ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PEMBUBUTAN BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KERAMIK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PEMBUBUTAN BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KERAMIK"

Transkripsi

1 ANALISA PERHITUNGAN BIAYA PEMBUBUTAN BAJA AISI 4340 MENGGUNAKAN PAHAT KERAMIK Sobron Yamin Lubi, Roehan, Denny Handoko, Wahyudi Komala Juruan Teknik Mein Fakula Teknik Univeria Tarumanagara ABSTRACT Calculaing he machining co i he mo imporan facor in making he produc. Machining co for each machine ool are ofen eimaed from he oal co of he facory in accordance wih convenional mehod ued for managemen indury. Toal income and expene of he facory co can be obained, bu he operaing au of differen machine ool. I can be aed ha he co of machining i accurae for each par can no be eimaed in pracice. Therefore, reearch hould be carried ou on he calculaion co of urning AISI 4340 eel uing ceramic cuing ool o deermine he machining co of meal cuing producion. Thi udy, ceramic cuing ool in varying he rake Angle, i aim o deermine he magniude and power and cuing force aociaed wih machining ime and ool life. The daa are hen ubiued ino he equaion of machining co per piece. Five variaion of he cuing ool angle (rake angle) i ued o analyze he influence of rake angle on he machining proce. Thi reearch carried ou by experimen uing a CNC lahe urning. In he machining proce uing a meal rake angle variaion influence he machining lengh ha occur, which produce a poiive rake angle boundary value ool wear (VB) i e longer han he oher rake angle. Machining ime and cuing lengh provide ignifican impac on he machining co per piece. On he rake angle 3 o and 6 o, ool wear of cuing ool value achieved in he 26 minue, he lengh of cu obained i 2600 mm and machining co i Rp /piece. Keyword: Alloy eel, he machining co, cnc lahe, ceramic cuing ool, carbide cuing oo. ABSTRAK Perhiungan biaya pemeinan merupakan fakor paling pening dalam pembuaan produk. Biaya pemeinan unuk eiap peralaan mein ering diperkirakan dari oal biaya pabrik euai dengan meode konvenional yang digunakan unuk manajemen induri. Toal pendapaan dan pengeluaran pabrik dapa diperoleh, namun au operai peralaan mein berbeda. Hal ini dapa dikaakan bahwa biaya pemeinan yang akura unuk eiap bagian idak dapa diperkirakan ecara nyaa. Oleh karena iu kajian perhiungan biaya pembubuan Baja AISI 4340 dengan menggunakan maa paha keramik perlu dilakukan unuk mengeahui biaya permeinan yang diperlukan dalam uau produki pemoongan logam.pada peneliian ini maa paha keramik di variaikan erhadap rake angle,hal ini berujuan unuk mengeahui bearan gaya dan daya poong era dihubungkan dengan umur paha dan waku pemeinan. Daa-daa erebu kemudian diubiuikan kedalam peramaan biaya permeinan perkomponen. Lima variai udu poong maa paha (rake angle) digunakan unuk menganalia pengaruhnya erhadap proe permeinan. Pada proe permeinan logam menggunakan variai rake angle memberi pengaruh erhadap panjang permeinan yang erjadi, dimana rake angle poiif menghailkan baa nilai keauan maa paha (V B ) yang dieapkan lebih lama dibandingkan dengan rake angle lainnya. Waku permeinan dan panjang pemoongan memberi pengaruh yang berari erhadap perhiungan biaya permeinan perkomponen. Pada rake angle +3 o dan + 6 o, nilai keauan maa paha dicapai pada waku 26 meni, panjang pemoongan yang dihailkan adalah ebear 2600 mm dan biaya pemeinan ebear Rp /komponen. Kaa kunci: Alloy eel, biaya pemeinan, mein bubu cnc, maa paha keramik, maa paha karbida PENDAHULUAN Logam yang dihailkan dari proe pengecoran memerlukan proe lanju unuk membenuk profil permukaanya agar euai dengan yang dirancang. Proe pembenukan logam dengan menghilangkan ebagian logam pada bagian permukaan dapa dilakukan dengan menggunakan mein-mein perkaka. Proe erebu dikenal dengan proe pemeinan. Proe pemeinan merupakan 155

2 proe pembenukan logam yang paling umum digunakan dalam indury manufakur. Proe pemeinan logam dapa dikaagorikan kepada dua kelompok yaiu proe pemeinan konvenional dan non konvenional. Pada proe pemeinan konvenional pembenukan logam dilakukan menggunakan mein perkaka yang menghailkan erpihan ia dari pemoongan erebu, edangkan non konvenional proe pemeinan yang idak menghailkan erpihan, Perkembangan maerial logam dewaa ini maju dengan pea, eruama peningkaan pada kekeraan dan kekuaannya eperi maerial baja AISI Baja yang dikerakan anga lua digunakan didalam indury oomoive eperi digunakan unuk roda gigi, bearing pembuaan ool dan die [1]. Unuk melakukan pemoongan erhadap maerial erebu memerlukan perkaka yang angguh agar mampu melakukan pemoongan logam erebu. Proe pemeinan logam idak dapa dipiahkan erhadap penggunaan maa paha poong. Sifa-ifa maa paha poong memberi peifikai erendiri erhadap parameer pemoongan yang akan digunakan. Perimbangan yang umum dilakukan dalam pemilihan maa paha adalah berganung kepada jeni benda kerja yang hendak dipoong dan proe pemoongan yang akan digunakan. Dalam peneliian ini, maa paha yang digunakan adalah jeni keramik. Maa paha keramik memiliki kemampuan yang lebih baik didalam pemeinan kecepaan inggi dan pemeinan logam kera yang memiliki kekeraan yang inggi dibandingkan dengan maa paha HSS dan karbida. Keramik anga kera, ahan erhadap abraive dan memiliki keabilan kimia [3]. Menuru Ali Riza dalam peneliiannya menyaakan bahwa feed rae adalah efekif erhadap penurunan umur paha dengan meningkanya kecepaan poong di dalam emua kondii pemoongan, eapi umur paha yang panjang dapa dicapai dengan menggunakan maa paha CBN/Tin [2]. Maa paha memiliki geomeri yang berbeda euai dengan benuk dan kondii pemoongan yang akan dilakukan. Poii geomeri maa paha (rake angle) dapa diliha pada gambar beriku. Gambar 1. Geomeri Maa Paha [5] 156

3 Dalam proe produki, perhiungan biaya pemeinan merupakan uau yang pening. Perhiungan biaya pemeinan melibakan beberapa variable yang erkai dengan proe pemeinan, Peralaan yang digunakan, energy lirik, biaya enaga kerja, era waku produkif dan non produkif pada proe permeinan. Perubahan yang erjadi elama proe pemeinan memberi dampak erhadap perubahan kondii pemeinan yang berlangung dan enunya akan memberi efek erhadap perhiungan biaya pemeinan. Secara umum di dalam indury modern, manufacur yang baik adalah pengeluaran biaya produki yang rendah dengan kualia produk yang baik dan waku produki yang ingka. Unuk mencapai objekif erebu dapa di lakukan dengan iem manufakur yang oomai dan flekible, beberapa workhop yang kecil dan bear elah menggunakan yem erebu [6]. Adanya andard perhiungan biaya dalam pembuaan produk dapa membanu para Manajer unuk menenukan biaya produki. Perhiungan biaya pemeinan dapa dilakukan dengan menggunakan uau peramaan yang diampaikan oleh Knigh [7]. Jumlah biaya (C ) proe pemeinan logam perkomponen dapa dienukan dengan menjumlahkan biayabiaya yang diperlukan keika proe pemeinan erebu ebagaimana diampaikan di dalam peramaan beriku [7] : 8 C =... (1) C i i= 1 Perincian enang unur-unur biaya dierangkan di bawah ini. Biaya gaji pekerja, C 1 = c 1 (T m + Σ n )...(2) c 1 : Gaji pekerja, Rp/min T m : Waku proe pemeinan, min. Σ n : Jumlah waku kerja non produkif, min Biaya maa paha, T m C 2 = c 1 N = c 1 (3) Tl Keerangan : C 2 : Biaya maa paha, Rp : Waku yang diperlukan unuk pengganian maa paha, min. N : Jumlah perganian maa paha ewaku proe pemeinan T l : Umur maa paha, min Biaya pengaahan paha, T m C 3 = c 2 a N = c 2 a (4) Tl C 3 : Ongko pengaahan maa paha, Rp c 2 : Gaji pekerja unuk pengaahan maa paha, Rp /min a : Waku unuk memoong dan mengaah maa paha, min. Pengurangan nilai maa paha, C Tm C C 4 = N =.. (5) N Tl N C 4 : Penyuuan nilai maa paha N : Jumlah pengaahan maa paha : Nilai maa paha, Rp C Biaya penyuuan nilai mein perkaka, C 5 Cmu ( Tm + n) =.. (6) F C 5 : Biaya penyuuan harga mein perkaka C mu : Harga mein perkaka diambah dengan biaya perawaan M : Umur mein perkaka, min = Y W Z Sd h 60, meni. (7) Y : Umur mein perkaka produkif, Tahun W : Jumlah minggu kerja dalam au ahun Z : Jumlah hari kerja dalam au minggu : Jumlah hif dalam au hari S d 157

4 h : Jumlah jam kerja dalam au hif. Biaya penyuuan nilai mein gerinda, C C 6 = ma Cma = a N. (8) a Fa Fa Tl C 6 : Penyuuan nilai mein gerinda. C ma : Harga mein gerinda dan perawaan, Rp F a : Umur mein gerinda dan maa gerinda Biaya lirik mein perkaka, C 7 = T m.. (9) P 60 c 3 C 7 : Energi lirik yang digunakan mein perkaka. C 3 : Biaya energi lirik yang digunakan, Rp/kWh P : Energi lirik yang digunakan pada proe pemeinan F V = c 4 6 x10 η (kw)... (10) F : Uni angenial dari gaya poong, N V c : Kecepaan pemoongan, m/min η : Effiieni mein perkaka Biaya energi liik mein gerinda, C 8 = a a Pa N c3 Pa c T = (11) l C 8 : Biaya energi lirik yang digunakan mein gerinda. P a : Energi lirik yang digunakan mein gerinda, kw Maka jumlah biaya pemeinan perkomponen diperoleh dengan memaukkan unur-unur diaa Tm C Cmu C ( ) = c1 Tm + n + c1 c2 a ( Tm + n )+ Tl Tl N Tl F Cma a + a P c3 Pa c3 F + a T + l T l..(12) Apabila maa paha yang digunakan adalah jeni iner maka nilai, C 3 = C 6 = C 8 = 0. Maka peramaan (12) diringkakan menjadi: Tm C Cmu Tm C c1 ( T ) c1 ( T ) P 3 T N T F 60 c = m + n m + n + l l.(13) Sehingga peramaan erebu menjadi: Cmu C P c3tm C C T m c1 c1 c1 + F Tl N 60 F mu = n..(14) [7]. Unuk eiap jeni benda kerja yang dibubu memerlukan uau kombinai parameer pemoongan yang euai agar produk yang dihailkan memiliki kwalia yang baik dan waku produki yang relaive ingka dan enunya biaya yang relaive rendah. Berdaarkan hal erebu, maka peneliian ini dilakukan yang berujuan unuk menghiung biaya pembubuan logam baja AISI 4340 yang di poong menggunakan maa paha keramik. METODE PENELITIAN 1. Bahan Unuk melakanakan peneliian khuunya enang Analia Perhiungan Biaya Pembubuan Baja AISI 4340 Menggunakan Paha Keramik dilakukan dengan meode ekperimen. Benda kerja yang digunakan Baja AISI 4340 round bar diameer 55 mm dan panjang 145 mm. Adapun benda kerja erebu diunjukkan pada Gambar

5 Gambar 2. Benda Kerja AISI 4340 Bahan baja AISI 4340 memiliki unur dan kompoii kimia ebagai beriku: Unur kimia Perenae (%) C 0,355 Si 0,179 Mn 0,654 P 0,007 S 0,0117 Cr 1,589 Ni 1,615 Mo 0,253 Al 0,024 Cu 0,174 (a) Paha Karbida Sifa-ifa yang dimiliki bahan benda kerja erebu anara lain: Kekeraan 318 BHN Tenile 1082 N/mm 2 Srengh Yield Srengh 986 N/mm 2 Elongaion 16,0 % Fleducion of 60 N/mm 2 area 1.1 Maa Paha Dalam peneliian ini dua jeni maa paha digunakan yaiu bahan maa paha keramik dan karbida. Penggunaan bahan maa paha karbida adalah unuk memoong logam-logam kera yang idak mampu dipoong oleh paha HSS, edangkan paha keramik memiliki ifa yang ahan erhadap uhu inggi dan memiliki kekeraan yang inggi ehingga mampu melakukan pemoongan logam kera anpa menggunakan cairan pendingin. Type maa paha keramik yang digunakan berdaarkan andar ISO yaiu TNGA T IN 22 dan maa paha karbida TNMG PP. Geomeri dari kedua jeni maa paha erebu diampaikan pada gambar beriku: (b) Paha Keramik Gambar 3. Maa Paha Bubu 1.2 Tool Holder Maa paha yang digunakan berbenuk iner (iipan) ehingga unuk melakukan pemoongan, maka maa paha erebu diikakan pada pemegang maa paha (ool holder). Pemilihan pemegang maa paha haru euai dengan geomeri maa paha yang digunakan. Pemegang maa paha yang digunakan adalah ype PTGNR 2020 K16 ebagaimana diunjukkan pada gambar beriku: 159

6 2. Peralaan 2.1 Mein Bubu Gambar 4. Tool Holder bubu CNC dengan peifikai ebagai beriku: Mazak Type Quick Turn 8N Buaan : Jepang Swing makimum : 300 mm Jarak anar cener : 290 mm Puaran pindle makimum : 5000 r/min Daya moor : 7,5 kw (pada puaran 750 r/min 5000 r/min) Tori makimum (T) : 9,0 kgf.m (pada puaran 60 r/min -750 r/min) Konrol : Mazarol Plu Pengujian kemampuan pemoongan maa paha dilakukan menggunakan mein Adapun mein bubu CNC erebu diunjukan pada Gambar 5: Gambar 5. Mein Bubu CNC 2.2 Surface Te Pengukuran kekaaran permukaan benda kerja dilakukan dengan menggunakan ala ukur kekaaran permukaan urface e Miuoyo. Ala ukur erebu diunjukkan pada Gambar

7 Gambar 6. Ala Ukur Kekaaran Permukaan (urface e) 3. Proedur Percobaan Benda kerja baja AISI 4340 round bar yang elah dipoong dengan panjang 145 mm dan diameer 55 mm kemudian di leakkan pada pencekam mein bubu CNC. Maa paha keramik iipan (iner) yang digunakan dilekakan pada pemegang maa paha (ool holder). Kemudian ool holder dipaangkan pada adle mein bubu. Selanjunya menenukan parameer pemoongan yang digunakan, parameer pemoongan dienukan berdaarkan jeni paha, benda kerja dan mein yang digunakan, hal erebu dapa dikeahui melalui abel yang erera pada kaaloq maa paha yang digunakan. Kombinai parameer pemoongan erebu yaiu: Kecepaan pemoongan : 250 m/min Kedalaman poong : 0,50 mm Hanaran pemoongan : 0.05 mm/pu. Waku permeinan dienukan berdaarkan baa kemampuan maa paha melakukan pemoongan ehingga maa paha mengalami keauan. Pada langkah awal maa paha digeerkan mendekai permukaan benda kerja dan elanjunya pindel diakifkan (berpuar). Kemudian proe pembubuan dijalankan dengan menggerakkan maa paha menyenuh permukaan benda kerja epanjang 120 mm. Pemeinan dijalankan ehingga dua meni perama, Selanjunya pemeinan dihenikan dan udu maa paha yang berineraki dengan benda kerja difoo unuk meliha menganalia keauan yang erjadi pada permukaan maa paha. Waku dan panjang pemoongan dicaa. Nilai keauan maa paha dienukan berdaarkan krieria keauan maa paha makimum yaiu 0,3 mm unuk nilai keauan ii (V B ) [2]. Dalam ekperimen ini apabila pada pengukuran maa paha nilai keauan berada dibawah limi erebu, maka maa paha dipaangkan kembali pada pemegang maa paha unuk digunakan pada permeinan berikunya. Benda kerja diuji kekaaran permukaannya. Apabila nilai keauan maa paha elah mencapai krieria nilai keauan paha yang elah dieapkan, berari maa paha idak dapa digunakan lagi unuk pemoongan berikunya, dan proe pemeinan haru dihenikan, unuk proe pemoongan berikunya dilakukan dengan menggunakan maa paha yang baru. Daa yang diperoleh dari hail pengukuran erebu kemudian dimaukkan kedalam abel dan diubiuikan kedalam peramaan biaya pemeinan unuk 161

8 menghiung dan menganalia biaya pemeinan perkomponen. Secara umum meode peneliian yang dilakukan diampaikan dalam gambar 7 Mulai Perencanaan Sudy Puaka Survey: -Speifikai mein perkaka. -waku non produkif Deain ekperimen Pemilihan paramaer pemoongan Se-Up peralaan Periapan percobaan Proe ekperimen Nilai V B =0.3 Pengukuran kekaaran permukaan Pengolahan daa Subiui daa kedalam peramaan Analia Daa Keimpulan dan aran Seleai Gambar 7. Diagram Alir Peneliian 162

9 HASIL DAN PEMBAHASAN Gambar 8. Grafik Hubungan Anara Waku Pemeinan Terhadap Keauan Paha Dari gambar 8 dapa dikeahui bahwa peningkaan waku pemeinan memberi efek erhadap peningkaan nilai keauan, hal ini erjadi oleh karena bidang konak maa paha dan benda kerja mengalami geekan ecara koninu. Seiring dengan perubahan diameer benda kerja yang makin kecil maka kecepaan poong menjadi meningka, dan enunya geekan menjadi lebih inggi ehingga pana yang dihailkan juga meningka. Peningkaan pana pada bidang konak maa paha memberi efek erhadap udu poong maa paha, ecara berahap erjadi keauan pada bidang epi maa paha erebu. Krieria keauan maa paha dieapkan ebear 0.3 mm, dari grafik 8 dapa dikeahui nilai keauan V B ebear 0,3 mm diperoleh pada rake angle 0 o,-3 o,- 6 o dan waku pemeinan anara meni, edangkan pada rake angle paha +3 o, +6 o nilai keauan diperoleh pada waku pemeinan 26 meni. Dalam hal ini rake angle (+) menghailkan waku pemeinan yang lebih panjang. Kemudian hubungan anara waku pemeinan dan nilai kekaaran permukaan benda kerja dapa diliha pada gambar 9. Gambar 9. Grafik Hubungan Anara Waku Pemeinan Terhadap Nilai Kekaaran Permukaan Berdaarkan Gambar 9 dikeahui bahwa nilai kekaaran permukaan pada umumnya mengalami kenaikan eiring dengan kenaikan waku pemeinan, Hal ini erkai dengan fakor peningkaan geekan yang erjadi pada maa paha yang emakin 163

10 lama emakin inggi ehingga menyebabkan erjadinya keauan pada maa paha erebu. Maa paha yang memiliki rake angle 0, -3,-6, +3 pada proe pemeinan erebu nilai kekaaran yang dihailkan mengalami kenaikan. Namun pada rake angle + 6 nilai kekaaran permukaan benda kerja mengalami penurunan. Hal ini erjadi oleh karena maa paha belum mengalami keauan ehingga maih memiliki udu keajaman yang baik unuk melakukan pemoongan benda kerja. Gorean yang dihailkan lebih halu dibandingkan menggunakan rake angle lainnya. Perhiungan Biaya Pemeinan Berdaarkan beberapa daa yang diperoleh dari proe pemeinan, dan kemudian daa erebu di ubiuikan kedalam peramaan perhiungan biaya pemeinan, maka biaya perkomponen yang dihiung dengan peramaan erebu diampaikan pada able dibawah ini. Jeni maa paha: keramik Rake angle : +6 o No Tabel.1 Hail Perhiungan Biaya Pemeinan Perkomponen. L (mm) D m, (mm) T m (min) Biaya perkomponen (Rp) L adalah panjang pemoongan, D m : diameer benda kerja, T m : waku pemeinan, Dari hail perhiungan yang dilakukan dapa dikeahui bahwa erdapa korelai dianara peningkaan waku permeinan erhadap penambahan biaya pemeinan pada proe pemoongan baja. Semakin lama waku pemeinan yang d igunakan maka biaya pemeinan akan emakin berambah. Pada proe pemeinan keika maa paha mulai melakukan pemoongan, maka memerlukan gaya poong dan daya pemoongan, Semakin inggi kekeraan benda kerja yang digunakan, enunya maa paha memerlukan gaya yang lebih unuk memoong logam erebu. Sehingga memerlukan energy (power) yang euai dengan kebuuhan erebu. Peningkaan gaya poong diiringi dengan peningkaan konumi energy yang digunakan enunya akan mempengaruhi erhadap biaya energy lirik yang digunakan. Pada proe pembubuan menggunakan mein bubu CNC apabila diameer benda kerja emakin kecil, maka moor (pindle) akan berpuar emakin inggi, hal erebu berdampak kepada peningkaan penggunaan aru lirik diamping iu peningkaan erebu pada proe pemoongan akan menimbulkan geekan yang inggi dan enunya akan menghailkan pana yang inggi, ecara perlahan akan mengakibakan udu bidang konak maa paha akan menjadi au dan akhirnya ruak, unuk iu perlu dilakukan perganian maa paha, perganian maa paha ini berdampak kepada peningkaan waku non produkif dan biaya maa paha. Karena jika maa paha makin ering bergani akan berdampak kepada waku dan biaya pemeinan.oleh karena iu diperlukan udu maa paha yang baik agar keajaman maa paha eap erjaga ehingga gaya dan daya pemoongan idak mengalami kenaikan yang anga drai. Pada peneliian ini udu paha yang dilakukan perubahan adalah pada rake angle. Variai rake angle yang 164

11 digunakan yaiu -3 o,-6 o,0 o, +3 o,+6 o. Dari pengujian dan perhiungan yang dilalukan dikeahui bahwa pada rake angle (0 o ) kecepaan pemoongan 250 m/min dengan kedalaman pemoongan 0.5 mm, kecepaan pemakanan mengalami kenaikan eiring dengan erjadinya pengurangan diameer benda kerja. Pada waku pemeinan mencapai 16 meni maa paha erebu mencapai nilai keauan (V B ). Kemudian permukaan benda kerja pada proe pemoongan ini diukur dan nilai kekaaran permukaan benda kerja yang dihailkan adalah ebear 2,66 μm. Pada rake angle (-3 o ), ecara berahap kecepaan pemakanan dinaikan, hal ini berujuan unuk memperingka waku pemoongan. Dari pengujian yang dilakukan dikeahui bahwaanya nilai keauan maa paha erjadi pada pemeinan elah berjalan elama 18 meni, pada pemeinan ini, nilai kekaaran permukaan benda kerja lebih rendah dibandingkan menggunakan rake angle ebelumnya. Pada rake angle (+3 o ) kecepaan pemoongan dan kedalaman pemoongan ama dengan rake angle ebelumnya, maa paha mampu melakukan pemoongan ehingga mencapai waku 26 meni, ini menunjukan bahwa maa paha mampu menerima daya poong yang bear keika melakukan pemoongan baja kera erebu. Nilai kekaaran permukaan yang erkecil ebear 1,34 μm erjadi pada kondii waku pemeinan 22 meni dan nilai keauan maa paha adalah 0,27 mm. Pada aa ini maa paha belum mencapai nilai keauan yang elah dieapkan. Pada perhiungan biaya pemeinan perkomponen ebahagian daa percobaan pemeinan yang diperoleh kemudian diubiuikan kedalam uau peramaan perhiungan biaya pemeinan. Pada proe pemeinan menggunakan maa paha keramik dengan rake angle 0 o, -3 o, mampu melakukan pemoongan benda kerja pada kecepaan pemoongan 250 m/min, kedalaman pemoongan ebear 0.5 mm, Maa paha melakukan pemoongan hingga mencapai waku 18 meni dan panjang pemoongan yang dihailkan yaiu 1800 mm, adapun biaya pemeinan adalah ebear Rp /komponen. Pada rake angle -6 o diperoleh bahwa maa paha hanya mampu melakukan pemoongan ehingga 12 meni dan panjang pemoongan adalah ebear 1180 mm, dan biaya pemeian diperoleh ebear Rp 10129/komponen. Pada rake angle +3 o dan + 6 o Maa paha mampu melakukan pemoongan benda kerja ehingga mencapai 26 meni dan panjang pemoongan yang dihailkan adalah ebear 2600 mm dan biaya pemeinan yang diperoleh ebear Rp 21534/komponen. Dari peneliian ini dikeahui bahwaanya fakor rake angle maa paha memberi pengaruh erhadap panjang pemoongan dan waku permeinan yang dilakukan, ecara langung, waku permeinan memberi pengaruh erhadap perubahan biaya permeinan. Perbedaan rake angle memberi pengaruh erhadap nilai keauan yang erjadi pada bidang konak anara maa paha dan benda kerja. Rake angle poiif memiliki waku pemoongan yang lebih inggi dibandingkan dengan jeni rake angle negaive unuk kedua jeni maa paha yaiu keramik dan karbida. Perbedaan biaya pemeinan perkomponen anara maa paha dan karbida erleak pada nilai awal maa paha yang digunakan. Proe pemoongan dengan menggunakan maa paha karbida dikeahui biaya pemeinan lebih rendah dibandingkan menggunakan maa paha keramik. KESIMPULAN Dari hail pengujian dan perhiungan biaya permeinan era analia yang dilakukan maka dapa dibua keimpulan: 1. Peningkaan waku pemeinan memberi efek erhadap perubahan nilai keauan maa paha, keauan maa 165

12 paha erjadi lebih awal pada rake angle negaive 2. Kekaaran permukaan benda kerja meningka eiring dengan peningkaan waku pemeinan. 3. Pada proe pemeinan logam menggunakan variai rake angle memberi pengaruh erhadap panjang pemeinan yang erjadi, oleh kerana rake angle poiif menghailkan baa nilai keauan maa paha (V B ) yang dieapkan lebih lama dibandingkan dengan rake angle lainnya. 4. Waku pemeinan dan panjang pemoongan memberi pengaruh yang berari erhadap perhiungan biaya pemeinan perkomponen. 5. Pada rake angle +3 o dan + 6 o, nilai keauan maa paha dicapai pada waku 26 meni, panjang pemoongan yang dihailkan adalah ebear 2600 mm dan biaya pemeinan ebear Rp 21534/komponen. UCAPAN TERIMA KASIH Penelii pada keempaan ini mengucapkan erima kaih kepada Lembaga Peneliian dan Publikai Ilmiah Univeria Tarumanagara yang elah membiayai peneliian ini unuk emeer genap ahun akademik 2012/2013 [3] Aruna.M,. Dhanalakmi.V., Mohan.S. Wear Analyi of Ceramic Ceramic Cuing Tool in Finih Turning of Inconel 718. Inernaional Jurnal of Engineering Science and Technology. Vol. 2, 2010 (9). [4] Bohrooyd, G., Fundamenal of Meal Machining and Machine Tool. Mc.Graw Hill Company. Singapore [5] Edward Tren & Paul Wrigh, Meal Cuing, Fourh Ediion. Buerworh- Heineman 225 Wildwood Avenue Woburn, MA USA [6] Fuide.B.,Bonabba.S.,Fuide.M.,Aov c ci.h., Yallae. M.S., Cuing Tool Flank Wear and Produciviy Inveigaion in Sraigh Turning of X38CrMoV5-1 (50 HRc). Inernaional Journal of Applied Engineering and Technology. Vol. 2. Januari-March [7] Knigh, J. e al., Improved Model o Deermine Tool Life and Opimum Cuing Speed for Minimum Machining Co. Advanced in Manufacuring Technology IX. Proceeding of he Elevenh Naional Conference on Manufacuring Reearch. Leiceer, Sepember 1995: De Monfor Univeriy. DAFTAR PUSTAKA [1] Arbizu, I.P & Perez C.J.L., Jornal Maerial Proce Technology. 2003, PP [2] Ali Riza Moorcu, Tool Life Performance, Wear Mechanime and Surface Roughne Characeriic When Turning Auenied and Quenched AISI 5210 Bearing Seel Wih Ceramic and CNN/TiC Cuing Tool. Journal of Engineering & Maerial Science. Vol.8 April PP

Bab III. Menggunakan Jaringan

Bab III. Menggunakan Jaringan Bab III Pembuaan Jadwal Pelajaran Sekolah dengan Menggunakan Jaringan Pada bab ini akan dipaparkan cara memodelkan uau jaringan, ehingga dapa merepreenaikan uau jadwal pelajaran di ekolah. Tahap perama

Lebih terperinci

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Vol I. No., Mare 07, hlm. 69-74 PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DAN SNOWBALL THROWING Ririn Sundari, Sri Rahmah Dewi Saragih Pendidikan Maemaika, Univeria

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL

PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 2007/ 2008 UJIAN SEMESTER GANJIL PEMERINTAH KOTA DUMAI DINAS PENDIDIKAN KOTA DUMAI SMA NEGERI 3 DUMAI TAHUN PELAJARAN 27/ 28 UJIAN SEMESTER GANJIL Maa Pelajar Fiika Kela XII IPA Waku 12 meni 1. Hubungan anara jarak () dengan waku () dari

Lebih terperinci

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu

Perancangan Sistem Kontrol dengan Tanggapan Waktu erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku 4 erancangan Siem onrol dengan anggapan Waku.. endahuluan ada bab ini, akan dibaha mengenai perancangan uau iem konrol ingleinpu-ingle-oupu linier ime-invarian

Lebih terperinci

Transformasi Laplace Bagian 1

Transformasi Laplace Bagian 1 Modul Tranformai aplace Bagian M PENDAHUUAN Prof. S.M. Nababan, Ph.D eode maemaika adalah alah au cabang ilmu maemaika yang mempelajari berbagai meode unuk menyeleaikan maalah-maalah fii yang dimodelkan

Lebih terperinci

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS

PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS Keenagalirikan dan Energi Terbarukan Vol. 13 No. 2 Deember 2014 : 139 1 ISSN 1978-2365 PENILAIAN TEGANGAN SENTUH DAN TEGANGAN LANGKAH DI GARDU INDUK KONVENSIONAL DAN BERISOLASI GAS EVALUATION OF TOUCH

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur Deparemen eknik Indusri FI-IB I-2121: Proses Manufakur Perimbangan Desain dan Ekonomi pada Proses Pemesinan Laboraorium Sisem Produksi www.lspib lspib.org 2003 Deparemen eknik Indusri FI-IB 1. Hasil Pembelajaran

Lebih terperinci

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL

UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL Univeria Indoneia Fakula Ekonomi dan Bini UJIAN TENGAH SEMESTER EKONOMETRIKA TIME SERIES (ECEU601302) SEMESTER GASAL 2017-2018 Hari /gl : Rabu, 18 Okober 2017 Waku : 120 Meni Pengajar : Riyano Sifa : Caaan

Lebih terperinci

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X)

Lag: Waktu yang diperlukan timbulnya respons (Y) akibat suatu aksi (X) Lag: Waku yang diperlukan imbulnya repon ( akiba uau aki ( Conoh: Pengaruh kredi erhadap produki Suplai Uang mempengaruhi ingka inflai eelah beberapa kwaral Hubungan pengeluaran R & D dengan produkifia

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS

BAB KINEMATIKA GERAK LURUS BAB KINEMATIKA GERAK LURUS.Pada ekiar ahun 53, eorang ilmuwan Ialia,Taraglia,elah beruaha unuk mempelajari gerakan peluru meriam yang diembakkan. Taraglia melakukan ekperimen dengan menembakkan peluru

Lebih terperinci

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN LANDASAN TEORI PENDAHULUAN Laar Belakang Salah au maalah aru dalam uau nework adalah penenuan pah erpendek. Maalah pah erpendek ini merupakan maalah pengopimuman, karena dengan diperolehnya pah erpendek diharapkan dapa

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS)

KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) KAJIAN AWAL PENGEMBANGAN PRODUK DENGAN MENGGUNAKAN METODE QFD (QUALITY FUNCTION DEPLOYMENT) (STUDI KASUS PADA TANG JEPIT JAW LOCKING PLIERS) K. Rihendra Dane Juruan Pendidikan Teknik Mein, Fakula Teknik

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM)

ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO) GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM) JURNAL TEKNIK POMITS, (2014 1-6 1 ANALISIS KINERJA SISTEM PENTANAHAN PT. PLN (PERSERO GARDU INDUK 150 kv NGIMBANG- LAMONGAN DENGAN METODE FINITE ELEMENT METHOD (FEM Yoe Rizal, IGN Sariyadi Hernanda, S.T,

Lebih terperinci

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA

ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Nama No Aben Kela ULANGAN IPA BAB I GERAK PADA MAKHLUK HIDUP DAN BENDA Romawi I 1. Gerak umbuhan yang dipengaruhi oleh rangangan dari dalam umbuhan iu endiri diebu... a. Endonom c. Higrokopi b. Eionom

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini.

15. Sebuah mobil bergerak dengan kecepatan yang berubah-ubah seperti yang digambarkan pada grafik berikut ini. NAMA : NO ABSEN : ULANGAN HARIAN KELAS VIII D SISTEM GERAK PADA TUMBUHAN DAN BENDA Rabu, 03 Sepember 2014 A. Pilihlah au jawaban yang paling epa 1. Gerak pada umbuhan yang dipengaruhi rangangan dari luar

Lebih terperinci

Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool

Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool Analisis Proses Blanking dengan Simple Press Tool Muhammad Akhlis Rizza Jurusan Teknik Mesin,Polieknik Negeri Malang Jl. Soekarno Haa no 9 Malang Telp : (0341) 404424, 404425 Fax : (0341) 404420 akhlisrizza@gmail.com

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PEMESINAN

OPTIMASI PROSES PEMESINAN Prosman - 05 IK Mahasiswa dapa memilih proses pemesinan yang opimum Pokok Bahasan Fakor-fakor Perimbangan dalam Proses Pemesinan Komponen Waku Produksi Komponen Ongkos Produksi Ekonomisasi Peralaan Banu

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas

Perencanaan Sistem Pendukung Keputusan Untuk Peningkatan Produktivitas Perencanaan Sisem Pendukung Kepuusan Unuk Peningkaan Produkivias Abdurrozzaq Hasibuan Jurusan Teknik Indusri, Fakulas Teknik, UISU Jln. Sisingamangaraja Telp. 7869920 Teladan Medan Email : rozzaq@uisu.ac.id

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN A III METODE PEELITIA Salah sau komponen peneliian yang mempunyai ari pening dalam kaiannya dengan proses sudi secara komprehensif adalah komponen meode peneliian. Meode peneliian menjelaskan bagaimana

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Peneliian Keinginan Kelompok Tani Duma Lori yang erdapa di Desa Konda Maloba dan masyaraka sekiar akan berdirinya penggilingan gabah di daerahnya, elah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK SMOKE PARTICLE CONCENTRATION MEASURING USING P-TRAK

PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK SMOKE PARTICLE CONCENTRATION MEASURING USING P-TRAK PENGUKURAN KONSENTRASI PARTIKEL ASAP ROKOK DENGAN MENGGUNAKAN P-TRAK erna Alber Suoh 1), Maria D. Bobano 1) 1) Juruan Fiika, FMIPA, Unra, Manado e-mail: vernauoh@yahoo.co.id; bennylumi@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond

Suatu Catatan Matematika Model Ekonomi Diamond Vol. 5, No.2, 58-65, Januari 2009 Suau aaan Maemaika Model Ekonomi Diamond Jeffry Kusuma Absrak Model maemaika diberikan unuk menjelaskan fenomena dalam dunia ekonomi makro seperi modal/kapial, enaga kerja,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A

OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A Jolly Vicor Aseng 1), Joje Ranung 2), Rudy Poeng 3) Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang

Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Brawijaya Malang Fakula Teknik Juruan Teknik Sipil Univeria Brawijaya Malang erubahan emperaur ekpani (+) aau konraki (-) bahan egangan dan regangan 1 Dimana : ε = regangan ermal α = koefiien ekpani ermal (1 / C) Δ = 1

Lebih terperinci

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI

PENGGUNAAN KONSEP FUNGSI CONVEX UNTUK MENENTUKAN SENSITIVITAS HARGA OBLIGASI PENGGUNAAN ONSEP FUNGSI CONVEX UNU MENENUAN SENSIIVIAS HARGA OBLIGASI 1 Zelmi Widyanuara, 2 Ei urniai, Dra., M.Si., 3 Icih Sukarsih, S.Si., M.Si. Maemaika, Universias Islam Bandung, Jl. amansari No.1 Bandung

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian Quasi Eksperimental Design dengan BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Desain Peneliian Peneliian ini adalah peneliian Quasi Eksperimenal Design dengan kelas eksperimen dan kelas conrol dengan desain Prees -Poses Conrol Group Design

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF

BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF BAB III RUNTUN WAKTU MUSIMAN MULTIPLIKATIF Pada bab ini akan dibahas mengenai sifa-sifa dari model runun waku musiman muliplikaif dan pemakaian model ersebu menggunakan meode Box- Jenkins beberapa ahap

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA

SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA KITA Reka Inegra ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.03 Vol.03 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Juli 2015 SISTEM PERSEDIAAN KOMPONEN PADA MESIN CETAK BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN DI PT KARYA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK. Oleh: Yoyo Zakaria Ansori MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH SISWA MELALUI PEMBELAJARAN PEMBERIAN TUGAS LEMBARAN KERJA SECARA KELOMPOK Oleh: Yoyo Zakaria Ansori Peneliian ini dilaarbelakangi rendahnya kemampuan memecahkan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN

BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN BAB V ANALISIS HASIL PERANCANGAN 5.1. Proe Fluidiai Salah atu faktor yang berpengaruh dalam proe fluidiai adalah kecepatan ga fluidiai (uap pengering). Dalam perancangan ini, peramaan empirik yang digunakan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya

METODE PENELITIAN. yang digunakan untuk mengetahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya III. METODE PENELITIAN A. Meode Dasar Peneliian Meode yang digunakan dalam peneliian ini adalah meode kuaniaif, yang digunakan unuk mengeahui dan pembahasannya mengenai biaya - biaya usaha melipui biaya

Lebih terperinci

Model Rangkaian Elektrik

Model Rangkaian Elektrik Tuga Siem Linier Model Rangkaian Elekrik Model model unuk beberapa rangkaian elekrik, eperi: reiani, kapaiani, dan indukani ecara ederhana diperlihakan dalam gambar dibawah. Dalam gambar erebu juga di

Lebih terperinci

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION

PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION PENALAAN PARAMETER PENGENDALI PID DENGAN METODA MULTIPLE INTEGRATION Bayu Seio Handhoko Ir. Agung Wario DHET Sumardi, ST, MT Juruan Teknik Elekro Fakula Teknik Univeria Diponegoro Semarang Abrak - Semenjak

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

HUMAN CAPITAL. Minggu 16

HUMAN CAPITAL. Minggu 16 HUMAN CAPITAL Minggu 16 Pendahuluan Invesasi berujuan unuk meningkakan pendapaan di masa yang akan daang. Keika sebuah perusahaan melakukan invesasi barang-barang modal, perusahaan ini akan mengeluarkan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH 3.1 Tahapan Pemecahan Masalah Tahapan pemecahan masalah berfungsi unuk memudahkan dalam mencari jawaban dalam proses peneliian yang dilakukan agar sesuai dengan arah

Lebih terperinci

Chapter 7. hogasaragih.wordpress.com

Chapter 7. hogasaragih.wordpress.com Chaper 7 7. ebuah gaya berpengaruh erhadap kg peluru meriam yang bergerak pada ebuah bidang xy yang mempunyai bear 5,0 N. Kecepaan mula mula peluru 4 m/ pada arah x poiif dan beberapa aa kemudian memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ISSN 5-73X PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN GENIUS LEARNING TERHADAP HASIL BELAJAR ISIKA SISWA Henok Siagian dan Iran Susano Jurusan isika, MIPA Universias Negeri Medan Jl. Willem Iskandar, Psr V -Medan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Poensi sumberdaya perikanan, salah saunya dapa dimanfaakan melalui usaha budidaya ikan mas. Budidaya ikan mas yang erus berkembang di masyaraka, kegiaan budidaya

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON

ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONVEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Jurnal Dinami,olume.II, No.8,Januari 2011 ISSN 0216-7492 ANALISA PENGARUH UKURAN BUTIR DAN TINGKAT KELEMBABAN PASIR TERHADAP PERFORMANSI BELT CONEYOR PADA PABRIK PEMBUATAN TIANG BETON Ir.Alfian Hami, MSc.*

Lebih terperinci

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL

REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Proiding Seminar Maemaika dan Pendidikan Maemaika ISBN: 978-6-6--9 hal 5-4 November 6 hp://jurnal.fkip.un.ac.id REPRESENTASI INTEGRAL STOKASTIK UNTUK GERAK BROWN FRAKSIONAL Chaarina Enny Murwaningya,,

Lebih terperinci

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak

KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES. Abstrak KOINTEGRASI DAN ESTIMASI ECM PADA DATA TIME SERIES Universias Muhammadiyah Purwokero malim.muhammad@gmail.com Absrak Pada persamaan regresi linier sederhana dimana variabel dependen dan variabel independen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Meode Peneliian Pada bab sebelumnya elah dibahas bahwa cadangan adalah sejumlah uang yang harus disediakan oleh pihak perusahaan asuransi dalam waku peranggungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin)

USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN METODE Q (di Bengkel Pembuatan dan Service Turbin) ISSN: 2338-5081 Jurusan Teknik Indusri Ienas No.01 Vol.04 Jurnal Online Insiu Teknologi Nasional Januari 2016 USULAN UKURAN PEMESANAN OPTIMAL SUKU CADANGMESIN GRINDING BERDASARKAN LAJU KERUSAKAN MENGGUNAKAN

Lebih terperinci

Analisis Model dan Contoh Numerik

Analisis Model dan Contoh Numerik Bab V Analisis Model dan Conoh Numerik Bab V ini membahas analisis model dan conoh numerik. Sub bab V.1 menyajikan analisis model yang erdiri dari analisis model kerusakan produk dan model ongkos garansi.

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Peneliian mengenai konribusi pengelolaan huan rakya erhadap pendapaan rumah angga dilaksanakan di Desa Babakanreuma, Kecamaan Sindangagung, Kabupaen Kuningan,

Lebih terperinci

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m

Ulangan Bab 3. Pembahasan : Diketahui : s = 600 m t = 2 menit = 120 sekon s. 600 m Ulangan Bab 3 I. Peranyaan Teori. Seekor cheeah menempuh jarak 6 m dalam waku dua meni. Jika kecepaan cheeah eap, berapakah bearnya kecepaan cheeah erebu? Pembahaan : Dikeahui : = 6 m = meni = ekon 6 m

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 2012/2013 Jurnal Lensa Kependidikan Fisika Vol. 1 Nomor 1, Juni 13 ISSN: 338-4417 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII DI SMPN 5 LINGSAR TAHUN PELAJARAN 1/13

Lebih terperinci

PENDEKATAN NEURAL NETWORK TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL PADA TINGKAT BEBAN BERBEDA

PENDEKATAN NEURAL NETWORK TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL PADA TINGKAT BEBAN BERBEDA PENDEKATAN NEURAL NETWORK TERHADAP SIFAT MEKANIK MATERIAL PADA TINGKAT BEBAN BERBEDA Mike Sumikani 1), Ghofir 2) 1,2) Pua Pengembangan Informaika Nuklir Badan Tenaga Nuklir Naional Kawaan PUSPIPTEK Gd.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer

Studi Eksperimen Pengaruh Kecepatan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer JURNAL TEKNIK ITS Vol. 6, No. 2, (2017) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) B-300 Sudi Eksperimen Pengaruh Kecepaan Fluidisasi Terhadap Unjuk Kerja Swirling Fluidized Bed Coal Dryer Alim Jabbar Ibrahim dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengangguran atau tuna karya merupakan istilah untuk orang yang tidak mau bekerja BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Pengangguran Pengangguran aau una karya merupakan isilah unuk orang yang idak mau bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu,

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus

=====O0O===== Gerak Vertikal Gerak vertikal dibagi menjadi 2 : 1. GJB 2. GVA. A. GERAK Gerak Lurus A. GERAK Gerak Lurus o a Secara umum gerak lurus dibagi menjadi 2 : 1. GLB 2. GLBB o 0 a < 0 a = konsan 1. GLB (Gerak Lurus Berauran) S a > 0 a < 0 Teori Singka : Perumusan gerak lurus berauran (GLB) Grafik

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP

KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL. Sudarno Staf Pengajar Program Studi Statistika FMIPA UNDIP Karakerisik Umur Produk (Sudarno) KARAKTERISTIK UMUR PRODUK PADA MODEL WEIBULL Sudarno Saf Pengajar Program Sudi Saisika FMIPA UNDIP Absrac Long life of produc can reflec is qualiy. Generally, good producs

Lebih terperinci

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas

ANALISIS TES. Evaluasi Pendidikan ANALISIS TIAP BUTIR SOAL ANALISIS KESELURUHAN TES. - Daya Pembeda - Tingkat Kesukaran - Pengecoh - Homogenitas Evaluai Pendidikan 1 AALISIS TES AALISIS KESELURUHA TES AALISIS TIAP BUTIR SOAL - Analii Validia Te - Analii Reliabilia Te - Daya Pembeda - Tingka Keukaran - Pengecoh - Homogenia Evaluai Pendidikan I.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam pembicaraan sehari-hari, bank dikenal sebagai lembaga keuangan yang kegiaan uamanya menerima simpanan giro, abungan dan deposio. Kemudian bank juga dikenal sebagai

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA

PENDUGAAN PARAMETER DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA PENDUGAAN PARAMEER DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY DAN DIMAS HARI SANOSO Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor Jl Merani, Kampus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Model Rumusan Masalah dan Pengambilan Kepuusan Model rumusan masalah dan pengambilan kepuusan yang digunakan dalam menyelesaikan skripsi ini dimulai dari observasi lapangan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci