Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Seminar Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopember, 7 November 2009"

Transkripsi

1 Semina Nasional Statistika IX Institut Teknologi Sepuluh Nopembe, 7 Novembe 2009 PERBANDINGAN DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA ACAK DENGAN METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT Muhammad Nu Aidi (Dosen Statistika IPB) RINGKASAN (ABSTRAK) Distibusi titik secaa spasial meupakan pewujudan fenomena dalam uang. Pengetahuan tentang pola distibusi titik dalam uang akan mempemudah mencai solusi penyebab polapola titik dalam uang tesebut tewujud. Oleh kaena itu deteksi pola sebaan titik spasial cukup penting diketahui. Untuk itu dilakukan deteksi pola titik spasial dengan metode Kuadan dan Tetangga Tedekat. Pola titik spasial secaa alamiah umumnya secaa acak. Oleh kaena itu pengetahuan tentang sebaan peluang yang melandasi pola titik spasial yang diakibatkan poses acak pelu diketahui. Hasik menunjukkan bahwa Titik spasial yang menyeba secaa acak tenyata mempunyai sebaan massa peluang Poisson. Titik spasial menyeba secaa acak akan mempunyai nilai VMR mendekati satu kaena nilai ata-ata dan agamnya sama yakni sebesa. Sebaan titik spasial yang dibangkitkan dengan mengikuti sebaan peluang Poisson tetap meupakan sebaan titik yang acak dan tidak dipengauhi oleh banyaknya sekatan yang dibeikan pada metode Kuadan. Hasil yang sama ditunjukkan dengan metode Tetangga Tedekat. PENDAHULUAN Distibusi suatu fenomena dalam uang ditunjukkan dengan pola titik dalam suatu uang. Banyak kasus menunjukkan bahwa sebaan titik dalam uang disebabkan ole suatu poses tetentu. Dengan mempelajai pola titik dalam uang kita akan dapat mengetahui secaa tidak langsung sebab-sebab tiitik-titik tesebut bekonfiguasi dalam uang tesebut. Hal ini dapat dilihat pada kasus : sebaan peumahan, sebaan outlet, sebaan spesies dalam uang. Analisis pola titik beisi bebeapa teknik analisis yang menjelaskan distibusi spasial dai titik dengan memelihat apakah pola titik adalah mengelompok, pola titik acak, atau pola titik teatu (egula). Ada dua metode yang cukup bekembang untuk mengetahui pola titik dalam uang yakni Metode Kuadan dan Metode Tetangga Tedekat. Masing-masing metode tesebut mempunyai kelemahan dan keunggulan, namun apakah hasil yang ditunjukkan sama?, 1

2 Penelitian dilakukan melalui simulasi sebaan titik secaa spasial yang dilakukan secaa acak, kemudian dilakukan analisis baik dengan metode Kuadan maupun Metode Tetangga Tedekat. Apakah kedua metode ini menghasilkan keputusan yang sama (atinya tetap dinyatakan secaa acak?. Sebaan titik secaa spasial mengikuti suatu distibusi peluang tetentu. Untuk itu pelu dilakukan kajian Teoitis tentang sebaan peluang titik secaa spasial yang dilakukan secaa acak. Dalam studi ini dilakukan penjabaan matematika untuk mendapatkan fungsi sebaan peluang titik spasial acak tesebut tesebut. Pola Titik Sangat Regula Pola Titik Acak Pola Titik Sangat Mengelompok Gamba 1. Pola Titik secaa Spasial TINJAUAN PUSTAKA Metode Kuadan adalah sebuah plana (wadah) dibagi oleh gid-2 dan tebentuk sel-sel yang beukuan sama yang disebut kuadan dan jumlah titik dalam setiap sel adalah acak. Kuadan umumnya bebentuk segi empat. Hipotesis yang dikembangkan adalah lebih mengaah apakah titik-titik tedistibusi egula atau clusteed atau andom atau tidak andom. Regula point pocess adalah sejumlah besa kuadan beisi satu titik, hanya bebeapa kuadan yang kosong, dan sangat sedikit kuadan yang beisi lebih dai satu titik. Clusteed point pocess adalah sangat banyak kuadan yang kosong, sangat sedikit kuadan yang memiliki satu atau dua titik dan bebeapa kuadan mempunyai banyak titik Penengah dai dua hal diatas adalah andom point pocess. 2

3 Gamba 2 Kuadan dai Regula Sempuna, Pola Acak Titik dan Pola Titik Begeombol Sempuna Uji yang dikembangkan dengan menggunakan statistik Khi-Kuadat yakni dengan menghitung pebedaan fekuensi obsevasi pada kuadan dengan distibusi fekuensi pada fungsi peluang tetentu. Jika nilai Khi-kuadat hitung lebih kecil dai Khi-kuadat table maka diputuskan bahwa distibusi mengikuti sebaan peluang tetentu dan sebaan titik spatial secaa acak, atau egula atau kelompok (John Silk, 1979) dan (A. Roges, 1974) Analisis tetangga tedekat meupakan sutu metode dimana jaak sembaang ke tetangga tedekat dalam suatu pola acak M titik. Teknik pehitungan didasakan pada pebandinngan antaa ata-ata jaak tetangga tedekat,, hasil pehitungan dengan nilai haapan ata-ata jaak tetangga tedekat,, yang dituunkan dai asumsi bahwa pola titik dibangkitkan dai poses acak dan bebas (John Silk, 1979). METODE Ada tiga metode yang dilakukan dalam penelitian ini yakni : a) Metode Matematika untuk mencai fungsi massa peluang sebaan titik secaa acak dalam uang, yakni melalui asumsi sebuah sel meneima satu titik dalam selang waktu (t, t+dt) adalah bena-bena independen (acak) dai sejumlah titik yang telah ada dalam sel dan hal ini setaa dengan asumsi bahwa suatu titik mempunyai peluang behasil sebesa p untuk menempati suatu posisi tetentu dan peluang (1-p)=q, apabila gagal menempati posisi tetentu dalam uang dan uang yang ditempati mendekati tidak tehingga b) Membangkitkan titik-titik dalam uang (dua dimensi) secaa acak dengan menggunakan Softwae R yang mempunyai sebaan peluang tetentu, pilihan nilai paamete dalam fungsi massa peluang dilakukan secaa abite, c). Melakukan deteksi pola titik dalam uang dengan Metode Kuadan dan Metode Tetangga Tedekat seta membandingkan hasilnya. 3

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Fungsi Massa Peluang Pola Titik secaa Acak dalam Ruang Untuk mendapatkan fungsi massa peluang sebaan titik secaa acak dalam uang kita selayaknya mengasumsikan bahwa peluang sebuah sel meneima satu titik dalam selang waktu (t, t+dt) adalah bena-bena independen dai sejumlah titik yang telah ada dalam sel. Maka f(, t) = f(t) L(s; t) = f() G(s;t) Pesamaan d/dt G(s;t)= (s-1) L(s;t) menjadi d/dt G(s;t)= (s-1) f(t) G(s;t) dan solusi G(s;t) = exp [(s-1) ] Untuk sembaang titik dalam waktu G(s; ) = G(s) = exp [ (1) Dimana = Pesamaan (1) adalah fungsi pembangkit momen dai distibusi Poisson dengan paamete. Dengan demikian p(, = p()= exp(- ) =0, 1, 2,.. Untuk mengecek fungsi pembangkit momen dai distibusi Poisson G(s) = Maka G(s) = = exp( = exp ( = exp [ Dengan menggunakan hubungan yang standa exp (x) = Dengan hubungan yang telah dikenal E[] = m 1 = =G (1) Dan 4

5 Va () = m 2 = G (1)+G (1) [G (1)] 2 Maka G (s) = m 1 = G (1)= = G (s) = G (1) = Maka m 2 = G (1)+G (1)- [G (1)] 2 = + - Pendekatan kedua adalah dengan asumsi bahwa Peluang sebuah sel behasil mendapatkan sebuah titik adalah p, dan X adalah banyaknya sel yang meneima sebuah titik, maka peluang binomial adalah n P ( X ) p (1 p) n Katakan bahwa n adalah bilangan sangat besa dan mungkin tak tebatas, maka sel menjadi sangat kecil, dan umumnya hanya beisi satu titik, dan dapat ditunjukkan sebagai beikut : n P( X ) n (1 ) n n e e= dan pesamaan di atas meupakan Sebaan Massa Peluang Poisson dimana nilai dimana u=jumlah titik dan m adalah kuadan sehingga dapat diatikan keapatan titik pe satuan luas. Nilai haapan = E() adalah sebagai beikut : E( ) k 0 e e 0 e! 0 1 ( ) ( 1)!! 1 ( ) ( 1)! 2 2 E( ) e ( 1) e 0! 0! 2 2 ( ) ( 1) e 0 ( )( 1)( 2)! 2 2 ( ) e 0 ( 2)! 2 2 Ragam ( ) E( ) ( E( )) e Dai dua caa pendekatan di atas maka sebaan titik dalam spasial yang acak akan mengikuti sebaan Poisson. Bila kita menetapkan statistik VMR = agam/ata-ata, maka distibusi 5!

6 poisson atau sebaan titik spasial secaa acak mempunyai VMR =1. Apabila VMR makin menjauh dai 1 maka sebaan titik spasial akan menuju bukan acak.. 2. Membangkitkan Sebaan Titik dalam Ruang yang Mengikuti Distibusi Poisson Sudah dibuktikan di atas bahwa untuk mendapatkan sebaan titik spasial secaa acak maka kita dapat membangkitkan titik spasial dengan mengikuti sebaan massa peluang Poisson. Dengan menggunakan lambda=0.5 maka sebaan titik dalam uang yang mengikuti sebaan peluang Poisson disajikan pada Gamba 3 dan Tabel 1. Beikut : Gamba 3. Posisi Titik Hasil Simulasi dengan Sebaan Peluang Poisson Tabel 1. Posisi Titik (X, Y) Hasil Simulasi dengan Sebaan Peluang Poisson X Y X Y X Y X Y X Y 1 2,34 9, ,32 9, ,39 8, ,66 4, ,34 0,27 2 1,81 8, ,43 8, ,62 7, ,48 3, ,57 8,82 3 2,48 7, ,41 7, ,34 5, ,86 2, ,79 5,81 4 3,13 6, ,10 6, ,50 4, ,60 1, ,88 3,45 5 1,14 5, ,17 5, ,18 3, ,56 0, ,41 2,17 6 2,72 4, ,34 4, ,70 2, ,78 8, ,81 0,13 7 0,49 3, ,38 3, ,22 1, ,21 5, ,35 8,55 8 0,89 2, ,34 2, ,23 0, ,71 3, ,13 5,39 9 1,82 1, ,12 1, ,76 8, ,37 2, ,60 2, ,72 0, ,61 0, ,34 5, ,87 1, ,47 8,34 3. Pola Titik dengan Metode Kuadan. Daeah sebaan titik spasial dilakukan penyekatan. Ada bebeapa tipe penyekatan, yakni : a. Empat sekatan, b. Sembilan sekatan, c. Enam belas sekatan, d. Dua puluh lima sekatan, e. Tiga puluh enam sekatan, f Empat puluh sembilan sekatan, g. enam puluh empat sekatan, h. delapan puluh satu sekatan, i. seatus sekatan, j. seatus dua puluh satu sekatan, k. seatus empat puluh empat sekatan. Sebagai ilustasi sekatan disajikan pada Gamba 4 beikut : 6

7 Gamba 4. Sekatan Wilayah Sebaan Titik Spasial. Tabel 2. Hasil Analisis Kuadan Banyaknya Sekat mean 12,75 5,67 3,19 2,04 1,42 1,04 0,80 0,63 0,51 0,42 0,35 Va 10,25 4,00 2,03 2,79 0,99 1,04 0,61 0,59 0,47 0,35 0,40 VMR 0,80 0,71 0,64 1,37 0,70 1,00 0,76 0,93 0,93 0,82 1,12 Khi-Hitung Khi-table q Teima Ho Ho Ho Ho Ho Ho Ho Ho Ho Ho Ho Dai Tabel 2. Di atas Nampak bahwa Khi-kuadat masih lebih endah dibandingkan Khikuadat-tabel, yang beati bahwa Teima Ho yakni Sebaan Titik Spasial mengikuti sebaan peluang Poisson atau sebaan titik spasial secaa acak. Demikian pula dai nilai VMR, dapat dikatakan bahwa tidak ada kecendeungan makin mengecil atau makin membesanya nilai VMR. Nilai VMR beubah-ubah dan masih sekita nilai satu. Hal ini menandakan bahwa untuk sebaan titik spasial tetap meupakan sebaan titik yang acak dan tidak dipengauhi oleh banyaknya sekatan yang dibeikan. 4. Pola Titik Dengan Tetangga Tedekat Jaak antaa titik dalam Gamba 3 pada matiks 51 x 51 kemudian ditentukan minimum jaak anta titik, yang selanjutnya dijumlahkan sehingga didapatkan = 3,75 dan = = 0, Selanjutnya ditentukan nilai. Nilai menunjukkan keapatan titik peunit aea. Kita telah menetapkan dalam sebaan peluang Poisson dengan = 0.5, maka =0, dan nilai R= = 1,0392. Bilai R=1 maka titik spasial menyeba secaa acak, R < 1 atinya yang membeikan makna titik spasial menyeba mendekati poses pengelompokan, dan R > 1 atinya yang membeikan makna titik spasial menyeba 7

8 mendekati poses dispesi. Namun demikian pelu dilakukan uji secaa Z, dimana Z=. Dan 0, ,707107= 0, Hipotesis yang dikembangkan adalah H0 : (atinya titik menyeba secaa acak) dan H1: (atinya menyeba bukan acak). Kita telah mempunyai 0, Maka nilai hitung adalah Z=- 0,027723/0,051757= 0,5356. Nilai Z tabel dengan =10 %, maka Ztabel=1.96 yang atinya teima H0 yakni titik spasial menyeba secaa acak. KESIMPULAN 1. Titik spasial yang menyeba secaa acak tenyata mempunyai sebaan massa peluang Poisson. Hal ini secaa matematis telah dibuktikan dengan menggunakan asumsi antaa lain : peluang sebuah sel meneima satu titik dalam selang waktu (t, t+dt) adalah bena-bena independen dai sejumlah titik yang telah ada dalam sel atau dengan pendekatan sebaan binomial dengan kondisi banyaknya sel yang akan ditempati titik spasial mendekati jumlah tak tehingga. 2. Titik spasial menyeba secaa acak akan mempunyai nilai VMR mendekati satu kaena nilai ata-ata dan agamnya sama yakni sebesa 3. Sebaan titik spasial yang dibangkitkan dengan mengikuti sebaan peluang Poisson tetap meupakan sebaan titik yang acak dan tidak dipengauhi oleh banyaknya sekatan yang dibeikan pada metode Kuadan 4. Hasil pehitungan dengan menggunakan Tetangga Tedekat juga menunjukkan bahwa sebaan titik spasial meupakan sebaan titik secaa acak. DAFTAR PUSTAKA 1. A. Roges Statistical Analysis Of Spatial Dispesion. The Quadat Method. 2. Edwad H. Isaaks and R. Mohan Sivastava Applied Geostatistics. New Yok. 3. John Silk Statistical Concept in Geogaphy. LONDON 4. Muhammad Nu Aidi : Paamete dalam Fungsi Spasial (Kasus Metode Kiging) Junal Sains dan Teknologi, Vol. 6 No. 1 Tahun 2000, Hlm , (ISSN: X) 5. Muhamad Nu Aidi,Bidawi Hasyim, WikantiAsi Ningum, Nanik.S. Mayani Hastuti. : Some Polices and emote sensing applications elated to soil eosion isk assessment. Regional Wokshop on soil Eosion Risk Assessment Regional Wokshop on Soil Eosion Risk Asement, 29-31, Oktobe 2001 di Kuala Lumpu Malaysia 8

9 6. Muhammad.Nu Aidi, Wate, Land, and Ai Pollution Management : title The Relation Between Taffic Intensity and Lead Pollution in Elementay Scholl Student s Blod and Hai in Jakata Muhamad Nu Aidi : Poject Of Asem Gant Fo Envionmental Govenance And Sustainable Cities Initiatives (IBRD-TF ). Ministy Of Envionment Republic Of Indonesia Muhamad Nu Aidi : Penggunaan Regesi Untuk Analisis Spasial Muhamad Nu Aidi dan Megawati : Model Logit Untuk Analisis Spasial Pendeita Bokhitis (Kasus Dichotomous) Muhammad Nu Aidi; Inda Saufita. Pebaikan Metode Kiging Biasa (Odinay Kiging) melalui Pemecahan Matiks S menjadi Bebeapa Anak Matiks non ovelap untuk mewakili Dift pada Peubah Spasial. Junal Sains MIPA, Desemebe 2008, Vol. 14, No. 3, Hal Muhammad Nu Aidi. Mapping AREAS OF Logging along Malaysia and Indonesia s and bode Kalimantan. Naskah Ilmiah yang disampaikan pada petemuan Intenational Semina kejasama antaa Pasca Sajana dengan The Pensylvania State Univesity, USA. Bogo Januay Swastika Andi DN,dan, Muhammad Nu Aidi. Point Distibution of Women Peception about Husband Allowed Beat His Wife in Nanggoe Aceh Daussalam Naskah Ilmiah yang disampaikan pada petemuan Intenational Semina kejasama antaa Pasca Sajana dengan The Pensylvania State Univesity, USA. Bogo Januay Mohammad Rosyid Fauzi, Muhammad Nu Aidi. Analisis Efektifitas Metode Kiging Dan Inves Distance Dalam Melakukan Pendugaan Data Hilang Secaa Spasial Melalui Simulasi Intepolasi Tehadap Data Hasil Peolehan Suaa PILKADA Jawa Baat Tahun Naskah Ilmiah yang disampaikan pada petemuan Intenational Semina kejasama antaa Pasca Sajana dengan The Pensylvania State Univesity, USA. Bogo Januay Muhammad Nu Aidi. Penggunaan Rantai Makov untuk Analisis Spasial seta Modifikasinya dai Sistem Tetutup ke Sistem Tebuka (Foum Statistika dan Komputasi Vol 13 No.1 Apil ISSN halaman 23-33) 15. Muhammad Masjku, Muhammad Nu Aidi and Chichi Novianti. Odinay Kiging and Invese Distance Weighting fo Mapping Phosphous of Lowland Soil. 3th Intenational Confeence Mathematics and Statistics. Kejasama antaa Moslem Society of 9

10 Mathematics and Statistics in South East Asia & Bogo Agicultual Univesity. Bogo, 5-6 Agustus Ricado A. Olea Optimum Mapping Techniques using Regionalized Vaiable Theoy. Kansas Geological Suvey. Topik-Topik Bimbingan Skipsi yang Behubungan Naskah 1. Pendugaan Spasial pada Peubah Regional dengan Odinay Kiging. Yatmi Nuhayati (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 2. Poses Desagegasi Dalam Klimatologi. Sugeng Punomo (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 3. Pebandingan antaa Odinay Kiging dan Cokiging untuk Pendugaan Data Spasial. (Compaison Data Spatial Estimation by Using Odinay Kiging and Cokiging). Ai Wicaksono, (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 4. Stategi Pehitungan Akuasi pada Metode Odinay Kiging dengan Menggunakan Teknik Jackknife. (Jackknife Method to Measue The Accuacy in Odinay Kiging). Jaka Hadiansyah (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 5. Pendugaan dengan 2 kondisi Ketakstabilan pada Teknik Cokiging (Two Unbiased Estimation in Cokiging Technique). Nunung Nusaid, (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 6. Sistem Odinay Kiging untuk Matiks Data yang Dipatisi menjadi Empat Bagian. Wenny Rokhma S (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 7. Pebandingan Tingkat Akuasi antaa Odinay Kiging Patisi dengan Odinay Kiging non Patisi dengan Menggunakan Technik Jackknife. Inda Saufita (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 8. Pebandingan Metode Inves Distance dan Kiging dalam Pemetaan Fosfo Tanah Sawah Kabupaten Ngawi. Chichi Novianti (Anggota: Muhammad Nu Aidi) 9. Ayu Sinta Saputi. G Pengauh Peubahan Kuadan tehadap Hasil Klasifikasi, FMIPA IPB, Statistika S1 (Skipsi), tahun 2009, ketua (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 10. Dina Rakhmawati. G Pebandingan Pendugaan Data Spasial dengan Metode Odinay Kiging dengan Co-Kiging (Studi Kasus Pemantauan Kualitas Udaa Ambien Kota Bogo Tahun 2003), Tahun 2009, Ketua (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 10

11 11. Analisis Alih Fungsi Lahan dengan Menggunakan Pengindeaan Jauh dan Kesediaan Membaya di Sub Das Ciliwung Hulu Jawa Baat. (Land Use Change Analysis by Using Remote Sensing and Willingness to Pay in Ciliwung Catchment Aea, West Java). Sabi, Gaduate Student (S2). (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 12. Land Use Discimination Based on Textual Chaacteistics. Bambang Hendo Tisasongko, Gaduate Student (S2). (Pembimbing Utama : Muhammad Nu Aidi) 11

II ISBN : RINGKASAN

II ISBN : RINGKASAN BAB 1 DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA REGULER MELALUI PENELUSURAN FUNGSI MASSA PELUANG, METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT MUHAMMAD NUR AIDI* (*Dosen Statistika IPB) Disampaikan Dalam Seminar

Lebih terperinci

KONFIGURASI TITIK DALAM RUANG KAJIAN TEORETIS, SIMULASI DAN KASUS

KONFIGURASI TITIK DALAM RUANG KAJIAN TEORETIS, SIMULASI DAN KASUS KONFIGURASI TITIK DALAM RUANG KAJIAN TEORETIS, SIMULASI DAN KASUS DEPARTEMEN STATISTIKA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2013 Konfigurasi Titik dalam Ruang KATA PENGANTAR Kehidupan manusia maupun mahluk hidup

Lebih terperinci

FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK DAN FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN

FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK DAN FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN , April 2009 p : 16-21 ISSN : 0853-8115 Vol 14 No.1 FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK DAN FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN Muhammad Nur Aidi Departemen Statistika

Lebih terperinci

BAB 3 FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK SERTA FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN

BAB 3 FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK SERTA FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN BAB 3 FUNGSI MASSA PELUANG PADA POLA TITIK SPASIAL KELOMPOK SERTA FUNGSI STATISTIK VMR TERHADAP PERUBAHAN UKURAN KUADRAN MUHAMMAD NUR AIDI* Departemen Statistika IPB E-mail :nuraidi@yahoo.com Diterbitkan

Lebih terperinci

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan

BAB II METODE PENELITIAN. penelitian korelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan BAB II METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Bentuk penelitian yang dipegunakan dalam penelitian ini adalah bentuk penelitian koelasional dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan menggunakan umus

Lebih terperinci

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH?

BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? BAB XII ANALISIS JALUR (PATH ANALYSIS) APA SIH? KONSEP DASAR Path analysis meupakan salah satu alat analisis yang dikembangkan oleh Sewall Wight (Dillon and Goldstein, 1984 1 ). Wight mengembangkan metode

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskriptif. Karena 35 III. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Deskiptif. Kaena penelitian ini mengkaji tentang Pengauh Kontol Dii dan Lingkungan Keluaga Tehadap

Lebih terperinci

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole

Pengaturan Footprint Antena Ground Penetrating Radar Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Pengatuan Footpint Antena Gound Penetating Rada Dengan Menggunakan Susunan Antena Modified Dipole Ande Eka Saputa (1324243) Jalu Pilihan Teknik Telekomunikasi Sekolah Teknik Elekto dan Infomatika Institut

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN. Data Identitas Responden Fekuensi identitas esponden dalam penelitian ini tedii dai jenis kelamin dan pendidikan guu yang dapat dijelaskan sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C

ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C pepustakaan.uns.ac.id ANALISIS TAHAN HIDUP DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI WEIBULL PADA PENDERITA HEPATITIS C Budi Santoso, Respatiwulan, dan Ti Atmojo Kusmayadi Pogam Studi Matematika,

Lebih terperinci

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi.

KORELASI. menghitung korelasi antar variabel yang akan dicari hubungannya. Korelasi. kuatnya hubungan dinyatakan dalam besarnya koefisien korelasi. KORELASI Tedapat tiga macam bentuk hubungan anta vaiabel, yaitu hubungan simetis, hubungan sebab akibat (kausal) dan hubungan Inteaktif (saling mempengauhi). Untuk mencai hubungan antaa dua vaiabel atau

Lebih terperinci

Teori Dasar Medan Gravitasi

Teori Dasar Medan Gravitasi Modul Teoi Dasa Medan Gavitasi Teoi medan gavitasi didasakan pada hukum Newton tentang medan gavitasi jagat aya. Hukum medan gavitasi Newton ini menyatakan bahwa gaya taik antaa dua titik massa m dan m

Lebih terperinci

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu).

Ini merupakan tekanan suara p(p) pada sembarang titik P dalam wilayah V seperti yang. (periode kedua integran itu). 7.3. Tansmisi Suaa Melalui Celah 7.3.1. Integal Kichhoff Cukup akses yang bebeda untuk tik-tik difaksi disediakan oleh difaksi yang tepisahkan dapat dituunkan dai teoema Geen dalam analisis vekto. Hal

Lebih terperinci

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER

BAB II MEDAN LISTRIK DI SEKITAR KONDUKTOR SILINDER BAB II MDAN ISTRIK DI SKITAR KONDUKTOR SIINDR II. 1 Hukum Coulomb Chales Augustin Coulomb (1736-1806), adalah oang yang petama kali yang melakukan pecobaan tentang muatan listik statis. Dai hasil pecobaannya,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Bab ini membahas mengenai uraian dan analisis data-data yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini membahas mengenai uaian dan analisis data-data yang dipeoleh dai data pime dan sekunde penelitian. Data pime penelitian ini adalah hasil kuesione yang disebakan kepada

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan,

BAB III METODE PENELITIAN. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Kerinci Kanan, BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini encana akan dilaksanakan pada bulan Maet-Apil 2013. Sedangkan penelitian ini akan dilaksanakan di SMPN 6 Keinci Kanan, Kabupaten

Lebih terperinci

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Juli 2011

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Juli 2011 PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA Fadil Rahman Hakim 22090502 Pembimbing D. I. Achmad Mauludiyanto, MT Fakultas Teknologi Industi Institut Teknologi Sepuluh Nopembe Juli 20

Lebih terperinci

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta.

ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP. Sri Subanti Jurusan Matematika F.MIPA Universitas Sebelas Maret Surakarta. Vol. 6. No., 0 6, Apil 003, ISSN : 40-858 ESTIMASI VARIANSI PADA PENARIKAN SAMPEL DUA TAHAP UNTUK DATA TIDAK LENGKAP Si Subanti Juusan Matematika F.MIPA Univesitas Sebelas Maet Suakata. Abstact Rasio estimation

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini meupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis egesi. Analisis ini digunakan untuk mengetahui adakah pengauh antaa vaiabel bebas

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan

TINJAUAN PUSTAKA A. Perambatan Bunyi di Luar Ruangan Kebisingan yang belebihan akan sangat bepengauh tehadap indea pendengaan. Seseoang yang telalu seing beada pada kawasan dengan kebisingan yang tinggi setiap hainya dapat mengalami gangguan pendengaan sementaa

Lebih terperinci

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES

PENGARUH CONTRACTING CONTINYU SEBUAH PENDEKATAN BEHAVIORISTIK DALAM MENINGKATKAN SELF AWARNES Posiding Konfeda dan Semina Nasional BK PD ABKIN Sulawesi Selatan Optimalisasi Pean Pendidik Dalam Membangun Kaakte Bangsa Di Ea MEA 30 Makassa, 4-5 Maet 017 PENGARUH CONTRACTING CONTINU SEBUAH PENDEKATAN

Lebih terperinci

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran

IDENTITAS TRIGONOMETRI. Tujuan Pembelajaran Kuikulum 03 Kelas X matematika WAJIB IDENTITAS TRIGONOMETRI Tujuan Pembelajaan Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Memahami jenis-jenis identitas tigonometi.. Dapat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh

BAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian merupakan rencana atau metode yang akan ditempuh BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian meupakan encana atau metode yang akan ditempuh dalam penelitian, sehingga umusan masalah dan hipotesis yang akan diajukan dapat dijawab

Lebih terperinci

BAB II Tinjauan Teoritis

BAB II Tinjauan Teoritis BAB II Tinjauan Teoitis BAB II Tinjauan Teoitis 2.1 Antena Mikostip 2.1.1 Kaakteistik Dasa Antena mikostip tedii dai suatu lapisan logam yang sangat tipis ( t

Lebih terperinci

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa

BAB II METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa .1. Bentuk Penelitian BAB II METODOLOGI PENELITIAN Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif dengan analisa kuantitatif, dengan maksud untuk mencai maksud dan pengauh antaa vaiable independen

Lebih terperinci

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut:

Dan koefisien korelasi parsial antara Y, X 2 apabila X 1 dianggap tetap, dinyatakan sebagai r y 2.1 rumusnya sebagai berikut: Koelasi Pasial Koelasi Pasial beupa koelasi antaa sebuah peubah tak bebas dengan sebuah peubah bebas sementaa sejumlah peubah bebas lainnya yang ada atau diduga ada petautan dengannya, sifatnya tetentu

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti

PENGARUH MODEL PRODUK TERHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selular Merek Nokia Pada PT. Bimasakti JUNAL ILMIAH ANGGAGADING Volume 4 No., Oktobe 004 : 99 104 PENGAUH MODEL PODUK TEHADAP TINGKAT VOLUME PENJUALAN Studi Kasus Pada Telepon Selula Meek Nokia Pada PT. Bimasakti Oleh: Maju L. Tobing Dosen

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian meupakan sesuatu yang menjadi pehatian dalam suatu penelitian, objek penelitian ini menjadi sasaan dalam penelitian untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com

Contoh Proposal Skripsi Makalahmudah.blogspot.com BAB I PENDAHULUAN.. Lata Belakang Masalah Peanan pemasaan dalam kebehasilan peusahaan telah diakui di kalangan pengusaha untuk mempetahankan kebeadaanya dalam mengembangkan usaha dan mendapatkan keuntungan.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational

BAB IV ANALISIS DATA. analisis paired sample T-test yaitu Ada atau tidaknya Pengaruh Terapi Rational BAB IV ANALISIS DATA Analisis data meupakan hasil kegiatan setelah data dai seluuh esponden atau sumbe data lainnya tekumpul. Hal ini betujuan untuk mengetahui tingkat kebenaan hipotesis-hipotesis penelitian

Lebih terperinci

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA

PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE DALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA PENERAPAN ALGORITMA ELECTRE ALAM MENENTUKAN LOKASI SHETLER TRANS JOGJA Supiatin Sistem Infomasi STMIK AMIKOM Yogyakata supiatin@amikom.ac.id Abstak Tans Jogja meupakan salah satu altenatif tanspotasi massa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri

BAB III METODE PENELITIAN. adalah untuk mengetahui kontribusi motivasi dan minat bekerja di industri BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Bedasakan pemasalahan, maka penelitian ini temasuk penelitian koelasional yang besifat deskiptif, kaena tujuan utama dai penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

Fisika Dasar I (FI-321)

Fisika Dasar I (FI-321) Fisika Dasa I (FI-31) Topik hai ini (minggu ) Geak dalam Satu Dimensi (Kinematika) Keangka Acuan & Sistem Koodinat Posisi dan Pepindahan Kecepatan Pecepatan GLB dan GLBB Geak Jatuh Bebas Mekanika Bagian

Lebih terperinci

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH

1 ANGKET PERSEPSI SISWA TERH 48 Lampian ANGKET PERSEPSI SISWA TERHADAP PERANAN ORANG TUA DAN MINAT BELAJAR DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA KELAS XI IPA SMA NEGERI 8 MEDAN Nama : Kelas : A. Petunjuk Pengisian. Bacalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif.

III. METODE PENELITIAN. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dan verifikatif. III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian deskiptif dan veifikatif. Menuut Sugiyono (005: 13), penelitian deskiptif adalah jenis penelitian yang menggambakan

Lebih terperinci

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2

LISTRIK STATIS. Nm 2 /C 2. permitivitas ruang hampa atau udara 8,85 x C 2 /Nm 2 LISTIK STATIS A. Hukum Coulomb Jika tedapat dua muatan listik atau lebih, maka muatan-muatan listik tesebut akan mengalami gaya. Muatan yang sejenis akan tolak menolak sedangkan muatan yang tidak sejenis

Lebih terperinci

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1

BAB 11 GRAVITASI. FISIKA 1/ Asnal Effendi, M.T. 11.1 BAB 11 GRAVITASI Hukum gavitasi univesal yang diumuskan oleh Newton, diawali dengan bebeapa pemahaman dan pengamatan empiis yang telah dilakukan oleh ilmuwan-ilmuwan sebelumnya. Mula-mula Copenicus membeikan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN

BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN BAB IV Hasil Simulasi Dan Analisa Pengukuan BAB IV HASIL SIMULASI DAN ANALISA PENGUKURAN 4.1. Pehitungan Saluan Pencatu Saluan pencatu yang digunakan pada Tugas Akhi ini menggunakan mikostip feedline.

Lebih terperinci

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS

STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS STUDI PERANCANGAN ANTENA MIKROSTRIP DIPOLE DUAL-BAND FREKUENSI 2,3 GHz DAN 3,3 GHz UNTUK APLIKASI BROADBAND WIRELESS ACCESS Yahya Ahmadi Bata, Ali Hanafiah Rambe Konsentasi Teknik Telekomunikasi, Depatemen

Lebih terperinci

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap

Model Matematika Sistem Persediaan (Q, R) Yang Terkait Dengan Mutu Barang Dan Informasi Permintaan Lengkap Vol. 3, No., 7-79, Januai 7 Model Matematika Sistem Pesediaan (Q, R) Yang Tekait Dengan Mutu Baang Dan Infomasi Pemintaan Lengkap Agus Sukmana Abstact This pape deals with an inventoy model fo continuous

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. banyaknya komponen listrik motor yang akan diganti berdasarkan Renewing Free BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4. Pendahuluan Bedasakan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen listik moto yang akan diganti bedasakan Renewing Fee Replacement Waanty dua dimensi,

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN III.1 Pehitungan Pegeakan Robot Dai analisis geakan langkah manusia yang dibahas pada bab dua, maka dapat diambil bebeapa analisis untuk membuat ancangan geakan langkah

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif, 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif, suatu metode penelitian yang ditujukan untuk untuk menggambakan fenomenafenomena

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Pengetian Pestasi Belaja Pestasi belaja meupakan kegiatan mental yang tidak dapat disaksikan dai lua dii seseoang mahasiswa yang sedang belaja, pestasi belaja tidak dapat diketahui

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG Junal Agibisnis, Vol. 9, No. 2, Desembe 2015, [ 137-148 ] ISSN : 1979-0058 ANALISIS PENGARUH HARGA JUAL DAN SALURAN DISTRIBUSI TERHADAP VOLUME PENJUALAN AYAM POTONG DI UD. SUPPLIER DAGING AYAM KOTA TANGERANG

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY

HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY ISSN 085-05 Junal Penelitian Bidang Pendidikan Volume 0(): 6 -, 04 HUBUNGAN PENGGUNAAN SUMBER BELAJAR DAN MINAT BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENGUKURAN DASAR SURVEY Dedek Suhendo dan Kistian Juusan Pendidikan

Lebih terperinci

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA

S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA S T A T I S T I K A OLEH : WIJAYA email : zeamays_hibida@yahoo.com FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON 009 ANALISIS KORELASI 1. Koefisien Koelasi Peason Koefisien Koelasi Moment

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai Identifikasi Variabel Penelitian, Definisi Variabel Penelitian, BAB III METODE PENELITIAN Pembahasan pada bagian metode penelitian ini akan menguaikan mengenai Identifikasi Vaiabel Penelitian, Definisi Vaiabel Penelitian, Populasi, Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel,

Lebih terperinci

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang

III. TEORI DASAR. Metoda gayaberat menggunakan hukum dasar, yaitu Hukum Newton tentang 14 III. TEORI DASAR A. Hukum Newton Metoda gayabeat menggunakan hukum dasa, yaitu Hukum Newton tentang gavitasi dan teoi medan potensial. Newton menyatakan bahwa besa gaya taik menaik antaa dua buah patikel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis pengaruh BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Metode Penelitian Penelitian ini betujuan untuk mendeskipsikan dan menganalisis pengauh evaluasi dii dan pengembangan pofesi tehadap kompetensi pedadogik

Lebih terperinci

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK

HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK HAND OUT STATISTIK NON PARAMETRIK KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Oleh : Aief Sudajat, S. Ant, M.Si PRODI SOSIOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 006 KASUS (k) SAMPEL BERHUBUNGAN Pada bagian

Lebih terperinci

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK

Analisis Numerik Ragam pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Interaksi Dinamis Struktur dengan Udara ABSTRAK Volume 6, Nomo 1, Pebuai 2009 Junal APLIKASI Analisis Numeik pada Pelat Utuh dan Retak: Studi Inteaksi Dinamis Stuktu dengan Udaa Agung Budipiyanto Pogam Diploma Teknik Sipil FTSP ITS email: agungbp@ce.its.ac.id

Lebih terperinci

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak

I Wayan Teresna 1, Djoko Suhantono 1. Bali,Phone : , Fax: Abstrak Pengauh Kualitas Tingkat Peneangan Lampu (I Wayan Teesna dkk.) PENGARUH KUALITAS TINGKAT PENERANGAN LAMPU, LINGKUNGAN KERJA DAN PERALATAN TERHADAP PRODUKTIVITAS KERJA TEKNISI REPARASI ELEKTRONIK DI WILAYAH

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analitik, dengan menggunakan teknik analisis egesi dan koelasi. Metode ini digunakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan.

III. METODE PENELITIAN. ilmiah, apabila penelitian tersebut menggunakan metode atau alat yang tepat. dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. 8 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Suatu penelitian dapat behasil dengan baik dan sesuai dengan posedu ilmiah, apabila penelitian tesebut menggunakan metode atau alat yang tepat. Dengan menggunakan

Lebih terperinci

Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)Mahkota (Crown Antenna)

Perencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ultra Wide Band)Mahkota (Crown Antenna) 24 Peencanaan dan Pembuatan Antena UWB (Ulta Wide Band)Mahkota (Cown Antenna) Rudy Yuwono,ST.,MSc. Abstak -Kemajuan teknologi komunikasi menunjukkan pekembangan yang sangat pesat, khususnya komunikasi

Lebih terperinci

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA

ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA ANALISIS REGRESI DAN KORELASI BERGANDA Bentuk pesamaan egesi dengan dua vaiabel indenpenden adalah: Y = a + b X + b X Bentuk pesaman egesi dengan 3 veiabel independen adalah: Y = a + b X + b X + b 3 X

Lebih terperinci

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA

Pengembangan instrumen penilaian kemampuan berfikir kritis pada pembelajaran fisika SMA Papes semina.uad.ac.id/index.php/quantum Semina Nasional Quantum #5 (018) 477-1511 (7pp) Pengembangan instumen penilaian kemampuan befiki kitis pada pembelajaan fisika SMA Suji Adianti, dan Ishafit Pogam

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 215/216 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK

BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 1 BAB MEDAN DAN POTENSIAL LISTRIK 4.1 Hukum Coulomb Dua muatan listik yang sejenis tolak-menolak dan tidak sejenis taik menaik. Ini beati bahwa antaa dua muatan tejadi gaya listik. Bagaimanakah pengauh

Lebih terperinci

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran)

Geometri Analitik Bidang (Lingkaran) 9 Geometi nalitik idang Lingkaan) li Mahmudi Juusan Pendidikan Matematika FMIP UNY) KOMPETENSI Kompetensi ang dihaapkan dikuasai mahasiswa setelah mempelajai ab ini adalah sebagai beikut. Menjelaskan pengetian

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB LANDASAN TEORI. Outlie Outlie meupakan suatu pengamatan yang menyimpang cukup jauh dai pengamatan lainnya sehingga menimbulkan kecuigaan bahwa pengamatan tesebut beasal dai distibusi data yang bebeda

Lebih terperinci

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa

Hubungan Layanan Informasi Dengan Kreativitas Belajar Siswa Hubungan Layanan Infomasi Dengan Keativitas Belaja Siswa Si Rahayu (090154) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Vetean Semaang ABSTRAK Keativitas meupakan bakat yang secaa potensial dimiliki

Lebih terperinci

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU

ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU Posiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 ANALISIS DINAMIK ANTARA KONSUMSI DAN TABUNGAN DALAM WAKTU KONTINU 1 Lian Apianna, 2 Sudawanto, dan 3 Vea Maya Santi Juusan Matematika,

Lebih terperinci

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI

PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN IRIGASI Junal Teknik Sipil ISSN 30-053 Pogam Pascasajana Univesitas Syiah Kuala Pages pp. 4-35 PERKIRAAN WAKTU PELAKSANAAN PROYEK PENINGKATAN JARINGAN DAERAH RAWA BERDASARKAN PERKIRAAN BIAYA DAN LUAS AREAL LAYANAN

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode meupakan caa keja yang digunakan untuk memahami, mengeti, segala sesuatu yang behubungan dengan penelitian aga tujuan yang dihaapkan dapat tecapai. Sesuai

Lebih terperinci

Teorema Berbasis Aksioma Separasi dalam Ruang Topologi

Teorema Berbasis Aksioma Separasi dalam Ruang Topologi Junal Matematika Integatif ISSN 1412-6184 Volume 11 No 2, Oktobe 2015, pp 85-96 Teoema Bebasis Aksioma Sepaasi dalam Ruang Topologi Albet Ch. Soewongsono, Aiyanto, Jafauddin Juusan Matematika Fakultas

Lebih terperinci

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2016/2017 MKB3383 - Teknik Pengolahan Cita Opeasi Piksel dan Histogam Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 216/217 Outline Opeasi Piksel Histogam Cita Meningkatkan Keceahan Meegangkan Kontas Ekualisasi Histogam Outline

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB PENDAHULUAN Lata Belakang Pada zaman moden sepeti saat sekaang ini, enegi listik meupakan kebutuhan pime bagi manusia, baik masyaakat yang tinggal di pekotaan maupun masyaakat yang tinggal di pedesaan

Lebih terperinci

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis

BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD. hidup salahsatunyaadalah Regresi Proportional Hazard. Analisis 13 BAB III REGERSI COX PROPORTIONAL HAZARD 3.1 Pendahuluan Analisisegesi yang seingkali digunakan dalam menganalisis data uji hidup salahsatunyaadalah Regesi Popotional Hazad. Analisis egesiinimengasumsikanbahwaasio

Lebih terperinci

BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi

BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi BAB 4 PENGERTIAN DAN STATISTIK UKUR Muhammad Nur Aidi 4.1. Pengertian Kehidupan dan kegiatan makhluk hidup berada di setiap ruang di muka bumi. Banyak persoalan yang dapat timbul terkait ruang, salah satunya

Lebih terperinci

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK

: Dr. Budi Mulyanti, MSi. Pertemuan ke-2 CAKUPAN MATERI 1. MEDAN LISTRIK 2. INTENSITAS/ KUAT MEDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK MATA KULIAH KOD MK Dosen : FISIKA DASAR II : L-1 : D. Budi Mulyanti, MSi Petemuan ke- CAKUPAN MATRI 1. MDAN LISTRIK. INTNSITAS/ KUAT MDAN LISTRIK 3. GARIS GAYA DAN FLUKS LISTRIK SUMBR-SUMBR: 1. Fedeick

Lebih terperinci

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya

Bab 2 Gravitasi Planet dalam Sistem Tata Surya PEA KONSEP Bab Gavitasi Planet dalam Sistem ata Suya Gavitasi Gavitasi planet Hukum Gavitasi Newton Hukum Keple Menentukan massa bumi Obit satelit bumi Hukum I Keple Hukum II Keple Hukum III Keple 0 Fisika

Lebih terperinci

ANALISIS SURVIVAL UNTUK DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK

ANALISIS SURVIVAL UNTUK DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK ANALISIS SURVIVAL UNTUK DATA TERSENSOR TIPE II MENGGUNAKAN MODEL DISTRIBUSI LOG-LOGISTIK SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Univesitas Negei Yogyakata untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI

BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI BAB III EKSPEKTASI BANYAKNYA PENGGANTIAN KOMPONEN LISTRIK MOTOR BERDASARKAN FREE REPLACEMENT WARRANTY DUA DIMENSI 3. Pendahuluan Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan ekspektasi banyaknya komponen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek

BAB III METODE PENELITIAN. identifikasi variabel penelitian, definisi operasional variabel penelitian, subjek 9 BAB III METODE PEELITIA A. Identifikasi Vaiabel Penelitian Pada bagian ini akan diuaikan segala hal yang bekaitan dengan identifikasi vaiabel penelitian, definisi opeasional vaiabel penelitian, subjek

Lebih terperinci

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik

LISTRIK MAGNET. potensil listrik dan energi potensial listrik LISTRIK MGNET potensil listik dan enegi potensial listik OLEH NM : 1.Feli Mikael asablolon(101057034).salveius Jagom(10105709) 3. Vinsensius Y Sengko (101057045) PROGRM STUDI PENDIDIKN FISIK JURUSN PENDIDIKN

Lebih terperinci

*ANALISIS KORELASI* { }

*ANALISIS KORELASI* { } *ANALISIS KORELASI* Kegunaan analisis koelasi atau uji Peason Poduct Moment adalah untuk mencai hubungan vaiable bebas (X) dengan vaiable teikat (Y) dan data bebentuk inteval dan atio. Rumus yang dikemukakan

Lebih terperinci

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP

Team project 2017 Dony Pratidana S. Hum Bima Agus Setyawan S. IIP Hak cipta dan penggunaan kembali: Lisensi ini mengizinkan setiap oang untuk menggubah, mempebaiki, dan membuat ciptaan tuunan bukan untuk kepentingan komesial, selama anda mencantumkan nama penulis dan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA

PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA UTARA Semina Nasional Teknologi Infomasi dan Multimedia 0 STMIK AMIKOM Yogyakata, 6-8 Febuai 0 ISSN : 0-80 PENERAPAN METODE SIMPLE ADDITIVE WEIGHTING (SAW) DALAM MENENTUKAN PENDIRIAN LOKASI GRAMEDIA DI SUMATERA

Lebih terperinci

BAB 5 FUNDAMENTAL DISTRIBUSI PELUANG MUHAMMAD NUR AIDI

BAB 5 FUNDAMENTAL DISTRIBUSI PELUANG MUHAMMAD NUR AIDI BAB 5 FUNDAMENTAL DISTRIBUSI PELUANG MUHAMMAD NUR AIDI 5.1. Pendahuluan Untuk mendeteksi bagaimana konfigurasi titik dalam ruang apakah bersifat acak atau random, regular, ataupun cluster (kelompok); pertama-tama

Lebih terperinci

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM ANALISIS SEKTOR BASIS DAN NON BASIS DI PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM AZHAR, SYARIFAH LIES FUAIDAH DAN M. NASIR ABDUSSAMAD Juusan Sosial Ekonomi Petanian, Fakultas Petanian Univesitas Syiah Kuala -

Lebih terperinci

BAB 2 PERBANDINGAN DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA ACAK DENGAN METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT MUHAMMAD NUR AIDI*

BAB 2 PERBANDINGAN DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA ACAK DENGAN METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT MUHAMMAD NUR AIDI* BAB PERBANDINGAN DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA ACAK DENGAN METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT MUHAMMAD NUR AIDI* *Dosn Statistika IPB Disampaikan dalam Smina Nasional Statistika k 9 SNS IX

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

IV. METODE PENELITIAN. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif 50 IV. METODE PENELITIAN 4.1. Metode Dasa Metode dasa yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif analisis, yang betujuan melukiskan secaa tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala

Lebih terperinci

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET

HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI DAN GERAK PLANET HUKUM NEWTON TENTANG GAVITASI DAN GEAK PLANET Kompetensi Dasa 3. Mengevaluasi pemikian diinya tehadap keteatuan geak planet dalam tatasuya bedasakan hukum-hukum Newton Penahkah Anda mempehatikan dan memikikan

Lebih terperinci

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( )

MODEL CAMPURAN LINEAR. Bab 6 Linear Mixed Models ( ) MODEL CAMPURAN LINEAR Bab 6 Linea Mixed Models (6.1-6.5) Outline Model umum Stuktu Ragam Peagam Model Campuan untuk data longitudinal Menduga pegauh tetap untuk Ragam (V) diketahui Menduga pegauh tetap

Lebih terperinci

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity).

Hand Out Fisika 6 (lihat di Kuat Medan Listrik atau Intensitas Listrik (Electric Intensity). Hand Out Fisika 6 (lihat di http:).1. Pengetian Medan Listik. Medan Listik meupakan daeah atau uang disekita benda yang bemuatan listik dimana jika sebuah benda bemuatan lainnya diletakkan pada daeah itu

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah Deskriptif Asosiatif dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan adalah Deskiptif Asosiatif dengan pendekatan ex post facto. Metode deskiptif dapat diatikan sebagai penelitian yang

Lebih terperinci

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010

Seminar Nasional Pendidikan Biologi FKIP UNS 2010 HUBUNGAN KINERJA MENGAJAR DOSEN DAN MOTIVASI BELAJAR DENGAN PRESTASI BELAJAR PENDIDIKAN IPA DI SD PADA MAHASISWA PROGRAM D PGSD KAMPUS VI KEBUMEN FKIP UNS TAHUN AKADEMIK 009 / 00 Wasiti Dosen PGSD FKIP

Lebih terperinci

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR

PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR PENGGUNAAN SENSOR DHT11 SEBAGAI INDIKATOR SUHU DAN KELEMBABAN PADA BABY INCUBATOR Lenty Mawani, Nico Demus Rive Fiman Hutabaat Juusan Teknik Elektomedik, Univesitas Sai mutiaa Indonesia Fakultas Sain Teknologi

Lebih terperinci

Analisis Performansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Water Heater

Analisis Performansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Water Heater Junal Ilmia Teknik Mesin Vol. 4 No.. Apil 00 (57-6) Analisis Pefomansi Sistem Pendingin Ruangan Dikombinasikan dengan Wate Heate I Gusti Agung Pamaakayuda a), Ida Bagus Adinugaa b) Henda Wijaksana b),

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016

SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 016 PM -7 Hubungan Fasilitas, Kemandiian, dan Kecemasan Belaja tehadap Pestasi Belaja Matematika pada Siswa Kelas VIII SMP di Kecamatan Puing Tahun

Lebih terperinci

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11

GRAFITASI. F = G m m 1 2. F = Gaya grafitasi, satuan : NEWTON. G = Konstanta grafitasi, besarnya : G = 6,67 x 10-11 GRAFITASI Si Isaac Newton yang tekenal dengan hukum-hukum Newton I, II dan III, juga tekenal dengan hukum Gafitasi Umum. Didasakan pada patikel-patikel bemassa senantiasa mengadakan gaya taik menaik sepanjang

Lebih terperinci

Data dan Metode Pengolahan Data

Data dan Metode Pengolahan Data Bab III Data dan Metode Pengolahan Data III. Data a) Tansvol ARLINDO di selat Makassa yang meupakan hasil simulasi model baotopik untuk tahun El Niño (97/73, 98/83, dan 997/98), tahun La Niña (973/74 dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif,

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kuantitatif, 44 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskiptif kuantitatif, sepeti yang dikemukakan oleh Ali (1985: 84), Metode deskiptif digunakan

Lebih terperinci

Gambar 4.3. Gambar 44

Gambar 4.3. Gambar 44 1 BAB HUKUM NEWTON TENTANG GERAK Pada bab kita telah membahas sifat-sifat geak yang behubungan dengan kecepatan dan peceaptan benda. Pembahasan pada Bab tesesbut menjawab petanyaan Bagaimana sebuah benda

Lebih terperinci

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton

FISIKA. Kelas X HUKUM NEWTON TENTANG GRAVITASI K-13. A. Hukum Gravitasi Newton K- Kelas X ISIKA HUKUM NEWON ENANG GAVIASI UJUAN PEMELAJAAN Setelah mempelajai matei ini, kamu dihaapkan memiliki kemampuan beikut.. Menjelaskan hukum gavitasi Newton.. Memahami konsep gaya gavitasi dan

Lebih terperinci

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA

MODIFIKASI DISTRIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETRI BOLA p-issn: 2337-5973 e-issn: 2442-4838 MODIFIKASI DISTIBUSI MASSA PADA SUATU OBJEK SIMETI BOLA Yuant Tiandho Juusan Fisika, Univesitas Bangka Belitung Email: yuanttiandho@gmail.com Abstak Umumnya, untuk menggambakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA REGULER MELALUI PENELUSURAN FUNGSI MASSA PELUANG, METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT

DAFTAR ISI DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA REGULER MELALUI PENELUSURAN FUNGSI MASSA PELUANG, METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT DAFTAR ISI BAB 1. DETEKSI POLA SEBARAN TITIK SPASIAL SECARA REGULER MELALUI PENELUSURAN FUNGSI MASSA PELUANG, METODE KUADRAN DAN TETANGGA TERDEKAT 1-1 Disampaikan dalam Seminar Nasional Sain II di IPB-Bogor

Lebih terperinci

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan

Kata. Kunci. E ureka. A Gerak Melingkar Beraturan Kata Kunci Geak melingka GM (Geak Melingka eatuan) GM (Geak Melingka eubah eatuan) Hubungan oda-oda Pada bab sebelumnya, kita sudah mempelajai geak luus. Di bab ini, kita akan mempelajai geak dengan lintasan

Lebih terperinci