KAJIAN EKONOMI REGIONAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN EKONOMI REGIONAL"

Transkripsi

1 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III Kantor Bank Indonesia Palembang

2 KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III 2010 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan berbagai informasi mengenai perkembangan beberapa indikator perekonomian daerah khususnya bidang moneter, perbankan, sistem pembayaran, dan keuangan daerah, yang selain digunakan untuk memenuhi kebutuhan internal Bank Indonesia juga sebagai bahan informasi bagi pihak eksternal. Selanjutnya kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah memberikan data dan informasi yang diperlukan bagi penyusunan buku ini. Harapan kami, hubungan kerja sama yang baik selama ini dapat terus berlanjut dan ditingkatkan lagi pada masa yang akan datang. Kami juga mengharapkan masukan dari berbagai pihak guna lebih meningkatkan kualitas buku kajian ini sehingga dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan berkah dan karunia-nya serta kemudahan kepada kita semua dalam upaya menyumbangkan pemikiran dalam pengembangan ekonomi regional khususnya dan pengembangan ekonomi nasional pada umumnya. Palembang, November 2010 Ttd Endoong Abdul Gani Pemimpin

3 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

4 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR... i DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL...vii DAFTAR GRAFIK... ix INDIKATOR EKONOMI... xiii RINGKASAN EKSEKUTIF... 1 BAB I PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Sisi Penawaran Sektor Pertanian Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor Industri Pengolahan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Bangunan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor Jasa Jasa SUPLEMEN 1 ANOMALI MUSIM MENGURANGI PRODUKSI KOMODITAS UNGGULAN Sisi Permintaan Konsumsi SUPLEMEN 2 KECENDERUNGAN KEYAKINAN KONSUMEN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN Investasi Ekspor dan Impor... 21

5 BAB 2 PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Inflasi Kota Pangkalpinang Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi Inti Non Inti Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang SUPLEMEN 3 RESUME HASIL QUICK SURVEY KENAIKAN TDL : DAMPAK KENAIKAN TDL TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGIOLAAHAN DIO SUMBAGSEL BAB 3 PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Kondisi Umum Kelembagaan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Perkembangan Suku Bunga Simpanan Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan Spread Suku Bunga Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Rentabilitas Perbankan Kelonggaran Tarik... 48

6 3.9 Risiko Likuiditas SUPLEMEN 4 PERBANDINGAN AKTIVITAS PERBANKAN ANTAR WILAYAH BAB 4 PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) 2010 Bangka Belitung Pendapatan Daerah Belanja Daerah Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Realisasi Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi Realisasi Dana Tugas Pembantuan Realisasi Dana Dekonsentrasi BAB 5 PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Penyediaan Uang Layak Edar BAB 6 PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Kondisi Ketenagakerjaan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Lapangan Pekerjaan Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Nilai Tukar Petani (NTP) Kemiskinan... 69

7 6.4 Pendidikan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Rasio Gini BAB 7 OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Penawaran Sisi Permintaan Proyeksi Inflasi... 81

8 DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%)... 8 Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%)... 8 Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%)... 9 Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi PermintaanBangka Belitung (%) Tabel 1.6 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional 25 Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang.. 29 Tabel 2.3 Perkembangan Harga Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2010 Semester I Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Bangka Belitung 2010 Semester I (Rupiah) Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Bangka Belitung 2010 Semester I (Rupiah) Tabel 4.4 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Triwulan III (Rupiah) Tabel 4.5 Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Tabel 4.6 Alokasi Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Tabel 4.7 Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran Tabel 4.8 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran Tabel 4.9 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung... 66

9 Daftar Tabel Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Tabel 6.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (Maret Maret 2010) Tabel 6.5 Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen (Rupiah per Kapita per Bulan) Tabel 6.6 Angka Melek Huruf Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (%) Tabel 6.7 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas (tahun) Tabel 6.8 Angka Partisipasi Sekolah (%) Tabel 6.9 IPM Menurut Provinsi Tabel 6.10 Rasio Gini Menurut Provinsi Tabel 7.1 Perkiraan Kebutuhan Tenaga Listrik Wilayah Bangka Belitung Tabel 7.2 Proyek Pembangkit Sistem di Bangka Tabel 7.3 Proyek Pembangkit Sistem di Belitung Tabel 7.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Negara Tujuan Ekspor Bangka Belitung viii

10 DAFTAR GRAFIK Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Keyakinan Konsumen Bangka Belitung... 7 Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian... 9 Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods 26 Grafik 2.4 Indikator Tekanan Inflasi Grafik 2.5 Indikator Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen Grafik 2.7 Produksi Beras ARAM II Grafik 2.8 Arus Bongkar Pelabuhan Bangka Belitung Grafik 2.9 Kontribusi Inflasi Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Grafik 2.12 Inflasi Subkelompok Bahan Makanan Grafik 2.13 Perkembangan Harga Gula di Pasar Internasional Grafik 2.14 Inflasi Subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau... 31

11 Daftar Grafik Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.16 Inflasi Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang Grafik 2.18 Inflasi Subkelompok Sandang Grafik 2.19 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Kesehatan Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Grafik 2.23 Inflasi Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Grafik 2.24 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 2.25 Inflasi Subkelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2010 di Bangka Belitung Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka Belitung Triwulan III Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan III Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan III 2010 Berdasarkan Wilayah Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafon Kredit Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Kredit Bangka Belitung Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung Grafik 3.14 Perkembangan NPL per Kelompok Bank Grafik 3.15 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung x

12 Daftar Grafik Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Penerimaan Realisasi APBD Bangka Belitung 2010 Semester I Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Belanja Realisasi APBD Bangka Belitung 2010 Semester I Grafik 4.3 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 5.5 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung Grafik 7.2 Faktor Musiman Produksi Timah Grafik 7.3 Ekspektasi Konsumen 6 Bulan Kedepan Grafik 7.4 Proyeksi Inflasi Bangka Belitung xi

13 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

14 A. Inflasi dan PDRB INDIKATOR EKONOMI

15 Indikator Ekonomi B. Perbankan *) Data Statistik Ekonomi Keuangan Daerah (SEKDA) s.d Agustus 2010 ** Total Aset Bank Pelapor *** DPK Berdasarkan Lokasi Penghimpun Dana xiv

16 Indikator Ekonomi C. Sistem Pembayaran xv

17 Indikator Ekonomi Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank xvi

18 III/10 RINGKASAN EKSEKUTIF Kajian Ekonomi Regional Bangka Belitung Abstraksi Laju pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung pada triwulan III 2010 melambat. Terhambatnya pertumbuhan ekonomi disebabkan oleh produksi yang menurun karena curah hujan yang tinggi. Selain itu, realisasi belanja lebih lambat dibandingkan penerimaan pemerintah sehingga tidak optimal dalam memberikan dorongan pada perekonomian. Inflasi cenderung mulai meningkat yang lebih banyak dipengaruhi oleh faktor non fundamental yang antara lain terkait perayaan Idul Fitri. Perbankan relatif lebih ekspansif menyalurkan walaupun DPK mengalami penurunan. transaksi pembayaran tunai dan non tunai mengkonfirmasi tingginya aktivitas perekonomian. Pada triwulan IV 2010, perekonomian Bangka Belitung mengalami percepatan pertumbuhan. Pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan masih didorong oleh harga timah yang tinggi, walaupun curah hujan yang tinggi membuat produksi menjadi tidak optimal. Ekspor diperkirakan tinggi didorong oleh harga di pasar internasional yang tetap tinggi, namun di sisi lain impor diperkirakan cukup besar. Di samping itu, permintaan domestik diprediksi tetap kuat didorong oleh optimisme masyrakat. Inflasi diperkirakan mengalami penurunan yang lebih disebabkan oleh faktor tahun dasar. Terdapat risiko tekanan inflasi yang berasal dari faktor cuaca maupun bencana alam yang dapat mengganggu kesinambungan distribusi dan pasokan.

19 Ringkasan Eksekutif Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selanjutnya disebut Bangka Belitung) tumbuh pada level yang cukup tinggi, yaitu 5,1% (yoy) atau meningkat 2,9% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) sebesar 1,3% atau menurun dibanding triwulan sebelumnya 1,5%. Penurunan ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang menunjukkan konsumen dalam memandang perekonomian Bangka Belitung tidak seoptimis triwulan sebelumnya, penurunan terbesar terjadi di bulan Juli, kemudian mulai naik di bulan Agustus dan September. Peningkatan kinerja usaha ditunjukkan oleh meningkatnya penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh faktor iklim yang menurunkan produksi dan kualitas Tandan Buah Segar (TBS), ikan, dan komoditas pertambangan seperti kaolin, pasir kuarsa dan timah. Selain itu, meningkatnya persaingan akibat banyaknya nelayan dari luar negeri menjadi pembatas pengembangan kinerja di subsektor perikanan. Meskipun demikian terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan kinerja diantaranya (i) keterbatasan bahan baku baik karena penurunan produksi maupun meningkatnya persaingan dalam memperoleh bahan baku, (ii) pengaruh iklim, yakni tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas, (iii) meningkatnya persaingan usaha, (iv) ketidakpastian implementasi peraturan khususnya untuk timah, serta (v) keterbatasan anggaran untuk pengembangan komoditas unggulan. Sektor pertambangan menurun terkait produksi pasir timah dari penambangan darat yang berkurang akibat tingginya curah hujan. Faktor yang masih dapat menjaga tumbuhnya sektor ini di triwulan III adalah menguatnya harga timah di pasar internasional. Sama halnya dengan timah, tingginya curah hujan diperkirakan juga akan menurunkan produksi kaolin. Penurunan kaolin juga diperparah dengan harga kaolin di pasar luar negeri yang menurun karena subtitusi ke produk lain. Hal yang berbeda terjadi pada minyak bumi yang mengalami kenaikan seiring dengan meningkatnya lifting minyak. Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi. Investasi swasta juga mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal. Selain itu, ekspor juga mengalami peningkatan secara tahunan. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, 2

20 Ringkasan Eksekutif diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura. Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 7,67%, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 5,80%. Sepanjang triwulan III 2010, inflasi bulanan Kota Pangkalpinang juga berada di atas nasional. Kenaikan inflasi tahunan pada triwulan III 2010 dibanding triwulan II 2010 terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok sandang yang justru mengalami penurunan. Inflasi pada triwulan III 2010 lebih didorong oleh non fundamental, hal ini terlihat dari cukup besarnya kenaikan inflasi volatile foods dan administered price baik inflasi bulanan, triwulanan, dan tahunan. Volatile foods mengalami peningkatan terakit adanya peningkatan permintaan terkait bulan ramadhan dan perayaan Lebaran juga berkurangnya pasokan barang, khususnya bahan makanan, dari Pulau Jawa dan Sumatera. Sementara itu inflasi inti/core inflation juga naik meski tidak setinggi dua kelompok lainnya. Tekanan inflasi dari ekspektasi di triwulan III meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya ekspektasi konsumen sepanjang triwulan III, terutama dikarenakan berkurangnya pasokan bahan makanan. Selain itu terdapat pula ekspektasi kenaikan harga di pada level pedagang. Kenaikan ekspektasi baik di pedagang maupun konsumen dikarenakan adanya peningkatan permintaan terkait bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran juga berkurangnya pasokan barang dari Pulau Jawa dan Sumatera khususnya bahan makanan. Produksi bahan makanan berkurang akibat anomali musim. Produksi Beras menurun di Bangka Belitung dan Sumatera Selatan berdasarkan data angka ramalan II pada periode Mei sampai Agustus Kenaikan bahan makanan tidak hanya terjadi di Bangka Belitung, namun hampir di seluruh daerah di Indonesia. Secara umum, kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 (hingga bulan Agustus) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan secara umum mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Permintaan kredit yang meningkat di tengah adanya penurunan pendanaan dari masyarakat, namun spread suku bunga justru mengalami penurunan karena berkurangnya risiko. Pada triwulan III 2010 ini, terdapat dorongan konvergensi perekonomian melalui perbankan karena penyaluran kredit dibandingkan DPK yang lebih tinggi di wilayah lainnya relatif terhadap Pangkalpinang. 3

21 Ringkasan Eksekutif Realisasi pendapatan daerah 2010 sampai dengan semester I sudah mencapai sebesar 53,72% dari anggarannya. Persentase realisasi terbesar dari dana bagi hasil bukan pajak dan dana perimbangan. Sedangkan realisasi terkecil adalah dana alokasi khusus yaitu 30,00%. Di sisi lain, realisasi belanja daerah Bangka Belitung sampai dengan semester I 2010 baru mencapai 22,57%. Realisasi tersebut disumbang oleh belanja operasi, belanja modal dan belanja transfer, sementara belanja tidak terduga belum terealisasi. Dana kegiatan pembangunan yang berasal dari APBD 2010 sampai dengan triwulan III terealisasi 47,34%, sedikit lebih tinggi dibanding realisasi triwulan yang sama pada tahun Tercatat terjadi peningkatan nett-outflow kegiatan kas titipan di Pangkalpinang, perputaran kliring, dan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya, yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang semakin menguat di triwulan III bersamaan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran, selain itu juga didukung dengan terus menguatnya harga timah di pasar internasional. Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, terdapat peningkatan optimisme konsumen Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang. Hal ini ditenggarai oleh tingginya harga timah di pasar internasional dan juga sejalan dengan adanya penurunan pengangguran dan tingkat kemiskinan. Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) di Bangka Belitung pada triwulan IV 2010 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 6,1 ± 1%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 5,1%. Secara triwulanan (qtq) pertumbuhan diproyeksikan sebesar 0,4 ± 1% atau dengan menghilangkan faktor musiman sebesar 1,8% (qtq, sa). Beberapa faktor yang diperkirakan dapat memberikan stimulus pada perekonomian melalui permintaan domestik, yaitu (1) tetap baiknya pendapatan karena baiknya harga timah yang memicu peningkatan konsumsi masyarakat, dan (2) potensi peningkatan penyaluran kredit perbankan karena meningkatnya kegiatan investasi dan baiknya outlook perekonomian Indonesia. Meskipun demikian, terdapat pula potensi yang patut diperhatikan karena dapat membuat pertumbuhan ekonomi lebih rendah dari perkiraan, yaitu: (1) nilai tukar Rupiah yang berpotensi semakin terapresiasi yang dapat menurunkan net ekspor, (2) kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang menambah beban biaya usaha. 4

22 Ringkasan Eksekutif Harga timah di triwulan III 2010 menunjukkan perbaikan yang diperkirakan akan terus berlanjut di triwulan IV, namun faktor penghambat adalah produksi yang menurun akibat cuaca. Peningkatan harga timah di pasar internasional diikuti dengan terus menurunnya persediaan timah. Pertumbuhan Bangka Belitung dari sisi permintaan diperkirakan masih didominasi oleh konsumsi. Ekspor produk-produk unggulan Bangka Belitung diprediksi akan tetap tumbuh tinggi terkait terus menguatnya harga timah di pasar internasional. Inflasi tahunan diperkirakan akan melambat dari 7,67% (yoy) pada triwulan III, menjadi 6,44±1% di triwulan IV. Sementara itu, secara triwulanan terkontraksi 0,58±1% (qtq). Proyeksi tersebut saat ini mempunyai kecenderungan bias ke atas karena adanya risiko dampak perubahan iklim dan bencana alam melalui gangguan pada distribusi dan pasokan. Pada bulan Oktober dan November diperkirakan terjadi sedikit penurunan harga karena penyesuaian kembali harga beberapa jenis barang/jasa pasca lebaran. Pada akhir tahun, tekanan kenaikan harga akan muncul pada liburan Natal dan tahun baru, termasuk dari kelompok transportasi. 5

23 Ringkasan Eksekutif Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 6

24 1. PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO REGIONAL Bab 1 Perekonomian Bangka Belitung triwulan III 2010 tumbuh cukup tinggi meski melambat jika dibanding triwulan sebelumnya. Menurunnya produksi komoditas unggulan akibat faktor cuaca membuat perekonomian melambat, namun faktor yang menopang pertumbuhan ekonomi triwulan III kenaikan pengeluaran sehubungan bulan Ramadhan, perayaan Idul Fitri, dan naiknya harga komoditas unggulan. Perekonomian Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (selanjutnya disebut Bangka Belitung) tumbuh pada level yang cukup tinggi, yaitu 5,1% (yoy) atau meningkat 2,9% (qtq) dibanding triwulan sebelumnya. Sementara itu, pertumbuhan triwulanan dengan menghilangkan faktor musiman (qtq, sa) sebesar 1,3% atau menurun dibanding triwulan sebelumnya 1,5%. Penurunan ini terkonfirmasi dari hasil Survei Konsumen 1 Kantor Bank Indonesia (KBI) Palembang menunjukkan konsumen dalam memandang perekonomian Bangka Belitung tidak seoptimis triwulan sebelumnya, penurunan terbesar terjadi di bulan Juli, kemudian mulai naik di bulan Agustus dan September. Grafik 1.1 Nominal dan Pertumbuhan PDRB serta Survei Keyakinan Konsumen Bangka Belitung Survei Konsumen Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung dan Survei Konsumen KBI Palembang 1.1 Sisi Penawaran Hampir semua sektor ekonomi utama penyumbang perekonomian Bangka Belitung, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, mengalami perlambatan pertumbuhan. Sebaliknya, sektor sektor perdagangan, hotel, dan 1 Survei Konsumen menghasilkan beberapa indeks yang mencerminkan optimisme atau pesimisme konsumen, antara lain IKK. Konsumen dikatakan optimis jika indeks berada di atas 100 sebaliknya apa bila di bawah 100, konsumen berada dalam kondisi pesimis.

25 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional restoran mengalami peningkatan terkait bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran. Perayaan hari besar keagamaan ini juga telah memberikan dorongan pada sektor tersier khususnya sektor pengangkutan dan komunikasi. Pertumbuhan juga didukung dengan meningkatnya harga komoditas unggulan Bangka Belitung, timah, kelapa sawit, dan karet, namun sayangnya produksinya menurun. Tabel 1.1 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Pertumbuhan triwulan III 2010 tercatat sebesar 2,9% (qtq), melambat dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tumbuh 4,0% (qtq). Hal ini dikarenakan menurunnya produksi komoditas unggulan, timah, sawit, dan karet. Tabel 1.2 Pertumbuhan Sektor Ekonomi Triwulanan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung Dilihat dari kontribusi sektoral, pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung masih didominasi oleh sektor primer, diikuti oleh sektor tersier, dan sektor sekunder. Sektor pertanian merupakan sektor dengan kontribusi penyumbang pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang terbesar diikuti dengan sektor industri pengolahan dan sektor perdagangan, hotel, dan restoran. 8

26 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.3 Kontribusi Sektor Ekonomi Terhadap PDRB Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Pertanian Sektor pertanian pada triwulan III 2010 mengalami perlambatan pertumbuhan yaitu dari 10,8% (yoy) pada triwulan II menjadi 7,2%. Secara triwulanan tumbuh 1,3% (qtq). Subsektor tanaman bahan makanan pada triwulan ini diperkirakan tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, namun dibanding tahun sebelumnya diperkirakan menurun. Hal ini terkonfirmasi dari menurunnya produksi padi (Angka Ramalan III 2010 selanjutnya disebut ARAM III 2010) periode Mei - Agustus 2010 dibanding periode yang sama tahun sebelumnya (Angka Realisasi 2009 selanjutnya disebut ATAP 2009), yaitu terkontraksi 57,11% (yoy). Pada bulan Agustus di beberapa daerah baru memasuki masa tanam. Namun di Bangka Selatan, dimana hampir semua persawahannya menggunakan sistem tadah hujan, belum dilakukan penanaman padi Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 9

27 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.2 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertanian (Lanjutan) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : Badan Meteorologi dan Geofisika Stasiun Meteorologi Pangkalpinang Sumber : Departemen Kelautan dan Perikanan Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian dikarenakan curah hujan yang tinggi. Curah hujan yang tinggi juga menyebabkan sawah ladang di Kabupaten Bangka belum memasuki masa tanam. Keterlambatan musim tanam ini diperkirakan akan berdampak pada tidak tercapainya target sasaran produksi hasil panen padi ladang tahun Penurunan produksi juga dialami pada produksi jagung dan kacang tanah. Subsektor perkebunan diperkirakan sedikit naik dibanding triwulan sebelumnya terkait terus menguatnya harga komoditas unggulan seperti karet, CPO, dan lada. Namun ditengah penguatan harga justru produksi karet dan CPO menurun. Penurunan hasil produksi karet terkait musim gugur daun dimana pohon karet tidak dapat disadap yang ditandai oleh gugurnya daun-daun pohon. Jika petani masih melakukan penyadapan, hal tersebut akan mengakibatkan kematian pada pohon. Penurunan juga terjadi pada produksi tandan buah segar kelapa sawit dikarenakan faktor cuaca dimana terjadi hujan terus menerus. Subsektor perikanan diperkirakan mengalami penurunan terkait cuaca yang tidak mendukung, angin kencang dan gelombang laut yang tinggi menyebabkan nelayan tidak dapat melaut. Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 10

28 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Pertambangan dan Penggalian Sektor pertambangan dan penggalian naik 2,5% (qtq), namun secara tahunan terkontraksi 2,0% (yoy). Menurunnya sektor ini terkait produksi pasir timah dari penambangan darat yang berkurang akibat tingginya curah hujan. Faktor yang masih dapat menjaga tumbuhnya sektor ini di triwulan III adalah menguatnya harga timah di pasar internasional. Sama halnya dengan timah, tingginya curah hujan diperkirakan juga akan menurunkan produksi kaolin. Penurunan kaolin juga diperparah dengan harga kaolin di pasar luar negeri yang menurun karena subtitusi ke produk lain. Hal yang berbeda terjadi pada minyak bumi, lifting naik 6,22% (qtq) sehingga meningkatkan gross revenue 2,96% (qtq). Grafik 1.3 Indikator Pertumbuhan Sektor Pertambangan dan Penggalian (Lanjutan) Sumber : Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Grafik 1.4 Pertumbuhan Sektor Industri Pengolahan Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Industri Pengolahan Pertumbuhan tahunan (yoy) sektor industri pengolahan melambat dari 3,4% menjadi 2,1%. Secara triwulanan naik 4,0%. Produksi timah, karet, dan kelapa sawit sebagai input sektor ini diperkirakan menurun. Berdasarkan survei yang dilakukan BPS Bangka Belitung, industri karet, barang dari karet, dan barang dari plastik turun sebesar 18,43% (qtq). Sementara itu, industri makanan dan minuman naik 5,78% (qtq). Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, diolah Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 11

29 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.5 Indikator Pertumbuhan Sektor Listrik, Gas, dan Air (Lanjutan) Sumber : PLN Wilayah Bangka Belitung, diolah Sumber : Pertamina Bangka Belitung, diolah Grafik 1.6 Indikator Pertumbuhan Sektor Bangunan Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Listrik, Gas, dan Air Sektor Listrik, Gas, dan Air (LGA) tumbuh 18,4% (yoy) naik tajam dari 5,2% (yoy) di triwulan II 2010, atau secara triwulanan masih naik 8,6% (qtq). Kenaikan terkonfirmasi dari naiknya penjualan listrik sebesar 4,97% (qtq) atau 10,88% (yoy) dan konsumsi elpiji sebesar 12,30% (qtq) atau 26,35% (yoy). Penjualan elpiji pada triwulan III terkait bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran. Peningkatan penjualan listrik terbesar pada segmen bisnis yaitu sebesar 28,08% (yoy) atau 8,78% (qtq). Target penyelesaian PLTU Air Anyir 1x30 MW yang semula diperkirakan dapat beroperasi bulan November, diperkirakan mundur menjadi bulan Maret Sektor Bangunan Sektor bangunan tumbuh 7,5% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,0% (yoy). Pertumbuhan tahunan pengadaan semen tercatat sebesar 22,21% (yoy). Pada triwulan III 2010, pembangunan oleh pemerintah daerah meningkat, berdasarkan data dari Bappeda Bangka Belitung diperoleh informasi bahwa rata-rata kemajuan fisik kegiatan pembangunan yang dananya bersumber dari APBD rata-rata sebesar 56,64%. Diperkirakan pembangunan terbesar pada triwulan IV. Sumber : Asosiasi Semen Indonesia 12

30 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Pertumbuhan sektor perdagangan, hotel, dan restoran mengalami peningkatan dari 5,8% (yoy) menjadi 9,8%. Semua subsektor pembentuk sektor ini diperkirakan mengalami peningkatan yang cukup besar terkait adanya bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran. Subsektor hotel dan restoran diperkirakan mengalami peningkatan yang tercermin dari jumlah wisatawan yang meningkat 40,88% (qtq). Indikator lainnya adalah naiknya jumlah penumpang melalui uadara dan laut yang masuk ke Bangka Belitung maupun keluar naik 15,48% (qtq). Subsektor perdagangan besar dan eceran diperkirakan juga mengalami peningkatan terkait Ramadhan dan Lebaran. Grafik 1.7 Indikator Pertumbuhan Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sektor pengangkutan dan komunikasi melambat dari 7,5% (yoy) menjadi 5,0%, atau naik 2,3% (qtq). Subsektor pengangkutan diperkirakan sedikit naik dibanding triwulan sebelumnya terkait adanya perayaan Lebaran. Jumlah penumpang baik melalui udara dan laut yang masuk ke Bangka Belitung maupun keluar naik 15,48% (qtq), dimana kenaikan terbesar pada penumpang melalui laut yang naik 52,35% (qtq) sementara yang melalui udara naik tipis 0,49%. Sumber : PT Pelindo Cabang Pelabuhan Pangkalbalam dan Tanjungpandan, diolah Grafik 1.8 Indikator Pertumbuhan Sektor Pengangkutan dan Komunikasi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 13

31 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Grafik 1.9 Indikator Pertumbuhan Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Keuangan, Persewaan, dan Jasa Sektor keuangan, persewaan, dan jasa tumbuh masih cukup tinggi yaitu 6,6% (yoy), meski tidak setinggi triwulan sebelumnya yaitu 7,2%. Secara triwulanan tumbuh 2,3% (qtq). Pada subsektor keuangan, terlihat dari kinerja perbankan di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 (hingga bulan Agustus) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan secara umum mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Pada subsektor persewaan dan jasa, diperkirakan mengalami peningkatan didorong oleh libur panjang Idul Fitri. Grafik 1.10 Pertumbuhan Sektor Jasa-Jasa Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sektor Jasa Jasa Pertumbuhan sektor jasa-jasa tidak mengalami perubahan yang signifikan dibanding triwulan sebelumnya, pada triwulan II tumbuh 6,2% (yoy) dan pada triwulan III tumbuh sedikit melambat menjadi 5,9% (yoy). Pendorong utama diperkirakan berasal dari subsektor jasa swasta, yaitu jasa hiburan dan rekreasi terkait dengan adanya perayaan Idul Fitri. Sementara itu, subsektor jasa pemerintahan umum dan subsektor jasa perorangan dan rumah tangga juga diperkirakan mengalami peningkatan terlihat dari realisasi belanja daerah yang relatif naik dibanding triwulan sebelumnya dan konsumsi rumah tangga yang masih cukup kuat. 14

32 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 1 ANOMALI MUSIM MENGURANGI PRODUKSI KOMODITAS UNGGULAN 2 Berdasarkan informasi dari pelaku usaha di Bangka Belitung, secara umum menunjukkan perkembangan usaha yang semakin membaik. Peningkatan kinerja ditunjukkan oleh meningkatnya penjualan, ekspansi pasar, rencana realisasi investasi maupun optimisme terhadap kondisi usaha dan perekonomian secara umum ke depan. Meskipun demikian, terdapat beberapa pelaku usaha yang menyatakan bahwa kondisi usaha mengalami penurunan disebabkan oleh faktor iklim yang menurunkan produksi dan kualitas Tandan Buah Segar (TBS), ikan, dan komoditas pertambangan seperti kaolin, pasir kuarsa dan timah. Selain itu, meningkatnya persaingan akibat banyaknya nelayan dari luar negeri menjadi pembatas pengembangan kinerja di subsektor perikanan. Kinerja dunia usaha pada triwulan III 2010, secara umum menunjukkan peningkatan ke arah yang semakin membaik dibanding periode yang sama tahun sebelumnya dan juga triwulan sebelumnya. Peningkatan kinerja sektor-sektor tersebut didorong oleh meningkatnya harga komoditas primer seperti sawit dan karet. Meskipun demikian terdapat beberapa faktor yang masih menjadi kendala dalam peningkatan kinerja, diantaranya (i) keterbatasan bahan baku baik karena penurunan produksi maupun meningkatnya persaingan dalam memperoleh bahan baku, (ii) pengaruh iklim, yakni tingginya curah hujan yang berdampak pada penurunan produksi maupun kualitas, (iii) meningkatnya persaingan usaha, (iv) ketidakpastian implementasi peraturan khususnya untuk timah, serta (vi) keterbatasan anggaran untuk pengembangan komoditas unggulan. Tingkat penjualan domestik akan semakin meningkat seiring dengan membaiknya perekonomian dan didukung masih terus berlanjut membaiknya harga komoditas unggulan, akan meningkatkan optimisme masyarakat terhadap kondisi perekonomian dan konsumsi. Selain itu, diharapkan kondisi iklim akan lebih baik dibandingkan tahun ini sehingga produktivitas hasil pertanian khususnya akan meningkat. Penjualan ekspor ikan saat ini mengalami penurunan penjualan ekspor disebabkan oleh menurunnya bahan baku, dan stagnannya permintaan produk karena subtitusi kaolin ke produk lain Kapasitas utilisasi pelaku usaha bervariasi, namun secara umum mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya dengan kebijakan pemerintah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, produksi perikanan, membantu menahan penurunan produksi akibat kendala perubahan iklim. Namun demikian, terdapat pelaku usaha yang mengalami penurunan kapasitas utilisasi karena kendala bahan baku yang menurun baik kuantitas maupun kualitasnya karena perubahan iklim, meningkatnya persaingan memperoleh bahan baku, dan ketersediaan listrik yang tidak memadai. Hal yang masih menggembirakan adalah bahwa di tengah masih terdapatnya kendala dan keterbatasan peningkatan usaha, beberapa pelaku usaha optimis untuk meningkatkan 2 Diperoleh dari hasil Business Survey yang merupakan kegiatan pemantauan kondisi usaha dengan mewawancarai lansung pelaku usaha. 15

33 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional kapasitas utilisasinya di tahun ini dan ke depan. Rata-rata pelaku usaha yang melakukan investasi pada tahun ini menyatakan bahwa investasi berupa peningkatan produksi terutama untuk rumput laut maupun bantuan kepada petani dan nelayan dengan bantuan bibit, peralatan, pembukaan lahan sawah serta bimbingan teknis. Secara umum jumlah tenaga kerja relatif tetap. Meskipun demikian, terdapat pelaku usaha yang jumlah tenaga kerjanya justru mengalami penurunan karena penghentian kegiatan produksi smelter, efisiensi, maupun kondisi usaha yang menurun. Kedepannya, beberapa pelaku usaha menyatakan akan melakukan penambahan tenaga kerja seiring dengan peningkatan aktivitas perusahaan terkait dengan ekspansi usah. Sementara itu, secara umum biaya mengalami peningkatan pada kisaran yang bervariasi terutama pada biaya tenaga kerja yang mengacu pada ketentuan pengupahan daerah setempat. Harga jual komoditas unggulan pada triwulan III 2010 secara umum meningkat dibanding tahun sebelumnya terutama untuk komoditas karet, sawit, dan timah. Peningkatan harga juga terjadi pada barang ritel dan tarif sewa kamar hotel. Sebaliknya, harga kaolin di pasar luar negeri menurun karena subtitusi ke produk lain. Margin usaha secara umum masih relatif tetap dibanding tahun sebelumnya karena meskipun terjadi peningkatan usaha dan harga jual diikuti juga dengan peningkatan biaya operasional, terutama di sektor perdagangan. Sementara itu, pada sektor pertanian terjadi penurunan margin akibat harga jual yang menurun (komoditas udang, ikan, dan beras) dan tingkat produksi yang mengalami penurunan (komoditas kelapa sawit). Fluktuasi nilai tukar sangat berpengaruh terhadap usaha pelaku usaha yang orientasi penjualannya untuk pasar ekspor, fluktuasi nilai tukar yakni penguatan nilai tukar rupiah dibandingkan tahun lalu, akan menekan pendapatan. Di sisi lain, bagi perusahaan yang orientasi penjualan untuk pasar domestik dan tidak menggunakan komponen impor, perubahan nilai tukar relatif tidak berpengaruh terhadap operasional perusahaan. Terkait dengan pembiayaan, sebagian besar pelaku usaha menggunakan dana internal untuk operasional perusahaan, meskipun demikian beberapa pelaku usaha juga menggunakan pembiayaan perbankan untuk modal kerja maupun investasi terutama dari perbankan lokal dengan kisaran tingkat suku bunga yang bervariasi. Tingkat suku bunga pinjaman dalam rupiah menurut pelaku usaha masih tinggi yakni masih di atas 10% demikian pula selisihnya dengan BI rate. 16

34 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional 1.2 Sisi Permintaan Pertumbuhan ekonomi masih didorong oleh permintaan domestik, yaitu konsumsi. Pertumbuhan konsumsi swasta nirlaba mengalami percepatan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, yaitu dari 4,5% (yoy) menjadi 6,1%. Pertumbuhan konsumsi pemerintah juga naik tipis dari 11,6% menjadi 11,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga mengalami perlambatan pertumbuhan, yaitu dari 6,7% (yoy) menjadi 6,4%. Perdagangan luar negeri mencatat perbaikan kinerja dimana ekspor netto tumbuh 15,4% (yoy), dimana triwulan sebelumnya tumbuh 4,7% (yoy). Hal ini terkait ekspor yang tumbuh lebih cepat dari 1,8% (yoy) menjadi 2,4% sementara impor hanya tumbuh sedikit menguat dari 1,2% (yoy) menjadi 1,3% (yoy). Dilihat dari pembentuknya, perekonomian Bangka Belitung dari sisi permintaan dominan dipengaruhi oleh permintaan domestik dibanding dari luar negeri. Hal ini tercermin dari kontribusi permintaan domestik di triwulan III yang mencapai 88,8%, sedangkan dari luar negeri hanya sebesar 11,2%. Tabel 1.4 Pertumbuhan Tahunan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Tabel 1.5 Pertumbuhan Triwulanan Sisi Permintaan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 17

35 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Tabel 1.6 Kontribusi Sisi Permintaan Terhadap Pertumbuhan Sektor Ekonomi Tahunan Bangka Belitung (%) Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Konsumsi Konsumsi pada triwulan III 2010 mengalami perbaikan kinerja dengan pendorong utama konsumsi swasta dan pemerintah. Pertumbuhan konsumsi swasta naik dibanding triwulan sebelumnya dari 4,5% (yoy) menjadi 6,1%, terkonfirmasi dari penggunaan listrik untuk bisnis yang mengalami percepatan pertumbuhan. Berdasarkan hasil business survey yang dilakukan Bank Indonesia Palembang, pada triwulan III, kondisi usaha di Bangka Belitung terus mengalami perbaikan, terlihat dari peningkatan penjualan (suplemen 1). Pertumbuhan konsumsi pemerintah mengalami kenaikan tipis dari 11,6% (yoy) menjadi 11,7%. Sementara itu, konsumsi rumah tangga meski tumbuh pada level yang cukup tinggi namun turun tipis dibanding triwulan sebelumnya dari 6,7% (yoy) menjadi 6,4% (yoy). Masih cukup tingginya konsumsi rumah tangga terkonfirmasi dari masih optimisnya konsumen dalam pembelian barang tahan lama dan peningkatan penjualan BBM bersubsidi. Grafik 1.11 Indikator Pertumbuhan Konsumsi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Sumber : Pertamina Sumber : PLN, Wilayah Bangka Belitung 18

36 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Suplemen 2 KECENDERUNGAN KEYAKINAN KONSUMEN MENURUT TINGKAT PENDIDIKAN RESPONDEN Melalui pengolahan data Survei Konsumen pada bulan September di Pangkalpinang dengan menggunakan metode correspondence analysis, dapat diketahui kecenderungan keyakinan konsumen berdasarkan masing-masing karakteristik responden yang berbeda. Correspondence analysis merupakan teknik statistik multivariat yang diaplikasikan pada data kategorikal, bukan data yang bersifat kontinu. Teknik ini diperkenalkan oleh Jean-Paul Benzécri. Melalui metode tersebut, akan dihasilkan output berupa letak titik pada dua dimensi. Dua titik yang berdekatan menunjukkan hubungan yang kuat antara suatu kategori pada salah satu variabel dengan suatu kategori pada variabel lainnya. Responden dengan tingkat pendidikan SMA atau D3 akan cenderung menganggap kondisi ekonomi saat ini adalah lebih baik atau sama dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Sedangkan responden dengan tingkat pendidikan Sarjana/S1 akan cenderung menganggap bahwa kondisi ekonomi saat ini adalah lebih baik dibandingkan 6 bulan sebelumnya. Selain itu, responden dengan tingkat pendidikan akademi/d3 akan cenderung berpendapat bahwa penghasilan saat ini lebih buruk dari 6 bulan sebelumnya. Kemudian, responden dengan tingkat pendidikan SMA cenderung berpendapat bahwa penghasilan saat ini cenderung sama dengan 6 bulan sebelumnya. Responden dengan tingkat pendidikan sarjana terlihat lebih optimis dengan kecenderungan menganggap bahwa penghasilan saat ini lebih baik. Grafik 1 Kondisi Ekonomi Saat Ini menurut Tingkat Pendidikan Grafik 2 Penghasilan Saat Ini menurut Tingkat Pendidikan 19

37 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Ekspektasi responden dengan tingkat pendidikan sarjana terhadap kondisi perekonomian ke depan cenderung lebih optimis. Responden dengan tingkat pendidikan SMA cenderung berpendapat bahwa kondisi ekonomi 6 bulan yang akan datang akan sama dengan kondisi saat ini, sedangkan responden dengan tingkat pendidikan akademi/d3 cenderung menganggap bahwa kondisi ekonomi akan lebih buruk pada 6 bulan yang akan datang. Selain itu, responden dengan tingkat pendidikan akademi/d3 cenderung berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan lebih buruk. Kemudian, responden dengan tingkat pendidikan SMA cenderung berpendapat bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan cenderung sama dengan saat ini. Responden dengan tingkat pendidikan sarjana cenderung menganggap bahwa penghasilan 6 bulan yang akan datang akan menjadi lebih baik dibandingkan kondisi saat ini. Grafik 3 Kondisi Ekonomi 6 Bulan yad menurut Tingkat Pendidikan Grafik 4 Penghasilan 6 Bulan yad menurut Tingkat Pendidikan 20

38 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Investasi Investasi pada triwulan III 2010 tumbuh 1,4% (qtq) atau 4,6% (yoy) meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,8% (yoy). Diperkirakan pendorong utama investasi berasal dari swasta. Indikator investasi nonbangunan seperti impor barang modal menunjukkan ada peningkatan, namun investasi bangunan yaitu realisasi pengadaan semen secara tahunan tumbuh melemah dari 33,77% (yoy) di triwulan II 2010 menjadi 22,21% (yoy). Grafik 1.12 Indikator Pertumbuhan Investasi Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Ekspor dan Impor a. Ekspor Berdasarkan data nilai ekspor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai ekspor non migas di Bangka Belitung dari bulan Juni 2010 sampai Agustus 2010 tercatat sebesar US$426,85 juta, atau naik 27,05% (qtq) dari triwulan sebelumnya yang tercatat US$335,96 juta. Secara tahunan (yoy) tumbuh menguat dari 7,09 pada triwulan II 2010 menjadi 12,83%, sejalan dengan pertumbuhan tahunan ekspor PDRB di triwulan III 2010 yang tumbuh 2,4% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tumbuh 1,8%. Perbaikan ini didukung oleh terus menguatnya harga komoditas Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah 21

39 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional unggulan Bangka Belitung di pasar internasional. Timah sebagai penyumbang terbesar ekspor Bangka Belitung, harganya mengalami peningkatan tajam yaitu sebesar 44,83% (yoy) atau 15,20% (qtq). Namun, berdasarkan bisnis survei, pelaku usaha timah mengatakan masih belum ada kepastian hukum mengenai penambangan darat, sehingga untuk menghindari tindakan yang dapat dikategorikan pelanggaran hukum, pelaku usaha timah belum melakukan penambangan secara optimal. Sementara itu, tingginya curah hujan menurunkan produksi penambangan darat. Berdasarkan negara tujuan, pasar ekspor terbesar tetap ke wilayah Asia, diikuti oleh Eropa, dan Amerika. Negara tujuan ekspor terbesar adalah Singapura. Grafik 1.13 Indikator Ekspor Bangka Belitung (Lanjutan) Sumber : Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg Sumber : Bloomberg 22

40 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional b. Impor Berdasarkan data nilai impor non migas menurut kelompok Standard International Trade Classification (SITC) Bank Indonesia, total nilai impor non migas di Bangka Belitung dari bulan Juni Agustus 2010 tercatat sebesar US$13,91 juta, tumbuh sebesar 13,20% (qtq). Alat pengangkut lainnya, yaitu kapal isap dan kapal keruk, tercatat cukup besar. Pembelian ini dilakukan sejak tahun 2009 oleh para pelaku industri penambangan timah. Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung, diolah Grafik 1.14 Indikator Impor Bangka Belitung (Lanjutan) 23

41 1. Perkembangan Ekonomi Makro Regional Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 24

42 Bab 2 2. PERKEMBANGAN INFLASI PANGKALPINANG Tekanan inflasi di triwulan III 2010 lebih cenderung berasal dari sisi musiman, yaitu peningkatan permintaan barang terkait Ramadhan dan Idul Fitri juga berkurangnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera 2.1 Inflasi Kota Pangkalpinang Grafik 2.1 Perkembangan Inflasi Pangkalpinang,Palembang, dan Nasional Sumber: BPS, diolah Tabel 2.1 Statistika Deskriptif Inflasi Tahunan Pangkalpinang,Palembang dan Nasional Jan 2008 Sep 2010 Sumber: BPS,diolah Inflasi tahunan (yoy) Kota Pangkalpinang pada triwulan III 2010 tercatat sebesar 7,67%, lebih tinggi dari inflasi nasional sebesar 5,80%. Sepanjang triwulan III 2010, inflasi bulanan Kota Pangkalpinang juga berada di atas Nasional. Inflasi tahunan Kota Pangkalpinang secara historis lebih fluktuatif dibandingkan dengan inflasi nasional. Data dari tahun 2008 sampai dengan September 2010 angka standar deviasi Kota Pangkalpinang mencapai 5,85%, lebih tinggi dibandingkan angka standar deviasi nasional yang tercatat 3,36%. Inflasi Kota Pangkalpinang sangat dipengaruhi oleh ketergantungan yang tinggi Bangka Belitung terhadap pasokan barang dari kota lain terutama Kota Palembang dan Jakarta. Sementara pengangkutan barang-barang menggunakan jalur laut, pada musim penghujan dan ombak tinggi, kondisi perairan dan cuaca sering kurang kondusif yang berdampak pada ketersediaan pasokan dan harga barang tersebut.

43 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang 2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inflasi Inflasi pada triwulan III 2010 bukan didorong oleh faktor mendasar namun lebih dikarenakan faktor musiman dan temporer, hal ini terlihat dari cukup besarnya kenaikan inflasi volatile foods dan administered price baik secara bulanan, triwulanan, dan tahunan. Volatile foods mengalami peningkatan terkait kenaikan permintaan di bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran, juga berkurangnya pasokan barang khususnya bahan makanan, dari Pulau Jawa dan Sumatera. Sementara itu inflasi inti/core inflation juga naik meski tidak setinggi dua kelompok lainnya. Grafik 2.2 Perkembangan Inflasi Triwulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Grafik 2.3 Perkembangan Inflasi Bulanan Core, Administered Price, dan Volatile Foods Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Inflasi Inti Inflasi inti, yaitu komponen inflasi yang cenderung menetap atau persisten (persistent component) di dalam pergerakan inflasi dan dipengaruhi oleh faktor dasar, seperti (i) interaksi permintaan dan penawaran, (ii) lingkungan eksternal (nilai tukar, harga komoditi, dan inflasi mitra dagang), dan (iii) ekpektasi inflasi dari pedagang dan konsumen. Perkembangan inflasi inti mulai meningkat dari 3,70% (yoy) pada triwulan II meningkat menjadi 4,69% (yoy) di triwulan III. Sama halnya dengan inflasi tahunan, inflasi triwulanan (qtq) juga mengalami peningkatan dari 0,05% di triwulan II menjadi 2,97% di triwulan III. Dari sisi permintaan, tekanan inflasi pada triwulan III 2010 berasal dari relatif membaiknya penghasilan masyarakat yang diperlihatkan masih optimisnya konsumen terhadap penghasilan saat ini dibandingkan enam bulan yang lalu dan ekspektasi penghasilan enam bulan yang akan datang. Optimisme konsumen tersebut berdasarkan survei konsumen pada bulan Juli, Agustus, dan September di Kota Pangkalpinang. Peningkatan optimisme 26

44 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang sedikit banyak terkait dengan naiknya harga timah di pasar internasional. Keterkaitan antara pergerakan harga timah internasional dengan inflasi diperlihatkan dari pergerakan yang identik pada dua variabel. Grafik 2.4 Indikator Tekanan Inflasi Perkembangan Inflasi qtq dan Harga Timah Survei Konsumen Sumber: BPS Bangka Belitung dan Bloomberg, diolah Event Analysis Inflasi Kota Pangkalpinang Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah Dari sisi penawaran kenaikan biaya produksi yang ditanggung oleh pengusaha 3 naik dibanding triwulan sebelumnya, yaitu biaya energi, tingkat upah, dan biaya bahan baku. Naiknya biaya produksi yang ditanggung perusahaan akibat kenaikan Tarif Dasar Listrik mulai Juli tahun Likert Scale Biaya Energi & Inflasi qtq Grafik 2.5 Indikator Tekanan Inflasi Sisi Penawaran Likert S cale Tingkat Upah & Inflasi qtq Likert S cale Bahan Baku & Inflasi qtq 3 Berdasarkan survei bisnis yang dilakukan oleh Bank Indonesia Palembang 27

45 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Bobot kelompok barang yang diperdagangkan (tradeable) pada inflasi sebesar 26,70%, memperlihatkan efek dari luar yang berasal dari nilai tukar dan inflasi dunia hanya memberikan dampak yang kecil. Selain itu hanya 1,82% barang Bangka Belitung yang berasal dari impor (IRIO 2005, BPS). Tekanan inflasi dari impor pada triwulan III cenderung rendah, terlihat dari nilai Rupiah yang terus menguat. Ekspektasi inflasi di triwulan III meningkat Grafik 2.6 Ekspektasi Inflasi Konsumen dibanding triwulan sebelumnya. Hal ini terlihat dari meningkatnya ekspektasi konsumen dan pedagang sepanjang triwulan III. Kenaikan ekspektasi baik di pedagang maupun konsumen dikarenakan adanya peningkatan permintaan terkait bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran juga berkurangnya pasokan barang dari Pulau Jawa dan Sumatera khususnya bahan makanan. Sumber: BPS Bangka Belitung dan Survei Konsumen BI, diolah Non Inti a. Volatile Foods Inflasi tahunan (yoy) volatile foods naik dari 11,12% di triwulan II menjadi 13,63%. Kenaikan yang besar terjadi di bulan Juli telihat dari tingginya inflasi bulanan (mtm) sebesar 6,31%, kemudian menurun di bulan Agustus dan September. Berdasarkan data Interregional Input Output (IRIO) tahun 2005, bahan makanan (beras, hasil perkebunan, peternakan, dan perikanan) untuk kebutuhan Bangka Belitung memerlukan pasokan dari daerah lain sebesar 37,43% dari total kebutuhan konsumsi. Sepanjang triwulan III, pasokan barang ke Bangka Belitung menurun diperlihatkan dari menurunnya arus bongkar pada dua pelabuhan besar di Bangka Belitung. Arus bongkar di Pelabuhan Tanjungpandan menurun sebesar 18,22% (qtq) dan di Pelabuhan Pangkalbalam turun sebesar 23,11%. Produksi bahan makanan berkurang akibat anomali musim. Produksi Beras di Bangka Belitung dan Sumatera Selatan berdasakan data angka ramalan II pada periode Mei sampai Agustus 2010 produksi menurun. Kenaikan bahan makanan tidak hanya terjadi di Bangka Belitung, namun hampir di seluruh daerah di Indonesia. 28

46 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.7 Produksi Beras ARAM II Grafik 2.8 Arus Bongkar Pelabuhan Bangka Belitung Sumber: BPS Bangka Belitung dan Sumatera Selatan, diolah Sumber: BPS Bangka Belitung, diolah b. Administered Price Inflasi administered price naik dari 2,73% (yoy) di triwulan II menjadi 6,96% (yoy) di triwulan III, dimana inflasi tertinggi terjadi pada bulan September yaitu 3,81% (mtm). Kenaikan listrik di bulan Juli 2010 juga ikut menaikkan inflasi pada kelompok ini. Pada bulan September komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu rokok kretek filter sebesar 0,30%, rokok putih dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,03%. 2.3 Inflasi Kota Pangkalpinang per Kelompok Barang Kenaikan inflasi tahunan pada triwulan III 2010, dibanding triwulan II 2010, terjadi pada hampir semua kelompok barang dan jasa, kecuali kelompok sandang yang justru mengalami penurunan. Tabel 2.2 Perkembangan Inflasi Tahunan (yoy) Pangkalpinang per Kelompok Barang Grafik 2.9 Kontribusi Inflasi Sumber: BPS Bangka Belitung Sumber: BPS Bangka Belitung,diolah Inflasi kelompok bahan makanan pada triwulan III 2010 tercatat 13,20% (yoy), naik dibanding triwulan sebelumnya 10,96% (yoy). Tekanan inflasi berasal dari berkurangnya pasokan akibat berkurangnya produksi bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera. Inflasi tertinggi terjadi di bulan Juli yaitu 6,13%, disebabkan oleh naiknya harga cabe merah sebesar 50,80%, bawang putih sebesar 49,07%, cabe rawit sebesar 36,83, nanas sebesar 25,00%, anggur sebesar 17,88%, bawang merah sebesar 17,45%, daging 29

47 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang ayam ras sebesar 14,42%, dan harga beras sebesar 12,40%. Komoditas yang memiliki andil inflasi tertinggi diantaranya adalah beras, daging ayam ras, cabe merah, bawang putih, bawang merah, cabe rawit, dan telur ayam ras. Pada bulan Agustus dan September bersamaan dengan bulan Ramadhan dan perayaan Lebaran, inflasi kelompok bahan makanan tercatat sebesar 1,28% (mtm) dan 0,39%(mtm). Inflasi ini terkait dengan adanya peningkatan permintaan akibat Ramadhan dan Lebaran. Grafik 2.10 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Tabel 2.3 Perkembangan Harga Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: Disperindag, Bangka Belitung, diolah Inflasi kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sedikit naik dari 5,25% (yoy) di triwulan II 2010 menjadi 5,64% (yoy). Peningkatan terbesar di bulan September, yaitu 1,96% (mtm). Komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi yaitu rokok kretek filter sebesar 0,30%, rokok putih dan rokok kretek masing-masing sebesar 0,03%, sehingga subkelompok tembakau dan minuman beralkohol mengalami inflasi sebesar 7,36% (mtm). Grafik 2.11 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Grafik 2.12 Inflasi Subkelompok Bahan Makanan 30

48 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.13 Perkembangan Harga Gula di Pasar Internasional Grafik 2.14 Inflasi Subkelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok, dan Tembakau Sumber: Bloomberg, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Inflasi kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar naik dari triwulan sebelumnya dari 2,93% (yoy) menjadi 3,60% (yoy). Kenaikan tertinggi terjadi di bulan Agustus yaitu 1,09%, dengan komoditas yang dominan memberikan sumbangan inflasi adalah tarif listrik yaitu 0,25%. Hal ini terkait dengan kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) yang ditetapkan oleh pemerintah mulai 1 Juli Grafik 2.15 Inflasi Kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Grafik 2.16 Inflasi Subkelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Inflasi kelompok sandang melambat dari 4,72% (yoy) di triwulan II menjadi 4,68% (yoy). Penurunan ini dikarenakan terjadi deflasi di bulan Juli sebesar 0,25% (mtm) karena turunnya harga emas perhiasan. Namun di bulan Agustus dan September emas perhiasan kembali naik sehingga menyebabkan inflasi pada kelompok ini masing-masing sebesar 0,22% (mtm) dan 0,55% (mtm). Grafik 2.17 Inflasi Kelompok Sandang Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 31

49 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Grafik 2.18 Inflasi Subkelompok Sandang Grafik 2.19 Perkembangan Harga Emas di Pasar Internasional Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: Bloomberg, diolah Inflasi kelompok kesehatan mengalami peningkatan dari 0,48% (yoy) di triwulan II menjadi 0,89% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi di bulan Juli, yaitu sebesar 0,87% (mtm) dikarenakan naiknya tarif rumah sakit sebesar 8,31%. Kelompok pendidikan, rekreasi, dan olah raga mengalami peningkatan inflasi yang tajam yaitu dari 3,35% (yoy) di triwulan II menjadi 21,04% (yoy). Peningkatan terbesar terjadi pada subkelompok pendidikan dan subkelompok perlengkapan/peralatan pendidikan terkait dengan masuknya ajaran tahun baru sekolah. Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Kesehatan Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Kesehatan Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Grafik 2.20 Inflasi Kelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Grafik 2.21 Inflasi Subkelompok Pendidikan, Rekreasi, dan Olahraga Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 32

50 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Kelompok transportasi, keuangan, dan jasa keuangan pada triwulan III 2010 mengalami inflasi sebesar 3,42% (yoy) naik dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 2,06% (yoy). Kenaikan ini terkait naiknya tarif angkutan udara di bulan Juli dan September dan angkutan laut di bulan September terkait dengan adanya perayaan Lebaran. Grafik 2.22 Inflasi Kelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Grafik 2.23 Inflasi Subkelompok Transportasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah Sumber: BPS, Bangka Belitung, diolah 33

51 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Suplemen 3 RESUME HASIL QUICK SURVEY KENAIKAN TDL: DAMPAK KENAIKAN TDL TERHADAP SEKTOR INDUSTRI PENGOLAHAN DI SUMBAGSEL Analisis ini didasarkan atas hasil quick survey Dampak Kenaikan Tarif Dasar Listrik (TDL) terhadap Sektor Industri Pengolahan. Responden di wilayah kerja KKBI Palembang terdiri dari 130 responden. 100 responden berada di wilayah KBI Palembang, 20 responden berada di wilayah KBI Lampung, dan 10 responden berada di wilayah kerja KBI Bengkulu. Mayoritas responden (81%) merasakan dampak kenaikan TDL pada kegiatan operasional perusahaan. Di Palembang, 84% responden merasakan dampak kenaikan TDL, sedangkan di Lampung dan Bengkulu dampak kenaikan TDL dirasakan oleh masing-masing 70% responden. Grafik 1. Dampak Kenaikan TDL Grafik 2. Respon Kenaikan TDL Respon kenaikan TDL tersebut dapat berupa menaikkan harga jual maupun menurunkan margin perusahaan. Responden yang berencana untuk menaikkan harga jual adalah sebesar 33%, sedangkan responden yang berencana untuk menurunkan margin lebih banyak, yaitu 49%. Tabel 1. Kenaikan Harga Jual Provinsi % kenaikan* Palembang 7.10 Bengkulu Lampung 7.50 Sumbagsel 7.54 *rata-rata tertimbang Tabel 2. Penurunan Margin Keuntungan Provinsi % penurunan* Palembang 5.22 Bengkulu 4.00 Lampung Sumbagsel 6.03 *rata-rata tertimbang 34

52 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Kenaikan harga jual yang direncanakan oleh pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel terkait kenaikan TDL adalah sebesar 7,54%. Kenaikan harga tertinggi yang dilakukan oleh pelaku usaha industri pengolahan terjadi di Bengkulu (11,83%), yang kemudian diikuti oleh Lampung (7,10%), dan Palembang (7,50%). Penurunan margin yang harus dilakukan karena adanya kenaikan TDL menurut pelaku usaha industri pengolahan di Sumbagsel adalah sekitar 6,03%. Penurunan margin tertinggi terjadi di Lampung (10,17%), yang kemudian diikuti oleh Palembang (5,22%), dan Bengkulu (4,00%). Grafik 3. Waktu Menaikkan Harga Jual Sebagian besar responden di Sumbagsel berencana menaikkan harga jual pada awal tahun 2011 yang pada umumnya disebabkan oleh adanya ikatan kontrak sampai dengan akhir tahun Namun demikian, responden juga banyak yang berencana untuk meningkatkan harga jual pada bulan September Oktober 2010 serta bulan Desember Di Bengkulu, mayoritas responden berencana meningkatkan harga jual pada Oktober

53 2. Perkembangan Inflasi Pangkalpinang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 36

54 3. PERKEMBANGAN PERBANKAN DAERAH Bab 3 Intermediasi perbankan meningkat karena membaiknya prospek perekonomian ke depan seiring dengan tingginya harga timah. Kredit/pembiayaan masih tumbuh cukup baik dengan kualitas yang tetap terjaga. 3.1 Kondisi Umum Secara umum, kinerja perbankan di Grafik 3.1 Perkembangan Aset, DPK, dan Kredit Bangka Belitung pada triwulan III 2010 (hingga Perbankan Bangka Belitung bulan Agustus) dari beberapa indikator seperti total aset, penghimpunan dana dan penyaluran kredit/pembiayaan mengalami sedikit peningkatan secara triwulanan, walaupun DPK mengalami penurunan. Permintaan kredit meningkat di tengah adanya penurunan pendanaan dari masyarakat, namun spread suku bunga justru mengalami penurunan *Data sampai bulan Agustus 2010 karena berkurangnya risiko. Secara tahunan, total aset perbankan Bangka Belitung sedikit meningkat dengan kisaran moderat sebesar 8,68% dari triwulan yang sama pada tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp7,87 triliun menjadi Rp8,55 triliun. Sejalan dengan terjadinya peningkatan secara triwulanan sebesar 0,82% (qtq), pertumbuhan tahunan mengalami percepatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) menurun sebesar 5,14% (yoy) dari Rp8,08 triliun menjadi Rp7,66 triliun, dan mengalami penurunan sebesar 1,00% secara triwulanan (qtq). Peningkatan DPK terutama didorong oleh penurunan simpanan giro sebesar 30,06% (yoy). Penyaluran kredit/pembiayaan mengalami peningkatan sebesar 10,79% (yoy) dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,08 triliun, yang sangat dipengaruhi oleh perubahan triwulanan yang meningkat sebesar 5,12% (qtq). Penyaluran Kredit Mikro, Kecil, dan Menengah (MKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,33% dari Rp2,13 triliun menjadi sebesar Rp2,63 triliun.

55 3. Perkembangan Perbankan Daerah Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit MKM mengalami peningkatan sebesar 1,93%. Penurunan DPK yang dibarengi dengan peningkatan penyaluran kredit/pembiayaan telah menyebabkan peningkatan Loan to Deposit Ratio (LDR) dari sebesar 50,17% pada triwulan II 2010 menjadi sebesar 53,27% pada triwulan III Kelembagaan Jumlah bank yang beroperasi di Provinsi Bangka Belitung sampai dengan triwulan II 2010 sebanyak 19 bank dengan jumlah kantor bank sebanyak 107 kantor yang terdiri dari 2 Kantor Pusat BPR/S, 20 Kantor Cabang Bank Umum Konvensional, 2 Kantor Cabang Bank Umum Syariah dan 5 Kantor Cabang BPR/S, 61 Kantor Cabang Pembantu Bank Umum Konvensional, serta 16 Kantor Kas Bank Umum, dan 1 Kantor Kas BPR. Sementara itu, jumlah Anjungan Tunai Mandiri (ATM) tercatat sebanyak 100 unit. Grafik 3.2 Jumlah Kantor Bank dan ATM di Bangka Belitung 3.3. Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Penghimpunan DPK DPK mengalami penurunan secara tahunan sebesar 5,14% (yoy). Giro tercatat menurun tajam dari Rp2,24 triliun menjadi sebesar Rp1,62 triliun atau sebesar 30,66%. Tabungan mengalami peningkatan sebesar 2,08% menjadi Rp3,74 triliun. Simpanan berjangka/deposito meningkat dari Rp2,06 triliun menjadi Rp2,30 triliun atau meningkat sebesar 15,54%. Secara triwulanan (qtq), penghimpunan DPK mengalami penurunan sebesar 1,00% yang disebabkan oleh penurunan giro, tabungan dan deposito masing-masing sebesar 7,44%, 6,42% dan 3,98%. 38

56 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.3 Perkembangan Komponen DPK Perbankan di Bangka Belitung Grafik 3.4 Komposisi DPK Perbankan Triwulan III 2010 di Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus 2010 *Data sampai bulan Agustus 2010 Berdasarkan pangsa masing-masing komponen simpanan terhadap total DPK yang dihimpun, pangsa tabungan masih tercatat terbesar yaitu sebesar 48,78%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 46,47%. Sementara itu, giro dan deposito masing-masing memiliki pangsa sebesar 21,19% dan 30,03% Penghimpunan DPK Menurut Kabupaten/Kota Saat ini sistem pelaporan bank yang dikelola Bank Indonesia Palembang mengelompokkan wilayah Bangka Belitung yang terdiri dari Pangkalpinang, Bangka, dan Belitung. Berdasarkan laju pertumbuhan secara tahunan (yoy), pertumbuhan penghimpunan DPK Pangkalpinang tercatat paling tinggi yakni sebesar 28,55% dengan pangsa pertumbuhan tahunan yang juga paling tinggi, yaitu 17,82%. Penghimpunan DPK di Kota Bangka menurun drastis sebesar 35,65% dari sebesar Rp2,82 triliun menjadi sebesar Rp1,82 triliun pada triwulan ini. Wilayah Belitung juga mengalami penurunan sebesar 30,71% (yoy). Sama halnya dengan pertumbuhan tahunan, wilayah Bangka dan wilayah Belitung tercatat mengalami penurunan DPK secara triwulanan. DPK di wilayah Bangka dan Belitung mengalami penurunan masing-masing sebesar 1,93% dan 6,12% dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar minus 0,46% dan minus 0,85%. Pertumbuhan DPK di wilayah Pangkalpinang mengalami peningkatan sebesar 0,85% dengan andil pertumbuhan sebesar 0,36%. Berdasarkan pangsa, DPK Kota Pangkalpinang masih merupakan wilayah dengan pangsa terbesar yakni sebesar 62,42% dari total DPK di Bangka Belitung, disusul berturut-turut oleh Bangka dan Belitung masing-masing sebesar 23,70% dan 13,88%. 39

57 3. Perkembangan Perbankan Daerah Tabel 3.1 Perkembangan DPK Perbankan per Wilayah Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah III IV I II III* Pangkalpinang 3,722,065 3,624,412 4,383,281 4,756,892 4,784,533 Belitung 1,535,452 1,522,507 1,563,287 1,133,371 1,063,955 Bangka 2,822,842 *Data sampai bulan Agustus ,868,475 2,281,993 1,852,249 1,816, Penyaluran Kredit/Pembiayaan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Secara Sektoral Laju pertumbuhan kredit/pembiayaan tercatat mengalami peningkatan sebesar 10,79% dari tahun sebelumnya (yoy), yaitu dari Rp3,69 triliun menjadi Rp4,08 triliun. Peningkatan tertinggi terjadi pada kredit sektor jasa sosial masyarakat, kredit sektor LGA dan kredit sektor pertambangan masing-masing sebesar 116,47%, 93,21% dan 87,32%. Tabel 3.2 Perkembangan Kredit Sektoral Bangka Belitung (Rp Juta) Sektor III IV I II III* Pertanian 131, , , , ,913 Pertambangan 358, , , , ,953 Perindustrian 531, , , , ,647 Perdagangan 933, , , , ,953 Jasa-jasa 579, , , , ,908 Listrik, Gas dan Air 9,952 9,782 9,864 9,406 19,228 Konstruksi 393, , , , ,583 Pengangkutan 33,788 29,448 63,063 35,980 32,417 Jasa Dunia Usaha 110,925 78,974 67,283 64,689 38,958 Jasa Sosial Masyarakat 30,823 31,283 45,158 60,597 66,722 Lain-lain 1,152,74 *Data sampai bulan Agustus ,190,28 0 1,493,31 5 1,686,727 1,617,034 Pada pertumbuhan kredit secara tahunan, sektor perindustrian dan sektor jasa konstruksi mencatat andil pertumbuhan negatif yang paling dalam masing-masing sebesar minus 3,25% dan minus 1,55%. Pertumbuhan kredit secara tahunan utamanya didorong oleh pertumbuhan kredit di sektor pertambangan dan sektor lain-lain dengan andil pertumbuhan tahunan masing-masing sebesar 14,35% dan 15,95%, dan secara triwulanan 40

58 3. Perkembangan Perbankan Daerah pertumbuhan kredit juga banyak didorong oleh sektor perdagangan dan sektor pertanian yang berandil masing-masing sebesar 5,65% dan 1,68%. Selain sektor lain-lain, sektor Grafik 3.5 Pangsa Penyaluran Kredit Sektoral Bangka perdagangan memiliki pangsa terbesar Belitung Triwulan III 2010 dalam penyaluran kredit yaitu sebesar 21,43%. Urutan kedua dan ketiga ditempati oleh penyaluran kredit di sektor pertambangan dan sektor jasa konstruksi yaitu masing-masing sebesar 16,43% dan 7,70%. Selain itu, penyaluran kredit di sektor perindustran dan sektor pertanian juga mempunyai pangsa yang cukup besar, yaitu masing-masing sebesar 6,31% dan *Data sampai bulan Agustus ,68% Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Penyaluran kredit/pembiayaan menurut penggunaan mengalami perubahan yang bervariasi dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy). Kredit konsumsi tercatat mengalami peningkatan paling tinggi yakni sebesar 28,54% menjadi sebesar Rp1,48 triliun, yang kemudian diikuti oleh kredit investasi dengan peningkatan sebesar 17,46%. Sementara itu, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 1,49%. Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan untuk modal kerja tercatat mengalami peningkatan paling tajam sebesar 10,96%. Kredit konsumsi meningkat sebesar 0,66%. Berbeda dengan dua jenis kredit lainnya, kredit investasi mengalami penurunan tipis sebesar 0,36%. Dari segi komposisi, penyaluran kredit berdasarkan penggunaan masih didominasi oleh kredit modal kerja, yakni sebesar 47,55%, diikuti kredit konsumsi yakni sebesar 36,29%, dan kredit investasi dengan pangsa sebesar 16,17%. 41

59 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.6 Pertumbuhan Kredit Menurut Penggunaan Bangka Belitung Grafik 3.7 Pangsa Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Penggunaan Bangka Belitung Triwulan III 2010 *Data sampai bulan Agustus 2010 *Data sampai bulan Agustus Penyaluran Kredit/Pembiayaan Menurut Kabupaten Berdasarkan daerah penyaluran kredit, wilayah Bangka dan Belitung tercatat sebagai wilayah yang paling dominan mendorong penyaluran kredit/pembiayaan secara tahunan (yoy) yakni dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 17,34% dan 5,31%. Kemudian, penyaluran kredit/pembiayaan pada wilayah Pangkalpinang mencatat andil pertumbuhan tahunan sebesar 3,03%. Tabel 3.3 Perkembangan Penyaluran Kredit/Pembiayaan Perbankan Bangka Belitung (Rp Juta) Wilayah III IV I II III* Pangkalpinang 1,510,579 1,357,135 1,530,002 1,477,724 1,625,392 Belitung 487, , , , ,950 Bangka 1,299,170 1,804,232 1,622,059 1,735,954 1,808,060 Dati II lainnya *Data sampai bulan Agustus 2010 Secara triwulanan (qtq), penyaluran kredit/pembiayaan di wilayah Pangkalpinang dan wiayah Bangka tercatat dengan andil pertumbuhan masing-masing sebesar 3,96% dan 1,84%. Sementara itu, wilayah Belitung mempunyai andil pertumbuhan triwulanan sebesar minus 0,49%. 42

60 3. Perkembangan Perbankan Daerah Menurut komposisinya, wilayah Bangka tercatat mendominasi penyaluran kredit perbankan di Bangka Belitung, yaitu sebesar 44,28%, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya. Pangsa penyaluran kredit di wilayah Pangkalpinang dan wilayah Belitung masing-masing sebesar 39,80% dan 15,92%. Sedangkan Dati II lainnya mempunyai pangsa yang sangat kecil mendekati nol. Grafik 3.8 Komposisi Penyaluran Kredit Perbankan Bangka Belitung Triwulan III 2010 Berdasarkan Wilayah *Data sampai bulan Agustus Penyaluran Kredit/Pembiayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Realisasi kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) secara tahunan (yoy) tercatat mengalami peningkatan sebesar 23,33%. Kredit kecil mengalami peningkatan tertinggi sebesar 41,85%, sedangkan kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mengalami peningkatan sebesar 3,73% dan 18,36%. Berdasarkan penggunaan, pertumbuhan tertinggi dicapai oleh kredit konsumsi sebesar 36,76%, diikuti oleh kredit investasi sebesar 21,50%. Di sisi lain, kredit modal kerja mengalami penurunan sebesar 6,93%. Grafik 3.9 Penyaluran Kredit UMKM Perbankan Bangka Belitung Menurut Penggunaan Sementara itu, secara triwulanan (qtq), realisasi kredit UMKM mengalami peningkatan sebesar 1,93% dibanding triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut didorong oleh perkembangan pada ketiga jenis kredit menurut penggunaan. Penyaluran kredit modal kerja dan kredit konsumsi mengalami peningkatan masingmasing sebesar 7,68% dan 0,66%. Sedangkan penyaluran kredit investasi menurun sebesar 10,49%. *Data sampai bulan Agustus 2010 Menurut penggunaan, kredit yang diberikan banyak digunakan untuk konsumsi dan modal kerja. Kredit konsumsi tercatat sebesar Rp1,48 triliun atau dengan pangsa sebesar 56,29%, sementara kredit modal kerja tercatat sebesar Rp0,93 triliun atau dengan pangsa 43

61 3. Perkembangan Perbankan Daerah sebesar 35,24%. Sementara itu, kredit investasi tercatat sebesar Rp0,22 triliun atau dengan pangsa sebesar 8,47%. Secara triwulanan (qtq), realisasi penyaluran kredit usaha kecil dan kredit usaha menengah mengalami peningkatan masing-masing sebesar 3,61% dan 3,59%. Sementara itu, kredit usaha mikro mengalami penurunan sebesar 2,59%. Menurut komposisinya, kredit kecil Grafik 3.10 Penyaluran Kredit UMKM Menurut Plafon Kredit mempunyai pangsa tertinggi yaitu sebesar 46,35% dari keseluruhan kredit Mikro, Kecil, dan Menengah. Kemudian, kredit mikro dan kredit menengah masing-masing mempunyai pangsa sebesar 25,88% dan 27,77%. Ke depan diprediksi pangsa penyaluran kredit kecil akan semakin besar dibandingkan segmen kredit MKM lainnya karena tren pertumbuhannya yang relatif robust dibandingkan kedua jenis kredit lainnya. *Data sampai bulan Agustus Perkembangan Suku Bunga Bank Umum Konvensional di Bangka Belitung Suku bunga bank umum konvensional yang terdiri dari suku bunga simpanan dan suku bunga pinjaman pada triwulan III 2010 tercatat mengalami perubahan dengan arah yang berbeda Perkembangan Suku Bunga Simpanan Suku bunga simpanan yang terdiri dari suku bunga simpanan yang berjangka waktu 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 12 bulan, dan 24 bulan, secara rata-rata mengalami sedikit kenaikan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Rata-rata suku bunga simpanan tercatat sebesar 6,85%, meningkat apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga simpanan pada triwulan sebelumnya (qtq) yang tercatat sebesar 6,79%, namun menurun apabila dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (yoy), yang sebesar 7,74%. 44

62 3. Perkembangan Perbankan Daerah Bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, berdasarkan jangka waktu simpanan, jenis simpanan dengan seluruh jangka waktu mengalami perubahan suku bunga yang berbeda. Peningkatan suku bunga yang secara relatif paling tajam terjadi pada jenis simpanan dengan jangka waktu 24 bulan, yaitu dari 6,50% ke 6,75%. Walaupun demikian, suku bunga simpanan yang tertinggi saat ini dicatat oleh suku bunga simpanan dengan jangka waktu 12 bulan, yakni sebesar 7,06%. Sedangkan suku bunga simpanan yang memiliki rate paling rendah adalah jangka waktu 6 bulan yakni sebesar 6,56%. Grafik 3.11 Perkembangan Suku Bunga Simpanan Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Perkembangan tingkat suku bunga Grafik 3.12 Perkembangan Suku Bunga Pinjaman Bangka Belitung pinjaman yang terdiri dari suku bunga kredit modal kerja, kredit investasi, maupun konsumsi, secara rata-rata mengalami sedikit penurunan bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, dan menurun cukup signifikan bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan paling dalam pada tiga triwulan terakhir ini terjadi untuk suku bunga kredit modal kerja. Di sisi lain, suku bunga kredit *Data sampai bulan Mei 2010 investasi mengalami kenaikan. Rata-rata tingkat suku bunga pinjaman tercatat sebesar 13,16%, menurun apabila dibandingkan dengan tingkat suku bunga pinjaman pada triwulan sebelumnya (qtq) yang sebesar 13,59% dan menurun jauh dengan tahun sebelumnya (yoy) yang tercatat sebesar 14,04%. 45

63 3. Perkembangan Perbankan Daerah Berdasarkan penggunaan, suku bunga kredit yang tertinggi pada triwulan III 2010 adalah suku bunga kredit modal kerja, yaitu sebesar 13,41%. Sementara itu kredit konsumsi tercatat sebagai kredit dengan suku bunga terendah, yakni sebesar 13,10%. Dibandingkan suku bunga kredit lainnya, Suku bunga kredit konsumsi mengalami penurunan paling drastis dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu dari 13,82% menjadi 12,99% Perkembangan Spread Suku Bunga Grafik 3.13 Perkembangan Spread Suku Bunga Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus 2010 Spread suku bunga bank umum konvensional, yaitu selisih antara suku bunga kredit dan suku bunga simpanan perbankan tercatat mengalami penurunan pada triwulan III 2010 dari 6,80% menjadi 6,31%. Namun, angka tersebut relatif sama dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan suku bunga pinjaman bersamaan dengan peningkatan suku bunga simpanan menyebabkan semakin sempitnya spread suku bunga perbankan. 3.6 Kualitas Penyaluran Kredit/Pembiayaan Tingkat Non-Performing Loan (NPL) gross perbankan Bangka Belitung pada triwulan III 2010 mencapai 0,97%, menurun dibandingkan kondisi tahun sebelumnya dan stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. NPL net (sudah memperhitungkan PPAP) tercatat stabil dibandingkan triwulan sebelumnya. Tingkat NPL net posisi triwulan II 2010 tercatat sebesar 0,57%, lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 0,82%. Perubahan NPL Gross pada periode triwulan III 2010 bervariasi pada setiap kelompok bank. Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) mengalami sedikit peningkatan NPL dari 0,39% menjadi 0,42%. Sementara itu, NPL bank pemerintah sedikit menurun dari 0,89% menjadi 0,86%. 46

64 3. Perkembangan Perbankan Daerah Grafik 3.15 Perkembangan NPL Perbankan Bangka Belitung Grafik 3.14 Perkembangan NPL per Kelompok Bank *Data sampai bulan Agustus 2010 *Data sampai bulan Agustus 2010 Dilihat dari sektor ekonominya, persentase NPL gross bank umum konvensional terbesar masih bersumber dari sektor perdagangan yakni sebesar 40,58%, sedikit menurun dibanding triwulan sebelumnya yang mencapai 41,25%. Sektor jasa konstruksi tercatat menyumbang NPL sebesar 6,31% dan sektor pertanian tercatat menyumbang NPL sebesar 2,49%. Grafik 3.16 Komposisi NPL menurut Sektor Ekonomi *Data sampai bulan Agustus

65 3. Perkembangan Perbankan Daerah 3.7 Rentabilitas Perbankan Bank pemerintah mampu mencatat keuntungan sebesar Rp119,8 miliar, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mampu mencetak laba sebesar Rp0,96 miliar. Return on Asset (ROA) Bank Pemerintah sebesar 1,94%, lebih tinggi dibandingkan BUSN yang hanya mencapai 0,04%. Beban operasional pada BUSN lebih tinggi dibandingkan Bank Pemerintah, yang tercermin dari BOPO BUSN dan Bank Pemerintah yang masing-masing sebesar 250,10% dan 96,07%. Tabel 3.4 Indikator Kinerja Perbankan terkait Laba Triwulan III 2010 Angka Rasio No Indikator Bank BUSN Pemerintah 1 Rasio Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) 2 Return on Asset (ROA) Keuntungan (dalam juta Rp) 119, *Data sampai bulan Agustus Kelonggaran Tarik Dari LBU KBI Palembang diperoleh informasi bahwa undisbursement loan (kredit yang belum ditarik oleh debitur) pada triwulan III 2010 tercatat sebesar Rp1,18 triliun atau 36,75% dari plafon kredit yang disetujui oleh perbankan, meningkat tajam dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar Rp0,21 triliun atau 6,84%, dan sedikit menurun dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang sebesar Rp1,24 triliun atau 44,60%. Grafik 3.17 Perkembangan Undisbursed Loan Perbankan Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus

66 3. Perkembangan Perbankan Daerah 3.9 Risiko Likuiditas Grafik 3.18 Perkembangan Risiko Likuiditas Bangka Belitung *Data sampai bulan Agustus 2010 Risiko likuiditas bank umum konvensional di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 adalah sebesar 86,99%. Rasio tersebut tercatat sedikit menurun jika dibandingkan rasio likuiditas triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 94,18%. Menurunnya rasio likuiditas merupakan dampak dari penurunan aktiva likuid < 1 bulan sebesar 4,44% (qtq) menjadi sebesar Rp6,36 triliun yang disertai dengan peningkatan pasiva likuid < 1 bulan, yaitu sebesar 3,45% (qtq) menjadi sebesar Rp7,31 triliun. 49

67 3. Perkembangan Perbankan Daerah Suplemen 4 PERBANDINGAN AKTIVITAS PERBANKAN ANTAR WILAYAH Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibagi menjadi sekurangnya 3 wilayah besar, yaitu Kota Pangkalpinang, wilayah Bangka, dan wilayah Belitung. Performa ketiga perbankan dalam kaitannya dengan fungsi intermediasi di setiap wilayah tersebut bervariasi. Kota Pangkalpinang memiliki pertumbuhan DPK yang tinggi, sedangkan wilayah lainnya mencatat pertumbuhan DPK yang negatif. Namun, penyaluran kredit tumbuh positif di setiap wilayah. Grafik 1. Penghimpunan DPK dan Penyaluran Kredit Tabel 1. LDR per Wilayah Pangkal Pinang III IV I II III* Belitung Bangka Di Kota Pangkalpinang, pertumbuhan penghimpunan DPK mencapai sekitar 30% namun dengan pertumbuhan kredit yang hanya sekitar 7%. Sementara itu, DPK mengalami penurunan cukup dalam secara tahunan di wilayah Bangka dan wilayah Belitung, namun kedua wilayah tersebut mencatat pertumbuhan penyaluran kredit yang cukup tinggi, yaitu di atas 32%. Hal tersebut memberikan indikasi bahwa wilayah Bangka dan wilayah Belitung berkembang menjadi unit defisit, dan wilayah Pangkalpinang berkembang menjadi unit surplus. Mengingat Pangkalpinang merupakan wilayah yang paling tinggi aktivitas perekonomiannya di Bangka Belitung, perkembangan intermediasi tersebut diperkirakan dapat mendukung proses konvergensi perekonomian antar wilayah di Bangka Belitung. 50

68 Bab 4 4. PERKEMBANGAN KEUANGAN DAERAH Realisasi belanja pada APBD 2010 sampai dengan semester I 2010 baru sebesar 22,57%, sedangkan penerimaan mencapai 53,72%. Sementara itu, realisasi dana kegiatan pembangunan 2010 pada triwulan III 2010 sebesar 47,34%, dan untuk tugas pembantuan dan dana dekonsentrasi masing-masing mencapai 55,64% dan 55,49% 4.1 Realisasi APBD (Anggaran Pendapatan Belanja Daerah) 2010 Bangka Belitung Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung, realisasi pendapatan daerah pada APBD 2010 sampai dengan semester I sebesar 53,72% dan realisasi belanja daerah sebesar 22,57%. Tabel 4.1 Realisasi Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) 2010 Semester I Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Pendapatan Daerah Realisasi pendapatan daerah 2010 sampai dengan semester I sudah mencapai sebesar Rp432,40 miliar atau 53,72% dari anggarannya. Realisasi berasal dari dana perimbangan yaitu sebesar 56,05%, dimana persentase realisasi terbesar dari dana bagi hasil bukan pajak (sumber daya alam yang terealisir sebesar 60,41% sedangkan realisasi terkecil adalah dana alokasi khusus yaitu 30,00%. Grafik 4.1 Perbandingan Komponen Sisi Penerimaan Realisasi APBD Bangka Belitung 2010 Semester I Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung

69 4. Perkembangan Keuangan Daerah Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) pada APBD 2010 sampai dengan semester I sebesar Rp148,70 miliar atau 49,73%. Persentase realisasi terbesar pada pendapatan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar 76,08%, sementara persentase realisasi terkecil pada pendapatan retribusi daerah yaitu sebesar 24,58%. Tabel 4.2 Realisasi Pendapatan Daerah Bangka Belitung 2010 Semester I (Rupiah) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Belanja Daerah Grafik 4.2 Perbandingan Komponen Sisi Belanja Realisasi APBD Bangka Belitung 2010 Semester I Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung Realisasi belanja daerah Bangka Belitung sampai dengan semester I 2010 baru mencapai 22,57%. Dengan pencapaian belanja operasi dan belanja modal masing-masing sebesar 29%, belanja transfer sebesar 26,06%, sementara belanja tidak terduga belum terealisasi. Persentase realisasi komponen belanja operasi terbesar adalah belanja subsidi yaitu sebesar 40,77%, belanja pegawai 36,55%, dan belanja barang sebesar 24,15%. Sementara pada belanja modal, persentase realisasi belanja terbesar pada belanja gedung dan bangunan yaitu sebesar 20,12%. 52

70 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.3 Realisasi Belanja Daerah Bangka Belitung 2010 Semester I (Rupiah) Sumber : Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Bangka Belitung 4.2 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Berdasarkan data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung, dana kegiatan pembangunan yang berasal dari APBD 2010 sampai dengan triwulan III terealisasi 47,34%, sedikit lebih tinggi dibanding realisasi triwulan yang sama pada tahun 2009 sebesar 45,20%. Instansi dengan realisasi anggaran terbesar adalah Badan Perpustakaan dan Arsip Daerah serta Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan dengan masing-masing terealisasi sebesar 68,80% dan 66,82%. Tabel 4.4 Realisasi Dana Kegiatan Pembangunan APBD 2010 Triwulan III (Rupiah) Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 53

71 4. Perkembangan Keuangan Daerah 4.3 Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota Dana Alokasi Umum (DAU) merupakan salah satu transfer dana pemerintah pusat kepada pemerintah daerah (provinsi dan kabupaten/kota) yang bersumber dari APBN, dialokasikan dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. DAU bersifat Block Grant yang berarti penggunaannya diserahkan kepada daerah sesuai dengan prioritas dan kebutuhan daerah untuk peningkatan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah. Perhitungan besarnya DAU yang diberikan mengikuti persamaan berikut : DAU = Alokasi Dasar (AD) + Celah Fiskal (CF), Alokasi Dasar (AD) dihitung berdasarkan realisasi gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah tahun sebelumnya (t-1) yang meliputi gaji pokok dan tunjangan-tunjangan yang melekat sesuai dengan peraturan penggajian PNS yang berlaku, dan Celah Fiskal (CF) dihitung dari selisih kebutuhan fiskal terhadap kemampuan fiskal suatu daerah. Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka masih tercatat sebagai penerima DAU terbesar dengan alokasi dana tahun 2010 sebesar Rp272,13 miliar, namun dibanding tahun 2009 menurun sebesar 2,23% (yoy). Tabel 4.5 Alokasi Dana Alokasi Umum (DAU) Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan,Departemen Keuangan 54

72 4. Perkembangan Keuangan Daerah 4.4 Dana Bagi Hasil (DBH) Kabupaten/Kota Dana Bagi Hasil (DBH) adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah dengan memperhatikan potensi daerah penghasil berdasarkan angka persentase tertentu untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Bagi Hasil terdiri dari DBH Pajak dan DBH Sumber Daya Alam (SDA). DBH Pajak terbagi atas komponen: (i) Pajak Penghasilan (PPh) Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri (WPOPDN) dan PPh Pasal 21, (ii) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), dan (iii) Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). DBH SDA diperoleh berdasarkan persentase tertentu antara Pemerintah Pusat dan Daerah dari : (i) Sektor Kehutanan, (ii) Pertambangan Umum, (iii) Perikanan, (iv) Pertambangan Minyak dan Gas Bumi, dan (v) Pertambangan Panas Bumi. Data dari Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan menunjukkan bahwa Kabupaten Bangka merupakan daerah penerima DBH terbesar pada tahun 2010 dengan alokasi DBH Pajak sebesar Rp27,02 miliar dan DBH SDA sebesar Rp36,77 miliar. Penyaluran DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi dilaksanakan berdasarkan realisasi penerimaan SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi tahun anggaran berjalan. Sementara itu, alokasi kurang bayar DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi merupakan selisih antara DBH SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi berdasarkan realisasi dan yang telah disalurkan pada tahun berjalan. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No.121/PMK.07/2010 tentang alokasi kurang bayar dana bagi hasil SDA pertambangan minyak bumi dan gas bumi tahun anggaran 2008, Bangka Belitung mendapat alokasi sebesar Rp1.579,58 miliar (detail dapat dilihat pada tabel 4.7) Tabel 4.6 Alokasi Dana Bagi Hasil Kabupaten/Kota di Bangka Belitung Tahun 2010 Tabel 4.7 Alokasi Kurang Bayar Dana Bagi Hasil Tahun Anggaran 2010 Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan DepartemenKeuangan Sumber : Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan Departemen Keuangan 55

73 4. Perkembangan Keuangan Daerah 4.5 Realisasi Dana Tugas Pembantuan dan Dekonsentrasi Prinsip-prinsip pengaturan wewenang dan penugasan pemerintahan di Indonesia sesuai dengan beberapa landasan hukum yang berlaku saat ini (grafik 4.3), yaitu: a. UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. b. UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Grafik 4.3 Pengaturan Wewenang dan Pemerintahan Sumber : Departemen Keuangan RI c. PP No. 20 tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah. d. PP No. 21 Tahun 2004 tentang Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Kementerian Negara atau Lembaga. e. PP No. 38 tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten atau Kota. f. PP No. 7 tahun 2008 tentang Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan Realisasi Dana Tugas Pembantuan Dana tugas pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah dan desa yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Terdapat 6 departemen/kementerian/lembaga di Bangka Belitung yang mendapatkan dana tugas pembantuan. Dana tugas pembantuan dapat digunakan untuk membiayai kegiatan yang bersifat fisik yaitu seperti pengadaan barang seperti tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi, serta barang bantuan sosial yang dapat diberikan kepada masyarakat. Berdasarkan data dari Bappeda Bangka Belitung realisasi anggaran sampai triwulan III 2010 adalah sebesar 55,64% atau tidak terlalu berbeda dibanding realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yaitu sebesar 56,60%. Instansi yang paling tinggi angka realisasinya anggaran dan outputnya adalah Departemen Pekerjaan Umum yaitu masing-masing sebesar 83,11% dan 84,80%. 56

74 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.6 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 57

75 4. Perkembangan Keuangan Daerah Tabel 4.8 Realisasi Dana Tugas Pembantuan yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 (Lanjutan) Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung Realisasi Dana Dekonsentrasi Dana dekonsentrasi mencakup semua penerimaan dan pengeluaran Gubernur dalam melaksanakan tugas pemerintah pusat, namun tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Dana ini berasal dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk membiayai kegiatan pemerintah pusat di daerah yang bersifat nonfisik dan menunjang subkegiatan bersifat fisik, maksimal 25% dari total anggaran kegiatan. Terdapat 19 instansi di Bangka Belitung yang mendapatkan dana dekonsentrasi, dimana berdasarkan data dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 58

76 4. Perkembangan Keuangan Daerah (Bappeda) Bangka Belitung realisasi anggaran sampai triwulan III adalah sebesar 55,49%, lebih rendah dibanding realisasi triwulan yang sama tahun sebelumnya yang terealisasi sebesar 61,27%. Instansi yang paling tinggi angka realisasinya adalah Arsip Nasional sebesar 95,27%. Tabel 4.7 Realisasi Dana Dekonsentrasi yang dilaksanakan oleh SKPD Bangka Belitung Tahun Anggaran 2010 Sumber : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bangka Belitung 59

77 Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank

78 Bab 5 5. PERKEMBANGAN SISTEM PEMBAYARAN Kegiatan pembayaran baik tunai maupun non tunai naik dibanding triwulan lalu terkait peningkatan perekonomian Nominal uang lusuh naik namun jumlah lembar uang lusuh menurun. 5.1 Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar serta Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal dan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.1 Perkembangan Outflow, Perputaran Kliring, RTGS, dan Pertumbuhan Ekonomi Tahunan Tercatat terjadi peningkatan nett-outflow kegiatan kas titipan 4 di Pangkalpinang, perputaran kliring, dan nilai transaksi Real Time Gross Settlement (RTGS) dibanding triwulan sebelumnya, yang merupakan salah satu indikator pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung yang semakin menguat di triwulan III. Grafik 5.2 Perkembangan Perkasan Pangkalpinang (Inflow, Outflow, & Net In-Out) Aliran Uang Masuk dan Uang Keluar Berdasarkan data perkasan Kota Pangkalpinang, di triwulan III 2010 aliran uang masuk (inflow) tercatat Rp609,87 miliar, sedangkan aliran uang keluar (outflow) Rp1.189,30 miliar, sehingga terjadi nett-outflow sebesar Rp579,44 miliar. 4 Layanan kebutuhan uang kartal bagi perbankan di wilayah-wilayah tertentu tidak dapat sepenuhnya dilayani oleh BI. Untuk itu, BI melakukan kerjasama kas titipan di bank tertentu yang bertindak sebagai pengelola kas titipan.

79 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Aliran uang keluar dapat mencerminkan kegiatan perekonomian mengingat penggunaan uang kartal yang masih sangat dominan di Bangka Belitung. Nett-outflow yang tercatat pada triwulan III 2010 dibanding triwulan sebelumnya naik 39,60% (qtq) yang menunjukkan adanya peningkatan kegiatan ekonomi dibanding triwulan sebelumnya terkait bulan Ramdahan dan perayaan Lebaran, selain itu juga didukung dengan terus menguatnya harga timah di pasar internasional Perkembangan Kegiatan Kliring Lokal Dari sisi nominal aktivitas perputaran kliring pada triwulan III 2010 mengalami peningkatan sebesar 9,68% (qtq) dibandingkan dengan triwulan II, yaitu dari Rp731,33 miliar menjadi Rp802,09 miliar, secara tahunan tumbuh 29,29% (yoy). Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan aktivitas perekonomian di Bangka Belitung. Peningkatan perputaran kliring diikuti dengan peningkatan penolakan cek/bilyet giro dari Rp5,99 miliar di triwulan II menjadi Rp6,18 miliar. Tabel 5.1 Perputaran Kliring dan Cek/Bilyet Giro Kosong Bangka Belitung Perkembangan Real Time Gross Settlement (RTGS) Grafik 5.3 Perkembangan RTGS Bangka Belitung Berdasarkan data perkembangan RTGS Bangka Belitung, di triwulan III 2010 nilai dan volume RTGS dari Bangka Belitung mengalami peningkatan dibanding periode sebelumnya. Pertumbuhan tahunan (yoy) nilai RTGS dari Bangka Belitung naik dari 55,14% pada triwulan II menjadi 123,01%, dan volume RTGS naik dari 38,57% menjadi 87,34%. Nilai 62

80 5. Perkembangan Sistem Pembayaran RTGS ke Bangka Belitung dibanding triwulan sebelumnya juga naik dari 36,57% (yoy) menjadi 96,02% dan volume naik dari 29,37% (yoy) menjadi 47,53%. 5.2 Penyediaan Uang Layak Edar Grafik 5.4 Perkembangan Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang Grafik 5.5 Perkembangan Denominasi Penarikan Uang Lusuh di Pangkalpinang (Lembar) Dalam sistem pembayaran tunai, Bank Indonesia selain bertugas menyediakan uang dalam jumlah yang cukup, juga senantiasa menjaga agar kualitas uang yang beredar di masyarakat terjaga kualitasnya. Upaya yang dilakukan melalui kegiatan yang disebut clean money policy, yaitu menarik dan memusnahkan atau melakukan kegiatan PTTB (Pemberian Tanda Tidak Berharga) uang yang tidak layak edar dan mengganti dengan yang layak edar. Berdasarkan data rata-rata uang lusuh dari tahun 2009 sampai 2010 didapat bahwa denominasi Rp1.000 merupakan pecahan uang yang paling banyak diberikan tanda PTTB, diikuti dengan pecahan Rp5.000 dan Rp Namun di triwulan III 2010 terdapat prilaku yang berbeda dimana pecahan uang besar yaitu RP dan Rp banyak diberikan tanda PTTB, masing-masing sebanyak lembar dan lembar. Hal ini menyebabkan melonjaknya nominal PTTB di triwulan III 2010 sebesar 287,84% (qtq), namun jumlah lembaran uang yang mendapat PTTB justru menurun 18,45% (qtq). 63

81 5. Perkembangan Sistem Pembayaran Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 64

82 Bab 6 6. PERKEMBANGAN KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Optimisme masyarakat terhadap penghasilan dan ketersediaan lapangan kerja menurun. Terjadi penurunan tingkat pengangguran dan kemiskinan NTP meningkat, namun dibarengi dengan peningkatan inflasi perdesaan Grafik 6.1 Perkembangan Indeks Penghasilan dan Ketersediaan Lapangan Pekerjaan Berdasarkan Survei Konsumen yang dilakukan Kantor Bank Indonesia Palembang, optimisme konsumen Pangkalpinang dalam memandang penghasilan dan ketersediaan tenaga kerja baik saat ini maupun enam bulan yang akan datang melemah. Ekspektasi penghasilan enam bulan yang akan mendatang menurun, terkait mayoritas reponden yang menjawab penghasilan enam bulan yang mendatang menurun akibat omzet usaha akan menurun. Sementara itu ekspektasi ketersediaan tenaga kerja enam bulan yang akan datang menurun. Hal itu terkait mayoritas responden yang menjawab ketersediaan tenaga kerja enam bulan yang akan datang menurun akibat kondisi ekonomi memburuk. Hal ini sejalan dengan melemahnya pertumbuhan ekonomi triwulan III Kondisi Ketenagakerjaan Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bangka Belitung, jumlah angkatan kerja Februari 2010 mencapai orang. Pada kurun waktu 4 tahun terakhir sektor primer masih tetap menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja dengan lebih

83 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat dari 50% dari total angkatan kerja yang diserap, diikuti sektor tersier dimana rata-rata tenaga kerja yang terserap sebesar 35,61%, dan sektor sekunder, rata-rata menyerap 9,86% tenaga kerja. Upah Minimum Provinsi (UMP) Bangka Belitung tahun 2010 Rp910.00,- naik 7,1% dibanding tahun 2009, dan untuk tahun 2011 UMP Bangka Belitung 5 naik 12% dibanding tahun 2010 menjadi Rp ,- Sementara itu, berdasarkan data BPS rata-rata upah pendapatan buruh/karyawan sebulan pada bulan Februari 2010 adalah sebesar Rp atau naik tipis 1,72% dibanding Agustus tahun Tabel 6.1 Ketenagakerjaan Bangka Belitung Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja dan Tingkat Pengangguran Terbuka Grafik 6.2 Perkembangan TPAK dan TPT Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung TPAK (Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja) merupakan perbandingan antara jumlah penduduk yang masuk angkatan kerja dibanding dengan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. TPAK pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 65,90%, menunjukkan penduduk usia bekerja atau penduduk berusia 15 tahun ke atas yang aktif secara ekonomi sebesar 65,90%. TPAK bulan Februari 2010 mengalami peningkatan tipis dibanding bulan Agustus 2009 yang tercatat sebesar 65,05%, hal ini memperlihatkan terjadi peningkatan jumlah penduduk usia kerja yang aktif secara ekonomi. TPT (Tingkat Pengangguran Terbuka) pada bulan Februari 2010 tercatat sebesar 4,24%, TPT bulan Februari 2010 menurun dibanding bulan Agustus 2009 yang tercatat sebesar 6,14%. 5 Berdasarkan penetapan Dewan Pengupahan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang kemudian akan disahkan oleh Gubernur Kepulauan Bangka Belitung. 66

84 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Lapangan Pekerjaan Ketenagakerjaan di Bangka Belitung pada bulan Februari 2010 jika dibanding tahun-tahun sebelumnya memiliki pola yang sama, penyerapan tenaga kerja terbesar masih berada pada sektor primer, diikuti dengan sektor tersier, dan terakhir sektor sekunder. Sektor primer menyerap tenaga kerja sebesar 52,20%, sektor tersier 39,08%, dan sekunder 8,70%. Penyerapan tenaga kerja terbesar di sektor primer pada Februari 2010 terjadi di sektor pertanian, yaitu 30,00% sedangkan sektor pertambangan menyerap 22,20%. Pada sektor sekunder, penyerapan tenaga kerja pada sektor industri pengolahan tercatat sebesar 3,80%, sektor bangunan 4,70%, dan sektor listrik, gas, dan air 0,20%. Di sektor tersier, sektor perdagangan, hotel dan restoran masih tetap menjadi sektor yang memberikan kontribusi terbesar dalam penyerapan tenaga kerja yaitu sebesar 19,78%. Tabel 6.2 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung Pekerja Menurut Status Pekerjaan Utama Terdapat dua kelompok besar yang membedakan pekerja menurut status pekerjaan utama, yaitu : a. Kelompok Pekerja Formal Kelompok pekerja formal merupakan pekerja yang termasuk dalam kelompok : Pekerja yang berstatus berusaha dibantu buruh tetap dan buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Februari Buruh atau karyawan tercatat sebesar orang di bulan Februari b. Kelompok Pekerja Informal di bulan Februari 2010 tercatat sebesar orang, dimana terdiri atas kelompok (i) berusaha sendiri 38,12%, (ii) berusaha dibantu buruh 67

85 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat tidak tetap atau tidak dibayar 23,04%, (iii) pekerja bebas pertanian 4,34%, (iv) pekerja bebas bukan pertanian 10,19%, (v) pekerja tidak dibayar 24,32%. Tabel 6.3 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama di Bangka Belitung Sumber : BPS Bangka Belitung 6.2 Nilai Tukar Petani (NTP) Tingkat kesejahteraan petani dapat dilihat dari NTP (Nilai Tukar Petani), yang diperoleh dari perbandingan antara IT (Indeks Harga yang Diterima Petani) dengan IB (Indeks Harga yang Dibayar Petani) yang dinyatakan dalam persentase. IT menunjukkan hasil yang diperoleh petani dengan menjual produk pertaniannya, sedangkan IB merupakan pengeluaran petani dalam memenuhi produk yang dibutuhkan dalam berproduksi dan konsumsi rumah tangga. Perbandingan kedua indeks ini dapat memperlihatkan apakah peningkatan pengeluaran untuk kebutuhan petani dapat dikompensasi dengan pertambahan pendapatan petani dari hasil pertaniannya. Semakin tinggi nilai NTP, relatif semakin sejahtera tingkat kehidupan petani. Grafik 6.3 Perkembangan Nilai Tukar Petani (Indeks) Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Indeks NTP di Bangka Belitung pada triwulan III 2010 cenderung meningkat, dibanding bulan Juni terjadi peningkatan NTP di bulan September dari 95,31 menjadi 95,58. Kenaikan indeks tersebut menunjukkan tingkat kesejahteraan petani mengalami kenaikan karena peningkatan pendapatan yang diterima petani lebih besar dibanding peningkatan biaya yang harus dibayar oleh petani. Namun sayangnya diikuti pula dengan 68

86 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat peningkatan inflasi pedesaan dan inflasi IHK (mtm) di triwulan III Tercatat inflasi pedesaan dan IHK (mtm) di bulan September masing-masing sebesar 0,46% dan 1,50%. Baik inflasi pedesaan maupun IHK, kelompok yang mengalami inflasi tertinggi adalah bahan makanan. Hal ini terkait dengan berkurangnya produksi tanaman bahan makanan di Pulau Jawa dan Sumatera. 6.3 Kemiskinan Untuk mengukur kemiskinan, BPS mengunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs). Sehingga dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan diukur dari sisi pengeluaran. Berdasarkan pendekatan ini, dapat dihitung jumlah penduduk yang hidup di bawah GK (Garis Kemiskinan) yang dinyatakan sebagai penduduk miskin. Penduduk miskin adalah Tabel 6.4 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin (Maret 2007-Maret 2010) penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah Garis Kemiskinan yang terdiri dari dua komponen yakni Garis Kemiskinan Makanan (GKM) dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM) dengan peranan GKM dalam menentukan besaran GK lebih besar dibanding peranan GKBM (perumahan, sandang, pendidikan, Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dan kesehatan). Selama Maret 2009-Maret 2010 garis kemiskinan naik 7,30% yaitu dari Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret Garis Kemiskinan daerah perkotaan mengalami kenaikan dari Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2009 menjadi Rp ,00 per kapita per bulan pada Maret 2010 atau naik 6,17%, sementara untuk daerah perdesaan Garis Kemiskinan pada Maret 2009 sebesar Rp ,00 per kapita per bulan naik menjadi Rp ,00 per kapita per bulan atau meningkat 8,39%. 69

87 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Meskipun garis kemiskinan naik, Tabel 6.5 Garis Kemiskinan menurut Daerah dan Komponen namun jumlah penduduk miskin di (Rupiah per Kapita per Bulan) Bangka Belitung pada Maret 2010 menurun dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2009, dari orang menjadi orang atau turun sebesar 11,59%, diikuti dengan penurunan tingkat kemiskinan dari 7,46% menjadi 6,51% selama Sumber: BPS Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Maret 2009 Maret Dilihat menurut daerah, jumlah penduduk miskin di daerah perkotaan maupun di daerah perdesaan mengalami penurunan meski dengan besaran yang berbeda. Di daerah perkotaan, jumlah penduduk miskin turun dari orang menjadi orang atau turun 24,08%, sementara di daerah perdesaan jumlah penduduk miskin turun dari orang menjadi orang. Tingkat kedalaman dan keparahan kemiskinan berdasarkan data BPS pada periode Maret 2009 Maret 2010, Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan di Bangka Belitung menunjukkan kecenderungan menurun. Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Pada Maret 2010, indeks tercatat sebesar 0,93, menurun dibanding periode Maret 2009 yang tercatat sebesar 1,20. Penurunan nilai indeks ini mengindikasikan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin cenderung makin mendekati garis kemiskinan. Indeks Keparahan Kemiskinan bulan Maret 2010 menurun jika dibanding bulan Maret 2009, dari 0,31 menjadi 0,23. Indeks ini memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran di antara penduduk miskin sehingga dapat dikatakan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin semakin menyempit. 70

88 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat 6.4 Pendidikan Berdasarkan data BPS kondisi pendidikan di Bangka Belitung dibanding Bengkulu dan Lampung relatif sama, namun dibanding Sumatera Selatan dan Jakarta lebih rendah. Dari pertumbuhan di tahun 2009 angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah di Bangka Belitung relatif rendah. Dalam rangka meningkatkan pendidikan di Bangka Belitung, pada tahun 2010 ditetapkan Bangka Cerdas Tabel 6.6 Angka Melek Huruf Penduduk Berusia 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi dan Jenis Kelamin (%) Sumber: BPS Tabel 6.7 Rata-rata Lama Sekolah Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas (tahun) Sumber: BPS Tabel 6.8 Angka Partisipasi Sekolah (%) Sumber: BPS 6.5 Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human Development Index (HDI) adalah pengukuran perbandingan dari harapan hidup, melek huruf, pendidikan dan standar hidup untuk semua negara seluruh dunia. IPM digunakan untuk mengklasifikasikan apakah sebuah wilayah adalah wilayah maju, wilayah berkembang atau wilayah terbelakang, serta untuk mengukur pengaruh dari kebijaksanaan ekonomi terhadap kualitas hidup. 71

89 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS), IPM Bangka Belitung pada tahun 2008 adalah 72,19 menempati peringkat ke-10 dari seluruh provinsi di Indonesia. Kondisi ini lebih baik dibandingkan peringkat tahun 2009 dimana Angka IPM Bangka Belitung tercatat sebesar 71,62. Peringkat IPM tertinggi masih dimiliki oleh DKI Jakarta sedangkan IPM terendah adalah Provinsi Papua. Tabel 6.9 IPM Menurut Provinsi Sumber : Badan Pusat Statistik 6.6 Rasio Gini Rasio Gini adalah salah satu ukuran ketimpangan pendapatan penduduk secara menyeluruh. Rasio Gini didasari kurva Lorenz yaitu kurva dua dimensi antara distribusi penduduk (persentase kumulatif penduduk) dan distribusi pengeluaran perkapita (persentase kumulatif pengeluaran perkapita). Nilai Rasio Gini terletak antara 0 dan 1, nilai Rasio Gini yang mendekati 0 memiliki pengertian bahwa tingkat ketimpangan pendapatan sangat rendah, atau distribusi pendapatan merata, sedangkan apabila nilainya mendekati 1 maka tingkat ketimpangan pendapatan berarti tinggi. Perkembangan angka Rasio Gini Bangka Belitung dalam tiga tahun terakhir relatif stabil. Pada tahun 2007 dan 2008 Indeks Gini tercatat 0,26, dan di tahun 2009 naik menjadi 0,29. Walaupun Indeks Gini Bangka Belitung relatif lebih baik dibandingkan nasional, upaya-upaya untuk memperkecil angka Rasio Gini harus terus dilakukan. Upaya tersebut antara lain dapat dilakukan melalui perbaikan kualitas pertumbuhan ekonomi dengan cara mendorong peningkatan peran investasi, terutama di sektor-sektor yang tradable. Upaya yang lain adalah membenahi pengelolaan jaminan pengaman sosial, perlu dicarikan metode ataupun pola redistribusi pendapatan yang lebih adil untuk mengurangi ketidakmerataan. 72

90 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Tabel 6.10 Rasio Gini Menurut Provinsi Sumber : Badan Pusat Statistik. Hal it. Hal itu 73

91 6. Perkembangan Kesejahteraan Masyarakat Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank 74

92 Bab 7 7. OUTLOOK PERTUMBUHAN EKONOMI DAN INFLASI DAERAH Pertumbuhan ekonomi Bangka Belitung diperkirakan meningkat dibanding triwulan sebelumnya. Inflasi diperkirakan sedikit menurun di triwulan IV karena terjadi penyesuaian kembali harga. Pemulihan ekonomi dunia terus berlangsung, namun diperkirakan dengan laju yang melambat dan disertai dengan peningkatan risiko. Di pasar keuangan global, aliran masuk modal asing ke negara berkembang mengalir deras termasuk Indonesia. Hal ini terkait cukup kuatnya fundamental ekonomi nasional dan tingginya imbal hasil, serta membaiknya persepsi risiko di negara berkembang. Di tengah kondisi dunia yang diliputi ketidakpastian, perekonomian Indonesia diperkirakan akan terus mengalami peningkatan dengan sumber utama pertumbuhan berasal dari permintaan domestik yang terus menguat dan perbaikan kinerja investasi. Sejalan dengan perbaikan perekonomian dunia dan Nasional, Grafik 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Bangka Belitung perekonomian Bangka Belitung juga diproyeksikan akan mengalami perbaikan berasal dari meningkatnya ekspor. Selain itu konsumsi masyarakat diperkirakan meningkat. Sumber : BPS Provinsi Bangka Belitung dan proyeksi BI Palembang 7.1 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Pertumbuhan ekonomi tahunan (yoy) di Bangka Belitung pada triwulan IV 2010 diproyeksikan tumbuh dalam kisaran 6,1 ± 1%, meningkat dibanding triwulan sebelumnya yang tercatat 5,1%. Secara triwulanan (qtq) pertumbuhan diproyeksikan sebesar 0,4 ± 1% atau dengan menghilangkan faktor musiman sebesar 1,8% (qtq, sa).

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan III - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA TRIWULAN II 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Gorontalo Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Banten

Kajian Ekonomi Regional Banten Kajian Ekonomi Regional Banten Triwulan I - 2009 i Kata Pengantar Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan segala rahmat-nya sehingga penyusunan buku Kajian Ekonomi Regional

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Laju pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada triwulan II 2012 tercatat sebesar 7,25%, mengalami perlambatan dibandingkan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang 1. KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi

Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Pertumbuhan Ekonomi Penurunan momentum pertumbuhan ekonomi Kepulauan Riau di periode ini telah diperkirakan sebelumnya setelah mengalami tingkat pertumbuhan

Lebih terperinci

Publikasi ini dapat diakses secara online pada :

Publikasi ini dapat diakses secara online pada : i TRIWULAN III 2015 Edisi Triwulan III 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2013 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan -2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2012 Asesmen Ekonomi Pada triwulan I 2012 pertumbuhan Kepulauan Riau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat 6,34% (yoy)

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2013 Asesmen Ekonomi Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) pada triwulan II-2013 mengalami pelemahan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Pada

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2012 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII Kata Pengantar Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan I - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN

BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 SISTEM PEMBAYARAN BAB 5 : SISTEM PEMBAYARAN Transaksi sistem pembayaran tunai di Gorontalo pada triwulan I-2011 diwarnai oleh net inflow dan peningkatan persediaan uang layak edar. Sementara itu,

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat

Lebih terperinci

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara

P D R B 7.24% 8.50% 8.63% 8.60% 6.52% 3.05% -0.89% Sumber : BPS Kepulauan Riau *) angka sementara **) angka sangat sementara Ringkasan Eksekutif Asesmen Ekonomi Di awal tahun 2009, imbas krisis finansial global terhadap perekonomian Kepulauan Riau dirasakan semakin intens. Laju pertumbuhan ekonomi memasuki zona negatif dengan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI PAPUA AGUSTUS 2017 Vol. 3 No. 2 Triwulanan April - Jun 2017 (terbit Agustus 2017) Triwulan II 2017 ISSN 2460-490257 e-issn 2460-598212 KATA PENGANTAR RINGKASAN

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Pemulihan ekonomi Kepulauan Riau di kuartal akhir 2009 bergerak semakin intens dan diperkirakan tumbuh 2,47% (yoy). Angka pertumbuhan berakselerasi

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan IV 2015 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI ACEH VISI Menjadi Kantor Bank Indonesia yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas Bank Indonesia yang diberikan. MISI Mendukung

Lebih terperinci

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO 1.2 SISI PENAWARAN Di sisi penawaran, hampir keseluruhan sektor mengalami perlambatan. Dua sektor utama yang menekan pertumbuhan ekonomi triwulan III-2012 adalah sektor pertanian dan sektor jasa-jasa mengingat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian. Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Triwulan III 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-nya (KEKR) Provinsi Kalimantan Tengah Triwulan III

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2008 Kantor Bank Indonesia Palembang Daftar Isi KATA PENGANTAR Segala Puji dan Syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2010 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN II-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan IV 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Mei 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN I-2008 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Bangka Belitung CP. dan i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2011 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Agustus 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-I 2013 halaman ini sengaja dikosongkan iv Triwulan I-2013 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Daftar Isi KATA PENGANTAR... III DAFTAR ISI...

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo pada triwulan II-2013 tumbuh 7,74% (y.o.y) relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,63% (y.o.y). Angka tersebut

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SUMATERA UTARA TRIWULAN III-2013 KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA WILAYAH IX 2013 KATA PENGANTAR Buku Kajian Ekonomi Regional Provinsi Sumatera Utara merupakan terbitan

Lebih terperinci

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI

BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI BAB 7 OUTLOOK EKONOMI BAB 7 : OUTLOOK EKONOMI Perekonomian Gorontalo pada triwulan II- diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan I-. Kondisi ini diperkirakan didorong oleh proyeksi kenaikan

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Advisory Ekonomi dan Keuangan KPwBI Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp : 0717 422411.

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOVEMBER 2017 Edisi Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2012 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI SULAWESI BARAT TRIWULAN-III 2013 halaman ini sengaja dikosongkan Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Barat Triwulan III-2013 iii Kata Pengantar Bank Indonesia memiliki tujuan

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan II-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-2009 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 108 BANDUNG Telp : 022 4230223 Fax : 022 4214326 Visi Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan III - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2011 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI JAWA BARAT TRIWULAN IV-28 KANTOR BANK INDONESIA BANDUNG Kantor Bank Indonesia Bandung Jl. Braga No. 18 BANDUNG Telp : 22 423223 Fax : 22 4214326 Visi Bank Indonesia Menjadi

Lebih terperinci

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga.

Dari sisi permintaan (demmand side), perekonomian Kalimantan Selatan didorong permintaan domestik terutama konsumsi rumah tangga. No. 064/11/63/Th.XVIII, 5 November 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2014 Perekonomian Kalimantan Selatan pada triwulan III-2014 tumbuh sebesar 6,19 persen, lebih lambat dibandingkan

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan IV-2012 Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Triwulan V2012 Asesmen Ekonomi Pertumbuhan ekonomi Provinsi Kepulauan Riau pada tahun 2012 tercatat 8,21% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2011 yang tercatat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-2008 i KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROPINSI SULAWESI SELATAN TRIWULAN-II 008 Kajian Ekonomi Regional Sulawesi Selatan Triwulan II-008 i Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank Kata Pengantar

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL ProvinsiKepulauan Bangka Belitung Triwulan I - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VII KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2010 Kantor Bank Indonesia Palembang Halaman ini sengaja dikosongkan This page is intentionally blank KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur

Lebih terperinci

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat

Kajian Ekonomi Regional Triwulan I-2010 Provinsi Papua dan Provinsi Papua Barat Visi Bank Indonesia Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui penguatan nilai-nilai yang dimiliki serta pencapaian inflasi yang rendah dan stabil Misi

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional

Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Ringkasan Eksekutif Kajian Ekonomi Regional Asesmen Ekonomi Mementum pemulihan ekonomi makro regional Kepulauan Riau diperkirakan terjadi pada triwulan ini. Laju penurunan nilai tambah ekonomi (PDRB) semakin

Lebih terperinci

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung

Tim Penulis : Unit Asesmen Statistik Survei dan Liaison KPwBI Provinsi Bangka Belitung i Edisi Triwulan II 2016 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang No. Telp

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan I 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional melalui

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 127 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan III - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Sumatera Selatan Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i

Pangkalpinang, Februari 2015 KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG. Bayu Martanto Deputi Direktur i i Segala puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan karunia-nya Kajian Ekonomi Regional Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan IV 2014 dapat dipublikasikan. Buku ini menyajikan

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Perekonomian Gorontalo triwulan I-2013 tumbuh 7,63% (y.o.y) lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 7,57% (y.o.y.) Pencapaian tersebut masih

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja daerah relatif lebih baik dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya meskipun secara besaran belum mencapai target anggaran

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH

PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH PERKEMBANGAN PERBANKAN DAN SISTEM PEMBAYARAN DI ACEH Perbankan Aceh PERKEMBANGAN PERBANKAN DI ACEH KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROV. ACEH TRIWULAN 4-2012 45 Perkembangan Perbankan Aceh Kinerja perbankan (Bank

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012

KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 KAJIAN EKONOMI REGIONAL Triwulan IV 2012 Januari 2013 Kinerja Ekonomi Daerah Cukup Kuat, Inflasi Daerah Terkendali Ditengah perlambatan perekonomian global, pertumbuhan ekonomi berbagai daerah di Indonesia

Lebih terperinci

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL

BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL BAB 1 : PERKEMBANGAN MAKRO REGIONAL Tren melambatnya perekonomian regional masih terus berlangsung hingga triwulan III-2010. Ekonomi triwulan III-2010 tumbuh 5,71% (y.o.y) lebih rendah dibandingkan triwulan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Nusa Tenggara Timur Triwulan III - 2013 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Nusa Tenggara Timur KATA PENGANTAR Sejalan dengan salah satu tugas pokok Bank Indonesia,

Lebih terperinci

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV

ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 263 ANALISIS TRIWULANAN: Perkembangan Moneter, Perbankan dan Sistem Pembayaran, Triwulan IV - 2009 Tim Penulis

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan II 2011 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Provinsi Kalimantan Selatan Triwulan III - 2011 Kantor Bank Indonesia Banjarmasin Kata Pengantar KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

Lebih terperinci

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia

Bank Indonesia adalah Bank Sentral Republik Indonesia. ~UU No. 23 Tahun 1999 Pasal 4 ayat 1~ Visi Bank Indonesia. Misi Bank Indonesia Dasar Hukum Bank Indonesia Negara memiliki suatu bank sentral yang susunan, kedudukan, kewenangan, tanggung jawab, dan independensinya diatur dengan undang-undang. ~UUD 1945 Pasal 23 D~ Bank Indonesia

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL Provinsi Sumatera Selatan Triwulan IV - 2014 Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Realisasi penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo triwulan IV-2010 cenderung lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Lambatnya

Lebih terperinci

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara

Kinerja ekspor mengalami pertumbuhan negatif dibanding triwulan sebelumnya terutama pada komoditas batubara No. 063/11/63/Th.XVII, 6 November 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN III-2013 Secara umum pertumbuhan ekonomi Kalimantan Selatan triwulan III-2013 terjadi perlambatan. Kontribusi terbesar

Lebih terperinci

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo

BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA. Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo BANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA Kajian Ekonomi Regional Provinsi Gorontalo Triwulan III 2009 Visi Bank Indonesia : Menjadi lembaga Bank Sentral yang dapat dipercaya secara nasional maupun internasional

Lebih terperinci

4. Outlook Perekonomian

4. Outlook Perekonomian 4. Outlook Perekonomian Pada tahun 2007-2008, ekspansi perekonomian Indonesia diprakirakan terus berlanjut dengan dilandasi oleh stabilitas makroekonomi yang terjaga. Pertumbuhan ekonomi pada 2007 diprakirakan

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG i TRIWULAN I 2016 Edisi Triwulan I 2016 Buku Kajian dan Keuangan ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH

BAB 4 : KEUANGAN DAERAH BAB 4 KEUANGAN DAERAH BAB 4 : KEUANGAN DAERAH Penghimpunan pendapatan dan penyerapan belanja APBD Pemerintah Provinsi Gorontalo selama triwulan laporan meningkat secara nominal, namun dilihat dari persentase

Lebih terperinci

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen)

Grafik 1 Laju dan Sumber Pertumbuhan PDRB Jawa Timur q-to-q Triwulan IV (persen) BERITA RESMI STATISTIK BPS PROVINSI JAWA TIMUR No. 13/02/35/Th. XII, 5 Februari 2014 PERTUMBUHAN EKONOMI JAWA TIMUR I. PERTUMBUHAN DAN STRUKTUR EKONOMI MENURUT LAPANGAN USAHA Pertumbuhan Ekonomi Jawa Timur

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL

KAJIAN EKONOMI REGIONAL KAJIAN EKONOMI REGIONAL Propinsi Kepulauan Bangka Belitung Triwulan II - 2009 Kantor Bank Indonesia Palembang KATA PENGANTAR Segala puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU

PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2009 PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH PROVINSI BENGKULU Penerbit : Bank Indonesia Bengkulu Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH

PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH PERKEMBANGAN EKONOMI MAKRO ACEH Pertumbuhan ekonomi Aceh pada triwulan III tahun 212 sebesar 5,21% (yoy), mengalami peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya yang sebesar 5,9% (yoy), namun masih lebih

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan I - 2011 cxççâáâç M Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Muhammad Jon Analis Muda Senior 2. Neva Andina Peneliti Ekonomi Muda

Lebih terperinci

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

Pariwisata Bahari Usulan KEK Sungailiat, Bangka cover belakang Sumber : FGD Bappeda Provinsi Kepulauan Bangka Belitung i FEBRUARI 2017 Edisi Februari 2017 Buku Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional ini diterbitkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Jl. Jend. Sudirman No. 51 Pangkalpinang

Lebih terperinci

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU

KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU KAJIAN EKONOMI REGIONAL PROVINSI BENGKULU Triwulan III - 2010 Penyusun : Tim Ekonomi Moneter Kelompok Kajian, Statistik dan Survei : 1. Bayu Martanto Peneliti Ekonomi Muda Senior 2. Jimmy Kathon Peneliti

Lebih terperinci

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah

PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17. Kalimantan Tengah. Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah PAPARAN BANK INDONESIA RAKORDAL TW II 17 Kalimantan Tengah Pertumbuhan Ekonomi & Inflasi Tahun 2017 Pasca meningkat cukup tinggi pada triwulan I 2017, ekonomi Kalimantan Tengah diperkirakan

Lebih terperinci

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008

Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 Laporan Perkembangan Perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta Triwulan III-2008 YOGYAKARTA VISI BANK INDONESIA Menjadi KBI yang dapat dipercaya di daerah melalui peningkatan peran dalam menjalankan tugas-tugas

Lebih terperinci

ii Triwulan I 2012

ii Triwulan I 2012 ii Triwulan I 2012 iii iv Triwulan I 2012 v vi Triwulan I 2012 vii viii Triwulan I 2012 ix Indikator 2010 2011 Total I II III IV Total I 2012 Ekonomi Makro Regional Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy)

Lebih terperinci

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka

Kata pengantar. Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka Kata pengantar Publikasi Data Strategis Kepulauan Riau Tahun 2012 merupakan publikasi perdana yang disusun dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen data terhadap data-data yang sifatnya strategis, dalam

Lebih terperinci

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1%

SURVEI PERBANKAN KONDISI TRIWULAN I Triwulan I Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Triwulan I - 2015 SURVEI PERBANKAN Perbankan Semakin Optimis Kredit 2015 Tumbuh Sebesar 17,1% Secara keseluruhan tahun 2015, optimisme responden terhadap pertumbuhan kredit semakin meningkat. Pada Triwulan

Lebih terperinci