PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI"

Transkripsi

1 PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I SEDIMENTASI NAMA KELOMPOK : 1. FITRIYATUN NUR JANNAH ( ) 2. FERA ARINTA ( ) 3. DANI PRASETYA ( ) PRODI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITTAS NEGERI SEMARANG 2014

2 PRAKTIKUM SEDIMENTASI I. TUJUAN 1. Menghitung densitas pasir A dan pasir B yang lolos dan tidak lolos 34 mesh dan densitas batu bata A dan batu bata B yang lolos dan tidak lolos 150 mesh. 2. Mengukur ketinggian awal dan ketinggian endapan setiap 3 detik sampai diperoleh ketinggian konstan untuk masing-masing bahan. 3. Menganalisis pengaruh konsentrasi, perbedaan jenis partikel, perbedaan ukuran partikel pada masing-masing bahan dengan konsentrasi masing-masing. 4. Menentukan settling velocity (v s ) pada masing-masing jenis bahan untuk masing-masing konsentrasi berdasarkan grafik. II. DASAR TEORI Sedimentasi adalah salah satu operasi pemisahan campuran padatan dan cairan (slurry) menjadi cairan beningan dan sludge (slurry yang lebih pekat konsentrasinya). Pemisahan dapat berlangsung karena adanya gaya gravitasi yang terjadi pada butiran tersebut. Dalam filtasi partikel zat padat dipisahkan dari slurry dengan kekuatan fluida yang berada pada medium filter yang akan menghalangi laju lintas partikel zat padat. Dalam proses pengendapan dan proses sedimentasi partikel dipisahkan dari fluida oleh gaya aksi gravitasi partikel. Pada beberapa proses, pemisahan serta sedimentasi partikel dan pengendapan bertujuan untuk memisahkan partikel dari fluida sehingga fluida bebas dari konsentasi partikel. ( Cristie geankolplis, tahun : ) Sedimentasi merupakan peristiwa turunnya partikel padat yang semula tersebar merata dalam cairan karena adanya gaya berat setelah terjadi pengendapan cairan jernih dapat dipisahkan dari zat padat yang menumpuk di dasar (endapan). Keadaan dimana padatan bergerak turun hanya karena gaya gravitasi. Kecepatan yang konstan ini disebabkan oleh konsentrasi di lapisan batas yang relatif masih kecil, sehingga pengaruh gaya tarik-menarik antar partikel, gaya gesek dan gaya tumbukan antar partikel dapat diabaikan, proses ini disebut free settling. Semakin banyak partikel yang mengendap, konsentrasi menjadi tidak seragam dengan bagian bawah slurry menjadi lebih pekat.

3 Konsentrasi pada bagian batas bertambah, gerak partikel semakin sukar dan kecepatan turunnya partikel berkurang. Kondisi ini disebut hindered settling ( Cristie geankolplis, tahun : ) Selama proses berlangsung terdapat tiga gaya yang mempengaruhi proses, yaitu: 1. Gaya Gravitasi Gaya ini terjadi apabila berat jenis larutan lebih kecil dari berat jenis partikel, sehingga partikel lain lebih cepat mengendap. Gaya ini bisa dilihat pada saat terjadi endapan. Pada kondisi ini, sangat dipengaruhi oleh hukum 2 Newton, yaitu: Fg = m. g = ρs x g 2. Gaya Apung Gaya ini terjadi jika massa jenis partikel lebih kecil dari pada massa jenis fluida sehingga fluida berada pada permukaan cairan. Fa= m x p x g ρ 3. Gaya Dorong Gaya ini terjadi pada saat larutan dipompakan kedalam tabung klarifier. Gaya dorong juga dapat dilihat pada saat mulai turunnya partikel padatan karena adanya gaya gravitasi, maka fluida akan memberikan gaya yang besarnya sama dengan berat padatan itu sendiri. V x D²(ρg- ρg) Fd = 18µ Dari ketiga gaya diatas diturunkan suatu laju pengendapan menurun yaitu: V x D 2 P (ρg- ρg) Fd = 18µ Didalam slurry yang mengandung partikel-partikel ukuran berbeda, partikel-partikel yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dan mulai menumpuk, dimana zona D dan zona transisi C yang mengandung padatan yang bervariasi antara konsentrasi zona B dan zona D mulai nampak. Setelah pengendapan lebih jauh atau pada kondisi kecepatan pengendapan kompresinya, zona B dan zona C tidak nampak tetapi hanya terdapat slurry pekat pada zona D (Geankoplis, C.J., 2003). Pemakaian Proses Sedimentasi terbagi beberapa metode : 1. Proses Batch

4 Sedimentasi merupakan pemisahan antara padatan dengan cairan yang berasal dari slurry encer. Pemisahan ini menghasilkan cairan jernih dan padatan dengan konsentrasi tinggi. Mekanisme dari sedimentasi dideskripsikan dengan observasi pada tes batch settling yaitu ketika partikel-partikel padatan dalam suatu slurry mengalami proses pengendapan dalam silinder kaca. Gambar 1. Zona pengendapan 2. Proses Semi-Batch Pada sedimentasi semi-batch hanya terdapat cairan keluar atau masuk saja. Jadi, kemungkinan hanya ada slurry yang masuk atau beningan yang keluar. C = Zona ukuran butir tidak seragam Gambar 2. Proses sedimentasi semi batch D = Zona partikel padat terendapkan 3. Proses Kontinyu Pada proses ini terdapat slurry yang masuk dan cairan bening yang keluar pada saat yang bersamaan. Saat kondisi steady state, maka ketinggian cairan akan selalu tetap. Proses sedimentasi disajikan dengan gambar berikut : Keterangan: A = Cairan bening B = Zona konsentrasi seragam Keterangan: A = Cairan bening B = Zona konsentrasi seragam C = Zona ukuran butir tidak seragam D = Zona partikel padat terendapkan

5 Gambar 3 Proses sedimentasi Kontinyu Berdasarkan konsentrasi dan kecenderungan partikel berinteraksi, proses sedimentasi terbagi atas empat tipe: 1. Sedimentasi Tipe I/Plain Settling/Discrete particle Partikel mengendap secara individual, dan tidak ada interaksi antar pertikel. Tipe ini merupakan pengendapan partikel tanpa menggunakan koagulan. Tujuan dari unit ini adalah menurunkan kekeruhan air baku dan digunakan pada grit chamber. 2. Sedimentasi Tipe II (Flocculant Settling) Terjadi interaksi antar partikel, sehingga ukuran meningkat dan kecepatan pengendapan bertambah. Pengendapan material koloid dan solid tersuspensi terjadi melalui adanya penambahan koagulan, biasanya digunakan untuk mengendapkan flok-flok kimia setelah proses koagulasi dan flokulasi. 3. Hindered Settling (Zone Settling) Merupakan pengendapan dengan konsentrasi koloid dan partikel tersuspensi adalah sedang, di mana partikel saling berdekatan sehingga gaya antar pertikel menghalangi pengendapan partikel-partikel di sebelahnya. Partikel berada pada posisi yang relatif tetap satu sama lain dan semuanya mengendap pada suatu kecepatan yang konstan. Hal ini mengakibatkan massa pertikel mengendap sebagai suatu zona, dan menimbulkan suatu permukaan kontak antara solid dan liquid. 4. Compression Settling Terjadi pemampatan partikel yang telah mengendap yang terjadi karena berat partikel.

6 III. ALAT DAN BAHAN 1. Alat Gelas Ukur Ayakan 34 mesh dan 150 mesh Gelas Arloji Neraca Analitik Spatula Stopwatc

7 2. Bahan Batu bata Pasir 3. Gambar Alat Gambar III.1 Neraca Analitik Gambar III.2 Spatula Gambar III.3 Gelas Arloji Gambar III.4 Ayakan 34 mesh Gambar III.5 Ayakan 150 mesh Gambar III.6 Gelas Arloji

8 4. Skema Kerja Pasir lolos dan tidak lolos 34 mesh Lolos 34 mesh Gerus pasir Pasir diayak Hitung densitas Tidak lolos 34 mesh Ditimbang Pasir A = 15 gr Pasir B = 17 gr Gelas ukur diisi air 100 ml Masukkan pasir dalam gelas ukur Ukur ketinggian awal Kocok semua campuran Ukur ketinggian awal Amati ketinggian endapan Jarak waktu 3 detik

9 Gambar III.1 Skema kerja pasir lolos dan tidak lolos 34 mesh IV. Batu bata 150 mesh Lolos 34 mesh Gerus Batu bata Batu bata diayak Hitung densitas Ditimbang Gelas ukur diisi air 100 ml Tidak lolos 34 mesh Batu bata A = 15 gr Batu bata B = 17 gr Masukkan batu bata dalam gelas ukur Ukur ketinggian awal Gambar III.2 Skema kerja batu bata lolos dan tidak lolos 34 mesh Kocok semua campuran HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN A. DATA HASIL PENGAMATAN Tabel IV.1 Hasil pengamatan percobaan sedimentasi Ukur ketinggian awal Cara Kerja Hasil Pengamatan Amati ketinggian endapan Jarak waktu 3 detik

10 Menyiapkan bahan - Pasir - Batu bata Menggerus raw material yang digunakan Raw material halus (diameter berkurang) Mengayak hasil gerusan Material lolos ayakan dan tidak lolos ayakan Menghitung densitas masing masing raw material - Pasir ρ=1,069 gr ml >34mesh ρ=1,209 gr ml <34mesh - Batu bata ρ=0,78 gr ml >150 mesh ρ=0,843 gr ml <150 mesh Menimbang raw material hasil ayakan Menyiapkan gelas ukur yang telah terisi air 100 ml Pasir A = 1,5 gram Pasir B = 1,7 gram Batu bata A = 1,5 gram Batu bata B = 1,7 gram Volume air 100 ml Memasukkan raw material dan mengukur ketinggian awal Mengocok semua campuran dan mengamati ketinggian endapan setelah 3 detik Pasir mengendap dengan ketinggian awal: Pasir A(1,5 gr) lolos = 4 mm Pasir B (1,5 gr) tidak lolos = 3 mm Pasir A (1,7 gr) lolos = 5 mm Pasir B (1,7 gr) tidak lolos = 4 mm Batu bata A(1,5 gr) lolos = 4 mm Batu bata B (1,5 gr) tidak lolos = 4,5 mm Batu bata A (1,7 gr) lolos = 5 mm Batu bata B (1,7 gr) tidak lolos = 6 mm Partikel tersebar merata dalam cairan. Data ketinggian kecepatan pengendapan pada tabel IV.2 dan tabel IV.3

11 Tabel IV.2 Data kecepatan pendapan pada variabel pasir Pasir A (1,5gr/100ml) Variabel Pasir B (1,7gr/100ml) bata Tabel IV.3 Data kecepatan pendapan pada variabel batu Variabel Batu bata A (1,5gr/100ml) Batu bata B (1,7gr/100ml)

12 Tabel IV.3 Hasil perhitungan densitas Variabel ρ( gr ml ) Pasir lolos 34 mesh 1,069 Pasir tidak lolos 34 mesh 1,209

13 Batu bata lolos 150 mesh 0,78 Batu bata tidak lolos 150 mesh 0,843 Tabel IV.4 Data hasil perhitungan ketinggian awal masingmasing bahan. variabel Lolos ayakan 34 mesh Tidak lolos ayakan 34 mesh Pasir A (1,5 gr/ml) 4 mm 3 mm Pasir A (1,7 gr/ml) 5 mm 4 mm Lolos ayakan 150 Batu bata A (1,5 gr/ml) Batu bata B (1,5 gr/ml) mesh Tidak olos ayakan 150 mesh 4 mm 4,5 mm 5 mm 6 mm Tabel IV. 5 Data kecepatan pengendapan partikel variab el kecepatan pengendapan 1,5 gr/ml pasir A 0,0514 1,7 0,0 pasir B 0,0208 0,0 batu bata A batu bata B 0,0085 0,0059 0,0 0,0

14 B. PEMBAHASAN Pada praktikum sedimentasi ini, variabel yang digunakan adalah pasir A ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos ayakan 34 mesh dan pasir B ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos ayakan 34 mesh serta batu bata A ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos ayakan 150 mesh dan batu bata B ( 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml) yang lolos dan tidak lolos ayakan 150 mesh. Praktikum sedimentasi ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsentrasi dan ukuran partikel serta massa jenis bahan terhadap kecepatan pengendapan bahan dalam air. Selain itu pada praktikum ini bertujuan untuk mengetahui settling velocity pada masing-masing variabel dengan konsentrasi masing-masing hingga mencapai ketinggian endapan konstan. Sebelum menghitung settling velocity terlebih dahulu menghitung densitas masing-masing variabel dengan konsentasi masing-masing. Tabel IV. 3 menunjukan perbedaan densitas pada ketiga bahan. Perhitungan densitas bahan padatan dengan menggunakan gelas ukur yang pertama mencari volume gelas ukur yang digunakan dengan cara memasukkan air yang sudah diketahui densitasnya maka dapat diketahui volume gelas ukur 10 ml. Selanjutnya bahan padatan dimasukkan kedalam gelas ukur sehingga diperoleh berat bahan padatan. Dari pengukuran tersebut sehingga didapatkan volume bahan padatan, dimana volume bahan padatan tersebut adalah volume gelas ukur dikurangi volume air yang ditambahkan. Dengan diketahuinya volume bahan padatan dan massa bahan padatan, sehingga densitas bahan padatan dapat dicari. Dari hasil perhitungan diperoleh densitas masing-masing, yaitu pasir lolos 34 mesh (1,069 gram/ml), pasir tidak lolos 34 mesh (1,209 gram/ml), batu bata lolos 150 mesh (0,78 gram/ml), batu bata tidak lolos 150 mesh (0,843 gram/ml). Pada praktikum sedimentasi ini, bahan padatan dimasukkan ke dalam gelas ukur yang telah dimasukkan air sebanyak 100 ml dan diukur ketinggian awal bahan padatan dengan konsentrasi masingmasing 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml. Hasil pengukuran ketinggian awal

15 dapat dilihat pada tabel IV.4. Kemudian partikel yang terlarut tersebut dikocok tujuan pengocokan partikel dalam air ini agar partikel dapat tersebar merata dalam cairan air. Setelah dikocok kemudian dilakukan pengukuran pengendapan partikel dengan menggunakan mistar selama 3 detik sampai ketinggian endapan konstan. Sebelum mengukur ketinggian endapan, menyiapkan waktu lebih dulu yang akan digunakan untuk mengukur seberapa lama endapan tersebut mengendap. Setiap bahan padatan memiliki waktu pengendapan masing-masing sesuai dengan jumlah bahan padatan dan ukuran partikel. Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, jika jumlah bahan padatan semakin berat dengan konsentasi yang sama maka akan memiliki waktu pengendapan yang cepat dikarenakan memiliki gaya berat yang lebih besar sehingga memudahkan partikel untuk mengendap. Kecepatan pengendapan diperoleh dari kemiringan/slope dimana sumbu y adalah ketinggian endapan dan sumbu x adalah waktu dalam sekon dari kurva. Pada saat t 1 maka slope (kemiringan) -dz/dt = v 1. Dan pada titik ketinggian endapan z 1 hingga z i maka intersep garis singgung kurva dinyatakan dengan : v 1 = z i-z 1 t 1-0

16 pasir A pasir lolo 34 mesh 1,5 gr/ml pasir lolos 34 mesh 1,7 gr/ml Grafik 4.1 Perbandingan ketinggian endapan pasir A dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukan bahwa pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada pasir A yang dihasilkan dari percobaan. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kecepatan pengendapan suatu partikel mengalami kenaikan.

17 pasir A f(x) = 0.07x f(x) = 0.05x pasir lolo 34 mesh 1,5 gr/ml Linear (pasir lolo 34 mesh 1,5 gr/ml) pasir lolos 34 mesh 1,7 gr/ml Linear (pasir lolos 34 mesh 1,7 gr/ml) Grafik 4.2 Perbandingan ketinggian endapan pasir A dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik 4.2 diatas menunjukkan pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) hingga mencapai konstan pertama kali dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada pasir A yang lolos ayakan 34 mesh. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi akan mempengaruhi kecepatan pengendapan dari partikel (pasir). Pasir A dalam air dengan konsentrasi padatan 1,7 gr/ml dengan ukuran partikel yang seragam (uniform) ( lolos ayakan 34 mesh) akan memiliki waktu pengendapan yang lebih cepat untuk mencapai konstan, kecepatan pengendapan dari pasir akan lebih besar jika di bandingkan dengan partikel dari pasir yang memiliki konsentrasi pengendapan 1,5 gr/ml. Hal tersebut dapat

18 dilihat dalam grafik diatas. Kecepatan pengendapan merupakan besarnya gradient (slope) yang terbentuk dari garis yang menghubungkan ketinggian endapan hingga konstan untuk pertama kali dengan waktu. Kecepatan pengendapan konsentrasi 1,7 gr/ml yaitu 0,066 mm/s 2 sedangkan kecepatan pengendapan konsentasi 1,5 gr/ml yaitu 0,0514 mm/s 2. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan jenis bahan yang sama, semakin besar konsentrasi padatan dalam suatu campuran akan memiliki kecepatan pengendapan yang akan semakin besar. Pasir B 5 ketinggian endapan (mm) pasir B tidak lolos 34 mesh 1,5 gr/ml pasir B tidak lolos 34 mesh 1,7 gr/ml waktu (sekon) Grafik 4.3 perbandingan ketinggian endapan pasir B dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukan bahwa pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada pasir B yang dihasilkan dari

19 percobaan. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kecepatan pengendapan suatu partikel mengalami kenaikan. ketinggian endapan (mm) Pasir B pasir B tidak lolos 34 mesh 1,5 gr/ml f(x) = 0.04x + Linear 2.57 (pasir B tidak lolos 34 mesh 1,5 f(x) = 0.02x gr/ml) waktu (sekon) pasir B tidak lolos 34 mesh 1,7 gr/ml Linear (pasir B tidak lolos 34 mesh 1,7 gr/ml) Grafik 4.4 perbandingan ketinggian endapan pasir B dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik 4.4 diatas menunjukkan pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada pasir B. Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa perbedaan konsentrasi akan mempengaruhi kecepatan pengendapan dari partikel (pasir). Suatu larutan pasir dalam air dengan konsentrasi 1,7 gr/ml dengan ukuran partikel yang seragam (uniform) akan memiliki waktu pengendapan yang lebih cepat, begitu juga dengan kecepatan pengendapan dari pasir akan lebih besar jika di bandingkan dengan partikel dari pasir yang memiliki konsentrasi pengendapan 1,5 gr/ml. Kecepatan pengendapan merupakan besarnya gradient (slope) yang terbentuk dari garis yang menghubungkan ketinggian endapan hingga

20 konstan untuk pertama kali dengan waktu. Kecepatan pengendapan konsentrasi 1,7 gr/ml yaitu 0,0425 mm/s 2 sedangkan kecepatan pengendapan konsentasi 1,5 gr/ml yaitu 0,0208 mm/s 2. Dari grafik tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan jenis bahan yang sama, semakin tinggi konsentrasi padatan dalam suatu campuran akan memiliki kecepatan pengendapan yang akan semakin besar. 6 batu bata A batu bata lolos 150 mesh 1,5 gr/ml batu bata lolos 150 mesh 1,7 gr/ml Grafik 4.5 perbandingan ketinggian endapan batu bata A dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukan bahwa pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada batu bata A yang dihasilkan dari percobaan. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kecepatan pengendapan suatu partikel mengalami kenaikan.

21 batu bata A f(x) = 0.02x f(x) = 0.01x batu bata lolos 150 mesh 1,5 gr/ml Linear (batu bata lolos 150 mesh 1,5 gr/ml) batu bata lolos 150 mesh 1,7 gr/ml Linear (batu bata lolos 150 mesh 1,7 gr/ml) Grafik 4.6 perbandingan ketinggian endapan batu bata A dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukkan bahwa pada konsentasi yang berbeda dengan jenis bahan yang sama dan ukuran partikel yang seragam (uniform) kecepatan pengendapan partikel akan lebih besar saat konsentasi 1,7 gr/ml dari pada kecepatan pengendapan partikel yang memiliki konsentrasi padatan 1,5 gr/ml saat ketinggian endapan (z) konstan pertama kali. Kecepatan pengendapan partikel dapat diketahui dari grafik. Pada konsentrasi 1,7 gr/ml kecepatan pengendapan batu bata 0,0155 mm/s 2 lebih besar dibandingkan dengan konsentrasi 1,5 gr/ml kecepatan pengendapan batu bata 0,0085 mm/s 2.

22 batu bata B ketinggian endapan (mm) batu bata tidak lolos 150 mesh 1,5 gr/ml batu bata tidak lolos 150 mesh 1,7 gr/ml waktu ( sekon) Grafik 4.7 perbandingan ketinggian endapan batu bata B dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukan bahwa pengaruh waktu (t) terhadap tinggi pengendapan (z) dengan konsentasi yang berbeda yaitu pada konsentasi 1,7 gr/ml dan 1,5 gr/ml pada batu bata B yang dihasilkan dari percobaan. Dari grafik tersebut terlihat bahwa kecepatan pengendapan suatu partikel mengalami kenaikan.

23 ketinggian endapan (mm) batu bata B batu bata tidak lolos f(x) = 0.01x mesh 1,5 gr/ml Linear (batu bata f(x) = 0.01x + tidak 3.78lolos 150 mesh 1,5 gr/ml) waktu ( sekon) batu bata tidak lolos 150 mesh 1,7 gr/ml Linear (batu bata tidak lolos 150 mesh 1,7 gr/ml) Grafik 4.8 perbandingan ketinggian endapan batu bata B dengan perbedaan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik diatas menunjukkan bahwa pada konsentasi yang berbeda dengan jenis bahan yang sama dan ukuran partikel yang seragam kecepatan pengendapan partikel akan lebih besar saat konsentasi 1,7 gr/ml dari pada kecepatan pengendapan partikel yang memiliki konsentrasi padatan 1,5 gr/ml. Kecepatan pengendapan partiikel dapat diketahui dr grafik. Pada konsentrasi 1,7 gr/ml kecepatan pengendapan batu bata 0,006 mm/s 2 dan konsentrasi 1,5 gr/ml kecepatan pengendapan batu bata 0,0059 mm/s 2. Dari ke empat grafik diatas dapat diketahui bahwa ada berapa faktor yang mempengaruhi kecepatan pengendapan suatu partikel selain konsentrasi. Ukuran partikel dari variabel yang digunakan juga berpengaruh pada kecepatan pengendapan pertikel. Semakin besar ukuran

24 partikel maka semakin besar pula padatan terendapkan tiap satuan waktu dengan kata lain kecepatan pengendapannya akan lebih cepat, hal ini disebabkan karena tekanan dari atas cairan bertambah, sehingga kecepatan turunnya padatan lebih besar. Dari grafik diatas diperoleh kecepatan pengendapan pasir A paling besar jika dibandingkan dengan pasir B, batu bata A dan batu bata B. Waktu pengendapan juga mempengaruhi kecepatan pengendapan jika konsentasi padatan besar dan ukuran partikel kecil maka waktu yang digunakan untuk mengendapkan akan semakin cepat. Kecepatan pengendapan ke empat grafik dapat dilihat pada tabel IV.5 Berikut adalah grafik perbandingan dari semua varibel yang dilakukan :

25 Perbandingan ketinggian semua bahan dengan konsentasi yang ber ketinggian endapan (mm) pasir A lolos 34 mesh 1,5 gr/ml pasir A lolos 34 mesh 1,7 gr/ml pasir B tidak lolos 34 mesh 1,5 gr/ml pasi B tdk lolos 34 mesh 1,7 gr/ml batu bata A lolos 150 mesh 1,5 gr/ml batu bata A lolos 150 mesh 1,7 gr/ml batu bata B tdk lolos 150 mesh 1,5 gr/ml batu bata B tdk lolos150 mesh 1,7 gr/ml waktu(sekon) Grafik 4.9 perbandingan semua varibel dengan konsentasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml Grafik 4.9 menunjukan hubungan ketinggian pengendapan terhadap waktu, tampak terlihat bahwa kecepatan pengendapan pasir A lebih cepat jika dibandingkan dengan partikel-partikel yang lain. Hal ini

26 dikarenakan ukuran partikel, ukuran partikel pasir A besar sehingga kecepatan mengendapkan padatan juga akan semakin cepat. Waktu juga mempengaruhi kecepatan pengendapan, jika konsentasi padatan besar dan ukuran partikel besar maka waktu yang dibutuhkan partikel untuk mengendap juga kan semakin cepat. Selain ketinggian pengendapan dan waktu densitas juga mempengaruhi kecepatan pengendapan partikel, jika densitas padatan semakin besar kecepatan pengendapannya lebih cepat dibandingkan padatan yang memiliki densitas yang lebih kecil. Pada literatur yang dapat praktikan kutip dari (Setiyadi) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka akan meningkat pula drag force yang dialami oleh partikel padatan sehingga mengakibatkan padatan akan memiliki kecepatan pengendapan yang lebih lama. Namun pada praktikum ini pengaruh konsentrasi terhadap kecepatan pengendapan berbanding terbalik terhadap literatur yang ada, campuran yang memiliki konsentrasi lebih tinggi akan memiliki kecepatan pengendapan yang lebih cepat pula. Hal ini mungkin terjadi karena padatan yang telah mengendap tidak terlalu berpengaruh pada kecepatan pengendapan mengingat sangat kecilnya kosentrasi padatan pada campuran tersebut, tidak seperti hal yang ditinjau dari literatur dimana padatan yang telah mengalami pengendapan akan memiliki pengaruh yang cukup besar terhadap kecepatan pengendapan (konsentrasi padatan dalam campuran cukup tinggi).

27 V. SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Semakin besar densitas suatu padatan maka kecepatan pengendapan yang lebih cepat dibanding padatan dengan densitas yang lebih kecil. Dari data yang diperoleh dari hasil eksperimen densitas yang paling besar adalah pasir yang tidak lolos 34 mesh, diikuti dengan pasir yang lolos 34 mesh, batu bata tidak lolos 150 mesh dan batu bata lolos 150 mesh. 2. Hasil pengukuran ketinggian awal endapan berdasarkan hasil eksperimen antara pasir dan batu bata, adalah padatan yang memiliki ketinggian lebih banyak adalah padatan yang memiliki konsentrasi yang besar yaitu pasir dan batu bata dengan (C=1,7 gr/ml) akan memiliki ketinggian lebih banyak jika diabandingkan dengan pasir dan batu bata dengan konsentrasi 1,5 gr/ml. 3. Semakin tinggi konsentrasi suatu padatan maka kecepatan pengendapannya akan semakin cepat. hal yang paling berpengaruh pada kecepatan pengendapan yaitu ukuran partikel dimana partikel yang lebih besar akan mengendap lebih cepat dibanding partikel dengan ukuran yang lebih kecil.

28 4. Berdasarkan data kecepatan partikel, jika konsentrasi padatan semakin besar maka settling velocity juga akan semakin besar. Pada konsentrasi 1,5 gr/ml dan 1,7 gr/ml padatan yang lebih cepat mengendap adalah yang konsentrasi 1,7 gr/ml yaitu pasir A 0,066 dilanjut, pasir B 0,0425 Batu bata A 0,0155dan batu bata B 0,006. B. SARAN 1. Mengukur ketinggian padatan harus diperhatikan dan lebih teliti, karena perubahan setiap detiknya sangat cepat. 2. Pengocokan padatan harus merata, karena mempengaruhi kecepatan pengendapannya. 3. Dalam mengukur densitas harus lebih teliti lagi, jangan sampai ada penekanan saat bahan dimasukkan kedalam gelas ukur. DAFTAR PUSTAKA Geankoplis, J., G., Transport Processes and Unit Operations. 3 rd. Prentice - Hall, Inc., USA.

29 LAMPIRAN Menghitung Densitas pasir lolos 34 mesh ρ= m v ρ= 10,69 10 ρ=1,069 gr ml Menghitung densitas pasir tidak lolos 34 mesh ρ= m v ρ= 12,09 10 ρ=1,209 gr ml Menghitung densitas batu bata lolos 150 mesh

30 ρ= m v ρ= 7,8 10 ρ=0,78 gr ml Menghitung densitas batu bata tidak lolos 150 mesh ρ= m v ρ= 8,34 10 ρ=0,834 gr ml

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi

Laporan Praktikum Teknik Kimia I Sedimentasi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Sedimentasi merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluid jernih (supernatant) dan slurry yang mengandung padatan jauh lebih tinggi.larutan suspensi terdiri

Lebih terperinci

Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI. Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI

Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI. Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI Laporan Khusus Laboratorium Opersi Teknik Kimia I SEDIMENTASI Disusun oleh: ZAKIATUL FITRI 1204103010088 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM, BANDA ACEH 2014 KATA PENGANTAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Tujuan Percobaan

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang 1. 2 Tujuan Percobaan BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Pada industri kimia proses pemisahan sangat diperlukan, baik dalam penyiapan umpan ataupun produk. Umumnya memisahkan dari campuran produk yang keluar dari reaktor. Berbagai

Lebih terperinci

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan

I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan I. Tujuan Setelah praktikum, mahasiswa dapat : 1. Menentukan waktu pengendapan optimum dalam bak sedimentasi 2. Menentukan efisiensi pengendapan II. Dasar Teori Sedimentasi adalah pemisahan solid dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat umum.

Lebih terperinci

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations)

PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) PEMISAHAN MEKANIS (mechanical separations) sedimentasi (pengendapan), pemisahan sentrifugal, filtrasi (penyaringan), pengayakan (screening/sieving). Pemisahan mekanis partikel fluida menggunakan gaya yang

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor

BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor BAB II DASAR TEORI 2.1 Aplikasi Backfill di PT Antam Tbk UBPE Pongkor Dalam operasi penambangannya, PT Antam Tbk UBPE Pongkor menggunakan metoda penambangan cut and fill. Material pengisi (filling material)

Lebih terperinci

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA

KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Yogyakarta, 3 November 212 KLASIFIKASI PADATAN MENGGUNAKAN ALIRAN FLUIDA Ir. Adullah Kuntaarsa, MT, Ir. Drs. Priyo Waspodo US, MSc, Christine Charismawaty Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri

Lebih terperinci

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi

Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Proses Pengolahan Air Minum dengan Sedimentasi Bak Sedimentasi Bak sedimentasi umumnya dibangun dari bahan beton bertulang dengan bentuk lingkaran, bujur sangkar, atau segi empat. Bak berbentuk lingkaran

Lebih terperinci

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING

PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA SOLID-LIQUID MIXING I. TUJUAN 1. Mengetahui jenis pola alir dari proses mixing. 2. Mengetahui bilangan Reynolds dari operasi pengadukan campuran tersebut setelah 30 detik

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING

LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING LAPORAN SKRIPSI MODEL PERSAMAAN KECEPATAN SEDIMENTASI PADA KONDISI HINDERED SETTLING Diajukan Oleh : Edvarda Latifany 5203013023 JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air adalah sumber daya alam yang tidak terbatas yang sangat penting untuk kehidupan mahluk hidup. Sayangnya, ketidak terbatasan sumber daya alam ini telah banyak dipengaruhi

Lebih terperinci

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi

Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Laporan Praktikum Kimia Laju Reaksi Oleh: 1. Kurniawan Eka Yuda (5) 2. Tri Puji Lestari (23) 3. Rina Puspitasari (17) 4. Elva Alvivah Almas (11) 5. Rusti Nur Anggraeni (35) 6. Eki Aisyah (29) Kelas XI

Lebih terperinci

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL

PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI MENJADI AIR MINERAL PENDAHULUAN 1. AIR Air merupakan sumber alam yang sangat penting di dunia, karena tanpa air kehidupan tidak dapat berlangsung. Air juga banyak mendapat

Lebih terperinci

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN

BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN BAB III PERCOBAAN DAN HASIL PERCOBAAN 3.1 Pengambilan Data Operasi di Lapangan Penelitian ini dilakukan berdasarkan kondisi operasi yang sesungguhnya. Oleh karena itu diperlukan pengamatan dan pengambilan

Lebih terperinci

VISKOSITAS CAIRAN. Selasa, 13 Mei Raisa Soraya* ( ), Siti Masitoh, M.Ikhwan Fillah. Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam

VISKOSITAS CAIRAN. Selasa, 13 Mei Raisa Soraya* ( ), Siti Masitoh, M.Ikhwan Fillah. Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 13 Mei 2014 Raisa Soraya* (1112016200038), Siti Masitoh, M.Ikhwan Fillah Jurusan Pendidikan Imu Pengetahuan Alam Program Studi Pendidikan Kimia Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan

Lebih terperinci

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling

Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Jurnal Sains dan Teknologi Lingkungan ISSN: 085-17 Volume 6, Nomor, Juni 014 Hal. 98-106 Model Persamaan Faktor Koreksi pada Proses Sedimentasi dalam Keadaan Free Settling Roessiana D L; Setiyadi dan Sandy

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2013 di Laboratorium Fisika Material Jurusan Fisika FMIPA Unila dan Laboratorium Teknik Sipil

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian

Metodologi Penelitian Bab III Metodologi Penelitian Penelitian pemisahan plastik dengan jig dilakukan dalam skala laboratorium untuk mengetahui sifat fisik sampel plastik, dan pengamatan proses jig dalam reaktor batch untuk

Lebih terperinci

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING

PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING PROCEEDING NATIONAL CONFERENCE ON CONSERVATION FOR BETTER LIFE PENENTUAN KAPASITAS UNIT SEDIMENTASI BERDASARKAN TIPE HINDERED ZONE SETTLING Alien Kurniawan Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Fakultas

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL)

MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) MODUL PRAKTIKUM LABORATORIUM INSTRUKSIONAL TEKNIK KIMIA FILTRASI (FIL) Disusun oleh: Joseph Bimandita Sunjoto Dr. Irwan Noezar Dr. Dendy Adityawarman Dr. Adriyan Harimawan PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS

Lebih terperinci

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi.

LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN. A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi. LAMPIRAN A DATA PENGAMATAN A. Pemanfaatan Rumput Ilalang Sebagai Bahan Pembuatan Bioetanol Secara Fermentasi. A.1 Data Pengamatan Pembuatan Bioetanol Tabel A.1.1 Tanpa Proses Perendaman Asam 1. Persiapan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIKA I VISKOSITAS CAIRAN BERBAGAI LARUTAN Oleh : Nama : I Gede Dika Virga Saputra NIM : 0805034 Kelompok : IV.B JURUSAN KIMIA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK MODUL PRAKTIKUM NAMA PEMBIMBING NAMA MAHASISWA : MASSA JENIS DAN VISKOSITAS : RISPIANDI,ST.MT : SIFA FUZI ALLAWIYAH TANGGAL PRAKTEK : 25 September 2013 TANGGAL PENYERAHAN

Lebih terperinci

DASAR PENGUKURAN FISIKA

DASAR PENGUKURAN FISIKA DASAR PENGUKURAN FISIKA M1 TUJUAN 1. Mampu melakukan pengukuran dan membedakan penggunaan berbagai alat ukur 2. Mampu menghitung densitas zat padat dan zat cair TUGAS PENDAHULUAN 1. Jelaskan pengertian

Lebih terperinci

BAB 3 SEDIMENTASI. Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara

BAB 3 SEDIMENTASI. Sedimentasi adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara BAB 3 SEDIMENTASI 3.1. Teori adalah pemisahan solid-liquid menggunakan pengendapan secara gravitasi untuk menyisihkan suspended solid. Pada umumnya, sedimentasi digunakan pada pengolahan air minum, pengolahan

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 08 April 2014

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II. VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 08 April 2014 LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II VISKOSITAS CAIRAN Selasa, 08 April 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha 1112016200028 KELOMPOK 4 1. Fika Rakhmalinda 1112016200005 2. Naryanto 1112016200018 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengendapan 1. Pengertian pengendapan Pengendapan merupakan proses pemisahan larutan suspensi menjadi fluida jernih supernatant dan slurry yang mengandung konsentrasi padatan lebih

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perusahaan Daerah Air Minum Perusahaaan Daerah Air Minum (PDAM) merupakan perusahaan milik daerah yang bergerak di bidang pengolahan dan perindustrian air bersih bagi masyarakat

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Plate and Frame Filter Press : Iwan Ridwan, ST, MT Tanggal Praktikum : 10 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 21 Juni

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA ABSTRAK LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK 1 PEMISAHAN KOMPONEN DARI CAMPURAN 11 NOVEMBER 2014 SEPTIA MARISA 1113016200027 ABSTRAK Larutan yang terdiri dari dua bahan atau lebih disebut campuran. Pemisahan kimia

Lebih terperinci

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T.

KONTRAK PERKULIAHAN. Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. KONTRAK PERKULIAHAN Mata kuliah : Proses Industri Kimia Dosen Pengasuh : Yuli Darni, S.T., M.T. JURUSAN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK UNIVWERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2009 KONTRAK PERKULIAHAN Mata Kuliah

Lebih terperinci

PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI

PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI ILTEK,Volume 7, Nomor 13, April 212 PENGARUH PERBANDINGAN KOAGULAN BIJI KELOR DAN ALUMINIUM SULFAT PADA PROSES PENJERNIHAN AIR SUNGAI Andi Haslinah Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto

Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa. Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Analisis Aliran Fluida Terhadap Fitting Serta Satuan Panjang Pipa Nisa Aina Fauziah, Novita Elvianti, dan Verananda Kusuma Ariyanto Jurusan teknik kimia fakultas teknik universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Lebih terperinci

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA

EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA EVALUASI EFISIENSI KINERJA UNIT CLEARATOR DI INSTALASI PDAM NGAGEL I SURABAYA Anjar P,RB Rakhmat 1) dan Karnaningroem,Nieke 2) Teknik Lingkungan, ITS e-mail: rakhmat_pratama88@yahoo.co 1),idnieke@enviro.its.ac.id

Lebih terperinci

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur

-disiapkan Filter -disusun pada reaktor koagulasi (galon dan botol ukuran 1.5 Liter) -diambil 5 liter dengan gelas ukur C. Alat, Bahan, dan Cara Kerja Alat dan Bahan 1. Sampel air yaitu sungai dan sumur sebagai bahan uji 2. Filter sebagai media filtrasi, batu basal, ijuk, karbon aktif, pasir silica (batu kuarsa) 3. Bak

Lebih terperinci

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami

Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami Pembuatan Koloid, Denaturasi Protein dan Lem Alami I. Tujuan Pada percobaan ini akan dipelajari beberapa hal mengenai koloid,protein dan senyawa karbon. II. Pendahuluan Bila garam dapur dilarutkan dalam

Lebih terperinci

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK

LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK LABORATORIUM PERLAKUAN MEKANIK SEMESTER GENAP TAHUN AJARAN 2013 / 2014 MODUL PEMBIMBING : Mixing : Ir. Gatot Subiyanto, M.T. Tanggal Praktikum : 03 Juni 2014 Tanggal Pengumupulan : 10 Juni 2014 (Laporan)

Lebih terperinci

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian dan Pembahasan b. Menghitung pengaruh gaya-gaya yang bekerja pada pemisahan materi berat-ringan dalam reaktor jig, yaitu gaya gravitasi (gaya berat), gaya buoyant, dan gaya drag terhadap waktu pemisahan materi. c. Perhitungan

Lebih terperinci

BAB I DISTILASI BATCH

BAB I DISTILASI BATCH BAB I DISTILASI BATCH I. TUJUAN 1. Tujuan Instruksional Umum Dapat melakukan percobaan distilasi batch dengan system refluk. 2. Tujuan Instrusional Khusus Dapat mengkaji pengaruh perbandingan refluk (R)

Lebih terperinci

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI

METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI METODE PENGUJIAN TENTANG ANALISIS SARINGAN AGREGAT HALUS DAN KASAR SNI 03-1968-1990 RUANG LINGKUP : Metode pengujian ini mencakup jumlah dan jenis-jenis tanah baik agregat halus maupun agregat kasar. RINGKASAN

Lebih terperinci

BERAT JENIS ZAT CAIR DAN ZAT PADAT

BERAT JENIS ZAT CAIR DAN ZAT PADAT BERAT JENIS ZAT CAIR DAN ZAT PADAT I. TUJUAN PERCOBAAN - Mahasiswa dapat menentukan berat jenis zat cair dengan piknometer - Mahasiswa dapat menentukan berat jenis zat padat dengan piknometer - Mahasiswa

Lebih terperinci

MODUL 1.06 SEDIMENTASI

MODUL 1.06 SEDIMENTASI MODUL 1.06 SEDIMENTASI Oleh : Didit A. Sigit LABORATORIUM OPERASI TEKNIK KIMIA JURUSAN TEKNIK KIMIA UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA CILEGON BANTEN 2008 2 Modul 1.06 SEDIMENTASI I. Tujuan Praktikum :

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1.

BAB I PENDAHULUAN I.1. BAB I PENDAHULUAN I.1. Tujuan Percobaan Tujuan dari percobaan ini adalah untuk mengetahui nilai konstanta dalam peristiwa adsorbsi dari larutan asam asetat oleh karbon aktif pada suhu konstan. I.2. Dasar

Lebih terperinci

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA)

PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) PRE-ELIMINARY PRIMARY WASTEWATER TREATMENT (PENGOLAHAN PENDAHULUAN DAN PERTAMA) Tujuan pengolahan pertama (Primary Treatment) dalam pengolahan limbah cair adalah penyisihan bahan padat dari limbah cair

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k )

BAB II DASAR TEORI. Misalkan sembarang persamaan fisik melibatkan k variabel seperti berikut. u 1 = f ( u 2, u 3,..., u k ) BAB II DASAR TEORI 2.1 Analisis Dimensional Analisis dimensi adalah analisis dengan menggunakan parameter dimensi untuk menyelesaikan masalah masalah dalam mekanika fluida yang tidak dapat diselesaikan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang diuji menggunakan material tanah lempung yang disubtitusi dengan material pasir. Sampel tanah yang digunakan dari desabelimbing sari kec. Jabung,

Lebih terperinci

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR

ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR ACARA III VISKOSITAS ZAT CAIR A. PELAKSANAAN PRAKTIKUM 1. Tujuan Praktikum Menentukan koefisien Viskositas (kekentalan) zat cair berdasarkan hukum Stokes 2. WaktuPraktikum Senin, 18 Mei 2015 3. Tempat

Lebih terperinci

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan

Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan Proses penggerusan merupakan dasar operasional penting dalam teknologi farmasi. Proses ini melibatkan perusakan dan penghalusan materi dengan konsekuensi meningkatnya luas permukaan. Ukuran partikel atau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang 49 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung (soft clay) yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Lampung Timur. B. Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN BAB VI HASI DAN PEMBAHASAN 1.1 Hasil Pengamatan Tabel 2. Hasil analisa Kadar TDS TSS dan Organoleptik NO WAKTU KADAR TSS KADAR TDS ORGANOEPTIK (MENIT) (Mg/) (Mg/) 1 0 9000 27000 Bening, tidak berbau 2

Lebih terperinci

a. Pengertian leaching

a. Pengertian leaching a. Pengertian leaching Leaching adalah peristiwa pelarutan terarah dari satu atau lebih senyawaan dari suatu campuran padatan dengan cara mengontakkan dengan pelarut cair. Pelarut akan melarutkan sebagian

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM :

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI. Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK KIMIA IV DINAMIKA PROSES PADA SISTEM PENGOSONGAN TANGKI Disusun Oleh : Zeffa Aprilasani NIM : 2008430039 Fakultas Teknik Kimia Universitas Muhammadiyah Jakarta 2011 PENGOSONGAN

Lebih terperinci

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD

TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04. Yuniati, PhD TEKNIK PENYEDIAAN AIR MINUM TL 3105 SLIDE 04 Yuniati, PhD KOMPONEN SPAM Materi yang akan dibahas : 1.Komponen SPAM 2.Air baku dan bangunan intake KOMPONEN SPAM Sumber air baku Pipa transimisi IPAM Reservoar

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN PRAKATA DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRACT

DAFTAR ISI. Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI PENGESAHAN PRAKATA DEDIKASI RIWAYAT HIDUP PENULIS ABSTRACT DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ii PENGESAHAN iii PRAKATA iv DEDIKASI vi RIWAYAT HIDUP PENULIS vii ABSTRAK viii ABSTRACT ix DAFTAR ISI x DAFTAR GAMBAR xii DAFTAR TABEL xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes

BAB I PENDAHULUAN. 1.2 Prinsip Pengukuran tegangan permukaan berdasarkan metode berat tetes BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu molekul dalam fasa cair dapat dianggap secara sempurna dikelilingi oleh molekul lainnya yang secara rata-rata mengalami daya tarik yang sama ke semua arah. Bila

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PERCOBAAN

BAB 3 METODE PERCOBAAN BAB 3 METODE PERCOBAAN 3.1 Waktu dan Lokasi Percobaan Sampel air diambil dari danau yang berada di kompleks kampus Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta sebelah selatan Fakultas Pertanian. Pengambilan

Lebih terperinci

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik

Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Efektifitas Al 2 (SO 4 ) 3 dan FeCl 3 Dalam Pengolahan Air Menggunakan Gravel Bed Flocculator Ditinjau Dari Parameter Warna dan Zat Organik Hani Yosita Putri 3310.100.001 Dosen Pembimbing: Prof. Ir. Wahyono

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari manusia banyak memerlukan berbagai macam bahan-bahan yang ada dialam. Guna memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya tersebut manusia melakukan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. BAHAN DAN ALAT Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah bubuk susu kedelai bubuk komersial, isolat protein kedelai, glucono delta lactone (GDL), sodium trpolifosfat

Lebih terperinci

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI

PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI 85 Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.7 No.2 PEMANFAATAN BIJI ASAM JAWA (TAMARINDUS INDICA) SEBAGAI KOAGULAN ALTERNATIF DALAM PROSES PENGOLAHAN AIR SUNGAI Fitri Ayu Wardani dan Tuhu Agung. R Program Studi

Lebih terperinci

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan

Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian III.2. Alat dan Bahan III.2.1. Alat III.2.2 Bahan Bab III Metodologi III.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan dari bulan Januari hingga April 2008 di Laboratorium Penelitian Kimia Analitik, Institut Teknologi Bandung. Sedangkan pengukuran

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa

III. METODOLOGI PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa III. METODOLOGI PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Gedong Pasir Kelurahan Benteng Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan titik

Lebih terperinci

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum

PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI. Kelompok V : Amir Hamzah Umi Kulsum PRAKTIKUM KIMIA DASAR I KECEPATAN REAKSI Kelompok V : Amir Hamzah 1415005 Umi Kulsum 1415018 AKADEMI KIMIA ANALISIS CARAKA NUSANTARA CIMANGGIS, KELAPA DUA DEPOK, 2015 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lebih terperinci

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN

VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN VISKOSITAS DAN TENAGA PENGAKTIFAN ALIRAN I. TUJUAN 1. Menentukan viskositas cairan dengan metoda Ostwald 2. Mempelajari pengaruh suhu terhadap viskositas cairan II. DASAR TEORI Viskositas diartikan sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari

III. METODE PENELITIAN. Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Sampel tanah yang akan diuji adalah jenis tanah lempung yang diambil dari Desa Belimbing Sari, Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur. B. Pelaksanaan Pengujian

Lebih terperinci

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT.

SEMINAR AKHIR. Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari Dosen Pembimbing Alfan Purnomo, ST. MT. SEMINAR AKHIR KAJIAN KINERJA TEKNIS PROSES DAN OPERASI UNIT KOAGULASI-FLOKULASI-SEDIMENTASI PADA INSTALASI PENGOLAHAN AIR (IPA) BABAT PDAM KABUPATEN LAMONGAN Mahasiswa Yantri Novia Pramitasari 3309 100

Lebih terperinci

BAB VIII PEMISAHAN PADAT - CAIR

BAB VIII PEMISAHAN PADAT - CAIR A VIII PEMISAHAN PAAT - CAIR A. ahasan Umum Sedimentasi adalah salah satu bentuk pemisahan padat dan cairan. Ada beberapa jenis operasi pemisahan padatan-cairan yang dapat dijumpai dalam industri kimia.

Lebih terperinci

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK

PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI. Satriananda 1 ABSTRAK PENGARUH WAKTU TINGGAL CAIRAN TERHADAP PENURUNAN KEKERUHAN DALAM AIR PADA REAKTOR ELEKTROKOAGULASI Satriananda 1 1 Staf Pengajar email : satria.pnl@gmail.com ABSTRAK Air yang keruh disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Bauksit Bauksit merupakan bahan yang heterogen, yang mengandung mineral dari oksida aluminium, yaitu berupa mineral buhmit (Al 2 O 3.H 2 O) dan mineral gibsit (Al 2 O 3.3H 2

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK II PEMBUATAN TAWAS DARI ALUMINIUM DISUSUN OLEH FITRI RAMADHIANI KELOMPOK 4 1. DITA KHOERUNNISA 2. DINI WULANDARI 3. AISAH 4. AHMAD YANDI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C

LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C LAPORAN PRAKTIKUM Praktikum HPLC, Analisa Tablet Vitamin C Nama : Ayu Elvana dan Herviani Sari Tanggal : 19 Desember 2012 Jam : 12.00-15.00 WIB Tujuan : 1. Praktikan dapat menentukan kadar vitamin C menggunakan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan

BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan BAB IV PEMBAHASAN 4.1 Uji Pengendapan dengan Variasi Konsentrasi Koagulan dan Variasi Konsentrasi Flokulan Hasil pengujian tahap awal ini ditunjukkan pada Gambar 4.1 yaitu grafik pengaruh konsentrasi flokulan

Lebih terperinci

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98)

ANALISIS HIDROMETER ASTM D (98) ANALISIS HIDROMETER ASTM D-442-63 (98) 1. LINGKUP Metode ini mencakup penentuan dari distribusi ukuran butir tanah yang lolos saringan No. 200 2. DEFINISI Silt/lanau adalah tanah dengan ukuran butir antara

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kimia Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia, Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan III. METODOLOGI PENELITIAN Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan sesuai, maka diperlukan langkah-langkah sistematis yang harus dilakukan diantaranya adalah : A. Populasi Populasi adalah subyek

Lebih terperinci

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat

Bab III Metodologi. III.1 Alat dan Bahan. III.1.1 Alat-alat Bab III Metodologi Penelitian ini dibagi menjadi 2 bagian yaitu isolasi selulosa dari serbuk gergaji kayu dan asetilasi selulosa hasil isolasi dengan variasi waktu. Kemudian selulosa hasil isolasi dan

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I)

PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) PENINGKATAN KUALITAS AIR BAKU PDAM DENGAN MEMODIFIKASI UNIT BAK PRASEDIMENTASI (STUDI KASUS: AIR BAKU PDAM NGAGEL I) Dian Paramita 1 dan Nieke Karnaningroem 2 Jurusan Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik

Lebih terperinci

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II

MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II MODUL PRAKTIKUM SATUAN OPERASI II PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA I. PENGERINGAN A. PENDAHULUAN Pengeringan adalah proses pengeluaran

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA FILTRASI ACARA D-6

LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA FILTRASI ACARA D-6 LAPORAN PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA FILTRASI ACARA D-6 Disusun oleh Redhika Devi K 121140137 LABORATORIUM PRAKTIKUM DASAR TEKNIK KIMIA PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH

KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Spectra Nomor 8 Volume IV Juli 06: 16-26 KAJIAN PENGGUNAAN BIJI KELOR SEBAGAI KOAGULAN PADA PROSES PENURUNAN KANDUNGAN ORGANIK (KMnO 4 ) LIMBAH INDUSTRI TEMPE DALAM REAKTOR BATCH Sudiro Ika Wahyuni Harsari

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir

III. METODE PENELITIAN. Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir III. METODE PENELITIAN A. Sampel Tanah Tanah yang akan diuji adalah jenis tanah organik yang diambil dari Desa Pasir Gedong Kelurahan Benteng Sari Kecamatan Jabung, Kabupaten Lampung Timur dengan titik

Lebih terperinci

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR SIMBOL

LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMAKASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR SIMBOL DAFTAR ISI LEMBAR PERNYATAAN... i ABSTRAK... ii KATA PENGANTAR... iv UCAPAN TERIMAKASIH... v DAFTAR ISI... vi DAFTAR TABEL... viii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR GRAFIK... x DAFTAR SIMBOL... xii BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131

OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131 OPTIMASI TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA I-131 SUGILI PUTRA, SURYO RANTJONO, TRISNADI ARIFIANSYAH Abstrak OPTIMASI JUMLAH TAWAS DAN KAPUR UNTUK KOAGULASI AIR KERUH DENGAN PENANDA

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA DASAR I PENENTUAN TITIK BEKU Nama Mahasiswa NIM : Ita Permadani : M0311040 Hari/Tanggal Praktikum : Kamis, 10 November 2011 Kelompok : 13 Asisten Pembimbing : Dewi Nur Rita LABORATORIUM

Lebih terperinci

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes.

1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. 4. Archimedes 1. Tujuan Menentukan massa jenis zat padat dan zat cair berdasarkan hukum Archimedes. 2. Alat dan Bahan 1. Jangka sorong [15,42 cm, 0,02 mm ] 1 buah. 2. Neraca pegas [ 5 N ] 1 buah 3. Neraca

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Filtrasi (Penyaringan) Filtrasi (penyaringan) adalah proses pemisahan partikel zat padat dari fluida dengan jalan melewatkan fluida tersebut melalui suatu medium penyaring

Lebih terperinci

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut.

HUKUM STOKES. sekon (Pa.s). Fluida memiliki sifat-sifat sebagai berikut. HUKUM STOKES I. Pendahuluan Viskositas dan Hukum Stokes - Viskositas (kekentalan) fluida menyatakan besarnya gesekan yang dialami oleh suatu fluida saat mengalir. Makin besar viskositas suatu fluida, makin

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia teknik sipil, teknologi mengenai beton merupakan hal yang wajib untuk dipahami secara teoritis maupun praktis mengingat bahwa beton merupakan salah satu

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Alur penelitian ini seperti ditunjukkan pada diagram alir di bawah ini: Gambar 3.1 Diagram alir penelitian 22 23 3.2 Metode Penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

MAKALAH FLUID MIXING CLARIFIER TANK PADA PT.HINDOLI

MAKALAH FLUID MIXING CLARIFIER TANK PADA PT.HINDOLI MAKALAH FLUID MIXING CLARIFIER TANK PADA PT.HINDOLI DISUSUN OLEH : MEYTA RAHMA (03101403036) YOHANNES CHRISTIAN (03101403037) ADELIA SARTIKA ADIPATI (03101403040) DIAN DERMAWAN PUTRA (03101403043) OVIA

Lebih terperinci

II.2.1. PRINSIP JAR TEST

II.2.1. PRINSIP JAR TEST PRAKTIKUM JAR TEST TUJUAN Adapun tujuan dari praktikum yang telah kami laksanakan yaitu: 1. Untuk mencari/menentukan dosis alum sulfat optimum, alkali optimum, dosis kaporit pada desinfeksi dan kadar lumpur

Lebih terperinci

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi

BAB III FLUIDISASI. Gambar 3.1. Skematik proses fluidisasi BAB III FLUIDISASI 3.1 FENOMENA FLUIDISASI 3.1.1 Proses Fluidisasi Bila suatu zat cair atau gas dilewatkan melalui lapisan hamparan partikel padat pada kecepatan rendah, partikel-partikel itu tidak bergerak.

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN. : Prak. Teknologi Kimia Industri

LEMBAR PENGESAHAN. : Prak. Teknologi Kimia Industri LEMBAR PENGESAHAN Judul Praktikum : Aliran Fluida Mata kuliah : Prak. Teknologi Kimia Industri Nama : Zusry Augtry Veliany Nim : 100413013 Kelas/ Semester : 3 TKI/ VI( Enam) Dosen Pembimbing : Ir. Sariadi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada zaman sekarang, manusia tidak dapat lepas dari bahan-bahan kimia, hampir disemua aspek kehidupan manusia dapat ditemukan bahan-bahan kimia. Mulai dari aspek kesehatan

Lebih terperinci

3 METODOLOGI PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN 3 METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini bertujuan untuk modifikasi elektroda pasta karbon menggunakan zeolit, serbuk kayu, serta mediator tertentu. Modifikasi tersebut diharapkan mampu menunjukkan sifat

Lebih terperinci

PERALATAN PENGOLAHAN AIR YANG MENGANDUNG PADATAN TERSUSPENSI (SUSPENDED SOLID) TINGGI. Anwar Fuadi *) ABSTRAK

PERALATAN PENGOLAHAN AIR YANG MENGANDUNG PADATAN TERSUSPENSI (SUSPENDED SOLID) TINGGI. Anwar Fuadi *) ABSTRAK PERALATAN PENGOLAHAN AIR YANG MENGANDUNG PADATAN TERSUSPENSI (SUSPENDED SOLID) TINGGI Anwar Fuadi *) ABSTRAK Peralatan pengolahan air jenis aliran kontinu meliputi alat pemisah partikel-partikel padat

Lebih terperinci

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I

KOMPOSISI TANAH. Komposisi Tanah 2/25/2017. Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara MEKANIKA TANAH I KOMPOSISI TANAH 2 MEKANIKA TANAH I UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI NORMA PUSPITA, ST. MT. Komposisi Tanah Tanah terdiri dari dua atau tiga fase, yaitu: Butiran padat Air Udara 1 Komposisi Tanah Sehingga

Lebih terperinci

TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT)

TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT) TRANSPOR SEDIMEN SUSPENSI (SUSPENDED LOAD TRANSPORT) PENGANTAR Paparan mengenai transpor sedimen suspensi pada bahan kuliah ini disarikan dari buku referensi: Graf, W.H., dan Altinakar, M.S., 1998, Fluvial

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN A. Tahapan Penelitian Tahap awal penelitian pengolahan kualitas air sungai dimulai dari studi pustaka yaitu mencari data dan informasi yang berkaitan dengan penelitian, dilanjutkan

Lebih terperinci