BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 DASAR TEORI. Dewasa ini dengan meningkatnya pertumbuhan industri industri baik"

Transkripsi

1 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Tujuan Perusahaan Dewasa ini dengan meningkanya perumbuhan indusri indusri baik manufakur aaupun non manufakur menunu banyak pihak eruama pihak pihak yang berhubungan langsung dengan indusri unuk berfikir lebih cepa selain iu diunu unuk mencipakan segala sesuau harus efekif dan efisien, sehingga arge keunungan dari suau proses produksi dapa dicapai secara maksimal. Perusahaan secara keseluruhan, baik skala kecil menengah maupun besar sesungguhnya memiliki ujuan primer yang sama, yaiu menghasilkan keunungan aau laba, meningkakan kesejaheraan pemilik perusahaan, manajemen dan karyawan, berkesinambungan, berumbuh, dan menyediakan produk spesifik unuk menjawab kebuuhan erenu masyaraka. Sejalan dengan iu, Levy dan Sarna ( 1990:2 ) merinci ujuan perusahaan menjadi delapan macam yaiu : 1. Memaksimalkan laba 2. Memaksimalkan penjualan 3. Memperahankan eksisensi perusahaan 4. Mencapai ingka laba erenu yang memuaskan 5. Mencapai pangsa pasar erenu 6. Meminimalkan karyawan yang meninggalkan perusahaan 7. Kedamaian inernal ( adanya perenangan dianara jajaran managemen ) 8. Memaksimalkan kesejaheraan managemen

2 17 Tanpa mengurangi maksud dan ujuan perusahaan yang elah dikemukakan diaas pada dasarnya ujuan umum perusahaan dibagi menjadi : 1. Tujuan memaksimalkan laba 2. Tujuan memaksimalkan nilai perusahaan Tujuan memaksimalkan keunungan aau laba ini biasanya dihubungkan dengan skala waku jangka pendek, yaiu bagaimana mendayagunakan kapasias perusahaan yang ersedia saa ini seopimal mungkin, diikui dengan pengendalian biaya seefekif mungkin, sehingga laba yang diperoleh adalah maksimal. Disamping iu, keadaan yang dihadapi oleh pengambil kepuusan aau managemen ergolong kondisi yang pasi. Lain halnya dengan ujuan maksimalisasi nilai perusahaan. Tujuan ini merupakan sasaran jangka panjang, yaiu bagaimana memperbaiki kinerja perusahaan sehingga kinerja baik yang iu mendorong naiknya harga saham dibursa efek dan pada akhirnya menaikkan nilai perusahaan. Tidak dapa diingkari bahwa ujuan menghasilkan keunungan aau laba adalah ujuan mendasar semua perusahaan. Bahkan kinerja manajemen selalu diukur dari kemampuannya unuk memperoleh keunungan aau laba. Keunungan aau laba usaha, selain berguna sebagai sumber inernal dari kegiaan pembenukan modal, juga merupakan sumber yang akan dipakai unuk meneapkan deviden yang akan dibayarkan kepada pemegang saham perusahaan. Maksimalisasi laba ersebu dapa dielaborasi secara fungsional sebagai beriku :

3 18 Keunungan / laba : Hasil penjualan Biaya Teap Biaya Variabel Misalkan P = a bq, maka PQ = ( a bq) Q PQ = aq aq Invesasi dan Permasalahannya Invesasi secara umum diarikan sebagai kepuusan mengeluarkan dana pada saa sekarang unuk membeli akiva riil ( anah, rumah, mobil dan sebagainya ) aau akiva keuangan ( saham, obligasi, reksadana, wesel dan sebagainya ) dengan ujuan unuk mendapakan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan daang. Invesasi berbeda dengan abungan, karena abungan memiliki moif konsumif. Penyisihan sebagian pendapaan pada saa sekarang ke dalam abungan adalah ujuan unuk memungkinkan penabung unuk agar dapa memanfaakannya guna memenuhi kebuuhan konsumsinya yang lebih besar dimasa yang akan daang. Namun demikian, baik invesasi maupun abungan, keduanya erkai dengan mafaa yang diharapkan di masa yang akan daang. Banyak manfaa yang bisa diperoleh dari kegiaan invesasi. Dianaranya adalah : 1. Penyerapan enaga kerja 2. Penigkaan ou pu yang dihasilkan 3. Penghemaan devisa aaupun penambahan devisa, dan sebagainya Giman ( 2000 : ) pada dasarnya berpendapa bahwa invesasi ( jangka panjang ) aau pengeluaran modal ( capial expendiure ) adalah komimen

4 19 unuk mengeluarkan modal dalam jumlah erenu pada sekarang unuk memungkinkan perusahaan menerima manfaa diwaku yang akan daang, dua ahun aau lebih. Pengeluaran yang manfaanya akan dierima dalam sau ahun aau kurang disebu pengeluaran operasi ( operaing or revenue expendiure ). Lebih lanju Fizgerald (1978:6) menyaakan bahwa invesasi adalah akivias yang berkaian dengan usaha penarikan sumber-sumber ( dana ) yang dipakai unuk mengadakan barang modal pada saa sekarang dan dengan modal iu akan dihasilkan produk baru di masa yang akan daang. Dengan makna sama, Van Horne ( 1981:106 ) dan J.J. Clark dkk ( 1979:3 ) menyaakan bahwa invesasi adalah kegiaan yang memanfaakan pengeluaran kas pada saa sekarang unuk mengadakan barang modal guna menghasilkan penghasilan yang lebih besar di masa yang akan daang unuk waku dua ahun aau lebih. Memperhaikan beberapa definisi di aas, maka dapa disimpulkan bahwa invesasi adalah pengeluaran unuk mengadakan barang modal pada saa sekarang dengan ujuan unuk menghasilan keluaran barang aau jasa agar dapa diperoleh manfaa yang lebih besar diahun yang akan daang, selama dua ahun aau lebih. Oleh karena iu invesasi berkaian dengan pengeluaran dana pada saa sekarang dan manfaanya baru akan dierima pada masa yang akan daang, maka invesaasi berhadapan dengan resiko, seidak-idaknya mengenai 1. Resiko Riil dari uang yang akan dierima dimasa yang akan daang ersebu

5 20 2. Resiko mengenai keidakpasian menerima uang dalam jumlah yang sesuai dengan yang diperkirakan akan dierima di masa yang akan daang ersebu Sehubungan dengan adanya perjalanan waku dan perubahan indikasi ekonomi makro seperi inflasi, perubahan nilai ukar, ingka bunga dan kebijaksanaan perpajakan, maka nilai nyaa uang juga akan mengalami penyusuan. Apa yang hari ini dapa dibeli dengan uang erenu ( misalnya Rp ) di ahun mendaang barang iu idak mungkin lagi dibeli dengan harga Rp dan mungkin naik menjadi Rp aau menjadi Rp Kenyaaan seperi iu menyebabkan imbulnya nilai sekarang ( presen value ) dari uang aau invesasi. Secara sederhana erdapa pernyaaan dalam kehidupan sehari hari bahwa lebih baik memiliki uang Rp. 1 hari ini daripada Rp. 1 di ahun yang akan daang. Semakin jauh jarak anara waku pengeluaran invesasi dengan waku pemulihan invesasi, resiko keidak pasian juga semakin besar. Resiko keidak pasian erhadap arus uang diakumulasi pada sebuah besaran yang dikenal sebagai fakor diskon ( discoun facor ). Fakor diskon dalam prakik dierima sebagai ingka biaya modal yang diperhiungkan aas invesasi yang bersangkuan. Misalnya berapakah nilai sekarang dari uang sebesar Rp yang akan dierima pada lima ahun yang akan daang jika fakor diskon yang diperhiungkan adalah 18 %? PV = A ( 1+ r) aau

6 21 PV A = ( 1+ r) dimana PV : nilai sekarang dari arus kas ( presen value ) A r : arus kas periode ke- : ingka diskon aau ingka bunga yang diperhiungkan : periode waku 0,1,2,3., n Dengan demikian, maka : PV PV = 5 ( ) = = Rp ,78 2,28776 Dengan menabung Rp pada saa sekarang dengan ingka bunga 18 %, maka pada akhir ahun ke-5 dana inu menjadi Rp FV = A ( 1+ r) dimana : FV : nilai akan daang ( fuure value ) A r : arus kas : ingka bunga aas diskon : periode waku 1,2,3,, n

7 22 unuk conoh diaas diperoleh : FV 5 = ,78 x ( 1,78 ) 5 FV 5 = Rp ,00 Dalam hal ini, dipakai asumsi bahwa pendapaan bunga dari arus kas iu sejak diabung sampai akhir masa yang dienukan idak pernah diarik sehingga berlangsung proses bunga majemuk aau bunga berbunga. Diliha dari kondisi yang akan dihadapi invesor, maka kondisi iu dapa dibedakan menjadi 1. Kondisi pasi ( cerainy condiion ) 2. Kondisi idak pasi ( uncerainy condiion ) Sejalan dengan rumusan orienasi ujuan yang elah dieapkan oleh managemen, seluruh fungsi perusahaan, melipui fungsi produksi, fungsi pemasaran, fungsi keuangan, sera fungsi adminisrasi dan sumber daya manusia dikoordinasikan sedemikian rupa sehingga fungsi-fungsi iu bekerja sebagai sebuah sisem. Mereka bekerja sebagai sebuah eam yang padu dan sinergis sehingga pada akhirnya ujuan perusahaan aau organisasi dapa diwujudkan seopimal mungkin. 2.3 Tahap Penilaian Alernaif Inveasi Sebuah rencana invesasi seharusnya diwakili dengan suau evaluasi kelayakan erhadap rencana invesasi ersebu. Sekalipun erdapa buki bahwa ada pengusaha yang berhasil melaksanakan proyek secara mengunungkan anpa didahului evaluasi kelayakan dan pengusaha lainnya jusru gagal mengoperasikan

8 23 proyek yang sebelumnya sudah diadakan evaluasi kelayakan oleh sebuah im yang handal, evaluasi dimaksud eap pening arinya. Pada umunya penilaian aau sudi dari kelayakan suau invesasi akan menyangku iga aspek yaiu : 1. Manfaa ekonomis proyek ersebu bagi proyek iu sendiri ( sering juga disebu sebagai manfaa financial ). Yang berari apakah proyek aau invesasi ersebu dipandang cukup mengunungkan apabila dibandingkan dengan resiko dari proyek aau invesasi ersebu. 2. Manfaa ekonomis proyek aau invesasi ersebu bagi negara empa proyek aau invesasi ersebu ( sering juga disebu sebagai manfaa ekonomi nasional) yang menunjukkan manfaa proyek aau invesasi ersebu bagi ekonomi makro suau negara ersebu. 3. Manfaa sosial proyek aau invesasi ersebu bagi masyaraka sekiar proyek aau invesasi ersebu. Dari sudu pandang perspekif rasional-objekif, idakkah pau melakukan sesuau yang mempunyai resiko yang besar berdasarkan persepsi unung unungan. Invesasi yang memiliki resiko besar seharusnya didahului oleh suau sudi kelayakan. Siklus evaluasi kelayakan rencana invesasi dapa dilukiskan sebagai beriku :

9 24 Ide Proyek 1. Hasil Survey Pasar 2. Pemerinah Sudi Regional Sudi Sekoral Idenifikasi Poensi Regioanal Evaluasi Pasca Pelaksanaan Idenifikasi Rencana Invesasi Sudi Pendahuluan Pelaksanaan Proyek Evaluasi Rencana Pendanaan Proyek Laporan Sudi Akhir Gambar 2.1 Srukur Evaluasi Kelayakan Invesasi Unsur yang melipui : 1. Gagasan Invesasi yang diperoleh dari hasil survey pasar, informasi dari pemerinah ( RAPBN ) dan rencana pembangunan dari BAPPENAS dan hasil peneliian lembaga pendidikan inggi. 2. Dilanjukan dengan sudi regional dan sekoral guna menemukan spesifikasi kebuuhan pasar, ermasuk jenis kebuuhan dan volumenya. 3. Menemukan poensi pendukung diiap wilayah alernaif, dilengkapi idenifikasi cara menempakan dan biaya perolehannya.

10 25 4. Jika daa sudah berhasil diperoleh, im perlu menyusun sudi kelayakan pendahuluan ( prefeasibiliy sudy ). Laporan sudi ini diperlukan unuk menjadi bahan diskusi linas fungsi. 5. Menyusun revisi laopran sudi kelayakan unuk kemudian dimajukan dalam rapa im lengkap dan linas fungsi. Selanjunya dihasilkan laporan sudi kelayakan final. 6. Laporan final secara fungsional dipakai unuk menyusun rencana pendanaan, rencana pembangunan, dan rencana perekruan enaga kerja. Selanjunya Siklus Perencanaan Proyek Invesasi oleh Levy dan Sarna (1990;25 ) 1. Perencanaan 2. Pelaksanaan 3. Pengendalian Temukan Obyek Invesasi Membiayai Pelaksanaan Proyek Feedback Bandingkan Anggaran Rumuskan Esimasi Pendahuluan Revisi aas Esimasi Pengoperasian 1. Produksi 2. Pemasaran 3. Pembiayaan 4. Kalkulasi Biaya Feedback Bandingkan Anggaran Evaluasi Aspek Ekonomi Audi Pasca Operasi Lengkapi dengan Aspek Lain Laporan Sudi Kelayakan Revisi Prosedur Perencanaan Rencana Anggaran Proyek Gambar 2.2 Siklus Perencanaan Proyek Invesasi

11 Kegunaan Sudi Kelayakan Invesasi Pada umumnya, proyek invesasi memanfaakan dana yang idak kecil jumlahnya. Pengeluaran dana dilakukan pada saa sekarang, sedang manfaanya baru akan dierima di masa-masa yang akan daang. Masa mendaang iu mengandung resiko keidakpasian. Semakin jauh jarak anara waku pelaksanaan invesasi dan waku pemulihan invesasi, akan semakin besar pula resiko yang dihadapi. Berbagai perubahan dapa erjadi dan perubahan dimaksud mungkin saja besar pengaruhnya aas operasi proyek, seperi inflasi, perubahan nilai ukan maa valua asing, persaingan global, kebijakan pemerinah dan perubahan cira konsumen. Di lain pihak, dana memiliki beberapa alernaif penggunaan, seperi invesasi di pasar modal, valua asing, deposio, aau membeli akiva riil. Sanga rasional jika alernaif penggunaan dana iu dievaluasi dengan cerma dan elii sehingga penggunaan yang dipilih benar benar akan memberikan manfaa ekonomi yang maksimal. Wajar pula jika, menuru evaluasi, pendapaan yang dierima dari deposio aau membeli sekurias di pasar modal dan membaalkan rencana proyek komersial. Hal iu dikarenakan seorang invesor yang rasional harus memilih alernaif yang memberikan hasil yang erbaik, sehingga dapa dikeahui fungsi primer dari sudi kelayakan adalah : 1. Memandu pemilik dana ( calon invesor ) unuk mengopimalkan penggunaan dana yang dimilikinya. 2. Memperkecil resiko kegagalan invesasi dan pada saa yang sama memperbesar perluang keberhasilan invesasi yang bersangkuan.

12 27 3. Alernaif invesasi eridenifikasi secara obyekif dan eruji secara kuaniaif sehingga manager puncak mudah mengambil kepuusan invesasi yang obyekif 4. Aspek erkai erungkap secara keseluruhan dan lengkap sehingga penerimaan dan aau penolakan erhadap alernaif invesasi didasarkan aas perimbangan erhadap semua aspek proyek dan bukan hanya aspek finasial saja. Selanjunya, dijumpai pula beberapa manfaa sekunder dari sudi kelayakan proyek, yaiu : 1. Dana invesor ersalur ke proyek yang paling mengunungkan sehingga uru membanu meningkakan efisiensi penggunaan sumber daya 2. Invesasi berlangsung pada semua sekor yang keluarannya sanga dibuuhkan oleh masyaraka. Di sau sisi, keluaran invesasi memiliki pasar yang efekif dan pada saa yang sama, masyaraka menerima barang-barang kebuuhan yang diperlukan dunia usaha. 3. Dana akan ersalurkan ke sekor yang hema devisa karena proyek memakai bahan baku yang disediakan di dalam negeri. 2.5 Aspek Dalam Sudi Kelayakan Invesasi Sudi kelayakan aas rencan invesasi harus dilakukan unuk semua aspek yang erkai sehingga kepuusan invesasi yang dibua didukung oleh kelayakan dari semua aspek yang erkai dimaksud, dan idak hanya karena kelayakan aspek finasialnya saja. Pendekaan iu lazim disebu pendekaan Holisik ( Heurisic

13 28 Approach ). Tunuan unuk melakukan evaluasi secara holisik menjadi semakin erasa, eruama sejak dimasukinya era implemenasi manajemen konemporer di dunia bisnis, seperi managemen sraegis dan oal qualiy managemen ( TQM ). Aspek yang harus dicakup oleh suau sudi kelayakan menyangku : 1. Aspek Finansial Sudi mengenai aspek finansial merupakan aspek kunci dari suau sudi kelayakan. Dikaakan demikian, karena sekalipun aspek ini ergolong layak, jika sudi aspek finansial memberikan hasil yang idak layak, maka usulan proyek akan diolak karena idak akan memberikan manfaa ekonomi. Sudi aspek finansial ini paling idak mencakup : a. Kajian erhadap jumlah dana yang diperlukan, baik unuk keperluan invesasi awal maupun unuk kebuuhan modal kerja. b. Kajian erhadap sumber dana, sekaligus perhiungan mengenai biaya aas modal yang direncanakan diarik, ermasuk rancangan erhadap srukur modal yang ergolong layak. c. Proyeksi arus kas yang memua rincian prospek arus kas masuk dan prospek arus kas keluar. Proyeksi arus kas ersebu berguna sebagai landasan unuk melakukan analisa kelayakan finansial dengan menggunakan berbagai meode, seperi Pay Back Mehode, Ne Presen Value ( NPV ), Profiabilias Index ( PI ), Inernal Rae of Reurn ( IRR ), Average Rae of Reurn ( ARR ) dan Benefi Cos Raio ( BEA )

14 29 d. Penyusunan laporan keuangan proforma, dilengkapi dengan analisa sumber dan penggunaan dana sera analisa iik impas ( break even analisys aau BEA ) e. Kajian erhadap pengaruh indikaor ekonomi makro erhadap kelayakan keuangan proyek, baik erhadap arus kas masuk dan arus kas keluar, melipui ingka bunga, inflasi, perubahan nilai ukar rupiah, dan berbagai kebijakan ekonomi makro pemerinah lainnya. 2. Aspek Ekonomi dan Sosial Sudi aspek ekonomi dan social ini berujuan unuk mengemukakan pengaruh posiif proyek erhadap perekonomian dan masyaraka sekiar proyek. Pengaruh erhadap perekonomian perlu diliha dari sisi lokal, regional, dan nasional. Kajian paling idak harus mengemukakan hal-hal beriku a. Pengaruh proyek erhadap penerimaan Negara ( anara lain mencakup pajak perambahan nilai ( PPN ), pajak penghasilan ( PPh ), pajak impor, dan pajak ekspor ) b. Konribusi proyek erhadap penerimaan pajak daerah dan reribusi daerah. c. Konribusi proyek erhadap penghemaan devisa impor sera peningkaan penerimaan devisa hasil ekspor.

15 30 d. Jasa-jasa umum yang dapa dinikmai manfaanya oleh masyaraka, seperi sarana jalan, enaga lisrik, sarana pemeliharaan kesehaan, saran olah raga, sarana pelaihan dan pendidikan. e. Konribusi proyek erhadap perluasan kesempaan kerja dan alih eknologi, sera pembinaan usaha kecil dalam benuk perusahaan mira binaan. f. Konribusi proyek erhadap proyek lainnya dalam pola hubungan inpu-oupu, sera manfaa proyek unuk mengurangi keerganungan kepada impor. 3. Aspek Pasar dan Pemasaran Sudi aspek pasar dan pemasaran pening arinya dalam sudi kelayakan karena sudi iu akan merinci poensi penerimaan ( arus kas masuk ) selama usia ekonomi proyek. Di samping iu, sudi pasar akan memberikan gambaran mengenai inensias persaingan, informasi enang kebuuhan dan keinginan konsumen, pendapaan raa raa calon konsumen. 4. Apek Teknis dan Produksi Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, benuk bangunan ( beringka aau idak ), kajian aas bahan dan sumbernya, desain produk, dan analisis biaya produksi.

16 31 a. Berapa besar kapasias mesin pabrik aau peralaan produksi yang harus diadakan, dengan memperhaikan b. Pemodal perusahaan, jumlah, dan kemampuan pasokannya c. Sudi alernaif lokasi dan usulan lokasi yang represenaif. Usulan pemilihan lokasi sebaiknya dilengkapi dengan perimbangan eknis lokasi d. Desain produk, baik desain eknis maupun fungsionalnya. Desain eknis diperlukan oleh pekerja sebagai pedoman pengerjaan. e. Desain arus pengerjaan ( Assembling or Flow Process Char ) yang berguna sebagai pedoman peneapan aa leak pabrik. f. Suku cadang g. Sudi dampak Lingkungan ( Amdal ). Amdal adalah sudi yang harus dibua sebagai kelengkapan dari evaluasi pendirian sebuah pabrik, amdal akan menjadi pedoman, bagaimana limbah diangani sehingga idak merusak lingkungan. 5. Apek Hukum Sudi aspek hukum harus mampu menjelaskan berbagai hal yang berkaian dengan masalah ligalias, kesepakaan, hubungan indusrial, perizinan, saus perusahaan, dan desain mengenai hak dan kewajiban pendiri, pemegang saham, im managemen, dan karyawan.

17 32 6. Aspek Organisasi dan Managemen Sudi mengenai aspek organisasi dan managemen pening arinya eruama dengan : a. Perumusan organisasi dan uraian ugas dan aa kerja selama selama proyek dalam fase pembangunan. b. Perumusan organisasi, uraian ugas dan aa kerja sea hak dan kewajiban seiap individu organisasi sealah proyek selesai dan memasuki fase operasi komersial. 2.6 Menghiung Kebuuhan Dana Invesasi Fakor Yang Mempengaruhi Besarnya Kebuuhan Dana Besarnya dana yang diperlukan unuk membiayai suau rencana invesasi sanga erganung pada jenis proyek dan skala proyek. Proyek berskala enu memerlukan enu memerlukan dana yang besar, dan proyek berskala kecil sudah barang enu juga hanya memerlukan dana invesasi yang relaif kecil jumlahnya. Dihubungkan dengan jenis penggunaan dana, maka dana yang diperlukan dibedakan menjadi : a. Dana invesaasi awal aau invesasi inisial b. Dana modal kerja Invesasi Inisial adalah dana invesasi yang diperlukan unuk mengadakan barang modal ( mesin pabrik, bangunan pabrik dan gudang, bangunan kanor dan perumahan unuk enaga kerja langsung ), anah lokasi, pemasangan, produksi percobaan, sera pengadaan ala-ala kanor ( mesin kanor dan mebel, jasa jasa

18 33 umum ( lisrik, air, elepon ), sera sarana pendukung lainnya ( jalanan proyek, kendaraan bermoor, rumah dinas, dan fasilias lainnya ). Modal kerja ( working capial ) adalah dana yang diperlukan unuk membiayai akivias operasi sesudah proyek memasuki fase operasi komersial. Memperhaikan uraian di aas, maka sebuah proyek memerlukan dua macam pengeluaran, yaiu : a. Pengeluaran modal ( capial expendiure ), yaiu pengeluaran unuk invesasi inisial b. Pengeluaran operasi unuk pendapaan ( operaing or revenue expendiure ), yaiu modal kerja yang dibuuhkan unuk membiayai operasi sesudah memasuki fase operasi komersial. Upaya yang harus dilakukan idak lain adalah menghiung jumlah kebuuhan dana unuk mengadakan seiap elemen invesasi yang ada pada seiap golongan pengeluaran, baik unik pengeluaran invesasi inisial maupun unuk pengeluaran modal kerja. Sejalan dengan iu, secara sederhana, jumlah dana yang diperlukan unuk membiayai sebuah rencana invesasi inisial dapa dihiung melalui mengidenifikasikan dana unuk keperluan beriku : 1. Luas anah lokasi yang harus diadakan, 2. Harga anah unuk lokasi ersebu, dibeli aau disewa 3. Biaya pemaangan anah lokasi( pengurukan, pengukuran, dan pemagaran ) 4. Biaya perijinan mengenai lokasi

19 34 5. Biaya unuk bangunan gedung pabrik, gudang, kanor, perumahan karyawan. 6. Mesin dan peralaan produksi yang harus diadakan. Jenis, kapasias, jumlah, dan level eknologi, menjadi indikaor harga. 7. Biaya insalasi jasa-jasa umum, melipui lisrik, air, dan elepon 8. Mesin kanor dan mebel 9. Biaya pembuaan jalanan, baik jalan di dalam lokasi pabrik. 10. Biaya izin yang berhubungan dengan bisnis yang akan dijalankan 11. Biaya konsulasi dan hak paen 12. Kendaraan bermoor yang harus disediakan Unuk menghiung kebuuhan akan modal kerja ( working capial ), analisis proyek perlu melakukan kalkulasi aas 1. Volume dan nilai arge pengadaan bahan baku dan bahan penolong per ahun 2. Perkuraan biaya enaga kerja langsung per ahun 3. Perkiraan biaya energi dan biaya jasa pihak keiga per ahun 4. Proyeksi biaya gaji dan biaya umum perahun 5. Biaya unai lainnya perahun 6. Taksiran kas minimum yang disyarakan selalu ada 7. Biaya pemasaran

20 35 8. Targe volume dan nilai penjualan yang dianggarkan per ahun Menghiung ingka perpuaran modal : Perpuaran. Modal = Perkiraan. Perjualan. Tahunan Kebuuhan. Modal. Kerja. Raa Raa Kebuuhan Dana Invesasi Inisial Dalam usaha unuk mempermudah penghiungan jumlah dana yang diperlukan unuk melaksanakan invesasi inisial, erlebih dahulu perlu mendefinisikan semua elemen invesasi yang memerlukan dana. Sesudah iu rinci indikaor yang menjadi pemicu besarnya dana yang diperlukan, kemudian jadwal waku pengadaan aau pembangunannya. Secara garis besar, proses penghiungan kebuuhan dana invesasi ersebu dilakukan dengan menggunakan lembar kerja ( work Shee ) Menghiung Kebuuhan Modal Kerja Unuk menghiung jumlah dana modal kerja yang dibuuhkan, harus dilakukan pendefinisian semua elemen operasi yang memerlukan biaya lebih dulu, mulai sejak pengadaan bahan baku dan bahan penolong, pengolahan, sampai selesai dioleh, dan selanjunya siap diserahkan kepada pelanggan. Unuk mempermudah usaha usaha pendefinisian elemen yang menjadi pemicu biaya ( cos driver), sebaiknya dianalisis melalui sebauh diagram alir proses ( processing flow diagram )

21 Sumber Dana dan Srukur Modal Secara umum dan dapa dipenuhi melalui iga sumber lazim, yaiu a. Dana sendiri dari pengusaha ( invesor, self financing ) b. Dana sendiri dan dana pinjaman invesasi ( leverage financing ) c. Dana sendiri dan pinjaman aau kerja sama asing ( join venure ) Di dunia nyaa, permodalan pada umumnya dipenuhi dengan cara yang kedua, yaiu leverage financing. Kebijakan pendanaan demikian membawa konsekuensi erhadap srukur modal proyek aau perusahaan, dan selanjunya berdampak pada biaya modal dan nilai perusahaan. Conoh : a. Dana invesasi awal.rp b. Dana modal kerja Rp Jumlah kebuuhan dana..rp Peralaan Analisa Kelayakan Invesasi Peralaan analisis kelayakan invesasi pada dasarnya dapa dibedakan dalam dua golongan besar, yaiu : 1. Meode Konvensional 2. Meode Analisis Rise Operasional Meode analisis kelayakan konvensional adalah meode analisis yang selama ini dibekalkan sebagai peralaan dari Capial Budgeing, yaiu meode pemulihan invesasi ( Playback Mehod ), meode ingka balikan akuning raaraa ( Average Accouning Rae of Reurn aau AARR ) meode nilai sekarang

22 37 (Presen Value Mehod), indek kemampulabaan (profiabiliy index), dan meode ingka balik inernal ( inernal rae of reurn aau IRR ). Meode analisis rise operasional yang lazim adalah peralaan analisis kelayakan yang berorienasi pada kelayakan sisem acuan opimalisasi. Meode analisis yang lazim dipakai meskipun baru pada ahap pengenalan adalah eori anrian ( waiing line models ), simulasi Mone Carlo ( Mone Carlo Simulaion ), meode iik impas ( Break Even Poin Mehod ), program Linear ( Linear Programing ). 2.7 Ala Analisa Pemulihan Invesasi Meode Pemulihan Invesasi Meode pemulihan invesasi ( Payback Mehod ) adalah meode analisa kelayakan invesasi yang berusaha unuk menilai persoalan kelayakan menuru jangka waku pemulihan modal yang diinvesasikan, biasanya dinyaakan dalam sauan ahun, unuk mengembalikan seluruh modal. Masa pemulihan modal ini dihiung dengan mempergunakan dua macam acuan, yaiu 1. Meode arus komulaif 2. Meode arus raa-raa Meode arus komulaif dipakai sebagai ala penilaian kelayakan jika arus kas proyek idak seragam, aau berbeda dari ahun ke ahun selama usia ekonomis proyek. Sedang meode ekonomi arus raa-raa dipakai jika arus kas proyek seragam, aau sama besarnya dari ahun ke ahun selama usia ekonomis proyek.

23 38 Karakerisik meode ini adalah : 1. Krieria kelayakan a. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang layak jika masa pemulihan modal lebih pendek daripada usia ekonomis proyek b. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang idak layak jika masa pemulihan lebih lama daripada usia ekonomis proyek yang bersangkuan. Berdasarkan krieria di aas, unuk golongan (a) proyek sedang golongan (b) idak dierima 2. Kelebihannya a. Model mudah menggunakannya dan menghiungnya b. Sanga berguna unuk memilih proyek yang didasarkan aas masa pemulihan modal yang ercepa c. Informasi masa pemuliahan modal dapa dipakai sebagai ala predikasi resiko keidakpasian di masa mendaang, dimana proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang lebih singka diidenifikasi sebagai proyek yang memiliki masa pemulihan modal yang relaif lama akan memiliki pula resiko mendaang yang lebih besar. d. Masa pemulihan modal dapa dipakai sebagai ala unuk menghiung ingka balikan proyek ( inernal rae of reurn aau IRR )

24 39 3. Kekurangannya a. Mengabaikan nilai waku dari uang aau invesasi b. Mengabaikan arus kas sesudah periode pemulihan modal dicapai. c. Mengabaikan nilai sisa proyek Meode Tingka Laba Akuning Raa-Raa Meode ingka laba akuning raa-raa ( average rae of reurn ) adalah meode yang dipakai unuk menilai kelayakan invesasi berdasarkan ingka balikan akuning invesasi. Meode ini mempergunakan laba akunansi sebagai dasar perhiungan kelayakan dan hal ini membedakannya dengan meode lainnya yang menggunakan arus kas sebagai dasar analisis kelayakan. John J. Clark e.al ( 1979 ) merinci jenis analisis ini dalam empa meode : Annual income a. Annual Reurn on Invesmen = x100 Original. Invesmen Annual Income b. Annual reurn of average invesemen = x100 Original. Invesemen c. Toal. Income Original. Invesmen Average.Re urn. On. Average. Invesmen = Original. Invesem 2 d. Average Book Reurn On Invesmen = Toal Invesmen - Original Invesmen Weigh. Average. Invesmen x100

25 40 dimana Weigh. Average. Invesmen = n I = 1 BV n dengan n = jumlah periode aau ahun BV i = book value, nilai buku ahun k-1 I = 1,2, Meode Nilai Sekarang Meode ini adalah meode penilaian kelayakan invesasi yang menyelaraskan nilai akan daang arus kas menjadi nilai sekarang dengan melalui pemoongan arus kas dengan memakai fakor pengurang ( diskon ) pada ingka biaya modal erenu yang diperhiungkan. PV = A ( 1+ i) PV = nilai sekarang dari arus kas periode ke- A = arus kas nominal pada periode ke- i = ingka bunga yang diperhiungkan = periode 1,2,3.. Sedangkan nilai sekarang oal adalah : TPV = A n i= 1 (1 + i) TPV = ingka sekarang oal A ( 1+ i) = nilai sekarang arus kas A seiap periode ke-

26 41 Apabila arus kas ahunan iu seragam, aau sama besarnya dari periode ke periode sampai akhir usia proyek, maka nilai sekarang ersebu dapa dihiung denan menggunakan fakor pengurang komulaif TPV = A(1 (1 + i) n ) TPV = nilai sekarang arus kas oal i A = arus kas ahunan yang sama besarnya = ingka bunga Selanjunya, nilai sekarang bersih ( Ne Presen value ) adalah NPV I + TPV = 0 NPV = ne presen value ( nilai sekarang bersih ) -I 0 = nilai sekarang invesasi inisial ( invesasi periode awal ) TPV = nilai sekarang oal Karakerisik meode ini adalah a. Krieria kelayakan 1. Proyek layak jika NPV beranda posiif ( >0 ) 2. Proyek idak layak jika NPV beranda negaive ( < 0 )

27 42 b. Kelebihannya 1. Memperhiungkan nilai waku dari uang aau arus kas 2. Memperhiungkan arus kas selama usia proyek 3. Memperhiungkan nilai uang sisa proyek c. Kekurangannya 1. Lebih suli memakainnya dibandingkan dengan meode perama dan kedua 2. Manajemen harus dapa menaksir ingka biaya modal yang relevan selam usia proyek. 3. Jika memiliki nilai invesasi inisial yang berbeda, sera usia ekonomis yang berbeda juga, maka NPV yang lebih besar belum menjamin sebagai proyek yang baik 4. Derajad kelayakan idak hanya dipengaruhi oleh arus kas, melainkan juga dipengaruhi oleh fakor usia ekonomis proyek Profiabily Index Mehode Meode ini adalah meode penilaian kelayakan invesasi yang mengukur ingka kelayakan incvesasi berdasarkan rasio anara nilai sekerang arus kas masuk oal ( TPV ) dengan nilai sekarang invesasi inisial ( I o )

28 43 TPV PI = I 0 dimana PI = indeks kemampulabaan TPV = nilai sekarang arus masuk oal I 0 = nilai sekarang pengeluaran invesasi inisial Karakerisik meode ini adalah 1. Krieria proyek a. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang layak diperimbangkan jika PI lebih besar daripada 1 ( PI > 1 ) b. Proyek dikaegorikan sebagai proyek yang idak layak jika PI lebih kecil dari pada 1 ( PI < 1 ) 2. Kelebihannya a. Memperhiungkan nilai waku dari uang aau arus kas b. Memperimbangkan seluruh arus kas selama usia ekonomis proyek c. Memperhiungkan nilai sisa proyek d. Menyajikan daa surplus/defici arus kas erhadap nilai invesasi inisial. Jika hasil bagi NPV dengan I o posiif, maka dinilai surplus dan sebaliknya. 3. Kekurangannya Meode ini harus didahului dengan aplikasi meode NPV sehingga pemakainya memerlukan perhiungan ganda.

29 Pemecahan Dengan Pay Back Mehod Unuk memperajam pengeriannya maka disajikan dalam model : T = I 0 A dimana T I 0 A = periode pemulihan modal = invesasi inisial = arus kas ahunan yang seragam

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi

Bab II Dasar Teori Kelayakan Investasi Bab II Dasar Teori Kelayakan Invesasi 2.1 Prinsip Analisis Biaya dan Manfaa (os and Benefi Analysis) Invesasi adalah penanaman modal yang digunakan dalam proses produksi unuk keunungan suau perusahaan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kerangka Pemikiran Teoriis Pengerian proyek menuru Arifin yang dikuip dari Mariyanne (2006) adalah suau akivias di mana dikeluarkannya uang dengan harapan unuk mendapakan hasil

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengertian dan petunjuk yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional merupakan pengerian dan peunjuk yang digunakan unuk menggambarkan kejadian, keadaan, kelompok, aau

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI

APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI APLIKASI MODEL ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI Oleh: YUDI WAHYUDIN, S.Pi., M.Si. Pelaihan Analisis Kelayakan Ekonomi Kegiaan Capaciy Building Program Pendanaan Kompeisi-Indeks Pembangunan Manusia (PPK-IPM)

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan

III. METODE PENELITIAN. Industri pengolahan adalah suatu kegiatan ekonomi yang melakukan kegiatan 40 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Baasan Operasional Konsep dasar dan baasan operasional pada peneliian ini adalah sebagai beriku: Indusri pengolahan adalah suau kegiaan ekonomi yang melakukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan

post facto digunakan untuk melihat kondisi pengelolaan saat ini berdasarkan 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekaan dan Meode Peneliian Jenis peneliian yang digunakan adalah jenis peneliian kualiaif dengan menggunakan daa kuaniaif. Daa kualiaif adalah mengeahui Gambaran pengelolaan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini

METODE PENELITIAN. Kawasan Pesisir Kabupaten Kulon Progo. Pemanfaatan/Penggunaan Lahan Saat Ini METODE PENELITIAN Kerangka Pendekaan Sudi Penaagunaan lahan kawasan pesisir di Kabupaen Kulon Progo didasarkan pada karakerisik fisik, finansial usaha ani dan pemanfaaan saa ini. Karakerisik fisik adalah

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian dunia telah menjadi semakin saling tergantung pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Perekonomian dunia elah menjadi semakin saling erganung pada dua dasawarsa erakhir. Perdagangan inernasional merupakan bagian uama dari perekonomian dunia dewasa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu ukuran dari hasil pembangunan yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju perumbuhan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian Peneliian ini dilakukan pada bulan Juni hingga Juli 2011 yang berlokasi di areal kerja IUPHHK-HA PT. Mamberamo Alas Mandiri, Kabupaen Mamberamo

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada

BAB I PENDAHULUAN. universal, disemua negara tanpa memandang ukuran dan tingkat. kompleks karena pendekatan pembangunan sangat menekankan pada BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Disparias pembangunan ekonomi anar daerah merupakan fenomena universal, disemua negara anpa memandang ukuran dan ingka pembangunannya. Disparias pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai

BAB III. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai tahapan perhitungan untuk menilai BAB III PENILAIAN HARGA WAJAR SAHAM PAA SEKTOR INUSTRI BATUBARA ENGAN MENGGUNAKAN TRINOMIAL IVIEN ISCOUNT MOEL 3.. Pendahuluan Pada bab ini akan dijelaskan mengenai ahapan perhiungan unuk menilai harga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 23 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Lokasi Peneliian dilaksanakan di iga empa berbeda. Unuk mengeahui ingka parisipasi masyaraka penelii mengambil sampel di RT 03/RW 04 Kelurahan Susukan dan RT 05/RW

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale

ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN. Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale ANALISIS FINANSIAL PENGOLAHAN SURIMI DENGAN SKALA MODERN DAN SEMI MODERN Financial Analysis of Surimi Processing by Modern and Semi-Modern Scale Nazori Djazuli 1*, Mia Wahyuni, Daniel Moninja, Ari Purbayano

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL KWU XII

LATIHAN SOAL KWU XII LATIHAN SOAL KWU XII A. Pilihan Ganda Pilihlah jawaban yang paling epa dengan memilih huruf a, b, c, d aau e dalam lembar jawab online. 1. Seorang wirausahawan bersedia menyerahkan pengelolaan bisnisnya

Lebih terperinci

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU

ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU ANALISI KELAYAKAN FINANSIAL USAHA AGROINDUSTRI TAHU STUDI KASUS DI KELURAHAN LABUH BARU BARAT KECAMATAN PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU Muhammad Irfan Asrori, Yusmini, dan Shorea Khaswarina Fakulas Peranian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan perkotaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Pedesaan di Indonesia biasanya memiliki ciri agak eringgal bila dibandingkan dengan perkoaan, baik secara ekonomi maupun dalam hal aspek lainnya, seperi: pembangunan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang

Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang Kelayakan Finansial Budidaya Jamur Tiram di Desa Sugihan, Kecamaan Tengaran, Kabupaen Semarang Nugraheni Renaningsih Fakulas Peranian Universias Veeran Bangun Nusanara Sukoharjo, Jl. Lejen S. Humardani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang

BAB I PENDAHULUAN. Suatu negara yang memutuskan untuk menempuh kebijakan hutang BAB I PENDAHULUAN A. Laar Belakang Masalah Suau negara yang memuuskan unuk menempuh kebijakan huang luar negeri biasanya didasari oleh alasan-alasan yang dianggap rasional dan pening. Huang luar negeri

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program sraegis Kemenerian Peranian dalam rangka mengurangi ingka kemiskinan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Proses Die Casing Dasar dari die casing proses erdiri dari injeksi logam cair dalam ekanan yang inggi ke dalam ceakan yang disebu die dan dibiarkan membeku. Tipe Mesin die

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA,

PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, PENELUSURAN EMPIRIS KETERKAITAN PASAR KEUANGAN DAN KOMPONEN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA, 2004-2008 Banoon Sasmiasiwi, Program MSi FEB UGM Malik Cahyadin, FE UNS Absraksi Perkembangan ekonomi akhir-akhir

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperti yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Pembangunan pada umumnya adalah perubahan secara erus menerus yang merupakan kemajuan kearah yang dicapai. Seperi yang erdapa pada rumusan GBHN, yaiu mewujudkan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo)

PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Studi pada karyawan tetap PT PG Tulangan Sidoarjo) PENGARUH PENGEMBANGAN KARYAWAN TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI KERJA KARYAWAN (Sudi pada karyawan eap PT PG Tulangan Sidoarjo) Niken Dwi Okavia Heru Susilo Moehammad Soe`oed Hakam Fakulas Ilmu Adminisrasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian

3 METODE PENELITIAN. Gambar 5 Peta lokasi penelitian. PETA PENELITIAN DI KABUPATEN ACEH JAYA. Lokasi sampel. Lokasi Penelitian 3 METODE PENELITIAN 3.1 Tempa dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di pesisir Kabupaen Aceh Jaya di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Peneliian ini dilaksanakan pada bulan Agusus 2008 sampai

Lebih terperinci

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang

Gambar 2. Letak Geografis Kota Tangerang METODOLOGI Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian dilakukan di wilayah adminisrasi Koa Tangerang, Propinsi Banen. Proses peneliian dimulai dengan pengumpulan daa, analisis dan diakhiri dengan penyusunan laporan,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF

(T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Seminar Nasional Saisika 12 November 2011 Vol 2, November 2011 (T.6) PENDEKATAN INDEKS SIKLUS PADA METODE DEKOMPOSISI MULTIPLIKATIF Gumgum Darmawan, Sri Mulyani S Saf Pengajar Jurusan Saisika FMIPA UNPAD

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG

MATRIKS RENCANA STRATEGIS RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG MATRIKS RENCANA STRATEGIS 2014-2018 RSUD dr.iskak TULUNGAGUNG VISI MISI 1 TUJUAN 1 : Terwujudnya Rumah Saki Rujukan Yang Handal Terjangkau Dalam Pelayanan : Meningkakan Muu Akses Pelayanan Kesehaan : Meningkakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Peran pasar obligasi dipandang oleh pemerinah sebagai sarana sraegis sumber pembiayaan alernaif selain pembiayaan perbankan dalam benuk pinjaman (loan). Kondisi anggaran

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI

ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI ANALISIS KINERJA KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN INVESTASI Firiyaun Niam firiyaunniam@yahoo.com Endang Dwi Renani Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi

BAB II MATERI PENUNJANG. 2.1 Keuangan Opsi Bab II Maeri Penunjang BAB II MATERI PENUNJANG.1 Keuangan.1.1 Opsi Sebuah opsi keuangan memberikan hak (bukan kewajiban) unuk membeli aau menjual sebuah asse di waku yang akan daang dengan harga yang disepakai.

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN

Sekilas Pandang. Modul 1 PENDAHULUAN Modul 1 Sekilas Pandang Drs. Irlan Soelaeman, M.Ed. S PENDAHULUAN uau hari, saya dan keluarga berencana membawa mobil pergi ke Surabaya unuk mengunjungi salah seorang saudara. Sau hari sebelum keberangkaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

Bab 2 Landasan Teori

Bab 2 Landasan Teori Bab 2 Landasan Teori 2.1 Keseimbangan Lini 2.1.1 Definisi Keseimbangan Lini Penjadwalan dari pekerjaan lini produksi yang menyeimbangkan kerja yang dilakukan pada seiap sasiun kerja. Keseimbangan lini

Lebih terperinci

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR

KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Konferensi Nasional Teknik Sipil 10 Universias Ama Jaya Yogyakara, 26-27 Okober 2016 KAJIAN KELAYAKAN FINANSIAL PENGEMBANGAN ANGKUTAN WISATA DI KOTA DENPASAR Puu Ali Suhanaya 1, Dyah Ayu Lesari 1, 1 Jurusan

Lebih terperinci

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014

JIIA, VOLUME 2, No. 1, JANUARI 2014 ANALISIS KELAYAKAN USAHA AGROINDUSTRI KOPI LUWAK DI KECAMATAN BALIK BUKIT KABUPATEN LAMPUNG BARAT (The Financial Feasibiliy Analysis of Luwak Coffee Agroindusry a Balik Buki Disric of Wes Lampung Regency)

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan

1.1. Latar Belakang 1.2. Maksud, Tujuan, Manfaat dan Sasaran 1.3. Ruang Lingkup Kegiatan 1.4. Sistematika Penulisan .. Laar Belakang.2. Maksud, Tujuan, Manfaa dan Sasaran.3. Ruang Lingkup Kegiaan.4. Sisemaika Penulisan Penyusunan Incremenal Capial Oupu Raio Kabupaen Sinang 2008-203 PENDAHULUAN.. Laar Belakang Pembangunan

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK

KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA. Asrida Dosen Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas Almuslim ABSTRAK KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK KELAPA SAWIT DI KABUPATEN ACEH UTARA Asrida Dosen Program Sudi Ekonomi Pembangunan Universias Almuslim ABSTRAK Kelapa sawi merupakan salah sau primadona anaman perkebunan

Lebih terperinci

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu

Analisis kelayakan finansial perluasan tambak budidaya udang vaname di Cantigi Indramayu Jurnal Akuakulur Indonesia 9 (1), 77 83 (2010) Available : hp://journal.ipb.ac.id/index.php/jai hp://jurnalakuakulurindonesia.ipb.ac.id Analisis kelayakan finansial perluasan ambak budidaya udang vaname

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci