ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA"

Transkripsi

1 ANALISIS FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA (Financial Analysis of Tradiional Cajupu Oil Refinery in Wasur Naional Park, Papua ) Oleh/By: Yonky Indrajaya, Aji Winara, M. Siarudin, Edy Junaidi, dan Ary Widiyano (Balai Peneliian Teknologi Agroforesry) Jl. Raya Ciamis-Banjar km 4, Ciamis 46201, yonky_indrajaya@yahoo.com Absrac This paper aims o analyze financial aspec of radiional cajupu oil refinery in Wasur Naional Park, Papua. The mehod used in his research is in-deph inerview and sandard financial analysis of a projec including: Ne Presen Value (NPV), Inernal Rae of Reurn (IRR), and Benefi Cos Raio (BCR). The analysis is conduced in 10 years period wih he ineres rae of 10%. The analyses are conduced on wo differen cases: he local dwellers and migrans. The resuls of his sudy showed haon local dwellers case, henpv is IDR 258,686,275,- and BCR: Whereas, he NPV on migran is IDR 56,947,848,-, and corresponding BCR of I can be concluded haboh radiional cajupu oil refinery sysems are financially eligible. Keywords: financial analysis, cajupu oil, TN Wasur Absrak Tulisan ini berujuan unuk menganalisis aspek finansial pengolahan minyak kayu puih secara radisional di TN Wasur, Papua. Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah wawancara mendalam erhadap pengelola penyulingan minyak kayu puih dan penilaian erhadap sandard analisis finansial, yaiu: NPV, IRR, dan BCR. Analisis dilakukan dalam kurun waku 10 ahun dengan suku bunga 10%. Analisis dilakukan pada dua kasus: penduduk asli dan pendaang. Hasil dari peneliian ini menunjukkan bahwa pada pengelola oleh penduduk asli nilai NPV adalah Rp ,- dan BCR: Sedangkan nilai NPV dan BCR pada pengusahaan MKP oleh pendaang beruru-uru adalah Rp ,- dan 1,1. Hal ini menunjukkan bahwa pengolahan minyak kayu puih secara radisional pada kedua sysem pengolahan layak secara finansial. Kaa kunci: analisis finansial, minyak kayu puih, TN Wasur I. PENDAHULUAN Kawasan Taman Nasional Wasur merupakan salah sau aman nasional model yang erleak di Kabupaen Merauke, Papua. Vegeasi yang mendominasi di TN Wasur berasal dari 1

2 famili Mysaceae. Terdapa 4 formasi vegeasi di kawasan TN Wasur yang menyimpan poensi minyak kayu puih, yaiu: (1) vegeasi huan dominan Melaleuca seluas ha, (2) vegeasi huan Codominan Melaleuca-Eucalypus seluas ha, (3) huan jarang seluas , dan huan savana campuran seluas ha (Purba, 1999). Keberadaan masyaraka ada di dalam kawasan TN Wasur menjadi permasalahan ersendiri bagi pihak manajemen TN Wasur eruama erkai dengan aspek perlindungan habia sawa dan peningkaan kapasias ekonomi masyaraka. Poensi famili Myraceae yang mengandung minyak asiri seperi Melaleuca spp dan Aseromurus spp.berpoensi unuk memberikan penghasilan ambahan bagi masyaraka ada seempa baik yang berada di dalam kawasan TN maupun yang berada di luas kawasan TN khususnya di Kabupaen Merauke. Kegiaan pemanfaaan daun kayu puih elah dilakukan cukup lama di TN Wasur, dengan melibakan organisasi nirlaba dan Pemda seempa. Kegiaan ini berpoensi unuk meningkakan kapasias ekonomi masyaraka yang inggal di dalam dan sekiar kawasan TN Wasur anpa mengganggu habia alami sawa. Peneliian ini berujuan unuk mengeahui kelayakan usaha penyulingan minyak kayu puih (MKP) yang dilakukan secara radisional oleh masyaraka ada di dalam kawasan TN Wasur dan pendaang di luar kawasan TN Wasur. II. METODE A. Kondisi Umum Lokasi Peneliian. Peneliian dilakukan di wilayah TN Wasur pada wilayah adminisrasi disrik Soa dan Disrik Merauke Kabupaen Merauke Provinsi Papua. Gambar 1 menunjukkan lokasi kegiaan peneliian di TN Wasur, Papua. 2

3 Gambar 1. Lokasi peneliian Figure 1. Research locaion B. Pengumpulan dan Analisis Daa Pengumpulan daa dilakukan dengan melakukan wawancara mendalam dengan penyuling dan pemilik ala suling di Kampung Yanggandur dan Rawa Biru. Semenara iu, daa produksi MKP diperoleh dari WWF Merauke. Daa seluruh inpu produksi dan oupu produksi diperoleh dengan wawancara ersrukur. Penilaian erhadap kelayakan invesasi usaha penyulingan MKP dilakukan dengan menggunakan krieria invesasi (Thompson and George, 2009)yaiu: NPV, BCR, dan IRR. Peneliian enang analisis finansial usaha kehuanan elah banyak dilakukan unuk menenukan kelayakan usaha kehuanan dengan krieria invesasi NPV, BCR, dan IRR (Ginoga e al., 2005; Kusumedi and Jariyah, 2010; Yuniai, 2011). NPV merupakan jumlah profi (oal penerimaan B dikurangi dengan oal pengeluaran C ) yang erdiskon dengan fakor diskono (1) i dalam kurun waku erenu ( ), pada ingka suku bunga i, seperi disajikan dalam persamaan (1): 3

4 T B C NPV (1) (1) i 0 proyek BCR merupakan perbandingan dari oal penerimaan erdiskon selama kurun waku T B 0 (1) i dibagi dengan oal pengeluaran erdiskon selama kurun waku proyek T C. Nilai BCR akan memberikan gambaran esimasi pengembalian dalam rupiah dari 0 (1) i invesasi yang dianamkan. BCR= T 0 T 0 B (1) i C (1) i (2) Sedangkan IRR merupakan discoun rae dimana nilai NPV sama dengan nol. Hal ini berari nilai IRR menunjukkan nilai akual pengembalian dari suau proyek. NPV1 IRR= i 2 1 NPV1 NPV2 i i (3) III. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengusahaan minyak kayu puih (MKP) di TN Wasur Papua elah dilakukan cukup lama menginga poensi pohon kayu puih yang melimpah di empa ersebu. Inroduksi eknologi ala penyulingan sederhana oleh organisasi nirlaba dan pemerinah daerah dan adanya pasar MKP elah memberikan rangsangan bagi masyaraka unuk mengusahakan MKP. Dalam analisis finansial ini, pengusahaan MKP dibagi menjadi dua kelompok yaiu penduduk asli dan pendaang karena adanya perbedaan dalam pengusahaannya. Parameer yang digunakan dalam perhiungan analisis finansial pengolahan MKP disajikan dalam Tabel 1 beriku: 4

5 Tabel 1. Parameer yang digunakan dalam perhiungan Table 1. Parameers used in calculaion Uni Harga (Price) INPUTS Bahan bakar Kayu gerobak 10,000 Bahan baku (daun KP) Rp/kg 700 Peralaan Ala penyulingan Rp/uni 20,000,000 Pemeliharaan ala Rp/ahun 500,000 Tenaga Kerja Pemanenan daun kayu puih Rp/HOK 50,000 Penyulingan Rp/HOK 50,000 Ambil kayu bakar Rp/HOK 50,000 Transpor Rp/PP 50,000 OUTPUT MKP Rp/lier 70, Penduduk Asli Penduduk asli mengusahakan MKP dengan cara memanen secara langsung daun pohon kayu puih di TN Wasur dan menyulingnya secara sederhana. Ala suling merupakan banuan dari organisasi nirlaba dan Pemda Kab Merauke. Masa pakai ala suling ini adalah 10 ahun dengan biaya perawaan Rp ,- per ahun. Bahan baku daun kayu puih yang digunakan dalam proses produksi adalah 160 kg daun unuk sekali masak yang berasal dari jenis Aseromyrus sp. Dalam sau hari dilakukan dua kali proses penyulingan, sehingga kebuuhan daun dalam sehari adalah 320 kg. Apabila pemasakan dilakukan seiap hari kecuali hari minggu selama 12 bulan, maka oal kebuuhan daun pohon kayu puih adalah sebanyak kg. Dalam pemanenan daun, seiap harinya dilakukan oleh dua orang enaga kerja. Sedangkan proses penyulingan dilakukan oleh sau orang enaga kerja. Kayu bakar diperoleh dengan mencarinya di TN yang dipenuhi oleh sau orang enga kerja per hari. 5

6 Pemasakan dilakukan seiap hari, kecuali hari minggu. Sehingga dalam sau bulan proses pemasakan dilakukan sebanyak raa-raa 48 kali. Hasil MKP dijual ke pasar dengan harga jual Rp ,-/lier. Hasil MKP diangku ke pasar dengan biaya angku sebesar Rp ,-/bulan. Produksi raa-raa proses penyulingan adalah sebanyak empa lier/hari pada musim penghujan dan enam lier/hari pada musim kemarau.apabila musim penghujan dan musim kemarau adalah sama-sama 6 bulan, maka oal produksi MKP dalam sau ahun adalah lier. Asumsi yang digunakan dalam perhiungan ini adalah ingka suku bunga sebesar 10% dan upah enaga kerja/hari sebesar Rp ,- Tabel 2. Inpu-oupu proses produksi MKP oleh penduduk asli di TN Wasur Papua Table 2. Inpu-oupu producion process of cajupu oil refinery by local dwellers in Wasur Naional Park Uni Tahun (Years) INPUT Bahan bakar Kayu Bahan baku Ala Ala penyulingan kg kg uni Pemeliharaan Rp/ahun Tenaga Kerja Pemanenan HOK Penyulingan HOK Kayu bakar HOK Transpor PP OUTPUT MKP lier 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 Sumber: daa primer (primary daa) Tabel 2 menunjukkan kebuuhan akan bahan baku, bahan bakar, peralaan, enaga kerja yang dibuuhkan, dan oupu yang dihasilkan. Karena bahan bakar dan bahan baku diperoleh secara cuma-cuma dari kawasan TN Wasur, maka pada inpu bahan bakar dan bahan baku dianggap idak ada, eapi pada inpu enaga kerja erdapa komponen pemanenan dan bahan bakar. Hasil dari perhiungan casf flow disajikan dalam Tabel 3. 6

7 Tabel 3. cash flow pengusahaan MKP oleh penduduk asli di TN Wasur Papua (dalam jua rupiah) Table 3. Casf flow of cajupu oil refinery process by local dwellers in Wasur Naional Park (in million IDR) Uni Tahun (Years) INPUT Bahan bakar Kayu Bahan baku Ala Ala penyulingan Jua Rp Jua Rp Jua Rp Pemeliharaan ala Jua Rp Tenaga Kerja Pemanenan Jua Rp Penyulingan Jua Rp Ambil kayu bakar Jua Rp Transpor Jua Rp Toal Biaya Jua Rp OUTPUT MKP Jua Rp Toal Penerimaan Jua Rp Profi Sumber: daa primer (primary daa) Dari Tabel 3, dapa diperoleh nilai NPV adalah sebesar Rp 258,686,275,- dengan nilai BCR sebesar 1,72. Nilai IRR sanga besar karena idak ada saupun dari nilai NPV dari ahun perhiungan yang negaive. Dari indicaor-indikaor ersebu dapa disimpulkan bahwa pengusahaan MKP oleh penduduk asli layak secara finansial. 2. Pendaang Unuk pendaang, pengadaan bahan baku daun kayu puih dilakukan dengan pembelian kepada masyaraka di sekiar TN dengan harga beli Rp 700/kg. Selain iu, pengadaan bahan bakar juga dilakukan dengan membelinya dari masyaraka yaiu Rp ,- /gerobak. Kebuuhan kayu bakar per hari adalah sebanyak 2 gerobak. Seperi halnya penduduk asli, proses penyulingan dilakukan oleh sau orang enaga kerja. Frekuensi 7

8 pemasakan dan hasil penyulingan sera biaya perawaan dan biaya angku sama dengan penduduk asli. Inpu-oupu dari kegiaan pengusahaan MKP oleh pendaang dapa disajikan dalam Tabel 4. Apabila dibandingan dengan Tabel 2, erliha jelas bahwa pendaang membuuhkan daun kayu puih yang diperoleh dengan cara membeli dari masyaraka sekiar TN. Tabel 4. Inpu-oupu proses produksi MKP oleh pendaang di TN Wasur Papua Table 4. Inpu-oupu producion process of cajupu oil refinery by migrans in Wasur Naional Park INPUT Bahan bakar Uni Tahun (Years) Kayu Ton 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 1,152 Bahan baku Ton 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 92,160 Ala Ala penyulingan uni 1 Pemeliharaan Rp/ahun Tenaga Kerja Pemanenan HOK Penyulingan HOK Kayu bakar HOK Transpor PP OUTPUT MKP lier 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 1,440 Sumber: daa primer (primary daa) Tabel 4 menunjukkan kebuuhan akan bahan baku, bahan bakar, peralaan, enaga kerja yang dibuuhkan, dan oupu yang dihasilkan. Tidak seperi yang dilakukan oleh penduduk asli, pendaang mengadakan bahan bakar dan bahan baku dengan melakukan pembalian kepada penduduk yang inggal di dalam kawasan TN, sehingga dalam Tabel 4 erdapa komponen bahan bakar dan bahan baku. Namun, komponen enaga kerja pemanenan dan kayu bakar idak ada.hasil dari perhiungan casf flow disajikan dalam Tabel 5. 8

9 Tabel 5. cash flow pengusahaan MKP oleh pendaang di TN Wasur Papua (dalam jua rupiah) Table 5. Casf flow of cajupu oil refinery process by migrans in Wasur Naional Park Uni Tahun (Years) INPUT Bahan bakar Kayu Jua Rp Bahan baku Jua Rp Ala Ala penyulingan Pemeliharaan ala Tenaga Kerja Pemanenan Jua Rp Jua Rp Jua Rp Penyulingan Jua Rp Transpor Jua Rp Toal Biaya Jua Rp OUTPUT MKP Jua Rp Toal Penerimaan Jua Rp Profi Sumber: daa primer (primary daa) Tabel 6. Perbandingan hasil analisis finansial pengusahaan MKP oleh penduduk asli dan pendaang di TN Wasur Papua Table 6. Comparison of financial analysis resuls cajupu oil refinery process by local dwellers and migrans in Wasur Naional Park Nilai Nominal Nilai Terdiskon Pengelola NPV Toal Biaya Toal Pendapaan Profi Toal Biaya Toal Pendapaan BCR Penduduk asli 587,000,000 1,008,000, ,000, ,686, ,372, ,686, Pendaang 915,320,000 1,008,000,000 92,680, ,424,516 92,680,000 56,947, Sumber: daa primer (primary daa) Dari Tabel 6, dapa diliha bahwa pengusahaan MKP di TN Wasur baik oleh penduduk asli maupun pendaang layak secara finansial. Namun demikian, penduduk asli dapa memperoleh pendapaan yang lebih besar dibandingkan dengan pendaang. Hal ini disebabkan oleh keersediaan bahan baku daun dan kayu bakar yang diperoleh secara cumacuma dari TN. Sedangkan para pendaang memperoleh bahan baku daun dan kayu bakar dengan cara membeli dari masyaraka di dalam kawasan TN. Nilai NPV dari pengusahaan 9

10 MKP oleh penduduk asli adalah sebesar Rp 258,686,275,- dan BCR sebesar Sedangkan nilai NPV dari pengusahaan MKP oleh pendaang adalah sebesar Rp 56,947,848,- dan BCR sebesar Analisis Sensiivias Analisis sensiivias dilakukan unuk menguji pengaruh dari kemungkinan erjadinya perubahan erhadap arus biaya maupun pendapaan erhadap kekuaan kegiaan. Keidakpasian yang mungkin erjadi pada pengusahaan minyak kayu puih adalah apabila rendemen dari minyak kayu puih urun karena sulinya memperoleh umur daun yang opimal akiba dari idak adanya kegiaan pemeliharaan egakan kayu puih di TN. Dalam analisis sensiivias ini, akan diujicobakan apabila produksi minyak kayu puih urun 15% dan 30% dari kondisi normal. Tabel 7. Analisis sensiivias apabila produksi MKP urun 15% Table 7. Sensiiviy analysis if producion of cajupu oil decreases 15% Nilai Nominal Nilai Terdiskon Pengelola Toal Biaya Toal Pendapaan Profi Toal Biaya Toal Pendapaan NPV BCR Penduduk asli 587,000, ,800, ,800, ,686, ,466, ,780, Pendaang 915,320, ,800,000 (58,520,000) 562,424, ,466,510 (35,958,007) 0.94 Sumber: daa primer (primary daa) Tabel 8. Analisis sensiivias apabila produksi MKP urun 30% Table 8. Sensiiviy analysis if producion of cajupu oil decreases 30% Nilai Nominal Nilai Terdiskon Pengelola Toal Biaya Toal Pendapaan Profi Toal Biaya Toal Pendapaan NPV BCR Penduduk asli 587,000, ,600, ,600, ,686, ,560,655 72,874, Pendaang 915,320, ,600,000 (209,720,000) 562,424, ,560,655 (128,863,861) 0.77 Sumber: daa primer (primary daa) Tabel 7 dan Tabel 8 menunjukkan bahwa penurunan produksi MKP dari penyulingan menyebabkan penurunan nilai NPV dari pengusahaan oleh penduduk asli maupun pendaang. 10

11 Penurunan produksi MKP sebesar 15% elah menyebabkan kegiaan penyulingan oleh pendaang idak layak secara finansial. Namun demikian, pengusahaan oleh penduduk asli eap layak unuk diusahakan bahkan pada penurunan produksi hingga 30%. Hal ini menarik menginga inpu produksi dari penduduk asli hanya berupa enaga kerja, sedangkan inpu produksi dari pendaang ermasuk bahan baku daun dan kayu bakar. IV. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Dari hasil dan pembahasan di aas, dapa diarik kesimpulan: 1. Pengolahan minyak kayu puihyang dilakukan oleh penduduk asli yang inggal di kawasan TN Wasur secara finansial layak diusahakan dengan nilai NPVsebesar Rp ,- dan BCR: 1, Pengolahan minyak kayu puih yang dilakukan oleh pendaang yang inggal di luar kawasan TN Wasur secara finansial juga layak diusahakan dengan nilai NPV sebesar Rp ,- dan BCR: 1, Penurunan produksi MKP sebesar 15% akan menyebabkan kegiaan penyulingan oleh pendaang menjadi idak layak secara finansial 4. Penurunan produksi MKP hingga 30% eap layak diusahakan secara finansial oleh penduduk asli SARAN Pengelolaan minyak kayu puih dengan dukungan inpu eknologi yang semakin baik (misalnya keel masak yang erbua dari sainless seel) akan meningkakan rendemen minyak kayu puih, sehingga keunungan penyuling akan meningka. Selain iu, perlu dukungan eknologi pengolahan yang lebih baik dengan belajar dari indusri skala besar (seperi Perum Perhuani di Jawa) agar memperoleh rendemen yang lebih inggi. 11

12 Dafar Pusaka Ginoga, K.L., Wulan, Y., Djaenudin, D., Karbon dan peranannya dalam kelayakan usaha huan anaman jai (Tecona Grandis) di KPH Saradan, Jawa Timur. Jurnal Peneliian Sosial dan Ekonomi 2, Kusumedi, P., Jariyah, N.A., Analisis finansial pengelolaan agroforesry dengan pola sengon kapulaga di Desa Tirip, Kecamaan Wadaslinang, Kabupaen Wonosobo. Jurnal Peneliian Sosial dan Ekonomi Kehuanan 7, Purba, M., Prospek dan Konribusi TN Wasur erhadap Pembangunan Daerah. In, Peremuan regional pengelolaan aman nasional kawasan imur Indonesia, Menado. Suharlan, A., Sumarna, K., Sudiono, J., Tabel Tegakan Sepuluh Jenis Kayu Indusri. Pusa Peneliian dan Pengembangan Huan, Bogor. Tassone, V.C., Wesseler, J., Nesci, F.S., Diverging incenives for afforesaion from carbon sequesraion: an economic analysis of he EU afforesaion program in he souh of Ialy. Fores policy and economics 6, Thompson, D., George, B., Financial and economic evaluaion of agroforesry. In: Nuberg, I., George, B., Reid, R. (Eds.), Agroforesry for na ural resource managemen. CSIRO Publishing, Collingwood Ausralia. Yuniai, D., Analisis finansial dan ekonomi pembangunan huan anaman Diperokarpa dengan eknik SILIN (Sudi kasus PT Sari Bumi Kusuma, Kalimanan Bara). Jurnal Peneliian Huan Tanaman 8,

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PENGUSAHAAN MINYAK KAYU PUTIH TRADISIONAL DI TAMAN NASIONAL WASUR, PAPUA ( Financial Feasability Analysis of Traditional Cajuput Oil Refinery in Wasur National Park, Papua)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK

372 ZIRAA AH, Volume 41 Nomor 3, Oktober 2016 Halaman ISSN ELEKTRONIK 372 REVITALISASI INDUSTRI KEHUTANAN DALAM PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN RAKYAT UNTUK PEMBERDAYAAN KELUARGA PETANI DAN MENDUKUNG INDUSTRI PLYWOOD DI PROVINSI KALIMANTAN TIMUR (Revializaion Of The Foresry Indusry

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT

JIIA, VOLUME 2 No. 2, APRIL Yunica Safitri, Zainal Abidin, Novi Rosanti ABSTRACT KINERJA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI SABUT KELAPA PADA KAWASAN USAHA AGROINDUSTRI TERPADU (KUAT) DI KECAMATAN PESISIR SELATAN KABUPATEN PESISIR BARAT (Performance And Added Value of CocoFiber Agroindusry

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia

Economic Rent Analysis of Timber Estate Log Production in Indonesia ANALISIS PUNGUTAN RENTE EKONOMI KAYU BULAT HUTAN TANAMAN INDUSTRI DI INDONESIA Economic Ren Analysis of Timber Esae Log Producion in Indonesia Oleh/By: Transoo Handadhari, Achmad Sumiro, Sofyan P. Warsio

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK

STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK HABITAT Volume XXII, No. 1, Bulan April 2011 ISSN: 0853-5167 STUDI KELAYAKAN FINANSIAL PUPUK ORGANIK RESIDU BIOGAS DARI DIVERSIFIKASI USAHA TERNAK (FINANCIAL FEASIBILITY STUDIES OF ORGANIC FERTILIZER FROM

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN USAHA DAN NILAI TAMBAH AGROINDUSTRI TEMPE (The Feasibiliy and Added Value of Tempe Agroindusry) Winani Puspa Arum, Sudarma Widjaya, Lina Marlina Jurusan Agribisnis, Fakulas Peranian, Universias

Lebih terperinci

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI

MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI MODEL PENGANGKUTAN SAMPAH DI KOTA BANGLI Pande N. Sari Saraswai 1, I G. B. Sila Dharma 2, I Gs. Keu Sudipa 2 Absrak : Pengangkuan sampah di Koa Bangli saa ini menggunakan pola individual langsung (door

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera

BAB 1 PENDAHULUAN. Kabupaten Labuhan Batu merupakan pusat perkebunan kelapa sawit di Sumatera BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Kabupaen Labuhan Bau merupakan pusa perkebunan kelapa sawi di Sumaera Uara, baik yang dikelola oleh perusahaan negara / swasa maupun perkebunan rakya. Kabupaen Labuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT

ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK DWT ANALISA SENSITIVITAS KELAYAKAN USAHA PT. JASA MARINA INDAH DENGAN BEROPERASINYA GRAVING DOCK 18.000 DWT Sukano Jamiko, Imam Pujo M Program Sudi S1 Teknik Perkapalan Fakulas Teknik Universias Diponegoro

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA & S.

ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA & S. ANALISIS FINANSIAL USAHA PENGEMBANGAN JENIS DIPTEROKARPA DENGAN SISTEM TEBANG PILIH TANAM INDONESIA Financial Analysis of Diperocarp Species Developmen Effor Wih Indonesian Selecive Cuing and Planing Sysem

Lebih terperinci

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor)

KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Studi Kasus di Kabupaten Biak Numfor) 57 Buana Sains Vol 8 No 1: 57-66, 2008 KAJIAN AGRIBISNIS TAHU (Sudi Kasus di Kabupaen Biak Numfor) I Made Suaryadana 1,2) dan Eri Yusnia Arviani 2) 1) Dinas Peranian Kabupaen Biak Numfor 2) Program Pascasarjana,

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN 54 IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di kabupaen Siubondo, Lumajang dan Jember di Jawa Timur. Pemilihan Jawa Timur dilakukan secara purposive dengan perimbangan bahwa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016

JIIA, VOLUME 4 No. 1, JANUARI 2016 ANALISIS FINANSIAL USAHA TERNAK AYAM PROBIOTIK : STUDI KASUS: KPA BERKAT USAHA BERSAMA, KOTA METRO (Financial Analysis Of Probioic Chickens Farming : Case Sudy: KPA Berka Usaha Bersama, Mero Ciy) Bayu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data

III METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Metode Penelitian 3.3 Metode Pengumpulan Data III METODOLOGI 3. Waku dan Tempa Peneliian dilakukan pada Bulan Mare sampai dengan Bulan April 007. Lokasi peneliian berada di Pelabuhan Perikanan Nusanara Pemangka Kabupaen Sambas, Provinsi Kalimanan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT

KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR ABSTRACT KELAYAKAN INDUSTRI KERUPUK JAMUR TIRAM DI KABUPATEN BOGOR Purwoko dan Yandra Arkeman Deparemen Teknologi Indusri Peranian, Fakulas Teknologi Peranian, IPB ABSTRACT Oyser mushroom can be processed ino various

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT

KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT KELAYAKAN PENGUSAHAAN PALA DI JAWA BARAT Bedy Sudjarmoko Balai Peneliian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Indusri Indonesian Spice and Indusrial Crop Research Insiue ABSTRAK Jawa Bara merupakan salah sau

Lebih terperinci

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Tuanku Zakaria 1, Zakiah 1, Indra 1 * 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala Jurnal Ilmiah Mahasiswa Peranian Unsyiah PROSPEK PENGEMBANGAN USAHA PENGGEMUKANN SAPI POTONG SECARA INTENSIF ( STUDI KASUS PADA UD.NIWATORI DI GAMPONG MEUNASAH KRUENG KECAMATAN INGIN JAYA KABUPATEN ACEH

Lebih terperinci

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE)

CROP LAND SUITABILITY FOR CLOVE (Eugenia aromatica L.) BASED ON AGRO-CLIMATE ASPECTS AND ECONOMIC FEASIBILITY (CASE STUDY : SOUTH SULAWESI PROVINCE) Available online a: hp://journal.ipb.ac.id/index.php/agrome J.Agrome 24 (2) : 39-47, 2010 ISSN: 0126-3633 KAJIAN KESESUAIAN LAHAN TANAMAN CENGKEH (Eugenia aromaica L.) BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DAN

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali

Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holstein (PFH) Jantan di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali Tropical Animal Husbandry Vol. 1 (1), Okober 2012:43-51 ISSN 2301-9921 Analisis Finansial Usaha Penggemukan Sapi Peranakan Friesian Holsein (PFH) Janan di Kecamaan Selo Kabupaen Boyolali N. Diamojo, S.

Lebih terperinci

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah

Jurnal Edik Informatika. Peramalan Kebutuhan Manajemen Logistik Pada Usaha Depot Air Minum Isi Ulang Al-Fitrah Jurnal Edik Informaika Peneliian Bidang Kompuer Sains dan Pendidikan Informaika V.i(5-4) Peramalan Kebuuhan Manajemen Logisik Pada Usaha Depo Air Minum Isi Ulang Al-Firah Henny Yulius, Islami Yei Universias

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN 29 III. KERANGKA PEMIKIRAN Dalam usaha unuk memenuhi kebuuhan hidupnya manusia berupaya mengeksploiasi sumberdaya alam yang ada di sekiarnya. Keerganungan manusia erhadap sumberdaya alam elah erjadi sejak

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL BUDIDAYA IKAN NILA WANAYASA PADA KELOMPOK PEMBUDIDAYA MEKARSARI Analisis Jurnal Akuakulur Kelayakan Finansial Indonesia, Budidaya 6(1): 97 102 Ikan Nila (2007) Wanayasa Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai 97 hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Bulan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017

JIIA, VOLUME 5 No. 2, MEI 2017 KELAYAKAN FINANSIAL UNIT USAHA JASA SEWA POMPA AIR UNTUK IRIGASI AIR PERMUKAAN DI DESA MEKAR MULYA KECAMATAN PALAS KABUPATEN LAMPUNG SELATAN (Financial Feasibiliy of Waer Pump Renal Services Business Uni

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik

BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Tujuan Perusahaan Dewasa ini dengan meningkanya perumbuhan indusri indusri baik manufakur aaupun non manufakur menunu banyak pihak eruama pihak pihak yang berhubungan langsung dengan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian yang dilakukan mengenai analisis perencanaan pengadaan una berdasarkan ramalan ime series volume ekspor una loin beku di PT Tridaya Eramina

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk)

PERHITUNGAN VALUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMULASI MONTE CARLO (STUDI KASUS SAHAM PT. XL ACIATA.Tbk) Jurnal UJMC, Volume 3, Nomor 1, Hal. 15-0 pissn : 460-3333 eissn : 579-907X ERHITUNGAN VAUE AT RISK (VaR) DENGAN SIMUASI MONTE CARO (STUDI KASUS SAHAM T. X ACIATA.Tbk) Sii Alfiaur Rohmaniah 1 1 Universias

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Ekosisem lau memiliki banyak manfaa ekonomi, baik yang selama ini elah erkuanifikasikan maupun manfaa-manfaa yang belum erhiung, dikarenakan nilainya

Lebih terperinci

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ALAT SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 UNTUK PENGELUARAN KAYU

PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ALAT SISTEM KABEL LAYANG P3HH24 UNTUK PENGELUARAN KAYU Peneliian Hasil Huan Vol. 0 No. 1, Mare 2012: 51-58 ISSN: 0216-429 Terakrediasi: A No.: 179/AU1/P2MBI/8/2009 PRODUKTIVITAS DAN BIAYA ALAT SISTEM KABEL LAYANG PHH24 UNTUK PENGELUARAN KAYU ( Produciviy and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Studi Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan

ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Studi Kasus Agrowisata Bina Darma di Kabupaten Ogan Ilir Provinsi Sumatera Selatan ANALISIS PRAKELAYAKAN UNTUK MENCAPAI WISATA AGRO BERKELANJUTAN: Sudi Kasus Agrowisaa Bina Darma di Kabupaen Ogan Ilir Provinsi Sumaera Selaan Eka Mulyana 1), Eka Inan Kumala Puri 2), Seia Hadi 2) 1) Dosen

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA

PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA J.Tek.Ling Edisi. Khusus Hal. 79-85 Jakara, Juli. 2006 ISSN 1441 318x PEMANFAATAN LADANG GAS MARGINAL UNTUK SUPLAI SEKTOR TRANSPORTASI DI WILAYAH PANTURA Irawan Rahardjo Penelii pada Pusa Teknologi Konversi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK

BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK BAB IV PERHITUNGAN NUMERIK Dengan memperhaikan fungsi sebaran peluang berahan dari masingmasing sebaran klaim, sebagai mana diulis pada persamaan (3.45), (3.70) dan (3.90), perhiungan numerik idak mudah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci