BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. langsung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga aspek dasar, yaitu:"

Transkripsi

1 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Teoriti Bura Efek Menurut J.Bogen bura efek adalah uatu item yang terorganiir dengan mekanime remi untuk mempertemukan penjual dan pembeli efek ecara langung melalui wakil-wakilnya (Komaruddin, 2004:18). Sedangkan Hunan (2005:30) menyatakan bahwa bura efek adalah peruahaan yang jaa utamanya menyelenggarakan kegiatan perdagangan ekurita di paar ekunder. Paar modal di Indoneia mempunyai jangkauan dan mii yang lebih lua, jangkauan yang hendak dicapai mencakup tiga apek daar, yaitu: a. Mempercepat perluaan partiipai mayarakat dalam kepemilikan ahamaham peruahaan. b. Memerataan pendapatan mayarakat melalui kepemilikan aham peruahaan. c. Menggairahkan partiipai mayarakat dalam pengerahan dan penghimpunan dana untuk digunakan ecara produktif (Komaruddin, 2004:19) Saham dan Nilai Saham Saham dapat diartikan ebagai urat berharga yang berifat pemilikan atau bukti penyertaan dalam uatu peruahaan (Komaruddin, 2004:69). Juga dapat

2 diartikan bahwa aham menggambarkan bagian pemilikan terhadap uatu peruahaan. Secara ederhana aham dapat dikelompokan menjadi dua yaitu aham biaa dan aham preferen. Perbedaaan antara aham biaa dengan aham preferen terletak pada hak memperoleh dividen dan pembagian kekayaan pada aat likuidai erta hak uara pada rapat pemegang aham. Pada aham biaa, pemegang aham tidak memiliki hak itimewa. Pemegang aham biaa mempunyai hak untuk memperoleh dividen, epanjang pereroan mempunyai keuntungan pada likuidai pereroan. Pemilik aham mempunyai hak untuk memperoleh ebagian dari kekayaan pereroan etelah tagihan kreditur dilunai. Saham preferen merupakan aham yang mempunyai ifat gabungan antara obligai dan aham biaa (Hartono, 2010:111). Seperti obligai yang membayarkan bunga ata pinjaman, aham preferen juga memberikan hail yang tetap berupa dividen preferen. Seperti aham biaa, dalam hal likuidai, klaim pemegang aham preferen di bawah klaim pemegang obligai. Pada aham preferen, pemegang aham memperoleh hak untuk mendapatkan dividen atau kekayaan aat likuidai peruahaan lebih dahulu dari aham biaa. Dalam pemilihan komiari, pemilik aham biaa mempunyai hak uara dalam pemilihan dewan komiari yang nantinya akan mengangkat pula pejabatpejabat untuk mengelola peruahaan, edangkan pemilik aham preferen biaanya tidak memiliki hak uara.

3 Terdapat beberapa nilai yang berhubungan dengan aham. yaitu nilai buku (book value), nilai paar (market value) dan nilai intrinik (intrinic value). Ketiga konep nilai aham ini dapat digunakan untuk mengetahui keadaan aham dan peruahaan penerbitnya (emiten). Dengan mengetahui nilai paar dan nilai buku, pertumbuhan peruahaan dapat diketahui. Keadaan dimana nilai paar lebih bear dibandingkan dengan nilai bukunya menunjukan peruahaan penerbitnya berada dalam keadaan pertumbuhan (growth). Sedangkan untuk mengetahui keberadaan aham, apakah terjadi undervalued (kemurahan), tepat nilai atau overvalued (kemahalan) dapat diketahui melalui eliih antara nilai paar dengan nilai intriniknya. Pedoman yang digunakan adalah: a. Apabila nilai intrinik > harga paar aat ini, maka aham dinilai undervalued. b. Apabila nilai intrinik = harga paar aat ini maka aham dinilai wajar harganya. c. Apabila nilai intrinik < harga paar aat ini, maka aham dinilai overvalued. Keberadaan aham, apakah terjadi undervalued (kemurahan), tepat nilai atau overvalued (kemahalan) bukan hanya dapat diketahui melalui eliih antara nilai paar dengan nilai intriniknya aja, melainkan juga dapat dinilai dengan mempertimbangkan faktor lain yaitu PBV. Price to Book Value adalah angka raio yang menjelakan eberapa kali eorang invetor beredia membayar ebuah aham untuk etiap nilai buku per ahamnya. Peruahaan yang aktifitanya berjalan dengan baik, umumnya memiliki raio PVB mencapai di ata atu (>1),

4 yang menunjukkan bahwa nilai paar aham lebih bear dari nilai bukunya. Untuk mencari nilai wajar uatu aham yaitu dengan cara membuat perbandingan fundamental antara aham yang dinilai dengan rata-rata indutri yang merupakan benchmark indutri (Ade, 2012). Yang dimakud dengan nilai adalah nilai intrinik (intrinic value) yang merupakan nilai nyata (true value) uatu aham yang ditentukan oleh beberapa faktor fundamental peruahaan eperti penjualan, pertumbuhan laba, biaya, kebijakan dividen dan ebagainya yang diperkirakan akan mempengaruhi harga aham. Pengertian nilai intrinik adalah nilai yang tercermin pada fakta (jutified by the fact) eperti aktiva, pendapatan, dividen dan propek peruahaan (Sunariyah, 2003:152). Nilai intrinik atau nilai ekonomi dari uatu aet dapat didefiniikan ebagai nilai ekarang ata aru dana yang diharapkan terjadi dimaa yang akan datang dan didikontokan dengan pengembalian minimum yang panta. Nilai ini menurut invetor merupakan nilai yang wajar dengan kondii jumlah, dan waktu erta reiko penerimaan aru ka tertentu. Jika nilai intriniknya lebih bear dari nilai paarnya, maka ekurita terebut terlalu rendah harganya (undervalued) di mata invetor. Jika nilai intriniknya Iebih kecil dari nilai paarnya, maka ekurita terebut terlalu tinggi nilainya (overvalued). Dalam menghitung nilai ini terdapat dua macam analii, yaitu fundamental analyi dan technical analyi. Nilai buku (book value) adalah nilai aktiva yang diperlihatkan pada laporan neraca peruahaan. Nilai ini menggambarkan biaya hitorikal aktiva daripada nilai paar ekarang atau nilai pengganti. Nilai buku merupakan nilai aham menurut

5 pembukuan peruahaan. Merupakan nilai yang dicatat pada aat aham dijual oleh peruahaan. Nilai buku perlembar aham menunjukkan aktiva berih (net aet) yang dimiliki oleh pemegang aham dengan memiliki atu lembar aham. Adapun nilai yang berhubungan dengan nilai buku adalah nilai nominal (par value), agio aham (additional paid-in capital atau in exce of par value), nilai modal yang dietor (paid-in capital) dan laba ditahan (Hartono, 2010:124). Nilai paar (market value) adalah harga yang terjadi di paar bura aat tertentu yang ditentukan oleh pelaku paar. Nilai paar ini angat dipengaruhi oleh bearnya permintaan dan penawaran aham berangkutan di paar bura (Hartono, 2010:130) Model Valuai (Penilaian) Saham Invetor ebaiknya perlu mengetahui harga wajar atau nilai intrinik dari aham terebut ebelum berinvetai pada uatu aham dan akan membentuk portofolio aham. Analia nilai intrinik atau harga wajar aham dapat dilakukan dengan cara membandingkan nilai intrinik aham dengan harga paar yang berlaku. Tujuan utama dari analia nilai wajar adalah untuk memilih peruahaan yang ahamnya undervalued atau overvalued. Sekurita yang ternyata undervalued berarti paar gagal atau tidak menemukan adanya faktor-faktor yang membenarkan harganya haru lebih tinggi. Artinya nilai ekurita lebih tinggi dari pada harga jualnya. Segera etelah mayarakat invetor menyadari ituai terebut, mialnya karena manajemen mengumumkan EPS (Earning Per Share) lebih

6 tinggi dari yang diharapkan, para invetor akan membeli aham dan akan memaka harga naik. Perorangan atau peruahaan yang menjual aham pada waktu undervalued akan mendapat keuntungan (capital gain) tetapi invetor yang menjual pada aat aham overvalued akan menderita kerugian (capital lo). Sementara invetor yang ebelumnya telah memiliki aham dalam portofolionya, jika aham overvalued akan egera melepanya (cut lo) dan jika undervalued akan tetap mempertahankannya (hold). Invetor yang bijakana adalah invetor yang tidak membeli aham yang overvalued ebab cepat atau lambat akan terjadi koreki paar. Pedoman yang dipergunakan adalah ebagai berikut: 1. PER calculated > PER aktual, maka aham terebut dinilai undervalued (harganya terlalu rendah) dan karenanya layak dibeli atau ditahan apabila aham terebut telah dimiliki. 2. PER calculated < PER aktual, maka aham terebut dinilai overvalued (harganya terlalu tinggi), dan karenanya layak dijual atau melakukan hort elling apabila aham terebut tidak dimilki. 3. PER calculated = PER aktual, maka aham terebut dinilai wajar harganya dan berada dalam poii keeimbangan Dividend Dicount Model (DDM) Dividend Dicount Model merupakan model untuk menentukan etimai harga aham dengan mendikontokan emua aliran dividen yang akan diterima di maa datang. Penilaian aham biaa dengan DDM ecara tekni memerlukan etimai dividen maa depan untuk horion waktu yang tidak terbata dan mampu

7 meramalkan dividen di tahun mendatang erta nilai intrinik aham. Secara itemati, model ini bia dirumukan ebagai berikut: D1 Po = 1 1 k ) ( D ( 1 k ) D + + n ( 1 ) k Penentuan nilai aham (pendekatan nilai ekarang) dengan menggunakan komponen dividen bia dilakukan dengan menggunakan berbagai model berikut ini (Tandelilin, 2010:306) : a. Model Tanpa Pertumbuhan (Zero Growth) Model ini beraumi bahwa dividen yang dibayarkan peruahaan tidak akan mengalami pertumbuhan. Dengan kata lain, jumlah dividen yang dibayarkan akan tetap ama dari waktu ke waktu. Rumu untuk menilai aham dengan model ini: D P 0 = k Dimana : D = dividen yang akan diterima dalam jumlah kontan elama periode pembayaran dividen di maa datang k = tingkat return yang diyaratkan. b. Model Pertumbuhan Kontan (Contant Growth Model) Model ini dipakai untuk menentukan nilai aham, jika dividen yang akan dibayarkan mengalami pertumbuhan ecara kontan elama waktu tak terbata. Peramaan modelnya adalah ebagai berikut: D0 (1 g) Po = 1 (1 ) k 1 D (1 g) (1 k ) D + + (1 0 g) (1 ) k Rumu terebut bia diederhanakan menjadi:

8 D1 Po = k g c. Model dengan Beberapa Pertumbuhan (Multiple Growth Model) Aumi peruahaan akan membayarkan dividen ecara kontan dalam kenyataannya kadangkala kurang tepat karena pada beberapa tahun awal elama maa pertumbuhan fantati, peruahaan mungkin akan mampu membayarkan dividen dengan pertumbuhan di ata normal dan etelah melewati maa pertumbuhan fantati di tahun awal terebut pertumbuhan tingkat dividen yang akan dibayarkan peruahaan mungkin akan menjadi lebih rendah dari maa ebelumnya dan elanjutnya akan bertumbuh ecara tetap. Model ini menggunakan 2 atau lebih tingkat pertumbuhan dividen. 1. Model 2 Pertumbuhan Model ini menyatakan bahwa g 1 > g 2. Rumu model ini adalah ebagai berikut: Po = 1 D (1 g ) 0 (1 k) t t c Dn (1 g ) 1 ( k g) (1 k) n Dimana: P 0 D 0 g 1 g c k n D n = Nilai intrinik aham aat ini = Dividen yang diterima ekarang = Tingkat pertumbuhan dividen yang uper normal atau ub normal = Tingkat return yang diharapkan = Jumlah return yang diharapkan = Jumlah periode pertumbuhan uper atau ub normal = Dividen pada akhir periode tingkat pertumbuhan abnormal

9 2. Model 3 Pertumbuhan Model ini merupakan perluaan dari model dua pertumbuhan multiple, tetapi dengan menggunakan kenario tambahan lagi. Tingkat pertumbuhan (=g) bukanlah g 1, g 2, g 3, dan g k aja, tetapi akan terjadi maa tranii ebelum pertumbuhan pada periode permulaan akhirnya berubah menjadi pertumbuhan yang kontan. Maka langkah untuk menentukan nilai aham ebagai berikut: a) Menentukan nilai dividen tunai pada etiap akhir tahun (D t ) elama periode pertumbuhan awal (tahun pertama ampai N) D t = D 0 x (1+g) t = D 0 x PVIF g1,t b) Menentukan nilai ekarang (preent value) dividen elama periode pertumbuhan awal. N t 1 D (1 g ) 0 (1 k t 1 t ) N t 1 D (1 k ) t t N t 1 D t x PVIF kg,t c) Menentukan nilai aham pada akhir periode pertumbuhan awal P N = D N 1 ( k g 2 ) yang merupakan preent value dari eluruh dividen dari N+1 ampai tidak terhingga dengan aumi tingkat pertumbuhan yang kontan (g 2 ). 1 (1 k ) N DN 1 x ( k g ) 2 PVIF kg,n x P N d) Menjumlahkan komponen preent value pada langkah ke 2 dan ke 3 untuk menemukan nilai aham.

10 N Po = t 1 D 1 g ) ( t 0 1 t (1 k ) 1 + N (1 k ) x D N 1 ( k g 2 ) Price Earning Ratio (PER) Diamping menggunakan aru ka atau aru dividen dalam menghitung nilai fundamental atau nilai intrinik aham adalah dengan menggunakan nilai laba peruahaan (earning). Salah atu pendekatan yang menggunakan nilai earning untuk mengetimai nilai intrinik adalah pendekatan PER (Price Earning Ratio) menunjukkan raio harga aham terhadap earning. Dalam pendekatan PER atau diebut juga pendekatan multiplier, invetor akan menghitung berapa kali (multiplier) nilai earning yang tercermin dalam harga uatu aham. Dengan kata lain, PER menggambarkan raio atau perbandingan antara harga aham terhadap earning peruahaan. Jika mialnya PER uatu aham ebanyak 3 kali berarti harga aham terebut ama dengan 3 kali nilai earning peruahaan terebut. PER ini juga akan memberikan informai berapa rupiah harga yang haru dibayar invetor untuk memperoleh etiap Rp1 earning peruahaan. P/E Ratio dapat dihitung dengan rumu ebagai berikut: PER = Harga aham per lembar Laba per lembar aham Analii Cro Sectional Dengan Menggunakan Price Earning Ratio (PER) Analii cro ectional berarti bahwa analii dilakukan terhadap banyak aham untuk periode waktu yang ama. Tujuan analii ini adalah untuk mengetahui bagaimana poii uatu aham relatif terhadap aham-aham lain, dengan menggunakan variabel PER.

11 PER adalah raio antara harga berbanding proyeki keuntungan peruahaan. PER menggambarkan keadaan invetor membayarkan uatu jumlah untuk etiap rupiah perolehan. Seandainya PER=5, berarti harga aham terebut layak dibeli dengan wajar ebear 5 kali EPS. Artinya untuk etiap rupiah EPS, invetor beredia membayar ebanyak Rp. 5,-. Jika aham memiliki EPS ebear Rp. 100,- maka invetor akan beredia membeli aham terebut ebear Rp. 500,-. Salah atu faktor yang mempengaruhi PER adalah pertumbuhan dividen (yang berarti juga laba). Dengan aumi bahwa faktor-faktor lain ama bearnya, emakin tinggi pertumbuhan dividen, emakin tinggi pula PER uatu aham. Peruahaan yang bergerak dalam indutri yang maih pada tahap pertumbuhan (growing tage) akan mempunyai PER yang lebih tinggi dibandingkan dengan peruahaan yang berada pada indutri yang udah mapan. Karena itulah alah atu cara untuk memperkirakan PER adalah dengan menghubungkannya dengan pertumbuhan. Berbagai variabel model cro ectional telah muncul ejak diperkenalkannya model terebut dan kita juga bia membuat model endiri, dengan mengidentifikai variabel-variabel yang mempengaruhi PER. Mereka yang menggunakan model-model emacam ini berpendapat bahwa model-model terebut hanya tepat digunakan dalam ituai yang kurang lebih ama dengan keadaan ewaktu model terebut diuun. Karena peramaan itu diuun pada aat kondii paar edang bullih (membaik), model terebut mungkin tidak akurat kalau digunakan dalam kondii paar yang edang bearih (leu).

12 Seperti halnya PER yang dihitung berdaarkan perbandingan antara harga aham dengan EPS, PER yang dihailkan dari peramaan regrei ecara cro ectional juga menggunakan atuan ukur yaitu kali Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Price Earning Ratio (PER) Untuk memutukan bahwa uatu aham layak untuk dibeli atau dijual berdaarkan PER yang dimiliki uatu aham, maka kita perlu mengaitkan bear kecilnya PER dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya terlebih dahulu. Elton dan Gruber (1991) membuat alah atu model PER yang menghubungkan PER dengan alah atu faktor yang mempengaruhi PER, yaitu pertumbuhan laba (Elton dan Gruber, 1994:465). Sedangkan Whitbeck dan Kior (1963) menyatakan bahwa PER dapat dipengaruhi oleh tiga variabel yaitu tingkat pertumbuhan laba, dividend payout ratio dan deviai tandar tingkat pertumbuhan laba (Elton dan Gruber, 1994:466). Kemudian membuat model PER dengan menggunakan variabel terebut. Berikut ini akan dijelakan hubungan tingkat pertumbuhan laba, dividend payout ratio dan deviai tandar tingkat pertumbuhan laba dengan PER Pertumbuhan Laba (Growth) Belkaoui (2004:229) mengemukakan laba akuntani ecara operaional didefiniikan ebagai perbedaan antara realiai laba yang tumbuh dari tranakitranaki elama periode berlangung dan biaya-biaya hitori yang berhubungan. Laba umumnya dipandang ebagai uatu daar bagi perpajakan, determinan pada kebijakan pembayaran dividen, pedoman invetai dan pengambilan keputuan dan unur prediki. Laba yang tinggi memberikan inentif bagi peruahaan untuk

13 meningkatkan output dan lebih banyak peruahaan yang akan mauk ke indutri terebut dalam jangka panjang. Laba yang lebih rendah atau kerugian merupakan tanda bahwa konumen menginginkan komodita lebih edikit atau metode produki peruahaan terebut tidak efiien. Laba dapat memberikan inyal yang penting untuk realokai umber daya yang dimiliki mayarakat ebagai cerminan perubahan dalam elera konumen dan permintaan epanjang waktu. Laba ebagai uatu alat prediktif yang membantu dalam peramalan laba mendatang dan peritiwa ekonomi yang akan datang. Nilai laba di maa lalu, yang didaarkan pada biaya hitori dan nilai berjalan, terbukti berguna dalam meramalkan nilai mendatang. Laba terdiri dari hail operaional atau laba biaa dan hail-hail non operaional atau keuntungan dan kerugian luar biaa di mana jumlah keeluruhannya ama dengan laba berih. Laba bia dipandang ebagai uatu ukuran efiieni. Hartono (2010:524) menyatakan bahwa pengumuman laba peruahaan dapat dengan mudah diinterpretaikan ebagai kabar baik dan kabar buruk. Jika laba menurun maka dapat diartikan ebagai kabar buruk, ementara jika laba meningkat maka dapat diartikan ebagai kabar baik. Laba yang meningkat akan menunjukkan inyal mengenai peningkatan kinerja peruahaan ecara umum kepada invetor, ementara itu laba yang menurun akan menunjukkan inyal penurunan kinerja peruahaan kepada invetor. Hal ini menunjukkan bahwa laba yang makin bertumbuh akan menjadi kabar baik bagi invetor. Dalam kaitannya dengan PER, invetor akan membeli aham dengan PER yang tinggi aalkan memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi karena

14 menunjukkan bahwa peruahaan memiliki maa depan yang lebih baik. Temuan empiri yang mendukung pernyataan ini adalah hail penelitian Elton-Gruber (1991) dan Whitbeck-Kior (1963). Sementara itu, Hanafi dan Halim (2005:89) menyatakan bahwa hubungan antara tingkat pertumbuhan laba (growth) dan dividend payout ratio (DPR) dijelakan ebagai hubungan yang negatif, dimana peruahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai DPR yang rendah, ebaliknya peruahaan yang tingkat pertumbuhannya rendah akan mempunyai DPR yang tinggi. Sehingga dapat diimpulkan, hubungan antara pertumbuhan laba dengan PER berupa hubungan negatif karena invetor tertarik dengan dividen yang ditawarkan oleh peruahaan. Temuan empiri yang mendukung pernyataan ini adalah Suilowati (2003) Dividend Payout Ratio Hartono (2010:390) menyatakan bahwa dividend payout ratio diukur ebagai dividen yang dibayarkan dibagi dengan laba yang teredia untuk pemegang aham umum. Jadi, dividend payout ratio merupakan proentae laba yang dibagikan kepada pemegang aham umum dari laba yang diperoleh peruahaan. Lintner (1956) memberikan alaan raional bahwa peruahaan-peruahaan yang enggan untuk membayar dividen, maka dianggap ebagai inyal yang buruk karena peruahaan dianggap membutuhkan dana (Hartono, 2010:390). Alaan lain yang menyatakan pengaruh negatif antara beta dengan dividend payout ratio

15 adalah bahwa pembayaran dividen dianggap lebih kecil riikonya dibandingkan capital gain (Elton dan Gruber, 1994:466). Penurunan harga aham merupakan imba dari terjadinya tekanan jual yang diebabkan pengurangan dividend payout ratio ehingga invetor cenderung beraki negatif terhadap harga aham. Karena harga aham turun maka PER juga akan makin menurun (karena harga aham paar ebagai penyebut). Temuan penelitian Whitbeck-Kior (1963), Suilowati (2003) dan Wibowo (2003) memberikan bukti empiri bahwa makin tinggi dividend payout ratio akan menyebabkan makin meningkatnya nilai PER Standar Deviai Pertumbuhan Laba Riiko ering dihubungkan dengan penyimpangan deviai dari outcome yang diterima dengan yang diekpetai. Metode yang banyak digunakan untuk mengukur riiko adalah deviai tandar yang mengukur abolut penyimpangan nilai-nilai yang udah terjadi dengan nilai rata-ratanya ebagai nilai yang diekpetai (Hartono, 2010:227). Standar deviai pertumbuhan laba yang tinggi mengindikaikan bahwa peruahaan tidak memiliki profitabilita yang tabil, erta kurang perhatiannya peruahaan pada manajemen laba akibatnya terjadi ketidakpatian perolehan dividen bagi invetor. Standar deviai pertumbuhan laba yang tinggi mengindikaikan bahwa peruahaan tidak memiliki profitabilita yang tabil, erta kurang perhatiannya peruahaan pada manajemen laba akibatnya terjadi ketidakpatian perolehan dividen bagi invetor. Ketidakpatian laba akan memberikan inyal bahwa peruahaan tidak melakukan manajemen laba dengan baik, ehingga invetor

16 relatif memberikan penilaian yang kurang terhadap aham terebut, hal terebut dapat tercermin dari PER peruahaan yang rendah. Sehingga dapat dikatakan bahwa pengaruh tandar deviai pertumbuhan laba terhadap PER adalah negatif. Hal ini telah dibuktikan oleh Whitbeck-Kior (1963) dan Wibowo (2003). 2.2 Penelitian Terdahulu Witbeck Kior (1963) Mereka menggunakan tiga variabel yang mempengaruhi PER, yaitu: tingkat pertumbuhan laba, dividend payout ratio dan deviai tandar tingkat pertumbuhan. Sampel penelitian yang digunakan ebanyak 135 peruahaan yang lited di New York Stock Exchange. Peramaan yang berhail mereka uun adalah: PER = 8,2 + 1,50 (tingkat pertumbuhan laba) + 0,067 (dividend payout ratio) 0,200 (deviai tandar tingkat pertumbuhan laba) Variabel tingkat pertumbuhan laba dan dividend payout ratio mempunyai hubungan poitif terhadap PER (artinya emakin tinggi tingkat variabel-variabel terebut emakin tinggi PER), edangkan variabel tandar tingkat pertumbuhan mempunyai hubungan negatif (artinya emakin tinggi variabel ini, emakin rendah PER) Elton dan Gruber (1991) Mereka mengidentifikai model dengan atu variabel yaitu pertumbuhan laba pada periode bullih (membaik) dan pada periode bearih (leu). Pada waktu paar modal edang bullih, model dengan atu variabel yang dirumukan adalah: PER = 4 + 2,3 (petumbuhan laba)

17 Sedangkan pada aat paar edang bearih, dengan menggunakan ampel yang ama, diperoleh peramaan: PER = 3 + 1,8 (pertumbuhan laba) Dari hail terebut dapat diimpulkan bahwa variabel pertumbuhan laba mempunyai pengaruh yang bear pada aat paar edang bullih dibandingkan dengan pada aat paar bearih. Hal ini menunjukkan bearnya pergeeran elera paar yang terjadi dari waktu ke waktu berpengaruh terhadap peramaan yang dihailkan Suilowati (2003) Penelitian yang berjudul Pengaruh Price Earning Ratio (PER) Terhadap Faktor Fundamental Peruahaan (Dividend Payout Ratio, Earning per Share dan Reiko) Pada Peruahaan Publik di Bura Efek Jakarta ini memiliki tujuan untuk menunjukkan eberapa jauh PER berpemgaruh terhadap fundamental peruahaan yang terdiri ata: dividen yang dibayarkan (dividend payout ratio), tingkat pertumbuhan yang diwakili oleh laba per lembar aham (earning per hare), riiko yang digambarkan oleh tandar deviai pada maing-maing peruahaan. Terdapat 2 variabel dependen dalam penelitian ini yaitu Return dan Price Earning Ratio (PER). Sedangkan untuk variabel independen adalah Dividend Price Ratio (DPR), Growth dan Standar Deviai. Dan mendapatkan hail penelitian ebagai berikut: 1. Hipotei HA1 diterima (ada pengaruh antara return dan PER) 2. Hipotei HA2 diterima (ada pengaruh PER terhadap DPR(+), growth (-), dan reiko (+))

18 3. Hipotei HA3 diterima (Rata-rata return aham dari portofolio aham yang overvalued lebih kecil dibandingkan dengan portofolio daham undervalued) Rumu PER yang dihailkan dari regrei yaitu PER = 3, ,012 DPR 0,384 G + 0, SD Secara parial, emua variabel berpengaruh ignifikan terhadap PER. Hubungan yang terjadi yaitu variabel DPR dan SD memiliki hubungan poitif terhadap PER, edangkan growth memiliki hubungan yang negatif. Peramaan penelitian ini dengan penelitian ebelumnya adalah penelitian ini mengadopi model PER yang diperkenalkan oleh Elton-Gruber (1991) dengan menggunakan pertumbuhan laba ebagai variabel independen dan model PER yang diperkenalkan oleh Whitbeck-Kior (1963) dengan menggunakan 3 variabel independen yaitu pertumbuhan laba (growth), devidend payout ratio dan tandar deviai pertumbuhan laba, yang juga dipergunakan oleh Suilowati (2003). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian ebelumnya adalah pada obyek penelitian. Penelitian ini menggunakan peruahaan real etate dan property yang terdaftar di Bura Efek Indoneia ebagai obyek penelitian. Selain itu, penelitian ini mencoba menerapkan model Elton-Gruber (1991) dan model Whitbeck-Kior (1963) guna mengklaifikaikan nilai wajar uatu aham dan mempertimbangkan faktor PBV ebagai daar pertimbangan untuk keputuan invetai bagi invetor. 2.3 Rerangka Pemikiran Berdaarkan uraian-uraian di ata ebelumnya dan permaalahan yang telah dijelakan di ata, maka rerangka pemikiran penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 1:

19 PER AKTUAL PER Calculated Model I Variabel: Growth Model II Variabel : Growth, DPR, Standar Deviai Pertumbuhan Laba PER calculated > PER aktual : Under value PER calculated < PER aktual : Over value PER calculated = PER aktual : Berada dalam poii keeimbangan Gambar 1 Rerangka Pemikiran Penerapan Analii Cro Sectional untuk Penilaian Harga Saham Pada Peruahaan Real Etate dan Property yang Terdaftar di Bura Efek Indoneia

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. Deain Penelitian yaitu: Pengertian deain penelitian menurut chuman dalam Nazir (999 : 99), Deain penelitian adalah emua proe yang diperlukan dalam perencanaan dan pelakanaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian...

DAFTAR ISI. BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian... DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. i SAMPUL DALAM... ii PRASYARAT GELAR. iii LEMBAR PERSETUJUAN.. iv PENETAPAN PANITIA PENGUJI.. v UCAPAN TERIMA KASIH... vi ABSTRAK... vii ABSTRACT... viii RINGKASAN. ix

Lebih terperinci

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Teknologi Modifikasi Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analisis Data Curah Hujan Evaluai Hail Pelakanaan Teknologi Modifikai Cuaca di Jawa Barat Menggunakan Analii Data Curah Hujan Budi Haroyo 1, Untung Haryanto 1, Tri Handoko Seto 1, Sunu Tikno 1, Tukiyat 1, Samul Bahri 1 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S S a h i d S u d i r m a n C e n t e r, l t 4 0 J l. J e n d. S u d i r m a n k a v. 8 6 J a k a r t a 1 0 2 2 0 0 2 1-2 7 8 8 9 3 9 3 Konten dalam Daily

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY )

PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY COMPANY ) Jurnal Matematika UNAND Vol. 3 No. 2 Hal. 44 52 ISSN : 2303 2910 c Juruan Matematika FMIPA UNAND PENGGUNAAN RATA-RATA GEOMETRIK DALAM MENENTUKAN HARGA OPSI ASIA (STUDI KASUS PADA SAHAM THE WALT DISNEY

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Penelitian ini menggunakan penelitian ekperimen. Subyek penelitiannya dibedakan menjadi kela ekperimen dan kela kontrol. Kela ekperimen diberi perlakuan

Lebih terperinci

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia

Team Dosen Riset Operasional Program Studi Teknik Informatika Universitas Komputer Indonesia Team Doen Riet Operaional rogram Studi Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia ertamakali dipublikaikan pada tahun 909 oleh Agner Kraup Erlang yang mengamati maalah kepadatan penggunaan telepon

Lebih terperinci

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia

TEORI ANTRIAN. Pertemuan Ke-12. Riani Lubis. Universitas Komputer Indonesia TEORI ANTRIAN MATA KULIAH RISET OPERASIONAL Pertemuan Ke-12 Riani Lubi Juruan Teknik Informatika Univerita Komputer Indoneia Pendahuluan (1) Pertamakali dipublikaikan pada tahun 1909 oleh Agner Kraup Erlang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian. Waktu Penelitian Penelitian dilakanakan pada 4 Februari 5 Maret 0.. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakanakan di SMP Ilam Al-Kautar

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi

METODE PENELITIAN. penelitian quasi experimental. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan metode penelitian quai experimental. Deain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak

Lebih terperinci

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR

PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN MATEMATIKA SISWA SD KELAS III TERHADAP HASIL BELAJAR Tuga Matakuliah Pengembangan Pembelajaran Matematika SD Doen Pengampu Mohammad Faizal Amir, M.Pd. S-1 PGSD Univerita Muhammadiyah Sidoarjo PENTINGNYA MEDIA PEMBELAJARAN LABE (LANTAI BERHITUNG) PADA PELAJARAN

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com

Nina membeli sebuah aksesoris komputer sebagai hadiah ulang tahun. Kubus dan Balok. Bab. Di unduh dari : Bukupaket.com Bab Kubu dan Balok ujuan embelajaran etelah mempelajari bab ini iwa diharapkan mampu: Mengenal dan menyebutkan bidang, ruuk, diagonal bidang, diagonal ruang, bidang diagonal kubu dan balok; Menggambar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah penelitian menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafiran

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT

ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH SEMARANG ABSTRACT ISSN: 2339-2541 JURNAL GAUSSIAN, Volume 3, Nomor 4, Tahun 2014, Halaman 791-800 Online di: http://ejournal-1.undip.ac.id/index.php/gauian ANALISIS SISTEM ANTRIAN PELAYANAN NASABAH BANK X KANTOR WILAYAH

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Dekripi Data Kegiatan penelitian dilakanakan pada tanggal ampai dengan 4 April 03 di Madraah Ibtidaiyah Infarul Ghoy Plamonganari Pedurungan Semarang. Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif

Lampiran B.2. Dimensi Kompetensi Kuantitatif. Komponen Literasi Kuantitatif No. Indikator Butir Soal 1. Siwa mampu menetukan bentuk penyajian data Tabel berikut untuk menjawab oal 6-7. Hail penelitian faktor klimatik dan edafik uatu ekoitem adalah ebagai berikut : Tabel 2. Hail

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Dekripi Data Untuk mengetahui pengaruh penggunaan media Audio Viual dengan metode Reading Aloud terhadap hail belajar iwa materi العنوان, maka penuli melakukan

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Menurut Sugiyono, metode penelitian pendidikan dapat diartikan ebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan

Lebih terperinci

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN 4.1 Vii V ii Dina Pendidikan Kabupaten Way Kanan tidak lepa dari vii Pemerintah Kabupaten Way Kanan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER

PENGEMBANGAN MODEL OPTIMASI TANGGUH PERENCANAAN KAPASITAS PRODUKSI PADA LINGKUNGAN MAKE-TO-ORDER PEGEMBAGA MODEL OPTIMASI TAGGUH PERECAAA KAPASITAS PRODUKSI PADA LIGKUGA MAKE-TO-ORDER ikko Kurnia Gunawan, Dr. Carle Sitompul, S.T., M.T., MIM 1,2) Fakulta Teknologi Indutri, Juruan Teknik Indutri, Univerita

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang akan dilakukan merupakan metode ekperimen dengan deain Pottet-Only Control Deign. Adapun pola deain penelitian

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S S a h i d S u d i r m a n C e n t e r, l t 4 0 J l. J e n d. S u d i r m a n k a v. 8 6 J a k a r t a 1 0 2 2 0 021-2 7 8 8 9 3 9 3 Konten dalam Daily

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S P l a z a B a p i n d o M a n d i r i T o w e r l t. 2 8 Jl. J e n d. S u d i r m a n k a v. 5 4-55 J a k a r t a 1 2 1 9 0 021-5 2 7 3 8 8 3 Konten

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI

DAMPAK PENGHAPUSAN SUBSIDI BBM TERHADAP SURPLUS EKONOMI 25 DAMAK ENGHAUSAN SUBSIDI BBM TERHADA SURLUS EKONOMI Oleh : M. Atri Yulidar Abba SE.,MM* Erni Setiawati SE Doen Fakulta Ekonomi Univerita Widya Gama Mahakam Samarinda Email : threejuli@gmail.com Abtract

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA YP Unila III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA YP Unila Bandar Lampung tahun ajaran 01/013 yang berjumlah 38 iwa dan terebar dalam enam kela yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON INVESTMENT (ROI)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON INVESTMENT (ROI) Analii Faktor-Faktor... (Nujumun Niwahyuning Pamungka) 1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RETURN ON INVESTMENT (ROI) ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING RETURN ON INVESTMENT Oleh: Nujumun Niwahyuning

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

Nama : Perli Iswanto KLS : 4EA04 NPM :

Nama : Perli Iswanto KLS : 4EA04 NPM : SURVEI HARGA, KUALITAS PELAYANAN DAN TINGKAT BUNGA KREDIT, PADA KONSUMEN LEASING PT KEMBANG 88 MULTIFINANCE. Nama : Perli Iwanto KLS : 4EA04 NPM : 13209929 Latar Belakang LATAR BELAKANG Menurut alah eorang

Lebih terperinci

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS

KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS KONSENTRASI SEDIMEN SUSPENSI RATA-RATA KEDALAMAN PADA SALURAN MENIKUNG BERDASARKAN HASIL PENGUKURAN DAN ANALISIS Chairul Muhari Doen Juruan Teknik Sipil Politeknik Negeri Padang Email : ch_muhari@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 88 BAB IV HASIL PEELITIA DA PEMBAHASA Dalam bab ini dipaparkan; a) hail penelitian, b) pembahaan. A. Hail Penelitian 1. Dekripi Data Dekripi hail penelitian yang diperoleh dari pengumpulan data menggunakan

Lebih terperinci

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka

1. Pendahuluan. 2. Tinjauan Pustaka 1. Pendahuluan Komunikai merupakan kebutuhan paling menonjol pada kehidupan manuia. Pada awal perkembangannya ebuah pean diampaikan ecara langung kepada komunikan. Namun maalah mulai muncul ketika jarak

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S S a h i d S u d i r m a n C e n t e r, l t 4 0 J l. J e n d. S u d i r m a n k a v. 8 6 J a k a r t a 1 0 2 2 0 021-2 7 8 8 9 3 9 3 Konten dalam Daily

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian adalah alah atu media yang digunakan dalam menuli dengan proedur yang telah ditentukan. Penelitian pada hakekatnya adalah uatu upaya dan bukan hanya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas XI IPA SMA Persada 0 III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah emua iwa kela XI IPA SMA Perada Bandar Lampung tahun ajaran 0/0 yang berjumlah 07 iwa dan terebar dalam 3 kela.

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A III METODOLOGI PENELITIAN A. Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, di mana penelitian langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S S a h i d S u d i r m a n C e n t e r, l t 4 0 J l. J e n d. S u d i r m a n k a v. 8 6 J a k a r t a 1 0 2 2 0 021-2 7 8 8 9 3 9 3 Konten dalam Daily

Lebih terperinci

Monthly Outlook

Monthly Outlook Monthly Outlook P T. T O P G R O W T H F U T U R E S S a h i d S u d i r m a n C e n t e r, l t 4 0 J l. J e n d. S u d i r m a n k a v. 8 6 J a k a r t a 1 0 2 2 0 0 2 1-2 7 8 8 9 3 9 3 Konten dalam Daily

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L

Simulasi Springback pada Laser Beam Bending dan Rotary Draw Bending untuk Pipa AISI 304L F108 Simulai Springback pada Laer Beam dan Rotary Draw untuk Pipa AISI 304L Adnan Syadidan, Ma Irfan P. Hidayat, dan Wikan Jatimurti Departemen Teknik Material, Fakulta Teknologi Indutri, Intitut Teknologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo

Usulan Penentuan Waktu Garansi Perakitan Alat Medis Examination Lamp di PT. Tesena Inovindo Uulan Penentuan Waktu Garani Perakitan Alat Medi Examination Lamp di PT. Teena Inovindo Johnon Saragih,Dedy Sugiarto 2,Grace Litiani 3 Juruan Teknik Indutri Univerita Triakti 2 Juruan Teknik Informatika

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul.

awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan daerah dari sekarang cakupan daerah dari perusahaan ini telah mencapai Sentul. BAB 3 ANALISA SISTEM YANG BERJALAN 3.1 Latar Belakang Peruahaan CV Innovation Network berdiri pada tahun 2006 di Jakarta. Peruahaan ini pada awalnya bergerak hanya pada bidang RT/RW net. Pada awalnya cakupan

Lebih terperinci

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI

MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI Jurnal Matematika Vol.6 No. Nopember 6 [ 9 : 8 ] MENENTUKAN INDEKS KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE LAGRANGE UNTUK MENGUKUR TINGKAT INDUSTRIALISASI DI PROPINSI JAWA BARAT Juruan Matematika, Uiverita Ilam Bandung,

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PACE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMBUKTIAN MATEMATIKA SISWA DI KELAS VII SMP MATERI GEOMETRI Arief Aulia Rahman 1 Atria Yunita 2 1 STKIP Bina Banga Meulaboh, Jl. Naional

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui 44 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A Jeni Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena ingin mengetahui perbedaan hail belajar matematika iwa menggunakan trategi team teaching dan trategi

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW

BAB I PENDAHULUAN. Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saham adalah salah satu instrumen investasi yang dapat memberikan return yang optimal yaitu melalui dividen dan capital gain. Selain memberikan return, risiko yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian lapangan, dimana penelitian langung langung dilakukan di lapangan yang berifat kuantitatif. Metode yang digunakan

Lebih terperinci

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. MATERI Konsep Letak Kedudukan Akar Intitut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya MATERI Konep Letak Kedudukan Akar Konep ketabilan, dapat dijelakan melalui pandangan ebuah kerucut lingkaran yang diletakkan tegak diata bidang datar. Bila kerucut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jeni Penelitian Jeni penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan pendekatan ekperimental. Deain penelitian ini adalah Pottet-Only Control Deign. Dalam deain ini terdapat

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kelas VII III. METODE PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian ini dilakanakan di SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung kela VII emeter genap Tahun Pelajaran 0/0, SMP Muhammadiyah 3 Bandar Lampung memiliki jumlah

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK

ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK ANALISIS PERILAKU KERUNTUHAN BALOK BETON BERTULANG DENGAN PENULANGAN SISTIM GRUP PADA JALUR AREA GAYA TARIK Yenny Nurchaanah 1*, Muhammad Ujianto 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Fakulta Teknik, Univerita

Lebih terperinci

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus

Korelasi antara tortuositas maksimum dan porositas medium berpori dengan model material berbentuk kubus eminar Naional Quantum #25 (2018) 2477-1511 (8pp) Paper eminar.uad.ac.id/index.php/quantum Korelai antara tortuoita imum dan poroita medium berpori dengan model material berbentuk kubu FW Ramadhan, Viridi,

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED 54 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MAHASISWA YANG MASUK MELALUI JALUR SNMPTN DAN JALUR UMB PADA MATAKULIAH KALKULUS II DI JURUSAN MATEMATIKA FMIPA UNIMED Abil Manyur Abtrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM)

MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Jurnal Keuangan dan Perbankan, Vol.5, No. Januari 0, hlm. 5 58 Terakreditai SK. No. 64a/DIKTI/Kep/00 MODEL OPTIMASI PELAYANAN NASABAH BERDASARKAN METODE ANTRIAN (QUEUING SYSTEM) Irmayanti Haan Juruan Fakulta

Lebih terperinci

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA

BAB XV PEMBIASAN CAHAYA 243 BAB XV PEMBIASAN CAHAYA. Apakah yang dimakud dengan pembiaan cahaya? 2. Apakah yang dimakud indek bia? 3. Bagaimana iat-iat pembiaan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan iat bayangan pada lena? 5.

Lebih terperinci

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor

Lebih terperinci

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR

ANALISA KEANDALAN TERHADAP PENURUNAN PADA PONDASI JALUR Analia Keandalan terhadap enurunan pada ondai Jalur ANALIA KANDALAN TRHADA NURUNAN ADA ONDAI JALUR Juruan Teknik ipil UU Abtrak: erencanaan ecara tradiional dari pondai jalur (trip footing) untuk tanah

Lebih terperinci

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3)

MODUL IV ESTIMASI/PENDUGAAN (3) MODUL IV ETIMAI/PENDUGAAN (3) A. ETIMAI RAGAM Etimai ragam digunakan untuk menduga ragam σ berdaarkan ragam dari uatu populai normal contoh acak berukuran n. Ragam contoh ini akan digunakan ebagai nilai

Lebih terperinci

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss

s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s s ssssssssssssssssssssssssssssssssssss Yuuf al-uqari Cara Efektif Membebakan Diri dari Lupa & Lemah Ingatam Judul Ali : Kayfa Tatakhallah Min Al-Niyan Wa Dha f Al-Dzakirah Penuli : Yuuf al-uqari Penerbit : Darul Lathif lin Nayr wat Tazwi, Kairo

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA semester genap SMA III. METODOLOGI PENELITIAN A. Populai dan Sampel Penelitian Populai dalam penelitian ini adalah iwa kela XI IPA emeter genap SMA Negeri 0 Bandar Lampung tahun pelajaran 04/05 yang berjumlah 5 iwa. Kemampuan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Harga saham a. Pengertian saham Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang menerbitkan saham. Kismono (2001 : 416) menyatakan:

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID

Sistem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epson C90 Sebagai Simulasi Pada Industri Percetakan Menggunakan Kontroler PID 6 8 6 8 kecepatan (rpm) kecepatan (rpm) 3 5 67 89 33 55 77 99 3 Sitem Pengendalian Level Cairan Tinta Printer Epon C9 Sebagai Simulai Pada Indutri Percetakan Menggunakan Kontroler PID Firda Ardyani, Erni

Lebih terperinci

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH

DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH Konfereni Naional Teknik Sipil Univerita Tarumanagara, 26-27 Oktober 207 DAYA LAYAN UJI GEOLISTRIK UNTUK MENDAPATKAN SUMBER AIR TANAH I Wayan Redana, I Nengah Simpen 2, dan Kadek Suardika 3 Program Studi

Lebih terperinci

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah

Kesalahan Akibat Deferensiasi Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur dan Tengah Kealahan Akibat Defereniai Numerik pada Sinyal Pengukuran Getaran dengan Metode Beda Maju, Mundur Tengah Zainal Abidin Fandi Purnama Lab. Dinamika Puat Rekayaa Indutri, ITB, Bandung E-mail: za@dynamic.pauir.itb.ac.id

Lebih terperinci

Korelasi Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Brahman Cross

Korelasi Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Pasca Sapih Sapi Brahman Cross Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Peternakan November, 009, Vol. XII No. 4 Korelai Genetik Antara Bobot Sapih dengan Bobot Satu Tahun dan Laju Pertumbuhan Paca Guhairiyanto dan Depion 1 Intiari Peningkatan produki

Lebih terperinci