Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Motor Asinkron. Oleh: Sudaryatno Sudirham"

Transkripsi

1 Motor Ainkron Oleh: Sudaryatno Sudirham. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah atu jeni yang banyak dipakai adalah motor ainkron atau motor induki. Di ini kita hanya akan melihat motor ainkron tiga faa. Stator memiliki alur-alur untuk memuat belitan-belitan yang akan terhubung pada item tiga faa. Gb.. hanya memperlihatkan tiga belitan pada tator ebagai belitan terpuat, yaitu belitan aa, bb dan cc yang berbeda poii 0 o mekanik. Suunan belitan ini ama dengan uunan belitan pada tator generator inkron. Ketiga belitan ini dapat dihubungkan Y ataupun untuk elanjutnya diambungkan ke umber tiga faa. Rotor mempunyai alur-alur yang berii konduktor dan emua konduktor pada rotor ini dihubung ingkat Gb.. Motor ainkron. di ujung-ujungnya. Inilah alah atu kontruki rotor yang diebut rotor angkar (uunan konduktor-konduktor itu berbentuk angkar). Untuk memahami ecara fenomenologi cara kerja motor ini, kita melihat kembali bagaimana generator inkron bekerja. Rotor generator yang mendukung kutub magnetik kontan berputar pada poronya. Magnet yang berputar ini mengimbakan tegangan pada belitan tator yang membangun item tegangan tiga faa. Apabila rangkaian belitan tator tertutup, mialnya melalui pembebanan, akan mengalir aru tiga faa pada belitan tator. Seuai dengan hukum Lenz, aru tiga faa ini akan membangkitkan fluki yang melawan fluki rotor; kejadian ini kita kenal ebagai reaki jangkar. Karena fluki rotor adalah kontan tetapi berputar euai perputaran rotor, maka fluki reaki jangkar juga haru berputar euai perputaran fluki rotor karena hanya dengan jalan itu hukum Lenz dipenuhi. Jadi mengalirnya aru tiga faa pada belitan rotor membangkitkan fluki kontan yang berputar. Sekarang, jika pada belitan tator motor ainkron diinjekikan aru tiga faa (belitan tator dihubungkan pada umber tiga faa) maka akan timbul fluki kontan berputar eperti layaknya fluki kontan berputar pada reaki jangkar generator inkron. Demikianlah bagaimana fluki berputar timbul jika belitan tator motor aikron dihubungkan ke umber tiga faa. Kita akan melihat pula ecara kemati, bagaimana timbulnya fluki berputar. Untuk itu hubungan belitan tator kita gambarkan ebagai tiga belitan terhubung Y yang berbeda poii 0 o mekani atu ama lain eperti terlihat pada Gb..a. Belitan-belitan itu maing-maing dialiri aru i a, i b, dan i c yang berbeda faa 0 o elektrik eperti ditunjukkan oleh Gb..b. Maing-maing belitan itu akan membangkitkan fluki yang berubah terhadap waktu euai dengan aru yang mengalir padanya. Kita perhatikan ituai yang terjadi pada beberapa titik waktu. Perhatikan Gb.. Pada t aru i a makimum negatif dan aru i b = i c poitif. Ke-tiga aru ini maing-maing membangkitkan fluki φ a, φ b dan φ c yang memberikan fluki total φ tot. Kejadian ini berubah pada t, t 3, t 4 dan eterunya yang dari Gb.. terlihat bahwa fluki total b c a a c b

2 berputar eiring dengan perubahan aru di belitan tiga faa. Peritiwa ini dikenal ebagai medan putar pada mein ainkron. c. a). c b b a a b) t i a i b i c t t t 3 t 4 i c i c i c i c i b i a i b i a i b i a i b i a φ b φ a φ tot φ a φ a φ a φ c φ tot φ c φ b φc φ b φ c φ b φ tot φtot t t t 3 t 4 Gb.. Terbentuknya fluki magnetik yang berputar. Aru poitif menuju titik netral, aru negatif meninggalkan titk netral. Fluki total φ tot tetap dan berputar. Kecepatan perputaran dari medan putar haru memenuhi relai antara jumlah kutub, frekueni tegangan, dan kecepatan perputaran inkron ebagaimana telah kita kenal pada mein inkron yaitu p n 0 f f = Hz atau n = rpm () 0 p dengan f adalah frekueni tegangan tator, n adalah kecepatan perputaran medan putar yang kita ebut perputaran inkron. Jumlah kutub p ditentukan oleh uunan belitan tator. Pada belitan tator eperti pada contoh kontruki mein pada Gb.. jumlah kutub adalah, ehingga jika frekueni tegangan 50Hz maka perputaran inkron adalah 3000 rpm. Untuk mempuat jumlah kutub menjadi 4, belitan tator diuun eperti pada tator mein inkron pada Gb.. Selanjutnya medan magnetik berputar yang ditimbulkan oleh tator akan mengimbakan tegangan pada konduktor rotor. Karena konduktor rotor merupakan rangkaian tertutup, maka akan mengalir aru yang kemudian berinteraki dengan medan magnetik yang berputar dan timbullah gaya euai dengan hukum Ampere. Dengan gaya inilah terbangun torka yang akan membuat rotor berputar Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron

3 dengan kecepatan perutaran n. Perhatikanlah bahwa untuk terjadi torka, haru ada aru mengalir di konduktor rotor dan untuk itu haru ada tegangan imba pada konduktor rotor. Agar terjadi tegangan imba, maka kecepatan perputaran rotor n haru lebih kecil dari kecepatan perputaran medan magnetik (yaitu kecepatan perputaran inkron n ) ebab jika kecepatannya ama tidak akan ada fluki yang terpotong oleh konduktor. Dengan kata lain haru terjadi beda kecepatan antara rotor dengan medan putar, atau terjadi lip yang bearnya adalah : Nilai terletak antara 0 dan. n n = () n Rotor Belitan. Pada awal perkenalan kita dengan mein ainkron, kita melihat pada kontruki yang diebut mein ainkron dengan rotor angkar. Jika pada rotor mein ainkron dibuat alur-alur untuk meletakkan uunan belitan yang ama dengan uunan belitan tator maka kita mempunyai mein ainkron rotor belitan. Terminal belitan rotor dapat dihubungkan dengan cincin geer (yang berputar berama rotor) dan melalui cincin E belitan tator E belitan rotor geer ini dapat dihubungkan pada reitor untuk keperluan pengaturan Gb.3. Hubungan belitan tator dan rotor perputaran. Skema hubungan belitan tator dan rotor diperlihatkan pada Gb.3; pada waktu operai normal belitan rotor dihubung ingkat. Hubungan eperti ini mirip dengan tranformator. Medan putar akan mengimbakan tegangan baik pada belitan tator maupun rotor. Tegangan imba pada tator adalah : E = 4,44 f K w φm (3) p n dengan K w adalah faktor belitan tator, f = = frekueni tegangan tator, φ m adalah 0 fluki makimum di celah udara, adalah jumlah lilitan belitan tator. Jika belitan rotor terbuka dan rotor tidak berputar, maka tegangan imba pada belitan rotor adalah E = 4,44 f K w φm (4) p n dengan K w adalah faktor belitan rotor, f = = frekueni tegangan tator (karena rotor 0 tidak berputar), φ m adalah fluki makimum di celah udara ama dengan fluki yang mengibakan tegangan pada belitan tator, adalah jumlah lilitan belitan rotor. Jika rotor dibiarkan berputar dengan kecepatan perputaran n maka terdapat lip eperti ditunjukkan oleh (). Frekueni tegangan imba pada rotor menjadi 3

4 p ( n n) p n f = = = f Hz (5) 0 0 Jadi frekueni tegangan rotor diperoleh dengan mengalikan frekueni tator dengan lip ; oleh karena itu ia ering diebut frekueni lip. Tegangan imba pada belitan rotor dalam keadaan berputar menjadi E = E (6) Jika rotor tak berputar (belitan rotor terbuka), maka dari (5) dan (6) kita peroleh E E Situai ini mirip dengan tranformator tanpa beban. K w = = a K w CO TOH- : Tegangan eimbang tiga faa 50 Hz diberikan kepada motor ainkron tiga faa, 4 kutub. Pada waktu motor melayani beban penuh, diketahui bahwa lip yang terjadi adalah 0,05. Tentukanlah : (a) kecepatan perputaran medan putar relatif terhadap tator; (b) frekueni aru rotor; (c) kecepatan perputaran medan rotor relatif terhadap rotor; (d) kecepatan perputaran medan rotor relatif terhadap tator; (e) kecepatan perputaran medan rotor relatif terhadap medan rotor. Penyeleaian: (a) Relai antara kecepatan medan putar relatif terhadap tator (kecepatan inkron) p n dengan frekueni dan jumlah kutub adalah f =. Jadi kecepatan perputaran 0 medan putar adalah 0 f n = p 0 50 = = 500 rpm 4 (b) Frekueni aru rotor adalah f = f = 0,05 50=, 5 Hz. (c) Karena belitan rotor adalah juga merupakan belitan tiga faa dengan pola eperti belitan tator, maka aru rotor akan menimbulkan pula medan putar eperti halnya aru belitan tator menimbulkan medan putar. Kecepatan perputaran medan putar rotor relatif terhadap rotor adalah 0 f 0,5 n = = = 75 Hz p 4 (d) Relatif terhadap tator, kecepatan perputaran medan rotor haru ama dengan kecepatan perputaran medan tator, yaitu kecepatan inkron 500 rpm. (e) Karena kecepatan perputaran medan rotor ama dengan kecepatan perputaran medan tator, kecepatan perputaran relatifnya adalah 0. (7) 4 Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron

5 . Rangkaian Ekivalen Rangkaian ekivalen yang akan kita pelajari adalah rangkaian ekivalen per faa. Rangkaian Ekivalen Stator. Jika reitani belitan primer per faa adalah R dan reaktaninya adalah X, edangkan rugi-rugi inti dinyatakan dengan rangkaian paralel uatu reitani R c dan reaktani X φ eperti halnya pada tranformator. Jika V adalah tegangan mauk per faa pada belitan tator motor dan E adalah tegangan imba pada belitan tator oleh medan putar eperti diberikan oleh (3), maka kita akan mendapatkan hubungan faor ( + ) V = I R jx + E (8) Faor-faor tegangan dan aru erta reaktani pada peramaan (8) ini adalah pada frekueni inkron ω = π f. Rangkaian ekivalen tator menjadi eperti pada Gb.4. yang mirip rangkaian primer tranformator. Perbedaan terletak pada bearnya I f yang pada tranformator berkiar antara 5 peren dari aru nominal, edangkan pada motor ainkron aru ini antara 5 40 peren aru nominal, tergantung dari bearnya motor. I V R jx I c I f I φ A E R c jx c B Gb.4. Rangkaian ekivalen tator. Selain itu reaktani bocor X pada motor jauh lebih bear karena adanya celah udara dan belitan tator terditribui pada permukaan dalam tator edangkan pada tranformator belitan terpuat pada intinya. Tegangan E pada terminal AB pada rangkaian ekivalen ini harulah mereflekikan peritiwa yang terjadi di rotor. Rangkaian Ekivalen Rotor. Jika rotor dalam keadaan berputar maka tegangan imba pada rotor adalah E. Jika reitani rotor adalah R dan reaktaninya adalah X maka aru rotor adalah : E I = (9) ( R + jx ) Perhatikanlah bahwa faor-faor tegangan dan aru erta nilai reaktani pada peramaan (9) ini adalah pada frekueni rotor ω = π f, berbeda dengan peramaan faor (8). Kita gambarkan rangkaian untuk peramaan (9) ini eperti pada Gb.5.a. 5

6 A I R jx A I R jx E E B A B E I Gb.5. Pengembangan rangkaian ekivalen rotor. Menurut (6) E = E dimana E adalah tegangan rotor dengan frekueni inkron ω. Reaktani rotor X dapat pula dinyatakan dengan frekueni inkron; jika L adalah induktani belitan rotor (yang merupakan bearan kontan karena ditentukan oleh kontrukinya) maka kita mempunyai hubungan 6 Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron a) R jx c) X = ωl = ωl = X (0) Di ini kita mendefiniikan reaktani rotor dengan frekueni inkron X = ωl. Karena Reitani tidak tergantung frekueni, kita nyatakan reitani rotor ebagai R = R. Dengan demikian maka aru rotor menjadi E I = () R + jx Peramaan faor tegangan dan aru rotor () ekarang ini adalah pada frekueni inkron dan peramaan ini adalah dari rangkaian yang terlihat pada Gb.5.b. Tegangan pada terminal rotor A B adalah tegangan karena ada lip yang bearnya adalah E. Dari rangkaian ini kita dapat menghitung bearnya daya nyata yang dierap rotor per faa, yaitu P I cr = R () Jika pembilang dan penyebut pada peramaan () kita bagi dengan kita akan mendapatkan I = (3) R + jx B A B Langkah matemati ini tidak akan mengubah nilai I dan rangkaian dari peramaan ini adalah eperti pada Gb.5.c. Walaupun demikian ada perbedaan penafiran ecara fiik. Tegangan pada terminal rotor A B ekarang adalah tegangan imba pada belitan rotor dalam keadaan rotor tidak berputar dengan nilai eperti diberikan oleh (4) dan bukan tegangan karena ada lip. Jika pada Gb.5.b. kita mempunyai rangkaian riil rotor dengan reitani kontan R dan tegangan terminal rotor yang tergantung dari lip, maka pada Gb.5.c. kita mempunyai rangkaian ekivalen rotor dengan tegangan terminal rotor tertentu dan reitani yang tergantung dari lip. Tegangan terminal rotor pada keadaan terakhir ini kita ebut tegangan celah udara pada terminal rotor dan daya yang dierap rotor kita ebut daya celah E E I R b) d) jx R

7 udara, yaitu : = R I (4) P g Daya ini jauh lebih bear dari P cr pada (). Pada mein bear nilai adalah ekitar 0,0 ehingga P g ekitar 50 kali P cr. Perbedaan antara (4) dan () terjadi karena kita beralih dari tegangan rotor riil yang berupa tegangan lip ke tegangan rotor dengan frekueni inkron. Daya nyata P g tidak hanya mencakup daya hilang pada reitani belitan aja tetapi mencakup daya mekani dari motor. Daya mekani dari rotor ini endiri mencakup daya keluaran dari poro motor untuk memutar beban ditambah daya untuk mengatai rugi-rugi rotai yaitu rugi-rugi akibat adanya geekan dan angin. Oleh karena itu daya P g kita ebut daya celah udara artinya daya yang dialihkan dari tator ke rotor melalui celah udara yang meliputi daya hilang pada belitan rotor (rugi tembaga rotor) dan daya mekani rotor. Dua komponen daya ini dapat kita piahkan jika kita menulikan R = R + R Suku pertama (5) akan memberikan daya hilang di belitan rotor (per faa) P I cr = R dan uku kedua memberikan daya keluaran mekanik ekivalen (5) P m = I R (6) Dengan cara ini kita akan mempunyai rangkaian ekivalen rotor eperti pada Gb.5.d. Rangkaian Ekivalen Lengkap. Kita menginginkan atu rangkaian ekivalen untuk mein ainkron yang meliputi tator dan rotor. Agar dapat menghubungkan rangkaian rotor dengan rangkaian tator, kita haru melihat tegangan rotor E dari ii tator dengan memanfaatkan (6) yang memberikan E = ae. Jika E pada Gb.5.d. kita ganti dengan E = ae, yaitu tegangan rotor dilihat dari ii tator, maka aru rotor dan emua parameter rotor haru pula dilihat dari ii tator menjadi I, R dan X. Dengan demikian kita dapat menghubungkan terminal rotor A B ke terminal AB dari rangkaian tator pada Gb.4. dan mendapatkan rangkaian ekivalen lengkap eperti terlihat pada Gb.6. I A I V R jx R c I f jx c R jx R B Gb.6. Rangkaian ekivalen lengkapmotor aikron. Aliran Daya. Aliran daya per faa dalam motor ainkron dapat kita baca dari rangkaian ekivalen ebagai berikut. Daya (riil) yang mauk ke tator motor melalui tegangan V dan aru I digunakan untuk : mengatai rugi tembaga tator : P I c = R mengatai rugi-rugi inti tator : P inti 7

8 daya mauk ke rotor, diebut daya celah udara untuk mengatai rugi-rugi tembaga rotor : R = ( I ), yang digunakan P g ) P cr = ( I R memberikan daya mekani rotor P m = ( I ) R, yang terdiri dari : daya untuk mengatai rugi rotai (geekan dan angin) : P rotai daya keluaran di poro rotor : P o. Jadi urutan aliran daya ecara ingkat adalah : Po = P m P rotai ; Pm = Pg Pcr ; Pg = Pin Pinti Pc Rangkaian Ekivalen Pendekatan. Dalam melakukan analii motor ainkron kita ering menggunakan rangkaian ekivalen pendekatan yang lebih ederhana eperti pada Gb.7. Dalam rangkaian ini rugi-rugi tembaga tator dan rotor diatukan menjadi ( I ) Re. Bagaimana R e dan X e ditentukan akan kita baha berikut ini. I jx e = jx + jx V R c I f R e = R + R jxc R Gb.7. Rangkaian ekivalen pendekatan. 3. Penentuan Parameter Rangkaian Pengukuran Reitani. Reitani belitan tator maupun belitan rotor dapat diukur. Namun perlu diingat bahwa jika pengukuran dilakukan dengan menggunakan metoda pengukuran aru earah dan pengukuran dilakukan pada temperatur kamar, haru dilakukan korekikoreki. Dalam pelajaran lebih lanjut kita akan melihat bahwa reitani untuk aru bolakbalik lebih bear dibandingkan dengan reitani pada aru earah karena adanya gejala yang diebut efek kulit. Selain dari itu, pada kondii kerja normal, temperatur belitan lebih tinggi dari temperatur kamar yang berarti nilai reitani akan edikit lebih tinggi. Uji Beban ol. Dalam uji beban nol tator diberikan tegangan nominal edangkan rotor tidak dibebani dengan beban mekani. Pada uji ini kita mengukur daya mauk dan aru aluran. Daya mauk yang kita ukur adalah daya untuk mengatai rugi tembaga pada beban nol, rugi inti, dan daya celah udara untuk mengatai rugi rotai pada beban nol. Dalam uji ini lip angat kecil, aru rotor cukup kecil untuk diabaikan ehingga biaanya aru ekitai dianggap ama dengan aru uji beban nol yang terukur. Uji Rotor Diam. Uji ini analog dengan uji hubng ingkat pada tranformator. Dalam uji ini belitan rotor di hubung ingkat tetapi rotor ditahan untuk tidak berputar. Karena lip =, maka daya mekani keluaran adalah nol. Tegangan mauk pada tator dibuat cukup rendah untuk membatai aru rotor pada nilai yang tidak melebihi nilai nominal. Selain itu, tegangan tator yang rendah (antara 0 0 % nominal) membuat aru magnetiai angat kecil ehingga dapat diabaikan. Rangkaian ekivalen dalam uji ini adalah eperti pada Gb.8. 8 Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron

9 Perhatikan bahwa kita mengambil tegangan faa-netral dalam rangkaian ekivalen ini. I 0 jx e = jx + jx R e = R + R V fn Jika P d adalah daya tiga faa yang terukur dalam uji rotor diam, I d adalah aru aluran dan V d adalah tegangan faa-faa yang terukur dalam uji ini, maka Pd Re = X+ jx = 3I d Vd Ze = (7) I d 3 X e == Ze Re = X+ X Jika kita menggunakan rangkaian ekivalen pendekatan, pemiahan antara X dan X tidak diperlukan dan kita langung memanfaatkan X e. CO TOH- : Daya keluaran pada poro rotor motor ainkron tiga faa 50 Hz adalah 75 kw. Rugi-rugi rotai adalah 900 W; rugi-rugi inti tator adalah 400 W; rugi-rugi tembaga tator adalah 700 W. Aru rotor dilihat dari ii tator adalah 00 A.. Hitunglah efiieni motor jika diketahui lip = 3,75%. Penyeleaian: Dari rangkaian ekivalen, daya mekanik ekivalen adalah P m = ( I ) R. P m dalam formulai ini meliputi daya keluaran pada poro rotor dan rugi rotai. Daya keluaran 75 kw yang diketahui, adalah daya keluaran pada poro rotor edangkan rugi rotai diketahui 900 W ehingga dan rugi-rugi tembaga rotor adalah Efiieni motor adalah Gb.8. Rangkaian ekivalen motor aikron pada uji rotor diam. P m = = W Pm ,0375 Pcr = ( I ) R = = = 957 0,0375 Pkeluaran η= 00% = 00% Pkeluaran + rugi rugi = 87,45% W 9

10 CO TOH-3 : Uji rotor diam pada ebuah motor ainkron tiga faa rotor belitan, 00 HP, 380 V, hubungan Y, memberikan data berikut: daya mauk P d = 0 kw, aru aluran I d = 50 A, V d = 65 Vdan pengukuran reitani belitan rotor memberikan hail R = 0,0 Ω per faa. Tentukan reitani rotor dilihat di tator. Penyeleaian : Menurut (7) kita dapat menghitung Pd 0000 R e = = = 0,0533 Ω per faa 3I d 3 (50) R = Re R = 0,0533 0,0= 0,0333 Ω per faa CO TOH-4 : Pada ebuah motor ainkron tiga faa 0 HP, 4 kutub, 0 V, 50 Hz, hubungan Y, dilakukan uji beban nol dan uji rotor diam. Beban nol : V 0 = 0 V; I 0 = 9, A; P 0 = 670 W Rotor diam : V d = 57 V; I d = 30 A; P d = 950 W. Pengukuran reitani belitan tator menghailkan nilai 0,5 Ω per faa. Rugi-rugi rotai ama dengan rugi inti tator. Hitung: (a) parameter-parameter yang diperlukan untuk menggambarkan rangkaian ekivalen (pendekatan); (b) aru ekitai dan rugi-rugi inti. Penyeleaian : a). Karena terhubung Y, tegangan per faa adalah 0 V = = 7 V. 3 Uji rotor diam memberikan : Pd 950 R e = = = 0,35 Ω ; 3( I d ) 3 (30) R = Re R = 0,35 0,5= 0, Ω Vd 57 Z e = = =, Ω ; X e = Z e Re = (,) (0,35) = 3,4 Ω 3 I d 3 30 b). Pada uji beban nol, aru rotor cukup kecil untuk diabaikan; jadi aru yang mengalir pada uji beban nol dapat dianggap aru ekitai I f. Daya pada uji beban nol P 0 = 670= V0I f coθ co θ= = 0, 9 lagging , o Jadi : I f = 9, θ= 9, 79. Rugi inti : P inti = P0 3 I0 R = , 0,5= I 7 0 o V R c I f 63 W R e = 0,35 jx c jx e = j3,4 0, 0 Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron

11 CO TOH-5 : Motor pada Contoh-3. dikopel dengan uatu beban mekanik, dan pengukuran pada belitan tator memberikan data : daya mauk 950 W, aru 8 A, faktor daya 0,8. Tentukanlah : (a) aru rotor dilihat dari ii tator; (b) daya mekani rotor; (c) lip yang terjadi; (d) efiieni motor pada pembebanan terebut jika diketahui rugi rotai 500 W. Penyeleaian : a). Menggunakan tegangan maukan ebagai refereni, dari data pengukuran dapat kita o ketahui faor aru tator, yaitu: I = Aru rotor dilihat dari ii tator adalah : I = I I f = 8 o o = , 79 o ( 0,8 j0,57) 9,( 0,9 j0,98) =, j6,94=,3 8 A b). Daya mekanik rotor adalah : Pm = Pin Pi nti Pc Pcr = ,5 3,3 0,= ( I ) R c). Slip dapat dicari dari formulai Pg = Pin Pinti Pc =. 3( I ) R 3,3 0, = = = 0,0365 atau 3,65 % P g ,5 e). Rugi rotai = 500 W. Daya keluaran umbu rotor : P o = P m Protai = = Po 7367 Efiieni motor : η= 00% = 00% = 80% 950 P in W 7367 W 4. Torka Pada motor ainkron terjadi alih daya dari daya elektrik di tator menjadi daya mekanik di rotor. Sebelum dikurangi rugi-tembaga rotor, alih daya terebut adalah ebear daya celah udara P g dan ini memberikan torka yang kita ebut torka elektromagnetik dengan perputaran inkron. Jadi jika T adalah torka elektromagnetik maka P g Pg = Tω atau T = (8) ω Torka Aut. Torka aut (tarting torque) adalah torka yang dibangkitkan pada aat =, yaitu pada aat perputaran maih nol. Bearnya aru rotor ekivalen berdaarkan rangkaian ekivalen Gb.7. dengan = adalah Bear torka aut adalah T I = (9) ( R + R ) + ( X + X ) ( I ) V P g R 3V R a = = 3 = ( R ) ( ) (0) ω ω ω + R + X+ X

12 Pada aat = impedani angat rendah ehingga aru menjadi bear. Oleh karena itu pada waktu pengautan tegangan direduki dengan menggunakan cara-cara tertentu untuk membatainya aru. Sudah barang tentu penurunan tegangan ini akan memperkecil torka aut. Peramaan (0) menunjukkan bahwa jika tegangan dturunkan etengahnya, torka aut akan turun menjadi eperempatnya. Torka makimum. Torka ini penting diketahui, bahkan menjadi pertimbangan awal pada waktu perancangan mein dilakukan. Torka ini biaanya bernilai ampai 3 kali torka nominal dan merupakan kemampuan cadangan mein. Kemampuan ini memungkinkan motor melayani beban-beban puncak yang berlangung beberapa aat aja. Perlu diingat bahwa torka puncak ini tidak dapat diberikan ecara kontinyu ebab akan menyebabkan pemanaan yang akan meruak iolai. Karena torka ebanding dengan daya celah udara P g, maka torka makimum terjadi jika alih daya ke rotor mencapai nilai makimum. Dari rangkaian ekivalen pendekatan Gb.9., teorema alih daya makimum menyaratkan I V R c I f jx c R j ( X + X ) R bahwa alih daya ke makimum jika R akan Gb.9. Rangkaian ekivalen pendekatan. R m ( X + X ) = R + atau R = () R ( ) + X X m + Peramaan () memperlihatkan bahwa m dapat diperbear dengan memperbear R. Suatu motor dapat dirancang agar torka aut mendekati torka makimum dengan menyeuaikan nilai reitani rotor. Aru rotor pada waktu terjadi alih daya makimum adalah I = Torka makimum adalah = V R R + + m Sudaryatno Sudirham, Motor Ainkron ( X + X ) R + R + ( X+ X ) + ( X+ X ) V ( X + X ) + ( X + ) R + R R + X ( I ) = R 3V Tm = 3 = (3) ω m ω R + + ( + ) R X X Peramaan (3) ini memperlihatkan bahwa torka makimum tidak tergantung dari bearnya reitani rotor. Akan tetapi menurut () lip makimum m berbanding luru dengan reitani rotor. Jadi mengubah reitani rotor akan mengubah nilai lip yang akan memberikan torka makimum akan tetapi tidak mengubah bearnya torka makimum itu endiri. V ()

13 Karakteritik Torka Perputaran. Gb.0. memperlihatkan bagaimana torka berubah terhadap perputaran ataupun terhadap lip. Pada gambar ini diperlihatkan pula pengaruh reitani belitan rotor terhadap karakterik torka-perputaran. Makin tinggi reitani belitan rotor, makin bear lip tanpa mengubah bearnya torka makimum. torka dalam % nominal m reitani rotor tinggi m 0 n reitani rotor rendah Gb.0. Karakteritik torka perputaran. lip perputaran Aplikai. Motor dibagi dalam beberapa katagori menurut karakteritik peifiknya euai dengan kemampuan dalam penggunaannya. Berikut ini data motor yang ecara umum digunakan, untuk keperluan memutar beban dengan kecepatan kontan dimana tidak diperlukan torka aut yang terlalu tinggi. Beban-beban yang dapat dilayani mialnya kipa angin, blower, alat-alat pertukangan kayu, pompa entrifugal. Dalam keadaan tertentu diperlukan pengautan dengan tegangan yang direduki dan jeni motor ini tidak boleh dibebani lebih ecara berkepanjangan karena akan terjadi pemanaan. Pengendalian. Dalam pemakaian, kita haru memperhatikan pengendaliannya. Pengendalian berfungi untuk melakukan aut dan menghentikan motor ecara benar, membalik perputaran tanpa meruakkan motor, tidak mengganggu beban lain yang termbung pada item pencatu yang ama. Hal-hal khuu yang perlu diperhatikan dalam pengendalian adalah : (a) pembataan torka aut (agar beban tidak ruak); (b) pembataan aru aut; (c) proteki terhadap pembebanan lebih; (d) proteki terhadap penurunan tegangan; (e) proteki terhadap terputunya alah atu faa (yang dikenal dengan ingle phaing). Kita cukupkan ampai di ini pembahaan kita mengenai motor ainkron. Pengetahuan lebih lanjut akan kita peroleh pada pelajaran khuu mengenai mein-mein litrik. Tabel-. Motor Dalam Aplikai HP jumlah kutub torka aut % torka mak aru aut lip faktor daya efiieni 0,5 ampai ampai 50 % tidak kurang dari 00 % % ampai 000 % 3 % ampai 5 % 0,87 ampai 0,89 87 % ampai 89 % 3

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analii Keadaan Mantap angkaian Sitem Tenaga ii BAB 4 Motor Ainkron 4.. Kontruki Dan Cara Kerja Motor merupakan piranti konveri dari energi elektrik ke energi mekanik. Salah a atu jeni

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor litrik merupakan beban litrik yang paling banyak digunakan di dunia, Motor induki tiga faa adalah uatu mein litrik yang mengubah energi litrik menjadi energi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB MOTOR NDUKS TGA FASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik yang putaran rotornya BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki adalah motor litrik aru bolak-balik yang putaran rotornya tidak ama dengan putaran medan tator, dengan kata lain putaran rotor dengan putaran medan pada tator

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. perbedaan relatif antara putaran rotor dengan medan putar (rotating magnetic BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. Umum Karena keederhanaanya,kontruki yang kuat dan karakteritik kerjanya yang baik,motor induki merupakan motor ac yang paling banyak digunakan.penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA

PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA BAB IV. PENGUJIAN MOTOR INDUKSI DENGAN BESAR TAHANAN ROTOR YANG BERBEDA Bab ini membaha tentang pengujian pengaruh bear tahanan rotor terhadap tori dan efiieni motor induki. Hail yang diinginkan adalah

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor-motor pada dasarnya digunakan sebagai sumber beban untuk BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA.1. Secara Umum Motor-motor pada daarnya digunakan ebagai umber beban untuk menjalankan alat-alat tertentu atau membantu manuia dalam menjalankan pekejaannya ehari-hari,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA.1 Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik ( AC ) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU)

ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikasi pada Laboratorium Konversi Energi Listrik FT-USU) ANALISIS PENGARUH TEGANGAN INJEKSI TERHADAP KINERJA MOTOR INDUKSI TIGA FASA ROTOR BELITAN (Aplikai pada Laboratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Tondy Zulfadly Ritonga, Syamul Amien Konentrai Teknik

Lebih terperinci

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan

BAB III PARAMETER DAN TORSI MOTOR INDUKSI TIGA FASA. beban nol motor induksi dapat disimulasikan dengan memaksimalkan tahanan BAB III PAAMETE DAN TOSI MOTO INDUKSI TIGA FASA 3.1. Parameter Motor Induki Tiga Faa Parameter rangkaian ekivalen dapat dicari dengan melakukan pengukuran pada percobaan tahanan DC, percobaan beban nol,

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA PHASA. Motor induksi merupakan motor arus bolak balik (AC) yang paling luas BAB MOTOR NDUKS TGA PHASA. Umum Motor induki merupakan motor aru bolak balik (AC) yang paling lua digunakan dan dapat dijumpai dalam etiap aplikai indutri maupun rumah tangga. Penamaannya beraal dari kenyataan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA II.1. KONSTRUKSI MOTOR INDUKSI SATU PHASA BAB MOTOR NDUKS SATU HASA.. KONSTRUKS MOTOR NDUKS SATU HASA Kontruki motor induki atu phaa hampir ama dengan motor induki phaa banyak, yaitu terdiri dari dua bagian utama yaitu tator dan rotor. Keduanya

Lebih terperinci

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB

SIMULASI KARAKTERISTIK MOTOR INDUKSI TIGA FASA BERBASIS PROGRAM MATLAB 36 SIULASI KAAKTEISTIK OTO INDUKSI TIGA FASA BEBASIS POGA ATLAB Yandri Juruan Teknik Elektro, Fakulta Teknik Univerita Tanjungpura E-mail : yandri_4@yahoo.co.id Abtract otor uki angat lazim digunakan pada

Lebih terperinci

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS

BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS BAB II TEGANGAN TINGGI IMPULS 2. TEGANGAN IMPULS Tegangan Impul (impule voltage) adalah tegangan yang naik dalam waktu ingkat ekali kemudian diuul dengan penurunan yang relatif lambat menuju nol. Ada tiga

Lebih terperinci

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR

ANALISIS SIMULASI STARTING MOTOR INDUKSI ROTOR SANGKAR DENGAN AUTOTRANSFORMATOR ANALSS SMULAS SARNG MOOR NDUKS ROOR SANGKAR DENGAN AUORANSFORMAOR Aprido Silalahi, Riwan Dinzi Konentrai eknik Energi Litrik, Departemen eknik Elektro Fakulta eknik Univerita Sumatera Utara (USU) Jl. Almamater

Lebih terperinci

BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak

BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA. DC disebut motor konduksi. Lain halnya pada motor AC, kumparan rotor tidak BAB 2 MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1. Umum Secara umum, motor litrik berfungi untuk mengubah energi litrik menjadi energi mekanik yang berupa tenaga putar. Di dalam motor DC, energi litrik diambil langung

Lebih terperinci

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN

SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Sitem Pengendali Aru Start Motor Induki Phaa Tiga dengan Variai Beban SISTEM PENGENDALI ARUS START MOTOR INDUKSI PHASA TIGA DENGAN VARIASI BEBAN Oleh : Yunita, ) Hendro Tjahjono ) ) Teknik Elektro UMSB

Lebih terperinci

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda

BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda BAB II Dioda dan Rangkaian Dioda 2.1. Pendahuluan Dioda adalah komponen elektronika yang teruun dari bahan emikonduktor tipe-p dan tipe-n ehingga mempunyai ifat dari bahan emikonduktor ebagai berikut.

Lebih terperinci

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa

Analisis Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induksi 3 Fasa ELEKTRIKA Volume 01, Nomor 01, September 017 ISSN: 597-796 Analii Hemat Energi Pada Inverter Sebagai Pengatur Kecepatan Motor Induki 3 Faa Bambang Prio Hartono dan Eko Nurcahyo Program Teknik Litrik Diploma

Lebih terperinci

BAB III. Motor Induksi 3-Fase

BAB III. Motor Induksi 3-Fase BAB III. Motor Induki 3-Fae Umum. Motor-motor induki 3-ae banyak digunakan ecara lua di Indutri. Seungguhnya motor-motor terebut mempunyai kecepatan putar yang etabil baik berbeban maupun tanpa beban.

Lebih terperinci

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif

Simulasi dan Deteksi Hubung Singkat Impedansi Tinggi pada Stator Motor Induksi Menggunakan Arus Urutan Negatif Simulai dan Deteki Hubung Singkat Impedani Tinggi pada Stator Motor Induki Menggunakan Aru Urutan Negatif Muhammad Amirul Arif 0900040. Doen Pembimbing :. Dima Anton Afani, ST., MT., Ph. D.. I G. N. Satriyadi

Lebih terperinci

Transformasi Laplace dalam Mekatronika

Transformasi Laplace dalam Mekatronika Tranformai Laplace dalam Mekatronika Oleh: Purwadi Raharjo Apakah tranformai Laplace itu dan apa perlunya mempelajarinya? Acapkali pertanyaan ini muncul dari eorang pemula, apalagi begitu mendengar namanya

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 2 Sudaryatno Sudirham nalii angkaian itrik Jilid Sudaryatno Sudirham, nalii angkaian itrik nalii angkaian Menggunakan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini kita akan memahami konep impedani di kawaan.

Lebih terperinci

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang

FIsika KARAKTERISTIK GELOMBANG. K e l a s. Kurikulum A. Pengertian Gelombang Kurikulum 2013 FIika K e l a XI KARAKTERISTIK GELOMBANG Tujuan Pembelajaran Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan memiliki kemampuan berikut. 1. Memahami pengertian gelombang dan jeni-jeninya.

Lebih terperinci

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE)

PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Abtrak MAKALAH SEMINAR TUGAS AKHIR PERANCANGAN MOTOR INDUKSI SATU FASA JENIS ROTOR SANGKAR (SQIRREL CAGE) Anton Suila L2F 399366 Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknik Univeita Diponegoro Sermarang 2004

Lebih terperinci

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR

BAB VIII METODA TEMPAT KEDUDUKAN AKAR 6 BAB VIII METODA TEMPAT EDUDUAN AAR Dekripi : Bab ini memberikan gambaran ecara umum mengenai diagram tempat kedudukan akar dan ringkaan aturan umum untuk menggambarkan tempat kedudukan akar erta contohcontoh

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA)

STUDI PERBANDINGAN BELITAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PENGGUNAAN TAP CHANGER (Aplikasi pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRANSBUANA) STUDI PERBADIGA BELITA TRASFORMATOR DISTRIBUSI TIGA FASA PADA SAAT PEGGUAA TAP CHAGER (Aplikai pada PT.MORAWA ELEKTRIK TRASBUAA) Bayu T. Sianipar, Ir. Panuur S.M. L.Tobing Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI

ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SEMINAR NASIONAL V YOGYAKARTA, 5 NOVEMBER 009 ISSN 978-076 ANALISIS DAYA DAN TORSI PADA MOTOR INDUKSI SUYAMTO Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir, Badan Tenaga Nuklir Naional Jl. Babarari Kotak Po 60 YKBB

Lebih terperinci

PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI DALAM SISTEM PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3-FASA TERHADAP EFISIENSI DAN ARUS KUMPARAN MOTOR

PENGARUH PERUBAHAN FREKUENSI DALAM SISTEM PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3-FASA TERHADAP EFISIENSI DAN ARUS KUMPARAN MOTOR PENGAUH PEUBAHAN FEKUENS DALAM SSTEM PENGENDALAN KECEPATAN MOTO NDUKS 3-FASA TEHADAP EFSENS DAN AUS KUMPAAN MOTO Oleh : Zuriman Anthony, ST., MT* *) Doen Juruan Teknik Elektro Fakulta Teknologi ndutri

Lebih terperinci

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN

MODUL 2 SISTEM KENDALI KECEPATAN MODUL SISTEM KENDALI KECEPATAN Kurniawan Praetya Nugroho (804005) Aiten: Muhammad Luthfan Tanggal Percobaan: 30/09/06 EL35-Praktikum Sitem Kendali Laboratorium Sitem Kendali dan Komputer STEI ITB Abtrak

Lebih terperinci

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice

ANALISIS PENGONTROL TEGANGAN TIGA FASA TERKENDALI PENUH DENGAN BEBAN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNAKAN PROGRAM PSpice NLISIS PENGONTROL TEGNGN TIG FS TERKENDLI PENUH DENGN BEBN RESISTIF INDUKTIF MENGGUNKN PROGRM PSpice Heber Charli Wibiono Lumban Batu, Syamul mien Konentrai Teknik Energi Litrik, Departemen Teknik Elektro

Lebih terperinci

Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai

Pengasutan Konvensional Motor Induksi Tiga Fasa Rotor Sangkar Tupai engautan Konvenional Motor nduki Tiga Faa Rotor Sangkar Tupai Yunan Badruzzaman Juruan Teknik Elektro, oliteknik Negeri Semarang E-mail : yunan.badruzzaman@gmail.com Abtrak enggunaan motor induki tiga

Lebih terperinci

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN

BAB II IMPEDANSI SURJA MENARA DAN PEMBUMIAN BAB II IMPEDANI UJA MENAA DAN PEMBUMIAN II. Umum Pada aluran tranmii, kawat-kawat penghantar ditopang oleh menara yang bentuknya dieuaikan dengan konfigurai aluran tranmii terebut. Jeni-jeni bangunan penopang

Lebih terperinci

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan

POTENSIOMETER. Metode potensiometer adalah suatu metode yang membandingkan dalam keadaan setimbang dari suatu rangkaian jembatan. Pengukuran tahanan POTNSOMT Metode poteniometer adalah uatu metode yang membandingkan dalam keadaan etimbang dari uatu rangkaian jembatan Pengukuran tahanan S t t G angkah kerja :. Atur heotat ehingga aru tetap, ehingga

Lebih terperinci

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф )

FISIKA. Sesi INDUKSI ELEKTROMAGNETIK A. FLUKS MAGNETIK ( Ф ) FSKA KELAS X PA - KURKULUM GABUNGAN 08 Sei NGAN NDUKS ELEKTROMAGNETK nduki elektromagnetik adalah gejala terjadinya GGL induki ada enghantar karena erubahan fluk magnetik yang melingkuinya. A. FLUKS MAGNETK

Lebih terperinci

Harrij Mukti K. Kata kunci: Slip energy recovery, Motor Induksi, Rotor Belitan, Konverter, Chopper

Harrij Mukti K. Kata kunci: Slip energy recovery, Motor Induksi, Rotor Belitan, Konverter, Chopper Harrij Mukti, Penggunaan Modified Slip Energy Recovery Drive (Merd) Pada Sitem Pengaturan Kecepatan Motor Induki Rotor Belitan PENGGUNAAN MODIFIED SLIP ENERGY RECOVERY DRIVE () PADA SISTEM PENGATURAN KECEPATAN

Lebih terperinci

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar.

X. ANTENA. Z 0 : Impedansi karakteristik saluran. Transformator. Gbr.X-1 : Rangkaian ekivalen dari suatu antena pancar. X. ANTENA X.1 PENDAHULUAN Dalam hubungan radio, baik pada pemancar maupun pada penerima elalu dijumpai antena. Antena adalah uatu item / truktur tranii antara gelombang yang dibimbing ( guided wave ) dan

Lebih terperinci

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik.

Induksi Elektromagnetik. Untuk mempermudah memahami materi ini, perhatikan peta konsep berikut ini. Induksi Elektromagnetik. Bab 13 Induki Elektromagnetik Pada uatu malam, ketika Ani edang belajar IPA. Tiba-tiba ayah Ani mendekat ambil bertanya keada Ani. Aa bedanya aru litrik yang ditimbulkan oleh ebuah baterai dengan aru litrik

Lebih terperinci

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK

PERBANDINGAN PENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI PENGGERAK KOMPRESOR PADA SIANG HARI DAN MALAM HARI PADA INDUSTRI ES BALOK JETri, Volume 4, Nomor, Februari 005, Halaman 1-16, ISSN 141-037 ERBANDINGAN ENGGUNAAN DAYA LISTRIK MOTOR INDUKSI SEBAGAI ENGGERAK KOMRESOR ADA SIANG HARI DAN MALAM HARI ADA INDUSTRI ES BALOK Liem Ek Bien

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI TANGGAPAN FREKUENSI BAB VIII DESAIN SISEM ENDALI MELALUI ANGGAPAN FREUENSI Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah peranangan dan kompenai dari item kendali linier maukan-tunggal keluaran-tunggal yang tidak berubah dengan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI

BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI 26 BAB 3 PEMODELAN MATEMATIS DAN SISTEM PENGENDALI Pada tei ini akan dilakukan pemodelan matemati peramaan lingkar tertutup dari item pembangkit litrik tenaga nuklir. Pemodelan matemati dibentuk dari pemodelan

Lebih terperinci

Lentur Pada Balok Persegi

Lentur Pada Balok Persegi Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah Kode SKS : Peranangan Struktur Beton : CIV-204 : 3 SKS Lentur Pada Balok Peregi Pertemuan 4,5,6,7 Integrit, Proeionalim, & Entrepreneurhip Sub Pokok

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibaha mengenai perancangan dan realiai dari kripi meliputi gambaran alat, cara kerja ytem dan modul yang digunakan. Gambar 3.1 merupakan diagram cara kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN BAB TINJAUAN KEPUSTAKAAN.1 Perenanaan Geometrik Jalan Perenanaan geometrik jalan merupakan bagian dari perenanaan jalan yang difokukan pada perenanaan bentuk fiik jalan ehingga dihailkan jalan yang dapat

Lebih terperinci

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN

ELEKTROMAGNETIKA I. Modul 07 GELOMBANG DATAR PADA BAHAN LKTROMAGNTIKA I Modul 7 GLOMBANG DATAR PADA BAAN 1 LKTROMAGNTIKA I Materi : 7.1 Pendahuluan 7. Review Gel Datar Serbaama di udara 7.3 Gelombang Datar Serbaama di dielektrik 7.4 Gelombang Datar Serbaama

Lebih terperinci

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga

Sudaryatno Sudirham. Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga Sudaryatno Sudirham Analisis Keadaan Mantap Rangkaian Sistem Tenaga ii BAB Transformator.. Transformator Satu Fasa Transformator banyak digunakan dalam teknik elektro. Dalam sistem komunikasi, transformator

Lebih terperinci

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 )

MATEMATIKA IV. MODUL 9 Transformasi Laplace. Zuhair Jurusan Teknik Elektro Universitas Mercu Buana Jakarta 2007 年 12 月 16 日 ( 日 ) MATEMATIKA IV MODUL 9 Tranformai Laplace Zuhair Juruan Teknik Elektro Univerita Mercu Buana Jakarta 2007 年 2 月 6 日 ( 日 ) Tranformai Laplace Tranformai Laplace adalah ebuah metode yangdigunakan untuk menyeleaikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan yang aman BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pembebanan Dalam perencanaan uatu truktur bangunan haru memenuhi peraturanperaturan ang berlaku untuk mendapatkan uatu truktur bangunan ang aman ecara kontruki. Struktur bangunan

Lebih terperinci

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V:

ROOT LOCUS. 5.1 Pendahuluan. Bab V: Bab V: ROOT LOCUS Root Locu yang menggambarkan pergeeran letak pole-pole lup tertutup item dengan berubahnya nilai penguatan lup terbuka item yb memberikan gambaran lengkap tentang perubahan karakteritik

Lebih terperinci

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI

TOPIK: ENERGI DAN TRANSFER ENERGI TOPIK: ENERGI DN TRNSFER ENERGI SOL-SOL KONSEP: 1 Ketika ebuah partikel berotai (berputar terhadap uatu umbu putar tertentu) dalam uatu lingkaran, ebuah gaya bekerja padanya mengarah menuju puat rotai.

Lebih terperinci

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1

TRANSFORMASI LAPLACE. Asep Najmurrokhman Jurusan Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. 11 April 2011 EL2032 Sinyal dan Sistem 1 TRANSFORMASI LAPLACE Aep Najmurrokhman Juruan Teknik Elektro Univerita Jenderal Achmad Yani April 20 EL2032 Sinyal dan Sitem Tujuan Belajar : mengetahui ide penggunaan dan definii tranformai Laplace. menurunkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF

BAB 5E UMPAN BALIK NEGATIF Bab E, Umpan Balik Negati Hal 217 BB 5E UMPN BLIK NEGTIF Dengan pemberian umpan balik negati kualita penguat akan lebih baik hal ini ditunjukkan dari : 1. pengutannya lebih tabil, karena tidak lagi dipengaruhi

Lebih terperinci

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus

Analisa Kendali Radar Penjejak Pesawat Terbang dengan Metode Root Locus ISBN: 978-60-7399-0- Analia Kendali Radar Penjejak Peawat Terbang dengan Metode Root Locu Roalina ) & Pancatatva Heti Gunawan ) ) Program Studi Teknik Elektro Fakulta Teknik ) Program Studi Teknik Mein

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

SISTEM KENDALI KECEPATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam SSTEM ENDAL ECEATAN MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdau oliteknik Batam. Tujuan 1. Memahami kelebihan dan kekurangan item kendali lingkar tertutup (cloe-loop) dibandingkan item kendali terbuka (open-loop).

Lebih terperinci

Oleh: Sudaryatno Sudirham

Oleh: Sudaryatno Sudirham 1. Transformator Satu Fasa Transformator Oleh: Sudaryatno Sudirham Transformator banyak digunakan dalam teknik elektro. Dalam sistem komunikasi, transformator digunakan pada rentang frekuensi audio sampai

Lebih terperinci

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari

PEMILIHAN OP-AMP PADA PERANCANGAN TAPIS LOLOS PITA ORDE-DUA DENGAN TOPOLOGI MFB (MULTIPLE FEEDBACK) F. Dalu Setiaji. Intisari PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK PEMILIHN OP-MP PD PENCNGN TPIS LOLOS PIT ODE-DU DENGN TOPOLOGI MFB MULTIPLE FEEDBCK Program Studi Teknik Elektro Fakulta

Lebih terperinci

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS

Transformasi Laplace. Slide: Tri Harsono PENS - ITS. Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS) - ITS Tranformai Laplace Slide: Tri Harono PENS - ITS 1 1. Pendahuluan Tranformai Laplace dapat digunakan untuk menyatakan model matemati dari item linier waktu kontinu tak ubah waktu, Tranformai Laplace dapat

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) 8/25/2012

Analisis Rangkaian Listrik Jilid 1. di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) 8/25/2012 8/5/0 udaryatn udirham nalii angkaian itrik di Kawaan Far (angkaian ru lak-alik inuidal Keadaan Mantap) Kuliah erbuka ppx beranimai teredia di www.ee-cafe.rg uku-e nalii angkaian itrik Jilid teredia di

Lebih terperinci

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA

BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA 227 BAB XIV CAHAYA DAN PEMANTULANYA. Apakah cahaya terebut? 2. Bagaimana ifat perambatan cahaya? 3. Bagaimana ifat pemantulan cahaya? 4. Bagaimana pembentukan dan ifat bayangan pada cermin? 5. Bagaimana

Lebih terperinci

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK

PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM ABSTRAK Konfereni Naional Teknik Sipil (KoNTekS ) Sanur-Bali, - Juni PERILAKU HIDRAULIK FLAP GATE PADA ALIRAN BEBAS DAN ALIRAN TENGGELAM Zufrimar, Budi Wignyoukarto dan Itiarto Program Studi Teknik Sipil, STT-Payakumbuh,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC

PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC PERANCANGAN SISTEM KONTROL KOMPRESSOR AC BERBASISKAN PC Makalah Seminar Tuga Akhir SATIYONO MARSUKAT PUTRO LF300553 Juruan Teknik Elektro Fakulta teknik Univerita Diponegoro Semarang 003 ABSTRAK Implementai

Lebih terperinci

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa

Penentuan Jalur Terpendek Distribusi Barang di Pulau Jawa Penentuan Jalur Terpendek Ditribui Barang di Pulau Jawa Stanley Santoo /13512086 Program Studi Teknik Informatika Sekolah Teknik Elektro dan Informatika Intitut Teknologi Bandung, Jl. Ganeha 10 Bandung

Lebih terperinci

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS

DESAIN SISTEM KENDALI MELALUI ROOT LOCUS Bab VI: DESAIN SISEM ENDALI MELALUI OO LOCUS oot Lou dapat digunakan untuk mengamati perpindahan pole-pole (lup tertutup) dengan mengubah-ubah parameter penguatan item lup terbukanya ebagaimana telah ditunjukkan

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s

Analisis Rangkaian Listrik Di Kawasan s Sudaryatno Sudirham nalii angaian itri Di Kawaan - Sudaryatno Sudirham, nalii angaian itri 3 nalii angaian Menggunaan Tranformai aplace Setelah mempelajari bab ini ita aan memahami onep impedani di awaan.

Lebih terperinci

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT

PENGAMATAN PERILAKU TRANSIENT JETri, Volume, Nomor, Februari 00, Halaman 5-40, ISSN 4-037 PENGAMATAN PERIAKU TRANSIENT Irda Winarih Doen Juruan Teknik Elektro-FTI, Univerita Triakti Abtract Obervation on tranient behavior i crucial

Lebih terperinci

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar

W = F. s. Dengan kata lain usaha yang dilakukan Fatur sama dengan nol. Kompetensi Dasar Kompeteni Daar Dengan kata lain uaha yang dilakukan Fatur ama dengan nol. Menganalii konep energi, uaha, hubungan uaha dan perubahan energi, dan hukum kekekalan energi untuk menyeleaikan permaalahan gerak

Lebih terperinci

Analisis Tegangan dan Regangan

Analisis Tegangan dan Regangan Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip Mata Kuliah : Mekanika Bahan Kode : TSP 05 SKS : 3 SKS Analii Tegangan dan Regangan Pertemuan 1, 13 Repect, Profeionalim, & Entrepreneurhip TIU : Mahaiwa dapat menganalii

Lebih terperinci

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI

BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI BAB III PENGERTIAN SUSUT DAYA DAN ENERGI 3.1 UMUM Parameter yang digunakan dalam mengukur tingkat penyaluran/penyampaian tenaga litrik dari penyedia tenaga litrik ke konumen adalah efiieni, efiieni yang

Lebih terperinci

Abstrak. Kata Kunci: Stator Terbuka, Torsi, Kecepatan. 1. Pendahuluan. 2. Motor induksi Tiga Fasa

Abstrak. Kata Kunci: Stator Terbuka, Torsi, Kecepatan. 1. Pendahuluan. 2. Motor induksi Tiga Fasa ANALSA PENGARUH SATU FASA STATOR TERBUKA TERHADAP TORS DAN KECEPATAN MOTOR NDUKS TGA FASA (Aplikai pada Laoratorium Konveri Energi Litrik FT-USU) Fauzi, A. Rachman Haiuan Konentrai Teknik Energi Litrik,

Lebih terperinci

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER

PERTEMUAN 3 PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER PERTEMUAN PENYELESAIAN PERSOALAN PROGRAM LINIER Setelah dapat membuat Model Matematika (merumukan) peroalan Program Linier, maka untuk menentukan penyeleaian Peroalan Program Linier dapat menggunakan metode,

Lebih terperinci

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA

BAB III NERACA ZAT DALAM SISTIM YANG MELIBATKAN REAKSI KIMIA BAB III EACA ZAT DALAM SISTIM YAG MELIBATKA EAKSI KIMIA Pada Bab II telah dibaha neraca zat dalam yang melibatkan atu atau multi unit tanpa reaki. Pada Bab ini akan dibaha neraca zat yang melibatkan reaki

Lebih terperinci

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya

Kata engineer awam, desain balok beton itu cukup hitung dimensi dan jumlah tulangannya Kata engineer awam, deain balok beton itu cukup hitung dimeni dan jumlah tulangannya aja. Eit itu memang benar menurut mereka. Tapi, ebagai orang yang lebih mengerti truktur, apakah kita langung g mengiyakan?

Lebih terperinci

Penentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V)

Penentuan Parameter-Parameter Karakteristik Sel Surya untuk Kondisi Gelap dan Kondisi Penyinaran dari Kurva Karakteristik Arus-Tegangan (I-V) Penentuan Parameter-Parameter Karakteritik Sel Surya untuk Kondii Gelap dan Kondii Penyinaran dari Kurva Karakteritik Aru-Tegangan (-) A. Suhandi, Y. R. Tayubi, Hikmat, A. Eliyana Juruan Pendidikan Fiika

Lebih terperinci

x x x x x x x x x x x x x x x

x x x x x x x x x x x x x x x Standar Kometei : Menerakan kone kelitrikan dan kemagnetan dalam berbagai enyeleaian maalah dan roduk teknologi. Kometeni Daar Memformulaikan kone induki Faraday dan aru bolak-balik, erta eneraannya ndikator

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat matematika menjadi angat penting artinya, bahkan dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul?

TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON. Sebuah bola karet dijatuhkan ke atas lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bola itu memantul? SOAL-SOAL KONSEP TOPIK: HUKUM GERAK NEWTON Sebuah bla karet dijatuhkan ke ata lantai. Gaya apakah yang menyebabkan bla itu memantul? Mlekul-mlekul pada lantai melawan/menlak bla aat menumbuk lantai dan

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø 2.1. Prinsip Kerja Motor Induksi Pada motor induksi, supply listrik bolak-balik ( AC ) membangkitkan fluksi medan putar stator (B s ). Fluksi medan putar stator ini memotong konduktor

Lebih terperinci

Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) Fasor. Mengapa Fasor? 7/23/2013.

Analisis Rangkaian Listrik di Kawasan Fasor (Rangkaian Arus Bolak-Balik Sinusoidal Keadaan Mantap) Fasor. Mengapa Fasor? 7/23/2013. 7//0 udaryatn udirham nalii angkaian itrik di Kawaan Far (angkaian ru lak-alik inuidal Keadaan Mantap) i. Far. Pernyataan inyal inu. mpedani 4. Kaidah angkaian 5. erema angkaian 6. Metda nalii 7. item

Lebih terperinci

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1

Modul Kuliah Dasar-Dasar Kelistrikan Teknik Industri 1 TOPIK 12 MESIN ARUS SEARAH Suatu mesin listrik (generator atau motor) akan berfungsi bila memiliki: (1) kumparan medan, untuk menghasilkan medan magnet; (2) kumparan jangkar, untuk mengimbaskan ggl pada

Lebih terperinci

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236,

Yusak Tanoto, Felix Pasila Jurusan Teknik Elektro, Universitas Kristen Petra Surabaya 60236, Tranformai Tegangan Tiga Faa Aimetri untuk DC-Link Voltage Control Menggunakan Kompenator LPF dan Perbandingan njuk Kerjanya dengan Kompenator PID Yuak Tanoto, Felix Paila Juruan Teknik Elektro, niverita

Lebih terperinci

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS

PENGARUH PERAWATAN KOMPRESOR DENGAN METODE CHEMICAL WASH TERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS TURBIN GAS dan KARAKTERISTIK ALIRAN ISENTROPIK PADA TURBIN IMPULS PENGARUH PERAWAAN KOMPRESOR DENGAN MEODE CHEMICAL WASH ERHADAP UNJUK KERJA SIKLUS URBIN GAS dan KARAKERISIK ALIRAN ISENROPIK PADA URBIN IMPULS GE MS 600B di PERAMINA UP III PLAJU Imail hamrin, Rahmadi

Lebih terperinci

DA S S AR AR T T E E ORI ORI

DA S S AR AR T T E E ORI ORI BAB II 2 DASAR DASAR TEORI TEORI 2.1 Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (altenator)

Lebih terperinci

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang

BAB II HARMONISA PADA GENERATOR. Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang BAB II HARMONISA PADA GENERATOR II.1 Umum Generator sinkron disebut juga alternator dan merupakan mesin sinkron yang digunakan untuk menkonversikan daya mekanis menjadi daya listrik arus bolak balik. Arus

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA.1 Umum Motor induksi tiga fasa merupakan motor listrik arus bolak-balik yang paling banyak digunakan dalam dunia industri. Dinamakan motor induksi karena pada kenyataannya

Lebih terperinci

GENERATOR SINKRON Gambar 1

GENERATOR SINKRON Gambar 1 GENERATOR SINKRON Generator sinkron merupakan mesin listrik arus bolak balik yang mengubah energi mekanik menjadi energi listrik arus bolak-balik. Energi mekanik diperoleh dari penggerak mula (prime mover)

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH)

RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROHIDRO (PLTMH) RANCANG BANGUN PROTOTIPE PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKROIRO (PLTM) Fifi ety Sholihah, Ir. Joke Pratilatiaro, MT. Mahaiwa Juruan Teknik Elektro Indutri, PENS-ITS, Surabaya,Indoneia, e-mail: pipipiteru@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang

BAB II LANDASAN TEORI. Dalam bab ini akan dijelaskan ciri pokok superkonduktor yang BAB II LANDASAN TEORI Dalam bab ini akan dijelakan ciri pokok uperkonduktor yang dipandang dari ifat magnetik dan ifat tranport litrik ecara terpiah erta perbedaannya dibandingkan konduktor (logam). Untuk

Lebih terperinci

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya.

SET 2 KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR. Gerak adalah perubahan kedudukan suatu benda terhadap titik acuannya. MATERI DAN LATIHAN SOAL SBMPTN TOP LEVEL - XII SMA FISIKA SET KINEMATIKA - DINAMIKA: GERAK LURUS & MELINGKAR a. Gerak Gerak adalah perubahan kedudukan uatu benda terhadap titik acuannya. B. Gerak Luru

Lebih terperinci

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks

Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sistem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tanks JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No., (07) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-4 Perancangan Sliding Mode Controller Untuk Sitem Pengaturan Level Dengan Metode Decoupling Pada Plant Coupled Tank Boby Dwi Apriyadi

Lebih terperinci

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di

BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA. biasanya adalah tipe tiga phasa. Motor induksi tiga phasa banyak digunakan di BAB II MOTOR INDUKSI TIGA FASA 2.1 Umum Motor listrik yang paling umum dipergunakan dalam perindustrian industri adalah motor induksi. Berdasarkan phasa sumber daya yang digunakan, motor induksi dapat

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative)

SISTEM KENDALI OTOMATIS. PID (Proportional-Integral-Derivative) SISTEM KENDALI OTOMATIS PID Proportional-Integral-Derivative Diagram Blok Sitem Kendali Pendahuluan Urutan cerita :. Pemodelan item. Analia item 3. Pengendalian item Contoh : motor DC. Pemodelan mendapatkan

Lebih terperinci

ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER

ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER ISSN 4-349 Volume 3, Januari 202 ANALISA HASIL UJI RANGKAIAN PENGENDALI SCR UNTUK CATU DAYA NITRIDASI PLASMA DOUBLE CHAMBER Saefurrochman dan Suprapto Puat Teknologi Akelerator dan Proe Bahan-BATAN, Yogyakarta

Lebih terperinci

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA

BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA BAB II GENERATOR SINKRON TIGA FASA II.1. Umum Konversi energi elektromagnetik yaitu perubahan energi dari bentuk mekanik ke bentuk listrik dan bentuk listrik ke bentuk mekanik. Generator sinkron (alternator)

Lebih terperinci

Modul 3 Akuisisi data gravitasi

Modul 3 Akuisisi data gravitasi Modul 3 Akuiii data gravitai 1. Lua Daerah Survey Lua daerah urvey dieuaikan dengan target yang diinginkan. Bila target anomaly berukuran lokal (cukup kecil), maka daerah urvey tidak perlu terlalu lua,

Lebih terperinci

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD

STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD STEP RESPONS MOTOR DC BY USING COMPRESSION SIGNAL METHOD Satrio Dewanto Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binu Univerity Jl.K.H.Syahdan no 9, Palmerah, Jakarta Barat 11480 dewanto@gmail.com

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Generator merupakan suatu alat yang dapat mengubah energi mekanik menjadi energi listrik melalui medium medan magnet. Bagian utama generator terdiri dari stator dan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI

ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI ANALISA STRUKTUR TIKUNGAN JALAN RAYA BERBENTUK SPIRAL-SPIRAL DENGAN PENDEKATAN GEOMETRI Edi Sutomo Program Studi Magiter Pendidikan Matematika Program Paca Sarjana Univerita Muhammadiyah Malang Jln Raya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan jaman yang cepat seperti sekarang ini, perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perkembangan jaman yang cepat eperti ekarang ini, peruahaan dituntut untuk memberikan laporan keuangan yang benar dan akurat. Laporan keuangan terebut

Lebih terperinci