OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A"

Transkripsi

1 OPTIMASI BIAYA PROSES KARENA VARIASI KECEPATAN DAN KEDALAMAN POTONG PADA POROS AISI-1040 MENGGUNAKAN MESIN BUBUT KNUTH DM-1000A Jolly Vicor Aseng 1), Joje Ranung 2), Rudy Poeng 3) Jurusan Teknik Mesin Universias Sam Raulangi ABSTRAK Peneliian ini unuk mengopimasikan biaya proses dengan kecepaan poong dan kedalaman poong yang bervariasi pada mesin bubu. Unuk mendapakan hasil peneliian ini, dilakukan pengujian pada maerial baja poros AISI 1040 berdiameer 25 mm dan panjang 150 mm berjumlah 27 benda uji sebagai benda kerja proses pembubuan. Tujuan peneliian ini unuk mendapakan waku pemoongan dan biaya yang opimum pada proses pembubuan benda kerja ersebu. Dari hasil perhiungan didapakan semakin besar puaran poong, maka akan menurunkan biaya oal produksi, sedangkan kedalaman poong idak mempengaruhi biaya oal produksi. Waku pemesinan raa-raa yang opimum adalah 3,153 meni/benda uji dan biaya oal produksi ermurah adalah Rp5.653,00 /benda uji. Dari hasil opimasi sasaran memimalkan biaya oal produksi erpenuhi pada kondisi pemoongan puaran 1600 rpm dan kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal produksi sebesar Rp16.960,00 dari 27 benda uji yang dilakukan proses pemoongan. Kaa kunci: Opimasi, Mesin bubu, Waku pemoongan, BiayaProduksi ABSTRACT This research was aimed o opimize a lahing cos by varying he cuing speed and cuing deph. A es was perfomed on 27 seel shaf AISI-1040 es objecs wih diameer of 25 mm and 150 mm long each, in order o obain he opimum cuing ime and cos in a lahing process. I was found ha higher he cuing speed, he lower he oal producion cos, while he cuing deph does no affec he oal producion cos. The opimum average machining ime is minue/es objec and he lowes oal producion cos is Rp.5,653/es objec. The opimizaion made he arge o minimize he oal producion cos was reached in cuing speed of 1600 rpm and cuing deph of 1,00 mm, wih oal producion cos of he lahing process of he 27 es objecs as much as Rp.16,960 Keyword: Opimizaion, Lahe, Cuing ime, Producion cos Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 13

2 I. PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada proses pemesinan, penenuan penyeelan parameer proses yang epa unuk mencapai respon yang opimum sanga pening dilakukan secara efekif. Hal ini berujuan unuk mengurangi proses coba-coba sehingga waku dan biaya proses pemesinan dapa dimini-malkan. Maerial baja poros yang dijumpai dipasaran, yaiu baja yang biasa digunakan sebagai komponen peralaan dan mesin indusri. Kecepaan poong dan kedalaman poong merupakan salah sau karakerisik kinerja pemesinan pada proses bubu yang umumnya dijadikan respon karena berkaian dengan sifa mampu mesin. Teori dan peneliian yang elah dila-kukan sebelumnya menyaakan bahwa pada proses bubu maerial baja kecepaan poong dan kedalaman poong mempunyai korelasi yang kua dengan parameerparameer proses pemesinan. Berdasarkan hal ersebu, pene-liian ini dilaar belakangi adanya keinginan dilakukan opimasi proses pemesinan bubu pada baja poros AISI 1040 dengan kecepaan poong dan kedalaman poong yang berva-riasi, sehingga diperoleh biaya proses yang opimum. 1.2 Perumusan Masalah Masalah yang diangka dalam peneliian ini adalah bagaimana melakukan opimasi biaya proses pada maerial baja poros AISI 1040 de-ngan parameer pemesinan berva-riasi. 1.3 Tujuan Peneliian 1. Mendapakan waku pemoongan dari hasil pengujian dengan pu-aran dan kedalaman poong yang bervariasi. 2. Mendapakan biaya yang opi-mum pada proses pembubuan benda kerja baja poros AISI Baasan Masalah 1. Mesin perkakas yang digunakan dalam pengujian ini yaiu mesin bubu yang digunakan yaiu KNUTH DM 1000 A yang ada di Laboraorium Manufakur Tek-nik Mesin Universias Sam Raulangi (Unsra). 2. Pengujian proses pemoongan dilakukan pada 27 benda uji dengan mengunakan maerial ba-ja poros AISI Paha poong yang digunakan adalah jenis carbide dan keausan maa poong paha diabaikan. 4. Parameer pemesinan dengan kondisi pemoongan puaran dan ke-dalaman poong bervariasi, sedangkan gerak pemakanan konsan. 5. Waku proses seiap pembubuan benda kerja berdasarkan pengu-kuran langsung dengan meng-gunakan ala ukur waku (Sop-wach). Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 14

3 6. Komponen waku bebas berda-sarkan dan asumsi menggunakan referensi Rochim, 1993 Proses Pemesinan. 7. Kondisi pemoongan anpa pendingin II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Proses Pemesinan Proses pemoongan logam merupakan suau proses yang digunakan unuk mengubah benuk suau pro-duk dari logam (komponen mesin) dengan cara memoong. Dalam isi-lah eknik proses ini sering disebu dengan nama Proses Pemoongan Logam (Meal Cuing Process) aau Proses Pemesinan (Machining Pro-cess). Oleh karena iu, unuk meng-hindari kesalahpahaman mengenai isilah maka kia sebu saja dengan nama yang erakhir yaiu proses pemesinan. Proses pemesinan seperi pro-ses bubu, pengeboran aau frais pada dasarnya merupakan suau proses pembuangan sebagian bahan benda kerja dimana pada proses pemo-ongannya akan dihasilkan geram (chip) yang merupakan bagian benda kerja yang akan dibuang. Paha po-ong bergerak sepanjang benda kerja dengan kecepaan dan kedalaman pemoongan. Gerak relaif paha erhadap benda kerja dapa dipisahkan men-jadi dua macam komponen gerakan yaiu gerak poong (cuing move-men) dan gerak makan (feeding movemen). Menuru jenis kombinasi dari gerak poong dan gerak makan maka proses pemesinan dikelompokkan menjadi ujuh macam proses yang berlainan yaiu (liha abel 2.1): Tabel 2.1 Klasifikasi proses pemesinan menuru jenis gerakan relaif paha / erhadap benda kerja (Rochim, 1993) 2.2 Mesin Bubu Bubu (urning) adalah suau proses permesinan aau pengerjaan dengan cara menghilangkan /pengam-bilan aal dari bahan/benda kerja, dimana paha sebagai ala poongnya yang gerakannya berpuar. h h c n 0 d o d m b a A = a f = b h r b = a / sin f h = f sin r r v f Gambar 2.1 Mesin Bubu dan Proses Bubu (Rochim, 1993) Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 15

4 n = puaran spindel (rpm) f = gerak makan (mm/r) Gambar 2.2 Mesin Bubu KNUTH DM-1000A 2.3 Pengerian Opimasi Secara maemais opimasi ada-lah cara mendapakan harga eksrim baik maksimum maupun minimum dari suau fungsi erenu dengan fakor-fakor kendalanyaperumusan umum permasalahan opimasi sebagai fungsi obyekif adalah sebagai beriku: (Singiresu, 2009) f ( x) 1 f1( x) 2 f 2 ( x)...(2.1) Dimana, 1 dan 2 merupakan konsana yang nilainya menunjukkan kepeningan relaif dari suau fungsi. 2.4 Komponen Waku Produksi 1. Komponen waku yang dipenga-ruhi variabel proses. c Waku pemoongan (meni/produk)...(2.2) n. f Dimana, = panjang pemesinan (mm) Waku pengganian paha c d (meni/produk )..(2.3) T dt. Dimana, d = waku pemasangan pa-ha (meni) unuk menggani paha karbida sisipan diper-lukan waku sekiar 0,5 meni T = umur paha (meni) unuk umur paha kar-bida sisipan adalah 40 meni. 2. Komponen waku bebas (nonprodukif). a LW AT RT UW S N (meni/produk)...(2.4) Dimana, LW = waku pemasangan benda kerja, 0,2 meni/produk bila digunakan hree jaw chuck biasa. AT = waku penyiapan, sekiar 0,08 meni/produk. RT = waku pengakhiran, sekiar 0,05 meni/produk. UW = waku pengambilan pro-duk, 0,06 s.d. 0,1 meni/ produk (sekiar seengah harga LW ). Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 16

5 S = waku penyiapan mesin dan peralaan banu lainnya sekiar 60 meni. N = jumlah produk. Dengan demikian waku pemesinan perproduk raa-raa adalah: m (meni/produk) c dt a.....(2.5) Unuk lebih jelasnya komponen waku produksi unuk seiap langkah proses, dapa diliha seperi pada gambar 2.3. Gambar 2.3 Komponen waku unuk mengerjakan produk (Rochim, 1993) 2.5 Komponen Biaya Produksi Diagram alir biaya dasar, merupakan ilusrasi penenuan biaya pro-duksi per uni produk, seperi diper-lihakan pada gambar 2.4. (Rochim, 1993) C u Gambar 2.4 Diagram alir biaya dasar C M C (Rochim, 1993) plan C P Dimana, C M = Biaya maerial (Rp/produk) C plan = Biayapersiapan/perencanaan C P produksi; dapa pula dima-sukkan biaya perancangan produk (bila produk yang bersangkuan dirancang sendiri) = Biaya salah sau proses produksi (Rp/produk) III.METODOLOGIPENELITIAN 3.1 Waku dan Tempa Peneliian Tempa pelaksanaan penulisan ini dilakukan di Laboraorium Manu-fakur Teknik Mesin Jurusan Teknik mesin Fakulas Teknik Universias Sam Raulangi (Unsra). Dan waku pelaksanaan mulai 05 Sepember sampai 05 November Bahan dan Peralaan Bahan yang digunakan dalam peneliian adalah baja poros AISI Sedangkan peralaan yang di-gunakan, yaiu: 1. Mesin Bubu KNUTH DM 1000 A dan perlengkapannya 2. Jangka sorong 3. Gergaji mesin/gergaji angan 4. Misar baja 30 cm 5. Jam ukur waku. (Rp/produk)...(2.6) Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 17

6 3.3 Prosedur Peneliian Dalam peneliian ini benda kerja yang digunakan adalah: Maerial : Baja Poros AISI 1040 Benuk : Silindris Diameer : 25,4 mm Panjang : 100 mm. 100 Sauan ukuran: mm Gambar 3.1 Diagram alir prosedur peneliian 3.4 Pengolahan Daa 1. Persiapan Pengujian Persiapan persiapan yang diper-lukan pada waku melakukan peneliian haruslah dipersiapkan dengan maang, Yang berujuan agar mengurangi erjadinya kesa-lahan dan waku yang digunakan menjadi efekif dan efisien. 2. Mesin Perkakas Pada pengujian ini mesin perka-kas yang digunakan adalah mesin bubu konvensional yang erdapa di Laboraorium Manufakur Teknik Mesin Unsra. Adapun jenis dari mesin bubu ersebu adalah KNUTH DM 1000 A. 3. Benda Kerja Gambar 3.2 Dimensi benda kerja 4. Paha Poong Paha yang digunakan dalam pengujian ini adalah dari jenis Carbide. Geomeri paha diaur dan di jaga sebagai beriku: Sudu poong uama ( ) : 90 0 Sudu geram ( o ) : Kondisi Pemoongan Kondisi pemoongan adalah se-peri pada abel 3.2, beriku ini: Tabel 3.2 Kondisi pemoongan dalam pengujian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Pengamaan Daa Hasil Pengujian Proses Pemoongan Pengujian yang dilakukan yaiu mengukur waku pemoongan ersebu r Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 18

7 Biaya Toal Produksi (Rp/benda uji) dengan menggunakan ala sopwach pada 27 benda kerja uji (27 proses pemoongan), unuk variasi parameer pemesinan dengan kondisi pemoongan puaran, kedalaman poong yang berbeda dan gerak pemakanan eap. Hasil pengujian waku pemoongan yang dimaksud dalam deik, seperi pada abel Opimasi Biaya Toal Pro-duksi Hasil opimasi biaya oal pro-duksi dapa diliha pada abel 4.4. Tabel 4.4 Opimasi Biaya Toal Produksi 4.1. Tabel 4.1 Daa hasil pengujian waku pemoongan dalam deik 4.3 Pembahasan Pembahasan yang dilakukan dalam opimasi biaya proses dengan pengaruhnya kecepaan poong dan kedalaman poong pada mesin bubu KNUTH DM 1000 A dengan mae-rial baja poros AISI 1040, Waku Pemesinan Raa-raa Waku pemesinan raa-raa, se-peri pada abel 4.2. Tabel 4.2 Waku pemesinan raa-raa yaiu seba-gai beriku: 1. Berdasarkan Tabel 4.3, maka da-pa dibua grafik kurva puaran, dengan kedalaman poong erha-dap biaya oal produksi seperi pada gambar 4.1. n = 300 rpm n = 700 rpm n = 1600 rpm Hasil Pengolahan Daa Biaya Toal Produksi Biaya oal produksi, seperi pada abel 4.3. Tabel 4.3 Biaya oal produksi ,00 0,25 0,50 0,75 1,00 1,25 Kedalaman Poong (mm) Gambar 4.1 Kedalaman poong erhadap biaya oal produksi Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 19

8 Opimasi Biaya Toal Produksi (Rp) Dari gambar 4.1, erliha bahwa kedalaman poong idak mempengaruhi perubahan biaya oal produksi, akan eapi puaran mempengaruhi biaya oal pro-duksi. Dengan demikian hasil ini menunjukkan semakin besar pu-aran, maka akan menurunkan biaya oal produksi. 2. Berdasarkan abel 4.4, maka da-pa dibuakan grafik kondisi pe-moongan erhadap opimasi biaya oal produksi dengan kur-va variasi puaran dan kedalaman poong, seperi pada gambar Variasi Puaran Variasi Kedalaman Poong Kondisi Pemoongan Gambar 4.2 Kondisi pemoongan erhadap opimasi biaya oal produksi Dari gambar 4.2, dapa dijelaskan bahwa jumlah opimasi: Unuk variasi puaran o Kondisi pemoongan perama dengan puaran 300 rpm dan kedalaman poong 0,25 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.538,00. o Kondisi pemoongan kedua dengan puaran 300 rpm dan kedalaman poong 0,50 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.492,00. o Kondisi pemoongan keiga dengan puaran 300 rpm dan kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.529,00. o Kondisi pemoongan keempa dengan puaran 700 rpm dan kedalaman poong 0,25 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp18.017,00. o Kondisi pemoongan kelima dengan puaran 700 rpm dan kedalaman poong 0,50 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp17.998,00. o Kondisi pemoongan keenam dengan puaran 700 rpm dan kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp18.017,00. o Kondisi pemoongan keujuh dengan puaran 1600 rpm dan kedalaman poong 0,25 mm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp16.969,00. o Kondisi pemoongan kede-lapan dengan puaran 1600 rpm dan kedalaman poong 0,50 mm memerlukan biaya oal produksi Rp16.960,00. o Kondisi pemoongan kesem-bilan dengan puaran 1600 rpm dan Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 20

9 kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal produksi Rp16.960,00. Unuk variasi kedalaman po-ong o Kondisi pemoongan perama dengan kedalaman poong 0,25 mm dan puaran 300 rpm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.538,00. o Kondisi pemoongan kedua dengan kedalaman poong 0,25 mm dan puaran 700 rpm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp18.017,00. o Kondisi pemoongan keiga dengan kedalaman poong 0,25 mm dan puaran 1600 rpm memerlukan biaya oal produksi Rp16.969,00. o Kondisi pemoongan keempa dengan kedalaman poong 0,50 mm dan puaran 300 rpm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.492,00. o Kondisi pemoongan kelima dengan kedalaman poong 0,50 mm dan puaran 700 rpm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp17.998,00. o Kondisi pemoongan keenam dengan kedalaman poong 0,50 mm dan puaran 1600 rpm memerlukan biaya oal produksi Rp16.960,00. o Kondisi pemoongan keujuh dengan kedalaman poong 1,00 mm dan puaran 300 rpm memerlukan biaya oal pro-duksi Rp20.529,00. o Kondisi pemoongan kede-lapan dengan kedalaman po-ong 1,00 mm dan puaran 700 rpm memerlukan biaya oal produksi Rp18.017,00. o Kondisi pemoongan kesem-bilan dengan kedalaman po-ong 1,00 mm dan puaran 1600 rpm memerlukan biaya oal produksi Rp16.960, Berdasarkan gambar 4.1 dan gambar 4.2, dapa dijelaskan bahwa: Biaya oal produksi erendah yaiu pada puaran 1600 rpm. Jadi berdasarkan abel 4.2 waku pemesinan raa-raa yang opimum adalah 3,153 meni/benda uji. Sedangkan berdasarkan abel 4.4 biaya oal produksi ermurah adalah Rp5.653,00/benda uji. Opimasi yang diperoleh un-uk sasaran memimalkan bi-aya oal produksi erpenuhi pada kondisi pemoongan ke-sembilan dengan puaran 1600 rpm dan kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal produksi sebesar Rp16.960,00 dari 27 benda uji yang dilakukan proses pemoongan. 4. Hasil opimasi biaya proses yang dilakukan, maka dapa juga dibu-akan grafik waku pemesinan raa-raa erhadap biaya oal produksi, seperi pada gambar 4.3. Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 21

10 Biaya Toal Produksi (Rp/benda uji) Cu= 549m Waku Pemesinan (meni) Gambar 4.2 Waku pemesinan raa-raa erhadap biaya oal produksi Berdasarkan gambar ini me-nunjukkan bahwa penambahan waku pemesinan akan menaik-kan biaya oal produksi, dengan kemiringan garis mengikui regresi linear yang membenuk persamaan: C u 5. Biaya produksi yang paling ren-dah aau ekonomik, yang mem-berikan kondisi unuk meng-hasilkan benda kerja proses pem-bubuan semurah mungkin. 6. Kecepaan produksi yang paling inggi aau produkif, yang mem-berikan kondisi unuk meng-hasilkan benda kerja proses pem-bubuan secepa mungkin aau waku produksi serendah mung-kin. 7. Kecepaan penghasilan keunu-ngan yang paling inggi aau mengunungkan, yang mem-be-rikan kondisi unuk meng-hasil-kan benda kerja proses pem-bubuan dengan keunungan aau laba persauan waku sebesar mungkin. m V. PENUTUP 5.1 Kesimpulan 1. Waku pemoongan hasil pen-gujian dengan puaran dan kedalaman poong yang berva-riasi, diperoleh dari 27 kali pe-ngujian pada benda uji sebagai benda kerja proses pembubuan dengan kondisi pemoongan yang berbeda. 2. Dari hasil perhiungan didapakan semakin besar puaran poong, maka akan menurunkan biaya oal produksi, sedangkan kedalaman poong idak mempengaruhi biaya oal produksi. Waku pemesinan raa-raa yang opimum adalah 3,153 meni/benda uji dan biaya oal produksi ermurah adalah Rp5.653,00 /benda uji. Dari hasil opimasi sasaran memimalkan biaya oal produksi erpenuhi pada kondisi pemoongan puaran 1600 rpm dan kedalaman poong 1,00 mm memerlukan biaya oal produksi sebesar Rp16.960,00 dari 27 benda uji yang dilakukan proses pemoongan. 5.2 Saran 1. Dapa dilakukan opimasi dengan menggunakan maerial yang ber-beda sehingga dapa dikom-parasikan unuk mendapakan ha-sil yang opimum. 2. Dapa melakukan pengujian pro-ses pemoongan dengan meng-gunakan mesin perkakas lainnya sehingga dapa mengopimalkan proses pemesinan Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 22

11 DAFTAR PUSTAKA Basselo, D Opimasi Diameer Poros Terhadap Variasi Diameer Spoke pada Roda Belakang Sepeda Moor, Skripsi Univer-sias Sam Raulangi Fakulas Teknik Jurusan Teknik Mesin Manado. Priambodo, B Teknologi Me-kanik, Erlangga Jakara. Rochim, T Proses Pemesinan Logam, Laboraorium Teknik Produksi Mesin Insiu Tekno-logi Bandung. Ramadhan, Hamsi. A Opimasi Parameer Pemesinan pada Mesin Sekrap Model L-450 Menggunakan Logarima Gene-ika, Jurnal Deparemen Teknik Mesin Universias Sumaera Uara. Singiresu, S.R Engineering Opimizaion, Theory and Pracice By Jhon Wiley & SONS INC. Jurnal Online Poros Teknik Mesin Volume 4 Nomor 1 23

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan

BAB 2 KINEMATIKA. A. Posisi, Jarak, dan Perpindahan BAB 2 KINEMATIKA Tujuan Pembelajaran 1. Menjelaskan perbedaan jarak dengan perpindahan, dan kelajuan dengan kecepaan 2. Menyelidiki hubungan posisi, kecepaan, dan percepaan erhadap waku pada gerak lurus

Lebih terperinci

Faradina GERAK LURUS BERATURAN

Faradina GERAK LURUS BERATURAN GERAK LURUS BERATURAN Dalam kehidupan sehari-hari, sering kia jumpai perisiwa yang berkaian dengan gerak lurus berauran, misalnya orang yang berjalan kaki dengan langkah yang relaif konsan, mobil yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TIJAUA TEORITIS 2.1 Peramalan (Forecasing) 2.1.1 Pengerian Peramalan Peramalan dapa diarikan sebagai beriku: a. Perkiraan aau dugaan mengenai erjadinya suau kejadian aau perisiwa di waku yang akan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LADASA TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan (forecasing) adalah suau kegiaan yang memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Meode peramalan merupakan cara unuk memperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian dan Manfaa Peramalan Kegiaan unuk mempeirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang disebu peramalan (forecasing). Sedangkan ramalan adalah suau kondisi yang

Lebih terperinci

OPTIMASI PROSES PEMESINAN

OPTIMASI PROSES PEMESINAN Prosman - 05 IK Mahasiswa dapa memilih proses pemesinan yang opimum Pokok Bahasan Fakor-fakor Perimbangan dalam Proses Pemesinan Komponen Waku Produksi Komponen Ongkos Produksi Ekonomisasi Peralaan Banu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode

BAB 2 LANDASAN TEORI. Metode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Statistika. Salah satu metode 20 BAB 2 LADASA TEORI 2.1. Pengerian Peramalan Meode Peramalan merupakan bagian dari ilmu Saisika. Salah sau meode peramalan adalah dere waku. Meode ini disebu sebagai meode peramalan dere waku karena

Lebih terperinci

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH)

MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Journal Indusrial Servicess Vol. No. Okober 0 MODEL OPTIMASI PENGGANTIAN MESIN PEMECAH KULIT BERAS MENGGUNAKAN PEMROGRAMAN DINAMIS (PABRIK BERAS DO A SEPUH) Abdul Gopar ) Program Sudi Teknik Indusri Universias

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 35 BAB LANDASAN TEORI Meode Dekomposisi biasanya mencoba memisahkan iga komponen erpisah dari pola dasar yang cenderung mencirikan dere daa ekonomi dan bisnis. Komponen ersebu adalah fakor rend (kecendrungan),

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan

BAB II LANDASAN TEORI. Peramalan (Forecasting) adalah suatu kegiatan yang mengestimasi apa yang akan BAB II LADASA TEORI 2.1 Pengerian peramalan (Forecasing) Peramalan (Forecasing) adalah suau kegiaan yang mengesimasi apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang dengan waku yang relaif lama (Assauri,

Lebih terperinci

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr.

x 4 x 3 x 2 x 5 O x 1 1 Posisi, perpindahan, jarak x 1 t 5 t 4 t 3 t 2 t 1 FI1101 Fisika Dasar IA Pekan #1: Kinematika Satu Dimensi Dr. Pekan #1: Kinemaika Sau Dimensi 1 Posisi, perpindahan, jarak Tinjau suau benda yang bergerak lurus pada suau arah erenu. Misalnya, ada sebuah mobil yang dapa bergerak maju aau mundur pada suau jalan lurus.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Produksi padi merupakan suatu hasil bercocok tanam yang dilakukan dengan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Produksi Produksi padi merupakan suau hasil bercocok anam yang dilakukan dengan penanaman bibi padi dan perawaan sera pemupukan secara eraur sehingga menghasilkan suau produksi

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV SATU WAKTU SEBELUMNYA 1. PENDAHULUAN PEMODELAN NILAI UKAR RUPIAH ERHADAP $US MENGGUNAKAN DERE WAKU HIDDEN MARKOV SAU WAKU SEBELUMNYA BERLIAN SEIAWAY, DIMAS HARI SANOSO, N. K. KUHA ARDANA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai

BAB 1 PENDAHULUAN. Propinsi Sumatera Utara merupakan salah satu propinsi yang mempunyai BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Propinsi Sumaera Uara merupakan salah sau propinsi yang mempunyai perkembangan yang pesa di bidang ransporasi, khususnya perkembangan kendaraan bermoor. Hal ini dapa

Lebih terperinci

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 2, (2013) ISSN: ( Print) D-108 JURNAL TEKNIK POMITS Vol., No., (013) ISSN: 337-3539 (301-971 Prin) D-108 Simulasi Peredaman Gearan Mesin Roasi Menggunakan Dynamic Vibraion Absorber () Yudhkarisma Firi, dan Yerri Susaio Jurusan Teknik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah Dalam sisem perekonomian suau perusahaan, ingka perumbuhan ekonomi sanga mempengaruhi kemajuan perusahaan pada masa yang akan daang. Pendapaan dan invesasi merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa BAB 2 TINJAUAN TEORITI 2.1. Pengerian-pengerian Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. edangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun

BAB III METODE PEMULUSAN EKSPONENSIAL TRIPEL DARI WINTER. Metode pemulusan eksponensial telah digunakan selama beberapa tahun 43 BAB METODE PEMUUAN EKPONENA TRPE DAR WNTER Meode pemulusan eksponensial elah digunakan selama beberapa ahun sebagai suau meode yang sanga berguna pada begiu banyak siuasi peramalan Pada ahun 957 C C

Lebih terperinci

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu

BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II. Data deret waktu adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu BAB III METODE DEKOMPOSISI CENSUS II 3.1 Pendahuluan Daa dere waku adalah daa yang dikumpulkan dari waku ke waku unuk menggambarkan perkembangan suau kegiaan (perkembangan produksi, harga, hasil penjualan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Masalah persediaan merupakan masalah yang sanga pening dalam perusahaan. Persediaan mempunyai pengaruh besar erhadap kegiaan produksi. Masalah persediaan dapa diaasi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER

PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER PERHITUNGAN PARAMETER DYNAMIC ABSORBER BERBASIS RESPON AMPLITUDO SEBAGAI KONTROL VIBRASI ARAH HORIZONTAL PADA GEDUNG AKIBAT PENGARUH GERAKAN TANAH Oleh (Asrie Ivo, Ir. Yerri Susaio, M.T) Jurusan Teknik

Lebih terperinci

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X

Perbandingan Metode Winter Eksponensial Smoothing dan Metode Event Based untuk Menentukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X JURAL SAIS DA SEI ITS Vol. 6, o.1, (2017) 2337-3520 (2301-928X Prin) A 1 Perbandingan Meode Winer Eksponensial Smoohing dan Meode Even Based unuk Menenukan Penjualan Produk Terbaik di Perusahaan X Elisa

Lebih terperinci

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan

BAB 2 URAIAN TEORI. waktu yang akan datang, sedangkan rencana merupakan penentuan apa yang akan BAB 2 URAIAN EORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan aau memprediksi apa yang erjadi pada waku yang akan daang, sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan

Lebih terperinci

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ)

ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) hp://jurnal.upnyk.ac.id/index.php/opsi OPSI Jurnal Opimasi Sisem Indusri ANALISIS KEHANDDALAN DAN LAJU KERUSAKAN PADA MESIN CONTINUES FRYING (STUDI KASUS : PT XYZ) Ahmad Muhsin, Ichsan Syarafi Jurusan

Lebih terperinci

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1

PERSAMAAN GERAK VEKTOR SATUAN. / i / = / j / = / k / = 1 PERSAMAAN GERAK Posisi iik maeri dapa dinyaakan dengan sebuah VEKTOR, baik pada suau bidang daar maupun dalam bidang ruang. Vekor yang dipergunakan unuk menenukan posisi disebu VEKTOR POSISI yang diulis

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional.

ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Studi kasus pada CV Cita Nasional. JURNAL ILMIAH RANGGAGADING Volume 7 No. 1, April 7 : 3-9 ANALISIS DIRECT SELLING COST DALAM MENINGKATKAN VOLUME PENJUALAN Sudi kasus pada CV Cia Nasional. Oleh Emmy Supariyani* dan M. Adi Nugroho *Dosen

Lebih terperinci

TI-2121: Proses Manufaktur

TI-2121: Proses Manufaktur Deparemen eknik Indusri FI-IB I-2121: Proses Manufakur Perimbangan Desain dan Ekonomi pada Proses Pemesinan Laboraorium Sisem Produksi www.lspib lspib.org 2003 Deparemen eknik Indusri FI-IB 1. Hasil Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Pada dasarnya peramalan adalah merupakan suau dugaan aau perkiraan enang erjadinya suau keadaan di masa depan. Akan eapi dengan menggunakan meodemeode erenu peramalan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Perumbuhan ekonomi merupakan salah sau ukuran dari hasil pembangunan yang dilaksanakan khususnya dalam bidang ekonomi. Perumbuhan ersebu merupakan rangkuman laju-laju

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau

BAB II LANDASAN TEORI. Persediaan dapat diartikan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan atau BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Persediaan Persediaan dapa diarikan sebagai barang-barang yang disimpan unuk digunakan aau dijual pada masa aau periode yang akan daang. Persediaan erdiri dari bahan

Lebih terperinci

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR

BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR BAB KINEMATIKA DENGAN ANALISIS VEKTOR Karakerisik gerak pada bidang melibakan analisis vekor dua dimensi, dimana vekor posisi, perpindahan, kecepaan, dan percepaan dinyaakan dalam suau vekor sauan i (sumbu

Lebih terperinci

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131

BAB X GERAK LURUS. Gerak dan Gaya. Buku Pelajaran IPA SMP Kelas VII 131 BAB X GERAK LURUS. Apa perbedaan anara jarak dan perpindahan? 2. Apa perbedaan anara laju dan kecepaan? 3. Apa yang dimaksud dengan percepaan? 4. Apa perbedaan anara gerak lurus berauran dan gerak lurus

Lebih terperinci

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN)

PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Studi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) B PENJADWALAN PEMBUATAN BOX ALUMININUM UNTUK MEMINIMUMKAN MAKESPAN (Sudi Kasus di Perusahaan Karoseri ASN) Firiya Gemala Dewi, Bobby O.P. Soepangka, Nurhadi Siswano Program Pasca Sarjana Magiser Manajemen

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 26 III. METODE PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian perkembangan kinerja keuangan PT. Goodyear Indonesia Tbk dilakukan dengan maksud unuk mengeahui sejauh mana perkembangan usaha perusahan yang

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK.

PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL SMOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUSAHAAN MEBEL SINAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. PENERAPAN METODE TRIPLE EXPONENTIAL MOOTHING UNTUK MENGETAHUI JUMLAH PEMBELI BARANG PADA PERUAHAAN MEBEL INAR JEPARA TANJUNGANOM NGANJUK. ii Rukayah*), Achmad yaichu**) ABTRAK Peneliian ini berujuan unuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang

BAB 2 LANDASAN TEORI. Peramalan adalah kegiatan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi di masa yang BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Defenisi Persediaan Persediaan adalah barang yang disimpan unuk pemakaian lebih lanju aau dijual. Persediaan dapa berupa bahan baku, barang seengah jadi aau barang jadi maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Peneliian Jenis peneliian kuaniaif ini dengan pendekaan eksperimen, yaiu peneliian yang dilakukan dengan mengadakan manipulasi erhadap objek peneliian sera adanya konrol.

Lebih terperinci

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI

ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI ADOPSI REGRESI BEDA UNTUK MENGATASI BIAS VARIABEL TEROMISI DALAM REGRESI DERET WAKTU: MODEL KEHILANGAN AIR DISTRIBUSI DI PDAM SUKABUMI Yusep Suparman Universias Padjadjaran yusep.suparman@unpad.ac.id ABSTRAK.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. Waku dan Tempa Peneliian ini dilaksanakan pada bulan November hingga Desember 2009 di Laboraorium Teknik Produksi dan Manajemen Akuakulur, Deparemen Budidaya Perairan, FPIK-IPB.

Lebih terperinci

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON*

PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* PEMODELAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP $US MENGGUNAKAN DERET WAKTU HIDDEN MARKOV HAMILTON* BERLIAN SETIAWATY DAN HIRASAWA Deparemen Maemaika Fakulas Maemaika dan Ilmu Pengeahuan Alam Insiu Peranian Bogor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Salah sau masalah analisis persediaan adalah kesulian dalam menenukan reorder poin (iik pemesanan kembali). Reorder poin diperlukan unuk mencegah erjadinya kehabisan

Lebih terperinci

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan

KINEMATIKA. gerak lurus berubah beraturan(glbb) gerak lurus berubah tidak beraturan KINEMATIKA Kinemaika adalah mempelajari mengenai gerak benda anpa memperhiungkan penyebab erjadi gerakan iu. Benda diasumsikan sebagai benda iik yaiu ukuran, benuk, roasi dan gearannya diabaikan eapi massanya

Lebih terperinci

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu

3. Kinematika satu dimensi. x 2. x 1. t 1 t 2. Gambar 3.1 : Kurva posisi terhadap waktu daisipayung.com 3. Kinemaika sau dimensi Gerak benda sepanjang garis lurus disebu gerak sau dimensi. Kinemaika sau dimensi memiliki asumsi benda dipandang sebagai parikel aau benda iik arinya benuk dan

Lebih terperinci

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks)

Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Mercu Buana MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA DASAR (4 sks) MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : (4 sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran POKOK BAHASAN: GERAK LURUS 3-1

Lebih terperinci

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks)

MODUL PERTEMUAN KE 3. MATA KULIAH : FISIKA TERAPAN (2 sks) Polieknik Negeri Banjarmasin 4 MODUL PERTEMUAN KE 3 MATA KULIAH : ( sks) MATERI KULIAH: Jarak, Kecepaan dan Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Percepaan; Gerak Lurus Berauran, Gerak Lurus Berubah Berauran

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. dari bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk,dan Grafein BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian Demografi Keadaan penduduk sanga era kaiannya dengan demografi. Kaa demografi berasal dari bahasa Yunani yang berari Demos adalah rakya aau penduduk,dan Grafein adalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Air merupakan kebuuhan pokok bagi seiap makhluk hidup di dunia ini ermasuk manusia. Air juga merupakan komponen lingkungan hidup yang pening bagi kelangsungan hidup

Lebih terperinci

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB 4 ANALISIS DAN EMBAHASAN 4.1 Karakerisik dan Obyek eneliian Secara garis besar profil daa merupakan daa sekunder di peroleh dari pusa daa saisik bursa efek Indonesia yang elah di publikasi, daa di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 1990-an, jumlah produksi pangan terutama beras, cenderung mengalami 11 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Keahanan pangan (food securiy) di negara kia ampaknya cukup rapuh. Sejak awal ahun 1990-an, jumlah produksi pangan eruama beras, cenderung mengalami penurunan sehingga

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Teoriis 3.1.1 Daya Dukung Lingkungan Carrying capaciy aau daya dukung lingkungan mengandung pengerian kemampuan suau empa dalam menunjang kehidupan mahluk hidup secara

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilakukan di Dafarm, yaiu uni usaha peernakan Darul Fallah yang erleak di Kecamaan Ciampea, Kabupaen Bogor, Jawa Bara. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan

BAB I PENDAHULUAN. tepat rencana pembangunan itu dibuat. Untuk dapat memahami keadaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam perencanaan pembangunan, daa kependudukan memegang peran yang pening. Makin lengkap dan akura daa kependudukan yang esedia makin mudah dan epa rencana pembangunan

Lebih terperinci

Integral dan Persamaan Diferensial

Integral dan Persamaan Diferensial Sudaryano Sudirham Sudi Mandiri Inegral dan Persamaan Diferensial ii Darpublic 4.1. Pengerian BAB 4 Persamaan Diferensial (Orde Sau) Persamaan diferensial adalah suau persamaan di mana erdapa sau aau lebih

Lebih terperinci

Bab IV Pengembangan Model

Bab IV Pengembangan Model Bab IV engembangan Model IV. Sisem Obyek Kajian IV.. Komodias Obyek Kajian Komodias dalam peneliian ini adalah gula pasir yang siap konsumsi dan merupakan salah sau kebuuhan pokok masyaraka. Komodias ini

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. bahasa Yunani yang berarti Demos adalah rakyat atau penduduk, dan Grafein adalah 37 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS 2.1 Pengerian-pengerian Kependudukan sanga era kaiannya dengan demgrafi. Kaa demgrafi berasal dari bahasa Yunani yang berari Dems adalah rakya aau penduduk, dan Grafein adalah

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN

PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN M-6 PENGGUNAAN DISTRIBUSI PELUANG JOHNSON SB UNTUK OPTIMASI PEMELIHARAAN MESIN Enny Suparini 1) Soemarini 2) 1) & 2) Deparemen Saisika FMIPA UNPAD arhinii@yahoo.com 1) ine_soemarini@yahoo.com 2) Absrak

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di Tempa Pelayanan Koperasi (TPK) Cibedug, Kecamaan Lembang, Kabupaen Bandung, Jawa Bara. Pemilihan lokasi dilakukan secara

Lebih terperinci

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL

GERAK LURUS BESARAN-BESARAN FISIKA PADA GERAK KECEPATAN DAN KELAJUAN PERCEPATAN GLB DAN GLBB GERAK VERTIKAL Suau benda dikaakan bergerak manakalah kedudukan benda iu berubah erhadap benda lain yang dijadikan sebagai iik acuan. Benda dikaakan diam (idak bergerak) manakalah kedudukan benda iu idak berubah erhadap

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan di PT Panafil Essenial Oil. Lokasi dipilih dengan perimbangan bahwa perusahaan ini berencana unuk melakukan usaha dibidang

Lebih terperinci

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab

BAB 2 DASAR TEORI. Studi mengenai aspek teknis dan produksi ini sifatnya sangat strategis, sebab 13 BAB 2 DASAR TEORI 2.1 Aspek Teknis Sudi mengenai aspek eknis dan produksi ini sifanya sanga sraegis, sebab berkaian dengan kapasias proyek, lokasi, aa leak ala produksi, kajian aas bahan dan sumbernya,

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian Peneliian ini dilaksanakan pada kasus pengolahan ikan asap IACHI Peikan Cia Halus (PCH) yang erleak di Desa Raga Jaya Kecamaan Ciayam, Kabupaen Bogor,

Lebih terperinci

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari

2014 LABORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL. Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Lutvia, Imroatul Maghfiroh, Ratna Dewi Kumalasari 2014 LAORATORIUM FISIKA MATERIAL IHFADNI NAZWA EFEK HALL Ihfadni Nazwa, Darmawan, Diana, Hanu Luvia, Imroaul Maghfiroh, Rana Dewi Kumalasari Laboraorium Fisika Maerial Jurusan Fisika, Deparemen Fisika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat

BAB 1 PENDAHULUAN. Sumber Daya Alam (SDA) yang tersedia merupakan salah satu pelengkap alat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Sumber Daya Alam (SDA) yang ersedia merupakan salah sau pelengkap ala kebuuhan manusia, misalnya anah, air, energi lisrik, energi panas. Energi Lisrik merupakan Sumber

Lebih terperinci

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis

Peramalan Penjualan Sepeda Motor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis JURNAL SAINS DAN NI POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Prin) D-224 Peramalan Penjualan Sepeda Moor di Jawa Timur dengan Menggunakan Model Dinamis Desy Musika dan Seiawan Jurusan Saisika,

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Teori Risiko Produksi Dalam eori risiko produksi erlebih dahulu dijelaskan mengenai dasar eori produksi. Menuru Lipsey e al. (1995) produksi adalah suau kegiaan yang mengubah

Lebih terperinci

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI

ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Achmadi, Analisis Anrian Angkuan Umum Bus Anar Koa Reguler di Terminal ANALISIS ANTRIAN ANGKUTAN UMUM BUS ANTAR KOTA REGULER DI TERMINAL ARJOSARI Seno Achmadi Absrak : Seiring dengan berkembangnya aku,

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t TKE 305 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 009 BAB I I S Y A R A T Tujuan Insruksional.

Lebih terperinci

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang

Fisika Dasar. Gerak Jatuh Bebas 14:12:55. dipengaruhi gaya. berubah sesuai dengan ketinggian. gerak jatuh bebas? nilai percepatan gravitasiyang Gerak Jauh Bebas 14:1:55 Gerak Jauh Bebas Gerak jauh bebas merupakan gerakan objekyang dipengaruhi gaya graiasi. Persamaan maemaik gerak jauh bebas sama dengan persamaan gerak1d unuk percepaan konsan.

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waku Peneliian mengenai kelayakan pengusahaan pupuk kompos dilaksanakan pada uni usaha Koperasi Kelompok Tani (KKT) Lisung Kiwari yang menjalin mira dengan Lembaga

Lebih terperinci

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya /

Oleh : Debrina Puspita Andriani Teknik Industri Universitas Brawijaya   / 4 Oleh : Debrina Puspia Andriani Teknik Indusri Universias Brawijaya e-mail : debrina@ub.ac.id / debrina.ub@gmail.com www.debrina.lecure.ub.ac.id O. Dasar perhiungan depresiasi 2. Meode-meode depresiasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat

BAB I PENDAHULUAN. salad ke piring setelah dituang. Minyak goreng dari kelapa sawit juga memiliki sifat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Laar Belakang Dalam kehidupan sehari hari kia biasa menjumpai produk makanan yang sifanya kenal. Sebagai conoh produk mayonaisse yang diambahkan pada salad. Viskosias (kekenalan)

Lebih terperinci

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia

SUPLEMEN 3 Resume Hasil Penelitian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredit Bank di Sumatera Selatan terhadap Kebijakan Moneter Bank Indonesia SUPLEMEN 3 Resume Hasil Peneliian: Analisis Respon Suku Bunga dan Kredi Bank di Sumaera Selaan erhadap Kebijakan Moneer Bank Indonesia Salah sau program kerja Bank Indonesia Palembang dalam ahun 2007 adalah

Lebih terperinci

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND

APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND APLIKASI PEMULUSAN EKSPONENSIAL DARI BROWN DAN DARI HOLT UNTUK DATA YANG MEMUAT TREND Noeryani 1, Ely Okafiani 2, Fera Andriyani 3 1,2,3) Jurusan maemaika, Fakulas Sains Terapan, Insiu Sains & Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempunyai efek menekan atau menghentikan suatu proses biokimia di dalam BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Anibioik 2.1.1 Defenisi Anibioik adalah segolongan senyawa, baik alami maupun sineik, yang mempunyai efek menekan aau menghenikan suau proses biokimia di dalam organisme, khususnya

Lebih terperinci

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI

KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI KINEMATIKA GERAK DALAM SATU DIMENSI PENDAHULUAN Kinemaika adalah bagian dari mekanika ang membahas enang gerak anpa memperhaikan penebab benda iu bergerak. Arina pembahasanna idak meninjau aau idak menghubungkan

Lebih terperinci

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT

EFISIENSI WAKTU PRODUKSI ES BATU SEBAGAI IMPLIKASI URUTAN PENJADWALAN KEDATANGAN JOB YANG TEPAT Jurnal Ilmiah Teknik Indusri, Vol. 11, No. 1, Juni 2012 ISSN 1412-6869 EISIENSI WKTU PRODUKSI ES BTU SEBGI IMPLIKSI URUTN PENJDWLN KEDTNGN JOB YNG TEPT Hendy Tannady 1 dan Seven 2 bsrak: Efisiensi adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani.

III. METODE PENELITIAN. Usahatani belimbing karangsari adalah kegiatan menanam dan mengelola. utama penerimaan usaha yang dilakukan oleh petani. III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Usahaani belimbing karangsari adalah kegiaan menanam dan mengelola anaman belimbing karangsari unuk menghasilkan produksi, sebagai sumber

Lebih terperinci

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014

(Indeks Rata-rata Harga Relatif, Variasi Indeks Harga, Angka Indeks Berantai, Pergeseran waktu dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 ANGKA NDEKS (ndeks Raa-raa Harga Relaif, Variasi ndeks Harga, Angka ndeks Beranai, Pergeseran waku dan Pendeflasian) Rabu, 31 Desember 2014 NDEKS RATA-RATA HARGA RELATF Rumus, 1 P 100% n P,0 = indeks raa-raa

Lebih terperinci

Fungsi Bernilai Vektor

Fungsi Bernilai Vektor Fungsi Bernilai Vekor 1 Deinisi Fungsi bernilai vekor adalah suau auran yang memadankan seiap F R R dengan epa sau vekor Noasi : : R R F i j, 1 1 F i j k 1 dengan 1,, ungsi bernilai real Conoh : 1. 1 F

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Supply Chain Managemen Supply chain managemen merupakan pendekaan aau meode dalam memanajemen hubungan perusahaan dengan supplier dan konsumen yang erjadi pada pengendalian

Lebih terperinci

B a b 1 I s y a r a t

B a b 1 I s y a r a t 9 TKE 35 ISYARAT DAN SISTEM B a b I s y a r a (bagian 2) Indah Susilawai, S.T., M.Eng. Program Sudi Teknik Elekro Fakulas Teknik dan Ilmu Kompuer Universias Mercu Buana Yogyakara 29 2.4. Isyara Periodik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Capial Expendiure (Belanja Modal) Capial Expendiure aau juga dikenal dengan nama belanja modal adalah pengeluaran yang dilakukan perusahaan unuk mendapakan aau memperbarui ase

Lebih terperinci

Matematika EBTANAS Tahun 1988

Matematika EBTANAS Tahun 1988 Maemaika EBTANAS Tahun 988 EBT-SMA-88- cos = EBT-SMA-88- Sisi sisi segiiga ABC : a = 6, b = dan c = 8 Nilai cos A 8 4 8 EBT-SMA-88- Layang-layang garis singgung OAPB, sudu APB = 6 dan panjang OP = cm.

Lebih terperinci

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani

KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN. Oleh: Darsih Idayani KENDALI OPTIMAL PADA PENGADAAN BAHAN MENTAH DENGAN KEBIJAKAN PENGADAAN TEPAT WAKTU, PERGUDANGAN, DAN PENUNDAAN Oleh: Darsih Idayani 126 1 4 Dosen Pembimbing: Subchan, Ph.D Jurusan Maemaika Fakulas Maemaika

Lebih terperinci

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu

1.4 Persamaan Schrodinger Bergantung Waktu .4 Persamaan Schrodinger Berganung Waku Mekanika klasik aau mekanika Newon sanga sukses dalam mendeskripsi gerak makroskopis, eapi gagal dalam mendeskripsi gerak mikroskopis. Gerak mikroskopis membuuhkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekaan Peneliian Jenis peneliian yang digunakan dalam peneliian ini adalah peneliian evaluasi dan pendekaannya menggunakan pendekaan kualiaif non inerakif (non

Lebih terperinci

Pengantar Teknik Industri

Pengantar Teknik Industri Sisem Produksi/Operasi Penganar Teknik Indusri Perencanaan & Peengendalian Produksi/Operasi Sisem produksi/operasi adalah suau akivias unuk mengolah aau mengaur penggunaan sumber daya yang ada dalam proses

Lebih terperinci

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI

MODUL III ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI 3.. Tujuan Ö Prakikan dapa memahami perhiungan alokasi biaya. Ö Prakikan dapa memahami analisis kelayakan invesasi dalam pendirian usaha. Ö Prakikan dapa menyusun proyeksi/proforma

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN TEORI 7 BAB 2 TINJAUAN TEORI 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan unuk memperkirakan apa yang akan erjadi di masa yang akan daang. Sedangkan ramalan adalah suau siuasi aau kondisi yang diperkirakan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang akan erjadi pada masa yang akan daang. Ramalan adalah sesuau kegiaan siuasi aau kondisi yang diperkirakan akan erjadi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang akan datang. Peramalan menjadi sangat penting karena penyusunan suatu BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengerian Peramalan Peramalan adalah kegiaan memperkirakan apa yang erjadi pada waku yang akan daang sedangkan rencana merupakan penenuan apa yang akan dilakukan pada waku yang

Lebih terperinci

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1

LIMIT FUNGSI. 0,9 2,9 0,95 2,95 0,99 2,99 1 Tidak terdefinisi 1,01 3,01 1,05 3,05 1,1 3,1 Gambar 1 LIMIT FUNGSI. Limi f unuk c Tinjau sebuah fungsi f, apakah fungsi f ersebu sama dengan fungsi g -? Daerah asal dari fungsi g adalah semua bilangan real, sedangkan daerah asal fungsi f adalah bilangan real

Lebih terperinci

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral

1 dz =... Materi XII. Tinjaulah integral Maeri XII Tujuan :. Mahasiswa dapa memahami menyelesiakan persamaan inegral yang lebih kompleks. Mahasiswa mampunyelesiakan persamaan yang lebih rumi 3. Mahasiswa mengimplemenasikan konsep inegral pada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 6 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengerian Mobil Robo Mobil robo adalah robo yang memiliki kemampuan unuk berpindah empa mobiliy, mobil robo yang bergerak dari posisi awal ke posisi yang diinginkan, suau sisem

Lebih terperinci

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2)

Pekan #3. Osilasi. F = ma mẍ + kx = 0. (2) FI Mekanika B Sem. 7- Pekan #3 Osilasi Persamaan diferensial linear Misal kia memiliki sebuah fungsi berganung waku (. Persamaan diferensial linear dalam adalah persamaan yang mengandung variabel dan urunannya

Lebih terperinci

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi.

PENGUJIAN HIPOTESIS. pernyataan atau dugaan mengenai satu atau lebih populasi. PENGUJIAN HIPOTESIS 1. PENDAHULUAN Hipoesis Saisik : pernyaaan aau dugaan mengenai sau aau lebih populasi. Pengujian hipoesis berhubungan dengan penerimaan aau penolakan suau hipoesis. Kebenaran (benar

Lebih terperinci

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg

Aplikasi Metode Seismik 4D untuk Memantau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Aplikasi Meode Seismik 4D unuk Memanau Injeksi Air pada Lapangan Minyak Erfolg Prillia Aufa Adriani, Gusriyansyah Mishar, Supriyano Absrak Lapangan minyak Erfolg elah dieksploiasi sejak ahun 1990 dan sekarang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam pelaksanaan pembangunan saat ini, ilmu statistik memegang peranan penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Laar Belakang Dalam pelaksanaan pembangunan saa ini, ilmu saisik memegang peranan pening baik iu di dalam pekerjaan maupun pada kehidupan sehari-hari. Ilmu saisik sekarang elah melaju

Lebih terperinci