatat sebesar 7,79% (yoy), atau paling tinggi dibandingkan komponen lainnya. Menguatnya harga komponen inti dikontribusikan utamanya oleh naiknya harga kontrakk rumah sebesar 15,72% (mtm) dan memberi andil padaa inflasi 0,59%. Grafik 6.3 Indeks Ekspektasi Harga Grafik 6.4 Indeks Ketepatan Waktu Pembelian Barang Tahan Lama Sumber : BPS Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 71

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017

RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 RELEASE NOTE INFLASI DESEMBER 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi 2017 Terkendali Dan Berada Pada Sasaran Inflasi Inflasi IHK sampai dengan Desember 2017 terkendali dan masuk dalam kisaran sasaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 2017 RELEASE NOTE INFLASI FEBRUARI 217 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi Bulan Februari 217 Terkendali Inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat,23% (mtm) di bulan Februari. Inflasi di bulan ini

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2017 Koreksi Harga Pangan dan Faktor Musiman Dorong Deflasi Agustus INFLASI IHK Inflasi Agustus 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau pada triwulan II-2010 diestimasi sedikit melambat dibanding triwulan sebelumnya. Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN I-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan rutin

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2016 Penurunan Harga BBM dan Panen Raya Dorong Deflasi Bulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali

TPI dan Pokjanas TPID. Analisis Inflasi. Analisis Inflasi Januari 2016 TPI dan Pokjanas TPID 1. Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi Januari 2016 Melambat dan Terkendali Inflasi pada awal tahun 2016 mengalami perlambatan dibandingkan dengan bulan lalu. Pada Januari 2016, inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), lebih rendah

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN IV-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2014 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan I 2014 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA ...Memberikan saran kepada pemerintah daerah mengenai kebijakan

Lebih terperinci

1. Tinjauan Umum

1. Tinjauan Umum 1. Tinjauan Umum Perekonomian Indonesia dalam triwulan III-2005 menunjukkan kinerja yang tidak sebaik perkiraan semula, dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan lebih rendah sementara tekanan terhadap

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JANUARI 2017 Inflasi Bulan Januari 2017 Meningkat, Namun Masih

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 214 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH MEI 2017 1 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi dan Keuangan Regional

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JULI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juli 2017 Terkendali Inflasi Juli 2017 terkendali sehingga masih mendukung pencapaian sasaran inflasi 2017 sebesar 4,0±1%. Inflasi Indeks Harga Konsumen

Lebih terperinci

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras.

Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara. Inflasi Komoditas Utama. Periode. mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Beras. Inflasi IHK Provinsi Sulawesi Utara mtm 0,01% yoy 0,78% ytd -0,93% avg yoy 1 6,83% Inflasi Komoditas Utama Beras Minyak Goreng Daging Ayam Ras Cabai Rawit Bawang Merah Tomat Sayur Cakalang Inflasi Sulawesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Barat Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VIII i Bab I : Perkembangan Ekonomi Makro Sumatera Barat Halaman ini sengaja dikosongkan This

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH TRIWULAN I 2016 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia- Ekonomi Regional Provinsi

Lebih terperinci

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada:

Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: Februari 2018 Publikasi ini beserta publikasi Bank Indonesia yang lain dapat diakses secara online pada: http://www.bi.go.id/id/publikasi/kajian-ekonomi-regional/ Salinan publikasi ini juga dapat diperoleh

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA Vol. 3 No. 3 Triwulanan Juli - September 2017 (terbit November 2017) Triwulan III 2017 ISSN xxx-xxxx e-issn xxx-xxxx KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA NOVEMBER 2017 DAFTAR ISI 2 3 DAFTAR

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia

Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi IHK 2015 Berada dalam Sasaran Inflasi Bank Indonesia Inflasi di bulan Desember menunjukkan peningkatan yang signifikan dibandingkan dengan bulan lalu dan lebih tinggi dari historisnya. Inflasi

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016

RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI JULI 2016 Inflasi Lebaran 2016 Cukup Terkendali INFLASI IHK Mtm

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan II2009 Kantor Bank Indonesia Palangka Raya KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat Nya sehingga

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI JAWA TENGAH FEBRUARI 2017 FEBRUARI 217 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunianya Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Jawa Tengah Februari 217 dapat dipublikasikan.

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016

RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Tim Pemantauan dan Pengendalian Inflasi (TPI) Kelompok Kerja Nasional Tim Pengendalian Inflasi Daerah (Pokjanas TPID) RELEASE NOTE INFLASI AGUSTUS 2016 Koreksi Harga Paska Idul Fitri Dorong Deflasi Agustus

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017

RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 RELEASE NOTE INFLASI JUNI 2017 INFLASI IHK Inflasi Juni 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,69% (mtm) di bulan Juni (Tabel 1). Inflasi IHK pada periode puasa dan lebaran

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena

Lebih terperinci

Halaman ini sengaja dikosongkan.

Halaman ini sengaja dikosongkan. 2 Halaman ini sengaja dikosongkan. KATA PENGANTAR Puji serta syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan rahmat dan ridha- IV Barat terkini yang berisi mengenai pertumbuhan ekonomi,

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan II - 2014

Lebih terperinci

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017

RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 RELEASE NOTE INFLASI APRIL 2017 TPI dan Pokjanas TPID INFLASI IHK Inflasi April 2017 Terkendali Indeks Harga Konsumen (IHK) tercatat mengalami inflasi 0,09% (mtm) di bulan April (Tabel 1). Inflasi IHK

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website :

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI. website : KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL MEI 2017 website : www.bi.go.id VISI BANK INDONESIA : kredibel dan terbaik di regional melalui penguatan nilai-nilai strategis yang dimiliki serta pencapaian inflasi

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci